PENJELASAN TENTANG MUSIK KERONCONG DI INDONESIA
description
Transcript of PENJELASAN TENTANG MUSIK KERONCONG DI INDONESIA
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.4 Manfaat.....................................................................................................4
BAB II Pembahasan.................................................................................................5
2.1 Pengertian Musik Keroncong...................................................................5
2.2 Sejarah Musik Keroncong........................................................................5
2.3 Perkembangan Musik Keroncong.............................................................6
2.3.1 Keroncong Tempo Doeloe..............................................................6
2.3.2 Keroncong Abadi............................................................................7
2.3.3 Keroncong Modern.........................................................................8
2.4 Jenis Jenis Musik Keroncong...................................................................8
2.5 Musik Keroncong Masa Kini..................................................................10
2.6 Alat Musik Keroncong...........................................................................11
BAB III Penutup....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.............................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................16
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari. Penulis juga panjatkan kehadirat Tuhan yang
Maha Esa ,karena-Nya Makalah dengan judul “MUSIK KERONCONG TEMPO
DOELOE SAMPAI MASA KINI”. ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-
perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membutuhkan.
Yogyakarta, 30 Desember 2013
Pandulu Pramudita
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa
Indonesia, yang di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai budaya
Indonesia, menjadikan musik keroncong memiliki karakteristik sendiri
yang berbeda dengan musik lainnya. Walaupun musik keroncong telah
dipandang sebagai warisan budaya Indonesia, namun kita harus menyadari
bahwa keroncong juga merupakan perpaduan antara unsur kebudayaan
asing dengan kebudayaan Indonesia, dapat dikatakan bahwa musik
keroncong adalah salah satu musik hasil akulturasi dari dua kebudayaan,
Akulturasi sendiri adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur
dari suatu budaya asing. Kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah
ke dalam kebudayaanya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan Keroncong merupakan
musik hibrida, hasil dari berbagai komponen budaya yang menyatu
melalui proses perjalanan sejarah yang panjang dengan segala
keunikannya, sehingga sulit untuk mencari sumber yang asli ketika
berbicara tentang musik keroncong.
Dari berbagai penjelasan maka penulis tertarik untuk meneliti
sebuah penelitian dengan judul “MUSIK KERONCONG TEMPO
DOELOE SAMPAI MASA KINI”. Dengan membaca artikel serta
mendengarkan musik keroncong masa dulu dan masa sekarang.
3
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu musik keroncong.
2. Mengetahui sejarah musik keroncong.
3. Mengetahui jenis – jenis musik keroncong.
4. Mengetahui perkembangan musik keroncong pada masa kini.
1.3 Rumusan Masalah
1. Pengertian Musik keroncong.
2. Perkembangan musik keroncong.
3. Musik keroncong pada masa kini
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapakan masyarakat mengetahui sejarah dan
perkembangan musik keroncong agar musik keroncong tetap dilestarikan
sampai masa kini dan sebagai bahan acuan bagi penelitian lanjutan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Musik Keroncong
Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki
hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai
fado dan juga merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan
juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan
instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.
2.2 Sejarah Musik Keroncong
Keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal
sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga
bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa)
masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh
para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17
di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini.
Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol,
seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini
disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi
oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut
keroncong Tugu, Jakarta Utara. Dalam perkembangannya, masuk
sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta
beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik
campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga
ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar
tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik
5
populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik
Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun
demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh
berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
2.3 Perkembangan Musik Keroncong
Musik keroncong penulis mengelompokan menjadi 3 tahap :
1. Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)
2. Masa keroncong abadi (1920-1960)
3. Masa keroncong modern (1960-Sekarang)
Musik keroncong masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu
pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque datang
ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Para pelaut Portugis membawa lagu
jenis Fado, yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor,
karena orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 –
1492. Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan
Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los
Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat seperti Ayam Den Lapeh.
2.3.1 KERONCONG TEMPO DOELOE (1880-1920)
Pada masa ini awalnya musik Keroncong juga di pengaruhi
lagu Hawai yang dalam tangga nada Mayor, pada tahun
1879 ukulele di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun
berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di
daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah
Kemayoran dan Gambir (lagu Kemayoran dan Pasar
Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel 1891-1903
lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas
Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di
Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta
6
api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi
Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun
Rakyat), termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai
selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan
musik mars, polka, gambus, dan keroncong.
2.3.2 KERONCONG ABADI (1920 – 1960)
Panjang lagu sudah menjadi 32 birama, akibat pengaruh
musik pop Amerika yang saat itu tersebar di Hotel-hotel
Indonesia, musisinya didominasi dari Filipina. Keroncong
Abadi terdiri atas : Langgam Keroncong, Stambul
Keroncong, dan Keroncong Asli.
Bentuk lagu langgam ada dua versi, pertama dengan
pengulangan seperti lagu standar pop dan panjang 32
birama, jika versi kedua pengungannya sedikit berbeda
langsung pada Reef lagu, meski sudah memiliki bentuk
baku, namun setelah perkembangannya irama lebih bebas
diekspresikan.
Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B') x 2 = 16 birama
x 2 = 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16
birama menjadi 32 birama (menyesuaikan standar
Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan
jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk
sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh
awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul.
Nama "stambul" diambil dari Istambul di Turki.
Keroncong asli memiliki lagu yang kebanyakan di mainkan
secara instrumental, yang diawali dengan intro dari baris 7
dan dilanjutkan ke lagu yang dimainkan secara instrumental
7
dengan alat musik seperti seruling/flu, biola, gitar, dan
lainnya.
2.3.3 KERONCONG MODERN (1960-SEKARANG)
Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan
sekitarnya, namun muncul berbagai gaya baru yang berbeda
dengan Masa Keroncong Abadi (termasuk musisinya), dan
merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai Masa keroncong modern semua aturan baku musik
Keroncong sudah tidak digunakan lagi kebanyakan
dipengaruhi oleh musik Pop yang berlaku universal,
misalnya tangga nada minor, moda pentatonis Jawa/Cina,
rangkaian harmoni diatonik dan kromatik, akord disonan,
sifat politonal atau atonal (pada campursari), tidak megenal
lagi pakem bentuk keroncong asli atau stambul, ada irama
nuansa dangdut (congdut), mulai tahun 1998 musik rap dan
musik – musik lainnya yang digabungkan dengan musik
keroncong mulai bermunculan seperti Bondan Prakoso dan
lainnya.
2.4 Jenis – Jenis Musik Keroncong.
Terdapat empat jenis musik keroncong:
Keroncong Asli
Keroncong Langgam
Stambul
Stambul 1
Stambul 2
8
Keroncong Ekstra
Lagu-lagu keroncong dicipta mengikut jenis-jenis yang sudah
ditetapkan yaitu keroncong asli satu dan dua, keroncong langgam, stambul
1 dan 2 dan Keroncong Ekstra.
Keroncong asli hanya menggunakan 28 bar saja yaitu tidak
termasuk intro dan terdiri dari 3 bagian. Pada permulaan lagu hanya satu
atau dua alat solo saja dimainkan dan menggunakan tempo bebas. Penutup
lagu atau coda, sama saja menggunakan satu atau dua alat solo saja.
Manakala pada bar ke 8 dan 9 mempunyai selingan. Musik keroncong asli
tidak diulang dan menggunakan 'tangga nada mayor'.
Seterusnya ialah keroncong langgam. Musik keroncong langgam
mempunyai bentuknya tersendiri. Jumlah bar yang terdapat dalam
keroncong langgam ialah 32 bar tidak termasuk awal dan akhir.
Menggunakan birama 4/4, Bentuk keroncong langgam ialah A A B A,
berbeda dengan keroncong asli dari segi menggunakan alat semasa
permulaan. Keroncong langgam tidak dimulai dengan alat solo dan tidak
mempunyai bridge. Keroncong langgam menggunakan tangga nada major
atau minor.
Stambul juga dikategorikan dalam jenis-jenis ciptaan. Terdapat 2
jenis stambul yaitu stambul satu dan dua. Jumlah bar yang digunakan oleh
stambul satu ialah 16 bar dan menggunakan birama 4/4. Lagu stambul satu
tidak begitu terkenal kerana lagunya pendek dan biasanya tidak
meninggalkan kesan. Stambul satu menggunakan form A B. Intro dan
penutup adalah bebas. Stambul satu dimainkan dengan tempo yang
sederhana dan bernada sedih.
9
Stambul dua hampir sama dengan stambul satu tetapi jumlah
barnya adalah 16x2 yaitu 16 bar pertama di ulang. Stambul dua
menggunakan birama 4/4 dan bentuk formnya A B dan berupa rangkap
pantun di lyricnya, ada juga yang tidak menggunakan pantun sebagai lyric.
Alatnya bebas menggunakan alat solo atau suara tanpa iringan musik.
Keroncong ekstra adalah lagu-lagu yang diadaptasikan dari lagu-
lagu tradisional atau rakyat yang sudah ada. Lagunya bersifat riang dan
jenaka. Keroncong ekstra sangat terpengaruh oleh bentuk-bentuk lagu
tradisional. Lagunya tidak mempunyai bentuk tertentu pada jumlah bar
atau rangkapnya oleh karana lagu boleh diambil dari mana-mana saja.
2.5 Musik Keroncong pada Masa Kini
Musik keroncong pada masa kini semakin perkembangan jaman
dan pengaruh musik Rock dan pop musik keroncong kurang diminati oleh
kalangan muda tetapi seiring berjalannya waktu band rap pada waktu itu
Bondan Prakoso mengeluarkan lagu Kroncong Protol yang menunjukan
bahwa musik keroncong bisa dinikmati dengan perpaduan genre lain, sejak
itu musik keroncong sering digunakan kalangan muda untuk dipadukan
dengan musik-musik lainnya hingga sekarang musik keroncong sudah
mulai dikenal oleh kalangan muda seperti Keroncong dangdut, keroncong
Rock, keroncong jazz dan sebagainya,
Perkembangan musik keroncong pada kalangan anak muda
sekarang sudah mulai ada peningkatan dibanding tahun-tahun lalu.
Terutama di Jogja ada pertunjukan musik keroncong tahunan yang
bertema “Simphony Kerontjong Moeda”, kegiatan ini membuat beberapa
perkembangan di dalam musik keroncong yaitu dengan memadukan
10
beberapa lagu bergenre pop, jazz, hingga Rock dengan keroncong.
Kegiatan ini di selenggarakan oleh beberapa kalangan anak muda yang
ingin membangkitkan musik keroncong dan gelisah melihat
perkembangan musik keroncong di jaman sekarang yang sangat
memprihatinkan, hal semacam ini seharusnya dapat menjadikan contoh
atau memotifasi masyarakat luas Indonesia dan khususnya anak muda
untuk melestarikan dan mencintai musik keroncong, agar keroncong selalu
berkembang dan eksisi di dunia musik.
2.6 Alat Musik Keroncong.
Ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E;
sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga
disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal
tonggak mulainya musik keroncong). Ukulele cak, berdawai 4 (baja),
urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya
memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal
dengan sebutan in F).
Gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis
(anti melodi).
Biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius
dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya
hingga sekarang.
Flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai
Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak
patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong
Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep,
suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno
dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta).
11
Cello betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat
oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam
keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato.
Kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah
berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600
membuatnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sekarang perkembangan musik keroncong masih bisa dikatakan
belum terlalu pesat di Indonesia, tetapi sejak adanya kegiatan-kegiatan
anak muda yang ingin melestarikan musik keroncong dan mulai
mengembangkan eksistensi musik keroncong setidaknya musik keroncong
bisa sedikit dikenal lagi oleh masyarakat. Memang, kita tidak bisa
memungkiri, sulitnya musik keroncong untuk menembus perindustrian
Musik di Indonesia menjadi salah satu faktor musik keroncong sulit untuk
berkembang.
Kita sebagai masyarakat Indonesia yang mempunyai banyak
kekayaan budaya yang harus kita lestarikan dan kembangkan. Perlunya
bertindak (dalam konteks ini musik keroncong) seperti mengadakan
seminar – seminar musik keroncong, mengadakan pagelaran musik
keroncong, hingga membuat buku – buku yang berisi mengenai informasi
musik keroncong, serta melalui radio hingga stasiun TV lokal maupun
Swasta menyiarkan musik keroncong. Mungkin dengan adanya hal – hal
seperti ini walaupun sedikit demi sedikit, penulis yakin musik keroncong
akan dapat mudah dikenali, dicintai, bahkan sangat yakin masyarakat luas
dari berbagai kalangan tua sampai muda akan tertarik untuk belajar
memainkan musik keroncong ini. Seperti kita ambil pelajaran dari
sebongkah batu yang sedemikian kuat atau kerasnya, tetapi dapat
berlubang walau hanya dibasahi air setetes demi setetes.
13
3.2 Saran
Karena musik Keroncong juga musik kebudayaan Indonesia kita
sepantasnya melestarikan terutama kalangan muda bisa ikut melestarikan
musik keroncong ini agar musik keroncong tetap lestari sampai akhir
zaman.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ganap, Victor. 2011. Krontjong Toegoe. Yogyakarta: Badan Penelitian ISI
Yogyakarta
Lisbijanto, Herry. 2013. Musik Keroncong. Graha Ilmu
http://www.keroncongindonesia.com/jenis-alat-musik
http://keroncongkami.blogspot.com/2010/08/jenis-jenis-muzik-
keroncong.html
http://fahriisamaulana.blogspot.com/2013/08/perkembangan-musik-
keroncong-dari-masa.html
http://suci-suchek.blogspot.com/2011/10/pengertian-musik-keroncong.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong
http://hardianto.com/sejarah-musik-keroncong-di-indonesia/
http://laraspanggalih.blogspot.com/2011/12/artikel-musik-keroncong.html
15
DAFTAR GAMBAR
Cak dan Cuk
Gitar akustik (Pengganti Gitar Melodi)
Biola (Pengganti Rebab)
16
Flute (Pengganti suling Bambu)
Cello betot (Pengganti kendang)
Kontrabas (Pengganti Gong)
17