PERAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN · PDF filetetapi dalam proses ini medi. ator tidak ....
Transcript of PERAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN · PDF filetetapi dalam proses ini medi. ator tidak ....
PERAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN
PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM MENCEGAH
KASUS PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh:
Nurlia Zulfatun Nisa
NIM: 107052001404
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang digunakan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2013
Nurlia Zulfatun Nisa
ii
ABSTRAK
Nurlia Zulfatun Nisa
Peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
dalam Mencegah Kasus Perceraian Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur.
Pernikahan merupakan peristiwa ikatan sakral bertujuan untuk mewujudkan
sebuah keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah dengan landasan ibadah.
Namun tidak selalu perjalanan kehidupan pernikahan itu indah, bisa jadi di
dalamnya ada banyak masalah, yang memunculkan keinginan-keinginan untuk
bercerai. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan untuk bercerai agar
masyarakat dapat mengikuti kegiatan mediasi. Mediasi adalah proses
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan dengan dibantu mediator, akan
tetapi dalam proses ini mediator tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Di tingkat Kecamatan sebagai lembaga yang
berfungsi menangani dan memediasi pasangan suami istri yang mempunyai
permasalahan di dalam rumah tangga adalah BP4 yang berkantor di KUA
setempat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: a) Bagaimana peran BP4 dalam mencegah kasus perceraian di KUA Kec.
Cipayung, b) Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan
mediasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek
penelitian ini adalah mediator, yaitu Alvian Syehabudin, S.Hi, Hj. Lisnidar,
M.Pd.i, Ida Saidah, M.Pd.i, Ansori, S.Hi dan objek penelitian, yaitu proses
mediasi.
Menurut Soerjono Soekanto, dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar
menjelaskan “peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status)”.
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-
macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus
bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Begitu pula
peran suatu lembaga menentukan apa yang diperbuat bagi masyarakat.
Kesimpulan dari penelitian ini, adalah: Peran BP4 KUA Kec. Cipayung
sangat penting dan memberikan nilai-nilai positif, dengan mengikuti mediasi
diharapkan dapat membantu masyarakat agar permasalahan yang ada di dalam
rumah tangga dan keinginan untuk bercerai dapat tercegah. Adapun faktor
pendukung mediasi adalah: a) Itikad baik pasangan suami istri, b) Lingkungan
sosial yang mendukung, c) Peningkatan kualitas mediator, d) Keterbukaan klien.
Sedangkan faktor penghambat mediasi adalah: a) Tidak ingin masalah diketahui
orang lain, b) Ketidakperdulian masing-masing pihak (suami istri), c) Masalah
yang diadukan sudah terlalu berat, d) Faktor psikologis, e) Faktor biaya.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang selalu
istiqomah menjalankan ajaran-Nya.
Penyusunan skripsi ini mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa
moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku
Pembantu Dekan I, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II,
Drs. Study Rizal LK, MA, selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam yang telah banyak membantu kebutuhan akademis untuk mahasiswa,
khususnya penulis.
4. Rubiyanah, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
5. Drs. M. Lutfi, MA selaku dosen penasehat akademik yang senantiasa
memberikan arahan serta masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
iv
6. Seluruh Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan berbagai
pengetahuannya kepada para mahasiswa.
7. Seluruh staff Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta staff Perpustakaan Utama.
8. Kedua orang tua penulis, H. Wakijo Susilo (alm) dan Sunarti yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, doa untuk penulis.
9. Kedua kakak penulis, Desmiarti S.P dan Surya Pradana S.E serta seluruh
keluarga besar penulis yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
10. Muis Sunarya, S.Ag selaku Kepala KUA Kec. Cipayung yang telah
mengizinkan untuk melaksanakan penelitian ini dan kepada seluruh staff
KUA Kec. Cipayung yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi.
11. Alvian Syehabudin, S.Hi selaku Koordinator Tata Usaha di KUA Kec.
Cipayung yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan serta
informasi dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Abidin selaku pegawai KUA Kec. Cipayung yang telah banyak memberikan
bantuan kepada penulis.
13. Kepada teman-teman BPI 2007 dan khusus untuk Isbat, Teri, Yayan, Eno,
Mirna, yang sudah banyak membantu. Terima kasih atas semua bantuannya.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
v
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa yang telah
diberikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh
karena itu masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat.
Jakarta, Mei 2013
Nurlia Zulfatun Nisa
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
C. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
F. Metodologi Penelitian ......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran ............................................................................................... 16
1. Definisi Peran ............................................................................ 16
2. Macam-Macam Peran ................................................................ 17
B. Mediasi ........................................................................................... 19
1. Definisi Mediasi ........................................................................ 19
2. Definisi Mediator ....................................................................... 21
3. Tujuan Mediasi .......................................................................... 22
vii
4. Manfaat Mediasi ......................................................................... 24
5. Tahapan Mediasi ........................................................................ 25
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN
PERKAWINAN (BP4) KECAMATAN CIPAYUNG
A. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) .............................................. 29
1. Sejarah Berdirinya KUA ............................................................ 29
2. Visi dan Misi KUA..................................................................... 32
3. Kondisi Geografis KUA............................................................. 33
4. Struktur Organisasi KUA .......................................................... 34
5. Tugas Pokok dan Fungsi KUA .................................................. 35
6. Jenis Pelayanan KUA ................................................................ 35
7. Landasan KUA .......................................................................... 36
C. Profil Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4)............................................................................ 39
1. Sejarah Berdirinya BP4 .............................................................. 39
2. Visi dan Misi BP4 ...................................................................... 41
3. Struktur Organisasi BP4 ………………………………………. 42
4. Dasar Hukum, Tujuan dan Sasaran BP4 .................................... 43
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA
A. Data Informan ................................................................................ 46
B. Data Mediator ................................................................................. 48
viii
C. Analisa Data .................................................................................... 51
1. Peran BP4 dalam Mencegah Kasus Perceraian
KUA Kec. Cipayung .................................................................. 51
2. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Mediasi ......................... 67
3. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Mediasi ....................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 72
B. Saran ............................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1. Laju Pertumbuhan Perceraian (2008-2011) ................................................... 2
2. Data Informan ............................................................................................... 46
3. Data Mediator ............................................................................................... 48
x
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA)
Kec. Cipayung ............................................................................................... 34
2. Alur Pelayanan Nikah dan Rujuk KUA
Kec. Cipayung ............................................................................................... 38
3. Struktur Organisasi Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) .............................................. 42
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian/ Wawancara BP4 KUA Kec. Cipayung.
2. Surat Izin Penelitian/ Wawancara Pengadilan Agama Kelas IA.
3. Surat Keterangan Penelitian dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung.
4. Daftar Berita Acara Konsultasi.
5. Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Timur.
6. Daftar Wawancara.
7. Dokumentasi (foto-foto).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
wanita yang diharapkan di dalamnya tercipta keluarga sakinah, mawaddah
dan warahmah, untuk mencapai sebuah keluarga yang harmonis, sangat
diperlukan adanya saling pengertian, saling memahami kepentingan kedua
belah pihak, serta yang utama adalah yang terkait dengan hak dan kewajiban.
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagian dan kekal berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa.1
Dalam kehidupan rumah tangga sering kita jumpai pasangan suami
istri yang mengeluh dan mengadu kepada orang lain ataupun kepada
keluarganya, karena tidak terpenuhinya hak yang harus diperoleh atau tidak
dilaksanakannya kewajiban dari salah satu pihak, atau karena alasan lain,
yang dapat berakibat timbulnya suatu perselisihan diantara keduanya.
Berdasarkan data tahun 2010, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI,
dari 2.000.000 orang yang melaksanakan pernikahan setiap tahun di
Indonesia, ada 285.184 perkara yang berakhir dengan percerain per tahun.2
1 Yahya Harahap. Hukum Perkawinan Nasional: Berdasarkan Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. (Medan: CV. Zahir Trading Co, 1975), hlm.
11. 2 http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/01/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-di-
indonesia/
2
Berikut data jumlah kasus perceraian di Pengadilan Agama Jakarta
Timur yang terjadi sejak periode tahun 2008-2012.
Tabel 1
Laju Pertumbuhan Perceraian Tahun 2008-2012.3
No Tahun Kasus Pertumbuhan (%)
Cerai Talak Cerai Gugat Cerai Talak
Cerai
Gugat
1 2008 498 1035 - -
2 2009 665 1279 33,53 23,57
3 2010 661 1448 -0,60 13,21
4 2011 721 1569 9,08 8,36
5 2012 772 1891 7,02 20,52
Data-data yang ada pada tabel 1 di atas, menunjukan laju
pertumbuhan perceraian tentang perkara yang diputus dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012, tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan. Dari data
tersebut, untuk kasus cerai talak tahun 2009 mengalami kenaikan dari tahun
2008 sebesar 33,53% lalu mengalami penurunan ditahun 2010 sebesar -
0,60% dan ditahun 2011 laju pertumbuhan mengalami kenaikan hingga
9,08% dan ditahun 2012 mengalami penurunan kembali, yaitu 7,02%.
Kemudian di kasus cerai gugat tahun 2009 juga mengalami kenaikan dari
tahun 2008 sebesar 23,57%, lalu ditahun 2011 menurun hingga 8,36%, dan
tahun 2012 mengalami peningkatan kembali sampai 20,52%.
Laju pertumbuhan tertinggi untuk kasus cerai talak dicapai tahun 2009
yaitu sebesar 33,53%, sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah
yaitu di tahun 2010 sebesar -0,60%. Kemudian untuk kasus cerai gugat
3 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Timur Tentang Perkara yang Diputus,
(2008-2011).
3
tingkat pertumbuhan perceraian selama empat lima terakhir mengalami
kenaikan hingga tahun 2012 dan ditahun tersebut sebesar 20,52%.
Pada data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan perceraian
mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012 meskipun ditahun 2010 kasus cerai talak sempat
mengalami penurunan dan kasus cerai gugat ditahun 2011 juga mengalami
penurunan. Hal ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan angka perceraian
perlu diperhatikan lebih lanjut, mengingat tiap tahunnya terus mengalami
kenaikan. Dengan tingginya angka perceraian tersebut tidak lepas dari adanya
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian.
Adapun faktor perceraian disebabkan banyak hal, mulai dari
selingkuh, ketidakharmonisan, sampai karena persoalan ekonomi. Faktor
ekonomi merupakan penyebab terbanyak dan yang unik adalah 70% yang
mengajukan cerai adalah istri dengan alasan suami tidak bisa memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga. Data diatas memberikan gambaran bahwa,
tingkat perceraian secara nasional cukup tinggi.4
Perselisihan suami istri yang memuncak dapat membuat rumah tangga
tidak harmonis, sehingga akan mendatangkan kemudaratan. Oleh karena itu,
Islam membuka jalan berupa perceraian. Perceraian merupakan jalan terakhir
yang ditempuh suami istri, bila rumah tangga mereka tidak dapat
dipertahankan lagi. Persengketaan suami istri tidak serta-merta menjadi
alasan yang memutuskan hubungan perkawinan, tetapi mengandung proses
mediasi dan rekonsiliasi, agar rumah tangga mereka dapat dipertahankan. Al-
4 http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/01/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-di-
indonesia/
4
Qur’an mengingatkan agar perceraian sebaiknya dihindari, dan diupayakan
agar tetap dapat dipertahankan, karena dampak perceraian bukan hanya
dirasakan oleh pihak suami istri, tetapi juga anak-anak mereka, bahkan secara
lebih luas berdampak juga pada keluarga besar dari kedua belah pihak.5
Al-Qur’an mengharuskan adanya proses peradilan maupun
nonperadilan dalam menyelesaikan sengketa keluarga, baik untuk kasus
syiqaq maupun nusyuz. Syiqaq adalah kasus percekcokan atau perselisihan
yang meruncing antara suami istri yang diselesaikan oleh dua orang juru
damai (hakam). Nusyuz adalah tindakan istri yang tidak patuh kepada
suaminya atau suami yang tidak menjalankan hak dan kewajibannya terhadap
istri dan rumah tangganya, baik yang bersifat lahir maupun batin. Al-Qur’an
menawarkan pola mediasi tersendiri terhadap penyelesaian sengketa keluarga
terutama syikak. Pengutusan hakam bermaksud untuk berusaha mencari jalan
keluar terhadap kemelut rumah tangga yang dihadapi oleh suami istri.6
Proses penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga yang dikenal
dengan hakam didasarkan pada Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 35:7
ها إن يريدا وإن خفتم شقاق بينهما فابعثىا حكما مه أهله وحكما مه أهل
إصالحا يىفك الله بينهما إن الله كان عليما خبيرا
“Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscahaya Allah memberi taufiq kepada suami istri, Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
5 Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif, Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 181. 6 Sayhrizal Abas. Mediasi: Dalam Perspektif, Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, hlm. 184-185. 7 Sayhrizal Abas. Mediasi: Dalam Perspektif, Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, hlm. 185.
5
Ayat ini menganjurkan adanya pihak ketiga atau mediator yang dapat
membantu pihak suami istri dalam mencari jalan penyelesaian sengketa
keluarga mereka.
Proses perceraian melibatkan rasa emosional yang tinggi,
menimbulkan proses hukum yang rumit, serta metode yang digunakan
berhasil untuk menyelesaikan masalah perceraian. Mediasi perceraian
memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang ingin mempertahankan
pernikahan untuk membuat keputusan dalam rangka membantu
terselesaikannya masalah yang ada di pernikahan.
Secara etimologi (bahasa), mediasi berasal dari bahasa latin mediare
yang berarti berada di tengah, karena seorang yang melakukan mediasi
(mediator) harus berada di tengah orang yang bertikai. Dari segi terminologi
(istilah) terdapat banyak pendapat yang memberikan penekanan yang berbeda
tentang mediasi. Meski banyak yang memperdebatkan mengenai apa
sebenarnya yang dimaksud dengan mediasi, namun setidaknya ada beberapa
batasan atau definisi yang bisa dijadikan acuan. Salah satu diantaranya adalah
definisi yang diberikan oleh the National Alternative Dispute Resolution
Advisory Council yang mendefinisikan mediasi sebagai berikut:8
“Mediation is a process in which the parties to a dispute, with the
assistance of a dispute resolution practitioner (the mediator), identify
the disputed issues, develop options, consider alternatives and
endeavour to reach an agreement. The mediator has no advisory or
determinative role in regard to the content of the dispute or the
outcome of its resolution, but may advise on or determine the process
of mediation whereby resolution is attempted”. (David Spencer,
Michael Brogan, 2006:9)
8 http://wmc-iainws.com
6
Mediasi merupakan sebuah proses dimana pihak-pihak yang bertikai,
dengan bantuan dari seorang praktisi resolusi pertikaian (mediator)
mengidentifikasi isu-isu yang dipersengketakan, mengembangkan opsi-opsi,
mempertimbangkan alternatif-alternatif dan upaya untuk mencapai sebuah
kesepakatan. Dalam hal ini mediator tidak memiliki peran menentukan dalam
kaitannya dengan isi atau materi persengketaan atau hasil dari resolusi
persengketaan tersebut, tetapi ia (mediator) dapat memberi saran atau
menentukan sebuah proses mediasi untuk mengupayakan sebuah
resolusi/penyelesaian.9
Salah satu lembaga yang selama ini berfungsi menangani dan
memediasi pasangan suami istri yang mempunyai permasalahan di dalam
rumah tangganya adalah BP4. BP4 (Badan Penasehatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan) adalah badan yang dibentuk oleh Departemen
Agama, untuk mendamaikan atau memediasikan para pihak yang beragama
Islam yang ingin bercerai.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28
Ayat (3) menyebutkan bahwa:10
“Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan kedua belah
pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasehati kedua suami istri
tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”.
9 http://wmc-iainws.com
10Nurnaningsih Amriani. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdatadi Pengadilan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 134.
7
Berdasarkan permasalah tersebut penulis tertarik untuk memilih judul
penelitian, “Peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP4) dalam Mencegah Kasus Perceraian Di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kec. Cipayung Jakarta Timur”.
B. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dan mempertegas ruang lingkup pembahasan,
maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu mediasi Badan
Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kantor Urusan
Agama (KUA) Kec. Cipayung Jakarta Timur dari bulan Mei 2012 sampai
dengan Desember 2012.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran BP4 dalam mencegah kasus perceraian di KUA Kec.
Cipayung?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan mediasi?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui dan menganalisis peran BP4 dalam mencegah
kasus perceraian di KUA Kec. Cipayung.
2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan mediasi.
8
2. Manfaat Teoritis
1) Penilitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran ilmiah
yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu dan bimbingan
konseling serta pengetahuan tentang bimbingan Islam.
2) Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada
kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan
mendalam di bidang bimbingan Islam.
3. Manfaat Praktis
1) Bagi lembaga, dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk
memberikan masukan-masukan terhadap metode yang digunakan.
2) Bagi jurusan, penelitian ini dapat menambah koleksi kajian tentang
peran BP4 dalam mencegah kasus perceraian.
3) Bagi akademik, dapat menambah wawasan, informasi dan
pengetahuan tentang peran BP4 bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
9
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan terhadap beberapa tulisan dengan skripsi di
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan
karya-karya yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat, diantaranya
adalah skripsi yang ditulis oleh Tubagus Chaerul Laily. Mahasiswa
Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Ahwal Al-Saykhsyiyah,
Fakultas Syariah dan Hukum-UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dengan judul
Evektivitas Mediasi Melalui Badan Penasihat Pembinaan Dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) Dalam Menekan Angka Perceraian (Studi Pada BP4 Pusat
Tahun 2009). Skripsi tersebut hanya berkisar pada evektivitas mediasi
melalui BP4 pusat dalam menekan angka perceraian, apakah sudah terlaksana
dengan efektif atau belum. Dan pemberian bantuan penyelesaian perselisihan
yang dilakukan oleh BP4 pusat kepada pasangan bersengketa belum berjalan
efektif. Hal ini di tunjang dari bukti-bukti data, yaitu dari 150 kasus yang
diterima oleh BP4 pusat pada tahun 2009, hanya 5 kasus saja yang dapat di
damaikan oleh konsultan BP4.
Sedangkan judul yang saya angkat adalah Peran Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Mencegah Kasus
Perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Jakarta Timur.
Pembahasan lebih pada bagaimana peran BP4 dalam mencegah kasus
perceraian serta faktor pendukung dan penghambat terhadap pelaksanaan
mediasi.
10
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif analitis.
Penelitian deskriptif hanya menggambar dan meringkaskan
berbagai kondisi situasi atau bebagai variable. Penelitian deskriptif
berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau
penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-
pertanyaan sehubung dengan status subyek penelitian pada saat ini,
misalnya sikap atau pendapat terhadap individu organisasi dan
sebagainya. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui
metode pengumpulan data, yaitu wawancara atau metode observasi.11
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.12
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
11
Made I Wirartha. Metode Penelitian Sosial Ekonomi.(Yogyakarta, ANDI: 2006), hlm.
154. 12
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 62.
11
diselediki. Penelitian ini melaksanakan pengamatan langsung.13
Peneliti
melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan mediasi yang
dilakukan oleh BP4 KUA Kec. Cipayung.
b. Wawancara
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara tanya
jawab secara langsung dengan responden, diharapkan dapat
memberikan informasi yang benar dengan tujuan penelitian.
Wawancara dilakukan pada BP4 KUA Kec. Cipayung, yaitu konselor
(mediator) serta beberapa klien di BP4. Pertanyaan pokoknya adalah
tentang pelaksanaan dan proses mediasi yang diberikan oleh BP4 KUA
Kec. Cipayung.
c. Dokumentasi
Penulis mencari sumber-sumber dengan menggunakan dokumen-
dokumen, buku-buku, serta mengamati dan mempelajari bermacam-
macam bentuk data dengan cara pengumpulan dokumentasi yang
terdapat di BP4 KUA Kec. Cipayung.
3. Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mediator, yaitu Alvian Syehabudin,
S.Hi, Hj. Lisnidar, M.Pd.i, Ida Saidah, M.Pd.i, Ansori, S.Hi dan objek
penelitian ini, yaitu proses mediasi.
13
Cholid Narbuko, dkk. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 70.
12
4. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data Primer
Data yang diperoleh dari observasi yang berperan sebagai pengamat
dan wawancara langsung dari pihak-pihak yang terkait, berhubungan
dengan penelitian ini.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan-catatan, dokumen-dokumen, buku,
rekaman, majalah dan sebagainya.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung yang beralamat di Jl. Bina Marga No. 30, Cipayung-
Jakarta Timur. Alasan pemilihan lokasi tersebut, didasari oleh
berbagai pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Lokasi penelitian cukup strategis, dekat dengan rumah, hemat
biaya dan tenaga untuk penulis. Sehingga penulis mendapatkan
kemudahan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian.
b. Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai sebuah institusi publik,
dikelola oleh pemerintah yang memiliki Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) untuk membantu
masyarakat yang ingin mengajukan perceraian ke Pengadilan
Agama. Oleh karena itu menarik perhatian bagi pembaca dan
merupakan hal yang baru ditemukan oleh penulis.
13
2) Waktu penelitian dari bulan Mei 2012 sampai dengan Desember
2012.
6. Teknik Penulisan
Penelitian ini berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”. Diterbitkan oleh CeQDA, April 2007, Cet. Ke-2.
7. Analisa Data
Analisa berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data,
selanjutnya di ikuti dengan analisis. Melalui analisis data yang sangat
beraneka ragam dan berjumlah banyak didapatkan menjadi keterangan
empiris yang ringkas dan mudah dimengerti. Analisis data diawali dengan
pembuatan rencana analisis data, kemudian program analisis dilakukan
pada himpunan data yang ada. Hasil analisis dikemukakan dalam bentuk
pernyataan empiris.14
Seperti penjelasan yang dikutip dari buku Metodologi Penelitian
Sosial menurut Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar tentang
analisa data, adapun beberapa langkah-langkah dalam analisa data ini,
yaitu:
1. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”
yang muncul dari catatn-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,
14
Nurul Zuriah. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm 7.
14
menelusuri tema, membuat gugus, menulis memo, dan lain sebagainya
dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan, dan
mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang
terkumpul dapat diverifikasi.
2. Display data, pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam teks
naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik jaringan dan
bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang
tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan, merupakan kegiatan diakhir penelitian
kualitatif. Penelitian harus sampai pada kesimpulan dan verifikasi, baik
dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh
subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan
peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan dan
kekokohannya.15
15
Husnaini Usman dan Purnomo setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), cet 1 edisi 2, hlm. 85-87.
15
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran
secara ringkas tentang susunan isi proposal. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca, di antaranya adalah:
BAB I PENDAHULUAN Meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Pembatasan Masalah, Tunjuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodelogi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI Meliputi Definisi Peran, Macam-Macam
Peran, Definisi Mediasi, Definisi Mediator, Tujuan Mediasi,
Manfaat Mediasi, Tahapan Mediasi,
BAB III GAMBARAN UMUM KUA DAN BP4 KECAMATAN
CIPAYUNG Meliputi Profil Kantor Urusan Agama (KUA), Profil
Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4).
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA Meliputi Data Informan, Data
Mediator, Analisa Data.
BAB V PENUTUP Meliputi Kesimpulan, Saran, Daftar Pustaka.
16
BAB II
Landasan Teori
A. Peran
1. Definisi Peran
Teori peran klasik mengatakan bahwa ada cara-cara yang dapat
dilakukan bagaimana masyarakat diperintah dan bagaimana perintah-
perintah ini mempengaruhi perilaku individu dalam masyarakat. Karena
teori peran menganggap bahwa struktur sosial menghambat anggota
masyarakat, yang memberinya hak dan kewajiban. Maka ini akan
mendukung secara langsung terhadap bentuk interaksi dan sifat
komunikasi mereka.1
Arti penting sosiologi dari peran ialah bahwa peran memaparkan
apa yang diharapkan dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat
menjalankan peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk membentuk
sesuatu yang dinamakan masyarakat. Sebagaimana telah dikemukakan
oleh Shakespear, peran orang menyediakan mereka “jalan masuk” dan
“jalan keluar” dipentas kehidupan. Singkatnya, peran sangat efektif untuk
mengekang orang mengatakan kepada mereka kapan mereka harus
“masuk” dan kapan mereka harus “keluar”, maupun apa yang harus
dilakukan di antaranya.2
1 Nina W. Syam. Sosiologi Komunikasi.(Bandung: Humaniora, 2009), hlm. 135.
2 M. James Henslin. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. (Jakarta: Erlangga, 2007),
edisi ke-6, hlm 95.
17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat.3
Pengertian lain peran menurut Soeryono Soekanto, peran dapat
dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.4
Dalam teorinya Biddle & Thomas dikutip dari buku Sarlito Wirawan
Sarwono, membagi peristilahan dalam teori peran empat golongan, yaitu
istilah-istilah yang menyangkut:5
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.
2. Macam-Macam Peran
a. Macam-macam peran (atas dasar pelaksanaannya):
1) Peran yang diharapkan
Contoh : hakim, diplomatik, protokoler, dan lain-lain.
2) Peran yang disesuaikan
Peran yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi
setempat. Peran ini sifatnya lebih luwes.
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), hlm. 667. 4 Suryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke 1,
hlm. 667. 5 Sarlito Wirawan Sarwono. Teori-Teori Psikologi Sosial. (Jakarta: Rajawali Press, 1984),
hlm. 233-234.
18
b. Macam-macam peran (atas dasar cara memperolehnya):
1) Peran bawaan (ascribed roles)
Peran yang diperoleh secara otomatis tanpa melalui usaha.
Contoh : peran ayah , peran ibu.
2) Peran pilihan (achieved roles)
Peran yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri.
Contoh : seseorang yang memutuskan untuk kuliah di UNAIR.
3) Penyebab Terjadinya Stratifikasi Sosial6
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada
individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut:
a) Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b) Peranan tersebut seyogyanya diletakan pada individu-individu yang
oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus
terlebih dahulu berlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.
c) Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tidak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan
arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.
d) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang
6 Diakses Pada Tanggal 3 November 2012. Hukum Bisnis Syariah (HBS)/Muamalah UIN
SGD Bandung. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=305075116272328&id=
202837546496086
19
seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang-peluang tersebut.7
B. Mediasi
1. Definisi Mediasi
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare
yang berarti berada di tengah. Makna ini menunjukkan pada peran yang
ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya
menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para pihak. „Berada di
tengah‟ juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak
memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga
kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga
menimbulkan kepercayaan dari para pihak yang bersengketa.8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti
sebagai proses pengikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu
perselisihan sebagai penasihat. Pengertian mediasi yang diberikan Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga unsur penting. Pertama,
mediasi merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa. Kedua,
pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak yang
berasal dari luar pihak yang bersengketa. Ketiga, pihak yang terlibat dalam
7 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 215-
216. 8 Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 1.
20
penyelesain sengketa tersebut bertindak sebagai penasihat dan tidak
memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.9
Di Indonesia, pengertian mediasi secara lebih konkret dapat
ditemukan dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 2 Tahun 2003
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mediasi adalah penyelesaian
sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh
mediator (Pasal 1 butir 6). Pengertian mediasi dalam Peraturan Mahkamah
Agung RI No. 2 Tahun 2003 tidak jauh berbeda dengan esensi mediasi
yang dikemukakan oleh para ahli resolusi konflik. Namun, pengertian ini
menekankan pada suatu aspek penting yang mana mediator proaktif
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa. 10
Menurut John W. Head dikutip dari buku Gatot Soemartono, mediasi
adalah suatu prosedur penengahan di mana seseorang bertindak sebagai
“kendaraan” untuk berkomunikasi antarpara pihak, sehingga pandangan
mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin
didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian
tetap berada di tangan para pihak sendiri. Dalam definisi tersebut, mediator
dianggap sebagai “kendaraan” bagi para pihak untuk berkomunikasi.11
Menurut Garry Goopaster dikutip dari buku Syahrizal Abbas,
memberikan definisi mediasi sebagai proses negoisasi pemecahan masalah
dimana pihak luar yang tidak memihak (imparsial) bekerja sama dengan
9 Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 2. 10
Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, hlm. 8. 11
Gatot Soemartono. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006), hlm. 120.
21
pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh
kesepakatan perjanjian yang memuaskan.12
يريدا وإن خفتم شقاق بينهما فابعثىا حكما مه أهله وحكما مه أهلها إن
عليما خبيرا إصالحا يىفك الله بينهما إن الله كان
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”. (Q.S. An-Nisa: 35)
2. Definisi Mediator
Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian
sengketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi terhadap
pengambilan keputusan. Mediator menjembatani pertemuan para pihak,
melakukan negoisasi, menjaga dan mengontrol proses negoisasi,
menawarkan alternatif solusi dan secara bersama-sama para pihak
merumuskan kesepakatan penyelesaian sengketa.13
Pengertian mediator, disebutkan dalam Pasal 1 butir 5, yaitu:
“Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang
berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa.”14
12
Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif, Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 5. 13
Syahrizal Abbas. Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasionai, hlm. 59. 14
Gatot Soemartono. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006), hlm. 119-120.
22
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediator adalah perantara
(penghubung, penengah) bagi pihak-pihak yang bersengketa.15
Menurut Gifford dikutip dari buku Nurnaningsih Amriani
mengidentifikasi fungsi-fungsi mediator dalam sebuah proses perundingan
sebagai berikut:16
1. Memperbaiki komunikasi di antara pihak.
2. Memperbaiki sikap para pihak atau kuasa hukumnya tentang proses
perundingan.
3. Menanamkan sikap realistis kepada pihak yang merasa situasi atau
kedudukannya tidak menguntungkan.
4. Mengajukan usulan-usulan yang belum diidentifikasi oleh para pihak.
3. Tujuan Mediasi
Tujuan dilakukannya mediasi adalah menyelesaikan sengketa
antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan
imparsial. Mediasi dapat mengantarkan para pihak pada perwujudan
kesepakatan damai yang permanen dan lestari, mengingat penyelesaian
sengketa melalui mediasi menempatkan kedua belah pihak pada posisi
yang sama, tidak ada pihak yang dimenangkan atau pihak yang
dikalahkan.17
15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaska, 2007), edisi ketiga, hlm. 726. 16
Nurnaningsih Amriani. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 65. 17
Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif, Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 24.
23
Beberapa tujuan mediasi, yaitu:18
1) Utama
a. Membantu mencarikan jalan keluar atau alternatif penyelesaian atas
sengketa yang timbul di antara para pihak yang disepakati dan dapat
diterima oleh para pihak yang bersengketa.
b. Dengan demikian proses negosiasi adalah proses yang forward
looking dan bukan backward looking, yang hendak dicapai bukanlah
mencari kebenaran dan atau dasar hukum yang diterapkan namun
lebih kepada penyelesaian masalah.“The goal is not truth finding or
law imposing, but problem solving”. (Lovenheim, 1996 : 1.4)
2) Tambahan
a. Melalui proses mediasi diharapkan dapat dicapai terjalinnya
komunikasi yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa.
b. Menjadikan para pihak yang bersengketa dapat mendengar,
memahami alasan/penjelasan/argumentasi yang menjadi dasar/
pertimbangan pihak yang lain.
c. Dengan adanya pertemuan tatap muka, diharapkan dapat mengurangi
rasa marah/bermusuhan antara pihak yang satu dengan yang lain.
d. Memahami kekurangan/kelebihan/kekuatan masing-masing, dan hal
ini diharapkan dapat mendekatkan cara pandang dari pihak-pihak
yang bersengketa, menuju suatu kompromi yang dapat diterima para
pihak.
18
http://www.bapmi.org/pdf/DiskusiTerbatasPelaksanaanMediasi_FelixSoebagjo.pdf
24
4. Manfaat Mediasi
Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi sangat dirasakan
manfaatnya, karena pihak telah mencapai kesepakatan yang mengakhiri
persengketaan mereka secara adil dan saling menguntungkan. Mediasi
dapat memberikan sejumlah keuntungan antara lain:
a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat relatif
murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke
pengadilan atau ke lembaga arbitrase.
b. Mediasi akan memfokuskan perhatikan para pihak pada kepentingan
mereka secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologi mereka,
sehingga mediasi bukan hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.
c. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara
langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan
mereka.
d. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol
terhadap proses dan hasilnya.
e. Mediasi dapat mengubah hasil yang dalam litigasi dan arbitrase sulit
diprediksi, dengan suatu kepastian melalui suatu konsensus.
f. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu
menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara pihak yang
bersengketa karena mereka sendiri yang memutuskan.
g. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir
selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang
25
dijatuhkan oleh hakim di pengadilan atau arbiter pada lembaga
arbitrase.19
5. Tahapan Mediasi
Ada beberapa tahapan mediasi secara umum, yaitu:
a. Tahapan Pendahuluan ( preliminary)
1) Di butuhkan suatu proses “pemahaman” yang cukup sebelum suatu
proses mediasi dimulai, misalnya: apa yang menjadi sengketa?
2) Konsultasi dengan para pihak tentang tempat dan waktu mediasi,
identik pihak yang hadir, aturan tempat duduk, dan sebagainya.
b. Sambutan Mediator
1) Menerangkan urutan kejadian.
2) Meyakinkan para pihak yang masih ragu.
3) Menerangkan peran mediator dan para pihak.
4) Menegaskan bahwa para pihak yang bersengketalah yang
“berwenang” untuk mengambil keputusan.
5) Menyusun aturan dasar dalam menjalankan tahapan.
6) Memberi kesempatan mediator untuk membangun kepercayaan dan
menunjukkan kendali atas proses.
7) Mengonfirmasi komitmen para pihak terhadap proses.
c. Presentasi Para Pihak
1) Setiap pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan permasalahnnya
kepada mediator secara bergantian.
19
Syahrizal Abbas. Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 25.
26
2) Tujuan dari persentase ini adalah untuk memberikan kesempatan
kepada para pihak untuk mendengar sejak dini, dan juga memberi
kesempatan setiap pihak mendengarkan permasalahan dari pihak
lainnya secara langsung.
3) Who first? Who decides?
d. Identifikasi Hal-Hal yang Sudah Disepakati
Salah satu peran yang penting bagi mediator adalah
mengidentifikasi masalah yang telah disepakati antara para pihak
sebagai landasan untuk melanjutkan proses negoisasi.
e. Mengidentifikasi dan Mengurutkan Permasalahan
Mediator perlu membuat suatu “struktur” dalam pertemuan
mediasi yang meliputi masalah-masalah yang sedang diperselisihkan
dan sedang berkembang. Dikonsultasikan dengan para pihak, sehingga
tersusun “daftar permasalahan” menjadi suatu agenda.
f. Negosiasi dan Pembuatan keputusan
1) Tahap negoisasi yang biasanya merupakan waktu alokasi terbesar.
2) Dalam model klasik (Directing the traffic), mediator berperan untuk
menjaga urutan, struktur, mencatat kesepahaman, reframe dan
meringkas, dan sekali-kali mengintervensikan membantu proses
komunikasi.
3) Pada model yang lain (Driving the bus), mediator mengatur arah
pembicaraan, terlibat dengan mengajukan pertanyaan kepada para
pihak dan wakilnya.
27
g. Pertemuan Terpisah
1) Untuk menggali permasalahan yang belum terungkap dan dianggap
penting guna tercapainya kesepakatan.
2) Untuk memberikan suasana dinamis pada proses negoisasi bilamana
ditemui jalan buntu.
3) Menjalankan tes realitas terhadap para pihak.
4) Untuk menghindarkan kecenderungan mempertahankan pendapat
para pihak pada join sessions.
5) Untuk mengingatkan kembali atas hal-hal yang telah dicapai dalam
proses ini dan mempertimbangkan akibat bila tidak tercapai
kesepakatan.
h. Pembuatan Keputusan Akhir
1) Para pihak dikumpulkan kembali guna mengadakan negoisasi akhir,
dan menyelesaikan beberapa hal dengan lebih rinci.
2) Mediator berperan untuk memastikan bahwa seluruh permasalahan
telah dibahas, di mana para pihak merasa puas dengan hasil akhir.
i. Mencatat Keputusan
1) Pada kebanyakan mediasi, perjanjian akan dituangkan ke dalam
tulisan, dan ini bahkan menjadi suatu persyaratan dalam kontrak
mediasi.
2) Pada kebanyakan kasus, cukup pokok-pokok kesepakatan yang
ditulis dan ditandatangani, untuk kemudian disempurnakan oleh
pihak pengacara hingga menjadi suatu kesepakatan akhir.
28
3) Pada kasus lainnya yang tidak terlalu kompleks, perjanjian final
dapat langsung.
j. Kata Penutup
1) Mediator biasanya memberikan ucapan penutup sebelum mengakhiri
mediasi.
2) Ini dilakukan untuk memberikan penjelasan kepada para pihak atas
apa yang telah mereka capai, meyakinkan mereka bahwa hasil
tersebut merupakan keputusan mereka sendiri, serta mengingatkan
tentang hal apa yang perlu dilakukan di masa mendatang.
3) Mengakhiri mediasi secara “formal”.20
20
Nurnaningsih Amriani. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 69.
29
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DAN
BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN
PERKAWINAN (BP4)
A. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung
1. Sejarah Berdirinya KUA
Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sudah mempunyai
lembaga kepenghuluan yaitu semenjak berdirinya Kesultanan Mataram.
Pada saat itu Kesultanan Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi
tugas dan wewenang khusus di bidang kepenghuluan. Pada masa
Pemerintahan Kolonial Belanda, Lembaga Kepenghuluan sebagai lembaga
swasta yang diatur dalam suatu Ordonansi, yaitu Huwelijk Ordonantie S.
1929 No. 348 jo S. 1931 No. 467, Vorstenlandsche Huwelijk Ordonantie S.
1933 No. 98 dan Huwelijs Ordonantie Buetengewesten S 1932 No. 482.
Untuk Daerah Vorstenlanden dan seberang diatur dengan Ordonansi
tersendiri. Lembaga tersebut dibawah pengawasan Bupati dan penghasilan
karyawannya diperoleh dari hasil biaya nikah, talak dan rujuk yang
dihimpun dalam kas masjid.1
1 Diakses Pada Hari Kamis 23 Februari 2012. Sekilas Sejarah Berdirinya Kantor Urusan
Agama. http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-sejarah-berdirinya-kantor.html
30
Kemudian pada masa Pemerintah Pendudukan Jepang, tepatnya
pada tahun 1943 Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia mendirikan
Kantor Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang ditunjuk sebagai
Kepala Shumubu untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH. Hasyim
Asy’ari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Sedangkan untuk pelaksanaan tugasnya, KH.
Hasyim Asy’ari menyerahkan kepada putranya K. Wahid Hasyim sampai
akhir pendudukan Jepang pada bulan Agustus 1945. Sesudah merdeka,
Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan Maklumat No. 2, tanggal 23
April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung semua lembaga
keagamaan dan ditempatkan ke dalam Kementrian Agama.3
Dalam rangka itu, Kementerian Agama sebagai bagian dari
pemerintahan secara keseluruhan telah mereposisi dan merefungsionalisasi
kebijakannya melalui perubahan fungsi penguasaan ke arah pelayanan dan
kemitraan, fungsi pengaturan kearah bimbingan dan fasilitator, fungsi
pembinaan kearah pembekalan dan pemberdayaan, serta fungsi pemusatan
(sentralisasi) kearah penyebaran tanggungjawab.4
Bahwa Kantor Urusan Agama merupakan satuan unit terkecil dari
birokrasi Kementerian Agama RI yang berada di tingkat di bawah Kantor
Kementerian Agama Kotamadya/Kabupaten. Berdasarkan Keputusan
Menteri Agama RI (KMA) Nomor 517 Tahun 2001, KUA merupakan
ujung tombak Departemen Agama memiliki tugas untuk melaksanakan
3 Diakses Pada Hari Kamis 23 Februari 2012. Sekilas Sejarah Berdirinya Kantor Urusan
Agama. http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-sejarah-berdirinya-kantor.html 4 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 4.
31
sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kotamadya/Kabupaten di
bidang urusan Agama Islam, dan membantu pembangunan pemerintah di
bidang keagamaan di wilayah Kecamatan. Untuk mendukung pelaksanaan
tugas pokok tersebut KUA memiliki beberapa fungsi yaitu, fungsi
administrasi, fungsi pelayanan, fungsi pembinaan dan fungsi penerangan
serta penyuluhan.5
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, maka rumusan
visi, misi, program, sasaran dan kebijakan harus dirancang guna
menentukan acuan dan arah pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut agar
mencapai efektivitas, efisiensi dan tingkat produktifitas yang optimal,
disamping itu juga agar memiliki sistem pengukuran dan pertanggung
jawaban yang valid, akurat dan reliabel. Dan semua itu akan bermuara
pada peningkatan yang berkelanjutan sebagai abdi masyarakat dari suatu
lembaga yang bernama Kantor Urusan Agama (KUA).6
Kantor Urusan Agama Kec. Cipayung mulai definitif seiring
definitifnya wilayah Kecamatan Cipayung sekitar akhir tahun 1992. Hal
ini sebagai konsekuensi pemekaran Kecamatan Pasar Rebo menjadi tiga
kecamatan terpisah menjadi Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Ciracas
dan Kecamatan Cipayung. KUA Kec. Cipayung pertama kali berkantor di
Kelurahan Setu dan mulai berkantor di Jl. Binamarga No. 3 sejak tahun
1994. Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai Kepala KUA
Kec. Cipayung adalah:7
5 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 4.
6 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 4.
7 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 1.
32
1. H. Kasdjuri Gani Tahun 1992 s.d 1993
2. H.M. Hamzah, S.Ag Tahun 1993 s.d 1995
3. Drs. H. Faizin Tahun 1995 s.d 1998
4. Drs. H. Marzuki Tahun 1998 s.d 2000
5. H. Lukman Haki, S.H Tahun 2000 s.d 2002
6. Drs. Ansori Tahun 2002 s.d 2005
7. Drs. H. Abdullah, M.M Tahun 2005 s.d 2006
8. H. Nuryadin, S. Ag Tahun 2006 s.d 2009
9. Drs. M. Zen Tahun 2009 s.d 2010
10. H. Ahmad Haikal, M.A Tahun 2010 s.d 2012
11. Muis Sunarya, S. Ag Tahun 2012 s.d Sekarang
2. Visi dan Misi KUA
Beberapa visi dan misi KUA Kec. Cipayung, yaitu:8
1) Visi:
Terwujudnya pelayanan dan bimbingan berkualitas di bidang urusan
agama Islam pada Kecamatan Cipayung.
2) Misi:
a. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ketatausahaan.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan nikah dan rujuk.
8 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 2.
33
c. Meningkatkan pelayanan dan pembinaan zakat dan wakaf.
Meningkatkan pelayanan dan pembinaan masjid.
d. Meningkatkan pelayanan dan bimbingan pengembangan keluarga
sakinah.
e. Meningkatkan pelayanan dan pembinaan ibadah sosial.
3. Kondisi Geografis KUA
Wilayah Kecamatan Cipayung yang terletak di sebelah timur
Provinsi DKI Jakarta adalah salah satu dari sepuluh kecamatan yang
berada di wilayah Kotamadya Jakarta Timur yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor: 16.0/I/I/1966 tanggal 12
Agustus 1966, tentang pembentukan kota administratif Kecamatan dan
Kelurahan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (Lembaran Daerah Nomor 5
Tahun 1966). Wilayah Kecamatan Cipayung berdasarkan Keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 1227 tahun 1989, memilki luas 2.735,39 Ha.
Dibagi ke dalam delapan kelurahan meliputi 49 RW, 454 RT.
Batas-batas wilayah Kec. Cipayung adalah:9
Sebelah Utara : Jl. Pintu I bagian Barat TMII, Jl. Pintu II Bagia Timur
TMII dan Jl. Raya Pondok Gede Bekasi.
Sebelah Timur : Kali Sunter (Pilar batas nomor 125 s.d 148).
Sebelah Selatan : Patok Batas DKI Jakarta Dan Jawa Barat (No. 148
s.d165).
Sebelah Barat : Jalan Tol Jagorawi.
9 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 1.
34
4. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA)
Gambar 1
35
5. Tugas Pokok dan Fungsi KUA Kec. Cipayung
Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Cipayung Jakarta Timur sesuai dengan Keputusan Menteri Agama RI
(KMA) Nomor 18 Tahun 1975 jo. KMA Nomor 517 Tahun 2001, adalah:8
“Membantu sebagian tugas umum Kantor Departemen Agama
Kotamadya Jakarta Timur dalam bidang urusan agama Islam, dan
membantu pelaksanaan pembangunan dibidang agama di wilayah
Kecamatan Cipayung Jakarta Timur”.
6. Jenis Pelayanan KUA Kec. Cipayung
Beberapa Jenis Pelayanan KUA, yaitu:
a. Pelayanan bidang nikah atau rujuk.
b. Pelayanan dan bimbingan penasihatan pranikah.
c. Pelayanan dan pembinaan Keluarga Sakinah dan Pemberdayaan
Ekonomi Keluarga.
d. Pelayanan konsultasi krisis keluarga.
e. Pelayanan, bimbingan dan pembinaan jaminan produk halal.
f. Pelayanan dan pembinaan pengembangan kemitraan ormas Islam
dan lembaga keagamaan.
g. Pelayanan dan bimbingan penentuan arah kiblat (Masjid, TPU, Hotel
dan Kantor).
h. Pelayanan dan bimbingan jadwal shalat, jadwal imsakiyah dan
sertifikat arah kiblat.
8 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 3.
36
i. Pelayanan data tempat ibadah dan lembaga keagamaan.
j. Pelayanan pembuatan Akta Ikrar Wakaf (AIW) dan Akta Pengganti
Akta Ikrar Wakaf (APAIW).
k. Palayanan dan bimbingan Manajemen Kemasjidan.
l. Pelayanan dan bimbingan Zakat, Infaq dan Shadaqah.
m. Pelayanan dan pembinaan penyuluh agama.
n. Pelayanan dan bimbingan manasik haji dan umrah.
o. Pelayanan dan pembinaan kerukunan umat beragama tentang KUA.9
7. Landasan KUA Kec. Cipayung
Program kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Cipayung Jakarta
Timur disusun atas dasar :
a. Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
b. Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional Tahun 2000-2005.
c. Instruksi Presiden RI No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kerja
Instansi Pemerintah.
d. Keputusan Menteri Agama RI No. 489 Tahun 2001 tentang Juklak
Akuntabilitas Satuan Organisasi di lingkungna Departemen Agama.
9 Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 3.
37
e. Keputusan Menteri Agama RI No. 1 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Agama.
f. Keputusan Menteri Agama RI No. 421 Tahun 2001 tentang Kode Etik
PNS Departemen Agama.
g. Instruksi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi DKI
Jakarta No. WJ/I/HK.005/011/2002 tentang pelaksanaan Hasil Raker
Tahun 2002.10
10
Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011, hlm. 5.
38
Gambar 2: Alur Pengurusan Berkas Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung.
39
B. Profil Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
1. Sejarah Berdirinya BP4
Departemen Agama yang kemudian dirubah menjadi Kementerian
Agama dibentuk di Indonesia oleh pemerintah Indonesia menjelang usia 5
bulan kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tanggal 3 januari 1946.
Tugas pokok Kementerian Agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri
Agama yang pertama Bapak H.M. Rasyidi sebagai berikut: Pemerintah
Republik Indonesia mengadakan Kementerian Agama tersendiri ialah untuk
memenuhi kewajiban pemerintah terhadap pelaksanaan UUD 1945 pasal 29
yang berbunyi:11
“Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
Sebagai upaya untuk melihat kualitas keluarga, pada tahun 1950-
1954 telah diadakan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa dari
pernikahan yang telah dilaksanakan pada tahun tersebut hampir 60% di
antaranya cerai. Melihat kenyataan seperti ini, beberapa pejabat di
lingkungan Kementerian Agama dan para tokoh masyarakat merasa perlu
didirikan suatu lembaga penasehatan perkawinan yang dapat memberikan
penasehatan untuk memberikan jalan keluar terhadap kasus-kasus yang
terjadi di dalam keluarga. Dari maksud tersebut berdirilah lembaga
penasehatan perkawinan di beberapa kota besar, yaitu: di pulau Jawa,
11
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian.
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angka-perceraian/.
Diakses pada tanggal 19 September 2010.
40
seperti di Jakarta, di Bandung, dan di Yogyakarta yang kemudian
dipersatukan menjadi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4). Pada kesempatan konperensi Dinas Departemen Agama
ke VII tanggal 25 s.d 30 januari 1961 di Cipayung diumumkan bahwa BP4
yang bersifat nasional telah berdiri pada tanggal 3 januari 1960 dan sejak
saat itulah berlaku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
baru. Tujuan didirikannya BP4 adalah untuk mempertinggi kualitas
perkawinan, mencegah perceraian sewenang-wenang dan mewujudkan
rumah tangga yang bahagia sejahtera menurut tuntunan agama Islam.12
Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI Nomor 85 tahun 1961
ditetepakanlah bahwa BP4 sebagai satu-satunya badan yang bergerak dalam
bidang penasihatan perkawinan, talak dan rujuk dan upaya untuk
mengurangi angka perceraian yang terjadi di Indonesia. Keputusan Menteri
Agama tersebut kemudian diperkuat dengan keputusan Menteri Agama No.
30 tahun 1977 tentang penegasan pengakuan BP4 pusat, dan dengan KMA
tersebut kepanjangan BP4 dirubah menjadi Badan Penasehatan Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan sampai dengan sekarang.13
BP4 selaku lembaga mitra kerja Kementerian Agama dengan
bertujuan mempertinggi mutu perkawinan dalam mewujudkan rumah tangga
yang bahagia dan sejahtera, yaitu keluarga sakinah, mawaddah dan
warahmah dengan mengembangkan Program Gerakan Keluarga Sakinah.
Bahwa untuk mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga
12
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian.
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angka-perceraian/.
Diakses pada tanggal 19 September 2010. 13
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian.
41
sakinah diperlukan adanya bimbingan yang terus-menerus dari konselor dan
Penasihat Perkawinan secara profesional. Untuk menghadapi tuntutan
perubahan masyarakat dan meningkatnya arus informasi yang menimbulkan
berbagai dampak terhadap kehidupan keluarga, peran BP4 perlu
ditingkatkan dengan menyusun langkah program konkrit untuk mencapai
tujuan diatas.14
2. Visi dan Misi BP4
Beberapa visi dan misi BP4, yaitu:15
1) Visi BP4 adalah terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah.
2) Misi BP4 adalah:
a. Meningkatkan kualitas konsultasi perkawinan, mediasi, dan
advokasi.
b. Meningkatkan pelayanan terhadap keluarga bermasalah melalui
kegiatan konseling, mediasi, dan advokasi.
c. Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM BP4 dalam
rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.
14
Hasil Munas BP4 Ke XIV/2009. Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4), 2009. hlm. 14. 15
Hasil Munas BP4 Ke XIV/2009. Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4), hlm. 14.
42
3. Struktur Organisasi BP4
Gambar 3
Ketua BP4 Muis Sunarya, S.Ag
19680405 199803 1 004
Bendahara Sri Mulyati, S. Pd.i
150 220 407
Wakil Bendahara Jamilah, A. Md
150 330 737
Sekretaris Alvian Syehabudin, S.Hi
19750118 200501 1 003
Wakil Sekretaris Bahtari, S.E
197912 10201101 1 008
Bidang Pendidikan & Pelatihan Amid Nuryadin, S. Pd.i 19671231 200604 1 272
Bidang Konsultan & Hukum
Sirajjudin, SH 197203061 199403 1 001
Bidang Advokasi & Mediasi Helmi Nurfianti, S.Hi
19830808 200901 2 016
Bidang Komunikasi & Informasi
Marfuqoh. S, S.Ag 150 396 336
Bidang Pendidikan & Kesejahteraan
Linda Lestari, S.Ag 150 415 550
Konselor (Mediator) Alvian Syehabudin, S.Hi
19750118 200501 1 003 Hj. Lisnidar, M. Pd.i
150 211 287 Dra. Hj. Ida saidah, M. Pd.i
150 275 163 Ansori, S.Hi
19810215 200901 1 015
43
4. Dasar Hukum, Tujuan dan Sasaran BP4
a. Dasar Hukum
1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
2) Undang-Undang No. 7 Tahun tentang Peradilan Agama.
3) PP No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UUP No. 1 tahun 1974.
4) Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam Indonesia.
5) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BP4.
6) Keputusan Menteri Agama RI Nomor 85 Tahun 1961 Jo. Nomor:
30 tahun 1977 tentang penegasan pengakuan Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4).16
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Rencana Kerja BP4 Kecamatan Cipayung untuk
mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan rumah tangga yang
bahagia sejahtera serta kekal menurut agama islam.17
2) Tujuan Khusus
a) Secara khusus BP4 Kecamatan Cipayung bertujuan.
b) Memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
c) Memberikan penerangan kepada masyarakat tentang upaya-
upaya untuk membentuk keluarga sakinah.
16
Laporan Tahunan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
Kecamatan Cipayung, 2010. hlm. 1. 17
Laporan Tahunan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kec.
Cipayung, 2010, hlm. 1.
44
d) Meningkatkan mutu penasihatan kepada calon penganten yang
akan memasuki jenjang rumah tangga.
e) Memberikan penerangan dan nasehat mengenai nikah dan rujuk
kepada yang akan melakukannya baik perorangan maupun
kelompok.
f) Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan
keluarga.
g) Memberikan bimbingan dan penyuluhan Undang-Undang
Perkawinan serta hukum munakahat.18
c. Sasaran
1) Umum
a) Terwujudnya rumah tangga bahagia bagi setiap pasangan suami
istri.
b) Hubungan dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait.
2) Penasehatan Preventif
Yaitu penasehatan yang dilakukan baik berupa penyuluhan,
kursus-kursus dan bimbingan seperti :
a) Penyuluhan mengenai perkawinan kepada remaja usia nikah.
b) Memberikan penerangan lewat kursus bagi para calon
penganten.
c) Memberikan bimbingan dalam upaya membentuk keluarga
sakinah.
18
Laporan Tahunan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kec.
Cipayung, 2010, hlm. 1.
45
3) Penasehatan Perselisihan Perkawinan
Yaitu penasehatan dan pengarahan yang diberikan kepada
para pihak dari keluarga yang tengah menghadapi konflik
keluarga.19
19
Laporan Tahunan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kec.
Cipayung 2010, hlm. 2.
46
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
A. Data Informan
Berdasarkan dari hasil lapangan yang telah penulis temukan terdapat
empat narasumber (mediator) dan tiga klien yang telah mengikuti pelaksanaan
mediasi. Konsultasi dimulai dari adanya pendaftaran tentang data-data pribadi
klien terdiri dari nama, alamat, dan kemudian nomor yang bisa dihubungi.
Adapun persoalan-persoalan yang sedang dialami oleh klien untuk dibawa
dikonsultasikan, tidak dituliskan di dalam buku pendaftaran karena itu hal yang
sensitif atau bersifat pribadi dan data-data yang sudah terdaftar kemudian
dirangkum di dalam proses konsultasi.
Berikut data informan yang penulis wawancarai dalam penelitian:
Tabel 2
Tabel Data Informan
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Klien A Narasumber (Klien) S1
2 Klien B Narasumber (Klien) S1
3 Klien C Narasumber (Klien) SMA
47
1. Klien A
Lahir di Jakarta pada tanggal 11 November 1982 yang beralamat di
Jl. Kelapa Dua Wetan III No. 37A. Kel. Kelapa Dua Wetan, Kec. Ciracas,
kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Memiliki latar belakang
pendidikan di STIE Adhy Niaga. Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen
tahun 2007, Jakarta dengan gelar Sarjana. Saat ini bekerja di Kantor
Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung sebagai Pelaksana dan merupakan
salah satu klien yang telah mengikuti kegiatan mediasi di BP4 KUA Kec.
Cipayung.1
2. Klien B
Merupakan salah satu dari klien di BP4 KUA Kec. Cipayung yang
pernah melaksanakan kegiatan mediasi. Klien ini penulis beri inisial nama
klien B, yang saat ini berusia 56 tahun dan memiliki latar belakang
pendidikan dengan gelar Sarjana.2
3. Klien C
Merupakan salah satu dari klien di BP4 KUA Kec. Cipayung yang
pernah melaksanakan kegiatan mediasi. Klien ini diberi inisial nama klien
C, yang saat ini berusia 48 tahun dan memiliki latar belakang pendidikan
dengan gelar Sekolah Menengah Atas (SMA).3
1 Database Kepegawaian Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
2 Rekapitulasi Pendaftaran Konsultasi BP4 KUA Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
3 Rekapitulasi Pendaftaran Konsultasi BP4 KUA Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
48
Tiga klien ini, penulis memberikan nama dengan inisial klien A,
klien B, klien C. Karena agar terjaganya kerahasiaan data diri mereka, atas
permintaan klien yang tidak ingin di publikasikan. Namun, satu orang
klien, yaitu dengan inisial nama klien A, penulis menjabarkan tentang data
diri klien tersebut dan telah diberikan izin bahwa data dirinya
diperbolehkan untuk dituliskan di penelitian ini.
B. Data Mediator
Mediator merupakan pihak yang netral untuk membantu klien yang
sedang melaksanakan kegiatan mediasi agar mendapatkan berbagai
kemungkinan penyelesaian permasalahan-permasalahan tanpa menggunakan
cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung kepada klien. BP4 KUA Kec. Cipayung memiliki beberapa
mediator yang telah penulis wawancarai, yaitu:
Tabel 3
Tabel Data Mediator
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Alvian Syehabudin,
S.Hi
Narasumber (Mediator) S1
2 Hj. Lisnidar, M.Pd.i Narasumber (Mediator) S2
3 Dra. Hj. Ida Saidah,
M.Pd.i
Narasumber (Mediator) S2
4 Ansori, S.Hi Narasumber (Mediator) S1
49
1. Alvian syehabudin S. Hi
Lahir di Bogor pada tanggal 18 Januari 1975 dan beralamat di Jl.
Raya Puncak Cibogo I No. 25. Kel. Cipayung, Kec. Megamendung, Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Memiliki latar belakang pendidikan di IAI Al-
Ghuraba. Fakultas Syariah, Jurusan Akhwal Syaksyiah tahun 2007 Jakarta,
dengan gelar Sarjana. Saat ini beliau bekerja di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kec. Cipayung sebagai koordinator tata usaha serta ditugaskan
menjadi konselor di BP4 untuk menjadi mediator.4
2. Hj. Lisnidar M. Pd.i
Lahir di Padang Panjang pada tanggal 5 Desember 1954 dan
beralamat di Jl. Cemara V No. 40, RT 002/ RW 010. Kel. Bakti Jaya, Kec.
Sukmajaya, kota Depok Provinsi Jawa Barat. Saat ini bekerja di Kantor
Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung sebagai Pengawas Pengawas
sekolah Madya pada seksi Mapenda kantor Kementerian Agama, kota
Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Serta ditugaskan menjadi konselor di
BP4 untuk menjadi mediator dan memiliki latar belakang pendidikan di
IAIA. Fakultas Tarbiyah, Jurusan PAI tahun 2002, Jakarta dengan gelar
Pasca Sarjana.5
4 Database Kepegawaian Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
5 Database Kepegawaian Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
50
3. Dra. Hj. Ida Saidah M. Pd.i
Lahir di Jakarta pada tanggal 2 April 1965 dan beralamat di Jl. Jati
Barang 7/I, RT 011/ RW 004. Kel. Jati, Kec. Pulo Gadung kota Jakarta
Timur, Provinsi DKI Jakarta. Saat ini bekerja di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kec. Cipayung sebagai Pengawas serta ditugaskan menjadi
konselor di BP4 untuk menjadi mediator. Beliau memiliki latar belakang
pendidikan di IMNI. Jurusan MM tahun 2008, Jakarta dengan gelar Pasca
Sarjana.6
4. Ansori S. Hi
Lahir di Jakarta pada tanggal 15 Februari 1981 dan beralamat di Jl.
Jatinegara Barat. Gg. Anwar II. Kel. Kampung Melayu. Kec. Jatinegara
kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Calon
Pegawai Pencatatan Nikah (CPPN) KUA Kec. Cipayung, kota Jakarta
Timur, Provinsi DKI Jakarta dan mendapatkan tugaskan tambahan
menjadi konselor di BP4 untuk menjadi mediator. Dan memiliki latar
belakang pendidikan di IAIA. Fakultas Syariah, Jurusan Hukum Islam
tahun 2004, Jakarta dengan gelar Sarjana.7
6 Database Kepegawaian Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
7 Database Kepegawaian Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
51
C. Analisa Data
1. Peran BP4 dalam Mencegah Kasus Perceraian di KUA Kec. Cipayung
Perjalanan di dalam sebuah rumah tangga, permasalahan pasti ada
meskipun banyak pernikahan yang sukses dan berjalan dengan baik.
Walaupun tentu di dalamnya ada riak-riak permasalahan atau perselisihan.
Perselisihan bisa jadi memiliki banyak bentuk, perselisihan itu bisa jadi
merupakan permasalahan di dalam rumah tangga yang merupakan salah
satu penyebab sebuah rumah tangga tersesat dari tujuan awal. Ketika tidak
ada kecakapan, ketidakmampuan ataupun terlalu besarnya permasalahan,
perselisihan itu bisa saja memuncak menjadi sebuah perseteruan, disinilah
kemudian sering terjadi perceraian. Perceraian tentu adalah jalan akhir dari
sebuah perselisihan, ketidakcocokan, perbedaan atau ketidakharmonisan di
dalam sebuah keluarga, salah satu ujungnya selain mereka berbaik
kembali, adalah bercerai.
Berikut tahapan-tahapan mediasi yang dilakukan oleh BP4 KUA Kec.
Cipayung, adalah:
1. Tahapan Awal
a. Mengumpulkan Data Diri Klien dan Keluhan-Keluhannya
Sebelum mediasi dilaksanakan, klien bisa langsung datang
dan mendaftarkan diri, selanjutnya petugas KUA akan langsung
melakukan pendataan data diri mereka lalu klien bisa langsung
bertemu dengan mediator. Klien dan mediator terlebih dahulu
menyesuaikan atau membuat kesepakatan waktu dan tempat untuk
pelaksanaan medasi, karena di BP4 KUA Kec. Cipayung tidak
52
membuat jadwal kegiatan mediasi, kegiatan tersebut bisa langsung
disepakati waktunya antara klien dan mediator dan dalam
pelaksanaan kegiatan mediasi tidak ada penentuan berapa jam tiap
kali pertemuan, lama atau tidaknya semua hanya tergantung dari
tingkat kesulitan permasalahan yang dihadapi klien tersebut.
BP4 akan melakukan pemanggilan terhadap klien yang akan
melaksanakan mediasi. Panggilan ini akan disampaikan melalui kurir
ataupun bisa dibawa sendiri oleh klien yang mengadu, setelah itu
lalu disini mediator akan tahu apa yang menjadi suatu permasalah.
Permasalahnnya adalah ternyata tidak semua klien memberikan
respon positif terhadap panggilan yang telah disampaikan. Karena
masih banyak keluarga yang menganggap tidak pantas menceritakan
permasalahan-permasalahan di dalam rumah tangga kepada
mediator, dalam hal ini BP4. Ketika perceraian dianggap tabu maka
ada banyak upaya agar perceraian itu tidak terjadi, salah satu
bentuknya adalah dengan upaya-upaya untuk mediasi.
Mediasi merupakan suatu prosedur penengah dimana
seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi
antara para pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas
sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi
tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada
ditangan para pihak sendiri.8
8 Hendra Frans Winarta. Hukum Penyelesaian Sengketa: Arbitrase Nasional Indonesia dan
Internasional. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm, 15-16.
53
Upaya mediasi bisa dilakukan oleh mereka sendiri dengan
menunjuk pihak ketiga atau dari keluarga mereka sebagai suami-istri
dan sebuah keluarga besar. Secara kelembagaan, Kementerian
Agama menyiapkan Badan Penasehatan Pembinaan dan Perlestarian
Perkawinan (BP4) memiliki sebuah kegiatan disebut dengan mediasi
yang memiliki beberapa tenaga-tenaga mediator. Lembaga ini
diharapkan sebagai tempat bagi masyarakat yang memiliki
permasalahan di dalam rumah tangga untuk dapat
mengkonsultasikan, dan mencari berbagai solusi.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak Alvian Syehabudin, S. Hi:
“Mediasi ini juga dapat memberikan manfaat, seperti
menjembatani perbedaan-perbedaan yaitu perbedaan-perbedaan
persepsi rumah tangga dalam hal ini suami dan istri, BP4
memegang peran sebagai mediator. Ketika banyak orang
menggunakan alternatif satu dua, alternatif saya dengan
alternatif dia, kemudian dengan upaya mediasi ini diupayakan
ada alternatif ketiga yang tidak merugikan salah satu pihak tapi
merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Manfaat mediasi
utamanya itu sering kali di dalam persoalaan rumah tangga itu
ada kesulitan komunikasi, sehingga versi istri tidak bisa
tersampaikan kepada suami, versi suami tidak bisa tersampaikan
kepada istri karena ada gap komunikasi. Melalui lembaga ini
mediasi bisa menjadi sebuah wadah untuk menjadi curahan hati
dan menjadi sumber data dan menjadi wadah dari persoalan-
persoalan yang ada di benak masing-masing untuk kemudian
dikomunikasikan secara personal.”
b. Sambutan Mediator
1) Mediator melakukan pemberian salam
2) Menyambut klien dengan ramah
3) Memperkenalkan diri
4) Menerangkan peran mediator serta penjelasan proses mediasi.
54
5) Menyusun rencana pembahasan untuk setiap masalah, berupa
menyusun jadwal dan agenda selama proses mediasi
berlangsung.
Kemudian mediator memulai pelaksanaan mediasi dan klien
dapat menceritakan atau menjelaskan permasalahan-permasalahan
yang ada di dalam rumah tangganya.
2. Tahapan Proses Mediasi
a. Menemukan Titik Permasalahan yang Menjadi Penyebab
Perselisihan
Setelah merangkum permasalahnya dan membutuhkan
klarifikasi atau mencari data tambahan kepada pihak yang diadukan.
Disesi pertama itu adalah mediator merangkum apa yang menjadi
penyebab permasalahannya, kemudian mediator memberikan solusi
baik secara pribadi ataupun dalam bentuk komunikasi segitiga
dengan pihak yang ketiga, yaitu suaminya.
Di lihat dari apa yang menyebabkan mereka menuju
perceraian atau perselisihan. Penyebabnya bisa saja banyak hal,
misalnya kekerasan di dalam rumah tangga, persoalan ekonomi,
persoalan kesehatan, masalah kesetiaan dan itu merupakan masalah-
masalah berat di dalam berumah tangga.
“Masalah yang paling sering dihadapi sama mereka karena
kecenderungan yang datang itu kebanyakan perempuan, yang
biasanya adalah persoalan ekonomi, kemudian kekerasan di
dalam rumah tangga baik itu secara psikis ataupun secara
fisik, banyak si yang gabungan antara fisik dengan psikis,
55
kemudian masalahnya adalah masalah perselingkuhan,
ternyata suaminya sudah menikah lagi”.9
Namun ada yang terkadang hanyalah sebuah masalah yang
mereka sendiri tidak tahu atau tidak mengerti, bingung pada
permasalahan yang sedang mereka hadapi di dalam rumah
tangganya, berbagai macam perbedaan pendapat atau prinsip yang
akhirnya mengarah pada pertengkaran dan berlarut-larut, adanya
campur tangan dari pihak keluarga dan masalah lain-lainnya. Disaat
itulah dapat memicu pemikiran-pemikiran atau keinginan untuk
segera menyeleaikan masalahnya secepat mungkin dengan cara
bercerai.
Dalam menemukan titik permasalahan pasti dibangun dengan
adanya komunikasi lalu mediator membiarkan klien untuk
menceritakan permasalahan yang ada di dalam rumah tangganya
dengan sebebas mungkin. Selanjutmya dari penjelasan tentang
permasalahan mereka, mediator akan bisa menangkap atau
memahami sebenarnya mengenai fokus masalah tersebut. Jadi
mediator dapat melihat bahwa pada saat klien menjelaskan
permasalahannya, terjadi perulangan kata, ungkapan yang berulang-
ulang dan melalui kata-kata yang terulang lalu lebih banyak
diungkapkan berati disitulah titik permasalahnya.
“Disitu memang ada teknik bagaimana menangkap apa isi
komunikasi penting, inti komunikasi, inti pembicaraan dari
klien. Jadi kemudian yang satu itu, artinya begini kemudian
dari pihak A dan pihak B kita compare, dari data dari pihak
A dari pihak B kita compare kemudian masing-masing bisa
9 Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S. Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 4 Desember 2012. Pukul 16.23.
56
kita lihat ternyata masalahnya disini. Kendati memang masih
seringkali terjadi perbedaan pendapat, perbedaan versi tapi
bahwa bisa ditemukan dengan menyimak bagaimana kosa
kata mereka, bagaimana penekanan pembahasaan yang
diucapkan mereka secara berulang-ulang disitulah bisa
diketahui titik-titik masalahnya. Jadi caranya seperti itu
membiarkan mereka kemudian meng-compare, kemudian
mendata dan memperhatikan pola komunikasi.”10
Oleh karena itu, setelah klien menjelaskan atau menceritakan
semua permasalahan yang ada di dalam rumah tangga mereka,
mediator akan membantu dalam menemukan titik permasalahan
yang menjadi penyebab perselisihan di antara mereka, sehingga
penyelesaian terhadap permasalahan rumah tangga mereka dapat
segera terbantu.
b. Menasehati dan Menengahi Kedua Belah Pihak yang Bertiakai
(Suami Istri)
Biasanya sebelum melanjutkan pertemuan-pertemuan
berikutnya, dari pihak BP4 KUA Kec. Cipayung, melakukan
pemanggilan kepada pihak klien dengan melalui telepon atau surat
panggilan. Setelah kesepakatan pertemuan antara klien dan mediator
terlaksana dengan baik, pelaksanaan mediasi bisa terus berjalan
sampai permasalahan yang dihadapi oleh klien dapat terselesaikan.
Setelah mediasi selesai, keputusan dalam penyelesaian masalah
tersebut adalah berdamai atau tidak, mediator akan menyerahkannya
kepada klien, karena semua keputusan yang terbaik adalah ditangan
10
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S.Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 4 Juni 2013. Pukul 15.15.
57
klien dan mediator hanya dapat membantu dalam pemberian
penasehatan, memberikan pemahaman permasalahan yang
diaduakan dan juga membantu pencarian berbagai alternatif-
alternatif solusi yang terbaik untuk mereka.
“Proses di dalam kegiatan mediasi ya tergantung dari klien
yang kita hadapi, ada yang kita hadapi mendengarkan full,
memberikan telinga kita secara keseluruhan karena pada
dasarnya ada klien yang hanya ingin mencurahkan
persoalannya atau minta di dengarkan saja, tetapi memang
lepas dari itu persoalannya harus diselesaikan, nah dari
semua data dari pendekatan psikologis dengan mendengar,
semua data kita rangkum kita catat, kita simpulkan mana inti
dari persoalan itu, nah dari situ kita memberikan, kita
membahas persoalan yang dia bahas mengenai latar
belakangnya, musababnya kita harus mengerti, kita
memforensik persoalan-persoalan itu, lalu ketika tanpa
terkesan menggurui, kita memberikan alternatif pemecahan
dari hal-hal tersebut melalui pendekatan misalnya pendekatan
spiritual, pendekatan psikologis ataupun pendekatan
komunikatif dengan memancing kesadaran-kesadaran bahwa
ini persoalan tidak terletak selalu pada orang yang
dibicarakan tetapi bahwa kita adalah sumber masalah itu
sendiri. Nah ketika permasalah itu berkaitan dengan konflik
maka diperlukan adanya sebuah mediasi.”11
Pada proses kegiatan itu, ketika datang kedua belah pihak
(klien), lalu membahasnya dengan metode face to face dan dengan
satu persatu mediator mendengarkan, kemudian melakukan teknik
pembicaraan segitiga.
Pembicaraan segitiga yaitu di antaranya adalah
memposisikan duduk klien berhadapan langsung secara badan
dengan mediator dan klien tidak saling berhadap-hadapan, yaitu
suami tidak berhadapan dengan istri begitu juga dengan istri tidak
menghadap suami. Teknik itu merupakan bagian dari mediasi, dan
11
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S. Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 11 Desember 2012. Pukul 14.01.
58
semua yang diungkapkan memberikan kesempatan untuk saling
mengeluarkan unek-unek atau permasalahan-permasalahan pada
masing-masing pihak. Penasehatan bisa segitiga kalau diperlukan
secara pembicaraan satu-persatu, yaitu dengan menggunakan cara
seperti peta duduk yang harus dipahami. Peta duduk yang mediator
pahami adalah jangan sampai pihak yang bersengketa ini dalam
posisi duduk berhadap-hadapan. Karena posisi dada ketemu dada itu
adalah posisi konfrontatif sehingga akan menyebabkan klien
memiliki kecenderungan untuk saling serang, tetapi sebisa mungkin
dengan cara bagaimana klien bisa duduk berdampingan kemudian
menghadapi mediator secara bersamaan sehingga sebagai tujuan
utama, mediator bisa menetralisir emosi klien serta dapat
mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang dialaminya.
Kemudian mediator memposisikan klien dengan teknik
memindahkan posisi duduk, misalnya ketika suami berada pada
posisi sebelah kanan, istri berada diposisi kirinya, mereka duduk
seolah-olah seperti rasanya ketika istri berada diposisi suami ataupun
suami berada diposisi istrinya sehingga ada yang namanya seperti
silang perasaan, silang anggapan dan silang posisi yang diharapakan
ketika klien menyadari serta mengungkapkan bahwa tidak selalu
dapat dipahami disaat suami berada di posisinya maka akan wajar
istrinya misalnya marah ataupun punya keluhan dan segala macam.
Dan apabila istri berada diposisi suaminya maka merekapun dapat
59
merasakan wajarlah suaminya akan dalam posisi marah, yang
menimbulkan persoalan dalam rumah tangga.
“Setelah mengeluarkan itu semua baru kemudian setelah
kurang lebih masalahnya disampaikan, kita baru memasukan
tentang konfirmasi atau pengimbangan data dari pihak A,
yaitu pihak penyampai atau pihak yang kita panggil. Jadi
intinya adalah kita harus membongkar dulu, kita harus
membuka dulu, persoalan-persoalan yang mereka hadapi atau
pemikiran-pemikiran apa, perasaan-perasaan seperti apa yang
melatari persoalan yang mereka hadapi. Nah setelah itu kita
baru melakukan penasehatan, misalnya bisa satu persatu
kemudian kita sampaikan, “begini loh menurut suami mu bla
bla bla, begini loh menurut suami mu, seperti ini”. Kalau ada
yang salah mengenai pandangan suami kepada istrinya kita
sampaikan bahwa yang dianggap salah oleh istrinya atau
suaminya itu memiliki alasan-alasan tertentu yang mungkin
masih bisa dipahami kalau melihat latar belakangnya.
Seringkali persoalan itu adalah persoalan yang melingkar-
lingkar, jadi “kamu begitu karena saya begini, terus kamu
begini, kamu begitu”, seperti itu terus-menerus jadi sistem
aksi reaksi yang sering banyak terjadi, sistem balas-
membalas di dalam kehidupan berumah tangga. Di situlah
yang harus kita cut”.12
Setelah emosinya tersampaikan, semoga klien (suami istri)
bisa saling memahami satu sama lain. Selanjutnya mediator akan
masuk pada sesi penasehatan. Pada dasarnya, setiap orang itu tahu
mana yang benar dan salah. Salah satu yang mediator tekankan di
dalam menghadapi sesi penasehatan itu adalah upaya kedua belah
pihak (klien) untuk memahai hal-hal terkecil dari perilaku di dalam
rumah tangga, misalnya bahwa kalau suami itu sedang diam atau
tidak mau berbicara, ataupun suami bersikap keras, hal yang menjadi
penyebabnya itu seperti apa, ataupun perempuan yang kebanyakan
berbicara, marah-marah terus. Hal itu juga dapat dipelajari dari sudut
12
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S. Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 11 Desember 2012. Pukul 14.01.
60
pandang psikologis oleh mediator. Jadi mediator mengarahkan
bahwa ada reaksi-reaksi manusiawi yang harus dipahami pada
pasangan masing-masing. Hal itu merupakan salah satu bagian, dan
ternyata ada beberapa pasangan suami istri seringkali tidak
menyadari dengan pemahaman personal laki-laki sebagai suami
ataupun istri sebagai perempuan. Memahami lawan jenis itu yang
sering keliru mengartikannya.
Ada beberapa poin-poin dari metode penasehatan yang
dimiliki oleh mediator yaitu Bapak Alvian Syehabudin, S.Hi, sebagai
berikut:
1. Memahami satu sama lain.
2. Tidak berfokus kepada kesalahan orang lain.
3. Menyadarkan diri tentang amanah rumah tangga.
4. Berupaya untuk melakukan komitmen dan memiliki tekat kuat
untuk melaksanakan perbaikan.
5. Meyakinkan diri bahwa suatu persoalan bisa diselesaikan karena
setiap menghadapi tantangan di dalam menjalankan komitmen.
“Dan di situ semua tentu ada nilai-nilai harga diri ketika
berkaitan dengan janji dan komitmen, ada nilai-nilai agama
ketika berkaitan dengan amanah yang dilaksanakan oleh istri
atau oleh suami di dalam melaksnakan kewajiban dan hak
berumah tangga. Kalaupun toh seharus kemudian dituangkan,
karena ada ketidak percayaan diri kepada kedua belah pihak,
mislanya kesalahan yang dilakukan berulang-ulang oleh
suami ataupun oleh istri, mislanya contoh kasus itu berupa
istri yang berhutang misalnya, ataupun suami itu yang keras.
Istri yang suka berhutang kreditan dan segala macam atau
kemudian suami yang keras, yang bersikap sama anak
berbagai macam dan berulang-ulang. Maka disitu dilakukan
kesepakatan sehingga untuk menyadari kedua belah pihak
61
masing-masing tentang fokus apa yang harus diperbaiki
tentang dirinya”.13
Fungsi dari menemukan yang menjadi penyebab perselisihan
tersebut agar mediator dapat memfokuskan solusi yang bisa
disampaikan untuk klien. Bahwa pada saat permasalahan yang di
dalam rumah tangga mereka, ada kecenderungan dari klien itu untuk
bersikap egois, merasa dirinya didzalimi dan disertai dengan emosi.
Hal itu yang menyebabkan klien tidak bisa berpikir secara jernih,
jadi mediator menasehati tentang bagaimana menyikapi
permasalahan mereka, karena biasannya mereka sudah ada perasaan-
perasaan kebencian, sentimen, luka dihati menurut merekapun
demikian. Jadi dari menasehati itu diharapkan ada semacam sikap
bijak yang mediator arahkan pada diri klien.
Selanjutnya menengahi, mediator melakukan dengan cara
menengahi yaitu menjadi komunikator. Bahwa dengan cara
menengahi, mediator berada pada fungsi komunikator ditengah-
tengah, di antara klien dan ketika pada saat dalam prosesi menengahi
ini, klien tidak mau bertemu pasangannya lalu dalam hal ini tidak
langsung klien berada satu sama lain berhadapan-hadapan dengan
posisi segitiga, yaitu klien (suami istri) berdampingan menghadap
mediator.
13
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S. Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung. Tanggal Tanggal 11 Desember 2012. Pukul 14.01.
62
“Kemudian bahwa dengan adanya pembicaraan ini, ada
pembicaraan dengan klien A dan klien B kita komunikasikan,
kita kemas seobjektif mungkin dan paling tidak setelah kita
menemukan, memerankan diri sebagai komunikator di antara
mereka termasuk juga kita selipkan nasihat bagamana
menyikapi persoalan atau permasalahan disitu bisa
diharapkan mereka menjadi lebih cool dan lebih bisa
mengedepankan kemaslahatan dan pikiran sehat.”14
c. Memberikan Pemahaman Terhadap Pasangan Suami Istri
Tentang Hak dan Kewajiban Masing-Masing
Kalau tentang hak dan kewajiban pada dasarnya setiap
pasangan suami-istri itu biasanya akan terlaksanan dengan
sendirinya. Namun sebenarnya para istri semestinya tahu kewajiban
istri, begitu pula sebaliknya dengan pihak suami, hanya saja yang
menjadi penyebab tidak berjalannya hal-hal yang mengenai tentang
hak dan kewajiban tersebut biasanya karena komunikasi yang tidak
baik atau tidak memahami pasangan masing-masing, jadi bisa
dikatakan dengan penyebab-penyebabnya adalah lebih pada
keegoisan.
Kemudian mediator masuk kepada hal-hal yang mengarah
pada sutu emosi yaitu hal-hal yang pernah menjadi kenangan indah.
Termasuk juga mediator menyampaikan tentang nilai-nilai
keagamaan, nilai-nilai moral dan nilai amanah sebagai suami kepada
istri, kemudian juga salah satu penekanannya adalah dalam hal ini
14
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S.Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 4 Juni 2013. Pukul 15.20
63
pada anak dan pertanggung jawaban juga segalam macam sebagai
seorang pasangan suami-istri.
Seorang anak biasanya sebagai penguat kebertahanan dalam
rumah tangga, walaupun ada juga yang tidak perduli dengan anak,
namun tidak dimaksudkan juga seperti tidak perduli kepada anak
sepenuhnya, hanya saja terkadang meskipun di dalam kehidupan
berumah tangga sudah hadirnya seorang anak, beberapa masih ada
yang sulit atau tidak memandang bagaimana masa depan anak
tersebut dan tentunya tetap saja masih sulit didamaikannya pihak
yang bersengketa yaitu pasangan suami-istri.
Ada juga hal lain di dalam permasalahn-permasalahan dalam
rumah tangga itu tidak mau menganggap atau mengakui keslahan-
kesalahan yang diperbuatnya sendiri, perlu diketahui bahwa dari
kesalahan seorang suami ataupun dari seorang istri juga bisa
termasuk penyumbang atau penyebab atas kesalahan yang diperbuat
oleh suami, begitupula sebaliknya. Contoh kasusnya adalah ketika
suami sedang tidak menghargai istri dan istri tidak menghargai
suaminya, berarti suami bisa jadi melakukan sebuah tindakan-
tindakan yang mengulangi kesalahannya.
Maksudnya adalah tidak mungkin suatu masalah ada jika
tidak didahului oleh suatu penyebab yang mendukung munculnya
permasalahan tersebut. Jadi mediator mengarahkan sebisa mungkin
untuk tidak harus lebih merasa bersalah dari dirinya sendiri tetapi
yang patut dipertanyakan adalah apa salah kita, bukan apa salah
64
orang lain kepada kita, hal ini dimaksudkan agar klien tidak saling
menyalahkan dan lebih bisa pada intropeksi diri masing-masing.
Melalui metode intropeksi diri ini diharapkan konflik tidak terus
berlanjut tetapi bisa saling memahami.
c. Pertemuan Terpisah
Setelah mediator melakukan teknik pembicaraan segitiga,
dilanjutkan dengan tahap pertemuan terpisah yaitu mediator
memberi kesempatan kepada klien untuk berbicara hanya berdua
saja, antara suami dengan mediator begitu juga antara istri dengan
mediator. Karena ada beberapa klien yang terkadang merasa kurang
nyaman menceritakan masalahnya jika ada pasangannya, maka
diharapkan klien (suami-sitri) bisa lebih terbuka dalam menceritakan
masalah mereka kepada mediator. Selain itu, menjaga agar tidak
terjadi berbedaan pendapat atau perdebatan yang terus menerus di
antara masing-masing pihak (suami istri).
d. Negosiasi
Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan pada saat
klien memiliki berbagai kepentingan yang sama atau berbeda dan
berusaha untuk mencapai titik kesepakatan tentang persoalan tertentu
yang dipersengketakan. Disini akan terjadi tawar menawar, lalu
mediator membantu mencapai kesepakatan bersama untuk
menyelesaikan masalah dan meyakinkan pada klien (suami istri),
bahwa persoalan akan terselesaikan dengan baik. Setelah itu, jika
diperlukan mediator akan membuatkan akta kesepakatan
65
Akta kesepakatan berfungsi sebagai dasar untuk pembicaraan
lebih lanjut dan sebagai penguat kesadaran tentang upaya
memperbaiki keadaan rumah tangga. Contohnya suami
diperingatkan dalam kesepakatan tersebut tidak mengulangi
kesalahannya serta istri menyadari pada perjanjian disebutkan tidak
akan mengulang kesalahannya dan jika terjadi perulangan terhadap
kesalahan masing-masing, dapat digunakan akta kesepakatan
tersebut adalah ketika keduanya meragukan tentang komitmen
masing-masing.
3. Tahap Akhir
a. Membantu Membuat Keputusan
Salah satu metode atau teknik pendekatan di dalam mediasi
kurang lebih seperti itu dan ini tidak cukup dilakukan satu kali
memang ada beberapa kasus hanya dilakukan satu kali tetapi
umumnya karena sikap keras dan berbagai macam karakter tiap
orang, perlu dilakukan beberapa komunikasi dan tidak hanya berlaku
secara formal atau secara pertemuan tatap muka, tetapi juga dari
pihak BP4 memberikan tempat untuk berkomunikasi secara
personal, misalnya melalui telepon. Karena biasanya selalu masih
ada hal-hal yang belum terungkapkan sepenuhnya, pada saat itulah
klien bisa mengungkapkan melalui telepon tersebut. Dan dalam
metode pengungkapan atau disebut dengan curhat, ketika semua
ungkapan tersebut telah dikeluarkan atau tercurahkan, maka ada
66
yang namanya perasaan-perasaan seperti beban terasa berkurang
ataupun ringan, disaat beban itu berkurang diharapakan emosi yang
selama ini klien rasakan akan berkurang dan batin akan lebih tenang.
Tahap ini merupakan tahapan dimana klien hanyalah
menjalankan hasil-hasil kesepakatan yang telah mereka tuangkan
bersama dalam perjanjian tertulis. Klien (suami istri) menjalankan
hasil kesepakatan berdasarkan komitmen yang telah mereka
tunjukkan selama proses mediasi.
Jika ternyata klien (suami istri) ini tidak damai, dalam hal ini
adalah hak-hak klien tersebut maka ketika BP4 harus memberikan
rekomendasi berdasarkan berita acara mediasi atau mediasi
dikatakan gagal dan disaat itu klien memerlukan rekomendasi dari
BP4, maka BP4 akan membuatkan surat keterangan bahwa pihak
BP4 telah melakukan berbagai upaya untuk pendamaian tetapi
masing-masing pihak ingin untuk menempuh jalur hukum,
selanjutnya BP4 mempersilahkan klien untuk menempuh jalur
hukum atas penyelesaian rumah tangganya seperti melanjutkannya
kepada pihak Pengadilan Agama.
b. Penutup
Mediator akan mengupayakan agar semua yang telah dilalui
dalam proses mediasi bisa berakhir dengan damai dan disaat damai, ada
sebagian yang BP4 buatkan sebuah akta kesepakatan tentang
perdamaian itu ataupun hanya secara informal saja klien bisa saling
memaafkan lalu duduk bersama, berdoa bersama dan disaksikan
67
mediator, bahwa semoga permasalahan yang telah mereka hadapi
dianggap selesai. Kalaupun akhirnya mereka tidak bisa berdamai dan
memutuskan untuk bercerai, dapat dijadikan pengalaman bagi mereka
sebagai dasar untuk mengerti betapa pentingnya saling intropeksi diri,
menyadari kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat sehingga
dikemudian hari tidak terulang kembali. Kemudian mediator
memberikan ucapan penutup.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa peran BP4
KUA Kec. Cipayung sangat penting dan memberikan nila-nilai positif
karena perjalanan hidup berumah tangga tidak selalu indah. Dengan
mengikuti kegiatan mediasi, diharapkan dapat membantu masyarakat
terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di dalam rumah tangga dan
keinginan-keinginan untuk bercerai dapat tercegah.
2. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Mediasi
Mediasi memiliki beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan
mediasi, yaitu:
a. Itikad Baik Pasangan Suami Istri
Pasangan memiliki keinginan-keinginan untuk berdamai agar
permasalahan-permasalahan di dalam rumah tangga mereka dapat
segera terbantu, hal ini merupakan salah satu dari pendukung untuk
pelaksanaan mediasi dapat terlaksanan dengan baik, karena jika dari
pihak yang bersengketa sudah tidak ada keinginan untuk menyelesaikan
permasalahnya, mediasi tidak akan berjalan dengan baik.
68
b. Lingkungan Sosial yang Mendukung
Setelah keinginan-keinginan dari pasangan untuk berdamai
sudah ada diantara mereka, kemudian dukungan-dukungan dari
keluarga, seperti orang tua, keluarga besar, teman-teman ataupun
kerabat lainnya juga bisa memberi peran penting bagi pihak yang
bersengketa (suami istri) sehingga mereka mendapatkan semangat dan
dukungan agar klien bisa mengikuti mediasi sampai tuntas dan
permasalahan yang ada di dalam rumah tangga mereka dapat
terselesaikan dengan baik tanpa harus berlanjut ke Pengadilan Agama.
c. Peningkatan Kualitas Mediator
Mediator yang santun, ramah, memahami karakter-karakter dari
masing-masing klien dan mampu mengelola konflik serta tidak lepas
dari keahlian dalam berkomunikasi sehingga diupayakan dapat
membantu klien dan bisa mempermudah menemukan titik-titik
permasalahan yang ada di dalam rumah tangga dapat segera terbantu
dan mediator bisa memberikan alternatif-alternatif solusi dengan tidak
memihak salah satu diantara mereka, namun lebih pada bersifat netral
yaitu bijak dalam memberikan suatu solusi. Karena kemampuan dari
seorang mediator merupakan salah satu yang akan memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan mediasi.
Peningkatan mutu dan kualitas mediator itu sendiri, walaupun
peran mediator hanya sekedar fasilitator saja. Diharapkan mediator
sudah bersertifikat, jadi ada standart dari mediator agar mediasi
dilakukan secara serius, tepat, dan praktis.
69
d. Keterbukaan Klien
Klien mau terbuka kepada mediator untuk menceritakan yang
sebenar-benarnya tentang permasalahan-permasalahan yang ada di
rumah tangga mereka, yaitu dari pihak suami maupun pihak istri.
Karena dengan keterbukaan klien dalam memberitahu atau
menceritakan masalah mereka, ini merupakan pendukung dari tingkat
keberhasilan mediasi tersebut serta mempermudah berjalannya proses
mediasi dengan baik.
Setelah klien menceritakan semua yang menjadi penyebab
munculnya permasalahan di dalam rumah tangga mereka, dengan hal
itu masing-masing klien bisa saling lebih memahami tentang pasangan
masing-masing. Dari yang tadinya salah paham dan berlanjut dengan
pertengkaran-pertengkaran perbedaan pendapat, minimal setelah
mediasi mereka dapat memahami pasangan masing-masing dan jika di
dalam rumah tangga mereka terjadi konflik kembali, bisa segera teratasi
tanpa harus adanya keinginan ataupun keputusan untuk bercerai.15
15
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S.Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 12Desember 2012. Pukul 17.00.
70
3. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Mediasi
Adapun faktor penghambat dalam pelaksaan mediasi, adalah:
a. Tidak ingin Masalah Diketahui Orang Lain
Salah satu pasangan tidak mau diajak untuk mengikuti kegiatan
mediasi karena merasa malu jika permasalahan rumah tangganya
diketahui oleh orang lain. Bisa jadi klien menganggapnya itu
merupakan aib keluarga yang tidak pantas jika ada orang lain yang ikut
campur.
b. Ketidakperdulian Masing-Masing Pihak (Suami Istri)
Tidak ada kekompakan dalam melaksanakan mediasi, karena
salah satu pasangan tidak perduli terhadap permasalahan yang ada di
dalam rumah tangganya. Hal ini juga memiliki beberapa faktor yang
menyebabkan tidak kompaknya dalam mediasi, seperti tidak ada upaya
bersama untuk menyelesaikan masalah, salah satu pasangan tidak mau
menyediakan waktu untuk mengikuti mediasi, tidak adanya kesabaran
dalam mengikuti mediasi karena dianggapnya hanya membuang waktu
dan ingin cepat selesai, kalaupun harus bercerai tidak perlu melakukan
mediasi.
c. Masalah yang Diadukan Sudah Terlalu Berat
Terkadang mediasi tidak berjalan dengan baik karena disaat
klien mengadukan permasalahan rumah tangganya kepada BP4,
masalah yang diadukan sudah terlalu berat ataupun lama di diamkan,
berlarut-larut sehingga mediator memiliki kesulitan dalam upaya
pendamaian. Biasanya masalah yang sudah terlalu akut akan berakhir
71
pada perceraian, karena mereka sudah terlalu lama menyimpan
masalah, menahannya dan telah putus asa sehingga memiliki keinginan
untuk bercerai.
d. Faktor Psikologis
Adanya trauma yang disebabkan karena pasangan pernah
melakukan tindakan-tindakan yang membuat pasangannya tertekan,
sedih ataupun sakit hati, misalnya kekerasan dalam rumah tangga,
perselingkuhan, membuat pasangan tidak ingin menjalani kehidupan
rumah tangganya kembali, yaitu bercerai.
e. Faktor Biaya
Kekhawatiran tentang biaya juga bisa menjadi faktor
penghambat dalam mediasi. Karena tidak semua klien memiliki tingkat
ekonomi yang sama. Mereka ingin melaksanakan mediasi, namun
mengingat keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, akhirnya
mereka mengurungkan niat untuk melaksanakan mediasi. Hal ini
disebabkan, tidak semua klien mengetahui dalam mengikuti mediasi
tidak mengeluarkan biaya, yaitu gratis.16
16
Wawancara dengan Alvian Syehabudin, S.Hi, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.
Cipayung Jakarta Timur. Tanggal 12 Desember 2012. Pukul 16.20.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam beberapa bab yang telah diuraikan,
penulis mengambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Peran BP4 dalam Mencegah Kasus Perceraian Di KUA Kec.
Cipayung
Peran BP4 sangat memberikan nilai-nilai postif dan menambah
wawasan kepada suami istri, mengenai kiat-kiat menghadapi permasalahan
rumah tangga, sehingga diharapkan dengan mengikuti mediasi dapat
membantu masyarakat terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di
dalam rumah tangganya dan keinginan-keingingan untuk bercerai dapat
tercegah.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Mediasi
a. Faktor pendukung mediasi adalah:
1) Itikad Baik Pasangan Suami Istri.
2) Lingkungan Sosial yang Mendukung.
3) Peningkatan Kualitas Mediator.
4) Keterbukaan Klien.
73
b. Faktor penghambat mediasi adalah:
1) Tidak ingin Masalah Diketahui Orang Lain.
2) Ketidakperdulian Masing-Masing Pihak (Suami Istri).
3) Masalah yang Diadukan Sudah Terlalu Berat.
4) Faktor Psikologis
5) Faktor Biaya.
B. Saran
Setelah melaksanakan penelitian ini berdasarkan dari data yang
penulis dapatkan. Penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait,
yaitu:
1. Bagi Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Agama disarankan agar
dapat memberikan pelatihan-pelatihan secara berkala untuk meningkatkan
kualitas mediator, misalnya dalam bidang keilmuan seperti psikologi,
sosiologi serta ilmu-ilmu yang mendukung kegiatan mediasi. Setelah
mediator mendapatkan bekal yang cukup untuk mediasi, diharapkan
pelaksanaan mediasi dapat berjalan dengan baik dan dapat membantu
masyarakat yang memiliki permasalahan di dalam rumah tangga.
2. Bagi KUA Kec. Cipayung agar mengoptimalkan serta menjalankan
mediasi dengan sungguh-sungguh, mengadakan diskusi tentang mediasi
bagi semua mediator dan membenahi segala yang diperlukan untuk
pelaksanaan mediasi seperti, kualitas kinerja mediator dan memperbanyak
jumlah tenaga mediator, kenyamanan ruangan khusus untuk pelaksanaan
mediasi supaya terciptanya tujuan mediasi yang baik.
74
3. Bagi BP4 agar lebih mensosialisasikan perannya bisa memalui media
cetak ataupun media elektronik, diskusi, seminar-seminar sehingga dapat
mempermudah masyarakat mengetahui manfaat dari kegiatan mediasi di
BP4 tersebut.
4. Bagi masyarakat diharapkan dapat mengkonsultasikan permasalahnya
kepada pihak BP4, sehingga disaat mereka memiliki keinginan untuk
bercerai dapat tercegah dan bagi yang sedang melaksanakan mediasi,
disarankan masyarakat yang menjalaninya tetap terus mengikuti proses
mediasi sampai selesai agar permasalahan di dalam rumah tangga mereka
dapat segera terbantu. Karena ada beberapa masyarakat yang menganggap
tabu atau malu untuk menceritakan permasalahan rumah tangganya kepada
pihak luar, dalam hal ini adalah BP4. Sehingga proses mediasi tidak
berjalan dengan efektif.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syahrizal. Mediasi: Dalam Perspektif, Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
Hukum Nasional. Jakarta: Prenada Media Group, 2009.
Al-Fauzan, Saleh. Fiqih Sehari-hari. Jakarta: Gema Insani, 2006.
Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad. Sahih Fiqih Wanita. Jakarta: Akbar Media,
2010.
Amriani, Nurnaningsih. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Harahap, Yahya. Hukum Perkawinan Nasional: Berdasarkan Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. (Medan: CV.
Zahir Trading Co, 1975.
Henslin, M. James. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga,
2007, edisi ke-6.
Ihromni, T. O. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1999.
Kustini. Perceraian Dibawah Tangan: Peminggiran Hak-Hak Perempuan.
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008.
Makki Al-Amili, Ali Husain Muhammad. Perceraian Salah Siapa?: Bimbingan
Islam Dalam Mengatasi Problematika Rumah Tangga. Jakarta: Lentera,
2001.
76
Nakamura, Hisako. Perceraian Orang Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991.
Narbuko, Cholid, dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Nasution, Amir Taat. Rahasia Perkawinan dalam Islam. (Pedoman Ilmu Jaya:
Jakarta, 1994.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di
Jakarta. Ilmu Fiqih: Jilid II. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1984.
Saleh, Hassan. Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press,
1984.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. cet
ke 1.
Soemartono, Gatot. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2008.
Syam, Nina W. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Humaniora, 2009.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Winarta, Hendra Frans. Hukum Penyelesaian Sengketa: Arbitrase Nasional
Indonesia dan Internasional. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Wirartha, Made I. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: ANDI, 2006.
77
Zuriah, Nurul. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2007.
Zurinal. Z, dkk. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2008.
78
Dokumentasi
Arvand, Mulia. Majalah Bulanan No. 178. Tahun XV April 1987: Nasehat
Perkawinan Tuntunan Hidup Perkawinan Dan Keluarga. (Jakarta: BP4
Pusat, Pustaka Antara, 1987)
Database Kepegawaian Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung, Jakarta
Timur.
Hasil Munas BP4 Ke XIV/2009. Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4), 2009.
Laporan Tahunan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP4) Kecamatan Cipayung, 2010.
Laporan Tahunan Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Tahun 2011.
Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Timur Tentang Perkara yang
Diputus, (2008-2011).
Rekapitulasi Pendaftaran Konsultasi BP4 KUA Kec. Cipayung, Jakarta Timur.
79
Internet
Administrator, Fenomena Meningkatnya Angka Perceraian Perceraian: Ketika
Cinta Tidak Lagi Cukup.
http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/artikel/735-fenomena-
meningkatnya-angka-perceraian-ketika-cinta-saja-tidak-lagicukup.html
Diakses pada tanggal 10 April 2013.
Diakses Pada Hari Kamis 23 Februari 2012. Sekilas Sejarah Berdirinya Kantor
Urusan Agama. http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-
sejarah-berdirinya-kantor.html
Diakses Pada Tanggal 3 November 2012. Hukum Bisnis Syariah
(HBS)/Muamalah UIN SGD Bandung.
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=305075116272328&i
d=202837546496086
http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/01/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-
di-indonesia/
http://kitab-fiqih.blogspot.com/2011/04/definisi-nikah.html.
http://wmc-iainws.com
http://www.bapmi.org/pdf/DiskusiTerbatasPelaksanaanMediasi_FelixSoebagjo.pd
f
http://www.scribd.com/doc/57195421/Pengertian-Perceraian. Diakses pada
tanggal 6 Juni 2011.
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian,
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-
menurunkan angka-perceraian/. Diakses pada tanggal 19 September 2010.
H lrIIF&.qugE6
H
UNIVERSITAS I5LAh,I J\JEGERI {UiN)SYAR]IT HII]AYATULL AH J A}<ART A
FAKULTAS ILMU DAKY/AH DAN IL'}VIU KOMUNIKASI
]uanda No".95 Cipubr 15412 Jndonc ia
Teiepon/Fax: (0?1) 743?7?E / 74703580
Wcbsite: wr'*:.fdkuiniaxatla.a:.iC E-mail : [email protected] ac id
Nonror : Un.01/F5/KM.0 I .31 1132i2A12 Jakarta, 16 Aprll 2012p :1(Satu)bundel
ai : PenelitianAVawancara
Kepada Yth.H. Ahmad Haikal, MA.Kepala KUA Kecamatan Cipayung
,4s s alamu' al aikum ll r. yl'b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas llmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,
Nurlia Zulfatun NisaI 0705200 1 404Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) / )(
NamaNomor PokokJurusan /Semester
Tembusan:l. Pembantu Dekan Bidang Akademik2, Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yalle
berjudul Peran Mediasi Badan Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan(BP4) Kantor (Jrusan Agama (KUA) dalam Upaya Advokasi Kasus Perceraian diKecarnatan Cipayung, Jakarta Timur. l
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak kiranya berkenan
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitiailwawancara dimaksud.
Atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih.
W as s ai amu' al ai kum lItr. lYb.
,4l 004
ffffiw Subhan, MA1 10 199303
H lrE @.MBg A
I\IJIYItil\ -L lJl\rnr \ I \\':
UNIVERSiTAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAKULTASILMUDAKIryAHDANILJ\'{UKOMUNIKASI
L Ir. H. iuanda No.95 Ciputat 15412 Indonesia
Nrrmor : Un.01/F5/K1vL01.3i35\0 12012
Lamp. : -
Hal : PermohonanPenelitianAVarvancara
TeleponTFax'. (021i 7 432728 / 7 47W580
Website : wlry.fdkuinjdkaita.ac.id- E-mail : ddkwah@f dkli:rpkarta;ac'id
J akarta,tl September 20 1 2
Kepada Yth.Pengadilan Agarira Kelas I AJakirta Timur
Ass alamu' al aikum Wr. lt/ b'
Dengan hormat kami sampaikan bah'wa nlahasiswa Fakultas Ilmu l)akrvah dar-t
Ilmu Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakar4a di bawah ini :
NamaNiM
: Nurlia Zulfatun Nisa
:107052001404:q*
i,.&
,s,,
+=r:
Jurusan/Semester : Bimbingan dan Penytrluhan Islam (BPI) / 11
bermaksud melaksanakan penelitiarr/wawancara be.rjudul Peran Mediasi
Dalam upaya Advokaii Kasus Perceraian di Kecamatan
p enelitian/wawancara tersebnt dal arn ran gka persiapan penulisan slaipsi'
Sehubungan dengan itu kami memohon kepada Bapak kiranya
menerima mah'asiswa kami tersebut dal arn p enelitian/waw ancala dimaksud'
Atas perhatian clan perkenan Bapak kami ucapkauterinra kasih.
W as s al amu' alaikum Wr. Wh.
BP4KUACioayung.
berkenan
Ternbustrn :
1. Pembantu Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuiuhan Islam ( BPI )
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
n tsidang A
in Saputra, iVI
03 199603 1 001
KEI'IENTERIAN AUAMA
: Nurlia Zulfatun Nisa
: 107052001404
: IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi
: Bimbingan dan Penyuluhan Islam
:-,
:.
=;
KAJXTOR TTRTISAN AGAMA KECAMATAI.{ CIPAYUNGJalan Bina l'/arga No. 3 Jakarta Timur 13840
Telephone :021 - 8446808
SUR,AT KETERANGANNonor : Kk,09.02/9/KS.01/4t e 12013
Yang berlanda tangan dibawah ini Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecanatan Cipalung Kota Jakarta Timur menerangkan :
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Bahwa nama tersebut di atas telah meiakukan penelitian di KUA Kec. Cipayong
Kota Jakarta Timur dengan judul skripsi '?eran Mediasi Penasehatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Kantor Urusan Agama (KUA) dalam Upaya Advol'.a"qi
Kasus Perceraian di Kec. Cipayung Jakarta Timur" oari tanggal 16 April 20L2 s"d 21
Januari 2013"
Demikian surat keterangan
kepentingannya.
dibuat untuk dapat dipergunakan sesuai
21 Januari 2013
{riims'199803 1 004
sg
KEI'IENTERIAN AGAMA
KANTOR URUSAN AGAMA KBCAMATAN CIPAYUN GJalan Bina Marga No. 3 Jakarta Timur 13840
Tetephene' ",;Mtr - .,8446808
BERITA ACARA KONSULTASI
Pada Hari ini, ............ telah menghadap konsultan BP4 KUA Kec. Cipay.ung:
Nama
Tempat/Tgl lhr
Pekerjaan
Alamat :
Mengenai permasalahan rumah tangganya dengan;
Nama
TempaVTgl llu
Pekerjaan
Alamat
Demikian Surat Keterangan ini
yang berkepentingan.
Konsultan,
ALVIAN SY, S.HI
1.
2.
3.
Pembahasan:
1.
2.
3.
kami buat untuk menjadi
Jakarta,
, Mengetahui,
Ketua BP4 Kec. Cipayung,
bahan pertimbangan bagi pihak
Penyampai,
3anzom+
t
ffi,{tf!tli .
wtut:€.tre.ff;Fi?gil€9j#':F!sia\,.N:t:
aa)
fl*t!&i.gqi
ff+fJr,,&ry:
#ffiffi',wffi
ffilffisE'ffi,#&:gn!t: a. .,/-
i*i/&:ti.- I:\!-\i, \.L ,,.6-s*:1S'.?:,
t:-r::
.t-'l rn9-!z'.4n-J>1;->220eae/J'>,;Paua
La.aO>!.Jo19;iFJnl r:r -..1
25
{3cv
2?>:;6 ..,>ts;E> F,Jxo>;P--l
J3cv
F@
.:
I
t
i=
Wakaf
Shodaqot
Perbaikan Amar
JUMUTH-----T-ln-{mvzoz
Jenis Perhara
Pencegahan Perkawinan
F.nottttn Perkawinan Olch PPI'I
Pembatalan Pcrkawinrn
Kultl.'"^ rtas Kewaiiban Suanrillstri
Harta Bersama
il g-**tn Anak/Pe rwalia n I'na <
Na{kah Anak oleh lbu
Pengesalran Anak
FJ.tuu[n r"kuasaan orang Tur
Perwalian '
Fencabutan Kekuasaan Wali
i.ffiorang lain sebagri Wali
Ganti Ru3i terhadaP Wal'
Peirolal..an Kautn CamPu'
Itsbat Nikah
lzrn Kawin
DisPensasi Kawin
9\f1o--s
-cl
l III
3mzom{Ig
7m-lc-umz
L
o3
xF+
I3cP
3isa talrun lalu
Peri<ara yang ciiterima
Jumlah
Dicabut
lzin Poligami
lzin kawin
Disoens;rsi Kawin
Pencegahan Perkawinan
Penolal<an perkawinan ole\ PPI'I
Pembatalan Perkawinan
Kelalaian aus kewaiiban suami/isrri
Cerai Thalak
Cerai Gugat
Harn Bersama
Penguasaan Anak/Perwalian Anak
Nafkan Anak oleh lbtr
Flak- hak L,ekas lsrri
Pengt:sahan An:k
Pencabutan Kekuasaar Orang Tua
Pencab utan Kekuas:lan Wati
Peruniukan Orang lain sebz'gai Wali
Ganti Rugi terhadap Wali
Asal .rsul Anal.
Penolakar Kawin CamPur
hsbat Nikat
Wali Adhol
Kewarisan
Wasiat
Hibah
'11
{mr11 zZOJ2'r q r*rtI !, .o'ezoX; T
n ? -l-1 u-Jttrc7r\Z-AP \.
A' g,c){ic-l,:3;c
o!
-zC
2hJ9
o3
xv-lI3cv
Lain- lain
Ditolak/Tidak direrima
Gugur/dicoret dari regisrer
Nama : Alvian Syehabudin S.Hi
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 18 Januari 1975
Jabatan : Koordinator Tata Usaha
Tempat, Tanggal Wawancara : KUA Kec. Cipayung, 3 September 2012
1. Apakah jabatan Bapak/Ibu di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Jabatan utama saya adalah koordinator staf, saya diberi tugas tambahan
sebagai konselor di BP4.
2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi seorang mediator di BP4 KUA Kec.
Cipayung?
Telah menikah.
Memiliki wawasan hukum perkawinan
Menguasai teknik dan metode konsultasi
Kemampuan komunikasi yang baik.
Memiliki wawasan psikologi.
Integritas yang baik.
3. Siapa yang menunjuk atau menetapkan Bapak/Ibu sebagai mediator di
BP4 KUA Kec. Cipayung?
Pimpinan kantor.
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi seorang konselor di BP4 KUA
Kec. Cipayung?
4 tahun.
5. Ada berapa jumlah mediator di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Ada 4 yang aktif memberikan pelayanan 2 orang.
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki sertifikat mediator?
Tidak tapi sudah mengikuti pelatihan-pelatihan.
7. Menurut Bapak/Ibu, perlukah KUA Kec. Cipayung memberikan
pelatihan mediator kepada seluruh konselor di BP4?
Perlu sekali.
8. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang mediasi?
Mediasi adalah upaya yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk
mendamaikan pihak-pihak berselisih.
9. Apa alasan BP4 KUA Kec. Cipayung mengadakan kegiatan mediasi?
Melaksanakan fungsi pelayanan dan pembinaan terhadap masyarakat
sesuai dengan fungsi KUA.
Membantu pelayanan konsultasi keluarga BP4 tingkat kota.
Menjadi pihak penengah dalam penyelesaian masalah keluarga.
10. Apa saja masalah-masalah yang dikonsultasikan?
a. Kekerasan rumah tangga.
b. Pihak ketiga
Perselingkuhan.
Poligami tak resmi.
Campur tangan orangtua.
c Persoalan ekonomi.
Isteri menanggung ekonomi keluarga.
Suami tidak serius menafkahi.
Ketidakjujuran manajemen keuangan.
Tuntutan ekonomi yang dianggap berlebihan.
d. Perbedaan prinsip dalam manajemen rumah tangga.
e. Perbedaan faham keagamaan.
f. Penelantaran keluarga.
g. Seksualitas.
h. Kecemburuan berlebihan.
i. Pernikahan usia dini (ketidakmatangan dalam menyikapi masalah).
11. Apakah permasalahan yang paling sering dikonsultasikan?
Penelantaran keluarga.
Kekerasan dalam rumah tangga.
Persoalan ekonomi.
12. Rata-rata ada berapa banyak klien yang melakukan mediasi tiap
bulannya?
15 sampai 20 klien.
13. Kapan saja pelaksanaan kegiatan mediasi?
Pada jam kerja dan di luar jam kerja sesuai dengan kebutuhan.
14. Berapa lama waktu yang digunakan setiap pelaksanaan mediasi?
Tidak ada aturan baku,tergantung masalah yang disampaikan.
15. Dimana saja kegiatan mediasi dilaksanakan?
Di kantor, di rumah klien atau ditempat lain yang disepakati dan dibutuhkan.
16. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan saat mediasi?
a. Pendataan personal.
b. Inventarisasi masalah.
c. Analisis masalah.
d. Pembahasan 1.
e. Pemanggilan pihak yang diadukan/ untuk konfirmasi.
f. Pembahasan 2.
g. Komunikasi personal (individual).
h. Solusi bersama.
i. Pemantauan perkembangan permasalahan.
Langkah-langkah ini tidak baku, tergantung tingkat masalah, sikap
akomodatif atau keputusan pihak klien.
17. Metode apa yang digunakan untuk membantu klien dalam mediasi?
Konsultasi individual.
Eksplanasi dan persuasi/ penasehatan.
Menampungan masalah.
18. Mengapa cara itu yang dilakukan dalam memberikan bantuan untuk
klien?
Perbedaan karakter klien, perbedaan masalah.
19. Apa tujuan diadakannya kegiatan mediasi di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Mencegah terjadinya perceraian melalui cara.
Membantu klien dalam mengenali permasalahannya.
Membantu klien mencari alternatif pemecahan masalah.
Memberikan layanan krisis rumah tangga.
20. Berapa hari dan berapa jam biasanya proses mediasi berlangsung?
Tergantung keadaan.
21. Apakah proses mediasi selalu dilakukan tertutup?
Ya, berkaitan dengan privasi klien.
22. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu saat klien salah satunya tidak datang
untuk melaksanaka mediasi?
Selain melakukan pemanggilan formal melalui surat, bila salah satu
pihak tidak hadir maka diupayakan pula komunikasi dengan telepon untuk
memberikan kesempatan untuk menyampaikan versinya.
23. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu jika kedua klien tidak datang untuk
melaksanakan mediasi?
Saya mengkonfirmasi masing-masing klien mengenai alasan
ketidakhadirannya. Kemudian mengkonfirmasi apa yang menjadi kehendak
masing-masing untuk menindaklanjuti mediasi yang telah dilaksanakan. Lalu
mengkomunikasikan secara paralel mengenai hasil konfirmasi tersebut.
24. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika usaha mendamaikan menemui jalan
buntu?
Memberikan penasihatan dan menyerahkan penyelesaian kepada
masing-masing pihak.
25. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam membantu klien untuk
mediasi?
Memberikan pemahaman permasalahan yang diadukan.
Memberikan alternatif-alternatif solusi dengan berbagai konsekuensinya.
Memberikan penenangan kejiwaan kepada mereka.
Mengkomunikasikan masalah kepada masing-masing pihak.
26. Bagaimana respon klien saat menjalani proses mediasi?
Bebas mengekpresikan dan mengungkapkan masalah karena jaminan
privasi.
Percaya kepada mediator sebagai pihak yang netral dan mengusahakan
yang terbaik bagi mereka.
Apatis, putus asa bahwa masalahnya bisa diselesaikan.
27. Kapan sebaiknya pelaksanaan mediasi dapat dilaksanakan?
Pada saat yang tenang, waktu yang luang.
28. Faktor-faktor apa yang menyebabkan klien tidak dapat di damaikan?
Masalah yang sudah lama (akut).
Masing-masing pihak atau salah satu sudah membulatkan tekat untuk
berpisah.
Telah terjadi perulangan kesalahan yang dilakukan oleh salah satu pihak.
29. Apa hasil yang telah dicapai dari kegiatan mediasi tersebut?
Klien yang berhasil di damaikan.
Mengkomunikasikan persoalan yang tidak diketahui pihak-pihak
berselisih.
Bagi saya sendiri bisa menambah wawasan tentang fakta permasalahan.
keluarga yang banyak dihadapi oleh keluarga.
30. Apakah kelemahan dari BP4 KUA Kec. Cipayung terhadap kegiatan
mediasi?
Kekurangan tenaga mediator.
Fasililtas ruang yang kurang memadai.
BP4 tidak memiliki kekuatan memaksa dalam melakukan pemanggilan.
31. Apa harapan Bapak/Ibu setelah kegiatan mediasi terlaksana?
Berhasil mendamaikan pihak berselisih.
Bila tidak berhasil mendamaikan paling tidak, dapat memberikan solusi
yang .bisa ditempuh secara bersama-sama dengan baik.
Meredam tingkat perselisihan.
32. Apa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Keterbukaan klien.
Sikap akomodatif pihak yang diadukan.
Masalah yang belum terlalu berat.
Waktu yang tepat.
Dukungan dari pihak keluarga.
33. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Persoalan yang sudah akut.
Pihak yang diadukan tidak akomodatif.
Klien yang ingin cepat menyelesaikan masalah berdasarkan situasi
emosional.
Sikap tertutup.
Panggilan dari BP4 yang tidak dihiraukan.
( ) ( )
Nama : Hj. Lisnidar M. Pd.i
Tempat, Tanggal Lahir : Padang Panjang, 5 Desember 1954
Jabatan : Pengawas
Tempat, Tanggal Wawancara : KUA Kec. Cipayung, 31 Oktober 2012
1. Apakah jabatan Bapak/Ibu di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Sebagai pengawas di KUA Kec. Cipayung.
2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi seorang mediator di BP4 KUA Kec.
Cipayung?
Tentunya kita mempunyai pengalaman yang luas, mempunyai ilmu
tentang BP4, itu harus kita miliki kemudian mempunyai pertimbangan untuk
memutuskan atau mengambil kesimpulan.
3. Siapa yang menunjuk atau menetapkan Bapak/Ibu sebagai mediator di
BP4 KUA Kec. Cipayung?
Ya jelas dong pimpinan.
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi seorang konselor di BP4 KUA
Kec. Cipayung?
Sudah dari 2004, berati sudah 8 tahun.
5. Ada berapa jumlah mediator di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Jumlahnya ada 4 orang, yang aktif dalam memberikan pelayanan itu 2 orang.
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki sertifikat mediator?
Kita tidak memiliki sertifikatnya, tapi kita sudah diberikan kepercayaan.
7. Menurut Bapak/Ibu, perlukah KUA Kec. Cipayung memberikan
pelatihan mediator kepada seluruh konselor di BP4?
Sangat perlu.
8. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang mediasi?
Mediasi adalah upaya yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk
mendamaikan pihak-pihak yang berselisih dan bermasalah.
9. Apa alasan BP4 KUA Kec. Cipayung mengadakan kegiatan mediasi?
Tentunya pertama membantu pelayanan konsultasi dalam keluarga di
BP4, kemudian menjadi pihak penengah untuk mendamaikan kedua belah
pihak yang pernah terjadi permasalahan dalam rumah tangganya dan
kemudian kita carikan jalan keluarnya. Menjadi penengah artinya bisa
membantu mendamaikan kedua belah pihak itu.
10. Apa saja masalah-masalah yang dikonsultasikan?
Biasanya masalah keluarga, ya tentang barang kali ekonomi atau
kebanyakan itu adalah waktu. Waktu kita ini kadang-kadang, seorang istri
terlalu banyak diluar, juga menjadikan sebuah masalah dalam rumah tangga
atau kuranganya saling pengertian tapi kalau mereka itu saling pengertian
insya’allah masalahnya tidak ada kan, tapi karena mereka kuranganya saling
pengertian dalam berumah tangga. Mungkin juga masalah anak.
11. Apakah permasalahan yang paling sering dikonsultasikan?
Biasanya adanya orang ketiga, yang dimaksud oarng ketiga adalah
seperti orang rumah atau keluarga atau mantan.
12. Rata-rata ada berapa banyak klien yang melakukan mediasi tiap
bulannya?
Ya lebih kurang sekitar 12-20 orang.
13. Kapan saja pelaksanaan kegiatan mediasi?
Ada waktunya yang diluar jam kerja, ada yang diwaktu jam kerja,
mungkin kadang-kadang juga mengambil waktu khusus.
14. Berapa lama waktu yang digunakan setiap pelaksanaan mediasi?
Ya itu kan tidak ada aturannya, tergantung masalahnya, kalau
masalahnya mudah cepat selesai, kalau masalahnya rumit tentu lama
selesainya.
15. Dimana saja kegiatan mediasi dilaksanakan?
Ya bisa dikantor, bisa saja dirmah kalau kita diundang atau disuatu
tempat, jadi menyelesaikan masalah itu tidak dikantor selalu, jadi tempatnya
tergantung, bisa kantor, bisa mushola, bisa rumah.
16. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan saat mediasi?
Iya pertama kita lihat dulu masalahnya apa-apa saja, kemudian dengan
itu kita ketahui data-datanya dan kita lihat datanya apa, tentang
permasalahannya apa, kemudian setelah kita tahu permasalahnnya kita
kumpulkan masalahnya, kemudian tentunya akan kita carikan jalan
keluarnya, solusinya bagaimana gitu, selanjutnya tentu kita akan liat
bagaimana kelanjutannya setelah diberikan arahan-arahan itu
17. Metode apa yang digunakan untuk membantu klien dalam mediasi?
Ya wawancara, konsultasi kedua belah pihak, karena yang
permasalahan itu kan permasalahan suami istri, ya harusnya konfirmasi ke
kedua belah pihak tentunya.
18. Mengapa cara itu yang dilakukan dalam memberikan bantuan untuk
klien?
Karena watak orang itu berbeda-beda atau karakter orang itukan beda-
beda jadi kita kadang-kadang sesuai karakter mereka, watak mereka gimana,
ini orang perlu dikerasin atau dia perlu dilembutin, ada orang yang perlu di
elus-elus baru keluar bisa ngomong, ada yang harus dibentak, kan macam-
macam. Ada yang suaranya keras. Nah kita pilih ini ya, karena banyak
karakter orang itu lah kita cari jalan nya itu.
19. Apa tujuan diadakannya kegiatan mediasi di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Tujuannya tentu untuk mencegah jangan terjadi perceraian pertama itu,
kedua tentunya membantu juga untuk rumah tangganya yang sudah pernah
retak atau bagaimana gitu, bermasalah bisa utuh kembali dan kemudian kita
memberikan layanan yang menyenangkan buat mereka.
20. Berapa hari dan berapa jam biasanya proses mediasi berlangsung?
Itu tergantung kondisinya tadi, tergantung permasalahannya, kalau
masalahnya rumit ya lama, kalau masalahnya sedikit, ya kembali lagi kepada
mereka kalau cepat saling menyadari kesalahannya itu cepat tapi kalau masih
tidak mau dan mau menang sendiri, nah itu kan rumit lama.
21. Apakah proses mediasi selalu dilakukan tertutup?
Ya tidak selalu, bisa saja tertutup. Bisa saja tidak, tergantung dengan
kliennya itu.
22. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu saat klien salah satunya tidak datang
untuk melaksanaka mediasi?
Ya kalau dia tidak hadir bisa kita berikan surat atau pesan-pesan
melalui bisa saja kita berikan kepada mereka, apa yang akan kita sampaikan
dengan tujuan dapat berkomunikasi dengan telepon, sekarangkan bisa
telepon, kalau tidak bisa surat, sms.
23. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu jika kedua klien tidak datang untuk
melaksanakan mediasi?
Pertama kita menanyakan alasan ketidakhadiran, bisa melalui surat atau
telepon dll, lalu menyampaikan kembali surat panggilan untuk mediasi,
setelah itu kita menunggu konfirmasi lanjut dari mereka.
24. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika usaha mendamaikan menemui jalan
buntu?
Tentunya kita akan memberikan nasehat, pandangan-pandangan, kalau
tidak bisa juga, kita menyerahkan penyelesainnya itu kepada masing-masing
mereka, masing-masing pihak itu berfikir, menganalisa kembali, kalau
mereka tidak mau “ya sudah kamu renungkan kembali deh”.
25. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam membantu klien untuk
mediasi?
Melakukan pemanggilan, memberiktahukan kepada pihak yang
diadukan mengenai pengaduan yang telah diterima, dan memberikan
konsultasi pemecahan masalah.
26. Bagaimana Respon klien saat menjalani proses mediasi?
Bebas saja, responnya terserah mereka mau terima atau tidak itu urusan
dia, kita kembalikan responnya dia itu tergantung kalau dia memahami, dia
menerima dengan senang hati, tapi kalau dia tidak senang ya dia cuek aja.
Kan tidak selalu senang orang diberikan nasehat, ada yang bisa menerima,
ada yang tidak, kalau yang bisa menerima dia pasti akan bahagia merasa
senang, masih ada orang yang sayang kepada saya.
27. Kapan sebaiknya pelaksanaan mediasi dapat dilaksanakan?
Ya pasti waktunya yang tenang, itu lah yang tadi ibu bilang, kalau bisa
kita ambil wudhu dulu, sholat sunah dulu, itu waktu yang paling tepat, tapi
kalau kalau waktunya sudah panas, sudah marah-marah itu tidak akan baik,
jadi sebaiknya itu kita tenangkan dulu, waktunya cari waktu yang nyaman.
28. Faktor-faktor apa yang menyebabkan klien tidak dapat di damaikan?
Mungkin karena masalahnya terlalu lama atau terlalu mendarah daging
susah untuk dicabut kembali atau tidak adanya maaf barang kali itu, kalau dia
punya rasa maaf, dia takut sama Allah, dia mengartikan maaf itu lebih baik,
memberi maaf itu lebih baik dari pada minta maaf, pasti akan terselesaikan.
Kalau lama itu mungkin dia tidak menyadari apa arti saling memaafkan
dan juga barangkali meraka tidak mengerti bahwa kesalahan itu tidak datang
hanya pada satu pihak, tapi dia mau menyadari kesalahan itu datang dari
kedua belah pihak, tidak mungkin kesalahan itu datang dari salah satu pihak
saja.
29. Apa hasil yang telah dicapai dari kegiatan mediasi tersebut?
Tentunya hasilnya mereka lebih bisa berdamai, tentunya pasti
menginginkan hasil itu, mereka bisa berdamai kembali dan bisa di dalam
berumah tangga itu tercipta komunikasi yang baik, kan rumah tangga itu
pisah karena komunikasi yang tidak lancar, suka diem, tidak cerita tapi kalau
ini bisa di komunikasi dengan baik, insya’allah hasilnya tidak akan timbul
lagi permasalahan yang baru.
30. Apakah kelemahan dari BP4 KUA Kec. Cipayung terhadap kegiatan
mediasi?
Kekurangan tenaga, fasilitas juga yang kurang memadai, misalnya
kalau umpanya petugasnya banyak mungkin akan lebih enak lagi bicaranya,
terus juga ruangannya yang enak dan nyaman, masalah cepet selesai.
31. Apa harapan Bapak/Ibu setelah kegiatan mediasi terlaksana?
Tentu ibu berharap dapat hasil yang memuaskan, dapat mendamaikan
kedua belah pihak, sehingga rumah tangganya kembali utuh, kemudian kalau
rumah tangganya sudah utuh tentu terciptalah rumah tangga yang sakinah,
mawadah, warahmah sehingga tercapailah tujuan pernikahan mereka itu.
Kan tujuan pernikahan itu untuk mencapai keluarga yang sakinah,
mawadah, warahmah, itulah harapan kita setelah diberikan kegiatan mediasi
ini ya kita harapkan itu tadi, rumah tangga kembali utuh, jadi keluarga yang
sakinah, mawadah, warahmah, kalau pun juga ada masalah selanjutnya
mereka bisa meredam dengan pengalaman yang sudah ada itu, “oiya kalau
kemarin suami saya keras, saya keras “, jadi gini, diantara mereka itu ada
yang jadi air ada yang jadi api, seandainya ada yang jadi api, yang satu
sedang panas, yang satu harus kita ademin, sehingga dengan adanya
pengalaman mereka itu diharapkan akan menjadi rumah tangga yang bahagia.
32. Apa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Iya itu tadi, faktornya tentunya pertama keterbukaan dia itu,
kejujurannya, kalau dia salah ya salah, kalau dia benar ya benar. Tentunya
dengan ada keterbukaan itu permasalahan mudah dicarikan jalan keluarnya.
Oh ini masalahnya kita analisis, kita ketahui, oh ini harus begini, gitu aja.
Kalau mereka tertutup tentu tidak bisa kita memberikan solusinya, kemudian
waktunya yang kurang tepat, dukungan.
33. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Faktornya tentunya biasanya itu pertama waktu ya, waktunya yang
kurang tepat, dia datang kita tidak, ada atau waktu-waktu yang sangat sibuk,
yang kemudian yang kedua tentunya kadang-kadang mereka itu tidak mau
datang berdua, ada yang begitu.
Permasalahan datang sendiri-sendri, kalau berdua kan kita bisa
langsung tanya gimana-gimananya gitu, kita cari solusinya, titik
permasalahannya atau barangkali ketidakterbukaan mereka, tidak mau
bercerita apa adanya, kadang-kadang merasa dia yang benar, dia tidak akan
keluarkan kesalahan dia , kesalahan pasangannya saja yang dikemukakan,
tapi seandainya itu kedua-duanya mereka terbuka, supaya cepat selesai
permasalahannya.
( ) ( )
Nama : Ansori S.Hi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Februari 1981
Jabatan : BinWin (Bimbingan Perkawinan)
Tempat, Tanggal Wawancara : KUA Kec. Cipayung, 13 Desember 2012
1. Apakah jabatan Bapak/Ibu di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Sebagai staff yang diberi tugas diantaranya menangani bimbingan perkawinan.
2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi seorang mediator di BP4 KUA Kec.
Cipayung?
Yang pertama adalah bagaimana kita bisa memberikan contoh dan bisa
dijadikan contoh.
3. Siapa yang menunjuk atau menetapkan Bapak/Ibu sebagai mediator di
BP4 KUA Kec. Cipayung?
Kepala KUA.
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi seorang konselor di BP4 KUA
Kec. Cipayung?
3 tahun.
5. Ada berapa jumlah mediator di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Ya 2 orang, 4 orang aktif memberikan pelayanan.
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki sertifikat mediator?
Tidak ada.
7. Menurut Bapak/Ibu, perlukah KUA Kec. Cipayung memberikan
pelatihan mediator kepada seluruh konselor di BP4?
Perlu sekali.
8. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang mediasi?
Mediasi adalah upaya yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk
memperbaiki orang-orang yang memiliki permasalahan. Jadi memperbaiki,
jadi gini pada hakekatnya kita ini berusaha untuk selalu berbuat baik, untuk
memperbaiki jadi hidup itu bagaimana caranya kita hidup untuk selalu
berbuat baik, jadi belajar memperbaiki diri. Jadi mediasi itu ya usaha untuk
memperbaiki diri.
9. Apa alasan BP4 KUA Kec. Cipayung mengadakan kegiatan mediasi?
Tadi yang pertama kita menjalankan tugas kita sebagai makhluk yaitu
amal ma’ruf nahi munkar karena biar bagaimanapun kita ditugaskan untuk,
kita ini dilahirkan di keluarkan, diciptakan oleh Allah kepada yang ma’ruf
mencegah kepada yang munkar dan hakekat hidup kita ini kan adalah ibadah
jadi bagaimana kita bisa memperbaiki diri dan berusaha untuk menjadi baik.
10. Apa saja masalah-masalah yang dikonsultasikan?
Pada umumnya kalau disini adalah permasalahan rumah tangga,
kekerasan, terus tidak memberikan nafkah wajib baik lahiriah maupun
batiniah.
11. Apakah permasalahan yang paling sering dikonsultasikan?
Ya permasalahannya kekerasan dalam rumah tangga, persoalan
ekonomi, tidak memberikan nafkah lahir batin, jadi terkadang ada orang yang
meninggalkan istrinya sudah bertahun-tahun, berbulan-bulan tanpa
memperhatikan dalam arti menelantarkan keluarganya, terus terkadang
permasalahannya itu terjadi dari salah satu pihak, apakah itu istrinya atau itu
suaminya. Istri yang sibuk sehingga suami pun ditelantarkan, jadi bukan
hanya seorang suami saja, jadi disini adalah pengaduannya itu, suami juga
mengadukan permasalahan rumah tangganya, kesalahan-kesalahan seorang
istri.
12. Rata-rata ada berapa banyak klien yang melakukan mediasi tiap
bulannya?
15 sampai 20 orang, mungkin hampir setiap hari ada orang yang
mengadukan permasalahan rumah tangganya.
13. Kapan saja pelaksanaan kegiatan mediasi?
Mediasi itu biasanya tergantung kapan dia datang, yang jelas di jam
kerja, kalau pun itu tidak mengganggu kegiatan yang lain, misalkan pagi,
waktu duha atau siang.
14. Berapa lama waktu yang digunakan setiap pelaksanaan mediasi?
Mediasi bisa setengah jam lebih, bisa satu jam lebih.
15. Dimana saja kegiatan mediasi dilaksanakan?
Di kantor KUA bisa atau di rumah, sesuai dengan perjanjian atau pada
hakekatnya kita inikan pelayan masyarakat jadi ketika masyarakat meminta
ya kita bagaimana bisa melayani masyarakat dengan baik.
16. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan saat mediasi?
Yang pertama kita mendengarkan keluhannya dulu terus setelah kita
dengarkan, mungkin kita memberikan solusi. Tentang solusi itu salah satunya
kita menyuruh dia untuk mengambil air wudhu terus dia sholat, kalau
misalkan diwaktu duha, kita suruh sholat duha, kalau misalkan diwaktu
dzuhur, kita suruh sholat dzuhur atau bisa juga misalkan dia sudah sholat.
Tapi kita suruh sholat untuk memohon pertolongan dari Allah SWT karena
yang memperbaiki diri dia, memperbaiki diri kita bukan hanya kita, tapi yang
memperbaiki adalah Allah SWT.
Jadi mediasi itu pada hakekatnya bagaimana kita meminta pertolongan
kepada Allah SWT untuk memperbaiki, karena hakekatnya yang
memperbaiki diri kita adalah Allah SWT. Jadi kita suruh sholat, wudhu,
setelah sholat dia berdoa, sebelum berdoa dia dzikir jadi dihubungakan ke
Allah SWT, nanti jika sudah dihubungkan biasanya nangis, sudah nangis dan
dia berdoa meminta. Jadi kita bagaimana orang itu langsung memintanya
kepada Allah SWT, jadi bukan lagi kepada makhluk, bukan lagi kepada
misalkan BP4 atau kepada orang tapi bagaimana orang itu belajar, ketika hari
ini belajar itu memngadukan permasalahan kepada Allah SWT. Karena hanya
kepada Allah SWT yang bisa memperbaiki hidup ini.
17. Metode apa yang digunakan untuk membantu klien dalam mediasi?
Dzikir kepada Allah SWT, jadi banyak yang ditawarkan apakah dzikir
diwaktu yang sama dalam 40 hari. Kedua sedekah, karena sedekah itukan
menolak bala, jadi sedekahnya itu diniatkan untuk memperbaikin diri, dia
minta apa dengan sedekah itu. Misalkan suaminya tidak baik, tidak sholat,
pemabukan, biasanya saya itu menyuruh, “Coba berdoa kepada Allah SWT
dan dibarengi dengan sedekah”, setelah sedekah jadi di niatkan, “ ya Allah,
saya sedekah, perbaikilah dengan sedekah ini suami saya”.
Misalkan permasalahnya sudah bertahun-tahun tidak punya anak, suruh
sedekah. Jadi yang pertama itu dzikir setelah itu istighfar. Kenapa istighfar
karena semakin banyak orang berbuat dosa maka semakin banyak
permasalahannya, karena Allah SWT berfirman, “Dan barang siapa yang
berpaling dari peringatanku, maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami
akan mengumpulkan di hari kiamat dalam keadaan buta”, artinya apa,
semakin banyak orang berbuat dosa, itu semakin hidupnya sempit pasti
banyak masalah. Jadi solusinya dzikir, istighfar, mohon ampun kepada Allah
SWT, yang kedua dibantu dengan bersedekah, yang ketiga sholat tepat waktu.
Dia sholat tepat waktunya, karena ketika ada orang yang menunda-nunda
sholat maka hakekatnya dia telah disibukan dunia dan pasti banyak masalah.
18. Mengapa cara itu yang dilakukan dalam memberikan bantuan untuk
klien?
Permasalahan itu tidak selalu bisa diselesaikan dengan pendekatan
rasional. Bahwa persoalan dalam rumah tangga itu bisa disebabkan oleh tidak
tertatanya hati karena lalai dalam mengingat Allah. Maka jalan keluarnya
adalah dengan menata hati. Jika hati tenang maka orang cenderung tidak
emosional. Jika orang sering bersedekah maka akan berkurang dalam dirinya
sifat egois dan ingin menang sendiri.
19. Apa tujuan diadakannya kegiatan mediasi di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Untuk memperbaiki diri. Hakekatnya kita memperbaiki diri saja, ya
nanti dengan kita usaha, Allah sendiri yang akan memperbaiki. Kita kan
semua mau jadi baik, karena orang sombong suka pada orang baik, orang
kikir senang sama orang baik, orang jahat suka sama orang baik, jadi
bagaimana kita ini menjadi baik. Orang sombong tidak suka dengan orang
sombong, orang kikir tidak suka dengan orang pelit. Tapi kalau kita baik pasti
semua orang suka.
20. Berapa hari dan berapa jam biasanya proses mediasi berlangsung?
Biasanya saya pernah, kalau mediasi satu kali misalkan setengah jam
sampai satu jam. Maka kita mengadakan mediasi, dzikir, sholat, berdoa,
setelah yang awalnya dia datang dengan nangis-nangis ingin cerai, setelah dia
berdoa, saya tanya “bu, bagaimana?”, ”oh saya tidak jadi bercerai, saya akan
memperbaiki diri”. Jadi setelah dia kontak ke Allah SWT, dia mengakui
kesalahannya padahal awalnya dia mau cerai, tapi setelah dia mediasi, tidak
ada keinginan lagi untuk bercerai.
21. Apakah proses mediasi selalu dilakukan tertutup?
Ya pada hakekatnya kita terbuka saja tapi tergantung pasiennya,
tergantung orang yang ingin melaksanakan mediasi, apakah dia siap untuk
dilihat orang lain, didengar orang lain. Karena biasanya mediasi itu dia nangis
tersedu-sedu karena batinnya itu sudah kontak kepada Allah. Jadi bisa
tertutup, bisa terbuka tergantung orangnya, kita maunya bagaimana.
22. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu saat klien salah satunya tidak datang
untuk melaksanaka mediasi?
Tetap dilaksanakan, tapi kembali lagi apakah dia mau atau tidak.
23. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu jika kedua klien tidak datang untuk
melaksanakan mediasi?
Ya ini kan membuktikan dia tidak ingin memperbaiki dirinya. Jadi pada
hakekatnya begini, “ hai orang-orang yang beriman peliharlah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”. Jadi pada hakekatnya kita ingin memperbaiki
diri kita. Kalaupun misalkan yang tadi awalnya saya bilang kita beramal
ma’ruf nahi munkar, hakekatnya pun untuk diri kita bukan untuk orang lain
makanya tadipun saya bilang kan, bagaimana kita ini bisa dijadikan contoh,
bukan hanya memberi contoh. Kita berdakwah didalam rumah tangga, di
dalam rumah tangga, “Nak sholat”, kita nya harus sholat, “nak ngaji”, kitanya
harus ngaji. Kita hanya bisa memberikan contoh dan juga bisa dijadikan
contoh, maka janji Allah, “dosa besar bagi orang yang mengajarkan tapi dia
sendiri tidak melaksanakan.
24. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika usaha mendamaikan menemui jalan
buntu?
Jadi tergantung niatnya dia, kalau niatnya dia kuat untuk memperbaiki,
apalagi kita hubungkan langsung ke Allah pasti dia akan baik. Apalagi dia
menjalankan sedekahnya, sholatnya pasti dijamin sama Allah. Jangan kan itu,
kita banyak istighfar saja, Allah janji lewat lisannya Rasulullah SAW, “
barang siapa yang memperbanyak istighfar, mohon ampun kepada Allah
maka Allah akan memberikan jalan keluar dari segala kesempitan, Allah
memberikan kelapangan dari setiap jangkauan dan Allah memberikan
kelapangan dari segala kesedihan, Allah akan memberikan rizki dari arah
yang kita tidak sangka-sangka”. Orang yang datang kesini biasanya
permasalahan ekonomi, solusinya istighfar nanti Allah akan berikan rezeki
lalu sedekah, ditambah lagi rezekinya. Jadi insya’allah hubungan kita ke
Allah pasti tidak ada jalan buntu.
25. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam membantu klien untuk
mediasi?
Ya itu tadi memberikan jalan pemecahan melalui pendekatan religius.
Jika diperlukan saya pun memberikan zIkir-zikir yang bisa dibaca dalam
memecahkan masalah tersebut. Ya kita hanya bisa berdoa, semoga
ditunjukkkan solusi yang terbaik
26. Bagaimana respon klien saat menjalani proses mediasi?
Biasanya bertambah batinnya tenang, dadanya lega, dia menyerahkan
permasalahannya kepada Allah. Jadi lapang yang tadinya sempit banyak dosa
karena dia istighfar mungkin Allah ampuni, jadikan yang bikin sempit itu
banyak dosa, sempit dadanya walaupun hartanya banyak tapi sempit tidak
bisa bersedekah, rumahnya besar tapi sempit, banyak yang seperti itu karena
dosa. Nah kalau habis mediasi, kalau dia misalkan benar-benar tulus, ikhlas
insya Allah lapang dadanya, tenang bawaannya bahkan maunya berdzikir kan
gitu.
27. Kapan sebaiknya pelaksanaan mediasi dapat dilaksanakan?
Pada hakekatnya kapan saja yang penting tidak mengganggu, artinya
kapan siapnya dia, kapan saja tidak masalahnya. Pada hakekatnya tidak harus
dipandu, sendiri pun bisa.
28. Faktor-faktor apa yang menyebabkan klien tidak dapat di damaikan?
Biasanya karena ego ya, jadi biasanya egonya masing-masing.
29. Apa hasil yang telah dicapai dari kegiatan mediasi tersebut?
Biasanya orang-orang yang telah mediasi tidak balik lagi, jadi yang
sudah-sudah itu tidak balik lagi. Karena setelah mediasi, “pak saya pasrah
sama Allah”, “pak saya tidak jadi bercerai”, jadi artinya mudah-mudahan
saya berharap mereka memperbaiki menjadi baik.
30. Apakah kelemahan dari BP4 KUA Kec. Cipayung terhadap kegiatan
mediasi?
Yaitu BP4 tidak memiliki kekuatan memaksa dalam melakukan
pemanggilan, tidak ada kekuatan hukum kan begitu, kita tidak bisa memaksa
orang itu untuk datang.
31. Apa harapan Bapak/Ibu setelah kegiatan mediasi terlaksana?
Harapan saya adalah bagaimana caranya semua masyarakat, apakah dia
orang miskin, apakah dia orang kaya, menjadi baik, kalau semuanya baik
menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah.
32. Apa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Yang pertama keterbukaan klien, keterbukaan orangnya ya terus tempat
yang nyaman, karena mudah-mudahan dengan tempat yang nyaman dia juga
nanti nyaman melaksanakan mediasi tersebut.
33. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Jadi gini, apa faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan mediasi,
yang jadi penghambatnya terkadang orangnya mau tidak di mediasi. Artinya
begini, Allah itu memberikan ujian kepada seseorang itu sesuai dengan
kemampuannya, selama orang itu ingin memperbaiki dirinya pasti Allah
kasih jalannya. Jadi hakekatnya adalah semuanya itu bisa dilaksanakan, orang
itu mau atau tidak. Jadi kembali kepada orangnya.
( ) ( )
Nama : Dra. Ida Saidah M. Pd. i
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 2 April 1965
Jabatan : Pengawas
Tempat, Tanggal Wawancara : KUA Kec. Cipayung, 13 Desember 2012
1. Apakah jabatan Bapak/Ibu di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Sebagai pengawas ya di KUA Kec. Cipayung.
2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi seorang mediator di BP4 KUA Kec.
Cipayung?
Memiliki wawasan hukum-hukum tentang perkawinan, selanjutnya
menguasai teknik dan metode untuk konsultasi kalau di dalam kegiatan itu
sendiri karena memang yang kita hadapi itu kan kehidupan tentunya yang di
dalam dunia perkawinan tadi, pernikahan harus betul-betul menguasai
sehingga saat akan menjadi mediator akan lebih bisa memberikan,
menawarkan solusi yang sesuai dengan yang kita harapkan semua, jadi seperti
itu. Dan yang menjadi landasan berikutnya adalah bisa berkomunikasi dengan
baik, kan banyak mungkin para ahlinya sendiri pada saat berkomunikasi tidak
bisa sehingga tidak bisa memberi solusi sesuai dengan harapan yang
bermasalah, intinya adalah berkomunikasi, kemudian kita juga dalam hal
mediasi harus punya ilmu psikologi, wawasannya harus luas juga, karena
yang kita hadapi dengan berbagai karakter, berbagai problem, paling tidak
kita harus tahu. Kemudian untuk integritasnya juga kita harus kuat, jadi dalam
hal ini pertama adalah wawasan tadi, tentang hukum-hukum syariat islam itu
mereka harus benar-benar menguasai sehingga pada saat kita memberikan
solusi tidak hanya memberikan satu arah tetapi ada pilihan yang sesuai
dengan fariator gini, yang satu gini, serahkan kepada yang punya problem.
3. Siapa yang menunjuk atau menetapkan Bapak/Ibu sebagai mediator di
BP4 KUA Kec. Cipayung?
Tentunya pimpinan yang ada disini, jadi pimpinan itukan insya Allah
mereka bisa melihat frekuensi staff yang ada dilingkunagnnya sendiri.
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi seorang konselor di BP4 KUA
Kec. Cipayung?
Lebih dari 4 tahun, sekitar 5 tahun.
5. Ada berapa jumlah mediator di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Jadi ada yang aktif itu ada 4, tapi mungkin ada yang istilahnya
membantu kadang-kadang itu ada 2, jadi sekitar ada 6. Tapi pada prakteknya
sebenarnya lebih ya.
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki sertifikat mediator?
Kita tidak ada sertifikatnya, jadi untuk sertifikat ini kebetulan saya tidak
ada tapi dalam hal pelatihan-pelatihan baik dalam organisasi atau di dalam
kedinasan itu ada. pelatihan-pelatihan pada pelaksanaannya sendiri, kami ada
panggilan-panggilan sehingga tidak keluar dari alur tadi, kayanya kesannya
kok tidak terarah. Jadi ada kegiatan pelatihan-pelatihan.
7. Menurut Bapak/Ibu, perlukah KUA Kec. Cipayung memberikan
pelatihan mediator kepada seluruh konselor di BP4?
Jelas perlu, disamping untuk menambah kemampuannya terus
kemudian juga wawasannya juga supaya jadi lebih, terus kesiapannya itu
lebih jelas lagi. Kalau sekarang kan kita hanya terpaku pada yang sudah ada,
yang lain seperti apa mediator memperlakukan, kita hanya mengikuti seperti
itu tadi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan ini tentunya kan, setiap kondisi,
setiap waktu ka nada perubahan-perubahan nah itu perlu sekali untuk
pelatihan-pelatihan ini. Karena memang kondisinya seiring dengan jalannya
tadi, jadi paling tidak pada saat kita memberikan pelayanan kita bisa
melakukan itu dengan baik, dengan maksimal, dengan kondisi sesuai dengan
perkembangan karena problemnya kan mungkin sekarang ini begitu cepat ya
perubahan tadi dalam waktu yang 6 bulan ini bukan bilangan tahun, 6 bulan
ini ternyata problem yang kita hadapi makin meningkat lagi, jadi memang
garis bawah yang harus memeang ditindak lanjuti lagi.
8. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang mediasi?
Jadi judulnya saja bahasanya mediasi, jadi kita menjadi penengah dan
mendamaikan yang sedang bermasalah. Jadi dalam hal ini problemnya itu kan
dari kondisi yang tadi saya bilang, kalau dulu mungkin awal-awal ya, jadi
istilahnya orang yang tidak terbuka sama kita, ya kan kita ketahui, “oh sedang
ada masalah, begini”, masalahnya apa, kalau ditanya kan seperti itu, kalau
dulu orang lebih tertutup, judulnya ini masalah perceraian karena begini
begini, kalau sekarang problemnya lebih rumit lagi kan, sehingga untuk kita
yang menjadi mediator harus lebih bisa membaca situasi, jadi dalam hal ini
kita tahu bahwa mediasi itukan sebagai penengah terus kita terus kalau kita
meluaskan lagi kan mendamaikan pihak-pihak yang sedang memiliki masalah
tadi. Tahapannya sendiri kalau dalam pelaksanaannya kan kita mendengar
dulu, kita dengar tidak hanya satu pihak tapi pihak-pihak yang itu tadi,
sehingga pada saat kita memberikan solusi kita tidak memihak kepada si A
dan si B tetapi kepada kebenaran.
9. Apa alasan BP4 KUA Kec. Cipayung mengadakan kegiatan mediasi?
Jadi begini kalau kembali kepada fungsi KUA sendiri, fungsinya itukan
melayani terus memberikan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan
fungsi KUA sendiri, terus juga diantaranya membantu pelayanan konsultasi
keluarga, disamping itu tentang pemahaman mediasi disni juga peran dan
fungsi yang ada di KUA ini diantaranya menjadi pihak penengah dalam
penyelesaian masalah keluarga.
10. Apa saja masalah-masalah yang dikonsultasikan?
Selanjutnya kalau saya melihat disini masalah yang paling
dikonsultasikan, kita tahu ada KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga),
terus kemudian pihak ketiga jadi mungkin istilahnya ada will ada feel ya kan
yang sebagian tadi kaitannya dengan perselingkuhan, poligami, terus campur
tangan orang tua itu ya memang masalah yang marak ya apalagi sekarang ini,
hanya dengan bahasa tadi orang tua tidak sepakat sehingga akhirnya rumah
tangga bisa bubar, karena orang tuanya menyampaikan “harus begini”,
sehingga dalam keluarga tadi ada campur tangan orang tua, sehingga tidak
menjadi jalannya lancar dalam keluarga tadi.
11. Apakah permasalahan yang paling sering dikonsultasikan?
Kalau saya yang pertama kaitannya tadi penelantaran keluarga terus
kemudian kalau yang dibilang tadi poligami yang tidak resmi, kemudian
kekerasan dalam rumah tangga terus persoalan ekonomi tapi yang paling kita
itu merasa tidak terbuka dalam hal pengertian kekerasan dalam rumah tangga,
kan sementara ini orang yang muncul dipermukaan rata-rata, sebetulnya ada
disitu kekerasan dalam rumah tangga dalam hal batin. Contoh pasangan yang
terlalu sibuk aktifitasnya diluar sehingga tidak memperhatikan pasangannya,
ya itu kan termasuk kekerasan juga dalam rumah tangga sehingga pasangan
tidak merasa nyaman. Jadi poinnya penelantaran keluarga, kekerasan dalam
rumah tangga baik fisik maupun mental terus persoalan ekonomi.
12. Rata-rata ada berapa banyak klien yang melakukan mediasi tiap
bulannya?
Karena pada dasarnya dalam organisasi kami tidak begitu banyak
menghadapi ini tadi, mungkin ada 5 samapi 10.
13. Kapan saja pelaksanaan kegiatan mediasi?
Waktunya fleksibel tidak tergantung pada jam kerja, kadang bisa jadi di
jam kantor ya, jadi waktunya fleksibel pelaksanaannya untuk itu tadi.
14. Berapa lama waktu yang digunakan setiap pelaksanaan mediasi?
Jadi waktunya itu tergantung pada masalah yang disampaikan oleh yang
bermasalah tadi jadi tidak harus misalnya sekian jam. Karena memang
didalam penyelesaian itu juga melihat dari kondisi permasalahnnya, kita tidak
hanya mendengar hanya satu, begitu ini, kita kasih solusi, tidak. Tapi kan kita
panggil juga yang bermasalah tadi, kita dengarkan keluhannya, jadi seperti
itu. Jadi untuk waktu kita terpaku.
15. Dimana saja kegiatan mediasi dilaksanakan?
Untuk tempat tergantung dari yang bermasalah tapi memang pada
dasarnya lebih nyaman di tempat kami bertugas, jadi tidak harus keluar ya.
Tapi itu bukan berarti menutup kemungkinan pada saat yang bermasalah itu
meminta untuk kami pada tempat tertentu.
16. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan saat mediasi?
Yang pertama adalah pendataan klien terus siapa-siapa yang ada
keterkaitanya, kemudian permasalahan, mengumpulkan masalah tadi,
pendataan data, data sumber kemudian permasalahnnya, setelah itu kan kita
harus menganalisis masalah tadi selanjutnya kita analisiskemudian disamping
itu kita juga pada saat pelaksanaan pembahasan tadi ada komunikasi personal,
lalu mencari solusinya bagaimana. Lalu ada pemantauan, kira-kira setelah ada
pemberian solusi tadi, kita lihat perkembangannya.
17. Metode apa yang digunakan untuk membantu klien dalam mediasi?
Ya kita kembali kepada yang umum dilakukan, yaitu konsultasi
kemudian pemberian nasihat, pengingatan, pemberian penampung masalah,
kita dengar masalah-masalahnya, kita tampung.
18. Mengapa cara itu yang dilakukan dalam memberikan bantuan untuk
klien?
Kan kembali saya bilang, bahwa yang kita hadapi personalnya kan
berbeda-beda, jadi individu mereka masing-masing berbeda-beda sehingga
kita tidak langsung melakukan penggabungan makanya, dengan cara tadi
konsultasi terus kemudian selesai memberi nasehat, solusi kemudian
menampung masalah-masalah yang berikunya, terus lagi dengan cara kita
mendengar. Jadi kita menjadi pendengar yang baik setelah menjadi pendengar
kan kita meberikan solusi yang sesuai dengan permasalah mereka, kalau
misalnya kita mengambil dengan cara dikumpulkan gitu, biasanya mereka
tidak terima, bareng tapi tidak terima atau ada juga bareng tapi yang ada
pertentangan terus maka start awal kita dengan satu-satu dengan yang lain
maka bisa kita tahu masalahnya tadi.
19. Apa tujuan diadakannya kegiatan mediasi di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Ya untuk itu tadi, mencegah yang di benci oleh Allah, ya kan..
perceraian. Membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya, jadikan
kadang ada dalam suatu kehidupan yang punya astu problem kan tidak tahu
masalahnya, bawaannya inginnya pisah saja, tapi begitu diteliti karena adanya
mediasi tadi. Dengan konsultasi tadi, kenapa ini begini, yang satu mau
terbuka yang satu tidak mau terbuka. Terus kemudian membantu klien
mencari alternatif penyelesaian masalah, begitu kita tahu permasalahnnya dari
klien tadi otomatis kita harus memberikan bantuan memberikan solusi yang
tepat.
20. Berapa hari dan berapa jam biasanya proses mediasi berlangsung?
Nah ini tergantung juga kalau kaitan dengan waktu, proses mediasi ya.
Jadi kita tidak tergantung kepada jam dan lain sebagainya tetapi tergantung
pada kondisi permasalahannya.
21. Apakah proses mediasi selalu dilakukan tertutup?
Iya, berkaitan dengan privasi. Jadi kita tidak bisa di forum ya. Jadi itu
berkaitan dengan privasi klien, benar-benar kita harus menjaga, sehingga
orang tidak merasa enggan untuk berkonsultasi ke KUA ini karena memang
terjamin.
22. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu saat klien salah satunya tidak datang
untuk melaksanaka mediasi?
Ya kita memang pada akhirnya BP4 bilang kembali kepada formal, jadi
kalau panggilan itu tidak diabaikan berati dengan cara surat panggilan, ada
tahapannya. Misalnya begitu kita melalui alat komunikasi ternyata tidak hadir
berarti ada dengan surat pemanggilan formal, pemanggilan surat yang
pertama kemudian berlanjut lagi kemudian sampai pemanggilan yang ketiga,
mudah-mudahan belum samapi tahap yang panjang, dipemanggilan ketiga
mereka sudah memenuhi panggilan tadi. Jadi alurnya tetap dalam hal
pemanggilan klien ini lebih cenderung yang bersifat pada kekeluargaan jadi
tidak harus sampai yang formal tapi pada saat kekeluargaan itu sendiri
mentok, otomatis harus kita jalankan yang formalnya dengan melalui surat.
23. Bagaimana pendekatan Bapak/Ibu jika kedua klien tidak datang untuk
melaksanakan mediasi?
Ini yang memang agak repotnya gini, kan itu yang bermasalah klien ini,
kakau dia tidak datang lalu kita sebetulnya tidak ada upaya untuk menajdi
mediator mereka nanti ketemunya tidak akan bisa, dua-duanya tidak bisa
diketemukan. Jadi maka nya mudah-mudahan di dalam pelaksanaannya, hal-
hal yang seperti ini walaupun kemungkinan saja bisa terjadi, tapi kita sudah
harus bisa berfikirnya positif, maksudnya dalam artian begitu diupayakan
yang pertama tidak datang, kita harus mengupayakan yang berikutnya sampai
maksimal.
24. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika usaha mendamaikan menemui jalan
buntu?
Kita menyerahkan kembali lagi kepada yang bermasalah, kita sudah
memberikan bantuan untuk membenarkan, memberikan solusi, selanjutnya
kita serahkan kepada yang bermasalah. Karena dalam hal ini kita membantu
mereka menyelesaikan masalahnya, pada saat yang dibantunya rasanya tidak
welcome ya, tidak merasa untuk upaya untuk menyelesaikan, kita kembali
kepada yang bermasalah.
25. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan dalam membantu klien untuk
mediasi?
Tentunya menjadi pendengar bagi curhatannya. Lalu membuka bahasan
secara bersama dalam memberikan pemahaman dan pemecahan masalahnya.
Membantu menemukan titik tengah permasalahan diantara kedua pendapat
yang berbeda. Mengikuti perkembangan masalah yang dihadapi klien.
26. Bagaimana respon klien saat menjalani proses mediasi?
Jadi kalau didalam proses mediasi tadi respon klien itu memang rata-
rata mereka itu tenang, karena yang tadi saya bilang yang merasa posisi
mereka tertutup sekarang mereka terbuka dengan kondisi yang selama ini
tertutup, dengan orang tuanya mereka tidak terbuka, dengan yang lainnya dia
tidak terbuka, dan pada saat itu di sini dia terbuka karena mereka merasa
terjamin privasinya, bisa mengutarakan masalahnya. Yang berikutnya adalah
keprcayaan dari mereka yang bermasalah sehingga ada jaminan dia merasa
percaya dengan kami yang ada disini sebagai mediatornya.
27. Kapan sebaiknya pelaksanaan mediasi dapat dilaksanakan?
Jadi gini, dalam posisi yang orang itu dalam keadaan yang galau tidak
bisa kita berikan masukan, dia hanya bisa mengutarakan apa problem dia, itu
masih bagus ada yang bisa mengutarakan, ada yang dia pendam sendiri,
tentunya pada saat kita melaksanakan mediasi dalam kondisi yang tenang,
waktunya juga tidak terburu-buru, membuat yang mempunyai problem tadi
nyaman mengutarakan.
28. Faktor-faktor apa yang menyebabkan klien tidak dapat di damaikan?
Biasanya itu yang pertama adalah masalah yang sudah lama, sudah
menguat ya jadi didiamkan saja. Tapi lama-lama itu yang tadi akhirnya ada
pada titik yang memuncak sehingga orang tidak sanggup lagi. Maka itu tadi
problemnya mencuat untuk soal banyak ya, kita lihat dalam kehidupan rumah
tangga suadah 25 tahun menikah kok tiba-tiba bercerai, jadi ini masalahnya
itu sudah lama, karena ditutup, dibiarkan saja akhirnya tidak tahankan jadinya
timbul usulan perceraian. Karena salah satu pihak berusaha untuk menahan
jadi bukan merubah, jadi masalah yang sudah lama, ibarat orang sakit, sudah
kronis.
29. Apa hasil yang telah dicapai dari kegiatan mediasi tersebut?
Ya kalau kita melihat keberhasilan tadi adalah pada saat usulan
perceraian dapat di gagalkan, berartikan mereka damai. Dari salah satu yang
mungkin membuat suatu kebahagian yang tidak bisa diukur dengan apapun,
kalau kita sebagai mediator bisa mendamaikan pihak-pihak yang sedang
berselisih tadi.
30. Apakah kelemahan dari BP4 KUA Kec. Cipayung terhadap kegiatan
mediasi?
Karena kurangnya jumlah tenaga mediator, padahal diluar itu yang
mempunyai problem itu banyak sekali, walaupun kita sudah berusaha untuk
membantunya. Jadi pada saat mereka menyadari perlu bantuan tentunya
tenaga mediator jumlahnya tadi terbilang baru angka satuan itu kan kuirang.
Kemudian fasilitas ruang yang kondisinya juga, ya istilahnya kurang
kenyamanan. Disini juga kaitan dengan BP4 sendiri tidak memiliki kekuatan
untuk memaksa jadi pihak BP4 sendiri merespon mereka yang datang,
mereka yang aktif.
31. Apa harapan Bapak/Ibu setelah kegiatan mediasi terlaksana?
Jadi harapan kami adalah setelah kegiatan mediasi tentunya berhasil
dengan dapat di damaikan kemudian kalaupun tidak berhasil, bisa
memberikan solusi yang bisa ditempuh secara bersama dengan baik.
32. Apa faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Keterbukaan klien, kalau dia tidak terbuka ya... yang satu aktif yang
satunya pasif, jadi akhirnya pada saat kita memberikan solusi lebih cenderung
kepada pihak yang lebih terbuka, berartikan kita tidak netral, tidak menjadi
mediator. Terus kemudian juga sikap faktor akomodatif yang diadukan, jadi
yang diadukanpun harus benar-benar aktif juga. Waktunya juga harus tepat.
Kalau pelaksanaan kegiatan tadi, kalau waktunya atau momennya tidak tepat
itu susah juga dalam pemberian solusi, jadi waktunya memang harus benar-
benar tepat dan yang tidak kalah penting adalah dukungan dari pihak
keluarga, tanpa dukungan dari keluarga juga akan sulit keberhasilannya.
33. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan mediasi?
Jadi itu tadi karena biasanya problemnya, permasalahannya sudah
terlalu lama, menghilangkannya lebih sulit. Terus kemudian pihak yang
diadukan juga istilahnya cuek-cuek saja, jadi tidak merespon. Jadi itu salah
satu yang menghambat dalam pelaksanaan mediasi, karena tidak mungkin
bisa terselesaikan masalah itu berdua yang harus menyelesaikan. Kemudian
disini ada juga yang menjadi penghambat adalah biasanya yang punya
masalah ingin cepat selesai masalahnya, jadi mereka dengan emosinya dan
sebagainya itu tadi suatu penghambat, kalau mereka menghadapinya dengan
kondisi yang tenang, beda... selesai dengan baik. Tapi kalau dengan emosi
“pokoknya ingin cepat selesai saja deh, tidak mau pusing, tidak mau ini”, itu
berarti faktor dari yang mempunyai problem tadi bisa besar sekali
pengaruhnya dalam keberhasialan mediasi.
Kemudian yang kayaknya itu panggilan dari BP4 itu tidak dihiraukan,
undangan panggilannya kadang dia tidak hadir dan sebagainya, permintaan
untuk memenuhi dari mediator tadi, dari BP4, yang mungkin bisa jadi
pemahaman masyarakat betapa pentingnya kita menjalin kepercayaan kepada
BP4 tentang perkawinan atau pernikahan karena pada saat kita memiliki
masalah dan sebagainya salah satu bisa memberikan solusi untuk membantu
kita menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sehingga masyarakat juga tahu
peran dari BP4 itu sendiri.
( ) ( )
Nama : Nova Prihantoro S.E
Usia : 31 Tahun
Tempat dan Tanggal Wawancara : KUA Kec. Cipayung, 4 September 2012
1. Kapan Anda pertamakali melaksanakan kegiatan mediasi di BP4 KUA
Kec. Cipayung?
Kapan saya melakukan kegiatan mediasi itu, bulan april tahun 2011.
2. Apa yang membuat Anda ingin melaksanakan kegiatan mediasi?
Untuk mempersatukan kembali, memperjelas permasalahan yang terjadi saja.
3. Apa yang Anda ketahui tentang mediasi?
Mediasi itu seperti tempat kerja saja, dalam arti coret-coretan saja,
dalam arti kita menampung semua cerita-cerita itu baru nanti dari mediasinya
itu memilah mana yang terbaik untuk penyelesaiannya ini.
4. Kegiatan apa saja yang dilakukan saat mediasi berlangsung?
Kegiatannya ya menceritakan permasalahan lalu mencari titik temunya
permasalah itu, solusi.
5. Metode apa yang digunakan konselor saat melaksanakan mediasi?
Metodenya memanggil satu-satu, ya mengkonfirmasi masing-masing saja.
6. Bagaimana langkah-langkah yang digunakan oleh konselor saat
pelaksanaan mediasi?
7. Kapan sebaiknya BP4 KUA Kec. Cipayung melaksanakan kegiatan
mediasi?
Ya waktu-waktu luang saja.
8. Menurut Anda, bagaimana mediasi yang baik, yang diberikan oleh
konselor?
Ya secara pribadi ya mediasi yang bener itu, ya dengan dibawa keluar
saja gitu tidak terpaku dalam satu kantor, kita menyelesaikan masalah dikantor,
sebisanya keluar lebih tenang, lebih enjoy. Biasanya terpaku, para BP4 itu
melakukannya di dalam kantor jadi keliatan kaku saja.
9. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah melaksanakan kegiatan
mediasi?
Manfaatnya lebih berfikiran positif saja.
10. Bagaiman peran konselor dalam melaksanakn kegiatan mediasi?
Efektif.
11. Apakah terlihat langsung peran konselor dalam kegiatan mediasi?
Terlihat langsung se.
12. Perasaan apa yang Anda rasakan setelah melaksanakan kegiatan
mediasi?
Ya agak lebih enjoy dan tidak emosional.
13. Apa harapan Anda terhadap mediasi di BP4 KUA Kec. Cipayung?
Harapannya ya lebih bagus Saja se, gitu Saja, simple Saja.
( ) ( )
Wawancara dengan Mediator BP4 KUA Kec. Cipayung Jakarta Timur
Foto dengan Pegawai KUA di Ruangan KUA Kec. Cipayung Jakarta Timur
Gambar Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cipayung Jakarta Timur