Penugasan MKU B Kwn
Click here to load reader
-
Upload
siti-anisa-fatmawati -
Category
Documents
-
view
19 -
download
2
Transcript of Penugasan MKU B Kwn
Peran Mahasiswa dalam Perjalanan Bangsa Indonesia
Mahasiswa adalah salah satu elemen masyarakat yang memiliki
kemampuan dan tingkat intelektualitas yang dianggap melebihi masyarakat awam
pada umumnya. Proses perubahan negara indonesia juga tidak lepas dari peran
mahasiswa sebagai penggerak aksi dan basis masa. Pada tahun 1998, “otak” dari
terjadinya gerakan revolusi yang pada akhirnya berhasil menurunkan
pemerintahan presiden Soeharto adalah mahasiswa. Salah satu hal yang dimiliki
oleh mahasiswa tetapi tidak dimiliki oleh yang lain adalah semangat dan idealisme
jiwa muda. Hal ini pula yang mengawali terjadinya peristiwa revolusi 1998.
Peran mahasiswa tidak hanya tampak pada saat revolusi tetapi juga pada
masa perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Pada waktu itu,
perjuangan melawan penjajahan belanda dimotori oleh mahasiswa kedokteran
STOVIA. Begitu juga saat terjadi perubahan situasi politik pada tahun 1966 yang
pada akhirnya melahirkan orde baru. Mahasiswa memberikan peran besar melalui
tritura.
Korupsi di Indonesia
Baru-baru ini, kejadian korupsi di Indonesia semakin marak dan belum
juga menemukan titik terang untuk pemberantasan maupun pencegahannya.
Banyak uang negara yang digunakan oleh para pejabat negara untuk kepentingan-
kekpentingan pribadi yang jumlahnya sama sekali tidak sedikit. Di sisi lain,
proses penegakan hukum di Indonesia masih sangat lemah dan hukuman terhadap
korupsi juga belum sesuai jika dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan
1
akibat tindak pidana korupsi yang telah dilakukan. Ini terbukti dari masih
maraknya kejadian korupsi dan belum tampaknya efek jera.
Korupsi itu sendiri adalah suatu perbuatan mengambil uang atau kekayaan
negara untuk memperkaya/membiayai kepentingan pribadi atau golongan yang
mengakibatkan kerugian negara. Kata korupsi berasal dari bahas latin “corruptio”
atau “corruptus” yang memiliki arti harfiah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, penyimpangan dari kesucian (Karsona, 2011). Menurut UU No.
31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, pengertian korupsi adalah perbuatan setiap orang baik pemerintahan
maupun swasta yang melanggar hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara.
Adanya korupsi yang semakin merajalela tentu ada penyebab dan
selanjutnya akan mengakibatkan kerugian. Upaya pemberantasan dan pencegahan
korupsi harus dilakukan sampai ke akar-akarnya agar tidak akar yang belum
sempat tercabut tidak tumbuh lagi menjadi pohon baru yang akan melahirkan
kembali tindak-tindak korupsi. Adapun penyebab korupsi dibagi menjadi 3 aspek:
a. Aspek Individu
Wilayah ini berkaitan dengan moralitas individu/personal yang
memicu terjadinya tindak korupsi. Dengan moralitas yang buruk
seseorang akan lebih mudah melakukan korupsi karena tidak adanya
landasan moral dari dalam diri sendiri yang sebagai tameng untuk
korupsi. Aspek individu ini juga melingkupi situasi dan kondisi
seseorang misalnya kemiskinan. Orang yang memiliki himpitan
ekonomi yang tinggi cenderung lebih mudah melakukan korupsi
2
karena terdesak oleh keadaan yang bisa jadi tindak korupsi dilakukan
karena terpaksa.
b. Aspek Sistem
Aspek ini disebut juga dengan aspek institusi dimana korupsi bisa
terjadi karena lemahnya kontrol dari sistem terhadap tindak korupsi.
Dengan lemahnya kontrol, peluang untuk terjadinya korupsi lebih
besar sehingga pelaku akan lebih leluasa.
c. Aspek Sosial Budaya
Aspek ini berhubungan dengan kultur dan budaya masyarakat yang
cenderung kurang peduli dan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan apa yang diinginkan.
(Risbiyantoro, 2005)
Bentuk-Bentuk Korupsi
Bentuk korupsi menurut KPK meliputi:
1. Mengeruk keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
(KPK,2006)
3
Upaya Mahasiswa dalam Pencegahan Korupsi
Dalam proses pencegahan korupsi, mahasiswa memiliki kompetensi dasar
yang tidak dimiliki oleh komponen masyarakat lain yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian menyatakan pendapat/kebenaran.
Dengan adanya kompetensi tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat,, mengkritis kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog bagi lembaga-lembaga
negara dan penegak hukum (Wibowo & Puspito, 2011).
Upaya pencegahan korupsi adalah upaya yang bisa dilakukan agar tidak
terjadi tindak pidana korupsi. Upaya ini harus dilakukan sebelum sempat/muncul
perbuatan korupsi sehingga kerugian yang ditimbulkan juga bisa dicegah.
Berdasarkan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya korupsi diatas,
pencegahan korupsi bisa dilakukan dengan meminimalisir penyebab dari korupsi
itu sendiri.
Dari sisi individu, harus ada perbaikan moral yang ditanamkan pada calon-
calon pejabat negara yang akan menjadi wakil rakyat dalam mengelola negara.
Hal ini tidak bisa dilakukan dengan cara instan melainkan butuh proses bertahun-
tahun. Oleh karena itu, pembentukan moral yang baik dan bertanggung jawab
harus dilakukan sejak dini di sekolah-sekolah dasar dan diawali dari proses-proses
sederhana di kegiatan sehari-hari. Adapun contohnya adalah dengan menamkan
sifat jujur, tidak mencontek saat mengerjakan ujian, mengahrgai kepentingan
orang lain, dan tau serta sadar akan hak dan kewajibannya. Anak-anak harus
diajarkan sedini mungkin untuk tahu bahwa tidak boleh mengambil yang bukan
haknya apapun alasan dan kondisinya.
4
Dari sisi sistem, harus dibentuk sistem yang baik dengan kontroling yang
ketat. Ini merupakan upaya pencegahan tahap kedua setelah pembentukan moral
sekaligus upaya selanjutnya yang bisa dilakukan jika ternyata tidak ada perbaikan
dari sisi moral. Dengan adanya sistem yang ketat dan anti korupsi, meskipun
pelaku memiliki motif untuk melakukan tindak pidana korupsi, pelaku akan
berpikir ulang untu melakukan korupsi karena ada sanksi dan hukuman yang akan
diterima. Selain itu juga tidak ada kesempatan atau peluang untuk adanya tindak
korupsi menyebabkan tindak korupsi bisa dicegah seminimal mungkin. Indonesia
bisa berkaca pada negara-negara maju tentang bagaimana membangun sistem
yang baaik dan tentunya harus diawali dengan itikad individu yang baik pula.
Upaya selanjutnya adalah dari sisi sosial budaya. Pencegaha dari sisi ini
memerlukan peran aktif dari semua orang di semua kalangan. Pembentukan
budaya jujur, peduli, dan sportif serta sejahtera akan menurunkan kemungkinan
terjadinya korupsi karena masing-masing orang sudah merasa cukup dan peduli
dengan kepentingan orang lain (dalam hal ini termasuk negara).
Adapun peran mahasiswa dalam upaya pencegahan korupsi bisa dilakukan
dalam beberapa aspek. Ada 4 lingkungan yang bisa melibatkan mahasiswa dalam
upaya pencegahan korupsi yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan kampus,
masyarakat sekitar, dan lingkungan nasional. Lingkungan keluarga yang
dimaksud disini adalah mahasiswa berperan aktif dari diri dan keluarganya sendiri
dalam mencegah korupsi. Hal ini sekaligus upaya untuk menginternalisasi jiwa
antikorupsi dalam diri mahasiswa sendiri dan keluarganya.
Di lingkungan kampus, mahasiswa bisa berperan aktif dalam menjalan visi
dan misi kampusnya yang tentunya merupakan suatu tindakan untuk menjauhkan
5
diri dari kegiatan yang memicu korupsi. Dengan menyibukkan diri dengan
kegiatan yang positif dan bermanfaat, tindak pidana korupsi bisa dicegah. Dari
lingkungan masyarakat, mahasiswa bisa turut berperan aktif dalam gerakan anti
korupsi, begitu juga di tingkat nasional. Mahasiswa memiliki status yang sama
sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
masyarakat lain. Hal yang harus diperhatikan mahasiswa adalah pentingnya sikap
idealis dan kritis yang harus terus ada sampai kapanpun.
Peran mahasiswa dalam upaya pencegahan korupsi juga bisa sebagai
kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran pencegahan terhadap korupsi
dengan bekerjasama dan membantu masyarakat. Mahasiswa dapat membantu
masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan berpihak
pada rakyat banyak. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengkritisi peraturan yang
tidak adil dan tidak berpihak pada masyarakat.
Peran mahasiswa dalam mengkritisi peraturan yang dibentuk oleh
pemerintah bisa menjadi kontrol terhadap kebijakan pemerintah yang memang
perlu dilakukan karena seringkali peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang hanya berpihak pada golongan tertentu saja dan sebaliknya tidak berpihak
pada kepentingan masyarakat banyak bahkan cenderung merugikan. Kontrol
tersebut bisa berupa tekanan berupa demonstrasi ataupun dialog dengan
pemerintah maupun pihak legislatif. Di sisi lain, mahasiswa juga dapat
melakukan peran edukatif dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja lapangan atau kesempatan yang
lain mengenai masalah korupsi dan mendorong masyarakat berani melaporkan
adanya korupsi yang ditemuinya pada pihak yang berwenang.
6
Selain peran edukatif dan kritis terhadap kebijakan pemerintah, mahasiswa
juga dapat melakukan strategi investigatif berupa pendampingan kepada
masyarakat. Pendampingan kepada masyarakat ini bisa dilakukan dalam upaya
penegakan hukum terhadap pelaku korupsi. Selain itu mahasiswa bersama
masyarakat juga bisa melakukan tekanan kepada aparat penegak hukum untuk
bertindak tegas terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Tekanan tersebut bisa
berupa demonstrasi ataupun pembentukan opini publik.
Selain peran-peran yang bisa dilakukan oleh mahasiswa yang telah
disebutkan diatas, mahasiswa juga bisa menjalankan upaya pencegahan
antikorupsi melalui kehidupan sehari-hari dikampus baik dalam kegiatan belajar
mengajar maupun dalam kegiatan organisasi. Hal-hal yang bisa dilakukan
mahasiswa beberapa diantaranya adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan
karakter bisa meliputi mendorong adanya pendidikan karakter di kampus,
mengadakan seminar-seminar anti korupsi, mengadakan materi anti korupsi,
mengadakan pendidikan anti korupsi di kaderisasi organisasi, hingga pembuatan
media yang mendukung gerakan anti korupsi. Selain itu menanamkan nilai
kejujuran pada saat ujian (ujian bersih) juga penting dilakukan di kaderisasi
mahasiswa.
Pada akhirnya, dalam upaya pencegahan korupsi yang terpenting adalah
adanya nilai-nilai anti korupsi yang harus ada dan ditanamkan dalam setiap diri.
Dalam hal ini mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat harus berperan aktif
untuk menumbuhkan nilai-nilai tersebut. Adapun nilai-nilai anti korupsi yang
harus ditanamkan sejak dini adalah:
7
1. Kejujuran
Kejujuran adalah komponen utama dalam proses pencegahan korupsi.
2. Kepedulian
Dengan adanya kepedulian, mahasiswa akan merasa peduli dengan akibat
ataupun kerugian yang ditimbulkan jika tindak korupsi dilakukan. Hal ini akan
mencegah dilakukannya tindak pidana korupsi.
3. Kemandirian
Kemandirian penting dimilikimahasiswa untuk mengatur kehidupannya
dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya karena orang yang
tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) tidak akan mampu mengatur
hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut
untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan
bukan orang lain.
4. Kedisiplinan
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat mencapai tujuan
hidupnya dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat orang lain
percaya dalam mengelola suatu kepercayaan.
5. Tanggung jawab
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan
menyelesaikan tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak memiliki
rasa tanggung jawab.
8
6. Kerja keras
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target.
7. Sederhana
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya.
8. Keberanian
Keberanian dalam menyampaikan keberan adalah hal mutlak yang harus
dimiliki agar nantinya bisa menyuarakan kepentingan rakyat.
9. Keadilan
Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh mahasiswa dalam
kehidupan di kampus dan di luar kampus. Hal ini dapat diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab dan lain-lain. Mahasiswa sebagai
komponen masyarakat terdidik yang akan meneruskan kelangsungan
penyelenggaraan negara dan masyarakat dimasa yang akan datang harus
dipersiapkan jauh hari untuk memiliki sikap anti korupsi mulai dari
lingkungan pendidikannya. Pendidikan anti korupsi dalam upaya
menciptakan kejujuran bagi mahasiswa dapat dimulai dari menghindari
kecurangan dalam akademik seperti tidak mencontek dalam ujian hingga jujur
dalam membuat laporan keuangan atas kepanitian dalam kegiatan akademik.
(Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011)
9
Referensi
Karsona A. M., 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi/Anti
Korupsi. Jakart: Kemendikbud.
Wibiwo A.P., Puspito N.T., 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi/Anti Korupsi. Jakarta: Kemendikbud.
Risbiyantoro, M., 2005. Modul Sosialisasi Anti Korupsi BPKP. Jakarta:CFE.
Buku Pendidikan Anti Korupsi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2011
10