Peningkatan Produktivitas Daging Itik Mandalung Melalui ...
Transcript of Peningkatan Produktivitas Daging Itik Mandalung Melalui ...
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAGING
ITIK MANDALUNG MELALUI PEMBENTUKAN GALUR INDUK
AGUS SUPARYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2005
ii
ii
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan : Peningkatan Produktivitas Daging Itik
Mandalung melalui Pembentukan Galur Induk adalah karya saya sendiri dan belum pernah dijukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Oktober 2005
Agus Suparyanto NIM:P04600006
iii
iii
ABSTRAK AGUS SUPARYANTO. Peningkatan produktivitas daging itik mandalung melalui pembentukan galur induk. Dibimbing oleh HARIMURTI MARTOJO, PENI S. HARDJOSWORO dan L. HARDI PRASETYO.
Persilangan dua galur itik lokal dengan itik Pekin dilakukan untuk
menghasilkan dua calon galur induk yang berprestasi baik untuk dikawinkan dengan entog. Persilangan antara galur induk dengan entog diharapkan menghasilkan mandalung yang memiliki penampilan tubuh (performa) besar, pertumbuhan cepat dan efisien dalam penggunaan pakan. Disamping itu dilihat pula sifat pokok lainnya seperti berdada lebar dan dalam, paha yang panjang sebagai sumber utama daging itik, warna bulu penutup tubuh dan kulit putih polos yang merupakan selera konsumen.
Penelitian dilakukan di Balitnak, Ciawi dengan melakukan persilangan tiga bangsa yaitu entog, itik Peking dan itik lokal untuk dapat mendapatkan itik mandalung yang memiliki citarasa dan kualitas daging baik. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama menyilangkan pejantan Peking dengan dua galur itik lokal (Alabio dan Mojosari putih) untuk membentuk calon galur induk yaitu Pekin x Alabio (PA) dan Pekin x Mojosari (PM). Tahap kedua, galur induk tersebut dikawinkan dengan entog jantan untuk mendapatkan itik mandalung, hasil persilangan entog x PA menghasilkan mandalung EPA dan entog x PM menghasilkan mandalung EPM.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa warna kerabang telur dari kedua galur induk sama-sama biru kehijauan. Koefisein keragaman bobot telur tetas PA 8.5% dan PM 10.8% dan indeks telur PA 10.7% dan PM 10.5%. Persentase telur infertil PA lebih tinggi (7.8%) dari PM (6.2%). Bobot tetas DOD PM antara jantan dan betina tidak berbeda nyata (p>0.05), tetapi DOD PA jantan nyata (p<0.05) lebih rendah dibanding betina. Pola warna PM adalah seragam putih sedangkan PA bervariasi. Pertambahan bobot badan PM mencapai puncak pada umur 9 minggu sedang PA 7 minggu. PBB pada umur di bawah 8 minggu galur induk PA lebih tinggi dari PM. Nilai FCR masa pertumbuhan untuk galur induk PM di atas 3.5 sedang galur induk PA di bawah 3. Persentase produksi telur selama satu tahun galur induk PAsebesar 69.06± 16.98% nyata (p<0.05) lebih rendah dari galur induk PM yaitu sebesar 72.19±5.65%.
Hasil tahap kedua adalah sebagai berikut, rasio kelamin mandalung adalah 2:1 untuk anak jantan dan betina, baik yang terjadi pada genotipe EPA maupun EPM. Bulu punggung berwarna hitam untuk EPA adalah 71.3% dan EPM 52.7%, sedang warna putihnya sebesar 13.8% (EPA) dan 40.9% (EPM), sisanya merupakan warna lain. Bulu dada berwarna putih untuk EPA 73,6% dan EPM 88.2%. Konversi pakan (FCR) yang ditunjukkan oleh dua genotipe mandalung tidak berbeda nyata (EPM 3.0 dan EPA 3.2). Bobot potong untuk EPM berkisar antara 2800-3000 g dan EPA antara 2700-3000 g. Bobot otot dada tidak berbeda nyata, meskipun bobot punggung dan paha bagian atas secara statistik EPA nyata lebih tinggi dari EPM.
Atas kajian di atas, direkomendasikan bahwa mandalung EPM yang dihasilkan dari calon galur induk PM cukup menjajikan untuk menunjukkan sifat kualitatif (pola warna) dan sifat kuantitatif yang diharapkan.
iv
iv
ABSTRACT AGUS SUPARYANTO. Improvement of the meat productivity of mule ducks by the establish of female line. Under the supervision of HARIMURTI MARTOJO, PENI S. HARDJOSWORO and L. HARDI PRASETYO.
Crossing two strains of local duck strains with the Pekin duck was
conducted to develop two candidate female lines to be crossed with the muscovy duck. The resulting interspecies hybrid is expected to produce a mule duck showing excellent body size, growth rate and feed efficiency. Also other important carcass traits such as breast width and depth, length of thighs and legs solid white plumage preferred by the consumer.
The research was conducted at the Research Institute of Animal Production (RIAP), Ciawi. Two strains of local ducks were crossed with the Pekin drake and then to be crossed with the muscovy duck to produce mule ducks. The research was conducted in two phases. The first was crossing the Pekin x Alabio (PA) and Pekin x white Mojosari (PM) ducks producing two candidate female lines. The second phase was crossing the PA and PM ducks with the muscovy ducks by Artificial Insemination (AI). This will produce the EPA and EPM mule duck.
The result of the first phase showed that both crosses produce light greenish blue colored eggs. The coefficient of variation for the hatching eggs of the PA was 8.5% and PM was 10.8% respectively. The eggs index was 10.7% for PA and 10.5% for PM. Infertile egg percentages for PA were higher (7.8%) than that for PM (6.2%). Weight of hatch for male and female DOD in the PM did not show significant difference (p>0.05). While in the PA male DOD was lighter significantly (p<0.05) than female. The plumage of the PA showed color pattern variation, while the PM ducks all showed a solid white plumage. The average daily gain in the PA reach a maximum at the age of 7 weeks and 9 weeks for the PM. The average weight gain under 8 weeks was higher for the PA than PM. The FCR during the growth phase under 8 weeks of age was higher than3.5 for the PM and lower 3 for the PA. Yearly laying percentage for the PA was 69.06±16.98% and it was significantly (p<0.05) lower than that for the PM wich was 72.19±5.65%.
On the second phase it was found that in the mule ducks the male to female sex ratio was 2:1 for both the EPA and EPM. Black colored back feathers were found in 73.6% of the EPA and 88.2% in the EPM. The FCR for both EPA (3.2) and EPM (3) did not differ statistically. Slaughter weight for the EPA showed a range between 2700-3000 g and for the EPM (2800-3000 g). Weight of breast muscle was not significantly different between EPA and EPM, while for the back and thighs the EPA was significantly higher (p<0.05) than that of EPM.
Based on the above results, it was recommended that the PM should be chosen as the candidate female line to be further developed to form stable female line.
v
v
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAGING ITIK MANDALUNG MELALUI
PEMBENTUKAN GALUR INDUK
AGUS SUPARYANTO
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Program Studi Ilmu Ternak
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2005
vi
vi
Judul Disertasi : Peningkatan Produktivitas Daging Itik Mandalung Melalui Pembentukan Galur Induk Nama : Agus Suparyanto Nomor Pokok : P04600006
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, M.Sc
Ketua
Prof. Dr. Peni S. Hardjosworo, M.Sc Dr. L. Hardi Prasetyo, M.Agr
Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Ternak Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc Prof. Dr. Hj. Syafrida Manuwoto, M.Sc Tanggal Ujian : 5 Oktober 2005 Tanggal Lulus :
vii
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di sebuah desa kecil di Kabupaten Demak pada tanggal
10 Agustus 1957 sebagai anak keenam dari 9 bersaudra dari pasangan almarhum
bapak Tjitrotaruno dengan almarhumah ibu Ngatinem. Pendidikan Akademi
didapat dari Akademi Farming Semarang, lulus tahun 1979. Kemudian
dilanjutkan ke Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang dan lulus
tahun 1988. Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa Magister
Pascasarjana IPB Jurusan Ilmu Ternak, lulus tahun 1999. Pada tahun 2000 melalui
beasiswa PAATP Badan Libang Pertanian, resmi diterima menjadi mahasiswa
program Doktoral Pascasarjana IPB pada jurusan Ilmu Ternak.
Penulis merupakan staf peneliti pada Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor
dengan jabatan fungsional terakhir adalah Peneliti Madya. Selain sebagai tenaga
fungsional, penulis juga berkesempatan untuk menekuni bidang administrasi
sebagai Sekretaris Proyek dan Pemimpin Bagian Proyek.
Selama menapaki jenjang karier maupun jenjang sekolah, penulis ikut
dalam beberapa organisasi seperti ISPI (Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia),
WPSA (The World Poultry Science Association) dan PERIPI (Perhimpunan Ilmu
Pemulian Indonesia). Penulis aktif dalam menulis artikel ilmiah yang termuat
dalam Jurnal maupun artikel populer pada Majalah yang masih ada relevansi
dengan disiplin ilmu yang disandang.
viii
viii
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadhlirat Illahi Robbi, yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga atas perkenan-Nya lah disertasi ini
dapat diselesaikan. Meskipun masih banyak kekurangan, namun inilah yang bisa
penulis bhaktikan untuk bangsa, negara dan keluarga kami.
Bahasan yang diketengahkan diharapkan menjadi informasi data dasar bagi
peneliti lain dan pemerhati yang ingin mengembangkan produk ini. Kami sadari
adanya keterbatasan yang ada, sehingga tidak semua keperluan data akan tersaji.
Justru dari pengembangan dikemudian hari akan muncul data-data otentik yang
lebih valid dan mampu melengkapi data dasar ini.
Dengan selesainya disertasi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak Prof. Dr. Ir. Harimurti
Martojo, MSc, ibu Prof. Dr. Peni S. Hardjosworo, MSc dan bapak Dr. Ir. L. Hardi
Prasetyo, MAgr yang tiada hentinya membimbing dengan kesabarannya. Tak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada bapak Dr.
Kusuma Diwyanto selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Bogor yang telah memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir
ini. Serta Pejabat Komisi Bidang SDM Badan Litbang Pertanian beserta Staf
Proyek PAATP, yang telah mempercayai penulis untuk mendapatkan beasiswa.
Disamping itu tak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
teman-teman peneliti maupun teman teknisi di kandang percobaan itik dan semua
pihak yang tak dapat disebut satu persatu, yang telah memberikan kontribusi yang
berarti bagi penyelesaian disertasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kepada istri dan anak yang tercinta, terima kasih atas dukungan morilnya
dan mudah-mudahan Allah Yang Maha Esa selalu memberkahi kebahagian kita
bersama. Amin.
Bogor, Oktober 2005
Agus Suparyanto
ix
ix
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xviii PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 1 Kerangka pemikiran………………………………………............ 2 Tujuan Penelitian ………………………………………………......... 3 Manfaat Penelitian ………………………………………………....... 3 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 5 Bangsa Itik ……………………..………………………..…………... 6 Itik Alabio ……………………………………………….............. 7 Itik Mojosari ……………………………………………….......... 7 Itik Pekin ………………………………………………................ 8 Persilangan Antar Genotipe……………………………….………..... 8 Itik mandalung (mule duck) ….………………………….............. 9 Sifat Kualitatif .........................…………………….…….………...... 11 Warna dasar bulu itik ……………………….…….……….......... 11 Penurunan pola warna terhadap zuriat ……..……………........... 14 Pola pertumbuhan dan pendugaan non-linier ……………........... 16 Heritabilitas ………………………………….…………….……...... 19
Produksi dan Produktivitas ………..…………………………….. 21
MATERI DAN METODE ……………………………………………… 24 Lokasi dan Materi Penelitian ……………………………………...... 24 Penelitian Tahap Pertama ………..………………………………..... 24 Penelitian Tahap Kedua ……………….………………………….... 25 Pakan Ternak ………………………………………..……………... 26 Pengamatan Tahapan Umur Fisiologi …………………………….... 27 Pengamatan ukuran tubuh ………………………………........... 27 Pertumbuhan itik ……..…………………………………........... 27 Pengamatan konversi pakan ……….……………………........... 28 Pengamatan Produktivitas Karkas ……………………………….... 29 Pencatatan dan Pengolahan Data ……………..…………………..... 29 Pengumpulan data ………………….…………………….......... 29 Analisis data ………………………………..…………………….... 30
Teknik pengelompokan telur tetas …………………….. 30 Analisis pola warna bulu ………………………………….......... 31 Analisis pertumbuhan ………………………..…………............ 31 Pendugaan nilai heritabilitas (h2) …..…..………………............. 32
x
x
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………… 35 Persilangan Pekin dengan Itik Lokal sebagai Calon
Galur Induk ………………………………………..………………. 35 Karakteristik Telur Tetas ……………………….………………… ....... 35 Warna kerabang telur …………………..…………………............... 35 Keseragaman ukuran telur tetas ………….………..………............. 36
Pengelompokkan telur tetas berdasarkan bobot dan indeks .. ……………………………………………….. 37
Daya Tetas …………………………………………………………...... 38 Fertilitas menurut kelompok bobot telur tetas PM
dan PA ……….…............…… ……………………………………. 39 Karakteristik telur yang menetas menurut selang kelompok ……….............…………………………………………. 41 Karakteristik telur yang menghasilkan anak …............……………. 43
Korelasi ukuran telur tetas ………..……………….......................... 44 Pola Warna Bulu Dewasa Galur Induk PM dan PA ……......………..... 45
Distribusi warna bulu …………………………..………………….. 48 Distribusi warna paruh ……………………………………………. 49 Distribusi warna kaki ……………………………………………… 50 Kombinasi warna tubuh dengan warna paruh …………… ………… 51 Kombinasi warna tubuh, paruh dan kaki ………...........…………... 52
Laju Pertumbuhan Galur Induk PM dan PA ……………………......…. 53 Pertambahan bobot badan (PBB) menurut bobot tetas …................. 54 Pertambahan bobot badan (PBB) menurut bobot telur …................. 57 Nilai heritabilitas bobot badan galur induk PM dan PA ................... 59 Perubahan ukuran morfologi galur induk PM dan PA ….................. 59 Nilai Konversi Pakan (FCR) Galur Induk PM dan PA …….…….......... 61 Performa Produksi Galur Induk PM dan PA ………….…………......... 63 Nilai h2 pada beberapa sifat produksi saat pertama bertelur.............. 65 Produksi telur per bulan dari galur induk PM dan PA …….............. 66 Ukuran telur galur induk PM dan PA ……………………..... .......... 68 Kurva produksi telur galur induk PM dan PA ………….................. 70
Pembentukan Mandalung ………………………………......………….. 73 Kondisi Telur Tetas Calon Mandalung.………………………………… 73 Ukuran dan keseragam telur tetas ……………..…………................ 74 Fertilitas …………………………………………..………............... 75 Saat Menetas ………………………………………………………........ 76 Rasio Kelamin ………………………………………..…….............. 76 Bobot Tetas ………………………………………………............... 78 Mortalitas ………………………………………………….............. 79 Segregasi Warna Bulu Mandalung ………..………………………....... 80 Pertumbuhan Mandalung …………………………………………........ 83
Pertambahan bobot badan ………………………............…………. 83 Kondisi bobot badan masa pertumbuhan ……………............…….. 85
xi
xi
Halaman Rataan bobot badan menurut jenis kelamin ………………........ 86 Kurva pertumbuhan menurut genotipe ……………………....... 88 Pertumbuhan Morfologi Mandalung ………………………………. 89 Nilai Konversi Pakan Mandalung ……………………….………… 91 Karkas Mandalung ………………………………………………… 93 Perbedaan bobot potong karkas menurut genotipe ……….......... 94 Pemotongan umur 8 minggu ………………..…………….......... 94 Pemotongan umur 10 minggu ………………..……………........ 96 Pemotongan umur 12 minggu ………………..……………........ 96 Potongan karkas ……………… …………….……………......... 96 SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 100 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 101 LAMPIRAN ……………………………………………………………… 111
xii
xii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Sidik ragam guna menduga nilai heritabilitas (h2)
dengan menggunakan pola nested …………………….……… 33
2. Distribusi menurut kelompok bobot dan indeks telur tetas PM dan PA ……………………………………………….. …….… 37
3. Kondisi telur tetas PM (n=481) dan PA (n=550) selama proses
penetasan ……………………………………………………… 40
4. Karakteristik telur yang menetas menjadi anak itik genotipe PM dan PA menurut kelompok selang……………………… 42
5. Karakteristik telur yang menetas menjadi anak itik genotipe PM dan PA menurut jenis kelamin anak………………………. 43
6. Korelasi antara bobot telur dengan panjang telur, lebar telur dan
bobot tetas pada genotipe PM dan PA ………………………. 44
7. Persentase penyebaran hasil interaksi antara warna tubuh dengan Warna paruh pada galur induk PA ……………………………… 51
8. Persentase penyebaran hasil interaksi antara warna tubuh, paruh dan kaki pada galur induk PA …………………………………… 52
9. Nilai heritabilitas untuk sifat bobot badan pada berbagai umur dan genotipe itik …………………………………………………. 59
10. Rataan parameter morfologi itik hasil silang (PM dan PA) pada masing-masing kelompok umur (hari) …………………… 60
11. Tingkat perbedaan beberapa parameter produksi saat bertelur pertama antara galur induk PM dan PA ………………………… 64
12. Nilai h2 pada beberapa sifatproduksi saat bertelur pertama antara galur induk PM dan PA ...............………………………… 65
13. Rataan produksi telur bulanan itik galur induk PM dan PA……… 68 14. Uji t-test ukuran dimensi telur dari galur induk PM dan PA…… 69
15. Tingkat kegagalan dan keberhasilan dalam penetasan telur
itik untuk menghasilkan mandalung …………………………… 75
xiii
xiii
Halaman
16. Rataan bobot badan mandalung menurut umur yang dikelompokkan berdasarkan perbedaan genotipe dan jenis kelamin …………………………………………………………. 87
17. Rataan perubahan ukuran morfologi mandalung genotipe EPM
dan EPA…………………………………………………………… 90
18. Penampilan karkas menurut perbedaan umur (minggu) dan genotipe mandalung ……………………………………..… 93
19. Hasil uji t-test terhadap karkas antara mandalung EPM dengan
EPA tanpa membedakan umur potong ………………………… 94
20. Hasil uji t-test terhadap karkas antara mandalung EPM dengan EPA pada umur potong 8 minggu ……………………………… 95
21. Uji t-test nilai rataan dari beberapa sifat potongan karkas antara
mandalung genotipe EPM dengan EPA ………………………… 97
22. Hasil uji t-test terhadap nilai rataan dari beberapa sifat potongan karkas menurut genotipe mandalung …………………………… 98
23. Proporsi potongan karkas terhadap bobot karkas itik mandalung
EPM dan EPA ………………………………………………….. 98
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman
1. Pola warna bulu pada galur induk PA …………….………. 47 2. Penyebaran pola warna bulu itik galur induk PA …………. 48
3. Penyebaran pola warna paruh orange (O), hitam (H) dan
hitam-orange (HO) itik galur induk PA …………………….. 49
4. Penyebaran pola warna kaki itik galur induk PA …………… 50 5. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM (—) dan
PA (----) ………………………..…………………….……... 54
6. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM menurut kelompok bobot tetas : selang atas (—•—) ; tengah (--♦--) dan bawah (—• —) ………………………………....…..…… 55
7. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PA menurut
kelompok bobot tetas : selang atas (—•—) ; tengah (--♦--) dan bawah (—• —) ………………………………....…..…… 56
8. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM menurut
kelompok bobot telur : selang atas (—•—) ; tengah (--♦--) dan bawah (—• —) ……………..…………………………… 57
9. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PA menurut kelompok bobot telur : selang atas (—•—) ; tengah (--♦--) dan bawah (—• —)…..………..…………………………… 58
10. Nilai konversi pakan galur induk PM (• ) dan PA (• ) terhadap bobot badan ………………………………….…….…………. 62
11. Rataan produksi bulanan (total bobot telur) pada galur induk
PM (• ) dan PA (• ) ……………………………….…..………. 67
12. Kurva produksi mingguan (total bobot/masa telur) hasil simulasi galur induk PM (• ) dan PA (• ), dengan rataan hasil catatan kandang itik galur induk PM (♦) dan PA (•)..……… 71
13. Kurva rataan produksi bulanan (total bobot telur) pada galur induk PM (• ) dan PA (• ) …………………...……………… 72
xv
xv
Halaman
14. Rasio jantan (• ) dan (• ) betina pada saat penetasan mandalung
EPM (1), EPA (2) dan gabungan keduanya (3)..……………… 77
15. Kombinasi warna dada dan punggung pada itik mandalung EPM…………………………………………………………… 82
16. Kombinasi warna dada dan punggung pada itik mandalung EPA………………………… ..………………………………… 82
17. Pertambahan bobot badan menurut genotipe mandalung untuk EPM (---) dan EPA (— ) ………………..……………… 84
18. Keadaan bobot badan menurut umur mandalung genotipe
EPM (• ) dan EPA (• )…………………………………………. 86
19. Kurva simulasi bobot badan mandalung antar genotipe EPM (• ) dan EPA ( • ) dan gabungan (• ) ……………………. 88
20. Nilai FCR menurut waktu pengamatan dari mandalung
genotipe EPM (• ) dan EPA (• )………………………………. ... 92
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil analisis varian pola tersarang (NESTED) ...............……. 109 2. Contoh pembuatan program analisis non-linier model
Gompertz dan hasil perhitungan ……………………………… 110
3. Contoh pembuatan program analisis non-linier model WOOD dan hasil perhitungan …………………………………………. 112
4. Tabel pola warna bulu mandalung pada saat dewasa ………… 114
5. Tabel pola warna bulu mandalung pada saat dewasa
(Lanjutan) ……………………………………………………. 115
6. Tabel pola warna bulu mandalung pada saat dewasa (Lanjutan) ……………………… ……………………………. 116
7. Hasil analisis uji t-test bobot badan pada mandalung EPM
dan EPA ………………………………………….…………… 117
xvii
xvii
© Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogar Agricultural University
• Hal:? Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh I:?arya tulis ini tanpa mencantuml:?an dan menyebutl:?an sumber: a. Pengutipan hanya untul:? I:?epentingan pendidil:?an, penelitian, penulisan I:?arya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan I:?ritil:? atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidal:? merugil:?an I:?epentingan yang wajar IPB.
2 Dilarang mengumuml:?an dan memperbanyal:? sebagian atau seluruh I:?arya tulis ini dalam bentul:? apapun tanpa izin IPB.