Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan
-
Upload
tiara-tsani -
Category
Documents
-
view
249 -
download
2
description
Transcript of Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan
Analisis Dampak Distribusi Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan dan
Kesenjangan Pendapatan
(Studi Kasus Pendayagunaan Zakat Oleh BAZDA Lampung Selatan)
Pembimbing
Irfan Syauqi Beik, Ph.D.
Pendahuluan
34,96 juta jiwa (2008)
32,53 juta jiwa (2009)
Trickle Down Effect
Kesenjangan meningkat
Provinsi Lampung
Kemiskinan
Upaya penanggulangan
Pendayagunaan Zakat
Latar Belakang
Lampung Selatan
Masalah dan Tujuan
1. Menganalisis dampak distribusi zakat terhadap beban kemiskinan yang meliputi insiden kemiskinan, kedalaman, dan keparahan kemiskinan
2. Menganalisis dampak distribusi zakat terhadap kesenjangan pendapatan masyarakat
3. Mengetahui kelompok keluarga yang paling peka terhadap kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
1. Bagaimanakah dampak distribusi zakat terhadap beban kemiskinan yang meliputi insiden kemiskinan, kedalaman, dan keparahan kemiskinan?
2. Bagaimanakah dampak distribusi zakat terhadap kesenjangan pendapatan di masyarakat?
3. Bagaimanakah dampak pendistribusian zakat apabila didasarkan pada kelompok keluarga?
Tinjauan Pustaka
kemiskinan absolut relatif kultural struktural
Definisi
• Pendekatan pendapatan/pengeluaran • Pendekatan kesejahteraan keluarga
Ukuran
Konsep dan Ukuran kesenjangan
Dampak dari kemiskinan yang berawal dari distribusi pendapatan yang tidak merata (Todaro dan Smith, 2003)
Konsep zakat
Harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu dengan syarat tertentu pula (Sabiq, 2005). Zakat memiliki dampak ekonomis (Sakti, 2007 dan Huda et al., 2008)
Penelitian Terdahulu
Patmawati (2006) dan Beik (2008)
Kesenjangan, kemiskinan dan pertumbuhan
Hipotesis Kuznets (Milanovic, 1994) Perubahan kecil dalam distribusi berpengaruh besar pada besarnya manfaat yang diterima orang miskin (Ravallion dan Burguignon dalam SMERU, 2005)
Kerangka Pemikiran
Muzakki BAZDA Lampung Selatan
Mustahik
Pendayagunaan zakat
(Konsumtif dan Produktif) Indikator
Kesenjagan (Kurva
Lorenz, Indeks Gini)
Indikator Kemiskinan
Insiden Kemiskinan
Headcount Ratio (H)
Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1 dan I)
Indeks Keparahan
Kemiskinan (Indeks
Sen dan Indeks FGT)
Pendapatan Mustahik
Pendapatan Muzakki
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
• Waktu : Maret-April 2010 • Tempat : Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Penengahan
Jenis dan Sumber Data
Data Primer : wawancara langsung Data Sekunder : BPS Pusat dan Daerah, BAZDA Lampung Selatan, dan literatur pendukung lainnya
Metode Penarikan Sampel
Muzakki dan Mustahik BAZDA Lampung
Selatan
Terpilih dua kecamatan dari 17 kecamatan yaitu Kecamatan Kalianda dan
Penengahan
Terpilih 120 Responden
Cluster Sampling
Metode Analisis Data
Uji T-Statistik
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan setelah distribusi zakat terhadap pendapatan.
T-test, dengan hipotesa: H0: μd = 0 H1: μd ≠ 0 Statistik uji: Keterangan: = selisih pendapatan Sd = Standar deviasi n = jumlah observasi Kriteria uji:
IthitI < ttabel : terima H0, artinya pendapatan setelah zakat tidak berbeda nyata
pada taraf α=5 persen terhadap pendapatan sebelum zakat.
IthitI > ttabel : tolak H0, artinya pendapatan setelah zakat berbeda nyata pada
taraf α=5 persen terhadap pendapatan tanpa zakat.
Analisis Indeks Kemiskinan
Headcount Ratio (H)
Untuk mengetahui insiden kemiskinan, adapun rumusnya adalah:
Keterangan:
H = headcount ratio
q = jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan n = jumlah orang dalam populasi
• Tingkat Kedalaman Kemiskinan
Formula untuk mengukur Poverty Gap Ratio (P1) adalah:
Keterangan: n = jumlah observasi q = jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan
z = garis kemiskinan yi = pendapatan individu i
Formula untuk mengukur Income Gap Ratio (I) adalah:
Keterangan: I = Income gap ratio q = jumlah orang yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan z = garis kemiskinan
Poverty Gap Ratio (P1)
Income Gap Ratio (I)
• Tingkat Keparahan Kemiskinan
Keterangan: P2 = Indeks Sen
H = Headcount Ratio
I = Income Gap Ratio
Gp = Koefisien Gini orang miskin
m = rata-rata pendapatan
Sen Index of Poverty (P2)
Formulanya adalah:
FOSTER, GREER, AND THORBECKE INDEX (FGT)
Keterangan: gi = selisih antara garis kemiskinan dengan pendapatan
individu
q = jumlah orang yang berpendapatan di
bawah garis kemiskinan
z = garis kemiskinan
Lampung Selatan
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Daerah Tingkat II di Provinsi Lampung, memiliki 17 kecamatan dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 929.702 jiwa. 64,76 persen keluarga di Kabupaten Lampung Selatan tergolong keluarga miskin. Tingkat kemiskinan tertinggi ada di Kecamatan Penengahan sedangkan jumlah keluarga miskin terbanyak ada di Kecamatan Natar dan Kalianda.
BAZDA Lampung Selatan
Berada di Kecamatan Kalianda yang berdiri sejak tahun 2006 (Surat Keputusan Bupati No.126/SOS/HK-LS/2006. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan umat melalui pendayagunan zakat yang terhimpun.
Hasil dan Pembahasan Uji T-Statistik
Diperoleh thit = 7,404 > ttabel (1,96) sehingga tolak H0, artinya pendapatan setelah zakat berbeda nyata pada taraf α=5% terhadap pendapatan tanpa zakat.
Indeks Kemiskinan
Indeks
Kemiskinan
Sebelum
Distribusi Zakat
Setelah
Distribusi Zakat
Perubahan
(%)
H 0,538 0,438 18,6
P1 (Rp) 205.632,25 166.421,78 39210,48
I 0,288 0,233 19,07
P2 0,194 0,131 32,50
P3 0,054 0,030 44,59
Tabel 5.1 Indeks Kemiskinan Mustahik
Tingkat Kesenjangan Pendapatan
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Pe
rse
nta
se P
en
dap
atan
Persentase Penduduk
Kurva Lorenz "tz" Garis Kemerataan Kurva Lorenz "dz"
Gambar 5.1 Kurva Lorenz Untuk Seluruh Responden
Distribusi Ukuran Pendapatan Rumah Tangga
Kelompok
Keluarga
Distribusi pendapatan Indeks Gini
Sebelum
Distribusi Zakat Sesudah
Distribusi Zakat
Sebelum
Distribusi Zakat Sesudah
Distribusi Zakat
40% Terendah 4,51 5,16
0,638 0,625 40% Menengah 20,06 25,68
20% Teratas 75,43 74,32
Rasio Kuznets
16,7 14,4
Jenis Kelamin
Kepekaan Kelompok Keluarga
Jenis Kelamin Perubahan Indikator Kemiskinan (%) Perubahan Indeks Gini (%)
H P1 (Rp) I P2 P3 tz dz Perubahan
Laki-laki 13,89 36.331,99 18,3 28,18 40,4 0,631 0,622 1,42
Perempuan 42,86 43.116,66 17,82 54,27 62,02 0,479 0,438 8,47
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Pe
rse
nta
se P
en
dap
atan
Persentase Penduduk
Kurva Lorenz "tz" Garis Kemerataan Kurva Lorenz "dz"
Gambar 5.2 Kurva Lorenz Untuk
Kategori Laki-laki
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Pe
rse
nta
se P
en
dap
atan
Persentase Penduduk
Kurva Lorenz "tz" Garis Kemerataan Kurva Lorenz "dz"
Gambar 5.3 Kurva Lorenz Untuk
Kategori Perempuan
Jenis Pekerjaan
Gambar 5.5 Kurva Lorenz Untuk
Kategori Petani
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Pe
rse
nta
se P
en
dap
atan
Persentase Penduduk
Kurva Lorenz "tz" Garis Kemerataan Kurva Lorenz "dz"
Gambar 5.4 Kurva Lorenz Untuk
Kategori Pedagang
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Pe
rse
nta
se P
en
dap
atan
Persentase Penduduk
Kurva Lorenz "tz" Garis Kemerataan Kurva Lorenz "dz"
Gambar 5.6 Kurva Lorenz Untuk
Kategori Lainnya
Pekerjaan Perubahan Indikator Kemiskinan (%) Perubahan Indeks Gini (%)
H P1 (Rp) I P2 P3 tz dz Perubahan
Pedagang/wiraswasta 14,29 17.166,67 11,77 26,76 36,59 0,735 0,731 0,49
Petani 18,52 32.065,94 15,20 31,10 41,79 0,333 0,314 5,48
Lainnya 22,22 76.569,84 32,41 40,71 55,08 0,383 0,372 2,86
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Pe
rse
nta
se P
en
dap
atan
Persentase Penduduk
Kurva Lorenz "tz" Garis Kemerataan Kurva Lorenz "dz"
Determinan
Perubahan Indikator Kemiskinan (%) Perubahan
Indeks Gini
(%) H P1 (Rp) I P2 P3
Usia
15-39 tahun 7,69 25.751,28 11,11 21,32 31,37 4,40
40-64 tahun 23,33 49.767,15 25,46 39,41 52,57 1,78
Status Pernikahan
Menikah 9,68 47.429,53 22,72 26,58 41,16 1,47
Belum menikah/duda/janda 41,67 10.823,41 5,48 49,20 54,12 7,78
Pendidikan
Tidak sekolah/SD 30,77 34.001,28 16,03 41,83 51,50 7,00
SMP 0,00 34.375,00 18,03 14,10 27,31 0,32
SMA+ 0,00 48.148,15 24,06 19,56 36,16 2,61
Besar Ukuran Keluarga
1-3 orang 12,5 52.170,24 20,98 25,29 38,92 5,19
4-6 orang 20,0 40.325,00 21,28 37,08 50,28 1,67
lebih dari 6 orang 6,98 16.300,00 6,98 24,17 28,14 9,17
Kecamatan
Kalianda 8,82 35.468,63 17,23 22,81 35,22 1,15
Penengahan 55,56 68.879,63 33,60 68,47 77,37 14,94
Perubahan Indikator Kemiskinan dan Indeks Gini Menurut Karakteristik Demografi Responden
KESIMPULAN
1. Insiden kemiskinan (jumlah orang miskin) berkurang sebesar 18,6 persen setelah pendistribusian zakat dilakukan. Dari aspek kedalaman kemiskinan, kesenjangan kemiskinan (P1) dan kesenjangan pendapatan (I) menurun, begitu pula dengan keparahan kemiskinan dimana P2 dan P3 juga menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa pendistribusian zakat oleh BAZDA Lampung Selatan mampu memperkecil jumlah penduduk miskin dan sekaligus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
2. Penurunan yang terjadi pada Indeks Gini dan rasio Kuznets membuktikan bahwa zakat selain dapat mengurangi tingkat kemiskinan juga sekaligus dapat memperbaiki distribusi pendapatan dalam masyarakat sehingga kesenjangan pendapatan berkurang.
3. Tingkat kepekaan atau dampak distribusi zakat yang tinggi terhadap penurunan tingkat kemiskinan dimiliki oleh kelompok keluarga dengan kepala keluarga berjenis kelamin perempuan, berusia 40-64 tahun, berstatus belum menikah/duda/janda, berpendidikan rendah (tidak sekolah/SD), berprofesi selain sebagai pedagang dan petani, dan beranggotakan 4-6 orang anggota keluarga serta berdomisili di Kecamatan Penengahan. 4. Kelompok keluarga yang paling peka terhadap penurunan tingkat kesenjangan pendapatan setelah distribusi zakat adalah kelompok keluarga dengan kepala keluarga berjenis kelamin perempuan, berusia 15-39 tahun, berstatus belum menikah/duda/janda, berpendidikan paling tinggi SD, bekerja sebagai petani dan beranggotakan lebih dari 6 orang anggota keluarga serta berdomisili di Kecamatan Penengahan.
SARAN
1. Penghimpunan/perolehan zakat oleh BAZDA Lampung Selatan hendaknya didukung oleh pemerintah daerah setempat, salah satunya dengan cara pemberian sanksi kepada muzakki.
2. BAZDA Lampung Selatan hendaknya memperhatikan kepekaan mustahik. Kelompok mustahik yang kepekaannya lebih tinggi hendaknya lebih diutamakan. Contohnya pada mustahik yang berpendidikan rendah (SD/tidak sekolah) dan berstatus janda.
3. Penyaluran zakat kepada mustahik yang memiliki karakteristik
dengan kepekaan rendah haruslah disertai dengan pembinaan seperti pemberian pelatihan keterampilan maupun motivasi untuk lebih giat bekerja dan keutamaan menjadi orang kaya.
4. Pada kelompok keluarga petani miskin sebaiknya zakat yang
diberikan dapat benar-benar mampu mengeluarkan mereka dari jeratan tengkulak dengan cara pemberian zakat tanpa pengembalian.
5. Penelitian berikutnya hendaknya melihat dampak distribusi
zakat pada kategori zakat konsumtif dan zakat produktif. Selain itu, perlu juga dianalisis terhadap indikator kemiskinan terhadap masyarakat miskin yang tidak memperoleh bantuan program.
SARAN