PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan...

23
1 PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN PENGHASIL ENERGI DAN OBAT-OBATAN DI PROPINSI LAMPUNG Oleh : Kurniawati P. Putri, Dida Syamsuwida, Rina Kurniaty, Eliya Suita dan Dharmawati FD Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO Box. 105 Bogor 16001, Telp/Fax:(0251)8327768 Email : [email protected] ABSTRAK Salah satu peranan hutan dari sektor hasil hutan bukan kayu adalah sumber bahan baku energi nabati dan obat. Selain bermanfaat untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat sebagai sumber bahan baku energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. Ketersediaan benih bermutu merupakan salah satu faktor pembatas belum optimalnya pembangunan dan produktivitas hutan tanaman dan hutan rakyat berbasis energi dan obat. Benih bermutu merupakan hasil dari serangkaian kegiatan mulai dari waktu pengunduhan, penanganan benih dan pembibitan. Ketepatan waktu pengunduhan, teknik penanganan benih yang sesuai dengan karakter masing-masing benih serta pembibitan yang tepat dan berasal dari sumber benih yang berkualitas akan meningkatkan perolehan hasil baik terhadap perkecambahan, pembibitan maupun kualitas tegakan. Teknik perbenihan untuk beberapa jenis tanaman potensial penghasil energi dan obat telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Teknologi Perbenihan, yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan dan peningkatan produktivitas hutan tanaman dan hutan rakyat berbasis energi dan obat khususnya yang ada di Propinsi Lampung. Kata kunci : Hasil hutan bukan kayu, energi, obat-obatan, perbenihan, hutan rakyat. I. PENDAHULUAN Dewasa ini terdapat kecenderungan perubahan paradigma peran dan manfaat hutan yaitu hutan tidak hanya sebagai penghasil kayu tetapi juga bukan kayu. Perubahan itulah yang selanjutnya mempengaruhi pola pemanfaatan sumber daya hutan. Saat ini kebijakan pemerintah diantaranya di Provinsi Lampung adalah peningkatan hasil hutan bukan kayu demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Hasil hutan bukan kayu potensial di Propinsi Lampung adalah arang kayu disamping damar mata kucing, gaharu dan rotan. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung mencatat produksi arang kayu dari

Transcript of PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan...

Page 1: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

1

PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

HUTAN PENGHASIL ENERGI DAN OBAT-OBATAN DI PROPINSI

LAMPUNG

Oleh :

Kurniawati P. Putri, Dida Syamsuwida, Rina Kurniaty,

Eliya Suita dan Dharmawati FD

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Jl. Pakuan Ciheuleut PO Box. 105 Bogor 16001, Telp/Fax:(0251)8327768

Email : [email protected]

ABSTRAK

Salah satu peranan hutan dari sektor hasil hutan bukan kayu adalah sumber bahan

baku energi nabati dan obat. Selain bermanfaat untuk kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat, pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat sebagai sumber bahan baku

energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan

konservasi. Ketersediaan benih bermutu merupakan salah satu faktor pembatas belum

optimalnya pembangunan dan produktivitas hutan tanaman dan hutan rakyat berbasis

energi dan obat. Benih bermutu merupakan hasil dari serangkaian kegiatan mulai dari

waktu pengunduhan, penanganan benih dan pembibitan. Ketepatan waktu

pengunduhan, teknik penanganan benih yang sesuai dengan karakter masing-masing

benih serta pembibitan yang tepat dan berasal dari sumber benih yang berkualitas

akan meningkatkan perolehan hasil baik terhadap perkecambahan, pembibitan

maupun kualitas tegakan. Teknik perbenihan untuk beberapa jenis tanaman potensial

penghasil energi dan obat telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan, yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan dan peningkatan produktivitas hutan tanaman dan hutan rakyat

berbasis energi dan obat khususnya yang ada di Propinsi Lampung.

Kata kunci : Hasil hutan bukan kayu, energi, obat-obatan, perbenihan, hutan

rakyat.

I. PENDAHULUAN

Dewasa ini terdapat kecenderungan perubahan paradigma peran dan manfaat

hutan yaitu hutan tidak hanya sebagai penghasil kayu tetapi juga bukan kayu.

Perubahan itulah yang selanjutnya mempengaruhi pola pemanfaatan sumber daya

hutan. Saat ini kebijakan pemerintah diantaranya di Provinsi Lampung adalah

peningkatan hasil hutan bukan kayu demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat. Hasil hutan bukan kayu potensial di Propinsi Lampung adalah arang kayu

disamping damar mata kucing, gaharu dan rotan. Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung mencatat produksi arang kayu dari

Page 2: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

2

hutan di wilayah Propinsi Lampung pada tahun 2006 mencapai 30.347 ton. Arang

kayu merupakan bahan bakar berbasis biomassa yang sangat berarti dalam mengatasi

permasalahan krisis energi nasional di masa mendatang.

Selain sumber bahan bakar biomassa, hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai

sumber bahan baku energi nabati lainnya yaitu biodiesel. Sasaran pemanfaatan bahan

bakar nabati periode 2015-2019 adalah produksi biodiesel sebesar 4,3 – 10 Juta KL

(RPJMN 2015-2019, 2015). Pemanfaatan jenis-jenis tanaman hutan sebagai bahan

bakar campuran bahan bakar minyak dalam biodiesel merupakan salah satu bentuk

diversifikasi energi untuk mencegah terjadinya ketergantungan impor energi serta

meningkatkan ketahanan energi nasional. Kondisi tersebut disebabkan keterbatasan

sumber daya energi fosil yang bersifat tidak dapat diperbaharui (unrenewable).

Beberapa jenis tanaman hutan potensial sebagai bahan baku biomassa dan biodiesel

antara lain kaliandra, lamtoro, weru, pilang, akor, turi, malapari dan nyamplung.

Hutan alam tropika Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati

tumbuhan obat. Dewasa ini demand biofarmaka local cukup meningkat pesat yang

disebabkan semakin berkembangnya industri obat-obatan, jamu dan kosmetika.

Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk ikut berperan karena cukup

banyak jenis tanaman hutan yang berpotensi sebagai sumber bahan baku untuk

biofarmaka. Zuhud (2008) melaporkan bahwa sampai tahun 2001 terdapat sedikitnya

2.039 spesies tumbuhan obat yang berasal dari berbagai tipe ekosistem hutan tropika

di Indonesia. Jenis tanaman hutan potensial dan berpeluang untuk dikembangkan

secara ekspor diantaranya adalah kilemo (Litsea cubeba). Tanaman obat potensial

lainnya adalah pulai (Alstonia scholaris) yang saat ini sudah tergolong langka

khususnya yang berada di kawasan hutan Dipterocarpaceae di daerah Krui Lampung

Barat (Wardah, 2005).

Komoditas hasil hutan bukan kayu memegang peranan sangat strategis untuk

ketahanan energi, sumber bahan baku obat-obatan bahkan sumber pemasukan negara.

Namun sampai saat ini pemanfaatan sumber daya hutan berbasis energi dan obat

dirasakan masih belum dapat berkembang secara optimal. Keadaan tersebut

disebabkan pemanenan yang dilakukan masih mengandalkan tegakan alam, sehingga

tidak ada kesinambungan bahan baku. Langkah yang paling strategis adalah

perencanaan pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat berbasis energi dan obat.

Keberhasilan program tersebut tentunya harus didukung ketersediaan benih bermutu.

Page 3: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

3

Benih bermutu merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan mulai dari

pengunduhan, penangaan benih dan pembibitan yang tepat dan berasal dari sumber

benih yang berkualitas. Teknik penanganan benih yang tepat akan meningkatkan

perolehan hasil baik terhadap perkecambahan, pembibitan maupun kualitas tegakan.

Dalam rangka mendukung terwujudnya pembangunan hutan tanaman dan

hutan rakyat sebagai sumber bahan baku energi dan obat dengan produktivitas tinggi,

maka disusun makalah yang berisikan informasi hasil-hasil penelitian perbenihan

beberapa jenis tanaman hutan penghasil energi yaitu akor (Acacia auriculiformis),

kaliandra (Calliandra calothyrsus), lamtoro (Leucaena leucocephala), pilang (Acacia

leucophloea), turi (Sesbania grandiflora),weru (Albizia procera), malapari

(Pongamia pinnata), nyamplung (Callophylum inophyllum) dan penghasil obat yaitu

pulai (Alstonia scholaris), kilemo (Litsea cubeba) dan kemenyan (Styrax benzoin).

II. POTENSI JENIS -JENIS TANAMAN PENGHASIL ENERGI

DAN OBAT

Banyak jenis tanaman hutan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber bahan

kayu energi biomassa. Tingkat keberhasilan pengembangan sumber energi biomassa

sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan jenis pohon yang sesuai dengan tempat

tumbuh dan karakteristik pohon itu sendiri. Kondisi tempat tumbuh yang perlu

dipertimbangkan adalah ketinggian tempat tumbuh, jenis tanah dan iklim, sedangkan

karakterisik pohon yang penting untuk diperhatikan adalah sifat pertumbuhan dan

rotasi tebang, riap, sistem regenerasi dan nilai kalor (Rostiwati et al., 2006).

Berdasarkan pertimbangan sifat pertumbuhan yang cepat, riap yang tinggi,

dapat tumbuh dengan baik pada kondisi marjinal, menghasilkan terubusan yang

banyak, nilai kalor tinggi serta tidak mengeluarkan asap atau gas beracun, maka

Ditjen Listrik dan Energi Baru telah merekomendasikan 70 jenis tanamanan hutan

yang potensial untuk sumber energi biomassa (Rostiwati et al., 2006). Beberapa jenis

tanaman hutan tersebut diantaranya adalah akor (A. auriculiformis), pilang (A.

leucophloea), weru (A. procera), kaliandra (C.callothyrsus), Turi (S. grandiflora) dan

lamtoro (L.leucocephala). Kondisi tempat tumbuh dan karakteristik pohon dari

keenam jenis tanaman tersebut disajikan pada Tabel 1.

Page 4: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

4

Kaliandra dan lamtoro merupakan jenis tumbuhan potensial untuk bahan bakar

dengan daya trubusan dan nilai kalornya yang tinggi. Jenis tanaman hutan tersebut

juga banyak digunakan untuk kegiatan rehabilitasi dan reboisasi karena

kemampuannya untuk dapat tumbuh di tempat-tempat kritis dan marjinal. Alternatif

lainnya adalah pohon turi dengan nilai kalor (4.610 cal/g) yang relatif lebih tinggi

dibanding lamtoro (4.464 cal/g), namun kemampuan trubusnya yang rendah.

Berdasarkan nilai kalor yang dihasilkannya, akor, pilang dan weru cukup potensial

sebagai sumber bahan energi untuk tujuan komersial. Hal ini didasarkan bahwa nilai

kalor yang dikehendaki untuk tujuan komersial adalah lebih dari 4.500 cal/g (Hendarti

et al., 2014).

Secara umum kisaran nilai kalor dari keenam jenis tanaman tersebut 4.464

cal/g–5.218 cal/g. Untuk meningkatkan nilai komersialnya, kayu bakar dirubah

dalam bentuk arang kayu dengan nilai kalor yang dihasilkan berkisar 7.271 cal/g-

7.510 cal/g. Arang kayu adalah residu yang sebagian besar komponennya adalah

karbon karena terjadi penguraian kayu akibat perlakuan panas (Rostiwati et al, 2006).

Tabel 1. Karakteristik enam jenis tanaman hutan penghasil kayu energi biomassa.

Jenis

tanaman

Ketinggian

tempat

(m dpl) 1)

Curah

hujan

(mm/th) 1)

Riap

(m3/ha

/th ) 1)

Den-

sitas

(BJ) 1)

Nilai

kalor

(cal/g)

Sifat arang :

Nilai kalor

(cal/g)

Produksi

Energi

(GJ/ha/th) 1)

Akor

(A.

auriculiformis)

0-500 1.300-

1.700

17.0 0,70 4.907 4)

7.322 3)

235,6

Pilang

(A. leucophloea)

1.600-

2.400

1.000-

3.000

20.5 0,70 5.218 4)

7.262 3)

258,3

Weru

(A. procera)

0-1.700 1.000-

4.500

25.0 0,67 4.870 4)

7.382 3)

301,5

Kaliandra

(C. callothyrsus)

0-1.000 1.300-

1.550

32,0 0,67 4.617 4)

7.510 2)

385,9

Turi

(S. grandiflora)

0-700 300-1.000 15.0 0.46 4.610 4)

7.4712)

124,2

Lamtorogung

(L.

leucocephala)

0-1.700 0-3.500 21.0 0,82 4.464 4)

7.271 2)

310,0

Sumber : 1) Dirjen Listrik dan Energi Baru (1991); 2) Syachri (1982); 3) Hartoyo

dan Nurhayati (1976); 4) Alrasyid (1981).

Page 5: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

5

Kebutuhan solar dalam negeri pada tahun 2011 tercatat sebesar 21,2 juta kilo

liter, sedangkan produksi solar domestik hanya mencapai 18,34 juta kilo liter (Ika,

2012). Data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan energi nasional jenis solar

hanya sebagian saja yang dapat terpenuhi oleh produksi solar dalam negeri,

sedangkan selebihnya masih tergantung pada pasokan solar dari luar negeri (import).

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka salah satu kebijakan ekonomi

pemerintah saat ini (Peraturan Menteri ESDM No 25 tahun 2013) adalah pengurangan

import bahan bakar minyak (BBM) jenis solar diantaranya dengan peningkatan

pemanfaatan biodiesel dalam solar (FAME) dari semula 2,5 % menjadi 10 % untuk

transportasi dan industry, serta 20 % untuk pembangkit listrik (Kompas, 2013).

Sumber bahan baku untuk energi nabati dewasa ini masih didominasi produk

pertanian seperti singkong, tebu dan sawit. Pemanfaatan sumber bahan baku energi

nabati yang bersumber dari pertanian umumnya bersaing dengan konsumsi sehari-

hari, sehingga dikhawatirkan apabila terjadi krisis pangan maka secara langsung akan

berdampak terhadap sumber bahan baku energi nabati (sustainability). Potensi hutan

non kayu sebagai sumber biodiesel perlu dipertimbangkan sebagai sumber bahan

baku biodiesel yang bersifat terbarukan dan tidak digunakan sebagai konsumsi

pangan. Bahan baku alternatif energi berbasis bahan bakar nabati/ biofuel diantaranya

adalah nyamplung (C. inophyllum) dan malapari (P. pinnata). Kondisi tempat tumbuh

dan karakteristik pohon kedua jenis tanaman tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik jenis tanaman hutan penghasil bioenergi.

Jenis

tanaman

Ketinggian tempat

(m dpl)

Curah hujan

(mm/th)

Musim kering

(bulan)

Rendemen

minyak (%)

Malapari (P. pinnata) 0-200 500-2500 2-6 27 - 40

Nyamplung (C.

inophyllum)

0-200 1000-3000 4-5 30-74

Biji P. pinnata dapat menghasilkan minyak yang dapat digunakan sebagai

pelumas dan bahan baku bio-diesel serta bahan pembuatan sabun (Mukta dan

Sreevalli, 2010). Selain potensinya sebagai sumber bahan bakar nabati, jenis tanaman

ini juga penyedia sumber energi lain yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang

memiliki kalor bakar kayu sebesar 19,2 MJ/kg (Soerawidjaja, 2007a; Soerawidjaja,

2007b). Malapari tumbuh secara alami di dataran rendah pada tanah berkapur dan

Page 6: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

6

batu karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau, sepanjang aliran dan sungai pasang

surut (Heyne, 1987). Pertumbuhan yang paling bagus dijumpai pada tanah liat

berpasir, tetapi akan tumbuh juga pada tanah berpasir dan tanah liat yang bergumpal-

gumpal. Sangat toleran pada kondisi masin dan alkalinitas. Cukup toleran terhadap

naungan, setidaknya ketika muda.

Nyamplung (C. inophyllum L.) dapat digunakan sebagai bahan substitusi

minyak tanah (biokerosene) dan substitusi minyak solar (biodiesel) dengan

memanfaatkan bijinya (Sopamena, 2007). Keunggulan nyamplung lainnya antara lain

mampu tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia; relatif mudah

dibudidayakan dan cocok di daerah iklim kering; permudaan alami banyak dan

berbuah sepanjang tahun; hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna

dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi (Departemen

Kehutanan, 2008). Saat ini tanaman nyamplung sudah mulai dibudidayakan di

Indonesia sebagai tanaman wind breaker yang ditanam di daerah marginal di tepi

pantai atau lahan-lahan kritis lainnya.

Hutan juga berperan sebagai sumber bahan baku obat-obatan (biofarmaka) dan

atsiri. Kilemo (Litsea cubeba) merupakan salah satu jenis tanaman hutan penghasil

bahan baku obat dan minyak atsiri potensial. Kilemo dimanfaatkan sebagai bahan

kosmetik (aromaterapi), sabun, minyak wangi, pembersih kulit, obat jerawat, serta

memiliki unsur karsinostatic (zat anti kanker). Buah kilemo mengandung sitral (70 –

85%), sedangkan pada kulit batang dan daunnya terkandung saponin, plafonoid dan

tanin (Lin, 1983). Kilemo tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian diatas 700 m

dpl.

Pulai merupakan salah satu jenis pohon yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bagian-bagian dari pohon ini dapat digunakan mulai getah hingga kayunya. Kulit

batang, daun dan bunga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Kayunya dapat

dimanfaatkan untuk bahan baku barang, kerajinan, pensil, papan tulis, lemari, dan

lain-lain (Pratiwi, 2000). Kulitnya telah lama dikenal sebagai obat tradisional untuk

anti hipertensi. Menurut Dalimartha (2001), kulit kayu pulai berfungsi sebagai obat

penyakit desentri,malaria peluruh dahak, peluruh haid, stomakik, antipiretik, pereda

kejang, menurunkan gula darah (hipoglikemik), tonik dan antiseptic. Selain itu getah

pulai mengandung alkaloid.

Page 7: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

7

III. PERBENIHAN

A. Periode pembungaan-pembuahan

Pembungaan dan pembuahan tumbuhan berkaitan dengan suatu proses

perubahan struktur atau organ reproduksi dalam satu periode waktu tertentu yang

dikenal dengan fenologi. Fenologi adalah ilmu tentang periode fase-fase yang terjadi

secara alami pada tumbuhan. Berlangsungnya fase-fase tersebut baik fase vegetatif

maupun generatif sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, seperti

lamanya penyinaran, suhu dan kelembaban udara (Fewless, 2006).

Fenologi pembungaan suatu jenis tumbuhan adalah salah satu karakter penting

dalam siklus hidup tumbuhan karena pada fase itu terjadi proses awal bagi suatu

tumbuhan untuk berkembang biak. Suatu tumbuhan akan memiliki perilaku yang

berbeda-beda pada pola pembungaan dan pembuahannya, akan tetapi pada umumnya

diawali dengan pemunculan kuncup bunga dan diakhiri dengan pematangan buah

(Tabla dan Vargas, 2004). Sensitifitas fenologi terhadap perubahan lingkungan adalah

merupakan indikator yang sangat baik untuk melihat penampilan tumbuhan,

khususnya dalam kondisi iklim panas (Cleland et al. 2012).

Pola pembungaan pada jenis tanaman tropis sangat kuat dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, yang menyebabkan tanaman sangat sensitif terhadap perubahan

iklim sekecil apapun. Hal ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung pengaruh penyinaran matahari pada tanaman tropis akan merangsang

pembentukan bunga. Secara tidak langsung perubahan iklim yang kecil misalnya akan

mempengaruhi perilaku polinator, sehingga penyerbukan terganggu dan akibatnya

pembentukan buah atau biji berkurang yang menyebabkan produksi benih menurun.

Periode pembungaan dan pembuahan untuk setiap jenis berbeda. Misalnya,

Akor memunculkan tunas generatif pada bulan Februari dan mekar pada bulan Maret-

April, akhirnya menjadi buah muda, dewasa dan masak pada bulan Mei-Juli/Agustus

(Syamsuwida et al. 2011). Sehingga diketahui bahwa siklus perkembangan

pembungaan hingga pembuahan akor tejadi selama 6-7 bulan yang diamati pada satu

tegakan di Desa Sawangan dan Jingkang (Banyumas Barat). Sementara itu kaliandra,

lamtoro dan turi memiliki periode pembungaan-pembuahan yang lebih pendek yaitu

berkisar antara 3-4 bulan. Rangkuman periode pembungaan dan pembuahan beberapa

jenis tanaman kayu penghasil energi dan obat-obatan disajikan pada Tabel 2.

Page 8: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

8

Tabel 2. Periode pembungaan dan pembuahan beberapa jenis tanaman hutan

penghasil energi dan obat-obatan. No Jenis Periode musim Waktu musim Lokasi

Pembungaan Pembuahan Pembungaan Pembuahan

1 Akor (Acacia

auriculiformis)

1-2 bulan 4-5 bulan Februari-

Maret/April

Mei/Juli-

Agustus

Banyumas

Barat

2 Kaliandra

(Calliandra

calothyrsus)

1 bulan 2-3 bulan April Mei/Juni-

Juli/Agustus

Bogor,

Cianjur

3 Lamtoro

(Leuccaena

leucocephala)

1 bulan 3-4 bulan April Mei/Juni-

Juli/Agustus

Bogor

4 Turi (Sesbania

grandiflora)

1 bulan 2-3 bulan April Mei/Juni-

Juli/Agustus

Bogor

5 Weru/kihiang

(Albizia

procera)

2 bulan 6-7 bulan Februari-April September-

Oktober

Majalengka

, Sumedang

6 Pilang (Acacia

leucophloea)

1 bulan 4-5 bulan April/Mei Agustus-

September

Taman

Nasional

Bali Barat

7 Kemenyan

(Styrax

benzoin)

2 bulan 7-8 bulan Juni/Juli-

Agustus

Februari-

Maret

Aek Nauli-

Sumatera

Utara

8 Nyamplung

(Callophylum

inophyllum)

1 bulan 3-5 bulan April Juli-Agustus Purworejo-

Jawa

Tengah

9 Malapari

(Pongamia

pinnata)

2 bulan 6-7 bulan Maret/April-

Mei

Oktober-

Nopember

Batukaras-

Ciamis

10 Kilemo (Litsea

cubeba)

1 bulan

1 bulan

2-3 bulan

2-3 bulan

Februari-Maret

Oktober-

Nopember

April-Juni

Januari-

Februari

Aek Nauli

(Sumut)

Ciwidey

(Jabar)

11 Ganitri

(Elaeocarpus

ganitrus)

2 bulan 7 bulan Juni-Juli Juli/Agustus-

Nopember/

Desember

Cisarua-

Bogor

Tahapan awal dari satu rangkaian perkembangan pembungaan-pembuahan

adalah inisiasi bunga. Akan tetapi, proses ini hanya dapat dilihat secara mikroskopis

dengan mengidentifikasi adanya perubahan jaringan dari meristem vegetatif menjadi

apikal reproduktif (primordia bunga) pada organ tunas (Owens & Blake 1985).

Inisiasi bunga weru terjadi lebih dari 2 bulan yang teramati mulai bulan Januari.

Sedangkan pada kaliandra, inisiasi terjadi sepanjang tahun yang diindikasikan dari

munculnya bunga sepanjang tahun. Walaupun lamtoro dan turi belum teridentifikasi,

namun dapat diduga inisiasi juga terjadi sepanjang tahun.

Page 9: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

9

B. Keberhasilan reproduksi

Potensi keberhasilan proses pembentukan bunga menjadi buah dinilai dari

besarnya nilai keberhasilan reproduksi. Penilaian besaran Keberhasilan Reproduksi

(KR) diperoleh dari hasil pengukuran parameter reproduksi yaitu jumlah bunga per

malai, jumlah buah per malai, jumlah ovul per bunga, jumlah biji per buah, fruit set

(Bg/bh) dan seed set (Bj/Ov).

Tabel 3. Hasil pengukuran parameter reproduksi beberapa jenis tanaman penghasil

biomassa dan bioenergi. Jenis

∑ bunga/

malai

∑ buah/

malai

∑ ovul/

bunga

∑ biji/

buah

Fruit set

(Bh/bg)

Seed set

(Bj/Ov) KR

Weru 41,8±15,8 16,4±6,2 12,62±0,6 10,82±0,7 0,40±0,08 0,85±0,02 0,35±0,09

Pilang

279,1±80,1

109,6±63,8

12,37±0,9

6,09±0,3

0,40±0,1

0,43±0,02

0,19±0,06

Akor

85,4±29,04

5,1±1,75

31,12±9,9

4,9±1,93

0,06±0,02

0,16±0,06

0,01±0,005

Kaliandra 98,6±42,8 19,8±10,6 5,64±0,6 8,04±0,8 0,21±0,08 0,72±0,08 0,16±0,06

Kemenyan

B

16,34±5,0

2 1,90±0,98 1,38±0,27 1±0,00

0,13±0,04

0,75±0,13

0,09±0,04

T

17,14±4,8

5 1,52±0,78 1,325±0,2 1±0,00

0,10±0,06

0,77±0,13

0,08±0,05

Malapari

B

54,6± 1,72 33,1± 7,97

-

-

0,63± 0,25

-

-

T

54,41±

2,45

36,01± 5,85

-

-

0,66±0,23

-

-

Nyamplung

B 7,1±0,43 2,58±0,2 1±0,00 1±0,00

0,36 ±

0,02 1,0 ± 0,0

0,36 ±

0,02

T

7,28±0,41

2,7±0,21

1±0,00 1±0,00 0,38 ±

0,02 1,0 ± 0,0 0,38 ± 0,02

Catatan: B: Barat, T: Timur

Keberhasilan reproduksi merupakan parameter untuk mengetahui potensi

reproduksi yang dimiliki tanaman. Dengan mengalikan nilai jumlah bunga yang

menjadi buah (fruit set) dan jumlah ovul yang menjadi biji (seed set) dapat diketahui

nilai KR (Wiens et al 1987). Weru memiliki nilai fruit set dan seed set yang relatif

tinggi yaitu masing-masing 0,40±0,08 dan 0,85±0,02 sehingga menghasilkan nilai KR

yang relatif tinggi pula yaitu 0,35±0,09 atau antara 26% - 44% (Tabel 3). Sementara

itu nilai terendah dimiliki oleh jenis akor. Ratio pembentukan buah menjadi bunga

rata-rata 4% - 8% dan pembentukan ovul menjadi biji rata-rata 10% - 22% dan

keberhasilan reproduksi (KR) rata-rata 0,5 – 1,5% (Tabel 3). Dengan demikian,

Page 10: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

10

proporsi ovul yang berhasil dibuahi dan berkembang menjadi biji yang viabel bagi

tanaman weru adalah rata-rata adalah sebesar 35% dan bagi tanaman akor rata-rata

1%. Nilai KR pilang, kaliandra dan kemenyan masing-masing berkisar antara 13-

23%, 10-22% dan 8-9% atau rata-rata 19%, 16% dan 8,5%. Sementara untuk jenis

malapari keberhasilan reproduksi belum terdeteksi. Namun demikian, pembentukan

bunga menjadi buah (fruit set) cukup tinggi yaitu masing-masing untuk dahan bagian

barat dan timur mencapai 63% dan 66%.

C. Potensi produksi buah/benih

Benih/buah untuk program pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat

penghasil hasil hutan bukan kayu dituntut ketersediaannya dalam jumlah dan kualitas

yang memadai secara terus menerus, terutama yang memanfaatkan buah sebagai

bahan baku produksinya seperti malapari, nyamplung dan kilemo. Informasi potensi

produkai buah/benih merupakan salah satu data dasar untuk mengetahui berapa besar

produksi buah yang dapat dihasilkan guna kebutuhan perbanyakan tanaman maupun

untuk kebutuhan penyediaan bahan baku dalam proses produksi yang berkelanjutan.

Potensi produksi buah/biji beberapa jenis tanaman hutan penghasil energi dan obat-

obatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi produksi buah/biji jenis tanaman hutan penghasil energi dan obat

Jenis Jumlah benih/kg

(butir)

Potensi produksi/pohon

buah/pohon Benih/pohon

Akor (A. auriculiformis) 55.556 - 76.923 1)

- 80,7 gr ~ 575 butir 2)

Pilang (A. leucophloea) 43.346 2)

- 1716,2 gr 2)

Weru (A. procera) 32.258 -38.462 1)

19,2 kg - 50 kg 2)

-

Kaliandra (C.

callothyrsus)

17.857 -22.727 1)

166,7 gr 2)

-

Turi (S. grandiflora) 17.241 -30.303 1)

6,8 buah 2)

231,45 butir 2)

Lamtoro (L.

leucocephala)

16.667 -20.000 1)

409,08 buah 2)

-

Malapari (P. pinnata) 493-663 2)

- 0,10 – 5,52 kg

Nyamplung (C.

inophyllum)

286 - 357 - 40-150 kg 4)

Kilemo (L.cubeba) 9.445 5)

0,25-9,8 kg 5)

-

Pulai (A.Scholaris) 312,500 - 833,3331)

- -

Kemenyan (S. benzoin) 417 -625 1)

2,8 kg -

Sumber : 1)

SNI 5006.12:2014; 2)

Syamsuwida et al 2011; 4) Dephut, 2008; 5) Putri

et al 2011

Page 11: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

11

Potensi produksi benih/buah suatu jenis tanaman pada satu tegakan akan

bervariasi tergantung faktor ketersediaan hara dan luas kanopi (tajuk) yang erat

hubungannya dengan fisiologis kemampuan daun dalam menghasilkan energi untuk

mendukung produksi buah (Nambiar dan Brown, 1997). Untuk itu pengukuran

potensi produksi benih/buah perlu dikaitkan dengan kondisi geografis, umur dan

penampilan pertumbuhan pohon (Schmidt 2000).

Sebagai contoh potensi produksi buah kilemo dari Aek Na Uli cenderung

meningkat dengan bertambahnya ukuran diameter batang pohon. Produksi benih

kilemo dari pohon berdiameter 4 cm-14,7 cm berkisar 0,12 kg-2,4 kg, sedangkan dari

pohon berdiameter 14,8 cm-25,3 cm berkisar 0,25-9,8 kg (Putri et al. 2011). Selain

itu berat benih kilemo yang dihasilkan tegakan yang tumbuh pada ketinggian di atas

700 m dpl seperti di lokasi Aek Na Uli Sumatera Utara adalah 0,106 gram/butir, yang

sangat berbeda dengan yang diproduksi dari tegakan di dataran rendah sebagaimana

Ngernyuang et al. (2007) melaporkan bahwa rata-rata berat benih kilemo yang berasal

dari hutan tropikal dataran rendah di Thailand adalah 0,080 gram. Umur tegakan

juga mempengaruhi produktivitas. Produksi biji malapari yang dihasilkan dari tegakan

umur 20 tahun yang terdapat di Desa Batu Karas, Pangandaran, Jawa Barat berkisar

0,10 – 5,52 kg/pohon, sedangkan Soerawidjaya (2005) menyebutkan bahwa produksi

biji dalam satu pohon malapari dihasilkan 9 – 90 kg biji.

Potensi produksi buah/benih dari beberapa jenis tanaman hutan dapat

ditingkatkan dengan teknik silvikultur antara lain dengan pengaturan jarak tanam

atau pemupukan. Pengaturan jarak tanam dapat memaksimalkan ukuran volume tajuk

dan lebar tajuk, karena umumnya keduanya berkorelasi positif dengan produksi buah.

Selain dengan teknik silvikultur, upaya memaksimalkan potensi produksi benih juga

dapat melalui kegiatan pemuliaan pohon (Tree improvement). Sebagaimana pada

tanaman akor, yangmana dihasilkan tanaman akor dengan kandungan atau proporsi

proporsi kayu teras meningkat sebanyak 3 kali lipat pada umur 3,5 tahun. Kayu keras

merupakan bagian kayu yang erat kaitannya dengan kualitas energi yang dihasilkan

(Susanto et al., 2008). Teknik pemulian lainnya adalah seperti yang telah dilakukan

pada tanaman malaparidi Australia yang sudah menggunakan benih hasil pemuliaan

yaitu benih genetik unggul dengan berat biji 2,5 gram/butir dan kandungan minyak

sebesar 60 % (Milletia plantations, 2006). Hal ini disebabkan ukuran berat biji sangat

tergantung pada cadangan makanan yang bersifat diturunkan (genetik), disamping

Page 12: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

12

juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara pada saat proses pembentukan benih serta

faktor lingkungan (Johansen et al., 1989).

Namun demikian, panen buah yang besar bukan jaminan untuk mendapatkan

kualitas benih yang besar pula. Hal ini disebabkan buah yang berat dan besar tidak

selalu mempunyai biji yang berat dan besar, bahkan juga tidak selalu menghasilkan

rendemen minyak dan sifat fisiko-kimia yang lebih baik seperti yang sudah

dibuktikan pada jenis nyamplung. Bahkan kemungkinan dapat berbanding terbalik

bila tidak hati-hati dalam melakukan seleksi provenan/ras lahan untuk mendapatkan

rendemen dan sifat fisiko-kimia minyak terbaik. Khususnya untuk jenis nyamplung,

seleksi harus dilakukan terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimia dari provenan/ras

lahan, dan tidak dapat dilakukan berdasarkan ukuran buah dan biji nyamplung

(Leksono et al., 2013).

D. Penanganan benih

Penanganan benih merupakan salah satu kegiatan penting dalam penyediaan

bahan tanaman bermutu yang dimulai dari buah dan benih diterima sampai benih

tersebut siap untuk ditanam. Penanganan benih yang tidak dilakukan dengan benar

akan menurunkan mutu fisik dan fisiologis benih yang pada akhirnya akan berdampak

berkurangnya jumlah tanaman yang dapat diperbanyak melalui benih. Penanganan

benih berapa jenis tanaman penghasil kayu energi dan obat disajikan pada Tabel 5.

Page 13: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

13

Tabel 5. Penanganan benih penghasil kayu energi dan obat-obatan

Jenis Indikator

kemasakan

buah

Ekstraksi

benih

Pengemasakan dan

penyimpanan

benih

Perlakuan

pendahuluan

Akor

(A. auriculiformis)

Buah/polong

berwarna

coklat

Jemur selama

3-4 hari

sampai

merekah

- Wadah kedap

- Di ruang AC atau

DCS

Rendam air panas

(90°C) sampai dingin

24 jam

Pilang *

(A. leucophloea)

kulit buah

berwarna hijau

kecolatan

Jemur sampai

merekah

- Wadah kedap

- Di ruang AC atau

DCS

direndam dengan

H2SO4 selama

20 menit

Weru

(A. procera)

Buah/polong

berwarna

coklat tua

Jemur selama

3-4 hari

sampai

merekah

- Wadah kedap

- Di ruang AC atau

refrigator

Rendam air panas

(90°C) sampai dingin

24 jam

Kaliandra

(C. callothyrsus)

Buah/polong

berwarna

coklat

Jemur selama

3-4 hari

sampai

merekah

- Wadah kedap

- Di ruang refrigator

Rendam air panas

(90°C) sampai dingin

24 jam

Turi (S.

grandiflora)

Buah/polong

berwarna

coklat

Jemur selama

3-4 hari

sampai

merekah

- Wadah kedap

- Di ruang AC atau

DCS

Rendam air panas

(90°C) sampai dingin

24 jam

Lamtorogung

(L. leucocephala)

Buah/polong

berwarna

coklat

Jemur sampai

merekah

- Wadah kedap

- Di ruang kamar

atau AC

Rendam air panas

(90°C) sampai dingin

24 jam

Malapari **

(P. pinnata)

Buah/polong

berwarna hijau

kekuningan

sampai coklat

Buah dibelah

secara manual

- Wadah plastik

dengan media

arang sekam

- Di ruang kamar

Rendam air selama

24 jam

Nyamplung

(C. inophyllum)

Kulit buah

berwarna

kuning hingga

merah

Buah

direndam ± 2

hari lalu cuci

dengan air

mengalir

hingga bersih

- Wadah kedap

- Di ruang AC

Kulit benih

diretakkan dengan

cara menekan benih

dgn kayu ringan

hingga kulit benih

pecah

Pulai

(A.Scholaris)

Buah/polong

berwarna hijau

kecoklatan

sampai coklat

Jemur 1-2

hari atau

dengan seed

drier pada

suhu 38 -

42°C selama

20 jam

- Wadah kedap

- Di ruang DCS

atau refrigator

Tanpa perlakuan

Kemenyan

(S. benzoin)

Kulit buah

berwarna

coklat

Buah dibelah

secara manual

- Wadah kedap

- Di ruang AC dan

refrigator

Rendam jemur

selama 3 hari sampai

kulit benih retak

Sumber : SNI 5006.12:2014; *Suita dan Bustomi (2014); **Suita et al (2014)

Ketepatan waktu pengunduhan merupakan awal diperolehnya benih

berkualitas. Warna buah merupakan indikasi tingkat kemasakan benih yang sangat

Page 14: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

14

mudah dilakukan sehingga sering dijadikan sebagai dasar untuk waktu pengunduhan.

Kemasakan buah untuk jenis tanaman yang termasuk anggota family Leguminosae

yang umumnya berbentuk polong, (weru, pilang, kaliandra, akor, turi dan lamtoro)

ditandai dengan polong (buah) berwarna coklat. Sedangkan untuk jenis kilemo, buah

masak ditandai dengan kulit buah berwarna hitam kemerahan, dan untuk jenis

nyamplung buah kulit buah berwarna kuning hingga merah.

Buah masak hasil pengunduhan selanjutnya diekstraksi baik dengan cara

ekstaksi kering atau ekstaksi basah. Ekstraksi biji adalah pengeluaran biji dari

buah/polongnya. Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara

langsung. Buah yang berbentuk polong seperti umumnya jenis-jenis leguminosae

diekstraksi kering dengan cara menjemur di bawah sinar matahari selama 3 – 4 hari

hingga polong merekah. Bila penyimpanan sementara harus dilakukan, seperti

misalnya menunggu transportasi, maka kerusakan terhadap benih harus diupayakan

sekecil mungkin dengan menjaga buah tetap kering dan dingin. Ini dapat dilakukan

dengan menempatkan buah yang sudah dikemas di bawah naungan yang berventilasi

baik. Periode pengumpulan dan ekstraksi harus sesingkat mungkin dan infeksi dari

lingkungan sekeliling harus dihindarkan.

Perlakuan pendahuluan adalah istilah yang digunakan untuk proses atau

kondisi yang diberikan untuk mematahkan dormansi benih (mempercepat

perkecambahan benih). Perlakuan yang diberikan tergantung jenis dormansi. Jenis-

jenis legumonsae memiliki dormansi fisik dengan kulit benihnya yang keras, sehingga

perlakuan pendahuluan adalah dengan perendaman dalam air selama 24 jam.

Sedangkan perlakuan pendahuluan untuk benih kilemo dengan cara direndam dalam

larutan Asam giberelin (GA3) konsentrasi 200 ppm selama 48 jam. Teknik ini

berhasil meningkatkan persentase perkecambahan sebesar 81% dan mulai

berkecambah pada hari ke 21. Sementara perendaman benih dalam air selama 24 jam

hanya mampu menghasilkan persen berkecambah sebesar 25,7% dan benih baru

mulai berkecambah pada hari ke 38 (Ali, Rostiwati 2011). Kemenyan dengan cara

rendam jemur secara bergantian selama 3 hari hingga kulit benih retak.

Kandungan air pada buah dan benih merupakan faktor penentu untuk viabilitas

benih. Benih yang baru diekstraksi masih mengandung kadar air yang cukup tinggi

sehingga tidak baik untuk disimpan. Sebelum disimpan benih harus dikeringkan. Pada

kenyataannya tidak semua benih dapat dikeringkan. Ada benih yang dapat

Page 15: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

15

dikeringkan sampai kadar air rendah (kurang dari 10%) sehingga dapat disimpan

dalam jangka waktu yang lama. Benih seperti ini disebut benih ortodoks. Sebelum

diproses atau disimpan benih ortodok harus dikeringkan sampai dengan kadar airnya

mencukupi. Benih ortodoks yang dikeringkan akan bersifat dorman (tidur), dan akan

berkecambah bila diberi kondisi yang baik untuk berkecambah. Sebaliknya ada benih

yang tidak dapat dikeringkan dan sehingga tidak bisa disimpan lama (kadar air awal

benih 20-50%) dan tidak dapat disimpan pada suhu rendah, sehingga tidak mampu

disimpan lama (Bonner, et.al. 1994). Adapun benih intermediate hanya memerlukan

pengeringan kulit. Untuk lebih jelasnya sifat fisik dan fisiologis benih disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6. Mutu fisik dan fisiologis jenis-jenis benih penghasil kayu energi dan obat

Jenis Berat 1000

butir benih (g)

KA (%) Daya

Berkecambah (%)

Akor (A. auriculiformis) 13-18 ≤ 7 ≥ 80

Pilang (A. leucophloea)*** 18-27 ≤ 10 ≤ 50

Weru (A. procera) 26-31 ≤ 10 ≥ 80

Kaliandra (C. callothyrsus) 44-56 ≤ 10 ≥ 90

Turi (S. grandiflora) 33-58 6-7 ≥ 85

Lamtorogung (L. leucocephala) 50-60 ≤ 9 ≥ 70

Malapari (P. pinnata)** 1.507-2.027 57-63 100

Nyamplung (C. inophyllum) 2.800-3.500 20-40 ≥ 70

Kilemo (L. cubeba)* 21-28 13-15 ≤ 81

Pulai (A.Scholaris) 1,2-3,2 ≤ 12 ≥ 80

Kemenyan (S. benzoin) 1.600-2.400 25-50 ≥ 80

Sumber : SNI 7627:2014; *Ali dan Rostiwati (2011) dan Suita et (al.2013)

**Suita et al (2014)

*** Suita et al (2012)

E. Pembibitan

Tingkat keberhasilan penanaman di lapangan sangat ditentukan oleh

penggunaan bibit berkualitas. Keberadaan bibit berkualitas tersebut tentunya tidak

terlepas dari teknik pembibitannya yang tepat. Teknik pembibitan beberapa jenis

tanaman penghasil kayu energi dan obat secara rinci tersaji pada Tabel 7.

Kualitas bibit antara lain dipengaruhi secara langsung oleh kondisi media

tempat tumbuhnya. Media tumbuh di persemaian sangat berperan dalam pemenuhan

berbagai keperluan kebutuhan hidup bibit antara lain tempat berjangkarnya akar,

Page 16: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

16

penyedia air dan unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi

akar serta kehidupan dan aktivitas mikroba tanah.

Saat ini penggunaan top soil sebagai media pembibitan semakin berkurang

yang disebabkan beberapa kelemahan antara lain mudah memadat, mengandung

sedikit bahan organik sehingga aerasi tanah kurang baik, serta yang terpenting adalah

kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pengambilan lapisan top soil. Bahan-

bahan organik seperti serbuk sabut kelapa, arang sekam padi, serbuk gergaji dan

gambut dapat dimanfaatkan sebagai media pengganti atau media campuran top soil.

Bahan-bahan organik tersebut terbukti mampu menghasilkan bibit berkualitas,

misalnya arang sekam padi yang dapat digunakan sebagai media tambahan top soil

pada media sapih kilemo. Persentase hidup bibit kilemo yang dihasilkannya sebesar

93 % dengan pertumbuhan tinggi dan diameter masing-masing mencapai 12,5 cm dan

1,35 cm (Tabel 7). Campuran dari beberapa bahan organik sebagai media tumbuh

pengganti top soil di persemaian juga terbukti cukup efektif, yangmana masing-

masing bahan organic dapat saling melengkapi satu sama lain. Seperti contohnya

adalah campuran kompos dan arang sekam padi yang cukup potensial sebagai media

pembibitan jenis pilang (Tabel 7).

Tabel 7. Teknik pembibitan jenis tanaman penghasil kayu energi dan obat.

Jenis Media Rhizobium

(ml)

Mikoriza

(g)

NPK

(g)

Pertumbuhan

Persen

hidup

(%)

Tinggi

(cm)

Diameter

(mm)

Akor

(A.auliculiformis) tanah sub soil -

2,5

- 92,59 7,5 0,79

Pilang

(A.leucophloea)

kompos +

arang sekam

padi

- - - 96,67 11,7 1,84

Weru

(A. procera)

kompos +

arang sekam

padi

- - - 94,89 16,7 1,23

Kaliandra

(C. callothyrsus) tanah sub soil 2 2 - 94,20 32,0 2,68

Malapari

(P. pinnata) tanah sub soil - 5 - 77,28 17,0 3,30

Kilemo

(L. cubeba)

tanah + arang

sekam padi (3

: 1)

- - - 93,00 12,5 1,35

Kemenyan

(S. benzoin) tanah sub soil - 5 0,5 90,00 13,0 2,05

Page 17: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

17

Selain bahan organik, media pengganti top soil yang juga dapat digunakan

adalah lapisan tanah sub soil. Penggunaan sub soil sebagai media tumbuh diketahui

cukup baik khususnya untuk jenis tanaman akor, kaliandra, malapari dan kemenyan

dengan persentase keberhasilan hidup yang relatif tinggi (Tabel 7). Namun media

tanah tersebut umumnya miskin hara, sehingga membutuhkan mikoriza, rhizobium

atau pupuk untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bibit di persemaian.

Mikoriza sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan penyerapan unsur

hara P oleh tanaman disamping peran penting lainnya yaitu meningkatkan ketahanan

bibit terhadap kekeringan dan ketahanan dari serangan patogen akar. Peningkatan

serapan unsur hara P sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan bibit di persemaian

karena unsur hara tersebut berperan penting dalam pembelahan sel terutama pada

perkembangan jaringan meristem, yang selanjutnya dapat meningkatkan pertumbuhan

tinggi tanaman (Ulfa, 2010). Inokulasi fungi mikoriza 2,5 g pada bibit kilemo

terbukti cukup efektif meningkatkan serapan unsur P sebesar 102,14 % dibanding

control. Untuk lebih meningkatkan hasil tanaman melalui peningkatan serapan P,

dapat juga dilakukan kombinasi antara inokulasi cendawan mikoriza dan pemberian

pupuk NPK (Setiawati et al., 2000). Seperti contohnya pemberian mikoriza 5 gram

dan NPK 0,5 gram pada bibit kaliandra secara bersamaan menghasilkan nilai

kolonisasi akar (84.96%) (Syamsuwida et al., 2014).

Selain kombinasi mikoriza dan pupuk NPK, upaya meningkatkan kualitas

bibit juga dapat dilakukan dengan mengkombinasikan bakteri rhizobium dan

cendawan mikoriza seperti yang telah dilakukan pada bibit kaliandra. Perlakuan

kombinasi Rhizobium dan mikoriza pada bibit kaliandra menghasilkan pertumbuhan

tercepat dengan rata-rata tinggi 32,0 cm dan diameter 2,68 cm (Tabel 7). Bakteri

rhizobium pada bibit berperan untuk mengikat nitrogen di udara melalui bintil (nodul)

akar yang dibentuknya. Hal ini disebabkan kekurangan unsur hara terutama unsur

hara N dalam media pembibitan menjadi salah satu faktor pembatas pertumbuhan

bibit di persemaian. Namun demikian perlu diketahui strain Rhizobium yang paling

tepat agar dihasilkan bintil akar yang lebih efektif dalam mengikat nitrogen

(Narendra, 2010).

Teknik pembibitan jenis-jenis tanaman hutan sangat mempertimbangkan

kondisi naungan yang dibutuhkan. Naungan tersebut diperlukan untuk mengurangi

penguapan (transpirasi) tanaman dan mempertahankan kelembaban di persemaian

Page 18: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

18

sehingga tanaman dapat terus tumbuh. Hal tersebut erat kaitannya dengan proses

fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan. Untuk beberapa jenis tanaman hutan

seperti kilemo, weru dan kemenyan memerlukan naungan dengan intensintas naungan

25 %. Namun untuk beberapa jenis tanaman seperti jenis ganitri, akor, pilang dan

malapari justru tidak membutuhkan naungan selama di persemaian.

F. Perbanyakan vegetative stek

Perbanyakan vegetatif merupakan solusi perbanyakan untuk jenis tanaman

hutan yang benihnya tidak dapat disimpan karena berwatak rekalsitran. Teknik

perbanyakan ini juga sangat bermanfaat dalam rangka perbanyakan klon-klon unggul

antara lain klon penghasil sumber kalor yang tinggi atau klon yang memiliki

produktivitas minyak tinggi dengan kualitas maksimal. Selain itu hasil penelitian ini

dapat dimanfaatkan di tempat di mana produksi benih terbatas, dengan memanfaatkan

tunas-tunas yang masih umur muda yang memiliki kandungan auksin maksimal

sebagai bahan stek pucuk.

Pembentukan akar pada stek (akar adventif) merupakan proses yang kompleks

yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain latar belakang genetik, fisiologi dan

perkembangan pohon induk serta hormon dan metabolisme tanaman (Geiss et al.,

2009). Untuk itu salah satu factor penting yang harus diperhatikan adalah pemilihan

bahan stek. Bahan stek terbaik adalah dari bagian tanaman yang bersifat juvenil.

Tunas juvenil dibangun oleh jaringan-jaringan muda, sehingga sangat mudah untuk

merangsang keluarnya akar. Untuk meningkatkan keberhasilan perbanyakan stek dari

tunas pohon dewasa dapat dilakukan rejuvenasi. Kegiatan rejuvenasi atau permudaan

tersebut bertujuan untuk mendapatkan bahan vegetatif yang secara fisiologis bersifat

juvenil/muda serta memiliki kemampuan berakar yang baik, misalnya dengan cara

memotong cabang atau pembengkokan batang atau pembengkokan batang pada kebun

pangkasan. Beberapa jenis tanaman membutuhkan tambahan zat pengatur tumbuh

sebagai hormon tambahan untuk meningkatkan kualitas perakaran stek. Namun

banyak pula jenis-jenis tanaman hutan yang tidak memerlukan tambahan zat pengatur

tumbuh.

Untuk meningkatkan keberhasilan penyetekan, penting memperhatikan media

perakaran stek dan kondisi lingkungan. Media perakaran stek yang dapat digunakan

antara lain pasir atau media campuran kokopit dan sekam padi (2:1/v/v) maupun

Page 19: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

19

media campuran kokopit dan arang sekam padi (2:1; v/v). Kondisi ruang perakaran

stek terbaik adalah pada suhu udara < 300 C dan kelembaban udara > 90 %. Beberapa

teknik perbanyakan vegetatif stek disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Teknik perbanyakan vegetative jenis tanaman penghasil kayu energi dan

obat

Jenis

Zat

pengatur

tumbuh

Pertumbuhan

Persen berakar

(%)

Jumlah akar

(helai)

Panjang akar

(cm)

Akor

(A. auriculiformis)

IBA 250

ppm ≥ 90 5,98 -

Pilang

(A. leucophloea)

IBA 200

ppm 46,66 6,46 5,3

Weru

(A. procera)

IBA 200

ppm 11, 66 5,10 8,2

Kaliandra

(C. callothyrsus) - 88,76 5,00 3,0

Malapari

(P. pinnata)

IBA 500

ppm 96,05 4,26 9,5

Kilemo

(L. cubeba)

IBA 1000

ppm 52,78 18,00 -

Kemenyan

(S. benzoin) - 83,54 14,7 -

IV. PROSPEK DAN PENGEMBANGAN

Kebutuhan energi dan harga bahan bakar fosil yang terus meningkat dari

waktu ke waktu mendorong masyarakat dan banyak industri untuk mulai mencari

bahan bakar nabati sebagai alternatif sumber energi yang bersifat renewable.

Pengembangan bahan bakar nabati (bioenergi) dari hutan cukup besar mengingat

kemudahan jenis-jenis tanaman sumber bioenergi untuk tumbuh pada lahan-lahan

yang kurang subur, tidak membutuhkan pemeliharaan yang banyak serta tahan

terhadap hama dan penyakit.

Peluang investasi bioenergi dari hutan cukup terbuka khususnya untuk arang

kayu dan wood pellet. Arang dan wood pellet merupakan hasil konversi biomassa

sebagai suatu pilihan bijak pemanfaatan energi yang efektif dan efisien serta bersifat

ramah lingkungan. Kebutuhan wood pellet di Eropa sampai tahun 2013 mencapai 15

juta ton. Demikian juga dengan peluang investasi dibidang biofarmaka yang juga

masih terbuka lebar. Peluang pasar internasional akan produk kilemo cukup

menjanjikan, mengingat masih sedikitnya eksportir kilemo sedangkan kebutuhan

pasar internasional cukup tinggi (500 ton per tahun).

Page 20: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

20

Selanjutnya diperlukan kebijakan pemerintah yang komprehensif dan

terintegrasi dengan sektor terkait guna merangsang iklim investasi pengembangan

usaha berbaisis energi dan obat yang kondusif dan kompetitif. Pengembangan usaha

kehutanan tersebut juga sebaiknya harus dirancang sedemikian rupa sehingga berefek

positif terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan di pihak lain juga tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan.

PENUTUP

Teknologi perbenihan yang tepat merupakan tahapan proses kegiatan penting

untuk mendukung pengembangan usaha kehutanan berbasis bioenergi dan

biofarmaka. Pemilihan jenis tanaman sebagai sumber bahan baku energi dan obat

selain pertimbangan potensi, kesesuaian tempat tumbuh dan produktivitas, juga harus

mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat serta aspek konservasi dan

deforestasi yang merupakan upaya perbaikan hutan dan lingkungan regional.

Diharapkan bioenergi dari hutan dapat menggantikan sebagian keberadaan batu bara,

minyak tanah dan solar yang selama ini digunakan. Demikian juga biofarmaka dari

hutan yang diharapkan dapat menjadi salah satu sumber devisa negara potensial.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, C dan T. Rostiwati. 2011. Pengaruh hormon pertumbuhan dan senyawa nitrogen

serta waktu perendaman terhadap perkecambahan benih lemo. Prosiding

Seminar Hasil-hasil Penelitian. Teknologi Perbenihan Untuk Meningkatkan

Produktivitas Hutan Rakyat Di Propinsi Jawa Tengah. Balai Penelitian

Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor. Badan Litbang Kehutanan.

Kementerian Kehutanan.

BSN. 2014. Mutu fisik dan fisiologis benih tanaman hutan. SNI 7627:2014

BSN. 2014. Tanaman Kehutanan-Bagian 12:Penanganan benih generative tanaman

hutan. SNI 5006.12:2014

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung.

Potensi daerah Propinsi Lampung. http://www.investasi.lampungprov.go.id.

Bonner, F.T., Vozzo, J.A., Elam, W.W., and S.B. Land. 1994. Instructor’s manual;

Tree seed technology training course. United Stated Departement of

Agriculture. New Orleans. Louisiana.

Cleland, EE, JM Allen, TM Crimmins, JA Dunne, S Pau, SE Travers, ES Zavaleta

and EM Wolkovich. 2012. Phenological tracking enables positive species

responses to climate change. Ecology 93(8):1765–1771.

Page 21: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

21

Ellis RH, Hong TD. 1990. An Intermediate Category Of Seeds Storage Behaviour I.

Coffee. Journal of Experimental Botany 41: 1167-1174

Fewless, G. 2006. Phenology. http://www.uwgb.edu/biodiversity/phenology

/index.htm. (Diakses 26 Juni 2006).

Hendarti, R.L., S.H. Nurrohmah, S. Susilawati dan S Budi. 2014. Budidaya acacia

uriculiformis (Acacia auriculiformis) untuk kayu energi. IPB Press. Bogor.

Heryati. Y., N. Mindawati, dan A.S. Kosasih. 2009. Prospek Pengembangan Lemo

(Litsea cubeba L. Persoon) di Indonesia. Tekno Hutan Tanaman Vol 2 (1).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutahan. Kementerian Kehutanan.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Serbaguna III. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta.

Ika. 2012. Produksi Biodiesel Indonesia kurang 820 ribu kilo liter. Website

http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4654. Diakses tanggal 7

Desember 2013.

ISTA. 2010. International rules for seed testing: Edition 2010. The International Seed

Testing Association. Bassersdorf. Switzerland.

Kompas. 2013. Kompas. 2013. Bahan Bakar Nabati : Wajib Pakai Produksi

Biodiesel Dalam Negeri. Terbit Sabtu, 31 Agustus 2013.

Lovelless, D. Marylin, Grogan and James. Flowering Phenology, Flowering

Neighborhood, and Fruiting in Swietenia macrophylla, Big-Leaf Mahagony, in

SouthernPara,Brazil.

http://www.2006.botanyconference.org/engine/search/index.php?func=detai&

aid=442, 2006

Mukta, N. dan Y. Sreevalli. 2010. Propagation Techniques, Evaluation and

Improvement of The Biodiesel Plant Pongamia pinnata (L) Pierre – A Review.

Industrial Crops and Product 31 : 1 – 12.

Millettia Plantations. 2010. Millettia pinnata: the sustainable biofuel crop of the

future. http://www.millettiaplantations.com. Diakses pada tanggal 27

November 2012.

Owens JN and Blake MD. 1985. Forest Tree Seed Production. A review of literature

and recommendation for the future research. Canadian Forestry Service. Inf.

Ref. PI-X-53, 161 p.

Pusat Pengelolaan Ekorgion Sumatera Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Status

Kualitas Lingkungan Propinsi Lampung. Data dan Informasi Lingkungan

Hidup Sumatera. http://ppesumatera.menlh.go.id).

Putri , KP., N. Siregar, M. Sanusi dan Abay. 2011. Kuantifikasi Produksi Buah

Tanaman Hutan Jenis Ganitri (Elaecarpus ganitrusi) dan Kilemo (Litsea

cubeba). [Laporan Hasil Penelitian]. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan.

Badan Litbang Kehutanan, Bogor. [Indonesia].

Page 22: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

22

Rostiwati T., Y. Heryati, S. Bustomi. 2006. Review hasil Litbang kayu energi dan

turunannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor

Schmidt L. 2000. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub tropis.

Departemen Kehutanan dan Indonesia Forest Seed Project. Jakarta.

Soerawidjaja, T.H. 2007a. Mabai atau Malapari atau Kranji (Pongamia pinnata).

Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan (Center for Research on Sustainable

Energi). Institut Teknologi Bandung. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Soerawidjaja, T. H. 2007b. An Overview on Biofuels : The 3rd

MRPTNI – CUPT

Conference, Chiang Mai, Thailand, 15 December 2007

Sri-Ngernyuang K, Kanzaki M, Itoh A. 2007. Seed production and dispersal of four

Lauraceae species in a tropical lower montane forest, Northern Thailand. Mj.

Int. J. Sci. Tech 01: 73 -87.

Sugiyono A, Anindhita, Boedoyo MS, Adiarso. 2014. 2014. Outlook energi Indonesia

2014 : Pengembangan energi untuk mendukung program subsitusi BBM.

Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi BPPT. Jakarta.

Suita E, Suharti T, Hidayat AR, Suherman. 2014. Pengujian Mutu Fisik Fisiologis

dan Penyimpanan Benih Jenis Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Kilemo

(Litsea cubeba). [Laporan Hasil Penelitian]. Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan Tanaman Hutan, Bogor. [Indonesia].

Suita, E. dan S. Bustomi. 2014. Teknik Peningkatan Daya Dan Kecepatan

Berkecambah Benih Pilang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 11 No. 1,

Maret 2014: 45-52

Suita, E., T. Suharti, D. Haryadi dan Abay. 2012. Pengujian Mutu Fisik, Fisiologis

Dan Pendugaan Umur Simpan Benih Jenis Weru (Albizia Procera Benth)

Dan Pilang (Acacia Leucophloea). Laporan Hasil Penelitian (tidak diterbitkan)

Suita, E., D. Syamsuwida, Suherman, A.H. Setiawan. 2014. Pengujian Mutu Fisik,

Fisiologis Dan Penyimpanan Benih Jenis Malapari (Pongamia Pinnata

Merril) Dan Turi (Sesbania Grandiflora). Laporan Hasil Penelitian (tidak

diterbitkan)

Sukandar. 2014. Pengembangan Energi Biomassa Indonesia. http://www.

appedakaltim. com

Syamsuwida, D dan Kurniawati P.P. 2012. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian

”Teknologi Perbenihan Jenis-jenis Potensial untuk Rehabilitasi Lahan Bekas

Tambang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. BPTPTH dan Dinas

Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Syamsuwida, D, A. Aminah dan A. Muharam. 2011. Fenologi dan Potensi Produksi

Benih Tanaman Penghasil Kayu Energi Jenis Weru (Albizia procera), pilang

(Acacia leucophloea), akor (Acacia auriculiformis) dan kaliandra (Caliandra

callothyrsus). Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan. Bogor . Tidak diterbitkan.

Page 23: PERAN PERBENIHAN DALAM PENINGKATAN … · energi dan obat juga bermanfaat dalam percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi. ... jenis tanaman potensial penghasil energi

23

Tabla, V.P and C.F Vargas. 2004. Phenology and phenotypic natural selection on the

flowering time of a deceit-pollinated tropical orchid, Myrmecophila christinae.

Annals of Botany, 94(2): 243-250. http://aob.oxfordjournals.org

Wiens D, Calvin CL, Wilson CA, Davern CI, Frank D, Seavey SR. 1987.

Reproductive success, spontaneous embryo abortion and genetic load in

flowering plants, Oecologia 71:501-509

Wardah. 2005. Keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan Krui, Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung Barat. J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 6(3)

: 477-484.

Zuhud EAM. 2008. Potensi hutan tropika indonesia sebagai penyangga bahan obat

alam untuk kesehatan bangsa. http://www.academia.edu/5650004