Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

28
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 1 Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba Jenis Sesi Paper: Full paper I Gusti Ayu Satriyaning Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana [email protected] Gerianta Wirawan Yasa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana [email protected] Ni Made Dwi Ratnadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana [email protected] Abstract: Earnings information in the income statement is often the target of engineering through management opportunistic actions that can harm shareholders. Management behavior that tends to be opportunistic to maximize its own interests through earnings management can destroy the company's reputation. Corporate social responsibility (CSR) disclosure is one of the ways carried out by company management to improves the company's reputation. Therefore, this research aims to determine the effect of CSR disclosure on earnings management by adding three control variables namely company size, leverage, and profitability. This research was conducted at a company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2013-2017. The number of observations obtained were 140 observations using the nonprobability sampling technique with a purposive sampling method. The data analysis technique used is multiple linear regression analysis. Based on the results of multiple linear regression analysis, it is known that CSR disclosure has a negative effect on earnings management. The higher level of intensity of CSR disclosures reported will provide more credible financial information due to greater transparency, accountability and responsibility guarantees that reduce earnings management. Firm size control variable has a negative effect on earnings management. While leverage and profitability as control variables are not influential on earnings management. The implications of this research theoretically is supporting stakeholder theory while practically this research can provide a positive contribution to all parties, especially companies, investors, and the government. Keywords: corporate social responsibility disclosure, earnings management, stakeholder theory

Transcript of Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Page 1: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 1

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan

Manajemen Laba

Jenis Sesi Paper: Full paper

I Gusti Ayu Satriyaning

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

[email protected]

Gerianta Wirawan Yasa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

[email protected]

Ni Made Dwi Ratnadi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

[email protected]

Abstract: Earnings information in the income statement is often the target of engineering

through management opportunistic actions that can harm shareholders. Management behavior

that tends to be opportunistic to maximize its own interests through earnings management can

destroy the company's reputation. Corporate social responsibility (CSR) disclosure is one of

the ways carried out by company management to improves the company's reputation.

Therefore, this research aims to determine the effect of CSR disclosure on earnings

management by adding three control variables namely company size, leverage, and

profitability. This research was conducted at a company listed on the Indonesia Stock

Exchange (IDX) in 2013-2017. The number of observations obtained were 140 observations

using the nonprobability sampling technique with a purposive sampling method. The data

analysis technique used is multiple linear regression analysis. Based on the results of multiple

linear regression analysis, it is known that CSR disclosure has a negative effect on earnings

management. The higher level of intensity of CSR disclosures reported will provide more

credible financial information due to greater transparency, accountability and responsibility

guarantees that reduce earnings management. Firm size control variable has a negative effect

on earnings management. While leverage and profitability as control variables are not

influential on earnings management. The implications of this research theoretically is

supporting stakeholder theory while practically this research can provide a positive

contribution to all parties, especially companies, investors, and the government.

Keywords: corporate social responsibility disclosure, earnings management, stakeholder

theory

Page 2: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 2

1. Pendahuluan

Informasi laba dalam laporan laba rugi sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis

manajemen yang dapat merugikan pemegang saham. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan

cara memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga laba perusahaan dapat diatur dinaikkan atau

diturunkan sesuai dengan keinginan manajemen. Perilaku manajemen dalam mengatur laba sesuai

dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management) (Yasa

dan Novialy, 2008).

Manajemen laba dewasa ini merupakan fenomena sentral yang terjadi di sejumlah perusahaan

besar di dunia termasuk Indonesia. Sektor perusahaan manufaktur, pertambangan, jasa, dan perbankan

di Indonesia menjadi beberapa sektor usaha yang tidak pernah luput dari isu manajemen laba. Kasus

manajemen laba yang pernah terjadi di Indonesia melibatkan beberapa perusahaan besar, seperti PT

Bumi Resources Tbk (2012), PT Inovasi Infracom Tbk (2015), PT Timah Persero Tbk (2015), dan PT

Bank Bukopin Tbk (2016) (Siregar dan Veronika, 2017).

Rangan (1998) dalam Fauziah dan Marissan (2014) menyatakan bahwa praktik manajemen laba

yang terjadi di suatu perusahaan dapat memberikan dampak serius pada perusahaan yang bersangkutan.

Dampak serius yang dimaksud, seperti mengurangi kepercayaan pemangku kepentingan dalam

penilaian kinerja perusahaan, mengurangi kredibilitas perusahaan, menurunkan kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan modal dengan syarat yang menguntungkan, dan pada akhirnya

menghancurkan reputasi perusahaan. Ibrahim et al. (2015) menjelaskan bahwa manajemen laba

merupakan tindakan yang bertentangan dengan etika dan moral dalam pelaporan. Hal tersebut

dikarenakan manajemen laba membuat laporan keuangan menjadi tidak bermanfaat bahkan menjadi

menyesatkan pengambil keputusan. Manajemen laba tidak dapat memberikan gambaran yang tepat dan

akurat mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Perusahaan di Indonesia yang berlomba-lomba dalam memajukan usahanya dan berorientasi pada

keuntungan saja diibaratkan seperti pisau bermata dua, di satu sisi perusahaan mampu mencukupi

kebutuhan masyarakat namun disisi lain banyak terjadi pencemaran lingkungan. Kegiatan eksplorasi,

eksploitasi sumber daya, serta emisi industrialisasi menjadi bukti nyata rendahnya perhatian perusahaan

Page 3: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 3

terhadap dampak lingkungan dan sosial. Kondisi inilah yang mengakibatkan timbulnya beberapa kasus

lingkungan dan kemanusian di Indonesia, seperti kasus banjir lumpur panas tahun 2006 hingga sekarang

(2018) masih terjadi oleh PT Lapindo Brantas dimana PT Energi Mega Persada Tbk sebagai pemegang

saham mayoritas. Kasus pencemaran lingkungan dan konflik dengan masyarakat desa Parmaksian,

Sumatra Utara dialami oleh PT Inti Indorayon Utama (2015) yang kemudian berganti nama menjadi PT

Toba Pulp Lestari Tbk. Kasus PT Semen Tanosa (Persero) (2012) yang sering menuai aksi demonstrasi

dari masyarakat sebagai dampak dari aktivitas produksi perusahaan. Kasus-kasus tersebut memberikan

bukti bahwa pengelolaan perusahaan sesungguhnya tidak cukup memperhatikan aspek keuangan saja.

Namun, sangat perlu mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial untuk menjaga reputasi

perusahaan dan mempertahankan keberlanjutan perusahaan (Jayastini dan Wirajaya, 2016). Beberapa

skandal keuangan dan lingkungan yang terjadi dewasa ini, menyebabkan munculnya trend

pengembangan dan implementasi mekanisme tata kelola perusahaan untuk melawan perilaku

oportunistik manajemen yang telah merusak kredibilitas dan integritas perusahaan (Gras-gil et al.,

2016).

Implementasi tanggung jawab sosial atau yang dikenal dengan istilah corporate social

responsibility (CSR) menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh manajemen dalam membangun

pandangan (image) positif perusahaan terhadap para stakeholders untuk meningkatkan kredibilitas dan

reputasi perusahaan (Almahrog et al., 2015). Pelaksanan CSR disadari oleh perusahaan akan

memberikan nilai positif, baik dari segi finansial, brand image, maupun kelangsungan hidup perusahaan

(Sari dan Mimba, 2015). Pengungkapan CSR mencerminkan komitmen perusahaan untuk

memperhitungkan dampak dari operasi perusahaan baik dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungannya.

Implementasi CSR sesungguhnya merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan prinsip good

corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).

Pengungkapan CSR menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang

berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam keuntungan (profit)

saja, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line. Konsep triple bottom

line tersebut menjelaskan perlu adanya kesinambungan antara keuntungan (profit), kesejahteraan

masyarakat (people) dan kelestarian lingkungan (planet) untuk menjaga keberlangsungan perusahaan.

Page 4: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 4

Pelaksanaan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan meningkatkan dukungan masyarakat

pada kehadiran perusahaan (Jayastini dan Wirajaya, 2016).

Aktivitas CSR di Indonesia awalnya dilakukan oleh perusahaan secara sukarela sebagai sebuah

komitmen dalam pelaksanaan etika bisnis dengan tujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

Namun, seiring berjalannya waktu di tahun 2007 pemerintah Indonesia menerbitkan regulasi mengenai

pengungkapan CSR yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam pasal

74 ayat (1) undang-undang tersebut menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha

di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan CSR. Selanjutnya, pada

tahun 2012 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan Perseroan Terbatas untuk menegaskan perseroan terbatas wajib melaksanakan CSR

(Sindhudiptha dan Yasa, 2013).

Pengungkapan CSR di Indonesia umumnya diungkapkan dalam laporan tahunan. Namun,

pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan sesungguhnya belum cukup memenuhi semua

harapan para stakeholders (Aji, 2017). Kegiatan CSR yang dilaporkan dalam laporan tahunan dinilai

sebagai kegiatan yang hanya sekedar memberikan bantuan kepada komunitas sekitar tanpa

memperhatikan kesinambungan perkembangan dari komunitas tersebut Pardede (2014). Global

Reporting Initiative (GRI) sebagai organisasi international kemudian menggagas konsep pelaporan

CSR melalui sustainability report (laporan berkelanjutan) untuk memberikan informasi CSR yang utuh

dan terintegrasi kepada stakeholders. GRI menyediakan konsep pelaporan CSR yang dapat diadopsi

oleh semua jenis organisasi di semua negara (Global Reporting Initiative, 2013). Laporan berkelanjutan

di Indonesia saat ini masih bersifat sukarela. Walaupun bersifat sukarela pada tahun 2016 sudah terdapat

9% perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerbitkan laporan berkelanjutan

dan persentase tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya (Otoritas Jasa Keuangan,

2017). Kemampuan perusahaan dalam mengomunikasikan kegiatan dan kinerja CSR melalui laporan

berkelanjutan dinilai sebagai bentuk transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas perusahaan yang

lebih baik kepada stakeholders (Pardede, 2014).

Analisis mengenai hubungan pengungkapan CSR dan manajemen laba sangat menarik dilakukan

karena hubungan diantara kedua variabel ini masih menjadi perdebatan hangat bagi para akademisi dan

Page 5: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 5

praktisi dibidang akuntansi dan manajemen. Di satu sisi, beberapa penelitian mendukung pandangan

bahwa pengungkapan CSR dapat dijadikan tameng oleh manajemen dalam menutupi kecurangan-

kecurangan yang telah dilakukan termasuk praktik manajemen laba (Prior et al., 2006; Muttakin et al.,

2015; Belgacem dan Omri, 2015; Setyastrini dan Wirajaya, 2017; Shafai et al., 2018; Suryani dan

Herianti 2018). Sedangkan di sisi lain, Kim et al. (2012) menjabarkan bahwa pengungkapan CSR

sesungguhnya memberikan jaminan transparansi yang lebih besar mengenai semua aspek bisnis kepada

stakeholders. Laporan tahunan menjadi lebih terpercaya bagi investor maupun pihak yang

menggunakan laporan tersebut dalam pengambilan keputusan. Hal ini didukung oleh Chih et al. (2008);

Izadinia et al. (2014); Cui et al. (2015); Bozzolan et al. (2015); Cho dan Chun (2015); Gras-gil et al.

(2016); Sembiring (2017); dan Ardiani dan Sudana (2018). Kajian serupa yang pernah dilakukan oleh

Moratis dan Egmond (2018); Arief dan Ardiyanto (2014) dan Nastiti (2010) justru menemukan bahwa

tidak ada hubungan antara pengungkapan CSR dan manajemen laba. Nastiti (2010) menjelaskan

penerapan CSR di Indonesia tidak menjamin lebih sedikitnya praktik manajemen laba yang dilakukan,

hal ini disebabkan adanya perbedaan cara pandang dan budaya masyarakat, serta supermasi hukum

yang belum sempurna.

Banyaknya kontradiktif dan variasi hasil penelitian terdahulu, seperti Gras-gil et al. (2016),

Muttakin et al. (2015) dan Nastiti (2010) menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai

pengungkapan CSR dan manajemen laba. Penelitian ini mengacu pada Gras-gil et al. (2016) yang

menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba di perusahaan

Spanyol. Spanyol merupakan negara dengan sistem penerapan CSR yang mirip dengan di Indonesia

yaitu baik di Spanyol maupun Indonesia sama-sama memiliki regulasi yang berkaitan dengan

pengungkapan CSR. Misalnya di Indonesia, salah satu regulasi pemerintah mengenai pengungkapan

CSR diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun,

pengungkapan informasi CSR di Indonesia maupun Spanyol masih bersifat sukarela. Menariknya di

Spanyol sudah ada lembaga independen yaitu MERCO (Spanish Monitor of Corporate Reputation)

yang memonitor dan menilai implementasi CSR sebagai salah satu aspek pembentuk reputasi

perusahaan. Sehingga implementasi CSR di Spanyol mampu menjadi sistem kontrol untuk menekan

manajemen laba. Sedangkan di Indonesia belum ada lembaga serupa MERCO yang mengatur mengenai

Page 6: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 6

pengungkapan CSR, seperti memonitor dan menilai pengungkapan CSR yang diungkapkan oleh suatu

perusahaan (Tiara dan Setiawati, 2013). Penerapan CSR di Indonesia sebagai sustainability

development berpedoman pada Global Reporting Initiative (GRI) dan penilaian kinerja CSR yang

banyak digunakan di Indonesia hanya mengacu pada Corporate Social Responsibility Disclosure Indeks

(CSRDI) yang dinilai sendiri oleh peneliti. Sehingga hasil penelitian Gras-gil et al. (2016) memotivasi

peneliti mereplikasi penelitian tersebut dalam konteks BEI dengan merumuskan masalah apakah

pengungkapan CSR berpengaruh pada manajemen laba di perusahaan yang tercatat di BEI? Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh pengungkapan CSR pada manajemen

laba di perusahaan yang tercatat di BEI. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terutama bagi pihak regulator yakni, memberikan gambaran pentingnya mempertegas regulasi

mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan perlunya merancang lembaga independen

yang mengatur mengenai penerapan CSR di Indonesia seperti memonitor dan menilai pelaksanaan

pengungkapan CSR di Indonesia secara menyeluruh.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk

kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders (pemegang saham,

kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Teori ini berkaitan dengan

bagaimana perusahaan atau organisasi mengelola pemangku kepentingan, karena keberadaan suatu

perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan

tersebut. Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau

ekonomi sederhana (Shafai et al., 2018). Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi

perusahaan memerlukan dukungan stakeholders, sehingga aktivitas perusahaan juga

mempertimbangkan persetujuan dari stakeholders. Semakin kuat stakeholders, maka perusahaan harus

semakin beradaptasi dengan stakeholders. Pengungkapan CSR kemudian dipandang sebagai dialog

antara perusahaan dengan pemangku kepentingan (Ricardo dan Faisal, 2015). Teori stakeholder dapat

Page 7: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 7

digunakan untuk menjelaskan keberadaan stakeholders perlu dipahami sebagai sebuah elemen sosial

dan lingkungan (fisik) yang tanpa partisipasinya perusahaan tidak akan bertahan lama. Sehingga

perusahaan harus memperhatikan kepentingan berbagai pihak yakni tidak terbatas pada kepentingan

pemegang saham untuk memaksimalkan laba saja, tetapi juga kepentingan stakeholders untuk

menunjang keberlangsungan perusahaan melalui pengungkapan CSR.

2.2 Teori Legitimasi

Menurut Lindblom (1993) dalam Arief dan Ardiyanto (2014), legitimasi merupakan suatu kondisi

dimana sistem nilai sebuah entitas telah sesuai dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat dimana

suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat. Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat

kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak

sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana

seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki kontrak

implisit dengan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan bisnis sesuai dengan nilai ataupun norma

yang dijunjung di dalam masyarakat. Jika perusahaan memenuhi kontrak implisit dengan stakeholders,

maka stakeholders akan bertindak sebagaimana sesuai dengan keinginan perusahaan. Namun, ketika

perusahaan tidak melaksanakan kontrak implisit yang dibuat oleh stakeholders tersebut, maka kontrak

implisit tersebut dapat berubah menjadi suatu hal yang eksplisit dan kemungkinan akan menimbulkan

masalah bagi perusahaan. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal

ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan dimana mereka beroperasi (Rochlinasari,

2016). Teori legitimasi ini dapat menjelaskan bahwa manajemen laba merupakan kegiatan yang tidak

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat karena praktik manajemen laba mengandung

unsur ketidakjujuran dalam penyajian laporan keuangan. Sedangkan pengungkapan CSR merupakan

pengungkapan aktivitas bisnis yang menunjukkan tingkat kepatuhan suatu perusahaan seperti

kepatuhan terhadap nilai dan norma yang berlaku serta sesuai dengan harapan publik kepada

perusahaan.

2.3 Manajemen Laba

Scott (2015:445) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh

manajer sehingga dapat mencapai beberapa tujuan yang spesifik. Strategi atau teknik yang biasanya

Page 8: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 8

digunakan oleh manajer dalam melakukan praktik manajemen laba yaitu: (1) memanfaatkan peluang

untuk membuat estimasi akuntansi, (2) mengubah metode akuntansi, dan (3) menggeser periode biaya

atau pendapatan. Terdapat dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa

manajemen laba dilakukan oleh manajer perusahaan yaitu, perspektif efisiensi kontrak dan perspektif

oportunis. Manajemen laba lebih cenderung mengarah pada perspektif oportunis (Scott, 2015:465).

Nariastiti dan Ratnadi (2014) dan Gras-gil et al. (2016) menyebutkan bahwa sesungguhnya perilaku

oportunis manajer melalui manajemen laba dapat dikendalikan dengan sistem pemantauan/kontrol yang

baik. Scott (2015:447) menjelaskan beberapa bentuk dalam manajemen laba, yaitu taking a bath,

income decreasing, income increasing, dan income smoothing. Watts dan Zimmerman (1986) dalam

teori akuntansi positif, menjelaskan terdapat 3 (tiga) hipotesis yang diaplikasikan untuk memprediksi

motivasi manajemen dalam melakukan pengelola laba. Tiga hipotesis menurut Watts dan Zimmerman

(1986) yaitu, hipotesis rencana bonus, hipotesis perjanjian utang, dan hipotesis biaya politik.

2.4 Pengungkapan Coroporate Social Responsibility

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan tanggung

jawab sosial sebagai sebuah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan

ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan, komunitas setempat/masyarakat

umum untuk meningkatkan kualitas hidup dan kelangsungan bisnis perusahaan. Pengungkapan CSR

merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat terciptanya keberlanjutan usaha

melalui tata kelola bisnis yang sehat dengan mengandalkan akuntabilitas dan transparansi informasi.

Tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan berhubungan erat dengan pembangunan

berkelanjutan dimana suatu organisasi/perusahaan melaksanakan keputusan bisnis tidak hanya

berdasarkan dampak dari aspek ekonomi misalnya tingkat keuntungan, melainkan juga harus

mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu. Tanggung jawab

sosial dapat dikatakan sebagai suatu strategi perusahaan untuk membangun citra positif dan

memberikan nilai tambah di mata masyarakat yang akan berpengaruh positif pada perusahaan tersebut

(Evadewi dan Meiranto, 2014).

Page 9: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 9

2.5 Pengaruh Pengungkapan Coroporate Social Responsibility pada Manajemen Laba

Sesuai dengan teori stakeholder akuntabilitas perusahaan tidak hanya terbatas sampai memenuhi

kepentingan pemegang saham melalui laporan laba saja namun, perlu juga memperhatikan tanggung

jawab kepada stakeholders melalui CSR. Sejalan dengan teori legitimasi, manajemen akan berusaha

mengurangi praktik manajemen laba dengan tujuan oportunistik karena tidak sesuai dengan nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat. Perusahaan akan mengadakan kegiatan CSR karena perusahaan

membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat yang kondusif agar perusahaan dapat beroperasi

dengan baik.

Perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan informasi tentang CSR akan menjadi bentuk

pengawasan yang lebih ketat untuk praktik manajemen laba (Sembiring, 2017). Hal ini sejalan dengan

penelitian Chih el al. (2008) yang menjelaskan bahwa perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab

tidak akan menyembunyikan realisasi pendapatan yang sesungguhnya, sehingga tidak akan melakukan

manajemen laba. Manajemen akan mengurangi praktik manajemen laba agar tidak mengundang

penilaian yang buruk oleh stakeholder. Perusahaan yang mampu mengungkapkan CSR sudah dianggap

mampu menghasilkan laba optimal dan memiliki kredibilitas yang tinggi tanpa perlu adanya praktik

manajemen laba (Evadewi dan Meiranto, 2014). Hasil penelitian Gras-gil et al. (2016) menemukan

bahwa tanggung jawab sosial berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Hasil serupa juga

diperoleh oleh Cho dan Chun (2015) dan Cui et al. (2015) yang membuktikan bahwa CSR berpengaruh

negatif pada manajemen laba.

Pengungkapan CSR merupakan wujud good corporate governance (tata kelola perusahaan yang

baik) sehingga akan berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Komitmen perusahaan dalam

pengungkapan CSR diharapkan mampu meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas

perusahaan. Tujuan perusahaan mengungkapkan banyak informasi tentang aktivitas CSR adalah untuk

membentuk image perusahaan yang baik. Oleh karena itu, manajemen akan lebih berhati-hati dalam

melakukan praktik manajemen laba yang dapat menghapus pengaruh positif dari melakukan aktivitas

CSR. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

HA: Pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh negatif pada manajemen laba

Page 10: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 10

2.6 Model Penelitian

Gambar 1.

Model Penelitian

3. Metode Penelitian

3.1 Data dan Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang digunakan

yaitu laporan tahunan perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017 dengan mengakses situs

www.idx.co.id dan laporan berkelanjutan yang bersumber dari publikasi perusahaan go public dengan

mengakses website masing-masing perusahaan tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017. Penelitian ini memertimbangan seluruh

sektor dikarenakan pengumpulan data di seluruh sektor tersebut akan menghasilkan jumlah pengamatan

yang relevan untuk penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

140 perusahaan. Teknik penentuan sampel yang dipilih yakni non probability sampling dengan metode

purposive sampling. Purposive sampling adalah metode penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu

(Sugiyono, 2017:144). Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di

BEI tahun 2013-2017 dengan kriteria yaitu memublikasikan laporan tahunan dan menerbitkan laporan

berkelanjutan (sustainability report) sesuai dengan pedoman GRI tahun 2013-2017. Rincian proses

penentuan sampel dengan teknik purposive sampling disajikan pada Tabel 1 berikut.

HA (-)

Variabel Kontrol

Ukuran Perusahaan

Leverage

Profitabilitas

Variabel Independen

Pengungkapan Corporate

Social Responsibility

Variabel Dependen

Manajemen Laba

Keterangan : Pengaruh langsung

: Pengaruh tidak langsung

Page 11: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 11

Tabel 1.

Proses Penentuan Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 473

2. Perusahaan tidak memublikasikan laporan berkelanjutan pada tahun 2013-2017 (445)

Total sampel berdasarkan kriteria 28

Tahun pengamatan 5

Total pengamatan 140

Sumber: Bursa Efek Indonesia, website perusahaan go public, data sekunder diolah, 2018

Berdasarkan hasil observasi melalui observasi non partisipan pada perusahaan yang tercatat di BEI

tahun 2013-2017, dari total 473 pengamatan hanya sebanyak 28 perusahaan atau sebesar 6% perusahaan

yang berkomitmen melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan. Rincian perusahaan persektor yang

digunakan sebagai sampel disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.

Daftar Sektor Perusahaan Sampel, Perusahaan Tercatat di BEI, dan Jumlah Perusahaan yang

Berkomitmen Memublikasi CSR dalam Laporan Berkelanjutan Periode 2013-2017

Sumber: Bursa Efek Indonesia, website perusahaan go public, data sekunder diolah, 2018

Tabel 2 memerlihatkan bahwa sebanyak 28 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dari 473

perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017 terdiri dari 7 sektor yang berbeda. Berdasarkan

jumlahnya perusahaan dari sektor keuangan ternyata yang paling banyak menjadi sampel penelitian

yaitu 8 dari 28 pengamatan. Kemudian diikuti oleh perusahaan dari sektor pertambangan, manufaktur,

infrastruktur, property, perdagangan, dan pertanian. Perolehan data ini mengindikasikan bahwa

komitmen perusahaan dalam melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan tidak hanya berasal dari

perusahaan sektor high profile saja atau perusahaan yang terkategori memiliki keterkaitan langsung

dengan lingkungan dalam aktivitas operasi yang lebih besar. Perusahaan dari sektor low profile yakni

keuangan, property, dan perdagangan juga mulai memperhatikan laporan berkelanjutan, walaupun jika

Sektor Perusahaan Tercatat di

BEI Tahun 2013-2017

Perusahaan yang Memublikasi CSR dalam

Laporan Berkelanjutan Tahun 2013-2017

Persentase

Pertanian 17 1 6%

Pertambangan 34 6 18%

Manufaktur 131 5 4%

Property, Real Estate dan

Konstruksi Bangunan

49 2 4%

Infrastruktur, Utilitas dan

Transportasi

70 4 6%

Keuangan 72 8 11%

Perdagangan, Jasa dan

Investasi

99 2 2%

Total 473 28 6%

Page 12: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 12

dilihat dari persentase pelaporan secara keseluruhan sektor perusahaan high profile seperti

pertambangan, pertanian, infrastruktur, dan manufaktur masih mendominasi pelaporan CSR melalui

laporan berkelanjutan.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Manajemen laba (AbsDAC)

Scott (2015:445) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh

manajer sehingga dapat mencapai beberapa tujuan yang spesifik. Manajemen laba sebagai variabel

dependen dalam penelitian ini dideteksi menggunakan Modified Jones Model yang telah dikembangkan

sebelumnya oleh Dechow et al. (1995). Model tersebut didesain untuk mengurangi dugaan

kecenderungan dari Jones Model untuk mengukur akrual diskresioner dengan error apabila diskresi

yang digunakan melebihi pendapatan. Modifikasi dilakukan dengan mengurangi perubahan revenue

dengan perubahan piutang dagang (Yasa, 2010). Perhitungan manajemen laba dengan menggunakan

Modified Jones Model adalah sebagai berikut.

1) Menghitung nilai total akrual

TACit = NIit - CFOit ................................................................................................................. (1)

Keterangan:

TACit = Total akrual perusahaan i pada tahun ke t.

NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun ke t.

CFOit = Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahun ke t.

2) Menentukan nilai koefisien dari regresi total akrual

Untuk mencari nilai koefisien β1, β2 dan β3 dilakukan dengan teknik regresi. Regresi ini adalah

untuk mendeteksi adanya discretionary accruals dan non discretionary accruals. Discretionary

accrual merupakan perbedaan antara total akrual dengan nondiscretionary accrual.

TACit

TAit-1

= β1

(1

TAit-1

) +β2

(∆REV

it-∆REC

it

TAit-1

) +β2

(PPE

it

TAit-1

) +εit ................................................................. (2)

Keterangan:

TACit = Total akrual perusahaan pada tahun t

TAit-1 = Total aset perusahaan pada akhir tahun t-1

ΔREVit = Perubahan total pendapatan pada tahun t

ΔRECit = Perubahan total piutang bersih pada tahun t

Page 13: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 13

PPEit = Gross property, plant, and equipment perusahaan pada tahun t

εit = Error item perusahaan i pada tahun t

β = Koefisisen regresi

3) Menghitung nondiscretionary accruals (NDAC)

Perhitungan nondiscretionary Accruals (NDAC) dilakukan dengan memasukkan nilai koefisien

β1, β2, dan β3 yang diperoleh dari regresi. Perhitungan dilakukan untuk seluruh sampel perusahaan

pada masing-masing periode.

NDACit = β1

(1

TAit-1

) +β2

(∆REV

it-∆REC

it

TAit-1

) +β2

(PPE

it

TAit-1

) ................................................................. (3)

Keterangan:

NDACit = Nondiscretionary acrruals perusahaan i pada tahun t

4) Menentukan discretionary accruals

Setelah didapatkan nilai nondiscretionary accruals, menghitung discretionary accruals dapat

dilakukan menggunakan persamaan berikut.

DAC = (TAC/TAit-1) – NDAC ................................................................................................ (4)

Keterangan:

DAC = Discretionary Accruals

Penelitian ini menggunakan nilai absolute discretionary accruals (AbsDAC) sebagai proksi

manajemen laba karena yang menjadi perhatian adalah besaran dari discretionary accruals tersebut

bukan arahnya (positif dan negatif) sejalan dengan proksi yang digunakan oleh (Gras-gil et al., 2016).

Penggunaan nilai absolut dari DAC sebagai proksi dari DAC karena nilai absolut merefleksikan

pembalikan akrual dari waktu ke waktu. Artinya arah akrual hanya menjelaskan penggeseran

pendapatan atau beban dari satu periode ke periode lainnya. Dengan demikian, ukuran akrual lebih

penting daripada arah akrual (Yip et al., 2011). Nilai absolut menyebabkan semua nilai DAC menjadi

positif, hal ini tidak diartikan semua perusahaan menaikkan laba. Nilai absolut DAC menunjukkan

ukuran DAC perusahaan dalam menaikkan ataupun menurunkan laba.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDI)

Pengungkapan CSR merupakan bentuk tanggung jawab moral perusahaan kepada stakeholders

yang dilakukan dengan mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, sosial dan

Page 14: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 14

lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Pengungkapan CSR sebagai variabel independen diukur

menggunakan CSRDI. Instrumen pengukuran CSRDI yang akan digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada indikator GRI G4 dengan total indikator mencapai 91 item indikator pengungkapan.

Pengukuran CSRDI ini dilakukan melalui content analysis pada laporan berkelanjutan sesuai dengan

pedoman GRI G4 dalam mengukur variety dari CSRDI. Karena pada dasarnya GRI merupakan

pedoman untuk melaporkan laporan berkelanjutan. Setiap kategori informasi pengungkapan CSR dalam

instrumen penelitian diberi skor 1 jika kategori informasi yang diungkapkan ada dalam laporan

berkelanjutan, dan nilai 0 jika kategori informasi tidak diungkapkan di dalam laporan berkelanjutan.

Selanjutnya, skor dari setiap kategori informasi dalam laporan berkelanjutan dijumlahkan untuk

memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan rumus

sebagai berikut.

CSRDIj = ∑ Xij

Nij .............................................................................................................................. (5)

Keterangan :

CSRDIj = Corporate Social Responsibility Disclosure Indeks perusahaan j

ΣXij = Jumlah dari variabel dummy yang diungkapkan pada perusahaan j, 1 jika i diungkapkan,

0 jika i tidak diungkapkan

Nij

= Jumlah indikator pengungkapan yang seharusnya diungkapkan perusahaan j, Ni = 91

Variabel kontrol

1) Ukuran perusahaan (LnTA)

Ukuran perusahaan mencerminkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasarnya.

Ukuran perusahaan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi manajemen laba (Nariastiti dan

Ratnadi, 2014). Hipotesis biaya politik menjelaskan semakin besar perusahaan semakin besar biaya

politk yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk

melakukan manajemen laba. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini

diproksikan dengan logaritma natural total aset dengan tujuan untuk menyederhanakan jumlah aset yang

mencapai ratusan miliar bahkan triliunan, tanpa mengubah proporsi dari jumlah aset yang

sesungguhnya (Mahawyahrti dan Budiasih, 2016). Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut.

Page 15: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 15

Size = Ln (Total Aset)...................................................................................................................... (6)

2) Leverage (DAR)

Leverage adalah penggunaan utang yang digunakan oleh perusahaan dalam pembiayaan aktivitas

operasi dan perolehan aset perusahaan. Sejalan dengan teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh

Watts dan Zimmerman (1986), semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang maka

semakin memungkinkan manajer untuk melakukan manajemen laba agar terhindar dari pelanggaran

perjanjian utang tersebut. Leverage dalam penelitian ini sebagai variabel kontrol, diproksikan dengan

debt to total assets ratio (DAR) dihitung dengan membandingkan total utang dengan total aset yang

dimiliki perusahaan pada tahun bersangkutan sejalan dengan proksi yang digunakan oleh Gras-gil et

al., 2016), leverage dirumuskan sebagai berikut.

DAR = Total Utang

Total Aset × 100% ......................................................................................................... (7)

3) Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas merupakan indikator kinerja manajemen dalam mengelola aset perusahaan yang

ditunjukkan oleh laba yang diperoleh perusahaan. Hipotesis rencana bonus dalam teori akuntansi positif

menjelaskan bahwa program bonus merupakan salah satu motivasi manajemen dalam melakukan

manajemen laba. Manajemen memiliki kecenderungan secara oportunistik untuk mengelola laba bersih

dalam usaha memaksimalkan bonus mereka berdasarkan program kompensasi bonus perusahaan.

Profitabilitas sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini diproksikan dengan return on assets (ROA)

(Gras-gil et al., 2016). ROA yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan membandingkan laba

bersih sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir periode. Perhitungan ROA

menggunakan laba sebelum pajak dengan alasan agar dapat diketahui aktivitas operasi yang

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tanpa pengaruh keputusan perpajakan

dan pendanaan, hal ini sejalan dengan proksi yang digunakan oleh Evadewi dan Meiranto (2014);

Bozzolan et al. (2015); Sembiring (2017).

ROA = Laba bersih sebelum pajak

Total Aset × 100% .................................................................................... (8)

Page 16: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 16

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda berbasis ordinary least square

(OLS) dengan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk memenuhi syarat BLUE (best linear

unbiased estimation) melalui program statistical package for social science (SPSS). Adapun tahap

analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik (terdiri dari uji normalitas, autokorelasi,

multikolinearitas, dan heteroskedastisitas), analisis regresi linear berganda, koefisien determinasi (R2),

uji kelayakan model (uji F), dan uji hipotesis (uji t). Model persamaan regresi linear berganda yang

diajukan yaitu sebagai berikut.

AbsDAC = α + β1CSRDI+ β2LnTA + β3DAR+ β4ROA + ε ...................................................... (9)

Keterangan:

AbsDAC = Manajemen Laba

α = Nilai Konstanta

β1 – β4 = Koefisien Regresi

CSRDI = Pengungkapan Corporate Social Responsibility

LnTA = Ukuran Perusahaan

DAR = Leverage

ROA = Profitabilitas

ε = Error

4. Hasil dan Diskusi

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan

karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Secara rinci hasil statistik deskriptif disajikan

dalam Tabel 3.

Tabel 3.

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar

Discretionary Accruals 140 -0,51635 0,59177 -0,04680 0,18208

Absolute Discretionary Accruals 140 0,00085 0,59177 0,12965 0,13578

Pengungkapan CSR 140 0,05495 0,95604 0,35112 0,18957

Ukuran Perusahaan 140 21,5200 31,5300 24,8356 1,86615

Leverage 140 0,13306 1,03374 0,60813 0,23009

Profitabilitas 140 -0,16895 0,53756 0,07236 0,11261

Sumber: Lampiran

Page 17: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 17

Hasil analisis statistik deskriptif sesuai Tabel 3 menjelaskan bahwa berdasarkan data yang

diperoleh dari 140 perusahaan sampel, variabel manajemen laba yang dinilai dengan menghitung

discretionary accruals memiliki rata-rata sebesar -0,04680 hasil ini menjelaskan bahwa perusahaan

sampel rata-rata melakukan manajemen laba dengan pola income decreasing (menurunkan laba).

Setelah dilakukan absolute discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba maka rata-rata

variabel manajemen laba sampel menjadi sebesar 0,12965. Variabel pengungkapan CSR sebagai

variabel independen diproksikan dengan CSRDI memiliki rata-rata sebesar 0,35112 yang berarti bahwa

rata-rata jumlah pengungkapan CSR melalui laporan berkelanjutan di Indonesia sekitar 35,11 persen

atau sebenyak 32 item pengungkapan dari 91 item sesuai pedoman GRI. Variabel ukuran perusahaan

sebagai variabel kontrol diproksikan dengan logaritma natural total aset memiliki rata-rata sebesar

24.8356 atau sebesar Rp 1.280.686 juta. Variabel leverage sebagai variabel kontrol diproksikan dengan

rasio debt to total assets (DAR) memiliki rata-rata sebesar 0,60813 menunjukkan bahwa perusahaan

sampel memiliki rata-rata leverage sebesar 60,81 persen. Variabel kontrol profitabilitas diproksikan

dengan rasio return on total assets (ROA) memiliki rata-rata dari variabel profitabilitas sebesar 0,07236

menunjukkan bahwa rata-rata profitabilitas perusahaan sampel sebesar 7,24 persen.

4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dipergunakan agar model regresi yang dijadikan alat estimasi tidak bias. Hasil

uji asumsi klasik disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4.

Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik

Variabel Normalitas Autokorelasi Multikolinearitas Heteroskedastisitas

Tolerance VIF

Pengungkapan CSR

0,069 1,8150

0,867 1,153 0,156

Ukuran Perusahaan 0,777 1,288 0,077

Leverage 0,802 1,247 0,348

Profitabilitas 0,867 1,154 0,065

Sumber: Lampiran

Tabel 4 menujukkan hasil bahwa data terbebas dari masalah normalitas (Sig 0,069 > 0,05), tidak ada

autokorelasi dengan nilai 1,8150 dimana dL = 1,6656 dan dU = 1,7830, sehingga 4-dL = 2,3344 dan 4-dU

= 2,2170 (1,7830 < 1,8150 < 2,2170), tidak terjadi multikolinearitas (nilai tolerance > 0,1 dan VIF <

10), dan terbebas dari masalah heteroskedastisitas (Sig > 0,05).

Page 18: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 18

4.3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dimana data telah lolos pengujian asumsi klasik, dengan

demikian maka data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan analisis regresi linear

berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh

pengungkapan CSR pada manajemen dengan mempertimbangkan ukuran perusahaan, leverage dan

profitabilitas sebagai variabel kontrol. Penggunaan variabel kontrol dalam model penelitian ini

bertujuan untuk menghasilkan analisis yang lengkap dan lebih baik karena variabel lain yang secara

teori berpengaruh pada variabel dependen disertakan dalam penelitian. Sehingga hasil penelitian akan

memiliki statistic power yang lebih tinggi.

Tabel 5.

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 1,041 0,164 6,356 0,000

Pengungkapan CSR -0,142 0,059 -0,198 -2,387 0,018

Ukuran Perusahaan -0,034 0,006 -0,465 -5,320 0,000

Leverage -0,027 0,051 -0,046 -0,530 0,597

Profitabilitas -0,054 0,100 -0,045 -0,537 0,592

Adjusted R2 0,174

F hitung 8,296

Sig. F 0,000

Sumber: Lampiran

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda seperti disajikan pada Tabel 5, dapat dibuat

persamaan regresi sebagai berikut.

AbsDAC = 1,041 – 0,142 CSRDI – 0,034 LnTA – 0,027 DAR – 0,054 ROA + ε

Persamaan regresi tersebut memiliki makna sebagai berikut.

1) Nilai konstanta sebesar 1,041 memiliki arti bahwa apabila pengungkapan CSR, ukuran perusahaan,

leverage, dan profitabilitas konstan atau bernilai 0, maka manajemen laba sebesar 1,041.

2) Nilai koefisien regresi pengungkapan CSR sebesar -0,142 memiliki arti bahwa apabila

pengungkapan CSR mengalami peningkatan, maka manajemen laba akan turun sebesar 0,142.

3) Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol sebesar -0,034 menunjukkan

bahwa apabila total aset meningkat 1 persen, maka manajemen laba akan turun sebesar 0,034.

Page 19: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 19

4) Nilai koefisien regresi leverage sebagai variabel kontrol sebesar -0,027 memiliki arti bahwa

apabila leverage meningkat 1 persen, maka manajemen laba akan turun 0,027.

5) Nilai koefisien regresi variabel kontrol profitabilitas sebesar -0,054 memiliki makna bahwa apabila

profitabilitas meningkat 1 persen, maka manajemen laba turun sebesar 0,054.

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,174 atau sebesar 17,4%. Nilai ini berarti

sebesar 17,4% variasi perubahan manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi pengungkapan CSR,

ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas. Sedangkan sisanya sebesar 82,6% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Nilai F hitung 8,296 dengan tingkat signifikansi

= 0,000 < 0,05 hasil ini menjelaskan bahwa pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, leverage dan

profitabilitas layak digunakan untuk memprediksi manajemen laba.

Hasil uji hipotesis (uji t) berdasarkan Tabel 5 variabel pengungkapan CSR memiliki nilai koefisien

negatif sebesar -0,142 dengan nilai p-value 0,018 < α = 0,05. Hal ini berarti bahwa pengungkapan CSR

berpengaruh negatif pada manajemen laba, sehingga hipotesis alternatif (HA) penelitian ini diterima.

4.4 Pengaruh Pengungkapan Coroporate Social Responsibility pada Manajemen Laba

Hipotesis alternatif (HA) penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif

pada manajemen laba. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa pengungkapan CSR berpengaruh

negatif pada manajemen laba sehingga HA diterima. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas

pengungkapan CSR maka manajemen laba akan semakin rendah. Teori stakeholder menjelaskan bahwa

perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi hanya untuk kepentingan shareholders melalui perolehan

laba saja namun, harus bermanfaat bagi stakeholders. Teori stakeholder dapat menjelaskan alasan

perusahaan terlibat dalam tanggung jawab sosial yakni untuk menjaga keberlanjutan usaha dan sebagai

strategi untuk memaksimalkan keuntungan jangka panjang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evadewi dan Meiranto

(2014); Cui et al. (2015); Gras-gil et al. (2016); Sembiring (2017); Ardiani dan Sudana (2018) yang

menemukan hasil bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba. Evadewi dan

Meiranto (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih luas cenderung

melakukan manajemen laba yang rendah. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mampu

mengungkapkan CSR sudah dianggap mampu menghasilkan laba optimal dan memiliki kredibilitas

Page 20: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 20

yang tinggi tanpa perlu adanya praktik manajemen laba. Cui et al. (2015) menambahkan bahwa

perusahaan yang berkomitmen dalam pengungkapan CSR memiliki insentif untuk jujur, dapat

dipercaya, berperilaku etis, dan bertanggung jawab dalam menjaga transparansi laporan keuangan

sehingga membatasi praktik manajemen laba. Gras-gil et al. (2016), membuktikan bahwa

pengungkapan CSR dapat digunakan sebagai sistem kontrol untuk mengawasi praktik manajemen laba.

Kegiatan CSR merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh perusahaan seperti diatur dalam UU

No. 40 tahun 2007 pasal 66 ayat 2 dan pasal 74. Pelaporan CSR dalam laporan berkelanjutan merupakan

bentuk pengungkapan sukarela di Indonesia. Keinginan perusahaan untuk melaporkan CSR secara

sukarela melalui laporan berkelanjutan akan menunjukkan transparansi, akuntabilitas, dan

responsibilitas perusahaan yang lebih luas. Perusahaan dengan tingkat aplikasi GRI yang tinggi akan

memiliki tata kelola perusahaan yang lebih baik karena perusahaan tersebut sudah mampu

mendemonstrasikan sustainability strategies yang lebih komprehensif (Pardede, 2014). Pengungkapan

CSR yang lebih luas akan merefleksikan tata kelola perusahaan yang lebih baik sehingga mampu

mengurangi perilaku manajemen laba. Perusahaan harus mengungkapkan CSR secara

berkesinambungan dan memperluas pengungkapannya, dikarenakan dengan adanya pengungkapan

CSR akan memberikan dampak positif untuk perusahaan, seperti mendapatkan citra yang baik,

meningkatkan reputasi perusahaan dan kredibilitas perusahaan dimata masyarakat dan menurunkan

tingkat manajemen laba.

4.5 Pengaruh Variabel Kontrol pada Manajamen Laba

Berdasarkan hasil analisis ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol yang diproksikan dengan

logaritma natural total aset berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hasil ini menggambarkan bahwa

semakin besar ukuran perusahaan maka tindakan manajemen laba semakin kecil. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nariastiti dan Ratnadi (2014); Muttakin et al. (2015);

Mahawyahrti dan Budiasih (2016) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif

pada manajemen laba. Nariastiti dan Ratnadi (2014) menjelaskan bahwa perusahaan besar kurang

memiliki motivasi dalam melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan pemegang saham dan pihak-

pihak yang berkepentingan di perusahaan besar dianggap lebih kritis dibandingkan dengan perusahaan

kecil. Basis investor yang lebih besar terdapat pada perusahaan besar, sehingga perusahaan besar

Page 21: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 21

mendapat tekanan yang lebih kuat untuk bisa menampilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

Mahawyahrti dan Budiasih (2016) menambahkan bahwa aktivitas operasi pada perusahaan besar lebih

kompleks, sehingga perusahaan besar akan lebih berhati-hati melakukan tindakan manajemen laba.

Leverage sebagai variabel kontrol yang diproksikan dengan rasio debt to total asset (DAR),

berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh pada manajemen laba. Hasil

ini berarti bahwa tinggi atau rendahnya leverage yang diperoleh perusahaan tidak berpengaruh pada

manajemen laba. Herawati dan Baridwan (2007) dalam penelitiannya membuktikan bahwa tidak ada

kecenderungan perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba yang lebih

besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang. Namun, dalam penelitian ini tidak

berpengaruhnya leverage pada manajemen laba kemungkinan disebabkan karena penggunaan seluruh

sektor sebagai sampel. Sektor keuangan dan non keuangan memiliki karakteristik penilaian rasio

leverage yang berbeda. Perusahaan non keuangan dengan rasio leverage yang tinggi akibat besarnya

jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki, akan termotivasi melakukan manajemen laba

karena perusahaan terancam default (Mahawyahrti dan Budiasih, 2016). Investor biasanya menilai

perusahaan non keuangan dengan nilai leverage yang tinggi sebagai singal bahwa perusahaan memiliki

risiko yang tinggi. Sedangkan di sektor keuangan seperti perbankan sebagian besar dana yang dikelola

adalah dana pihak ketiga (utang), sehingga semakin besar utang yang dikelola oleh bank maka

kemungkinan bank tersebut mendapatkan laba usaha semakin tinggi. Semakin besar utang yang dikelola

bank, menunjukkan semakin tinggi kepercayan investor terhadap bank tersebut. Selain itu, perusahaan

sektor keuangan merupakan perusahaan yang sensitif terhadap kepercayaan investor dan ketat dengan

aturan sehingga meminimalkan manajemen laba. Oleh karena itu, perbedaan penilaian leverage di

sektor keuangan dan non keuangan maka dalam penelitian ini leverage tidak berpengaruh pada

manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Grougiou et al.

(2014); Yudiastuti dan Wirasedana (2018) yang menemukan leverage tidak berpengaruh pada

manajemen laba.

Analisis variabel kontrol yang terakhir yakni profitabilitas yang diproksikan dengan rasio return

on total assets (ROA), berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh

pada manajemen laba. Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya profitabilitas yang diperoleh

Page 22: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 22

perusahaan tidak berpengaruh pada manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sembiring (2017) yang menemukan profitabilitas tidak berpengaruh pada manajemen

laba. Profitabilitas merupakan salah satu pertimbangan investasi investor, apabila manajemen

perusahaan melakukan manajemen laba maka membuat perusahaan menjadi perhatian publik dimana

hal ini akan merusak kredibilitas dan reputasi perusahaan. Jika dilihat dari hasil statistik deskriptif, tidak

signifikannya hubungan profitabilitas dan manajemen laba kemungkinan disebabkan oleh sebaran data

profitabilitas yang cukup bervariasi. Berdasarkan perolehan hasil statistik deskriptif, diketahui rata-rata

profitabilitas perusahaan sampel sebesar 0,07236 dengan deviasi standar sebanyak 0,11261. Nilai

deviasi standar yang lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa data sampel variabel

profitabilitas memiliki sebaran yang cukup variatif. Sehingga, sebaran data profitabilitas yang

bervariasi sebagai bagian dari usaha perusahaan menampilkan keuntungan yang sesungguhnya

kemungkinan menjadi salah satu penyebab tidak berpengaruhnya profitabilitas pada manajemen laba.

5. Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Saran Riset Selanjutnya

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

pengungkapan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hasil ini mendukung teori stakeholder

yang menjelaskan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi hanya untuk kepentingan

shareholders melalui perolehan laba saja namun, harus bermanfaat bagi stakeholders melalui

pengungkapan CSR untuk menunjang keberlangsungan perusahaan. Pengungkapan CSR yang lebih

luas akan merefleksikan tata kelola perusahaan yang lebih baik seperti, transparansi, akuntabilitas dan

responsibilitas yang lebih baik sehingga mampu mengurangi praktik manajemen laba.

5.2 Implikasi Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi implikasi teoritis yaitu pengungkapan CSR

berpengaruh negatif pada manajemen laba, hasil ini berarti mendukung teori stakeholder. Implikasi

praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, investor, dan

pemerintah. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa adanya pengungkapan

CSR memiliki dampak baik jika diterapkan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan tidak perlu ragu-

Page 23: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 23

ragu dalam berkomitmen untuk melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan. Manajemen tidak perlu

mengambil risiko yang tinggi dengan melakukan manajemen laba sebagai usaha untuk menjaga ataupun

menarik investor melalui perolehan laba. Bagi investor, penelitian ini memberikan implikasi bahwa

pengungkapan CSR mampu menurunkan manajemen laba. Sehingga investor tidak perlu khawatir

berinvestasi pada perusahaan yang berkomitmen secara sukarela melaporkan CSR melalui laporan

berkelanjutan. Keputusan investor dalam menentukan pilihan investasi dengan mempertimbangkan

pengungkapan CSR, juga dapat dijadikan sebagai bagian dari dukungan investor atas pelaksanaan CSR

untuk mengurangi praktik manajemen laba di Indonesia. Bagi pemerintah, penelitian ini memberikan

implikasi bahwa pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada perusahaan yang telah sukarela

mau mengungkapkan CSR dalam laporan berkelanjutan sebagai bentuk dorongan, dukungan, dan

motivasi agar perusahaan-perusahaan di Indonesia meningkatkan komitmennya ataupun termotivasi

untuk melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah menggabungkan penilaian rasio keuangan di perusahaan sektor

keuangan dan non keuangan. Perusahaan non keuangan memiliki karakteristik penilaian rasio keuangan

yang berbeda bila dibandingkan dengan perusahaan sektor keuangan. Sehingga penelitian ini tidak

mampu membuktikan pengaruh variabel kontrol leverage dan profitabilitas pada manajemen laba di

seluruh perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017. Sampel yang dipilih berasal dari perusahaan

di seluruh sektor tanpa khusus sektor tertentu, sehingga terdapat kemungkinan belum memperoleh

besaran manajemen laba secara akurat. Hal ini disebabkan karena mendeteksi manajemen laba hanya

menggunakan modified Jones Model di seluruh sektor, dimana kemungkinan setiap sektor memiliki

perilaku, karakter, dan aktivitas bisnis yang tidak sama.

5.4 Saran Riset Selanjutnya

Penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif CSR pada manajemen laba di perusahaan yang

tercatat di BEI tahun 2013-2017. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan kajian sejenis

disarankan untuk menggunakan metode uji beda agar dapat diketahui bagaimana hubungan tipe industri

yaitu low profile dan high profile terkait pengaruh intensitas pengungkapan CSR pada manajemen laba

yang merujuk pada penelitian Ardiani dan Sudana (2018). Penelitian Ardiani dan Sudana (2018)

Page 24: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 24

membuktikan pelaporan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba di perusahaan high profile

yang tecatat di BEI tahun 2014-2017. Selain itu sebaiknya penelitian selanjutnya mempertimbangkan

untuk fokus melakukan penelitian pada sektor tertentu seperti perusahaan dari sektor perbankan atau

pertambangan saja.

Daftar Pustaka

Aji, B. S. (2017). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Reaksi Investor pada Perusahaan

Sektor Pertambangan dan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2015. Diponegoro Journal

of Accounting.

Almahrog, Y., Marai, A., dan Knezevic, G. (2015). Earnings Management And Its Relations With Corporate

Social Responsibility. International Jounal of Economics and Organization, 12 (4), 347–356.

Ardiani, N. L. N. dan Sudana, I P. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility Pada Manajemen Laba. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 24 (3), 2333–2359.

Arief, A. dan Ardiyanto, M. D. (2014). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap

Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Keuangan Dan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Tahun

2010-2012). Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 1-9.

Belqacem, I., dan Omri, A. (2015). Does corporate social disclosure affect earnings quality? Empirical evidence

from Tunisia. International Journal of Advanced Research, 3(3), pp: 73-89.

Bozzolan, S., Fabrizi, M., Mallin, C. A., dan Michelon, G. (2015). Corporate Social Responsibility and Earnings

Quality: International Evidence. The International Journal of Accounting, 1-36.

http://doi.org/10.1016/j.intacc.2015.10.003

Chih, H. L., Shen, C. H., dan Kang, F. C. (2008). Corporate Social Responsibility , Investor Protection , and

Earnings Management : Some International Evidence. Journal of Business Ethics, 79, 179-198.

http://doi.org/10.1007/s10551-007-9383-7

Cho, E. dan Chun, S. (2015). Corporate social responsibility, real activities earnings management, and corporate

governance: evidence from Korea. Asia-Pacific Journal of Accounting & Economics. 1-32.

http://doi.org/10.1080/16081625.2015.1047005

Cui, J. Hoje, Jo. dan Joonghyuk Kim. (2015). Earnings Management and Corporate Social Responsibility:

International Evidence. Journal of Business Ethics, 1–51.

Dechow, P. M., Sloan, R. G., dan Sweeney A. P. (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting

Review, 70 (2), 193-225.

Evadewi, R. dan Meiranto, W. (2014). Pengaruh Pengungkapan Corporate Sociadel Responsibility Terhadap

Earnings Management: A Political Cost Perspective Studi pada Perusahaan Pertambangan dan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2010-2012. Diponegoro Journal of Accounting, 3 (2), 1-12.

Fauziah, F. E., dan Marissan, I. (2014). Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kualitas Laba

Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi & Auditing, 11 (1), 39–

61.

Global Reporting Initiative. (2013). Sustainablitity Reporting Guildelines. (diakses melalui

www.globalreporting.org pada tanggal 1 September 2018).

Page 25: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 25

Gras-Gil, E., Manzano, M. P., & Fernandez, J. H. (2016). Investigating the relationship between corporate social

responsibility and earnings management: Evidence from Spain. Business Research Quarterly, 19(4), 289-

299. http://doi.org/10.1016/j.brq.2016.02.002

Grougiou, V., Leventis, S., Dedoulis, E., dan Owusu-Ansah, S. (2014). Corporate Social Responsibility and

Earnings Management in U.S. Banks, Accounting Forum, 38(3), 155-169.

http://doi.org/10.1016/j.accfor.2014.05.003

Herawati, N. dan Baridwan, Z. (2007). Manajemen laba pada Perusahaan yang Melanggar Perjanjian Utang.

Makasar: Simposium Nasional Akuntansi X, 1-20.

Ibrahim, M. S., Darus, F., Yusoff, H., dan Muhamad, R. (2015). Analysis of Earnings Management Practices and

Sustainability Reporting for Corporations that offer Islamic Products & Services. Procedia Economics

and Finance, 28, 176–182. http://doi.org/10.1016/S2212-5671(15)01098-9

Izadinia, N., Isfahani, A. N., & Niko, S. (2014). The Relationship between Earnings Management and Social

Responsibility, Emphasizing New Paradigms for Accounting - Profit Companies Listed in Tehran Stock

Exchange 2007-2012. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 4

(1), 600-614. http:// doi.org/10.6007/IJARBSS/v4-i1/571

Jayastini, L. A. dan Wirajaya, I. G. A. (2016). Manajemen Laba Sebagai Pemoderasi Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Pada Kinerja Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16

(1), 587-614.

Kim, Y., M. S. Park, dan Wier, B. (2012). Is Earning Quality Associated with Corporate Social Responsibility?

The Accounting Review, 87 (3), 761-796.

Mahawyahrti, P. T., dan Budiasih, I. G. A. N. (2016). Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan pada

Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 11 (2), 100-110.

Moratis, L. dan Egmond, M. V. (2018). Concealing social responsibility? Investigating the relationship between

CSR, earnings management and the effect ofindustry through quantitative analysis. International Journal

of Corporate Social Responsibility, 3 (8), 2-13.

Muttakin, M. B., Khan, A., dan Azim, M. L. (2015). Corporate social responsibility disclosures and earnings

quality Are they a reflection of managers opportunistic behavior? Managerial Auditing Journal, 30 (3),

277-298. http://doi.org/10.1108/MAJ-02-2014-0997

Nariastiti, N. W. dan Ratnadi, N. M. D. (2014). Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governace dan Ukuran

Perusahaan Pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9 (3), 717-727.

Nastiti, A. R. (2010). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Manajemen Laba (Studi pada

Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008). Perpustakaan Digital

Universitas Negeri Malang.

Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Infografis Lembaga Keuangan dan Emiten Penerbit Sustainability Report

(www.ojk.go.id diakses pada tanggal 1 September 2018).

Pardede, R. C. (2014). Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Berkelanjutan terhadap Manejemen Laba.

Depok: Department of Acconting, Faculty of Economics, University Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Prior, D., Jordi, S. and. Tribo, J. A. (2006). Earnings management and corporate social responsibility. Business

Economic, 1-42.

Ricardo, D. M., dan Faisal. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Praktik

Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 4 (3), 1-9.

Page 26: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 26

Rochlinasari, S. (2016). Teori –Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social Responbility Perbankan.

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Sari, I G. A. R. M. dan Mimba, N. L. P. S H. (2015). Pengaruh Manajemen Laba, Kinerja Keuangan, Ukuran

Perusahaan Dan Pertumbuhan Perusahaan Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 11 (3), 629-645.

Scott, W. R. (2015). Financial Accounting Theory. Seventh edition. USA: Prentice-Hall.

Sembiring, C. L. (2017). Manajemen Laba dan PengungkapanTanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan

Komisaris Independendan. Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia., 2 (1), 20-41.

Setyastrini, N. L. P., dan Wirajaya, I G. A. (2017). Intensitas Pengungkapan Corporate Social Responsibility:

Pengujian Dengan Manajemen Laba Akrual Dan Riil. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19 (1),

337-366.

Shafai, N. A. B., Amran, A. B., dan Ganesan Y. (2018). Earnings Management, Tax Avoidance and Corporate

Social Responsibility: Malaysia Evidence. International Academic Journal of Accounting and Financial

Management, 5 (3), 41-56.

Siregar, N. Y. dan Veronika, Y. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure, Diversifikasi

Perusahaan, Kompensasi Bonus, Dan Kualitas Audit Terhadap Earnings Management. Jurnal Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Bandar Lampung, 8 (2), 38–55.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabet.

Suryani, A. dan Herianti, E. (2018). Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap

Koefisen Respon Laba dan Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XVIII. Medan.

Sindhudiptha, I N S.Y. dan Yasa, G. W. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility Pada Kinerja Keuangan

Perusahaan Dan Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4

(2), 388-405.

Tiara, S. M. dan Setiawati, W. (2013). Studi Perbandingan Peraturan Corporate Social Responsibility di Negara

Indonesia dengan Negara Australia, dan Inggris. Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Indonesia.

Yasa, G. W. dan Novialy, Y. (2008). Indikasi Manajemen Laba Oleh Chief Executive Officer (CEO) Baru Pada

Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis

Universitas Udayana. 1 (24).

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Yasa, G. W. (2010). Pemeringkat Obligasi Perdana Sebagai Pemicu Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar

Modal Indonesia. Purwakerto: Simposium Nasional Akuntansi XIII. 1-30.

Yip, Erica, Chris, V. S. dan Steven, C. 2011. Corporate Social Responsibility Reporting and Earnings

Management: The Role of Political Costs. Australasian Accounting Business and Finance Journal, 5(3),

17-34.

Watts, R. L. dan Zimmerman, J. L. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc.

www.idx.co.id (diakses tanggal 27 Oktober 2018)

Page 27: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 27

Lampiran

Tabel 3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Discretionary Accruals 140 -.51635 .59177 -.0468026 .18208141

Absolute Discretionary Accruals 140 .00085 .59177 .1296510 .13577602

Pengungkapan CSR 140 .05495 .95604 .3511222 .18957383

Ukuran Perusahaan 140 21.52 31.53 24.8356 1.86615

Leverage 140 .13306 1.03374 .6081294 .23008632

Profitabilitas 140 -.16895 .53756 .0723583 .11261285

Valid N (listwise) 140

Tabel 4 Hasil Uji Aumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 140

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .12164541

Most Extreme

Differences

Absolute .110

Positive .110

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z 1.297

Asymp. Sig. (2-tailed) .069

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .444a .197 .174 .12343441 1.815

a. Predictors: (Constant), CSRDI, Pengungkapan CSR, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas

b. Dependent Variable: Manajemen Laba

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 1.041 .164 6.356 .000

Pengungkapan CSR -.142 .059 -.198 -2.387 .018 .867 1.153

Ukuran Perusahaan -.034 .006 -.465 -5.320 .000 .777 1.288

Leverage -.027 .051 -.046 -.530 .597 .802 1.247

Profitabilitas -.054 .100 -.045 -.537 .592 .867 1.154

a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Page 28: Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba

Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 28

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) .649 2.824 .230 .818

Pengungkapan CSR -1.458 1.023 -.128 -1.425 .156

Ukuran Perusahaan -.196 .110 -.170 -1.781 .077

Leverage -.825 .876 -.088 -.941 .348

Profitabilitas -3.199 1.722 -.167 -1.858 .065

a. Dependent Variable: Ln_KuadratResidual

Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .444a .197 .174 .12343441

a. Predictors: (Constant), Pengungkapan CSR, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas

b. Dependent Variable: Manajemen Laba

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression .506 4 .126 8.296 .000b

Residual 2.057 135 .015

Total 2.562 139

a. Dependent Variable: Manajemen Laba

b. Predictors: (Constant), Pengungkapan CSR, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.041 .164 6.356 .000

Pengungkapan CSR -.142 .059 -.198 -2.387 .018

Ukuran Perusahaan -.034 .006 -.465 -5.320 .000

Leverage -.027 .051 -.046 -.530 .597

Profitabilitas -.054 .100 -.045 -.537 .592

a. Dependent Variable: Manajemen Laba