PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

download PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

of 32

Transcript of PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    1/32

    PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Penyakit jantung

    Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah

    dan berlangsungnya kehamilan, yang harus di penuhi dalam darah ibu. Banyaknya darah yang

    beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu, dalam kehamilan

    selalu terjadi perubahan-perubahan dalam system kardiovaskular yang biasanya masih dalam

    batas-batas fisiologik

    Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan:

    1. karena hidremia (hipervolemia)dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umurkehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya antara 32 dan 36 minggu;

    2. karena uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, kekiri, dan ke depan, sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalamilekukan dan putaran.

    Adams mendapatkan peningakatan volume plasma darah yang dimulai kira-kira akhir

    trimester pertama dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34, yang selanjutnya menetap

    selama trimester terakhir kehamilan, di mana volume darah bertambah sebesar 22%. Besar dan

    saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah

    merah; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah)

    Setelah 12-24 jam pascapersalinan terjadi peningkatan volume plasma karena proses

    imbibisi cairan dari ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah yang kemudian akan diikuti oleh

    periode diuresis pascapersalinan yang mengakibatkan terjadinya penurunan volume plasma

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    2/32

    (adanya hemokonsentrasi). Dua minggu pascapersalinan merupakan periode penyesuaian untuk

    kembali ke nilai volume plasma seperti sebelum hamil.

    Dalam kehamilan frekuensi detik jantung agak meningkat dan nadi rata-rata mencapai 88 per

    menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami

    pergeseran ke kiri dan pula sering terdengan bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal.

    Kita harus waspada dalam membuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan apbila di

    jumpai gejala-gejala seperti itu. Jadi hendaknya jangan kita membuat diagnosis penyakit jantung

    pada wanita yang tidak menderitanya, dan sebaliknya penyakit jantung jangan sampai tidak

    dikenal.

    Saat-saat berbahaya bagi penderitra ialah:

    1. kehamilan 32-36 minggu apabila hipervolemia mencapai puncaknya.

    2. partus kala II apabila wanita mengerahkan tenasganya untuk meneran

    3. masa postpartum, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis arteria-vena hilang dan darah

    yang sehrtusnya masuk kedalam ruang intervilus sekarang masuk ke dalam sirkulasi besar.

    Dalam tiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat. Apabila tenaga volume

    cadangan jantung di lampau, maka terjadi dekompensasi kordisi; janting tidak sanggup lagi

    menunaikan tugasnya.

    Perubahan volume plasma darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung merupakan

    proses adaptasi sebagai upaya konpensasi untuk mengatasi kelainan yang ada dan jangka waktu

    kelainan yang timbul. Penderita dengan gangguan kardiovaskular mempunyai toleransi yang

    sangat buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama juga tidak beradaptasi

    terhadap kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita

    berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.

    Perubahan volume darah yang di temukan pada penderita penyakit jantung dapat

    digolongkan dalam 3 kategori.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    3/32

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    4/32

    Suryadi dan samil RSCM mendapatkan 31 dari 39 (79,48%) kasus penyakit jantung

    dalam kehmilan adalah dengan kelainan katoup kronik, di mana 96,777% dengan kelainan katup

    mitral, 87,09% dengan kelainan dasar steonosis katup mitral. Sebagian kasus berada dalam

    kelompok kurun reproduksi sehat yaitu 20-29 tahun dengan paritas 2-5. pada tahun 1987 paritas

    ini bergeser menjadi lebih banyak pada paritas 0-1. disini tampak bahwa peran keluarga

    berencana cukup besar untuk dapat menurunkan kejadian penyakit jantung dalam kehamilan.

    Dalam tahu-tahun terakhir sering pula dijumpai kelainan jantung bawaan.

    Diagnosis

    Dari anamnesis sudah sering diketahui wanita itu penderita penyakit jantung, baik sejak

    masa sebelum ia hamil maupun dalam kehamilan-kehamilan yang terdahulu. Terutama penyakit

    demam rheuma mendapat perhatian khusus dalam anamnesis, walaupun bekas penderita demam

    rheuma tidak selalu menderita kelainan jantung.

    Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria, satu di antaranya sudah cukup untuk membuat

    diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan:

    1) Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus;

    2) Pembesaran jantung yang jelas;

    3) Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thyill;

    4) Aritmia yang berat.

    Wanita hamil yang tidak menunjukkan salah satu gejala tersebut di atas jarang menderita

    penyakit jantung. Penyakit jantung berat tidak sulit untuk di kenal. Akan tetapi, karena diagnosis

    penyakit jantung dalam kehamilan lebih sulit seperti di jelaskan di atas, maka jika ada

    kemungkinan adanya penyakit tersebut harus di minta pendapat seorang dokter yang lebih ahli.

    Bising diastolic atau presistolik yang di sertai pembesaran jantung yang cukup khas bagi

    stenosis mitralis akibat demam rheuma.

    Klisifikasi penyakit jantung dalam kehamilan

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    5/32

    Klasifiakasi penyakit jantung yang sifatnya fungsionil dan berdasarkan keluhan-keluhan

    yang dahulu dan sekarang di alami oleh penderita-seperti telah di terima oleh New York Heart

    Association- sangat praktis dalam penanggulangan dan penentuan prognosis penyakit jantung

    dalam kehamilan.

    Klasifikasi itu sebagai berikut.

    Kelas I

    Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik, dan tanpa gejala-gejala

    penyakit jantung apabila mereka melakukan kegiatan biasa.

    Kelas II

    Para penderita penyakit jantung dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak

    mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala-gejala

    insufiensi jantung, seperti kelelahan, jantung berdebar (palpitasi kordis), sesak nafas atau angina

    pectoris.

    Kelas III

    Para penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak

    mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa

    menimbulkan gejala-gejala insufiensi jantung seperti di sebut dalam kelas II.

    Kelas IV

    Para penderita penyakit jantung yang tidak mapu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa

    menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat timbul gejalah-gejalah insufiensi jantung, yang

    bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik walaupun yang sangat ringan.

    Penanganan

    Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung, yang sebaiknya di lakukan dalam

    kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiog, banyak ditentukan oleh kemampuan

    fungsionil jantungnya.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    6/32

    Kelainan penyerta sebagai factor predisposisi yang dapat memperburuk fungsi jantung

    ialah: 1) peningkatan usia penderita dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed

    preeklamsia dan eklamsia; 2) aritmia jantung .atau hipertrofi ventrikel kiri; 3) riwayat

    dekompensasi kondisi; 4) anemia.

    Sebaliknya, Hipotensi juga tidak baik, terutama pada wanita dengan septum terbuka.

    Apabila hal-hal di atas tidak di cegah, maka penderita masuk ke kelas yang lebih tinggi.

    Kenaikan berat badan yang berlebihan, infejksi, serta retensi air harus di cegah, dan anemia

    harus di obati.

    Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan tergantung pada

    derajat fungsionilnya, dan ini harus ditemukan pada setiap kunjungan periksa hamil.

    Kelas I

    Tidak ada pengobatan tambahan yang di butuhkan

    Kelas II

    Umumnya penderita pada keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan tambahan, tetapi mereka

    harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada kehamilan usia 28-32 minggu.

    Kelas III

    Yang terbaik bagi penderita seperti ini adalah di rawat di rumah sakit selama hamil, terutama

    pada usia kehamilan 28 minggu. Biasanya dibutuhkan pemberian diuretika.

    Kelas IV

    Penderita dalam keadaan ini mempunyai resiko yang besar dan harus di rawat di rumah sakit

    selama kehamilannya.

    Apabila timbul gejala-gejala dekonfensasi kordis, wanita harus segera di rawat dan

    digolongkan kedalam kelas satu tingkat lebih tinggi.penderita harus istirahat baring dan diberi

    pengobatan dengan digitalis. Dalam persalingan diperlukan pengawasan khusus dan sedapat-

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    7/32

    dapatnya diusahakan partus pervaginam. Seksio sesarea hanya dapat dilakukan atas indikasi

    obstetric, seperti plasenta previa dan disproporsi sefalo-pelvik.

    Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Rasa nyeri dan penderitaaan perlu dikurangi, lebih-

    lebih apabila persalinan akan diperkirakan berlangsung cukup lama. Pendekatan secara

    psikologis supaya ibu tetap tenang dan merasa aman mempunyai pengaruh yang sangat baik.

    Untuk mencegah timbulnya dekompensasi kordis sebaiknya dibuat daftar pengawasan khusus

    untuk pencatatan nadi dan pernapasan secara berkala : dalam kala I setiap 10-15 menit dan kala

    II setiap 10 menit. Apabila nadi menjadi lebih dari 100/menit dan pernapasan lebih dari

    28/menit, lebih-lebih apabila disertai sesak napas, maka keadaan sangat berbahaya (

    dekompensasi kordis membakat ) dan wanita harus diobati dengan digitalis. Biasanya disuntik

    intravena perlahan-lahan dengan delabosit 1,2 mg 1,6 mg dengan dosis permulaan 0,8 mg.

    suntikan dapat diulang satu atau dua kali lagi dengan selang waktu 1-2 jam. Disamping itu

    pemberian oksigen, morfin (10-15 mg) dan diuretikum, seperti furosemik (lasix), bemanfaat

    pula.

    Dalam kala II, apabila timbul gejala-gejala dekompensasi, anak boleh lahir spontan,

    hanya ibu sedapat-dapatnya dilarang meneran. Apabila janin belum lahir setelah persalinan kala

    II berlangsung 20 menit atau ibu tidak dapat dilarang meneran kuat, maka sebaiknya persalinan

    diakhiri dengan forseps atau ekstraktor vakum. Selain itu penderita dapat menunjukkan gejala-

    gejala gawat jantung selama kehmilan dan pendarahan postpartum, infeksi nifas dan trombo-

    embolismus merupakan komplikasi yang jauh berbahaya bagi ibu dengan penyakit jantung.

    Sebaiknya penderita jantung dirawat di RS sekurang-kurangnya 14 hari setelah melahirkan

    dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta menghindari infeksi.

    Penderita dalam kelas III dan IV tidak boleh hamil karena bahaya terlampau besar.

    Apabila ia hamil juga, maka pada kehamilan kurang dari 12 minggu, abortusterapiutik perlu

    dipertimbangkan. Pada kehamilan berjalan terus, untuk mencegah timbulnya dekompensasi,

    sebaiknya ia harus berbaring terus selama kehamilan dan nifas. Sekali terjadi dekompensasi

    dalam jalannya kehamilan penderita mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai setelah

    anak lahir. Setelah kala III selesaiharus dilakukan pengawasan yang ketat untuk terjadinya gagal

    jantung atau edemaparu.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    8/32

    Penanganan penderita dalam kelas IV pada dasarnya sama dengan apa yang dilakukan bagi

    penderita yang mengalami dekompensasi dalam kehamilan , persalinan dan nifas. Tujuan utama

    ialah memberabtas dekompensasi, karena dengan hanya demikian persalinan akan berlangsung

    cukup aman.

    Penyakit Jantung reumatik

    Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah : nyeri sendi pada

    wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar

    sehubungan denga kehamilannya serta meningkatkan laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila

    terjadi demam rematik pada kehamilan maka prognosisnya akan burk.

    Adanya aktifitas demam rematik dapat diduga bila terdapat :

    1. Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya.

    2. Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi.

    3. Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tempatnya, dan

    4. C reaktif protein positif dan ASTO 300Todd unit atau lebih.

    Kelainan otot jantung-

    Kelainan katup jantung yang sering di jumpai pada kehamilan berturut-turut adalah mitral

    stenosis(MS), gabungan MS dengan mitral insufiensi (MS-MI), mitral insufiensi(MI), aorta

    stenosis(AS), aorta insufiensi (AI), gabungan antara AS dan AI (AS-AI), penyakit katup

    pulmonal dan penyakit katup trikuspidal.

    Angka kejadian kelainan katup jantung di RSCM(1983) berkisar 69%-79% dari penyakit jantung

    dalam kehamilan. Penelitian luar negeri mendapatkan angka antara 85%-95%; perbedaan ini

    kemungkinan besar di sebabkan oleh perbedaan tingkat sarana diagnostik.mengingat indonesia

    adalah negara yang sedang berkembang dengan tigkat sosioekonomi yang belum maju,

    sebenarnya di harapkan angka kejadian kelainan katup jantung lebih tinggi di bandingkan dengan

    negara yang sudah maju.

    Mitral stenosis

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    9/32

    Mitral stenosis (MS) merupakan bagian terbesar dari penyakit jantung rematik dalam kehamilan.

    Kehamilan akan memperbesar terjadinya komplikasi MS berupa edema paru dan atrial fibrilasi.

    Komplikasi dapat terjadi pada kehamilan, persalinan, ataupun dalam masa nifas. Kejadian dapat

    terjadi tiba-tiba setelah persalinan tanpa memberikan gejalah awal lebih dulu.

    Pada MS, setiap peningkatan aliran darah menyebabkan peningkatan tekanan pada atrium kiri,

    yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler paru.hal ini mengakibatkan risiko untuk terjadinya

    komplikasi bendungan pembuluh darah paru atau edema paru menjadi lebih besar. Gejalah

    bendungan paru akan tampak pada usia kehamilan 20 minggu dan semakin besar pada saat

    persalinan. Bertambahnya frekuensi denyut jantung akan memendekkan waktu diastolik untuk

    mengalirkan darah ke katup mitral. Untuk mempertahankan curah jantung yang normal, maka di

    perlukan peningkatan tekanan atrium kiri. Meningkatnya volume darah paru menyeababkan

    pelebaran dari sistem paskuler paru, bertambahnya beban atrium kirisering menimbulkan

    komplikasi berupa fibrilasi atrial.

    pada beberapa penderita, bising diastolik pada MS menjadi kurang jelas terdengar pada

    kehamilan oleh karena perubahan posisi jantung. Bunyi jantung III terdengar pada beberapa

    wanita hamil sering di salah tafsirkan sebagai opening snap. Selama kehamilan, hiperventilasi

    sering di salahtafsirkan sebagai dispnoe. Komplikasi yang terpenting dari MS adalah edema paru

    dan payah jantung kanan. Pada payah jantung biasanya terjadi gangguan miokardium,

    kardiomegali dan fibrilasi atrial.

    Mitral insufiensi

    Diagnosis mitral insufiensi (IM) di tegakkan bila terdengar bising sistolik derajat III atau lebih.

    Sebaiknya tidak membuat diagnosis MI organik selama kehamilan bila hanya berdasarkan bising

    sistolik saja, sebsb bising sistolik di apeks dapat ditemukan pada lebih dari 50% wanita hamil

    normal.

    MI mengakibatkan bertambahnya beban volume atrium kiri dan ventrikel kiri, jaang

    menyebabkan hipertensi atrium kiri dan hipertensi pulmonal. Dekompensasijantung kiri dapat

    terjadi pada MI apabila sudah berlangsung lama sekali. Komplikasi yang sering menyertai MI

    adalah bendungan paru ringan, fibrilasi atrial, paroksismal atrial takikardi, emboli paru dan

    endokarditis bakterialis.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    10/32

    Tindakan bedah harus dipikirkan bila ditemukan tanda kemunduran fungsi ventrikel kiri berupa

    fraksi ejeksi, volume dan bentuk ventrikel kiri. Apabila terjadi payah jantung kiri, maka

    prognosisnya buruk oleh karena terjadi kerusakan miokardium yang menetap.

    Aorta stenosis

    Aorta stenosis( AI), terjadi aliran darah balik dari aorta ke ventrikelkiri pada waktu diastolik.

    Darah yang kembali dengan darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri menyebabkan peningkatan

    volume darah di ventrikel kiri sewaktu diastolik. Ventrikel kiri menyesuaikan dengan

    memperbesar kemampuan menampung darah sewaktu diastolik sehingga tidak terjadi peninggian

    tekanan ventrikel kiri, atrium kiri dan pembuluh pulmonal.

    Dapat di temukan bising diastolik pada sela iga II kanan atau sepanjang garis sternalis kiri yang

    mulai terdengar segera setelah bunyi jantung II. Bising menjadi lebih jelas pada posisi duduk

    atau berdiri sesudah ekspirasi yang dalam, iktus kordis lebih lateral dari yang normal dan para

    perifer di temukan tekanan nadi yang besar, pulsasi arterial dapat terlihat di kuku dan pistol shoot

    sound pada arteri besar terutama arteri femoralis.tindakan bedah harus di prtimbangkan bila di

    temukan tekanan nadi yang bertambah, pembesaran jantung pada foto rontgen dan hipertrofi

    miokardium pada EKG. Juga pada penderita dengan keluhan sedikit namun mengalami

    pembesaran jantung dalam waktu yang singkat atau penurunan fungsi ventrikel pada

    pemeriksaan invasif maupun non-invasif.

    Penyakit katup pulmonal

    Kelainan katup pulmonal oleh demam rematik dalam kehamilan jarang terjadi. Dengan

    meningkatkannya frekuensi pemakaian obat-obatan intervena, maka frekuensi kerusakan katup

    pulmonal dapat meningkat.

    Penyakit katup trikuspidal

    Kelainan katup trikuspidal juga sangat jarang terjadi pada kehamilan. Gejala kelainan katup ini

    biasanya tertutup oleh gejala penyakit katup mitral atau katup aorta yang terjadi bersamaan.

    Kardiomipati peripartum

    Kardiomiopati peripartum adalah penyakit miokardium idiopatik yang terjadi pertama kali pada

    trimester III kehamilan atau dalam 5 bulan setelah melahirkan. Kriteria kardiomiopati paripartum

    adalah: 1) terjadi pertama kali antara trimester III kehamilan sampai 5 bulan pertama setelah

    melahirkan; 2) etiologi tidak dapat di temukan dan 3) tidak pernah menderita penyakit jantung

    sebelumnya.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    11/32

    Kelainan jantung bawaan

    Biasanya kelainan jantung bawaan di ketahui oleh penderita sebelum kehamilan, akan tetapi

    kadang-kadang di kenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik waktu hamil. Pada usia reproduksi

    dapat di jumpai koarktatio aortae, duktus arteriosus botalli persistens, defek septum serambi dan

    bilik, serta stenosis pulmonalis. Penderita tetralogi fallot biasanya tidak sampai usia dewasa

    kecuali apabila penyakit jantungnya dioperasi. Pada umumnya penderita kelainan jantung

    bawaan tidak mengalami kesulitan dalam kehamilan asal penderita tidak sianosis dan tidak

    menunjukkan gejalah-gejalah lain dari luar kehamilan. Penyakit jantung bawaan dibagi atas: 1)

    golongan sianotik (right to left shunt); 2) golongan asianotik (left to righ shunt)

    Golongan sianotik

    Tetralogi fallot. Tetralogi fallot terdiri atas 4 kelainan yaitu defek septum ventrikel,stenosis

    pulmonal,over riding aorta,hipertrofi ventrikel kanan.Pada tekanan tertentu darah akan mengalir

    ke ventrikel kiri sewaktu sistole sehingga aorta menerima darah campuran antara darah arteri dan

    vena.Dengan semakin lanjutnya proses,maka tekanan di ventrikel kanan makin meningkat dan

    hipertrofi bertambah sehingga sianosis bertambah.

    Penyakit eisenmenger. Pada penyakit ini di temukan kelainan berupa: defek septum ventrikel

    (VSD), hipertrofi ventrikel kanan, aorta bergeser ke kanan bersamaan dengan dilatasi arteri

    pulmonalis dan resistensi pembuluh darah pulmonal yang meningkat. Pada kehamilan terjadi

    penurunan resistensi perifer, akibat kelainan ini maka terjadi aliran darah dari kanan ke kiri.

    Prognosis penyakit ini di tentukan oleh derajat hipertensi pulmonal.

    Golongan asianotik

    Patent ductus arteriosus (PDA). PDA adalah keadaan di mana masih tetap ada hubungan aorta

    dengan arteri pulmonal.akibatnya darah dari aorta sebagian masuk ke arteri pulmonalis karena

    tekanan darah dalam aorta lebih besar sehingga tekanan darah dalam arteri pulmonalis

    bertambah. Bila keadaan ini berlangsung lama, tekanan dalam arteri pulmonalis akan menjadi

    lebih besar daripada tekanan dalam aorta, sehingga aliran darah dari arteri pulmonalis ke aorta.

    PDA dalam kehamilan itu berbahaya bila terjadi hipertensi pulmonal yang dapat menyebabkan

    kelemahan otot jantung.

    Atrial septal defek (ASD). ASD adalah keadaan di mana septum interatrium tetapterbuka.

    Perubahan hemodinamik yang nyata terjadi bila diameter septum 2 cm atau lebih. Akibat ASD

    terjadi aliran darah dari atrium kiri ke kanan sehingga aliran darah di paru-paru bertambah dan

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    12/32

    darah atrial dan venous bercampur. Keadaan ini dapat mengakibatkan hipertensi pulmonal dan

    dekompensasi ventrikel kanan. Bahaya dalam kehamilan terutama kalau terjadi hipertensi

    pulmonal yang dapat menyebabkan aliran darah yang terbalik.

    Ventrikel septal defek (VSD). VSD adalah penutupan sekat antara ventrikel kiri dan ventrikel

    kanan tidak sempurna. Bila lubang terletak di atas, kelainan sering bersamaan dengan kelainan

    lain, seperti ASD dan stenosis pulmonalis. Tempat yang sering ialah di bawah katup aorta.

    Pada kehamilan sehubungan dengan perubahan hemodinamik, hipertensi pulmonal lebih mudah

    terjadi. Apabila hal ini terjadi, dekompensasi ventrikel kanan akan terjadi dan sangat

    membahayakan pasien.

    2. Asma

    Asma bronkiale merupakan salah asatu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam

    kehamilan dan persalinan. Penderita biasanya pernah berobat kedokter lain.

    Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah selalu sama pada setiap

    penderita, bahkan asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang

    dari sepertiga penderita asma akan membaik dalam kehamilan, lebih dari 1/3 akan menetap, serta

    kurang dari 1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan

    timbul mulai usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan

    jarang terjadi.

    Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asma Kalifornia (tahun 1983) pada 120 kasus asma

    yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90% dari penderita tidak pernah dapat serangan dalam

    persalinan, 2.2% menderita serangan ringan dan hanya 0.2% yang menderita asma berat yang

    dapat diatasi dengan obat-obat intravena. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung

    dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (02) atau

    hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan

    sering terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan

    (gangguan pertumbuhan janin).

    Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara

    dan faktor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik,

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    13/32

    pegawasan yang baik, biasanya penderitamengeluh napas pendek, berbunyi, sesak dan batuk-

    batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.

    DEFINISI

    Asma adalah penyakit paru kronis yang melibatkan berbagai varietas immune sistem cell, yang

    menyebabkan timbulnya respon bronkus berupa wheezing, dyspne, batuk, dan dada terasa berat

    PATOFISIOLOGI

    Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama. Peningkatan respon

    saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada kromosom 5, 6, 11, 12, 14, & 16

    termasuk reseptor IgE yang afinitasnya tinggi, kelompok gen sitokin dan reseptor antigen T-cell

    sedangkan lingkungan yang menjadi allergen tergantung individu masing-masing seperti

    influenza atau rokok. Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari kontraksi

    otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas

    dan menjadi responsive terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin,

    air dingin dan olahraga. Aktifitas sel mast oleh sitokin menjadi media konstriksi bronkus dengan

    lepasnya histamine, prostaglandin D2 dan leukotrienes. Karena prostaglandin seri F dan

    ergonovine dapat menjadikan asma, maka penggunaannya sebagai obatobat dibidang obstetric

    sebaiknya dapat dihindari jika memungkinkan.

    PEMERIKSAAN

    1. Riwayat

    Pasien dengan riwayat asma yang telah berlangsung sejak lama ditanya sejak kapan, derajat

    serangan-serangan sebelumnya. Penggunaan kortikosteroid yang telah lalu, riwayat sering

    dirawat di rumah sakit, riwayat ventilasi mekanik yang pernah dialami, atau perawatan di ruang

    rawat darurat yang baru dialami dapat memberikan petunjuk bagi adanya serangan lebih parah

    atau membandel yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Serangan yang parah dicurigai dari adanya sesak nafas pada waktu istirahat, kesulitan

    mengucapkan kalimat, diaforesis atau penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Kecepatan

    respirasi lebih besar dari 30 kali/menit, nadi berdenyut lebih cepat dari 120 kali/menit dan pulsus

    paradoksus yang lebih besar dari 18 mmHg menunjukkan serangan berat yang berbahaya.

    Gejala yang ditemui : wheezing sedang sampai bronkokonstriksi berat. Bronkospasme akut dapat

    bergejala obstruksi saluran nafas dan menurunnya aliran udara. Kerja system pernafasan menjadi

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    14/32

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    15/32

    harga normal atau tidak meningkat hingga paling sedikit 40% dari harga normal setelah

    diberikan terapi kuat selama 1 jam.

    b. Gas-gas Darah Arteri (GDA)

    Ketimpangan ventilasi dan perfusi (ketimpangan V/Q) akibat obstruksi jalan nafas akan

    menimbulkan peningkatan selisih tekanan oksigen alveolar-arterial [P(A-a) O2] yang berkorelasi

    secara kasar dengan keparahan serangan. Tekanan oksigen arterial (Pa O2) kurang dari 60

    mmHg bisa merupakan tanda suatu serangan akut atau keadaan yang menyulitkan.

    Hampir semua pasien asma yang mengalami serangan ringan hingga sedang-berat akan

    mengalami hiperventilasi dan mempunyai tekanan CO2 arterial (Pa CO2) kurang dari 35 mmHg.

    Pada serangan berat atau yang berlangsung lama Pa CO2 bisa meninggi sebagai akibat dari

    kombinasi obstruksi berat jalan nafas, perbandingan V/Q yang tinggi menyebabkan peningkatan

    ventilasi, dan kelelahan otot-otot pernafasan. Pa CO2 yang meninggi bisa merupakan tanda bagi

    kegagalan pernafasan yang sedang mengancam.

    Pa CO2 lebih besar dari 40 mmHg yang berkelanjutan dan disertai tanda-tanda lain asma berat,

    hendaknya dikelola dalam unit perawatan intensif dengan evaluasi yang seksama untuk

    mengetahui perlu tidaknya diberikan intubasi atau ventilasi mekanik.

    c. Foto Thorax

    Foto Thorax perlu dilakukan ringan. Pertimbangkan usia kehamilan

    PENGARUH ASMA TERHADAP KEHAMILAN

    Asma sewaktu kehamilan terutama asma yang berat dan tidak terkontrol dapat

    menyebabkan peningkatan resiko komplikasi perinatal seperti preeklampsi, kematian perinatal,

    prematur dan berat badan lahir rendah.

    Pada asma yang sangat berat dapat mengakibatkan kematian ibu. Mekanisme yang dapat

    menerangkan ini adalah hipoksia akibat dari asma yang tidak terkontrol, akibat pengobatan asma,

    atau faktor patogenetis.

    Walaupun beberapa mekanisme yang pasti belum diketahui tetapi dari hasil penelitian

    menunjukkan bahwa manajemen yang baik sewaktu kehamilan akan memberikan hasil yang baik

    pada periode perinatal.

    Penelitian Shiliang Liu terhadap 2193 wanita dengan asma dibandingkan dengan 8772

    wanita yang dipilih secara random sebagai kelompok kontrol di Canada, menemukan bahwa

    asma pada ibu hamil secara signifikan berhubungan dengan beberapa kondisi seperti kelahiran

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    16/32

    preterm, bayi kecil atau besar dari usia kehamilan, preeklampsia, hipertensi selama kehamilan,

    perdarahan antepartum, korioamnionitis dan persalinan dengan seksio sesar. Kelainan terhadap

    janin didapatkan bayi besar dari usia kehamilan 12,4%, bayi kecil dari masa kehamilan 12,2%

    dan persalinan preterm 10%.

    EFEK PADA FETUS

    Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :

    1. Menurunnya aliran darah pada uterus

    2. Menurunnya venous return ibu

    3. Kurva dissosiasi oksiHb bergeser ke kiri

    Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :

    1. Menurunnya aliran darah ke tali pusat

    2. Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik

    3. Menurunnya cardiac output

    Perlu diperhatikan efek samping pemberian obat obatan asma terhadap fetus, walaupun tidak

    ada bukti bahwa pemakaian obatobat anti asma akan membahayakan fetus.

    Terhadap ibu didapatkan juga beberapa keadaan seperti preeklampsia 3,3%, hipertensi selama

    kehamilan 8%, solusio plasenta 2,5%, korioamnionitis 10,4% dan persalinan dengan seksio sesar

    26,4%. Oleh karena itu diperlukan perhatian ekstra terhadap ibu dan janin pada wanita hamil

    dengan asma.

    Penanganan

    1. mencegah timbulnya stress2. menghindari faktor resiko (pencetus) yang sudah diketahui, secara intensif.3. mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacam yang dapat menjadi pencetus

    timbulnya serangan.

    4. pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhalasi, atauperoral seperti isoproterenol.

    5. pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengansatu atau lebih dari obat di bawah ini.

    a. epinefrin yang telah dilarutkan (1 : 1000), 0,2-0,5 ml, disuntikkan subkutis.b. Isoproterenol (1 : 100) berupa inhalasi 3-7 hari.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    17/32

    c. Oksigend. Aminofilin 250-500 mg (6 mg/kg) dalam infus glukose 5%e. Hidrokortison 260-1000 mg IV pelan-pelan atau perinfus dalam dextrose 10%.

    Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada

    janin, dan diberikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Persalinan biasanya dapat

    berlangsung spontan akan tetapi bila penderita masih dalam serangan dapat diberi pertolongan

    dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum atau forseps. Tindakan seksio sesarea atas

    indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan.

    3. Ginjal

    Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dansaluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan hasil pemeriksaan

    laboratorium.perubahan anatomi terdapat peningkatan pembuluh darah dan ruangan interstisial

    pada ginjal. Ginjal akan memanjang kurang lebih 1 cm dan kembali normal setelah melahirkan.

    Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk dan kadang berpindah letak ke lateral dan akan

    kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan.

    Selain itu juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan

    berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Akibat pembesaran

    uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal terjadi perubahan pada kendung

    kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kandung kemih akan berpindah lebih anterior dan

    superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot kandung

    kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih

    meningkat sampai 1 liter karena efek relaksasi dari hormon progesterone.

    Perubahan Fungsi

    Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal Plasma flow) dan tingkat

    filtrasi gomerolus (Gomerolus Filtration Rate). Sejak kehamilan trimester II GFR akan

    meningkat 30-50 %, diatas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan

    kadar kreatinin serum dan urin nitrogen darah, normal kreatinin serum adalah 0,5-0,7 mg/100 ml

    dan urea nitrogen darah 8-12 mg/100 mll.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    18/32

    Secara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko

    yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyebabkan kelainan2 pada ginjal seperti

    infeksi saluran kemih, hipertensi dan lain sebagainya.

    Insufisiensi Ginjal Kronis

    Perhatian terhadap wanita hamil dengan penyakit ini menjadi dua kali lipat, karena satu: efek

    kehamilan terhadap fungsi ginjal dan dua: efek kelainan ginjalnya terhadap kehamilan.

    Efek kehamilan terhadap fungsi ginjal

    Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan

    gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta, seperti tekanan darah tinggi

    dan bocornya protein (proteinuria). Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan kondisi insufisiensi

    yang moderat.Insufisiensi ringan jika kadar serum creatinine 2.5 mg%

    Penyebab menurunnya fungsi ginjal, pada beberapa pasien bahkan tidak diketahui. Adanya

    hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa

    memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa

    mempengaruhi fungsi ginjal.

    Efek insufisiensi ginjal terhadap kehamilan

    Secara umum, janin bisa bertahan hidup sangat besar yaitu 95%. Namun pada pasien yang

    menjalani dialisis (cuci darah)angkanya menjadi 52%. Penderita dengan gangguan ringan bisa

    mengalami komplikasi berupa BBLR, persalinan kurang bulan dan lahir mati.

    Penanganan

    Kunjungan ANC harus lebih sering. Beberapa penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu

    sampai usia kehamilan 28 minggu dan seminggu sekali sesudahnya. Kontrol tekanan darah pada

    kunjungan. Lakukan test urin terhadap adanya protein serta lakukan skrining akan adanya infeksi

    saluran kencing. Erythropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia namun harus

    hati2 karena bisa memperburuk hipertensi.

    Kehamilan pada pasien cuci darah

    Penyakit ginjal yang membutuhkan dialisis biasanya menurunkan kesuburan. Kehamilan bisa

    terjadi pada 1 % pasien terutama ditahun awal dialisis. Penyebab infertilitasnya tidak diketahui

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    19/32

    pasti, diduga karena berbagai faktor (multifaktorial). 42% wanita yang menjalani dialisis haidnya

    masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi (anovulatoir). Anemia juga berperan dan pemakaian

    erythropoietin didapatkan meningkatkan angka kehamilan.

    Secara umum, kehamilan dilarang (kontra indikasi) pada pasien dialisis. Luaran janin

    selalunya jelek. Hanya 23-55% kehamilan yang bayinya bisa hidup. Kebanyakan terjadi abortus

    pada TM II. Bayi yang bertahanpun masih memiliki kelainan yaitu 85% lahir kurang bulan

    (prematur)dan 28%-nya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)atau SGA (Small For Gestasional

    Age). Komplikasi ibu juga ada seperti kematian ibu.

    Diagnosis awal kehamilan juga agak sukar karena kadar HCG penderita dialisis juga tinggi.

    jika diduga hamil maka lakukan segera pemeriksaan USG.

    Rekomendasi buat penderita dialisis yang hamil

    Masukkan pasien dalam daftar transplantasi. Selama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu,

    hindari terjadinya hipotensi akibat dialisa. Pemakaian erythropoietin bisa meningkatkan harapan

    hidup janin, namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan frekuensi

    dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan).

    Penanganan Obstetri

    Penyebab kematian dan kesakitan bayi pada pasien dengan kelainan ginjal adalah

    persalinan kurang bulan. Masih ada perdebatan tentang melahirkan bayi secara elektif lebih cepat

    dari waktunya sekitar(34-36 minggu) pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau yang

    sedang menjalani dialisis terutama jika paru janin sudah matang.

    PIELONEFRITIS KRONIKA

    Pielonefritis kronika biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala-gejala

    penyakit saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam

    kehamilan. Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit lebih

    berat didapatkan penurunan tingkat filtrasiglumerolus (G. F. R), dan pada urinalisis urin

    mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 g per hari, gumpalan sel-sel darah

    putih.

    Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita

    yang hipertensi dan insufiensi ginjal mempunyai prognosis buruk. Penderita ini sebaiknya tidak

    hamil, karena resiko tinggi. Pengobatan penderita yang menderita pielonefritis kronika ini tidak

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    20/32

    banyak yang dapat dilakukan, dan kalau menunjuk kearah pielonifritis akuta, terpi seperti yang

    telah diuraikan. Perlu dipertiimbangkan untuk terminasi kehamilan pada penderita yang

    menderita pielonifritis kronika.

    GLOMERULONEFRITIS AKUTA

    Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul

    setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang menjadi

    penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Sering ditemukan bahwa penderita

    pada saat yang sama atau bebrapa minggu sebelumnya menderita infeksi jalan pernapasan,

    tonsillitis, atau infeksi lain-lain oleh sterptokokkus, suatu hal yang menyokong teori infeksi

    fokal.

    Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya himaturia dengan tiba-tiba, edema dan

    hipertensi pada penderita yang sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah

    bdengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus (retinitis albuminika).

    Diagnosis menjadi sulit apabikla timbul serangan kejang-kejang dengan atau tanpa koma yang

    disebabkan oleh komplikasi hipertensi serebral, atau oleh uremia, atau apbila timbul ederma

    paru-paru akut. Apbila penyakitnya diketahui dalam triwulan III., maka perbedaan dengan pre-

    eklampsia dan eklampsia selalu harus dibuat. Pemeriksaan air kencing menghasilkan sebagai

    berikut ; sering proteinuria, ditemukan eritrosit dan silinder hialin, silinder koler dan silinder

    eritrosit.

    Pengobatan sama dengan diluar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat baring, diet

    yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan cairan dan

    elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi pensillin, streptokokkus peka terhadap

    penisillin. Apbila ini tidak berhasil, maka harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes

    kepekaan.

    Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal yang tetap baik.

    Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hiduup, dan apabila diingankan oleh wanita

    boleh hamil lagi dikemudian hari. Ada kalanya penyakit menjadi menahun dengan segala

    akibatnya. Pada umumnya prognisis bagi ibu cukup baik. Kematian ibu sangat jarang, dan apbila

    terjadi biasanya itu disebabkan oleh dekompensasi kordis, komplikasi serebro-vaskuler, anuria

    dan uremia.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    21/32

    Kehamilan tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya glomerulonoefritiss

    akuta mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi; terutama yang disertai tekanan

    darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat menyebabkan abortus, partus prenaturus

    dan kematian janin.

    GLOMERULONEFRITIS KRONIKA

    Wanita hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita penyakit itu beberapa

    tahun seebalumnya. Karena itu, pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai protenuria

    sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Apabila gejala-gejala penyakit baru timbul dalam

    kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan pengaruh kehamilan (superimposed pre-

    eklampsia), maka lebih sulit untuk membedakannya dari pre-eklampsia murni

    Suatu ciri tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin lama makin

    banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal, bahkan sampai tercapai

    tingkat akhir, yakni apa yang disebut ginjal kisut. Penyakit ini dapat menampakkan diri dalam 4

    macam;

    1. Hanya terdapat protenuria menetap dengan atau tanpa kelainan sedimen

    2. dapat menjadi jelas sebagai sindrtoma nefrotik

    3. dalam bentuk mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta, dan

    4. gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.

    Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufiensi ginjal dan penyakit

    kardiovaskuler hipertensif.

    Selain proteinuria, kelainan sedimen dan hipertensi, dapat pula dijumpai edema (terutama

    dimuka), dan anemia. Pemeriksaan kimiawi darah menunjukkan kadar urea-nitrogen, kadar

    asidum urikum, dan kadar kreatinin yang tinggi. Pengeluran fenusulfonftalein dan kreatinin oleh

    ginjal lebih lambat.

    Pengobatan tidak memberi hasil yang memuaskan karena penyakitnya bertambah berat.

    Peningkatan penyakit, tensi yang sangat tinggi, dan tambahan dengan pielonefritis akuta harus

    ditanggulangi dengan seksama. Dalam hal-hal terakhir pengakhiran kehamilan perlu

    dipertimbangkan. Sebaiknya penderita glumerulonefritis kronika tidak menjadi hamil. Karena

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    22/32

    kerusakan ginjal berbeda beda pada waktu penderita ditemukan hamil, maka sulit untuk

    menafsirkan pengaruh kehamilan pada jalan penyakit. Yang tanpa kehamilan tidak mempercepat

    proses kerusakan ginjal, walaupun sebaliknya dapat pula terjadi.

    Prognosis pada ibu akhirnya buruk; ada yang segera meninggal, ada yang agak lama,hal

    itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat, dan ada atau tidak adanya

    faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.

    Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat

    hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat

    melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat

    insufiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat

    tinggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus dan partus prematurus, atau janin mati dalam

    kandungan.

    SINDROMA NEFROTIK

    Sindroma nefrotik, yang dahulu dikenal dengan nama nefrosis, ialah suatu kumpulan

    gejala yang terdiri atas edema, proteinuria (lebih dari 5 gram sehari), hipoalbuminemia, dan

    hiperkolesterolemia. Mungkin sindroma ini diakibatkan oleh reaksi antigen-antibodi dalam

    pembulu-pembuluh kapiler glomelurus. Penyakit-penyakit dapat menyertai sindroma nefrotik

    ialah glumerulnefritis kronika (paling sering), lupus eritematotus, diabetes mellitus,amiloidosis,

    sifilis dan trombosis vena renalis. Selain itu sidroma ini dapat pula timbul akibat keracunan

    logam berat (timah, air raksa), obat-obat anti kejang, serta racun serangga.

    Apabila kehamilan disertai sindroma nefrotik, maka pengobatan serta prognosis ibu dan

    anak tergantung pada faktor penyebabnya dan pada beratnya insufiensi ginjal.

    Sedapat mungkin faktor penyebabnya harus dicari jika perlu, dengan biopsi ginjal.

    Penderita harus diobati dengan seksama, pemakaian oba-obat yang menjadi sebab harus

    dihentikan. Penderita diberi diet tinggi protein. Infeksi sedapat-dapatnya dicegah dan yang sudah

    ada harus diberantas dengan antibotika. Tromboembolismus dapat timbul dalam nifas. Sibermen

    dan Adam mengajukan pengobatan antibeku (heparin) dalam nifas pada wanita dengan sindroma

    nefrotik. Dapat pula diberi obat-obat kortikostiroid dalam dosis tinggi.

    GAGAL GINJAL MENDADAK DALAM KEHAMILAN

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    23/32

    Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang sangat gawat

    dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian, atau kerusakan fungsi ginjal

    yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.

    Kelainan ini didasario oleh dua jenis patologi.

    1. Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.

    2. Nekrisis kortikal biletral apabila smpai kedua ginjal yang menderita.

    Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada kehamilan

    muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering

    disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri Cholostridia welchii atau

    sterptokokkus. Gambaran klinik yaitu berupa sepsis, dan adanya tanda-tanda oligluria mendadak

    dan azothemia serta pembekuan darah injtravaskuler (DIC= disseminate intravascular

    coagyulation), sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut. Kerusakan ini dapat sembuh kembali

    bila kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering kali dilakukan tindakan

    histeriktomi untuk mengetasinya, akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan tidak perlu

    melakukan operasi histerektomi tersebut asal pada penderita diberikan antibiotika yang adekuat

    dan intensif serta dilakukan dialisis terus menerus smapai fungsi ginjal baik. Lain hyalnya

    dengan nekrosis kortikal yang bilateral, biasanya dihubungkan dengan solusio plasenta, pre-

    eklampsia beraty atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air

    ketuban yang mnyebabkan terjadi DIC, reaksi transfusi darah atau pada pendarahan yang bnyak

    dapat menimbulakan eskemi.

    Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah tinbulnya anuria. Kerusakan

    jaringan dapat terjadi dibeberapa tempat yang tersebar atau keseluruh jaringan ginjal.

    Pada masa nifas sulit dikethui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik

    potspartum. Penanggulangan pada keadaan ini, penderita diberi infus, atau transfusi darah,

    diperhatikan keseimbangan elektrolit dan caira dan segera dil;akukan hemodialisis bila ada

    tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur atau dilakukan

    transpalantasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal. Gagal ginjalo dalam kehamilan ini dapat

    dicegah bila dilakukan:

    1. Penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik

    2. Perdrahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    24/32

    3. Pemberian trnasfusi darah dengan hati-hati

    BATU GINJAL DAN SALURAN KEMIH (UROLITIASIS)

    Batu saluran kemih dalam kehamilan tidaklah bisa. Frekuensinya sangat sedikit 0,03-

    0,07%. Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urolitiasis ini dapat mendorong

    timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri

    mendadak, kadang-kadang berupa kolik, terutama mengenai penyakit saluran kencing, untuk

    membantu membuat diagnosis urotilisis. Diagnosislebih tepat dengan melakukan pemeriksaan

    intravenus pielografi, akan tetapi janin harus dilindungi dari efek penyinaran. Dewasa ini dapat

    pula dengan USG (ultrasonografi) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Bila diketahui

    adanya urolitiasis dalam kehamilan, tetapi pertma adalah analegenika untuk menghilangkan

    sakitnya, diberi cairan banyak agar batu dapat kebawah, karena hampir 80% batu akan dapat

    turun kebawah, serta antibiotika.

    Pada penderita yang membutuhkan tindakan operasi,sebaiknya operasi dilakukan setelah

    trimester pertama atau setelah post partum. Pada batu buli-buli, bila batu tersebut diperkirakan

    menghalangi jalannya persalinan, kehamilan dihalangi dengan seksio sesarea, dan batu diangkat

    post prtum dengan seksio alta atau litotrisi.

    GINJAL POLIKISTIK

    Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan (herediter). Kehamilan umumnya tidak

    mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal, begitu pula sebaliknya. Akan

    tetapi fungsi ginjal kurang baik, maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya.

    Sebaliknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan

    timbul komplikasi akibat kehamilan selalu tinggi.

    TUBERKULOSIS GINJALJarang dijumpai wanita hamil dengan tuberkulosis ginjal, walaupun dalam literetur

    disebutkan ada. Kehamilan akan mempengaruhi TBC ginjal tersrbut bila tidak diobati. TBC pada

    ginjal dapat hamil terus, asal fungsi ginjalnya baik. Terapi TBC ginjal sama dengan terapi TBC

    organ-organ lain. Untuk membuat dagnosis TBC ginjal diperlukan laboratorium khusus.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    25/32

    KEHAMILAN PASCA NEFREKTOMI

    Para penderita yang mempunyai satu ginjal karena kelainan kongenital atau pasca

    nefrektomi, dapat atau boleh hamil sampai aterm asal fungsi ginjalnya normal. Perlu

    pemeriksaan fungsi ginjal sebelum hamildan selama kehamilan dan diawasi dengan baik, karena

    kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih. Persalinan dapat berlangsung pervaginam kecuali

    dalam keadaan- keadaan tertentu.

    KEHAMILAN PASCA TRANSPLANTASI GINJAL

    Akhir- akhir ini terdapat laporan tentang kehamilan sampai cukup bulan, setelah wanita

    mengalami transplantasi ginjal. Prognosisnya cukup baik, bila ginjal yang diimplantasikan

    tersebut berasal dari donor yang hidup. Selama kehamilan mungkin timbul komplikasi pada ibu

    dan janinnya.

    Kira- kira 50% kehamilan akan berakhir dengan kelahiran prematur, dan mungkin pula

    timbul komplikasi hipertensi, proteinuria, atau infeksi saluran kemih. Pada ginjal sendiri

    mungkin dapat timbul kerusakan yang sifatnya dapat pulih kembali normal.

    Bila ginjal yang ditransplantasikan tersebut berasal dari ginjal donor yang telah meninggal

    (kadaver), maka kemungkinan akan terjadi kerusakan atau fungsi ginjal akan memburuk setelah

    1 tahun, sehingga pada wanita tersebut harus dilakukan dialisis terus- menerus untuk

    mempertahankan kehidupannya. Wanita yang menginginkan hamil setelah dapat transplantasi

    ginjal, haruslah diawasi ketat oleh specialis Obstetri dan Spesialis Penyakit Ginjal.

    Sebaiknya tentu wanita ini tidak hamil lagi. Davidson dkk mengajukan 8 kriteria yang harus

    dipenuhi oleh seorang wanita yang telah mendapat transplantasi ginjal, untuk diperbolehkan

    hamil.

    1. Kesehatan penderita dalam keadaan baik dalam waktu 1- 2 tahun setelah transplantasi ginjal.

    2. Tidak ada kontraindikasi obstetri untuk hamil.

    3. Tidak ada proteinuria.

    4. Tidak ada tanda-tanda penolakan graft

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    26/32

    5. Fungsi ginjal harus baik, dengan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar kreatinin

    darah antara 0,8-2 mg/ml

    6. Tidak ada tanda-tanda bendungan, yang dibuktikan dengan pemeriksaan urogram

    7. Tidak ada tanda-tanda hipertensi

    8. Mendapat terapi

    - Prednison 10-15 mg/hari

    - Azothioprin 2-3 mg/kg bb/perhari

    Perlu diperhatikan kriteria davidson tersebut, agar wanita yang mempunyai transplantasi ginjal

    dapat ditolong sehingga kehamilan tidak membuat penderita atau janin mengalami komplikasi

    yang tidak diharapkan sama sekali.

    4. Diabetes Melitus

    Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa

    terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung.

    Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru

    diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil

    Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yangmenunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat

    berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir

    menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang

    mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,

    disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya

    resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.

    Diagnosis

    Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya.

    Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat

    pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan,

    melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion. Juga terdapat riwayat ibu :

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    27/32

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    28/32

    Pengaruh diabetes pada bayi

    Diabetes mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi penyulit

    sebagai berikut :

    a. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abotus

    b. Cacat bawaan terutama diabetes yang telah diderita lama sekitar 20 tahun atau lebih

    c. Dismaturitas

    d. Janin besar (makrosomia)

    e. Kematian dalam kandungan

    f. Kematian neonatal

    g. Kelainan neurologik dan psikologik dikemudian hari.

    Komplikasi

    Maternal : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu

    Fetal : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian

    intra uterin,

    Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia,

    hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.

    Penatalaksanaan

    Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa 20 kali/12 jam). Bila diperlukan

    terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila

    UK

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    30/32

    isoniazid (INH) selalu diikutkan karena paling aman untuk kehamilan, efektifitasnya tinggi dan

    harganya lebih murah.

    Obat-obatan yangdapat digunakan

    1. Isoniazid (INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati sehingga

    timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Oleh karena itu

    perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada perubahan untuk sementara obat harus

    segera dihentikan.

    2. Etambutol 15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis, akan

    tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum ada.

    3. Streptomycin 1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, jangan digunakan

    dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan tuli bawaan

    (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang menyenangkan pada penderita karena harus

    disuntikan setiap hari.

    4. Rifampisin 600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi memberikan

    efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan pada trimester I

    kehamilan.

    Pemeriksaan sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih positif

    perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh lakukan persalinan

    secara biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar bersalin terpisah, persalinan

    dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan pasien tidak meneran, berikan masker untuk

    menutupi mulut dan hidung agar kuman tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di

    ruang observasi 6-8 jam, kemudian dapat dipulangkan langsung. Pasien diberi obat uterotonika

    dan obat TBC tetap harus diteruskan. Penderita yang tidak mungkin pulang harus dirawat di

    ruang isolasi, karena bayi cukup rentan terhadap penyakit ini, sebagian besar ahli menganjurkan

    pemisahan dari ibu jika ibu dicurigai menderita TBC aktif, sampai ibunya tidak memperlihatkan

    tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali

    yang selalu memperlihatkan hasil negatif.

    Pasien TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat

    anti TBC sesuai untuk laktasi sehingga pemberian laktasi dapat dengan aman dan normal. namun

    bayi harus diberi suntikan mantoux, mendapat profilaksis INH dan imunisasi BCG.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    31/32

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Sebagai kesimpulan, penyakit yang menyertai kehamilan itu diantaranya adalah penyakit

    jantung, ginjal, tbc paru, asma, dan diabetes mellitus. Semua penyakit ini memberikan dampak

    pada kehamilan sehingga semua penyakit harus bisa ditangani dengan baik sehingga dampak

    yang ada tidak besar atau minimal atau bahkan tidak ada dampak yang ditimbulkan pada

    kehamilan baik itu pada ibu maupun pada janin.

    Selain itu, dalam penangan penyakit-penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian obat-

    obatan. Karena dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan efek terutama

    kepada sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan yang boleh diberikan

    kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Jangan sampai kita

    bermaksud memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi malah menyebabkan efek

    teratogenik pada janin.

    B. SARAN

    Sebagai saran kami, sebagai penolong persalinan kita harus bisa mendeteksi secara dini

    penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan

    resiko cacat atau kematian janin. Kita harus bisa megetahui penanganan yang tepat atau

    pengobatan yang aman buat kehamilan ibu sehingga persalinan dapat berjalan secara fisiologi.

    Selain itu, kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama hamil sehingga tidak dapat

    terdeteksi secara dini.

  • 8/14/2019 PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN.docx

    32/32

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2009.http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamil

    an-dengan-penyakit-

    ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.Diakses padatanggal 8 Maret 2010.

    Anonim. 2009.

    http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-

    ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7.Diakses pada tanggal 9 Maret 2010

    Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana untuk Pendidikan

    Bidan. EGC : Jakarta

    Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawiroharjo : Jakarta

    You might also like:

    http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id#ixzz0hlLto5o7http://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://74.125.153.132/search?q=cache:hYhALXaLwCAJ:www.drdidispog.com/2009/03/kehamilan-dengan-penyakit-ginjal.html+penyakit+ginjal+pada+kehamilan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id