Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
description
Transcript of Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
PERAN LAYANAN KONSELING
TERHADAP KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK
Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
(Dosen: I Wayan Sumendra, M.Si /
Gst Ayu Dwi Septiani, S.Pd.H)
Disusun oleh :
I Gde Wiyadnya
10 09 00 0895
STAH DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2 0 1 2
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,
Puja Astuti saya haturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas segala anugerah Beliau, saya dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan
Mental Peserta Didik ” yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan tak lepas dari kekurangan. Untuk perbaikan di masa datang, sangat
diharapkan kritik dan saran. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi semua pihak
dan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Jakarta, Desember 2012
I Gde Wiyadnya
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Sistematika Penulisan 2
BAB II LANDASAN TEORI DAN DEFINISI ISTILAH 4
2.1. Bimbingan Konseling 4
2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling 4
2.1.2. Layanan Bimbingan Konseling 5
2.2. Kesehatan Mental 7
2.2.1. Pengertian Kesehatan Mental 7
2.2.2. Gangguan Mental dan Indikator Kesehatan Mental 8
2.3. Peserta Didik 10
BAB III PERAN LAYANAN KONSELING TERHADAP KESEHATAN 12 MENTAL PESERTA DIDIK
3.1. Konseling Kesehatan Mental 12
3.1.1 Layanan Konseling Kesehatan Mental 12
3.1.2. Teknik Konseling Kesehatan Mental 13
3.2. Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik 16
BAB IV KESIMPULAN 21
Daftar Pustaka 22
Lampiran
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang dialami manusia tidak saja masalah kesehatan
yang terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan mental (jiwa). Sesuai dengan
defenisi sehat sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Republik
Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang menyebutkan kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh
lingkungan dan media telah memberikan pengaruh terhadap kesehatan mental di
masyarakat, baik masyarakat pada umumnya atau masyarakat sekolah pada
khususnya, termasuk di dalamnya peserta didik. Kesehatan Apabila kita
mengangkat data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang
dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan pada tahun 1995, antara lain
menunjukkan bahwa gangguan mental Remaja dan Dewasa terdapat 140 per
1000 anggota rumah tangga, gangguan mental Anak Usia Sekolah terdapat 104
per 1000 anggota rumah tangga.
Tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional (“UU Sisdiknas”) adalah untuk mengembangkan potensi potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Denga tujuan
ini maka peserta didik diharapkan menjadi manusia yang sehat, baik sehat
secara fisik maupun sehat secara mental.
Sekolah adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting
terhadap perkembangan kesehatan mental anak. Pada usia sekolah, rata-rata
waktu seorang anak akan banyak dihabiskan di sekolah sebagai peserta didik.
Masa sekolah dapat dikatakan sebagai masa yang menyenangkan, narnun
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 2
demikian banyak pula yang mengenang masa sekolah sebagai masa yang berat
dan menakutkan.
Masa sekolah yang dibicarakan di sini adalah dari anak-anak dengan usia
5 tahun (taman kanak-kanak) sampai usia remaja akhir atau dewasa awal
(tingkat sarjana strata 1). Pada masa-masa tersebut terjadi perubahan baik
anatomis, fisiologis, emosional, seksual dan intelektual. Pada masa sekolah
tersebut juga merupakan masa transisi yang jika tidak disikapi dengan benar
akan menjadi sumber konflik yang akan berpengaruh pada perkembangan
kesehatan mental.
Peserta didik dalam sebuah sistem pendidikan merupakan subyek yang
selaku pribadi memiliki ciri khas dan otonomi, dimana peserta didik ingin
mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan
masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. Keberhasilan
perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan
dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga dipengaruhi salah
satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disajikan, terdapat beberapa rumusah
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
a. Bagaimana bentuk layanan konseling kesehatan mental ?
b. Bagaimana peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta
didik ?
1.3. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penjabaran masalah serta pembahasan, tulisan ini
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan . Bab ini menggambarkan latar belakang penulisan, rumusan
masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori dan Definisi Istilah. Bab ini menyajikan landasan teori
dan definisi istilah yang akan digunakan dalam pembahasan masalah yang
dirumuskan.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 3
Bab III Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik.
Bab ini menguraikan bagaimana hubungan antara layanan konseling dengan
kesehatan mental peserta didik berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan.
Bab IV Kesimpulan. Bab ini merupakan bagian penutup yang menyajikan
kesimpulan singkat dari tulisan.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN DEFINISI ISTILAH
2.1. Bimbingan Konseling
2.1.1. Pengertian Bimbingan Konseling
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan
konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian,
pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan
merupakan suatu proses pemberian bantuan. Menurut Abu Ahmadi (1991 dalam
Erwintri, 2009) bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
(peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri
secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004,
dalam Erwintri, 2009), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004, dalam Erwintri, 2009), mendefinisikan
bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel (dalam Erwintri, 2009),
mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap
individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 5
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan
dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi
maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang
(Tolbert, dalam Erintri 2009).
Jones (dalam Erwintri, 2009) menyebutkan bahwa konseling merupakan
suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.
Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu
klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,
sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa
Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa
depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
2.1.2. Layanan Bimbingan Konseling
Bimbingan dan Konseling dilaksanakan melalui berbagai layanan, dengan
mempertimbangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan perkembangan
kehidupan pembelajaran serta perencanaan karir. Bentuk pelayanan bagi
peserta didik dapat dikembangkan dengan menggunakan berbagai cara dan
variasi sesuai kebutuhan sekolah, kekhasan atau karakteristik potensi daerah.
Jenis layanan yang dapat diberikan oleh Guru / konselor bimbingan dan
konseling adalah :
a. Layanan Orientasi , untuk membantu peserta didik memahami lingkungan
yang baru (sekolah dengan fasilitas yang ada, guru, karyawan dan teman
yang baru dikenal, dan kultur sekolah) guna mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan baru.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 6
b. Layanan Informasi , secara umum dilakukan bersamaan dengan Layanan
Orientasi, untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
menerima dan memahami berbagai informasi yang terkait dengan
pengembangan pribadi, struktur kurikulum yang hendak dipelajari, jadwal
pelajaran, peraturan tata tertib sekolah pendidikan tinggi, karir / jabatan,
kehidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagaman, sosial budaya
dan lingkungan.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran , memungkinkan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat sesuai dengan
potensi, bakat, minat dan kondisi pribadinya, dan membantu perolehan
penempatan dan penyaluran di dalam kelas, pilihan program studi / jurusan
(IPA, IPS, Bahasa), pilihan kelanjutan studi melalui jalur program
Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) atau Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) melalui ujian tulis.
d. Layanan Penguasaan Konten , yaitu membantu peserta didik menguasai
konten tertentu, terutama kompetensi. Layanan Penguasaan Konten
berkaitan dengan fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan dan
pengembangan.
e. Layanan Konseling Individu , yaitu peserta didik memperoleh layanan
secara langsung bertatap muka dengan Guru Bimbingan Konseling /
Konselor. Dengan demikian diupayakan terbantu fungsi pengentasan dari
permasalahan yang dialami.
f. Layanan Konseling Kelompok , yaitu membantu pengembangan pribadi
dengan cara setiap anggota dapat saling mengungkapkan perasaan secara
leluasa yang berorientasi pada kenyataan yang dihadapi dan
mengembangkan kemampuan berhubungan sosial dalam kelompok untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan
dan tujuan kehidupan serta belajar dan/atau menghilangkan sikap perilaku
tertentu.
g. Layanan Konsultasi , merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh
konselor terhadap seorang pelanggan (di sekolah ; orang tua / wali peserta
didik). Dalam melaksanakan layanan konsultasi ini, Guru Bimbingan
Konseling / Konselor bisa bekerja sama dengan Guru Mata Pelajaran, Wali
Kelas dan instansi terkait (LPTK, psikolog, psikiater) dan dilaksanakan di
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 7
kantor tempat praktik konseling, bagi Guru Bimbingan Konseling yang telah
berkewenangan membuka praktik di luar sekolah dengan cara mengambil
studi profesi konselor.
h. Layanan Mediasi , merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh
Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) terhadap dua pihak (atau lebih)
yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan sehingga
menjadikan kedua pihak (atau lebih) saling bertentangan dan jauh dari rasa
damai.
2.2. Kesehatan Mental
2.2.1. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah merupakan alih bahasa dari Mental Hygiene
atau Mental Health. Definisi mengenai kesehatan mental yang diajukan para ahli
beragam dan diwarnai oleh keahlian masing-masing. Menurut World Health
Organization (dalam Sundari HS, 2005) disebutkan Sehat adalah suatu keadaan
bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu.
Definisi ini memberikan gambaran kancah yang luas dalam mewujudkan
kesejahteraan hidup
Sedangkan Surgeon General of United States, ahli bedah Amerika
Serikat (dalam Gladding, 2012), mendefinisikan kesehatan mental sebagai
berikut : “Kinerja fungsi mental yang sukses, yang menghasilkan aktivitas
produktif, hubungan dengan orang lain yang memuaskan, dan kemampuan
beradaptasi dengan perubahan dan menanangani kesulitan; dari sejak masa
kanak-kanak sampai kehidupan berikutnya, kesehatan mental adalah modal
untuk berpikir dan keahlian berkomunikasi, pembelajaran, pertumbuhan emosi,
fleksibilitas, dan percaya diri”.
Zakiah Darojad (1982, dalam Sundari HS, 2005) dengan merangkum dari
beerapa definisi para ahli, memberikan definisi kesehatan mental adalah
“Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penjakit jiwa, dapat
menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada
semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta
mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup”.
Dalam definisi WHO disebutkan semata-mnata absensinya dari penyakit
atau lemah berarti tidak sekedar bebas dari penyakit. Menurut Zakiah (dalam
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 8
Sundari, 2005), orang yang sehat mentalnya dapat menyesuaikan diri dan
memanfaatkan potensi serta mencapai keharmonisan jiwa. Jadi yang
bersangkutan mengalami keseimbangan dan tidak goncang. Mempunyai
kesetabilan emosi dalam mengahadapi persoalah serta mendapat kepuasan
dalam memenuhyi kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan metafisis .
Kestabilan/keseimbangan masing-masing individu berbeda karena diperoleh dari
pengalaman yang berbeda. Orang yang selalu stabil dalam menghadapi masalah
termasuk orang yang sehat mentalnya.
2.2.2. Gangguan Mental dan Indikator Kesehatan Ment al
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa
(PPDGJ) yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indoneisa tidak
dikenal istilah “penyakit jiwa” (mental disease / mental illness), namun istilah
yang digunakan adalah Gangguan Jiwa atau Gangguan Mental (Mental
disorder).
Konsep Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ II adalah “sindrom atau pola
perilaku, atau pikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermana, dan yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (Distress) atau hendaya
(impairment / disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia”. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi dalam segi perilaku,
psikologik atau biologic dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam
hubungan antara orang itu engan masyarakat.
Pengertian “disability” terkait dengan gangguan jiwa berdasarkan konsep
dari “The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders” adalah
keterbatasan / kekurang kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada
tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan
diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).
Berdasarkan konsep gangguan jiwa dan disability di atas, maka dapat
dirumuskan bahwa dalam konsep gangguan jiwa, didapatkan butir-butir berikut :
a. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa : Sindrom atau pola perilaku dan
sindrom atau pola psikologik.
b. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), anatara lain
dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi
orang tubuh, dll.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 9
c. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitias” (disability) dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri dan lainnya).
Struktur klasifikasi gangguan mental menurut PPDGJ – III dapat dilihat dalam
lampiran makalah ini.
Untuk mengetahui apakah seorang sehat atau terganggu mentalnya
adalah tidak mudah, karena tidak mudah diukur atau dipersika seperti halnya
kesehatan badan. Biasanya yang dijadikan tanda-tanda kesehatan mental
adalah tindakan, tingkah laku atau perasaan Suasthi & Suastawa (2008)
memberikan ciri-ciri mental sehat dan indikator mental tidak sehat.
Ciri-ciri mental sehat adalah sebagai berikut :
a. Selalu tampak gembira dan bahagia walaupun apapun yang dihadapinya.
b. Disenangi orang, tida ada yang membenci.
c. Pekerjaannya selalu berjalan lancer.
d. Sanggup menyesuaikan diri sehingga membawa orang pada kenikmatan
hidup, terhindar dari kecemasan, kegelisahan dan ketidakpuasan.
e. Penuh semangat dan kebahagiaan hidup.
f. Bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan dirinya sehingga
terhindar dari perasaan sedih, marah kepada dirinya maupun orang lain.
g. Mengenal keistimewaan orang di samping kekurangan atau kelemahan-
kelemahan orang lain.
h. Tingkah laku selalu berdasarkan norma, atuan dan adat istidadat di
lingkungannya sehingga terhindar dari tekanan dan frustasi.
i. Dapat menghormati fungsi-funsgi jiwa yaitu pikiran, perasaan dan kemauan.
Sedangkan indikator mental tidak sehat adalah sebagai berikut.
a. Sering cemas tanpa sebab.
b. Malas, tidak ada kegairahan untuk bekerja.
c. Rasa badan lesu dan mudah terserang penyakit yang sulit diobati.
d. Hidupnya penuh kegelisahan dan ketidakpuasan.
e. Serin mengeluh dan bersedih hati (murung).
f. Tidak cocok dengan orang lain, dalam pekerjaan tidak bersemangat dan tidak
dapat memikul tanggung jawab.
g. Tidak pernah merasa bahagia.
h. Suka mengganggu, melanggar hak dan ketenangan orang lain.
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini
secara lengkap silahkan menghubungi saya di :
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 10
i. Suka memfitnah, mengadu domba, menyeleweng, menganiaya, dan menipu.
j. Menjauhi diri dari kehidupan orang banyak.
k. Pandangannnya jauh berbeda dengan pandangan orang pada umumnya,
dan jauh dari realita.
2.3. Peserta Didik
Pendidikan sebagai terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang merupakan
suatu kesatuan dalam sistem pendidikan. Unsur-unsur dalam pendidikan
melibatkan banyak hal, yaitu :
a. peserta didik (subyek yang dibimbing).
b. pendidik (orang yang membimbing ).
c. Interaksi edukatif (interaksi antara peserta didik dengan pendidik).
d. Tujuan pendidikan (kea rah mana bimbingan ditujukan).
e. Materi pendidikan (pengaruh yang diberikan dalam bimbingan).
f. Alat dan metode (cara yang digunakan).
g. Lingkungan Pendidikan (tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung).
Peserta didik merupakan salah satu unsur pendidikan yang penting dan
dalam pandangan modern, peserta didik adalah berstatus sebagai subyek didik.
Menurut UU Sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Sebagai subyek pendidikan, peserta didik adalah subyek atau pribadi
yang otonom, yang dingin diakui keberadaanya. Selaku pribadi yang memiliki ciri
khas dan otonomi, peserta didik ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara
terus-menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai
sepanjang hidupnya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami pendidik adalah :
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan pikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang uik.
Manusia sejak lahir telah memiliki potensi yang ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan
bimbingan.
b. Individu yang sedang berkembang.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 11
Yang dimaksud dengan perkembangan di sini adalah perubahan yang terjadi
dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditunjukkan kepada diri sendiri
maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Dalan proses perkembangannya peserta didik membutuhkan bantuan dan
bimbingan. Dalam diri peserta didik terdapat dua hal yaitu : (i) keadaan
peserta didik yang tidak berdaya menyebabkan ia membutukan bantuan dan
(ii) kemampuan memgembangkan diri membutuhkan bimbingan.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Dalam diri peserta didik ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, hal ini
menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua peserta didik untuk secara
bertahap memberikan kebebasan kepada peserta didik.
Dalam sebuah sistem pendidikan, hubunan antar unsur-unsur pendidikan
dapat digambarkan dalam gambar 1 dan dijelaskan sebagai berikut :
a. Unsur peserta didik (siswa) merupakan masukan mentah (raw input) yang
nantinya akan diproses menjadi tamatan (output).
b. Guru dan tenaga non kependidikan, administrasi sekolah, kurikulum,
anggaran pendidikan, prasarana dan sarana merupakan masukan
instrumental yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan
mentah menjadi tamatan.
c. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan,
politik dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan
lingkungan yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
berperannya masukan instrumental.
Gambar 1. Sistem Pendidikan
TAMATAN /
SISWA /
PROSES PENDIDIKAN
MASUKAN INSTRUMENTAL
MASUKAN LINGKUNGAN
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan
menghubungi saya di :
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 12
BAB III
PERAN LAYANAN KONSELING TERHADAP
KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK
Pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam UU Sisdiknas
adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sesuai dengan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas, maka salah satu
tujuan pendidikan yang ada adalah peserta didik diharapkan untuk menjadi
manusia yang sehat. Menjadi manusia yang sehat di sini adalah peserta didik
menjadi manusia yang sehat secara fisik dan secara mental. Kesehatan mental
dari seorang peserta didik akan berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik
dalam mengikuti pendidikan.
3.1. Konseling Kesehatan Mental
3.1.1. Layanan Konseling Kesehatan Mental
Konseling kesehatan mental dalam sejarahnya didefinisikan dengan
berbagai cara. Pada awalnya diuraikan sebagai bentuk konseling khusus yang
dilakukan dalam lingkungan berbasis komunitas non pendidikan atau lingkungan
kesehatan mental (Seller & Messina, 1979, dalam Gladding, 2012). Konseling
kesehatan mental mulai kemudian berevolusi, termasuk yang dipusatkan pada
perkembangan (Ivey, 1989, dalam Gladding, 2012), hubungan (Ginter, 1989,
dalam Gladding, 2012) dan condong ke arah perawatan, advokasi, atau
penanganan pribadi dan lingkungan (Hershenson, Power & Seligman, 1989,
dalam Gladding, 2012).
Bagi pendukung profesi konseling kesehatan mental, di luar kekurangan
yang terdapat dalam konseling kesehatan mental, konseling kesehatan mental
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 13
adalah sebuah profesi yang khusus karena kurikulumnya (mencakup
psikodiagnosis, psikopatologi, psikofarmakologi, dan rencana perawatan).
Konseling kesehatan mental adalah suatu bidang antar-disiplin baik
dalam sejarahnya, lingkungan praktik, pengetahuan / keahlian, dan peran yang
dimainkan (Spruill & Fong, 1990, dalam Gladding, 2012). Sifatnya yang
multidisiplin ini merupakan suatu asset yang menghasilkan ide baru dan energi.
Namun juga sekaligus sebagai sebuah kelemahan dalam membantu mereka
yang mengidentifikasikan diri sebagai konselor kesehatan mental untuk
membedakan diri dengan praktisi kesehatan mental lainnya ya ng berkaitan erat
dengannya (Wilcoxon & Puleo, 1992, dalam Gladding, 2012).
Konselor kesehatan mental mempunyai keahlian konseling dasar selain
keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi
tertentu atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah
menilai dan menganalisa latar belakang dan informasi terkini mengenai klien,
mendiagnosa kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yang bisa
dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan.
3.1.2. Teknik Konseling Kesehatan Mental
Konselor kesehatan mental datang untuk memahami informasi dari klien
melalui observasi, wawancara dan tes sehingga mereka dapat menentukan
tindakan terbaik untuk membantu klien mereka. Mereka sering membantu klien
mereka berpikir dan membuat pilihan-pilihan positif.
Cara konselor kesehatan mental menggunakan teknik dan teori di dalam
praktek sangat bervariasi, dikarenakan lingkungan kerja mereka yang beraneka
ragam dan mempunyai kisaran fungsi konseling yang luas. Pemilihan teori yang
digunakan dalam konseling kesehatan mental oleh konselor berdasarkan
kebutuhan klien. Secara umum konseling kesehatan mental difokuskan pada
dua masalah utama yaitu :
• Pencegahan dan peningkatan kesehatan mental
• Perawatan kelainan dan disfungsi.
Kedua fokus konseling kesehatan mental tersebut juga dapat berlaku bagi
konseling kesehatan mental di dunia pendidikan.
a. Pencegahan Primer dan Peningkatan Kesehatan Ment al
Dalam konseling kesehatan mental, pencegahan primer dan
peningkatan layanan kesehatan mental dijadikan penekanan utama.
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan
menghubungi saya di :
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 14
Pencegahan primer dikarakteristikkan dengan “kualitas sebelum fakta
terjadi”, disengaja, dan beriorientasi kelompok atau massa bukan individual
(Baker & Shaw, 1987, dalam Gladding, 2012).
Hall dan Torres (2001, dalam Gladding, 2012) merekomendasikan
dua model pencegahan primer yang tepat untuk diterapkan pada remaja
dengan skala komunitas, yaitu model pencegahan konfigurasi Bloom (1996,
dalam Gladding, 2012) dan formulasi insidensi Albee (Albee & Gullota,
1997, dalam Gladding, 2012). Model Bloom berfokus pada tiga dimensi
yaitu :
• Pertama, konselor harus bekerja untuk meningkatkan kekuatan individu
dan mengurangi keterbatasan individu
• Kedua, mereka harus meningkatkan dukungan sosial (contohnya, melalui
orang tua, teman sebaya) dan mengurangi tekanan sosial.
• Akhirnya, variabel lingkungan, seperti kemiskinan, bencana alam dan
program komunitas bagi remaja harus diatasi.
Model Albee memiliki skala global dan menekankan bahwa konselor
harus mengurangi efek negatif dari biologi dan stress, sementara pada saat
yang sama meningkatkan efek positif dari keahlian remaja dalam
menghadapi masalah, harga diri dan sistem dukungan. Kedua model tersebut
membutuhkan kemauan konselor untuk membangun jaringan dan lembaga
individu lain. Konselor harus meluangkan waktu dan energi cukup banyak
dalam membuat program yang mungkin tidak langsung memberi hasil.
Bentuk pencegahan primer yang lain adalah menekankan
perkembangan yang sehat, yaitu penanganan secara positif dan
pertumbuhan sehingga individu dapat dengan efektif menangani krisis yang
mereka hadapi (Herhenson, 1982, 1992 dalam Gladding, 2012).
Pengintegrasian perkembangan manusia dan menekankan peningkatan
perkembangan dan pertumbuhan manusia yang sehat menghasilkan enam
tren perkembangan pribadi: pertahanan hidup, pertumbuhan komunikasi,
pengenalan, penguasaan dan pemahaman. Konseling kesehatan mental
diperlengkapi ke arah perbaikan diri dalam hubungan antar-pribadi dan
kinerja.
Memusatkan diri pada lingkungan seseorang adalah penekanan
pencegahan lainnya dari konselor kesehatan mental, baik dilakukan secara
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 15
global atau lebih individu. Lingkungan memiliki karakter seperti manusia, dan
beberapa lingkungan dominan dan kaku, sementara sebagian lainnya lebih
fleksibel dan suportif. Untuk dapat memanfaatkan pandangan ekologi-sosial,
konselor kesehatan mental harus melakukan hal-hal berikut.
• Mengenali masalah sebagai sesuatu yang pada pokoknya berhubungan
dengan lingkungan tertentu.
• Memperoleh persetujuan dari klien dan pihak bermakna lainnya yang
berada di lingkungan klien.
• Mengukur kedinamisan variabel di suatu lingkungan. Konselor dapat
bekerjasama dengan klien untuk menentukan bagaimana lingkungan
berfungsi menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi kebutuhan
klien.
• Menyelenggarakan perubahan sosial yang dan inisiatif penghakiman
sosial jika dibutuhkan. Konselor dapat membantu klien dengan metode-
metode khusus untuk meningkatkan lingkungannya sekarang ini.
• Mengevaluasi hasilnya. Tidak ada satu cara pun untuk melakukannya,
namun semakin jelas klien mengutarakan kriterianya mengenai
lingkungan yang ideal, semakin baik juga kemungkinan evaluasinya.
Secara keseluruhan yang ditekankan dalam pencegahan kesehatan
mental adalah kesejahteraan positif (aktivitas yang berhubungan dengan
kesehatan baik pencegahan maupun remediasi dan mempunyai nilai terapi
bagi individu yang melakukannya secara konsisten). Aktivitas semacam ini
termasuk makan-makanan alami, mengkonsumsi vitamin, pergi ke pusat
kebugaran, meditasi, olahraga teratur, dan menggali beraneka pendekatan
kemanusiaan dan antar pribadi (O’ Donnel, 1988 dalam Gladding, 2012).
b. Pencegahan Sekunder dan Tersier
Selain pencegahan primer, konselor kesehatan mental berkonsentrasi
pada pencegahan sekunder (mengendalikan masalah kesehatan mental
yang sudah ada di permukaan terapi belum parah) dan pencegahan tersier
(mengendalikan masalah kesehatan mental yang serius agar tidak menjadi
kronis atau mengancam kehidupan). Berbeda dengan pencegahan primer,
konselor kesehatan mental menilai fungsi klien dan kemudian, jika tepat,
menggunakan teori dan teknik yang dikembangkan untuk merawat gejala dan
kondisi utama gejala.
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan
menghubungi saya di :
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 16
Konselor kesehatan mental yang melakukan perawatan sering
menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah dalam memberi
respons yang baik terhadap sejumlah orang yang membutuhkan dan mencari
layanan esehatan mental. Tidak setiap orang yang membutuhkan layanan
perawatan untuk gangguan ringan maupun besar dapat ditangani dengan
baik oleh pemberi layanan kesehatan mental, seperti konselor, psikiater,
psikolog dan pekerja sosial.
3.2. Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Men tal Peserta Didik
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yaitu
landasan teori dan definisi istilah, bahwa layanan bimbingan konseling dilakukan
melalui berbagai jenis layanannya dengan mempertimbangkan kehidupan
pribadi, kehidupan sosial dan perkembangan kehidupan pembelajaran serta
perencanaan karir. Jenis-jenis layanan bimbingan konseling dapat membantu
peserta didik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya termasuk
permasalahan yang menyangkut kesehatan mental.
Keberhasilan perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar
bukan hanya ditentukan dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga
dipengaruhi salah satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik. Dengan
adanya layanan bimbingan konseling diharapkan menjadikan pengaruh yang
baik bagi para peserta didik terutama pada tingkah laku peserta didik, yaitu
peserta didik akan lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri,
tidak rendah diri (pesimis) melainkan selalu optimis apa yang ia lakukan artinya
kesehatan mentalnya normal tidak dipengaruhi pada hal-hal yang negatif.
Kegiatan kerja umum dalam konseling kesehatan mental termasuk janji
penjadwalan klien, menyelesaikan penilaian risiko pada klien yang diperlukan,
berbicara dan konseling dengan klien (untuk membantu mereka membuat
keputusan tentang diri mereka sendiri, kehidupan mereka dan bahkan hubungan
dan tujuan masa depan), menyediakan perawatan dan pengobatan yang
konsisten program untuk klien, klien menyimpan catatan yang akurat, file dan
dokumentasi dan perencanaan perawatan yang paling efektif. Konselor akan
mendiagnosa kondisi mental dan emosiona peserta didik serta mengeksplorasi
solusi yang dibas dilakukan dan dikembangkan.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 17
Sekolah adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting
terhadap perkembangan jiwa anak, hal ini karena interaksi antara anak dengan
guru di sekolah cukup intensif dan berlangsung cukup lama. Sekolah tidak hanya
berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga berpengaruh terhadap kesehatan
mental seorang peserta didik.
Kesehatan mental memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan fisik
peserta didik, maka perlu dibina dan dicegahnya berkembangnya berbagai
macam gangguan mental sedini mungkin. Peran konselor melalui layanan
konselingnya sangat diperlukan di samping peran orang tua dan lingkungan,
karena persoalan-persoalanyang dihadapi oleh peserta didik sebagaian besar
dihadapi di sekolah.
Layanan konseling yang diberikan kepada peserta didik dapat
memberikan pencegahan dan peningkatan kesehatan mental maupun untuk
perawatan kelainan dan disfungsi mental. Layanan konseling dapat mencegah
dan meningkatkan kesehatan mental untuk gangguan mental yang sering
dihadapi oleh peserta didik sebagai berikut :
a. Rasa tidak aman dari peserta didik
Rasa tidak aman dapat digambarkan sebagai suatu sikap atau keyakinan
individu bahwa dia tidak disukai oleh orang-orang, tidak memapu
mengerjakan sesuatu, dan perasaan tiak aman atau jiwanya terancam.
Dalam hal demikian, konselor dapat memberikan layanan konseling
kesehatan mental kepada peserta didik dengan teknik dan pendekatan
konseling yang sesuai. Layanan konseling yang diberikan akan memberikan
kepercayaan kepada siswa bahwa masih ada juga orang mencintai dirinya.
Konselor dapat membantu dengan mengurangi ketegangan yang dihadapi
oleh peserta didik dengan melakukan tatap muka konseling dengan peserta
didik untuk mengeluarkan isi hatinya.
b. Manifestasi dari rasa kurang harga diri peserta didik
Pada beberapa situasi, peserta didik cukup mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan, namun terkadang masih juga timbul
kurang percaya diri yang dialami peserta didik. Pada peserta didik yang
kurang dapat menyesuaikan diri tampak rasa kurang harga diri pada
sebagian besar dari tingkah lakunya.
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan
menghubungi saya di :
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 18
Di kelas, peserta didik yang kurang harga diri dapat ditemui dalam bentuk
selalu membuat kegaduhan baik dengan bersuara, gerakan-gerakan kakinya
maupun tangannya dengan maksud mencari perhatian.
Para konselor yang ditugaskan di sekolah harus menyadari bahwa untuk
peserta didik yang menginjak usia dewasa, sedang berada dalam periode
yang kritis untuk timbul rasa harga diri. Layanan konseling baik layanan
konseling individu maupun layanan konseling kelompok dapat membantu
meningkatkan kondisi kesehatan mental perserta didik. Sebagai contoh
layanan konseling kelompok, dapat membuat peserta didik mengerti akan
permasalahannya dan bersama-sama dengan konselor menggali solusi yang
sesuai untuk peserta didik
c. Manifestasi Rasa Bermusuhan
Rasa bermusuhan adalah merupakan faktor yang penting dari beberapa jenis
gangguan mental. Reaksi cemas, suatu bentuk dari neurosa, timbul dari
impul-impuls bermusuhan dari bermacam-macam jenis.
Konselor di lingkungan pendidikan memegang peranan yang sangat penting,
sebab dia dapat melakukan teknik konseling melaluai pencegahan primer
dengan mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk
membantu peserta didik dan nantinya dapat mengubah suasana kehidupan
bagi peserta didik yang dapat memberi efek terapi.
Sebagi bentuk pencegahan primer dan peningkatan kesehatan mental,
konselor dapat memperkenalkan kepada peserta didik tentang pentingnya
kesehatan mental, agar peserta didik mampu menangani atau menyesuaikan
diri dengan situasi yang dihadapinya. Situasi yang sering dihadapi oleh
peserta didik adalah relasi emosional yang negatif dengan guru, suka
memberontah terhadap aturan dan disiplin sekolah, menentang otoritas guru
atau pendidik dan lain-lain.
d. Stressor psikososial
Masa sekolah bisa menjadi masa yang menyenangkan jika dilalui dengan
baik dan lancar atau menakutan jika terdapat banyak stressor atau tekanan-
tekanan yang didapatkan. Stressor psikosial dalam baas tertentu akan
mendukung perkembangan kepribadian manusia (Widiatmoko, 2001, dalam
Marchira, 2011). Nanmu stressor psikosial yang berat akan mengakibatkan
seorang peserta didik tidak mampu beradaptasi atau menanggulangi
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 19
sehingga akan berpengaruh pada motivasi maupun prestasi yang dihasilkan.
Dan jika stressor yang ada sangat berat, seseorang bisa sampai mengalami
gangguan kejiwaan baik berupa rasa cemas, insomnia (sulit tidur), depresi
hingga gangguan jiwa berat seperti skizofrenia.
Konselor di lingkungan pendidikan dapat melakukan pencgahan primer
dengan melalui deteksi dini pada peserta didik yang mengalami masalah
yang nantinya masalah tersebut mempengaruhi kesehatan mental peserta
didik. Konselor dapat melakukan pemantauan melalui pencapaian prestasi
akademik. Apaka terdapat penurunan prestasi ? apabila ada, apakah
penurunan tersebut disebabkan gangguan konsentrasi? gangguan memori?
Kecemasan, mood menurun, perubahan tingkah laku ?
Tindakan pencegahan primer sebagai layanan konseling yang dapat
diberikan adalah juga dengan memberikan edukasi dini terhadap lingkungan
pendidikan dari gangguan mental, yang melibatkan para siswa sebagai peer
group untuk turut mengenali gejala awal gangguan mental yang dialmi oleh
teman-temannya.
Peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik dapat
digambarkan dalam gambar 2. Konseling kesehatan mental terhadap peserta
didik akan memberian ketenangan dan menghasilkan mental sehat yang akan
berujung kepada tingkah laku produktif peserta didik.
Gambar 2 Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik
GANGGUAN MENTAL PESERTA DIDIK
LAYANAN KONSELING
KETENANGAN
STIMULUS SOSIAL
MENTAL SEHAT
TINGKAH LAKU
PRODUKTIF
Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara
lengkap silahkan menghubungi saya di :
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 20
Kesehatan mental bernilai dalam membantu peserta didik untuk
memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Apabila peserta didik memahami
dirinya sendiri dengan lebih baik dan menyadari dirinya berharga, maka peserta
didik mempunyai kesanggupan untuk meneysuaikan diri, sehingga akan
membawa kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari gangguan mental, seperti
kecemasan dan kegelisahan.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 21
BAB IV
KESIMPULAN
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehat dalam tujuan
pendidikan adalah baik sehat secara fisik maupun mental.
Keberhasilan perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar
bukan hanya ditentukan dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga
dipengaruhi salah satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik. Layanan
konseling yang diberikan kepada peserta didik dapat memberikan pencegahan
dan peningkatan kesehatan mental maupun untuk perawatan kelainan dan
disfungsi mental. Layanan konseling dapat mencegah dan meningkatkan
kesehatan mental untuk gangguan mental yang sering dihadapi oleh peserta
didik, misalnya gangguan rasa tidak aman, rasa kurang harga diri, rasa
bermusuan dan gangguan yang timbul dari stressor psikososial.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 22
DAFTAR PUSTAKA.
Erwintri. 2009. Pengertian Bimbingan dan Konseling. http://ewintri.wordpress.com/2009/02/14/bimbingan-dan-konseling/ (online).
_______. 2012. Layanan Bimbingan Konseling. http://ewintri.wordpress.com/2012/01/04/layanan-bimbingan-konseling/#more-219 (online).
Departmen Kesehatan RI. 1995. Survei Kesehatan Rumah Tangga .
Gladding, Samuel T. Dialihbahasakan oleh Winarndo, PM, Dr, Ir dan Yuwono, Liaian, drg. 2012 (Edisi Bahasa Indonesia). Konseling: Profesi yang Menyeluruh . Jakarta: PT Indeks.
Marchira, Carla R. 2011. Faktor-Faktor Psikosial yang Berpengaruh pada Kesehatan Mental Siswa . Karya tidak dipublikasikan pada Lokakarya Kesehatan Mental di Sekolah dan Pendekatan Komprehensif. Fakultas Psikologi UGM,
Maslim, Rusdi, Dr (Editor). 1997. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III .
Republik Indonesia. 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .
________________, 1992. Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan .
Suasthi & Suastawa. 2008 (Edisi Revisi). Psikologi Agama, Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga . Denpasar: Penerbit Widya Dharma.
Sundari HS, Siti, Dra, M.Pd. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan . Jakarta: Rineka Cita
Tirtarahardja, Umar, Prof, Dr, La Sulo, S, L, Drs. 2005 (Edisi Revisi). Pengantar Pendidikan . Jakarta: Rineka Cita.
I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik Lamp
LAMPIRAN
Struktur klasifikasi gangguan mental menurut PPDGJ – III
Gangguan mental organik
Gangguan organik dan simtomatik
F0 Gangguan mental organik termasuk gangguan simtomatik
Gangguan akibat alcohol dan obat zat
F1 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya
Gangguan mental psikotik
Skizofrenia dan gangguan yang terkait
F2 Skizofrenia, gangguan izotipal dan gangguan waham
Gangguan afektif F3 Gangguan suasana perasasaan (mood / afektif)
Gangguan neurotic dan gangguan kepribadian
Gangguan neurotik F4 Gangguan neuortik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stress
Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
F5 Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
F6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan
Returdasi mental F7 Retardasi mental Gangguan masa kanak, remaja & perkembangan
F8 Gangguan perkembangan psikologis F9 Gangguan perilaku dan emosional
dengan onset. Biasanya pada masa kanak dan remaja