(Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout
-
Upload
ferdi-chrisnandi-pratama -
Category
Documents
-
view
134 -
download
0
Transcript of (Pepey) Askep Anak Dengan Tetralogi Fallout
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI
FALLOT
1) Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding
aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat
progresif , makin lama makin berat. Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat
menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada
obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi
aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertropi
ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke
ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek),
akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi
sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Sehingga
percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik mengalami
penurunan kadar O2.
2) Etiologi / Penyebab
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti.
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan
syndrome.
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary
stenosis, and overriding aorta.
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Efek radiologi (paparan sinar X)
- Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan
penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.
3) Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7% dari
kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab
terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic
atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome.
Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit
ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik
berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan
adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat
diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.
4) Insidens
a. Tetralogi Fallot sama banyak dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan.
b. Indidens lebih tinggi bila ibu yang melahirkan berusia tua.
c. Jarang ada pasien yang bertahan hidup sampai diatas 20 tahun tanpa pembedahan.
d. Tetralogi Fallot mencakup 10%-15% dari semua defek congenital.
e. Angka mortalitas untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5%-15% (sedikit lebih tinggi
pada bayi) dan 10% untuk pasien yang memakai pirau.
f. 10% individu yang bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.
5) Menifestasi klinis
- Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia merupakan
suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan
bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung.
- Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu
keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi
sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
- Warna kulit pucat
- Frekuensi pernafasan yang meninggi
- Kulit terasa dingin
- BB yang rendah
- Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
- Clubbing finger’s
6) Komplikasi
Berikut ini adalah Konsekuensi hemodinamik dari tetralogi fallot :
1. Hipoksia berat
2. Kematian mendadak dari disritmia
Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock-Tausing :
1. Perdarahan, terutama terlihat jelas pada anak-anak dengan polisitemia
2. Emboli atau trombosis serebi, risiko lebih tinggi dari polisitemia, anemia atau sepsis
3. Gagal jantung kongestif jika piraunya lebih besar
4. Oklusi dini pada pirau
5. Hemotoraks
6. Pirau kanan ke kiri persisten setinggi atrium, terutama pada bayi
7. Sianosis persisten
8. Kerusakan nervus prenikus
9. Efusi pleura
7) Patofisiologi
Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan dengan
tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri yang akan dipompakan ke
aorta karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini
sering mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru.
Apabila Tetralogy of fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang, maka akan
mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan dilatasi berhubung dengan resistensi
yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir
dengan kematian.
8) Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk
menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik
untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme
kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara
16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas
tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah
tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat
terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks
jantung terangkat sehingga tampak seperti “sepatu boot”. Pada 25% kasus arkus aorta terletak di
kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi
udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh
pergeseran esophagus yang berisi barium ke kiri. Corakan vascular paru berkurang dan lapangan
paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang berkurang dan merupakan
suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular
paru tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau
kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel
kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi
aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel
kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan
perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.
Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya
penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah.
9) Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk
menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi
asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini
tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran
darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan
pemberian :
a) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
b) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
c) penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen
ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya yaitu :
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang jelas, sering
pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel.
Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada
waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun.
Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu disertai
resiko besar.
1. Anastomosis Blalock-Tausing
Adalah intervensi paliatif yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan bedah korektif. Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat,
dibelah dan dianastomosiskan ke arteri pulmonal kontralateral. Keuntungan pirau ini adalah
kemampuan membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah
mengangkatnya selama perbaikan definitif. Anastomosis blalock-taussig yang dimodifikasi pada
dasarnya sama, namun memakai bahan protestik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau
ini, ukurannya dapat lebihb dikendalikan dan lebih mudah di angkat karena sebagian besar
perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat muda.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan daerah
sistemik memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran darah
pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran darah ini
memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai anak itu cukup besar
untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk
menjamin alirah darah arterial yang memadai ke lengan, meskipun tekanan tidak dapat diukur
pada lengan itu.
2. Perbaikan Definitif
Secara historis, perbaikan tuntas tetralogi Fallot ditunda pelaksanaanya sampai anak memasuki
usia prasekolah. Saat ini, perbaikan tersebut dapat dikerjakan pada anak anak yang berusia 1 dan
2 tahun. Indikasi pembedahan pada usia yang sangat muda ini adalah polisetemia berat
(hematokrit di atas 60%), hipersianosis, hipoksia, dan penurunan kualitas hidup. Pada
pembedahan tersebut dibuat insisi sternotomi median, dan pintas kardiopulmonal, dengan
hipotermia yang rendah pada beberapa bayi. Jika sebelumnya sudah terpasang pirau, pirau
tersebut dapat dilepas. Kecuali jika perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,
hendaknya dihindari ventrikulotomi kanan karena berpotensi mengganggu fungsi ventrikel.
Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan direseksi dan dilebarkan menggunakan Dacron
dengan dukungan pericardium. Perawatan dilakukan untuk menghindari insufisiensi paru. Katup
pulmonal diinsisi. Defek septum ventrikel ditutup dengan tambahan Dacron untuk menyelesaikan
pembedahan. Pada kasus obstruksi saluran ventrikel kanan, dapat dipasang sebuah pipa.
Pengobatan Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil morfin (1/8-1/4
mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan
cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi
kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati
anemia defisiensi besi relative, karena hal ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic
harus diatasi secara adekuat.
10) Prognosis
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu tindakan operasi prognosis atau
ramalan penyakit kedepan adalah buruk atau tidak baik. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun,
tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak denagn TF
adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun. Gejala neurologis disertai demam dan
leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak. Jika pada bayi denagn TF terdapat
gangguan neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis thrombosis pembuluh darah otak daripada
abses otak. Anak dengan TF cenderung untuk menderita perdarahan banyak, karena berkurangnya
trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat :
Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas.
Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda vital berubah pada aktivitas
Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru / akut
Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada
ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis
Integritas :
Gejala : ansietas, takut
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.
Eleminasi :
Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari,
Makanan atau Cairan :
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas bawah,
Tanda : distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)
Neorosensori :
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
Nyeri atau kenyamanan :
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot
Tanda : tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri)
Pernapasan :
Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, penggunaan bantuan
pernapasan missal oksigen atau medikasi
Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal,
Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan mengi
Fungsi mental : kegelisahan
Warna kulit : pucat atau sianosis
Pemeriksaan Diagnostik :
EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misal takikardi, fibrilasi atria.
Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan serambi, perubahan dalam fungsi
atau struktur katup atau area kontraktilitas ventricular.
Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan
tekanan pulmonal.
Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2 (akhir).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan
nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
3. RENCANA INTERVENSI
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung,
melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja
jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan
penurunan cardiac output pada klien
dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
- denyut nadi klien kembali
normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
- Klien tidak terlihat pucat.
- Klien tidak terlihat lemah.
- mengalami sianosis pada
tubuhnya.
Kaji frekuensi
nadi, RR, TD secara
teratur setiap 4 jam.
Catat bunyi
jantung.
Kaji perubahan
warna kulit
terhadap sianosis
dan pucat.
Pantau intake
dan output setiap 24
jam.
Batasi aktifitas
secara adekuat.
Memonitor
adanya perubahan
sirkulasi jantung
sedini mungkin.
Mengetahui
adanya perubahan
irama jantung.
Pucat
menunjukkan adanya
penurunan perfusi
perifer terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung. Sianosis
terjadi sebagai akibat
adanya obstruksi
aliran darah pada
Berikan
kondisi psikologis
lingkungan yang
tenang.
ventrikel.
Ginjal berespon
untuk menurunkna
curah jantung dengan
menahan produksi
cairan dan natrium.
Istirahat
memadai diperlukan
untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.
Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan meningkatkan
kerja jantung.
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan masalah intoleransi
aktivitas dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
- Pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan
batas kemampuan
- Klien dapat tidur nyenyak pada
malam hari
- Klien terlihat lebih segar ketika
terbangun
Ikuti pola
istirahat pasien,
hindari pemberian
intervensi pada saat
istirahat.
Lakukan
perawatan dengan
cepat, hindari
pengeluaran energi
berlebih dari
pasien.
Bantu pasien
memilih kegiatan
yang tidak
melelahkan.
Menghindari
gangguan pada
istirahat tidur pasien
sehingga kebutuhan
energi dapat dibatasi
untuk aktifitas lain
yang lebih penting.
Meningkatkan
kebutuhan istirahat
pasien dan
menghemat energi
pasien.
Menghindarkan
pasien dari kegiatan
Hindari
perubahan suhu
lingkungan yang
mendadak.
Kurangi
kecemasan pasien
dengan memberi
penjelasan yang
dibutuhkan pasien
dan keluarga.
Respon
perubahan keadaan
psikologis pasien
(menangis, murung
dll) dengan baik.
yang melelahkan dan
meningkatkan beban
kerja jantung.
Perubahan suhu
lingkungan yang
mendadak
merangsang
kebutuhan akan
oksigen yang
meningkat.
Kecemasan
meningkatkan respon
psikologis yang
merangsang
peningkatan kortisol
dan meningkatkan
suplai O2.
Stres dan
kecemasan
berpengaruh terhadap
kebutuhan O2
jaringan.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan
nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan
usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia dengan
usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Kaji tanda vital Memonitor
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan
pertumbuhan dan perkembangan klien
dapat mengikuti kurva tumbuh
kembang sesuai dengan usia , dengan
kriteria hasil :
-Anak usia 6 bulan dapat :
Merangkak,duduk dengan bantuan,
menggenggam, dan memasukkan
benda ke mulut.
-Berat badan, lingkar kepala, lingkar
lengan atas, dan rata – rata masa
tubuh berada dalam batas normal
sesuai usia.
-Klien dapat berinteraksi dengan
keluarga
Sediakan
kebutuhan nutrisi
adekuat.
Monitor
BB/TB, buat
catatan khusus
sebagai monitor.
Kolaborasi
intake Fe dalam
nutrisi.
Menunjang
kebutuhan nutrisi
pada masa
pertumbuhan dan
perkembangan serta
meningkatkan daya
tahan tubuh.
Sebagai monitor
terhadap keadaan
pertumbuhan dan
keadaan gizi pasien
selama dirawat.
Mencegah
terjadinya anemia
sedini mungkin
sebagi akibat
penurunan kardiak
output.
keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan infeksi pada klien tidak
terjadi dengan kriteria hasil :
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi
-Menunjukkan hygiene pribadi yang
adekuat
dan tanda – tanda
infeksi umum
lainnya.
Hindari kontak
dengan sumber
infeksi.
Sediakan
waktu istirahat yang
adekuat.
Sediakan
kebutuhan nutrisi
yang adekuat sesuai
kebutuhan.
gejala dan tanda
infeksi sedini
mungkin.
Menghindarkan
pasien dari
kemungkinan terkena
infeksi dari sumber
yang dapat dihindari.
Istirahat adekuat
membantu
meningkatkan
keadaan umum
pasien.
Nutrisi adekuat
menunjang daya
tahan tubuh pasien
yang optimal.
4) Evaluasi Keperawatan
No.
diagnosa
kep.
Hari,
tanggal,
jam,
Evaluasi Nama terang dan
paraf
I
II
DS : ibu klien mengatakan bahwa, saat bernafas klien
sudah terasa lebih lega atau tidak susah lagi
dalam bernafas.
DO : HR : 130 x/mnt
RR : 30 x/mnt
BP : 95/65 mmHg
T : 36,5oC
Saturasi O2 klien ada pada batas normal, Warna
kebiruan yang timbul pada tubuh mulai
berkurang
A : tujuan tercapai, masalah tercapai sebagian
sehingga, klien perlu tetap dipantau kebutuhan
oksigennya.
P : .lanjutkan intervensi keperawatan pada klien
dengan memantau tanda-tanda vital pada klien
dan juga factor yang berhubungan dengan
masalah yang dialami klien
DS : ibu klien mengatakan, bahwa klien dapat tidur
dengan nyenyak pada malam hari. Klien juga masih
belum bisa memilih kegiatan yang disukai, dank lien
dari pagi terlihat murung.
DO : klien sudah terlihat lebih baik yang ditunjukkan
dengan, klien terlihat lebih segar, denyut nadi klien
III
IV
ada pada batas normal yaitu 130x/mnt, sianosis klien
dapat berkurang. Wajah klien terlihat murung.
A : tujuan tercapai, masalah belum terselesaikan
sehingga tindakan keperawatan perlu
dilanjutkan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang dialami oleh klien yaitu
intoleransi aktivitas.
P : lanjutkan intervensi keperawatan pada diagnosa
Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan
pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
DS : ibu klien mengatakan, nafsu makan klien mulai
kembali bertambah.
DO : Berat badan klien bertambah, Klien terlihat lebih
segar,Toleransi makan klien bertambah
A : tujuan tercapai, masalah diatasi sebagian, tidakan
keperawatan pelu dilanjutkan agar nutrisi klien
dapat terpenuhi sehingga pertumbuhan dan
perkembangan klien dapat berjalan dengan
normal sesuai dengan usia
P : lanjutkan intervensi keperawatan pada diagnosa
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d
oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan
tubuh, isolasi social.
DS : orang tua klien mengaku sudah cukup mengerti
tentang penyakit yang dialami klien sehingga
orang tua klien selalu mengawasi anaknya agar
tidak mendekati daerah yang dapat menimbulkan
infeksi.
DO : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti inflamasi.
A : tujuan tercapai, akan tetapi masih perlu diberikan
HE pada keluarga klien.
P : lanjutkan intervensi keperawatan untuk
memberikan HE kepada keluarga klien mengenai
penyakit yang dialami oleh klien.
Perawatan praoperasi
1. Siapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data pengkajian.
a. Hitung darah lengkap, urinalisis, kadar glukosa serum dan nitrogen urea darah (BUN)
b. Nilai dasar elektrolit
c. Koagulasi darah
d. Golongan darah dan pencocokan silang
e. Studiografi dada dan EKG
2. Beri penjelasan tentang persiapan bedah sesuai dengan usia anak.
3. Jangan ukur tekanan darah atau mengambil darah arteri pada lengan dengan pirau potensial.
Perawatan Pascaoperasi
Anastomosis Blalock-Taussig
1. Kaji status klinik anak.
a. Segera setelah pembedahan, lengan dengan arteri subklavia terkait akan dindng akan tekanan
darah (anastomosis-block-taussig).
Flush Blood Pressure akan sama dengan tekanan darah arterial (tidak ada tekanan pada
lengan pirau.
Perhatikan tekanan nadi; tekanan nadi yang melebar mengindikasikan pirau yang besar.
b. Perhatikan nadi; nadi melompat-lompat menunjukkan pirau besar.
c. Perhatikan sianosis; hipoksemia atau tanda-tanda asidosis menunjukkan oklusi dini pirau.
d. Kaji adanya syndrome Horner.
2. Pantau adanya komplikasi pascaoperasi pada anak.
a. Perdarahan
b. Gagal jantung kongestif jika purau terlalu besar atau hipertensi pulmonal
c. Peningkatan aliran darah pulmonal dan hipertensi pulmonal
3. Pantau respons anak terhadap pemberian obat, digitalis dan diuretik diberikan jika perlu.
4. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
a. Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi, kurang air mata, kulit kendur, berat jenis lebih dari 1.020,
dan penurunan haluaran urine atau berat badan.
b. Berikan cairan dengan 50%-75% volume rumatan selama 24jam pertama(1000 ml/m2;
kemudian 1500 ml/m2)
5. Tingkatkan dan pertahankan status pernapasan yang optimal.
a. Lakukan perkusi dan drainase postural setiap 2-4 jam.
b. Gunakan penghisapan bila perlu.
c. Gunakan spirometer setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian setiap 4 jam, jika tepat sesuai
perkembangan.
6. Pantau dan redakan rasa nyerri anak.
Pembedahan Korektif untuk Tetralogi Fallot
1. Pantau status klinik anak, pantau adanya komplikasi pascaoperasi.
a. Aritmia
Right Bundle Branch Block akibat ventrikulotomi kanan atau perbaikan defek septum
ventricular.
Blok jantung menyeluruh
Aritmia supraventrikular
Takikardia ventricular
b. Gagal jantung kongestif akibat insisi pada ventrikel kanan, yang mengurangi kemampuan
memompa jantung (lebih sering terjadi jika mengalami hipertensi pulmonal).
c. Perdarahan akibat hitung trombosit yang rendah pada anak dengan polisitemia.
d. Curah jantung rendah (penyebab kematian yang paling sering).
e. Komplikasi neurologis akibat tromboemboli.
f. Rgurgitasi pilmonal persisten.
g. Defek septum ventrikular serudal (menyerang 10% anak)
2. Pantau respon anak terhadap pengobatan.
a. Penekanan untuk curah jantung rendah.
b. Digitalis dan diuretik beberapa minggu sampai bulan setelah pembadahan untuk
mengendalikan gagal jantung kongestif.
3. Pantau fungsi jantung anak setiap jam selama 24 sampai 48 jam, kemudian setiap 4 jam.
a. Tanda-tanda vital, termasuk suhu rectal.
b. Warna
c. Nadi perifer dan masa pengisian kembali kapiler.
d. Tekanan darah arteri dan tekanan darah sentral.
e. Hepatomegali
f. Edema periorbital
g. Efusi pleura
h. Pulsus paradoksus
i. Bunyi jantung
j. Asites (jarang)
4. Pantau adanya aritma jantung.
5. Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan.
a. Kaji haluaranan slang dari dada anak setiap jam
b. Kaji adanya perdarahan dari tempat lain
c. Pertahankan asupan dan haluaran secara tepat
d. Kaji adanya lesi ekimosis dan petekie.
6. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit anak.
a. Cairan IV sebanyak 50%-75% dari volume rumatan selama 24 jam pertama (1000ml/m2
kemudian 1500 ml/m2).
b. Kaji tanda dan gejala dehidrasi.
7. Pantau dan pertahankan status pernapasan anak.
a. Lakukan fisioterapi dada.
b. Letakkan anak dalam posisi semi fowler.
c. Lembabkan udara.
d. Pantau adanya kilotoraks.
e. Beri obat pereda nyeri secara adekuat.
8. Berikan kebutuhan emosional anak dan keluarga.
9. Pantau dan redakan nyeri yang dialami anak.
10. Beri stimulasi dan aktivitas yang sesuai perkembangan.
Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah
1. Buat agar keluarga menyadari bahwa profilaksis antibiotik untuk perawatan gigi dan bedah memang
diperlukan.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang pembatasan latihan jika pembatasan masih berlanjut.
3. Jelaskan kepada orang tua tentang pemberian obat dan respons anak terhadap obat tersebut.
4. Jelaskan kepada orang tua tentang pelaksanaan resusitasi jantung-paru (RJP).
5. Ajarkan kepada orang tua tentang keterampilan menjadi orang tua.
a. Perlunya mempertahankan harapan umum tentang perilaku dan perbuatan yang tidak baik.
b. Melanjutkan tindakkan/langkah disiplin.
c. Metode dan strategi untuk membantu anak hidup normal dan mengatasi masalah.
6. Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara mengendalikan infeksi.
Hasil yang Diharapkan
1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia.
2. Anak akan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia.
3. Anak akan bebas dari komplikasi pascaoperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Peneribit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Anonim. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. EGC : Jakarta
Cecily Lynn Betz, Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. EGC : Jakarta