PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di...

18
PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK SMK PGRI 1 SALATIGA DI SEKOLAH YANG TIDAK ADA JADWAL MASUK KELAS ARTIKEL TUGAS AKHIR Oleh : Chyntia Ayung Sidhawati 132013026 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di...

Page 1: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL

OLEH GURU BK SMK PGRI 1 SALATIGA DI SEKOLAH

YANG TIDAK ADA JADWAL MASUK KELAS

ARTIKEL TUGAS AKHIR

Oleh :

Chyntia Ayung Sidhawati

132013026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah
Page 3: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah
Page 4: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah
Page 5: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah
Page 6: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL

OLEH GURU BK SMK PGRI 1 SALATIGA DI SEKOLAH YANG TIDAK

ADA JADWAL MASUK KELAS

Oleh:

Chyntia Ayung Sidhawati

(Program Studi Bimbingan dan Konseling-KFIP-UKSW)

Pembimbing:

Drs. Sumardjono Pm., M.Pd.

Yustinus Windrawanto, S.Pd., M.Pd.

(Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelebihan dan kelemahan

penyelenggaraan layanan BK secara klasikal oleh Guru BK SMK PGRI 1 Salatiga

di sekolah yang tidak ada jadwal masuk kelas. Subjek penelitian ini sebanyak 4

orang diantaranya 1 Guru BK, 2 Siswa Pengurus OSIS dan 1 Kepala Sekolah.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber dengan melakukan kegiatan

wawancara terhadap informan yang dibantu dengan pedoman wawancara. Hasil

penelitian yang mengacu pada Petunjuk Teknis Layanan BK, Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 111 Tahun 2014 Pasal 6 ayat (3), dan Panduan

Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah

Kejuruan, Tahun 2016 sehingga diperoleh beberapa kelebihan dan kelemahan

penyelenggaraan layanan BK di sekolah ini dalam melaksanakan Layanan BK

diantaranya meskipun tidak ada jam khusus BK, layanan BK tetap berjalan

dengan baik.

Kata kunci: Layanan Klasikal, Tidak Terjadwal, SMK

Page 7: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

PENDAHULUAN

Seperti yang dijelaskan

(Boharudin ,2011) bahwa sejarah

lahirnya Bimbingan dan Konseling di

Indonesia diawali dari

dimasukkannya Bimbingan dan

Konseling (dulunya Bimbingan dan

Penyuluhan) pada setting sekolah.

Pemikiran ini diawali sejak tahun

1960. Hal ini merupakan salah satu

hasil Konferensi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP,

yang kemudian menjadi IKIP) di

Malang tanggal 20 – 24 Agustus

1960. Perkembangan berikutnya

tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP

Malang mendirikan jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan.

Lahirnya Kurikulum 1975

untuk Sekolah Menengah Atas

didalamnya memuat Pedoman

Bimbingan dan Penyuluhan

(Tulus,2016). Didalam kurikulum

1975, fungsi utama bimbingan adalah

membantu murid dalam masalah

pribadi dan social yang berhubungan

dengan pendidikan dan pengajaran

atau penempatan menjadi perantara

dari dalam hubungannya dengan para

guru maupun tenaga administrasi.

Buku III C sebagai pedoman

Pelaksanaan Bimbingan dan

penyuluhan (BP), terlalu menekankan

program bimbingan untuk menangani

siswa yang bermasalah, fungsi kuratif

lebih menonjol, sehingga

menyebabkan program BP menjadi

tidak menarik, bahkan dihindari oleh

siswa sekolah maupun personil

sekolah (contoh : petugas BP/ sebutan

Guru BP pada kurikulum 75,

membimbing dan menyuluh kepala

sekolah dan guru-guru mata

pelajaran, hal ini sangat sensitif dan

belum dapat diterapkan diperbagai

sekolah, sehingga layanan bimbingan

klasikal tidak terselenggara dalam

kurikulum ini.

Penyempurnaan kurikulum

1975 ke kurikulum 1984 dengan

memasukkan bimbingan karir di

dalamnya. Selanjutnya Sisdiknas

membuat mantap posisi bimbingan

dan konseling yang kian diperkuat

dengan PP No. 20 Bab X Pasal

25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pasal

27/1990 yang menyatakan bahwa

“Bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada siswa dalam rangka

upaya menemukan pribadi, mengenal

lingkungan dan merencanakan masa

depan. Pada kurikulum 1984 orientasi

Page 8: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

layanan akan lebih fokus kepada

layanan bimbingan karir. Bimbingan

karir tidak hanya sekedar memberikan

respon kepada masalah-masalah yang

muncul, akantetapi juga membantu

memperoleh pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diperlukan dalam

pekerjaan. Pada tahun 1984 bersama

dangan diberlakukanya Kurikulum

1984, bimbingan karir cukup terasa

mendominasi dalam layanan

bimbingan dan penyuluhan pada

tahun 1994. Bersama dengan

perubahan nama bimbingan

penyuluhan menjadi bimbingan dan

konseling pada kurikulum 1994,

bimbingan karir ditempatkan sebagai

salah satu bidang bimbingan.

Kurikulum 2013 merupakan tonggak

sejarah bagi bimbingan dan konseling

karena keberadaannya diatur secara

khusus dalam peraturan menteri yakni

Permendikbud Nomor 111 Tahun

2014. Sebelum peraturan menteri ini

diterbitkan sebenarnya kedudukan

Bimbingan dan Konseling juga sudah

jelas namun hanya dimasukkan ke

dalam lampiran peraturan menteri

sebelumnya.

Salah satu faktor penyebab

Guru Bimbingan dan Konseling di

SMA/SMK di Salatiga tidak

melakukan evaluasi program, tidak

menjalankan program karena salah

satu faktor yaitu tidak masuk kelas

karena terbatasnya waktu (Loekmono,

2014). Padahal dalam Layanan Dasar

Bimbingan dan Konseling (

Kurikulum Bimbingan ) perlu tatap

muka terjadwal dengan peserta didik

yang diprogramkan melalui Layanan

Bimbingan Klasikal/Bimbingan

Kelas. Seperti yang sudah tertera pada

Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 111 Tahun 2014

Pasal 6 ayat (3) yang diselenggarakan

di dalam kelas dengan beban belajar 2

(dua) jam perminggu. Ayat (5)

Layanan BK sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) yang diselenggarakan di

luar kelas dengan beban belajar 2

(dua) jam perminggu.

Program yang dirancang

menuntut konselor untuk melakukan

kontak langsung dengan peserta didik

di kelas. Secara terjadwal, konselor

memberikan pelayanan bimbingan

kepada para peserta didik. Kegiatan

bimbingan kelas ini berupa diskusi

kelas atau brain storming (curah

pendapat). Gysbers & Henderson

(2006) menjelaskan program

Page 9: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

Bimbingan dan Konseling (BK) di

sekolah sebagai program

komprehensif. Terdapat empat

komponen dalam program BK

Komprehensif, yaitu Layanan Dasar,

Perencanaan Individual, Layanan

Responsif, dan Dukungan Sistem.

Berdasarkan uraian di atas

tentang perubahan kurikulum dari

masa ke masa dan hasil penelitian

yang sudah dilakukan bahwa salah

satu faktor penyebab Guru BK tidak

menjalankan program dengan baik itu

dikarenakan keterbatasan waktu,

yakni tidak ada jam khusus untuk

mengajar BK (Loekmono, 2014),

penulis ingin melakukan penelitian di

SMK PGRI 1 Salatiga karena tidak

memiliki jam khusus BK.

Berdasarkan hasil pra penelitian, rata-

rata Layanan BK diberikan pada saat

jam kosong pada mata pelajaran

tertentu. Berarti layanan ini tidak

terprogram dan tidak sistematik.

Akibatnya kebutuhan dan masalah

siswa tidak tuntas tertangani oleh

Guru BK.Hal ini mengakibatkan

kurang efektif Layanan BK di sekolah

tersebut sehingga memunculkan

kelebihan dan kelemahan dalam

penyelenggaraan Bimbingan Klasikal

di Sekolah ini.

LANDASAN TEORI

Peraturan Menteri Dinas dan

Kebudayaan No. 111 Tahun 2014

Pasal 6 ayat (3) Komponen layanan

BK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan bidang layanan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dituangkan

kedalam program tahunan dan

semester dengan mempertimbangkan

komposisi dan proporsi serta alokasi

waktu layanan baik di dalam maupun

dilar kelas. Ayat (4) Layanan BK

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang diselenggarakan di dalam kelas

dengan beban belajar 2 (dua) jam

perminggu. Ayat (5) Layanan BK

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang diselenggarakan diluar kelas

dengan beban belajar 2 (dua) jam

perminggu.

Bimbingan dan konseling di

SMK diupayakan untuk

mengidentifikasi kebutuhan bidang

pribadi, sosial, belajar, dan karir yang

merupakan aktivitas esensial dalam

menghadapi rintangan dalam

mencapai prestasi sesuai potensi

masing-masing peserta didik/konseli.

Page 10: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

Oleh karena itu, pemenuhan

kebutuhan pribadi, sosial, belajar, dan

karir merupakan kunci keberhasilan

bagi keberhasilan hidup peserta

didik/konseli selanjutnya (Panduan

Operasional Penyelenggaraan

Bimbingan dan Konseling Sekolah

Menengah Kejuruan, Tahun 2016).

Kebutuhan kehidupan saat ini

menghendaki adanya peranan layanan

bimbingan dan konseling yang

komprehensif pada satuan pendidikan

SMK, mengingat kompleksitas dan

keragaman program pendidikannya.

Sesuai dengan tingkat perkembangan

peserta didik/konseli SMK,

kebutuhan akan layanan bimbingan

dan konseling semakin mendesak.

Ekspektasi kinerja guru bimbingan

dan konseling atau konselor di SMK

berbeda dengan guru bimbingan dan

konseling atau konselor di satuan

pendidikan sekolah menengah

lainnya.

Pembahasan Layanan BK

telah banyak dibahas diantaranya

skripsi tentang pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling di Madrasah

Aliyah Negeri 2 Banjarnegara

(Permana, 2015) dan kinerja konselor

pada sekolah yang tidak memiliki

alokasi jam masuk kelas (Prastiti,

2016). Oleh karena itu betapa

pentingnya Layanan BK di sekolah

sehingga dalam penelitian ini akan

membahas tentangpenyelenggaraan

bimbingan klasikal di sekolah yang

tidak ada jadwal masuk kelas.

METODE

Jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif,

yaitu penelitian yang menghasilkan

data deskriptif yang berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang dan

perilaku yang dapat diamati

(Moleong. 1991). Metode penelitian

ini dipilih oleh peneliti untuk

mengetahui penyelenggaraan

bimbingan klasikal di sekolah yang

tidak ada jadwal BK. Dalam subjek

penelitian ini, subjek I adalah Guru

BK SMK PGRI 1 Salatiga, subjek II

adalah satu orang siswa pengurus

OSIS SMK PGRI 1 Salatiga, subjek

III adalah satu orang siswi pengurus

OSIS SMK PGRI 1 Salatiga, dan

subjek IV adalah Kepala Sekolah

SMK PGRI 1 Salatiga. Instrument

dalam penelitian kualitatif adalah

orang atau human instrument, yaitu

peneliti sendiri (Sugiyono, 2009)

Page 11: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

sehingga untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih luas, teknik

pengumpulan data yang diambil

dalam penelitian ini adalah dengan

triangulasi sumber dengan melakukan

kegiatan wawancara terhadap

informan yang dibantu dengan

pedoman wawancara. Berikut adalah

kisi-kisi pedoman wawancara tentang

Penyelenggaraan Bimbingan Klasikal

di Sekolah yang Tidak Ada Jadwal

Masuk Kelas dengan mengacu

Permendiknas No. 111 Tahun 2014

Pasal 6 Ayat 3 seperti yang sudah

dijelaskan pada bagian pendahuluan.

Kisi-kisi tersebut yaitu:

1. Apa yang dilakukan Guru BK

ketika mengetahui tidak ada

jam BK di Sekolah?

2. Seperti apa kebijakan dari

Sekolah itu sendiri mengenai

jam BK?

3. Seberapa penting Layanan BK

di Sekolah?

4. Apa rencana kedepan yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah?

5. Apakah ada Program Layanan

BK di Sekolah?

Untuk analisis data yang telah

diperoleh dari model Miles and

Huberman (dalam Sugiyono, 2012),

maka data tersebut diolah dengan

langkah-langkah :

a. Data diseleksi dan

dikelompokkan sesuai dengan

kebutuhan untuk menjawab

masalah penelitian.

b. Data diolah sesuai dengan

masalah penelitian.

c. Analisis data dengan

menggunakan kata-kata yang

sederhana sebagai jawaban

terhadap masalah.

HASIL PENELITIAN

Berikut adalah intepretasi dari

hasil penelitian yang telah dilakukan

berdasarkan Petunjuk Teknis Layanan

BK, Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No. 111 Tahun 2014

Pasal 6 ayat (3), dan Panduan

Operasional Penyelenggaraan

Bimbingan dan Konseling Sekolah

Menengah Kejuruan, Tahun 2016

sehingga diperoleh beberapa aspek

yaitu :

1. Faktor yang Mempengaruhi Guru

BK Tidak Masuk Kelas

Jawaban yang diberikan oleh

subjek G dan K selaras sehingga

dapat dikatakan bahwa faktor

utama yang mempengaruhi Guru

Page 12: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

BK tidak masuk kelas karena

adanya muatan kurikulum yang

mana sudah overload jam

mengajar (semua mata pelajaran)

per minggu maka Guru BK tidak

dapat masuk kelas untuk

memberikan layanan, tetapi selalu

memantau dan setiap hari hadir di

Sekolah.

2. Upaya Guru BK

Terdapat beberapa pernyataan

subjek yang menunjukkan bahwa

upaya Guru BK untuk tetap

memberikan layanan terdapat

pada kode jawaban G9, G10, Si5, Si7,

Si8, Si9, dan K14 dengan hasil

upaya Guru BK adalah sebagai

berikut :

a. Memberikan layanan klasikal

pada saat jam kosong.

b. Meminta jam mata pelajaran

lain yang standar kompetensi

nya sudah mencukupi target.

c. Mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler.

d. Memanfaatkan waktu yang

diberikan dengan maksimal

untuk memberikan assesment

dengan cara menyuruh siswa

untuk menulis tentang

kehidupan siswa dalam satu

buku.

e. Melalui kegiatan Piket Guru

(setiap pagi), Guru BK

memperhatkan siswa.

f. Memanfaatkan waktu luang

(jam istirahat) dengan

memperhatikan siswa yang

bermasalah, jika sesuai dengan

indikator siswa yang

bermasalah, Guru BK akan

segera memanggil ke Ruang

BK.

g. Kolaborasi / kerja sama

dengan Guru lain misal

dengan bagian kesiswaan,

Guru Mata Pelajaran dan

warga sekolah lainnya.

h. Komunikasi dengan wali kelas

untuk melihat hasil belajar /

nilai siswa, untuk mengetahui

tindakan apa saja yang siswa

lakukan di dalam kelas.

3. Program Layanan BK

Dari hasil wawancara terhadap

subjek, subjek membuat program

sesuai dengan kebutuhan sekolah

tersebut. Hal itu jelas tertera pada

pernyataan subjek dengan kode

jawaban G13. Meskipun tidak ada

jam khusus masuk kelas, Guru

Page 13: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

BK tetap membuat program dan

program tersebut dapat terlaksana

dengan baik.

4. Pelaksanaan Program BK

Dalam menjalankan /

melaksanakan program yang telah

dibuat oleh subjek G sudah baik.

Seperti yang dikatakan oleh

subjek G dan K dalam pernyataan

yang terdapat pada kode jawaban

G21, K18, dan K19 yang mana

menyatakan sudah berjalan

dengan baik.

5. Kendala Pelaksanaan Layanan BK

Kendala yang dirasakan

subjek ketika melaksanakan

Layanan BK adalah kendala

dalam hal waktu, transportasi dan

fisik yang ditunjukkan dalam

kode jawaban G27. Hal tersebut

dikarenakan jumlah Guru BK di

Sekolah tersebut hanya satu. Guru

BK tidak sebanding dengan

jumlah siswa di sekolah ini yang

semestinya satu Guru BK

membimbing 150 peserta didik

(Peraturan Menteri Dinas dan

Kebudayaan No. 111 Tahun 2014)

6. Pentingnya Layanan BK

Dapat diambil kesimpulan

bahwa jam masuk BK itu penting

karena hampir semua jawaban

menunjukkan betapa pentingnya

jam masuk BK, hal itu tertera

pada kode jawaban G22, G24, Si11

dan, Sa6.

7. Hasil Layanan BK

Hasil dari pelaksanaan

layanan BK di Sekolah ini sudah

baik. Hal ini dinyatakan dalam

pernyataan subjek dengan kode

jawaban G26, Sa10, dan Si14.

8. Tugas Guru BK

Bimbingan dan konseling di

SMK diupayakan untuk

mengidentifikasi kebutuhan

bidang pribadi, sosial, belajar, dan

karir yang merupakan aktivitas

esensial dalam menghadapi

rintangan dalam mencapai prestasi

sesuai potensi masing-masing

peserta didik/konseli. Oleh karena

itu, pemenuhan kebutuhan

pribadi, sosial, belajar, dan karir

merupakan kunci keberhasilan

bagi keberhasilan hidup peserta

didik/konseli selanjutnya

(Panduan Operasional

Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling Sekolah Menengah

Kejuruan, Tahun 2016). Hal ini

Page 14: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

sudah sesuai, dengan pernyataan

subjek dengan kode jawaban Sa5.

9. Peran Guru BK

Dalam Panduan Operasional

Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling Sekolah Menengah

Kejuruan, Tahun 2016 dikatakan

bahwa Layanan Responsif adalah

pemberian bantuan kepada siswa

yang memiliki kebutuhan dan

masalah tertentu yang

memerlukan pertolongan segera

(immediate needs and concerns).

Hal ini juga telah dilaksanakan

oleh subjek G dengan menjunjung

tinggi asas kerahasiaan dalam

kegiatan konseling dan tertera

pada pernyataan subjek S dengan

kode jawaban Sa8, Si13, dan Sa9.

10. Peran Kepala Sekolah

Dalam hal ini peran Kepala

Sekolah sendiri sudah cukup baik

karena Sekolah juga tidak serta-

merta tidak memberikan jam

khusus BK. Tetapi Sekolah juga

memiliki kebijakan yang mana

Kepala Sekolah juga tidak

gegabah dalam mengambil

keputusan untuk tidak

memberikan jam khusus masuk

BK. Hal ini terdapat dalam

pernyataan subjek dengan kode

jawaban K16 dan K17.

11. Rencana Kedepan

Pihak sekolah selama ini

sudah memberikan upaya untuk

menambah jumlah personil Guru

BK, akan tetapi sampai saat ini

belum ada tanggapan yang pasti

mengenai hal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara,

Kepala Sekolah belum bisa

menjamin apakah akan ada

tambahan atau tidak untuk jam

masuk kelas seperti pernyataan

K23 dan K27.

PEMBAHASAN

Berdasarkan interpretasi hasil

penelitian, dapat diambil kesimpulan

bahwa kebijakan sekolah mengenai

hal ini jika ditinjau berdasarkan

Permendiknas No, 111/2014) belum

nampak kejelasan apakah nantinya

tetap diselenggarakan layanan

klasikal di sekolah tersebut sesuai

dengan peraturan pemerintah.

Didalam Panduan Operasional

Penyelenggaraan Layanan BK di

SMK juga sudah jelas terdapat ruang

lingkup dan pelaksanaan BK di

sekolah, pemberian layanan BK

Page 15: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

secara langsung maupun

menggunakan media, peminatan

peserta didik, kegiatan administrasi,

mekanisme pengelolaan dan lain-lain.

Akan tetapi pada realitasnya di

sekolah ini tidak sepenuhnya

melaksanakan tugas tersebut karena

tidak ada alokas jam BK. Akibatnya

kebutuhan siswa dalam

pengembangan karir, sosial, belajar

dan priibadi kurang diperhatikan

dengan maksimal, sehingga

profesionalitas Guru BK masih

dipertanyakan.

PENUTUP

Berdasarkan analisis hasil

penelitian, dapat diambil kesimpulan

bahwa Bimbingan dan Konseling itu

sangat penting untuk di selenggarakan

di setiap sekolah bahkan ketika

sekolah tidak ada jam untuk masuk

kelas sekalipun meskipun sudah

dikatakan dengan tegas dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Tahun 2014 Pasal 6 ayat

(3), Penyelenggaraan bimbingan

klasikal oleh Guru BK SMK PGRI 1

Salatiga di Sekolah yang tidak ada

jadwal masuk kelas memiliki

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

yang dapat disimpulkan adalah

sebagai berikut :

a. Meskipun tidak ada jam khusus

BK, layanan BK tetap berjalan

dengan baik.

b. Guru BK dapat memperoleh data

tentang siswa dengan lebih mudah

karena berkolaborasi dengan Guru

lain.

c. Guru BK tidak terpaku terhadap

waktu karena tidak ada jam yang

pasti untuk memberikan layanan.

d. Guru BK dapat dengan bebas

memberikan layanan BK. Misal

mengadakan konseling atau

bimbingan kelompok kapan saja

Sedangkan kelemahan yang dapat

disimpulkan adalah sebagai berikut :

a. Guru BK harus selalu siap untuk

mengisi jam BK kapan saja.

b. Guru BK harus selalu

menyediakan Rancangan

Pelaksanaan Layanan jika

sewaktu-waktu memberikan

layanan BK.

c. Guru BK harus selalu melihat

jadwal Guru Mata Pelajaran lain

jika ingin meminta jam pelajaran.

d. Belum tentu Guru Mata Pelajaran

lain mau untuk memberikan jam

Page 16: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

pelajaran produktif nya untuk Guru

BK.

e. Jika tidak ada kolaborasi dengan

Guru lain, maka pekerjaan Guru

BK akan menjadi lebih berat

apalagi mengingat Guru BK di

Sekolah ini hanya terdapat satu

saja.

f. Guru BK sering dipandang remeh

karena seperti tidak ada pekerjaan

yang dikerjakan.

g. Intensitas Guru BK untuk bertemu

dengan siswa terbatas.

h. Guru BK harus lebih kreatif agar

layanan BK tidak monoton.

Saran untuk pihak sekolah

untuk segera menentukan kebijakan

dalam pelaksanaan program

mengingat pentingnya layanan BK di

Sekolah agar untuk waktu yang akan

datang lebih banyak mengembangkan

dan membuat program Bimbingan

dan Konseling yang lebih inovatif.

Untuk Guru BK agar lebih kreatif

dalam memberikan layanan BK

sehingga siswa tidak bosan dengan

kegiatan BK dan mengharap untuk

BK masuk kelas. Guru BK juga harus

selalu sedia dengan Rencana

Pelaksanaan Layanan Klasikal dan

tetap berjuang agar kebijakan dari

pihak Sekolah segera memberikan

hasil yang mana Bimbingan dan

Konseling mendapatkan alokasi jam

sesuai dengan Peraturan Pemerintah

yang telah ditetapkan. Saran penulis

untuk Mahasiswa BK, khususnya

untuk Mahasiswa yang nantinya

praktik ataupun bekerja dan kebetulan

mendapati sekolah tidak ada alokasi

jam BK agar menggunakan hasil

penelitian ini sebagai salah satu acuan

dalam melaksanakan layanan BK.

Bagi peneliti yang tertarik untuk

meneliti tentang upaya Guru BK

dalam melaksanakan layanan Klasikal

di Sekolah yang tidak ada jam masuk

BK penulis berharap hasil penilitian

ini dapat digunakan sebagai acuan

selanjutnya agar dikembangkan.

DAFTAR RUJUKAN

LN, Syamsu Yusuf dab Nurihsan, A.

Juntika. 2006. Landasan

Bimbingan dan Konseling.

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: Rosdakarya

Page 17: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D. Bandung: Alfabeta, CV

Sukardi, DK.2002. Manajemen

Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Bandung: Alfabeta

Winkel, W.S & M.M. Sri Hastuti.

2012. Bimbingan dan

Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta:

Media Abadi

Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman

Individu. Semarang: Widya

Karya

Salmawati, 2010. Kinerja Konselor

Dalam Menghadapi Siswa

Usia Pubertas Di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 3

Surabaya. Skripsi IAIN Sunan

Ampel

Loekmono, JT Lobby. 2014. Faktor

Penyebab Guru Bimbingan &

Konseling SLTA di Salatiga

Tidak Melakukan Evaluasi

Perencanaan Program. Hasil

Penelitian: UKSW

Novianto, dkk. 2013. Studi Tentang

Alokasi Jam Masuk Kelas

Bagi BK dan Dampaknya Di

Sekolah Menengah Negeri Se-

Kecamatan Sumberrejo

Bojonegoro. Jurnal Program

Studi Bimbingan dan

Konseling, UNESA

Prayitno dan Eman Amti. 2004.

Dasar-Dasar Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: PT.Rineka

Cipta

ABKIN. 2013. Panduan Khusus

Bimbingan dan Konseling

Pelayanan Arah Peminatan

Peserta Didik. Jakarta:

Depdiknas

Ismanto, Heri Saptadi. 2013.

Meningkatkan Kinerja

Konselor dalam Pelaksanaan

Pelayanan Profesional BK di

Sekolah. Prosiding Seminar

Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 27 Tahun 2008

Lampiran Butir A

Direktorat Jendral PTK. 2013.

Panduan Umum Pelayanan

Bimbingan dan Konseling

Resminingsih. 2010. Layanan

Bimbingan Konseling yang

Komprehensif dengan

Dukungan Teknologi

Informasi (online), tersedia:

http://resminingsih.bizweb.co

.id/article/detail/layanan-

Page 18: PENYELENGGARAAN BIMBINGAN KLASIKAL OLEH GURU BK … · Guru Bimbingan dan Konseling di SMA/SMK di Salatiga tidak melakukan evaluasi program, tidak menjalankan program karena salah

bimbingan-konseling-

yangkomprehensif-dengan-

dukungan-teknologi-

informasi-disampaikan-dalam-

seminar-terbatasoleh-prodi-

bk-fkip-universitas-sanata-

dharma

Permendikbud No. 111/2014. Jakarta:

Depdiknas

Ditjen Guru dan Tenaga

Kependidikan Kemdikbud.

Panduan Operasional

Penyelenggaraan Bimbingan

dan Konseling Sekolah

Menengah Kejuruan.2016.

Jakarta

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PS

IKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/1966

11151991022-

YUSI_RIKSA_YUSTIANA/SAP,_RPP/rambu

-rambu_layanan_BKx.pdf

http://dhesimay.blogspot.co.id/2012/07

/bimbingan-dan-konseling-

komprehensif.html

http://bandono.web.id/files/Juknis_Laya

nan_Konseling.pdf