PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM...

115
PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN KETERAMPILAN DI BEKASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Fikri Dzulkarnain 1110054000032 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM...

PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM

PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN

KETERAMPILAN DI BEKASI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh:

Fikri Dzulkarnain

1110054000032

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

1PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM

PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKANKETERAMPILAN DI BBKASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial lslam

(S.Kom.I)

Oleh:

FIKRI DZULKARNAINNIM. 1110054000032

Di bawahbimbingan,

NrP. 19710520 199903 2 002

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435Hl20l4l{

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DI{UAFA

DALAM PEMBERDAYAAN KA{.TM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN

KETERAMPILAN DI BEKASI telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada kamis, 1B

september 2014 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu sarat memeperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat

Islam. .

J akarta, 2 I September 201 4

Sidano Mrrnannsvah

M. Hr-rdri. MANrpliffioo lee8o3

Anggota

1 003

NrP.19671126 t99603 2 001

Penguji I

f;*Yt^lNurul Hldhvati. M.PdNrP. 19690322199603 2 001

19710s20 199903 2 002

10520 199903 2042

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh ge;ar Sarjana Strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 04 September 2014

Fikri Dzulkarnain

i

ABSTRAK

Fikri Dzulkarnain

Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum

Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan Di Bekasi.

Kaum dhuafa sebagai bagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) yang senantiasa untuk ditangani bersama dan harus dicari jalan

keluarnya. Program pemerintah dicanangkan dengan mendirikan lembaga-

lembaga, seperti rumah singgah dan lain-lain. Kesenjangan sosial menjadi faktor

utama, oleh sebab itu pembangunan harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat atas pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Dengan demikian

kehadiran lembaga sosial menjadi penting sebagai penengah antara pemerintah

dan masyarakat (kaum dhuafa).

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui peran Yayasan Griya

Yatim dan Dhuafa dalam berbagai upayanya untuk memberikan harapan-harapan

kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Strategi pelaksanaan pemberdayaan melalui

pendidikan dan keterampilaan. Tujuan lain untuk mengetahui metode pendidikan

nonformal bagi kaum dhuafa yang berdampak pada kemandirian ekonomi, sosial,

dan masyarakat. Selain itu, adalah untuk mengetahui tindakan atau sikap kaum

dhuafa dalam menerima program pemberdayaan oleh Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa.

Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang telah

berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari

orang dan prilaku yang dapat diamati. Subjek penelitian adalah orang yang dapat

memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian

ini adalah masyarakat dan pengelola Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

Sedangkan objeknya adalah tentang peran dari Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan. Teknik

pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan Peran Yayasan Griya

Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan melalui pendidikan adalah Yayasan

Griya Yatim dan Dhuafa berperan sebagai mediator, fasilitator, pendidik,

sekaligus sebagai perwakilan bagi kaum dhuafa yang mengupayakan dapat

membangun hidup mereka secara mandiri.

Dengan demikian, Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam

Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan adalah untuk

mengupayakan kaum dhuafa memiliki kemandirian dalam membangun,

mengembangkan, dan membina kehidupannya secara responsif (tanggung jawab)

terhadap problem sosial apapun yang tengah mereka hadapi.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah member

nikmat islam, iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan pengikutnya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,

sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun pasti ada

kekurangan dan kelemahan baik dari isi atau teknik penyusunannya. Dengan

demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan

skripsi dan diri penulis sendiri sebagai bahan evaluasi dan intropeksi diri sekarang

dan dimasa yang akan dating.

Berkat keridhoan Allah SWT semata akhirnya penyusunan skripsi ini dapat

selesai. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, arahan terhadap penyusunan skripsi

ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam.

iii

3. Bapak Muhammad Hudri, MA, selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam.

4. Ibu Wati Nilamsari M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan

sabar membimbing penulis dan senantiasa menyediakan waktunya ditengah

kesibukannya memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

6. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Abdul Aziz, S.Ag dan Ibunda Hj. Muslimah,

S.Pdi, yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga sepanjang

hayatku, serta selalu mendoakan dan memberikan semangat tanpa henti

kepada penulis.

7. Kepada ketiga adikku, Husni Syahrizal (cus), Ahmad Bahraysi (brew), dan

Afifuroihan (sipit) yang selalu menjadi penyemangatku.

8. Yang tersayang Lisa Farial S.Psi yang selalu mendampingi, membantu, dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

9. Kepada Kang Iing yang selalu mendoakan saya siang dan malam, sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat yang paling setia Sri Rahmayani yang sudah mau meluangkan

waktunya sehingga proses sidang penulis berjalan dengan lancer.

11. Sahabat dan temen-temen seperjuangn di Jurusan PMI angkatan 2010 yang

selalu menemani, membantu, dan memberikan dukungan kepada penulis.

iv

12. kepada Bapak Tarjuni, Bapak Nasrullah, Bapak Pardinal, Bapak Dani, Dll

selaku Pimpinan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Staf, dan Pendamping

Anak-anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang tidak saya

sebutkan satu persatu namanya. Terimakasih atas dukungan semangatnya dan

berterima kasih sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

pengetahuan yang terkait dengan skripsi ini.

13. Kepada pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata, karena keterbatasan wawasan pengetahuan, dan pengalaman maka

kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat. Amien.

Ciputat, 04 September 2014

Fikri Dzulkarnain

,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5

D. Metodologi Penelitian ............................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 15

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 18

A. Peran .......................................................................................... 18

Pengertian Peran…. ................................................................... 18

B. Pemberdayaan............................................................................ 19

1. Pengertian Pemberdayaan ................................................... 20

2. Tahapan-tahapan Pemberdayaan ......................................... 25

3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan ....................................... 27

C. Dhu’afa ...................................................................................... 28

1. Pengertian Dhu’afa .............................................................. 28

2. Pengertian Fakir dan Miskin ............................................... 31

D. Pendidikan ................................................................................. 35

1. Pengertian Pendidikan ......................................................... 35

2. Jenis-jenis Pendidikan ......................................................... 37

E. Keterampilan ............................................................................. 38

1. Pengertian Keterampilan ..................................................... 38

2. Jenis-jenis Keterampilan ..................................................... 40

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN GRIYA YATIM DAN

DHUAFA ........................................................................................ 42

A. Profil Yayasan GriyaYatim dan Dhuafa .................................... 42

1. Sejarah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa .......................... 42

2. Visi Misi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ....................... 46

3. Letak Geografis Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ............ 46

4. Program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ........................ 46

B. Struktur Pengurus Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ............... 50

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN .......................................................... 51

A. Kewajiban-kewajiban/tugas utama Yayasan Griya Yatim dan

vi

Dhuafa Dalam pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui

Pendidikan

Keterampilan ............................................................................. 51

B. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam

Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan 56

C. Harapan Kaum Dhuafa dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa

Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................. 61

D. Kesesuaian Antara Kewajiban/Tugas dan Harapan Yayasan

Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa

Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................. 64

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 66

A. Kesimpulan ................................................................................ 66

B. Saran .......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai salah satu bagian dari negara berkembang, Indonesia tidak

pernah terlepas dari berbagai krisis yang ada. Sadar akan hal tersebut,

Indonesia berupaya untuk berbenah diri mewujudkan perubahan nyata melalui

suatu pembangunan. Pembangunan yang dimaksud adalah dengan membentuk

suatu interaksi dari semua faktor yang ada di dalam masyarakat, baik faktor

ekonomi maupun faktor manusia.

Menurut pandangan para ahli tentang sumber daya manusia, masalah

kualitas menjadi hal yang sangat diprioritaskan dibanding kuantitas.

Membicarakan tingkat kualitas manusia, seyogyanya ada dua hal yang harus

dibedakan satu dengan yang lainnya. Dua komponen kualitas manusia ini yang

pertama, tingkat keterampilan atau keahlian, dalam hal ini kaitannya dengan

pendidikan, training. Kedua, usaha kerja dan etika kerja/budaya kerja, dalam

hal ini kaitannya dengan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan

warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.1

Untuk mendapatkan manusia yang berkualitas, salah satu cara yang

bisa ditempuh adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap manusia-

manusia tersebut melalui pendidikan keterampilan. Dengan pendidikan

keterampilan, masyarakat dibekali pengetahuan dan sikap yang diperlukan

sehingga masyarakat dapat melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas

1Didik J. Rachbini, Pembagunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. (PT. Grasindo,

Anggota IKAPI, Jakarta, 2001), h. 114.

2

hidup dalam mewujudkan suatu pembangunan.

Pemberdayaan melalui pendidikan keterampilan menekankan

pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk

meningkatkan keberdayaan mereka. Pendidikan adalah permasalahan besar

yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa. Karena itu, tuntutan

reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan

dan agrarian tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem

pendidikan. Krisis multidimensi yang melanda Negara dan bangsa Indonesia

ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan

juga oleh krisis pada sistem pendidikan.

Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti,

dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas

hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam

yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi.

Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif

melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam

meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja

baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.2

Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada

masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Maka pemberdayaan menunjuk

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan

2Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen

Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka

Utama, 2001), h. 28.

3

dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.3

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat

perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara.

Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia

akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-

agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukan

perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai

sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan

peningkatan tentang pentingnya pendekatan alternatif berupa pendekatan

pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.4

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di

tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang.5

Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan baik para

akademisi maupun para praktisi. Persoalan yang serius yang dihadapi bangsa

Indonesia saat ini adalah perekonomian yang lemah.6 Kemiskinan bukan

karena mereka tidak rasional, atau karena mereka memang mempunyai

kebudayaan miskin, atau karena mereka memang mempunyai budaya miskin

3Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT. Refika Aditama, 2005), h. 60 4Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama

Press, 2010), h. 4. 5Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005),

h. 131 6Adyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 86.

4

(the culture of poverty) atau karena mereka kurang motivasi berprestasi dan

kewiraswastaan, atau bahkan karena etos kerja yang lemah.7 Masyarakat

miskin atau yang biasa disebut kaum dhu‟afa yang ada di Indonesia,

merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan

kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak

boleh dimarjinalkan.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka diperlukanlah suatu usaha

sadar dari segolongan masyarakat yang peduli akan kesejahteraan mereka

dengan membentuk suatu organisasi, atau biasa disebut yayasan. Yayasan

merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab

permasalahan di atas. Yayasan dapat mengadakan kegiatan yang mengarah

pada berbagai bentuk bimbingan, termasuk didalamnya bimbingan pendidikan

keterampilan. Hal ini sangat diperlukan, sehingga mereka bisa tetap

mendapatkan sesuatu yang memang dibutuhkan dalam mencapai

kesejahteraan dikemudian hari.

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial yang

menjembatani kepedulian para dermawan kepada anak yatim dan kaum dhuafa

untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pendidikan keterampilan.

Sasaran yang dituju adalah para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil

mereka.

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial terdepan

dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa. Sebagai lembaga sosial

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki berbagai macam program

diantaranya program pendidikan, program sosial, program pemberdayaan,

7Azyurmardi Azra, Bederma Untuk Semua, (Jakarta: Teraju, 2003). h. 9.

5

program kemanusiaan, program wakaf, dan program aqiqah dan qurban.

Untuk lebih mengetahui seberapa jauh peran Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa dalam peningkatan pemberdayaan kaum dhu‟afa, maka penulis

menuangkan bahasan ini dalam sebuah skripsi dengan judul: Peran Yayasan

Griya Yatim dan Dhuafa dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa melalui

pendidikan keterampilan Di Bekasi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah

pada pendidikan keterampilan yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa di Bekasi.

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam

pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi?

2. Bagaimana harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam

pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi?

3. Bagaimana harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa

melalui pendidikan keterampilan di Bekasi?

4. Bagaimana keterkaitan antara tugas utama dan harapan Yayasan Griya

Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan

keterampilan di Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini

6

adalah:

a. Untuk mengetahui tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di

Bekasi.

b. Untuk mengetahui harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam

pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di

Bekasi.

c. Untuk mengetahui harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum

dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi.

d. Untuk mengetahui keterkaitan antara tugas utama dan harapan

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa

melalui pendidikan keterampilan di Bekasi.

2. Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat

sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis.

1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan memperoleh

kesarjanaan (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya memperkaya tipe-tipe

pengembangan masyarakat.

b. Manfaat Praktis: Dengan penelitian ini diharapkan akan mampu

membangun sebuah paradigma baru tentang disiplin pengembangan

masyarakat.

7

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek

penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau

pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

Kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J Moleong

adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.8

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam

pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif ini digunakan

karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci,

tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta memberi kemungkinan bagi

perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,

menarik dan unik bermakna dilapangan.9

Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian

karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan

hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara

jelas dari kondisi sebenarnya.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Dekriptif.

Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan

8Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2012) Cet. Ke-30. h. 4. 9 Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003). Cet Ke-2. h. 39.

8

berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan

tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara catatan lapangan,

catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.10

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah menunjuk pada orang/individu atau

kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.11

Adapun

yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah masyarakat

dan pengelola Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

Sedangkan objeknya adalah tentang peran dari Yayasan Griya

Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan

keterampilan. Artinya Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat

menentukan bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa untuk meningkatkan

kualitas hidupnya.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari Yayasan

Griya Yatim dan Dhuafa yang berkaitan tentang kegiatan

pemberdayaan kaum dhu‟afa.

b. Sumber data sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari buku-

buku, majalah, dokumen-dokumen maupun dari benda-benda tertulis

yang berhubungan dengan penelitian ini.

10

Ibid. h. 39 11

Sanapiah Fisal. Format-format Penelitian Sosial. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005). H. 109.

9

5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik penentuan

subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas

tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti dalam

sampling ini peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya

untuk dapat memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi

dimana peneliti mencari informasi.12

Peneliti memperoleh 4 (empat) orang yang akan diwawancarai,

untuk memperoleh sampelnya berdasarkan susunan masing-masing tingkat

jabatan. Adapun informasi yang diperoleh adalah mengenai Peran Yayasan

Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui

Pendidikan keterampilan. Untuk data pendukung, peneliti mewawancarai 2

(dua) orang anak binaan, untuk memperoleh 2 (dua) anak binaan, peneliti

memperoleh sampelnya berdasarkan susunan tingkat usia dan pendidikan

terakhir. Adapun informasi yang diperoleh menegenai proses resosialisasi

dan harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui

pendidikan keterampilan.

Berdasarkan pada kontek tersebut, maka peneliti memilih subyek-

subyek penelitian diantaranya:

Tabel 1

Subyek Penelitian

No Subyek Informasi yang Dicari Jumlah

12

Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003). Cet

Ke-1. h. 100.

10

1 Yayasan Griya

Yatim dan Dhuafa

Gambaran yayasan griya Yatim

dan dhuafa, latar belakang sejarah

beririnya Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa, pelaksanaan pembelajaran,

strategi pemberdayaan, faktor

penghambat dan pendukung

1

2. Pembina/Tutor Pelaksanaan pemberdayaan, faktor

penghambat dan faktor pendukung,

hasil yang dicapai, evaluasi

pembelajaran

1

3. Staf Yayasan Gambaran yayasam, latar belakang

sejarah yayasan, strategi

pemberdayaan, serta dokumentasi

2

4. Kaum Dhuafa

Yayazan Griya

Yatim dan Dhuafa

Pelaksanaan pemberdayaan, faktor

penghambat dan pendukug, hasil

yang dicapai

2

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran yang dipandang ilmiah dalam melakukan sebuah penelitian.

Ada beberapa hal yang peneliti lakukan dalam pencarian data, yaitu:

a. Observasi. Adalah merupakan teknik untuk menambah kecermatan

pengamatan atas beberapa fenomena yang terjadi terhadap subjek

penelitian dilapangan. Menurut E.C Wragg menjelaskan bahwa

observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang

memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial,

sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya

11

menjadi jelas.13

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi

untuk mengamati semua hal yang berhubungan dengan subjek

penelitian dilapangan. Yaitu masyarakat serta Yyasan Griya Yatim dan

Dhuafa.

b. Wawancara. Adalah merupakan suatu alat pengumpulam informasi

langsung tentang beberapa jenis data.14

Selain itu wawancara juga

sebagai salah satu bagian terpenting dalam setiap survai.15

Dalam

penelitian ini penulis akan mewawancarai pembina yayasan, pengurus

yayasan, staf yayasan dan beberapa peserta program guna memperoleh

data dan informasi tentang Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap

masalah yang diteliti. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang

berkenaan dengan peran dan pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu‟afa

melalui pendidikan keterampilan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

dengan pihak-pihak yang terkait.

c. Dokumentasi. Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan

mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan

serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa

untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan

majalah. Agenda kegiatan Yayasan, Rancangan Program (jangka

panjang dan jangka pendek) Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Foto,

Akta Notaris, dan lain-lain.

13

Nurul Hidayati S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,

(Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1, h. 8. 14

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49. 15

Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 207.

12

7. Analisis Data

Analisis data adalah menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti secara

langsung di lapangan. Analisis data adalah proses penyusunan data agar

bisa ditafsirkan dan memberikan makna. Model analisis yang dipakai

dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan

atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis

data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu

secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir

dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.16

8. Teknik Keabsahan Data

Teknik Keabsahan Data, Data yang telah digali, dikumpulkan dan

dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam

penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang

digunakan untuk menjaga keabsahan adalah sebagai berikut:

a. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan

Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan

inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya

dapat dicapai, kemudian mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-

hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan

ganda yang sedang diteliti.

Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan.

1) Ketekunan pengamatan

Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

16

A. Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

1994), Cet. Ke-1.

13

situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam

penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada

subyek penelitian yaitu, pembina yayasan, pengurus yayasan, staf

yayasan dan beberapa peserta program pemberdayaan. Sehingga

data yang didapat benar-benar valid, objektif, dan saling

mendukung untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (triangulasi).

2) Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Salah satu

teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan

sumber akan digunakan untuk membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan:

a) membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan di

lapangan, misalnya peneliti membandingkan hasil wawancara

subyek penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan

tentang program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

b) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti

14

membandingkan jawaban yang diberikan oleh Pembina, pengurus,

staf yayasan dengan jawaban wawancara dari peserta program

pemberdayaan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

c) membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang

berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara

tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut.17

b. Kriterium Kepastian

Mengutip pendapat Scriven, yang menyatakan bahwa masih

ada unsur „kualitas‟ yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini

dapat digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti dapat

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat

membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini

didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi terhadap subjek penelitian.18

9. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung mulai april 2014 sampai dengan

September 2014. Adapun lokasi penelitiannya di Yayasan Griya Yatim

dan Dhuafa yang beralamatkan di perum kranggan permai jl. Merak raya

Blok AP 1/8 Rt 001/105 kelurahan jatisampurna Bekasi.

Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

17

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:UIN Press), h. 74 18

Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). h. 166.

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan I Tahun 2007. Lokasi penelitian

itu sendiri akan dilakukan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa di Bekasi.

E. Tinjaun Pustaka

Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha

melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun karya ilmiah yang

relevan dengan topik penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya ilmiah

ini, penulis membandingkan isi skripsi nya dengan skripsi milik orang lain

yang isinya hampir menyerupai. Adapun tinjaun pustaka dalam penulisan

skripsi ini penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran Yayasan

Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendidikan

Keterampilan Di Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta

Utara” 2010, yang disusun Ari Kurniawan. Skripsi yang membahas tentang

pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan, yayasan kumala berperan

sebagai mediator, fasilitator, pendidik, sekaligus sebagai perwakilan bagi anak

jalanan yang mengupayakan anak jalanan dapat membangun hidup mereka

secara mandiri. Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang

lain terdapat pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan

kaum dhuafa.

Skripsi kedua, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran

Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Dalam Peningkatan Kesejahteraan Warga

Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di Kelurahan Koja Jakarta

Utara Tahun Pelaksanaan 2011-2012” 2012, yang disusun Hidmatullah.

Skripsi yang membahas tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat

melalui program keluarga harapan (PKH) yang diadakan oleh pemerintah

16

dapat membantu masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan atau

RTSM mendapatkan kehidupan yang lebih baik karena mereka dapat

menyekolahkan anaknya dengan dana yang diberikan oleh pemerintah. Untuk

membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada

subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa.

Skripsi ketiga, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran

Sekolah Alam Kandank Jurank Doank Dalam Pengembangan Kreativitas

Anak Di Kelurahan Jurang Mangu” yang disusun oleh Trijadi Risnanto.

Skripsi ini membahas tentang Peran Sekolah Alam Kandang Jurank Doank

dalam pengembangan kreativitas anak. Salah satu langkah menyelamatkan

generasi penerus bangsa ini adalah dengan membekali mental anak-anak

dengan pendidikan yang memiliki nilai tepat guna dan langsung pada sasaran.

Yaitu dengan memberikan mereka keleluasaan untuk berkreativitas setinggi

dan sebanyak mungkin tanpa mengekang mereka dengan peraturan yang kaku.

Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat

pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa.

F. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pembahasan dan penulisan hasil penelitian ini,

maka penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan

mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada.

Sistematika skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (lima) bab,

dan masing-masing bab akan dibagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

17

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan teoritis tentang peranan, dhua‟afa, pemberdayaan,

terdiri dari beberapa sub, pengertian peranan, tinjauan

sosiologis tentang peranan, pengertian dhu‟afa, ruang lingkup

dhu‟afa. Sub berikutnya pengertian tentang pemeberdayaan.

Langkah-langkah pemberdayaan kaum dhu‟afa.

BAB III Gambaran umum tentang Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

dengan uraian latar belakang berdirinya yayasan, struktur

organisasi, tujuan berdirinya yayasan dan program-

programYayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Sub berikutnya

bentuk pemberdayaan kaum dhu‟afa yang di lakukan

diYayasan Griya Yatim dan Dhuafa serta hambatan yang

dihadapi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pelaksanaan

pemberdayaan kaum dhu‟afa.

BAB IV Peranan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam

pemberdayaan kaum dhu‟afa yang terdiri dari beberapa sub.

Apa saja kegiatan yang di lakukan oleh Yayasan Griya Yatim

dan Dhuafa,bagaimana kegiatan tersebut dapat di laksanakan,

hambatan yang dihadapi yayasan, dan sejauh mana kegiatan

pemberdayaan memberi manfaat bagi masyarakat.

BAB V Penutup, dalam hal ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.

18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran

Pengertian Peran

Peran (role) merupakan istilah sosiologi yang mengandung pengertian

yang memiliki aspek dinamis (kedudukan dan status). Apabila seorang atau

(lembaga) melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka dia menjalankan suatu peranan.1 Peranan mencakup 3 (tiga) hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.2

Pengertian peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus

dilaksanakan. Peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.3 Dengan kata lain,

seseorang dikatakan dapat memainkan peranannya apabila mempunyai status

dalam masyarakat.

Tidak sekedar memiliki status, namun seseorang tersebut harus dapat

menjalankan harapan-harapan masyarakat. Seperti yang dikatakan Gross

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005) Cet. Ke-38, h. 243. 2Ibid, h. 244.

3Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4. Ed. Ke-3. h. 854.

19

Mason dan A.W Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry

mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan

pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Menurutnya pula

bahwa harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma

sosial.4 Berdasarkan hal tersebut maka norma-norma sosial dan harapan-

harapan yang dimaksud ditentukan oleh masyrakat.

Didalam peranannya terdapat dua macam harapan yaitu: pertama,

harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua, harapan-

harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari

pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang

berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-

kewajibannya.5

Dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan berperan apabila

telah memiliki status. Di dalam status tersebut terdapat tugas-tugas yang

sebelumnya disusun berdasarkan harapan-harapannya, namun harus sesuai

dengan harapan masyarakat.

B. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan

keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksananya

sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi

dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar.

Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan

kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan

4 N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern, Exploration Role Analiysis dalam David

Barry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet, Ke-3,

h. 99. 5 Ibid, h. 104.

20

upaya membangkitkan partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa

dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat

akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.

Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di

daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Masyarakat

sebagai kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan

kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada

masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi

kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki

anak dengan kebutuhan pendidikan dan keterampilan yang minim.

Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah

masyarakat atau community dalam bahasa inggris atau juga komunitas. Secara

etimologis community berasal dari communitat yang berakar pada communete

atau common.6 Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki rasa satu

kesatuan satu sama lain dikarenakan adanya interaksi untuk saling berbagi

identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan

biasanya berada di dalam satu tempat yang sama.

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

proses, cara, serta perbuatan memberdayakan.7

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata Power (kekuasaan atau keberdayaan).

6 H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang:

ALQAPRINT, 2006), Cet. Ke-1, h. 4. 7 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 242.

21

Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai

kekuasaan. Kekuasaan sering kali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk

membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari

keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa

kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Kekuasaan senantiasa

hadir dalam konteks relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan

kekuasaan dapat berubah, dengan pemahaman seperti ini, pemberdayaan

sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang

bermakna.8

Menurut Gunawan Sumodiningrat pemberdayaan adalah upaya

untuk membangun daya yang dimiliki dhua’afa dengan mendorong,

memberikan motivasi, serta berupaya untuk mengembangkannya.9

Selaras dengan pengertian di atas Shardlow melihat bahwa

berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya

membahasa bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

memebentuk masa depan sesuai dengan keinginana mereka. Dalam

kesimpulannya Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai

suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Blesek yang dikenal

di bidang pendidikan ilmu kesejahteraan sosial dengan nama Self

Determination, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang

pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya

8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial (Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 57. 9 Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat,

(Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165.

22

mendorong klien untuk menentukan sendiri apayang harus ia lakukan

dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi

sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam

membentuk hari depannya.10

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku sosiologi pedesaan yang

ditulis oleh Syamsir Salam menegaskan, bahwa pemberdayaan sebagai

strategi pembangunan adalah upaya untuk membangun daya dengan

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Memberdayakan

masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan

diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,

memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan masyarakat.11

Sesuai dengan pemberdayaan kaum dhu’afa pada tulisan ini

pemberdayaan adalah usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat

kaum dhuafa untuk melepaskan diri dari ketidakberdayaan agar

mempunyai kemampuan dan kemandirian untuk menjalani hidup yang

lebih baik lagi, sehingga mereka dapar hidup normal ditengah-tengah

masyarakat.

Menurut Ife Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni

kekuasaan dan kelompok lemah, kekuasaan di sini diartikan bukan hanya

menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan

atau penguasaan klien atas:

10

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2001), h. 33. 11

Syamsir salam, Sosiologi Pedsaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah, 2008), h. 234.

23

a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup yaitu

kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya

hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.

b. Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan

selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan yaitu kemampuan untuk mengekspresikan dan

menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas

tanpa tekanan.

d. Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga

kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan.

e. Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber

formal, informal dan kemasyarakatan.

f. Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola

mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

g. Reproduksi yaitu kemampuan dalam kaitannya denga proses kelahiran,

perawatan fisik, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Pemberdayaan masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan

dari pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi pendidikan massa

(Mass Education) dan berbasis pada bidang pekerjaan sosial, serta

memiliki kemiripan cakupan dengan pendidikan luar sekolah, namun

pengembangan masyarakat berkembang menjadi disiplin ilmu mandiri.12

Menurut Suhartini pemberdayaan biasanya menggunakan strategi

bottom up. Artinya, masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses

12

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 59.

24

perencanaan sampai pada pelaksanaan, dengan demikian disamping

menjadi objek, masyarakat juga menajdi subjek dan pelaku pembangunan

yang merupakan bagian dari proses perubahan sosial.13

Menurut beberapa ahli dalam Edi Suharto pemberdayaan bertujuan

untuk:

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang

yang lemah atau tidak beruntung.

b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan

mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga

yang mempengaruhi kehidupannya.

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali

kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai/berkuasa atas

kehidupannya.14

Dari berbagai pengertian yang ada, maka penulis menarik

kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang

dilakukan untuk membuat masyarakat semakin berdaya dengan melibatkan

masyarakat sebagai subjek sehingga mereka mempunyai kekuatan dengan

cara mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, yang dapat

dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan agar mempunyai modal untuk

hidup mandiri.

13

Rr. Suhartini, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi

Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 133. 14

Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 58.

25

2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat

diantaranya adalah:

a. Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (community

worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antara anggota

agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan apa yang

dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.

b. Assesment. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah dan

sumber daya yang dimiliki klien/masyarakat, assessment ini dapat juga

dilakukan dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan,

weaknes/kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan.

c. Tahapan Perencanaan Program. Pada tahap ini agen perubahan

mencoba melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang

mereka hadapi dan berusaha mencari solusi terhadap masalah tersebut.

d. Tahap Formulasi Aksi. Dalam tahap ini agen perubahan membantu

kelompok masyarakat untuk menentukan program dan kegiatan yang

akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan masyarakat.

e. Tahap Pelaksanaan Program/kegiatan. Pada tahap ini agen perubahan

membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang

telah direncanakan.

f. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubahan bersama peserta dari

kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap program-

program yang sudah dilaksanakan dan mengawasinya.

g. Tahap Terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja

secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi

26

pada program pemberdayaan dilakukan di akhir kegiatan berupa focus

group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh kegiatan.15

Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas Suhartini membagi

tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu:

a. Membantu masyarakat dalam menemukan masalah.

b. Melakukan analisis/kajian terhadap permasalahan tersebut secara

mandiri/partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara curah

pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan

pertemuan warga secara periodik/terus menerus.

c. Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap

masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.

d. Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain

dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.

e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi.

f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk

dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.16

Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep

Usman Ismail dikutip dari bukunya Isbandi mengambarakan 5 tahapan

utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan

dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua, mendiskusikan alasan

mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan. Ketiga,

15

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 244. 16

Rr. Suhartini, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi

Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 135.

27

mengidentifikasikan suatu masalah atau projek pemberdayaan. Keempat,

mengidentifikasikan basis daya yang bermakna bagi pemberdayaan. Kelima,

mengembangkan rencana-rencana aksi pemberdayaan dan

mengimplementasikannya.17

3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan.

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat

atau membangun masyarakat untuk memajukan diri kearah yang lebih baik

secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat

adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat yang berarti masyarakat

diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi

dirinya.18

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,

baik karena internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena

eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).19

Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama,

proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada

masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya

(survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya

membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian

mereka melalui organisasi. Kecenderungan atau proses yang pertama

tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna

17

Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,

(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.10. 18

Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung:

Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h. 39. 19

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 60.

28

pemberdayaan. Kedua, atau kecenderungan sekunder, menekankan pada

proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang

menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Diantara kedua proses

tersebut saling terkait. Agar kecenderungan primer dapat terwujud,

seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.20

C. Pengertian Dhuafa, Fakir dan Miskin

1. Pengertian Dhuafa.

Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk

jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu,

dhu’fan atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian,

lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks

pembahasan ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah.

Menurut Al-Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah

yang berarti kuat. Kemudian menurut imam khalil, pakar ilmu nahwu,

istilah dhu’fu biasanya dimaksudkan untuk menunjukkan lemah fisik,

sedangkan dha’fu biasanya digunakan untuk menunjukkan lemah akal.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib Al-Ashfahani

didalam kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna

dan maksud istilah dhi’af-an pada surat annisa ayat 9 sebagai berikut:

20

Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama

Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 43.

29

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar.

Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa

pengertian:

Pertama, dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya,

bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka

memiliki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan

yang bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana

dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus

memperhatikan syarat halalan thayibba, yakni halal secara ilmu fikih dan

berkualitas bagi kesehatan tubuh.21

Sejalan dengan ini Sajogyo

menjelaskan seseorang belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi

standar protein dan kalori tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan

minimum untuk hidup di ukur dengan pengeluaran untuk makanan setara

2.100 kalori perkapita perhari.22

Kedua, dha’if fi al-aqly yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya

setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya

kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada

potensi anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru,

dan orang dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan

potensi kecerdasan mereka.

21

Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,

(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.19. 22

Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC,

1999), h. 10

30

Ketiga, dha’if al-hali lemah karena keadaan sosial ekonomi yang

dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga ini

adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik,

keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan

untuk mendapat informasi dan peluang pengembangan diri. (2)

kelemahan itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial.

Anak-anak yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas

dan memiliki keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh

kelemahan bemtuk ketiga. Seorang muslim selain diperintahkan agar

senantiasa meningkatkan ketakwaannya kepada Allah, juga sangat

ditekankan agar tidak membiarkan generasi yang lemah dilingkungan

terdekatnya, terutama kaum dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak

jalanan, dan anak-anak terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang

termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Dapat disimpulkan menurut al-ashfahani, pengertian dhu’afa yang

berakar dari kata dha’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala

perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian lemah: lemah

secara fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan

ilmu/kurang pendidikan, lemah iman/keyakinan, dan lemah jiwa.

Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang

mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur,

lanjut usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan.23

23

Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,

(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.18-19.

31

Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah,

orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa

yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah

dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-

orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang,

2. Pengertian Fakir dan Miskin

Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut

istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya

dalam bentuk jamak, masakin sebanyak 12 kali. Jadi secara keseluruhan

Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi

kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar

hurufnya terdiri atas s-k-n. perkataan sakana mengandung arti diam,

tetap, jumud, dan statis. Al-ashfahani mendefinisikan miskin adalah

seorang yang tidak memiliki apapun.

Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang

atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu tidak berhasil

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi

kecerdasan, mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat

langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,

memiliki dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki

sesuatu apapununtuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin

memiliki tenaga untuk bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan

dirinya untuk menjadi pekerja yang terampil. Orang miskin juga memiliki

32

potensi untuk mengembangkan dirtinya tetapi tidak berhasil menjadi

pekerja yang ulet. Mereka memilih pola hidup sakana yang berarti diam,

jumud dan statis tidak mengembangkan skill atau keterampilan dan

keahlian dalam hidupnya karena malas. Akibatnya miskin.24

Namun menurut Gunawan Sumodiningrat dalam bukunya

kemiskinan teori, fakta dan kebijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya

disebabkan karena seseorang diam, apatis, malas dan tidak

mengembangkan skillnya yang di istilahkan dengan kemiskinan

cultural/culture of poverty, akan tetapi juga seseorang menjadi miskin

karena lebih bersifat hambatan kelembagaan atau strukturnya memang

bisa menghambat seseorang untuk meraih kesempatan-kesempatannya

sehingga masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber

pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.25

Menurut Tadjuddin

Noer Effendi kemiskinan ini meliputi kekurangan fasilitas pemukiman

yang sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunai

sekitarnya, kekurangan perlindungan dari hukum dan pemerintah.26

Selanjutnya Sajogyo dalam Mustofa (2010) menggunakan satuan

kilogram beras ekuivalen untuk menetukan criteria batas garis kemiskinan

penduduk.

a. Sangat Miskin

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka

yang mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240 kg beras

24

Ibid, h. 20. 25

Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC,

1999), h. 16. 26

Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 203.

33

ekuivalen setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di

perdesaan, dan mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg

beras untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.

b. Miskin.

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka

yang mempunyai penghasilan setara dengan 240 kg beras sampai 320

kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka

yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras sampai 480 kg beras

pertahun untuk penduduk yang tinggal di kota.

c. Hampir Cukup.

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka

yang mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg

beras pertahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yng

mempunyai penghasilan setara 480 kg beras sampai 720 kg beras

pertahun untuk penduduk yang tinggal di kota.

d. Cukup.

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka

yang mempunyai penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras

setiap orang selama setahun di daerah perdesaan, dan mereka yang

mempunyai penghasilan setara 720 kg beras setiap orang selama

setahun untuk daerah perkotaan.27

Sementara itu, istilah di dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa

kata bahasa arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam bentuk

jamak yang secara kebahasaan, menurut Al-Raghib Al-Ashfahani,

27

Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab

Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, (Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 30.

34

memiliki empat pengertian. Pertama, perkataan fakir berarti orang yang

membutuhkan Allah. Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang

berkenaandengan eksistensi manusia, yakni bahwa setiap manusia secara

universal membutuhkan allah sebagaiman dinyatakan di dalam ayat

berikut:

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah

yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.

Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian bahwa

setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan fisik-

biologis lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketiga,

perkataan faqir berarti tidak memiliki, tidak mengakses, dan tidak

mendapatkan Sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi

kebutuhan hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni

membutuhkan pertolongan dan bantuan dari yang memiliki kemampuan.

Keempat, perkataan faqir berarti faqir al-nafs, yakni jiwa yang tidak

memiliki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk

pengayaan batin.28

Para ulama fikih seperti Imam Hanfi berpendapat bahwa fakir

adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak ada yang

memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’I

berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi

kebutuhan dasar. Sementara itu, oarng miskin adalah orang yang memiliki

28

Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,

(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.20-21.

35

pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi

kebutuhannya sehari-hari.29

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah fakir dan

miskin pada dasarnya sama yakni seseorang yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya karena keterbatasan mereka. Namun antara

fakir dan miskin ada derajat yang membedakan yakni istilah fakir lebih

rendah derajatnya dibandingkan dengan istilah miskin.

D. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Arti pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan.30

Sementara itu, dalam Undang -

undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.31

29

Hasan Shadili, (ed), Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7,

(Jakarta: PT ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977. 30

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 263. 31

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

(Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. Ke-1 h. 50.

36

Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan, sebagai

berikut:

a. Menurut M. Arifin bahwa pendidikan adalah usaha orang dewasa

secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadiannya

serta kemampuan dasar didik, baik dalam pendidikan formal maupun

non formal.32

b. Menurut Zuhairini bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan.33

c. S.A. Branata, dkk pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik

langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu

anak dalam perkembngannya mencapai kedewasaan.34

Defines pendidkan tersebut sejalan dengan GBHN (Garis-garis besar

Haluan Negara) dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973) dikatakan

bahwa: pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekolah dan berlangsung seumur hidup. Menurut ketentuan umum, Bab 1

Pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun

1989, menjelaskan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan

atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

32

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama, Lingkungan Sekolah dan Orang

Tua Murid, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), h. 14. 33

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-11, h. 150. 34

M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2005), Cet. Ke-1,

h. 6.

37

Dengan demikian dalam prakteknya usaha pendidikan atau usaha

sadar untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik

tersebut harus dilakukan melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan atau

pembiasaan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan kepribadian dan

kemampuan peserta didik ke tingkat kedewasaan dan hal ini dilakukan di

dalam atau di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.35

2. Jenis-jenis Pendidikan.

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (pasal 1, ayat 9).

Dan pada pasal 15 dijelaskan jenis pendidikan mencakup

pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan

khusus.

Berdasarkan penjelasan UU SISDIKNAS Nomor 20 tahun 2003,

pengertian jenis-jenis pendidikan tersebut sebagai berikut:

a. Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang

mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

b. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu.

c. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana

dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin

ilmu pengetahuan tertentu.

35

M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2005), Cet. Ke-1,

h. 7.

38

d. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah prigram

sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memilih pekerjaan

dengan persyaratan keahlian khusus.

e. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan

peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan

tertentu maksimal setara dengan program sarjana.

f. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan

tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan

peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama

dan atau menjadi ahli ilmu agama.36

g. Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk

peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki

kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa

satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

E. Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Imdonesia, Keterampilan berasal

dari kata terampil yang berarti kecakapan dalam menyelesaikan tugas.37

Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak

didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan

pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik

merupakan satuan kesatuan yang utuh.38

Dari pendapat Gulo dapat

36

Ibid, h. 98. 37

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 1180. 38

W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51.

39

diketahui bahwa suatu keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya

kemauan, sikap dan pengetahuan yang dimiliki seseorang, sehingga aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang.

Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia.

The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut:

keterampilan adalah kegiatan mengusai sesuatu keterampilan dengan

tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan

kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang

yang memahami semua asas, metode pengetahuan dan teori dan mampu

melaksanakan praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.39

Dengan memerhatikan konsep keterampilan menurut The Liang

Gie di atas dapat dikemukakan bahwa keterampilan merupakan suatu

pemahaman seseorang akan suatu metode, cara dan teknik, serta

pengetahuan dan teori dan seseorang tersebut dapat mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari atau dalam organisasi atau lembaga tertentu

yang dapat menunjukkan kalau seseorang itu mempunyai keterampilan.

Menurut Littre di dalam buku Maurice Duvenger, bahwa

pengertian keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatau

kemahiran atau manufaktur khusus.40

Maksudnya keterampilan dengan

berbagai penemuan yang direncanakan manusia dengan menggunakan

alat-alat, mesin dan sebagainya yang memberikan peserta penguasaan

terhadap materi yang diberikan.

39

Drs Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi:

Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 70. 40

Maurice Duvenger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 79.

40

Menurut Syamsuar Mochtar, keterampilan adalah cara memandang

siswa serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan

dalam kegiatan belajar-mengajar yang memerhatikan perkembangan

pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sabagai

satu kesatuan baik berupa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya,

yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam

bentuk kreativitas.41

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan

keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan peserta dapat

belajar hidup mandiri dalam melaksanakan keterampilan.

2. Jenis-jenis Keterampilan.

Mengenai keterampilan menurut Sardiman A.M dalam Ari

Kurniawan ada dua jenis keterampilan umumnya meliputi:

a. Keterampilan Jasmani, yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan

diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau

penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

b. Keterampilan Rohani, yaitu ketereampilan yang menyangkut

persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta

kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau

konsep.42

41

Drs. A. Samana, Mpd, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), h. 111.

42 Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui

Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 53.

41

Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa

keterampilan (skill) adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu

dengan baik. Karena itu keterampilan dan keahlian berkembang secara

terus-menerus dan mengalami pengulangan. Skill adalah kemampuan

tentang bagaimana dan apa saja yang dikerjakan. Skill memerlukan

perhatian yang sangat serius dari peserta didik, akan tetapi mengalami

(melihat) sendiri secara langsung merupakan hal yang lebih penting. Guru

terbaik adalah pengalaman sepanjang hidup, dan kesalahan yang segera

diperbaiki merupakan perbaikan diri yang luar biasa. 43

43

Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama

Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 29-30.

42

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

1. Sejarah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Berawal dari rasa galau beberapa founding father yayasan GYD

melihat kondisi anak-anak yang terpaksa putus sekolah atau tidak sekolah

sama sekali karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah

kampung Dadap, pemukiman kumuh persis ditengah-tengah megahnya

perumahan Bumi Serpong Damai. Setelah beberapa kali mengadakan

pertemuan, dibentuklah lembaga sosial yang concern pada masalah sosial

khususnya anak-anak. Dengan menempati sebuah rumah di Jl. Magnolia 1

sektor 1.2 BSD yang digunakan juga sebagai asrama yatim dan dhuafa

terbentuklah organisasi sosial yang bernama Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa.

Pada awal berdirinya, GYD dengan 6 orang karyawan menampung

9 orang anak yang tinggal diasrama dan membina sekitar 15 anak yang

semuanya berasal dari kampung Dadap. Karena dukungan masyarakat

yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini

lebih baik dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa,

santunan kesehatan, layanan donasi barang layak pakai dan lain-lain.

Animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan ternyata

cukup besar. Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan

bahkan untuk kiprah yang lebih luas. Hanya berselang beberapa bulan,

tepatnya bulan agustus 2009 asrama kedua di Jl. Elang Raya-Bintaro jaya

43

dibuka. Pada akhir tahun 2009 GYD telah membina lebih dari 100 anak.

Pertumbuhan asrama meningkat. Kantor pelayanan dibuka

didaerah bintaro. Ekspansi mulai melebar ke Jakarta dan Bekasi dengan

dibukanya asrama ketiga di Cibubur Jakarta timur dan asrama keempat di

Kranggan Bekasi. Dimulainya pembangunan sistem teknologi informasi

untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah

tersambung secara online. Website Error! Hyperlink reference not valid.

disempurnakan, menggantikan alamat situs sebelumnya di

www.griyayatim.org.

Menjelang akhir tahun 2010, renegarasi puncak pimpinan

diestafetkan dari Adi Prabowo beralih ke Haryono. Babak sejarah baru

dimulai, GYD melakukan serangkaian adaptasi dan perubahan terkait visi,

misi, dan value yang menjadi budaya di GYD. Pembelajaran untuk

menjadi organisasi yang amanah dan professional terus dilakukan, salah

satunya dengan penguatan program-program peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui pelatihan, training, seminar, dan lain-lain. Pada

akhir tahun 2010 GYD membina lebih dari 800 binaan yang terdiri dari

anak yatim dan dhuafa, janda tua dan lansia serta mengasuh ±50 anak yang

tinggal diseluruh asrama yatim dan dhuafanya.

Implementasi program GYD mulai difokuskan hingga mengerucut

pada lima induk yaitu pendidikan, sosial, pemberdayaan, kemanusiaan dan

lingkungan. Daerah yang ada disekitar asrama GYD difokuskan untuk

penyaluran yang terintegrasi dibidang pendidikan, sosial, kesehatan,

pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu.

44

Dengan bantuan koordinator mustahik sebagai pendamping. KBA

(komunitas berbasis asrama) menjadi pusat penyaluran program sehingga

lebih terukur dan terkontrol. Pada peringatan Milad kedua tanggal 9 juni

2011, Griya Yatim dan Dhuafa melaunching logo dan identitas barunya

menggantikan logo sebelumnya.

Atas inovasi yang dilakukan dalam pola mengasuh dan

memberdayakan anak yatim dan dhuafa, GYD mendapat pengakuan dari

museum rekor Indonesia (MURI) sebagai lembaga sosial pertama di dunia

yang menggunakan kartu ATM dalam menyalurkan bantuan kepada

penerima manfaatnya. Sebagai lembaga yang mengusung misi amanah dan

professional, atas inisiatif sendiri GYD juga telah diaudit oleh institusi

akuntan publik dan pada audit perdananya ini GYD berhasil memperoleh

predikat “wajar tanpa pengecualian”.

GYD bertekad agar di tahun ini dan seterusnya keberadaannya

dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia termasuk dengan pembukaan

jaringan atau asrama dan kantor pelayanan di 10 propinsi. Dengan

keyakinan kuat untuk bisa memberikan manfaat yang semakin besar, GYD

berdaya upaya untuk menjadi organisasi dhuafa meraih masa depannya

yang lebihbaik.1

Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa mempunyai maksud dan tujuan

dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Untuk mencapai maksud

dan tujuan tersebut yayasan menjalankan kegiatan sebagai berikut:

1 Buku Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa.

45

a. Di bidang Sosial, diantaranya:

1) Menyediakan fasilitas pelayanan bagi panti asuhan, panti jompo,

dan panti werda.

2) Mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan laboratorium.

3) Mengadakan studi banding.

b. Di bidang Kemanusiaan, diantaranya:

1) Memberikan bantuan kepada anak-anak yatim piatu, fakir miskin,

korban bencana alam, dan pengungsi.

2) Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah

duka.

3) Menjalankan kegiatan dalam rangka perlindungan hak asasi

manusia dan pelestarian lingkungan hidup.

4) Memberikan bantuan dalam bentuk pengobatan, perawatan,

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

5) Memberikan bantuan kepada, penyuluhan, bimbingan serta

kegiatan yang terkait untuk rehabilitasi narkoba.

6) Memberikan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan

gelandangan.

7) Memberikan perlindungan kepada konsumen.

8) Melestariakan lingkungan hidup.

c. Di bidang Keagamaan, diantaranya:

1) Menyelenggarakan kelompok bimbingan haji dan umroh.

2) Mendirikan saran ibadah.

3) Melaksanakan syiar keagamaan melalui buku-buku rohani, kaset,

46

majalah-majalah, buletin-buletin, dan bacaan-bacaan rohani yang

tidak dapat diperjualbelikan.

4) Studi banding keagamaan.

2. Visi Misi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

a. Visi

Menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan masa

depan yatim dan dhuafa.

b. Misi

1) Pemberdayaan potensi Yatim dan Dhuafa

2) Menjadi fasilitator yang memiliki integritas

3) Menjadi organisasi yang professional dan modern

4) Menjadi organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.2

3. Letak Geografis.

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa berlokasi di perum kranggan

permai jl. Merak raya Blok AP 1/8 Rt 001/105 kelurahan jatisampurna

Bekasi Telepon 021-85532234, website www.griyayatim.com secara

geografis lokasi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat strategis.

Letaknya tidak jauh dari jalan raya, sehingga mudah diakses bagi seluruh

karyawan dan para donatur.

4. Program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

a. Program Pendidikan

1) Gema (Generasi Mandiri Yatim Dhuafa)

Merupakan program pembinaan yang dikhususkan kepada

anak-anak yatim maupun dhuafa yang tinggal di asrama-asrama

GYD. Pembinaan ini meliputi pembinaan di bidang agama,

2 AKTA NOTARIS Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa.

47

akademis maupun pelatihan life skill, tujuan dari pembinaan ini

adalah agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.

2) Basis (Beasiswa Untuk Berprestasi)

Merupakan program beasiswa yang diberikan kepada anak

yatim dan dhuafa berprestasi baik yang tinggal di asrama (mukim)

maupun yang tidak tinggal di asrama (non mukim).

3) Segar (Sekolah Gratis Bagi Anak Yatim dan Dhuafa)

Merupakan program santunan pendidikan (penuh) yang

diberikan kepada anak-anak asuh yatim maupun dhuafa dalam

bentuk biaya sekolah maupun perlengkapan sekolah, saat ini

program SEGAR baru diperuntukkan untuk anak usia sekolah dari

jenjang SD sampai SMP.

b. Program Sosial

1) Si Balap (Donasi Barang Layak Pakai)

Merupakan program santunan berupa barang-barang layak

pakai seperti komputer, perangkat elektronik, buku-buku, mainan

anak-anak dan lain-lain.

2) Bendistore (Bekas Namun Trendi)

Unit usaha sosial yang menerima dan memasarkan barang-

barang bekas bernilai yang diperoleh dari donasi para donatur

termasuk titipan dari para pemilik barang yang menitipkan

barangnya untuk dipasarkan melalui gerai bendistore. Hasil

penjualan barang-barang bekas akan disalurkan kepada yang

kurang beruntung melalui program kemanusiaan, kesehatan, dan

pendidikan.

48

3) Sempati (Santunan Peduli Anak Yatim Dhuafa non Panti)

Merupakan program santunan regular tiap bulan yang diberikan

kepada anak-anak yatim dan dhuafa yang tidak tinggal di asrama

(non mukim).

4) Kasifa (Kotak Solidaritas Yatim dan Dhuafa)

Merupakan program santunan melalui kotak amal yang

ditempatkan di tempat-tempat umum seperti tempat perbelanjaan,

toko, rumah makan, kantor, dan lain-lain.

5) Bina Lansia

Merupakan program sosial Griya Yatim dalam pembinaan dan

santunan kepada para Dhuafa lanjut usia.

c. Program Pemberdayaan

1) Pekan (Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Yatim dan Dhuafa)

Merupakan program pembinaan dalam bentuk pelatihan life

skill seperti teknisi komputer, HP, sepeda motor, kursus menjahit,

merangkai bunga, dan lain-lain. Program ini diperuntukkan bagi

anak-anak yatim maupun dhuafa yang sudah remaja baik yang

tinggal diasrama maupun tidak tinggal diasrama.

2) Si Mantap (Aksi Dhuafa Mandiri Bangkit dan Produktif)

Merupakan program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan

oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dengan sasaran bunda

yatim dan para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil mereka.

Program ini berbentuk pemberian modal usaha dan pelatihan

keterampilan kewirausahaan.

49

3) Smart Leadership Center

Merupakan program pelatihan dan pengembangan sumber daya

manusia yang sasarannya adalah remaja-remaja dhuafa dari umur

13 tahun.

d. Program Kemanusiaan.

1) GDR (GriyaYatim Disaster Relief)

Merupakan program kemanusiaan Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa yang dikhususkan untuk anak-anak yatim dan dhuafa di

daerah bencana karena saat ini Indonesia masih menjadi salah satu

Negara yang sangat rawan terhadap bencana.

2) GYD Sehat

Merupakan program sosial Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

yang dikhususkan bagi keluarga dhuafa. Program ini berbentuk

pemeriksaan kesehatan, pengobatan gratis, dan penyuluhan

kesehatan bagi yang memerlukan.

3) GYD Hijau

Merupakan program yang ditujukan kepada segenap karyawan

dan anak-anak asuh yang tinggal diasrama sebagai bentuk

komitmen GYD terhadap upaya pelestarian lingkungan. Program

ini bukan saja diberlakukan dalam lingkungan GYD saja tetapi

juga diberlakukan diluar lingkungan GYD.

e. Program Wakaf

Wakaf LEC (Life Skill dan Education Center)

50

Merupakan program wakaf untuk pembebasan dan pembangunan

fasilitas life skill dan education center beserta asrama yatim dan

dhuafa. Lokasi pembebasan Jl. Rawa buntu Blok Y No. 3 BSD sektor

1.2.

B. Struktur Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki struktur kepengurusan

agar program yang ada di yayasan bisa berjalan dengan baik. Struktur

yayasan terdiri dari: Pembina, Dewan Syaraiah, Ketua Yayasan,

Sekretaris, Bendahara, HRD, Funding, Humas, Operational, dan Wakaf.

Gambar 1

Struktur Organisasi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Sumber: Buku Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

51

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa merupakan lembaga sosial yang ingin

menjadi organisasi terbaik dalam pengasuhan dan pemberdayaan anak yatim dan

kaum dhuafa, oleh karena itu Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa menjembatani

kepedulian para dermawan kepada anak-anak yatim dan dhuafa melalui program

pendidikan dan keterampilan untuk membantu mewujudkan harapan-harapan

mereka. Program tersebut akan diuraikan dan dianalisa dari hasil observasi oleh

penulis sebagai berikut.

A. Tugas Utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan

Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan.

Tidak semua orang mempunyai nasib yang sama, ada di antara kita

orang-orang yang memiliki nasib di bawah kemampuan untuk mencapai

kelayakan hidup yaitu anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Yatim dan dhuafa

merupakan masalah sosial yang harus kita selesaikan bersama. Salah satu

solusinya adalah memberdayakan mereka sehingga mereka mampu untuk

mandiri dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang dapat mereka

manfaatkan sebagai bekal hidup di masa depan.

Kaum dhuafa berhak untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah

dan lingkungan sekitar sebab masalah ini membutuhkan solusi yang sangat

efektif bagi pertumbuhan hidup mereka khususnya dalam hal bidang

pendidikan, mental, dan keterampilan. Oleh sebab itu kami tidak hanya

memberikan bantuan materi, kami juga memperhatikan hal-hal yang sangat

dibutuhkan oleh mereka anak-anak yatim dan dhuafa.

52

Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tarjuni: Dalam program-

program kami di antaranya yaitu sekolah gratis dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan, memberikan beasiswa kepada

anak-anak yang berprestasi, program GEMA (Generasi Mandiri

Yatim Dhuafa) yang ada di lingkungan asrama saja, sedangkan untuk

keterampilannya kami menyelenggarakan program PEKAN

(Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Yatim dan Dhuafa), masih ada

juga seperti pelatihan bengkel, dan tata boga.1

Apa yang dikatakan Bapak Tarjuni tentang program dan kegiatan

yayasan sesuai dengan pengamatan penulis dilapangan yaitu adanya sekolah

gratis, program beasiswa, program pelatihan keterampilan, serta pelatihan

bengkel dan tata boga, sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.

Kaum dhuafa di masing-masing daerah memang merupakan masalah

yang sangat butuh perhatian, kaum dhuafa ini mempunyai berbagai macam

masalah yang berbeda-beda.

Sebab pemicu ketidakmampuan mereka dalam hal materi bukan hanya

berdasarkan atas pengangguran belaka, melainkan ada banyak faktor penyebab

yang menjadikan mereka tidak mampu menopang kebutuhan hidup mereka.

Tugas utama yang dilakukan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

terhadap anak-anak yatim dan kaum dhuafa diantaranya:

1. Pendidikan Formal

Tugas ini merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah

laku bagi anak-anak yatim yatim dan kaum dhuafa dalam usaha

mendewasakan melalui upaya pengejaran dan pelatihan.

2. Pendidikan Non Formal

Tugas ini memberikan sebuah pelatihan keterampilan yang

1 Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20

Mei 2014 di kantor yayasan GYD

53

ada diyayasan seperti smart leadership, pelatihan handphone, serta

pelatihan otomotif, sehingg anak-anak mempunyai keahlian dalam

dirinya.

3. Melatih Bakat

Tugas ini melatih kepada anak-anak agar bakat yang ada

dalam dirinya bisa keluar untuk menjadi keahlian bagi dirinya,

sehingga dapat mereka manfaatkan sebagai bekal hidup di masa

depan.

4. Kesadaran Sosial

Tugas ini mendidik anak-anak untuk mempunyai jiwa

sosial atau saling membantu kepada sesama dengan cara

menanamkan nilai-nilai kebersamaan, yakni saling tolong

menolong, saling toleransi, serta saling menyayangi.

Untuk menangani masalah sosial ini Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

melakukan suatu studi yang cermat, melalui pengkajian yang mantap sehingga

program yayasan dalam pemberdayaan anak-anak yatim dan dhuafa dapat

memiliki efektifitas yang tepat, yaitu melalui tahap pendataan pedagang-

pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga yayasan GYD dapat

membina warung-warung kecil kemudian diberikan modal dengan tetap

adanya kontrol dari yayasan.

Di samping yayasan GYD melakukan pendataan para pedagang kecil

untuk diberikaan binaan dan modal tambahan, yayasan pun melihat tingkatan

umur anak yatim dan dhuafa. Apabila usia mereka adalah usia lingkup

pendidikan, maka yayasan GYD akan memberdayakannya melalui pendidikan

54

dengan mengikutsertakan dalam pendidikan formal yang ada di lingkungan

masyarakat, dan bagi mereka yang sudah mencapai usia dewasa, maka

yayasan GYD memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan supaya mereka

dapat menghasilkan income untuk memenuhi kehidupan mereka masing.

Inilah pemberdayaan yang dilakukan yayasan GYD dalam membantu kaum

anak yatim dan dhuafa, yang pada akhirnya mengarah kepada kemandirian.

Tujuan yayasan GYD dalam pemberdayaan anak-anak yatim dan

dhuafa ini mengarah kepada kemandirian, sebab pemberdayaan jika tidak

sampai kepada tingkat kemandirian, maka tidak berhasil disebut sebagai

pemberdayaan seperti yang dipaparkan oleh Wakil Ketua yayasan GYD,

Bapak Tarjuni ;

Pemberdayaan kaum dhuafa adalah memberikan pembekalan

diri yang tujuan akhirnya adalah kemandirian, jadi pemberdayaan

kalau tidak ada kemandirian bukan disebut dengan pemberdayaan,

optimalisasinya adalah dengan cara membina, mendidik sampai

menghasilkan kemandirian, jadi tujuan akhirnya adalah kemandirian.2

Pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa dalam pendidikan yang

dilakukan oleh yayasan GYD diantaranya adalah memberikan mereka

keterampilan melalui pelatihan-pelatihan seperti pelatihan memasak bagi ibu-

ibu agar kiranya mereka mampu untuk membuat kue yang hasilnya akan dijual

sebagai sumber penghasilan, ada pula melalui pelatihan teknisi HP, pelatihan

montir otomotif yang bekerja sama dengan AHAS di Solo selama 3 bulan,

kemudian mereka yang telah mengikuti pelatihan keterampilan tersebut dapat

diberdayakan sesuai keahlian yang telah mereka peroleh dari pelatihan

tersebut. Hal ini dipaparkan oleh salah satu staff yayasan Griya Anak Yatim

2Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20

mei 2014 di kantor yayasan GYD

55

dan Dhuafa, bapak Nasrullah. Beliau mengatakan :

Dalam pemeberdayaan anak yatim dan dhuafa, kami

mengadakan program PEKAN ( pelatihan Keterampilan untuk Anak

Yatim dan Dhuafa) dalam proses pemberdayaan ini kita sudah banyak

mengadakan pelatihan, kita pernah mengadakan pelatihan memasak

bagi kaum ibu, latihan memasak ini bukan hanya untuk sekedar

memasak konsumsi diri sendiri, namun memasak yang produktif yang

dapat menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Kami juga

mengadakan pelatihan teknisi HP bagi para remaja yang baru saja

putus sekolah agar mereka mempunyai keterampilan. Dan yang pernah

kami lakukan juga adalah pelatihan montir yang bekerja sama dengan

AHAS di Solo selama 3 bulan. Anak-anak asuh kita berdayakan

sebagai montir dengan rekomendasi dari AHAS sendiri.3

Apa yang dikatakan Bapak Nasrulloh yang menjadi faktor penghambat

yaitu motivasi dari anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang minim ini sesuai

dengan jawaban Yusron sebagai peserta program yang mengataka faktor

penghambatnya yaitu datang dari diri sendiri yang terkadang malas. Kriteria

anak asuh dan sasaran pemberdayaan yayasan GYD adalah mereka anak-anak

yatim, kaum dhuafa, kaum lansia, dan bahkan ada juga bayi yang mereka

rawat dengan baik. Namun yang diprioritaskan adalah para remaja demi

menggali potensi mereka.

Pemberdayaan yang dilakukan yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

melalui pendidikan, pelatihan ketrampilan, dan pembinaan usaha sekaligus

pemberian modal usaha tambahan, diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan anak yatim dan kaum dhuafa menuju kemandirian ekonomi,

sikap, dan kreatifitas. Dengan demikian apa yang dicita-citakan yayasan GYD

sejak tahun 2008 untuk menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan

masa depan anak yatim dan dhuafa dengan memberdayakan, memfasilitasi

3Wawancara pribadi dengan Staff Operational ManajerYayasan GriyaYatim dan Dhuafa.

Kamis, 22 Mei 2014 di kantorYayasan GYD.

56

yang memiliki integritas, menjadi organisasi yang profesional dan modern,

dan peduli dengan lingkungan hidup dapat tercapai secara maksimal.

B. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum

Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan.

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, dalam perannya sebagai organisasi

sosial untuk membangun masa depan anak yatim dan dhuafa menyadari betapa

pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak untuk menggali potensi anak

asuh yayasan melalui program pendidikan dan keterampilan.

Dalam hal harapan pelaksanaan pemberdayaan anak yatim dan dhuafa

yayasan griya yatim dan dhuafa melakukan upaya-upaya tertentu untuk

membentuk karakter mereka agar memperoleh pemahaman dan kemampuan

pengembangan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Anak yatim dan dhuafa

yang semula dipandang lemah oleh masyarakat umum, apabila tidak ditangani

secara efisien akan menjadi individu-individu yang tidak dihargai dan

dipandang sebelah mata. Oleh sebab itu yayasan Griya yatim dan dhuafa

melakukan pemberdayaan bagi mereka dengan mendorong serta memotivasi

anak asuh agar memiliki kesadaran masa depan dan kesadaran diri terhadap

potensi yang mereka miliki.

Berdasarkan tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa mempunyai

harapan kepada anak-anak yatim dan kaum dhuafa diantaranya:

1. Terbentuknya Karakter

Dengan terbentuknya karakter mereka mampu memperoleh

pemahaman dan kemampuan pengembangan diri dalam kehidupan

57

bermasyarakat sehingga tidak dipandang sebelah mata oleh

masyarakat.

2. Mempunyai Keterampilan.

Dengan mempunyai keterampilan mereka mampu bersaing

khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan tekhnologi, sehingga

mereka bisa menjalankan kehidupannya dengan mandiri.

3. Mengembangkan Bakat.

Dengan bakat yang sudah dimiliki dalam dirinya mereka

bisa mengembangkan bakat yang lainya sehingga persaingan hidup

yang begitu komplek bisa mereka hadapi dengan baik untuk

kehidupannya.

Dalam usahanya yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ingin membangun

sekolah yang berbasisi Life Skill yang secara konsepnya berbeda karena

sekolah ini diharapkan akan menciptakan alumni-alumni yang sudah siap untuk

diberdayakan sesuai potensinya masing-masing sesuai dengan kurikulum

international. Hal ini diungkapkan oleh bapak Nasrullah sebagai staff yayasan.

Beliau mengatakan ;

Strategi pemberdayaan griya yatim dan dhuafa saat ini adalah di

bidang pendidikan dan keterampilan lebih kepada pelatihan-pelatihan

untuk anak-anak kita yang memang pada saat ini kita sedang fokus, di

awal 2013 kemarin, kita mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang

cenderung konsepnya adalah memberikan pelatihan life skill kepada

mereka. Sekolah itu memang betul-betul mengarahkan mereka kepada

ketrempilan dan tidak otoriter, justru kita menggali potensi yang perlu

digali dari mereka.4

4Wawancara pribadi dengan Staff Operational Manajer Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa. Kamis, 22 mei 2014 di kantor yayasan GYD.

58

Yayasan griya yatim dan dhuafa dalam hal ini ingin membentuk anak

yatim dan dhuafa sebagai anak binaan yang memiliki keterampilan dan potensi

bagi kehidupan mereka di masa depan. Bahkan tidak hanya kepada anak yatim

dan dhuafa saja, yayasan griya yatim dan dhuafa melakukan pendataan

pedagang-pedagang kecil yang nantinya akan diberikan pelatihan dan

tambahan modal usaha agar lebih maju dalam bidang perekonomiannya.

Sebagai mana yang telah diungkapkan oleh Bapak Tarjuni selaku wakil ketua

yayasan:

Strategi pelaksanaan pemberdayaan awal mulanya kita mendata

para pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga kita bisa

membina warung-warung kecil kemudian kita berikan modal dengan

adanya pengontrolan dari pihak kami.5

Selain dari pada itu strategi yang dilakukan griya anak yatim dan

dhuafa adalah memberikan pendidikan mendasar tentang keagamaan, yang

mana anak asuh diberikan kegiatan beribadah seperti adanya pengajian Al-

Qur’an setiap subuh agar mereka mengenal kitab suci agama Islam sebagai

pedoman dalam hidupnya, mereka diajak untuk bermuhasabah (Introsfeksi diri)

agar terbangun sebuah kesadaran yang tinggi akan pentingnya hidup dan

menjadi individu yang bermanfaat, sebab tumbuhnya rasa syukur yang

mendalam dalam diri mereka, yayasan juga mempunyai program pelatihan

khitobah (pelatihan Da’i) agar sekiranya ketika mereka hidup di masyarakat

tidak hanya bergelut dengan ekonomi, namun setidaknya mereka mampu

menjadi kader-kader Islam masa depan.

Banyak strategi yang dilakukan yayasan griya anak yatim dan dhuafa

5Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20

mei 2014 di kantor yayasan GYD.

59

ini sebagai bekal mereka baik dalam pembangunan mental maupun daya saing

kehidupan modern yang luar biasa, yayasan GYD berharap dengan adanya

pemberdayaan ini anak-anak asuh yayasan dapat menjadi manusia yang

bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyrakat lingkungan sekitar. Dan hal

ini sudah terbukti dengan adanya beberapa event kejuaraan yang telah diraih

oleh anak asuh dari yayasan ini, diantaranya yaitu meraih kejuaraan MTQ se-

DKI Jakarta tingkat SD dan pernah meraih kejuaraan olimpiade matematika

tingkat Nasional, dan juga pernah menjuarai perlombaan menggambar

terfavorit di sekolah Jepang.

Pendampingan merupakan salah satu diantara strategi pemberdayaan

juga bagi yayasan griya yatim dan dhuafa. Dalam pendampingan yayasan

setidaknya menyiapkan 3 tutor bagi setiap asrama yang terdiri dari internal

GYD diantaranya ketua asrama, Ibu asrama, dan cutomer servis, dan yayasan

juga mengadakan kerjasama dengan para mahasiswa khususnya yang ingin

mengabdikan diri untuk berbagi ilmu kepada anak asuh di yayasan. Hal ini

diceritakan oleh Bapak Tarjuni:

Kami mengadakan pendampingan bagi bagi anak yatim dan

dhuafa yang tinggal di asrama dengan tutor minimal 3 orang setiap

asrama, yang terdiri dari ketua asrama, ibu asrama, dan cutomer servis,

selain dari pada itu kami juga bekerjasama dengan para mahasiswa

yang ingin mengabdikan diri untuk mengajar dan berbagi ilmu kepada

anak-anak asuh kami.6

Semua strategi yang dupayakan oleh yayasan GYD bertujuan kepada

pendidikan, sosial, dan pemberdayaan, tujuan dari masing-masing program

adalah memberikan spirit motivasi dan mencapai kemanfaatan sesuai dengan

6Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20

mei 2014 di kantor yayasan GYD.

60

slogan yayasan GYD yaitu Care and Integrity. Yang mana slogan yang mereka

usung adalah masa depan mereka adalah tanggungjawab kami. Slogan ini

mendorong kepada yayasan griya anak yatim dan dhuafa untuk melakukan

pendidikan, pembinaan, dan pemberdayaan dengan sebenar-benarnya agar

tercapai sebuah kemandirian dengan mental iman yang sangat kuat, menjadi

individu yang disebutkan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa sebaik-baik

manusia adalah orang yang memberikan manfaat baik bagi orang lain, cerdas,

maju, disiplin, dan mandiri.

Pelaksanaan program pemberdayaan ini dilakukan dengan metode

klasical yaitu pembelajaran materi di dalam kelas, dan yang terpenting setelah

itu adalah praktek langsung terjun ke lapang untuk pemantapan penguasaan

keterampilan. Hal ini juga disebutkan oleh Bapak Tarjuni:

Pelaksanaan program ini ada beberapa metode, yang pertama

dengan metode klasical artinya para anak asuh diberikan materi di

dalam ruangan kelas, dan yang ke dua yaitu dengan metode praktek di

lapangan.7

Pembelajaran, pelatihan, praktek, dan penggalian potensi yang

dilakukan yayasan griya yatim dan dhuafa adalah wujud dari kepedulian sosial

dan religi, sebab tidak hanya memberikan keterampilan semata, di yayasan

griya anak yatim dan dhuafa ini, mereka sebagai anak asuh dibina ilmu agama

agar bukan hanya menjadi orang yang bernilai secara duniawi, namun juga

sebagai nilai ibdah mereka kepada Allah SWT dalam jangka panjang.

7Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa 20

mei 2014 dikantor yayasan GYD.

61

C. Harapan Kaum Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui

Pendidikan Keterampilan.

Perkembangan berbagai aspek semakin maju, terutama dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan penduduk yang pesat dengan

semakin bertambahnya angka Natalitas (Kelahiran) yang semakin tahun

semakin bertambah sehingga populasi penduduk menjadi bertambah yang

mengakibatkan kepada persaingan usaha, ekonomi, lahan pekerjaan dan

sarana pendidikan yang semakin terlihat komersil yang mengakibatkan

banyak diantara masyarakat yang lemah untuk mengikuti perkembangan

tersebut. Dengan adanya hal yang terjadi saat ini yaitu jumlah anak yatim dan

dhuafa yang putus sekolah, tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran), dan

miskin, akibat tidak meratanya kesejahteraan ekonomi, mahalnya biaya

pendidikan yang menyebabkan mereka tak berdaya di tengah-tengah

kemajuan ekonomi dan teknologi. Adanya hal tersebut menjadi sebuah

dorongan berdirinya yayasan griya anak yatim dan dhuafa yang menjadi

harapan bagi kaum dhuafa serta ingin ikut berperan dalam mengatasi masalah

tersebut dengan program pemberdayaan.

Sebuah pemberdayaan tentu membutuhkan banyak perangkat untuk

menopang berjalanannya berbagai program, wadah, dan sistem. Oleh sebab

itu setiap elemen masyarakat dan lingkungan sekitar perlu menyadari akan

pentingnya hal tersebut agar ikut serta dalam melaksanakan pemberdayaan

bersama yayasan. Namun tidak terlepas dari itu yayasan adalah tempat di

mana aspek-aspek urgen masuk di dalamnya dan siap untuk dikelola agar

segala amanah dapat diemban dengan sebaik-baiknya terutama amanah para

donatur yang telah berpartisipasi dalam pendanaan, penyediaan alat-alat dan

sumbang saran kepada yayasan griya yatim dan dhuafa.

62

Peran Yayasan griya anak yatim dan dhuafa adalah sebagai jembatan

atau fasilitator untuk menggali potensi dari mereka, memberikan pembekalan

pendidikan formal dan agama, juga memberikan pelatihan keterampilan

sebagai bekal kemandirian secara ekonomi.

Yayasan griya anak yatim dan dhuafa juga sebagai wadah penyalur

dana dari para donatur yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya bagi

anak yatim dan dhuafa yang kemudian dikelola dengan sebaik-baiknya oleh

yayasan dengan kadar yang sesuai dan tepat untuk pelaksanaan-pelaksanaan

pendidikan, pelatihan-pelatihan, dan untuk pemberian modal tambahan bagi

mereka pedagang-pedagang kecil yang telah mengikuti pembinaan.

Paparan ini diungkapkan oleh bapak pardinal selaku staff yayasan

griya yatim dan dhuafa, beliau mengatakan:

Peran kami adalah sebagai jembatan untuk menyampaikan

amanah dari para donatur sekaligus penyelenggara pendidikan dan

pemberdayaan bagi anak yatim dan dhuafa dengan merancang

program-program yang menunjang demi kemndirian mereka dalam

kehidupan masa depan dan bermasyarakat.8

Dalam mendidik anak asuh yayasan griya yatim dan dhuafa senantiasa

membina dengan pendekatan yang baik dan kekeluargaan, sehingga para

pendidik di yayasan griya yatim dan dhuafa dapat berperan sebagai keluarga

mereka yang yatim dan sebagai sahabat bagi mereka kaum-kaum dhuafa.

Memelihara keakraban, selalu berusaha agar dapat menjadi tauladan, saling

berbagi cerita kehidupan agar menjadi penggugah motivasi mereka dalam

memandang masa depan yang lebih baik.

Peranan yayasan tidak hanya sebagai fasilitator, namun juga sebagai

mitra untuk membina akhlak yang baik, sehingga benar-benar adanya

perubahan sikap pada anak asuh. Hal ini dilakukan dengan kedisiplinan

8Wawancara pribadi dengan Staff Junior Manajer Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

Selasa 20 mei 2014 dikantor yayasan GYD.

63

ibadah, pengenalan agama, dan memperdalam isi kandungan Al-Qur’an. Agar

mereka mempunyai pondasi iman yang kuat dan menghiasi dirinya dengan

sikap-sikap sesuai norma agama dan sosial.

Untuk mengetahui hasil dari upaya yayasan untuk mendidik dan

memberdayakan yaitu diadakannya evaluasi dan pengkajian kasus dalam

mengetahui tindakan dan perubahan pada setiap anak asuh dan peserta

binaan.

Hasil yang telah dicapai berkat peran yayasan diantaranya adanya

perubahan yang signifikan pada sikap anak-anak asuh yang semakin

menyadari akan pentingnya bekal ilmu dan keterampilan untuk hidup di masa

depan, bahkan sudah ada yang dapat mengabdikan diri di yayasan sebagai IT

yang membantu berjalannya manajemen yayasan dalam pengolahan data. Ada

juga yang telah berprestasi dalam hal pendidikan seperti telah meraih

kejuaraan pada berbagai perlombaan, yang mana ini akan menjadi fokus

yayasan untuk mengembangkan potensi mereka khususnya dalam bidang

pendidikan supaya nantinya mereka juga dapat mengabdi di yayasan untuk

berbagi ilmu dan pengalamannya. Hal ini diceritakan oleh Bapak Tarjuni :

Peran kami dalam mendidik, melatih, dan memberikan

tambahan modal alhamdulilah menuai hasil yang baik. Ada beberapa

anak asuh yang saat ini sudah membantu kami dalam bidang IT,

pada tahun ini ada 3 anak asuh yang semuanya perempuan, mereka

telah memberikan kebanggaan bagi kami dan mengabdikan diri di

tempat mereka tumbuh dan dewasa.9

Semua itu merupakan proses dan hasil dari pemberdayaan yang

9WawancarapribadidenganWakilKetuaYayasanGriyaYatimdanDhuafa.Selasa, 20 mei

2014 dikantoryayasan GYD.

64

dilakukan oleh yayasan griya yatim dan dhuafa sebagai fasilitator dan

pendamping bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan dan mental mereka.

D. Kesesuaian Antara Kewajiban/Tugas dan Harapan Yayasan Griya Yatim

dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan

Keterampilan.

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, tugas yang dilakukan

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa kepada kaum dhuafa dengan memberikan

bantuan materi, serta memperhatikan hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh

mereka anak yatim dan kaum dhuafa khususnya dalam hal bidang pendidikan,

mental, dan keterampilan. Bidang tersebut sangat memberi harapan kepada

anak yatim dan kaum dhuafa, dengan bekal pendidikan diharapkan agar

mereka mempunyai masa depan yang lebih baik. Adapun harapan yayasan

kepada kaum dhuafa agar mereka mempunyai karakter untuk memperoleh

pemahaman dan kemampuan pengembangan diri dalam kehidupan

bermasyarakat.

Begitu juga kaum dhuafa terhadap yayasan griya yatim dan dhuafa

dalam program pendidikan keterampilan, yaitu memberikan pendidikan yang

berperan sebagai keluarga mereka yang yatim dan sebagai sahabat bagi

mereka kaum-kaum dhuafa, memelihara keakraban dengan mereka, selalu

berusaha agar dapat menjadi tauladan, saling berbagi cerita kehidupan agar

menjadi penggugah motivasi mereka dalam memandang masa yang lebih

baik.

Dengan demikian keterkaitan antara tugas dan harapan yayasan serta

harapan kaum dhuafa dalam program pendidikan keterampilan menunjukkan

65

bahwa yayasan griya yatim dan dhuafa telah menjalankan peranannya dengan

baik, sehingga ada keterkaitan antara kewajiaban/tugas dan harapan yang

dilakukan yayasan griya yatim dan dhuafa, serta harapan kaum dhuafa.

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam menjalankan tugas dan kewajiban

mengacu pada program yang telah dibuat, sehingga program-program

tersebut sesuai dengan kebutuhan para kaum dhuafa sebagai bekal mereka

untuk hidup bermasyarakat dan menatap masa depan.

Anak-anak yatim dan kaum dhuafa merasa senang dengan program

yang diberikan yayasan, namun hal ini bahwa ketidaksesuaian antara yayasan

dengan kaum dhuafa sangat kecil, karena apabila terjadi ketidaksesuaian yang

menjadi penghambat dalam program yang dilakukan yayasan kepada kaum

dhuafa, maka yayasan cepat mengambil sikap dengan melakukan

pembicaraan dengan anak-anak yatim dan kaum dhuafa dan selanjutnya

yayasan mengadakan rapat guna menyelesaikan masalah sacara bersama-

sama.

Maka dari itu Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam

Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan menurut

pengamatan penulis, telah melakukan tugas dan kewajiban sebagai lembaga

sosial yang profesional, sehingga memberikan harapan penuh kepada anak-

anak yatim dan kaum dhuafa untuk masa depan mereka yang lebih baik.

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Keawjiban dan tugas yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa dalam hal memberdayakan kaum dhuafa dengan menyediakan

pendidikan formal maupun non formal, melatih bakat dan keterampilan

kaum dhuafa, meningkatkan kesadaran sosial dan agama. Keterasingan

kaum dhuafa dari hal-hal demikianlah yang melatarbelakangi yayasan

griya yatim dan dhuafa untuk lebih memerankan tugas dan kewajiban

sebagai media (fasilitator) dalam mengakomodasi kebutuhan bagi masa

depan kaum dhuafa.

2. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap kaum dhuafa dalam

pendidikan dan keterampilan di yayasan griya yatim dan dhuafa adalah

merupakan program pendidikan alternative untuk pemberdayaan kaum

dhuafa yang tidak mampu dalam hal ekonomi, pendidikan, dan sosial. Hal

inilah yang membuat yayasan griya yatim dan dhuafa memberikan

bimbingan (pemberdayaan) terhadap kreatifitas pendidikan dan

keterampilan kaum dhuafa, dalam mengembangkan bakat, menyalurkan,

dan meningkatkan kapasitas intelektualnya masing-masing.

3. Harapan kaum dhuafa terhadap Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam

program pendidikan keterampilan adalah dalam mendidik senantiasa

membina dengan pendekatan yang baik dan kekeluargaan, sehingga para

67

pendidik dapat berperan sebagai keluarga serta memelihara keakraban dan

selalu berusaha menjadi tauladan serta saling berbagi cerita kehidupan

agar menjadi penggugah motivasi dalam memandang masa depan yang

lebih baik.

4. Menunjukkan bahwa yayasan griya yatim dan dhuafa telah menjalankan

perannya dengan baik, sehingga terdapat kesesuaian antara peran yayasan

dan harapan yayasan serta harapan kaum dhuafa dalam program

pendidikan keterampilan. Program tersebut memang dibutuhkan oleh

kaum dhuafa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dan menatap masa

depan. Oleh karena itu kewajiban/tugas dan harapan yayasan tidak

mengalami hambatan yang begitu besar yang berdampak pada

ketidaksesuaian, karena tugas dan kewajiban yang diberikan oleh yayasan

sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak-anak yatim dan kaum dhuafa.

B. Saran

1. Kepada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa lebih meningkatkan

profesionalisme tugas/kewajiban dalam memberikan pendidikan

keterampilan kepada kaum dhuafa dalam pelatihan-pelatihan atau

penataran-penataran yang bersifat mendidik atau keilmuan, sehingga

yayasan yang professional dan berkualitas akan membantu menghasilkan

output yang baik.

2. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap kaum dhuafa yaitu

agar pendidikan keterampilan yang diberikan kepada kaum dhuafa dapat

memberikan perubahan sikap dan mental, sehingga para kaum dhuafa

setelah menjalani pendidikan keterampilan mampu bersaing dalam

68

kehidupan sehari-harinya.

3. Hendaknya Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa selalu memperhatikan para

kaum dhuafa dan juga fasilitas-fasilitas yang ada di yayasan dapat

dibenahi dan ditambah serta agar program bisa berjalan dengan baik.

4. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa agar selalu menjaga dan memperhatikan

tugas dan kewajiban dalam memberikan pendidikan, sehingga harapan

yayasan dan harapan kaum dhuafa dapat tetap terjaga kebersamaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adam Kuper, Jessika Kuper. enslikopedia Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008.

Ahmad Syafe’I, Agus. Manajemen Pengembangan Masyarakat Gerbang

Masyarakat Baru. Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001.

Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama, Lingkungan Sekolah dan

Orang Tua Murid. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990.

Azra, Azyurmardi. Bederma Untuk Semua. Jakarta: Teraju, 2003.

Bungin. Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

Center for Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN

Jakarta. Jakarta: CeQDA, 2007.

Dault, Adiyaksa. Islam dan Nasionalisme. Jakarta: Yadaul, 2003.

Duvenger, Maurice. Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2007.

Effendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan

Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo, 2002.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983.

Hidayati. Nurul S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan

Kualitatif, Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006.

Hikmat, Hari. Strategi Pemberdayaan Masyaraka. Bandung: Humaniora Utama

Press, 2010.

Kurniawan, Ari. Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan

Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara

Kecamatan Koja Jakarta Utara, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Makmur, Drs. Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas

Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2008.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosda

Karya, 2012.

Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab

Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Skripsi S1 Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.

N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern. Exploration Role Analiysis dalam

David Barry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1995

Partanto, Pius A dan Al-Barry. Dahlan M. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola, 1994.

Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Rachibi, Didik J. Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

PT. Grasindo. Anggota Ikapi, 2001.

Roesmidi, H dan Risyanti, Riza. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang:

ALQAPRINT, 2006.

Rukminto Adi, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. 2001.

Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Dasar/Ajar

Atas Biaya Dipa UIN Syarif Hidayatullah, 2005.

Salam, Syamsir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah, 2008.

Shadili, Hasan, (ed). Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7.

Jakarta: PT ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Samana, Mpd, Drs. A. Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius, 1992.

Singarimbun, Masri. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3S, 1989.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2005.

Suhartini, Rr, Halim, Imam Khambali, Abdul Basyid. Model-model

Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT . LKiS Pelangi Aksara. 2005.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.

Refika Aditama, 2005.

Sumodiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah dan Pengembangan

Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.

...................., Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC, 1999.

Soewadji. Jusuf Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003.

Tampubolon, Mangatas. Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru

Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21.

Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:

UIN Press, 2013.

Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara,1998.

Usman Ismail, Asep dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Dhuafa. Jakarta: Dakwah Press, 2008.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003.

Yusuf Taybnafis. Farida. Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Sumber Lain

Tim Penyusun. Majalah Jendela Info, Satukan Hati Lebih Peduli. Tanggerang:

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, 2014.

Tim Penyusun. Profil, Care & integrity. Tanggerang: Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa, 2009.

Instrumen Wawancara Dengan Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa

Nama :

Jabatan :

Tgl/hari/tempat wawancara :

1. Bagaimana sejarah berdirinya yayasan griya yatim dan dhu’afa?

2. Apa menjadi tujuan utama yayasan griya yatim dan dhu’afa?

3. Apa yang menjadi visi dan misi yayasan griya yatim dan dhu’afa?

4. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

5. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?

6. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa?

7. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?

8. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak?

9. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa ?

10. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhu’afa?

11. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhu’afa?

12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa?

13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan

umurnya?

14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhu’afa?

15. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhu’afa dalam aspek

kognitif?

16. Apa perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik?

Instrumen Wawancara Dengan Staf Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa

Nama :

Jabatan :

Tgl/hari/tempat wawancara :

1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak-anak yang tinggal disisni?

3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?

4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa?

5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhu’afa?

6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak?

7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya

dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan

keterampilan?

9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan

keterampilan?

10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya

dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya

khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

12. Apa hasil yang dicapai anak-anak selama melaksanakan program

pendidikan/pelatihan keterampilan?

13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhu’afa dalam aspek

kognitif?

14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama

melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?

Instrumen Wawancara dengan Tutor/Pendamping

Nama :

Jabatan :

Tgl/hari/tempat :

1. Sudah berapa lama bapak/ibu di yayasan griya yatim dan dhu’afa?

2. Bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan?

3. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

4. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa?

5. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?

6. Apa dan bagaimana pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak/ibu?

7. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak/ibu?

8. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa melalui

pendidikan/pelatihan keterampilan ?

9. Apakah pendidikan/pelatihan keterampilan ini berpengaruh buat anak-anak?

10. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhu’afa?

11. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhu’afa?

12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa?

13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan

umurnya?

14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhu’afa melalui

pendidikan/pelatihan keterampilan?

15. Bagaimana perkembangan mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik?

16. Apa harapan bapak/ibu terhadap anak-anak didik kedepannya dengan adanya

pendidikan/pelatihan keterampilan?

Instrumen Wawancara dengan Anak Binaan

Nama :

Jabatan :

Tgl/hari/tempat :

1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini?

2. Tau yayasan ini dari siapa?

3. Kamu asalnya dari mana?

4. Orang tua kamu masih ada? Dan tinggal dimana?

5. kamu sebelum tinggal di yayasan tinggalnya dimana?

6. Apa kegiatan kamu sebelum di yayasan?

7. Bagaiman menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini?

8. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah?

9. Bagaimana kegiatan pendidikan yang diberikan yayasan?

10. Menurut kamu bagaimana pelaksanaan kegiatan di yayasan?

11. Apa saja yang menjadi faktor penghamabat dalam pelaksanaan kegiatan?

12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan?

13. Selama kamu tinggal di yayasan ada kemajuan/perubahan tidak?

14. Apa hasil yang dicapai program tersebut?

15. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?

Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Nama : Bpk Tarjuni

Jabatan : Wakil Direksi

Tgl/hari/tempat : 20 mei 2014, selasa, kantor yayasan

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya yayasan griya yatim dan dhuafa?

Sejarah singkatnya bermula tahun 2008 itu dulunya itu bernama lembaga

yayasan biasa lalu kita pisah di tahun 2009 dengan nama yayasan griya

yatim dan dhuafa, awal mulanya di tahun 2008-2009 kita melihat

keterbelakangan anak-anak yang ada dikampung dadap dibelakang BSD,

banyak sekali yang putus sekolah, pertama kalinya 5 anak asuh kemudian

berkembang jadi 15 anak, pada tahun 2009 kita buka di bintaro berganti

nama dan berganti logo yang tadinya warna hijau gambar pelangi menjadi

gambar rumah dan ada tulisan GYD nya.

2. Apa yang menjadi tujuan utama yayasan griya yatim dan dhuafa?

Tujuan awalnya adalah sosial, kita ingin memberikan yang terbaik dan

bermanfaat kepada masyarakat khususnya masyarakat sekitar, karena

ditengah-tengah perumahan elit masih ada anak-anak yang putus sekolah

karena keterbatasan mereka, lalu kita masukkan program-program salah

satunya program pemberdayaan.

3. Apa yang menjadi visi dan misi yayasan griya yatim dan dhuafa?

Yaitu dengan menjadi organisasi sosial terdepan untuk mewujudkan masa

depan yatim dan dhuafa, misinya ada 4 poin yang pertama pemberdayaan

potensi yatim dan dhuafa, kedua menjadi fasilitator yang memiliki integritas,

ketiga menjadi organisasi yang professional dan modern, keempat menjadi

organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.

4. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

Kalau untuk data yang sementara saya dapat ini sekitar 800 yang non mukim

sedangkan 230 yang mukim.

5. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?

Kalau untuk tutor setiap asrama ± 3 yang dari internal GYD diantaranya

ketua asrama. Ibu asrama, dan customer servis, disana kita juga mengadakan

kerja sama kepada mahasiswa-mahasiswa khususnya yang memang mau

mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak

6. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?

Kalau dipendidikan kita ada beberapa program diantaranya sekolah gratis

kemudian basis memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi

kemudian gema (generasi mandiri yatim dhuafa) yang ada dilingkungan

asrama saja, sedangkan untuk keterampilannya kita ada program pekan

(pelatihan keterampilan untuk anak yatim dan dhuafa), lalu ada program si

mantap (aksi dhuafa mandiri bangkit dan produktif), masih ada lagi pelatihan

yang lain seperti pelatihan bengkel, pelatihan tata boga, ini salah satu bentuk

pelatihan yang sudah berjalan.

7. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?

Program besar kita ada pendidikan, sosial, pemberdayaan, kemanusiaan, dan

kesehatan, tujuan masing-masing program itu dengan hadirnya GYD

memberikan spirit dan manfaat kepada umat sesuai dengan slogan kita care

and integrity, salah satu jargon kita adalah masa depan mereka adalah

tanggung jawab kami, intinya kalau kita mengambil pepatah dari bahasa

arab sebaik-baiknya manusia yang bisa memberikan manfaat kepada yang

lainnya.

8. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?

Pemberdayaan kaum dhuafa adalah memberikan pembekalan diri yang

tujuan akhirnya adalah kemandirian, jadi pemberdayaan kalau tidak ada

kemandirian bukan disebut dengan pemberdayaan, optimalisasinya adalah

dengan cara membina, mendidik sampai menghasilkan kemandirian, jadi

tujuan akhirnya adalah kemandirian.

9. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa?

Pelaksanaan program ada beberapa pelaksanaan yang pertama dengan

metode klasikal artinya dengan pembelajaran dikelas, yang kedua dengan

metode praktek artinya langsung terjun kelapangan.

10. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhuafa?

Salah satu faktor penghambat yaitu orang-orang yang tidak bertanggung

jawab seperti orang-orang yang kita beri modal tidak dimanfaatkan dengan

baik, disini lah penghambatnya oleh karena itu kita akan memperbaiki system

pemberian modal, jadi sebelum kita memberikan pemberdayaan modal

kepada mustahik adanya peraturan yang akan kita tentukan sehingga tidak

terulang lagi kejadian seperti itu.

11. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan

kaum dhuafa?

Faktor pendukungnya dipemberdayaan ini adalah peran aktif masyarakat,

dari masyarakat itu kan ada yang bagus dan ada yang tidak bagus, salah satu

masyarakat yang bagus ini bisa jadi faktor pendukung kita terhadap

program-program kita sehingga bisa memberikan yang terbaik, system

kontroling juga tetap jalan ini juga bisa mendukung dari pemberdayaan itu

sendiri, dengan kontroling yang bejalan baik para penerima modal yang baik

bisa menghasilkan kebutuhan mereka sendiri.

12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa?

Strategi pelaksanaan pemberdayaan awal mulanya kita mendata para

pedagang-pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga kita bisa

membina warung-warung kecil kemudian kita berikan modal dengan tetap

mengontrol.

13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan

umurnya?

Sasaran pemberdayaan adalah kaum dhuafa sasaran umurnya sampai

menikah sampai mempunyai usaha sendiri, untuk anak-anak yang bujangan

adanya pelatihan keterampilan pemberdayaan dengan cara melatih mereka

untuk berwirausaha, untuk anak-anak yang diasramakan mulai usia SD

sampai SMP kelas 1 itu baru masuk diasrama, adapun untuk biaya

pendidikan sampai kuliah tetap kita biayai.

14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhuafa?

Ada beberapa warung yang sudah bisa mandiri, bisa dilihat ada beberapa

alfa mart dan indomart dikampung-kampung dia masih bisa eksis untuk tetap

menjalankan usaha warungnya.

15. Bagaiman peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek

kognitif?

Peran yayasan sangat besar untuk pemberdayaan kaum dhuafa sampai hari

ini masih ada program yang kita rencanakan

16. Apa perubahan yang bapak ketaahui dari anak-anak didik?

Perubahan dari anak-anak didik itu Alhamdulillah signifikan karena kami

tahu dari beberapa anak itu mulai masuk sampai sekarang yang bisa

membantu kami diyayasan, sekarang dia menjadi IT di sini, tahun ini ada 3

perempuan semua, secara garis besar bisa memberikan kebanggaan untuk

yayasan khususnya kami disini

Hasil Wawancara dengan Staff Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Nama : Bpk Nasrulloh

Jabatan : Operational Manager

Tgl/hari/tempat : 22 mei 2014, kamis di kantor yayasan

1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

Kalau penerima manfaat kita dari semenjak kita berdiri itu sudah lebih dari

20 ribu tapi kalau yang saat ini yang masih rutin yang mendapatkan

pendidikan keasramaan maupun non asrama ± sekitar 1000 anak saat ini

karena jumlah ini akan bertambah terus dengan seiring perkembangan kita

maka seiring itu pula lah penerima manfaat kita akan terus bertambah

2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak-anak yang tinggal disini?

Ada karena kita ada standarisasinya terutama khususnya anak asuh yang

mukim, yang pertama kalau diasrama memang kita batasi kuantitinya jadi

persentasinya 60% untuk anak yatim piatu sedangkan 40% dhuafa, yang

kedua untuk anak asuh yang di mukimkan terutama penerimaannya maksimal

SMP kelas 1 atau umur 13 tahun jadi anak yang masuk ke dalam asrama

minimal umurnya di bawah 13 tahun artinya kalau di atas 13 tahun kita bisa

terima berarti dia non mukim, karena usia dibawah 13 tahun karakteristik

mereka masih bisa dibentuk dan lebih mudah untuk diarahkan dari pada anak

SMP yang sudah di atas kelas 2 karena mereka sudah terlalu banyak

terkontaminasi dengan lingkungan

3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?

Minimal untuk dicabang selalu kita siapkan untuk mereka 2 orang

pendamping diantaranya ada kepala asrama dan ibu asrama, mereka yang

kita percaya untuk betul-betul menjadi orang tua asuh pengganti yang

cenderung mereka tidak punya orang tua baik bapak maupun ibu, mereka

menggantikan posisi orang tua anak-anak di asrama, kalau tenaga pengajar

biasanya kita menggunakan tenaga pengajar dari eksternal artinya dari

lingkungan setempat misalnya untuk anak-anak les kita menggunakan guru-

guru les dari lingkungan sekitar asrama untuk membantu kepala asrama atau

ibu asrama

4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?

Kalau sarana dan prasarana sebetulnya kita cenderung ingin memenuhi

semua kebutuhan yang memang dibutuhkan oleh anak-anak khususnya

kebutuhan untuk pendidikan jadi kebutuhan apapun kita akan penuhi tapi

kalau standarisasi biasanya kita untuk perkakas alat elektronik kita penuhi

kebutuhannya. Anak-anak asuh kita yang di asrama semua kebutuhannya dari

sandang,pangan dan papan kita penuhi tanpa ada pungutan biaya apapun

5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhuafa?

Kalau tujuan program kita melihat dari visi misi adalah menjadi organisasi

sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa artinya

setiap apapun kegiatan yang kita kaitkan dengan masyarakat baik

masyarakat yang mau mendonasikannya ataukah mereka yang menerima

manfaat tujuannya adalah ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak

binaan kita karena mereka yang tadinya menerima manfaat, justru nantinya

akan memberikan manfaat untuk orang-orang lain, makanya kita selalu

berkelanjutan programnya, artinya setelah menjalankan program-program

yang ada atau anak-anak binaan sudah mencapai tingkat SMA dan

seterusnya, kita ada program beasiswa ini semua diperuntukkan anak-anak

baik yang mukim maupun non mukim, setelah anak binaan selesai kuliah ada

yang namanya program SI MANTAP (aksi dhuafa mandiri bangkit dan

produktif) untuk usaha atau kami sedang menyiapkan LEC (life skill &

education center) untuk memberikan kemandirian untuk mereka.

6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?

Pemberdayaan menurut saya untuk kaum dhuafa adalah bagaimana kita

sebagai organisasi sosial yang peduli terhadap kaum-kaum dhuafa dan

khususnya anak-anak yatim, kita memberikan kemampuan untuk mereka atau

memberdayakan apa yang ada dalam diri mereka untuk betul-betul bisa

bangkit potensinya dan bisa menjadi sesuatu yang bisa menanggung

kehidupan mereka dan bisa menjadi sesuatu yang membanggakan buat

mereka

7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya

dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kita ada yang namanay program PEKAN (pelatihan keterampilan untuk anak

yatim dan dhuafa) dalam proses pemberdayaan ini kita sudah banyak

pelatihan yang kita gulirkan, dulu pernah ada yang namanya pelatihan

memasak buat kaum dhuafa khususnya dari orang-orang tua anak yang kita

asuh mereka yang cenderung tidak mampu kita berikan pelatihan memasak,

pelatihan memasak bukan saja hanya bisa memasak di dapur tetapi memasak

yang produktif misalkan membuat kue, kemudian kita juga pernah melakukan

pelatihan teknisi HP buat kaum dhuafa khususnya bagi mereka-mereka yang

cenderung pengangguran atau mereka-mereka yang anak remaja yang baru

putus sekolah yang statusnya memang membutuhkan, sehingga selesai

pelatihan tersebut mereka sudah memiliki keahlian dan mereka bisa berusaha

di teknisi HP, terakhir yang belum lama ini kita pelatihan montir bekerjasama

dengan AHAS di solo itu selama 3 bulan jadi anak-anak asuh kita montirkan

dan keluar mereka sudah siap menjadi montir-montir handal, itu dengan

rekomendasi dari AHAS sendiri.

8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan

keterampilan?

Kalau faktor penghambat sebetulnya yang paling menghambat adalah waktu,

saat ini memang kita sudah punya rencana kedepan kita akan mendirikan

LEC (life skill &education center) untuk menjadi pusat pelatihan karena kita

akan memberikan pelatihan dengan konsen, kalau seandainya kita melakukan

pelatihan teknisi handphone hanya waktu sebulan tentu akan berbeda dengan

pelatihan yang kita berikan waktu selama 3 bulan otomatis matengnya akan

berbeda jadi artinya materi yang diberikan akan full dan bisa diterima

dengan matang dari pada waktu yang hanya sedikit, selebihnya yang menjadi

kendala adalah motivasi dari mereka yang membutuhkan keahlian, terkadang

motivasi mereka sangat minim sekali sehingga kita betul-betul harus bekerja

ekstra keras untuk memberikan motivasi, bukan hanya memberikan pelatihan

kepada mereka jadi kita juga harus memberikan motivasi buat mereka untuk

bisa berubah.

9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaa program

pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan

keterampilan?

Kalau faktor pendukung Alhamdulillah kita banyak, yang petama tentu dari

para pendonor kita, mereka yang support kita untuk memberikan rizkinya

kepada orang-orang yang membutuhkan, dan pendonor juga selalu

membantu aktivitas kegiatan kita, Alhamdulillah kita juga banyak mitra-mitra

GYD untuk melaksanakan kegiatan pelatihan sehingga kita bisa dengan

perencanaan waktu yang singkat bisa melaksanakan pelatihan dengan baik.

10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa khususnya

dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

Strategi pemberdayaan GYD saat ini dibidang pendidikan dan keterampilan

lebih kepada memberikan pelatihan-pelatihan untuk anak-anak binaan kita

yang memang saat ini kita sedang focus, diawal tauhun 2013 kemaren kita

akhirnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang cenderung sekolah

SMP yang konsepnya adalah lebih kepada memberikan pelatihan life skill

kepada mereka, sekolah itu memang betul-betul mengarahkan mereka kepada

life skill walau hanya SMP, strategi kita cenderung anak-anak SMP kita

mempunyai potensi memang kadang-kadang potensi itu kurang digali dan

kurang diarahkan, makanya salah satu strategi kita adalah membuat lembaga

pendidikan sendiri yang konsen memberikan life skill kepada mereka, sekolah

ini didirikan konsepnya memang berbeda karena khusus yatim dan dhuafa

makanya sekolah ini yang kurikulumnya menganut kurikulum internasional

jadi disana sekolahnya bilingual kita tidak menerapkan monsep yang otoriter

justru kita menggali potensi mereka.

11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya

khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kalau siapa saja yang menjadi batasan kita sebetulnya hampir semua lini kta

ambil terutama dari usia SD tapi tidak menutup kemungkinan kalau pun ada

bayi kita tetap terima dan kita rawat dengan sebaik-baiknya, kalau dari

program pemberdayaan batasan umurnya mulai remaja karena untuk

menggali potensi mereka, tapi kalau batasan sampai ketingkat lansia pun ada

pemberdayaannya, semua sasaran kita untuk yatim dan dhuafa, karena

mereka yang berhak menerima.

12. Apa hasil yang dicapai anak-anak selama melaksanakan program

pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kalau saat ini banyak prestasi-prestasi yang sudah di capai oleh anak-anak

kita, salah satunya kita pernah ada anak asuh kita menjadi juara MTQ se

DKI tapi tingkat SD dan pernah juga ada anak asuh kita juara olimpiade

matematika tingkat nasional, dan kita juga pernah menjadi juara

menggambar terfavorit di sekolah jepang

13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek

kognitif?

Peran yayasan GYD hanya menjadi fasilitator yang menghubungkan antara

mereka orang-orang yang dengan mereka yang cenderung membutuhkan,

selebihnya potensi itu ada di diri mereka kita hanya memberikan fasilitas dan

arahan

14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama

melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kalau perubahan pasti ada, sebetulnya perubahan itu mau ataupun tidak dia

pasti akan berubah, perubahannya ada positif dan negatifnya, perubahannya

variatif kalau anak baru cenderung yang tinggal di asrama mereka akan tidak

betah karena kebiasaan mereka dirumah bebas ketika tinggal diasrama akan

di ajarkan disiplin, bagaiman menghargai, bagaimana mencintai, mencintai

lingkungan atau mencintai sesama, jadwal mereka pun harus teratur, itu akan

berbeda dengan menyalahi kebiasaan mereka maka cenderung akan tidak

betah, tapi hal itu menjadi hal yang lumrah untuk belajar, cenderung ketika

merka nanti sudah sekian waktu sebetulnya mereka sudah nyaman karena

mereka sudah terbiasa dengan aktivitas yang rapi, aktivitas yang rutin, jadi

perubahan itu pasti ada, kalau yang saya fahami cenderung semua rata-rata

positif

Hasil Wawancara Dengan Staff Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Nama : Bpk Pardinal

Jabatan : Junior Manajer

Tgl/hari/tempat : 20 mei 2014, selasa, kantor yayasan

1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

Kalau untuk data yang sementara saya dapat ini sekitar 800 yang non mukim

sedangkan 230 yang mukim.

2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak yang tinggal disini?

Kalau untuk yang mukim yatim kriterianya ada surat keterangan,

bahwasanya pihak sanak saudaranya, walinya, atau neneknya, bersedia untuk

menitipkan anak tersebut untuk tinggal di GYD dan diberikan sepenuhnya

untuk mengenai masalah pendidikan dan pengasuhannya kepada GYD.

Sedangkan yang non mukim kita hanya menyediakan sebuah formulir, dari

formulir tersebut menceritakan status anak yatim dan dhuafa jadi nanti ada

lampiran keterangan dari almarhum atau kaum dhuafa itu memiliki sepreti

surat keterangan yang menerangkan bahwa anak itu tidak mampu.

3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?

Kalau untuk tutor setiap asrama ± 3 yang dari internal GYD diantaranya

ketua asrama. Ibu asrama, dan customer servis, disana kita juga mengadakan

kerja sama kepada mahasiswa-mahasiswa khususnya yang memang mau

mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak

4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?

Kalau untuk sarana ada tempat belajar, ruang belajar, ruang sholat, kamar

tidur, dan kamar mandi sedangkan prasarananya mereka diberikan

kelengkapan belajar dan fasilitas untuk menunjang kegiatan mereka.

5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhuafa?

Garis besarnya kita mempunyai program khususnya anak-anak untuk

mendapatkan pendidikan untuk menunjang kehidupan mereka kedepannya

agar menjadi lebih baik.

6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?

Kalau untuk pemberdayaan kita lihat level tingkatan umur, kalau untuk anak-

anak pemberdayaannya kita ikut sertakan mereka dalam pendidikan formal

yang ada di masyarakat, sedangkan pemberdayaan yang kategorinya lansia

mereka kita berdayakan untuk menjalankan program-program yang mampu

untuk mengasah skill mereka sehingga dengan menjalankan program tersebut

mereka bisa menghasilkan income bagi diri mereka sendiri.

7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya

dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kalau untuk dibidang pendidikan sementara ini kita masih banyak belajar

khususnya dimanajemen karena memang jejaring asrama kita banyak

berpencar sehingga kita tidak mungkin juga untuk merekrut mereka untuk

sekolah di cordova Islamic school, alhamdulillah GYD sudah memiliki

sekolah terbuka untuk yatim dan dhuafa, sebagian anak-anak kita yang

tingkatan smp kita sekolahkan disana kita juga sudah memulai fokus untuk

lebih meningkatkan taraf kehidupan mereka melalui pendidikan.

8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibadang pendidikan/pelatihan

keterampilan?

Kalau faktor penghambat biasanya ada saja kalau sudah masuk ke dalam hal

teknis, mau itu dari tenaga pengajarnya, mau itu dari perlengkapan, legalitas,

dari pengurusan izn-izin, anak-anak itu sendiri dalam pendaftarannya,

harapanya kita bisa bersinergi dengan universitas ataupun sekolah-sekolah

negeri atau pun guru-guru, untuk bisa bergabung di GYD, khususnya

dibidang pendidikan.

9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan

keterampilan?

Faktor pendukungnya kita sudah memiliki tempat yang sudah bisa kita pakai,

tetapi sekarang ini statusnya masih sewa, karena kita punya program LEC

(life skill & education center) dari beberapa bulan ini kita mengadakan rapat

dari beberapa direksi untuk segera membangun sehingga kedepannya kita

tidak usah lagi untuk sewa tempat

10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa khususnya

dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

Untuk masalah strategi pemberdayaan kita tinggal lihat komunitas, misalnya

satu wilayah itu kita bisa gali potensi dari diri mereka masing-masing

masyarakat dalam keja tim dalam menjalankan pemberdayaan pengelolaan

limbah sampah menjadi lebih bermanfaat sehingga biasa dijual seperti

kerajinan tangan jadi kita tinggal lihat potensinya atau kita kasih modal

untuk mereka berwirausaha

11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya

khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kalau untuk batasan umur kita ada ketentuan batasan umur mulai masuk

jenjang 7 tahun keatas, maksimal tinkatan kelas 6 SD jadi kalau mereka

terlalu kecil pun agak sulit, karena kepala asrama pun punya tugas untuk

memberikan pelatihan-pelatihan kepada anak-anak yang ada diasrama, kalau

dia sudah besar masuk asramanya agak sulit juga untuk mendidik

karakternya. Sasaran pemberdayaannya kita ambil dari warga sekitar

asrama atau dari tinkat kelurahan maupun tingkat kecamatan.

12. Apa hasil yang dicapai anak-anak selama melaksanakan program

pendidikan/pelatihan keterampilan?

Hasilnya kita bisa menetaskan anak-anak yang berkualitas yang nantinya

mereka bisa kita libatkan untuk fokus kedepanya dalam bidang pendidikan,

dengan kata lain bisa diajak kerja sama.

13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek

kognitif?

Kita sebagai jembatan untuk menyampaikan amanah donatur yang sifatnya

fasilitator jadi kita buatkan programnya atau pun kita lihat dari potensinya

sehingga kita bisa menjalankan program-program yang ada.

14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama

melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?

Pastinya ada, mudah-mudahan nanti mereka bisa timbul keahlian tapi kami

tetap upayakan apa yang mereka sukai

Hasil Wawancara Dengan Tutor/Pendamping Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Nama : Bpk Dani Milar Suryana

Jabatan : Tutor/Pendamping

Tgl/hari/tempat : 27 mei 2014, selasa di asrama

1. Sudah berapa lama bapak di yayasan Griya Yatim dan dhuafa?

Saya di yayasan griya yatim dan dhuafa mulai dari tahun 2011 sampai

sekarang, jadi sudah hampir 3 tahun.

2. Bagaimana metode pembelajaran yang di terapkan?

Kalau untuk penerapan pembelajaran kita ada semacam SOP, untuk

metodenya kita menggunakan semi boarding atau boarding intermodal,

artinya setengah pembelajaran agama dan setengah lagi pembelajaran

umum, untuk kesehariannya mulai sehabis sholat shubuh ada hafalan al-

qur’an surat-surat pendek dan tadarrus setelah itu mereka mempersiapkan

diri untuk sekolah, setelah pulang sekolah mereka makan siang dan tidur

siang sampai ashar, setelah sholat ashar berjamaah mereka setoran ayat

yang sudah mereka hafalkan sampai menjelang magrib, lalu mereka

mempersiapkan diri untuk sholat magrib berjamaah, setelah sholat maghrib

mereka ada latihan pidato sampai isya, lalu mereka makan malam di

lanjutkan belajar untuk pelajaran sekolah sampai jam 9, terkadang juga ada

qiyamul lail tetapi waktunya tidak tentu, terkadang juga ada muhasabah.

3. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik

yang mukim maupun non mukim?

Seluruhnya ada 8 anak ini yang mukim, untuk yang non mukim disini banyak

ada yang masuk dalam pemutihan, jadi setiap tahun kita ada pemutihan

gunanya untuk memfilter mereka karena setiap tahun mereka naik ke jenjang

berikutnya ini yang selalu kita control untuk non mukim, sekarang ini untuk

yang non mukim ada sekitar 43 anak.

4. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?

Kalau untuk program keasramaan lumayan ada banyak karena GYD ini

programnya berbasis keasramaan, jadi semua program yang ada

dijalankannya di asrama, untuk mengontrol program berjalan dengan baik

atau tidak itu dari pusat tetapi untuk realisasi lebih banyaknya di asrama,

programnya itu ada pemberdayaan, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.

5. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?

Tujuannya Cuma satu sesuai dengan visi dan misi yaitu mengembangkan

potensi anak-anak. Jadi bakat anak-anak kita salurkan melalui program, kita

tidak hanya memberikan kegiatan formal saja seperti sekolah.

6. Bagaimana pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?

Kalau menurut saya pemberdayaan di GYD ini cukup efektif, jadi kita

memang focus di pendidikan mereka lalu bakat mereka dengan cara

memberikan motivasi agar mereka bisa berprestasi di sekolah, selain itu juga

kita selingi dengan pendidikan keterampilan, oleh karena itu kita di asrama

ada program smart leadership ini mencakup latihan kepemimpinan,

entrepreneur, jadi artinya ini kompetisi untuk anak-anak.

7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa melalui

pendidikan/pelatihan keterampilan?

Kalau untuk pendidikan keterampilan disini kita sering mengadakan program

pekan, disini kita sertakan juga anak-anak asrama, misalnya waktu kita

mengadakan pelatihan handphone, pelatihan otomotif, ini tujuannya untuk

menciptakan anak-anak mempunyai keahlian dan menciptakan karakter

seperti outbond.

8. Apakah pendidikan/pelatihan keterampilan ini berpengaruh buat anak-anak?

Kalau berpengaruh pastinya berpengaruh, karena itu bisa kita lihat melalui

prestasi mereka jadi ini sedikit banyak berpengaruh, lalu melalui keseharian

mereka seperti sikapnya dan ibadahnya.

9. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program

pemberdayaan kaum dhuafa?

Kalau faktor penghambatnya pastinya ada, Cuma secara garis besarnya

untuk penghambat banyak sekali, tetapi kalau dilihat dari lembaga

pendidikannya tidak ada karena lembaga selalu memotivasi dan memberikan

fasilitas yang dibutuhkan, justru dari anak-anaknya sendiri yang males, jadi

selalu memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam belajarnya,

mempunyai prestasi, dan mempunyai sikap serta karakter yang islami.

10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan

kaum dhuafa?

Kalau faktor pendukung terutama pendidikannya di GYD banyak, dari segi

finansialnya, fasilitasnya, seperti buku-buku ilmu pengetahuan dari para

donatur (ensiklopedia).

11. Bagaiman strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa?

Kalau strategi untuk diasrama sebenarnya pintar-pintar kita aja melihat

kondisinya, yang pertama memang kita bagaimana menciptakan kondisi yang

kondusif untuk diasrama dan diluar asrama, seperti keluarga jadi kita sama

anak-anak tidak ada pemisah dengan sebuah status anak-anak, terkadang

anak-anak juga minder dengan keadaannya, setelah kondisinya sudah

kondusif maka anak-anak mudah untuk kita arahkan.

12. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan

umurnya?

Untuk pemberdayaan sebetulnya kita tidak ada batasannya soalnya dari

program-program yang ada yang sudah berjalan mulai dari SD sampai

Lansia semua ada programnya, contoh untuk yang lansia ada namanya

program bunda berdaya dengan bina lansia program ini memberikan

keterampilan untuk para lansia agar mereka bisa menghasilkan sesuatu untuk

mereka sendiri meskipun mereka tidak bisa bekerja, untuk batasan umur

ruang lingkupnya yatim dan dhuafa dikhususkan untuk anak-anak.

13. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhuafa melalui

pendidikan/pelatihan keterampilan?

Hasil yang dicapai dari anak-anak yang pertama mereka berprestasi

disekolahnya, seperti bisa mendapatkan ranking satu, lalu ada yang membuat

puisi dan dicetak dimedia lokal, ada yang juara taekwondo sekota madya,

ada yang juara 2 lomba tahfidz, itulah hasil-hasil yang diraih selama ini.

14. Bagaiman perkembangan mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik?

Perekembangannya selama ada diasrama bisa dikatakan naik turun namanya

juga anak-anak, kadang semangat untuk belajar kadang juga males untuk

belajar, disekolah pun prestasinya menurun, jadi perkembangannya tidak

bisa diprediksi, tetapi kalau dari sisi agama perkembangannya meningkat

karena mereka sehari-hari harus melakukan aktivitas keagamaan.

15. Apa harapan bapak terhadap anak-anak didik kedepannya dengan adanya

pendidikan/pelatihan keterampilan?

Harapannya anak-anak bisa menjadi anak yang sholeh, bermanfaat untuk

bangsa dan agama, kalau sudah keluar dari sini mempunyai karakter yang

islami, mempunyai keterampilan yang mumpuni.

Hasil Wawancara Dengan Anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Nama : Yusron

Jabatan : Anak Binaan

Tgl/hari/tempat : 13 juli 2014, minggu di asrama

1. Sudah berapa kamu tinggal disini?

5 tahun

2. Sekarang kamu kelas berapa?

Kelas 6 SD, ketika masuk yayasan ini kelas 1 SD

3. Tau yayasan ini dari siapa?

Dari saudara

4. Kamu asalnya dari mana?

Dari medan

5. Orang tua kamu masih ada? Dan tinggal dimana?

Kalau bapak sudah tidak ada, tapi kalau ibu masih ada sekarang tinggal di

depok.

6. Kamu sebelum tinggal di yayasan ini tinggal dimana?

Tidak tau karena masih kecil,masih tinggal sama ibu.

7. Apa kegiatan kamu sebelum di yayasan?

Hanya bermain seperti anak-anak pada umumnya.

8. Bagaimana menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini?

Dengan adanya pemberdayaan di yayasan ini saya sangat terbantu untuk

menunjang kehidupan saya yang lebih baik lagi.

9. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah?

Kegiatan pramuka

10. Bagaimana kegiatan pendidikan yang di berikan yayasan?

Selama saya mengikuti kegiatan pendidikan di yayasan saya merasa nyaman,

banyak juga pendidikan agama yang diberikan oleh yayasan.

11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan?

Faktor penghambatnya datang dari diri sendiri yang terkadang merasakan

malas.

12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan?

Dengan adanya buku-buku pengetahuan di asrama saya jadi bisa belajar,

dan ada teman-teman juga sedang belajar jadi saya ikut belajar.

13. Selama kamu tinggal di yayasan ada kemajuan/perubahan tidak?

Ada salah satunya saya bisa mandiri.

14. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?

Melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi, setelah itu baru membantu oarng

tua.

Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Nama : Reza

Jabatan : Anak Binaan

Tgl/hari/tempat : 13 juli 2014, minggu di asrama

1. Sudah berapa kamu tinggal disni?

Saya tinggal disini sudah 4 tahun, dari kelas 5 SD sampai sekarang kelas 2

smp.

2. Tau yayasan ini dari siapa?

Dari saudara

3. Kamu asalnya dari mana?

Saya asalnya dari padang.

4. Orang tua kamu masih ada?

Sudah tidak ada orang tua, karena meninggal.

5. Kamu sebelum tinggal di yayasan tinggalnya dimana?

Tinggal bareng sama paman di kalibata.

6. Apa kegiatan kamu sebelum tinggal di yayasan?

Cuma sekolah saja.

7. Bagaimana menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini?

Baik serta mendidik dan sangat membantu untuk menggali keahlian saya.

8. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah?

Kegiatan ekstrakulikuler seperti marawis, futsal, dan pencak silat.

9. Bagaimana kegiatan pendidikan yang diberikan yayasan?

Pendidikan yang ada di yayasan berbeda dengan yang disekolah, di yayasan

saya diberikan pendidikan keislaman serta contoh-contoh yang baik didalam

islam

10. Menurut kamu bagaimana pelaksanaan kegiatan di yayasan?

Dalam melaksanakan kegiatan saya merasa ikhlas karena dilaksanakan

bersama-sama dengan teman-teman untuk lebih baik lagi buat kedepannya.

11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan?

Faktor penghambatnya adalah ketika saya menginginkan sesuatu tidak ada,

artinya ketika belajar ada yang belum faham tidak ada yang mengajari saya

jadi merasa malas, serta kurangnya pendamping.

12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan?

Kalau dari faktor pendukung saya merasa punya orang tua, dan untuk belajar

pun banyak yang memberikan bantuan berupa buku-buku dari para donator.

13. Selama kamu tinggal diyayasan ada kemajuan/perubahan tidak?

Pasti ada seperti bisa membaca al-qur’an, hafalannya juga bertambah, rajin

sholat.

14. Apa hasil yang dicapai program tersebut?

Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan saya mendapatkan peringkat 5

besar.

15. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?

Saya mau sukses serta menjadi anak yang sholeh karena semua kebaikan ada

di anak sholeh, kalau orang sholeh pasti jujur, disipilin dan akhlaknya baik

serta bisa dipercaya oleh masyarakat, saya ingin melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi.

Kepada Yang Terhormat:Ketua Dewan Pertimbangan SkripsiUIN Syarif Hidayatullah JakartaDiTempat

As s amu' al ai kuml{aw ahmatull ahiWab ar akatuh

Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak / lbu dalam lindungan allah SWT,sefta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, selanjutnya saya yang bertandatanagn di bawah ini:

NornorLampiranPerihal

Nama

NIM

'.: "'' Semester

: Istimewa: 1 Berkas: Pengajuan Judul Skripsi

Jakafta, 02 April2014.

Nt , e (e (t* t1|t

Fikri Dzulkarnain

1 1 1 0054000032

VIII (Delapan)

Fakultas/Jurusan : Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi/Pengembangan Masyarakat Islam

Bermaksud mengajukan .iudul skripsi dengan judul, Peran Yayasan Griya Yatimdan Dhuafa Melalaui Pendidikan Keterampilan di Bekasi proposal ini selanjutnyadiharapakan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S. Sos. I dalam

.ienjang Strata I di UIN Syarif Hidayatullah lakarta.

Dengan ini saya lampirkan:

1. Outline2. Proposal Skripsi3. Daftar Pustaka Sementara

Demikianlah pemberitahuan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaVlbu saya

ucapkan terima kasih.

W as,s amu' al ai kumW arr ahmat ull ahiWab ar akatuh

Mengetahui,

IsmetFirdausM.Si.NrP. 1s0411196

PenasihatAkademik, Pemohon,

I 1 1 0054000032

'. KEMEI{TEIi.IAI\ AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UN)SYARIF HIDAYATULI,AI.I JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIJl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2lndonesia

Teiepon/Fax : (021) 7 432728 I 7 4t 03580Website: rvru'.fdkuiqiakarta.ac.id, E-mail : datsyatt@k rU-qiakarta.ac.id

X &EWWbr

www w

NomorLampiranHal

: Un.0 l/F5/Pp.00.e/ Zl4fnoru J akarta, !--f]lvIar et 20 I 4:

'. lzinPenelidian (Sliripsi)

Kepada Yth,Kepala yayasan Griya Yatim & DhuafaJl. Kasuari Raya Blok B 9 HD 8A-II Sektor 9Bintaro Tangerang Selatandi

Tempat

As s al amu' al ai kunt Lltr. Wb.

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif IlidayatullahJakarta menerangkan bahwa:

NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.

Tembusan :

1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Pengembangan Masyarakat Islarn

Fikri Dzulkarnain1 1 1 00s4000032Bekasi, l0 Juni 1988VIII (Delapan)Pengernbangan Masyarakat islam (PMI)Jl. Caman Raya RT 07101Jatibening Pondok Gede.0838732526s3

adalah benar mahasiswa Fakultas Ihntr Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalamrangka penulisan skripsi berjudul "Peran Yayasan Griya \Yatim dan Dhuafa diBekasi dalam Pemberdayaan Kaum dhuafa di Bekasi".

sehu$ungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/lbu/sdr. dapatmenerima/rnengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud. '.

Demikian, atas kerjasama dan bantuarnya kami mengucapkan terirna lcasih.

l4/ssalamu'alaikum Wr.Wb. -.ri:::.r',^..

Subhan, MAr10 199303 1 004

KBMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NBGERI (UTN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 154 l2 lndonesiaWebsite: wwv. filkuiniakarla.ac. id

Telepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580E*ail

Nomor : Un.01/F5 lPP.00.91366012014Lamp :1(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi

NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judul Skripsi

Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Jakarta, 10 April2014

I(epada Yth.Wati Nilamsario M.Si.Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assalamu' alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakr-rltas Dakwah dan llmu Komurrikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaiberikut,

: Fikri Dzulkarnain: 1 I 10054000032

Pengembangan Masyarakat IslamVIII (Delapan)083873252653Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melalui PendidikanI(eterampilan di Bekasi.

I(ami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 06 Maret s.d. 06September 2014.

Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu' alaikum Wr. Wb.

I Dekan Bidang Akademik

004

an. Dekan,

**:.11-'#lt,,.".. E;-!0r",j.,,.,k_ KEMENTERIAN AGAMA,.', " _*.-,, *, , UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)I w;" vraWW.r.&*" !i fu Mffi&A \& i SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA'- .".'.^'.-.^...""--*} FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

.ll. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite: rvrw,.filkrrin iakarta.ac.id

Telepon/Fax : (021) 7 432728 I 7 17 0358AE-mail : [email protected]

NomorLampiranHal

Hari/TanggalWaktuTempat

Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas Dakwah dan llmu KomunikasiAjkd/Mr

NamaTempat Tanggal lahirNIMJUt ui)dl I

Judul Skripsi

Keterampilan di Bekasi

Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :

Ketua/PengujiSekretarisPengujiPengujiPembimbing

Fikri DzulkarnainBekasi, 10 Juni 19881 1 1 0054000032Pengembangan Masyarakat lslam (PMl)

Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalamemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan

: Un.01iFSlPP 00 s/ 1/Vtzou: 1(satu) Berkas Skripsi: Ujian Skripsi

Kepada Yth. :

1. Wati Nilamsari, M.Si2. M. Hudri, MA3. Nurul Hidayati, M.Pd4. Nasichah, MA5. Wati lililamsari, M.Sidi

Jakarta, i fSeptember 201 4

Jakarta

Assal a m u' al a i ku m Wr. Wh.

Dekan Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswali di Fakultas Dakwah danllmu Komunikasi,

: Kamis, 1B September2014: Pk. 10.00 s.d. 11.00 WIB: Ruang Munaqasah (Lantai 78)

Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, g u na dipelajari/d iteliti sebagaimana mestinya.

Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapakllbu, kami ucapkanterima kasih

Wassalam,

Drd. Ma ah TasyrifatunNIP. I 198703 2 001

care & integritg...

SK.Men Huk & Ham. AHU-2494.AH.01.04Jh 2009

STURKTUR YAYASAN

GRIYA YATIM & DHUAFA

ta,

2,1,

Z

L222'l,2'1.,r

2,r'lt,

2'/77,.,/,

aea,l22,1'rl22,/,,1,

2,r27,l,l,l22,l2'ilaa2,,l,,

,1,

222a,

2'l,r,t

u'l,t,,

2,l

I2

ltI7,t7

"it7,t

'"t'rI7,1T4I;r'r.,1

'tt2,4

/'t?IL222,l,4

v,2,:l,tl22uft7,r

2,,r

?.,t

ftta7l2,,

2,r,1

22,r

27ul2a

"112,,n'1,,l2

DF,PARTEMEN HLIK{JM DAN HAK AIiAST MANUSIA RNPUBLIK INDONESiIANIRAKTORAT JNNDERAT, ADMINISTRATiI HUKTJM I-]MLIM

KIFLiTIJSAN MENTERI HUKUM T}AN HAK ASASI MANI,ISIA REPLJBI.,IK INI}ONNSIANOMOR : AHt.r-2494.A l-1.0 1 .04.]'ahun.2{}09

l'llh{T'ANC

PF:l']fi l.SA l"l Ahi YAYA SAN

MENTERI HTJKI.JM DAN HAK ASASI MANIISIN RF"FLIBI,IK IhIDONF,SIA.

\{ent-raca : Surat permch*nan dari Notaris Nyonya Gerda Joice t.usia. Sf{ nr}mor I lSiSK-NtlT'/Vlf/2009 tanggal 2l Juli 2009 perihal perrn*honan pengesahan vayasan .v-angtliterima tanggal CI4 Agustus 20{ig:

\'lenirnbarlc : Ilahwa setelah dilakukan penelitian ferhadap Akta Pendirian yayirsa* yans disampaikan kepada Departernert Hukum llan l{ak Asasi Manusia. akta tersehut tetahrnemenuhi syarat sebagaimatta diatur dalanr peraturan perundang-nndangan. seliinggadapat disahkan;

\lenuingat : i . lJndang-unclang Nonror tf, T'ahun 2001 tentanr Yavasan { [.embaran NegaraR.epublik lndonesia 'l-ahun ?fl0l Nomor I I l. 'famtrahan L.embaran l.JegarnRepublik lndonesia Ncntor 4132) .iuncto linclang-undang Repuhlik lndonesiaNomcr 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas l.Jndang-undans Nomor 16 T'ahun2001 tentanu Yayasan (l-crnbaran Negara Repirblik Indonssia T'ahun ?004 NomorI 15.

'I'anrbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410):

:- Peraturan Pernerintah Republik !ndonesia Nomor {ri J'ahun 200S fentangPelaksanaan Undang-e.rnclang tentang Yavasan {Lembaran Negara Republiklndonesia Tahttn :i108 h/amor 134. Tambahan l,enrbaran Negara Repub{itilndonesia Nornor 4894):

MRMUTT]SKAN\'lenetapkan :

PI,RI'AMA : Memberikan Pengesahan Akra pendirian :

KFD{JA

YAYASAN CRIYA YATIM DAN DtJA'T.'Ai:,ltlWP : ? l. I 00.477.5-4 | t.000

berkedudlrkan di Kota 1'artger*ng Selatan. sesuai clengan Akta Nornor 09 tanggal {,}4

Juni 2S09 yang dibuat oleh Notaris N3ranya fierd* Joice l_usia. SFI trerkeduclukan diKabupaten ?'angerang.

: Keputusan ini mulai trerlaku sejak tanggal ditetapkari.

A.n. MENTERI H{"JKLr

Ditetapkan di .lakartapada tanggal 07 Agusfus 2009

HAK ASASI MANTiSIA RTIPIIBLIK IND{)NESIAADMINIS"I'RASI HI.]KI.JM TIM{ iM

ANA t"{ARIAT,i

ll. BARI .4/l:D" Sll.

DIREK

1q4q0103 tq??f|:i I n{llMH

DEPARTEIT{EN KEUANGAI{ R.I.DIREKTORAT JENDERAL PAJAKKAI\ITOR WILAYAHKANTOR PELAYAFIAN PAJAK

:KANW1L D]P SANTEN:PRATAMA SERPONGJL. RAYA SERPONG BLOK 4CI5 SEKTOR 8 NO.4BSD STRPONG 15310

SUBAI KE'T EBA!-\|.GAN _T.F&DAETABNomor : PEM-ooogs2oER,/wPJ.08/Kp-o3o3,/2oo9

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagatmana telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000 dan Keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor KEP-1731PJ./20A4 dengan ini diterangkan bahwa:

1. Nama

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (ltPWP)

3. Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)

4. Alamat

5. Merk/Akronim6. Status Modal

7. Status Usaha

8. Kewajiban Pajak

telah terdaftar pada tata usaha kami.

Dengan terbitnya surat ini, maka dalammencantumkan NPWP sejak tanggal: 12

YAY GRIYA YAT]M DAN DUAFA

21.100.477.5-411.00085310 - JASA KTGIATAN SOSIAL DI DALAM PAf{TI

]1. MAGNOLIA I BLOK A NO. 24 RT OO4 RW OO4 KELUR.AI-*AI'-I

RAWA BUNTU KECAMATAN SERPONG TANGERANG BANTEilt

SWASTA

Pusat

lF ppn Pasal 25

17 Pprr Pasal 4{2)

ll PPfr Pasal ].9

ff PPtr Pasal 29

ff ppn Pasal 21

F ppn Pasal 15

F ppn

F'pptr

FT pptr

Pasal

Pasal

Pasal

23

22

rangka memenuhiluni 2009

hak dan kewajiban perpajakan, wajih

SERPONG, 12 luni 2009A.n.Kepala Kantor

Kepala Seksi PelaYanan

SIANA- TTCIUNA 5${A!48RA, 5ENIP 060064402

Register : 170267998KP.PDlP.4.2-O0

ry$ffi{pffi

I4#c#ie

$

ffi*

ql"ft\b- -rfdFtt- "#**,.,.*#s*L8-#xst*,qftp\\lg.fr tlt\* -rt

a

L*#

$qfhx

d[l*,cqJFrLJ*A4ffiffi.ffi

F-,d3*cF*ffi

flftr*r#fqLd

,*

F€

3*

ffi.qfryf{ffittr#

f,

!r,ir"

w!*r

#

ffir*f*hqrr

Frhlr*rf-W,re

*

.t?ri*

rnbd/?itun\."f,ftndr{'ttr*r$Jfl#

fr€d {q&

[ ,r lcr

-4f f sl

&-" LJl-#7

Etr-f

d"tp#fi $#*hlntrr $t$,ndrryHH4'{tr *'**

xf,t+ 4h. rf

f

{},otd*€tb:fr3

sc

x*

tr3,* l*

*#t' rtb,sF dlmi

t** r.$

fl3*p#o,ts{Lt".$,{flry#df

.,&

i**Co?

NY. @ERDA J@ICE LlJSlA, SH.FI(}T'Att'IS

SK. MENTERI KEHA.KIMAN RINo. C-230.HT.03.01. TH. 1998, Tgl 1 Oktober 1998

SALINAN

PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPATAKTA

YAYASAN GRIA YAIII"I DAN DUATF'I

72.-NOMOR

TANGGAL17 September 2012

KANTOR :

Pamulang Permai I Blok SH 7 No.10