PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI ...lib.unnes.ac.id/3895/1/7669.pdf · menulis...
Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI ...lib.unnes.ac.id/3895/1/7669.pdf · menulis...
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF
TIPE CONCEPT SENTENCE
DENGAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK LANGSUNG
PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI WANGON
KABUPATEN BANYUMAS
SKRIPSI
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Tika Septiani
2101407135
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
SARI
Septiani, Tika. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Teknik pengamatan objek langsung pada Siswa Kelas XA SMA Negeri
Wangon Kabupaten Banyumas. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.Wagiran, M.Hum dan Pembimbing II: Drs. Suparyanto.
Kata kunci : keterampilan menulis, karangan deskripsi, model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence, teknik pengamatan objek
langsung.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu diajarkan pada siswa secara terpadu dengan keterampilan berbahasa yang
lain. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara alamiah melainkan harus dipelajari dan dilatih terus menerus. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri
Wangon Kabupaten Banyumas masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model dan teknik yang digunakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran kurang menarik dan kurang bervariasi. Pemilihan model, media, ataupun teknik belajar yang tepat diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah yaitu (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri Wangon dalam
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri Wangon dalam menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap
siklus I dan tahap siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri Wangon. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel keterampilan menulis karangan
deskripsi dan variabel penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil keterampilan menulis karangan deskripsi dan teknik nontes berupa observasi, catatan harian siswa, catatan harian guru,
wawancara, dan dokumentasi foto. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan
membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.
iii
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Nilai rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 60,58. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-
rata siswa naik 5,59 menjadi 66,17. Selanjutnya pada siklus II, nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 12,24 menjadi 78,41. Setelah dilakukan pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, terjadi perubahan perilaku ke arah positif. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa terlihat lebih antusias dan
tertarik mengikuti pembelajaran, siswa lebih aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran, siswa lebih berani bertanya, merespon pertanyaan guru, serta
menyampaikan pendapat di depan kelas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada guru
khususnya guru kelas XA SMA Negeri Wangon untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek
langsung pada pembelajaran menulis karangan deskripsi.
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
Panitia Ujian Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Semarang, April 2011
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Drs. Wagiran, M.Hum. Drs. Suparyanto
NIP 196703131993031002 NIP 194904161975031001
v
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang pada
hari : Kamis
tanggal : 5 Mei 2011
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Rustono, M.Hum Sumartini, S.S., M.A.
NIP 195801271983031003 NIP 197307111998022001
Penguji I
Dr. Ida Zulaeha, M.Hum.
NIP 197001091994032001
Penguji II Penguji III
Drs. Suparyanto Drs. Wagiran, M.Hum
NIP 194904161975031001 NIP 196703131993031002
vi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, April 2011
Tika Septiani
NIM 2101407135
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. Ujian bagi orang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk
mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan
menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi (David J.
Schwartz).
2. Masa depan yang paling tidak jelas adalah masa depan orang yang
menunggu semuanya menjadi lengkap, sempurna, dan terjamin tidak akan
gagal; sebelum dia bertindak.
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas
perjuangan dan doanya,
2. Dosen-dosen Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
3. Almamater UNNES.
viii
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis
Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept
Sentence dengan Media Objek Langsung pada Siswa Kelas XA SMA Negeri
Wangon Kabupaten Banyumas. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa motivasi dan bantuan dari pihak lain. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Wagiran, M.Hum., sebagai pembimbing I dan Drs Suparyanto sebagai
pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis dan memberi arahan
dalam menyusun skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen-dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing
penulis sampai lulus.
4. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang, yang telah memberikan kebijakan kepada penulis selama
kuliah.
5. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si selaku rektor Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyusun skripsi ini.
ix
6. UPT Perpustakaan Universitas Negeri Semarang dan perpustakaan Jurusan
Bahasa dan Satra Indonesia yang telah menyediakan buku-buku untuk
menyusun skripsi ini.
7. Bapak Drs. Ananto Nur Semedi, kepala SMA Negeri Wangon, Ibu Dra.
Parmunah, selaku guru pamong saat peneliti melakukan penelitian di SMA
Negeri Wangon beserta seluruh guru dan staf karyawan SMA Negeri
Wangon yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8. Ayah, Ibu, dan adikku tercinta, terima kasih atas perjuangan dan doanya.
9. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan memberi pahala
yang sesuai. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian Bahasa Indonesia.
Semarang, April 2011
Tika Septiani
x
DAFTAR ISI
Halaman
SARI .......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ v
PERNYATAAN .......................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. vii
PRAKATA .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 9
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 13
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 13
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................... 14
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................. 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORETIS,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka ....................................................................................... 16
2.2 Landasan Teoretis ................................................................................. 24
2.2.1 Hakikat Menulis .................................................................................. 25
2.2.1.1 Tujuan Menulis ....................................................................... 26
2.2.1.2 Manfaat Menulis ..................................................................... 29
xi
2.2.1.3 Langkah- langkah Menulis ...................................................... 30
2.2.1.4 Jenis-jenis Karangan ............................................................... 33
2.2.2 Hakikat Karangan Deskripsi ............................................................... 34
2.2.2.1 Ciri-ciri Karangan Deskripsi................................................... 37
2.2.2.2 Langkah- langkah Menulis Karangan Deskripsi ..................... 39
2.2.2.3 Aspek-aspek yang Dinilai dalam Karangan Deskripsi ........... 41
2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ........................................... 43
2.2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence ....... 49
2.2.4 Teknik Pengamatan Objek Langsung ................................................. 51
2.2.5 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept
Sentence dan Teknik pengamatan objek langsung dalam Pembelajaran
Menulis Karangan Deskripsi .............................................................. 54
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 60
2.4 Hipotesis Tindakan................................................................................ 63
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 64
3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I ................................................................. 65
3.1.1.1 Perencanaan ........................................................................... 65
3.1.1.2 Tindakan ................................................................................. 66
3.1.1.3 Observasi ................................................................................ 68
3.1.1.4 Refleksi ................................................................................... 69
3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II ................................................................ 69
3.1.2.1 Perencanaan ........................................................................... 69
3.1.2.2 Tindakan ................................................................................. 70
3.1.2.3 Observasi ................................................................................ 71
3.1.2.4 Refleksi ................................................................................... 72
3.2 Subjek Penelitian ................................................................................... 72
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 73
3.3.1 Variabel Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi.................................................................................... 73
xii
3.3.2 Variabel Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Concept Sentence dengan Teknik pengamatan objek
langsung .................................................................................... 74
3.4 Instrumen Penelitian.............................................................................. 76
3.4.1 Instrumen Tes ............................................................................... 76
3.4.2 Instrumen Nontes ......................................................................... 86
3.4.2.1 Pedoman Observasi ......................................................... 86
3.4.2.2 Pedoman Catatan Harian ................................................. 87
3.4.2.3 Pedoman Wawancara....................................................... 89
3.4.2.4 Dokumentasi foto............................................................. 89
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 90
3.5.1 Teknik Tes .................................................................................... 90
3.5.2 Teknik Nontes .............................................................................. 91
3.5.2.1 Observasi ......................................................................... 91
3.5.2.2 Catatan Harian ................................................................. 91
3.5.2.3 Wawancara ...................................................................... 92
3.5.2.4 Dokumentasi foto............................................................. 90
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................. 94
3.6.1 Teknik Kuantitatif ........................................................................ 94
3.6.2 Teknik Kualitatif .......................................................................... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 96
4.1.1 Hasil Prasiklus.............................................................................. 96
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ............................................................... 113
4.1.2.1 Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada
Siklus I ........................................................................... 113
4.1.2.2 Perilaku Siswa pada Siklus I............................................ 131
4.1.2.3 Refleksi Siklus I............................................................... 150
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II.............................................................. 152
4.1.3.1 Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada
xiii
Siklus II ............................................................................ 152
4.1.3.2 Perilaku Siswa pada Siklus II .......................................... 171
4.1.3.3 Refleksi Siklus II ............................................................. 194
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 196
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ............ 201
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa ............................................................ 207
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan................................................................................................. 228
5.2 Saran ....................................................................................................... 229
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 231
LAMPIRAN ................................................................................................ 235
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 63
Bagan 2 Proses Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 64
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif ............. 48
Tabel 2 Pedoman Penskoran Menulis Karangan Deskripsi ......................... 77
Tabel 3 Aspek Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ............................... 78
Tabel 4 Kategori Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ..... 85
Tabel 5 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa................................................ 85
Tabel 6 Hasil Tes Prasiklus Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Prasiklus .......................................................................................... 97
Tabel 7 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Tiap Aspek ....................................................................................... 98
Tabel 8 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Imajinasi............................................................................... 99
Tabel 9 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Keterlibatan Aspek Pancaindera ........................................ 101
Tabel 10Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Kesan Hidup ........................................................................ 102
Tabel 11 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Menunjukkan Objek yang Ditulis......................................... 103
Tabel 12 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi ................................................ 105
Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Kohesi dan Koherensi .......................................................... 106
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Memusatkan Uraian pada Objek yang Ditulis ...................... 108
Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Pilihan Kata/Diksi................................................................ 109
Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Ejaan dan Tanda Baca.......................................................... 111
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Aspek Kerapian Tulisan................................................................... 112
xvi
Tabel 18 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Siklus I ............................ 114
Tabel 19 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Tiap Aspek ....................................................................................... 115
Tabel 20 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Imajinasi............................................................................... 117
Tabel 21 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Keterlibatan Aspek Pancaindera ........................................ 119
Tabel 22 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Kesan Hidup ........................................................................ 120
Tabel 23 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Menunjukkan Objek yang Ditulis......................................... 121
Tabel 24 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi ................................................ 123
Tabel 25 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Kohesi dan Koherensi .......................................................... 124
Tabel 26 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Memusatkan Uraian pada Objek yang Ditulis ...................... 126
Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Pilihan Kata/Diksi................................................................ 127
Tabel 28 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Ejaan dan Tanda Baca.......................................................... 129
Tabel 29 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
Aspek Kerapian Tulisan................................................................... 130
Tabel 30 Hasil Observasi Siklus I .................................................................. 132
Tabel 31 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Siklus II ............................ 153
Tabel 32 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Tiap Aspek ...................................................................................... 155
Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Imajinasi............................................................................... 158
Tabel 34 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Keterlibatan Aspek Pancaindera ......................................... 160
xvii
Tabel 35 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Kesan Hidup ........................................................................ 161
Tabel 36 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Menunjukkan Objek yang Ditulis........................................ 162
Tabel 37 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi ................................................ 164
Tabel 38 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Kohesi dan Koherensi .......................................................... 165
Tabel 39 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Memusatkan Uraian pada Objek yang Ditulis ...................... 166
Tabel 40 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Pilihan Kata/Diksi................................................................ 168
Tabel 41 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Ejaan dan Tanda Baca.......................................................... 151
Tabel 42 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
Aspek Kerapian Tulisan.................................................................. 152
Tabel 43 Hasil Observasi Siklus II................................................................. 172
Tabel 44 Perbandingan Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi Siklus I dan Siklus II ...................................................... 202
Tabel 45 Perbandingan Nilai Tiap Aspek Penilaian Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II .................................................................................. 203
Tabel 46 Peningkatan Hasil Observasi dari Siklus I ke Siklus II................... 209
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Guru memberikan Aperseprsi Pembelajaran Kepada Siswa .......... 144
Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Karangan Deskrispi............. 145
Gambar 3 Aktivitas Siswa Siswa Mengamati Objek Langsung dan
Berdiskusi Menentukan Kata Kunci ............................................. 146
Gambar 4 Aktivitas Siswa Menulis Karangan Deskripsi ............................. 147
Gambar 5 Siswa Membacakan Hasil Karangan Deskripsi
di Depan Kelas.. ........................................................................... 148
Gambar 6 Aktivitas Siswa Memberikan Tanggapan ..................................... 149
Gambar 7 Aktivitas Siswa yang Mendapat Nilai Terbaik Membacakan
Hasil Karangan Deskrispi.............................................................. 186
Gambar 8 Aktivitas Siswa saat Guru Menjelaskan Matei Pembelajaran....... 187
Gambar 9 Aktivitas Siswa saat Bertanya Jawab dengan Guru ........................ 188
Gambar 10 Guru dan Siswa Mencari Konsep Materi Menyunting
Karangan Deskripsi ....................................................................... 189
Gambar 11 Aktivitas Siswa Siswa Mengamati Objek Langsung dan
Berdiskusi Menentukan Kata kunci ............................................. 190
Gambar 12 Aktivitas Siswa Menulis Karangan Deskripsi............................... 191
Gambar 13 Aktivitas Siswa saat Mempresentasikan Karangan....................... 192
Gambar 14 Aktivitas Siswa Menanggapi Presentasi........................................ 193
Gambar 15 Perbandingan Aktivitas Siswa ketika Guru Melakukan
Apersepsi ....................................................................................... 221
Gambar 16 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Mendengarkan
Penjelasan Guru............................................................................. 222
Gambar 17 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Bertanya Jawab
dengan Guru .................................................................................. 223
Gambar 18 Perbandingan Aktivitas Siswa Mengamati Media Objek
Langsung dan Berdiskusi Menentuka Kata Kunci ........................ 224
Gambar 19 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Menulis Karangan
Deskripsi........................................................................................ 225
xix
Gambar 20 Perbandingan Kegiatan Siswa saat Mempresentasikan
Hasil Menulis Karangan Deskripsi .............................................. 226
Gambar 21 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Menanggapi Presentasi ......... 227
xx
DAFTAR LAMPRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 235
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................... 249
Lampiran 3 Pedoman Observasi Siklus I dan Siklus II................................. 262
Lampiran 4 Pedoman Catatan Harian Siswa Siklus I dan II ........................ 264
Lampiran 5 Pedoman Catatan Harian Guru Siklus I dan II ......................... 265
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan II ........................................ 266
Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi Foto Siklus I dan II ............................. 267
Lampiran 8 Kriteria Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ....................... 268
Lampiran 9 Daftar Nama Siswa SMA Negeri Wangon Kelas XA ............... 272
Lampiran 10 Rekap Nilai Prasiklus ............................................................... 274
Lampiran 11 Rekap Nilai Siklus I................................................................... 276
Lampiran 12 Rekap Nilai Siklus II ................................................................ 278
Lampiran 13 Tabel Peningkatan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
Siklus I dan Siklus II ................................................................ 280
Lampiran 14 Tabel Perbandingan Nilai Tiap Indikator
Siklus I dan Siklus II ................................................................ 281
Lampiran 15 Instrumen Tes Siklus I ............................................................... 282
Lampiran 16 Instrumen Tes Siklus II.............................................................. 283
Lampiran 17 Hasil Observasi Siklus I ............................................................ 284
Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II .......................................................... 286
Lampiran 19 Catatan Harian Siswa Siklus I .................................................. 288
Lampiran 20 Catatan Harian Siswa Siklus II ................................................. 290
Lampiran 21 Deskripsi Hasil Catatan Harian Guru Siklus I ........................... 292
Lampiran 22 Deskripsi Hasil Catatan Harian Guru Siklus II .......................... 295
Lampiran 23 Hasil Wawancara Siklus I.......................................................... 298
Lampiran 24 Hasil Wawancara Siklus II ........................................................ 301
Lampiran 25 Contoh Karangan Deskripsi Siklus I dan Siklus II .................... 304
Lampiran 26 Contoh Media Objek Langsung................................................. 306
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa sangatlah
penting untuk dikuasai, terutama di era teknologi canggih seperti sekarang ini,
karena melalui tulisan, orang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya tanpa
harus bertatap muka secara langsung dengan orang lain atau pembaca. Menurut
Wiyanto (2004:4), tulisan dapat menembus ruang dan waktu. Artinya, tulisan
dapat dibaca oleh orang yang berada di berbagai tempat pada waktu sekarang dan
yang akan datang sehingga ilmu pengetahuan dapat terus berkembang. Akan
tetapi, banyak orang yang tidak menyadari pentingnya keterampilan menulis.
Bahkan sebagian besar mereka merasa malas dan enggan menulis, karena dalam
proses menulis dibutuhkan pemikiran yang mendalam dan waktu yang luang.
Oleh karena itu, peningkatan keterampilan menulis sangat perlu diupayakan.
Menulis merupakan salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Keterampilan menulis membutuhkan keahlian seseorang untuk mampu
menggunakan bahasa secara tertulis dengan baik dan benar. Pengembangan
keterampilan menulis tidak terbentuk secara otomatis, tetapi memerlukan latihan
yang teratur. Siswa tidak memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk,
mendengarkan keterangan guru, dan mencatat apa yang didengar. Keterampilan
menulis dapat berhasil dengan melakukan kegiatan berbahasa (menulis) secara
2
terus-menerus. Latihan yang dilakukan secara terus-menerus akan memengaruhi
hasil dan prestasi siswa. Hasil dan prestasi dapat meningkat, apabila ada
perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek pengetahuan,
keterampilan, dan psikomotor. Namun, pada kenyataannya siswa masih
mengalami hambatan dalam penguasaan kemampuan menulis. Kenyataan ini
ditunjang dalam proses belajar mengajar bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-
sekolah, umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata-mata,
sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang
mendapat perhatian.
Mengingat pentingnya keterampilan menulis dalam kegiatan
pembelajaran, siswa perlu dibina untuk mengembangkan keterampilan
menulisnya melalui pembelajaran menulis. Salah satu jenis keterampilan menulis
tersebut adalah keterampilan menulis karangan deskripsi. Dalam Kurikulum
Tingkat Sastuan Pendidikan (KTSP), salah satu tujuan standar kompetensi kelas X
SMA tertulis tentang mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk karangan
yang salah satunya adalah karangan deskripsi.
Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang menggambarkan atau
melukiskan objek tertentu dengan detail, jelas dan sesuai keadaan yang sebenar-
benarnya tentang objek yang dilukiskan. Semua hal yang ada di dalam objek
tersebut digambarkan melalui pengamatan pancaindera, dari segala sesuatu yang
bisa didengar, dilihat, dicium, dan dirasa. Semua gambaran itu dirangkai dalam
bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf hingga membentuk suatu
karangan yang utuh. Tujuan menulis karangan deskripsi, yaitu pembaca seolah
3
dapat merasakan dan melihat secara langsung objek yang digambarkan oleh sang
penulis melalui karangannya.
Penguasaan keterampilan menulis deskripsi dapat membantu siswa dalam
melatih kepekaan karena dengan keterampilan menulis deskripsi, siswa dapat
menjelaskan secara nyata suatu objek ataupun suasana tertentu. Selain itu, siswa
dapat menulis secara rinci unsur-unsur, ciri-ciri, dan struktur bentuk suatu benda
secara konkret dalam bentuk karangan yang dapat diinformasikan kepada
pembaca.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan dan pelatihan
keterampilan menulis karangan deskripsi. Pembinaan dan pelatihan keterampilan
menulis karangan deskripsi ini, bertujuan agar siswa mampu menulis karangan
deskripsi dengan baik sehingga karangan deskripsi yang dihasilkan siswa sesuai
dengan karakteristik atau pola pengembangan karangan deskripsi. Dengan begitu,
pesan atau informasi yang ingin disampaikan siswa melalui karangan tersebut
dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
Mengingat pentingnya kompetensi keterampilan menulis karangan
deskripsi dalam pembelajaran, siswa perlu diberikan pelatihan menulis karangan
deskripsi. Siswa diharapkan mampu menguasai kompetensi dasar yang ingin
dicapai. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak semua kompetensi dapat tercapai
dengan baik. Kompetensi ini akan tercapai apabila siswa telah memenuhi
indikator yang meliputi: (1) mampu menjelaskan pengertian dan karakteristik
karangan deskripsi, (2) mampu menentukan tema dan mengidentifikasi topik yang
akan dikembangkan menjadi karangan deskripsi, (3) mampu mengembangkan
4
tema dan topik serta menulis karangan deskripsi berdasarkan hasil pengamatan
dengan memperhatikan aturan tata tulis kebahasaan, dan (4) mampu menyunting
karangan deskripsi yang telah ditulis.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bahasa dan sastra
Indonesia kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, dapat diketahui bahwa kemampuan
siswa kelas XA dalam menulis karangan deskripsi masih rendah. Nilai yang
diperoleh siswa dalam kompetensi dasar ini belum mencapai standar ketuntasan
yang telah ditetapkan, yaitu 70. Nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas XA adalah
60,58 dengan nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 52. Lemahnya kemampuan
siswa dalam menulis karangan deskripsi tersebut karena lemahnya penguasaan
siswa terhadap indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran yang telah
dirumuskan oleh guru sebelumnya ternyata belum semuanya dapat tercapai
dengan masksimal dan baik.
Kelemahan yang didapati dalam indikator mampu menjelaskan pengertian
dan karakteristik karangan deskripsi yaitu siswa masih sulit membedakan jenis
karangan deskripsi dengan jenis karangan lainnya. Hal ini disebabkan guru dalam
memberikan materi masih secara konvensional. Guru hanya memberikan materi,
siswa mencatatat dan latihan.
Dalam indikator siswa mampu menentukan tema dan mengidentifikasi
topik yang akan dikembangkan menjadi karangan deskripsi, kelemahan terjadi
karena topik yang diidentifikasi siswa belum sesuai dengan objek yang dipilih
atau diamati sebelum dikembangkan menjadi karangan deskripsi. topik yang
diidentifikasi siswa tersebut justru tidak melukiskan objek yang ditulisnya
5
sehingga karangan deskripsi yang dihasilkan siswa terkesan biasa saja, sulit
dibedakan dengan jenis karangan yang lain dan kurang menunjukkan detail dari
objek atau tema yang ditulis.
Kelemahan yang didapati dalam indikator mampu mengembangkan tema
dan topik serta menulis karangan deskripsi dengan memperhatikan faktor
kebahasaan, yaitu siswa masih kesulitan dalam mengembangkan gagasannya.
Selain itu, karangan deskripsi yang dihasilkan menunjukkan belum adanya
penguasaan kosakata, masih menggunakan ejaan yang tidak baku, kalimat yang
tidak runtut, dan penyusunan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang
tidak nyambung.
Kelemahan lain terdapat dalam indikator mampu menyunting karangan
deskripsi yang telah ditulis, yaitu siswa belum paham bagaimana cara menyunting
tulisan dengan benar. Kelemahan tersebut disebabkan pengetahuan siswa tentang
pengembangan karangan deskripsi dan ejaan yang masih terbatas sehingga mereka
masih kesulitan dalam menyunting hasil karangannya.
Selain lemahnya penguasaan siswa terhadap tiap-tiap indikator
pembelajaran, ketidaktercapaian tujuan pembelajaran menulis karangan deskripsi
disebabkan oleh (1) siswa merasa jenuh dan bosan belajar di dalam kelas, (2)
siswa tidak senang dengan materi menulis karangan deskripsi yang monoton, (3)
terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi dan memberikan kesan hidup
pada objek karangan, dan (4) siswa juga belum bisa memaksimalkan
penginderaan dalam menulis karangan deskripsi.
6
Lemahnya keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi juga
disebabkan model mengajar guru yang monoton. Guru pada umumnya mengajar
keterampilan menulis dengan tahapan-tahapan: (1) guru mengajar selalu dengan
ceramah; (2) guru memberikan contoh dan langsung menyuruh siswa mengarang
dengan topik tertentu; (3) siswa mengarang dengan topik yang telah ditentukan
oleh guru; dan (4) guru mengoreksi hasil karangan siswa dan memberi nilai pada
siswa. Dengan demikian, siswa tidak mengetahui kekurangan atau kelemahan
yang ada pada dirinya. Untuk itu, hasil latihan siswa harus dibicarakan dan
didiskusikan sehingga siswa mengetahui kesalahannya. Dengan mengetahui
kesalahannya itu siswa akan berusaha untuk memperbaikinya sehingga pada lain
waktu apabila mendapat tugas menulis karangan deskripsi hasilnya akan lebih
baik. Model pembelajaran seperti ini membuat siswa bosan dan tidak menguasai
cara menulis karangan deskripsi yang benar.
Masalah-masalah yang memengaruhi keterampilan menulis karangan
deskripsi dalam pembelajaran perlu dicarikan jalan keluar. Untuk itu, perlu
adanya pendekatan, model, metode, teknik, strategi, dan media pembelajaran yang
baru, untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi. Melalui
model dan teknik pembelajaran yang dipadukan dengan baik, dapat memudahkan
siswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam tulisan dan menarik perhatian
siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, peneliti akan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan
pengamatan objek langsung sebagai teknik pembelajaran dalam menulis karangan
deskripsi.
7
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dalam
pembelajaran kooperatif, peran guru menjadi lebih sederhana. Meskipun kerja
sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk
mengaktualisasikan konsep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan
pembelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peranan guru
dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar
berbasis kerja sama atau gotong royong.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi adalah
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence. Alasan pemilihan tipe ini karena
dalam pembelajaran kooperatif tipe concept sentence siswa akan menentukan kata
kunci terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam
merumuskan ide berdasarkan objek yang akan dideskripsikan. Selain itu, siswa
akan lebih mudah dalam mengidentifikasi objek langsung yang diamati sehingga
mempermudah siswa dalam berimajinasi ataupun menimbulkan kesan hidup
dalam karangannya. Kata kunci yang didapatkan dari objek langsung tersebut
dikembangkan menjadi sebuah karangan deskripsi.
Teknik pengamatan objek langsung merupakan teknik pembelajaran yang
dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk langsung melihat atau mengamati
objek atau sesuatu yang ingin diketahui secara langsung. Mengalami langsung apa
8
yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya
mendengarkan orang lain. Membangun pemahaman dari pengamatan dan
pengalaman langsung akan lebih mudah daripada membangun pemahaman dari
uraian lisan guru Belajar dengan cara pengamatan objek langsung akan
meningkatkan daya ingatan siswa karena siswa mengalami kegiatan secara
langsung. Pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik pengamatan objek
langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek
yang dilihat. Pada saat pembelajaran menulis karangan deskripsi, teknik
pengamatan objek langsung diterapkan dengan cara guru mengajak siswa ke luar
kelas untuk mengamati objek yang akan dideskripsikan secara langsung. Dengan
melihat langsung objek yang diamati, siswa akan lebih mudah dalam
mendeskripsikan objek dan menuangkan ide, perasaan, atau gagasan ke dalam
sebuah bentuk ekspresi (karangan) sehingga siswa dapat membuat tulisan yang
runtut dan logis berdasarkan objek yang diamatinya .
Berdasarkan uraian masalah serta pertimbangan-pertimbangan yang
dikemukakan tersebut, peneliti mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Teknik Pengamatan Objek Langsung
pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Kabupaten Banyumas.
9
1.2 Identifikasi Masalah
Pembelajaran menulis karangan deskripsi merupakan bagian dari
pembelajaran bahasa yang perlu mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu,
beberapa faktor yang memengaruhi pembelajaran harus diperhatikan dengan baik.
Hal tersebut dilakukan untuk menjadikan siswa terampil menulis karangan
deskripsi dengan baik.
Ada dua faktor yang memengaruhi pembelajaran menulis karangan
deskripsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor inernal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor internal yang memengaruhi pembelajaran menulis karangan
deskripsi ada lima hal. Pertama, siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia. Kedua, pengetahuan siswa tentang menulis karangan
deskripsi masih kurang. Ketiga, terbatasanya kemampuan siswa dalam
berimajinasi, memberikan kesan hidup pada objek karangan, dan siswa juga
belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan deskripsi.
Keempat, kurangnya pembendaharaan kata (kosakata) pada siswa. Kelima, siswa
kurang berlatih dalam menulis karangan deskripsi.
Faktor pertama, siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk
mengubah anggapan ini, maka seorang guru harus memberikan pengertian kepada
10
siswa tentang pentingnya pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Faktor kedua, pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi
masih kurang. Kurangnya pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi
ini disebabkan guru jarang mengadakan latihan-latihan menulis khususnya
menulis karangan deskripsi pada siswa. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa
tentang karangan deskripsi, guru harus lebih sering memberikan pelatihan
menulis khususnya menulis karangan deskripsi.
Faktor ketiga, terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi,
memberikan kesan hidup pada objek karangan, dan siswa juga belum bisa
memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini
menyebabkan karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa terkesan biasa saja dan
hampir sama dengan jenis karangan yang lainnya. Penggunaan model dan teknik
yang tepat akan memberikan inspirasi bagi siswa dalam berimajinasi ataupun
memberikan kesan hidup dalam karangan deskripsi yang ditulisnya.
Faktor keempat, kurangnya pembendaharaan kata (kosakata) pada siswa.
Terbatasnya pembendaharaan kosakata sangat berpengaruh pada penggunaan
diksi (pilihan kata) yang kurang bervariasi dalam menulis karangan deskripsi. Hal
ini dapat diatasi dengan cara setiap pembelajaran, baik menulis, menyimak,
berbicara, dan membaca, guru harus mengenalkan kata-kata baru pada siswa. Dari
setiap kata-kata tersebut, guru memberikan penjelasan kepada siswa agar mudah
dipahami.
11
Faktor kelima, siswa kurang berlatih dalam menulis karangan deskripsi.
Mereka menganggap pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang
membosankan. Untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan
deskripsi, siswa harus lebih banyak diberi latihan. Latihan ini diberikan secara
bertahap dengan model pembelajaran yang bervariasi. Dengan cara ini siswa
diharapkan akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran menulis.
Faktor eksternal yang memengaruhi pembelajaran menulis karangan
deskripsi yaitu faktor dari guru atau pengajar.
Pengelolaan kelas yang kondusif untuk belajar merupakan tugas seorang
guru. Seorang guru harus mampu mengendalikan kelas dengan baik. Membantu
siswa memahami materi pembelajaran dan membantu siswa dalam pencapaian
indikator pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, guru
belum menggunakan teknik pembelajaran yang tepat. Hal itu terbukti dengan
siswa belum mampu memahami materi karangan deskripsi dengan baik serta
siswa belum mampu menulis karangan deskripsi dengan benar.
Guru dalam mengajar juga belum menggunakan sebuah model yang
membuat siswa aktif di kelas, pembelajaran terkesan hanya satu arah dan
membosankan. Hal ini terlihat dari respon siswa terhadap kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan guru. Siswa kurang merespon hal-hal yang
diperintahkan guru saat pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung.
Sebelum memulai pembelajaran, guru hendaknya mempersiapkan materi,
teknik, dan model pembelajaran yang tepat. Guru tidak hanya memberikan model
cermah dan tanpa adanya teknik dalam pembelajaran karena dapat menyebabkan
12
siswa menjadi bosan dan enggan memperhatikan materi yang sedang dibelajarkan.
Jika pengetahuan guru tentang teknik dan model pembelajaran masih kurang, guru
dapat memelajarinya dari buku, internet, mengikuti seminar, atau pelatihan
mengajar yang ada. Dengan bertambahnya pengetahuan guru tentang teknik dan
model pembelajaran akan memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga siswa
akan merasa senang dan tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
Selain itu, guru kurang memperhatikan dan enggan mengoreksi kalimat-
kalimat yang dibuat oleh siswa satu demi satu. Kurang cermatnya seorang guru
dalam mengoreksi sangat berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa. Jika
seorang guru enggan mengoreksi kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa satu per
satu, guru tersebut tidak dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat
oleh siswa. Jika hal tersebut berlanjut, siswa akan terus mengulangi kesalahan
tersebut. Setiap pembelajaran menulis, guru hendaknya mengoreksi setiap kata
yang ditulis siswa. Setiap kesalahan yang ada guru menjelaskan kepada siswa
tentang tulisan tersebut dan bagaimana tulisan yang benar.
Merujuk pada pembahasan di atas, dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi diperlukan sebuah model dan teknik pembelajaran yang tepat. Hal
tersebut dilakukan agar siswa menunjukkan hasil yang memuaskan dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi. Dari faktor- faktor di atas, peneliti
memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik
pengamatan objek langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan
deskripsi.
13
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan faktor- faktor yang memengaruhi kurangnya kemampuan
siswa kelas XA SMA Negeri Wangon dalam menulis karangan deskripsi, peneliti
membatasi pokok bahasan pada model dan media pembelajaran. Peneliti
memberikan alternatif, yakni penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dan penggunaan teknik pengamatan objek langsung dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Penulis berharap melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung ini, siswa akan lebih mudah
dalam menulis karangan deskripsi dan pembelajaran yang berlangsung akan lebih
menarik. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi pada
siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Banyumas tahun ajaran 2010/2011
setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung?
2) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon,
Banyumas tahun ajaran 2010/2011 setelah mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung?
14
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi pada
siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Banyumas setelah mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
2) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri 1
Wangon, Banyumas setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis.
1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan tersendiri bagi teori
pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menulis
karangan deskripsi. Selain itu, hasil penelitian akan memberi masukan bagi
perkembangan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA
Negeri 1 Wangon, Banyumas. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung akan memudahkan
siswa menuangkan ide atau gagasan secara tertulis.
15
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan
peneliti itu sendiri. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu
pencapaian indikator kompetensi dasar menulis karangan deskripsi, serta
meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya
keterampilan menulis. Manfaat bagi guru, yaitu memberikan alernatif dalam
penggunaan model dan media pembelajaran menulis karangan deskripsi yang
sesuai. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan memberikan dorongan kepada
pihak sekolah untuk memotivasi semangat kerja guru untuk meningkatkan
kinerjanya serta untuk meningkatkan mutu sekolah. Penelitian ini juga bermanfaat
bagi peneliti karena dapat dijadikan pengalaman dan menjadi sumber inspirasi
untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis pada siswa
sudah banyak dilakukan. Namun, pada kenyataannya keterampilan menulis siswa
masih rendah, terutama menulis karangan deskripsi. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya penelitian yang mengkaji kompetensi dasar tersebut. Tetapi, berbagai
bentuk penelitian yang ada belum cukup sebagai bahan acuan bagi peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi. Sehubungan dengan hal tersebut,
penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh
beberapa orang peneliti, yaitu Cecilia dan Ikeguchi (1997), Diliberto (2004),
Holliway (2004), Anwar, dkk. (2006) Puspita (2007), Arisa (2008), Yuniasih
(2008), Dhewi (2009), dan Karuni (2010).
Cecilia dan Ikeguchi (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Teaching
Integrated Writing Skill mengkaji tentang pembelajaran keterampilan menulis di
sebuah SMP di Jepang yang mengalami kendala berupa kesulitan siswa
memperoleh ide sebagai bahan tulisan. Pada pembelajaran menulis tersebut
digunakan media tulisan dari media massa sebagai sarana penunjang keberhasilan
siswa. Keterampilan menulis ini diintegrasikan dengan keterampilan lainnya,
yakni membaca, berbicara, dan mendengarkan. Siswa diberi tugas untuk membaca
sebuah artikel dari media massa, kemudian siswa membuat ringkasan artikel yang
17
dibaca. Sebelumnya, guru menentukan tema artikelnya. Setelah itu, siswa
berkelompok menurut tema artikel yang dibaca. Tiap-tiap kelompok memilih
seorang anggotanya untuk mempresentasikan hasil ringkasannya di depan kelas,
kelompok yang lain menanggapi. Pada kegiatan ini, guru memberikan waktu
sebanyak siswa ingin berbicara, atau setengah dari seluruh waktu kelas. Dengan
demikian, siswa di dalam kelompok yang sama mengenali beragam aspek yang
berkaitan dengan tema. Selanjutnya, siswa menulis artikel dengan tema yang sama
dari berbagai referensi kelompoknya. Hal ini membuat siswa berpikir kreatif dan
mengembangkan pengetahuannya.
Adapun relevansi penelitian Cecilia dan Ikeguchi (1997) dengan penelitian
ini terletak pada aspek yang dikaji, yaitu keterampilan menulis. Perbedaannya,
Cecilia dan Ikeguchi mengkaji keterampilan menulis artikel dengan media tulisan
dari media massa, sedangkan penelitian ini mengkaji menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung. Adapun subjek penelitian Cecilia dan Ikeguchi
adalah keterampilan menulis terpadu siswa SMP, sedangkan subjek penelitian ini
adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SMA.
Diliberto (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Improving Descriptive
Sentence Writing In Elementary Student bertujuan untuk memberikan sasaran
bagaimana mengajar dan meningkatkan kemampuan menulis kalimat deskripsi
pada siswa sekolah dasar. Persamaan penelitian Diliberto dengan penelitian yang
dilakukan peneliti yaitu sama-sama meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis deskripsi. Perbedaannya yaitu peneliti Diliberto digunakan pada siswa
18
sekolah dasar dan difokuskan pada menulis kalimat deskripsi, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti digunakan pada siswa SMA dan
difokuskan pada menulis karangan deskripsi.
Holliway (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Through the Eyes of
My Reader : A Strategy for Improving Audience Perspective in Children’s
Descriptive Writing mengemukakan bahwa pembaca sangat memengaruhi kualitas
tulisan deskripsi yang dibuat penulis. Penulis akan membuat tulisan sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan pembacanya. Untuk membuat tulisan yang berkualitas,
Holliway menerapkan strategi atau langkah- langkah dalam menulis, yaitu
menyusun tulisan, merevisi, dan yang terakhir menyalin tulisan yang telah
direvisi.
Relevansi penelitian Holliway (2004) dengan penelitian ini terletak pada
aspek yang dikaji, yaitu menulis deskripsi. Perbedaannya terletak pada objek
penelitian. Pada penelitian Holliway yang menjadi objek penelitian yaitu anak
kelas V dan IX, sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian
yaitu kelas X. Selain pada objek penelitian, perbedaan juga terletak pada cara
penangananya. Holliway menggunakan strategi menyusun, merevisi, dan
menyalin dengan melibatkan pandangan pembaca terhadap isi tulisan, sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Anwar, dkk. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Kemahiran Berproses Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA melalui Model
Pembelajaran Kooperatif, menemukan bahwa pembelajaran yang menggunakan
19
model pembelajaran kooperatif tipe turnamen belajar mampu meningkatkan
kemahiran berproses siswa. Kemahiran berproses ini memberi kontribusi 64,8%
terhadap hasil belajar. Selain itu, kemahiran berproses akan meningkatkan
kemampuan interaksi sosial siswa dalam kelompok. Kemahiran dalam
berinteraksi sosial ini merupakan bagian dari soft skill yang penting sekali bagi
siswa sebelum mereka terjun dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Relevansi penelitian yang telah dilakukan oleh Anwar, dkk (2006) dengan
penelitian ini yaitu terletak pada salah satu variabel penelitiannya yang sama yaitu
sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan bedanya
yaitu terletak pada aspek yang dikaji. Dalam penelitian Anwar, dkk, lebih
difokuskan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pengaruh
kemahiran berproses terhadap hasil belajar siswa, sedangkan dalam penelitian ini
model pembelajaran kooperatif digunakan untuk meningkatkan keterampilan
menulis karangan deskripsi. Selain itu, perbedaan antara keduanya terletak pada
tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan. Peneliti Anwar, dkk.
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournaments), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Concept Sentence.
Puspita (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Pembelajaran Menulis Deskripsi melalui Strategi Directed Writing Activity Bagi
Siswa SDN 51 Palembang, menemukan bahwa keterampilan menulis khususnya
keterampilan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi
directed writing acitivy (DWA). Strategi directed writing acitivy (DWA) dapat
20
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada tahap pramenulis,
pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan. Pembelajaran menulis deskripsi
dengan strategi directed writing acitivy (DWA) pada tahap pramenulis
menunjukkan keutuhan yang baik. Siswa telah dapat menampakkan unsur-unsur
pradraf: tema, topik, judul, dan kerangka karangan. Pada tahap pengedrafan
menunjukkan kualifikasi kedeskripsian cukup baik, pada tahap perbaikan
menunjukkan tingkat kedeskripsian cukup baik, dan pada tahap penyuntingan
menunjukkan ketepatan yang baik.
Adapun relevansi penelitian Puspita (2007) dengan penelitian ini yaitu
sama-sama mengkaji tentang menulis deskripsi. Bedanya, dalam upaya
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi, Puspita menggunakan strategi
directed writing acitivy (Dwa), sedangkan penelitian ini tidak menggunakan
strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi melainkan
menggunakan model dan teknik, yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Arisa (2008) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Menulis Paragraf Deskripsi dengan Teknik Cloze Procedure melalui Media Read
Box pada Siswa Kelas III SD Negeri 05 Randudongkal Pemalang, menemukan
bahwa keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa kelas III SD Negeri 05
Randudongkal Pemalang setelah mengikuti pembelajaran menulis paragraf
deskripsi dengan teknik cloze procedure melalui media read boxs mengalami
peningkatan dan perilaku siswa mengalami perubahan menjadi lebih baik. Hasil
analisis data siklus I sampai dengan siklus II terus meningkat. Hasil tes pada
21
siklus I rata-rata kelas sebesar 64,6 dan pada siklus II diperoleh rata-rata kelas
sebesar 78. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II sebesar
13,4%. Pemerolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis paragraf
deskripsi dengan teknik cloze procedure melalui media read boxs dapat dikatakan
berhasil.
Penelitian Arisa (2008) juga relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Hal ini bisa dilihat dari aspek yang dikaji, yaitu sama-sama mengkaji
keterampilan menulis deskripsi. Perbedaanya terletak pada salah satu variabel
penelitian yang digunakan, yaitu teknik dan media pembelajarannya. Untuk
meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi, Arisa menggunakan
teknik cloze procedure melalui media read box, sedangkan peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung.
Penelitian lain yang berkenaan dengan permasalahan pembelajaran
menulis deskripsi juga telah dilakukan oleh Yuniasih (2008). Dalam penelitiannya
yang berjudul Perbandingan antara Keefektifan Penggunaan Teknik Pemetaan
Pikiran dan Peniruan Model dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi pada siswa
SMA ini ditemukan simpulan adanya peningkatan hasil belajar secara signifikan
dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siswa SMA dengan digunakannya
teknik pemetaan pikiran dan teknik/peniruan model. Tetapi, pembelajaran menulis
deskripsi dengan teknik pemetaan pikiran lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik peniruan model. Temuan ini tentu
saja sangat bermanfaat bagi guru bahasa Indonesia untuk lebih mengembangkan
22
strategi pembelajaran menulis khususnya menulis karangan deskripsi. Salah
satunya dengan menerapkan teknik pemetaan pikiran dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi. Dengan penerapan teknik pemetaan pikiran dalam
pembelajaran, maka inovasi pembelajaran sudah terjadi.
Penelitian Yuniasih (2008) mempunyai relevansi dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
menulis khususnya menulis deskripsi. Adapun Perbedaan penelitian Yuniasih
dengan penelitian yang dilakukkan peneliti adalah peneliti Yuniasih meneliti
tentang perbandingan antara keefektifan penggunaan teknik pemetaan pikiran dan
peniruan model dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siswa SMA,
sedangkan peneliti meneliti peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung.
Selanjutnya, Dhewi (2009) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Media Flash Card pada Siswa
Kelas V SD Salangamer Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, menemukan bahwa
keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan media Flash Card
mengalami peningkatan sebesar 18,54% dan mengalami perubahan perilaku
menjadi lebih baik, yaitu siswa lebih memperhatikan penjelasan guru selama
proses pembelajaran, siswa juga merasa senang dan tertarik dengan media yang
digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Relevansi penelitian Dhewi (2009) dengan penelitian yang dilakukan
peneliti terletak pada aspek yang dikaji, yaitu menulis karangan deskripsi.
23
Perbedaan penelitian Dhewi dengan penelitian yang d ilakukan peneliti terletak
pada model dan teknik yang digunakan. Model yang digunakan peneliti yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence, sedangkan peneliti Dhewi
tidak menggunakan model dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Teknik yang digunakan peneliti yaitu teknik pengamatan objek langsung,
sementara peneliti Dhewi tidak menggunakan teknik melainkan menggunakan
media yaitu media Flash Card dalam penelitiannya.
Karuni (2010) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Musik Instrumentalia
Mozart melalui Metode WINDOWS pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Pegandon Kendal menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan media musik instrumentalia mozart
melalui metode WINDOWS sebesar 12,7 dari siklus I dan mengalami peningkatan
sebesar 30,1 dari prasiklus. Setelah digunakan media musik instrumentalia mozart
melalui metode WINDOWS, terjadi perubahan perilaku belajar siswa ke arah
positif. Siswa yang sebelumnya marasa malas dan kurang aktif menjadi semakin
aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Karuni (2010) relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu sama-sama mengkaji
keterampilan menulis karangan deskrispi. Perbedaannya terletak pada model dan
teknik yang digunakan. Karuni (2010) menggunakan media musik instrumentalia
mozart melalui metode WINDOWS untuk meningkatkan keterampilan menulis
karangan deskripsi, sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran
24
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung untuk
meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa kajian
mengenai keterampilan menulis karangan deskripsi dengan berbagai teknik,
metode, dan pendekatan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian mengenai
keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil dari
penelitian sebelumnya serta dapat menjadi pijakan bagi penelitian selanjutnya.
2.2 Landasan Teoretis
Landasan teoretis dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, yaitu
hakikat menulis, karangan deskripsi, model pembelajaran kooperatif, model
concept sentence, teknik pengamatan objek langsung, dan pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung. Setiap pokok bahasan dari teori- teori
tersebut dirinci lagi menjadi subpokok bahasan dan sub-subpokok bahasan.
Urutan penyajian semacam ini dimaksudkan agar tulisan menjad i lebih sistematis
sehingga pembaca lebih mudah memahami isinya. Ulasan mengenai teori- teori
tersebut adalah sebagai berikut.
25
2.2.1 Hakikat Menulis
Tarigan (1982:3-4) mengungkapkan bahwa menulis pada hakikatnya
adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis
ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Berbeda dengan pendapat Tarigan, Supriadi (dalam Wagiran dan Doyin
2005:4) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif yang lebih
banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen
(memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak
gagasan untuk ditulisnya. Kendatipun secara teknis dan kriteria-kriteria yang
dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung kepada
kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang yang
mempunyai ide- ide bagus dibenaknya sebagai hasil pengamatan, penelitian,
diskusi, atau membaca.
Sejalan dengan pendapat Tarigan, Wagiran dan Doyin (2005:2)
menyatakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis
tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belaja r dan berlatih.
Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
kosakata, struktur kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa.
26
Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas, Suparno dan Yunus (2007:1.3)
mengungkapkan bahwa menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak
terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis),
pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebaga i
penerima pesan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai hakikat menulis di
atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang berupa kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan untuk disampaikan kepada pembaca. Keterampilan menulis tidak datang
dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih.
2.2.1.1 Tujuan Menulis
Hartig (dalam Tarigan 1982:24-25) menyatakan tujuan menulis yaitu (1)
tujuan penugasan (assignment purpose), yaitu penulis menulis sesuatu karena
ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; (2) tujuan altruistik (altruistic purpose),
yaitu untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin
menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin
membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya
itu; (3) tujuan persuasif (persuasive purpose), yaitu meyakinkan pembaca akan
27
kebenaran gagasan yang diutarakan; (4) tujuan informasional (informational
purpose), yaitu memberi informasi atau keterangan kepada pembaca; (5) tujuan
pernyataan diri (self expressive purpose), yaitu memperkenalkan atau menyatakan
diri sang pengarang kepada pembaca; (6) tujuan kreatif (creative purpose), yaitu
melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai
kesenian; dan (7) tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose), yaitu
menjelaskan, menjernihkan, dan meneliti secara cermat gagasan sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Pendapat yang lebih sederhana diungkapkan oleh Sujanto (1988:68),
dikemukakannya bahwa tujuan menulis yaitu untuk mengekspresikan perasaan,
memberi informasi, memengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Tujuan
menulis untuk mengekspresikan perasaan dipengaruhi oleh keinginan penulis
untuk menuangkan gagasan-gagasannya sebagai bahan introspeksi maupun untuk
menunjukkan sikap pribadi. Tujuan informatif ditunjukkan penulis dengan cara
mengungkap informasi tentang subjek yang bersangkutan secara logis dan
objektif. Apabila tulisan berisi keinginan penulis untuk memengaruhi pembaca
agar bersikap dan bertingkah laku tertentu, maka tulisannya bersifat persuasif.
Sedangkan tujuan untuk memberi hiburan ditunjukkan apabila penulis
berkeinginan untuk membuat pembaca menjadi senang dan gembira melalui
tulisannya.
Keraf (1995:6) memiliki pendapat sendiri tentang tujuan menulis.
Dikemukakannya bahwa tujuan umum menulis dipengaruhi oleh kebutuhan dasar
manusia, yaitu (1) keinginan untuk memberi informasi kepada orang lain dan
28
memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal; (2) keinginan untuk
meyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran akan suatu hal, dan lebih jauh
memengaruhi sikap dan pendapat orang lain; (3) keinginan untuk menggambarkan
atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek, atau
mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal atau bunyi; dan (4) keinginan untuk
menceritakan kepada orang lain tentang kejadian-kejadian atau peristiwa yang
telah terjadi, baik yang dialami maupun yang didengar dari orang lain.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Akhadiah (dalam Usman 2008:19-20)
yang menyatakan bahwa tujuan menulis adalah suatu gambaran penulis dalam
kegiatan menulis selanjutnya. Dengan menetukan tujuan penulisan, akan diketahui
apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan. Kita akan tahu bahan-bahan yang
diperlukan, macam organisasi karangan yang akan diterapkan, atau mungkin juga
sudut pandangan yang akan dipilih. Tujuan merupakan penentu yang pokok dan
akan mengarahkan serta membatasi karangan. Kesadaran mengenai tujuan selama
proses penulisan akan menjaga keutuhan tulisan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis
adalah untuk menuangkan ide dan gagasan guna memberi informasi, meyakinkan,
menghibur, menggambarkan, serta mengekspresikan perasaan dan emosi untuk
disampaikan dan dinikmati oleh pembaca. Tujuan menulis dipengaruhi oleh
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
29
2.2.1.2 Manfaat Menulis
Menurut Akhadiah (1996:1-2) ada delapan manfaat yang dapat dirasakan
dari kegiatan menulis, yaitu (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi
dirinya; (2) penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan; (3) penulis
dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan
dengan topik yang ditulis; (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan
gagasan secara sistematis kemudian mengungkapkan secara tersurat; (5) penulis
akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif; (6)
dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahan karena dapat menganalisis tulisan tersebut secara tersurat dalam
konteks yang lebih konkret; (7) dengan menulis akan mendorong kita untuk terus
belajar secara aktif; dan (8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan
membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
Berbeda dengan pendapat di atas, Percy (dalam Nurudin 2007:26-27)
mengemukakan ada enam manfaat kegiatan menulis, yaitu (1) suatu sarana untuk
pengungkapan diri; (2) suatu sarana untuk pemahaman; (3) suatu sarana untuk
membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan
harga diri; (4) suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan
terhadap lingkungan sekeliling seseorang; (5) suatu sarana untuk keterlibatan
secara bersemangat dan bukan penerimaan yang pasrah; dan (6) suatu sarana
untuk mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa.
Pendapat berbeda juga diungkapkan oleh Suparno dan Yunus (2007:1.4),
dikemukakannya beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis,
30
antara lain: (1) peningkatan kecerdasan; (2) pengembangan daya inisiatif dan
kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; dan (4) pendorong kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa banyak sekali manfaat yang
dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Menulis dapat dijadikan sebagai sarana
untuk berkomunikasi antara penulis dan pembaca melalui media tulisan. Dengan
menulis, seseorang akan memiliki rasa percaya diri, kepuasan pribadi, kebanggaan
tehadap karya-karyanya, dan dapat mengembangkan pemahaman serta kreativitas
berpikir seseorang untuk menuangkan ide dan gagasannya.
2.2.1.3 Langkah-Langkah Menulis
Menurut Suriamiharja (1966:6-12), menulis merupakan proses berfikir.
Sebelum membuat tulisan diperlukan perencanaan yang matang mengenai suatu
topik yang akan ditulis, tujuan yang akan disampaikan, dan pembahasan yang
akan diuraikan. Perencanaan tersebut dapat dilakukan dalam enam langkah, yaitu
(1) pemilihan topik; (2) pembatasan topik; (3) pemilihan judul; (4) tujuan
penulisan; (5) bahan penulisan; dan (6) kerangka karangan.
Menurut semi (1990:11-15) ada tujuh langkah yang harus diperhatikan
dalam menulis, yaitu (1) pemilihan dan penetapan topik, yakni langkah awal yang
penting sebab tidak akan ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis; (2)
pengumpulan informasi dan data sebagai kelengkapan serta pengayaan topik yang
telah dipilih; (3) penetapan tujuan penulisan; (4) perancangan tulisan (kerangka,
bentuk, sifat, dan cara menyajikan tulisan); (5) penulisan, yaitu kerangka tulisan
31
yang telah disiapkan mulai dikembangkan; (6) penyuntingan atau revisi, yaitu
agar tulisan yang dibuat menjadi lebih baik dan bersih dari kesalahan-kesalahan
berbahasa; dan (7) penulisan naskah jadi, yaitu penulisan kembali agar menjadi
penulisan yang rapi, bersih dan benar.
Akhadiah, dkk (1998:6) menyatakan bahwa secara teoretis proses
penulisan meliputi tiga tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, penulisan, dan
revisi. Namun, ini tidak berarti bahwa kegiatan-kegiatan penulisan itu dapat
dilakukan secara terpisah-pisah. Tahap-tahap yang dikemukakannya sebagai
berikut.
1. Tahap Prapenulisan
Pada tahap prapenulisan kita membuat persiapan-persiapan yang akan
digunakan pada tahap penulisan. Dengan kata lain, merencanakan karangan.
Adapun langkah-langkahnya adalah (1) pemilihan topik, (2) pembatasan topik, (3)
pemilihan judul, (4) tujuan penulisan, (5) bahan penulisan, dan (6) kerangka
karangan.
2. Tahap Penulisan
Pada tahap ini membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka
karangan. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh
diperlukan bahasa. Untuk itu kita harus menguasai kata-kata yang akan
mendukung gagasan dan harus mampu memilh kata dan istilah yang tepat
sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata tersebut
dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif, lalu kalimat-kalimat harus
32
disusun menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. Tulisan juga harus ditulis
dengan ejaan yang berlaku disertai dengan nada baca yang tepat.
3. Tahap Revisi
Jika seluruh tulian sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu dibaca
kembali. Mungkin tulisan tersebut perlu direvisi di sana-sini, diperbaiki,
dikurangi, atau diperluas. Pada tahap ini biasanya diteliti secara menyeluruh
mengenai logika, sistematika, ejaan dan tanda baca, pilihan kata, kalimat,
paragraf, pembuatan catatan kaki, daftar pustaka, dan sebagainya.
Menurut Hernowo (2005), langkah- langkah yang harus diperhatikan dalam
menulis antara lain: (1) persiapan, yakni mengelompokkan kerangka tulisan dan
menulis secara cepat. (2)membuat draf kasar, yakni mengembangkan gagasan, (3)
berbagi, yakni seorang rekan atau teman membaca draf tersebut dan memberikan
umpan balik, (4) memperbaiki, yakni dari umpan balik, perbaiki tulisan tersebut
dan bagikan lagi, (5) penyuntingan, yaitu memperbaiki semua kesalahan,tata
bahasa, dan tanda baca, (6) penulisan kembali, yaitu memasukkan isi yang baru
dan perubahan, dan (7) evaluasi, yaitu pemeriksaan kembali tugas atau tulisan
yang sudah selesai.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah menulis meliputi tiga tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, penulisan,
dan revisi. Adapun langkah- langkah dalam tahap prapenulisan adalah (1)
pemilihan topik, (2) pembatasan topik, (3) pemilihan judul, (4) tujuan penulisan,
(5) bahan penulisan, dan (6) kerangka karangan. Tahap penulisan berupa
33
pengembangan gagasan, dan tahap revisi berupa penyuntingan, evaluasi, dan
penulisan kembali.
2.2.1.4 Jenis-Jenis Karangan
Menurut Wiyanto (2004:64-69), jenis tulisan atau paragraf terbagi menjadi
lima macam, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Deskripsi; paragraf yang bertujuan memberikan kesan kepada pembaca terhadap
objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan
penulis. Narasi; paragraf yang bertujuan mengisahkan atau menceritakan dengan
disertai alur penceritaan dan tokoh yang diceritakan. Eksposisi; paragraf yang
bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan
menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima
atau mengikutinya. Argumentasi; paragraf yang bertujuan menyampaikan suatu
pendapat, konsepsi, atau opini, tertulis kepada pembaca. Sedangkan persuasi;
paragraf yang tidak hanya memaparkan gagasan dengan alasan, bukti, atau contoh
tetapi juga diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada
pembaca.
Sependapat dengan Wiyanto, Suparno dan Yunus (2007:1.10-1.13) juga
mengemukakan jenis tulisan atau ragam wacana terbagi menjadi lima, yaitu (1)
argumentasi; ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca
mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya, (2) persuasi; ragam
wacana yang ditujukan untuk memengaruhi sikap dan pendapat pembaca
mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya, (3) deskripsi; ragam wacana
34
yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari
pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya, (4) eksposisi; ragam wacana
yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan
sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan
pembaca, dan (5) narasi; ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima jenis
tulisan atau ragam karangan, yaitu argumentasi, persuasi, deskripsi, eksposisi, dan
narasi. Masing-masing karangan tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda
sesuai dengan isinya.
2.2.2 Hakikat Karangan Deskripsi
Karsana (1986:4) berpendapat bahwa karangan adalah susunan kata yang
berlapis-lapis dan teratur dan menggunakan bahasa yang teratur pula. Dalam
kegiatan mengarang mengandung kegunaan bagi pengarangnya dan bagi
pembacanya. Dalam karangan itu penulis mengisahkan atau menceritakan suatu
peristiwa atau rangkaian peristiwa. Pembaca diharapkan dapat mengikuti jalan
peristiwa tersebut. Sementara menurut Gie (2002:3), karangan adalah hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh masyarakat pembaca.
Menurut Karsana (1986:3.1), karangan deskripsi disebut juga karangan
lukisan. Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu.
Melukiskan itu adalah menyatakan apa yang diindera dan dirasakan dalam wujud
35
kalimat-kalimat. Deskripsi adalah paparan tentang persepsi yang ditangkap oleh
pancaindera (Sujanto 1988:11). Mendeskripsikan adalah melukis gambar dengan
kata tentang benda-benda, manusia atau lokasi. Baik melukiskan maupun
mendeskripsikan berusaha untuk mentransformasikan sesuatu ke dalam bentuk
yang paling mendekati dengan objek aslinya.
Deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para
penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang
dibicarakan. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah
menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) daripada
keseluruhan sebagai yang dialami secara fisik oleh penulis (Keraf 1995:30).
Sejalan dengan pendapat Keraf, Hartono (2000:78) juga berpendapat bahwa
deskripsi adalah bentuk wacana yang bertujuan untuk memberikan perincian atau
detail tentang objek sehingga mereka seakan-akan ikut melihat, mendengar,
melaksanakan atau mengalami langsung tentang objek tersebut. Sasaran penulisan
deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal
(imajinasi) pada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi
secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulis.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wiyanto (2004:64-65) yang
berpendapat bahwa kata deskripsi berasal dari verba to describe (Ing), yang
artinya menguaraikan, memerikan, atau melukiskan. Paragraf desk ripsi adalah
paragraf yang bertujuan memberikan kesan/ impersi kepada pembaca terhadap
objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan
penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-olah melihat,
36
mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang diuraikan penulis.
Adapun Suparno dan Yunus (2007:4.6) berpendapat bahwa karangan deskripsi
merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud
untuk menghidupkan kesan dan daya khayal yang mendalam pada si pembaca.
Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu,
dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Sesuatu
yang dapat dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita
dengar saja, tetapi juga yang dapat kita rasa dan kita pikir. Untuk mencapai tujuan
deskripsi itu, kita dituntut untuk mampu memilih dan mendayagunakan kata-kata
yang dapat memancing kesan serta citra inderawi dan suasana batiniah pembaca.
Disamping itu, penulis karangan deskripsi membutuhkan keterlibatan perasaan.
Oleh karena itu, dalam menulis deskripsi kita harus mampu menghidupkan objek
yang kita lukiskan sehidup-hidupnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat
melihat apa yang kita lihat, dapat mendengar apa yang kita dengar, dan dapat
merasakan apa yang kita rasakan. Kita mengajak pembaca mengalami apa yang
kita alami.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan
deskripsi adalah sebuah karangan atau tulisan yang menggambarkan atau
melukiskan suatu objek atau barang tertentu, sehingga objek tersebut seolah-olah
hidup dan kita juga seakan-akan ikut merasakan apa yang dialami oleh objek
tersebut.
37
2.2.2.1 Ciri-Ciri Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi merupakan pengembangan suatu keadaan dengan
kalimat-kalimat, sehingga menimbulkan kesan yang hidup. Penggambaran atau
lukisan itu harus disajikan sehidup-hidupnya, sehingg apa yang dilukiskan itu
hidup dalam angan-angan pembaca. Karangan deskripsi berfungsi untuk
mengemukakan sifat, watak, dan tingakh laku seseorang melukiskan suasana
tempat dan lain- lain.
Keraf (1982:71) berpendapat bahwa tulisan deskripsi memiliki ciri-ciri
antara lain: (1) deskripsi lebih berupaya memperlihatkan secara detail tentang
objek, (2) deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh untuk membentuk imajinasi
pembaca, (3) deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan
pilihan kata yang menggugah, dan (4) deskripsi lebih banyak memaparkan tentang
sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dirasakan sehingga objeknya berupa bend a,
alam, warna, manusia, dan lain- lain.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Nursisto (1999:41) tentang ciri-ciri
karangan deskripsi, yaitu memaparkan sesuatu yang dapat diamati secara objektif,
dan memperlihatkan rincian objek yang diamati tersebut. Pertama, memamparkan
sesuatu yang dapat diamati secara objektif. Dalam karangan deskripsi, hal-hal
yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
dan perabaan) dijelaskan secara terperinci. Inilah ciri-ciri paragraf deskripsi yang
menonjol. Kedua, memperlihatkan rincian objek yang diamati tersebut. Ciri
deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati
38
bentuk, warna, dan keadaan objek secara detail/terperinci menurut penangkapan si
penulis.
Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Tjakroek (2007:1-2)
mengungkapkan beberapa ciri-ciri karangan deskripsi, yaitu (1) bertujuan untuk
melukiskan suatu objek, (2) dalam karangan deskripsi, hal-hal yang menyentuh
pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan)
dijelaskan secara terperinci, (3) ciri yang ketiga adalah penyajian urutan ruang.
Penggambaran atau pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan;
mungkin dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, atau
sebagainya, (4) ciri deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat
dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detail/terperinci
menurut penangkapan si penulis, dan (5) dalam karangan deskripsi, unsur
perasaan lebih tajam daripada pikiran. Sementara Sunarno (dalam Dhewi
2009:38) menyatakan bahwa ciri-ciri karangan deskripsi yang baik adalah
menggambarkan atau melukiskan sesuatu, penggambaran tersebut dilakukan
sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, dan membuat pembaca atau
pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari
karangan deskripsi antara lain: (1) memperlihatkan secara detail objek yang
diteliti dan menyajikannya secara runtut, (2) bersifat memberikan pengaruh
kepada pembaca atau pendengar sehingga seolah-olah merasakan sendiri atau
mengalami sendiri, (3) disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata
yang menggugah, dan (4) lebih mengutamakan unsur perasaan daripada pikiran.
39
2.2.2.2 Langkah-Langkah Menulis Karanagan Deskripsi
Seseorang yang akan menulis sebuah karangan deskripsi harus
memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan karangan deskripsi, salah
satunya adalah langkah- langkah penyusunannya. Ada beberapa langkah dalam
menyusun karangan deskripsi. Karsana (1986:5.12) menyebutkan enam langkah
untuk menulis karangan deskripsi, yaitu (1) menentukan objek yang akan
dijadikan ide atau bahan, (2) pengamatan secara cermat, terperinci, dan sungguh-
sungguh, (3) pengumpulan data, informasi, dan sebagainya yang menunjang objek
pengamatan, (4) pengendapan dan pengolahan dalam pikiran, daya cipta, (5) ide
atau gagasan yang sudah terolah dalam diri dan pikiran, penuh daya imajinasi itu
diwujudkan dengan perantaraan bahasa karangan, dan (6) karangan deskripsi
hadir dihadapan kita, sebagai pembaca.
Sudiati dan Widyamartaya (2005:11—16) menjelaskan tiga langkah pokok
dalam menulis sebuah karangan deskripsi. Langkah pertama adalah mengamati,
yaitu memilih sesuatu yang menarik dan mengamatinya dengan saksama. Dalam
menulis deskripsi, seorang penulis harus mengerahkan segenap indera, baik
penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecap, maupun peraba untuk
memperoleh gambar angan-angan yang lengkap dan utuh. Selain itu, seorang
pengamat juga harus berbekal sikap yang perlu menjadi landasan kegiatannya,
yaitu bersimpati, berempati, dan berpikir cermat dan jernih. Langkah kedua adalah
menentukan tujuan. Secara umum, tujuan menulis deskripsi adalah untuk
memberikan informasi kepada pendengar atau pembaca tentang sesuatu yang
dilukiskan, sehingga menghasilkan lukisan faktual atau ekspositoris atau realistis
40
dan untuk menyampaikan suatu pengalaman serta penghayatan batin kepada
pendengar atau pembaca tentang sesuatu yang dilukiskan berdasarkan imajinas i
pembicara atau penulis, sehingga menghasilkan lukisan rekaan atau impresionistik
atau sugestif. Langkah ketiga adalah memproses data-data yang telah diperoleh
berdasarkan kegiatan pengamatan untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang
dimaksudkan. Langkah ini meliputi: mengkaji, memilih, dan mengolah atau
mengelola. Penulis lukisan faktual seolah-olah bertindak sebagai seorang ilmuwan
dan akan memproses data-datanya dengan caranya sendiri, sedangkan penulis
lukisan sugestif seolah-olah bertindak sebagai seorang seniman dan akan
memproses data-datanya dengan caranya sendiri pula.
Suparno dan Yunus (2008:4.22) menyebutkan empat langkah dalam
menulis karangan deskripsi, yaitu (1) menentukan apa yang akan dideskripsikan;
orang ataukah tempat, (2) merumuskan tujuan pendeskripsian; sebagai alat bantu
karangan narasi, eksposisi, argumentasi, ataukah persuasi, (3) menentukan bagian
yang akan dideskripsikan: jika deskripsi orang, apakah yang akan dideskripsikan
itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda di sekitar tokoh, dan jika
deskripsi tempat, apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya
bagian-bagian tertentu saja yang menarik, dan (4) memerinci dan
menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan
dideskripsikan, seperti hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu
memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan,
dan pendekatan apa yang akan digunakan.
41
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan setidaknya
terdapat lima langkah pokok dalam menulis karangan deskripsi, yaitu (1)
menentukan objek yang akan dideskripsikan, (2) merumuskan tujuan
pendeskripsian objek tersebut, (3) mengamati objek dengan saksama dan
menentukan bagian yang penting dan menarik untuk dideskripsikan, (4)
mengumpulkan data atau informasi tentang objek yang telah diamati, dan (5)
memproses data atau informasi yang telah diperoleh dengan memilih dan
mengkaji lebih lanjut, apakah data tersebut sesuai untuk dimasukkan ke dalam
karangan deskripsi atau tidak dengan tujuan untuk memperkuat kesan terhadap
objek yang dideskripsikan.
2.2.2.3 Aspek-Aspek yang Dinilai dalam Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi menuntut beberapa kualitas agar isinya menarik bagi
pembaca. Deskripsi yang baik bergantung pada tanggapan yang jeli. Diungkapkan
oleh Gie (2003:33-37) dalam mengarang diterapkan enam asas atau aspek dalam
mengarang. Keenam aspek tersebut adalah (1) kejelasan, (2) keringkasan, (3)
ketepatan, (4) kesatupaduan, (5) pertautan, dan (6) penegasan.
Aspek kejelasan tidak semata-mata berarti mudah dipahami, melainkan
juga bahwa paragraf itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan
berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga butir ide yang diungkapkan
seakan-akan nyata oleh pembaca. Aspek keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap
paragraf harus pendek. Ringkas tidak sama dengan pendek, keringkasan berarti
bahwa suatu paragraf tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak
42
mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam
menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan.
Aspek ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat
menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan
sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya. Oleh karena itu, untuk
menulis harus menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa,
ejaan, tanda baca, dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.
Aspek kesatupaduan, asas ini berarti bahwa segala hal yang disajikan
dalam suatu paragraf perlu berkisar pada satu gagasan pokok yang telah
ditentukan. Untuk keseluruhan paragraf yang tersusun dari satu alinea, tidak ada
uraian yang menyimpang dan tidak ada ide yang lepas dari jalur gagasan pokok
itu. Aspek pertautan, aspek ini menetapakan bahwa dalam suatu paragraf bagian-
bagiannya perlu melekat secara berurutan satu sama lain. Dalam paragraf itu
antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya perlu ada saling kait
sehingga ada aliran yang logis. Aspek penegasan, aspek ini menetapkan bahwa
dalam suatu tulisan butir-butir informasi yang penting disampaikan dengan
penekanan atau penonjolan tertentu sehingga terkesan kuat pada pikiran pembaca.
Jadi, tidak semua hal dalam suatu paragraf yang mempunyai perbedaan derajat
pentingnya ditulis secara datar dan senada.
Keenam aspek di atas merupakan aspek-aspek dalam sistematika menulis
sebuah paragraf, dalam menulis paragraf deskripsi penulis harus dapat
menggunakan kata-kata yang bersifat penginderaan dan menyentuh perasaan
pembaca. Seperti yang diungkapkan oleh DePorter dan Hernancki (2004:190)
43
yang berpendapat bahwa deskripsi yang baik, yaitu dengan menunjukkan bukan
memberitahukan (show not tell). Ini berarti dalam menulis deskripsi mengambil
bentuk kalimat-kalimat memberitahu kemudian mengubahnya menjadi paragraf
yang menunjukkan.
Melengkapi pendapat DePorter dan Hernacki, Suparno dan Yunus
(2007:4.6-4.7) menambahkan bahwa sesuatu yang dideskripsikan harus tersaji
secara suasana batiniah pembaca. Sesuatu yang dideskripsikan harus mengatakan
secara terperinci. Disamping itu, penulis karangan deskripsi harus membutuhkan
keterlibatan perasaan.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
yang akan dinilai dalam menulis paragraf deskripsi adalah (1) imajinasi, (2)
keterlibatan aspek pancaindera, (3) memusatkan uraian pada objek yang ditulis,
(4) kesan hidup, (5) kohesi dan koherensi, (6) menunjukkan objek yang ditulis, (7)
pemilihan kata, (8) penggunaan ejaan dan tanda baca, (9) kesesuaian judul dengan
isi paragraf, dan (10) kerapian tulisan.
2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Di bawah ini dijabarkan beberapa pendapat mengenai pembelajaran
kooperatif sebagai berikut.
a. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan (Nurhadi dan
Senduk 2003:60).
44
b. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata
(Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi dan Senduk 2003:60).
c. Pembelajaarn kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda (Isjoni 2009:14).
d. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin dalam
Isjoni 2009:15).
e. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru (Suprijono 2009:54).
f. Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-
kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok (Davidson dan Warsham 2003 dalam Isjoni 2009:45).
Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pengajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec dalam Nurhadi 2000).
Pembelajaran kooperatif mengacu pada model pembelajaran di mana siswa
45
bekerja sama dalam kelompok kecil atau saling membantu dalam belajar. Ciri
khas dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa ditempatkan pada kelompok-
kelompok kooperatif dan tinggal bersama sebagai kelompok. Proses demokrasi
dan peran aktif juga merupakan ciri khas dari lingkungan pembelajaran
kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan struktur tingkat
tinggi, dan guru juga mendefinisikan semua prosedur. Meskipun demikian, guru
tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan
siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-
aktivitas di dalam kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif menjadi
sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru,
perpustakaan, maupun di pusat media. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang siswa yang
sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu
sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama dalam kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh
guru, dan saling membantu teman sekelompoknya.
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi dan Senduk
(2003:67-71), adalah (1) merumuskan tujuan pembelajaran, (2)menentukan
jumlah anggota dalam kelompok belajar, (3)menentukan tempat duduk siswa, (4)
merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan, (5) menentukan
peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif, (6) menjelaskan tugas
akademik, (7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja
46
sama, (8) menyusun akuntabilitas individu, (9) menyusun kerja sama
antarkelompok, (10) menjelaskan kriteria keberhasilan, (11) menjelaskan perilaku
siswa yang diharapkan, (12) memantau perilaku siswa, (13) memberikan bantuan
kepada siswa dalam menyelesaikan tugas, (14) melakukan intervensi untuk
mengajarkan keterampilan bekerja, (15) menutup pelajaran, (16) menilai kualitas
pekerjaan atau hasil belajar siswa, dan (17) menilai kualitas kerja sama
antaranggota kelompok.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil
untuk bekerja sama memelajari materi akademik dan keterampilan antarpribadi
yang mempunyai tanggung jawab individual maupun kelompok dalam ketentuan
tugas-tugas. Unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1)
siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di
dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat
bahwa di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa harus
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya,
(5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah, penghargaan, yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan
dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya, dan (7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
47
Pendekatan kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersma-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkaitan. Adapun berbagai elemen dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap
muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan
antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman
dan Bintoro 2000:78-79 dalam Nurhadi dan Senduk 2003:60). Saling
ketergantungan positif yaitu bahwa dalam pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang menuntut adanya interaksi yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil
belajar yang optimal.
Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari unsur yang
pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik.
48
Tatap muka menuntut para siswa dalam setiap kelompok untuk saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru,
tetapi juga sesama. Hal ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi
sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam ini
sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
Komunitas antaranggota merupakan unsur yang penting. Sebelum
menugaskan siswa ke dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi dalam sebuah
kelompok. Hal ini dikarenakan, keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Langkah- langkah dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdiri atas
enam fase, yaitu (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan
informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, (4)
membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) mengevaluasi, dan (6)
memberikan pengakuan atau penghargaan.
Tabel 1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2: Present information Guru menyampaikan informasi kepada siswa
49
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan
Fase 3: Organize students info
learning teams
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase 4: Assist team work and
study
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5: Tes on the materials
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
2.2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence
Model Concept Sentence merupakan salah satu model dalam pembelajaran
kooperatif. Kinarwati (2007:8), mendefinisikan concept sentence sebagai model
pembelajaran yang menekankan pada siswa dibentuk kelompok heterogen
kemudian setiap kelompok yang sudah dibentuk masing-masing membuat kalimat
dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan. Pendapat serupa juga
50
dikemukakan oleh Erman (2009:5) memberi definisi model concept sentence
adalah model pembelajaran dengan cara siswa dibentuk berkelompok dan
membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai dengan materi yang
disajikan oleh guru.
Model Concept Sentence prosedurnya adalah model pembelajaran dengan
penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru
menyamapaikan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat
beberapa kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi (Herdiyan 2009:10).
Langkah- langkah dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence menurut Suprijono (2009:132) adalah sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
2. Guru menyampaikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ±4 orang secara heterogen.
4. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
5. Tiap kelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4
kata kunci.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh
guru.
7. Kesimpulan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model Concept
Sentence adalah model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa dibentuk
berkelompok, kemudia tiap kelompok membuat atau menentukan minimal 4 kata
51
kunci, setelah menentukan kata kunci kemudian siswa membuat kalimat
berdasarkan kata kunci tersebut.
2.2.4 Teknik Pengamatan Objek Langsung
Pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik pengamatan objek
langsung bertujuan agar dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang
dilihat. Guru mengajak siswa ke luar kelas untuk menunjukkan objek yang akan
diamati. Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis
berdasarkan objek yang dilihatnya. Teknik ini dapat dilakukan secara
perseorangan ataupun secara kelompok (Suyatno 2000:82). Teknik objek
langsung dikembangkan untuk membuat proses pembelajaran yang aktif, kreatif
dan produktif. Dengan teknik pembelajaran yang tepat diharapkan siswa mampu
berpikir, mengobservasi dan mengalisis sesuai dengan kemampuan siswa sendiri.
Siswa belajar bukan hanya mampu menghafal dan menirukan.
Dalam mengelola sumber belajar sebaiknya mempertimbangkan sumber
daya yang ada di sekolah dan melibatkan orang-orang yang ada di dalam system
sekolah tersebut. Pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan sekitar diperlukan
dalam upaya menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat
setempat. Sekolah bukanlah tempat yang terpisah dari masyarakatnya. Dengan
cara ini fungsi sekolah sebagai pusat pembaharuan dan pembangunan sosial
budaya masyarakat akan dapat diwujudkan. Selain itu, lingkungan sangat kaya
dengan sumber-sumber, media, dan alat bantu pembelajaran. Lingkungan fisik,
sosial atau budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.
52
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi dapat pula berperan
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar akan membuat anak merasa senang dalam belajar. Mengalami langsung
apa yang sedanga dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indera daripada
hanya mendengarkan orang lain atau mendengarkan penjelasan guru. membangun
pemahaman dari pengamatan dan pengalaman langsung akan lebih mudah
daripada membangun pemahaman dari uraian lisan guru.
Dengan teknik pengamatan objek langsung memungkinkan siswa untuk
turut meningkatkan daya tahan ingatan. Siswa mengalami kegiatan secara
langsung, bereksplorasi, dan berinteraksi dengan teman dan gurunya.
Berkomunikasi tentang apa yang mereka peroleh dari belajarnya dan melakukan
refleksi tentang apa yang telah dipelajari, merupakan hal yang sebaiknya terjadi
dalam setiap proses belajar mengajar agar tercapai hasil belajar yang maksimal.
Teknik pembelajaran objek langsung hampir sama dengan teknik
karyawisata. Bedaanya, teknik pengamatan objek langsung dimaksudkan agar
siswa dapat menulis karangan deskripsi dengan tepat dan jelas berdasarkan objek
yang dilihatnya secara langsung. Untuk menulis karangan deskripsi berdasarkan
pengamatan objek langsung siswa dapat diajak ke luar kelas untuk melihat objek
pengamatan yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhairini
(dalam Fotoni 2002:22) bahawa metode karya wisata adalah suatu metode
pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak keluar kelas
untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan
bahan pembelajaran.
53
Teknik pengamatan objek langsung dalam proses pembelajaran memiliki
beberapa tujuan, yaitu (1) dengan teknik pengamatan objek langsung siswa
diharapkan mampu memperoleh pengalaman langsung dari objek yang diamati
atau dilihatnya, (2) siswa diharapkan dapat menghayati tugas pekerjaannya, serta
dapat bertanggung jawab. Selain itu mereka dapat melihat, mendengar, meneliti
dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan
dan sekaligus dalam waktu yang sama dapat memelajari beberapa mata pelajaran,
dan (3) siswa dalam mengamati objek secara langsung dapat dijadikan sebagai
bahan belajar yang santai (rekreasi) tetapi seriu (Fatoni 2002:27 dalam Suryandari
2008:25).
Teknik objek langsung sangat bermanfaat dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi. Dengan melihat secara langsung objek yang diamati,
diharapkan siswa mempunyai rekaman atau gambaran dari objek tersebut,
selanjutnya gambaran tersebut dapat ditungkan kedalam tulisan. Oleh karena itu,
teknik pengamatan objek langsung dalam pembelajaran dapat dikatakan sebagai
cara yang dilakukan dengan mengajak siswa melihat atau mengamati objek
tertentu di dalam maupun di luar ruangan.
Dapat disimpulkan bahwa teknik pengamatan objek langsung bertujuan
agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Teknik ini
dapat dilakukan secara perseorangan ataupun berkelompok dengan cara observasi
langsung. Model observasi langsung memang akan memuaskan harapan pembaca
karena dianggap sebagai jalan menuju objektivitas. Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar akan membuat anak merasa senang dalam belajar daripada
54
hanya mendengarkan orang lain atau guru yang menjelaskan. Mengalami
langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indera
daripada hanya mendengarkan orang lain. Belajar dengan cara pengamatan objek
langsung akan meningkatkan daya ingatkan siswa.
2.2.5 Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence
dan Teknik pengamatan objek langsung dalam Pembelajaran Menulis
Karangan Deskripsi
Pembelajaran menulis karangan deskripsi dalam penelitain ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung. Tujuannya agar siswa dapat menuangkan gagasan
atau ide yang dimilikinya ke dalam bentuk tulisan dengan mudah. Model ini tepat
digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi karena model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dimaksudkan untuk merangsang
penemuan kosakata yang tepat untuk suatu objek tertentu dan mendorong siswa
menentukan pilihan kata yang tepat untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaanya tentang objek tertentu dalam bentuk kalimat-kalimat yang dirangkai
menjadi sebuah karangan. Selain itu, teknik pengamatan objek langsung juga
sangat membantu siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Melalui
teknik pengamatan objek langsung siswa akan mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang utuh, lengkap, dan langsung sehingga pengetahuan dan
pengalaman serta keterampilan yang diperoleh siswa tersebut bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri
55
gambaran kenyataan sepenuhnya sehingga tidak menimbulkan kesan yang salah
terhadap karangan yang ditulis. Objek langsung dapat membantu siswa untuk
mengalirkan secara bebas apa pun yang telah tersimpan di dalam pikiran dan
perasaan siswa. Membangun pemahaman dari pengamatan langsung akan lebih
mudah daripada membangun pemahaman dari uraian lisan guru. Dengan
demikian, siswa lebih mudah mencerna apa yang akan ditulisnya dan akan lebih
mudah menuangkan gagasanya dalam bentuk karangan deskripsi.
Langkah- langkah pembelajaran yang diterapkan berpedoman pada
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek
langsung. Siswa mengembangkan keterampilan yang dimiliki dengan kerja
kelompok dan kerja individu. Standar kompetensi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk karangan
(naratif, deskriptif, eksposisi), sedangkan kompetensi dasarnya adalah menulis
hasil observasi dalam bentuk karangan deskripsi. Indikator yang harus dicapai
oleh siswa meliputi tiga hal, yaitu: (1) mampu menentukan kata kunci dari objek
yang diamati, (2) mampu mengembangkan kata kunci menjadi suatu karanga n
yang utuh berdasarkan hasil pengamatan dengan memperhatikan aturan tata tulis
kebahasaan, dan (3) mampu menyunting karangan deskripsi yang telah dibuat.
Tujuan dari pembelajaran ini diharapkan siswa dapat menulis hasil
observasi dalam bentuk karangan deskripsi. Materi pokok yang digunakan dalam
pembelajaran ini, yaitu: (1) pengertian karangan deskripsi, dan (2) langkah-
langkah menulis karangan deskripsi. Metode, model, dan teknik yang digunakan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence, ceramah, tanya
56
jawab, inkuiri, diskusi, penugasan, dan pengamatan objek langsung. Sedangkan
sumber belajar dan media yang digunakan adalah buku pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia yang menunjang, dan objek langsung. Aspek penilaian yang
dinilai, yaitu: (1) imajinasi, (2) keterlibatan aspek pancaindera, (3) memusatkan
uraian pada objek yang ditulis, (4) kesan hidup, (5) kohesi dan koherensi, (6)
menunjukkan objek yang ditulis, (7) pemilihan kata, (8) penggunaan ejaan dan
tanda baca, (9) kesesuaian judul dengan isi paragraf, dan (10) kerapian tulisan.
Sebagai sebuah model, pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung mempunyai empat komponen, yaitu sintaks, sistem sosial, peran
guru, dan sarana pendukung. Keempat hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) Sintaks
Sintaks Model Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Teknik Pengamatan
Objek Langsung
Fase-Fase Perilaku Guru Perilaku Siswa
Fase 1: Present goals
and set
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran
menulis karangan deskripsi
dan memotivasi siswa
belajar.
Siswa duduk dengan tertib
dan mendengarkan
penjelasan guru.
Fase 2: Present Guru menyampaikan materi Siswa mengamati contoh
57
information
Menyajikan informasi
karangan deskripsi kepada
siswa dengan jalan
demonstrasi dan lewat bahan
bacaan berupa contoh
karangan deskripsi.
karangan deskripsi yang
disediakan oleh guru.
Bersama teman
sebangkunya kemudian
menentukan pengertian dan
karakteristik karangan
deskripsi.
Fase 3: Organize
students info learning
teams
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menyuruh siswa
berkelompok secara
heterogen berdasarkan
kemampuan siswa dalam
menulis karangan deskripsi
dan guru membimbing siswa
dalam membentuk kelompok.
Siswa membentuk
kelompok secara heterogen
berdasarkan kemampuan
siswa dalam menulis
karangan deskripsi.
Masing-masing kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
Fase 4: Assist team
work and study
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar saat siswa
menulis karangan
deskripsi berdasarkan
pengamatan objek
secara langsung dan
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar
pada saat melakukan
pengamatan objek langsung
dan berdiskusi menentukan
kata kunci dengan cara
mengarahkan siswa pada saat
mengamati objek dan
berdiskusi menentukan kata
Siswa secara berkelompok
mengamati objek secara
langsung dan berdiskusi
menentukan kata kunci
berdasarkan objek tersebut.
Tiap siswa
menyumbangkan minimal
satu kata kunci. Kata kunci
tersebut kemudian
58
kata kunci. kunci serta menjelaskan
langkah-langkah penulisan
karangan deskripsi yang baik
berdasarkan pengamatan
objek secara langsung serta
kata kunci yang telah
ditentukan.
dikembangkan menjadi
beberapa kalimat dan
dirangkai menjadi sebuah
karangan deskripsi yang
utuh oleh siswa secara
individu.
Fase 5: Tes on the
materials
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil
belajar menulis karangan
deskripsi yang telah dipelajari
dan menyuruh masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil
karangan deskripsinya.
Siswa yang ditunjuk oleh
anggota kelompoknya
mewakili kelompok
membacakan hasil
tulisannya di depan kelas.
Siswa lain memperhatikan
dan memberikan
tanggapan.
Fase 6: Provide
recognition
Memberikan
penghargaan
Guru memberikan
penghargaan berupa pujian
dan tambahan nilai bagi
siswa yang karangan
deskripsinya paling baik.
Siswa menerima
penghargaan dari guru dan
menjadikannya sebagai
motivasi agar lebih baik
lagi.
59
2) Sistem Sosial
Sistem sosial yang berlangsung dalam pembelajaran ini adalah keterlibatan
guru, siswa, dan masyarakat umum. Kedudukan guru pada hakikatnya sebagai
fasilitator, sedangkan siswa berkedudukan sebagai subjek pembelajaran sehingga
bebas menggali pengetahuan-pengetahuan dari luar lingkungan sekolah yang
dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan masyarakat umum
dan komponen di luar sekolah dapat dijadikan sebgai objek sasaran yang dapat
membantu siswa meningkatkan keterampilannya. Pada tahap eksplorasi, guru dan
siswa terlibat dalam kegiatan memahami teknis pelaksanaan sebelum siswa
melakukan unjuk kerja. Pada bagian tertentu, kegiatan dilakukan secara kelompok
dan pada bagian lain, siswa harus menyelesaikan persoalan secara mandiri.
Kegiatan yang dilakukan secara kerja sama misalnya saat siswa mencari bahan
atau sumber informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Siswa dapat saling
berbagi dan guru dapat memberikan masukan-masukan. Pada saat siswa sudah
cukup memilki bahan dan siap untuk menulis, prinsip kerja sama sudah tidak
berlaku lagi. Siswa harus menulis secara individu.
3) Peran Guru
Selama proses pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung, guru bertindak sebagai model, fasilitator, konsultan, motivator, dan
evaluator. Guru merangsang siswa dengan sebuah contoh karangan deskripsi. Saat
siswa mulai kesulitan untuk memahami karangan deskripsi tersebut, guru
60
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun berdiskusi dengan
anggota kelompoknya, sehingga masalah yang ada dapat terselesaikan. Guru
mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung dalam pembelajaran. Selain itu guru juga bisa
bertindak sebagai instruktur dan mengarahkan siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber yang dapat menunjang menulis karangan deskripsi.
4) Sarana Pendukung
Sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan strategi
pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menulis
karangan deskripsi. Selain itu, sarana dan prasarana yang dapat mendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah perpustakaan yang telah ada di sekolah. Dengan
adanya perpustakaan siswa dapat mengakses beberapa sumber informasi dari
internet dan buku atau referensi yang telah ada. Siswa juga dapat memperkuat
dalam menulis karangan deskripsinya dengan menuangkan fakta-fakta, hasil
penelitian, observasi, dokumentasi, berita atau sumber informasi yang dapat
meyakinkan para pembacanya.
Melalui pembelajaran seperti di atas diharapkan dapat memecahkan
masalah rendahnya kemampuan siswa kelas XA dalam menulis karangan
deskripsi dan diharapkan terjadi perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih
produktif dan kreatif lagi dalam menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.
61
5) Dampak Instruksional dan Pengiring
Dampak instruksional dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung yaitu siswa menguasai materi karangan deskripsi dan
terampil dalam menulis karangan deskripsi. Adapun dampak pengiring dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, yaitu 1) kerja
sama: dalam mengerjakan tugas kelompok semua anggota kelompok saling
bekerja sama satu sama lain dan tidak ada siswa yang bergantung pada anggota
kelompoknya; 2) keaktifan: kondisi kelas yang kondusif menjadikan siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran, siswa memberikan umpan balik terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup;
dan 3) percaya diri: pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa menjadi
lebih percaya diri dalam menggungkapkan pendapatnya di kelas.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai oleh setiap orang. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling
berkaitan dengan yang lainnya. Keterampilan menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang paling sulit. Untuk dapat menguasai keterampilan
tersebut harus melalui belajar dan latihan terus-menerus.
62
Menulis karangan deskripsi merupakan salah satu jenis keterampilan
menulis. Keteranpilan menulis, khususnya keterampilan menulis karangan
deskripsi pada siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas masih kurang
memuaskan. Sebagian besar siswa dalam mencari ide atau gagasan masih kurang
kreatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa yang kurang memuaskan.
Rendahnya kemampuan menulis tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari siswa. Faktor yang pertama
berasal dari guru meliputi (1) guru kurang memperhatikan dan enggan mengoreksi
kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa satu demi satu, (2) cara guru
menyampaikan materi tidak menggunakan teknik pembelajaran yang tepat, (3)
guru mengajar tidak menggunakan sebuah model pembelajaran yang membuat
siswa aktif di kelas sehingga pembelajaran bersifat satu arah, (4) strategi mengajar
guru yang tidak bervariasi menyebabkan suasana pembelajaran di kelas terasa
membosankan, dan (5) belum adanya variasi-variasi pembelajaran, media,
maupun model pembelajaran.
Adapun faktor yang kedua berasal dari siswa itu sendiri meliputi (1) siswa
kurang berminat mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, (2)
pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi masih kurang, (3)
terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi, memberikan kesan hidup
pada objek karangan, dan siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan
dalam menulis karangan deskripsi, (4) kurangnya pembendaharaan kata
(kosakata) pada siswa, dan (5) siswa kurang berlatih dalam menulis karangan
deskripsi.
63
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengadakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung sebagai upaya mengatasi
rendahnya kemampuan menulis karangan deskripsi. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Siklus I dimulai dengan tahap perencanaan, rencana-rencana kegiatan
disusun untuk menemukan solusi pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah
tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
pada saat pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung. Tahap ketiga yaitu
observasi, observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Tahap
terakhir adalah refleksi, tahap ini dilakukan dengan merefleksi hal-hal yang
diperoleh dalam pembelajaran. Kelebihan atau kemajuan yang diperoleh pada
siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan atau kekurangan yang muncul
dicarikan solusi pemecahannya pada siklus II dengan cara memperbaiki
perencanaan siklus II.
Siklus II merupakan hasil perbaikan pada siklus I. Tahap-tahap siklus II
sama seperti siklus I. Hasil pembelajaran tes siklus I dan siklus II kemudian
dibandingkan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung.
64
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoretis dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan
pada penelitian ini adalah dengan menerapkan pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung, maka keterampilan menulis karangan
deskripsi pada siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas akan meningkat
dan terjadi perubahan perilaku ke arah yang positif.
65
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk
memperbaiki pelaksanaan pembelajaran.
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yaitu proses tindakan siklus I dan
siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis siswa. Siklus
I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II, sedangkan hasil proses
tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
menulis setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang
didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Siklus tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.
KA TL
P RP
R T R T
O O
Bagan 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas
SII
SI
66
Keterangan:
KA : kondisi awal
TL : tindak lanjut
RP : revisi perencanaan
P : perencanaan
O : observasi
T : tindakan
R : refleksi
3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I
Prosedur tindakan pada siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.1.1.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran menulis
karangan deskripsi. Langkah awal yang dilakukan adalah menyusun rencana
pembelajaran yang merupakan program kerja atau pedoman peneliti dalam
melaksanakan pembelajaran dalam mencapai tujuan. Pada tahap ini selain
menyusun rencana pembelajaran juga membuat instrumen nontes yang berupa
lembar observasi, lembar catatan harian siswa dan guru, lembar wawancara, dan
dokumentasi yang berupa foto. Selain menyiapkan instrumen nontes juga
menyiapkan perangkat tes yang berupa soal yang akan diujikan melalui lembar
menulis karangan deskripsi beserta kriteria penilaiannya. Penyusunan instrumen
67
ini dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dan
dosen pembimbing.
3.1.1.2 Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Pada tahap ini
dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses
pembelajaran, dan evaluasi.
Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi kali ini, dilaksanakan
selama dua pertemuan pembelajaran. Pertemuan pertama kegiatan dimulai dengan
apersepsi. Guru pertama kali mengondisikan siswa untuk siap mengikuti
pembelajaran, kemudian saling tanya jawab tentang pengalaman siswa yang
berhubungan dengan karangan deskripsi dan teknik pengamatan objek langsung,
guru juga memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh
dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap kedua adalah kegiatan inti
pembelajaran. Tahap ini dimulai dengan guru menyajikan contoh karangan
deskripsi yang sederhana untuk diamati oleh siswa. Siswa disuruh untuk berdikusi
dengan teman satu bangkunya mengenai pengertian karangan deskripsi dan
karakteristik karangan deskripsi. Guru dan siswa membahas bersama hasil diskusi
tentang pengertian karangan deskripsi dan karakteristik karangan deskripsi. Guru
menjelaskan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis karangan
68
deskripsi, tentang kata kunci, dan tentang teknik pengamatan objek langsung.
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5
anak. Guru dan siswa menentukan objek yang akan diamati. Siswa secara
berkelompok mengamati objek secara langsung dan berdiskusi menentukan kata
kunci berdasarkan objek tersebut, kemudian membuat beberapa kalimat dengan
menggunakan kata kunci yang telah ditentukan sebelumnya. Secara berkelompok
siswa mengembangkan kata kunci yang telah ditentukan menjadi kalimat-kalimat
sederhana dan merangkai serta mengembangkan kalimat-kalimat sederhana yang
telah dibuat menjadi sebuah karangan deskripsi yang utuh. Selanjutnya,
perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil menulis karangan
deskripsi yang telah mereka tulis ke depan kelas. Guru dan siswa membahas
bersama hasil diskusi tentang menulis karangan deskripsi. Tahap yang terakhir
yaitu penutup. Pada tahap ini guru dan siswa merefleksi hasil kegiatan
pembelajaran dan guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pada pertemuan kedua, tahap awal pembelajaran dimulai dengan guru
mengondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya guru
menanyakan kepada siswa tentang materi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya dan guru memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat yang
diperoleh dari pembelajaran yang akan dilakukan. Tahap inti pembelajaran
dimulai dengan guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok beranggotakan 4-5 anak. Guru dan siswa menentukan objek yang akan
diamati. Siswa secara berkelompok mengamati objek secara langsung dan
berdiskusi menentukan kata kunci berdasarkan objek tersebut. Guru kemudian
69
mengingatkan kembali tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis
karangan deskripsi. Secara individu siswa mengembangkan kata kunci yang telah
ditentukan menjadi kalimat-kalimat sederhana dan merangkai serta
mengembangkan kalimat-kalimat sederhana yang telah dibuat menjadi sebuah
karangan deskripsi. Tahap terakhir guru melakukan refleksi hasil kegiatan
pembelajaran dan menutup pembelajaran.
Akhir siklus I, yaitu kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan kegiatan
berupa tes yang telah dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran. Penilaian dalam
pembelajaran ini tidak hanya menilai hasil pekerjaan siswa saja dalam membuat
karangan deskripsi akan tetapi keaktifan siswa berdiskusi dalam satu kelompok
dan keaktifan siswa dalam bertanya juga dinilai. Guru menyuruh siswa untuk
mengumpulkan karangan deskripsi yang telah mereka buat, selanjutnya guru
memberikan penilaian. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengetahui keterampilan
siswa dalam menulis karangan deskripsi.
3.1.1.3 Observasi
Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama
penelitian berlangsung untuk mengetahui dampak pelaksanaan tindakan dan
respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pengamatan dilakukan
melalui data tes dan nontes. Pengamatan melalui data tes dilakukan dengan
mengamati hasil tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan. Pengamatan
melalui data nontes dilakukan dengan pelaksanaan observasi, catatan harian siwsa
70
dan guru, wawancara, dan dokumentasi foto saat proses pembelajaran
berlangsung.
3.1.1.4 Refleksi
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes dalam siklus I
ini untuk introspeksi terhadap perencanaan pembelajaran, tindakan pembelajaran,
dan observasi yang telah dilakukan. Setelah itu, apabila terdapat kekurangan-
kekurangan pada siklus I, maka akan diperbaiki dan dicari pemecahannya pada
siklus II. Apabila ada kelebihan dalam siklus I, maka akan dipertahankan atau
ditingkatkan pada siklus II.
3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II
Pada siklus II, langkah- langkah yang ditempuh sama seperti siklus I.
Siklus II hanya menyempurnakan atau memperbaiki kekurangan pada siklus I.
Langkah- langkah pasa siklus II yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
3.1.2.1 Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II ini berdasarkan temuan dari siklus I dan
perevisian siklus I. Adapun rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus
II adalah (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung yang materinya masih sama dengan siklus I,
71
tetapi fokus pembelajarannya lebih ditekankan pada perbaikan masalah atau
meminimalkan kekurangan-kekurangan pada siklus I, (2) menyiapkan lembar
observasi, lembar catatan harian siswa dan guru, lembar wawancara, dan pedoman
dokumentasi foto untuk memperoleh data nontes pada siklus II, dan (3)
menyiapkan perangkat tes menulis karangan deskripsi beserta kriteria
penilaiannya.
3.1.2.2 Tindakan
Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.
Kekurangan atau kelemahan-kelemahan dalam tindakan siklus I diperbaiki pada
tindakan dalam siklus II. Tindakan yang akan dilaksanakan peneliti dalam siklus
II adalah (1) memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus
I, melaksanakan proses pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung, (2) memotivasi siswa agar berpartisipasi lebih aktif dan bersungguh-
sungguh dalam menulis karangan deskripsi, (3) memberikan hadiah atau
penghargaan berupa point tambahan pada siswa yang aktif dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Pada pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan pada kualitas penulisan
karangan deskripsi. Siswa harus mementingkan kualitas karangan deskripsi
dengan memperhatikan imajinasi, keterlibatan aspek pancaindera, kesan hidup,
menunjukkan objek yang ditulis, kesesuaian judul dengan isi, kohesi dan
72
koherensi, memusatkan uraian pada objek yang ditulis, pemilihan kata/diksi, ejaan
dan tanda baca, dan kerapian tulisan.
3.1.2.3 Observasi
Observasi atau pengamatan terhadap siswa dilakukan selama proses
pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung. Observasi pada siklus II
ini dilihat dari peningkatan hasil tes dan perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati antara lain, keantusiasan
siswa mendengarkan penjelasan guru, respon siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung,
kesungguhan siswa mengerjakan tugas menulis karangan deskripsi, keaktifan
siswa ketika diskusi kelompok, dan keaktifan siswa bertanya.
Dalam proses observasi ini, data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1)
tes keterampilan menulis karangan deskripsi, (2) observasi untuk mengetahui
tingkah laku dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) catatan
harian digunakan untuk mengungkapkan segala hal yang dirasakan oleh siswa
selama mengikuti pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa
yang dilakukan di luar jam pembelajaran terhadap perwakilan siswa yang
memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah, dan (5) dokumentasi foto digunakan
sebagai laporan yang berupa gambar aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara
lengkap. Dengan demikian, peneliti mengetahui peningkatan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi. Tes keterampilan menulis
73
karangan deskripsi dilaksanakan diakhir pembelajaran. Peneliti berharap pada
siklus II ini ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan
perubahan tingkah laku siswa yang positif dalam menulis karangan deskripsi.
3.1.2.4 Refleksi
Pada siklus II ini, refleksi dilakukan untuk memecahkan masalah dan
mengatasi kendala serta mempertahankan kemajuan proses pembelajaran mulai
dari perencanaan sampai hasil akhir siklus I. Selain itu, untuk mengetahui
keefektifan penggunaan model dan media dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi dan untuk melihat peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi,
serta mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi
siswa SMA kelas X. Sumber data yang digunakan adalah siswa kelas XA SMA
Negeri Wangon Banyumas dengan jumlah 36 siswa, terdiri atas 11 siswa laki- laki
dan 25 siswa perempuan. Kelas ini merupakan salah satu kelas dari 6 kelas, kelas
di tingkat X (kelas XA sampai kelas XF). Peneliti memilih kelas ini karena
kompetensi menulis karangan deskripsi siswa kelas XA masih rendah meskipun
sudah diajarkan jika dibandingkan dengan kelas lain.
Rendahnya kemampuan menulis tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu faktor yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari siswa. Faktor yang
pertama berasal dari guru meliputi (1) cara guru menyampaikan materi tidak
74
menggunakan teknik pembelajaran yang tepat, (2) guru mengajar tidak
menggunakan sebuah model pembelajaran yang membuat siswa aktif di kelas
sehingga pembelajaran bersifat satu arah, (3) strategi mengajar guru yang tidak
bervariasi menyebabkan suasana pembelajaran di kelas terasa membosankan, dan
(4) belum adanya variasi-variasi pembelajaran, media, maupun model
pembelajaran.
Sedangkan faktor yang kedua berasal dari siswa itu sendiri meliputi (1)
siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, (2)
pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi masih kurang, (3)
terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi, memberikan kesan hidup
pada objek karangan, dan siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan
dalam menulis karangan deskripsi, (4) kurangnya pembendaharaan kata
(kosakata) pada siswa, dan (5) siswa kurang berlatih dalam menulis karangan
deskripsi.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi dan variabel penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung. Penjelasan kedua variabel diuraikan sebagai berikut.
75
3.3.1 Variabel Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Variabel keterampilan menulis karangan deskripsi yang dimaksud adalah
keterampilan dalam hal menuliskan tulisan yang menggambarkan atau melukiskan
suatu objek secara detail sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga
pembaca seolah-olah ikut melihat, mendengar, dan merasakan apa yang ada pada
objek tersebut. Target keterampilan yang diukur yaitu siswa mampu menulis
sesuai dengan aspek penilaian. Aspek penilaian tersebut yaitu (1) pendeskripsian,
meliputi: imajinasi, keterlibatan aspek pancaindera, kesan hidup, dan
menunjukkan objek yang ditulis; (2) organisasi isi, meliputi: kesesuaian judul
dengan isi, kohesi dan koherensi, dan memusatkan uraian pada objek yang ditulis;
dan (3) penggunaan bahasa dan EYD, meliputi: pilihan kata, ejaan dan tanda baca,
dan kerapian tulisan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa dikatakan berhasil
dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi apabila telah mencapai nilai
ketuntasan belajar minimal sebesar 70.
3.3.2 Variabel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence
dengan Teknik pengamatan objek langsung
Variabel model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence merupakan
salah satu model pembelajaran yang menekankan pada siswa dibentuk kelompok
heterogen kemudian setiap kelompok yang sudah dibentuk masing-masing
membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.
Teknik pengamatan objek langsung dalam model ini berfungsi sebagai objek yang
akan dilukiskan oleh siswa. Dengan kata lain, siswa diajak ke luar kelas untuk
76
mengamati objek secara langsung, pembelajaran yang terjadi akan lebih bermakna
bagi siswa sehingga pengetahuan yang didapatkan akan tertanam dengan baik di
benak siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung pada pembelajaran menulis karangan deskripsi
langkah-langkah penggunaannya yaitu (1) kelas dibentuk menjadi beberapa
kelompok heterogen, satu kelompok beranggotakan 4-5 orang, (2) siswa dibawah
bimbingan guru menentukan objek yang akan dijadikan untuk menulis karangan
deskripsi, (3) guru menjelaskan kepada siswa mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, (4)
guru mengarahkan siswa ke luar kelas menuju tempat yang akan dijadikan sebagai
objek menulis karangan deskripsi, (5) siswa bersama anggota kelompoknya
berdiskusi untuk menentukan minimal 4 kata kunci berdasarkan objek yang
diamati, kemudian secara individu mengembangkan kata kunci tersebut menjadi
kalimat-kalimat sederhana dan merangkainya menjadi sebuah karangan deskripsi
yang utuh, (6) salah satu siswa maju ke depan kelas untuk membacakan hasil
pekerjaannya, kemudian siswa yang lain memberikan tanggapan atas pekerjaan
temannya tersebut, dan (7) guru dan siswa mengevaluasi hasil keseluruhan dari
proses kerja kelompok hingga presentasi. Pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
menulis karangan deskripsi siswa.
77
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah
instrumen tes dan instrumen nontes. Dengan menggunakan tes, peneliti dapat
mengetahui kemampuan menulis karangan deskripsi siswa. Adapun bentuk
instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi,
pedoman catatan harian siswa dan guru, pedoman wawancara, dan pedoman
dokumentasi foto yang digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku
siswa
3.4.1 Instrumen Tes
Instrumen dalam bentuk tes diberikan kepada siswa pada akhir
pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis karangan
deskripsi. Tes diberikan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis
karangan deskripsi yang meliputi (1) imajinasi, (2) kesan hidup, (3) keterlibatan
aspek pancaindera, (4) menunjukkan objek yang ditulis, (5) memusatkan uraian
pada objek yang ditulis, (6) kesesuaian judul dengan isi, (7) pemilihan kata atau
diksi, (8) ejaan dan tanda baca, (9) kohesi dan koherensi, dan (10) kerapian
tulisan.
Aspek penilaian tersebut didasarkan pada kompetensi dasar yang
dijabarkan dalam indikator. Selain itu, aspek penilaian juga didasarkan pada teori
tentang menulis karangan deskripsi yang telah dibahas sebelumnya. Berikut ini
disajikan pedoman penskoran berdasarkan kriteria tiap-tiap aspek penilaian.
78
Tabel 2. Skor Penilaian Menulis Karangan Deskripsi
No. Aspek Penilaian Skor Maksimal
A. Pendeskripsian
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
20
16
12
16
B. Organisasi Isi
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
4
8
12
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
Pilihan kata/Diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
4
4
4
Jumlah (nilai) 100
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa siswa akan mendapat skor maksimal
apabila siswa mendapat skor tertinggi dari kesepuluh aspek penilaian yang telah
ditentukan. Jadi, siswa akan memperoleh nilai maksimal apabila siswa tersebut
mendapat skor total sebanyak 100 dari jumlah skor kesepuluh aspek yang didapat.
Aspek-aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian
dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
79
Tabel 3. Aspek Penilaian Menulis Karangan Deskripsi
No. Aspek Penilaian Skor Kategori
A. Pendeskripsian
1. Imajinasi
a. Kualitas pengolahan idenya sangat
baik.
b. Kualitas pengolahan idenya baik.
c. Kualitas pengolahan idenya cukup.
d. Kualitas pengolahan idenya kurang.
16-20
11-15
6-10
1-5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Keterlibatan aspek pancaindera
a. Melibatkan semua indera.
b. Melibatkan dua indera.
c. Melibatkan satu indera.
d. Tidak melibatkan indera.
13-16
9-12
5-8
1-4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Kesan hidup
a. Melukiskan objek tulisan secara nyata,
kesan hidup objek tulisan benar-benar
terasa.
b. Melukiskan objek kurang sempurna,
kesan hidup objek tulisan cukup
terasa.
c. Melukiskan objek tidak secara
keseluruhan, kesan hidup objek tulisan
kurang terasa.
d. Melukiskan objek tulisan tidak secara
lugas, kesan hidup objek tidak terasa.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Menunjukkan objek yang ditulis
a. Menunjukkan objek secara
keseluruhan.
b. Menunjukkan letak, situasi, dan
13-16
9-12
Sangat baik
Baik
80
kondisi objek.
c. Menunjukkan letak dan situasi objek.
d. Menunjukkan letak objek.
5-8
1-4
Cukup
Kurang
B. Organisasi isi
1. Kesesuaian judul dengan isi
a. Judul menarik, singkat, provokatif,
relevan selaras dengan isi karangan.
b. Judul menarik, singkat, relevan selaras
dengan isi karangan.
c. Judul kurang menarik, cukup relevan
selaras dengan isi karangan.
d. Judul tidak menarik, tidak relevan
selaras dengan isi karangan.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Kohesi dan Koherensi
a. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkalimat jelas.
b. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkalimat cukup jelas.
c. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkaliamt kurang jelas.
d. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkalimat tidak jelas.
7-8
5-6
3-4
1-2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Memusatkan uraian pada objek yang
ditulis.
a. Uraian terpusat pada objek yang
ditulis.
b. Sedikit melibatkan objek yang lain.
c. Setengah tulisan melibatkan objek
yang lain.
d. Uraian terpusat pada objek lain.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
81
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
1. Pilihan Kata/Diksi
a. Tepat, bermakna tunggal, singkat,
bervariasi, ekspresif, dan menarik.
b. Tepat, bermakna tunggal, bervariasi,
ekspresif, dan menarik.
c. Bermakna ambigu, singkat, bervariasi,
dan menarik.
d. Kurang tepat dan bermakna ambigu.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Ejaan dan Tanda baca
a. Sangat sempurna.
b. Sedikit kesalahan.
c. Banyak kesalahan.
d. Salah semua.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Kerapian tulisan
a. Jelas terbaca dan bersih.
b. Terbaca dan cukup bersih.
c. Terbaca dan tidak bersih.
d. Tidak terbaca dan tidak bersih.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Nilai = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x Nilai maksimal (100)
Keterangan pedoman penilaian adalah sebagai berikut.
A. Pendeskripsian
1. Imajinasi, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Kualitas pengolahan idenya sangat baik: dapat mengolah ide dengan
sangat baik, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan
merasakan hal-hal yang ditulis.
82
b) Kualitas pengolahan idenya baik: dapat mengolah ide dengan baik,
sehingga pembaca seolah-oleh melihat dan merasakan hal-hal yang
ditulis.
c) Kualitas pengolahan idenya cukup: hanya membuat pembaca seolah-olah
melihat hal yang ditulis.
d) Kualitas pengolahan idenya kurang: pengolahan idenya kurang hanya
menceritakan objek tetapi tidak menunjukkan.
2. Keterlibatan aspek pancaindera, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Melibatkan semua indera: melibatkan indera penglihatan, pendengaran,
dan perasaan.
b) Melibatkan dua indera: melibatkan indera penglihatan dan perasaan.
c) Melibatkan satu indera: hanya melibatkan indera penglihatan.
d) Tidak melibatkan indera: tidak melibatkan indera dalam tulisan.
3. Kesan hidup, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Melukiskan objek tulisan secara nyata: melukiskan objek sesuai dengan
keadaannya sehingga kesan hidup itu benar-benar terasa.
b) Melukiskan objek kurang sempurna: melukiskan keadaan objek kurang
sempurna sehingga kesan hidup objek tulisan cukup terasa.
c) Melukiskan objek tidak secara keseluruhan: melukiskan sebagaian
keadaan objek sehingga kesan hidup objek tulisan kurang terasa.
d) Melukiskan objek tulisan tidak secara lugas: hanya menceritakan objek
tanpa dilukiskan sehingga kesan hidup tidak terasa.
4. Menunjukkan objek yang ditulis, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
83
a) Menunjukkan objek secara keseluruhan: menunjukkan letak, kondisi, dan
isi yang ada dalam objek.
b) Menunjukkan sebagian objek: menunjukkan letak dan kondisi objek.
c) Menunjukkan letak dan situasi objek: hanya menunjukkan letak dan isi
yang ada dalam objek.
d) Menunjukkan letak objek: hanya menunjukkan letak objek.
B. Organisasi isi
1. Kesesuaian judul dengan isi, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Judul menarik, singkat, selaras dengan isi karangan: sesuai.
b) Judul menarik, cukup selaras dengan isi karangan: cukup sesuai.
c) Judul kurang menarik, kurang selaras dengan isi karangan: kurang sesuai.
d) Judul tidak menarik, tidak singka, tidak selaras dengan isi karangan: tidak
sesuai.
2. Kohesi dan Koherensi, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat jelas.
b) Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat cukup jelas.
c) Keterpaduan isi paragraf dan antarkaliamt kurang jelas.
d) Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat tidak jelas.
3. Memusatkan uraian pada objek yang ditulis, kriteria penilaiannya sebagai
berikut.
a) Uraian terpusat pada objek yang ditulis: memusatkan uraian pada hal-hal
yang berhubungan dengan objek tulisan.
84
b) Sedikit melibatkan objek yang lain: sedikit melibatkan objek yang tidak
berkaitan dengan objek yang ditulis.
c) Setengah tulisan melibatkan objek yang lain: dalam tulisan melibatkan
objek lain yang tidak berhubungan dengan objek tulisan.
d) Uraian terpusat pada objek lain: uraian terpusat pada hal-hal yang tidak
berhubungan dengan objek tulisan.
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
1. Pilihan kata/Diksi, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Tepat, bermakna tunggal, singkat, bervariasi, ekspresif, dan menarik:
sesuai.
b) Tepat, bermakna tunggal, bervariasi, ekspresif, dan menarik: cukup
sesuai.
c) Bermakna ambigu, singkat, bervariasi, dan menarik: kurang sesuai.
d) Kurang tepat dan bermakna ambigu: tidak sesuai.
2. Ejaan dan Tanda baca, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1sampai 5.
b) Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan 6 sampai 10.
c) Banyak kesalahan: jumlah kesalahan 11 sampai 15.
d) Salah semua: semua penggunaan ejaan dan tanda baca salah.
3. Kerapian tulisan, kriteria penilaiannya sebagai berikut.
a) Jelas terbaca dan bersih: tulisan jelas dan tidak ada coretan.
b) Terbaca dan cukup bersih: tulisan terbaca dan ada coretan 1 sampai 3.
85
c) Terbaca dan tidak bersih: tulisan terbaca dan ada coretaan 4 sampai 6.
d) Tidak terbaca dan tidak bersih: tulisan sulit dibaca dan ada coretan lebih
dari 6.
Berdasarkan pedoman penskoran di atas, dapat diketahui hasil tes menulis
karangan deskripsi siswa. Siswa yang memperoleh hasil sangat baik adalah siswa
yang mendapat skor 85-100, siswa yang memperoleh hasil yang baik adalah siswa
yang memperoleh jumlah skor antara 70-84, siswa yang memperoleh hasil cukup
adalah siswa yang mendapat skor antara 53-69, sedangkan siswa yang
memperoleh hasil kurang adalah siswa yang mendapat skor antara 0-52. Berikut
ini disajikan kategori penilaian keterampilan menulis karangan deskripsi.
Tabel 4. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
No Kategori Rentang nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 53-69
4. Kurang 0-52
Nilai tersebut diperoleh dari tes yang dilakukan sekali dalam tiap siklus
dan dilaksanakan di akhir siklus. Dari siklus I akan diperoleh nilai keterampilan
menulis karangan deskripsi siswa, kemudian hasil tes pada siklus I tersebut
ditindaklanjuti pada siklus II. Rincian perolehan nilai tiap siswa disajikan sesuai
dengan tabel berikut.
86
Tabel 5. Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa
No. Kode
Responden
Aspek Penilaian Nilai Akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. R-01
2. R-02
3. R-03
4. R-04
5. R-05
6. R-06
Keterangan:
1 = imajinasi
2 = kesan hidup
3 = keterlibatan aspek pancaindra
4 = menunjukkan objek yang ditulis
5 = memusatkan uraian pada objek yang ditulis
6 = kesesuaian judul dengan isi
7 = pemilihan kata atau diksi
8 = ejaan dan tanda baca
9 = kohesi dan koherensi
10 = kerapian tulisan.
3.4.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa, kesan
siswa terhadap pembelajaran dan potret kegiatan belajar mengajar. Bentuk
instrumen nontes dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman
catatan harian siswa dan guru, pedoman wawancara, dan dokumentasi foto.
87
3.4.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mengamati
keadaan, respon atau sikap, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Observasi dalam tiap siklus pembelajaran dilakukan sebanyak dua
kali berdasarkan tahap pelaksanaan kegiatan menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung.
Dalam pedoman observasi tersebut, aspek-aspek yang diamati ditentukan
terlebih dahulu oleh peneliti dan dalam pelaksanaannya. Para pengamat hanya
memberi tanda chek list (√) pada pedoman observasi. Observasi dilaksanakan
pada waktu pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang diamati dalam
observasi meliputi (1) perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru dan
merespon positif, (2) siswa senang dan tertarik terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, (3)
siswa aktif dalam mengamati objek secara langsung, (4) siswa aktif berdiskusi
menentukan kata kunci berdasarkan objek yang diamati, (5) siswa menulis
karangan deskripsi dengan sikap yang baik, tidak ramai, dan tidak mengganggu
temannya, (6) siswa aktif mengerjakan tugas menulis karangan deskripsi dengan
serius dan tekun, dan (7) siswa berpartisipasi dalam menanggapi hasil karangan
deskripsi milik temannya.
88
3.4.2.2 Pedoman Catatan Harian
Catatan harian digunakan dalam rangka untuk mendapatkan data kualitatif,
yaitu berupa catatan harian peneliti atau catatan harian guru dan catatan harian
siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Catatan harian siswa merupakan
catatan yang digunakan siswa untuk menulis respon, komentar, pernyataan tentang
karangan deskripsi, apa yang dipikirkan tentang pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia yang dialami, perasaan personal siswa terhadap pembelajaran, atau
refleksi tehadap keseluruhan proses pembelajaran. Catatan harian guru berisi
tentang uraian pendapat dari seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru
selama kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung. Catatan
harian tersebut diisi oleh guru setelah akhir pembelajaran menulis karangan
deskripsi.
Catatan harian siswa terdiri atas empat hal, yaitu (1) bagaimana perasaan
siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung; (2) tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan; (3)
kemudahan dan kesulitan siswa pada saat menulis karangan deskripsi melalui
model dan teknik yang digunakan; dan (4) ungkapan kesan dan saran siswa dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Catatan harian guru berisi tentang uraian pendapat dari seluruh kejadian
yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran menulis
karangan deskripsi berlangsung. Catatan harian guru terdiri atas empat hal yang
89
berkenaan dengan: (1) kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung; (2) keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi dari awal sampai akhir; (3) respon siswa
terhadap pembelajaran yang berlangsung; (4) suasana pembelajaran yang
berlangsung; dan (5) tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan
guru (peneliti).
3.4.2.3 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang
pembelajaran menulis karangan deskripsi. Wawancara dilakukan terhadap siswa
yang hasil tesnya tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara ini untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap materi pelajaran, kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran, model, dan media yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran. Wawancara berisi empat pertanyaan yaitu (1) apakah kalian
berminat dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru saja
dilakukan?; (2) apakah kalian senang mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi yang baru saja dilakukan?; (3) kesulitan apakah yang kalian hadapi
selama mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi?; dan (4) apakan
pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru saja dilakukan dapat
memotivasi dan membantu kalian dalam menulis karangan deskripsi?.
90
3.4.2.4 Pedoman Dokumentasi Foto
Instrumen penelitian yang terakhir digunakan adalah dokumentasi foto.
Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa maupun guru saat
proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diambil pada dokumentasi foto
meliputi (1) situasi kelas pada saat proses awal pembelajaran (saat guru membuka
pelajaran); (2) saat siswa dan peneliti menggali materi tentang karangan deskripsi;
(3) aktivitas siswa saat mengamati objek langsung dan berdiskusi menentukan
kata kunci yang sesuai dengan objek yang diamati; (4) aktivitas siswa saat
melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi; (5) aktivitas siswa saat
membacakan hasil menulis karangan deskripsi di depan kelas; dan (6) aktivitas
siswa ketika memberi tanggapan.
Data dokumentasi foto ini diambil pada awal hingga akhir penelitian saat
pembelajaran siklus I dan siklus II berlangsung. Data-data dokumentasi foto ini
berwujud gambar visual yang dikumpulkan selanjutnya dilaporkan secara
deskriptif sesuai dengan petunjuk yang ada, sehingga dengan teknik dokumentasi
ini pembaca dapat langsung menikmati suasana secara visual.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
teknik tes dan nontes.
91
3.5.1 Teknik Tes
Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu siklus I dan siklus II. Tes diberikan kepada siswa pada
akhir pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
karangan deskripsi. Tes diberikan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam
menulis karangan deskripsi. Tes ini dilaksanakan setelah guru selesai memberikan
materi menulis karangan deskripsi. Soal digunakan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Setelah siswa se lesai
menulis karangan deskripsi, dilakukan evaluasi untuk memberikan nilai kepada
siswa dan hasil tersebut disebut sebagai soal tes. Soal pada siklus I sama dengan
soal pada siklus II, yaitu berupa tes perbuatan bentuk proyek. Hasil tes pada siklus
I dianalisis, kemudian dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kelemahan-
kelemahan yang ada. Dari kelemahan-kelemahan tersebut, kemudian diberikan
pembekalan untuk menghadapi tes pada siklus II. Dari hasil analisis tes pada
siklus II ini, dapat diketahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis
karangan deskripsi.
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, catatan harian,
wawancara, dan dokumentasi foto.
92
3.5.2.1 Observasi
Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan
mengamati tingkah laku yang muncul pada siswa. Tingkah laku ini sudah
dituliskan pada lembar observasi siswa, peneliti tinggal memberi tanda cek list (√)
saja. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung.
3.5.2.2 Catatan Harian
Pada penelitian ini ada dua jenis catatan harian yang digunakan, yaitu
catatan harian guru dan catatan harian siswa. Catatan harian guru berisi uraian
segala kejadian yang selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan harian
guru ini dibuat setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan, sehingga dapat
diketahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah diterapkan. Untuk catatan
harian siswa, siswa diminta untuk memberi tanggapan, kesan, kritikan, terhadap
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Catatan harian
siswa dibuat untuk mengungkap aspek-aspek (1) perasaan siswa selama mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung; (2) tanggapan
siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan; (3) kemudahan dan kesulitan
93
siswa pada saat menulis karangan deskripsi melalui model dan media yang
digunakan; dan (4) ungkapan kesan dan saran siswa dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung.
3.5.2.3 Wawancara
Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara terbuka. Wawancara
terbuka merupakan wawancara yang subjeknya mengetahui yang sedang
diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara tersebut. Wawancara
dilakukan setelah pembelajaran selesai. Tujuan dilakukan wawancara ini adalah
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan kesulitan-kesulitan
dalam menulis karangan deskripsi. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang
nilai tesnya tertinggi, sedang, dan rendah dalam menulis karangan deskripsi.
Adapun jumlah siswa yang menjadi sasaran pada tiap siklusnya (siklus I
dan siklus II) adalah tiga siswa. Sasaran wawancara siklus I yaitu 1 siswa yang
nilai tesnya tinggi, 1 siswa yang nilai tesnya sedang, dan 1 siswa yang nilai tesnya
rendah dalam menulis karangan deskripsi pada tes siklus I. Sasaran wawancara
siklus II adalah 1 siswa yang nilai tesnya tinggi, 1 siswa yang nilai tesnya sedang,
dan 1 siswa yang mendapat nilai rendah dalam menulis karangan deskripsi pada
tes siklus II. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam melaksanakan wawancara
yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang
akan diajukan pada siswa; (2) menentukan siswa yang akan diwawancarai
kemudian diajak wawancara; dan (3) mencatat hasil.
94
3.5.2.4 Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto digunakan untuk merekam tingkah laku siswa selama
pembelajaran menulis karangan deskripsi dan pada saat siswa diwawancarai. Foto
yang diambil berupa aktivitas-aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan
pembelajaran dan saat guru melakukan wawancara dengan siswa. Gambar yang
sudah diambil selanjutnya dideskripsikan sesuai kondisi pada saat itu. Foto ini
merupakan bukti otentik mengenai tingkah laku siswa pada saat pembelajaran
menulis karangan deskripsi.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Uraian
tentang teknik kuantitatif dan teknik kualitatif sebagai berikut.
3.6.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung pada siklus I dan siklus II. Nilai dari tiap-tiap siklus
dihitung jumlahnya dalam satu kelas, selanjutnya jumlah tersebut dihitung dalam
persentase dengan rumus sebagai berikut.
Persentase keterampilan menulis karangan deskripsi : 𝑁 𝑋 100
𝑆
95
Keterangan:
Σ N : jumlah nilai dalam satu kelas
S : jumlah siswa dalam satu kelas
Hasil perhitungan tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung antara siklus I dan siklus II jika dibandingkan akan memberikan
gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung pada siswa kelas XA SMA Negeri Wangon
Kabupaten Banyumas.
3.6.2 Teknik Kualitatif
Teknik kualiatif dipakai untuk menganalisis data nontes yang berupa
observasi, catatan harian, wawancara, dan dokumentasi. Data atau pengamatan
dan catatan harian dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil pengamatan dan
uraian dari catatan harian yang kemudian dikelompokkan berdasarkan aspek-
aspek yang diteliti. Dalam hal ini data observasi dan catatan harian digunakan
untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan untuk dijadikan respon dalam
wawancara. Data wawancara berfungsi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
siswa sehingga dengan melakukan pendekatan melalui wawancara siswa akan
lebih berani mengungkapkan permasalahannya mengenai kemampuan
menulisnya. Dengan cara seperti ini, guru akan lebih mengetahui kesulitan siswa
96
sehingga dapat mencari jalan terbaik untuk mengatasinya dalam upaya
meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik
proses pembelajaran. Data ini dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap
penerapan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
97
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian siklus I dan siklus II yang
berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes meliputi hasil pembelajaran menulis
karangan deskripsi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung pada siklus I dan siklus II.
Hasil nontes berupa hasil observasi, catatan harian, wawancara, dan dokumentasi
foto. Hasil penelitian yang berupa tes diuraikan dalam bentuk data kuantitatif,
sedangkan hasil penelitian nontes diuraikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif.
4.1.1 Hasil Prasiklus
Hasil tes prasiklus didapat dari kondisi awal sebelum dilakukan penelitian.
Kondisi awal adalah kondisi siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran menulis
karangan deskripsi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Hasil tes prasiklus ini
berfungsi untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menulis karangan
deskripsi siswa. Nilai tersebut juga digunakan untuk membandingkan dan
menentukan standar ketuntasan pada siklus I dan siklus II. Hasil tes awal
diperoleh dari siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Kabupaten Banyumas
dengan jumlah siswa 36 siswa. Hasil tes prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut.
98
Tabel 6. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Prasiklus
No Kategori
Rentang
Nilai
F
Jumlah
Nilai
Persen
(%)
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
1. Sangat baik 85-100 0 0 0% 2181
X =
36
= 60,58
6
x 100%
36
= 16,67%
2. Baik 70-84 6 439 16,67%
3. Cukup 53-69 26 1534 72,22%
4. Kurang 0-52 4 208 11,11%
Jumlah 36 2181 100%
Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri Wangon masih kurang. Hal ini
terlihat dari rata-rata skor yang dicapai siswa pada prasiklus yaitu sebesar 60,58
dan ketuntasan yang dicapai siswa sebesar 16,67%. Rincian tersebut diperoleh
dari jumlah keseluruhan siswa yakni 36 siswa.
Pada kategori sangat baik dengan nilai 85-100 tidak ada satu pun siswa
yang mencapainya, kategori baik dengan nilai 70-84 dicapai oleh 6 siswa atau
16,67%, kategori cukup dengan nilai 53-69 dicapai oleh 26 siswa atau 72,22%,
dan kategori kurang dengan nilai 0-52 dicapai oleh 4 siswa atau 11,11%. Pada
siklus ini, hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi secara klasikal masih
menunjukkan kategori cukup dan belum mencapai target maksimal. Pencapaian
nilai rata-rata kelas sebesar 60,58, sehingga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu,
berdasarkan data yang telah diperoleh pada prasiklus ini dapat dijadikan landasan
99
untuk perbaikan siklus I. Hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung untuk tiap-tiap aspek penilaian pada prasiklus dapat
dilihat dari tabel berikut.
Tabel 7. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Prasiklus Tiap Aspek
No. Aspek Penilaian
Nilai
Rata-rata
Ketuntasan Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek
yang ditulis
Pilihan kata/diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
40,69
53,12
60,18
62,5
70,83
58,33
63,19
61,80
58,33
70,13
11,11%
33,33%
52,78%
63,89%
66,67%
44,44%
50%
47,22%
38,89%
61,11%
Kurang
Kurang
Cukup
Cukup
Baik
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang
Baik
100
4.1.1.1.1 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Imajinasi
Penilaian aspek imajinasi difokuskan pada kualitas pengolahan ide siswa
dalam menulis karangan deskripsi. Aspek imajinasi bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mengolah ide yang ada setelah melakukan imajinasi
terhadap objek yang dilihat. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek
imajinasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Imajinasi
Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 16-20 0 0 0
293/36/20x100
= 40,69
(Kategori
kurang)
4/36 x 100
= 11,11%.
2. Baik 11-15 4 45 11,11%
3. Cukup 6-10 27 223 75%
4. Kurang 1-5 5 25 13,89%
Jumlah 36 293 100%
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek imajinasi masih perlu ditingkatkan lagi. Nilai
rata-rata pada aspek ini masih pada kategori kurang yaitu 40,69 dan nilai
ketuntasan sebesar 11,11%. Kategori sangat baik tidak dicapai oleh siswa atau
0%. Kategori baik dicapai oleh 4 siswa atau 11,11% dengan jumlah nilai 45. Pada
kategori tersebut siswa sudah dapat mengolah ide dengan baik sehingga pembaca
seolah-olah melihat dan merasakan hal yang ditulis. Kategori cukup dicapai oleh
27 siswa atau 75% dengan jumlah nilai 223. Pada kategori tersebut siswa hanya
101
mampu membuat pembaca seolah-olah melihat hal yang ditulis. Sedangkan
kategori kurang dicapai oleh 5 siswa atau 13,89% dengan jumlah nilai 25. Pada
kategori ini siswa belum mampu membuat pembaca mengetahui hal yang ditulis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa masih belum bisa
menggunakan aspek imajinasi dengan baik dalam menulis karangan deskripsi
sehingga pengolahan idenya belum mampu menimbulkan daya imajinasi yang
baik bagi pembaca.
4.1.1.1.2 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Keterlibatan
Pancaindera
Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek keterlibatan
pancaindera difokuskan pada keterlibatan semua pancaindera dalam menulis
karangan deskripsi. Hasil penilaian keterlibatan aspek pancaindera dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 9. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Keterlibatan
Pancaindera Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 13-16 0 0 0%
306/36/16x100
= 53,12
(Kategori
kurang)
12/36 x 100
= 33,33%
2. Baik 9-12 12 112 33,33%
3. Cukup 5-8 20 178 55,56%
4. Kurang 0-4 4 16 11,11%
Jumlah 36 306 100%
102
Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa tes keterampilan menulis karangan
deskripsi siswa siklus I pada aspek keterlibatan aspek pancaindera untuk kategori
sangat baik tidak dicapai oleh siswa atau 0%. Kategori baik berhasil dicapai oleh
12 siswa atau 33,33% dengan jumlah nilai 112. Kategori cukup dicapai oleh 20
siswa atau 55,56% dengan jumlah nilai 178. Sedangkan kategori kurang tidak
dicapai oleh 4 siswa atau 11,11% dengan jumlah nilai 16. Nilai rata-rata pada
aspek ini masih dalam kategori kurang, yaitu 53,12 dan nilai ketuntasan sebesar
33,33%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan siswa dalam
menulis karangan deskripsi ditinjau dari aspek keterlibatan aspek pancaindera ini,
rata-rata siswa mendapat kategori nilai kurang. Hal ini dikarenakan karangan
deskripsi yang dibuat siswa rata-rata masih belum melibatkan semua pancaindera,
hanya terfokus pada indera penglihatan saja.
4.1.1.1.3 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesan Hidup
Penilaian aspek kesan hidup difokuskan pada kemampuan pelukisan objek
yang ditulis siswa. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek kesan
hidup ini dapat dilihat pada tabel berikut.
103
Tabel 10. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesan Hidup
Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 10-12 2 24 5,56%
260/36/12x100
= 60,18
(Kategori
Cukup)
19/36 x 100
= 52,78%
2. Baik 7-9 17 153 47,22%
3. Cukup 4-6 14 74 38,89%
4. Kurang 1-3 3 9 8,33%
Jumlah 36 260 100%
Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 2 siswa atau 5,56% yang
berhasil mencapai kateori sangat baik dengan jumlah nilai 24. Pada kategori ini
siswa sudah dapat melukiskan objek sesuai dengan keadaannya sehingga kesan
hidup itu benar-benar terasa. Kategori baik berhasil dicapai oleh 17 siswa atau
47,22% dengan jumlah nilai 153. Pada kategori ini siswa melukiskan objek
dengan kurang sempurna sehingga kesan hidup itu cukup terasa. Kateori cukup,
yaitu siswa melukiskan objek tidak secara keseluruhan sehinga kesan hidup objek
kurang terasa, dicapai oleh 14 siswa atau 38,89% dengan jumlah nilai 74.
Sedangkan yang termasuk kategori kurang dicapai oleh 3 siswa atau 8,33%
dengan jumlah nilai 9. Pada kategori ini siswa menceritakan objek tanpa
dilukiskan sehingga kesan hidup tidak terasa. Nilai rata-rata pada aspek ini masih
dalam kategori cukup, yaitu 60,18 dan nilai ketuntasan sebesar 52,78%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan siswa dalam menulis karangan
deskripsi ditinjau dari aspek kesan hidup ini masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini
104
dikarenakan siswa masih kurang sempurna dalam melukiskan objek, sehingga
kesan hidup objek yang ditulis kurang terasa.
4.1.1.1.4 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Menunjukkan Objek
yang Ditulis
Penilaian aspek menunjukkan objek yang ditulis difokuskan pada
kesesuaian ide dengan penceritaan objek yang diamati oleh siswa dengan isi
karangannya. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek menunjukkan
objek yang ditulis ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Menunjukkan
Objek yang Ditulis Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 13-16 3 39 8,33%
360/36/16x100
= 62,5
(Kategori
Cukup)
23/36 x 100
= 63,89%
2. Baik 9-12 20 259 55,56%
3. Cukup 5-8 6 42 16,67%
4. Kurang 1-4 5 20 13,89%
Jumlah 36 360 100%
Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau 8,33% yang
berhasil mencapai kategori sangat baik dengan jumlah nilai 39. Pada kategori
tersebut siswa sudah dapat menunjukkan letak, kondisi, dan isi objek yang
dilukiskan dengan baik. Kategori baik dicapai paling banyak oleh siswa, yaitu 20
siswa atau 55,56% dengan jumlah nilai 259. Kemampuan siswa pada kategori ini
105
sudah dapat menunjukkan letak dan kondisi objek yang dilukiskan. Kategori
cukup baik dengan kemampuan siswa hanya menunjukkan letak dan isi objek
dicapai oleh 6 siswa atau 16,67% dengan jumlah nilai 42. Sedangkan kategori
kurang dicapai oleh 5 siswa atau 13,89% dengan jumlah nilai 20. Pada kategori ini
kemampuan siswa hanya menunjukkan letak objek saja. Nilai rata-rata pada aspek
ini masih dalam kategori cukup yaitu 62,5 dan nilai ketuntasan sebesar 63,89%.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan siswa dalam menulis
karangan deskripsi ditinjau dari aspek menunjukkan objek yang ditulis ini masih
perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dikarenakan siswa masih kurang sempurna dalam
menunjukkan objek yang ditulis. Sebagian besar hasil karangan deskripsi siswa
hanya menunjukkan letak dan isi yang ada dalam objek yang mereka amati.
4.1.1.1.5 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesesuaian Judul dengan
Isi
Penilaian aspek kesesuaian judul dengan isi difokuskan pada kesesuaian
judul karangan yang dipilih siswa dengan isi karangannya. Hasil penilaian tes
menulis karangan deskripsi aspek kesesuaian judul dengan isi dapat dilihat pada
tabel berikut.
106
Tabel 12. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesesuaian
Judul dengan Isi Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 10 40 27,78%
102/36/4 x 100
= 70,83
(Kategori
Baik)
24/36 x 100
= 66,67%
2. Baik 3 14 42
38,8
9%
3. Cukup 2 8 16 22,22%
4. Kurang 1 4 4 11,11%
Jumlah 36 102 100%
Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa rata-rata siswa dalam keterampilan
menulis karangan deskripsi aspek kesesuaian judul dengan isi masuk dalam
kategori baik yaitu 70,83 dan nilai ketuntasan sebesar 66,67%. Kategori sangat
baik dicapai oleh 10 siswa atau 27,78% dengan jumlah nilai 40. Pada kategori
tersebut, siswa sudah mampu membuat judul karangan yang tepat dan sesuai
dengan isi karangan. Kategori baik yaitu siswa dalam membuat judul karangan
deskripsi sudah sesuai dengan isi karangan deskripsi tersebut atau judul yang
dibuat oleh siswa tidak menyimpang dengan isi karangan deskripsi. Kategori baik
dicapai oleh 14 siswa atau 38,89% dengan jumlah nilai 42. Kategori cukup diraih
oleh 8 siswa atau 22,22% dengan jumlah nilai 16. Sedangkan nilai yang termasuk
kategori kurang dicapai oleh 4 siswa atau 11,11% dengan jumlah nilai 4.
Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini yaitu judul yang dibuat siswa kurang
107
sesuai dengan isi karangan. Hal ini disebabkan siswa ingin membuat judul yang
menarik tetapi keliru dalam menerapkannya.
4.1.1.1.6 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kohesi dan Koherensi
Penilaian aspek kohesi dan koherensi dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada keterpaduan isi paragraf dan keterkaitan antarkalimat. Hasil
penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek kohesi dan koherensi dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 13. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kohesi dan
Koherensi Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 7-8 6 48 16,66%
168/36/8 x 100
= 58,33
(Kategori
Cukup)
16/36 x 100
= 44,44%
2. Baik 5-6 10 54 27,78%
3. Cukup 3-4 13 52 36,11%
4. Kurang 1-2 7 14 19,44%
Jumlah 36 168 100%
Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek kohesi dan koherensi masih perlu
ditingkatkan lagi. Nilai rata-rata pada aspek ini masih pada kategori kurang yaitu
56,25 dan nilai ketuntasan sebesar 44,44%. Terdapat 6 siswa atau 16,66% yang
berhasil mencapai kategori sangat baik dengan jumlah nilai 48. Kategori baik
dicapai oleh 10 siswa atau 27,78% dengan jumlah nilai 54. Kategori cukup
108
dicapai oleh 13 siswa atau 36,11% dengan jumlah nilai 52. Sedangkan nilai yang
termasuk kategori kurang dicapai oleh 7 siswa atau 19,44% dengan jumlah nilai
14.
Pada aspek kohesi dan koherensi dalam menulis karangan deskripsi,
kategori yang paling banyak dicapai siswa adalah kategori cukup dengan rentang
nilai antara 3-4 dan kategori yang paling rendah yang diperoleh siswa adalah
kategori kurang dengan rentang skor antara 1-2. Siswa yang memperoleh nilai
tinggi disebabkan karena siswa sudah mulai memperhatikan pertalian atau
keterpaduan antara kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya, seperti
penggunaan kata penghubung, penggunan kata ganti, dan sebagainya. Hal ini
menyebabkan karangan siswa menjadi lebih mudah untuk dipahami karena antara
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya saling berhubungan dan berkaitan.
Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan karena siswa yang
kurang memperhatikan pertalian atau keterpaduan antara kalimat yang satu
dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf, kesulitan merangkai hubungan antara
kalimat-kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, dan
kesulitan merangkai hubungan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang
lainnya. Hal ini menyebabkan karangan siswa sulit untuk dipahami. Pembaca
merasa kesulitan dalam mencerna tulisan yang dibacanya.
109
4.1.1.1.7 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Memusatkan Uraian
pada Objek yang Ditulis
Penilaian aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis dalam menulis
karangan deskripsi difokuskan pada pemusatan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek tulisan. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi
aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Memusatkan
Uraian pada Objek yang Ditulis Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 10-12 9 104 25%
273/36/12x100
= 63,19
(Kategori
Cukup)
18/36 x 100
= 50%
2. Baik 7-9 9 81 25%
3. Cukup 4-6 12 70 33,33%
4. Kurang 1-3 6 18 16,67%
Jumlah 36 273 100%
Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa siklus I pada aspek memusatkan uraian pada objek yang
ditulis untuk kategori sangat baik dicapai oleh 9 siswa atau 25% dengan jumlah
nilai 104. Kategori baik dicapai oleh 9 siswa atau 25% dengan jumlah nilai 81.
Kategori cukup dicapai oleh 12 siswa atau 33,33% dengan jumlah nilai 70.
Sedangkan untuk kategori kurang dicapai oleh 6 siswa atau 16,67% dengan
jumlah nilai 18. Nilai rata-rata pada aspek ini termasuk dalam kategori baik yaitu
63,19dan nilai ketuntasan sebesar 50%.
110
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan karena siswa sudah
mampu memusatkan uraian pada objek yang ditulisnya yang berhubungan dengan
objek yang diamati secara sempurna. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai
rendah disebabkan karena siswa belum bisa memusatkan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek penulisan secara sempurna dan masih terjadi
kesalahan.
4.1.1.1.8 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Pilihan Kata/Diksi
Penilaian aspek pilihan kata/diksi dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada kesesuaian pilihan kata yang digunakan siswa sesuai dengan
situasi yang diceritakan dalam karangan deskripsi. Hasil penilaian tes menulis
karangan deskripsi aspek pilihan kata/diksi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 15. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Pilihan
Kata/Diksi
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 6 24 16,67%
89/36/4 x 100
= 61,80
(Kategori
Cukup)
17/36 x 100
= 47,22%
2. Baik 3 11 33 30,56%
3. Cukup 2 11 24 30,56%
4. Kurang 1 8 8 22,22%
Jumlah 36 89 100%
Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa siklus I pada aspek pilihan kata atau diksi untuk kategori
111
sangat baik dicapai oleh 6 siswa atau 16,67% dengan jumlah nilai 24. Kategori
baik dicapai oleh 11 siswa atau 30,56% dengan jumlah nilai 33. Kategori cukup
dicapai oleh 11 siswa atau 30,56% dengan jumlah nilai 24. Sedangkan untuk
kategori kurang dicapai oleh 8 siswa atau 22,22% dengan jumlah nilai 8. Nilai
rata-rata pada aspek ini termasuk dalam kategori cukup yaitu 61,80 dan nilai
ketuntasan sebesar 47,22%.
Siswa yang berhasil mencapai nilai tinggi pada aspek ini disebabkan siswa
sudah mampu menggunakan pilihan kata atau diksi dengan tepat. Siswa sudah
mampu menerapkan kata-kata yang baku dalam karangannya. Sedangkan siswa
yang memperoleh nilai rendah pada aspek ini disebabkan siswa masih
menggunakan kata-kata yang tidak baku dan tidak sesuai untuk menggambarkan
suasana yang ingin diceritakan dalam karangannya. Hal tersebut mengakibatkan
karangan siswa kurang bisa dipahami dan kurang mengena ketika dibaca.
4.1.1.1.9 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Penilaian aspek ejaan dan tanda baca difokuskan pada ketepatan
penggunaan ejaan dan kesesuaian penggunaan tanda baca yang digunakan dalam
menulis karangan deskripsi. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek
ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel berikut.
112
Tabel 16. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Ejaan dan
Tanda Baca Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 4 16 11,11%
84/36/4 x 100
= 58,33
(Kategori
Cukup)
14/36 x 100
= 38,89%
2. Baik 3 10 30 27,78%
3. Cukup 2 14 28 38,89%
4. Kurang 1 8 8 22,22%
Jumlah 36 84 100%
Dari tabel 16 dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek ejaan dan tanda baca masih perlu
ditingkatkan lagi. Nilai rata-rata pada aspek ini masih pada kategori kurang yaitu
58,33dan nilai ketuntasan sebesar 38,89%. Kategori sangat baik dicapai oleh 4
siswa atau 11,11% dengan jumlah nilai 16, kategori baik dicapai oleh 10 siswa
atau 27,78% dengan jumlah nilai 30, kategori cukup dicapai oleh 14 siswa atau
38,89% dengan jumlah nilai 28, dan kategori kurang dicapai oleh 8 siswa atau
22,22% dengan jumlah nilai 8. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada aspek penggunaan ejaan dan
tanda baca masih dalam kategori kurang. Artinya, sebagian besar siswa belum
mampu menggunakan ejaan yang tepat dan tanda baca yang sesuai dengan EYD.
113
4.1.1.1.10 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kerapian Tulisan
Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada kerapian, kejelasan, dan
ada tidaknya coretan dalam menulis karangan deskripsi. Hasil penilaian tes
menulis karangan deskripsi aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 17. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kerapian
Tulisan Prasiklus
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 12 48 33,33%
101/36/4 x 100
= 70,13
(Kategori
Baik)
22/36 x 100
= 61,11%
2. Baik 3 10 30 27,78%
3. Cukup 2 9 18 25%
4. Kurang 1 5 5 13,89%
Jumlah 36 101 100%
Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat 12 siswa atau 33,33%
yang berhasil mencapai kategori sangat baik dengan jumlah nilai 48. Pada
kategori ini tulisan siswa dapat dibaca, rapi, dan bersih. Kategori baik dicapai oleh
10 siswa atau 27,78% dengan jumlah nilai 30. Pada kategori ini tulisan siswa
dapat dibaca dengan coretan antara 1-3. Kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau
25% dengan jumlah nilai 18. Pada kategori ini, tulisan siswa dapat dibaca dengan
coretan antara 4-6. Sedangkan kategori kurang dicapai oleh 5 siswa atau 13,89%
dengan jumlah nilai 5. Nilai rata-rata kelas termasuk dalam kategori baik yaitu
114
70,13 dan nilai ketuntasan sebesar 61,11%. Dengan demikian, dapat dikatakan
hasil tulisan siswa cukup rapi, bersih, dan cukup mudah untuk dibaca.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung. Tindakan siklus I ini dilakukan untuk
mengetahui keterampilan siswa setelah dibelajarkan kompetensi dasar menulis
karangan deskripsi kepada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Pengambilan data
pada siklus I terdiri atas tes dan nontes. Hasil tes diambil dari tes keterampilan
menulis karangan deskripsi setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung dan hasil nontes diperoleh dari hasil observasi,
catatan harian, wawancara, dan dokumentasi foto.
4.1.2.1 Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus I
Hasil tes menulis karangan deskripsi pada siklus I merupakan data awal
setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung. Penilaian hasil tes didasarkan pada penjumlahan
sepuluh aspek yang harus diperhatikan dalam keterampilan menulis karangan
deskripsi. Kesepuluh aspek tersebut yaitu (1) imajinasi, (2) keterlibatan aspek
115
pancaindera, (3) kesan hidup, (4) menunjukkan objek yang ditulis, (5) kesesuaian
judul dengan isi, (6) kohesi dan koherensi, (7) memusatkan uraian pada objek
yang ditulis, (8) pilihan kata/diksi, (9) ejaan dan tanda baca, dan (10) kerapian
tulisan. Pelaksanaan siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan dengan jumlah
siswa sebanyak 36 siswa. Hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi
siklus I merupakan penjumlahan skor dari kesepuluh aspek tersebut. Data hasil
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 18. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Siklus I
No. Kategori
Rentang
Nilai
F
Jumlah
Nilai
Persen
(%)
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
1. Sangat baik 85-100 0 0 0 2382
X =
36
= 66,17
Kategori
cukup
10
x 100%
36
= 27,78%
2. Baik 70-84 10 759 27,78%
3. Cukup 53-69 24 1519 66,67%
4. Kurang 0-52 2 104 5,55%
Jumlah 36 2382 100
Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa hasil keterampilan menulis karangan
deskripsi siswa pada siklus I dalam kategori cukup, dengan nilai rata-rata 66,17.
Ketuntasan sebesar 27,78% dan belum memenuhi KKM. Tidak ada siswa yang
berhasil mendapatkan nilai sangat baik atau nilai 85-100. Sebanyak 10 siswa atau
27,78% mendapat nilai antara 70-84 dan dalam kategori baik. Sebanyak 24 siswa
atau 66,67% mendapat nilai antara 53-69 dan dalam kategori cukup. Dan
116
sebanyak 2 siswa atau 5,55% yang masih memperoleh nilai da lam kategori
kurang, yaitu nilai 0-52.
Nilai rata-rata kelas menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung pada siklus I sebesar 66,17 dan dalam kategori cukup. Dari 36 siswa
kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas masih banyak siswa yang mendapat
nilai dalam kategori cukup atau masih belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dan penggunakan teknik pembelajaran berupa teknik
pengamatan objek langsung yang diterapkan peneliti masih baru oleh siswa. Hal
ini menyebabkan nilai tes yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi pada siklus I masih kurang memuaskan. Hasil tes keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung pada siklus I dapat dilihat dari
tabel berikut.
117
Tabel 19. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus
I Tiap Aspek
No. Aspek Penilaian
Nilai
Rata-rata
Ketuntasan Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek
yang ditulis
Pilihan kata/diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
56,80
61,63
67,82
66,14
79,86
65,62
74,30
77,08
66,67
74,30
58,33%
77,78%
63,89%
72,22%
80,56%
58,33%
63,89%
69,44%
58,33%
72,22%
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Baik
Data pada tabel 19 menunjukkan nilai rata-rata tes tiap aspek keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung siswa kelas XA SMA Negeri
Wangon Banyumas. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung aspek imajinasi
sebesar 56,80 dan ketuntasan sebesar 58,33%. Nilai rata-rata keterampilan
118
menulis karangan deskripsi aspek keterlibatan aspek pancaindera sebesar 61,63
dan ketuntasan sebesar 77,78%. Nilai rata-rata keterampilan menulis karangan
deskripsi aspek kesan hidup sebesar 67,82 dan ketuntasan sebesar 63,89%. Nilai
rata-rata keterampilan menulis karangan deskripsi aspek menunjukkan objek yang
ditulis sebesar 66,14 dan ketuntasan sebesar 72,22%. Nilai rata-rata keterampilan
menulis karangan deskripsi aspek kesesuaian judul dengan isi sebesar 79,86 dan
ketuntasan sebesar 80,56%. Nilai rata-rata keterampilan menulis karangan
deskripsi aspek kohesi dan koherensi sebesar 65,62 dan ketuntasan sebesar
58,33%. Nilai rata-rata keterampilan menulis karangan deskripsi aspek
memusatkan uraian pada objek yang ditulis sebesar 74,30 dan ketuntasan sebesar
63,89%. Nilai rata-rata keterampilan menulis karangan deskripsi aspek pilihan
kata/diksi sebesar 77,08 dan ketuntasan sebesar 69,44%. Nilai rata-rata
keterampilan menulis karangan deskripsi aspek ejaan dan tanda baca sebesar
66,67 dan ketuntasan sebesar 58,33%. Kemudian nilai rata-rata keterampilan
menulis karangan deskripsi aspek kerapian tulisan sebesar 74,30 dan ketuntasan
sebesar 72,22%. Penjelasan secara rinci hasil keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung tiap aspek pada siklus I dapat dilihat pada
paparan berikut.
4.1.2.1.1 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Imajinasi
Penilaian aspek imajinasi difokuskan pada kualitas pengolahan ide siswa
dalam menulis karangan deskripsi. Aspek imajinasi bertujuan untuk mengetahui
119
kemampuan siswa dalam mengolah ide yang ada setelah melakukan imajinasi
terhadap objek yang dilihat. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek
imajinasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 20. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Imajinasi
Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 16-20 0 0 0
409/36/20 x
100
= 56,80
(Kategori
Cukup)
21/36 x 100
= 58,33%.
2. Baik 11-15 21 271 58,33%
3. Cukup 6-10 14 133 38,89%
4. Kurang 1-5 1 5 2,78%
Jumlah 36 409 100%
Dari tabel 20 dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek imajinasi masih perlu ditingkatkan lagi. Nilai
rata-rata pada aspek ini masih pada kategori cukup yaitu 56,80 dan nilai
ketuntasan sebesar 58,33%. Kategori sangat baik tidak dicapai oleh siswa atau
0%. Kategori baik dicapai oleh 21 siswa atau 58,33% dengan jumlah nilai 271.
Pada kategori tersebut siswa sudah dapat mengolah ide dengan baik sehingga
pembaca seolah-olah melihat dan merasakan hal yang ditulis. Kategori cukup
dicapai oleh 14 siswa atau 38,89% dengan jumlah nilai 133. Pada kategori
tersebut siswa hanya mampu membuat pembaca seolah-olah melihat hal yang
ditulis. Sedangkan kategori kurang hanya dicapai oleh 1 siswa atau 2,78% dengan
jumlah nilai 5. Pada kategori ini siswa belum mampu membuat pembaca
120
mengetahui hal yang ditulis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa
masih belum bisa menggunakan aspek imajinasi dengan baik dalam menulis
karangan deskripsi sehingga pengolahan idenya belum mampu menimbulkan daya
imajinasi yang baik bagi pembaca.
4.1.2.1.2 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Keterlibatan
Pancaindera
Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek keterlibatan
pancaindera difokuskan pada keterlibatan semua pancaindera dalam menulis
karangan deskripsi. Hasil penilaian keterlibatan aspek pancaindera dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 21. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Keterlibatan
Pancaindera Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 13-16 5 66 13,89%
355/36/16x100
= 61,63
(Kategori
Cukup)
28/36 x 100
= 77,78%
2. Baik 9-12 23 226 63,89%
3. Cukup 5-8 8 63 22,22%
4. Kurang 0-4 0 0 0%
Jumlah 36 355 100%
Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa siklus I pada aspek keterlibatan aspek pancaindera untuk
kategori sangat baik dicapai oleh 5 siswa atau 13,89% dengan jumlah nilai 66.
121
Kategori baik berhasil dicapai oleh 23 siswa atau 63,89% dengan jumlah nilai
226. Kategori cukup dicapai 8 siswa atau 22,22% dengan jumlah nilai 63.
Sedangkan kategori kurang tidak ada siswa yang mencapai nilai tersebut. Nilai
rata-rata pada aspek ini masih dalam kategori cukup, yaitu 61,63 dan nilai
ketuntasan sebesar 77,78%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi ditinjau dari aspek
keterlibatan aspek pancaindera ini, rata-rata siswa mendapat kategori nilai cukup.
Hal ini dikarenakan karangan deskripsi yang dibuat siswa rata-rata masih belum
melibatkan semua pancaindera, hanya terfokus pada indera penglihatan saja.
4.1.2.1.3 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesan Hidup
Penilaian aspek kesan hidup difokuskan pada kemampuan pelukisan objek
yang ditulis siswa. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek kesan
hidup ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesan Hidup
Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 10-12 8 89 22,22%
293/36/12x100
= 67,82
(Kategori
Cukup)
23/36 x 100
= 63,89%
2. Baik 7-9 15 136 41,67%
3. Cukup 4-6 10 59 27,78%
4. Kurang 1-3 3 9 8,33%
Jumlah 36 293 100%
122
Data pada tabel 22 menunjukkan bahwa terdapat 8 siswa atau 22,22%
yang berhasil mencapai kateori sangat baik dengan jumlah nilai 89. Pada kategori
ini siswa sudah dapat melukiskan objek sesuai dengan keadaannya sehingga kesan
hidup itu benar-benar terasa. Kategori baik berhasil dicapai oleh 15 siswa atau
41,67% dengan jumlah nilai 136. Pada kategori ini siswa melukiskan objek
dengan kurang sempurna sehingga kesan hidup itu cukup terasa. Kateori cukup,
yaitu siswa melukiskan objek tidak secara keseluruhan sehinga kesan hidup objek
kurang terasa, dicapai oleh 10 siswa atau 27,78% dengan jumlah nilai 59.
Sedangkan yang termasuk kategori kurang dicapai oleh 3 siswa atau 8,33%
dengan jumlah nilai 9. Pada kategori ini siswa menceritakan objek tanpa
dilukiskan sehingga kesan hidup tidak terasa. Nilai rata-rata pada aspek ini masih
dalam kategori cukup, yaitu 67,82 dan nilai ketuntasan sebesar 63,89%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan siswa dalam menulis karangan
deskripsi ditinjau dari aspek kesan hidup ini masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini
dikarenakan siswa masih kurang sempurna dalam melukiskan objek, sehingga
kesan hidup objek yang ditulis kurang terasa.
4.1.2.1.4 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Menunjukkan Objek
yang Ditulis
Penilaian aspek menunjukkan objek yang ditulis difokuskan pada
kesesuaian ide dengan penceritaan objek yang diamati oleh siswa dengan isi
karangannya. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek menunjukkan
objek yang ditulis ini dapat dilihat pada tabel berikut.
123
Tabel 23. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Menunjukkan
Objek yang Ditulis Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 13-16 9 118 25%
381/36/16x100
= 66,14
(Kategori
Cukup)
26/36 x 100
= 72,22%
2. Baik 9-12 17 197 47,22%
3. Cukup 5-8 7 54 19,45%
4. Kurang 1-4 3 12 8,33%
Jumlah 36 381 100%
Data pada tabel 23 menunjukkan bahwa terdapat 9 siswa atau 25% yang
berhasil mencapai kategori sangat baik dengan jumlah nilai 118. Pada kategori
tersebut siswa sudah dapat menunjukkan letak, kondisi, dan isi objek yang
dilukiskan dengan baik. Kategori baik dicapai paling banyak oleh siswa, yaitu 17
siswa atau 47,22% dengan jumlah nilai 197. Kemampuan siswa pada kategori ini
sudah dapat menunjukkan letak dan kondisi objek yang dilukiskan. Kategori
cukup baik dengan kemampuan siswa hanya menunjukkan letak dan isi objek
dicapai oleh 7 siswa atau 19,45% dengan jumlah nilai 54. Sedangkan kategori
kurang dicapai oleh 3 siswa atau 8,33% dengan jumlah nilai 12. Pada kategori ini
kemampuan siswa hanya menunjukkan letak objek saja. Nilai rata-rata pada aspek
ini masih dalam kategori cukup yaitu 66,14 dan nilai ketuntasan sebesar 72,22%.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan siswa dalam menulis
karangan deskripsi ditinjau dari aspek menunjukkan objek yang ditulis ini masih
perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dikarenakan siswa masih kurang sempurna dalam
124
menunjukkan objek yang ditulis. Sebagian besar hasil karangan deskripsi siswa
hanya menunjukkan letak dan isi yang ada dalam objek yang mereka amati.
4.1.2.1.5 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesesuaian Judul dengan
Isi
Penilaian aspek kesesuaian judul dengan isi difokuskan pada kesesuaian
judul karangan yang dipilih siswa dengan isi karangannya. Hasil penilaian tes
menulis karangan deskripsi aspek kesesuaian judul dengan isi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 24. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesesuaian
Judul dengan Isi Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 15 60 41,67%
115/36/4 x 100
= 79,86
(Kategori
Baik)
29/36 x 100
= 80,56%
2. Baik 3 14 42 38,88%
3. Cukup 2 6 12 16,67%
4. Kurang 1 1 1 2,78%
Jumlah 36 115 100%
Berdasarkan tabel 24 diketahui bahwa rata-rata siswa dalam keterampilan
menulis karangan deskripsi aspek kesesuaian judul dengan isi masuk dalam
kategori baik yaitu 79,86 dan nilai ketuntasan sebesar 80,56%. Kategori sangat
baik dicapai oleh 15 siswa atau 41,67% dengan jumlah nilai 60. Pada kategori
tersebut, siswa sudah mampu membuat judul karangan yang tepat dan sesuai
125
dengan isi karangan. Kategori baik yaitu siswa dalam membuat judul karangan
deskripsi sudah sesuai dengan isi karangan deskripsi tersebut atau judul yang
dibuat oleh siswa tidak menyimpang dengan isi karangan deskripsi. Kategori baik
dicapai oleh 14 siswa atau 38,88% dengan jumlah nilai 42. Kategori cukup diraih
oleh 6 siswa atau 16,67% dengan jumlah nilai 12. Sedangkan nilai yang termasuk
kategori kurang hanya dicapai oleh 1 siswa atau 2,78% dengan jumlah nilai 1.
Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini yaitu judul yang dibuat siswa kurang
sesuai dengan isi karangan. Hal ini disebabkan siswa ingin membuat judul yang
menarik tetapi keliru dalam menerapkannya.
4.1.2.1.6 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kohesi dan Koherensi
Penilaian aspek kohesi dan koherensi dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada keterpaduan isi paragraf dan keterkaitan antarkalimat. Hasil
penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek kohesi dan koherensi dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 25. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kohesi dan
Koherensi
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 7-8 5 39 13,89%
180/36/8 x 100
= 65,62
(Kategori
Cukup)
21/36 x 100
= 58,33%
2. Baik 5-6 16 96 44,44%
3. Cukup 3-4 12 48 33,33%
4. Kurang 1-2 3 6 8,33%
Jumlah 36 189 100%
126
Dari tabel 25 dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek kohesi dan koherensi masih perlu
ditingkatkan lagi. Nilai rata-rata pada aspek ini masih pada kategori cukup yaitu
65,62 dan nilai ketuntasan sebesar 58,33%. Terdapat 5 siswa atau 13,89% yang
berhasil mencapai kategori sangat baik dengan jumlah nilai 39. Kategori baik
dicapai oleh 16 siswa atau 44,44% dengan jumlah nilai 96. Kategori cukup
dicapai oleh 12 siswa atau 33,33% dengan jumlah nilai 48. Sedangkan nilai yang
termasuk kategori kurang dicapai oleh 3 siswa atau 8,33% dengan jumlah nilai 6.
Pada aspek kohesi dan koherensi dalam menulis karangan deskripsi,
kategori yang paling banyak dicapai siswa adalah kategori baik dengan rentang
nilai antara 5-6 dan kategori yang paling rendah yang diperoleh siswa adalah
kategori kurang dengan rentang skor antara 1-2. Siswa yang memperoleh nilai
tinggi disebabkan karena siswa sudah mulai memperhatikan pertalian atau
keterpaduan antara kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya, seperti
penggunaan kata penghubung, penggunan kata ganti, dan sebagainya. Hal ini
menyebabkan karangan siswa menjadi lebih mudah untuk dipahami karena antara
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya saling berhubungan dan berkaitan.
Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan karena siswa yang
kurang memperhatikan pertalian atau keterpaduan antara kalimat yang satu
dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf, kesulitan merangkai hubungan antara
kalimat-kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, dan
kesulitan merangkai hubungan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang
127
lainnya. Hal ini menyebabkan karangan siswa sulit untuk dipahami. Pembaca
merasa kesulitan dalam mencerna tulisan yang dibacanya.
4.1.2.1.7 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Memusatkan Uraian
pada Objek yang Ditulis
Penilaian aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis dalam menulis
karangan deskripsi difokuskan pada pemusatan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek tulisan. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi
aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 26. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Memusatkan
Uraian pada Objek yang Ditulis Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 10-12 14 168 38,89%
321/36/12x100
= 74,30
(Kategori
Baik)
23/36 x 100
= 63,89%
2. Baik 7-9 9 81 25%
3. Cukup 4-6 11 66 30,56%
4. Kurang 1-3 2 6 5,56%
Jumlah 36 321 100%
Data pada tabel 26 menunjukkan bahwa tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa siklus I pada aspek memusatkan uraian pada objek yang
ditulis untuk kategori sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau 38,89% dengan
jumlah nilai 168. Kategori baik dicapai oleh 9 siswa atau 25% dengan jumlah nilai
81. Kategori cukup dicapai oleh 11 siswa atau 30,56% dengan jumlah nilai 66.
128
Sedangkan untuk kategori kurang dicapai oleh 2 siswa atau 5,56% dengan jumlah
nilai 6. Nilai rata-rata pada aspek ini termasuk dalam kategori baik yaitu 74,30
dan nilai ketuntasan sebesar 63,89%.
Pada aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis, nilai pada kategori
sangat baik dengan rentang skor 10-12 yang paling banyak dicapai oleh siswa
yaitu sebanyak 14 siswa atau 38,89% . Siswa yang memperoleh nilai tinggi
disebabkan karena siswa sudah mampu memusatkan uraian pada objek yang
ditulisnya yang berhubungan dengan objek yang diamati secara sempurna. Siswa
memusatkan uraian pada objek yang ditulis secara detail sehingga isi karangan
bersifat informasi yang lengkap dan pembaca akan merasa puas ketika
membacanya.
Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan karena siswa belum bisa
memusatkan uraian pada hal-hal yang berhubungan dengan objek penulisan secara
sempurna dan masih terjadi kesalahan. Kebanyakan siswa dalam menulis
karangan memusatkan uraian pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan objek
yang diamatinya.
4.1.2.1.8 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Pilihan Kata/Diksi
Penilaian aspek pilihan kata/diksi dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada kesesuaian pilihan kata yang digunakan siswa sesuai dengan
situasi yang diceritakan dalam karangan deskripsi. Hasil penilaian tes menulis
karangan deskripsi aspek pilihan kata/diksi dapat dilihat pada tabel berikut.
129
Tabel 27. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Pilihan
Kata/Diksi Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 10 48 33,33%
111/36/4 x 100
= 77,08
(Kategori
Baik)
25/36 x 100
= 69,44%
2. Baik 3 13 39 36,11%
3. Cukup 2 11 24 30,56%
4. Kurang 1 0 0 0%
Jumlah 36 111 100%
Data pada tabel 27 menunjukkan bahwa tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa siklus I pada aspek pilihan kata atau diksi untuk kategori
sangat baik dicapai oleh 12 siswa atau 33,33% dengan jumlah nilai 48. Kategori
baik dicapai oleh 13 siswa atau 36,11% dengan jumlah nilai 39. Kategori cukup
dicapai oleh 11 siswa atau 30,56% dengan jumlah nilai 24. Sedangkan untuk
kategori kurang tidak dicapai oleh siswa atau 0%. Nilai rata-rata pada aspek ini
termasuk dalam kategori baik yaitu 77,08 dan nilai ketuntasan sebesar 69,44%.
Pada aspek pilihan kata atau diksi, nilai pada kategori baik dengan skor 3
yang paling banyak dicapai oleh siswa yaitu sebanyak 13 siswa atau 36,11%.
Sedangkan kategori yang paling sedikit dicapai oleh siswa yaitu kategori cukup
yang hanya dicapai oleh 11 siswa atau 30,56%. Siswa yang berhasil mencapai
nilai tinggi pada aspek ini disebabkan siswa sudah mampu menggunakan pilihan
kata atau diksi dengan tepat. Siswa sudah mampu menerapkan kata-kata yang
baku dalam karangannya. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai rendah pada
130
aspek ini disebabkan siswa masih menggunakan kata-kata yang tidak baku dan
tidak sesuai untuk menggambarkan suasana yang ingin diceritakan dalam
karangannya. Hal tersebut mengakibatkan karangan siswa kurang bisa dipahami
dan kurang mengena ketika dibaca.
4.1.2.1.9 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Penilaian aspek ejaan dan tanda baca difokuskan pada ketepatan
penggunaan ejaan dan kesesuaian penggunaan tanda baca yang digunakan dalam
menulis karangan deskripsi. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek
ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 28. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Ejaan dan
Tanda Baca Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 9 36 25%
96/36/4 x 100
= 66,67
(Kategori
Cukup)
21/36 x 100
= 58,33%
2. Baik 3 12 36 33,33%
3. Cukup 2 9 18 25%
4. Kurang 1 6 6 16,67%
Jumlah 36 96 100%
Dari tabel 28 dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek ejaan dan tanda baca masih perlu
ditingkatkan lagi. Nilai rata-rata pada aspek ini masih pada kategori cukup yaitu
66,67 dan nilai ketuntasan sebesar 58,33%. Kategori sangat baik dicapai oleh 9
131
siswa atau 25% dengan jumlah nilai 36, kategori baik dicapai oleh 12 siswa atau
33,33% dengan jumlah nilai 36, kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau 25%
dengan jumlah nilai 18, dan kategori kurang dicapai oleh 6 siswa atau 16,67%
dengan jumlah nilai 6.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca masih
dalam kategori cukup. Artinya, sebagian besar siswa belum mampu menggunakan
ejaan yang tepat dan tanda baca yang sesuai dengan EYD. Sebagai contoh siswa
tidak menggunakan tanda titik untuk mengakhiri kalimat yang mereka tulis, tidak
menggunakan tanda koma setelah kata “setelah itu, oleh karena itu, dan sementara
itu”. Penggunaan huruf-huruf kapital yang tidak sesuai dengan kaidah. Siswa juga
menyingkat kata “yang” menjadi “yg” dan kata “dengan” menjadi “dgn”.
Penulisan kata “di” dan “ke” sebagai kata depan ditulis serangkai. Hal ini
disebabkan siswa tidak terbiasa menggunaan ejaan dan tanda baca yang benar
dalam kegiatan menulis sehari-hari.
4.1.2.1.10 Hasil Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kerapian Tulisan
Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada kerapian, kejelasan, dan
ada tidaknya coretan dalam menulis karangan deskripsi. Hasil penilaian tes
menulis karangan deskripsi aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
132
Tabel 29. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kerapian
Tulisan Siklus I
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
1. Sangat
baik 4 12 48 33,33%
107/36/4 x 100
= 74,30
(Kategori
Baik)
26/36 x 100
= 72,22%
2. Baik 3 14 42 38,89%
3. Cukup 2 7 14 19,45%
4. Kurang 1 3 3 8,33%
Jumlah 36 107 100%
Data pada tabel 29 menunjukkan bahwa terdapat 12 siswa atau 33,33%
yang berhasil mencapai kategori sangat baik dengan jumlah nilai 48. Pada
kategori ini tulisan siswa dapat dibaca, rapi, dan bersih. Kategori baik dicapai oleh
14 siswa atau 38,89% dengan jumlah nilai 42. Pada kategori ini tulisan siswa
dapat dibaca dengan coretan antara 1-3. Kategori cukup dicapai oleh 7 siswa atau
19,45% dengan jumlah nilai 14. Pada kategori ini, tulisan siswa dapat dibaca
dengan coretan antara 4-6. Sedangkan kategori kurang dicapai oleh 3 siswa atau
8,33% dengan jumlah nilai 3. Nilai rata-rata kelas termasuk dalam kategori baik
yaitu 74,30 dan nilai ketuntasan sebesar 72,22%. Dengan demikian, dapat
dikatakan hasil tulisan siswa cukup rapi, bersih, dan cukup mudah untuk dibaca.
133
4.1.2.2 Perilaku Siswa pada Siklus I
Perilaku siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil observasi, catatan
harian siswa, catatan harian guru, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil
selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.
4.1.2.2.1 Perilaku Siswa Berdasarkan Hasil Observasi
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung pada siswa kelas XA SMA
Negeri Wangon. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk melihat respon
perilaku siswa dalam menerima pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran (peneliti) dan dibantu oleh satu
orang observer. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik karena
segala tindakan yang dilakukan oleh siswa dapat terpantau oleh observer. Objek
sasaran yang diamati terangkum dalam 7 pertanyaan.
Pada siklus I observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan
mendeskripsikan beberapa perilaku siswa selama pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung. Berikut ini tabel hasil observasi siklus I.
134
Tabel 30. Hasil Observasi Siklus I
No Aspek yang Dinilai Frekuensi Presentase Kategori
1. Perhatian siswa penuh terhadap
penjelasan guru dan merespon positif.
27 75% SB
2. Siswa senang dan tertarik terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung.
30 83,33% SB
3. Siswa aktif dalam mengamati objek
secara langsung.
28 77,78% SB
4. Siswa aktif berdiskusi menentukan
kata kunci dari objek yang diamati.
26 72,22% SB
5. Siswa menulis karangan deskripsi
dengan sikap yang baik, tidak ramai,
dan tidak mengganggu temannya.
28 80,56% SB
6. Siswa aktif mengerjakan tugas
menulis karangan deskripsi dengan
serius dan tekun.
24 66,67% B
7. Siswa berpartisipasi dalam
menanggapi hasil karangan deskripsi
milik temannya.
11 30,56% B
135
Keterangan:
SB: Sangat Baik : 81%-100%
B: Baik : 61%-80%
C: Cukup : 41%-60%
K: Kurang : 21%-40%
Berdasarkan tabel 30 di atas dapat diketahui bahwa pada aspek pertama,
yaitu perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru dan merespon positif
sebanyak 27 siswa atau 75% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, siswa cukup
merespon dengan baik. Bentuk respon positif, yaitu siswa mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat materi.
Aspek kedua yaitu siswa senang dan tertarik terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Sebanyak 30 siswa atau 83,33% merasa senang dan tertarik terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung karena dengan model dan teknik tersebut dapat mengurangi rasa bosan
atau jenuh belajar di dalam kelas, terkesan santai atau rileks sehingga dapat
mengurangi rasa tegang, dan siswa merasa lebih mudah untuk belajar menulis
karangan deskripsi.
Aspek ketiga yaitu siswa aktif dalam mengamati objek secara langsung
untuk ditentukan kata kuncinya. Hasil observasi pada aspek ini sebesar 28 siswa
136
atau 77,78% aktif dalam mengamati objek secara langsung. Sedangkan sisanya,
yaitu 8 siswa atau 22,22% tidak terlalu aktif dalam mengamati objek secara
langsung.
Aspek keempat yaitu siswa aktif berdiskusi menentukan kata kunci
berdasarkan objek yang diamati. Hasil observasi pada aspek ini sebesar 26 siswa
atau 72,22% aktif berdiskusi menentukan kata kunci berdasarkan objek yang
diamati, selebihnya siswa bersikap pasif dalam diskusi kelompok. Tidak semua
siswa dalam satu kelompok aktif berdiskusi untuk menentukan kata kunci dari
objek yang diamati secara langsung. Dalam satu kelompok hanya beberapa siswa
saja yang benar-benar mengamati objek dan kemudian menentukan kata kuncinya,
sedangkan yang lainnya hanya ikut- ikutan saja.
Aspek kelima yaitu siswa menulis karangan deskripsi dengan sikap yang
baik, tidak ramai, dan tidak mengganggu temannya. Pada aspek ini sebanyak 28
siswa atau 80,56% berperilaku positif, selebihnya siswa bersikap kurang baik
pada saat menulis karangan deskripsi. Siswa yang berperilaku positif ditunjukkan
dengan sikap siswa yang serius dalam menulis karangan deskripsi. Keseriusan
siswa terlihat ketika siswa menulis karangan tidak bercanda dengan teman satu
kelompoknya dan tidak melihat pekerjaan milik temannya.
Aspek keenam yaitu siswa aktif mengerjakan tugas menulis karangan
deskripsi dengan serius dan tekun. Pada aspek ini siswa yang berperilaku positif
berjumlah 24 siswa atau 66,67%. Sebagian besar siswa mengerjakan karangan
deskripsi dengan serius dan memperhatikan aspek-aspek yang dinilai. Selain itu
mereka juga tekun, sehingga dapat menyelesaikan karangan deskripsi tepat waktu.
137
Aspek yang terakhir yaitu siswa berpartisipasi dalam menanggapi hasil
karangan deskripsi milik temannya. Pada aspek ini sebanyak 11siswa atau 30,56%
berpartisipasi memberikan tanggapan terhadap hasil karangan deskripsi milik
temannya. Minimnya siswa yang berpartisipasi memberikan tanggapan terhadap
hasil karangan deskripsi milik temannya dikarenakan siswa masih malu dan ragu
untuk berkomentar. Siswa belum mempunyai rasa percaya diri yang tinggi untuk
berpendapat. Mereka akan berpendapat jika ditunjuk oleh guru.
4.1.2.2.2 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian
Catatan harian yang digunakan dalam siklus I ini adalah catatan harian
siswa dan catatan harian guru. Penggunaan catatan harian dimaksudkan untuk
mendapatkan data nontes berkenaan dengan respon siswa terhadap pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Catatan harian siswa diisi
oleh siswa sendiri, sedangkan catatan harian guru diisi oleh peneliti.
4.1.2.2.2.1 Perilaku Siswa Berdasarkan Hasil Catatan Harian Siswa
Catatan harian siswa dibagikan pada akhir pembelajaran keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Catatan harian diisi secara
individu untuk mengetahui respon sisiwa terhadap pembelajaran yang telah
diikuti. Catatan harian siswa berisi empat pertanyaan, yaitu (1) bagaimana
perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
138
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung; (2) tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan; (3) kemudahan dan kesulitan siswa pada saat menulis karangan
deskripsi melalui model dan teknik yang digunakan; dan (4) ungkapan kesan dan
saran siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung.
Pada saat peneliti membagi lembar catatan harian, siswa masih terlihat
bingung bagaimana cara mengisi catatan harian tersebut. Hal ini dikarenakan
siswa baru pertama kalinya mengisi catatan harian mengenai pembelajaran yang
telah mereka laksanakan. Akan tetapi, setelah peneliti menjelaskan cara pengisian
catatan harian siswa dengan antusias mengisi catatan harian tersebut. Hasil catatan
harian siswa dapat diuraikan sebagai berikut.
Ungkapan perasaan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung, yaitu siswa merasa senang dan tertarik. Hal
tersebut diungkapan oleh sebagian besar siswa, yaitu 29 siswa atau 80,56%.
Alasan siswa senang dengan pembelajaran ini karena pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung belum pernah dilaksanakan, sehingga pembelajaran ini merupakan hal
yang baru dan dapat menambah pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan
menulis karangan deskripsi.
139
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung, yaitu siswa merasa senang dan tertarik dengan
pembelajaran yang telah diikutinya. Dengan adanya model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung
memudahkan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hal tersebut diungkapkan
oleh sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 27 siswa atau 75%, sisanya 9 siswa atau
25% memberi tanggapan yang biasa saja.
Kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran menulis
karangan deskripsi berlangsung, yaitu pada aspek imajinasi dan aspek pilihan
kata. Pada aspek imajinasi kualitas pengolahan idenya masih kurang, yaitu hanya
menceritakan objek tetapi tidak menunjukkan objek. Pada aspek pilihan kata
siswa masih sulit menentukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan objek yang
diamatinya. Kesulitan tersebut dialami oleh siswa sebanyak 16 siswa atau 44,44%.
Sedangkan sebanyak 20 siswa atau 55,56% sudah tidak merasa kesulitan dalam
memahami pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung
karena dengan dengan model dan teknik pembelajaran tersebut siswa menjadi
semakin mudah saat menulis karangan deskripsi.
Mengenai kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung, siswa merasa senang. Hal ini karena
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu,
140
model dan teknik pembelajaran tersebut lebih memudahkan siswa dalam menulis
karangan deskripsi. Hampir sebagian besar siswa, yaitu 28 siswa atau 77,78%%
yang menyatakan hal tersebut. Sebanyak 8 siswa atau 22,22% yang menyatakan
lumayan senang dan lumayan tertarik dengan model pembelajaran tersebut.
Saran yang diberikan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung sangat bagus. Sebagian besar siswa , yaitu
sebanyak 29 siswa atau 80,56% memberikan saran yang mendukung terhadap
pembelajaran. Mereka menyarankan agar pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan lagi sehingga mempermudah siswa memahami materi
pembelajaran. Sedangkan 7 siswa atau 19,44% memberikan saran yang biasa-
biasa saja.
Adapun hasil catatan harian siswa secara keseluruhan menyimpulkan
bahwa siswa senang dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung. Selain itu, siswa juga berpendapat bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung dapat
mempermudah atau membantu siswa dalam mendeskripsikan objek yang diamati
sehingga siswa berminat dalam menulis karangan deskripsi dengan runtut dan
jelas.
141
4.1.2.2.2.2 Perilaku Siswa Berdasarkan Hasil Catatan Harian Guru
Catatan harian guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam catatan
harian guru ini adalah (1) kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung; (2) keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi dari awal sampai akhir; (3) respon siswa
terhadap pembelajaran yang berlangsung; (4) suasana pembelajaran yang
berlangsung; dan (5) tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan
guru (peneliti).
Berdasarkan pengamatan guru (peneliti) pada saat pembelajaran
berlangsung sebagian besar siswa sudah cukup siap untuk mengikuti
pembelajaran. Beberapa siswa ada yang bertanya ketika mengalami kesulitan dan
ada yang menanggapi atau memberikan komentar terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung. Hal ini terlihat saat siswa mengamati contoh karangan
deskripsi yang diberikan oleh guru. Siswa cukup antusias untuk menemukan
berbagai hal yang berkaitan dengan karangan yang ada pada contoh karangan
deskripsi tersebut. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan oleh guru.
Siswa merasa cukup senang dengan pembelajaran yang berlangsung karena
terkesan santai, tidak menegangkan, dan tidak membosankan. Namun, masih
142
terlihat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I ini. Hal ini
ditunjukkan dengan beberapa perilaku siswa yang belum serius saat guru
menjelaskan tentang tugas kelompok. yaitu melakukan diskusi untuk menentukan
kata kunci berdasarkan objek yang diamati secara langsung, siswa kurang
terkendali. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah siswa jelas
dengan tugas yang diberikan oleh guru, siswa langsung menuju objek yang akan
diamati. Berdasarkan pengamatan guru (peneliti) selama proses pembelajaran
menulis karangan deskripsi berlangsung, siswa merasa senang dengan
pembelajaran yang telah diikutinya karena model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung dianggap masih baru.
4.1.2.2.3 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus I dilakukan kepada tiga orang siswa, yaitu satu
orang siswa yang mendapat nilai tinggi, satu orang siswa mendapat nilai sedang,
dan satu orang mendapat nilai rendah. Wawancara pada siklus I ini bertujuan
untuk mengetahui tanggapan atau sikap siswa terhadap proses pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Ada empat pertanyaan
wawancara, yaitu (1) apakah kalian berminat dengan pembelajaran menulis
karangan deskripsi yang baru saja dilakukan?; (2) apakah kalian senang mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru saja dilakukan?; (3) kesulitan
apakah yang kalian hadapi selama mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi?; dan (4) apakah pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru
143
saja dilakukan dapat memotivasi dan membantu kalian dalam menulis karangan
deskripsi?.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan siswa diperoleh
informasi bahwa mereka berminat dengan pembelajaran menulis karangan
deskripsi. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh satu siswa yang memperoleh
nilai tinggi dan siswa yang memperoleh nilai sedang. Mereka menyatakan
berminat dan tertarik dengan materi menulis karangan deskripsi. Akan tetapi,
berbeda dengan jawaban siswa yang memperoleh nilai rendah. Siswa yang
memperoleh nilai rendah menyatakan tidak berminat ataupun tertarik dengan
materi menulis karangan deskripsi karena siswa tersebut bingung dalam menulis
karangan deskripsi.
Sebagian besar siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung. Hal ini dikarenakan model dan teknik
pembelajaran yang diterapkan guru berbeda. Siswa merasa senang mendapatkan
model pembelajaran dan penggunaan teknik pembelajaran yang baru untuk
menulis karangan deskripsi sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran dan memberi kemudahan dalam menulis karangan
deskripsi. Pernyataan tersebut sesuai dengan jawaban siswa yang memperoleh
nilai tinggi dan niali rendah. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai rendah
merasa biasa saja.
Pembelajaran menulis karangan deskripsi yang dilakukan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
144
langsung memberikan kemudahan bagi siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Hal tersebut sesuai dengan jawaban dari siswa yang mendapat nilai tinggi. Dia
tidak mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi karena terbantu oleh
adanya model dan teknik pembelajaran tersebut. Akan tetapi, sedikit berbeda
dengan jawaban dari siswa nilai sedang dan siswa nilai rendah. Meskipun telah
dibantu dengan model dan teknik dalam pembelajaran tetapi mereka masih
mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi.
Motivasi yang dirasakan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi adalah mereka merasa bahwa menulis karangan deskripsi itu
adalah hal yang menarik dan banyak manfaatnya. Pembelajaran menulis karangan
deskripsi yang dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung memberikan kemudahan
siswa dalam menulis karangan deskripsi. Pernyataan tersebut berdasarkan
jawaban dari siswa nilai tinggi dan siswa nilai sedang. Sedangkan siswa yang
mendapat nilai rendah merasa pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah
hal yang biasa-biasa saja dan tidak mendatangkan motivasi apapun. Selain itu,
model dan teknik pembelajaran yang ada tidak terlalu membantunya dalam
menulis karangan deskripsi.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa cukup
senang dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi yang dilakukan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan pemanfaatan teknik
pengamatan objek langsung. Dengan adanya model dan teknik tersebut dapat
membantu mempermudah siswa dalam menulis karangan deskripsi dan dapat
145
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran meskipun hal
tersebut tidak dirasakan oleh semua siswa.
4.1.2.2.4 Perilaku Siswa Dokumentasi Foto
Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa pada saat
pembelajaran berlangsung. Dari foto-foto yang diambil dapat mempermudah
peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitiannya, khususnya yang berkaitan
dengan tingkah laku siswa saat proses pembelajaran. Pengambilan data dengan
dokumetasi foto ini difokuskan pada: (1) situasi kelas pada saat proses awal
pembelajaran (saat guru membuka pelajaran); (2) saat siswa dan peneliti menggali
materi tentang karangan deskripsi; (3) aktivitas siswa saat mengamati objek
langsung dan berdiskusi menentukan kata kunci yang sesuai dengan objek yang
diamati; (4) aktivitas siswa saat melaksanakan kegiatan menulis karangan
deskripsi; (5) aktivitas siswa saat membacakan hasil menulis karangan deskripsi
di depan kelas; dan (6) aktivitas siswa ketika memberi tanggapan.
Gambar dokumentasi foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama penelitian berlangsung. Pada siklus I deskripsi gambar
selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.
146
Gambar 1. Guru Memberikan Aperseprsi Pembelajaran kepada
Siswa
Gambar 1 adalah kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung,
yaitu pada awal pembelajaran saat guru melakukan apersepsi pembelajaran
menulis karangan deskripsi yang akan dilaksanakan. Selain itu, guru juga
menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan dicapai dari
pembelajaran pada hari itu. Dari gambar di atas terlihat kondisi kelas dan
siswanya. Kondisi kelas cukup terkendali dan siswa memperhatikan penjelasan
guru dengan baik.
147
Gambar 2. Kegiatan Siswa Mengamati Contoh Karangan Deskrispi
Gambar 2 merupakan kegiatan siswa mengamati contoh karangan
deskripsi yang diberikan oleh guru. Sebelum guru menjelaskan materi tentang
karangan deskripsi, terlebih dahulu guru membagikan contoh karangan deskripsi
kepada siswa. Setelah siswa mengamati contoh karangan deskripsi kemudian
siswa berdiskusi dengan teman satu bangku untuk mengidentifikasi pengertian
dan ciri-ciri karangan deskripsi. Pada saat berdiskusi siswa terlihat cukup serius,
tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan perintah yang
diberikan oleh guru. Ada siswa yang tidak berdiskusi untuk menentukan
pengertian dan ciri-ciri karangan deskripsi melainkan melihat pekerjaan
temannya. Setelah siswa selesai berdiskusi kemudian guru dan siswa bersama-
sama membahas tentang pengertian dan ciri-ciri karangan deskripsi. Kegiatan ini
dilakukan secara interaktif melalui proses tanya jawab.
148
Gambar 3. Kegiatan Siswa Mengamati Objek Langsung dan
Berdiskusi Menentukan Kata Kunci
Gambar 3 merupakan kegiatan siswa pada saat mengamati objek secara
langsung dan menentukan kata kunci berdasarkan objek yang diamati. Siswa
diminta untuk menentukan minimal empat kata kunci berdasarkan objek yang
diamati. Dalam satu kelompok setiap siswa diminta untuk memberikan satu kata
kunci. Siswa antusias dan serius ketika melaksanakan perintah yang diberikan
oleh guru. Akan tetapi, tidak semua siswa serius pada saat mengamati objek
ataupun saat derdiskusi untuk menentukan kata kunci. Ada kelompok yang
anggotanya tidak serius, mereka lebih banyak bercanda dan bercerita sendiri yang
tidak berhubungan dengan tugas. Hanya satu siswa yang serius mengerjakan
sedangkan yang lainnya kurang serius.
149
Gambar 4. Kegiatan Siswa Menulis Karangan Deskripsi
Gambar 4 merupakan kegiatan siswa pada saat menulis karangan
deskrispsi berdasarkan kata kunci yang telah ditentukan berdasarkan objek yang
telah diamati secara langsung. Dari gambar di atas terlihat tidak semua siswa
serius dan berkonsentrasi pada saat menulis karangan deskripsi. Ada beberapa
siswa yang melihat pekerjaan temannya. Perilaku negatif yang ditunjukkan siswa
ini mengakibatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi kurang berjalan
dengan lancar, hasil menulis karangan deskripsi yang diperoleh siswa pada siklus
I juga belum memuaskan dan beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan karangan
deskripsi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru.
150
Gambar 5. Kegiatan Siswa Membacakan Hasil Karangan Deskripsi di
Depan Kelas
Gambar 5 merupakan kegiatan siswa pada saat membacakan hasil
karangan deskripsi yang telah mereka tulis. Setelah selesai menulis karangan
deskripsi, kegiatan siswa selanjutnya adalah membacakan hasil karangannya di
depan kelas. Beberapa siswa maju ke depan untuk membacakan hasil
karangannya. Siswa masih belum berani untuk langsung maju ke depan
membacakan hasil karangannya tanpa ditunjuk oleh guru sehingga guru akhirnya
harus menunjuk siswa untuk membacakan karangannya di depan kelas. Siswa
terlihat masih malu dan ragu-ragu untuk membacakan hasil karangannya di depan
teman satu kelas. Siswa membacakan hasil karangannya dengan suara yang pelan
sekali sehingga teman-teman yang duduk di bagian belakang kurang dapat
menyimak isi karangan milik temannya tersebut.
151
Gambar 6. Kegiatan Siswa Memberikan Tanggapan
Setelah siswa membacakan hasil karangannya di depan kelas, kegiatan
selanjutnya adalah siswa yang lain memberikan komentar terhadap hasil karangan
deskripsi tersebut. Gambar 6 merupakan kegiatan siswa pada saat siswa diminta
untuk memberikan komentar terhadap hasil karangan milik temannya yang telah
di bacakan di depan kelas. Pada saat siswa diminta untuk memberikan komentar
tidak ada siswa yang mau untuk berkomentar. Siswa saling tunjuk satu sama lain
untuk berkomentar. Hal ini karena mereka masih merasa malu-malu dan ragu
untuk berkomentar. Pada akhirnya guru yang menunjuk siswa untuk memberikan
komentar. Dari gambar di atas terlihat bahwa siswa kurang serius dalam
memberikan komentar terhadap hasil karangan milik temannya. Selain itu, tidak
semua siswa memperhatikan ketika temannya sedang membacakan hasil
karangannya di depan kelas. Beberapa siswa sibuk menyelesaikan karangan
miliknya sendiri ataupun asyik mengobrol dengan temannya.
152
4.1.2.3 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi pada siklus
I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata menulis karangan deskripsi siswa kelas XA
SMA Negeri Wangon Banyumas sebesar 66,17. Hasil tes tersebut belum
memenuhi target ketuntasan yang diharapkan yaitu 70, sehingga perlu
dilaksanakan penelitian selanjutnya yaitu siklus II sebagai perbaikan pada siklus I.
Kurangnya siswa dalam memahami materi menulis karangan deskripsi
menyebabkan belum tercapainya nilai yang ditargetkan. Siswa belum mengetahui
bagaimana cara menulis karangan deskripsi yang baik dan benar. Di samping
aspek kebahasaan yang belum begitu dikuasai, siswa juga kesulitan dalam
berimjinasi untuk menggambarkan objek langsung yang akan dideskripsikan agar
terkesan hidup. Penyebab lain karena siswa masih jarang berlatih menulis
karangan deskripsi. Sehingga pengetahuan mengenai menulis karangan deskripsi
tersebut kurang dikuasai oleh siswa.
Hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA
Negeri Wangon Banyumas secara keseluruhan masih tergolong dalam kategori
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis karangan
deskripsi pada siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas perlu
ditingkatkan. Tindakan-tindakan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung juga perlu diperhatikan.
Tindakan tersebut adalah keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran, keseriusan
siswa dalam kegiatan mengamati objek secara langsung, keseriusan siswa dalam
153
kegiatan diskusi menentukan kata kunci, dan keaktifan siswa dalam bertanya
jawab. Hal ini akan membantu siswa untuk menghasilkan karangan deskripsi yang
lebih baik lagi.
Selain hasil tes, hasil observasi, catatan harian siswa, catatan harian guru,
wawancara, dan dokumentasi foto juga memperlihatkan perilaku siswa yang
beragam. Perilaku tersebut ada yang positif dan ada juga yang negatif. Walaupun
sebagian siswa merasa tertarik dan senang untuk mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi yang telah dilaksanakan, tetapi ada beberapa siswa yang belum
mampu memahami karangan deskripsi sehingga belum mampu menulis karangan
deskripsi dengan baik. Hal-hal negatif yang terjadi di dalam siklus I ini nantinya
harus diperbaiki ke arah yang lebih baik lagi pada siklus II. Untuk mengatasi
kekurangan tersebut, dapat dilakukan dengan lebih mengintensifkan siswa saat
mengamati objek langsung, berdiskusi kelompok untuk menentukan kata kunci,
serta melatih siswa untuk aktif bertanya.
Selain itu, siswa juga dilatih dan diberi motivasi agar lebih serius da lam
menulis karangan deskripsi dengan tetap memperhatikan imajinasi, keterlibatan
aspek pancaindera, kesan hidup, menunjukkan objek yang ditulis, kesesuaian
judul dengan isi, kohesi dan koherensi, memusatkan uraian pada objek yang
ditulis, pilihan kata/diksi, ejaan dan tanda baca, dan kerapian tulisan. Hal ini
diharapkan agar siswa semakin baik lagi dalam menulis karangan deskripsi. Selain
itu, perilaku siswa juga akan diarahkan dan diperbaiki ke perilaku yang lebih
positif lagi. Untuk itu, pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
154
langsung pada siklus II nanti akan direncanakan pembelajaran yang lebih baik
lagi.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari tindakan siklus I. Tindakan
ini dilakukan karena pada siklus I hasil keterampilan menulis karangan deskripsi
pada siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas masih dalam kategori
cukup, yaitu nilai rata-rata sebesar 66,17. Hasil tersebut belum memenuhi target
minimal ketuntasan yaitu 70. Selain itu, masih dijumpai perilaku negatif saat
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung berlangsung.
Dengan demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar
menulis karangan deskripsi pada siklus I. Pemaparan hasil tes dilakukan dengan
menyajikan tabel disertai dengan penjelasan dari tabel tersebut. Untuk hasil nontes
dipaparkan secara deskripsi. Hasil tes dan nontes pada siklus II dijelaskan sebagai
berikut.
4.1.3.1 Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus II
Hasil tes siklus II ini adalah hasil tes keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung. Pada pembelajaran kali ini, peneliti
menggunakan teknik pengamatan objek langsung yang berbeda dengan siklus I.
Pada siklus II, pertemuan juga dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.
155
Kriteria penilaian keterampilan menulis karangan deskripsi pada siklus II
ini masih sama dengan kriteria penilaian pada siklus I. Kriteria tersebut yaitu (1)
imajinasi, (2) keterlibatan aspek pancaindera, (3) kesan hidup, (4) menunjukkan
objek yang ditulis, (5) kesesuaian judul dengan isi, (6) kohesi dan koherensi, (7)
memusatkan uraian pada objek yang ditulis, (8) pilihan kata/diksi, (9) ejaan dan
tanda baca, dan (10) kerapian tulisan. Hasil tes keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 31. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Siklus II
No. Kategori
Rentang
Nilai
F
Jumlah
Nilai
Persen
(%)
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
1. Sangat baik 85-100 11 962 30,56% 2823
X =
36
= 78,41
31
x 100%
36
= 86,11%
2. Baik 70-84 20 1534 55,56%
3. Cukup 53-69 5 327 13,88%
4. Kurang 0-52 0 0 0%
Jumlah 36 2823 36
Data pada tabel 31 menunjukkan bahwa hasil keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung secara klasikal mencapai nilai rata-rata
78,41 atau berada dalam kategori baik. Nilai ketuntasan mencapai 86,11% dan
sudah memenuhi KKM. Rentang nilai 85-100 dengan kategori sangat baik dicapai
oleh 11 orang siswa atau sebesar 30,56%. Rentang nilai 70-84 dengan kategori
156
baik dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 55,56%. Rentang nilai 53-69 dengan
kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 13,88%. Sedangkan untuk
kategori nilai kurang dengan rentang nilai 0-52 tidak ada siswa yang
mencapainya. Hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung tiap aspek pada siklus II dapat dilihat pada uraian berikut.
Hasil tes keterampilan menulis karangan dreskripsi pada siklus II sudah
menunjukkan kategori baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
yaitu sebesar 70. Dari 36 siswa di kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas
hanya 5 siswa yang mendapat nilai dalam kategori cukup. Sedangkan siswa yang
mendapat nilai kurang tidak ada. Hal ini berbeda dibandingkan dengan jumlah
siswa yang mendapat nilai kategori cukup pada siklus I. Pada siklus I jumlah
siswa yang mendapat nilai kategori cukup berjumlah 24 orang. Adanya
penurunan jumlah siswa ini dikarenakan siswa sudah mampu memahami materi
karangan deskripsi dengan baik dan sudah mengerti fungsi dari penggunaan
model pembelajaran koopertaif tipe concept sentence dan teknik pengamatan
objek langsung yang digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Data pada tabel 31 menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai sangat
baik adalah siswa yang sudah mampu menulis karangan deskripsi dengan baik
sesuai kriteria penilaian yang digunakan. Siswa yang mendapatkan nilai dengan
kategori baik adalah siswa yang cukup mampu menerapkan kriteria yang harus
diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai cukup adalah siswa yang tidak terlalu mampu menerapkan
157
kriteria penilaian dalam karangan deskripsinya dengan baik. Sementara dalam
kategori kurang, tidak satu pun siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori
tersebut. Hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi untuk tiap-tiap aspek
penilaian pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 32. Hasil Tes Keterampilan Menulis karangan deskripsi Siklus
II Tiap Aspek
No. Aspek Penilaian
Nilai
Rata-rata
Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek yang
ditulis
Pilihan kata/diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
70,27
77,25
79,86
78,81
80,56
73,61
80,32
80,56
77,08
81,94
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Rata-rata 78,41 Baik
Tabel di atas menunjukkan bahwa secara klasikal nilai rata-rata hasil tes
keterampilan menulis karangan deskripsi yang dicapai oleh siswa pada siklus II
158
adalah 78,41 atau dengan kategori baik. Hal ini berarti bahawa secara klasikal
nilai rata-rata menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung mengalami
peningkatan sebesar 12,24. Target yang ingin dicapai oleh peneliti (rata-rata
klasikal 70) pada siklus II ini tercapai. Nilai rata-rata tersebut dihasilkan melalui
akumulasi dari beberapa aspek penilaian yang ada. Penilaian karangan deskripsi
pada siklus II masih sama dengan siklus I, terbagi atas tiga kelompok yaitu (1)
pendeskripsian; (2) organisasi isi; dan (3) penggunaan bahasa dan EYD. Pada
kelompok pendeskripsian terbagi atas empat aspek penilaian, yaitu (1) imajinasi;
(2) keterlibatan aspek pancaindera; (3) kesan hidup; dan (4) menunjukkan objek
yang ditulis.
Aspek imajinasi pada siklus II mencapai nilai rata-rata 70,27 atau kategori
baik. Nilai rata-rata aspek keterlibatan pancaindera pada siklus II ini mencapai
77,25 atau kategori cukup baik. Aspek kesan hidup pada siklus II ini mencapai
nilai rata-rata 79,86 atau kategori baik. Sedangkan aspek menunjukkan objek yang
ditulis mencapai nilai rata-rata 78,81 dan termasuk dalam kategori baik.
Hasil penilaian kelompok pendeskripsian menunjukkan nilai rata-rata
tertinggi yang dicapai siswa terdapat pada aspek kesan hidup dengan nilai 79,86
atau kategori baik. Nilai rata-rata terendah terdapat pada aspek imajinasi dengan
nilai 70,27.
Pada kelompok organisasi isi meliputi tiga aspek penilaian, yaitu (1)
kesesuaian judul dengan isi; (2) kohesi dan koherensi; dan (3) memusatkan uraian
pada objek yang ditulis. Pada aspek kesesuaian judul dengan isi rata-rata nilai
159
yang dicapai siswa secara klasikal adalah sebesar 80,56 atau kategori baik. Pada
aspek kohesi dan koherensi pada siklus II ini mencapai nilai rata-rata 73,61 atau
kategori baik. Aspek memusatkan perhatian pada objek yang ditulis pada siklus II
ini mencapai nilai rata-rata 80,32 atau kategori baik.
Kelompok organisasi isi mencapai nilai rata-rata tertinggi sebesar 80,56
atau kategori sangat baik. Nilai rata-rata tertinggi tersebut dicapai pada aspek
kesesuaian judul dengan isi. Nilai rata-rata terendah sebesar 73,61 dengan
kategori baik. Nilai rata-rata tersebut terdapat pada aspek kohesi dan koherensi.
Kelompok ketiga yaitu penggunaan bahasa dan EYD. Pada kelompok
penggunaan bahasa dan EYD meliputi tiga aspek penilaian, yaitu (1) pilihan kata
(diksi); (2) ejaan dan tanda baca; dan (3) kerapian tulisan. Pada aspek pilihan kata
(diksi) secara klasikal mencapai nilai rata-rata 80,56 atau kategori baik. Rata-rata
nilai untuk aspek ejaan dan tanda baca mencapai 77,08 atau berkategori baik.
Aspek yang terakhir adalah aspek kerapian tulisan. Pada aspek ini, rata-rata nilai
yang dicapai siswa secara klasikal sebesar 81,94 atau berkategori baik.
Nilai rata-rata tertinggi pada kelompok penggunaan bahasa dan EYD
sebesar 81,94 atau berkategori baik. Nilai rata-rata tertinggi tersebut, dicapai pada
aspek kerapian tulisan. Sedangkan nilai rata-rata terendah 79,16 atau berkategori
baik. Nilai rata-rata tersebut dicapai pada aspek ejaan dan tanda baca.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus II hasil tes
menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri Wangon sudah
mencapai kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal hasil tes
keterampilan siswa menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan dari
160
kategori cukup menjadi kategori baik. Penjelasan secara rinci hasil keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung tiap aspek pada siklus II dapat
dilihat pada paparan berikut.
4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Imajinasi
Penilaian aspek imajinasi difokuskan pada kualitas pengolahan ide siswa
dalam menulis karangan deskripsi. Aspek imajinasi bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mengolah ide yang ada setelah melakukan imajinasi
terhadap objek yang dilihat. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek
imajinasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 33. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Imajinasi
Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 16-20 13 234 36,11%
506/36/20 x 100
= 70,27
(Kategori baik)
27/36 x 100
= 75%
2. Baik 11-15 14 182 38,89%
3. Cukup 6-10 9 90 25%
4. Kurang 1-5 0 0 0%
Jumlah 36 506 100%
Data pada tabel menunjukkan bahwa pada tes menulis karangan deskripsi
aspek imajinasi untuk kategori sangat baik dicapai oleh 13 siswa atau 36,11%
dengan jumlah nilai 234. Pada kategori tersebut, siswa sudah mengolah idenya
161
dengan sangat baik sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan
merasakan hal yang ditulis. Kategori baik dengan jumlah nilai 182 dicapai oleh 14
siswa atau 38,89%. Pada kategori tersebut siswa sudah mengolah ide dengan baik
sehingga pembaca seolah-olah melihat dan merasakan hal yang ditulis. Kategori
cukup baik dengan jumlah nilai 90 dicapai oleh 9 siswa atau 25%. Pada kategori
ini siswa hanya mampu membuat pembaca seolah-olah melihat hal yang ditulis.
Sedangkan untuk kategori kurang tidak ada yang mencapainya. Jadi, secara
klasikal hasil tes menulis karangan deskripsi aspek imajinasi mencapai 70,25 atau
berkategori baik dengan ketuntasan sebesar 75%. Dapat disimpulkan bahwa siswa
sudah baik dalam mengolah ide ke dalam bentuk karangan. Pengolahan idenya
sudah mampu menimbulkan daya imajinasi yang baik bagi pembaca.
4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Keterlibatan
Pancaindera
Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek keterlibatan
pancaindera difokuskan pada keterlibatan semua pancaindera dalam menulis
karangan deskripsi. Hasil penilaian keterlibatan aspek pancaindera dapat dilihat
pada tabel berikut.
162
Tabel 34. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Keterlibatan
Pancaindera Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 13-16 14 224 38,89%
445/36/20 x 100
= 77,25
(Kategori baik)
30/36 x 100
= 83,33%
2. Baik 9-12 16 186 44,44%
3. Cukup 5-8 6 35 16,67%
4. Kurang 0-4 0 0 0%
Jumlah 36 445 100%
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa secara klasikal
rata-rata hasil tes menulis karangan deskripsi aspek keterlibatan pancaindera
mencapai 77,25 dengan kategori baik dan ketuntasan sebesar 83,33%. Pada aspek
keterlibatan aspek pancaindera, kategori sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau
38,89% dengan jumlah nilai 224. Kategori baik dicapai 16 siswa atau 44,44%
dengan jumlah nilai 186. Kategori cukup dicapai oleh 6 siswa atau 16,67%
dengan jumlah nilai 35, sedangkan kategori kurang tidak ada yang mencapainya.
Dengan demikian, data tersebut sudah membuktikan bahwa keterampilan siswa
dalam menulis karangan deskripsi aspek keterlibatan pancaindera sudah baik.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa mampu melibatkan
semua indera dalam menulis karangan deskripsi. Siswa sudah menggambarkan
objek yang mereka lihat secara detail. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai
rendah disebabkan karena siswa dalam menuliskan karangan deskripsi tidak
melibatkan semua indera. Terkadang siswa hanya menyebutkan objek yang
163
mereka lihat tanpa digambarkan dan dijelaskan sehingga nilai mereka kurang
dalam aspek ini. Namun, pada siklus II ini nilai rata-rata aspek keterlibatan
pancaindera sudah dalam kategori baik.
4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesan Hidup
Penilaian aspek kesan hidup difokuskan pada kemampuan pelukisan objek
yang ditulis siswa. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek kesan
hidup ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 35. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesan Hidup
Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 10-12 19 218 52,77%
345/36/12 x 100
= 79,86
(Kategori baik)
30/36 x 100
= 83,33%
2. Baik 7-9 11 91 30,56%
3. Cukup 4-6 6 36 16,67%
4. Kurang 1-3 0 0 0%
Jumlah 36 345 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tes menulis karangan deskripsi
aspek kesan hidup untuk kategori sangat baik dicapai oleh 19 siswa atau 52,77%
dengan jumlah nilai 218. Pada kategori ini siswa sudah mampu melukiskan objek
sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga kesan hidup benar-benar terasa.
Kategori baik dicapai oleh 11 siswa atau 30,56% dengan jumlah nilai 91. Pada
kategori ini siswa dapat melukiskan keadaan objek namun kurang sempurna
164
sehingga kesan hidup cukup terasa. Kategori cukup dicapai oleh 6 siswa atau
16,67% dengan jumlah nilai 36. Pada kategori ini siswa melukiskan objek tidak
secara keseluruhan sehingga kesan hidup objek tulisan kurang terasa. Sedangkan
kategori kurang tidak ada yang mencapainya. Jadi, setelah dilakukan
penghitungan rata-rata nilai siswa pada aspek kesan hidup dalam menulis
karangan deskripsi mencapai 79,86 atau berkategori baik dengan ketuntasan
sebesar 83,33%.
4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Menunjukkan Objek
yang Ditulis
Penilaian aspek menunjukkan objek yang ditulis difokuskan pada
kesesuaian ide dengan penceritaan objek yang diamati oleh siswa dengan isi
karangannya. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek menunjukkan
objek yang ditulis ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 36. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Menunjukkan
Objek yang Ditulis Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 13-16 17 278 47,22%
454/36/16 x 100
= 78,81
(Kategori baik)
31/36 x 100
= 86,11%
2. Baik 9-12 14 136 38,89
3. Cukup 5-8 5 40 13,89%
4. Kurang 1-4 0 0 0%
Jumlah 36 454 100%
165
Berdasarkan tabel tersebut dapat dideskripsikan hasil tes menulis karangan
deskripsi aspek menunjukkan objek yang ditulis untuk kategori sangat baik
dicapai oleh 17 siswa atau 47,22% dengan jumlah nilai 278. Kategori tersebut
siswa sudah dapat menunjukkan letak, kondisi, dan isi yang ada dalam objek
dengan baik. Selanjutnya, untuk kategori baik dicapai oleh 14 siswa atau 38,89%
dengan jumlah nilai 136. Hal ini menunjukkan bahwa siswa baru dapat
menunjukkan letak dan kondisi objek. Kategori cukup baik dengan jumlah nilai
40 dicapai oleh 5 siswa atau 13,89% dengan kemampuan hanya menunjukkan
letak dan isi objek. Kategori kurang tidak ada yang mencapainya atau 0%. Jadi,
hasil tes menulis karangan deskripsi aspek menunjukkan objek yang ditulis secara
klasikal mencapai nilai rata-rata 78,81 dengan kategori baik dan ketuntasan
sebesar 86,11%. Dari penjelasan di atas siswa sudah cukup baik dalam
menunjukkan objek yang ditulis. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil
menulis karangan deskripsi aspek menunjukkan objek yang ditulis dari siklus I ke
siklus II. Dapat dikatakan siswa sudah paham dalam menunjukkan objek yang
ditulis pada karangan deskripsi.
4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesesuaian Judul
dengan Isi
Penilaian aspek kesesuaian judul dengan isi difokuskan pada kesesuaian
judul karangan yang dipilih siswa dengan isi karangannya. Hasil penilaian tes
menulis karangan deskripsi aspek kesesuaian judul dengan isi dapat dilihat pada
tabel berikut.
166
Tabel 37. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kesesuaian
Judul dengan Isi Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 4 12 48 33,33%
116/36/4 x
100
= 80,56
(Kategori
baik)
32/36 x 100
= 88,89%
2. Baik 3 20 60 55,56%
3. Cukup 2 4 8 11,11%
4. Kurang 1 0 0 0%
Jumlah 36 116 100%
Data pada tabel menunjukkan bahwa tes menulis karangan deskripsi aspek
kesesuaian judul dengan isi untuk kategori sangat baik dengan jumlah nilai 48
dicapai oleh 12 siswa atau 33,33%. Pada kategori ini siswa membuat judul yang
sesuai dengan isi karangan. Kategori baik dengan jumlah nilai 60 dicapai oleh 20
siswa atau 55,56%. Pada kategori ini judul yang dibuat siswa tidak jauh
menyimpang dari isi karangan deskripsi. Selanjutnya, untuk kategori cukup
dengan jumlah nilai 8 dicapai oleh 4 siswa atau 11,11%. Pada kategori ini judul
yang dibuat siswa kurang sesuai dengan isi karangan deskripsi. Sedangkan untuk
kategori kurang tidak ada yang mencapainya atau 0%. Jadi, setelah dilakukan
penghitungan rata-rata nilai siswa pada aspek kesesuain judul dengan isi dalam
menulis karangan deskripsi mencapai nilai rata-rata 80,56 atau berkategori baik
dengan ketuntasan 88,89%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa
sudah mampu menulis karangan deskripsi yang sesuai dengan judul karangan.
167
4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kohesi dan
Koherensi
Penilaian aspek kohesi dan koherensi dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada keterpaduan antarkalimat dalam paragraf jelas, artinya organisasi
satuan-satuan kalimat yang tergabung membentuk kesatuan paragraf dalam
bentuk karangan. Hasil tes menulis karangan deskripsi aspek kohesi dan koherensi
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 38. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kohesi dan
Koherensi Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 7-8 10 73 27,78%
212/36/8 x 100
= 73,61
(Kategori
baik)
32/36 x 100
= 88,89%
2. Baik 5-6 22 123 61,11%
3. Cukup 3-4 4 16 11,11%
4. Kurang 1-2 0 0 0%
Jumlah 36 212 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada aspek kohesi dan koherensi untuk
kategori sangat baik dengan jumlah nilai 73 dicapai oleh 10 siswa atau 27,78%.
Selanjutnya, untuk kategori baik dengan jumlah nilai 123 dicapai oleh 22 siswa
atau 61,11%. Kategori cukup dengan jumlah nilai 16 dicapai oleh 4 siswa atau
11,11%. Sedangkan pada kategori kurang tidak ada yang mencapainya atau 0%.
Jadi, secara klasikal hasil tes menulis karangan deskripsi aspek kohesi dan
168
koherensi mencapai nilai rata-rata 73,61 atau berkategori baik dengan ketuntasan
sebesar 88,89%.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan karena antarkalimat dalam
satu paragraf padu dan saling berkaitan. Sedangkan, siswa yang memperoleh nilai
rendah disebabkan karena antarparagraf satu dengan yang lainnya kurang
berkaitan.
4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Memusatkan Uraian
Pada Objek yang Ditulis
Penilaian aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis dalam menulis
karangan deskripsi difokuskan pada pemusatan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek tulisan. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi
aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 39. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Memusatkan
Uraian pada Objek yang Ditulis Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 10-12 23 239 63,88%
347/36/12 x
100
= 80,32
(Kategori
baik)
34/36 x 100
= 94,44%
2. Baik 7-9 11 96 30,56%
3. Cukup 4-6 2 12 5,56%
4. Kurang 1-3 0 0 0%
Jumlah 36 347 100%
169
Berdasarkan data pada tabel menunjukkan hasil tes menulis karangan
deskripsi aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis untuk kategori sangat
baik dengan dicapai oleh 23 siswa atau 63,88% dengan jumlah nilai 239. Pada
kategori ini siswa sudah mampu memusatkan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek tulisan. Kategori baik dicapai oleh 11 siswa atau
30,56% dengan jumlah nilai 96. Pada kategori ini siswa sedikit melibatkan objek
yang tidak berkaitan dengan objek yang ditulisnya. Kategori cukup d icapai oleh 2
siswa atau 5,56% dengan jumlah nilai 12. Pada kategori ini setengah tulisan siswa
melibatkan objek lain yang tidak berkaitan dengan objek yang ditulisnya.
Selanjutnya, pada kategori kurang tidak ada yang mencapainya atau 0%. Secara
klasikal hasil menulis karangan deskripsi aspek memusatkan uraian pada objek
yang ditulis mencapai nilai rata-rata 80,32 atau kategori baik dan ketuntasan
sebesar 94,44%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah cukup bisa
dalam memusatkan uraian pada objek yang ditulis,
4.1.3.1.8 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Pemilihan Kata
Penilaian aspek pilihan kata/diksi dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada kesesuaian pilihan kata yang digunakan siswa sesuai dengan
situasi yang diceritakan dalam karangan deskripsi. Hasil penilaian tes menulis
karangan deskripsi aspek pilihan kata/diksi dapat dilihat pada tabel berikut.
170
Tabel 40. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Pilihan
Kata/Diksi Siklus II
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 4 15 60 41,67%
118/36/4 x 100
= 80,56
(Kategori
baik)
29/36 x 100
= 80,56%
2. Baik 3 14 42 38,89%
3. Cukup 2 7 14 19,44%
4. Kurang 1 0 0 0%
Jumlah 36 116 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aspek pilihan kata
(diksi) pada siklus II mencapai 80,56 dan ketuntasan sebesar 80,56%. Siswa yang
masuk dalam kategori sangat baik berjumlah 15 siswa atau 41,67% dengan jumlah
nilai 60. Siswa yang masuk dalam kategori baik berjumlah 14 siswa atau 38,89%
dengan jumlah nilai 42. Siswa masuk dalam kategori cukup berjumlah 7 siswa
atau 19,44% dengan jumlah nilai 14. Sedangkan untuk kategori kurang tidak ada
yang memperolehnya atau 0%. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah mampu
memilih dan menggunakan kata yang tepat untuk membangun karangan deskripsi.
Kata-kata yang dipih sudah cukup sesuai dengan isi karangan.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan karena kata yang dipilih
sudah tepat dan menarik. Sedangkan, siswa yang mendapatkan nilai rendah
disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan kata. Kata-kata yang digunakan
sebagian banyak siswa cenderung tidak baku dan tidak efektif.
171
4.1.3.1.9 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian aspek ejaan dan tanda baca difokuskan pada ketepatan
penggunaan ejaan dan kesesuaian penggunaan tanda baca yang digunakan dalam
menulis karangan deskripsi. Hasil penilaian tes menulis karangan deskripsi aspek
ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 41. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Ejaan dan
Tanda Baca
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%) Rata-rata
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 4 10 40 27,78%
111/36/4 x 100
= 77,08
(Kategori
baik)
29/36 x 100
= 80,56%
2. Baik 3 19 57 52,78%
3. Cukup 2 7 14 19,44%
4. Kurang 1 0 0 0%
Jumlah 36 111 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil tes keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa pada aspek ejaan dan tanda baca sudah baik jika
dibandingkan dengan siklus I. Nilai rata-rata pada aspek ini berada pada kategori
baik yaitu 77,08 dan ketuntasan sebesar 80,56%. Siswa yang termasuk dalam
kategori sangat baik sebanyak 10 siswa atau 27,78% dengan jumlah nilai 40.
Siswa yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 19 siswa atau 52,78% dengan
jumlah nilai 57. Siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 7 siswa atau
19,44% dengan jumlah nilai 14. Sedangkan untuk kategori kurang tidak ada siswa
172
yang memperolehnya atau 0%. Dari hasiil tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa sudah baik dalam menggunakan EYD dan tanda baca dalam menulis
karangan deskripsi.
4.1.3.1.10 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kerapian Tulisan
Penilaian aspek kerapian tulisan dalam menulis karangan deskripsi
difokuskan pada kerapian, kebersihan tulisan, serta kemudahan untuk dibaca.
Hasil tes menulis karangan deskripsi aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 42. Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Aspek Kerapian
Tulisan
No. Kategori Nilai F Jumlah
Nilai
Persen
(%)
Rata-rata
Nilai
Ketuntasan
(%)
1. Sangat
baik 4 16 64 44,44%
118/36/4 x 100
= 81,94
(Kategori baik)
30/36 x 100
= 83,33%
2. Baik 3 14 42 38,89%
3. Cukup 2 6 12 16,67%
4. Kurang 1 0 0 0%
Jumlah 36 118 100%
Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa hasil tes siswa dalam
menulis karangan deskripsi pada aspek kerapian tulisan secara klasikal mencapai
jumlah nilai 118 dengan nilai rata-rata 81,94 dan ketuntasan siswa sebesar
83,33%. Hasil tersebut termasuk dalam kategori baik, artinya keterampilan siswa
dalam penggunaan aspek kerapian tulisan cukup baik. Kategori sangat baik
173
dicapai 16 siswa atau 44,44% dengan jumlah nilai 64. Pada kategori baik dicapai
oleh 14 siswa atau 38,89% dengan jumlah nilai 42 . Pada kategori cukup dicapai
oleh 6 siswa atau 16,67% dengan jumlah nilai 12. Sedangkan pada kategori
kurang tidak ada siswa yang memperoleh atau 0%.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh tulisan siswa yang
rapi dan kurangnya penggunaan tipe-x ataupun coretan-coretan yang ada pada
lembar pekerjaan mereka. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai rendah
disebabkan oleh karangan mereka masih ada coretan atau tipe-x sehingga
menyebabkan karangan mereka menjadi kurang rapi dan terlihat kotor.
4.1.3.2 Perilaku Siswa pada Siklus II
Perilaku siswa pada siklus II ini masih diperoleh dari data observasi,
catatan harian siswa, catatan harian guru, wawancara, dan dokumentasi foto.
Keempat hasil nontes tersebut dijelaskan sebagai berikut.
4.1.3.2.1 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II ini masih sama dengan observasi pada
siklus I. Observasi ini bertujuan untuk menilai perilaku siswa selama
pembelajaran berlangsung. Terdapat 7 objek sasaran dalam observasi pada siklus
II. Objek sasaran tersebut sebagai acuan dalam menilai kegiatan siswa selama
pembelajaran. Berikut ini tabel observasi siklus II.
174
Tabel 43. Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Observasi Siklus II
No Aspek yang Dinilai Frekuensi Presentase Kategori
1. Perhatian siswa penuh terhadap
penjelasan guru dan merespon positif.
36 100% SB
2. Siswa senang dan tertarik terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung.
33 91,67% SB
3. Siswa aktif dalam mengamati objek
secara langsung.
36 100% SB
4. Siswa aktif berdiskusi menentukan
kata kunci dari objek yang diamati.
34 94,44% SB
5. Siswa menulis karangan deskripsi
dengan sikap yang baik, tidak ramai,
dan tidak mengganggu temannya.
32 88,89% SB
6. Siswa aktif mengerjakan tugas
menulis karangan deskripsi dengan
serius dan tekun.
29 80,56% B
7. Siswa berpartisipasi dalam
menanggapi hasil karangan deskripsi
milik temannya.
23 63,89% B
Keterangan:
175
SB: Sangat Baik : 81%-100%
B: Baik : 61%-80%
C: Cukup : 41%-60%
K: Kurang : 21%-40%
Berdasarkan tabel 43 di atas dapat diketahui bahwa pada aspek pertama,
yaitu perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru dan merespon positif
sebanyak 36 siswa atau 100% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Jumlah
siswa yang memperhatikan penuh terhadap penjelasan guru mengalami
peningkatan sebesar 25% bila dibandingkan siklus I. Seluruh siswa sudah cukup
memberikan respon yang positif dalam mengikuti pembelajaran keterampilan
menulis karangan deskripsi pada siklus II, mereka juga lebih serius dan
memperhatikan penjelasan guru dengan seksama.
Pada aspek yang kedua yaitu siswa senang dan tertarik terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung. Siswa yang menyatakan senang dan tertarik terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung berjumlah 33 siswa atau 91,67%. Siswa sangat senang karena dengan
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung yang diberikan peneliti tidak membosankan, sehingga dapat
mempermudah pemahaman siswa tentang menulis karangan deskripsi
Aspek ketiga yaitu siswa aktif dalam mengamati objek secara langsung
untuk ditentukan kata kuncinya. Hasil observasi pada aspek ini berjumlah 36 atau
176
100%. Semua siswa siswa secara cermat mengamati objek sesuai dengan
pedoman pengamatan yang diberi oleh peneliti, kemudian mereka berdiskusi
untuk menentukan kata kunci sebagai bahan membuat kerangka karangan yang
nantinya dikembangkan menjadi sebuah karangan deskripsi yang utuh.
Pada aspek keempat yaitu siswa aktif berdiskusi menentukan kata kunci
dari objek yang diamati. Pada aspek ini kebanyakan siswa berperilaku positif
dengan jumlah 34 atau 94,44%. Keaktifan siswa saat berdiskusi terlihat lebih baik
daripada siklus I. Siswa yang biasa hanya diam, pada siklus II ikut berpikir untuk
menentukan kata kunci berdasarkan objek yang diamati. Setiap siswa dalam satu
kelompok menyumbangkan minimal satu kata kunci.
Aspek kelima yaitu siswa menulis karangan deskripsi dengan sikap yang
baik, tidak ramai, dan tidak mengganggu temannya. Pada aspek ini kebanyakan
siswa berperilaku positif, yaitu berjumlah 32 atau 88,89%. Sikap siswa terlihat
lebih baik daripada sikap siswa pada siklus I. Sikap siswa yang biasa mengganggu
siswa lain yang sedang mengerjakan tugas sudah mulai berkurang. Siswa lebih
serius dan tenang dalam menulis karangan deskripsi.
Aspek keenam yaitu siswa aktif mengerjakan tugas menulis karangan
deskripsi dengan serius dan tekun. Pada aspek ini sebagian besar siswa
berperilaku positif. yaitu berjumlah 29 atau 80,56% siswa. Sebagian besar siswa
mengerjakan karangan deskripsi dengan serius dan memperhatikan aspek-aspek
yang dinilai. Mereka pun terlihat mengerjakan tugasnya masing-masing tanpa
mencontoh hasil pekerjaan temannya. Selain itu, mereka juga tekun sehingga
dapat menyelesaikan karangan deskripsi tepat waktu.
177
Pada aspek yang terakhir yaitu siswa berpartisipasi dalam menanggapi
hasil karangan deskripsi milik temannya. Pada aspek ini sebanyak 23 siswa atau
63,89% berpartisipasi memberikan tanggapan terhadap hasil karangan deskripsi
milik temannya. Hal itu karena selama proses pembelajaran, suasana kelas terlihat
kondusif sehingga bisa meningkatkan daya pemahaman siswa.
4.1.3.2.2 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian
Catatan harian pada siklus II ini sama dengan catatan harian pada siklus I.
Catatan harian yang digunakan yaitu catatan harian siswa dan catatan harian guru.
Berikut ini akan dibahasa lebih lanjut lagi tentang hasil catatan harian siswa dan
catatan harian guru pada siklus II.
4.1.3.2.2.1 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian Siswa
Catatan harian yang digunakan dalam tindakan siklus II ini masih sama
seperti pada siklus I, yaitu terdiri atas catatan harian siswa dan catatan harian
guru. Catatan harian tersebut berisi ungkapan perasaan, tanggapan, kesan, dan
saran terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi dari siswa maupun guru
selama pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung.
Catatan harian siswa dibagikan pada akhir pembelajaran keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Catatan harian diisi secara
individu untuk mengetahui respon sisiwa terhadap pembelajaran yang telah
diikuti. Catatan harian siswa berisi empat pertanyaan, yaitu (1) bagaimana
178
perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung; (2) tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan; (3) kemudahan dan kesulitan siswa pada saat menulis karangan
deskripsi melalui model dan teknik yang digunakan; dan (4) ungkapan kesan, dan
saran siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung. Setelah semua siswa mendapat bagiannya masing-masing, siswa
mengisi catatan harian tersebut dengan situasi tenang dan teratur. Hasil catatan
harian siswa dapat diuraikan sebagai berikut.
Berdasarkan jawaban dari catatan harian siswa pada siklus II ini, diketahui
bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung. Hampir semua siswa, yaitu 34 siswa atau 94,44% menyatakan
senang. Hal ini dikarenakan dalam praktik pembelajarannya mereka disediakan
objek secara langsung untuk dideskripsikan sehingga mempermudah siswa dalam
menulis karangan deskripsi. Selain itu, siswa juga terbantu dengan kata kunci
yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan objek yang diamati. Meskipun
demikian, ada dua siswa yang merasa kurang senang atau kurang tertarik dengan
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung karena ini akan
membuat pelajaran lebih sulit.
179
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung, yaitu siswa merasa senang dan tertarik dengan
pembelajaran yang telah diikutinya. Dengan adanya model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung
memudahkan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Selai itu, pembelajaran
menjadi tidak membosankan dan tidak terkesan monoton. Hal tersebut
diungkapkan oleh sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 33 siswa atau 91,67%,
sisanya 3 siswa atau 8,33% memberi tanggapan yang biasa saja.
Dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan. Sebanyak 3 siswa atau
8,33% mengatakan masih mengalami kesulitan dalam memilih kata-kata yang
tepat untuk mendeskripsikan objek yang diamati dan merangkaikannya dalam
sebuah karangan deskripsi. Sedangkan siswa yang lainnya, yaitu sebanyak 33
siswa atau 91,67% sudah tidak merasa kesulitan dalam menulis karangan
deskripsi berdasarkan kata kunci dan objek yang diamati secara langsung. Dengan
adanya model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik
pengamatan objek langsung, menulis karangan deskripsi menjadi lebih mudah.
Mengenai kesan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung siswa mengatakan senang. Hal ini karena
model pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
180
dianggap sebagai model pembelajaran yang baru dirasakan oleh siswa. Selain itu,
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung juga sangat bagus, menarik, santai, dan mudah dipahami. Hal ini
karena pembelajaran juga dilakukan di luar kelas sehingga pembelajaran tidak
membosankan atau menjenuhkan. Hampir sebagian besar siswa yaitu 34 siswa
atau 94,44% yang menyatakan hal tersebut. Sebanyak 2 siswa atau 5,56% yang
menyatakan lumayan senang dan lumayan tertarik dengan model pembelajaran
tersebut.
Saran yang diberikan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung sangat bagus. Sebanyak 36 siswa memberikan
saran yang mendukung terhadap pembelajaran yang akan datang. Mereka
menyarankan agar pembelajaran mendatang akan lebih menarik dan
menyenangkan. Siswa juga menyarankan agar lebih diperhatikan dalam pemilihan
objek karangan karena siswa akan lebih senang dan tertarik jika objek karangan
adalah sesuatu yang disukai siswa.
Adapun hasil catatan harian siswa secara keseluruhan menyimpulkan
bahwa siswa senang dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung. Selain itu, siswa juga berpendapat bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung dapat
mempermudah dan membantu siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini
dikarenakan siswa benar-benar dihadapkan langsung dengan objek yang
181
diamatinya sehingga dapat dengan mudah untuk mendeskripsikannya. Selain itu,
dengan ditentukannya kata kunci terlebih dahulu semakin memberi kemudahan
siswa dalam menulis karangan deskripsi karena dengan adanya kata kunci maka
siswa lebih terbantu untuk menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah
karangan.
4.1.3.2.2.2 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian Guru
Catatan harian guru diisi oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran siklus
II berlangsung, catatan harian guru berisi segala sesuatu yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung, meliputi (1) kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung; (2) respon siswa
terhadap pembelajaran yang berlangsung; (3) keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi dari awal sampai akhir; (4) suasana
pembelajaran yang berlangsung; dan (5) tanggapan siswa mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung yang dilakukan guru (peneliti).
Berdasarkan pengamatan guru (peneliti) pada saat pembelajaran
berlangsung siswa semakin siap dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung. Hal ini dikarenakan mereka sudah tidak
merasa asing lagi dan mereka sudah benar-benar paham dengan materi menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
182
dengan teknik pengamatan objek langsung. Siswa juga merespon positif terhadap
materi pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dan juga terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung. Hal ini terlihat pada keaktifan siswa yang meningkat jika
dibanding dengan siklus I. Sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa ada yang bertanya ketika mengalami
kesulitan dan ada yang menanggapi atau memberi komentar terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung tanpa harus ditunjuk oleh guru.
Guru merasa cukup puas terhadap proses pembelajaran karena hanya
sebagian kecil siswa yang asyik bercerita sendiri pada waktu mengikuti
pembelajaran. Pada umumnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi pada siklus II ini menunjukkan peningkatan. Hal ini
menandakan bahwa perilaku siswa sudah berubah ke arah yang positif. Oleh
karena itu, suasana kelas menjadi terlihat sangat kondusif.
Situasi dan suasana kelas saat pembelajaran berlangsung dapat terkendali
dengan baik. Suasana kelas yang hidup namun tetap kondusif ini sebagai bukti
bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung sangat
diterima oleh siswa. Hal ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung dapat menghidupkan suasana
pembelajaran, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat mengikuti
pembelajaran.
183
Berdasarkan pengamatan guru (peneliti) selama proses pembelajaran
menulis karangan deskripsi berlangsung, siswa merasa senang dengan
pembelajaran yang telah diikutinya karena model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung dianggap masih baru.
Dengan model dan teknik pembelajaran tersebut, kejenuhan siswa dalam
pembelajaran dapat diatasi, pembelajaran terkesan santai dan mudah dipahami.
Guru yang biasanya melakukan pembelajaran di dalam kelas, sekali-kali
membebaskan siswanya untuk keluar kelas dengan mengamati objek
pembelajaran secara langsung. Hal ini bertujuan agar pembelajaran tidak terkesan
monoton, tetapi lebih terkesan bervariasi.
4.1.3.2.3 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus II ini masih sama seperti pada siklus I. Wawancara
ditujukan pada tiga siswa dengan perolehan nilai tinggi, sedang, dan rendah.
Teknik dan pelaksanaan wawancara pada siklus II ini masih sama dengan
wawancara pada siklus I, yaitu siswa menjawab pertanyaan menurut pendapat
mereka. Pertanyaan yang digunakan oleh guru masih sama dengan pertanyaan
pada siklus I, yaitu (1) apakah kalian berminat dengan pembelajaran menulis
karangan deskripsi yang baru saja dilakukan?; (2) apakah kalian senang mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru saja dilakukan?; (3) kesulitan
apakah yang kalian hadapi selama mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi?; dan (4) apakan pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru
184
saja dilakukan dapat memotivasi dan membantu kalian dalam menulis karangan
deskripsi?.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan siswa, yaitu siswa yang
memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah, diperoleh informasi bahwa mereka
merasa senang dan berminat pada pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung. Hal ini dikarenakan model dan teknik pembelajaran
yang diterapkan guru berbeda. Siswa merasa senang mendapatkan model
pembelajaran dan penggunaan teknik pembelajaran yang baru untuk menulis
karangan deskripsi sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
Dengan adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dan pemanfaatan teknik pengamatan objek langsung dan perubahan
positif yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi
ternyata memberikan manfaat dan perubahan positif bagi siswa. Siswa terlihat
senang dan menikmati pembelajaran yang diberikan oleh guru seperti yang
diungkapkan oleh ketiga responden. Mereka menyatakan ada perubahan cara guru
mengajar, walaupun lebih santai tetapi tetap serius dan menyenangkan. Selain itu,
responden juga berpendapat dengan menggunakan teknik pengamatan objek
langsung yang ditentukan terlebih dahulu kata kuncinya secara bersama-sama
membuat mereka lebih terbantu untuk menuangkan ide dan gagasannya. Siswa
berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan
185
teknik pengamatan objek langsung sebagai salah satu strategi pembelajaran yang
menyenangkan untuk belajar menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan hasil wawancara juga dapat diketahui bahwa kesulitan siswa
terletak pada pemilih kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan objek yang
diamati. Selain itu, kesulitan siswa juga terletak pada saat siswa merangkai
kalimat demi kalimat menjadi sebuah karangan deskripsi. Siswa juga kesulitan
ketika harus menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar dalam karangannya
sehingga masih banyak kesalahan yang ditemukan pada hasil karangnya. Oleh
karena itu, hasil karangan deskripsi siswa masih belum mencapai kategori baik.
Hal tersebut diungkapkan oleh siswa yang memperoleh nilai rendah. Akan tetapi,
berbeda dengan jawaban siswa yang memperoleh nilai tinggi dan nilai sedang.
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan
pemanfaatan teknik pengamatan objek langsung membantu mereka dalam menulis
karangan deskripsi sehingga kegiatan menulis karangan deskripsi menjadi hal
yang mudah dan menyenangkan.
Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan pemanfaatan teknik
pengamatan objek langsung memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi lebih bersemangat mengikuti pembelajaran karena pembelajaran
menjadi menyenangkan, tidak membosankan, dan mudah untuk dipahami. Hal
tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan siswa. Siswa yang
memperoleh nilai tertinggi mengatakan bahwa mereka sangat senang dengan
pembelajaran yang telah diikutinya. Dengan adanya model pembelajaran
186
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung dalam
pembelajaran menulis deskripsi mempermudah mereka dalam membuat karangan
deskripsi. Hal ini karena mereka benar-benar mengamati objek secara langsung.
Selain itu, mereka juga dipermudah dengan adanya kata kunci yang ditentukan
terlebih dahulu dari objek yang diamati. Tidak berbeda jauh dengan jawaban yang
diberikan oleh siswa yang mendapat nilai tertinggi, siswa yang mendapat nilai
sedang pun mengatakan demikian. Dengan adanya model dan teknik tersebut
dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, menulis karangan dekripsi
menjadi lebih mudah dan mereka juga menjadi lebih tertarik untuk mengikuti
pembelajaran. Akan tetapi, sedikit berbeda dengan jawaban siswa yang mendapat
nilai rendah. Siswa tersebut merasa biasa saja dengan pembelajaran menulis
deskripsi yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dan teknik pengamatan objek langsung. Siswa tersebut juga mengatakan
bahwa model dan teknik tersebut tidak terlalu banyak membantunya dalam
menulis karangan deskripsi.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sangat
senang dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi yang dilakukan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan pemanfaatan teknik
pengamatan objek langsung. Dengan adanya model dan teknik tersebut dapat
membantu mempermudah siswa dalam menulis karangan deskripsi dan dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
187
4.1.3.2.4 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Hasil Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto yang berupa gambar ini digunakan sebagai bukti visual
pada kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung. Pada sik lus
II dokumentasi difokuskan selama proses pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung. Kegiatan-kegiatan yang didokumentasikan
pada siklus II ini antara lain: (1) situasi kelas pada saat proses awal pembelajaran
(saat guru membuka pelajaran); (2) saat siswa dan peneliti menggali materi
tentang karangan deskripsi; (3) aktivitas siswa saat mengamati objek langsung
dan berdiskusi menentukan kata kunci yang sesuai dengan objek yang diamati; (4)
aktivitas siswa saat melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi; (5)
aktivitas siswa saat membacakan hasil menulis karangan deskripsi di depan kelas;
dan (6) aktivitas siswa ketika memberi tanggapan.
Gambar dokumentasi foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama penelitian berlangsung. Pada siklus II deskripsi gambar
selengkapnya dipaparkan sebagai berikut.
Berikut hasil dokumentasi pada saat salah satu siswa yang mendapat nilai
terbaik membacakan karangan deskripsi di depan kelas.
188
Gambar 7. Kegiatan Saat Salah Satu Siswa yang Mendapat Nilai
Terbaik Membacakan Hasil Karangan Deskrispi
Gambar 7 tersebut menunjukkan gambar ketika salah satu siswa yang
mendapatkan nilai terbaik pada siklus I membacakan hasil karangan deskripsinya
di depan kelas. Hasil karangan deskripsi yang terbaik pada siklus I dibacakan
dengan tujuan agar siswa yang lain lebih memahami bagaimana cara menulis
karangan deskripsi yang baik dan benar.
Selanjutnya hasil dokumentasi pada siklus II pada saat siswa diberi materi
tentang menulis karangan deskripsi.
189
Gambar 8. Kegiatan Siswa saat Guru Menjelaskan Matei
Pembelajaran
Gambar di atas menunjukkan aktivitas siswa saat guru memberikan
materi pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Aktivitas tersebut dimulai dengan kegiatan awal pembelajaran yaitu guru
melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran pada ha ri itu.
Setelah itu guru menjelaskan tahap-tahap yang dilakukan dalam pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung tersebut. Selanjutnya guru
membagikan sebuah contoh karangan deskripsi yang berbeda dengan siklus I.
Sikap siswa terlihat serius mendengarkan penjelasan dari guru.
190
Gambar 9. Kagiatan Siswa Saat Bertanya Jawab dengan Guru
Gambar 9 menunjukkan aktivitas saat guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan menulis karangan deskripsi. Berbeda
dengan siklus I, pada siklus II ini lebih banyak siswa yang antusias dan bertanya
kepada guru tentang materi yang belum dipahaminya tanpa harus dituntuk oleh
guru. Siswa terlihat bersemangat untuk lebih memahami karangan deskripsi.
191
Gambar 10. Guru dan Siswa Mencari Konsep Materi Menyunting
Karangan Deskripsi
Pada siklus II ini aspek penggalian materi tentang karangan deskripsi
berbeda dengan siklus I. Pada siklus II guru hanya sekilas menanyakan materi
karangan deskripsi yang telah dibahas pada siklus I yaitu tentang definisi
karangan deskripsi, karakteristik karangan deskripsi, dan cara menulis karangan
deskripsi. Materi pada siklus II difokuskan pada materi menyunting karangan
deskripsi. Pada gambar 10, guru dan siswa bersama-sama menggali materi tentang
menyunting. Siswa terlihat antusias untuk mengikutui materi menyunting.
Kegiatan menyunting ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui letak
kesalahan yang dilakukan siswa pada kegiatan menulis karangan deskripsi siklus
I. Setelah siswa mengetahui letak kesalahan yang mereka lakukan, diharapkan
siswa mampu menulis karangan deskripsi yang lebih baik lagi pada siklus II.
Berikut hasil dokumentasi siklus II pada saat siswa mengamati objek
langsung dan berdiskusi menentukan kata kunci.
192
Gambar 11. Kegiatan Siswa Mengamati Objek Langsung dan
Berdiskusi Menentukan Kata Kunci
Gambar 11 merupakan kegiatan siswa pada saat mengamati objek secara
langsung dan menentukan kata kunci berdasarkan objek yang diamati. Objek pada
gambar tersebut adalah tempat parkir dan mushala. Sebelumnya peneliti membagi
dahulu jumlah siswa menjadi beberapa kelompok. Setelah terbentuk kelompok
siswa diminta untuk mengamati objek secara langsung kemudian menentukan
minimal empat kata kunci dari objek yang diamati tersebut. Dalam satu kelompok
setiap siswa diminta untuk memberikan satu kata kunci. Siswa antusias dan serius
ketika melaksanakan perintah yang diberikan oleh guru. Siswa mengamati objek
dengan cermat dan berdiskusi menentukan kata kunci dengan serius. Tidak ada
siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
Selanjutnya hasil dokumentasi foto pada saat siswa menulis karangan
deskripsi berdasarkan kata kunci dan teknik pengamatan objek langsung.
193
Gambar 12. Kegiatan Siswa Menulis Karangan Deskripsi
Setelah siswa berdikusi untuk menentukan kata kunci berdasarkan objek
yang diamati secara berkelompok, kegiatan selanjutnya yang dilakukan siswa
adalah menulis karangan deskripsi secara individu. Gambar 12 menunjukkan
aktivitas siswa pada saat menulis karangan deskripsi. Dari gambar di atas terlihat
semua siswa serius dan berkonsentrasi pada saat menulis karangan deskripsi.
Siswa secara antusias dan penuh semangat menuangkan ide ke dalam karangan
deskripsi yang akan mereka tulis. Mereka menuangkan ide berdasarkan objek
yang mereka amati dan kata kunci yang telah ditentukan ke dalam sebuah
karangan deskripsi.
194
Gambar 13. Kegiatan Siswa pada Saat Mempresentasikan Hasil
Menulis Karangan Deskripsi
Gambar 13 menunjukkan kegiatan siswa pada saat mempresentasikan hasil
menulis karangan deskripsinya. Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan menulis
karangan deskripsi. Berbeda dengan sikslus I, pada siklus II siswa tidak perlu
ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan hasil karangannya. Pada siklus II,
siswa dengan keinginannya sendiri maju ke depan untuk membacakan hasil
karangannya. Siswa terlihat sudah tidak malu lagi untuk membacakan hasil
karangannya.
195
Gambar 14. Kegiatan Siswa pada Saat Menanggapi Hasil Presentasi
Temannya
Setelah siswa membacakan hasil karangannya di depan kelas, kegiatan
selanjutnya adalah siswa yang lain memberikan komentar terhadap hasil karangan
deskripsi tersebut. Gambar 14 merupakan kegiatan siswa pada saat siswa diminta
untuk memberikan komentar terhadap hasil karangan milik temannya yang telah
di bacakan di depan kelas. Pada saat siswa diminta untuk memberikan komentar,
tanpa harus ditunjuk oleh guru siswa mau untuk berkomentar. Berbeda dengan
siklus I yang harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Siswa menanggapi hasil
karangan dari siswa lain dengan komentar seputar hal-hal yang berhubungan
dengan isi karangan deskripsi tersebut.
196
4.1.3.3 Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil tes menulis karangan deskripsi pada siklus II dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata tes menulis karangan deskripsi siswa kelas XA
SMA Negeri Wangon Banyumas mengalami peningkatan. Hal ini dapat diketahui
dari nilai rata-rata klasikal yang diperoleh siswa kelas XA SMA Negeri Wangon
Banyumas pada pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi siklus II
yaitu sebesar 78,41 yang berada pada kategori baik. Hasil tes pada siklus II ini
sudah memuaskan karena telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang telah ditetapkan yaitu 70.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui perubahan perilaku siswa
pada siklus II mengalami perubahan kearah positif, yaitu sebagian besar siswa
sudah berkonsentrasi dan memperhatikan penjelasan dari guru dengan baik. Siswa
yang semula tidak bersemangat dan bermalas-malasan menjadi lebih serius dan
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Dari hasil catatan harian siswa dan catatan harian guru sebagian besar siswa tidak
mengalami kesulitan dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung. Semua siswa dapat menerapkan model dan
teknik yang digunakan dan siswa dapat memahami penjelasan guru. Suasana
kelas sudah kondusif dan siswa sudah mampu mengikuti seluruh proses
pembelajaran dengan baik. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa
menyatakan sudah mampu menulis karangan deskripsi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
197
objek langsung. Berdasarkan hasil dokumentasi, menunjukkan bahwa siswa sudah
berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung, sehingga suasana kelas menjadi kondisif.
Pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata yang
diperoleh siswa. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 66,17 dan termasuk dalam
kategori cukup, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,41
dan termasuk dalam kategori baik. Dari hasil nilai rata-rata siklus II telah
mencapai target batas ketuntasan, yaitu 70. Hasil data nontes memperlihatkan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dibanding dengan siklus I. Siswa sudah
dapat mengikuti dengan baik selama pembelajaran berlangsung.
Mereka lebih termotivasi dalam pembelajaran sehingga nilai tes mereka
menjadi lebih baik. Pembelajaran pada siklus II merupakan tindakan perbaikan
dari pembelajaran pada siklus I. Pada siklus I masih banyak dijumpai kesulitan-
kesulitan yang dihadapi siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut kemudian dicarikan
jalan keluar untuk diterapkan pada pembelajaran siklus II. Pada pembelajaran
siklus II guru memberikan motivasi kepada siswa serta membuat suasana lebih
santai agar dapat mengurangi ketegangan dan guru lebih kreatif untuk
menciptakan suasana yang lebih menyenangkan supaya siswa lebih tertarik untuk
mengikuti proses pembelajaran. Guru menyampaikan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh siswa, agar kesalahan siswa tidak diulangi lagi.
Pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
198
langsung ini menjadikan siswa lebih santai dan tidak tegang, sehingga mereka
lebih mudah dalam mengembangkan gagasan yang dimilki siswa. Berdasarkan
hasil tes dan hasil nontes siklus II ini dapat disimpulkan siswa kelas XA SMA
Negeri Wangon Banyumas sudah mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan
pada pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung dan
tidak diperlukan tindakan lebih lanjut.
4.2 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilaksanakan melalui dua tahap,
yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pembahasan hasil penelitian
ini didasarkan pada hasil penelitian siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil
penelitian tersebut meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes berdasarkan
hasil nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung. Adapun aspek penilaian dalam menulis karangan
deskripsi meliputi 10 aspek, yaitu (1) imajinasi; (2) keterlibatan aspek
pancaindera; (3) kesan hidup; (4) menunjukkan objek yang ditulis; (5) kesesuaian
judul dengan isi; (6) kohesi dan koherensi; (7) memusatkan uraian pada objek
yang ditulis; (8) pilihan kata/diksi; (9) ejaan dan tanda baca; dan (10) kerapian
tulisan. Kegiatan siklus I sebagai kegiatan awal dalam penelitian keterampilan
menulis karangan deskripsi ini. Melalui kegiatan pada siklus I, peneliti
199
mendapatkan hasil penelitian berupa hasil tes dan nontes. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes hasil produk yang berupa karangan deskripsi.
Siswa menulis karangan deskripsi berdasarkan kata kunci yang telah ditentukan
dari objek yang diamati secara langsung. Adapun hasil nontes diperoleh dari
observasi, catatan harian siswa, catatan harian guru, wawancara, dan dokumentasi.
Masing-masing data nontes tersebut kemudian dijabarkan.
Pertemuan pertama kegiatan dimulai dengan apersepsi. Guru pertama kali
mengondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran, kemudian saling
bertanya jawab tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan karangan
deskripsi, guru juga memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan
diperoleh dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini sangat berguna
dalam pembelajaran yaitu untuk menyiapkan kondisi siswa sebelum ke
pembelajaran inti.
Tahap kedua adalah kegiatan inti pembelajaran. Tahap ini dimulai dengan
guru menyajikan contoh karangan deskripsi yang sederhana untuk diamati oleh
siswa. Siswa disuruh untuk berdikusi dengan teman satu bangkunya mengenai
karakteristik karangan deskripsi dan pengertian karangan deskripsi. Guru dan
siswa membahas bersama hasil diskusi tentang karakteristik karangan deskripsi
dan pengertian karangan deskripsi.
Selanjutnya, guru menjelaskan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas lima anak. Guru dan
200
siswa menentukan objek untuk diamati secara langsung. Siswa secara
berkelompok ke luar kelas menuju objek yang akan diamati. Siswa mengamati
objek secara langsung kemudian berdiskusi menentukan kata kunci dari objek
tersebut. Dalam satu kelompok setiap siswa diminta untuk memberikan satu kata
kunci.
Kegiatan inti pembelajaran dilanjutkan dengan peneliti meminta siswa
secara berkelompok untuk menulis karangan deskripsi berdasarkan kata kunci
yang telah ditentukan dari objek yang diamati. Perwakilan masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil menulis karangan deskripsi yang telah mereka
tuliskan ke depan kelas. Guru dan siswa membahas bersama hasil diskusi tentang
menulis karangan deskripsi. Tahap yang terakhir yaitu penutup. Pada tahap ini
guru dan siswa merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran dan guru menutup
pembelajaran dengan salam.
Pada pertemuan kedua, tahap awal pembelajaran dimulai guru
mengondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya guru
menanyakan kepada siswa tentang materi pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya dan guru memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat yang
diperoleh dari pembelajaran yang akan dilakukan.
Tahap inti pembelajaran dimulai dengan guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan lima anak. Guru dan siswa
menentukan objek yang akan diamati secara langusng. Setiap kelompok
mengamati objek yang berbeda dengan kelompok lain. Guru kemudian
mengingatkan kembali tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis
201
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung. Siswa berdiskusi dalam kelompok
masing-masing untuk menentukan kata kunci berdasarkan objek yang diamati.
Setiap siswa dalam satu kelompok wajib memeberikan minimal satu kata kunci
berdasarkan objek tersebut. Setelah siswa menentukan kata kunci berdasarkan
objek yang diamati secara kelompok, tugas siswa selanjutnya yaitu siswa secara
individu menulis karangan deskripsi berdasarkan kata kunci tersebut. Siswa
mengembangkan kata kunci tersebut menjadi kerangka karangan kemudian
merangkaikannya dalam sebuah karangan yang utuh, yaitu karangan deskripsi.
Hasil menulis karangan deskripsi pada pertemuan kedua ini dijadikan sebagai
hasil tes siklus I. Pada kegiatan penutup, peneliti melakukan refleksi bersama dan
siswa diminta untuk mengisi catatan harian. Kegiatan ini merupakan akhir dari
proses pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung siklus
I.
Melalui hasil tes dan nontes siklus I, peneliti melakukan penelitian lagi di
siklus II sebagai upaya pembenahan pada siklus I. Tujuan diadakannya siklus II
agar diperoleh hasil yang lebih baik lagi daripada siklus I. Pada siklus II ini
terdapat beberapa perubahan, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan
teknik yang akan digunakan.
Kegiatan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I. Pertemuan
pertama, peneliti memberikan contoh karangan deskripsi yang lebih kompleks
dibandingkan karangan deskripsi pada siklus I. Hal yang dilakukan agar dapat
202
dijadikan perbandingan khasanah pengetahuan siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu
guru mengingatkan kembali tentang materi karangan deskripsi pada pertemuan
sebelumnya. Guru kembali membandingkan contoh karangan deskripsi yang sama
dengan siklus I untuk dibaca dan diidentifikasi kembali oleh siswa.
Selanjutnya, siswa dan guru bersama-sama berdiskusi mengenai
kekurangan dan kesalahan yang dilakukan pada siklus I. Pada pembelajaran ini,
siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil menulis karangan deskripsi
pada pertemuan yang lalu. Hal tersebut dilakukan agar siswa mengetahui letak
kesalahannya saat menulis karangan deskripsi pada siklus I, sehingga dapat
memperbaikinya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, siswa secara individu menulis karangan deskripsi
berdasarkan kata kunci yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan objek
yang diamati secara langsung. Selanjutnya, sebagian siswa mempresentasikan
hasil menulis karangan deskripsi yang telah ditulisnya. Akhir pembelajaran, siswa
melakukan refleksi. Hasil menulis karangan deskripsi pada pertemuan kedua ini
sebagai hasil tes siklus II.
203
4.2.1 Peningkatan Hasil Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan
Teknik pengamatan objek langsung Siswa Kelas XA SMA Negeri
Wangon Banyumas
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil prasiklus, siklus I, dan
siklus II. Pembahasan hasil penelitian pada tiap siklusnya diperoleh dari data tes
dan nontes. Hasil tes dan nontes prasiklus, siklus I, dan siklus II digunakan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan siswa dan mengetahui bagaimana
perubahan perilaku siswa setelah dilakukan pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung.
Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi, maka dilakukan tes pada prasiklus dan siklus I. Hasil tes pada
prasiklus dan siklus I menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa dalam menulis
karangan deskripsi sebesar 60,58 dan 66,17. Hasil tes tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa masih tergolong cukup dan
belum memenuhi KKM yang ditentukan, yaitu 70.
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis
karangan deskripsi setelah dilakukan pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung digunakan data tes yang diperoleh dari tes pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil ketiga tes tersebut kemudian dibandingkan
untuk mengetahui adanya perubahan peningkatan nilai. Pada prasiklus, siklus I,
204
dan siklus II ditargetkan nilai rata-rata kelas keseluruhan indikator atau nilai
komunikatif adalah 70. Berikut ini uraian peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung siswa kelas XA SMA Negeri Wangon
Banyumas pada prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Tabel 44. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Menulis
Karangan Deskripsi Siklus I dan Siklus II
No. Kategori
Prasiklus Siklus I Siklus II
F Jumlah Nilai F Jumlah Nilai F Jumlah Nilai
1. Sangat Baik 0 0 0 0 11 962
2. Baik 6 439 10 756 20 1534
3. Cukup 26 1534 24 1522 5 327
4. Kurang 4 208 2 104 0 0
Jumlah 36 2181 36 2382 36 2823
Nilai rata-rata 2181
x 100 =
36
60,58
Kategori cukup
2382
x 100 =
36
66,17
Kategori cukup
2823
x 100 =
36
78,41
Kategori baik
205
Berdasarkan tabel 44 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada
prasiklus mencapai 60,58 termasuk dalam kategori cukupdan pada siklus I
mencapai 66,17 termasuk dalam kategori cukup. Setelah pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung pada siklus II, diperoleh nilai rata-rata
sebesar 78,41 dan termasuk dalam kategori baik. Terlihat bahwa terjadi
peningkatan nilai rata-rata kelas atau nilai komunikatif sebesar 12,24 bila
dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan 17,83 pada prasiklus.
Tabel 45. Perbandingan Nilai Tiap Aspek Penilaian prasiklus, Siklus
I, dan Siklus II
No. Aspek Penilaian
Nilai Rata-rata
Prasiklus Siklus I Siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
Kesesuai judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek
yang ditulis
Pemilihan kata
EYD dan tanda baca
Kerapian tulisan
40,69
53,12
60,18
62,5
70,83
58,33
63,19
61,80
58,33
70,13
56,80
61,63
67,82
66,14
79,86
65,62
74,30
77,08
66,67
74,30
70,27
77,25
79,86
78,81
80,56
73,61
80,32
80,56
77,08
81,94
206
Berdasarkan tabel 45 di atas dapat diketahui bahwa peningkatan terjadi
pada setiap aspek penilaian. Pada aspek imajinasi, hasil tes keterampilan awal
siswa pada prasiklus sebesar 40,69, pada siklus I sebesar 56,80, sedangkan pada
siklus II sebesar 70,27. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat peningkatan
keterampilan siswa pada aspek imajinasi sebesar 13,47% bila dibandingkan
dengan hasil pada siklus I dan 29,55 pada prasiklus. Siswa sudah mampu
mengolah idenya dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil karangan siswa yang
sudah menggambarkan dan menunjukkan objek tersebut. Pada aspek keterlibatan
aspek pancaindera diperoleh nilai rata-rata pada prasiklus sebesar 53,12, pada
siklus I sebesar 61,63, sedangkan pada siklus II sebesar 77,25. Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 15,62% bila dibandingkan
dengan hasil pada siklus I dan 24,13 pada prasiklus. Pada aspek ini siswa sudah
mampu melibatkan pancaindera dalam menulis karangan deskripsi, minimal
indera penglihatan dan indera pendengaran. Aspek kesan hidup diperoleh nilai
rata-rata pada prasiklus sebesar 56,18, pada siklus I sebesar 67,82, dan pada siklus
II sebesar 79,86. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 12,04%
bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan 23,68 pada prasiklus. Hal ini
berarti siswa sudah mampu melukiskan objek dengan baik sehingga kesan hidup
objek terasa. Aspek menunjukkan objek yang ditulis diperoleh nilai rata-rata pada
prasiklus sebesar 62,5, pada siklus I sebesar 66,14, dan siklus II sebesar 78,81.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 12,67%
bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan 16,31 pada prasiklus. Hal ini
berarti siswa tidak hanya menunjukkan secara lugas objek tulisan melainkan juga
207
menunjukkan letak dan kondisi objek yang diamati. Selanjutnya, pada aspek
kesesuaian judul dengan isi diperoleh nilai rata-rata pada prasiklus sebesar 70,83,
siklus I sebesar 79,86, dan siklus II sebesar 80,56. Dari hasil tersebut
menunjukkan peningkatan sebesar 0,7% bila dibandingkan dengan hasil pada
siklus I dan 9,73 pada prasiklus. Pada aspek ini, siswa sudah mampu membuat
karangan yang sesuai dengan judul. Isi karangan yang dibuat oleh siswa tidak jauh
menyimpang dari judul yang ditentukan. Pada aspek kohesi dan koherensi juga
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Pada
prasiklus nilai rata-rata sebesar 58,33, siklus I nilai rata-rata sebesar 65,62,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata sebesar 73,61. Berdasarkan hasil tersebut,
terlihat peningkatan keterampilan siswa pada aspek kohesi dan koherensi sebesar
7,99% bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan 15,28 pada prasiklus. Hal
ini berarti siswa dapat memahami cara membuat kalimat atau paragraf agar
menjadi padu. Aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis diperoleh nilai
rata-rata prasiklus 63,19, siklus I 74,30, sedangkan siksus II sebesar 80,32, dan
mengalami peningkatan sebesar 6,02 bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I
dan 17,13 pada prasiklus. Sebagian siswa sudah mampu memusatkan uraian pada
objek yang ditulis, yaitu memusatkan uraian pada hal-hal yang berhubungan
dengan objek tulisan. Pada aspek pilihan kata/diksi juga terjadi peningkatan nilai
rata-rata dari prasiklus dan siklus I. Pada prasiklus nilai rata-rata sebesar 61,80,
pada siklus I nilai rata-rata sebesar 77,08, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
menjadi 80,56. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat peningkatan keterampilan
siswa pada aspek pilihan kata/diksi sebesar 3,44 bila dibandingkan dengan hasil
208
pada siklus I dan 18,76 pada prasiklus. Hal ini berarti siswa sudah mampu
memilih kata yang sesuai dengan situasi yang diceritakan. Selanjutnya aspek ejaan
dan tanda baca. Pada aspek ejaan dan tanda baca terjadi peningkatan sebesar
10,41% bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan 18,75 pada prasiklus.
Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 77,08. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa sudah paham mengenai ejaan dan tanda baca. Hal ini ditunjukkan
pada hasil menulis karangan deskripsi yang ditulis siswa sudah memperhatikan
ejaan dan tanda baca. Aspek penilaian yang terakhir adalah aspek kerapian tulisan.
Nilai rata-rata siswa pada tahap prasiklus adalah 70,13, pada siklus I adalah 74,30,
sedangkan pada siklus II adalah 81,94. Peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi pada aspek kerapian tulisan adalah 7,64 bila dibandingkan
dengan hasil pada siklus I dan 17,83 pada prasiklus. Hal ini menunjukkan tulisan
karangan deskripsi yang ditulis siswa sudah jelas, rapi, dan jumlah coretan
berkurang jika dibandingkan dengan hasil karangan pada prasiklus dan siklus I.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi pada siswa kelas XA SMA Negeri
Wangon Banyumas terbukti dapat membantu kelancaran, aktivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan pembelajaran. Adanya model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence membuat siswa lebih mudah memahami materi tentang karangan
deskripsi dan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan
menyenangkan. Teknik pengamatan objek langsung juga membantu siswa dalam
menulis karangan deskripsi.
209
4.2.2 Perubahan Tingkah Laku siswa dalam Pembelajaran Menulis
Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajarran Kooperatif Tipe
Concept Sentence dengan Teknik pengamatan objek langsung
Selama proses pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung dilakukan juga pengamatan terhadap perilaku siswa. Pengamatan
dimulai dari siklus I sampai siklus II berakhir. Proses pengamatan dilakukan
melalui instrumen nontes yang berupa observasi, catatan harian siswa dan guru,
wawancara, dan dokumentasi foto. Berdasarkan berbagai analisis data, baik data
tes dan nontes dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa saat mengikuti
pembelajaran berubah ke arah yang positif. Siswa yang semula kurang aktif dan
terkesan malu-malu untuk bertanya, lama-lama menjadi aktif bertanya dan tidak
malu lagi untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Selain itu,
mereka juga terlihat bersemangat ketika bertanya maupun menjawab pertanyaan
guru. Keadaan kelas yang semula kurang kondusif pun menjadi semakin tenang
dan terkendali. Siswa-siswa pun terlihat tidak gaduh lagi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4.2.2.1 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, kondisi awal
menunjukkan masih ada siswa yang berperilaku negatif seperti berbicara dengan
210
teman sebangku, memainkan alat tulis yang ada di meja, dan lain- lain. Hal ini
ditunjukkan dengan perilaku beberapa siswa yang belum serius memperhatikan
penjelasan guru tentang materi menulis karangan deskripsi. Hanya beberapa siswa
yang berani menjawab ketika peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Namun, secara keseluruhan perilaku siswa dalam
menerima pembelajaran menulis karangan deskripsi sudah cukup baik.
Selanjutnya pada pembelajaran siklus II perilaku siswa berubah. Saat
pembelajaran berlangsung siswa sudah tidak gaduh lagi. Para siswa juga sudah
tidak terlihat berbicara dengan teman sebangkunya dan sudah terlihat aktif
menjawab pertanyaan yang guru berikan serta aktif dalam menanggapi hasil
pekerjaan siswa lain yang dibacakan di depan kelas tanpa harus ditunjuk terlebih
dahulu oleh guru. Selain itu, siswa sudah tidak malu-malu lagi untuk bertanya
tentang kesulitan yang dialami selama pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Hal itu karena siswa sudah mengenal guru dan guru berusaha melakukan
pendekatan agar siswa tidak lagi canggung dalam menanyakan kesulitan yang
dialaminya selama proses pembelajaran.
Sebagian besar siswa sudah terlihat membuat catatan penting. Sikap siswa
terlihat lebih baik daripada sikap siswa pada siklus I. Siswa serius ketika
mengamati objek secara langsung dan kemudian berdiskusi menentukan kata
kuncinya. Sikap siswa pun yang biasa mengganggu siswa lain yang sedang
mengerjakan tugas sudah tidak terlihat lagi. Pada siklus II ini, siswa yang terlihat
kurang tekun sudah mulai berkurang. Mereka pun terlihat mengerjakan tugasnya
masing-masing tanpa meniru hasil pekerjaan temannya atau contoh karangan
211
deskripsi. Peningkatan perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 46. Peningkatan Hasil Observasi dari Siklus I ke Siklus II
No. Aspek yang Diamati
Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Peningkatan
(%)
1. Perhatian siswa penuh terhadap
penjelasan guru dan merespon
positif.
75 100 25
2. Siswa senang dan tertarik terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung.
83,33 91,67 8,34
3. Siswa aktif dalam mengamati objek
secara langsung.
77,78 100 22,22
4. Siswa aktif berdiskusi menentukan
kata kunci dari objek yang diamati.
72,22 94,44 22,22
5. Siswa menulis karangan deskripsi
dengan sikap yang baik, tidak ramai,
dan tidak mengganggu temannya.
80,56 88,89 8,33
6. Siswa aktif mengerjakan tugas
menulis karangan deskripsi dengan
serius dan tekun
66,67 80,56 13,89
7. Siswa berpartisipasi dalam 30,56 63,89 33,33
212
menanggapi hasil karangan deskripsi
milik temannya
Perubahan perilaku berdasarkan tabel peningkatan hasil observasi siklus I
dan siklus II adalah sebagai berikut.
Dari hasil siklus II dapat diketahui bahwa ada perubahan perilaku ke arah
lebih baik yang cukup berarti. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi
setipa aspek yang telah diobservasi oleh peneliti dengan bantuan seorang teman.
Aspek observasi yang pertama yaitu perhatian siswa penuh terhadap
penjelasan guru dan merespon positif. Pada aspek perhatian siswa penuh terhadap
penjelasan guru dan merespon positif , jumlah siswa yang perhatian penuh
terhadap penjelasan guru dan merespon positif sebanyak 36 siswa atau 100% dan
mengalami peningkatan sebesar 25% bila dibandingkan siklus I. Seluruh siswa
sudah cukup memberikan respon yang positif dalam mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi pada siklus II, mereka terlihat serius dan
memperhatikan penjelasan guru dengan seksama bahkan sudah tidak ada siswa
yang berbicara dengan temannya.
Aspek kedua yaitu siswa senang dan tertarik terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Aspek senang dan tertarik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 8,34% dari siklus I. Usaha yang dilakukan agar aspek ini
meningkat yaitu dengan cara menyajikan objek yang berbeda dengan siklus I.
213
Pada siklus II, setiap kelompok mengamati objek langsung yang berbeda dengan
siklus I. Dengan mengamati objek yang berbeda-beda membuat siswa tidak
merasa bosan mengikuti pembelajaran. Siswa semakin tertarik dalam mengikuti
pembelajaran dan semangat ketika mengerjakan tugas menulis karangan deskripsi
yang ditugaskan. Hal ini membuat siswa menghasilkan karangan yang lebih baik
dibanding siklus I.
Aspek ketiga yaitu aktif dalam mengamati objek secara langsung. Aspek
aktif dalam mengamati objek secara langsung pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 22,22% dari siklus I. Siswa sudah mulai serius dalam
mengamati objek langsung. Hal ini terbukti dengan tidak adanya siswa yang
bermain sendiri ketika mengamati objek, semua siswa mengamati objek dengan
serius. Peningkatan ini terjadi karena siswa diberikan pedoman pengamatan yang
berupa pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang diamati secara langsung.
Aspek keempat yaitu aktif berdiskusi menentukan kata kunci dari objek
yang diamati. Aspek aktif berdiskusi menentukan kata kunci dari objek yang
diamati pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 25,81% dari siklus I. Pada
saat berdiskusi menentukan kata kunci semua siswa aktif memberikan satu kata
kunci berdasarkan objek tersebut. Dalam satu kelompok tidak ada siswa yang
tidak berpartisipasi untuk menentukan kata kunci. Berbeda dengan siklus II. Pada
siklus I hanya sebagian siswa yang aktif berdiskusi menentukan kata kunci dan
sisnya hanya ikut- ikutan.
Aspek kelima yaitu siswa menulis karangan deskripsi dengan sikap yang
baik, tidak ramai, dan tidak mengganggu temannya. Aspek siswa menulis
214
karangan deskripsi dengan sikap yang baik, tidak ramai, dan tidak mengganggu
temannya pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,33% dari siklus I. Hal
ini dikarenakan siswa sudah dapat berkonsentrasi dengan baik dalam menulis
karangan deskripsi, sehingga siswa tidak melakukan hal-hal yang bersifat negatif.
Aspek keenam yaitu sikap siswa saat menulis karangan deskripsi lebih
serius dan tekun . Aspek sikap siswa saat menulis karangan deskripsi lebih serius
dan tekun pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,89% dari siklus I.
Usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan sikap siswa agar lebih serius
dan tekun yaitu dengan pemberian bimbingan, arahan, dan pengawasan terhadap
siswa. Hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih serius dan tekun selama proses
pembelajaran berlangsung.
Aspek terakhir yaitu siswa berpartisipasi dalam menanggapi hasil
karangan deskripsi milik temannya. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam
menanggapi hasil karangan deskripsi milik temannya pada siklus II meningkat
33,33% dari siklus I. Hal ini berarti bahwa proses pembelajaran telah berhasil
dilalui siswa dengan baik. Siswa telah mampu memahami materi yang
disampaikan oleh guru dan siswa sudah tidak malu-malu lagi untuk menangggapi
hasil karangan milik temannya.
4.2.2.2 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian
Perubahan tingkah laku siswa juga dapat dilihat dari catatan harian, ba ik
catatan harian siswa ataupun catatan harian guru. Catatan harian yang digunakan
dalam siklus I dan siklus II masih sama, yaitu catatan harian siswa dan catatan
215
harian guru. Penggunaan catatan harian dimaksudkan untuk mendapatkan data
nontes berkenaan dengan respon siswa terhadap pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung.
4.2.2.2.1 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian Siswa
Catatan harian yang dibagikan kepada siswa meliputi 4 aspek, yaitu (1)
perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung; (2) tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan; (3) kemudahan dan kesulitan siswa pada saat menulis karangan
deskripsi melalui model dan teknik yang digunakan; dan (4) ungkapan kesan dan
saran siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung. Berikut adalah perbandingan catatan harian siswa pada siklus I dan
siklus II yang akan diuraikan secara deskripsi lengkap.
Aspek pertama yaitu perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Pada siklus I sebanyak 29
siswa atau 80,56% menyatakan senang dan tertarik dengan pembelajaran tersebut.
Alasan siswa senang dengan pembelajaran ini karena merupakan pembelajaran
yang belum pernah dilaksanakan sehingga pembelajaran ini merupakan hal yang
baru dan dapat menambah pengetahuan siswa untuk meningkatkan keterampilan
216
menulis karangan deskripsi. Sedangkan pada siklus II sebanyak 34 siswa atau
94,44% mengungkapakan kesenangannya dalam mengikuti pembelajaran. Alasan
siswa senang dengan pembelajaran ini karena dalam praktik pembelajarannya
mereka disediakan objek secara langsung untuk dideskripsikan sehingga
mempermudah siswa dalam menulis karangan deskripsi. Selain itu, siswa juga
terbantu dengan kata kunci yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
objek yang diamati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa
yang tertarik pada pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung pada siklus II lebih banyak daripada siklus I.
Aspek kedua yaitu tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada siklus I ini sebanyak 27 siswa atau 75% memberi tanggapan
bahwa mereka merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran yang telah
diikutinya. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dan teknik pengamatan objek langsung memudahkan siswa dalam menulis
karangan deskripsi. Sementara itu, pada siklus II sebanyak 33 siswa atau 91,67%
memberi tanggapan yang hampir sama dengan siklus I. Siswa merasa senang dan
tertarik dengan pembelajaran yang telah diikutinya. Dengan adanya model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek
langsung memudahkan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Selain itu,
pembelajaran menjadi tidak membosankan dan tidak terkesan monoton. Aspek
ketiga yaitu kemudahan dan kesulitan siswa pada saat menulis karangan deskripsi
melalui model dan teknik yang digunakan. Pada siklus I, kesulitan dialami oleh
217
siswa sebanyak 16 siswa atau 44,44% dan sebanyak 20 siswa atau 55,56% sudah
tidak merasa kesulitan. Sedangkan pada siklus II, kesulitan hanya dialami oleh 3
siswa atau 8,33% dan sebanyak 33 siswa atau 91,678% sudah tidak merasa
kesulitan. Siswa yang mengalami kesulitan pada pembelajaran siklus II lebih
sedikit daripada siklus I. Sebagian besar siswa pada siklus I dan siklus II sudah
tidak merasa kesulitan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung. Alasannya karena model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek
langsung yang disediakan membuat pembelajaran yang dilaksanakan terasa
menyenangkan dan mempermudah dalam membuat karangan deskripsi.
Aspek terakhir yaitu ungkapan kesan dan saran siswa dalam pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Pada siklus I, sebanyak 28
siswa atau 77,78% memberi kesan merasa senang terhadap pembelajaran yang
diikutinya. Hal ini karena pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak
membosankan. Selain itu, model dan teknik pembelajaran tersebut lebih
memudahkan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Sedangkan pada siklus II
jumlah siswa yang memberi kesan merasa senang terhadap pembelajaran lebih
banyak, yaitu sebanyak 34 siswa atau 94,44%. Hal ini karena model pembelajaran
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dianggap sebagai
model pembelajaran yang baru dirasakan oleh siswa. Selain itu, model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek
langsung juga sangat bagus, menarik, santai, dan mudah dipahami. Hal ini karena
218
pembelajaran juga dilakukan di luar kelas sehingga pembelajaran tidak
membosankan atau menjenuhkan. Pada siklus I, sebanyak 29 siswa atau 80,56%
memberikan saran yang mendukung terhadap pembelajaran. Sedangkan pada
siklus II semua siswa, yaitu sebanyak 36 siswa atau 100% mendukung
pembelajaran tersebut karena menurut mereka pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung sangat menarik dan menyenangkan.
4.2.2.2.2 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Catatan Harian Guru
Catatan harian guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam proses
pembelajaran dan berisi segala sesuatu hal yang dirasakan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam catatan
harian guru adalah (1) kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung; (2) keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi dari awal sampai akhir; (3) respon siswa
terhadap pembelajaran yang berlangsung; (4) suasana pembelajaran yang
berlangsung; dan (5) tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan
guru (peneliti).
Aspek yang pertama yaitu kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Para siswa semakin siap
219
untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan mereka sudah tidak merasa
asing lagi dan mereka sudah benar-benar paham dengan materi menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung. Hal ini bisa dilihat ketika peneliti memberikan
apersepsi kepada siswa di awal pembelajaran dan ketika peneliti mengungkapkan
kelemahan-kelemahan dalam menulis karangan deskripsi.
Aspek kedua yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi dari awal sampai akhir. Keaktifan siswa semakin meningkat
jika dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat saat
siswa mengamati contoh karangan deskripsi yang diberikan oleh guru. Siswa
cukup antusias untuk menemukan berbagai hal yang berkaitan dengan karangan
yang ada pada contoh karangan deskripsi tersebut. Siswa juga berani bertanya jika
menemukan kesulitan dalam memahami materi dan tidak malu-malu untuk
menjawab pertanyaan dari peneliti. Selain itu, siswa juga aktif dalam diskusi
kelompok untuk menentukan kata kunci berdasarkan objek yang diamati dan
siswa berani memberikan tanggapan terhadaap hasil karangan deskripsi milik
temannya yang dibacakan di depan kelas.
Aspek ketiga yaitu respon siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung.
Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan oleh guru. Para siswa terlihat
semakin antusias untuk mengikuti pembelajaran. Siswa juga merasa senang
220
dengan pembelajaran yang berlangsung karena terkesan santai, tidak
menegangkan, dan tidak membosankan.
Aspek keempat yaitu suasana selama proses pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung berlangsung. Suasana saat proses
pembelajaran berlangsung dapat terkendali dengan baik. Suasana kelas yang
hidup namun tetap kondusif ini sebagai bukti bahwa pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung sangat diterima oleh siswa. Hal ini
membuktikan bahwa melalui pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung dapat menghidupkan suasana pembelajaran, sehingga siswa
menjadi lebih bersemangat mengikuti pembelajaran.
Aspek yang terakhir yaitu tanggapan siswa mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang
dilakukan guru (peneliti). Siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis
karangan deskripsi yang dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung. Dengan adanya model
dan teknik pembelajaran tersebut mempermudah siswa dalam menulis karangan
deskripsi. Selain itu, dengan model dan teknik pembelajaran tersebut kejenuhan
siswa dalam pembelajaran dapat diatasi dan pembelajaran terkesan santai serta
mudah dipahami.
221
4.2.2.3 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I, dua orang siswa berminat dan
tertarik dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi dan seorang siswa
menyatakan tidak berminat ataupun tertarik dengan pembelajaran menulis
karangan deskripsi. Sebagian besar siswa merasa senang dengan pembelajaran
menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Tetapi, siswa yang
memperoleh nilai rendah merasa biasa saja dengan pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung. Selain itu, satu orang siswa merasa
lebih mudah memulai menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung
karena dengan model dan teknik tersebut mereka merasa tidak bosan dan merasa
senang dengan pembelajaran yang dilakukan. Mereka juga tidak bingung lagi
ketika menulis karangan deskripsi. Akan tetapi, masih ada dua siswa merasa
kesulitan dalam menulis karangan deskripsi. Motivasi yang dirasakan siswa
selama mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah mereka merasa
bahwa menulis karangan deskripsi itu adalah hal yang menarik dan banyak
manfaatnya. Pembelajaran menulis karangan deskripsi yang dilakukan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan
objek langsung memberikan kemudahan siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Pernyataan tersebut berdasarkan jawaban dari siswa nilai tinggi dan siswa nilai
sedang. Sedangakn siswa yang mendapat nilai rendah merasa pembelajaran
222
menulis karangan deskripsi adalah hal yang biasa-biasa saja dan tidak
mendatangkan motivasi apa pun.
Hasil wawancara pada siklus II sedikit berbeda dengan hasil wawancara
siklus I. Hampir semua siswa tertarik dan berminat mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi. Hal ini dikarenakan model dan teknik pembelajaran
yang diterapkan guru berbeda. Siswa merasa senang mendapatkan model
pembelajaran dan penggunaan teknik pembelajaran yang baru untuk menulis
karangan deskripsi sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami materi.
Semua siswa senang dan menikmati pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ketiga responden, mereka
menyatakan ada perubahan cara guru mengajar, walaupun lebih santai tetapi tetap
serius dan menyenangkan. Selain itu, responden juga berpendapat bahwa dengan
menggunakan teknik pengamatan objek langsung yang ditentukan terlebih dahulu
kata kuncinya secara bersama-sama membuat mereka lebih terbantu untuk
menuangkan ide dan gagasannya. Jumlah siswa yang mengalami kesulitan dalam
menulis karangan deskripsi semakin berkurang. Siswa semakin merasa mudah
dalam menulis karangan deskripsi yang dilakukan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.
Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan pemanfaatan teknik
pengamatan objek langsung memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Semua siswa menjadi lebih bersemangat mengikuti pembelajaran karena
223
pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak membosankan, dan mudah untuk
dipahami.
4.2.2.4 Perilaku Siswa berdasarkan Hasil Dokumentasi Foto
Perubahan perilaku siswa yang positif juga dibuktikan melalui gambar
pada dokumentasi foto selama pembelajaran berlangsung. Melalui dokementasi
foto dapat dilihat keantusiasan siswa selama proses pembelajaran. Dokumentasi
ini sebagai bukti visual keberhasilan pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung. Perbandingan dokumentasi foto ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Siklus I Siklus II
Gambar 15. Perbandingan Aktivitas Siswa ketika Guru Melakukan
Apersepsi
224
Gambar 15 memperlihatkan perbandingan sikap siswa di awal
pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, nampak beberapa siswa
belum siap menerima pelajaran, yaitu terlihat ada siswa yang tidur-tiduran, asyik
menulis sendiri, dan posisi duduk yang tidak rapi. Berbeda dengan siklus I, pada
siklus II siswa terlihat lebih siap menerima pembelajaran. Hal itu terlihat dari
sikap duduk siswa yang tertib dan tidak ada siswa yang mengobrol sendiri saat
guru melakukan apersepsi.
Siklus I Siklus II
Gambar 16. Perbandingan Sikap Siswa saat Mendengarkan
Penjelasan Guru
Gambar di atas merupakan aktivitas siswa saat menerima penjelasan guru
pada siklus I dan siklus II. Pada gambar siklus I terlihat masih ada siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. Hal tersebut dapat
diketahui dari sikap duduk siswa ada yang menghadap ke temannya dan tidur-
tiduran. Namun, pada siklus II semua siswa mulai memperhatikan penjelasan
225
yang disampaikan guru dengan serius. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas
siswa menerima penjelasan guru pada siklus II lebih teratur dari siklus I.
Siklus I Siklus II
Gambar 17. Perbandingan Aktivitas Siswa saat Bertanya Jawab
dengan Guru
Gambar 17 memperlihatkan perbandingan aktivitas siswa saat bertanya
jawab dengan guru pada siklus I dan siklus II. Terlihat pada siklus I siswa banyak
yang malu bertanya apabila mendapat kesulitan dan masih ragu-ragu untuk
mengungkapkan pendapatnya. Guru harus menunjuk siswa terlebih dahulu.
Bahkan ketika peneliti menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan,
siswa tersebut mencoba menanyakan jawabannya kepada siswa yang lain.
Berbeda dengan siklus I, pada siklus II siswa sudah berani bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru.
226
Siklus I Siklus II
Gambar 18. Perbandingan Aktivitas Siswa saat Mengamati Objek
dan Berdiskusi Menentukan Kata Kunci
Gambar 18 merupakan perbandingan aktivitas siswa dalam mengamati
objek langsung dan berdiskusi menentukan kata kunci pada siklus I dan siklus II.
Objek yang diamati pada siklus I adalah ruang kelas, sedangkan objek pada siklus
II adalah green house. Pada siklus I siswa kurang serius saat mengamatai objek
langsung, bahkan pada saat berdiskusi untuk menentukan kata kunci hanya
sebagian saja yang ikut berpartisipasi. Berbeda dengan siklus I, pada siklus II
siswa lebih serius saat mengamati objek dan semua siswa aktif menentukan kata
kunci berdasarkan objek tersebut.
227
Siklus I Siklus II
Gambar 19. Perbandingan Aktivitas Siswa saat Menulis Karangan
Deskripsi
Gambar di atas merupakan perbandingan aktivitas siswa saat menulis
karangan deskripsi. Gambar pada siklus I terlihat siswa kurang serius dalam
menulis karangan deskripsi, yaitu masih ada siswa yang menulis karangan
deskripsi dengan melihat temannya dan bercanda dengan temannya. Sedangkan
pada siklus II siswa lebih serius dan konsentrasi dalam menulis karangan deskripsi
tanpa melihat pekerjaan milik temannya.
228
Siklus I Siklus II
Gambar 20. Perbandingan Kegiatan Siswa saat Mempresentasikan
Hasil Menulis Karangan Deskripsi
Gambar di atas memperlihatkan perbandingan aktivitas siswa saat
mempresentasikan hasil menulis karanganya pada siklus I dan siklus II. Pada
siklus I, siswa nampak masih tegang saat membacakan karanganya. Namun, pada
siklus II siswa sudah terlihat santai dalam mempresentasikan hasil karanganya
dengan dibimbing oleh guru.
229
Siklus I Siklus II
Gambar 21. Perbandingan Aktivitas Siswa Menanggapi Hasil
Presentasi
Gambar 21 memperlihatkan perbandingan aktivitas siswa saat menanggapi
presentasi dari temanya pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa nampak
tidak percaya diri dalam memberikan tanggapan. Namun, pada siklus II siswa
sudah terlihat percaya diri dan mantap dalam menanggapi presentasi tentang isi
karangan temanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung telah berhasil meningkatkan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri Wangon
Banyumas. Hal ini juga telah berhasil merubah tingkah laku siswa ke arah positif
dengan pemahaman siswa yang diperoleh melalui tindakan siklus I dan siklus II.
230
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian tentang keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan
teknik pengamatan objek langsung siswa kelas XA SMA Negeri Wangon
Banyumas adalah sebagai berikut.
(1) Terdapat peningkatan pada keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas setelah dilakukan tindakan
penelitian menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif
tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi tersebut dapat diketahui dari hasil
tes prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata tes menulis karangan
deskripsi prasiklus sebesar 60,58 yang masuk dalam kategori kurang dengan
ketuntasan sebesar 16,67%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai
rata-ratanya mencapai 66,17 dengan kategori cukup dan ketuntasan sebesar
16,67%. Pada siklus II, nilai rata-rata tersebut mengalami peningkatan
sebesar 12,24 dari siklus I menjadi 78,41 dengan kategori nilai baik dan
ketuntasan sebesar 86,11%.
(2) Perilaku siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Banyumas setelah mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung
231
mengalami perubahan perilaku keaktifan, keantusiasan, dan motivasi ke arah
positif. Perubahan tingkah laku siswa ini dapat dibuktikan dengan data
nontes. Data nontes tersebut antara lain berupa observasi, catatan harian,
wawancara, dan dokumentasi foto. Berdasarkan hasil data nontes pada siklus
I, masih nampak perilaku negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Pada
siklus II tingkah laku negatif siswa semakin berkurang dan tingkah laku
positif siswa semakin bertambah.
5.2 Saran
Atas dasar simpulan dari penelitian di atas, maka saran yang dapat peneliti
sampaikan adalah sebagai berikut.
(1) Guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung saat pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Model pembelajaran ini dapat membantu kelancaran, aktivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan pembelajaran. Adanya penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe concept sentence dapat membantu siswa dalam aspek
imajinasi, kesan hidup, dan keterlibatan aspek pancaindera, dan menuntut
siswa aktif/terlibat dalam pembelajaran. Penggunaan teknik pengamatan
objek langsung dapat menambah motivasi dan minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran dan lebih mudah dalam mendeskripsikan objek.
(2) Para peneliti yang menekuni bidang penelitian bahasa dan sastra Indonesia
dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterampilan menulis
232
karangan deskripsi agar dapat mengembangkan khasanah ilmu bahasa dan
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Upaya-upaya peningkatan
keterampilan siswa, khususnya keterampilan menulis karangan deskripsi,
diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah dan hambatan
yang sering kali muncul dalam proses pembelajaran bahasa di kelas.
233
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti,dkk. 1996. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Anwar, Khoirul dan Nathan Hindarto. 2007. Pengaruh Kemahiran Berproses
Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA melalui Model Pembelajaran
Kooperatif. Lembaran Ilmu Kependidikan, Vol.36, No.1.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Standar Isi.
Cecilia dan Ikeguchi. 1997. Teaching Integrated Writing Skill. Jurnal
Internasional. http://iteslj.org/. (Diunduh pada kamis, 13 Mei 2010).
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Prinsip, Pendekatan, dan Metode
Pembelajaran Bahasa Indonesia.
De Porter, Bobbi and Mike Hernacki (dalam terjemahan Abdurrahman). 2005.
Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
Bandung: Kaifa.
Dhewi, Riva Suskala Novita. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Deskripsi dengan Teknik Flash Card pada Siswa Kelas V SD Salangamer,
Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Skripsi. Semarang: UNNES.
Diliberto, Jennifer Anne. 2004. Improving Descriptive Sentence Writing In
Elementary Student. http://find. Galegroup. Com/ (Diunduh 25 Maret
2010).
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fitri Arisa, Lisa. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
dengan Teknik Cloze Procedure melalui Teknik Read Box pada Siswa
Kelas III SD Negeri 05 Randudongkal Pemalang. Skripsi. Semarang:
UNNES.
234
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: UNNES.
Hernowo. 2005. Quantum Learning. Bandung : Kaifa Mizan Pustaka.
Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunitas
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Jacobson dan Reid. 2002. Improving the Persuasive Essay Writing of High School
Students with ADHD. Jurnal Internasional. University of Nebraska, Licoln.
http://proquest.com/. (Diunduh 25 Maret 2010).
Karsana, Ano. 1986. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta:
Karunika.
Karuni, Sukmanita. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
dengan Menggunakan Teknik Musik Instrumentalia Mozart melalui
Metode WINDOWS pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Pegandon
Kendal. Skripsi. Semarang: UNNES.
Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah.
__________ . 2002. Diksi dan Gaya Bahasa Komposisi Lanjut I. Jakarta:
Grateknik .
Khanifah. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan
Menggunakan Teknik Video Compact Disc (VCD) Kelas X SMA Negeri 2
Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurhadi, Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/ CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.
235
Nursisto. 2000. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cipta Karya Nusa.
Purwanti, Dewi. 2007. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
dengan Model Pendidikan Luar Ruang dan Teknik Musik Klasik pada
Siswa Kelas X 6 SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Skripsi. Semarang:
UNNES.
Puspita, Linda. 2007. Peningkatan Pembelajaran Menulis Melalui Strategi
Directed Writing Activity bagi Siswa SDN 51 Palembang. Forum
Kependidikan, Maret, Vol.26, No.2.
Rohani, Ahmad. 2006. Teknik Instruksional Edukatif. Jakarta : Rieneka Cipta.
Semi, M Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice
(Cooperative Laerning : Teori, Riset, dan Praktik). Terj. Lita. Bandung:
Nusa Indah.
Soenardji dan Bambang Hartono. 1998. Asas-asas Menulis. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Soeparno. 1988. Teknik Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.
Subana dan Sunarti. 2004. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia.
Subyantoro.2009.Penelitian tindakan Kelas.Semarang : Widya Karya Semarang.
Sudjana, Nana, Ahmad Rivai. 2009. Teknik Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sujanto, Ch. 1988. Keterampilan Berbahasa-Membaca-Menulis-Berbicara Untuk
Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : P2LPTK
Suparno dan Mohammad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Suprijono, Agus.2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
236
Suriamiharja, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suryandari, Endang. 2008. Peningkatan Keterampilan Meenulis Karangan
Deskripsi dengan Teknik Objek Langsung pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 3 Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi. Semarang:
UNNES
Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran (Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil). Bandung: Prospect.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Syamsuddin, dkk. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Vero Sudiyati dan Aloys Widyamartaya. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan
Narasi. Yogyakarta : Pustaka widyatama.
Wagiran dan Mukh. Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia.
Wijayanti, Wiwik. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
dengan Teknik Menulis Cepat dan Teknik Video Compact Disc (VCD)
Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Ketro Kec. Karangrayub Kab. Grobogan.
Skripsi. Semarang: UNNES.
Wikipedia. Tjakroek. Blogspot.com/2007/10/Ciri-Ciri Karangan Deskripsi.html.
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.
Yamin, Marinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada.
Yuniasih. 2008. Perbandingan antara Keefektifan Penggunaan Teknik Pemetaan
Pikiran dan Peniruan Model dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi pada
237
siswa SMA. Tesis. Semarang: Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. PPS
Universitas Negeri Semarang.
238
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidkan : SMA Negeri Wangon
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XA/ 1
Standar Kompetensi : Menulis
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai
bentuk karangan (naratif, deskriptif,
eksposisi)
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2x pertemuan)
A. KOMPETENSI DASAR
4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk karangan deskripsi.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat menulis hasil observasi dalam
bentuk karangan deskripsi.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian karangan deskripsi
2. Syarat Paragraf
3. Langkah- langkah menulis karangan deskripsi adalah sebagai berikut.
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Model : Kooperatif tipe concept sentence
2. Metode dan Teknik : Pengamatan objek langsung
Tanya jawab
Diskusi
Inkuiri
239
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
Peretemuan Pertama
No Kegiatan Pembelajaran Metode/
Teknik Waktu
1. Kegiatan Awal
Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
a. Guru mengondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi.
b. Guru melakukan apersepsi materi dengan
bertanya jawab pada siswa tentang karangan
deskripsi.
c. Guru memberikan motivasi pembelajaran
dengan menyampaikan manfaat dan tujuan
dari pembelajaran.
d. Guru memberikan penjelasan umum dari
materi yang akan diajarkan.
e. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan secara singkat.
Tanya jawab
15 menit
2. Kegiatan Inti
Tahap 2 : Menyajikan informasi
1. Siswa diarahkan untuk memperhatikan
contoh karangan deskripsi yang telah
disediakan oleh guru.
2. Siswa berdiskusi dengan teman
sebangkunya untuk mengidentifikasi
pengertian dan ciri-ciri dari karangan
deskripsi.
3. Siswa dan guru bertanya jawab seputar
Pemodelan
Diskusi
Tanya jawab
Inkuiri
60 menit
240
materi karangan deskripsi.
Tahap 3 : Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
1. Siswa membentuk kelompok secara
heterogen berdasarkan kemampuan siswa
dalam menulis karangan deskripsi, masing-
masing kelompok terdiri atas 4-5 anggota
kelompok. Setelah terbentuk kelompok,
masing-masing kelompok menentukan
ketua kelompoknya.
2. Siswa di bawah bimbingan guru
menentukan tempat yang akan dijadikan
objek untuk menulis karangan deskripsi.
Tahap 4 : Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
1. Guru mengarahkan siswa ke luar kelas untuk
menuju ke tempat yang akan dijadikan
objek. Tiap kelompok mengamati objek
yang berbeda-beda.
2. Guru mengarahkan siswa pada saat
mengamati objek dan berdiskusi
menentukan kata kunci serta menjelaskan
langkah-langkah penulisan karangan
deskripsi yang baik berdasarkan pengamatan
objek secara langsung serta kata kunci yang
telah ditentukan.
3. Tiap kelompok mengamati objek secara
langsung dan menentukan minimal 4 kata
kunci yang sesuai dengan objek tersebut
(teknik pengamatan objek langsung).
4. Tiap kelompok berdiskusi menentukan kata
Penugasan
Pengamatan
objek
langsung
241
kunci dari objek yang diamati (concept
sentence), kemudian membuat beberapa
kalimat dengan menggunakan kata kunci
yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Secara berkelompok siswa mengembangkan
kata kunci yang telah ditentukan menjadi
kalimat-kalimat sederhana.
6. Siswa merangkai dan mengembangkan
kalimat-kalimat sederhana yang telah dibuat
menjadi sebuah karangan deskripsi.
Tahap 5 : Evaluasi
1. Perwakilan kelompok mempresentasikan
hasil menulis karangan deskripsi di depan
kelas dengan dipandu guru (Tes on the
materials).
2. Kelompok lain memberikan komentar dari
hasil karangan deskripsi kelompok lain.
Tahap 6 : Memberikan penghargaan
1. Guru memberikan masukan terhadap hasil
karangan deskripsi yang telah dibacakan di
depan kelas dan memberikan penghargaan
untuk siswa yang hasil karangan
deskripsinya paling baik.
2. Guru memberikan penguatan materi dan
memberikan umpan balik.
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa
yang kurang atau belum berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Presentasi
Tanya jawab
3. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran yang telah
Tanya jawab
Refleksi
15 menit
242
dilaksanakan.
2. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran menulis karangan deskripsi
yang telah berlangsung.
3. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan Kedua
No Kegiatan Pembelajaran Metode/
Teknik Waktu
1. Kegiatan Awal
Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
1. Guru mengondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi.
2. Guru melakukan apersepsi materi dengan
memancing ingatan siswa tentang materi
menulis karangan deskripsi yang telah
diajarkan sebelumnya dan bertanya jawab
mengenai kesulitan yang masih dialami
siswa dalam menulis karangan deskripsi.
3. Guru memberikan motivasi pembelajaran
dengan menyampaikan manfaat dan tujuan
dari pembelajaran.
4. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan secara singkat.
Tanya jawab
15 menit
2. Kegiatan Inti
Tahap 2 : Menyajikan informasi
1. Siswa dan guru sekilas membahas materi
Tanya jawab
60 menit
243
karangan deskripsi yang telah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya.
2. Guru mengingtakan kembali langkah-
langkah menulis karangan deskripsi yang
baik dan cara menentukan kata kunci dari
objek yang diamati secara langsung.
Tahap 3 : Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
1. Siswa membentuk kelompok secara
heterogen berdasarkan kemampuan siswa
dalam menulis karangan deskripsi, masing-
masing kelompok terdiri atas 4-5 anggota
kelompok. setelah terbentuk kelompok,
masing-masing kelompok menentukan
ketua kelompoknya.
2. Siswa dibawah bimbingan guru menentukan
objek yang akan diamati.
Tahap 4 : Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
1. Siswa diarahkan ke luar kelas untuk menuju
ke tempat yang akan dijadikan objek.
2. Siswa diarahkan pada saat mengamati objek
dan berdiskusi menentukan kata kunci serta
menjelaskan langkah-langkah penulisan
karangan deskripsi yang baik berdasarkan
pengamatan objek secara langsung serta kata
kunci yang telah ditentukan.
3. Tiap kelompok mengamati objek secara
langsung dan menentukan minimal 4 kata
kunci yang sesuai dengan objek tersebut
(teknik pengamatan objek langsung).
Inkuiri
Penugasan
Teknik
pengamatan
objek
langsung
244
4. Tiap kelompok berdiskusi menentukan kata
kunci dari objek yang diamati (concept
sentence), kemudian membuat beberapa
kalimat dengan menggunakan kata kunci
yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Dalam kelompok, siswa secara individu
mengembangkan kata kunci yang telah
ditentukan menjadi kalimat-kalimat
sederhana.
6. Siswa mengembangkan kata kunci yang
telah ditentukan menjadi kalimat-kalimat
sederhana.
7. Siswa merangkai dan mengembangkan
kalimat-kalimat sederhana yang telah dibuat
menjadi sebuah karangan deskripsi.
Tahap 5 : Evaluasi
1. Beberapa siswa membacakan hasil
karangannya di depan kelas dengan dipandu
oleh guru.
2. Siswa yang lain dan guru memberikan
masukan pada hasil karangan deskripsi yang
dibacakan.
Tahap 6 : Memberikan penghargaan
1. Siswa diberikan penguatan materi hasil
diskusi dan diberikan penghargaan untuk
siswa yang hasil karangan deskripsinya
paling baik (Provide recognition).
2. Siswa yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran diberi
motivasi oleh guru.
Presentasi
Tanya jawab
3. Kegiatan Akhir
245
1. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari pada hari itu.
2. Guru bertanya jawab dengan siswa, tentang
kesulitan yang dialami siswa dalam
pembelajaran.
3. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Tanya jawab
Refleksi
15 menit
F. SUMBER PEMBELAJARAN
Contoh karangan deskripsi
Buku bahasa Indonesia SMA kelas X dan buku penunjang lain.
G. PENILAIAN HASIL BELAJAR
1. Penilaian Proses
Penilaian proses ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
yaitu tentang sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Penilaian ini merujuk
pada lembar observasi.
2. Penilaian Hasil
Penilaian hasil dilihat berdasarkan hasil tes tertulis menulis karangan
deskripsi tentang benda berdasarkan pengamatan objek secara detail dengan
menentukan kata kunci dari objek tersebut kemudian mengembangkan kata kunci
tersebut menjadi sebuah kalimat sederhana dan merangkainya menjadi sebuah
karangan deskripsi.
Indikator Penilaian
Teknik Bentuk Nomor soal
1. Mampu menentukan
kata kunci berdasarkan
objek yang diamati.
Tes
Perbuatan
Proyek 1. Pilih salah satu objek
yang akan kalian
amati untuk
membuat karangan
deskripsi, kemudian
246
2. Mampu
mengembangkan kata
kunci menjadi suatu
karangan yang utuh
berdasarkan hasil
pengamatan dengan
memperhatikan aturan
tata tulis kebahasaan.
3. Mampu menyunting
karangan deskripsi yang
telah dibuat.
tentukanlah minimal
4 kata kunci
berdasarkan objek
tersebut!
2. Kembangkanlah kata
kunci tersebut
menjadi sebuah
karangan deskripsi
yang utuh dengan
memperhatikan
aturan tata tulis
kebahasaan!
3. Suntinglah karangan
deskripsi yang telah
dibuat dilihat dari
segi isi dan
bahasanya!
Alternatif Objek Mengarang:
1. Lapangan sekolah
2. Koperasi sekolah
3. Mushola
4. Tempat parkir
5. Laboratorium IPA
6. Perpustakaan
7. Halaman depan sekolah
8. Green house
247
Pedoman Penskoran
No. Aspek Penilaian Skor Maksimal
A. Pendeskripsian
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
20
16
12
16
B. Organisasi Isi
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
4
8
12
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
Pilihan kata/Diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
4
4
4
Jumlah (nilai) 100
Nilai = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x Nilai maksimal (100)
Aspek-aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian
dapat dinilai pada tabel berikut.
No. Aspek Penilaian Skor Kategori
A. Pendeskripsian
1. Imajinasi
a. Kualitas pengolahan idenya sangat baik.
b. Kualitas pengolahan idenya baik.
c. Kualitas pengolahan idenya cukup.
d. Kualitas pengolahan idenya kurang.
16-20
11-15
6-10
1-5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Keterlibatan aspek pancaindera
a. Melibatkan semua indera.
13-16
Sangat baik
248
b. Melibatkan dua indera.
c. Melibatkan satu indera.
d. Tidak melibatkan indera.
9-12
5-8
1-4
Baik
Cukup
Kurang
3. Kesan hidup
a. Melukiskan objek tulisan secara nyata,
kesan hidup objek tulisan benar-benar
terasa.
b. Melukiskan objek kurang sempurna, kesan
hidup objek tulisan cukup terasa.
c. Melukiskan objek tidak secara keseluruhan,
kesan hidup objek tulisan kurang terasa.
d. Melukiskan objek tulisan tidak secara lugas,
kesan hidup objek tidak terasa.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Menunjukkan objek yang ditulis
a. Menunjukkan objek secara keseluruhan.
b. Menunjukkan letak, situasi, dan kondisi
objek.
c. Menunjukkan letak dan situasi objek.
d. Menunjukkan letak objek.
13-16
9-12
5-8
1-4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
B. Organisasi isi
1. Kesesuaian judul dengan isi
a. Judul menarik, singkat, provokatif, relevan
selaras dengan isi karangan.
b. Judul menarik, singkat, relevan selaras
dengan isi karangan.
c. Judul kurang menarik, cukup relevan
selaras dengan isi karangan.
d. Judul tidak menarik, tidak relevan selaras
dengan isi karangan.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Kohesi dan Koherensi
249
a. Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat
jelas.
b. Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat
cukup jelas.
c. Keterpaduan isi paragraf dan antarkaliamt
kurang jelas.
d. Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat
tidak jelas.
7-8
5-6
3-4
1-2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Memusatkan uraian pada objek yang ditulis.
a. Uraian terpusat pada objek yang ditulis.
b. Sedikit melibatkan objek yang lain.
c. Setengah tulisan melibatkan objek yang
lain.
d. Uraian terpusat pada objek lain.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
1. Pilihan Kata/Diksi
a. Tepat, bermakna tunggal, singkat,
bervariasi, ekspresif, dan menarik.
b. Tepat, bermakna tunggal, bervariasi,
ekspresif, dan menarik.
c. Bermakna ambigu, singkat, bervariasi, dan
menarik.
d. Kurang tepat dan bermakna ambigu.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Ejaan dan Tanda baca
a. Sangat sempurna.
b. Sedikit kesalahan.
c. Banyak kesalahan.
d. Salah semua.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Kerapian tulisan
a. Jelas terbaca dan bersih.
4
Sangat baik
250
b. Terbaca dan cukup bersih.
c. Terbaca dan tidak bersih.
d. Tidak terbaca dan tidak bersih.
3
2
1
Baik
Cukup
Kurang
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
No Kategori Rentang nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 53-69
4. Kurang 0-52
Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa
No.
Kode
Responden
Aspek Penilaian
Nilai Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. R-1
2. R-2
3. R-3
4. R-4
5. R-5
251
Keterangan:
1 = Imajinasi
2 = Keterlibatan aspek pancaindera
3 = Kesan hidup
4 = Menunjukkan objek yang ditulis
5 = Kesesuaian judul dengan isi
6 = Kohesi dan koherensi
7 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
8 = Pilihan kata/Diksi
9 = Ejaan dan tanda baca
10 = Kerapian tulisan
Banyumas, Januari 2011
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Peneliti
Dra. Parmunah Tika Septiani
NIP. 19600524 198111 2 002 NIM. 2101407135
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Negeri Wangon
Drs. Ananto Nur Semedi
NIP. 19601106 198903 1 017
252
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidkan : SMA Negeri 1 Wangon
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XA/ 1
Standar Kompetensi : Menulis
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai
bentuk karangan (naratif, deskriptif,
eksposisi)
Alokasi Waktu : 4 x45 menit (2x pertemuan)
A. KOMPETENSI DASAR
4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk karangan deskripsi.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat menulis hasil observasi dalam
bentuk karangan deskripsi.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian karangan deskripsi
Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang menggambarkan atau
melukiskan objek tertentu dengan detail, jelas, dan sesuai dengan keadaan yang
sebenar-benarnya tentang objek yang dilukiskan. Semua hal yang ada di objek
tersebut digambarkan melalui pengamatan pancaindera, dari segala sesuatu yang
bisa didengar, dilihat, dicium, diraba, dan dirasa. Semua gambaran itu dirangkai
dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf hingga membentuk
suatu karangan yang utuh. Tujuan menulis karanagn deskripsi yaitu pembaca
seolah-olah dapat merasakan dan melihat secara langsung objek yang
digambarkan oleh sang penulis melalui karangannya.
253
2. Syarat Paragraf
3. Langkah- langkah menulis karangan deskripsi
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Model : Kooperatif tipe concept sentence
2. Metode dan Teknik : Pengamatan objek langsung
Tanya jawab
Diskusi
Inkuiri
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Pembelajaran Metode/
Teknik Waktu
1. Kegiatan Awal
Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
2. Guru melakukan apersepsi materi.
3. Guru memberikan motivasi pembelajaran
dengan menyampaikan manfaat dan tujuan dari
pembelajaran.
4. Guru memberikan penjelasan umum dari materi
yang akan diajarkan.
5. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan secara singkat.
Tanya
jawab
15 menit
2. Kegiatan Inti
Tahap 2 : Menyajikan informasi
1) Siswa mengamati contoh karangan deskripsi
Pemodelan
60 menit
254
yang telah disediakan oleh guru.
2) Siswa dan guru membahas materi karangan
deskripsi dan membandingkan contoh karangan
deskripsi siklus I dan siklus II.
3) Siswa dan guru membahas materi tentang
menyunting karangan deskripsi.
Tahap 4 : Membimbing siswa bekerja dan
belajar
1. Siswa secara individu dan didampingi guru
berlatih menyunting hasil menulis karangan
deskripsi pada siklus I.
2. Siswa menyunting hasil karangan milik
temannya.
3. Setelah disunting, karangan dikembalikan
kepada pemiliknya dan masing-masing siswa
memperbaiki hasil tulisannya.
Tahap 5 : Evaluasi
1. Siswa membacakan hasil perbaikan
karangannya.
Tahap 6 : Memberikan penghargaan
1. Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada tes siklus I.
2. Guru memberikan penguatan materi dan
memberikan umpan balik, serta memberi
penghargaan bagi siswa yang karangan
deskripsinya terbaik..
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Diskusi
Tanya
jawab
Inkuiri
Penugasan
Tanya
jawab
3. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Tanya
jawab
15 menit
255
2. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran menulis karangan deskripsi yang
telah berlangsung.
3. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Refleksi
Pertemuan kedua
No Kegiatan Pembelajaran Metode/
Teknik Waktu
1. Kegiatan Awal
Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
1. Guru mengondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi.
2. Guru memberikan penjelasan hasil
perbaikan menulis karangan deskripsi pada
pertemuan sebelumnya.
3. Guru memberikan penjelasan mengenai
tujuan dan manfaat yang diperoleh dari
pembelajaran yang akan dilakukan.
4. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan secara singkat.
Tanya
jawab
15 menit
2. Kegiatan Inti
Tahap 2 : Menyajikan informasi
1. Siswa dan guru mengingat kembali tentang
hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menulis karangan deskripsi dan
menekankan pada aspek penilaian tes
keterampilan menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Tanya
jawab
60 menit
256
concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung.
Tahap 3 : Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
1. Siswa membentuk kelompok secara
heterogen berdasarkan kemampuan siswa
dalam menulis karangan deskripsi, masing-
masing kelompok terdiri atas 4-5 anggota
kelompok.
2. Siswa di bawah bimbingan guru
menentukan tempat yang akan dijadikan
objek untuk menulis karangan deskripsi.
Tahap 4 : Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
1. Guru mengarahkan siswa ke luar kelas
untuk menuju ke tempat yang sudah
ditentukan untuk dijadikan objek.
2. Guru mengarahkan siswa pada saat
mengamati objek dan berdiskusi
menentukan kata kunci serta menjelaskan
langkah-langkah penulisan karangan
deskripsi yang baik berdasarkan pengamatan
objek secara langsung serta kata kunci yang
telah ditentukan terutama pada aspek
imajinasi, kesan hidup, dan keterlibatan
aspek panca indera.
3. Tiap kelompok mengamati objek secara
langsung dan menentukan minimal 4 kata
kunci yang sesuai dengan objek tersebut.
4. Tiap kelompok berdiskusi menentukan kata
kunci berdasarkan objek yang diamati
Penugasan
Diskusi
Inkuiri
Pengamatan
objek
langsung
Penugasan
257
(concept sentence), kemudian membuat
beberapa kalimat dengan menggunakan kata
kunci yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Dalam kelompok, siswa secara individu
mengembangkan kata kunci yang telah
ditentukan menjadi kalimat-kalimat
sederhana.
6. Siswa merangkai dan mengembangkan
kalimat-kalimat sederhana yang telah dibuat
menjadi sebuah karangan deskripsi.
Tahap 5 : Evaluasi
1. Beberapa siswa membacakan hasil
karangannya di depan kelas dengan dipandu
oleh guru.
2. Siswa yang lain dan guru memberikan
masukan pada hasil karangan deskripsi yang
dibacakan.
Tahap 6 : Memberikan penghargaan
1. Guru memberikan penguatan materi hasil
diskusi dan memberi penghargaan bagi
siswa yang karangan deskripsinya terbaik.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa
yang kurang atau belum berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Presentasi
Ceramah
Tanya
jawab
3. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran
2. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Guru memberikan motivasi pada siswa agar
terus berlatih menulis karangan deskripsi.
Tanya
jawab
Refleksi
15 menit
258
F. SUMBER PEMBELAJARAN
Contoh karangan deskripsi
Buku bahasa Indonesia SMA kelas X dan buku penunjang lain.
G. PENILAIAN HASIL BELAJAR
1. Penilaian Proses
Penilaian proses ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
yaitu tentang sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Penilaian ini merujuk
pada lembar observasi.
2. Penilaian Hasil
Penilaian hasil dilihat berdasarkan hasil tes tertulis menulis karangan
deskripsi tentang benda berdasarkan pengamatan objek secara detail dengan
menentuka kata kunci dari objek tersebut kemudian mengembangkan kata kunci
tersebut menjadi sebuah kalimat sederhana dan merangkainya menjadi sebuah
karangan deskripsi.
Indikator Penilaian
Teknik Bentuk Nomor soal
1. Mampu menentukan kata
kunci berdasarkan objek
yang diamati.
2. Mampu mengembangkan
kata kunci menjadi suatu
karangan yang utuh
Tes
Perbuatan
Proyek 1. Pilih salah satu objek
yang akan kalian
amati untuk membuat
karangan deskripsi,
kemudian tentukanlah
minimal 4 kata kunci
berdasarkan objek
tersebut!
2. Kembangkanlah kata
kunci tersebut
menjadi sebuah
259
berdasarkan hasil
pengamatan dengan
memperhatikan aturan
tata tulis kebahasaan.
3. Mampu menyunting
karangan deskripsi yang
telah dibuat.
karangan deskripsi
yang utuh dengan
memperhatikan
aturan tata tulis
kebahasaan!
3. Suntinglah karangan
deskripsi yang telah
dibuat dilihat dari
segi isi dan
bahasanya!
Alternatif Objek Mengarang:
1. Lapangan sekolah
2. Koperasi sekolah
3. Mushola
4. Tempat parkir
5. Laboratorium IPA
6. Perpustakaan
7. Halaman depan sekolah
8. Green house
260
Pedoman Penskoran
No. Aspek Penilaian Skor Maksimal
A. Pendeskripsian
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
20
16
12
16
B. Organisasi Isi
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
4
8
12
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
Pilihan kata/Diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
4
4
4
Jumlah (nilai) 100
Nilai = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x Nilai maksimal (100)
Aspek-aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian
dapat dinilai pada tabel berikut.
No. Aspek Penilaian Skor Kategori
A. Pendeskripsian
1. Imajinasi
a. Kualitas pengolahan idenya sangat baik.
b. Kualitas pengolahan idenya baik.
c. Kualitas pengolahan idenya cukup.
d. Kualitas pengolahan idenya kurang.
16-20
11-15
6-10
1-5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Keterlibatan aspek pancaindera
a. Melibatkan semua indera.
13-16
Sangat baik
261
b. Melibatkan dua indera.
c. Melibatkan satu indera.
d. Tidak melibatkan indera.
9-12
5-8
1-4
Baik
Cukup
Kurang
3. Kesan hidup
a. Melukiskan objek tulisan secara nyata,
kesan hidup objek tulisan benar-benar
terasa.
b. Melukiskan objek kurang sempurna, kesan
hidup objek tulisan cukup terasa.
c. Melukiskan objek tidak secara
keseluruhan, kesan hidup objek tulisan
kurang terasa.
d. Melukiskan objek tulisan tidak secara
lugas, kesan hidup objek tidak terasa.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Menunjukkan objek yang ditulis
a. Menunjukkan objek secara keseluruhan.
b. Menunjukkan letak, situasi, dan kondisi
objek.
c. Menunjukkan letak dan situasi objek.
d. Menunjukkan letak objek.
13-16
9-12
5-8
1-4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
B. Organisasi isi
1. Kesesuaian judul dengan isi
a. Judul menarik, singkat, provokatif, relevan
selaras dengan isi karangan.
b. Judul menarik, singkat, relevan selaras
dengan isi karangan.
c. Judul kurang menarik, cukup relevan
selaras dengan isi karangan.
d. Judul tidak menarik, tidak relevan selaras
dengan isi karangan.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
262
2. Kohesi dan Koherensi
a. Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat
jelas.
b. Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat
cukup jelas.
c. Keterpaduan isi paragraf dan antarkaliamt
kurang jelas.
d. Keterpaduan isi paragraf dan antarkalimat
tidak jelas.
7-8
5-6
3-4
1-2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Memusatkan uraian pada objek yang
ditulis.
a. Uraian terpusat pada objek yang ditulis.
b. Sedikit melibatkan objek yang lain.
c. Setengah tulisan melibatkan objek yang
lain.
d. Uraian terpusat pada objek lain.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
1. Pilihan Kata/Diksi
a. Tepat, bermakna tunggal, singkat,
bervariasi, ekspresif, dan menarik.
b. Tepat, bermakna tunggal, bervariasi,
ekspresif, dan menarik.
c. Bermakna ambigu, singkat, bervariasi, dan
menarik.
d. Kurang tepat dan bermakna ambigu.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Ejaan dan Tanda baca
a. Sangat sempurna.
b. Sedikit kesalahan.
c. Banyak kesalahan.
d. Salah semua.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
263
3. Kerapian tulisan
a. Jelas terbaca dan bersih.
b. Terbaca dan cukup bersih.
c. Terbaca dan tidak bersih.
d. Tidak terbaca dan tidak bersih.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
No Kategori Rentang nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 53-69
4. Kurang 0-52
Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa
No.
Kode
Responden
Aspek Penilaian
Nilai
Akhir
Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. R-1
2. R-2
Keterangan:
1 = Imajinasi
2 = Keterlibatan aspek pancaindera
3 = Kesan hidup
4 = Menunjukkan objek yang ditulis
5 = Kesesuaian judul dengan isi
6 = Kohesi dan koherensi
264
7 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
8 = Pilihan kata/Diksi
9 = Ejaan dan tanda baca
10 = Kerapian tulisan
Banyumas, Februari 2011
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Peneliti
Dra. Parmunah Tika Septiani
NIP. 19600524 198111 2 002 NIM. 2101407135
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Negeri Wangon
Drs. Ananto Nur Semedi
NIP. 19601106 198903 1 017
265
Lampiran 3 Pedoman Observasi Siklus I dan II
PEDOMAN OBSERVASI SIKLUS I DAN SIKLUS I
Mata Pelajaran :
Kelas :
Hari/ tanggal :
No.
Responden
ASPEK Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 1. Perhatian siswa penuh
terhadap penjelasan guru dan
merespon positif.
2. Siswa senang dan tertarik
terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung.
3. Siswa aktif dalam mengamati
mengamati objek secara
langsung.
4. Siswa aktif berdiskusi
menentukan kata kunci dari
objek yang diamati.
5. Siswa menulis karangan
deskripsi dengan sikap yang
baik, tidak ramai, dan tidak
mengganggu temannya.
6. Siswa aktif mengerjakan tugas
menulis karangan deskripsi
dengan serius dan tekun.
7. Siswa berpartisipasi dalam
menangapi hasil karangan
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
R-6
R-7
R-8
R-9
R-10
R-11
R-12
R-13
R-14
R-15
R-16
R-17
R-18
R-19
R-20
R-21
R-22
266
R-23 deskripsi milik temannya.
Keterangan :
√ : melakukan
- : tidak melakukan
R-24
R-25
R-26
R-27
R-28
R-29
R-30
R-31
R-32
R-33
R-34
R-35
R-36
Jumlah
%
267
Lampiran 4 Pedoman Catatan Harian Siswa Siklus I dan II
PEDOMAN CATATAN HARIAN SISWA
SIKLUS I DAN II
Nama siswa :
Kelas/No. Absen :
1. Apakah kamu tertarik mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung?
2. Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung yang baru saja dilakukan?
3. Kemudahan dan kesulitan apa yang kamu alami selama pembelajaran
menulis karangan deskripsi yang baru saja dilakukan?
4. Tulislah hal-hal yang ingin kamu kemukakan berkaitan dengan pembelajaran
menulis karangan deskripsi yang baru saja dilakukan!
268
Lampiran 5 Pedoman Catatan Harian Guru Siklus I dan Siklus II
PEDOMAN CATATAN HARIAN GURU
SIKLUS I DAN SIKLUS II
Sekolah :
Kelas/semester :
Aspek-aspek yang ditulis dalam catatan harian guru adalah sebagai berikut.
1. Kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
dari awal sampai akhir.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung.
4. Suasana pembelajaran yang berlangsung.
5. Tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan guru
(peneliti).
269
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan II
PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS I DAN II
Nama siswa :
Kelas/No Absen :
1. Apakah kalian berminat dengan pembelajaran menulis karangan deskripsi
yang baru saja dilakukan?
2. Apakah kalian senang mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
yang baru saja dilakukan?
3. Kesulitan apakah yang kalian hadapi selama mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi?
4. Apakan pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baru saja dilakukan
dapat memotivasi dan membantu kalian dalam menulis karangan deskripsi?
270
Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi Foto Siklus I dan II
PEDOMAN DOKUMENTASI FOTO SIKLUS I DAN SIKLUS II
Aspek-aspek yang didokumentasikan pada siklus I dan siklus II adalah
sebagai berikut.
1. Situasi kelas pada saat proses awal pembelajaran (saat guru membuka
pelajaran).
2. Saat siswa dan peneliti menggali materi tentang karangan deskripsi.
3. Aktivitas siswa saat mengamati objek langsung dan berdiskusi menentukan
kata kunci yang sesuai dengan objek yang diamati.
4. Aktivitas siswa saat melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi.
5. Aktivitas siswa saat membacakan hasil menulis karangan deskripsi di depan
kelas.
6. Aktivitas siswa ketika memberi tanggapan.
271
Lampiran 8
KRITERIAN DAN PEDOMAN PENILAIAN
KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
No. Aspek Penilaian Skor Maksimal
A. Pendeskripsian
Imajinasi
Keterlibatan aspek pancaindera
Kesan hidup
Menunjukkan objek yang ditulis
20
16
12
16
B. Organisasi Isi
Kesesuaian judul dengan isi
Kohesi dan koherensi
Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
4
8
12
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
Pilihan kata/Diksi
Ejaan dan tanda baca
Kerapian tulisan
4
4
4
Jumlah (nilai) 100
No. Aspek Penilaian Skor Kategori
A. Pendeskripsian
1. Imajinasi
a. Kualitas pengolahan idenya sangat baik.
b. Kualitas pengolahan idenya baik.
c. Kualitas pengolahan idenya cukup.
d. Kualitas pengolahan idenya kurang.
16-20
11-15
6-10
1-5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Keterlibatan aspek pancaindera
272
a. Melibatkan semua indera.
b. Melibatkan dua indera.
c. Melibatkan satu indera.
d. Tidak melibatkan indera.
13-16
9-12
5-8
1-4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Kesan hidup
a. Melukiskan objek tulisan secara nyata,
kesan hidup objek tulisan benar-benar
terasa.
b. Melukiskan objek kurang sempurna,
kesan hidup objek tulisan cukup terasa.
c. Melukiskan objek tidak secara
keseluruhan, kesan hidup objek tulisan
kurang terasa.
d. Melukiskan objek tulisan tidak secara
lugas, kesan hidup objek tidak terasa.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Menunjukkan objek yang ditulis
a. Menunjukkan objek secara keseluruhan.
b. Menunjukkan letak, situasi, dan kondisi
objek.
c. Menunjukkan letak dan situasi objek.
d. Menunjukkan letak objek.
13-16
9-12
5-8
1-4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
B. Organisasi isi
1. Kesesuaian judul dengan isi
a. Judul menarik, singkat, provokatif,
relevan selaras dengan isi karangan.
b. Judul menarik, singkat, relevan selaras
dengan isi karangan.
c. Judul kurang menarik, cukup relevan
selaras dengan isi karangan.
d. Judul tidak menarik, tidak relevan selaras
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
273
dengan isi karangan.
2. Kohesi dan Koherensi
a. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkalimat jelas.
b. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkalimat cukup jelas.
c. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkaliamt kurang jelas.
d. Keterpaduan isi paragraf dan
antarkalimat tidak jelas.
7-8
5-6
3-4
1-2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Memusatkan uraian pada objek yang
ditulis.
a. Uraian terpusat pada objek yang ditulis.
b. Sedikit melibatkan objek yang lain.
c. Setengah tulisan melibatkan objek yang
lain.
d. Uraian terpusat pada objek lain.
10-12
7-9
4-6
1-3
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
C. Penggunaan Bahasa dan EYD
1. Pilihan Kata/Diksi
a. Tepat, bermakna tunggal, singkat,
bervariasi, ekspresif, dan menarik.
b. Tepat, bermakna tunggal, bervariasi,
ekspresif, dan menarik.
c. Bermakna ambigu, singkat, bervariasi,
dan menarik.
d. Kurang tepat dan bermakna ambigu.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Ejaan dan Tanda baca
a. Sangat sempurna.
b. Sedikit kesalahan.
c. Banyak kesalahan.
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
274
d. Salah semua. 1 Kurang
3. Kerapian tulisan
a. Jelas terbaca dan bersih.
b. Terbaca dan cukup bersih.
c. Terbaca dan tidak bersih.
d. Tidak terbaca dan tidak bersih.
4
3
2
1
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
No Kategori Rentang nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 53-69
4. Kurang 0-52
275
Lampiran 9
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XA
SMA NEGERI WANGON
TAHUN AJARAN 2010/2011
No NIS Nama Siswa Jenis Kelamin
1. 4116 Achmad Willdan Ndaru Aji L
2. 4120 Agung Sigit Purnomo L
3. 4125 Anggar Magfiro L
4. 4128 Anisa Dwi Oktaviana P
5. 4137 Arungmas Ukitasari P
6. 4142 Bintari Nur Cahyani P
7. 4147 Destara Margowati P
8. 4166 Eka Apriliyani P
9. 4169 Eko Prasojo L
10. 4184 Faiz Amalia Zahra P
11. 4199 Ibnu Rofik L
12. 4202 Iis Tantinah P
13. 4213 Januaning Cahyani P
14. 4216 Krisnowati P
15 4217 Kukuh Ginanjar Febriantama L
16. 4224 Lia Kuatno P
17. 4228 Listia Nurhidayah P
18. 4229 Listiya Puspanita P
19. 4234 Ma’rifatul Hidayah P
20. 4239 Mochamad Yuda Prasetya L
21. 4244 Neli Rosaeni P
22. 4248 Noni Widayanti P
23. 4252 Noviani P
24. 4255 Nugraheni Dwi Widhyanti P
25. 4260 Nurul Ma’rifatun Khusni P
276
26. 4262 Okta Syaefri Antoro L
27. 4263 Oktavia Patriani P
28. 4264 Pika Yuni Saputri P
29. 4269 Prian Novantria Eka Saputra L
30. 4276 Putri Nur Amalia P
31. 4280 Rifki Wulan Anjar Sari Devi P
32. 4281 Rinta Agustina P
33. 4286 Rizki Aulia P
34. 4289 Rosi Kentun Rahayu P
35. 4294 Satrio Adi Wibowo L
36. 4311 Tofik Giyanto L
Jumlah Laki- laki 11
Jumlah Perempuan 25
Total 36
277
Lampiran 10
Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus
No
Responden
Aspek Penilaian Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R-01 9 8 6 10 4 5 12 3 1 2 60
R-02 10 9 7 12 2 6 6 3 2 3 60
R-03 8 8 6 9 3 6 8 3 3 4 56
R-04 8 4 7 8 4 8 12 3 2 2 60
R-05 10 8 9 12 3 8 12 3 2 3 70
R-06 8 9 7 13 4 8 12 4 3 4 72
R-07 9 9 8 13 4 4 6 3 3 3 62
R-08 10 9 7 13 4 8 12 4 4 4 73
R-09 5 9 4 9 3 6 10 3 2 2 53
R-10 9 8 6 10 4 5 12 3 1 2 60
R-11 8 4 8 8 4 6 10 3 2 3 56
R-12 9 8 8 12 3 4 10 3 2 3 62
R-13 8 9 8 13 4 4 6 3 2 3 60
R-14 12 9 7 13 4 8 12 4 4 4 77
R-15 6 8 9 12 4 5 7 1 2 3 56
R-16 11 8 6 12 3 8 6 3 3 3 62
R-17 5 8 4 11 3 6 10 3 2 2 54
R-18 11 11 12 10 3 5 12 3 2 4 73
R-19 9 8 6 10 4 5 12 2 2 2 60
R-20 5 8 6 6 3 6 12 1 1 4 52
R-21 9 8 6 10 4 5 12 2 2 3 61
R-22 5 8 4 11 3 6 10 1 2 4 54
R-23 9 8 8 12 3 4 12 3 2 3 62
R-24 8 4 8 12 3 4 12 3 2 3 60
R-25 7 8 4 10 3 6 10 2 1 4 54
278
R-26 8 7 6 8 4 6 10 1 1 3 54
R-27 6 8 8 12 4 6 10 2 1 3 60
R-28 8 9 8 12 2 6 10 2 2 3 62
R-29 8 8 8 12 3 6 10 2 2 3 60
R-30 5 9 8 6 2 6 10 1 1 4 52
R-31 11 11 12 10 4 5 12 3 2 4 74
R-32 7 4 8 6 3 6 8 2 2 4 52
R-33 9 8 6 10 4 6 8 3 3 3 60
R-34 9 9 8 12 4 4 10 3 3 4 66
R-35 8 8 8 12 4 6 8 3 2 3 60
R-36 6 8 4 10 3 6 8 2 1 4 52
Jumlah 293 306 260 360 102 168 273 89 84 101 2181
Rata-rata 40,6 53,1 60,1 62,5 70,8 58,3 63,1 61,8 58,3 70,1 60,58
Keterangan:
1 = Imajinasi
2 = Keterlibatan aspek pancaindera
3 = Kesan hidup
4 = Menunjukkan objek yang ditulis
5 = Kesesuaian judul dengan isi
6 = Kohesi dan koherensi
7 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
8 = Pilihan kata/Diksi
9 = Ejaan dan tanda baca
10 = Kerapian tulisan
279
Lampiran 11
Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi siklus I
No
Responden
Aspek Penilaian Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R-01 12 10 8 11 4 5 9 3 1 2 65
R-02 12 10 8 11 2 6 6 3 2 3 63
R-03 13 8 7 9 3 5 8 3 3 4 63
R-04 10 8 7 8 4 7 12 3 3 3 65
R-05 10 13 10 13 3 4 9 3 3 3 71
R-06 12 13 9 13 4 6 6 4 4 4 75
R-07 9 9 8 13 4 4 6 3 3 3 62
R-08 10 9 10 13 4 4 8 3 3 3 67
R-09 5 9 4 9 3 5 9 3 1 2 52
R-10 13 8 6 8 4 5 9 3 3 3 62
R-11 12 9 8 10 2 5 10 3 2 3 64
R-12 13 9 8 9 3 5 8 3 3 4 65
R-13 15 13 10 13 4 7 11 4 2 4 83
R-14 15 14 10 14 4 6 10 4 3 3 83
R-15 8 10 9 8 3 4 6 2 2 2 54
R-16 13 8 8 11 4 5 6 3 3 3 64
R-17 8 7 7 8 4 7 12 3 3 3 61
R-18 10 11 8 10 4 5 11 4 3 3 71
R-19 12 10 8 10 4 5 10 4 3 4 68
R-20 9 10 6 6 3 5 9 3 1 2 54
R-21 15 12 11 14 4 7 10 3 3 4 83
R-22 10 10 8 12 1 4 10 3 2 3 63
R-23 10 8 9 11 2 6 6 3 3 3 61
R-24 12 10 8 9 2 6 10 3 4 3 67
R-25 13 10 9 10 3 4 8 2 2 2 63
R-26 12 10 9 9 2 6 8 3 3 3 65
R-27 13 10 10 10 4 4 6 3 2 4 66
280
R-28 10 10 9 13 3 6 11 3 2 4 71
R-29 13 9 7 12 3 4 8 3 3 3 65
R-30 10 9 7 9 3 6 12 3 3 3 65
R-31 15 13 10 13 4 7 10 4 3 4 83
R-32 10 8 8 12 2 5 10 3 3 2 63
R-33 12 11 9 10 3 5 10 3 4 4 71
R-34 12 10 9 11 3 6 9 3 3 3 73
R-35 9 8 3 8 3 4 10 2 2 3 52
R-36 12 9 8 11 3 4 8 3 3 3 64
Jumlah 409 355 293 381 115 189 321 111 96 112 2382
Rata-rata 56,8 61,6 67,8 66,1 79,8 65,6 74,3 77 66,6 74,3 66,17
Keterangan:
1 = Imajinasi
2 = Keterlibatan aspek pancaindera
3 = Kesan hidup
4 = Menunjukkan objek yang ditulis
5 = Kesesuaian judul dengan isi
6 = Kohesi dan koherensi
7 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
8 = Pilihan kata/Diksi
9 = Ejaan dan tanda baca
10 = Kerapian tulisan
281
Lampiran 12
Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi siklus II
No
Responden
Aspek Penilaian Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R-1 17 12 11 13 3 5 10 3 3 3 80
R-2 16 12 10 13 3 6 10 3 3 3 79
R-3 13 11 9 12 3 5 9 2 3 3 70
R-4 12 10 9 12 3 6 9 3 3 3 70
R-5 16 13 11 14 4 5 10 4 3 4 84
R-6 12 10 8 12 3 5 9 4 4 3 70
R-7 15 13 10 13 4 6 8 3 3 3 78
R-8 16 15 11 14 4 6 10 3 3 3 85
R-9 10 12 9 12 3 6 9 3 3 3 70
R-10 17 13 11 14 4 5 11 3 3 4 85
R-11 15 14 10 14 4 4 10 3 3 3 80
R-12 10 9 7 9 3 5 9 3 3 4 62
R-13 18 14 11 15 4 8 12 4 4 4 94
R-14 18 15 11 13 4 7 11 4 3 3 89
R-15 10 11 9 8 4 6 9 3 3 2 65
R-16 16 14 11 13 4 7 10 3 3 4 85
R-17 14 8 10 13 3 6 9 3 3 4 73
R-18 16 13 11 14 4 7 10 3 3 4 85
R-19 17 14 11 13 4 7 10 3 4 4 87
R-20 16 12 11 14 4 7 11 3 3 2 83
R-21 17 14 11 13 3 6 10 3 2 4 83
R-22 13 12 10 12 4 7 10 3 3 4 78
R-23 14 12 9 12 3 8 11 3 4 4 80
R-24 13 9 9 12 3 6 6 3 3 3 67
R-25 12 12 6 11 3 4 10 4 2 3 68
282
R-26 11 10 6 10 4 6 9 3 3 3 65
R-27 12 12 10 13 4 6 10 3 2 4 76
R-28 15 13 11 13 3 6 11 3 2 3 80
R-29 12 12 9 10 3 5 9 4 4 3 71
R-30 17 15 11 13 4 7 11 4 4 4 90
R-31 17 15 11 15 4 8 11 4 3 4 92
R-32 16 15 11 14 4 6 10 3 3 3 85
R-33 16 11 10 11 4 4 8 3 4 4 75
R-34 15 12 10 13 3 5 11 4 4 3 80
R-35 14 12 10 13 3 4 8 3 3 3 73
R-36 17 15 11 13 4 5 10 4 3 3 85
Jumlah 506 445 345 454 116 212 347 116 111 118 2823
Rata-rata 70,2 77,2 79,8 78,8 80,5 73,6 80,3 80,5 77,0 81,9 78,41
Keterangan:
1 = Imajinasi
2 = Keterlibatan aspek pancaindera
3 = Kesan hidup
4 = Menunjukkan objek yang ditulis
5 = Kesesuaian judul dengan isi
6 = Kohesi dan koherensi
7 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
8 = Pilihan kata/Diksi
9 = Ejaan dan tanda baca
10 = Kerapian tulisan
283
Lampiran 13
Tabel Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No. Kategori
Prasiklus Siklus I Siklus II
F Jumlah Nilai F Jumlah Nilai F Jumlah Nilai
1. Sangat Baik 0 0 0 0 11 962
2. Baik 6 439 10 756 20 1534
3. Cukup 26 1534 24 1522 5 327
4. Kurang 4 208 2 104 0 0
Jumlah 36 2181 36 2382 36 2823
Nilai rata-rata
2181
x 100 =
36
60,58
Kategori cukup
2382
x 100 =
36
66,17
Kategori cukup
2823
x 100 =
36
78,41
Kategori baik
Ketuntasan
6
x 100%
36
= 16,67%
10
x 100%
36
= 27,78%
31
x 100%
36
= 86,11%
284
Lampiran 14
Tabel Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Aspek Rata-rata Peningkatan
PS S I S II PS-SI S I-S II PS-SII
1. 40,69 56,80 70,27 16,11 13,47 29,55
2. 53,12 61,63 77,25 8,51 15,62 24,13
3. 56,18 67,82 79,86 11,64 12,04 239,68
4. 62,5 66,14 78,81 3,64 12,67 16,31
5. 70,83 79,86 80,56 9,03 0,7 9,73
6. 58,33 65,62 73,61 7,29 7,99 15,28
7. 63,19 74,30 80,32 11,11 6,02 17,13
8. 61,80 77,08 80,56 15,28 3,44 18,76
9. 58,33 66,67 77,08 8,34 10,41 18,75
10. 70,13 74,30 81,94 4.17 7,64 11,81
NA 60,58 66,17 78,41 5,59 12,24 17,83
Keterangan:
1 = Imajinasi
2 = Keterlibatan aspek pancaindera
3 = Kesan hidup
4 = Menunjukkan objek yang ditulis
5 = Kesesuaian judul dengan isi
6 = Kohesi dan koherensi
7 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis
8 = Pilihan kata/Diksi
9 = Ejaan dan tanda baca
10 = Kerapian tulisan
S I = Siklus I
S II = Siklus II
NA = Nilai akhir (Nilai akhir komulatif menulis karangan deskripsi)
285
Lampiran 15
INSTRUMEN TES SIKLUS I
1. Pilih salah satu objek yang akan kalian amati untuk membuat karangan
deskripsi, kemudian tentukanlah minimal 4 kata kunci tentang objek tersebut!
2. Kembangkanlah kata kunci tersebut menjadi sebuah karangan deskripsi yang
utuh dengan memperhatikan aturan tata tulis kebahasaan!
3. Suntinglah karangan deskripsi yang telah dibuat oleh teman kalian dilihat dari
segi isi dan bahasanya!
Alternatif Objek Mengarang:
1. Lapangan sekolah
2. Koperasi sekolah
3. Mushola
4. Tempat parkir
5. Laboratorium IPA
6. Perpustakaan
7. Halaman depan sekolah
8. Green house
286
Lampiran 16
INSTRUMEN TES SIKLUS II
1. Pilih salah satu objek yang akan kalian amati untuk membuat karangan
deskripsi, kemudian tentukanlah minimal 4 kata kunci tentang objek tersebut!
2. Kembangkanlah kata kunci tersebut menjadi sebuah karangan deskripsi yang
utuh dengan memperhatikan aturan tata tulis kebahasaan!
3. Suntinglah karangan deskripsi yang telah dibuat oleh teman kalian dilihat dari
segi isi dan bahasanya!
Alternatif Objek Mengarang:
1. Lapangan sekolah
2. Koperasi sekolah
3. Mushola
4. Tempat parkir
5. Laboratorium IPA
6. Perpustakaan
7. Halaman depan sekolah
8. Green house
287
Lampiran 17
HASIL OBSERVASI SIKLUS I
Mata Pelajaran : SMA Negeri Wangon
Kelas : XA
No.
Responden
ASPEK
1 2 3 4 5 6 7
R-1 √ √ √ √ √ - -
R-2 - √ √ - √ √ -
R-3 √ √ √ - √ - -
R-4 √ √ - √ √ - -
R-5 √ √ √ √ - √ √
R-6 √ √ √ √ √ - √
R-7 - √ √ - - √ -
R-8 √ √ √ √ √ √ -
R-9 - - √ √ - - √
R-10 √ - - √ √ √ -
R-11 √ √ √ - √ - -
R-12 - √ √ - - √ -
R-13 √ √ - √ √ √ √
R-14 √ - √ √ √ √ √
R-15 - √ √ - √ - √
R-16 √ √ √ - √ √ -
R-17 - √ - √ √ √ -
R-18 √ - √ √ - √ √
R-19 √ √ √ √ √ √ -
R-20 - - - √ √ - -
R-21 √ √ √ √ - √ √
R-22 √ √ √ - √ - -
288
R-23 √ √ - - √ √ -
R-24 √ - √ √ √ √ -
R-25 √ √ - √ - √ -
R-26 √ √ √ - √ - -
R-27 √ √ √ √ √ √ -
R-28 √ √ √ √ √ √ -
R-29 √ √ - √ √ - -
R-30 √ √ √ √ √ √ -
R-31 √ √ √ √ √ √ -
R-32 √ √ √ √ √ √ -
R-33 √ √ √ √ √ √ √
R-34 √ √ √ √ - - √
R-35 - √ √ √ √ √ -
R-36 - √ √ √ √ √ -
Jumlah
siswa yang
melakaukan
27 30 28 26 28 24 11
Presentase
(%) 75% 83,33% 77,78% 72,2% 80,5% 66,67% 30,56%
Jumlah
siswa yang
tidak
melakaukan
9 6 8 10 8 12 25
Presentase
(%) 25% 16,67% 22,22% 27,8% 19,5% 33,33% 69,44%
289
Lampiran 18
HASIL OBSERVASI SIKLUS II
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : XA
No.
Responden
ASPEK
1 2 3 4 5 6 7
R-1 √ √ √ √ √ √ -
R-2 √ √ √ √ √ - √
R-3 √ √ √ √ √ √ √
R-4 √ √ √ √ √ √ -
R-5 √ - √ √ √ √ √
R-6 √ √ √ √ √ - √
R-7 √ √ √ √ - √ -
R-8 √ √ √ √ √ √ -
R-9 √ √ √ √ - √ -
R-10 √ √ √ √ √ - -
R-11 √ √ √ √ √ √ √
R-12 √ √ √ √ - √ √
R-13 √ √ √ √ √ √ √
R-14 √ √ √ √ √ √ √
R-15 √ √ √ √ √ - √
R-16 √ √ √ √ √ √ -
R-17 √ √ √ √ √ √ -
R-18 √ - √ √ √ - √
R-19 √ √ √ √ √ √ √
R-20 √ √ √ √ √ √ √
R-21 √ √ √ √ √ √ √
R-22 √ √ √ √ √ - -
290
R-23 √ √ √ √ √ √ -
R-24 √ √ √ √ √ √ √
R-25 √ √ √ √ √ √ √
R-26 √ √ √ - √ √ -
R-27 √ √ √ √ √ √ -
R-28 √ √ √ √ √ √ √
R-29 √ √ √ - √ √ √
R-30 √ - √ √ √ √ √
R-31 √ √ √ √ √ √ √
R-32 √ √ √ √ √ - -
R-33 √ √ √ √ √ √ √
R-34 √ √ √ √ √ √ √
R-35 √ √ √ √ - √ √
R-36 √ √ √ √ √ √ √
Jumlah
siswa yang
melakaukan
36 33 36 34 32 29 23
Presentase
(%) 100% 91,67% 100% 94,44% 88,89% 80,56% 63,89%
Jumlah
siswa yang
tidak
melakaukan
0 3 0 2 4 7 13
Presentase
(%) 0% 8,23% 0% 5,56% 11,11% 19,44% 36,11%
291
Lampiran 19
CATATAN HARIAN SISWA SIKLUS I
Nama siswa :
Kelas/No. Absen :
1. Apakah kamu tertarik mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung? Jelaskan!
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalaui model pembelajarran koperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung yang baru saja dilakukan?
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Kemudahan dan kesulitan apa yang kamu alami selama pembelajaran menulis
karangan deskripsi yang baru saja dilakukan? Jelaskan!
292
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Tulislah hal-hal yang ingin kamu kemukakan berkaitan dengan pembelajaran
menulis karangan deskrispi yang baru saja dilakukan!
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
293
Lampiran 20
CATATAN HARIAN SISWA SIKLUS II
Nama siswa :
Kelas/No. Absen :
1. Apakah kamu tertarik mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung? Jelaskan!
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalaui model pembelajarran koperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung yang baru saja dilakukan?
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Kemudahan dan kesulitan apa yang kamu alami selama pembelajaran menulis
karangan deskripsi yang baru saja dilakukan? Jelaskan!
294
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Tulislah hal-hal yang ingin kamu kemukakan berkaitan dengan pembelajaran
menulis karangan deskrispi yang baru saja dilakukan!
Jawaban
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
295
Lampiran 21
DESKRIPSI HASIL CATATAN HARIAN GURU SIKLUS I
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam catatan harian guru adalah
sebgai berikut.
1. Bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung?
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik
pengamatan objek langsung dapat terlihat pada awal pembelajaran akan
dimulai. Siswa terlihat cukup siap dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi. Hanya ada beberapa siswa saja yang terlihat sedang
mengobrol sendiri.
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi dari awal sampai akhir?
Sebagian siswa sudah terlihat aktif dalam mengikuti pembelaja ran menulis
karangan deskripsi. Beberapa siswa ada yang bertanya ketika mengalami
kesulitan. Selain itu, siswa juga berani menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu. Sebagian besar siswa juga
sudah memperhatikan penjelasan guru dan serius mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi dari awal sampai akhir pembelajaran.
296
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung?
Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan oleh
guru. Hal ini terlihat saat siswa mengamati contoh karangan deskripsi yang
diberikan oleh guru. Siswa cukup antusias untuk menemukan berbagai hal
yang berkaitan dengan karangan yang ada pada contoh karangan deskripsi
tersebut.
4. Bagaimana suasana pembelajaran yang berlangsung?
Situasi/suasana kelas pada saat pembelajaran menulis karangan deskripsi
sudah cukup kondusif. Namun, sebagian siswa masih kurang serius mengikuti
pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa perilaku siswa yang
belum serius saat guru menjelaskan tentang tugas kelompok, yaitu melakukan
diskusi untuk menentukan kata kunci dari objek yang diamati secara
langsung, siswa kurang terkendali. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung
lama. Setelah siswa jelas dengan tugas yang diberikan oleh guru, siswa
langsung menuju objek yang akan diamati.
5. Bagaimana tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan
guru (peneliti)?
Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dan teknik pengamatan objek langsung yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi sebagian besar merasa
297
tertarik dan senang karena baru pertama kali mereka menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dan dibantu oleh teknik objek langusng. Kebanyakan siswa tertarik
dan tidak bosan dalam pembelajaran karena siswa dapat mengamati objek
secara langsung sehingga memudahkan dalam menulis karangan deskripsi.
298
Lampiran 22
DESKRIPSI HASIL CATATAN HARIAN GURU SIKLUS II
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam catatan harian guru adalah
sebgai berikut.
1. Bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence
dengan teknik pengamatan objek langsung?
Siswa semakin siap dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada
siklus II. Hal tersebut dikarenakan mereka sudah tidak asing lagi dengan
pengajar dan teknik , serta model mengajar yang digunakan oleh guru.
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis dapat terlihat pada
awal pembelajaran akan dimulai. Siswa terlihat cukup siap dalam mengikuti
pembelajaran menulis karangan deskripsi. Hal itu terlihat dari sebagian besar
siswa sudah mempersiapkan buku dan hampir tidak ada siswa yang masih
mengobrol sendiri.
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
deskripsi dari awal sampai akhir?
Sebagian besar siswa sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah
tidak malu-malu lagi untuk bertanya ketika mengalami kesulitan. Selain itu,
siswa juga selalu berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
tanpa harus ditunjuk. Hampir semua siswa memperhatikan dan menyimak
penjelasan dari guru. Siswa juga terlihat serius mengikuti pembelajaran
menulis karangan deskripsi dari awal sampai akhir pembelajaran.
299
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung?
Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran menulis
karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan oleh
guru. respon positif tersebut ditunjukkan dengan keaktifan dan keantusiasan
siswa selama mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Siswa
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti dengan tertib.
4. Bagaimana suasana pembelajaran yang berlangsung?
Situasi/suasana kelas pada saat pembelajaran menulis karangan deskripsi
sudah cukup kondusif. Situasi dan suasana kelas saat pembelajaran
berlangsung juga dapat terkendali dengan baik. Tidak ada fenomena-
fenomena mencolok yang muncul saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tertib.
5. Bagaimana tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung yang dilakukan
guru (peneliti)?
Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dan teknik pengamatan objek langsung yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi sebagian besar merasa
tertarik dan senang karena baru pertama kali mereka menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept
sentence dan dibantu oleh teknik objek langusng. Kebanyakan siswa tertarik
300
dan tidak bosan dalam pembelajaran karena siswa dapat mengamati objek
secara langsung sehingga memudahkan dalam menulis karangan deskripsi.
301
Lampiran 23
HASIL WAWANCARA SIKLUS I
Pewawancara : Tika Septiani
Tempat : SMA Negeri Wangon
Nama Responden : Krisnowati
No. Responden : 14
Kategori Nilai : Tinggi
Hasil Wawancara:
1. Berminat, karena model dan teknik yang digunakan dapat membuat
pembelajaran terkesan santai, tidak menegangkan, dan tidak membosankan.
2. Senang, karena pembelajaranya terkesan santai dan mudah dipahami.
3. Tidak. Saya tidak mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi.
4. Iya. Model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik
pengamatan objek langsung sangat membantu saya dalam menulis karangan
deskripsi dan memotivasi saya untuk belajar karangan deskripsi.
302
Pewawancara : Tika Septiani
Tempat : SMA Negeri Wangon
Nama Responden : Noni Widayati
No. Responden : 22
Kategori Nilai : Sedang
Hasil Wawancara:
1. Berminat. Karena ini merupakan pengalaman baru bagi saya dan tidak
membosankan.
2. Senang, karena pembelajaranya tidak membosankan.
3. Ada. Masih kesulitan dalam mengembangkan kerangka karangan dan
penggunaan ejaan dan tanda baca.
4. Iya. Model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik
pengamatan objek langsung cukup membantu saya dalam menulis karangan
deskripsi sehingga memotivasi saya untuk belajar karangan deskripsi.
303
Pewawancara : Tika Septiani
Tempat : SMA Negeri Wangon
Nama Responden : Satrio Adi Wibowo
No. Responden : 35
Kategori Nilai : Rendah
Hasil Wawancara:
1. Kurang berminat, karena pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang
susah.
2. Cukup senang, karena dapat belajar sambil bermain sehingga tidak
membosankan.
3. Masih mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi, yaitu
menentukan kata yang tepat kemudian merangkainya menjadi sebuah
karangan deskripsi.
4. Lumayan. Model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik
pengamatan objek langsung tidak terlalu membantu saya dalam menulis
karangan deskripsi sehingga kurang memotivasi saya untuk belajar karangan
deskripsi.
304
Lampiran 24
HASIL WAWANCARA SIKLUS II
Pewawancara : Tika Septiani
Tempat : SMA Negeri Wangon
Nama Responden : Januaning Cahyani
No. Responden : 13
Kategori Nilai : Tinggi
Hasil Wawancara:
1. Berminat, karena model dan teknik yang digunakan dapat membuat
pembelajaran terkesan santai, dan tidak membosankan.
2. Senang, karena pembelajaranya mudah dipahami dan menjadikan menulis
karangan deskripsi menjadi mudah.
3. Tidak. Saya tidak mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi
karena telah dibantu dengan adanya kata kunci dan objek langsung.
4. Iya. Model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik
pengamatan objek langsung sangat membantu saya dalam menulis karangan
deskripsi. Dengan adanya kata kunci memudahkan saya untuk membuat
karangan, selain itu dengan teknik pengamatan objek langsung membuat saya
mudah dalam mendeskripsi sehingga memotivasi saya untuk belajar karangan
deskripsi.
305
Pewawancara : Tika Septiani
Tempat : SMA Negeri Wangon
Nama Responden : Oktivia Patriani
No. Responden : 27
Kategori Nilai : Sedang
Hasil Wawancara:
1. Berminat, karena model dan teknik yang digunakan dapat membuat
pembelajaran membosankan.
2. Senang, karena menjadikan menulis karangan deskripsi menjadi mudah.
3. Tidak. Saya tidak mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi
karena telah dibantu dengan adanya kata kunci dan objek langsung.
4. Iya. Model dan teknik tersebut memotivasi saya untuk belajar karangan
deskripsi dan membantu saya dalam menulis karangan deskripsi.
306
Pewawancara : Tika Septiani
Tempat : SMA Negeri Wangon
Nama Responden : Iis Tantiah
No. Responden : 12
Kategori Nilai : Rendah
Hasil Wawancara:
1. Berminat, karena tidak membosankan.
2. Senang, karena menjadikan menulis karangan deskripsi menjadi mudah.
3. Ada. Saya masih sedikit kesulitan untuk merangkai kerangka karangan
menjadi karangan deskripsi.
4. Iya. Model dan teknik tersebut cukup memotivasi saya untuk belajar karangan
deskripsi dan cukup membantu saya dalam menulis karangan deskripsi,
meskipun saya masih sedikit sulit dalam menulis karangan deskripsi.
307
Lampiran 25
CONTOH KARANGAN DESKRIPSI SIKLUS I DAN SIKLUS II
Contoh Karangan Deskripsi Siklus I
Gerobak itu berbentuk kotak persegi panjang. Dua setengah meteran
panjangnya, dengan lebar dan tinggi tidak lebih dari satu meter. Ada sebuah roda
kecil di masing-masing sisi gerobak, dengan kayu menjulur di keempat sudutnya
sebagai sandaran.
Keseluruhan sisi gerobak itu berbahan seng yang mulai berkarat, dengan
tambalan seng-seng bekas reklame di banyak sisi—mungkin juga diniatkan
sebagai hiasan, meski kusam dan kotor. Ada gambar perempuan cantik yang
mengiklankan produk perawatan rambut, ada potret seorang aktor terkemuka
menawarkan obat pusing, ada moncong sebuah mobil yang muncul dari satu sisi
ke sisi depan gerobak, seakan-akan menjadi petunjuk arah bagi gerobak itu
berjalan.
Sisi belakang gerobak itu menjadi pintu keluar-masuk, yang terbagi
menjadi dua sisi, atas-bawah, yang bisa berfungsi sebagai jendela ketika pintu
bawah tertutup dan pintu atas terbuka. Sepasang pegangan kayu yang terjulur
kaku seakan-akan menjadi pagar yang menghalangi siapa pun untuk datang ke
pintu itu, kecuali untuk mereka berdua, sebagaimana mereka juga tak punya
banyak ruang di luar gerobak itu.
308
Contoh Karangan Deskripsi Siklus II
Kecantikan Seorang Angelia
Kecantikan seorang gadis Manado bernama Angelia atau Angel, yang
belum bertahun-tahun kukenal itu pun melengkapi kegamumanku sekaligus
kebingunganku. Dia memang cantik jelita. Kulitnya cerah, yang bila berjalan
bagaikan menatari berkelana di jalanan pelosok bumi. Alisnya hanya seluas sisa
gerhana bulan. Sinar matanya selalu menjinakkan keresahan atau kemarahan
setiap orang yang bertatap langsung dengannya. Bibir merahnya tersapu merah
muda tanpa polesan buatan manusia, bahkan lebih mewah daripada hadiah-
hadiah raja. Hidungnya yang ramping dan ramah, segera menyapa terlebih dahulu
pada siapa saja. Pipinya halus melebihi sutera termahal, membuat siapa pun tidak
tega menyentuhnya. Dagunya cembung mulus, menggantungkan pesona
melelapkan. Rambutnya bak sutera hitam alami yang indah menjalari
punggungnya. Jemarinya lentik, tetapi gerakannya tidak pernah genit.
309
Lampiran 26 Contoh Teknik pengamatan objek langsung
Lapangan Olahraga
Perpustakaan
310
Tempat Parkir
Koperasi Sekolah
311
Green House
Mushola
312
Halaman Sekolah
Laboratorium IPA
313