PENYESUAIAN SOSIAL (SOCIAL ADJUSTMENTrepository.usd.ac.id/35557/2/149114084_full.pdfPenyesuaian...
Transcript of PENYESUAIAN SOSIAL (SOCIAL ADJUSTMENTrepository.usd.ac.id/35557/2/149114084_full.pdfPenyesuaian...
PENYESUAIAN SOSIAL (SOCIAL ADJUSTMENT)
PADA MAHASISWA DISABILITAS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Serista Silnya Joste
149114084
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Cobalah untuk selalu melihat sisi positif dari sebuah peristiwa”
“Every day is another chance to change something in your life and a chance to
feel blessed for what you have.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa mengingatkan diri ini untuk tidak pernah
putus harapan.
Bapak, Mama, Theo yang selalu mendukung dan tidak pernah lelah untuk
mengajarkan tentang menikmati hidup.
Ketiga orang informan yang bersedia membagikan pengalaman dan
perjuangannya sebagai mahasiswa disabilitas.
serta
Teman-teman mahasiswa disabilitas lainnya di luar sana yang selalu
memperjuangkan kesetaraan.
Jangan pernah lelah dan jangan menyerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya-karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 April 2019
Peneliti,
Serista Silnya Joste
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENYESUAIAN SOSIAL (SOCIAL ADJUSTMENT)
PADA MAHASISWA DISABILITAS
Serista Silnya Joste
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK Penyesuaian sosial dapat menjadi bentuk penyesuaian diri yang cukup menantang bagi beberapa
orang, terutama bagi mereka yang memiliki disabilitas karena stressor yang dihadapi menjadi lebih
besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deduktif. Data dikumpulkan menggunakan wawancara
semi-terstruktur kepada tiga informan dengan disabilitas Tuli dan gangguan mobilitas yang
membutuhkan penggunaan kursi roda. Analisis Isi Kualitatif-deduktif digunakan untuk
menganalisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa disabilitas menunjukkan
berbagai upaya untuk dapat mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya. Sikap-sikap sosial
ditunjukkan agar mereka dapat diterima di lingkungannya. Wujud dari upaya penyesuaian sosial
dilakukan oleh mahasiswa disabilitas, antara lain berpartisipasi dalam kegiatan sosial di fakultas,
menawarkan bantuan kepada orang lain, menunjukkan kepekaan terhadap kondisi orang lain, tetapi
dalam hal menghormati nilai dan pendapat orang lain dan mengikuti peraturan fakultas belum
ditunjukkan ditunjukkan sepenuhnya. Ditemukan pula mahasiswa dengan disabilitas memiliki
dorongan yang tinggi untuk menyelesaikan studi mereka di perguruan tinggi.
Kata kunci: penyesuaian sosial, mahasiswa disabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
SOCIAL ADJUSTMENT OF COLLEGE STUDENT WITH DISABILITY
Serista Silnya Joste
Faculty of Psychology
Universitas Sanata Dharma
ABSTRACT Social adjustment can be challenging to some people, especially those who were differently abled
because they faced a bigger stressor. This study aim is to describe the social adjustment of college
student with disabilities. This study was a qualitative-deductive study. The data of this study was
collected using semi-structured interview to three informants, two of them are Deaf (hearing
impairment) and the other person was physically disabled that require the use of wheel chair.
Qualitative content analysis-deductive was used to analyze the data. The results in this study
indicate that college student with disabilities represented some social attitudes in order to be
accepted in their environments. Those attitudes were: taking part in social activities in the faculty,
offering helps to others, showing empathy to their friends’ conditions. However, there were some
attitudes that were not optimally shown, those were: appreciating the values and others’ opinion,
and following the rules in the faculty. There were disabled student(s) that indicated having high
passion to finish their study.
Keywords: social adjustment, college student with disability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Serista Silnya Joste
Nomor Mahasiswa : 149114084
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENYESUAIAN SOSIAL (SOCIAL ADJUSTMENT)
PADA MAHASISWA DISABILITAS”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 23 April 2019
Yang menyatakan,
(Serista Silnya Joste)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahi berkat
hingga terselesaikannya skripsi ini yang berjudul “Penyesuaian Sosial (Social
Adjustment) pada Mahasiswa Disabilitas”. Berangkat dari pengalaman menjadi
tenaga bantuan pendamping bagi mahasiswa disabilitas, peneliti tidak lepas dari
curahan hati mereka atas kesulitan, tantangan dan perjuangan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan. Dari cerita yang dibagikan,
peneliti melihat betapa besar perjuangan mahasiswa disabilitas untuk melawan
stigma masyarakat tentang penyandang disabilitas yang melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi. Penelitian ini tentunya menjadi sebuah tulisan yang menginspirasi
bagi peneliti, dan harapannya dapat bermanfaat dan juga menginspirasi setiap orang
yang membaca penelitian ini.
Skripsi yang telah diselesaikan ini tidak lepas dari tangan-tangan yang tanpa
lelah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti. Oleh karena itu, peneliti
ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan kekuatan, kelancaran, dan
berkat yang melimpah dalam menjalani proses pengerjaan skripsi ini hingga
selesai. Peneliti yakin bahwa setiap orang baik yang ditemui dalam perjalanan
pengerjaan skripsi ini tidak lepas dari campur tangan-Mu.
2. Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas
Sanata Dharma.
3. Monica Eviandaru M., M.Psych., Ph.D. selaku Kepala Program Studi Psikologi,
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
4. Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
sangat ramah dan gaul, sangat kooperatif dan menyenangkan. Terima kasih atas
kesabaran dan segala bentuk bantuannya selama ini. Peneliti juga ingin
memohon maaf atas segala tindakan dan perkataan yang mungkin kurang
berkenaan bagi ibu. Terima kasih atas bimbingannya selama ini. Kiranya Tuhan
selalu menyertai ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Dr. Yohannes Babtista Cahya Widiyanto, M.Si., selaku Dosen yang pernah
menjadi Dosen Pembimbing Akademik peneliti. Terima atas segala masukan
dan bimbingannya selama peneliti menjalani proses perkuliahan.
6. Dr. Maria Laksmi Anantasari, M.Psi. atau bu Ai selaku Dosen Pembimbing
Akademik peneliti saat ini yang senantiasa memberikan bantuannya ketika
dibutuhkan.
7. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
selalu ramah dan terbuka dalam memberikan bantuan maupun nasihat pada
peneliti selama menjalani perkuliahan ini.
8. Agung Riandar Kurnianto dan Theresia Rusmiyati selaku orang tua peneliti.
Peneliti sangat bersyukur memiliki orang tua seperti Bapak dan Mama yang
tidak pernah berhenti memberikan dukungan dalam bentuk apapun. Thank you
for never doubting me. Best parents ever!
9. Adekku satu-satunya, Theodore Adelarian Kurnianto, tetaplah jadi pribadi yang
kuat dan tidak pernah lelah untuk belajar dan berkembang. Tahun-tahun
pertama perkuliahan pastilah sangat berat, tapi ku yakin kamu bisa melewatinya
dengan baik. I’m proud that you’re able to developing yourself in to what you
are today. Semangat kuliahnya!
10. Keluarga dan kerabat yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu, terima
kasih atas segala bentuk dukungan, bantuan dan pembelajarannya selama ini.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua.
11. Teman-temanku A, P dan D yang telah bersedia untuk berbagi cerita tentang
pengalaman kehidupan perkuliahannya sebagai mahasiswa disabilitas, serta
teruntuk teman-teman mahasiswa disabilitas lainnya peneliti yakin bahwa tidak
ada yang tidak mungkin. Teruslah berjuang meraih cita-cita kalian, teman!
12. Teman-temanku, Konco Kesel (Dwina, Mega, Carys, Ana, Ayu, Sekar,
Nungky) sebagai tempat menuangkan segala uneg-uneg kehidupan. Terima
kasih untuk kebersamaannya selama ini dan sampai selamanya bisa tetap
temenan kayak gini~ Keep in touch ya teman-teman!
13. Teman-teman seperbimbingan skripsi, ‘mbokdiy squad’. Nyekripsi itu bukan
balapan kok, tetap fokus dan jangan patah semangat ya teman-teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
14. ‘Keasyikan Sadhar’, teman-teman Kelas D 2014 yang selalu kompak walaupun
seringkali tak nampak. Tetap semangat dan jangan menyerah, kita semua bisa
melewatinya~
15. PSIBK, sebagai jalan yang mempertemukan diriku dengan teman-teman
disabilitas. Terima kasih kepada ibu Wahyu dan ibu Laura, dua orang kepala
PSIBK yang saya kagumi, teman-teman student staff pertamaku Kak Tia, Kak
Sonya, Kak Cicil, Kak Anti, Jojo, Deon, dan Vianny. Terima kasih untuk
pengalamannya yang nano-nano.
16. PLK, yang mengakrabkanku dengan dunia psikologi yang sebenarnya, terima
kasih bu Erlita yang sudah memberi kepercayaan dan Vianny yang selalu
mencairkan suasana dengan keceriaannya.
17. Silvester Anggung Kidung Pinurba, teman seperjuangan, teman berbagi cerita,
teman belajar, teman yang selalu yakin dengan diriku di saat aku tidak yakin
dengan diriku sendiri. Terima kasih telah berbagi cerita bersama sejak tahun
2014. Semoga apa yang kamu impikan dapat terwujud
18. Yohana D. Dwina H., teman yang tidak kusangka akan menjadi temanku, teman
gibahku, temanku nyekripsi di berbagai tempat. Terima kasih untuk
pertemanannya selama ini, meskipun kebanyakan tidak berfaedah. Semoga ke
depannya tetap bisa berteman baik ya!
19. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam pengerjaan skripsi ini hingga
selesai, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala
bentuk bantuan dan dukungannya, semoga Tuhan yang membalas kebaikan
kalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Peneliti menyadari bahwa manusia tidak lepas dari kekurangan begitu juga
dengan penelitian ini. Maka, peneliti dengan senang hati akan menerima kritik dan
saran yang membangun demi kebaikan penelitian ini. Akhir kata, peneliti sungguh
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.
Yogyakarta, 23 April 2019
Peneliti
Serista Silnya Joste
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11
A. Penyesuaian Sosial (Social Adjustment) .................................................... 11
B. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial ............................................................... 12
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Sosial .............................. 14
D. Mahasiswa Disabilitas ................................................................................ 15
E. Tantangan yang Dihadapi Mahasiswa Disabilitas ..................................... 20
F. Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa Disabilitas ....................................... 21
G. Kerangka Konseptual ................................................................................. 25
H. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 27
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 27
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 28
C. Informan Penelitian .................................................................................... 28
D. Peran Peneliti ............................................................................................. 29
E. Metode Pengambilan Data ......................................................................... 30
F. Analisis dan Interpretasi Data .................................................................... 34
G. Kredibilitas Penelitian ................................................................................ 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 39
B. Informan Penelitian .................................................................................... 39
C. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 44
D. Pembahasan ................................................................................................ 71
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 78
A. Kesimpulan ................................................................................................ 78
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 81
C. Saran ........................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN .......................................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema tantangan yang dihadapi dan aspek-aspek penyesuaian sosial
pada mahasiswa disabilitas……………….……….………………. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara………………………………………………..…. 33
Tabel 2. Kerangka analisis data aspek-aspek penyesuaian sosial mahasiswa
disabilitas……………………………………………………………..... 38
Tabel 3. Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara dengan ketiga informan.…. 39
Tabel 4. Data informan……………………………………………………….…. 40
Tabel 5. Analisis data ketiga informan……………………………………….…. 71
Tabel 6. Hasil member checking informan 1……………………………………. 89
Tabel 7. Hasil member checking informan 2……………………………………. 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Member checking……………………………………………………………....... 89
Bias………………………………………………………………………............ 80
Contoh formulir informed consent………………………………………………. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok minoritas di
dunia. Faktanya, sekitar 15% atau lebih dari satu miliar jiwa dari populasi dunia
merupakan penyandang disabilitas (World Health Organization, 2011). Dari
jumlah tersebut, sebanyak 82% penyandang disabilitas berasal dari negara
berkembang, salah satunya Indonesia (International Labour Organization,
2016). Berdasarkan hasil dari SUPAS (Survey Penduduk Antar Sensus) tahun
2015, tercatat sektiar 8,56% penduduk di Indonesia adalah penyandang
disabilitas.
Penyandang disabilitas dapat dipahami sebagai individu yang memiliki
keterbatasan secara fisik, mental, intelektual atau sensorik sehingga
menghambat partisipasinya dalam kegiatan sosial yang dilakukan pada
umumnya (United Nations, 2006). Di Indonesia, penyandang disabilitas masih
sering dipandang sebelah mata dnad ianggap tidak memiliki kemampuan sama
sekali. Padahal tidak sedikit dari penyandang disabilitas yang tercatat memiliki
prestasi di bidang akademik, olahraga, seni maupun teknologi (Krisnan, 2017;
Trijoko, 2018).
Sebagai kelompok minoritas, salah satu isu pokok yang selalu
berkembang dalam dunia disabilitas adalah pendidikan bagi remaja penyandang
disabilitas (Rifak, 2012). Berdasarkan data dari UNDESA tahun 2012, remaja
penyandang disabilitas di dunia berjumlah sekitar 180-220 juta jiwa. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Indonesia, beberapa tahun belakangan ini angka remaja penyandang disabilitas
yang mendapatkan akses pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi mulai
mengalami peningkatan (Soleh, 2016). Namun dari jumlah tersebut hanya sebesar
0,95% penyandang disabilitas yang tercatat memiliki ijazah (Marjuki dalam Soleh,
2016). Meskipun mengalami peningkatan jumlah, pada kenyataannya para remaja
penyandang disabilitas masih merasakan kesulitan untuk memperoleh akses ke
pendidikan yang layak (Rifak, 2012).
Data yang diperoleh dari pusat studi dan pusat layanan dari berbagai
perguruan tinggi menunjukkan peningkatan jumlah mahasiswa disabilitas yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hingga pada tahun 2017, berdasarkan data
dari Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (komunikasi pribadi, 4 April 2018) tercatat sebanyak 56 orang
mahasiswa disabilitas yang pernah dan sedang menempuh studi. Sedangkan
peningkatan jumlah mahasiswa disabiltias yang paling tinggi terjadi di
Universitas Brawijaya dengan total 112 mahasiswa seama tahun 2012-2017
(komunikasi pribadi, 14 Mei 2018).
Peningkatan jumlah mahasiswa seringkali tidak disertai dengan
peningkatan fasilitas penunjang dari perguruan tinggi. Padahal mulai tahun 2014
melalui Permendikbud No.46, pemerintah Indonesia sudah mulai mewajibkan
perguruan tinggi di Indonesia menjadi perguruan tinggi yang inklusif dengan
mengeluarkan undang-undang yang mendukung penyandang disabilitas untuk
memperoleh pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi. Sistem pendidikan
inklusif dapat dipahami sebagai praktik mendidik semua siswa, termasuk siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang mengalami hambatan (disabled) yang dilaksanakan di institusi pendidikan
yang biasanya berisi siswa yang tidak mengalami hambatan (non-disabled)
(Ormrod, 2008). Namun sistem pendidikan pendidikan inklusif yang sedang
diterapkan di perguruan tinggi di Indonesia masih berada pada tahap awal
sehingga aksesibilitas yang diterima oleh mahasiswa disabilitas baru terbatas
pada akses fisik dan masih minim sumber daya manusianya yang dapat
mendampingi para mahasiswa disabilitas (Primastika, 2018), sementara
kebutuhan akan bantuan sebagai Juru Bahasa Isyarat, notulen dan bantuan tutor
selama berkuliah sangat diperlukan (Liu, 1999).
Selain masalah keterbatasan fisik, mahasiswa disabilitas juga mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri (Adams & Proctor, 2010; Firmanda, 2014;
Groce & Kett, 2014). Peneliti melakukan wawancara awal pada seorang
mahasiswa disabilitas dari dua perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang
memiliki disabilitas tuli dan seorang mahasiswa daksa pada bulan Agustus 2018
di masing-masing lingkungan kampus tempat kedua mahasiswa berkuliah.
Informan menemui berbagai kesulitan terutama dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan sistem belajar yang serba mandiri serta adanya perbedaan
kurikulum yang dirasakan oleh mahasiswa Tuli. Selain itu, peneliti juga
menemukan bahwa informan mengalami kesulitan untuk melibatkan diri dengan
kegiatan kemahasiswaan karena kurangnya tenaga pendamping seperti Juru
Bahasa Isyarat ataupun akses jalan yang tidak dapat dilalui oleh mahasiswa
disabilitas dengan kursi roda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Mahasiswa disabilitas menjadi lebih berisiko mengalami kesulitan
daripada mahasiswa pada umumnya mengingat stressor yang dihadapi lebih
besar seperti adanya diskriminasi dan pandangan negatif terhadap keberadaan
penyandang disabilitas di kelas (Groce & Kett, 2014). Peneliti melakukan
wawancara dengan salah satu informan yang memiliki disabilitas tuli dari sebuah
perguruan tinggi swasta di Yogyakarta pada bulan September 2018 yang dibantu
oleh Juru Bahasa Isyarat dan mengatakan bahwa ia mengalami penolakan dari
mahasiswa lainnya ketika informan mengajak untuk bekerja dalam kelompok
karena memiliki kesulitan dalam berkomunikasi. Hal ini membuat mahasiswa
disabilitas lebih cenderung untuk menarik diri dari lingkungan (Lestari, 2016).
Masalah lain yang juga dihadapi oleh mahasiswa disabilitas adalah
stigma negatif dari fakultas dan mahasiswa lainnya (Troiano, 2003), sehingga
menimbulkan perasaan enggan untuk meminta bantuan pada fakultas terkait
dengan hambatannya (Hartman-Hall & Haaga, 2002) serta adanya diskriminasi
dan perasaan bahwa keterbatasannya tidak mempengaruhi kemampuan diri akan
semakin menghambat proses disclosure (Tso & Strnadova, 2017). Dampaknya
pada diri mahasiswa disabilitas adalah rendahnya tingkat self-esteem dan self-
efficacy terkait kemampuan akademisnya di kelas (Murray, Lombardi, Bender
& Gerdes, 2012) hingga adanya kemungkinan untuk tidak melanjutkan kuliah
menjadi lebih tinggi.
Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami oleh mahasiswa disabilitas
cenderung bersifat sosial karena berasal dari lingkungan sekitarnya dan bukan
dari diri individu (Groca & Kett, 2014). Berdasarkan dari hasil temuan jurnal-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
jurnal sebelumnya, dapat dikatakan bahwa persoalan yang terkait dengan
penyesuaian sosial pada mahasiswa disabilitas antara lain adanya penolakan,
bentuk diskriminasi, dan stigma negatif dari masyarakat sekitar. Untuk
mengatasinya, individu dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan konflik-konflik mental yang dihadapi karena adanya stressor dari
lingkungan dengan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya.
Mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah merupakan bagian
dari proses penyesuaian sosial. Menurut Schneiders (1960), penyesuaian sosial
merupakan kemampuan individu untuk bereaksi secara sehat dan efektif
terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan sosial yang ada sehingga dapat
mencapai kehidupan sosial yang memuaskan dan dapat diterima. Hal ini berarti
mahasiswa disabilitas harus memiliki kemampuan menunjukkan sikap yang
tepat terhadap kenyataan, situasi dan hubungan sosial agar mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Lestari, 2016).
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan pengalaman
mahasiswa disabilitas dalam menghadapi kesulitan-kesulitan di lingkungan
sosialnya (Adams & Proctor, 2010; Fichten, 1989; Holloway, 2001; Lestari,
2016; Ramsdell, 2014; Shevlin, dkk., 2004). Hasil dari beberapa penelitian
tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa disabilitas melakukan berbagai macam
upaya untuk dapat diterima oleh lingkungannya salah satunya dengan
melakukan self-advocacy dan mencoba berpartisipasi dalam kegiatan
kemahasiswaan. Peran dari pihak luar seperti dosen, karyawan dan mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
lainnya juga berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri mahasiswa
disabilitas.
Penyesuaian sosial menjadi bagian penting dalam fase perkembangan
mahasiswa disabilitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adams dan Proctor
(2010) ditemukan bahwa penyesuaian sosial yang dialami oleh mahasiswa
disabilitas merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling menantang dan
seringkali menjadi faktor yang lebih besar dalam menentukan kelanjutan studi
mahasiswa. Sebaliknya mahasiswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
baik akan menunjukkan perilaku negatif (Marder, Wagner & Sumi, 2003).
Bahkan dalam kasus yang paling ekstrim, kemampuan penyesuaian sosial yang
buruk dapat mendorong perilaku menyakiti diri sendiri (self-injury) hingga
bunuh diri. Di mana bunuh diri adalah salah satu dari tiga penyebab utama
kematian pada remaja (Marder, Wagner & Sumi, 2003).
Penyesuaian sosial yang baik tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktornya adalah dukungan sosial dari fakultas
dan mahasiswa lainnya yang akan sangat membantu proses penyesuaian sosial
dari mahasiswa disabilitas (Adams & Proctor, 2010). Sedangkan dukungan
sosial dari orang tua adalah faktor kesuksesan yang terbesar bagi kesejahteraan
(well-being) mahasiswa disabilitas (Lestari, 2016). Mahasiswa disabilitas yang
mampu mengembangkan kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial akan berpengaruh pad well-being mahasiswa disabilitas dan
keberhasilannya di lingkungan perguruan tinggi (Firmiana, Wahyudi & Lestari,
2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Topik mengenai penyesuaian sosial sebagai bagian dari pengalaman
mahasiswa disabilitas sudah banyak diteliti di negara lain seperti Irlandia,
Skotlandia dan Amerika Serikat (Adams & Proctor, 2010; Fichten, 1989;
Holloway, 2001) namun belum begitu banyak di Indonesia, terutama di
Yogyakarta. Padahal kota Yogyakarta termasuk salah satu kota di Indonesia
yang perguruan tingginya telah banyak menerima mahasiswa disabiltias (Soleh,
2016). Meskipun begitu, peneliti menemukan satu penelitian mengenai
penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas dalam hal ini adalah mahasiswa Tuli
yang disusun oleh Lestari (2016). Peneliti menuliskan tentang pengalaman dan
usaha-usaha dalam proses penyesuaian sosial pada mahasiswa disabilitas di
lingkungan perguruan tinggi dengan cara mendayagunakan potensi diri yang
dimilikinya serta adanya faktor penerimaan dan dukungan dari keluarga.
Pada penelitian sebelumnya, peneliti berusaha melihat bagaimana
pencapaian penyesuaian sosial yang dilakukan oleh mahasiswa disabilitas,
apakah penyesuaian sosialnya baik atau buruk. Sedangkan pada penelitian ini,
peneliti berusaha untuk tidak menilai bagaimana pencapaian penyesuaian
sosialnya namun melihat bentuk usaha-usaha mahasiswa disabilitas untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Peneliti memilih menggunakan
aspek-aspek penyesuaian sosial milik Schneiders (1960) yang masih relevan
dengan keadaan saat ini. Peneliti mencoba untuk menggunakan aspek-aspek
penyesuaian sosial tersebut dalam konteks disabilitas.
Berdasarkan uraian dari penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini
memiliki kebaruan dalam hal konteks penelitian dan fokus penelitian. Konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
penelitiannya adalah lokasi penelitian yang dilaksanakan di Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan salah satu daerah dengan penerimaan mahasiswa
disabilitas terbanyak di Indonesia (Soleh, 2016). Jenis disabilitas yang menjadi
fokus pada penelitian ini adalah jenis disabilitas tuli dan daksa karena kedua
jenis disabilitas tersebut memiliki jumlah terbanyak pertama dan ketiga di
Daerah Istimewa Yogyakarta (Disdukcapil, 2016). Fokus dalam penelitian ini
adalah tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa disabilitas (tuli dan daksa)
selama proses penyesuaian sosial dan pengalaman penyesuaian sosial
mahasiswa disabilitas dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial di perguruan
tinggi.
Mahasiswa disabilitas menghadapi beragam stressor. Dalam wawancara
yang sama yang dilakukan pada mahasiswa dengan disabilitas tuli dari sebuah
perguruan tinggi swasta Yogyakarta pada bulan September 2018, salah satu
bentuk stressor yang pernah dihadapi adalah kesulitan berkomunikasi secara
verbal dan keterbatasan untuk melibatkan diri dalam kegiatan tertentu di
fakultas, yang tidak akan dihadapi oleh mahasiswa non-disabled. Sumber
stressor tersebut paling besar berasal dari lingkungan sosialnya dan di sinilah
peran penyesuaian sosial di perlukan untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik
di lingkungan sosial perguruan tinggi.
Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan untuk
menghargai hak orang lain, berusaha untuk menjalin relasi dengan orang lain,
menjalin pertemanan, berperan dalam kegiatan sosial dan menghargai nilai-nilai
dan norma-norma sosial dan budaya yang ada di lingkungan perguruan tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(Schneiders, 1960). Jika dapat melakukan usaha untuk mengembangkan
penyesuaian sosialnya, mahasiswa disabilitas akan dapat menghadapi berbagai
stressor dari lingkungan barunya. Jika kemampuan ini dapat dikembangkan,
individu akan memiliki kemampuan untuk menjalin komunikasi dengan orang
lain, menyeimbangkan antara tuntutan dalam diri dan lingkungan,
mengaktualisasikan diri dalam kelompok dan sikap sosial yang memuaskan
(Schneiders, 1960).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Apa saja bentuk tantangan yang dihadapi oleh
mahasiswa disabilitas dan bagaimana pengalaman penyesuaian sosial yang
dilakukan oleh mahasiswa disabilitas di perguruan tinggi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa disabilitas.
2. Mengeksplorasi pengalaman penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas
terhadap lingkungan sosial perguruan tinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam ranah Psikologi Klinis
dan Psikologi Pendidikan tentang gambaran penyesuaian sosial yang
dilakukan oleh mahasiswa disabilitas dalam mengembangkan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sosial dengan menggunakan aspek penyesuaian sosial milik Schneiders
dalam konteks disabilitas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi dosen dan karyawan perguruan tinggi
Memberikan sumbangan pengetahuan tentang proses penyesuaian
diri pada mahasiswa disabilitas kepada berbagai pihak yang berada di
perguruan tinggi di Indonesia agar mampu berkoordinasi untuk
mempersiapkan lingkungan yang mendukung bagi mahasiswa dalam segi
sarana dan prasarana yang ideal bagi kebutuhan mahasiswa disabilitas.
b. Bagi mahasiswa disabilitas
Menunjukkan pada mahasiswa disabilitas tentang kemampuan
sosial yang dapat dikembangkan untuk membantu mereka menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosial yang ada. Kemampuan tersebut dapat
dikembangkan dengan menyesuaikan jenis disabilitas yang dimiliki,
sehingga ke depannya mahasiswa disabilitas dapat berfungsi secara penuh
tidak hanya di lingkungan sosial universitas namun juga di masyarakat.
c. Bagi mahasiswa
Meningkatkan disability awareness mahasiswa non-disabled
terhadap para penyandang disabilitas dengan saling memberi dukungan
sosial terutama, sebagai sesama mahasiswa. Dukungan yang diberikan
dapat berupa menawarkan bantuan, menunjukkan empati, dan perilaku
saling menghargai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Sosial (Social Adjustment)
Penyesuaian sosial merupakan proses yang dialami oleh individu ketika
berhadapan dengan lingkungan di luar individu, seperti lingkungan rumah,
sekolah dan masyarakat. Schneiders (1960) dalam bukunya mendefinisikan
penyesuaian sosial sebagai kemampuan untuk berekasi secara efektif dan sehat
terhadap kenyataan sosial untuk hidup bermasyarakat dapat dipenuhi dengan
cara yang dapat diterima dan memuaskan. Kemampuan tersebut dapat
dikembangkan jika individu belajar untuk menghargai orang lain, membangun
relasi yang sehat dengan orang lain, berperan aktif dalam kegiatan sosial, serta
menghormati nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di budaya yang
ada di lingkungannya (Schneiders, 1960).
Individu dikatakan memiliki penyesuaian sosial yang baik jika mampu
menyelesaikan konflik-konflik mental dan kesulitan dari dalam diri maupun
dari lingkungan sosialnya, sehingga individu menjadi mampu untuk
berinteraksi dengan orang lain, menyeleraskan antara tuntutan internal dan
eksternal, mampu mengaktualisasikan diri dalam kelompok dan sikap sosial
yang dapat diterima. Salah satunya dengan bersedia membantu orang lain
meskipun sendirinya mengalami kesulitan (Schneiders, 1960).
Chaplin (dalam Lestari, 2016) membagi penyesuaian sosial menjadi dua,
yaitu terjalinnya suatu relasi dengan lingkungan sosialnya secara harmonis dan
kemampuan untuk mengubah kebiasaan diri atau mempelajari tingkah laku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang diperlukan menjadi sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh suatu
masyarakat sosial. Sedangkan Hurlock (1980) menuliskan penyesuaian sosial
sebagai sebuah pencapaian atau keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri
terhadap orang lain dan kelompok pada umumnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk bereaksi secara tepat
terhadap situasi di lingkungan sosial dengan mempelajari tangkah laku yang
diperlukan sehingga dapat diterima oleh suatu masyarakat sosial.
B. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial
Schneiders (1960) membagi upaya-upaya penyesuaian sosial yang
dilakukan oleh individu ke dalam beberapa aspek:
1. Recognition
Perilaku menghargai dan menerima hak-hak yang dimiliki orang
lain. Individu yang tidak melanggar hak-hak orang lain yang berbeda
dengan dirinya akan mampu menghindari terjadinya konflik sosial. Jika
individu mampu melakukannya maka orang lain juga akan menghargai dan
menerima hak-hak yang kita miliki sehingga tercipta hubungan yang
harmonis dan sehat. Salah satu contohnya adalah menghargai dan menerima
pendapat orang lain.
2. Participation
Perilaku melibatkan diri dalam kegiatan dengan tujuan terjalinnya
relasi antar individu dalam suatu masyarakat. Jika individu tidak memiliki
keinginan untuk berpartisipasi secara langsung dengan lingkungannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
individu tersebut akan kesulitan untuk mengembangkan kemampuannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa penyesuaian sosial yang baik dapat dilihat
dari kemampuan individu untuk berpartisipasi dengan menjalin relasi yang
sehat dan mengembangkan relasi pertemanan dengan orang lain. Perilaku
tersebut dapat dicontohkan dengan melibatkan diri dalam kegiatan
kemahasiswaan seperti kepanitiaan atau organisasi fakultas.
3. Social Approval
Social approval atau persetujuan sosial berarti memiliki minat dan
bersimpati pada kesejahteraan orang lain. Individu memiliki kepekaan
dengan masalah-masalah yang sedang terjadi pada orang di sekitarnya.
Selain peduli, individu juga bersedia memberikan bantuannya. Individu
juga diharuskan menunjukkan minat terhadap tujuan, harapan dan aspirasi
di masyarakat. Perilaku individu yang sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat akan mendapatkan persetujuan sosial, sebaliknya
jika perilaku yang ditunjukkan tidak sesuai dengan norma-norma yang ada
akan mendapatkan social disapproval. Bagi remaja akhir yang
mendapatkan social disapproval akan menunjukkan reaksi yang lebih
keras jika dibandingkan dengan anak-anak. Contohnya adalah
menunjukkan kepekaan terhadap lingkungannya dengan menawarkan
bantuan sesuai dengan kemampuan diri.
4. Altruism (Altruisme)
Altruisme dimiliki oleh individu yang memiliki sifat rendah hati dan
tidak egois. Perilaku yang mencerminkan sifat tersebut adalah saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
membantu dan mementingkan orang lain meskipun dirinya sedang
kesusahan. Bentuk lain dari altruisme adalah rasa kemanusiaan, sifat
rendah hati dan kejujuran yang akan membawa individu pada kestabilan
mental, keadaan emosi yang sehat dan penyesuaian diri yang baik.
5. Conformity
Conformity ditunjukkan dengan menghormati dan menaati nilai-
nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan. Dalam konteks perguruan
tinggi, individu harus menghormati dan menerima kebjakan yang sudah
diuat oleh lembaga pendidikan. Namun penyesuaian sosial tidak berarti
sama dengan konformitas buta (blind conformity). Ada saatnya individu
menolak melakukan tuntutan sosial karena bertentangan dengan nilai-nilai
moral. Adanya kesadaran untuk melakukan hal tersebut akan emmbuat
individu diterima dengan baik oleh lingkungannya. Sebaliknya,
ketidakmampuan untuk melakukan konformitas dapat memunculkan rasa
frustasi dan tertekan. Salah satu contohnya dengan menaati norma-norma
sosial yang berlaku di lingkungan tempat tinggal.
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Sosial
Beragam faktor baik dari internal maupun eksternal dapat memengaruhi
proses penyesuaian sosial individu. Dari beberapa teori (Gerungan, 2004;
Hurlock, 1980; Marder, Wagner & Sumi, 2003), beberapa faktor tersebut dapat
dibagi ke dalam tiga faktor, antara lain
1. Karakteristik individu seperti karakteristik disabilitas, keberfungsian diri
dan karakteristik demografis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Peranan keluarga seperti pola asuh orang tua, karakteristik orang tua.
3. Peranan institusi pendidikan seperti pola interaksi dengan teman sebaya dan
pengalaman
4. Peranan lingkungan seperti kondisi lingkungan, determinan budaya dan
agama.
Maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi
penyesuaian sosial berasal dari kondisi diri individu yaitu karakteristiknya dan
dari luar diri individu yaitu faktor peranan keluarga, peranan institusi dan
peranan lingkungan tempat individu tinggal.
D. Mahasiswa Disabilitas
1. Disabilitas
Paradigma tentang disabilitas telah mengalami perubahan mulai dari
medical model of disability yang memandang disabilitas hanya sebagai
kondisi kelainan fisik, kemudian bergeser menjadi charity-based approach
to disability yang memandang penyandang disabilitas sebagai objek yang
harus dikasihani dan tidak diberikan akses yang sama. Pergeseran pardigma
terjadi kembali yang berdasarkan pada social model of disability yang
memandang bahwa disabilitas berasal dari masyarakatnya dan bukan dari
individu openyandang disabilitasnya (Tarsidi, 2012).
Melalui paradigm social model of disability, hak-hak asasi terkait
kesejahteraan penyandang disabilitas mulai muncul satu persatu.
Berdasarkan model tersebut pula disabilitas dapat dipahami sebagai akibat
dari hambatan-hambatan fisik, structural dan sikap yang mengarah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
diskriminasi dalam masyarakat. Sehingga penyandang disabilitas dapat
dipandang sebagai bagian dari masyarakat (ekonomi, lingkungan dan
budaya).
a. Pengertian
Menurut Dunn (2015) disabilitas dikatakan ada jika aktivitas
rutin yang dilakukan oleh seseorang (seperti berjalan, membaca, dan
berbicara) entah bagaimana menjadi terbatasi atau tidak dapat lagi
dilakukan seperti biasanya. Sehingga pengertian disabilitas ini merujuk
pada keterbatasan dari individu itu sendiri dan/atau lingkungan
sekitarnya. Pengertian ini dapat dikatakan menggunakan social model
of disability karena memandang disabilitas yang berasal dari luar diri
individu.
Tinklin dan Hall (1999) dalam penelitiannya mendefinisikan
disabilitas sebagai hambatan atau keterbatasan untuk melakukan
sebuah aktivitas yang diakibatkan oleh organisasi sosial kontemporer
yang tidak mempedulikan individu dengan keterbatasan fisik dan
mengucilkan mereka dari aktivitas sosial pada umumnya.
Pengertian lainnya memahami penyandang disabilitas sebagai
individu yang memiliki keterbatasan secara fisik, mental, intelektual
atau sensorik sehingga menghambat partisipasnya dalam kegiatan
sosial yang dilakukan masyarakat pada umumnya (United Nations,
2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa disabilitas adalah terhambatnya aktivitas yang biasa
dilakukan oleh seseorang karena adanya keterbatasan baik dari individu
itu sendiri maupun dari lingkungan sekitarnya, dengan demikian
penyandang disabilitas merujuk pada mereka yang mengalami
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu
lama sehingga membatasi partisipasnya secara penuh dalam
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
b. Jenis-jenis disabilitas
Dalam Soleh (2016) disabilitas dibagi menjadi beberapa jenis,
antara lain:
1. Gangguan penglihatan adalah individu yang mengalami gangguan
daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau
sebagaian (low vision).
2. Gangguan pendengaran (Tuli) adalah individu dengan kehilangan
pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya
memiliki hambatan dalam berbahasan dan berbicara.
3. Gangguan bicara adalah individu yang tidak mampu mengucapkan
kata-kata secara verbal, suara sengau dan terbata-bata/gagu yang
disebabkan oleh faktor fisik, psikologi dan lingkungan, baik
reseptif maupun ekspresif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Gangguan motorik dan mobilitas adalah individu dengan gangguan
gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan
bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
Pada penelitian ini, peneliti akan membahas lebih lanjut
mengenai disabilitas fisik (gangguan motorik) dan disabilitas sensorik
(gangguan Tuli) karena kedua jenis disabilitas tersebut memiliki angka
terbanyak pertama dan ketiga pada jumlah penduduk dengan disabilitas
di Daerah Istimewa Yogyakarta (Disdukcapil, 2016).
2. Mahasiswa
Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran di sebuah perguruan tinggi dengan batasan umut sekitar
18-30 tahun, suatu kelompok yang memperoleh statusnya karena adanya
kaitan dengan suatu perguruan tinggi (Suwono, 1978). Sedangkan menurut
KBBI, mahasiswa merupakan seseorang yang terpelajar yang belajar di
perguruan tinggi di dalam struktur pendidikan di Indonesia di mana
mahasiswa memehang status pendidikan tertinggi di antara yang lain. Maka
dapat dipahami bahwa mahasiswa adalah seseorang dengan rentang umur
18-30 tahun yang belajar di perguruan tinggi di dalam struktur pendidikan
Indonesia.
Tahap perkembangan seorang mahasiswa berada pada masa remaja
akhir hingga dewasa awal dengan rentang usia 18 sampai 40 tahun
(Hurlock, 1980). Pada masa ini, salah satu tugas perkembangannya adalah
pemantapan pendirian hidup (Hurlock, 1980). Salah satu usaha-usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pemenuhan tugas perkembangan tersebut dapat diperoleh dengan
menempuh pendidikan sebagai mahasiswa.
Karakteristik yang dimiliki oleh mahasiswa antara lain memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan yang tinggi dalam berpikir
dan bertindak, berpikir kritis dan bertindak dengan cepat sekaligus tepat
(Siswoyo, 2007). Selanjutnya oleh Kartono (dalam Ulfah, 2010) menilai
mahasiswa sebagai individu yang dapat digolongkan sebagai kaum
intelegensia, memiliki kesempatan sebagai pemimpin di masyarakat dan
dunia kerja, sebagai daya penggerak dinamis bagi proses modernisasi serta
tenga kerja yang berkualitas dan profesional.
Berdasarkan hal di atas, mahasiswa dapat dipahami seabgai indivdu
yang berada pada masa perkembangan remaja akhir hingga dewasa dengan
rentang usia 18-30 tahun yang terdaftar secara resmi sebagai pelajar dalam
sebuah perguruan tinggi, mampu berpikir kritis, mampu menjadi pemimpin
dan memiliki kualitas.
3. Pengertian mahasiswa disabilitas
Dalam Permendikbud No. 46 Tahun 2014 Pasal 3 menjabarkan
mahasiswa disabilitas mencakup mahasiswa tunanetra, tunarungu,
tunadaksa, dan gangguan spectrum autis (autistic spectrum disorder).
Mahasiswa disabilitas menurut definisi Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (dalam Tarsidi, 2012) dipahami sebagai individu yang memiliki
ketunaan (impairment) sehingga mereka membutuhkan alat bantu khusus,
modifikasi lingkungan atau teknik teknik alternatif untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berpartisipasi dalam proses belajar dan kegiatan akademik lainnya dan
memiliki peluang sama seperti mahasiswa lainnya untuk berhasil.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mahasiswa disabilitasas adalah
seseorang yang memiliki keterbatasan yang mencakup tunanetra,
tunarungu, tunadaksa dan gangguan spectrum autis sehingga membutuhkan
alat bantu khusus yang belajar dan memiliki ikatan dalam sebuah perguruan
tinggi serta memiliki peluang yang sama untuk berhasil.
E. Tantangan yang Dihadapi Mahasiswa Disabilitas
Mahasiswa disabilitas menghadapi berbagai hambatan dalam
mengakses tempat-tempat layanan publik salah satunya di perguruan tinggi.
Tantangan tersebut dapat berasal dari luar drinya (sosial) atau dari dalam dirinya
sendiri (psikologis). Hambatan eksternal berkaitan dengan hambatan
aksesibilitas dan hambatan internal lebih mengacu pada psikologis diri
penyandang disabilitas (Tarsidi, 2012).
1. Tantangan sosial
Tantangan yang berasal dari luar tidak hanya secara teknis seperti
fisik bangunan yang tidak mendukung atau fasilitas yang kurang memadai,
namun juga berasal dari lingkungan sosialnya. Penolakan dari pihak
perguruan tinggi (Primastika, 2018), diskriminasi dari masyarakat (Groce &
Kett, 2014), syarat-syarat atau ketentuan yang dapat membatasi partisipasi
mahasiswa disabilitas (Mahalli, 2017). Penolakan juga berasal dari teman
sebaya ketika diajak berkomunikasi dan minimnya tenaga pendamping
untuk mahasiswa disabilitas yang disediakan oleh fakultas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Tantangan psikologis
Tantangan dari dalam diri individu juga dirasakan oleh para
penyandang disabilitas. Sebagian dari tantangan yang muncul merupakan
dampak dari tantangan yang dihadapi di luar diri individu. Beberapa
tantangan yang dialami oleh mahasiswa disabilitas yang berasal dari dalam
dirinya adalah kurangnya rasa percaya diri (Groce & Kett, 2014), merasa
tidak cukup mampu untuk berhasil dalam studi (McKenzie & Schweitzer,
2001), tingkat self-esteem dan self-efficacy yang lebih rendah dibandingkan
dengan mahasiswa non-disabled (Murray, dkk., 2012), serta muncul
perasaan terisolasi dari lingkungan (Shevlin, Kenny, & McNeels, 2004).
Tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik, kurang menguasasi
cara-cara alternatif untuk mengatasi keterbatasan karena disabilitas yang
dimiliki (seperti orang Tuli yang menggunakan kemampuan oral/membaca
bibir jika tidak didampingi oleh Juru Bahasa Isyarat), dan tidak
menunjukkan penampilan yang rapi, serta penguasaan wawasan umum
kurang memadai (Tarsidi, 2012).
F. Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa Disabilitas
Setiap penyadnang disabilitas memiliki hak atas pendidikan yang setara
dan layak, mulai dari jenjang paling dasar sampai pendidikan tinggi.
Penyandang disabilitas adalah individu yang memiliki keterbatasan secara fisik,
mental, intelektual atau sensorik sehingga menghambat partisipasnya dalam
aktivitas sosial pada umumnya (United Nations, 2006). Keterbatasan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
seringkali dipandang oleh masyarakat sebagai sesuatu yang menghambat
penyandang disabilitas dalam memperoleh pendidikan.
Mahasiswa disabilitas berada pada masa perkembangan antara remaja
akhir sampai dewasa awal. Pada masa perkembangan ini, individu mengalami
masa transisi yang lebbih berat karena perubahan tidak hanya terjadi secara fisik
namun juga kognitif, emosional dan sosial (Desmita, 2008). Berada di jenjang
pendidikan tinggi menjadi masa yang cukup penting karena mahasiswa
disabilitas akan menghadapi tuntutan sosial yang lebih besar dan kemungkinan
untuk menjadi tertekan akan lebih tinggi (Adams & Proctor, 2010). Di sisi lain,
mahasiswa disabilitas juga dituntut untuk menjadi bagian dari suatu kelompok
sosial sebagai bentuk dari pemenuhan tugas perkembangannya (Hurlock, 1980).
Berbagai tantangan sosial dihadapi oleh mahasiswa disabilitas dalam
usahanya untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial. Tantangan sosial
tersebut antara lain penolakan dari pihak perguruan tinggi (Primastika, 2018),
diskirminasi dari mahasiswa lainnya (Groce & Kett, 2014) dan stigma negatif
tentang keberadaan penyandang disabilitas di lembaga pendidikan (Groce &
Kett, 2014).
Selain tantangan sosial, mahasiswa disabilitas juga dihadapkan oleh
tantangan pskologis sebagai dampak dari besarnya tuntutan lingkungan sosial.
Tantangan psikologis yang dialami oleh rendahnya rasa kepercayaan diri
(Groce & Kett, 2014), tingkat self-esteem dan self-efficacy yang lebih rendah
dibandingkan dengan mahasiswa non-disabled (Murray, dkk., 2012). Merasa
tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk berhasil dalam studi (McKenzie
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
& Schweitzer, 2001), merasa terisolasi dari lingkungan (Shevlin, dkk., 2004)
serta keterampilan komunikasi yang kurang baik (Tarsidi, 2012).
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa disabilitas
merupakan bagian dari proses penyesuaian sosial (Mader, Wagner, & Sumi,
2003). Proses tersebut akan mendorong mahasiswa disabilitas untuk
mengembangkan kemampuannya dalam bereaksi dan berperilaku yang tepat
sesuai dengan kemampuan dirinya agar dapat diterima oleh masyarakat sosial.
Penyesuaian sosial dapat dipahami sebagai usaha untuk memenuhi tugas
perkembangan mahasiswa untuk menjadi bagian dari suatu kelompok sosial
(Hurlock, 1980).
Penyesuaian sosial dipandang sebagai sebuah kemampuan sekaligus
proses untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada di lingkungan sosial.
Mahasiswa disabilitas dianggap memiliki penyesuaian sosial yang baik jika
mampu menyelesaikan konflik mental dan kesulitan yang berasal dari dalam
diri maupun lingkungan sosialnya, sehingga individu mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya ke dalam kelompok sosial dengan menunjukkan
sikap-sikap sosial yang dapat diterima (Schneiders, 1960).
Kemampuan untuk menyesuaikan diri ke lingkungan sosial dapat
dikembangkan dengan memiliki keinginan untuk belajar menghargai orang lain,
membangun relasi yang sehat dengan orang di sekitar, dan terlibat secara aktif
dalam kegiatan di masyarakat, serta menghargai dan menghormati nilai-nilai
yang berlaku di budaya tempat individu berada (Schneiders, 1960). Salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bentuk konkrit dari penyesuaian sosial adalah kesediaan untuk memberikan
bantuan pada orang lain (altruism) meskipun diri sendiri mengalami kesulitan.
Penyesuaian sosial yang terus dikemabngkan dapat memberikan
dampak positif pada diri mahasiswa disabiltias. Penyesuaian sosial yang baik
dapat membantu mahasiswa disabiltias memiliki kualitas diri yang adaptif
(Adams & Proctor, 2010), mengurangi angka pengunduran diri (drop out) di
lembaga pendidikan karena kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial adalah salah satu penyebab utamanya (Adams & Proctor, 2010), serta
kesempatan yang lebih besar untuk berhasil dalam studi (Soeparman, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
G. Kerangka Konseptual
Gambar 1. Skema tantangan yang dihadapi dan aspek-aspek penyesuaian sosial
pada mahasiswa disabilitas.
Mahasiswa Disabilitas
Tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa
disabilitas
1. Tantangan Sosial
Diskriminasi
Penolakan dari berbagai pihak
Stigma negatif terhadap penyandang disabilitas
2. Tantangan Psikologis
Tingkat self-esteem dan self-efficacy yang rendah
Kurang percaya diri
Kemampuan berkomunikasi yang kurang baik
Perasaan terisolasi dari lingkungan
Mengatasi tantangan dengan
menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial yang baru
Penyesuaian sosial pada mahasiswa disabilitas
1. Participation
Melibatkan diri dalam kegiatan sosial
2. Recognition
Menghargai dan menerima hak-hak orang lain
3. Social Approval
Menunjukkan simpati dan kepekaan terhadap kesejahteraan
orang lain
4. Altruism
Sifat yang rendah hati, tidak egois dan bersedia untuk membantu
orang lain
5. Conformity
Menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
H. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan tantangan yang telah dijelaskan, maka pertanyaan yang
ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh maahsiswa disabilitas dalam proses
penyesuaian sosial?
2. Bagaimana pengalaman penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas dalam
usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu yang mengeksplorasi dan berusaha memahami fenomena yang
diteliti melalui sudut pandang individu dengan menggali lebih dalam dan
memahami makna yang dianggap sebagai bagian dari dari tantangan sosial
(Creswell, 2014). Proses tersebut melibatkan pertanyaan terbuka dan prosedur,
dilakukan dalam suasana atau lingkungan yang alamiah, data dianalisis secara
deduktif yaitu tema umum menjadi khusus, dan menginterpretasi makna dari
data yang diperoleh (Creswell, 2014), sehingga jenis penelitian ini dianggap
sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif-analisis isi kualitatif (AIK) yaitu desain yang membantu menafsirkan
secara subyektif isi data dalam bentuk teks melalui proses klasifikasi sistematik
berupa pengodean (coding) dan pengidentifikasian tema-tema atau pola (Hsieh
& Shannon, dalam Supratiknya, 2015). Desain penelitian ini menggunakan
pendekatan deduktif atau analisis isi terarah yang menggunakan teori atau hasil
penelitian sejenis untuk membantu merumuskan pertanyaan penelitian dan
membantu menentukan skema awal pengodean (Hsieh & Shannon, dalam
Supratiknya, 2015). Desain penelitian ini dipandang sesuai dengan penelitian
yang akan dilakukan akrena bertujuan untuk mengeksplorasi dan
mendeskripsikan pengalaman mahasiswa disabilitas dalam menyesuaikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
secara sosial dengan lingkungan baru terlebih dengan berbagai tantangan yang
dihadapi oleh mahasiswa disabiltias dengan mengacu pada hasil penelitian dari
literatur-literatur sejenisnya.
B. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah pengalaman penyesauian sosial
mahasswa disabilitas sebagai usaha untuk mengatasi tantangan yang dihadapi
dengan menyesuaikan diri secara sosial. Penelitian akan mengeksplorasi
pengalaman penyesauian sosial yang dialami oleh mahasiswa disabiltias di
perguruan tinggi di Yogyakarta dan melihat aspek-aspek penyesuaian sosial
yang muncul dari hasil wawancara mereka. Aspek penyesuaian diri di
perguruan tinggi yang dimaksud menurut Schneiders (1960) adalah:
recognition, participation, social approval, altruism dan conformity.
C. Informan Penelitian
Informan yang terlibat dalam penelitian adalah mereka yang berstatus
sebagai mahasiswa disabilitas tahun pertama sampai tahun kedua yang sedang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Yogyakarta serta bersedia dan
sanggup untuk menceritakan pengalamannya. Mahasiswa pada tahun pertama
sampai kedua mengalami proses penyesuaian yang cukup besar karena transisi
menuju kehidupan perkuliahan juga menjadi lebih besar seiringnya
meningkatnya tuntutan yang akan dihadapi mahasiswa (Adams & Proctor,
2010). Peneliti merekrut subjek penelitian menggunakan teknik criterion
sampling melalui Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus Universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sanata Dharma dan melalui kenalan peneliti yang sesuai dengan kriteria di atas.
Peneliti memilih informan yang sudah mengidentifikasikan dirinya sebagai
penyandang disabilitas agar memudahkan peneliti dalam memperoleh
informasi terutama dalam topik yang sensitif.
D. Peran Peneliti
Peneliti berperan sebagai instrumen kunci yang berperan dalam
memperoleh dan mengolah data yang diperoleh dari lapangan. Pengumpulan
data biasanya dibantu dengan instrumen berupa pedoman wawancara atau
pedoman observasi, namun tetap peneliti sendiri yang benar-benar
mengumpulkan data (Supratiknya, 2015). Pedoman wawancara berisi daftar
pertanyaan yang ingin ditanyakan pada saat wawancara terkait dengan aspek-
aspek yang ingin digali/dipahami. Berupa pertanyaan utama kemudian dibantu
dengan pertanyaan probing jika peneliti ingin mendapatkan respon yang lebih
mendalam. Sifatnya berupa pertanyaan terbuka dengan wawancara semi-
terstruktur. Masing-masing aspek digali melalui daftar pertanyaan yang telah
disusun menurut kebutuhan peneliti.
Kaitan yang dimiliki peneliti dengan topik ini adalah peneliti bekerja
sebagai student staff pelayanan di salah satu pusat studi dan layanan untuk
individu penyandang disabilitas dan memiliki penglamaan memberikan
pelayanan serta terlibat dalam kegiatan bersama penyandang disabilitas. untuk
meminimalisir tingkat bias yang mungkin muncul, peneliti berusaha memilih
informan dari berbagai perguruan tinggi lainnya di Yogyakarta sehingga tidak
hanya yang berasal dari institusi yang sama tempat peneliti bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Untuk merekrut informan, peneliti sebelumnya sudah pernah terlibat
dalam satu kegiatan yang sama dengan beberapa informan. Sedangkan dengan
informan baru, peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan
membangun rapport sebelum melakukan wawancara. Informan kemudian
diperiksa kesiapannya untuk melakukan wawancara, diberikan gambaran
umum terkait topik yang akan dibahas, kemudian disodorkan lembaran
informed consent serta ditandatangani sebagai bukti lembar persetujuan
keikutsertaan informan.
Dalam membahas topik yang sensitif, informan mungkin cenderung
menimbulkan perasaan tidak nyaman seperti malu atau marah sebagai bagian
dari dinamika wawancara pengalamannya sebagai mahasiswa penyandang
disbailitas tahun pertama sampai kedua yang mengalami masa-masa
penyesuaian perguruan tingginya.
E. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode wawancara. Rencana tahapan pengambilan data dimulai
dengan menyusun pedoman wawancara (guideline interview), melakukan
rapport sebelum memulai wawancara, meminta izin menggunakan alat
perekam suara untuk merekam sesi wawancara, dalam mewawancarai
mahasiswa Tuli, peneliti akan dibantu oleh Juru Bahasa Isyarat atau
menggunakan alat komunikasi secara tertulis, peneliti akan melakukan dan
mencatat hasil observasi saat wawancara berlangsung, mengakhiri wawancara
dengan rapport penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1. Wawancara
Wawancara kualitatif adalah wawancara yang dilakukan anatara
peneliti dan informan baik secara tatap muka, melalui telepon, maupun
melalui focus group discussion (Supratiknya, 2015). Pengambilan data
berupa wawancara semi-terstruktur di mana peneliti menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka (open question) yang disusun dala
pedoman wawancara (guideline interview), kemudian ditranskripsi berupa
verbatim dan dianalisisi sehingga diperoleh data yang utuh.
Jenis wawancara semi-terstruktur dipilih agar peneliti dapat
memberikan pertanyaan sifat terbuka dengan tujuan informan dapat lebih
leluasa menceritakan pengalamannya tanpa dibatasi oleh peneliti atau
temuan sebelumnya (Creswell, 2014). Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Holloway (2001), metode wawancara semi-terstruktur dapat memberi
kesempatan bagi masing-masing informan untuk menyampaikan aspek-
aspek dari pengalamnnya yang dirasa relevan dan penting bagi diri mereka
sebagai mahasiswa disabilitas.
Proses pengumpulan data akan melalui beberapa tahap, antara lain:
a. Peneliti menentukan kriteria informan penelitian berdasarkan literatur-
literatur yang terkait mahasiswa disabilitas.
b. Peneliti berusaha mencari informan penelitian yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan melalui pusat studi atau layanan
penyandang disabilitas di universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
c. Peneliti menghubungi dna mengatur pertemuan dengan informan untuk
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan,
serta meminta kesediaan informan untuk menjadi narasumber dari
penelitian. Proses membangun rapport dapat sekaligus dibangun dalam
tahap ini.
d. Peneliti menyusun pedoman wawancara untuk digunakan dalam proses
wawancara.
e. Peneliti melakukan proses wawancara dengan informan dengan
mempertimbangkan lokasi yang ramah bagi penyandang disabilitas.
Sebelum memulai wawancara, peneliti menyiapkan susunan
pertanyaan dalam panduan wawancara (guideline interview) sebagai bagian
dari prosedur perekmana yang berisi pertanyaan yang akan diajukan oleh
peneliti berdasarkan rumusan tantangan penelitian dan teori penyesuaian di
perguruan tinggi pada mahasiswa disabilitas fisik yang dipakai oleh peneliti.
Berikut adalah tabel pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 1
Pedoman Wawancara
No. Hambatan yang dihadapi mahasiswa disabilitas
1. Bagaimana Anda menjalani tahun pertama perkuliahan?
2. Apakah
3. Bagaimana Anda menghadapi kesulitan yang dialami selama berada di
kampus?
4. Bagaimana kesulitan tersebut mempengaruhi kehidupan perkuliahan
Anda?
5. Bagaimana respon orang-orang di sekitar Anda terhadap kesulitan yang
Anda alami?
Pertanyaan pengantar mengenai penyesuaian sosial di perguruan tinggi
1. Bagaimana Anda menyesuaikan diri secara sosial terhadap hambatan yang
Anda alami selama di kampus?
2. Usaha apa saja yang dilakukan untuk menyesuaikan diri secara sosial di
perguruan tinggi?
Penyesuaian sosial
1. Bagaimana Anda menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru
di perguruan tinggi?
2. Bagaimana usaha Anda untuk terlibat dengan kegiatan sosial di perguruan
tinggi?
3. Bagaimana relasi Anda dengan orang-orang di sekitar lingkungan
perguruan tinggi?
2. Observasi
Observasi kualitatif dilakukan oleh peneliti di lapangan dengan
mencatat tingkah laku dan aktivitas yang dilakukan informan di lapangan
(Supratiknya, 2015). Corsini (dalam Kusdiyati & Fahmi, 2017)
mendefinisikan observasi, baik itu forman dan informal, dilakukan dengan
mencatat suatu peristiwa atau kejadian dan menyusun laporan dari apa yang
diobservasi. Peneliti akan melakukan observasi dengan mengamati dan
mencatat tingkah laku informan saat proses wawancara. Melalui observasi,
peneliti dapat mengamati sekaligus mencatat tingkah laku informan selama
menjawab berbagai jenis pertanyaan sekaligus membantu peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
berinteraksi langsung dengan informan. Kemudian laporan observasi akan
digunakan untuk membantu proses analisis data oleh peneliti.
F. Analisis dan Interpretasi Data
Dewasa ini, teknik analisis data dengan menggunakan teknik Analisis
Isi Kualitatif sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu salah
satunya adalah psikologi (Skalsi, Neuendorf, & Cajigas, 2017). Analisis Isi
Kualitatif (AIK) merupakan metode penelitian untuk menafsirkan isi data
berupa teks secara subjektif melalui proses klasifikasi sistematik berupa koding
dan pengidentifikasian tema atau pola tertentu (Hsieh & Shannon, 2007),
analisis isi merupakan teknik penelitian untuk mengambil kesimpulan dengan
mengidentifikasi karakteristik tertentu pada suatu pesan secara objektif.
Sedangkan menurut Cole (1988), analisis isi adalah metode penelitian untuk
menganalisis pesan tertulis, lisan, atau visual.
AIK digunakan untuk menganalisis sebuah dokumen dari fenomena
yang diteliti ke dalam bentuk konseptual secara induktif atau deduktif (Elo &
Kyngas, 2007). AIK juga bertujuan untuk menangkap makna dari sebuah teks
sesuai dengan konteksnya. Data teks tersebut dapat diperoleh melalui ungkapan
naratif lisan, daftar pertanyaan dalam sebuah survei, hasil wawancara, hasil
FGD (focus group discussion), observasi, dan dokumen tertulis seperti artikel,
buku, ataupun catatan harian (Supratiknya, 2015).
Menggunakan salah satu pendekatan AIK, yaitu pendekatan deduktif
atau analisis isi terarah yang bertujuan untuk menguji kembali teori atau hasil
penelitian suatu fenomena dalam konteks yang baru dengan kelompok subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang baru pula (Hsieh & Shannon dalam Supratiknya, 2015) dalam penelitian
ini adalah kelompok subjek mahasiswa penyandang disabilitas. Maka, peneliti
akan menggunakan teori hasil penelitian untuk emmbantu merumuskan
pertanyaan dan menentukan kode dari hasil wawancara dan observasi dalam
bentuk verbatim. Kemudian data tertulis tersebut akan disaring ke dalam
kategori tertentu sehingga diperoleh pemahaman berupa konsep rentang
fenomena yang diteliti.
Strategi analisis data menggunakan pendekatan deduktif dibagi menjadi
dua tahapan yaitu menyusun matriks kategorisasi dan melakukan pengodean
atau coding (Supratiknya, 2015). Pada tahap pertama yaitu menyusun matriks
kategorisasi, peneliti menyusun kategori-kategori yang terkait dengan tema
penelitian yang sesuai dengan teori yang dipakai yaitu penyesuaian sosial
mahasiswa disabilitas. Hasil wawancara kemudian disusun secara deduktif
dalam tabel untuk mengategorisasikan data sesuai kategori-kategori yang
ditentukan. Kategori-kategori tersebut antara lain:
1. Participation
Participation merupakan bentuk usaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ditandai oleh krterlibatan diri individu dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan oleh lingkungan dengan tujuan menjalin
relasi yang sehar dengan orang lain.
2. Recognition
Recognition merupakan bentuk penyesuaian sosial yang ditandai
dengan tindakan menghargai dan menerima hak-hak yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
orang lain yang berbeda dengan dirinya. Tindakan tersebut merupakan
usaha untuk memiliki relasi yang sehat dan harmonis antara individu dengan
orang-orang di sekitarnya.
3. Social approval
Social approval merupakan bentuk penyesuaian sosial yang
ditunjukkan dengan memiliki minat dan simpati terhadap kesejahteraan
orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menunjukkan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai sosial seperti memberikan bantuan pada orang-
orang sekitarnya dengan tujuan memperoleh persetujuan sosial dari
lingkungannya.
4. Altruism
Altruism merupakan bentuk penyesuaian sosial yang dimiliki oleh
individu yang menunjukkan sifat rendah hati dan tidak egois. Altruisme
dapat dwujudkan dengan perilaku menolong dan mementingkan orang lain
meskipun dirinya sedang kesulitan.
5. Conformity
Conformity merupakan bentuk penyesuaian sosial yang ditunjukkan
dengan menaati dan menghormati nilai-nilai integrasi hukum, tradisi dan
kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat. dalam konteks perguruan
tinggi, individu menunjukkan ketaatan dan penghormatan terhadap nilai-
nilai yang telah dimiliki oleh fakultas agar mampu menyesuaikan dirinya
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tahapan kedua adalah melakukan pengodean atau coding, di mana
peneliti akan melakukan pengodean (coding) terlebih dahulu membaca
keseluruhan transkrip wawancara dan menandai bagian teks yang
menggambarkan fenomena yang sedang diteliti. Kemudian peneliti
menggunakan kode-kode yang sudah ditentukan saat menyusun matrik
kategorisasi. Jika peneliti mendapati bagian teks yang dirasa menggambarkan
fenomena yang diteliti namun tidak cocok dimasukkan dalam kode-kode yang
ada pada matriks kode, peneliti dapat memasukkannya ke dalam kode baru atau
kode tambahan (Hsieh & Shannon dalam Supratiknya, 2015).
G. Kredibilitas Penelitian
Peneliti akan memeriksa keakuratan data dan memastikan data yang
diperoleh dapat dipercaya dengan beberapa strategi. Pertama, untuk menguji
kredibilitas penelitian, peneliti menggunakan strategi member checking yaitu
merumuskan data yang diperoleh ke dalam tema-tema kemudian dibawa
kembali pada informan untuk mengetahui keakuratan tema yang sudah dibawa
kembali pada informan untuk mengetahui keakuratan tema yang sudah
dirumuskan dengan diri informan. Strategi kedua, melakukan bias di mana
peneliti akan menguraikan kemungkinan bias yang terbawa oleh peneliti selama
proses penelitian dalam bentuk refleksi diri yang jujur dan mendalam. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi interpretasi peneliti
terhadap hasil penelitian yang dilakukan.
Pengujian reliabilitas atau konsistensi hasil dilakukan melalui dua
strategi. Pertama, peneliti akan memeriksa transkrip-transkrip rekaman hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
wawancara dan observasi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang
dilakuakn pada saat proses transkripsi. Kedua, peneliti membandingkan kode-
kode yang telah dirumuskan dengan data asli serta membuat catatan tentang
kode-kode dan definisinya masing-masing untuk menghindari pergeseran
definisi kode yaitu perubahan makna kode-kode yang terjadi selama proses
transkripsi data.
Tabel 2
Kerangka analisis data aspek-aspek penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas
Aspek
penyesuaian sosial
Participation Berpartisipasi dengan melibatkan diri dalam kegiatan
sosial yang diselenggarakan di sekitar lingkungan tempat
individu tinggal.
Recognition Perilaku menghargai dan menerima hak-hak orang lain
yang berbeda agarmenciptakan relasi yang harmonis
dengan orang-orang sekitarnya.
Social Approval Memiliki minat terhadap kesejahteraan dengan
menunjukkan kepedulian dan simpati pada orang lain
dengan tujuan untuk memperoleh persetujuan sosial dari
lingkungan sosialnya.
Altruism Menunjukkan sifat rendah hati dan tidak egois dengan
memberikan bantuan apda orang lain sesuai dengan
kemampuan diri individu.
Conformity Menaati dan menghormati nilai-nilai yang dimiliki oleh
institusi pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanan wawancara dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai
dengan November 2018. Dua orang informan diwawancara sebanyak dua kali,
sedangkan satu informan lainnya diwawancara sebanyak dua kali yang
termasuk wawancara tambahan karena ada beberapa hal yang belum diungkap
secara mendalam pada wawancara pertama. Durasi pelaksanaan wawancara
sekitar 1-2 jam. Berikut adalah tabel yang berisi waktu dan tempat pelaksanaan
wawancara yang telah disepakati bersama antara peneliti dan informan.
Tabel 3
Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara dengan ketiga informan
No. Keterangan Informan 1
(R)
Informan 2
(P)
Informan 3
(D)
1. Wawancara I Rabu, 1 Agustus
2018 di
Universitas
Sanata Dharma
Senin, 22 Oktober
2018 di
Universitas
Sanata Dharma
Sabtu, 10
November 2018
di Sindikat Café
2. Wawancara II Minggu, 25
November 2018
di Universitas
Sanata Dharma
Senin, 25 Februari
2019 di Yamie
Panda, Demangan
-
B. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang berstatus
sebagai mahasiswa disabilitas di perguruan tinggi di Yogyakarta pada tahun
pertama sampai kedua perkuliahan. Jumlah tersebut ditentukan oleh peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
karena sudah dapat memenuhi kebutuhan dari penelitian ini (exhausted)
(Supratiknya, 2015).
1. Data informan
Tabel 4
Data informan
No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Inisial R P D
2. Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
3. Urutan kelahiran 1 1 2
4. Usia saat ini 19 tahun 28 tahun 23 tahun
5. Usia saat
memiliki
disabilitas
12 tahun 0 bulan 1 tahun
6. Jenis disabilitas Disabilitas
fisik
(pengguna
kursi roda)
Tuli Tuli
7. Agama Katolik Islam Islam
8. Pendidikan
terakhir
SMA SMALB SMK
9. Pekerjaan saat ini Mahasiswa Mahasiswa,
Staff Peneliti,
Guru Bahasa
Isyarat
Mahasiswa,
Guru Bahasa
Isyarat
10. Status Belum
menikah
Belum
menikah
Belum
menikah
11. Ibu Ada Ada Ada
12. Ayah Ada Meninggal Ada
13. Saudara kandung - 2 1
14. Tempat tinggal Rumah orang
tua
Rumah
kontrak
Rumah
kontrak
2. Latar belakang informan
a. Informan 1 (I1)
Informan 1 merupakan seorang laki-laki berusia 19 tahun. I1 adalah
seorang anak tunggal dan berasal dari Yogyakarta. saat ini, I1 tinggal di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Yogyakarta bersama orang tuanya. I1 sudah menetap di Yogyakarta
semenjak lahir karena orang tua berasal dari Yogyakarta.
I1 memiliki disabilitas berupa otot kaki lemah sehingga mudah lelah
dan tidak kuat untuk berjalan jauh karena pernah terjatuh cukup keras saat
TK dan melukai tulang punggungnya. I1 mulai merasakan perubahan di
tubuhnya ketika harus berjalan jauh saat kelas 6 SD. Semenjak itu, I1 mulai
melakukan terapi namun dihentikan akrena kesulitan mengatur waktu
dengan kegiatan sekolah. Akhir-akhir ini, I1 mencoba melakukan terapi
kembali namun masih mempertimbangkan kesibukan kuliah.
I1 menempuh pendidikan SMA di salah satu sekolah swasta Katolik
umum di daerah kota Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengambil jurusan
IPS. Selama di SMA, I1 tidak menggunakan kursi roda dan baru
menggunakan saat di kuliah ini. Saat ini, I1 berkuliah di salah satu PTS di
Yogyakarta dengan program studi Teknik Informatika masuk tahun 2017.
I1 menggunakan kursi roda untuk membantu mobilitasnya selama di
kampus dengan dibantu didorongkan oleh teman-temannya.
b. Informan 2 (I2)
I2 adalah seorang laki-laki berusaha 28 tahun. I2 merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara dan memiliki adik perempuan yang sudah
menikah serta seorang adik laki-laki yang sudah bekerja. I2 lahir di Jakarta
namun sudah bersekolah di Wonosobo semenjak taman kanak-kanak. Ayah
dari I2 sudah meninggal dan ibunya kini tinggal bersama adiknya di
Jakarta. Saat ini, I2 tinggal di Yogyakarta dengan mengontrak rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
bersama temannya yang juga seorang Tuli yang tercatat sebagai mahasiswa
di sebuah PTS di Yogyakarta.
I2 memiliki disabilitas tuli semenjak lahir. Baik orang tua maupun
kedua adiknya yang lain tidak memiliki disabilitas tuli seperti dirinya.
namun I2 memiliki kerabat lain yang juga memiliki disabilitas tuli.
Semenjak kecil, I2 disekolahkan di Sekolah Luar Biasa yang diperuntukkan
khusus untuk anak-anak Tuli. I2 belajar menggunakan orang (gerakan
mulut) dan Bahasa Isyarat untuk berkomunikasi dengan orang-orang
sekitarnya. I2 bersekolah di sekolah luar biasa semenjak taman kanak-
kanak. Pada saat SMA, I2 melanjutkan pendidikannya di saah satu SMALB
di Jakarta.
Setelah lulus SMA, I2 melanjutkan pendidikan dengan mendaftar di
salah satu PTS di Jakarta di jurusan Sistem Informasi pada tahun 2011.
Namunsetelah menjalani kuliah selama 3 semester I2 merasa tidak cocok
dan tidak berkembang sehingga memutuskan untuk drop out pada tahun
2012. Kemudian I2 mendaftarkan diri bekerja sebagai guru Bahasa ISyarat
dan peneliti mudah di LRBI (Laboratotium dan Riset Bahasa Isyarat) milik
sebuah PTN di Jakarta. Pada tahun 2017 memutuskan kembali berkuliah di
salah satu PRS di Yogyakarta dengan jurusan Sastra Indonesia. Selama
kuliah, I2 dibantu oleh Juru Bahasa Isyarat atau typist (pendamping yang
membantu mengetikkan percapakan orang lain yang disediakan oleh
universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Informan 3 (I3)
Informan 3 adalah seorang laki-laki kelahiran Jakarta berusia 23
tahun. I3 merupkan anak kedua dari dua orang bersaudara. Orang tua I3
berasak dari sumatera Barat dan ssaat ini sedang menetap di Jakarta untuk
bekerja. Saat ini, I3 tinggal di Yogyakarta dengan mengontrak rumah
bersama dengan temannya yang seorang Tuli dan sedang menempuh
pendidikan di salah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.
I3 mengalami disabilitas tuli bukan bawaan. Ketika I3 berusaia 1
tahun, dirinya mengalami kecelakaan terjatuh dari tempat yang tinggi.
Kejadian tersebut terjadi sebanyak dua kali. Kejadian pertama saat I3 secara
tidak sengaja terjatuh dari gendoangan sang kakak. Kemudian kejadian
kedua terjadi karena I3 tidak sengaja terjatuh dair atas kasur. Saat itu, I3
bercerita bahwa dirinya baru saja terbangun dari tidur dan berusaha untuk
mencari ibunya, namun terjauh dari pinggir kasur. Setelah kedua kejadian
tersebut, I3 menunjukkan gejala ketulian salah satunya dengan tidak
menunjukkan respon terhadap suara yang cukup keras. Akhirnya, I3
diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya dan didiagnosis mengalami
ketulisn.
I3 mengenyam pendidikan di salah satu SMK swasta bersifat inklusi
di Yogyakarta. Selama berada di SMK, I3 tidak mendapatkan pendamping
atau Juru Bahasa Isyarat untuk membantunya memahami materi di kelas.
I3 merasa kesulitan untuk dapat berdiskusi dan mengikuti kegiatan di
sekolah karena tidak adanya akses untuk mendapatkan Juru Bahasa Isyarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Setelah lulus dari SMK, I3 memilih melanjutkan pendidikan ke salah satu
perguruan tinggi di Yogyakarta pada tahun 2017. I3 memutuskan untuk
mengambil program studi Sosiologi. Selama berkuliah, I3 mulai
mendapatkan akses berupa Juru Bahasa Isyarat dan typist (notulen) yang
disediakan oleh fakultas, namun jumlah typist masih sangat terbatas
sehingga I3 seringkali kesulitan untuk memahami materi di kelas.
C. Analisis Data Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti kan mendeskripsikan
dan mengeksplorasi pengalaman informan yang mengalami proses penyesuaian
sosial di perguruan tinggi. Tiga orang informan merupakan mahasiswa tahun
pertama-kedua yang berkuliah di perguruan tinggi di Yogyaarta. Dua orang
informan memiliki disabilitas tuli dan keduanya aktif sebagai aktivis yang
mengadvokasi hak teman-teman Tuli. Dua informan tersebut lebih banyak
menunjukkan kesulitan dalam hal penyesuaian sosial. satu orang informan
lainnya memiliki hambatan fisik karena adanya gangguan dalam pertumbuhan
tulang dan saraf motorik. Ketiga informan tersebut cenderung mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri secara sosial namun mampu mengatasi
berbagai kesulitan yang dihadapi sesuai dengan kemampuan diri masing-
masing.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketiga informan menghadapi
tantangan secara sosial dan psikologis sebagai dampak dari usaha
menyesuaikan diri secara sosial. Secara keseluruhan, ketiganya melakukan
berbagai upaya untuk menyeimbangkan antara tuntutan dari luar dan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dirinya sendiri. Selama proses tersebut, ketiga informan menunjukkan
kemampuan untuk mengatasi berbagai kesulitan selama kuliah. Ketiga
informan tersebut juga tidak menunjukkan keinginan untuk tidak
menyelesaikan kuliah masing-masing.
1. Analisis data informan 1
a. Tantangan yang dihadapi mahasiswa disabilitas
Mahasiswa penyandang disabilitas dihadapkan oleh hambatan-
hambatan yang berasal dari luar dirinya karena adanya keterbatasan
secara fisik. selain hambatan dari luar diri, penyandang disabilitas juga
menghadapi hambatan yang berasal dari dalam dirinya.
1) Tantangan sosial
Tantangan sosial yang dialami oleh I1 tidak hanya secara
teknis terpaksa menggunakan tangga dengan dibopong oleh temannya
karena lift yang digunakan seringkali berhenti beroperasi, dan ketika
hendak menuju koperasi mahasiswa, I1 harus memutari gedung untuk
mencari ramp (jalur kursi roda) yang dapat membantunya menuju
koperasi mahasiswa. I1 bercerita bahwa dirinya merasa sangat tidak
nyaman karena harus membuat temannya kesusahan dengan
membopong dirinya untuk menuju kelas.
Tantangan lainnya yang juga dirasakan oleh I1 seperti adanya
bentuk ketidakadilan dari asisten dosen yang tidak menghargai usaha
I1 dalam menjawab pertanyaan saat di kelas. Pada salah satu mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kuliah yang dibantu oleh asisten dosen, I1 mencoba untuk
memberanikan diri untuk menjawab dan mersa jawabannya sudah
benar namun I1 merasa tidak digubris dan tidak diberikan alasan yang
jelas dari asisten dosen yang menyalahkan jawaban yang dilontarkan.
I1 mecoba menerima perlakuan tersebut meskipun merasa kecewa
usahanya tidak dihargai oleh asisten dosen tersebut sehingga timbul
ketidakcocokkan dan mempengaruhi suasana saat di kelas. Informan
menjadi kurang bersemangat jika harus berurusan kembali dengan
asisten dosen tersebut, namun informan berusaha untuk tetap hadir
dan mengikuti perkuliahan meskipun kesulitan untuk memahami
penjelasan dosen dan asisten dosen.
2) Tantangan psikologis
Tantangan psikologis yang dialami oleh I1 adalah perasaan
kurang percaya diri untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh fakultas padahal teman-teman informan sangat
suportif dan selalu memberikan ajakan padanya untuk bergabung
dalam kegiatan fakultas. Secara tidak langsung, I1 juga merasa bahwa
kemampuan dirinya tidak lebih baik dari mahasiswa lainnya. I1
merasa tidak yakin dengan dirinya untuk bergabung dalam
kepanitiaan fakultas karena khawatir akan merepotkan orang lain
yang harusnya membantunya mendorongkan kursi roda. Informan
menyatakan bahwa dirinya sangat tidak nyaman jika harus
merepotkan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Bercermin dari pengalamannya ketika tidak dapat
menggunakan lift dan harus dibopong oleh temannya, informan
merasa akan lebih baik jika membatas diri untuk mengikuti kegiatan
akmpus agar tidak perlu merepotkan orang lain. Meskipun begitu,
informan menyatakan bahwa dirinya sangat ingin terlibat dalam
kepanitaan ataupun unit kegiatan mahasiswa lainnya yang dapat
membantunya mengembangkan potensi dirinya.
I1 juga meragukan kemampuan dirinya dalam mengikuti
perkuliahan yang berkaitan dengan bidang Matematika sehingga
membuat dirinya menjadi kurang bersemangat dan sempat merasa
kurang percaya diri karena mendapat nlai yang rendah. Semenjak
SMA, informan menyatakan bahwa dirinya tidak mampu dan tidak
menyukai mata pelajaran Matematika. Bagi informan, hal ini cukup
membebani dirinya karena ayah informan merupaka seorang guru
Matematika. Informan menunjukkan rasa tidak nyaman ketika
bercerita bahwa ayahnya menyayangkan kondisi tersebut. Meskipun
begitu, ayahnya akan senantiasa memberikan pendampingan dan
mengajari informan sampai dirinya mengerti.
Selain itu, ketika informan harus dibopong oleh teman-
temannya, teman lainnya membagi tugas untuk membawakan kursi
roda yang cukup berat dan membawakan tas miliknya. I1 merasa tidak
berdaya ketika dihadapkan dalam situasi semacam tersebut dan
merasa kecewa terhadap kampus karena tidak bisa menjaga satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
fasilitas utama di kampus yang sangat dibutuhkan oleh pengguna kursi
roda seperti dirinya. Sebagai seseorang yang berlatar belakang budaya
Jawa, I1 memiliki rasa pekiwuh yang cukup tinggi sehingga hal
tersebut mempengaruhinya dalam perilaku dan relasi antar teman-
temannya.
Meskipun maksud dari teman-temannya baik, I1 tidak ingin
membuat mereka kesulitan karena harus membantu dirinya untuk
mencapai suatu tempat. Seperti halnya saat menuju ke koperasi
mahasiswa, I1 akan lebih sering menolak ajakan temannya karena
tidak ingin mereka kehilangan waktu istirahat yang singkat karena
menempuh jarak yang lebih jauh untuk dapat menggunakan ramp.
b. Penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas
Penyesuaian sosial merupakan kemampuan yang dimiliki
individu dalam mengatasi tuntutan yang diberikan oleh lingkungan
sosial, seperti melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi, kemmpuan untuk menjalin relasi
dengan orang-orang sekitar, mengatasi adanya perubahan lingkungan
sosial dan menunjukkan kepuasan terhadap lingkungan sosialnya.
Proses yang dialami I1 dalam usahanya menyesuaikan diri adalah
menerima bantuan dari teman-temannya hingga pada akhirnya terjalin
sebuah relasi yang cukup akrab. I1 juga tidak menunjukkan adanya
kesulitan dalam mengakrabkan diri dengan teman-teman sebayanya
namun kurang ditunjukkan dalam usahanya untuk menjalin relasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dosen-dosen. Meskipun begitu, I1 masih enggan menerima ajakan
mahasiswa senior untuk bergabung dalam kegiatan fakultas.
1) Participation
Partisipasi adalah salah satu bentuk keterlibatan individu
dengan lingkungan sosialnya. I1 menunjukkan ekterlibatannya
dengan bergabung dengan salah satu kegiatan kemahasiswaan yaitu
paduan suara fakultas meskipun I1 merasa dirinya tidak memiliki
kemampuan yang baik dalam bernyanyi. Menurutnya, paduan suara
adalah salah satu ekgiatan yang paling aman untuk ia ikuti karena
tidak akan banyak berpindah tempat, tidak seperti kegiatan
kepanitiaan yang mobilitasnya cukup tinggi.
I1 tidak memiliki kesulitan yang berarti saat menjalin relasi
pertemanan dengan teman-temannya akrena besarnya penerimaan dan
dukungan sosial yang besar dari teman sebaya. Informan juga tidak
kesulitan ebrteman dengan orang-orang yang berasal dari latar budaya
yang berbeda dengannya karena kondisi tersebut sudah pernah
dialaminya saat masih di bangku SMA. Selain itu, informan sering
membalas sapaan dan berbincang dengan dosen yang mengajaknya
berbicara terlebih dahulu. Periaku tersebut membantu informan untuk
mendapatkan lebih banyak kenalan seperti mahasiswa senior ataupun
mahasiswa lintas jurusan. Dengan mengenal dan emnjalin hubungan
yang baik dengan mahasiswa senior, informan merasa terbantu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kesulitan menghadapi dosen atau materi tertentu di dalam kelas dan
membantunya mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas akhir.
2) Recognition
Menghormati dan menerima hak-hak orang lain merupakan
bagian dari penyesuaian sosial. Hal ini berarti individu mampu untuk
menghormati orang lain dan mendengarkan dan menerima pendapat
dari orang lain. I1 berusaha untuk terbuka dengan pendapat orang lain
ketika bekerja dalam kelompok. I1 tidak pernah memaksakan
pendapatnya dan memberikan kesempatan pada teman-temannya
ketika berdiskusi.
Informan juga berusaha untuk tidak melanggar hak-hak yang
dimiliki teman-temannya yaitu datang ke kelas tepat waktu. Usaha
yang dilakukan oleh informan adlaah datang lebih awal dan membuat
janji sehari sebelumnya dengan salah satu teman yang akan membantu
mendorongkan kursi rodanya menuju ruang kelas. Hal tersebut
membuat dirinya merasa dihargai dan membantunya memiliki relasi
pertemanan yang lebih akrab dengan teman-temannya. Dengan
adanya hubungan timbal balik seperti ini, informan merasa tidak
merepotkan orang lain sepenuhnya karena sekaligus mendorong
temannya untuk datang ke kelas tepat waktu.
3) Social Approval
Social approval dapat ditunjukkan dengan minat dan simpati
terhadap kesejahteraan orang lain. Hal ini berarti individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
menunjukkan kepekaan terhadap keadaan orang lain yang ada di
sekitarnya. I1 menunjukkan kepekaannya dengan menghindari
keadaan yang dapat menyulitkan teman-temannya. Informan
mengaku sering menolak ajakan temannya yang ingin membeli
makanan di Koperasi Mahasiswa dan hanya menitipkan makanan
yang ingin ia beli pada salah satu temannya. Bagi informan, hal
tersebut akan merepotkan temannya karena harus mendorongkan
kursi roda informan sampai ke tempat tersebut. Keadaan lingkungan
memaksa informan untuk memutari gedung terlebih duluan agar dapat
menuju tempat tersebut dengan menggunakan kursi roda. Untuk
menghindari menyulitkan teman-temannya, informan lebih memilih
untuk menunggu di dekat tempat tersebut bersama teman lainnya.
Informan juga menghindari kegiatan fakultas yang dirasanya
cukup berat karena dirinya tidak ingin merepotkan teman-temannya
yang harus mendorongkan kursi rodanya. Kegiatan fakultas seperti
kepanitiaan akan membutuhkan kerja keras dan informan tidak ingin
menambah beban teman-teman panitia yang sudah disibukkan dengan
tugasnya masing-masing. Pertimbangan tersebut membuat informan
harus berpikir berkali-kali sebelum menerima sebuah ajakan kegiatan
dari temannya.
Kejadian serupa juga dialami informan saat diajak oleh teman-
teman kelasnya untuk mengikuti kegiatan malam keakraban kelas.
Informan mengatakan bahwa dirinya langsung menolak ajakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
tersbeut karena dirinya tidak ingin menyulitkan orang lain karena
harus mendampingi dan mengurus kursi rodanya selama kegiatan.
Informan mengaku bahwa sebenarnya dirinya sangat ingin mengikuti
kegiatan-kegiatan sosial seperti teman-teman pada umumnya namun
informan sering kali mempertimbangkan kesejahteraan teman-
temannya. Pada akhirnya, teman-teman informan tetap mengajak
dirinya untuk ikut. Kemudian tanpa sepengetahuan informan, kursi
roda miliknya sudah dimasukkan ke dalam kendaraan yang akan
digunakan untuk menuju lokasi. Perilaku yang ditunjukkan oleh
informan membantunya mengembangkan rasa peka dan peduli
terhadap keadaan orang lain meskipun dirinya sendiri membutuhkan
bantuan.
4) Altruism
Altruisme ditunjukkan oleh individu yang memiliki sifat
rendah hati dan tidak keberatan untuk membantu orang lain. Sifat
tersebut ditunjukkan oleh individu sebagai bagian dari proses
penyesuaian sosial. I1 selalu terbuka untuk membantu teman-
temannya yang kesulitan untuk mengerjakan tugas pemograman. I1
menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan yang cukup baik di
bidang tersebut dan tidak keberatan untuk membantu temannya.
Informan bercerita bahwa dirinya pernah dimintai tolong mengajari
salah satu program coding pada temannya dan informan dengan
semangat membantu menjelaskan hingga temannya benar-benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
paham. Hal tersebut secara tidak langsung menumbuhkan
kepercayaan diri informan. Bagi informan, membagi pengetahuan
yang ia kuasai membuat informan merasa lebih berguna, sekaligus
dapat bertukar ilmu dengan temannya.
5) Conformity
Menghormati dan menaati nilai-nilai integritas yang berlaku di
universitas adalah bentuk conformity. Dengan menunjukkan sikap
tersebut, individu akan lebih diterima dengan baik oleh
lingkungannya. I1 berusaha untuk selalu mengerjakan dan
mengumpulkan tugas kuliah tepat waktu. I1 mengaku bahwa selama
ini dirinya tidak pernah terlambat untuk mengumpulkan tugas kuliah
karna dirinya selalu mengerjakan tugas seusai pulang kuliah.
Terkadang informan mengerjakan tugas-tugas kuliah bersama
teman-teman di salah satu kos temannya. Informan juga sellau
menghindari terlambat datang ke kelas dengan tiba di kampus lebih
awal. Kebiasaan tersebut sudah terbangun sejak dirinya masih duduk
di bangku SMA dan terbawa hingga saat ini. Dengan berusaha
menghormati dan menaati peraturan tersebut, informan dapat
membangun kebiasaaan baik dan menunjukkan sikap sosial yang
dapat diterima oleh orang-orang di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Analisis data informan 2
a. Tantangan yang dihadapi mahasiswa disabilitas
1) Tantangan sosial
Sebagai mahasiswa disabilitas Tuli, I2 mengalami berbagai
tantangan sosial. Masalah tersebut bukan hanya bersifat teknis namun
juga berkaitan dengan perilaku yang diterima dari lingkungannya.
Secara teknis, I2 mengalami tantangan saat mengakses informasi di
dalam kelas karna sering kali tidak mendapatkan pendamping berupa
Juru Bahasa Isyarat atau typist yang berfungsi menjembatani
informasi antara dosen dengan mahasiswa. Informan menyayangkan
minimnya tenaga pendamping yang disediakan oleh fakultas dan hal
ini kerap kali membuat merasa tidak termotivasi untuk hadir di kelas.
Meskipun begitu, informan tetap berusaha menyemangati
dirinya sendiri untuk datang ke kelas karena memiliki tekad yang kuat
untuk dapat segera lulus dan melanjutkan pekerjaannya. Selain itu, I2
masih kesulitan untuk menuju suatu ruangan karena tidak ada papan
petunjuk informasi gedung. Permasalahan semacam ini tidak hanya
ditemui di kampus namun juga di ruang publik lainnya. Bagi informan
yang memiliki keterbatasan pendengaran, ketersediaan papan
informasi akan sangat membantu dirinya untuk menuju suatu tempat
selain itu juga membantu memandirikan dirinya.
Tantangan sosial lainnya adalah bentuk penolakan secara tidak
langsung oleh teman-teman I2. Informan kesulitan untuk membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kelompok kerja saat di kelas karena tidak ada teman-teman yang
bersedia bekerja bersama dirinya. Informan juga merasakan
diskriminasi dan direndahkan oleh teman-temannya karena sering
mengajak untuk melakukan tos. Menurutnya, melakukan tos hanya
karena dirinya seroang penyandang disabilitas yang berkuliah sama
saja dengan menganggap penyandang disabilitas tidak setara dengan
mereka.
Informan menyatakan bahwa dirinya merasa marah dan
kecewa dengan perlakuan tersebut. Informan merasa kebertan dan
merasa harga dirinya direndahkan namun dirinya berusaha tetap
tersenyum dan tidak mempedulikan ajakan tos dari temannya. Selain
itu, informan juga sempat ditolak karena dirinya tidak memiliki
pendamping tetap (typist atau Juru Bahasa Isyarat).
2) Tantangan psikologis
Tantangan psikologis yang dialami oleh I2 adalah perasaan
kurang nyaman ketika berada di kelas. I2 mengatakan bahwa dirinya
sering kali memilih untuk tidur di kelas karena merasa tidak nyaman
dengan cara mengajar dosennya. I2 juga memiliki hambatan dalam
berkomunikasi secara verbal sehingga dirinya sulit untuk
mengembangkan relasi pertemanan dengan orang-orang di
lingkungannya. Tantangan psikologis lainnya yang juga dirasakan
oleh I2 adalah perasaan terisolasi dari lingkungannya. I2 merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dirinya kesulitan mendapatkan teman baru yang benar-benar ingin
berteman dengannya hingga membuat dirinya merasa terasingkan.
b. Penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas
1) Participation
I2 berusaha untuk melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam
kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh fakultas. I2 mengaku sudah
pernah mencoba mendaftarkan diri menjadi anggota himpunan
fakutlas namun mendapatkan penolakan. Kemudian, I2 tetap berusaha
bergabung dengan kegiatan lain yang dibawahi oleh fakultas. Selain
itu, I2 menjadi pengajar dalam salah satu kelas Bahasa Isyarat.
kesempatan tersebut membantu I2 dalam menjalin relasi yang lebih
luas dan lebih dalam dengan teman-temannya. I2 juga selalu berusaha
menyapa karyawan-karyawan kampus terutama petugas perpustakaan
yang sering ditemuinya. Hal tersebut membantunya memiliki relasi
yang lebih akrab dengan orang lain meskipun terkendala dalam
berkomunikasi.
2) Recognition
I2 berusaha untuk menghargai, menghormati dan menerima
hak-hak orang lain dengan cara tidak memaksakan kehendaknya
untuk bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang
menolaknya. Hal ini dilakukan oleh I2 untuk menghindari konflik
antara dirinya dengan teman-temannya. Ketika bekerja dalam
kelompok dan berargumen dengan dosen, I2 juga tidak berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
memaksakan pendapatnya namun terbuka dengan pendapat dan
masukkan dari orang lain. Perilaku tersebut membantu I2 untuk
menjaga relasi pertemanan dan relasi dengan dosen menjadi tetap
baik.
3) Social approval
I2 memiliki minat dan menunjukkan simpati terhadap
kesejahteraan orang lain dengan bersikap peka. I2 berusaha untuk
menyesuaikan dengan keadaan ekonomi teman-temannya ketika
diajak mengerjakan tugas kelompok di luar lingkungan kampus. I2
mengatakan bahwa dirinya tidak ingin membebani teman-temannya
dan berusaha memahami kondisi tersebut. Selain itu, I2 juga tidak
keberatan menggunakan alat tulis sebagai media untuk berbincang
dengan teman yang kesulitan menggunakan Bahasa Isyarat meskipun
dirinya lebih nyaman menggunakan Bahasa Isyarat. Informan
menunjukkan kepeduliannnya pada orang lain dengan berusaha
membuat orang lain merasa lebih nyaman. Informan akan meminta
lawan bicaranya untuk lebih rileks dan santai ketika sedang mengajari
Bahasa Isyarat. Dapat dikatakan bahwa informan memahami posisi
lawan bicara yang merasa ketakutan dan ragu saat berbicara dengan
seorang Tuli.
4) Altruism
I2 menunjukkan sifat rendah hati dan tidak egois. Hal ini
ditunjukkan I2 dengan tidak memaksakan orang lain untuk berbicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dengannya menggunakan Bahasa Isyarat. Dirinya tidak keberatan
untuk memahami gerak mulut lawan bicara atau menggunakan alat
tulis meskipun kedua hal tersebut membuat proses komunikasi
berjalan lebih lamban. I2 sangat terbuka untuk memberikan bantuan
terhadap temannya yang ingin belajar Bahasa Isyarat. I2 menunjukkan
kesabarannya dalam mendampingi teman- temannya yang sedang
mempelajari atau berusaha berkomunikasi menggunakan Bahasa
Isyarat.
Dalam bidang akademis, I2 memiliki prestasi yang sangat
baik. Hal tersebut membuat dirinya merasa semakin ingin
mendapatkan pengetahuan baru dari orang-orang sekitarnya. Perilaku
tersebut menunjukkan bahwa informan memiliki sifat yang rendah
hati dan tidak egois karena tidak pernah ingin berhenti belajar. Hal ini
membantu I2 dalam membangun relasi yang baik dengan dosen dan
staff lainnya.
5) Conformity
I2 berusaha menghormati dan menaati nilai-nilai yang dimiliki
oleh universitas dengan mengikuti peraturan yang berlaku. I2
berusaha untuk mengikuti aturan mengenai perkuliahan yang sudah
ditetapkan oleh fakultas. I2 mendapatkan pengecualian di beberapa
mata kuliah untuk menyesuaikan dengan kebutuhannya. Salah
satunya saat I2 tetap berusaha mempresentasikan hasil kerjanya
meskipun memiliki hambatan dalam berkomunikasi. I2 berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
untuk datang tepat waktu sesuai dengan kesepakatan di kelas. I2
mengikuti peraturan fakultas yang menyarankan dirinya mengambil
mata kuliah pengganti sesuai dengan kebutuhannya. I2 menunjukkan
ketaatan terhadap upaya yang dilakukan oleh fakultas agar dirinya
mendapatkan pendidikan yang setara dengan mahasiswa lainnya.
Usaha tersebut membantu informan untuk belajar menghormati dan
menaati norma sosial yang berlaku di budaya tempat dirinya tinggal.
3. Analisis data informan 3
a. Tantangan yang dihadapi mahasiswa disabilitas
1) Tantangan sosial
I3 merupakan seorang mahasiswa Tuli yang menghadapi
berbagai tantangan sebagai proses penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan sosial. Salah satu bentuk tantangan sosial yang dialami
oleh I3 adalah masalah teknis seperti ketersediaan pendamping atau
Juru Bahasa Isyarat yang terbatas sehingga dirinya harus terus
menerus mengadvokasi dirinya ke fakultas. Menurut informan,
seharusnya jika fakultas sudah bersedia menerima dirinya yang adalah
mahasiswa disabilitas, fakultas sudah harus menyiapkan tenaga
pendamping yang dapat membantu penyaluran informasi ketika
berada di kelas. Informan merasakan kekecewaan namun dirinya tetap
berusaha keras mengadvokasi ke fakultas. Sebelum mendaftar ke
perguruan tinggi tersebut, informan sudah mendapatkan informasi
sebelumnya dari sesama mahasiswa Tuli yang sudah berkuliah lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dulu di perguruan tinggi yang sama sehingga informan menaruh
harapan yang tinggi pada universitas tersebut.
Selain permasalahan teknis, I3 juga mengalami tantangan
sosial lainnya. I3 mengalami penolakan dari teman-teman ketika
diharuskan untuk membentuk kelompok kerja. I3 juga mengalami
diskriminasi dengan tidak diajak berdiskusi saat sedang diskusi
kelompok. I3 merasakan kesulitan memiliki teman akrab karena
adanya stigma negatif tentang disabilitas yang membuat mahasiswa
lain membatasi diri untuk menjalin relasi dengan informan.
2) Tantangan psikologis
Tantangan psikologis yang dialami oleh I3 adalah perasaan
terisolasi dan terasingkan oleh lingkungannya. I3 merasakan hal
tersebut ketika tidak diajak berbincang atau berdiskusi oleh teman-
temannya. I3 seringkali merasa kurang nyaman ketika berada di
kampus sehingga dirinya memilih untuk segera pulang ketika jam
perkuliahan sudah selesai.
Adanya keterbatasan dalam pendengaran dan kemampuan
berkomunikasi juga menyulitkan informan untuk menjalin relasi
pertemanan dengan mahasiswa lain. I3 mengatakan bahwa sedikit
sekali teman-teman yang mengajaknya berbicara, kebanyakan hanya
menyapa lalu pergi begitu saja. Informan mengungkapkan bahwa
sebenarnya dirinya ingin sekali dapat berbincang dan mengenal lebih
dalam teman-temannya namun sudah mendapatkan penolakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
terlebih dahulu. Hal tersebut sering kali membuat informan merasa
tidak nyaman dan lebih memilih untuk menyendiri.
b. Penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas
1) Participation
I3 menunjukkan partisipasi terhadap lingkungan sosialnya
dengan melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang diselenggarakan
oleh fakultas. Kegiatan sosial yang diikuti oleh I3 adalah kepanitiaan
seminar di fakultas. I3 juga berusaha untuk menjalin relasi dengan
orang-orang di sekitarnya dengan menyapa hingga membelikan
makan siang untuk karyawan-karyawan kampus salah satunya adalah
petugas parkir. I3 berusaha untuk selalu menyapa dan mengenal
karyawan kampus di bagian Tata Usaha.
Selain itu, I3 juga tidak keberatan untuk mengajak berbicara
mahasiswa lain yang belum ia kenal sebelumnya. Upaya yang
dilakukan informan membantunya memiliki relasi yang lebih luas
dengan mahasiswa senior hingga karyawan kampus. Bagi informan,
dirinya harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya meskipun
dengan keterbatasan. Dirinya tidak keberatan jika dianggap
berlebihan karena berusaha mengenal mahasiswa lain dari berbagai
angkatan. Informan menunjukkan keinginan yang besar untuk dapat
diterima dan untuk menjalin hubungan dengan mahasiswa lain, namun
sering kali respon yang diberikan masih penuh penolakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2) Recognition
I3 menunjukkan perilaku menghormati dan menerima hak-
hak orang lain dengan tidak memaksa temannya untuk menerima
dirinya dalam kelompok. Ketika berdiskusi pun I3 tidak memaksakan
pendapatnya namun memberikan kesempatan bagi teman-temannya
untuk memberikan kritik dan saran yang logis. Begitu juga saat I3
berargumen dengan dosen ketika membahas mengenai isu terbaru di
masyarakat. I3 berusaha untuk menghindari konflik karena
menginginkan relasi yang sehat dengan orang-orang disekitarnya.
Perilaku yang ditunjukkan informan membantu dirinya belajar untuk
menghormati orang lain sekaligus mengembangkan dirinya melalui
diskusi-diskusi yang dilakukan bersama dengan teman-teman dan
dosen.
3) Social approval
I3 menunjukkan kepekaannya terhadap orang lain dengan
memberikan kesempatan untuk mengobrol menggunakan Bahasa
Isyarat dasar atau menggunakan alat tulis kepada temannya. I3
menyadari temannya merasa ragu dan takut untuk berbincang dengan
dirinya. Namun terkadang informan masih kesulitan untuk mengatur
ritme atau kecepatan berbahasa Isyarat ketika berbincang dengan
temannya.
Dalam bidang akademis, I3 mampu mengikuti dan
mendiskusikan isu-isu di masyarakat dengan dosen dan teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
temannya. I3 mampu untuk menjawab dan memenuhi ekspektasi
dosen dalam mengkritisi isu-isu sosial yang dibahas di dalam kelas.
Hal tersebut menunjukkan karakteristik mahasiswa dalam diri
informan yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki fakultas.
Perilaku yang ditunjukkan oleh informan membuatnya dapat diterima
dan beberapa kali mendapat ajakan untuk terlibat dalam kegiatan
sosial di fakultas.
4) Altruism
I3 bersedia untuk membagi pengetahuan dan pendapat yang ia
miliki tentang suatu isu politik dan isu sosial kepada teman-teman di
kelas. Bagi I3, mendengarkan pendapat dari sudut pandang orang lain
akan membantunya berpikir dan memahami situasi. I3 tidak malu
untuk bertanya pada dosen jika mengalami kesulitan memahami
materi. Selain itu, I3 selalu terbuka pada teman-temannya yang ingin
belajar Bahasa Isyarat. I3 akan berusaha untuk mengajari teman-
temannya dengan sabar. Hal ini membantu informan membangun
relasi yang lebih akrab dan sehat dengan dosen dan teman-temannya.
5) Conformity
I3 berusaha menghormati dan menaati nilai-nilai yang dimiliki
oleh universitas dengan mengikuti peraturan yang berlaku. I3
berusaha untuk mempresentasikan kerjanya seperti yang dilakukan
oleh teman-temannya meskipun tanpa Juru Bahasa Isyarat. I3 juga
berusaha untuk datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
disepakati. I3 mengikuti keputusan dari otoritas untuk menunggu
hingga mendapatkan pendamping atau Juru Bahasa Isyarat yang tetap.
I3 menunjukkan sikap yang taat terhadap kebijakan tersebut
namun juga berusaha mencari alternatif lain agar dirinya tetap dapat
mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa lain. Perilaku yang
dilakukan oleh informan menunjukkan bahwa dirinya berusaha taat
dan mengikuti peraturan yang berlaku di dalam fakultas agar dirinya
dapat belajar menghormati norma sosial yang berlaku dalam budaya
yang ada di lingkungannya seperti di lingkungan tempat ia tinggal saat
ini.
4. Integrasi Hasil Analisis Tiga Informan
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan dua tema utama
dalam penelitian ini, antara lain tantangan yang dihadapi mahasiswa
disabilitas dan penyesuaian sosial. Tema tantangan yang dihadapi oleh
mahasiswa disabilitas terdiri atas dua sub-tema yaitu tantangan sosial dan
tantangan psikologis. Tema penyesuaian sosial terdiri dari lima sub-tema
yakni participation, recognition, social approval, altruism, dan conformity.
a. Tantangan yang dihadapi mahasiswa disabilitas
Tantangan yang dialami oleh ketiga informan adalah tantangan
sosial yang berasal dari luar diri informan seperti keterbatasan akses
karena lift yang mati dan tidak tersedianya jalur ramp, tidak tersedianya
papan informasi atau petunjuk arah di setiap lantai kampus, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
terbatasnya ketersediaan pendamping juru ketik (typist) atau Juru Bahasa
Isyarat dari fakultas untuk mendampingi selama sesi perkuliahan.
“…Cuma paling takut ya pas naik lift. Pernah tuh kita lagi di
lantai 4 hujan deres banget. Kita naik tuh pas sampai lantai 1
pintu kebuka, listrik mati, bener-bener mati, untungnya
pintunya kebuka itu loh…” (barus 317-322, informan 1)
“typist, juru bahasa kurang profesional, masih perlu belajar
lagi mereka. Juru bahasanya juga terbatas…Ah papan
informasinya kurang, seperti ngga ada petunjuk arah toilet
atau denah tiap lantai tidak seperti di Perpustakaan…” (baris
356-361, informan 2)
“…aku advokasi, advokasi terus tapi dari mahasiswanya
lama, contohnya seperti typist. Typist butuh akses berupa
honor karena typist kan capek ngetik. Aku sudah ngomong
ke Dekan tapi malah bingung harus bertindak bagaimana…”
(baris 187-192, informan 3).
Selain permasalahan teknis, tantangan sosial lainnya adalah
penolakan dari sesama mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok, bentuk
diskriminasi karena tidak dilibatkan dalam diskusi dan tidak dihargai
pendapatnya dan menghindari untuk berkomunikasi dengan informan.
“…aku melihat teman-teman kuliah merasa takut untuk
berkomunikasi denganku. Sebentar, contohnya, “selamat
pagi” yaudah terus kabur lari. Aku bingung, aku harus
menyapa lalu dia langsung pergi…” (baris 109-114,
informan 2)
“…saya bertanya kepada teman-teman untuk bergabung
kelompok, teman-teman bergerak- gerik seperti bingung atau
tidak enak mau nolak…” (baris 109-113, informan 2)
“…kalau kerja kelompok tidak seperti yang teman-teman
dengar. Mereka ngobrol-ngobrol, aku ada hak untuk tahu
kamu sedang ngobrolin apa, topiknya apa, tapi aku ngga
diajak ngobrol…” (baris 221-225, informan 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tantangan psikologis yang berasal dari dalam diri mahasiswa
disabilitas juga dialami oleh ketiga informan. Ketiganya menunjukkan
kurangnya rasa percaya diri, meragukan kemampuan dirinya sendiri dan
perasaan terisolasi dan terasingkan dari lingkungannya. Informan merasa
tidak yakin dengan kemampuan dirinya untuk terlibat dalam kegiatan sosial
di fakultas seperti bergabung dalam kepanitiaan atau organisasi fakultas.
Informan juga menunjukkan keengganan untuk mengajak mahasiswa lain
bergabung dalam kelompok kerjanya karena sering mendapat penolakan.
“…dia ngajak aku kepanitiaan apa, terus ya aku bilang “nanti
kalau kalian dapet tugas sendiri- sendiri, sibuk sendiri-sendiri
nanti aku gimana?”, “ya ntar mesti ada aja kok”, ya terus dia
bilang gitu kan. “Ah udah ngga usah nanti ngerepotin” aku
bilang gitu…” (baris 1303-1308, informan 1)
“…sekarang saya lebih pilih diam saja. Tidak mengajak
teman-teman untuk ikut kelompok kecuali saya diajak.
Sebenarnya saya kecewa tapi saya tetap senyum…” (baris
114-116, informan 2)
“…kalau kerja kelompok, aku lebih memilih untuk diam saja
dan fokus ke yang lain seperti fokus main HP. Aku
menunggu mereka mengajakku diskusi kalau tidak diajak
aku akan diam saja…” (baris 221-225, informan 3)
Berdasarkan data penelitian, diketahui bahwa ketiga informan
menghadapi dua jenis tantangan yaitu tantangan sosial yang berasal dari luar
diri informan dan tantangan psikologis yang berasal dari dalam diri.
Tantangan-tantangan tersebut memberikan pengaruh terhadap proses
belajar di kelas proses pembentukan relasi dengan orang-orang di
sekitarnya. Tantangan yang dialami oleh ketiga informan adalah
keterbatasan akses secara teknis seperti fisik gedung dan pendamping,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
perasaan terisolasi oleh lingkungan dan perasaan tidak yakin akan
kemampuan dirinya untuk berdinamika bersama mahasiswa lain karena
memiliki disabilitas fisik dan sensoris. Hal ini kemudian mempengaruhi
proses penyesuaian diri informan terutama dalam lingkungan sosialnya.
Akibatnya informan merasa kesulitan untuk menikmati proses belajar
mengajar dan mengalami penurunan semangat untuk mengejar target nilai.
b. Penyesuaian sosial
Dalam menyesuaikan diri di perguruan tinggi, informan
mengalami proses penyesuaian sosial sebagai upaya untuk
menyeimbangkan antara tuntutan yang berasal dari luar dan dari dalam
diri informan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk respon tindakan
baik itu aktif ataupun pasif. Proses ini dijalani untuk mengembangkan
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu perguruan tinggi,
terutama dengan adanya tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
mahasiswa disabilitas baik tantangan sosial maupun psikologis.
Penyesuaian sosial pada penelitian ini berfokus pada aspek- aspek
yang muncul sebagai bagian dari proses dan usaha mahasiswa disabilitas
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Aspek-aspek
tersebut antara lain recognition, participation, social approval, altruism,
dan conformity. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ketiga informan
memunculkan kelima aspek tersebut sebagai bagian dari proses
penyesuaian sosial yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Sub-tema pertama dari penyesuaian sosial adalah participation
yaitu menjalin relasi dengan orang-orang sekitar dengan membangun
interaksi dan berkomunikasi. Ketiganya menunjukkan upaya-upaya
untuk terlibat dalam kegiatan sosial seperti mengikuti unit kegiatan
mahasiswa, kegiatan malam keakraban mahasiswa, dan mendaftarkan
diri dalam kepanitiaan fakultas. Ketiga informan juga tidak enggan untuk
menyapa dan mengobrol dengan teman-teman terlepas dari keterbatasan
yang dimiliki.
“…aku sebenarnya pengin ikut koor. Apa toh itu namanya,
pokokmen temenku tuh jadi ketuanya tapi kok suaraku jelek
hahaha. Kayaknya ya yang paling bisa kuikutin ya yang koor
itu. Kan cuman nyanyi doang kan hehehe…” (baris 1371-
1375, informan 1)
“…Aku ikut mengajar di Kelas Bahasa Isyarat dari
PSIBK…” (baris 293-294, informan 2)
“…udah masuk organisasi kampus tapi kurang puas karena
masih belum ada Bahasa Isyarat…” (baris 386-388, informan
3)
Recognition adalah aspek kedua penyesuaian sosial, yaitu
perilaku menghargai dan menerima hak-hak yang dimiliki orang lain.
Ketiga informan menunjukkan sikap menghargai dengan tidak
memaksakan pendapatnya ketika sedang berdiskusi dengan teman
ataupun saat berargumen dengan dosen.
“…kalau sedang kerja kelompok aku ikut diskusi. Aku
termasuk banyak bantuin tapi aku juga ngedengerin pendapat
teman-teman yang lain juga…” (baris 180-183, informan 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
“…biasanya bisa diskusi dengan dosen saat di kelas. Saya
bisa bertanya sepuasnya tapi saya juga tetap menghormati
jawaban dosen…” (baris 140-142, informan 3)
Social approval adalah bagian penyesuaian sosial di mana
individu memiliki minat dan bersimpati pada kesejahteraan orang lain.
Salah satu perilaku yang diwujudkan adalah bersikap peka terhadap
orang-orang di sekitarnya. Ketiga informan menunjukkan kemampuan
untuk bersikap peka terhadap kondisi dan situasi yang dialami oleh
teman-temannya.
“…soalnya nek mau ke Kopma aku nitip temen, mereka pada
ke atas, aku nungguin atau ngapain gitu. Untung ada yang
nemenin juga. Kasian juga teman-temanku kalau harus
muterin Gedung Pusat supaya aku bisa ikut jajan…” (baris
1570- 1574, informan 1)
“…contoh ajak kerja kelompok di café, saya tanya dulu apa
ada teman yang keberatan atau tidak karena saya tahu uang
jajan harus hemat…” (barus 145-147, informan 2)
“…aku komunikasi kadang pakai Bahasa Isyarat tapi pelan-
pelan. Sebab teman-teman sulit paham, belum kuasai Bahasa
Isyarat…” (baris 130-132, informan 3)
Aspek berikutnya dari penyesuaian sosial adalah Altruism yaitu
sifat rendah hati dan tidak egois. Bentuk altruisme yang diwujudkan oleh
informan dengan perilaku memberikan bantuan pada teman yang
kesusahan.
“…Terus temenku dari SMP SMA kan deket, kita mesti main
bareng kan dulu, nah kalau dia ini di UKDW. Nah dia tuh
dateng ke rumahku, tanya- tanya “kamu udah diajarin apa?”.
Kan aku belajarnya Netbin Java, kalau mereka kan C++ apa.
Ada suatu saat mereka tuh dapat pelajaran yang Java, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
tanya sama aku, “Yan, ajarin Java”. Wah aku bisa semuanya
hehehe…” (baris 1484-1488, informan 1)
“…Namun teman-teman gak pernah belajar bahasa isyarat,
ku tetap mengajari atau ajak ngobrol lewat ketik-ketik di HP,
beberapa waktu lalu aku ngobrol sama Dewi itu sastra
inggris…” (baris 312-319, informan 2)
Conformity adalah salah satu aspek penyesuaian sosial, di mana
individu perilaku tersebut ditunjukkan dengan menghormati dan menaati
nilai-nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan. Bentuk konformitas
diwujudkan oleh informan dengan menghormati dan menaati peraturan
yang telah ditetapkan oleh fakultas, seperti datang ke kelas sesuai dengan
waktu yang telah disepakati, tidak membolos lebih dari jumlah yang telah
disepakati dan mengumpulkan tugas kuliah tepat waktu.
“…Aku kan dasarnya, apa ya, dari awal mesti ngumpul tugas
ngga pernah telat kok. Jadi kebawa terus jadinya…” (baris
1236-1238, informan 1)
“…aku berusaha datang tidak terlambat. Kontrakan aku di
Jakal, kalau kelas jam 10.00 aku berangkat jam 09.30 karena
jalan kira-kira 20 menit…” (baris 128-130, informan 3)
Berdasarkan data penelitian yang telah dijabarkan, diketahui
bahwa ketiga informan memunculkan aspek-aspek penyesuaian sosial
dalam upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dari data
yang sudah diolah, ditemukan bahwa aspek-aspek penyesuaian sosial
diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang positif maupun
negatif. Salah satu contohnya adalah aspek participation, ketiga informan
menunjukkan partisipasinya dengan melibatkan diri dengan kegiatan
yang ada di lingkungannya. Hal tersebut dapat dilihat sebagai upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
untuk mengembangkan kemampuan menjalin relasi yang lebih sehat
dengan orang-orang sekitarnya.
Secara keseluruhan, setiap aspek penyesuaian sosial yang
dimunculkan oleh ketiga informan merupakan sebuah upaya untuk
meningkatkan kemampuannya dalam menyeleraskan antara tuntutan
lingkungan dengan tuntutan dalam dirinya sehingga informan memiliki
relasi yang lebih sehat dan harmonis serta memiliki sikap sosial yang
dapat diterima oleh masyarakat sosial.
Tabel 5
Analisis data ketiga informan
Participation Recognition
Social
Approval Altruism Conformity
Informan
1
Informan
2
Informan
3
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, secara keseluruhan mahasiswa
disabilitas mengalami proses penyesuaian sosial dan menunjukkan berbagai
upaya untuk mengembangkan kemampuan tersebut. kemampuan tersebut
dibutuhkan oleh mahasiswa disabilitas untuk dapat diterima oleh masyarakat
sosial dengan cara menjalin relasi, membangun pertemanan yang sehat,
menunjukkan sikap-sikap sosial yang dapat diterima oleh masyarakat. Secara
keseluruhan, mahasiswa disabilitas menunjukkan usaha untuk mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kemampuan penyesuaian sosialnya dan berdampak positif pada relasinya
dengan orang-orang di lingkungan sosialnya.
Dalam proses penyesuaian sosial, mahasiswa disabilitas menghadapi
berbagai tantangan seperti tantangan sosial dan tantangan psikologis. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa disabilitas akan mengembangkan
kemampuan sosialnya dengan melakukan beberapa hal seperti participation,
recognition, social approval, altruism dan conformity. Upaya untuk
menyesuaikan diri secara sosial memberikan dampak positif maupun negatif
dalam usahanya mengembangkan relasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa informan
menghadapi berbagai permasalahan sosial dan psikologis sebagai bagian dari
proses penyesuaian sosialnya. Salah satu tantangan sosial yang dialami oleh
informan adalah masalah teknis berupa bangunan fisik yang mendukung
aksesibilitas mahasiswa disabilitas dengan kursi roda, kurangnya papan
petunjuk dan informasi. Hasil yang serupa juga ditemui dalam penelitian
mengenai kendala umum yan gdihadapi penyandang disbailitas dalam
mengakses ruang publik seperti kendala mengakses gedung dan kendala dalam
memperoleh informasi dan berkomunikasi (Tarsidi, 2012). Minimnya
ketersediaan tenaga pendamping profesional bagi mahasiswa Tuli juga menjadi
salah satu tantangan yang muncul. Hasil serupa juga ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan Stinton dan Walter (dalam Liu, 1999) bahwa
keberadaan Juru Bahasa Isyarat, notulen dan bantuan tutor selama berkuliah
sangat diperlukan oleh mahasiswa disabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Informan juga mengalami tantangan sosial yang berasal dari orang-
orang di sekitarnya. Penolakan-penolakan dan diskriminasi dari teman-
temannya berupa pengucilan saat sesi diskusi dengan kelompok kerja dan tidak
dihargai saat memberikan pendapat. Hal ini juga ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Groce dan Kett (2014), bahwa mahasiswa disabilitas masih
mendapatkan diskriminasi dan keberadaannya di dalam kelas masih dipandang
negatif.
Selain tantangan dari luar, informan juga menghadapi kesulitan dari
dalam dirinya. Informan menunjukkan tingkat self-esteem yang lebih rendah
karena menganggap dirinya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk
bergabung dalam kegiatan bersama teman-temannya. Temuan serupa juga
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Friedlander (2007) bahwa self-
esteem dan dukungan sosial berpengaruh besar terhadap proses penyesuaian diri
mahasiswa di tahun pertama perkuliahan.
Tantangan psikologis lainnya yang dirasakan oleh informan adalah
perasaan terisolasi dan terasingkan oleh lingkungannya karena tidak dilibatkan
secara penuh dalam kegiatan di kelas. Seluruh informan memilih untuk
menyendiri karena merasa tidak dihargai dan tidak dianggap setara dengan
orang-orang di sekitarnya. Hasil yang sama ditemukan oleh Lestari (2016) yang
menemukan bahwa mahasiswa disabilitas lebih memiliki kecenderungan untuk
menarik dirinya dari lingkungan.
Tantangan yang dialami oleh informan sebagai bagian dari proses
penyesuaian sosial dapat diatasi dengan mengembangkan kemampuan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menyesuaikan diri secara sosial. Schneiders (1960) menyebutkan bahwa
individu dapat diterima oleh masyarakat sosial dan menjalin relasi yang sehat
dengan lingkungan apabila memiliki kemampuan untuk menjalin relasi dengan
orang lain, menunjukkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
berlaku agar tercipta hubungan sosial yang harmonis dan sehat.
Penyesuaian sosial dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu participation,
recognition, social approval, altruism, dan conformity (Schneiders, 1960).
Kelima aspek tersebut menunjukkan perilaku-perilaku yang diperlukan oleh
individu untuk dapat mengembangkan kemampuan diri untuk mencapai
penerimaan sosial. Upaya yang dilakukan oleh informan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosial akan membantu informan dalam mengatasi
permasalahan sosial maupun psikologis yang dialaminya sebagai akibat dari
perubahan ke lingkungan yang baru.
Aspek pertama dari upaya individu untuk mengembangkan kemampuan
penyesuaian sosialnya adalah participation. Berpartisipasi dengan cara
melibatkan diri dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh fakultas akan
membantu individu untuk membangun relasi pertemanan yang lebih sehat dan
luas (Schneiders, 1960). Ketiga informan melakukan upaya untuk dapat
berpartisipasi dengan kegiatan sosial. Informan mengatakan bahwa dirinya
ingin mengikuti kelompok paduan suara, mengikuti kepanitiaan dan menjadi
bagian dari himpunan fakultas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shevlin,
Kenny dan McNeela (2004), menunjukkan bahwa mahasiswa disabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
memiliki keinginan yang sama dengan mahasiswa non-disabled untuk terlibat
dalam kegiatan kampus.
Aspek lain yang juga dimunculkan oleh ketiga informan adalah aspek
recognition di mana informan berusaha untuk menghormati dan menerima hak-
hak orang lain. Informan berusaha untuk tidak melanggar hak-hak orang lain
dengan tidak memaksakan diri untuk terlibat dalam kegiatan dengan mobilitas
yang tinggi. Informan juga berusaha menghindari konflik dengan teman-
temannya. Temuan serupa ditemukan dalam penelitian oleh Mader, Wagner dan
Sumi (2003) bahwa mahasiswa disabilitas akan menghindari konflik dengan
teman-temannya untuk mempertahankan relasi pertemanan.
Informan juga menunjukkan minat dan kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain sebagai bentuk dari upaya mendapatkan social
approval. Informan memiliki kepekaan terhadap kondisi teman-temannya. Hal
ini ditunjukkan oleh informan yang berusaha menyesuaikan diri dengan
kemampuan yang dimiliki oleh teman-temannya. Hasil serupa ditemukan dalam
Daulay dan Rahmawati (2016) yang menemukan bahwa perilaku sosial seperti
menunjukkan empati dan saling menghormati adalah bagian penting yang
mendukung proses penyesuaian sosial mahasiswa disabilitas.
Aspek berikutnya dari penyesuaian sosial adalah perilaku altruism yang
ditandai dengan sifat rendah hati, tidak egois dan bersedia untuk menawarkan
bantuan pada orang lain. Informan menunjukkan kesediaan untuk memabntu
temannya yang kesulitan memahami materi perkuliahan. Informan lainnya juga
bersedia untuk mengajari temannya yang ingin berbahasa isyarat. Meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
informan sendiri membutuhkan bantuan, ketiganya tidak pernah menutup diri
untuk membantu orang lain. Hasil penelitian yang serupa ditemukan dalam
Daulay dan Rahmawati (2016), kepuasan diri (personal satisfaction) sebagai
bagian dari pencapaian penyesuaian sosial dapat dicapai dengan memiliki hidup
yang bermanfaat dan bertujuan salah satunya dengan memberikan bantuan pada
orang lain yang membutuhkan.
Aspek terakhir yang diperlukan seseorang untuk menyesuaikan diri
secara sosial adalah conformity. Conformity dapat ditunjukkan dengan perilaku
menghormati dan menaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan
yang berlaku. Pada konteks perguruan tinggi, conformity dapat terjadi jika
mahasiswa disabiltias mampu menaati peraturan dan kebijakan yang berlaku di
fakultas. Ketiga informan tidak menunjukkan perilaku yang melanggar
peraturan fakultas. Sebaliknya, ketiga informan menunjukkan ketaatan terhadap
nilai-nilai sosial seperti mengumpulkan tugas tepat waktu, datang ke kelas
sesuai dengan waktu yang telah disepakati dan tidak melakukan tindakan yang
dapat mencemarkan nama baik fakultas. Temuan yang serupa juga ditemukan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2016), bahwa penyandang
disabilitas akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial
yang berlaku dengan emnunjukkan sikap-sikap sosial yang dapat diterima oleh
masyarakat.
Proses penyesuaian sosial sebagai bagian dari kehidupan mahasiswa
disabilitas dapat membantunya mempersiapkan diri untuk kehidupan
selanjutnya yaitu di dunia pekerjaan. Bertahan hidup dalam lingkungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
baru sangatlah tidak mudah, terlebih bagi mahasiswa disabilitas yang masih
kental dengan stigma negatif, diskriminasi dan bentuk-bentuk penolakan
lainnya dari masyarakat. Di sisi lain, mahasiswa disabilitas dituntut untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan tuntutan sosial yang ada agar dapat diterima oleh
lingkungan. Upaya untuk menyesuaikandiri scara sosial dapat dilihat dari
kegigihan untuk mngembangkan kemampuan sosialnya. Dengan
mengembangkan kemampuan tersebut, mahasiswa disabilitas akan mampu
mengembangkan relasi yang sehat, menjalin pertemanan, menunjukkan
perilaku sosial yang dapat diterima dan mampu menghormati serta menaati
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (Lestari, 2016). Mahasiswa disabilitas
yang mampu mengembangkan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian
sosial dapat membantunya menikmati masa-masa perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh informan menghadapi
berbagai tantangan baik itu masalah sosial maupun psikologis sebagai
mahasiswa disabilitas. Tantangan sosial yang dihadapi oleh informan antara
lain mendapatkan penolakan dari pihak teman-teman sesama mahasiswa dan
kurangnya bentuk dukungan dari fakultas, diskriminasi dan keterbatasan akses
fisik maupun akses terhadap tenaga bantuan seperti Juru Bahasa Isyarat bagi
mahasiswa Tuli dan jalur kursi roda bagi mahasiswa yang menggunakan kursi
roda. Kemudian tantangan psikologis yang dialami informan adalah kurangnya
rasa kepercayaan diri, memandang rendah kemampuan diri dan mucnul
perasaan terisolasi sebagai akibat dair penolakan oleh teman-temannya.
Seluruh informan mengalami proses penyesuaian sosial dan
menunjukkn berbagai upaya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara sosial
dengan lingkungan yang baru. Informan berupaya untuk memenuhi aspek-
aspek penyesuaian sosial yaitu participation, recognition, social approval,
altruism, dan conformity agar keberadaannya diakui dan diterima dalam
masyarakat.
Informan dalam penelitian menunjukkan upaya untuk memenuhi aspek
participation dengan melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang
diselenggarakan oleh fakultas. Kegiatan sosial tersebut antara lain kegiatan
kemahasiswaan, kegiatan bersama teman-teman kelas, kegiatan kepanitiaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kegiatan pengembangan kemampuan seperti pengajaran Bahasa Isyarat.
Dengan berpartisipasi dalam sebuah kegiatan, informan dapat menjalin relasi
yang lebih luas dengan berbagai kalangan yang ada di fakultas.
Seluruh informan berupaya untuk memenuhi aspek recognition dengan
menunjukkan perilaku yang menghargai dan menerima hak-hak orang lain.
Informan menyadari bahwa dengan menghargai orang lain, dirinya juga akan
diharagai oleh orang lain. Perilaku tersebut membantu informan memeiliki
relasi yang lebih akran dengan dosen maupun dengan teman-temannya karena
informan menunjukkan sikap sosial yang dapat diterima oleh orang-orang
sekitarnya.
Seluruh informan menunjukkan upaya untuk mendapatkan social
approval dengan menunjukkan sikap peka dan simpati terhadap teman-
temannya. Informan berusaha untuk memahami kondisi orang-orang di sekitar
dan berusaha sebisa mungkin untuk memahami kondisi orang-orang di sekitar
dan berusaha sebisa mungkin agar tidak merepotkan atau membuat orang lain
merasa kesusahan saat berinterkasi dengan informan.
Informan menunjukkan sifat rendah hati dan tidak egois sebagai bagian
dari pemenuhan aspek altruism. Informan berupaya untuk memberikan
bantuan kepada temannya karena informan memiliki pemahaman yang lebih
baik. Informan juga menunjukkan kesabarannya berusaha mengajari
temannya. Sifat sabar ini membantu informan untuk mengembangkan
kemampuannya dalam berinterkasi dan mengembangkan relasi yang lebih
sehat dengan teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Dua dari tiga informan menunjukkan usaha untuk memenuhi aspek
conformity dengan menunjukkan sikap hormat dan taat terhadap peraturan
yang berlaku dalam fakultas. Informan berusaha mengikuti perkuliahan dan
mengerjakan setiap tugas kuliah yang diterimanya seabgai bagian dari tugas
dan kewajiban mahasiswa meskipun terkendala dalam beberapa hal seperti
komunikasi dan mobilitas. Salah satu informan dapat dikatakan belum
memenuhi aspek ini karena menunjukkan perilaku yang kurang
menghormati orang lain dengan memilih tertidur di kelas ketika dosen
sedang mengajar di kelas. Meskipun begitu, seluruh informan menunjukkan
ketaatan terhadap kesepakatan dalam bentuk mengumpulkan tugas tepat
waktu dan tidak datang terlambat.
Penyesuaian sosial menjadi bagian yang penting dalam prsoes
penyesuaian diri informan sebagai mahasiswa disabilitas tahun pertama-
kedua karena melewati masa transisi yang membutuhkan penyesuaian yang
besar. Upaya-upaya yang dilakukan oleh informan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial membantunya menciptakan
dan menjalin relasi dengan orang lain, mengembangkan kemampuan dirinya
dengan terlibat dalam kegiatan sosial, belajar menghargai orang lain serta
belajar menghormati dan menaati peraturan yang berlaku dalam sebuah
institusi untuk membantunya belajar menghormati norma sosial yang
berlaku dalam budaya di tempatnya tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian terletak pada metode penelitian yang
digunakan yaitu menggunakan metode deduktif atau analisis isi terarah.
Pendekatan deduktif kurang mampu menganalisa temuan-temuan baru yang
ditemukan dalam proses pengambilan data karena peneliti terbatas pada
kerangka penelitian yang menyesuaikan dengan teori yang digunakan dalam
proses pengolahan dan analisis data. Keterbatasan lainnya adalah kurangnya
data pendukung yang mampu menjelaskan keputusan penelitian atas
heterogenitas konteks penelitian.
C. Saran
1. Bagi penyandang disabilitas yang berstatus sebagai calon mahasiswa
atau mahasiswa di sebuah perguruan tinggi
Penyandang disabilitas yang memiliki keinginan untuk meneruskan
pendidikan ke perguruan tinggi atau yang sudah menjadi mahasiswa dapat
melakukan penyesuaian sosial sesuai dengan kemampuan diri masing-
masing. Pengembangan kemampuan tersebut dapat dilakukan dengan
mendorong diri untuk lebih banyak terlibat dalam kegiatan sosial yang
diwadahi oleh fakultas dan menyesuaikan diri dengan sikap sosial yang ada
di lingkungan sekitarnya. Harapannya ke depan mahasiswa disabilitas dapat
bertahan dan mampu mengatasi permasalahan-permasalah yang ditemui.
Mahasiswa disabilitas juga diharapkan memiliki keinginan yang kuat dan
gigih dalam menyelesaikan studinya sebagai ajang pembuktian bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
memiliki keterbatasan tidak membatasi kemampuan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Bagi institusi pendidikan atau universitas
Institusi pendidikan atau universitas yang sudah menyatakan diri
sebagai lembaga pendidikan yang inklusif diharapkan dapat
mempersiapkan dan membenahi segala saran dan prasarana seperti tata letak
ruangan yang mudah dijangkau, tersedianya papan informasi yang jelas dan
mudah ditemukan, serta sumber daya manusianya seperti Juru Bahasa
Isyarat atau bantuan tutor yang dapat menunjang aktivitias mahasiswa
disabilitas. Terutama dengan banyaknya kesulitan dari lingkungan
sosialnya, institusi pendidikan diharapkan dapat mampu meminimalisir
kesulitan tersebut dengan memastikan bahwa fakultas akan menyikapi
dengan serius setiap hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh penyandang
disabilitas di lingkungan pendidikan tinggi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
topik serupa yakni penyesuaian sosial pada mahasiswa disabilitas dengan
menggunakan metode induktif agar dapat mengeksplorasi pengalaman
individu lebih dalam dan dapat mengolah dan menganalisis temuan-temuan
baru yang ditemukan dalam proses pengambilan data, sehingga data yang
diperoleh menjadi lebih kaya. Peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan
jenis disabilitas lainnya dengan menyertakan penelitian atau jurnal ilmiah
yang mendukung pertanggungjawaban keputusan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Adams, K. S., & Proctor, B. E. (2010). Adaptation to college for students with and
without disabilities: Group differences and predictors. Journal of
Postsecondary Education and Disability, 22(3), 166-184.
Cole, F. L. (1988). Content analysis: Process and application. Clinical Nurse
Specialist, 2(1), 53-57.
Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed
methods approaches. California: SAGE Publications, Inc.
Daulay, D. A. & Rahmawati, A. (2017). Social adjustment of adolescents with
hearing impairment. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research (ASSEHR), 81, 296-303.
Desmita. (2008). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Yogyakarta. (2016). Diakses dari
https://kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&periode=5
&jenisdata=penduduk&berdasarkan=disabilitas&prop=34&kab=&kec
Dunn, D. S. (2015). The social psychology of disability. USA: Oxford University
Press.
Elo, S., & Kyngas, H. (2007). The qualitative content analysis process. Journal of
Advanced Nursing, 62(1), 107-115.
Firmanda, T. H. (2014). Penyesuaian diri penyandang low vision dalam melewati
pendidikan di perguruan tinggi. Jurnal Psikologi Tabularasa, 9(1), 1-14.
Firmiana, E. M., Wahyudi, M. R., & Lestari, K. E. (2016). Subjective well being
mahasiswa dewasa awal penyandang disabilitas dalam menghadapi tantangan
masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Prosiding Seminar Nasional Psikologi
UGM, Daerah Istimewa Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Diakses dari
http://digilib.umg.ac.id/files/disk1/23/jipptumg--masnierika-2213-1-11.revi-
i.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Friedlander, L. J., Graham, R. J., Shupak, N., & Cribbie, R. (2007). Social-support,
self-esteem, and stress as predictors of adjustment to university among first
year undergraduates. Journal of College Student Development, 48(3), 259-
274.
Gerungan, W. A. (2004). Psikologi sosial. Bandung: Refika Aditama
Groce, N. E., & Kett, M. (2014). Youth with disability. Working paper series: No
23. Leonard Cheshire Disability and Inclusive Development Centre,
University College London.
Hartman-Hall, H. M., & Haaga, D. A. F. (2002). College students’ willingness to
seek help for their learning disabilities. Learning Disability Quarterly, 25(4),
263- 274.
Holloway, S. (2001). The experience of higher education from the perspective of
disabled students. Disability & Society, 16(4), 597-615.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Pendidikan
Khusus, Pendidikan Layanan Khusus, Pembelajaran Layanan Khusus Pada
Perguruan Tinggi. Diakses dari
http://www.unm.ac.id/files/surat/permen_tahun2014_nomor046.pdf
International Labour Organization. (2016). Inklusi Penyandang Disabilitas di
Indonesia. Diakses dari
http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_495719/lang--
en/index.htm
Krisnan. (2017, Agustus 22). 10 Penyandang Disabilitas di Indonesia yang
Berprestasi. Meenta.net. Diakses dari https://meenta.net/10-penyandang-
disabilitas-di-indonesia-yang-berprestasi/
Kusdiyati, S., & Fahmi., I. (2015). Observasi psikologi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Lestari, D. S. (2016). Penyesuaian sosial pada mahasiswa tuli. INKLUSI: Journal
of Disability Studies, 3(1), 103-134.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Liu, C. (1999). Academic and social adjustment among deaf and hard of hearing
college students in Taiwan. Disertasi Doktor yang tidak diterbitkan,
University of Kansas, Kansas.
Mahalli. (2017, Oktober 26). PSLD dan PSP2M UB gali permasalahan penyandang
disabilitas. PSLD Universitas Brawijaya. Diakses dari
http://psld.ub.ac.id/in/psld- dan-psp2m-ub-gali-permasalahan-penyandang-
disabilitas/
Marder, C., Wagner, M., & Sumi, C. (2003). Social adjustment of youth with
disability. Menlo Park: National Longitudinal Transition Study 2.
McKenzie, K., & Schweitzer, R. D. (2001). Who succeds at university? factors
predicting academy performance in first year Australian university students.
Higher Education Research & Development, 20, 21-33.
Murray, C., Lombardi, A., Bender, F. W., & Gerdes, H. (2012). Social support:
Main and moderating effects on the relation between financial stress and
adjustment among college students with disabilites. Social Psychology of
Education, 16, 277-295.
Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan
berkembang, jilid I. Jakarta: Penerbit erlangga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia no. 46 tahun 2014.
Diakses dari
https://www.unm.ac.id/files/surat/permen_tahun2014_nomor046.pdf
Primastika, W. (2018, Oktober 11). Penyandang disabilitas masih kesulitan
mengakses perguruan tinggi. Tirto.id. Diakses dari
https://tirto.id/penyandang-disabilitas-masih-sulit-mengakses-perguruan-
tinggi-c6am
Ramsdell, P. E. (2014). The college experience of students with disabilities: Do
transition planning and climate perception relate to academic success? Open
Access Dissertation, University of Rhode Island. Diakses dari
http://digitalcommons.uri.edu/oa_diss/276
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Rifak. (2012, September 1). Isu pendidikan penyandang disabilitas. Kartunet.
Diakses dari https://www.kartunet.com/isu-pendidikan-penyandang-
disabilitas- 1063/
Schneiders, A. W. (1960). Personal adjustment and mental health. New York: Holt,
Rinehart, Winston.
Shevlin, M., Kenny, M., & McNeela, E. (2004). Participation in higher education
for students with disabilities: An Irish perspective. Disability and Society,
19(1), 15-30.
Siswoyo, D., dkk. (2007). Ilmu pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Skalski, P. D., Neuendorf, K. A., & Cajigas, J. A. (2017). Content analysis in the
interactive media age. In K. A. Neuendorf, The Content Analysis Guidebook
Second Edition (pp. 201-403). California: SAGE Publications, Inc.
Soeparman, S. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa
penyandang disabilitas. Indonesian Journal of Disability Studies, 1(1), 12-19.
Soleh, A. (2016). Aksesibilitas penyandang disabilitas terhadap perguruan tinggi.
Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Suwono. (1978). Definisi mahasiswa. Diakses dari
http://definisipengertian.com/2015/pengertian-mahasiswa
Tarsidi, D. (2012). Disabilitas dan pendidikan inklusif pada jenjang pendidikan
tinggi. JASSI_Anakku, 10, 201-205.
Tinklin, T., & Hall, J. (1999). Getting round obstacles: Disabled student's
experiences in higher education in Scotland. Studies in Higher Education,
24(2), 183-194.
Troiano, P. F. (2003). College students and learning disability: Elements of self-
style. Journal of College Student Development, 44(3), 404-419.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Trijoko, H. (2018, Maret 31). Fahmi husein, penyandang disabilitas asal sleman
yang berprestasi. INews. Diakses dari www.inews.id/yogya/amp/fahmi-
husein-penyandang-disabilitas-asal-sleman-yang-berprestasi
Tso, M. & Strnadova, I. (2017). Students with autism transitioning from primary to
secondary schools: parent’s perspective ad experiences. International
Journal of Inclusive Education, 21(4), 389-403.
Ulfah, S. H. (2010). Efikasi diri mahasiswa yang bekerja pada saat penyusunan
skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiah Surakarta.
United Nations. (2006, December 6). Convention on the Rights of Persons with
Disabilities Optional Protocol. United Nations Website. Diakses dari
http://www.un.org/esa/socdev/enable/rights/convtexte.htm
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. (2017). Pusat Layanan Difabel. Diakses
dari http://pld.uin-suka.ac.id
World Health Organization. (2011). World Report On Disability. Diakses dari
https://www.who.int/disabilities/world_report/2011/report/en/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kredibilitas
1. Member checking
a. Informan 1 (I1)
Tabel 6
Hasil member checking informan 1
No. Sebelum Sesudah
1 I1 memiliki cita-cita sebagai
hacker karena sesuai dengan
kebutuhan saat ini.
I1 mengubah cita-citanya
menjadi programmer data
karena kesulitan memahami
materi perkuliahan
2 I1 merasa down karena
mendapat nilai rendah
I1 merasa tidak bersemangat
untuk datang ke kelas setelah
mendapatkan nilai yang lebih
rendah dibanding teman-
temannya
3 I1 merasa marah dengan lift
yang tidak berfungsi
I1 merasa kecewa dan
berusaha menerima jika lift
yang ditumpangi sedang tidak
berfungsi
b. Informan 2 (I2)
Tabel 7
Hasil member checking informan 2
No. Sebelum Sesudah
1 I2 merasa tidak nyaman
dengan perlakuan teman-
teman yang sering mengajak
tos.
I2 merasa marah dan kesal.
Rasanya ingin memukul dan
menegur namun memilih
untuk mengabaikan saja.
2 I2 tidak peduli jika tidak ada
yang ingin bekerja
bersamanya.
I2 menyayangkan sikap
teman-temannya dan lebih
memilih untuk berdiam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2. Bias
Sebuah strategi diperlukan untuk menguji kredibilitas sebuah
penelitian, salah satu strateginya dengan melakukan bias. Strategi bias dapat
dilakukan untuk mengetahui latar belakang peneliti yang dapat
mempengaruhi proses interpretasi data dan hasil penelitian, dalam kasus ini
adalah penelitian mengenai penyesuaian sosial dan mahasiswa disabilitas.
Awalnya, peneliti memahami penyesuaian diri dan penyesuaian sosial adalah
hal yang sama. Namun setelah peneliti membaca beberapa literatur terkait dan
bertanya pada orang-orang yang ahli di bidang tersebut, peneliti pun memiliki
pemahaman baru. Bahwa penyesuaian sosial merupakan bagian dari
penyesuaian diri individu namun terhadap tuntutan dari lingkungan sosialnya.
Peneliti melakukan refleksi dengan memposisikan diri kembali
sebagai mahasiswa di awal tahun perkuliahan yang harus berjuang untuk
menyesuaikan diri di tempat yang baru dengan sendirian. Melakukan
konformitas, menghormati budaya dan norma sosial yang berlaku dan
melibatkan diri dalam kegiatan yang ada merupakan sebagian dari usaha
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Sebelumnya, peneliti sudah terjun terlebih dahulu dalam dunia teman-
teman disabilitas. Peneliti mendapat kesempatan untuk mengenal tentang
dunia disabilitas dan berinteraksi langsung dengan teman-teman difabel.
Dalam waktu yang singkat, peneliti mendapat begitu banyak pengetahuan
baru, sehingga seringkali peneliti merasa dikejar-kejar untuk memahami
tentang dunia disabilitas. Informasi dan kebijakan yang berkaitan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
disabilitas mengalami banyak sekali perkembangan, sehingga seringkali
peneliti merasa kebingungan untuk mencari informasi yang paling akurat dan
terbaru.
Salah satu isu tentang disabilitas yang paling mencuri perhatian
adalah tentang kesetaraan hak dalam memperoleh pendidikan yang layak.
Awalnya peneliti mengira bahwa dengan adanya sekolah luar biasa yang
memang diperuntukkan untuk teman-teman disabilitas sudah cukup layak
untuk mempersiapkan mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
inklusif. Namun, pemahaman tersebut berubah semenjak peneliti mulai
berteman dengan teman-teman disabilitas dan bekerja di sebuah lembaga
yang memfokuskan diri pada kesejahteraan mahasiswa disabilitas. Peneliti
menjadi paham bahwa mahasiswa disabilitas menemui berbagai kesulitan
semenjak awal perkuliahan, di sinilah mahasiswa disabilitas dituntut untuk
dapat menyesuaikan dirinya dengan baik.
Awalnya, peneliti memahami penyandang disabilitas sebagai individu
yang dengan kemampuan yang sangat minim dan sangat terbatas. Selain itu
ruang gerak penyandang disabilitas rasanya sangat kurang dan potensi untuk
mengembang kemampuan dirinya menjadi berkurang. Namun setelah peneliti
berdinamika secara langsung dengan teman-teman disabilitas, peneliti
melihat bahwa teman-teman disabilitas tidak berbeda dengan teman-teman
lainnya. Mereka memiliki kemampuannya masing- masing dan memiliki
dorongan yang besar untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Terlepas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dari berbagai kesulitan dan tantangan yang selalu mereka temui dalam
keadaan apapun.
Peneliti pun bertekad untuk mencari informasi lebih lanjut dan lebih
akurat terkait dengan topik penelitian ini yaitu penyesuaian sosial dan
mahasiswa disabilitas. Berbagai bacaan dan informasi yang diperoleh oleh
peneliti diharapkan dapat semakin meminimalisir adanya bias dari peneliti
dalam proses pengolahan dan analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANTA DHARMA Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Berkaitan dengan tugas akhir tentang penyesuaian diri ke perguruan tinggi pada mahasiswa penyandang disabilitas di Yogyakarta, saya: Nama : Status : Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta NIM : yang akan berperan sebagai peneliti dalam proses pengambilan data sehubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini akan melibatkan informan penelitian dengan kriteria seorang penyandang disabilitas yang berstatus sebagai mahasiswa tahun pertama-kedua di Yogyakarta. Dengan demikian, saya memohon kesediaan anda: Nama : Sebagai : Informan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dinamika proses penyesuaian diri ke perguruan tinggi pada mahasiswa penyandang disabilitas. Proses pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara yang melibatkan pertanyaan-pertanyaan mengenai kasus yang saya teliti serta adanya penggunaan alat perekam sebagai sarana untuk membantu keseluruhan proses. Selain itu, proses wawancara akan dilakukan beberapa kali pada waktu yang berbeda guna memperoleh informasi secara lengkap. Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan waktu dari informan untuk pengambilan data. Selama wawancara, informan mungkin akan mengingat peristiwa yang tidak menyenangkan terkait pengalaman informan dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa penyandang disabilitas. Apabila hal tersebut terjadi, peneliti berkewajiban memberikan waktu jeda dan berusaha memberikan ketenangan bagi informan. Dalam setiap proses wawancara, informan bebas mengajukan keberatan apabila merasa ada hal yang tidak sesuai dengan harapan. Informan juga berhak menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Sehingga apabila informan bersedia mengikuti penelitian ini, informan juga bebas mengundurkan diri sewaktu-waktu. Informasi yang disampaikan dalam keseluruhan proses ini akan diolah untuk kepentingan penelitian dan bersifat rahasia. Keterangan mengenai identitas serta informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
informan berikan akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti sehingga informan diharapkan dapat memberikan informasi dengan apa adanya dan terbuka.
(nama peneliti)
Penelliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI