PENYAKIT KULIT AUTOIMUN
-
Upload
el-nino-ovan -
Category
Documents
-
view
125 -
download
11
description
Transcript of PENYAKIT KULIT AUTOIMUN
dr. Ardhiyanti Puspita Ratna
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR
MATARAM2012
PENYAKIT KULIT AUTOIMUN
Pendahuluan
2
Sistem imunitas menjaga tubuh melawan bahan asing atau berbahaya→mikroorganisme, parasit, sel kanker, pencangkokan organ/jaringan.
Bahan yang merangsang respon imunitas →antigen→molekul dalam sel atau di atas permukaan sel
Beberapa antigen ada pada jaringan sendiri → sistem imunitas →antigen bahan asing, tidak terhadap antigen sendiri
Autoimun
3
Kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri
Respon imun pada antigen jaringan sendiri →kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya.
Potensi autoimun → sama pd semua individu → limfosit dapat mengeskpresikan reseptor spesifik untuk banyak self antigen.
PATOFISIOLOGI
4
Umumnya sistem kekebalan dapat membedakan self antigen dan non-self antigen.
Terjadi toleransi imunologik terhadap antigen diri (self tolerance).
Jika sistem kekebalan gagal membedakan antara antigen self dan non-self→pembentukan limfosit T dan B yang auto reaktif →reaksi pada self antigen
Klasifikasi reaksi autoimun
5
Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi yang khas organ
Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukan auto antibodi yang tidak terbatas pada satu organ
Faktor-faktor yang berpengaruh pada perkembangan penyakit autoimun
6
Infeksi dan Kemiripan MolekularSequestered AntigenKegagalan AutoregulasiAktivasi Sel B PoliklonalObat-obatanFaktor Keturunan
KLASIFIKASI
7
• Autoimmune Bullous Skin Disorders• Scleroderma• Lupus Erythematosus• Dermatomyositis• Mixed Connective Tissue Disease• Sjogren’s Syndrome• Psoriasis Vulgaris and Arthopathica• Chronic Urticaria• Lichen Planus, Lichenoid Eruptions and Cutaneous
Graft-Versus-Host-Reaction• Small Vessel Vasculitides• Vitiligo• Alopecia areata
Autoimmune Bullous Skin Disorders
8
PemphigusBullous PemphigoidDermatitis Herpetiformis Duhring
Pemphigus
9
kumpulan penyakit kulit autoimun berbula kronik, menyerang kulit dan membran mukosa.
ditandai dengan bula intraepidermal yang terjadi akibat proses akantolisis
adanya sirkulasi antibodi IgG terhadap permukaan sel keratosit.
Perjalanan pemphigus bersifat kronik, sering diikuti kekambuhan akut, dan kadang dapat berakibat fatal.
Insidensi
10
Seringkali terjadi pada pasien berusia 40-60 tahun.
Sering dikaitkan dengan kanker, dan penyakit autoimun lainnya, ex. Myasthenia gravis.
0,5-3,2 kasus / 100.000 populasi» ras Yahudi
Patogenesis
11
hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akantolisis)
adanya antibodi IgG (di stratum spinosum) terhadap antigen determinan yang ada di permukaan ketarinosit yang sedang berdiferensiasi.
Klasifikasi
12
pemfigus vulgarispemfigus eritematouspemfigus foliaseuspemfigus vegetans
Gejala klinis pemfigus vulgaris
13
keadaan umum buruk.timbul vesikel dan bula intra-epidermal,
generalisata.bula dinding kendur, mudah pecah dan
meninggalkan kulit terkelupas, lalu terbentuk krusta.
tanda nikolsky (+)kadang nyeri pada kulit yang terkelupas.epitelisasi postpemphigus→ hipo/hiper
pigmentasi, tanpa jaringan parut.Diagnosis banding : dermatitis herpetiformis
dan pemfigoid bulosa
14
Gejala klinis pemfigus eritematosus
15
KU baikbercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama dan krusta di muka, menyerupai kupu-kupu.
Diagnosis banding : SLE dan dermatitis seborhoik
16
Gejala klinis pemfigus foliaseus
17
KU baikBulla muncul diawali di ekstrimitasDidapatkan bula superficial kecil dan lentur
yang mudah pecah dan cepat berubah menjadi erosi yang tertutup krusta kehitaman di atas kulit yang eritematous
Sangat jarang menyerang mukosa
18
Gejala klinis pemfigus vegetants
19
Varian yg jarangMuncul pada usia mudaPredileksi wjah dan area intertriginosaLesi lebih banyak berupa pustula dibanding
bulla
20
Penatalaksanaan
21
Pengobatan utama →kortikosteroidprednisone dan dexametasone. Dosis prednisone 60-150 mg sehari atau 3
mg/ kgBB perhari u/kasus berat. Pada dosis tinggi sebaiknya beri
deksametasone i.m. atau i.v. Keseimbangan cairan dan gangguan
elektrolit perlu diperhatikanTerapi adjuvant → sitostatika
Azatioprin: 50-150 mg sehari (1-3 mg/ KgBB)Siklofospamid: 50-100 mg perhari.
PEMFIGOID BULOSA
22
penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh adanya bula subepidermal yang besar dan berdinding tegang
pada pemeriksaan imunopatologik ditemukan C3 pada epidermal basement membrane zone.
ETIOLOGI
23
autoimunitas, Faktor penginduksi produksi autoantibodi
pemfigoid bulosa belum diketahui.
PATOGENESIS
24
Antigen P.B. merupakan protein yang terdapat pada hemidesmosom sel basal, diproduksi oleh sel basal dan merupakan bagian B.M.Z. (basal membrane zone)
Terdapat 2 jenis antigen PBAgl /PB230 dan PBAg2/PB180
Terbentuknya bula akibat komplemen yang teraktivasi melalui jalur klasik dan alternatif kemudian akan dikeluarkan enzim yang merusak jaringan sehingga terjadi pemisahan epidermis dan dermis.
GEJALA KLINIS
25
KU baikLesi terdiri atas bula dapat bercampur dengan
vesikel, berdinding tegang, sering disertai eritema.
predileksi ialah di ketiak, lengan bagian fleksor, dan lipat paha.
Jika bula-bula pecah terdapat daerah erosif yang luas
Mulut dapat terkena kira-kira pada 20% kasus.DDx pemfigus vulgaris dan dermatitis
herpetiformis
26
Penatalaksanaan
27
kortikosteroid. prednison 40 - 60 mg sehari,
Jika dengan kortikosteroid belum membaik, dapat dipertimbangkan sitostatik dikombinasi dengan kortikosteroid
Obat lain DDS dengan dosis 200-300 mg seharikombinasi tetrasikiin (3 x 500 mg sehari) dan
niasinamid (3 x 500 mg sehari) berespons baik pada sebagian kasus
DERMATITIS HERPETIFORMIS (MORBUS DUHRING)
28
penyakit yang menahun dan residif, ruam bersifat polimorfik terutama berupa vesikel, tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat gatal.
PATOGENESIS
29
Dimediasi IgG dg target desmoglein epidermis
Sistem komplemen jg menginduksi chemokine IL-8 yang bersifat kemotaktil terhadap eusinofil
Insidens
30
mengenai anak dan dewasa. Perbandingan pria dan wanita 3:2terbanyak pada umur dekade ketiga.
GEJALA KLINIS
31
KU penderita baik. Keluhannya sangat gatal.predileksinya punggung, daerah sakrum,
bokong, daerah ekstenso di lengan atas, sekitar siku, dan lutut.
Lesi eritema, papulovesikel, dan vesikel/bula yang berkelompok dan sistemik. Lesi utama ialah vesikel
Dinding vesikel atau bula tegang.
32
Mulainya penyakit biasanya perlahan-lahan, perjalanannya kronik dan residif
Biasanya berlangsung seumur hidup, remisi spontan terjadi pada 10 - 15% kasus
lebih 90% kasus didapati spektrum histopatologik yang menunjukkan enteropati sensitif gluten pada yeyenum dan ileum
DDx pemfigus vulgaris V (P.V.), pemfigoid bulosa, dan Chronic Bulous Diseases of Childhood (C.B.D.C.).
33
Penatalaksanaan
34
Obat pilihan preparat sulfon, yakni DDS (diaminodifenilsulfon). Pilihan kedua yakni suffaplridin.DDS 200 - 300 mg sehari dinaikkan bertahap,
awasi ESSulfapiridin sukar didapat
Diet bebas gluten
Skleroderma
35
Ditandai fibrosis pada kulit, dapat disertai atau kemudian melibatkan berbagai organ → saluran pernapasan, saluran cerna, jantung, ginjal, vaskuler.
Berdasarkan luasnya sistem yang terjangkit, dibuat kategori atas :skleroderma difusskleroderma lokal
Patofisiologi
36
Mekanisme → berbagai hal yang mengaktifkan proses fibrosis.
Proses melalui aktifasi sel T oleh autoantigen → sitokin yang mengaktifkan sel mast dan makrofag. Makrofag dan sel mast → tumor necrosis factor (TNF), platelet derived growth factor (PDGF), chemotactic factor (CF), transforming growth factor beta (TGF- ) β dan IL-1 → proliferasi fibroblas → fibrosis
Jalur lain →cedera vaskuler → sebab yang tidak diketahui → agregasi trombosit, pembentukan mikrotrombin, oklusi, iskemi, nekrosis → fibrosis.
Manifestasi klinis
37
Wanita → 50-60 tahun.Manisfestasi kulit:atrofi kulit dimulai dari jari-jari
→ menjalar ke arah proksimal → leher dan muka. Saluran cerna →kesulitan menelan, malabsorbs,
obstruksi, nyeri perut, anemi dan berat badan ↓ →fibrosis lapisan muskularis dan lapisan mukosa.
Sesak napas → fibrosis paru →payah jantung kanan.
Ginjal → proteinuria ringan serta hipertensi yang sering berat atau progresif.
38
bentuk localized biasanya pasien mengeluh adanya daerah kulit yang menipis tanpa diketahui sebabnya dan tanpa gatal ataupun nyeri. Perdileksi muka atau ekstrimitas, berupa makula berbentuk lonjong atau linier, disertai dengan adanyaperubahan warna jadi hipopigmentasi.
Kulit teraba jadi menipis, bisa mirip parut luka dan bila memanjang tampak seperti bekas bacokan pedang (“en coup de’sabre”). Lesi kulit bisa menunjukkan anhidrosis ataupun anestesi.
Pada bentuk sistemik, gangguan elastisitias pada organ dalam memberikan gangguan fungsi menelan, gerakan jantung dan paru-paru.
Diagnostik
39
Pada penderita dijumpai ANA; dua jenis ANA yang dianggap diagnostik adalah anti-Sc170, dan antisentromer.
pemeriksaan histopatologi terlihat kelainan yang spesifik berupa hilangnya lapisan kollagen pada jaringan ikat subkutan.
40
PENATALAKSANAAN
41
Secara umum belum ada pengobatan yang memuaskan
bentuk lokal dapat dilakukan operasi bedah plastik atau injeksi Triamcinolone acetonide intra lesi, dosis 1 mg per lokasi suntikan, maksimal 10 lokasi suntikan. Pengobatan topikal dengan salep kortikosteroid
bentuk sistemik dapat digunakan kortikosteroid secara oral Prednisone : dosis awal 30 mg/hari, Vitamin E 200 i.u./hari selama 3 – 6 bulan.
FisioterapiTerapi suportif sesuai gejala
Discoid Lupus Erythematosus
42
kelainan jinak pada kulit, paling sering mengenai daerah muka, dan dicirikan dengan makula berskuama kemerahan dengan ukuran yang bervariasi.
Kelainan ini menyebabkan atrofi, jaringan parut dan fotosensitivitas. Kelainan ini disebut juga lupus eritematosus kronik.
DLE merupakan manifestasi paling sering pada SLE
INSIDEN
43
Prevalensi LE diskoid pada populasi berkisar antara 17-48 per 100.000 orang.
Wanita terkena dua kali lebih sering daripada laki-laki, dengan onset puncak pada dekade keempat,
Sebuah penelitian menunjukkan, dari 1045 kasus, 3% dimulai sejak umur 15 tahun dan 2.5% pada umur 70 tahun.
PATOFISIOLOGI
44
Hadirnya IgG pada dermal-epidermal junction.
Terjadi liquenfaction degenerative lapisan sel basal epidermis, perubahan degeneratif pada jaringan pengikat terdiri atas hialinisasi, edema dan perubahan fibrinoid, sebagian besar terdapat dibawah epidermis, serta terdapat sebukan infitrat limfositik, disertai sedikit sel plasma dan histiosit, sebagian besar menyelubungi appendiks kulit
Gejala klinis
45
Lesi berupa plak merah mudah terkelupas yang kemudian menjadi pigmentasi pascainflamasi dan jaringan parut berwarna putih.
Lesi ini dapat terlokalisasi maupun generalisata. Predileksi pada daerah pipi, telinga dan hidung, tetapi
kadang-kadang mencapai daerah punggung, leher dan bagian dorsal dari tangan.
Jika folikel rambut ikut terkena, akan timbul kebotakan terlokalisasi pada kepala (scarring alopecia)
manifestasi pada bibir dan mukosa mulut menyebabkan ulkus dan pengelupasan mukosa, predisposisi dari Ca sel squamous.
Lesi biasanya asimptomatik atau pruritus ringan atau nyeri tanpa terlihat adanya lesi kadang-kadang disertai dengan arthralgia dan arthritis
46
Lesi pada LE diskoid memiliki beberapa karakteristik:
47
Lesi cenderung terjadi pada kulit yang paling sering terekspos cahaya matahari.
Kulit kepala sering terkena dan menyebabkan alopecia permanen.
Lesi primer berupa papul eritem atau plak dengan pengelupasan ringan.
Perubahan pigmentasi berupa hiperpigmentasi di tepi aktif lesi, sedangkan bagian tengah yang inaktif menunjukkan hipopigmentasi.
Lesi menyebar secara sentrifugal dan dapat menyatu.
Ketika lesi yang aktif sembuh, kulit terlihat atrofi dan terbentuk jaringan parut.
Penatalaksanaan
48
Tujuan →untuk memperbaiki keadaan pasien, mengontrol lesi yang ada dan mengurangi terbentuknya jaringan parut, serta mencegah terbentuknya lesi baru
non-medikamentosaPajanan sinar matahari harus diminimalisasiHindari kontak dg rokokHindari stressor
MedikamentosaLokalsistemik
Pengobatan
49
Lokalpaling efektif injeksi intralesi triamcinolon
acetonid 2.5-10 mg/mlSistemik
Hidroksikloroquinon pada dosis tidak lebih dari 6.5 mg/KgBB/hari
klorokuin dengan dosis 250 mg perhari.Terapi alternatif berupa auranofin, talidomid,
retinoid oral atau topikal dan agen imunosupresif
Psoriasis
50
Kelainan kulit yang ditandai proses pergantian kulit yang terlalu cepat.
Kemunculan penyakit ini dalam jangka waktu lama atau kambuhan dalam waktu tidak menentu.
Tidak mengancam jiwa,tidak menular→menurunkan kualitas hidup dan mengganggu psikologis penderita bila tidak dirawat dengan baik.
Bila tidak diobati dengan benar → komplikasi → psoriatic eritroderma atau psoriasis pustulosa generalisata → membahayakan jiwa penderita.
Tipe
51
Bentuk vulgaris (bentuk plak)Bentuk bintik-bintik (guttate)Bentuk pada bagian lipatan (flexura)Bentuk menyebar luas atau
eritroderma (seluruh kulit)Bentuk gelembung bernanah (pustula)Bentukmengelupas (exfoliative)Psoriasis sendi ( psoriasis yang
disertai radang sendi)
Insidensi
52
» orang kulit putih → 2,5% : 1,3%Puncak pada usia pubertas dan menopauseUSA 2,2 % populasi
Etiopatologi
53
faktor genetik : HLAfaktor imunologik : sel T, penyaji
antigen/dermal, keratinositfaktor pencetus : stress psikis, infeksi fokal,
trauma (fenomena Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol, merokok.
Patogenesis pasti →blm jelas, diduga hiperaktivitas sel T memicu mediator proinflamasi (IL 17, IL 23)
Gambaran klinis
54
Gejalanya : gatal ringanEffloresensi: plak eritematous berbatas tegas
dg skuama kasar, berlapis-lapis dan transparan/ keperakan
Fenomena tetesan lilinFenomena Auspitz Fenomena KobnerManifestasi okular→ eye lid,konjunctiva,kornea
Predileksi
55
skalpperbatasan skalp dengan wajahekstremitas bagian ekstensor, terutama
siku dan lututdaerah lumbosakral
PENATALAKSANAAN
56
Dipengaruhi banyak faktorPaling utama hindarkan pencetusLangkah pertama pengobatan topikal
ter (LCD 5%), kortikosteroid topikal, kalsipotriol dan tazaroten
langkah kedua pengobatan fotokemoterapiPsoralen sistemik + UV (PUVA)
langkah terakhir pengobatan sistemik metotreksat, retinoid dan siklos-porin
57
DERMATOMYOSITIS
58
salah satu penyakit kulit yang mengenai jaringan kulit, subkutis dan otot-otot dengan disertai tanda-tanda edema, dermatitis, peradangan dan degenerasi otot
Patofisiologi
59
Autoantibosi yang menyerang kapiler otot dan arteriol
Pembentukan fragmentkomplemen C3b and C4b s yang akan diubah menjadi C3bNEO and membrane attack complex (MAC), yg kemudian terdeposisi di vaskuler endomysial → kerusakan otot
Mekanisme pada kulit belum jelas
Manifestasi klinik
60
Lesi makula fotosensitif, ungu terang, agak bersisik dan tersebar.
Predileksii daerah periorbital atau malar, leher/dada bagian atas dan permukaaan ekstensor sendi jari-jari tangan, pergelangan kaki, siku dan lutut.
Lesi diagnostik ialah edema heliotropik, yaitu edema kelopak mata atas yang berwarna ungu (heliotrop).
61
Otot bengkak dan keraskelemahan ototRefleks tendon menurun.Sinovitis subakut, timbul pembengkakan
yang simetris pada tangan, siku dan lutut.
62
PENATALAKSANAAN
63
Kortikosteroid prednison 40-60 mg/hari
Sitostatika MetotreksatAzatioprinSiklofosfamid
FisioterapiMobilisasiLatihan range of motionLatihan berjalan
VITILIGO
64
kelainan pigmentasi (pewarnaan) kulit, seringkali bersifat progresif dan familial yang ditandai oleh makula hipopigmentasi (warna keputihan) pada kulit yang asimtomatik
PATOFISIOLOGI
65
ditemukan autoantibodi terhadap antigen sistem melanogenik, yaitu autoantibodi anti melanosit yang bersifat toksik terhadap melanosit.
Gejala
66
Makula hipopigmentasi, berdiameter beberapa milimeter sampai sentimeter, berbentuk bulat, lonjong, ataupun tak beraturan, dan berbatas tegas.
Selain hipopigmentasi tidak dijumpai kelainan lain pada kulit.
Kadang-kadang rambut pada kulit yang terkena ikut menjadi putih.
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, dan ditunjang oleh pemeriksaan histopatologik serta pemeriksaan lampu Wood
67
PENATALAKSANAAN
68
Masih bersifat non spesifikFotokemoterapi
psoralen dan radiasi ultraviolet natural atau artifisial
kortikosteroid topikal klobetasol propionat 0,05% triamsionolon asetonid 0,1% intralesi betametason 17 valerat 0,1% secara topikal.
fluorourasil secana topikalpengobatan memerlukan waktu lama, 18
bulan sampai 2 tahun
ALOPESIA AERATA
69
penyakit kerontokan rambut/kebotakan yang terjadi secara mendadak
Etnis, status sosial, gender, dan usia tidak terkait dengan risiko alopecia.
Lebih dari 20% penderita alopecia memiliki riwayat keluarga dengan penyimpangan ini, terutama pada mereka yang memiliki riwayat eksim, asma, dan penyakit tiroid.
Beberapa studi memperlihatkan hubungan antara alopecia dengan stress atau trauma.
PATOFISIOLOGI
70
sistem imun tubuh menyerang pertumbuhan sel reproduksi folikel rambut.
Hal ini menyebabkan penghentian produksi rambut baru dan menyebabkan kerontokan rambut.
Sistem imun yg salah ini juga menyebabkan peradangan pada folikel → nekrosis
GEJALA KLINIS
71
Onset akut. kerontokan berlebihan yang berbentuk oval
atau bulat, tidak gatal, tidak ada kerak maupun ketombe, warna kulit kepala tidak merah dan tidak ada peradangan yang membuat kulit kepala lunak jika ditekan.
PENATALAKSANAAN
73
Pilihan kortikosteroid bisa diberikan dengan tiga cara. injeksi lokal pada area yang mengalami
kebotakanoral yang diberikan untuk terapi jangka pendek krim dioleskan pada area yang mengalami
kebotakan. Hasil yang baik dikombinasikan dengan minoxidil atau anthralin.Minoxidil (5%) merangsang pertumbuhan di mana
jumlah folikel rambut sedikitAnthralin sintesa ter yang menggantikan fungsi imun
yang menginfeksi kulit
Further reading....
74
Michael Hertl (ed.) Autoimmune Diseases of the Skin 2nd edition
Fitzpatrick's DIGM 7th editionStedman's Dermatology Immunology
TERIMAKASIH
ANY QUESTION
75