Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan,...
Transcript of Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan,...
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 i
SAMBUTAN
SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena hanya atas petunjuk dan ridho-Nya, kita dapat
menyelesaikan penyusunan buku Penyajian Data dan Informasi Statistik
Keolahragaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010.
Buku ini mengetengahkan secara komprehensif data dan informasi, serta analisis
kondisi, perkembangan dan capaian pembangunan bidang keolahragaan hingga
saat ini, khususnya menyangkut partisipasi masyarakat dalam olahraga,
ketersediaan sarana dan prasarana olahraga, prestasi olahraga, dan pusat
pendidikan dan latihan olahraga pelajar, yang merupakan parameter utama bagi
suksesnya pembangunan nasional di bidang keolahragaan.
Data dan informasi yang tersaji dalam buku ini dihimpun dan diolah dari sumber
resmi yang dikeluarkan oleh instansi/lembaga terkait, yakni Kementerian Pendidikan
Nasional, Badan Pusat Statistik, dinas yang menangani keolahragaan tingkat
provinsi se Indonesia, Komite Olahraga Nasional, dan unit-unit organisasi di
lingkungan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Melalui buku ini ditunjukkan pula bahwa seluruh kebijakan yang ditempuh guna
mewujudkan tujuan keolahragaan nasional sebagaimana diamanahkan dalam Pasal
4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tetang Sistem Keolahragaan Nasional,
telah dirumuskan secara sistemik dan sistematik berdasarkan data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kami berharap buku ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan organisasi
olahraga, serta instansi/ lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam
mengoptimalkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian program pembudayaan, pengembangan dan pembinaan
olahraga di lingkungan dan/ atau wilayah tugas masing-masing.
ii Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Akhirnya, kepada para penyusun, narasumber, dan semua pihak yang berperan
serta dalam penerbitan buku ini kami ucapkan terimakasih. Semoga buku ini dapat
bermakna positif bagi suksesnya pelaksanaan fungsi keolahragaan nasional, yakni
mengembangkan kemampuan jasmani, rohani dan sosial serta watak dan
kepribadian bangsa yang bermartabat.
Billahitaufik Wal Hidayah,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Desember 2010
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga
Drs. Wafid Muharram, MM
NIP. 19600709 198803 1 001
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah meridhoi
kemampuan bagi segenap Tim Penyusun dalam hal persiapan dan penyusunan
buku Penyajian Data dan Informasi Statistik Kepemudaan Kementerian Pemuda
dan Olahraga Tahun 2010.
Buku berjudul Penyajian Data dan Informasi Statistik Keolahragaan Tahun
2010, yang saat ini sedang dalam genggaman Anda, merupakan medium publikasi
yang menyajikan informasi mengenai kondisi umum keolahragaan di Indonesia.
Data dan informasi keolahragaan yang disajikan meliputi kependudukan, partisipasi
penduduk melakukan aktivitas olahraga, ketersediaan fasilitas olahraga,
keberadaan jumlah guru olahraga/penjaskes di sekolah, rasio guru olahraga,
perkembangan prestasi atlet, keberadaan PPLP, serta keberadaan sarana dan
prasarana olahraga.
Basis data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini diambil dari
berbagai sumber antara lain; Hasil Susenas 2009, Data Statistik Persekolahan dari
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), data prestasi atlet dari multi
event (PON, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade) dari Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI) dan data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora), khususnya mengenai pencapaian prestasi olahraga.
Publikasi ini merupakan publikasi tahunan dari Kemenpora, sehingga data
dan informasi yang tersedia untuk tahun 2010 ini tentunya mengalami sejumlah
perubahan dibandingkan dengan data dan informasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Diharapkan ketersediaan data dan informasi kepemudaan ini dapat membantu
terjadinya sinkronisasi mengenai database kepemudaan secara nasional.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam seluruh tahapan
penyusunan buku ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Kami sungguh membuka diri atas kritik, saran, dan masukan demi
penyempurnaan materi buku ini di masa mendatang.
Semoga keberadaan buku ini memberikan manfaat bagi masyarakat luas
khususnya segenap pemangku kepentingan (stakeholders) keolahragaan di
iv Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Indonesia. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan menolong kita semua dalam
menunaikan tugas-tugas pengabdian demi kemajuan negara dan bangsa tercinta.
Jakarta, Desember 2010
Tim Penyusun
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 v
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF
Olahraga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
menuju hidup sehat. Namun, masyarakat Indonesia masih kurang
menyadari akan pentingnya hidup sehat. Hal ini ditunjukkan oleh
kurangnya animo/minat dan apresiasi masyarakat terhadap
olahraga, bahkan partisipasinya mengalami penurunan dari waktu ke
waktu. Dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009 partisipasi
penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari 25,4
persen pada tahun 2003, turun menjadi 23,2 persen pada tahun
2006, dan terakhir turun menjadi 21,8 persen pada tahun 2009. Pola
tersebut berlaku baik di daerah perkotaan maupun perdesaan.
Partisipasi penduduk Indonesia dalam melakukan aktivitas
olahraga bervariasi antar provinsi. Minat tertinggi penduduk dalam
berolahraga terdapat di Provinsi DI Yogyakarta (30,3 persen), DKI
Jakarta (27,4 persen), dan Banten (26,1 persen). Sementara
penduduk yang berolahraga dengan persentase paling rendah
terdapat pada Provinsi Papua Barat (12,0 persen), Papua
(12,9 persen), dan Nusa Tenggara Timur (14,1 persen).
vi Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Seseorang melakukan olahraga dengan maksud dan tujuan
tertentu. Hasil Susenas 2009 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk yang berolahraga (69,7 persen) melakukannya dengan
tujuan menjaga kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja
yang melakukan olahraga dengan tujuan prestasi (6,8 persen) dan
rekreasi (2,9 persen). Pada umumnya (63,9 persen) penduduk
berolahraga dengan frekuensi hanya satu hari dalam seminggu,
dengan intensitas tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Jenis
olahraga yang paling sering dilakukan penduduk adalah senam (SKJ
dan senam lainnya).
Guna mendorong tumbuhnya minat masyarakat dalam
melakukan kegiatan olahraga, harus diimbangi dengan tersedianya
fasilitas olahraga yang memadai. Hasil data Podes tahun 2008,
fasilitas olahraga yang paling banyak tersedia berupa lapangan bola
voli yaitu dimiliki oleh sekitar 78,1 persen desa/kelurahan yang ada
di Indonesia dan yang paling sedikit ketersediaannya adalah kolam
renang hanya dimiliki oleh 2,6 persen desa/kelurahan.
Di sisi lain, guru olahraga/penjaskes sangat dibutuhkan
dalam rangka membantu menumbuhkan minat, bakat, dan prestasi
siswa di sekolah dalam bidang olahraga. Berdasarkan data statistik
persekolahan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas),
rasio guru olahraga: sekolah untuk SD pada tahun 2008/2009
sebesar 0,78. Angka tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap 100
SD tersedia guru olahraga/penjaskes sebanyak 78 guru. Sementara
untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan angka rasio
lebih dari 1 yang berarti setiap 100 sekolah telah tersedia lebih dari
100 guru, yaitu SMP sebesar 1,23, SMU sebesar 1,42, dan SMK
sebesar 1,58. Rasio guru olahraga: sekolah untuk SD terendah
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 vii
terdapat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,34 dan tertinggi
terdapat di Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 1,42.
Perkembangan prestasi para atlet Indonesia dapat dilihat
melalui event olahraga yang pada umumnya diikuti baik di tingkat
nasional maupun internasional yaitu PON, Sea Games, Asian
Games, dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir
telah diselenggarakan pada tahun 2008 di Provinsi Kalimantan Timur
dengan juara umum diraih Provinsi Jawa Timur. Di ajang
internasional, Indonesia mengalami penurunan prestasi olahraga.
Peningkatan mulai terjadi pada Asian Games XVI tahun 2010,
Indonesia meraih peringkat ke 15. Diharapkan pada Sea Games
XXVI dimana Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus lolos sebagai
juara umum.
Salah satu tempat pembibitan dan pembinaan olahraga bagi
para atlet muda yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi
olahraga di Indonesia adalah Pusat Pembinaan dan Latihan
Olahraga Pelajar (PPLP). Berdasarkan data profil kepemudaan dan
keolahragaan yang bersumber dari Kemenpora, jumlah atlet pada
tahun 2009 yang dibina PPLP dan tersebar di 33 provinsi adalah
sebesar 1.710 orang terdiri dari 1.097 laki-laki dan 613 perempuan.
Dari seluruh cabang olahraga yang ada di PPLP, cabang olahraga
yang banyak ditekuni atlet adalah atletik, pencak silat, sepak takraw,
dan sepak bola.
Pada umumnya sarana dan prasarana yang tersedia di PPLP
adalah gedung asrama sebagai tempat menginap para atlet pelajar,
gedung sekolah sebagai tempat mereka menuntut ilmu, lapangan
olahraga, dan peralatan olahraga yang dapat menunjang selama
mereka berlatih. Namun, tidak semua PPLP mempunyai sarana dan
viii Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
prasarana yang cukup memadai sebagai tempat pembinaan dan
pelatihan olahraga, bahkan di beberapa daerah cenderung memiliki
sarana dan prasarana yang sangat minim.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 v
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF
Olahraga merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan menuju hidup sehat. Namun,
masyarakat Indonesia masih kurang menyadari akan
pentingnya hidup sehat. Hal ini ditunjukkan oleh
kurangnya animo/minat dan apresiasi masyarakat
terhadap olahraga, bahkan partisipasinya mengalami
penurunan dari waktu ke waktu. Dalam kurun waktu
2003, 2006, dan 2009 partisipasi penduduk dalam
melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari 25,4
persen pada tahun 2003, turun menjadi 23,2 persen
pada tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,8
persen pada tahun 2009. Pola tersebut berlaku baik di
daerah perkotaan maupun perdesaan.
Partisipasi penduduk Indonesia dalam
melakukan aktivitas olahraga bervariasi antar provinsi.
Minat tertinggi penduduk dalam berolahraga terdapat di
Provinsi DI Yogyakarta (30,3 persen), DKI Jakarta (27,4
persen), dan Banten (26,1 persen). Sementara
penduduk yang berolahraga dengan persentase paling
rendah terdapat pada Provinsi Papua Barat
vi Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
(12,0 persen), Papua (12,9 persen), dan Nusa
Tenggara Timur (14,1 persen).
Seseorang melakukan olahraga dengan maksud
dan tujuan tertentu. Hasil Susenas 2009 menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk yang berolahraga
(69,7 persen) melakukannya dengan tujuan menjaga
kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja
yang melakukan olahraga dengan tujuan prestasi (6,8
persen) dan rekreasi (2,9 persen). Pada umumnya
(63,9 persen) penduduk berolahraga dengan frekuensi
hanya satu hari dalam seminggu, dengan intensitas
tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Jenis olahraga
yang paling sering dilakukan penduduk adalah senam
(SKJ dan senam lainnya).
Guna mendorong tumbuhnya minat masyarakat
dalam melakukan kegiatan olahraga, harus diimbangi
dengan tersedianya fasilitas olahraga yang memadai.
Hasil data Podes tahun 2008, fasilitas olahraga yang
paling banyak tersedia berupa lapangan bola voli yaitu
dimiliki oleh sekitar 78,1 persen desa/kelurahan yang
ada di Indonesia dan yang paling sedikit
ketersediaannya adalah kolam renang hanya dimiliki
oleh 2,6 persen desa/kelurahan.
Di sisi lain, guru olahraga/penjaskes sangat
dibutuhkan dalam rangka membantu menumbuhkan
minat, bakat, dan prestasi siswa di sekolah dalam
bidang olahraga. Berdasarkan data statistik
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 vii
persekolahan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemdiknas), rasio guru olahraga: sekolah untuk SD
pada tahun 2008/2009 sebesar 0,78. Angka tersebut
menunjukkan bahwa untuk setiap 100 SD tersedia guru
olahraga/penjaskes sebanyak 78 guru. Sementara
untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan
angka rasio lebih dari 1 yang berarti setiap 100 sekolah
telah tersedia lebih dari 100 guru, yaitu SMP sebesar
1,23, SMU sebesar 1,42, dan SMK sebesar 1,58. Rasio
guru olahraga: sekolah untuk SD terendah terdapat di
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,34 dan tertinggi
terdapat di Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 1,42.
Perkembangan prestasi para atlet Indonesia
dapat dilihat melalui event olahraga yang pada
umumnya diikuti baik di tingkat nasional maupun
internasional yaitu PON, Sea Games, Asian Games,
dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON
terakhir telah diselenggarakan pada tahun 2008 di
Provinsi Kalimantan Timur dengan juara umum diraih
Provinsi Jawa Timur. Di ajang internasional, Indonesia
mengalami penurunan prestasi olahraga. Peningkatan
mulai terjadi pada Asian Games XVI tahun 2010,
Indonesia meraih peringkat ke 15. Diharapkan pada
Sea Games XXVI dimana Indonesia menjadi tuan
rumah sekaligus lolos sebagai juara umum.
Salah satu tempat pembibitan dan pembinaan
olahraga bagi para atlet muda yang bertujuan untuk
viii Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia adalah
Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar
(PPLP). Berdasarkan data profil kepemudaan dan
keolahragaan yang bersumber dari Kemenpora, jumlah
atlet pada tahun 2009 yang dibina PPLP dan tersebar di
33 provinsi adalah sebesar 1.710 orang terdiri dari
1.097 laki-laki dan 613 perempuan. Dari seluruh cabang
olahraga yang ada di PPLP, cabang olahraga yang
banyak ditekuni atlet adalah atletik, pencak silat, sepak
takraw, dan sepak bola.
Pada umumnya sarana dan prasarana yang
tersedia di PPLP adalah gedung asrama sebagai
tempat menginap para atlet pelajar, gedung sekolah
sebagai tempat mereka menuntut ilmu, lapangan
olahraga, dan peralatan olahraga yang dapat
menunjang selama mereka berlatih. Namun, tidak
semua PPLP mempunyai sarana dan prasarana yang
cukup memadai sebagai tempat pembinaan dan
pelatihan olahraga, bahkan di beberapa daerah
cenderung memiliki sarana dan prasarana yang sangat
minim.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN i
KATA PENGANTAR iii
RINGKASAN EKSEKUTIF v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN TABEL xix
DAFTAR PETA xxiii
GLOSSARY/DAFTAR ISTILAH xxv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 4
1.3 Sistematika Penyajian 5
BAB II METODOLOGI 9
2.1 Sumber Data 9
2.2 Ruang Lingkup 10
2.3 Konsep dan Definisi 11
2.4 Keterbatasan Data 13
2.5 Metode Analisis 14
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 x
Halaman
BAB III KEGIATAN OLAHRAGA 17
3.1 Partisipasi Berolahraga 18
3.2 Tujuan Berolahraga 23
3.3 Frekuensi dan Intensitas Berolahraga 26
3.4 Jalur Kegiatan Olahraga 29
3.5 Jenis Olahraga 33
BAB IV FASILITAS OLAHRAGA 41
4.1 Lapangan/Gelanggang Olahraga 43
4.2 Kelompok Kegiatan Olahraga 47
4.3 Guru Olahraga 49
4.4 Induk Organisasi Cabang Olahraga 53
BAB V PRESTASI OLAHRAGA 59
5.1 Sejarah Perkembangan Olahraga di
Indonesia 60
5.2 Sejarah Perkembangan Olahraga
Tingkat Dunia 64
5.2.1 Olimpiade 65
5.2.2 Asian Games 67
5.2.3 Sea Games 69
5.3 Prestasi Nasional 71
5.4 Prestasi Internasional 72
BAB VI PUSAT PEMBINAAN & LATIHAN
OLAHRAGA PELAJAR (PPLP) 81
6.1 Atlet PPLP 83
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xi
Halaman
6.2 Pelatih PPLP 85
6.3 Kejuaraan antar PPLP 87
6.4 Sarana dan Prasarana PPLP 89
BAB VII PENUTUP 93
7.1 Saran-Saran 95
LAMPIRAN TABEL 98
PETA 137
DAFTAR PUSTAKA 145
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xii
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
3.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah, 2000-2009
19
3.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke
Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
21
3.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke
Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah dan Lama Berolahraga (Hari), 2009
27
3.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke
Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah dan Rata-rata Lama Berolahraga per Hari (Menit), 2009
29
5.1 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam
Olimpiade, 1988-2008 74
5.2 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam
Asian Games, 1951-2010 76
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xiv
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2009
22
3.2.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Tujuan Olahraga, 2009
24
3.2.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tujuan Olahraga, 2009
25
3.3.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Lama Berolahraga (Hari), 2009
28
3.4.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
30
3.4.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
32
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xvi
Tabel Halaman
3.5.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, 2000-2009
33
3.5.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Tipe Daerah, 2009
35
3.5.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Kelompok Umur, 2009
36
4.1.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Fasilitas Lapangan/Gelanggang Olahraga menurut Jenis Olahraga, 2000-2008
44
4.2.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Kelompok Kegiatan Olahraga menurut Jenis Olahraga, 2000-2008
48
4.3.1 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes
dan Jumlah Sekolah menurut Jenjang Pendidikan, 2005/2006–2008/2009
51
4.4.1 Daftar Induk Organisasi Olahraga di
Indonesia menurut Nama Cabang/ Perkumpulan Olahraga dan Singkatannya, 2009
54
5.1.1 Perkembangan Pekan Olahraga Nasional
(PON) menurut Waktu Penyelenggaraan, Tempat Penyelenggaraan, dan Juara Umum
63
Tabel Halaman
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xvii
5.2.1 Perkembangan Olimpiade menurut Tahun
dan Tempat Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat Indonesia
66
5.2.2 Perkembangan Asian Games menurut
Tahun dan Tempat Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat Indonesia
68
5.2.3 Perkembangan Sea Games menurut Tahun
dan Tempat Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat Indonesia
70
5.3.1 Perkembangan Peringkat 4 Besar
(Perolehan Medali Emas) PON XV-XVII, 2000, 2004, dan 2008
72
5.4.1 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam
Olimpiade menurut Tahun Kejuaraan 73
5.4.2 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam
Asian Games menurut Tahun Kejuaraan dan Jumlah Negara Peserta
75
5.4.3 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam
Sea Games menurut Negara dan Tahun Kejuaraan
77
6.1.1 Jumlah dan Persentase Atlet PPLP menurut
Cabang Olahraga dan Jenis Kelamin, 2009 84
6.2.1 Jumlah dan Persentase Pelatih PPLP
menurut Cabang Olahraga dan Jenis Kelamin, 2009
86
6.3.1 Jumlah dan Persentase Atlet PPLP yang
Mengikuti Kejuaraan antar PPLP menurut Cabang Olahraga dan Jenis Kelamin, 2009
88
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xviii
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xix
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Tabel Halaman
3.1.1-3.1.3 Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
98-100
3.2.1-3.2.3 Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Olahraga, 2009
101-103
3.3.1-3.3.3 Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Lamanya Melakukan Olahraga (Hari), 2009
104-106
3.4.1-3.4.3 Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Rata-rata Lamanya Melakukan Olahraga per Hari, 2009
107-109
3.5.1-3.5.3 Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
110-112
3.6.1-3.6.3 Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, 2009
113-115
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xx
Tabel Halaman
4.1.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Sepak Bola menurut Provinsi, 2000-2008
116
4.1.2 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Fasilitas Lapangan Bola Voli menurut Provinsi, 2000-2008
117
4.1.3 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Fasilitas Lapangan Bulu Tangkis menurut Provinsi, 2000-2008
118
4.1.4 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Fasilitas Lapangan Bola Basket menurut Provinsi, 2000-2008
119
4.1.5 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Fasilitas Lapangan Tenis (Lapangan) menurut Provinsi, 2000-2008
120
4.1.6 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Fasilitas Gelanggang Renang menurut Provinsi, 2000-2008
121
4.2.1 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Sepak Bola menurut Provinsi, 2000-2008
122
4.2.2 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Voli menurut Provinsi, 2000-2008
123
4.2.3 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bulu Tangkis menurut Provinsi, 2000-2008
124
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xxi
Tabel Halaman
4.2.4 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Basket menurut Provinsi, 2000–2008
125
4.2.5 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Tenis (Lapangan) menurut Provinsi, 2000-2008
126
4.2.6 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Renang menurut Provinsi, 2000-2008
127
4.2.7 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Tenis (Meja) menurut Provinsi, 2000-2008
128
4.2.8 Persentase Desa/Kelurahan yang
Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bela Diri menurut Provinsi, 2000-2008
129
4.3.1 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes
Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SD menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
130
4.3.2 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes
Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMP menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
131
4.3.3 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes
Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMU menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
132
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xxii
Tabel Halaman
4.3.4 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMK menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
133
5.1.1 Jumlah Perolehan Medali PON menurut
Provinsi, Jenis Medali, dan Rangking, 2000
134
5.1.2 Jumlah Perolehan Medali PON menurut
Provinsi, Jenis Medali, dan Rangking, 2004
135
5.1.3 Jumlah Perolehan Medali PON menurut
Provinsi, Jenis Medali, dan Rangking, 2008
136
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xxiii
DAFTAR PETA
Peta Halaman
1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga selama Seminggu yang Lalu menurut Provinsi, 2009
137
2 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Fasilitas Lapangan Sepak Bola menurut Provinsi, 2008
138
3 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Fasilitas Lapangan Bola Voli menurut Provinsi, 2008
139
4 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Fasilitas Lapangan Bulu Tangkis menurut Provinsi, 2008
140
5 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Kelompok Kegiatan Olahraga Sepak Bola menurut Provinsi, 2008
141
6 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Voli menurut Provinsi, 2008
142
7 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki
Kelompok Kegiatan Olahraga Bulu Tangkis menurut Provinsi, 2008
143
8 Peringkat Provinsi dalam Perolehan Medali
PON XVII, 2008 144
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 xxv
GGGGLOSSARY/DAFTAR ISTILAHLOSSARY/DAFTAR ISTILAHLOSSARY/DAFTAR ISTILAHLOSSARY/DAFTAR ISTILAH
BPS : Badan Pusat Statistik
IOC : International Olympic Committee
ISI : Ikatan Sport Indonesia
Kemdiknas : Kementerian Pendidikan Nasional
Kemenpora : Kementerian Pemuda dan Olahraga
KONI : Komite Olahraga Nasional Indonesia
KOI : Komite Olimpiade Indonesia
LCC : Lomba Customs Cycling
MSBP : Modul Sosial Budaya dan Pendidikan
Podes : Potensi Desa
PON : Pekan Olahraga Nasional
PORI : Persatuan Olahraga Republik Indonesia
PPLM : Pusat Pembinaan dan Latihan
Mahasiswa
PPLP : Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga
Pelajar
Sea Games : Southeast Asian Games
SEAP Games : Southeast Asian Peninsular Games
SKJ : Senam Kesegaran Jasmani
SKN : Sistem Keolahragaan Nasional
Susenas : Survei Sosial Ekonomi nasional
WHO : World Health Organization
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerak adalah salah satu ciri-ciri kehidupan. Bagi manusia,
gerak ditandai dengan kegiatan fisik atau aktivitas jasmani. Bila
kegiatan fisik (physical activity) atau gerak tersebut dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan dapat bermanfaat untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan. Namun, kesibukan dalam kehidupan
“duniawi”, sering menyebabkan orang menjadi kurang gerak, dan
apabila disertai stress dapat mengundang berbagai penyakit seperti
penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke. Guna mencegah
timbulnya penyakit dan untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia
perlu menjalankan pola hidup sehat dan melakukan olahraga.
1
2 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Seperti yang dikatakan oleh Giriwijoyo (2007), olahraga adalah
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
mempertahankan hidup kualitas hidup. Dengan berolahraga
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan, baik kesehatan
jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan konsep sehat
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa: “Sehat adalah
sejahtera jasmani, rohani dan sosial, bukan hanya bebas dari
penyakit, cacat ataupun kelemahan”.
Perhatian dan upaya pemerintah terhadap kesehatan dan
olahraga dituangkan dalam Undang-Undang (UU). Salah satunya
adalah UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dalam bab V
pasal 10 disebutkan ”bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan”. Pada pasal
11 UU tersebut dikatakan bahwa salah satu penyelenggaraan upaya
kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 10 dilaksanakan
melalui kegiatan olahraga.
Selanjutnya, dalam upaya pembangunan nasional di bidang
keolahragaan diterbitkan UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional (SKN). Pada Bab I Pasal 1 UU tersebut
dinyatakan bahwa ”olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis
untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani, dan sosial”. Dalam rangka meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan olahraga, pada Bab III Pasal 5 UU
tentang SKN disebutkan mengenai pengembangan kebiasaan hidup
sehat dan aktif bagi masyarakat; pemberdayaan peran serta
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 3
masyarakat; keselamatan dan keamanan; dan keutuhan jasmani
dan rohani. Selain itu pada Bab IV Pasal 6 UU tersebut, setiap warga
negara diberi hak yang sama untuk: a. melakukan kegiatan
olahraga; b. memperoleh pelayanan dalam kegiatan olahraga; c.
memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang sesuai
dengan bakat dan minatnya; d. memperoleh pengarahan, dukungan,
bimbingan, pembinaan dan pengembangan dalam keolahragaan; e.
menjadi pelaku olahraga; dan f. mengembangkan industri olahraga.
Bagi masyarakat yang maju dan modern kegiatan olahraga
sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Olahraga
telah dipandang memiliki berbagai fungsi yang tidak hanya untuk
mengembangkan kualitas kebugaran fisik saja, melainkan juga
mengembangkan kualitas mental individu dan masyarakat secara
lebih utuh dan mantap. Melalui olahraga, individu dapat
mengembangkan segi-segi mental kepribadian, moral,
kepemimpinan, kesetiaan, loyalitas, pengabdian, relasi intra dan
interpersonal lebih baik lagi (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Kemdiknas, 2010). Sejalan dengan itu, pengembangan kualitas
mental ke arah yang lebih baik merupakan wujud dari pembinaan
mutu sumber daya manusia dalam pembangunan nasional.
Hal di atas menunjukkan bahwa ada kaitan yang erat antara
olahraga dengan pembangunan nasional. Untuk itu perlu perhatian
yang serius dari berbagai unsur yang terkait guna meningkatkan
minat dan keinginan masyarakat untuk melakukan kegiatan
olahraga, karena selain berfungsi untuk menjaga kesehatan,
olahraga juga berfungsi sebagai kegiatan untuk rekreasi/hiburan dan
sekaligus sebagai sarana untuk mencapai prestasi.
4 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Bila dilihat dari waktu ke waktu, prestasi yang diraih
Indonesia dalam event-event olahraga internasional baik berupa
jumlah perolehan medali maupun peringkat menunjukkan
penurunan. Pada Asian Games XIV tahun 2002 di Busan (Korea),
Indonesia menduduki peringkat 14 dengan perolehan medali
sebanyak 23 medali. Namun, terjadi penurunan pada Asian Games
XV tahun 2006 di Doha (Qatar) menjadi peringkat 22 dengan 21
medali. Begitu pula dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
melakukan olahraga, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) menunjukkan penurunan dari 25,4 persen pada
tahun 2003 menjadi 21,8 persen pada tahun 2009.
Kecenderungan makin menurunnya minat dan keinginan
masyarakat, serta prestasi para atlet olahraga merupakan hal yang
memprihatinkan. Sejalan dengan itu, perlu segera dilakukan upaya
untuk mengidentifikasi berbagai kendala dan masalah di dalam
masyarakat yang melatarbelakangi terjadinya kondisi tersebut.
Langkah yang paling mudah dilakukan adalah melalui pengumpulan
dan pengkajian berbagai indikator olahraga dengan melihat dari
berbagai aspek. Pada publikasi ini akan dilihat beberapa aspek yang
berkaitan dengan keolahragaan, yaitu: tingkat partisipasi masyarakat
dalam berolahraga, fasilitas olahraga, prestasi olahraga, dan PPLP
(Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan publikasi Penyajian Data
Informasi Statistik Keolahragaan Tahun 2010 ini secara umum
adalah memberikan gambaran mengenai kondisi dan perkembangan
kegiatan olahraga di Indonesia. Secara khusus bertujuan untuk
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 5
memberikan gambaran perkembangan kegiatan olahraga, baik
ditingkat nasional maupun provinsi tentang berbagai aspek, seperti:
a. Partisipasi olahraga.
b. Ketersediaan sarana dan prasarana olahraga.
c. Pencapaian prestasi olahraga.
d. Pusat pendidikan dan latihan olahraga pelajar.
Penyajian publikasi ini diharapkan berguna bagi para
pembaca, khususnya para peneliti, perencana dan pengambil
keputusan di bidang olahraga dalam melakukan berbagai analisis
dan penyusunan kebijakan.
1.3 Sistematika Penyajian
Publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Keolahragaan
Tahun 2010 ini secara sistematik disajikan dalam tujuh bagian.
Ringkasan eksekutif di bagian awal publikasi dimaksudkan untuk
memberikan gambaran ringkas dan menyeluruh kepada pembaca
atas keseluruhan kandungan publikasi ini. Pada bagian pertama
(Bab I) disajikan fenomena yang melatar belakangi penyusunan
publikasi, maksud dan tujuan serta sitematika penyusunan publikasi
ini. Bagian kedua (Bab II) disajikan secara rinci tentang metodologi
yang digunakan dalam penyusunan publikasi mencakup sumber
data, konsep dan definisi serta metode analisis.
Lima bagian berikutnya menyajikan gambaran mengenai
kondisi dan perkembangan olahraga, diawali dengan bab tiga berupa
kajian mengenai perkembangan kegiatan olahraga dilihat dari
partisipasi masyarakat dalam berolahraga, kemudian bab empat
mengenai fasilitas olah raga, bab lima mengenai prestasi olahraga,
dan bab enam mengenai pusat pendidikan dan latihan olahraga
pelajar. Kajian-kajian tersebut bersifat deskriptif yang mengulas
6 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
fenomena dari data yang ada. Pada bab tujuh yang merupakan bab
terakhir dari publikasi ini disajikan ringkasan beberapa temuan yang
diperoleh dari hasil kajian pada bagian-bagian sebelumnya dan
beberapa rekomendasi berkaitan dengan temuan yang diperoleh.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 7
8 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 9
METODOLOGI 2.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam publikasi Penyajian Data
Informasi Statistik Keolahragaan 2010 ini adalah :
1. Data hasil pendataan Potensi Desa (Podes) yang
diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS), sebagai dasar
untuk memperoleh gambaran mengenai fasilitas dan
perkumpulan olahraga. Data Podes yang digunakan dalam
analisis mencakup empat series data, yaitu data Podes tahun
2000, 2003, 2005, dan 2008.
2
10 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
2. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial
Budaya dan Pendidikan (MSBP) yang diselenggarakan oleh
BPS, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran mengenai
partisipasi olahraga yang dilakukan masyarakat. Data Modul
Sosial Budaya dan Pendidikan Susenas yang digunakan dalam
analisis mencakup empat series data, yaitu data tahun 2000,
2003, 2006, dan 2009.
3. Data jumlah guru olahraga yang dikumpulkan dari Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemdiknas).
4. Data jumlah atlet, jenis/cabang olahraga dan prestasi atlet pada
beberapa penyelenggaraan event olahraga baik pada tingkat
nasional maupun internasional, yang dikumpulkan dari KONI
(Komite Olahraga Nasional Indonesia).
5. Data mengenai jumlah PPLP/Sekolah Olahraga yang
dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal Olahraga, Kemenpora.
6. Data mengenai jumlah atlet, jenis/cabang olahraga dan prestasi
atlet khusus dalam penyelenggaraan event olahraga bagi pelajar
dan mahasiswa yang juga dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal
Olahraga, Kemenpora.
2.2 Ruang Lingkup
Sampel Susenas tahun 2009 mencakup 291.888 rumah
tangga yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia baik daerah
perkotaan maupun perdesaan. Seluruh sampel dicacah dengan
menggunakan kuesioner kor (VSEN2009.K) dan kuesioner modul
(VSEN2009.MSBP). Estimasi data kor dan modul Susenas tahun
2009 dapat dilakukan hingga level kabupaten/kota tetapi tidak dapat
disajikan menurut daerah perkotaan atau perdesaan. Susenas tahun
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 11
2009 tidak mencakup rum ah tangga yang tinggal dalam blok sensus
khusus seperti asrama, penjara dan sejenisnya yang berada di blok
sensus biasa.
2.3 Konsep dan Definisi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, data yang
digunakan dalam kajian ini mencakup data hasil sensus potensi desa
(Podes) dan data Susenas. Untuk menghindari perbedaan
pemahaman dan interpretasi terhadap data yang dianalisis, pada
bagian ini secara khusus disajikan konsep dan definisi beberapa
variabel atau jenis data yang digunakan dalam pengumpulan data
Podes dan data modul Sosial Budaya dan Pendidikan Susenas.
Konsep dan definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Olahraga adalah kegiatan seseorang dengan sengaja meluangkan
waktunya untuk melakukan satu atau lebih kegiatan fisik, dengan
tujuan meningkatkan kesegaran jasmani secara teratur, atau
meningkatkan prestasi atau untuk hiburan. Kegiatan olahraga dapat
berupa latihan atau pertandingan atau rekreasi/hiburan.
Olahragawan/atlet adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan
secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk
mencapai prestasi.
Prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan
atau kelompok olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga.
Prasarana Olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan
yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan
keolahragaan.
12 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Sarana Olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang
digunakan untuk kegiatan olahraga.
Jalur Olahraga adalah wadah yang memfasilitasi seseorang
melakukan olahraga.
Jalur Sendiri apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga
dengan inisiatif sendiri, tanpa ada yang mengkoordinasikan.
Jalur Perkumpulan di Sekolah apabila seseorang melakukan
kegiatan olahraga yang dikoordinasikan oleh sekolah.
Jalur Perkumpulan di Tempat Bekerja apabila seseorang
melakukan kegiatan olahraga yang dikoordinasikan (kepengurusan
maupun anggaran) oleh instansi tempat responden bekerja,
misalnya pembelian net, raket, mendapat subsidi dari tempat
bekerja.
Jalur Lainnya apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga
yang dikoordinasikan oleh jalur selain dari yang telah disebutkan di
atas.
Lapangan Olahraga adalah tempat melakukan olahraga yang ada
di desa/kelurahan sesuai dengan persyaratan olahraga yang
bersangkutan.
Lapangan Sepakbola adalah lapangan yang diperuntukkan bagi
prasarana cabang olahraga sepakbola dengan ukuran 110 m x 70 m,
Lapangan sepakbola yang didalam lapangannya terdapat juga
lapangan volley, tennis lapangan dan sebagainya masing-masing
dihitung sendiri-sendiri.
Lapangan Bola Basket adalah prasarana olahraga yang
diperuntukkan bagi permainan bola basket dengan ukuran lapangan
28 m x 15 m dengan lantai terbuat dari beton.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 13
Lapangan Bola Voli adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan
bagi permainan bola voli dengan ukuran lapangan 18 m x 9 m
dengan lantai terbuat dari tanah/beton.
Lapangan Bulu Tangkis adalah prasarana olahraga yang
diperuntukkan bagi permainan bulu tangkis dengan ukuran lapangan
14,40 m x 6,10 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton.
Kolam Renang adalah prasarana olahraga yang berupa bangunan
kolam renang dan diperuntukkan bagi olahraga renang dengan
ukuran kolam 20 m x 25 m atau 25 m x 15 m.
Lapangan Tennis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan
bagi olahraga tennis lapangan dengan ukuran lapangan 23,77 m x
10,97 m.
Kelompok Kegiatan Olahraga adalah kelompok penduduk
desa/kelurahan dalam melakukan olahraga, tanpa memperhatikan
apakah olahraga tersebut dilakukan didesa/kelurahan ini maupun di
tempat lain.
2.4 Keterbatasan Data
Disadari ada keterbatasan data yang digunakan dalam
penyajian publikasi ini. Penjelasan berikut diharapkan dapat lebih
memperjelas dan mempermudah bagi pengguna dan pembaca
publikasi ini dalam menafsirkan data yang disajikan.
Data yang bersumber dari Susenas tidak mencakup mereka yang
tinggal di rumah tangga khusus seperti asrama yang berpenghuni
lebih dari 10 orang dan PPLP, diasumsikan karakteristiknya sama
dengan rumah tangga biasa.
14 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
2.5 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah
analisis deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel
sederhana dan gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam
memahaminya. Kajian ini juga mencakup analisis lintas sektor yang
digunakan untuk melihat gambaran perbandingan kondisi dan situasi
kegiatan olahraga antar wilayah provinsi, antar daerah perkotaan-
perdesaan, maupun antara laki-laki dan perempuan (gender).
Analisis trend juga disertakan dalam kajian ini dalam upaya untuk
memperoleh gambaran secara rinci mengenai kecenderungan
perkembangan kegiatan olahraga selama beberapa periode waktu.
Statistik dan indikator yang disajikan dalam analisis ini secara
keseluruhan mencakup statistik dan indikator sederhana berupa
proporsi atau persentase, rata-rata dan rasio. Penyajian statistik dan
indikator dalam bentuk persentase, rata-rata dan rasio didasarkan
pada pertimbangan bahwa ukuran-ukuran tersebut relatif paling
mudah dipahami pembaca.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 15
16 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 17
KEGIATAN OLAHRAGA
Olahraga merupakan cara untuk sehat yang paling murah
dan mudah dilakukan. Olahraga dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun sesuai keinginan. Untuk menumbuhkan minat dan
apresiasi masyarakat dalam berolahraga, mereka perlu mengetahui
manfaat dan tujuan berolahraga. Semakin tinggi tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan olahraga menunjukkan semakin
tingginya minat dan apresiasi mereka terhadap kegiatan olahraga.
Pengetahuan masyarakat tentang manfaat olahraga, selera
atau preferensi, ketersediaan fasilitas olahraga dan lingkungan
tempat tinggal merupakan faktor-faktor internal yang sangat
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga.
Prestasi atlet terutama pada event internasional, motivasi
3
18 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
guru/pelatih olahraga dan intervensi pemerintah juga diyakini
sebagai faktor-faktor eksternal yang dapat merangsang tumbuhnya
partisipasi masyarakat untuk berolahraga.
Upaya-upaya yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan olahraga dilakukan pemerintah melalui
pembangunan olahraga. Agar pembangunan olahraga lebih terarah,
perlu diketahui dan dipelajari terlebih dahulu kondisi serta
karakteristik masyarakat dan lingkungan yang akan menjadi sasaran
atau target pembangunan. Sejalan dengan itu, pada bab ini akan
diulas beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan olahraga,
yaitu: partisipasi olahraga, tujuan berolahraga, frekuensi dan
intensitas berolahraga, jalur kegiatan olahraga, dan jenis olahraga.
3.1 Partisipasi Berolahraga
Masyarakat Indonesia masih kurang menyadari akan
pentingnya hidup sehat. Hal ini ditunjukkan oleh kurangnya
animo/minat dan apresiasi masyarakat terhadap olahraga. Hasil
Susenas menunjukkan bahwa partisipasi penduduk berumur 10
tahun ke atas dalam melakukan olahraga mengalami penurunan dari
waktu ke waktu, seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.1.
Peningkatan partisipasi olahraga hanya terjadi dari tahun 2000
sebesar 22,6 persen menuju tahun 2003 menjadi sebesar 25,4
persen. Sementara itu, dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009
partisipasi penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun,
yaitu dari 25,4 persen pada tahun 2003, turun menjadi 23,2 persen
pada tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,8 persen pada tahun
2009. Pola tersebut berlaku baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan. Partisipasi berolahraga penduduk perkotaan lebih tinggi
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 19
bila dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Kondisi ini didukung
oleh fasilitas dan jenis olahraga yang berkembang di perkotaan lebih
banyak dibandingkan di perdesaan.
Gambar 3.1
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daer ah, 2000-2009
26,127,9
32,1
28,7
17,619,520,518,0
21,823,2
25,422,6
0
5
10
15
20
25
30
35
2000 2003 2006 2009
%
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2000-2009
Gambar 3.1 juga memperlihatkan bahwa selain angkanya
yang terus menurun dari waktu ke waktu, persentase penduduk yang
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga juga relatif masih rendah
yaitu hanya sekitar 22 persen saja pada tahun 2009. Angka 22
persen tersebut menunjukkan bahwa dari 100 penduduk Indonesia
berumur 10 tahun ke atas, hanya sekitar 22 penduduk yang aktif
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, sedangkan sebanyak 78
penduduk lainnya tidak melakukan olahraga.
Pada Lampiran Tabel 3.1.3 disajikan persentase penduduk
yang melakukan olahraga di setiap provinsi. Pada tabel tersebut
nampak bahwa partisipasi penduduk Indonesia dalam melakukan
aktivitas olahraga bervariasi antar provinsi. Minat tertinggi penduduk
20 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
dalam berolahraga terdapat di Provinsi DI Yogyakarta (30,3 persen),
DKI Jakarta (27,4 persen), dan Banten (26,1 persen). Sementara
penduduk yang berolahraga dengan persentase paling rendah
terdapat pada Provinsi Papua Barat (12,0 persen), Papua (12,9
persen), dan Nusa Tenggara Timur (14,1 persen).
Fenomena di atas menyiratkan bahwa partisipasi masyarakat
Indonesia dalam kegiatan olahraga secara umum masih sangat
rendah. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan mengingat olahraga
merupakan salah satu kegiatan yang menunjang kesehatan. Masih
rendahnya angka partisipasi olahraga dapat diindikasikan bahwa
masyarakat belum sepenuhnya mempunyai kesadaran untuk hidup
lebih sehat melalui olahraga. Hal ini perlu menjadi perhatian dari
pemerintah dan pihak yang terkait untuk mencari solusi guna
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berolahraga.
Pada Gambar 3.2 disajikan persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas yang berolahraga menurut tipe daerah dan jenis
kelamin. Bila ditinjau berdasarkan tipe daerah, tingkat partisipasi
penduduk perkotaan dalam kegiatan olahraga lebih tinggi (26,1
persen) dibanding penduduk perdesaan (17,6 persen).
Sementara itu bila dilihat menurut jenis kelamin, minat untuk
melakukan olahraga di kalangan penduduk laki-laki (26,8 persen)
lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan (16,9 persen). Pola
tersebut terlihat baik di daerah perkotaan (32,0 persen berbanding
20,4 persen) maupun perdesaan (21,9 persen berbanding 13,5
persen).
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 21
Gambar 3.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan
Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daer ah dan Jenis Kelamin, 2009
32,0
20,4
26,1
21,9
13,5
17,6
26,8
16,9
21,8
0
5
10
15
20
25
30
35
%
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Olahraga seyogianya dapat dilakukan oleh semua orang baik
pada usia muda maupun tua. Namun, biasanya usia muda lebih
energik, kuat dan bersemangat dibandingkan mereka yang berusia
lanjut. Dalam hal ini, selain animo yang tinggi dan kesadaran untuk
hidup sehat, kekuatan fisik juga ikut mempengaruhi aktivitas
seseorang dalam melakukan kegiatan olahraga. Semakin tua
seseorang cenderung akan berkurang tenaganya sehingga aktivitas
berolahragapun jarang dilakukan. Padahal informasi kesehatan di
Smallcrab.com (2009) menyatakan terdapat penelitian baru-baru ini
yang membuktikan bahwa dengan hanya berolahraga ringan seperti
berjalan kaki saja dapat membantu tubuh mencegah penurunan
daya kerja otak pada lanjut usia. Semakin lama dan seringnya
kegiatan berjalan kaki ini dilakukan maka ketajaman pikiran juga
akan semakin membaik.
Selain itu, Daniel Landers (profesor pendidikan olahraga dari
Arizona State University) juga mengungkapkan lima manfaat
22 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
olahraga bagi kesehatan, yaitu: (1) meningkatkan kemampuan otak,
(2) menunda proses penuaan, (3) mengurangi stress, (4)
meningkatkan daya tahan tubuh, dan (5) menambah rasa percaya
diri (http://gayahidupsehat.org). Informasi tentang manfaat yang
diperoleh dengan berolahraga, belum banyak diketahui masyarakat
terutama penduduk lanjut usia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
3.1.1.
Pada Tabel 3.1.1 diperoleh gambaran bahwa persentase
penduduk yang melakukan olahraga terus berkurang sejalan dengan
pertambahan usia. Kegiatan olahraga mayoritas dilakukan oleh
mereka yang tergolong penduduk usia muda, secara berturut-turut
dari persentase terbesar yaitu usia 10-14 tahun, 5-9 tahun, dan 15-
19 tahun. Dari seluruh penduduk usia 10-14 tahun terdapat 66,8
persen penduduk yang melakukan olahraga, pada kelompok umur 5-
9 tahun sebesar 49,5 persen, dan pada kelompok umur 15-19 tahun
sebesar 42,9 persen.
Tabel 3.1.1
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Me lakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Kelompok Umur dan
Tipe Daerah, 2009
Kelompok Umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
5-9 54,5 45,3 49,5
10-14 71,1 63,2 66,8
15-19 47,2 38,7 42,9
20-24 20,0 14,0 17,1
25-29 16,6 9,9 13,3
30-64 16,7 5,5 11,0
65+ 11,7 2,5 6,4
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 23
Besarnya partisipasi penduduk dalam berolahraga pada
kelompok umur 5-19 tahun tersebut dikarenakan mereka tergolong
usia sekolah. Aktivitas olahraga di sekolah, tidak saja sebagai bagian
dari pelajaran sekolah yang wajib diikuti, juga tersedia kegiatan
olahraga sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi kegiatan
pilihan siswa. Hal ini didukung oleh Tabel 3.5.3 bahwa jenis olahraga
yang banyak dilakukan oleh penduduk usia 10-19 tahun adalah SKJ,
sepak bola, bola voli, dan senam lainnya yang merupakan jenis
olahraga bagian dari pelajaran ekstrakurikuler sekolah.
Partisipasi olahraga pada kelompok usia yang lebih tua
cenderung semakin menurun. Pada penduduk lanjut usia, yaitu
kelompok umur 65 tahun ke atas hanya 6,4 persen saja yang
melakukan olahraga. Pola yang sama berlaku baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan, namun bila dilihat proporsinya
penduduk berumur 5 tahun ke atas yang melakukan olahraga lebih
tinggi di daerah perkotaan daripada perdesaan.
3.2 Tujuan Berolahraga
Setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam
melakukan olahraga. Umumnya seseorang berolahraga bertujuan
untuk meningkatkan/menjaga stamina tubuh agar tetap sehat, tetapi
ada pula mereka yang melakukannya dengan tujuan meningkatkan
prestasi, rekreasi/hiburan, dan lainnya. Olahraga prestasi biasanya
dilakukan oleh mereka yang mempunyai minat dan bakat dalam
bidang olahraga dan dikembangkan secara profesional sehingga
dapat mencapai prestasi. Olahraga rekreasi ditujukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan kegembiraan yang menyegarkan dan
menghilangkan kejenuhan dari aktivitas sehari-hari. Sementara itu,
24 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
olahraga yang termasuk lainnya seperti olahraga yang dilakukan
saat pelajaran di sekolah.
Pada Tabel 3.2.1 diperoleh gambaran bahwa mayoritas
penduduk (69,7 persen) melakukan olahraga dengan tujuan menjaga
kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja dari mereka
yang melakukannya dengan tujuan prestasi dan rekreasi yaitu
masing-masing sebesar 6,8 persen dan 2,9 persen.
Tabel 3.2.1
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daer ah, Jenis
Kelamin, dan Tujuan Olahraga, 2009
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
Tujuan Olahraga Menjaga
Kesehatan Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan:
Laki-laki 76,2 5,9 3,2 14,7 100,0
Perempuan 72,2 6,4 1,6 19,8 100,0
L+P 74,6 6,1 2,6 16,7 100,0
Perdesaan:
Laki-laki 64,5 7,5 4,5 23,5 100,0
Perempuan 59,9 8,0 1,7 30,5 100,0
L+P 62,7 7,7 3,4 26,2 100,0
Perkotaan+Perdesaan:
Laki-laki 71,3 6,6 3,7 18,4 100,0
Perempuan 67,2 7,0 1,6 24,1 100,0
L+P 69,7 6,8 2,9 20,7 100,0
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 25
Tabel 3.2.2 menampilkan distribusi penduduk yang
berolahraga menurut tujuan olahraga dan jenjang pendidikan. Dari
tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa penduduk yang
melakukan olahraga dengan tujuan menjaga kesehatan
persentasenya semakin meningkat seiring dengan tingginya jenjang
pendidikan yang ditamatkan.
Tabel 3.2.2
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Pendidika n Tertinggi
yang Ditamatkan dan Tujuan Olahraga, 2009
Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
Tujuan Olahraga Menjaga
Kesehatan Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tdk/blm tamat SD 56,0 9,1 2,0 33,0 100,0
SD/MI 61,9 8,6 3,0 26,5 100,0
SMP/MTs 67,4 7,9 3,3 21,3 100,0
SMA/MA 89,1 2,7 4,0 4,2 100,0
PT 93,1 1,2 1,9 3,7 100,0
Total 69,7 6,8 2,9 20,7 100,0
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009 Pada penduduk yang berpendidikan SMP ke bawah
persentasenya berkisar antara 56 persen hingga 67 persen,
sedangkan pada penduduk yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas)
angkanya lebih tinggi yaitu berkisar antara 89 persen hingga 93
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula kesadaran untuk hidup lebih sehat.
Keadaan sebaliknya terjadi pada penduduk yang melakukan
olahraga dengan tujuan prestasi. Persentase penduduk yang
melakukan olahraga dengan tujuan tersebut relatif masih rendah,
26 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
terutama pada mereka yang menamatkan pendidikan SMA ke atas.
Persentase penduduk yang berolahraga dengan tujuan rekreasi
persentasenya relatif sangat rendah untuk semua jenjang pendidikan
yang ditamatkan (Tabel 3.2.2).
3.3 Frekuensi dan Intensitas Berolahraga
Olahraga yang dilakukan secara rutin dengan frekuensi dan
intensitas yang cukup akan mendatangkan manfaat bagi tubuh
secara maksimal. Namun setiap orang mempunyai kapasitas dan
kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukannya. Sejalan
dengan itu akan dilihat frekuensi dan intensitas olahraga yang
dilakukan penduduk berumur 10 tahun ke atas, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Frekuensi olahraga menunjukkan berapa hari dalam
seminggu seseorang melakukan olahraga. Hasil Susenas 2009
menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan penduduk berumur 10
tahun ke atas yang berolahraga, sebagian besar (63,9 persen)
melakukannya hanya satu hari dalam seminggu. Sementara itu,
penduduk yang berolahraga selama 2-4 hari dalam seminggu
sebanyak 26,7 persen, sedangkan mereka yang berolahraga selama
5-6 hari dan 7 hari dalam seminggu (setiap hari) hanya sedikit sekali
yaitu berturut-turut 3,7 persen dan 5,8 persen.
Gambar 3.3
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daer ah dan Lama
Berolahraga (Hari), 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 27
65,0
26,1
3,0 6,0
62,2
27,6
4,7 5,5
63,9
26,7
3,75,8
0
10
20
30
40
50
60
70
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
%
1 hari 2-4 hari 5-6 hari 7 hari
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Bila ditinjau menurut tipe daerah, proporsi penduduk yang
melakukan olahraga hanya satu hari dalam seminggu di daerah
perkotaan (65,0 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan di
perdesaan (62,2 persen). Sebaliknya, kegiatan olahraga lebih dari
satu kali dalam seminggu, lebih banyak dilakukan oleh penduduk
yang tinggal di daerah perdesaan (Gambar 3.3).
Tabel 3.3.1 menampilkan frekuensi olahraga yang dilakukan
penduduk berumur 10 tahun ke atas berdasarkan jenis olahraga.
Pada tabel tersebut nampak bahwa hampir semua jenis olahraga
pada umumnya dilakukan oleh penduduk yang berolahraga dengan
frekuensi hanya satu hari dalam seminggu, kecuali olahraga
badminton, bela diri, dan catur.
28 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.3.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Ola hraga yang
Paling Sering Dilakukan dan Lama Berolahraga (Hari) , 2009
Jenis Olahraga
Lama Berolahraga (Hari)
1 2 - 4 5 - 6 7 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)
SKJ 83,3 12,2 3,9 0,6 100,0
Senam lainnya 79,5 16,8 1,5 2,1 100,0
Jogging/gerak jalan 52,1 30,1 4,1 13,7 100,0
Tenis meja 44,6 41,5 6,4 7,5 100,0
Badminton 41,7 50,8 3,0 4,5 100,0
Bola voli 58,7 31,2 4,6 5,5 100,0
Bola basket 79,6 18,6 0,9 0,9 100,0
Sepak bola 51,7 38,0 4,4 5,9 100,0
Renang 69,7 26,7 1,6 2,0 100,0
Bela diri 40,2 52,3 2,8 4,7 100,0
Catur 32,2 53,8 4,2 9,7 100,0
Lainnya 52,0 32,6 4,2 11,3 100,0
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Ketiga jenis olahraga di atas yaitu badminton, bela diri, dan
catur mayoritas dilakukan oleh penduduk dengan frekuensi 2-4 hari
dalam seminggu. Sementara itu, bila dilihat proporsinya nampak
bahwa jenis olahraga yang paling banyak dilakukan penduduk setiap
hari (7 hari dalam seminggu) adalah olahraga jogging/gerak jalan
(13,7 persen). Olahraga tersebut nampaknya menjadi olahraga yang
paling murah dan mudah dilakukan sehingga dapat dilakukan setiap
hari.
Selain frekuensi olahraga, intensitas atau lamanya
berolahraga juga merupakan salah satu faktor yang cukup
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 29
menentukan seseorang melakukan olahraga. Intensitas berolahraga
menunjukkan berapa menit dalam sehari seseorang melakukan
olahraga.
Pada Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar (83,6
persen) penduduk melakukan olahraga dengan intensitas tidak lebih
dari satu jam dalam sehari, yaitu terdiri dari 49,6 persen melakukan
olahraga rata-rata sekitar 31-60 menit dan 34,0 persen
melakukannya selama 10-30 menit. Sementara itu, mereka yang
melakukan kegiatan olahraga rata-rata dalam sehari antara 1-2 jam
sebesar 14,1 persen dan 2,4 persen melakukannya lebih dari 120
menit (2 jam). Fenomena ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan.
Gambar 3.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan
Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daer ah dan Rata-rata Lama Berolahraga per Hari (Menit), 2009
33,5
50,3
14,0
2,2
34,6
48,5
14,3
2,6
34,0
49,6
14,1
2,4
0
10
20
30
40
50
60
%
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
10-30 menit 31-60 menit 61-120 menit > 120 menit
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
3.4 Jalur Kegiatan Olahraga
Seseorang yang melakukan kegiatan olahraga membutuhkan
suatu wadah. Wadah yang memfasilitasi mereka dalam melakukan
30 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
olahraga disebut sebagai jalur olahraga. Jalur olahraga yang dapat
dimanfaatkan adalah dengan melakukannya sendiri, melalui
perkumpulan sekolah, perkumpulan olahraga, perkumpulan tempat
bekerja, atau lainnya.
Tabel 3.4.1 menampilkan persentase penduduk yang
melakukan olahraga menurut jalur olahraga. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa separuh (50,4 persen) penduduk yang
melakukan olahraga memanfaatkan jalur sekolah sebagai wadah
dalam berolahraga. Hal ini sejalan dengan Tabel 3.1.1 yang
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang melakukan
olahraga terdapat pada kelompok usia sekolah (5-19 tahun).
Tabel 3.4.1
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daer ah, Jenis
Kelamin, dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
Jalur Melakukan Olahraga
Sendiri Perkumpulan
Lainnya Sekolah Olahraga Tempat Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan:
Laki-laki 38,3 37,5 17,0 12,2 7,1
Perempuan 32,5 52,4 8,9 7,0 5,9
L+P 36,0 43,4 13,8 10,1 6,6
Perdesaan:
Laki-laki 22,4 52,0 22,3 5,8 9,5
Perempuan 16,0 73,5 7,4 3,2 6,4
L+P 19,9 60,4 16,5 4,8 8,3
Perkotaan+Perdesaan:
Laki-laki 31,7 43,5 19,2 9,5 8,1
Perempuan 25,8 61,0 8,2 5,4 6,1
L+P 29,3 50,4 14,9 7,9 7,3
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 31
Di sisi lain, persentase penduduk yang melakukan olahraga
dengan jalur sendiri sebesar 29,3 persen dan memanfaatkan jalur
perkumpulan olahraga sebesar 14,9 persen. Sementara mereka
yang memanfaatkan perkumpulan di tempat bekerja hanya 7,9
persen dan sisanya pada jalur lainnya sebesar 7,3 persen.
Bila ditinjau menurut tipe daerah terdapat pola bahwa
olahraga yang dilakukan melalui jalur sekolah lebih banyak dilakukan
oleh penduduk perdesaan dibandingkan dengan penduduk
perkotaan. Sementara pola penduduk yang berolahraga dengan
melakukan sendiri dan di tempat bekerja lebih banyak dilakukan oleh
penduduk perkotaan.
Dilihat berdasarkan jenis kelamin, persentase penduduk laki-
laki yang melakukan olahraga pada jalur perkumpulan olahraga
(19,2 persen) dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan (8,2 persen). Kondisi ini terjadi baik di daerah perkotaan
maupun daerah perdesaan (Tabel 3.4.1).
Bila dikaitkan antara jenis olahraga dengan wadah yang
memfasilitasinya, olahraga SKJ dan bola basket paling banyak
dilakukan di sekolah dengan persentase masing-masing sebesar
82,5 persen dan 85,2 persen, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
3.4.2.
Sementara itu, penduduk yang berolahraga jogging/gerak
jalan sebagian besar (79,2 persen) memilih untuk melakukannya
melalui jalur sendiri. Jenis olahraga badminton dan bela diri banyak
dilakukan penduduk melalui jalur perkumpulan olahraga, yaitu
masing-masing sebesar 41,8 persen dan 47,8 persen.
32 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.4.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Ola hraga yang
Paling Sering Dilakukan dan Jalur Melakukan Olahrag a, 2009
Jenis Olahraga
Jalur Melakukan Olahraga
Sendiri Perkumpulan
Lainnya Sekolah Olahraga Tempat Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6) SKJ 6,6 82,5 3,0 8,0 4,6 Senam lainnya 16,5 63,1 11,1 10,1 5,7 Jogging/gerak jalan 79,2 16,3 2,2 5,4 4,1
Tenis meja 37,6 26,7 19,1 23,0 9,4
Badminton 30,3 15,3 41,8 21,0 9,0
Bola voli 11,5 55,5 26,7 6,0 12,0
Bola basket 8,3 85,2 9,5 1,9 5,8
Sepak bola 19,0 46,1 34,0 6,9 12,4
Renang 43,6 58,0 6,4 4,0 5,5
Bela diri 16,5 38,5 47,8 15,2 5,2
Catur 49,0 27,3 18,8 9,3 17,8 Lainnya 49,1 28,2 14,3 8,6 8,8
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Pada Lampiran Tabel 3.5.3 dapat dilihat bahwa hampir
semua provinsi mempunyai pola yang sama dalam memilih jalur
olahraga yaitu melalui jalur sekolah. Persentase terbesar dilakukan
oleh penduduk yang berada di Provinsi Sumatera Utara yaitu
sebesar 63,92 persen. Di sisi lain penduduk yang berada di Provinsi
DKI Jakarta dan DI Yogyakarta lebih senang melakukan olahraga
melalui jalur sendiri dibandingkan jalur olahraga lainnya dengan
persentase masing-masing sebesar 42,02 persen dan 38,26 persen.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 33
3.5 Jenis Olahraga
Seseorang dapat melakukan beberapa jenis olahraga selama
seminggu terakhir, namun pada umumnya jenis olahraga yang paling
sering dilakukan oleh orang tersebut terbatas hanya pada jenis-jenis
olahraga yang paling disukainya.
Pada Tabel 3.5.1 ditampilkan persentase penduduk yang
berolahraga menurut jenis olahraga yang paling sering dilakukan
dalam kurun waktu 2000-2009. Senam (SKJ dan senam lainnya)
merupakan jenis olahraga yang paling sering dilakukan penduduk
dari waktu ke waktu.
Tabel 3.5.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Ola hraga yang
Paling Sering Dilakukan, 2000–2009
Jenis Olahraga 2000 2003 2006 2009
(1) (2) (3) (4) (5)
SKJ 36,8 31,1 12,5 22,8
Senam lainnya 11,2 12,6 19,5 13,0 Jogging/gerak jalan 15,6 15,5 13,4 20,2
Tenis meja *) 1,3 *) 0,8
Badminton 2,5 2,7 4,2 4,7
Bola voli 14,3 14,9 15,2 11,0
Bola basket *) *) *) 3,4
Sepak bola 10,8 14,6 16,5 17,2
Renang *) *) *) 1,0
Bela diri *) *) *) 0,6
Catur *) *) *) 0,2
Lainnya 8,8 7,3 18,8 5,2
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2000-2009 Catatan: *) Termasuk ke dalam jenis olahraga lainnya
34 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Pada tahun 2000 persentase penduduk yang melakukan olahraga
senam sebesar 48,0 persen, tahun 2003 sebesar 43,7 persen, tahun
2006 sebesar 32,0 persen, dan tahun 2009 sebesar 35,8 persen.
Jenis olahraga ini banyak dipilih oleh penduduk salah satunya SKJ,
karena lebih memasyarakat dimana sering dilaksanakan secara
bersama-sama baik di instansi, sekolah, maupun lingkungan
perumahan/tempat tinggal.
Selain senam, jogging/gerak jalan juga banyak diminati
masyarakat. Jenis olahraga ini relatif murah, mudah, serta dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa membutuhkan
peralatan dan persyaratan khusus.
Pada tahun 2009, olahraga jogging/gerak jalan dilakukan
oleh penduduk dengan persentase sebesar 20,2 persen. Olahraga
yang paling populer dan merakyat yaitu sepak bola juga banyak
diminati penduduk yaitu sebesar 17,2 persen. Di sisi lain, penduduk
10 tahun ke atas yang paling sering melakukan kegiatan olahraga
renang, tenis meja, bela diri, dan catur hanya sedikit sekali dimana
persentasenya masih di bawah 1 persen.
Bila ditelaah berdasarkan tipe daerah, terdapat perbedaan
pola dalam memilih jenis olahraga antara penduduk perkotaan dan
perdesaan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.2. Penduduk di
daerah perdesaan pada umumnya lebih menyukai jenis olahraga
yang berbentuk permainan serta dilakukan bersama-sama atau
kelompok.
Pada Tabel 3.5.2 dapat dilihat bahwa jenis olahraga yang
paling banyak diminati penduduk perdesaan adalah SKJ (27,3
persen), sepak bola (20,6 persen) dan bola voli (17,2 persen),
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 35
sedangkan di daerah perkotaan berturut-turut adalah jogging (25,7
persen), SKJ (19,6 persen), dan sepakbola (14,7 persen).
Tabel 3.5.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Ola hraga yang
Paling Sering Dilakukan dan Tipe Daerah, 2009
Jenis Olahraga Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
SKJ 19,6 27,3 22,8
Senam lainnya 14,0 11,5 13,0 Jogging/gerak jalan 25,7 12,5 20,2
Tenis meja 0,9 0,6 0,8
Badminton 5,6 3,4 4,7
Bola voli 6,7 17,2 11,0
Bola basket 4,4 1,9 3,4
Sepak bola 14,7 20,6 17,2
Renang 1,4 0,4 1,0
Bela diri 0,7 0,4 0,6
Catur 0,2 0,2 0,2
Lainnya 6,1 4,0 5,2
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Dari Tabel 3.5.3 dapat dilihat pola preferensi penduduk pada
setiap kelompok umur dalam menentukan jenis olahraga yang paling
sering dilakukan. Pola preferensi dalam menentukan jenis olahraga
yang dilakukan masing-masing kelompok umur ternyata cukup
bervariasi. Pada umumnya penduduk yang berada pada kelompok
umur muda atau merupakan usia sekolah yaitu umur 10-14 tahun
dan 15-19 tahun lebih sering melakukan olahraga senam SKJ
dibandingkan jenis olahraga lainnya, dengan persentase masing-
36 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
masing sebesar 40,9 persen dan 19,1 persen. Hal ini mungkin
berkaitan dengan jenis olahraga yang merupakan program sekolah.
Tabel 3.5.3
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Ola hraga yang
Paling Sering Dilakukan dan Kelompok Umur, 2009
Jenis Olahraga
Kelompok Umur (Tahun) Jumlah
10-14 15-19 20-24 25-29 30-64 65+
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
SKJ 40,9 19,1 5,4 7,6 9,8 3,3 22,8
Senam lainnya 16,7 10,9 6,5 9,0 12,5 9,8 13,0
Jogging/gerak jalan
6,7 10,2 23,5 26,3 42,0 70,9 20,2
Tenis meja 0,3 0,6 0,8 1,0 1,6 0,1 0,8
Badminton 1,5 2,1 4,8 8,1 11,0 1,5 4,7
Bola voli 8,8 19,2 14,9 13,6 6,6 0,2 11,0
Bola basket 3,4 8,4 2,5 0,9 0,2 0,1 3,4
Sepak bola 16,9 23,9 32,6 24,6 6,7 0,4 17,2
Renang 1,1 1,3 1,1 0,9 0,7 0,4 1,0
Bela diri 0,5 0,8 1,0 0,7 0,5 0,1 0,6
Catur 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 0,0 0,2
Lainnya 3,1 3,5 6,8 7,0 8,2 13,4 5,2
Sumber: BPS R.I– Susenas Modul 2009
Jenis olahraga yang juga sering dilakukan oleh penduduk
yang tergolong usia muda (15-19 tahun, 20-24 tahun dan 25-29
tahun) adalah sepak bola dan voli. Dari ketiga kelompok umur
tersebut, persentase yang memilih sepak bola berturut-turut 23,9
persen, 32,6 persen dan 24,6 persen, sedangkan yang sering
berolahraga voli masing-masing 19,2 persen, 14,9 persen dan 13,6
persen.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 37
Sementara itu, bagi mereka yang berumur 65 tahun ke atas
atau telah memasuki usia lanjut lebih menyukai jenis olahraga yang
relatif ringan dan mudah dilakukan seperti jogging/gerak jalan
(termasuk jalan cepat atau jalan santai). Dari seluruh penduduk
lansia yang aktif berolahraga, sekitar 70,9 persen memilih jenis
olahraga jogging/gerak jalan.
38 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 39
40 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 41
FASILITAS OLAHRAGA
Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian
tujuan pembangunan nasional yang dijadikan sebagai pendukung
terwujudnya manusia Indonesia yang sehat. Hal ini dilakukan
dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan
pembangunan yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna
meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat
kesehatan dan kebugaran yang cukup. Dalam rangka menumbuhkan
budaya olahraga perlu disusun suatu strategi untuk menarik minat
dan apresiasi masyarakat dalam berolahraga. Namun, minat
masyarakat dalam berolahraga juga perlu diimbangi dengan
tersedianya fasilitas olahraga yang memadai.
4
42 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Fasilitas olahraga, baik berupa sarana maupun prasarana
olahraga, merupakan salah satu faktor pendorong tumbuhnya minat
masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga. Peningkatan
kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga pada suatu lingkungan
masyarakat diharapkan akan menumbuhkembangkan minat, aspirasi
dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan olahraga. Sebaliknya,
penurunan atau terbatasnya fasilitas yang tersedia, cenderung akan
dapat menurunkan minat dan partisipasi mereka untuk berolahraga.
Fasilitas olahraga merupakan sumber daya pendukung
olahraga yang secara keseluruhan mencakup fasilitas fisik dan non
fisik. Fasilitas olahraga secara fisik mencakup prasarana dan sarana
fisik antara lain berupa stadion, gelanggang, dan lapangan olahraga.
Sementara itu, fasilitas olahraga non fisik mencakup prasarana dan
sarana non fisik seperti sasana/perkumpulan olahraga, tenaga
pelatih dan guru olahraga. Tersedianya kedua jenis fasilitas olahraga
tersebut dalam jumlah yang cukup memadai akan mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berolahraga. Selain itu,
pada gilirannya juga akan mampu menggeser persepsi masyarakat
tentang olahraga dari hanya sekedar kegiatan untuk rekreasi dan
menjaga kesehatan menjadi kegiatan untuk ajang memperoleh
prestasi.
Dalam menciptakan fasilitas olahraga yang memadai, sarana
prasarana fisik minimal disesuaikan dengan kondisi masyarakat
yang berolah raga itu sendiri agar masyarakat dapat menikmati
olahraga dengan baik dan optimal. Namun, adakalanya
pembangunan fasilitas fisik berupa gelanggang dan lapangan
olahraga pada suatu lingkungan masyarakat terhambat karena
adanya perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini terutama
terjadi di daerah perkotaan atau wilayah yang berbatasan dengan
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 43
perkotaan. Peningkatan yang pesat dari jumlah penduduk dan
kegiatan ekonomi di daerah tersebut secara umum akan menggeser
fungsi lapangan olahraga atau lahan-lahan kosong menjadi rumah
pemukiman atau tempat usaha.
Pada bab ini akan dilihat beberapa aspek dari fasilitas
olahraga yang sangat penting bagi perkembangan dan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga. Aspek-aspek yang
menjadi bahan kajian pada bab ini antara lain adalah
lapangan/gelanggang olahraga, kelompok kegiatan olahraga, guru
olahraga, dan induk organisasi cabang olahraga.
4.1 Lapangan/Gelanggang Olahraga
Idealnya setiap desa/kelurahan memiliki fasilitas olahraga
yang memadai sehingga dapat menampung berbagai kegiatan
olahraga yang diminati masyarakat. Namun pada kenyataannya
belum semua desa/kelurahan memiliki fasilitas lapangan/gelanggang
olahraga. Data statistik Potensi Desa (Podes) menyajikan informasi
mengenai ketersediaan lapangan/gelanggang olahraga hingga
tingkat desa/kelurahan. Tetapi, jenis olahraga yang dicakup masih
terbatas pada jenis-jenis olahraga massa yaitu jenis olahraga yang
banyak diminati masyarakat luas seperti sepak bola, bola voli, dan
bulu tangkis serta olahraga populer lainnya seperti bola basket,
tennis lapangan, dan renang.
44 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 4.1.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas
Lapangan/Gelanggang Olahraga menurut Jenis Olahraga , 2000-2008
Jenis Olahraga 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Sepak Bola 53,9 57,9 56,2 56,1
Bola Voli 76,0 79,5 79,4 78,1
Bulu Tangkis 41,7 46,0 47,2 49,3
Bola Basket 4,6 5,3 6,7 7,1
Tenis (Lapangan) 4,8 5,0 5,0 5,1
Renang 1,7 1,5 2,6 2,6
Sumber: BPS R.I– Statistik Podes 2000–2008
Berdasarkan data Podes tahun 2008 pada Tabel 4.1.1,
fasilitas lapangan olahraga yang paling banyak tersedia adalah
lapangan bola voli, yaitu dimiliki oleh sekitar 78,1 persen
desa/kelurahan yang ada di Indonesia. Disusul kemudian lapangan
sepak bola dan bulu tangkis masing-masing dimiliki oleh 56,1 persen
dan 49,3 persen desa/kelurahan. Sementara lapangan olahraga
yang paling sedikit ketersediaannya adalah kolam renang, tennis
(lapangan), dan bola basket. Dari seluruh desa/kelurahan yang ada
di Indonesia, hanya 2,6 persen desa/kelurahan yang memiliki kolam
renang, sebesar 5,1 persen desa/kelurahan memiliki lapangan tenis
(lapangan), dan sebesar 7,1 persen desa/kelurahan memiliki
lapangan bola basket.
Pola serupa terjadi hampir di semua provinsi, yaitu lapangan
sepak bola, bola voli, dan bulu tangkis paling banyak
ketersediaannya, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran Tabel
4.1.1–4.1.3. Bila dilihat lebih rinci nampak adanya variasi dalam
jumlah dan jenis fasilitas lapangan/gelanggang olahraga yang
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 45
tersedia di setiap provinsi. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan
jenis olahraga yang diminati masyarakat antara satu provinsi dengan
provinsi lainnya. Faktor lain karena adanya perbedaan ketersediaan
lahan yang dapat dijadikan fasilitas lapangan/gelanggang olahraga.
Olahraga sepak bola merupakan olahraga massa yang
digemari banyak orang. Namun tidak semua provinsi memiliki
fasilitas lapangan sepak bola yang relatif banyak, seperti yang
ditunjukkan pada Lampiran Tabel 4.1.1. Hal ini mungkin terjadi
karena lapangan tersebut memerlukan lahan yang lebih luas
dibandingkan olahraga lainnya. Tiga provinsi teratas yang memiliki
lapangan sepak bola relatif cukup memadai adalah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (93,0 persen), Riau (85,7 persen), dan
Kalimantan Barat (83,8 persen). Keadaan sebaliknya terjadi di
Provinsi Papua Barat, Papua, dan Sumatera Utara, yaitu masing-
masing hanya 27,7 persen, 31,7 persen, dan 34,3 persen
desa/kelurahan yang memiliki lapangan sepak bola.
Pada Lampiran Tabel 4.1.2 dapat dilihat bahwa lebih dari
separuh desa/kelurahan yang ada di setiap provinsi telah memiliki
fasilitas lapangan bola voli, terutama desa/kelurahan yang ada di
wilayah Provinsi Kepulauan Riau (99,1 persen), Riau (98,1 persen),
dan Kepulauan Bangka Belitung (96,2 persen). Hampir seluruh
desa/kelurahan di tiga provinsi tersebut telah memiliki lapangan bola
voli.
Olahraga bulu tangkis secara umum banyak diminati oleh
penduduk di Provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat
(Lampiran Tabel 4.1.3). Hal ini terlihat dari besarnya persentase
desa/kelurahan di tiga provinsi tersebut yang memiliki fasilitas
olahraga bulu tangkis yaitu berturut-turut mencapai sebesar 96,2
46 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
persen, 94,5 persen, dan 82,5 persen. Sebaliknya, penduduk di
Provinsi Papua Barat, Papua, dan Maluku nampaknya kurang
berminat terhadap olahraga bulu tangkis, yaitu berturut-turut hanya
4,4 persen, 5,5 persen, dan 13,0 persen desa/kelurahan saja yang
memiliki fasilitas olahraga tersebut.
Di sisi lain, olahraga bola basket, tenis (lapangan), dan
renang nampaknya kurang diminati oleh masyarakat hingga saat ini.
Seperti yang disajikan pada Lampiran Tabel 4.1.4, persentase
desa/kelurahan yang memiliki fasilitas lapangan bola basket pada
semua provinsi kurang dari 20 persen, kecuali di Provinsi DKI
Jakarta yang mencapai 65,2 persen, DI Yogyakarta sebesar 24,7
persen, dan Sumatera Barat sebesar 21,8 persen. Sementara itu,
dari Lampiran Tabel 4.1.5 diketahui bahwa persentase
desa/kelurahan yang memiliki fasilitas lapangan tenis (lapangan)
pada semua provinsi kurang dari 15 persen, kecuali di Provinsi DKI
Jakarta yang mencapai 51,7 persen, dan DI Yogyakarta sebesar
23,7 persen. Ketersediaan fasilitas olahraga renang di Indonesia
dirasakan masih sangat minim, hal ini dilihat dari rendahnya
persentase desa/kelurahan yang memiliki fasilitas tersebut
(Lampiran Tabel 4.1.6). Hampir semua desa/kelurahan di setiap
provinsi memiliki fasilitas olahraga renang dibawah 10 persen,
kecuali Provinsi DKI Jakarta yang mencapai sebesar 22,8 persen.
Pada Tabel 4.1.1 juga disajikan trend desa/kelurahan yang
memiliki fasilitas lapangan/ gelanggang olahraga dalam kurun waktu
2000-2008. Selama kurun waktu tersebut, lapangan bola voli, sepak
bola dan bulu tangkis tetap merupakan fasilitas yang paling banyak
ketersediaannya di desa/kelurahan yang ada di Indonesia. Bila
dilihat trendnya, nampak bahwa ketiga lapangan olahraga yang
termasuk ke dalam olahraga massa tersebut jumlahnya cenderung
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 47
meningkat. Pola ini juga terjadi pada fasilitas olahraga kolam renang,
lapangan tennis (lapangan), dan lapangan bola basket. Meskipun
desa/kelurahan yang memiliki ketiga fasilitas olahraga tersebut relatif
masih sedikit namun jumlahnya cenderung terus meningkat dari
tahun ke tahun.
4.2 Kelompok Kegiatan Olahraga
Kelompok kegiatan olahraga merupakan suatu perkumpulan
yang dibuat sebagai sarana untuk menyalurkan, mengembangkan
dan meningkatkan ketrampilan seseorang di bidang olahraga sesuai
dengan minat dan bakatnya. Bagi para olahragawan yang telah
cukup trampil dan para atlet profesional, kelompok kegiatan olahraga
merupakan satuan komunitas yang tidak dapat terpisahkan. Bagi
mereka, selain diperlukan sebagai wadah bagi keberadaan mereka
dan sarana pembinaan prestasi, kelompok atau perkumpulan
tersebut juga diperlukan sebagai sarana untuk mencari nafkah.
Terbentuknya suatu kelompok kegiatan olahraga pada
umumnya dipengaruhi oleh faktor ketersediaan fasilitas dan minat
masyarakat terhadap olahraga tersebut. Semakin banyak fasilitas
olahraga yang tersedia akan menarik minat masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kelompok kegiatan olahraga. Hal ini dapat
memacu tumbuh kembangnya kelompok kegiatan olahraga.
Sebaliknya, semakin jarang fasilitas olahraga yang tersedia, minat
masyarakat terhadap olahraga cenderung berkurang, yang pada
akhirnya akan mengancam keberadaan kelompok kegiatan olahraga
yang ada di lingkungan masyarakat tersebut.
48 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 4.2.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Ke giatan
Olahraga menurut Jenis Olahraga, 2000-2008
Jenis Olahraga 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Sepak Bola 64,3 69,4 68,5 68,6
Bola Voli 72,0 77,5 77,4 76,8
Bulu Tangkis 37,2 44,2 45,7 48,6
Bola Basket 3,6 4,7 5,7 6,2
Tenis (Lapangan) 4,2 4,8 5,0 5,2
Renang 1,1 1,5 2,3 2,5
Tenis (Meja) 27,5 44,6 37,0 34,5
Bela Diri (pencak silat, karate, dll) 14,5 21,4 18,2 18,8
Sumber: BPS R.I– Statistik Podes 2000–2008
Secara umum kelompok kegiatan olahraga bola voli, sepak
bola dan bulu tangkis lebih diminati masyarakat dibandingkan jenis
olahraga lainnya. Hal ini tercermin dari banyaknya kelompok
kegiatan olahraga pada ketiga jenis olahraga tersebut, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2.1. Pada tahun 2008, persentase
desa/kelurahan yang memiliki kelompok kegiatan olahraga bola voli
mencapai sebesar 76,8 persen, sepak bola sebesar 68,6 persen,
dan bulu tangkis sebesar 48,6 persen. Bila dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya terutama tahun 2000, persentase
desa/kelurahan yang telah memiliki kelompok kegiatan ketiga jenis
olahraga tersebut semakin meningkat. Keberadaan kelompok
kegiatan olahraga bola voli, sepak bola, dan bulu tangkis tersebut
sejalan dengan ketersediaan fasilitas olahraga (lihat Tabel 4.1.1)
yang juga dimiliki oleh mayoritas desa/kelurahan dan angkanya juga
semakin meningkat.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 49
Sementara itu, jenis olahraga bola basket, tenis (lapangan),
dan renang cenderung kurang diminati masyarakat yang berdampak
pada berkurangnya keberadaan kelompok kegiatan olahraga
tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.1, persentase
desa/kelurahan yang memiliki kelompok kegiatan olahraga bola
basket hanya 6,2 persen. Begitu pula dengan kelompok kegiatan
olahraga tenis (lapangan) dan renang yang berturut-turut hanya 5,2
persen dan 2,5 persen saja.
Pola serupa terjadi hampir di semua propinsi, yaitu kelompok
olahraga bola voli, sepak bola dan bulu tangkis paling banyak
keberadaannya dan kelompok olahraga bola basket, tenis
(lapangan), dan renang paling sedikit keberadaannya, kecuali di
Provinsi DKI Jakarta. Sebagai ibukota negara Indonesia, berbagai
macam fasilitas tersedia dengan lengkap termasuk fasilitas olahraga.
Keadaan ini mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok kegiatan
olahraga di provinsi tersebut.
4.3 Guru Olahraga
Olahraga merupakan kegiatan mengolah tubuh yang dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan
sosial dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia.
Kegiatan ini harus dilakukan sedini mungkin mulai dari masa kanak-
kanak agar mereka terbiasa untuk melakukan olahraga. Salah satu
lembaga yang tepat dalam pembinaan olahraga bagi anak-anak
adalah melalui lembaga pendidikan atau sekolah. Pendidikan
jasmani dan olahraga di sekolah harus ditekankan pada olahraga
kesehatan dan latihan jasmani untuk meningkatkan derajat sehat
dinamis dan kemampuan motorik dan koordinasi yang lebih baik,
agar para siswa selama masa belajar memiliki kualitas hidup yang
50 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
lebih baik, serta dapat diharapkan menjadi atlet berprestasi dan
sumber daya manusia yang bermutu di masa depan.
Keberhasilan pendidikan olahraga di sekolah yang
merupakan salah satu faktor penelusuran minat dan bakat siswa
dalam bidang olahraga guna mencapai prestasi baik pada tingkat
nasional maupun internasional, tidak dapat terlepas dari peranan
para guru olahraga. Dengan adanya guru olahraga dalam jumlah
yang cukup memadai di setiap sekolah diharapkan akan mendorong
kegiatan pendidikan olahraga di sekolah semakin menarik dan
bervariasi. Selain tersedia dalam jumlah yang cukup memadai,
diharapkan guru olahraga juga lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah. Hal
ini akan membantu menciptakan suasana yang kondusif yang akan
merangsang minat dan bakat olahraga para siswa.
Berdasarkan data statistik persekolahan dari Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemdiknas) yang ditampilkan pada Tabel
4.3.1, diperoleh rasio atau perbandingan antara jumlah guru
olahraga/penjaskes dan jumlah sekolah. Rasio guru
olahraga:sekolah untuk SD pada tahun 2008/2009 sebesar 0,78.
Angka tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap 100 SD tersedia
guru olahraga/penjaskes sebanyak 78 guru. Sementara untuk
jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan angka rasio lebih
dari 1, yaitu SMP sebesar 1,23, SMU sebesar 1,42, dan SMK
sebesar 1,58. Angka rasio lebih dari 1 menunjukkan bahwa untuk
setiap 100 sekolah telah tersedia lebih dari 100 guru
olahraga/penjaskes.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 51
Tabel 4.3.1 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes dan Jumlah Sek olah menurut
Jenjang Pendidikan, 2005/2006–2008/2009
Jenjang Pendidikan 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
(1) (2) (3) (4) (5)
SD 0,60 0,62 0,65 0,78
SMP 1,44 1,73 1,33 1,23
SMU 1,41 1,39 1,44 1,42
SMK 2,18 1,61 1,67 1,58
Sumber: Kemdiknas– Statistik Persekolahan, 2005/2006 – 2008/2009 Keterangan di atas menggambarkan bahwa pada jenjang
pendidikan SD masih kekurangan banyak tenaga guru olahraga/
penjaskes, sedangkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(SMP ke atas) telah tersedia guru olahraga/penjaskes minimal satu
guru untuk setiap sekolah. Bila dilihat tahun-tahun ajaran
sebelumnya, nampak bahwa kondisi kurangnya tenaga guru
olahraga/penjaskes untuk SD tersebut telah berlangsung lama.
Meskipun kurang namun telah terjadi peningkatan, walaupun
peningkatannya masih relatif kecil. Sementara untuk SMP ke atas
cenderung terjadi perkembangan yang berfluktuasi selama tahun
ajaran 2005/2006 hingga 2008/2009.
Ketersediaan guru olahraga/penjaskes pada jenjang SD di
setiap provinsi sangat bervariasi. Pada jenjang pendidikan SD yang
ada di Provinsi Kepulauan Riau, Papua, dan Papua Barat nampak
sangat membutuhkan tambahan tenaga guru olahraga/ penjaskes.
Seperti yang disajikan pada Lampiran Tabel 4.3.1, rasio guru
olahraga:sekolah untuk SD di ketiga provinsi tersebut pada tahun
ajaran 2008/2009 berturut-turut hanya sebesar 0,34; 0,35 dan 0,38.
Di sisi lain, Provinsi DI. Yogyakarta, Riau, dan Sumatera Barat
52 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
memiliki rasio tertinggi yaitu masing-masing mencapai sebesar 1,42;
1,27 dan 1,15.
Untuk jenjang pendidikan SMP secara nasional ketersediaan
guru olahraga/penjaskes relatif telah terpenuhi. Hal ini terlihat dari
rasio guru olahraga:sekolah yang telah mencapai angka diatas 1.
Bila dilihat per provinsi, kondisi tersebut juga terjadi hampir di setiap
provinsi kecuali beberapa provinsi yang sedikit mengalami
ketimpangan yaitu angka rasio guru olahraga:sekolah untuk SMP
masih dibawah 1, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran Tabel
4.3.2. Pada tahun ajaran 2008/2009, tiga provinsi dengan angka
rasio terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah (0,49), Kalimantan
Barat (0,68), dan Papua (0,71). Sementara untuk rasio tertinggi
berada di Provinsi Bali (2,03), Jawa Tengah (1,54), dan Sumatera
Barat (1,52).
Selanjutnya pada Lampiran Tabel 4.3.3 diperoleh informasi
bahwa ketersediaan akan guru olahraga/penjaskes untuk SMU di
seluruh provinsi selama tahun ajaran 2008/2009 relatif telah
terpenuhi. Hal ini ditunjukkan dengan angka rasio guru
olahraga:sekolah pada seluruh provinsi yang nilainya lebih dari 1,
kecuali Provinsi Kalimantan Tengah (0,82), Kalimantan Barat (0,90),
Maluku Utara (0,97), dan Kepulauan Riau (0,98). Sementara itu,
angka rasio tertinggi berada di Provinsi Bali (2,03), Sumatera Barat
(2,00), dan Sulawesi Barat (1,76).
Pola yang sama juga terjadi pada jenjang pendidikan SMK
yaitu pada tahun ajaran 2008/2009 secara umum ketersediaan guru
olahraga/penjaskes relatif telah terpenuhi. Seperti yang ditunjukkan
pada Lampiran Tabel 4.3.4, angka rasio guru olahraga:sekolah pada
seluruh provinsi nilainya lebih dari 1, kecuali untuk Provinsi Maluku
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 53
Utara (0,90), Gorontalo (0,97), dan Nusa Tenggara Timur (0,98).
Tiga provinsi dengan angka rasio tertinggi yaitu Provinsi Bali (2,80),
Sumatera Selatan (2,13), dan Sumatera Barat (2,00).
4.4 Induk Organisasi Cabang Olahraga
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, pemerintah
menentukan kebijakan nasional keolahragaan, standar nasional
keolahragaan, serta koordinasi dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan keolahragaan nasional. Pada Bab II Pasal 3
Peraturan Pemerintah tersebut, dinyatakan bahwa salah satu
kebijakan nasional keolahragaan yang dilaksanakan pemerintah
adalah pembinaan dan pengembangan olahraga. Salah satu
olahraga yang dikembangkan adalah olahraga prestasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan
dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan pada Bab V Pasal 34 Ayat (1)
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi
menjadi tanggung jawab induk organisasi cabang olahraga,
organisasi cabang olahraga tingkat provinsi, dan organisasi cabang
olahraga tingkat kabupaten/kota. Ayat (2) pada pasal tersebut juga
menyebutkan bahwa induk organisasi cabang olahraga, organisasi
cabang olahraga tingkat provinsi, dan organisasi cabang olahraga
tingkat kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
memenuhi tanggung jawabnya melaksanakan permassalan,
pembibitan, pembinaan dan pengembangan prestasi olahragawan,
pemberdayaan perkumpulan olahraga, pengembangan serta
54 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
pembinaan olahraga, dan penyelenggaraan kompetisi dan kejuaraan
secara berjenjang dan berkelanjutan.
Induk organisasi cabang olahraga adalah organisasi olahraga
yang membina, mengembangkan, dan mengkoordinasikan satu
cabang/jenis olahraga atau gabungan organisasi cabang olahraga
dari satu jenis olahraga yang merupakan anggota federasi cabang
olahraga internasional yang bersangkutan. Pada Tabel 4.4.1
disajikan nama organisasi induk cabang olahraga yang ada di
Indonesia diurutkan berdasarkan nama cabang olah raga serta
singkatan namanya yang diakui oleh KONI (Komite Olahraga
Nasional Indonesia).
Tabel 4.4.1 Daftar Induk Organisasi Olahraga di Indonesia menur ut Nama Cabang
Olahraga/Perkumpulan Olahraga dan Singkatannya, 200 9
No. Cabang /Perkumpulan Olahraga
Induk Organisasi Olahraga Singkatan
(1) (2) (3) (4)
1. Aero Sport Federasi Aero Sport Indonesia FASI
2. Anggar Persatuan Anggar Seluruh Indonesia IKASI
3. Atletik Persatuan Atletik Seluruh Indonesia PASI
4. Baseball Perserikatan Bisbol dan Sofbol Amatir Seluruh Indonesia
PERBASASI
5. Berkuda Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia PORDASI
6. Berlayar Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia PORLASI
7. Biliar Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia POBSI
8. Binaraga Persatuan Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia PABBSI
9. Bola Basket Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia PERBASI
10. Bola Voli Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia PBVSI
11. Boling Persatuan Boling Indonesia PBI
12. Bulu Tangkis Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia PBSI
13. Catur Persatuan Catur Seluruh Indonesia PERCASI
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 55
No. Cabang /Perkumpulan Olahraga
Induk Organisasi Olahraga Singkatan
(1) (2) (3) (4)
14. Dayung Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia PODSI
15. Drum Band Persatuan Drum Band Indonesia PDBI
16. Golf Persatuan Golf Indonesia PGI
17. Gulat Persatuan Gulat Amatir Seluruh Indonesia PGSI
18. Hockey Persatuan Hockey Seluruh Indonesia PHSI
19. Judo Persatuan Judo Seluruh Indonesia PJSI
20. Karate Federasi Olahraga Karate-do Indonesia FORKI
21. Kartu Gabungan Bridge Seluruh Indonesia GABSI
22. Kempo Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia PERKEMI
23. Liong & Barongsai Persatuan Liong & Barongsai Seluruh Indonesia PLBSI
24. Menembak Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia PERBAKIN
25. Motor Ikatan Motor Indonesia IMI
26. Olahraga air Persatuan Renang Seluruh Indonesia PRSI
27. Olahraga Sepeda Ikatan Sport Sepeda Indonesia ISSI
28. Panahan Persatuan Panahan Indonesia PERPANI
29. Panjat Tebing Federasi Panjat Tebing Indonesia FPTI
30. Pencak Silat Ikatan Pencak Silat Indonesia IPSI
31. Selam Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia POSSI
32. Senam Persatuan Senam Indonesia PERSANI
33. Sepak Takraw Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia PSTI
34. Sepakbola Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia PSSI
35. Sepatu Roda
Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia PERSEROSI
36. Ski Air Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia PSASI
37. Sport Dance Ikatan Olahraga Dansa Indonesia IODI
38. Squash Persatuan Squash Indonesia PSI
39. Taekwondo Taekwondo Indonesia TI
40. Tarung Derajat Keluarga Olahraga Tarung Derajat KODRAT
56 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
No. Cabang /Perkumpulan Olahraga
Induk Organisasi Olahraga Singkatan
(1) (2) (3) (4)
41. Tenis Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia PELTI
42. Tenis Meja Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia PTMSI
43. Tinju Persatuan Tinju Amatir Indonesia PERTINA
44. Wushu Wushu Indonesia WI
45. Kesehatan Olahraga Kesehatan Olahraga Republik Indonesia KORI
46. Olahraga Cacat Badan Pembina Olahraga Cacat BPOC
47. Olahraga KORPRI
Badan Pembina Olahraga Korps Pegawai Republik Indonesia
BAPOR KORPRI
48. Olahraga Mahasiswa Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia BAPOMI
49. Olahraga Pelajar
Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia BAPOPSI
50. Olahraga Wanita Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia PERWOSI
51. Wartawan Olahraga
Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia SIWO PWI
Sumber: KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)
Organisasi cabang olahraga juga terdapat pada tingkat
provinsi, namun tidak semua organisasi yang terdaftar pada Tabel
4.4.1 tersebut tersedia di setiap provinsi.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 57
58 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 59
PRESTASI OLAHRAGA
Salah satu bentuk perkumpulan yang sportif dan jujur adalah
olahraga. Olahraga merupakan wadah menyalurkan tenaga yang
bersifat positif, baik untuk kesehatan fisik, menjalin persaudaraan,
persahabatan maupun untuk persatuan. Olahraga ialah suatu usaha
untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina
kekuatan jasmani maupun rohani pada tiap manusia. Selain untuk
menjaga kesehatan, dalam perkembangannya kegiatan olahraga
dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan
atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi.
5
60 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Pada Bab III (Kegiatan Olahraga) disebutkan bahwa
persentase penduduk yang melakukan olahraga dengan tujuan
prestasi masih relatif rendah yaitu hanya sebesar 6,8 persen dengan
rincian sebesar 6,1 persen di daerah perkotaan dan 7,7 persen di
daerah perdesaan (lihat Tabel 3.2.1). Angka tersebut
mengisyaratkan bahwa prestasi olahraga di Indonesia masih perlu
ditingkatkan pembinaannya. Hal ini penting mengingat prestasi
olahraga merupakan salah satu indikator atau tolok ukur yang secara
langsung dapat melihat status keberhasilan pembangunan olahraga,
tingkat perkembangan pembangunan olahraga, serta kondisi
pembinaan olahraga. Prestasi olahraga juga berfungsi mengangkat
derajat dan mengharumkan nama daerah di tingkat nasional maupun
nama bangsa Indonesia di dunia internasional.
Dalam rangka meningkatkan prestasi olahraga diperlukan
data dan informasi mengenai perkembangan prestasi yang telah
diikuti para atlet Indonesia. Sejalan dengan itu, pada bab ini akan
diulas event olahraga yang pada umumnya diikuti baik di tingkat
nasional maupun internasional yaitu PON, Sea Games, Asian
Games, dan Olimpiade.
5.1 Sejarah Perkembangan Olahraga di Indonesia
Olahraga merupakan gabungan dari segala latihan jasmani
yang dilakukan dengan sukarela untuk memperkuat tubuh yang
diselaraskan dengan pemusatan perhatian dan kemauan. Salah satu
tujuan berolahraga adalah untuk meraih prestasi. Prestasi memiliki
nilai kebanggaan baik atas diri sendiri, kelompok maupun negara.
Salah satu seleksi ke puncak prestasi olahraga dunia di Indonesia
adalah Pekan Olahraga Nasional (PON). Untuk mengenal lebih
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 61
dekat mengenai PON, berikut akan diulas perkembangan PON di
Indonesia.
Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga
nasional di Indonesia yang diadakan setiap empat tahun sekali dan
diikuti seluruh provinsi di Indonesia. Sejarah terbentuknya PON
melalui proses yang panjang. Pada tanggal 19 April 1930 di
Yogyakarta terbentuk Persatuan Sepakbola yang bersifat
kebangsaan yang bernama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia
(PSSI). Pembentukan PSSI merupakan inisiatif bangsa Indonesia
yang ingin mengatur organisasinya sendiri. PSSI sejak tahun 1931
menyelenggarakan kompetisi tahunan antar kota maupun antar
anggota, karena tidak ikut serta dalam pertandingan antar kota yang
diadakan oleh Belanda.
Pada tahun 1935 berdiri organisasi cabang olahraga Tennis
Persatuan atau Lawn tennis Indonesia (PELTI) di Semarang. Pada
tahun 1938 pihak Belanda melalui persatuan sepakbolanya,
Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) mengadakan
pendekatan dan kerjasama dengan PSSI. Pada tahun 1938 lahirlah
Ikatan Sport Indonesia (ISI), berkedudukan di Jakarta (waktu itu
bernama Batavia). ISI merupakan satu-satunya badan olahraga yang
bersifat nasional dan berbentuk federasi. Maksud dan tujuan
terbentuknya ISI adalah untuk membimbing, menghimpun dan
mengkoordinir semua cabang olahraga, antara lain PSSI, PELTI dan
Persatuan Bola Keranjang Seluruh Indonesia (PBKSI). Pada tahun
1938 ISI mengadakan Pekan Olahraga Indonesia, yang dikenal
dengan nama ISI–Sportweek atau pekan olahraga ISI.
Pada zaman Jepang (tahun 1942) gerakan keolahragaan
ditangani oleh suatu badan yang bernama GELORA (Gerakan
62 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Latihan Olahraga). Tidak banyak peristiwa olahraga penting tercatat
pada zaman Jepang (tahun 1942–1945) karena situasi perang.
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 membuka jalan bagi
bangsa Indonesia menangani kegiatan olahraga di tanah air sendiri.
Pada bulan Januari 1946, bertempat di Habiprojo kota Solo
diadakan kongres olahraga yang pertama di alam kemerdekaan.
Peserta kongres hanya dihadiri oleh tokoh olahraga dari Pulau Jawa
saja. Kongres tersebut berhasil membentuk organisasi olahraga
dengan nama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). PORI
berfungsi sebagai koordinator semua cabang olahraga dan khusus
mengurus kegiatan olahraga dalam negeri dan yang berhubungan
dengan tugas keluar, berkaitan dengan Olimpiade dan International
Olympic Committee (IOC) dibentuk Komite Olimpiade Republik
Indonesia (KORI) berkedudukan di Yogyakarta.
Pada tahun 1948, Indonesia berusaha ikut dalam Olimpiade
di London, namun para atlet yang bakal dikirim tidak dapat diterima
berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut karena
PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia belum menjadi
anggota IOC dan pengakuan dunia atas kemerdekaan dan
kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh. Atas dasar ini pada
tanggal 1 Mei 1948 diadakan konferensi darurat di Solo khusus
membahas masalah tersebut. Dari kongres tersebut dihasilkan
kesepakatan antara lain perlunya menghidupkan kembali olahraga
yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938. Kota Solo ditetapkan
sebagai kota penyelenggara PON I pada tanggal 8-12 September
1948, seperti yang disajikan pada Tabel 5.1.1. PON I bertujuan untuk
menunjukkan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia walaupun
negaranya dalam keadaan darurat, masih dalam Bhinneka Tunggal
Ika. Pada PON I diikuti oleh 13 daerah dengan 9 cabang olahraga.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 63
Tabel 5.1.1 Perkembangan Pekan Olahraga Nasional (PON) menurut Waktu Penyelenggaraan, Tempat Penyelenggaraan, dan Juara Umum
PON Ke
Waktu Penyelenggaraan
Tempat Penyelenggaraan Juara Umum
Kab/Kota Provinsi (1) (2) (3) (4) (5) I 8-12 Sept 1948 Surakarta (Solo) Jawa Tengah Jawa Tengah
II 21-27 Sept 1951 Jakarta DKI Jakarta Jawa Barat
III 20-27 Sept 1953 Medan Sumut Jawa Barat
IV 27 Sept-6 Okt 1957 Makassar Sulsel DKI Jakarta
V 23 Sept-1 Okt 1961 Bandung Jawa Barat Jawa Barat
VI *) 8 Okt-10 Nov 1965 Jakarta DKI Jakarta -
VII 26 Agst-6 Sept 1969 Surabaya Jawa Timur DKI Jakarta
VIII 4-15 Agst 1973 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
IX 23 Juli-3 Agst 1977 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
X 19-30 Sept 1981 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
XI 9-20 Sept 1985 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
XII 18-20 Okt 1989 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
XIII 9-19 Sept 1993 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
XIV 9-25 Sept 1996 Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
XV 19 Juni-1 Juli 2000 Surabaya Jawa Timur Jawa Timur
XVI 2-14 Sept 2004 Palembang Sumsel DKI Jakarta
XVII 6-17 Juli 2008 Samarinda Kaltim Jawa Timur
XVIII 2012 Pekanbaru Riau Belum berlangsung
Sumber: KONI, 2009 Ket.: *) PON VI dibatalkan karena terjadi peristiwa G30S PKI
Dalam perkembangannya, tempat penyelenggaraan PON
dilakukan secara bergiliran dan Jakarta merupakan tempat
penyelenggara PON yang paling sering. PON menunjukkan
kemajuan, hal ini terlihat dengan bertambahnya jumlah daerah
peserta dan cabang olahraga yang dipertandingkan. Hingga tahun
64 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
2008 jumlah peserta PON sebanyak 33 provinsi dengan cabang
olahraga sebanyak 43 cabang (Tabel 5.1.1). Sejarah juga mencatat
bahwa pada PON ke VI, Indonesia pernah membatalkan PON
tersebut karena terjadinya peristiwa G30S PKI.
5.2 Sejarah Perkembangan Olahraga Tingkat Dunia
Kompetisi berolahraga untuk meraih prestasi bisa diperoleh
di tingkat nasional maupun internasional. Olimpiade adalah ajang
olahraga yang diadakan setiap empat tahun sekali dan hampir
semua cabang olahraga dipertandingkan di pesta olahraga ini, diikuti
oleh seluruh negara di dunia yang terdaftar di Komite Olimpiade
Internasional (IOC).
Di negara yang mengalami musim dingin, diselenggarakan
pesta olahraga dunia terkait datangnya musim salju yang dinamakan
Olimpiade musim dingin. Olimpiade ini dilakukan setiap empat tahun
sekali.
Di tingkat Benua Asia diselenggarakan pesta olahraga yang
dikenal dengan Asian Games. Pesta ini diikuti oleh negara yang
terletak di Benua Asia dan penyelenggaraannya setiap empat tahun
sekali. Dalam lingkup yang lebih kecil ada juga pesta olahraga
tingkat Asia Tenggara yang dikenal dengan Sea Games. Pesta
olahraga Sea Games diselenggarakan setiap dua tahun sekali.
Untuk melihat perkembangan olahraga di ajang internasional
dalam sub bab ini akan diulas mengenai Olimpiade, Asian Games
dan Sea Games.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 65
5.2.1 Olimpiade
Olimpiade adalah ajang bergengsi olahraga tingkat dunia
yang diikuti oleh berbagai negara di dunia. Indonesia sudah
termasuk dalam IOC sehingga bisa mengikuti ajang ini. Awalnya
Olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno, kemudian dihidupkan
kembali oleh seorang bangsawan Perancis, Pierre Fredy, Baron de
Coubertin pada akhir abad ke-19. Olimpiade yang lebih dikenal di
Indonesia adalah olimpiade musim panas, diadakan setiap empat
tahun sekali sejak 1896, kecuali tahun-tahun pada masa Perang
Dunia II. Olimpiade musim dingin, dimulai pada 1924, awalnya
diadakan pada tahun yang sama dengan Olimpiade musim panas,
namun sejak 1994 Olimpiade musim dingin diadakan setiap empat
tahun sekali, dengan selang dua tahun setelah Olimpiade musim
panas.
Indonesia pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade 1952 di
Helsinki, Finlandia, dan selanjutnya tak pernah absen dari tahun
1956 hingga tahun 2008. Perolehan medali pertama bagi kontingen
Indonesia yaitu medali perak pada Olimpiade Seoul 1988 di Seoul,
Korea Selatan pada cabang panahan beregu putri. Kemudian
perolehan medali emas pertama bagi kontingen Indonesia pada
Olimpiade Barcelona 1992 di Barcelona Spanyol untuk cabang bulu
tangkis tunggal putra dan putri. Pada Olimpiade ini, total medali yang
diraih oleh kontingen Indonesia adalah 2 emas, 2 perak dan 1
perunggu, yang semuanya berasal dari cabang olahraga bulutangkis.
Pada Olimpiade Atlanta 1996 di Atlanta, Amerika Serikat,
Indonesia meraih 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu yang berasal dari
cabang olahraga bulutangkis. Pada Olimpiade Sydney 2000, di
Sydney, Australia, Indonesia meraih 1 emas, 3 perak dan 2
66 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
perunggu yang diperoleh dari cabang olahraga bulu tangkis (1 emas,
3 perak) dan cabang angkat berat (2 perunggu). Pada Olimpiade
Athena 2004 di Athena, Yunani, Indonesia meraih 1 emas dan 2
perunggu yang diperoleh dari cabang olahraga bulutangkis. Pada
Olimpiade Beijing 2008 di Beijing, Cina, Indonesia mendapatkan 1
emas, 1 perak dan 1 perunggu dari cabang olahraga bulutangkis dan
2 perunggu dari cabang olahraga angkat besi.
Tabel 5.2.1
Perkembangan Olimpiade menurut Tahun dan Tempat Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat
Indonesia
Olimpiade ke
Penyelenggaraan Jumlah Negara yg Mengikuti
Peringkat Indonesia Tahun Tempat
(1) (2) (3) (4) (5)
XV 1952*) Helsinki 69 -
XVI 1956*) Melbourne 67 -
XVII 1960*) Roma 83 -
XVIII 1964 **) Tokyo 93 -
XIX 1968*) Mexico City 112 -
XX 1972*) Munchen 150 -
XXI 1976*) Montreal 92 -
XXII 1980 **) Moskow 80 -
XXII 1984*) Los Angeles 140 -
XXIV 1988 Seoul 159 36
XXV 1992 Barcelona 169 24
XXVI 1996 Atlanta 197 41
XXVII 2000 Sydney 199 37
XXVIII 2004 Athena 202 48
XXIX 2008 Beijing 204 42
Sumber: KONI, 2009 Catatan: *) Indonesia tidak memiliki peringkat karena periode 1952-1984
belum pernah meraih medali **) Indonesia tidak mengikuti Olimpiade
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 67
Dalam perkembangannya jumlah negara peserta Olimpiade
semakin bertambah dan pada tahun 2008 ada 204 peserta dan
Indonesia berada di peringkat 42 (Tabel 5.2.1)
Indonesia pernah tidak mengikuti Olimpiade yaitu pada tahun
1964 karena terjadi pemberontakan G30S PKI. Berikutnya pada
tahun 1980, Olimpiade yang diselenggarakan di Moskow pada tahun
tersebut diboikot oleh sejumlah negara sebagai protes terhadap
perang ”Soviet-Afghanistan” termasuk Amerika Serikat dan
Indonesia.
5.2.2 Asian Games
Asian Games adalah ajang olahraga yang diselenggarakan
setiap empat tahun dengan cakupan negara peserta di Benua Asia.
Asian Games awalnya merupakan ajang olahraga di Asia kecil
bertujuan untuk menunjukkan kesatuan dan kerja sama antar tiga
negara, yaitu Jepang, Filipina dan Cina. Setelah Perang Dunia II,
sejumlah negara di Asia menerima kemerdekaannya. Negara baru
tersebut menginginkan sebuah kompetisi yang baru. Pada Agustus
1948 saat Olimpiade di London, perwakilan India mengusulkan
kepada pemimpin kontingen negara Asia untuk mengadakan Asian
Games dan seluruh peserta menyetujui. Seluruh perwakilan tersebut
juga menyetujui pembentukan Federasi Atletik Asia. Pada Februari
1949, federasi atletik Asia terbentuk dan menggunakan nama
Federasi Asian Games (Asian Games Federation). Federasi ini
menyepakati diadakannya Asian Games pertama tahun 1951
bertempat di New Delhi, India. Mereka sepakat bahwa Asian Games
akan diselenggarakan setiap empat tahun sekali.
68 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 5.2.2 Perkembangan Asian Games menurut Tahun dan Tempat
Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat Indonesia
Asian Games ke
Penyelenggaraan Jumlah Negara yg Mengikuti
Peringkat Indonesia Tahun Tempat
(1) (2) (3) (4) (5)
I 1951 New Delhi 11 7
II 1954 Manila 19 12
III 1958 Tokyo 20 14 IV 1962 Jakarta 16 2 V 1966 Bangkok 18 7 VI 1970 Bangkok 18 9 VII 1974 Teheran 25 9 VIII 1978 Bangkok 25 7 IX 1982 New Delhi 33 6 X 1986 Seoul 33 9 XI 1990 Beijing 37 7 XII 1994 Hiroshima 42 11 XIII 1998 Bangkok 41 11 XIV 2002 Busan 44 14 XV 2006 Doha 45 22
XVI 2010 Guangzhou 45 15
Sumber: KONI, 2009
Jumlah negara peserta Asian Games selalu bertambah,
awalnya dari 11 negara pada penyelenggaraan Asian Games I tahun
1951 hingga penyelenggaraan Asian Games XVI tahun 2010 yang
dilaksanakan selama 2 (dua) minggu pada bulan Nopember 2010
dengan jumlah peserta 45 negara dan Indonesia berada pada
peringkat 15. Pada ajang terakhir tersebut Indonesia mengumpulkan
4 medali emas, 9 perak, dan 13 perunggu. Sumbangan 3 medali
emas dari tim perahu naga, satu medali lagi dari cabang bulu tangkis
ganda putera. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada
penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 bertempat di Jakarta
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 69
dengan jumlah peserta 16 negara dan prestasi Indonesia waktu itu
berada pada peringkat 2 (Tabel 5.2.2).
5.2.3 Sea Games
Sea Games adalah ajang olahraga yang diselenggarakan
setiap dua tahun dengan cakupan negara peserta di Asia Tenggara.
Sea Games berhubungan erat dengan Southeast Asian Peninsular
Games atau SEAP Games yang dicetuskan oleh Wakil Presiden
Komite Olimpiade Thailand. Tujuannya untuk mempererat kerjasama
antar negara di kawasan ASEAN (Thailand, Burma/Myanmar,
Malaysia, Laos, Vietnam, Kamboja dan Singapura) sebagai negara
pelopor yang menyetujui penyelenggaraan ajang ini dua tahun
sekali. Selain itu dibentuk juga Komite Federasi SEAP Games.
SEAP Games I diadakan di Bangkok 12-17 Desember 1959,
diikuti oleh lebih dari 527 atlet dan panitia dari Thailand, Burma,
Malaysia, Singapura, Vietnam dan Laos yang berlaga dalam 12
cabang olahraga. Pada SEAP Games VIII tahun 1975, Federasi
SEAP mempertimbangkan masuknya Indonesia dan Filipina. Kedua
negara ini masuk secara resmi pada tahun 1977, dan pada tahun
yang sama Federasi SEAP berganti nama menjadi Southeast Asian
Games Federation (SEAGF), dan ajang ini menjadi Pesta Olahraga
Negara-Negara Asia Tenggara.
Brunei dimasukkan pada Sea Games X di Jakarta, dan Timor
Leste masuk pada Sea Games XII di Hanoi, Vietnam. Sea Games
diadakan setiap dua tahun dan hingga saat ini melibatkan 11 negara
Asia Tenggara.
Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah Sea Games pada
tahun 1979 (Sea Games X) di Jakarta (Tabel 5.2.3). Pada Sea
70 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Games X ini diikuti oleh 7 negara dan Indonesia berada diperingkat
pertama (ke-1).
Tabel 5.2.3 Perkembangan Sea Games menurut Tahun dan Tempat
Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat Indonesia
Sea Games ke
Penyelenggaraan Jumlah Negara yg Mengikuti
Peringkat Indonesia Tahun Tempat
(1) (2) (3) (4) (5) I 1959*) Thailand 6 - II 1961*) Burma 7 - - 1963 Kamboja Dibatalkan - III 1965*) Malaysia 7 - IV 1967*) Thailand 7 - V 1969*) Burma 3 - VI 1971*) Malaysia 7 - VII 1973*) Singapura 6 - VIII 1975*) Thailand 7 - IX 1977 Malaysia 7 1 X 1979 Indonesia 7 1 XI 1981 Filipina 7 1 XII 1983 Singapura 6 1 XIII 1985 Thailand 8 2 XIV 1987 Indonesia 8 1 XV 1989 Malaysia 7 1 XVI 1991 Filipina 9 1 XVII 1993 Singapura 9 1 XVIII 1995 Thailand 7 2 XIX 1997 Indonesia 10 1
XX 1999 Brunei
Darussalam 10 3
XXI 2001 Malaysia 10 3 XXII 2003 Vietnam 11 3 XXIII 2005 Filipina 11 5 XXIV 2007 Thailand 11 3 XXV 2009 Laos 11 3 XXVI 2011 Indonesia - -
Sumber: KONI, 2009 Catatan: *) Indonesia belum menjadi anggota SEAP GAMES
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 71
Dalam perkembangannya Indonesia pernah berturut-turut
menjadi juara pertama Sea Games, namun juga pernah menduduki
urutan ke 5 yang terjadi pada Sea Games XXIII di Filipina tahun
2005. Kondisi ini menyadarkan kita perlunya pembinaan dan
perhatian khusus terhadap atlet, pelatih maupun sarana prasarana
pelatihan.
5.3 Prestasi Nasional
Kompetisi olahraga bergengsi tingkat nasional adalah Pesta
Olahraga Nasional (PON). PON merupakan ajang pengujian
kompetensi olahraga antar provinsi di seluruh Indonesia. Sejak
pertama kali diselenggarakan tahun 1948 di Solo hingga saat ini
PON telah diselenggarakan sebanyak 17 kali. Event ini
diselenggarakan setiap empat tahun sekali. PON juga merupakan
momentum kebangkitan olahraga, tempat mengukir prestasi dan
ajang seleksi atlet berprestasi yang akan menjadi duta Indonesia di
tingkat Internasional.
Kebanggaan suatu daerah apabila dapat mengukir prestasi
terlebih menjadi juara umum di setiap pesta olah raga bergengsi ini.
Tabel 5.3.1 menunjukkan bahwa provinsi yang ada di Pulau Jawa
masih mendominasi dalam perebutan medali. Pada PON XV yang
diselenggarakan pada tahun 2000, peringkat I diraih oleh provinsi
DKI Jakarta dengan jumlah medali emas 115 buah, kemudian Jawa
Timur (112 medali emas) dan Jawa Barat (83 medali emas). Pada
PON XVI yang diselenggarakan tahun 2004, peringkat I diraih oleh
Provinsi DKI Jakarta dengan perolehan medali emas 141 buah,
kemudian Jawa Timur (76 medali emas) dan Jawa Barat (76 medali
emas). Selanjutnya, pada PON XVII yang diselenggarakan tahun
72 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
2008, peringkat I diraih oleh Provinsi Jawa Timur dengan perolehan
medali emas sebanyak 139 buah, kemudian DKI Jakarta (122 medali
emas). Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah tergeser menjadi
peringkat IV dan V, karena peringkat III berhasil diraih oleh provinsi
di luar Pulau Jawa yaitu Kalimantan Timur meskipun pada tahun-
tahun sebelumnya provinsi ini hanya meraih peringkat VIII dan IX
(lihat Lampiran Tabel 5.1.1-5.1.3).
Tabel 5.3.1 Perkembangan Peringkat 4 Besar (Perolehan Medali Em as)
PON XV-XVII, 2000, 2004, dan 2008
Provinsi Peringkat yang Diperoleh
PON XV (2000)
PON XVI (2004)
PON XVII (2008)
(1) (2) (3) (4)
DKI Jakarta I (115) I (141) II (122)
Jawa Barat III (83) III (76) IV (101)
Jawa Tengah IV (42) IV (56) V (53)
Jawa Timur II (112) II (76) I (139)
Kalimantan Timur - - III (117)
Sumber: KONI, 2000, 2004, dan 2008
Perolehan medali antar provinsi sangat bervariasi. Terjadi
ketimpangan perolehan medali antara provinsi di Pulau Jawa dengan
provinsi di luar Pulau Jawa, seperti yang disajikan pada Lampiran
Tabel 5.1.1-5.1.3.
5.4 Prestasi Internasional
Indonesia pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade 1952 di
Helsinki, Finlandia, dan selanjutnya tak pernah absen. Perolehan
medali pertama bagi Indonesia yaitu medali perak pada Olimpiade
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 73
Seoul 1988 di Seoul, Korea Selatan untuk cabang panahan beregu
putri (Tabel 5.4.1). Kemudian perolehan medali emas pertama bagi
Indonesia pada Olimpiade Barcelona 1992 di Barcelona Spanyol
untuk cabang Bulu tangkis tunggal putra dan putri. Pada Olimpiade
ini, total medali yang diraih oleh kontingen Indonesia adalah 2 emas,
2 perak dan 1 perunggu, yang semuanya berasal dari cabang
olahraga bulutangkis.
Tabel 5.4.1 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Olimpiade me nurut
Tahun Kejuaraan
OLIMPIADE Peringkat
Perolehan Medali
Ke Tahun Emas Perak Perunggu Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
XXIV 1988 36 0 1 0 1
XXV 1992 19 2 2 1 5
XXVI 1996 41 1 1 2 4
XXVII 2000 37 1 3 2 6
XXVIII 2004 48 1 1 2 4
XXIX 2008 42 1 1 3 5
Sumber : Kemenpora
Pada Olimpiade Atlanta 1996 di Atlanta, Amerika Serikat,
Indonesia meraih 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu yang berasal dari
cabang olahraga bulutangkis. Pada Olimpiade Sydney 2000, di
Sydney, Australia, Indonesia meraih 1 emas, 3 perak dan 2
perunggu yang diperoleh dari cabang olahraga bulu tangkis (1 emas,
3 perak) dan cabang angkat berat (2 perunggu). Pada Olimpiade
Athena 2004 di Athena, Yunani, Indonesia meraih 1 emas, 1 perak
dan 2 perunggu yang diperoleh dari cabang olahraga bulutangkis.
Pada Olimpiade Beijing 2008 di Beijing, Cina, Indonesia
74 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
mendapatkan 1 emas, 1 perak dan 1 perunggu dari cabang olahraga
bulutangkis dan 2 perunggu dari cabang olahraga angkat besi.
Perkembangan peringkat Indonesia dalam Olimpiade yang
diikuti mulai tahun 1988 hingga tahun 2008 berfluktuasi seperti pada
Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Olimpiade, 1 988-2008
42
48
37
41
19
36
1988 1992 1996 2000 2004 2008 Sumber : Kemenpora
Pada Tabel 5.4.2 dapat dilihat perkembangan peringkat
Indonesia dalam Asian Games menurut tahun kejuaraan dan jumlah
negara peserta. Pada Asian Games I tahun 1951 Indonesia meraih
peringkat ketujuh dari 11 negara yang mengikuti dengan
mendapatkan 5 perunggu. Kemudian dua periode berikutnya
peringkat Indonesia mengalami penurunan.
Pada pelaksanaan Asian Games IV tahun 1962, ketika
Indonesia menjadi tuan rumah, Indonesia meraih peringkat kedua
dengan memperoleh 77 medali yang terdiri atas 21 medali emas, 26
perak dan 30 perunggu. Namun setelah itu, peringkat Indonesia
terus mengalami penurunan. Sejak Asian Games XII Indonesia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 75
sudah tidak lagi meraih peringkat sepuluh besar. Bahkan pada
kejuaraan Asian Games XV pada tahun 2006, Indonesia meraih
peringkat ke 22 yang hanya memperoleh 20 medali.
Tabel 5.4.2
Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Asian Games menurut Tahun Kejuaraan dan Jumlah Negara Peserta
ASIAN GAMES Jumlah
Negara Peserta
Peringkat Perolehan Medali
Ke Tahun Emas Perak Prg Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
I 1951 11 7 0 0 5 5
II 1954 19 12 0 0 3 3
III 1958 20 14 0 0 6 6
IV 1962 16 2 21 26 30 77
V 1966 18 7 7 4 10 21
VI 1970 18 9 9 7 7 23
VII 1974 25 9 15 14 17 46
VIII 1978 25 7 8 7 18 33
IX 1982 33 6 4 4 7 15
X 1986 33 9 1 5 4 10
XI 1990 37 7 3 6 21 30
XII 1994 42 11 3 12 11 26
XIII 1998 41 11 6 10 11 27
XIV 2002 44 14 4 7 12 23
XV 2006 45 22 2 3 15 20
XVI 2010 45 15 4 9 13 26
Sumber: Kemenpora
Prestasi olahraga Indonesia pada kejuaraan Asian Games
yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan mulai
meningkat di tahun 2010 menjadi peringkat 15, dapat pula dilihat
pada Gambar 5.2.
76 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Gambar 5.2 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Asian Games, 1951-2010
Sumber: Kemenpora
Pada kejuaraan olahraga tingkat Asia Tenggara atau Sea
Games (Southeast Asian Games) 2007, peringkat Indonesia
mengalami fluktuasi, seperti pada Tabel 5.4.3. Pada Sea Games
XXII tahun 2003 di Vietnam, Indonesia menduduki peringkat ketiga
dengan 55 emas, 68 perak, dan 98 perunggu. Namun, kemudian
turun menjadi peringkat kelima pada Sea Games XXIII tahun 2005 di
Manila dengan perolehan medali 49 emas, 79 perak, dan 89
perunggu. Selanjutnya, mengalami peningkatan satu peringkat pada
Sea Games XXIV tahun 2007 di Thailand. Pada Sea Games XXIV,
kontingen Indonesia memperoleh 56 emas, 64 perak, dan 83
perunggu.
1951 1954 1958 1962 1966 1970 1974 1978 1982 1986 1990 1994 1998 2002 2006 2010
7
12
2
9 97
6
9
7
11 11
22
14
7
14 15
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 77
Tabel 5.4.3 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Sea Games me nurut Negara
dan Tahun Kejuaraan
Tahun Indo -nesia
Thai -land
Malay-sia
Myan-mar
Singa -pura
Phili -pina
Bru -nei
Kam-boja
Viet -nam
Laos Timor Leste
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) SG XXII/2003 Emas 55 90 44 16 30 48 1 1 158 1 0 Perak 68 93 42 43 33 54 1 5 97 5 0 Prg 98 98 59 50 50 75 8 15 91 15 0
Rank III II V VII VI IV X IX I VIII XI
SG XXIII/2005 Emas 49 87 61 17 42 113 1 0 71 3 0 Perak 79 78 50 34 32 84 2 3 68 4 0 Prg 89 118 64 48 55 94 2 9 89 12 3
Rank V II IV VII VI I IX X III VIII XI
SG XXIV/2007 Emas 56 183 68 14 43 41 1 2 64 5 0 Perak 64 123 52 26 43 91 1 5 58 7 0 Prg 83 103 96 47 41 96 4 11 82 32 0
Rank IV I II VII V VI X IX III VIII XI
SG XXV/2009 Emas 43 86 40 12 33 38 1 3 83 33 0 Perak 53 83 40 22 30 35 1 10 75 25 0 Prg 74 97 59 37 35 51 8 27 57 52 3
Rank III I IV VIII VI V X IX II VII XI
Sumber: Kemenpora
Di tingkat Asia Tenggara, prestasi olahraga Indonesia lebih
lambat dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia.
Malaysia mengalami peningkatan dari peringkat kelima pada Sea
Games XXII menjadi peringkat keempat pada kejuaraan Sea Games
XXIII. Selanjutnya, pada Sea Games XXIV Malaysia menduduki
peringkat kedua dengan perolehan medali 68 emas, 52 perak, dan
96 perunggu. Pada Sea Games XXV, Malaysia hanya menduduki
peringkat keempat sedangkan Indonesia meningkat menjadi
peringkat ketiga dengan perolehan medali 43 emas, 53 perak dan 74
perunggu.
78 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 79
80 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 81
PUSAT PEMBINAAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR (PPLP)
Prestasi olahraga di Indonesia cenderung mengalami pasang
surut yang tidak terkontrol dan tidak stabil, bahkan akhir-akhir ini
terus mengalami penurunan di ajang internasional seperti pada
kejuaraan Sea Games dan Asean Games. Menurut Ria Lumintuarso
di www.pembibitanolahraga.org, salah satu hal yang menjadi
masalah dari keadaan tersebut adalah lemahnya pondasi pembinaan
olahraga di Indonesia sehingga prestasi Indonesia tidak stabil dan
mudah runtuh. Sejalan dengan itu, perlu adanya pembinaan prestasi
sejak awal yang dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan
prinsip pembinaan jangka panjang. Dalam hal ini faktor pembinaan
6
82 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
sejak dini dilakukan melalui program pembibitan olahraga yang
terstruktur dan berkesinambungan dengan konsep yang tepat.
Pembibitan olahraga sebagai sebuah tahapan penting dalam
pembinaan prestasi olahraga karena merupakan pondasi dari
bangunan sistem pembinaan prestasi olahraga. Menurut Ria
Lumintuarso pula, proses pembibitan olahraga ditata dengan pola
yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia
pembibitan, yaitu dimulai dari usia SD hingga SMA. Langkah
pertama dalam proses pembibitan olahraga adalah pemanduan
bakat untuk mengidentifikasi bakat anak (usia 10–12 tahun) pada
bidang olahraga. Langkah kedua adalah pengembangan bakat, yaitu
mengidentifikasi kecocokan anak (usia 10–13 tahun) terhadap
cabang olahraga tertentu agar berprestasi di masa depan. Langkah
ketiga adalah pembinaan atlet usia 14–16 tahun melalui sentra/klub
pembibitan yang mengacu pada cabang olahraga tertentu. Langkah
keempat adalah melalui Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga
Pelajar (PPLP) yaitu merupakan saringan atau seleksi dari sentra
olahraga yang menunjukkan hasil sesuai standar pencapaian
prestasi pada usia 15–19 tahun. Langkah kelima atau langkah
terakhir adalah kompetisi yang merupakan fase pertama atlet belajar
berkompetisi pada wadah kompetisi yang sesungguhnya.
Pada bab ini akan diulas langkah keempat dari pembibitan
olahraga yaitu melalui Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga
Pelajar (PPLP). PPLP merupakan suatu bagian dari sistem
pembinaan prestasi olahraga yang integral melalui kombinasi antara
pembinaan prestasi dengan jalur pendidikan formal di sekolah.
Sistem ini memiliki posisi strategis dalam meletakkan pondasi
pembangunan prestasi olahraga di Indonesia pada usia potensial
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 83
(the golden age) dalam rangka pengembangan bakat siswa di
bidang olahraga.
Kontribusi PPLP pada kekuatan olahraga, baik daerah
maupun nasional sangatlah besar. Sejumlah atlet yang berhasil
mengharumkan Merah Putih di ajang pertandingan internasional lahir
dari PPLP. Oleh karena itu, keberadaan PPLP sebagai lumbung
atlet-atlet muda potensial mempunyai peran yang sangat strategis
dan penting dalam pembibitan calon atlet berprestasi. Pembibitan
olahraga melalui PPLP harus dilakukan secara cermat, akurat, dan
menuntut komitmen bersama guna mencapai hasil maksimal dalam
mencetak calon-calon atlet masa depan yang diharapkan mampu
menjadi duta negara dalam percaturan olahraga internasional.
Dalam rangka mengoptimalkan peran PPLP sebagai tempat
pembibitan olahraga, diperlukan perencanaan yang strategis baik
dari sisi atlet, pelatih, maupun sarana prasarana yang
dibutuhkannya. Sejalan dengan itu, pada bab ini akan diulas
beberapa aspek yang berkaitan dengan keberadaan PPLP, yaitu:
jumlah atlet, jumlah pelatih, kejuaraan antar PPLP, serta sarana dan
prasarana yang tersedia.
6.1 Atlet PPLP
Ujung tombak dari pembinaan PPLP adalah para atlet muda
yang diharapkan menjadi cikal bakal atlet-atlet berkualitas yang
mampu mengangkat citra olahraga daerah di berbagai event
nasional maupun nama bangsa dan negara di event internasional.
Pada umumnya seluruh atlet PPLP diasramakan dan mereka wajib
menjalani program latihan setiap hari yang telah disusun pelatih dan
84 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
diberi kesempatan mengikuti ujicoba sebagai evaluasi kemajuan
prestasi yang dicapai.
Berdasarkan data profil kepemudaan dan keolahragaan yang
bersumber dari Kemenpora, jumlah atlet pada tahun 2009 yang
dibina PPLP dan tersebar di 33 provinsi adalah sebesar 1.710 orang
terdiri dari 1.097 laki-laki dan 613 perempuan (Tabel 6.1.1). Atlet
binaan PPLP tersebut masing-masing menekuni cabang olahraga
yang tersedia di PPLP.
Tabel 6.1.1 Jumlah dan Persentase Atlet PPLP menurut Cabang Ola hraga dan
Jenis Kelamin, 2009
Cabang Olahraga Laki-laki Perempuan L+P Persentase
(L+P) (1) (2) (3) (4) (5)
Anggar 18 13 31 1,8 Angkat Besi 17 16 33 1,9 Atletik 184 161 345 20,2 Balap Sepeda 14 2 16 0,9 Bola Basket 10 10 20 1,2 Bola Voli 12 47 59 3,4 Dayung 89 63 152 8,9 Gulat 117 3 120 7,0 Judo 10 8 18 1,0 Karate 31 33 64 3,7 Loncat Indah 6 5 11 0,6 Panahan 67 56 123 7,2 Pencak Silat 130 91 221 12,9 Renang 14 9 23 1,4 Senam 13 21 34 2,0 Sepak Takraw 117 52 169 9,9 Sepak Bola 166 0 166 9,7 Taekwondo 19 11 30 1,8 Tenis Meja 4 6 10 0,6 Tinju 54 0 54 3,2 Wushu 5 6 11 0,6
Jumlah 1.097 613 1.710 100,0
Sumber: Kemenpora– Data Profil Kepemudaan dan Keolah ragaan, 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 85
Dari seluruh cabang olahraga yang ada di PPLP, cabang
olahraga yang banyak ditekuni atlet adalah atletik, pencak silat,
sepak takraw, dan sepak bola. Secara nasional, persentase atlet
PPLP yang menekuni cabang olahraga atletik sebesar 20,2 persen,
pencak silat sebesar 12,9 persen, sepak takraw sebesar 9,9 persen,
dan sepak bola sebesar 9,7 persen, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 6.1.1. Sementara itu, cabang olahraga yang sedikit
peminatnya dan hanya ada di beberapa provinsi saja adalah tenis
meja, wushu, loncat indah, dan balap sepeda. Persentase atlet
PPLP yang menekuni cabang olahraga tersebut masih dibawah 1
persen, yaitu tenis meja, wushu dan loncat indah masing-masing
sebesar 0,6 persen, dan balap sepeda sebesar 0,9 persen.
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar atlet
pelajar yang ada di PPLP adalah laki-laki. Hal ini terjadi hampir di
semua cabang olahraga kecuali cabang olahraga bola voli, karate,
senam, tenis meja, dan wushu. Bahkan untuk cabang olahraga
sepak bola dan tinju nampaknya hanya ditekuni oleh atlet pelajar
laki-laki.
6.2 Pelatih PPLP
Prestasi seorang atlet tidak hanya ditentukan oleh kemauan
dan kemampuan atlet tersebut. Salah satu faktor penentu
keberhasilan atlet di berbagai ajang pertandingan adalah
keberadaan seorang pelatih. Pelatih, dibutuhkan oleh atlet bukan
hanya sekedar sebagai instruktur olahraga yang memberitahukan
atlet cara-cara untuk melakukan gerakan tertentu dalam olahraga.
Mereka juga merupakan tokoh panutan, guru, pembimbing, pendidik,
pemimpin, bahkan tak jarang menjadi tokoh model bagi atletnya.
Sejalan dengan itu, keberadaan seorang pelatih sangat diperlukan
86 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
agar dapat memotivasi atlet baik sebelum, selama, maupun setelah
periode latihan atau pertandingan.
PPLP sebagai pusat pembinaan dan latihan olahraga pelajar
melatih para atlet yang relatif muda, sehingga sangat memerlukan
pelatih yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap
pembentukan sikap atlet. Selain itu, pelatih juga diharapkan dapat
mempersiapkan atlet untuk lebih berprestasi dengan memberikan
bekal keterampilan dan strategi bertanding yang baik.
Tabel 6.2.1 Jumlah dan Persentase Pelatih PPLP menurut Cabang O lahraga dan
Jenis Kelamin, 2009
Cabang Olahraga Laki-laki Perempuan L+P Persentase (L+P)
(1) (2) (3) (4) (5) Anggar 7 1 8 2,1 Angkat Besi 6 2 8 2,1 Atletik 73 4 77 20,4 Balap Sepeda 4 0 4 1,1 Bola Basket 2 1 3 0,8 Bola Voli 11 2 13 3,4 Dayung 26 6 32 8,5 Gulat 30 0 30 7,9 Judo 6 1 7 1,8 Karate 12 1 13 3,4 Loncat Indah 3 1 4 1,1 Panahan 25 2 27 7,1 Pencak Silat 45 4 49 13,0 Renang 7 0 7 1,8 Senam 10 6 16 4,2 Sepak Takraw 20 0 20 5,3 Sepakbola 30 2 32 8,5 Taekwondo 6 0 6 1,6 Tenis Meja 3 0 3 0,8 Tinju 16 0 16 4,2 Wushu 3 0 3 0,8
Jumlah 345 33 378 100,0
Sumber: Kemenpora– Data Profil Kepemudaan dan Keolah ragaan, 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 87
Dari jumlah keseluruhan pelatih PPLP yang tersebar di
semua provinsi, sebagian besar pelatih berada pada cabang
olahraga atletik, pencak silat, sepak bola, dan dayung. Seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 6.2.1, persentase pelatih pada cabang atletik
sebesar 20,4 persen, pencak silat 13,0 persen, sepak bola dan
dayung masing-masing sebesar 8,5 persen. Pola tersebut di atas
cenderung sama dengan pola atlet pada Tabel 6.1.1. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah atlet memang harus diimbangi dengan
jumlah pelatih sehingga atlet dapat dilatih secara maksimal.
6.3 Kejuaraan antar PPLP
Sebelum para atlet yang dibina di PPLP terjun menunjukkan
kemampuan prestasinya di ajang kejuaraan baik nasional maupun
internasional, mereka diberi kesempatan untuk berkompetisi melalui
kejuaraan antar PPLP. Di dalam wadah kejuaraan tersebut para atlet
muda mendapatkan pengalaman yang berharga untuk memacu
prestasinya pada ajang kejuaraan yang lebih besar.
Pada Tabel 6.3.1 disajikan jumlah dan persentase atlet PPLP
yang mengikuti kejuaraan antar PPLP menurut cabang olahraga dan
jenis kelamin. Bila dibandingkan dengan seluruh jumlah atlet PPLP
pada Tabel 6.1.1, persentase atlet yang mengikuti kejuaraan antar
PPLP hanya sekitar 14,5 persen. Dari berbagai cabang olahraga
yang telah dipertandingkan dalam kejuaraan antar PPLP tersebut,
tiga cabang olahraga yang relatif lebih banyak dipertandingkan
dibandingkan cabang olahraga lainnya adalah atletik, panahan, dan
sepak takraw. Atlet PPLP yang mengikuti kejuaraan atletik sebesar
13,2 persen, panahan sebesar 8,7 persen, dan sepak takraw
sebesar 8,5 persen.
88 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 6.3.1 Jumlah dan Persentase Atlet PPLP yang Mengikuti Kej uaraan antar
PPLP menurut Cabang Olahraga dan Jenis Kelamin, 200 9
Cabang Olahraga Laki-laki Perempuan L+P Persentase
(L+P) (1) (2) (3) (4) (5)
Anggar 6 5 11 2,9
Angkat Besi - - - -
Atletik 27 23 50 13,2
Balap Sepeda - - - -
Bola Basket - - - -
Bola Voli - - - -
Dayung 8 9 17 4,5
Gulat 29 2 31 8,2
Judo - - - -
Karate 2 3 5 1,3
Loncat Indah 6 3 9 2,4
Panahan 19 14 33 8,7
Pencak Silat 16 13 29 7,7
Renang 2 0 2 0,5
Senam - - - -
Sepak Takraw 20 12 32 8,5
Sepakbola - - - -
Taekwondo - - - -
Tenis Meja - - - -
Tinju 22 0 22 5,8
Wushu 3 4 7 1,8
Jumlah 160 88 248 100,0
Sumber: Kemenpora– Data Profil Kepemudaan dan Keolah ragaan, 2009
Pada Tabel 6.3.1 tersebut juga dapat dilihat bahwa tidak
semua cabang olahraga dipertandingkan pada kejuaraan antar
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 89
PPLP. Namun, hal ini bukan berarti atlet yang berlatih pada cabang
olahraga yang belum menyelenggarakan kejuaraan antar PPLP tidak
menguji kemampuannya. Seperti yang diberitakan CyberNews, Solo,
enam atlet PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah akan ikut serta diseri
kedua Lomba Customs Cycling (LCC) 2010 di Gresik. Hal ini
dilakukan dalam rangka mendapatkan pengalaman bersaing karena
selama ini tidak pernah ada kejuaraan balap sepeda antar PPLP.
6.4 Sarana dan Prasarana PPLP
Dalam rangka meningkatkan prestasi para atlet olahraga di
Indonesia, PPLP sebagai tempat pembinaan dan latihan olahraga
pelajar memerlukan sarana dan prasarana yang lebih memadai. Hal
ini penting mengingat sarana dan prasarana olahraga sangat
dibutuhkan sebagai penunjang keberhasilan atlet tersebut dalam
mencapai prestasi.
Pada umumnya sarana dan prasarana yang tersedia di PPLP
adalah gedung asrama sebagai tempat menginap para atlet pelajar,
gedung sekolah sebagai tempat mereka menuntut ilmu, lapangan
olahraga, dan peralatan olahraga yang dapat menunjang selama
mereka berlatih.
Namun, tidak semua PPLP mempunyai sarana dan
prasarana yang cukup memadai sebagai tempat pembinaan dan
pelatihan olahraga, bahkan di beberapa daerah cenderung memiliki
sarana dan prasarana yang sangat minim. Kondisi ini membuat
prihatin Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora),
sehingga dikeluarkan program revitalisasi Pusat Pembinaan dan
Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) dan Pusat Pembinaan dan Latihan
Mahasiswa (PPLM). Menurut Kemenpora, salah satu penyebab
90 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
menurunnya prestasi olahraga Indonesia adalah minimnya sarana
dan prasarana olahraga di berbagai daerah, seperti yang dikutip dari
http://bataviase.co.id (5 Februari 2010).
Salah satu revitalisasi yang dilakukan adalah melengkapi
sarana dan prasarana latihan, memenuhi standar kalori makanan
bagi siswa PPLP, dan pembenahan asrama PPLP di beberapa
daerah. Selain itu dilakukan juga pembenahan manajemen seperti
menata ulang sistem rekrutmen dan sertifikasi para pelatih, sehingga
diperoleh atlet dan pelatih yang berkualitas. Hal ini perlu dilakukan
sebagai solusi untuk lebih mengoptimalkan peran PPLP.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 91
92 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 93
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan ulasan sebelumnya pada masing-masing bab
publikasi Penyajian Data dan Informasi Statistik Keolahragaan
Tahun 2010 ini ditemukan berbagai hal yang menarik berkaitan
keadaan dan perkembangan olahraga di Indonesia, antara lain
sebagai berikut:
a. Hasil Susenas menunjukkan bahwa partisipasi penduduk
berumur 10 tahun ke atas dalam melakukan olahraga mengalami
penurunan dari waktu ke waktu. Peningkatan partisipasi olahraga
7
94 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
hanya terjadi dari tahun 2000 sebesar 22,6 persen dibanding
tahun 2003 meningkat menjadi sebesar 25,4 persen. Sementara
itu, dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009 tingkat partisipasi
penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari
25,4 persen pada tahun 2003, turun menjadi 23,2 persen pada
tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,8 persen pada tahun
2009. Pola tersebut berlaku baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan.
b. Partisipasi masyarakat Indonesia dalam kegiatan olahraga masih
sangat rendah. Pada tahun 2009, dari 100 penduduk Indonesia
berumur 10 tahun ke atas, hanya sekitar 22 penduduk yang
melakukan kegiatan olahraga, sedangkan sebanyak 78
penduduk lainnya tidak melakukan olahraga.
c. Penurunan partisipasi masyarakat dalam berolahraga dapat
disebabkan oleh kurangnya fasilitas olahraga yang tersedia.
Berdasarkan data Podes tahun 2008, fasilitas lapangan olahraga
yang paling banyak tersedia terbatas pada jenis olahraga massa
atau yang banyak diminati masyarakat luas yaitu lapangan bola
voli, dimiliki oleh sekitar 78,1 persen desa/kelurahan yang ada di
Indonesia. Disusul kemudian lapangan sepak bola dan bulu
tangkis masing-masing dimiliki oleh 56,1 persen dan 49,3 persen
desa/kelurahan. Meskipun belum semua desa/kelurahan memiliki
fasilitas olahraga yang memadai, namun bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya terutama tahun 2000,
persentase desa/ kelurahan yang telah memiliki fasilitas olahraga
untuk ketiga jenis olahraga tersebut semakin meningkat.
d. Sejalan dengan meningkatnya fasilitas olahraga yang tersedia,
kelompok kegiatan olahraga yang ada di lingkungan masyarakat
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 95
juga semakin meningkat walaupun keberadaannya belum cukup
menggembirakan.
e. Prasarana olahraga lainnya yang juga dibutuhkan adalah tenaga
guru olahraga/penjaskes. Pada tahun ajaran 2008/2009, untuk
jenjang pendidikan SD tenaga guru olahraga/penjaskes masih
sangat kurang, sedangkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (SMP ke atas) telah tersedia guru olahraga/penjaskes
minimal satu guru untuk setiap sekolah. Bila dilihat tahun-tahun
ajaran sebelumnya, nampak bahwa kondisi kurangnya tenaga
guru olahraga/penjaskes untuk SD tersebut telah berlangsung
lama. Meskipun kurang namun telah terjadi peningkatan,
walaupun peningkatannya masih relatif kecil.
f. Penurunan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga
secara tidak langsung mempengaruhi pencapaian prestasi
olahraga para atlet baik pada tingkat nasional maupun
internasional yang cenderung semakin menurun. Pencapaian
prestasi atlet di ajang nasional maupun internasional sangat
memprihatinkan.
g. Dalam rangka meningkatkan prestasi olahraga para atlet baik di
ajang nasional maupun internasional, dilakukan program
pembibitan olahraga melalui Pusat Pembinaan dan Latihan
Olahraga Pelajar (PPLP). Namun, PPLP di beberapa daerah
masih memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai
sebagai tempat pembinaan olahraga. Salah satu program yang
dilakukan pemerintah adalah revitalisasi PPLP yaitu
pembenahan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas atlet
dan pelatih.
96 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
7.2 Saran-Saran
Hasil ulasan menunjukkan bahwa secara umum minat dan
gairah masyarakat untuk melakukan kegiatan olahraga masih
kurang. Prestasi olahraga para atlet Indonesia belum menunjukkan
kemajuan yang berarti.
Saran dan rekomendasi berdasarkan hasil ulasan sebagai
berikut:
a. Untuk meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat dalam
berolahraga perlu kiranya dipupuk kecintaan pada olahraga sejak
usia dini dan usia sekolah.
b. Peranan pendidikan olahraga di sekolah-sekolah formal perlu
ditingkatkan terutama pada jenjang pendidikan dasar. Untuk
mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengadaan guru
olahraga/penjaskes di sekolah-sekolah secara merata dan
dengan jumlah dan kualitas yang memadai.
c. Perlu pemberian beasiswa atau pembebasan biaya pendidikan
pada jurusan guru olahraga/penjaskes. Disediakan sekolah
ikatan dinas jurusan guru olahraga/penjaskes.
d. Fasilitas olahraga berupa lapangan dan peralatan olahraga
lainnya diupayakan tersedia di setiap desa/kelurahan terutama
untuk jenis olahraga massa sehingga masyarakat mudah untuk
menggunakannya.
e. Dalam rangka mempertahankan keberadaan kelompok kegiatan
olahraga di lingkungan masyarakat, perlu dilakukan upaya
pembinaan secara intensif agar mereka dapat berkembang terus.
Selain itu, untuk memacu mereka memperoleh prestasi perlu
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 97
adanya kompetisi atau pertandingan secara teratur dan
berkesinambungan.
f. Ketersediaan data PPLP masih sangat minim sehingga perlu
ditingkatkan agar perencanaan bagi para atlet muda baik dari
segi program maupun sarana prasarana lebih mengenai sasaran.
Masih banyak provinsi yang belum memberikan data dan
informasinya secara baik.
g. Revitalisasi PPLP perlu terus dilakukan di setiap daerah agar
tempat pusat pembinaan olahraga tersebut dapat berkembang
lebih maju dengan sarana dan prasarana yang memadai
sehingga dihasilkan bibit-bibit atlet yang dapat mengharumkan
nama bangsa dan negara di ajang internasional.
h. Anggaran untuk pembinaan para atlet menjadi perhatian khusus
baik dari segi kecukupan maupun ketepatan penggunaan.
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 145
DADADADAFFFFTAR PUSTAKATAR PUSTAKATAR PUSTAKATAR PUSTAKA
BPS, 2002, “Indikator Olahraga Indonesia, 2002”, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2002.
BPS, 2000, “Statistik Sosial Budaya, 2000”, Badan
Pusat Statistik, Jakarta, 2000. BPS, 2009, “Statistik Sosial Budaya, 2009”, Badan
Pusat Statistik, Jakarta, 2009. Http://id.wikipedia.org Http://www.koni.or.id Http://bataviase.co.id H.Y.S. Santosa Giriwijoyo, 2007 , “Manfaat dan
Mudarat Olahraga”. Kemdiknas, 2010 , ”Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Vol. 16 No. 2 Maret 2010”, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, 2010.
KONI, “Laporan Kontingen Indonesia SEA GAMES
XXIV Thailand 2007” , Jakarta. KONI, “Laporan Kontingen Indonesia SEA GAMES
XXV Laos 2009” , Jakarta. Panitia Besar PON XV, 2000 , ”Laporan
Penyelenggaraan Pertandingan/Perlombaan PON XV 2000 Jawa Timur”, Surabaya, 2000.
Panitia Besar PON XVII, 2008 , ”Laporan
Penyelenggaraan PON XVII 2008 Kalimantan Timur”, Samarinda, 2008.
146 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
LebihCepat.com, “Menpora: Membangun Olahraga Mulai dari Rekreasi”, Harian Berita Indonesia, Kamis, 03 Juni 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
98 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.1.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan
Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan (1) (2) (3) (4)
Aceh 29,71 17,15 23,22
Sumatera Utara 23,08 14,65 18,76
Sumatera Barat 31,12 23,61 27,25
Riau 31,43 20,53 26,12
Kepulauan Riau 32,41 19,53 25,94
Jambi 23,95 18,08 20,97
Sumatera Selatan 26,48 18,92 22,58
Kep. Bangka Belitung 32,42 22,84 27,54
Bengkulu 32,11 25,29 28,61
Lampung 26,44 19,51 22,94 DKI Jakarta 33,84 21,35 27,42
Jawa Barat 35,42 22,09 28,75
Banten 38,17 23,21 30,73
Jawa Tengah 31,81 19,91 25,70
DI Yogyakarta 43,61 29,49 36,35
Jawa Timur 29,03 19,36 24,04 Bali 34,36 18,64 26,32
Nusa Tenggara Barat 33,67 21,00 26,82
Nusa Tenggara Timur 25,13 14,35 19,66 Kalimantan Barat 29,04 18,62 23,88
Kalimantan Tengah 27,34 19,82 23,54
Kalimantan Selatan 30,76 17,87 24,12
Kalimantan Timur 34,18 22,82 28,64 Sulawesi Utara 22,97 15,68 19,26
Gorontalo 32,00 25,90 28,90
Sulawesi Tengah 39,82 24,80 32,27
Sulawesi Selatan 30,29 18,42 24,02
Sulawesi Barat 26,88 16,52 21,65
Sulawesi Tenggara 34,94 24,76 29,63 Maluku 26,16 15,46 20,51
Maluku Utara 27,78 14,51 20,96
Papua 25,09 15,39 20,38
Papua Barat 19,71 14,37 17,08
INDONESIA 32,00 20,43 26,11
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 99
Tabel 3.1.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir m enurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perdesaan
Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan (1) (2) (3) (4)
Aceh 22,40 10,55 16,21
Sumatera Utara 18,23 12,86 15,49
Sumatera Barat 25,56 18,21 21,75
Riau 28,22 18,75 23,56
Kepulauan Riau 31,10 18,82 25,36
Jambi 23,00 13,22 18,08
Sumatera Selatan 20,17 13,07 16,65
Kep. Bangka Belitung 28,83 18,38 23,78
Bengkulu 26,03 16,52 21,36
Lampung 22,68 15,52 19,18 DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 25,93 14,77 20,27
Banten 23,19 14,58 18,94
Jawa Tengah 22,65 13,68 18,01
DI Yogyakarta 24,50 14,46 19,30
Jawa Timur 18,55 11,63 14,96 Bali 20,87 10,98 15,88
Nusa Tenggara Barat 26,78 14,70 20,26
Nusa Tenggara Timur 15,83 10,09 12,88 Kalimantan Barat 20,82 13,17 16,97
Kalimantan Tengah 17,89 12,21 15,05
Kalimantan Selatan 19,70 11,75 15,66
Kalimantan Timur 23,65 13,56 18,78 Sulawesi Utara 18,53 14,65 16,63
Gorontalo 20,55 15,07 17,87
Sulawesi Tengah 23,44 15,46 19,53
Sulawesi Selatan 18,85 12,38 15,43
Sulawesi Barat 22,44 14,75 18,60
Sulawesi Tenggara 25,11 15,34 20,13 Maluku 19,82 11,64 15,71
Maluku Utara 24,95 12,66 18,95
Papua 13,75 7,32 10,63
Papua Barat 12,30 7,18 9,83
INDONESIA 21,88 13,49 17,61
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
100 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.1.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan (1) (2) (3) (4)
Aceh 24,54 12,44 18,24
Sumatera Utara 20,51 13,70 17,02
Sumatera Barat 27,51 20,10 23,68
Riau 29,84 19,63 24,84
Kepulauan Riau 31,76 19,20 25,66
Jambi 23,31 14,82 19,02
Sumatera Selatan 22,59 15,43 18,98
Kep. Bangka Belitung 30,51 20,58 25,58
Bengkulu 28,13 19,72 23,93
Lampung 23,67 16,63 20,20 DKI Jakarta 33,84 21,35 27,42
Jawa Barat 31,57 19,07 25,28
Banten 32,21 19,81 26,07
Jawa Tengah 27,16 16,72 21,78
DI Yogyakarta 36,82 24,09 30,26
Jawa Timur 23,68 15,39 19,38 Bali 28,60 15,43 21,91
Nusa Tenggara Barat 29,74 17,40 23,07
Nusa Tenggara Timur 17,53 10,85 14,11 Kalimantan Barat 23,17 14,69 18,92
Kalimantan Tengah 21,11 14,84 17,96
Kalimantan Selatan 24,28 14,32 19,19
Kalimantan Timur 30,12 19,29 24,86 Sulawesi Utara 20,43 15,11 17,78
Gorontalo 24,15 18,65 21,43
Sulawesi Tengah 26,95 17,55 22,32
Sulawesi Selatan 22,57 14,35 18,22
Sulawesi Barat 23,95 15,36 19,64
Sulawesi Tenggara 27,43 17,65 22,42 Maluku 21,51 12,74 17,04
Maluku Utara 25,79 13,25 19,57
Papua 16,42 9,23 12,93
Papua Barat 14,51 9,40 12,03
INDONESIA 26,82 16,87 21,76
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 101
Tabel 3.2.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Olahraga, 2009
Perkotaan
Provinsi Menjaga Kesehatan Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 79,64 5,93 3,82 10,61 100,00
Sumatera Utara 71,52 6,35 2,11 20,02 100,00
Sumatera Barat 74,78 8,83 0,86 15,53 100,00
Riau 76,94 6,93 1,83 14,31 100,00
Kepulauan Riau 85,30 7,84 2,43 4,43 100,00
Jambi 76,06 4,23 3,45 16,26 100,00
Sumatera Selatan 66,47 7,77 3,84 21,92 100,00
Kep. Bangka Belitung 72,14 7,12 4,56 16,18 100,00
Bengkulu 65,31 5,04 1,23 28,42 100,00
Lampung 81,58 7,91 1,10 9,41 100,00 DKI Jakarta 80,22 7,49 1,44 10,85 100,00
Jawa Barat 73,48 6,52 3,43 16,58 100,00
Banten 78,50 5,31 1,79 14,40 100,00
Jawa Tengah 68,32 5,42 3,28 22,99 100,00
DI Yogyakarta 80,97 4,91 2,47 11,66 100,00
Jawa Timur 74,23 6,48 1,61 17,68 100,00 Bali 77,81 5,71 1,45 15,03 100,00
Nusa Tenggara Barat 60,89 5,32 2,20 31,60 100,00
Nusa Tenggara Timur 74,16 6,97 8,08 10,79 100,00 Kalimantan Barat 77,82 4,22 1,13 16,83 100,00
Kalimantan Tengah 82,61 3,64 2,28 11,47 100,00
Kalimantan Selatan 78,51 3,58 1,35 16,56 100,00
Kalimantan Timur 84,61 4,41 2,05 8,92 100,00 Sulawesi Utara 67,58 5,17 12,72 14,52 100,00
Gorontalo 83,90 3,93 2,56 9,60 100,00
Sulawesi Tengah 86,52 2,37 1,67 9,44 100,00
Sulawesi Selatan 84,94 3,81 1,29 9,96 100,00
Sulawesi Barat 57,10 3,70 5,43 33,78 100,00
Sulawesi Tenggara 76,70 3,79 2,32 17,20 100,00 Maluku 75,33 8,46 3,71 12,50 100,00
Maluku Utara 66,25 3,74 2,43 27,59 100,00
Papua 81,38 8,11 3,55 6,96 100,00
Papua Barat 69,50 13,47 3,27 13,76 100,00
INDONESIA 74,60 6,13 2,55 16,72 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
102 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.2.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Olahraga, 2009
Perdesaan
Provinsi Menjaga Kesehatan Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 66,79 9,22 4,80 19,19 100,00
Sumatera Utara 66,16 6,41 1,92 25,51 100,00
Sumatera Barat 60,26 7,56 1,61 30,58 100,00
Riau 76,26 5,73 3,30 14,72 100,00
Kepulauan Riau 83,61 4,55 1,93 9,91 100,00
Jambi 71,77 5,71 3,88 18,65 100,00
Sumatera Selatan 67,97 9,62 2,87 19,54 100,00
Kep. Bangka Belitung 61,03 14,12 5,46 19,38 100,00
Bengkulu 58,93 6,76 3,17 31,15 100,00
Lampung 65,63 9,87 2,92 21,58 100,00 DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 61,99 7,30 3,97 26,74 100,00
Banten 57,83 5,15 2,15 34,87 100,00
Jawa Tengah 56,64 6,71 2,64 34,01 100,00
DI Yogyakarta 68,83 8,08 1,81 21,27 100,00
Jawa Timur 60,67 7,98 1,73 29,62 100,00 Bali 65,12 8,64 2,09 24,16 100,00
Nusa Tenggara Barat 52,16 6,44 2,71 38,68 100,00
Nusa Tenggara Timur 53,77 11,10 15,77 19,36 100,00 Kalimantan Barat 58,17 9,59 5,42 26,82 100,00
Kalimantan Tengah 71,97 7,84 5,40 14,78 100,00
Kalimantan Selatan 69,98 6,76 4,04 19,22 100,00
Kalimantan Timur 76,53 6,00 4,91 12,55 100,00 Sulawesi Utara 65,19 8,73 6,16 19,92 100,00
Gorontalo 68,45 8,27 1,94 21,35 100,00
Sulawesi Tengah 73,05 6,59 3,00 17,36 100,00
Sulawesi Selatan 64,31 7,62 1,59 26,48 100,00
Sulawesi Barat 63,16 7,00 2,64 27,20 100,00
Sulawesi Tenggara 64,96 10,53 4,87 19,65 100,00 Maluku 62,35 9,97 7,38 20,30 100,00
Maluku Utara 59,48 13,40 12,28 14,84 100,00
Papua 66,18 9,28 12,05 12,49 100,00
Papua Barat 67,90 11,16 8,05 12,89 100,00
INDONESIA 62,72 7,65 3,38 26,24 100,0
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 103
Tabel 3.2.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Olahraga, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Menjaga Kesehatan Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 71,53 8,00 4,44 16,03 100,00
Sumatera Utara 68,93 6,38 2,02 22,67 100,00
Sumatera Barat 66,12 8,07 1,31 24,51 100,00
Riau 76,62 6,36 2,52 14,50 100,00
Kepulauan Riau 84,50 6,28 2,19 7,03 100,00
Jambi 73,31 5,17 3,72 17,79 100,00
Sumatera Selatan 67,26 8,76 3,32 20,65 100,00
Kep. Bangka Belitung 66,77 10,50 5,00 17,73 100,00
Bengkulu 61,64 6,03 2,35 29,99 100,00
Lampung 70,53 9,27 2,36 17,84 100,00 DKI Jakarta 80,22 7,49 1,44 10,85 100,00
Jawa Barat 69,71 6,78 3,61 19,91 100,00
Banten 72,55 5,27 1,89 20,29 100,00
Jawa Tengah 63,39 5,96 3,01 27,64 100,00
DI Yogyakarta 78,20 5,63 2,32 13,85 100,00
Jawa Timur 68,87 7,08 1,65 22,40 100,00 Bali 73,92 6,61 1,65 17,83 100,00
Nusa Tenggara Barat 56,51 5,88 2,45 35,15 100,00
Nusa Tenggara Timur 58,93 10,06 13,82 17,19 100,00 Kalimantan Barat 65,18 7,67 3,89 23,26 100,00
Kalimantan Tengah 76,75 5,95 4,00 13,29 100,00
Kalimantan Selatan 74,45 5,10 2,63 17,82 100,00
Kalimantan Timur 82,27 4,87 2,88 9,97 100,00 Sulawesi Utara 66,32 7,05 9,26 17,37 100,00
Gorontalo 75,17 6,38 2,21 16,24 100,00
Sulawesi Tengah 77,31 5,26 2,58 14,86 100,00
Sulawesi Selatan 73,15 5,99 1,46 19,40 100,00
Sulawesi Barat 60,87 5,75 3,69 29,69 100,00
Sulawesi Tenggara 68,70 8,38 4,06 18,87 100,00 Maluku 66,68 9,46 6,16 17,70 100,00
Maluku Utara 61,71 10,21 9,03 19,05 100,00
Papua 71,83 8,85 8,89 10,44 100,00
Papua Barat 68,59 12,15 6,00 13,26 100,00
INDONESIA 69,68 6,76 2,90 20,67 100,0
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
104 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.3.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Lamanya Melakukan Olahraga (Hari), 2009
Perkotaan
Provinsi Lamanya Melakukan Olah raga (Hari)
Jumlah 1 2-4 5-6 7
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 48,62 33,78 10,47 7,12 100,00
Sumatera Utara 53,84 31,57 7,93 6,66 100,00
Sumatera Barat 59,07 29,28 5,26 6,40 100,00
Riau 63,15 30,36 2,10 4,40 100,00
Kepulauan Riau 56,46 32,57 2,70 8,28 100,00
Jambi 59,74 31,71 2,87 5,69 100,00
Sumatera Selatan 65,82 25,40 2,67 6,12 100,00
Kep. Bangka Belitung 47,89 39,88 4,06 8,17 100,00
Bengkulu 63,62 32,61 1,58 2,19 100,00
Lampung 66,55 23,74 2,00 7,71 100,00 DKI Jakarta 71,20 23,14 1,35 4,31 100,00
Jawa Barat 75,69 20,58 1,18 2,55 100,00
Banten 68,24 25,97 2,24 3,55 100,00
Jawa Tengah 59,56 29,20 3,60 7,63 100,00
DI Yogyakarta 55,53 32,50 3,57 8,40 100,00
Jawa Timur 59,05 27,24 3,89 9,82 100,00 Bali 57,86 28,67 3,24 10,23 100,00
Nusa Tenggara Barat 62,18 25,05 4,97 7,80 100,00
Nusa Tenggara Timur 52,31 30,04 6,54 11,10 100,00 Kalimantan Barat 65,84 25,99 2,32 5,85 100,00
Kalimantan Tengah 59,45 29,75 6,47 4,32 100,00
Kalimantan Selatan 75,01 18,40 2,58 4,01 100,00
Kalimantan Timur 55,97 33,88 3,34 6,82 100,00 Sulawesi Utara 67,88 23,89 4,43 3,79 100,00
Gorontalo 71,47 17,35 4,17 7,00 100,00
Sulawesi Tengah 58,12 28,14 2,86 10,88 100,00
Sulawesi Selatan 64,49 25,72 2,51 7,29 100,00
Sulawesi Barat 44,14 32,18 9,56 14,13 100,00
Sulawesi Tenggara 59,43 29,22 2,47 8,89 100,00 Maluku 60,19 31,30 3,29 5,22 100,00
Maluku Utara 50,85 34,12 5,14 9,89 100,00
Papua 42,54 42,30 8,42 6,74 100,00
Papua Barat 57,86 29,92 5,68 6,55 100,00
INDONESIA 65,02 26,06 2,95 5,97 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 105
Tabel 3.3.2 Persentas e Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir m enurut Provinsi dan Lamanya Melakukan Olahraga (Hari), 2009
Perdesaan
Provinsi Lamanya Melakukan Olah raga (Hari)
Jumlah 1 2-4 5-6 7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 44,01 33,59 16,88 5,52 100,00
Sumatera Utara 51,06 29,81 15,71 3,41 100,00
Sumatera Barat 66,11 24,82 4,01 5,06 100,00
Riau 47,69 39,88 5,34 7,09 100,00
Kepulauan Riau 40,43 43,98 7,63 7,95 100,00
Jambi 50,63 39,11 5,11 5,14 100,00
Sumatera Selatan 66,05 27,02 2,28 4,64 100,00
Kep. Bangka Belitung 51,20 39,47 3,91 5,42 100,00
Bengkulu 64,79 29,39 2,79 3,03 100,00
Lampung 56,93 30,80 2,68 9,59 100,00 DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 69,82 25,69 2,15 2,34 100,00
Banten 75,39 20,79 1,60 2,22 100,00
Jawa Tengah 65,95 25,02 3,17 5,86 100,00
DI Yogyakarta 61,42 26,29 4,42 7,87 100,00
Jawa Timur 64,60 22,18 4,63 8,59 100,00 Bali 61,96 23,13 5,74 9,17 100,00
Nusa Tenggara Barat 61,08 27,99 4,32 6,62 100,00
Nusa Tenggara Timur 67,86 22,67 5,92 3,55 100,00 Kalimantan Barat 62,33 30,14 4,00 3,53 100,00
Kalimantan Tengah 50,18 37,83 9,43 2,56 100,00
Kalimantan Selatan 64,61 26,79 3,79 4,81 100,00
Kalimantan Timur 45,37 43,20 4,88 6,56 100,00 Sulawesi Utara 68,54 24,23 4,00 3,24 100,00
Gorontalo 67,14 19,38 3,65 9,84 100,00
Sulawesi Tengah 59,21 28,54 5,00 7,25 100,00
Sulawesi Selatan 63,86 28,42 3,78 3,94 100,00
Sulawesi Barat 52,40 33,05 4,39 10,16 100,00
Sulawesi Tenggara 49,60 36,20 6,50 7,70 100,00 Maluku 44,52 37,69 10,32 7,47 100,00
Maluku Utara 42,62 39,75 6,02 11,62 100,00
Papua 45,69 40,33 11,31 2,67 100,00
Papua Barat 50,52 40,78 4,63 4,07 100,00
INDONESIA 62,24 27,61 4,69 5,46 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
106 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.3.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Lamanya Melakukan Olahraga (Hari), 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Lamanya Melakukan Olahraga (Hari)
Jumlah 1 2-4 5-6 7
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 45,71 33,66 14,52 6,11 100,00
Sumatera Utara 52,50 30,73 11,68 5,09 100,00
Sumatera Barat 63,27 26,62 4,51 5,60 100,00
Riau 55,83 34,87 3,63 5,67 100,00
Kepulauan Riau 48,85 37,99 5,04 8,12 100,00
Jambi 53,90 36,46 4,31 5,34 100,00
Sumatera Selatan 65,94 26,26 2,46 5,33 100,00
Kep. Bangka Belitung 49,49 39,68 3,99 6,84 100,00
Bengkulu 64,29 30,76 2,27 2,67 100,00
Lampung 59,88 28,63 2,47 9,01 100,00 DKI Jakarta 71,20 23,14 1,35 4,31 100,00
Jawa Barat 73,76 22,26 1,50 2,48 100,00
Banten 70,30 24,48 2,06 3,17 100,00
Jawa Tengah 62,26 27,44 3,42 6,89 100,00
DI Yogyakarta 56,87 31,08 3,77 8,28 100,00
Jawa Timur 61,25 25,24 4,18 9,33 100,00 Bali 59,12 26,97 4,01 9,91 100,00
Nusa Tenggara Barat 61,63 26,52 4,64 7,20 100,00
Nusa Tenggara Timur 63,93 24,53 6,07 5,46 100,00 Kalimantan Barat 63,58 28,66 3,40 4,36 100,00
Kalimantan Tengah 54,35 34,20 8,10 3,35 100,00
Kalimantan Selatan 70,06 22,39 3,16 4,39 100,00
Kalimantan Timur 52,90 36,58 3,78 6,74 100,00 Sulawesi Utara 68,23 24,07 4,20 3,50 100,00
Gorontalo 69,02 18,50 3,88 8,60 100,00
Sulawesi Tengah 58,87 28,41 4,32 8,40 100,00
Sulawesi Selatan 64,13 27,26 3,24 5,38 100,00
Sulawesi Barat 49,28 32,72 6,34 11,66 100,00
Sulawesi Tenggara 52,73 33,98 5,22 8,07 100,00 Maluku 49,75 35,56 7,97 6,72 100,00
Maluku Utara 45,34 37,89 5,73 11,05 100,00
Papua 44,52 41,06 10,24 4,18 100,00
Papua Barat 53,68 36,11 5,08 5,13 100,00
INDONESIA 63,87 26,70 3,67 5,76 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 107
Tabel 3.4.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Rata-rata Lamanya Melakukan Olahraga per Hari, 2009
Perkotaan
Provinsi Lamanya Melakukan Olahraga per Hari (Menit )
Jumlah 10-30 31-60 61-120 > 120
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 47,65 40,66 9,33 2,36 100,00
Sumatera Utara 44,97 42,41 10,20 2,42 100,00
Sumatera Barat 31,23 49,09 17,55 2,13 100,00
Riau 38,22 47,97 11,51 2,31 100,00
Kepulauan Riau 41,53 40,31 15,06 3,11 100,00
Jambi 30,26 57,94 10,42 1,39 100,00
Sumatera Selatan 36,35 50,17 9,51 3,97 100,00
Kep. Bangka Belitung 35,31 42,67 18,86 3,16 100,00
Bengkulu 33,02 51,11 12,53 3,35 100,00
Lampung 37,35 44,54 16,55 1,56 100,00 DKI Jakarta 36,18 51,77 10,02 2,04 100,00
Jawa Barat 28,00 54,02 15,34 2,64 100,00
Banten 33,54 54,80 10,98 0,68 100,00
Jawa Tengah 32,83 47,46 18,00 1,71 100,00
DI Yogyakarta 24,31 57,26 16,99 1,44 100,00
Jawa Timur 34,19 47,88 15,47 2,46 100,00 Bali 33,96 54,35 9,82 1,87 100,00
Nusa Tenggara Barat 32,30 54,63 11,86 1,22 100,00
Nusa Tenggara Timur 28,73 50,01 18,70 2,57 100,00 Kalimantan Barat 28,20 55,80 14,09 1,92 100,00
Kalimantan Tengah 52,99 35,95 7,95 3,11 100,00
Kalimantan Selatan 35,67 54,00 8,41 1,92 100,00
Kalimantan Timur 38,82 48,42 11,06 1,70 100,00 Sulawesi Utara 24,18 65,03 7,90 2,88 100,00
Gorontalo 36,47 46,24 15,62 1,67 100,00
Sulawesi Tengah 40,87 51,75 5,95 1,43 100,00
Sulawesi Selatan 45,57 40,64 10,12 3,67 100,00
Sulawesi Barat 48,13 39,58 8,31 3,98 100,00
Sulawesi Tenggara 42,70 44,87 10,53 1,89 100,00 Maluku 29,95 44,95 22,16 2,95 100,00
Maluku Utara 45,56 46,05 5,65 2,73 100,00
Papua 44,52 41,15 9,07 5,25 100,00
Papua Barat 50,30 36,76 10,59 2,36 100,00
INDONESIA 33,50 50,34 13,95 2,21 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
108 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.4.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Rata-rata Lamanya Melakukan Olahraga per Hari, 2009
Perdesaan
Provinsi Lamanya Melakukan Olahraga per Hari (Menit)
Jumlah 10-30 31-60 61-120 > 120
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 49,40 41,62 6,54 2,43 100,00
Sumatera Utara 54,21 34,89 8,13 2,77 100,00
Sumatera Barat 30,75 49,74 17,63 1,88 100,00
Riau 37,07 50,57 10,18 2,19 100,00
Kepulauan Riau 26,71 54,45 17,47 1,36 100,00
Jambi 26,22 60,32 11,24 2,23 100,00
Sumatera Selatan 38,66 50,14 6,79 4,41 100,00
Kep. Bangka Belitung 26,28 52,57 18,11 3,04 100,00
Bengkulu 38,52 45,40 13,00 3,08 100,00
Lampung 32,18 51,86 14,62 1,34 100,00 DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 29,06 50,94 16,88 3,12 100,00
Banten 36,67 49,11 13,17 1,05 100,00
Jawa Tengah 26,29 51,49 20,09 2,13 100,00
DI Yogyakarta 20,59 55,58 21,92 1,92 100,00
Jawa Timur 34,07 47,29 16,28 2,36 100,00 Bali 25,68 55,98 15,48 2,85 100,00
Nusa Tenggara Barat 38,90 47,93 11,24 1,94 100,00
Nusa Tenggara Timur 40,37 46,29 11,11 2,23 100,00 Kalimantan Barat 31,78 51,78 12,86 3,58 100,00
Kalimantan Tengah 45,49 37,89 12,17 4,46 100,00
Kalimantan Selatan 33,52 46,92 15,14 4,42 100,00
Kalimantan Timur 31,96 53,08 12,76 2,20 100,00 Sulawesi Utara 41,24 49,99 6,89 1,88 100,00
Gorontalo 41,52 46,89 8,52 3,06 100,00
Sulawesi Tengah 37,51 49,66 10,21 2,62 100,00
Sulawesi Selatan 49,92 38,19 7,64 4,26 100,00
Sulawesi Barat 40,66 46,89 8,87 3,59 100,00
Sulawesi Tenggara 48,16 40,18 8,81 2,85 100,00 Maluku 37,47 41,89 18,86 1,78 100,00
Maluku Utara 43,99 45,97 8,89 1,15 100,00
Papua 40,54 49,16 7,94 2,35 100,00
Papua Barat 29,46 56,80 10,46 3,28 100,00
INDONESIA 34,58 48,50 14,33 2,58 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 109
Tabel 3.4.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Rata-rata Lamanya Melakukan Olahraga per Hari, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Lamanya Melaku kan Olahraga per Hari (Menit)
Jumlah 10-30 31-60 61-120 > 120
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 48,76 41,27 7,57 2,40 100,00
Sumatera Utara 49,42 38,78 9,20 2,59 100,00
Sumatera Barat 30,95 49,48 17,60 1,98 100,00
Riau 37,68 49,19 10,88 2,25 100,00
Kepulauan Riau 34,48 47,04 16,21 2,28 100,00
Jambi 27,67 59,46 10,94 1,93 100,00
Sumatera Selatan 37,57 50,15 8,07 4,20 100,00
Kep. Bangka Belitung 30,94 47,45 18,50 3,10 100,00
Bengkulu 36,17 47,83 12,80 3,20 100,00
Lampung 33,76 49,62 15,21 1,41 100,00 DKI Jakarta 36,18 51,77 10,02 2,04 100,00
Jawa Barat 28,35 53,01 15,85 2,79 100,00
Banten 34,43 53,18 11,61 0,78 100,00
Jawa Tengah 30,07 49,16 18,88 1,89 100,00
DI Yogyakarta 23,46 56,88 18,11 1,55 100,00
Jawa Timur 34,14 47,65 15,79 2,42 100,00 Bali 31,42 54,85 11,56 2,17 100,00
Nusa Tenggara Barat 35,60 51,27 11,55 1,58 100,00
Nusa Tenggara Timur 37,43 47,22 13,02 2,32 100,00 Kalimantan Barat 30,50 53,22 13,30 2,99 100,00
Kalimantan Tengah 48,87 37,01 10,27 3,85 100,00
Kalimantan Selatan 34,65 50,64 11,60 3,11 100,00
Kalimantan Timur 36,83 49,77 11,55 1,85 100,00 Sulawesi Utara 33,22 57,07 7,37 2,35 100,00
Gorontalo 39,33 46,61 11,60 2,46 100,00
Sulawesi Tengah 38,58 50,33 8,85 2,24 100,00
Sulawesi Selatan 48,06 39,24 8,70 4,01 100,00
Sulawesi Barat 43,48 44,13 8,66 3,73 100,00
Sulawesi Tenggara 46,43 41,66 9,36 2,55 100,00 Maluku 34,95 42,91 19,96 2,17 100,00
Maluku Utara 44,50 46,00 7,82 1,67 100,00
Papua 42,02 46,19 8,36 3,43 100,00
Papua Barat 38,41 48,19 10,51 2,88 100,00
INDONESIA 33,95 49,58 14,11 2,36 100,00
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
110 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.5.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yan g Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir me nurut Provinsi dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
Perkotaan
Provinsi Jalur Melakukan Olahraga
Sendiri Perkumpulan
Lainnya Sekolah Olahraga Tempat Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 34,99 47,66 17,44 10,01 5,28 Sumatera Utara 28,63 55,42 8,56 7,74 5,68 Sumatera Barat 35,93 42,50 14,54 11,55 5,77 Riau 23,79 52,34 19,07 12,79 5,69 Kepulauan Riau 38,35 37,77 11,49 11,80 10,83 Jambi 35,02 45,81 14,32 10,76 5,35 Sumatera Selatan 28,62 52,68 10,15 9,42 5,64 Kep. Bangka Belitung 31,11 37,95 19,62 10,80 7,23 Bengkulu 23,53 51,95 13,09 14,15 6,33 Lampung 29,10 53,65 11,20 7,63 2,91 DKI Jakarta 42,02 37,02 12,24 10,29 6,42 Jawa Barat 37,85 42,91 15,88 10,25 5,69 Banten 38,60 40,34 16,93 11,13 6,10 Jawa Tengah 34,18 45,64 12,13 7,07 8,97 DI Yogyakarta 43,44 29,96 16,33 10,41 12,48 Jawa Timur 36,85 43,00 13,51 9,00 6,34 Bali 42,72 40,04 11,51 12,36 5,12 Nusa Tenggara Barat 33,45 52,90 8,40 8,90 4,56 Nusa Tenggara Timur 34,08 37,19 12,52 19,55 9,62 Kalimantan Barat 33,02 42,84 11,31 11,11 10,77 Kalimantan Tengah 26,93 45,34 14,89 15,80 7,11 Kalimantan Selatan 26,96 48,78 11,29 16,60 3,51 Kalimantan Timur 35,43 40,55 18,12 12,10 4,12 Sulawesi Utara 26,75 48,45 6,36 15,44 10,89 Gorontalo 29,03 44,24 9,45 19,77 6,70 Sulawesi Tengah 33,83 36,38 14,04 20,85 5,19 Sulawesi Selatan 34,39 41,40 10,68 13,57 6,13 Sulawesi Barat 30,87 29,67 13,61 13,48 18,03 Sulawesi Tenggara 31,54 42,68 12,17 15,36 3,62 Maluku 37,11 36,80 6,87 14,99 12,04 Maluku Utara 36,73 37,86 9,31 15,64 9,64 Papua 44,53 33,35 15,87 13,71 9,95 Papua Barat 37,87 35,55 20,99 14,07 2,90
INDONESIA 36,00 43,42 13,77 10,12 6,62
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 111
Tabel 3.5.2 Persentase Penduduk Berumur 1 0 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir m enurut Provinsi dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
Perdesaan
Provinsi Jalur Melakukan Olahraga
Sendiri Perkumpulan
Lainnya Sekolah Olahraga Tempat Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 11,85 65,23 21,92 5,99 6,58 Sumatera Utara 14,02 73,03 8,99 3,35 6,26 Sumatera Barat 15,63 59,66 17,62 3,82 12,17 Riau 17,27 56,49 31,48 7,54 5,96 Kepulauan Riau 11,48 48,11 16,09 4,19 27,86 Jambi 20,38 55,26 25,19 6,43 8,06 Sumatera Selatan 14,15 65,81 17,06 5,01 6,55 Kep. Bangka Belitung 7,83 46,80 40,93 3,88 8,07 Bengkulu 14,09 62,66 19,09 7,71 7,23 Lampung 17,48 62,20 18,31 4,09 4,83 DKI Jakarta - - - - - Jawa Barat 24,05 57,33 19,69 4,90 6,66 Banten 20,87 65,96 13,04 2,38 7,88 Jawa Tengah 20,36 61,89 12,71 3,32 9,60 DI Yogyakarta 20,72 47,21 19,00 7,86 14,83 Jawa Timur 23,25 62,75 10,67 4,07 7,38 Bali 26,36 56,68 10,67 7,80 5,55 Nusa Tenggara Barat 22,89 60,90 9,42 3,08 10,66 Nusa Tenggara Timur 18,97 56,39 17,15 8,40 13,15 Kalimantan Barat 14,98 57,08 21,56 5,85 10,42 Kalimantan Tengah 16,07 56,94 28,08 5,41 9,95 Kalimantan Selatan 14,36 63,53 17,63 7,16 4,41 Kalimantan Timur 27,49 46,06 31,79 8,27 5,39 Sulawesi Utara 19,74 58,73 15,30 11,90 9,28 Gorontalo 21,36 52,91 13,07 6,91 11,60 Sulawesi Tengah 23,49 54,57 16,88 6,30 6,58 Sulawesi Selatan 17,20 64,92 12,81 4,12 8,34 Sulawesi Barat 21,32 49,83 16,07 4,39 15,09 Sulawesi Tenggara 18,77 56,43 20,76 3,99 7,66 Maluku 19,53 50,13 12,23 5,99 20,04 Maluku Utara 26,75 45,83 21,39 4,84 14,85 Papua 23,43 48,26 28,56 12,01 13,25 Papua Barat 26,68 48,97 22,48 9,75 8,77
INDONESIA 19,94 60,37 16,46 4,79 8,27
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
112 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.5.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yan g Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir m enurut Provinsi dan Jalur Melakukan Olahraga, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi Jalur Melakukan Olahraga
Sendiri Perkumpulan
Lainnya Sekolah Olahraga Tempat Bekerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 20,37 58,76 20,27 7,47 6,10 Sumatera Utara 21,58 63,92 8,77 5,62 5,96 Sumatera Barat 23,81 52,74 16,38 6,94 9,58 Riau 20,70 54,30 24,95 10,30 5,82 Kepulauan Riau 25,59 42,68 13,68 8,18 18,92 Jambi 25,64 51,86 21,28 7,98 7,08 Sumatera Selatan 20,92 59,67 13,83 7,07 6,13 Kep. Bangka Belitung 19,86 42,23 29,92 7,46 7,63 Bengkulu 18,10 58,11 16,55 10,45 6,85 Lampung 21,05 59,57 16,13 5,18 4,24 DKI Jakarta 42,02 37,02 12,24 10,29 6,42 Jawa Barat 33,32 47,64 17,13 8,50 6,01 Banten 33,50 47,71 15,81 8,61 6,61 Jawa Tengah 28,35 52,50 12,37 5,49 9,23 DI Yogyakarta 38,26 33,90 16,94 9,83 13,02 Jawa Timur 31,47 50,81 12,39 7,05 6,75 Bali 37,71 45,14 11,25 10,96 5,25 Nusa Tenggara Barat 28,15 56,91 8,91 5,98 7,62 Nusa Tenggara Timur 22,79 51,54 15,98 11,22 12,26 Kalimantan Barat 21,41 52,00 17,91 7,72 10,54 Kalimantan Tengah 20,95 51,72 22,15 10,08 8,67 Kalimantan Selatan 20,97 55,80 14,30 12,11 3,94 Kalimantan Timur 33,13 42,15 22,08 10,99 4,49 Sulawesi Utara 23,06 53,87 11,07 13,58 10,04 Gorontalo 24,70 49,14 11,49 12,51 9,47 Sulawesi Tengah 26,76 48,82 15,98 10,90 6,14 Sulawesi Selatan 24,57 54,84 11,90 8,17 7,39 Sulawesi Barat 24,93 42,21 15,14 7,83 16,20 Sulawesi Tenggara 22,83 52,05 18,03 7,61 6,38 Maluku 25,40 45,68 10,44 8,99 17,37 Maluku Utara 30,04 43,20 17,41 8,41 13,13 Papua 31,28 42,71 23,84 12,64 12,02 Papua Barat 31,49 43,20 21,84 11,61 6,24
INDONESIA 29,35 50,44 14,89 7,91 7,31
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 113
Tabel 3.6.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, 2009
Perkotaan
Provinsi
Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan
SKJ Senam lainnya
Joging/ gerak jalan
Tenis meja
Bad-minton
Bola voli
Bola basket
Sepak bola
Re-nang
Bela diri
Lain-nya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Aceh 19,17 9,47 20,42 0,89 3,68 15,39 2,82 22,01 0,82 0,68 4,65
Sumatera Utara 32,31 10,54 17,53 1,08 2,66 8,51 4,41 14,07 2,19 0,97 5,74
Sumatera Barat 18,71 15,61 24,77 1,02 5,98 9,37 5,34 10,16 0,66 1,24 7,15
Riau 34,50 11,53 15,21 1,57 5,70 10,89 4,43 9,89 1,46 0,58 4,24
Kepulauan Riau 25,41 11,22 23,11 0,84 6,44 8,23 2,15 14,44 0,90 0,86 6,39
Jambi 20,16 10,40 25,09 0,99 9,29 11,70 3,34 12,35 1,49 0,68 4,52
Sumatera Selatan 26,32 16,96 20,02 0,69 4,30 7,57 4,89 10,64 0,80 0,81 7,01
Kep. Bangka Belitung 25,18 9,34 25,49 0,71 4,70 8,58 3,42 15,39 0,39 1,73 5,05
Bengkulu 39,73 8,51 15,63 1,59 4,58 7,07 6,90 9,26 2,15 0,58 4,00
Lampung 28,45 12,60 23,09 0,77 3,35 7,54 4,76 13,21 1,21 0,86 4,16
DKI Jakarta 16,39 14,45 29,17 0,71 4,85 3,29 8,16 11,50 2,38 0,88 8,23
Jawa Barat 16,27 14,26 27,09 0,86 6,08 5,54 5,45 17,34 1,89 0,71 4,52
Banten 17,05 11,68 25,18 0,63 7,13 4,71 3,61 23,05 1,70 0,56 4,70
Jawa Tengah 18,57 14,00 26,25 0,69 6,52 8,28 3,07 13,79 1,08 0,55 7,19
DI Yogyakarta 9,40 18,31 29,65 1,91 8,20 5,44 3,88 10,01 1,39 1,11 10,70
Jawa Timur 18,09 15,88 27,73 0,31 4,27 7,50 3,61 13,61 1,19 0,48 7,34
Bali 13,76 12,47 36,88 1,22 5,12 5,48 4,70 10,95 0,67 0,92 7,83
Nusa Tenggara Barat 19,55 14,08 22,09 1,76 4,31 7,68 4,30 15,25 0,42 1,09 9,46
Nusa Tenggara Timur 17,93 13,36 22,62 2,85 2,46 14,23 2,79 16,07 0,57 1,99 5,14
Kalimantan Barat 17,76 23,31 22,75 0,21 3,27 10,40 1,82 12,41 0,47 0,53 7,08
Kalimantan Tengah 39,32 8,25 19,44 1,06 8,06 8,63 1,82 8,24 0,23 0,47 4,47
Kalimantan Selatan 24,29 21,28 17,85 0,56 5,41 3,96 4,02 12,38 0,33 0,91 9,03
Kalimantan Timur 26,70 11,28 26,91 0,81 6,71 5,61 2,08 13,07 0,78 0,77 5,28
Sulawesi Utara 21,12 21,43 16,73 1,87 3,03 8,48 3,74 18,47 0,49 0,83 3,81
Gorontalo 38,45 10,36 18,84 1,77 4,93 4,82 2,97 11,68 0,28 0,72 5,18
Sulawesi Tengah 29,32 13,43 15,33 2,74 6,78 7,46 2,05 14,73 0,37 0,43 7,35
Sulawesi Selatan 29,54 10,12 23,40 1,35 4,73 4,57 3,68 13,59 1,04 0,45 7,54
Sulawesi Barat 26,65 3,74 13,14 1,43 26,03 7,59 1,53 12,19 0,88 0,00 6,81
Sulawesi Tenggara 42,48 8,78 20,49 1,80 6,95 3,99 0,93 10,42 0,52 1,35 2,30
Maluku 13,68 18,60 24,51 1,49 2,95 8,97 1,78 17,87 0,00 1,40 8,73
Maluku Utara 16,47 14,62 27,73 1,72 3,07 8,81 0,60 20,28 1,36 0,71 4,63
Papua 16,27 10,12 28,43 2,64 5,83 9,11 3,06 15,87 1,26 2,04 5,38
Papua Barat 21,71 8,22 32,82 1,14 3,49 2,69 8,36 14,10 0,06 1,60 5,81
INDONESIA 19,61 14,05 25,68 0,85 5,57 6,68 4,44 14,69 1,43 0,71 6,29
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
114 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
Tabel 3.6.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, 2009
Perdesaan
Provinsi
Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan
SKJ Senam lainnya
Joging/ gerak jalan
Tenis meja
Bad-minton
Bola voli
Bola basket
Sepak bola
Re-nang
Bela diri
Lain-nya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Aceh 26,05 8,82 5,71 0,61 1,12 22,12 1,29 31,62 0,09 0,10 2,48
Sumatera Utara 46,35 9,20 7,54 0,66 2,39 14,14 1,09 15,21 0,25 0,18 2,98
Sumatera Barat 20,51 9,36 9,74 0,46 4,47 23,44 4,21 18,99 0,20 0,48 8,15
Riau 24,99 8,63 6,05 1,11 5,44 28,78 1,49 20,03 0,40 0,19 2,89
Kepulauan Riau 31,39 9,53 10,90 0,41 4,26 18,82 1,73 18,81 0,22 1,15 2,78
Jambi 25,02 5,84 7,60 0,78 4,62 25,03 1,50 25,47 0,38 0,38 3,38
Sumatera Selatan 37,02 13,86 4,11 0,71 3,45 22,67 1,12 14,95 0,04 0,10 1,97
Kep. Bangka Belitung 32,69 2,44 5,38 0,51 2,23 20,89 1,72 32,42 0,14 0,11 1,46
Bengkulu 33,45 6,69 7,66 0,80 3,62 24,83 2,50 17,38 0,24 0,44 2,40
Lampung 38,73 1,58 1,93 0,16 0,61 22,35 2,39 21,34 0,08 0,08 10,75
DKI Jakarta - - - - - - - - - - -
Jawa Barat 22,12 10,66 14,51 0,67 3,79 16,93 2,85 24,52 0,58 0,40 2,98
Banten 25,82 15,52 15,57 0,29 0,94 9,80 1,28 28,04 0,77 0,17 1,81
Jawa Tengah 23,68 13,38 16,59 0,54 4,86 13,16 2,01 19,70 0,50 0,25 5,35
DI Yogyakarta 17,23 12,33 15,60 1,14 6,17 16,99 3,66 20,34 0,58 1,02 4,93
Jawa Timur 25,82 16,45 17,30 0,25 1,94 14,21 1,62 16,24 0,40 0,74 5,02
Bali 21,28 13,45 23,02 1,42 4,00 9,39 2,21 15,42 0,30 1,23 8,28
Nusa Tenggara Barat 25,93 12,91 18,36 1,25 2,10 8,96 1,99 19,19 0,27 0,47 8,57
Nusa Tenggara Timur 23,57 8,62 7,85 0,48 1,05 29,50 0,35 23,21 0,40 0,87 4,10
Kalimantan Barat 19,26 11,79 6,70 0,56 2,06 28,40 1,08 26,52 0,52 0,47 2,64
Kalimantan Tengah 27,69 8,10 6,65 1,52 4,17 30,35 0,73 17,04 0,25 0,32 3,19
Kalimantan Selatan 31,58 10,50 11,58 0,29 7,57 13,74 1,87 18,70 0,10 0,17 3,91
Kalimantan Timur 23,31 8,02 11,55 1,33 7,46 17,76 1,50 25,68 0,26 0,64 2,49
Sulawesi Utara 21,14 23,86 13,86 2,39 2,28 10,58 1,50 20,59 0,39 0,66 2,75
Gorontalo 30,31 13,29 9,91 0,33 2,47 16,26 0,82 19,14 0,14 0,24 7,08
Sulawesi Tengah 35,34 8,42 8,63 0,99 2,76 17,93 0,62 21,21 0,24 0,30 3,56
Sulawesi Selatan 44,40 7,56 8,79 0,81 3,25 11,89 1,47 15,23 0,52 0,24 5,84
Sulawesi Barat 32,01 5,44 7,31 1,94 7,10 20,64 0,65 18,30 0,00 0,08 6,52
Sulawesi Tenggara 41,02 4,15 5,84 1,17 3,73 17,74 0,75 21,85 0,20 0,62 2,92
Maluku 20,42 10,73 11,89 0,80 1,29 22,53 0,24 26,18 0,19 0,52 5,21
Maluku Utara 18,40 11,45 9,84 0,98 0,69 16,61 1,40 37,05 0,48 0,74 2,37
Papua 13,82 6,91 9,62 0,43 2,87 31,83 2,67 28,29 0,72 0,99 1,86
Papua Barat 24,63 8,30 11,08 0,12 8,25 23,22 0,71 20,47 0,18 0,53 2,51
INDONESIA 27,33 11,48 12,45 0,65 3,43 17,20 1,85 20,63 0,40 0,45 4,13
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 115
Tabel 3.6.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang M elakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan
SKJ Senam lainnya
Joging/ gerak jalan
Tenis meja
Bad-minton
Bola voli
Bola basket
Sepak bola
Re-nang
Bela diri
Lain-nya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Aceh 23,51 9,06 11,12 0,71 2,06 19,64 1,86 28,08 0,36 0,32 3,28
Sumatera Utara 39,08 9,89 12,71 0,88 2,53 11,23 2,81 14,62 1,25 0,59 4,41
Sumatera Barat 19,78 11,88 15,80 0,69 5,08 17,76 4,67 15,43 0,38 0,79 7,74
Riau 30,00 10,16 10,88 1,35 5,58 19,36 3,04 14,69 0,96 0,39 3,60
Kepulauan Riau 31,73 6,64 13,05 0,52 3,67 14,94 2,26 17,72 0,51 0,49 8,46
Jambi 23,27 7,48 13,88 0,85 6,30 20,24 2,16 20,76 0,78 0,49 3,79
Sumatera Selatan 32,01 15,31 11,55 0,70 3,85 15,61 2,88 12,94 0,39 0,43 4,32
Kep. Bangka Belitung 28,81 6,00 15,77 0,62 3,51 14,53 2,60 23,62 0,27 0,95 3,32
Bengkulu 36,12 7,46 11,04 1,13 4,03 17,30 4,36 13,93 1,05 0,50 3,07
Lampung 30,48 10,47 14,65 0,52 3,98 15,36 2,66 17,09 0,52 1,06 3,21 DKI Jakarta 16,39 14,45 29,17 0,71 4,85 3,29 8,16 11,50 2,38 0,88 8,23
Jawa Barat 18,19 13,08 22,97 0,80 5,33 9,27 4,60 19,69 1,46 0,61 4,00
Banten 19,57 12,78 22,42 0,53 5,35 6,17 2,94 24,49 1,43 0,45 3,87
Jawa Tengah 20,73 13,74 22,17 0,63 5,82 10,34 2,62 16,28 0,84 0,42 6,41
DI Yogyakarta 11,19 16,95 26,44 1,73 7,74 8,08 3,83 12,37 1,20 1,09 9,38
Jawa Timur 21,15 16,11 23,60 0,29 3,35 10,15 2,82 14,65 0,88 0,58 6,43
Bali 16,06 12,77 32,63 1,28 4,78 6,68 3,93 12,32 0,55 1,02 7,97
Nusa Tenggara Barat 22,75 13,49 20,22 1,51 3,20 8,33 3,14 17,23 0,34 0,78 9,02
Nusa Tenggara Timur 22,14 9,81 11,58 1,08 1,41 25,65 0,96 21,40 0,45 1,16 4,36
Kalimantan Barat 18,72 15,90 12,42 0,44 2,49 21,98 1,34 21,49 0,50 0,49 4,22
Kalimantan Tengah 32,92 8,17 12,40 1,31 5,92 20,58 1,22 13,08 0,24 0,39 3,76
Kalimantan Selatan 27,76 16,15 14,87 0,43 6,44 8,61 3,00 15,39 0,22 0,55 6,59
Kalimantan Timur 25,72 10,33 22,46 0,96 6,93 9,13 1,91 16,73 0,63 0,73 4,47
Sulawesi Utara 21,13 22,71 15,22 2,14 2,63 9,59 2,56 19,59 0,44 0,74 3,25
Gorontalo 33,85 12,01 13,79 0,96 3,54 11,28 1,76 15,90 0,20 0,45 6,26
Sulawesi Tengah 33,43 10,00 10,75 1,54 4,03 14,62 1,08 19,16 0,28 0,34 4,76
Sulawesi Selatan 38,03 8,66 15,05 1,04 3,88 8,75 2,42 14,53 0,74 0,33 6,57
Sulawesi Barat 29,99 4,80 9,51 1,75 14,25 15,71 0,98 15,99 0,33 0,05 6,63
Sulawesi Tenggara 41,48 5,63 10,50 1,37 4,76 13,37 0,81 18,21 0,30 0,85 2,72
Maluku 18,17 13,35 16,10 1,03 1,84 18,01 0,76 23,41 0,12 0,82 6,38
Maluku Utara 17,77 12,50 15,74 1,22 1,48 14,03 1,14 31,51 0,77 0,73 3,12
Papua 14,73 8,11 16,61 1,25 3,97 23,37 2,82 23,67 0,92 1,38 3,17
Papua Barat 23,37 8,26 20,44 0,56 6,20 14,39 4,00 17,73 0,13 0,99 3,93
INDONESIA 22,81 12,98 20,20 0,77 4,68 11,04 3,37 17,15 1,00 0,60 5,39
Sumber: BPS RI – Susenas Modul 2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 116
Tabel 4.1.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Sepak Bola menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 30,33 30,77 36,11 37,06
Sumatera Utara 31,15 34,43 33,43 34,33
Sumatera Barat 47,24 61,26 63,82 69,05
Riau 80,71 86,95 84,56 85,72
Kepulauan Riau * * 75,69 83,44
Jambi 71,83 77,63 70,85 76,21
Sumatera Selatan 46,53 46,40 47,34 50,80
Kep. Bangka Belitung * 92,43 94,39 93,02
Bengkulu 40,34 46,78 44,69 41,08
Lampung 72,14 76,60 75,81 73,96 DKI Jakarta 55,85 59,55 56,55 54,31
Jawa Barat 68,11 73,81 73,93 72,10
Banten * 67,34 61,00 62,70
Jawa Tengah 66,32 70,04 69,79 72,68
DI Yogyakarta 79,68 81,96 80,37 82,65
Jawa Timur 49,82 54,75 52,61 57,04 Bali 35,40 38,48 38,66 35,81
Nusa Tenggara Barat 53,06 56,50 60,24 54,65
Nusa Tenggara Timur 53,68 53,61 47,97 49,66 Kalimantan Barat 85,31 80,06 79,61 83,75
Kalimantan Tengah 46,68 59,40 60,77 59,19
Kalimantan Selatan 34,08 46,13 36,60 41,13
Kalimantan Timur 69,86 70,28 74,33 72,27 Sulawesi Utara 57,01 58,11 51,54 39,09
Gorontalo * 72,61 55,78 51,71
Sulawesi Tengah 79,58 83,96 81,37 61,74
Sulawesi Selatan 56,60 62,26 48,30 55,70
Sulawesi Barat * * * 57,65
Sulawesi Tenggara 55,58 61,64 57,74 52,17 Maluku 74,02 73,80 69,53 58,83
Maluku Utara * 71,39 68,37 60,42
Papua 35,24 36,16 29,08 31,70
Papua Barat * * * 27,67
INDONESIA 53,94 57,95 56,19 56,10
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000– 2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 117
Tabel 4 .1.2 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasili tas Lapangan Bola Voli menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 48,58 57,41 64,48 62,14
Sumatera Utara 53,70 54,84 54,12 54,99
Sumatera Barat 84,74 87,20 89,23 87,77
Riau 95,90 97,29 97,77 98,13
Kepulauan Riau * * 98,82 99,08
Jambi 90,61 92,94 92,71 91,56
Sumatera Selatan 91,25 95,35 94,31 93,11
Kep. Bangka Belitung * 97,16 96,57 96,22
Bengkulu 90,43 92,52 89,79 87,64
Lampung 89,20 93,52 95,03 90,81 DKI Jakarta 90,57 92,51 90,64 89,14
Jawa Barat 90,29 94,91 94,66 94,26
Banten * 86,34 89,14 84,71
Jawa Tengah 83,16 86,09 86,17 83,80
DI Yogyakarta 97,26 96,12 97,72 96,12
Jawa Timur 74,58 77,42 78,34 81,63 Bali 82,89 86,15 89,02 86,66
Nusa Tenggara Barat 73,68 76,02 81,59 73,27
Nusa Tenggara Timur 77,85 82,04 72,89 78,49 Kalimantan Barat 95,03 94,58 94,18 95,25
Kalimantan Tengah 77,95 89,10 88,53 89,64
Kalimantan Selatan 46,26 56,08 54,26 53,34
Kalimantan Timur 81,55 79,98 84,15 82,07 Sulawesi Utara 68,22 70,90 62,49 57,16
Gorontalo * 84,04 74,44 76,88
Sulawesi Tengah 91,50 95,00 91,44 85,88
Sulawesi Selatan 77,13 82,85 74,19 74,30
Sulawesi Barat * * * 89,93
Sulawesi Tenggara 89,62 91,37 91,93 86,79 Maluku 73,32 82,42 80,41 76,82
Maluku Utara * 68,83 68,89 59,17
Papua 57,34 60,54 55,88 63,15
Papua Barat * * * 53,19
INDONESIA 76,05 79,54 79,35 78,09
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 118
Tabel 4.1.3 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bulu Tangkis menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 5,65 9,19 13,34 13,84
Sumatera Utara 25,25 29,91 34,10 38,53
Sumatera Barat 58,32 70,86 72,81 75,76
Riau 62,04 71,57 76,78 78,62
Kepulauan Riau * * 55,69 52,15
Jambi 68,22 70,90 72,06 75,67
Sumatera Selatan 59,22 63,72 67,24 71,52
Kep. Bangka Belitung * 83,60 75,70 80,23
Bengkulu 36,90 38,61 31,94 46,04
Lampung 63,91 71,99 71,88 80,68 DKI Jakarta 95,85 97,00 97,38 96,25
Jawa Barat 70,41 81,23 82,27 82,52
Banten * 53,55 60,93 66,09
Jawa Tengah 60,52 67,15 69,64 71,82
DI Yogyakarta 89,27 88,36 92,01 94,52
Jawa Timur 33,87 36,47 39,96 45,44 Bali 54,72 53,35 56,21 60,96
Nusa Tenggara Barat 46,37 54,07 58,05 62,21
Nusa Tenggara Timur 10,82 12,98 7,82 13,99 Kalimantan Barat 39,37 45,38 45,49 44,78
Kalimantan Tengah 39,27 49,17 45,67 53,45
Kalimantan Selatan 36,79 48,08 49,41 53,50
Kalimantan Timur 44,38 51,50 55,65 58,36 Sulawesi Utara 47,25 56,52 45,00 43,78
Gorontalo * 48,14 41,33 52,23
Sulawesi Tengah 23,21 34,93 37,12 42,35
Sulawesi Selatan 48,88 54,77 48,02 49,69
Sulawesi Barat * * * 52,61
Sulawesi Tenggara 29,53 34,78 33,41 34,86 Maluku 12,44 13,28 12,60 13,02
Maluku Utara * 12,28 11,78 14,29
Papua 6,39 5,96 6,29 5,48
Papua Barat * * * 4,44
INDONESIA 41,69 46,05 47,25 49,34
Sumber: BPS RI – Statistik Podes, 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 119
Tabel 4.1.4 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bola Basket menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,50 0,73 1,29 1,46
Sumatera Utara 1,99 2,16 2,77 2,48
Sumatera Barat 8,41 15,77 23,20 21,75
Riau 5,20 7,20 7,04 7,98
Kepulauan Riau * * 15,29 17,48
Jambi 4,22 4,04 5,59 6,52
Sumatera Selatan 4,64 4,43 4,82 5,29
Kep. Bangka Belitung * 14,83 16,82 19,19
Bengkulu 5,60 4,90 4,49 6,51
Lampung 3,10 4,04 5,48 5,56 DKI Jakarta 55,47 69,66 63,30 65,17
Jawa Barat 9,40 12,09 15,12 16,85
Banten * 10,68 13,36 13,63
Jawa Tengah 4,32 5,48 7,24 8,44
DI Yogyakarta 23,52 24,66 22,37 24,66
Jawa Timur 4,32 5,07 6,94 7,16 Bali 15,49 12,97 17,12 14,89
Nusa Tenggara Barat 7,40 8,40 11,22 8,21
Nusa Tenggara Timur 1,99 1,37 1,32 3,00 Kalimantan Barat 3,08 3,96 3,86 4,58
Kalimantan Tengah 1,96 2,48 3,48 4,42
Kalimantan Selatan 4,64 5,85 6,89 7,09
Kalimantan Timur 5,01 4,85 6,92 7,97 Sulawesi Utara 4,98 4,60 5,83 6,36
Gorontalo * 5,05 6,67 9,08
Sulawesi Tengah 3,07 1,94 4,18 4,09
Sulawesi Selatan 4,68 5,32 6,76 8,49
Sulawesi Barat * * * 5,04
Sulawesi Tenggara 2,32 2,05 2,49 3,70 Maluku 2,00 2,15 3,09 3,64
Maluku Utara * 1,48 2,18 2,32
Papua 1,97 1,68 2,40 3,07
Papua Barat * * * 1,84
INDONESIA 4,65 5,31 6,70 7,10
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 120
Tabel 4.1.5 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Tenis (Lapangan) menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1,07 1,34 1,24 1,46
Sumatera Utara 3,19 2,94 3,21 3,29
Sumatera Barat 3,63 7,66 8,88 10,28
Riau 6,36 7,02 5,35 4,43
Kepulauan Riau * * 18,43 13,80
Jambi 3,19 3,20 2,75 3,84
Sumatera Selatan 3,63 3,25 3,24 3,83
Kep. Bangka Belitung * 8,83 8,10 8,43
Bengkulu 2,76 2,24 2,70 2,74
Lampung 2,96 3,15 2,78 2,61 DKI Jakarta 60,00 65,17 55,06 51,69
Jawa Barat 8,56 9,14 9,35 9,40
Banten * 6,90 7,56 7,45
Jawa Tengah 6,29 6,93 7,11 7,71
DI Yogyakarta 21,92 23,06 22,83 23,74
Jawa Timur 5,43 5,53 5,74 6,23 Bali 10,32 8,02 11,27 9,97
Nusa Tenggara Barat 4,84 5,42 5,24 4,16
Nusa Tenggara Timur 1,27 1,37 0,91 1,43 Kalimantan Barat 3,71 3,54 3,14 2,96
Kalimantan Tengah 2,19 2,18 2,29 2,56
Kalimantan Selatan 2,80 3,34 3,47 3,70
Kalimantan Timur 7,56 5,93 6,18 6,00 Sulawesi Utara 3,74 4,43 4,33 3,08
Gorontalo * 3,19 2,22 2,91
Sulawesi Tengah 3,07 2,71 2,68 3,32
Sulawesi Selatan 6,69 6,91 6,79 8,83
Sulawesi Barat * * * 7,09
Sulawesi Tenggara 2,39 2,43 2,26 2,27 Maluku 2,97 2,15 2,41 2,76
Maluku Utara * 1,75 2,30 2,22
Papua 1,90 1,43 1,59 1,66
Papua Barat * * * 0,97
INDONESIA 4,83 4,96 5,03 5,10
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 121
Tabel 4.1.6 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Gelanggang Renang menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,25 0,23 0,59 0,14
Sumatera Utara 1,29 0,93 1,63 1,25
Sumatera Barat 1,19 1,94 4,00 4,00
Riau 2,80 2,58 2,78 3,37
Kepulauan Riau * * 7,84 5,83
Jambi 0,78 0,76 2,91 2,61
Sumatera Selatan 1,08 0,78 2,41 1,69
Kep. Bangka Belitung * 2,52 3,74 2,33
Bengkulu 1,03 0,69 2,53 1,78
Lampung 1,36 0,80 2,28 2,57 DKI Jakarta 21,51 24,72 20,97 22,85
Jawa Barat 4,60 4,50 6,65 7,90
Banten * 3,18 5,06 6,45
Jawa Tengah 1,80 1,44 2,64 3,29
DI Yogyakarta 5,71 4,57 8,45 9,82
Jawa Timur 1,94 1,68 2,63 3,64 Bali 3,69 2,48 4,99 5,06
Nusa Tenggara Barat 1,71 1,90 3,17 3,18
Nusa Tenggara Timur 0,36 0,43 0,58 0,50 Kalimantan Barat 0,84 0,49 1,76 1,40
Kalimantan Tengah 0,60 0,45 2,07 1,24
Kalimantan Selatan 0,59 0,56 1,12 0,76
Kalimantan Timur 2,11 1,46 3,72 1,76 Sulawesi Utara 1,97 1,42 3,47 1,74
Gorontalo * 2,13 1,33 1,54
Sulawesi Tengah 0,77 0,21 1,37 0,36
Sulawesi Selatan 1,38 1,75 2,68 2,14
Sulawesi Barat * * * 0,75
Sulawesi Tenggara 1,10 0,32 0,42 1,38 Maluku 0,28 1,08 1,60 1,32
Maluku Utara * 0,40 0,90 0,10
Papua 0,53 0,37 0,63 0,08
Papua Barat * * * 0,33
INDONESIA 1,72 1,51 2,61 2,58
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 122
Tabel 4.2.1 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Sepak Bola menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 48,20 48,73 56,25 60,26
Sumatera Utara 37,38 43,61 44,29 44,29
Sumatera Barat 62,78 73,49 71,59 76,95
Riau 84,27 89,72 86,12 87,59
Kepulauan Riau * * 94,90 88,65
Jambi 80,28 87,22 83,08 87,72
Sumatera Selatan 47,58 50,20 50,18 59,92
Kep. Bangka Belitung * 94,64 96,57 96,22
Bengkulu 59,14 64,23 61,60 66,25
Lampung 74,08 81,77 79,92 82,43 DKI Jakarta 75,47 73,41 73,03 69,29
Jawa Barat 86,90 90,86 88,77 91,23
Banten * 92,43 90,35 89,69
Jawa Tengah 72,66 79,78 77,42 78,68
DI Yogyakarta 83,79 87,67 89,04 88,58
Jawa Timur 59,35 64,84 64,65 65,66 Bali 37,17 46,06 48,64 48,46
Nusa Tenggara Barat 83,64 87,40 88,78 83,13
Nusa Tenggara Timur 57,30 65,53 58,09 63,61 Kalimantan Barat 81,82 83,46 85,75 87,49
Kalimantan Tengah 47,81 58,35 61,88 59,94
Kalimantan Selatan 64,92 73,78 73,97 68,79
Kalimantan Timur 73,20 73,98 74,78 73,96 Sulawesi Utara 72,80 81,52 70,53 62,85
Gorontalo * 81,91 23,11 63,53
Sulawesi Tengah 83,76 87,15 86,99 83,39
Sulawesi Selatan 70,69 76,82 72,82 70,67
Sulawesi Barat * * * 61,19
Sulawesi Tenggara 76,40 81,07 66,05 66,47 Maluku 79,34 76,67 82,47 66,00
Maluku Utara * 86,23 87,45 83,20
Papua 38,83 39,38 38,45 32,44
Papua Barat * * * 36,60
INDONESIA 64,31 69,41 68,47 68,63
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 123
Tabel 4.2.2 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Voli menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 54,58 60,81 70,66 69,52
Sumatera Utara 49,56 52,97 54,40 53,93
Sumatera Barat 75,64 82,97 83,35 83,44
Riau 93,02 94,83 95,73 94,89
Kepulauan Riau * * 97,25 98,16
Jambi 84,75 91,76 90,77 91,17
Sumatera Selatan 82,71 93,24 90,06 91,78
Kep. Bangka Belitung * 94,32 94,39 94,77
Bengkulu 89,31 92,43 85,05 89,93
Lampung 83,38 92,81 92,79 89,35 DKI Jakarta 80,00 83,52 83,90 80,90
Jawa Barat 89,52 94,11 93,56 93,66
Banten * 89,93 91,43 89,43
Jawa Tengah 76,94 83,86 82,02 80,70
DI Yogyakarta 95,89 96,80 97,03 94,98
Jawa Timur 70,79 75,16 76,04 78,05 Bali 74,48 82,94 85,45 83,01
Nusa Tenggara Barat 89,05 88,21 90,00 80,50
Nusa Tenggara Timur 68,47 77,69 71,50 78,70 Kalimantan Barat 83,78 87,14 89,87 91,29
Kalimantan Tengah 66,31 76,54 82,90 84,46
Kalimantan Selatan 50,09 58,44 59,47 54,91
Kalimantan Timur 75,92 75,21 78,20 77,91 Sulawesi Utara 66,25 73,41 61,31 62,32
Gorontalo * 83,24 29,78 71,23
Sulawesi Tengah 89,20 91,32 90,13 89,38
Sulawesi Selatan 72,90 81,87 75,02 72,13
Sulawesi Barat * * * 73,32
Sulawesi Tenggara 81,69 88,43 75,01 72,49 Maluku 72,36 79,31 85,34 74,06
Maluku Utara * 71,79 75,16 66,80
Papua 42,55 47,31 47,26 50,41
Papua Barat * * * 52,28
INDONESIA 72,05 77,54 77,40 76,85
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 124
Tabel 4.2.3 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bulu Tangkis menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 6,58 10,22 14,76 16,78
Sumatera Utara 22,66 28,33 32,96 36,52
Sumatera Barat 44,81 61,03 64,93 67,75
Riau 55,27 68,00 73,87 73,88
Kepulauan Riau * * 52,55 52,15
Jambi 63,57 73,00 76,36 78,59
Sumatera Selatan 49,13 59,66 61,52 69,47
Kep. Bangka Belitung * 76,34 61,68 70,93
Bengkulu 36,90 36,20 28,43 49,74
Lampung 51,41 67,01 64,72 75,76 DKI Jakarta 86,42 89,14 91,76 89,51
Jawa Barat 64,76 79,82 82,01 83,43
Banten * 54,02 58,97 66,76
Jawa Tengah 52,28 63,94 66,52 69,70
DI Yogyakarta 81,28 84,70 90,41 94,75
Jawa Timur 30,76 34,86 39,64 45,73 Bali 45,13 48,40 50,50 56,32
Nusa Tenggara Barat 53,49 59,08 61,83 64,07
Nusa Tenggara Timur 8,27 12,78 7,86 13,02 Kalimantan Barat 33,78 41,56 43,14 41,15
Kalimantan Tengah 33,53 42,03 43,15 50,62
Kalimantan Selatan 42,83 52,39 59,42 61,09
Kalimantan Timur 39,63 46,96 51,41 55,12 Sulawesi Utara 42,60 56,19 40,03 44,51
Gorontalo * 46,28 17,33 44,69
Sulawesi Tengah 21,46 33,33 35,62 43,71
Sulawesi Selatan 41,64 51,52 46,26 46,98
Sulawesi Barat * * * 39,18
Sulawesi Tenggara 26,11 33,76 28,37 30,23 Maluku 12,65 11,60 15,12 12,25
Maluku Utara * 11,34 10,88 16,22
Papua 5,34 5,76 6,26 4,53
Papua Barat * * * 5,48
INDONESIA 37,21 44,25 45,73 48,55
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 125
Tabel 4.2.4 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Basket menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,64 0,71 1,16 1,48
Sumatera Utara 1,80 2,31 2,64 1,96
Sumatera Barat 5,93 12,11 18,76 17,64
Riau 5,06 7,63 7,52 7,29
Kepulauan Riau * * 14,51 15,95
Jambi 3,36 3,70 4,70 6,22
Sumatera Selatan 3,43 3,84 4,03 5,00
Kep. Bangka Belitung * 13,88 13,40 18,02
Bengkulu 4,14 4,64 3,84 5,48
Lampung 2,47 4,09 4,24 4,66 DKI Jakarta 29,43 51,31 44,57 50,56
Jawa Barat 7,70 11,57 13,76 15,69
Banten * 10,55 12,15 12,50
Jawa Tengah 2,84 4,15 5,52 6,78
DI Yogyakarta 14,16 20,55 18,72 19,63
Jawa Timur 2,97 3,79 5,59 5,62 Bali 9,88 8,60 12,55 12,50
Nusa Tenggara Barat 6,26 8,13 10,12 7,89
Nusa Tenggara Timur 1,39 1,25 0,84 2,35 Kalimantan Barat 2,24 3,96 3,20 3,85
Kalimantan Tengah 2,95 2,56 3,55 3,94
Kalimantan Selatan 5,32 6,16 6,28 6,64
Kalimantan Timur 3,34 5,23 5,80 6,99 Sulawesi Utara 5,05 5,35 5,44 5,62
Gorontalo * 5,59 1,11 9,08
Sulawesi Tengah 2,51 1,88 3,99 4,15
Sulawesi Selatan 3,40 4,41 6,36 7,16
Sulawesi Barat * * * 5,22
Sulawesi Tenggara 1,42 2,24 2,37 2,47 Maluku 1,66 1,44 2,63 3,09
Maluku Utara * 1,08 1,79 2,22
Papua 1,62 1,74 2,34 1,84
Papua Barat * * * 2,99
INDONESIA 3,56 4,72 5,70 6,15
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 126
Tabel 4.2.5 Persentas e Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Tenis (Lapangan) menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1,18 1,45 1,16 1,84
Sumatera Utara 3,07 2,81 3,19 2,98
Sumatera Barat 2,67 6,40 9,10 11,36
Riau 6,09 6,89 5,69 4,36
Kepulauan Riau * * 16,47 13,80
Jambi 2,84 2,86 2,59 3,84
Sumatera Selatan 2,76 2,99 3,17 3,67
Kep. Bangka Belitung * 7,26 6,23 6,69
Bengkulu 2,41 1,81 2,45 2,22
Lampung 2,52 3,05 2,60 2,31 DKI Jakarta 32,08 41,57 41,57 44,57
Jawa Barat 6,85 8,48 8,78 9,57
Banten * 7,57 7,42 6,72
Jawa Tengah 6,05 7,39 8,10 9,03
DI Yogyakarta 19,41 23,29 26,48 28,31
Jawa Timur 4,33 5,04 5,30 5,63 Bali 8,55 5,98 8,56 7,02
Nusa Tenggara Barat 6,40 6,64 7,07 4,82
Nusa Tenggara Timur 1,51 1,25 0,80 1,32 Kalimantan Barat 3,64 3,82 3,40 3,02
Kalimantan Tengah 2,49 2,26 2,44 2,56
Kalimantan Selatan 3,20 3,90 3,83 4,51
Kalimantan Timur 6,94 5,77 5,21 5,65 Sulawesi Utara 4,72 4,68 4,41 2,88
Gorontalo * 4,26 1,78 2,91
Sulawesi Tengah 2,86 3,13 3,33 3,86
Sulawesi Selatan 5,77 6,94 7,70 8,79
Sulawesi Barat * * * 5,60
Sulawesi Tenggara 2,26 2,49 2,43 2,37 Maluku 3,11 1,91 2,29 2,98
Maluku Utara * 1,62 2,30 1,93
Papua 1,69 1,60 1,53 1,24
Papua Barat * * * 1,74
INDONESIA 4,24 4,81 5,03 5,17
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 127
Tabel 4.2.6 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Renang menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,21 0,30 0,79 0,56
Sumatera Utara 0,73 0,86 1,46 1,16
Sumatera Barat 0,37 1,71 3,22 2,49
Riau 1,16 2,09 2,37 2,74
Kepulauan Riau * * 9,80 5,21
Jambi 0,60 0,59 2,59 2,53
Sumatera Selatan 0,37 0,70 1,66 1,72
Kep. Bangka Belitung * 1,26 1,87 2,62
Bengkulu 0,52 0,26 1,96 1,70
Lampung 0,82 0,89 2,10 2,22 DKI Jakarta 7,55 8,99 14,23 18,73
Jawa Barat 3,49 4,52 6,77 8,72
Banten * 4,67 4,39 6,32
Jawa Tengah 1,11 1,50 2,35 3,31
DI Yogyakarta 1,37 4,57 5,02 8,22
Jawa Timur 0,98 1,29 2,01 2,38 Bali 1,47 1,60 3,14 3,09
Nusa Tenggara Barat 1,00 1,49 2,32 1,75
Nusa Tenggara Timur 0,20 0,78 0,47 0,71 Kalimantan Barat 0,56 0,90 1,57 0,78
Kalimantan Tengah 0,83 0,45 2,96 0,62
Kalimantan Selatan 0,32 0,97 1,68 1,11
Kalimantan Timur 0,88 1,62 2,46 1,55 Sulawesi Utara 3,28 2,59 3,62 2,54
Gorontalo * 2,39 0,44 2,05
Sulawesi Tengah 0,49 0,35 0,92 0,89
Sulawesi Selatan 0,90 1,65 1,95 2,14
Sulawesi Barat * * * 0,93
Sulawesi Tenggara 0,71 0,64 1,66 1,73 Maluku 0,62 0,96 2,29 0,88
Maluku Utara * 0,67 1,54 1,74
Papua 0,32 0,51 0,54 0,69
Papua Barat * * * 0,50
INDONESIA 1,08 1,47 2,34 2,50
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 128
Tabel 4.2.7 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Tenis (Meja) menurut Provinsi, 2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 3,32 7,74 6,23 5,56
Sumatera Utara 11,40 19,11 13,69 16,35
Sumatera Barat 25,87 49,83 42,84 43,51
Riau 28,39 52,06 53,01 50,75
Kepulauan Riau * * 38,82 34,05
Jambi 32,82 58,20 49,31 47,05
Sumatera Selatan 23,96 49,21 37,83 39,46
Kep. Bangka Belitung * 40,06 28,04 37,21
Bengkulu 22,33 35,25 19,61 26,42
Lampung 24,71 53,10 42,13 39,63 DKI Jakarta 36,23 68,91 65,54 65,54
Jawa Barat 47,83 79,06 71,01 69,72
Banten * 49,97 45,41 49,34
Jawa Tengah 41,20 66,93 56,03 53,37
DI Yogyakarta 69,41 88,13 81,28 78,54
Jawa Timur 32,09 46,90 42,16 36,88 Bali 37,32 62,10 55,78 52,39
Nusa Tenggara Barat 55,19 70,33 61,83 51,48
Nusa Tenggara Timur 4,41 10,04 5,70 10,35 Kalimantan Barat 20,63 42,81 34,51 30,88
Kalimantan Tengah 26,21 51,05 34,94 35,08
Kalimantan Selatan 23,67 37,66 28,53 22,85
Kalimantan Timur 25,13 43,49 35,57 35,07 Sulawesi Utara 45,81 67,64 46,49 46,45
Gorontalo * 63,56 16,44 43,66
Sulawesi Tengah 32,54 48,96 40,39 36,06
Sulawesi Selatan 30,08 55,29 42,94 38,19
Sulawesi Barat * * * 38,99
Sulawesi Tenggara 35,59 57,99 39,23 32,94 Maluku 15,76 20,57 20,96 13,25
Maluku Utara * 28,61 17,29 15,35
Papua 3,37 4,76 4,88 2,11
Papua Barat * * * 3,82
INDONESIA 27,49 44,63 36,95 34,52
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 129
Tabel 4.2.8 Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bela Diri menurut Provinsi,
2000-2008
Provinsi 2000 2003 2005 2008
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1,11 2,23 2,41 2,55
Sumatera Utara 5,98 9,59 7,57 7,09
Sumatera Barat 26,33 41,94 44,95 44,05
Riau 25,44 38,09 32,63 37,03
Kepulauan Riau * * 27,45 26,69
Jambi 16,19 33,39 24,45 26,86
Sumatera Selatan 10,60 19,25 10,87 15,95
Kep. Bangka Belitung * 17,67 13,40 22,09
Bengkulu 7,50 18,23 8,58 11,25
Lampung 23,69 37,50 32,59 36,94 DKI Jakarta 48,68 64,42 62,55 67,04
Jawa Barat 33,70 41,65 37,86 39,24
Banten * 53,14 47,17 48,47
Jawa Tengah 12,61 18,48 16,67 18,17
DI Yogyakarta 24,43 38,58 32,19 28,77
Jawa Timur 26,53 34,93 33,38 35,57 Bali 25,66 39,07 37,95 38,34
Nusa Tenggara Barat 20,34 26,56 21,34 23,44
Nusa Tenggara Timur 2,23 4,98 3,98 5,42 Kalimantan Barat 6,64 15,84 10,26 10,61
Kalimantan Tengah 9,59 19,40 12,36 11,19
Kalimantan Selatan 8,48 14,06 9,19 12,87
Kalimantan Timur 10,02 16,40 16,29 16,30 Sulawesi Utara 5,70 18,06 11,98 10,98
Gorontalo * 10,37 3,33 7,88
Sulawesi Tengah 9,13 15,49 10,85 9,91
Sulawesi Selatan 8,20 16,73 12,11 11,54
Sulawesi Barat * * * 15,49
Sulawesi Tenggara 7,99 16,24 10,33 8,04 Maluku 2,90 7,18 6,76 6,29
Maluku Utara * 11,88 4,61 4,54
Papua 1,48 2,57 2,49 1,63
Papua Barat * * * 2,82
INDONESIA 14,50 21,40 18,24 18,76
Sumber: BPS RI – Statistik Podes 2000–2008 Keterangan : * data tidak tersedia
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 130
Tabel 4.3.1 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SD menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
Provinsi 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 0,52 0,72 0,85 1,04 Sumatera Utara 0,55 0,61 0,78 0,71 Sumatera Barat 0,57 0,71 0,72 1,15 Riau 0,77 0,75 0,70 1,27 Kepulauan Riau 0,65 0,54 0,42 0,34 Jambi 0,57 0,57 0,53 0,74 Sumatera Selatan 0,64 0,56 0,48 0,71 Kep. Bangka Belitung 0,51 0,72 0,78 0,79 Bengkulu 0,66 0,71 0,83 0,92 Lampung 0,66 0,68 0,53 0,60 DKI Jakarta 0,43 0,60 0,51 0,48 Jawa Barat 0,63 0,56 0,60 0,67 Banten 0,59 0,86 0,50 0,91 Jawa Tengah 0,66 0,61 0,69 0,75 DI Yogyakarta 0,69 0,83 0,96 1,42 Jawa Timur 0,61 0,79 0,72 0,99 Bali 0,86 0,91 0,69 0,77 Nusa Tenggara Barat 0,65 0,70 0,82 1,07 Nusa Tenggara Timur 0,38 0,59 0,52 0,55 Kalimantan Barat 0,42 0,39 0,43 0,52 Kalimantan Tengah 0,33 0,38 0,55 0,42 Kalimantan Selatan 0,71 0,68 0,84 0,85 Kalimantan Timur 0,65 0,73 0,60 0,66 Sulawesi Utara 0,44 0,40 0,55 0,56 Gorontalo 0,46 0,42 0,48 0,57 Sulawesi Tengah 1,10 0,76 0,68 0,70 Sulawesi Selatan 0,57 0,56 0,82 0,98 Sulawesi Barat 0,36 0,34 0,55 0,58 Sulawesi Tenggara 0,50 0,44 0,53 0,85 Maluku 0,56 0,49 0,58 0,76 Maluku Utara 0,65 0,38 0,40 0,43 Papua 0,40 0,31 0,33 0,35 Papua Barat 0,27 0,27 0,36 0,38
INDONESIA 0,60 0,62 0,65 0,78
Sumber: Kemdiknas– Statistik Persekolahan, 2005/200 6–2008/2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 131
Tabel 4.3.2 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMP menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
Provinsi 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1,52 1,82 1,55 1,41
Sumatera Utara 1,29 1,54 1,10 1,15
Sumatera Barat 1,91 2,02 1,64 1,52
Riau 1,20 1,57 1,12 0,91
Kepulauan Riau 1,15 1,33 1,14 1,13
Jambi 1,23 1,49 0,99 0,89
Sumatera Selatan 1,65 2,10 1,21 1,12
Kep. Bangka Belitung 1,34 1,28 1,19 0,91
Bengkulu 0,98 1,13 0,85 1,04
Lampung 1,45 1,85 0,90 0,95 DKI Jakarta 1,56 1,46 1,30 1,32
Jawa Barat 1,63 2,07 1,76 1,49
Banten 1,02 1,80 1,38 1,26
Jawa Tengah 1,71 2,03 1,49 1,54
DI Yogyakarta 1,64 2,10 1,44 1,44
Jawa Timur 0,17 1,89 1,51 1,40 Bali 2,22 2,92 2,16 2,03
Nusa Tenggara Barat 1,39 1,96 1,65 1,51
Nusa Tenggara Timur 0,82 1,32 0,95 0,98 Kalimantan Barat 1,00 1,11 0,84 0,68
Kalimantan Tengah 0,72 0,89 0,62 0,49
Kalimantan Selatan 1,39 1,49 1,12 0,89
Kalimantan Timur 1,27 1,53 1,34 1,07 Sulawesi Utara 1,04 1,04 0,99 0,93
Gorontalo 1,25 1,50 1,32 0,95
Sulawesi Tengah 0,86 1,17 0,97 0,95
Sulawesi Selatan 1,45 1,78 1,47 1,28
Sulawesi Barat 1,04 1,20 0,89 1,26
Sulawesi Tenggara 1,30 1,38 1,45 1,33 Maluku 1,33 1,36 1,35 0,85
Maluku Utara 0,10 0,91 1,28 0,79
Papua 1,21 1,21 0,93 0,71
Papua Barat 0,90 1,20 1,16 0,85
INDONESIA 1,44 1,73 1,33 1,23
Sumber: Kemdiknas– Statistik Persekolahan, 2005/20 06 – 2008/2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 132
Tabel 4.3.3 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMU menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
Provinsi 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1,33 1,40 1,48 1,40
Sumatera Utara 1,25 1,21 1,30 1,34
Sumatera Barat 1,95 1,90 1,98 2,00
Riau 1,20 1,20 1,47 1,25
Kepulauan Riau 1,40 1,16 1,07 0,98
Jambi 1,20 1,20 1,31 1,40
Sumatera Selatan 1,29 1,38 1,35 1,36
Kep. Bangka Belitung 1,15 1,10 1,20 1,16
Bengkulu 1,24 1,11 1,31 1,37
Lampung 1,29 1,34 1,39 1,42 DKI Jakarta 1,57 1,49 1,57 1,59
Jawa Barat 1,50 1,49 1,54 1,45
Banten 1,35 1,21 1,36 1,23
Jawa Tengah 1,63 1,65 1,67 1,68
DI Yogyakarta 1,66 1,67 1,62 1,72
Jawa Timur 1,62 1,62 1,63 1,62 Bali 1,95 2,02 2,03 2,03
Nusa Tenggara Barat 1,51 1,52 1,56 1,52
Nusa Tenggara Timur 1,00 1,04 1,10 1,12 Kalimantan Barat 0,95 1,06 1,01 0,90
Kalimantan Tengah 1,07 0,93 0,86 0,82
Kalimantan Selatan 1,26 1,31 1,43 1,36
Kalimantan Timur 1,04 1,07 1,07 1,07 Sulawesi Utara 1,19 1,01 1,19 1,10
Gorontalo 1,06 1,24 1,23 1,24
Sulawesi Tengah 0,99 1,01 1,06 1,06
Sulawesi Selatan 1,64 1,39 1,62 1,64
Sulawesi Barat 1,69 1,39 1,53 1,76
Sulawesi Tenggara 1,29 1,16 1,20 1,50 Maluku 1,15 1,16 1,23 1,12
Maluku Utara 1,17 0,90 1,00 0,97
Papua 1,10 1,14 1,12 1,14
Papua Barat 1,28 1,29 1,32 1,29
INDONESIA 1,41 1,39 1,44 1,42
Sumber: Kemdiknas– Statistik Persekolahan, 2005/200 6–2008/2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 133
Tabel 4.3.4 Rasio Jumlah Guru Olahraga/Penjaskes Terhadap Jumlah Sekolah pada Jenjang Pendidikan SMK menurut Provinsi, 2005/2006-2008/2009
Provinsi 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1,64 1,41 1,31 1,36
Sumatera Utara 1,95 1,51 1,64 1,52
Sumatera Barat 2,28 1,99 2,01 2,00
Riau 1,97 1,43 1,36 1,19
Kepulauan Riau 1,82 1,42 1,47 1,47
Jambi 1,59 1,49 1,65 1,44
Sumatera Selatan 3,23 2,38 2,41 2,13
Kep. Bangka Belitung 2,33 1,18 1,17 1,19
Bengkulu 1,89 1,17 1,38 1,41
Lampung 2,44 1,91 2,08 1,93 DKI Jakarta 4,66 1,62 1,62 1,72
Jawa Barat 2,27 1,58 1,70 1,49
Banten 2,00 1,45 1,57 1,37
Jawa Tengah 2,34 1,64 1,70 1,60
DI Yogyakarta 2,30 1,76 1,80 1,71
Jawa Timur 2,27 1,60 1,67 1,68 Bali 1,61 2,62 2,52 2,80
Nusa Tenggara Barat 1,60 1,85 1,99 1,64
Nusa Tenggara Timur 1,79 1,00 0,92 0,98 Kalimantan Barat 1,94 1,36 1,35 1,44
Kalimantan Tengah 1,86 1,54 1,72 1,57
Kalimantan Selatan 2,00 1,98 2,07 2,06
Kalimantan Timur 2,16 1,72 1,40 1,31 Sulawesi Utara 1,98 1,39 1,53 1,34
Gorontalo 1,52 0,96 0,92 0,97
Sulawesi Tengah 1,90 1,46 1,58 1,31
Sulawesi Selatan 2,02 1,43 1,55 1,50
Sulawesi Barat 1,39 1,65 1,74 1,65
Sulawesi Tenggara 2,06 1,52 1,67 1,30 Maluku 1,95 1,32 1,40 1,39
Maluku Utara 1,64 1,14 1,41 0,90
Papua 2,47 1,24 1,15 1,11
Papua Barat 2,35 1,84 1,81 1,67
INDONESIA 2,18 1,61 1,67 1,58
Sumber: Kemdiknas– Statistik Persekolahan, 2005/20 06–2008/2009
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 134
Tabel 5.1.1 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Provinsi , Jenis Medali, dan Rangking, 2000
Provinsi Jumlah Medali
Rangking Emas Perak Perunggu
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 1 1 13 XXV Sumatera Utara 14 10 19 IX Sumatera Barat 0 4 8 XVI Riau 5 9 15 XVIII Kepulauan Riau - - - - Jambi 19 9 13 VI Sumatera Selatan 8 13 15 XIV Kep. Bangka Belitung - - - - Bengkulu 1 3 5 XXIV Lampung 19 22 26 V DKI Jakarta 115 85 95 I Jawa Barat 83 91 108 III Banten - - - - Jawa Tengah 42 63 67 IV DI Yogyakarta 6 13 26 XVI Jawa Timur 112 109 114 II Bali 10 10 15 XIII Nusa Tenggara Barat 3 6 6 XXII Nusa Tenggara Timur 4 6 9 XX Kalimantan Barat 4 8 8 XIX Kalimantan Tengah 3 11 18 XXI Kalimantan Selatan 11 8 10 XII Kalimantan Timur 14 11 17 VIII Sulawesi Utara 11 15 17 XI Gorontalo - - - - Sulawesi Tengah 2 1 3 XXIII Sulawesi Selatan 12 13 19 X Sulawesi Barat - - - - Sulawesi Tenggara 8 5 13 XV Maluku 6 3 6 XVII Maluku Utara - - - - Papua 18 19 24 VII Papua Barat - - - -
INDONESIA 531 548 689
Sumber: Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
135
Tabel 5.1.2 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Provinsi , Jenis Medali, dan Rangking, 2004
Provinsi Jumlah Medali
Rangking Emas Perak Perunggu
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 6 2 5 XXII
Sumatera Utara 15 15 26 XII
Sumatera Barat 6 10 25 XXI
Riau 16 14 20 XI
Kepulauan Riau - - - - Jambi 27 28 15 VI
Sumatera Selatan 30 41 40 V
Kep. Bangka Belitung 2 4 6 XXVI
Bengkulu 1 4 6 XXVIII
Lampung 22 21 21 VIII DKI Jakarta 141 111 114 I
Jawa Barat 76 79 94 III
Banten 7 9 31 XX
Jawa Tengah 56 59 64 IV
DI Yogyakarta 10 13 21 XV
Jawa Timur 76 81 111 II Bali 11 12 18 XIV
Nusa Tenggara Barat 5 5 11 XXIII
Nusa Tenggara Timur 8 4 4 XIX Kalimantan Barat 8 8 14 XVIII
Kalimantan Tengah 5 3 15 XXIV
Kalimantan Selatan 10 12 10 XVI
Kalimantan Timur 19 28 33 IX Sulawesi Utara 14 14 13 XIII
Gorontalo 0 0 3 XXX
Sulawesi Tengah 1 5 4 XXVII
Sulawesi Selatan 17 22 19 X
Sulawesi Barat - - - - Sulawesi Tenggara 9 6 9 XVII Maluku 3 2 5 XXV
Maluku Utara 0 0 4 XXIX
Papua 23 13 19 VII
Papua Barat - - - -
INDONESIA 625 625 780
Sumber: Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 136
Tabel 5.1.3 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Pr ovinsi , Jenis Medali, dan Rangking, 2008
Provinsi Jumlah Medali
Rangking Emas Perak Perunggu
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 4 4 10 XXIII
Sumatera Utara 20 11 29 VII
Sumatera Barat 8 16 38 XVI
Riau 16 14 23 X
Kepulauan Riau 2 5 1 XXVII
Jambi 11 17 28 XV
Sumatera Selatan 12 11 17 XIV
Kep. Bangka Belitung 1 2 4 XXIX
Bengkulu 2 2 5 XXVIII
Lampung 18 12 19 VIII DKI Jakarta 122 118 123 II
Jawa Barat 101 84 132 IV
Banten 5 12 30 XXII
Jawa Tengah 53 81 81 V
DI Yogyakarta 12 16 21 XIII
Jawa Timur 139 114 112 I Bali 16 18 26 IX
Nusa Tenggara Barat 3 3 9 XXV
Nusa Tenggara Timur 3 4 6 XXIV Kalimantan Barat 5 14 11 XXI
Kalimantan Tengah 2 9 9 XXVI
Kalimantan Selatan 7 6 10 XVIII
Kalimantan Timur 117 111 114 III Sulawesi Utara 14 11 16 XII
Gorontalo 0 0 1 XXXII
Sulawesi Tengah 0 3 6 XXXI
Sulawesi Selatan 25 23 28 VI
Sulawesi Barat 0 0 1 XXXIII
Sulawesi Tenggara 8 5 12 XVII Maluku 6 2 16 XX
Maluku Utara 1 1 3 XXX
Papua 15 22 17 XI
Papua Barat 7 1 7 XIX
INDONESIA 755 752 965
Sumber: Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
N
E
W
S
Keterangan :
12,03 – 19,37
19,38 – 23,67
23,68 – 30,26
Peta 1 : Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan
Olahraga selama Seminggu yang Lalu m
enurut Provinsi, 2008 1 : 17613280
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 137
N
E
W
S
Keterangan :
27,67 – 54,31
54,32 – 72,09
72,10 – 93,02
1 : 17613280
Peta 2 : Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan
Sepak Bola m
enurut Provinsi, 2008
138 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
N
EW
S
Keterangan :
53,19 – 82,06
82,07 – 89,92
89,93 – 99,08
Peta 3 : Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan
Bola Voli m
enurut Provinsi, 2008
1 : 17613280
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 139
N
EW
S
Keterangan :
4,44 – 49,68
49,69 – 71,51
71,52 – 96,25
Peta 4 : Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan
Bulu Tangkis m
enurut Provinsi, 2008
1 : 17613280
140 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
N
E
W
S
Keterangan :
32,44 – 66,24
66,25 – 83,19
83,10 – 96,22
1 : 17613280
Peta 5 : Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan
Olahraga Sepak Bola m
enurut Provinsi, 2008
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 141
N
E
W
S
Keterangan :
50,41 – 78,04
78,05 –89,42
89,43 – 98,16
Peta 6 : Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan
Olahraga Bola Voli m
enurut Provinsi, 2008
1 : 17613280
142 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010
N
EW
S
Keterangan :
4,53 – 45,72
45,73 – 67,74
67,75 – 94,75
Peta 7 : Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan
Olahraga Bulu Tangkis m
enurut Provinsi, 2008
1 : 17613280
Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010 143
N
EW
S
Keterangan :
Peringkat 1-10
Peringkat 11-20
Peringkat 21-33
Peta 8 : Peringkat Provinsi dalam Perolehan Medali PON XVII, 2008
1 : 17613280
144 Penyajian Data & Informasi Statistik Keolahragaan, 2010