PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI …lib.unnes.ac.id/17578/1/1401409095.pdf · iii...
Transcript of PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI …lib.unnes.ac.id/17578/1/1401409095.pdf · iii...
-
i
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
MELALUI PENERAPAN MODEL INKUIRI
BERBANTUKAN MEDIA AUDIOVISUAL
PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Ratna Wulandari
1401409095
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
-
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ratna Wulandari
NIM : 1401409095
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi :Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui
Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual
Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota
Semarang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat
atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang, Juni 2013
Ratna Wulandari
1401409095
-
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Ratna Wulandari, NIM 1401409095, dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri
Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02
Kota Semarang”, telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke
Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :
hari : Selasa
tanggal : 18 Juni 2013
Semarang, 18 Juni 2013
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Sri Hartati, M.Pd Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd
NIP. NIP. 195805171983032002
Mengetahui,
Ketua Jurusan PGSD
-
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Ratna Wulandari, NIM 1401409095, dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri
Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02
Kota Semarang”, telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang pada :
hari : Selasa
tanggal : 25 Juni 2013
Panitia Ujian Skripsi :
Ketua Sekretaris
Dra. Hartati, M.Pd.
NIP. 19551005 198012 2 001
Penguji Utama
Drs. Purnomo, M.Pd
NIP. 196703141992031005
Penguji I Penguji II
Dra. Sri Hartati, M.P d
N . 19541231198301200
Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd
NIP. 195805171983032002
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.
(Aristoteles)
“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”
( Lessing )
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta (Bapak
Sukatno dan Ibu Retno Harpinasih) yang telah tulus mencurahkan kasih sayang,
dukungan dan doanya.
-
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang memberikan kekuatan, petunjuk dan kemudahan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas
Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media
Audiovisual Pada Siswa Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang”
dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan studi
Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan dapat diatasi
dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor UNNES yang telah memberikan
kesempatan studi.
2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES yang telah
memberikan pengarahan.
4. Dra. Sri Hartati, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan penulisan ini dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir.
5. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan penulisan ini dengan penuh kesabaran dari awal sampai
akhir.
6. Segenap Dosen Jurusan PGSD FIP UNNES atas ilmu yang sudah diberikan.
7. Retno Ambarwati, S.Pd., kepala SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang
yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk mengadakan penelitian.
8. Bapak dan Ibu guru, serta siswa SD Mangkang Kulon 02 Kota Semarang atas
bantuan yang diberikan.
-
vii
9. Kedua orang tua, kakak-adik, dan sahabat di B‟kost yang telah memberikan
motivasi dan doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Teman-teman mahasiswa PGSD atas segala bantuannya.
Skripsi ini disusun melalui berbagai tahapan ilmiah dan telah melalui kajian
teoritis dan empiris. Tentunya apa yang ditemukan dalam pembuatan skripsi ini
dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan dapat juga
dijadikan referensi untuk pengembangan profesi khususnya keguruan.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para guru,
mahasiswa PGSD, dan para pembaca pada umumnya.Amin.
Semarang, Juni 2013
Ratna Wulandari
-
viii
ABSTRAK
Wulandari, Ratna. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui
Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa
Kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Sarjana PGSD
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Sri Hartati, M.Pd dan
pembimbing II : Dr. Sri Sulistyorini,M.Pd.
Hasil observasi peneliti pada tanggal 5 September 2012 terkait
pembelajaran IPA kelas V SDN Mangkang Kulon 02 ditemukan data
bahwa guru mengajar menggunakan model non inovatif. Rata-rata
prestasi belajar siswa masih rendah yaitu berkisar 52,6 dengan
ketuntasan belajar klasikal 11,76%. Bertitik tolak dari kendala dan
rendahnya kualitas pembelajaran tersebut, maka peneliti menawarkan
solusi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA kelas V SDN
Mangkang Kulon 02 melalui model inkuiri berbantukan media
audiovisual. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN
Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa
serta meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN Mangkang Kulon
02 melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dalam 3 siklus, dengan
masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan
keterampilan guru dalam pembelajaran siklus I diperoleh persentase
64,28% dengan kategori tinggi, siklus II 74,99% dengan kategori
tinggi, dan siklus III 87,49% dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas
siswa pada siklus I diperoleh persentase 64,79% dengan kategori
tinggi, siklus II 74,16% dengan kategori tinggi, dan siklus III 82,50%
dengan kategori sangat tinggi. Hasil belajar siswa pada siklus I
mendapat rata-rata klasikal 62,57 dengan ketuntasan belajar 55,88%,
siklus II mendapat rata-rata klasikal 68,94 dengan ketuntasan belajar
67,64%, dan siklus III mendapat rata-rata klasikal 76,38 dengan
ketuntasan belajar 85,29%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
Kata Kunci : Kualitas Pembelajaran IPA, Model Inkuiri, Media Audiovisual
-
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………….. i
PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………….. ii
PERSENTUJUAN PEMBIMBING …………………………………………. iii
PENGESAHAN KELULUSAN …………………………………………….. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………….... v
PRAKATA …………………………………………………………………… vi
ABSTRAK …………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xi
DAFTAR BAGAN …………………………………………………………... xiii
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ……………………………. 9
1.2.1. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 9
1.2.2. Pemecahan Masalah ………………………………………………….. 9
1.3.Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 11
1.3.1. Tujuan Umum ………………………………………………………… 11
1.3.2. Tujuan Khusus ………………………………………………………... 12
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 12
1.4.1. Manfaat Teoritis ………………………………………………………. 12
1.4.2. Manfaat Praktis ……………………………………………………….. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori ……………………………………………………………… 14
2.1.1. Hakikat Kualitas Pembelajaran ……………………………………….. 14
2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/ Sains …………………. 30
2.1.3. Penerapan Model Inkuiri ……………………………………………… 39
2.1.4. Media Audiovisual ……………………………………………………. 47
2.1.5. Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Pem-
-
x
belajaran IPA ………………………………………………………… 52
2.1.6. Hubungan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual dengan
Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa, dan Hasil Belajar …………….. 62
2.2. Kajian Empiris …………………………………………………………... 63
2.3. Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 66
2.4. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………... 69
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian ..…………………………………………………. 70
3.2.Perencanaan Tahap Penelitian …………………………………………… 75
3.3. Subyek Penelitian ………………………………………………………. 98
3.4. Variabel Penelitian …………………………………………………….. 99
3.5. Data dan Cara Pengumpulan Data ………………………………………. 100
3.6. Teknik Analisis Data ……………………………………………………. 104
3.7. Indikator Keberhasilan ………………………………………………….. 110
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 112
4.1.1. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I ………………... 112
4.1.2. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……………….. 162
4.1.3. Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus III ……………… 207
4.1.4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Tindakan Siklus I, II, dan III …… 247
4.2. Pembahasan …………………………………………………………….. 252
4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian ………………………………………. 252
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………………………. 282
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan ………………………………………………………………... 285
5.2. Saran ……………………………………………………………………. 286
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 288
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tahapan Model Inkuiri yang Dikombinasikan dengan Tahapan
Media Audiovisual …………………………………………….. 10
Tabel 1.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran yang Menerap-
kan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual………….. 11
Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar Kognitif yang Akan Dicapai dalam
Penelitian …………………………………………………….... 28
Tabel 2.2 Keterampilan-keterampilan Proses …………………………… 37
Tabel 3.1 Pelaksanaan Tindakan ……………………………………….... 72
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Individual ……………………………… .. 106
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa …………………. 107
Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ……………………. 109
Tabel 3.5 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ………………………... 110
Tabel 4.1 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I/1 ……. 115
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus I/1……………………………………………………..... 122
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I/1 ………………………………… 128
Tabel 4.4 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I/2 …… 137
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus I/2 ……………………………………………………… 144
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I/2………………………………..... 150
Tabel 4.7 Skor Keterampilan Guru Siklus I …………………………….. .158
Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I …………………………... 159
Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa Siklus I …………………………………... 160
Tabel 4.10 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada
Siklus I ………………………………………………………... 161
Tabel 4.11 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II/1 …… 164
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus II/1 …………………………………………………….. 171
-
xii
Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa Siklus II/1……………………………….. 176
Tabel 4.14 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II/2…… 183
Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus II/2 …………………………………………………….. 190
Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa Siklus II/2 ………………………………. 196
Tabel 4.17 Skor Keterampilan Guru Siklus II ……………………………. 203
Tabel 4.18 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II………………………….. 204
Tabel 4.19 Hasil Belajar Siswa Siklus II …………………………………. 205
Tabel 4.20 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada
Siklus II ……………………………………………………….. 206
Tabel 4.21 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III/1…... 209
Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus III/1 …………………………………………………….. 216
Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Siklus III/1……………………………….. 221
Tabel 4.24 Hasil Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III/2….. 227
Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus III/2 ……………………………………………………. 234
Tabel 4.26 Hasil Belajar Siswa Siklus III/2 ……………………………… 239
Tabel 4.27 Skor Keterampilan Guru Siklus III …………………………… 243
Tabel 4.28 Persentase Aktivitas Siswa Siklus III …………………………. 244
Tabel 4.29 Hasil Belajar Siswa Siklus III ………………………………… 245
Tabel 4.30 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada
Siklus III ………………………………………………………. 246
Tabel 4.31 Skor Keterampilan Guru Siklus I, II, III ……………………… 247
Tabel 4.32 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, II, III …………………… 248
Tabel 4.33 Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III …………………………… 249
Tabel 4.34 Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Pada
Siklus I, II, dan III …………………………………………….. 251
-
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Hirarkhi Taksonomi Bloom Revisi …………………………… 26
Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA ……………… 34
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………..... 68
Bagan 3.1 Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK …………………………. 70
-
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Skor Keterampilan Guru Siklus I/1 ……………………………117
Diagram 4.2 Skor Aktivitas Siswa Siklus I/1 ………………………………..123
Diagram 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I/1 ………………………………….131
Diagram 4.4 Skor Keterampilan Guru Siklus I/2…………………………… 139
Diagram 4.5 Skor Aktivitas Siswa Siklus I/2 ……………………………… 145
Diagram 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I/2…………………………………. 152
Diagram 4.7 Skor Keterampilan Guru siklus I ……………………………… 158
Diagram 4.8 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I…………………………… 160
Diagram 4.9 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ………………... 161
Diagram 4.10 Skor Keterampilan Guru Siklus II/1………………………….. 166
Diagram 4.11 Skor Aktivitas Siswa Siklus II/1……………………………... 172
Diagram 4.12 Hasil Belajar Siswa Siklus II/1 ………………………………. 179
Diagram 4.13 Skor Keterampilan Guru Siklus II/2 …………………………. 186
Diagram 4.14 Skor Aktivitas Siswa Siklus II/2…………………………….... 191
Diagram 4.15 Hasil Belajar Siswa Siklus II/2 ……………………………….. 199
Diagram 4.16 Skor Keterampilan Guru siklus II …………………………….. 204
Diagram 4.17 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ………………………...... 205
Diagram 4.18 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II……………....... 206
Diagram 4.19 Skor Keterampilan Guru Siklus III/1 ………………………… 211
Diagram 4.20 Skor Aktivitas Siswa Siklus III/1……………………………... 217
Diagram 4.21 Hasil Belajar Siswa Siklus III/1……………………………….. 224
Diagram 4.22 Skor Keterampilan Guru Siklus III/2…………………………. 230
Diagram 4.23 Skor Aktivitas Siswa Siklus III/2 …………………………….. 224
Diagram 4.24 Hasil Belajar Siswa Siklus III/2………………………………... 242
Diagram 4.25 Skor Keterampilan Guru siklus III …………………………….. 244
Diagram 4.26 Persentase Aktivitas Siswa Siklus III …………………………. 245
Diagram 4.27 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ………………. 246
Diagram 4.28 Persentase Keterampilan Guru Siklus I, II, III ………………… 248
-
xv
Diagram 4.29 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, II, III …………………….. 249
Diagram 4.30 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I, II, III …………... 250
Diagram 4.31 Nilai Rata-rata Siklus I, II, III …………………………………. 250
Diagram 4.32 Rekapitulasi Data Siklus I, II, III ……………………………… 251
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……………………………… 292
Lampiran 2. Pedoman Indikator Keterampilan Guru dan Instrumen
Penelitian Keterampilan Guru ……………………………… 296
Lampiran 3. Pedoman Indikator Aktivitas Siswa dan Instrumen Penelitian
Aktivitas Siswa ……………………………………………... 302
Lampiran 4. Instrumen Catatan Lapangan ……………………………….. 309
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 312
Lampiran 6. Data Awal Sebelum Penelitian ……………………………… 443
Lampiran 7. Data Keterampilan Guru Siklus I, II dan III ………………... 446
Lampiran 8. Data Aktivitas Siswa Siklus I, II dan III ……………………. 449
Lampiran 9. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III ……………….. 462
Lampiran 10. Catatan Lapangan Siklus I, II dan III ……………………….. 469
Lampiran 11. Data Validasi Media Siklus I, II dan III ……………………. 482
Lampiran 12. Foto Penelitian ………………………………………………. 490
Lampiran 13. LKPD Siklus I, II dan III …………………………………… 509
Lampiran 14. LTPD Siklus I, II dan III ……………………………………. 517
Lampiran 15. Surat Penelitian ……………………………………………… 524
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan dasar hukum
penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Pada pasal 37 (2006:
94) menetapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu
muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam me-
nerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP 2006:143).
Mata pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki berbagai
kemampuan. Di antaranya yaitu memperoleh keyakinan terhadap keteraturan
ciptaan-Nya, mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif tentang adanya
hubungan saling mempengaruhi antara Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat), serta mengembangkan pemahaman konsep IPA dan keterampil-
an proses IPA yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari (BSNP 2006:143).
Tujuan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tersebut sudah baik dan sudah mengandung ide-ide yang dapat mengantisipasi
perkembangan IPTEK secara global. Namun, dalam kenyataannya di sekolah-
sekolah masih perlu peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan
guru dan siswa belum melaksanakan pembelajaran seperti apa yang disarankan
-
2
dalam KTSP IPA, yaitu pembelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dan
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP
2006:143). Selain itu, juga belum terlaksana pembelajaran yang konstruktivistik,
yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented) dan guru
berperan sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10).
Begitu diutamakannya proses dalam pemerolehan konsep-konsep IPA maka
guru dituntut untuk mampu menyesuaikan dan memilih model serta menciptakan
lingkungan belajar yang dapat mengakomodasi kemampuan siswa secara optimal.
Hal tersebut sejalan dengan kurikulum IPA SD yang mengungkapkan bahwa
pembelajaran IPA pada dasarnya memuat tiga komponen (Bundu 2006:49).
Pertama, mendorong pertumbuhan intelektual dan perkembangan siswa. Kedua,
melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan praktikum. Ketiga, mendorong ter-
bentuknya sikap ilmiah, berpikir kritis dan rasional serta mengembangkan peng-
gunaan keterampilan proses IPA.
Berikut ini adalah temuan yang mendukung belum terlaksananya pembelajaran
IPA seperti yang disarankan dalam KTSP sehingga perlu adanya peningkatan
kualitas pembelajaran: (1) berdasarkan temuan Depdiknas (2007: 16) proses pem-
belajaran IPA di SD kurang menerapkan kerja ilmiah, proses pembelajaran ber-
orientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan kemampuan
belajar siswa terhambat, metode pembelajaran yang selalu berorientasi kepada
guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta
perkembangan siswa sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan dan
-
3
mencerdaskan kurang optimal; (2) hasil penelitian Endang Widi Winarni yang
berjudul “ Persepsi Guru SD Tentang Berbagai Pendekatan, Metode, dan Penilai-
an Serta Implementasinya dalam Pembelajaran IPA” dengan sampel penelitian 35
guru kelas 5 atau sebanyak 44,87% dari 78 SD di kota Bengkulu http://isjd.pdii.
lipi.go.id/admin/jurnal /151061119.pdf.
Kualitas pembelajaran yang rendah tersebut juga ditemukan di kelas V SDN
Mangkang Kulon 02 Kota Semarang. Menurut hasil pengamatan dan wawancara
yang dilakukan peneliti, rendahnya kualitas pembelajaran tersebut disebabkan
oleh beberapa hal, baik faktor guru maupun faktor sarana dan prasarana yang
berdampak pada siswa, yaitu: (1) guru kurang memberikan pertanyaan/ per-
masalahan yang menantang, sehingga siswa tidak terdorong berpikir kritis; (2)
kurang memfasilitasi terjadinya interaksi siswa dalam kelompok, sehingga siswa
belajar secara sendiri-sendiri dan bersifat individualis; (3) siswa kurang dilatih
untuk menganalisis data dari berbagai sumber belajar, sehingga siswa kurang
terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi secara mandiri; (4) guru
kurang mengembangkan keterampilan menyimpulkan, baik dari pengamatan,
eksplorasi ataupun hasil percobaan sehingga pemahaman siswa terhadap materi
kurang optimal; (5) kurang mengembangkan keterampilan bertanya siswa, se-
hingga rasa ingin tahu siswa tidak terpenuhi; (6) guru kurang memanfaatkan
media dalam pembelajaran, sehingga siswa cenderung bosan. Rendahnya kualitas
pembelajaran tersebut didukung oleh nilai/ data kuantitatif yaitu sebanyak 88,23%
dari 34 siswa atau sebanyak 30 siswa memiliki nilai di bawah KKM (64).
-
4
Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti secara kolaboratif meng-
ambil tindakan dengan menerapkan pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar. Dengan berpijak pada teori konstruktivisme,
pembelajaran inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, motivator,
mediator dan evaluator serta informator. Siswa belajar melakukan sendiri/
konstruktivis, yang ide pokoknya belajar mandiri, menemukan bersama
kelompoknya, mengembangkan kreativitas belajar melalui interaksi dengan
lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran interaksinya multi
arah. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi karakteristik pembelajaran
inovatif di atas yaitu model pembelajaran inkuiri.
Menurut Joyce dan Weil (1996 : 187), the essence of the model is to involve
students in a genuine problem of inquiry by confronting them with an area of
investigation, helping them identify a conceptual or methodological problem
within that area of investigation, and inviting them to design ways of overcoming
that problem. ”Inti dari model inkuiri adalah melibatkan siswa ke dalam masalah
asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu siswa
mengidentifikasi sebuah konsep atau metode pemecahan masalah dalam
penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah
tersebut”.
Model inkuiri didukung oleh teori belajar konstruktivisme yang di-
kembangkan oleh Seymour Papert, teori ini mengungkapkan bahwa manusia
membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri (Rifa‟i dan
-
5
Anni 2009:225). Hal ini sejalan dengan model inkuiri yang menekankan agar
peserta didik dipandang sebagai subyek belajar artinya proses pembelajaran
berlangsung alamiah, peserta didik „bekerja‟ dan mengalami, bukan berupa
transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik sehingga hasil pembelajaran lebih
bermakna (Yamin 2012: 24).
Pembelajaran sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang
dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang dikenal dengan scientific
method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti: (1)
perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis; (3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; dan (5) penarikan
kesimpulan (Mariana dan Praginda 2009: 6). Sementara sintaks dari model inkuiri
menurut Hamruni (2012:95), yaitu: (1) orientasi; (2) merumuskan masalah; (3)
mengajukan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; (6)
merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA, yaitu adanya
metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran IPA cocok
diterapi model inkuiri.
Pada prinsipnya, kelebihan model inkuiri adalah membentuk dan
mengembangkan “self-concept” pada siswa dengan lebih baik, karena model
inkuiri mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri
(Roestiyah 2008:76). Sementara itu, manfaat model inkuiri menurut Schrenker
(Joyce dan Weil 1996:42) yaitu meningkatkan pemahaman terhadap sains,
produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil dalam memperoleh dan
-
6
menganalisis informasi. Agar model ini dapat dilaksanakan dengan baik maka
memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut: (1) kondisi yang fleksibel, bebas
untuk berinteraksi; (2) kondisi lingkungan yang responsif, (3) kondisi yang mudah
untuk memusatkan perhatian; (4) kondisi yang bebas dari tekanan (Roestiyah
2008: 79).
Model inkuiri adalah model yang dapat mengaktifkan siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri dengan menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan. Model ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika
tersedia media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu media yang
dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir
kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media
audiovisual. Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:34) media audiovisual adalah
media yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan
mesin-mesin mekanis atau elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual. Menurut Sanaky (2011:105) alat-alat yang termasuk dalam kategori media
audiovisual adalah televisi, video-VCD, soundslide, dan film.
Penggunaan media audiovisual ini didukung oleh teori pembelajaran visual
yang menyebutkan bahwa pesan yang ditampilkan melalui gambar dapat men-
dorong aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dalam desain pembelajaran melalui
televisi atau video yang menonjolkan gambar sebagai alat yang dimuati pesan
pendidikan (Uno 2008:55).
Audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin
lengkap dan optimal (Hamdani 2011:249). Ciri utama teknologi media audio-
-
7
visual menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:34) yaitu merepresentasikan fisik dari
gagasan riil atau gagasan abstrak secara dinamis. Sehingga dapat mempermudah
siswa menerima pelajaran dan menghindarkan salah pengertian, serta meningkat-
kan minat (Suleiman 1988:17).
Dengan model inkuiri berbantukan media audiovisual pemahaman siswa
terhadap materi lebih mendalam karena siswa membangun pengetahuannya secara
mandiri, terbiasa berpikir kritis dan mengembangkan berbagai keterampilan.
Selain itu, dengan media audiovisual mampu memperjelas konsep/ permasalahan
sehingga memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan menarik perhatian siswa.
Berdasarkan kelebihan model inkuiri dan media audiovisual di atas, peneliti
bersama kolaborator menentukan solusi permasalahan pembelajaran IPA di kelas
V SDN Mangkang Kulon 02 dengan menerapkan model inkuiri berbantukan
media audiovisual yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan tahapan model inkuiri menurut Hamruni (2012:95) dan tahapan
media audiovisual menurut Suleiman (1988:21), maka diperoleh sintak model
inkuiri berbantukan media audiovisual yaitu: (1) penyampaian orientasi umum;
(2) penayangan media audiovisual untuk menampilkan permasalahan; (3)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan; (4) membuat hipotesis; (5) mengumpulkan
informasi dari sumber data; (6) menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil
pengumpulan data; (7) penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk
membuat kesimpulan.
Berikut ini adalah hasil penelitian penerapan model inkuiri dan penggunaan
media audiovisual. Penelitian pertama dilakukan Indriyani dan Supriyono yang
-
8
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Ke-
terampilan Proses Siswa pada Mata Pelajaran IPA di SD Negeri Rejeni
Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo” http://wacana.jurnal.unesa.ac.id.
Selanjutnya penelitian oleh Sari (Jurusan PGSD, FIP, UNNES 2010:86) yang
berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri
Pada Siswa Kelas IV SDN I Maribaya Karanganyar Purbalingga”.
Penelitian ketiga oleh Winarso yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar
Sifat Cahaya dengan Metode Inkuiri” http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ pgsd
solo/article /view/428/214. Kemudian untuk penelitian yang menggunakan media
audiovisual, diambil dari hasil penelitian Utami yang berjudul “Penggunaan
Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendeskripsikan Daur
Hidup Hewan” http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33
1. Hasil dari keempat jurnal penelitian yang telah disebutkan, menunjukkan
terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan jurnal-jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model
inkuiri dan penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, jurnal-jurnal di atas dapat digunakan sebagai
pendukung penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi. Sehingga perlu dilaksanakan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui
Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas V
SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang”.
http://wacana.jurnal.unesa.ac.id/http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/%20pgsd%20solo/articlehttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/%20pgsd%20solo/articlehttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/%20pgsd%20solo/articlehttp://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33%201http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33%201http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/650/33%201
-
9
1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, disusun rumusan masalah
sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media
audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V
SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?
Rumusan masalah di atas dapat dirinci sebagai berikut :
1) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA kelas V
SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?
2) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN
Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?
3) Apakah melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V
SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang?
1.2.2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan tahapan-tahapan tindakan model inkuiri
berbantukan media audiovisual. Berikut ini adalah tahapan model inkuiri setelah
dikombinasikan dengan media audiovisual:
-
10
Tabel 1.1
Tahapan model inkuiri yang dikombinasikan dengan tahapan media audiovisual
Tahapan
Model Inkuiri
Tahapan
Media
Audiovisual
Tahapan Model Inkuiri+Media
audiovisual
Persiapan
Orientasi Penyampaian orientasi umum
Merumuskan
masalah
Penyajian Penayangan media audiovisual untuk
menampilkan permasalahan
Penerapan
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Mengajukan
hipotesis
Membuat hipotesis
Mengumpulkan
data
Mengumpulkan informasi dari sumber
data
Menguji
hipotesis Menentukan jawaban antara hipotesis
dan hasil pengumpulan data
Merumuskan
kesimpulan
Kelanjutan Penayangan media audiovisual sebagai
data akurat untuk membuat kesimpulan
Sumber : Tahapan model inkuiri bersumber dari Hamruni (2012:95)
Tahapan media audiovisual bersumber dari Suleiman (1988: 21)
-
11
Berdasarkan tahapan model inkuiri berbantukan media audiovisual di atas,
maka diperoleh kegiatan guru dan kegiatan siswa sebagai berikut:
Tabel 1.2
Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model
Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual
Tahapan Model
Inkuiri Berbantukan
Media Audiovisual
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Penyampaian orientasi
umum
Menyampaikan orientasi
umum
Memperhatikan
penyampaian orientasi
umum guru
Penayangan media
audiovisual untuk
menampilkan
permasalahan
Menayangkan media
audiovisual
permasalahan Memperhatikan tayangan
audiovisual permasalahan
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
Membuat hipotesis Memfasilitasi siswa
mendiskusikan hipotesis
Mendiskusikan hipotesis
secara berkelompok
Mengumpulkan
informasi dari sumber
data
Membimbing siswa
melakukan
pengumpulan data
Mengumpulkan informasi
dari sumber data
Menentukan jawaban
antara hipotesis dan
hasil pengumpulan data
Mengecek hasil uji
hipotesis siswa
Menentukan jawaban
kelompok berdasarkan
hipotesis dan informasi
yang diperoleh
Penayangan media
audiovisual sebagai
data akurat untuk
membuat kesimpulan
Membimbing siswa
membuat kesimpulan
disertai tayangan
audiovisual
Membuat kesimpulan
berdasarkan tayangan
balikan
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum
-
12
Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Mangkang
Kulon 02 Kota Semarang melalui penerapan model inkuiri berbantukan media
audiovisual.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mendeskrispsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA
melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.
2) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA
melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual.
3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan
model inkuiri berbantukan media audiovisual.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari model inkuiri menurut Schrenker (Joyce dan Weil 1996:42) reported
that inquiry training resulted in increased understanding of science, greater
productivity in critical thinking, and skills for obtaining and analyzing
information. Artinya, bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman terhadap sains, produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1.Manfaat Bagi Siswa
1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis dan logis.
2) Memberikan bekal penanaman konsep yang mendalam dan keterampilan di
sekolah lanjutan.
-
13
3) Memberikan motivasi bagi siswa dengan kegiatan inkuiri yang menantang
siswa.
1.4.2.2.Manfaat Bagi Guru
1) Sebagai sarana guru untuk mengevaluasi diri terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan .
2) Guru akan terampil menggunakan model inkuiri sehingga dapat diterapkan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
1.4.2.3. Manfaat Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan tolak ukur pengambilan kebijakan dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru sehingga tujuan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat dicapai secara optimal.
-
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakikat Kualitas Pembelajaran
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Sanjaya (2008:89) bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku karena adanya interaksi
individu dengan lingkungannya yang disadari. Belajar menurut Slavin (1994:152)
learning is usually defined as a change in an individual caused by experience.
Artinya belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembang-
an pribadi seutuhnya (Suprijono 2012:3). Duffy dan Cunningham (dalam Pribadi
2011:159) mengemukakan pengertian belajar berdasarkan pandangan konstruk-
tivistik, yaitu belajar adalah proses aktif membangun, daripada sekedar proses
memperoleh pengetahuan.
Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka peneliti dapatkan beberapa
konsep mengenai belajar, yaitu :
1) Belajar adalah proses aktif membangun dalam diri seseorang.
2) Dilakukan secara sadar.
3) Terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman.
-
15
4) Menyebabkan perubahan perilaku untuk menuju ke perkembangan pribadi
yang seutuhnya.
2.1.1.2. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 20
(2006:74) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hakikatnya pembelajaran
merupakan suatu usaha sadar guru/ pengajar untuk membantu siswa atau anak
didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya
(Kustandi dan Sutjipto 2011:5). Menurut Suprijono (2012:13) pembelajaran ber-
arti proses atau upaya guru dalam mengorganisir lingkungan terjadinya pem-
belajaran yang berpusat pada peserta didik. Pembelajaran menurut pandangan
konstruktivistik adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10).
Jadi, dari berbagai pengertian pembelajaran di atas, peneliti dapat simpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan guru secara sengaja
dengan cara menciptakan suatu lingkungan belajar yang memungkinkan terjadi-
nya komunikasi peserta didik dengan guru dan didukung sumber belajar yang lain.
Lingkungan belajar yang diciptakan ini berpusat pada siswa, artinya disesuaikan
dengan kebutuhan, kemampuan dan minat siswa serta mengutamakan peran aktif
siswa dalam membangun pengetahuannya.
2.1.1.3. Kualitas Pembelajaran
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan, yaitu tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang berupa peningkatan
-
16
pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pem-
belajaran (Hamdani 2011:194). Menurut Robbins (dalam Daryanto 2010:54)
efektivitas juga dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang.
Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas
keterkaitan sistemik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum, dan bahan belajar,
media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil
belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Depdiknas 2007:7).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat
pencapaian suatu tujuan/ tuntutan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran IPA
melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual yang
indikatornya mencakup keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.
Berikut adalah penjelasan dari ketiga aspek tersebut:
2.1.1.3.1. Keterampilan Guru
Mengajar adalah pekerjaan profesional. Orang yang menyandang pekerjaan
tersebut pasti memiliki sejumlah keterampilan dasar yang didapatkan dari proses
latihan pada lembaga pendidikan yang relevan. Yang dimaksud dengan
keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap
individu yang berprofesi sebagai guru (Sanjaya 2008:155). Menurut hasil peneliti-
an Turney (dalam Anitah 2010:7.2), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang
dianggap berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, yaitu :
-
17
1) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan
dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran. Komponen keterampil-
an membuka pelajaran antara lain:
a) Menarik perhatian siswa dengan cara memvariasikan gaya mengajar
guru, menggunakan alat bantu mengajar yang menarik, penggunaan pola
interaksi yang bervariasi.
b) Menimbulkan motivasi dengan cara sikap hangat, menimbulkan rasa
ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat
siswa.
c) Memberi acuan dengan cara mengemukakan tugas dan batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan
masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan.
d) Membuat kaitan.
Selain keterampilan membuka pelajaran, seorang guru juga harus memiliki
keterampilan menutup pelajaran.Keterampilan menutup pelajaran berkaitan
dengan usaha guru mengakhiri pelajaran. Cara-cara yang dapat dilakukan guru
dalam menutup pelajaran yaitu meninjau kembali, mengevaluasi, memberi
dorongan psikologi dan sosial (Marno dan Idris 2010:91).
2) Keterampilan Menjelaskan
Kegiatan menjelaskan adalah pengkajian informasi secara sistematis sehingga
yang menerima penjelasan mempunyai gambaran jelas tentang hubungan antar
informasi.Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari beberapa komponen,
-
18
yaitu kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan dan adanya
balikan.
3) Keterampilan Menggunakan Variasi
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dalam
kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni :
a) Variasi gaya mengajar : variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan,
mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik, dan perubahan
dalam posisi guru.
b) Variasi pola interaksi dan kegiatan : kegiatan kelompok kecil, klasikal,
berpasangan, perorangan.
c) Variasi penggunaan alat bantu pembelajaran.
Variasi yang dapat dilakukan adalah variasi dalam penggunaan alat bantu
pembelajaran yang dapat dilihat, didengar dan diraba serta dimanipulasi.
Sardiman (2011: 206) menjelaskan bahwa adanya variasi media akan
lebih baik daripada hanya satu macam saja.
4) Keterampilan Memberikan Penguatan
Keterampilan dasar penguatan menurut Sanjaya (2008:163) adalah segala bentuk
respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik
bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan
atau koreksi. Ada empat cara dalam memberikan penguatan (reinforcement)
menurut Rusman (2012:85) yaitu: (1) penguatan kepada pribadi tertentu, penguat-
an ini harus jelas kepada siapa ditujukan; (2) penguatan kepada kelompok siswa
-
19
dengan memberikan penghargaan kepada kelompok yang menyelesaikan tugas
dengan baik; (3) pemberian penguatan dengan segera; (4) variasi dalam peng-
gunaan.
5) Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban/ balikan dari orang lain (Marno dan Idris 2010:115).
Komponen-komponen keterampilan bertanya meliputi: (1) pengungkapan per-
tanyaan secara jelas dan singkat; (2) fokus pertanyaan; (3) pemindahan giliran; (4)
pemberian acuan; (5) penyebaran; (6) pemberian waktu berpikir; (7) dan pemberi-
an tuntunan (Rusman 2012:83).
6) Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan, memelihara dan
mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Teknik mengelola kelas mencakup
menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan,
memodifikasi tingkah laku, dan pengelolaan kelompok.
7) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil diperlukan untuk lebih
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Agar guru dapat
membimbing diskusi kelompok secara efektif, ada 6 komponen keterampilan yang
perlu dikuasai guru. Keenam komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a) Memusatkan perhatian.
b) Memperjelas masalah dan uraian pendapat.
-
20
c) Menganalisis pandangan.
d) Meningkatkan urunan.
e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.
f) Menutup diskusi.
8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Kegiatan kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan terdiri dari 4 komponen pokok. Kelompok
komponen keterampilan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Meliputi: menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan
siswa, memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa,
mendengarkan secara simpatik gagasan siswa, membangun hubungan
saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa
tanpa kecenderungan untuk mendominasi, menerima perasaan siswa
dengan penuh pengertian dan keterbukaan, berusaha mengendalikan
situasi.
b) Keterampilan mengorganisasikan pembelajaran
Meliputi: memberikan orientasi umum tentang tujuan dan masalah yang
akan dipecahkan, memvariasikan kegiatan, membentuk kelompok yang
tepat, mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan belajar
serta penggunaan sumber, membagi-bagi perhatian, mengakhiri kegiatan
dengan suatu kulminasi.
-
21
c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Meliputi: memberikan penguatan yang sesuai, mengembangkan supervisi
proses awal, mengadakan supervisi proses lanjut, dan melakukan super-
visi proses pemaduan.
d) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
Meliputi: membantu siswa menerapkan tujuan pelajaran, membuat
rencana kegiatan belajar bersama siswa, bertindak sebagai penasihat bagi
siswa apabila diperlukan, membantu siswa melakukan evaluasi diri.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
keterampilan guru adalah keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki
seorang guru ketika mengajar dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model
inkuiri berbantukan media audiovisual yang indikatornya menyampaikan orientasi
umum, menayangkan media audiovisual permasalahan, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, membimbing siswa
melakukan pengumpulan data, mengecek hasil uji hipotesis siswa, dan
membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.
Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran yang berkualitas, guru harus
memiliki dan menerapkan delapan keterampilan mengajar dengan baik.
Keterampilan guru yang dibutuhkan dalam penelitian yang menerapkan model
inkuiri berbantukan media audiovisual ini mencakup delapan keterampilan
mengajar guru. Delapan keterampilan mengajar guru tersebut akan tampak pada
satu atau lebih dalam tahapan pembelajaran. Berikut uraiannya:
-
22
1) Keterampilan membuka pelajaran tampak ketika guru menyampaikan
orientasi umum, menayangkan media audiovisual permasalahan, mem-
bimbing siswa melakukan pengumpulan data. Keterampilan menutup
pelajaran tampak ketika guru membimbing siswa membuat kesimpulan
disertai tayangan audiovisual.
2) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil tampak ketika guru
memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, mengecek hasil uji hipotesis
siswa,membimbing siswa membuat kesimpulan disertai tayangan audiovisual.
3) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan tampak ketika guru
memfasilitasi siswa mendiskusikan hipotesis, mengecek hasil uji hipotesis
siswa.
4) Keterampilan menggunakan variasi tampak ketika guru mengecek hasil uji
hipotesis siswa.
5) Keterampilan memberikan penguatan tampak ketika guru mengecek hasil uji
hipotesis siswa.
6) Keterampilan mengelola kelas tampak ketika guru membimbing siswa me-
lakukan pengumpulan data.
7) Keterampilan menjelaskan tampak ketika guru menayangkan media audio-
visual permasalahan, membimbing siswa membuat kesimpulan disertai
tayangan audiovisual.
8) Keterampilan bertanya tampak ketika guru mengajukan pertanyaan-pertanya-
an.
-
23
2.1.1.3.2. Aktivitas Siswa
Menurut Hamalik (2008:170) siswa adalah individu dengan potensi yang
tengah berkembang dan memiliki prinsip aktif, oleh karena itu pengajaran sebaik-
nya menyediakan kesempatan belajar siswa sambil bekerja atau melakukan
aktivitas sendiri. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar mengajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
berbuat untuk mengubah tingkah laku (Sardiman 2011:95).
Mehl-Mills-Douglass (dalam Hamalik 2008:172) berpendapat mengenai The
Principle of Activity, sebagai berikut: One learns only by some activities in the
neural system: seeing, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor
activity. The learner must actively engage in the “learning”, whether it be of
information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or
the nature of a task. “Pada intinya prinsip aktivitas adalah bahwa pembelajaran
terdiri dari beberapa aktivitas syaraf yaitu: melihat, mendengar, tersenyum,
merasakan, berpikir, kegiatan fisik ataupun aktivitas motorik. Pebelajar secara
aktif melakukan aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan untuk memperoleh
keterampilan, pemahaman, kebiasaan, teori, sikap, ketertarikan, ataupun ke-
mampuan dasar.
Paul D. Diedrich (dalam Sardiman 2011:101) membagi kegiatan belajar ke
dalam delapan kelompok, yaitu :
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, mem-
perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
-
24
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian percakapan, per-
cakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percoba-
an, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, me-
mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas
siswa adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa baik aktivitas mental, afektif
maupun psikomotorik dan bertujuan untuk memperoleh pemahaman, sikap
maupun mengembangkan keterampilannya dalam pembelajaran IPA melalui
model inkuiri berbantukan media audiovisual yang indikatornya memperhatikan
penyampaian orientasi umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual
permasalahan, mendiskusikan hipotesis secara berkelompok, mengumpulkan
informasi dari sumber data, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis
dan informasi yang diperoleh, dan membuat kesimpulan berdasarkan tayangan
balikan.
-
25
Siswa SD memiliki karakteristik aktif bergerak dan pada fase berkembang,
sehingga pembelajaran yang diciptakan harus memfasilitasi siswa belajar sambil
bekerja dan memberikan bimbingan serta arahan kepada siswa agar dapat
berkembang secara optimal dan terarah. Aktivitas siswa dalam penelitian ini
difokuskan dan terbatas pada enam aktivitas. Berikut uraiannya:
1) Visual activities, tampak ketika siswa mengumpulkan informasi dari sumber
data.
2) Oral activities tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian orientasi
umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan, mendiskusi-
kan hipotesis secara berkelompok, mengumpulkan informasi dari sumber
data, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis dan informasi
yang diperoleh, membuat kesimpulan berdasarkan tayangan balikan.
3) Listening activities tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian
orientasi umum guru, menentukan jawaban kelompok berdasarkan hipotesis
dan informasi yang diperoleh.
4) Writing activities tampak ketika siswa menentukan jawaban kelompok
berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh.
5) Mental activities tampak ketika siswa memperhatikan tayangan audiovisual
permasalahan, mengumpulkan informasi dari sumber data, membuat ke-
simpulan berdasarkan tayangan balikan.
6) Emotional activities, tampak ketika siswa memperhatikan penyampaian
orientasi umum guru, memperhatikan tayangan audiovisual permasalahan,
mendiskusikan hipotesis secara berkelompok, menentukan jawaban kelompok
-
26
berdasarkan hipotesis dan informasi yang diperoleh, membuat kesimpulan
berdasarkan tayangan balikan.
2.1.1.3.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono 2012:5). Rifa‟i dan Anni
(2009:85) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-
aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
peserta didik. Menurut Sudjana (2011:49) tipe hasil belajar dikategorikan menjadi
tiga bidang yakni :
1) Bidang Kognitif (Penguasaan Intelektual)
Benyamin S.Bloom menyusun kategori bidang kognitif dalam 6 level yang
biasa disebut dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom direvisi pada tahun
2001, hasilnya proses kognitif disusun secara berjenjang meliputi; mengingat,
mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta (Yamin 2012:40).
Keenam jenjang ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan2.1. Hirarkhi Taksonomi Bloom Revisi
(http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm)
http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_taxonomy.htm
-
27
Kata kerja operasional Taksonomi Bloom menurut Overbaugh dan Schult
http://ww2.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/bloomstaxonomy.htm meliputi :
a) Mengingat: mendefinisikan, mengutip, mendaftar, mengingat, meng-
hafal, meniru.
b) Memahami: mengklasifikasikan, mendeskripsikan, mendiskusikan, men-
jelaskan, mengidentifikasi, menempatkan, mengakui, melaporkan, me-
nyeleksi, mentranslasi, menerangkan.
c) Mengaplikasikan: memilih, mendemonstrasikan, mensimulasikan, meng-
gunakan, mengilustrasikan, meramalkan, mengoperasikan, menyusun,
mengkonsepkan, menyelesaikan, memakai, menulis.
d) Menganalisis: menilai, membandingkan, membedakan, mengkritisi,
menguji, menyelidiki.
e) Mengevaluasi: menilai, menyalahkan, mempertahankan, memutuskan,
menyeleksi, mendukung, mengevaluasi.
f) Mencipta: menghubungkan, membangun, mengkreasikan, membuat
rancangan, mengembangkan, merumuskan, mengarang.
2) Bidang Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai.Ada beberapa tingkatan bidang afektif
sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Berikut tingkatan tersebut dari yang
sederhana sampai ke tingkatan yang kompleks: (1) receiving/ penerimaan
rangsangan; (2) responding/ jawaban; (3) valuing/ penilaian; (4) organisasi;
(5) karakteristik nilai atau internalisasi nilai.
-
28
3) Bidang Psikomotorik
Tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu.
Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson
(dalam Rifa‟i dan Anni, 2009: 89) adalah persepsi (perception), kesiapan
(set), gerakan terbimbing (guided response), penyesuaian (adaptation), dan
kreativitas (originality).
Dari berbagai pengertian di atas peneliti dapat disimpulkan bahwa dari
kegiatan belajar, siswa akan menghasilkan perubahan perilaku, baik perubahan
secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya, tergantung apa yang dipelajari-
nya dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media
audiovisual. Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media
audiovisual ini, hasil belajar bidang kognitif diukur dengan soal tes pada akhir
pembelajaran. Sementara hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik termuat
dalam lembar pengamatan aktivitas siswa yang akan diamati selama proses
pembelajaran berlangsung. Berikut uraiannya:
1) Ranah Kognitif
Tabel 2.1
Indikator Hasil Belajar Kognitif yang Akan Dicapai dalam Penelitian
No Indikator Hasil belajar Tingkat
Kognitif
Siklus/
pert
1 Menjelaskan pengertian batuan C2 I /1
2 Menganalisis jenis-jenis batuan berdasarkan proses
terbentuknya
C4
3 Menyimpulkan darimana batuan berasal C5
4 Mengklasifikasikan berbagai gambar batuan
berdasarkan jenisnya
C3
5 Menentukan manfaat berbagai batuan C3
6 Menyebutkan kembali contoh teknologi pemanfaatan
batuan
C1
-
29
No Indikator Hasil Belajar Tingkat
Kognitif
Siklus/
pert
1 Menetapkan sifat atau ciri berbagai batuan C4 I /2
2 Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya berbagai
batuan
C2
3 Menyimpulkan penyebab perbedaan sifat batuan
karena mineral yang dikandungnya
C5
4 Memberikan contoh teknologi pemanfaatan batuan
berdasarkan sifatnya
C2
5 Membuat bagan pengelompokan batuan berdasarkan
jenisnya
C4
1 Membuktikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan fisika
C5 II/1
2 Membuktikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan kimiawi
C5
3 Membuktikan proses pembentukan tanah karena
pelapukan biologi
C5
4 Menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi perbedaan
kecepatan proses pelapukan secara fisika
C2
1 Membedakan bahan pembentuk tanah suatu tempat
dengan tempat yang lainnya
C2 II/2
2 Mengurutkan bahan pembentuk tanah dari yang
paling dasar
C3
3 Membuat bagan urutan bahan pembentuk tanah dari
yang paling dasar
C4
4 Menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah C5
5 Mengidentifikasi ciri setiap lapisan tanah C1
1 Mengurutkan kecepatan daya resap air dari berbagai
jenis tanah
C3 III/1
2 Menghubungkan kecepatan daya resap air dengan
tingkat kesuburan tanah
C6
3 Menetapkan sifat jenis-jenis tanah C4
4 Menjelaskan contoh pemanfaatan berbagai jenis tanah
dalam kehidupan sehari-hari
C2
1 menganalisis proses terjadinya bumi C4 III/2
2 menjelaskan mengapa bumi berbentuk bola bulat
yang tersusun atas batuan
C2
3 melaporkan keadaan masing-masing lapisan bumi C2
4 menggambar struktur model bumi C4
-
30
2) Ranah afektif
Misalnya: memperhatikan tayangan audiovisual (receiving), aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan guru (responding), mahir bekerjasama dalam
kelompok (internalisasi nilai).
3) Ranah psikomotorik
Misalnya: mahir mencari informasi dari buku (gerakan kompleks), terbiasa
tampil di depan kelas dengan adanya presentasi kelompok (penyesuaian).
2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/ Sains
2.1.2.1.Pengertian IPA
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (BSNP 2006:143). Semiawan, Carin & Sund (dalam Bundu 2006:4)
juga mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian IPA. Menurut Semiawan
sains (sebelumnya lebih dikenal dengan IPA) dalam arti luas adalah pengajaran
dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur
dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode
saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi
pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir manusia. Hal ini
sejalan dengan pendapat Carin dan Sund yang mengungkapkan bahwa Sains
merupakan pula suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada
data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya
memuat produk, proses dan sikap manusia.
-
31
Berdasarkan pendapat beberapa ahli sains mengenai pengertian IPA, maka
peneliti dapat simpulkan bahwa yang dimaksud IPA adalah sebuah ilmu
pengetahuan yang benar dan merupakan penerjemahan dari peristiwa-peristiwa
alam dengan metode saintifik, teratur dan sistematik sehingga di dalamnya
memuat produk, proses dan hasil. Pada dasarnya setiap individu berhak
mempelajari dan menemukan hal-hal baru mengenai alam, namun pengetahuan
hasil pemikiran kita tidak begitu saja dapat menjadi sebuah ilmu, melainkan
membutuhkan berbagai kriteria dan validasi dari orang lain agar dapat diterima
oleh masyarakat luas.
2.1.2.2.Hakekat IPA
Hakekat IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya/ perilaku/
karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui
serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang
terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat
dimanfaatkan bagi kehidupan manusia (Mariana dan Praginda 2009:6).
Menurut Bundu ( 2006:11) IPA secara garis besar memiliki tiga komponen,
yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Cain & Evans (https://hafis
muaddab.wordpress.com//) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu:
konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.
Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya IPA mencakup empat komponen, yaitu produk, sikap, proses, serta
teknologi. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat komponen IPA tersebut
menurut Bundu (2006:12) :
-
32
2.1.2.2.1. IPA sebagai Proses
Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan
cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjut-
nya, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan
melakukan eksperimen. Berikut ini adalah proses IPA yang akan dilakukan dalam
penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual,
diantaranya adalah: mengamati permukaan batuan yang ditumbuhi lumut,
mengklasifikasikan gambar batuan berdasarkan jenisnya, merumuskan hipotesis
tentang darimanakah batuan berasal melalui pengamatan gambar siklus batuan,
menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah, melakukan percobaan perlakuan
suhu pada batuan untuk membuktikan pelapukan batuan secara fisika, dan lain-
lain.
2.1.2.2.2. IPA sebagai Produk Ilmiah
IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan
hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori Sains.
1) Fakta Sains
Fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada,
atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dibuktikan secara
obyektif. Contoh materi berupa fakta dalam penelitian ini yaitu batu yang
ditumbuhi lumut menjadi lapuk, batuan memiliki sifat yang berbeda-beda.
-
33
2) Konsep Sains
Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta Sains yang saling
berhubungan. Contoh materi berupa konsep dalam penelitian ini misalnya
pengertian pelapukan biologi, fisika, dan kimia.
3) Prinsip Sains
Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling
keterhubungan sejumlah fakta.
4) Hukum Sains
Hukum Sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya
meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga
dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.
5) Teori Sains
Teori Sains merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta,
konsep, prinsip, dan hukum atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk
menjelaskan gejala alam (Iskandar 2001:4).
2.1.2.2.3. IPA sebagai Sikap Ilmiah
Sikap Sains adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan
mengembangkan pengetahuan baru. Menurut Wyne Harlen (dalam Darmodjo dan
Kaligis 1991:7) dalam bukunya Teaching and Learning Primary Science setidak-
tidaknya ada 9 aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD ,
yaitu : (1) sikap ingin tahu (curiousity); (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang
baru (originality); (3) sikap kerjasama (co-operation); (4) sikap tidak putus asa
(perseverance); (5) sikap tidak berprasangka (open-mindedness); (6) sikap mawas
-
34
diri (self criticism); (7) sikap bertanggung jawab (responsibility); (8) sikap berfikir
bebas (independence in thinking); (9) sikap kedisiplinan diri (self discipline).
Berikut adalah beberapa contoh sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada
siswa dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media
audiovisual, yaitu sikap bertanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok,
sikap ingin tahu tampak ketika siswa mengamati bahan pembentuk tanah, sikap
kerja keras tampak ketika siswa mengamati dan mendiskusikan gambar siklus
batuan untuk dapat menyimpulkan darimana batuan berasal, dan lain-lain.
2.1.2.2.4. IPA sebagai Teknologi
Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan keterkaitan antara hakikat
Sains dan teknologi menurut Mariana dan Praginda (2009:8) :
Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA
Berdasarkan diagram di atas, Sains dan teknologi saling melengkapi sangat
erat satu dengan yang lainnya. Penemuan dalam sains memungkinkan
pengembangan teknologi, dan hasil teknologi menyediakan instrumen yang baru
sehingga mendukung proses observasi dan percobaan dalam sains. Berikut ini
-
35
adalah contoh teknologi yang akan disampaikan dalam penelitian yang
menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual: (1) batu apung sebagai
pondasi bangunan bersifat ringan dan tahan suhu panas, (2) batu granit untuk batu
hias/ dekorasi; (3) budidaya dan komoditi ekspor salah satu bahan pembentuk
tanah yaitu cacing untuk menyuburkan pertanian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA mengandung keempat
komponen tersebut. Maka dalam pendidikan IPA di sekolah-sekolah seyogyanya
siswa dapat mengalami keempat komponen tersebut, sehingga pemahaman siswa
terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
hidupnya. Apabila tidak, maka mengajarnya dikatakan belum lengkap.
2.1.2.3.Pembelajaran IPA di SD
Pada bagian latar belakang Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/ MI alinea 3
diungkapkan bahwa pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) yaitu menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup
(BSNP 2006:143). Selain itu pembelajaran IPA yang benar haruslah mencakup
keempat komponen hakikat IPA, yaitu proses, produk, teknologi dan sikap ilmiah.
Dengan pembelajaran yang mencakup keempat komponen tersebut, maka
pembelajaran menjadi lengkap dan optimal.
Dalam kurikulum IPA sekolah dasar, pembelajaran IPA memuat tiga
komponen (Bundu 2006:49): (1) harus merangsang pertumbuhan intelektual dan
perkembangan siswa; (2) harus melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan
-
36
praktikum/ percobaan tentang hakikat IPA; (3) IPA pada sekolah dasar seharus-
nya: mendorong dan merangsang terbentuknya sikap ilmiah, mengembangkan
penggunaan keterampilan proses IPA, mengetahui pola dasar penguasaan IPA,
merangsang tumbuhnya sikap berpikir kritis dan rasional.
Selain itu pembelajaran IPA di SD harus menggunakan keterampilan proses
IPA. Menurut Semiawan (dalam Aisyah 2007:6.3) pendekatan keterampilan
proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang
berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
hasil belajar. Ia juga mengemukakan alasan yang melandasi perlunya penerapan
keterampilan proses, yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini
maka tidaklah mungkin seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada
siswanya dan jika dipaksakan akibatnya siswa mungkin memiliki banyak penge-
tahuan namun tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan melalui berbagai
keterampilan (dalam Nasution 2007:1.8).
Menurut Funk (dalam Moedjiono dan Dimyati 1991:16) ada berbagai
keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-
keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrate skills).
Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah:
-
37
Tabel 2.2
Keterampilan-keterampilan Proses
Keterampilan dasar (basic
skills)
Keterampilan terintegrasi
(integrate skills)
1) Mengobservasi 1) Memformulasi hipotesis menamai variabel
2) Mengklasifkasi 2) Membuat definisi operasional
3) Memprediksi 3) Melakukan eksperimen menginterpre tasikan data
4) Mengukur 4) Melakukan penyelidikan
5) Mengkomunikasikan
6) Menginferensi
7) Mengenal hubungan ruang dan waktu
8) Mengenal hubungan-hubungan angka
Sumber : Nasution 2007: 1.3-2.3
Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media
audiovisual ini, keterampilan proses yang akan digunakan adalah keterampilan
tingkat dasar dan keterampilan terintegrasi, diantaranya yaitu :
1) Keterampilan observasi tampak ketika siswa mengamati bahan-bahan pem-
bentuk tanah.
2) Keterampilan klasifikasi tampak ketika siswa mengklasifikasi gambar ber-
bagai batuan berdasarkan jenisnya.
3) Keterampilan mengukur tampak ketika siswa membandingkan volume air
hasil resapan dari berbagai jenis tanah.
4) Keterampilan komunikasi tampak ketika siswa mengkomunikasikan urutan
bahan-bahan pembentuk tanah dalam bentuk bagan.
5) Keterampilan menginferensi tampak ketika siswa menyimpulkan proses
terjadinya bumi.
-
38
6) Keterampilan memformulasi hipotesis, tampak ketika siswa mendiskusikan
dugaan jawaban tentang darimanakah batuan berasal.
7) Keterampilan melakukan eksperimen tampak ketika siswa melakukan
percobaan pelapukan batuan secara fisika dengan perlakuan suhu pada
batuan.
Pembelajaran sains juga harus diterapi model pembelajaran yang inovatif,
salah satunya adalah model inkuiri. Pembelajaran sains merujuk pada proses-
proses pencarian sains yang dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang
dikenal dengan scientific method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan-
kegiatan seperti: (1) perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis; (3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; dan (5)
penarikan kesimpulan (Mariana dan Praginda 2009: 6). Sementara ittu sintaks dari
model inkuiri menurut Hamruni (2012: 95), yaitu : (1) orientasi; (2) merumuskan
masalah; (3) mengajukan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji
hipotesis; (6) merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA,
yaitu adanya metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran
IPA cocok diterapi model inkuiri.
Model inkuiri adalah model yang dapat mengaktifkan siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri dengan menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan. Model ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika
tersedia media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu media yang
dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir
-
39
kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media audio-
visual.
Tujuan pembelajaran IPA yang dikehendaki dalam KTSP IPA SD akan dapat
dicapai dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum IPA sekolah
dasar, pembelajaran yang disarankan dalam KTSP, menerapkan keterampilan
proses, mencakup semua komponen hakikat IPA, serta diterapi model pembelajar-
an inovatif yaitu model inkuiri berbantukan media audiovisual. Dengan pem-
belajaran IPA yang demikian, maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.
2.1.3. Penerapan Model Inkuiri
2.1.3.1.Pengertian Model Inkuiri
Pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman untuk
membelajarkan siswanya pada proses penyelidikan dan menjelaskan fenomena
yang tidak biasa (Joyce and Weil 1996:193). Inquiry merupakan perluasan dari
discovery, artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatan-
nya. Misalnya, merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan
sebagainya (Hamdani 2011:185).
Menurut Joyce dan Weil (1996:187), the essence of the model is to involve
students in a genuine problem of inquiry by confronting them with an area of
investigation, helping them identify a conceptual or methodological problem
within that area of investigation, and inviting them to design ways of overcoming
that problem. ”Inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa ke
-
40
dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan,
membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah
yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan
keluar dari masalah tersebut.
Pengajaran berdasarkan inkuiri (inquiry-based teaching) adalah suatu strategi
yang berpusat pada siswa (student-centered strategy) dimana kelompok-kelompok
siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara
jelas (Hamalik 2009:63). Selanjutnya inkuiri menurut Andersen dan Koutnik
(1972:4) inquiry, as defined in this document, is a set of activities directed
towards solving an open number of related problems in which the student has as
his principal focus a productive enterprise leading to increased understanding
and application. Maksudnya, inkuiri adalah sekumpulan aktivitas yang mengarah-
kan pada pemecahan masalah secara terbuka, berpusat pada siswa dengan
kegiatan yang produktif untuk mengembangkan pemahaman dan aplikasi.
2.1.3.2. Kelebihan Model Inkuiri
Model inkuiri memiliki beberapa keunggulan menurut Roestiyah (2008:76) yaitu :
(1) dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik; (2)
mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
obyektif, jujur dan terbuka; (3) mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesanya sendiri; (4) memberi kepuasan yang bersifat intrinsik;
(5) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang; (6) dapat mengembangkan
-
41
bakat atau kecakapan individu; (7) dapat memberikan waktu pada siswa
secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
2.1.3.3. Manfaat dan Tujuan Model Inkuiri
Manfaat model inkuiri menurut Schrenker (Joyce dan Weil 1996:42)
reported that inquiry training resulted in increased understanding of science,
greater productivity in critical thinking, and skills for obtaining and analyzing
information. ”Artinya, bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman terhadap sains, produktif dalam berpikir kritis dan menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi”.
Menurut Joyce dan Weil (1996:194) the general goal of inquiry training is to
help sutudents develop the intellectual discipline and skills necessary to raise
questions and search out answers stemming from their curiosity. ”Artinya,
pembelajaran inkuiri bertujuan membantu siswa mengembangkan kedisiplinan
intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
2.1.3.4. Sintaks Model Inkuiri
Sintaks model inkuiri menurut Hamruni (2012:95), yaitu :
1) Orientasi
2) Merumuskan masalah
3) Mengajukan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Menguji hipotesis
6) Merumuskan kesimpulan
-
42
2.1.3.5.Pembelajara