Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...
Transcript of Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen ...
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 1
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
Manajemen Laba
Jenis Sesi Paper: Full paper
I Gusti Ayu Satriyaning
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Gerianta Wirawan Yasa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Ni Made Dwi Ratnadi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Abstract: Earnings information in the income statement is often the target of engineering
through management opportunistic actions that can harm shareholders. Management behavior
that tends to be opportunistic to maximize its own interests through earnings management can
destroy the company's reputation. Corporate social responsibility (CSR) disclosure is one of
the ways carried out by company management to improves the company's reputation.
Therefore, this research aims to determine the effect of CSR disclosure on earnings
management by adding three control variables namely company size, leverage, and
profitability. This research was conducted at a company listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX) in 2013-2017. The number of observations obtained were 140 observations
using the nonprobability sampling technique with a purposive sampling method. The data
analysis technique used is multiple linear regression analysis. Based on the results of multiple
linear regression analysis, it is known that CSR disclosure has a negative effect on earnings
management. The higher level of intensity of CSR disclosures reported will provide more
credible financial information due to greater transparency, accountability and responsibility
guarantees that reduce earnings management. Firm size control variable has a negative effect
on earnings management. While leverage and profitability as control variables are not
influential on earnings management. The implications of this research theoretically is
supporting stakeholder theory while practically this research can provide a positive
contribution to all parties, especially companies, investors, and the government.
Keywords: corporate social responsibility disclosure, earnings management, stakeholder
theory
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 2
1. Pendahuluan
Informasi laba dalam laporan laba rugi sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis
manajemen yang dapat merugikan pemegang saham. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan
cara memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga laba perusahaan dapat diatur dinaikkan atau
diturunkan sesuai dengan keinginan manajemen. Perilaku manajemen dalam mengatur laba sesuai
dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management) (Yasa
dan Novialy, 2008).
Manajemen laba dewasa ini merupakan fenomena sentral yang terjadi di sejumlah perusahaan
besar di dunia termasuk Indonesia. Sektor perusahaan manufaktur, pertambangan, jasa, dan perbankan
di Indonesia menjadi beberapa sektor usaha yang tidak pernah luput dari isu manajemen laba. Kasus
manajemen laba yang pernah terjadi di Indonesia melibatkan beberapa perusahaan besar, seperti PT
Bumi Resources Tbk (2012), PT Inovasi Infracom Tbk (2015), PT Timah Persero Tbk (2015), dan PT
Bank Bukopin Tbk (2016) (Siregar dan Veronika, 2017).
Rangan (1998) dalam Fauziah dan Marissan (2014) menyatakan bahwa praktik manajemen laba
yang terjadi di suatu perusahaan dapat memberikan dampak serius pada perusahaan yang bersangkutan.
Dampak serius yang dimaksud, seperti mengurangi kepercayaan pemangku kepentingan dalam
penilaian kinerja perusahaan, mengurangi kredibilitas perusahaan, menurunkan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan modal dengan syarat yang menguntungkan, dan pada akhirnya
menghancurkan reputasi perusahaan. Ibrahim et al. (2015) menjelaskan bahwa manajemen laba
merupakan tindakan yang bertentangan dengan etika dan moral dalam pelaporan. Hal tersebut
dikarenakan manajemen laba membuat laporan keuangan menjadi tidak bermanfaat bahkan menjadi
menyesatkan pengambil keputusan. Manajemen laba tidak dapat memberikan gambaran yang tepat dan
akurat mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Perusahaan di Indonesia yang berlomba-lomba dalam memajukan usahanya dan berorientasi pada
keuntungan saja diibaratkan seperti pisau bermata dua, di satu sisi perusahaan mampu mencukupi
kebutuhan masyarakat namun disisi lain banyak terjadi pencemaran lingkungan. Kegiatan eksplorasi,
eksploitasi sumber daya, serta emisi industrialisasi menjadi bukti nyata rendahnya perhatian perusahaan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 3
terhadap dampak lingkungan dan sosial. Kondisi inilah yang mengakibatkan timbulnya beberapa kasus
lingkungan dan kemanusian di Indonesia, seperti kasus banjir lumpur panas tahun 2006 hingga sekarang
(2018) masih terjadi oleh PT Lapindo Brantas dimana PT Energi Mega Persada Tbk sebagai pemegang
saham mayoritas. Kasus pencemaran lingkungan dan konflik dengan masyarakat desa Parmaksian,
Sumatra Utara dialami oleh PT Inti Indorayon Utama (2015) yang kemudian berganti nama menjadi PT
Toba Pulp Lestari Tbk. Kasus PT Semen Tanosa (Persero) (2012) yang sering menuai aksi demonstrasi
dari masyarakat sebagai dampak dari aktivitas produksi perusahaan. Kasus-kasus tersebut memberikan
bukti bahwa pengelolaan perusahaan sesungguhnya tidak cukup memperhatikan aspek keuangan saja.
Namun, sangat perlu mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial untuk menjaga reputasi
perusahaan dan mempertahankan keberlanjutan perusahaan (Jayastini dan Wirajaya, 2016). Beberapa
skandal keuangan dan lingkungan yang terjadi dewasa ini, menyebabkan munculnya trend
pengembangan dan implementasi mekanisme tata kelola perusahaan untuk melawan perilaku
oportunistik manajemen yang telah merusak kredibilitas dan integritas perusahaan (Gras-gil et al.,
2016).
Implementasi tanggung jawab sosial atau yang dikenal dengan istilah corporate social
responsibility (CSR) menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh manajemen dalam membangun
pandangan (image) positif perusahaan terhadap para stakeholders untuk meningkatkan kredibilitas dan
reputasi perusahaan (Almahrog et al., 2015). Pelaksanan CSR disadari oleh perusahaan akan
memberikan nilai positif, baik dari segi finansial, brand image, maupun kelangsungan hidup perusahaan
(Sari dan Mimba, 2015). Pengungkapan CSR mencerminkan komitmen perusahaan untuk
memperhitungkan dampak dari operasi perusahaan baik dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungannya.
Implementasi CSR sesungguhnya merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan prinsip good
corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).
Pengungkapan CSR menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam keuntungan (profit)
saja, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line. Konsep triple bottom
line tersebut menjelaskan perlu adanya kesinambungan antara keuntungan (profit), kesejahteraan
masyarakat (people) dan kelestarian lingkungan (planet) untuk menjaga keberlangsungan perusahaan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 4
Pelaksanaan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan meningkatkan dukungan masyarakat
pada kehadiran perusahaan (Jayastini dan Wirajaya, 2016).
Aktivitas CSR di Indonesia awalnya dilakukan oleh perusahaan secara sukarela sebagai sebuah
komitmen dalam pelaksanaan etika bisnis dengan tujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat.
Namun, seiring berjalannya waktu di tahun 2007 pemerintah Indonesia menerbitkan regulasi mengenai
pengungkapan CSR yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam pasal
74 ayat (1) undang-undang tersebut menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan CSR. Selanjutnya, pada
tahun 2012 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perseroan Terbatas untuk menegaskan perseroan terbatas wajib melaksanakan CSR
(Sindhudiptha dan Yasa, 2013).
Pengungkapan CSR di Indonesia umumnya diungkapkan dalam laporan tahunan. Namun,
pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan sesungguhnya belum cukup memenuhi semua
harapan para stakeholders (Aji, 2017). Kegiatan CSR yang dilaporkan dalam laporan tahunan dinilai
sebagai kegiatan yang hanya sekedar memberikan bantuan kepada komunitas sekitar tanpa
memperhatikan kesinambungan perkembangan dari komunitas tersebut Pardede (2014). Global
Reporting Initiative (GRI) sebagai organisasi international kemudian menggagas konsep pelaporan
CSR melalui sustainability report (laporan berkelanjutan) untuk memberikan informasi CSR yang utuh
dan terintegrasi kepada stakeholders. GRI menyediakan konsep pelaporan CSR yang dapat diadopsi
oleh semua jenis organisasi di semua negara (Global Reporting Initiative, 2013). Laporan berkelanjutan
di Indonesia saat ini masih bersifat sukarela. Walaupun bersifat sukarela pada tahun 2016 sudah terdapat
9% perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerbitkan laporan berkelanjutan
dan persentase tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya (Otoritas Jasa Keuangan,
2017). Kemampuan perusahaan dalam mengomunikasikan kegiatan dan kinerja CSR melalui laporan
berkelanjutan dinilai sebagai bentuk transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas perusahaan yang
lebih baik kepada stakeholders (Pardede, 2014).
Analisis mengenai hubungan pengungkapan CSR dan manajemen laba sangat menarik dilakukan
karena hubungan diantara kedua variabel ini masih menjadi perdebatan hangat bagi para akademisi dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 5
praktisi dibidang akuntansi dan manajemen. Di satu sisi, beberapa penelitian mendukung pandangan
bahwa pengungkapan CSR dapat dijadikan tameng oleh manajemen dalam menutupi kecurangan-
kecurangan yang telah dilakukan termasuk praktik manajemen laba (Prior et al., 2006; Muttakin et al.,
2015; Belgacem dan Omri, 2015; Setyastrini dan Wirajaya, 2017; Shafai et al., 2018; Suryani dan
Herianti 2018). Sedangkan di sisi lain, Kim et al. (2012) menjabarkan bahwa pengungkapan CSR
sesungguhnya memberikan jaminan transparansi yang lebih besar mengenai semua aspek bisnis kepada
stakeholders. Laporan tahunan menjadi lebih terpercaya bagi investor maupun pihak yang
menggunakan laporan tersebut dalam pengambilan keputusan. Hal ini didukung oleh Chih et al. (2008);
Izadinia et al. (2014); Cui et al. (2015); Bozzolan et al. (2015); Cho dan Chun (2015); Gras-gil et al.
(2016); Sembiring (2017); dan Ardiani dan Sudana (2018). Kajian serupa yang pernah dilakukan oleh
Moratis dan Egmond (2018); Arief dan Ardiyanto (2014) dan Nastiti (2010) justru menemukan bahwa
tidak ada hubungan antara pengungkapan CSR dan manajemen laba. Nastiti (2010) menjelaskan
penerapan CSR di Indonesia tidak menjamin lebih sedikitnya praktik manajemen laba yang dilakukan,
hal ini disebabkan adanya perbedaan cara pandang dan budaya masyarakat, serta supermasi hukum
yang belum sempurna.
Banyaknya kontradiktif dan variasi hasil penelitian terdahulu, seperti Gras-gil et al. (2016),
Muttakin et al. (2015) dan Nastiti (2010) menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai
pengungkapan CSR dan manajemen laba. Penelitian ini mengacu pada Gras-gil et al. (2016) yang
menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba di perusahaan
Spanyol. Spanyol merupakan negara dengan sistem penerapan CSR yang mirip dengan di Indonesia
yaitu baik di Spanyol maupun Indonesia sama-sama memiliki regulasi yang berkaitan dengan
pengungkapan CSR. Misalnya di Indonesia, salah satu regulasi pemerintah mengenai pengungkapan
CSR diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun,
pengungkapan informasi CSR di Indonesia maupun Spanyol masih bersifat sukarela. Menariknya di
Spanyol sudah ada lembaga independen yaitu MERCO (Spanish Monitor of Corporate Reputation)
yang memonitor dan menilai implementasi CSR sebagai salah satu aspek pembentuk reputasi
perusahaan. Sehingga implementasi CSR di Spanyol mampu menjadi sistem kontrol untuk menekan
manajemen laba. Sedangkan di Indonesia belum ada lembaga serupa MERCO yang mengatur mengenai
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 6
pengungkapan CSR, seperti memonitor dan menilai pengungkapan CSR yang diungkapkan oleh suatu
perusahaan (Tiara dan Setiawati, 2013). Penerapan CSR di Indonesia sebagai sustainability
development berpedoman pada Global Reporting Initiative (GRI) dan penilaian kinerja CSR yang
banyak digunakan di Indonesia hanya mengacu pada Corporate Social Responsibility Disclosure Indeks
(CSRDI) yang dinilai sendiri oleh peneliti. Sehingga hasil penelitian Gras-gil et al. (2016) memotivasi
peneliti mereplikasi penelitian tersebut dalam konteks BEI dengan merumuskan masalah apakah
pengungkapan CSR berpengaruh pada manajemen laba di perusahaan yang tercatat di BEI? Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh pengungkapan CSR pada manajemen
laba di perusahaan yang tercatat di BEI. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terutama bagi pihak regulator yakni, memberikan gambaran pentingnya mempertegas regulasi
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan perlunya merancang lembaga independen
yang mengatur mengenai penerapan CSR di Indonesia seperti memonitor dan menilai pelaksanaan
pengungkapan CSR di Indonesia secara menyeluruh.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
2.1 Teori Stakeholder
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders (pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Teori ini berkaitan dengan
bagaimana perusahaan atau organisasi mengelola pemangku kepentingan, karena keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan
tersebut. Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau
ekonomi sederhana (Shafai et al., 2018). Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi
perusahaan memerlukan dukungan stakeholders, sehingga aktivitas perusahaan juga
mempertimbangkan persetujuan dari stakeholders. Semakin kuat stakeholders, maka perusahaan harus
semakin beradaptasi dengan stakeholders. Pengungkapan CSR kemudian dipandang sebagai dialog
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan (Ricardo dan Faisal, 2015). Teori stakeholder dapat
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 7
digunakan untuk menjelaskan keberadaan stakeholders perlu dipahami sebagai sebuah elemen sosial
dan lingkungan (fisik) yang tanpa partisipasinya perusahaan tidak akan bertahan lama. Sehingga
perusahaan harus memperhatikan kepentingan berbagai pihak yakni tidak terbatas pada kepentingan
pemegang saham untuk memaksimalkan laba saja, tetapi juga kepentingan stakeholders untuk
menunjang keberlangsungan perusahaan melalui pengungkapan CSR.
2.2 Teori Legitimasi
Menurut Lindblom (1993) dalam Arief dan Ardiyanto (2014), legitimasi merupakan suatu kondisi
dimana sistem nilai sebuah entitas telah sesuai dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat dimana
suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat. Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat
kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak
sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana
seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki kontrak
implisit dengan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan bisnis sesuai dengan nilai ataupun norma
yang dijunjung di dalam masyarakat. Jika perusahaan memenuhi kontrak implisit dengan stakeholders,
maka stakeholders akan bertindak sebagaimana sesuai dengan keinginan perusahaan. Namun, ketika
perusahaan tidak melaksanakan kontrak implisit yang dibuat oleh stakeholders tersebut, maka kontrak
implisit tersebut dapat berubah menjadi suatu hal yang eksplisit dan kemungkinan akan menimbulkan
masalah bagi perusahaan. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal
ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan dimana mereka beroperasi (Rochlinasari,
2016). Teori legitimasi ini dapat menjelaskan bahwa manajemen laba merupakan kegiatan yang tidak
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat karena praktik manajemen laba mengandung
unsur ketidakjujuran dalam penyajian laporan keuangan. Sedangkan pengungkapan CSR merupakan
pengungkapan aktivitas bisnis yang menunjukkan tingkat kepatuhan suatu perusahaan seperti
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang berlaku serta sesuai dengan harapan publik kepada
perusahaan.
2.3 Manajemen Laba
Scott (2015:445) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh
manajer sehingga dapat mencapai beberapa tujuan yang spesifik. Strategi atau teknik yang biasanya
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 8
digunakan oleh manajer dalam melakukan praktik manajemen laba yaitu: (1) memanfaatkan peluang
untuk membuat estimasi akuntansi, (2) mengubah metode akuntansi, dan (3) menggeser periode biaya
atau pendapatan. Terdapat dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
manajemen laba dilakukan oleh manajer perusahaan yaitu, perspektif efisiensi kontrak dan perspektif
oportunis. Manajemen laba lebih cenderung mengarah pada perspektif oportunis (Scott, 2015:465).
Nariastiti dan Ratnadi (2014) dan Gras-gil et al. (2016) menyebutkan bahwa sesungguhnya perilaku
oportunis manajer melalui manajemen laba dapat dikendalikan dengan sistem pemantauan/kontrol yang
baik. Scott (2015:447) menjelaskan beberapa bentuk dalam manajemen laba, yaitu taking a bath,
income decreasing, income increasing, dan income smoothing. Watts dan Zimmerman (1986) dalam
teori akuntansi positif, menjelaskan terdapat 3 (tiga) hipotesis yang diaplikasikan untuk memprediksi
motivasi manajemen dalam melakukan pengelola laba. Tiga hipotesis menurut Watts dan Zimmerman
(1986) yaitu, hipotesis rencana bonus, hipotesis perjanjian utang, dan hipotesis biaya politik.
2.4 Pengungkapan Coroporate Social Responsibility
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan tanggung
jawab sosial sebagai sebuah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan, komunitas setempat/masyarakat
umum untuk meningkatkan kualitas hidup dan kelangsungan bisnis perusahaan. Pengungkapan CSR
merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat terciptanya keberlanjutan usaha
melalui tata kelola bisnis yang sehat dengan mengandalkan akuntabilitas dan transparansi informasi.
Tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan dimana suatu organisasi/perusahaan melaksanakan keputusan bisnis tidak hanya
berdasarkan dampak dari aspek ekonomi misalnya tingkat keuntungan, melainkan juga harus
mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu. Tanggung jawab
sosial dapat dikatakan sebagai suatu strategi perusahaan untuk membangun citra positif dan
memberikan nilai tambah di mata masyarakat yang akan berpengaruh positif pada perusahaan tersebut
(Evadewi dan Meiranto, 2014).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 9
2.5 Pengaruh Pengungkapan Coroporate Social Responsibility pada Manajemen Laba
Sesuai dengan teori stakeholder akuntabilitas perusahaan tidak hanya terbatas sampai memenuhi
kepentingan pemegang saham melalui laporan laba saja namun, perlu juga memperhatikan tanggung
jawab kepada stakeholders melalui CSR. Sejalan dengan teori legitimasi, manajemen akan berusaha
mengurangi praktik manajemen laba dengan tujuan oportunistik karena tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat. Perusahaan akan mengadakan kegiatan CSR karena perusahaan
membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat yang kondusif agar perusahaan dapat beroperasi
dengan baik.
Perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan informasi tentang CSR akan menjadi bentuk
pengawasan yang lebih ketat untuk praktik manajemen laba (Sembiring, 2017). Hal ini sejalan dengan
penelitian Chih el al. (2008) yang menjelaskan bahwa perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab
tidak akan menyembunyikan realisasi pendapatan yang sesungguhnya, sehingga tidak akan melakukan
manajemen laba. Manajemen akan mengurangi praktik manajemen laba agar tidak mengundang
penilaian yang buruk oleh stakeholder. Perusahaan yang mampu mengungkapkan CSR sudah dianggap
mampu menghasilkan laba optimal dan memiliki kredibilitas yang tinggi tanpa perlu adanya praktik
manajemen laba (Evadewi dan Meiranto, 2014). Hasil penelitian Gras-gil et al. (2016) menemukan
bahwa tanggung jawab sosial berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Hasil serupa juga
diperoleh oleh Cho dan Chun (2015) dan Cui et al. (2015) yang membuktikan bahwa CSR berpengaruh
negatif pada manajemen laba.
Pengungkapan CSR merupakan wujud good corporate governance (tata kelola perusahaan yang
baik) sehingga akan berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Komitmen perusahaan dalam
pengungkapan CSR diharapkan mampu meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas
perusahaan. Tujuan perusahaan mengungkapkan banyak informasi tentang aktivitas CSR adalah untuk
membentuk image perusahaan yang baik. Oleh karena itu, manajemen akan lebih berhati-hati dalam
melakukan praktik manajemen laba yang dapat menghapus pengaruh positif dari melakukan aktivitas
CSR. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
HA: Pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh negatif pada manajemen laba
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 10
2.6 Model Penelitian
Gambar 1.
Model Penelitian
3. Metode Penelitian
3.1 Data dan Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang digunakan
yaitu laporan tahunan perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017 dengan mengakses situs
www.idx.co.id dan laporan berkelanjutan yang bersumber dari publikasi perusahaan go public dengan
mengakses website masing-masing perusahaan tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017. Penelitian ini memertimbangan seluruh
sektor dikarenakan pengumpulan data di seluruh sektor tersebut akan menghasilkan jumlah pengamatan
yang relevan untuk penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
140 perusahaan. Teknik penentuan sampel yang dipilih yakni non probability sampling dengan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah metode penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu
(Sugiyono, 2017:144). Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di
BEI tahun 2013-2017 dengan kriteria yaitu memublikasikan laporan tahunan dan menerbitkan laporan
berkelanjutan (sustainability report) sesuai dengan pedoman GRI tahun 2013-2017. Rincian proses
penentuan sampel dengan teknik purposive sampling disajikan pada Tabel 1 berikut.
HA (-)
Variabel Kontrol
Ukuran Perusahaan
Leverage
Profitabilitas
Variabel Independen
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
Variabel Dependen
Manajemen Laba
Keterangan : Pengaruh langsung
: Pengaruh tidak langsung
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 11
Tabel 1.
Proses Penentuan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 473
2. Perusahaan tidak memublikasikan laporan berkelanjutan pada tahun 2013-2017 (445)
Total sampel berdasarkan kriteria 28
Tahun pengamatan 5
Total pengamatan 140
Sumber: Bursa Efek Indonesia, website perusahaan go public, data sekunder diolah, 2018
Berdasarkan hasil observasi melalui observasi non partisipan pada perusahaan yang tercatat di BEI
tahun 2013-2017, dari total 473 pengamatan hanya sebanyak 28 perusahaan atau sebesar 6% perusahaan
yang berkomitmen melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan. Rincian perusahaan persektor yang
digunakan sebagai sampel disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2.
Daftar Sektor Perusahaan Sampel, Perusahaan Tercatat di BEI, dan Jumlah Perusahaan yang
Berkomitmen Memublikasi CSR dalam Laporan Berkelanjutan Periode 2013-2017
Sumber: Bursa Efek Indonesia, website perusahaan go public, data sekunder diolah, 2018
Tabel 2 memerlihatkan bahwa sebanyak 28 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dari 473
perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017 terdiri dari 7 sektor yang berbeda. Berdasarkan
jumlahnya perusahaan dari sektor keuangan ternyata yang paling banyak menjadi sampel penelitian
yaitu 8 dari 28 pengamatan. Kemudian diikuti oleh perusahaan dari sektor pertambangan, manufaktur,
infrastruktur, property, perdagangan, dan pertanian. Perolehan data ini mengindikasikan bahwa
komitmen perusahaan dalam melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan tidak hanya berasal dari
perusahaan sektor high profile saja atau perusahaan yang terkategori memiliki keterkaitan langsung
dengan lingkungan dalam aktivitas operasi yang lebih besar. Perusahaan dari sektor low profile yakni
keuangan, property, dan perdagangan juga mulai memperhatikan laporan berkelanjutan, walaupun jika
Sektor Perusahaan Tercatat di
BEI Tahun 2013-2017
Perusahaan yang Memublikasi CSR dalam
Laporan Berkelanjutan Tahun 2013-2017
Persentase
Pertanian 17 1 6%
Pertambangan 34 6 18%
Manufaktur 131 5 4%
Property, Real Estate dan
Konstruksi Bangunan
49 2 4%
Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi
70 4 6%
Keuangan 72 8 11%
Perdagangan, Jasa dan
Investasi
99 2 2%
Total 473 28 6%
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 12
dilihat dari persentase pelaporan secara keseluruhan sektor perusahaan high profile seperti
pertambangan, pertanian, infrastruktur, dan manufaktur masih mendominasi pelaporan CSR melalui
laporan berkelanjutan.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Manajemen laba (AbsDAC)
Scott (2015:445) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh
manajer sehingga dapat mencapai beberapa tujuan yang spesifik. Manajemen laba sebagai variabel
dependen dalam penelitian ini dideteksi menggunakan Modified Jones Model yang telah dikembangkan
sebelumnya oleh Dechow et al. (1995). Model tersebut didesain untuk mengurangi dugaan
kecenderungan dari Jones Model untuk mengukur akrual diskresioner dengan error apabila diskresi
yang digunakan melebihi pendapatan. Modifikasi dilakukan dengan mengurangi perubahan revenue
dengan perubahan piutang dagang (Yasa, 2010). Perhitungan manajemen laba dengan menggunakan
Modified Jones Model adalah sebagai berikut.
1) Menghitung nilai total akrual
TACit = NIit - CFOit ................................................................................................................. (1)
Keterangan:
TACit = Total akrual perusahaan i pada tahun ke t.
NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun ke t.
CFOit = Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahun ke t.
2) Menentukan nilai koefisien dari regresi total akrual
Untuk mencari nilai koefisien β1, β2 dan β3 dilakukan dengan teknik regresi. Regresi ini adalah
untuk mendeteksi adanya discretionary accruals dan non discretionary accruals. Discretionary
accrual merupakan perbedaan antara total akrual dengan nondiscretionary accrual.
TACit
TAit-1
= β1
(1
TAit-1
) +β2
(∆REV
it-∆REC
it
TAit-1
) +β2
(PPE
it
TAit-1
) +εit ................................................................. (2)
Keterangan:
TACit = Total akrual perusahaan pada tahun t
TAit-1 = Total aset perusahaan pada akhir tahun t-1
ΔREVit = Perubahan total pendapatan pada tahun t
ΔRECit = Perubahan total piutang bersih pada tahun t
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 13
PPEit = Gross property, plant, and equipment perusahaan pada tahun t
εit = Error item perusahaan i pada tahun t
β = Koefisisen regresi
3) Menghitung nondiscretionary accruals (NDAC)
Perhitungan nondiscretionary Accruals (NDAC) dilakukan dengan memasukkan nilai koefisien
β1, β2, dan β3 yang diperoleh dari regresi. Perhitungan dilakukan untuk seluruh sampel perusahaan
pada masing-masing periode.
NDACit = β1
(1
TAit-1
) +β2
(∆REV
it-∆REC
it
TAit-1
) +β2
(PPE
it
TAit-1
) ................................................................. (3)
Keterangan:
NDACit = Nondiscretionary acrruals perusahaan i pada tahun t
4) Menentukan discretionary accruals
Setelah didapatkan nilai nondiscretionary accruals, menghitung discretionary accruals dapat
dilakukan menggunakan persamaan berikut.
DAC = (TAC/TAit-1) – NDAC ................................................................................................ (4)
Keterangan:
DAC = Discretionary Accruals
Penelitian ini menggunakan nilai absolute discretionary accruals (AbsDAC) sebagai proksi
manajemen laba karena yang menjadi perhatian adalah besaran dari discretionary accruals tersebut
bukan arahnya (positif dan negatif) sejalan dengan proksi yang digunakan oleh (Gras-gil et al., 2016).
Penggunaan nilai absolut dari DAC sebagai proksi dari DAC karena nilai absolut merefleksikan
pembalikan akrual dari waktu ke waktu. Artinya arah akrual hanya menjelaskan penggeseran
pendapatan atau beban dari satu periode ke periode lainnya. Dengan demikian, ukuran akrual lebih
penting daripada arah akrual (Yip et al., 2011). Nilai absolut menyebabkan semua nilai DAC menjadi
positif, hal ini tidak diartikan semua perusahaan menaikkan laba. Nilai absolut DAC menunjukkan
ukuran DAC perusahaan dalam menaikkan ataupun menurunkan laba.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDI)
Pengungkapan CSR merupakan bentuk tanggung jawab moral perusahaan kepada stakeholders
yang dilakukan dengan mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, sosial dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 14
lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Pengungkapan CSR sebagai variabel independen diukur
menggunakan CSRDI. Instrumen pengukuran CSRDI yang akan digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada indikator GRI G4 dengan total indikator mencapai 91 item indikator pengungkapan.
Pengukuran CSRDI ini dilakukan melalui content analysis pada laporan berkelanjutan sesuai dengan
pedoman GRI G4 dalam mengukur variety dari CSRDI. Karena pada dasarnya GRI merupakan
pedoman untuk melaporkan laporan berkelanjutan. Setiap kategori informasi pengungkapan CSR dalam
instrumen penelitian diberi skor 1 jika kategori informasi yang diungkapkan ada dalam laporan
berkelanjutan, dan nilai 0 jika kategori informasi tidak diungkapkan di dalam laporan berkelanjutan.
Selanjutnya, skor dari setiap kategori informasi dalam laporan berkelanjutan dijumlahkan untuk
memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
CSRDIj = ∑ Xij
Nij .............................................................................................................................. (5)
Keterangan :
CSRDIj = Corporate Social Responsibility Disclosure Indeks perusahaan j
ΣXij = Jumlah dari variabel dummy yang diungkapkan pada perusahaan j, 1 jika i diungkapkan,
0 jika i tidak diungkapkan
Nij
= Jumlah indikator pengungkapan yang seharusnya diungkapkan perusahaan j, Ni = 91
Variabel kontrol
1) Ukuran perusahaan (LnTA)
Ukuran perusahaan mencerminkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasarnya.
Ukuran perusahaan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi manajemen laba (Nariastiti dan
Ratnadi, 2014). Hipotesis biaya politik menjelaskan semakin besar perusahaan semakin besar biaya
politk yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk
melakukan manajemen laba. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini
diproksikan dengan logaritma natural total aset dengan tujuan untuk menyederhanakan jumlah aset yang
mencapai ratusan miliar bahkan triliunan, tanpa mengubah proporsi dari jumlah aset yang
sesungguhnya (Mahawyahrti dan Budiasih, 2016). Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 15
Size = Ln (Total Aset)...................................................................................................................... (6)
2) Leverage (DAR)
Leverage adalah penggunaan utang yang digunakan oleh perusahaan dalam pembiayaan aktivitas
operasi dan perolehan aset perusahaan. Sejalan dengan teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh
Watts dan Zimmerman (1986), semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang maka
semakin memungkinkan manajer untuk melakukan manajemen laba agar terhindar dari pelanggaran
perjanjian utang tersebut. Leverage dalam penelitian ini sebagai variabel kontrol, diproksikan dengan
debt to total assets ratio (DAR) dihitung dengan membandingkan total utang dengan total aset yang
dimiliki perusahaan pada tahun bersangkutan sejalan dengan proksi yang digunakan oleh Gras-gil et
al., 2016), leverage dirumuskan sebagai berikut.
DAR = Total Utang
Total Aset × 100% ......................................................................................................... (7)
3) Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas merupakan indikator kinerja manajemen dalam mengelola aset perusahaan yang
ditunjukkan oleh laba yang diperoleh perusahaan. Hipotesis rencana bonus dalam teori akuntansi positif
menjelaskan bahwa program bonus merupakan salah satu motivasi manajemen dalam melakukan
manajemen laba. Manajemen memiliki kecenderungan secara oportunistik untuk mengelola laba bersih
dalam usaha memaksimalkan bonus mereka berdasarkan program kompensasi bonus perusahaan.
Profitabilitas sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini diproksikan dengan return on assets (ROA)
(Gras-gil et al., 2016). ROA yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan membandingkan laba
bersih sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir periode. Perhitungan ROA
menggunakan laba sebelum pajak dengan alasan agar dapat diketahui aktivitas operasi yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tanpa pengaruh keputusan perpajakan
dan pendanaan, hal ini sejalan dengan proksi yang digunakan oleh Evadewi dan Meiranto (2014);
Bozzolan et al. (2015); Sembiring (2017).
ROA = Laba bersih sebelum pajak
Total Aset × 100% .................................................................................... (8)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 16
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda berbasis ordinary least square
(OLS) dengan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk memenuhi syarat BLUE (best linear
unbiased estimation) melalui program statistical package for social science (SPSS). Adapun tahap
analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik (terdiri dari uji normalitas, autokorelasi,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas), analisis regresi linear berganda, koefisien determinasi (R2),
uji kelayakan model (uji F), dan uji hipotesis (uji t). Model persamaan regresi linear berganda yang
diajukan yaitu sebagai berikut.
AbsDAC = α + β1CSRDI+ β2LnTA + β3DAR+ β4ROA + ε ...................................................... (9)
Keterangan:
AbsDAC = Manajemen Laba
α = Nilai Konstanta
β1 – β4 = Koefisien Regresi
CSRDI = Pengungkapan Corporate Social Responsibility
LnTA = Ukuran Perusahaan
DAR = Leverage
ROA = Profitabilitas
ε = Error
4. Hasil dan Diskusi
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan
karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Secara rinci hasil statistik deskriptif disajikan
dalam Tabel 3.
Tabel 3.
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar
Discretionary Accruals 140 -0,51635 0,59177 -0,04680 0,18208
Absolute Discretionary Accruals 140 0,00085 0,59177 0,12965 0,13578
Pengungkapan CSR 140 0,05495 0,95604 0,35112 0,18957
Ukuran Perusahaan 140 21,5200 31,5300 24,8356 1,86615
Leverage 140 0,13306 1,03374 0,60813 0,23009
Profitabilitas 140 -0,16895 0,53756 0,07236 0,11261
Sumber: Lampiran
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 17
Hasil analisis statistik deskriptif sesuai Tabel 3 menjelaskan bahwa berdasarkan data yang
diperoleh dari 140 perusahaan sampel, variabel manajemen laba yang dinilai dengan menghitung
discretionary accruals memiliki rata-rata sebesar -0,04680 hasil ini menjelaskan bahwa perusahaan
sampel rata-rata melakukan manajemen laba dengan pola income decreasing (menurunkan laba).
Setelah dilakukan absolute discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba maka rata-rata
variabel manajemen laba sampel menjadi sebesar 0,12965. Variabel pengungkapan CSR sebagai
variabel independen diproksikan dengan CSRDI memiliki rata-rata sebesar 0,35112 yang berarti bahwa
rata-rata jumlah pengungkapan CSR melalui laporan berkelanjutan di Indonesia sekitar 35,11 persen
atau sebenyak 32 item pengungkapan dari 91 item sesuai pedoman GRI. Variabel ukuran perusahaan
sebagai variabel kontrol diproksikan dengan logaritma natural total aset memiliki rata-rata sebesar
24.8356 atau sebesar Rp 1.280.686 juta. Variabel leverage sebagai variabel kontrol diproksikan dengan
rasio debt to total assets (DAR) memiliki rata-rata sebesar 0,60813 menunjukkan bahwa perusahaan
sampel memiliki rata-rata leverage sebesar 60,81 persen. Variabel kontrol profitabilitas diproksikan
dengan rasio return on total assets (ROA) memiliki rata-rata dari variabel profitabilitas sebesar 0,07236
menunjukkan bahwa rata-rata profitabilitas perusahaan sampel sebesar 7,24 persen.
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dipergunakan agar model regresi yang dijadikan alat estimasi tidak bias. Hasil
uji asumsi klasik disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4.
Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik
Variabel Normalitas Autokorelasi Multikolinearitas Heteroskedastisitas
Tolerance VIF
Pengungkapan CSR
0,069 1,8150
0,867 1,153 0,156
Ukuran Perusahaan 0,777 1,288 0,077
Leverage 0,802 1,247 0,348
Profitabilitas 0,867 1,154 0,065
Sumber: Lampiran
Tabel 4 menujukkan hasil bahwa data terbebas dari masalah normalitas (Sig 0,069 > 0,05), tidak ada
autokorelasi dengan nilai 1,8150 dimana dL = 1,6656 dan dU = 1,7830, sehingga 4-dL = 2,3344 dan 4-dU
= 2,2170 (1,7830 < 1,8150 < 2,2170), tidak terjadi multikolinearitas (nilai tolerance > 0,1 dan VIF <
10), dan terbebas dari masalah heteroskedastisitas (Sig > 0,05).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 18
4.3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dimana data telah lolos pengujian asumsi klasik, dengan
demikian maka data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan analisis regresi linear
berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh
pengungkapan CSR pada manajemen dengan mempertimbangkan ukuran perusahaan, leverage dan
profitabilitas sebagai variabel kontrol. Penggunaan variabel kontrol dalam model penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan analisis yang lengkap dan lebih baik karena variabel lain yang secara
teori berpengaruh pada variabel dependen disertakan dalam penelitian. Sehingga hasil penelitian akan
memiliki statistic power yang lebih tinggi.
Tabel 5.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 1,041 0,164 6,356 0,000
Pengungkapan CSR -0,142 0,059 -0,198 -2,387 0,018
Ukuran Perusahaan -0,034 0,006 -0,465 -5,320 0,000
Leverage -0,027 0,051 -0,046 -0,530 0,597
Profitabilitas -0,054 0,100 -0,045 -0,537 0,592
Adjusted R2 0,174
F hitung 8,296
Sig. F 0,000
Sumber: Lampiran
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda seperti disajikan pada Tabel 5, dapat dibuat
persamaan regresi sebagai berikut.
AbsDAC = 1,041 – 0,142 CSRDI – 0,034 LnTA – 0,027 DAR – 0,054 ROA + ε
Persamaan regresi tersebut memiliki makna sebagai berikut.
1) Nilai konstanta sebesar 1,041 memiliki arti bahwa apabila pengungkapan CSR, ukuran perusahaan,
leverage, dan profitabilitas konstan atau bernilai 0, maka manajemen laba sebesar 1,041.
2) Nilai koefisien regresi pengungkapan CSR sebesar -0,142 memiliki arti bahwa apabila
pengungkapan CSR mengalami peningkatan, maka manajemen laba akan turun sebesar 0,142.
3) Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol sebesar -0,034 menunjukkan
bahwa apabila total aset meningkat 1 persen, maka manajemen laba akan turun sebesar 0,034.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 19
4) Nilai koefisien regresi leverage sebagai variabel kontrol sebesar -0,027 memiliki arti bahwa
apabila leverage meningkat 1 persen, maka manajemen laba akan turun 0,027.
5) Nilai koefisien regresi variabel kontrol profitabilitas sebesar -0,054 memiliki makna bahwa apabila
profitabilitas meningkat 1 persen, maka manajemen laba turun sebesar 0,054.
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,174 atau sebesar 17,4%. Nilai ini berarti
sebesar 17,4% variasi perubahan manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi pengungkapan CSR,
ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas. Sedangkan sisanya sebesar 82,6% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Nilai F hitung 8,296 dengan tingkat signifikansi
= 0,000 < 0,05 hasil ini menjelaskan bahwa pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, leverage dan
profitabilitas layak digunakan untuk memprediksi manajemen laba.
Hasil uji hipotesis (uji t) berdasarkan Tabel 5 variabel pengungkapan CSR memiliki nilai koefisien
negatif sebesar -0,142 dengan nilai p-value 0,018 < α = 0,05. Hal ini berarti bahwa pengungkapan CSR
berpengaruh negatif pada manajemen laba, sehingga hipotesis alternatif (HA) penelitian ini diterima.
4.4 Pengaruh Pengungkapan Coroporate Social Responsibility pada Manajemen Laba
Hipotesis alternatif (HA) penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif
pada manajemen laba. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa pengungkapan CSR berpengaruh
negatif pada manajemen laba sehingga HA diterima. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas
pengungkapan CSR maka manajemen laba akan semakin rendah. Teori stakeholder menjelaskan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi hanya untuk kepentingan shareholders melalui perolehan
laba saja namun, harus bermanfaat bagi stakeholders. Teori stakeholder dapat menjelaskan alasan
perusahaan terlibat dalam tanggung jawab sosial yakni untuk menjaga keberlanjutan usaha dan sebagai
strategi untuk memaksimalkan keuntungan jangka panjang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evadewi dan Meiranto
(2014); Cui et al. (2015); Gras-gil et al. (2016); Sembiring (2017); Ardiani dan Sudana (2018) yang
menemukan hasil bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba. Evadewi dan
Meiranto (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih luas cenderung
melakukan manajemen laba yang rendah. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mampu
mengungkapkan CSR sudah dianggap mampu menghasilkan laba optimal dan memiliki kredibilitas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 20
yang tinggi tanpa perlu adanya praktik manajemen laba. Cui et al. (2015) menambahkan bahwa
perusahaan yang berkomitmen dalam pengungkapan CSR memiliki insentif untuk jujur, dapat
dipercaya, berperilaku etis, dan bertanggung jawab dalam menjaga transparansi laporan keuangan
sehingga membatasi praktik manajemen laba. Gras-gil et al. (2016), membuktikan bahwa
pengungkapan CSR dapat digunakan sebagai sistem kontrol untuk mengawasi praktik manajemen laba.
Kegiatan CSR merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh perusahaan seperti diatur dalam UU
No. 40 tahun 2007 pasal 66 ayat 2 dan pasal 74. Pelaporan CSR dalam laporan berkelanjutan merupakan
bentuk pengungkapan sukarela di Indonesia. Keinginan perusahaan untuk melaporkan CSR secara
sukarela melalui laporan berkelanjutan akan menunjukkan transparansi, akuntabilitas, dan
responsibilitas perusahaan yang lebih luas. Perusahaan dengan tingkat aplikasi GRI yang tinggi akan
memiliki tata kelola perusahaan yang lebih baik karena perusahaan tersebut sudah mampu
mendemonstrasikan sustainability strategies yang lebih komprehensif (Pardede, 2014). Pengungkapan
CSR yang lebih luas akan merefleksikan tata kelola perusahaan yang lebih baik sehingga mampu
mengurangi perilaku manajemen laba. Perusahaan harus mengungkapkan CSR secara
berkesinambungan dan memperluas pengungkapannya, dikarenakan dengan adanya pengungkapan
CSR akan memberikan dampak positif untuk perusahaan, seperti mendapatkan citra yang baik,
meningkatkan reputasi perusahaan dan kredibilitas perusahaan dimata masyarakat dan menurunkan
tingkat manajemen laba.
4.5 Pengaruh Variabel Kontrol pada Manajamen Laba
Berdasarkan hasil analisis ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol yang diproksikan dengan
logaritma natural total aset berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hasil ini menggambarkan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan maka tindakan manajemen laba semakin kecil. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nariastiti dan Ratnadi (2014); Muttakin et al. (2015);
Mahawyahrti dan Budiasih (2016) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
pada manajemen laba. Nariastiti dan Ratnadi (2014) menjelaskan bahwa perusahaan besar kurang
memiliki motivasi dalam melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan pemegang saham dan pihak-
pihak yang berkepentingan di perusahaan besar dianggap lebih kritis dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Basis investor yang lebih besar terdapat pada perusahaan besar, sehingga perusahaan besar
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 21
mendapat tekanan yang lebih kuat untuk bisa menampilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Mahawyahrti dan Budiasih (2016) menambahkan bahwa aktivitas operasi pada perusahaan besar lebih
kompleks, sehingga perusahaan besar akan lebih berhati-hati melakukan tindakan manajemen laba.
Leverage sebagai variabel kontrol yang diproksikan dengan rasio debt to total asset (DAR),
berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh pada manajemen laba. Hasil
ini berarti bahwa tinggi atau rendahnya leverage yang diperoleh perusahaan tidak berpengaruh pada
manajemen laba. Herawati dan Baridwan (2007) dalam penelitiannya membuktikan bahwa tidak ada
kecenderungan perusahaan yang melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba yang lebih
besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang. Namun, dalam penelitian ini tidak
berpengaruhnya leverage pada manajemen laba kemungkinan disebabkan karena penggunaan seluruh
sektor sebagai sampel. Sektor keuangan dan non keuangan memiliki karakteristik penilaian rasio
leverage yang berbeda. Perusahaan non keuangan dengan rasio leverage yang tinggi akibat besarnya
jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki, akan termotivasi melakukan manajemen laba
karena perusahaan terancam default (Mahawyahrti dan Budiasih, 2016). Investor biasanya menilai
perusahaan non keuangan dengan nilai leverage yang tinggi sebagai singal bahwa perusahaan memiliki
risiko yang tinggi. Sedangkan di sektor keuangan seperti perbankan sebagian besar dana yang dikelola
adalah dana pihak ketiga (utang), sehingga semakin besar utang yang dikelola oleh bank maka
kemungkinan bank tersebut mendapatkan laba usaha semakin tinggi. Semakin besar utang yang dikelola
bank, menunjukkan semakin tinggi kepercayan investor terhadap bank tersebut. Selain itu, perusahaan
sektor keuangan merupakan perusahaan yang sensitif terhadap kepercayaan investor dan ketat dengan
aturan sehingga meminimalkan manajemen laba. Oleh karena itu, perbedaan penilaian leverage di
sektor keuangan dan non keuangan maka dalam penelitian ini leverage tidak berpengaruh pada
manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Grougiou et al.
(2014); Yudiastuti dan Wirasedana (2018) yang menemukan leverage tidak berpengaruh pada
manajemen laba.
Analisis variabel kontrol yang terakhir yakni profitabilitas yang diproksikan dengan rasio return
on total assets (ROA), berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
pada manajemen laba. Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya profitabilitas yang diperoleh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 22
perusahaan tidak berpengaruh pada manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring (2017) yang menemukan profitabilitas tidak berpengaruh pada manajemen
laba. Profitabilitas merupakan salah satu pertimbangan investasi investor, apabila manajemen
perusahaan melakukan manajemen laba maka membuat perusahaan menjadi perhatian publik dimana
hal ini akan merusak kredibilitas dan reputasi perusahaan. Jika dilihat dari hasil statistik deskriptif, tidak
signifikannya hubungan profitabilitas dan manajemen laba kemungkinan disebabkan oleh sebaran data
profitabilitas yang cukup bervariasi. Berdasarkan perolehan hasil statistik deskriptif, diketahui rata-rata
profitabilitas perusahaan sampel sebesar 0,07236 dengan deviasi standar sebanyak 0,11261. Nilai
deviasi standar yang lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa data sampel variabel
profitabilitas memiliki sebaran yang cukup variatif. Sehingga, sebaran data profitabilitas yang
bervariasi sebagai bagian dari usaha perusahaan menampilkan keuntungan yang sesungguhnya
kemungkinan menjadi salah satu penyebab tidak berpengaruhnya profitabilitas pada manajemen laba.
5. Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Saran Riset Selanjutnya
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hasil ini mendukung teori stakeholder
yang menjelaskan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi hanya untuk kepentingan
shareholders melalui perolehan laba saja namun, harus bermanfaat bagi stakeholders melalui
pengungkapan CSR untuk menunjang keberlangsungan perusahaan. Pengungkapan CSR yang lebih
luas akan merefleksikan tata kelola perusahaan yang lebih baik seperti, transparansi, akuntabilitas dan
responsibilitas yang lebih baik sehingga mampu mengurangi praktik manajemen laba.
5.2 Implikasi Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi implikasi teoritis yaitu pengungkapan CSR
berpengaruh negatif pada manajemen laba, hasil ini berarti mendukung teori stakeholder. Implikasi
praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, investor, dan
pemerintah. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa adanya pengungkapan
CSR memiliki dampak baik jika diterapkan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan tidak perlu ragu-
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 23
ragu dalam berkomitmen untuk melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan. Manajemen tidak perlu
mengambil risiko yang tinggi dengan melakukan manajemen laba sebagai usaha untuk menjaga ataupun
menarik investor melalui perolehan laba. Bagi investor, penelitian ini memberikan implikasi bahwa
pengungkapan CSR mampu menurunkan manajemen laba. Sehingga investor tidak perlu khawatir
berinvestasi pada perusahaan yang berkomitmen secara sukarela melaporkan CSR melalui laporan
berkelanjutan. Keputusan investor dalam menentukan pilihan investasi dengan mempertimbangkan
pengungkapan CSR, juga dapat dijadikan sebagai bagian dari dukungan investor atas pelaksanaan CSR
untuk mengurangi praktik manajemen laba di Indonesia. Bagi pemerintah, penelitian ini memberikan
implikasi bahwa pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada perusahaan yang telah sukarela
mau mengungkapkan CSR dalam laporan berkelanjutan sebagai bentuk dorongan, dukungan, dan
motivasi agar perusahaan-perusahaan di Indonesia meningkatkan komitmennya ataupun termotivasi
untuk melaporkan CSR melalui laporan berkelanjutan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah menggabungkan penilaian rasio keuangan di perusahaan sektor
keuangan dan non keuangan. Perusahaan non keuangan memiliki karakteristik penilaian rasio keuangan
yang berbeda bila dibandingkan dengan perusahaan sektor keuangan. Sehingga penelitian ini tidak
mampu membuktikan pengaruh variabel kontrol leverage dan profitabilitas pada manajemen laba di
seluruh perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2013-2017. Sampel yang dipilih berasal dari perusahaan
di seluruh sektor tanpa khusus sektor tertentu, sehingga terdapat kemungkinan belum memperoleh
besaran manajemen laba secara akurat. Hal ini disebabkan karena mendeteksi manajemen laba hanya
menggunakan modified Jones Model di seluruh sektor, dimana kemungkinan setiap sektor memiliki
perilaku, karakter, dan aktivitas bisnis yang tidak sama.
5.4 Saran Riset Selanjutnya
Penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif CSR pada manajemen laba di perusahaan yang
tercatat di BEI tahun 2013-2017. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan kajian sejenis
disarankan untuk menggunakan metode uji beda agar dapat diketahui bagaimana hubungan tipe industri
yaitu low profile dan high profile terkait pengaruh intensitas pengungkapan CSR pada manajemen laba
yang merujuk pada penelitian Ardiani dan Sudana (2018). Penelitian Ardiani dan Sudana (2018)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 24
membuktikan pelaporan CSR berpengaruh negatif pada manajemen laba di perusahaan high profile
yang tecatat di BEI tahun 2014-2017. Selain itu sebaiknya penelitian selanjutnya mempertimbangkan
untuk fokus melakukan penelitian pada sektor tertentu seperti perusahaan dari sektor perbankan atau
pertambangan saja.
Daftar Pustaka
Aji, B. S. (2017). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Reaksi Investor pada Perusahaan
Sektor Pertambangan dan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2015. Diponegoro Journal
of Accounting.
Almahrog, Y., Marai, A., dan Knezevic, G. (2015). Earnings Management And Its Relations With Corporate
Social Responsibility. International Jounal of Economics and Organization, 12 (4), 347–356.
Ardiani, N. L. N. dan Sudana, I P. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility Pada Manajemen Laba. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 24 (3), 2333–2359.
Arief, A. dan Ardiyanto, M. D. (2014). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap
Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Keuangan Dan Jasa Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2010-2012). Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 1-9.
Belqacem, I., dan Omri, A. (2015). Does corporate social disclosure affect earnings quality? Empirical evidence
from Tunisia. International Journal of Advanced Research, 3(3), pp: 73-89.
Bozzolan, S., Fabrizi, M., Mallin, C. A., dan Michelon, G. (2015). Corporate Social Responsibility and Earnings
Quality: International Evidence. The International Journal of Accounting, 1-36.
http://doi.org/10.1016/j.intacc.2015.10.003
Chih, H. L., Shen, C. H., dan Kang, F. C. (2008). Corporate Social Responsibility , Investor Protection , and
Earnings Management : Some International Evidence. Journal of Business Ethics, 79, 179-198.
http://doi.org/10.1007/s10551-007-9383-7
Cho, E. dan Chun, S. (2015). Corporate social responsibility, real activities earnings management, and corporate
governance: evidence from Korea. Asia-Pacific Journal of Accounting & Economics. 1-32.
http://doi.org/10.1080/16081625.2015.1047005
Cui, J. Hoje, Jo. dan Joonghyuk Kim. (2015). Earnings Management and Corporate Social Responsibility:
International Evidence. Journal of Business Ethics, 1–51.
Dechow, P. M., Sloan, R. G., dan Sweeney A. P. (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting
Review, 70 (2), 193-225.
Evadewi, R. dan Meiranto, W. (2014). Pengaruh Pengungkapan Corporate Sociadel Responsibility Terhadap
Earnings Management: A Political Cost Perspective Studi pada Perusahaan Pertambangan dan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2010-2012. Diponegoro Journal of Accounting, 3 (2), 1-12.
Fauziah, F. E., dan Marissan, I. (2014). Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kualitas Laba
Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi & Auditing, 11 (1), 39–
61.
Global Reporting Initiative. (2013). Sustainablitity Reporting Guildelines. (diakses melalui
www.globalreporting.org pada tanggal 1 September 2018).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 25
Gras-Gil, E., Manzano, M. P., & Fernandez, J. H. (2016). Investigating the relationship between corporate social
responsibility and earnings management: Evidence from Spain. Business Research Quarterly, 19(4), 289-
299. http://doi.org/10.1016/j.brq.2016.02.002
Grougiou, V., Leventis, S., Dedoulis, E., dan Owusu-Ansah, S. (2014). Corporate Social Responsibility and
Earnings Management in U.S. Banks, Accounting Forum, 38(3), 155-169.
http://doi.org/10.1016/j.accfor.2014.05.003
Herawati, N. dan Baridwan, Z. (2007). Manajemen laba pada Perusahaan yang Melanggar Perjanjian Utang.
Makasar: Simposium Nasional Akuntansi X, 1-20.
Ibrahim, M. S., Darus, F., Yusoff, H., dan Muhamad, R. (2015). Analysis of Earnings Management Practices and
Sustainability Reporting for Corporations that offer Islamic Products & Services. Procedia Economics
and Finance, 28, 176–182. http://doi.org/10.1016/S2212-5671(15)01098-9
Izadinia, N., Isfahani, A. N., & Niko, S. (2014). The Relationship between Earnings Management and Social
Responsibility, Emphasizing New Paradigms for Accounting - Profit Companies Listed in Tehran Stock
Exchange 2007-2012. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 4
(1), 600-614. http:// doi.org/10.6007/IJARBSS/v4-i1/571
Jayastini, L. A. dan Wirajaya, I. G. A. (2016). Manajemen Laba Sebagai Pemoderasi Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Kinerja Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16
(1), 587-614.
Kim, Y., M. S. Park, dan Wier, B. (2012). Is Earning Quality Associated with Corporate Social Responsibility?
The Accounting Review, 87 (3), 761-796.
Mahawyahrti, P. T., dan Budiasih, I. G. A. N. (2016). Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan pada
Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 11 (2), 100-110.
Moratis, L. dan Egmond, M. V. (2018). Concealing social responsibility? Investigating the relationship between
CSR, earnings management and the effect ofindustry through quantitative analysis. International Journal
of Corporate Social Responsibility, 3 (8), 2-13.
Muttakin, M. B., Khan, A., dan Azim, M. L. (2015). Corporate social responsibility disclosures and earnings
quality Are they a reflection of managers opportunistic behavior? Managerial Auditing Journal, 30 (3),
277-298. http://doi.org/10.1108/MAJ-02-2014-0997
Nariastiti, N. W. dan Ratnadi, N. M. D. (2014). Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governace dan Ukuran
Perusahaan Pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9 (3), 717-727.
Nastiti, A. R. (2010). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Manajemen Laba (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008). Perpustakaan Digital
Universitas Negeri Malang.
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Infografis Lembaga Keuangan dan Emiten Penerbit Sustainability Report
(www.ojk.go.id diakses pada tanggal 1 September 2018).
Pardede, R. C. (2014). Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Berkelanjutan terhadap Manejemen Laba.
Depok: Department of Acconting, Faculty of Economics, University Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Prior, D., Jordi, S. and. Tribo, J. A. (2006). Earnings management and corporate social responsibility. Business
Economic, 1-42.
Ricardo, D. M., dan Faisal. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Praktik
Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 4 (3), 1-9.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 26
Rochlinasari, S. (2016). Teori –Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social Responbility Perbankan.
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Sari, I G. A. R. M. dan Mimba, N. L. P. S H. (2015). Pengaruh Manajemen Laba, Kinerja Keuangan, Ukuran
Perusahaan Dan Pertumbuhan Perusahaan Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 11 (3), 629-645.
Scott, W. R. (2015). Financial Accounting Theory. Seventh edition. USA: Prentice-Hall.
Sembiring, C. L. (2017). Manajemen Laba dan PengungkapanTanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan
Komisaris Independendan. Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia., 2 (1), 20-41.
Setyastrini, N. L. P., dan Wirajaya, I G. A. (2017). Intensitas Pengungkapan Corporate Social Responsibility:
Pengujian Dengan Manajemen Laba Akrual Dan Riil. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19 (1),
337-366.
Shafai, N. A. B., Amran, A. B., dan Ganesan Y. (2018). Earnings Management, Tax Avoidance and Corporate
Social Responsibility: Malaysia Evidence. International Academic Journal of Accounting and Financial
Management, 5 (3), 41-56.
Siregar, N. Y. dan Veronika, Y. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure, Diversifikasi
Perusahaan, Kompensasi Bonus, Dan Kualitas Audit Terhadap Earnings Management. Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Bandar Lampung, 8 (2), 38–55.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabet.
Suryani, A. dan Herianti, E. (2018). Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap
Koefisen Respon Laba dan Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XVIII. Medan.
Sindhudiptha, I N S.Y. dan Yasa, G. W. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility Pada Kinerja Keuangan
Perusahaan Dan Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4
(2), 388-405.
Tiara, S. M. dan Setiawati, W. (2013). Studi Perbandingan Peraturan Corporate Social Responsibility di Negara
Indonesia dengan Negara Australia, dan Inggris. Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Indonesia.
Yasa, G. W. dan Novialy, Y. (2008). Indikasi Manajemen Laba Oleh Chief Executive Officer (CEO) Baru Pada
Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis
Universitas Udayana. 1 (24).
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Yasa, G. W. (2010). Pemeringkat Obligasi Perdana Sebagai Pemicu Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar
Modal Indonesia. Purwakerto: Simposium Nasional Akuntansi XIII. 1-30.
Yip, Erica, Chris, V. S. dan Steven, C. 2011. Corporate Social Responsibility Reporting and Earnings
Management: The Role of Political Costs. Australasian Accounting Business and Finance Journal, 5(3),
17-34.
Watts, R. L. dan Zimmerman, J. L. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc.
www.idx.co.id (diakses tanggal 27 Oktober 2018)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 27
Lampiran
Tabel 3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Discretionary Accruals 140 -.51635 .59177 -.0468026 .18208141
Absolute Discretionary Accruals 140 .00085 .59177 .1296510 .13577602
Pengungkapan CSR 140 .05495 .95604 .3511222 .18957383
Ukuran Perusahaan 140 21.52 31.53 24.8356 1.86615
Leverage 140 .13306 1.03374 .6081294 .23008632
Profitabilitas 140 -.16895 .53756 .0723583 .11261285
Valid N (listwise) 140
Tabel 4 Hasil Uji Aumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 140
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .12164541
Most Extreme
Differences
Absolute .110
Positive .110
Negative -.068
Kolmogorov-Smirnov Z 1.297
Asymp. Sig. (2-tailed) .069
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .444a .197 .174 .12343441 1.815
a. Predictors: (Constant), CSRDI, Pengungkapan CSR, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1.041 .164 6.356 .000
Pengungkapan CSR -.142 .059 -.198 -2.387 .018 .867 1.153
Ukuran Perusahaan -.034 .006 -.465 -5.320 .000 .777 1.288
Leverage -.027 .051 -.046 -.530 .597 .802 1.247
Profitabilitas -.054 .100 -.045 -.537 .592 .867 1.154
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Laba
Simposium Nasional Akuntansi XXII, Papua, 2019 28
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) .649 2.824 .230 .818
Pengungkapan CSR -1.458 1.023 -.128 -1.425 .156
Ukuran Perusahaan -.196 .110 -.170 -1.781 .077
Leverage -.825 .876 -.088 -.941 .348
Profitabilitas -3.199 1.722 -.167 -1.858 .065
a. Dependent Variable: Ln_KuadratResidual
Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .444a .197 .174 .12343441
a. Predictors: (Constant), Pengungkapan CSR, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression .506 4 .126 8.296 .000b
Residual 2.057 135 .015
Total 2.562 139
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
b. Predictors: (Constant), Pengungkapan CSR, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) 1.041 .164 6.356 .000
Pengungkapan CSR -.142 .059 -.198 -2.387 .018
Ukuran Perusahaan -.034 .006 -.465 -5.320 .000
Leverage -.027 .051 -.046 -.530 .597
Profitabilitas -.054 .100 -.045 -.537 .592
a. Dependent Variable: Manajemen Laba