PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI …lib.unnes.ac.id/17578/1/1401409095.pdf · iii...

543
i PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN MODEL INKUIRI BERBANTUKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 KOTA SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh Ratna Wulandari 1401409095 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Transcript of PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI …lib.unnes.ac.id/17578/1/1401409095.pdf · iii...

  • i

    PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA

    MELALUI PENERAPAN MODEL INKUIRI

    BERBANTUKAN MEDIA AUDIOVISUAL

    PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02

    KOTA SEMARANG

    SKRIPSI

    disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Oleh

    Ratna Wulandari

    1401409095

    PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2013

  • ii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Ratna Wulandari

    NIM : 1401409095

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Judul Skripsi :Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui

    Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual

    Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota

    Semarang.

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

    bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat

    atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

    ilmiah.

    Semarang, Juni 2013

    Ratna Wulandari

    1401409095

  • iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi atas nama Ratna Wulandari, NIM 1401409095, dengan judul

    “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri

    Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02

    Kota Semarang”, telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke

    Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

    Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

    hari : Selasa

    tanggal : 18 Juni 2013

    Semarang, 18 Juni 2013

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Dra. Sri Hartati, M.Pd Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd

    NIP. NIP. 195805171983032002

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan PGSD

  • iv

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi atas nama Ratna Wulandari, NIM 1401409095, dengan judul

    “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri

    Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02

    Kota Semarang”, telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi

    Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

    Negeri Semarang pada :

    hari : Selasa

    tanggal : 25 Juni 2013

    Panitia Ujian Skripsi :

    Ketua Sekretaris

    Dra. Hartati, M.Pd.

    NIP. 19551005 198012 2 001

    Penguji Utama

    Drs. Purnomo, M.Pd

    NIP. 196703141992031005

    Penguji I Penguji II

    Dra. Sri Hartati, M.P d

    N . 19541231198301200

    Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd

    NIP. 195805171983032002

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    “Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.

    (Aristoteles)

    “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”

    ( Lessing )

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta (Bapak

    Sukatno dan Ibu Retno Harpinasih) yang telah tulus mencurahkan kasih sayang,

    dukungan dan doanya.

  • vi

    PRAKATA

    Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

    karunia-Nya yang memberikan kekuatan, petunjuk dan kemudahan sehingga

    peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas

    Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media

    Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang”

    dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan studi

    Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Negeri Semarang.

    Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan,

    dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan dapat diatasi

    dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan

    terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor UNNES yang telah memberikan

    kesempatan studi.

    2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin

    penelitian.

    3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES yang telah

    memberikan pengarahan.

    4. Dra. Sri Hartati, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing dan

    mengarahkan penulisan ini dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir.

    5. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membimbing

    dan mengarahkan penulisan ini dengan penuh kesabaran dari awal sampai

    akhir.

    6. Segenap Dosen Jurusan PGSD FIP UNNES atas ilmu yang sudah diberikan.

    7. Retno Ambarwati, S.Pd., kepala SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang

    yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk mengadakan penelitian.

    8. Bapak dan Ibu guru, serta siswa SD Mangkang Kulon 02 Kota Semarang atas

    bantuan yang diberikan.

  • vii

    9. Kedua orang tua, kakak-adik, dan sahabat di B‟kost yang telah memberikan

    motivasi dan doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    10. Teman-teman mahasiswa PGSD atas segala bantuannya.

    Skripsi ini disusun melalui berbagai tahapan ilmiah dan telah melalui kajian

    teoritis dan empiris. Tentunya apa yang ditemukan dalam pembuatan skripsi ini

    dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan dapat juga

    dijadikan referensi untuk pengembangan profesi khususnya keguruan.

    Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para guru,

    mahasiswa PGSD, dan para pembaca pada umumnya.Amin.

    Semarang, Juni 2013

    Ratna Wulandari

  • viii

    ABSTRAK

    Wulandari, Ratna. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui

    Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa

    Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Sarjana PGSD

    Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Sri Hartati, M.Pd dan

    pembimbing II : Dr. Sri Sulistyorini,M.Pd.

    Hasil observasi peneliti pada tanggal 5 September 2012 terkait

    pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 ditemukan data

    bahwa guru mengajar menggunakan model non inovatif. Rata-rata

    prestasi belajar siswa masih rendah yaitu berkisar 52,6 dengan

    ketuntasan belajar klasikal 11,76%. Bertitik tolak dari kendala dan

    rendahnya kualitas pembelajaran tersebut, maka peneliti menawarkan

    solusi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA kelas V SDN

    Mangkang Kulon 02 melalui model inkuiri berbantukan media

    audiovisual. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN

    Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa

    serta meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN Mangkang Kulon

    02 melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dalam 3 siklus, dengan

    masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan

    tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan

    keterampilan guru dalam pembelajaran siklus I diperoleh persentase

    64,28% dengan kategori tinggi, siklus II 74,99% dengan kategori

    tinggi, dan siklus III 87,49% dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas

    siswa pada siklus I diperoleh persentase 64,79% dengan kategori

    tinggi, siklus II 74,16% dengan kategori tinggi, dan siklus III 82,50%

    dengan kategori sangat tinggi. Hasil belajar siswa pada siklus I

    mendapat rata-rata klasikal 62,57 dengan ketuntasan belajar 55,88%,

    siklus II mendapat rata-rata klasikal 68,94 dengan ketuntasan belajar

    67,64%, dan siklus III mendapat rata-rata klasikal 76,38 dengan

    ketuntasan belajar 85,29%. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dapat

    meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

    Kata Kunci : Kualitas Pembelajaran IPA, Model Inkuiri, Media Audiovisual

  • ix

    DAFTAR ISI

    JUDUL ……………………………………………………………………….. i

    PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………….. ii

    PERSENTUJUAN PEMBIMBING …………………………………………. iii

    PENGESAHAN KELULUSAN …………………………………………….. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………….... v

    PRAKATA …………………………………………………………………… vi

    ABSTRAK …………………………………………………………………… viii

    DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ix

    DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xi

    DAFTAR BAGAN …………………………………………………………... xiii

    DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………….. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang …………………………………………………………... 1

    1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ……………………………. 9

    1.2.1. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 9

    1.2.2. Pemecahan Masalah ………………………………………………….. 9

    1.3.Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 11

    1.3.1. Tujuan Umum ………………………………………………………… 11

    1.3.2. Tujuan Khusus ………………………………………………………... 12

    1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 12

    1.4.1. Manfaat Teoritis ………………………………………………………. 12

    1.4.2. Manfaat Praktis ……………………………………………………….. 12

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori ……………………………………………………………… 14

    2.1.1. Hakikat Kualitas Pembelajaran ……………………………………….. 14

    2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/ Sains …………………. 30

    2.1.3. Penerapan Model Inkuiri ……………………………………………… 39

    2.1.4. Media Audiovisual ……………………………………………………. 47

    2.1.5. Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Pem-

  • x

    belajaran IPA ………………………………………………………… 52

    2.1.6. Hubungan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual dengan

    Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa, dan Hasil Belajar …………….. 62

    2.2. Kajian Empiris …………………………………………………………... 63

    2.3. Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 66

    2.4. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………... 69

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1. Rancangan Penelitian ..…………………………………………………. 70

    3.2.Perencanaan Tahap Penelitian …………………………………………… 75

    3.3. Subyek Penelitian ………………………………………………………. 98

    3.4. Variabel Penelitian …………………………………………………….. 99

    3.5. Data dan Cara Pengumpulan Data ………………………………………. 100

    3.6. Teknik Analisis Data ……………………………………………………. 104

    3.7. Indikator Keberhasilan ………………………………………………….. 110

    BAB IV PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 112

    4.1.1. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I ………………... 112

    4.1.2. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……………….. 162

    4.1.3. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus III ……………… 207

    4.1.4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Tindakan Siklus I, II, dan III …… 247

    4.2. Pembahasan …………………………………………………………….. 252

    4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ………………………………………. 252

    4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………………………. 282

    BAB V PENUTUP

    5.1. Simpulan ………………………………………………………………... 285

    5.2. Saran ……………………………………………………………………. 286

    DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 288

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Tahapan Model Inkuiri yang Dikombinasikan dengan Tahapan

    Media Audiovisual …………………………………………….. 10

    Tabel 1.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran yang Menerap-

    kan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual………….. 11

    Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar Kognitif yang Akan Dicapai dalam

    Penelitian …………………………………………………….... 28

    Tabel 2.2 Keterampilan-keterampilan Proses …………………………… 37

    Tabel 3.1 Pelaksanaan Tindakan ……………………………………….... 72

    Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Individual ……………………………… .. 106

    Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa …………………. 107

    Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ……………………. 109

    Tabel 3.5 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ………………………... 110

    Tabel 4.1 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I/1 ……. 115

    Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

    Siklus I/1……………………………………………………..... 122

    Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I/1 ………………………………… 128

    Tabel 4.4 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I/2 …… 137

    Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

    Siklus I/2 ……………………………………………………… 144

    Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I/2………………………………..... 150

    Tabel 4.7 Skor Keterampilan Guru Siklus I …………………………….. .158

    Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I …………………………... 159

    Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa Siklus I …………………………………... 160

    Tabel 4.10 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada

    Siklus I ………………………………………………………... 161

    Tabel 4.11 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II/1 …… 164

    Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

    Siklus II/1 …………………………………………………….. 171

  • xii

    Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa Siklus II/1……………………………….. 176

    Tabel 4.14 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II/2…… 183

    Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

    Siklus II/2 …………………………………………………….. 190

    Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa Siklus II/2 ………………………………. 196

    Tabel 4.17 Skor Keterampilan Guru Siklus II ……………………………. 203

    Tabel 4.18 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II………………………….. 204

    Tabel 4.19 Hasil Belajar Siswa Siklus II …………………………………. 205

    Tabel 4.20 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada

    Siklus II ……………………………………………………….. 206

    Tabel 4.21 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III/1…... 209

    Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

    Siklus III/1 …………………………………………………….. 216

    Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Siklus III/1……………………………….. 221

    Tabel 4.24 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III/2….. 227

    Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

    Siklus III/2 ……………………………………………………. 234

    Tabel 4.26 Hasil Belajar Siswa Siklus III/2 ……………………………… 239

    Tabel 4.27 Skor Keterampilan Guru Siklus III …………………………… 243

    Tabel 4.28 Persentase Aktivitas Siswa Siklus III …………………………. 244

    Tabel 4.29 Hasil Belajar Siswa Siklus III ………………………………… 245

    Tabel 4.30 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada

    Siklus III ………………………………………………………. 246

    Tabel 4.31 Skor Keterampilan Guru Siklus I, II, III ……………………… 247

    Tabel 4.32 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, II, III …………………… 248

    Tabel 4.33 Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III …………………………… 249

    Tabel 4.34 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada

    Siklus I, II, dan III …………………………………………….. 251

  • xiii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1. Hirarkhi Taksonomi Bloom Revisi …………………………… 26

    Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA ……………… 34

    Bagan 2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………..... 68

    Bagan 3.1 Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK …………………………. 70

  • xiv

    DAFTAR DIAGRAM

    Diagram 4.1 Skor Keterampilan Guru Siklus I/1 ……………………………117

    Diagram 4.2 Skor Aktivitas Siswa Siklus I/1 ………………………………..123

    Diagram 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I/1 ………………………………….131

    Diagram 4.4 Skor Keterampilan Guru Siklus I/2…………………………… 139

    Diagram 4.5 Skor Aktivitas Siswa Siklus I/2 ……………………………… 145

    Diagram 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I/2…………………………………. 152

    Diagram 4.7 Skor Keterampilan Guru siklus I ……………………………… 158

    Diagram 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I…………………………… 160

    Diagram 4.9 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ………………... 161

    Diagram 4.10 Skor Keterampilan Guru Siklus II/1………………………….. 166

    Diagram 4.11 Skor Aktivitas Siswa Siklus II/1……………………………... 172

    Diagram 4.12 Hasil Belajar Siswa Siklus II/1 ………………………………. 179

    Diagram 4.13 Skor Keterampilan Guru Siklus II/2 …………………………. 186

    Diagram 4.14 Skor Aktivitas Siswa Siklus II/2…………………………….... 191

    Diagram 4.15 Hasil Belajar Siswa Siklus II/2 ……………………………….. 199

    Diagram 4.16 Skor Keterampilan Guru siklus II …………………………….. 204

    Diagram 4.17 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ………………………...... 205

    Diagram 4.18 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II……………....... 206

    Diagram 4.19 Skor Keterampilan Guru Siklus III/1 ………………………… 211

    Diagram 4.20 Skor Aktivitas Siswa Siklus III/1……………………………... 217

    Diagram 4.21 Hasil Belajar Siswa Siklus III/1……………………………….. 224

    Diagram 4.22 Skor Keterampilan Guru Siklus III/2…………………………. 230

    Diagram 4.23 Skor Aktivitas Siswa Siklus III/2 …………………………….. 224

    Diagram 4.24 Hasil Belajar Siswa Siklus III/2………………………………... 242

    Diagram 4.25 Skor Keterampilan Guru siklus III …………………………….. 244

    Diagram 4.26 Persentase Aktivitas Siswa Siklus III …………………………. 245

    Diagram 4.27 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ………………. 246

    Diagram 4.28 Persentase Keterampilan Guru Siklus I, II, III ………………… 248

  • xv

    Diagram 4.29 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, II, III …………………….. 249

    Diagram 4.30 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I, II, III …………... 250

    Diagram 4.31 Nilai Rata-rata Siklus I, II, III …………………………………. 250

    Diagram 4.32 Rekapitulasi Data Siklus I, II, III ……………………………… 251

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……………………………… 292

    Lampiran 2. Pedoman Indikator Keterampilan Guru dan Instrumen

    Penelitian Keterampilan Guru ……………………………… 296

    Lampiran 3. Pedoman Indikator Aktivitas Siswa dan Instrumen Penelitian

    Aktivitas Siswa ……………………………………………... 302

    Lampiran 4. Instrumen Catatan Lapangan ……………………………….. 309

    Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 312

    Lampiran 6. Data Awal Sebelum Penelitian ……………………………… 443

    Lampiran 7. Data Keterampilan Guru Siklus I, II dan III ………………... 446

    Lampiran 8. Data Aktivitas Siswa Siklus I, II dan III ……………………. 449

    Lampiran 9. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III ……………….. 462

    Lampiran 10. Catatan Lapangan Siklus I, II dan III ……………………….. 469

    Lampiran 11. Data Validasi Media Siklus I, II dan III ……………………. 482

    Lampiran 12. Foto Penelitian ………………………………………………. 490

    Lampiran 13. LKPD Siklus I, II dan III …………………………………… 509

    Lampiran 14. LTPD Siklus I, II dan III ……………………………………. 517

    Lampiran 15. Surat Penelitian ……………………………………………… 524

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan dasar hukum

    penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Pada pasal 37 (2006:

    94) menetapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu

    muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan

    IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

    sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam me-

    nerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP 2006:143).

    Mata pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki berbagai

    kemampuan. Di antaranya yaitu memperoleh keyakinan terhadap keteraturan

    ciptaan-Nya, mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif tentang adanya

    hubungan saling mempengaruhi antara Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi

    dan masyarakat), serta mengembangkan pemahaman konsep IPA dan keterampil-

    an proses IPA yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-

    hari (BSNP 2006:143).

    Tujuan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    tersebut sudah baik dan sudah mengandung ide-ide yang dapat mengantisipasi

    perkembangan IPTEK secara global. Namun, dalam kenyataannya di sekolah-

    sekolah masih perlu peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan

    guru dan siswa belum melaksanakan pembelajaran seperti apa yang disarankan

  • 2

    dalam KTSP IPA, yaitu pembelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dan

    menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

    penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP

    2006:143). Selain itu, juga belum terlaksana pembelajaran yang konstruktivistik,

    yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented) dan guru

    berperan sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10).

    Begitu diutamakannya proses dalam pemerolehan konsep-konsep IPA maka

    guru dituntut untuk mampu menyesuaikan dan memilih model serta menciptakan

    lingkungan belajar yang dapat mengakomodasi kemampuan siswa secara optimal.

    Hal tersebut sejalan dengan kurikulum IPA SD yang mengungkapkan bahwa

    pembelajaran IPA pada dasarnya memuat tiga komponen (Bundu 2006:49).

    Pertama, mendorong pertumbuhan intelektual dan perkembangan siswa. Kedua,

    melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan praktikum. Ketiga, mendorong ter-

    bentuknya sikap ilmiah, berpikir kritis dan rasional serta mengembangkan peng-

    gunaan keterampilan proses IPA.

    Berikut ini adalah temuan yang mendukung belum terlaksananya pembelajaran

    IPA seperti yang disarankan dalam KTSP sehingga perlu adanya peningkatan

    kualitas pembelajaran: (1) berdasarkan temuan Depdiknas (2007: 16) proses pem-

    belajaran IPA di SD kurang menerapkan kerja ilmiah, proses pembelajaran ber-

    orientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan kemampuan

    belajar siswa terhambat, metode pembelajaran yang selalu berorientasi kepada

    guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta

    perkembangan siswa sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan dan

  • 3

    mencerdaskan kurang optimal; (2) hasil penelitian Endang Widi Winarni yang

    berjudul “ Persepsi Guru SD Tentang Berbagai Pendekatan, Metode, dan Penilai-

    an Serta Implementasinya dalam Pembelajaran IPA” dengan sampel penelitian 35

    guru kelas 5 atau sebanyak 44,87% dari 78 SD di kota Bengkulu http://isjd.pdii.

    lipi.go.id/admin/jurnal /151061119.pdf.

    Kualitas pembelajaran yang rendah tersebut juga ditemukan di kelas V SDN

    Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Menurut hasil pengamatan dan wawancara

    yang dilakukan peneliti, rendahnya kualitas pembelajaran tersebut disebabkan

    oleh beberapa hal, baik faktor guru maupun faktor sarana dan prasarana yang

    berdampak pada siswa, yaitu: (1) guru kurang memberikan pertanyaan/ per-

    masalahan yang menantang, sehingga siswa tidak terdorong berpikir kritis; (2)

    kurang memfasilitasi terjadinya interaksi siswa dalam kelompok, sehingga siswa

    belajar secara sendiri-sendiri dan bersifat individualis; (3) siswa kurang dilatih

    untuk menganalisis data dari berbagai sumber belajar, sehingga siswa kurang

    terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi secara mandiri; (4) guru

    kurang mengembangkan keterampilan menyimpulkan, baik dari pengamatan,

    eksplorasi ataupun hasil percobaan sehingga pemahaman siswa terhadap materi

    kurang optimal; (5) kurang mengembangkan keterampilan bertanya siswa, se-

    hingga rasa ingin tahu siswa tidak terpenuhi; (6) guru kurang memanfaatkan

    media dalam pembelajaran, sehingga siswa cenderung bosan. Rendahnya kualitas

    pembelajaran tersebut didukung oleh nilai/ data kuantitatif yaitu sebanyak 88,23%

    dari 34 siswa atau sebanyak 30 siswa memiliki nilai di bawah KKM (64).

  • 4

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti secara kolaboratif meng-

    ambil tindakan dengan menerapkan pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat

    meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas

    siswa, dan hasil belajar. Dengan berpijak pada teori konstruktivisme,

    pembelajaran inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, motivator,

    mediator dan evaluator serta informator. Siswa belajar melakukan sendiri/

    konstruktivis, yang ide pokoknya belajar mandiri, menemukan bersama

    kelompoknya, mengembangkan kreativitas belajar melalui interaksi dengan

    lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran interaksinya multi

    arah. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi karakteristik pembelajaran

    inovatif di atas yaitu model pembelajaran inkuiri.

    Menurut Joyce dan Weil (1996 : 187), the essence of the model is to involve

    students in a genuine problem of inquiry by confronting them with an area of

    investigation, helping them identify a conceptual or methodological problem

    within that area of investigation, and inviting them to design ways of overcoming

    that problem. ”Inti dari model inkuiri adalah melibatkan siswa ke dalam masalah

    asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu siswa

    mengidentifikasi sebuah konsep atau metode pemecahan masalah dalam

    penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah

    tersebut”.

    Model inkuiri didukung oleh teori belajar konstruktivisme yang di-

    kembangkan oleh Seymour Papert, teori ini mengungkapkan bahwa manusia

    membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri (Rifa‟i dan

  • 5

    Anni 2009:225). Hal ini sejalan dengan model inkuiri yang menekankan agar

    peserta didik dipandang sebagai subyek belajar artinya proses pembelajaran

    berlangsung alamiah, peserta didik „bekerja‟ dan mengalami, bukan berupa

    transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik sehingga hasil pembelajaran lebih

    bermakna (Yamin 2012: 24).

    Pembelajaran sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang

    dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang dikenal dengan scientific

    method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti: (1)

    perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan

    hipotesis; (3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; dan (5) penarikan

    kesimpulan (Mariana dan Praginda 2009: 6). Sementara sintaks dari model inkuiri

    menurut Hamruni (2012:95), yaitu: (1) orientasi; (2) merumuskan masalah; (3)

    mengajukan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; (6)

    merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

    tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA, yaitu adanya

    metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran IPA cocok

    diterapi model inkuiri.

    Pada prinsipnya, kelebihan model inkuiri adalah membentuk dan

    mengembangkan “self-concept” pada siswa dengan lebih baik, karena model

    inkuiri mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri

    (Roestiyah 2008:76). Sementara itu, manfaat model inkuiri menurut Schrenker

    (Joyce dan Weil 1996:42) yaitu meningkatkan pemahaman terhadap sains,

    produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil dalam memperoleh dan

  • 6

    menganalisis informasi. Agar model ini dapat dilaksanakan dengan baik maka

    memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut: (1) kondisi yang fleksibel, bebas

    untuk berinteraksi; (2) kondisi lingkungan yang responsif, (3) kondisi yang mudah

    untuk memusatkan perhatian; (4) kondisi yang bebas dari tekanan (Roestiyah

    2008: 79).

    Model inkuiri adalah model yang dapat mengaktifkan siswa untuk

    membangun pengetahuannya sendiri dengan menghadapkan siswa pada

    permasalahan-permasalahan. Model ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika

    tersedia media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu media yang

    dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir

    kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media

    audiovisual. Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:34) media audiovisual adalah

    media yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan

    mesin-mesin mekanis atau elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan

    visual. Menurut Sanaky (2011:105) alat-alat yang termasuk dalam kategori media

    audiovisual adalah televisi, video-VCD, soundslide, dan film.

    Penggunaan media audiovisual ini didukung oleh teori pembelajaran visual

    yang menyebutkan bahwa pesan yang ditampilkan melalui gambar dapat men-

    dorong aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dalam desain pembelajaran melalui

    televisi atau video yang menonjolkan gambar sebagai alat yang dimuati pesan

    pendidikan (Uno 2008:55).

    Audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin

    lengkap dan optimal (Hamdani 2011:249). Ciri utama teknologi media audio-

  • 7

    visual menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:34) yaitu merepresentasikan fisik dari

    gagasan riil atau gagasan abstrak secara dinamis. Sehingga dapat mempermudah

    siswa menerima pelajaran dan menghindarkan salah pengertian, serta meningkat-

    kan minat (Suleiman 1988:17).

    Dengan model inkuiri berbantukan media audiovisual pemahaman siswa

    terhadap materi lebih mendalam karena siswa membangun pengetahuannya secara

    mandiri, terbiasa berpikir kritis dan mengembangkan berbagai keterampilan.

    Selain itu, dengan media audiovisual mampu memperjelas konsep/ permasalahan

    sehingga memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan menarik perhatian siswa.

    Berdasarkan kelebihan model inkuiri dan media audiovisual di atas, peneliti

    bersama kolaborator menentukan solusi permasalahan pembelajaran IPA di kelas

    V SDN Mangkang Kulon 02 dengan menerapkan model inkuiri berbantukan

    media audiovisual yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

    Berdasarkan tahapan model inkuiri menurut Hamruni (2012:95) dan tahapan

    media audiovisual menurut Suleiman (1988:21), maka diperoleh sintak model

    inkuiri berbantukan media audiovisual yaitu: (1) penyampaian orientasi umum;

    (2) penayangan media audiovisual untuk menampilkan permasalahan; (3)

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan; (4) membuat hipotesis; (5) mengumpulkan

    informasi dari sumber data; (6) menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil

    pengumpulan data; (7) penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk

    membuat kesimpulan.

    Berikut ini adalah hasil penelitian penerapan model inkuiri dan penggunaan

    media audiovisual. Penelitian pertama dilakukan Indriyani dan Supriyono yang

  • 8

    berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Ke-

    terampilan Proses Siswa pada Mata Pelajaran IPA di SD Negeri Rejeni

    Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo” http://wacana.jurnal.unesa.ac.id.

    Selanjutnya penelitian oleh Sari (Jurusan PGSD, FIP, UNNES 2010:86) yang

    berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri

    Pada Siswa Kelas IV SDN I Maribaya Karanganyar Purbalingga”.

    Penelitian ketiga oleh Winarso yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

    Sifat Cahaya dengan Metode Inkuiri” http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ pgsd

    solo/article /view/428/214. Kemudian untuk penelitian yang menggunakan media

    audiovisual, diambil dari hasil penelitian Utami yang berjudul “Penggunaan

    Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan Daur

    Hidup Hewan” http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33

    1. Hasil dari keempat jurnal penelitian yang telah disebutkan, menunjukkan

    terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran.

    Berdasarkan jurnal-jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model

    inkuiri dan penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas

    pembelajaran. Oleh karena itu, jurnal-jurnal di atas dapat digunakan sebagai

    pendukung penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dalam

    mengatasi permasalahan yang terjadi. Sehingga perlu dilaksanakan penelitian

    tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui

    Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V

    SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang”.

    http://wacana.jurnal.unesa.ac.id/http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/%20pgsd%20solo/articlehttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/%20pgsd%20solo/articlehttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/%20pgsd%20solo/articlehttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33%201http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33%201http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33%201

  • 9

    1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

    1.2.1. Rumusan Masalah

    Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, disusun rumusan masalah

    sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media

    audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V

    SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

    Rumusan masalah di atas dapat dirinci sebagai berikut :

    1) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual

    dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA kelas V

    SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

    2) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual

    dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN

    Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

    3) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V

    SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?

    1.2.2. Pemecahan Masalah

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat

    dilakukan adalah dengan menerapkan tahapan-tahapan tindakan model inkuiri

    berbantukan media audiovisual. Berikut ini adalah tahapan model inkuiri setelah

    dikombinasikan dengan media audiovisual:

  • 10

    Tabel 1.1

    Tahapan model inkuiri yang dikombinasikan dengan tahapan media audiovisual

    Tahapan

    Model Inkuiri

    Tahapan

    Media

    Audiovisual

    Tahapan Model Inkuiri+Media

    audiovisual

    Persiapan

    Orientasi Penyampaian orientasi umum

    Merumuskan

    masalah

    Penyajian Penayangan media audiovisual untuk

    menampilkan permasalahan

    Penerapan

    Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

    Mengajukan

    hipotesis

    Membuat hipotesis

    Mengumpulkan

    data

    Mengumpulkan informasi dari sumber

    data

    Menguji

    hipotesis Menentukan jawaban antara hipotesis

    dan hasil pengumpulan data

    Merumuskan

    kesimpulan

    Kelanjutan Penayangan media audiovisual sebagai

    data akurat untuk membuat kesimpulan

    Sumber : Tahapan model inkuiri bersumber dari Hamruni (2012:95)

    Tahapan media audiovisual bersumber dari Suleiman (1988: 21)

  • 11

    Berdasarkan tahapan model inkuiri berbantukan media audiovisual di atas,

    maka diperoleh kegiatan guru dan kegiatan siswa sebagai berikut:

    Tabel 1.2

    Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model

    Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual

    Tahapan Model

    Inkuiri Berbantukan

    Media Audiovisual

    Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

    Penyampaian orientasi

    umum

    Menyampaikan orientasi

    umum

    Memperhatikan

    penyampaian orientasi

    umum guru

    Penayangan media

    audiovisual untuk

    menampilkan

    permasalahan

    Menayangkan media

    audiovisual

    permasalahan Memperhatikan tayangan

    audiovisual permasalahan

    Mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan

    Mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan

    Membuat hipotesis Memfasilitasi siswa

    mendiskusikan hipotesis

    Mendiskusikan hipotesis

    secara berkelompok

    Mengumpulkan

    informasi dari sumber

    data

    Membimbing siswa

    melakukan

    pengumpulan data

    Mengumpulkan informasi

    dari sumber data

    Menentukan jawaban

    antara hipotesis dan

    hasil pengumpulan data

    Mengecek hasil uji

    hipotesis siswa

    Menentukan jawaban

    kelompok berdasarkan

    hipotesis dan informasi

    yang diperoleh

    Penayangan media

    audiovisual sebagai

    data akurat untuk

    membuat kesimpulan

    Membimbing siswa

    membuat kesimpulan

    disertai tayangan

    audiovisual

    Membuat kesimpulan

    berdasarkan tayangan

    balikan

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian

    sebagai berikut :

    1.3.1. Tujuan Umum

  • 12

    Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkang

    Kulon 02 Kota Semarang melalui penerapan model inkuiri berbantukan media

    audiovisual.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1) Mendeskrispsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA

    melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

    2) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA

    melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.

    3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan

    model inkuiri berbantukan media audiovisual.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    Manfaat dari model inkuiri menurut Schrenker (Joyce dan Weil 1996:42) reported

    that inquiry training resulted in increased understanding of science, greater

    productivity in critical thinking, and skills for obtaining and analyzing

    information. Artinya, bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

    pemahaman terhadap sains, produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil

    dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    1.4.2.1.Manfaat Bagi Siswa

    1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis dan logis.

    2) Memberikan bekal penanaman konsep yang mendalam dan keterampilan di

    sekolah lanjutan.

  • 13

    3) Memberikan motivasi bagi siswa dengan kegiatan inkuiri yang menantang

    siswa.

    1.4.2.2.Manfaat Bagi Guru

    1) Sebagai sarana guru untuk mengevaluasi diri terhadap proses pembelajaran

    yang dilakukan .

    2) Guru akan terampil menggunakan model inkuiri sehingga dapat diterapkan

    untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

    1.4.2.3. Manfaat Bagi Sekolah

    Hasil penelitian dapat dijadikan tolak ukur pengambilan kebijakan dalam rangka

    perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru sehingga tujuan

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat dicapai secara optimal.

  • 14

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1. Hakikat Kualitas Pembelajaran

    2.1.1.1. Pengertian Belajar

    Belajar menurut Sanjaya (2008:89) bukanlah sekedar mengumpulkan

    pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang

    sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku karena adanya interaksi

    individu dengan lingkungannya yang disadari. Belajar menurut Slavin (1994:152)

    learning is usually defined as a change in an individual caused by experience.

    Artinya belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

    Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembang-

    an pribadi seutuhnya (Suprijono 2012:3). Duffy dan Cunningham (dalam Pribadi

    2011:159) mengemukakan pengertian belajar berdasarkan pandangan konstruk-

    tivistik, yaitu belajar adalah proses aktif membangun, daripada sekedar proses

    memperoleh pengetahuan.

    Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka peneliti dapatkan beberapa

    konsep mengenai belajar, yaitu :

    1) Belajar adalah proses aktif membangun dalam diri seseorang.

    2) Dilakukan secara sadar.

    3) Terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman.

  • 15

    4) Menyebabkan perubahan perilaku untuk menuju ke perkembangan pribadi

    yang seutuhnya.

    2.1.1.2. Pengertian Pembelajaran

    Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 20

    (2006:74) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

    sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hakikatnya pembelajaran

    merupakan suatu usaha sadar guru/ pengajar untuk membantu siswa atau anak

    didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya

    (Kustandi dan Sutjipto 2011:5). Menurut Suprijono (2012:13) pembelajaran ber-

    arti proses atau upaya guru dalam mengorganisir lingkungan terjadinya pem-

    belajaran yang berpusat pada peserta didik. Pembelajaran menurut pandangan

    konstruktivistik adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student

    oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10).

    Jadi, dari berbagai pengertian pembelajaran di atas, peneliti dapat simpulkan

    bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan guru secara sengaja

    dengan cara menciptakan suatu lingkungan belajar yang memungkinkan terjadi-

    nya komunikasi peserta didik dengan guru dan didukung sumber belajar yang lain.

    Lingkungan belajar yang diciptakan ini berpusat pada siswa, artinya disesuaikan

    dengan kebutuhan, kemampuan dan minat siswa serta mengutamakan peran aktif

    siswa dalam membangun pengetahuannya.

    2.1.1.3. Kualitas Pembelajaran

    Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan, yaitu tingkat

    keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang berupa peningkatan

  • 16

    pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pem-

    belajaran (Hamdani 2011:194). Menurut Robbins (dalam Daryanto 2010:54)

    efektivitas juga dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang.

    Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas

    keterkaitan sistemik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum, dan bahan belajar,

    media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil

    belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Depdiknas 2007:7).

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat

    pencapaian suatu tujuan/ tuntutan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran IPA

    melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual yang

    indikatornya mencakup keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

    Berikut adalah penjelasan dari ketiga aspek tersebut:

    2.1.1.3.1. Keterampilan Guru

    Mengajar adalah pekerjaan profesional. Orang yang menyandang pekerjaan

    tersebut pasti memiliki sejumlah keterampilan dasar yang didapatkan dari proses

    latihan pada lembaga pendidikan yang relevan. Yang dimaksud dengan

    keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap

    individu yang berprofesi sebagai guru (Sanjaya 2008:155). Menurut hasil peneliti-

    an Turney (dalam Anitah 2010:7.2), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang

    dianggap berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, yaitu :

  • 17

    1) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

    Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan

    dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran. Komponen keterampil-

    an membuka pelajaran antara lain:

    a) Menarik perhatian siswa dengan cara memvariasikan gaya mengajar

    guru, menggunakan alat bantu mengajar yang menarik, penggunaan pola

    interaksi yang bervariasi.

    b) Menimbulkan motivasi dengan cara sikap hangat, menimbulkan rasa

    ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat

    siswa.

    c) Memberi acuan dengan cara mengemukakan tugas dan batas tugas,

    menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan

    masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan.

    d) Membuat kaitan.

    Selain keterampilan membuka pelajaran, seorang guru juga harus memiliki

    keterampilan menutup pelajaran.Keterampilan menutup pelajaran berkaitan

    dengan usaha guru mengakhiri pelajaran. Cara-cara yang dapat dilakukan guru

    dalam menutup pelajaran yaitu meninjau kembali, mengevaluasi, memberi

    dorongan psikologi dan sosial (Marno dan Idris 2010:91).

    2) Keterampilan Menjelaskan

    Kegiatan menjelaskan adalah pengkajian informasi secara sistematis sehingga

    yang menerima penjelasan mempunyai gambaran jelas tentang hubungan antar

    informasi.Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari beberapa komponen,

  • 18

    yaitu kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan dan adanya

    balikan.

    3) Keterampilan Menggunakan Variasi

    Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dalam

    kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni :

    a) Variasi gaya mengajar : variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan,

    mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, dan perubahan

    dalam posisi guru.

    b) Variasi pola interaksi dan kegiatan : kegiatan kelompok kecil, klasikal,

    berpasangan, perorangan.

    c) Variasi penggunaan alat bantu pembelajaran.

    Variasi yang dapat dilakukan adalah variasi dalam penggunaan alat bantu

    pembelajaran yang dapat dilihat, didengar dan diraba serta dimanipulasi.

    Sardiman (2011: 206) menjelaskan bahwa adanya variasi media akan

    lebih baik daripada hanya satu macam saja.

    4) Keterampilan Memberikan Penguatan

    Keterampilan dasar penguatan menurut Sanjaya (2008:163) adalah segala bentuk

    respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap

    tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik

    bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan

    atau koreksi. Ada empat cara dalam memberikan penguatan (reinforcement)

    menurut Rusman (2012:85) yaitu: (1) penguatan kepada pribadi tertentu, penguat-

    an ini harus jelas kepada siapa ditujukan; (2) penguatan kepada kelompok siswa

  • 19

    dengan memberikan penghargaan kepada kelompok yang menyelesaikan tugas

    dengan baik; (3) pemberian penguatan dengan segera; (4) variasi dalam peng-

    gunaan.

    5) Keterampilan Bertanya

    Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk

    mendapatkan jawaban/ balikan dari orang lain (Marno dan Idris 2010:115).

    Komponen-komponen keterampilan bertanya meliputi: (1) pengungkapan per-

    tanyaan secara jelas dan singkat; (2) fokus pertanyaan; (3) pemindahan giliran; (4)

    pemberian acuan; (5) penyebaran; (6) pemberian waktu berpikir; (7) dan pemberi-

    an tuntunan (Rusman 2012:83).

    6) Keterampilan Mengelola Kelas

    Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan, memelihara dan

    mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Teknik mengelola kelas mencakup

    menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian

    kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan,

    memodifikasi tingkah laku, dan pengelolaan kelompok.

    7) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

    Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil diperlukan untuk lebih

    meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Agar guru dapat

    membimbing diskusi kelompok secara efektif, ada 6 komponen keterampilan yang

    perlu dikuasai guru. Keenam komponen tersebut adalah sebagai berikut :

    a) Memusatkan perhatian.

    b) Memperjelas masalah dan uraian pendapat.

  • 20

    c) Menganalisis pandangan.

    d) Meningkatkan urunan.

    e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.

    f) Menutup diskusi.

    8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

    Kegiatan kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan

    perhatian terhadap kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Keterampilan mengajar

    kelompok kecil dan perorangan terdiri dari 4 komponen pokok. Kelompok

    komponen keterampilan tersebut adalah sebagai berikut :

    a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

    Meliputi: menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan

    siswa, memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa,

    mendengarkan secara simpatik gagasan siswa, membangun hubungan

    saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa

    tanpa kecenderungan untuk mendominasi, menerima perasaan siswa

    dengan penuh pengertian dan keterbukaan, berusaha mengendalikan

    situasi.

    b) Keterampilan mengorganisasikan pembelajaran

    Meliputi: memberikan orientasi umum tentang tujuan dan masalah yang

    akan dipecahkan, memvariasikan kegiatan, membentuk kelompok yang

    tepat, mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan belajar

    serta penggunaan sumber, membagi-bagi perhatian, mengakhiri kegiatan

    dengan suatu kulminasi.

  • 21

    c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

    Meliputi: memberikan penguatan yang sesuai, mengembangkan supervisi

    proses awal, mengadakan supervisi proses lanjut, dan melakukan super-

    visi proses pemaduan.

    d) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran

    Meliputi: membantu siswa menerapkan tujuan pelajaran, membuat

    rencana kegiatan belajar bersama siswa, bertindak sebagai penasihat bagi

    siswa apabila diperlukan, membantu siswa melakukan evaluasi diri.

    Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

    keterampilan guru adalah keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki

    seorang guru ketika mengajar dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model

    inkuiri berbantukan media audiovisual yang indikatornya menyampaikan orientasi

    umum, menayangkan media audiovisual permasalahan, mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan, memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, membimbing siswa

    melakukan pengumpulan data, mengecek hasil uji hipotesis siswa, dan

    membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.

    Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang berkualitas, guru harus

    memiliki dan menerapkan delapan keterampilan mengajar dengan baik.

    Keterampilan guru yang dibutuhkan dalam penelitian yang menerapkan model

    inkuiri berbantukan media audiovisual ini mencakup delapan keterampilan

    mengajar guru. Delapan keterampilan mengajar guru tersebut akan tampak pada

    satu atau lebih dalam tahapan pembelajaran. Berikut uraiannya:

  • 22

    1) Keterampilan membuka pelajaran tampak ketika guru menyampaikan

    orientasi umum, menayangkan media audiovisual permasalahan, mem-

    bimbing siswa melakukan pengumpulan data. Keterampilan menutup

    pelajaran tampak ketika guru membimbing siswa membuat kesimpulan

    disertai tayangan audiovisual.

    2) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil tampak ketika guru

    memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, mengecek hasil uji hipotesis

    siswa,membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.

    3) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan tampak ketika guru

    memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, mengecek hasil uji hipotesis

    siswa.

    4) Keterampilan menggunakan variasi tampak ketika guru mengecek hasil uji

    hipotesis siswa.

    5) Keterampilan memberikan penguatan tampak ketika guru mengecek hasil uji

    hipotesis siswa.

    6) Keterampilan mengelola kelas tampak ketika guru membimbing siswa me-

    lakukan pengumpulan data.

    7) Keterampilan menjelaskan tampak ketika guru menayangkan media audio-

    visual permasalahan, membimbing siswa membuat kesimpulan disertai

    tayangan audiovisual.

    8) Keterampilan bertanya tampak ketika guru mengajukan pertanyaan-pertanya-

    an.

  • 23

    2.1.1.3.2. Aktivitas Siswa

    Menurut Hamalik (2008:170) siswa adalah individu dengan potensi yang

    tengah berkembang dan memiliki prinsip aktif, oleh karena itu pengajaran sebaik-

    nya menyediakan kesempatan belajar siswa sambil bekerja atau melakukan

    aktivitas sendiri. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di

    dalam interaksi belajar mengajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

    berbuat untuk mengubah tingkah laku (Sardiman 2011:95).

    Mehl-Mills-Douglass (dalam Hamalik 2008:172) berpendapat mengenai The

    Principle of Activity, sebagai berikut: One learns only by some activities in the

    neural system: seeing, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor

    activity. The learner must actively engage in the “learning”, whether it be of

    information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or

    the nature of a task. “Pada intinya prinsip aktivitas adalah bahwa pembelajaran

    terdiri dari beberapa aktivitas syaraf yaitu: melihat, mendengar, tersenyum,

    merasakan, berpikir, kegiatan fisik ataupun aktivitas motorik. Pebelajar secara

    aktif melakukan aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan untuk memperoleh

    keterampilan, pemahaman, kebiasaan, teori, sikap, ketertarikan, ataupun ke-

    mampuan dasar.

    Paul D. Diedrich (dalam Sardiman 2011:101) membagi kegiatan belajar ke

    dalam delapan kelompok, yaitu :

    1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, mem-

    perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

  • 24

    2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

    mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

    3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian percakapan, per-

    cakapan, diskusi, musik, pidato.

    4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

    menyalin.

    5) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

    6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percoba-

    an, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

    7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, me-

    mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

    8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

    gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

    Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas

    siswa adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa baik aktivitas mental, afektif

    maupun psikomotorik dan bertujuan untuk memperoleh pemahaman, sikap

    maupun mengembangkan keterampilannya dalam pembelajaran IPA melalui

    model inkuiri berbantukan media audiovisual yang indikatornya memperhatikan

    penyampaian orientasi umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual

    permasalahan, mendiskusikan hipotesis secara berkelompok, mengumpulkan

    informasi dari sumber data, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis

    dan informasi yang diperoleh, dan membuat kesimpulan berdasarkan tayangan

    balikan.

  • 25

    Siswa SD memiliki karakteristik aktif bergerak dan pada fase berkembang,

    sehingga pembelajaran yang diciptakan harus memfasilitasi siswa belajar sambil

    bekerja dan memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa agar dapat

    berkembang secara optimal dan terarah. Aktivitas siswa dalam penelitian ini

    difokuskan dan terbatas pada enam aktivitas. Berikut uraiannya:

    1) Visual activities, tampak ketika siswa mengumpulkan informasi dari sumber

    data.

    2) Oral activities tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian orientasi

    umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan, mendiskusi-

    kan hipotesis secara berkelompok, mengumpulkan informasi dari sumber

    data, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis dan informasi

    yang diperoleh, membuat kesimpulan berdasarkan tayangan balikan.

    3) Listening activities tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian

    orientasi umum guru, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis

    dan informasi yang diperoleh.

    4) Writing activities tampak ketika siswa menentukan jawaban kelompok

    berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh.

    5) Mental activities tampak ketika siswa memperhatikan tayangan audiovisual

    permasalahan, mengumpulkan informasi dari sumber data, membuat ke-

    simpulan berdasarkan tayangan balikan.

    6) Emotional activities, tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian

    orientasi umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan,

    mendiskusikan hipotesis secara berkelompok, menentukan jawaban kelompok

  • 26

    berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh, membuat kesimpulan

    berdasarkan tayangan balikan.

    2.1.1.3.3. Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

    sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono 2012:5). Rifa‟i dan Anni

    (2009:85) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang

    diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-

    aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

    peserta didik. Menurut Sudjana (2011:49) tipe hasil belajar dikategorikan menjadi

    tiga bidang yakni :

    1) Bidang Kognitif (Penguasaan Intelektual)

    Benyamin S.Bloom menyusun kategori bidang kognitif dalam 6 level yang

    biasa disebut dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom direvisi pada tahun

    2001, hasilnya proses kognitif disusun secara berjenjang meliputi; mengingat,

    mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta (Yamin 2012:40).

    Keenam jenjang ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Bagan2.1. Hirarkhi Taksonomi Bloom Revisi

    (http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm)

    http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm

  • 27

    Kata kerja operasional Taksonomi Bloom menurut Overbaugh dan Schult

    http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/bloomstaxonomy.htm meliputi :

    a) Mengingat: mendefinisikan, mengutip, mendaftar, mengingat, meng-

    hafal, meniru.

    b) Memahami: mengklasifikasikan, mendeskripsikan, mendiskusikan, men-

    jelaskan, mengidentifikasi, menempatkan, mengakui, melaporkan, me-

    nyeleksi, mentranslasi, menerangkan.

    c) Mengaplikasikan: memilih, mendemonstrasikan, mensimulasikan, meng-

    gunakan, mengilustrasikan, meramalkan, mengoperasikan, menyusun,

    mengkonsepkan, menyelesaikan, memakai, menulis.

    d) Menganalisis: menilai, membandingkan, membedakan, mengkritisi,

    menguji, menyelidiki.

    e) Mengevaluasi: menilai, menyalahkan, mempertahankan, memutuskan,

    menyeleksi, mendukung, mengevaluasi.

    f) Mencipta: menghubungkan, membangun, mengkreasikan, membuat

    rancangan, mengembangkan, merumuskan, mengarang.

    2) Bidang Afektif

    Berkenaan dengan sikap dan nilai.Ada beberapa tingkatan bidang afektif

    sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Berikut tingkatan tersebut dari yang

    sederhana sampai ke tingkatan yang kompleks: (1) receiving/ penerimaan

    rangsangan; (2) responding/ jawaban; (3) valuing/ penilaian; (4) organisasi;

    (5) karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

  • 28

    3) Bidang Psikomotorik

    Tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu.

    Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson

    (dalam Rifa‟i dan Anni, 2009: 89) adalah persepsi (perception), kesiapan

    (set), gerakan terbimbing (guided response), penyesuaian (adaptation), dan

    kreativitas (originality).

    Dari berbagai pengertian di atas peneliti dapat disimpulkan bahwa dari

    kegiatan belajar, siswa akan menghasilkan perubahan perilaku, baik perubahan

    secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya, tergantung apa yang dipelajari-

    nya dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media

    audiovisual. Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media

    audiovisual ini, hasil belajar bidang kognitif diukur dengan soal tes pada akhir

    pembelajaran. Sementara hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik termuat

    dalam lembar pengamatan aktivitas siswa yang akan diamati selama proses

    pembelajaran berlangsung. Berikut uraiannya:

    1) Ranah Kognitif

    Tabel 2.1

    Indikator Hasil Belajar Kognitif yang Akan Dicapai dalam Penelitian

    No Indikator Hasil belajar Tingkat

    Kognitif

    Siklus/

    pert

    1 Menjelaskan pengertian batuan C2 I /1

    2 Menganalisis jenis-jenis batuan berdasarkan proses

    terbentuknya

    C4

    3 Menyimpulkan darimana batuan berasal C5

    4 Mengklasifikasikan berbagai gambar batuan

    berdasarkan jenisnya

    C3

    5 Menentukan manfaat berbagai batuan C3

    6 Menyebutkan kembali contoh teknologi pemanfaatan

    batuan

    C1

  • 29

    No Indikator Hasil Belajar Tingkat

    Kognitif

    Siklus/

    pert

    1 Menetapkan sifat atau ciri berbagai batuan C4 I /2

    2 Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya berbagai

    batuan

    C2

    3 Menyimpulkan penyebab perbedaan sifat batuan

    karena mineral yang dikandungnya

    C5

    4 Memberikan contoh teknologi pemanfaatan batuan

    berdasarkan sifatnya

    C2

    5 Membuat bagan pengelompokan batuan berdasarkan

    jenisnya

    C4

    1 Membuktikan proses pembentukan tanah karena

    pelapukan fisika

    C5 II/1

    2 Membuktikan proses pembentukan tanah karena

    pelapukan kimiawi

    C5

    3 Membuktikan proses pembentukan tanah karena

    pelapukan biologi

    C5

    4 Menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi perbedaan

    kecepatan proses pelapukan secara fisika

    C2

    1 Membedakan bahan pembentuk tanah suatu tempat

    dengan tempat yang lainnya

    C2 II/2

    2 Mengurutkan bahan pembentuk tanah dari yang

    paling dasar

    C3

    3 Membuat bagan urutan bahan pembentuk tanah dari

    yang paling dasar

    C4

    4 Menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah C5

    5 Mengidentifikasi ciri setiap lapisan tanah C1

    1 Mengurutkan kecepatan daya resap air dari berbagai

    jenis tanah

    C3 III/1

    2 Menghubungkan kecepatan daya resap air dengan

    tingkat kesuburan tanah

    C6

    3 Menetapkan sifat jenis-jenis tanah C4

    4 Menjelaskan contoh pemanfaatan berbagai jenis tanah

    dalam kehidupan sehari-hari

    C2

    1 menganalisis proses terjadinya bumi C4 III/2

    2 menjelaskan mengapa bumi berbentuk bola bulat

    yang tersusun atas batuan

    C2

    3 melaporkan keadaan masing-masing lapisan bumi C2

    4 menggambar struktur model bumi C4

  • 30

    2) Ranah afektif

    Misalnya: memperhatikan tayangan audiovisual (receiving), aktif menjawab

    pertanyaan yang diajukan guru (responding), mahir bekerjasama dalam

    kelompok (internalisasi nilai).

    3) Ranah psikomotorik

    Misalnya: mahir mencari informasi dari buku (gerakan kompleks), terbiasa

    tampil di depan kelas dengan adanya presentasi kelompok (penyesuaian).

    2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/ Sains

    2.1.2.1.Pengertian IPA

    IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

    sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

    fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

    penemuan (BSNP 2006:143). Semiawan, Carin & Sund (dalam Bundu 2006:4)

    juga mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian IPA. Menurut Semiawan

    sains (sebelumnya lebih dikenal dengan IPA) dalam arti luas adalah pengajaran

    dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur

    dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode

    saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi

    pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir manusia. Hal ini

    sejalan dengan pendapat Carin dan Sund yang mengungkapkan bahwa Sains

    merupakan pula suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada

    data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya

    memuat produk, proses dan sikap manusia.

  • 31

    Berdasarkan pendapat beberapa ahli sains mengenai pengertian IPA, maka

    peneliti dapat simpulkan bahwa yang dimaksud IPA adalah sebuah ilmu

    pengetahuan yang benar dan merupakan penerjemahan dari peristiwa-peristiwa

    alam dengan metode saintifik, teratur dan sistematik sehingga di dalamnya

    memuat produk, proses dan hasil. Pada dasarnya setiap individu berhak

    mempelajari dan menemukan hal-hal baru mengenai alam, namun pengetahuan

    hasil pemikiran kita tidak begitu saja dapat menjadi sebuah ilmu, melainkan

    membutuhkan berbagai kriteria dan validasi dari orang lain agar dapat diterima

    oleh masyarakat luas.

    2.1.2.2.Hakekat IPA

    Hakekat IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya/ perilaku/

    karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui

    serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang

    terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat

    dimanfaatkan bagi kehidupan manusia (Mariana dan Praginda 2009:6).

    Menurut Bundu ( 2006:11) IPA secara garis besar memiliki tiga komponen,

    yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Cain & Evans (https://hafis

    muaddab.wordpress.com//) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu:

    konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.

    Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

    hakekatnya IPA mencakup empat komponen, yaitu produk, sikap, proses, serta

    teknologi. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat komponen IPA tersebut

    menurut Bundu (2006:12) :

  • 32

    2.1.2.2.1. IPA sebagai Proses

    Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan

    cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjut-

    nya, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan

    melakukan eksperimen. Berikut ini adalah proses IPA yang akan dilakukan dalam

    penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual,

    diantaranya adalah: mengamati permukaan batuan yang ditumbuhi lumut,

    mengklasifikasikan gambar batuan berdasarkan jenisnya, merumuskan hipotesis

    tentang darimanakah batuan berasal melalui pengamatan gambar siklus batuan,

    menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah, melakukan percobaan perlakuan

    suhu pada batuan untuk membuktikan pelapukan batuan secara fisika, dan lain-

    lain.

    2.1.2.2.2. IPA sebagai Produk Ilmiah

    IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan

    hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk

    fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori Sains.

    1) Fakta Sains

    Fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada,

    atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dibuktikan secara

    obyektif. Contoh materi berupa fakta dalam penelitian ini yaitu batu yang

    ditumbuhi lumut menjadi lapuk, batuan memiliki sifat yang berbeda-beda.

  • 33

    2) Konsep Sains

    Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta Sains yang saling

    berhubungan. Contoh materi berupa konsep dalam penelitian ini misalnya

    pengertian pelapukan biologi, fisika, dan kimia.

    3) Prinsip Sains

    Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling

    keterhubungan sejumlah fakta.

    4) Hukum Sains

    Hukum Sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya

    meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga

    dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

    5) Teori Sains

    Teori Sains merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta,

    konsep, prinsip, dan hukum atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk

    menjelaskan gejala alam (Iskandar 2001:4).

    2.1.2.2.3. IPA sebagai Sikap Ilmiah

    Sikap Sains adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan

    mengembangkan pengetahuan baru. Menurut Wyne Harlen (dalam Darmodjo dan

    Kaligis 1991:7) dalam bukunya Teaching and Learning Primary Science setidak-

    tidaknya ada 9 aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD ,

    yaitu : (1) sikap ingin tahu (curiousity); (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang

    baru (originality); (3) sikap kerjasama (co-operation); (4) sikap tidak putus asa

    (perseverance); (5) sikap tidak berprasangka (open-mindedness); (6) sikap mawas

  • 34

    diri (self criticism); (7) sikap bertanggung jawab (responsibility); (8) sikap berfikir

    bebas (independence in thinking); (9) sikap kedisiplinan diri (self discipline).

    Berikut adalah beberapa contoh sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada

    siswa dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media

    audiovisual, yaitu sikap bertanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok,

    sikap ingin tahu tampak ketika siswa mengamati bahan pembentuk tanah, sikap

    kerja keras tampak ketika siswa mengamati dan mendiskusikan gambar siklus

    batuan untuk dapat menyimpulkan darimana batuan berasal, dan lain-lain.

    2.1.2.2.4. IPA sebagai Teknologi

    Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan keterkaitan antara hakikat

    Sains dan teknologi menurut Mariana dan Praginda (2009:8) :

    Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA

    Berdasarkan diagram di atas, Sains dan teknologi saling melengkapi sangat

    erat satu dengan yang lainnya. Penemuan dalam sains memungkinkan

    pengembangan teknologi, dan hasil teknologi menyediakan instrumen yang baru

    sehingga mendukung proses observasi dan percobaan dalam sains. Berikut ini

  • 35

    adalah contoh teknologi yang akan disampaikan dalam penelitian yang

    menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual: (1) batu apung sebagai

    pondasi bangunan bersifat ringan dan tahan suhu panas, (2) batu granit untuk batu

    hias/ dekorasi; (3) budidaya dan komoditi ekspor salah satu bahan pembentuk

    tanah yaitu cacing untuk menyuburkan pertanian.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA mengandung keempat

    komponen tersebut. Maka dalam pendidikan IPA di sekolah-sekolah seyogyanya

    siswa dapat mengalami keempat komponen tersebut, sehingga pemahaman siswa

    terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan

    hidupnya. Apabila tidak, maka mengajarnya dikatakan belum lengkap.

    2.1.2.3.Pembelajaran IPA di SD

    Pada bagian latar belakang Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/ MI alinea 3

    diungkapkan bahwa pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri

    ilmiah (scientific inquiry) yaitu menekankan pada pemberian pengalaman belajar

    secara langsung untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap

    ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup

    (BSNP 2006:143). Selain itu pembelajaran IPA yang benar haruslah mencakup

    keempat komponen hakikat IPA, yaitu proses, produk, teknologi dan sikap ilmiah.

    Dengan pembelajaran yang mencakup keempat komponen tersebut, maka

    pembelajaran menjadi lengkap dan optimal.

    Dalam kurikulum IPA sekolah dasar, pembelajaran IPA memuat tiga

    komponen (Bundu 2006:49): (1) harus merangsang pertumbuhan intelektual dan

    perkembangan siswa; (2) harus melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan

  • 36

    praktikum/ percobaan tentang hakikat IPA; (3) IPA pada sekolah dasar seharus-

    nya: mendorong dan merangsang terbentuknya sikap ilmiah, mengembangkan

    penggunaan keterampilan proses IPA, mengetahui pola dasar penguasaan IPA,

    merangsang tumbuhnya sikap berpikir kritis dan rasional.

    Selain itu pembelajaran IPA di SD harus menggunakan keterampilan proses

    IPA. Menurut Semiawan (dalam Aisyah 2007:6.3) pendekatan keterampilan

    proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang

    berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan

    hasil belajar. Ia juga mengemukakan alasan yang melandasi perlunya penerapan

    keterampilan proses, yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini

    maka tidaklah mungkin seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada

    siswanya dan jika dipaksakan akibatnya siswa mungkin memiliki banyak penge-

    tahuan namun tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan melalui berbagai

    keterampilan (dalam Nasution 2007:1.8).

    Menurut Funk (dalam Moedjiono dan Dimyati 1991:16) ada berbagai

    keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-

    keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrate skills).

    Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah:

  • 37

    Tabel 2.2

    Keterampilan-keterampilan Proses

    Keterampilan dasar (basic

    skills)

    Keterampilan terintegrasi

    (integrate skills)

    1) Mengobservasi 1) Memformulasi hipotesis menamai variabel

    2) Mengklasifkasi 2) Membuat definisi operasional

    3) Memprediksi 3) Melakukan eksperimen menginterpre tasikan data

    4) Mengukur 4) Melakukan penyelidikan

    5) Mengkomunikasikan

    6) Menginferensi

    7) Mengenal hubungan ruang dan waktu

    8) Mengenal hubungan-hubungan angka

    Sumber : Nasution 2007: 1.3-2.3

    Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media

    audiovisual ini, keterampilan proses yang akan digunakan adalah keterampilan

    tingkat dasar dan keterampilan terintegrasi, diantaranya yaitu :

    1) Keterampilan observasi tampak ketika siswa mengamati bahan-bahan pem-

    bentuk tanah.

    2) Keterampilan klasifikasi tampak ketika siswa mengklasifikasi gambar ber-

    bagai batuan berdasarkan jenisnya.

    3) Keterampilan mengukur tampak ketika siswa membandingkan volume air

    hasil resapan dari berbagai jenis tanah.

    4) Keterampilan komunikasi tampak ketika siswa mengkomunikasikan urutan

    bahan-bahan pembentuk tanah dalam bentuk bagan.

    5) Keterampilan menginferensi tampak ketika siswa menyimpulkan proses

    terjadinya bumi.

  • 38

    6) Keterampilan memformulasi hipotesis, tampak ketika siswa mendiskusikan

    dugaan jawaban tentang darimanakah batuan berasal.

    7) Keterampilan melakukan eksperimen tampak ketika siswa melakukan

    percobaan pelapukan batuan secara fisika dengan perlakuan suhu pada

    batuan.

    Pembelajaran sains juga harus diterapi model pembelajaran yang inovatif,

    salah satunya adalah model inkuiri. Pembelajaran sains merujuk pada proses-

    proses pencarian sains yang dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang

    dikenal dengan scientific method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan-

    kegiatan seperti: (1) perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berpikir dalam

    pengajuan hipotesis; (3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; dan (5)

    penarikan kesimpulan (Mariana dan Praginda 2009: 6). Sementara ittu sintaks dari

    model inkuiri menurut Hamruni (2012: 95), yaitu : (1) orientasi; (2) merumuskan

    masalah; (3) mengajukan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji

    hipotesis; (6) merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA,

    yaitu adanya metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran

    IPA cocok diterapi model inkuiri.

    Model inkuiri adalah model yang dapat mengaktifkan siswa untuk

    membangun pengetahuannya sendiri dengan menghadapkan siswa pada

    permasalahan-permasalahan. Model ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika

    tersedia media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu media yang

    dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir

  • 39

    kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media audio-

    visual.

    Tujuan pembelajaran IPA yang dikehendaki dalam KTSP IPA SD akan dapat

    dicapai dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum IPA sekolah

    dasar, pembelajaran yang disarankan dalam KTSP, menerapkan keterampilan

    proses, mencakup semua komponen hakikat IPA, serta diterapi model pembelajar-

    an inovatif yaitu model inkuiri berbantukan media audiovisual. Dengan pem-

    belajaran IPA yang demikian, maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas

    pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

    2.1.3. Penerapan Model Inkuiri

    2.1.3.1.Pengertian Model Inkuiri

    Pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman untuk

    membelajarkan siswanya pada proses penyelidikan dan menjelaskan fenomena

    yang tidak biasa (Joyce and Weil 1996:193). Inquiry merupakan perluasan dari

    discovery, artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatan-

    nya. Misalnya, merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan

    eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan

    sebagainya (Hamdani 2011:185).

    Menurut Joyce dan Weil (1996:187), the essence of the model is to involve

    students in a genuine problem of inquiry by confronting them with an area of

    investigation, helping them identify a conceptual or methodological problem

    within that area of investigation, and inviting them to design ways of overcoming

    that problem. ”Inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa ke

  • 40

    dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan,

    membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah

    yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan

    keluar dari masalah tersebut.

    Pengajaran berdasarkan inkuiri (inquiry-based teaching) adalah suatu strategi

    yang berpusat pada siswa (student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok

    siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-

    pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara

    jelas (Hamalik 2009:63). Selanjutnya inkuiri menurut Andersen dan Koutnik

    (1972:4) inquiry, as defined in this document, is a set of activities directed

    towards solving an open number of related problems in which the student has as

    his principal focus a productive enterprise leading to increased understanding

    and application. Maksudnya, inkuiri adalah sekumpulan aktivitas yang mengarah-

    kan pada pemecahan masalah secara terbuka, berpusat pada siswa dengan

    kegiatan yang produktif untuk mengembangkan pemahaman dan aplikasi.

    2.1.3.2. Kelebihan Model Inkuiri

    Model inkuiri memiliki beberapa keunggulan menurut Roestiyah (2008:76) yaitu :

    (1) dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,

    sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik; (2)

    mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap

    obyektif, jujur dan terbuka; (3) mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan

    merumuskan hipotesanya sendiri; (4) memberi kepuasan yang bersifat intrinsik;

    (5) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang; (6) dapat mengembangkan

  • 41

    bakat atau kecakapan individu; (7) dapat memberikan waktu pada siswa

    secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

    2.1.3.3. Manfaat dan Tujuan Model Inkuiri

    Manfaat model inkuiri menurut Schrenker (Joyce dan Weil 1996:42)

    reported that inquiry training resulted in increased understanding of science,

    greater productivity in critical thinking, and skills for obtaining and analyzing

    information. ”Artinya, bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

    pemahaman terhadap sains, produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil

    dalam memperoleh dan menganalisis informasi”.

    Menurut Joyce dan Weil (1996:194) the general goal of inquiry training is to

    help sutudents develop the intellectual discipline and skills necessary to raise

    questions and search out answers stemming from their curiosity. ”Artinya,

    pembelajaran inkuiri bertujuan membantu siswa mengembangkan kedisiplinan

    intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

    dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

    2.1.3.4. Sintaks Model Inkuiri

    Sintaks model inkuiri menurut Hamruni (2012:95), yaitu :

    1) Orientasi

    2) Merumuskan masalah

    3) Mengajukan hipotesis

    4) Mengumpulkan data

    5) Menguji hipotesis

    6) Merumuskan kesimpulan

  • 42

    2.1.3.5.Pembelajara