peralatan labuh tambat Adlin
-
Upload
akarui-adlin -
Category
Documents
-
view
754 -
download
26
description
Transcript of peralatan labuh tambat Adlin
PERALATAN LABUH DAN TAMBAT
I. Pengertian
Penjangkaran dan penambatan pada kapal merupakan salah satu kriteria dalam
mendesain sebuah kapal apapun jenisnya, hal ini sudah diisyaratkan dalam peraturan dan
badan klasifikasi kapal. Penjangkaran dan penambatan berfungsi untuk membuat kapal dalam
keadaan stabil disaat berhenti. Penjangkaran dan penambatan direncanakan untuk melawan
gaya-gaya eksternal kapal dan menahan kapal pada posisi yang tetap. Sebelum membahas
lebih lanjut mengenai peralatan penjangkaran dan penambatan berikut ini adalah definisi /
pengertian umumnya:
Berlabuh adalah suatu keadaan dimana kapal menambatkan jangkar di laut (laut
dangkal).
Bersandar adalah suatu keadaan dimana kapal telah menambatkan tali ke
dermaga/daratan
II. Perlengkapan Jangkar & Alat – Alat Tambat
Peralatan penjangkaran dan penambatan antara lain adalah jangkar, rantai, dan
towline serta tali-temali lainnya. Jumlah dan ukuran jangkar, rantai, towline maupun tali-
temali adalah ditentukan oleh peraturan dan badan klasifikasi .Alat-alat yang digunakan
untuk penjangkaran dan penambatan antara lain: jangkar, hawse pipe, chain pipe, chain
controller, chain stopper, dan eye plate pada kedua sisi haluan kapal.
2.1. Jangkar
Jangkar (Anchor) adalah susunan yang kompleks dari bagian – bagian dan
mekanismenya. Jangkar berfungsi untuk membatasi gerak kapal pada waktu berlabuh di luar
pelabuhan, agar kapal tetap pada kedudukannya meskipun mendapat tekanan oleh arus laut,
angin, gelombang dan sebagainya. Kecuali itu berguna untuk membantu penambatan kapal
pada saat diperlukan.
2.1.1. Persyaratan Jangkar
Ditinjau dan kegunaan, maka jangkar beserta perlengkapannya harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Jangkar-jangkar di atas kapal harus memenuhi persyaratan mengenai berat, jumlah dan
kekuatannya.
Panjang, berat dan kekuatan rantai jangkar harus cukup.
Rantai jangkar harus diikat dengan baik dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
dilepaskan dan sisi luar bak rantainya.
Peralatan jangkar termasuk bentuknya, penempatannya, dan kekuatannya harus
sedemikian rupa hingga jangkar itu dengan cepat dan mudah dilayani
Harus ada jaminan, agar pada waktu mengeluarkan rantai, dapat menahan tegangan-
tegangan dan sentakan-sentakan yang timbul.
2.1.2. Jenis – Jenis Jangkar
Menurut bentuknya secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Yang lengannya tak bergerak tetapi dilengkapi dengan tongkat(stock).
2. Yang lengannya bergerak tetapi tidak dilengkapi dengan tongkat(stockless).
Di samping pembagian tersebut di atas terdapat jenis-jenis lain tetapi pemakaiannya amat
jarang dan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu dan untuk kapal khusus. Misalnya : jangkar
berlengan banyak dan jangkar special.
1. anchor stock
2. anchor shank
3. anchor palm
4. anchor crown
5. anchor arm
6. anchor bill
A. anchor stopper
B. bollard
Menurut fungsinya jangkar dibagi menjadi 3, yaitu:
Jangkar haluan
adalah jangkar utama yang digunakan untuk menahan kapal di dasar laut dan selalu siap
terpasang pada lambung kiri kanan haluan kapal, jangkar haluan ini beratnya sama.
Jangkar haluan cadangan merupakan sebuah jangkar yang selalu siap sebagai pengganti
apabila salah satu hilang, jangkar haluan cadangan ini ditempatkan di bagian muka dekat
haluan, agar selalu siap bilamana diperlukan.
Jangkar arus
jangkar ini ukurannya lebih kecil kira-kira 1/3 berat jangkar haluan. Tempatnya dibagian
buritan kapal digunakan seperti halnya jangkar haluan yaitu menahan buritan kapal,
supaya tidak berputar terbawa arus. Pada kapal-kapal penumpang yang berukuran besar,
kadang-kadang jangkar ini ditempatkan di geladak orlop (geladak pendek yang terletak di
bawah geladak menerus) apabila demikian halnya maka jangkar tersebut dinamakan
jangkar buritan dan beratnya sama dengan jangkar haluan.
Oleh karena itu bila ada jangkar buritan, maka tidak perlu ada jangkar haluan cadangan.
Jangkar Cemat
jangkar ini ukurannya lebih kecil, beratnya 1/6 kali jangkar haluan. Gunanya untuk
memindahkan jangkar haluan apabila kapal kandas (diangkat dengan sekoci).
2.1.3. Gaya yang Bekerja Pada Jangkar
Pada waktu kapal berlabuh (membuang jangkar) pada kapal bekerja gaya-gaya
sebagai berikut:
Gaya tekanan angin yang ada pada batas di atas permukaan air. Di sini diperhitungkan
super structure dan deck house.
1. anchor ring
2. anchor shank
3. anchor palm
4. anchor crown
5. anchor arm
6. anchor bill
Gaya tekanan air pada bagian bawah .
Gaya energi yang ditimbulkan oleh gelombang
Sistim gaya dalam keadaan setimbang bila jumlah gaya luar T yang terdapat pada
lubang rantai jangkar C akan sarna besarnya dengan gaya tarik dan jangkar A sebesar TO
dengan catatan arah TO terletak dibidang horizontal. Keseimbangan tidak akan terjadi kalau
rantai di titik A membentuk sudut dengan bidang horizontal.
Besarnya TO agar supaya gaya seimbang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
kh
hlqTO
2
22
l = panjang rantai jangkar dari titik A-C (meter)
h = dalamnya laut dimana kapal berhenti dari titik C ke dasar
dalam meter)
q = koeffisien berat jangkar + rantai jangkar (kg/m)
Panjang rantai jangkar (i) dari A-C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(minimal dapat menahan kapal/dalam seimbang)
)(1,2 2 mhGdkq
hI
Atau dengan cara Baslovki
)(12
mhp
kFohI
Dengan catatan sebagai berikut :
Fo = gaya yang berpengaruh pada kapal (gaya tekan angin +
arus laut)
Fo = Fo2 + Fo2 (lihat rumus di belakang)
Gd = berat jangkar (kg)
K = 1.1~1.4
P = berat rantai dalam 1 m panjang di dalam air laut (kg)
P1 = berat rantai jangkar dalam 1 m panjang di udara
P = 0.78 pi
Besarnya gaya To dapat dihitung dengan rumus pendekatan sebagai berikut ;
To = k.Gd + F (kg)
Dimana : F = gaya singgung rantai dengan dasar laut
= ± 15 dari jumlah besar gaya tahan dari seluruh rantai
Atau dengan rumus pendekatan sebagai berikut :
To = 1.05 k.Gd (kg)
Gaya tekan angin pada kapal (Fo)
Fo = (O,075-O,085)SH. ω2(kg).
ω = kecepatan angin ( m/s.)
SH = luas proyeksi bagian kapal di atas permukaan air pada bidang
yang tegak lurus arah angin (m2).
Gaya tekan arus laut pada kapal (Fo2)
Fo2 = 6 Sp . VT2 (kg)
VT = kecepatan arus ( m/s )
Sp = luas proyeksi kapal bagian bawah perrnukaan air tegak lurus
arah arus (m2).
Dalam percobaan-percobaan yang sering dilakukan dalam eksploitasi untuk
mempermudah pemberhentian kapal yang dalarnnya laut h meter maka kapal harus
mempunyai rantai jangkar yang panjangnya tidak kurang dari A-C.
Radius lingkaran posisi kapal pada saat lego jangkar.
Karena pengaruh angin dan arus pada saat kapal berlabuh (membuang jangkar) akan
merubah letak kapal menurut Ietak lingkaran dengan radius Iingkaran sebagal berikut :
R = P + L
dimana,
P = proyeksi pada bidang horizontal panjang rantai jangkar sampai
dan lubang jangkar sampai jangkar yang ada di dasar laut.
P = 221 h
1 = Panjang rantai jangkar (dianggap lurus)
L = Panjang kapal ( m )
Dalam keadaan extreme karena pengaruh arus laut angin keras, gelombang dan
sebagainya kapal bergerak sedemikian sampai posisi kapal dan jangkar bergeser dari
kedudukan semula. Pertambahan radius sirkulasi tersebut di atas kita beri notasi
Maka perhitungan radius sirkulasi menjadi sbb
R = p + L + ∆ R
2.1.4. Ukuran Jangkar
Seperti dijelaskan di atas berat jangkar ditentukan oleh peraturan:
a). BKI
Berat jangkar dapat ditentukan dari tabel 24 dengan menentukan angka petunjuk Z
terlebih dahulu yang dibedakan menurut jenis kapalnya:
1. Kapal barang, kapal penumpang dan kapal keruk:
Z = 0,75 L. B. H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan rumah
rumah geladak).
2. Kapal ikan:
Z = 0,65 L. B. H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan
rumah - rumah geladak)
3. Kapal tunda
Z = L. B. H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan rumah-rumah geladak).
Dengan catatan:
Bila angka petunjuk tersebut ada diantara dua harga tabel yang berdekatan,
maka alat-alat perlengkapan tersebut ditentukan oleh harga yang terbesar.
Untuk kapal-kapal di mana geladak lambung timbul adalah geladak kedua
maka untuk H dapat diambil tinggi sampai geladak kedua tersebut.
Sedangkan bangunan antara geladak tersebut dan geladak kekuatan dapat
diperhitungkan sebagai bangunan atas.
b). Peraturan Bureau Veritas (1965).
Jumlah dan berat jangkar dapat ditentükan dan tabel 21 dengan menghitung terdahulu
besarnya. “Equipment number” sebagai berikut:
42
..'SS
HBLN (m3)
c). Peraturan Lloyd Regiter of Shipping (1975).
Dengan menghitung “Equipment number” terlebih dahulu sebagai berikut :
(untuk ukuran dalam metrik)
(ukuran dalam British unit)
di mana:
∆ = moulded displacement pada waktu summer load water line
dalam ton (1000 kg) atau tons (1016 kg).
B = lebar kapal terbesar dalam meter atau feet.
h = tinggi lambung timbul ditambah tinggi bangunan atas dan
rumah geladak yang lebarnya> B/4, dalam meter atau feet.
A = Luas penampang samping badan kapal, superstructure dan
deck house yang lebarnya > B/4, di atas summer load line.
Dalam meter2 atau feet
2 (m
2 atau ft
2).
Dari angka penunjuk Z, atau Equipment number N didapatkan:
jumlah dan berat jangkar.
panjang dan diameter tali penarik dan tali tambat.
panjang dan diameter rantai jangkar.
Dan berat jangkar didapatkan ukuran dasar (basic demension) yang merupakan dasar ukuran
yang lainnya.
Basic demension : a = 22,6922 3 Gd (dalam mm)
dimana :
Gd = berat jangkar (dalam kg)
Jangkar yang lengannya berengsel tanpa stock.
Umumnya dipergunakan sebagai jangkar haluan, mahkota (crown) dan Hall anchor
adalah merupakan bagian dari jangkar tersebut, di mana tiang jangkar bergerak.
Pada mahkota tersebut terdapat engsel yang berputar keliling sebuah poros yang tetap.
Apabila jangkar tersebut dijatuhkan maka pada tiang terdapat gaya yang sejajar dengan dasar
1023
2 ABhN
64,107382,5012,1 3
2 ABhN
laut, maka pada telapaknya akan terdapat tegangan. Dengan demikian maka lengan kedua-
duanya akan memutar ke bawah dan tangannya akan menunjam ke bawah.
Pada suatu kedudukan tertentu (sudut antara tiang dan lengannya adalah 45°) maka
tiang akan menekan pada bagian dalam dan mahkotanya, sehingga dengan demikian jangkar
itu akan masuk lebih dalam ke dalam tanah selama ada gaya pada batangnya yang arahnya
sejajar dengan tanah mengarah ke rantainya.
Apabila gaya itu makin mengarah ke atas, maka gaya tersebut berfungsi sebagai
pengungkit yang akan memaksa tangan itu ke luar dan tanah (terjadi pada waktu hibob - atau
tarik jangkar).
Kedudukan dan batang jangkar terhadap dasar laut sangat penting agar jangkar itu
dapat menahan kapal dengan baik. Kedudukan dan. batangnya dipengaruhi oieh berat dan
panjang rantai.
Sampai saat ini terdapat sejumlah besar jenis jangkar seperti ini, yang hanya berbeda
dalam bentuknya saja akan tetapi prinsipnya adalah seperti diterangkan di atas.
Keuntungan:
mudah dilayani.
batangnya dapat lurus dimasukkan ke dalam orlupnya (hawse pipe)
lengan atau sendoknya dapat masuk kedua - duanya ke tanah.
Kerugiannya
kurang kekuatan menahannya.
untuk kekuatan menahan yang sama jangkar berengsel lebih
berat dan jangkar bertongkat (20% lebih berat).
Dengan catatan : berat tongkat diabaikan atau tidak diperhitungkan
2.2. Rantai Jangkar (Anchor Chain)
Rantai ini terdiri atas potongan-potongan antara satu segel (shackle) dèngan segel
lainnya, yang setiap potongan panjangnya masing-masirig 15 fathoms (depa).
Oleh Lloyd’s Register ditentukan bahwa satu segel panjangnya 15 fathoms = 27,45
atau 25 m. Kemudian oleh Germanischer Lloyd dirumuskan bahwa panjang 1 segel adalah 15
fathoms = 25 m. Jumlah panjang rantai jangkar yang besar berkisar antara 240 sampai dengan
330 fathoms. (400 m— 550 m)
Misal : Cargo ship 10.000 DWT membutuhkan jumlah panjang rantai jangkar 270
fathoms = 494 m. Jadi per jangkar membutuhkan panjang rantai 247 m.
Maximum panjang total rantai jangkar adalah 330 fathoms 604 m. Jadi setiap jangkar
panjang maximum rantai = 302 m.
Mata rantai merupakan bagian dari rantai jangkar yang berbentuk lonjong, mata-mata rantai
itu ditengah-tengahnya diberi “dam” kecuali mata rantai yang berada pada ujung-ujung dan
setiap panjang 15 fathoms sebelah kin dan kanan dan segel (shackle).
Dam-dam tersebut gunanya untuk menjaga agar rantai tidak berputar. Mata rantai
yang tidak memakai dam ukurannya lebih besar dibandingkan dengan mata rantai biasa.
Setiap segel (panjang 15 fathoms), jumlah mata rantainya selalu ganjil agar segel
sambungannya harus pada kedudukan rata pada waktu melewati mata spil jangkar.
Segel-segel biasa (normal coneting shackle) yang menghubungkan setiap 15 fathoms panjang
rantai harus dipasang dengan lengkungnya menghadap ke arah jangkarnya, agar supaya pada
waktu lego jangkar dapat licin dan tidak merusak mata spil jangkar.
\ Agar supaya baut segel biasa tidak dapat berputar maka bentuknya lonjong dan
diselah luarnya harus rata. Dengan bentuk lonjong seperti itu maka baut tersebut hanya
dengan satu cara saja memotongnya, baut tersebut dibuat dan kayu AZIJN yang mempunyai
sifat keras tetapi mudah melengkung. Kadang-kadang dipakai juga pen tembaga atau baja
yang dibungkus dengan timah atau seng yang tipis.
Swivel Crab Link
Setelah pen dimasukkan, agar tidak lepas maka ujungnya ditutup dengan timah yang
dipanasi. Pada saat segel biasa (normal shackle) melewati mata spil jangkar akan sering
timbul kerusakan pada sisi segel itu sendiri karena bentuknya yang berlainan dengan mata
rantai yang biasa. Oleh karena itu kapal-kapal kebanyakan menggunakan ―segel Kenter”
(Kenter shackle).
Segel Kenter terdiri dari:
1. Setengah bagian segel, yang dapat digeserkan melintang masing-masing, dan pada
arah memanjangnya dapat mengunci.
2. Dam dipasang ditengah-tengah, apabila dam dipasang, maka bagian-bagian tadi tidak
dapat digeserkan dalam arah melintang lagi.
3. Sebuah borg pen masuk rnelalui mata rantai dam tadi, setelah borg pen ini terpasang
maka mata rantainya tidak akan terlepas lagi. Pen ini kemudian ditutup dangan timah
agar tidak terlepas.
4. Bentuk dan ukuran segel kenter sama dengan mata rantai biasa.
Pemeliharaan rantai jangkar.
Bagian yang paling ujung,jadi sepanjang 15 fathoms yang pertama umurnnya
kerusakannya kurang. Agar kerusakan rantai-rantai itu merata, maka pada waktu kapal di
dok 15 fathoms yang pertama dilepaskan, lalu dipasang dibagian yang paling belakang
(dengan catatan tanda-tanda segel harus dirubah). Jadi kedudukannya sekarang ialah 15
fathoms yang kedua menjadi 15 fathoms yang pertama, yang ketiga menjadi kedua dan
seterusnya.
Swivel: Kili-kili.
Peranti/ perangkat mata rantai yang memungkinkan jangkar berputar, tanpa mengakibatkan
rantai yang dipasang sebelum atau
di belakang perangkat tersebut terpuntir.
crab link : Mata rantai kepiting.
Salah satu jenis mata rantai yang dipasang pada ujung rantai pengikat balok-balok dan lain-
lain. Tidak berbentuk lingkaran tetapi menyerupai kepiting.
Roller bow stopper
Susunan Rantai Jangkar.
Sedangkan yang pertama menjadi 15 fathoms yang terakhir, pada waktu kapal naik
dok yang berikutnya juga dilakukan demikian pula.
Jadi pada waktu dok yang kedua segel (15 fathoms) yang ketiga sebe1um dok
pertama tadi sekarang menjadi segel pertama dan segel kedua sebelum dok pertama sekarang
menjadi segel terakhir.
Dengan demikian apabila kapal tersebut mempunyai segel (150 fathoms) rnaka
setelah 9 kali dok, segel pertama yang dipindahkan menjadi segel terakhir atau kembali lagi
menjadi segel pertama.
Jangan sampai terjadi bahwa setiap kali dok rantainya hanya dibalik saja, yaitu segel
terakhir menjadi segel pertama dan begitupun selanjutnya pada dok berikutnya. Sehingga
yang mengalarni keausan adalah bagian-bagian ujung-ujungnya saja.
2.3. Hawse Pipe (tabung jangkar)
Adalah pipa rantai jangkar yang menghubungkan rumah jangkar ke geladak.
Ketentuan penting yang harus diperhatikan:
Dalam pengangkatan jangkar dari air laut tidak boleh membentur bagian depan kapal
pada waktu kapal dalam keadaan trim 5°.
Tiang jangkar harus masuk ke lubang rantai jangkar meskipun letak telapak jangkar
tidak teratur.
Lengan/ telapak jangkar harus merapat betul pada dinding kapal.
Jangkar harus dapat turun dengan beratnya sendiri tanpa rintangan apapun.
Dalam pelayaran, jangkar jangan menggantung di air.
Panjang pipa rantai harus cukup untuk masuknya tiang jangkar.
Lengkungan lubang pipa rantai di geladak dibuat sedemikian rupa hingga
rnempermudah masuk/keluarnya rantai jangkar, hingga gesekan seminim mungkin.
Juga lubang dilambung jangan sampai membuat sudut yang terlalu tajam.
Untuk kapal yang rnempunyai twin deck pusat dan pipa rantai harus sedemikian
letaknya pipa rantai tersebut tidak memotong geladak bagian bawah.
Diameter dalarn hawse pipe tergantung dan diameter rantai jangkar sendiri, sehingga
rantai jangkar dapat keluar masuk tanpa suatu halangan.
Diameter hawse pipe dibagian bawahya dibuat lebih besar antara (3 - 4 Cm.)
dibandingkan bagian atasnya. Umumnya dapat dipakai sebagai pedoman bahwa untuk
diameter rantai jangkar d- 25 m/m maka diameter dalam hawse pipe = 10,4 d.
Untuk diameter rantai jangkar yang berkisar antara angka 25m/m — 100 m/m ;
besarnya Q dalam hawse pipe diberikan pada sebagai berikut dengan bermacarn-macam
material.
Grafik tebal plat dan diameter dalam Hawse Pipe
Keterangan :
1. Grafik untuk tebal bagian bawah hawse pipe dengan bahan besi tuang.
2. Grafik diameter bagian dalam hawse pipe.
3. Grafik tebal bagian bawah hawse pipe dengan baja tuang.
4. Grafik tebal bagian atas hawse pipe dengan bahan besi tuang.
5. Grafik tebal bagian atas hawse pipe dengan bahan baja tuang.
6. Grafik tebal hawse dengan bahan baja “Open Hearth furnace”
7. Grafik tebal “Chafing plate” dengan bahan baja‖ Open hearth furnace”
2.4. Bak Penyimpanan Rantai Jangkar (Chain Locker)
Umumnya pada kapal-kapal pengangkut letak chain locker ini adalah di depan
collision bulkhead dan di atas fore peak tank. Sebelumnya chain locker diletakkan di depan
ruang muat, hal ini tidak praktis karena sebagian volume ruang muat akan terambil.
Pada kapal-kapal penumpang besar apabila deep tank terletak di belakang, maka chain locker
biasanya diletakkan di atasnya.
Ditinjau dan hentuknya chain locker terbagi atas 2 (dua) bagian:
1. Berbentuk segi empat
2. Berbentuk silinder
Tetapi umumnya digunakan chain locker yang berbentuk segi empat Perhitungan volume
chain locker dilakukan sebagai berikut:
Sv = 35. d2
catatan:
Sv = Volume chain locker untuk panjang rantai jangkar 100 fathoms
(183 m) dalam ft3 d diameter rantai jartgkar daiam inches
Volume chain locker dapat pula ditentukan berdasarkan grafik (gambar 28) di mana
volumenya untuk setiap 100 fathoms (183 m) dapat ditentukan dan diameter rantai jangkar.
Beberapa ketentuan - ketentuan dan Chain Locker:
1. Umumnya didalamnya dilapisi dengan kayu untuk mencegah suara benisik pada saat
lego/hibob jangkar.
2. Dasar dan chain locker dibuatherlobang untukrnengeluarkan kotoran yang dibawa jangkar
dan dasar laut. Di bawah dasar chain locker diiengkapi dengan bak dasar dan semen
dibuat miring supaya kotoran mudah mengalir.
3. Disediakan alat pengikat ujung rantai jangkar agar tid akhilang pada waktu lego jangkàr.
4. Harus ada dinding pemisah antara kotak rantai sebelah kin dan kanan, sehingga rantai di
kin dan kanan tidak membelit dan tidak menemui kesukaran dalam lego jangkar.
2.5. Tabung Rantai (Chain Pipe)
Konstruksi dan tabung rantai ini sama dengan konstruksi dan hawse pipe yang terbuat
dan steel.plate (plat baja). Dibagian ujung bawah chain pipe yang menghadap bak rantai ini
dilengkapi atau dipasang setengah besi bulat (half round bar).
Ujung bagian atas tabung rantai mi diletakkan tepat pada lobang rantai (chain hole) di
pondasi (windlass bed)
2.6. Tali Temali
Beberapa macam tali yang terbuat dan serat tumbuh-tumbuhan (nabati):
Tali ternali : dibuat dan serat-serat pisang liar (rusa tecxtilis atau Abaca). Sifat-
sifatnya mudah melengkung, ringanl dan tahan basah di samping itu licin sehingga
tahan terhadap cuaca, mudah mengapung di air dimana hal mi sangat penting bila
dibutuhkan untuk membawa tali tros ke darat dengan jarak yang cukup p anj ang.
Tali Sisal : Sisal berasal dan jenis pohon agava, umumnya digunakan sebagai
pengganti tall manila. Sifatnya : tak tahan basah dan udara lembab, seratnya
mengkilat dan kaku dan lebih kasar dan serat manila. Supaya lebih tahan air
umumnya diter dan dipergunakan sebagai tali buangan.
Tall Hennep (tali rami): Sifat tali ini, mudah menyerap air Sehingga mudah lapuk.
Untuk memperbesar daya tahan terhadap air, biasanya diter, sehinga menjadi kaku
dan kekuatannya herkurang 25%.
Tali sabut kelapa: Sifatnya daya renggangnya 50 % lebih besar dari tali manila, tetapi
kekuatannya lebih kecil, tahan terhadap air, ringan akan tetap mengapung meskipun
dalam keadaan basah.
J u t e: Serat dari bahan untuk membuat karung, mudah sekali menyerap air, sarnpai
beratnya bertambah 23 %.
Kesimpulan:
Kekuatan serat-serat dengan mengantbiJ dasar ukuran tali manila 100 % adalah sebagai
berikut:
Manila : 100 %
Hennep : 100 %
Sisal : 80 %
Jute : 60 %
Sabut Kelapa : 25 %
Catatan : Kekuatan serat-serat tersebut setelah menjadi tali tentu saja tergantung dari:
Jenis serat tanaman itu sendiri (seperti bagian dalam ataukah bagian luar daun atau
kulit tanaman tersebut).
Keadaan cuaca atau geografis tanaman tersebut.
Cara pembersihan atau pengeringannya dan sebagainya.
Tali yang dibuat dari serat sintetis
Banyak sekali serat Sintetis yang ditemukan orang untuk membuat tali temali. Tetapi
yang sering dipakai dalam dunia perkapalan sehubungan dengan sifat-sifatnya adalah tali
nylon.
Sifat-sifat yang menguntungkan adalah sebagai berikut:
Seratnya halus dan tetap mengkilap bila dibangdingkan dengan serabut-serabut dari
manila, sisal dan lain-lainnya.
Pembuatannya lebih mudah.
Kekuatan kira-kira 1,5 sampai 2,5 kali lebih kuat dan manila.
Kekuatan nylon basah kira-kira 83% nya dan pada yang kering.
Nylon yang kering tidak kurang kekuatannya, meskipun suhunya pada waktu itu
sangat rendah.
Karena kekuatannya yang besar sehingga ukurannya lebih kecil kira-kira 40 % lebih
kecil.
Daya regangnya besar dan akan memanjang bila diberi beban, dan dengan daya
elastisnya yang besar akan kembali seperti semula apabila bebannya dilepaskan.
Daya elastisnya kira-kira 2,5 sampai 3,5 kali dari tali manila, sehingga baik sekali
dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang terdapat sentakan.
Keuntungan-keuntungan tali nylon dibandingkan dengan tali manila:
Tidak rusak oleh air laut dan kelembaban udara.
Tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan.
Sedikit sekali menyerap air, sehingga tidak mengkerut panjangnya apabila dalam
waktu lama berada di air.
Kekuatannya besar sekali, dan faktor keamanannya 5x lebih besar dan tali manila.
Tidak terpengaruh oleh minyak tanah, bensin kecuali bahan-bahan mineral (tinner, cat
dan sebagainya).
Tinner dan cat meninggalkan bekas dan akan mengurangi kekuatan nylon.
Tali nylon bisa didapat dan segala ukuran (dan 0,5 inch sampai 9 inch).
Tali nylon akan meleleh pada suhu sekitar 221° C dan bila apinya dimatikan, bagian
yang méleleh dan tidak ada kecenderungan untuk terus terbakar. Oleh karena itu
nylon dapat dianggap tidak terbakar.
Bila dipergunakan dalam 2 musim pelayaran hanya berkurang kekuatannya sedikit
saja (kira-kira 85,5 % sampai 90 % dan kekuatan semula).
Kerugiannya :
Harganya mahal bila dibandingkan dengan tali manila atau sisal.
Tali-tali dan bahan serat sintetis selain nylon yang dipergunakan dalam perkapalan
ialah: Dacron, polyethylene dan polypropylene.
Ketiga tali sintetis ini kekuatannya kurang bila dibanding dengan tali nylon, tetapi
masih lebih kuat dan tali manila.
Ukuran tali tambat.
Normalisasi ukuran panjang tali tanibat yang dibuat oleh pabrik adalah 1.20 fathoms
atau sama dengan 220 meter. Setiap tali (rope) terdiri serat-serat benang (yarn) yang
mempunyai kekuatan tarik berbeda-beda.
Di dalam pabrik untuk serat-serat benang tali manila mempunyai normalisasi
kekuatan tarik (tensile strenght) sendiri-sendiri.
Normalisasi untuk panjang 0,66 meter serat benang tali manila mempunyai kekuatan
tarik 55,75 dan 95 kg. Untuk panjang setiap serat benang tali manila 220 meter berat kira-kira
1 kg.
Tali kawat.
Salah satu keuntungan dan tali kawat adalah awet (tahan lama) dan dapat dipercaya
kekuatannya. Tali kawat pun cukup baik untuk mengikatkan kapal ke darat, hanya bila
ditempatkan yang banyak gelombangnya, tali kawat tidaklah tepat karena elastisitasnya kecil,
bahkan tidak ada sama sekali, hingga dapat putus bila ditarik tiba-tiba. Bila toh dipakai
umumnya pada ujungnya disambungkan sebuah tros dari tali manila atau tali sisal yang
menyangkut pada bolder di darat, untuk digunakan sebagai penyalur elastisnya(daya
regangnya). Tali manila atau sisal inilah yang menampung tegangan yang bekerja pada kawat
itu, sehingga kemungkinan putus kecil.
Tali kawat atau kabel kawat (wire rope) dibuat dan material yang mempunyai
kekuatan tarik (tensile strength) yang tinggi.ditinjau dari penggunaannya dari kapal terbagi
atas beberapa bagian.
1. Iron Wire rope (kabel kawat besi).
Dari bahan dengan tensile strength 40—45 kg/mm2
Dari bahan dengan tensile strength 60—70 kg/mm2
2. Steel wire rope (kabel baja).
Dari bahan dengan tensile strenght 130 s/d 140 kg/mm2
Dari bahan dengan tensile strenght 150 s/d 160 kg/mm2
Dari bahan dengan tensile strenght 170 s/d 180 kg/mm2
Satu wire rope terdiri dan sejumlah ‖strand”, beberapa wire (kawat) pada tiap-tiap
strand dan sejumlah Cores (inti), yang dapat menampilkan type wire rope tersebut. Misal:
Wire rope 6 x 19 Untuk mengangkat
Wire rope 6 x 7 Standing ringging
Wire rope 6 x 24 Mooring line and small hawsers
Fairleads & Mooring Pipes
Kedua perlengkapan tambat ini selalu dipasang dikedua samping kubu-kubu kapal
berpasangan simetris. Fairlead atau pengarah tali ialah alat tambat untuk mengatur arah tali
menuju ke tonggak tambat (bolder).
Roller fairlead diletakkan berpasangan dihaluan dan sepasang lagi diburitan kapal,
juga ordinary fairlead diletakkan berpasangan di haluan buritan.
Closed fairlead sering juga disebut Panama Canal fairlead, dan dipasang berpasangan
hanya diburitan kapal utnuk haluan dipasang dengan mooring pipe (lubang tali).
Fairlead dan mooring pipe dibuat dan besi tuang, dan untuk axles dan rollernya dibuat
dan besi tempa, ada bermacam-macam bentuk dari fairlead yang dipakai di kapal-kapal
Fairlead terbuka gunanya untuk mengurangi adanya gesekan antara tali dengan lambung pada
saat penambatan kapal dilakukan, bentuk dan jenisnya bermacam-macam.
Lubang tali: Mooring pipe
Perlengkapan terbuat dari baja tuang berbentuk gelang yang dipasang atau dilas pada
kubu-kuhu kapal dan dipergunakan untuk tempat jalannya tali tambat keluar kapal.
Bollard (Tonggak Tambat)
Pengikatan tali tambat di kapal ditempatkan di bolder dengan cara melintang. Di
samping itu kegunaan bolder untuk pengikatan pada waktu kapal ditarik oleh kapal tunda
pada waktu masuk pelabuhan untuk penambatan atau penambatan pada kapal lainnya.
Tentu saja konstruksi bolder untuk pengikatan pada waktu kapal ditarik (ditunda) lebih kuat
dan bolder untuk tali tambat (mooring).
Tonggak yang terbuat dari baja tuang atau pelat baja yang dipasang pada geladak
kapal atau dermaga dan dipergunakan untuk tempat pengikatan tali tambat.
Umumnya bollard ini dipasang di geladak haluan (forecastle deck) dan sepasang
lainnya diburitan kapal. Tonggak tambat yang ukurannya lebih kecil dari y yang tersebut
diatas sepasang diletakkan pada forecastle deck dan dua pasang lagi diternpatkan pada upper
deck didekat mooring pipe kadang-kadang juga sepasang ditempatkan dipoop deck. (Geladak
kimbul poop deck ialah geladak yang membentang dari buritan sampai ujung depan
bangunan kimbul)
Tali-tali tambat ini melalui tabung gulung (warping ends) dari mesin.
jangkar(windlass), lir (winch) dan kapstan (Capstan), melalui juga fairlead atau lubang tali
(mooring pipe) dan selanjutnya dililitkan pada tonggak tambat (bollard).
2.8. Warping Winch & Capstan.
Untuk penarikan tali trost atau spring pada waktu pengikatan (penambatan) kapal di
dermaga digunakan warping winch (Derek gulung)atau capstan.
Tenaga geraknya bisa dengan listrik,uap atau hidraulik,. ukuran electric warping
winch dengan kapasitas angkat dari 1,5 s/d 7 ton adalah sebagai berikut:
2.9.Windlass (Mesin Derek Jangkar)
Untuk memenuhi persyaratan derek jangkar setiap pabrik mempunyai bentuk sendiri-
sendiri dalam pelaksanaannya. Pada gambar di bawah ini terlihat gambar Derek jangkar
dengan tenaga penggerak listrik.
Dasarnya hampir sama dengan derek jangkar dengan tenaga uap hanya di ini
perputaran dan poros antaranya disebabkan oleh sebuah electro motor, melalui poros cacing
(worm gear) antara poros motor dan poros cacing terdapat slip coupling, di mana akan
memutuskan arus apabila motornya mendapat beban yang terlalu besar, sehingga dengan
demikian kumparannya tidak samapi terbakar.
Selama dalam keadaan bekerja seperti biasa, maka gerak perggeseran dan poros ulir
itu tertahan oleh per yang cukup kuat.
III. Penambatan Kapal
Pada prinsipnya ada dua cara penambatan kapal:
Dengan lambung kapal merapat pada dermaga
Dengan buritan kapal merapat pada dermaga
3.1. Lambung kapal, merapat pada dermaga.
Umumnya dilakukan oleh kapal-kapal barang atau tanker berbagai type dengan
maksud untuk rnernpermudah operasi bongkar/muat barang dengan pertolongan kran-kran di
kapal atau yang ada di darat(dermaga).
Di samping itu pengikatan dengan dermaga dapat dilakukan lebih sempurna terutama
sangat menguntungkan pada pelabuhan yang bergelombang atau arus angin yang besar,
sehinga operasi bongkar/muat barang tidak terganggu.
Kekurangannya: penambatan dengan cara ini akan memakan banyak tempat menurut
panjang dermaga dan amat sukar rnenjauhkan kapal dan dermaga karena pengaruh angin
ataupun arus. Pengikatan di kapal umumnya dilakukan sebagai berikut:
Penambatan (pengikatan) kapal di dermaga paling sedikit diikat oleh empat tali yaitu tros
muka (head line), tros belakang (stern line), spring muka (fore spring) dan spring belakang
(back spring).
Kadang-kadang untuk kapal-kapal besar atau pada dermaga dimana kapal tersebut
ditambatkan mempunyai gelombang atau arus/angin besar ditambahkan tros melintang. Perlu
harus diingat agar tali-tali itu sama kencangnya. Untuk mendapat gambaran lebih jelas
diberikan sebuah contoh seperti berikut.
Hubungan tros ke darat / dermaga umumnya dilakukan dengan tali buangan. Tali
buangan dibuat dari tali manila atau sisal dimana ujungnya diberi kantong pasir atau sebuah
simpul tali sebagai pemberat.
Pada akhir-akhir ini tali buangan dibuat dari nylon karena kecuali ringan juga jarang
membelit dan lebih kuat.. Pada saat kapal mendekati dermaga maka dilemparkan tali buangan
dari kapal ke dermaga.
Setelah ujung tali buangan sampai di darat maka ujung tali buangan yang berada di
kapal diikatkan pada tali tros. Di darat orang menarik tali buangan dan bersamaan dengan itu
kapal di area (diulur).
Jika ujung tali tros itu sampai di darat maka dimasukkan ke tonggak tambat (bolder)
dan dari kapal tali tros tersebut di hibob (ditarik).
Apabila kebetulan bolder di dermaga yang akan digunakan telah dipakai oleh kapal
lain, maka tali tros tersebut dimasukkan di bawah tali tros kapal lain itu, kemudian baru
dipasang di bolder.
Cara ini maksudkan untuk mempermudah melepaskan tros oleh kapal yang terdahulu
harus berangkat. Setelah tali tros cukup kencang maka penarikan distoper penggulung
(capstan atau war ping winch), kemudian dibelitkan secara menyilang di bolder.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan cepat karena fungsi stoper pada saat itu
hanya untuk menahan tros, yang kencang untuk sementara saja.
3.2. Cara bersandar pada lambung.
Umumnya kapal kapal besar bersandar dengan mendapatkan bantuan kapal tunda.
Kalau tidak ada kapal tunda gerakan harus dibuat sedemikian rupa sampai dekat dengan
dermaga. Umumnya gerakannya dilakukan demikian :
1. Kapal mendekati dermaga dengan membentuk sudut dengan kecepatan kecil, setelah pada
jarak yang cukup, tros depan dikirim ke darat dengan pertolongan tali buangan.
2. Pada posisi 2, mesin mundur setengah, kemudi diatur hingga buritan akan kekiri, dan tros
belakang dilempar ke darat dengan pertolongan tali buangan.
3. Pada posisi ke3, mesin stop, tros muka dihibob (ditarik) menurut kebutuhan hingga
haluan akan bergerak ke darat, sedang buritan akan menjauh ke laut. Sewaktu tali
belakang kencang maka titik putarnya berpindah dimana belakangnya terikat, sehingga
timbul tegangan samping yang cukup berat. Kemudian tros belakang ditarik bergantian
dengan tros depan. Agar pada waktu menarik tali-tali ini, kapal tidak mengeser ke muka
maupun ke belakang, maka dikirimkan spring muka dan belakang dan dipasang di bolder
darat.
Cara bersandar dengan arus / angin ke darat:
Untuk menjaga kehanyutan yang besar, maka kapal didekatkan
dengan dermaga dengan sudut yang besar. Di samping itu agar lambung tidak merapat di
dermaga kekuatan maka pada posisi (1) mesin stop dan lego jangkar kiri (apabila merapat di
lambung kanan) pada jarak yang lebih panjang dan panjang kapal terhadap dermaga.
Gunanya ialah agar pada waktu berangkat dapat dilaksanakan
dengan mudah bila angin/arus tetap kencang dan arahnya ke darat.
Posisi (2) mesin stop, arus/ angin akan membawa buritan mendekati dermaga.
Kemudian spring muka dilemparkan ke darat dengan pertolongan tali buangan, kemudian
dihibob (ditarik) dengan Capstan atau warping winch, setelah kencang, mesin maju pelan.
Posisi (3), kemudi diarahkan kedarat, mesin maju pelan untuk menjaga buritan tidak
terlalu kencang lajunya ke darat.
3.4. Penambatan kapal dengan buritan merapat Dermaga.
Umumnya dilakukan oleh kapal-kapal pengangkut gerbong kereta api, mobil dan lain-
lainnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengaturan keluar masuk kereta
atau.kendaraan dari/ke kapal.
Kerugiannya: Bongkar muat sulit dilakukan pada pelabuhan yang bergelombang
besar, karena pengikatnya kurang sempurna.
Keuntungnnnya: Mudah menjauhkan kapal dan dermaga dan sedikit memakan
tempat.