Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto...

24
Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan KODEFIKASI RPI 25

Transcript of Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto...

Page 1: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan

Hasil Hutan

KODEFIKASIRPI 25

Page 2: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal
Page 3: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

851Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

Lembar Pengesahan

Page 4: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

852 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Page 5: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

853Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................851

Daftar Isi .................................................................................................. 853

Daftar Tabel ............................................................................................ 855

Daftar Singkatan ..................................................................................... 857

I. ABSTRAK ........................................................................................ 859

II. LATAR BELAKANG ......................................................................... 859

III. RUMUSAN MASALAH ....................................................................864

IV. TUJUAN DAN SASARAN ...............................................................864

V. LUARAN ......................................................................................... 865

VI. RUANG LINGKUP ........................................................................... 865

VII. METODE .........................................................................................866

VIII. INSTANSI PELAKSANA, RENCANA TATA WAKTU DAN RENCANA BIAYA PENELITIAN ....................................................... 867

IX. ORGANISASI ..................................................................................868

X. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................868

XI. KERANGKA KERJA LOGIS ..............................................................869

Page 6: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal
Page 7: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

855Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

Table 1. Kontribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam Pembentukan Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000 ..........................................................................860

Table 2. Pertumbuhan Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Harga Konstan 2000 ................................................................ 862

Table 3. Pertumbuhan Sektor Industri Kayu dan Produk-Produk Lainnya dalam Perekonomian Harga Konstan 2000 .............. 863

Table 4. Rencana lokasi penelitian ....................................................... 867

Table 5. Matriks instansi pelaksana, tata waktu dan rencana biaya penelitian ...................................................................... 867

Daftar Tabel

Page 8: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal
Page 9: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

857Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

Daftar Singkatan

B/C : Benefit/Cost

DR : Dana Reboisasi

HHL : Hasil Hutan Lain

HHBK : Hasil Hutan Bukan Kayu

HR : Hutan Rakyat

HS : Harmonized System

HTI : Hutan Tanaman Industri

HTR : Hutan Tanaman Rakyat

IKBR : Industri Kayu, Bambu dan Rotan

IRR : Internal Rate of Return

KBP : Kayu Bulat dan Perburuan

LHP : Laporan Hasil Penelitian

PDB : Produk Domestik Bruto

PSDH : Provisi Sumberdaya Hutan

Page 10: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal
Page 11: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

859Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

I. ABSTRAKKontribusi sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat

mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal trade serta inefisiensi pemanfaatan hutan dan pengolahan kayu serta pasar kayu tidakterdistorsi. Secara umum penelitian integratif ini bertujuan untuk mengaji tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan dan secara khusus mengaji: (1) besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman, (2) daya saing investasi industri hasil hutan, dan (3) daya saing perdagangan hasil hutan. Besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman dikaji menggunakan indikator ekonomi: nilai tegakan (stumpage value), dan indikator kelembagaan: pengaturan penyediaan lahan hutan tanaman. Daya saing investasi industri hasil hutan (tanaman) dikaji menggunakan indikatorekonomi:benefit/costratio(B/Cratio), internalrateofreturn(IRR)serta penawaran dan permintaan kayu, dan indikator kelembagaan: perizinan usaha hutan tanaman. Daya saing perdagangan hasil hutan dikaji menggunakan indikatorekonomi:keunggulankomparatif(comparativeadvantage)danefisiensisistem tataniaga, serta indikator kelembagan: pengaturan perdagangan hasil hutandidalamdanluarnegeri,termasukharmonizedsystem(HS)dannontariffbarrier. Sasaran penelitian integratif ini adalah diperolehnya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi: (1) besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman, (2) daya saing investasi industri hasil hutan, dan (3) daya saing perdagangan hasil hutan. Hasil penelitian integratif ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan memperbaiki tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan, termasuk di dalamnya perhitungan besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman.

Kata Kunci: industri, perdagangan, investasi, hasil hutan, daya saing.

II. LATAR BELAKANG

Sumberdaya hutan memiliki tiga peran. Pertama adalah sebagai penghasil barang dan jasa. Sebagai penghasil barang, sumberdaya hutan menyediakan Hasil Hutan Kayu (HHK) dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Sebagai penghasil jasa, ekosistem hutan mempertahankan, antara lain: penyediaan sumber mata air, pembentukan iklim mikro, penyerapan karbon (carbon sequestration) dan pemandangan alam yang unik. Kedua adalah sebagai penopang sistem kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Komunitas masyarakat lokal yang hidup di sekitar hutan memandang hutan sebagai sumber mata pencaharian maupun hutan sebagai sarana peribadatan (Colfer, et al, 2001). Sebagai sumber mata pencaharian, karena hutan bisa menjadi tempat untuk mencari nafkah dengan memanfaatkan hasil hutan berupa kayu, rotan, madu dan ikan. Sebagai sarana peribadatan,

Page 12: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

860 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

karena hutan bisa menjadi tempat peribadatan tertentu. Ketiga adalah sebagai sistem penyangga kehidupan. Sebagai sistem penyangga kehidupan, sumberdaya hutan membentuk dan mempertahankan fungsi-fungsi ekologis (rantai makanan dan kehidupan beragam makhluk hidup, flora dan fauna) dalam keseimbangan dan berkelanjutan. Sehingga hutan dapat berfungsi sebagai penjaga siklus makanan beragam makhluk hidup; pengatur tata air dan pencegah banjir; pengendali erosi; pencegah intrusi air laut; pemelihara kesuburan tanah; dan pembentuk kondisi udara bersih.

Meskipun peran sumberdaya hutan sangat penting bagi kehidupan umat manusia, peran sektor kehutanan dalam perekonomian sangat kecil, yaitu hanya sekitar 1% dari PDB (Produk Domestik Bruto) dan bila produk-produk kayu olahan juga dimasukkan, hanya meningkat menjadi sekitar 2% dari PDB (Tabel 1). Namun kontribusi yang kecil bukan hanya milik sektor kehutanan. Sektor-sektor yang lain, seperti perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta perikanan juga memiliki kontribusi yang kurang lebih sama dengan sektor kehutanan, yaitu sekitar 2%. Sektor pertambangan migas juga memiliki kontribusi yang tidak besar sekitar 6%, sementara industri migas malah hanya sekitar 3%, lebih kecil dibanding tanaman bahan makanan sekitar 7%. Persoalan pokoknya bukanlah pada besaran kontribusi sektor kehutanan, melainkan dampak penggandanya (multipliereffect) dalam perekonomian dan yang lebih penting lagi, adakah sumberdaya hutan dimanfaatkan secara lestari?

Table 1. Kontribusi Sektor Kehutanan dan Hasil-Hasilnya dalam Pembentukan Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2000

UraianMiliar Rupiah

2004 2005 2006 2007 2008* 2009**

PDB 1.656.516,8 1.750.656,1 1.846.654,9 1.963.974,30 2.082.315,9 2.176.975,5

1. Kehutanan

Persentase terhadap PDB

17.433,8

1,05%

17.176,9

0,98%

16.784,1

0,91%

16.401,40

0,84%

16.543,3

0,79%

16.793,8

0,77%

2. Industri kayu & produk-produk lainnya

Persentase Terhadap PDB

20.325,5

1,23%

20.138,5

1,15%

20.006,2

1,08%

19.657,60

1,00%

20.335,8

0.98%

20.039,2

0.92%

Page 13: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

861Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

UraianMiliar Rupiah

2004 2005 2006 2007 2008* 2009**

PDB 1.656.516,8 1.750.656,1 1.846.654,9 1.963.974,30 2.082.315,9 2.176.975,5

3. Kehutanan & hasil-hasilnya (1+2)

Persentase Terhadap PDB

37,759.30

2,28%

37,315.40

2,13%

36,693.10

1,99%

36.059,00

1,84%

36.879,1

1.77%

36.833,0

1.69%

Sumber: BPS; * angka sementara; ** angka sangat sementara

Jika sektor kehutanan dan hasil-hasilnya didisagregasi ke dalam tiga subsektor, yaitu: industri kayu, bambu dan rotan (IKBR), kayu bulat dan perburuan (KBP), dan hasil hutan lain (HHL), hasil penelitian (Astana dkk, 2003) menunjukkan masing-masing memiliki nilai pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja yang tinggi. Nilai pengganda output subsektor IKBR adalah 1,926 - 2,664, subsektor KBP, 1,401 - 1,841 dan subsektor HHL, 1,387 - 1,907. Nilai pengganda output subsektor IKBR sebesar 1,926 memiliki arti bahwa jika output subsektor IKBR meningkat sebesar satu satuan akibat kenaikan permintaan akhir, maka output perekonomian akan meningkat sebesar 1,926 satuan. Sedangkan nilai pengganda pendapatan subsektor IKBR adalah 1,946 - 4,020, subsektor KBP, 1,406 - 2,053 dan subsektor HHL, 1,453 - 1,680. Nilai pengganda pendapatan subsektor IKBR sebesar 1,946 memiliki arti bahwa jika pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor IKBR meningkat sebesar satu satuan akibat kenaikan permintaan akhir, maka pendapatan rumah tangga dalam perekonomian akan meningkat sebesar 1,946 satuan. Nilai pengganda tenaga kerja subsektor IKBR adalah 4,961 - 8,035, sub sektor KBP, 1,140 - 1,496 dan sub sektor HHL, 1,178 - 1,186. Nilai pengganda tenaga kerja subsektor IKBR sebesar 4,961 memiliki arti bahwa bila penyerapan tenaga kerja di sektor IKBR meningkat sebanyak satu satuan akibat kenaikan permintaan akhir, maka penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian akan meningkat sebesar 4,961 satuan.

Meskipun sektor kehutanan memiliki nilai pengganda dalam perekonomian yang tinggi, namun peranan tersebut akan hilang jika hutannya tidak dimanfaatkan secara lestari. Dapat dibayangkan jika produksi kayu dan hasil hutan lainnya sama dengan nol, karena hutan (produksi) sudah habis ditebang, maka apa yang akan terjadi dalam perekonomian adalah impor kayu dan hasil hutan lain untuk memenuhi kebutuhan. Ini tentunya akan menguras devisa, dan pada gilirannya akan mengganggu neraca pembayaran (balance of payment) dan perekonomian

Page 14: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

862 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

secara keseluruhan, terlebih bila cadangan devisa dalam kondisi tipis. Kenyataan menunjukkan sejak pembangunan ekonomi dimulai tahun 1970an, laju kerusakan sumberdaya hutan terus meningkat. Laju kerusakan dan pengurangan sumberdaya hutan lebih tinggi dibanding laju pemulihan dan penambahan. Luas tutupan dan potensi per ha hutan terus mengalami penurunan. Kerusakan dan pengurangan sumberdaya hutan mengganggu tiga peran sumberdaya hutan, yaitu: sebagai penghasil barang dan jasa; sebagai penopang sistem kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat; dan sebagai sistem penyangga kehidupan.

Seiring dengan penurunan luas tutupan dan potensi per ha hutan (produksi), PDB sektor kehutanan dan hasil-hasilnya mengalami pertumbuhan negatif. Pada tahun 2004 meskipun PDB sektor kehutanan mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,28%, rataan per tahun periode 2004-2009 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0.40% (Tabel 2). Dalam periode 2004-2009, sektor industri kayu dan produk-produk lainnya juga mengalami pertumbuhan negatif rataan per tahun sebesar 0.57% (Tabel 3). Pertumbuhan PDB sektor kehutanan dan hasil-hasilnya yang negatif memberikan bukti telah terjadinya pemanfaatan hutan yang tidak lestari. Ini merupakan sebuah fenomena yang ironis, karena hutan merupakan sumberdaya yang terbarukan.

Table 2. Pertumbuhan Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Harga Konstan 2000

Tahun Miliar Rupiah % Pertumbuhan

2004 17.433,80 1,28

2005 17.176,90 -1,47

2006 16.686,90 -2,85

2007 16.401,40 -1,71

2008* 16.543,30 0.87

2009** 16.793,80 1,51

Rataan 16.839,35 -0.40Sumber: BPS; * angka sementara; ** angka sangat sementara

Page 15: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

863Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

Table 3. Pertumbuhan Sektor Industri Kayu dan Produk-Produk Lainnya dalam Perekonomian Harga Konstan 2000

Tahun Miliar Rupiah % Pertumbuhan

2004 20.325,50 -2,07

2005 20.138,50 -0,92

2006 20.006,20 -0,66

2007 19.657,60 -1,74

2008* 20.335.80 3,45

2009** 20.039.20 -1,46

Rataan 20083.80 -0.57Sumber: BPS; * angka sementara; ** angka sangat sementara

Kontribusi sektor kehutanan dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal trade serta inefisiensi pemanfaatan hutan dan pengolahan kayu serta pasar kayu tidak terdistorsi. Terkait hal ini, terdapat pandangan bahwa kegiatan investasi di bidang industri hasil hutan dipandang kurang menarik dibanding industri bukan hasil hutan (perkebunan), karena prosedur investasi yang kurang transparan dan kelayakan finansial yang relatif rendah. Di samping itu, terdapat juga pandangan bahwa kebijakan industri dan perdagangan hasil hutan belum kondusif. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sektor kehutanan relatif kecil karena pembagian keuntungan (manfaat) secara berkeadilan belum sepenuhnya diterapkan dan cenderung menurun karena produksi kayu tidak lestari.

Dampak krisis finansial global diperkirakan semakin menekan investasi industri dan perdagangan hasil hutan namun pada tingkat tertentu dapat menguntungkan dari sisi penghematan stok hutan. Guna meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto nasional diperlukan upaya perbaikan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan. Tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan yang baik akan meningkatkan investasi industri dan perdagangan hasil hutan serta memungkinkan peningkatan perolehan pungutan bukan pajak sektor kehutanan. Meningkatnya investasi industri dan perdagangan hasil hutan pada gilirannya akan meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto nasional. Untuk itu penelitian integratif ini dilakukan.

Page 16: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

864 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

III. RUMUSAN MASALAH

Kontribusi sektor kehutanan dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal trade serta inefisiensi pemanfaatan hutan dan pengolahan kayu serta pasar kayu tidak terdistorsi. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan. Tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan yang baik akan meningkatkan investasi industri dan perdagangan hasil hutan serta memungkinkan upaya peningkatan penerimaan negara bukan pajak dari hasil hutan. Peningkatan investasi dan perdagangan hasil hutan pada gilirannya akan menaikkan kontribusi sektor kehutanan dalam pembentukkan Produk Domestik Bruto nasional. Permasalahannya adalah apa saja faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi: (1) besaran pungutan bukan pajak hasil hutan, (2) daya saing investasi industri hasil hutan, dan (3) daya saing perdagangan hasil hutan. Daya saing investasi industri hasil hutan yang dikaji meliputi: (a) investasi usaha Hutan Tanaman Industri (HTI; hasil hutan kayu HTI), (b) investasi usaha Hutan Tanaman Rakyat (HTR; hasil hutan kayu HTR), (c) investasi usaha Hutan Rakyat (HR; hasil hutan kayu HR), dan (d) investasi usaha perkebunan (sebagai pembanding). Daya saing perdagangan hasil hutan yang dikaji adalah daya saing perdagangan produk kehutanan yang berorientasi pasar ekspor (kayu dan rotan). Besaran pungutan bukan pajak yang dikaji adalah besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman (HTI; HTR).

IV. TUJUAN DAN SASARAN

Secara umum bertujuan untuk mengkaji tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan dan secara khusus mengkaji: (1) besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman, (2) daya saing investasi industri hasil hutan, dan (3) daya saing perdagangan hasil hutan.

Sasaran yang ingin dicapai:

1. Tersedianya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman

2. Tersedianya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi daya saing investasi industri hasil hutan.

3. Tersedianya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi daya saing perdagangan hasil hutan.

Page 17: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

865Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

V. LUARAN

Luaran yang diharapkan:

1. Rekomendasi kebijakan perhitungan besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman.

2. Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing investasi industri hasil hutan dari sisi: (1) penawaran dan permintaan kayu, (2) kelayakan finansial usaha hutan tanaman, dan (3) perizinan usaha hutan tanaman.

3. Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing perdagangan hasil hutan yang berorientasi ekspor dari sisi: (1) keunggulan produk kehutanan, (2) efisiensi sistem tataniaga, (3) harmonized system (HS), dan (4) nontariffbarrier.

VI. RUANG LINGKUP

Jenis kegiatan untuk memberikan rekomendasi kebijakan besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman terdiri dari:

1. Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman 2. Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman.

Jenis kegiatan untuk memberikan rekomendasi peningkatan daya saing investasi industri hasil hutan terdiri dari:

1. Analisis penawaran dan permintaan kayu 2. Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan 3. Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Jenis kegiatan untuk memberikan rekomendasi peningkatan daya saing perdagangan hasil hutan terdiri dari:

1. Analisis keunggulan produk kehutanan2. Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan3. Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan4. Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

Page 18: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

866 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

VII. METODE

A. Kerangka Pikir

Kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian nasional ditentukan oleh perkembangan investasi industri dan perdagangan hasil hutan. Besaran pungutan bukan pajak hasil hutan (DR- Dana Reboisasi dan PSDH- Provisi Sumber Daya Hutan) mempengaruhi perkembangan investasi industri dan perdagangan hasil hutan. Perkembangan investasi industri hasil hutan mempengaruhi perkembangan perdagangan hasil dan sebaliknya, perkembangan perdagangan hasil hutan mempengaruhi perkembangan investasi industri hasil hutan.

Perkembangan investasi industri hasil hutan bergantung pada seberapa jauh industri hasil hutan memiliki daya saing dalam menarik investor untuk berinvestasi di bidang industri hasil hutan. Sedangkan perkembangan perdagangan hasil hutan bergantung pada seberapa jauh hasil hutan memiliki daya saing dalam merebut pangsa pasar, khususnya dalam konteks perdagangan internasional. Besaran pungutan bukan pajak hasil hutan serta daya saing investasi industri dan perdagangan hasil hutan dipengaruhi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan. Faktor-faktor ini merupakan permasalahan yang menjadi fokus kajian ini.

B. Metode Analisis

1. Besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman dikaji menggunakan indikator ekonomi: nilai tegakan (stumpage value) dan indikator kelembagaan: pengaturan penyediaan lahan hutan tanaman.

2. Daya saing investasi industri hasil hutan dikaji menggunakan indikator ekonomi: benefit/costratio (B/C ratio), internal rate of return (IRR), penawaran dan permintaan kayu, serta indikator kelembagaan: perizinan usaha hutan tanaman.

3. Daya saing perdagangan hasil hutan dikaji menggunakan indikator ekonomi: keunggulan komparatif (comparative advantage), efisiensi sistem tataniaga, dan indikator kelembagaan: pengaturan perdagangan hasil hutan di dalam dan luar negeri, termasuk harmonized system (HS) dan nontariffbarrier.

Page 19: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

867Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

C. Lokasi penelitian

Rencana lokasi penelitian adalah sebagaimana tabel 4 berikut.

Table 4. Rencana lokasi penelitian

No. Kegiatan Lokasi

1. Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman; Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman

Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah

2. Analisis penawaran dan permintaan kayu; Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan; Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Jawa Barat, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur

3. Analisis keunggulan produk kehutanan; Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan; Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan; Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

Jawa Timur, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat

VIII. INSTANSI PELAKSANA, RENCANA TATA WAKTU DAN RENCANA BIAYA PENELITIAN

Instansi pelaksana yang terlibat dalam penelitian, tata waktu penelitian serta rencana biaya yang diperlukan tersaji pada tabel 5.

Table 5. Matriks instansi pelaksana, tata waktu dan rencana biaya penelitian

Kode PROGRAM/RPI /LUARAN / KEGIATAN PELAKSANA

TAHUN PELAKSANAAN / ANGGARAN (juta Rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

PROGRAM KEBIJAKAN

25 RPI 25 Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

25.1 Luaran 1 : Rekomendasi kebijakan perhitungan besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman

25.1.1.4 Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman

PUSLITSOSEK 150

25.1.2.4 Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman

PUSLITSOSEK 150

Page 20: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

868 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Kode PROGRAM/RPI /LUARAN / KEGIATAN PELAKSANA

TAHUN PELAKSANAAN / ANGGARAN (juta Rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

25.2 Luaran 2 : Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing investasi industri hasil hutan

25.2.1.4 Analisis penawaran dan permintaan kayu

PUSLITSOSEK 150

25.2.2.4 Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan;

PUSLITSOSEK 150

25.2.3.4 Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

PUSLITSOSEK 100

25.3 Luaran 3 : Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing perdagangan hasil hutan

25.3.1.4 Analisis keunggulan produk kehutanan;

PUSLITSOSEK 200

25.3.2.4 Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan

PUSLITSOSEK 150

25.3.3.4 Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan

PUSLITSOSEK 150

25.3.4.4 Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

PUSLITSOSEK 150

TOTAL ANGGARAN 300 400 650

IX. ORGANISASI

Penelitian ini akan dilaksanakan di bawah koordinasi Puslitsosek dengan melibatkan instansi lingkup Badan Litbang Kehutanan dan instansi terkait lain.

X. DAFTAR PUSTAKA

Astana S., D. Djaenudin dan M. Z. Muttaqin. 2003. Kajian Peranan Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Daerah. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi 4 (1). Puslitbang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor.

Coelfer, C. J. P., R. L. Wadley, E. Harwell, and R. Prabhu. 2001. Assessing Intergenerational Access to Resources: Using Criteria and Indicators in West Kalimantan, Indonesia in People Managing Forests: The Links between Human Well-Being and Sustainability, ed. by Coelfer and Byron. Resources for The Future and CIFOR. Washington.

Page 21: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

869Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

XI. KERANGKA KERJA LOGIS

NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI

TUJUAN:Secara umum bertujuan untuk mengaji tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan dan secara khusus mengaji: (1) besaran pungutan bukan pajak hasil hutan, (2) daya saing investasi industri hasil hutan dan (3) daya saing perdagangan hasil hutan

Dihasilkan nya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi: (1) besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman, (2) daya saing investasi industri hasil hutan, dan (3) daya saing perdagangan hasil hutan

Dokumen data/informasi/rekomendasi kebijakan terkait dengan faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan (LHP, publikasi, dan Policy Brief)

Kebijakan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian kondusif.

SASARAN:

1. Tersedianya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman

Telah dilaksanakan sintesa hasil penelitian: Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman; Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman.

Sintesa hasil penelitian terkait besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman. LHP, Publikasi, dan Policy Brief nilai tegakan dan kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman

Tersedia hasil-hasil penelitian sebagai bahan sistesis identifikasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman

2. Tersedianya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi daya saing investasi industri hasil hutan

Telah dilaksanakan sintesa hasil penelitian: Analisis penawaran dan permintaan kayu;Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan; Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Sintesa hasil penelitian terkait daya saing daya saing investasi industri hasil hutan. LHP, Publikasi, dan Policy Brief penawaran dan permintaan kayu; kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan; perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Tersedia hasil-hasil penelitian sebagai bahan sistesis identifikasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi daya saing investasi industri hasil hutan

Page 22: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

870 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI

3. Tersedianya informasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi daya saing perdagangan hasil hutan

Telah dilaksanakan sintesa hasil penelitian: Analisis keunggulan produk kehutanan; Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan; Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan; Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

Sintesa hasil penelitian terkait daya saing perdagangan hasil hutan. LHP, Publikasi, dan Policy Brief keunggulan komparatif produk kehutanan; efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan; harmonized system (HS) produk kehutanan; non-tariffbarrier produk kehutanan

Tersedia hasil-hasil penelitian sebagai bahan sistesis identifikasi faktor-faktor ekonomi dan kelembagaan yang mempengaruhi daya saing perdagangan hasil hutan

LUARAN:

1. Rekomendasi kebijakan perhitungan besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman

Dilaksanakannya penelitian: Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman; Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman.

Dokumen hasil penelitian terkait besaran pungutan bukan pajak hasil hutan tanaman. Dokumen LHP, Publikasi, dan Policy Brief nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman; kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman

Seluruh kegiatan penelitian dilaksanakan.Kendala dan hambatan dalam merumuskan luaran diatasi.

2. Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing investasi industri hasil hutan

Dilaksanakannya penelitian: Analisis penawaran dan permintaan kayu;Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan; Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Dokumen hasil penelitian terkait daya saing investasi industri hasil hutan. LHP, Publikasi, dan Policy Brief penawaran dan permintaan kayu; kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan; perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Seluruh kegiatan penelitian dilaksanakan.Kendala dan hambatan dalam merumuskan luaran diatasi.

Page 23: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

871Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI

3. Rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing perdagangan hasil hutan

Dilaksanakannya penelitian:Analisis keunggulan produk kehutanan; Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan; Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan; Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

Dokumen hasil penelitian terkait daya saing perdagangan hasil hutan.LHP, Publikasi, dan Policy Brief keunggulan komparatif produk kehutanan; efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan; harmonized system (HS) produk kehutanan; non-tariffbarrier produk kehutanan

Seluruh kegiatan penelitian dilaksanakan.Kendala dan hambatan dalam merumuskan luaran diatasi.

KEGIATAN:

1.1. Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman

1.2. Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman

Penelitian berhasil memperoleh informasi: 1. Nilai tegakan

hutan tanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi

2. Kelemahan dan kelebihan alokasi dan distribusi lahan hutan, perizinan dan persyaratan penyediaan lahan hutan tanaman

Dokumen presentasi dan pembahasan hasil penelitian: Analisis nilai tegakan (stumpage value) hutan tanaman; Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman.

Sumberdaya (kuantitas dan kualitas) mendukung. Tidak terjadi perubahan kebijakan yang membatalkan pelaksanaan penelitian

Page 24: Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan … sektor kehutanan pada Produk Domestik Bruto nasional dapat mencapai lebih dari 2% apabila tidak terjadi illegal logging dan illegal

872 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI

2.1. Analisis penawaran dan permintaan kayu

2.2 Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan

2.3. Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Penelitian berhasil memperoleh informasi:1. Penawaran dan

permintaan kayu nasional dan faktor-faktor yang mempengaruhi

2. Perbandingan kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan

3. Perbandingan perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Dokumen presentasi dan pembahasan hasil penelitian: Analisis penawaran dan permintaan kayu; Analisis kelayakan finansial usaha hutan tanaman dan perkebunan; Analisis perizinan usaha hutan tanaman dan perkebunan

Sumberdaya (kuantitas dan kualitas) mendukung. Tidak terjadi perubahan kebijakan yang membatalkan pelaksanaan penelitian

3.1. Analisis keunggulan produk kehutanan

3.2. Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan

3.3. Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan

3.4. Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

Penelitian berhasil memperoleh informasi:1. Keunggulan

produk kehutanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk informasi mengenai keunggulan kayu dan non kayu, dampak lingkungan kayu, serta preferensi konsumen.

2. Efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan

3. Harmonized system (HS) produk kehutanan

4.Non-tariffbarrier produk kehutanan

Dokumen presentasi dan pembahasan hasil penelitian: Analisis keunggulan komparatif produk kehutanan; Analisis efisiensi sistem tataniaga produk kehutanan; Analisis harmonized system (HS) produk kehutanan; Analisis non-tariffbarrier produk kehutanan

Sumberdaya (kuantitas dan kualitas) mendukung. Tidak terjadi perubahan kebijakan yang membatalkan pelaksanaan penelitian