PERAN BAITUL MAL DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN …repository.utu.ac.id/723/1/I-V.pdf · 2017....
Transcript of PERAN BAITUL MAL DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN …repository.utu.ac.id/723/1/I-V.pdf · 2017....
PERAN BAITUL MAL DALAM UPAYA PENGENTASAN
KEMISKINAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
AGUSWANDI
NIM : 07C20101051
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
TAHUN 2015
PERAN BAITUL MAL DALAM UPAYA PENGENTASAN
KEMISKINAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
AGUSWANDI
NIM : 07C20101051
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
TAHUN 2015
iv
ABSTRAK
Pemerintah Aceh menyadari pentingnya kehadiran sebuah lembaga zakat
yang defenitif berdasarkan Undang-undang dengan manajemen yang baik untuk
mengelola dana umat ini. Pemerintah terus mencari formulasi yang tepat tentang
lembaga pengelolaa zakat ini, sehingga lahirlah lembaga yang diberi nama Baitul
Mal.Baitul Mal merupakan Lembaga daerah yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat dan harta agama lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Baitul Mal
dalam upaya pengentasan kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.Penelitian ini
termasuk dalam penelitian kualitatif dimana penelitiandiarahkan untuk
mendeskripsikan dan menganalisa peran Baitul Mal dalam upaya pengentasan
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini yaitu dengan cara wawancara dan dokumentasi.Dalam menganalisa
datapenyusun menggunakan metode deskriftif yaitu analisa data yang tidakdapat
diukur secara langsung karena bukan menunjukkan suatu angka tapidalam bentuk
kategori-kategori data yang sejenis dikelompokan kemudianditentukan dengan
kenyataan menurut kegunaan. Maksudnya adalah denganmenganalisa data melalui
penjelasan kata-kata yang pada akhirnya dapatditarik suatu kesimpulan.Sejak awal
terbentuk hingga saat ini dana yang disalurkan oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan
Raya terus mengalami peningkatan. Jumlah dana yang telah disalurkan oleh
Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005 hingga Tahun 2014 sebanyak Rp
28.788.539.704dana ini tentunya akan sangat membantu pemerintah daerah dalam
pemberantasan kemiskinan yang ada di Kabupaten Nagan Raya.
Bagi Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya diharapkan agar dapat
mengobtimalkan zakat baik dalam pengelolaan, penyaluran dan sosialisasi zakat
secara komprehensif dalam masyarakat. Adanya upaya penggalian sumber-
sumber zakat yang harus terus dilakukan agar hasil dan daya guna zakat dapat
lebih diobtimalkan.
Kata Kunci : Baitul Mal, Kemiskinan
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan sering menjadi topik yang dibahas dan diperdebadkan dalam
berbagai forum baik nasional maupun internasional, walaupun kemiskinan itu
sendiri telah muncul berabat-abat yang lalu. Kemiskinan adalah profil kehidupan
masyarakat yang menggambarkan ketidakmampuannya untuk hidup layak dan
berpartisipasi dalam pembangunan yang sedang dan terus berjalan.
Perkembangan kondisi kemiskinan di suatu negara secara ekonomis
merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, dengan semakin menurunnya tingkat
kemiskinan yang ada maka dapat disimpulkan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat disuatu negara. Kemiskinan merupakan suatu bentuk fenomena sosial
yang tercipta dari adanya kesenjangan sosial yakni dikarenakan adanya distribusi
kekayaan yang tidak merata didalam masyarakat.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks. Kemiskinan juga
merupakan sebuah hubungan sebab akibat (kausalitas melingkar) artinya tingkat
kemiskinan yang tinggi terjadi karena rendahnya pendapatan perkapita,
pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena investasi perkapita yang juga
rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah disebabkan oleh permintaan
domestik perkapita yang rendah juga dan hal tersebut terjadi karena tingkat
kemiskinan yang tinggi dan demikian seterusnya, sehingga membentuk sebuah
lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan sebab dan akibat (teori Nurkse)
1
2
dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar kemiskinan di Indonesia
(Kuncoro, 2006; h. 56)
Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak
untuk ditangani. Hal ini terlihat dari masih banyak masyarakat yang tidak
memiliki sarana dan prasarana dasar, perumahan dan pemukiman yang memadai,
serta kurangnya kemampuan untuk melanjutkan pendidikan.
Salah satu langkah yang dapat di tempuh pemerintah dalam rangka
menyelasaikan masalah kemiskinan adalah dengan menggalakkan program zakat.
Di Indonesia, islam adalah agama mayoritas dan dalam islam ajaran zakat
diperkanalkan sebagai media untuk menumbuhkan pemerataan kesejahteraan
diantara masyarakat dan mengurangi kesenjangan antara sikaya dan simiskin.
Potensi zakat di Indonesia sangat besar dan jika bisa dikelola dengan baik akan
menjadi potensi besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat. (Didin
Hafidhuddin,2006; h. 37)
Belajar dari pengalaman masa lalu, seiring dengan pelaksanaan syariat
Islam secara kaffah, pemerintah Aceh sepertinya menyadari pentingnya kehadiran
sebuah lembaga zakat yang defenitif berdasarkan Undang-undang dengan
manajemen yang baik untuk mengelola dana umat ini. Pemerintah terus mencari
formulasi yang tepat tentang lembaga pengelolaa zakat ini, sehingga lahirlah
lembaga yang diberi nama Baitul Mal.
Baitul Mal merupakan Lembaga daerah yangberwenang melakukan
tugas pengelolaan zakat danharta agama lainnya. BaitulMal dipimpin oleh
seorang Kepala Badan yangdiangkat dan bertanggung jawab kepada
Gubernuratau Bupati untuk periode tertentu yang di dalammelaksanakan
3
tugasnya bersifat independent. BadanBaitul Mal mempunyai tugas
melaksanakanpengelolaan zakat, pembinaan mustahiq danmuzakki serta
pemberdayaan harta agama sesuaiketentuan Syariat Islam.
Pengelolaan zakat di provinsi Aceh sudah lama dipraktekkan di dalam
masyarakat. Kebiasaan masyarakat Aceh dalam menunaikan zakat dapat
diperhatikan pada saat menjelang akhir ramadhan, masyarakat mendatangi mesjid
atau meunasah untuk menunaikan zakatnya. Pengelolaan zakat pada waktu itu,
masih bersifat tradisional, artinya zakat belum dikelola dengan manajemen yang
baik, sehingga zakat yang diberikan kepada mustahiq belum memberikan bekas.
Gagasan awal pembentukan Baitul Mal di Aceh Tahun 2003memang
secara formal didasari pada upaya mengisikeistimewaan Aceh di bidang syariat
Islam. Namunjika kita lihat fakta sosial ekonomi yang melatar-belakanginya,
justru Baitul Mal dibentuk untukmenjawab berbagai persoalan sosial,
kemiskinan dan kondisi kaum dhuafa yang tertindas. Kehadiran BaitulMal
diharapkan menjadi bagian dari solusi pentingterhadap ketidak adilan sosial dan
ekonomi dalammasyarakat Aceh.
Baitul Mal kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu dari 23 Baitul
Mal Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Aceh. Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya berdiri sejak Tahun 2005 dan terus berkembang, dalam penyaluran
dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) kepada masyarakat dari tahun ketahun terus
mengalami peningkatan, ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap upaya
pemerintah daerah dalam pengentasan kemiskinan yang ada di Kabupaten Nagan
Raya.
4
Sejak awal terbentuk hingga saat ini dana yang disalurkan oleh Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya terus mengalami peningkatan. Data pada Tabel 1 berikut
ini menunjukkan penyaluran Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) oleh Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005 hingga Tahun 2014.
Tabel 1
Penyaluran Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) Baitul Mal Kabupaten
Nagan RayaTahun 2004-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 1.233.035.459
2 2006 1.783.202.239
3 2007 2.593.450.000
4 2008 2.568.450.000
5 2009 2.553.739.497
6 2010 3.152.812.509
7 2011 4.100.000.000
8 2012 3.516.000.000
9 2013 3.265.000.000
10 2014 4.022.850.000
Jumlah 28.788.539.704
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2012)
Berdasarkan data diatas terlihat adanya peningkatan dana yang disalurkan
oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya. Pada Tahun 2005 dana yang disalurkan
kepada masyarakat sebesar Rp 1.233.035.459 pada Tahun 2006 dana yang
disalurkan mengalami peningkatan menjadi Rp 1.783.202.239 Tahun 2007
kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 2.593.450.000 pada Tahun 2008
dana yang disalurkan sebesar Rp 2.568.450.000 pada Tahun 2009 dana yang
disalurkan sebesar Rp 2.553.739.497 pada Tahun 2010 dana yang disalurkan
meningkat menjadi Rp 3.152.812.509 pada Tahun 2011 dana yang disalurkan
kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 4.100.000.000 sedangkan pada
5
Tahun 2012 dana yang disalurkan mengalami penurunan menjadi
Rp 3.516.000.000 dana yang disalurkan Tahun 2013 yaitu sebanyak
Rp 3.265.000.000 dan demikian juga dana yang disalurkan pada Tahun 2014
kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 4.022.850.000. Jumlah dana yang
telah disalurkan oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005 hingga
Tahun 2014 sebanyak Rp 28.788.539.704 dana yang disalurkan oleh Baitul Mal
ini tentunya akan berpengaruh terhadap upaya pemerintah daerah dalam
pemberantasan kemiskinan yang ada di Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Peran Baitul Mal Dalam Upaya Pengentasan
Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan yaitu bagaimana peran Baitul Mal dalam upaya
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Baitul Mal dalam upaya
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis yang akan di peroleh dengan diadakannya penelitian
ini adalah:
6
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan berdasarkan hasil data
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagan Raya dan hasil pengamatan
dilapangan.
2. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan
bacaan bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar Meulaboh, khususnya
mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang menarik dan dapat
menambah wawasan serta cakrawala keilmuan khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Serta kepada Pemerintah Daerah dan pihak-pihak
yang terkait diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
perkembangan pembangunan ekonomi wilayah sehingga dapat mengurangi
tingkat kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
1.5 Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertama yaitu Pendahuluan, bagian ini menguraikan tentang Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian dan
Manfaat penelitian.
Kedua yaitu Tinjauan pustaka, bagian ini berisi landasan teori dan juga
mengungkapkan kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
7
Ketiga yaitu Metode penelitian, bagian ini menguraikan tentang jenis
penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber data.
Keempat yaitu Pembahasan, bagian ini berisi semua temuan-temuan yang
dihasilkan dalam penelitian, menguraikan tentang deskripsi data.
Kelima yaitu Kesimpulan dan Saran, berisi uraian mengenai kesimpulan
dan implikasi yang dapat penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah
dilakukan.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baitul Mal
2.1.1 Pengertian Baitul Mal
Secata etimologis Baitul Mal terdiri dari dua kata, yaitu Bait, artinya
rumah dan mal yang berarti harta. Jadi jika digabungkan kedua kata itu maka
Baitul Mal dapat berarti suatu rumah yang di dalamnya berupa harta. Sedangkan
menurut terminologis, sebagaimana dijelaskan dalam Qanun nomor 7 tahun
2004 tentang pengelolaan Zakat, yang disebutkan dalam pasal 1 ayat (1), bahwa
Badan Baitul Mal merupakan lembaga daerah yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat dan harta agama lainnya di provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Dalam Bab I Ketentuan umum oleh Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007
tentang Baitul Mal adalah lembaga daerah non struktural yang diberi
kewenangan untuk mengelola dan mengembangkan zakat, wakaf, harta agama
dengan tujuan untuk kemaslahatan ummat serta menjadi wali/pengawas terhadap
anak yatim piatu dan/atau hartanya serta mengelola terhadap harta warisan yang
tidak ada wali berdasarkan syari’at Islam.
Dengan demikian Baitul Mal di Aceh adalah satu-satunya lembaga yang
legal untuk mengelola harta sebagaimana telah disebutkan di atas. Segala bentuk
badan pengelola lainnya tidak berkompeten untuk melakukannya. Apabila ada
lembaga lain yang mengelolanya, maka itu ilegal dan melawan hukum, kecuali
lembaga Amil Zakat yang diprakarsai oleh masyarakat dan itupun harus
8
9
didaftarkan di Baitul Mal. Hal ini sesuai dengan ketentuan peralihan Qanun
nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal.
2.1.2 Sejarah Pelembagaan Baitul Mal
Didalam literatur fiqh Islam, Baitul Mal adalah suatu badan atau lembaga
yang bertugas mengurusi kekayaan negara, terutama keuangan, baik yang
berkenaan dengan pemasukan maupun pengelolaan, namun terhadap
pembentukan lembaga Baitul Mal ini tidak disebutkan secara tegas didalam Al-
quran maupun Al-hadist, akan tetapi karena manfaatnya dirasakan sangat besar
maka Baitul Mal tetap dipertahankan didalam pemerintahan Islam semenjak
Umar bin Khattab. Namun bagaimana bentuk dan tatacara pengelolaannya juga
tidak ada pengaturan yang tegas didalam sumber-sumber hukum Islam sama
halnya seperti pembentukan lembaga Baitul Mal itu sendiri. Hukum Islam dalam
hal ini memberikan kebebasan kepada pemerintah untuk membuat aturan-aturan
yang dianggap sesuai dan memberi manfaat bagi negara dan rakyat, dengan
demikian maka bentuk dan sistem pengelolaan Baitul Mal dapat saja berubah
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya disamping dapat pula berbeda-
beda antara negara satu dengan yang lainnya (Harun, 2002; h. 159)
Lembaga Baitul Mal di Propinsi Aceh adalah lembaga yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah berdasarkan amanat perundang-undangan, keberadaan Baitul
Mal ini berkaitan erat dengan penyelesaian permasalahan hukum pasca bencana
alam gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Kepulauan Nias, khususnya di Aceh,
setelah bencana alam gempa dan tsunami tersebut timbul permasalahan-
permasalah di bidang pertanahan, perbankan, keperdataan dan perwalian yang
kemudian permasalahanpermasalahan tersebut harus dilihat dalam konteks
10
pemberlakuan hukum syariat Islam di Aceh sesuai dengan diberlakukannya
Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Keistimewaan Aceh.
Keberadaan Baitul Mal di Aceh sendiri tidak terlepas dari perkembangan
pengelolaan Zakat yang telah ada semenjak abad ke 7 Masehi, yaitu sejak agama
Islam masuk ke Aceh, namun pada masa itu keberadaan Baitul Mal belum
terlembaga dan hanya terbatas pengelolaan zakat secara tradisonal yang
berbentuk pemungutan dan penyaluran zakat oleh Ulama atau lembaga
Pengajian. Sedangkan pelembagaan Baitul Mal mulai dilakukan pada tahun
1973, dengan diterbitkannya peraturan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh
Nomor 05 tahun 1973 tanggal 4 April 1973 yang mana melalui peraturan
tersebut maka dibentuklah Badan Penertiban Harta Agama (BPHA) yang
dikoordinasikan di bawah Sekretariat Daerah untuk Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta Sekretariat Kecamatan. Selanjutnya badan ini berada pada
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan yang kemudian BPHA dirubah
menjadi Badan Harta Agama (BHA).
Seiring dengan perkembangan politik Negara Indonesia yang berubah
pada tahun 1998 dengan ditandainya era reformasi, maka pola hubungan daerah
dengan pemerintah pusat pun berubah dari pola sentralisasi ke pola disentralisasi
dengan bentuk otonomi daerah seluas-luasnya yang lebih memberikan
keuntungan bagi daerah itu sendiri. Khusus untuk daerah Aceh, salah satu
keutungan dari otonomi daerah adalah diberikannya kesempatan untuk
menerapkan syariat Islam melalui Undang-undang nomor 44 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang juga
merupakan dasar hukum dalam pelaksanaan syariat Islam di Aceh, dari undang-
11
undang tersebut keluarlah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 tentang
Pelaksanaan Syariat Islam. Di dalam peraturan Daerah tersebut mengamanatkan
pembentukan Badan Baitul Mal sebagai pengelola zakat dan harta agama
lainnya. Maka kemudian dibentuklah Badan Baitul Mal melalui Keputusan
Gubernur Nomor 18 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Baitul Mal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mulai
beroperasi bulan Januari Tahun 2004 (Amrullah, 2009; h. 24)
Pelaksanaan kegiatan Badan Baitul Mal tersebut di dukung oleh Qanun
Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat. Pembentukan Badan Baitul Mal
ini juga erat kaitannya dengan praktek pemungutan zakat dan kelahiran Undang-
undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (OTSUS) Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, dimana zakat telah ditetapkan sebagai salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah Provinsi dan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten/Kota.
Pada perkembangan selanjutnya penegasan tentang zakat sebagai sumber
pendapatan Asli daerah terdapat juga di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang menggantikan Undang-undang
Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi daerah Istimewa Aceh
sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Penegasan tersebut terdapat di
dalam 3 pasal, yaitu:
1. Pasal 180 ayat (1) huruf d disebutkan: Zakat sebagai salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh dan PAD Kabupaten/Kota.
2. Pasal 191: Zakat, harta wakaf dan harta agama dikelola oleh Baitul Mal
Aceh dan Baitul Mal Kab./Kota yang diatur dengan Qanun.
12
3. Pasal 192: Zakat yang dibayar menjadi faktor pengurang terhadap jumlah
pajak penghasilan terutang dari wajib pajak.
Disamping yang diatur dari 3 (tiga) pasal Undang-undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh tersebut diatas yang mengatur tentang
kewenangan Baitul Mal, juga adanya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 2 tahun 2007 yang selanjutnya menjadi Undang-Undang Nomor
48 Tahun tahun 2007 tentang Penyelesaian Masalah Hukum Pasca Tsunami di
Aceh dan Nias. Kemudian barulah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang tersebut memperluas kewenangan Baitul Mal menjadi wali pengawas
serta ditunjuk menjadi pengelola dari tanah, harta, serta rekening nasabah Bank
yang tidak ada lagi/ tidak diketahui pemilik/ ahli warisnya. Untuk
mengakomodir hal tersebut, sesuai dengan amanah Undang-undang nomor 48
tahun 2007 tersebut, maka semua ketentuan tersebut diatas dituangkan dalam
Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal, yang diundangkan dalam
Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 tanggal 18 Januari
2008.
Disamping peraturan perundang-undangan yang disebut diatas, Baitul Mal
juga memiliki peraturan-peraturan yang mengatur pengelolaan harta agama yang
tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya yaitu Peraturan Gubernur nomor 11
Tahun 2010 tentang pengelolaan harta agama yang tidak diketahui pemilik dan
ahli warisnya serta perwalian. Yang secara garis besarnya adalah penegasan dari
peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 48 tahun 2007 dan qanun
nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal.
13
Berdasarkan paparan tentang dasar hukum Baitul Mal diatas, adapun yang
merupakan aturan hukum berdirinya Baitul Mal Aceh pasca tsunami adalah:
1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2007
yang selanjutnya menjadi Undang-Undang Nomor 48 Tahun /2007
tentang Penyelesaian Masalah Hukum Pasca Tsunami di Aceh dan Nias
2. Undang-undang. Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
3. Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal.
4. Peraturan Gubernur Nomor 92 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pelaksana Baitul Mal Aceh.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 18/2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Provinsi NAD
(termasuk Baitul Mal) menetapkan Sekretariat Baitul Mal Aceh (BMA)
sebagai Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) dalam jabatan struktural
(Eselon II.b, III.b dan IV.a)
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37/2009 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Kabupaten/Kota .
Untuk Kabupaten/Kota, pemerintah pusat juga menetapkan
PERMENDAGRI No. 37 Tahun 2009 tentang Pendoman dan Tata Kerja
Lembaga Keistimewaan Aceh untuk Kabupaten/Kota. Namun untuk
Kabupaten/Kota sejauh ini ada yang sudah memiliki peraturan turanannya ada
yang belum, sehingga bagi yang belum memiliki aturan turunan tidak bisa
melaksanakan PERMENDAGRI tersebut.
Kemudian untuk menjaga Baitul Mal dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya sesuai dengan syariat Islam. Gubernur Aceh mengangkat
14
Dewan Syariah, yang tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur No.
451.6/107/2004 tentang Pengangkatan/Penetapan Dewan Syariah Baitul Mal
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian nama dari Dewan Syariah ini
berganti menjadi Tim Pembina Baitul Mal yang merupakan perpanjangan tangan
dari MPU Aceh, yang tertuang dalam Surat Keputusan Ketua MPU Aceh, No.
451.12/15/SK/2009 tentang Pengangkatan/Penetapan Tim Pembina Baitul Mal
Aceh.
Disamping bertugas untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan Baitul Mal
Aceh, Dewan Syariah, juga memberikan penafsiran, arahan dan menjawab hal-
hal berkaitan dengan syariah, dengan demikian diharapkan pengelolaan zakat,
harta wakaf dan harta agama lainnya sesuai dengan ketentuan syariat.
Untuk Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya secara Filosofi dan Latar
belakang awal terbentuknya badan ini di dasari dengan keluarnya Keputusan
Bupati Nagan Raya Nomor : 74 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Badan Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya dalam Qanun
Kabupaten Nagan Raya Nomor : 7 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan Kabupaten Nagan Raya,
Dengan demikian secara Legal dan Formal Baitul Mal Nagan Raya dapat
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai subuah Badan yang mengelola Zakat,
Infaq dan Shadaqah (ZIS).
Selanjutnya untuk memperkuat Baitul Mal Nagan Raya dalam
melaksanakan Tugas dan Kewenanganya. Bupati Nagan Raya mengangkat
Dewan Pengawas, yang tertuang dalam Keputusan Bupati Nagan Raya
Nomor : 451 / 115 / SK / 2013 Tentang Pengangkatan Dewan Pengawas Baitul
15
Mal Kabupaten Nagan Raya yang bertugas mengawasi seluruh aktifitas yang
berkaitan dengan Operasional Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sehingga
diharapkan pengelolaan zakat, harta wakaf serta harta agama lainnya sesuai
dengan ketentuan syariat.
2.2 Kemiskinan
2.2.1 Pengertian Kemiskinan
Secara etomoligi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kemiskinan berarti keadaan serba kekurangan. Masalah kemiskinan
merupakan salah satu penyebab dari munculnya permasalahan perekonomian
masyarakat, karena definisi kemiskinan adalah lemahnya sumber penghasilan
yang mampu diciptakan individu masyarakat yang juga mengimplikasikan
akan lemahnya sumber penghasilan yang ada dalam masyarakat itu sendiri,
dalam memenuhi segala kebutuhan perekonomian dan kehidupanya (Yusuf
Qaradhawi,2005; h. 21)
Menurut Todaro (2006), yang mengemukakan bahwa cakupan
kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu
mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Selanjutnya guna mempermudah gambaran mengenai hak-hak dasar dalam
menpertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat, maka
Bappenas memaparkan hak-hak dasar yang harus dipenuhi, antara lain :
1. Terpenuhinya kebutuhan pangan,
2. Kebutuhan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
3. Rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan,
16
4. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.
2.2.2. Penyebab Kemiskinan
Menurut World Bank 2003 (dalam Sholeh 2009), penyebab dasar
kemiskinan adalah :
a. Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.
b. Terbatasnya ketersediaan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana.
c. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.
d. Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan
sistem yang kurang mendukung.
e. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor
ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern).
f. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal masyarakat.
g. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang
mengelola sumber daya alam dan lingkungannya.
h. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good
governance).
i. Eksploitasi alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.
2.2.3 Ukuran Kemiskinan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan didasarkan
pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per
hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk
yang berada dilapisan bawah), dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis
komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara
wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku
17
untuk semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat
badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut
dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis
kemiskinan dikatakan dalam kondisi miskin.
Indikator yang digunakan untuk menyatakan kemiskinan berdasarkan
pendekatan kebutuhan dasar adalah Head Count Index (HCI), yaitu jumlah
dan persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan
(Lubis, 2004; h.52)
Ukuran kemiskinan yang umumnya digunakan yaitu kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif.
1) Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang dikaitkan dengan
perkiraan pendapatan dan kebutuhan, perkiraan kebutuhan yang
dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang
memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak. Bila
pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimumnya, maka
dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan diukur
dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
pendapatan yang diperlukan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya.
2) Kemiskinan relatif, dimana tingkat kemiskinan lebih ditujukan pada
perbandingan tingkat kehidupan satu wilayah dengan wilayah lain.
Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya
kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya
berdimensi ekonomi tetapi juga sosial, budaya, politik, bahkan juga
ideologi. Secara umum kondisi kemiskinan ditandai oleh kerentanan,
18
ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk
menyampaikan aspirasi dan kebutuhannya.
Oleh karena sifat kemiskinan yang multi dimensi tersebut maka
kemiskinan telah menyebabkan akibat yang beragam dalam kehidupan nyata,
antara lain: (a) secara sosial ekonomi menjadi beban masyarakat, (b)
rendahnya kualitas dan produktivitas masyarakat, (c) rendahnya partisipasi
masyarakat, (d) menurunnya ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat,
(e) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan (f) kemungkinan merosotnya
mutu generasi yang akan datang. Semua indikasi tersebut merupakan kondisi
yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Chalid (2006) menjelaskan bahwa kemiskinan yang terjadi di
Indonesia secara konseptual terbagi dalam tiga kategori yakni, pertama,
kemiskinan alamiah, kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumberdaya
yang langka jumlahnya, atau karena tingkat perkembangan tehnologi yang
sangat rendah, termasuk di dalamnya adalah kemiskinan akibat jumlah
penduduk yang melaju denga pesat di tangahtangah sumberdaya alam yang
tetap. Kedua, kemiskinan struktural, kemiskinan yang diderita oleh suatu
golongan masyarakat karena struktur social sehingga mereka tidak dapat
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi
mereka. Ketiga, kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang muncul karena
tuntutan tradisi/adat yang membebani ekonomi masyarakat, seperti upacara
perkawinan, kematian atau pesta-pesta adat lainnya termasuk juga dalam hal
19
ini sikap mentalitas penduduk yang lamban, malas, konsumtif serta kurang
orientasi ke depan.
2.2.4 Pengentasan Kemiskinan.
Pengentasan kemiskinan di era otonomi daerah mengandung pelajaran
tentang peluang pengentasan kemiskinan, baik dari bentuk lama yang disusun
di pemerintahan pusat, maupun pola baru hasil susunan pemerintah daerah,
mungkin juga disertai dukungan pemerintah pusat atau swasta di daerah.
Otonomi daerah memungkinkan peningkatan pengentasan kemiskinan karena
menghadapi jarak spasial maupun temporal yang lebih dekat dengan
penduduk miskin itu sendiri. Selain itu peluang tanggung jawab atas kegiatan
tersebut berada di tangan pemerintah di aras kabupaten dan kota, serta
pemerintah desa (Dunn, 2003; h. 133)
Berbagai kebijakan pengentasan kemiskinan yang dikeluarkan dan
diimplementasikan bertujuan untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin di
Indonesia. Pengentasan kemiskinan pada akhirnya juga menjadi aspek
pembangunan yang tidak dapat dipisahkan karena pertumbuhan ekonomi
yang dicapai tidak secara otomatis mengurangi angka kemiskinan tetapi
malah yang terjadi adalah tingkat kesenjangan yang semakin tinggi. Strategi
mengembangkan dan meningkatkan peranan usaha masyarakat dalam
mencapai kemandirian serta kemampuan dan otonomi daerah adalah wujud
nyata dari pelaksanaan demokrasi ekonomi.
Pengalaman pengentasan kemiskinan pada masa lalu telah
memperlihatkan berbagai kelemahan, antara lain berupa : (1) masih
berorientasi kepada pertumbuhan makro tanpa memperhatikan aspek
20
pemerataan, (2) kebijakan yang bersifat sentralistik, (3) lebih bersifat karikatif
daripada transformatif, (4) memposisikan masyarakat sebagai obyek daripada
subyek,(5) orientasi pengentasan kemiskinan yang cenderung karikatif dan
sesaat dari pada produktivitas yang berkelanjutan, serta (6) cara pandang dan
solusi yang bersifat generik terhadap permasalahan kemiskinan yang ada
tanpa memperhatikankemajemukan yang ada. Karena begitu beragam sifat
tantangan yang ada,maka penanganan persoalan kemiskinan harus menyentuh
dasar sumber dan akar persoalan yang sesungguhnya, baik langsung maupun
tak langsung (Bappenas, 2008).
Kebijaksanaan pengentasan kemiskinan menurut Kismartini (2007)
digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu (1) kebijaksanaan yang secara tidak
langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya
suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi penduduk miskin,
(2) kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan
ekonomi kelompok sasaran, dan (3) kebijaksanaan khusus yang menjangkau
masyarakat miskin dan daerah terpencil melalui upaya yang sangat khusus.
Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang
menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan
dan penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana,
penguatan kelembagaan serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan
yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Kebijaksanaan langsung diarahkan pada peningkatan akses terhadap
prasarana dan sarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa
pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan
21
kebijaksanaan khusus diutamakan pada penyiapan penduduk miskin di lokasi
yang terpencil untuk dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan
budaya pada masyarakat setempat. Konsep tersebut di atas dapat dipahami
bahwa kemiskinan penduduk selalu berkaitan dengan pendapatan penduduk
yang digunakan untuk membiayai kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,
pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dimana penelitian
diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran Baitul Mal dalam upaya
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan data
3.2.1 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang
diperoleh langsung dari sumbernya.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, yaitu data yang
bersumber dari buku, teori, dokumen dan tulisan serta data lainnya yang
relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa
cara, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan diantara dua orang atau lebih
secara langsung serta pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang
relevan dengan penelitian. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah bebas terpimpin dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja,
22
23
tetapi dengan berpedoman pada garis besar tentang hal-hal yang ingin di
tanyakan.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dimana yang
menjadi data adalah dokumen yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
arsip-arsip dan lain sebagainya.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap
peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian
baik secara akademik maupun logikanya (Sugiono,2009; h. 305)
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
24
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi
kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu
sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh.
f. Peneliti dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan.
3.4 Teknik Analisis Data
Menganalisis data artinya menguraikan data, menjelaskan data, sehingga
data tersebut pada akhirnya akan dapat ditarik pengertian-pengertian serta
kesimpulan-kesimpulan. Dalam menganalisa data penyusun menggunakan metode
deskriftif yaitu analisa data yang tidak dapat diukur secara langsung karena bukan
menunjukkan suatu angka tapi dalam bentuk kategori-kategori data yang sejenis
dikelompokan kemudian ditentukan dengan kenyataan menurut kegunaan.
Maksudnya adalah dengan menganalisa data melalui penjelasan kata-kata yang
pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data adalah sebagai
berikut:
25
a. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk merangkum data,
dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dicari pola dan temanya dan
selanjutnya dilakukan dengan membuat abstraksi.
b. Deskripsi Data
Deskripsi data dalam penelitian ini yakni menguraikan peran Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya dalam upaya pengentasan kemiskinan dan hasil
yang dicapai oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya. Pendeskripsian ini
dilakukan berdasarkan apa yang dilihat atau yang diperoleh selama
penelitian.
c. Pengambilan Kesimpulan
Data yang diperoleh disusun dan selanjutnya dibuat kesimpulan.
26
IV. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya terletak di Jl. Poros Utama Komplek
Perkantoran Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Menurut
Baharunan Nyakman selaku Kepala Pelaksana Harian Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya Latar belakang terbentuknya Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
didasari dengan keluarnya Keputusan Bupati Nagan Raya Nomor : 74 Tahun 2004
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya, Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor : 7 Tahun 2010 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan
Kabupaten Nagan Raya. Dengan demikian secara Legal dan Formal Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai sebuah
Badan yang mengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS).
Selanjutnya untuk memperkuat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya dalam
melaksanakan tugas dan kewenanganya. Bupati Nagan Raya mengangkat Dewan
Pengawas, yang tertuang dalam Keputusan Bupati Nagan Raya Nomor:
451/115/SK/2013 Tentang Pengangkatan Dewan Pengawas Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya yang bertugas mengawasi seluruh aktifitas yang berkaitan dengan
Operasional Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sehingga diharapkan pengelolaan
zakat, harta wakaf serta harta agama lainnya sesuai dengan ketentuan syariat.
Visi Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya adalah menjadikan Baitul Mal
Nagan Raya sebagai Lembaga Amil yang Amanah, Jujur dan Profisional, adapun
Misi Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya adalah:
26
27
1. Melakukan pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah ( ZIS ) menurut
ketentuan Syariah.
2. Mendistribusikan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah ( ZIS ) yang telah
terkumpul kepada yang berhak menurut ketentuan Syariat setiap
Tahunnya.
3. Mewajibkan pelayanan yang optimal kepada muzakki dan mustahiq.
4. Mewujutkan upaya kesadaran berzakat bagi wajib zakat sebagai suatu
kewajiban.
5. Mensosialisasikan Baitul Mal sebagai satu – satunya Lembaga yang
mengelola zakat, Infaq dan Shadaqah di Kabupaten Nagan Raya.
6. Mendayagunakan zakat, Infaq dan Shadaqah secara produktif untuk
kemaslahatan pemberdayaan ekonomi umat.
7. Melakukan upaya pengembangan wajib zakat dan peningkatan kwalitas
pengelolaan zakat, Infaq dan Shadaqah.
8. Ikut bersama – sama dengan Pemerintah Daerah dalam mewujutkan
masyarakat yang madani dan mandiri.
4.2 Struktur Organisasi Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
Struktur organisasi pada Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya adalah:
1. Dewan Pertimbangan
(1) Drs. H. T. Zamzami TS, MM
(2) Najdi, SH
(3) H. Abdul Kadir, SE
(4) T. R. Johari, SE
(5) Drs. H. Djulaidi Kasem
28
2. Badan Pelaksana Harian
(1) Kepala : H. Baharunan Nyakman, S.Sos
(2) Kepala Bidang Pengumpulan : Tgk. Usman Diman
(3) Kepala Bidang Pendistribusian : Tgk. Jailani
(4) Kepala Bidang Sosialisasi dan Pengembangan : Tgk. Ali Hukum
(5) Kepala Bidang Perwalian : Tgk. Nyak Ben
(6) Kepala Bidang Pengawasan : Tgk. Supran
(7) Bendahara Penerimaan : Habib. ET
(8) Bendahara Penyaluran : Irfa Nurjanah
3. Sekretariat
Kepala Sekretariat : Plt. Drs. Abdul Rani
Untuk kelancaran pelaksanaan Kegiatan pada Baitul Mal Kabupaten Nagan
Raya sebagaimana tersebut dalam Qanun Aceh Nomor : 10 Tahun 2010 Pasal. 5
Tentang Susunan Organisasi Baitul Mal Kabupaten Kota dan Keputusan Bupati
Nagan Raya Nomor: 451/115/kep/2014 Tentang Penetapan Kepala Bidang dan
Sub. Bidang Badan Pelaksana Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya yang tugasnya
sebagai berikut :
(1) Bidang Pengawasan dan Sub. Bidang
Mempunyai tugas melakukan monitoring dan Evaluasi dan Pengendalian
dan Verifikasi terhadap pendataan muzakki, mustahiq dan pengelolaan
zakat, wakaf dan harta agama.
29
(2) Bidang Pengumpulan dan Sub. Bidang
Mempunyai tugas mengumpulkan, pendataan muzakki, penetapan jumlah
zakat yang harus dipungut serta penyelenggaraan administrasi pembukuan
dan pelaporan.
(3) Bidang Pendistribusian dan pendayagunaan dan Sub. Bidang
Mempunyai tugas melakukan kelancaran dan pendayagunaan zakat sesuai
dengan Asnaf yang telah ditetapkan ketentuan syariat dan pelaporan.
(4) Bidang Sosialisasi, pengembangan dan Sub. Bidang
Mempunyai tugas melakukan Sosialisasi, Penyuluhan dalam rangka
menjaga memelihara harta agama dan memasyarakatkan kewajiban
membayar zakat serta menjalin kerjasama antara ulama muzakki dan
mustahiq untuk pengembangan zakat harta agama.
(5) Bidang Perwalian dan Sub. Bidang
Mempunyai tugas mefalitasi bantuan dan advokasi bantuan hukum,
pembuatan sertifikat terhadap harta tetap dan menjadi wali sesuai dengan
perundang – undangan dan syariat islam.
4.3 Sumber Dana Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
Sumber dana Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berasal dari berbagai
sumber, Usman Diman selaku Kepala Bidang Pengumpulan Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya mengatakan bahwa Dana yang di peroleh oleh Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya berasal dari Zakat Penghasilan PNS / Pejabat / Karyawan
yang beragama Islam pada lingkup Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Zakat
Mal dari BUMN / BUMD /Perusahaan Swasta besar lainnya, Infaq, Shadaqah
dan Harta agama serta harta wakaf yang berada di Lingkup Kabupaten Nagan
Raya.
30
Dalam Peraturan Bupati Nagan Raya Nomor : 17 Tahun 2008 Bab. II
Pasal 2 juga disebutkan bahwa Badan Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
mempunyai wewenang mengumpulkan, mengelola dan menyetorkan :
a. Zakat Penghasilan dari PNS / Pejabat / Karyawan yang beragama Islam
pada lingkup Pemerintah Kabupaten Nagan Raya melalui APBK.
b. Zakat Penghasilan dari PNS / Pejabat / Karyawan yang beragama islam
pada Dinas, Lembaga Daerah atau Lembaga lainnya Kabupaten Nagan
Raya yang pembayarannya melaui APBN atau Sumber Dana lainnya
c. Zakat Mal pada tingkat Kabupaten meliputi BUMN / BUMD Kabupaten
dan Perusahaan Swasta besar lainnya
d. Infaq, Shadaqah dan Harta agama serta harta wakaf yang berada di
Lingkup Kabupaten Nagan Raya.
4.4 Cara Perhitungan Zakat
Cara perhitungan besarnya zakat telah di tetapkan oleh hukum syariah
yang berlaku. Usman Diman selaku Kepala Bidang Pengumpulan Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya menjelaskan bahwa setiap Orang yang telah mencapai
nishab atas harta yang dimilikinya maka wajib baginya untuk membayar zakat
sebesar 2,5 persen.
Adapun cara perhitungan zakat adalah sebagai berikut:
1) Zakat perniagaan / perdagangan
Harta perdagangan, perusahaan dan perindustrian yang telah
mencapai nishab 94 gram emas pertahun, wajib di keluarkan zakatnya
sebesar 2,5 persen dari jumlah keuntungan.
31
2) Zakat emas dan perak
Perhitungan Zakat Emas dan Perak dapat ditunjukkan dalam
Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Perhitungan Zakat Emas dan Perak
No Jenis Barang Nishab Zakat Dibayarkan
1 Emas murni 94 gram 2,5 %
2 Perak 460 gram 2,5 %
Sumber : Data Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan Tabel 2 diatas diketahui bahwa seseorang yang
memiliki Emas murni 94 gram atau lebih dan telah memiliki salama satu
tahun tanpa kurang dari 94 gram maka orang tersebut telah mencapai
nishab dan wajib untuk membayar zakat sebesar 2,5 persen dari Emas
yang dimiliki. Sementara nishab untuk Perak adalah 460 gram apabila
telah mencapai 460 gram atau lebih dan bertahan tanpa kurang dari 460
gram selama satu tahun maka pemilik wajib membayar zakat 2,5 persen
dari Perak yang dimiliki.
3) Zakat pendapatan / jasa ( gaji ) / profesi
Pendapatan Bruto dari semua sumber dalam satu Tahun x 2,5% =
ZAKAT.
Pembayaran zakat gaji dapat di bayar dengan cara angsur setiap
bulan melalui UPZIS Kantor / Lembaga
4) Zakat saham / obligasi
Nilai terendah bagi semua saham / Obligasi yang di miliki dalam
waktu setahun x 2,5% = ZAKAT
32
5) Zakat tabungan / deposito
Jumlah simpanan + Jasa yang di terima dalam setahun x 2,5% =
ZAKAT
6) Zakat pertanian dan perkebunan
Hasil pertanian dan perkebunan yang telah mencapai Nishab 5 wasaq
(seukuran 6 gunca padi = 1.200 Kg padi), wajib di keluarkan zakat nya
sebesar 5% untuk setiap panen yang di olah secara intensif dan 10% untuk
setiap panen yang di olah secarat radisional.
7) Zakat ternak
a. Kambing / Biri – biri
Tabel 3
Perhitungan Zakat Kambing / Biri-biri
No Nishab (ekor) Jumlah Zakat Dibayar (ekor)
1
2
3
4
40-120
121-200
201-300
301-400
1
2
3
4
Sumber : Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
Berdasarkan Tabel 3 diatas diketahui bahwa seseorang yang
memiliki Kambing / Biri-biri 40-120 ekor wajib membayar zakat satu ekor
Kambing / Biri-biri, jika yang dimiliki berjumlah 121-200 ekor maka
zakat yang harus dibayar adalah dua ekor, jika sebanyak 201-300 ekor
maka harus membayar zakat tiga ekor, jika sebanyak 301-400 ekor maka
zakat yang harus di bayarkan adalah empat ekor, dan seterusnya.
33
b. Kerbau / Lembu
Tabel 4
Perhitungan Zakat Kerbau / Lembu
No Nishab (ekor) Jumlah Zakat Dibayar (ekor)
1
2
3
4
30-39
40-49
50-59
60-69
1
1
2
2
Sumber : Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya
Berdasarkan Tabel 4 diatas diketahui bahwa seseorang yang
memiliki Kerbau / Lembu 30-39 ekor maka wajib membayar zakat satu
ekor Kerbau / Lembu yang berusia satu tahun memasuki tahun kedua. Jika
Kerbau / Lembu yang dimiliki 40-49 ekor maka zakat yang harus dibayar
juga satu ekor namun sudah berumur dua tahun memasuki tahun ketiga.
Jika Kerbau / Lembu yang dimiliki sebanyak 50-59 ekor maka harus
memberikan dua ekor yang berusia satu tahun memasuki tahun kedua,
sedangkan jika Kerbau / Lembu yang dimiliki 60-69 ekor maka zakat yang
harus di bayarkan adalah dua ekor Kerbau / Lembu ( satu ekor berumur
satu tahun memasuki tahun kedua dan satu ekor berumur dua tahun
memasuki tahun ketiga) dan seterusnya.
4.5 Penerima Zakat
Setelah Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) terkumpul maka akan segera di
salurkan kepada penerimanya (Mustahiq). Jailani selaku Kepala Bidang
Pendistribusian Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya mengatakan bahwa Dana yang
diperoleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya akan di salurkan kepada masyarakat
dalam acara membiayai anak yatim, mendirikan rumah untuk masyarakat yang
fakir dan miskin, memberikan beasiswa untuk pelajar yang kurang mampu dan
lain-lain sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
34
Berdasarkan hukum dan ketentuan yang telah di tetapkan adapun yang berhak
menerima dana zakat dari Baitul Mal adalah sebagai berikut:
(1) Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat
menjamin 50% kebutuhan hidupnya untuk sehari - hari.
(2) Miskin, yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat
menghasil kan lebih 50 % untuk kebutuhan hidupnya tetap tidak
mencukupinya.
(3) Amil, yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untuk mengumpulkan
dan membagi – bagikannya kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan hukum islam
(4) Muallaf, yaitu orang yang baru masuk islam dan belum kuat imannya serta
jiwanya, perlu dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat
meneruskan islam.
(5) Riqab, yaitu orang yang berstatus budak dan harus dimerdekakan.
(6) Gharimin, yaitu orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan yang
bukan ma’siat dan ia tidak sanggub untuk melunasinya.
(7) Fisabilillah, yaitu orang yang berjuang dengan sukarela untuk menegakkan
agama Allah.
(8) Ibnu Sabil, yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan
dengan maksud baik seperti menuntut ilmu, menyiarkan agama dan
sebagainya.
35
4.6 Peran Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya dalam Pengentasan
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu hal yang mampu membahayakan akhidah,
akhlak, kelogisan berpikir, keluarga dan juga masyarakat. Islam pun
menganggapnya sebagai musibah yang harus segera ditanggulangi. Maka dari itu
setiap umat Islam didorong untuk menjadi pembayar zakat. Artinya, setiap orang
diharapkan dapat mengambil bagian dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini
mencerminkan kebersamaan di dalam mengatasi persoalan kemiskinan. Tolong
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan harus dijabarkan dan
diimplementasikan dalam kehidupan ekonomi. (Yusuf Qaradawi, 2005; h. 24)
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Baitul Mal diberi hak secara
penuh untuk mengelola zakat. Baitul Mal menyalurkanya kepada orang yang
berhak menerimanya. Baitul Mal menyalurkannya dalam beberapa asnaf yaitu
Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Gharimin, Fisabilillah, dan Ibnu Sabil.
Tabel 5
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Fakir Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 241.400.000
2 2006 327.200.000
3 2007 350.035.000
4 2008 404.850.000
5 2009 742.000.000
6 2010 930.000.000
7 2011 1.010.000.000
8 2012 1.025.000.000
9 2013 1.062.000.000
10 2014 1.505.100.000
Jumlah 7.597.585.000
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
36
Berdasarkan Tabel 5 diatas diketahui bahwa Baitul Mal Kabupaten Nagan
Raya sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat kepada asnaf
fakir sebesar Rp 7.597.585.000 yang diberikan dalam bentuk bantuan konsumtif,
bantuan pembangunan rumah masyarakat fakir, bantuan untuk masyarakat
uzur/sakit menahun/cacat/lansia dan lain-lain.
Tabel 6
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Miskin Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 234.400.000
2 2006 353.376.000
3 2007 650.065.000
4 2008 535.250.000
5 2009 339.000.000
6 2010 676.000.000
7 2011 880.000.000
8 2012 1.040.000.000
9 2013 817.000.000
10 2014 1.065.500.000
Jumlah 6.590.591.000
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
Berdasarkan Tabel 6 diatas Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sejak
Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat kepada asnaf Miskin
sebesar Rp 6.590.591.000 yang diberikan dalam bentuk bantuan pembangunan
rumah fakir bantuan konsumtif, bantuan untuk masyarakat uzur/sakit
menahun/cacat/lansia dan lain-lain.
37
Tabel 7
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Amil Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 97.227.234
2 2006 130.880.000
3 2007 240.100.000
4 2008 219.450.000
5 2009 226.473.000
6 2010 286.648.786
7 2011 260.472.308
8 2012 206.488.566
9 2013 166.961.428
10 2014 165.000.000
Jumlah 1.999.701.322
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
Berdasarkan Tabel 7 diatas Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sejak
Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat kepada asnaf Amil
sebesar Rp 1.999.701.322 yang diberikan dalam bentuk biaya penyaluran,
insentif tim Unit Pengumpul Zakat (UPZ), biaya rapat, insentif amil, dan lain-lain.
Tabel 8
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Muallaf Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 25.206.225
2 2006 45.808.000
3 2007 70.000.000
4 2008 51.500.000
5 2009 53.000.000
6 2010 44.000.000
7 2011 35.000.000
8 2012 23.000.000
9 2013 141.000.000
10 2014 140.800.000
Jumlah 629.314.225
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
38
Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat
kepada asnaf Muallaf sebesar Rp 629.314.225 yang diberikan untuk Muallaf,
biaya tenggku pembinaan Muallaf dan lain-lain.
Tabel 9
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Gharimin Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 94.400.000
2 2006 85.072.000
3 2007 130.000.000
4 2008 55.000.000
5 2009 76.056.000
6 2010 30.000.000
7 2011 138.000.000
8 2012 40.000.000
9 2013 27.000.000
10 2014 -
Jumlah 675.528.000
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
Berdasarkan Tabel 9 diatas Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sejak
Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat kepada asnaf Gharimin
sebesar Rp 675.528.000 yang diberikan untuk bantuan biaya fardhu kifayah
fakir/miskin, bantuan musibah dan lain-lain.
39
Tabel 10
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Fisabilillah Tahun 2005 -2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 127.000.000
2 2006 104.704.000
3 2007 150.000.000
4 2008 528.000.000
5 2009 239.206.674
6 2010 374.913.092
7 2011 243.500.000
8 2012 192.000.000
9 2013 76.000.000
10 2014 325.450.000
Jumlah 2.360.773.766
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
Berdasarkan Tabel 10 Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sejak Tahun
2004 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat kepada asnaf Fisabilillah
sebesar Rp 2.360.773.766 yang diberikan untuk bantuan hafid Al-qur’an,
pembangunan madrasah, insentif tengku TPA dan lain-lain.
Tabel 11
Penyaluran Zakat Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan
Asnaf Ibnu Sabil Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 200.750.000
2 2006 261.760.000
3 2007 400.000.000
4 2008 335.800.000
5 2009 558.500.000
6 2010 515.400.000
7 2011 492.000.000
8 2012 620.000.000
9 2013 435.000.000
10 2014 237.500.000
Jumlah 4.056.710.000
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
40
Berdasarkan Tabel 11 diatas Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sejak
Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan zakat kepada asnaf Fisabilillah
sebesar Rp 4.056.710.000 yang diberikan untuk bantuan beasiswa untuk siswa
SD sederajat, SLTP/sederajat ,SMA/ sederajat, beasiswa untuk santri pesantren
dan juga mahasiswa perguruan tinggi yang miskin, bantuan peralatan TK/PAUD
dan lain-lain.
Tabel 12
Penyaluran Dana Infaq/Shadaqah dan Dana Lainnya Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005-2014
No Tahun Jumlah Bantuan (Rp)
1 2005 222.652.000
2 2006 474.402.239
3 2007 593.250.000
4 2008 438.600.000
5 2009 319.503.823
6 2010 295.850.631
7 2011 1.041.027.692
8 2012 369.511.434
9 2013 540.038.572
10 2014 583.500.000
Jumlah 4.878.336.391
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2015)
Berdasarkan Tabel 12 diatas Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya sejak
Tahun 2005 hingga Tahun 2014 telah menyalurkan dana Infaq/Shadaqah dan
dana lainnya sebesar Rp 4.878.336.391 yang diberikan untuk bantuan panti
asuhan, sumbangan anak yatim, biaya sosialisasi dan lain-lain.
Penyaluran zakat oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan, Sejak awal terbentuk hingga saat ini dana yang
disalurkan oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya terus mengalami peningkatan.
Jumlah dana yang telah disalurkan oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Tahun
2005 hingga Tahun 2014 sebanyak Rp 28.788.539.704 dana ini tentunya akan
41
sangat membantu pemerintah daerah dalam pemberantasan kemiskinan yang ada
di Kabupaten Nagan Raya. Hal senada dengan yang dikatakan oleh Baharunnan
Nyakman yang mengatakan bahwa Tujuan dari Baitul Mal adalah membantu
masyarakat yang miskin dan membutuhkan, maka semakin banyak dana yang
masuk ke Baitul Mal maka akan semakin banyak pula masyarakat miskin yang
dapat dibantu. Dengan demikian bila propram yang dijalankan oleh Baitul Mal
dapat terus berkembang dan berkelanjutan maka kemiskinan di Kabupaten Nagan
Raya akan dapat teratasi.
Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya memiliki program unggulan yaitu program
pembangunan rumah bantuan untuk masyarakat Fakir/miskin. Sejak awal
terbentuk hingga saat ini Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya telah berhasil
membangun rumah sebanyak 285 unit yang di berikan kepada masyarakat miskin
di sepuluh kecamatan yang ada didalam Kabupaten Nagan Raya. Pembangunan
rumah untuk masyarakat miskin yang dilakukan oleh Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya bila terus berkelanjutan tentunya akan sangat membantu pemerintah
dareah dalam upaya pengentasan kemiskinan yang ada di Kabupaten Nagan Raya.
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Baitul Mal adalah lembaga daerah non struktural yang diberi kewenangan
untuk mengelola dan mengembangkan zakat, wakaf, harta agama dengan tujuan
untuk kemaslahatan ummat serta menjadi wali/pengawas terhadap anak yatim
piatu dan/atau hartanya serta mengelola terhadap harta warisan yang tidak ada
wali berdasarkan syari’at Islam.
Dana yang di peroleh oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya berasal dari
Zakat Penghasilan PNS / Pejabat / Karyawan yang beragama Islam pada lingkup
Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Zakat Mal dari BUMN / BUMD /Perusahaan
Swasta besar lainnya, Infaq, Shadaqah dan Harta agama serta harta wakaf yang
berada di Lingkup Kabupaten Nagan Raya.
Sejak awal terbentuk hingga saat ini dana yang disalurkan oleh Baitul Mal
Kabupaten Nagan Raya terus mengalami peningkatan. Jumlah dana yang telah
disalurkan oleh Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005 hingga Tahun
2014 sebanyak Rp 28.788.539.704 dana ini tentunya akan sangat membantu
pemerintah daerah dalam pemberantasan kemiskinan yang ada di Kabupaten
Nagan Raya.
5.2 Saran-Saran
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Nagan Raya di harapkan terus memberikan
dukungan kepada Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya dalam melaksanakan
kegiatannya.
2. Bagi Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya diharapkan agar dapat
mengobtimalkan zakat baik dalam pengelolaan, penyaluran dan sosialisasi
42
43
zakat secara komprehensif dalam masyarakat. Adanya upaya penggalian
sumber-sumber zakat yang harus terus dilakukan agar hasil dan daya guna
zakat dapat lebih diobtimalkan.
3. Bagi masyarakat agar lebih aktif dalam menunaikan kewajibannya dalam
membayar zakat agar dana yang terkumpul pada Baitul Mal Kabupaten
Nagan Raya akan terus mengalami peningkatan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, 2009. Kisi-kisi Perjalanan Baitul Mal Aceh, Banda Aceh. hal.24
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Seri
revisi IV.Jakarta:Rineke Cipta.). Hal. 197
[Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya]. 2015. Data Kemiskinan Kabupaten
Nagan raya.
Bappenas, 2008. Rencana Kerja Pemerintah, lampiran buku II peningkatan
efektifitaspenanggulangan kemiskinan. Jakarta. Badan Prencanaan
Pembangunan Nasional.
Bugin, Burgan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
hal. 68.
Chalid, P. 2006. Teori dan isu pembangunan. Jakarta: Penerbit Unversitas Terbuka.
Dunn, W, 2003. Pengantar analisis kebijakan publik. Edisi Kedua. Jogjakarta:
PenerbitUniversitas Gajah Mada. Hal.133.
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Moderen. Jakarta. Gema
Insani Press. Hal. 37
Harun Nasition, et.al, IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Cet. II
(edisirevisi), Djambatan, Jakarta, 2002, hal. 159.
Kismartini, dkk. 2007. Analisis kebijakan publik. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka. Hal. 97.
[ Kantor Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya], 2015. Data Penyaluran Tahun
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan : Teori, Masalah dan
kebijakan. Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan(UPP) STIM YKPN
RPJMD. Hal. 56.
Lexy J. Maleong, 2007 “Metodologi Penelitian Kualitatif “, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya. Hal. 330.
Lubis, Dj. 2004. Strategi penanggulangan kemiskinan nasional. Jakarta:TKP3KPK
Hal. 52.
Sugiyono ,2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal .305
________, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta:Anggota Ikatan Penerbit
Indonesia. Hal. 203