PERAN WARUNG REHABILITASI DAN KOMUNIKASI PEMUDA...
Transcript of PERAN WARUNG REHABILITASI DAN KOMUNIKASI PEMUDA...
PERAN WARUNG REHABILITASI DAN KOMUNIKASI PEMUDA
DALAM PEMBERDAYAAN KAUM MUDA DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)
Oleh
Syachul Hamdi
NIM : 1112054000022
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1439 H/2017 M
i
ABSTRAK
Syachul Hamdi
Peran Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda Dalam Pemberdayaan
Kaum Muda Depok
Kota Depok, Jawa Barat, merupakan salah satu kota dengan tingkat
kriminalitas yang tinggi. Banyak dari para warganya tersangkut masalah
kriminalitas dari perjudian, narkoba, dan penyakit sosial lainnya. Oleh karenanya
pembinaan dan pemberdayaan terhadap warga yang tersangkut masalah sosial
tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi angka kriminalitas di kota tersebut.
Untuk membantu para warga Depok yang tersangkut permasalahan sosial,
para pemuda yang tergabung dalam WARKOP membuat program-program
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membina dan membimbing
masyarakat yang tersangkut permasalahan sosial agar mereka dapat berubah dan
menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik tersebut.
Dalam penelitian yang menggunakan WARKOP sebagai objek studi kasus
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang
terdiri dari observasi (pengamatan), wawancara, dan penelaahan dokumen. Dari
sisi teori, penulis menggunakan beberapa teori yang relevan dan terkait dengan
tema pada penelitian ini, antara lain teori pemberdayaan masyarakat, tahapan
pemberdayaan, indikator keberdayaan, proses pemberdayaan, strategi
pemberdayaan, program pemberdayaan masyarakat, dan model pemberdayaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya program-
program pemberdayaan masyarakat yang diadakan oleh WARKOP, warga sekitar
dapat merasakan dan mendapatkan manfaat dari berbagai macam kegiatan
tersebut. Hal ini dikarenakan program-program pemberdayaan yang dilakukan
oleh WARKOP yang terdiri dari program rawat jalan, motivasi, edukasi,
konsultasi, usaha ekonomi kreatif, dan program pencegahan dapat memberikan
dampak positif yang membuat para warga binaan/anggota WARKOP menjadi
mempunyai kehidupan yang jauh lebih baik.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Masalah Sosial, WARKOP.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Peran
Warung Rehabilitasi Pemuda Dalam Pemberdayaan Kaum Muda
Depok”.dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah merubah zaman jahiliyah menjadi zaman penuh
ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr.Tantan Hermansah M.Si selaku pembimbing yang
telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh sadar
dan ketulusan pula kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
iii
2. Bapak Suparto M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Konumikasi, Ibu Dr. Hj. Roudhonah M. Ag
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam dan sekaligus pembimbing akademik, serta Bapak Drs. M. Hudri.
M.Ag, selaku Seketaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, terima
kasih atas segala ilmu dan motivasi yang telah diberikan selama masa studi di
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
4. Segenap dosen jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan seluruh Civitas
Akademik yang telah memberi wawasan keilmuan dan membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Mansur S.Sos yang telah memberi izin dan informasi. Semoga
kepemimpinan Ibu selalu diberkahi Allah SWT.
6. Orang Tua Tercinta Abi H.M.Muchtar Syarih, H.Sainan dan Umi.Hj.Rosida.
Spd.I. serta istri Tercinta Lusi Stani S.E yang selalu tulus ikhlas mendoakan
penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap doa
dan pengorbanan mendapat belasan berlipat dari Allah SWT. Amiin.
7. Seluruh Anggota Warkop (Warung Rehabilitasi Pemuuda). Terimakasih atas
semua pelayanan dan pertisipasinya kepada penulis selama melakukan
penelitian. Semoga semua amal kebaikan dilipatgandakan Allah SWT.
iv
8. Kawan-kawan Seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2012 dan Kakak serta Adik kelas semua yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
9. Kepada Kakak tersayang Ika Musyarofah ,Ahamad Humaidi, Adik Tercinta
Amelia Ulya Nisa Nulqolbiyah yang selalu memberi motivasi dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 13 Oktober 2017
Syachul Hamdi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ……………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………… 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 9
D. Metodologi Penelitian ……………………………………….. 11
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….. 17
F. Sistematika Penulisan ………………………………………... 19
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Peran ………………………………………………………………. 22
B. Pemberdayaan Masyarakat ……………………………………….. 23
C. Indikator Keberdayaan ……………………………………….. 28
D. Proses Pemberdayaan ……………………………………….. 33
E. Program Pemberdayaan Masyarakat ……………………….. 35
F. Model Pemberdayaan ………………………………………. 37
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
A. Sejarah WARKOP ………………………………………………. 41
B. Alamat WARKOP ………………………………………………. 43
C. Visi dan Misi WARKOP ………………………………………. 43
D. Struktur Organisasi WARKOP ………………………………. 44
E. Pendanaan WARKOP ………………………………………. 44
F. Program-program Pemberdayaan dari WARKOP ……………….. 46
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat oleh WARKOP ………. 64
B. Hasil Program Pemberdayaan WARKOP ………………………. 78
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 87
B. Saran ……………………………………………………………… 89
Daftar Pustaka ……………………………………………………… 90
Lampiran - Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Narasumber ………………………………………………. 15
Tabel 2 Indikator Keberdayaan ………………………………………. 31
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam kebersamaan. Sejak
kelahirannya, manusia tidak pernah sendiri, tetapi selalu dalam lingkungan
sosial yang saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain, yang
kemudian disebut masyarakat. Menurut fitrahnya, manusia yang tergabung
dalam kesatuan sosial di dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya selalu
mengalami perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik dan lebih
maju, tentunya melalui sebuah proses. Dalam hal usaha memenuhi kebutuahn
hidup, ada yang berlebihan dan ada yang kekurangan (baik materi maupun
spiritual), artinya dalam usaha tersebut manusia (masyarakat) menghadapi
banyak masalah dan tantangan yang membutuhkan pemecahan. Kaitannya
dengan hal ini, ada orang atau masyarakat yang mampu mengatasi sendiri dan
ada pula yang memerlukan bantuan orang lain. Disinilah dakwah dengan
segala macam bentuk dan wujudnya ikut ambil andil mengatasi dan menjawab
persoalan yang dihadapi masyarakat tersebut.1
Masalah umum yang seringkali muncul di masyarakat adalah
kemiskinan. Tingkat kemiskinan yang cukup tinggi rawan menimbulkan
kesenjangan sosial dan akhirnya menyebabkan timbulnya berbagai macam
penyakit sosial di masyarakat. Beberapa penyakit sosial yang sering terjadi di
1 Kamaludin, Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam (Konsep Dasar dan Arah
Pengembangan) (Jurnal Hikmah, Vol. Viii, No. 02, Juli 2014). h. 42.
2
antaranya adalah penyalahgunaan narkoba, perjudian, pencurian, dan tindakan
asusila. Hal ini juga terjadi di Depok yang merupakan salah satu kota yang
berpenduduk padat di Provinsi Jawa Barat.
Depok merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai
catatan buruk tentang berbagai penyakit sosial di masyarakat seperti kasus
narkoba, perjudian, dan tindakan asusila. Hal ini dapat dilihat dari maraknya
pemberitaan media baik cetak maupun elektronik yang memberitakan
pengungkapan kasus-kasus narkoba, perjudian, dan tindakan asusila yang ada
di wilayah Depok Jawa Barat. Berikut adalah beberapa kasus tentang narkoba,
perjudian, dan tindakan asusila yang sempat di muat di berbagai media di
Indonesia:
1. Harian Poskota News pada Minggu, 24 Januari 2016 memberitakan
tentang penangkapan enam pengedar sabu di Depok oleh Aparat
Satresnarkoba Polresta Depok yang dipimpin oleh Kapolresta Depok,
Kombes Dwiyono. Dalam penangkapan ini, petugas menyita delapan
paket sabu senilai jutaan rupiah.2
2. Harian Republika Nasional pada Jumat, 2 September 2016 memberitakan
bahwa Polres Depok mengungkap 44 kasus narkoba dengan 49 orang yang
dijadikan sebagai tersangka.3
3. Koran Tempo pada Rabu, 31 Agustus 2016 memberitakan tentang Polisi
yang menangkap mahasiswa di Depok yang menjadi bandar narkoba.4
2Poskota News:http://poskotanews.com/2016/01/24/polres-depok-gulung-enam-pengedar-
narkoba/. Diakses pada Minggu 6 November 2016 3Republika Nasional :http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/16/09/02/ocuvy3365-polres-depok-ungkap-44-kasus-narkoba-dengan-49-tersangka.
Diakses pada Minggu 6 November 2016
3
4. Viva News pada Rabu, 30 Desember 2015 memberitakan tentang TNI dan
Polri yang menghancurkan surga judi yang sekaligus menjadi arena judi
terbesar di Depok.5
5. Detik News pada Kamis 26 Juni 2014 memberitakan tentang Satuan Polisi
Pamong Praja (Sat Pol PP) yang melakukan razia pada pasangan mesum
dan cabe-cabean di Depok.6
Dari beberapa contoh tersebut dapat dilihat bahwa kota Depok sebagai
salah satu kota dengan penduduk yang padat di Provinsi Jawa Barat telah
menjadi kota yang rawan akan bahaya narkoba, perjudian, dan tindakan
asusila. Dan hal ini telah berlangsung cukup lama di kota Depok.
Menanggapi keadaan yang kurang menyenangkan tersebut,
sekelompok pemuda yang tergabung dalam sebuah organisasi dengan nama
Warung Rehabilitasi Komunikasi Pemuda (selanjutnya disingkat:
“WARKOP”) yang berlokasi di Kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan
kota Depok WARKOP sendiri membuat program-program pemberdayaan
masyarakat dalam upaya untuk memberdayakan warga yang terlanjur menjadi
pelaku kriminalitas seperti pengguna narkoba, penjudi, dan pelaku asusila
untuk kembali menjadi masyarakat yang baik, mandiri, serta berpegang teguh
terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam.
4Tempo:https://m.tempo.co/read/news/2016/08/31/064800503/polisi-tangkap-mahasiswa-
depok-yang-jadi-bandar-narkoba. Diakses pada Minggu 6 November 2016 5VivaNews:http://metro.news.viva.co.id/news/read/716952-menghancurkan-surga-judi-
di-depok. Diakses pada Minggu 6 November 2016 6Detik News:http://news.detik.com/berita/2619999/pasangan-mesum-dan-cabe-cabean-
dijaring-sat-pol-pp-depok. Diakses pada Minggu 6 November 2016
4
Pengembangan Masyarakat (community development) secara umum
dapat diartikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang sistematis,
terencana, dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna
mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik
apabila dibandingkan dengan pembangunan sebelumnya.7
Pengembangan masyarakat Islam merupakan salah satu wujud dari
dakwah bil-hal. Dakwah bil-hal, menurut Sahal Mahfudh (1984), mempunyai
implikasi terhadap pengembangan masyarakat itu sendiri yang meliputi:
1. Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, pendapatannya bertambah
untuk membiayai pendidikan keluarga atau memperbaiki kesehatan.
2. Dapat menarik partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sebab
masyarakat terlibat sejak perencanaan sampai pelaksanaan usaha dakwah
bil-hal.
3. Menumbuhkan atau mengembangkan swadaya masyarakat dan dalam
proses jangka panjang bisa menumbuhkan kemandirian.
4. Mengembangkan kepemimpinan daerah setempat dan terkelolanya sumber
daya manusia yang ada, sebab anggota kelompok sasaran tidak saja jadi
objek penelitian, tetapi juga menjadi subjek kegiatan.8
Dalam kegiatan dakwahnya dalam memberdayakan masyarakat yang
menjadi sasaran pemberdayaan, WARKOP berusaha untuk melibatkan mereka
ke dalam aktivitas-aktivitas pemberdayaan yang mereka lakukan, baik
aktivitas yang bersifat sosial maupun keagamaan. Dengan melakukan hal ini,
7 Tantan Hermansah dan Muhtadi, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (Jakarta :
UIN Jakarta Press, 2013), Cet. Ke-1, h. 6 8 Ibid. h. 9
5
WARKOP berharap bahwa nantinya para masyarakat binaan WARKOP dapat
tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat yang mandiri, religius, dan
bebas dari hal-hal yang berhubungan dengan kemaksiatan seperti berjudi,
penyalahgunaan narkoba, melakukan tindakan asusila dan perbuatan tercela
lainnya.
Perjudian, penyalahgunaan narkoba, tindakan asusila, dan tindakan-
tindakan tercela lainnya merupakan beberapa masalah sosial yang sering
terjadi di masyarakat. Sebagaimana diketahui, masalah sosial merupakan
kondisi yang tidak diinginkan karena mengandung unsur-unsur yang dianggap
merugikan baik dari segi fisik maupun non fisik bagi kehidupan
bermasyarakat. Lebih dari itu, dalam kondisi yang disebut masalah sosial
tersebut juga sering terkandung unsur yang dianggap merupakan pelanggaran
dan penyimpangan terhadap nilai, norma, dan standar tertentu. Oleh sebab
itulah dari kondisi semacam itu kemudian menampilkan kebutuhan akan
pemecahan, perubahan, dan perbaikan. Di lain pihak, dalam pengertian
pembangunan masyarakat pada dasarnya selalu terkandung unsur perubahan,
khususnya perubahan menuju kepada suatu tingkat dan kondisi yang lebih
baik. Tanpa menunjukan adanya unsur perubahan ini, sulit untuk dapat
mengatakan bahwa suatu aktivitas atau suatu proses sebagai pembangunan
masyarakat.9
Berusaha mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik juga menjadi
salah satu tujuan utama WARKOP dalam kegiatan dakwahnya dalam
9 Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan. (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995).
Cet. Pertama. h. 110
6
memberdayakan para masyarakat yang mempunyai masa lalu yang kurang
baik. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh WARKOP ini tidak lepas dari
semangat dakwah yang diajarkakan oleh agama Islam. Salah satu ayat di
dalam Al-qur’an yang memerintahkan tentang ajakan dakwah terdapat pada
Surat At-Taubah ayat 71. Di dalam ayat tersebut Allah SWT telah berfirman:
هون بالمعروف يأمرون ات ب عضهم أولياء ب عض والمؤمنون والمؤمن عن وي ن سي رحهم أولئك ورسوله الله ويطيعون الزكاة وي ؤتون الصلة ويقيمون المنكر
زيز حكيم ع الله إن الله
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S At-Taubah : 71).10
Dari ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa semua orang mukmin
adalah saudara dan penolong bagi umat mukmin yang lain. Oleh karena itu,
hendaknya sesama mukmin saling mengingatkan di dalam kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran.
Berangkat dari ayat tersebut, maka perintah dakwah untuk mengajak
sesama mukmin adalah hal yang harus dilakukan guna mendapatkan rahmat
dari Allah SWT. Hal tersebutlah yang sedang dicoba untuk dilakukan oleh
10
Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemah, (Jakarta: Depag RI,
1980), Cet. Ke-1
7
para pengurus dan anggota WARKOP dalam mengajak masyarakat yang
mempunyai kisah hidup yang kurang baik seperti para pecandu narkoba, para
pemain judi, dan para pelaku asusila untuk kembali ke jalan kebaikan yang
diridhoi oleh Allah SWT.
Para pengurus dan anggota WARKOP berpandangan bahwa dakwah
yang mereka lakukan harus dilakukan secara menyeluruh. Tindakan turun
tangan secara langsung dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang
membutuhkan dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat perlu
dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga akan membuat tujuan
yang diinginkan tercapai. Hal ini didasari oleh hadits Nabi Muhammad SAW
yang berbunyi :
يقول: عليو وسلى من »عن أيب سعيد اخلدري ريض هللا عنو قال: سعت رسول هللا صلى اللى
ن لم يس تطع فبقلبو وذل أ ن لم يس تطع فبلسانو، فا
ه بيده، فا ضع رأ ى منك منكرا فليغي
ميا رواه مسل.« ن الإ
“Barangsiapa melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya,
jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka
(tolaklah) dengan hatinya, dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”
(HR. Muslim).11
Dalam hal untuk merubah dan memberdayakan masyarakat yang sudah
terlanjur melakuakn tindakan yang tidak baik bahkan dosa. Para pengurus dan
anggota WARKOP berpendapat bahwa mereka harus merubah kemaksiatan
11
A/W Publisher. Hadits Arbain An-Nawawiyah, Terjemah Bahasa Indonesia, (Surabaya
: A/W Publisher, 2005), Edisi 01. h. 39
8
dan kemungkaran yang terjadi di sekitar mereka dengan tangan mereka
melalui tindakan nyata untuk merubah para pelaku kemaksiatan itu dengan
program-program pemberdayaan yang mampu membuat mereka menjadi
manusia yang berbudi pekerti yang baik serta menjadi penganut agama Islam
yang baik. Karena itu, para pengurus dan anggota WARKOP membuat
program-program nyata dalam memberdayakan masyarakat yang terlanjur
mempunyai penyakit sosial yang mungkin dipandang hina oleh sebagaian
masyarakat yang lain agar mereka dapat kembali menjadi masyarakat yang
baik.
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian terkait program-program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh WARKOP di daerah Depok,
Jawa Barat yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah
berbentuk Skripsi dengan judul “Peran Warung Rehabilitasi Dan
Komunikasi Pemuda Dalam Pemberdayaan Kaum Muda Depok”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalah masalah
hanya pada program pemberdayaan yang dilakukan oleh WARKOP Depok,
Jawa Barat.
Kemudian agar dalam penulisan Skripsi ini menjadi lebih fokus dan
terarah, juga agar pembahasan yang dilakukan di dalam Skripsi ini tidak
melebar, maka penulis merumuskan masalah pada penulisan Skripsi ini
sebagai berikut:
9
1. Bagaimana bentuk program-program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Warung Rehabilitasi dan Komunikasi Pemuda di Depok,
Jawa Barat?
2. Bagaimana pelaksanaan dari program-program pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan oleh Warung Rehabilitasi dan Komunikasi Pemuda di
Depok, Jawa Barat?
3. Bagaimana hasil dari program-program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Warung Rehabilitasi dan Komunikasi Pemuda di Depok,
Jawa Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui alasan, dasar-dasar pemikiran serta konsep dari
program-program yang dibuat oleh WARKOP di Depok, Jawa Barat.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk program yang dilakukan oleh
WARKOP di Depok, Jawa Barat serta bagaimana pelaksanaan dan
hasil (output) dari program-pogram tersebut dalam upayanya untuk
membentuk kaum muda yang mandiri dan religius.
2. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:
a. Manfaat Akademis
10
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan studi bagi
penelitian selanjutnya yang melakukan penelitian dengan pokok
bahasan yang serupa.
b. Manfaat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
para pembacanya mengenai program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh salah satu organisasi kemasyarakatan yang berada di
Depok, Jawa Barat dalam upayanya untuk membentuk kaum muda
yang mandiri dan religius sehingga dapat membantu membentuk
masyarakat yang sejahtera serta berpegang teguh pada ajaran-ajaran
agama Islam.
c. Manfaat Khusus
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
WARKOP di Depok, Jawa Barat agar dalam menjalankan
program-programnya dapat lebih optimal dan lebih baik lagi
sehingga manfaat yang didapat oleh masyarakat akan lebih besar.
2) Penelitian ini juga ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi
penulis untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang penulis
dapatkan sewaktu di bangku kuliah sehingga kedepannya penulis
dapat menjadi peneliti yang lebih baik lagi.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian dalam penulisan tesis ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
11
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuanlitatif. Yaitu
penelitian yang dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen. Penelitian kualitatif dilakukan dengan prosedur
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12
Zuriah (2007) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang memerlukan ketajaman analisis, objektifitas, sistematis
dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi, sebab
hakikat dari suatu fenomena atau gejala bagi penganut penelitian kualitatif
adalah totalitas atau Gestalt.13
Dalam melakukan pendekatan kualitatif, penelitian ini secara
spesifik mengarah pada penggunaan metodi studi kasus. Penelitian ini
dilakukan secara mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subyek penelitian, dimana penelitian dilakukan
secara detail dan mendalam mengenai program-program yang dilakukan
oleh WARKOP di Depok, Jawa Barat.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan bedahan
Kecamatan Sawangan Kota Depok.
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2008). Cet. Ke-25, h. 9-10 13
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Teori-Aplikasi
(Jakarta:Bumi Aksara, 2007). Cetakan kedua, h. 92
12
b. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini terhitung sejak November 2016 -
Juni 2017.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber data,
yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai, sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto,
atau film.14
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
wawancara yang penulis lakukan dengan para narasumber dalam
penelitian ini.
b. Sumber Tertulis
Sumber tertulis dapat disebut sebagai bahan tambahan yang
dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi.15
Sumber tertulis dalam
penelitian ini merupakan data-data yang sudah dipublikasikan yang
berhubungan dengan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2008). Cet. Ke-25, h. 157 15
Ibid, h. 159
13
Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan 3
cara, yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.16
Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati WARKOP dalam menjalan program-program
pemberdayaan masyarakat yang mereka dilakukan.
Peneliti melakukan wawancara dengan para narasumber yang
berlokasi di Kantor WARKOP yang beralamat lengkap di Komplek
BNI Jalur Utama No.62 Rt/Rw 02/09, Kelurahan Bedahan, sebuah
kelurahan di daerah Kecamatan Sawangan, kota Depok Jawa Barat.17
Peneliti melakukan 6 kali kunjungan ke kantor WARKOP sesuai
dengan kesediaan waktu dari para narasumber. Dalam kunjungan
peneliti, peneliti juga melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar
WARKOP. Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 4 November
2016 pada pukul 14.00 WIB. Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal
4 Januari 2017 pada pukul 16.00 WIB. Kunjungan ketiga dilakukan
pada tanggal 17 Februari 2017 pada pukul 15.00 WIB. Kemudian
kunjungan keempat dan kelima dilakukan pada tanggal 23 dan 27
Februari 2017 pada pukul 18.00 dan 17.00 WIB. Dan kunjungan yang
keenam dilakukan pada tanggal 4 April 2017 pada pukul 16.00 WIB.
16 Nurul Zuriah,Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Teori-Aplikasi
(Jakarta:Bumi Aksara, 2007). Cetakan kedua, h. 173 17
Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 7 November 2016
14
Dalam observasi yang penulis lakukan di kantor WARKOP, penulis
menemukan bahwa di WARKOP terdapat beberapa ruangan yang
biasanya digunakan untuk melakukan program-program WARKOP
antara lain ruangan diskusi, ruangan konsultasi, ruangan pengajian,
dan ruangan latihan musik.
Hasil obsevasi yang peneliti lakukan terhadap WARKOP
menunjukan bahwa WARKOP sangat baik dalam menjalankan
program-programnya. Hal ini dibuktikan dengan keadaan tempat
pelatihan dan pelaksanaan program-program yang tertata dengan rapi.
Selain itu, modul-modul pelatihan dan juga modul-modul yang lain
juga tersedia di kantor WARKOP yang dapat digunakan oleh para
warga binaan atau anggota WARKOP yang memerlukan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpul informasi yang
dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Ciri utama wawancara adalah adanya
kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi
(interviewer) dan sumber informasi (interview).
Dalam penelitian ini, wancara terhadap para informan
dilakukan dengan anggapan bahwa mereka dapat memberikan
gambaran dan penjelasan tentang WARKOP dan program-program
secara menyeluruh. Berikut adalah data mengenai informan yang
sudah diwawancarai:
15
Tabel 1
Data Narasumber No Informan Status Keterangan Data Metode
1 M Direktur
Warkop
1. Sejarah lembaga
2. Pengelolaan
program
3. Keputusan
organisasi
Wawancara
2 R Alumni dan
Koordinator
Bidang
Wirausaha
1. Bentuk kegiatan
program wirausaha
2. Pelaksanaan
program wirausaha
3. Hasil program
wirausaha
Wawancara
3 N Alumni dan
Koordinator
Bidang
Musik
1. Bentuk kegiatan
program musik
2. Pelaksanaan
program musik
3. Hasil program
music
Wawancara
4 J Koordinator
Bidang
Pengajian
1. Bentuk kegiatan
program pengajian
2. Pelaksanaan
program pengajian
3. Hasil program
pengajian
Wawancara
5 S Koordinator
IKMD
1. Bentuk kegiatan
program IKMD
2. Pelaksanaan
program IKMD
3. Hasil program
IKMD
Wawancara
6 B Anggota
Aktif
1. Alasan bergabung
dengan Warkop
2. Tanggapan tentang
program Warkop
3. Manfaat yang
didapat setelah
bergabung dengan
Warkop
Wawancara
7 A Alumni
Warkop
1. Alasan bergabung
dengan Warkop
2. Tanggapan tentang
program Warkop
3. Manfaat yang
didapat setelah
bergabung dengan
Warkop
Wawancara
Sumber : Data diolah
16
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-
data atau informasi yang diperoleh dari pihak WARKOP terkait
program-program pemberdayaan masyarakat yang mereka lakukan.
Data atau informasi yang diperoleh dapat berupa buku, foto, atau
dokumen lain yang memuat informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud untuk
mengorganisasikan data, diantarnya dengan mengatur, mengurutkan,
mengelompokan, memberi kode, dan mengkategorikannya.18
Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis deskriptif yaitu dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh melalui pengamatan
peneliti di lapangan.
6. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh
18
Adang Rukhiyat, dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta : CV. Tumaritis,
2003), Edisi 3, h. 55
17
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini terdapat 3 karya ilmiah berbentuk Skripsi yang
penulis jadikan sebagai bahan dalam peninjauan pustaka. Ketiga Skripsi
tersebut penulis jadikan sebagai referensi karena mempunyai topik bahasan
yang berhubungan dengan topik bahasan yang penulis angkat dalam penulisan
Skripsi ini. Ketiga Skripsi tersebut yaitu:
1. Skripsi dengan judul : “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid :
Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlas Jati Padang Pasar Minggu, Jakarta
Selatan oleh Ahmad Rifa’i”.
Skripsi ini ditulis oleh mahasiswa Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid yang dilakukan di Masjid Al-
Ikhlas Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa dengan adanya
program pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid yang dilakukan oleh
DKM Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jamaah Masjid, masyarakat sekitar
Masjid dan juga umat Islam pada umumnya, dapat merasakan dampak
positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlas Jatipadang dilkakukan dalam hampir
semua aspek, terutama aspek yang mampu memandirikan,
18
memberdayakan, serta dapat merubah jama’ah dan atau masyarakat di
sekitar Masjid pada umumnya menuju ke arah yang lebih baik.
2. Skripsi dengan Judul : “Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program 1000 Posyandu oleh Pemerintah Kota Tangerang di
Kelurahan Karawaci Baru oleh Ulfah Latifah”.
Skripsi ini ditulis oleh mahasiswi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui program 1000 Posyandu yang
dilakukan oleh pemerintah kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru.
Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan 1000 Posyandu
yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait, diantaranya Dinas Kesehatan,
Dinas Tata Kota, BPMKB, pihak kelurahan sampai pada partisipasi
masyarakat secara langsung. Disamping itu juga tentang konsep
pemberdayaan masyarakat yang ada pada program ini melalui berbagai
kegiatan posyandu yang ada.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan melakukan
program 1000 Posyandu seperti yang dicanangkan oleh pemerintah Kota
Tangerang setidaknya memiliki kontribusi terhadap kegiatan Posyandu
yang telah ada sebelumnya, terutama dari segi pembangunan sarana dan
prasarana.
3. Sripsi dengan judul : “Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program
Sekolah Otonom Oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta
Timur oleh Fenny Oktaviany”.
19
Skripsi ini ditulis oleh mahasiswi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap
pemberdayaan anak jalanan melalui Program Sekolah Otonom di Sanggar
Anak Akar, Gudang Seng, Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Penelitian ini menunjukan bahwa hasil dari pelaksanaan program
Sekolah Otonom ini pun dapat dilihat dari segi peningkatan kreatifitas dan
ketrampilan anak-anak. Meskipun Sekolah Otonom ini baru berjalan satu
tahun akan tetapi perubahan anak-anak pun sudah dapat dilihat oleh para
staf sanggar maupun dirasakan sendiri oleh anak-anak tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan pembahasan, maka
penulis membagi sistematika penulisan pada penulisan skripsi ini menjadi 5
bab. Kelima bab tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab Pendahuluan. Bab ini berisi tentang Latar
Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II TINJAUAN TEORITIS
20
Bab ini merupakan bab penjelasan tentang tinjauan terori yang
digunakan dalam penelitian ini. Bab ini berisi tentang
Pemberdayaan Masyarakat, Konsep Pemberdayaan (Model &
Tahapan Pemberdayaan), dan Program Pemberdayaan Masyarakat.
Bab III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
Bab ini berisi tentang gambaran umum dan profil organisasi
WARKOP di Depok, Jawa Barat yang meliputi Gambaran Umum,
Struktur Organisasi, serta Program-program pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh WARKOP di Depok, Jawa Barat.
Bab IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bab yang berisi tentang pembahasan Analisis
Data dan Temuan di lapangan dalam penelitian ini, yang berisi
tentang Konsep Pemberdayaan WARKOP , Program-program
Pemberdayaan Masyarakat yang dicanangkan oleh WARKOP,
Pelaksanaan dari Program-program Pemberdayaan Masyarakat
yang dicanangkan oleh WARKOP, serta hasil (output) dari
Program-program Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan oleh
WARKOP.
Bab V PENUTUP
21
Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Kesimpulan dari
penelitian ini serta Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan
hasil dari temuan pada penelitian ini.
22
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran
Peran menurut Soekanto (2009)1 adalah proses dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya.
Sedangkan Merton (dalam Raho : 2007)2 mengatakan bahwa peranan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang
yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran
(role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-
hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-
status sosial khusus.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peran
dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku atau perilaku maupun perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang yang meliputi norma-norma yang ada dan berlaku
dalam posisi tertentu dalam suatu masyarakat.
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru. Jakarta : PT Rajawali Pers
Jakarta, 2009. Cetakan Pertama, h. 212-213 2 Raho, Bernard, Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2007. h.67.
23
B. Pemberdayaan Masyarakat
Pengertian pemberdayaan telah cukup banyak dikemukakan oleh para ahli
dalam bidang tersebut. Salah satu pengertian pemberdayaan masyarakat
dikemukakan oleh Edi Suharto (2005)3, secara konseptual, pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita
untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan
bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah atau tidak dapat
dirubah.4
Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan;
3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung : PT Rafika
Aditama, 2005. Cet Pertama, h. 275 4 Ibid, h. 58
24
2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-
jasa yang mereka perlukan; dan
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.5
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.6
Pengertian lain tentang pemberdayaan dikemukakan oleh Totok
Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2013),7 yang mengatakan bahwa istilah
pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang
diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka
memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol
5 Ibid, h. 58
6 Ibid. h. 59-60
7 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.340-341
25
lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk
aksesibilitasnya terhadap sumber daya yang terkait dengan pekerjaannya,
aktivitas sosialnya, dan lain-lain.8
Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk
menyampaikan pendapat dan atau kebutuhan, pilihan-pilihannya,
berpartisipasi, bernegoisasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan
masyarakatnya serta bertanggung jawab (accountable) demi perbaikan
kehidupannya.9
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti perbaikan
mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat antara lain
dalam arti :
1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan
2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)
3. Kemerdekaan dalam segala bentuk penindasan
4. Terjaminnya keamanan
5. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran.10
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
8 Ibid. h.28 9 Ibid. h.28
10 Ibid. h.28
26
keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.11
Dalam upaya memberdayakan masyarakat tersebut dapat dilihat dari
tiga sisi, yaitu :
1. Menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
hanya menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini meliputi langkah-
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input),
serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang
akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan
ini, upaya yang amat pokok adalah taraf peningkatan pendidikan, derajat
kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti
modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa
pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar
fisik seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan
11 Ibid. h.30
27
fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada
lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan,
pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk
yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus
bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum
yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
3. Memperdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengkerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi
harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang
tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian.12
C. Indikator Keberdayaan
Mardikanto dan Soebiato berpendapat bahwa agar para fasilitator
mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, maka perlu diketahui berbagai
indikator yang dapat menunjukan seseorang itu berdaya atau tidak, sehingga
ketika pendampingan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan
12 Ibid. h.32
28
pada aspek-aspek apa saja dari penerima manfaat perubahan (keluarga miskin)
yang perlu dioptimalkan.13
Lebih lanjut Mardikanto mengemukakan beberapa indikator
keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program
pemberdayaan masyarakat mencakup beberapa hal berikut:14
1. Jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam tiap kegiatan
yang dilaksanakan
2. Frekuensi kehadiran tiap-tiap warga pada pelaksanaan tiap jenis kegiatan
3. Tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh
persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan
4. Jumlah dan jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan
untuk kelancaran pelaksanaan program pengendalian
5. Jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang
pelaksanaan program kegiatan
6. Intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah
7. Meningkatkan kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan
8. Berkurangnya masyarakat yang menderita sakit malaria
9. Meningkatnya kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan
kehidupan kesehatan
10. Meningkatnya kemandirian kesehatan masyarakat
13
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.289 14
Ibid, h.291-292
29
Sedangkan menurut Suharto, keberhasilan pemberdayaan masyarakat
dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan
ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan
kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi
kekuasaan, yaitu : kekuasaan di dalam (power within), kekuasaan untuk
(power to), kekuasaan atas (power over) , dan kekuasaan dengan (power with).
1. Kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk keluar rumah atau
wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop,
rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi
jika individu mampu pergi sendirian.
2. Kemampuan membeli komoditas kecil : kemampuan individu untuk
membeli barang-barang keluarga sehari-hari (beras, tanah, minyak goreng,
bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak,
sampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia
dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin pasangannya;
terlebih jika dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan
uangnya sendiri.
3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang , seperti lemari pakaian, TV, koran, majalah,
pakaian keluarga. Seperti halnya indikator diatas, poin tinggi ini diberikan
terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta
izin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut
dengan menggunakan uangnya sendiri.
30
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai
keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah,
pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.
5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai
apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak,
mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa izinnya;
yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.
6. Kesadaran hukum dan politik : mengetahui nama salah seorang pegawai
pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama
presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum
waris.
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes : seseorang dianggap
berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri
yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil;
penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan
pegawai pemerintah.
8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga; memiliki rumah,
tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi
jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari
pasangannya.15
15
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung : PT
Rafika Aditama, 2005. Cet Pertama, h. 63-66
31
Untuk lebih memahami tentang indikator keberdayaan, berikut ini
disajikan penjelasan indikator keberdayaan menurut Suhato:16
Tabel 2
Indikator Keberdayaan
Jenis hubungan
kekuasaan
Kemampuan ekonomi Kemampuan
mengakses manfaat
kesejahteraan
Kemampuan kulturan
dan politis
Kekuasaan di
dalam :
meningkatkan
kesadaran dan
keinginan untuk
berubah
Evaluasi positif
terhadap kontribusi
ekonomi dirinya
Keinginan memiliki
kesempatan yang
setara
Keinginan memiliki
kesamaan hak
terhadap sumber
yang ada pada
rumah tangga dan
masyarakat
Kepercayaan diri
dan kebahagiaan
Keinginan memiliki
kesejahteraan yang
setara
Keinginan membuat
keputusan mengenai
diri dan orang lain
Keinginan untuk
mengontrol jumlah
anak
Assertiveness dan
otonomi
Keinginan untuk
menghadapi
subordinasi gender
termasuk tradisi
budaya, diskriminasi
hukum dan
pengucilan politik
Kekuasaan
untuk :
meningkatkan
kemampuan
individu untuk
berubah;
meningkatkan
kesempatan
untuk
memperoleh
akses
Akses terhadap
pelayanan keuangan
mikro
Akses terhadap
pendapatan
Akses terhadap aset-
aset produktif dan
kepemilikan rumah
tangga
Akses terhadap
pasar
Penurunan beban
dalam pekerjaan
domestic, termasuk
perawatan anak
Ketrampilan,
termasuk kemelekan
huruf
Status kesehatan dan
gizi
Kesadaran mengenai
dan akses terhadap
pelayanan kesehatan
reproduksi
Ketersediaan
pelayanan
kesejahteraan publik
Mobilitas dan kses
terhadap dunia di
luar rumah
Pengetahuan
mengenai proses
hukum, politik dan
kebudayaan
Kemampuan
menghilangkan
hambatan formal
yang merintangi
akses terhadap
proses hukum,
politik dan
kebudayaan
Jenis hubungan
kekuasaan
Kemampuan ekonomi Kemampuan
mengakses manfaat
kesejahteraan
Kemampuan kulturan
dan politis
Kekuatan atas :
perubahan pada
hambatan-
hambatan
sumber dan
kekuasaan pada
tingkat rumah
tangga,
masayarakat dan
makro;
kekuasaan atau
Kontrol atas
penggunaan
pinjaman dan
tabungan serta
keuntungan yang
dihasilkannya
Kontrol atas
pendapatan
produktif keluarga
yang lainnya
Kontrol atas aset
Kontrol atas ukuran
konsumsi keluarga
dan aspek bernilai
lainnya dari
pembuatan
keputusan keluarga
termasuk keputusan
keluarga berencana
Aksi individu untuk
mempertahankan diri
dari kekerasan
Aksi individu dalam
menghadapi dan
mengubah persepsi
budaya kapasitas
dan hak wanita pada
tingkat keluarga dan
masyarakat
Keterlibatan
individu dan
pengambilan peran
dalam proses
16
Ibid, h.65
32
tindakan
individu untuk
menghadapi
hambatan-
hambatan
tersebut
produktif dan
kepemilikan
keluarga
Kontrol atas alokasi
tenaga kerja
keluarga
Tindakan individu
menghadapi
diskriminasi atas
akses terhadap
sumber dan pasar
keluarga dan
masyarakat
budaya, hukum dan
politik
Kekuasaan
dengan :
meningkatnya
solidaritas atau
tindakan
bersama dengan
orang lain untuk
menghadapi
hambatan-
hambatan
sumber dan
kekuasaan pada
tingkat rumah
tangga,
masyarakat, dan
makro
Bertindak sebagai
model peranan bagi
orang lain terutama
dalam pekerjaan
publik dan modern
Mampu memberi
gaji terhadap orang
lain
Tindakan bersama
menghadapi
diskriminasi pada
akses terhadap
sumber (termasuk
hak atas tanah),
pasar dan
diskriminasi gender
pada konteks makro
ekonomi
Penghargaan tinggi
terhadap dan
peningkatan
pengeluaran untuk
anggota keluarga
Tindakan bersama
untuk meningkatkan
kesejahteraan publik
Peningkatan
jaringan untuk
memperoleh
dukungan pada saat
krisis
Tingakan bersama
untuk membela
orang lain
menghadapi
perlakuan salah
dalam keluarga dan
masyarakat
Pertisipasi dalam
gerakan-gerakan
menghadapi
subordinasi gender
yang bersifat
kultural, politis,
hukum pada tingkat
masyarakat dan
makro
Sumber : Suharto (2005:65
D. Proses Pemberdayaan
Dalam proses pemberdayaan, penulis mengacu pada beberapa
pendapat. Pendapat pertama berasal dari Totok Mardikanto dan Poerwoko
Soebiato (2013) yang menjelaskan bahwa sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan atau mengoptimalkan
keberdayaan (dalam arti kemampuan dan atau keunggulan bersaing) kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan. Sebagai proses, pemberdayaan merujuk pada
kemampuan untuk berpartisipasi memperoleh kesempatan dan atau mengakses
33
sumberdaya dan layanan yang diperlukan guna memperbaiki mutu hidupnya
(baik secara individual, kelompok, dan masyarakatnya dalam arti luas).
Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses
terencana guna meningkatkan skala / upgrade kualitas dari obyek yang
diberdayakan.17
Pendapat lain dikemukan oleh Nanih Mahendrawaty dan Agus Ahmad
Safei (2001),18
yang menjelaskan bahwa kalau merujuk pada apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika membangun masyarakat, setidaknya
harus ditempuh dengan tiga tahap atau proses permberdayaan masyarakat.
Ketiga tahap atau proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proses Takwin, yaitu tahap pembentukan masyarakat. Kegiatan pokok
pada tahap ini adalah proses sosialisasi dari unit terkecil dan terdekat
sampai perwujudan-perwujudan kesepakatan.
2. Proses Tanzim, yaitu tahap pembinaan dan penataan masyarakat. Pada
fase ini internalisasi dan eksternalisasi isu-isu muncul dalam bentuk
institusionalisasi secara komprehensif dalam realitas sosial.
3. Proses Taudi’, yaitu tahap keterlepasan dan kemandirian. Pada tahap ini
masyarakat telah siap menjadi masyarakat mandiri terutama secara
manajerial.19
17
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.61 18 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Saefi. Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), h.285 19
Ibid, h.31-34
34
Sementara itu, menurut Edi Suharto, pelaksanaan proses dan
pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan pendekatan
pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu :
1. Pemungkinan; menciptakan suasanan atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal.
2. Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
3. Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan tidak seimbang dan mencegah eksploitasi terhadap kelompok
lemah.
4. Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
5. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antar berbagai kelompok dalam
masyarakat.20
E. Program Pemberdayaan Masyarakat
1. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program
Menurut Edi Suharto, program dapat dirumuskan sebagai suatu
perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian
satu atau beberapa tujuan khusus (objectives). Penyusunan program dalam
20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1
(Bandung : PT. Refika Aditama, 2005), h.67-68
35
proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam proses perumusan program, antara lain :
a. Identifikasi program alternatif. Penyusunan program merupakan tahap
yang membutuhkan kreativitas. Karenanya sebelum satu program
dipilih ada baiknya jika diidentifikasi beberapa program alternatif.
b. Penentuan hasil program. Bagian dari identifikasi program alternatif
adalah penentuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program
alternatif. Hasil tersebut menunjukan pada keluaran atau output yang
akan terukur. Hasil ini dapat dinyatakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
pelaksanaan tugas, unit pelayanan dan jumlah konsumen.
c. Penentuan biaya. Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya
program maupun biaya perhasil. Ada beberapa macam biaya, antara
lain biaya tetap (fixed cost), biaya variabel, biaya marginal, biaya rata-
rata dan sunk cost. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan satu kali
kali saja dalam satu program, tetapi bisa berulangkali jika program
berikutnya dilanjutkan atau dikembangkan. Misalnya biaya untuk
pembangunan jalan di desa tertinggal. Biaya variable adalah biaya
yang dikeluarkan setiap kurun waktu tertentu (misalnya setiap bulan)
sehingga jumlahnya dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kebutuhan atau produksi pada tahapan program. Biaya marginal adalah
biaya yang dikeluarkan untuk tambahan pelayanan. Biaya rata-rata
adalah biaya yang dikeluarkan untuk jumlah seluruh unit pelayanan.
Sunk cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya.
36
d. Kriteria pemilihan program. Setelah program-program alternatif
diidentifikasi, maka harus dilakukan pilihan diantara mereka.
Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, yakni bersandar pada
kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut
pentingnya, efisiensi, efektivitas, fisibiliatas (feasibility), keadilan dan
hasil-hasil tertentu. Misalnya, mana yang lebih penting antara jumlah
penurunan orang miskin atau jumlah pengangguran.
2. Pelaksanaan Program
Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan
proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan
kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi
atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan.
Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu:
a. Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program.
b. Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Program
Dalam tahap evaluasi program, analisis kembali kepada permulaan
proses perencanaan untuk menentukan apakah tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu
proses yang berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau
rencana sudah dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik
harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan
dilaksanakan.21
21
Ibid, h.78-80
37
F. Model Pemberdayan
Jack Rothman (1968 dalam Suharto : 2005) mengembangkan tiga
model yang berguna dalam memahami konsepsi tentang model-model
pengembangan masyarakat yaitu pengembangan masyarakat lokal (locality
development), perencanaan sosial (social planning), dan aksi sosial (social
action).
1. Pengembangan masyarakat lokal
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan
untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota
masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah
melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja
potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses
interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja
sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada
tujuan proses (process goal) dari pada tujuan tugas atau tujuan hasil (task
or product goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk
menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan
tersebut. Pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi
kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan
38
anggota masyarakat merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat
lokal yang bernuansa bottom-up ini.
2. Perencanaan Sosial
Perencaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan
masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan
remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk
(rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi,
kekurangan gizi) dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat local,
perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas (task goal). Sistem
klien perencanaan sosial umumnya adalah kelompok-kelompok yang
kurang beruntung (disadvantaged groups) atau kelompok seperti para
lanjut usia, orang cacat, janda, yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja
sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka sebagai
konsumen atau penerima pelayanan (beneficiaries). Keterlibatan para
penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan,
dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan
keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal,
semisal lembaga kesejahteraan sosial pemerintah (Depsos) atau swasta
(LSM). Para perencana social dipandang sebagai ahli (expert) dalam
melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat,
serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi program-
program pelayanan kemanusiaan.
39
3. Aksi sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of
resources), dan pengambilan keputusan (distribution of decision making).
Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah
sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidak adilan struktur.
Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan
tidak berdaya karena tidak diberdayakan oleh kelompok elit masyarakat
yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik dan kemasyarakatan.
Aksi sosial berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil.
Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan, dan
tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih
memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality), dan keadilan
(equity).22
22 Ibid, h.42-45
37
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
A. Sejarah WARKOP
Sejarah WARKOP dimulai dari tahun 2001 dengan berdirinya LKIS
(Lintas Kreasi Insan Seni). Organisasi ini mempunyai program-program dan
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan hal seni dan kreatif
masyarakat. Organisasi ini digagas dan didirikan oleh para pemuda yang ada
di kota Depok. Beberapa produk kerajinan telah dihasilkan dari kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh organisasi ini seperti kerajinan tangan dari kain
perca, kerajinan tangan menggunakan tumbuhan enceng gondok dan beberapa
produk kerajinan tangan yang lain yang mempunyai nilai ekonomi. Banyak
warga masyarakat yang mengikuti program-program dari organisasi ini
merasa sangat terbantu dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh LKIS dalam
hal ekonomi. Sayangnya organisasi ini bubar pada tahun 2004 karena
kesibukan dari para pengurusnya.1
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tanggal 17 April 2010, beberapa
pemuda yang dulu pernah bergabung dengan LKIS kemudian kembali
berkumpul dan mendirikan sebuah organisasi baru yang diberi nama Warung
Rehabilitasi Komunikasi Pemuda atau yang disingkat dengan WARKOP,
sebagai upaya dalam berkontribusi untuk memberdayakan para masyarakat,
khususnya yang berada di daerah sekitar Depok, untuk dapat sembuh dari
1 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi, Depok, 4
November 2016.
38
ketergantungan mereka akan narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya.
Tanggal 17 April 2010 kemudian ditetapkan sebagai tanggal resmi berdirinya
WARKOP.2
Beberapa tahun menjalankan program-program pemberdayaan
masyarakat sendiri, WARKOP mengalami berbagai macam kesulitan dan
hambatan. Hambatan dan kesulitan utama yang dihadapi oleh WARKOP
berupa kesulitan keuangan dan akses legalitas. Oleh karena itu, pada tahun
2013, WARKOP secara resmi bergabung dan bermitra dibawah naungan
Madani Mental Health Care Foundation tahun 2013. Dengan bergabung
dengan Madani Mental Health Care Foundation, program-program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh WARKOP dapat menjadi
lebih mudah dijalankan karena program-program tersebut dibantu oleh pihak
Madani Mental Health Care Foundation.3
Sampai saat ini WARKOP telah memberikan bantuan rehabilitasi
terhadap lebih dari 300 orang yang telah menjadi warga binaan. Ke 300 orang
tersebut adalah orang-orang yang terlanjur menjadi pelaku kriminalitas seperti
pemakai narkoba, pelaku perjudian, dan pelaku tindakan asusila. Kini, para
alumni warga binaan dari WARKOP telah menjalani kehidupan yang normal
layaknya orang biasa tanpa ketergantungan terhadap obat-obatan tertentu dan
terbebas dari kebiasaan melakukan perjudian dan tindakan asusila.4
2 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
3 Dokumentasi Warkop
4 Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 7 November 2016
39
B. Alamat WARKOP
WARKOP beralamat lengkap di Komplek BNI Jalur Utama No.62
Rt/Rw 02/09, Kelurahan Bedahan, sebuah kelurahan di daerah Kecamatan
Sawangan, kota Depok Jawa Barat.5
C. Visi dan Misi WARKOP
Menurut Gaspersz, visi adalah suatu pernyataan menyeluruh mengenai
gambaran ide yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa yang akan datang.
Sedangkan misi merupakan suatu pernyataan mengenai konsep dan tujuan-
tujuan yang bersifat strategis.6
Dalam usahanya untuk memberdayakan masyarakat, WARKOP
mempunyai visi dan misi seperti berikut ini:7
1. Visi
Visi WARKOP adalah terciptanya lingkungan yang aman dari narkoba,
terbentuknya lingkungan nyaman seperti keluarga, serta terciptanya
lingkungan produktif dengan adanya komunitas-komunitas produktif.
2. Misi
Misi WARKOP adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengawal potensi anak
muda.
b. Menciptakan program-program kreatif bagi masyarakat.
5 Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 7 November 2016
6 Vincent Gaspersz, Manajemen Bisnis Total – Total Quality Management (Jakarta :
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet-Ke-1, h.14 7 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
40
c. Menciptakan program-program penanggulangan terhadap narkoba.
d. Menciptakan program-program rehabilitasi terhadap para pecandu
narkoba.
D. Struktur Organisasi WARKOP
Menurut Hasibuan, struktur organisasi adalah suatu gambar yang
menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan, dan
jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan
tanggung jawab, rentang kendali dan system pimpinan organisasi.8
E. Pendanaan WARKOP
Pengertian dana menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah uang yang
disediakan untuk suatu keperluan tertentu. Pendanaan dapat diartikan sebagai
cara-cara yang dilakukan untuk mengumpulkan dana.9 Dalam melaksanakan
program-program pemberdayaannya, WARKOP tentu saja memerlukan dana
yang jumlahnya tidak sedikit, apalagi WARKOP membebaskan semua warga
binaannya dari biaya apapun. Dan untuk itu WARKOP berusaha untuk
memaksimalkan peluang dan kemungkinan yang ada dalam mengumpulkan
dana guna membiayai program-program pemberdayaan mereka. Beberapa
sumber pendanaan WARKOP antara lain:10
8 H. Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Produktivitas
(Jakarta : Bumi Aksara, 2010) Cet.Ke-1, h.128. 9 Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), h.314. 10 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi, Depok 3
Maret 2017.
41
1. Sumbangan dari Madani Home and Health Care Foundation
Salah satu pendanaan utama WARKOP datang dari sumbangan
yang diberikan oleh Madani Home and Health Care Foundation.
Sumbangan yang mereka berikan utamanya digunakan untuk kegiatan
rutin yang dilakukan oleh WARKOP selama program pembinaan
berlangsung. Selain sumbangan berupa dana, pihak Madani Home and
Health Care Foundation juga memberikan bantuan lain seperti relawan dan
pemateri di program-program yang dilakukan oleh WARKOP.
2. Program fundraising dari pengurus WARKOP
Sumber pendanaan yang kedua berasal dari pengurus internal
WARKOP Para pengurus ini melakukan pengumpulan dana dengan cara
menjual berbagai macam produk seperti kaos, stiker, dan kalender. Mereka
menjual produk-produk mereka baik melalui pasar online maupun offline
dengan membuka gerai ketika ada bazar dan juga membuka gerai di
tempat keramaian lainnya. Hasil keuntungan yang diperoleh 100 persen
akan digunakan untuk kepentingan program-program pemberdayaan
WARKOP.
3. Sumbangan dari Donatur
Pendanaan WARKOP yang lain datang dari para donatur yang
ingin berpartisipasi dalam pembiayaan program-program pemberdayaan
yang dilakukan oleh WARKOP. Mereka biasanya memberi sejumlah dana
untuk keperluan program pemberdayaan. Selain dana, para donatur juga
kadang memberikan bantuan dalam bentuk lain seperti konsumsi,
peralatan, dan lain-lain. Para donatur ini bisa berasal dari individu,
42
organisasi, lembaga maupun institusi tertentu yang mempunyai kepedulian
terhadap masyarakat yang terkena dampak buruk dalam penyalahgunaan
narkoba.11
4. Sumbangan dari para mantan warga binaan WARKOP
Selain donatur, bantuan dana juga datang dari para mantan warga
binaan WARKOP. Mereka yang dulu menjadi Warga binaan WARKOP
dan telah selesai menjalani program-program yang diberikan oleh
WARKOP merasa bahwa mereka sedikit banyak berhutang budi kepada
WARKOP. Oleh karena itu setelah mereka dapat memulai kehidupan baru
dan mampu untuk hidup dengan mandiri, mereka kemudian merasa
terpanggil untuk memberikan sumbangsih kepada WARKOP. Selain dana,
para mantan warga binaan ini juga biasanya ikut menjadi relawan dan
pengisi acara pada program-program yang dilakukan oleh WARKOP.
F. Program-program Pemberdayaan dari WARKOP
Menurut Herman (dalam Farida), sebuah program merupakan sesuatu
yang coba dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.
Suatu program mungkin saja sesuatu yang berbentuk nyata (tangible) seperti
kurikulum, atau yang abstarak (intangible) seperti prosedur, misalnya
distribusi biaya hidup atau sederetan kegiatan untuk meningkatkan sikap.12
Dalam usahanya untuk memberdayakan masyarakat, WARKOP
Depok mempunyai beberapa program utama, antara lain:13
11 Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 7 November 2016 12
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), Cet.
Ke-1, h.9. 13 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
43
1. Rehabilitasi Rawat Jalan
Reahabilitasi dapat diartikan sebagai pemulihan pada kedudukan
semula atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya terhadap
individu supaya menjadi manusia yang berguna14
. Rehabilitasi menurut
kamus ilmiah populer , merupakan pemulihan (perbaikan atau
pembentulan).: seperti kesedia kala; pengembalian nama baik secara
hukum,pembaruan kembali.15
Pengertian rehabililitasi menurut Prof.
Dadang Hawari seorang psikiater, adalah, upaya memulihkan dan
mengembalikan kondisi mantan penyalahguna/ketergantungan narkoba
kembali sehat dan psikologik, sosial, dan spritual/agama (keimanan)
dengan kondisi tersebut diharapkan meraka akan kembali berfungsi secara
wajar dalam kehidupanya sehari-hari baik dirumah, sekolah/kampus,
ditempat kerja dan dilingkungan sosialnya.16
Rehabilitasi yang dilakukan
oleh WARKOP merupakan bertujuan untuk membuat para warga
binaannya terlepas dan sembuh dari ketergantungan mereka akan obat-
obatan terlarang dan juga tindakan yang kurang baik dengan menanamkan
nilai-nilai moral dan spiritual kepada para warga binaan sehingga mereka
bisa memperbaiki diri mereka sendiri. Program rehabilitasi yang dilakukan
oleh WARKOP bersifat rawat jalan yang berarti bahwa para warga binaan
tidak perlu menginap dan tinggal di tempat rehabilitasi sehingga mereka
juga tetap bisa melakukan kegiatan mereka sehari-hari. Program
14
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.1186. 15
Tim Prina Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press,2006) h.404
16
Dadang Hawari, Penyalahguna dan ketergantungan NAZA (Narkotika,Alkohol dan zat
adiktif) (jakarta :Penerbit FAUI,2006), edisi ke-2, cetakan-1,h.132
44
rehabilitasi rawat jalan ini mendapatkan dukungan dari Madani Mental
Health Care Foundation. Pihak Madani Mental Health Care Foundation
membantu WARKOP dalam menyediakan dana, mentor, dan materi
pelatihan. Ini merupakan salah satu subsidi silang yang diberikan oleh
Madani Mental Health Care Foundation. Bersama-sama dengan pengurus
WARKOP, para pemateri dari Madani Mental Health Care Foundation
berusaha memberdayakan masyarakat warga di sekitar Depok yang
menjadi warga binaan WARKOP. Program rehabilitasi rawat jalan dari
WARKOP dilakukan dengan konsep : Berobat, Bertobat, dan Bersahabat.
Bentuk dari program rawat jalan ini adalah :
a. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu.17
Program motivasi berisi tentang kegiatan-kegiatan yang
dapat memberikan motivasi dan semangat kepada para warga binaan
WARKOP agar dapat hidup dengan sehat dan nyaman berada di
tengah-tengah masyarakat. Secara lebih rinci, program motivasi yang
dilakukan oleh WARKOP dapat dijabarkan sebagai berikut:18
1) Bentuk kegiatan
Kegiatan motivasi biasanya dilakukan seperti kegiatan
belajar di kelas. Para warga binaan akan menerima materi tentang
motivasi dari para motivator yang menjadi pengisi acara.
Kemudian para warga binaan dapat memberikan pertanyaan
17
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.314. 18 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
45
kepada para pemateri sehingga tercipta sebuah diskusi di dalam
kelas motivasi antara pemateri dan para waga binaan WARKOP.
2) Alasan
Alasan dilakukannya pemberian motivasi ini adalah karena
banyak warga binaan WARKOP yang menjadi kurang
bersemangat dalam menjalani kehidupan mereka sehingga mereka
perlu diberikan dorongan positif yang berupa motivasi.
3) Tujuan
Tujuan dari pemberian kelas motivasi kepada warga binaan
adalah agar warga binaan dapat lebih bersemangat lagi untuk
menjalani hidup dengan cara yang sehat dan lebih baik. Setelah
mendapatkan materi motivasi dari para motivator, para warga
binaan diharapkan dapat mempunyai cara pandang dan perspektif
yang berbeda dan lebih baik tentang bagaimana untuk menjalani
kehidupan.
4) Jadwal
Jadwal untuk kegiatan motivasi yang diadakan oleh
WARKOP dilakukan dalam 2 minggu sekali. Setiap hari minggu di
pertengahan dan akhir bulan, para warga binaan WARKOP akan
berkumpul untuk mendapatkan materi motivasi dari para motivator
yang disediakan oleh WARKOP.
5) Materi
Materi yang diberikan dalam motivasi sangat beragam
disesuaikan dengan tujuan dan tema acara motivasi. Biasanya para
46
warga binaan akan diberi materi tentang rahmat hidup, mensyukuri
nikmat Tuhan, menggunakan anugerah Tuhan dengan sebaik-
baiknya, indahnya hidup sehat tanpa narkoba dan lain-lain.
Setelah menerima materi motivasi, para warga binaan
diminta untuk mengingat baik-baik apa yang telah disampaikan
oleh para motivator dan mengamalkan ilmu yang mereka dapat
dalam kehidupan sehari-hari. Para warga binaan juga diminta
untuk dapat memberikan motivasi kepada sesama warga binaan
WARKOP agar ikatan persahabatan dan kekeluargaan di antara
mereka dapat terjalin dengan baik.19
6) Pemateri
Pemateri dalam acara-acara yang bertujuan untuk
memotivasi para warga binaan WARKOP biasanya adalah para
Motivator dari Madani Home and Health Care Foundation. Selain
itu ada juga motivator dari luar yang sengaja didatangkan untuk
memberi motivasi kepada para warga binaan WARKOP. Para
pemateri yang lain adalah para relawan WARKOP yang juga
punya keahlian untuk memberikan semangat hidup yang benar
kepada para warga binaan WARKOP.
b. Edukasi
Edukasi merupakan hal yang bersifat mendidik atau hal yang
berkenaan dengan pendidikan.20
Program edukasi berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendidikan kepada para
19 Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 7 November 2016 20
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.374.
47
warga binaan WARKOP, baik pendidikan dari sisi agama (rohani)
yang berupa pengajian, juga pendidikan dalam hidup bermasyarakat.
Selain itu, dalam program edukasi juga diberikan pendidikan musik
bagi para warga binaan/anggota.
Secara lebih rinci, program edukasi yang dilakukan oleh
WARKOP dapat dijabarkan sebagai berikut:21
1) Pengajian
a) Bentuk Kegiatan
Program pengajian dilakukan seperti halnya pengajian
pada umumnya. Pemateri dalam pengajian akan mengajak para
warga binaan untuk berdzikir bersama dan memuji Tuhan
sebelum memberikan materi ceramah keagamaan kepada para
warga binaan.
b) Alasan
Alasan dilakukannya kegiatan pengajian ini karena
banyak warga binaan WARKOP yang kurang memahami
agama dengan baik sehingga perlu diberi pemahaman agama
yang cukup sebagai bekal hidup mereka. Pengajian dipercaya
dapat membuat para warga binaan WARKOP menjadi manusia
yang lebih soleh dan solehah.
c) Tujuan
21
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
48
Tujuan dilakukannya program pengajian ini adalah
untuk memberikan pemahaman agama yang lebih baik kepada
para warga binaan sehingga dapat meningkatkan tingkat
keimanan dan ketakwaan para warga binaan WARKOP.
Dengan pemahaman agama yang baik dan tingkat keimanan
yang baik pula, para warga binaan WARKOP diharapkan dapat
menjalani hidup dengan lebih baik dan jauh dari kemaksiatan.
Mereka diharapkan dapat berfikir ulang dan takut kepada
Tuhan apabila hendak melakukan tindakan yang berdosa.22
d) Jadwal
Jadwal pengajian ini dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Pada hari kamis sore selama masa pembinaan dan juga setelah
masa pembinaan selesai, para warga binaan WARKOP akan
berkumpul bersama untuk mendapatkan ceramah keagamaan
dari para ustadz dan penceramah yang disediakan oleh
WARKOP.
e) Materi
Materi yang disampaikan dalam program pengajian
lebih dititik beratkan terhadap pengembangan akhlakul
karimah, peningkatan keimanan dan ketakwaan, dan bagaimana
caranya menjadi umat muslim yang baik. Materi disesuaikan
dengan kemampuan para warga binaan. Materi yang
22
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
49
disampaikan disusun dari materi dasar sampai ke materi yang
lebih tinggi.23
f) Pemateri
Pemateri dalam program pengajian adalah para Ustadz
dan penceramah yang sengaja dihadirkan untuk membekali
ilmu pengetahuan agama kepada para warga binaan. Para
pemateri ini dikoordinir oleh koordinator bidang pengajian
WARKOP yaitu ustadz Junaidi, S.pd yang juga bertindak
sebagai pemateri tetap dalam program pengajian yang
dilakukan oleh WARKOP.
2) Pendidikan Musik
Selain pelatihan tentang pengajian, warga binaan
WARKOP juga akan mendapat pelatihan musik. Musik merupakan
ilmu atau seni penyusunan nada atau suara dari urutan, kombinasi,
dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang
mempunyai kesatuan dan kesinambungan.24
Pelatihan musik ini diberikan kepada warga binaan yang
mempunyai minat dan bakat terhadap musik. Secara lebih rinci,
program musik yang dilakukan oleh WARKOP dapat dijabarkan
sebagai berikut25
:
a) Bentuk kegiatan
23
Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 3 Maret 2017 di Depok. 24
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.987. 25 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
50
Pelatihan musik dilakukan antara lain dengan
mengadakan latihan musik bersama. Kegiatan ini dilakukan di
kantor WARKOP. Para warga binaan yang tertarik untuk
mempelajari musik, akan diajarkan cara bermusik yang baik
oleh para pemateri. Mereka akan diajari cara memainkan alat
instrumen musik, bernyanyi, dan juga bersikap di atas
panggung. Alat musik yang diajarkan antara lain : gitar, bass,
drum, dan organ.
b) Alasan
Alasan dilakukannya pemberian program musik ini
adalah bahwa musik dianggap dapat menjadi alat yang dapat
digunakan oleh para warga binaan WARKOP sebagai hiburan
dan pelarian dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Selain
itu musik dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam
mencari nafkah yang halal bagi orang-orang yang dapat
memainkannya dengan baik.
c) Tujuan
Alasan program musik diadakan oleh WARKOP
sebagai sebuah wadah untuk memberikan kesempatan bagi
para warga binaan untuk mengekspresikan diri mereka lewat
musik. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kejenuhan
para warga binaan akan persoalan hidup mereka dan
51
mengalihkannya dengan musik. Program ini juga dilakukan
untuk mencari bakat bermusik dari para warga binaan. Para
warga binaan yang ternyata mempunyai bakat di bidang musik
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan dibuatkan grup band
atau difasilitasi dalam pembuatan album.
Beberapa warga binaan WARKOP yang kini serius
mendalami musik telah membuat sebuah grup band indie
dengan nama Prologue Band. Band ini telah mengeluarkan
beberapa album indie dan sering diundang untuk acara pentas,
baik untuk acara kesenian, formal, hajatan, dan lain-lain.26
d) Jadwal
Jadwal untuk kegiatan musik adalah setiap 2 minggu
sekali pada Minggu sore.
e) Materi
Materi yang diberikan dalam program ini berisi tentang
tata cara bermusik, tata cara memainkan alat musik, tata cara
bernyanyi, cara bersikap di atas panggung, dan cara membuat
album. Materi bermain musik disusun dari yang tingkat paling
mudah sampai ke tingkat yang paling sulit.
f) Pemateri
Para pemateri dalam bidang musik adalah para
volunteer dari WARKOP yang mempunyai pengetahuan
tentang bermusik. Beberapa dari para pemateri yang biasanya
26 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
52
mengisi program ini adalah Danan (Manajer Ten2Five),
Prologue Band, dan para pemateri yang lain.27
c. Konsultasi
Konsultasi merupakan pertukaran pikiran untuk mendapatkan
kesimpulan yang sebaaik-baiknya. Kesimpulan yang didapatkan dari
konsultasi dapat berupa nasihat, saran, dan lain-lain.28
Program
konsultasi berisi tentang kegiatan-kegiatan untuk memberi konsultasi
kepada para warga binaan WARKOP untuk dapat menumpahkan
unek-unek dan hal-hal yang mengganggu pikiran mereka dan
kemudian dapat mendapatkan feedback dan solusi atas permasalahan
yang mereka hadapi.
Secara lebih rinci, program konsultasi yang dilakukan oleh
WARKOP dapat dijabarkan sebagai berikut:29
1) Bentuk kegiatan
Kegiatan konsultasi diberikan kepada para warga binaan
dengan cara konseling dimana para warga binaan akan
berkonsultasi secara pribadi dengan para psikiater yang dihadirkan
oleh WARKOP. Mereka dapat mencurahkan kegundahan dan
kegelisahan mereka kepada para psikiater dengan rasa aman. Para
psikiater kemudian akan merespon keluhan dari para warga binaan
dengan solusi-solusi terbaik yang dapat dilakukan oleh para warga
binaan untuk mengatasi masalah mereka. Kegiatan konseling
27
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi. 28
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.750. 29
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
53
dilakukan dengan santai dan kekeluargaan sehingga para warga
binaan akan merasa nyaman.
2) Alasan
Alasan dilakukannya program konsultasi ini adalah karena
pengurus WARKOP melihat bahwa banyak warga binaan
WARKOP yang memerlukan tempat yang dapat mereka percaya
untuk mencurahkan keluh kesah mereka. Program konsultasi ini
dipercaya dapat meringankan beban pikiran warga binaan dan
mencari solusi yang tepat untuk permasalahan hidup mereka.
3) Tujuan
Tujuan diberikannya program konsultasi ini kepada para
warga binaan oleh WARKOP adalah untuk menyediakan sebuah
wadah kepada para warga binaan dimana mereka bisa
menumpahkan keluh kesah mereka dan mendapatkan jawaban dan
solusi terbaik atas persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
Program konsultasi ini juga diharapkan mampu mengurangi beban
pikiran dan beban hidup para warga binaan karena dengan
menyediakan program ini, para warga binaan akan merasa lebih
dihargai, diperhatikan dan dimengerti oleh orang lain sehingga
mereka akan merasa bahwa mereka mempunyai orang-orang yang
mau membantu dan bersama mereka dalam permasalahan hidup
yang mereka hadapi.30
4) Jadwal
30 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
54
Jadwal program konsultasi adalah 2 minggu sekali.
Program ini dilakukan dihari yang sama dengan program motivasi.
Setelah kelas motivasi selesai, maka akan dilanjutkan dengan kelas
konsultasi untuk para warga binaan WARKOP.
5) Materi
Materi yang diberikan dalam program konsultasi adalah
materi-materi praktis yang dapat memberikan pemecahan masalah
dan solusi atas persoalan-pesoalan hidup yang dihadapi oleh para
warga binaan.
6) Pemateri
Pemateri dalam program konsultasi adalah para psikiater
yang dihadirkan oleh WARKOP. Para psikiater ini biasanya
berasal dari Madani Home and Health Mental Care Foundation
yang telah berpengalaman dalam bidang konseling.
Secara umum, program rehabilitasi rawat jalan ini dilakukan dalam
waktu 3 bulan dengan intensitas pertemuan sebanyak 2 kali dalam satu
minggu. Jika dibandingkan dengan program rehabilitasi yang ditawarkan
oleh instansi atau organisasi lain, maka program rehabilitasi dari
WARKOP sangat membantu dan memberi kemudahan kepada para warga
binaannya, terutama masalah biaya. Program rawat inap yang ada di
Madani Mental Health Care misalnya, di rumah sakit yang khusus
memberikan rehabilitasi kepada para penderita gangguan jiwa, pecandu
narkoba dan obat-obatan lainnya itu biaya yang diperlukan untuk
perawatan selama satu bulan dapat mencapai puluhan juta rupiah. Akan
55
tetapi di WARKOP, semua warga binaan dapat mendapatkan perawatan
rehabilitasi secara gratis tanpa harus membayar sedikitpun.31
2. Program UEP (Usaha Ekonomi Produktif)
Setelah melewati program rehabilitasi, para warga binaan
WARKOP diharapkan sudah dapat terbebas dari perilaku buruk mereka di
masa lalu. Dalam tahapan program UEP (Usaha Ekonomi Produktif) ini,
para warga binaan WARKOP akan dibelaki dengan berbagai macam skill
dan kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupan mereka.
Beberapa materi yang dilakukan WARKOP dalam program ini
adalah:32
a. Kewirausahaan
Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tanggal
30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan, bahwasanya ; kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha dan kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.33
Program kewirausahaan dilakukan untuk meningkatkan skill,
kemampuan, serta daya saing masyarakat untuk dapat menjadi
31
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi. 32
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi. 33
Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan (Bandung : CV Alfabeta,
2008), Cet.ke-1, h.6-7.
56
masyarakat yang mandiri. Dalam program kewirausahaan dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1) Bentuk kegiatan
Dalam materi kewirausahaan, warga binaan WARKOP
akan diberi pengetahuan tentang kewirausahaan dari para
wirausahawan yang sudah berhasil. Mereka akan dibekali dengan
kemampuan dalam berwirausaha. Mereka juga akan dibekali
dengan kemampuan dan keterampilan untuk dapat mendirikan
usaha, seperti keterampilan dalam bidang otomotif. Dalam bidang
otomotif, para peserta akan dididik langsung di bengkel. Mereka
akan diajari bagaimana seluk beluk tentang dunia otomotif,
utamanya yang berkenaan dengan perbaikan mesin dan spare part
motor dan mobil. Para warga binaan yang tertarik untuk belajar
tentang otomotif akan langsung diikutsertakan dalam kegiatan di
bengkel dari mulai menerima keluhan pelanggan sampai
memperbaiki kendaraan pelanggan. Selain itu mereka juga akan
diajarkan tentang manajemen bengkel dan bagaimana cara
memaksimalkan keuntungan dari usaha membuka bengkel.34
2) Alasan
Alasan dilakukannya program kewirausahaan ini adalah
karena para pengurus WARKOP melihat bahwa banyak dari warga
binaan WARKOP yang tidak memiliki kemampuan yang cukup
yang dapat mereka gunakan sebagai bekal mereka untuk mencari
34 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
57
penghidupan yang baik dan layak. Kewirausahaan dipercaya
sebagai salah satu kemampuan yang penting dan berguna bagi
siapa saja, termasuk para warga binaan WARKOP.
3) Tujuan
Tujuan dari pemberian kewirausahaan adalah untuk
memberikan bekal kemampuan wirausaha kepada para warga
binaan agar nanti setelah lulus dari program rehabilitasi dan
pendidikan dari WARKOP dapat mengembangkan usaha sendiri
dan hidup dengan mandiri.35
4) Jadwal
Jadwal untuk kewirausahaan adalah setiap 2 minggu sekali
setelah selesai program rehabilitasi.
5) Materi
Materi yang diberikan dalam program kewirausahaan
adalah materi tentang usaha yang umum berkembang di
masyarakat seperti bidang otomotif.
6) Pemateri
Para pemateri biasanya adalah para pelaku usaha yang ada
di daerah Depok yang telah menjadi volunteer dalam kegiatan
WARKOP. Selain itu juga ada beberapa alumni WARKOP yang
telah berhasil dalam usaha mereka yang juga ikut memberikan
pendidikan kewirausahaan terhadap para warga binaan WARKOP.
35 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
58
3. Program Pencegahan
Dalam hal pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan
masyarakat dari narkoba, WARKOP juga melakukan tindakan-tindakan
pencegahan yang dilakukan utamanya dalam menjauhkan generasi muda
dari narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. Dalam hal ini program
pencegahan WARKOP dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Depok atau yang
lebih dikenal dengan IKMD.36
IKMD merupakan sebuah organisasi
kemasyarakatan yang beranggotakan para pelajar mahasiswa yang berasal
dari kota Depok.
Secara lebih rinci, program pencegahan yang dilakukan oleh Ikatan
Mahasiswa Depok di bawah naungan WARKOP dilakukan dengan
berbagai macam cara, antara lain:
a. Menggelar Seminar
Seminar merupakan sebuah pertemuan atau persidangan untuk
membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli seperti guru besar,
pakar, dan lain-lain37
. Seminar dilakukan di berbagai instansi sekolah
dari tingkat SD, SMP, SMA, dan Universitas. Materi tentang seminar
biasanya berkisar tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, korban-
korban penyalahgunaan narkoba dan bagaimana cara mengatasi dan
menanggulangi dampak buruk yang ditimbulkan narkoba baik pada
orang-orang yang belum menggunakan narkoba maupun terhadap
orang-orang yang sudah terlanjut menjadi pengguna narkoba. Para
pemateri dalam seminar biasanya adalah para profesional yang sudah
36
Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 3 Maret 2017 di Depok. 37
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.1305.
59
berkecimpung dalam bidang perawatan narkoba. Mereka biasanya
adalah para psikiater dari Madani Home and Health Care Foundation
atau profesional dari luar yang punya pengetahuan tentang bidang
yang disampaikan. Atau dapat pula para profesional dari Badan
Narkotika Nasional.38
b. Diskusi Bersama
Selain seminar, diskusi bulanan juga dilakukan untuk memberi
kesadaran para peserta diskusi tentang bahaya penyalahgunaan
narkoba. Diskusi merupakan sebuah perundingan untuk bertukar
pikiran mengenai suatu masalah.39
Diskusi biasanya dilakukan di
kantor sekretariat WARKOP maupun kantor sekretariat IKMD. Peserta
diskusi tidak dibatasi. Tidak hanya para mahasiswa dan pelajar,
siapapun yang berminat untuk berpartisipasi dalam diskusi
dipersilahkan untuk hadir. Sama seperti pemateri pada acara seminar,
para pemateri dalam diskusi juga biasanya adalah para profesional
yang sudah berkecimpung dalam bidang perawatan narkoba. Mereka
biasanya adalah para psikiater dari Madani Home and Health Care
Foundation atau profesional dari luar yang punya pengetahuan tentang
bidang yang disampaikan.40
c. Pembagian Pamflet dan Selebaran
38
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi. 39
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.358. 40
Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
60
Pembagian pamflet dan selebaran tentang bahaya narkoba serta
waspada narkoba dilakukan pada hari-hari nasional tertentu seperti hari
AIDS, hari pahlawan, dan hari-hari lainnya. Pembagian pamflet dan
selebaran ini dilakukan di jalan raya kepada pengguna jalan yang lewat
dan juga di pusat-pusat keramaian seperti pasar, mall, tempat
pariwisata dan tempat-tempat keramaian lainnya.41
41 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
60
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat oleh WARKOP
Konsep pemberdayaan yang dijalankan oleh Warung Rehabilitasi dan
Komunikasi Pemuda atau disingkat WARKOP memiliki tagline : berobat,
bertobat dan bersahabat.1 Hal ini diwujudkan dengan program-program
rehabilitasi dan pendidikan serta pelatihan yang gratis untuk para warga
binaan agar mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan
meninggalkan prilaku dan sikap-sikap negatif mereka dan mempunyai
keterampilan untuk bekerja atau berwirausaha.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang mereka lakukan,
WARKOP tidak membebani biaya kepada para anggota atau para warga
binaan yang bergabung dan belajar di WARKOP. WARKOP bertujuan untuk
dapat memberikan manfaat kepada para anggota/warga binaannya sehingga
mereka dapat hidup dengan jauh lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Totok Mardikanto dan Poermoko Soebiato bahwa
pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat
dan atau kebutuhan, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegoisasi,
mempengaruhi
1 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi, Depok, 4
November 2016.
62
dan mengelola kelembagaan masyarakatnya serta bertanggung jawab
(accountable) demi perbaikan kehidupannya.2
Adapun target atau sasaran dari program-program yang dilakukan oleh
WARKOP adalah para warga yang mengalami gangguan penyakit sosial
seperti ketergantungan terhadap obat-obatan tertentu, suka melakukan
perjudian, dan juga suka melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang terpuji
lainnya. Sejak WARKOP didirikan sampai saat ini, jumlah dari warga binaan
yang telah mengikuti program-program dari WARKOP adalah sekitar 130
orang.3
Berdasarakan kegiatan observasi yang penulis lakukan terhadap
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh WARKOP, melalui pengamatan
dan wawancara, maka hasil dari observasi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Rehabilitasi Rawat Jalan
Rehabilitasi dapat diartikan sebagai pemulihan pada kedudukan
semula atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya terhadap
individu supaya menjadi manusia yang berguna.4 Program rehabilitasi
yang dilakukan oleh WARKOP terdiri dari program motivasi, edukasi, dan
konsultasi seperti yang dikemukakan oleh Direktur WARKOP:
Latar belakang pemikiran didasarkan pada keadaan di depok,
tawuran tinggi, free sex tinggi, lah WARKOP itu muncul sebagai
komunitas alternatif untuk memberdayakan masyarakat sekitar.
Awalnya di tahun 1999 LKIS dulu (Lintas Kreasi Insan Seni) tahun
2 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.28 3 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi.
4 Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), h.1186.
63
2009 berubah menjadi WARKOP. Disini juga ada program
rehabilitasinya, yang terdiri dari pemberian motivasi, edukasi, dan
konsultasi. Setelah itu nanti ada ekonomi produktif. 5
Program-program WARKOP dinilai sebagai program-program
yang menarik. Alasan inilah yang membuat Alimudin tertarik untuk
bergabung dan menjadi anggota WARKOP.6 Selain menarik, program-
program WARKOP juga dinilai sangat bermanfaat bagi para anggotanya,
dan hal inilah yang membuat Bayu terkesan dan ahirnya memutuskan
untuk bergabung di WARKOP.7 Dan berikut adalah analisis dan
pembahasan dari pelaksanaan program-program tersebut:
2. Motivasi
Program motivasi berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dapat
memberikan motivasi dan semangat kepada para warga binaan WARKOP
agar dapat hidup dengan sehat dan nyaman berada di tengah-tengah
masyarakat
Program motivasi bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri
dari para warga binaan sehingga warga binaan mempunyai semangat yang
lebih baik dalam menjalani kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan
tujuan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Edi Suharto dimana
menurutnya, sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
5 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi 6 Wawancara Pribadi dengan Alumni WARKOP, Alimudin, Ciputat, 12 Juni 2017
7 Wawancara Pribadi dengan Anggota WARKOP, Bayu, Depok, 4 April 2017.
64
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.8
Sejauh ini program konsultasi telah membuat para warga
binaannya menjadi jauh lebih percaya diri dan dapat menjadi orang yang
lebih bersyukur atas kehidupan dan karunia yang mereka dapatkan di
kehidupan mereka seperti yang dikemukakan oleh Alimudin, salah satu
mantan anggota WARKOP yang telah merasakan manfaat dari program
motivasi yang dilakukan oleh WARKOP. 9
3. Edukasi
Program edukasi berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dapat
memberikan pendidikan kepada para warga binaan WARKOP, baik
pendidikan dari sisi agama (rohani) yang berupa pengajian, juga
pendidikan dalam hidup bermasyarakat. Selain itu program edukasi juga
berisi tentang pelatihan musik, dimana para anggota WARKOP akan
diajarkan tentang materi musik sebagai bagian dari pendidikan mereka di
WARKOP.
a. Pengajian
8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung : PT
Rafika Aditama, 2005. Cet Pertama, h. 58 9 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi
65
Sebagaimana prinsip pemberdayaan dengan aras Mezzo,
dimana salah satu kegiatan pemberdayaannya difokuskan pada bidang
pendidikan dan pelatihan, maka WARKOP juga menjadikan
pendidikan dan pelatihan sebagai salah satu program yang
dijalankannya.10
Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dijalankan WARKOP
yang pertama dilakukan dalam bentuk pengajian, dimana para warga
binaan yang ada di WARKOP akan diberikan pengajaran yang berisi
tentang materi seputar baca-tulis Al Qur’an, ibadah sholat,
pengetahuan tentang fiqih, dan pengetahuan tentang tauhid. Hal ini
berdasarkan keterangan dari narasumber:
“Belajar iqro’ kaya tadi anak-anak binaan yang terjerumus,
karena banyak juga yang belum bisa baca iqro’, karena itu
dimulai dengan belajar alif-alifan. Terus juga dengan
pengajian setiap minggunya. Lebih gampangnya sih belajar
baca tulis Al-qur’an karena itu sifatnya personal, ada yang
bisa ada yang enggak, terus ke muamalah kita, dari fiqih,
tauhid, tergantung kepada kondisinya juga.”11
Metode yang dipakai dalam pengajian disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan para peserta didik. Sejauh ini metode yang
dipakai adalah metode mustami’ (mendengarkan) dimana metode ini
dianggap sebagai metode yang paling cocok untuk diterapkan pada
pengajian di WARKOP untuk saat ini, hal ini seperti dijelaskan oleh
Narasumber :
10 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1
(Bandung : PT. Refika Aditama, 2005), h.66. 11 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi,
Depok, 4 Januari 2017.
66
“Metodenya masih sebatas mengaji denger. Karena kan kita
tidak bisa langsung kepada warga binaan itu, dicekokin fiqih,
wah kita harus ini itu, ya kita harus kekinian juga.”12
Perkembangan yang dicapai dalam program pengajian cukup
bagus. Hal ini bisa dilihat dengan kemajuan yang ditunjukan oleh para
warga binaan yang kini menjadi semakin memahami ilmu agama, hal
ini seperti penuturan narasumber berikut ini:
“Ya sedkit banyaknya ada harapan, dengan adanya ini bisa
memberikan pengetahuan tentang keagamaan. Sedikit
banyaknya mereka mengerti tentang fiqih, tauhid itu. Sejauh
ini, ya meskipun tidak signifikan, tapi adalah yang tadinya
hanya sekedar tahu, sekarang bisa sholat, jadi mereka sedikit
ada perubahan di bidang agama, terutama di bidang fiqihnya,
dalam beragama. Ya tadi, walaupun tidak sempurna yang kita
inginkan, tapi setidaknya ada perubahan lah sedikitnya.”13
Adapun respon masyarakat dalam menyikapi program
pengajian yang dilakukan oleh WARKOP sangat positif. Sejauh ini
mereka mendukung aksi dan kegiatan positif yang dilakukan oleh
WARKOP seperti yang dijelaskan oleh narasumber:
“Ya tadi ada yang masih sedikit ragu, bisa ga sih ini, masih
ada masyarakat yang pingin tahu bagaimana program ini di
masyarakat. Ada juga yang dari awal itu support, ada yang
nyediain tempat, makanan dan lain-lain., ya Alhamdulillah ada
aja yang respon.”14
Selain itu, evaluasi terhadap program ini dilakukan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan program ini. Dan dalam
program pengajian yang dilakukan oleh WARKOP ini, program
evaluasi dilakukan selama satu bulan sekali.
“Evaluasinya itu bisa seminggu sekali atau sebulan sekali, itu
mentor-mentornya yang mengevaluasi, biar temen-temen ini
12 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi 13 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi 14
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi
67
biar aktivitasnya sama. Ya tadi ada pengajian, terus sekalian
kita evaluasi.”15
Kedepan, WARKOP mempunyai rencana pengembangan
dalam program pengajian yang berbentuk variasi pengajaran sehingga
warga binaan tidak merasa bosan dengan program dan kegiatan
pengajian yang dilakukan:
“Kalau dari pengajian sebenarnya lebih kearah metode sama
materi yang disampaikan supaya tidak terlalu monoton, karena
warga binaan ini kan bukan orang biasa dalam lingkup
pergaulan. Jadi harus, jangan sampai mereka bosan, jadi
gimana orang yang kita ini bisa bina orang.”16
Selain pelatihan membaca Al Qur’an, para warga binaan juga
diajarkan tentang Ilmu Fiqih terutama bagaimana melaksanakan
ibadah sholat dengan benar.
Seperti program pada umumnya, program pengajian juga punya
target tertentu yang ingin dicapai. Adapun target dari diadakannya
program pengajian ini adalah untuk membuat para warga binaan dapat
memahami ilmu agama dengan lebih baik sehingga mereka dapat
meninggalkan kebiasaan buruk atau perilaku negatif mereka. Hal ini
berdasarkan penjelasan dari narasumber seperti berikut ini:
“Targetnya sih mereka bisa meninggalkan hal-hal yang negatif
gitu, terutama ya itu tadi, ya kalau perubahan total ya belum,
tapi ya dengan adanya perubahan ini, ya diharapkan bisa
berubah total, ya sejauh ini sih belum 100%, tapi
Alhamdulillah sih sudah berjalan.”17
15
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi 16 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi 17 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Pengajian WARKOP, Bapak Junaidi
68
Dari penjelasan yang disampaikan oleh narasumber, dapat
disimpulkan bahwa program edukasi yang berisi pemberian materi
keagamaan berupa pembelajaran membaca Al Qur’an, pembekalan
ilmu tauhid dan pelajaran Ilmu Fiqih terutama dalam hal sholat di
WARKOP berjalan dengan baik dengan hasil yang cukup baik pula.
Hal ini dibuktikan dengan kemajuan yang dicapai oleh para warga
binaan/anggota WARKOP dimana mereka sudah mulai dapat
membaca Al-qur’an dan melaksanakan sholat dengan baik dan benar.18
b. Musik
Selain pengajian, warga binaan WARKOP juga akan mendapat
pelatihan musik. Musik merupakan ilmu atau seni penyusunan nada
atau suara dari urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan.19
Pelatihan musik ini diberikan kepada para warga
binaan yang mempunyai ketertarikan, minat dan bakat terhadap seni
musik. Selain itu, dalam bidang musik, WARKOP berusaha untuk
memberikan program yang dapat menghibur bagi para warga binaan.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Totok
Mardikanto dan Poerwoko Soebiato bahwa salah satu upaya
memberdayakan masyarakat adalah dengan menciptakan suasana dan
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat
18 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi 19
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h.987.
69
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya, karena jika demikian akan sudah punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,
dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.20
Adapun materi yang diberikan dalam program musik adalah
materi praktek langsung sedangkan teori hanya diberikan ketika itu
dirasa perlu oleh para warga binaan, seperti yang dikemukakan oleh
narasumber:
“Tidak secara resmi menyampaikan materi, hanya sesekali
memberikan pendapat pribadi tentang musik sesuai dengan
yang ditanyakan.”21
Metode pembelajaran yang dilakukan dalam program musik
berbentuk informal sehingga suasana keakraban dan kekeluargaan
dapat dirasakan oleh semua anggota WARKOP seperti yang dituturkan
oleh narasumber :
“Tidak ada warga binaan, saya pribadi menganggap semua
teman-teman yang aktif di WARKOP, khususnya di bidang
musik secara sama rata, walaupun pada prakteknya saya
seringkali bertindak seperti leader di bidang musik. Tentang
metode pembelajaran musik, tidak pernah berbentuk formal,
biasanya hanya melalui obrolan santai.”22
20 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.30 21
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah, Depok, 23 Februari 2017 22
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah
70
Program musik dirasa sangat bermanfaat karena program ini
selain dapat memberikan keterampilan bermusik kepada para warga
binaan, program ini juga dapat memberikan hiburan tersendiri kepada
para warga binaan, hal ini seperti yang dituturkan oleh narasumber:
“Menurut saya, hal ini sangat bermanfaat, karena setiap
bidang keahlian, baik itu bidang musik atau bidang-bidang
lain, pasti bermanfaat, tidak ada yang tidak bermanfaat, hanya
kadar atau porsinya saya yang berbeda, tergantung seberapa
maksimal tiap individu mendedikasikan keahlian kepada
masyarakat.”23
Program musik mempunyai pengaruh yang baik bagi warga
binaan. Hal ini dapat dilihat dari ketertarikan mereka terhadap program
ini:
“Pengaruhnya terhadap anggota WARKOP lumayan besar,
karena bidang musik bersifat terbuka kepada siapapun.”24
Menanggapi adanya program musik di WARKOP, masyarakat
sekitar memberikan tanggapan yang positif tentang program ini. selain
itu mereka juga memberikan dukungan terhadap program-program
positif yang dijalankan oleh WARKOP :
“Sejauh ini tidak pernah mendapatkan respon yang kurang
baik, Alhamdulillah responnya selalu positif.”25
23
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah 24
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah 25
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah
71
Sejauh ini program musik telah memberikan hasil yang cukup
menggembirakan karena telah dapat menjadi perekat bagi para warga
binaan:
“Bidang musik berjalan tanpa konsep yang baku, lebih bersifat
menyesuaikan. Hasil pencapaiannya tidak pernah berbentuk
symbol/piala/trophy, lebih kepada kepuasan individu atau
bersama.”26
Pengurus WARKOP juga melakukan evaluasi terhadap
program ini agar program ini dapat terus memberikan dampak positif
terhadap para warga binaannya. Dalam hal ini evaluasi dilakukan
melalui diskusi yang serius tapi santai antar para pengurus WARKOP
dan juga para warga binaan.
Meskipun program ini dinilai cukup berhasil, tetapi tetap saja
ada hambatan yang menyertai dalam pelaksanaannya. Beberapa
hambatan yang ada antara lain perbedaan visi/misi/pendapat individu,
waktu tiap-tiap anggota yang seringkali berbenturan dengan
urusan/kebutuhan pribadi. Kedepan WARKOP berencana untuk tetap
memberikan pelatihan musik kepada para warga binaan dan anggota
WARKOP yang membutuhkan.27
4. Konsultasi
Program konsultasi berisi tentang kegiatan-kegiatan untuk
memberi konsultasi kepada para warga binaan WARKOP untuk dapat
menumpahkan unek-unek dan hal-hal yang mengganggu pikiran mereka
26
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah 27
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Musik WARKOP, Bapak Nur
Fadhilah
72
dan kemudian dapat mendapatkan feedback dan solusi atas permasalahan
yang mereka hadapi.
Program konsultasi yang dijalankan oleh WARKOP ini sesuai
dengan aras mikro dimana dalam aras mikro, pemberdayaan dilakukan
terhadap klien secara individual melalui bimbingan, konseling, stress
management, dan crisis intervension. Tujuan utamanya adalah
membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat
pada tugas (task centered approach).28
Sejauh ini program konsultasi dapat memberikan jalan bagi para
anggota/warga binaan WARKOP untuk menyampaikan keluh kesah
mereka dan mendapatkan masukan yang positif dari para ahli yang
didatangkan untuk memberikan layanan konsultasi kepada mereka.
Hasilnya, mereka merasa beban mereka berkurang seiring dengan
berkurangnya permasalahan yang mereka hadapi.29
Secara umum program rehabilitasi rawat jalan dirasa sangat
membantu para warga binaan/anggota. Hal ini dikemukakan oleh Wahyu,
salah satu anggota WARKOP yang masih aktif. Menurut Bayu, WARKOP
telah banyak membantu dirinya dan juga para anggota lain untuk
28 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1
(Bandung : PT. Refika Aditama, 2005), h.66. 29 Wawancara Pribadi dengan Direktur WARKOP, Bapak Mansur Alfarisi
73
memperbaiki keadaan hidupnya. Kini ia menjadi orang yang optimis dan
lebih bersemangat dalam menyongsong hari-hari depannya.30
5. Program UEP (Usaha Ekonomi Kreatif)
a. Kewirausahaan dalam Bentuk Pelatihan Otomotif
Program kewirausahaan dilakukan untuk meningkatkan skill,
kemampuan, serta daya saing masyarakat untuk dapat menjadi
masyarakat yang mandiri. Program kewirausahaan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berwirausaha para anggota WARKOP
sehingga mereka dapat memperbaiki tingkat ekonomi mereka. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato
bahwa pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup dan
kesejahteraan setiap individu dan masyarakat yang salah satunya
adalah perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan.31
Program kewirausahaan yang saat ini dijalankan oleh
WARKOP adalah program kewirausahaan berbentuk pelatihan
otomotif dimana para warga binaan dikenalkan dan diajarkan tentang
dunia otomotif langsung di bengkel, seperti yang dikemukakan oleh
narasumber:
“Pertama tentang pentingnya wirausaha, jadi siapkan wadah
buat mereka untuk berwirausaha, terus yang kedua sekitar
tentang otomotif, mesin, karena main custom juga jadi tentang
body motor. Metode praktek langsung, jadi ada 2 bengkel, ada
bengkel induk itu di Pablo itu semua jenis mobil, motor, terus
ada bengkel custom yang khusus, yaitu mereka setiap hari
30
Wawancara Pribadi dengan Anggota WARKOP, Bayu 31 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.28
74
belajar di bengkel, jadi bukan kelas formal, jadi kalau teorinya
mungkin sekitar 30%, praktenya yang 70%.”32
Pengaruh program ini terhadap waraga binaan dirasa sangat
positif. Para warga binaan yang mengikuit program ini menjadi
mengerti dan mempunyai keahlian tentang otomotif seperti yang
dikemukakan oleh narasumber :
“Dengan adanya otomotif ya itu bisa berefek pribadi, pribadi
itu yang udah kita jalanin mereka itu jadi ngerti mesin, terus
dampak positif dari mereka ngerti otomotif itu jadi mereka
ngurangin mereka nongkrong di hal-hal yang negative karena
di otomotif itu ternyata mereka lebih banyak jadi ngarahinnya
hobi jadi rejeki. Karena segmen kita kan anak tongkrongan,
jadi dengan adanya ini ya kita bisa memenuhi kebutuhan
mereka untuk berwirausaha di bengkel.”33
Menanggapi adanya program pendidikan tentang otomotif,
warga sekitar memberikan respon yang positif. Hal ini dapat dilihat
dari dukungan yang diberikan oleh masyarakat terhadap pelaksanaan
program ini, seperti yang dituturkan oleh narasumber:
“Ya masyarakat sekitar jadi ikut seneng juga, yang tadinya itu
nongkrong terus ada bau minuman atau balap liar, sekarang
dengan adanya otomotif jadi nggak, karena mereka di arahin
ke bengkel yang menghasilkan, dan balap liar juga udah nggak
karena mereka di arahinnya bikin klub-klub motor yang
mengurangi dampok buruk di masyarakat, jadi masyarakat
apresiasi sih.”34
32
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule, Depok, 17 Februari 2017 33
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule 34 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule
75
Untuk membuat program ini berjalan lebih baik di waktu
mendatang, maka dilakukan evaluasi,
“Kalau evaluasi itu sejauh mana program-program ini
produktif dan mampu memberikan ruang sebanyak-banyaknya.
Ya untuk saat ini evaluasinya tentang daya tampung
program.”35
Meskipun program ini cukup berhasil, tetapi program ini juga
mempunyai hambatan dalam pelaksanaannya:
“Kita masih banyak orang, sementara puteran modal yang ada
belum mampu menghidupkan semua orang, jadi hambatannya
masih di modal, modal untuk pengembangan wirausaha
lainnya untuk dapat mengcover semua anggota itu belum.
Terus yang kedua, hambatannya itu lebih ke enggak semua itu
berfikir, bahwa ketika mereka masuk ke bidang kerja misalnya
bengkel ini masih dianggap sebagai ruang pertemanan bukan
ruang professional, jadi agak gampangin kerja.”36
Kedepan pengurus WARKOP berencan untuk membuat
program pelatihan otomotif ini semakin berkembang dan meluas,
“Ke depan, yang pasti bengkel otomotif makin meluas, dengan
konsep komunitas. Selama ini kan kita masih di titik Sawangan
Bojongsari, masih belum meluas. Kita pingin bisa ada yang
mewakili semua kecamatan. Kalau sekarang kan efeknya masih
berimbas ke dua 2 kecamatan, belum meluas ke Depok. Ya itu
kan batas kemampuan kita, ga bisa kita paksain, jadi ya baru
sebatas itu. Jadi harapan ke depannya itu kita pingin ini bisa
meluas.”37
Hasil yang diperoleh sejauh ini menunjukan bahwa setelah
mengikuti program ini, warga binaan pun mengalami perkembangan
yang bagus. Program ini dapat mengakomodir minat mereka dalam
35 Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule 36
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule 37
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule
76
bidang otomotif dan bahkan memberikan mereka peluang untuk
bekerja, hal ini dijelaskan oleh narasumber seperti berikut:
“Ada beberapa yang memang kita mampu mengakomodir, ada
beberapa yang sudah bekerja di bengkel kita maupun bengkel
luar, jadi efeknya kita udah bisa memberikan ruang buat
mereka. Terbentuknya ruang-ruang usaha berbentuk bengkel,
dulu cuma cita-cita kalau sekarang ada. Itu kan beberapa
program yang terealisasi. Dulu kita Cuma pingin bikin sekedar
bengkel aja, sekarang kita udah bikin buat cat open juga, ada
spesialis knalpot, ada spesialisasi body, ada yang di mobil
juga.”38
Dalam pelaksanaan program ini beberapa hasil yang dicapai
antara lain munculnya ruang usaha baru yang tentunya sangat
bermanfaat bagi para warga binaan/anggota Warkoop.
6. Program Pencegahan
Program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan
masyarakat dari narkoba yang dilakukan oleh WARKOP dilakukan
dengan tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan utamanya dalam
menjauhkan generasi muda dari narkoba dan obat-obatan terlarang
lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Totok Mardikanto dan
Poerwoko Soebiato bahwa memperdayakan mengandung arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi
bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi
yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena
38
Wawancara Pribadi dengan Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP, Bapak Rizal
Bule
77
hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah.
Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang
lemah.39
Dalam hal ini, program pencegahan dilakukan oleh Ikatan
Mahasiswa Depok atau yang lebih dikenal dengan IKMD.40
IKMD
merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan yang beranggotakan para
pelajar mahasiswa yang berasal dari kota Depok.
Sejauh ini pengaruh program pencegahan mendapatkan tanggapan
yang baik dari masyarakat seperti yang dituturkan oleh narasumber:
“IKMD sendiri tugasnya memberi pembelajaran ke warga binaan
ada juga terjun ke masyarakat untuk melakukan advocasi tentang
kenakalan remaja dan sebagainya dengan mengadakan sekali
waktu seminar, pernah waktu itu ada kegiatan bahaya
penyalahguanaan narkoba di radio ZFM, kita mengundang warga
sekitar radio ZFM itu untuk mengikuti acara tersebut. di buka buat
umum dengan di support BNN, BNN yang memberikan materi, jadi
mudah-mudahan IKMD berpengaruh positif terhadap masyarakat,
karena tujuannya juga penyadaran terhadap masyarakat, karena
banyak juga orang tua yang belum paham anaknya sendiri, jadi
meskipun kita belum jadi orang tua, tapi pada posisi tertentu
dengan sedikit pengetahuan yang dimiliki tentang narkoba, itu kita
melakukan advokasi terhadap orang tua, bagaimana mendidik
anak ketika beranjak remaja, bagaimana mencegah anak-anak ini
dari terjerumus kenakalan remaja. Alhamdulillah, mereka juga
apresiasi dengan adanya IKMD, karena yang tadinya mereka
belum tahu efek bahaya dari narkoba mereka jadi tahu, karena
binaan ini kebanyakan mereka usia sekolah, kalau yang di pegang
IKMD sendiri.”41
39 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), Cet. Ke-2, h.32 40
Hasil Observasi di WARKOP pada tanggal 3 Maret 2017 di Depok. 41
Wawancara Pribadi dengan Koordinator IKMD WARKOP, Bapak Syahril Hidayat,
Depok, 27 Februari 2017
78
Untuk membuat program yang dilaksanakan dapat menjadi lebih
baik di masa yang akan datang, maka kegiatan evaluasi juga dilakukan.
Dalam hal ini program evaluasi dilakukan setiap satu minggu sekali.
“Setiap minggu kita ada evaluasi. Jadi ada warga binaan kita ada
kelompok dengan mentornya masing-masing. Jadi mentor ini tahu
perkembangan, terus apa yang harus dilakukan, jadi program
evaluasi ada bisa 1 minggu sekali atau 2 minggu sekali. Jadi
mentor yang tahu, jadi apa yang dibutuhkan oleh mereka nanti kita
fasilitasi bersama mentor.”42
Dalam pelaksanaannya, terkadang para pengurus dan penggerak
IKMD mendapat hambatan-hambatan yang membuat mereka perlu untuk
kerja lebih giat lagi.
“Banyak, yang paling susah itu, mengajak mereka yang sudah
tekena kenakalan remaja itu susah untuk bergabung bersama kita,
terus dukungan dari warga masyarakat yang support, memberikan
pemahaman yang kolot itu susah.”43
Kedepan, IKMD berencana untuk membuka cabang-cabang baru di
kota-kota lain sehingga program-program IKMD yang positif dapat
disebarluaskan ke tempat yang lebih banyak.
“Kemarin kita ada deklarasi IKMD cabang Bandung. Karena ada
banyak mahasiswa Depok yang kuliah di luar Depok, itu kita
akomodir, kita bentuk IKMD cabang, nah kemarin udah Bandung,
nanti yang di Bandung itu kita programnya ada beberapa yang
kita adopsi dari sini terutama yang tentang kenakalan remaja.”44
42
Wawancara Pribadi dengan Koordinator IKMD WARKOP, Bapak Syahril Hidayat 43
Wawancara Pribadi dengan Koordinator IKMD WARKOP, Bapak Syahril Hidayat 44
Wawancara Pribadi dengan Koordinator IKMD WARKOP, Bapak Syahril Hidayat
79
. Selain program-program rutin seperti diskusi, IKMD juga
melakukan program-program lain seperti menyediakan taman baca untuk
masyarakat, dan pendampingan terhadap para remaja.
“Kita ada taman baca masyarakat, jadi kita bikin perpus, ya itu
gerakan gemar membaca, terus juga pendampingan terhadap
anak-anak yang memang sudah terlibat dalam kenakalan
remaja.”45
Sejauh ini, program diskusi telah memberikan manfaat kepada para
anggota IKMD dan WARKOP dimana mereka mendapatkan banyak
pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.46
Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Alimudin, salah satu alumni
yang pernah menjadi anggota WARKOP yang menyatakan bahwa dirinya
mendapatkan banyak manfaat dari program-program WARKOP termasuk
diskusi rutin yang diadakan oleh WARKOP dan IKMD.47
B. Hasil Program (output) Pemberdayaan yang dilakukan oleh WARKOP
Berikut adalah ringkasan hasil analisis/output dari program
pemberdayaan yang dilakukan oleh WARKOP yang peneliti gambarkan
seperti berikut ini:
1. Hasil Program Rawat Jalan
Dalam program rawat jalan, para warga binaan dapat memperoleh
pembinaan rehabilitasi rawat jalan dari WARKOP secara gratis.
Sedangkan perubahan yang terjadi antara lain bahwa para warga binaan
menjadi lebih mudah memperoleh kemudahan dalam pengobatan mereka.
45
Wawancara Pribadi dengan Koordinator IKMD WARKOP, Bapak Syahril Hidayat 46
Wawancara Pribadi dengan Koordinator IKMD WARKOP, Bapak Syahril Hidayat 47
Wawancara Pribadi dengan Alumni WARKOP, Alimudin
80
Selain itu, para warga binaan juga mendapatkan kesembuhan atas keluhan
yang mereka alami.
Hasil dari kegiatan ini adalah para warga binaan WARKOP
menjadi manusia yang lebih baik. Mereka yang tadinya mengkonsumsi
obat-obatan terlarang atau sering mabuk-mabukan dapat perlahan-lahan
meninggalkan kebiasaan buruk mereka itu. Meskipun tidak semua warga
binaan yang bergabung dengan WARKOP dan menjadi anggota dapat
sembuh total 100 % dari kebiasaan buruk mereka dalam mengkonsumsi
obat-obatan terlarang dan mabuk-mabukan, tetapi paling tidak mereka
dapat mengurangi perilaku buruk mereka dan berusaha untuk sembuh dari
perilaku buruk mereka itu.
Adapun partisispasinya berupa para warga binaan WARKOP
mengikuti kegiatan-kegiatan terapi dan pengobatan dari ahli pengobatan
yang didatangkan oleh pengurus WARKOP dari Madani Mental Healt
Care. Para warga binaan menjalan program terapi dan penyembuhan
secara bertahap sesuai dengan rekomendasi dari para ahli program
pengobatan ini.
Kelebihan dari kegiatan ini adalah bahwa kegiatan ini dilakukan
secara gratis. Para warga binaan mendapatkan pengobatan dan terapi itu
secara cuma-cuma sehingga mereka tidak perlu khawatir terhadap biaya
yang diperlukan. Selain itu obat-obatan yang diperlukan untuk terapi dan
pengobatan mereka juga disediakan secara gratis.
Adapun kekurangan dari kegiatan ini adalah karena program ini
bersifat rawat jalan sehingga para warga binaan tidak tinggal di kantor
81
WARKOP membuat para warga binaan terkadang tidak maksimal dalam
mengikuti program-program penyembuhan dan terapi yang dilakukan.
Mereka terkadang hanya mengikuti beberapa kali dan kemudian berhenti
di tengah jalan sebelum mereka sembuh. Hal ini yang menjadikan tidak
semua warga binaan WARKOP dapat memperoleh manfaat maksimal dari
program ini.
2. Motivasi
Dalam program motivasi yang dilakukan oleh WARKOP, para
warga binaan/anggota mendapatkan motivasi sehingga mereka dapat lebih
bersemangat dalam menjalani kehidupan. Selain itu mereka juga
termotivasi untuk meninggalkan perbuatan buruk mereka.
Hasil dari program ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi
pada warga binaan/anggota WARKOP dimana mereka menjadi lebih
bersemangat untuk melanjutkan hidup mereka dalam keadaan dan
lingkungan yang lebih baik. Selain itu, mereka juga menjadi lebih mudah
untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka.
Adapun partisispasinya berupa para warga warga binaan mengikuti
kelas-kelas motivasi yang diadakan oleh para pengurus WARKOP.
Mereka mendapatkan semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik
dari hari-hari mereka sebelumnya. Mereka juga diminta untuk dapat
memberikan motivasi kepada sesama warga binaan WARKOP sehingga
ikatan persaudaraan antara sesama anggota WARKOP menjadi lebih kuat.
Kelebihan dari kegiatan ini adalah para warga bisa mendapatkan
pelajaran dan ilmu serta pengalaman dari para pemateri yang didatangkan
82
oleh WARKOP secara langsung. Mereka dapat belajar dari berbagai kisah
inspiratif yang sering diceritakan oleh para pemateri yang dapat mereka
jadikan sebagai bahan renungan untuk membuat hidup mereka menjadi
lebih baik.
Adapun kekurangan dari kegiatan ini adalah kurangnya intensitas
pertemuan yang hanya dilakukan dalam dua minggu sekali. Hal ini dirasa
kurang memberikan manfaat maksimal kepada para warga binaan.
3. Edukasi
Dalam program edukasi, ada dua kegiatan utama yang dilakukan
oleh WARKOP, yaitu kegiatan pengajian dan kegiatan bermusik.
a. Pengajian
Dalam kegiatan pengajian, Para warga binaan/anggota
WARKOP memperoleh pengetahuan dan pelatihan tentang membaca
Al-qur’an. Selain itu, mereka juga mendapatkan pembelajaran ilmu
tauhid dan pengajaran tentang ilmu fiqih terutama tentang pokok
bahasan sholat.
Hasil dari kegiatan ini adalah perubahan dari para warga binaan
yang dapat dilihat dari warga binaan/anggota yang menjadi mampu
membaca Al Qur’an secara baik dan benar. Mereka juga menjadi
mengerti tentang ilmu ketauhidan dan memahami bagaimana tata cara
ibadah keseharian terutama ibadah sholat secara benar.
Adapun partisispasinya berupa warga binaan mengikuti
pelatihan belajar sholat dan membaca Al-qur’an. Pelatihan ini
langsung mereka praktekan dalam sholat jamaah yang sering mereka
83
lakukan bersama-sama baik sebelum atau setelah kegiatan belajar
dilakukan. Selain itu para warga binaan juga mendapatkan kelas yang
berisi tentang ilmu fiqih dan tauhid yang akan menambah pengetahuan
agama mereka menjadi lebih baik.
Kelebihan dari kegiatan ini adalah adanya praktek langsung
kegiatan belajar yang dilakukan. Untuk pelatihan sholat, mereka akan
diminta untuk mempraktekan sholat bersama secara bersama-sama.
Untuk program pelatihan membaca Al-qur’an, mereka juga akan
diminta untuk mempraktekannya di depan para pangajar.
Adapun kekurangan dari kegiatan ini adalah intensitas belajar
yang hanya dua minggu sekali membuat para warga binaan kurang
maksimal dalam mendapatkan ilmu yang diberikan.
b. Musik
Dalam kegiatan bermusik, para anggota/warga binaan
WARKOP mendapatkan pelajaran musik yang dapat mengembangkan
bakat mereka di bidang musik. Selain itu mereka juga dapat
menjadikan program musik ini sebagai sarana hiburan.
Hasil dari kegiatan ini dari kegiatan bermusik ini dapat dilihat
dari para warga binaan yang menjadi mampu memainkan alat musik
yang dapat mereka gunakan untuk berkreasi. Selain itu, para warga
binaan juga dapat menjadikan musik sebagai alternatif hiburan dan
meninggalkan hiburan lain yang sifatnya tidak baik.
Adapun partisispasinya berupa para anggota mengikuti
kegiatan pelatihan musik yang dilakukan bersama di tempat yang
84
disediakan. Mereka dapat melatih kemampuan bermusik mereka
dengan dibimbing oleh mentor yang memang mempunyai keahlian di
bidang ini. Mereka juga diajak untuk berdiskusi untuk mencari tahu
kekurangan dan kelebihan mereka dalam bermusik sehingga mereka
dapat meningkatkan kemampuan bermusik mereka secara lebih baik.
Kelebihan dari kegiatan ini adalah adanya praktek langsung di
tempat musik yang menyediakan alat musik untuk dimainkan tidak
hanya sekedar teori. Hal ini membuat belajar musik menjadi lebih
nyata. Para warga binaan menjadi lebih terwadahi kebutuhan mereka
akan musik.
Adapun kekurangan dari kegiatan ini adalah kurangnya
kesempatan untuk tampil di depan umum. Kesempatan untuk tampil di
depan umum akan membuat mental para warga binaan menjadi lebih
kuat ketika berada di hadapan orang banyak. Sementara ini mereka
hanya bisa tampil di tempat latihan dan sekali-sekali tampil di hajatan
orang sebagai penghibur tamu undangan.
4. Konsultasi
Dalam program konsultasi, para warga binaan/anggota WARKOP
dapat mencurahkan permasalahan mereka kepada para psikolog yang
didatangkan oleh WARKOP untuk mereka. Selain itu, para warga
binaan/anggota mendapatkan respon dan feedback serta nasihat atas
permasalahan mereka.
Hasil dari kegiatan ini adalah perubahan dalam program ini dapat
dilihat dari para warga binaan yang mendapatkan jawaban atas
85
permasalahan mereka. Selain itu, mereka juga menjadi mendapatkan solusi
dan alternatif untuk bekal kehidupan mereka yang lebih baik.
Adapun partisispasinya berupa para warga binaan menghadiri kelas
konsultasi yang diadakan oleh WARKOP. Mereka kemudian mencurahkan
permasalahan yang mereka hadapi terhadap para konsultan yang
dihadirkan. Para konsultan dapat berasal dari pengurus WARKOP sendiri
maupun para psikiater dari pihak Madani Mental Health Care.
Kelebihan dari kegiatan ini adalah bahwa para warga binaan dapat
berkonsultasi tentang masalah apa saja yang mereka hadapi dalam
kehidupan mereka. Para konsultan akan berdiskusi dengan mereka dan
memberikan jawaban dan solusi yang terbaik untuk permasalahan
kehidupan para warga binaan. Para warga binaan menjadi lebih
bersemangat dalam menjalani hidup mereka karena selain mendapatkan
solusi dari permasalah hidup mereka, mereka juga mendapatkan dorongan
semangat dari para konsultan pada saat sesi konsultasi berlangsung.
Adapun kekurangan dari kegiatan ini adalah kurangnya waktu
konsultasi karena program ini hanya dilakukan dalam dua minggu sekali.
Hal ini terkadang membuat para warga binaan kurang maksimal dalam
mendapatkan manfaat dari program ini.
5. UEP (Usaha Ekonomi Kreatif)
86
Dalam program usaha ekonomi kreatif yang diadakan oleh
WARKOP, para warga binaan/anggota untuk saat ini mendapatkan
pelatihan tentang kewirausahaan yang berbentuk pelatihan di bidang
otomotif. Hasil dari kegiatan pelatihan adalah menjadikan para
anggota/warga binaan WARKOP dapat bekerja di bengkel atau
mendirikan bengkel sendiri dengan keahlian yang mereka dapatkan.
Adapun partisipasinya berupa kehadiran para anggota WARKOP
untuk belajar di bengkel-bengkel yang telah disediakan oleh WARKOP
sebagai wadah untuk mereka belajar. Bengkel-bengkel yang dijadikan
tempat mereka belajar adalah bengkel-bengkel yang dimiliki oleh para
alumni WARKOP atau bengkel-bengkel yang telah bekerja sama dengan
WARKOP dalam melakukan kegiatan pelatihan otomotif ini.
Kelebihan dari kegiatan ini adalah bahwa semua kegiatan yang
berkenaan dengan otomotif dilakukan langsung pada objek pelatihan yang
dalam hal ini berupa otomotif sehingga pelatihannya dilakukan di bengkel
sehingga para anggota dapat langsung mempraktekan ilmu yang mereka
dapatkan.
Sedangkan kekurangan dari kegiatan ini adalah minimnya modal
yang dapat dipakai untuk mengembangkan program ini. Kekurangan
modal menjadikan para anggota yang telah mendapatkan ilmu dan
keahlian dalam bidang otomotif tidak bisa leluasa untuk menyalurkan
ketertarikan mereka dalam bidang ini. Mereka tidak bisa langsung
mendapatkan modal untuk mendirikan bengkel sendiri.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Warung Rehabiltasi dan Komunikasi Pemuda Depok (WARKOP)
merupakan wadah pemberdayaan bagi masyarakat sekitar khususnya warga
Depok. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap Warung
Rehabiltasi dan Komunikasi Pemuda Depok (WARKOP), maka penulis dapat
menyusun beberapa kesimpulan antara lain:
1. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan warkop melalui rehabilitas rawat
jalan, edukasi, motivasi, konsultasi, dan program UEP. Program motivasi
berisi kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan motivasi dan semangat
kepada para warga binaan Program edukasi ini berisi pendidikan agama
(rohani) yang berupa pengajian pelatihan musik. Selanjutnya bentuk
pemberdayaan yang dilakukan oleh WARKOP adalah program
konsultasi yang berisi tentang kegiatan-kegiatan untuk memberi
konsultasi seputar masalah kehidupan; dan terakhir adalah program
kewirausahaan dilakukan untuk meningkatkan skill, kemampuan, serta
daya saing masyarakat untuk dapat menjadi masyarakat yang mandiri.
2. Bentuk pemberdayaan yang terwujud dalam program-program yang
dilakukan oleh WARKOP sejauh ini berjalan cukup berhasil. Hal ini
dapat dilihat dari antusiasme warga binaan dalam mengikuti program-
program yang dilakukan oleh WARKOP. Dukungan dan respon yang
positif dari warga sekitar terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
88
WARKOP memberikan motivasi dan semangat tersendiri kepada para
pengurus WARKOP dalam melakukan program-programnya. Hasil yang
dicapai oleh WARKOP sejauh ini sangat menggembirakan. Hal ini
terlihat dari perubahan positif yang terjadi pada warga binaan dan
anggota WARKOP dimana mereka mendapatkan banyak manfaat bagi
dari segi pemahaman ilmu agama dan ketrampilan berwirausaha
sehingga mereka tidak terjerumus lagi untuk melakukan hal-hal yang
negatif dan sebaliknya dapat menjalani hidup mereka dengan lebih baik.
89
89
B. Saran
Dengan telah dilakukannya penelitian terhadap WARKOP, maka
peneliti mencoba memberikan saran kepada para pengurus dan relawan
WARKOP serta pihak-pihak yang terkait dan terhubung dengan WARKOP
agar program-program WARKOP di masa mendatang dapat berjalan dengan
lebih baik. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain:
1. Agar WARKOP dapat menjalankan program-programnya di daerah yang
lebih luas tidak hanya di Depok agar lebih banyak lagi masyarakat yang
dapat merasakan manfaat dari program-program WARKOP.
2. Agar masyarakat sekitar juga mendukung dengan lebih nyata program-
program yang diadakan oleh WARKOP tidak hanya sekedar dukungan
motivasi tetapi juga dukungan riil seperti ikut berpartisipasi dalam
program-program WARKOP sehingga program-program WARKOP
menjadi lebih baik.
3. Untuk pemerintah, khususnya Dinas Sosial dan Dinas terkait agar lebih
memberikan bantuan kepada organisasi-organisasi seperti WARKOP baik
secara moril maupun materiil untuk mendukung upaya-upaya yang
dilakukan WARKOP dalam melakukan pemberdayaan terhadap
masyarakat sekitar.
4. Agar WARKOP juga memberikan perlindungan kepada UMKM yang
didirikan oleh para anggotanya dengan memberikan bantuan akta bersifat
hukum.
90
DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Imam. Hadits Arbain An-Nawawiyah, Terjemah Bahasa Indonesia.
Edisi 01. Surabaya : A/W Publisher, 2005.
Bernard, Raho. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2007.
Departemen Agama Republik Indonesia. Alqur’an dan Terjemah. Cetakan Ke-1.
Jakarta : Depag RI, 1980.
Gaspersz, Vincent. Manajemen Bisnis Total – Total Quality Management. Cetakan
Ke-1. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Hasibuan, H. Malayu S.P. Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan
Produktivitas. Cetakan Ke-1. Jakarta : Bumi Aksara, 2010.
Hermansyah, Tantan dan Muhtadi. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam.
Cetakan Ke-1. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2013.
Kamaludin. Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam (Konsep Dasar dan Arah
Pengembangan). Vol VIII, No. 02, Jurnal Hikmah, Juli 2014.
Latifah, Ulfah. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program 1000
Posyandu oleh Pemerintah Kota Tangerang di Kelurahan Karawaci Baru.
Skripsi UIN Jakarta, 2013.
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Cetakan Ke-2. Bandung : Penerbit Alfabeta,
2013.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-25. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2008.
Oktaviany, Fenny. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Sekolah Otonomi
oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur. Skripsi UIN
Jakarta, 2010.
Rifa’i, Ahmad. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Studi Kasus di Masjid
Al-Ikhlas Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Skripsi UIN Jakarta,
2014.
Rukhiyat, Adang dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Edisi 3. Jakarta : CV.
Tumaritis, 2003.
Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Dunia
Pustaka Jaya, 1995.
91
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru. Jakarta : PT Rajawali
Pers, 2009.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Cetakan
Pertama. Bandung : PT Rafika Aditama, 2005.
Suherman, Eman. Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Cetakan Ke-1. Bandung :
CV Alfabeta, 2008.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. Cetakan Ke-1. Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2000.
Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
Cetakan 1. Jakarta : CeQDA UIN Jakarta, 2007.
Tim Redaksi. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Teori-Aplikasi. Cetakan
Kedua. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Wawancara Pibadi dengan Narasumber Terkait
Wawancara pribadi dengan Bapak Mansur Alfarisi. Depok, Pada tanggal 4 November
2016.
Wawancara pribadi dengan Bapak Mansur Alfarisi. Depok, Pada tanggal 3 Maret
2017.
Wawancara pribadi dengan Bapak Junaidi. Depok, Pada tanggal 4 Januari 2017.
Wawancara pribadi dengan Bapak Nur Fadhilah. Depok, Pada tanggal 23 Februari
2017.
Wawancara pribadi dengan Bapak Rizal Bule. Depok, Pada tanggal 7 Februari 2017.
Wawancara pribadi dengan Bapak Syahril Hidayat. Depok, Pada tanggal 27 Februari
2017.
Wawancara pribadi dengan Bayu. Depok, Pada tanggal 4 April 2017.
Wawancara pribadi dengan Alimudin. Ciputat, Pada tanggal 12 Juni 2017.
92
Sumber dari Internet
Detik News : http://news.detik.com/berita/2619999/pasangan-mesum-dan-cabe-
cabean-dijaring-sat-pol-pp-depok. Diakses pada Minggu 6 November 2016.
Poskota News : http://poskotanews.com/2016/01/24/polres-depok-gulung-enam-
pengedar-narkoba/. Diakses pada Minggu 6 November 2016.
Republika Nasional : http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/16/09/02/ocuvy3365-polres-depok-ungkap-44-kasus-narkoba-
dengan-49-tersangka. Diakses pada Minggu 6 November 2016.
Tempo : https://m.tempo.co/read/news/2016/08/31/064800503/polisi-tangkap-
mahasiswa-depok-yang-jadi-bandar-narkoba. Diakses pada Minggu 6
November 2016.
Viva News : http://metro.news.viva.co.id/news/read/716952-menghancurkan-surga-
judi-di-depok. Diakses pada Minggu 6 November 2016.
90
LAMPIRAN
Gambar 1
Struktur Organisasi WARKOP
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda Depok
Pembina
Prof. Dadang Hawari
Madani Mental Health Care Foundation
Direktur
Mansyur Alfarisi, S.Sos
Bidang
Kewirausahaan
Rizal Antonio Bule
Bidang IKMD
Syahril Hidayat,
S.TI.
Bidang Pengajian
Junaidi, S.pd
Bidang Musik
Nur Fadilah
Koordinator Bidang
Anggota
91
Gambar 2
Pemberian Materi Motivasi
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda
Gambar Ke-3
Pelatihan Membaca Al-Qur’an
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda
92
Gambar Ke-4
Pemberian Materi Tentang Sholat
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda
Gambar Ke-5
Pelatihan Belajar Musik
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda
93
Gambar 6
Program Konsultasi
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda
Gambar 7
Kegiatan Diskusi
Sumber : Warung Rehabilitasi Dan Komunikasi Pemuda
94
LAMPIRAN
Petikan Wawancara dengan Narasumber
1. Nama : Bapak Mansur Alfarisi
Jabatan : Direktur Warkop
(S) Bagaimana sejarah berdirinya Warkop?
(M)
Waktu itu kita para anak muda berkumpul dan mendirikan
sebuah organisasi atau lembaga yang ingin berkontribusi
untuk memberdayakan para masyarakat, khususnya yang
berada di sekitar wilayah Depok untuk dapat sembuh dari
ketergantungan mereka akan narkoba dan obat-obatan
terlarang lainnya. Jadi berdirilah WARKOP, singkatan dari
Warung Rehabilitasi Komunikasi Pemuda pada tanggal 17
April 2010.
(S)
Bagaimana respon masyarakat sekitar tentang adanya
Warkop?
(M) Kalau masyarakat sih menyambut baik ya dengan program-
program yang kita lakukan. Mereka memberikan support sih.
(S) Dari mana sumber dana Warkop?
(M)
Sumber dana warkop antara lain dari madani home and health
care foundation, mereka salah satu penyandang dana utama.
Selain itu juga ada program fundraising dari para pengurus
warkop. Ada juga sumbangan dari donator dan juga dari para
mantan warga binaan warkop
(S) Berapa jumlah peserta rehabilitasi warkop sejauh ini?
(M) Sejauh ini mungkin kalau dihitung mungkin ada lebih dari
100 orang
95
(S) Berapa jumlah tutor/pendamping?
(M) Kalau dihitung semua termasuk para relawan sekitar 20 orang
(S) Apa visi dan misi Warkop?
(M)
Visi WARKOP adalah terciptanya lingkungan yang aman dari
narkoba, terbentuknya lingkungan nyaman seperti keluarga,
serta terciptanya lingkungan produktif dengan adanya
komunitas-komunitas produktif. Sedangkan Misi WARKOP
adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mengawal potensi anak muda.
2. Menciptakan program-program kreatif bagi
masyarakat.
3. Menciptakan program-program penanggulangan
terhadap narkoba.
4. Menciptakan program-program rehabilitasi
terhadap para pecandu narkoba.
(S) Apa saja program dan kegiatan warkop?
(M)
Kita ada program ranjal atau rawat jalan, kita juga ada
program kewirausahaan, musik, pengajian, motivasi,
konsultasi, da nada program pencegahan lewat IKMD
(S) Apa yang mendasari dibentuknya program-program tersebut?
(M) Ya kita melihat itu yang yang dibutuhkan oleh masyarakat
saat ini.
(S) Siapa saja yang menjadi sasaran program-program tersebut?
(M)
Sasarannya siapa saja yang membutuhkan sih sebenarnya.
Tapi lebih ke anak muda sebenarnya, karena mereka yang
biasanya terkena penyakit seperti mabuk, judi dan narkoba.
(S) Bagaimana peran warkop dalam pemberdayaan masyarakat di
lingkungan sekitar?
96
(M)
Warkop berperan untuk membantu warga sekitar
memberdayakan mereka yang butuh bantuan, dalam hal ini
adalah para pecandu narkoba dan masyarakat yang terkena
penyakit sosial seperti juga dan sex bebas. Mereka kami ajak
untuk kumpul bersama dan kita beri pelatihan sehingga ada
dampak positif yang dapat mereka peroleh.
(S) Apa hasil yang telah dicapai oleh program-program tersebut
sejauh ini?
(M)
Sejauh ini hasil yang dicapai cukup bagus ya. Ada banyak
para alumni warkop yang telah mampu membuka usaha
sendiri. Ada pula alumni yang sudah tidak terjerat narkoba
dan sex bebas, mereka jadi bisa mengaji dan sholat. Jadi itu
sih sudah bagus menurut kami.
(S) Apa saja faktor penghambat bagi warkop dalam menjalankan
program-programnya?
(M)
Yang pertama tentu masalah dana ya, itu hal sering membuat
kita harus berfikir keras bagaimana caranya mendapatkan
dana agar program-program kita dapat berjalan dengan baik
(S) Apa rencana warkop dalam beberapa tahun ke depan?
(M)
Ke depan Warkop tentu ingin dapat memberdayakan lebih
banyak orang lagi. Kita ada rencana untuk memaksimalkan
peran IKMD di daerah lain dengan begitu program-program
WARKOP akan banyak dijalankan. Kalau untuk saat ini kita
ingin menguatkan para anggota yang sudah ada.
97
Waktu Wawancara : Tanggal 4 November 2016 Pukul 14.00 - 15.00 WIB
2. Nama : Bapak Junaidi
Jabatan : Koordinator Bidang Pengajian WARKOP
Waktu Wawancara : Tanggal 4 Januari 2017 Pukul 18.00 - 19.00 WIB
(S) Materi apa yang biasanya Bapak sampaikan?
(J)
Belajar iqro’ kaya tadi anak-anak binaan yang terjerumus,
karena banyak juga yang belum bisa baca iqro’, karena itu
dimulai dengan belajar alif-alifan. Terus juga dengan
pengajian setiap minggunya. Lebih gampangnya sih belajar
baca tulis Al-qur’an karena itu sifatnya personal, ada yang
bisa ada yang enggak, terus ke muamalah kita, dari fiqih,
tauhid, tergantung kepada kondisinya juga.
(S) Bagaimana metode pembelajaran yang Bapak berikan kepada
warga binaan Warkop?
(J)
Jaringan alumni santri, metodenya masih sebatas mengaji
denger. Karena kan kita tidak bisa langsung kepada warga
binaan itu, dicekokin fiqih, wah kita harus ini itu, ya kita
harus kekinian juga.
(S) Bagaimana menurut Bapak dengan adanya pelatihan bidang
pengajian di Warkop ini?
(J)
Ya sedkit banyaknya ada harapan, dengan adanya ini bisa
memberikan pengetahuan tentang keagamaan. Sedikit
banyaknya mereka mengerti tentang fiqih, tauhid itu
(S) Bagaiama pengaruh program pengajian bagi warga binaan
Warkop?
(J)
Sejauh ini, ya meskipun tidak signifikan, tapi adalah yang
tadinya hanya sekedar tahu, sekarang bisa sholat, jadi mereka
sedikit ada perubahan di bidang agama, terutama di bidang
fiqihnya, dalam beragama
(S) Bagaiamana respon masyarakat terhadap program ini?
98
(J)
Ya tadi ada yang masih sedikit ragu, bisa ga sih ini, masih ada
masyarakat yang pingin tahu bagaimana program ini di
masyarakat. Ada juga yang dari awal itu support, ada yang
nyediain tempat, makanan dan lain-lain., ya Alhamdulillah
ada aja yang respon
(S) Bagaimana perkembangan warga binaan setelah mendapatkan
pendidikan dari program ini?
(J) Ya tadi, walaupun tidak sesempurnya yang kita inginkan, tapi
setidaknya ada perubahan lah sedikitnya.
(S) Hasil apa yang telah dicapai dari program ini?
(J)
Targetnya sih mereka bisa meninggalkan hal-hal yang negatif
gitu, terutama ya itu tadi, ya kalau perubahan total ya belum,
tapi ya dengan adanya perubahan ini, ya diharapkan bisa
berubah total, ya sejauh ini sih belum 100%, tapi
Alhamdulillah sih sudah berjalan
(S) Bagaimana cara mengevaluasi program ini?
(J)
Evaluasinya itu bisa seminggu sekali atau sebulan sekali, itu
mentor-mentornya yang mengevaluasi, biar temen-temen ini
biar aktivitasnya sama. Ya tadi ada pengajian, terus sekalian
kita evaluasi.
(S) Apa hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan program
ini?
(J) Dari personal yang ngajaknya sama dari masyarakatnya
(S) Apakah ada rencana untuk mengembangkan program ini
dalam beberapa waktu ke depan?
(J)
Kalau dari pengajian sebenarnya lebih kearah metode sama
materi yang disampaikan supaya tidak terlalu monoton,
karena warga binaan ini kan bukan orang biasa dalam lingkup
pergaulan. Jadi harus, jangan sampai mereka bosan, jadi
99
gimana orang yang kita ini bisa bina orang.
3. Nama : Bapak Nur Fadhilah
Jabatan : Koordinator Bidang Musik Warkop
Waktu Wawancara : Tanggal 23 Februari 2017 Pukul 19.00 - 20.00 WIB
(S) Sudah berapa lama Bapak menjadi koordinator bidang Musik
Warkop?
(F)
Tidak ada peresmian jabatan yang sah sebagai koordinator,
hanya saja pada prakteknya saya sering bertindak seperti
motor penggerak group, kurang lebih sekitar 15 tahun.
(S) Materi apa yang biasanya Bapak sampaikan?
(F)
Tidak pernah secara resmi menyampaikan materi, hanya
sesekali memberikan pendapat pribadi (tentang musik) sesuai
dengan yang ditanyakan.
(S) Bagaimana metode pembelajaran yang Bapak berikan kepada
warga binaan Warkop?
(F)
Tidak ada warga binaan, saya pribadi menganggap semua
teman-teman yang aktif di Warkop (khususnya di bidang
musik) secara sama rata, walaupun pada prakteknya saya
seringkali bertindak seperti Leader (di bidang musik).
Tentang metode pembelajaran (musik), tidak pernah
berbentuk formal, biasanya hanya melalui obrolan santai.
(S) Bagaimana menurut Bapak dengan adanya pelatihan bidang
musik di Warkop ini?
(F)
Menurut saya, hal ini sangat bermanfaat, karena setiap bidang
keahlian, baik itu bidang musik atau bidang-bidang lain, pasti
bermanfaat, tidak ada yang tidak bermanfaat, hanya kadar
atau porsinya saja yang berbeda, tergantung seberapa
maksimal tiap individu mendedikasikan keahliannya kepada
masyarakat sekitar.
100
(S) Bagaimana pengaruh program musik bagi warga binaan
Warkop?
(F) Pengaruhnya terhadap anggota Warkop lumayan besar,
karena bidang musik bersifat terbuka kepada siapapun.
(S) Bagaiamana respon masyarakat terhadap program ini?
(F)
Sejauh ini tidak pernah mendapatkan respon yang kurang
baik, alhamdulillah responnya selalu positif.
(S) Bagaimana perkembangan warga binaan setelah mendapatkan
pendidikan dari program ini?
(F)
Tidak pernah ada kata-kata atau predikat warga binaan
(khususnya di bidang musik), semuanya adalah
kawan/sahabat/teman, dan tidak pernah ada program
pendidikan khusus di bidang musik, kalaupun ada diskusi
tentang musik, biasanya hanya diskusi-diskusi ringan yang
tidak formal dan tidak terjadwal
(S) Hasil apa yang telah dicapai dari program ini?
(F)
Bidang musik berjalan tanpa konsep yang baku, lebih bersifat
menyesuaikan. Hasil pencapaiannya tidak pernah berbentuk
simbol/piala/trophy, lebih kepada kepuasan individu/bersama
(S) Bagaimana cara mengevaluasi program ini?
(F) Evaluasi melalui diskusi serius tapi santai
(S) Apa hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan program
ini?
(F)
Perbedaan visi/misi/pendapat individu, waktu tiap-tiap
anggota yang seringkali berbenturan dengan
urusan/kebutuhan pribadi
(S) Apakah ada rencana untuk mengembangkan program ini
dalam beberapa waktu ke depan?
101
(F) Untuk saat ini tidak ada rencana
4. Nama : Bapak Rizal Bule
Jabatan : Koordinator Bidang Wirausaha WARKOP
Waktu Wawancara : Tanggal 7 Februari 2017 Pukul 17.00 - 18.00 WIB
(S)
Sudah berapa lama Bapak menjadi koordinator bidang
wirausaha Warkop?
(R) Kalau jadi coordinator sudah 4 tahun, tapi kalau aktif di
warkop sudah 6 tahun
(S) Materi apa yang biasanya Bapak sampaikan?
(R)
Pertama tentang pentingnya wirausaha, jadi siapkan wadah
buat mereka untuk berwirausaha, terus yang kedua sekitar
tentang otomotif, mesin, karena main custom juga jadi
tentang body motor
(S) Bagaimana metode pembelajaran yang Bapak berikan kepada
warga binaan Warkop?
(R)
Metode praktek langsung, jadi ada 2 bengkel, ada bengkel
induk itu di Pablo itu semua jenis mobil, motor, terus ada
bengkel custom yang khusus, yaitu mereka setiap hari belajar
di bengkel, jadi bukan kelas formal, jadi kalau teorinya
mungkin sekitar 30%, praktenya yang 70%
(S) Bagaimana menurut Bapak dengan adanya pelatihan bidang
automotif di Warkop ini?
(R)
Karena segmen kita kan anak tongkrongan, jadi dengan
adanya ini ya kita bisa memenuhi kebutuhan mereka untuk
berwirausaha di bengkel
(S) Bagaiama pengaruh program otomotif bagi warga binaan
Warkop?
102
(R)
Dengan adanya otomotif ya itu bisa berefek pribadi, pribadi
itu yang udah kita jalanin mereka itu jadi ngerti mesin, terus
dampak positif dari mereka ngerti otomotif itu jadi mereka
ngurangin mereka nongkrong di hal-hal yang negative karena
di otomotif itu ternyata mereka lebih banyak jadi ngarahinnya
hobi jadi rejeki
(S) Bagaiamana respon masyarakat terhadap program ini?
(R)
Ya masyarakat sekitar jadi ikut seneng juga, yang tadinya itu
nongkrong terus ada bau minuman atau balap liar, sekarang
dengan adanya otomotif jadi nggak, karena mereka di arahin
ke bengkel yang menghasilkan, dan balap liar juga udah
nggak karena mereka di arahinnya bikin klub-klub motor
yang mengurangi dampok buruk di masyarakat, jadi
masyarakat apresiasi sih
(S) Bagaimana perkembangan warga binaan setelah mendapatkan
pendidikan dari program ini?
(R)
Ada beberapa yang memang kita mampu mengakomodir, ada
beberapa yang sudah bekerja di bengkel kita maupun bengkel
luar, jadi efeknya kita udah bisa memberikan ruang buat
mereka
(S) Hasil apa yang telah dicapai dari program ini?
(R)
Terbentuknya ruang-ruang usaha berbentuk bengkel, dulu
Cuma cita-cita kalau sekarang ada. Itu kan beberapa program
yang terealisasi. Dulu kita Cuma pingin bikin sekedar bengkel
aja, sekarang kita udah bikin buat cat open juga, ada spesialis
knalpot, ada spesialisasi body, ada yang di mobil juga
(S) Bagaimana cara mengevaluasi program ini?
(R) Kalau evaluasi itu sejauh mana program-program ini
produktif dan mampu memberikan ruang sebanyak-
103
banyaknya. Ya untuk saat ini evaluasinya tentang daya
tampung program.
(S) Apa hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan program
ini?
(R)
Kita masih banyak orang, sementara puteran modal yang ada
belum mampu menghidupkan semua orang, jadi hambatannya
masih di modal, modal untuk pengembangan wirausaha
lainnya untuk dapat mengcover semua anggota itu belum.
Terus yang kedua, hambatannya itu lebih ke enggak semua
itu berfikir, bahwa ketika mereka masuk ke bidang kerja
misalnya bengkel ini masih dianggap sebagai ruang
pertemanan bukan ruang professional, jadi agak gampangin
kerja.
(S) Apakah ada rencana untuk mengembangkan program ini
dalam beberapa waktu ke depan?
(R)
Ke depan, yang pasti bengkel otomotif makin meluas, dengan
konsep komunitas. Selama ini kan kita masih di titik
Sawangan Bojongsari, masih belum meluas. Kita pingin bisa
ada yang mewakili semua kecamatan. Kalau sekarang kan
efeknya masih berimbas ke dua 2 kecamatan, belum meluas
ke Depok. Ya itu kan batas kemampuan kita, ga bisa kita
paksain, jadi ya baru sebatas itu. Jadi harapan ke depannya itu
kita pingin ini bisa meluas.
5. Nama : Bapak Syahril Hidayat
Jabatan : Koordinator Bidang IKMD
Waktu Wawancara : Tanggal 27Februari 2017 Pukul 15.30 - 16.00 WIB
(S) Bagaiama pengaruh IKMD kepada masyarakat?
(SR) IKMD sendiri tugasnya memberi pembelajaran ke warga
binaan ada juga terjun ke masyarakat untuk melakukan
104
advocasi tentang kenakalan remaja dan sebagainya dengan
mengadakan sekali waktu seminar, pernah waktu itu ada
kegiatan bahaya penyalahguanaan narkoba di radio ZFM, kita
mengundang warga sekitar radio ZFM itu untuk mengikuti
acara tersebut. Jadi buka buat umum dengan di support BNN,
BNN yang memberikan materi, jadi mudah-mudahan IKMD
berpengaruh positif terhadap masyarakat, karena tujuannya
juga penyadaran terhadap masyarakat, karena banyak juga
orang tua yang belum paham anaknya sendiri, jadi meskipun
kita belum jadi orang tua, tapi pada posisi tertentu dengan
sedikit pengetahuan yang dimiliki tentang narkoba, itu kita
melakukan advokasi terhadap orang tua, bagaimana mendidik
anak ketika beranjak remaja, bagaimana mencegah anak-anak
ini dari terjerumus kenakalan remaja.
(S) Bagaimana perkembangan anggota IKMD?
(SR)
Alhamdulillah, mereka juga apresiasi dengan adanya IKMD,
karena yang tadinya mereka belum tahu efek bahaya dari
narkoba mereka jadi tahu, karena binaan ini kebanyakan
mereka usia sekolah, kalau yang di pegang IKMD sendiri.
(S) Pogram-program apa saja yang dilakukan oleh IKMD?
(SR)
Kita ada taman baca masyarakat, jadi kita bikin perpus, ya itu
gerakan gemar membaca, terus juga pendampingan terhadap
anak-anak yang memang sudah terlibat dalam kenakalan
remaja
(S) Bagaimana cara mengevaluasi program-program yang
dijalankan oleh IKMD?
(SR)
Setiap minggu kita ada evaluasi. Jadi ada warga binaan kita
ada kelompok dengan mentornya masing-masing. Jadi mentor
ini tahu perkembangan, terus apa yang harus dilakukan, jadi
program evaluasi ada bisa 1 minggu sekali atau 2 minggu
sekali. Jadi mentor yang tahu, jadi apa yang dibutuhkan oleh
105
mereka nanti kita fasilitasi bersama mentor.
(S) Apa hambatan yang dihadapi oleh IKMD dalam menjalankan
program-programnya?
(SR)
Banyak, yang paling susah itu, mengajak mereka yang sudah
tekena kenakalan remaja itu susah untuk bergabung bersama
kita, terus 2 dukungan dari warga masyarakat yang support,
memberikan pemahaman yang kolot itu susah
(S) Apakah ada rencana untuk mengembangkan program-
program IKMD dalam beberapa waktu ke depan?
(SR)
Kemarin kita ada deklarasi IKMD cabang Bandung. Karena
ada banyak mahasiswa Depok yang kuliah di luar Depok, itu
kita akomodir, kita bentuk IKMD cabang, nah kemarin udah
Bandung, lah nanti yang di Bandung itu kita programnya ada
beberapa yang kita adopsi dari sini terutama yang tentang
kenakalan remaja.
6. Nama : Bayu
Jabatan : Anggota WARKOP
Waktu Wawancara : Tanggal 4 April 2017 Pukul 17.00 – 17.30 WIB
(S) Sudah berapa lama menjadi warga binaan Warkop?
(B) Kurang lebih sekitar 2 tahun, semenjak abang saya berobat
disini, abang saya itu dari madani terus kesini
(S) Darimana Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang
Warkop?
(B)
Dari abang saya itu, terus ketemu bang Mansur, terus dia
nawarin buat gabung. Terus lihat konsepnya, bagus jadi saya
tertarik untuk gabung
(S) Apa kegiatan Bapak/Ibu sebelum bergabung di Warkop?
(B) Sebelumnya saya di Bandung, setelah itu saya pindah kesini
106
(S) Mengapa mau bergabung dengan Warkop?
(B) Untuk nambah pengetahuan, untuk edukasi, untuk belajar
tentang hal-hal yang negative seperti Narkoba
(S) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Warop?
(B) Penting, perkumpulan yang seperti ini, karena banyak
komunitas lain yang aktivitasnya gak jelas
(S) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang program di Warkop?
(B) Ya ada program tentang Narkoba, penganggulangannya, terus
ada materi tentang Free-sex juga ada
(S) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang para
tutor/pendamping di Warkop?
(B) Asik-asik sih, mengayomi, kita jadi gak kaku ketika
berinteraksi dengan mereka
(S) Perubahan apa yang Bapak/Ibu rasakan sekarang setelah
bergabung dengan Warkop?
(B)
Saya jadi tahu tentang bahaya Narkoba, terus efek-efeknya,
terus kita disitu banyak anak-anak yang berkecimpung di
musik, saya juga nambah pengetahuan juga disitu tentang
musik
(S) Apa hambatan dalam mengikuti program dari Warkop?
(B) Hambatan biasa, pas saat kumpul, ya ada yang gak datang
karena kesibukan masing-masing
(S) Apa aktivitas Bapak/Ibu sekarang?
(B) Utamanya buat nemenin abang saya disini terhadap penyakit
yang dihidapnya, terus mulai belajar usaha
(S) Apa rencana Bapak/Ibu dalam waktu dekat ini dan juga di
masa mendatang?
(B)
Saya pingin lebih mengembangkan buat Warkop biar lebih
aktif lagi dalam fokus buat ngebahas tentang dunia narkoba,
dunia-dunia negatif lah
107
7. Nama : Alimudin
Jabatan : Mantan Anggota IKMD dan WARKOP
Waktu Wawancara : Tanggal 12 Juni 2017 Pukul 18.00 - 18.30 WIB
(S) Sudah berapa lama menjadi warga binaan Warkop?
(A) Waktu itu 3 tahun
(S) Darimana Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang
Warkop?
(A) Dari teman-teman IKMD
(S) Apa kegiatan Bapak/Ibu sebelum bergabung di Warkop?
(A) Waktu itu kuliah
(S) Mengapa mau bergabung dengan Warkop?
(A) Karena tertarik dengan program-program Warkop terutama
dalam bidang music dan wirausaha
(S) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang Warop?
(A) Prospektif tapi harus didukung dengan sumber daya manusia
yang kompeten
(S) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang program di Warkop?
(A) Keren kaya anak muda, sesuai jiwa anak muda karena ada
musik dan wirausaha
(S) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang para
tutor/pendamping di Warkop?
(A) Mampu menggali inspirasi dan memotivasi para warga binaan
untuk berkarya
(S) Perubahan apa yang Bapak/Ibu rasakan sekarang setelah
bergabung dengan Warkop?
108
(A) Perubahan drastis, terutama dalam hal semangat berwirausaha
(S) Apa hambatan dalam mengikuti program dari Warkop?
(A) Sarana dan modal yang kurang memadai
(S) Apa aktivitas Bapak/Ibu sekarang?
(S) Bekerja di UIN Jakarta
(S) Apa rencana Bapak/Ibu dalam waktu dekat ini dan juga di
masa mendatang?
(A) Buka usaha dan meneruskan kuliah