PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga...

116
PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT: STUDI KASUS PURA MERTASARI RENGAS TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: AHMAD FAUZI NIM: 1112032100055 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Transcript of PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga...

Page 1: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT: STUDI KASUS PURA MERTASARI RENGAS

TANGERANG SELATAN

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh: AHMAD FAUZI

NIM: 1112032100055

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

ii

Page 3: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

iii

Page 4: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT:STUDI KASUS PURA MERTASARI

RENGAS TANGERANG SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada3 April 2019. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama

(S,Ag) pada jurusan Studi Agama-Agama.

Jakarta, 3 April 2019

SidangMunaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

Dr. Media Zainul Bahri, MA.

NIP:19751019 200321 1 003

Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Halimah SM, M.Ag

NIP: 19590413 199603 2 001

Anggota

Penguji I

Prof. Dr. M. Ihsan Tanggok, M.Si

NIP: 19651129 199403 1 002

Penguji II

Syaiful Azmi, MA

NIP: 19710310 199703 1 005

Pembimbing

Dr. M. Amin Nurdin, MA

NIP:19550303 198703 1 002

Page 5: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

v

ABSTRAK

Ahmad Fauzi

Judul Skripsi : “Peran Pemangku Umat Hindu dalam Kehidupan Bermasyarakat: Studi Kasus Pura Mertasari Rengas Tangerang Selatan.” Kelurahan Rengas merupakan sebuah tempat yang mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam dengan terlihatnya banyak bangunan mushola dan masjid sebagai tempat Ibadan umat Islam, namun terlihat sebuah bangunan milik umat Hindu, yaitu Pura Mertasari sebagai tempat ibadah umat Hindu beridiri tegak dan cukup besar di tengah-tengah masyarakat umat Islam, walaupun demikian mereka tetap hidup normal dan rukun. Hal ini bisa terjadi karena peran seorang tokoh agama yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat. Kajian pokok studi ini adalah menggambarkan peran tokoh agama umat Hindu yang disebut dengan nama Pemangku yang ada di Pura Mertasari yang mempengaruhi umat Hindu untuk menjalankan kehidupan dengan masayarakt di sekitar dengan menganalisa interaksi masyarakat umat Hindu dan Islam yang sudah berjalan Puluhan tahun baik di bidang sosial, budaya dan keagamaan. Selain itu penulis juga menganalisa faktor apa yang menyebabkan terciptanya kehidupan masyarakat Hindu dengan Islam yang harmonis walaupun umat Hindu di Rengas sangatlah minoritas. Untuk menjelaskan masalah diatas penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan pendekatan sosiologis, antropologis dan pendekatan historis.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa Pemangku sebagai tokoh agama umat Hindu pada pokoknya sebagai pemimpin persembahyangan karena Pemangku adalah tokoh rohaniawan umat Hindu yang membimbing umat Hindu dalam aspek spiritualitas, namun penulis menemukan bahwa selain Pemangku sebagai tokoh rohaniawan bagi umat Hindu, Pemangku juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu, mereka harus hidup dengan masyarakat yang non-Hindu dan harus tetap bisa menjadi warga masyarakat yang baik agar terciptanya kerukunan di masyarakat. Menurut pengakuan para umat Hindu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat yang baik terdapat pengaruh dari Pemangku, baik dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Pada acara pertemuan banjar, dan pembacaan Dharmawacana oleh Pemangku salah satunya isinya adalah tuntunan menjalankan kehidupan bermasyarakat, agar terciptanya kehidupan yang harmonis baik di dalam keluarga, dengan sesama umat Hindu ataupun dengan para pemeluk agama lainnya, khususnya di lingkungan Pura Mertasari.

Kata Kunci : Tokoh Agama, Pemangku, Kehidupan Masyarakat yang Harmonis, Islam dan Hindu, Rengas Tangerang Selatan.

Page 6: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdunillahirabbil ‘alamiin, segala Puja dan Puji saya panjatkan

kepada Gusti Allah maha pengasih yang tak pernah pilih kasih dam Maha

penyayang yang sayangnya tak terbilang atas nikmat, hidayah, dan rahmat yang

dilimpahka kepada hamba-Nya.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Kanjeng

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya, sehingga

penulis mampu menyelesaikah skripsi yang berjudul “Peran Pemangku Umat

Hindu dalam Kehidupan Bermasyarakat:

Studi Kasus Pura Mertasari Rengas Tangerang Selatan.

Berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah SWT skripsi ini bisa saya

selesaikan, usaha yang maksimal telat penulis lakukan untuk menyelesaikan tugas

akhir di Program Sarjana (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Dalam penyelesaian Skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang

penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu materil, maupun non materil, sebab

itu sepantasnya penulis mengucapkan terimaksih banyak kepada beliau semua atas

bantuannya. Terutama kepada :

1. Orang tau tercinta: Ibunda Nuriyah dan Ayahanda Adhari. Terimakasih

yang sebesar-besarnya penulis haturkan atas ketulusan dan kesabaran,

kasih dan saying yang tiada pernah berujung, doa yang setiap hari mereka

panjatkan, dukungan moral dan material yang tak pernah putus

memberikan semangat ketika penulis putus asa, semoga gusti Allah selalu

memberikan kesehatan, kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat

Page 7: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

vii

kelak. Aamiin. Dan Terimakasih juga untuk adikku tercinta Roisyah yang

dalam diamnya telah mendoakan penulis sehingga terselesaikannya skripsi

ini.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA,

Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Yusuf

Rahman, MA, Ketua Jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Dr. Media Zainul Bahri, M.A, Sekretaris jurusan

Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dra. Halimah

Mahmudy M,Ag.

3. Dr. M. Amin Nurdin, MA, selauku Dosen Pembimbing Skripsi, yang

memberikan kontribusi yang besar dalam penyempurnaan Skripsi penulis,

dengan arahan, kritik dan saran, terutama kesediaan waktunya dalam

membimbing, sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan

Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

4. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ushuluddin, Para karyawan/karyawati

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para

karyawan/karyawati Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang telah

memberikan fasilitas dalam rangka penulisan skripsi ini.

5. Para Narasumber yang sangat baik dan meluangkan waktunya untuk di

wawncarai: Bapak Wayan Pinda Asmara selaku Pemangku Pura Mertasari,

bapak I Made Seroja Yudhantara selaku ketua Pasraman Pura Mertasari,

bapak Gede Sidarta selaku ketua Banjar Mertasari, dan seluruh umat

Hindu yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, bapak

Page 8: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

viii

Mardi selaku staf kelurahan Rengas, bapak Amin selaku MUI kelurahan

Rengas, bapak Miftahuljannah selaku ketua DKM masjid nurul iman

kelurahan Rengas, dan bapak Wasrad selaku sekretaris RT 06 kelurahan

Rengas.

6. Terimakasih kepada seluruh keluarga Prodi Studi Agama-Agama angkatan

2012 yang telah berjuang bersama dan saling dukung dan mendoakan

untuk selalu semangat menyelesaikan skripsi ini.

7. Terimakasih juga kepada keluarga besar PRAMUKA Racana UIN Jakarta

yang sudah memberikan pengalaman sebagai ilmu yang bermanfaat untuk

penulis, terutama ankatan lemot sebagai temen satu perjuangan yang

memberikan pengalam yang sangat berharga sebagai kenangan terindah di

masa depan kelak, semoga kita sukses dunia akhirat.Aamiin. dan

terimakasih juga kepada keluarga besar PERMADA jabodetabek sebagai

wadah dan penuntun untuk penulis kuliah di UIN Jakarta.

8. Terimakasih atas dukungan dan kesabarannya kepada Linda Intan Herlina

dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis. Dan Sahabat-sahabat kosan dan seluruh sahabat penulis yang tak

henti memberikan doa dan dukungannya.

9. Terimakasih juga kepada keluarga besar KKN jemari dan keluarga besar

dari Ranca Gede Kecamatan Kresek yang sudah menjadi keluarga kedua

penulis dan memberikan doa dan dukunganya kepada penulis sampai

selesainya skripsi ini.

Semoga semua pihak yang telah tersebut ataupun tidak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mendapat balasan dari Gusti Allah

Page 9: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

ix

SWT. Akhirnya semoga apa yang penulis usahakan ini mendapat rahmat dan

ampunan serta ridha dari Gusti Allah SWT. Aamiin

Jakarta, 16 April 2019

Penulis

Page 10: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iv ABSTRAK ........................................................................................................................ v KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Bekalang Masalah .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 6 D. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 8 E. Metode Penelitan ............................................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 15

BAB II PEMANGKU UMAT HINDU

A. Definisi Peran .................................................................................................... 17 B. Definisi Pemangku Umat Hindu ....................................................................... 20 C. Syarat Menjadi Pemangku ................................................................................ 20 D. Definisi Kepemimpinan .................................................................................... 23 E. Definisi Masyarakat ................................................................................ ……. 24

BAB III GAMBARAN UMUM PURA MERTASARI KELURAHAN

RENGAS A. Pengertian Pura ................................................................................................ 28 B. Fungsi Pura ....................................................................................................... 31 C. Sejarah Singkat Pura Mertasari ........................................................................ 35 D. Struktur Kepengurusan Pura Mertasari ............................................................ 37 E. Monografi Kelurahan Rengas .......................................................................... 39

BAB IV ANALISIS PERAN PEMANGKU TERHADAP UMAT HINDU

DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT A. Peran Pemangku Terhadap Umat Hindu dalam Menjalankan

Kehidupan Bermasyarakat ............................................................................... 42 B. Urgensi Pemangku terhadap Umat Hindu dalam Kehidupan

Bermasyarakat .................................................................................................. 48 C. Analisis Pemangku Sebagai Pemimpin non-formal Umat Hindu .................... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................... 70 B. Saran .................................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat yang harmonis di sebuah negara tidak terlepas dari

nilai-nilai agama di dalam upaya membangun etika masyarakat. Sebagaimana

konsep Global Responsibility yang diungkapkan oleh Hans Kung bahwa ada

beberapa pola dalam membentuk tanggungjawab dunia. Pertama, tidak akan

bertahan tanpa adanya etika dunia (No Survival Without a Wordl Ethic); kedua,

tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian keberagamaan (No Wordl Peace

Without Religion Peace); ketiga, tidak ada dialog keberagamaan tanpa

mempelajari dasar-dasar agama (No Religion Dialogue Without Investigating The

Foundation of The Religion).1

Kehadiran peran agama dalam konteks Indonesia sangat diperlukan karena

Indonesia sebagai salah satu Negara dan bangsa yang dihuni oleh masyarakat

yang memiliki nilai-nilai keyakinan yang berbeda-beda terhadap sesuatu yang

dianggap sakral (agama). Indonesia sebagai salah satu negara dari belahan dunia

yang berada di bagian timur bumi, memiliki keaneka ragaman kekayaan, baik

sumber daya alam maupun sumber daya masyarakat.2

Selain dari pada itu Indonesia juga dikenal sebagai Negara kesatuan,

terdapat berbagai suku bangsa atau etnik relatif banyak yang berbeda di Indonesia.

Sebagai mana para ahli antropologi dan sosiologi mencatat sekitar 300 suku

1Nurcholish Madjid, Passing Over Melintasi Batas Agama (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1998), h. 185. 2Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 10-11.

Page 12: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

2

bangsa memiliki bahasa, tradisi, dan agama (kepercayaan) yang berbeda-beda.3

Dari enam agama yang diakui secara resmi di Indonesia, Hindu adalah

salah satunya. Agama Hindu secara historis adalah agama yang paling tua di

dunia. Diinspirasikan oleh wahyu (“oleh nafas tuhan”), para rsi zaman dahulu

menyanyikan lagu yang suci di hutan dan di tepian sungai India, jauh ribuan tahun

sebelum Moses, Budha atau Kristus, lebih dari ribuan tahun lagu ini dinyanyikan

oleh para rsi, yang menggabungkan kebijaksanaan yang melahirkan agama

Hindu.4

Agama Hindu yang ajaran dan pelaksanaan ibadahnya lebih banyak berupa

upacara-upacara persembahan, tidak terkecuali sangat membutuhkan keberadaan

seorang rohaniawan untuk membantu pelaksanaan ritual-ritual tersebut.

Rohaniawan dalam agama Hindu yang bertugas secara langsung mengantarkan

suatu upacara dikenal dengan berbagai nama. Dilihat dari tingkat penyuciannya

umumnya dibedakan menjadi dua golongan yaitu rohaniawan yang tergolong

Dwijati dengan sebutan Pandita. Dan rohaniawan yang tergolong Ekajati dengan

sebutan Pemangku.5

Walaupun agama Hindu sering membuat upacara-upacara

persembahyangan yang membuat keramaian dan sedikit menggangu jalan atau

aktivitas warga di sekitarnya, tetapi mereka tetap hidup rukun dan damai. Di balik

semua kerukunan yang terjadi terdapat peran tokoh agama Hindu yang

mendasarinya, yaitu Pemangku. Pemangku atau Piandita berasal dari kata

“pangku” yang disamakan artinya dengan “nampa,” “menyangga” atau “memikul

3Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1964), cet.

ke-2, h. 55. 4Bangsi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita, 2005), h.3. 5I Gst. MD Ngurah, Buku Penelitian Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi (Surabaya:

Paramita,1999), cet ke-I, h.162.

Page 13: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

3

beban” atau “memikul tanggung jawab.” Dalam hal ini memikul beban atau

tanggung jawab sebagai pelayan atau perantara antara orang yang punya kerja

dengan Ida Sanghyang Widi Wasa dan atau Ida Bhatara Kawitan.6 Pemangku juga

memiliki dua tingkatan ‘yaitu yang pertama Pemangku tapakan widhi, dan yang

kedua Pemangku dalang’.7

Pemangku mengajarkan kepada umat Hindu untuk hidup dengan baik

susuai dengan salah satu filsafat Hindu Tri Hita Karana yang salah satunya sangat

menjunjung tinggi kehidupan dengan sesama manusia.8 Karena hal itulah mereka

hidup rukun dan saling mengerti satu sama lain juga terjadi komunikasi yang baik

antara pemeluk agama Hindu dan pemeluk agama lain yang berada di sekitar Pura

Mertasari.

Dalam menciptakan masyarakat yang harmonis bisa diistilahkan seperti

ketika hendak membangun sebuah rumah, maka akan dipilih kayu yang sangat

kuat, pertimbanghan ini bukan didasarkan atas faktor usia semata tetapi kayu yang

berusia tua dianggap memiliki les (inti) yang sangat kuat. Demikian pula bila

ingin membnagun masyarakat yang kokoh di atas tiang kebenaran maka sosok-

sosok yang dituakan dalam masyarakat itu harus memiliki les (inti nurani) yang

teguh.9

Para penganut agama Hindu yang berada di tengah-tengah pemeluk agama

lain selalu berkomunikasi dengan baik dan rukun, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang mengatur kehidupan beragama dan komunikasi antar

6K. M. Suhardana, Pedoman Pinandita (Surabaya: Paramita, 2015), h. 6. 7I Made Sujana dan I Nyoman Susila, Manggala Upacara (Denpasar: Widya Dharma,

2012), h. 72. 8Wawancara pribadi dengan Bapak Wayan Pinda Asmara sebagai Pemangku Pura

Mertasari Rempoa pada tanggal 22 Oktober 2017. 9Jero Mangku Suweka Oka Sugiarta dan Gede Agus Budi Adnyana, Agem-Agem

Pemangku: Dari Sadhana, Tahapan Pawintenan Hingga Mantra (Bali: Gandapura, 2013), h. 22.

Page 14: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

4

umat beragama di Indonesia bisa dibilang sudah cukup banyak, mulai dari UUD

1945, sejumlah undang-undang, peraturan pemerintah (PP), sampai dengan

peraturan menteri. Sejumlah regulasi yang dibuat pemerintah merupakan jaminan

bagi umat beragama dalam mendeskripsikan dan melaksanakan keyakinan

agamanya di ruang publik, agar tidak saling menggangu, menghalangi,

menciderai, dan menyakiti satu sama lain.10 Hal ini berkaitan dengan adat dan

budaya masyarakat setempat yang sangat di junjung tinggi sehingga terciptanya

masyarakat yang rukun dan saling menghormati, adat budaya atau culture,

sejatinya adalah peradaban. Adat budaya yang sebenarnya adalah adat budaya

yang dilandasi nilai-nilai luhur agama.11

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1998), peran diartikan beberapa tingkah

laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan

harus dilaksanakan.12 Dalam pandangan perspektif interaksionis (sosiologis),

peran adalah bersifat adaptif. Artinya, peran tidak dilihat sebagai sesuatu yang

telah dilakukan dalam pribadinya, melainkan sesuatu yang secara konstan

dinegosiasikan oleh induvidu dengan cara-cara yang tentative dan kreatif.13

Pemangku adalah seorang yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama

Hindu yang memiliki peran khusus untuk semua umat Hindu, terutama dalam

memimpin upacara persembahyangan. Dalam hal ini penulis mencoba

menjelaskan peran Pemangku dalam agama Hindu secara lebih luas, selain

10H. Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Pusat Kerukunan

Umat Beragama Kementrian Agama Republik Indonesia ) h. 10. 11I. Putu Sastra Wingarta, Bali-Ajeg: Ketahanan Nasional di Bali Konsepsi dan

Implementasinya Perspektif Paradigma Nasional (Jakarta: Grafika Indah, 2006), h. 174. 12Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :

Balai Pustaka,1998), h, 667. 13Juneman, Teori-Teori Transosientasional Dalam Psikologi Sosial. Di dalam jurnal

Humaniora Vol.2 No.2 Oktober 2011, h.1360.

Page 15: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

5

pemangku berperan sebagai pemimpin dalam upacara persembahyangan

Pemangku juga berperan mengarahkan umatnya untuk bersikap baik dalam

kehidupan bermasyarakat.

Pemangku adalah seorang yang telah mencapai kesucian diri lahir batin

melalui proses ritual, Pemangku digolongkan sebagai orang yang mempunyai

kedudukan mulia di dalam masyarakat Hindu. Tugas dan kewajiban seorang

Pemangku setiap harinya adalah dalam hubungan dengan pembinaan kehidupan

ritual dan spiritual, Pemangku bertugas untuk menuntun umat dalam menciptakan

ketertiban dan kehidmatan pelaksanaan upacara di Pura tempatnya bertugas, serta

mengatur persembahyangan, maupun mengatur sajen yang akan dipersembahkan.

Diluar kegiatan upacara di Pura, Pemangku bertugas untuk menjaga dan

memelihara kelestarian di Pura dan lingkungan sekitarnya termasuk dengan

masyarakat yanga ada di sekitar Pura.14

Rengas adalah sebuah Kelurahan yang ada di Ciputat Timur dimana

mayoritas masyarakatnya beragama Islam, terbukti dengan banyak nya tempat

ibadah umat Islam yang ada di daerah Rengas, terdata ada 23 mushola dan 6

masjid.15 Namun demikian terdapat masyarakat penganut agama Hindu ditengah-

tengah padatnya pemeluk agama Islam, dengan adanya satu bangunan yang

beridiri tegak sebagai tempat peibadatan umat Hindu. Bangunan itu sering disebut

dengan kata Pura. Pura Mertasari sebagai tempat peribadatan umat Hindu teletak

di Jalan Teratai Putih, Rempoa Permai, RT 4 RW 11, Rengas, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan. Ditengah kepadatan penduduk Rengas yang sebagian besar

14I Gst. MD Ngurah, Buku Penelitian Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, h.162. 15Buku data Monografi Kelurahan Rengas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang

Selatan provinsi Banten tahun 2016, hal.3.

Page 16: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

6

menganut agama Islam, lalu ada sebuah bangunan yang cukup besar sebagai

tempat ibadah umat Hindu yang jika tanpa hubungan yang baik antara umat Islam

dan umat Hindu, tidak menutup kemunkinan akan terjadi keributan di daerah

tersebut, namun dalam kenyataannya mereka dapat hidup dengan rukun, hal itu

terjadi lantaran peran yang diberikan oleh tokoh agama masing-masing yang

akhirnya umat saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Maka dari itu

penulis mencoba untuk mendeskripsikan peran dari Pemangku dalam memberikan

pengaruhnya terhadap masayarakat Hindu, khususnya dalam kehidupan sehari-

hari mereka di dalam masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Umat Hindu

ternyata hidup nyaman dengan komunitas agama lain (Islam) karena peran dari

Pemangku. Oleh karena alasan tersebut di atas, membuat penulis membahas

tentang peran dari Pemangku berjudul “ Peran Pemangku terhadap Umat Hindu

dalam Menjalankan Kehidupan Bermasyarakat” (studi kasus pada Pura

Mertasari).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana peran Pemangku dalam membangun kehidupan sosial umat Hindu

dengan masyarakat sekitar yang non-Hindu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembahasan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

Mengetahui bagaimana peran Pemangku terhadap umat Hindu dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat.

Page 17: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

7

Manfaat dalam penelitian ini dalam digolongkan kedalam tiga sisi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

dalam agama Hindu tentang peran Pemangku terhadap umat Hindu dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat, sekurang-kurangnya dapat

berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia akademis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam studi agama-

agama yang khususnya berkaitan dengan agama Hindu tentang

peran Pemangku untuk umat Hindu dalam menjalankan kehidupan

bermasyarakat.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan

kualitas sumber keilmuan yang ada, termasuk untuk para pelajar

dan pendidik yang ada didalamnya.

c. Manfaat Akademis

Dengan manfaat akademis ini, yaitu sebagai prasyarat

untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1) atau sarjana agama

(S.Ag) di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

8

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah ditemukan

beberapa penelitian sebelumnya. Adapun review studi terdahulu yang penulis kaji

adalah :

Deden Ruhyadi Anwar, dalam skripsi yang berjudul ‘Peran Sentral

Pemangku Dalam Agama Hindu’, studi kasus pada Pura Raditya Dharma di

Cibinong Bogor Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta (2010),

dalam skripsi ini membahas peran sentral pemangku dalam kehidupan keagamaan

umat Hindu adalah memimpin dan bertugas melayani umat Hindu dalam segala

hal yang berkaitan dengan keagamaan.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis Peran Pemangku, yaitu

penelitan sebelumnya hanya membahas peran Pemangku dalam hal keagamaan,

sedangkan penulis akan membahas peran Pemangku lebih banyak lagi terutama

peran dalam kehidupan bermasyarakat. Persamaannya pada sama-sama membahas

peran Pemangku dalam hal agama.

Dimas Sigit Cahyokusumo, dalam skripsi yang berjudul ‘Peranan Institut

DIAN-Interfidei Dalam Membangun Hubungan Harmoni Antar-Agama’, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta (2014), skripsi ini membahas sebuah

usaha terus menerus untuk menciptakan Negara yang damai dan sejahtera dengan

melibatkan seluruh elemen, baik perorangan, kelompok aktivis, dan lembaga yang

konsisten dalam mewujudkan hal itu. Di antara lembaga yang mewujudkan hal

itu, adalah lembaga DIAN-Interfidei. Lembaga ini adalah forum yang mencakup

dan mendorong semua latar belakang agama serta tidak mewakili agama manapun

atau keyakinan tertentu. DIAN-Interfidei terlibat secara tunggal diantara

Page 19: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

9

kehidupan masyarakat Indonesia, baik secara konseptual dan praktis yang timbul

dari wacana pluralisme. Hal ini juga memberikan ruang dalam bertukar

pengalaman bagi masyarakat tentang keberagamaan untuk kemudian mengambil

inisiatif. Dan bekerja untuk umat manusia atas dasar perdamaian, keadilan, dan

keutuhan ciptaan. Berkaitan dengan peranan lembaga terhadap hubungan antar

agama, lembaga mencoba memberikan wacana dan mengikuti perkembangan

dinamika hubungan antar agama di masyarakat. Untuk selanjutnya diharapkan

dapat memperkaya dalam memberikan alternatif masalah yang akan datang atau

yang sedang terjadi sekaligus memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada

masyarakat bahwa membangun hubungan antar agama merupakan syarat mutlak

untuk dijunjung tinggi dalam rangka mencapai kehidupan yang harmoni.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pembahasan yang

melakukan peran untuk masyarakat, penelitian sebelumnya yang melakukan

peranan pada masyarakat adalah DIAN-Interfidei, sedangkan penulis membahas

yang melakukan peran terhadap kehidupan bermasyarakatnya adalah Pemangku,

seorang tokoh umat Hindu. Persamaannya adalah sama-sama membahas tentang

kerukunan hidup bermasyarakat.

Lailatul Fawaidah, dalam skripsi yang berjudul ‘Peran Pandita

Perempuan Dalam Upacara Catur Muka di Pura Amrta Jati Cinere Jakarta

Selata’, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta (2015), skripsi ini

menulis perempuan dalam agama Hindu memiliki kesempatan yang sama dengan

laki-laki untuk menjadi pemimpin upacara Keagamaan, beberapa konsep Hindu

yang menjelaskan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan berpengaruh secara

penting terhadap kedudukan dan dianggap sebagai pusat kepemimpinan

Page 20: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

10

perempuan Hindu pada upacara Catur Muka di Pura Amarta Jati Cinere.

Kepemimpinan perempuan Hindu tergambar dari posisi dan perannya dalam

memimpin beberapa upacara-upacara penting seperti ritual Memasar, ritual

Memben dan lain sebagainya.

Perbedaannya dengan penelitian ini penulis membahas Pemangku laki-laki

dalam peran kehidupan masyarakat, sedangkan penelitian sebelumnya membahas

Pemangku perempuan dalam menjadi pemimpin upacara. Persamaanya dengan

penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas peran Pemangku.

Nur Fariza, dalam skripsi yang berjudul ‘Peran Parisadha Budha Dharma

Niciren Syosyu Indonesia Terhadap Pembentukan Perilaku Umat’, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta (2017), skripsi ini membahas peran

lembaga penelitian parisadha Budha Dharma Niciren Syosyu Indonesia dalam

memberikan kontribusi dan kegiatannya untuk membentuk perilaku umat, yang

tidak hanya menyangkut aspek keimanan, dan ritual yang diatur secara khusus,

melainkan menyangkut aspek sosial-ekonomi seperti memberikan sedekah dengan

bakti sosial, dan aspek kemanusiaan seperti membantu dan membahagiakan orang

lain sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu siapa yang melaksanakan kerukunan

umat beragama, penulis membahas yang melakukan peran untuk kerukunan umat

beragama adalah Pemangku sedangkan penelitian sebelumnya membahas yang

melaksanakan kerukunan beragama adalah dari agama Budha.

Rahmat Hidayat, dalam skripsi yang berjudul ‘Pandangan Umat Budha

Terhadap Peran Dan Fungsi Bhikkhu Di Vihara Bidda Metta’, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta (2017), skripsi ini membahas

Page 21: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

11

tentang pandangan atau tanggapan yang diberikan oleh para pemeluk agama

Budha terhadap peran dan fungsi seorang Bhikkhu dalam hal pendidikan,

keagamaan dan hubungan sosial kemasyarakatan menurut sudut pandang masing-

masing dalam ruang lingkup di Vihara Budha Metta.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objek yang ada, yaitu skripsi

ini membahas tentang tokoh agama Budha, sedangkan penulis membahas tentang

tokoh agama Hindu, persamaan dengan penelitian ini cukup banyak yaitu sama-

sama tokoh agama dan sama-sama membahas tentang fungsi dan peran tokoh

agama tersebut, juga sama dalam pembahasan subjek kemasyarakatan yang

diteliti.

Dengan melihat karya-karya di atas, di sini penulis mendapatkan sumber

data, sehingga meski terdapat beberapa kesamaan dari apa-apa yang dibahas oleh

penulis lain sebelumnya, tentunya masih ada beberapa hal yang belum dibahas

secara mendalam, sehingga bagi penulis hal ini perlu untuk dilanjutkan dalam

penelitiannya, hingga yang membedakan skripsi ini dengan karya sebelumnya

bahwasanya skripsi ini lebih menjelaskan tentang peran seorang Pemangku dalam

kehidupan bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif,

seperti yang dikemukakan oleh Bog dan Taylor yang berpendapat bahwa metode

Page 22: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

12

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku seseorang yang diamati.16

2. Jenis Data

Data diperoleh melalui sumber primer dan sekunder.

a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau

seseorang atau suatu organisasi langsung dari obyeknya.17 Data primer

diambil dengan mekakukan wawancara langsung dengan beberapa

Pemangku Pura Mertasari Rempoa, dan penganut agama Hindu.

b. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari hasil penelitian

orang lain yang sudah dioleh menjadi data. Dalam penelitian ini yang

menjadi data sekunder adalah artikel, jurnal, serta situs di internet yang

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.18

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data,

diantaranya yaitu:

a. Studi Kepustakaan

Dalam riset pustaka ini penulis memanfaatkan perpustakaan untuk

memperoleh data penelitiannya. Data-data kepustakaan yang penulis

gunakan meliputi, buku, dokumen, arsip, koran, majalah, jurnal ilmiah dan

media cetak lainnya.

16Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1990 ), h. 3. 17Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA Lembaga

Administrasi Negara, 1999), h. 65. 18Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 225.

Page 23: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

13

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.19 Adapun informasi yang akan penulis wawancarai

diantaranya adalah beberapa Pemangku di Pura dan beberapa umat Hindu

lainnya.

c. Teknik Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai cara menghimpun data yang

dilakukan dengan mengamati langsung, dengan mencatat gejala-gejala

yang sedang diteliti.20 Teknik observasi dalam penelitan ini untuk

mengamati secara langsung kegiatan Pemangku dalam memberikan

perannya terhadap umat Hindu di Pura.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan sebagai

berikut:

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang diangkat dari

expresiensi atau pengalaman konkrit sekitar agama yang dikumpulkan dari

sana-sini, baik sejarah (masa lampau) maupun dari kejadian-kejadian

sekarang.21 Auguste Comte dan Henri Saint Simon adalah pendiri

sosiologi, bagi Comte, sosiologi mengikuti jejak ilmu alam, observasi

empiris terhadap masyarakat manusia akan memunculkan kajian rasional

19Sugiono, Penelian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group 2009), cet.3, h. 109. 20Anas Sudijono, Diklat Metodologi Research dan Bimbingan Skrispi (Yogyakarta: U.D

Ramah,1981), h. 18. 21Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama: Pengantar Awal Metodologi

Studi Agama-Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 49-50.

Page 24: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

14

dan positifistik mengenai kehidupan sosial yang akan memberikan prinsip-

prinsip pengorganisasian bagi ilmu kemasyarakatan.22 Demikian

pendekatan ini digunakan penulis karena berdasarkan penelitian yang

dikaji yaitu berhubungan langsung atau berinteraksi sosial dengan

pemeluk agama Hindu di sekitar Pura Mertasari.

5. Teknik Analisa Data

Faktor terpenting dari sebuah penelitian adalah penggunaan metode yang

tepat, metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis, deskriptif

yaitu bersifat menggambarkan atau menguraikan suatu hal menurut apa adanya.23

Dan analisis yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.24 Jadi metode ini yaitu

metode yang dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus menganalisa data-data

yang menjadi hasil pengkajian dan pendalaman atas bahan-bahan penelitian.

Dengan menguraikan (deskriptif) dan menganalisa, penulis berharap

dapat memberikan gambaran secara maksimal atas objek penelitian

(permasalahan) yang dikaji dan didalami di penelitian ini. Terakhir, hasil kajian

dan pendalaman atas permasalahan dalam skripsi ini disajikan dengan

menggunakan metode informal. Metode informal merupakan penyajian hasil

analisis data dalam bentuk narasi.

6. Panduan Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini menggunakan standar yang ditetapkan

dalam buku, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),

22Peter Connol, Aneka Pendektan Studi Agama. Penerjemah Imam Khoiri (Yogyakarta:

LKiS,2002), h. 274. 23Darwin Winata, Kamus Saku Ilmiah Populer (T.tp.: Gamapress, t.t), h. 115. 24Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2012), h. 58.

Page 25: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

15

yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN

Syarif Hidyatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran atas pokok bahasan

dalam penulisan skripsi, sehingga dapat memudahkan dalam memahami dan

mencerna masalah-masalah yang akan dibahas. Adapun sistematika tersebut

adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini berisikan sub-sub judul sebagai berikut:

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Metode Penelitan, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Menjelaskan tentang Pemangku Pemimpin Umat Hindu, Mencakup

tentang Definisi Peran, Definisi Kepemimpinan, Definisi Pemangku Umat Hindu,

Syarat Menjadi Pemangku, dan Definisi Masyarakat.

Bab III Menjelaskan tentang Gambaran Umum Pura Mertasari Kelurahan

Rengas. Mencakup tentang Pengertian Pura, Fungsi Pura, juga Sejarah Singkat

Pura Mertasari, Struktur Kepengurusan Pura Mertasari, dan Monografi Kelurahan

Rengas

Bab IV Membahas tentang Analisis Peran Pemangku Terhadap Umat

Hindu dalam Kehidupan Bermasyarakat, Peran Pemangku Terhadap Umat Hindu

dalam Menjalankan Kehidupan Bermasyarakat, Relevansi Pemangku terhadap

Umat Hindu dalam Kehidupan Bermasyarakat, Analisis Pemangku Sebagai

Pemimpin non formal Umat Hindu.

Page 26: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

16

Bab V Adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan yang akan menjawab

latar belakang masalah dan saran-saran dari penulis untuk pejabat dan semua

masyarakat Rengas. Terakhir adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

merupakan referensi dalam penulisan skripsi ini.

Page 27: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

17

BAB II

PEMANGKU UMAT HINDU

A. Definisi Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran diartikan sebagai sesuatu

yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadi

sesuatu hal atau peristiwa).1 Adapun peranan, jika merujuk kepada Kamus Besar

Bahasa Indonesia memiliki makna sesuatu yang menjadi bagian atau yang

memegang pimpinan yang utama. Definisi peran dalam ilmu sosial lebih

menekankan kapada elemin tertentu yang melekat kapada individu dan memiliki

implikasi untuk dijalankan agar dapat menjadi bagian dari masyarakat secara

keseluruhan. Peran tersebut bisa berupa dokter yang harus bisa menyembuhkan

pasien yang sakit, atau juga guru yang harus bisa memberikan wawasan ilmu

pengetahuannya. Peran lainnya seperti petani, pedagang, pengusaha, peternak,

politisi, pemuka agama, juga mempunyai tugas yang harus dilakukan.2

Adapun pengertian konsep perenan dalam ilmu sosial sesungguhnya bisa

juga mengacu kepada pengertian peran dalam bahasa Indonesia menjadikan

pembahasan selanjutnya akan disebut dengan bersifat lintas istilah, baik itu peran

maupun peranan.

1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),

h.735. 2Sosiolog George Herbert Mead mengidentifikasi dua fase diri yang terkait dengan

pembentukan peran, yang ia namakan “I” dan “Me”. Mead menyatakan bahwa diri pada dasarnya adalah proses sosial yang berlangsung dalam dua fase yang dapat di bedakan. “I” adalah aspek kreatif dari seorang individu adapun “Me” lebih bertendensi kepada objektivikasi individu di dalam kelompok sosial. Dengan kata lain “I” lebih bersifat sebagai subjek, sedangkan “Me” lebih bersifat sebagai objek; dan dua apek tersebut selalu ada dalam seorang individu. Lebih jelasnya lihat tulisan tetang Mead dalam Goerge Ritzer dazn Duglas J. Goodman Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-I, h.285, dan Peter Worsley (ed.) Modern Sosiology; introductory readings, (New York: Penguin Books, 1978), edisi ke-2, h.45-51.

Page 28: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

18

Thomas J. Sullivan dan Kentrick S. Thompson menjelaskan bahwa peran

seseorang di masyarakat tidak jauh berbeda dengan peran seorang aktor di

panggung sandiwara.3 Sesorang aktor di panggung harus patuh terhadap naskah

yang sedang dimainkannya yang dibuat oleh sutradara. Hanya saja perbedaan

seorang individu dengan aktor adalah jika aktor harus taat terhadap perintah

sutradara berdasarkan naskah yang ada. Maka seorang individu di masyarakat

terkadang berperan berdasarkan kepentingan yang ingin dicapai dan fungsi

tindakan dari sebuah sistem sosial yang berlaku.

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka dia menjalankan suatu peranan.4 Disamping status, hal kedua yang penting

dalam struktur sosial adalah peran. Peran diartikan pola perilaku normatif yang

diharapkan pada status tertentu. Dengan kata lain, sebuah status memiliki peran

yang harus dijalani sesuai dengan aturan (norm) yang berlaku.5

Peranan juga didefinisikan sebagai aktivitas yang dijalankan seseorang

atau suatu lembaga/organisasi. Peran yang harus diajalankan oleh suatu lembaga

atau organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi dari

lembaga tersebut, peranan ada dua macam yaitu peranan yang diharapkan

(expected role) dan peranan yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan

peranan yang diembannya, terdapat faktor pendukung dan penghambat.6 Dengan

3Thomas J. Sullivan dan Kentrick S. Thompson, Sosicology; Consepts, issues and

applications (New York: McMilan Publishing Company, 1986), h.51. 4Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Peranan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002),

h.243. 5M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi Pengantar Untuk Memahami

Konsep-Konsep Dasar (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006), h.47. 6Kustini, ed., Peranan Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Pelaksanaan Pasal

8,9, Dan 10 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomer 9 Dan 8

Page 29: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

19

demikian yang dapat disimpulkan dari pengertian di atas adalah peran merupakan

tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seseorang/individu maupun kelompok

sesuai dengan norma, aturan dan status yang dimiliki. Tiap individu

memunkinkan untuk menjalankan beberapa peran sesuai dengan status yang

melekat pada dirinya.

Pengertian Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Peran

mempunyai arti “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat”.7

Dalam tinjauan sosiologi Peran memiliki maknanya sendiri dimana Peran

merupakan reori yang sangat menonjol didalam teori tersebut, teori Peran (role)

yang merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya. Menjadikan setiap individu mempunyai peran yang

sangat menonjol dan mempunyai tanggung jawab.8 Sedangkan menurut Barbara

dan Fadly peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

oleh keadaaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.

Sedangkan menurut sosiolog Glenm Elder memperluas penggunaan teori peran.

Pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap

masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempuyai

Tahun 2006 (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,2010), h.7.

7Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.854 8Soerjono Seokanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2014), h.2017.

Page 30: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

20

perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam

masyarakat tersebut.9

B. Definisi Pemangku Umat Hindu

Menurut Keputusan Mahasaba Parisada Hindu Dhrama ke-2 tanggal 5

Desember 1968, yang dimaksud dengan Pemangku adalah mereka yang telah

melaksanakan upacara yajna pawintenan sampai dengan adiksa widhi tanpa

ditapak dan amari aran. Kata Pemangku berasal dari kata “pangku” yang

disamakan artinya dengan “nampa,” “menyangga” atau “memikul beban” atau

“memikul tanggung jawab sebagai pelayan atau perantara antara orang yang

punya kerja dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa.10

Pemangku juga dianggap sebagai panglisir, sosok yang dituakan pada

suatu teriotorial. Kedudukan sebagai panglisir ini semestinya tidak hanya

dimaknai sebagai tua secara fisik ataupun tua dalam sebutan saja. Tiap detik dari

‘usia tua’ seorang Pemangku adalah pengetahuan, tiap menitnya adalah kebajikan,

jamnya adalah cinta kasih, harinya adalah keseimbangan batin, minggunya adalah

keihlasan, dan tahun nya adalah kesadaran. Apabila dalam semua kualitas

kemuliaan seorang Pemangku telah menginjak usia yang sangat tua, barulah dia

mampu, mengabdikan dirinya secara penuh kepada umat.11

C. Syarat Menjadi Pemangku

Pemangku sebagai pelayan dari Ida Sanghnyang Whidi hendaknya dipilih

dari umat yang memiliki budhi luhur, moral dan mental yang tinggi, seorang calon

9Hasan Mustafa, Perspektif Dalam Psikologi Sosial, Di Dalam Jurnal Administrasi

Bisnis, volume 7, nomer 2. 2012. 10K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h. 6. 11Jero Mangku Suweka Oka Sugiarta, Gede Agus Budi Adnyana, Agem-Agem Pemangku,

Dari Sadhana, Tahapan Pawintenan Hingga Mantra (Bali: Gandapura,2013), h.18.

Page 31: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

21

Pemangku hendaknya memiliki jiwa pengabdi yang tulus dan ihlas serta selalu

siap untuk ngayah tanpa memikirkan imbalan apapun. Jabatan pemangku

seyogyanya tidak tidak dijadikan sebagai tameng untuk menutupi kelemahan

pribadinya yang sesungguhnya kurang baik, sehingga dapat menjadi orang yang

terpandang di masyarakat. Kalau ternyata ada yang bertindak seperti itu, maka

yang bersangkutan dapat dikatakan sudah menipu masyarakat Karmaphala buruk

yang harus ditanggung dikemudian hari tentu akan menjadi lebih besar lagi.

Demikianlah, maka untuk menetapkan seseorang menjadi Pemangku adalah

mereka yang benar-benar memenuhi syarat.

Disamping itu, menurut Drs. I ketut Wiana (Bali post, 29 Oktober 2013)

mereka yang dipilih atau di tunjuk untuk menjadi Pemangku semestinya tidak

mempunyai kebiasaan atau perilaku buruk seperti dibawah ini:

1. Suka mabuk karena kekayaan (dhana)

2. Suka mabuk karena kepandaiannya (guna)

3. Suka mabuk karena keindahan rupanya (surupa)

4. Suka mabuk karena kebangsawanannya (kula-kulina)

5. Suka mabuk karena kemudaan-usianya (yowana)

6. Suka mabuk karena keberaniannya (kasuran)

7. Suka mabuk karena minuman keras seperti tuak, arak, bir, narkoba dan

lain-lain (suara)

Mereka yang mabuk dan arogan karena hal-hal termaksud diatas tidak

selayaknya ditunjuk sebagai Pemangku. Artinya kalau ketujuh kemabukan diatas

dapat dihindarkan, barulah orang itu dapat disebut sebagai orang yang telah

memenuhi syarat. Seseorang yang telah mencapai keadaan rokhani yang bebas

Page 32: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

22

dari kemabukan itulah yang dapat dipilih dan ditetapkan sebagai Pemangku.

Orang yang rokhaninya telah telah bebas dari kemabukan itu dinamakan orang

yang mahardhika artinya orang yang bebas dari kemabukan, orang yang

bijaksana, suci dan berbudhi luhur, tegasnya sudah dapat melaksanakan

pengendalian diri dengan baik. Dengan kata lain, jika seseorang belum dapat

mengendalikan diri dengan baik, semestinya tidak ditunjuk menjadi Pemangku.

Bahkan orang itu harus tau diri untk tidak mencalonkan diri sebagai Pemangku.12

Selain dari pada itu terdapat juga syarat lain yang meliputi syarat fisik nya

yaitu tidak cacat, bisu, tuli. Ada juga syarat kesusilaan yang dikukuhkan oleh

Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat dalam keputusan Mahasaba ke II Tahun

1968 yaitu menetapkan adanya syarat berkelakuan baik serta tidak pernah

tersangkut perkara bagi setiap calon Pemangku. Ada juga syarat Mental Spiritual

dinyatakan dalam kitab Pancaweda Bhagawad Gita XII.13-14 yang menyebutkan

“Mempunyai itikad kebajikan, sikap bersahabat dan ramah tamah, bebas dar rasa

egoisme dan keangkuhan, sama dalam suka dan duka, rela memaafkan, selalu

prihatin, menguasai diri, mendedikasikan fikiran dan kecerdasan dipusatkan

kepada Tuhan”. Juga syarat pengetahuan yang meliputi pancasila, bahasa

Indonesia, ilmu pengethuan agama, dan penunjang seperti bahasa jawa dan

psikologi agama.13

12K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h. 10. 13Tim Pokja Pinandita Sanggraha Nusantara, Pedoman Tentang Manggala Upacara

Yajna, h.13-15.

Page 33: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

23

D. Definisi Kepemimpinan

Pemimpin adalah tokoh atau elit anggota sistem sosial yang dikenal oleh

dan berupaya mempengaruhi para pengikutnya secara langsung atau tidak

langsung.

Pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin formal dan pemimpin

informal. Pemimpin formal adalah seseorang yang diberi amanat dan kepercayaan

oleh suatu organisasi formal untuk menjadi pemimpin dalah suatu organisasi yang

pengangkatannya didasarkan surat keputusan, Pemimpin informal adalah

seseorang yang menjadi pemimpin tanpa diangkat secara formal dan tanpa di

dukung oleh surat keputusan dari suatu organisasi formal.14

Pemimpin formal adalah pemimpin yang menduduki posisi atau jabatan

formal kepemimpinan dalam suatu organisasi formal yang didirikan berdasarkan

undang-undang atau peraturan Negara atau peraturan perusahaan. Mereka

diangkat atau dipilih oleh mereka yang berhak mengankat atau memilihnya.

Misalnya, Presiden Republic Indonesia, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Ketua Mahkamah Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Manager

Perusahaan, Kepala Sekolah da Rektor Universitas merupakan pemimpin formal.

Sedangkan Pemimpin Informal adalah pemimpin yang tidak menduduki jabatan

organisasi formal dalam sisitem sosial, akan tetapi mempunyai pengaruh terhadap

para anggota sistem sosial. Para alim ulama, kiai, para pakar ilmu pengetahuan

dan budayawan merupakan contoh pemimpin informal, termasuk didalamnya

14Toman Soni Tambunan, Pemimpin Dan Kepemimpinan (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2015), h.32.

Page 34: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

24

adalah Pemangku dalam agama Hindu adalah tergolong kedalam pemimpin non

formal, disamakan dalam agama Islamadalah kiai.15

Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dasarnya tidak dipilih

atau diangkat secara formal. Seseorang menjadi pemimpin informal kalau ia

diakui mempunyai keunggulan fisik, mempunyai keunggulan psikologi, ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang diakui oleh para anggota organisasi.16 Seperti

hal nya seorang Pemangku umat Hindu sebagai pemimpin informal yang dipilih

dengan cara nya sendiri, karena tidak sembarangan orang dapat menjadi

Pemangku umat Hindu.

E. Definisi Masyarakat

Kata masyarakat terlalu bnyak di gunakan dalam berbagai konteks ,

misalnya masyarakat agrarian, masyarakat kota, masyarakat petani, masyarakat

agama dan sebagainya. Kata masyarakat juga dipergunakan untuk keperluan

tertentu. Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak di pandang sebagai suatu

kumpilan individu atau sebagai penjulahan dari individu-individu semata-mata.

Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup

bersama. Beberapa orang sarjana telah mencoba memberikan definisi masyarakat

(society), misalnya seperti berikut:

1. Mac Iver dan Page yang mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem

dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai

kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta

kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita

15Dr.Wirawan, Kepemimpinan:Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi, Dan

Penelitian (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2014), h.9. 16Dr.Wirawan, Kepemimpinan:Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi, Dan

Penelitian (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2014), h.100.

Page 35: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

25

namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan

masyarakat selalu berubah.

2. Ralp Linton mengemukakan, masyarakat merupakan setiap kelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka

dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu

kesatuan sosial dengan batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.

3. Selo Soemardjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang

hidup bersama, yang mengasilkan kebudayaan.17

Walaupun definisi dari sarjana-sarjana tersebut berlainan, tetapi pada

dasarnya isinya sama, yaitu masyarakat yang mencakup beberapa unsur sebagai

berikut:

1. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran mutlak

ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah yang harus ada.

Akan tetapi, secara teoritis angka minimalnya adalah dua orang yang

hidup bersama.

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia

tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, umpamanya kursi,

meja, dan sebagainya. Oleh karena itu dengan berkumpulnya manusia,

maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat

bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-

keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya.

Sebagai akibat dari hidup bersama itu. Timbullah sistem komunikasi dan

17Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. ke-

2, h.18.

Page 36: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

26

timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan anatar manusia

dalam kelompok tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sisitem hidup bersama. Sistem kehidupan

bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok

merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.18

Dalam buku Sosiologi kelompok dan Masalah Sosial karangan (Abdul

Syani, 1987), di jelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak

(arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang

artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat

(Indonesia).

Dalam bahasa inggris kata masyarakat ditejemahkan menjadi dua

pengertian, yaitu society dan community. Community menurut Arthur Hillman

(1951) adalah :

“ a defition of community must be inclusive enough to take account of the

variety of both physical and social forms which community take”.

Dengan lain perkataan masyarakat sebagai community cukup

memperhitungkan dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan

bersama (antar manusia) dan lingkungan alam. Jadi cirri dari community

ditekankan pada kehidupan bersama dengan bersandar pada lokalitas dan derajat

hubungan sosial atau sentiment. Community ini oleh Hassan Shadily (1893)

18Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. ke-2, h.19.

Page 37: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

27

disebut sebagai paguyuban yang memperlihatkan rasa sentiment yang sama

seperti terdapat dalam Gemmeninschaft. Anggota-anggotanya mencari kepuasan

berdasarkan adat kebiasaan dan sentiment (factor primer), kemudian diikuti atau

diperkuat oleh lokalitas (factor sekunder).19 Inilah yang sudah terjadi di Kelurahan

Rengas sebagai contoh masyarakat yang sesuai dengan teori-teori tersebut.

19Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan (Jakarta: Sinar Grafika Offset), h.

30.

Page 38: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

28

BAB III

GAMBARAN UMUM PURA KELURAHAN RENGAS

A. Pengertian Pura

Dalam Kamus Bahasa Kawi istilah Pura diartikan sebagai Kubu, Benteng,

Istana, Kerajaan, Kota, atau Puri.1 Pura berarti Candi kecil yang banyak terdapat

di daerah Bali. Ada banyak jenis Pura. Seperti Pura Desa, Pura Dalam, Pura

Subak, Pura Dewa-Dewa Hutan, Pura Gua, dan Pura Beji; memiliki pekarangan

yang kelilingi sebuah tembok dengan sebuah pintu gerbang dan terbagi atas dua

atau tiga petak.2

Pura adalah bangunan suci tempat peribadatan bagi umat Hindu, di tinjau

dari sejarah, perkembangannya serta status dan fungsinya secara garis besar Pura

itu di bedakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pura sebagai penyongsong umum yaitu tenpat sembahyang untuk

memuliakan dan memuja kebesaran Sang Hyang Widhi Wasa.

2. Pura sebagai penyongsong khusus yaitu tempat suci untuk memuliakan

dan memuja arwah suci.3

Pura adalah tempat suci untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam

segala Prabhawa-Nya dan atma Sidha Devata (roh suci leluhur) setelah istilah

pura sebagai tempat suci untuk pemujaan bagi umat Hindu, pura juga dapat

memiliki fungsi lain yaitu pura juga bisa dijadikan sebagai pasraman.

1Wojowasito, kamus Kawi-Indonesia, h.213. 2M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian kebudayaan

Nusantara,2002), cet ke-II, h.915. 3Ketut sudandi, Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali (Denpasar: CV Kayumas

1983), h.1.

Page 39: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

29

Pura untuk tempat suci atau tempat pemujaan di pergunakan juga istilah

Kahyangan atau Parhayangan.4

Dipandang dari sudut filosofinya, sebuah Pura tiada lain adalah replika

atau duplikat dari Sorgaloka atau Kahyangan, stana sesungguhnya ida sanghyang

Widhi Wasa. Maka dari itu Pura dinamakan juga Kahyangan. Sorgaloka atau

Kahyangan sebagai stana yang sebenarnya dari Ida Sanghyang Widhi tentulah

merupakan tempat yang sangat suci dan indah. Ini juga yang menyebabkan Pura

dinamakan sebagai tempat suci. Berdasarkan mithologi, sorgaloka yang suci dan

indah itu diturunkan ke bumi berupa “gunung-gunung suci” seperti Gunung

Himalaya di India, Gunung Mahameru di Jawa dan Gunung Agung di Bali.

Karena itu gunung-gunung diyakini sebagai tempat berstananya Ida Sanghyang

Widhi. Itulah sebabnya, maka sebuah Pura sebagai replika Sorgaloka dibangun di

gunung-gunung atau di tempat-tempat yang lebih tinggi, tentunya dengan

arsitektur yang sangat indah pula.5

Secara etimologi, kata ‘Pura’ berasal dari akhiran Bahasa Sansekerta (-pur,

-puri, -pura, -puram, -pore) yang artinya kota, kota berbenteng, kota dengan

menara atau istana. Dalam perkembangannya di Pulau Bali, istilah ‘Pura’ menjadi

khusus untuk tempat ibadah, sedangkan kata ‘puri’ menjadi tempat tinggal bagi

para raja dan bangsawan.‘Pura’ yang berarti keraton atau istana raja, kata ini

banyak dijumpai di Bali pada saat pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan, seperti

Linggarsapura di Samprangan, Swecapura di Gelgel, Semarapura di Klungkung,

Bandanapura (Badung), Kawyapura (Mengwi).

4Departemen agama, I Gst. MD Ngurah et al, buku pendidikan agama hindu untuk

perguruan tinggi (Surabaya: Paramita, 1999), cet ke-I, h.177. 5K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h.112.

Page 40: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

30

Pura sebagai tempat pemujaan dimulai pada jaman sebelum Dalem

Kepakisan, Rsi Markandeya mendirikan Pura Besakih. Pada abad XI Empu

Kuturan mempopulerkan Pura dengan Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa, Puseh

dan Dalem) dan tempat memuja Sang Hyang Widhi yang disebut Meru. Pada

jaman Dang Hyang Dwi jendra, tempat memuja Sang Hyang Widhi disebut

Padmasana.

Pura merupakan tempat suci Umat Hindu. Pura biasanya didirikan di

tempat yang sekelilingnya asri seperti laut, gunung, goa, hutan dan sebagainya.

Penyebutan nama tempat suci dalam Ajaran Hindu tidak secara gamblang. Tempat

suci atau pemujaan ini disebut devalaya, devasthana, deval atau deul yang berarti

rumah para dewa.6

Masuk ke sebuah Pura diibaratkan seperti menuju ke Sorgaloka. Candi

Bentar yang berdiri tegak di Jaba Pura diibaratkan sebagai pangkal dari sebuah

gunung yang suci itu, sedangkan Pamedal Agung diibaratkan sebagai lereng

gunung yang penuh dengan binatang buas yang dilukiskan dengan “Boma”.

Sementara itu Ida Sanghyang Widhi dibayangkan berstana di Padmasana yang

terletak di halaman dalam atau jeroan Pura. Bhatara Bhatari atau Dewa-Dewi

sebagai manifestasi Nya bersama di Meru-Meru atau Pelinggih-Pelinggih lain

sesuai dengan tingkat manifestasi Nya. Demikian itulah gambaran filosofis Pura.7

6Ketut Subandi, Sejarah Pembangunan Pura-pura di Bali (Denpasar : CV Kayumas)

1983), h.10. 7K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h.113.

Page 41: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

31

B. Fungsi Pura

Menurut Ida Pedanda Made Kemenuh dalam bukunya “Fungsi Pura”

fungsi Pura itu adalah sebagai berikut:

1. Pura adalah tempat beribadat, tempat mendekatkan diri kepada Ida

Sanghyang Widhi, tempat mohon dan bersujud kepadaNya, tempat mohon

pertolongan dan mohon ampun atas segala dosa lahir maupun batin.

2. Pura adalah tempat umat berkumpul dikala piodalan, saling kenal-

mengenal sambil membicarakan berbagai persoalandan sebagai tempat

pelipur duka lara dengan menunjukan isi hatinya kepada Ida Sanghyang

Whidi. Pura juga merupakan tempat bagi para pujangga untuk mohon

inspirasi kepada Ida Sanghyang Widhi.

3. Pura adalah tempat bagi pengantin guna mengikrarkan sumpah setianya

dengan disaksikan oleh Ida Sanghyang Whidi, untuk berjanji tetap setia

dan sehidup semati dalam membina rumah tangga bahagia.

4. Pura adalah tempat “mesandekan” bagi mereka yang sedang bepergian

jauh dimana tidaka ada rumah famili. Dalam hal ini, bangunan di jaba

Puralah yang akan dijadikan tempat untuk berhenti sementara.

5. Pura adalah tempat bagi Pegawai Negeri untuk melakukan sumpah

setianya kepada Negara.

Dalam bahasa Sansekerta kata “Pura” atau “pur” berarti benteng atau kota.

Dikaitkan dengan tempat suci Umat Hindu, maka benteng atau Pura itu

dimaksudkan sebagai tempat untuk melindungi umat sedharma dari gangguan atau

Page 42: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

32

pengaruh kelompok agama lain. Dalam Pura inilah keyakinan dan kepercayaan

Umat Hindu “dibentengi” dan dijauhkan dari pengaruh buruk pihak lain.

Pada umumnya fungsi Pura adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tempat suci stana Ida Sanghyang Whidi dan Bhatara Bathari

menifetasi Nya.

2. Sebagai tempat Umat Hindu untuk menghubungkan diri dan atau

memuliakan serta memuja kebesaran Ida Sanghyang Whidi dan segala

manifestasi Nya.

3. Sebagai tempat persembahyangan bersama bagi umat sedharma,

khususnya ketika piodalan atau tibanya hari-hari raya.

4. Sebagai tempat untuk melaksanakan pendidikan dan atau meningkatkan

pengetahuan, pendalaman, penghayatan, dan pengamalan Agama Hindu

bagi umatnya.

5. Sebagai tempat untuk melaksanakan paruma guna membahas berbagai

masalah tentang Pura dan Krama Dadia penyungsung Pura.

Sebagai tempat untuk melaksanakan sangkepan yaitu membayar iuran dan

kewajiban lain dari Krama Dadia untuk kepentingan Pura dan lain-lain.8

Pura sebagai tempat suci Umat Hindu di Indonesia. Pura merupakan

tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam prabawa-NYA (manifestasiNYA)

dan atau Atma Sidha Dewata (roh suci leluhur) dengan sarana upacara yadnya

8K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h. 114.

Page 43: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

33

dari Tri Marga. Pura sebagai tempat suci Umat Hindu memiliki arti dan fungsi

yang sangat penting, yaitu :9

1. Tempat untuk memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.

2. Tempat umat mendekatkan diri dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan.

3. Tempat dialog/komunikasi sosial masyarakat dan tempat persaksian atas

suatu aktivitas.

4. Tempat mengasah dan mendidik calon-calon pemimpin masyarakat.

Menurut Gusti Ngurah Rai, fungsi Pura dapat dikelompokan dalam 3

kelompok yaitu:10

1. Fungsi spiritual: Dharma Sedana, Dharma Yatra

2. Fungsi pendidikan: Dharma Wacana, Dharma Tula

3. Fungsi sosial: Dharma Shanti, Dharma Gita

Dari data yang sudah dikumpulkan, maka penulis sampaikan mengenai

fungsi dari pura mertasari secara garis besar, yaitu :

1. Fungsi Religius

Pura Mertasari berfungsi sebagai tempat persembahyangan bagi umat

Hindu. Sebagaimana halnya dengan pura lain yang ada di Rempoa, Pura Mertasari

juga memiliki hari-hari tertentu yang disucikan yang disebut piodalan. Piodalan

di Pura Mertasari jatuh pada Budha Kliwon Wuku Sinta atau bertepatan dengan

Hari Raya Pagerwesi.

9Departemen Agama, I Gst. MD Ngurah et al, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk

Perguruan Tinggi (Surabaya: Paramita, 1999), cet-I, h. 177. 10Departemen Agama, I Gst. MD Ngurah et al, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk

Perguruan Tinggi (Surabaya: Paramita, 1999), cet-I, h. 178.

Page 44: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

34

2. Fungsi Sosial

Pura sebagai tempat sosial yaitu hubungan antara umat dan lingkungan

yang ada di sekitarnya (fungsi horisontal). Pura juga sebagai tempat melakukan

hubungan komunikasi yang bisa dilihat seperti pada pelaksanaan rapat.

3. Fungsi Pendidikan

Pura merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan terutama dalam

pendidikan dibidang keagamaan dan juga tempat untuk melangsungkan kegiatan

pendidikan nonformal. Pendidikan ini dapat dilihat seperti dalam melaksanakan

dharma wacana juga sebagai tempat belajar membuat upakara seperti membuat

banten, penjor, dan perlengkapan lainnya.

4. Fungsi Budaya

Dapat dilihat dari berbagai atraksi pertunjukan kesenian yang ditampilkan

pada saat penyelenggaraan upacara piodalan. Adapun kesenian-kesenian yang

dipentaskan di Pura Mertasari, yaitu seni suara, seni tari, seni tabuh.

5. Fungsi Politik

Antara satu warga dengan warga lainnya pasti saling memerlukan, terlepas

dari semua kesibukan yang dimiliki oleh masing-masing penyungsung pura,

mereka juga memiliki kewajiban yang sama dalam menjaga dan melestarikan

pura.

6. Fungsi Ekonomi

Pungutan suka rela berupa sesari (punia) dari pemedek yang datang untuk

bersembahyang di Pura Mertasari diberikan kepada pemangku pura.

Page 45: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

35

C. Sejarah Singkat Pura Mertasari

Tidak sembarangan tempat dapat dijadikan kawasan untuk membangun

Pura, dalam tradisi Bali (termuat dalam beberapa lontar) menyatakan tanah yang

layak dipakai adalah tanah yang berbau harum, yang “gingsih” dan tidak berbau

busuk, sedangkan tempat-tempat yang ideal untuk membangun Pura, adalah

seperti disebutkan pada kutipan dari Bhavisya purana dan Brhat Samhita, yang

secara sederhana disebut sebagai “hyang-hyangning sagara giri”, atau “sagara-

giri adumukha”, tempatnya tentu sangat indah di samping vibrasi kesucian

memancarkan pada lokasi yang ideal tersebut.11

Adapun sejarah berdirinya Pura Mertasari ini adalah, Pura Mertasariyang

terletak di Jalan Teratai Putih, Rempoa Permai, RT 4 RW 11, Rengas, Ciputat

Timur, Tangerang Selatan, Banten ini dirintis sejak tahun 1983 atas dasar Surat

Perintah dari kesatuan Batalyon ini bahwa Batalyon menginginkan komplek ini

menjadi komplek pancasila sehingga dalam kawasan ini terdapat Pura, gereja,

Wihara, Masjid. Dan memang jika di lihat, sekarang ini di areal wilayah komplek

betul-betul di anggap menjadi komplek Pancasila.

Jika sore kita dapat melihat umat Hindu datang ke Pura terlebih pada hari

minggu di Pura Mertasari sangat ramai di penuhi para pemeluk umat Hindu yang

berkumpul untuk melakukan ibadah, untuk belajar agama Hindu dan berkumpul

dalam kegiatan lainya, masjid ramai dengan orang yang ingin menunaikan shalat,

warga sangat rukun, ini menjadi pemandangan yang positif bagi kerukunan

beragama, sangat luar biasa. maka atas dasar itulah Batalyon ini mengeluarkan

surat perintah pada tahun 1984 yang silam agar bisa berdiri Pura . Dan berdirilah

11I Made Titib, Teologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita,

2009), h. 91.

Page 46: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

36

Pura Mertasari ini. Pada Bulan Agustus tepatnya pada tahun 1984 baru bisa

peletakkan batu pertama untuk pembangunan Pura, yang ketika itu umat Hindu

baru berjumlah 40 KK. Lambat laun seiring bertambahnya pengikut Hindu di

daerah ini yang datang dari daerah lain, maka ada keinginan pengurus untuk

memperluas sarana peribadatan. Maka disepakatilah renovasi sebagai jalan yang

paling mungkin untuk dilakukan.

Pura ini sudah mengalami 3 (tiga) kali renovasi. Alasan renovasi ini

muncul karena ketika itu di wilayah ini sudah terdapat lebih dari 40 KK. Dan

akhirnya pada tahun 1986 di lakukanlah renovasi karena umat hindu sudah banyak

yang pindah dari berbagai daerah seperti , Depok, dan daerah sekitar Ciputat.

Maka semakin banyaklah umat Hindu yang pindah ke daerah ini. Bahkan dalam

beberapa tahun yang lalu Pura Mertasari berencana membangun lebih besar lagi

ke atas karena sudah tidak memungkinkan untuk memperlebar maka harus

membangun ke atas tetapi ada masalah perijinan yang pada akhirnya menghalangi

pembangunan Pura Mertasari. Pada awal berdiri Pura Mertasari hanya satu lantai,

sekarang kita dapat melihat Pura yang dua lantai, yang lantai atas digunakan

khusus untuk kegiatan pasraman (sekolah agama Hindu), munkin jika telat

mendapat ijin Pura ini sekarang menjadi tiga atau empat lantai ke atas.12

Pada tahun 1982 mulai banyak penganut agama hindu yang berkumpul di

Jakarta, mereka berasal dari bali dan jawa pada umumnya, dan mereka

memutuskan untuk mendirikan sebuah pura sebagai sarana tempat beribadah umat

hindu, akhirnya membeli tanah dan mendirikan pura di lalu pada tanggal 13

Januari 1982 dilaksanakan upacara Nganteg Linggih (semacam upacara peresmian

12Wawancara pribadi dengan bapak Warsad selaku sekretaris RT 06 pada tanggal 10

Maret 2019.

Page 47: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

37

Pura) yang dipimpin Pedande Istri Wayan Sidemen, upacara Nganteg Linggih

pada Umumnya dilakukan oleh setiap pura pada tiga puluh tahun sekali, tetapi

dengan alasan peresmian dan pelengkapan administrasi di pura mertasari ini

upacara Nganteg Linggih dilakukan sebelium tiga puluh tahun dan akhirnya pada

tanggal 15 Juni 2014 dilaksanakan upacara Nganteg Linggih yang ke-2 yang di

pimpin oleh Ide Pedande Made Putra Sidemen sekaligus diresmikan kembali oleh

ibu Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH selaku Walikota Tangerang Selatan.13

D. Struktur Kepengurusan Pura Mertasari

Struktur bangunan sebuah Pura seyogyanya memiliki beberapa halaman,

namun dalam prakteknya ditemukan adanya sebuah Pura yang mempunyai hanya

satu atau dua halaman saja. Pura yang mempunyai satu halaman saja, didasarkan

kepada konsep Ekabhuwana dimana alam atas dan alam bawah dianggap

menyatu. Sedang Pura yang memiliki dua halaman didasarkan konsep alam atas

dan alam bawah yang terpisah.14

Selain struktur bangunan Pura, Pura juga mempunyai struuktur organisasi

untuk membagi tugas dan kewajiban demi merawat dan mengembangkan sebuah

Pura. Adapun di bawah ini gambar struktur kepengurusan Pura Mertasari. Dalam

kepengurusan Pura, umat Hindu biasa menyebutnya dengan nama Pengempon.

Pengempon adalah kelompok umat yang bertanggung jawab terhadap

pemeliharaan Pura baik secara fisik atau non fisik. Ada juga yang dinamakan

ketua Banjar yang artinya ketua Pura sebagai penanggung jawab semua kegiatan

yang ada di Pura. Ketua Banjar memiliki wakil yang bertugas untuk membantu

13Wawancara pribadi dengan bapak made seroja selaku kepala pasraman pura mertasari

pada 5 Februari 2018. 14K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h. 116.

Page 48: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

38

ketua Banjar dalam menjalankan tugasnya, lalu ada yayasan yang di dalam nya

memiliki sebuah sekolah khusus untuk umat Hindu yang hanya dibuka pada hari

minggu dan kepala sekolah khusus umat Hindu disebut dengan nama ketua

pasraman. Lalu ada juga koperasi yang dimiliki oleh pura mertasari sebagai

layaknya organisasi, koperasi ini untuk membantu anggotanya. Ada juga

sekretaris yang bertugas mencatat kegiatan dan merapikan arsip kegiatan yang

dilakukan di pura mertasari Rempoa.

Adapun untuk Pura Mertasari Rempoa Srtuktur kepengurusan nya adalah

sebagai berikut:

Page 49: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

39

Dari struktur yang sama-sama kita lihat di atas menandakan bahwa betapa

Pura mertasari ini sangat terorganisir seperti hal nya organisasi yang lain, bahkan

dalam struktur tersebut ada bidang adat untuk memperthankan adat istiadat yang

sudah ada. Dari yang kita lihat pada struktur di atas bahwa Pura Mertasari sangat

lengkap, bahkan penulis pernah melihat sendiri ada penilaian pura dari pengawas

Hindu yang dari pusat untuk memastikan bahwa Pura selalu dalam keadaan baik

dan tersusun karena kerja organisasi orang-orang yang berada di Pura mertasari

tersebut.

E. Monografi Kelurahan Rengas

1. Kelurahan Rengas

Kelurahan Rengas adalah daerah kelurahan yang terletak di Kecamatan

Ciputat Timur, berjarak 2 Km dari pusat pemerintahan kecamatan, dan 8 Km dari

pusat pemerintahan Kota, serta berjarak 86 Km dari pusat pemerintahan Provinsi.

Kelurahan Rengas berada di Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan,

Provinsi Banten, Republik Indonesia . Kelurahan ini secara administrasi

berbatasan dengan: Utara: Kecamatan Pondok Aren dan DKI Jakarta. Selatan:

Kelurahan Cempaka Putih. Barat: Kelurahan Pondok Ranji. Timur: Kelurahan

Rempoa dan DKI Jakarta. Di Ciputat Timur hanya kelurahan Rengas yang

memiliki bangunan tempat ibadah umat Hindu, bangunan Pura ini dibangun

berdasarkan kesepakatan umat Hindu yang ternyata sudah cukup banyak tinggal

di daerah Rengas dan sekitarnya, bangunan Pura juga sudah memiliki izin yang

resmi dari pemerintah dan warga sekitar.

Page 50: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

40

2. Jumlah Penduduk

Dari diagram di atas dapat di jelaskan bahwa jumlah pengduduk kelurahan

rengas sebanyak 24.046 jiwa yang tgerdiri dari laki-laki 12.205 jiwa, perempuan

11.841 jiwa, yang tersebar dalam 11 RW dan 75 RT, dari sini dapat disimpulkan

bahwa jumlah penduduk kelurahan rengas laki-laki lebih banyak daripda jumlah

penduduk perempuan.

3. Sarana dan pra sarana tempat peribadatan

Page 51: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

41

Dari diagram di atas dapat di simpulkan bahwa sarana dan prasarana

kelurahan rengas mencapai 30 gedung yang meliputi : 29 gedung milik penganut

agama islam dengan rincian, 6 gedung masjid dan 23 gedung mushola. Sedangkan

sarana peribadatan penganut agama Hindu terdapat 1 gedung Pura di kelurahan

Rengas. Kuantitas penganut agama Islam sebagai mayoritas, fasilitas-fasilitas

keagamaan bagi masyarakat muslim pun lebih banyak tersedia di kelurahan

tersebut.15

Dari data tersebut penulis menyadari bahwa kelurahan Rengas di dominasi

oleh pemeluk agama Islam sebagai maayoritas, dan agama lain hanya sebagai

minoritas walaupun terdapat Pura sebagai bangunan tempat ibadah agama Hindu,

tetapi tetap saja Islam sebagai mayoritas, walaupun demikian mereka hidup damai

dan rukun tanpa pernah terjadi konflik agama. Bahkan sebaliknya setelah penulis

melaksanakan penelitian di daerah tersebut. Penulis menemukan mereka saling

beerbagi tanpa memandang dari agama mana mereka berasal, saling membari dan

menerima kebaikan siapapun tnpa melihat dari golongan mana mereka lahir.

15Buku Data Monografi Kelurahan Rengas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang

Selatan Provinsi Banten tahun 2016.

Page 52: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

42

BAB IV

ANALISIS PERAN PEMANGKU TERHADAP UMAT HINDU DALAM

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

A. Peran Pemangku Terhadap Umat Hindu dalam Menjalankan Kehidupan

Bermasyarakat

Merupakan suatu kewajiban bagi seorang Pemangku agama Hindu

(pemuka agama Hindu) untuk membimbing umat untuk meningkatkan kesucian

diri. Karena bagi umat seorang pemangku memegang peranan yang sangat penting

dan bersifat penentu di dalam setiap keagamaan. Umat melihat bahwa pemangku

setiap hari mengadakan sembahyang, memuja kebesaran sang Hyang Widhi

memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk masyarakat, maka umat

mempunyai keyakinan penuh masalah kesucian itu. Para Pemangku merupakan

ujung tombak dalam membina umat Hindu.

Karena itu perlu diberikan bimbingan dari segi kesucian dan bekal dari

segi kemampuan dalam melaksanakan tugas. Untuk mewujudkan hal tersebut

sangat tergantung sekali kepada faktor mental orang tersebut. Dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup namun ada yang lebih penting dari

semuanya itu, yaitu realisasi pengamalan hidup dalam masyarakat sikap kita

terhadap sesama, dan selalu ingat kepada Sang Yang Widhi dirasa merupakan

pegangan hidup kesucian untuk mencapai kebahagiaan baik lahir maupun batin.

Berkenaan dengan seorang Pemangku adalah sebagai guru rohani umat

Hindu, ada beberapa kepercayaan-kepercayaan yang terpenting dalam agama

Page 53: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

43

Hindu yang di ajarkan oleh seorang Pemangku terhadap umatnya seperti karma,

dan penjelmaan roh.1

Undang-undang balasan dalam bahasa sansekerta adalah karma. Dan tidak

seorangpun yang mengelak daripadanya. Di dalam kitab Yoga Vasistha ada

terdapat tulisan “Di dalam alam ini tidak ada suatu tempat, tidak ada gunung,

langit, lautan, dan taman-taman indah yang menjadikan seseorang dapat

melindungi dirinya dari balasan amalannya, baik yang baik ataupun yang buruk”.

Menurut undang-undang keadilan yang tegas, semua pekerjaan pilihan manusia

yang memberi kesan pada orang lain baik yang baik ataupun yang jahat, haruslah

menerima balasan pahala atau siksa. Susunan alam ini adalah susunan ketuhanan

yang tegak di atas dasar keadilan semata-mata.

Keadilan alam memerlukan balasan bagi tiap-tiap perbuatan Di dalam

alam ini terdapat sejenis peraturan yang tidak membiarkan perbuatan manusia

baik perbuatan itu kecil atau besar, terjadi tanpa perhitungan. Sesudah dihitung

tiap-tiap orang akan menerima balasannya menurut perbuatannya dan balasan itu

terjadi pada masa hidup.2

Karma artinya amal perbuatan. Bila di dunia ini banyak ber dosa dan

banyak melanggar hukum –hukum karma maka ia akan lahir kembali sebagai

manusia yang rendah derajatnya. Bahkan mungkin sebagai binatang yang hina.

Sebaliknya bila mana hidupnya yang lampau berlaku baik sesuai dengan hukum-

hukum karma maka ia akan lahir kembali sebagai makhluk yang lebih tinggi

derajatnya . Dan apabila dalam hidupnya berturut-turut mengumpulkan karma

yang baik . Sehingga tiap kali ia lahir kembali sebagai manusia yang sempurna

1Ahmad Shalaby, Agama-agama Besar di India (Jakarta: Bumi aksara: 1998), h. 40. 2Ahmad Shalaby, Agama-agama Besar di India (Jakarta: Bumi aksara: 1998), h. 41.

Page 54: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

44

dan tidak perlu kembali ke dunia lagi ia masuk dalam alam mokhsa sebab hidup di

dunia ini adalah penderitaan (sengsara= samsara).3

Radhakrishnan menyebut karma sebagai azas yang mengatur dunia

ciptaan. Karma adalah hukum sebab akibat . “ ada hukum moral , rohani dan

hukum yang bersifat lahiriah. Bila kita menelantarkan aturan tentang kesehatan,

kita kan merusak kesehatan kita, tetapi bila kita menelantarkan aturan moral, kita

menghancurkan hidup kita yang lebih tinggi. Karena itu hukum karma tidaklah

berada diluar diri manusia. Hakimnya berada dari dalam diri kita sendiri.

Kita sendirilah yang menentukan kelahiran kita, hidup kita, dan nasib kita.

Buah karma (Karmapala) bukan merupakan berkah atau kutukan Tuhan, tetapi

semata-mata merupakan hasil dari perbuatan kita sendiri. Jalannya karma adalah

secara menyeluruh tanpa perasaan , adil, tiada kejam, maupun welas asih.4

Kepercayaan kepada hukum karma atau karmapala , membuat umat Hindu

menjadi tabah dan tetap optimis menghadapi masa depan. Bagi umat Hindu

memang selalu tersedia kesempatan untuk memperbaiki diri. Yang terpenting

adalah tumbuhnya kesadaran dan adanya usaha.

Seperti nasabah yang sadar, bersedia hidup prihatin selama melunasi

hutang-hutangnya di Bank, demikian pula umat Hindu yang sadar, mengetahui

penderitaan yang di alaminya sekarang adalah “ bayaran “ atas karma buruknya di

masa lalu. Ini di sebut prarabdha karma. Yaitu karma yang sedang di bayar atau

dinikmati akibatnya. Tidak ada cara untuk menghindar. Menyadari hal ini Dia

akan tetap tegar, tetap berusaha berbuat baik ditengah-tengah penderitaan, karena

3Moh. Rifa’I, Perbandingan Agama (Jakarta: CV Jaya Murni, 1965), cet ke-II, h. 85. 4Raka Santeri, Tuhan dan Berhala (Denpasar :Yayasan Dharma Narada, 2000), cet ke-I,

h. 65.

Page 55: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

45

perbuatan baik yang kita lakukan sekarang adalah tabungan hidup masa depan

yang bahagia.

Pemeluk agama Islam dan Hindu yang beradab di Kelurahan Rengas hidup

berdampingan dan saling menghargai satu sama lain walaupun berbeda agama dan

budaya. Mereka saling memberi dan menerima, bentuk keberagamaan yang

harmonis antara umat Hindu dan Islam yaitu pada saat hari raya idul adha umat

Islam menyembelih hewan qurban dan mereka membagikan hewan qurbannya

kepada para umat Hindu juga, dan umat Hindu juga menerima pemberian dari

umat Islam.5 Hal itu sebagai contoh kehidupan bermasyarakat dalam hal sosial

keagamaan yang tidak lepas dari ajaran Pemangku terhadap umat Hindu yaitu

baik kepada sesama manusia, karena jika menolak pemeberian umat Islam berarti

umat Hindu telah berbuat tidak baik dengan sesama manusia

Para umat Hindu yanga ada di Pura Mertasari sering mengadakan bakti

sosial di Pura untuk membantu masyarakat yang berada di sekitar Pura dan tidak

sedikit para peneriam bantuan tersebut adalah dari kalangan umat Islam.6 Hal ini

sangat membantu masyarakat yang berada di sekitar Pura karena yang di bagikan

dalam bakti sosial tersebut adalah sembako untk kebutuhan sehari-hari.

Pemangku berperan dalam kebudayaan yang ada di masyarakat, ajaran

yang Pemangku sampaikan kepada para umat Hindu berguna bagi kebudayan

sekitar masyarakat yaitu latihan menari anak-anak yang sering di adakan di Pura

pesertanya adalah anak-anak dari agama Islam dan Hindu, bahkan sampai ada

5Wawancara pribadi dengan bapak Warsad sebagai pejabat Sekretaris RT pada tanggal 10

Maret 2019. 6Wawancara pribadi dengan bapak Warsad sebagai pejabat Sekretaris RT pada tanggal 10

Maret 2019.

Page 56: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

46

anak dari agama Islam yang mengikuti lomba ke London yang berawal dari

latihan di Pura.7

Satu yang beda dari peran Pemangku dalam kehidupan bermasyarakat

yaitu pada aspek politik. Seorang Pemangku tidak akan memberikan tuntunan

tentang cara berpolitik dan bagaimana berpolitik menurut agama Hindu, bahkan

pemangku sama sekali tidak bersentuhan dengan politik dalam kehidupannya

sehari-hari, seorang Pemangku untuk makan saja sudah sangat hati-hati artinya

untuk makan yang bernyawa saja Pemangku sudah tidak apalagi dalam berpolitik

terkadang harus menggunakan cara apapun untuk menjatuhkan lawan politiknya,

hal tersebut sudah sangat bertentangan dengan ajaran agama Hindu.8

Pada umumnya Pemangku memberikan ajaran agama Hindu kepada umat

Hindu pada saat setelah persembahyangan, yang dinamakan sebagai acara

Dharmawacana yang biasanya dibacakan oleh Pemangku atau umat yang lain

yang diberikan kesempatan dan kepercayaan oleh ketua Banjar. Dalam

pembacaan Dharmawacana inilah terdapat ajaran atau tuntunan dalam

menjalankan kehindupan bermasyarakat. Pemangku juga memberikan ceramah

kepada umat Hindu pada saat setelah upacara persembahyangan yang di adakan

secara bersama sama pada hari hari besar agama Hindu. Berikut adalah jadwal

upacara persembahyangan selama satu tahun dan Pemangku yang bertugas

membacakan Dharmawacana :

7Wawancara pribadi dengan bapak H. Miftahul Jannah sebagai ketua dewan kemakmuran

masjid nurul iman yang berada di dekat Pura pada tanggal 10 Maret 2019. 8Wawancara pribadi dengan bapak Made Seroja sebagai Ketua Pasraman Pura Mertasari

pada tanggal 2 Desember 2018.

Page 57: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

47

Page 58: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

48

Dalam jadwal yang ada di atas itulah sebanyak Pemangku atau yang

mewakilinya menyampaikan pokok-pokok ajaran agama Hindu termasuk di

dalamnya juga tentang bagaimana tata cara berkehidupan yang baik dalam

masyarakat dalam rumah tangga atau di tempat kerja, seperti salah satu contoh

yang pernah dikatakan Pemangku Wayan Pinda Asmara, menurutnya bekerjalah

yang baim agar dapat memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anak tanpa

merugikan orang lain.9 Selain dari pada itu ceramah tentang kehidupan dan

keberagamaan juga dilakukan pada kegiatan pertemua banjar yang di adakan

setiap bulan di Pura Mertasari.

B. Urgensi Pemangku Umat Hindu dalam Kehidupan Bermasyarakat

Manusia merupakan mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Sebagai

mahluk sosial, dalam upaya pencapaian kebutuhannya. Manusia harus berhadapan

dengan manusia yang lain yang juga mempunyai kepentingan untuk memenuhi

kebutuhan individulanya, sehingga kerap terjadi suatu konflik kepentingan antar

manusia. Sebagai jalan tengah untuk mengurangi resiko terjadinya konflik,

dimunjulkan suatu nilai, norma, atau aturan bersama yang disebut dengan etika

bersama. Etika bersama inilah yang kemudian secara berkelanjutan dari generasi

ke generasi menjadi suatu norma bersama dan akhirnya berkembang menjadi

budaya.10 Secara harfiah, istilah culture berasal dari bahaya latin yaitu colere11,

budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah, yang

9Wawancara pribadi dengan bapak Wayan Pinda Asmara sebagai Pemangku Pura

Mertasari pada tanggal 22 oktober 2017. 10Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.27. 11Colere memiliki arti mengolah tahan, yaitu segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal

budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya atau dapat pula diartikan sebagai usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungan. Lihat pula Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu,2010), h.23.

Page 59: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

49

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal

yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.12

Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa

dan kehendak (karsa), dan karya.13 Hasil keempat potensi budaya itulah yang

disebut dengan kebudayaan. Dengan kata lain budaya adalah hasil cipta, rasa,

karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Rengas merupakan suatu kelurahan yang mayoritas pemeluk agamanya

umat Islam, tetapi diantara padatnya umat Islam yang ada di situ terdapat sebuah

bangunan yang menjadi tempat ibadah para mpemeluk agama Hindu, hal ini tidak

menutup kemunkinan adaya suatu konflik agama yang akan ditimbulkan oleh

keduanya, tetapi karena mereka sama sama beragama dengan cara yang baik,

umat Islam di tuntun oleh pemimpinnya para kyai dan ustadz dan Hindu juga di

pimpin oleh tokoh agamanya yaitu salah satunya Pemangku, berkat para tokoh

agama ini memunkinkan untuk mereka saling hidup rukun satu sama lain temasuk

untuk melestarikan budaya yang telah ada.

Pemangku umat Hindu sering kali menjadi tempat bertanya umat.

Pemangku berkewajiban memberikan arahan kepada umat Hindu apabila

mengalami kebingungan dalam menjalani roda kehidupannya karena dirudung

masalah yang tak kunjung tak dapat terselesaikan. Sehingga umat tidak ragu

12Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, h.24. 13Cipta ialah kerinduan manusia untuk mengetahui segala hal yanga ada dalam

pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa ilmu pengetahuan. Karsa ialah kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sankan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir disebut sangkan. Dan kemana manusia sesudah mati disebut paran. Hasilnya berupa norma-norma keagamaan atau kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama, karena kesimpulan manusiapun bermacam-macam. Rasa ialah keridnuan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikamati keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian. Lihat di buku Djoko Widagho, Ilmu Budya Dasar (Jakarta: bumi aksara, 1994), h.18.

Page 60: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

50

mengambil sebuah keputusan yang berlandaskan ajaran agama sesuai dengan apa

yang di ajarkan kitab weda. Hal ini sama seperti Islam yang menjadikan ulama

sebagai tempoat untuk dialog agama atau konsultasi masalah agama dan masalah

kehidupan yang berhubungan agama.

Selain itu,Pemangku menjadi penyeimbang dalam pergaulan antara umat

Hindu dan umat Islam dengan cara menciptakan kerukunan umat beragama.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan kerukunan antar umat

beragama yaitu :

1. Mempererat Kerukunan Umat Beragama

Kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut

masyarakat. Dalam konteks pemikiran sistem, masyarakat akan dipandang sebagai

sebuah sistem (sosial). Di satu sisi, pandangan ini selain menunjuk pada suatu

satuan masyarakat yang besar, misalnya masyarakat desa, masyarakat kota atau

masyarakat Indonesia. Dan si sisi lain, juga bisa menujuk pada satuan masyarakat

yang kecil, misalnya keluarga, sekolah, organisasi, pabrik dan lain-lain. Menurut

Talcott Parsons kehidupan sosial itu harus dipandang sebagai sistem (sosial).

Artinya. Kehidupan tersebut harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas

dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain,

saling tergantung, dan berada pada suatu kesatuan. Kehidupan sosial seperti itulah

yang disebut sebagai sistem sosial.14 Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap

kerukunan umat beragama pada suatu tempat yang terdapat bermacam-macam

pemeluk agama.

14J. dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan (Jakarta:

kencana, 2006), h.124-125.

Page 61: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

51

Upaya membangun dan menjaga kerukunan umat beragama, menurut

semua elit agama memerlukan kekompakan dan kebersamaan semua elemen umat

beragama. Sebab, meski kerukunan umat beragama di rempoarelatif baik, masih

ada potensi dan benih-benih konflik yang mesti di waspadai oleh semua pihak.

Setelah terjadinya konflik antar umat beragama, disatu sisi memang bisa

mengakibatkan bertambah rekatnya hubungan antaragama, karena adanya

kewaspadaan secara bersama.

Namun disisi lain, konflik justru berimplikasi bagi renggangnya hubungan

antarumat beragama. Hal ini karena, tumbuhnya perasan pernah dilukai oleh

agama tertentu, dapat melahirkan embrio-embrio baru yang dapat menyulut

konflik yang lain. oleh karena itu, semua komunitas umat beragama dituntut perlu

mewaspadai berbagai insiden yang terjadi, agar tidak mudah terprovokasi. Dalam

konteks ini, peran elit agama dalam menjaga ketenangan batin komunitas umat

masing-masing juga sngat diperlukan. Di sisi lain, peran pemerintah dalam

membina kerukunan umat beragama juga penting ditingkatkan, baik secara

kuantitas maupun kualitas.

Dalam konteks ini pemerintah seharusnya juga terlibat aktif dalam

meyelesaikan masalah, bukan pada tataran menginterfensi keyakinan, melainkan

lebih pada upaya mengatasi ketegangan antar kelompok masyarakat. Rendahnya

pastisipasi umat beragama pada level kalangan bawah, menjadi bahan renungan

bagi para elit agama, agar lebih banyak melibatkan mereka dalam dialog dan

kerjasama, yang selama ini bersifat elitis karena banyak dilakukan hanya pada

kalangan elit agama-agama. Konflik antarumat beragama juga karena fanatisme

terhadap ajaran agamanya sendiri.

Page 62: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

52

Ditambah lagi karena adanya kelompok atau aliran yang dinilai sesat atau

sempalan, pendirian tempat ibadah yang tidak dilakukan melalui prosedur yang

benar, penodaan agama, dan kurangnya wawasan kebangsaan, juga menjadi

penyebab lain terjadinya konflik. Oleh karena itu, perlu dicari upaya-upaya untuk

meminimalisasi konflik, dengan cara dialog inter religious dan intra religious,

dialog kedalam maupun kelur perspektif agama masing-masing. Dalam forum

dialog, diperlukan sikap yang menjunjung kebersamaan dan kesetaraan, didasari

dengan niat yang tulus dan prasangka yang positif.15

Oleh karena itu, dialog teologis semakin disadari sangat penting dilakukan

sebagai landasan bagi penciptaan kerukunan umat beragama. Seperti yang pernah

dilakukan di rempoapernah diadakan dialog antarumat beragama, dialog antar

umat beragama yang dihadiri oleh lima tokoh agama yang ada di Indonesia yaitu

Islam, Hindu, Budha, kristen katolik, kristen protestan. Dialog teologis bertujuan

untuk membangun kesadaran bahwa diluar keyakinan dan keimanan yang dimiliki

seseorang atau sekelompok orang, ternyata masih banyak sekali keyakinan dan

keimanan dari tradisi agama-agama lain.

Jika dialog sosial berangkat dari problem bagaimana kita menempatkan

agama kita di tengah-tengah agama-agama orang lain, maka dialog teologis

menghadapi persoalan bagaimana memposisikan iman kita ditengah-tengah iman

orang lain. dalam dialog teologis, yang paling penting dilakukan antarumat

beragama adalah saling berbagi pengalaman keagamaan dan jauh dari ksan

memperbandingkan apalagi mempertandingkan agama-agama.

15Asep Syaefullah, Merukunkan Umat Beragama (Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu,

2007), h. 177.

Page 63: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

53

Suatu dialog antar agama adalah sama dengan dialog keselamatan yang

dicita-citakan oleh masing-masing agama. Bila keselamatan yang dibenarkan tiap

agama,dan karena keselamatan selalu tidak mentolerir usaha yang merugikan

keselamatan orang lain, maka sebetulnya papun cara yang diajarkan suatu agama

untuk mencapai keselamatan, yang berarti tujuan itu, keselamatan itu sendiri akan

menjaga agar carayang ditempuh jangan sampai merugikan keselamatan orang

lain.

Oleh karena itu, keselamatan yang menyiapkan kemungkinan suatu dialog

anatar agama, memberikan juga batas-batas yang harus dijaga agara dialog itu

menjadi mungkin dapat dikembangkan dan tetap menyelamatkan semua pihak.46

Dalam bidang sosial, semua komunitas umat beragama secara bersama-sama

membangun kehidupan berbangsa dan bernegara demi tegaknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) yang kokoh. Perbedaan adalah hal yang bersifat fitrah

sehingga harus diikat. Dalam persoalan kaidah, umat beragama harus meyakini

ajarannya yang paling benar, sedangkan dalam persoalan sosial mereka dituntut

bersifat terbuka dan inklusif.

Dengan demikian, maka akan dapat terjalin sebuah kerjasama yang teguh

dan kokoh, yang memuat tali-tali yang mengikat atas nama warga Negara

Indonesia. Karena konflik agama akan menjadi memuncak jika organisasi

keagamaan yang kuat dan partikularistik hidup saling mengeklaim bahwa agama

yang dipeluknya adalah satu-satunya agama yang benar. Prinsip-prinsip dasar

semua agama adalah mengajarkan pola-pola hubungan yang positif antar sesama

manusia.16

16Umi Sumbulan Pluralisme Agama (Malang ; UIN-Maliki Press 2013), h. 228.

Page 64: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

54

Umat beragama dituntut mampu menggali sumber-sumber kearifan dan

mengusahakan terciptanya hubungan yang harmonis antarumat beragama .

masing-masing umat beragama yang berbeda-beda itu, perlu mencari titik temu

dalam ajaran agama-agama yang ada, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai

acuan dasar dalam membina hubungan antarumat beragama, yang diwarnai

dengan kedamaian, kerukunan, kebahagiaan, nir konflik, dan nir kekerasan.

Model toleransi ini dipandang cukup penting untuk mewujudkan persatuan dan

kesatuan nasional. Pemerintah mempunyai komitmen untuk tidak ikut campur

dalam aspek-aspek teologis dan doktriner semua agama. Namun, demi persatuan

nasional, pemerintah dari waktu ke waktu dapat mengambil kebijakan-kebijakan

dan aturan-aturan tertentu untuk membangun kehidupan keagamaan yang lebih

harmonis dan sehat. Untuk memenuhi tujuan ini, diperlukan rasa saling percaya

yang dibangun oleh umat beragama bekerjasama dengan pemerintah.

Dalam rangka mempererat kerukunan antar umat beragama Pura Mertasari

mengadakan kegiatan bhakti sosial di acara Ulang tahun Pura pada setiap

tahunnya dan membagiakan sembako kepada semua masyarakat di sekitar Pura

Mertasari tanpa memandang dari agama apapun semanya kebagian. Dan kami

selalu bersikap baik kepada siapapun tanpa memandang dari agama atau golongan

manapun.17

2. Tidak Terpancing Situasi

Para pemuka agama diharuskan memberikan contoh yang baik dalam

mepererat persaudaraan dan silturahmi, bekerja sama dalam bidang sosial

kemasyarakatan, kesehatan, pendidikan, perekonomian, dan lingkungan hidup.

17Wawancara Pribadi dengan bapak Gede Sidarta selaku ketua Banjar Mertasari pada

tanggal 2 Desember 2018.

Page 65: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

55

Konflik atas anama apapun dalam bentuk apapun sangat tidak dibenarkan dalam

kehidupan bangsa Indinesia yang demokratis.

Dialog interaktif dengan niat baik dan positif adalah cara yang paling

elegan untuk meminimalisasi ketegangan dan menyelesaikan persoalan yang

terjadi diantara umat beragama. Watak asli Indonesia adalah Islam yang toleran,

terbuka, moderat, dan hidup berdampingan secara damai dengan berbagai agama

dan keyakinan yang ada ditengah masyarakat, dalam suasana kebersmaan yang

harmonis.

Pluralitas diterima umat Islam pada umumnya, sebagai bagian dari hukum

alam yang menjadi kehendak Tuhan, sehingga membuat kehidupan ini menjadi

dinamis dan produktif. Dalam upaya menghindari provokasi dan terpancingnya

umat dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab, para tokoh agama diharuskan

dapat memberikan sentuhan rahmat bagi kemnusiaan secara universal. Kedamaian

dan keadilan adalah kebutuhan umat manusia di era sekarang. Oleh karena itu,

dalam menangani beberapa kasus, penyelesaian dapat dilakukan melalui

pendekatan yang benar, baik melalui jalur hukum maupun non hukum, semisal

pendekatan kultural dengan modal kearifan-kearifan yang dibangun dalam

kebersamaan, dengan tujuan agar kerukunan dapat tercipta tanpa gangguan dan

hambatan. Seperti yang terjadi di Rengas ini kerukunan antar umat dari dulu

hingga sekarang terjalin dengan baik, bahkan dulu pernah ada kegiatan antara

umat Islam dan umat Hindu jalan sehat bersama, pernah juga diadakan

perkumpulan antar pemeluk agama diadakan di kecamatan.18

18Wawancara pribadi dengan bapak Amin sebagai Majlis Ulama Indonesia Kelurahan

Rengas pada tanggal 10 Maret 2019.

Page 66: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

56

Perbedaan seharusnya tidak boleh menjadi alasan dan penyebab bagi

terjadinya permusuhan dan perpecahan. Realitas ini setidaknya menjadi semangat

otokritik bagi institusi keragaman. Karena agama sebgaipembawa damai, sudah

semestinya dapat hidup damai dengan agama-agama yang berbeda. Adanya

pergeseran ideologis sebagian umat Islam dari ideologi yang moderat kearah

ideologi yang radikal dengan kecenderungan pemahaman agama yang tekstual

dan skriptualis, disatu sisi juga patut dipahami sebagai sebuah potensi yang dapat

mengancam kerukunan umat beragama, karena watak intoleransinya terhadap

pluralisme. Maraknya para elite agama dalam ormas yang “keluar kandang” demi

mengejar aktivitas politik, banyaknya para elite agama yang menyibukkan diri

dengan urusan politik dengan masuk parpol dan ikut berpartisipasi dalam

momentum politik bisa menjadikan umat terabaikan dan tidak terawat. Kondisi

internal yang demikian ini, bisa menjadikan para aktivis Islam lepas dari mencari

sentuhan dakwah Islam yang menurutnya menenagkan dan memeberikan harapan

masa depan ukhrawi yang menjanjikan. Konsekoensinya para elite agama juga

dituntut untuk mampu mennggalkan baju dan gelanggang politiknya, sehingga bis

lebih berkonsentrasi dalam mengusrusi kondisi umatnya, agar mereka mememiliki

pemahaman yang ramah, sejuk toleran dan damai.

Selain itu, agar selalu terciptanya kerukunan umat beragama maka harus

beberapa hal yang harus dilakukan seperti dialog kerja sama dengan agama lain,

membalas keburukan dengan kebaikan, kerja sosial layanan kesehatan dalam

masyarakat tersebut, meyakini agama sendiri dan menghargai agama orang lain,

memperkokoh rasa persaudaraan dan penanaman rasa tanggung jawab bersama

Page 67: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

57

antara umat beragama, tidak boleh menghina dan memusuhi agama lain,

mempererat kebersamaan.19

3. Berusaha Menciptakan Suasana Rukun Dalam Suatu Masyarakat

Agar terciptanya suasana rukun dan pluralis maka dapat ditempuh

menggunakan startegi:

a. Membimbing umat beragama agar semakin meningkat keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam suasana rukun, baik

intern maupun antar umat beragama. Dalam hal ini kesadaran umat

beragama akan didorong untuk lebih menghayati esensi ajaran setiap

agama; yakni; pertama, agama tidak diturunkan untuk menganjurkan

kekerasan bagi pemeluk agama lainnya. kedua, esensi setiap agama

diturunkan kedunia adalah untuk memberi manfaat dan kebaikan sebesar-

besarnya bagi kehidupan sosial bersama umat manusia.

b. Melayani dan menyediakan kemudahan bagi penganut agama.

c. Tidak mencampuri urusan akidah/dogma dan ibadah sesuatu agama.

d. Negara dan pemerintah membantu/membimbing penuaian ajaran agama.

e. Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan kesucian agama.

f. Pemerintah mendorong dan mengarahkan segenap komponen masyarakat

untuk lebih meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam seluruh

lapangan kehidupan masyarakat, bukan bentuk hegemoni dan penindasan

oleh suatu kelompok kepada kelompok lainnya.

g. Mendorong umat beragama agar mampu mempraktekkan hidup rukun

dalam bingkai pancasila, konstitusi dan dalam tertib hukum bersama.

19Umi Sumbulan Pluralisme Agama (Malang ; UIN-Maliki Press 201 3) ,h. 230-231.

Page 68: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

58

h. Mengembangkan wawasan multikultural bagi segenap lapisan dan unsur

masyarakat melalui jalur pendidikan, penyuluhan, dan riset.

i. Meningkatkan pemberdayaan sumberdaya manusia untuk ketahanan dan

kerukunan masyarakat bawah.

j. Fungsionalisasi pranata lokal, seperti adat istiadat, tradisi dan norma-

norma sosial yang mendukung upaya kerukunan.

k. Mengandung partisipasi semua kelompok dan lapisan masyarakat sesuai

dengan potensi yang dimiliki masing-masing melalui kegiatan-kegiatan

dialog, musyawarah, tatap muka, kerjasama sosial, dan sebagainya.

Kerukunan antar masyarakat pemeluk agama juga terlihat pada fakfor

budaya yang ada di dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak

munkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap orang melihat,

mempergunakan, bahkan kadang-kadang merusuk kebudayaan. Masyarakat

adalah orang atau manusia yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan,

keduanya tak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dwitunggal. Tak ada

masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, tak ada

kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya, walaupun secara

teroritis dan untuk kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan

dan dipelajari secara terpisah. Namun, apakah yang disebut kebudayaan itu?

Pengertian kebudayaan meliputi bidang yang luasya seolah-olah tidak ada

batasnya. Dengan demikian, suka sekali untuk mendapatkan pembatasan

pengertian atau definisi yang tegas dan terinci yang mencakup segala sesuatu yang

seharusnya termasuk dalam pengertian tersebut. Dalam pengertian sehari-hari,

istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan

Page 69: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

59

seni tari, tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan senurut ilmu sosial maka

kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan.20 Pada Pura Mertasari

terdapat sebuah praktek kebudayaan yaitu latihan menari untuk para anak-anak

yang di selengarakan setiap hari minggu pada sore hari, dan uniknya para peserta

tari ini tidak hanya dari anak-anak dari agama Hindu, tetapi juga dari anak-anak

yang beragama Islam, hal ini menunjukan kerukunan antar umat beragama yang

ada di sekitar Pura Mertasari.

C. Analisis Pemangku sebagai Pemimpin non-formal Umat Hindu

Masalah kepemimpinan (leadership) adalah merupakan suatu kemampuan

untuk mempengaruhi pengikut dalam suatu komunitas di masyarakat yang

menyangkut penggunaan kekuasaan dan dapat diterima, atau adanya pengakuan

pemimpin oleh para pengikut. Kemampuan mempengaruhi bertautan dengan

dengan pemuasan para pengikut. Prof. Drs. Onong Uchjayana mengatakan dalam

bukunya yang berjudul “Human Relations Dan Public Relations” dalam

manajemen. Kepeimpinan adalah “suatu proses dimana seseorang memimpin

(direct), membimbing (guids), mempengaruhi (influences) dan mengontrol

(control) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain.”21 K, Permadi

memberikan pengertian kepemimpinan itu adalah kegiatan untk mempengaruhi

manusia, baik perorangan maupun kelompok.

Sehingga jika demikian dapat dikatakan jika kepemimpinan tidak harus

dibatasi oleh aturan-aturan atau tatakrama birokrasi, kepemimpinan tidak harus

diikat dan terjadi dalam organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi

20Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. ke-

2, h. 28-29. 21Onong Uchjayana, Humanrelation Dan Public Relation Dalam Manajemen (Bandung:

CV Mandar Maju 1989), cet ke-7, h.195.

Page 70: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

60

dimana saja dengan syarat, seseorang bisa menunjukan kemampuannya dalam

membawa dan mempengaruhi orang lain yang menjadi pengikutnya kea rah

tercapainya suatu tujuan tertentu. Tipe-tipe kepemimpinan yang seperti ini

dijadikan patokan oleh kihajar dewantoro adalah:

“Tipe pemimpin yang berbeda-beda (pemimpin Tradisional, kharismatik,

dan rasional) kepada setiap pemimpin dari tipe manapun, tetap diberlakukan

patokan kepemimpinan. Ing ngarso sun tuladha ( di muka menjadi suri

tauladan) ing madya mbangun karsa (di tengah memberikan semangat) tut

wuri handayani (di belakang member pengaruh baik).”22

Dari berbagai definisi di atas secara umum kepemimpinan bisa

didefinisiskan sebagai seni atau proses kegiatan seseorang dalam

memimpin,membimbing, mempengaruhi atau mengontrol anggotanya. Baik

pikiran atau keinginan untuk bekerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan yang

diinginkan bersama dalam suatu organisai atau kelompok-kelompok lain yang

berada di massyarakat.

Sementara dalam fungsi kepemimpinannya adalah memandu, menuntun,

membimbing, membangun, member atau membangunkan motivasi-motivasi kerja

mengemudikan atau menjalankan roda organisasi, membangun jaringan

komunikasi yang baik member pengawasan (supervisi) yang efisien dan

membawa pengikutnya (jama’ah) kepada sasaran yang ingin digapainya sesuai

dengan waktu perencanaan yang biasanya tertulis dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumahtangganya (ADART) organisasi atau perkumpualan masyarakat

.

22D. Hendro Puspito OC. Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: PT Kanisius Anggota

IKAPI), cet ke-1, h.327.

Page 71: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

61

1. Pemangku Sebagai Guru Rohani Membimbing Umat Hindu

Sudah menjadi kewajiban seorang pemangku atau pinandita untuk

membimbing umat untuk meningkatkan kesucian diri. Karena bagi umat seorang

pemangku memegang peranan yang sangat penting dan bersifat penentu di dalam

setiap keagamaan. Umat melihat bahwa pemangku setiap hari mengadakan

sembahyang, memuja kebesaran sang Hyang Widhi memohon keselamatan dan

kesejahteraan untuk masyarakat, maka umat mempunyai keyakinan penuh

masalah kesucian itu. Para Pemangku merupakan ujung tombak dalam membina

umat Hindu. Karena itu perlu diberikan bimbingan dari segi kesucian dan bekal

dari segi kemampuan dalam melaksanakan tugas. Untuk mewujudkan hal tersebut

sangat tergantung sekali kepada faktor mental orang tersebut. Dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup namun ada yang lebih penting dari

semuanya itu yaitu realisasi pengamalan hidup dalam masyarakat sikap kita

terhadap sesama, dan selalu ingat kepada Sang Yang Widhi dirasa merupakan

pegangan hidup kesucian untuk mencapai kebahagiaan baik lahir maupun batin.

2. Pemangku Sebagai Tempat Konsultasi Masalah Agama

Pemangku sering kali menjadi tempat bertanya umat. Pemangku

berkewajiban memberikan arahan kepada umat Hindu apabila mengalami

kebingungan dalam menjalani roda kehidupannya karena dirudung masalah yang

tak kunjung tak dapat terselesaikan. Sehingga umat tidak ragu mengambil sebuah

keputusan yang berlandaskan ajaran agama sesuai kitab suci pada agama Hindu,

untuk memperoleh ketenangan dalam agama Hindu ada tiga kali sembahyang

dalam satu hari yang bisa dilakukan dimana saja pada waktu pagi, siang, dan

malam.

Page 72: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

62

3. Pemangku Mengajak Untuk Melakukan Pemujaan

Melakukan pemujaan maksudnya adalah seorang pemangku memimpin

dalam hal penyelesaian Yadnya yaitu memimpin berbagai macam upacara dan

menentukan tingkat upacara yang berhubungan dengan permintaan umat antara

lain yaitu hari raya di Pura, Pitra yadnya (berkaitan dengan penyelesaian upacara

orang yang meninggal) seperti ngaben, atma wedana dan lain sebagainya. Juga

pemujaan yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Hal ini begitu sangat

diperlukan karena peran sentral seorang pemangku dalam melaksanakan tugasnya.

Perayaan besar Hindu yang dilakukan dengan disertai pemujaan

merupakan alat regenerasi spiritual yang penting dalam agama Hindu. Dalam

kalender Hindu, hari hari dalam seminggu di percaya di atur oleh Dewa. Seperti

hari minggu diatur oleh Surya (Ravi) dan di sebut dengan ravivar , senin disebut

somavar dan di atur oleh bulan soma selasa atau (mangavar) diatur oleh mars

(mangal) Rabu di atur oleh Mercuri (budh), sehinga bernama budhfar, kamis

diatur oleh jupiter (Brhraspati) jum’at atau sukravar diatur oleh venus(sukra) dan

Sabtu diatur oleh Saturnus (sani) dan disebut Sanivar. Perayaan dalam agama

Hindu selalu dihubungkan dengan dewa dewi dalam agama Hindu.23

Umat agama Hindu sering sekali melakukan pemujaan kepada Sang

Hyang Widhi Wasa dengan sebuah wujud patung karena Patung merupakan

lambang eksternal Tuhan untuk dipuja dan itu merupakan bantuan pencarian

dalam cara ibadah spiritualnya. Tidak mungkin bagi semua orang untuk

memusatkan pikirannya pada yang mutlak. Suatu bentuk konkrit sangat

23Bansi Pandit, Pemikiran Hindu (Surabaya: Paramita:2006), h. 326.

Page 73: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

63

diperlukan bagi kebanyakan orang untuk melakukan konsentrasi. Untuk melihat

Tuhan ada di mana-mana dan belajar merasakan kehadiran Nya, sangat sulit bagi

orang-orang biasa. Pemujaan patung merupakan cara pemujaan termudah bagi

orang-orang modern. Oleh karena itu, meditasi atau konsentrasi tidak mungkin

dilakukan tanpa bantuan simbol itu.

Diantara pemujaan dan upacara yang di pimpin oleh pemangku adalah

upacara kuningan, ngaben dan lain sebagainya.

a. Upacara Kuningan

Upacara hari raya kuningan jatuh pada hari Sabtu Kliwon Wuku

Kuningan, yaitu setiap 6 bulan sekali atau 210 hari sekali, sepuluh hari setelah

hari Raya Galungan, yaitu hari kembalinya sang Hyang Widhi diiringkan para

Dewa dan pitar. Dimana umat menghaturkan bakti memohon kesentosaan dan

panjang umur, serta perlindungan tuntunan lahir batin selalu. Upacara hari raya

kuningan harus sudah selesai sebelum tengah hari.24

Hari raya Kuningan berasal dari kata “kuning”, yang dapat diberikan arti

selain warna adalah “Amertha” (air suci). Pandangan lain mengatakan bahwa

kuningan berasal dari kata “Keuningan”, yang mengandung arti “Kepradnyanan”

(Kebijaksanaan dan kepintaran). Dengan denimikan makna dan tujuan dari

pelaksanaan hari suci kuningan adalah pada hari itu segenap umat Hindu

memohon Amertha, berupa keprasnyanan (kebijaksanaan atau kepintaran)

kehadapan Sang Hyang Widhi, dengan manisfestasinya sebagai Sang Hyang

Mahadewa yang disertai para leluhur (Dewara-dewati).25

24I Ketut Jingga, Upadeca Tentang Ajaraj agama Hindu (Singaraja : Parasida Yayasan

Hindu Dharma Sarathi), h. 61. 25G, Pudja, Pengantar Agama Hindu II Sraddha (Mayasari : Jakarta ), h. 76-77.

Page 74: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

64

Persiapan-persiapan yang dilakukan seorang Pemangku adalah mulai dari

asuci laksana, berbusana, nata perangkat upakara atau upacar di Pura dan lain

sebagainya. Kegiatan tersebut telah tertuang dalam kitab Kusuma Dewa dan

Gegelaran Pemangku, langkah persiapan yang dimaksud adalah sebagai berikut

:26

1) Persiapan dirumah, sebelum berangkat ke Pura :

• Mandi besar.

• Gosok gigi.

• Membersihkan mulut.

• Mencuci muka.

• Berpakaian.

• Memakai kampuh.

• Nyaluk kacawa.

2) Persiapan setelah sampai di Pura :

• Sampai di candi, Bentar/Gelung Agung dengan angungkab Dwara.

• Memuja Padmasana, menghaturkan sembah tanpa bunga.

• Nyampat.

• Nginsahin jun taneg.

• Ngisinin jun taneg.

• Ngalap Lawa.

• Makena ceniga.

• Menaruh bebanten/sasaji dipelinggih-pelinggih.

26Sri Svami Silvananda, Hari Raya dan puasa dalam agama Hindu (Denpasar:: Paramita

: 2002), h. 144.

Page 75: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

65

• Menaruh toya anyar pada Palinggih.

• Menaruh dupa pada Pelinggih dan Banten

• Mekebat tikar (menggelar tikar).

Dalam agama Hindu Pemangku dinyatakan sebagai rokhaniawan.

Rokhaniawan artinya orang yang rokhani atau jiwanya telah disucikan, karena itu,

sebagai rokhaniawan, Pemangku seyogyanya mendalami pengertian rokhaniawan,

sehingga yang bersangkutan bisa menempatkan diri dan melaksanakan tugas

pekerjaannya sesuai dengan tingkat kesuciannya.27 Adapun beberapa tuga dari

Pemangku diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Mencari hari-hari yang baik

Dalam melaksanakan upacara yadnya, umat Hindu biasanya berkonsultasi

terlebih dahulu kepada seorang Pemangku. Karena melaksanakan upacara yadnya

umat tidak boleh sembarangan dalam melaksanakannya termasuk menentukan

hari yang baik dalam melaksanakannya. Oleh karena itu peran Pemangku dalam

hal menentukan hari yang baik dalam kegiatan keagamaan harus diutamakan.

Karena Pemangku mampu membaca perhitungan hari dan bulan dalam hitungan

Jawa dan Hindu.

2) Memimpin Upacara-upacara Keagamaan

Sesungguhnya penyelenggaraan upacara Dewa-Yadnya sudah tidak asing

lagi bagi umat Hindu, tetapi mungkin masih ada yang belum memahami arti dan

tujuan dari upacara tersebut. Demikian pula sesajen-sesajennya kebanyakan

berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang telah berlaku atau ingatan orang tua, tanpa

27K. M. Suhardana, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian

Bagi Generasi Mendatang (Surabaya: Paramita, 2006), h. 1.

Page 76: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

66

berpegang pada suatu sumber tertulis. Hal-hal tersebut sering menyebabkan

penambahan sesajen / banten yang tidak menentu baik mengenai jenis dan

jumlahnya. Penambahan sesajen berarti pula penambahan bahan atau upacara

yang dipergunakan. Yang lebih menyedihkan lagi ialah sering terjadi tanggapan

yang negatif terhadap penyelenggaraan upacara terutama mengenai sesajen yang

di pergunakan. 12

Perlu dipahami betul oleh umat Hindu bahwa upacara telah di atur menjadi

3 tingkatan yang di sebut nista (kecil), Madia (sedang) dan utama (besar) yang

bertujuan agar dapat di sesuaikan dengan:

1) Desa.

Desa adalah tempat upacara diselenggarakan, misalnya di perumahan

kahyangan desa, khayangan jagad, di Bali ataupun di luar Bali.

2) Kala.

Kala adalah waktu zaman, atau kapan upacara diselenggarakan.

3) Patta.

Patta adalah keadaan ekonomi (kemampuan) kedudukan sosial dan situasi

lingkungan. Berkenaan dengan Patta, atau kemampuan, Sudah menjadi kebiasaan

yang di lakukan oleh umat Hindu sebelum umat hendak melaksanakan suatu

upacara Yadnya biasanya mereka terlebih dahulu memanggil seorang pemangku

agar berkenan hadir ke tempat tinggalnya. Maksud umat memanggil seorang

Pemangku adalah untuk melihat keadaan umat tersebut dari berbagai aspek,

terutama keadaan ekonominya. Lalu barulah Pemangku dengan bijaksana dan atas

beberapa pertimbangan dapat menentukan tingkat upacara yang akan di

persembahkan dalam upacara Yadnya itu.

Page 77: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

67

Selain itu, lebih diutamakan seharusnya umat tidak menutup-nutupi

keadaannya saat akan di nilai oleh pemangku untuk menentukan besar kecilnya

upacara yang akan di buat agar upacara yang akan di lakukan nanti benar-benar

upacara yang baik dan sesuai dengan keinginan Pemangku. Upacara yang

dilakukan umat Hindu, baik upacara yang besar (agung) yang dihadiri oleh orang

banyak dan biasanya dilakukan di tempat yang terbuka maupun yang kecil

(sederhana) tidak boleh sembarangan dalam menyelesaikannya.

Sehingga dibutuhkan seseorang yang memang benar-benar ahli dalam

menafsirkan kitab suci Weda. Umat Hindu mempercayakan kepada seorang

pemangku yang dianggap mampu memimpin upacara Yadnya yang akan

dilaksanakan oleh umat itu sendiri. Jikalau Pandita berhalangan hadir maka peran

tersebut diambil alih oleh Pemangku. Dalam memimpin sebuah upacara

Pemangku biasanya menggunakan Dipa atau padamaran. Dipa atau Padamaran

adalah lampu yang memakai minyak kelapa dengan bentuk tertentu yang selalu

menyertai Pemangku memimpin upacara Yajna. Dsiebutkan pula bahwa Dhupa

lambang Akasa Tattva dan dipa lambang Sakti Tattya Hal ini dimaksudkan bhakti

umat untuk mencapai akasa simbolis Sthana Hyang widhi. Sedangkan Dipa

sebagai sakti tattya sebagai simbol kekuatan suci pemangku umat memantapkan

bhakti umat kepada Hyang widhi.28

Tujuan dari penggunaan Dipa oleh Pemangku adalah untuk memantapkan

pemujaan umat agar sampai pada alam Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan

penggunaan sarana Dipa it, Pemangku menuntun umat untuk mendapatkan

28Wiana I Ketut, Makna upacara Yajna dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramitha

2001), h. 75.

Page 78: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

68

penerangan suci dari Hyang Widhi. Penerangan suci dari Hyang Widhi

merupakan salah satu tujuan umat melakukan pemujaan.

Dalam kitab Isa Upanisad 18 ada istilah Agni Naya yang artinya Agni

sebagai penuntun. Dalam mantra Isa Upanisad tersebut dinyatakan dalam do’a

semoga Hyang Widhi dengan sinar sucinya (Agni) menuntun umat pada jalan

kebenaran. Semoga semua tingkah laku menuju pada pemujaan Sang Hyang

Widhi yang Maha bijaksana dan terlepas dari perilaku yang tercela.

Sebelum upacara di mulai dhupa dan dipa (lampu) harus di hidupkan dan

di mantrai dengan mantra

Mantra : Om.Am. Dhupa-dipa astraya namah

Artinya : Om Sujud kepada (Am), dhupa (dan) dipa,astra (itu).

Penjelasan dari mantra tersebut adalah dupa atau wangi-wangian yang

dipakai dalam upacara danu ntuk menyelesaikan upacara. Baik Dhupa maupun

Dipa kedua-duanya mempunyai arti simbolis yang berarti dhupa (sarwa alam) dan

dipa (bulan sabit) atau dengan istilah lain terwujudnya cipta pujaan itu akan dapat

diintensifkan dengan mempergunakan Dhupa dan dipa itu.29

Untuk menajamkan makna pemujaan pada Hyang Widhi ini umat awam

(walaka), tentunya tidaklah semudah teorinya. Karena itu Pemangku pemimpin

upacara setelah mengucapkan mantra atau puja selalu mengambil dhupa dan dipa.

Hal ini mengandung makna bahwa hanya pemangku agama Hindu yang

mempunyai kewajiban untuk mendekatkan umat pada Hyang Widhi terus menerus

dan berulang-ulang. Dalam hal inilah umat dan pemangku harus memiliki niat

29G. Pudja., Weda Parikrama, Lembaga penyelenggara Penterjemah Kitab Suci Weda

(Jakarta), h. 114.

Page 79: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

69

yang sama untuk membangun kesucian diri secara terus-menerus. Upaya ini akan

dapat menghilangkan kabut kegelapan hati yang menutupi sinar suci atman

mencapai sinar suci Brahman. Umat Hindu di India selalu menyalakan dipa yang

berbentuk lilin dan dhupa seperti umat Hindu di Indonesia dalam pemujaannya.

Hal ini juga mempunyai makna yang sama dengan apa yang ada di Indonesia.30

Untuk memimpin suatu upacara, maka Pemangku agama Hindu harus

berpegang teguh pada ajaran kitab suci Weda. Hal itu karena seorang Pemangku

akan selalu memberikan petunjuk dari segi pelaksanaanya baik itu menyangkut

upacaranya maupun ketika acara prosesinya. Bimbingan dan petunjuk dari

seorang Pemangku harus ditaati. Dengan demikian, seorang pemangku harus

mengerti tentang ajaran Weda.

30Wiana I Ketut, Makna upacara Yajna dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramitha

2001), h. 76.

Page 80: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemangku adalah orang yang bertugas memimpin dan membimbing umat

hindu dalam urusan keagamaan. Seperti memimpin sembahyang, maupun upacara

keagamaan. Dalam tingkatannya, seorang Pemangku atau pinandita berada di

bawah seorang pandita.

Seorang Pemangku yang berada di bawah Pandita, ia harus benar-benar

menjadikan dirinya seorang yang mampu menguasai segala hal yang berkaitan

dengan upacara Yadnya dan kemampuan penguasaan terhadap kitab suci. Selain

itu Pemangku juga harus berwibawa dan menjaga perilaku agar umat memandang

dirinya sebagai pemangku yang dipercayai dapat membimbing kerohanian dan

memimpin dalam segala upacara Yadnya, sehingga umat sering memanggilnya

untuk membimbing dan memimpin sebagai guru loka.

Peran sentral Pemangku dalam kehidupan keagamaan umat Hindu adalah

memimpin dan bertugas melayani umat Hindu dalam segala hal yang berkaitan

dengan kegiatan keagamaan seperti memberikan ajaran agama berdasarkan kitab

weda yaitu melalui ceramah agama, memimpin upacara-upacara keagaman, dan

lain sebagainya yang sifatnya dapat membimbing umat Hindu ke arah yang lebih

baik dalam mendekatkan diri ke Sang Yang Widhi.

Dalam membangun kehidupan bermasayarakat umat Hindu dengan

masayarakat di sekitar yang non Hindu, Pemangku selalu menerapkan filsafat

Hindu tri hita karana, dalam filsafat itu menurut Pemangku sudah mencakup

semua aspek untuk hidup bermasyarakat, jika sudah menerapkan tri hita karana

Page 81: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

71

dianggap mereka akan hidup dengan baik wlaupun dengan siapa saja tanpa

memandang golongan agama, suku, maupun budaya manapun. Bahkan dalam

filsafat tri hita karana tidak hanya dengan sesama manusia, bahkan dengan

apapun yang ada disekitarnya.

Pemangku memberikan arahan dan tuntunan kepada umat Hindu untuk

berkehidupan yang baik disampaikan pada ceramah di pertemuan Banjar yang

diadakan setiap bulan satu kali dan juga pada pembacaan dharmawacana yang

dilakukan setelah upacara persembahyangan.

Kehidupan masyarakat Rengas yang terdiri dari berbagai golongan agama

yang di antaranya ada pemeluk agama Islam sebagai dominan, dan ada beberapa

masyarakat yang menganut agama Hindu dan Kristen. Dalam praktik sosial

kemasyarakatannya mereka saling menghargai satu sama lain dan saling

menghormati ketika ada yang mengadakan ritual keagamaan. Sebagai contoh

ketika Idul Adha umat Islam menyembelih hewan qurban dan membagikan

kepada seluruh masyarakat secara rata tanpa memandang agama apapun, dan

mereka juga menerima pemberian hewan qurban, contoh lainnya adalah ketika

suatu waktu para pemeluk agama Hindu mengadakan bakti sosial, mereka

membagikan kepada sekitar masyarakat yang di anggap pantas menerima bantuan

sosial berupa sembako tanpa memilih dari golongan agama manapun, dan contoh

yang terakhir adalah di Pura tempat ibadah umat Hindu yang sama-sama kita

ketahui Pura selain sebagai temapt ibadah Pura juga di fungsikan sebagai tempat

pendidikan dan buadaya, dalam kebudayaan nya adalah salah satunya belajar

menari untuk anak-anak maka peserta belajar menari tersebut bukan hanya anak-

anak dari golongan agama Hindu saja, tetapi juga ada anak-anak dari yang

Page 82: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

72

beragama Islam untuk belajar menari bersama-sama. Semua keharmonisan

kemasyarakatan yang terjadi tidak lepas dari peran Pemangku yang memberikan

ajaran kepada para umat Hindu untuk selalu berlaku baik dalam menjalani

kehidupan di masyarakat.

B. Saran

Pemangku adalah tokoh agama Hindu yang cukup berpengaruh untuk umat

Hindu selain memimpin upacara persembahyangan Pemangku berperan juga

dalam kehidupan masayarakat umat Hindu yang baik kepada siapapun dan apapun

yang ada disekitarnya sehingga terciptanya kehidupan masyarakat yang saling

menghargai satu sama lain dan menciptakan kerukunan antar umat beragama yang

ada di Indonesia pada umumnya dan khususnya pada masayarakat yang ada di

keluarahan Rengas dan sekitarnya. Selanjutnya menjadi tugas kita bersama

sebagai umat beragama untuk menjaga kerukuanan untuk para penerus di masa

yang akan datang. Untuk itu penulis menyarankan beberapa hal kepada tokoh

agama, pejabat daerah maupun warga setempat terkait hal tersebut :

1. Diadakannya sosialisasi kerukunan hidup antar umat beragama di

kalangan masyarakat, terutama pada pemuda dan anak-anak. Sehingga

akan terciptanya kehidupan masayarakat yang harmonis sejak dini.

2. Sering dilibatkannya tetangga tanpa memandang golongan agama

manapun untuk acara pribadi.

3. Harus di adakan kegiatan yang dapat menyatukan semua umat beragama

agar lebih terciptanya keharmonisan dalam masyarakat.

Page 83: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

73

4. Untuk Fakutas Unshuluddin agar di perbanyak lagi koleksi buku tentang

tokoh agama hindu salah satunya Pemangku, karena masih sangat terbatas

koleksi yang sudah ada.

Page 84: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

74

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta: sinar grafika offset.

Ali, Abdullah, Agama Dalam Ilmu Perbandingan. Bandung: Nuansa Aulia, 2007.

Alwi, Hasan, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Avami, Sri Silvananda, Hari Raya dan puasa dalam agama Hindu. Denpasar:: Paramita : 2002.

Bahri, Media Zainul, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Bangsi, Pandit, Pemikiran Hindu. Surabaya: Paramita, 2005.

Dagun, M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian kebudayaan Nusantara,2002.

Departemen Agama, I Gst. MD Ngurah et al, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita, 1999.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,1998.

Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA Lembaga Administrasi Negara, 1999.

Jingga, I Ketut, Upadeca Tentang Ajaran Agama Hindu. Singaraja : Parasida Yayasan Hindu Dharma Sarathi.

Juneman, Teori-Teori Transosientasional Dalam Psikologi Sosial. Di dalam jurnal Humaniora Vol.2 No.2 Oktober 2011.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Kustini, ed., Peranan Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Pelaksanaan Pasal 8,9, Dan 10 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomer 9 Dan 8 Tahun 2006. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,2010.

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia, 1994

Madjid, Nurcholish, Passing Over Melintasi Batas Agama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998.

Manaf, Mujahid Abdul, Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama. Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementrian Agama Republik Indonesia .

Muchtar, Ghazali Adeng, Ilmu Perbandingan Agama: Pengantar Awal Metodologi Studi Agama-Agama. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Mustafa, Hasan, Perspektif Dalam Psikologi Sosial, Di Dalam Jurnal Administrasi Bisnis, volume 7, nomer 2. 2012.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: kencana, 2006.

Page 85: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

75

Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi Pengantar Untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar. Jakarta:UIN Jakarta Press,2006.

Ngurah, I Gst. MD, Buku Penelitian Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita,1999.

Pandit, Bansi, Pemikiran Hindu. Surabaya: Paramita:2006.

Parikrama, Pudja Weda, Lembaga Penyelenggara Penterjemah Kitab Suci Weda. Jakarta.

Peter, Connol, Aneka Pendektan Studi Agama. Penerjemah Imam Khoiri. Yogyakarta: LKiS,2002.

Pudja, G, Pengantar Agama Hindu II Sraddha. Mayasari : Jakarta.

Puspito, D. Hendro OC. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: PT Kanisius Anggota IKAPI.

Puspito, Hendro, Sosiologi Agama. Yogyakarta: kanisius, 1983.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Ranjabar, Jacobus, Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Alfabeta, 2013.

Rifa’I, Moh, Perbandingan Agama. Jakarta: CV Jaya Murni, 1965.

Santeri, Raka, Tuhan dan Berhala. Denpasar :Yayasan Dharma Narada, 2000.

Sudandi, Ketut Sejarah Pembangunan Pura-Pura Di Bali. Denpasar: CV Kayumas 1983.

Sudijono, Anas, Diklat Metodologi Research dan Bimbingan Skrispi. Yogyakarta: U.D Ramah,1981.

Sugiarta, Jero Mangku Suweka Oka dan Gede Agus Budi Adnyana, Agem-Agem Pemangku: Dari Sadhana, Tahapan Pawintenan Hingga Mantra. Bali: Gandapura, 2013.

Sugiono, Penelian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suhardana, K. M, Dasar-Darsar Kepemangkuan:Suatu Pengantar dan Bahan Kajian Bagi Generasi Mendatang. Surabaya: Paramita, 2006.

Sujana, I Made dan I Nyoman Susila, Manggala Upacara. Denpasar: Widya Dharma, 2012.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Peranan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

Sumbulan, Umi, Pluralisme Agama. Malang ; UIN Maliki Press 2013.

Suranto, Aw, Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Shalaby, Ahmad, Agama-Agama Besar di India. Jakarta: Bumi aksara: 1998.

Syaefullah, Asep, Merukunkan Umat Beragama. Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu, 2007.

Tambunan, Soni Toman, Pemimpin Dan Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.

Tim Pokja Pinandita Sanggraha Nusantara, Pedoman Tentang Manggala Upacara Yajna.

Page 86: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

76

Titib, I Made Teologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita, 2009.

Thomas, J. Sullivan dan Kentrick S Thompson, Sosicology; Consepts, issues and applications. New York: McMilan Publishing Company, 1986.

Uchjayana, Onong, Humanrelation Dan Public Relation Dalam Manajemen. Bandung: CV Mandar Maju 1989.

Wiana, I Ketut, Makna Upacara Yajna dalam Agama Hindu, Paramitha. Surabaya; 2001.

Winata, Darwin, Kamus Saku Ilmiah Populer. T.tp.: Gamapress, t.t.

Wingarta, I Putu Sastra, Bali-Ajeg: Ketahanan Nasional di Bali Konsepsi dan Implementasinya Perspektif Paradigma Nasional. Jakarta: Grafika Indah, 2006.

Wirawan, Kepemimpinan:Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi, Dan Penelitian. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2014.

Wojowasito, kamus Kawi-Indonesia.

SUMBER WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan bapak Wayan Pinda Asmara selaku Pemangku Pura Mertasari pada tanggal 22 Oktober 2017.

Wawancara pribadi dengan bapak Made Seroja selaku Kepala Pasraman Pura Mertasari pada 5 Februari 2018.

Wawancara Pribadi dengan bapak Gede Sidarta selaku ketua Banjar Mertasari pada tanggal 2 Desember 2018.

Wawancara Pribadi dengan bapak Amin sebagai Majlis Ulama Indonesia Kelurahan Rengas pada tanggal 8 Maret 2019.

Wawancara pribadi dengan bapak H. Miftahul Jannah sebagai ketua Dewan Kemakmuran Masjid Nurul Iman yang berada di dekat Pura pada tanggal 10 Maret 2019.

Wawancara pribadi dengan bapak Warsad selaku sekretaris RT 06 pada tanggal 10 Maret 2019.

Page 87: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 88: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 89: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 90: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 91: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 92: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 93: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 94: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 95: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 96: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Wayan Panda Asmara

Agama : Hindu

Jabatan : Pemangku Pura Mertasari

1. Apa saja tugas bapak sebagai Pemangku?

Tugas utamanya Pemangku yaitu di bidang keagamaan, untuk memimpin

upacara persembahyangan.

2. Menurut bapak apakah bapak juga berperan dalam kehidupan

bermasyarakat umat Hindu?

Dalam mengatur hidup bermasyarakat saya sampaikan dalam pertemuan

banjar atau dalam dharmawacana untuk hidup yang baik dengan siapapun

sesuai dengan filsafat Hindu Tri Hita Karana untuk hidup yang baik

dalam hubungan dengan tuhan, hubungan antar manusia, dan hubungan

dengan lingkungan.

3. Bagaimana peran bapak dalam kehidupan masyarakat dalam hal sosial?

Kembali lagi kepada Tri Hita Karana , yang terpenting adalah kita harus

selalu berbuat baik dimanapun. Semua adalah sodara bagi kita, saling

mehormati dan mengahargai.

4. Bagaimana peran bapak dalam kehidupan masyarakat dalam hal budaya?

Budaya itu berasal dari kata budi dan daya, budi artinya fikiran dan daya

artinya akal. Dengan akal dan pikiran kita bisa membuat sesuatu apapun,

mengolah suara yang dan alat music akhirnya ada gamelan di Pura ini dan

kita harus saling menjaganya dengan baik.

Page 97: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

5. Bagaimana peran bapak dalam kehidupan masyarakat dalam hal ekonomi?

Dalam berkekonomi bapak hanya mengingatkan untuk silahkan bekerja

apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup asal satu jangan dilanggar yaitu

jangan samapai berekenomi yang bisa merugikan orang lain.

6. Bagaimana peran bapak dalam kehidupan masyarakat dalam hal agama?

Sudah pasti saya sangat berperan kalau dalam hal agama, karena tugas

utama Pemangku adalah dalam hal keagamaan, memimpin

persembahyangan dan memberikan ilmu keaagamaan Hindu.

7. Bagaimana peran bapak dalam kehidupan masyarakat dalam hal politik?

Pemangku sudah tidak diperkenankan dalam hal politik karena politik

terkadang kotor, pemangku hanya tau politik, tetapi tidak boleh ikut

golongan politik, apalagi mempengaruhi umat dalam politik itu tidak

pernah dilakukan Pemangku, pokonya Pemangku tidak ikut campur dalam

politik.

Page 98: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Gede Sidarta

Agama : Hindu

Jabatan : Ketua Banjar

1. Bagaimana bapa menjalani kehidupan sosial berdasarkan petunjuk

Pemangku dalam agama Hindu?

Dalam ajaran Hindu ada yang namanya Tri Kaya Parisada yang pernah di

sampaikan oleh Pemangku artinya adalah tiga perbuatan yang baik, yaitu

berfikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat yang baik. Inilah

pegangan hidup di masyarakat untuk bersosialisasi dengan siapapun,

karena jika kita baik, maka orang lain juga akan baik terhadap kita.

2. Menurut bapa Pemangku mempengaruhi cara untuk bermasayarakat atau

tidak?

Iya, pemangku sebagai tokoh dalam agama Hindu mempengaruhi umat

dalam tata cara kehidupan bermasyarakat, pemangku sebagai pedoman

atau panutan kita untuk selalu berbuat baik.

3. Bagaimana Pemangku mempengaruhi kehidupan ekonomi bapak?

Pada dasarnya juga, agar kita beribadah dengan tenang kita harus

memenuhi kehidupan ekonomi yang cukup supaya kita bisa fokus dalam

beribadah, dan menurut pemangku kita harus selalu bekerja agar dapat

mencukupi kebutuhan ekonomi dan bekerjalah dengan cara yang baik.

Page 99: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

4. Bagaimana Pemangku mempengaruhi dalam hal keberagamaan?

Pemangku sangat berpengaruh dalam keberagamaan, karena Pemangku

yang memimpin kita saat melakukan persembahyangan, dalam agama

Hindu kita diperintahkan bersembahyang tiga kali dalam satu hari, tetapi

itu tidak perlu di pimpin oleh Pemangku. Pemangku hanya memimpin

upacara di hari-hari tertentu saja atau dalam hari-hari besar agama Hindu.

5. Bagaimana Pemangku memberikan bimbingan tentang budaya?

Seorang pemangku bukan yang ngajar kebudayaan atau kesenian yang ada

dalam agama Hindu tapi kita di anjurkan sama-sama menjaga kebudayaan

yang sudah ada dari zaman dulu secara turun-temurun.

6. Apakah pemangku juga mempengaruhi kehidupan politik bapak?

Jelas tidak, Pemangku adalah orang suci yang tidak ada hubungannya

sama sekali dengan politik, karena dalam politik terkadang ada cara yang

tidak baik dalam menjatuhkan lawan politiknya, pemangku hanya fokus

pada peribadatan kita dan sesekali membekali kita cara dalam kehidupan

bermasyarakat.

Page 100: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Made Seroja

Agama : Hindu

Jabatan : Ketua Pasraman Pura Mertasari

1. Siapakah Pemangku menurut bapak?

Pemangku adalah sebutan seorang tokoh agama Hindu atau bisa disebut

juga Pinandita, pedande, bagawan dan lain-lain setiap daerah memiliki

sebutan yang berbeda beda, dapat diartikan juga Pemangku selain tokoh

agama juga Pemangku adalah jabatan agama karena Pemangku hanya

bertugas di satu pura saja, ketika di pura lain belum tentu masih menjadi

Pemangku .

2. Apa saja tugas Pemangku menurut bapak?

Tugas pemangku adalah memimpin upacara persembahyangan agama

Hindu dan memberikan penjelasan tentang keagaamaan Hindu untuk

kehidupan pada aspek ritual, spiritual,dan sosial.

3. Bagaimana cara memilih pemangku?

Banyak proses yang harus dilakukan untuk menentukan siapa yang

menjadi Pemangku, bahkan hampir semua tidak mau menjadi Pemangku

karena beban berat yang harus dijaga, tekadang Pemangku dipilih

berdasarkan keturunan jika keturunannya memang pantas menjadi

Pemangku, terkadang juga dipilih secara musyawarah siapa yang pantas

untuk menjadi Pemangku dan kadang juga memimta petunjuk langsung

kepada Ida Sang Hyang Widhi.

Page 101: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

4. Apakah Pemangku mempengaruhi cara bapak untuk pedoman kehidupan

bermasyarakat?

Iya, pemangku sedikit banyak memberikan pedoman untuk kehidupan

sehari-hari agar dapat bersosialisasi yang baik dengan siapa saja.

5. Kapan bapak menerima pedoman cara bermasyarakat yang di berikan

Pemangku?

Biasanya ada petemuan banjar yang diadakan setaip bulan di situ

pemangku memberikan tuntunan hidip yang baik, kadang juga pada

setelah upacara persembahyangan.

Page 102: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Wasrad

Agama : Islam

Jabatan : Sekretaris Rt 06 Kelurahan Rengas

1. Apakah bapak mengenal tokoh agama Hindu?

Saya mengenal mereka dengan baik karena sering mengurus administrasi

juga ke saya, tetapi sebagai apa dia di Hindu saya tidak mengetahui apakah

dia Pemangku atau bukan tetapi yang saya tau dia yang memimpin umat

Hindu saat sembahyang setau saya seperti itu, tetapi lain dari apada itu

saya banyak mengenal masyarakat saya yang beragama Hindu.

2. Bagaimana hubungan masyarakat muslim dengan masyarakat Hindu?

Kita disini saling berhubungan dengan baik anatara umat Islam dan Hindu,

selayaknya Hidup berdampingan kita saling menghargai satu sama lain

dan saling menghormati agamanya masing-masing tidak pernah ada

konflik bahkak sekecil apapun.

3. Bagaimana contoh kehidupan masyarakat Hindu dan Islam yang sering

terjadi secara sosial kemasyarakatan?

Banyak kegiatan sosial yang kita adakan secara bersama-sama artinya

kegiatan yang diadakan umat Hindu umat Islam juga di ikut sertakan dan

sebaliknya juga demikian ada kegiatan sosial umat Islam untuk umat

Hindu nya juga tidak dilupakan. Contohnya uamt Islam menyembellih

hewan qurban uamt Hindu nya kita juga kasih dan mereka mau

menerimanya dengan baik, sebaliknya umat Hindu sering mengadakan

Page 103: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

kegiatan bakti sosial yaitu membagikan sembako terhadap yang kurang

mampu, dan umat Islam yang mendapatkan sembako tersbut.jika mereka

mengadakan acara dan banyak tamu yang datang kita bantu dalam

penertiban kendaraan nya. Umat Hindu juga sering membantu kerluan kas

RT dan sering memberikan bantuan peralatan yang di butuhkan oleh

pemerintahan rengas dalam ruang lingkup RT setempat.

4. Apakah ada kegiatan budaya yang di lakukan bersama antara umat Hindu

dan Islam?

Ada, yaitu kegiatan belajar menari di pura yang di ikuti siapa saja buka

hanya untuk umat Hindu nya saja tetapi juga tebuka untuk siapa saja yang

mau belajar menari tanpa memandang dari agama manapun, dan anak-

anak dari agama Islam ada juga yang mengikuti latihan menari yang di

daadakan di Pura Mertasari.

5. Bagaimana hubungan bapak selaku pejabat RT terhadap para umat Hindu?

Kita berhubungsn dengan baik. Mereka selalu berkomunikasi dengan kita

tentang kegiatan yang mereka adakan di sini, belum pernah rsanya mereka

tidak izin sebelum melakukan kegiatan yang besar yang akan sedikit

menggangu lalu lintas karena bnyak tamu yang dating dari berbagai

daerah.

Page 104: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Drs. Amin

Agama : Islam

Jabatan : MUI Kelurahan Rengas

1. Bagaimana hubungan masyarakat dengan sesama pemeluk agama?

Di kelurahan Rengas ini terdapat beberapa pemeluk agama yang berbeda,

ada agama Islam ada juga Hindu dan munkin ada agama yang lain yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu keberagaman agama yang ada di

kelurahan Rengas di buktikan dengan adanya bangunan tempat beribadah

untuk agama Hindu yang adanya hanya perkabupaten dan bangunan itu

berada di kelurahan rengas. Dan selama ini yang saya tau hubungan antara

pemeluk agama yang satu dengan yang lain memiliki hubungan yang

sangat baik, tidak pernah ada yang di permasalahkan walaupun agama

yang kita anut berbeda dan tuhan kita berbeda, tetapi kita saling

menghargai satu sama lain.

2. Apakah bapak mengetahui tokoh agama dalam agama Hindu?

Sejujurnya saya tidak mengetahui sedalam itu dengan agama Hindu tetapi

wlaupun saya tidak mengetahuinya saya tidak pernah mempermasalahkan

agama mereka.

3. Apakah pernah ada kegiatan bersama dengan seluruh agama yanga ada di

kelurahan rengas? kalau ada kegiatan apa?

Pernah, dulu diadakan kegiatan bersama yaitu gerak jalan dan

perkumpulan seluruh tokoh agama tetapi di adakannya bukan di kelurahan

Page 105: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Rengas, melainkan di tingkat kecamatan dan saya salah satu yang ikut dan

menyaksikan kehangatan walupun berbeda agama.

4. Bagaimana hubungan kemasyarakatan yang bapak ketahui antara agama

Islam dan Hindu?

Saya hanya tau sedikit dan ringkas yaitu kami bermasyarakat dengan baik

di kelurahan rengas ini, belum pernah ada masalah kalau antara pemeluk

agama Islam dan Hindu, malah yang saya rasakan sering adanya masalah

anatara sesama pemeluk agama Islam karena sedikit berbeda cara ibadah,

tetapi itu bukan masalah yang besar.

Page 106: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

IDENTITAS INFORMAN

Nama : Miftakhul Jannah

Agama : Islam

Jabatan : DKM Masjid Nurul Iman Kelurahan Rengas

1. Bagaimana pandangan bapak selaku DKM terhadap hubungan masyarakat

Muslim dengan umat Hindu?

Masayarakat disini yang beragama Hindu ada beberapa orang yang saya

ketahui kalau masyarakat yang muslim memang sangat banyak dan

menjadi mayoritas. Hubungan kita sebagai masyarakat Muslim terhadap

mereka yang beragama Hindu baik-baik saja artunya tidak pernah ada

masalah sedikitpun yang saling mengganggu satu sama lain atau saling

keberatan dengan kegiatan agama nya. Kita disini hidup sangat rukun dan

harmonis. Bahkan di samping masjid itu rumah orang yang beragama

Hindu dan tidak pernah ada masalah sedikitpun dengan kegiatan yang

diadakan di masjid artinya mereka menghargai kita, itu sebagai salah satu

bukti keharmonisan yang ada di daerah rengas ini.

2. Apakah bapak mengenal tokoh umat Hindu terutama Pemangku?

Untuk tokoh umat Hindu saya tidak mengenal persis siapanya tetapi saya

banyak mengenal mereka sebagai masyarakat sini tanpa saya mengetahui

mereka tokoh umat Hindu atau bukan, malah kadang mereka yang

mengenal kita mereka mengetahui siapa ustadz disni, siapa pa haji disini

seperti itu keadaannya.

3. Apakah ada kegiatan yang diadakan bersama antar umat beragama?

Page 107: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Kalau kegiatan bersama antara umat Hindu dan Islam itu tidak ada, tidak

pernah kita adakan sepengetahuan saya disini tetapi dalam kegiatan sosial

bisa di katakan sering ada.

4. Apa kegiatan sosial yang pernah diadakan antara umat Hindu dan Islam?

Contohnya adalah ketika hari Raya Idul Adha kita umat Islam

mengadakan pemotongan hewan qurban, kita bgikan daging tersebut

kepada mereka yang umat Hindu dan mereka juga mau menerimanya,

tetapi daging yang kita bagikan adalah daging kambing saja karena

sepengetahuan kita mereka tidak mengkonsumsi daging sapi, jadi untuk

menghormati mereka kita tidak pernah kasih mereka daging sapinya.

5. Apakah ada kegiatan budaya yang dilakukan bersama-sama juga antara

umat Islam dan Hindu?

Untuk kegiatan budaya yang di lakukan bersama ada kegiatan belajar

menari yang di adakan umat Hindu di Pura itu terbuka untuk umum siapa

saja yang ingin belajar menari di persilahkan, jadi ada anak muslim yang

belajar menari di pura dari usia anak-anak sampai sukses dan pernah

mengikuti perlombaannya samapai di Kanada. Seingat saya pernah ada

dulu dan sampai sekarang masih ada beberapa anak muslis yang belajar

menari di Pura bersama dengan umat Hindu, itulah contoh kegiatan

budaya yang sama-sama kita lakukan antar sesama umat beragama, artinya

mereka umat Hindu tidak menutup diri kepada kita selaku umat muslim

walaupun berbeda agama tapi kita hidup berdampingan disini dan saling

membantu dan menghargai layaknya msyarakat yang harmonis.

Page 108: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 109: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 110: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 111: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 112: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 113: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Scanned by CamScanner

Page 114: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Peta Pura Mertasari:

Peta umum

Peta Satelit

Page 115: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

FOTO-FOTO

Bersama Bapak Pemangku Wayan Pinda

Asmara

Bersama Bapak Gede Sidarta (Ketua Banjar

Mertasari)

Bersama Bapak Made Seroja ( Ketua Pasraman

Pura Mertasari)

Bersama Bapak Amin (MUI Kelurahan

Rengas)

Page 116: PERAN PEMANGKU UMAT HINDU DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46912...juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat bagi umat Hindu,mereka harus hidup dengan

Bersama Bapak MIftahul Janah (Ketua DKM

Masjid Nurul Iman Rengas)

Bersama Bapak Wasrad (Setretaaris Rt 06

Rengas)

Kegiatan Pertemuan Banjar di Pura mertasari