PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi...

83
PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS DI KUA KECAMATAN PRAYA BARAT) Oleh SUSI SUGIANA NIM. 153.134.037 JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2017

Transcript of PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi...

Page 1: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

i

i

PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN

(STUDI KASUS DI KUA KECAMATAN PRAYA BARAT)

Oleh

SUSI SUGIANA

NIM. 153.134.037

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2017

Page 2: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

ii

PERAN BP4 DALAM MENANGGULANGI PERCERAIAN

(StudiKasus di KUA KecamatanPraya Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk

Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh

SUSI SUGIANA

NIM. 153.134.037

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2017

ii

Page 3: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi Susi Sugiana. NIM. 153.134.037. yang berjudul ”Peran BP4 dalam

Menanggulangi Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Praya Barat)”

telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diiuji.

PadaTanggal :12Juli 2017

Pembimbing I

Drs. H. MS. Udin, M.Ag.

NIP. 19601231 198203 1 060

Pembimbing II

AzwAndi, M. Hum.

NIP. 19771231 200710 1 001

iii

Page 4: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

iv

Nota Dinas Pembimbing Mataram, Juli2017

Hal : Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Rektor UIN Mataram

di Mataram

Assalamu’alaykum Wr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan

koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : SUSI SUGIANA

NIM. : 153.134.037

Jurusan : Bimbingan Konseling Islam (BKI)

Judul : Peran BP4 dalam Menanggulangi Perceraian

(Studi Kasus di KUA Kecamatan Praya Barat)

telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munâqasyah skripsi

Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Mataram. Oleh karena itu, kami

berharap agar skripsi ini dapat segera dimunâqasyahkan

Wassalamu’alaykum, Wr. Wb.

Pembimbing I

Drs. H. MS. Udin, M.Ag.

NIP. 19601231 198203 1 060

Pembimbing II

AzwAndi, M. Hum.

NIP. 19771231 200710 1 001

iv

Page 5: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama : SUSI SUGIANA

NIM : 153.134.037

Jurusan : BimbinganKonseling Islam (BKI)

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Institusi : UIN Mataram

MenyatakanbahwaSkripsidenganjudul”Peran BP4 dalam Menanggulangi

Perceraian (Studi Kasus di KUA Kecamatan Praya Barat)”

inisecarakeseluruhanadalahhasilpenelitian/karyasayasendiri, kecualipadabagian-

bagian yang dirujuksumbernya.Jikasayaterbuktimelakukanplagiattulisan/karya

orang lain, siapmenerimasanksi yang telahditentukanlembaga

Mataram, Juli 2017

Saya yang menyatakan

Materai 6000

SUSI SUGIANA

NIM. 153.134.037

v

Page 6: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

vi

vi

Page 7: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

vii

MOTTO

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidakmerubahKeadaansesuatukaumsehinggamereka

Merubahkeadaan yang adapadadirimerekasendiri.1

(Q.S Ar-Ra’d : 11)

1Departemen Agama RI, AlQur‟ andanterjemahnya, Semarang: Toha Putra. 1998.

vii

Page 8: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

viii

PERSEMBAHAN

DenganhanyamengharapRidho-Mu semata,

kupersembahkanSkripsiiniuntuk:

1. Allahku, Tuhan SemestaAlamdanMahaPe

mberiRahmat.

2. Bapak(Murtawan) &Ibu (Hadijah) ku,

yang sangat kucintai dan kuhormatiataska

sih saying yang tiadahentinyauntukputra-

putrinya.

3. BuatKakakTersayang (DirawanEfendi,

yang telahbanyakmembantukuselamaini

yang

selalusabardantabahmenghadapikudalamk

ondisiapapun.

4. Dan teruntukDosen-Dosenku,

parapendidikgenerasi yang

memberilmudengankesempurnaanpadapon

dasikehidupandanmenjadipenyanggabagike

majuannegeri.

5. UntukAlmamaterTercintaUINMataram

viii

Page 9: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah, segalapujihanyabagi Allah SWT,

TuhansemestaalamdanshalawatsertasalamsemogaselalutercurahkankepadaNabi

Muhammad SAW, jugakepadakeluarga, sahabat, dansemuapengikutnya. Amin.

Penulismenyadaribahwa proses

penyelesaianskripsiinitidakakansuksestanpabantuandanketerlibatanberbagaipihak.

Olehkarenaitu, penulismemberpenghargaansetinggi-

tingginyadanucapanterimakasihkepadapihak-pihak yang telahmembantu,

yaitumerekaantara lain adalah:

1. Drs. H. MS. Udin, M.Ag.sebagaiPembimbing I danAzwandi,

M.Hum.sebagaiPembimbing II yang memberikanbimbingan, motivasi,

dankoreksi yang mendetail, terus-menerus, dantanpabosan di

tengahkesibukannyadalamsuasanakeakrabanmenjadikanskripsiinilebihmatangd

ancepatselesai;

2. Penguji IdanPengujiIIsebagaiPenguji yang telahmemberikan saran

konstruktifbagipenyempurnaanskripsiini;

3. Dr. RendraKhaldun, M.Ag. SebagaiKetuaJurusan.

4. Dr. Faizah, MA. SelakuDekanFakultasDakwahdanKomunikasiUniversitas

Islam Negeri (UIN) Mataram.

5. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selakuRektorUniversitas Islam Negeri (UIN) Mataram

yang

telahmembertempatbagipenulisuntukmelanjutkanpendidikanhinggaselesai.

6. Dansemuapihak yang telahmemberikontribusidan spirit

dalampenyelesaianskripsiini.

Semogaamalkebaikandariberbagaipihaktersebutmendapatpahala yang

berlipatgandadari Allah SWT, dansemogakaryailmiahinibermanfaatbagisemesta.

Amin.

Mataram, 20 Juli 2017

Penulis

Susi Sugiana

ix

Page 10: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ........................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

ABSTRAK ..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. KonteksPenelitian.......................................................................... 1

B. FokusPenelitian ............................................................................. 6

C. TujuandanManfaatPenelitian ........................................................ 9

D. RuangLingkupdanSettinganPenelitian .......................................... 10

E. TelaahPustaka................................................................................ 11

F. KerangkaTeoretik .......................................................................... 15

G. MetodePenelitian ........................................................................... 26

H. SistematikaPembahasan ................................................................ 39

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ............................................... 40

A. GambaranUmum KUA Praya Barat .............................................. 40

B. Data Perceraian di KUA Praya Barat ............................................ 43

C. Data Bimbingan BP4 KUA Praya Barat ....................................... 46

D. FaktorPendukungdanPenghambat BP4 dalamUpaya

MenjalankanPerandalamMenanggulangiPerceraian ..................... 48

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 51

A. Peran BP4 KUA Praya Barat ........................................................ 51

B. ImplementasiPeran BP4 KUA Kec. Praya Barat ......................... 53

x

Page 11: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

xi

C. FaktorPendukungdanPenghambat BP4 KUA

Kec. Praya Barat dalamMenanggulangiPerceraian ....................... 57

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 60

A. Simpulan........................................................................................ 60

B. Saran .............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

Page 12: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel1.PenelitianTerdahulu ............................................................................. 13

Tabel2PelaksanaanPenelitian ........................................................................... 39

Tabel 3 DataGugatanperceraian di KUAPraya Barat 5 TahunTerakhir .......... 43

Tabel 4 Data factorpenyebabgugatanperceraian di KUA Praya Barat

untuk 5 TahunTerakhir ..................................................................................... 44

Tabel5 DataBimbingan BP4 KUA Praya Barat 5 TahunTerakhir .................. 46

xii

Page 13: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar1 StrukturorganisasisatuantugasBadanPenasihatan,

PembinaandanPelestarianPerkawinan (BP4) Kecamatan

Praya Barat ..................................................................................... 42

xiii

Page 14: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1DokumentasiPenelitian .................................................................. 61

Lampiran 2KartuKonsultasi ............................................................................. 62

Lampiran 3SuratKeteranganTelahMelaksanakanPenelitian ............................ 63

xiv

Page 15: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

xv

PERAN BP4 DALAM MENANGGULANGI PERCERAIAN

(Studi Kasus di KUA Kecamatan Praya Barat)

Oleh :

Susi Sugiana

NIM: 153.134.037.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran BP4 KUA Kecamatan

Praya Barat dalam menanggulangi perceraian, faktor-faktor pendukung dan

penghambat dalam menanggulangi perceraian guna menurunkan angka

perceraian.

Penelitian yang telah dilakukan termasuk dalam penelitian lapangan atau

studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari

sumber primer, sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Untuk menjamin kebenaran dan keabsahan data

yang dikumpulkan dalampenelitian ini, maka diperlukan adanya validitas data

yang menggunakan tekniktriangulasi dengan sumber data. Sementara metode

analisis datanya adalah daridata-datayang telah terkumpul selanjutnya dilakukan

analisis data untuk ditarik pada sebuah kesimpulan penelitian.

Hasil penelitian dari Peran BP4 KUA Kecamatan Praya Barat dalam

menanggulangiperceraian adalah memberikan nasihat penerangan dan tuntunan

pada yang berkepentingan seperti calon pengantin, pasangan bermasalah, keluarga

calon pengantin, keluarga pasangan bermasalah dan masyarakat umum. Baik

melalui acara penasihat nikah, wawancara, dialog umum dan dialog khusus serta

melakukan kunjungan rumah (home-visit), memberikan bantuan moril kepada

calon pengantin, pasangan bermasalah, dan masyarakat umum dalam

menyelesaikan kesulitan-kesulitan permasalahan perkawinan dan juga

kerumahtanggaan secaraumum.

Faktorpendukung BP4 KUA Praya Barat

dalammenanggulangiperceraianadalahaktifnyacalonpengantindalammenghadiriac

arakegiatanpenasihatannikah,

besarnyaharapandandukunganmasyarakatsertacalonpengantinterhadappembentuka

nkeluargasakinah, ketersediaantenagaahlipenasihatan yang

mendukungkegiatanupayamenanggulangiperceraianpada KUA Kec.Praya Barat,

saranadanprasaranasepertiruangan yang

dapatdimanfaatkanuntukmemberikanpenasihatancalonpengantindankeluargaberm

asalah, yaituruangpenasihatannikahdanruang BP4 KUA Kec.Praya Barat.

xv

Page 16: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

xvi

Sedangkan faktor penghambat dalam perceraian di BP4 KUA Kecamatan

Praya Barat yaitu ruangan mediasi/penasihatan masih kurang representatif dan

mediator/penasihatmasih merasa kesulitan untuk mendamaikan para pasangan.

LonggarnyaPengadilan Agama meloloskanklien yang

mengajukanpermohonanceraisebelumadapenasihatandari BP4.Selainitu BP4

merasakewalahandalammenasihatiklien yangakanmelakukanperceraian agar

membatalkanniatnyauntukbercerai.

Kata Kunci: Peran BP4, Menanggulangi Perceraian, Penelitian Kualitatif

xvi

Page 17: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Allah SWT. telah menciptakan laki-laki dan perempuan sehingga mereka

dapat berhubungan satu sama lain, sehingga mencintai, menghasilkan

keturunan serta hidup dalam kedamaian sesuai dengan perintah Allah SWT dan

petunjuk dari Rasul-Nya.2

Keluarga adalah unsur terkecil dari suatu masyarakat, sedangkan

keluarga terbentuk harus melalui perkawinan, perkawinan merupakan sarana

untuk membentuk rumah tangga sebagai sebuah ikatan yang diakui oleh

masyarakat dimana mereka tinggal sebagai suami istri yang sah.

Perkawinan dilaksanakan oleh seseorang yang sudah cukup umur tidak

peduli profesi, suku bangsa, agama, kekayaan, tempat tinggal dan lain

sebagainya. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan tidak

semuanya dapat memahami hakekat perkawinan dan tujuan perkawinan yaitu

mendapatkan kebahagiaan sejati dalam rumah tangga, perkawinan bukan

sekedar berkumpulnya dua orang manusia dalam satu atap kemudian mendapat

keturunan, bukan pula untuk sementara waktu tapi untuk seumur hidup.

Tujuan perkawinan yang begitu mulia, terkadang mendapatkan cobaan

yang cukup berat dalam mewujudkannya karena untuk memebentuk keluarga

yang damai dan bagagia sangatlah sulit pada hakekatnya tujuan yang esensi

2 Abdul Rahman, Perkawinan dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 1.

1

Page 18: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

2

dalam kehidupan berumah tangga adalah membentuk keluarga yang sejahtera

dan bahagia.

Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam juga memuat tentang tujuan

perkawinan. Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974

adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan tujuan perkawinan

menurut pasal 3 Kompilasi Hukum Islam adalah mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi,

seringkali suami istri gagal dalam usahanya mendirikan rumah tangga yang

sakinah mawadah warahmah, karena seringnya hidup bersama, sehingga satu

sama lain telah mengetahui tentang sifat baik maupun sifat buruk diantara

keduanya. Berlainan tujuan hidup dan cita-cita, sehingga sering terjadi

pertengkaran dan perselisihan antara keduanya. Permasalahan ekonomi sering

sekali memicu pertengkaran antara suami isteri. Keduanya telah berusaha,

dengan segala daya upaya, supaya keduanya dapat hidup dengan damai dan

tenteram, namun ada juga yang tidak berhasil. Oleh sebab itu, diambil upaya

terakhir yaitu perceraian.

Perceraian merupakan sesuatu yang mungkin terjadi dalam sebuah rumah

tangga, apakah keluarga yang baru menikah atau juga pada keluarga yang lama

menikah. Bila masing-masing telah berusaha untuk menyelesaikan perbedaan

agar rumah tangga mereka rukun kembali ternyata tidak juga berhasil, maka

Page 19: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

3

untuk menghindari perselisihan yang lebih parah lagi diantara mereka

diperlukan hadirnya pihak ketiga yang bertindak selaku hakam (juru damai),

sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam al-Quran Surat an-Nisa

(4) ayat 35:

Artinya:

35. Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,

Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan

seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang

hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah

memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 3

Dalam ayat tersebut, yang dimaksud hakam adalah seorang bijak yang

dapat menjadi penengah dalam menghadapi konflik keluarga tersebut. 4

Perceraian dilakukan tidak hanya oleh pihak suami namun juga oleh

pihak isteri. Dalam pengadilan agama di Indonesia terdapat istilah cerai gugat

dan cerai talak. Cerai gugat adalah perkara perceraian dimana pihak yang

mengajukan atau pihak yang menghendaki perceraian adalah pihak isteri.

Sedangkan cerai talak adalah perkara perceraian dimana pihak yang

mengajukan atau pihak yang menghendaki adalah pihak suami. Baik cerai

gugat maupun cerai talak memiliki implikasi yang tidak baik terhadap

kehidupan sebuah keluarga khususnya terhadap anak yang tentunya akan

menjadi korban dari keputusan tersebut. Seyogyanya kedua orang tua harus

3 Q.S an-Nisa [4]: 35.

4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), , Cet. III, h. 195.

Page 20: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

4

mempertimbangkan dengan matang apabila akan mengambil keputusan cerai

tersebut.

Dalam keluarga kedua belah pihak terkadang mereka mencari dan

melakukan berbagai upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi perceraian

antara putra-putri mereka. Dari mulai menasehati dan membujuk kedua belah

pihak (suami-isteri), bermusyawarah dengan keluarga, sampai berkonsultasi

dan mediasi dengan pihak ketiga. Hal ini dilakukan karena pada hakikatnya

semua keluarga mengidamkan menjadi keluarga yang bahagia, dan harmonis

atau dengan istilah Al-Qur’an keluarga yang sakinah, mawadah warahmah.

Keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera bukan hanya dambaan bagi

suami isteri atau keluarganya saja tetapi juga dambaan bagi negara.

Untuk itu negara mengusahakan bagi warganya agar mampu menjadi

keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera dengan membentuk Badan

Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Yang berfungsi

sebagai pembimbing, penyuluh, penasehat, konsultan dan mediator bagi warga

baik yang akan membentuk keluarga (pranikah) atau warga yang sudah

berkeluarga dan sedang menghadapi masalah.

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah

merupakan badan yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah

dan merupakan benteng terakhir dari permasalahan perceraian. Pemerintah

menaruh harapan yang besar terhadap lembaga ini agar mampu membimbing

keluarga yang bermasalah kembali lagi menjadi harmonis sehingga keluarga

tersebut tidak terjadi perceraian.

Page 21: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

5

Hampir serupa dengan lahirnya BP4 yang ada di Indonesia, BP4 KUA

Kecamatan Praya Barat muncul karena faktor kebutuhanlah yang mewujudkan

lembaga ini, karena melihat masyarakat Kecamatan Praya Barat banyak

keluarga yang sering ada konflik. Seiring dengan berjalanya waktu, dan

semakin berkembangnya suatu negara, pada waktu itu BP4 disebut sebagai

Badan Penasihatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian kemudian diubah

menjadi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.

Kecamatan Praya Barat mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga

keberadaan BP4 Kecamatan Praya Barat dalam membina keluarga sakinah,

bahagia dan sejahtera berdasarkan agama Islam. Sangat diperlukan dan akan

tetap diminati oleh masyarakat Kecamatan Praya Barat. Latar belakang

dibentuknya BP4 adalah dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas

pelayanan terhadap masyarakat terutama kepada keluarga yang tengah dilanda

konflik.

BP4 di KUA Kecamatan Praya Barat telah dibentuk sejak lama yaitu

pada tahun 2005 hingga saat ini masih aktif dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya di lingkungan Kecamatan Praya Barat.5

Dalam hal ini BP4

Kecamatan Praya Barat mempunyai tugas yaitu sebagai badan yang menangani

masalah perkawinan dan perselisihan rumah tangga. Badan ini tidak menangani

masalah perceraian karena masalah tersebut langsung ditangani oleh

Pengadilan Agama Kabupaten Lombok Tengah.

5 Observasi tentang BP4 di KUA Kecamatan Praya Barat pada 27 Pebruari 2017

Page 22: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

6

Selama BP4 di Kecamatan Praya Barat dibentuk telah banyak menangani

kasus pernikahan dan perceraian. Pada Tahun 2016 BP4 telah menangani kasus

pernikahan (pranikah) sebanyak 78 kasus dan kasus perceraian (konflik rumah

tangga) sebanyak 29 kasus baik dalam bentuk cerai gugat dan cerai talak.6

Untuk kasus perceraian yang paling banyak ditangani diantaranya dikalangan

usia remaja kemudian usia dewasa.

Berdasarkan uraian di atas penulis mengangkat judul “Peran BP4 dalam

menanggulangi perceraian di KUA Kecamatan Praya Barat Kabupaten

Lombok Tengah”.

B. Fokus Penelitian

1. Identifikasi Masalah

a. Tempat Penelitian

Wilayah penelitian ini berada dalam kajian permasalahan tentang

masih tingginya tingkat perceraian yang terjadi di masyarakat padahal

pemerintah telah mengupayakan untuk menguranginya dengan

membentuk BP4, sehingga penulis ingin mengetahui hubungan BP4

dalam kasus perceraian.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, berlandaskan pada prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, yang berupa kata-kata tertulis. Menurut

6 Dokumentasi BP4 BP4 di KUA Kecamatan Praya Barat 2017

Page 23: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

7

Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen), dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. 7

Sedangkan menurut Iskandar pendekatan penelitian kualitatif

adalah pendekatan penelitian yang memerlukan pemahaman yang

mendalam dan menyeluruh berhubungan dengan obyek yang diteliti bagi

menjawab permasalahan untuk mendapat data-data kemudian dianalisis

dan mendapat kesimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi yang

tertentu. 8

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan memperjelas pokok-pokok

masalah yang akan dibahas dan diuraikan dalam penelitian ini serta tidak

terlalu luas lingkup pembahasannya, maka penulis membatasi masalah

tersebut pada peran BP4 dalam menanggulangi perceraian di Kantor Urusan

Agama (KUA) kecamatan Praya Barat Kecamatan Praya Barat.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 15. 8

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif,

(Jakarta: GP Press, 2013), h. 17.

Page 24: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

8

Pembatasan di sini lebih menekankan terhadap upaya-upaya yang

telah dilakukan BP4 dalam mengatasi problematika perceraian dan kendala

yang dihadapinya.

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka

penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

a. Penelitian ini akan dilaksanakan di KUA wilayah Kecamatan Praya

Barat.

b. Obyek penelitian adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian

Perkawinan (BP4) yaitu suatu lembaga resmi negara yang berada di

Kementerian Agama dengan tujuan untuk membantu keluarga mencapai

tujuan perkawinan yang bahagia.

c. Problematika keluarga yang dimaksud di sini adalah perceraian baik yang

dilakukan oleh pihak isteri atau yang dilakukan oleh pihak suami.

3. Fokus Penelitian

Adapun pertanyaan penelitiaan dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah peran BP4 dalam menanggulangi perceraian di KUA

Kecamatan Praya Barat?

b. Faktor apa saja yang menghambat program kerja BP4 di KUA

Kecamatan Praya Barat?

Page 25: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan peran BP4 dalam menanggulangi perceraian di KUA

Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.

b. Mendeskripsikan faktor penghambat BP4 dalam menjalankan program

kerja di KUA Kecamatan Praya Barat dalam upaya menjalankan peran

dalam menanggulangi perceraian.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan, wawasan tentang peran BP4 dalam menanggulangi

perceraian serta dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang

penelitian yang sejenis.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Secara aplikatif penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan bagi masyarakat pada umumnya agar lebih memahami

dan mengetahui tentang peran BP4 dalam menanggulangi perceraian

serta kendala yang dihadapinya.

Page 26: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

10

2) Kegunaan bagi pihak yang berwenang (BP4), adalah sebagai dasar

pengembangan dalam menjalankan tugas-tugasnya serta sebagai

harapan mudah-mudahan hal yang tidak diinginkan dalam keluarga

sebagai akibat dari perkawinan dapat dihindari.

3) Sebagai bahan evaluatif dalam rangka meningkatkan kinerja

Pemerintah khususnya pihak yang berwenang agar lebih

memperhatikan lagi keberadaannya.

D. Ruang Lingkup dan Settingan Penelitian

Setiap keluarga akan selalu mencita-citakan keluarga tentram, damai,

bahagia, kekal, serta selalu mendapatkan hal-hal yang diinginkan. Masing-

masing pasangan selalu mengharapkan pasangan yang terbaik bagi diri dan

keluarganya, namun dalam perjalanannya terkadang tidak sesuai dengan yang

diharapkan, karena dalam perjalanan berumah tangga pasti terjadi masalah.

Masalah tersebut ada yang bersifat ringan dan dapat diselesaikan dalam

rumah tangga, ada yang bersifat berat dan tidak dapat diselesaikan dalam

rumah tangga sehingga membutuhkan pihak ketiga untuk membantu

menyelesaikannya agar tidak berujung pada perceraian. Untuk mencegah

terjadinya perceraian perlu ada bimbingan dari seseorang atau pihak yang

berkompenten.

BP4 adalah salah satu badan yang berkompenten dibidang Penasihatan

Perkawinan dan Pengurangan Perceraian. Dalam menangani perceraian, BP4

memberikan bimbingan dan konseling dengan menerapkan bimbingan

Page 27: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

11

konseling Islam yang sesuai dengan kebutuhan kliennya, dalam hal ini adalah

pihak-pihak yang sedang mengalami keretakan rumah tangga dengan tujuan

utama mengislahkan (mendamaikan) pihak-pihak tersebut, sehingga dengan

adanya bimbingan dan konseling dari BP4 diharapkan keluarga yang sedang

mengalami keretakan rumah tangga yang berujung pada perceraian menjadi

sadar akan kekurangannyamasing-masing dan mau saling memaafkan sehingga

akhirnya menjadi percaya diri untuk membentuk keluarga yang harmonis.

E. Telaah Pustaka

Untuk mengetahui validitas penelitian yang penulis lakukan, maka

berikut ini telaah pustaka yang akan penulis uraikan dari beberapa skripsi yang

mempunyai tema sama tapi persepsi yang berbeda. Beberapa penelitian yang

memiliki keterkaitan dengan studi ini dapat berupa skripsi dan penelitian

lainnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Ummi Lathifah, 2009 “Peran BP4 Dalam Menanggulangi

Kebiasaan Kawin Cerai di KUA Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik”.

Dalam skripsi ini menitik beratkan pada peran BP4 kecamatan panceng

kabupaten gresik dalam penyelesaian kasus kawin cerai dengan cara

memberikan bimbingan dan pembinaan kepada pasangan suami istri yang

sedang mengalami perselisihan dalam rumah tangga, dan mengetahui faktor

Page 28: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

12

yang menjadi penyebab terjadinya kawin cerai adalah faktor ekonomi,

faktor biologis, tergoda WIL/PIL, dan faktor psikologis.9

2. Ahmad Faisal 2007 “Efektivitas BP4 dan Perannya dalam Memberikan

Penataran atau Bimbingan Pada Calon Pengantin (Studi Pada BP4 KUA

Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat)”. Dari hasil penelitian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan BP4 berperan besar dalam

memberikan bimbingan pada calon pengantin sebelum melaksanakan akad

nikah. 10

3. Sujiantoko, 2010 “Peran dan Fungsi BP4 dalam Mediasi Perkawinan di

Kabupaten Jepara”. Dalam skripsi ini menitikberatkan pada peranan BP4

dalam mencegah perceraian di kabupaten Jepara yang cukup signifikan dan

faktor pendukung dari terlaksananya program BP4 dalam mencegah

perceraian adalah sebagai lembaga yang resmi dan mendapat dukungan

sosial yang tinggi, sedangkan faktor yang menghambat yakni kinerja yang

belum optimal, sosialisasi yang kurang dan SDM yang kurang mumpuni.11

9

Ummi Lathifah, Peran BP4 dalam Menanggulangi Kebiasaan Kawin Cerai di KUA

Kecamata Panceng Kabupaten Gresik, Skripsi Diterbitkan, Fakultas Syari’ah Istitut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang (2009) 10

Ahmad Faisal, Efektivitas BP4 dan Perannya dalam Memberikan Penataran atau

Bimbingan Pada Calon Pengantin (Studi Pada BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya

Jakarta Barat), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, tidak diterbitkan. 11

Sujiantoko, Peran dan Fungsi BP4 dalam Mediasi Perkawinan di Kabupaten Jepara,

Skripsi diterbitkan, Fakultas Syari’ah Istitut Agama Islam Negeri Walisongo semarang (2010)

Page 29: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

13

Dari telaah pustaka yang penulis sampaikan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Tabel. 1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul

Skripsi Metode Persamaan Perbedaan Hasil

1. Ummi

Lathifah

Peran BP4

Dalam

Menang-

gulangi

Kebiasaan

Kawin

Cerai di

KUA

Kecama-tan

Panceng

Kabupaten

Gresik

Kuali-

tatif

Metode

penelitian,

Variabel

penelitian

tentang

Peran BP4.

Objek

penelitian,

Lokasi

penelitian,

Hasil

penelitian.

Dalam skripsi ini

menitik beratkan

pada peran BP4

kecamatan

panceng

kabupaten gresik

dalam

penyelesaian

kasus kawin cerai

dengan cara

memberikan

bimbingan dan

pembinaan

kepada pasangan

suami istri yang

sedang

mengalami

perselisihan

dalam rumah

tangga, dan

mengetahui

faktor yang

menjadi

penyebab

terjadinya kawin

cerai adalah

faktor ekonomi,

faktor biologis,

tergoda WIL/PIL,

dan faktor

psikologis.

2. Ahmad Faisal Efektivitas

BP4 dan

Perannya

dalam

Memberi-

kan

Penataran

atau

Bimbingan

Pada Calon

Pengantin

Kuali-

tatif

Metode

penelitian,

Variabel

penelitian

tentang

Peran

BP4.

Objek

penelitian,

Lokasi

penelitian,

Hasil

penelitian.

Dari hasil

penelitian

tersebut, dapat

disimpulkan

bahwa

keberadaan BP4

berperan besar

dalam

memberikan

bimbingan pada

calon pengantin

Page 30: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

14

(Studi Pada

BP4 KUA

Kecamatan

Kembanga,

Kotamadya

Jakarta

Barat)

sebelum

melaksana-kan

akad nikah.

3. Sujiantoko Peran dan

Fungsi BP4

dalam

Mediasi

Perkawinan

di

Kabupaten

Jepara

Kuali-

tatif

Metode

penelitian,

Variabel

penelitian

tentang

Peranan

BP4.

Objek

penelitian,

Lokasi

penelitian,

Hasil

penelitian.

Dalam skripsi ini

menitik beratkan

pada peranan

BP4 dalam

mencegah

perceraian di

kabupaten Jepara

yang cukup

signifikan dan

faktor pendukung

dari terlaksa-

nanya program

BP4 dalam

mencegah

perceraian adalah

sebagai lembaga

yang resmi dan

mendapat

dukungan sosial

yang tinggi,

sedangkan faktor

yang

menghambat

yakni kinerja

yang belum

optimal,

sosialisasi yang

kurang dan SDM

yang kurang

mumpuni.

4. Susi Sugiana Peran BP4

dalam

Menanggul

angi

Perceraian

(Studi

Kasus di

KUA

Kecama-tan

Praya Barat

Kabupaten

Lombok

Tengah)

Kuali-

tatif

Metode

penelitian,

Variabel

penelitian

tentang

Peranan

BP4

Objek

penelitian,

Lokasi

penelitian,

Hasil

penelitian.

Mendeskrip-sikan

peran BP4 dalam

menanggu-langi

perceraian di

KUA Kecamatan

Praya Barat

Kabupaten

Lombok Tengah.

dan faktor

penghambat BP4

dalam

menjalankan

program kerja di

Page 31: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

15

KUA Kecamatan

Praya Barat

dalam upaya

menjalankan

peran dalam

menanggu-langi

perceraian

F. Kerangka Teoretik

1. Peran

Menurut Levinson dalam Soekanto:

Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu

yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-

norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.12

2. Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

a. Pengertian Umum BP4

BP4 adalah singkatan dari Badan Penasihatan Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan yang bersifat profesi sebagai pengemban tugas

dan mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga

sakinah. Tujuan dibentuknya BP4 adalah untuk mempertinggi mutu

perkawinan dan mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam

untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri,

sejahtera materiil dan spirituiil. Sebagai lembaga semi resmi, BP4

bertugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan mutu

12

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002).

h, 64

Page 32: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

16

perkawinan dengan mengembangakan gerakan keluarga sakinah dan

pendidikan agama di lingkungan keluarga.

Sebenarnya penasihatan perkawinan, perselisihan dan perceraian

hanyalah merupakan bagian kecil dari pembangunan keluarga. Tugas

yang membentang dihadapan BP4 adalah upaya menanamkan nilai-nilai

keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah dalam lingkungan keluarga.

Untuk melaksanakan tugas besar ini, tentu BP4 perlu memperkuat

organisasinya mulai dari pusat sampai ke daerah. Kemitraaan dengan

sesama LSM agama, penggalian sumber daya manusia bahkan kerjasama

dengan lembaga internasional perlu dikembangkan untuk meningkatkan

sebuah lembaga yang profesional.

BP4 hendaknya menjadi tempat berkumpulnya para tokoh agama,

pimpinan LSM dan para pakar dibidang pembangunan keluarga sehingga

menjadi sebuah organisasi besar yang mandiri, tampil profesional,

Witaawa dan sanggup menjadi partner pemerintah dalam

pembangunan.13

Selain itu, BP4 juga bersifat profesi, sebagai penunjang

tugas Departemen Agama dalam bidang penasihatan, pembinaan dan

pelestarian perkawinan menuju keluarga yang sakinah, yang mempunyai

tujuan mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga

sakinah yang kekal menurut ajaran Islam dan berasaskan Pancasila.14

13

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Hasil Munas Ke XI,

1998, Jakarta: BP4 Pusat, h. 16-17 14

Ibid, h. 69

Page 33: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

17

Penasihatan bersifat keagamaan karena tujuan BP4 adalah

membantu sesama orang Islam untuk menciptakan perkawinan yang

bahagia dan membina keluarga mereka sesuai dengan ajaran agama

Islam. Tugas utama dari penasihat selama menasihati adalah memastikan

kemungkinan para penghadap masih dapat melanjutkan perkawinan

mereka dan membuatnya bahagia kembali. Sekiranya tidak mungkin lagi

maka tugas berikutnya adalah untuk membantu masing-masing pihak

memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sedangkan, penasihatan bersifat

pribadi artinya para penghadap akan berbicara jujur terbuka dengan para

penasihat kehidupan mereka secara terperinci.

3. Perceraian

a. Pengertian Perceraian

Perceraian menurut bahasa arab berarti melepaskan ikatan. Yang

dimaksud disini adalah melepaskan ikatan pernikahan.15

Istilah “Naqatun

thaliqun” yang berarti unta yang dilepas, tidak diikat.16

Perceraian menurut ahli fikih:

disebut thalaq atau firqoh. Talak diambil dari kata ithlaq, artinya

melepaskan, atau meninggalkan. Sedangkan dalam istilah syara',

talak adalah melepaskan ikatan perkawinan atau rusaknya

hubungan perkawinan.

Dalam Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa

Talak berasal dari kata ith-laq yakni melepas dan meninggalkan.

Yang dikatakan dalam ungkapan “Athlaqtu al-asir, idza hallaltu

15

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011, h. 401 16

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟ i Mengupas Masalah Fiqhiyah berdasarkan Al-

Qur‟ an dan Hadits jilid 2, Jakarta: Almahira, 2012, h. 579

Page 34: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

18

qaidahu wa arsatuhu” (aku melepaskan tawanan, jika aku

melepaskan tawanannya dan membiarkannya pergi).17

Adapun menurut syara’, talak adalah istilah yang diterapkan pada

pelepasan ikatan pernikahan.18

Talak ialah melepas tali nikah dengan

lafadz talak atau semacamnya.19

Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang perceraian adalah

Undang-undang No.1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo. Peraturan

Pemerintah No 9 Tahun 1975 Tentang pelaksanaan Undang-undang No.

1 Tahun 1974, akan tetapi di dalamnya tidak ditemukan interpretasi

mengenai istilah perceraian.

Menurut R. Subekti perceraian adalah penghapusan perkawinan

dengan keputusan hakim atau tuntutan salah satu pihak selama

perkawinan. 20

Kekalnya kehidupan dalam sebuah ikatan perkawinan

merupakan tujuan yang diutamakan dalam Islam. Ikatan antara suami dan

isteri adalah ikatan yang paling suci dan paling kokoh, sehingga tidak

ada suatu dalil yang jelas dalam menunjukan tentang kesuciannya yang

begitu agung selain Allah sendiri yang menamakan ikatan perjanjian

antara suami isteri itu dengan perjanjian yang kokoh.21

17

Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2013, h. 499 18

Al-Imam Taqiyuddin Abubakar Alhusaini, Terjemah Kifayatul Akhyar jilid 2, Surabaya:

PT Bina Ilmu, 1997, h. 466 19

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,

Jakarta: Amzah, 2011, h. 255. 20

R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, cet. XXVI, 1994, h. 42 21

Slamet Abidin, Aminudin, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 9

Page 35: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

19

Sebagaiman dalam Firman Allah SWT:

Artinya:

“... dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu

Perjanjian yang kuat”. (QS. An-nisa: 21). 22

Perjanjian yang kuat, yaitu perjanjian yang berupa akad nikah,

dengan nama Allah, atas sunah Rosullah ini adalah perjanjian yang kuat,

yang tidak akan direndahkan kehormatannya oleh hati yang beriman,

ketika ia disebut dengan panggilan orang-orang yang beriman, dan

diserunya mereka dengan identitas itu supaya menghormati perjanjian

yang kuat. 23

Menurut M. Quraish Shihab mengatakan bahwa :

Pasangan suami isteri telah menyatu, bergaul luas, dan membuka

rahasia masing-masing. Perempuan yang diperisterikan itu telah

mengambil janji setia yang sangat kukuh untuk hidup bersama dan

saling menjaga rahasia.24

Dalil pensyari’atan talak ini berasal dari

Al-Qur’an, as-Sunnah, maupun Ijma’ ulama.

Dari Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang diantaranya:

...

Artinya:

229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh

rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan

cara yang baik. 25

22

Departemen Agama RI, Al Qur‟ an dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra.1998, h. 35 23

Sayyid Quthb, Tafsir fi zhilalil-Qur‟ an di bawah naungan Al-Qur‟ an jilid 2, Jakarta:

Gema Insani Press, 2001, h. 309 24

M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Makna Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-

Qur’an), Jakarta: Lentera Hati, 2012, h. 176 25

Departemen Agama RI, Al Qur‟ an dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra.1998, h. 30

Page 36: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

20

Ayat di atas menjelaskan tentang perombakan dalam kebiasaan

maasyarakat jahiliyah di awal datangnya Islam, sebagimana yang

dijelaskan dalam sabab an-nuzul. Yaitu laki-laki jahiliyah boleh rujuk

kepada isteri yang telah diceraikan selam isteri itu dalam masa iddah,

walapun telah ia ceraikan sampai ratusan kali. Tradisi seperti itu jelas

menyiksa para isteri, karena itu perlakuan seperti ini dilarang sehingga

jumlah talak dibatasi, yaitu maksimal tiga kali. Kalau suami telah

menjatuhkan talak isterinya tiga kali, maka dia tidak boleh lagi rujuk

kepada isterinya itu. Dalam ayat di atas juga menyebutkan bahwa rujuk

harus dengan cara yang makruf, yaitu jangan ada niat dalam hati suami

untuk menyakiti isterinya. Apabila suami merujuk isteri dengan

menyakiti, maka Islam melarang dan bahkan bercerai lebih baik daripada

rujuk.26

M. Quraish Shihab menafsirkan bahwa:

Al-Baqarah: 229 menguraikan tentang perceraian yang dibenarkan

untuk rujuk hanya dua kali. Suami diingatkan bahwa ia tidak

dibenarkan mengambil kembali apa yang telah ia berikan kepada

isterinya yang akan dicerai itu, kecuali jika keduanya khawatir

tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah SWT. Bila

yang demikian itu, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang

bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.27

Dan Firman Allah SWT.:

...

26

Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah, 2011,h. 249 27

M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Makna Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-

Qur‟ an), Jakarta: Lentera Hati, 2012, h. 74

Page 37: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

21

Artinya:

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat

(menghadapi) iddahnya (yang wajar). 28

...”(QS. Ath-Thalaq

(65): 1)

Ayat di atas menjelaskan izin untuk menceraikan istri pada saat dia

suci atau dengan kata lain bukan pada saat dia tidak haid, yang bertujuan

membatasi waktu perceraian agar tidak dijatuhkan kapan saja. Di

samping itu juga suami dapat mengetahui bahwa istrinya itu sedang

hamil, maka boleh jadi sebab kemarahan atau dorongan utuk

menceraikannya menjadi sirna sehingga kehidupan rumah tangga dapat

dipertahankan. Sisi lain dari ayat di atas agar masa tunggu bagi isteri

tidak terlalu panjang kerena masa haid tidak terhitung sebagai masa

tunggu.29

Perceraian dapat diterima apabila memenuhi beberapa persyaratan,

yaitu sebagai berikut:

1) Mukallaf

Mukallaf adalah berakal dan baligh. Talak diterima apabila dilakukan

dalam keadaan berakal, baligh, dan pilihan sendiri. 30

2) Pilihan sendiri

Tidak sah talak orang yang dipaksa tanpa berdasarkan kebenaran.

Paksaan adalah ungkapan yang tidak benar, serupa dengan ungkapan

kufur. 31

28

Departemen Agama RI, Al Qur‟ an dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra.1998, h.945 29

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 91 30

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,

Jakarta: Amzah, 2011, h. 261

Page 38: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

22

Ditinjau dari segi waktu jatuhnya talak dibagi menjadi tiga macam,

yakni: 32

1) Talak Sunni, yakni talak yang terjadi pada waktu yang disunnahkan

oleh Syariat. Yaitu suami mentalak isteri yang sudah digauli dengan

talak satu dalam keadaan suci. 33

2) Talak Bid’i, adalah talak yang menyelisihi syari’at. Seperti mentalak

isteri dengan talak tiga dengan satu kalimat, atau mentalaknya dengan

talak tiga dalam waktu yang berbeda dalam satu majlis.34

Talak yang

dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan tuntunan sunnah,

tidak memenuhi syarat talak sunni.35

3) Talak La sunni wala bid’i, yakni talak yang tidak termasuk

kategori talak sunni dan tidak pula termasuk talak bid‟ i, yaitu: Talak

yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli, talak yang

dijatuhkan isteri yang belum pernah haid, atau istri yang telah

terlepas haid, talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang

hamil.36

31

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,

Jakarta: Amzah, 201, h. 263 32

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003, h. 193 33

Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2013, h. 507 34

Ibid, h. 507 35

Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008, h. 194 36

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh

Munakahat, Jakarta: Amzah, 2011, h. 256

Page 39: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

23

b. Dasar Hukum Perceraian

Para fuqoha berbeda pendapat tentang hukum talak, dan pendapat

yang paling benar adalah yang berpendapat bahwa talak merupakan

tindakan yang tidak boleh kecuali jika ada sebab tertentu.37

Menurut Madzhab Hanafi dan Hambali :

Melakukan talak berarti seseorang telah kufur atas nikmat Allah,

karena pernikahan adalah salah satu karunia dan nikmat dari Allah.

Dan kufur nikmat hukumnya haram, maka tidak halal melakukan

talak kecuali dalam kondisi darurat.38

Menurut Madzhab Hambali bahwa :

Adakalanya talak itu wajib, haram, mubah dan sunnah. Talak wajib

yaitu talak yang dijatuhkan oleh pihak hakam atau penengah karena

perpecahan antara suami dan isteri yang sudah berat. Hakam

berpendapat bahwa jika hanya talaklah jalan satu-satunya yang

dapat ditempuh untuk menghentikan perpecahan.39

Talak haram yakni talak yang dilakukan tanpa alasan. Talak ini

haram karena merugikan suami dan isteri, dan tdak adanya kemaslahatan

yang hendak dicapai perbuatan talaknya.

Talak sunnah menurut Imam Qudamah bahwa:

Talak sunnah adalah talak karena perpecahan antara suami dan

isteri yang sudah berat, dan isteri keluar rumah dengan niat minta

khulu’ 40

karena ingin terlepas dari bahaya.41

37

Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2014, h. 499 38

Ibid, h, 499 39

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007, h. 137 40

Khulu adalah perceraian yang disertai dengan sejumlah harta sebagai ganti yang

diberikan oleh isteri kepada suami untuk menebus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan,

naik dengan kata khulu (pelepasan) atau yang semakna seperti pembebasan. 41

Sayyid Sabiq, h. 138

Page 40: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

24

4. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau

sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di

dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya.42

Sedangkan Bimbingan dan konseling

Islami adalah kegiatan proses bantuan yang diberikan kepada individu

dalam memahami dirinya sendiri untuk menjalani terhadap perkembangan

menjadi manusia seutuhnya sebagaimana potensi yang dimilikinya sesuai

petunjuk Allah dan Sunnah Rasul.43

Menurut Farida dan Saliyo bahwa:

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu

yang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) dengan salah satu

teknik dalam pelayanan bimbingan, dimana proses pemberian bantuan

itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan

langsung dan tatap muka antara konselor dengan klien dengan tujuan

agar klien mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik dari

dirinya dan mampu memecahkan permasalahan pada dirinya agar

mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.44

Hakekat bimbingan konseling Islam adalah upaya membantu individu

belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah, dengan cara

memberdayakan (enpowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan

Allah SWT kepadanya untuk mempelajari tuntutan Allah dan Rasul-Nya,

agar fitrah yang ada pada individu itu berkembang dengan benar dan

42

Mashudi, Farid, Psikologi Konseling. Jogjakarta : IRCiSoD, 2012, h, 245 43

Dahlan, Abdul Choliq, Bimbingan dan Konseling Sejarah, Konsep dan Pendekatannya.

Jogjakarta: Pura Pustaka , 2009, h. 20 44

Sutoyo. Anwar. Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktik. Semarang: Widya

Karya. 2009, h 23.

Page 41: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

25

kokoh sesuai tuntutan Allah SWT. Dari rumusan tersebut nampak bahwa

konseling Islami adalah aktifitas yang bersifat “membantu”, dikatakan

membantu karena pada hakekatnya individu sendirilah yang perlu hidup

sesuai tuntutan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi

konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang

harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakan tuntutan Islam

(Al-Qur’an dan Sunnah). Pada akhirnya diharapkan agar individu selamat

dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan di akhirat bukan

sebaliknya kesengsaraan dan kemelaratan di dunia dan di akhirat.45

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun

batiniah agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah

yang seharusnya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.

5. Bimbingan konseling Pasangan Suami Istri

Bimbingan konseling untuk pasangan suami istri yaitu untuk

membantu pasangan yang sedang mengalami konflik agar bisa mengatasi

problemnya sendiri dan bagi pasangan yang sedang punya hubungan baik

agar lebih baik.

45

Dahlan, Abdul Choliq, Bimbingan dan Konseling Sejarah, Konsep dan Pendekatannya.

Jogjakarta: Pura Pustaka, 2009, hlm. 20

Page 42: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

26

G. Metode Penelitian

Untuk dapat memperoleh kajian yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah, maka dalam melacak data, menjelaskan dan menyimpulkan

obyek pembahasan dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research),

artinya data yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fakta-fakta

di lapangan.46

Dalam hal ini yaitu data-data tentang kelembagaan dan data

tentang peran BP4 dalam menanggulangi perceraian di BP4 KUA Praya

Barat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian bersifat deskriptif analitik, yaitu penelitian yang

menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasikan data secara kaulitatif.

Metode deskriptif analitik itu dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diteliti berdasarkan fakta-faka yang tampak sebagaimana

adanya. Untuk itu dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk menjelaskan

bagaimana peran BP4 terhadap kasus pernikahan.

Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan studi kasus

kualilatif. Penulis menghimpun data berkenaan konsep, pendapat, pendirian,

sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman-

pengalaman dalam kehidupan.

46

Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya, (Graha Indonesia, Jakarta,

2002). h. 87

Page 43: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

27

Tujuan dari penelitian studi kasus kualilatif adalah mencari atau

menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari

pengalaman hidup tersebut.47

Pendekatan ini banyak digunakan untuk

menjawab permasalahan penelitian yang memerlukan pemahaman secara

mendalam mengenai obyek yang diteliti, sehingga menghasilkan simpulan-

simpulan tentang permasalahan tersebut dalam konteks waktu dan situasi

yang bersangkutan.48

.

3. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh.49

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

dua sumber data, yakni data primer dan data sekunder. Adapun sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data primer, yakni data yang diperoleh dari hasil interview dengan Badan

Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) KUA Praya

Barat, BP4 Departemen Agama dan dan keluarga yang menggunakan

jasa BP4, pihak-pihak yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan

informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

b. Data sekunder, data yang diperoleh dari studi perpustakaan, beberapa

buku yang berhubungan dengan masalah perkawinan, hasil penelitian,

47

Nana Syaodikh Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2007), h. 63 48

Zinal Arifin, Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 17 49

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), h. 16

Page 44: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

28

makalah serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan

di atas guna mendukung penelitian skripsi ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti memakai

metode, sebagai berikut:

a. Interview (Wawancara)

Metode Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan

melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka untuk melakukan tanya

jawab dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si

peneliti.50

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui pandangan

sosial subjek penelitian.51

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua buah pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban ataspertanyaan. 52

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur karena

dalam melakukan wawancara tersetruktur, fungsi peneliti sebagian besar

hanya mengajukan pertanyaan dan subyek penelitian hanya bertugas

50

Mardalis, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, h. 64 51

Ibid, h. 187 52

Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2004), h.186

Page 45: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

29

menjawab pertanyaan saja. Terlihat adanya garis yang tegas antara

peneliti dengan subyek penelitian. Selama proses wawancara harus sesuai

dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah

dipersiapkan.

Adapun para pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah

petugas atau pemateri dari BP4 KUA Praya Barat dan klien yang

mengikuti penasihatan, sehingga akan diperoleh data-data yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

b. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen atau catatan-catatan, yang berupa buku panduan (pedoman),

hasil-hasil penelitian, laporan program, surat kabar dan lain-lain yang

berkaitan dengan pokok masalah. Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang.53

Dokumen adalah rekaman peristiwa

yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan

memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks

rekaman peristiwa tersebut.54

c. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data yang dimaksud adalah

dengan melakukan observasi secara sistematis bukan hanya sekedarnya

saja. Dalam observasi ini diusahakan mengamati hal yang wajar dan yang

53

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 82. 54

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajawaliPers, 2007), h. 142.

Page 46: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

30

sebenarnya terjadi tanpa usaha disengaja untuk mempengaruhi,

mengatur, atau memanipulasikannya.55

Mengadakan observasi

hendaknya dilakukan sesuai kenyataan, melukiskan secara tepat dan

cermat terhadap apa yang diamati, mencatatnya, dan kemudian

mengolahnya dengan baik. Prosedur pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses

bekerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu

besar. 56

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mencari data mengenai hal-hal atau variabel melalui pengamatan dan

pencatatan yang sistematik mengenai fenomena-fenomena yang

diselidiki. Tujuan metode ini agar bisa diperoleh dan diketahui data

semestinya.

Jenis observasi yang digunakan peneliti adalah observasi tidak

terstruktur karena pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan

pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya

berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini

dilakukan observasi langsung dalam proses pelaksanaan bimbingan atau

penasehatan yang dilakukan oleh BP4 KUA Praya Barat dan keluarga

yang ada di Praya Barat.

55

S. Nasution, Metode ResearchPenelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 70. 56

Ibid, h. 203

Page 47: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

31

5. Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono menyatakan bahwa, analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah dipahami, dan temauannya dapat diinformasikan kepad orang lain.57

Analisis data dilakukan dengan mengorganisisikan data, menjabarkannya ke

delam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang

dapat diceritakan kepada orang lain.58

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan di sini bahwa,

analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.59

Karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif

dengan jenis pendekatan deskriptif, maka analisis data yang peneliti

gunakan untuk menganalisis data adalah analisis deskriptif kualitatif yang

bertujuan melihat kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena di lapangan

yang ada pada saat sekarang.

57

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 334. 58

Ibid, 334. 59

Ibid, 335.

Page 48: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

32

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis data

di lapangan model Miles & Huberman, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang direduksi akan mempermudah peneliti akan

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.60

Reduksi data didasarkan pada relevansi dan kecukupan informasi

untuk menjelaskan Peran BP4 di KUA Kecamatan Praya Barat,

selanjutnya dianalisis dan dihubungkan dengan peran BP4 dalam

menanggulangi perceraian yang telah diterapkan di KUA Kecamatan

Praya Barat, peneliti memilih data yang relevan dan bermakna yang akan

peneliti sajikan.

Penulis melakukan seleksi dan memfokuskan data yang mengarah

untuk menjawab pertanyaan penelitian, kemudian menyederhanakan dan

menyusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal yang dianggap

penting dari hasil temuan secara teoritik dan melihat keberhasilannya.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi selesai, maka selanjutnya data-data

tersebut akan didisplaykan. Display data adalah teknik analisis data

dengan membuat data tersebut berupa uraian singkat, bagian atau

60

Ibid, 338.

Page 49: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

33

hubungan antar kategori.61

Hasil dari reduksi kemudian disajikan dalam

bentuk display data. Untuk penyajian data, peneliti menggunakan uraian

secara naratif, dengan tujuan agar dapat mengetahui sejauh mana peran

BP4 dalam menanggulangi perceraian yang telah diterapkan di KUA

Kecamatan Praya Barat.

c. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Setelah kedua langkah tersebut dilaksanakan, maka langkah

selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.62

Kesimpulan yang diambil oleh peneliti di lapangan tentunya

harus didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Gambar 1.1

Tekhnik analisis Data Model Miles & Huberman63

61

Ibid, 342. 62

Ibid, 344. 63

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta, GP Press, 2005), 139.

Data

Collection

Data

Reduction

Data

Display

Conclustion:

drawing/verifying

Page 50: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

34

6. Validitas Data

Validitas atau keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara

data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan

oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak

berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.64

Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang

diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam

kenyataan. Untuk memperoleh data yang valid, kredibel, obyektif serta

dapat dijamin keabsahannya, maka peneliti menggunakan teknik sebagai

berikut :

a. Kreadibilitas

1) Perpanjang Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk membangun

kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan

peneliti sendiri. Jadi, bukan sekedar menerapkan teknik yang

menjamin untuk mengatasinya. Selain itu, kepercayaan subjek dan

kepercayaan diri pada peneliti merupakan proses pengembangan yang

berlangsung setiap hari dan merupakan alat untuk mencegah usaha

coba-coba dari pihak subjek. Penelitian ini dilakukan selama dua

bulan (sejak ahir april sampai dengan bulan Mei 2017), dan

diperpanjang dua bulan yaitu bulan Juni sampai Juli 2017.

64

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 117.

Page 51: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

35

a) Dokumentasi

Yaitu dokumen yang akan diperoleh, peneliti kumpulkan

untuk dicek apakah ada kekeliruan dan ketidak singkronan antara

dokumen dan wawancara yang telah dilakukan dengan nara sumber

sehingga benar-benar diketahui keabsahannya.

b) Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses

analisis yang konstan atau tantatif. Mencari suatu usaha membatasi

berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa

yang tidak dapat diperhitungkan. Ketekunan pengamatan

bermaksud menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi

yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun

tujuan dalam penelitian adalah untuk mengecek keabsahan data

yang diperoleh dari sumber lain. Jadi triangulasi berarti cara

terbaik untuk menghilangkan pebedaan-perbedaan konstruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

Page 52: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

36

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari

berbagai pandangan. 65

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang peneliti

gunakan adalah sebgai berikut:

(1) Mengeceknya dengan berbagai sumber data. Teknik ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berbeda dalam

pelaksanaannya. Triangulasi sumber data dilakukan peneliti

dengan cara peneliti berupaya untuk mengecek keabsahan data

yang didapat dari salah satu sumber dengan sumber lain.

Misalnya peneliti menggali data tentang peran BP4 dalam

menanggulangi perceraian yang telah diterapkan di KUA

Kecamatan Praya Barat dari kepala KUA selanjutnya peneliti

membandingkan hasil wawancara tersebut dengan Staf, kepala

TU dan beberapa masyarakat, jika terdapat perbedaan peneliti

terus menggali data dari sumber lain sampai jawaban yang

diberikan informan sama atau hampir sama.

(2) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan

data dapat dilakukan. Metode triangulasi merupakan upaya

peneliti untuk mengecek keabsahan data melalui pengecekan

kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan data sesuai

dengan metode yang absah. Di samping itu, pengecekan data

dilakukan secara berulang-ulang melalui beberapa metode

65

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 327-332.

Page 53: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

37

pengumpulan data. Misalnya data yang didapat melalui

wawancara tentang peran BP4 dalam menanggulangi

perceraian yang telah diterapkan di KUA Kecamatan Praya

Barat. Selanjutnya, data tersebut dapat dicek dengan metode

observasi dan dokumentasi.

b. Transferabilitas

Trasferabilitas merupakan validitas ekksternal dalam penelitian.

Validitas eksternal merujuk kepada tingkat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian oleh masyarakat.66

.

c. Dependabilitas

Sebuah penelitian dilakukan dependable apabila orang lain dapat

mengulangi atau merefleksi proses penelitian. Kegiatan ini perlu

dilakukan karena sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian

ke lapangan, namun dapat memeberikan data. Kalau proses penelitian

tidak dilakukan tetap datnya ada. Maka penelitian tersebut tidak

depenabel. 67

Depenabilitas dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing,

dimulai dari bagaimana peneliti menentukan fokus, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, sampai membuat kesimpulan.

d. Konfirmabilitas

66

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B,

(Bandung: Alpabeta, 2015), h, 130 67

Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, h, 131

Page 54: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

38

Konfirmabilitas disebut juga dengan uji keabsahan data dalam

penelitian kuantitatif.68

Pengujian konfirmabilitas merupakan pengujian

hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses penelitian.

H. Sistematika Pembahasan

1. Laporan Penelitian

Sistematika laporan penelitian kualitatif disusun menjadi minimal

empat bagian, yakni:

a. BAB I Pendahuluan

A. Konteks Penelitian

B. Fokus Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat

D. Ruang Lingkup dan Settingan Penelitian

E. Telaah Pustaka

F. Kerangka Teoretik

G. Metode Penelitian

H. Sisteatika

b. BAB II Paparan Data dan Temuan

c. BAB III Pembahasan

d. BAB IV Penutup (Simpulan dan Saran)

68

Ibid, h, 131

Page 55: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

39

2. Jadwal Penelitian

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian dan agar

tersusun secara sistematis. Adapun rencana pelaksanaan penelitian seperti

pada Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Pelaksanaan Penelitian

No. Rencana Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei

1. Tahapan observasi √ √

2. Tahapan pengumpulan data √

3. Tahapan penyusunan √ √

Keterangan:

1. Tahapan observasi

Pada tahapan ini peneliti mengadakan observasi terhadap

permasalahan yang akan diteliti serta subyek dan obyeknya. Selanjutnya

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk diminta persetujuannya,

setelah dinyatakan diterima oleh Dosen pembimbing kemudian

diseminarkan.

2. Tahapan pengumpulan data

Tahapan ini dimulai setelah seminar dan penetapan surat riset dengan

terjun langsung ke lapangan untuk menggali data yang diperlukan dengan

cara mengadakan wawancara kepada responden.

3. Tahapan penyusunan

Setelah semua tahapan ditempuh maka semua disusun berdasarkan

sistematika penelitian dan dengan berkonsultasi pada dosen pembimbing,

sehingga tersusun menjadi karya ilmiah dalam bentuk skripsi dan siap

dimunaqosyahkan.

Page 56: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

40

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum KUA Praya Barat

Berdasarkan penelitian lapangan yang penulis lakukan terhadap BP4

KUA Kecamatan Praya Barat dalam upaya menanggulangi perceraian pada

dasarnya didirintis semenjak berdirinya pada tahun 1975 yang beralamat di

Jalan Raya Penujak Desa Batujai Kecamatan Praya Barat. Setelah mendapat

pengesahan dari Menteri Agama RI yang kemudian dibangun pada tahun 1979

berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI (KMA RI) No. 77 Tahun 1979.

KUA Praya Barat terletak di samping Kantor Camat Praya Barat.

Berdasarkan fungsi KUA secara umum, KUA Praya Barat juga berperan

dalam menangani semua permasalahan yang dihadapi semua elemen

masyarakat dalam menyelenggarakan perkawinan, konsultasi perkawinan dan

menanggulangi perceraian dalam mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia

dan sejahtera. Secara resmi kegiatan penasihatan nikah, baik melalui

wawancara, dialog umum, dan dialog khusus, maupun kunjungan rumah

(home-visit), khususnya melalui KUA Kecamatan Praya Barat yang sangat

berperan sebagai fasilitator dan dinamisatornya melalui BP4, dan masyarakat

yang tinggal di Praya Barat sebagai pemeran utama.

40

Page 57: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

41

Mengenai struktur organisasi satuan tugas Badan Penasihatan,

Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di Kecamatan Praya Barat dapat

dilihat pada gambar1 berikut: 69

Gambar. 1

Struktur organisasi satuan tugas Badan Penasihatan, Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan (BP4) Kecamatan Praya Barat

Sumber : Dokumentasi TU KUA Praya Barat

Untuk berbagai kegiatan yang berhubungan dengan upaya

menanggulangi perceraian dini di wilayah Kec. Praya Barat melibatkan

berbagai struktur yang ada selanjutnya dikoordinasikan dengan semua yang

terlibat. Dari hasil wawancara dengan Kepala KUA Kec. Praya Barat,

Penghulu dan Penyuluh Agama Islam, dan melihat fakta lapangan yang penulis

69

Hasil Dokumentasi TU KUA Praya Barat, Selasa, 01 April 2017

Orang Tua atau

Keluarga Calon

Pengantin

Sebelum

Akad

Pernikahan

Calon Pengantin

1. Catin Pria

2. Catin Wanita

Ka. KUA Kec. Praya Barat

Pelaksana Bimbingan Catin

dan Keluarga Bermasalah

Pelaksana Penasihatan

Calon Pengantin

Sebelum

Akad

Pernikahan

Setelah Akad

Pernikahan

Pasangan Bermasalah

1. Suami

2. Istri

Masyarakat

Umum

Page 58: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

42

lakukan, dapat disimpulkan bahwa peran KUA Kec. Praya Barat dalam upaya

menanggulangi perceraian adalah sebagai berikut:

1. Memberikan nasihat penerangan dan tuntunan pada yang

berkepentingan, seperti calon pengantin, pasangan bermasalah,

keluarga calon pengantin, keluarga pasangan bermasalah dan

masyarakat umum. Baik melalui acara penasihat nikah, wawancara

dan dialog umum, wawancara dan dialog khusus, dan melakukan

kunjungan rumah (home-visit).

2. Mengadakan upaya-upaya yang dapat memperkecil atau

meminimalisasi terjadinya perceraian.

3. Memberikan bantuan moril kepada calon pengantin, pasangan

bermasalah, dan masyarakat umum dalam menyelesaikan kesulitan-

kesulitan permasalahan perkawinan dan juga kerumahtanggaan secara

umum. 70

B. Data Perceraian di KUA Praya Barat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Pelaksana Bimbingan

Catin dan Keluarga Bermasalah KUA Kec. Praya Barat, angka gugatan

perceraian yang terjadi dan yang tercatat di KUA Praya Barat sangat signifikan

setiap tahunnya. Adapun data gugatan perceraian di KUA Praya Barat seperti

pada Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Data Gugatan perceraian di KUA Praya Barat 5 Tahun Terakhir 71

No. Tahun Angka Perceraian

1. 2013 41

2. 2014 39

3. 2015 41

4. 2016 31

5. 2017 13

Jumlah 155

Dokumentasi Petugas PBCKB KUA Praya Barat

70

Hasil wawancara dengan Kepala KUA Praya Barat, Senin, 30 Mei 2017 71

Hasil Dokumentasi Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga Bermasalah KUA

Praya Barat, Selasa, 01 April 2017

Page 59: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

43

Berdasarkan tabel di atas angka gugatan perceraian yang tercatat di KUA

Praya Barat angka tertinggi yaitu pada tahun 2013 dan 2015 sebanyak 41

gugatan perceraian, pada tahun 2014 sebanyak 39 gugatan perceraian.

Sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 terjadi penurunan angka gugatan

perceraian yaitu berturut-turut sebanyak 31 dan 13 gugatan perceraian. Jumlah

perceraian yang tercatat oleh KUA Praya Barat kurun waktu 5 tahun terakhir

sebanyak 155 gugatan perceraian. Angka ini bisa dikatagorikan cukup

signifikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Pelaksana Bimbingan

Catin dan Keluarga Bermasalah KUA Kec. Praya Barat, menyatakan bahwa

Perceraian yang terjadi dan yang tercatat di KUA Praya Barat memiliki faktor

penyebab yang beragam. 72

Adapun data penyebab perceraian di KUA Praya Barat yang dimaksud

adalah seperti pada tabel 4. berikut.

Tabel 4. Data faktor penyebab gugatan perceraian

di KUA Praya Barat 5 Tahun Terakhir 73

No Faktor

Penyebab Perceraian

Tahun Jumlah

2013 2014 2015 2016 2017

1. Poligami tidak sehat

2. Krisis Akhlak

3. Cemburu 2 2 4

4. Kawin paksa

5. Ekonomi

6. Tidak ada tanggungjawab 29 24 31 12 76

7. Kawin di bawah umur 1 1

8. Kekejaman jasmani

72

Hasil wawancara dengan Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga Bermasalah

KUA Praya Barat, Selasa, 01 April 2017 73

Hasil Dokumentasi dengan Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga

Bermasalah KUA Praya Barat, Selasa, 01 April 2017

Page 60: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

44

9. Kekejaman mental

10. Dihukum

11. Cacat biologis

12. Politis

13. Gangguan pihak ke tiga

14. Tidak ada keharmonisan 12 13 9 19 11 64

15. Lain-lain

Jumlah 41 39 41 31 13 155

Dokumentasi Petugas PBCKB KUA Praya Barat 74

Berdasarkan tabel di atas faktor penyebab gugatan perceraian yang

tercatat di KUA Praya Barat yang dominan yaitu disebabkan oleh tidak ada

tanggung jawab sebanyak 76 kasus, selanjutnya faktor penyebab gugatan

perceraian karena tidak ada keharmonisan sebanyak 64 kasus perceraian.

Sedangkan faktor penyebab gugatan perceraian karena terjadi kecemburuan

dan kawin di bawah umur masing-masing sebanyak 4 dan 1 kasus perceraian.

Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa angka

perceraian di masyarakat setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini tidak

terlepas dari peran BP4 KUA Kecamatan Praya Barat yang terus konsisten

dalam bersinergi menanggulangi perceraian.

Menurut Petugas Pelaksana Bimbingan Calon Pengantin dan Keluarga

Bermasalah yang menyatakan bahwa:

“Dari pasangan suami istri yang mendatangi kami di KUA Praya Barat

untuk menyampaikan persoalan rumah tangganya rata-rata faktor

penyebab pasangan suami istri yang bermasalah atau boleh kita katakan

penyebab menggugat cerai pasangannya karena bermasalah pada kepala

rumah tangganya yang kurang memberikan tanggung jawab dalam

keluarganya dan merasa ketidakada harmonisan dalam hubungan rumah

tangganya“. 75

74 Hasil Dokumentasi Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga Bermasalah KUA

Praya Barat, Selasa, 01 April 2017 75

Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga Bermasalah KUA Praya Barat, Selasa,

01 April 2017

Page 61: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

45

Adapun hasil wawancara dengan pasangan suami istri yang bermasalah

dan mendatangi BP4 KUA Praya Barat yaitu sebagai berikut.

Menurut Rahmiwati :

“Saya pernah ke kantor KUA Praya Barat untuk mengadu tentang

ketidakharmonisan dalam rumah tangga saya dan setelah ke sana, saat itu

saya diberikan bimbingan termasuk suami saya atas persoalan dalam

keluarga kami.” 76

Menurut Patimah :

“Petugas BP4 KUA Praya Barat pernah memberikan bimbingan kepada

saya ketika saya konsultasi tentang sebuah permasalahan rumah tangga

saya yaitu merasa suami saya kurang memberikan tanggung jawab

kepada saya dan anak-anak..” 77

Menurut Rahman :

“Saya pernah mendatangi BP4 KUA Praya Barat dan mendapat

bimbingan konseling ketika pernah terjadi masalah di keluarga kami.

Dan permasalahan kami waktu itu, saya merasa cemburu dengan istri

saya.” 78

Berdasarkan hasil wawancara di atas tentang peran dan penyebab

pengaduan perceraian dapat disimpulkan bahwa BP4 KUA Kecamatan Praya

Barat memiliki kepercayaan masyarakat sebagai tempat atau wadah dalam

menyampaikan pengaduan terhadap persoalan rumah tangga yang sedang

dialaminya baik disebabkan oleh beberapa Faktor diantaranya sebagian besar

pasangan suami istri yang menyampaikan pengaduan yaitu disebabkan karena

tidak ada tanggungjawab dan ketidakharmonisan dalam rumah tangganya.

76

Hasil wawancara dengan Rahmiwati (Pasutri bermasalah/masyarakat) penerima

bimbingan konseling BP4 KUA Praya Barat, Sabtu, 05 April 2017 77

Hasil wawancara dengan Patimah(Pasutri bermasalah/masyarakat) penerima bimbingan

konseling BP4 KUA Praya Barat, Sabtu, 05 April 2017 78

Hasil wawancara dengan Rahman (Pasutri bermasalah/masyarakat) penerima bimbingan

konseling BP4 KUA Praya Barat, Sabtu, 05 April 2017

Page 62: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

46

C. Data Bimbingan BP4 KUA Praya Barat

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17

Maret 2017 pukul 09.00 Wita. Peran BP4 dalam menanggulangi perceraian

apabila masyarakat mendatangi BP4 KUA Kec. Praya Barat untuk

menyampaikan gugatan perceraian adalah sebagai berikut:

“(1) Petugas BP4 menyambut dengan baik klien yang datang ke BP4

dengan keperluan untuk melakukan perceraian. Petugas bertanya kepada

klien tentang garis besar masalah yang menjadi faktor penyebab

perceraian. Petugas BP4 berusaha untuk menasihati klien agar

membatalkan niatnya bercerai dengan pasangannya. Namun jika klien

belum terketuk hatinya untuk membatalkan perceraian, maka akan

dilaksanakan sidang/pertemuan antara kedua belah pihak suami dan

isteri yang akan melakukan perceraian. BP4 melayangkan surat

panggilan kepada kedua pasangan yang akan melakukan perceraian

untuk mengikuti sidang. (2) BP4 mempertemukan pasangan suami isteri

yang akan melakukan perceraian dalam sidang. (3) Berdasarkan

wawancara dengan petugas BP4 dan berdasarkan observasi yang

dilakukan oleh peneliti, apabila pasangan yang akan melakukan

perceraian masih bersikeras untuk bercerai, BP4 berusaha untuk

mempersulit terjadinya perceraian” 79

.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Pelaksana Bimbingan

Catin dan Keluarga Bermasalah KUA Kec. Praya Barat yang menyatakan

bahwa:

“Di samping menerima guguatan perceraian dari masyarakat KUA Praya

Barat juga memberikan bimbingan kepada pasangan suami dan istri

bermasalah.80

79

Hasil Observasi dengan Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga Bermasalah

KUA Praya Barat, Jum’at, 17 Maret 2017 80

Hasil Wawancara dengan Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga Bermasalah

KUA Praya Barat, Rabu, 02 April 2017

Page 63: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

47

Adapun data gugatan perceraian di KUA Praya Barat seperti pada Tabel

5 berikut.

Tabel 5. Data Bimbingan BP4 KUA Praya Barat 5 Tahun Terakhir 81

No. Tahun Gugatan/

Pembimbingan

Keputusan Setelah Pembimbingan

Bercerai Tidak Bercerai

1. 2013 41 37 4

2. 2014 39 34 5

3. 2015 41 26 15

4. 2016 31 18 13

5. 2017 13 7 6

Jumlah 155 112 43

Dokumentasi Petugas PBCKB KUA Praya Barat

Berdasarkan tabel di atas, gugatan dan pembimbingan yang tercatat di

KUA Praya Barat pada tahun 2013 yaitu 41 gugatan atau pembimbingan dan

yang berhasil ditanggulangi sebanyak 4 kasus dan 37 gugatan diselesaikan

dengan bercerai setelah melakukan bimbingan. Pada tahun 2014 yaitu 39

gugatan atau pembimbingan dan yang berhasil ditanggulangi sebanyak 5

gugatan dan 34 gugatan diselesaikan dengan bercerai setelah melakukan

bimbingan. Pada tahun 2015 yaitu 41 gugatan atau pembimbingan dan yang

berhasil ditanggulangi sebanyak 15 kasus dan 26 gugatan diselesaikan dengan

bercerai setelah melakukan bimbingan. Dan pada tahun 2016 yaitu 31 gugatan

atau pembimbingan dan yang berhasil ditanggulangi sebanyak 13 kasus dan 18

gugatan diselesaikan dengan bercerai setelah melakukan bimbingan.

Sedangkan, pada tahun 2017 yaitu 13 gugatan atau pembimbingan dan yang

berhasil ditanggulangi sebanyak 4 kasus dan 37 gugatan diselesaikan dengan

bercerai setelah melakukan bimbingan.

81

Hasil Dokumentasi dengan Petugas Pelaksana Bimbingan Catin dan Keluarga

Bermasalah KUA Praya Barat, Rabu, 02 April 2017

Page 64: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

48

D. Faktor Pendukung dan Penghambat BP4 dalam Upaya Menjalankan

Peran dalam Menanggulangi Perceraian

Dalam menanggulangi perceraian yang akan terjadi di masyarakat yang

dilakukan BP4 KUA Kec. Praya Barat, terdapat faktor-faktor pendukung yang

mempengaruhinya.

Berdasarkan wawancara dengan Drs. Mahsun (Kepala KUA Praya Barat)

menyatakan bahwa :

“Karena mengurangi angka perceraian merupakan tugas dan tanggung

jawab kami selaku petugas BP4 KUA di Lingkungan Kecamatan Praya

Barat. Maka, kami berusaha menyediakan mendukung pelaksanaannya

dengan sebaik-baiknya. Diantaranya, memberikan himbauan kepada

calon pengantin untuk menghadiri acara kegiatan penasihatan pranikah

supaya calon pengantin ini memiliki bekal untuk menjalankan kehidupan

rumah tangganya dengan baik. 82

Menurut Petugas Pelaksana Penasihatan Calon Pengantin yang

menyatakan bahwa:

“Proses Penasihatan yang kami laksanakan diikuti oleh calon pengantin

dengan aktif hingga akhir acara. Dan acara ini kami laksanakan langsung

di gedung Aula KUA Praya Barat yang telah kami sediakan“.83

Adapun hasil wawancara dengan pasangan suami istri yang telah

mendapat bimbingan penasihatan yaitu sebagai berikut.

Menurut Muhamad Fadli dan Andini :

“Kami menikah 4 bulan yang lalu dan akad nikah kami di KUA Praya

Barat. Sebelum melaksanakan akad nikah kami dusruh mengikuti acara

penasihatan oleh BP4 KUA dan yang mengikuti penasihatan tidak

terbatas pada kami sebagai calon pengantin juga tapi keluarga yang

mendampingi kami juga ikut mengikuti acara tersebut. 84

82

Hasil wawancara dengan Kepala KUA Praya Barat, Selasa, 31 Mei 2017 83

Hasil wawancara dengan Petugas Pelaksana Penasihatan Catin BP4 KUA Praya Barat,

Rabu, 02 April 2017 84

Hasil wawancara dengan Muhamad Fadli dan Andini (Pasutri/masyarakat) penerima

bimbingan penasihatan BP4 KUA Praya Barat, Kamis, 03 April 2017

Page 65: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

49

Menurut Sarpini dan Budi :

“Pada sebelum akad nikah kami kemarin sekitar sebulan lalu, kami

mengikuti acara penasihatan sebelum akad nikah di KUA Praya Barat

sekaligus sebagai tempat kami melangsungkan akad. Alhamdulillah…

sangat positif dan memberikan kami manfaat dan pencerahan kepada

dalam memahami hubungan rumah tangga”. 85

Menurut Suhardi dan Muslihatin :

“Kami melangsungkan akad nikah di rumah, walaupun begitu kami

mendapat himbauan untuk menghadiri acara bimbingan penasihatan di

kantor KUA Praya Barat. Kami sangat merasa dibekali dengan uraian

nasihat Petugas BP4 tentang pernikahan.” 86

Selain faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi peran BP4 KUA

Kec. Praya Barat dalam menanggulangi perceraian, terdapat pula beberapa

faktor penghambatnya.

Menurut Petugas Pelaksana Penasihatan Calon Pengantin yang

menyatakan bahwa:

“Meskipun rata calon pengantin yang mengikuti acara penasihatan yang

diselenggarakan oleh BP4 KUA Praya Barat banyak namun masih ada

pasangan yang tidak mengikuti acara tersebut dan jumlahnya juga

sedikit“.87

Adapun hasil wawancara dengan pasangan suami istri yang tidak

mengikuti acara penasihatan BP4 KUA Praya Barat yaitu sebagai berikut.

Menurut Jamal dan Murni :

“Sebelum melaksanakan akad nikah kami diminta mengikuti acara

penasihatan oleh BP4 KUA Praya Barat tetapi kami tidak dapat hadir

karena waktu pelaksanaannya pagi hari dan jarak rumah kami dengan

85

Hasil wawancara dengan Sarpini dan Budi (Pasutri/masyarakat) penerima bimbingan

penasihatan BP4 KUA Praya Barat, Kamis, 03 April 2017 86

Hasil wawancara dengan Suhardi dan Muslihatin (Pasutri/masyarakat) penerima

bimbingan penasihatan BP4 KUA Praya Barat, Kamis, 03 April 2017 87

Hasil wawancara dengan Petugas Pelaksana Penasihatan Catin BP4 KUA Praya Barat,

Rabu, 02 April 2017

Page 66: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

50

kantor KUA lumayan jauh hampir 20 kiloan meter belum lagi kami harus

persiapan akad.” 88

Menurut Juaini dan Halimah :

“Mungkin kami salah satu dari pasangan calon pengantin waktu itu

berhalangan hadir mengikuti acara bimbingan penasihatan oleh BP4

KUA Praya Barat karena kami mengalami kecapean dan kondisi kami

drop karena hari sebelumnya kami melakukan banyak persiapan akad

yang lakukan tetapi Alhamdulillah petugas KUA dapat mengadiri akad

kami di rumah.” 89

Berdasarkan hasil wawancara di atas tentang Faktor pendukung dan

Faktor penghambat BP4 KUA Kecamatan Praya Barat untuk menjalankan

perannya dalam upaya menanggulangi perceraian di masyarakat, dapat

disimpulkan bahwa BP4 KUA Kecamatan Praya Barat memiliki Faktor

pendukung yang cukup diantaranya adalah keinginan masyarakat khususnya

calon pengantin atau pasangan suami istri untuk menerima penasihatan pra

nikah dan bimbingan konseling bagi pasangan bermasalah. Selain Faktor

pendukung, BP4 KUA Kecamatan Praya Barat juga memiliki Faktor

penghambat diantara masih ada pasangan calon yang berhalangan hadir dalam

acara penasihatan pra nikah dan untuk pasangan suami istri yang bermasalah

masih ada yang bercerai tidak melibatkan BP4 KUA Kecamatan Praya Barat.

Selain itu, Pengadilan Agama mempermudah pasangan suami istri yang

bermasalah untuk melaksanakan perceraian.

88

Hasil wawancara dengan Jamal dan Murni (Pasutri/masyarakat) penerima bimbingan

penasihatan BP4 KUA Praya Barat, Jumat, 04 April 2017 89

Hasil wawancara dengan Juaini dan Halimah (Pasutri/masyarakat) penerima bimbingan

penasihatan BP4 KUA Praya Barat, Jumat, 04 April 2017

Page 67: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

51

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran BP4 KUA Kec. Praya Barat

Peran BP4 KUA Kec. Praya Barat sebagai lembaga dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat yang berupa Penasihatan, Pembinaan,

Pelestarian, mediasi dan advokasi perkawinan serta memberikan dorongan

kepada segenap tokoh masyarakat, konselor perkawinan agar proaktif

memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang pentingnya eksistensi keluarga

yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebagai badan yang bertugas menasehati calon/suami istri, BP4 KUA

Kec. Praya Barat menggunakan cara tertentu. Prosedur nasehat dapat dilakukan

dalam 3 tahap yaitu (a) Tahap permulaan, (b) Tahap penerusan, dan (c) Tahap

penutupan.

1. Tahap Permulaan, calon/suami istri yang datang ke BP4 KUA Kec. Praya

Barat mengemukakan persoalan persoalan serta pertolongan yang

diperlukannya dalam suatu wawancara khusus untuk itu. Bagi yang datang

sebagai calon suami istri, pada hakikatnya nasihat yang diberikan adalah

dalam rangka mempersiapkan dan memberikan pengertian tentang sifat

hubungan antar manusia dalam kehidupan perkawinan dan kekeluargaan.

Untuk yang sudah menjadi suami istri, penasehatannya lebih sulit dibanding

penasehatan bagi mereka yang masih calon suami istri. Sebab biasanya

suami istri baru datang ke BP4 KUA Kec. Praya Barat manakala telah

51

Page 68: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

52

timbul suatu keadaan yang menyebabkan hubungan suami istri mengalami

kemacetan atau dalam keadaan krisis.

2. Tahap Penerusan, tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yaitu

setelah suami istri mengemukakan persoalannya kepada penasehat KUA

Kec. Praya Barat dan penasehat pun telah memahaminya, maka oleh

penasehat akan diberikan saran-saran dan nasihat-nasihat dalam mengatasi

persoalan yang dikemukakan tersebut.

3. Tahap Penutup, pada tahap ini diusahakan agar calon/suami istri merasa

atau beranggapan bahwa penasihat senantiasa bersedia menerima dan

memberikan pertolongan apabila dibutuhkan. Tetapi diperlukan kecakapan

dari penasihat untuk membuat calon /suami istri yang pernah datang ke BP4

KUA Kec. Praya Barat, dan memperoleh petunjuk dan nasihat dari BP4,

tidak tergantung kepada BP4 dan dapat menyelesaikan persoalannya sendiri.

Dalam metode penasihatan, BP4 KUA Kec. Praya Barat menggunakan

beberapa cara (metode) yaitu wawancara dan mendengar. Teknik Direktif,

penasehat berusaha memahami dan memperhatikan segi-segi permasalahannya

dan setelah itu menasehati mereka untuk melakukan sesuatu. Teknik Non

Direktif, penasihat berusaha menggerakkan kemauan dan sikap memahami

kepada yang bersangkutan dan menganjurkan agar yang bersangkutan sendiri

menentukan jalan yang perlu ditempuh untuk mengatasi permasalahan mereka.

Dalam menggunakan metode mendengar terdapat beberapa cara atau

teknik yaitu (a) hanya mendengarkan saja hal-hal yang dikemukakan para

pihak; (b) mendengar sambil membimbing dengan mengemukakan pertanyaan-

Page 69: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

53

pertanyaan untuk dapat menggali permasalahannya; (c) mendengar sambil

memberi bantuan pemecahan permasalahan yang dihadapi para pihak.

B. Implementasi Peran BP4 KUA Kec. Praya Barat

Sebagaimana telah diuraikan dalam bab I, bahwa secara garis besar BP4

bertugas memberikan nasihat, baik dikala akan melangsungkan pernikahan

bagi mereka yang akan menikah secara Islam, dalam perselisihan rumah tangga

maupun bagi mereka yang akan bercerai. Untuk merealisasikan fungsi tersebut

maka BP4 membagi tugas nasihat menjadi dua macam yaitu (a) Nasihat pra

nikah, (b) Nasihat pra talak. Nasihat Pra nikah, nasihat pra nikah yaitu

diberikan kepada calon suami istri yang akan melangsungkan pernikahan

secara Islam, baik dilakukan secara apabila yang mendaftarkan nikah banyak,

maupun dilaksanakan secara perorangan secara massal apabila yang

mendaftarkan nikah banyak, maupun dilaksanakan secara perorangan.

Dalam pemberian materi nasihat pra nikah, kadang-kadang BP4

mendatangkan BKKBN, ulama untuk memberikan bekal bagi calon mempelai

yang akan menempuh bahtera rumah tangga. Di samping itu kepada calon

mempelai atau calon suami istri, diberi nasihat bagaimana seharusnya

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa sesuai dengan tujuan perkawinan yang mengatakan, bahwa

perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Nasihat pra talak, nasihat talak yaitu

Page 70: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

54

nasihat yang diberikan kepada suami istri yang bermaksud akan bercerai, baik

suami istri itu datang sendiri ke BP4 maupun mereka itu merupakan

pengiriman dari Pengadilan Agama.

Dalam pemberian nasihat pra talak ini biasanya mereka yang datang tak

ubahnya dengan seorang yang menghidap penyakit yang sudah parah sehingga

sukar disembuhkan, yang berakibat nasihat pra talak yang diberikan ini kurang

sekali manfaatnya, sebab mereka yang datang mayoritas perselisihan dikirim

ke Pengadilan Agama karena ternyata tidak dapat didamaikan. Untuk lebih

jelasnya, secara garis besar penulis akan menguraikan prosedur/tata cara BP4

KUA Kecamatan Praya Barat menyelesaikan/ mendamaikan pihak-pihak yang

ingin bercerai.

Pertama-tama pihak yang akan menjadi klien (pihak yang bersengketa)

datang ke BP4 KUA Kecamatan Praya Barat dimana kedua belah pihak

bertempat tinggal. Setelah bertempat tinggal. Setelah pendaftaran, maka kedua

belah pihak diminta hadir guna mengikuti sidang konsultasi krisis rumah

tangga. Apabila dari kedua belah pihak setelah diminta hadir ada salah satu

yang tidak hadir maka ketua BP4 Kecamatan meminta bantuan kepada

desa/kepala kelurahan dimana pihak yang tidak hadir itu di sekretariat BP4

KUA Kecamatan Praya Barat untuk menghadiri sidang konsultasi krisis rumah

tangga. Setelah kedua belah pihak hadir pada sidang konsultasi krisis rumah

tangga, maka BP4 berusaha mendamaikan para pihak.

Dalam hal suami dan istri berselisih dan bertengkar terus menerus, maka

BP4 menanyakan faktor-faktor penyebab perselisihan dan pertengkaran untuk

Page 71: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

55

kemudian memberikan alternatif pemecahannya. Sehingga dapatlah

diupayakan agar suami istri itu dapat damai kembali. Apabila usaha

perdamaian yang dilakukan BP4 KUA Kecamatan Praya Barat tidak berhasil,

dalam arti para pihak yang berselisih tetap menginginkan adanya perceraian,

maka BP4 KUA Kecamatan Praya Barat melimpahkan perkara ke BP4

Kabupaten Lombok Tengah, dengan disertai surat pengantar dari BP4 KUA

Kecamatan Praya Barat. Dalam surat pengantar ini tercantum identitas para

pihak dan uraian singkat sebab-sebab perselisihan suami istri. BP4 kabupaten

setelah menerima klien BP4 KUA Kecamatan Praya Barat akan berusaha

mendamaikan kembali suami istri tersebut. Upaya perdamaian yang dilakukan

BP4 Kabupaten ini tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi dapat dilakukan

beberapa kali sepanjang BP4 masih memandang perlu para pihak untuk diberi

nasihat.

Dari konsultasi para pihak dengan BP4 KUA Kecamatan Praya Barat ini

beberapa sikap yang diambil BP4 yaitu (1) merukunkan kembali (damai).

Dalam hal ini BP4 tidak masalah, karena mendamaikan tujuan pemberian

nasihat, (2) Disetujui perceraian, dalam hal ini BP4 tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak tetap bersikeras untuk bercerai serta alasan-

alasan perceraian yang cukup kuat. Sikap selanjutnya klien dapat meneruskan

perceraian ke P.A, (3) Ditangguhkan perceraiannya, dalam hal ini BP4 berhasil

menangguhkan para pihak untuk bercerai, dalam artian para pihak masih diberi

kesempatan untuk berfikir tentang buruknya perceraian yang diajukan. Dengan

Page 72: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

56

penangguhan ini diharapkan upaya damai dapat terjadi diantara kedua belah

pihak yang akan bercerai.

Dalam penempatan mekanisme penanganan dalam perdamaian antara

pihak satu dengan pihak yang lain sama-sama sejajar, yakni tidak

memihak satu sama lain atau BP4 bersifat netral. Karena pada kondisi

seperti ini dirasa sangat dibutuhkan untuk tidak terlaksananya hakam yang

mempunyai sifat adil. Pelaksanaan peran BP4 yang dilakukan di lapangan

adalah merupakan sebuah tindakan persuasif yakni penanganan kejadian yang

telah terjadi.

Tahapan yang dilakukan para mediator dalam menangani perceraian

Pasutri yakni pihak datang ke BP4 KUA Kecamatan Praya Barat untuk

mendaftarkan perceraiannya kemudian mediator menanyakan alasan kenapa

bercerai, sekaligus memediasi pihak yang datang. Hari berikutnya pihak dari

lawan didatangkan untuk didamaikan. Jika tidak menemui jalan keluar dalam

perkara tersebut maka jalan terakhir dengan berpisah yakni dengan

menandatangai surat pernyataan di atas materai sebagai syarat pengajuan

rekomendasi yang menyatakan bahwa para pihak tidak dapat didamaikan dan

surat tersebut di serahkan para pihak untuk mendaaftarkan ke Pengadilan

Agama.

Berdasarkan pemaparan di atas, secara garis besar peran KUA Kec.

Praya Barat dalam upaya menanggulangi perceraian adalah sebagai berikut:

1. Memberikan nasihat penerangan dan tuntunan pada yang berkepentingan,

seperti calon pengantin, pasangan bermasalah, keluarga calon pengantin,

Page 73: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

57

keluarga pasangan bermasalah dan masyarakat umum. Baik melalui acara

penasihat nikah, wawancara dan dialog umum, wawancara dan dialog

khusus, dan melakukan kunjungan rumah (home-visit).

2. Mengadakan upaya-upaya yang dapat memperkecil atau meminimalisasi

terjadinya perceraian.

3. Memberikan bantuan moril kepada calon pengantin, pasangan bermasalah,

dan masyarakat umum dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan

permasalahan perkawinan dan juga kerumah-tanggaan secara umum.

4. Mewajibkan pasangan calon pengantin mengikuti penasihatan catin.

Sebelum dilaksanakan pernikahan, mereka wajib mengikuti acara

penasihatan calon pengantin yang diadakan di ruang Balai Nikah KUA Kec.

Praya Barat. Calon pengantin dibekali tentang hukum-hukum perkawinan,

tentang upaya menciptakan keluarga sakinah, tentang pemenuhan hak dan

kewajiban suami istri, dan upaya mengatasi problematika rumah tangga

untuk menghindari perceraian.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat BP4 KUA Kec. Praya Barat dalam

Menanggulangi Perceraian

Faktor pendukung yang mempengaruhi peran BP4 KUA Kec. Praya Barat

dalam menanggulangi perceraian yaitu sebagai berikut.

1. Aktifnya calon pengantin dalam menghadiri acara kegiatan penasihatan

nikah yang dilaksanakan di KUA Kec. Praya Barat.

Page 74: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

58

2. Besarnya harapan dan dukungan masyarakat Kec. Praya Barat terhadap

pembentukan keluarga sakinah.

3. Besarnya harapan calon pengantin dan keluarganya ketika proses

pernikahan. Kehadiran mereka yang cukup banyak, khususnya ketika

pernikahan di Balai Nikah KUA Kec. Praya Barat merupakan dukungan

terhadap pernikahan anak-anak mereka atau keluarga mereka atau kawan-

kawan dari mempelai.

4. Dasar hukum, peraturan perundang-undangan yang mendukung KUA dalam

berbagai kegiatannya, termasuk dalam upaya pencegahan perceraian dini,

sehingga jelas tata aturan hukumnya.

5. Ketersediaan tenaga ahli penasihatan yang mendukung kegiatan upaya

menanggulangi perceraian pada KUA Kec. Praya Barat, yaitu Kepala KUA

Kec. Praya Barat.

6. Sarana dan prasarana seperti ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk

memberikan penasihatan calon pengantin dan keluarga bermasalah, yaitu

ruang penasihatan nikah dan ruang BP4.

Selain faktor-faktor pendukung, adapun factor penghambat yang

mempengaruhi peran BP4 KUA Kec. Praya Barat dalam menanggulangi

perceraian adalah sebagai berikut.

1. Masih adanya keluarga yang bermasalah yang langsung menyelesaikan

permasalahannya melalui perceraian di Pengadilan Agama tanpa melalui

penasihan lebih dahulu di KUA Kec. Praya Barat.

Page 75: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

59

2. Setiap tahun ternyata semakin meningkatnya keluarga bermasalah yang

memerlukan bantuan konseling di K UA Kec. Praya Barat.

3. Campur tangannya pihak keluarga dalam problematika rumah tangga

pasangan suami istri, yang justru makin memperkeruh permasalahan.

4. Adanya faktor psikologi klien BP4 yang secara umum ternyata masih

kurang mampu mengendalikan ego masing-masing.

5. Adanya pasangan calon pengantin yang tidak menghadiri penasihatan nikah

di KUA Kec. Praya Barat walaupun jumlahnya sedikit. Artinya mereka

kehilangan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman

untuk menciptakan keluarga yang baik dalam upaya pencegahan perceraian

dini yang mungkin akan terjadi pada diri mereka.

Page 76: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

60

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan data sesuai dengan teori yang peneliti telah

paparkan pada Bab sebelumnya, bahwa peran KUA Kec. Praya Barat adalah

sebagai berikut.

1. Peran BP4 KUA Kec. Praya Barat dalam menanggulangi perceraian dengan

cara memberikan nasihat yang disesuaikan dengan masalah yang

menyebabkan terjadinya perceraian dan memberikan waktu satu bulan

kepada klien agar melaksanakan nasihat tersebut. Jika nasihat tersebut dapat

dilaksanakan dengan baik, mereka akan kembali membina rumah tangga,

namun apabila mereka tetap menghendaki perceraian, petugas BP4 KUA

Kec. Praya Barat tidak dapat memaksakan kehendak klien. Petugas BP4

membuatkan surat pengantar untuk mengajukan perkara di Pengadilan

Negeri Agama.

2. Dalam menanggulangi terjadinya perceraian, BP4 KUA Kec. Praya Barat

mempuyai dukungan masyarakat dan memfasilitasi dalam penasihatan dan

konseling. Adapun yang menjadi hambatan BP4 KUA Kec. Praya Barat

dalam melaksanakan perannya yaitu longgarnya Pengadilan Agama

meloloskan klien yang mengajukan permohonan cerai sebelum ada

penasihatan dari BP4.

60

Page 77: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

61

B. Saran

1. Kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, seyogyanya melaksanakan

program-program pemberdayaan kepada masyarakat dalam menurunkan

angka perceraian.

2. Kepada Pengadilan Agama, memberikan himbauan bagi keluarga

bermasalah agar terlebih dahulu mendatangi BP4 KUA untuk

menyampaikan pengaduannya.

3. Kepada Petugas BP4 KUA Praya Barat, dalam menjalankan fungsinya

sebagai mediator perkawinan perlu menyiapkan tenaga mediator yang baik,

sarana dan prasarana yang memadai serta metode yang digunakan.

4. Kepada Masyarakat Praya Barat, sebaiknya sebelum mengajukan gugatan

perceraian di Pengadilan Agama, terlebih dahulu mereka mendatangi KUA

sebagai badan yang berfungsi sebagai mediator perkawinan. Agar mereka

mendapatkan penasihatan dari BP4.

Page 78: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh

Munakahat, Jakarta: Amzah, 2011.

Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008.

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2003.

Abdul Rahman, Perkawinan dalam Syariat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ahmad Faisal: Efektivitas BP4 dan Perannya dalam Memberikan Penataran atau

Bimbingan Pada Calon Pengantin (Studi Pada BP4 KUA Kecamatan

Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2007, tidak diterbitkan.

Al-Imam Taqiyuddin Abubakar Alhusaini, Terjemah Kifayatul Akhyar jilid 2,

Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Cet. III, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2006.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: RajawaliPers, 2007.

Dahlan, Abdul Choliq, Bimbingan dan Konseling Sejarah, Konsep dan

Pendekatannya. Jogjakarta: Pura Pustaka, 2009

Departemen Agama RI, Al Qur‟ an dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra.

1998.

Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya, Graha Indonesia,

Jakarta, 2002.

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta, GP Press, 2005.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif

Jakarta: GP Press, 2013.

Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah, 2011.

Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2004

Page 79: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

63

M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Makna Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al-

Qur‟ an), Jakarta: Lentera Hati, 2012.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Mashudi, Farid, Psikologi Konseling. Jogjakarta : IRCiSoD. 2012

Nana Syaodikh Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2007.

R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, cet. XXVI,

1994.

S. Nasution, Metode ResearchPenelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sayyid Quthb, Tafsir fi zhilalil-Qur‟ an di bawah naungan Al-Qur‟ an jilid 2,

Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007.

Slamet Abidin, Aminudin, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: rajagrafindo

Persada.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&B, Bandung: Alpabeta, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Bandung: CV Alfabeta, 2013.

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:

Rineka Cipta. 2006

Sujiantoko, Peran dan Fungsi BP4 dalam Mediasi Perkawinan di Kabupaten

Jepara, Skripsi diterbitkan, Fakultas Syari’ah Istitut Agama Islam Negeri

Walisongo semarang 2010.

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

Sutoyo. Anwar. 2009, Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktik.

Semarang: Widya Karya. h 23.

1Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Page 80: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

64

Ummi Lathifah, Peran BP4 dalam Menanggulangi Kebiasaan Kawin Cerai di

KUA Kecamata Panceng Kabupaten Gresik, Skripsi Diterbitkan, Fakultas

Syari’ah Istitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2009.

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟ I, Mengupas Masalah Fiqhiyah berdasarkan

Al-Qur‟ an dan Hadits jilid 2, Jakarta: Almahira, 2012.

Zinal Arifin, Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011.

Page 81: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

65

Page 82: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

66

Page 83: PERAN BP4 DALAM MENANGGULAN GI PERCERAIAN (STUDI KASUS …etheses.uinmataram.ac.id/90/1/Susi Sugiana153134037.pdf · Selain memuat tentang pengertian perkawinan, dalam Undang-Undang

67