PENILAIAN EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM …repository.fisip-untirta.ac.id/914/1/SKRIPSI FIX.pdf ·...
Transcript of PENILAIAN EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM …repository.fisip-untirta.ac.id/914/1/SKRIPSI FIX.pdf ·...
i
PENILAIAN EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura
II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh:
Hotmartua Mangapul Purba
66621100663
KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2016
v
“I can do all things through CHRIST which strengtheneth me
Philippians 4: 13”
Skripsi ini Ku persembahkan
Untuk bapak, mama, dan kedua adikku
Yang telah banyak melimpahkan kasih sayang dan motivasi
Terimakasih untuk setiap kesabaran yang kalian berikan untukku
Your son and brother,
Hotmartua Mangapul Purba
vi
ABSTRAK
Hotmartua Mangapul Purba. NIM 6662110663. Skripsi PENILAIAN
EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM CSR BANDARA INTERNASIONAL
SOEKARNO-HATTA (STUDI EVALUATIF PROGRAM BINA LINGKUNGAN
PEMBERIAN AMBULANS PT ANGKASA PURA II (PERSERO) PADA WARGA RT
02 RW 01 KELURAHAN SUKA ASIH KECAMATAN TANGERANG KOTA
TANGERANG). Pembimbing I: Naniek Afrilla Framanik, S.Sos., M.Si dan
Pembimbing II: Husnan Nurjuman, S.Ag. M.Si.
Perkembangan cara pandang terhadap CSR semakin kuat dari waktu kewaktu dimana
konsep bentuk perbuatan yang bersifat sukarela (voluntary) telah bergeser secara
perlahan – lahan menuju bentuk perbuatan atas dasar kewajiban (obligation) baik itu
berbentuk kewajiban moral maupun kewajiban yuridis. Tujuan dari pada penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada suatu program CSR dapat
berjalan, yang dapat dilihat dari pada pengambilan keputusan pelaksanaan CSR
khususnya pada Program Bina Linkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II
(Persero), lalu juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi dari pada
program ini, serta bertujuan pula untuk memberikan pengetahuan bahwa dari evaluasi
kita dapat melihat hasil dan dampak yang dapat dirasakan pada para stakeholders.
Teori Stakeholders merupakan teori yang menjadi dasar dari pada penelitian ini,
masyarakat yang telah menjadi dasar keberadaan tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan sosial. Melalui konsep Relationship Management juga
dijelaskan bahwa Public Relations memiliki arti penting di dalam kegiatan program
tanggung jawab sosial perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah
Kuantitatif Deskriptif, yang dimana sebuah uji validitas didukung dengan keberadaan
sumber pernyataan deskriptif menurut para ahli. Hasil dari pada Evaluasi Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans menunujukkan bahwa Evaluasi Pengambilan
Keputusan terbilang kuat mendapatkan perolehan persentase sebesar 73,1%, Evaluasi
Pelaksanaan terbilang kuat menunjukkan perolehan persentase sebesar 72%, dan
Evaluasi Hasil dan dampak terbilang kuat menunjukkan perolehan sebesar 74,9%.
Kata kunci: Relationship Management, Corporate Social Responsibility, Evaluasi,
Teori Stakeholders
vii
ABSTRACT
Hotmartua Mangapul Purba. NIM 6662110663. Skripsi. Evaluative Assessment
Through Soekarno-Hatta’s International Airport Corporate Social
Responsibility Program (Evaluative Study Development Program Grant of
Ambulance PT Angkasa Pura II (Persero) On Citizen of RT 002 RW 01 Suka
Asih Village, Tangerang Sub, Tangerang City). Supervisor I: Naniek Afrilla
Framanik, S.Sos., M.Si and Supervisor II: Husnan Nurjuman, S.Ag. M.Si.
The development way of looking towards CSR increasingly powerful from time to
time where the concept of the form of the Act is voluntary (voluntary) has shifted
gradually toward a form of deed on the basis of the obligation (obligation) be it
shaped a moral obligation as well as juridical obligations. The purpose of this
research is to find out how the evaluation at a CSR programs can run, which can be
seen from decision making on CSR implementation in particular on Community
Development Program, Granting an ambulance PT Angkasa Pura II (Persero), then
also aimed to find out how the implementation of this program, as well as a aims to
provide the knowledge that we can see from the evaluation of results and impact can
be felt on the stakeholders. The theory of Stakeholders is a theory that is the basis of
this research, the community that has formed the basis of the existence of corporate
responsibility towards the social environment. Through the concept of Relationship
Management also explained that Public Relations have significance in the activities of
the Corporate Social Responsibility program. The research method used is
Descriptive Quantitative, in which a test of validity is backed with the existence of
sources of descriptive statements according to experts. The results of the evaluation
on the Community Development Program grant of Ambulance menunujukkan that
the Evaluation Decision Making is quite strong with percentage earnings gain of
73,1%, Evaluation of the Implementation of the acquisition is quite strong, shows the
percentage of 72%, and the Evaluation of Results and Impact is quite strong
demonstrated acquisition of 74,9%.
Keywords: Relationship Management, Corporate Social Responsibility, Evaluation,
Stakeholders Theory.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang maha Agung
pemilik alam semesta yang menggenggam jiwa raga semua mahluk-Nya, karena atas
kasih dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah
satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi Ilmu
Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan
skripsi yang berjudul “Penilaian Evaluatif Program CSR Bandara Internasional
Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT
Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang) ” sangat peneliti harapkan. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan bimbingannya
dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ix
4. Bapak Darwis Sagita, S. Ikom., M.Ikom selaku wakil Prodi ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Dr. Rangga Galura Gumelar., M.Si selaku dosen pembimbing
akademik.
6. Ibu Naniek Afrilla F, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing I skripsi yang
sudah berkenan meluangkan waktunya untuk membantu, memberikan arahan
serta masukan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih ibu.
7. Bapak Husnan Nurjuman, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing II skripsi
yang sudah berkenan meluangkan waktunya untuk membantu, memberikan
arahan serta masukan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima
kasih pak.
8. Bapak M Yasser Khalex selaku Junior Manager Unit Humas PT Angkasa
Pura II (Persero) Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-
Hatta yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memeriksa,
memberikan saran, dan dukungan.
9. Bapak Sukarno selaku kepala unit Humas Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
10. Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang
11. Kedua orang tuaku yang aku sayangi Bapak Bachtiar Purba dan Ibu
Kerbalima Manalu, terimakasih atas do‟a dan dukungan yang tak pernah
putus, juga untuk kesabarannya hingga saat ini serta memberi dukungan yang
tidak pernah habis.
x
12. Adikku tersayang, Hariman Purba dan Diana Febri Nauli Purba terimakasih
atas doa, dukungan, motivasi dan keceriaan yang selalu diberikan untuk
penulis.
13. Hanna Rouli, yang selalu menjadi motivator disaat malas menyerang, yang
menjadi obat dikala rindu datang, yang selalu bisa diharapkan, yang selalu
menjadi cinta disaat keberadaan terpuruk sekalipun, yang selalu tau
sebagaimana adanya diri penulis, yang selalu bisa diandalkan, dan yang
selalu berada di hati penulis sampai kapanpun, terimakasih.
14. Tanjung, Boigusman, Bennedict, Shandy, Kemal, Edi, Timbul, Cipuy, Andre,
David, Gunawan, Bedul, Gani, Hengki, dan Randi yang selalu menjadi
penyemangat dan penghibur bagi penulis dari awal perkuliahan sampai saat
ini.
15. A5rama Polwan, Dhio, Lucky, Samuel, Aldo, Vina, Kirana, Eric, Bagas, Didi,
Yasser, Acil, Intan, Anas, Diaz, yang selalu menyediakan waktu bertukar
imajinasi akan kehidupan masa depan.
16. U.M.I Clan, Apri, Johan, Taufik, Togi, Agung, Idam, Reiambon, Vidi, Bidin,
Fikri, Dini, Ica, Teti, Ami, dan lain-lain yang selalu menjadi tempat bernaung
dikala haus dan lapar menyerang.
17. Teman-teman satu angkatan Komunikasi 2011 untuk hari-hari penuh warna.
18. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
xi
Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Tuhan
Yang Maha Esa, terimakasih untuk segalanya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.
Terimakasih.
Serang, Mei 2016
Hotmartua Mangapul Purba
xii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ i
LEMBAR PERSUTUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 13
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 15
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 15
1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1Definisi Komunikasi ....................................................................... 16
2.1.1 Fungsi Komunikasi ............................................................... 17
xiii
2.1.2 Proses Komunikasi ................................................................ 19
2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi ...................................................... 22
2.2 Komunikasi Organisasi .................................................................. 25
2.2.1 Penggolongan Komunikasi dalam Organisasi ...................... 26
2.3 Public Relations ............................................................................. 32
2.4 Relationship Management .............................................................. 37
2.5 Corporate Social Responsibility .................................................... 48
2.5.1 Definisi .................................................................................. 48
2.5.2 Ruang Lingkup CSR .............................................................. 53
2.5.3 Jenis-jenis CSR ...................................................................... 56
2.5.4 Proses Pelaksanaan CSR ....................................................... 63
2.6 Evaluasi Public Relations .............................................................. 68
2.6.1 Komponen Evaluasi PR ........................................................ 73
2.6.2 Manfaat Evaluasi PR ............................................................. 78
2.7 IPR PRE Process............................................................................ 79
2.8 Teori Stakeholder ........................................................................... 82
2.8.1 Identifikasi Stakeholder ........................................................ 85
2.9 Kerangka Berpikir .......................................................................... 89
2.10 Operasional Variabel .................................................................... 92
2.11 Hipoteis ........................................................................................ 93
2.12 Penelitian Terdahulu .................................................................... 93
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian ...................................................................... 97
3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................... 98
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 100
xiv
3.4 Sumber Data ................................................................................... 102
3.4.1 Populasi ................................................................................. 102
3.4.2 Sampel ................................................................................... 103
3.5 Teknik Sampling ............................................................................ 104
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 105
3.7 Analisis Data .................................................................................. 109
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ......................................................... 110
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 111
4.1.1 Company Profile PT Angkasa Pura II ................................... 111
4.1.2 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ........................... 118
4.2 Deskripsi Data ................................................................................ 125
4.2.1 Analisis Data Responden ...................................................... 125
4.2.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian ............................................ 131
4.3 Analisis Deskripsi Presentase Penelitian ....................................... 165
4.4 Pembahasan .................................................................................... 170
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 185
5.2 Saran ............................................................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 188
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Pengguna Ambulans ............................................................. 12
Tabel 2.1 IPR PRE Process ........................................................................... 80
Tabel 2.2 Operasional Variabel ..................................................................... 92
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 94
Tabel 3.1 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert ...................................... 100
Tabel 3.2 Data Jumlah Warga Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang
Kota Tangerang ............................................................................. 101
Tabel 3.3 Sampel Berstrata Proporsional ...................................................... 104
Tabel 3.4 Tingkat Realibilitas Berdasarkan Nilai Alpha .............................. 106
Tabel 3.5 Hasil Penghitungan Validitas ........................................................ 106
Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Uji Realibilitas .............................................. 107
Tabel 3.7 Kriteria Analisis Deskriptif Presentase ......................................... 109
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................. 125
Tabel 4.2 Usia Responden ............................................................................. 126
Tabel 4.3 Pernyataan Responden .................................................................. 128
Tabel 4.4 Pekerjaan Responden .................................................................... 129
Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden ................................................... 130
Tabel 4.6 Responden Mengetahui Keberadaan Program Bina
Lingkungan.................................................................................... 131
Tabel 4.7 Sebelum Adanya Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II ...................................................... 134
Tabel 4.8 Responden mengetahui Pemberian Ambulans Bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang .................................... 136
Tabel 4.9 Responden Mengetahui Tujuan dari pada Program Bina.............. 138
xvi
Tabel 4.10 Rsponden Mengetahui PT Angkasa Pura II Paham akan
Kebutuhan Masyarakat .................................................................. 141
Tabel 4.11 Responden Mengetahui bahwa Isu Kesehatan Merupakan
Permasalahan Utama ..................................................................... 143
Tabel 4.12 PT Angkasa Pura II Sudah Tepat Bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang untuk Optimalisasi Layanan
Kesehatan ...................................................................................... 145
Tabel 4.13 Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa
Pura II Merupakan Pemberian yang Tepat pada Lingkungan
Sekitar............................................................................................ 146
Tabel 4.14 Responden mengetahui Pihak PT Angkasa Pura II Melakukan
Survei terhadap Lingkungan dalam Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans .................................................................... 148
Tabel 4.15 Tahap Survey PT Angkasa Pura II Dilakukan dengan Baik ......... 150
Tabel 4.16 Survei Pemberian Ambulans Melibatkan Lingkungan Sekitar ..... 151
Tabel 4.17 Ambulans yang Dieberikan Sudah Sangat Memenuhi Kriteria
Dalam Mengoptimalisasikan Kesehatan Lingkungan ................... 153
Tabel 4.18 Prosedural Penggunaan Ambulans Tidak Sulit ............................. 154
Tabel 4.19 Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II Pemberian
Ambulans sangat Memudahkan untuk Mendapatkan Sarana
Pengobatan yang Maksimal .......................................................... 155
Tabel 4.20 Responden Mengikuti Perkembangan dan Pengawasan
Pelaksanaan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans .... 157
Tabel 4.21 Responden Mendapatkan Manfaat dengan Adanya Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans ....................................... 158
Tabel 4.22 Dengan Adanya Orogram Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans maka Masyarakat Terbantu untuk mendapatkan
Akses Layanan Kesehatan ............................................................. 160
xvii
Tabel 4.23 Tujuan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Menguntungkan Masyarakat ......................................................... 161
Tabel 4.24 Sangat Puas terhadap Prgoram Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II ...................................................... 162
Tabel 4.25 Penilaian Sangat Baik ditujukan pada Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans ................................................ 164
Tabel 4.26 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ......................................... 165
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Modifikasi Community Relations .................................. 72
Gambar 2.2 Kategori Stakeholder ................................................................ 86
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir .................................................................... 91
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II (Persero) ................... 113
Gambar 4.2 Nilai-Nilai Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) ............. 115
Gambar 4.3 Logo PT Angkasa Pura II (Persero) ......................................... 116
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuisioner .................................................................................. 191
Lampiran 2 Data Jawaban Responden ......................................................... 194
Lampiran 3 Buku Bimbingan ....................................................................... 200
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Mencari Data ....................................... 202
Lampiran 5 Surat Keterangan Pengerjaan Skripsi ....................................... 204
Lampiran 6 Riwayat Hidup .......................................................................... 205
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengorganisasian yang baik ditengah-tengah kondisi persaingan bisnis
sangatlah menentukan keberadaan sebuah perusahaan. Keberadaan sebuah
perusahaan ditunjukkan dengan berbagai hal yang mampu membuat pihak internal
dan eksternal mendukung jalannya kegiatan perusahaan. Pengorganisasian
merupakan upaya yang terkoordinasi dengan cara menentukan tugas dan
hubungan otoritas. Tugas-tugas khususnya mencakup rancangan organisasional,
spesialisasi pekerjaan, deskripsi kerja, spesifikasi kerja, rentang kendali, kesatuan
komando, koordinasi, rancangan pekerjaan, dan analisis kerja (David, 2009: 192).
Otoritas (authority) atau kewenangan biasanya muncul bersama – sama
dengan kekuasaan, tetapi pada organisasi, otoritas haruslah sah atau legitimate
yang berarti pemegang otoritas telah diberikan izin secara formal (authrorized
formally) oleh organisasi. Efektivitas organisasi bergantung pada seberapa besar
manajemen menerima “kekuasaan sah” (legitimate power) dari organisasi
(Morissan, 2009: 29).
Organisasi dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa
Inggris berasal dari perkataan latin organizare yang artinya to form as or in to a
whole consisting of interdependent or coordinate parts (membentuk sebagai suatu
menjadi keseluruhan dari bagian – bagian yang saling tergantung atau
2
terkoordinasikan) Secara harfiah organisasi berarti paduan dari bagian-bagian
yang satu sama lain saling tergantung (Soemirat Ardianto, 2004: 1.4).
Definisi lain dari organisasi menurut Everett M Rogers dan Rekha
Agarwala Rogers dalam bukunya Communication in Organizations adalah sistem
yang mapan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian kerja (a stable system of
individual who work together to achieve through hierarchy of ranks and division
of labor, common goals). Dari definisi organisasi ini dilihat beberapa hakikat
organisasi, pertama, bahwa organisasi merupakan sebuah sistem yang stabil atau
mapan dari segi hukum ataupun sosial; kedua, Organisasi merupakan sekumpulan
orang-orang yang melakukan kerja sama; ketiga, dalam suatu organisasi terdapat
jenjang atau hierarki kepangkatan atau karir (Soemirat Ardianto, 2004: 1,5).
Pada dasarnya setiap anggota organisasi dituntut untuk memiliki daya
adaptasi terhadap lingkungan eksernal, kehidupan internal organisasi juga
dianalisis dan dipahami dengan cara berbeda. Dalam aktivitas sebuah organisasi,
budaya organisasipun dapat terbentuk.
Mengutip apa yang dikemukakan oleh Stanley Darvis dalam bukunya
Managing Corporate Culture, Cambridge Mass: Ballinger Publishing Company,
halaman 1 bahwa budaya organisasi tidak berbeda dengan budaya perusahaan,
“Corporate Culture is the pattern of Shared beliefs and value that give the
members of an institution meaning and provide them with the rules for
behavior in their organization.”
3
“Budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang
memberikan makna bagi anggota sebuah isntitusi dan menjadikan
keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan / pedoman berperilaku dalam
organisasi.”
Dan sama seperti Davis, Charles Hamdten-Turner menggunakan istilah
budaya perusahaan dan mendefinisikannya sebagai,
“ways of life, ways of acting, feeling and thingking, which are learned by
group of people rather than being biologically determined.”
“Budaya adalah pandangan hidup, cara pandang sebagai dasar untuk
bertindak, mengungkapkan perasaan dan berpikir yang semuanya itu
merupakan hasil pembelajaran sekelompok orang yang tidak disebabkan
karena faktor keturunan.” (Achmad Sobirin, 2007: 131)
Budaya organisasi ataupun perusahaan terbentuk karena adanya hal-hal
yang mungkin saja terjadi didalamnya:
1. Keanggotaan sebuah organisasi umumya berasal dari individu-invidu
yang berbeda latar belakang, tata nilai dan budaya. Bahkan tujuan
masing-masing ketika bergabung dengan organisasi juga bisa berbeda.
Itulah sebabnya organisasi harus bisa memenuhi kebutuhan setiap
individu yang terlibat dalam organisasi agara pada saat yang sama
mereka mau membantu organisasi mencapai-tujuan-tujuannya.
2. Keberadaan masing – masing anggota organisasi bisa dikatakan tidak
bebas nilai karena sebelum bergabung dengan organisasi mereka telah
4
memiliki tata nilai dan budaya yang diadopsi dari tata nilai dan budaya
masyarakat diluar organisasi. Organisasi dengan demikian merupakan
bertemunya berbagai macam tata nilai dan budaya yang bahkan
memungkinkan terciptanya tata nilai dan budaya baru.
3. Sebagai sebuah masyarakat maka didalam organisasi terjadi interaksi
sosial para anggota. Akibatnya, hubungan di antara mereka juga bukan
hanya hubungan formal lebih dari itu terkadang lebih bersifat informal,
emosional, dan cultural.
Oleh karena itu secara tidak langsung budaya – budaya ini secara gradual
dibawa masuk baik oleh para pendiri organisasi, para pengelola maupun angota
organisasi lainnnya. Selanjutnya setelah tejadi proses kristalisasi dan internalisasi
di dalam organisasi, budaya masyarakat yang pada mulanya di luar jangkauan
organisasi (bersifat tidak terkendali) pada akhirnya menjadi bagian organisasi
(Achmad Sobirin, 2007: 127 – 128).
Organisasi tidak akan bisa mencapai tujuannya tanpa digiatkan oleh
manajemen. Manajemen merupakan kegiatan mengenali peran dan pentingnya
para pihak yang akan menunjang pencapaian tujuan perusahaan (Ismail Solihin,
2009: 3).
James A.F. Stoner dan Charles Wankel (1986; 4) memberikan batasan
manajemen sebagai berikut. Management is the process of planning, organizing,
leading, and controlling the efforts of organization members and of using all
other organizational resources to achieve stated organizational goals
5
(manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya
organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi). Menurut Stoner dan
Wankel bahwa proses adalah cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Dalam batasan manajemen diatas prosesnya meliputi:
1. Perencanaan, yaitu menetapkan tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan;
2. Pengorganisasian, yaitu mengoordinasikan sumber daya manusia serta
sumber daya lainnya yang dibutuhkan;
3. Kepempimpinan, yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik
mungkin;
4. Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan
jika tidak tercapai dilakukan tindakan perbaikan ( Dr. H. B. Siswanto,
M.Si2008: 2).
Scot M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broo menjelaskan “Public
Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang
mempengaruhi kesusksesan atau kegagalan organisasi tersebut.” (Scott M Cutlip,
dkk, 2006: 6)
Sebagai sebuah fungsi manajemen, PR dapat melakukan riset,
melaksanakan dan mengevaluasi secara rutin program – program aksi dan
komunikasi unuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk
6
kesuksesan tujuan organisasi atau perusahaan. Public Relations mempunyai ruang
lingkup kegiatan yang menyangkut banyak manusia (publik, masyarakat,
khalayak), baik di dalam (public intern) dan di luar (public ekstern). PR sebagai
komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu memberikan informasi kepada
khalayak dan kedalam meyerap reaksi dari khalayak.
Dalam bentuknya yang paling maju, PR adalah bagian proses perubahan
dan pemecahan masalah di organisasi yang dilakukan secara ilmiah. Praktisi PR
jenis ini menggunakan teori dan bukti terbaik yang ada untuk melakukan proses
empat langkah diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Keempat item
tersebut tidak dapat dipisahkan secara tegas seperti itu, sebab proses ini
berkelanjutan dan bersifat siklus dan diaplikasikan dalam setting yang dinamis
untuk mendefinisikan problem atau peluang.
Strategi pokok PR diarahkan untuk meningkatkan mekanisme komunikasi
dua arah antara perusahaan dengan sasaran PR agar hasil – hasil yang dicapai oleh
perusahaan dapat dikenal oleh sasaran PR, sehingga sasaran PR akan ikut
berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan khususnya dan tujuan
pembangunan nasional umumnya.
Sebuah esksitensi perusahaan tidak lepas daripada eksistensi PR.
Eksistensi PR pada setiap organisasi atau perusahaan merupakan suatu keharusan
fungsional dalam rangka memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada
masyarakat. PR merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta
7
penyebaran informasi kepada masyarakat. Salah satu caranya dengan melakukan
praktik publisitas atau juga disebut informasi publik.
Model praktik publisitas atau juga disebut informasi publik masih
merupakan model yang paling banyak digunakan. Banyak manager dan klien
jajaran atas melakukan kontrak kerja dengan PR profesional untuk menangani
publik internal dan publik eksternal dan peliputan media untuk membina
hubungan positif dan konsisten dengan pihak – pihak yang terlibat dengan
organisasi.
PR memiliki peran strategis untuk mewujudkan sasaran kesuksesan
perusahaan. Salah satu konsep penting PR adalah reputasi perusahaan. Reputasi
perusahaan dinilai penting karena stakeholdernya lebih peduli reputasi atau citra
dari perusahaan. Stakeholdernya menyadari bahwa image atau brand perusahaan
memiliki pengaruh kepada mereka.
Sebuah perusahaan yang citranya baik adalah yang bertanggungjawab dan
peduli lingkungan sekitarnya. Karena masyarakat atau komunitas sekitar
perusahaan merupakan salah satu stakeholder (Public External).
Menurut Anggoro, “Perusahaan – perusahaan yang memiliki reputasi
bagus umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang baik dengan para
pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat.
Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggan dalam organisasi
dan diantara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran,
baik internal maupun eksternal. Dam terakhir, meningkatkan kesetiaan para staff
8
perusahaan.” (http://ruangdosen.wordpress.com/2009/01/15/peran-pr-dalam-
membangun-citra-perusahaan-melalui-program-csr/)
Perusahaan harus bisa bertanggung jawab terhadap publik eksternal
khususnya yang berada di sekitar perusahaan. Tujuannya untuk tetap
mempertahankan eksistensi keberadaannya di tengah masyarakat.
Makin baik hubungan dengan komunitas, maka akan baik pula citra
organisasi perusahaan di mata komunitas, dan makin tinggi pula rasa bangga para
pekerja dan staf organisasi perusahaan tersebut pada perusahaannya (Yosal
Iriantara, 2007: 32).
Hubungan dengan komunitas sudah seharusnya diperhatikan dan
dibutuhkan tindakan manajemen didalamnya. Pada hakikatnya manajemen dalam
sebuah hubungan dalam lingkup bisnis dapat dilihat dari cara sebuah perusahaan
menjangkau relasinya. Manajemen hubungan atau sering disebut sebagai
Relationship Management berpusat pada dimensi atau parameter sebuah
hubungan. Dimensi atau parameter ini adalah aspek-aspek hubungan antara
organisasi yang mendukung pekerjaan PR dan target suatu proyek. Hal terpenting
dalam Relationship Management terletak pada bagaimana PR memiliki sebuah
esensi dalam sebuah kondisi darurat hubungan manajemen, yakni apa itu dan apa
yang harus dikerjakan, menyangkut fungsi, dan nilai dalam struktur organisasi dan
masyarakat yang lebih besar, serta keuntungan – keuntungan yang dihasilkan
tidak hanya mendukung organisasi, tetapi juga publik, komunitas, dan
masyarakat, dimana organisasi itu berada.
9
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu bentuk
tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan
harapan stakeholders seubungan dengan isu – isu etika, sosial dan lingkungan,
disamping ekonomi. Komunikasi perusahaan pada saat initelah menjadi arena
dimana perusahaan bersama dengan pemangku kepentingan melakukan interaksi
dan dialog yang setara sampai terumuskan kepentingan bersama melalui
mekanisme interdependensi. Dinamika interaksi perkembangan CSR dan
komunikasi perusahaan telah mendorong lahirnya pendekatan manajemen yang
diharapkan lebih etis sekaligus efektif dan efisien.
Beberapa perusahaan menjadikan CSR sebagai strategi bisnis yang inheren
dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi
dan kesetiaan merek produk (loyalitas) perusahaan. Dengan melakukan kegiatan
CSR, consume dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu
melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat dan dapat menimbulkan
kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat
meningkatkan posisi brand perusahaan.
PT Angkasa Pura II (Persero) atau yang lebih dikenal dengan sebutan AP
II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara di lingkungan Kemeterian
Perhubungan yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan
dan pelayanan jasa terkait Bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Sejak 13
Agustus 1984 keberadaan Angkasa Pura II berawal dari perusahaan Umum
dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui peraturan
pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui peraturan
10
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II.
Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui peraturan Pemenrintah Nomor 14 tahun
1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), dan pada 18 November
2008 berubah nama menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).
Beridirinya PT Angkasa Pura II (Persero) bertujuan untuk menjalankan
pengelolaan dan pengusahaan dalam bidan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait
bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal
tersebut dilihat berdasarkan pelaksanaan kewajiban untuk membayar dividen
kepada Negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa
berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan
konsumen kepada pengguna jasa bandara, serta meningkatkan kepedulian sosaial
terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai salah satu bandar udara
yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero) juga melaksanakan praktik
social responsibility sesuai dengan Surat Keputusan Nomor KEP-04 /MBU/2007
yang merupakan penyempurnaan dari surat Keputusan Menteri BUMN Nomor
236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Salah satu bentuk pratik social
responsibility yang dilaksanakan Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah
Bantuan Ambulans sebagai kendaraan Puskemas keliling yang difungsikan
sebagai pemenuhan kebutuhan akan pengobatan yang tidak mengenal batas
11
administratif, masyarakat desa ataupun kota. Sarana yang memadai mendukung
peningkatan grafik data kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat. Maka dari
itu sejak tahun 2012 hingga kini, Angkasa Pura II Bandara Internasional
Soekarno-Hatta konsisten memenuhi kebutuhan masyarakat diberbagai bidang
termasuk di bidang kesehatan melalui bantuan Ambulans sebagai kendaraan
puskesmas keliling.
Dalam praktiknya, Corporate Social Responsibility tidaklah selalu berjalan
dengan mudah. Banyak kendala yang pasti terjadi didalamnya. (Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia; kendala/ken·da·la/ n 1 halangan; rintangan; gendala; 2
Man faktor atau keadaan yg membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian
sasaran; kekuatan yg memaksa pembatalan pelaksanaan; 3 Fis hal (khususnya
bentuk geometri lingkungan) yg membatasi keleluasaan gerak sebuah benda atau
suatu sistem).
Bantuan ambulans yang dilaksanakan PT Angkasa Pura II Bandara
Internasional Soekarno-Hatta terkendala pada persoalan yang mengarah pada
kurangnya efektivitas komunikasi yang mengakibatkan masih banyak publik
eksternal di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak mengetahui
keberadaan bantuan Ambulans yang ditujukan sebagai puskesmas keliling di
sekitar bandara. Banyak elemen masyarakat dengan kebutuhan yang berbeda
memiliki harapan yang berbeda pula, dan menimbulkan tanggapan ataupun opini
pada masyarakat bahwa bantuan ambulans tidak akan menyelesaikan persoalan
utama masyarakat, yaitu kemiskinan. Inilah yang membuat bantuan ambulans
tidak tersalurkan secara optimal kepada masyarakat. Padahal bantuan Ambulans
12
ini sendiri bertujuan menjangkau setiap elemen masyarakat sekitar Bandara
Soekarno-Hatta agar mudah memperoleh pengobatan, namun ditemukan pula
kendala lain yang ditimbulkan, berupa bertambahnya tuntutan lain dari
masyarakat kepada PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta
berkaitan dengan adanya pemberian bantuan ambulans. Disinilah peran PR
sebagai seorang komunikator perusahaan sekaligus manajer hubungan didalamnya
dibutuhkan.
Berikut merupakan data penggunaan Ambulans sebagaimana fungsinya
dalam memaksimalkan sarana pelayanan kesehatan masyarakat Kota Tangerang,
Tabel 1.1
Data Pengguna Ambulans
No Nama Kode Jumlah Pengguna Ambulans
Kelurahan Pos Januari-Desember 2014
1 Kelurahan Cikokol 15117 213
2 Kelurahan Suka Asih 15111 201
3 Kelurahan Buaran Indah 15119 191
4 Kelurahan Sukarasa 15111 187
5 Kelurahan Sukasari 15118 163
6 Kelurahan Tanah Tinggi 15119 129
7 Kelurahan Babakan 15118 111
8 Kelurahan Kelapa Indah 15117 98
*Sumber Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Suka Asih menjadi
wilayah terbanyak kedua dalam predikat penggunaan Ambulans pada Kecamatan
Kota Tangerang. Hal itu menunjukkan bahwa keluarahan Suka Asih merupakan
salah satu kelurahan yang warganya banyak menggunakan fasilitas ambulans
sebagai optimalisasi sarana kesehatan Kota Tangerang. Dalam hal ini rancangan
strategi dan komunikasi PR yang original dan optimal sangat diperlukan. PR harus
13
mampu menyelaraskan kepentingan dan harapan dengan kepentingan dari publik,
masyarakat umum, profesi maupun kepentingan pribadi. Selain itu, dalam
perusahaan sering terjadi konflik berkaitan dengan peran mana yang seharusnya
dijalankan seorang praktisi PR, disebabkan karena adanya kepentingan berbagai
pihak. Begitpula peran PR dalam menjalankan CSR di mana berusaha
menyeimbangkan antara kepentingan perusahaan dan kebutuhan publik. Evaluasi
harus dilakukan demi menyelaraskan antara kepentingan publik dan perusahaan,
dan peneliti melihat bahwa relationship management sangat cocok untuk menjadi
konsep dalam pelaksanaan evaluasi didalamnya. Berdasarkan uraian latar
belakang masalah tersebut, dapat dikemukakan rumusan masalah atau fokus
masalah dalam penelitian ini berupa,
“Bagaimana studi evaluatif melalui program Corporate Social
Responsibility PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional
Soekarno-Hatta dengan studi Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans pada masyarakat sekitar bandara?”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah atau fokus masalah di atas, penulis
mengidentifikasi permasalahan yang menjadi subfokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana evaluasi terhadap proses pengambilan keputusan
terhadap Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT
Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta
14
pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang?
2. Bagaimana evaluasi terhadap implementasi Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero)
Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pada warga RT 02 RW
01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang?
3. Bagaimana evaluasi hasil dan dampak Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara
Internasional Soekarno-Hatta pada pada warga RT 02 RW 01
Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari setiap peneilitian adalah untuk menjawab permasalahan yang
dirumuskan. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka diketahui tujuan dari
penelitian yang dilakukan, yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui evaluasi proses pengambilan keputusan terhadap
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II
(Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pada warga RT
02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang.
2. Untuk mengetahui evaluasi implementasi Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara
15
Internasional Soekarno-Hatta pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan
Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
3. Untuk mengetahui evaluasi hasil dan dampak daripada Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero)
Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada warga RT 02 RW 01
Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
bagi pengembangan dan pengayaan khazanah ilmu komunikasi pada
umumnya dan khususnya yang berkaitan dengan peran dan strategi yang
menghasilkan sebuah evaluasi Public Relations pada program kegiatan
Corporate Social Responsibility.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
kepada pembaca mengenai peran dan strategi yang menghasilkan sebuah
evaluasi dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Bagi
perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis berupa
informasi yang dapat dijadikan bahan penelitian atau feedback untuk
kepentingan perbaikan dan peningkatan komunikasi serta pelayanan dalam
pelaksanaan program CSR.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi
Kehidupan manusia tidak lepas dari komunikasi, karena komunikasi
merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan manusia atau
masyarakat. Manusia melakukan komunikasi dari bangun tidur hingga menjelang
tidur kembali. Komunikasi yang kita lakukan rata-rata mencapai sembilan puluh
persen perhari. Bisa dilihat betapa vitalnya komunikasi bagi kelangsungan hidup
manusia karena secara umum manusia makhluk yang tidak dapat hidup sendiri
melainkan bersosialisasi. Sosialisasi itu membutuhkan proses komunikasi, dengan
kata lain komunikasi telah menjadi “jantung” dari kehidupan kita sehari-hari.
Komunikasi atau communication (dalam bahasa inggris) berasal dari kata
latin communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata
komunikasi yang merupakan dari kata-kata yang mirip. Komunikasi menyarankan
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Dedi
Mulyana, 2008: 46).
Komunikasi sebagai suatu proses yang memusat menuju kearah pengertian
bersama, menurut Kincaid dapat dicapai meski bersamaan pengertian pada suatu
obyek atau pesan tidak pernah sempurna secara penuh. Hal ini disebabkan karena
tidaka adanya dua orang yang berpengalaman sama adapun dapat dicapai bersama
17
apabila pengertian melalui pendekatanyang lebih erat, yakni dengan toleransi
yang lebih tinggi.
Definisi lain komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada media melalui media tertentu yang menghasilkan efek atau
tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik (Daryanto 2010: 148).
2.1.1 Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan –
tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu
memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Ada delapan fungsi komunikasi sebagai berikut.:
a. Fungsi informasi, dimana semua pengumpulan, penyimpanan, sebuah
proses, opini, fakta dibutuhkan agar dapat mengerti beraksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lain dapat mengambil
keputusan dengan tepat.
b. Fungsi sosialisasi dimana sumber penyediaan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota
masyarakat yang efektif sehingga sadar akan fungsi sosial dan dapat
aktif di dalam masyrakat.
c. Fungsi motivasi menjelaskan tujuan setiap jangka panjang dan pendek
juga menentukan keinginan manusia juga mendorong kegiatan
individu atau kelompok berdasrkan tujuan bersama yang akan dikejar.
18
d. Fungsi perdebatan dan diskusi menyediakan menyediakan saling
bertukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau
menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik.
e. Fungsi pendidikan dimana pengalihan ilmu pengetahuan sehingga
mendorong perkembangan intelektual pembentuk watak dan
pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua
bidang kehidupan.
f. Fungsi memajukan kebudayaan dimana penyebaran hasil kebudayaan
dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu dengan
perluasan horizontal seseorang, membangun imajinasi dan mendorong
kreativitas dan kebutuhan estetika.
g. Fungsi hiburan dimana menyebarluaskan sinyal, simbol suara, dan lain
– lain untuk kesenangan kelompok dan individu.
h. Fungsi integrasi dimana kelompok atau individu memperoleh
kesempatan berbagai pesan yang mereka perlukan agar dapat saling
kenal dan menghargai kondisi, pandangan keinginan orang lain
(Widjaja, 2010: 9 – 10).
2.1.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah setiap langkah dari saat menciptakan informasi
sampai dipahami oleh komunikan. Menurut Joseph De Vito (2006 : 19)
mengemukakan komunikasi adalah transaksi, hal ini dimaksudkan komunikasi
merupakan suatu proses dimana komponen – komponen saling terkait. Dalam
aplikasinya terdapat langkah – langkah proses komunikasi:
19
1. Ide gagasan diciptakan oleh sumber komunikator
2. Ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukkan menjadi
lambang – lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat
dikirimkan
3. Pesan yang telah di en-coding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui
saluran / media yang sesuai dengan karakteristik lambang – lambang
komunikasi ditujukan kepada komunikan
4. Penerima ditafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk
mengartikan maksud pesan tersebut
5. Apabila pesan tersebut telah berhasil di decoding, khalayak akan
mengirim pesan kembali ke komunikator.
Esensi dalam proses komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan
makna di antara orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Menurut
pandangan Riesch dan Bateson dalam Liliwer (2004 : 28) bahwa tingkatan yang
paling penting dalam komunikasi adalah komunikasi antarpribadi dalam konteks
sosial. Ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dijabarkan
sebagai berikut:
1. The Art (perbuatan)
Tindakan komunikasi yang diinginkan melalui lambang-lambang
komunikasi dapat dimengerti oleh manusia. Pada umumnya lambang
tersebut dinyatakan dengan bahasa atau keadaan tertentu dengan tanda lain
yang dipergunakan.
20
2. The Scene (adegan)
Adegan merupakan salah satu faktor dalam proses komunikasi
yang menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan
tersebut dapat berupa simbol yang dapat dimengerti dan dapat
dikomunikasikan.
3. The Agent (perilaku & perantara)
Individu – individu yang mengambil bagian dalam hubungan
komunikasi dinamakan pelaku – pelaku komunikasi. Pengirim dan
penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini adalah contoh dari
pelaku – pelaku komunikasi dan peranannya sering digantikan dalam
situasi yang berkembang.
4. The Agency (Perantara)
Alat – alat yang digunakan dalam komunikasi dapat membangun
terwujudnya perantara. Alat – alat selain dapat berwujud komunikasi lisan,
tatap muka, serta ada juga alat komunikasi tertulis seperti surat, memo,
dan lain – lain.
1. The Purpose (Tujuan)
Menurut Grace dalam Thoha (1997) ada empat macam tujuan
yaitu:
21
a. Tujuan fungsional yaitu tujuan yang dapat mencapai manfaat
bagi perusahaan.
b. Tujuan manipulasi yaitu dengan cara mengeluarkan ide-ide
yang ada di setiap pemikiran seseorang yang nantinya hasilnya
dapat diterima atau tidak dilihat dari sikap dan nilai seseorang.
c. Tujuan keindahan yaitu dapat dituangkan dengan ide-ide
kreatif yang sangat beda dengan orang lain. Ide – ide kreatif
tersebut yang dapat menghasilkan kegiatan-kegiatan
perusahaan yang dapat dilihat oleh khalayak.
d. Tujuan keyakinan yaitu ide-ide atau gagasan yang kreatif dapat
lebih dikembangkan dan dapat meyakinkan seseorang untuk
dapat diterima.
Selain faktor – faktor yang mempengaruhi proses komunikasi, di dalam
proses komunikasi juga dibagi dua tahap yang dapat mendukung proses
komunikasi itu sendiri yaitu proses komunikasi primer dan sekunder.
1. Proses komunikasi primer merupakan proses penyampaian pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam
komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar dan lain-lain yang
secara langsung mampu mengartikan pikiran atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
22
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
2.1.3 Unsur – Unsur Komunikasi
Untuk dapat mendukung tentang komunikasi tidak lengkap rasanya jika
tidak didukung oleh unsur – unsur yang mempengaruhi komunikasi. Unsur –
unsur ini biasa disebut komponen atau elemen komunikasi. Terdapat beberapa
pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang terjadi untuk mendukung
komunikasi.
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk
kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source,
sender, atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengrim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya dapat
berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi nasihat atau propaganda.
23
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media
bisa bermacam – macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di
mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Dapat
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik.
Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur ,
stiker, buletin, handout, poster, spanduk, dan sebagainya. Dengan
berkembangya teknologi, semua itu dapat dipadukan dan dikombinasikan
dengan multimedia.
4. Penerima
Merupakan elemen penting dalam proses komunikasi karena
penerimalah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang
sering kali menuntut perubahan entah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh
24
Pengaruh atau efek perbedaan antara apa yang dirasa, dipikirkan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi
pada pengetahuan sikap dan tingkah laku seseorang.
6. Tanggapan balik
Tanggapan balik atau umpan balik pada dasarnya bentuk daripada
pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik
berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai
pada penerima.
7. Lingkungan
Merupakan salah satu faktor penting bagi proses atau unsur
komunikasi dan mempengaruhi jalannya komunikasi. Lingkungan ini
dapat dibedakan menjadi empat yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial
budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu (Hafied Cangara, 2008:
21 – 27).
2.2 Komunikasi Organisasi
Dalam kenyataanya komunikasi selalu muncul dalam hubungan
sosial.Bentuk sosialisasi dapat ditemukan dengan mudah dalam kegiatan sehari-
hari. Bentuk nyata terdapat dalam organisasi. Oleh sebab itu komunikasi dalam
organisasi menjadi sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan
kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. Jadi dengan
demikian, komunikasi dalam organisasi selain ikut andil membangun iklim
25
organisasi juga ikut membangun budaya organisasi atau sering dikenal sebagai
(corporate culture). Jika ini dipahami oleh pengelola organisasi maka perbedaan-
perbedaan individu dan ketidak mengertian (mis-understanding) dalam organisasi
bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Berbagai
aksi demo (unjuk rasa) yang dilakukan karyawan atau pegawai bukan hanya
persoalan ketidakpuasan terhadap pendapatan dan reward (ganjaran atau upah),
tetapi lebih banyak bersumber dari ketidakmengertian mereka terhadap eksistensi
organisasinya.
Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi – di dalam
kelompok formal maupun informal organisasi. Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja di dalam organisasi, produktifitas,
dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi: memo, kebijakan,
pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya
sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual (Joseph A. Devito,
1997:340)
2.2.1 Penggolongan Komunikasi dalam Organisasi
Ada lima penggolongan komunikasi dalam organisasi yang biasa dipakai,
yaitu:
a. Komunikasi lisan dan tertulis
26
Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah
bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak bentuk komunikasi;
terutama komunikasi antarpribadi (interpersonal communication);
disampaikan secara lisan maupun tertulis. Karena sebagian besar
interaksi studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari
pesan yang disampaikan dengan cara ini. Perbedaan sangat besar
diantara keduanya, karena tidak dapat digeneralisasikan dengan begitu
saja. Namun demikian, banyak orang menyukai komunikasi lisan
karena situasi keakraban yang ditimbulkannya. Sedangkan orang lain
berpendapat bahwa kecermatan dan ketepatan biasanya lebih berhasil
dicapai melalui komunikasi lisan maupun tertulis; biasanya pada
kesempatan atau saat yang berbeda; dengan maksud untuk
meningkatkan kemungkinan pemahaman atas pesan-pesan yang
dikirimkan.
b. Komunikasi Verbal dan Non verbal
Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan
dan gagasan-gagasan dan ide-ide yang timbul akan dikomunikasikan.
Informasi mengenai perasaan seseorang dikemukakan scara lisan
melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti dari
kata atau kalimat diperjelas melalui tinggi rendahnya nada suara,
perubahan nada suara, keras tidaknya suara, dan kapan komunikator
berbicara. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai
isyarat-isyarat atau signal-signal nonverbal dalam percakapan tatap
27
muka langsung, perasaan, keadaan jiwa atau suasana hati seseorang
dinyatakan melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi
dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandanga mata, dan
stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang
diucapkan.
c. Komunikasi Ke Bawah, Ke Atas, dan Ke Samping
Penggolongan komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping
(lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi
didalam suatu organisasi.
1. Komunikasi ke bawah.
Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan,
perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah dan
instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena
diintrepetasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah.
Manajer-manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai
penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak informasi
yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan
diteruskan kepada bawahannya. Banyak saluran yang digunakan
selain pertemuan tatap langsung, pembicaraan lewat telfon, buku
pedoman bagi karyawan, majalah, papan pengumuman, panflet,
poster dan lainnya yang dapat digunakan menjadi alat bantu
penyebaran informasi atau berita komunikasi ke bawah.
28
2. Komunikasi ke atas.
Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi
mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan
karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi ke atas
dapat berupa laporan prestasi kerja (performance report), saran-
saran dan rekomendasi, usulan anggaran, pendapat atau opini,
keluhan, permohonan bantuan, atau instruksi. Saluran dapat berupa
pertemuan tatap muka langsung, pertemuan berencana kelompok
karyawan, catatan dan memo tertulis.
3. Komunikasi ke samping
Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi
antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki
wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang
atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai
wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal).
Komunikasi ke samping terjadi secara teratur di antara
karyawan yang bekerja bersama dalam satu tim, diantara para
anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota
departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah dan
diantara karyawan lini dan staff. Jadi pola komunikasi ke samping
sangat berkaitan erat dengan aliran kerja dalam suatu organisasi.
4. Komunikasi Formal dan Komunikasi Informal
29
Komunikasi dalan organisasi juga dapat digolongkan
menjadi komunikasi formal dan komunikasi informal dasar
penggolongan ini adalah gaya, tatakrama, dan pola aliran informasi
di dalam perusahaan. Bila pesan-pesan atau informasi dikirimkan,
ditransfer, dan diterima melalui pola hiraki kewenangan organisasi
yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi; yang biasanya
disebut sebagai anti komando; maka terjadilah komunikasi formal.
Namun banyak juga pertukaran informasi didalam organisasi
terjadi dengan cara yang kurang sistematik dan lebih informal yang
disebut sebagai komunikasi informal. (Gunawan Jiwanto, 1985:
27-36) Senada dengan itu, Miftah Thoha mendefinisikan
komunikasi organisasi formal merupakan proses komunikasi yang
mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan
atau struktur organisasi.
Adapun komunikasi organisasi informal adalah proses
komunikasi dimana arus informasinya sesuai dengan kepentingan
dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi
tersebut. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti
jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi seseorang yang
mempunyai struktur formal berada dibawah.
30
5. Komunikasi satu arah dan dua arah
Pada jenis komunikasi ini membicarakan tentang reaksi dan
tanggapan. Jenis komunikasi satu arah ini menghilangkan
kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan konfirmasi. Jenis
komunikasi ini hanya menekankan penyampaian pesan yang cepat
penyampaiannya, dan menghemat waktu dan biaya. Pengirim
pesan merasa puas karena tidak adanya kesempatan bagi
komunikan untuk mempertanyakan informasi yang dikirimkan
sehingga dapat melindungi atau menutupi kelalaian dan kesalahan
yang mungkin dilakukannya.
Sedangkan jenis komunikasi dua arah mempunyai suatu
sistem umpan balik yang terpasang tetap (built-in system of feed
back) didalamnya, yang memungkinkan komunikator dapat
memperoleh umpan balik pesan yang disampaikan. Jenis
komunikasi ini menjamin informasi dan penjelasan lebih lanjut
akan diberikan dan tersedia setiap saat jika dibutuhkan. Kerugian
komunikasi dua arah adalah lambat, memakan banyak waktu, dan
ada kemungkinan kurang efisien karena dapat memberikan
kepuasan yang berlebihan kepada penerima pesan yang
mempunyai kesempatan untuk memahami pesan yang dikirimkan
sepenuhnya (Drs. Abdullah Masmuh, M.Si, 2010: 7 – 22).
31
2.3 Public Relation
Dalam komunikasi sebuah organisasi ada bentuk nyata dari pada
manajemen. Di sebuah organisasi manajemen komunikasi dapat dilihat dari fungsi
dan tugas public relations. Public Relation Society of America (PRSA)
memberikan beberapa definisi PR (Public Relations), dan salah satunya dari
definisi tersebut yang sangat berguna adalah bahwa PR merupakan pihak yang
membantu organisasi untuk berkomunikasi dengan public kunci dengan lebih
efektif. Secara singkat PR (Public Relations) memiliki arti manajemen hubungan
(management of relationship).
Peran seorang public relations dalam bidang komunikasi suatu organisasi
atau perusahaan sangatlah diperlukan. Dalam buku strategi kampanye PR, Rosady
Ruslan memberikan kesimpulan mengenai peran utama PR yang pada intinya
adalah sebagai berikut (Ruslan, 2008: 10) Sebagai communicator, membina
relationship, peranan back up management, membentuk corporate image. Namun,
dalam perusahaan sering terjadi konflik berkaitan dengan peran mana yang
seharusnya dijalankan seorang praktisi PR disebabkan adanya berbagai
kepentingan dan berbagai pihak. Menurut studi yang dilakukan oleh Linddenmann
dan Lapetina (1981) dan oleh Moss, Warnaby, dan Newman (2000), Praktisi PR
dianggap memiliki keterbatasan wawasan berkaitan dengan isu sosial, politik, dan
masalah bisnis. Sedangkan, wawasan tersebut sangat penting bagi pihak
manajemen dalam membuat kebijakan perusahaan. Persepsi pihak manajemen
berkaitan dengan kompetensi praktisi PR mengakibatkan keengganan mereka
untuk melibatkan praktisi humas dalam aktivitas CSR.
32
Namun sekarang secara umum peran public relations adalah menjalankan
fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik
dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan
atau kegagalan organisasi tersebut (Scott M. Cutlip, 2007: 6).
Konsep peranan petugas public relations yang dikembangkan oleh Broom
dan Smith, yaitu peran public relations merupakan salah satu kunci penting untuk
pemahaman fungsi public relations dan komunikasi organisasi (Sahputra, 2011:
25).
Peran public relations menurut Grunig dan Hunt dibedakan menjadi dua
peran dominan, yaitu peranan manajerial (communication manager role) dan
peranan teknis (communication technician role). Communication manager terdiri
dari tiga sub peran, yaitu expert prescriber, communication facilitator, dan
problem-solver process facilitator (Ruslan, 1998: 18-19). Berikut adalah
keterangan masing-masing dari peran public relations:
1. Communication Manager
Dalam kategori ini, peran PR secara sistematis merencanakan dan
mengatur program public relations pada sebuah organisasi, menjadi
problem solver dengan memberi masukan pada manajemen atau koalisi
dominan dalam sebuah organisasi dan membuat kebijakan, khususnya
dalam bidang komunikasi. Public relations secara langsung terlibat pada
semua unsur pembuatan kebijaksanaan komunikasi dan berkesinambungan
mengadakan penelitian dan evaluasi kerja.
33
Public relations memiliki wewenang yang diberikan oleh pihak
manajemen untuk mengelola secara independen segala kegiatan yang
berhubungan dengan fungsi komunikasi sehingga PR bertanggung jawab
atas hasil program secara keseluruhan. Communication manager role ini
memiliki tiga sub peran, yaitu:
Expert Prescriber Communication
Pada peran ini, petugas public relations dianggap sebagai orang
yang ahli. Public relations melakukan riset dan menentukan masalah
PR, membangun program dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program. Selain itu, public relations dianggap ahli dalam
masalah PR dan seringkali mereka terlihat memiliki kualitas untuk
menangani masalah tersebut dan mengidentifikasi soulisnya. PR
berperan sebagai konsultan untuk membatasi masalah, menyarankan
pilihan, dan mengimplementasikan. Manajemen puncak menyerahkan
PR sebagai tangan ahli dan manajemen biasanya mengambil peran
pasif saja.
Problem Solving Process Facilitator
Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah.
Public relations berkolaborasi dengan manajemen senior untuk
mengidentifikasi, memecahkan, dan menyelesaikan masalah-masalah
komunikasi organisasi. Pada peranan ini petugas humas melibatkan
diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi
34
anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam
penanganan krisis manajemen.
Communication Facilitator
Sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan atau
organisasi dengan publik, baik dengan publik eksternal maupun
internal. Public relations bertindak sebagai pihak yang menyediakan
dan menjaga saluran komunikasi yang berkesinambungan dan
berkelanjutan bagi organisasi dan publiknya. Selain itu, bertindak juga
sebagai liaison, interpreter, dan mediator yang menghubungkan antara
organisasi dan lingkungan sekitarnya dengan menjaga komunikasi dua
arah berangsur.
2. Communication Technician
Petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi.
Pada kategori ini, tataran teknis pelayanan komunikasi seperti menulis
release dan feature untuk media, mempersiapkan dan mengedit newsletter,
menjadi photographer, layout person, menjadi jurnalis internal, dan
menangani hubungan-hubungan dengan media. Semua keputusan
mengenai strategi dan langkah-langkah yang akan diambil ditentukan oleh
pihak manajemen, yaitu di mana public relations sama sekali tidak
berperan dan hanya diberikan tugas untuk mengkomunikasikan keputusan
yang telah diambil tersebut.
Menurut Anne Gregory (2002: 48), dalam perencanaan dan
manajemen kampanye public relation, peran professional PR dalam
35
organisasi terdcapat baik dalam proses pengembangan strategi maupun
pengkomunikasian strategi yang telah ditetapkan melalui kebijakan
perusahaan kepada public organisasi tersebut. Peran profesional PR adalah
untuk:
Memberikan informasi kepada manajemen senior atas apa yang
terjadi di lingkungan sosial yang dihuni oleh para stakeholder,
sehingga hal-hal tersebut akan diperhitungkan ketika mengambil
keputusan.
Memberikan saran kepada manajemen atas akibat yang
ditimbulkan dari keputusan yang diambil, dengan
mempertimbangkan kemungkinan reaksi dari publik utama yang
akan mempengaruhi secara langsung kesejahteraan atau
keberadaan perusahaan.
Dalam buku Strategi kampanye PR, Rosady Rulan memberikan
kesimpulan mengenai peran utama PR yang pada intinya adalah sebagai
berikut (Ruslan, 2008: 10) :
1. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau
lembaga yang diwakili dengan publiknya.
2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang
positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.
3. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam
fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.
36
4. Membentuk corporate image, artinya peranan PR berupaya
menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.
Dalam buku Rosady Ruslan (2008: 12) Onong Uchjana
mengungkapkan peranan public relations, yaitu mencakup bidang yang
luas menyangkut hubungan dengan berbagai pihak dan tidak hanya
sekedar berbentuk relations dalam arti sempit, karena personal relations
mempunyai peranan yang cukup besar dalam melakukan kampanye
public relations. Bagaimana meningkatkan kesadaran, pengertian, dan
pemahaman tentang aktivitas perusahaan atau lembaga termasuk
membentuk sikap baik (favorable), itikad baik (good will), toleransi
(tolerance), saling pengertian (mutual understanding), saling
mempercayai (mutual confidence), saling mengahrgai (mutual
appreciation), yang pada akhirnya akan menciptakan citra yang baik
(good image).
2.4 Relationship Management
Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa fungsi dan peran
public relations adalah fungsi manajemen pembentuk hubungan (dapat juga
diartikan relationship) antara organisasi dengan publiknya. Selama ini, berbagai
definisi mengenai relationship telah diberikan oleh para ahli. Evans (1994: 439-
452) mendefinisikan relationship sebagai “suatu proses untuk membangun
aliansi/persekutuan jangka panjang antara perusahaan dengan klien yang ada saat
ini atau yang potensial untuk mencapai tujuan bersama”. Di lain pihak, Thomlison
37
(2000: 2 – 3) mengartikan relationship sebagai “sekumpulan
ekspetasi/pengharapan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku pihak lainnya
dengan berlandaskan pada pola interaksi mereka”.
Menurut Berko (1997: 448) terdapat berbagai unsur hakiki yang
memungkinkan relationship bisa terjadi, yaitu ketika:
1. Pihak-pihak yang terlibat menyadari akan pentingnya keberadaan pihak
lain dan pihak-pihak tersebut berusaha memperoleh manfaat akibat dari
keterlibatan pihak lainnya.
2. Terdapat pertukaran pengaruh antara kedua belah pihak.
3. Diperoleh kesepakatan mengenai bentuk relationship seperti apa yang
akan diterapkan serta perilaku yang sebagaimana yang sesuai untuk
dijalankan dalam relationship tersebut.
Sementara itu, Coombs (2002: 2) menyatakan ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan tidak dilanjutkannya suatu relationship, yaitu saat:
1. Hasil atau output dari pelaksanaan relationship tersebut cenderung hanya
berguna untuk salah satu pihak saja.
2. Pihak-pihak yang terlibat memaknai relationship tersebut dalam
pengertian yang berbeda.
3. Masing-masing pihak yang terlibat mempunyai ekspeketasi atau harapan
yang berbeda terhadap pihak lainnya.
38
Sesungguhnya pelaksanaan konsep relationship dalam konteks public
relations ditujukan bagi segala upaya demi tercapainya pembangunan,
pemeliharaan serta pembinaan hubungan yang saling menguntungkan antara
organisasi denga para stakeholdernya. Perspektif inilah yang dinyatakan sebagai
“relationship management” oleh Thomlison (2000: 178):
“relationship management in a public relations setting implies the
development, maintenance, growth, and nurturing of mutually
beneficial relationship between organization and their significant
publics.” (Relationship management dalam setting public relations
berarti pengembangan, pemeliharaan, pertumbuhan, dan pembinaan
hubungan yang saling menguntungkan antara suatu organisasi
dengan khalayak signifikannya.)
Menurut Thomlison, pendorong utama munculnya konsep relationship
management dikarekan adanya pemahaman di benak praktisi public relations
tentang pentingya terjalin hubungan yang erat dan ikatan yang kuat antara
perusahaan/organisasi dengan publik internal dan eksternalnya bagi keefektifan
jalannya kegiatan organisasi/perusahaan yang bersangkutan.
Kemudian Brunning dan Ledingham (2000: 166) mengemukakan:
“reconceptualizing the practice of public relations present new challenges
for praticioners of public relations. The generation of press coverage, as
well as message creation, production and dissemination, long the central
focus of public relations must be viewed in a new light within the
39
relationship management perspective, a perspective in which these
traditional public relations activities are a part of the practice, but are not
the defining function.”
(Mengkonseptualisasikan kembali praktek public relations membawa
tantanga baru bagi para praktisi public relations. Era dari liputan pers,
serta penciptaan produksi dan penyebaran pesan yang selama ini menjadi
fokus dari kegiatan public relations harus dipandang dengan ccara baru
sebagai bagian dari perspektif relationship management,
sebuah perspektif dimana aktivitas public relations tradisional menjadi
bagian dari praktek public relations, tapi bukan sebagai fungsi yang
sesungguhnya mendefinisikan public relations.)
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa praktek public relations
telah mengalami perluasan dari kegiatan produksi dan penyebaran pesan ke
masyarakat menjadi kegiatan yang ditujukan bagi upaya membina dan
mempertahankan hubungan yang baik dan menyenangkan antara perusahaan
dengan stakeholdernya. Bahkan ditegaskan oleh Ledingham dan Bruning (2000)
bahwa kegiatan public relations tidak akan eksis/berarti apabila tidak terjalin
hubungan yang baik diantara perusahaan yang diwakilinya dengan para publik
terkatit. Menurut mereka, aktivitas public relations seperti menghitung banyaknya
siaran dan liputan berita di media cetak dan elektronik mengenai kegiatan
perusahaan dirasa belum cukup untuk mengukur nilai kontribusi public relations
bagi perusahaan. Aktivitas-aktivitas seperti itu secara khusus hanya mengevaluasi
40
keberhasilan/kegagalan dari suatu program public relations. Sedangkan nilai guna
public relations bagi perusahaan akan dapat diketahui dari terjalinnya hubungan
yang harmonis antara perusahaan dengan para stakeholdernya.
Dari sebab itulah, “relationship management” kemudian dianggap sebagai
saripati atau inti dari praktek public relations. Melalui konsep itulah dijelaskan
tentang apa itu public relations, aktivitas-aktivitasnya dan kegiatan yang
seharusnya dilakukan, fungsinya serta kegunaanya bagi perusahaan.
Relationship management adalah konsep yang mengemukakan bagaimana
suatu organisasi harus membangun relasi dengan publiknya. Tugas public
relations pada intinya adalah berfokus pada pembentukan relasi dengan publik,
dimana suatu organisasi terhubung dengan publiknya sehingga pada akhirnya
akan memberikan dampak bagi hubungan tersebut (Stephen Brunning, John A
Ledingham, Cheryl Lesko and T Dean Thomlison Journal Of Organizational
Culture, Communication and Conflict, 1997: 23)
Relationship management menjelaskan bahwa inti dari public relations
membentuk proses dua arah yang berkesinambungan dan bersifat resiprokal.
Broom dan Dozier menerangkan bahwa teori ini berfungsi untuk menilai dan
memahami suatu hubungan serta bagaimana suatu organisasi dan publinya
berhasil mencapai tujuan bersama (Broom and Dozier, 1990: 82).
Relationship management menggeser fokus public relations dari peran
komunikator menjadi pembentuk relasi, dengan menggunakan komunikasi
sebagai alat untuk memulai, dan menjada hubungan organisasi dengan publiknya.
41
Teroi ini memberikan kerangka untuk melihat nilai komunikasi yang terjadi dapat
diukur dari kualitas dari hubungan organisasi dan publik. Relationship
management memperkenalkkan kegunaannya untuk melihat peran public
relations dan mengukur serta mendeskripsikan kualitas hubungan yang terjadi
antar organisasi dengan publiknya.
Ward (2003: 79) menyatakan bahwa terjalinnya hubungan yang baik
dengan publik tidak hanya memperbesar dan menambah kesempatan di dalam
aspek ekonomi, yaitu untuk menambah profit perusahaan, tapi juga dapat
menghemat pengeluaran perusahaan dengan mencegah, meminimalisasi
terjadinya konflik dan krisis. Asumsi Ward ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh L. Gruning, J. Grunig dan Dozier (2002: 19) yang
menyebutkan bahwa beberapa manfaat yang bisa dipetik jika relationship yang
terjadi antara organisasi dan para publik terkait dapat berlangsung secara
harmonis, yakni:
1. Relationship dapat mengarah kepada perilaku – bagi para konsumen,
investor, pemerintah, komunitas atau khalayak sasaran lainnya untuk
memanfaatkan jasa/produk yang diberika perusahaan, meskipun perilaku
tersebut tidak hanya ditentukan oleh diri mereka sendiri, tapi juga
diperngaruhi oleh harga, penampilan, alternatif pilihan dan orang-orang
terdekat.
2. Relationship mampu mengjemat biaya dala upaya mencegah dan
mengatasi krisis, publisitas buruk, isu-isu jelek yang akan memerlukan
42
banyak biaya dalam penyesuaiannya, serta berbagai pelaksanaan peraturan
yang bertentangan dengan jalannya organisasi.
3. Hasil dari good relationship tidak akan dapat langsung terlihat, meskipun
selama bertahun-tahun perusahaan telah banyak mengeluarkan biaya untuk
membina hubungan baik dengan para publiknya. Akan tetapi dengan
terciptanya good relationship akan sangat membantu perusahaan ketika
terjadi krisis, boikot atau suatu perkara hukum terhadap perusahaan.
Lebih jauh menurut Brunning dan Ledingham (1999: 90) penerapan
konsep “relationship management” ini juga menjadikan praktek public relations
jauh dari upaya memanipulasi opini publik serta akan semakin mengarah dan
berfokus pada usaha pembinaan dan pemeliharaan hubungan yang harmonis
antara publik dengan organisasi.
Mengingat nilai relationship yang cukup besar bagi kelangsungan
perusahaan, maka perusahaan perlu untuk secara kontinyu dana
berkesinambungan meranncang dan melaksanakan berbagai program aksi yang
dapat menjadi sarana bertemu dan berinteraksi dengan para publiknya. Dengan
kata lain, perusahaan juga harus bersedia untuk memberikan waktu dan sumber
daya yang dimilikinya demi memelihara dan meningkatkan kualitas hubungan
baik dengan khalayaknya.
Ditambahkan oleh Gruth dan Marsh (2000: 46) bahwa konsep relationship
management akan berhasil dengan baik dan efektif apabila di masing-masing
pihak baik perusahaan maupun publiknya mau saling menghargai dan memahami
43
kepentingan pihak lainnya. Tanpa itu, jarak sosial antara pihak-pihak yang terlibat
akan semakin lebar serta semakin memperkecil kemungkinan terjadinya
hasil/akibat yang saling menguntungkan dari keterlibatan mereka dalam
relationship tersebut.
Peneliti menggunakan relationship management sebagai konsep, menjadi
terminologi yang merupakan proses hubungan manajemen antara organisasi
dengan publik internal dan eksternal. Jhon Ledingham (2003: 156)
mendefinisikan organisasi dan publik-publik kunci, yang mana tindakan salah
satunya dapat mempengaruhi ekonomi, sosial, budaya, atau publik pada orang
lain. Sebagai pondasi bagi praktek Public Relationship, manajemen hubungan
memiliki empat kunci pengembangan:
a. Mencerminkan peranan sentral hubungan dalam Public Relations,
b. Menkonsep ulang Public Relations sebagai sebuah manajemen,
c. Mengidentifikasi komponen-komponen dalam bentuk-bentuk organisasi
hubungan public mencakup sikap, persepsi, mengetahui, dan prilaku
publik serta strategi pengukuran hubungan,
d. Mengkonstruksi model-model organisasi hubungan publik.
PR memiliki prinsip-prinsip dalam pengelolaan organisasi hubungan
publik (managing organization-public relationship) sebagai berikut
a. Fokus inti PR adalah relationship (hubungan-hubungan),
b. Keberhasilan hubungan melibatkan manfaat dari kedua belah pihak,
organisasi dan interaksi publik,
44
c. Organisasi hubungan public selalu berubah-ubah dari waktu kewaktu,
d. Hubungan didorong oleh kebutuhan dan keinginan organisasi serta public,
dan kualitas hubungan bergantung kepada persepsi-persepsi dari tingkat
harapan yang ingin dipenuhi,
e. Manajemen organisasi hubungan public berfunsi untuk meningkatkan
pemahaman dan manfaat bagi organisasi dan publiknya,
f. Keberhasilan organisasi hubungan publik diukur oleh terminologi kualitas
hubungan daripada produksi pesan dan penyebaran pesan,
g. Komunikasi adalah alat strategi dalam mengelola hubungan, komunikasi
merupakan hubungan untuk waktu lama secara terus menerus, terutama
ketidakhadirannya pada prilaku organisasional
h. Organisasi hubungan public dipengaruhi oleh sejarah rasional, sifat dasar
intaksi, frekuensi perubahan dan pertukaran informasi.
i. Organisasi hubungan publik dapat dikategorikan menjadi tipe personal,
professional, komunitas apakah itu simbolik (dorongan komunikasi) atau
behavioral (dorongan program)
j. Membangun hubungan dapat digunakan dalam semua aspek penelitian dan
praktek PR.
Dalam buku yang berjudul On Relationship Management, Ledingham dan
Bunning mengatakan, kondisi darurat hubungan manajemen sebagai sebuah
paradigma bagi akademisi dan praktisi PR yang dikenal dengan esensi pertanyaan
PR, yakni: apa itu dan apa yang harus dikerjakan, menyangkut fungsi dan nilai
dalam struktur organisasi dan masyarakat yang lebih besar, serta keuntungan-
45
keuntungan yang dihasilkan tidak hanya mendukung organisasi, tetapi juga
publik, komunitas, dan masyarakat, di mana organisasi itu berada. Pendekatan
relationship management terhadap PR berpusat pada dimensi atau parameter
sebuah hubungan dimensi ini adalah aspek-aspek hubungan antara organisasi
yang mendukung pekerjaan PR dan target suatu proyek.
Menurut Ledingham dan Bunning untuk meningkatkan jalinan sebuah
hubungan dalam Relationship Management adalah: (1) bagaimana kemampuan
orang atau kelompok beradaptasi dalam membina hubungan, (2) bagaimana
memelihara kekuatan keseimbangan hubungan, (3) apakah orang-orang mencoba
bertindak konstruktif, (4) apakah orang-orang lebih terbuka tentang sesuatu, (5)
bagaimana tingkatan komitmen setiap kelompok dalam membina hubungan, (6)
bagaimana kerja sama setiap kelompok, (7) apakah kredibilitas setiap kelompok
berbeda, (8) bagaimana sinergi yang dihasilkan dari membina hubungan, (9)
apakah cukup intim atau dingin dalam membina hubungan, (10) berapa banyak
waktu dan upaya setiap kelompok yang digunakan untuk membina hubungan,
(11) apakah hubungan itu logis untuk setiap orang, (12) apakah setiap kelompok
saling memiliki tujuan, (13) apakah di sana memerlukan persyaratan legalitas
untuk sebuah kerja sama, (14) apakah setiap kelompok memiliki jiwa
persahabatan, (15) apakah orang-orang memperoleh kepuasan, (16) apakah
penggunaan pembagian sumber daya difasilitasi, (17) apakah setiap kelompok
dapat bergabung menjadi satu unti untuk menangani tguas yang sama, (18) apakah
di sana, keberadaan sosial atau ikatan organisasional atau struktur pada tempat
yang sama, (19) apakah perubahan membagi keuntungan atau saling menghindari
46
oleh orang lain atau sejumlah kelompok, (20) apakah setiap kelompok saling
percaya, (21) apakah setiap kelompok memahami satu sama lain dan setiap
kebutuhan.
Adapun Ledingham dan Bunning memberikan sedikit pengertian terhadap
tujuan relationship management adalah mendorong akademisi dan praktisi untuk
menguraikan relationship (hubungan) PR terhadap bagian-bagian komponen, dan
untuk menemukan sejumlah cara pengukuran setiap aspek. Selayaknya,
pemahaman setiap aspek „hubungan‟ memungkinkan menganalisisnya untuk
membuat kepuasan yang berbeda tentang apakah orang melakukan hubungan
didasari transaksi dan analisis lebih baik, bagaimana perubahan hubungan itu
(atau tidak berubah) sebagai hasil dari program PR (Johnston dan Zawawi, 2004:
58-60)
2.5 Corporate Social Responsibility
2.5.1 Definisi
Tuntutan penerapan konsep tanggung jawab sosial terasa semakin kuat
dan terdengar di seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah Indonesia.
Korporasi diminta untuk mewujdukan tanggung jawab sosialnya dan tidak lagi
semata-mata bekerja untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi pemilik modal atau pemegang saham, melainkan juga memberikan
manfaat pada masyarakat pada umumnya dan komunitas pada khususnya. Hal
ini juga mengaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat
diartikan sebagai sarana sekaligus wahana perwujudan sikap kooperatif serta
47
tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan-perusahaan yang
memiliki kesadaran bahwa kegiatan operasional mereka (sebagai entitas bisnis
yang menyatu dengan ekosistem dan tatanan sosial-budaya setempat) telah
menimbulkan dampak positif dan negatif yang besar dan luas. Dalam
kerangka ini CSR menyediakan landasan teoritis dan terapan (teknis) yang
memungkinkan perusahaan dapat memperbesar dampak positif sekaligus
meminimalkan dampak negatif operasinya (Sukada, 2007, p. 6).
Tanggung jawab sosial korporat diimplementasikan dalam program dan
kegiatan community relations. Wajar apabila berbagai perusahaan di Indonesia
kini sudah menjalankan tanggung jawab sosialnya dalam berbagai bentuk
program dan kegiatan community relations. Ada yang memberikan beasiswa,
memberikan bantuan buku, merehabilitasi lingkungan hidup, atau mebantu
mebuat usaha kerajinan masyarakat. Setidaknya, ada tiga bidang yang selalu
menjadi perhatian berbagai organisasi bisnis di Indonesia dalam program
community relations, yakni pendidikan, kesehatan, dan seni budaya. (Iriantara,
2004, p. 47-48).
Hubungan antara organisasi atau korporat dan komunitas di sekitar
lingkungan organisasi lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung jawab
sosial organisasi. Menurut Daugherty (2003), konsep tanggung jawab sosial
organisasi baru muncul tahun 1960-an sebagai respom terhadap nilai-nilai
sosial yang berubah. Nilai-nilai sosial tersebut muncul dalam bentuk mulai
meningkatkan perdebatan-perdebatan tentang isu-isu sosial. Akibatnya
organisasi dituntut untuk mematuhi tanggung jawab hukum yang baru
48
(Iriantara, 2004: 26). Masih menurut Dauherty (2003), tanggung jawab sosial
itu merupakan perkembangan proses untuk mengevaluasi stakeholder dan
tuntutan lingkungan serta implementasi program-program untuk menangani
isu-isu sosial. Tanggung jawab sosial itu berkatian dengan kode-kode etik,
sumbangan perusahaan program-program community relations dan tindakan
mematuhi hukum.
Pandangan-pandangan terhadap komponen CSR dijadikan dalam
perumusan definisi CSR. Ada beberapa definisi mengenai CSR yang telah
dikembangkan oleh berbagai pihak. Tiga dari definisi tersebut adalah (Ishak,
2011: 90) :
Corporate social responsibility is a comitment to improve
communtiy well being through discretionary business practices
and contributions of corporate resources. (Kotler & Lee, 2005,
p.3)
Achieving commercial success in ways that honor ethical values
and respect people, communities, and the natural environment.
(White, 2006, p.6)
The willingness of an organization to incorporate social and
environmental considerationsin its decision making and be
accountable for the impacts of its decisions and activities on
society and environment.
49
Ketiga definisi di atas mewakili dari berbagai definisi mengenai CSR
yang pada dasarnya menyatakan CSR dari tiga elemen kunci, yaitu :
1. CSR adalah komitmen, kontribusi, cara pengelolaan bisnis, dan
pengambilan keputusan pada perusahaan.
2. Komitmen, kontribusi, pengelolaan bisnis, dan pengambilan keputusan
perusahaan didasarkan pada akuntabilitas, mempertimbagkan aspek
sosial dan lingkungan, memenuhi tuntutan etis, legal, dan professional.
3. Perusahaan memberikan dampak nyata pada pemangku kepentingan
dan scara khusus pada masyarakat sekitar.
Begitu pula yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), yaitu Perseroan Terbatas
(PT) berkewajiban untuk berperan dalam Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL) dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan setempat maupun masyarakat yang
bermanfaat bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
pada umumnya. Dengan adanya pernyataan jelas dalam undang-undang ini,
CSR sudah menjadi kewajiban legal untuk dilaksanakan bagi perusahaan-
perusahaan, kuhusunya perseroan terbatas (PT). Selain Undang-Undang (UU)
nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal, khusus Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
juga telah dikeluarkan peraturan tersendiri yang mewajibkan BUMN untuk
menyisihkan 2-3% dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan. (Aswad, Ishak, dkk, 2011: 91)
50
Walaupun definisi CSR sangat beragam, namun benang merah
pengertian CSR dapat disepakati menjadi suatu kontribusi perusahaan untuk
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Kalau bukan ditujukan untuk
tujuan yang bekerlanjutan maka tidak bisa dianggap sebagai CSR yang
substansial, melainkan sekadar kosmetik untuk citra belaka (Suparmo, 2011:
112). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah kata
kunci untuk perbedaan yang teggas antara CSR dan greenwas alias
pengelabuan citra.
CSR juga dipahami dalam dua kubu utama, yaitu sebagai mandatory
(yang mewajibkan) voluntary (yang menginginkan tetap bersifat sukarela).
Dalam arti kata, CSR menjadi kewajiban yang disadari dank arena itu dunia
usaha siap dan mau melaksanakan secara benar sebagai tanggung jawab
sendiri. Paham demikian dapat disebut sebagai “volunteering as a
mandatory”. Perusahaan sebaiknya melaksanakan CSR dengan “sadar diri
merasa wajib melaksanakan CSR”. (Suparmo, 2011: 114)
Keterlibatan perusahaan dalam bentuk corporate social responsibility
perlu diintegrasikan dengan strategi bisnis perusahaan, khususnya terhadap
komunitas dan masyarakat. Keterlibatan dan kontribusi perusahaan ini
menjadi penting karena dapat membangun hubungan yang positif dengan
stakeholder prioritas sehingga mampu memberikan manfaat bagi kedua belah
pihak. Mafaat tersebut dapat dilihat dari peningkatan image perusahaan dan
peningkatan bisnis.
51
2.5.2 Ruang Lingkup CSR
Pengertian CSR yang relative lebih mudah dipahami dan
diopersionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Triple Bottom Line
(profit, planet, and people). Konsep 3P digagas oleg Elkington dalam bukunya
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line 21ST
Century Business, yang
menegaskan bahwa perusahan yang baik tidak hanya memburu keuntungan
ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people)
(Suharto, 2010: 5) Kategori 3P, yaitu meliputi (Budimanta, 2004: 75) :
a. Profit, yaitu perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari
keuntungan ekonomi yang memungkinakan perusahaan untuk
beroperasi dan berkembang.
b. People, yaitu perrusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan manusia.
c. Planet yaitu perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan keberagaman hayati.
Corporate Social Responsibility mempunyai ruang lingkup yang luas
dan berada pada bidang yang beragam. Menurut Carroll (2003: 36 – 39),
ruang lingkup Corporate Social Responsibility terbagi atas:
a. Tanggung Jawab Ekonomi (Economic Responsibilities)
Dunia bisnis dalam pelaksanaannya harus memiliki orientasi untuk
memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen,
52
serta menjualnya dengan harga yang sesuai. Usaha bisnis melaksanakan
berbagai konsep manajemen yang diarahkan kepada efektivitas finansial,
yaitu perhatian terhadap pendapatan, biaya, strategi pembuatan keputusan
dan memaksimalkan performa finansial organisasi untuk jangka panjang.
Dengan demikian, tanggung jawab dunia bisnis bertumpu pada tanggung
jawab ekonomus, karena tanpa hasil ekonomis kegunaan usaha bisnis
lainnya tidak akan didapatkan.
b. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibilities)
Pada kenyatannya, dunia bisnis tidak bisa hanya mengejar
keuntungan, karena usaha yang berjalan baik haruslah legal. Tanggung
jawab hukum menunjukkan pandangan publik terhadap kode etik pada
batas tertentu yang mencakup pengertian dasar di dalam praktek yang jujur
sebagaimana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Ini
merupakan tanggung jawab bisnis terhadap masyarakat untuk mematuhi
hukum. Tanggung jawab legal merupakan dasar bagi sistem usaha bebas.
c. Tanggung Jawab Etika (Ethical Responsibilities)
Meskipun tanggung jawab ekonomu dan tanggung jawab legal
sudah mencakup norma etika dalam berbisnis secara fair, tanggung jawab
etika dapat merangkul dan melengkapi keduanya. Hukum merupakan hal
penting tetapi tidak memadai, maka tanggung jawab etika mencakup
semua praktek dan aktivotas yang diharapkan atau dilarang oleh anggota
masyarakat meskipun aturan tersebut tidak tersusun dalam aturan hukum.
53
Tanggung jawab etika mencakup seluruh norma, standar dan pandangan
masyarakat seperti kejujuran, keadilan, dan menjaga hubungan atau
proteksi terhadap hak moral stakeholders.
d. Tanggung Jawab Filantropi (Philantropic Responsibilities)
Hal ini dipandang sebagai tanggung jawab disebabkan oleh adanya
pengharapan masyarakat di dalam dunia bisnis. Aktivitas dilakukan
dengan dasar sukarela, dituntun oleh keiniginan bisnis untuk terlibat di
dalam kegiatan sosial yang tidak dimandatkan (mandatory), tidak diminta
oleh hukum, dan secara umum tidak diharapkan oleh bisnis di dalam etika.
Filatropi dapat dideskripsikan sebagai “pemanis” atas ketiga faktor
tanggung jawab lainnya.
2.5.3 Jenis-Jenis CSR
Menurut Kotler dan Lee (2005 29 – 30), terdapat enam elternatif
program CSR yang dapat dipilih perusahaan dengan mempertimbangkan
tujuan perusahaan, tipe program keuntungan potensial yang akan diperoleh,
serta tahap-tahap kegiatan. Kategori aktivitas CSR, yaitu sebagai berikut:
1. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions)
Dalam aktivitas CSR, perusahaan menyediakan dana atau sumber
daya lainnya yang dimiliki perusahaan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau
untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau
54
perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. Fokus utama dari
kategori aktivitas CSR ini adalah adanya bentuk komunikasi persuasif,
dengan tujuan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah
sosial. Menurut Kotler dan Lee (2005, p. 51), beberapa tujuan komunikasi
persuasive yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui pelaksanaan cause
promotion antara lain adalah:
a. Menciptakan kesadaran dan perhatian dari masyarakt terhadap
suatu masalah dengan menyajikan angka-angka statistic serta
fakta-fakta yang menggugah.
b. Membujuk masyarakat untuk memperoleh informasi lebih banyak
mengenai suatu isu sosial dengan mengunjungi website tertentu.
c. Membujuk orang untuk menyumbangkan waktunya untuk
membantu mereka yang membutuhkan.
d. Membujuk orang untuk menyumbangkan uangnya untuk
kemafaatan masyarakat melalui pelakasanaan program sosial
perusahaan.
e. Membujuk orang untuk menyumbangkan sesuatu yang mereka
miliki selain uang.
2. Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)
Dalam cause related marketing (CRM), sebagian dari keuntungan
atau penjualan produk perusahaan akan disumbangkan untuk kegiatan
sosial tertentu. Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memiliki komitmen
untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk
55
suatu kegiatan sosial berdasrkan bersarnya penjualan produk. CRM
didasarkan pada penjualan produk tertentu, pada jangka waktu tertentu
serta untuk aktivitas derma tertentu. Perusahaan akan mengajak
masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang
atau jasa, yang kemudian sebagian keuntungan yang didapat perusahaan
akan didonasikan untuk membatu mengatasi atau mencegah masalah
tertentu. Beberapa aktivitas CRM yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang
terjual
b. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap aplikasi
terhadap produk jasa tertentu.
c. Menyumbangkan presentase tertentu dari setiap produk yang
terjual atau transaksi untuk kegiatan amal (charity).
d. Menyumbangkan persentase tertentu dari laba bersih perusahaan
untuk kegiatan sosial atau tujuan amal.
3. Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing)
Pada aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan
melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat. Hal ini
bertujuan mengubah perilaku masyarakat dalam isu tertentu, seperti
meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian
lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyaakat. Fokus dari
56
kategori aktivitas CSr ubu adalah untuk mendorong perubahan perilaku
yang berkaitan dengan:
a. Isu-isu kesehatan (health issues), kampanye yang dilakukan
bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang memiliki
dampak bagi kesehatan mereka.
b. Isu-isu Perlindungan Terhadap Kecelakaan/Kerugian (injury
prevention issues), Isu-isu tersebut mecakup pencegahan dari
kejahatan, pencegahan dari pembajakan, keselamatan lalu-lintas.
c. Isu-isu Lingkungan (environmental issues), kampanye yang
dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat agar meninggalkan berbagai perilaku .yang merusak
lingkungannya.
d. Isu-isu Keterlibatan (community involvement issues), kampanye
yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku
orang agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat.
4. Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philantrophy)
Dalam aktivitas ini perusahaan memberikan sumbangan langsung
dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan
tersebut berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan atau paket
bantuan, serta pelayanan secara gratis. Kegiatan filantropi berkaitan
dengan berbagai kegiatan sosial yang menjadi prioritas perhatian
perusahaan. Berbagai program corporate philanthropy dilaksanakan
perusahaan adalah sebagai berikut:
57
a. Program dalam bentuk sumbangan uang tunai.
b. Program dalam bentuk bantuan hibah.
c. Program dalam bentuk penyediaan beasiswa.
d. Program dalam bentuk pemberian produk.
e. Program dalam bentuk pemberian layanan cuma-cuma.
f. Program dalam bentuk penyediaan keahlian teknis oleh karyawan
perusahaan secara cuma-cuma.
Benefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan
kegiatan corporate philanthropy adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan reputasi perusahaan.
b. Memperkuat bisnis perusahaan di masa depan
c. Member dampak bagi penyelesaian masalah sosial dalam
komunitas lokal.
5. Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela (Community
Volunteering)
Dalam pelaksanaan CSR ini, perusahaan mendukung dan
mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang
Franchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna
membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat
yang menjadi sasaran program. Bentuk dukungan perusahaan kepada
karyawan untuk melaksanakan program community volunteering yaitu
sebagai berikut:
58
a. Memasyarakatkan etika perusahaan melalui komunikasi korporat
yang akan mendorong karyawan untuk menjadi sukarelawan bagi
komunitas.
b. Menyarankan kegiatan sosial atau aktivitas amal tertentu yang bisa
diikuti oleh para karyawan.
c. Mengorganisir tim sukarelawan untuk suatu kegiatan sosial.
d. Membantu para karyawan menemukan kegiatan sosial yang akan
dilaksanakan melalui survey ke wilayah yang diperkirakan
membutuhkan bantuan sukarelawan, mencari informasi melalui
website atau dalam beberapa kasus dengan menggunakan software
khusus yang melacak aktivitas sosial yang cocok dengan minat
karyawan yang akan menjadi tenaga sukarelawan.
e. Menyediakan waktu cuti dengan tanggungan perusahaan bagi
karyawan yang bersedia menjadi tenaga relawan.
f. Memberikan penghargaan dalam bentuk uang untuk jumlah jam
yang digunakan karyawan tersebut sebagai sukarelawan.
g. Memberikan penghormatan kepada para karyawan yang terlibat
dalam kegiatan sukarela.
h. Memperbaiki proses produksi, seperti ramah lingkungan.
i. Menghentikan produk-produk yang dianggap berbahaya tapu tidak
illegal.
j. Hanya menggunakan distributor yang memenuhi persyaratan
dalam menjaga lingkungan hidup.
59
k. Membuat batasan umur dalam melakukan penjualan suatu produk.
6. Praktik Bisnis yang memiliki Tanggung Jawab Sosial (Social
Responsible Business Practice)
Perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas
bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta
melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial. Tujuannya
adalah meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara
lingkungan hidup. Komunitas di sini mencakup karyawan perusahaan,
distributor, pemasok, organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra
perusahaan serta masyarakat secara umum. Kesejahteraan yang
dimaksud mencakup aspek-aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan
pemenuhan kebutuhan psikologis dan emosional. Aktivitas dalam
socially responsible business practice antara lain:
a. Membuat fasilitas yang memenuhi bahkan melebihi tingkat
keamanan lingkungan dan keselamatan yang ditetapkan.
b. Mengembangkan perbaikan proses produksi barang dan jasa
seperti berbagai kegiatan untuk menguruangi penggunaan bahan-
bahan yang berbahaya.
c. Menghentikan penawaran produk yang ditenggarai membahayakan
kesehatan manusia meskipun produk itu legal.
d. Memillih pemasok berdasarkan kriteria kesediaan mereka
menerapkan dan memelihara aktivitas substainable development.
60
e. Memilih perusahaan manufaktur dan bahan kemasan yang paling
ramah lingkungan dengan berbagai kriteria.
f. Melakukan pelaporan secara terbuka mengenai material produk
yang digunakan berikut asal-usulnya, potensi bahaya yang
ditimbulkan dari penggunaan produk serta berbagai informasi lain
yang berguna bagi konsumen.
g. Mengembangkan berbagai program uintuk menunjang terciptanya
kesejahteraan masyarakat.
2.5.4 Proses Pelaksanaan CSR
Dalam perencanaan dan pelaksanaan CSR, para pelaksanan ditantang
untuk dapat menentukan poin-poin penting dalam setiap pemilihan program
yang akan dibuat. Keputusan yang dibuat berkaitan dengan pemilihan isu-isu
sosial, pemilihan sebuah tindakan/inisiatif untuk mendukung isu isu tersebut,
pengembangan dan pengimplementasian perencanaan program, dan evaluasi
hasil output maupun outcomes. Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut
mengenai langkah-langkah perencanaan kegiatan CSR: (Kotler, 2005: 256-257)
a. Memilih sebuah isu / masalah sosial (choosing social issue to support)
Pada tahap awal ini merupakan tantangan yang paling besar, yaitu
sebagaimana pengalaman telah menunjukkan bahwa beberapa masalah
sosial lebih sesuai dibandingkan dengan yang lain. keputusan pertama ini
memiliki dampak yang paling berpengaruh dalam program-program
selanjutnya dan hasil yang didapat. Pada tahap ini mereka akan
61
dihadapkam pada keputusan untuk menentukan prioritas dan public.
Berikut beberapa petunjuk yang bisa membantu dalam strategi
pengambilan keputusan:
- Choose only a few social issues to support (pilih hanya beberapa
isu sosial untuk didukung)
- Choose those that are of concern in the communication where you
do (pilih isu yang merupakan kepedulian komunikasi di mana
bisnis anda berada).
- Choose issues that have synergy with mission, values, products,
and services (pilih isu yang berkaitan dengan misi, nilai, produk,
dan servis perusahaan anda).
- Choose issues that have potential to support business goals:
marketing, supplier relations, increased productivity, and cost
reductions (pilih isu yang memiliki potensial mendukung tujuan
bisnis; pemasaran, hubungan pemasok, meningkatan produktifitas,
dan mengurangi pengeluaran).
- Choose issues that can be supported over a long term (pilih isu
yang dapat didukung dalam jangka waktu panjang).
b. Memilih sebuah inisiatif/tindakan mengenai isu (selecting initiatives to
support social issues)
Ketika sebuah isu permasalahan telah dipilih, para pelaksana akan
ditantang mengenai langkah/ inisiatif apa yang akan diambil berkatian
62
dengan isu tersebut. Berikut adalah petunjuk yang bisa dilakukan dalam
tahap ini:
- Select initiative that best meet business objectives and goals (pilih
inisiatif yang paling sesuai dengan tujuan bisnis anda)
- Select initiatives that meet priority needs for the cause (pilih
inisiatif yang memenuhi kebutuhan prioritas dari permasalahan
yang ada).
- Select multiple initiatives dor a single cause, adding ones missing
for current cause efforts (pilih inisiatif yang beragam untuk sebuah
masalah, untuk menambah usaha-usaha yang kurang dalam
menangani masalah).
- Select initiatives representing the most potential for strong
community partners (pilih inisiatif yang mencerminkan potensial
tinggi bagi rekan-rekan masyarakat).
- Select initiatives where you have a history experiences (pilih
inisiatif di mana anda pernah memiliki pengalaman akan hal
tersebut).
- Select initiatives that will leverage current abundant resources
(pilih inisiatif yang akan mempengaruhi sumber daya yang ada)
c. Mengembangkan dan melaksanakan perencanaan program (developing
and implementing program plans)
Pada tahap ini adanya keputusan apakah ingin bekerja sama dengan
pihak lain dan bila iya, dengan siapa; menentukan strategi kunci, termasuk
63
media komunikasi dan pendistribusian; menetapkan peran dan tanggung
jawab masing-masing bagian; mengembangkan time tables; dan
menentukan alokasi anggaran dan sumber dana. Berikut ini adalah
petunjuk yang dimaksudkan untuk meminimalisasikan resiko dan
pengeluaran yang berhubungan dengan proses pengembangan dan
pengimplementasian program:
- Form internal, cross-funtional teams to develop plans (bentuk tim
secara internal, tim antar fungsi dalam organisasi untuk
mengembangkan rencana tersebut)
- Include community partners in plan development (ikut sertakan
rekan masyarakat dalam pengembangan perencanaan)
- Establish clear objectives and measurable goals (outcomes) for the
company (bentuk tujuan yang jelas dan dampak yang dapat diukur
untuk perusahaan).
- Establish clear objectives and measurable goals (outcomes) for the
cause (bentuk tujuan yang jelas dan dampak yang dapat diukur
untuk permasalahan yang bersangkutan.
- Develop a communication plan (kembangkan sebuah perencanaan
komunikasi).
- Identify and plan for additional strategic elements ( identifikasi
dan rencanakan untuk strategi-strategi tambahan). Get senior
management buy-in (ikut sertakan pihak manajemen).
-
64
d. Evaluasi (evaluation efforts)
Sebuah evaluasi dan pengukuran merupakan hal penting yang
dilakukan dari CSR. Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah hal yang
benar untuk dilakukan daripada berusaha untuk mengembangkan program
di masa datang, dan tahap ini juga merupakan komitmen yang harus
dipenuhi untuk memberikan laporan yang bertanggungjawab kepada para
stakeholders. Berikut ini adalah saran yang bisa dilakukan dalam
melakukan tahap ini:
- Determine purpose of evaluation (tentukan tujuan dari evaluasi).
- Measure and report resources outputs (ukur dan laporkan hasil
akhir dari sumber daya yang ada).
- Measure and report outcomes for the company, based on initiative
objectives and goals (ukur dan laporkan dampak untuk perusahaan,
berdasarkan dari tujuan dari insiatif yang dipilih).
- Measure and report outcomes for the cause, based on initiatives
objectives and goals (ukur dan laporkan dampak untuk
permasalahan, berdasarkan dari tujuan inisiatif yang dipilih).
- Monitor status of social issues that initiatives are supporting
(monitor status dari isu-isu sosial yang didukung oleh inisiatif yang
telah dipilih).
- Allocate adequate resources for measurement and reporting
(tempatkan sumber-sumber yang berkompeten untuk melakukan
pengukuran dan pelaporan).
65
2.6 Evaluasi Public Relations
Dari segi kasat mata, segala pekerjaan dalam melaksanakan kewajiban
dalam CSR perlu bukti dan bentuk nyata daripada hasil yang telah dilakukan.
CSR merupakan suatu pencapaian tujuan atau perwujudan dalam suatu organisasi,
berlandaskan kewajiban yang akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam
meningkatkan reputasi dan citra perusahaan. Setelah pelaksanaannya CSR dapat
dievaluasi. Evaluasi bukanlah tindakan mencari-cari kesalahan, sumber kegagalan
atau “kambing hitam”. Evaluasi dilakukan justru untuk pengambilan keputusan.
Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, atau memperbaiki aspek-
aspek tertentu dari satu program diambil setelah dilakukan evaluasi dari program
atau kegiatan tersebut.
Dalam CSR sebuah perusahaan, program-program tersebut akan dievaluasi
seberapa jauh sumbangannya bagi perwujudan konsep tanggung jawab sosial
organisasi. Maka prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan dijadikan
butir-butir acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program tersebut.
Dikutip dari buku Dasar-Dasar Public Relations (Elvinaro Erdianto, 2004),
evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang menurut Steele (dalam
Djudju, 1992: 191) adalah “proses penilaian secara sistematis tentang nilai, tujuan
yang sudah ditetapkan sebelumnya”. Artinya, dalam evaluasi itu kita memberi
makna, tujuan, efektivitas atau kesesuaian program/kegiatan dengan acuan pada
dua hal, yakni standar atau kriteria dan tujuan, yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Standar adalah “hasil yang diinginkan atau peristiwa yang diharapkan yang
66
digunakan sebagai dasar untuk membandingkan dengan hasil atau kegiatan yang
aktual” (McLaughlin, 1990: 126)
Dari sisi pendekatan, Djudju (1992: 240-246) membagi evaluasi menjadi 6
kategori, yaitu:
1. Evaluasi untuk pengambilan keputusan, yakni evaluasi yang
diarahkan untuk pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
berbagai keputusan tentang perencanaan program.
2. Evaluasi bagian program, yang mengevaluasi bagaian tertentu dari
program seperti bagian implementasi dan dampak program.
3. Evaluasi jenis data dan efektivitas, yang menagambil data dan jenis
kegiatan tertentu untuk dievaluasi seperti mengategorisasikan data
untuk menilai komponen-komponen program.
4. Evaluasi atas proses evaluasi, yang diperlukan oleh para perancang
program untuk memahami proses evaluasi.
5. Evaluasi pencapaian tujuan, yang menilai pengkajian pada tujuan-
tujuan khusus program apakah tercapai atau tidak. Ini merupakan
kategori evaluasi yang paling umum dilakukan.
6. Evaluasi atas hasil dan dampak, yang menilai sejauh mana hasil atau
dampak dari program.
Dari buku yang sama karya (Elvinaro Ardianto, 2014) dalam konteks PR,
lindenmann (1997: 2) menyebut evaluasi PR adalah “setiap dan semua penelitian
yang dirancang untuk menentukan efektivitas relatif sebuah program, kegiatan
67
atau strategi PR dengan mengukur keluaran (output) atau dampak (outcome)
program, kegiatan atau strategi itu berdasarkan sejumlah tujuan (objective) yang
sudah ditetapkan sebelumnya”.
Definisi ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan definisi evaluasi
yang diuraikan di atas. Hanya saja metode yang digunakan dalam melakukan
evaluasi ditegaskan adalah penelitian. Langkah-langkah dalam melakukan
evaluasi itu bisa kita pinjam dari Djuju (1992: 247). Dalam melakukan evaluasi
langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mendeskripsikan program yang
akan dievaluasi. Langkah kedua, mengidentifikasi sasaran yang membutuhkan
atau akan menggunakan hasil evaluasi itu. Selanjutnya, langkah ketiga adalah
mengidentifikasi permasalahan atau isu yang dipandang penting oleh sasaran
pembaca evaluasi itu. Keempat, menyusun rancangan evaluasi. Keenam
menganalisis dan meninterpretasi data yang terkumpul. Akhirnya, menuliskan dan
menyampaikan laporan evaluasi tersebut.
Evaluasi program atau kegiatan community relations dalam konteks PR
pada dasarnya menggunakan tahapan atau langkah yang sama dengan langkah
evaluasi program-program lain. yang membedakannya hanyalah jenis dan isi
programnya. Dalam mengevaluasi program PR tentu isinya berkatian dengan
program yang kewenangan merencanakan dan menjalakannya ada pada bagian
atau divisi PR satu organisasi.
Dengan memodifikasi bagan yang dibuat Jeffrey A. Schmidt (dalam
Wheelen dan Hunger, 1995: 285) untuk mengevaluasi program Community
68
Relations dalam konteks program PR secara keseluruhan, maka kita akan
memperoleh bagan pada halaman berikutnya
Gambar 2.1
Bagan Modifikasi Community Relations
Apakah program
yang ditetapkan
memberikan hasil
yang diinginkan
Apakah
pelaksanaan
program tidak
baik?
Apakah efektif
komunikasi tentang
program dan
komponennya?
Komunikasi
buruk
Apakah asumsi
dan premisnya
sah?
Apakah ada
komitmen
manajemen dan
diikuti dengan
penentuan langkah
yang diambil?
Lemahnya
komitmen
manajemen
Apakah sudah
dirumuskan dan
dikaji skenario
Apakah hasilnya
dimonitor dan
dilakukan revisi
Gagal membuat
mekanisme
umpan-balik yang
Tidak
Tidak Ya Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
69
Pada gambar tersebut menunjukkan beberapa aspek dalam evaluasi
program yang bisa diterapkan, dimulai dengan mengkaji pelaksanaan program.,
asumsi dan premis yang digunakan sampai diagnosis atas situasi mutakhir dan
kecenderungan yang penting. Hal yang menarik untuk diperhatikan dari gambar
tersebut adalah kesimpulan-kesimpulannya. Ada 7 kesimpulan yang penting untuk
dikaji ketika PR harus mengevaluasi program community relations yaitu (a)
komunikasi yang buruk, (b) lemahnya komitmen, (c) kegagalan membuat
mekanisme umpan balik, (d) perencanaan yang tak kokoh, (e) rencana operasional
yang tak konsisten, (f) keliru dalam menilai sumber daya yang diperlukan, (g)
keberhasilan menjalankan rencana karena rencana memberi hasil yang
Tidak
Ya
Tidak
70
diharapkan. Bila kita elaborasi, maka ketujuh kesimpulan tersebut berkanaan
dengan faktor komunikasi, dasar-dasar perencanaan, analisis kebutuhan dan
manajemen pelaksanaan.
2.6.1 Komponen Evaluasi PR
Di atas sudah diuraikan bahwa salah satu pendekatan dalam melakukan
evaluasi adalah dengan menganalisis komponen-komponen program.
Pendekatan evaluasi atas komponen program itu merupakan pendekatan
evaluasi yang banyak dipergunakan dalam mengevaluasi program PR, dan tentu
juga termasuk program communitu relations organisasi.
Ada empat komponen-komponen yang menjadi dasar pengevaluasian PR
(Lindemann (2001: 12 – 14):
a. Menetapkan tujuan dan objektif komunikasi yang terukur
b.Mengukur keluaran (output) komunikasi
c. Mengukur perkembangan (outgrowth) dan dampak (outcome)
komunikasi
d. Mengukur dampak kelembagaan.
Dikutip dari buku Dasar-Dasar Public Relations (Elvinaro Ardianto,
20014) Lindemann menuliskan konsep tentang komponen-komponen utama
dalam pengukuran dan evaluasi program-program PR. Konsep tersebut
dikembangkan bersama oleh kalangan praktisi PR dari biro konsultan PR dan
teoretisi PR dari perguran tinggi yang membentuk Satuan Tugas Khusus
71
Penyusu Kriteria Minimum Industri untuk evaluasi Keluaran dan dampak PR.
Dalam konsep ini dinyatakan 4 komponen utama sebagai berikut.
1.Menetapkan tujuan dan objektif spresifik yang bisa diukur.
Dapat mengacu pada uraian Anderson dan Hadley (1999)
mengenai cara menyusun objektif PR yang terukur. Menurut keduanya,
objektif yang terukur itu akan terkait dengan dua hal yaitu (a)
memfasilitasi dan mendukung objektif bisnis dan (b) menunjukkan
akuntabilitas. Sedangkan objektifnya sendiri harus:
a. Menyebutkan secara spesifik dampak yang diharapkan (misalnya,
peningkatan kesadaran, membaiknya hubungan, dan mengadopsi
sikap)
b. Ditujukan secara spesifik pada satu atau beberapa khalayak sasaran.
c. Bisa dikur, baik secara konseptual maupun praktis.
d. Mengacu pada “tujuan” bukan “sarana”. Bila objektif yang dibuat
menunjukkan sarana untuk melakukan sesuatu (umumnya diawali
dengan kata “meningkatkan” atau “menggunakan”) berarti yang
sedang dibuat adalah strategi bukan ogjektif
e. Menyebutkan batas waktu pencapaian objektif itu.
2.Mengukur keluaran PR
Keluaran biasanya adalah hasil yang dicapai secara langsung dan
berjangka pendek dari satu program atau kegiatan PR. Keluaran mengukur
seberapa baik organisasi menunjukkan dirinya pada pihak lain dan jumlah
perhatian atau terpaan yang diterima organisasi. Keluaran pun bisa diukur
72
dan dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif. Bila kita mengukur dan
mengevaluasi jumlah siaran pers yang dimaut, berarti kita melakukanya
secara kuantitatif. Tapi manakala kita menilai baik buruknya pemberitaan
media tentang yang diselenggarakan berarti kita melakukan evaluasi
secara kualitatif.
3.Mengukur dampak PR
Menekankan pada pengukuran terhadap dampaknya. Hanya saja,
mengukur pasti jauh lebih sulit, lebih membutuhkan biaya dan lebih
membutuhkan waktu disbanding dengan mengukur keluaran PR. Karena
dalam mengukur dan mengevaluasi dampak ini kita melihat apakah terjadi
perubahab sikap, pendapat dan perilaku pada kelompok-kelompok sasaran
program atau kegiatan PR.
4.Mengukur dampak bisnis organisasional
Pada akhirnya perusahaan memang harus mengukur dampak
kegiatan atau program PR itu pada pencapaian tujuan dan objektif
organisasi secara keseluruhan. Karen PR hanyalah salah satu bagian atau
salah satu fungsi saja dari keseluruhan organisasi, maka kegiatan atau
program yang dijalnkan itu merupakan bagian untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Rogovsky, menunjukkan dalam konsep korporat, sebagai warganegara,
selain menekankan perilaku etis dalam berbisnis juga dituntut untuk
menunjukkan komitmen pada stakeholdernya. Salah satu stakeholder penting
organisasi adalah komunitas antara lain melalui [a] menumbuhkembangkan
73
realasi timbale balik antara organisasi dan komunitasnya, dan [b] berinvestasi
pada komunitas tempat organisasi beroperasi.
Christhoper LeClair dalam Communication Effectiveness: The
Measurement Conundrum menyebutkan 5 hal yang dilakukan dalam
mengevaluasi program PR, yakni:
1. Menyusun objektif program secara cermat
Proses evaluasi program dimulai saat perencanaan dilakukan. Misalnya,
gagasan untuk menyelenggarakan kegiatan PR didasarkan pada asumsi bahwa
kegiatan itu membantu pencapaian objektif tertentu. Tantangannya di sini
adalah menyusun objektid program yang realistis dan bermakna. Program PR
yang baik tak bisa diharapkan melahirkan keajaiban bila pesan-pesan yang
disampaikannya sangat jelek. Proses evaluasi program pun mesti didasarkan
pada objektif yang bisa dijalankan dengan baik bukan sekadar menilai apakh
program bisa dijalankan atau tidak.
2. Menggunakan evaluator pihak ketiga
Ada yang menyarankan, sangat dianjurkan untuk menggunakan pihak
ketiga dalam mengecaluasi efektivitas sebuah program dalam mencapai
objektifnya. Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah orang yang tak
terlibat dalam merancang atau mengimplementasikan program yang
dievaluasi. Bisa dengan menggunakan konsultan luar atau menunjuk
74
seseorang pada divisi PR yang seacara khusus diberi tanggung jawab untuk
mengkaji program
3. Memastikan kesesuaian metodologi dengan program
Banyak yang beranggapan bahwa setiap proses evaluasi program
menghabiskan banyak uang hanya untuk melakukan penelitian survey.
Kuncinya adalah memilih metodlogi evaluasi yang tepat untuk program dan
objektif program
4. Mengoordinasikan waktu evaluasi dengan perencanaan operasional
Idealnya, evaluasi program berjalan sebelum siklus rencana opersional
tahunan. Dengan cara ini memungkinkan hasil evaluasi bermakna untuk
mempertimbangkan keputusan penyusunan program mendatang. Asumsinya,
setiap tahun kita memiliki proses perencanaan operasional yang sejalan
dengan prioritas strategis tahunan yang disusun sejalan dengan rencana
strategis PR
5. Komitmen untuk berindak berdasarkan hasil evaluasi
Pimpinan divisi PR atau bahkan pimpinan organisasi mesti menunjukkan
komitmen terhadap evaluasi dprogram dengan menunjukkan keingingan untuk
bertindak berdasrkan hasil evaluasi itu. Ini berarti secara aktif memanfaatkan
hasil evaluasi program saat mengambil keputusan tentang alokasi dana dan
alokasi sumber daya. Ini pun berarti hasil evaluasi program digunakan untuk
75
menilai kinerja staf dan umumnya dengan memberikan angka kredit bagi staf
tersebut (Gozali, 2005: 31)
2.6.2 Manfaat Evaluasi PR
Banyak yang beranggapan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
pokok untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program dan promosi yang
dilakukan PR. Berikut adalah manfaat evaluasi PR:
a. Berfokus pada upaya.
b.Mendemonstrasikan efektivitas
c. Meyakinkan efesiensi
d. Mendorong terbentuknya manajemen yang baik
e. Memfasilitasi akuntabilitas.
2.7 IPR Pre Process
Institute of public relations inggris menerbitkan edisi kedua dari Public
Relations Research and Evaluation Toolkit pada tahun 2001 yang menyajikan
lima langkah proses PRE (Planning, Research, and Evaluation) yang
menunjjukan model lain tentang bagaimana riset dan evaluasi harus dintegrasikan
ke dalam PR atau komunikasi perusahaan
The PRE process merupakan model lima langkah sebagaimana tampak
pada gambar
1. Menetapkan sasaran (setting Objectives (where do we want tobe?))
76
2. Mengembangkan strategi dan perencanaan (strategy & plant (how do we
get there?))
3. Melakukan pengukuran berjalan (ongoing Measurement (how do we get
there?))
4. Mengevaluasi hasil-hasil (Results & evaluation (how did we do?)
5. Melakukan audit untuk me-review (Where are we now?)
Berikut penulis sajikan tabel IPR PRE Process
Tabel 2.1
IPR PRE Process
Langkah Tujuan Perencanaan dan riset
1. Audit Dimana kita berada
sekarang?
Analisis data
Audit komunikasi yang
berlangsung
Riset sikap, loyalitas,
dsb.
Audit media
Desk research
Mengimpun input
Mengadakan
benchmarks
2. Penetapan sasaran Dimana kita ingin
berada?
Menyelaraskan PR
dengan sasaran strategis
Memerinci ke dalam
sasaran PR yang dapat
diukur secara spesifik
Prauji (pre-testing)
3. Strategi dan Dengan cara apa kita Menentukan strategi
77
perencanaan ingin berada disana Menentukan taktik
Menentukan jenis dan
taraf riset untuk
mengukur output
(analisis media, studi
literature, dll), out-takes
(focus groups, survey
dll.) dan outcomes
(harga saham,
penjualan, riset sikap
khalayak, dan
perubahan perilaku)
4. Pengukuran yang
sedang berjalan
Apakah kita sedang
menuju kesana?
Analisis isi media
Riset khalayak
Jajak pendapat
Focus groups
Wawancara
Survey
Inquiries, penjualan, dll
5. Hasil dan evaluasi Bagaimana kita
melakukannya?
Mengevaluasi hasil
Memetik hikmah dan
pelajaran
Me-review strategi
Umpan balik terhadap
proses PRE yang
berkesinambungan.
Manual The IPR Toolkit menggambarkan sejumlah metodologi secara
terperinci dan menyajikan data sampel, diagram dan grafik dari riset, serta
menjadikannya sebuah pedoman praktis yang berguna bagi para praktisi PR.
Informasi studi kasus lebih jauh dan detail tentang pemasok riset tercantum dalam
web-site yang terkait dengan IPR
78
Poin Kunci bagi semua model adalah bahwa PR atau komunikasi
perusahaan harus berpijak pada riset dan bahwa riset harus diaplikasikan sebagai
bagian dari proses komunikasi, bukan sebagai elemen tambahan atau sementara,
yang dilakukan secara berkala. Riset jangan sampai tertinggal di akhir. Praktisi
PR atau komunikasi perusahaan harus meneliti inputs terhadap perencanaan dan
persiapan (seperti keputusan tentang media, kecocokan isi dengan khalayak, dan
sebagainya.); outputs yang dihasilkan (seperti publikasi, publisitas dan events);
kesadaran dan dampak sikap ataub out-takes dari outputs dan efek yang hakiki
atau outcomes dari segi perubahan sikap dan perilaku (Dodi M. Gozali, 2005: 34
– 39).
2.8 Teori Stakeholder
Perkembangan bisnis di era modern menurut perusahaan untuk lebih
memerhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya
kepada pemegang saham. Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan
akan mendatangkan manfaat ekonomis dan menjaga keberlangsungan bisnis
perusahaan. Dari perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh
pemangku kepentingan inilah teori stakeholder kemudian dikembangkan.
Dalam website muwahidummah.blogspot.co.id, istilah stakeholder
pertama kali diperkenalkan oleh Standford Research Institute (RSI) ditahun 1963
(freeman, 1984: 31). Hingga Freeman mengembangkan eksposisi teoritis
mengenai stakeholder ditahun 1984 dalam karyanya yang berjudul Strategic
Management A Stakeholder Approach.
79
Dikutip dari website muwahidummah.blogspot.co.id, Freeman
mendefisniskan stakeholder, sebagai “any group or individual who can affect or
be affected by the achievement of an organization’s objective” bahwa stakeholder
merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi.
Clarkson (1994) juga telah memberikan definisi yang bahkan lebih sempit
lagi dimana stakeholder didefinisikan sebagai suatu kelompok atau individu yang
menanggung suatu jenis resiko baik karena mereka telah melakukan investasi
(material ataupun manusia) di perusahaan tersebut („stakeholder sukarela‟),
ataupun karena mereka menghadapi resiko akibat kegiatan perusahaan tersebut
(„stakeholder non-sukarela‟). Karena itu, stakeholder adalah pihak yang akan
dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan.
Warsono mengemukakan argumen bahwa dasar dari teori kepentingan
adalah bahwa perusahaan telah menjadi sangat besar, dan menyebabkan
masyarakat menjadi sangat persasive sehingga perusahaan perlu melaksanakan
akuntabilitasnya terhadap berbagai sektor masyarakat ddan bukan hanya kepada
pemegang saham saja. (Warsono, 2009: 17)
Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa
perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat
menjadi sangat terkait dan memerhatikan perusahaan, sehingga perusahaan perlu
menunjukkan akuntabilitas mupun responsibilitas secara lebih luas dan tidak
80
sebatas hanya kepada pemegang saham. Hal ini berarti, perusahaan dan
stakeholder membentuk hubungan yang saling mempengaruhi.
Warsono mengungkapkan bahwa terdapat tiga argument yang
mendukung pengelolaan perusahaan berdasarkan perspektif teori stakeholder,
yakni, argument deskriptif, argument instrumental, dan argument normatif,
berikut penjelasan singkat mengenai ketiga argument tersebut:
a. Argument deskriptif menyatakan bahwa pandangan pandangan pemangku
kepentingan secara sederhana merupakan deskripsi yang realistis
mengenai bagaimana perusahaan sebenarnya beroperasi atau bekerja.
Manajer harus memberikan perhatian penuh pada kinerja keuangan
perusahaan, akan tetapi tugas manajemen lebih penting dari itu. Untuk
dapat memperoleh hasil yang konsisten, manajer harus memberikan
perhatian pada produksi produk-produk berkualitas tinggi dan inovatif
bagi para pelanggan mereka, menarik dan mempertahankan karyawan-
karyawan yang berkualitas tinggi, serta mentaati semua regulasi
pemerintah yang cukup kompleks. Secara praktis, manajer mengarahkan
energi mereka terhadap seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya
terhadap pemilik saja.
b. Argument instrumental menyatakan bahwa manajemen terhadap
pemangku kepentingan dinilia sebagai suatu strategi perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang mempertimbangkan hak dan member
81
perhatian pada berbagai kelompok pemangku kepentingannya akan
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
c. Argument normatif menyatakan bahwa manajemen terhadap pemangku
kepentingan merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Perusahaan
mempunyai penguasaan dan kendali yang cukup besar terhadap banyak
sumber daya, dan hak istimewa ini menyebabkan adanya kewajiban
perusahaan terhadap semua pihak yang mendapat efek dari tindakan-
tindakan perusahaan (Ibid, 2009: 29-31)
2.8.1 Identifikasi stakeholder
Pemangku kepentingan dapat dikemlompokkan menjadi beberapa
kelompok berdasarkan atas jenis dan sejauh mana kepentingan kelompok
tersebut terhadap perusahaan. Hal ini penting dilakukan untuk membantu
analisis perusahaan mengenai tindakan serta perhatian apa yang dibutuhkan oleh
masing-masing stakeholder.
Mengidentifikasi perubahan yang dapat terjadi pada lingkungan
perusahaan kedalam dua kategori, yakni internal dan eksternal, bagian dari
lingkungan internal adalah, (a) pemiliki perusahaan, (b) Konsumen, (c)
Pemasok. Sedangkan yang termasuk bagian dari lingkungan eksternal terdiri
atas, (a) Pemerintah, (b) Competitor, (c) Advokasi konsumen, (d) Pemerhati
lingkungan, (e) Special Interest Group (SIG), (f) Media
82
Gambar 2.2
Kategori Stakeholder
Sumber: Freeman, 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach
Warsono dkk. (2009: 31-36) berdasarkan pengelompokkan yang
dikembangkan oleh Lawrence dan Weber, mengategorikan stakeholder menjadi
dua kelompok, yaitu:
Gover
n-
ments Supplie
rs
Environ
-
mentali
SIG
Employ
ees
Media
Compet
itor
Custo
mers
Consu
mer
Local
Commu
nity Owners
Firm
83
Pemangku Kepentingan Pasar
Pemangku kepentingan pasar adalah pihak-pihak yang terlibat
dalam transaksi ekonomik dengan perusahaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tujuan utama perusahaan untuk menyediakan barang dan
jasa bagi masyarakat. Pemangku kepentingan pasar seringkali juga
disebut pemangku kepentingan primer (primary stakeholder).
Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang ditetapkan sebagai
pemangku kepentingan pasar meliputi pemegang saham, kreditur,
pemasok, pelanggan, karyawan, dan distributor/pedagang
besar/pengecer.
Pemangku kepentingan non-pasar
Merupakan orang-orang atau kelompok-kelompok yang walaupun
tidak terlibat dalam pertukaran ekonomik langsung dengan perusahaan,
dipengaruhi oleh atau dapat mempengaruhi tindakan perusahaan.
Pemangku kepentingan non-pasar seringkali juga disebut pemangku
kepentingan sekunder (secondary Stakeholder) kelompok-kelompok
aktivis, organisasi non-pemerintah, media, kelompok pendukung bisnis,
dan masyarakat umum.
Beberapa individu atau kelompok dapat memainkan multi peran sebagai
pemangku kepentingan. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai role sets.
84
Misalnya, seorang dapat bekerja pada suatu perusahaan, dan sekaligus juga
tinggal dalam komunitas ddi sekitar perusahaan, memiliki saham perusahaan, dan
sekaligus juga tinggal dalam komunitas di sekitar perusahaan, memiliki saham
perusahaan dalam akun pensiunnya, dan bahkan membeli produk yang dihasilkan
perusahaan tersebut dari waktu ke waktu. Individu ini mempunyai peran
pemangku kepentigan perusahaan (Warsono dkk, 2009: 36).
Perusahaan juga harus melakukan analisis stakeholder sehingga mampu
mengetahui kebijakan dan tindakan apa yang akan ditempuh oleh perushaan.
Analisis pemangku kepentingan mencakup (warsono dkk, 2009: 37), yaitu: (a)
Identifikasi pemangku kepentingan yang relevan, (b) Kepentingan pemangku
kepentingan., (c) Kekuatan pemangku kepentingan, (d) Koalisis pemangku
kepentingan.
Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut.
Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan
dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah mencari
dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, makin besar usaha perusahaan
untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari komunikasi
antara perusahaan dengan stakeholdernya. Karena berbagai perusahaan
menginginkan dukungan agar kelangsungan hidupnya terus berjalan, mereka
menjadikan stakeholder (masyarakat dalam ruang lingkup perusahaan) adalah
kepentingan kedua setelah kepentingan perusahaan yaitu mencari keuntungan.
85
Sehingga perusahaan menerapkan perusahaan ramah dan peduli lingkungan yang
kini sudah bukan merupakan suatu tanggung jawab lagi, melainkan kewajiban
yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan.
2.9 Kerangka Berpikir
Pada sub-bab ini peneliti menjelaskan bahwa PT Angkasa Pura II sebagai
perusahaan yang menjalankan kegiatan community relations atau yang sering
disebut dengan CSR memiliki pola hubungan terhadap pemerintah dan media,
tidak lepas dari situ bahwa PT Angkasa Pura II memiliki hubungan eksternal
terhadap warga masyarakat yang tinggal pada sekitar Bandara Internasional
Soekarno-Hatta. Karena PT Angkasa Pura II juga menyadari bahwa dunia bisnis
juga senantiasa terhubung dengan kelompok yang terkait dan berkepentingan
(stakeholder groups)
PT Angkasa Pura II juga memiliki public relations, yang artinya dalam
perusahaan tersebut terdapat upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan
saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Khalayak
ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni internal (karyawan,
serikat pekerja, pemiliki perusahaan dan manajemen) dan eksternal (pemerintah,
mass media, masyarakat umum dan lain-lain).
Prinsip kerja public relations dapat dikatakan sebagai jembatan kehidupan
perusahaan dengan khalayak umum. Disini relationship management merujuk
pada proses hubungan manajemen antara organisasi dengan publik internal dan
86
eksternal. PT Angkasa Pura II menjadikan Program Bina Lingkugan Pemberian
Ambulans sebagai salah satu bentuk nyata relationship management.
Dalam proses pemberian Ambulans ini evaluasi harus dilakukan guna
mengetahui hasil dari proses dua arah yang didapat. Jika suatu organisasi terlihat
aktif, bertanggungjawab dan mencipatakan manfaat bagi masyarakat, maka orang-
orang akan tertarik untuk bergabung dan pemerintah akan simpatik. Hal yang
sebaliknya, jika suatu organisasi bernuansa mencurigakan, tidak disukai para
politisi, tidak didukung penuh oleh anggota organisasi, dan kemungkinan
suksesnya kecil. Pada kerangka berpikir ini peniliti menjelaskan evaluasi
relationship management mengacu pada prinsip evaluasi public relations.
87
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
STAKEHOLDERS THEORY
RELATIONSHIP MANAGEMENT
Pengambilan
Keputusan Program
Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans
Implementasi Program
Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans
Hasil dan Dampak
Program Bina
Lingkungan
Pemberian Ambulans
Evaluasi Program
Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans
Warga RT 02 RW 01 Kel.
Suka Asih Kec. Tangerang,
Kota Tangerang
Penilaian Evaluatif Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans Pada
Warga RT 02 RW 01 Kel. Suka Asih
Kec. Tangerang, Kota Tangerang
88
2.10 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel penelitian yaitu variabel
Evaluasi Relationship Management Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans. Berikut ini adalah definisi operasional variabel penelitian yang dibuat
dalam sebuah tabel operasionalisasi variabel yaitu:
Tabel 2.2
Opersional Variabel
Variabel X Dimensi Indikator Alat Ukur Skala
Evaluasi
pelaksanaan
Relationship
Management
Program Bina
Lingkungan
Evaluasi merupakan
sebuah proses
penilaian secara
sistematis tentang
nilai, tujuan yang
sudah ditetapkan
sebelumnya. Artinya,
dalam evaluasi itu
kita memberi makna,
tujuan, efektivitas
atau kesesuaian
program/kegiatan
dengan acuan pada
dua hal, yakni
standar atau kriteria
dan tujuan, yang
sudah ditetapkan
sebelumnya.
1.Evaluasi
pengambilan
keputusan
2.Evaluasi
Pelaksanaan
-Pemahaman akan
kebutuhan
masyarakat
-Pemahaman
seputar isu sosial
lingkungan sekitar
perusahaan
-Penetapan efek
yang diharapkan
baik untuk
eksternal maupun
internal perusahaan
-Planning
-Organizing
-Actuating
-Controlling
Program Bina
Likert
89
3. Evaluasi hasil
dan dampak
Lingkungan.
-Penetapan tujuan
baik bagi internal
maupun eksternal
perusahaan.
-Efektifitas peran
Program Bina
Lingkungan
dengan isu sosial
lingkungan
perusahaan.
-Manfaat yang
diterima oleh
masyarakat.
2.12 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hasil dan dampak dari evaluasi pelaksanaan Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans.
Ha : Ada perbedaan hasil dan dampak dari evaluasi pelaksanaan Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.
2.13 Penelitian Terdahulu
90
Berikut merupakan daftar dari pada nama – nama penelitian terdahulu
seputar penlitian mengenai Penilaian Evaluatif Pelaksanaan Program CSR
Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Pogram Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01
Keluarahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penggalian dari wacana
penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan ini sekaligus dapat
dijadikan sebagai data pendukung diantaranya:
Penelitian yang dilakukan Tirtanignrum dengan judul Evaluasi
Komunikasi Public Relations (Studi pada PT KAI dalam Pengiformasian
Kenaikan Tarif Pada Pengguna Jasa Kereta Commuterline Jakarta) bahwa
evaluasi komunikasi menghasilkan kemudahan penyampaian informasi dan pesan
yang didukung dengan media online.
Penelitian yang dilakukan Eka Pujiningrum dengan judul Evaluasi
Program Public Relations (Studi Program Bulan Kesehatan Gigi Nasional pada
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Dr. Moestopo Beragama) bahwa evaluasi pada
program Public Relations menghasilkan sebuah gambaran dari pada kematangan
sebuah strategi. Kurang efektifnya sebuah pesan yang disampaikan akan
menghasilkan kesimpangsiuran dari pada pencanangan dari pada Program Bulan
Kesehatan Gigi Nasional pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Dr. Moestopo
Beragama.
91
Penelitian terdahulu dengan judul Evaluasi Aktivitas Public Relations
(Studi Program ANTV Peduli Sesama Pembangunan Musholla Pada Warga RT
04 RW 08, Pondok Cabe Tangerang Selatan) yang dilakukan Cokro Adji
menghasilkan sebuah deskripsi bahwa Public Relations ANTV menjalankan
sebuah strategi pelaksanaan program CSR dengan didasari prinsip dan tugas dari
pada Public Relations.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Tirtaningrum Eka Pujiningrum Cokro Adji
Judul Penelitian Evaluasi Komunikasi
Public Relations
(Studi pada PT KAI
dalam
Pengiformasian
Kenaikan Tarif Pada
Pengguna Jasa Kereta
Commuterline
Jakarta)
Evaluasi Program
Public Relations
(Studi Program
Bulan Kesehatan
Gigi Nasional pada
Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Prof. Dr.
Moestopo
Beragama)
Evaluasi Aktivitas
Public Relations
(Studi Program
ANTV Peduli
Sesama
Pembangunan
Musholla Pada
Warga RT 04 RW
08, Pondok Cabe
Tangerang Selatan)
Tahun Penelitian 2010 2011 2012
Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui
peran dan strategi
komunikasi Public
Relations.
Untuk mengetahui
efektivitas
pelaksanaan program
Public Relations
Mengetahui peran
dan strategi Public
Relations dalam
program ANTV
Peduli Sesama.
Teori Relationship
Management
Teori tanggungjawab
Sosial
Relationship
Management
Metode
Penelitian
Kualitatif Kualitatif Kualitatif
92
Kesimpulan Tidak dapat
dipungkiri bahwa
kemajuan jaman
mendukung segala
pekerjaan setiap lini
Public Relations
dengan
memanfaatkan media
yang ada PT KAI
membuat mudah
penginformasian
mulai dari media
cetak sampai media
online mengenai
kenaikan tarif Kereta
Commuterline
Jakarta.
Strategi komunikasi
yang selama ini
dijalankan oleh
humas Rumah sakit
gigi dan mulut Prof.
Dr. Moestopo
(Beragama) untuk
mengkomunikasikan
program-program
bulan kesehatan gigi
ternyata kurang
efektif dan
menyebabkan
banyak orang tidak
mengetahui bahwa
pengobatan
diberikan secara
gratis.
Strategi
pelaksanaan Public
relations didasari
daripada tugas dan
prinsip kerja public
relations.
Persamaan Penelitian ini
mencoba
memaparkan
penerapan strategi
evaluasi komunikasi
Public Relations
Penelitian ini sama-
sama membahas
mengenai program
evaluasi public
realtions
Penelitia ini sama-
ama meneliti
mengenai evaluasi
Perbedaan Penelitian ini mencari
motif pelaksanaan
dalam penerapan
strategi komunikasi
Public Relations.
Namun tidak sampai
kepada penjelasan
efek yang didapat
daripada proses
evaluasi sebab tidak
dilakukan secara
kuantitatif.
Penelitian ini lebih
memeberikan
penjelasan strategi
pemasaran. Tidak
melakukan
penyebaran angket.
Tidak dilakukan
secara kuantitatif
Penelitian ini hanya
memfokuskan
peran dan strategi
public relations
tidak berfokus pada
dampak dan hasil
daripada pemberian
bantuan sosial.
Sumber Skripsi (Universitas Skripsi Univesitas
Prof. Dr. Moestopo
Skripsi Universitas
94
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Paradigma
positivisme menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi merupakan sebuah
proses linier atau proses sebab akibat yang mencerminkan upaya pengirim pesan
untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif (Ardianto, 2009). Jadi,
paradigma Positivisme ini memandang proses komunikasi ditentukan oleh
pengirim (source-oriented). Berhasil atau tidaknya sebuah proses komunikasi
bergantung pada upaya yang dilakukan oleh pengirim dalam mengemas pesan,
menarik perhatian penerima ataupun mempelajari sifat dan karakteristik penerima
untuk menentukan strategi penyampaian pesan.
Dengan kata lain, Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang
menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya
spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Menurut positivisme, ilmu yang
valid adalah ilmu yang dibangun dari empirik. Dengan pendekatan positivisme
dan metodelogi penelitian kuantitatif, generalisasi dikonstruksikan dari rerata
keragaman individual atau rata frekuensi dengan memantau kesalahan yang
mungkin.
Sebenarnya perbedaannya amat mendasar menyangkut falsafah atau
pendekatan yang terkandung di dalamnya. Metodologi riset kuantitatif
berdasarkan pendekatan positivisme (klasik/objektif). Perbedaan antar pendekatan
ini dapat diketahui berdasarkan empat landasan falsafahnya, yaitu:
95
Ontologis, menyangkut sesuatu yang dianggap sebagai realitas. Seperti:
ada realitas yang “real” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku
universal; diluar dunia subjektif peneliti, dapat diukur dengan standar tertentu;
digeneralisasikan dan bebas dari konteks dan waktu.
1. Epistimologis, menyangkut bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan. Seperti: ada realitas objektif (sebagai suatu realitas yang
eksternal di luar diri peneliti dan harus membuat jarak sejauh mungkin
dengan objek penelitian); jangan ada penilaian yang subjektif atau bias
pribadi.
2. Aksiologis, menyangkut tujuan atau untuk apa mempelajari sesuatu.
Seperti: nilai, etika dan pilihan moral harus berada di luar proses
penelitian; peneliti berperan sebagai disinterested scientist; memiliki
tujuan penelitian berupa eksplanasi, prediksi, dan kontrol realitas
sosial.
3. Metodologis, mempelajari teknik-teknik dalam menemukan
pengetahuan. Seperti: pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico
deductive melalui laboratorium eksperimen atau dengan analisis
kuantitatif (Kriyantono, 2009: 51 – 52).
3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitain kuantitatif dengan sifat deskriptif. Penelitian
kuantitatif adalah metode penelitan yang dapat menggambarkan atau menjelaskan
96
suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak
terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis data. Peneliti lebih
mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap
representasi dari seluruh populasi (Kriyantono, 2009: 55).
Dalam riset kuantitatif, peneliti dituntut bersikap objektif dan memisahkan
diri dari datanya. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep ataupun
alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Semua harus objektif dengan diuji
dahulu apakah batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip
reliabilitas dan validitas.
Sifat deskriptif dalam penelitian hanya bertujuan untuk memaparkan
situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau
membuat prediksi. Karakteristik data diperoleh dengan ukuran kecenderungan
pusat atau ukuran sebaran. Penelitian deskriptif menggambarkan realitas yang
sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan (Ibid: 55). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Penilaian Evaluatif Program CSR Bandara Internasional
Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kel. Suka Asih Kec.
Tangerang, Kota Tangerang)
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menggambarkan atau
memaparkan bagaimana hasil dan dampak daripada Evaluasi Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka
Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
97
3.3 Teknik Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan periset untuk mengumpulkan data (Ibid: 94). Ada beberapa teknik
pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian
menggunakan metode penelitian kuantitatif, maka pengumpulan data yang
dilakukan adalah:
3.3.1 Survei Lapangan
Dilakukan dengan mendata jumlah warga RT 02 RW 01 Kelurahan
Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. melalui kantor
administrasi Rukun Warga 01. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti
mengetahui populasi dan sampel dalam penelitian.
3.3.2 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Nazir 2007: 142). Kuesioner yang akan dibuat oleh
peneliti berisi pertanyaan dan pernyataan sesuai dengan objek penelitian yang
akan disebarkan kepada responden yang telah ditentukan. Kuesioner ini
dibuat berdasarkan kerangka operasional. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan model kuesioner tertutup yang artinya sampel harus memilih
jawaban dari pilihan jawaban yang telah disediakan peneliti. Pertanyaan yang
diajukan pada penelitian ini berkaitan dengan variabel persepsi mahasiswa
mengenai evaluasi pelaksanaan relationship management melalui Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.Peneliti menggunakan skala Likert
98
sebagai skala pengukurannya. Dalam skala likert, akan dibuat serangkaian
pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden. Setiap responden
diminta menjawab atau mengisi pertanyaan dalam kuesioner yang mengacu
pada pengukuran skala likert. Pada skala likert umumnya menggunakan 5
pilihan jawaban yang terdiri dari “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, dan
“sangat tidak setuju”. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya
menggunakan 4 pilihan jawaban. Hal ini dilakukan untuk menghindari
jawaban keragu-raguan dari responden bila disediakan jawaban ditengah.
Peneliti menganggap bahwa jawaban ragu-ragu adalah jawaban yang tidak
konsisten sehingga tidak perlu dicantumkan. Disediakan jawaban ditengah-
tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam riset, sehingga data yang
diperlukan banyak yang hilang. Jawaban ragu-ragu ini mencakup cukup
sering, cukup puas, agak, sedang, dan lainnya (Kriyantono 2009: 137).
Adapun skala pengukuran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert
Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
99
3.4 Sumber Data
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Bungin, 2009:
90). Populasi dalam penelitian ilmiah juga merujuk pada istilah untuk
menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran
penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian dapat dikatakan sebagai
keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,
hewan, nilai peristiwa dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi
sumber penelitian (Ibid: 99). Populasi didalam penelitian ini adalah warga RT
02 RW 01 Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Tabel 3.2
Data Jumlah Warga Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang.
Umur Jenis Kelamin
Laki – Laki Perempuan
0 - 10 tahun 21 24
11 - 20 tahun 22 28
21 - 30 tahun 24 32
>30 tahun 32 38
Jumlah 99 122
221
Sumber: Rekapitulasi Data Kantor Administrasi Rukun Warga 01 Tahun 2014
100
3.4.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya. Sampel secara sederhana
diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang
sebenarnya dalam penelitian, dengan kata lain samper adalah sebagian dari
populasi yang mewakili seluruh populasi. Karena jumlah populasi yang cukup
besar tersebut, maka ditentukan jumlah sampel yang akan diteliti adalah warga
RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
sudah mempelajari lebih dalam mengenai citra.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Proportinate
Random Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang
dilakukan apabila sifat atau unsur dalam populasi tidak homogen dan berstrata
secara proporsional (Martono 2010: 67)
Populasi yang berjumlah lebih dari 100 orang memungkinkan peneliti
melakukan penarikan sampel menggunakan rumus Yamane dengan tingkat
signifikansi 10%. Berikut ini adalah perhitungan dengan menggunakan rumus
Yamane:
12
Nd
Nn
Keterangan : n = Sampel
N = Ukuran populasi
d = Tingkat kesalahan
101
Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh perhitungannya sebagai
berikut:
- Warga Suka Asih RT 02 RW 01:
12
Nd
Nn
1%)10(221
2212
n
n 73
3.5 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sample. Area sampling,
adalah teknik sampling yang dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi
bahwa populasi penelitiannya berada atau tersebar pada suatu wilayah. Area
sampling tidak terpaku pada homogenitas. Teknik ini dipakai apabila populasi
penelitian adalah populasi area. Populasi yang berada pada daerah besar kemudian
dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang jelas batas-batasnya. Untuk keperluan ini
peneliti mungkin membutuhkan peta atau potret segmen-segmen wilayah, yang
dalam teknik ini menjadi unit populasi tersebut – katakan saja populasi dibagi
menjadi daerah pemukiman mahasiswa daerah pemukiman warga, daerah
pemukiman gelandangan, real estate, perkantoran, pertokoan, nelayan, dan daerah
industry. Diambil wakilnya sebagai sample.
Untuk mengalokasikan sampel digunakan rumus sebagai berikut:
102
Keterangan:
Ni : Ukuran tiap strata sampel
Ni : Ukuran tiap strata populasi
n : Ukuran (total) sampel
N : Ukuran (total) populasi
Berikut ini adalah teknik penarikan sampel dengan proportionate random
sampling:
Tabel 3.3
Teknik Penarikan Sampel
Jenis Kelamin
Laki – Laki Perempuan
Populasi
= 32,7
= 40,2
Sample 33 40
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pengaturan mengurutkan,
mengelompokkan, dan mengkategorikan. Data yang diperoleh dari penyebaran
kuesioner untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik dengan bantuan
SPSS versi 21.
3.6.1 Uji Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrument
(kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian instrumen
dilakukan dengan teknik analisis item instrumen. Yaitu dengan cara
103
mengkorelasikan skor tiap item variabel pertanyaan independen dengan skor
total pertanyaan variabel tersebut dengan menggunakan koefisien korelasi (r).
Apabila angka korelasi yang diperoleh diatas agka r tabel maka penyataan itu
valid.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS versi 21
untuk menguji kevaliditasan tiap item pertanyaan.
3.6.2 Uji Realibilitas
Disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan
hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan
berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil,
dapat diandalkan dan tetap. Dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha
Cronbach hasil pengujian dapat dilihat pada tabel Reliability Statistik, lalu
hasil tersebut dibandungkan dengan tingkat reliabilitas berdasarkan nilai
Alpha, jika nilai Alpha hitung lebih besar dari 0,6 yang artinya item
pertanyaan yang ada didalam seluruh variabel tersebut reliabel. Sebagai alat
ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan menggunakan komputer dengan
program SPSS 21.
Tabel 3.4
Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai Alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel
>0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel
>0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel
>0,60 s/d 0,80 Reliabel
>0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel
104
3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
Menentukan besarnya nilai r tabel dengan ketentuan df= jumlah kasus
- 2 atau 56 – 2 = 54 dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05 ,
angkanya = 0,2632. Analisis pada output dapat dilihat pada bagian Pearson
Correletad.
Tabel 3.
Hasil Penghitungan Uji Validitas
Item Penyataan Pearson
Correlation (r
hitung)
r Tabel
(signifikansi
0,05)
Keterangan
Pernyataan 1 0,742 0,235 Valid
Pernyataan 2 0,657 0,235 Valid
Pernyataan 3 0,744 0,235 Valid
Pernyataan 4 0,830 0,235 Valid
Pernyataan 5 0,715 0,235 Valid
Pernyataan 6 0,755 0,235 Valid
Pernyataan 7 0,835 0,235 Valid
Pernyataan 8 0,797 0,235 Valid
Pernyataan 9 0,826 0,235 Valid
Pernyataan 10 0,831 0,235 Valid
Pernyataan 11 0,751 0,235 Valid
Pernyataan 12 0,780 0,235 Valid
Pernyataan 13 0,657 0,235 Valid
Pernyataan 14 0,833 0,235 Valid
Pernyataan 15 0,536 0,235 Valid
105
Pernyataan 16 0,743 0,235 Valid
Pernyataan 17 0,808 0,235 Valid
Pernyataan 18 0,853 0,235 Valid
Pernyataan 19 0,794 0,235 Valid
Pernyataan 20 0,825 0,235 Valid
(Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2016)
Hasil analisis tersebut menunjukan seluruh item pertanyaan pada tabel
3.5 adalah > 0,235 adalah valid.
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha
N of Items
,968 20
Hasil output SPSS tersebut menunjukan Reliability Coefficients yang
terlihat sebagai cronbach’s alpha 0,968 > 0,80 . Dapat disimpulkan bahwa
konstruk pertanyaan tersebut adalah sangat reliabel.
3.7 Analisis Data
Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan
rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisis
data ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan
kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalan penelitian ini meliputi
3.7.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan masing-masing indicator, yaitu indikator evaluasi
106
pelaksanaan Relationship Management melalui program CSR Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih
Kecamatan Tangerang. Dalam analisis deskiptif ini perhitungan yang
digunakan untuk mengetahui tigkat presentase skor jawaban dari masing-
masing variabel dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
n = skor empiric (skor yang diperoleh)
N = jumlah skor atau nilai (skor total)
Perhitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah
sebagai berikut
1. Menentukan persentase maksimal
2. Menentukan angka persentase minimal
Adapun kriteria interpretasi hasil angket adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
107
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
81% - 100% Sangat Kuat
61% - 80c% Kuat
41% - 60% Cukup
21% - 40% Lemah
0% - 20% Sangat Lemah
(Sumber: Ridwan, 2010: 41)
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelian
Adapun rencana waktu penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut
Kegiatan Jan Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
ACC
Proposal
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
108
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Company Profile PT Angkasa Pura II
PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II”
atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan
jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah
mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk
mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta
Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta
Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.
Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan
nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa
Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta
Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT
Angkasa Pura II (Persero).
109
Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan
dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar
udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang
dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut
diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan
dan kepercayaan masyarakat.
Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan
usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan
berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara
yang dikelolanya.
Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara
Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu
(Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud
Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein
Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji
Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal
Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).
Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari
berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi
kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan
pelayanan, diantaranya adalah “The Best BUMN in Logistic Sector” dari
Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), “The Best I in Good Corporate
110
Governance” (2006), Juara I “Annual Report Award” 2007 kategori BUMN
Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya
dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance
Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil
meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah
Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time
Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III
Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The
Best Prize „INACRAFT Award 2010‟ in category natural fibers, GCG Award
2011 as Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index
(CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun 2011 dari.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara
Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam
Indonesia Travel & Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil
(Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31
Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, serta
berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best
Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru)
dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good
Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara
Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori
Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Terminal 3 (Cengkareng)
111
4.1.1.1 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
4.1.1.2 Visi dan Misi PT Angkasa Pura II (Persero)
Visi
Menjadi pengelola bandar udara kelas dunia yang
terkemuka dan profesional.Untuk mewujudkan visi tersebut,
Angkasa Pura II bertekad melakukan transformasi secara
menyeluruh dan bertahap selama lima tahun pertama
112
Misi
Mengelola jasa bandar udara kelas dunia dengan
mengutamakan tingkat keselamatan, keamanan, dan
kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
Mengembangkan SDM dan budaya Perusahaan yang
berkinerja tinggi dengan menerapkan sistem manajemen
kelas dunia
Mengoptimalkan strategi pertumbuhan bisnis secara
menguntungkan untuk meningkatkan nilai pemegang
saham serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
pemangku kepentingan lainnya
Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan
mitra usaha dan mitra kerja serta mengembangkan secara
sinergis dalam pengelolaan jasa bandar udara
Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat
dan lingkungan
113
4.1.1.3 Nilai-Nilai Perusahaan
Angkasa Pura II memiliki nilai-nilai perusahaan yakni:
Gambar 4.2
Nilai-Nilai Perusahaan PT Angkasa Pura II Persero
4.1.1.4 Arti Logo PT Angkasa Pura II (Persero)
Gambar 4.3
Logo PT Angkasa Pura II (Persero)
114
Biru adalah warna yang melambangkan pergerakan sektor
logistik yang terus tumbuh berkembang pesat.
Merah melambangkan tindakan yang berlandaskan
semangat kerja dan komitmen PT Angkasa Pura II dalam
menyediakan pelayanan berkualitas internasional dengan
mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pelanggan.
Kuning melambangkan kemakmuran sebagai buah
keberhasilan yang akan didapat dari kerja keras PT Angkasa
Pura II untuk para pemegang saham, manajemen, karyawan, dan
Indonesia.
Hijau melambangkan arah kepemimpinan yang tegas,
berintegritas, dan terarah menuju pertumbuhan perusahaan yang
sehat.
4.1.2 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu
melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku
pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk
memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada
pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik,
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan
115
kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara
melalui program Corporate Social Responsibility.
A. Kebijakan
Program Kemitraan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil mitra binaan agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus
memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar wilayah operasi Angkasa Pura II.
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi Angkasa Pura II melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba Perusahaan dan bersifat hibah. Program
ini ditujukan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar
wilayah operasi Angkasa Pura II.
Tujuan pelaksanaan program adalah membangun hubungan
harmonis dengan masyarakat, sekaligus memberi kontribusi nyata untuk
lingkungan masyarakat yang sejahtera. Pelaksanaan program mengacu
pada Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-
09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
116
B. Jenis Program
1. Program Kemitraan
Sasaran dari pelaksanaan program ini adalah para pelaku
UKM. Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri,
perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa
dan sektor lainnya.
Pada tahun 2012, Angkasa Pura II telah menyelenggarakan
pelatihan yang berlangsung di seluruh Indonesia yang diikuti calon
mitra binaan maupun mitra binaan dan telah menyelenggarakan
promosi/pameran dalam bentuk mengikut sertakan dalam acara-
acara pameran yang diselenggarakan di dalam negeri maupun di
luar negeri. Selain itu juga, telah disalurkan pinjaman bergulir
untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan sebesar
Rp67.742.500.000,00 dengan jumlah mitra binaan sebanyak 6.468
unit usaha.
Kami menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir
dengan melakukan pemantauan (monitoring) atas penggunaan,
pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya agar seluruh mitra
binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan
mengembalikan dana pinjaman tepat waktu. Beberapa contoh
kegiatan pelatihan yang diselenggarakan tahun 2012 adalah:
117
1. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Meningkatkan Kinerja
Mitra Binaan Angkasa Pura II” di Kantor Cabang Bandara
Husein Sastranegara tanggal 28-29 Juni 2012 yang diikuti oleh
34 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara.
2. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Bagaimana Menjadi
Pengusaha Yang Sukses Dunia Akhirat “dikantor Cabang
Bandara Internasional Minangkabau tanggal 05 Juli 2012 yang
diikuti oleh 52 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Internasional
Minangkabau.
3. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Menjadi Pengusaha
Sukses Dunia & Akhirat” di Kantor Cabang Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin II tanggal 22 September 2012 yang
diikuti oleh 58 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Sultan
Mahmud Badaruddin II.
4. Pelatihan ESQ Basic Training BUMN di Jakarta International
EXPO Kemayoran tanggal 11 Oktober 2012 yang diikuti oleh
93 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta
dan Kantor Cabang Halim Perdanakusuma.
5. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Melalui Nilai-nilai
Pribadi Luhur Agar Sukses Dunia Akhirat” di Hotel Serena
Bandung tanggal 22-23 Oktober 2012 yang diikuti oleh 30
Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara.
118
6. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pelatihan Kewirausahaan
Bagi Pengusaha Kecil Sukses Mitra Binaan Angkasa Pura II”
di Hotel Novotel tanggal 23 Oktober 2012 diikuti oleh 65 Mitra
Binaan dari Kantor Cabang Depati Amir.
7. Pelatihan Mitra Binaan Program Kemitraan Tahun 2012 di
Hotel Aston Tanjungpinang tanggal 5 November 2012 yg
diikuti oleh 34 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Raja Haji
Fisabilillah.
8. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Diklat Manajemen Usaha
Mitra Binaan Angkasa Pura II” di Wisma Hijrah Aceh tanggal
07-08 November 2012 diikuti oleh 50 Mitra Binaan dari Kantor
Cabang Sultan Iskandar Muda.
9. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pelatihan Manajemen
Usaha Kecil” di Aula BKKBN Pontianak tanggal 27 Desember
2012 yang diikuti oleh 20 Mitra Binaan dari Kantor Cabang
Supadio.
10. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pelatihan Mitra Binaan
Tahun 2012 PT Angkasa Pura II” di Kampus LPP Perkebunan
Medan tanggal 19-20 Desember 2012 yang diikuti oleh 25
Mitra Binaan dari Kantor Cabang Polonia.
11. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pengembangan Spirit
Wirausaha” di Hotel Dyan Graha Pekanbaru tanggal 26-27
119
Desember 2012 yang diikuti oleh 50 Mitra Binaan dari Kantor
Cabang Sultan Syarif Kasim II.
12. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “ Pelatihan Administrasi
Dasar dan Motivasi Mitra Binaan” di Hotel Grand Pasifik
Bandung tanggal 20-21 Desember 2012 yang diikuti oleh Mitra
Binaan dari Kantor Cabang Husein Satranegara.
Beberapa contoh kegiatan promosi/pameran yang
diselenggarakan tahun 2012 adalah:
1. Pameran INACRAFT yang diselenggarakan dari tanggal 25-29
April 2012 bertempat di JCC yang diikuti oleh 8 Mitra Binaan
dari Kantor Cabang Halim Perdanakusuma Jakarta, Kantor
Cabang Husein Sastranegara Bandung, Kantor Cabang Polonia
Medan, Kantor Cabang Supadio Pontianak, Kantor Cabang
Sultan Thaha Jambi, Kantor Cabang Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang, dan Kantor Cabang Utama
Soekarno-Hatta.
2. Pameran Indonesia Fashion & Craft yang diselenggarakan dari
tanggal 08-12 Agustus 2012 bertempat di JCC yang diikuti
oleh 10 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-
Hatta, Kantor Cabang Halim Perdanakusuma, dan Kantor
Cabang Husein Sastranegara.
120
3. Pameran Bandung Air Show 2012 yang diselenggarakan dari
tanggal 27-30 September 2012 bertempat di Bandara Husein
Sastranegara yang diikuti oleh 4 Mitra.
4. Pameran Index Dubai yang diselenggarakan dari tanggal 24-27
September 2012 bertempat di Dubai Uni Emirat Arab yang
diikuti oleh 1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama
Soekarno- Hatta.
5. Pameran Banten Expo yang diselenggarakan dari tanggal 25-30
September 2012 bertempat Serang yang diikuti oleh 1 Mitra
Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta.
6. Pameran Gebyar Potensi Unggulan dan Wisata Banten yang
diselenggarakan dari tanggal 11-14 Oktober 2012 bertempat di
Summarecon Mall Serpong yang diikuti oleh 2 Mitra Binaan
dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta.
7. Pameran Expo Pangan Kuliner Nusantara yang
diselenggarakan dari tanggal 27 s.d 30 November 2012
bertempat di Hotel Tiara Convention Medan yang diikuti oleh
1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Polonia.
8. Pameran Intrade Malaysia yang diselenggarakan dari tanggal
27-29 November 2012 bertempat di Menara MATRADE Kuala
Lumpur Malaysia yang diikuti oleh 2 Mitra Binaan dari Kantor
Cabang Husein Sastranegara dan Kantor Cabang Halim
Perdanakusuma.
121
2. Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi Angkasa Pura
II melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Perusahaan dan
bersifat hibah.
Cakupan kegiatan Program Bina Lingkungan meliputi
pemberian bantuan untuk Bencana Alam, Pendidikan dan/atau
Pelatihan, Peningkatan Kesehatan, Sarana dan Prasarana Umum,
sarana ibadah, pelestarian alam, bantuan sosial kemasyarakat
dalam rangka pengentasan kemiskinan dan bantuan pendidikan,
pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi serta bentuk lain yang
terkait dengan upaya peningkatan kapasitas mitra binaan program
kemitraan.
Disamping program-program tersebut terdapat program
bantuan yang pelaksanaannya didasarkan pada intruksi Kementrian
BUMN yang dinamakan BUMN Peduli. Bantuan Bina Lingkungan
telah memberikan kontibusi besar bagi peningkatan kehidupan
masyarakat serta kemajuan dalam bidang pendidikan, bidang
kesehatan, keagamaan, prasarana umum, pelestarian alam dan
bantuan bencana alam.
Berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor: S-790/MBU/2009 Tanggal 19 Oktober 2009,
122
Angkasa Pura II ditugaskan melaksanakan Program BUMN Peduli
Beasiswa Pendidikan. Dana Program BUMN Peduli Beasiswa
Pendidikan disalurkan kepada 27 Perguruan Tinggi Negeri secara
bertahap.
Pada tahun 2012 Dana Program Bina Lingkungan yang
telah disalurkan sebesar Rp8.027.778.989,- untuk BUMN Peduli
telah disalurkan sebesar Rp23.829.431.066,00 dan untuk BUMN
Peduli Beasiswa telah sebesar Rp54.252.812.440,00
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Analisis Data Responden
Untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan pemberian ambulans, peneliti
telah melakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner dengan cara
area sampling. Kuesioner disebarkan kepada 73 warga Kelurahan Suka Asih,
Kecamatan Kota Tangerang yang sudah memiliki KTP.
Kuesioner tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan dan 4 pertanyaan
yang diajukan untuk memperoleh data responden yaitu mengenai usia, jenis
kelamin, pernah atau tidaknya responden menggunakan fasilitas ambulans.
Tabel 4.1
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 33 45,2 45,2 45,2
Perempuan 40 54,8 54,8 100,0
Total 73 100,0 100,0
123
Diagram 4.1
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden laki-laki
berjumlah 33 orang dengan presentase 45,2% dan responden Perempuan
sebanyak 40 orang dengan presentase 54,8%. Dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini adalah perempuan
Diagram 4.2
Usia
Tabel. 4.2
Tabel 4.2
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
17 tahun 1 1,4 1,4 1,4
18 tahun 4 5,5 5,5 6,8
19 tahun 2 2,7 2,7 9,6
20 tahun 3 4,1 4,1 13,7
21 tahun 4 5,5 5,5 19,2
22 tahun 1 1,4 1,4 20,5
23 tahun 5 6,8 6,8 27,4
24 tahun 5 6,8 6,8 34,2
26 tahun 11 15,1 15,1 49,3
27 tahun 5 6,8 6,8 56,2
28 tahun 2 2,7 2,7 58,9
124
29 tahun 7 9,6 9,6 68,5
30 tahun 1 1,4 1,4 69,9
31 tahun 2 2,7 2,7 72,6
32 tahun 3 4,1 4,1 76,7
33 tahun 1 1,4 1,4 78,1
36 tahun 3 4,1 4,1 82,2
37 tahun 1 1,4 1,4 83,6
38 tahun 1 1,4 1,4 84,9
42 tahun 2 2,7 2,7 87,7
44 tahun 1 1,4 1,4 89,0
46 tahun 4 5,5 5,5 94,5
49 tahun 1 1,4 1,4 95,9
51 tahun 2 2,7 2,7 98,6
59 tahun 1 1,4 1,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas peneliti mengkategorikan umur yang dimulai
dari pada masa remaja akhir sampai masa lansia akhir. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2009
1. Masa remaja akhir : 17-25 tahun (25 responden)
2. Masa dewasa awal : 26-35 tahun (32 responden)
3. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun (8 responden)
4. Masa lansia awal : 46-55 tahun (7 responden)
5. Masa lansial akhir : 56-65 tahun (1 responden)
(https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur-menurut-
depkes/)
125
Tabel 4.3
Pernyataan Pernah/Tidak Pernah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Pernah 37 50,7 50,7 50,7
Tidak Pernah 36 49,3 49,3 100,0
Total 73 100,0 100,0
Diagaram 4.3
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa Frekuensi pernah
menggunakan fasilitas ambulans berjumlah 37 orang dengan presentase
50,7%, tidak pernah menggunakan fasilitas ambulans berjumlah 36 orang
dengan presentase 49,3%.
Hal ini menjelaskan bahwa sebagian warga RT 002 RW 01 Kelurahan
Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang pernah melakukan
aktivitas dengan pemanfaatan ambulans sebagai sarana pelayanan kesehatan
yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
126
Tabel 4.4
Pekerjaan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Pelajar 5 6.8 6.8 6.8
Mahasiswa 11 15.1 15.1 21.9
Pekerja Lepas 5 6.8 6.8 28.8
Buruh 5 6.8 6.8 35.6
Wiraswasta 7 9.6 9.6 45.2
Pegawai Swasta 24 32.9 32.9 78.1
Pegawai Negeri Sipil 10 13.7 13.7 91.8
Ibu Rumah Tangga 5 6.8 6.8 98.6
Pensiunan 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.4
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa frekuensi pekerjaan,
sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 5,8% tidak bekerja
melainkan masih berstatus sebagai Pelajar, 11 responden dengan persentase
15,1% berstatus sebagai Mahasiswa, 5 responden dengan persentase 6,8%
bekerja sebagai Pekerja Lepas, 5 reponden lainnya dengan persentase 6,8%
bekerja sebagai Buruh, 24 responden dengan persentase sebesar 32,9 %
bekerja sebagai Pegawai Swasta, 10 responden lainnya dengan persentase
sebesar 13,7% bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, 5 responden dengan
127
persentase 6,8% berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga, 1 responden dengan
persentase 1,4% berstatus sebagai Pensiunan.
Tabel 4.5
Pendidikan Terakhir Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Sekolah Dasar 2 2.7 2.7 2.7
Sekolah Menengah Pertama/Sederajat
4 5.5 5.5 8.2
Sekolah Menengah Atas/Sederajat
42 57.5 57.5 65.8
Diploma III 1 1.4 1.4 67.1
Strata 1 24 32.9 32.9 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.5
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa frekuensi sebanyak 2
responden dengan persentase sebesar 2,7% memperoleh pendidikan terakhir
pada sekolah dasar, 4 responden dengan persentase 5,5% memperoleh
pendidikan terakhir pada Sekolah Menengah Pertama/Sederajat, 42 responden
dengan persentase sebesar 57,5% memperoleh pendidikan terakhir pada
Sekolah Menengah Atas/Sederajat, 1 responden dengan persentase sebesar
1,4% memperoleh pendidikan terakhir pada Diploma III, dan 24 responden
dengan persentase 32,9% memperoleh pendidikan terakhir Strata 1.
128
4.2.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian
Tabel 4.6
Keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
PT Angkasa Pura II
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 14 19.2 19.2 19.2
Setuju 38 52.1 52.1 71.2
Sangat Setuju 21 28.8 28.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.6
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 38 atau 51% responden
menjawab setuju mengenai keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulan PT Angkasa Pura II, 21 responden atau 28,8% menjawab sangat setuju,
sedangkan 14 responden atau 19,2% memilih tidak setuju. Hal ini
menggambarkan bahwa warga RT02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan
Tangerang Kota mengetahui keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II.
Keberadaan Program Bina Linkungan Pemberian Ambulans ini didukung
dengan informasi. Pengertian Informasi Menurut Jogiyanto HM., (1999: 692)
129
informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang
menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang
digunakan untuk pengambilan keputusan.
Abdul Kadir (2002: 31) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah
diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang
menggunakan data tersebut.
Dapat didefiniksan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data
dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang
nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
tidak terlepas dari pengetahuan yang didapat dari infomasi.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengetahuan bisa
dimaknai sebagai segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Pengetahuan adalah hasil mengetahui yang didapat setelah melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003: 13). penginderaan
pada objek tertentu.
Berdasarkan pengertian pengetahuan menurut para ahli di atas, penulis
bisa lebih memahami dan mengerti konsepnya. Pengetahuan bisa diartikan
sebagai segala hal yang diperoleh dari proses persentuhan panca indera terhadap
objek tertentu, bisa pula melalui proses belajar dan mengamati sekitar.
130
Dapat disimpulkan keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II (Pesero) dapat diketahui keberadaannya karena
pada umumnya responden memiliki pengetahuan seputar informasi keberadaan
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans tersebut.
Informasi ditunjang dari pada keberadaan penyebaran yang didukung
teknik penyampaian pesan yang baik. Maka dari itu dapat disimpulkan pula, PT
Angkasa Pura II (Persero) juga mengaplikasikan teknik penyampaian pesan yang
baik dalam penyebaran informasi sehingga keberadaan Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans diketahui keberadaannya, sedangkan responden selaku
penerima CSR memiliki respon yang baik dalam penerimaan Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans
Tabel 4.7
Masyarakat Mengalami Kesulitan dalam Menkangkau Lokasi Layanan
Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 2 2.7 2.7 2.7
Tidak Setuju 8 11.0 11.0 13.7
Setuju 45 61.6 61.6 75.3
Sangat Setuju 18 24.7 24.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
131
Diagram 4.7
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 45 Responden atau 61,6%
menjawab setuju dan 18 responden atau 24,7% menjawab sangat setuju mengenai
sebelum adanya Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa
Pura masyarakat mengalami kesulitan untuk menjangkau lokasi pelayanan
kesehatan, dan sisanya 8 responden atau 11% menjawab tidak setuju, serta 2
responden atau 2,7% memilih sangat tidak setuju.
Salah satu yang menjadi perhatian awal dalam Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (persero) adalah kerjasama yang telah
dibentuk dengan instansi pemerintah sejak awal berdirinya perusahaan.
Pada hakikat sebuah hubungan antara perusahaan dengan stakeholder,
semua itu akan berbicara kepada peran serta keduanya dalam menangani sebuah
masalah ataupun isu sosial. Masalah sosial adalah kondisi yang tidak diinginkan
oleh sebagian besar warga masyarakat. (Soetomo, 2001: 17)
132
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial
(Soerjono Soekanto, 1997: 29).
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk ditanggapi setiap
pelaku bisnis termasuk PT Angkasa Pura II (Persero). Isu kesehatan yang
berkembang menyebabkan setiap pelaku bisnis berlomba mengembangkan konsep
corporate social responsibility.
Maraknya isu yang berkembang mengakibatkan banyaknya kasus
kesehatan yang tidak memiliki titik temu penyelesaian. Inilah yang menjadikan
penulis mengembangkan indikator yang berada di lapangan seputar isu kesehatan
yang beredar.
Berdasarkan pada tabel di atas peneliti dapat mendeskripsikan bahwa PT
Angkasa Pura II (Persero) telah melihat bahwa layanan kesehatan merupakan
salah satu akomodasi yang sangat dibutuhkan masyarakat warga RT 02 RW 01
Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Tabel 4.8
Pemberian Ambulans Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 4 5.5 5.5 5.5
Tidak Setuju 15 20.5 20.5 26.0
Setuju 42 57.5 57.5 83.6
Sangat Setuju 12 16.4 16.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
133
Diagram 4.8
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 42 responden atau 57,5%
menjawab setuju mengenai pemberian ambulans bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang demi mengoptimalisasikan sarana kesehatan bagi
warga kota tangerang, sedangkan 15 responden menjawab tidak setuju sedangkan
12 responden atau 16,4% menjawab setuju, dan sisanya 4 responden dan 5,5%
memilih tidak setuju.
Upaya Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura
II (Persero) tidak terlepas dari jalinan kerja sama yang ada didalamnya. Jalinan
kerja sama yang ada terkait kesehatan warga masyarakat ditanggapi secara cepat
oleh PT Angkasa Pura II dengan Pemberian Ambulans yang telah ada sejak tahun
2012.
Kerjasama yang dijalankan tidak hanya sebuah wacana yang kian populer
di tengah perkembangan konsep corporate social responsibility. Menurut Rosen
dalam Keban (2007: 32) kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan
dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas pelayanan. Kerjasama
dapat pula dilakukan dalam sharing investasi. Sharing dalam investasi misalnya,
134
akan memberikan hasil yang memuaskan dalam penyediaan fasilitas sarana dan
prasarana. Kerjasama juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan misalnya
dalam pemberian atau pengadaan fasilitas, dimana masing – masing pihak tidak
dapat membelinya sendiri. Dengan kerjasama, fasilitas pelayanan yang mahal
harganya dapat dibeli dan dinikmati bersama seperti pusat rekreasi, pendidikan,
transportasi, sarana kesehatan, dan sebagainya.
Kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dapat mempengaruhi
keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya perlu diadakan
kerjasama dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama
tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing –
masing orang untuk mencapai sebuah tujuan. (Tangkilisan 2005: 86)
Dalam pelaksanaan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama.
Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama
bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Apabila satu pihak dirugikan dalam
proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai
keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik
anatara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama (Bowo dkk.,
2007: 50)
Dalam hal ini peneliti dapat menganalisis bahwa sesungguhnya
pelaksanaan sebuah program dapat tersalurkan dengan maksimal apabila ada
pihak yang turut memperhatikan dan menjaga jalannya penggunaan sarana
ambulans. Maka Dinas Kesehatan sebagai instansi pemerintahan yang dianggap
dapat menyalurkan sarana ambulans, menjadi instansi pemerintahan yang
135
dipercayakan PT Angkasa Pura II (Persero) dalam mengoperasikan ambulans.
Warga kota tangerang dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan karena
PT Angkasa Pura II memberikan sarana ambulans terbuka untuk semua kalangan
yang membutuhkan.
Tabel 4.9
Tujuan dari pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 4 5.5 5.5 5.5
Tidak Setuju 15 20.5 20.5 26.0
Setuju 35 47.9 47.9 74.0
Sangat Setuju 19 26.0 26.0 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.9
Berdasarkan tabel 4.9 35 responden menjawab setuju mengenai tujuan
daripada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans, 19 responden atau
26% menjawab sangat setuju, sedangkan 15 responden atau 20,5% menjawab
tidak setuju, dan sisanya 4 responden atau 5,5% memilih sangat tidak setuju.
Pengertian dari pada program bina lingkungan sendiri merupakan sebuah
ekspresi kebijakan sosial oleh perusahaan di tengah dinamika masyarakat yang
136
membutuhkan perhatian terhadap penciptaan dan realisasi solusi, dengan landasan
bertindak praktis untuk kebersamaan lingkungan dalam upaya yang sinergis.
Pengertian tersebut tidak jauh dari pada pengertian corporate social
responsiblitiy yang merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab
perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), yang dimaksud
dengan pemangku kepentingan dalam hal ini adalah orang atau kelompok yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan,
maupun operasi perusahaan. (Ismail Solihin, 2009: 2)
Meski memiliki banyak definisi, namun secara esensi CSR merupakan
wujud dari giving back dari korporat kepada komunitas. Perihal ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat
tulus guna memberi kontribusi yang paling positif pada komunitas (stakeholders).
Tujuan dari pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT
Angkasa Pura II (Persero):
1. Mengoptimalisasikan sarana dan prasarana kesehatan warga Kabupaten
atau Kota Tangerang, khususnya wilayah operasional perusahaan.
2. Membantu perbaikan lingkungan hidup khusunya pada bidang kesehatan.
3. Meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
4. Mempermudah akses penerimaan layanan kesehatan masyarakat.
Adapun dari keseluruhan tujuan tersebut masyarakat juga memahami
manfaat bagi perusahaan yaitu:
1. Mempermudah koordinasi dengan pemerintah daerah.
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap operasional perusahaan.
137
3. Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi dari segi kesehatan di
wilayah operasi perusahaan.
Dalam hal ini peneliti dapat menganalisis pemberian ambulans bukan
menjadi sebuah program yang sukarela diberikan oleh pihak PT Angkasa Pura II
(Persero) melainkan sudah menjadi sebuah tanggung jawab. Dapat dilihat dari
pada penguraian tujuan yang mendeskripsikan bahwa program pemberian
ambulans merupakan sebuah bentuk tanggung jawab perusahaan kepada
masyarakat.
Tabel 4.10
PT Angkasa Pura II Paham akan Kebutuhan Masyarakat Lingkungan
Sekitar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 10 13.7 13.7 13.7
Tidak Setuju 12 16.4 16.4 30.1
Setuju 34 46.6 46.6 76.7
Sangat Setuju 17 23.3 23.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.10
Berdasarkan Tabel 4.10 mengenai bahwa PT Angkasa Pura paham akan
kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar, 34 responden atau 46,6% menjawab
138
setuju, 17 atau 23% menjawab sangat setuju, 12 responden atau 16,4% menjawab
tidak setuju, sedangkan sisanya 10 responden atau 13,7% menjawab sangat tidak
setuju.
Pemahaman perusahaan akan isu sosial sekitar wilayah operasional
perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pada komunikasi yang berkembang
didalamnya. Sudah menjadi kebiasaan setiap kejadian atau informasi yang
menyangkut kehidupan manusia, baik soal pribadi atau pun kelompok, yang
dianggap aktual dan luar biasa atau tidak biasa, akan menjadi bahan pembicaraan
atau diskusi dalam masyarakat.
Publik ataupun masyarakat merupakan sekumpulan orang sedikit maupun
banyak, yang menaruh minat dan kepentingan yang sama terhadap suatu hal.
Maka opini publikpun akan terjadi dalam suatu lingkungan kecil ataupun besar
dan merupakan penilaian terhadap hal yang menjadi kepentingan dan minat
bersama dari orang – orang di lingkungannya itu.
Emory S. Bogardus dalam The Making Of Public Opinion mengatakan
opini public hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi dalam masyarakat
demokratis (Olii, 2007:20). Ini menunjuk kepada bagaimana isu lingkungan sosial
yang muncul dari pada opini publik masyarakat mengenai kesehatan dijawab
dengan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II
(Persero).
Kebutuhan yang dipahami PT Angkasa Pura II (Persero) tidak terlepas
hanya kepada konsumen para pengguna jasa Bandara Internasional-Soekarno
Hatta, PT Angkasa Pura II melihat bahwa warga sekitar operasi perusahaan juga
139
merupakan bagian penting pertumbuhan ekonomi perusahaan, kerana kendali
terbesar pertumbuhan ekonomi perusahaan berasal dari pada pihak eksternal
wilayah operasi perusahaan. Pihak eksternal juga beranggapan bahwa pihak
perusahaan juga mengerti akan kebutuhan yang mereka butuhkan. Dengan adanya
planning, organizing, actuating, controlling PT Angkasa Pura II dapat
mengetahui kebutuhan eksternal.
Tabel 4.11
Isu Kesehatan Merupakan Permasalahan Utama Dalam Lingkungan Daerah
Wilayah Opersasi Perusahaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 3 4.1 4.1 4.1
Tidak Setuju 12 16.4 16.4 20.5
Setuju 36 49.3 49.3 69.9
Sangat Setuju 22 30.1 30.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.11
Berdasarkan tabel 4.11 mengenai bahwa isu kesehatan merupakan
permasalahan utama dalam lingkungan sekitar, 36 responden atau 49,3%
menjawab setuju, 22 responden atau 30,1% menjawab sangat setuju, sedangkan
12 responden atau 16,4% menjawab tidak setuju, dan sisanya 3 responden atau
4,1% menjawab sangat tidak setuju.
140
Munculnya sebuah isu dalam sebuah perusahaan atau organisasi tidak
dapat diprediksi sebelumnya, oleh sebab itu perusahaan atau organisasi diminta
untuk selalu siap mengatasi isu – isu yang memungkinkan dapat membuat
perusahaan atau organisasi tersebut menjadi krisis.
Kemunculan sebuah isu awalnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian
pengertian yang dimiliki oleh pihak manajemen dan publik perusahaan. Fakta dan
kenyataan berdasakan isu taraf kesehatan yang kurang layak dan kurangnya
optimalisasi sarana kesehatan warga kota tangerang tidak sampai kepada
pemberitaan negatif pada media massa ataupun media – media lainnya. PT
Angkasa Pura II (Persero) menerapkan strategi dalam isu yang berkembang.
Mengembangkan strategi dan pendekatan yang demokratis yang ditujukan kepada
warga. Dengan memahami sikap dan perilaku serta keinginan masyarakat.
Dalam hal ini Humas dan Protokoler bertindak sebagai agen pemerhati dan
pengendali situasi lingkungan. Beredarnya isu kesehatan yang menjadi
permasalahan membuat unit Humas dan Protokoler cekatan turun ke lapangan
untuk mengatasinya. Hal ini dapat dilihat bahwa public relations sebagai
Journalist in Residence, artinya bertindak sebagai wartawan dalam
menyebarluaskan informasi kepada publik dan mengendalikan berita atau
informasinya kepada media massa. Tidak hanya berhenti sampai disana Humas
dan Protokoler melakukan komunikasi dua arah yang dapat membujuk untuk
membangun saling pengertian, pemahaman, dan mempercayai kedua belah pihak
bahwa isu yang berkembang dapat menemui titik solusi.
141
Tabel 4.12
PT Angkasa Pura II Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 8 11.0 11.0 11.0
Tidak Setuju 10 13.7 13.7 24.7
Setuju 47 64.4 64.4 89.0
Sangat Setuju 8 11.0 11.0 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.12
Berdasarkan tabel 4.12 mengenai PT Angkasa Pura II sudah tepat
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 47 responden atau 64,4%
menjawab setuju, 10 responden atau 13,7% menjawab tidak setuju dan 8
responden atau 11% menjawab sangat setuju, dan sisanya 8 responden lainnya
menjawab sangat tidak setuju.
Pada tahap external realtions PT Angkasa Pura II telah bekerja sama
dengan instasi pemerintah sejak awal berdirinya perusahaan. Peran Humas dan
Protokoler bertindak sebagai penghubung atau contact person antara PT Angkasa
Pura II (Persero) dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Kemampuan Humas dan Protokoler PT Angkasa Pura II (Persero)
membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan
142
publik eksternalnya. Berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan,
dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.
PT Angkasa Pura II (Persero) memaksimalkan kinerja Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans bekerja sama dengan instansi pemerintahan.
Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat tetap menikmati akses layanan kesehatan
yang berasal dari pada instansi pemerintah.
Tabel 4.13
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II
(Persero) Merupakan Pemberian yang Tepat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6
Tidak Setuju 15 20.5 20.5 30.1
Setuju 31 42.5 42.5 72.6
Sangat Setuju 20 27.4 27.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.13
Berdasarkan tabel 4.13 mengenai Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II merupakan pemberian yang tepat pada lingkungan
sekitar, 31 responden atau 42,5% menjawab setuju, 20 responden atau 27,4%
143
menjawab sangat setuju, 15 responden atau 20,5% menjawab tidak setuju,
sedangkan sisanya 7 responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.
Ketepatan pemberian bantuan sosial terhadap isu kesehatan yang
berkembang pada warga kota Tangerang membuat PT Angkasa Pura II (Persero)
mengembangkan dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan strategi yang
dikembangkan Humas dan Protokoler di dalamnya.
Strategi merupakan sebuah cara atau proses yang digunakan organisasi
untuk mencapai misinya (Sandra Oliver, 2001: 3). Di samping ketersediaan tenaga
medis, strategi pemberian sarana ambulans menjadi mutlak diperlukan dalam
kondisi genting, ketika pasien harus dikirm atau dijemput untuk mendapat
bantuan medis sesegera mungkin. Sarana yang memadai mendukung peningkatan
grafik data kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat. Atas pertimbangan
tersebut Pemberian Ambulans dirasa penting untuk mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat.
Strategi yang tepat dilihat dari pada sejauh mana perusahaan dapat
menanggapi permasalahan yang terjadi. Masyarakat tidak dapat merasakan sebuah
program apabila program tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Tabel 4.14
PT Angkasa Pura II Melakukan Survei terhadap Lingkungan dalam
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6
Tidak Setuju 13 17.8 17.8 27.4
Setuju 38 52.1 52.1 79.5
Sangat Setuju 15 20.5 20.5 100.0
Total 73 100.0 100.0
144
Diagram 4.14
Berdasarkan tabel 4.14 mengenai PT Angkasa Pura II melakukan survei
terhadap lingkungan dalam Program Bina Linkungan Pemberian Ambulans, 38
responden atau 52,1% menjawab setuju, 15 responden atau 20,5% menjawab
sangat setuju, 13 responden atau 17,8% menjawab tidak setuju, sedangkan sisanya
7 responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.
Planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang dari pada hal – hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Sondang P.
Siagian, 1994: 108).
Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto. Perencanaan adalah suatu
proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan
bernilai.
Pada dasarnya planning dikembangkan dengan fakta dan survei yang
berada pada lapangan. Dalam hal ini PT Angkasa Pura II (Persero) membentuk
sebuah tim survei yang anggotanya berasal dari pada Unit Humas dan Protokoler,
145
Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta unit akuntan dan bisnis,
yang di dalamnya memiliki job desk masing – masing.
Perjalanan sebuah survei dapat berjalan dengan baik apabila sebuah
perusahaan mau melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya untuk bersinergi
dalam mendulang sukses dalam sebuah program. Program CSR harus memiliki
skema penghitungan yang baik agar tidak terjadi kegagalan dalam pelaksanaan.
Masyarkat yang dituju juga perlu tahu akan keberadaan program yang akan
dilaksanakan. Peneliti menganalisis bahwa keterkaitan masyarakat dalam survei
Program Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) didukung dengan
strategi pendekatan yang baik. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa PT Angkasa
Pura II (Persero) melibatkan semua unit di dalam perusahaan tersebut.
Tabel 4.15
Survey Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Dilakukan dengan
Baik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 6 8.2 8.2 8.2
Tidak Setuju 14 19.2 19.2 27.4
Setuju 36 49.3 49.3 76.7
Sangat Setuju 17 23.3 23.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
146
Diagram 4.15
Berdasarkan tabel 4.15 menggambarkan bahwa 36 responden atau 49,3%
menjawab setuju mengenai tahap survey PT Angkasa Pura II dilakukan dengan
baik, 17 responden atau 23,3% menjawab sangat setuju, 14 responden atau 19,2%
diantaranya menjawab tidak setuju, dan sisanya 6 responden atau setara dengan
8,2% menjawab sangat tidak setuju.
Tahap survei yang dilaksanakan:
1. Petugas dan perwakilan perusahaan (tim) mengajukan permohonan dan
ijin kepada instansi Pemerintah Kota Tangerang.
2. Penyelenggaraan survei berbasis masyarakat.
3. Tim menyusuri setiap wilayah Kabupaten atau Kota Tangerang.
4. Pelaksanaan survei dilakukan secara kemitraan dengan Intansi Pemerintah
Kota Tangerang.
5. Pendataan Puskemas dan sarana kesehatan kabupaten dan kota Tangerang.
6. Penyuluhan Pemberian Ambulans kepada setiap perwakilan warga Kota
Tangerang, pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang (Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero), 2014: 100)
147
Peneliti menganalisis bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) tidak dapat
berhasil mengetahui kebutuhan masyarakat tanpa strategi survei yang diterapkan
oleh Unit Humas dan Protokoler PT Angkasa Pura II (Persero) selaku Public
Relations perusahaan. Penjelasan pada indikator sebelumnya memang telah
menjelaskan bahwa survei yang dilakukan diketahui oleh responden. Namun
disini ditegaskan bahwa pelaksanaan survei tidak hanya meliputi satu lingkup
daerah ataupun wilayah. Pendataan sarana kesehatan seperti puskemas dan rumah
sakit dilakukan pada setiap kecamatan kota ataupun kabupaten kota Tangerang.
Tabel 4.16
Survei Pemberian Ambulans Melibatkan Lingkungan Sekitar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 3 4.1 4.1 4.1
Tidak Setuju 15 20.5 20.5 24.7
Setuju 38 52.1 52.1 76.7
Sangat Setuju 17 23.3 23.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.16
Berdasarkan tabel 4.16 mengenai survei pemberian ambulans melibatkan
lingkungan sekitar, 38 responden diantaranya atau setara dengan 52,1% menjawab
148
setuju, 17 responden atau 23,3% menjawab sangat setuju, 15 responden atau
20,5% menjawab tidak setuju, dan sisanya 3 responden atau 4,1% memilih sangat
tidak setuju.
Dalam survey berbasis masyarakat memberi pengertian bahwa dalam
tahap survei masyarakat perlu tahu akan adanya Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans yang dilakukan PT Angkasa Pura II (Persero).
PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta
melakukan survei berbasis masyarakat bertujuan agar tidak ada kerugian yang
diterima perusahaan akan adanya program pemberian ambulans. Apabila
masyarakat tidak dapat menerima pemberian ambulans dengan baik PT Angkasa
Pura II menyimpulkan bahwa pemberian ambulans merugikan pihak perusahaan
dari laju perekonomian perusahaan.
Tabel 4.17
Kriteria Ambulans Sangat Tepat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6
Tidak Setuju 10 13.7 13.7 23.3
Setuju 27 37.0 37.0 60.3
Sangat Setuju 29 39.7 39.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
149
Diagram 4.17
Berdasarkan tabel 4.17 mengenai ambulans yang diberikan sudah sangat
memenuhi kriteria dalam mengoptimalisasikan kesehatan lingkungan, 29
responden atau 39,7% menjawab sangat seutuju, 27 responden atau 37%
menjawab setuju, 10 responden atau 13,7% menjawab tidak setuju, sedangkan 7
responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.
Ambulans merupakan kendaraan roda empat yang telah diserahterimakan
kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yang menandakan bahwa PT Angkasa
Pura II (Persero) ikut serta dalam menangani jalannya aktivitas kesehatan
masyarakat Tangerang di wilayah operasional perusahaan. Suzuki APV dipilih
untuk menjadi kendaraan ambulans guna menjawab kebutuhan masyarakat akan
kesehatan, bahkan untuk medan berat sekalipun.
150
Tabel 4.18
Prosedural Penggunaan Ambulans Tidak Sulit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 2 2.7 2.7 2.7
Tidak Setuju 12 16.4 16.4 19.2
Setuju 40 54.8 54.8 74.0
Sangat Setuju 19 26.0 26.0 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.18
Berdasarkan tabel 4.18 mengenai prosedural penggunaan ambulans tidak
sulit 40 responden atau 54,8% menjawab setuju, 19 responden atau 26%
menjawab sangat setuju, 12 responden atau 16,4% menjawab tidak setuju,
sedangkan 2 responden atau 2,7 persen menjawab sangat tidak setuju.
Meyakinkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang baik
tidak hanya sebatas pada alokasi pemberian program bantuan sosial, tetapi
kemudahan dalam mendapatkan program bantuan sosial yang menjadi salah satu
alasan utama agar program bantuan sosial tidak keluar dari jalur tujuannya.
Program bantuan sosial tidak berbeda pengertiannya dengan corporate
social responsibility, yang merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab
151
perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), yang dimaksud
dengan pemangku kepentingan dalam hal ini adalah orang atau kelompok yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan,
maupun operasi perusahaan (Ismail Solihin, 2009: 2).
Peran perusahaan sebagai pelaku bisnis dijalankan unit Humas dan
Protokoler dalam menyampaikan informasi mengenai penggunaan ambulans.
Perwakilan setiap warga ditunjuk untuk ikut serta dalam penyuluhan dan
seremonial Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II
(Persero).
Tabel 4.19
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Mempermudah dalam
Menjangkau Sarana Pengobatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 6 8.2 8.2 8.2
Tidak Setuju 14 19.2 19.2 27.4
Setuju 31 42.5 42.5 69.9
Sangat Setuju 22 30.1 30.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.19
152
Berdasarkan tabel 4.19 mengenai Program Bina Lingkungan PT Angkasa
Pura II Pemberian Ambulans sangat memudahkan untuk mendapatkan sarana
pengobatan yang maksimal, 31 responden atau 42,5% menjawab setuju, 22
responden atau 30,1% menjawab sangat setuju, 14 responden atau 19,2%
menjawab tidak setuju, sedangkan 6 responden atau 8,2% menjawab sangat tidak
setuju.
Kemudahan dalam mendapatkan program bantuan sosial dapat dilihat dari
prosedur dan sistem yang berlaku. PT Angkasa Pura II (Persero) memberi
kepercayaan penuh kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang dalam penerapan
prosedural penggunaan ambulans.
Regulasi yang berlaku pada penggunaan ambulans hanya cukup dengan
menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang, lalu memberikan alamat
lengkap pengguna ambulans beserta rujukan puskesmas atau rumah sakit yang
akan diantarkan oleh ambulans.
Tabel 4.20
Turut Serta dalam Perkembangan dan Pengawasan Pelaksanaan Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 9 12.3 12.3 12.3
Tidak Setuju 32 43.8 43.8 56.2
Setuju 20 27.4 27.4 83.6
Sangat Setuju 12 16.4 16.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
153
Diagram 4.20
Berdasarkan tabel 4.20 mengenai hal mengikuti perkembangan dan
pengawasan pelaksanaan Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II
Pemberian Ambulans 32 responden atau 43,8% menjawab tidak setuju, 20
responden atau 27,4% menjawab setuju, 12 responden atau 16,4% menjawab
sangat setuju, sedangkan 9 atau 12,3% responden menjawab sangat tidak setuju.
Pengawasan pelaksanaan dimaksud penulis adalah keikut sertaan warga
dalam memperhatikan jalannya penggunaan fasilitas ambulans. Merujuk kepada
tersalur atau tidaknya penggunaan ambulans dengan baik, terjadi penyimpangan
atau pelanggaran dalam pemberian ambulans, dan lain – lain. Adapun pengawasan
ditujukan agar penerimaan informasi seputar penggunaan ambulans akurat,
dilaksanakan secara tepat dan realistis sesuai dengan misi perusahaan (Rosadi
Ruslan, 2011: 115).
Hal ini menegaskan bahwa masyarakat kurang peduli terhadap
perkembangan jalannya sebuah pelaksaan program pemberian ambulans. Peneliti
dapat menganalisis bahwa hal ini dapat disebabkan olehe berbagai hal yang
kemungkinan mengarah kepada kesibukan dari pada individu-individu
154
masyarakat, khususnya para responden. Hal ini perlu juga dianalisis oleh pihak PT
Angkasa Pura II (Persero) yang perlu ikut serta dalam pengembagan inovasi
sebuah Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans, karena peneliti melihat
pengembangan inovasi dalam sebuah pemberian program CSR perusahaan dapat
ditingkatkan dengan lebih mengakomodir setiap pengguna dari pada program
tersebut.
Tabel 4.21
Mendapat Manfaat dari Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 5 6.8 6.8 6.8
Tidak Setuju 23 31.5 31.5 38.4
Setuju 24 32.9 32.9 71.2
Sangat Setuju 21 28.8 28.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.21
Berdasarkan tabel 4.21 mengenai manfaat dengan adanya program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans, 24 responden atau 32,9% menjawab setuju,
23% responden atau 31,5% menjawab tidak setuju, 21 responden menjawab
sangat setuju, sedangkan 5 responden atau 6,8% menjawab sangat tidak setuju.
155
Manfaat CSR merupakan hasil dari efektifitas kinerja perusahaan dalam
mengatasi permasalahan dan isu lingkungan sosial perusahaan. Pada hakikatnya
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat bergantung
dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah
yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan
pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR,
menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi.
Keputusan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk melaksanakan Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans menimbulkan efek yang baik terlihat dari
persentase yang dapat kita lihat pada tabel 4.1
Tabel 4.22
Pogram Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Memudahkan Akses
Layanan Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 3 4.1 4.1 4.1
Tidak Setuju 17 23.3 23.3 27.4
Setuju 27 37.0 37.0 64.4
Sangat Setuju 26 35.6 35.6 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.22
156
Berdasarkan tabel 4.22 mengenai keberadaan Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans maka masyarakat terbantu untuk mendapatkan akses
layanan kesehatan, 27 responden atau 37% menjawab setuju, 26 responden atau
35,6% menjawab sangat setuju, 17 responden atau 23,3% menjawab tidak setuju,
dan sisanya 3 responden atau 4,1% menjawab sangat tidak setuju
Terbantunya masyarakat untuk mendapatkan optimalisasi layanan
kesehatan didukung oleh kebijakan perusahaan yang merealisasikan Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans yang secara tidak langsung memberikan
dukungan moral kepada perusahaan terhadap penguatan modal sosial secara
keseluruhan (Ismail Solihin, 2009: 29)
Tabel 4.23
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Dinilai Menguntungkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 8 11.0 11.0 11.0
Tidak Setuju 9 12.3 12.3 23.3
Setuju 34 46.6 46.6 69.9
Sangat Setuju 22 30.1 30.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.23
157
Berdasarkan tabel 4.23 mengenai tujuan Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans menguntungkan masyarakat, 34 responden atau 46,6%
menjawab setuju, 22 responden atau 30,1% menjawab sangat setuju, dan 9
responden atau 12,3% menjawab tidak setuju, serta 8 responden atau 11%
menjawab sangat tidak setuju.
Dalam konteks ini fokusnya terdapat pada keuntungan yang didapatkan
masyarakat akan kehadiran Porgram Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II
(Persero). Keuntungan yang didapat merubah sikap pandangan warga sekitar
wilayah operasional perusahaan dalam mengubah pola hidup, untuk mendapatkan
taraf kesehatan yang lebih baik.
Perusahaan tidak lepas begitu saja dalam menjalankan sebuah program.
Keuntungan yang didapat oleh masyarakat menguntungkan pula pihak perusahaan
dalam sudut pandang citra PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai perusahaan
pemberi program tersebut. Citra sangat penting dalam laju pertumbuhan
perekonomian sebuah perusahaan. Citra tidak serta merta hadir dengan begitu
saja, namun harus ada upaya dan kerja keras yang perlu dilakukan perusahaan
untuk mendapatkan hal tersebut.
Hal ini yang harus diperjuangkan keras oleh PT Angkasa Pura II (Persero)
selaku perusahaan pelaksana pemberian ambulans pada warga masyarakat
kabupaten ataupun kota tangerang.
158
Tabel 4.24
Kepuasan Terhadap Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6
Tidak Setuju 10 13.7 13.7 23.3
Setuju 28 38.4 38.4 61.6
Sangat Setuju 28 38.4 38.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.24
Berdasarkan tabel 4.24 mengenai sangat puas terhadap Program Bina
Lingkungan PT Angkasa Pura II, 28 responden atau 38,4% menjawab sangat
setuju, dan 28 responden lainnya menjawab setuju, 10 responden atau 13,7%
menjawab tidak setuju, sedangkan 7 responden atau 9,6% menjawab tidak setuju.
Bila program tanggung jawab sosial dijalankan sebagai satu kebijakan
organisasi, maka program tersebut akan memiliki landasan yang kokoh untuk
dijalankan. Tidak akan mudah berubah-ubah, bahkan bila memiliki respon yang
baik dari stakeholder program tanggung jawab sosial tersebut akan tetap berjalan
sebagaimana mestinya.
159
Kepuasan stakeholder akan mengembangkan kebijakan. Adapun kebijakan
yang dikembangkan adalah membuat prakarsa komunitas yang strategis yang bisa
memberikan dampak besar pada perkembangan masyarakat dan perusahaan
(Yosal Iriantara, 2007: 98)
Tabel 4.25
Program Bina Lingkungaan Pemberian Ambulans Dinilai Baik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6
Tidak Setuju 10 13.7 13.7 23.3
Setuju 25 34.2 34.2 57.5
Sangat Setuju 31 42.5 42.5 100.0
Total 73 100.0 100.0
Diagram 4.25
Berdasarkan tabel 4.25 mengenai penilaian sangat baik ditujukan pada
program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angakasa Pura II, 31
responden atau 34,2% diantaranya menjawab sangat setuju, 25 responden atau
34,2% menjawab setuju, 10 responden atau 13,7% menjawab tidak setuju, sisanya
7 responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.
Hal terpenting adalah bagaimana Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans mampu memberikan manfaat bagi komunitas dan organisasi sejalan
160
dengan prinsip community relations yakni kemaslahatan bersama (mutual benefit)
bagi organisasi dan stakeholdernya.
Bila responden mendapatkan keuntungan maka perusahaanpun akan
mendapatkan keuntungan. Keterlibatan perusahaan dalam menanggulangi
permasalahan lingkungan sosial akan membuat perubahan yang jauh lebih baik.
Perubahan yang bisa saja mendorong banyak organisasi di berbagai penjuru dunia
mengubah strategi organisasinya (Yosal Iriantara, 2007: 96)
4.3 Analisis Deskripsi Presentase Penelitian
Setelah mengolah data dengan memberikan deskripsi masing-masing
pernyataan yang dikembangkan dari indikator dalam Teori Stakeholders dan
konsep Relationship Management. Maka penulis mengukur presentase masing-
masing indikator, yaitu sebagai berikut
Tabel 4.26
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
81% - 100% Sangat Kuat
61% - 80% Kuat
41% - 60% Cukup
21% - 40% Lemah
0% - 20% Sangat Lemah
(Sumber: Riduwan, 2010: 41)
161
4.3.1 Evaluasi Pengambilan Keputusan
Berkaitan dengan peneguhan informasi untuk dapat memenuhi evaluasi
pengambilan keputusan
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 4 : 109 x 4 = 436
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 3 : 277 x 3 = 831
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 2 : 86 x 2 = 172
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 1 : 31 x 1 = 31
Jumlah = 1470
Jumlah skor indikator kebutuhan informasi:
Skor tertinggi (untuk jawaban Sangat Setuju): 4 x 503 = 2012
Skor terendah (untuk jawaban Sangat Tidak Setuju): 1 x 503 = 503
Maka: 1470/2012 x 100% = 73,1% tergolong kuat
Berdasarkan data dari indikator kebutuhan informasi yang
diperoleh dari 73 responden, maka kebutuhan informasi berkaitan dengan
pemahaman kebutuhan masyarakat, isu sosial sekitar lingkungan sekitar
perusahaan, penetapan efek yang diharapkan baik untuk eksternal maupun
internal perusahaan
162
Grafik 4.1
Indikator Evaluasi Pengambilan Keputusan
R S
T
503 1006 2012 1470
4.3.2 Evaluasi Pelaksanaan
Berkaitan dengan peneguhan informasi untuk dapat memenuhi evaluasi
pengambilan keputusan
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 4 : 141 x 4 = 564
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 3 : 274 x 3 = 822
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 2 : 127 x 2 = 254
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 1 : 42 x 1 = 42
Jumlah = 1682
Jumlah skor indikator kebutuhan informasi:
Skor tertinggi (untuk jawaban Sangat Setuju): 4 x 584 = 2336
Skor terendah (untuk jawaban Sangat Tidak Setuju): 1 x 584 = 584
Maka: 1682/2336 x 100% = 72% tergolong kuat
Berdasarkan data dari indikator kebutuhan informasi yang diperoleh dari
73 responden, maka kebutuhan informasi berkaitan dengan pemahaman
163
kebutuhan masyarakat, isu sosial sekitar lingkungan sekitar perusahaan,
penetapan efek yang diharapkan baik untuk eksternal maupun internal
perusahaan.
Grafik 4.2
Indikator Evaluasi Pelaksanaan
R S
T
584 1168 2336 1682
4.3.3 Evaluasi Hasil dan Dampak
Berkaitan dengan peneguhan informasi untuk dapat memenuhi evaluasi
pengambilan keputusan
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 4 : 128 x 4 = 512
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 3 : 138 x 3 = 414
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 2 : 69 x 2 = 138
Jumlah skor akumulasi yang menjawab 1 : 30 x 1= 30
Jumlah = 1094
Jumlah skor indikator kebutuhan informasi:
Skor tertinggi (untuk jawaban Sangat Setuju): 4 x 365 = 1460
164
Skor terendah (untuk jawaban Sangat Tidak Setuju): 1 x 365 = 365
Maka: 1094/1460 x 100% = 74,9% tergolong kuat
Berdasarkan data dari indikator kebutuhan informasi yang
diperoleh dari 73 responden, maka kebutuhan informasi berkaitan dengan
pemahaman kebutuhan masyarakat, isu sosial sekitar lingkungan sekitar
perusahaan, penetapan efek yang diharapkan baik untuk eksternal maupun
internal perusahaan.
Grafik 4.3
Indikator Evaluasi Hasil dan Dampak
R S
T
365 730 1460 1094
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana hasil evaluasi
yang dilakukan daripada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.
Penelitian ini sekaligus memperjelas respon yang masyarakat rasakan terhadap
Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II, terlebih pada pemberian
ambulans. Pada dasarnya respon sosial masyarakat sangat menentukkan
keberadaan sebuah perusahaan. Jika dihubungkan dengan kebutuhan ataupun
konsumsi pertanda akan muncul isu ataupun berita sosial yang secara tidak
langsung menyebabkan perusahaan memiliki kewajiban untuk ikut ambil bagian
didalamnya.
165
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan
metode kuantitatif, dan yang dapat dianalisis pula dengan analisis deskriptif
bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta
mempunyai peran yang sangat penting dalam mengelola program CSR, terutama
pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.
Berdasarkan hasil penelitian, Public Relations PT Angkasa Pura II
menjalankan peran dan tanggung jawabnya atas pelaksanaan Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans. Dapat dilihat dari salah satu tugas public
relations yang tugasnya membina hubungan yang baik dengan pihak – pihak yang
terkait dengan perusahaan melalui proses komunikasi. Komunikasi merupakan
suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling
pengertian yang mendalam (Hafied Cangara, 2004: 20). Proses komunikasi yang
baik dalam Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II
Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka
Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang dapat dilihatdari proses
penyampaian komunikasi dalam tahap survei yang menunjukkan persentase
sebesar 72,6%.
Dapat disimpulkan bahwa secara sederhana komunikasi dapat terjadi
apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan,
dan unit Humas dan Protokoler PT Angkasa Pura II (Persero) menjalankannya
dengan baik. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa komunikasi bergantung pada
166
kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya
(communication depends on our ability to understand one another) (Glenn M.,
2001: 13).
Dalam kinerja Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans proses
komunikasi tidak henti berjalan. Public Relations hadir menjadi sebuah peran
yang tak terpisahkan antara kinerja perusahaan dan komunikasi yang ada di
dalamnya. Public relations atau yang sering kita kenal dengan istilah Humas,
memiliki peran membantu masyarakat kita yang komplek dan plurastik untuk
menentukan keputusan dan fungsi secara lebih efektif dengan memberikan
kontribusi pemahaman bersama di antara kelompok dan institusi (Scoot M, dkk.,
2009: 32).
Dalam pola manajerial sebuah perusahaan public relations sebagai sebuah
fungsi manajemen, yang berarti bahwa manajemen di semua organisasi harus
memperhatikan public relaions. Definisi ini juga mengidentifikasi bahwa PT
Angkasa Pura II (Persero) melalui Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans membuat suatu pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang
saling menguntungkan antara organisasi dengan publik eksternal lainnya, sebagai
basis moral dan etis dari profesi Public Relations. Terlihat dari presentase hasil
pengolahan data responden Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, pada bagian pertanyaan PT Angkasa
Pura II (Persero) Sudah Tepat Bekerja Sama dengan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang, dengan presentase sebesar 75,4%.
167
Relationship Management (manajemen hubungan) menjelaskan bahwa
pengembangan, pemeliharaan, pertumbuhan dan pembinaan hubungan merupakan
hal yang saling menguntungkan antara suatu organisasi dengan khalayak yang
dituju, terlebih itu para pelaku Relationship Management tidak dapat terlepas
daripada kinerja public relations didalamnya.Public relations berubah bentuk dari
seorang komunikator menjadi pembentuk relasi, dengan menggunakan
komunikasi sebagai alat untuk memulai, dan menjaga hubungan organisasi
dengan publiknya (Grunig, 1998: 27). Dapat dilihat dari hasil persentase
responden mengenai pertanyaan Responden Mengetahui Pemberian Ambulans
Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang demi
Mengoptimalisasikan Sarana Kesehatan Bagi Warga Kota Tangerang sebesar
73,9%. Hal ini menyimpulkan bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) menghasilkan
sebuah nilai bahwa perusahaan selalu menjaga hubungan baik dengan para
stakeholders-nya, dan disini dapat dilihat pula bahwa PT Angkasa Pura II
(Persero) telah menjaga hubungan baik dengan publiknya.
Dalam sebuah hubungan tersebut tidak hanya satu pihak yang
kebutuhannya terpenuhi, relationship management akan berhasil dengan baik dan
efektif apabila di masing-masing pihak baik perusahaan maupun publiknya mau
saling menghargai dan memahami kepentingan pihak lainnya. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban keseluruhan responden mengenai pertanyaan yang mengacu bahwa
Responden Mengetahui Tujuan daripada Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans, dengan persentase sebesar 73,9%. Tanpa adanya hal tersebut, jarak
sosial antara pihak-pihak yang terlibat akan semakin lebar serta semakin
168
memperkecil kemungkinan terjadinya hasil/akibat yang saling menguntungkan
dari keterlibatan mereka dalam relationship (hubungan) tersebut.
Perusahaan berusaha mencari sumber berita mengenai isu sosial yang
paling tepat untuk dapat ditangani secara efektif. PT Angkasa Pura II (Persero)
telah mengetahui bahwa isu kesehatan merupakan hal yang perlu diatasi pada
wilayah daerah operasional perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari hasil persentase
pertanyaan (Responden Mengetahui bahwa Isu Kesehatan Merupakan
Permasalahan Utama Dalam Lingkungan Sekitar) sebesar 79,4%. Hasil ini
menunjukkan bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) paham betul akan pemberitaan
yang ada pada daerah operasional perusahaan.
Persaingan di era modern menuntut perusahaan untuk lebih
memperhatikan seluruh pemangku kepentingan. Stakeholder merupakan individu
atau kelompok yang menanggung suatu jenis resiko baik karena mereka telah
melakukan investasi di perusahaan tersebut, ataupun karena mereka menghadapi
resiko akibat kegiatan perusahaan tersebut. Stakeholder adalah pihak yang akan
dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan (Freeman,
2001: 13). Keputusan ini dapat dijelaskan pada hasil responden menyangkut
pertanyaanSebelum Adanya Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT
Angkasa Pura (Persero) Masyarakat Mengalami Kesulitan Untuk Menjangkau
Lokasi Layanan Kesehatan, dengan persentase 86,3%. Hal ini menjawab akan
pernyataan bahwa Pemberian Ambulans sangat mempengaruhi keberadaan
layanan kesehatan warga.
169
Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa
perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat
menjadi sangat terkait dan memperhatikan perusahaaan, sehingga perusahan perlu
menunjukkan akuntabilitas maupun responsibiltas secara lebih luas dan tidak
sebatas hanya kepada pemegang saham. Dan apabila perusahaan tidak
menunjukkan itu semua dengan baik maka melalui pertanyaan Responden
Mengikuti Perkembangan dan Pengawasan Pelaksanaan Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans, hanya mendapatkan jawaban 43,8%. Hal
inilah yang seharusnya dipelajari untuk bisa melihat ke depan bahwa stakeholder
seperti masyarakat penting untuk pertumbuhan ekonomi perusahaan.
Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan para
pemangku kepentingan (stakeholders), dan dukungan tersebut harus dicari
sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Besar
perlakuan perusahaan terhadap stakeholders, besar manfaat yang diperoleh.
Makin powerfulstakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan
dengan stakeholdernya (Chariri dan Ghazali, 2007: 91).Terhubung dengan itu
semua PT Angkasa Pura II (Persero) mendapatkan persentase 61,7% menyangkut
pertanyaan seputar Responden Mendapatkan Manfaat dengan Adanya Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans. Ini menunjukkan bahwa usaha kerja
perusahaan untuk beradaptasi terbilang baik, dan masih sangat bisa untuk
dikembangkan.
170
Pemangku kepentingan adalah seseorang, organisasi atau kelompok
dengan kepentingan terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown et al 2001:
17). Stakeholder is a person who has something to gain or lose through the
outcomes of a planning process, programme or project (Dialogue by Design
2008). Pemangku kepentingan mencakup semua pihak yang terkait dalam
pengelolaan terhadap sumberdaya. Menurut Witold Henisz guru besar pada
Sekolah Bisnis Wharton, termasuk semua orang dari politisi lokal dan nasional
dan tokoh atau pemimpin masyarakat, penguasa, kelompok paramiliter, LSM dan
badan-badan internasional.
Teori stakeholder juga berkaitan dengan penelitian ini. karena teori ini
menjelaskan bahwa peran penting perusahaan tidak hanya menghasilkan produk
dan jasa sebanyak-banyaknya, melainkan mejelaskan pula bahwa sebuah
perusahaan tidak dapat menghasilkan usaha maksimal tanpa dukungan dari pada
pemangku kepentingan. Namun harus tetap diperhatikan bahwa setiap
pelaksanaan aktivitas pada stakeholder akan memberikan dampak pada
kelangsungan hidup perusahaan. Saling menghargai dan mengenal kebutuhan
masing-masing merupakan jalan tepat dalam mempererat hubungan. Hal inilah
yang harus menjadi perhatian perusahaan. Karena apabila aktivitas tidak dikontrol
serta dievaluasi akan mengakibatkan perkembangan yang buruk bagi perusahaan.
Teori pemangku kepentingan didasarkan pada pemahaman bahwa
melampaui para pemegang saham, terdapat beberapa agen dengan sebuah
kepentingan dalam tindakan dan keputusan perusahaan. Mengutip Freeman (2000:
19), seorang penganjur pertama teori ini, yang dimaksud dengan pemangku
171
kepentingan adalah kelompok atau individu yang mendapatkan keuntungan dari
atau kerugian oleh, dan yang hak-haknya dilanggar atau dihargai oleh, tindakan
korporasi. Yang termasuk pemangku kepentingan adalah para pemegang saham
itu sendiri, para kreditor, pekerja atau buruh, para pelanggan, pemasok, dan
masyarakat atau komunitas pada umumnya. Teori pemangku kepentingan
menekankan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang menuntut
harus mempertimbangkan semua kepentingan pelbagai pihak yang terkena
pengaruh dari tindakannya. Acuan pertimbangan para manajer dalam mengambil
keputusan dan tindakan bukan semata-mata para pemegang saham, melainkan
juga pihak lain mana pun yang terkena pengaruhnya
(http://komunikasi.us/index.php/course/strategic-corporate-communication/1901-
coporate-communication-stakeholders)
Dalam pandangan teori pemangku kepentingan melihat persepektif bisnis
sebagai “kesadaran sosial” dimana perusahaan harus sensitive terhadap kerusakan
potensial dari tidakannya terhadap berbagai kelompok pemangku kepentingan.
Disamping itu bisnis dipandang sebagai “aktivitas sosial” yang memandang
perusahaan harus menggunakan segala sumber dayanya untuk kepentingan publik
(Freeman, R. Edward, 1998: 171). Hal ini menegaskan secara keseluruhan mengenai
pemahaman perusahaan, peran serta dan tanggung jawab PT Angkasa Pura II
(persero) yang dapat dilihat dari persentase sebesar 69,9% menyangkut
pertanyaan yang menjelaskan bahwa Responden Mengetahui PT Angkasa Pura II
(Persero) Paham akan Kebutuhan Masyarakat Lingkungan Sekitar.
172
Pada hubungan ini pihak perusahaan menggunakan pendekatan bahwa
pihak perusahaan perlu memiliki hubungan berkelanjutan seperti saling
menghormati, saling percaya dan saling terbuka dengan para stakeholder. Dengan
begitu pihak perusahaan akan menganggap bahwa memiliki hubungan yang baik
dengan para stakeholders dan akan menjadi sumber keunggulan yang kompetitif
bagi perusahaan (http://komunikasi.us/index.php/course/strategic-corporate-
communication/1901-coporate-communication-stakeholders). PT Angkasa Pura II
(Persero) telah menempatkan diri bahwa sejatinya sebuah perusahaan harus tetap
memiliki hubunganinteraktif yang baik dengan para stakeholders, sehingga dapat
membantu perusahaan dalam mempelajari ekspektasi masyarakat banyak,
mengembangkan solusi dan mendapatkan dukungan dari para stakeholders untuk
menerapkan solusi yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan hasil persentase dari pertanyaan yang menyangkut Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Merupakan
Pemberian yang Tepat pada Lingkungan Sekitar dengan hasil presentase 69,9%.
Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan.
Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada
perusahaan. Salah satu penulis manajemen menyebutkan bahwa stakeholders
terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti
dipertimbangkan perusahaan (James R., dkk., 1987: 30).
Dalam kerangka yang lebih luas, keberhasilan perusahaan untuk
memperoleh kepuasan stakeholders dapat dijadikan indikator keberhasilan
173
perusahaan (Charles Fomburn, dkk., 1990: 233). Hasil ini dapat dilihat dari pada
data responden yang mengacu pada pertanyaan Sangat Puas terhadap Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) dengan
hasil persentase kepuasan mencapai 76,8%.
Terlebih pada penelitian ini yang memfokuskan evaluasi daripada Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II, yang mendapatkan
respon sangat baik dari pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih,
Kecamatan Tangerang, walaupun masih ada warga masyarakat yang merasa
bahwa pemberian ambulans kurang tepat diberikan pada lingkungan warga
tersebut. Namun hal ini dapat ditepis daripada hasil deskripsi analisis yang
menunjukkan penilaian sangat baik diberikan kepada PT Angkasa Pura II atas
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans yang mendapatkan persentase
76,7%.
4.4.1 Evaluasi Pengambilan Keputusan
Griffin dan Nix (1991: 3) menyatakan, pengukuran, penilaian dan
evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan pengukuran. Pengukuran
diartikan sebagai (assesment), sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria, penilaian (assesment) merupakan kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan, mengartikan bahwa
penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui / menguji apakah suatu
174
kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan
atau krireria yang telah ditentukan (Crawford, 2000: 13). Dapat dipahami
bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seorang untuk
melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Namun perlu diketahui
dibalik penilaian dan keluaran dari pada evaluasi akan selalu ada pengambilan
keputusan akan suatu program. Pengambilan keputusan Menurut Sondang P.
Siagian adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling cepat (https://ismaan.wordpress.com).
Dapat dipahami bahwa evaluasi pengambilan keputusan merupakan
sebuah proses yang dilakukan oleh seorang atau kelompok untuk melihat
sejauh mana keberhasilan dengan mengambil tindakan berdasarkan pendekatan
sistematis terhadap sebuah program.
Evaluasi pengambilan keputusan dalam Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-
Hatta pada warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang tergolong kuat dengan perolehan persentase
sebesar 73,1%.
Penulis dapat mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan adalah
suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik tertentu agar dapat lebih
diterima oleh semua pihak.
175
Dalam pengambilan keputusan akan Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II menerapkan beberapa hal:
1. Rapat internal perusahaan PT Angkasa Pura II
Unit PKBL, Humas dan Protokoler, Akuntansi dan Keuangan PT
Angkasa Pura II.
Menganalisis permasalahan utama / pengajuan proposal bantuan.
Penetapan Pemberian Ambulans
2. Penseleksian berdasarkan penetapan administratif Program Bina
Lingkungan
Segmentasi Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
Penetapan Tujuan terhadap Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans
Penetapan Kerjasama Eskternal kepada pihak yang mampu
menjalankan dan menggunakan ambulans dengan baik.
Kebutuhan yang dibutuhkan eksternal menjadikan perusahaan
berkewajiban menjawab tantangan. Tidak hanya bicara seputar pelaksanaan
CSR namun segala sesuatu memerlukan pengambilan keputusan agar
penanganan isu atau seputar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
4.4.2 Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi adalah proses menilai pencapaian tujuan dan pengungkapan
masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik untuk meningkatkan
kualitas kinerja proyek (Hikmat 2004: 3).
176
Tanpa sebuah pelaksanaan yang baik sebuah program ataupun proyek
tidak akan menghasilkan dampak yang baik. Pelaksanaan atau implementasi
adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau
kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah
yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna
mencapai sasaran dari program yang ditetepkan semula (Abdullah 1987 : 5).
Dapat diartikan bahwa evaluasi pelaksanaan menyangkut semua hasil yang
didalamnya berupa Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
Evaluasi pelaksanaan dalam Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada
warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang tergolong kuat dengan perolehan persentase sebesar 72%.
Berkaitan dengan indikator ini Unit Humas dan Protokoler selaku pelaku
Public Relations PT Angkasa Pura II menerapkan konsep manajerial Planning,
Organizing, Actuatuting, Controlling sebagai berikut:
Planning
Dalam Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT
Angkasa Pura II khususnya unit Humas dan Protokoler memperhatikan
langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan
daripada program ini. Tidak terlepas dari pada tahap pengambilan
keputusan yang mengalokasikan bantuan terhadap warga kota
Tangerang, dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang. Tahap ini juga terlihat daripada strategi survei terhadap
177
segmentasi Program Pemberian Ambulans, dan tidak hanya berhenti
pada tahap survei saja namun juga terdapat juga tahap penyuluhan
pemberian Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans kepada
setiap perwakilan kelurahan, termasuk kelurahan kota tangerang.
Organizing
Proses ini menyangkut bagaimana strategi dan taktik Unit
Humas dan Protokoler yang telah dirumuskan dalam sebuah indikator
penetapan keputusan dan tahap planning yang tepat dan tangguh,
sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan memastikan
bahwa semua pihak dalam organisasi maupun luar organisasi dapat
bekerjasama secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan dari
pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa
Pura II.
Actuating
Merupakan proses implementasi dari pada Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II yang meliputi
serah terima Pemberian Ambulans pada Dinas kesehatan Kota
Tangerang.
Controling
Merupakan proses pengawasan terhadap jalannya Program
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II yang bertujuan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan
178
target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi.
Pengawasan yang dilakukan Unit Humas dan Protokoler PT Angkasa
Pura II hanya sampai pada tahap dimana tersalurnya Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans tersalur dengan baik kepada
segmentasi yang dituju.
4.4.3 Evaluasi hasil dan dampak
Suchman (Arikunto dan Jabar,2010:1) memandang bahwa, evaluasi
sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan
yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Defenisi lain dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar
(Ibid: 2) mengatakan bahwa, evaluasi merupakan proses penggambaran,
pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.
Evaluasi hasil dan dampak berbicara sejauh mana suatu program tercapai
dan memberikan manfaat tersendiri baik bagi perusahaan dan stakeholders.
Evaluasi hasil dan dampak dalam Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada
warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang tergolong kuat dengan perolehan persentase sebesar 74,9%.
Memberikan penjelasan Program Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura
II Bandara Internasional Soekarno-Hatta mendapatkan respon yang sangat
baik, dan berdampak baik pada citra perusahaan karena memperoleh respon
yang kuat daripada presentase hasil dan dampak Program Bina Lingkungan
179
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II. Menggambarkan bahwa PT
Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta turut ambil bagian
dalam pembangunan taraf kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar
bandara, khususnya pada bidang kesehatan.
180
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan
kesimpulan antara lain:
1. Evaluasi pengambilan keputusan dalam Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II yang berkaitan dengan isu
masalah yang berkembang di dalamnya, kerja sama dengan instansi
pemerintahan, serta penetapan tujuan terbilang kuat dengan perolehan
persentase 73,1%. Dalam hal ini PT Angkasa Pura II telah memberikan
sebuah perhatian dan kewajibannya untuk menilai terlebih dahulu hal apa
saja yang menjadi kebutuhan masyarakat, namun hal tersebut tidak
terlepas dari pada kinerja Unit Humas dan Protokoler.
2. Evaluasi pelaksanaan dalam Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II yang berkaitan dengan Planning,
Organizing, Actuating, Controlling terbilang kuat dengan perolehan
persentase 72%. Dalam hal ini PT Angkasa Pura II menjalankan sebuah
strategi yang dirancang secara matang, sehingga planning atau
perencanaan dari program yang dilaksanakan terlaksana dengan baik
sesuai dengan tujuan dari pada maksud program tersebut, dengan
akumulasi persentase sebesar 73,1%.
181
3. Evaluasi hasil dan dampak dalam Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II yang berkaitan dengan respon masyarakat
terbilang kuat dengan perolehan persentase 74,9%. Dalam hal ini PT
Angkasa Pura II sukses memberikan perhatian serta kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan khlayak banyak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti
memberikan beberapa saran berkaitan dengan masalah penelitian, antara lain
1. Teori Stakeholder adalah teori yang mebahas bahwa masyarakat sebagai
pemangku kepentingan memiliki peran penting dalam pertumbuhan
perusahaan, namun teori ini juga membatasi peran perusahaan yang ada di
dalamnya. Menitikberatkan suatu pandangan bahwa perusahaan harus
mengoptimalisasikan peran dengan tetap memperhatikan kebutuhan
masyarakat, namun alangkah baiknya bila penelitian selanjutnya
memperhatikan pula bagaimana masyarakat sebagaimana pemangku
kepentingan menjalankan fungsinya sebagai penghasil sebuah citra
terhadap perusahaan.
2. Sebaiknya warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan
Tangerang, khususnya warga kota tangerang lainnya lebih memanfaatkan
kehadiran Progam Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa
Pura II. Pemberian ambulans memiliki manfaat tersendiri dalam
182
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ini sudah terbukti dalam indikator
evaluasi hasil dan dampak dengan perolehan sebesar 74,9%.
3. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa kebutuhan warga masyarakat
RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang akan
pengoptimalisasian akses layanan kesehatan terpenuhi. Bagi peneliti
selanjutnya yang ingin melakukan riset dengan pembahasan yang sama
hendaknya melakukan penelitian-penelitian pendukung lainnya, untuk
mencari tahu secara luas dan mendalam mengenai pemenuhan kebutuhan
dalam lingkup Corporate Social Responsibility.
183
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Masmuh. 2010. Komunikasi Organisasi Dalam Pespektif Teori dan
Praktek UPT PenerbitanUniversitas Muhammadiyah Malang.
Akdon & Riduwan. 2010. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Cetakan 2,
Alfabeta
Ardianto, Elvinaro dan Soemirat, Soleh. 2004. Dasar-Dasar Public Relations.
Cetakan Ketiga. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Berman Barry dan Evans Joel R. 2004.Retail Management A Strategic Approach.
New Jersey :PretinceHall.
Cangara, Hafied H, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta.
Cutlip, Scott M.,dkk.. 2006. Effective Public Relations, Jakarta : Perdana Media
Group
Daryanto, 2010.Ilmu Komunikasi I. Malang : CV. YramaWidya.
Fred R. David, 2009, Manajemen Strategis. SalembaEmpatJakarta .
H.B. Siswanto. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta: BumiAksara
Iriantara, Yosal. 2007, Community Relations (Konsep dan Aplikasinya), Bandung,
Simbiosa Rekatama Media.
Ishak, Aswad dkk. 2011. Mix Methodology: DalamPenelitianKomunikasi.
Yogyakarta: Mata PadiPressindo.
Jefkins, Frank. 2004, Public Relations (Edisi Kelima), Jakarta, Erlangga.
Jefkins, Frank. 2005, Public Relations, Jakarta, Erlangga.
Johnston, Jane. And Zawawi, Clara. 2004. Public Relations Theory andPractise,
Sydney:Allen&Unwin
Kotler Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Resposibility. Amerika:
John Wiley&Sons Inc.
184
Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, EdisiRevisi.Bandung
:RemajaRosdaKarya
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta :GhaliaIndonesia
Mulyana, Deddy. 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Oliver, Sandra. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Ruslan, Rosady. 2005. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
:Konsepsi dan Aplikasi: Revisi ke III. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada
Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi (Pengertian, makna dan aplikasinya
dalam kehidupan organisasi), Yogyakarta: UPP,STIM YKPN
Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta :Erlangga
Stoner, James A.F. 2006. Management.Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall, Inc
Ruslan, Rosady, SH, MM. 2001, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(konsepsi dan aplikasi), Cetakan ke dua. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relatoins& Media Komunikasi.Jakarta
: PT Rajagrafindo Persada
Sidharta, Lani, 2005. Pengantar Sistem Informasi Bisnis, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Soekanto, Soerjono. , 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro. 2002, Dasar-Dasar Public Relations,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Sitepu, Edy Sahputra dan Faulina. 2011. Profesional Public Relations. Medan:
USU Pers
Sukada, Soni, dkk. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Memahami
Konsepdan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta :
Indonesia Business Links.
Suparmo, Ludwig. 2011. AspekIlmuKomunikasi.Jakarta: PT. Indeks.
185
Suharto , Edi.2005. Analisis Kebijakan Publik :Panduan Praktis Mengkaji
Masalahdan KebijakanSosial. Alfabeta : Bandung
Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia : Jakarta.
Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi, Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.
Dokumen-dokumen
Carrol A.B: (1991 Corporate Social Performance Measurement: A Comment on
Methods for Evaulating an Elusive Construct’ in L.E Post (ed Research in
Corporate Social Performance and Policy Vol.12 pp. 385 – 401.
Frederick W. C.: (1994) „rom CSR1 to CSr2: The Maturing of Business and
Society Thought‟ Business and Society 33 150 – 164
http://komunikasi.us/index.php/course/strategic-corporate-communication/1901-
coporate-communication-stakeholders
http://muwahidummah.blogspot.co.id/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://ruangdosen.wordpress.com/2009/01/15/peran-pr-dalam-membangun-citra-
perusahaan-melalui-program-csr
https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur-menurut-depkes/
186
LEMBAR KUESIONER
Mohon diisi dengan lengkap dan teliti.
A. Data Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Jenis Kelamin : Perempuan / Laki – Laki
B. PETUJUK PENGISIAN
Responden diharap merespon atau menjawab pernyataan dibawah ini dengan
sejujurnya dan bubuhkan tanda silang (x) atau centang (v) pada kolom yang
dianggap paling tepat dengan keterangan sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Responden Yth,
Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA yang sedang melakukan
penelitian SKRIPSI mengenai Penilaian Evaluatif Pelaksanaan Program CSR Bandara
Internasional Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Saya mohon kesediaan dan partisipasi
responden untuk mengisi kuesioner ini dengan baik dan apa adanya. Atas kesediaan
dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
187
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengetahui keberadaan Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura
II (Persero)
2 Sebelum adanya Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II masyarakat
mengalami kesulitan untuk menjangkau lokasi
layanan kesehatan.
3 Saya mengetahui Pemberian Ambulans bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
4 Saya mengetahui tujuan dari pada Program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura
II (Persero)
5 Saya mengetahui PT Angkasa Pura II (Persero)
paham akan kebutuhan asyarakat
6 Responden mengetahui bahwa isu kesehatan
merupakan permasalahan utama dalam lingkungan
sekitar.
7 PT Angkasa Pura II (Persero) sudah tepat
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang untuk optimalisasi sarana layanan
kesehatan
8 Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT
Angkasa Pura II merupakan pemberian yang tepat
pada lingkungan sekitar
9 Saya mengetahui pihak PT Angkasa Pura II
melakukan survei terhadap lingkungan dalam
Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.
10 Tahap survey PT Angkasa Pura II dilakukan dengan
baik
188
11 Survei Pemberian Ambulans melibatkan lingkungan
sekitar
12 Ambulans yang diberikan sudah sangat memenuhi
kriteria dalam mengotpimalisasikan kesehatan
lingkungan.
13 Prosedural penggunaan ambulans tidak sulit
14 Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II
Pemberian Ambulans sangat memudahkan untuk
mendapatkan sarana pengobatan yang maksimal
15 Saya mengikuti perkembangan dan pengawasan
pelaksanaan Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans
16 Saya mendapatkan manfaat dengan adanya Program
Bina Lingkungan Pemberian Ambulans
17 Dengan adanya Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans maka masyarakat terbantu untuk
mendapatkan akses layanan kesehatan.
18 Tujuan Program Bina Lingkungan Pemberian
Ambulans menguntungkan masyarakat.
19 Sangat puas terhadap Program Bina Lingkungan
Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero)
20 Penilaian sangat baik ditujukan pada program Bina
Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura
II (Persero).
189
No. Umur
Fasilitas
Ambulans Pendidikan Pekerjaan
Jenis
kelamin Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11
1. 51 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2
2. 28 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3. 26 Tidak Pernah Strata1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
4. 42 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5. 49 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
6. 27 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3
8. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9. 26 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pekerja Lepas Laki-laki 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2
10. 23 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4
11. 26 Pernah SMA/Sederajat Pekerja Lepas Laki-laki 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
12. 37 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4
13. 18 Pernah SMP/Sederajat Pelajar Laki-laki 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4
14. 44 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Laki-laki 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4
15. 59 Pernah Strata 1 Pensiun Laki-laki 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3
16. 27 Tidak Pernah Diploma III Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4
17. 19 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 3 3 3 2 4 3 2 2 2 2 4
18. 46 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3
19. 31 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2
20. 23 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3
21. 30 Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
22. 32 Pernah Sekolah Dasar Pekerja Lepas Perempuan 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
23. 27 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3
24. 29 Tidak Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3
25. 19 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2
26. 36 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2
27. 31 Tidak Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2
190
Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Total
3 2 2 2 2 2 2 2 2 41
3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
3 3 3 2 3 3 3 4 4 59
2 1 2 2 2 2 2 2 2 41
3 3 3 3 3 4 3 4 3 64
3 4 4 2 2 3 4 4 4 63
3 3 3 4 3 3 4 3 3 66
3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
1 2 2 2 2 1 1 2 2 33
4 3 3 2 3 4 4 4 4 70
4 3 4 2 3 3 4 3 4 64
3 3 4 4 2 4 3 4 4 69
3 3 4 4 4 4 3 3 3 71
4 4 4 3 4 4 4 4 4 74
4 3 3 2 4 4 4 4 4 72
4 4 4 3 4 4 4 4 4 72
4 2 2 2 2 3 3 3 3 54
4 4 4 1 4 3 3 3 3 62
2 2 2 2 2 2 2 1 2 38
1 2 1 2 1 2 1 2 1 36
3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
3 4 4 3 4 3 4 3 4 69
3 3 3 4 3 4 3 3 4 66
1 2 1 2 2 2 2 2 2 36
1 3 2 1 2 2 1 1 2 33
1 2 1 1 2 1 2 2 2 33
2 3 2 1 2 2 1 2 1 32
1 2 2 1 1 2 2 2 2 31
191
29. 46 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Perempuan 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1
30. 29 Tidak Pernah Strata 1 Wiraswasta Laki-laki 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31. 20 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3
32. 20 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4
33. 24 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4
34. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3
35. 27 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4
36. 23 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3
37. 18 Tidak Pernah SMP/Sederajat Pelajar Laki-laki 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
38. 26 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1
39. 32 Tidak Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 2 3 2 1 1 3 1 1 1 1 2
40. 17 Tidak Pernah SMP/Sederajat Pelajar Perempuan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
41. 29 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
42. 33 Tidak Pernah SMP/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2
43. 24 Pernah SMP/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3
44. 24 Tidak Pernah SMP/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3
45. 18 Tidak Pernah SMP/Sederajat Pelajar Perempuan 3 3 2 2 1 4 3 3 3 3 3
46. 36 Tidak Pernah SMA/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2
47. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
48. 21 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4
49. 20 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4
50. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
51. 26 Pernah SMA/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3
52. 23 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 2
53. 24 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pekerja Lepas Laki-laki 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
54. 26 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3
55. 21 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2
56. 29 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
57. 36 Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Laki-laki 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3
192
2 2 1 2 1 2 1 2 2 32
3 4 2 2 2 2 3 4 3 59
3 3 3 2 3 4 3 4 3 65
4 3 4 2 3 2 3 3 3 65
4 3 4 3 4 3 3 3 3 68
3 3 3 4 3 3 3 3 3 65
4 3 4 3 3 4 3 3 4 70
3 3 3 4 4 4 3 4 4 70
2 2 2 2 1 2 1 2 1 40
2 3 1 1 1 2 1 1 1 29
3 2 1 1 2 1 2 1 2 33
2 3 2 1 2 2 2 1 1 38
3 3 3 4 3 3 3 3 4 63
2 3 3 1 2 3 3 4 4 55
4 3 4 3 4 3 4 4 4 70
3 3 3 3 2 2 4 4 4 59
3 3 4 3 4 3 4 4 4 62
3 4 3 4 3 4 3 4 4 62
4 3 3 3 3 3 4 3 3 62
4 4 4 4 4 3 3 4 4 69
4 4 3 3 3 4 4 4 4 70
3 3 3 2 4 3 3 3 4 61
4 4 3 3 4 3 4 3 4 68
1 3 2 3 2 3 3 4 3 56
2 4 3 2 2 4 3 4 3 60
4 4 4 2 2 4 3 3 4 67
2 1 2 2 2 2 2 1 1 37
3 4 3 2 2 4 3 3 4 61
4 3 4 3 3 4 3 4 3 69
193
58. 29 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3
59. 23 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 4 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2
60. 46 Pernah Sekolah Dasar Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
61. 21 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3
62. 51 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Perempuan 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4
63. 29 Pernah SMA/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3
64. 42 Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
65. 22 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4
66. 32 Pernah SMA/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
67. 24 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4
68. 27 Tidak Pernah SMA/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3
69. 18 Pernah SMP/Sederajat Pelajar Perempuan 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3
70. 21 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4
71 28 Pernah SMA/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
72. 38 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4
73. 46 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4
194
3 3 3 2 2 3 3 3 3 63
4 3 3 2 4 4 3 3 3 62
4 3 4 4 3 3 4 4 4 71
4 4 4 2 4 4 3 4 4 71
4 3 4 2 4 3 4 3 3 71
4 3 3 3 3 3 3 3 3 65
3 4 3 2 3 4 4 3 4 71
4 4 3 2 4 4 4 4 4 72
3 4 4 4 4 3 3 3 3 64
4 4 3 2 4 4 4 4 4 72
3 2 2 2 2 2 1 1 1 43
4 3 4 2 3 4 4 4 4 69
4 3 3 4 4 3 4 3 4 68
4 3 3 3 3 4 3 4 3 64
4 4 3 2 3 4 4 4 3 70
4 3 4 3 4 4 3 3 3 70
200
RIWAYAT HIDUP
Nama : Hotmartua Mangapul Purba
NIM : 6662110663
Semester : 10
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Institusi Pendidikan : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Januari 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. SD III RT/RW: 004/008, No.18, Kel: Pondok
Pinang, Kec: Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Agama : Kristen
No. Telp : (021) 7697576 / 085946257721
Riwayat Pendidikan
Tahun
Lulus
Jenjang
Pendidikan Nama Institusi Pendidikan
2005 SD
SD Charitas Jakarta
2008 SMP
SMPN 178 Jakarta
2011 SMA SMA Kartika X-1 Jakarta