“PENTINGNYA KEBUDAYAAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT”
-
Upload
nur-hasanah -
Category
Documents
-
view
905 -
download
46
description
Transcript of “PENTINGNYA KEBUDAYAAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT”
TUGAS TERSTRUKTUR
SOSIOLOGI PERTANIAN (PNU1208)
“PENTINGNYA KEBUDAYAAN BAGI KEHIDUPAN
MASYARAKAT”
DISUSUN OLEH:
NAMA : NUR HASANAH
NIM : A1C014039
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan hal tak terpisahkan dari masyarakat. Dimana ada masyarakat,
disitu ada kebudayaan. Kebudayaan merupakan penopang kelangsungan hidup masyarakat.
Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan
membentuk sebuah masyarakat, dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat
yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan
berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain, karena setiap kelompok masyarakat
memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor bahasa,
keadaan geografis dan kepercayan.
Kebudayaan itu adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Pentingnya kebudayaan tersebut dapat disimpulkan dari pendapat dua antropolog yaitu
Melvile J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang mengemukakan pengertian Cultural
Determinism yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Selanjutnya,
kebudayaan dipandang sebagai sesuatu yang super organik, karena kebudayaan itu tetap ada
secara turun temurun dari generasi ke generasi yang seterusnya tetap terus hidup walaupun
anggota masyarakatnya telah berganti karena kematian ataupun kelahiran.
Didalam kebudayaan terdapat pola – pola perilaku yang merupakan cara – cara manusia
untuk bertindak sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat, artinya kebudayaan
merupakan suatu garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan – peraturan
mengenai bagaimana masyarakat harus bertindak, bagaimana masyarakat melakukkan
hubungan dengan orang lain atau bersosialisasi, apa yang harus dilakukan, apa yang dilarang
dan sebagainya. Hasil karya manusia akan melahirkan suatu kebudayaan atau teknologi yang
nantinya akan berguna untuk melindungi ataupun membantu masyarakat untuk mengolah
alam yang bisa bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan dan masyarakat ?
2. Jelaskan fungsi kebudayaan bagi masyarakat ?
3. Bagaimana hubungan manusia atau masyarakat dengan kebudayaan ?
4. Mengapa kebudayaan bagi masyarakat itu dianggap penting ?
5. Jelaskan hubungan antara unsur kebudayaan dalam masyarakat ?
6. Bagaimana peran penting kebudayaan dalam membangun karakteristik bangsa ?
7. Bagaimana pengaruh budaya terhadap lingkungan ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pentingnya kebudayaan
bagi kehidupan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan dan Masyarakat
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sangsekerta) buddhayah yang merupakan
jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal, kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal”. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa
asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore, artinya mengolah
atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu celore
kemudian colture, diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan
yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan
mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajari dari pola-pola prilaku yang
normative. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan benda atau kebudayaan jasmani (material culture) yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk
keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah
dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah masyarakat dalam arti yang
luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua
unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.
Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan yang hidup bermasyarakat,
dan yang antara lain menghasilkan filsapat serta ilmu pengetahuan. Baik cipta yang
berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk dinamakan pula kebudayaan
rohaniah (spiritual atau imimaterial culture).
Dengan kata lain, pengertian kebudayaan mencakup sesuatu yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari
dari pola-pola perilaku yang normatif, yang mencangkup segala cara-cara atau pola-pola
berfikir, merasakan, dan bertindak. Kebudayaan tersebut dimiliki oleh setiap masyarakat,
bedanya hanyalah bahwa kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada
kebudayaan masyarakat yang lain dalam perkembangannya untuk memenuhi segala
kebutuhan masyarakatnya.
Aristoteles mengatakan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk monodualisme.
Artinya, setiap manusia memiliki dua naluri pokok yang bertentangan. Yang pertama adalah
keinginan untuk berhubungan dengan Khaliknya (sebagai makhluk individu), dan yang kedua
adalah keinginan untuk berhubungan dengan individu lain dalam konteks masyarakat
(sebagai makhluk sosial). Begitu juga dengan kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata yang selamanya merupakan dwi tunggal,
yang mana tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa
masyarakat.
Sementara itu Selo Soemardjan mendefinisikan bahwa masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Paul B. Horton,
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-
sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama
dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton
mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ciri-ciri suatu
masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan
menimbulkan manusia-manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul
system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia.
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
B. Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat,
bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekutan
alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya didalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik
baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik dibidang
spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian
besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan
sebagian besar karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang
merupakan hasil ciptaanya juga terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan.
Dalam tindakan – tindakan untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada taraf
permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak didalam batas-batas untuk
melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang
hingga kini masih rendah taraf kebudayaan. Keadaan berlainan dengan masyarakat yang
sudah kompleks, yang taraf kebudayaannya lebih tinggi, hasil karya manusia tersebut, yaitu
teknologi, memberikan kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan
hasil alam dan apabila mungkin, menguasai alam. Kebudayaan memiliki fungsi yang besar
bagi manusia dan masyarakat, karena kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan
anggota-anggotanya (misalnya kekuatan alam) yang tidak selalu baik bagi mereka. Ditambah
lagi manusia sebagai masyarakat itu sendiri perlu kepuasan baik spiritual maupun material.
Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri dengan alam serta
hidup damai dengan manusia-manusia lainnya, maka akan timbul keinginan untuk
menyatakan perasaan dan keinginan yang akan disalurkan seperti kesenian. Jadi, fungsi
kebudayaan bagi masyarakat dapat kita bagi sebagai berikut:
1. Melindungi diri dari alam.
Hasil karya manusia melahirkan tekhnologi yang mempunyai kegunaan
utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Dengan
teknologi, manusia dapat memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan
hidupnya, sehingga manusia dapat menguasai alam.
2. Mengatur tindakan manusia.
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang
kesemuanya itu berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan
berlaku dalam pergaulan hidup dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam
mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula sebagai “design
for living” artinya kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang perikelakuan atau
“blue print for behavior”, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa
yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Unsur-unsur normativ yang merupakan bagian dari kebudayaan itu
diantaranya adalah:
Unsur yang menyangkut pertanian, berhubungan dengan hal-hal yang baik
dan buruk, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Misalnya perilaku laki-
laki yang memakai anting, kalung, tato, rambut panjang, dan lain sebagainya
yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat dan pasti ada yang menilai
baik dan buruknya.
Unsur keharusan, yaitu apa yang harus dilakukan seseorang.
Unsur kepercayaan. Misalnya, harus mengadakan upacara adat pada saat
kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain-lain.
3. Sebagai wadah segenap perasaan.
Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat mengungkapkan perasaan
seseorang dalam masyarakat ataupun untuk memuaskan keinginan, misalnya
dengan adanya seni-seni dalam masyarakat.
C. Hubungan Manusia atau Masyarakat dengan Kebudayaan
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa
rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi
melalui proses belajar dan menjadi sikap perilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai
nilai budaya.
Berdasarkan penjelasan di atas hubungan manusia dengan kebudayaan adalah
kebudayaan merupakan hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun abstrak dan
juga rancangan hidup masa depan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi
tingkat kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tinggkat pemikirian setiap manusia.
Kebudayaan itu sendiri digunakan untuk melangsungkan kehidupan bermasyarakat antar
manusia karena sifat manusia yaitu makhluk sosial sehingga manusia tidak dapat hidup
sendiri melainkan harus hidup dengan manusia lainnya.
Bisa dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berbudaya. Manusia sebagai
makhluk berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk-
makhluk lain yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia memiliki akal yang dapat
dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika
moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab
agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi
untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi ini.
D. Pentingnya Kebudayaan bagi Kehidupan Masyarakat
Warisan budaya sebuah negara mencakup semua kegiatan manusia di lingkungan nyata.
Hal tersebut menjadi sumber informasi kehidupan dan kegiatan manusia yang tidak dapat
digantikan, dan tentang sejarah perkembangan kerajinan, teknik dan seni. Karena monumen,
tempat peninggalan bersejarah dan lingkungan budaya merupakan sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui, maka pengelolaannya harus didasarkan pada perspektif jangka panjang.
Monumen dan tempat budaya menjadi sumber ekspresi dan keindahan bagi banyak orang,
dan masyarakat moderen dapat merasakan manfaat pemeliharaan dan penggunaan warisan
budaya tersebut.
Tujuan pengelolaan Budaya adalah untuk membuat budaya atau warisan budaya
tersebut tidak punah termakan zaman, maka dari itu kita sebagai generasi muda wajib untuk
melestarikan budaya yang ada di Indonesia ini, agar tidak tergantikan oleh budaya asing yang
masuk. Setiap warga negara Indonesia wajib untuk melestarikan budaya yang ada di
daerahnya masing–masing agar tidak hilang termakan zaman, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk melestarikan budaya yang ada di daerah masing–masing yaitu :
Membuat Sanggar Budaya
Membuat Pameran Budaya
Mengajak dan Mengajari generasi muda agar ikut serta dalam melestarikan budaya,
dll.
Beragamnya budaya yang terdapat diberbagai daerah yang berbeda-beda ini
menyembabkan Indonesia menjadi kaya akan budaya atau kebudayaannya. Kebudayaan atau
budaya adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya
kebudayaan tersebut dapat disimpulkan dari pendapat dua antropolog yatu Melvile J.
Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang mengemukakan pengertian Cultural Determinism
yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, kebudayaan dipandang
sebagai sesuatu yang super organik, karena kebudayaan itu tetap ada secara turun temurun
dari generasi ke generasi yang seterusnya tetap terus hidup walaupun anggota masyarakatnya
telah berganti karena kematian ataupun kelahiran.
E. Hubungan antara Unsur Kebudayaan dalam Masyarakat
Hasil karya manusia melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan. Misalnya; alat-alat produksi, yang di maksud dengan alat-alat
produksi adalah alat-alat yang berfungsi untuk melaksanakan suatu pekerjaan produktif,
Unsur-unsur kebudayaan universal terbagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Senjata, dalam masyarakat tradisional, selain digunakan untuk membela diri dari
ancaman kelompok lain dan binatang buas, senjata juga dipergunakan untuk
berburu dan memperoleh makanan.
2. Wadah, wadah adalah alat atau piranti yang berfungsi untuk menampung,
menimbun, dan menyimpan barang-barang.
3. Makanan dan minuman, makanan dan minuman merupakan barang konsumsi.
Makanan dapat dikelompokkan atas buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging,
dan ikan. Namun saat ini terdapat pula berbagai jenis makanan yang dibuat dari
bahan tertentu, misalnya tepung. Tepung dapat dibuat dan diolah menjadi mie, roti,
dan biscuit.
4. Pakaian dan perhiasan. Bahan pakaian yang kita kenal sejak dulu dapat berupa
dedaunan, kulit pohon, kulit hewan, hingga bahan bahan yang ditenun atau dirajut
dengan teknologi tertentu.
5. Tempat berlindung dan perumahan, wujud kebudayaan yang paling menonjol pada
masyarakat hingga sekarang ini adalah tempat berlindung atau perumahan. Pada
masyarakat tradisional, tempat berlindung atau rumah umumnya berupa gua-gua
tanah atau batu. Ada pula rumah yang terbuat dari dedaunan, akar dan kulit-kulit
kayu atau tanah liat. Pada masyarakat ini, ukuran dan model rumah tidak
diperhatikan.
6. Alat-alat transportasi, manusia adalah mahluk yang selalu bergerak, baik dalam
jarak dekat maupun jarak jauh. Keinginan untuk melakukan perjalanan dan
kembali ke pemukimannya secara cepat dan efisien mendorong manusia
menciptakan alat alat transportasi.
Unsur kebudayaan universal yang kedua adalah sistem mata pencaharian, yaitu :
1. Berburu dan meramu. Berburu dan meramu merupakan jenis mata pencaharian
masyarakat yang paling tua. Sistem mata pencaharian berburu dilakukan langsung
dengan cara menangkap dan mengkonsumsi hewan-hewan hasil buruan.
2. Beternak. Peternakan merupakan salah satu mata pencaharian yang diusahakan
secara besar-besaran dan terdapat di berbagai daerah. Peternakan dikembangkan di
daerah-daerah yang di tumbuhi padang rumput (sabana dan stepa), misalnya di
Asia tenggara dan beberapa kawasan di benua Afrika.
3. Bertani. Pada masyarakat tradisional, pengolahan tanah pertanian masih dilakukan
dengan teknologi sederhana. Umumnya, lahan pertaniannya sempit dan sangat
tergantung pada alam.
4. Menangkap Ikan, menangkap ikan di sungai, danau dan laut merupakan jenis mata
pencaharian yang juga cukup tua selain usaha berburu dan meramu. Menagkap
ikan umumnya merupakan usaha sambilan disamping bercocock tanam. Akan
tetapi lambat laun beberapa kelompok masyarakat menjadikannya sebagai usaha
utama sebagaimana para nelayan atau masyarakat pesisir saat ini.
F. Peran Penting Kebudayaan dalam Membangun Karakteristik Bangsa
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan
yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik
masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Sehingga
kebudayaan sangat berperan penting dalam membentuk dan membangun karakteristik
bangsa.
1. Faktor penyebab keberagaman Budaya di Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan sehingga masyarakat Indonesia terdiri dari
ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa
memiliki identitas sosial, politik dan budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa,
keseniaan, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan dan sebagainya. Dengan
identitas yang berbeda-beda ini, pasti kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki
kebudayaan lokal yang sangat beragam. Selain faktor suku bangsa, terdapat faktor-
faktor lain yang mempengaruhi terjadinya keberagaman budaya. Diantaranya yaitu :
1. Keberagaman suku bangsa
2. Keberagaman bahasa dan dialek
3. Keberagaman agama
4. Keberagaman seni dan budaya
5. Faktor pembentukan budaya
6. Faktor perubahan budaya
Tidak dapat dipungkiri, di samping merupakan potensi yang memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa, keanekaragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dapat pula
menjadi potensi bernuansa kesukuan. Konflik bernuansa kesukuan ini muncul apabila
fanatisme suku bangsa tertentu bertemu dengan kepentingan-kepentingan lain sehingga
memicu konflik horizontal. Konflik semacam ini muncul apabila terjadi salah
pengertian di dalam komunikasi antarsuku bangsa. Sebuah persoalan sosial biasa bisa
memicu sentimen suku bangsa tertentu apabila para pelaku yang sedang berbeda
pendapat tersebut ditarik berdasarkan jati diri yang sudah dibawa sejak lahir, yaitu
berasal dari suku bangsa tertentu. Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah
keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Dari beragamnya suku bangsa ini, maka
terdapat bermacam-macam kebudayaan di Nusantara. Untuk lebih menjelaskan tentang
keberagaman budaya dari faktor sukubangsa, maka disini akan dijelaskan tentang
contoh-contoh budaya yang dipengaruhi oleh sukubangsa, antara lain :
1. Budaya masyarakat sunda yang dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung
tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda yaitu ramah tamah
(someah), murah senyum dan lemah lembut. Itulah cerminan kultur masyarakat
sunda yang didalamnya diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk
orang tua. Budaya yang terdapat dari suku bangsa ini diantaranya adalah sisingaan,
wayang golek, jaipongan, tarian ketuk tilu, rampak, kendang, kecapi, gong dan
calung.
2. Budaya masyarakat jawa yang dikenal dengan budaya yang sangat halus, karakter
budayanya hampir mirip dengan budaya sunda, tetapi yang membedakan ialah seni
yang berada di masyarakat jawa lebih dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha.
Karena masuknya kerajaan-kerajaan hindu dan buddha yang masuk ke wilayah
jawa pada abad kesekian. Budaya yang terdapat pada sukubangsa ini diantaranya
adalah wayang, keris, batik dan gamelan.
3. Budaya masyarakat batak, sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen
Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi
Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya
terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba
mengenal tiga konsep, yaitu:
Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena
itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di
dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang
tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap
(menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang
memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan
sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan
tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
2. Bentuk keberagaman budaya di Nusantara
Terdapat banyak sekali bentuk keberagaman budaya di Nusantara, diantaranya
yang akan di jelaskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Seni tari pada setiap daerah masing-masing mempunyai tarian yang menjadi ciri
khas suatu daerah tersebut. Tari juga bisa menjadi ciri khas suatu masyarakat yang
tinggal di suatu daerah Seperti tari Reog yang asli dari Ponorogo, Tari Ronggeng
yang berasal dari jawa tengah, tari kecak dan tari pendet yang berasal dari pulau
Bali. Awalnya tarian itu memang sudah terkenal dibeberapa daerah di Indonesia.
Tetapi tarian tersebut lebih terkenal lagi ketika terdapat negara tetangga yang
menjadikan tarian tersebut menjadi kebudayaan negara tersebut.
Pakaian adat juga berpengaruh dalam karakteristik bangsa. Di Indonesia sendiri di
setiap wilayah mempunyai pakaian adat masing-masing. Pakaian tersebut menjadi
ciri khas suatu wilayah dan mencerminkan suatu karakter masyarakat yang tingal
di wilayah tersebut. Misalnya saja pakaian adat Jawa Tengah yang menggunakan
kebaya serta blankon yang menciri khaskan bahwa wilayah tersebut masyarakatnya
mempunyai karakter yang sopan santun, ramah, dan lain sebagainya.
Bahasa juga ikut andil dalam karakteristik bangsa, di Indonesia terkenal dengan
beragamnya bahasa yang ada di setiap wilayah. Seperti bahasa jawa, bahasa sunda,
bahasa batak, bahasa melayu dan lain sebagainya. Bahasa tersebut mempunyai
logat sendiri-sendiri yang menjadi ciri khas yang tidak semua orang bisa
menggunakan dan memahami bahasa tersebut.
Adat istiadat suatu daerah juga menambah keberagaman karakteristik bangsa yang
hal tersebut bisa menjadi keunikan sendiri, seperti yang biasa dikatakan bahwa di
suatu wilayah mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda, tetapi mungkin
adakalanya yang hampir serupa. Misalnya upacara grebrek mulud yang
diselenggarakan oleh daerah istimewa Yogyakarta. Grebek mulud ialah garebeg
yang diselenggarakan pada bulan mulud atau bulan Rabiulawal. Upacara tersebut
diwujudkan dengan keluarga hajad dalem berupa gunungan, ialah tepat pada
tanggal 12 bulan Mulud (Rabiul awal) yang diselenggarakan di Alun-alun Lor dan
halaman masjid Besar.
Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia tersebut merupakan
sebuah potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya.
Oleh karena itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga
mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan
melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan
nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan
pembangunan karakter bangsa (national and character building) yang sudah
dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat sehingga memperkuat jati
diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya
saing. Seiring dengan menguatnya persaingan arus lokal dan global dalam
internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan budaya juga perlu semakin diperkuat
sehingga memiliki kemampuan untuk menumbuh suburkan internalisasi berbagai
nilai lokal dan global yang positif dan produktif. Oleh sebab itu, upaya
pengembangan kebudayaan diarahkan pada tujuan universal peradaban.
G. Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda
dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:
1. Phisical Environment yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural
seperti flora, fauna, iklim dan sebagainya.
2. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses
sosialisanya seperti : norma-norma, adat istiadat dan nilai-nilai.
3. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan
kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai
lingkungannya.
4. Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
5. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komunitas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang berlaku dan
dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai
dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan
membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat
yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan
berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok masyarakat
memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor bahasa,
keadaan geografis dan kepercayan.
Kebudayaan itu adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Pentingnya kebudayaan tersebut dapat disimpulkan dari pendapat dua antropolog yaitu
Melvile J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang mengemukakan pengertian Cultural
Determinism yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
B. Saran
Setiap warga negara Indonesia wajib untuk menjungjung tinggi serta melestarikan
budaya yang ada di daerahnya masing–masing agar tidak hilang termakan oleh zaman, serta
tidak diakui oleh Negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1976. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.
Komsiah, Siti. Modul Pengantar Sosiologi “Kebudayaan Dan Masyarakat”. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar: Universitas Mercu Buana.
Manan, Imran. 1989. Dasar-Dasar Budaya Pendidikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta
Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah). Jakarta :
Rajawali Pers.
Selo Soermardjan dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi.
Jakarta:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Wali Pers.
------------------------. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ensiklopedi Indonesia.
Sumarsono, s (et.al). 2005. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia.
Taruna, J. C. Tukiman. 1987. Ciri budaya manusia Jawa. Yogyakarta : Kanisius
Yoeti, Oka A. 1985. Melestarikan seni budaya tradisional yang nyaris punah. Proyek
Penulisan Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan umum Profesi. Dep. P K.
.