Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

19
Penilaian Status Gizi Pada Anak Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu : 1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengantabel standar. 2. Mengukur ketebalan lipatan kulit.Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung ( kaliper).Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5cm pada wanita. 3.Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak) 4.Menghitung indeks massa tubuh ( IMB), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) (BB/TB) dan berat badan (dalam kilogram) atau tinggi badan (dalam meter) dibagi dengan umur (dalam tahun). Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita. Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Umur.

Transcript of Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Page 1: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Penilaian Status Gizi Pada Anak

Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu :

1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengantabel standar.

2. Mengukur ketebalan lipatan kulit.Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan

trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat

diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung ( kaliper).Lemak dibawah kulit

banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm

pada laki-laki dan sekitar 2,5cm pada wanita.

3. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah

otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak)

4. Menghitung indeks massa tubuh ( IMB), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi

badan (dalam meter) (BB/TB) dan berat badan (dalam kilogram) atau tinggi badan (dalam

meter) dibagi dengan umur (dalam tahun). Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap

normal untuk pria dan wanita.

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya

adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam

pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang

dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Umur.

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan

akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan

maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya

kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.

Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah

1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam

bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa

jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang

mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat

badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau

Page 2: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran

dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan

paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja

tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan

perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari

keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan

gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan

kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U

( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi

Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya

hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan

gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang

menahun ( Depkes RI, 2004).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk

menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.

Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk

melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka

dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.

Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD

diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat

serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

NoIndeks yang

dipakaiBatas

PengelompokanSebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

Page 3: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

  - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

  - 2 s/d +2 SD Gizi baik

  > +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi

yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut

Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-

nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang

populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku

(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

NoIndeks yang digunakan

InterpretasiBB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++

Page 4: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan

mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan

(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku

Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000

oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di

interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat

pada tabel 2.

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 5: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Untuk memperjelas penggunaan rumus Z skor dapat dicontohkan sebagai berikutDiketahui BB= 60 kg TB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSAge Standard Deviations

Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHSStature Standard Deviations

cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSStature Standard DeviationsYr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd

15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Jadi untuk indeks BB/U adalah= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD= status gizi gemuk

Page 6: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Tatacara Pemeriksaan Anak Dengan Gizi Buruk

Pemeriksaan Penunjang 

1. Pemeriksaan Darah

- Hb (diperiksa untuk mengetahui adanya anemia).

- Jumlah leukosit (untuk mengetahui adanya infeksi sekunder);

meningkat berarti adanya sekunder infeksi, hematokritnormal,

- Apusan darah tepi normal (untuk mengetahui adanya anemia), differensialcount

(menunjukkan adanya gambaran shift to the right yang artinya pada pasien

initelah terjadi infeksi yang kronik)

- Albumin dan Protein total (untuk menentukan tipe gizi buruk)

- Ureum dan Kreatinin untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal

- Kolesterol dan Trigliserida (untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan

sintesis kolestrol dan Trigliserida akibat malabsorbsi lipid karena defisiensi garam

Page 7: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

empedu, gangguan konjugasi hepar, atrofi vili mukosa intestinal, defisiensi enzim

lipase

- Glukosa Darah (diperiksa untuk mengetahui ada atau tidaknya

hipoglikemia)

- SGOT & SGPT (untuk mengetahui fungsi hati sebelum dan setelah pemberian

obat – obatan dan kerusakan hati akibat gangguan metabolisme)

- Elektrolit (untuk mengetahui gangguan elektrolit akibat intake mikro dan makro

nutrien yang kurang atau gangguan faal ginjal

2. Pemeriksaan Urin Rutin dan Kultur Urin

Pemeriksaan Urin Rutin dan Kultur Urin bertujuan untuk mendeteksi kelainan fungsi

ginjal dan infeksi yang terdapat dalam saluran kemih)

3. Pemeriksaan Rekam Jantung/EKG

Pemeriksaan Rekam Jantung/EKG betujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

kelainan pada jantung akibat degenerasi otot jantung atau hipokalemia dan

hipomagnesemia

4. Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax

Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan pada

paru-paru akibat infeksi, inflamasi dan lain sebagainya yang merupakan komplikasi

serius pada gizi buruk

5. Pemeriksaan Foto Polos Abdomen

Pemeriksaan Foto Polos Abdomen bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

kelainan gastrointestinal dan kerusakan organ dalam intra abdomen seperti hepar,

intestinal dan pankreas

6. Tes Mantoux

Tes Mantoux dilakukan bila penderita malnutrisi dicurigai mengalami komplikasi

infeksi tuberculosis. Infeksi TBC merupakan salah satu komplikasi yang sering

dijumpai pada penderita gizi buruk karena fungsi daya tahan tubuh penderita yang

menurun

Page 8: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Alur Pemeriksaan Anak Gizi Buruk

Penentuan Status Gizi Anak

Page 9: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Klasifikasi Tanda Bahaya

KOMPLIKASI

A. Kwarshiokor

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksidikarenakan lemahnya

sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensialuntuk tumbuh tidak akan pernah

dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik

mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-

anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan

dari kwashiorkor adalah

1. Defisiensi zat besi dan asam folat

Defisiensi dan infeksi menahun menyebabkan kelainan pada sumsum tulang yang

menyebabkan hipoplasia sampai aplasia sumsum tulang yang mengganggu

pembentukan darah, sehingga menyebabkan anemia. Selain itu kurangnya intake

substansi essensial pembentukan darah seperti ferrum dan vitamin B kompleks (vit B1,

Folat,B6) merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan anemia atau memperburuk

anemia yang telah terjadi.

Page 10: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

2. Hiperpigmentasi kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih lebar

dan dalam. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar

penderita ditemukan perubahan kulit yang khas pada penyakit kwarshiokor, yaitu crazy

pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan

tepi hitam ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang sering mendapatkan tekanan.

Terutama bila tekanan itu terus menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau

ekskreta seperti pada bokong, fossa poplitea, lutut, lipat paha, paha. Perubahan kulit

dimulai dari munculnya bercak-bercak kecil merah yang kemudian dalam waktu

singkat bertambah dan berpadu menjadi warna hitam.

3. Edema anasarka

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat, edemanya

bersifat pitting edema. Terjadinya edema disebabkan karena hipoalbuminemia akibat

defisiensi asam amino yang merupakan bahan essensial pembentuk albumin, gangguan

dinding kapiler dan hormonal akibat gangguan eliminasi ADH

4. Imunitas menurun sehingga mudah infeksi

Defisiensi protein yang terjadi pada kwarshiokor juga menyebabkan gangguan

pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek imunitas seluler, dan

gangguan sistem komplemen

5. Diare karena terjadi atrofi epitel usus

Diare terdapat pada sebagian besar  penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama

yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.

Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat

defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi

mukosa usus halus.

6. Hipoglikemia

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang

demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya

dapat diberikan dengan sonde lambung, sehingga resiko hipoglikemia dapat terjadi

pada penderita kwarshiokor. Intoleransi laktosa karena defisiensi laktase yang

mengakibatkan diare dapat memperberat hipoglikemia yang terjadi pada pasien.

7. Gangguan Elektrolit (Hipokalemia, hipomagnesemia)

Edema karena hipoalbuminemia dan diare karena gangguan gastrointestinal (atrofi vili

mukosa intestinal, malabsorbsi lemak dan intoleransi laktosa) merupakan dua faktor

Page 11: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

penyebab dehidarasi yang terjadi pada penderita kwashiorkor. Dehidrasi lambat laun

akan menyebabkan terjadinya gangguan elektrolit dan gangguan asam dan basa.

8. Gangguan Fungsi Hepar

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hatiyang hampir

semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering jugaditemukan tanda fibrosis,

nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakanhati terjadi akibat defisiensi faktor

lipotropik

9. Gangguan Fungsi Ginjal

Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrofi glomerulus sehingga GFR

menurun

10. Gangguan Fungsi Jantung

Miodegenerasi jantung karena atrofi otot jantung dan hipokalemi serta hipomagnesemia

diduga menyebabkan terjadinya gangguan jantung pada penderita kwarshiorkor.

11. Refeeding syndrome

adalah salah satu komplikasi metabolik dari dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi

berat yang ditandai oleh hipofosfatemia,hipokalemia, dan hipomagnesemia. Hal ini

terjadi sebagai akibat perubahan sumber energi utama metabolisme tubuh, dari lemak

pada saat kelaparan menjadi karbonhidrat yang diberikan sebagai bagian dari dukungan

nutrisi, sehingga terjadi peningkatan kadar insulin serta perpindahan elektrolit yang

diperlukan untuk metabolism intraseluler. Secara klinis pasien dapat mengalami

disritmia, gagal jantung, gagal napas akut, koma paralisis, nefropati, dan disfungsi hati.

Olehsebab itu dalam pemberian dukungan nutrisi pada pasien malnutrisi berat perlu

diberikan secara bertahap

B. Marasmus

Komplikasi yang mungkin dan paling sering terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) adalah defisiensi

Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia, gagal tumbuh serta

keterlambatan perkembanganmental dan psikomotor.a.

1. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi Vitamin A Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.

Malabsorbsi ini dijumpaipada anak yang menderita malnurtrisi, sering terjangkit infeksi enteritis,

salmonelosis, infeksi saluran nafas)atau pada penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak,

masukan lemak yang kurang dapat menimbulkan gangguan absorbsi

2. Infestasi Cacing

Page 12: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi khususnya gastroenteritis.

Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat

pada anak dengan gizi kurang.

3. Tuberkulosis

Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk

“tuberkolosis primer”.Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe pada pangkal

paru (kelenjar hilus), yang terletak dekatbronkus utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran

menghebat, penekanan pada bronkus mungkin dapatmenyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada

udara yang dapat memasuki bagian paru, yang selanjutnya yangterinfeksi. Pada sebagian besar kasus,

biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadappenyakit ini. Pada anak dengan

keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecahkan ke dalambronkus, menyebarkan

infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.

4. Bronkopneumonia

Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot yang menyeluruh atau

menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batuk dengan

baik untuk menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia,

yang mungkin mengenaibanyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).

5. Noma

Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein berat yang perlu

segeraditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan

lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk

yang sangat keras. Luka bermuladengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap

berikutnya bintik ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga

dari luar akan terlihat lubang kecil dan berbau busuk

DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 2007. Behrman Kliegman Avein : Marasmus-Kwarshiorkor. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Staf Pengajar IKA FK UI. 2007. Gizi Buruk Pada Anak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit FK UI

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Available at www.diskes.jabarprov. Diakses Tanggal 16 September 2012

Page 13: Penilaian Status Gizi Buruk Pada Anak

Puone T, Sanders D, Chopra M,. 2001. Evaluating the Clinical Management of Severely Malnourished Children. A Study of Two Rural District Hospital. Afr Med J 22: 137-141

Golden M.H.N., 2001. Childhood Malnutrition: Its consequences and mangement. What is the etiology of kwashiorkor? Surakarta: Joint symposium between Departement of Nutrition & Departement of Paediatrics Faculty of Medicine, Sebelas Maret University and the Centre for Human Nutrition,University of Sheffielob UK, 1278-1296