Pengukuran Debit

36
TUGAS HIDROMETRI DAN HIDROGRAFI PENGUKURAN DEBIT Disusun oleh : Ani Hairani 09/285453/TK/35796 JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

description

Berbagai metode pengukuran debit

Transcript of Pengukuran Debit

Page 1: Pengukuran Debit

TUGAS HIDROMETRI DAN HIDROGRAFI

PENGUKURAN DEBIT

Disusun oleh :

Ani Hairani

09/285453/TK/35796

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: Pengukuran Debit

PENGUKURAN DEBIT (DISCHARGE MEASUREMENTS)

4.1 PENDAHULUAN

Pada saluran terbuka dikenal beberapa jenis aliran yang dapat

diklasifikasikan berdasarkan perubahan kedalaman, debit, dan kecepatan aliran

terhadap fungsi ruang dan waktu. Ditinjau dari aspek waktu, aliran dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak

(unsteady flow), sedangkan dari aspek ruang, aliran dibedakan atas aliran seragam

(uniform flow), dan aliran tidak seragam (nonuniform flow). Untuk membedakan

tipe aliran yang terjadi, dapat dilakukan dengan mengukur debit pada saluran

terbuka. Secara umum, debit pada saluran terbuka mengambil konsep persamaan :

Q = v . A

Dimana Q (debit) dapat ditentukan jika luas area diketahui serta dengan

melakukan pengukuran kecepatan.

4.1.1 Tujuan

Pengukuran aliran bertujuan untuk perencanaan desain pada bangunan air,

distribusi air irigasi, kebutuhan air kegiatan industri dan treatment plant, saluran

navigasi, manajemen air pada daerah perkotaan maupun pedesaan, serta pada

kegiatan monitoring.

4.2 METODE PENGUKURAN DEBIT

1. Single measurements

a. Velocity area method

b. Slope area method

c. Dilution method

2. Continuous measurements

Page 3: Pengukuran Debit

a. Stage discharge method

b. Slope stage discharge

c. Acoustic method

d. Electro magnetic method

d. Pumping Stations

e. Flow measuring structures

Dalam memilih metode pengukuran yang akan dilakukan, pelu memperhatikan

dan mempertimbangkan beberapa hal seperti :

Kondisi hidraulik

Tingkat keakuratan yang dibutuhkan

Kualitas SDM yang dimiliki

Head yang tersedia

Biaya operasional dan instalasi

4.3 VELOCITY AREA METHOD

Metode ini didasarkan pada konsep Q = v . A dimana debit dapat diketahui

dengan mengetahui luasan tampang melintang suatu saluran yaitu dengan

melakukan pengukuran terhadap lebar saluran dan kedalaman tampang tersebut

pada beberapa pias vertikal. Kecepatan rata-rata diperoleh dengan melakukan

pengukuran kecepatan pada sejumlah titik vertikal.

Gambar 4.1 Tampang Melintang Saluran

Page 4: Pengukuran Debit

4.3.1 Distribusi Kecepatan pada Tampang Melintang Saluran

Akibat adanya permukaan bebas dan gesekan di sepanjang dinding

saluran, kecepatan tidak terbagi merata dalam tampang saluran. Kecepatan

minimum akan terjadi di dekat dinding saluran kemudian semakin meningkat

seiring dengan bertambahnya jarak menjauhi dinding. Distribusi kecepatan

tersebut dapat digambarkan dengan garis kontur kecepatan yang menghubungkan

titik-titik yang memiliki kecepatan yang sama seperti ditunjukkan pada Gambar

4.2. Terlihat bahwa kecepatan maksimum terletak sedikit di bawah permukaan

akibat adanya pengaruh tegangan permukaan dan gesekan udara. Faktor lain

seperti kekasaran dasar, bentuk tampang, kecepatan, dan kemiringan dasar saluran

juga dapat berpengaruh terhadap bentuk distribusi kecepatan.

Gambar 4.2 Garis Kontur Kecepatan

Selanjutnya, untuk dapat menentukan kecepatan rata-rata vertikal maupun

kecepatan rata-rata tampang saluran tersebut, perlu dilakukan pengukuran

kecepatan pada beberapa titik. Pada umumnya, pengukuran kecepatan titik

dilakukan dengan menggunakan current meter dengan durasi waktu pengukuran

minimum yang disarankan adalah 30 – 60 detik. Semakin banyak lokasi titik

pengukuran akan semakin menunjang tingkat keakuratan data sehingga

diharapkan data yang diperoleh dapat mendekati sifat aslinya. Gambar 4.3(a) dan

4.3(b) memperlihatkan hubungan tingkat keakuratan terhadap pertambahan

jumlah titik pengukuran. Yang menjadi persoalan adalah berapa jumlah titik

pengukuran yang dibutuhkan ? Hal tersebut tentunya tergantung pada kebutuhan

akurasi, pertimbangan biaya, ruang lingkup survei (misal steady atau unsteady

flow)

Page 5: Pengukuran Debit

Gambar 4.3 (a) Jumlah titik pengukuran n dalam satu pias vertikal; (b) Jumlah

vertikal m dalam satu tampang lintang

Tabel 4.1 Jumlah pias vertikal untuk lebar tertentu

4.3.2 Penentuan Lokasi Pengukuran

1. Sebaiknya dipilih reach yang lurus dengan profil seragam dimana

diharapkan alirannya searah longitudinal saluran.

Gambar 4.4 Jarak pengukuran yang disarankan dari belokan sungai

Page 6: Pengukuran Debit

2. Memiliki kedalaman yang cukup untuk mendukung pencelupan

currentmeter yang efektif, penggunaan pelampung, atau alat ukur yang

lain.

3. Arah reach sedimikian sehingga arah aliran sebisa mungkin mendekati

arah tegak lurus terhadap arah angin dominan (mendukung efektivitas

penggunaan pelampung)

4. Daerah dimana terjadi aliran vortex, backwater, ataupun deadline

sebaiknya dihindari (sebaiknya menggunakan daerah hulu sebagai batasan

kontrol)

5. Seluruh debit sebaiknya mengisi saluran dengan tampungan yang stabil

dan dimensi geometri yang telah diketahui dengan baik.

6. Potongan melintang ditandai dengan rambu

7. Staff gauge atau water level recorder dipasang pada potongan melintang

8. Lokasi sebaiknya mudah diakses oleh surveyor

9. Berada pada kondisi sungai yang stabil

10. Dihindari lokasi yang berdekatan dengan pertemuan dua sungai untuk

mencegah efek backwater

Gambar 4.5 Penempatan Stasiun Pengamat

Page 7: Pengukuran Debit

4.3.3 Alat Ukur Kecepatan Aliran

1. Propeller Current meter

Cara kerja alat ini menggunakan prinsip perputaran horizontal axis baling-

baling oleh partikel air yang lewat. Satu putaran propeller sama dengan

jarah tempuh partikel air yang sama dengan baling-baling propeller.

Jumlah putaran tersebut kemudian dikonversikan ke dalam variabel

kecepatan.

Kecepatan minimum yang masih dapat diukur Propeller Current meter

sekitar 0.03 – 0.06 m/s tergantung dari diameter dan baling-baling

propeller. Besar error penggunaan alat ini dapat dikurangi dengan durasi

pengukuran yang lebih lama, t > 60 s

Gambar 4.6 Propeller Current-meter

2. Cup-type current meter

Terdiri dari sebuah baling-baling yang disusun dari sejumlah kerucut

dengan sudut yang telah disesuaikan.

3. Electromagnetic flow velocity sensors (EMS)

Menggunakan prinsip hukum Faraday, ‘ Sebuah konduktor yang bergerak

di sekitar daerah magnet akan menghasilkan listrik’. Air sebagai

konduktor yang bergerak pada daerah magnet menimbulkan arus listrik

(analog voltage) yang dianggap sebagai kecepatan aliran air.

Probe terdiri dari sebatang logam yang ujungnya terdapat sensor

elegtromagnetic untuk mengukur kecepatan dalam arah longitudinal dan

Page 8: Pengukuran Debit

transversal. Sebelum dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk

memperoleh formula yang dapat mengkonversikan dari analog voltage

yang dikeluarkan oleh sensor menjadi nilai kecepatan yang sebenarnya.

Gambar 4.7 Electromagnetic flowmeter type VM 201H (body unit) dan vector

calculate equipment typeDV101

Gambar 4.8 Electromagnetic flowmeter type VMT2-200-08P (sensor)

4. Pelampung

Pelampung adalah peralatan paling sederhana yang dapat digunakan untuk

mengetahui kecepatan aliran. Dengan mengukur waktu tempuh pelampung

melalui dua titik cross section yang telah diketahui jaraknya maka akan

dapat diperoleh besar kecepatan aliran.

Page 9: Pengukuran Debit

5. Pendulum-type meters

Alat ini digunakan pada sungai yang dangkal atau pada saluran kanal.

Sejenis benda logam atau plastik digantung dengan tali kawat yang

dihubungkan dengan alat pengukur. Dari alat ukur, dapat diketahui besar

sudut penyimpangan tali terhadap garis vertikal akibat aliran air yang

kemudian dikonversikan ke dalam variabel kecepatan. Dalam penggunaan

alat ini, perlu dilakukan koreksi terhadap lengkungan kawat.

Gambar 4.9 Tipe pendulum-type meter

6. Pitot Tube

Pitot Tube merupakan sebuah tabung (pipa) dengan dimensi kecil yang

dimasukkan dalam aliran permanen dari suatu fluida. Pitot Tube sering

digunakan pada laboratorium hidraulika. Penentuan kecepatan

menggunakan prinsip persamaan Bernoulli dengan mengukur tinggi energi

pada piezometer di lokasi-lokasi tertentu.

V = √2g (H−h)

7. Doppler ultrasonic velocity sensors

Alat ini mengukur kecepatan dengan mentransmisikan gelombang suara

secara kontinyu ke dalam aliran air. Gelombang suara tersebut selanjutnya

akan dipantulkan oleh partikel yang bergerak dan dibaca oleh receiver

sensor.

Page 10: Pengukuran Debit

4.3.4 Pengukuran Kecepatan

1. Merawas

Pengukur langsung masuk ke dalam badan air dan melakukan pengukuran

dengan alat ukur di tempat. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

• dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas

• posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak boleh

menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang diukur

• hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan

penampang melintang

• apabila posisi arah aliran tidak tegak lurus terhadap penampang melintang

sungai, maka besarnya sudut penyimpangan perlu dicatat untuk

menghitung koreksi kecepatan di vertikalnya.

Gambar 4.10 Merawas

2. Pengukuran dari sisi jembatan

Pengukuran dilakukan dari sisi jembatan bagian hilir aliran. Sebaiknya

jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar. Pengukuran dari sisi

jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat fasilitas jembatan,

dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya cukup

deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan

menggunakan perahu.

Keuntungan : Mudah menentukan posisi pengukuran

Page 11: Pengukuran Debit

Kesulitan : Keberadaan pilar dan abutmen dapat berpengaruh terhadap

pola aliran. Perlu dipastikan pula bahwa pilar dan abutmen

harus bersih dari debris yang terapung.

Gambar 4.11 Pengukuran dari sisi jembatan

3. Pengukuran dengan perahu melalui kabel melintang sungai

Keuntungan : Pemosisian cepat dan akurat, tidak memerlukan angkur

(jangkar)

Kerugian : Menutup jalur perairan, hanya dapat diterapkan pada

saluran yang tidak terlalu lebar

Gambar 4.12 Pengukuran dengan perahu melalui kabel melintang sungai

4. Perahu berjangkar (Anchored vessel)

Keuntungan : Dapat menggunakan kapal yang lebih besar, tidak

dibatasi oleh lebar sungai

Kerugian : Perlu fasilitas jangkar (angkur), butuh kedalaman

sungai yang cukup terhadap draft kapal, hambatan

Page 12: Pengukuran Debit

angin, dibutuhkan waktu yang lebih untuk menentukan

posisi atau titik pengukuran yang tepat

5. Cable ways

Metode ini menggunakan alat bantu pengukuran berupa kereta gantung

yang digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat

ukur lebar sungai, dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur dan

dudukan sounding reel.

Gambarr 4.13 Metode Pengukuran dengan bantuan Cable ways

4.3.5 Penentuan Kecepatan Rata-rata dalam Satu Pias Vertikal

Dengan berbagai kondisi di lapangan, pengambilan data kecepatan menjadi hal

yang tidak mudah. Jumlah titik pengukuran yang tidak sedikit akan membutuhkan

waktu, tenaga, dan biaya. Agar pengukuran kecepatan efektif, sampel pengukuran

kecepatan diambil pada titik-titik tertentu yang dirasa telah dapat

merepresentrasikan nilai kecepatan rata-rata. Berikut ini adalah tabel jumlah titik

pengukuran yang disarankan pada kedalaman tertentu :

Tabel 4.1 Jumlah titik pengukuran vertikal terhadap fungsi kedalaman air

Page 13: Pengukuran Debit

Metode Kecepatan Rata-rata Keterangan

1 TitikU1 titik = U0.4D

Dimana 0.4D = 0.4 kali kedalaman

dihitung dari dasar saluran

2 TitikU2 titik=

U0,2 D+U0,8 D

2

3 Titik U3 titik=0 . 25U0,2 D+0 . 5U 0,4 D+0. 25U0,8 D

4

Selain metode di atas, juga terdapat beberapa metode lain, salah satunya

metode integrasi dimana kecepatan rata-rata dihitung berdasarkan data

pengukuran kecepatan pada beberapa titik arah vertikal. Kecepatan rata-rata

kedalaman diperoleh dengan membagi luas area kurva dengan kedalaman total

aliran dimana luas area kurva dapat didekati dengan menggunakan konsep metode

integrasi numeris trapesium banyak pias.

U y=1

D− y∫y

D

Udy

Page 14: Pengukuran Debit

dengan

U y = Kecepatan rata-rata kedalaman (cm/s)

D = Kedalaman aliran (cm)

y = Posisi pengukuran dari titik referensi (cm)

4.3.6 Penentuan Total Debit dalam Satu Tampang Saluran

1. Metode Grafis

Debit per unit lebar (q) diperoleh dari kecepatan rata-rata tiap pias vertikal

dikali dengan kedalaman, kemudain hasilnya diplotkan dan saling

dihubungkan antar pias yang berdekatan. Luas area yang tergambar

merupakan debit total tampang.

Gambar 4.14 Metode grafis

2. Metode Rata-rata Pias

Debit per unit lebar dihitung mengalikan kecepatan rata-rata dengan

kedalaman rata-rata antara dua pias yang berdekatan, lalu dikalikan dengan

lebar masing-masing pias. Debit total merupakan jumlah dari keseluruhan

debit per unit lebar.

Page 15: Pengukuran Debit

Gambar 4.17 Metode rata-rata pias

3. Metode Tengah Pias

Debit per unit lebar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di

bawah ini

Gambar 4.18 Metode tengah pias

4.3.7 Pengukuran menggunakan Pelampung

Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasanya digunakan

pada saat pelaksanaan pengukuran dengan current meter tidak memungkinkan

untuk dilakukan,misalnya pada saat banjir atau ketika kecepatan aliran terlalu

kecil. Dalam melakukan pengukuran menggunakan pelampung, sebaiknya dipilih

Page 16: Pengukuran Debit

reach dimana alirannya sebisa mungkin seragam (saluran lurus dengan tampang

seragam).

Prosedur pengukuran :

1. Membagi reach menjadi 3 section : hulu(1), tengah(2), hilir(3)

2. Tiap tampang dibagi ke dalam sejumlah pias vertikal utnuk dapat

menentukan debit pada section 2

3. Pelampung dilepaskan dari section 1 dicatat waktu tempuhnya hingga

menuju hilir (section 3). Dengan mengetahui jarak dan waktu tempuh

pelampung, maka kecepatan dapat diketahui :v float=L /t

Selanjutnya, kecepatan pelampung dikalikan dengan faktor koreksi (k)

untuk dapat mengetahui kecepatan rata-rata aliran.

Gambar 4.19 Beberapa tipe pelampung yang banyak digunakan

4. Kedalaman air pada section 2 diukur untuk setiap pias vertikal

5. Satu per satu pelampung dilepas mengikuti jalur tiap-tiap pias vertikal

sehingga dapat diketahui besar debitnya.

Page 17: Pengukuran Debit

Gambar 4.20 Prosedur pengukuran dengan pelampung

4.3.8 Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)

ADCP adalah alat pengukur arus dimana kecepatan arus air dapat terpantau dalam

3 dimensi pada suatu penampang melintang sungai dengan menggunakan efek

dari doppler pada gelombang supersonic. Alat ini dipasang di perahu dan akan

mengukur air di sungai secara cepat bila perahu melalui suatu penampang sungai.

Gambar 4.21 Metode ADCP

Cara kerja :

Dengan menghitung data sistem transmisi, distribusi kecepatan arus 3 dimensi

pada tampang aliran dapat diketahui. Air sungai yang mengandung larutan

sedimen, tanaman, kayu, dll merupakan media untuk memantulkan

gelombang supersonic di dalam air secara tegak lurus dalam 2 arah yang dikirim

oleh peralatan ADCP.

Page 18: Pengukuran Debit

Keuntungan dan kerugian menggunakan peralaran ADCP ini :

Pengukuran kecepatan dapat dilakukan secara cepat

Distribusi kecepatan arus secara 3 dimensi dapat teramati

Kondisi kecepatan aliran, dan debit dapat langsung diketahui

Pada kondisi dimana banyak kayu besar yang terbawa dapat menghantam alat

ADCP

Pengukuran sulit untuk dilakukan pada malam hari dan sungai yang berkelok-

kelok

Komunikasi antara perahu radio kontrol dan kontrol transmisi radio

maksimum berjarak 1000 meter

Gambar 4.22 Keunggulan metode ADCP dibandingkan dengan metode

konvensional

4.4 SLOPE AREA METHOD

Page 19: Pengukuran Debit

Metode Kemiringan Luas digunakan untuk menentukan debit secara tidak

langsung dari suatu ruas saluran, biasanya setelah banjir terjadi dengan

menggunakan tanda bekas banjir dan karakteristik fisik penampang melintang

ruas saluran tersebut. Pada metode ini, dilakukan survei lapangan untuk

menentukan jarak antara dan elevasi tanda bekas banjir dan menetapkan

penampang sungai. Data itu selanjutnya digunakan menghitung beda tinggi muka

air diantara dua penampang melintang yang berdekatan dan untuk menetapkan

sifat-sifat tertentu dari penampang tersebut. Informasi tersebut digunakan bersama

dengan nilai n Manning atau pun koefisien Chezy untuk menghitung debit.

Persamaan Manning Q=1

nR2/3 S1/2 A

Persamaan Chezy Q=CA √RS

Prosedur Pengukuran :

1. Memilih saluran yang alirannya mendekati seragam

2. Mengukur profil tampang melintang saluran, menghitung luasan dan

keliling tampang basah

3. Menentukan kemiringan permukaan air berdasarkan tinggi tanda air.

S = (H1 – H3)/L

4. Memperkirakan koefisien Manning atau Chezy dengan mengamati

kekasaran di lokasi

5. Menghitung kecepatan aliran, dan debit

Page 20: Pengukuran Debit

Gambar 4.23 Slope Area Method

Berikut ini adalah tabel koefisien Manning berdasarkan ukuran material dasar dan

profil tampang saluran

Page 21: Pengukuran Debit

4.5 DILUTION METHOD

Metode ini dapat diterapkan pada kondisi dimana bentuk tampang saluran sulit

untuk ditentukan atau ketika kecepatan aliran yang terjadi terlalu besar untuk

diukur dengan menggunakan current meter.

Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan (menginjeksi) suatu zat (traceur)

yang dapat bercampur dengan aliran air (biasanya digunakan larutan garam).

Debit traceur diberikan sebagai QsC1, dimana Qs menggambarkan debit larutan

yang dimasukkan, dan C1 adalah konsentrasi larutan. Pada suatu jarak L di hilir

tempat injeksi larutan traceur, larutan akan tercampur secara sempurna dengan

aliran; dan debit total aliran adalah (Q + Qs) dan konsentrasi aliran menjadi C2.

Dengan konsep persamaan konservasi massa (kontinuitas), diperoleh

Karena Q >> Qs, persamaan di atas dapat disederhanakan sebagai :

Q s C1 = ( Q + Qs ) C2

Q = Qs (C1/C2)

Page 22: Pengukuran Debit

Dalam praktek, debit aliran dapat diperoleh cukup dengan mengukur konsentrasi

C2 dengan metode titrasi (atau dengan peralatan digital untuk mengukur salinitas),

karena debit injeksi Qs dan konsentrasi larutan C1 diketahui.

Gambar 4.24 Pengukuran Debit dengan Metode Dilution

Metode ini hanya dapat digunakan apabila larutan traceur dapat tercampur secara

sempurna dengan aliran air, seperti misalnya pada kasus aliran pada suatu sungai

dengan kemiringan besar atau dengan kekasaran yang besar, atau pada aliran yang

melalui suatu konstruksi yang memungkinkan terjadinya pencampuran secara

sempurna

Injeksi dapat dilakukan dengan menggunakan :

1. Botol Mariotte dengan Volume = 25 liter untuk debit Q < 0,5 m3/s

2. Tangki atau pompa volumetrik dengan debit Q > 0,5 m3/s

3.

4. Gambar 4.25 Pencampuran larutan traceur

Page 23: Pengukuran Debit

Gambar 4.26 Pengoperasian Botol Mariottte

4.5.1 Larutan Traceur

Larutan Traceur dapat menggunakan larutan garam (NaCl) yang konsentrasinya

dapat dihitung dengan titrasi atau berdasarkan tingkat konduktivitas dan

temperatur. Selain itu, juga dapat digunakan larutan berwarna yang

konsentrasinya diukur dengan fluorometer. Syarat umum bahan material traceur

yang digunakan adalah:

1. Mudah larut

2. Tidak terabsorbsi oleh material sedimen atau vegetasi yang ada di saluran

3. Bukan bersifat polutan (mudah terdegradasi dan tidak mencemari

lingkungan)

4. Murah

4.6 STAGE DISCHARGE METHOD

Debit yang kontinyu dapat diperoleh dari suatu stasiun pengukur dimana

tersimpan data elevasi muka air. Kurva yang menunjukkan hubungan antara debit

dan elevasi muka air disebut rating curve.

Untuk diperoleh rating curve yang stabil, dimana Q=f(hw) diperlukan controlling

yaitu dengan cara :

Page 24: Pengukuran Debit

1. Section control : ditinjau dari suatu tampang saluran yang menimbulkan

adanya zona percepatan dimana gangguan di hilir sebisa mungkin tidak

mempengaruhi kontrol di hulu

2. Channel control : apabila tidak terjadi aliran dipercepat atau percepatan

yang terjadi tidak cukup menghalangi gangguan di hilir terhadap hullu,

rating curve dikontrol dengan memperhatikan kondisi kekasaran dan

geometri sungai di bagian hilir

3. Structure control : dengan menggunakan kontrol dari bangunan strukur

seperti bendung

4.6.1 Menghitung Hubungan Debit-Elevasi

Diasumsikan bahwa aliran bersifat steady flow , persamaan yang digunakan

adalah :

Atau

Dimana Q = debit (m3/s)

hw = elevasi muka air terukur (m)

h0 = elevasi muka air saat Q = 0

a,b,c,d = parameter stasiun

Q=a(hw−hb )b

Q=a(hw−h0 )2+c(hw−h0 )+d

Page 25: Pengukuran Debit

Contoh :

Tentukan h0 dengan menggunakan rumus :

Kemudian diubah ke dalam bentuk logaritmik

log Q=log a+b log(hw−h0 )

Y=log Qa0= log aX=log(hw−h0 )

Sehingga persamaannya menjadi

Y=a0+bX

Parameter a0 , dan b dapat dicari dengan menggunakan least square method

h0=h1h3−h

22

h1+h3−h2

Page 26: Pengukuran Debit

4.6.1 Non-Unique Rating Curve

Non-unique Curve dapat disebabkan oleh :

1. Flood wave

Berdasarkan persamaan Chezy

Terlihat bahwa adanya perubahan gradien elevasi muka air akan

menyebabkan perubahan pada debit. Gradien makin curam ketika debit

mengalami peningkatan, hal yang sebaliknya terjadi ketika debit turun.

Jadi, ketika terjadi banjir, muka air naik dan turun. Hal tersebit dapat

dijelaskan pada gambar di bawah ini

Gambar 4.27 Flood wave travelling

2. Perubahan morfologi sungai

Adanya sedimentasi atau erosi dapat mengakibatkan naik turunnya elevasi

muka air secara sementara.

3. Perubahan vegetasi

Perubahan vegetasi akan menyebabkan perubahan luasan area dan

kekasaran tampang sungai

4. Efek Backwater

Page 27: Pengukuran Debit

Terjadi akibat pengaruh pasang surut dan pengaruh distribusi aliran pada

pertemuan dua sungai

Page 28: Pengukuran Debit

Gambar 4.28 Perubahan Unique Rating Curve akibat gerusan dan

backwater

DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, T.J. dan Somers, W.P. 1969. Techniques of Water-Resources

Investigations of The United States Geological Survey. United States-

Government Printing Office. Washington. 1-37.

Boiten W. 2003. Hydrometry. IHE-Delft Lecture Note Series. A.A Balkema

Publishers. Lisse.

Yulistiyanto, B. 2012. Hidrometri. Diktat Kuliah S1-Teknik Sungai. Jurusan

Teknik Sipil dan Lingkungan UGM. Yogyakarta

Kironoto, B.A. 2006. Instrumentasi Alat Ukur Debit. Diktat Kuliah S2 Keairan-

Metode Eksperimen. Pasca Sarjana UGM.