Peningkatan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata...

1
6 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Peningkatan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata) melalui Simulasi Suhu Aren adalah tanaman perkebunan yang sangat potensial untuk dijadikan penyangga pangan dan bahan industri karena mempunyai daya adaptasi yang luas sehingga tanaman aren ini dapat ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Tanaman aren dapat tumbuh pada agroklimat dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut (Effendi, 2009; Ditjenbun 2004). Aren juga potensial sebagai penghasil biofuel seperti kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, ubi kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, nipah dan lontar (Sumaryono, 2006). Sesuai dengan kebutuhan nasional telah dicanangkan 6,40 juta ha selama 2005 - 2015 untuk ditanam tanaman penghasil biofuel. Potensi etanol yang berasal dari nira aren dapat mencapai 20.160 l/ha/Tahun dan apabila dihitung dari 50% luas lahan berproduksi, maka tanaman aren berperan menyumbang etanol sebesar 610 juta l/tahun (Allorerung, 2007). Tanaman aren ini layak dikembangkan karena produksi nira yang tinggi dan biaya rendah, dan dari segi lain sangat cocok dijadikan tanaman konservasi air dan tanah. Selain itu tanaman aren ini menghasilkan biomassa di atas tanah dan dalam tanah yang sangat besar sehingga berperan penting dalam siklus CO2 (Syakir dan Effendi, 2010). Untuk mendukung pengembangan dan budidaya tanaman aren maka dibutuhkan benih yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan dalam waktu singkat (Saleh, 2006 dalam Baharuddin et al, 2007). Dengan pertumbuhan luas areal sebesar 2% setiap tahun, maka untuk mendukung ketersediaan etanol diperlukan bahan tanaman selama lima tahun dengan benih aren sebanyak 1,2 juta benih (Efendi, 2010). Tim Nasional Pengembangan BBN (2007) dalam road map pengembangan biofuelnya menetapkan bahwa pada tahun 2011 – 2015 pemanfaatan bioetanol 10 % akan mengurangi penggunaan premium sebanyak 2,78 juta kilo liter. Salah satu usaha yang dilakukan dalam memenuhi jumlah kebutuhan bibit aren adalah menggunakan paket teknologi pemecahan dormansi benih untuk mendapatkan benih yang cepat berkecambah dengan daya berekecambah yang optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan berkecambah dan daya berkecambah (viabilitas benih) antara lain kematangan benih, zat inhibitor perkecambahan seperti ABA, faktor genetik aren, bentuk dan berat buah serta lingkungan tumbuh benih. Hasil penelitian dari Setyowati (2009) menunjukkan bahwa benih Picrasma Javanica BI (Kayu Paek) yang matang memiliki daya kecambah dan respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang dipanen premature. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah aren yang berasal dari tandan tengah yaitu tandan kelima buah yang terletak pada spikelet tengah kemudian di oven pada suhu 60 0 C selama 10 menit kemudian dideder pada media arang sekam tebalnya sekitar 25 cm, dengan kedalaman lobang tanam 5 cm dengan jarak antara benih yang dideder yaitu 5 cm diperoleh rata-rata kecepatan berkecambah tercepat yaitu 41,78 hari setelah semai (Tabel 1) dengan daya kecambah benih yang sangat optimal yaitu 96% (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang dipanaskan dalam oven pada suhu 60 0 C selama 10 menit lalu dideder pada media arang sekam yang telah disiram sampai keadaan macak-macak sedalam 5 cm dan jarak antar lubang tanam yaitu 5 cm mempunyai daya berkecambah optimal. Tabel 2. Rata-rata benih aren yang berkecambah pada berbagai tingkat suhu dan lama pemanasan Perlakuan Jumlah Rata-rata Persentase (%) Kontrol (A0B0) 48 16 64 50C(10 menit) 50 16,67 66,66 50C (15 menit) 49 16,33 65,33 60C (15 menit) 65 21,67 86,66 60C (20 menit) 50 16,67 66,66 70C (10 menit) 44 14,67 58,66 70C (15 menit) 37 12,33 49,33 70C (20 menit) 30 10 40 Sumber: Muhammad Nur, 2018. Sumber: Muhammad Nur Perlakuan Jumlah Rata-rata Kontrol (A0B0) 78,85 59,62 50C (10 menit) 42,.49 47,50 50C (15 menit) 36,99 45,66 60C (15 menit) 34,87 44,96 60C (20 menit) 34,88 44,96 70C (10 menit) 29,91 43,30 70C (15 menit) 27,03 42,34 70C (20 menit) 30,5 43,5 Sumber: Muhammad Nur, 2018. a c b (MuhammadNur/PenelitiBalitPalma). Tabel 1. Rata-rata kecepatan benih aren yang berkecambah, Hari Setelah Deder (HSD) pada berbagai tingkat suhu dan lama pemanasan Gambar 1. Penampilan viabilitas benih aren pada berbagai tingkat suhu dan lama pemanasan, a) benih umur 41 HSD, b) benih umur 60 HSD dan c) benih umur 90 HSD

Transcript of Peningkatan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata...

Page 1: Peningkatan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata ...perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2019/02/11  · kebutuhan bibit aren adalah menggunakan paket teknologi

6 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Peningkatan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata) melalui Simulasi Suhu

Aren adalah tanaman perkebunan yang sangat potensial untuk dijadikan penyangga pangan dan bahan industri karena mempunyai daya adaptasi yang luas sehingga tanaman aren ini dapat ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Tanaman aren dapat tumbuh pada agroklimat dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut (Effendi, 2009; Ditjenbun 2004).

Aren juga potensial sebagai penghasil biofuel seperti kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, ubi kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, nipah dan lontar (Sumaryono, 2006). Sesuai dengan kebutuhan nasional telah dicanangkan 6,40 juta ha selama 2005 - 2015 untuk ditanam tanaman penghasil biofuel. Potensi etanol yang berasal dari nira aren dapat mencapai 20.160 l/ha/Tahun dan apabila dihitung dari 50% luas lahan berproduksi, maka tanaman aren berperan menyumbang etanol sebesar 610 juta l/tahun (Allorerung, 2007).

Tanaman aren ini layak dikembangkan karena produksi nira yang tinggi dan biaya rendah, dan dari segi lain sangat cocok dijadikan tanaman konservasi air dan tanah. Selain itu tanaman aren ini menghasilkan biomassa di atas tanah dan dalam tanah yang sangat besar sehingga berperan penting dalam siklus CO2 (Syakir dan Effendi, 2010). Untuk mendukung pengembangan dan budidaya tanaman aren maka dibutuhkan benih yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan dalam waktu singkat (Saleh, 2006 dalam Baharuddin et al, 2007).

Dengan pertumbuhan luas areal sebesar 2% setiap tahun, maka untuk mendukung ketersediaan etanol diperlukan bahan tanaman selama lima tahun dengan benih aren sebanyak 1,2 juta benih (Efendi, 2010). Tim Nasional Pengembangan BBN (2007) dalam road map pengembangan biofuelnya menetapkan bahwa pada tahun 2011 – 2015 pemanfaatan bioetanol 10 % akan mengurangi penggunaan premium sebanyak 2,78 juta kilo liter.

Salah satu usaha yang dilakukan dalam memenuhi jumlah kebutuhan bibit aren adalah menggunakan paket teknologi pemecahan dormansi benih untuk mendapatkan benih yang cepat berkecambah dengan daya berekecambah yang optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan berkecambah dan daya berkecambah (viabilitas benih) antara lain kematangan benih, zat inhibitor perkecambahan seperti ABA, faktor genetik aren, bentuk dan berat buah serta lingkungan tumbuh benih. Hasil penelitian dari Setyowati (2009) menunjukkan bahwa benih Picrasma Javanica BI (Kayu Paek) yang matang memiliki daya kecambah dan respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang dipanen premature.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah aren yang berasal dari tandan tengah yaitu tandan kelima buah yang terletak pada spikelet tengah kemudian di oven pada suhu 600C selama 10 menit kemudian dideder pada media arang sekam tebalnya sekitar 25 cm, dengan kedalaman lobang tanam 5 cm dengan jarak antara benih yang dideder yaitu 5 cm diperoleh rata-rata kecepatan berkecambah tercepat yaitu 41,78 hari setelah semai (Tabel 1) dengan daya kecambah benih yang sangat optimal yaitu 96% (Tabel 2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang dipanaskan dalam oven pada suhu 600C selama 10 menit lalu dideder pada media arang sekam yang telah disiram sampai keadaan macak-macak sedalam 5 cm dan jarak antar lubang tanam yaitu 5 cm mempunyai daya berkecambah optimal.

Tabel 2. Rata-rata benih aren yang berkecambah pada berbagai tingkat suhu dan lama pemanasan

Perlakuan Jumlah Rata-rata Persentase (%)

Kontrol (A0B0) 48 16 64

50⁰C(10 menit) 50 16,67 66,66

50⁰ C (15 menit) 49 16,33 65,33

60⁰C (15 menit) 65 21,67 86,66

60⁰C (20 menit) 50 16,67 66,66

70⁰C (10 menit) 44 14,67 58,66

70⁰C (15 menit) 37 12,33 49,33

70⁰C (20 menit) 30 10 40

Sumber: Muhammad Nur, 2018.

Sumber: Muhammad Nur

Perlakuan Jumlah Rata-rata

Kontrol (A0B0) 78,85 59,62

50⁰C (10 menit) 42,.49 47,50

50⁰C (15 menit) 36,99 45,66

60⁰C (15 menit) 34,87 44,96

60⁰C (20 menit) 34,88 44,96

70⁰C (10 menit) 29,91 43,30

70⁰C (15 menit) 27,03 42,34

70⁰C (20 menit) 30,5 43,5

Sumber: Muhammad Nur, 2018.

a

c b

(Muhammad Nur/Peneliti Balit Palma).

Tabel 1. Rata-rata kecepatan benih aren yang berkecambah, Hari Setelah Deder (HSD) pada berbagai tingkatsuhu dan lama pemanasan

Gambar 1. Penampilan viabilitas benih aren pada berbagai tingkat suhu dan lama pemanasan, a) benih umur41 HSD, b) benih umur 60 HSD dan c) benih umur90 HSD