Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga
-
Upload
yossy-suparyo -
Category
Documents
-
view
244 -
download
8
description
Transcript of Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga
1
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
2
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
PENGUATAN DEMOKRASIDELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN
INFORMASI WARGA
3
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagianatau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan
jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.
4
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
PENGUATAN DEMOKRASIDELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN
INFORMASI WARGA
YOSSY SUPARYO
SEKRETARIAT NASIONALKaukus 17++
2010
5
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
PENGUATAN DEMOKRASI DELIBERATIF
LEWAT PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
PenulisYossy Suparyo
TataletakFathulloh
Edisi 1, Juni 2010
PenerbitSekretariat Nasional Kaukus 17++Jl. Sam Ratulangi Nomor 54A,Manahan, Surakarta (0271) 711061E-mail: [email protected]: http://kaukustujuhbelas.org
dan
COMBINE Resource InstitutionJl. KH Ali Maksum No 183Pelemsewu, Panggugharjo, Sewon, BantulTelp/Fax. (0274) 411123Website: http://combine.or.id
BUKU PANDUAN INI TIDAK DIPRODUKSI UNTUK UMUMHANYA DIPERGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI
6
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
MENGAPA BUKU INI DITULIS
Buku ini ditulis sebagai pedoman kerja para pewarta
warga yang melakukan pewartaan di lingkungan tempat
tinggalnya. Pewarta warga merupakan bentuk peran serta
warga untuk menyebarluaskan informasi untuk mengarus-
utamakan peristiwa dan permasalahan masyarakat akar
rumput ke ranah publik.
Mengapa Kaukus 17++ perlu mengusung pewartaan
warga? Kaukus 17++ menaruh perhatian pada pening-
katan peran serta warga untuk memengaruhi kebijakan
publik. Media massa mampu menyebarluaskan gagasan
warga, sekaligus menyuarakan menenggelamkan aspirasi
warga dengan pemberitaan yang berkutat pada aktivitas
elit. Bukan rahasia lagi, selama ini warga seringkali ditem-
patkan pada posisi objek pemberitaan oleh media massa
arus utama. Akibatnya, hasil-hasil pemberitaan media
massa lebih mewakili cara pandang elit dibanding cara
pandang warga.
Pewartaan warga muncul sebagai gerakan atau cara
pandang pewartaan baru yang menempatkan warga se-
bagai subjek dan objek pemberitaan. Warga bisa berperan
7
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
dalam memproduksi berita, baik berupa teks, foto, suara,
dan gambar bergerak. Lebih dari itu, pewartaan warga
menggeser perilaku dalam bermedia. Hasilnya, pembaca
mendapatkan informasi dari sudut pandang warga sendiri.
Secara definitif, pewarta warga adalah warga biasa
yang menyebarluaskan informasi di lingkungannya de-
ngan memperhatikan kaidah-kaidah dalam dunia
pewartaan. Kegiatan pewarta warga tetap mengacu pada
tatacara dan prosedur pewartaan yang diatur dalam
Undang-undang No 40 tentang Pers. Dengan kata lain,
pewarta warga memiliki hak dan kewajiban yang sama
dengan pewarta umum di depan hukum.
Permasalahan utama dalam pewartaan warga adalah
rendahnya kemampuan para pewartanya. Pelatihan ini
merupakan usaha serius Kaukus 17++ untuk mendorong
kerja pewartaan warga ke arah yang lebih baik. Pewartaan
warga merupakan salah satu bentuk nyata dari konsep
deliberatif demokrasi yang menempatkan warga dalam
posisi penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbang-
sa, dan bernegara.
Seknas Kaukus 17++ memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya pada seluruh peserta yang telah rela
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berbagi
dan bertukar pengalaman dalam pelatihan ini. Jadikan,
kesempatan ini sebagai media untuk belajar, berbagi, dan
saling melindungi.
Seknas Kaukus 17++
8
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Daftar Isi
Mengapa Buku ini Ditulis ~ 6
BAB 1 KEPEWARTAAN WARGA ~ 10
Definisi Pewarta Warga ~ 10
Pewarta Warga dan Perubahan Sosial ~ 13
Kelola Pengetahuan Lokal ~ 16
Pelihara Politik Ingatan ~ 19
BAB 2 KELAYAKAN BERITA ~21
Kedekatan ~ 22
Berakibat Pada Banyak Orang ~ 23
Kebaruan ~ 24
Manusiawi ~ 25
Hiburan ~ 25
Tindakan dan Pengembangan Diri ~ 25
BAB 3 PELIPUTAN ~ 27
Pertanyaan Peliputan ~ 28
Cara Peliputan ~ 31
9
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Pahami Ragam Peristiwa ~ 33
Saat Peliputan ~ 35
Menghadapi Pihak-pihak dalam Peliputan ~ 37
BAB 4 TEKNIK WAWANCARA ~ 41
Persiapan Wawancara ~ 42
Saat Wawancara ~ 44
BAB 5 PENULISAN BERITA ~ 48
Judul Berita ~ 48
Teras Berita ~ 49
Tubuh Berita ~ 53
Penutup ~ 54
Berita Langsung ~55
Berita Ringan ~ 59
Berita Kisah ~ 61
BAB 6 PENYUNTINGAN ~ 63
Bahasa Pewartaan ~ 65
Ekonomi Kata ~ 67
Bahasa Baku dan Tidak Baku ~ 69
Pilihan Kata Sesuai Fakta ~ 72
BAB 7 ETIKA PEWARTA WARGA ~ 75
Daftar Bacaan ~ 78
Tentang Penulis ~ 80
10
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 1KEPEWARTAAN WARGA
Definisi Pewarta Warga
Pewarta warga merupakan sebutan bagi warga yang
secara sukarela menyusun, mengemas, dan menyebarluas-
kannya informasi ke publik dengan memperhatikan prin-
sip-prinsip kepewartaan. Secara bahasa, pewartaan warga
merupakan alihbahasa dari citizen journalism. Citizen Jour-
nalism adalah peran serta warga dalam kegiatan pengum-
pulan, pelaporan, analisis, serta penyampaian informasi dan
berita (Wikipedia: 2010).
Kegiatan warga untuk membuat, menggunakan, dan
menyebarluaskan informasi daerahnya merupakan per-
kembangan baru dalam dunia kepewartaan. Sebelumnya
pengelolaan terpusat di tangan media massa arus utama.
Kini, warga pun mampu melakukan hal yang serupa, bah-
kan warga dapat menjadi anjing penjaga (watchdog) saat
media arus utama tidak berfungsi.
Pewartaan warga dapat dimaknai sebagai bentuk de-
sentralisasi informasi. Dewi (2008) berpendapat kegiat-
11
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
an pewartaan warga memiliki dampak positif. Pertama,
pewartaan warga memberikan ruang bagi peran serta warga
dalam pengelolaan informasi. Keterlibatan warga dalam
dunia pewartaan membuktikan adanya hubungan dinamis
antara pelaku media dan pembacanya.
Kedua, bagi media arus utama, pewartaan warga me-
ningkatkan hubungan saling percaya antara media dan
pembacanya. Ketiga, pewartaan jenis ini mampu mem-
berikan ruang bagi warga untuk menegakkan hak-hak in-
formasi mereka.
Perkembangan pewartaan warga meningkat seiring
tumbuhnya kemampuan keberaksaraan media (media lit-
eracy) warga. Meski sebagian besar pewarta warga awal-
nya sekadar iseng, lama-kelamaan mereka menyadari ke-
giatan pengelolaan dan berbagi informasi sebagai sebuah
pilihan. Apabila warga mampu berbagi informasi, maka
pengetahuan dan kemampuan dalam menyelesaikan per-
masalahan hidup juga akan meningkat.
Hermanto (2008) berpendapat kemunculan pewar-
taan warga mampu menggeser cara pandang dunia per-
wartaan (Hermanto, 2008). Dalam pewartaan media arus
utama, warga hanya menempatkan sebagai objek pembe-
ritaan. Lewat pewartaan warga, warga tak sekadar objek,
sekaligus subjek pemberitaan. Pewartaan warga menjadi
genre pewartaan baru di tengah kegersangan dunia pe-
wartaan media massa arus utama.
Di Indonesia, pewartaan warga dipengaruhi oleh
kegiatan radio siaran. Pada 1983, Radio Suara Surabaya
12
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
(SS) memiliki program siaran informasi lalu-lintas. Lalu,
program itu berkembang menjadi konsep interaktif. Kon-
sep ini mengubah cara kerja radio, bila sebelumnya komu-
nikasi yang bersifat satu arah, yaitu radio ke pendengar,
konsep interaktif memberikan kesempatan pada pende-
ngar untuk aktif memberikan informasi dan menyampai-
kan pendapatnya.
Konsep interaktif menciptakan hubungan dua arah,
yaitu antara pendengar dengan penyiar dan pendengar
dengan pendengar. Siapapun pendengar bisa memberi
tanggapan atau komentar dari pernyataan narasumber
maupun pendengar lainnya. Itulah yang disebut dengan
demokrasi dalam siaran radio.
Kegiatan serupa dipopulerkan oleh Radio Elshinta
Jakarta, melalui program laporan pendengar. Pendengar
bisa menyampaikan informasi melalui telepon ke radio
layaknya seorang pewarta. Program ini mendapat respon
bagus para pendengarnya. Sembari menunggu kemacetan
lalu-lintas, warga saling bertukar informasi mengenai
situasi lalu-lintas di sekitarnya. Dari sanalah ragam berita
mulai berkembang luas, dari pewartaan peristiwa yang
bersifat lokal hingga peristiwa-peristiwa nasional.
Kelahiran radio komunitas di sejumlah daerah sema-
kin menguatkan posisi pewartaan warga. Lalu, setelah
pengguna internet makin meluas, warga yang memunyai
akses makin menemukan saluran untuk menyampaikan
pendapatnya. Lantas bermunculan blog atau web yang
menerapkan model pewartaan warga.
13
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Pesatnya inovasi di bidang teknologi informasi juga
memengaruhi minat warga pada kegiatan peliputan atau
pewartaan. Kapan pun dan di mana pun, semua orang
dapat merekam dan mencatat peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sekitarnya. Ada teknologi kamera dijital, kamera
tangan (handycam), telepon seluler, perekam suara, yang
mampu merekam pelbagai peristiwa dan dibagikannya
pada warga lainnya.
Pewarta Warga dan Perubahan Sosial
Apakah pengelolaan informasi memiliki dampak pada
warga? Tentu, lewat pewartaan warga hubungan antara
pewarta dan pembacanya tak sekadar sebagai produsen
dan konsumen, tapi solidaritas sosial. Hermanto (2008)
menjelaskan dampak pewartaan warga sebagai berikut:
Sukiman, pegiat Radio Komunitas Lintas Merapi tampak
sumringah. Ia baru saja menerima surat elektronik dari sejumlah
warga negara Indonesia yang tinggal di Jepan. Mereka bersedia
menggelontorkan dana untuk kegiatan penanaman pohon di
desanya, Sidorejo, yang habis terlibas awan panas dan lahar
saat kawah Gunung Merapi aktif pada pertengahan 2006.
Awalnya ia iseng mengunggah tulisan tentang kegiatan
penanaman pohon untuk penyelamatan sumber air di lereng
Gunung Merapi dalam portal Jalin Merapi Ia tak menyangka
tulisannya ditanggapi oleh pembaca. Ada yang menyumbang
bibit, uang, maupun tenaga. Idenya pun cukup ‘nakal’, setiap
keluarga di sepanjang jalan yang ditanami pohon berkewajiban
untuk merawat pohon itu.
14
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Hal serupa dialami oleh Muhdi, pegiat Radio Komu-
nitas Jaringan Tani Mandiri (JTM FM) di Andong, Boyolali.
Pria lulusan sekolah lanjutan pertama ini menyebarluas-
kan hasil wawancara dengan kepala desanya perihal kon-
disi jalan desa yang rusak. Imbasnya warga sadar bahwa
mereka berhak untuk meminta pelayanan fasilitas umum
yang layak pada pemerintah daerah. Sekarang kondisi ja-
lan raya Andong telah beraspal mulus dan nyaman dilalui.
Pewartaan warga tidak perlu risau dengan tekanan
kepentingan ekonomi, kekuasaan, ideologi, maupun tiras.
Pewarta dapat merekam peristiwa apapun yang ada di
daerahnya, lalu menyebarkannya. Kontrol utama dari pe-
wartaan warga hanya pada aturan dan perundang-un-
dangan yang mengatur tentang kegiatan pers dan pe-
nyiaran.
Keunggulan pewarta warga ada pada sudut pandang
pemberitaan yang berpihak ke warga. Perhatikan contoh
tulisan sebagai berikut:
“Juli tahun lalu, Radisem meninggalkan tanah air dengan
perasaan bangga. Ia akan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)
di Malaysia yang nantinya bisa membawa pulang Ringgit dalam
jumlah banyak. Sayang, bukan Ringgit yang didulang, justru
nasib buruk yang ia diterima. Beberapa hari yang lalu Radisem
pulang dalam kondisi mengenaskan.”
Peristiwa tragis di atas tidak diliput oleh media arus
utama. Berita itu justru ditulis oleh pewarta warga yang
kebetulan tetangga korban. Lalu, tulisan di atas memun-
15
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
culkan solidaritas warga lainnya. Mereka menggelar ma-
lam keprihatinan, diskusi, tuntutan, dan dialog publik yang
melibatkan banyak pihak, seperti warga, mahasiswa, lem-
baga swadaya masyarakat, pemerintah, dan lain-lain.
Kisah menarik diwartakan Nurhadi, pewarta warga
di Indramayu. Dia menulis keluhan warga atas Peraturan
Daerah (Perda) Pendidikan di daerah itu. Pemerintah Kabu-
paten Indramayu mewajibkan warga untuk menyekolah-
kan anaknya hingga jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Siapapun yang melanggar aturan ini akan dikena-
kan sanksi kurungan penjara 5 tahun atau denda 50 juta
rupiah (17/11/2008). Perhatikan paragraf berikut ini:
Awalnya, warga Indramayu berbondong-bondong menye-
kolahkan anaknya. Namun, di tengah jalan warga merasa terje-
bak. Mereka dihantui tagihan biaya sekolah yang semakin ma-
hal. Sementara itu, jaminan akses pendidikan bagi masyarakat
kurang mampu tidak bisa ditepati pemerintah, anak-anak miskin
pun tidak terbebas dari biaya sekolah.
Hal serupa dituliskan oleh Ibe, pewarta dari Kowane,
Sulawesi Tenggara. Dia menceritakan nasib para siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap Sa-
ponda, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, yang ke-
kurangan guru.
Siswa kelas 1-3 tak belajar matematika karena gurunya pergi
mendulang emas. Selama ini, kegiatan belajar-mengajar
difasilitasi oleh 5 guru yang semuanya berstatus honorer.
Pemerintah Kabupaten Konawe seharusnya menambah tena-
16
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
ga pengajar dan mengubah status honorer menjadi pegawai
negeri bagi para pengajar di sekolah ini.
Tiga bulan setelah berita ini disebarluaskan, Pemkab
Kowane mengangkat para guru honorer di Saponda
menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Pewartaan
warga mampu menggeser dunia pewartaan menjadi alat
perubahan sosial.
Kelola Pengetahuan Lokal
Konsumen media cenderung memiliki informasi glo-
bal dibanding informasi lokal. Mereka mampu menyebut-
kan nama sungai terbesar di dunia dibanding nama sungai
di desanya. Lalu, lahirlah generasi yang tercerabut dari
pengetahuan lokalnya. Kenyataan ini digambarkan secara
apik oleh W.S. Rendra dalam puisinya Sajak Seonggok
Jagung yang ditulisnya pada 1975.
................
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan bila hanya akan membuat
seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong sese-
orang menjadi layang-layang di ibukota kikuk pulang ke dae-
rahnya?
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi,
ilmu kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia
pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi!”
..............
17
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Sejumlah simulasi yang dilakukan penulis menunjuk-
kan sebagian besar warga mulai acuh dengan lingkung-
annya. Pewartaan warga mengajak warga menengok kem-
bali pengetahuan-pengetahuan yang dekat dengan ling-
kungan mereka. Lewat pewartaan warga, banyak khasanah
lokal muncul ke ruang publik.
Widarto menulis makanan tradisional Gholak. Kini,
makanan khas Desa Serut, Kecamatan Kuwarasan, Kabu-
paten Kebumen hanya tersedia di satu tempat. Perhatikan
kutipan berikut ini:
Makanan yang berbentuk angka delapan dengan panjang
12-15 cm dan diameter 4-6 cm ini terbuat dari tepung krekel.
Tepung krekel adalah sebutan untuk tepung singkong yang
telah dijemur. Tepung krekel dicampur dengan parutan kelapa,
dibentuk angka delapan, lalu digoreng.
Gholak cocok dimakan dengan gethuk dan secangkir teh
atau kopi panas. Rasanya yang gurih membuat lidah terus
bergoyang. Apalagi ditemani dengan alunan macapat di pagi
hari.
Mia adalah pewarta warga Desa Kertosari yang sering
mengunggah kegiatan adat di desanya. Kertosari yang
terletak di lereng Gunung Semeru, masuk wilayah Keca-
matan Pasrujambe, Lumajang, tidak pernah melepaskan
adat istiadat nenek moyangnya. Keseharian mereka
diwarnai beragam ritual adat yang diwariskan secara tu-
run-menurun. Simak petikan tulisan warta sedekah desa
berikut ini:
18
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Ritual sedekah desa ini diawali dengan kenduri oleh seluruh
warga di perempatan jalan desa. Esok harinya diadakan ruwatan
sehari penuh, lalu ditutup dengan pertunjukan wayang kulit
semalam suntuk.
Warga desa membuat kue untuk memeriahkan acara itu.
Kue dikumpulkan di rumah ketua Rukun Tetangganya masing-
masing. Setelah terkumpul. kue-kue diarak ke balai desa de-
ngan menggunakan amben atau dipan tempat tidur dan
dikumpulkan di balai desa.
Saat sedekah desa segala kegiatan warga sehari-hari
dihentikan. Sekedah desa menjadi hari libur bagi warga Desa
Kertosari.
Berita menarik disampaikan oleh pewarta warga Lom-
bok. Ia menulis perayaan Maulid Adat Wetu Telu yang
dilakukan di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Lombok Utara. Perayaan maulid adat ini dilaksanakan pa-
da Mei minggu kedua, bertepatan dengan 15 Rabi’ul Awal
1430 Hijriyah.
Acara ini disemarakkan oleh permainan Perisaian
(temetian dalam bahasa Bayan) yang berlangsung di mas-
jid kuno, seperti di halaman masjid kuno Dusun Barung
Birak, Desa Sambik Elen; masjid kuno Desa Bayan; mas-
jid kuno Desa Sukadana dan Desa Anyar. Perhatikan kutip-
an berikut ini:
Permainan tradisional Suku Sasak ini dilakukan oleh dua pe-
tarung yang menggunakan rotan sebagai pemukul lawan serta
perisai (ende) terbuat dari kulit kerbau. Sementara itu, pekem-
bar berfungsi sebagai wasit sekaligus pendukung bagi petarung.
19
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Acara perisaian berlangsung semalam suntuk dalam suasana
temaram sinar bulan purnama. Suasana menjadi semakin hidup
oleh iringan musik gamelan yang ditabuh bertalu-talu.
Beberapa wanita membimbing bocah kecil dan gadis remaja
memukul dua gong musik tradisional, lalu melamparkan ayam
baker dan sejumlah uang ke arah sekaha (penabuh).
Kepewartaan warga menjadi alat untuk menggali
segala potensi yang ada di sekeliling warga. Kepewartaan
warga juga melatih orang untuk perhatian pada pe-
ngembangan pengetahuan lokal.
Pelihara Politik Ingatan
Tanpa dukungan dokumentasi, pelbagai peristiwa
cepat terlupakan. Akibatnya kehidupan warga, seperti
keledai sebab dia sering terjatuh dalam lubang yang sama.
Pewartaan warga merupakan metode mendokumen-
tasikan peristiwa yang ada di masyarakat. Pewartaan
warga menjadi penjaga ingatan sehingga warga mampu
mengkritisi peristiwa-peristiwa yang memiliki kecende-
rungan yang sama. Meminjam istilah Milan Kundera, pe-
wartaan warga adalah politik memelihara ingatan dan
melawan lupa.
Pewarta warga korban lumpur PT Lapindo di Sidoarjo
yang tergabung dalam Radio Komunitas Suara Porong
(RSP) memiliki cara unik untuk menjaga ingatan warga
atas tragedi bencana lumpur yang menimpa warga
Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jambon. Mereka
menamai program siaran dengan istilah mengingatkan
20
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
pendengarnya pada biang kerok bencana lumpur, yakni
Lapindo.
Seperti terpampang di jadwal siaran, ada program
siaran bernama Lapindo, singkatan dari Lagu Pop Indo-
nesia. Program ini berisi siaran musik pop terkini diselingi
dengan pembacaan pesan dari pendengar lewat layanan
pesan pendek (short messeage service atau sms). Lapindo
disiarkan pukul 08.00-10.00 dari Senin sampai Jumat.
Tina, pewarta warga Gentasari menuliskan nasib
desanya, Gentasari, Kecamatan Kroya, Cilacap, dengan
gaya satir (28/11/2008).
Reputasi jamu asal Desa Gentasari hancur oleh ulah sejumlah
orang yang berlaku lancung. Mereka menggunakan aneka obat
kimia agar jamu buatannya bereaksi cepat pada pemakainya.
Umumnya, peramu obat kimia menggunakan obat penghilang
pusing, memacu nafsu makan, dan obat tidur.
Cara ini terbukti menghancurkan tradisi meramu jamu
tradisional yang telah berlangsung ratusan tahun. Karena nila
setitik, rusak susu sebelanga. Kini, tradisi dan pondasi usaha
jamu tradisional warga Desa Gentasari hancur oleh segelintir
orang yang ingin mengeruk kekayaan secara cepat.
Pewartaan warga mampu menjadi alat memelihara
ingatan warga. Warga bisa melakukan temu kembali
informasi sehingga pelbagai kejadian masa lalu bisa
diingat kembali secara mudah[::]
21
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 2KELAYAKAN BERITA
Sebelum menerbitkan sebuah berita, pewarta harus
bertanya pada dirinya, apakah berita yang ingin ia tulis
dibutuhkan oleh pembaca?
Setiap pewarta paham tidak semua peristiwa layak
diberitakan. Dalam dunia pewartaan warga sekalipun ada
ukuran yang harus dipenuhi supaya suatu peristiwa layak
diberitakan. Ukuran layak atau tidak suatu peristiwa
diberitakan sering disebut dengan kriteria kelayakan
berita.
Pada dunia pewartaan warga sepakat hanya peristiwa
publiklah yang boleh disebarluaskan. Peristiwa publik
adalah peristiwa yang memiliki keterkaitan dengan
khalayak umum, seperti kecelakaan lalu-lintas akibat jalan
yang licin, kenaikan harga bahan pokok, dan penyebaran
penyakit yang berbahaya.
Lawan kata dari peristiwa publik adalah peristiwa
privat. Peristiwa privat adalah peristiwa yang tidak
berhubungan dengan publik, seperti rahasia pribadi
22
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
seseorang, perselisihan dalam rumah tangga, kesukaan,
dan peristiwa lain yang tak berhubungan dengan kepen-
tingan publik.
Hubungan suami-istri di keluarga adalah masalah
privat. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara si suami
dan si istri itu urusan pribadi mereka. Namun, apabila si
suami melakukan penyekapan, pemukulan, dan kekerasan
terhadap istrinya, maka peristiwa itu berubah menjadi
peristiwa publik. Tindakan pemukulan termasuk tindakan
yang dikategorikan melawan hukum.
Tidak semua peristiwa publik layak diberitakan. Suatu
peristiwa layak diberitakan apabila peristiwa tersebut
mengandung sesuatu yang penting atau sesuatu yang me-
narik. Ukuran mengenai apa yang penting atau apa yang
menarik bisa berbeda bagi setiap pewarta, komunitas,
maupun pembaca. Namun, secara umum peristiwa yang
dianggap memiliki nilai berita adalah yang mengandung
salah satu atau beberapa unsur berikut ini:
Kedekatan
Peristiwa yang dekat dengan pewarta atau khalayak
media layak disebarluaskan. Kedekatan peristiwa bisa
diukur secara fisik maupun emosional. Kedekatan secara
fisik diukur dari jarak geografis, peristiwa yang dekat da-
pat dirasakan secara langsung oleh pembaca.
Kedekatan emosional diukur lewat hubungan ke-
tertarikan, minat, dan kepedulian. Kedekatan emosional
bisa mengabaikan jarak geografis, biasanya kedekatan
23
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
jenis ini terbentuk karena persamaan dan solidaritas
kepercayaan, kebudayaan, kesukuan, profesi, minat, dan
kepentingan. Perhatikan contoh berikut ini:
KEDEKATAN PENJELASAN
Jarak Kebakaran yang terjadi di Kampung Cilimus,
Desa Hurun bagi pewarta Radio Gema Lestari,
Pesawaran, Lampung memiliki lebih memenuhi
kriteria kedekatan dibanding kebakaran yang
menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta.
Emosional Perampasan peralatan siar milik Radio Ninanta
di Dusun Montong Gedeng, Desa Ketangga,
Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur
oleh Balai Monitoring setempat lebih memiliki
kedekatan dibanding perampokan yang me-
nimpa Camat sebab jaringan Suara Komunitas
terdiri dari radio-radio komunitas.
Berakibat Pada Banyak Orang
Peristiwa yang akan menimbulkan dampak pada orang
banyak layak diberitakan. Kenaikan harga bahan bakar
minyak dan pemberlakuan undang-undang perpajakan
yang baru memiliki dampak langsung pada kehidupan
khalayak sehingga penting diberitakan. Selain itu, berita
adanya bahaya yang mengancam kehidupan manusia,
seperti tindak kekerasan, bencana alam, dan penyakit juga
layak diberitakan.
24
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
DAMPAK PENJELASAN
Fisik Peristiwa kecelakaan, kebocoran reaktor nuklir,
wabah penyakit, banjir, gempa bumi, demam
berdarah, penggusuran, dan lain-lain
Ekonomi Peristiwa kemiskinan, kenaikan bahan bakar
minyak, pemutusan hubungan kerja, kenaikan
harga, nilai tukar rupiah, penjualan aset negara,
dan lain-lain.
Budaya Peristiwa upacara adat, dialog antarbudaya,
kolaborasi pertunjukan, dan lain-lain.
Sosial Peristiwa diskriminasi keagamaan, konflik sosial,
dan lain-lain.
Psikis Peristiwa trauma, kecemasan, teror, konflik, dan
lain-lain.
Kebaruan
Peristiwa yang baru terjadi atau diketemukan penting
disebarluaskan. Kriteria baru bisa berbeda-beda tergan-
tung periode terbit media, seperti harian, mingguan, dwi-
mingguan, dan bulanan.
Peristiwa lampau juga layak dianggap baru bila
memiliki keterkaitan yang erat dengan kondisi kekinian.
Misalnya, pada pemberitaan Pemilihan Umum (Pemilu)
2009 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Pemilu 2004,
dan Pemilu 1999. Ketiganya memiliki hukungan, yaitu
Pemilu yang diselenggarakan setelah kejatuhan kepemim-
pinan Soeharto.
25
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Manusiawi
Peristiwa yang memberikan sentuhan perasaan bagi
pembaca penting diberitakan. Peristiwa yang memancing
empati biasanya menyangkut orang biasa dalam situasi
luar biasa. Pemberitaan peristiwa ini akan menyentuh
perasaan kemanusiaan khalayak pembaca untuk berem-
pati pada subjek berita.
Hiburan
Hiburan diperoleh dari pemberitaan tentang
peristiwa yang menggugah perasaan karena sifat
manusiawi yang terkandung di dalamnya. Sesuatu yang
menggugah perasaan itulah yang menyebabkan berita
menarik dibaca sekalipun tidak bermanfaat langsung bagi
kepentingan pembaca.
Tindakan dan Pengembangan Diri
Peristiwa yang menambah pengetahuan pembaca
untuk memperbaiki kedudukan ekonomi atau sosial,
semacam peluang akibat perkembangan perdagangan,
peluang lapangan pekerjaan, atau petunjuk untuk
menambah pendapatan.
Suatu berita tidak harus memenuhi semua kriteria di
atas. Namun, semakin banyak unsur yang melekat dalam
suatu peristiwa, maka nilai beritanya semakin tinggi.
Peristiwa sebaiknya dikemas secara menarik, misalnya
ditulis dengan gaya bercerita, baik yang lucu atau meng-
26
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
harukan, sehingga mengundang minat banyak orang.
Ada beberapa hal yang direkomendasikan sebagai
pertimbangan dalam penentuan kelayakan berita, yaitu:
1. Tulisan pewarta bukan hasil plagiat;
2. Pewarta harus menghindari penggunaan sumber
anonim;
3. Pewarta dilarang melakukan tindakan pelecehan,
baik dalam kegiatan pewartaan maupun kegiatan
nonpewartaan;
4. Kerja pewartaan sebesar-besarnya untuk pening-
katan mutu kehidupan warga atau komunitas.
27
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 3PELIPUTAN
Peliputan adalah salah satu kegiatan pewartaan yang
paling penting. Lewat kegiatan peliputan, pewarta
mencari fakta, baik peristiwa yang dapat ia saksikan sendiri
maupun peristiwa yang tidak dapat dia disaksikan.
Saat peliputan, pewarta mengumpulkan fakta-fakta
yang bertebaran, lalu memilahnya, mana yang penting
dan mana yang tidak penting. Berhasil atau tidaknya suatu
peliputan peristiwa tergantung cara pengumpulan fakta,
pengenalan ragam peristiwa, serta bagaimana mengha-
dapi objek liputan.
Ketika mengumpulkan fakta di lapangan, pewarta
warga harus bertanya apakah fakta yang diperolehnya
dapat dipercaya? Pewarta perlu mempunyai alat agar ia
tidak begitu saja beranggapan setiap fakta yang ia per-
oleh itu telah benar atau lengkap. Alat itu adalah sikap
skeptis.
Menurut Ishwara (2005:2), pewarta harus menerap-
kan sikap skeptis agar mampu memilah fakta-fakta yang
28
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
mereka temui di lapangan. Sikap skeptis adalah sikap
untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragu-
kan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian
agar tidak mudah ditipu.
Pewarta warga adalah mata dan telingga publik, ia
melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan
warga. Pewarta warga berusaha mendorong terciptanya
perubahan sosial sebab dirinya bukan sekadar penyalur
informasi, tapi juga menjadi fasilitator, penyaring, dan
pemberi makna atas informasi.
Pertanyaan Peliputan
Setiap berita selalu mengungkap fakta-fakta tentang
peristiwa yang terjadi di tengah kehidupan pembaca.
Peristiwa itu sendiri selalu menyangkut manusia dan alam.
Peristiwa bisa terjadi karena interaksi antarmanusia, se-
perti antarindividu, antara individu dan kelompok,
antarkelompok atau karena interaksi antara manusia dan
alam. Berita mengungkap fakta-fakta tentang interaksi
tersebut, seperti apa peran, tindakan, dan reaksi terhadap
tindakan manusia atau alam di dalam suatu peristiwa.
Pembaca bersedia membaca berita yang disebar-
luaskan oleh pewarta karena mereka memercayai pe-
warta. Berita dianggap menarik apabila pewarta menya-
jikan fakta sebagai jawaban atas pertanyaan tentang
peristiwa yang muncul dibenak pembaca. Oleh karena
itu, saat meliput peristiwa pewarta harus mengajukan
pertanyaan pokok seperti yang diandaikan oleh pembaca.
29
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Secara umum, pertanyaan-pertanyaan yang penting
ingin didapatkan oleh pembaca antara lain:
1. Apa yang terjadi?
Jelaskan apa yang peristiwa yang terjadi secara
gamblang. Peristiwa harus kongkret, hindari
penyebutan peristiwa yang bersifat umum.
Contoh:
Kecelakaan lalu-lintas (salah)
Sepeda motor menabrak sepeda (benar).
2. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam peristiwa?
Dapatkan nama lengkap dari orang-orang yang
terlibat, jangan lupa cek ejaannya untuk ketelitian.
Contoh:
Soekarno apa Sukarno
Dandi apa Dandy
Akhmad apa Ahmad
Sumawikarta apa Sumowikarto
3. Kapan peristiwa terjadi?
Catatlah hari dan waktu terjadinya peristiwa secara
rinci.
Contoh:
Senin, 17 Januari 2009 pukul 15.30 (benar)
Senin, 17 Januari 2009 sore (salah)
4. Di mana peristiwa terjadi?
Dapatkan lokasi kejadian dan gambarkanlah.
30
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Contoh:
Timbulharjo, Sewon, Bantul
Karangbajo, Bayan, Lombok Utara
5. Mengapa atau apa sebab peristiwa terjadi?
Carilah data penyebab kejadian secara lengkap. Bila
perlu temui narasumber-narasumber yang paham
atas peristiwa untuk mendapatkan penyebab yang
sahih, bukan sekadar kira-kira.
6. Bagaimana peristiwa terjadi?
Cari lebih banyak informasi tentang bagaimana pe-
ristiwa terjadi. Biasakan Anda membuat catatan
urutan peristiwa atau kronologisnya.
Pertanyaan-pertanyaan di atas digunakan oleh
pewarta warga untuk mengumpulkan fakta seluas-
luasnya. Setiap peristiwa biasanya mengandung informasi
yang menjawab keenam pertanyaan di atas.
Setiap fakta yang diperoleh sebagai jawaban atas
salah satu pertanyaan tersebut sebaiknya selalu diuji
kelayakannya oleh pewarta. Misalnya, ada peristiwa ke-
celakaan. Informasi semacam itu tidak jelas, sebab menim-
bulkan pertanyaan baru, kecelakaan apa? Kalau dijawab
kecelakaan lalu-lintas, masih kurang jelas, kecelakaan lalu-
lintas apa? Lebih informatif kalau jawaban yang diper-
oleh adalah tabrakan bus dan sepeda motor atau bus
menyerempet sepeda motor.
31
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Cara Peliputan
Cara meliput ada bermacam-macam, seperti penga-
matan, wawancara, dan penelitian dokumen.
a. Pengamatan.
Pengamatan dipakai bila pewarta warga menyaksikan
peristiwa secara langsung. Ia berada secara fisik di lokasi
kejadian. Pewarta biasanya menggunakan ketajaman inde-
rawinya untuk mengungkap fakta. Pewarta mengum-
pulkan fakta yang bisa dilihat, didengar, dibaui, dirasa,
diraba, ataupun dikecap. Misalnya, pewarta harus meng-
gambarkan postur, wajah, warna kulit, rambut, dan seba-
gainya yang berkaitan dengan kesan penglihatan si jurna-
lis. Suara ditangkap dengan kesan pendengaran. Rasa air
dikenali dengan pengecapan (pencicipan).
Kesan yang diungkapkan disebut paparan faktual. Hin-
dari penilaian subjektif yang dilukiskan dengan kata sifat,
misalnya cantik, pemarah, gagah, dan lain sebagainya.
Kesan yang digambarkan harus benar-benar mengungkap-
kan fakta. Pewarta juga perlu mendapatkan informasi
dengan cara membuka kembali catatan-catatan, doku-
mentasi, buku, dan sebagainya, yang ada hubungannya
dengan peristiwa yang tengah diliput. Persiapan ini pen-
ting agar pewarta tidak sekadar pasif mencatat saja.
b. Wawancara
Wawancara artinya pertemuan tatap muka. Wawan-
cara melibatkan interaksi verbal antara dua orang atau
32
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
lebih. Wawancara digunakan untuk memperoleh fakta
tentang apa yang dialami, apa yang dilihat, atau apa pen-
dapat maupun harapan seseorang berkaitan dengan suatu
peristiwa.
Wawancara selalu dilakukan terhadap beberapa pi-
hak. Misalnya, pada peristiwa penggusuran pedagang kaki
lima, ada pihak yang menggusur (Satuan Polisi Pamong
Praja), ada pihak yang digurus (pedagang kaki lima), dan
pembeli atau warga sekitar kejadian. Untuk memperoleh
fakta yang lengkap tentang penggusuran maka pewarta
perlu mewawancarai ketiga pihak tersebut.
Saat wawancara ada tiga hal pokok yang perlu dita-
nyakan oleh pewarta, yaitu kesan indrawi, atribut, dan pen-
dapat narasumber. Kesan indrawi diperlukan sebab pewarta
belum tentu menyaksikan peristiwa secara langsung.
Atribut seseorang diperlukan untuk memberikan
gambaran pada pembaca sehingga siapa narasumber yang
diwawancarai dan di mana posisi narasumber saat ter-
jadi peristiwa. Atribut yang umum digunakan adalah
nama, usia, status , dan hubungan dengan pihak-pihak
yang terkait dengan peristiwa.
Pendapat narasumber bisa berbentuk opini, harapan,
cita-cita, dan aspirasi. Semua itu dapat digali saat wawan-
cara. Misalnya pada peristiwa penggusuran, apakah peda-
gang nasi gudeg lesehan akan mengadu ke kepolisian
atau tidak, apa harapan pelanggan nasi gudeg setelah
peristiwa penggusuran, apa pendapat warga setempat,
bagaimana pendapat Satuan Polisi Pamong Praja.
33
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
c. Penelitian Dokumentasi
Penelitian dokumen digunakan untuk mendapatkan
fakta tertulis, baik berupa angka (jumlah, besaran), tabel,
bagan, maupun teks (tulisan, surat perjanjian, surat ke-
putusan). Fakta seperti ini akan digunakan untuk mem-
perjelas atau sebagai bukti pendukung dalam pengung-
kapan peristiwa. Fakta-fakta dokumen tidak bisa diguna-
kan begitu saja. Misalnya, data berbentuk tabel perlu
diinterpretasikan lebih dahulu. Pada dokumen teks perlu
diperhatikan sumbernya. Sumber harus harus memiliki
otoritas atas fakta itu.
Pahami Ragam Peristiwa
Agar pewarta mudah mengumpulkan dan mencari
fakta tentang suatu peristiwa maka ia harus memahami
ragam peristiwa. Pengetahuan ragam peristiwa akan me-
mudahkan bagaimana teknik meliput yang diterapkan.
Peristiwa dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu
peristiwa momentum, peristiwa teragenda, dan peristiwa
fenomena.
1. Peristiwa Momentum
Peristiwa momentum adalah peristiwa yang terjadi
tiba-tiba, tidak disangka-sangka. Nilai aktualitas peristiwa
jenis ini tinggi karena ciri-cirinya yang terjadi secara tiba-
tiba. Apabila peristiwa itu penting diketahui oleh pembaca
maka pewarta harus meliput dan memberitakannya
sesegera mungkin. Meskipun peliputan dilakukan dengan
34
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
tergesa-gesa. Namun, pewarta harus tetap cermat, con-
tohnya, kecelakaan, banjir, perampokan, tabrakan, sakit,
dan lain-lain.
Peristiwa momentum menjadi andalan bagi pewarta
warga. Jumlah pewarta media arus utama sangat terbatas.
Mereka tidak memiliki pewarta maupun kontributor berita
di setiap kota. Akibatnya, pewarta media arus utama se-
lalu datang beberapa saat setelah peristiwa terjadi. Seba-
liknya, pewarta warga ada di mana-mana. Mereka dapat
mendokumentasikan dan menuliskan kejadian sesegera
mungkin dengan alat-alat yang tersedia. Dalam banyak
peristiwa, video amatir lebih mampu merekam peristiwa
dibanding pewarta media arus utama.
2. Peristiwa teragenda
Peristiwa teragenda adalah peristiwa yang kapan
terjadinya telah diketahui sebelumnya. Meliput peristiwa
teragenda memberi peluang bagi jurnalis untuk melaku-
kan persiapan. Contoh peristiwa teragenda adalah lomba
melukis di balai desa, pertandingan sepakbola antarkam-
pung, pelatihan internet di radio komunitas, dan lain-lain.
Pada peliputan peristiwa teragenda, penulisan berita
tidak semata secara kronologis tapi bisa dilakukan dengan
memilih segi (angle) yang menarik.
3. Peristiwa fenomena
Peristiwa fenomena terdiri atas sejumlah kejadian
yang menggejala. Belum tentu antara satu peristiwa dan
35
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
peristiwa lainnya tampak pertautan yang jelas. Peristiwa
bisa bermunculan di sejumlah tempat yang tersebar dan
mencuat pada waktu yang berbeda sehingga seolah
berdiri sendiri. Setelah frekuensi kemunculannya semakin
tinggi, baru mudah melihatnya sebagai fenomena. Se-
ring kali gejala itu berlangsung tanpa pertanda yang tegas
karena terabaikan.
Pewarta warga harus menafsirkan hubungan
antarperistiwa sebelum dapat memahaminya sebagai
suatu fenomena. Meliput fenomena memerlukan
pendalaman masalah, kesabaran, kecermatan, kepekaan,
dan sikap kritis. Oleh karena itu, peliputan peristiwa
fenomena sering menghasilkan laporan mendalam.
Saat Peliputan
Agar mendapat hasil liputan yang baik, pewarta harus
memperhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Membuat garis besar liputan
Membuat garis besar liputan (outline) adalah langkah
penting sebelum meliput. Garis besar liputan membantu
pewarta untuk fokus pada penelusuran sumber utama pe-
ristiwa. Apapun teknik liputan yang digunakan—penga-
matan, wawancara, maupun penelitian dokumentasi—
garis besar liputan membimbing pewarta dari kebingung-
an akibat terlalu banyak fakta dan dokumen yang ia kum-
pulkan. Pewarta tidak akan kehabisan kata-kata dan tu-
lisannya enak dibaca dan mudah dicerna.
36
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
2. Mengecek peralatan liputan
Sebelum melakukan peliputan, pewarta perlu
mengecek kembali apakah peralatan dan fungsi alat masih
baik. Kata pepatah, “peristiwa yang sama tidak muncul
dua kali”. Sangat disayangkan apabila pewarta menyia-
nyiakan peristiwa karena alat yang dibutuhkan lupa ter-
bawa atau tidak bisa bekerja sesuai dengan fungsinya.
3. Kumpulkan informasi dengan tepat
Kesalahan dalam dunia pewartaan disebabkan oleh
kelalaian atau kesembronoan yang tidak disengaja.
Seorang pewarta tidak punya waktu cukup untuk
mengecek informasi yang tuliskannya sehingga ia salah
menulis sumber berita.
Bujono dan Hadad [ed.] (1996: 25-26) memberikan
trik untuk mencegah dan menghindari kesalahan-kesalahan
saat mengumpulkan fakta sebagai berikut:
a. Bila Anda mewawancarai seseorang, tanyakan na-
manya, umurnya, alamatnya, dan nomor telepon-
nya. Setelah menumpulkan informasi, ejalah nama-
nya dan bacakanlah alamat dan nomor teleponnya
sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor
telepon tidak ditulis dalam cerita, tapi pewarta harus
mempunyainya untuk mengadakan kontak dengan
sumber berita itu.
b. Bila nama, umur, dan alamat dari tangan kedua,
harap dicek pada buku telepon. Anda harus mengeja
namanya, menyebut umurnya, tanyakan pada
37
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
sumber berita untuk membetulkannya.
c. Jangan sekali-kali beranggapan Anda mengetahui
semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap
informasi yang penting. Misalnya, karena dekat de-
ngan narasumber di kantor desa, Anda tentu hafal
dengan gelar dan jabatan seseorang di kantor itu.
Tapi apabila Anda ragu, maka hubungilah nara
sumber secara langsung.
d. Bila tulisan Anda menyangkut materi yang rumit,
pastikan dulu Anda mengetahui hal itu. Jangan sam-
pai pewarta menulis suatu istilah teknis sedangkan
dirinya tidak tahu.
Menghadapi Pihak-pihak dalam Peliputan
Di setiap peristiwa ada pihak-pihak yang berhubung-
an. Semua pihak berkepentingan dalam situasi tersebut,
sebab kepentingan pihak-pihak itulah yang antara lain
menyebabkan terjadinya peristiwa. Saat peliputan, pihak-
pihak itu sering menjadi sumber informasi.
Sebagai contoh, jika ada pemukulan, maka pewarta
akan berhubungan dengan pihak pemukul, korban, dan
saksi. Ada kemungkinan saat diwawancarai, baik si pe-
mukul maupun korban, cenderung akan memberi jawaban
yang membela kepentingan masing-masing. Di satu sisi
mereka akan membela diri, di sisi lain menyalahkan pihak
lain. Saksipun mungkin saja cenderung membela salah
satu pihak. Bahkan bukan mustahil salah satu pihak akan
mempengaruhi pewarta agar menulis berita yang
38
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
membela kepentingan sendiri
Kondisi semacam ini harus disikapi oleh pewarta se-
cara cermat. Pewarta dituntut memberitakan secara
objektif. Karena itu, pewarta harus menerapkan prinsip
meliput tanpa pandang bulu, kejujuran, keseimbangan,
tidak memihak, menjunjung tinggi etika profesi, dan
memegang teguh janji.
1. Tanpa pandang bulu
Pewarta warga harus meliput kedua belah pihak
tanpa pandang bulu (cover both side). Cara ini meng-
hasilkan fakta yang lengkap, objektif, dan benar. Fakta
suatu peristiwa yang melibatkan dua pihak atau lebih
dapat disebut lengkap apabila fakta dari setiap pihak
ditampilkan. Teknik ini membuka peluang bagi pewar-
ta untuk melakukan cek dan cek ulang. Fakta yang
diperoleh dari pihak pertama tidak hanya dicek ulang
pada pihak tertentu, tapi dibandingkan dan dicek
ulang terhadap fakta yang diberitakan pihak lain.
2. Kejujuran
Kejujuran artinya saat meliput pewarta harus
menjaga kejujuran baik terhadap fakta maupun
pihak-pihak yang berinteraksi dalam suatu peristiwa.
Jika fakta yang diperoleh tentang satu pihak memang
menggambarkan sisi negatif atau sisi positif keberada-
aan pihak tersebut, semuanya harus diberitakan.
Pewarta tidak boleh memberitakan secara sepihak,
misalnya fakta positif atau fakta negatif saja.
39
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
3. Keseimbangan
Keseimbangan berarti memberikan kesempatan
yang sama. Kesempatan wawancara tidak hanya
diberikan kepada satu pihak saja, melainkan kepada
semua pihak. Keseimbangan tidak boleh dimaknai
secara sempit, dalam pengertian kalau yang satu diwa-
wancarai satu jam atau hasil wawancara ditulis satu
alenia, maka yang lain demikian pula. Keseimbangan
merupakan upaya untuk memberikan kesempatan
yang adil.
4. Tidak Memihak
Tidak memihak berarti pewarta tidak boleh
memasukkan pendapat pribadi, emosi (dalam
pengertian rasa suka atau rasa tidak suka terhadap
seseorang atau kelompok). Kemukakan informasi
secara objektif berdasarkan data yang diperoleh di
lapangan.
5. Menjunjung etika profesi
Menjunjung etika profesi merupakan hal yang
perlu selalu ditanamkan sebagai sikap pewarta saat
peliputan. Etika profesi yang berasal dari kode etik
pewartaan yang disusun oleh profesi pewarta.
6. Memegang teguh janji
Ada kalanya sumber informasi tidak ingin namanya
disebut meskipun yang bersangkutan bersedia mema-
parkan fakta yang dimiliki. Dalam dunia perwartaan
disebut dengan istilah not for atribution. Sejauh alas-
an itu dapat diterima, misalnya bisa membahayakan
40
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
dirinya (bisa ancaman kehidupan atau karir), permin-
taan itu harus dipenuhi. Demikian pula permintaan
tidak untuk diberitakan atau off the record. Namun
pewarta harus bersikap kritis terhadap permintaan
semacam itu, mempertanyakan sungguh-sungguh
alasan di balik permintaan itu.
41
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 4TEKNIK WAWANCARA
Selain pengamatan peristiwa di lapangan, informasi
bisa didapatkan dari kegiatan wawancara. Wawancara di-
gunakan dalam meliput peristiwa-peristiwa yang bersifat
momentum. Pada peristiwa jenis ini, pewarta kadang tidak
menyaksikan detik-detik peristiwa berlangsung atau
menyaksikannya tetapi tidak secara utuh. Biasanya, pe-
warta melakukan serangkaian wawancara untuk menge-
tahui urutanperistiwa atau untuk menggali keterangan
yang lebih dalam dari sumber lain yang sesuai.
Melalui wawancara, pewarta memperoleh informasi
atau keterangan yang berupa pendapat, kesan, penga-
laman, dan pikiran. Informasi tersebut digunakan untuk
melengkapi tulisan sehingga pewarta bisa menyajikan
berita yang memadukan antara fakta dan pendapat.
Untuk menggali keterangan atau informasi dari
narasumber, wawancara tidak bisa dianggap sekadar
sambil lalu. Wawancara yang direncanakan secara khusus
42
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
akan memberikan nilai tambah, terlebih apabila sumber-
nya memiliki keistimewaan atau pendapat yang dikemuka-
kannya memberikan pemahaman baru.
Persiapan Wawancara
Untuk melakukan wawancara, pewarta perlu mem-
persiapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan wawancara, pewarta warga ha-
rus menguasai persoalan yang akan dibicarakan. Bila
perlu, buatlah daftar pertanyaan dari yang bersifat
umum hingga pertanyaan yang sangat rinci.
2. Setelah yakin menguasai persoalan, tentukan arah per-
masalahan yang akan digali. Lengkapi bahan wawan-
cara dengan sejumlah informasi yang terkait dengan
tema wawancara.
3. Setelah menentukan permasalahan, tetapkan siapa
saja yang akan menjadi narasumber untuk diwawan-
carai. Jelaskan, alasan mengapa pewarta harus me-
wawancarai narasumber tersebut.
4. Kenali sifat-sifat narasumber sebelum wawancara.
Untuk mengenali lebih dekat narasumber, bertanya
kepada orang lain yang tahu atau dekat dengan nara-
sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup,
termasuk kegemaran, keluarga, dan lainnya.
5. Sebelum bertatap muka, buatlah janji dahulu untuk
meminta dan menentukan kapan waktu yang luang
dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena
43
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
biasanya sumber berita memiliki kesibukan yang tidak
bisa diganggu.
6. Siapkan mental untuk mengadakan wawancara ka-
rena setiap individu memiliki sifat-sifat yang berbeda-
beda sehingga diperlukan membaca sifat-sifat calon
narasumber sebelum melakukan wawancara.
7. Persiapan peralatan yang diperlukan antara lain, buku
tulis, pena, perekam suara, dan kamera bila diperlu-
kan.
Persiapan-persiapan di atas sebaiknya mendapat per-
hatian serius dari pewarta. Melalui persiapan yang ma-
tang, ia akan mampu menggali sumber berita atau infor-
masi yang diperlukan untuk mengembangkan berita. Un-
tuk mendapatkan hasil yang baik, pewarta harus mene-
mukan orang yang memiliki keahlian dengan permasa-
lahan yang akan menjadi tema wawancara. Misalnya,
untuk menggali informasi radio komunitas tidak bisa
mengambil narasumber dari praktisi radio niaga. Cara
pandang pegiat radio komunitas dan niaga jelas berbeda.
Kalau sudah ada janji wawancara dan waktunya
sudah ditentukan maka pewarta harus menepatinya.
Wawancara bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun,
asalkan dalam kondisi yang serba mendadak. Penguasaan
masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang
didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita
yang diharapkan.
44
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Saat Wawancara
Pada saat wawancara, pewarta perlu memperhatikan
hal-hal berikut ini:
1. Menjaga Suasana
Saat wawancara ciptakanlah suasana santai sehingga
komunikasi tidak terkesan kaku. Meskipun tema yang
dibahas serius, suasana nyaman harus tetap dijaga. Sebe-
lum memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak
kalau dibuka dengan hal-hal yang umum, misalnya, soal
keadaan narasumber, baik itu masalah kesehatan,
kegemaran, dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati.
Lakukan basa-basi secukupnya untuk menarik simpati
agar narasumber tidak terlalu pelit dengan pernyataan.
Namun, apabila waktu untuk wawancara sangat terbatas,
pewarta bisa mengabaikannya. Itu pun harus dibicarakan
sebelum wawancara.
2. Bersikap Wajar
Pewarta bisa berhadapan dengan narasumber yang
benar-benar pakar, namun tidak jarang yang dihadapi
tidak menguasai persoalan. Pewarta tidak perlu rendah
diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber. Pewarta
harus bisa mencegah supaya narasumber tidak bercera-
mah, karena itu ia perlu persiapan menghadapi pelbagai
sifat ini.
Selain persiapan wawancara, pewarta juga perlu
menguasai materi. Pandai-pandailah membawakan diri
agar tidak direndahkan. Apabila menghadapi narasumber
45
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
yang tidak menguasai masalah, pewarta bisa mengarah-
kan tetapi tanpa harus menggurui sehingga inti persoalan
bisa tergali.
3. Memelihara Situasi
Dalam wawancara pewarta harus pandai memelihara
situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan.
Hindari situasi perdebatan dengan narasumber, apalagi
kesan menginterograsi atau menghakimi.
Misalnya, ada wawancara dengan kepala desa yang
diduga menyelewengkan dana bantuan desa. Pewarta
tidak boleh langsung bertanya, apakah narasumber
melakukan korupsi? Itu akan menimbulkan ketegangan,
cobalah bertanya, jelaskan bagaimana Anda membelan-
jakan dana bantuan desa?
Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara
harus mampu mencari celah agar mendapatkan informasi
yang lebih jelas.
4. Menjaga Pokok Persoalan
Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam
setiap wawancara agar mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya. Untuk menjaga situasi ada anjuran pewarta
harus mengikuti apa yang dikatakan narasumber. Meski
harus mengikuti pembicaraan narasumber, diharapkan
tidak lari dari pokok persoalan. Berusahalah memperta-
jam pokok masalah agar tetap mendapatkan informasi
yang dibutuhkan.
46
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih
jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya
memang bercerita tentang lingkungan tetapi di tengah-
tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyim-
pang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka
yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan.
5. Kritis
Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara
agar mendapat informasi yang lebih rinci dan lengkap.
Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap persoalan
yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang
dikembangkan.
Jeli dan kritis berkaitan dengan kemampuan pewarta
menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan
oleh narasumber. Kekritisan tersebut tidak hanya me-
nyangkut pokok persoalan, tetapi juga menangkap
gerakan-gerakan narasumber.
Pewarta bisa meluruskan data bila narasumber salah
mengungkapkannya, baik itu tentang angka, tempat
kejadian, dan sebagainya. Kalau perlu ketika narasumber
sedang memberikan keterangan dalam keadaan gelisah,
hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa
dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca
mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering.
5. Sopan Santun
Dalam wawancara, sopan santun perlu dijaga, karena
47
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
ini menyangkut etika pergaulan di dalam masyarakat yang
harus diperhatikan dan dipegang teguh. Kendati sudah
mengenal betul narasumber, pewarta dilarang bersikap
sembarangan, sombong, atau perilaku yang tidak
simpatik lainnya.
Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa
mengucapkan terima kasih kepada narasumber. Karena
telah memberikan kesempatan dan mendapatkan
informasi dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara
pesanlah kepada narasumber untuk tidak keberatan dihu-
bungi bila ada data masih kurang.
48
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 5PENULISAN BERITA
Menulis berita merupakan kegiatan utama pewarta
warga. Untuk mempelajari teknik penulisan dapat dimulai
dengan mengenali unsur-unsur yang membangun sebuah
tulisan. Tulisan terdiri judul, teras berita, tubuh berita,
dan penutup. Namun, belajar menulis berita itu seperti
belajar naik sepeda. Pewarta warga tidak sekadar belajar
teorinya, tapi harus mencoba dan terus mencobanya.
Bahan baku berita adalah hasil peliputan. Fakta-fakta
yang diperoleh dari peliputan dituliskan secara runtut
sehingga enak dibaca. Kriteria enak dibaca harus dipenuhi
agar seluruh berita dibaca oleh pembaca.
Judul Berita
Judul biasanya terdiri atas satu klausa yang meng-
andung sari informasi yang akan dipaparkan pada tulisan.
Apabila diperluka, judul bisa didampingi informasi tam-
49
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
bahan berupa subjudul. Biasanya subjudul ditempatkan
sesudah judul.
Berikut ini pertimbangan-pertimbangan untuk mem-
buat judul:
(a) Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami oleh pem-
baca;
(b) Utamakan kalimat aktif dengan menghilangkan
awalan. Kata-kata berbentuk pasif tidak boleh dihi-
langkan awalannya sebab akan bermakna sebaliknya.
(c) Jangan berupa kalimat, karena judul bukanlah kalimat
melainkan klausa.
(d) Hindari penggunaan singkatan yang belum akrab di
masyarakat.
Contoh :
- Warga Bandar Lampung Dirikan Forum RW untuk
Mengawasi Pelayanan Publik (Berbentuk kalimat
dan terlalu panjang, Forum RW bisa dimaknai fo-
rum rukun warga—karena ini yang lebih dikenal
pembaca)
- Awasi Pelayanan Publik Lewat Forum Rembug
Warga. (Berbentuk klausa, singkat).
Teras Berita
Teras berita merupakan bagian penting dalam
penulisan berita. Teras berita harus memikat pembaca.
Tanpa itu, berita tidak menarik perhatian pembaca untuk
melahapnya. Kegagalan menulis teras berita berarti kehi-
langan daya pikat. Pembaca tidak akan membaca tulisan.
50
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Oleh karena itu, pewarta warga harus pandai membuat
dan menyusun kalimat saat membuat teras berita.
Tak ada teori yang baku bagaimana menulis teras beri-
ta. Semua teknik yang diajarkan dalam ilmu jurnalistik
hanya berdasarkan pengalaman dan perkembangan me-
dia massa. Apapun metode yang Anda gunakan harus
menggunakan bahasa yang rapi. Gunakan teknik pan-
cingan yang jitu.
Untuk membantu para pewarta warga menulis berita,
perhatikan contoh-contoh teras berita yang dikutip dari
Suara Komunitas
Ringkasan
Materi yang ditulis adalah inti berita. Teras berita jenis
ini paling banyak digunakan, terutama untuk berita-berita
langsung. Misalnya:
Pagi ini (16/4), warga kampung Pekandangan, Kecamatan
Pubian, Kabupaten Lampung Tengah, dikejutkan oleh temuan
bangkai kambing di kandang milik Salim. Kondisi bangkai
kambing sangat mengenaskan akibat luka cabikan dan gigitan
dari seekor harimau Sumatera.
Setelah pembaca teras berita, pembaca sudah bisa
menebak isi tulisan. Pembaca yang berminat bisa mene-
ruskan membaca, sedangkan yang tak berminat bisa mele-
watkan begitu saja. Teras berita rangkuman efektif digu-
nakan untuk menulis berita langsung. Teras berita jenis
ini membantu para pembaca ingin mengetahui informasi
dalam waktu yang singkat.
51
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Bercerita
Teras berita bercerita menciptakan suatu suasana dan
membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.
Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Misalnya:
Warga Kampung Cilimus, Desa Hurun, Kecamatan Krui,
terlihat cemas. Ada lima ekor ayam dari empat pemilik yang
berbeda mati mendadak sehingga tersebar desas-desus ayam
tersebut terjangkit virus flu burung.
Deskriptif
Teras berita deskriptif memberikan gambaran pada
pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian.
Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis
profil seseorang. Misalnya:
Namanya Kartowinangun, Laki-laki ini berumur 53 tahun.
Dia adalah salah satu pengrajin atap daun rumbia di Desa
Ciklapa, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap. Bersama
istrinya, sejak 1985 ia menggeluti pekerjaan itu sebagai
penghasilan utama keluarga.
Pertanyaan
Teras berita pertanyaan menantang rasa ingin tahu
pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanya-
annya wajar saja. teras berita ini sebaiknya satu alinea
dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea
baru. Misalnya:
Masih ingat Sumanto? Pria yang pernah mendapat julukan
‘manusia kanibal’ tersebut terlihat di sebuah pameran lukisan
di Purwokerto. Tidak sekadar hadir, Soemanto bahkan didapuk
untuk membuka acara tersebut.
52
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Menuding
Teras berita ini berusaha berkomunikasi langsung
dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda”
atau “Saudara”. Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi
bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada
persoalan. Misalnya:
Gagasan otonomi desa yang digembor-gemborkan banyak
kalangan sejak adanya Undang-Undang Pemerintah Daerah
Nomor 32 Tahun 2004, belum menyentuh substansi yang sesung-
guhnya.
Penggoda
Teras berita ini berfungsi untuk sekadar menggoda
dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet
pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris
berikutnya.Teras berita ini juga tidak memberi tahu, cerita
apa yang disuguhkan karena masih teka-teki. Misalnya:
Rumah Sarwa selalu ramai, jika sebelumnya dipadati oleh
para pendengar, sekarang warga berjubel memintanya maju
dalam Pemilihan Kuwu.
Pembaca mulai menebak isi berita. Isi dibuat seperti
teka-teki yang dijabarkan dalam alinea-alinea berikutnya.
Nyentrik
Teras berita nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi
atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh
cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya. Misal:
“Awas banjir dan penyakit musiman datang.”
53
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Membaca teras berita di atas, pembaca tidak bisa
menebak apa isi tulisan. Mereka harus membaca alenia
selanjutnya hingga sampai akhir.
Gabungan
Teras berita gabungan adalah gabungan dari
beberapa jenis teras berita di atas. Misalnya:
“Selamat datang para tamu, terimakasih atas doa restu yang
Anda berikan pada pasangan mempelai.” Seorang penyiar ra-
dio Kemayu FM, Losarang, tengah melakukan siaran dari ru-
mah warga yang mengadakan hajatan pesta pernikahan. Acara
itu direlai ke studio yang berjarak 2 km untuk disiarkan secara
langsung.
Ini gabungan teras berita kutipan dan deskriptif. Teras
berita apa pun bisa digabung-gabungkan.
Tubuh Berita
Tubuh berita merupakan tempat di mana berita terletak.
Dalam tubuh beritalah pembaca dapat mengetahui berita
yang sesungguhnya, dalam arti bukan rangkuman. Ka-
rena tubuh berita menyimpan informasi yang penting,
tubuh berita hendaknya ditulis semenarik mungkin,
sehingga mampu membuat pembaca terus membaca
berita tersebut, namun dengan tetap menjaga keringkasan
berita (karena ruang yang terbatas dalam surat kabar).
Setiap pokok pikiran dipaparkan pada tubuh berita,
didukung alasan yang diperkuat dengan bukti atau
contoh. Tubuh berita terdiri atas sejumlah alinea. Alinea
54
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
disusun runtut, yang berarti ada keterkaitan antara
informasi yang disampaikan pada satu alinea dengan apa
yang disampaikan pada alinea sesudahnya. Keterkaitan
antaralinea itu biasanya dijembatani melalui kata kunci
atau kalimat.
Tubuh berita dapat disusun dengan susunan piramida
terbalik, dengan susunan kronologis, maupun dengan
susunan di mana informasi penting diletakkan di bela-
kang. Selain teknik penyusunan tubuh berita, membuat
berita yang baik juga dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan kesatuan tubuh berita. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengulangi kata-kata kunci; me-
makai kata maupun frase transisi yang tepat serta
menyusun struktur berita dengan benar dan mengalir.
Di samping itu kekuatan tubuh berita dapat pula
dibangun dengan menyertakan kutipan, baik langsung
maupun tidak langsung, dari sumber berita; menyertakan
nama atau jabatan sumber berita; memberi identifikasi
yang jelas tentang siapa sumber berita serta menyertakan
latar belakang berita.
Penutup
Penutup berita merupakan bagian akhir tulisan. Pada
bagian penutup informasi paling akhir disampaikan.
Penutup disusun dalam nada tulisan yang menggam-
barkan pembaca bahwa tidak ada lagi yang disampaikan.
Pada artikel ilmiah atau populer, penutup bisa berupa ke-
simpulan atau saran.
55
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Berita Langsung
Penulisan berita dilakukan dalam format piramida
terbalik. Informasi yang paling penting dituliskan pada
bagian awal, sedang rincian informasi dituliskan pada
bagian sesudahnya. Berita harus menginformasikan
sesuatu yang penting dan perlu sesegera mungkin
diketahui pembaca sehingga cara penulisannya harus
langsung ke persoalan, ringkas, jelas, dan bergaya lugas.
Untuk membuat berita langsung yang cepat dan
lengkap, biasakan Anda menulis garis besar berita dengan
teliti. Berbekal garis besar berita pewarta selalu
memperhatikan unsur apa yang terjadi, di mana
kejadiannya, kapan terjadinya, siapa yang terlibat dalam
kejadian, mengapa peristiwa itu terjadi, dan bagaimana
kejadiannya.
Untuk menyusun fakta-fakta yang Anda temui saat
peliputan, ikutlah 5 LANGKAH berikut ini:
PALING PENTING
PENTING
KURANG
PENTING
56
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
LANGKAH 1
Paragraf pertama disebut dengan teras berita. Teras
berita berisi materi yang paling penting dari peristiwa.
Buatlah paragraf berisi 2-3 kalimat yang memuat unsur
apa kejadiannya, di mana kejadiannya, siapa yang terlibat
dalam kejadian tersebut dan kapan kejadiannya. Misalnya:
Diskusi Kampung (Diskam) menjadi ajang berbagi cerita
bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di
luar negeri. Di Kecamatan Kroya, Cilacap ada 30 TKI bercerita
suka dan duka mereka saat bekerja di luar negeri (13/9/2009).
Apa kejadiannya = Diskusi Kampung
Di mana kejadiannya = Kroya Cilacap
Kapan kejadiannya = 13/9/2009 artinya 13 September 2009
Siapa yang terlibat = TKI di Kroya
LANGKAH 2
Paparkan informasi dalam paragraf pertama dengan
kalimat pernyataan. Lalu, tulislah atribut narasumber dan
pendapatnya. Misalnya:
Diskam adalah kegiatan dua bulanan yang diselenggarakan
oleh Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnetik Cilacap. Me-
nurut Koordinator PTK Mahnetik Cilacap, Akhmad Fadli (32),
lewat Diskam para TKI belajar bersama pelbagai teknik meng-
atasi masalah saat di luar negeri.
57
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
LANGKAH 3
Tulislah kutipan langsung dari narasumber yang
ditemui pada saat peliputan.
“Isu kekerasan, penipuan, pemerasan, dan tindakan diskrimi-
natif yang dialami oleh para TKI bukan isapan jempol. Lebih
dari 80 prosen TKI yang mengikuti Diskam memiliki penga-
laman langsung dengan kondisi itu,” ungkapnya.
LANGKAH 4
Buatlah paragraf penutup.
Setelah Diskam para TKI dan calon TKI diajarkan beragam
teknik menggunakan peralatan komunikasi untuk berbagi cerita.
LAKPESDAM berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kemam-
puan dan keahlian para TKI yang akan berangkat ke luar negeri.
LANGKAH 5
Lalu buatlah judul yang tepat.
TKI Berbagi Cerita Lewat Diskusi Kampung
Lalu, susunlah paragraf yang telah dibuat berdasarkan
urutannya. Maka akan jadi berita seperti berikut ini:
58
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
TKI Berbagi Cerita LewatDiskusi Kampung
Diskusi Kampung (Diskam) menjadi ajang berbagi cerita
bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di
luar negeri. Di Kecamatan Kroya, Cilacap ada 30 TKI bercerita
suka dan duka mereka saat bekerja di luar negeri (13/9/2009).
Diskam adalah kegiatan dua bulanan yang diselenggarakan
oleh Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnetik Cilacap. Me-
nurut Koordinator PTK Mahnetik Cilacap, Akhmad Fadli (32),
lewat Diskam para TKI belajar bersama pelbagai teknik meng-
atasi masalah saat di luar negeri.
“Isu kekerasan, penipuan, pemerasan, dan tindakan diskri-
minatif yang dialami oleh para TKI bukan isapan jempol. Lebih
dari 80 prosen TKI yang mengikuti Diskam memiliki penga-
laman langsung dengan kondisi itu,” ungkapnya.
Setelah Diskam para TKI dan calon TKI diajarkan beragam
teknik menggunakan peralatan komunikasi untuk berbagi cerita.
LAKPESDAM berharap kegiatan ini akan meningkatkan
kemampuan dan keahlian para TKI yang akan berangkat ke luar
negeri. (YS)
59
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Berita Ringan
Penulisan berita ringan tak jauh beda dengan berita
langsung. Berita ringan tidak mengutamakan unsur
penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu
yang menarik. Berita ini biasa ditemukan sebagai keja-
dian yang manusiawi dalam kejadian penting. Kejadian
yang penting tersebut dituliskan sebagai berita langsung,
sedang yang menyangkut unsur manusiawi ditulis seba-
gai berita ringan.
Berdasarkan kejadiannya, berita ringat dibedakan atas
dua jenis. Pertama, berita ringan yang kejadiannya
merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberita-
kan lewat berita langsung. Kedua, berita ringan yang
kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu
peritiwa penting yang bisa dituliskan sebagai berita
langsung. Berita ringan jenis kedua dapat “bertahan” lebih
lama, tidak terikat pada aktualitas. Jenis berita ini
memberikan ganjaran psikologis langsung bagi pembaca-
nya, misalnya keterharuan, kegembiraan, dan sebagainya.
Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian
pada permukaan saja, tidak perlu melacak latar
belakangnya.
Apa saja unsur menarik yang dapat dijadikan materi
untuk penulisan berita ringan? Unsur menarik ini, karena
bukan sesuatu yang penting dan berdampak langsung
kepada kehidupan pembaca, semata-mata hanya memberi
sentuhan emosional bagi pembaca. Hal-hal semacam itu
terdapat dalam kejadian-kejadian yang mencerminkan
60
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
kekonyolan (komedi), dramatis, kontroversial, tragis, atau
unik (di luar kebiasaan, atau jarang terjadi).
Seorang tokoh terkenal yang selama ini diketahui
selalu bersantap di restoran mewah, tiba-tiba terlihat
menikmati makan siang disebut warung di pinggir jalan.
Unsur ketenaran tokoh tersebut, dan juga tindakannya
di luar kebiasaan, dapat menjadikan peristiwa itu ditulis
sebagai berita ringan yang menarik. Contohnya
Nikmatnya Wedang Uwuh
Pernah lihat wedang uwuh? Konon, wedang uwuh
merupakan minuman khas raja-raja Mataram yang terkenal di
Imogiri. Di Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul wedang uwuh
juga sangat populer. Apabila Anda berkunjung ke sana akan
menemukan penjual-penjual wedang uwuh yang menawarkan
dagangannya.
Minuman ini terbuat dari bahan-bahan yang diambil dari
alam, yaitu daun manis jangan, jahe, kayu secang, gula batu,
dan lain-lain. Minuman ini tak jauh beda dengan wedang jahe,
berwarna merah, mempunyai harum yang khas (pedas, agak
menthol).
Orang-orang yang telah meminum wedang ini mengatakan
kalau minuman ini banyak manfaatnya, dapat menghilangkan
rasa dingin, pusing, mual, bahkan ketika sedang meriang. Cara
pembuatannya sangat mudah. Tinggal masukkan bahan-bahan
wedang uwuh pada air mendidih, berikan gula batu sesuai selera
untuk mendapatkan rasa manis yang disukai. Minum kala
hangat. Segar.
61
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Berita Kisah
Berita kisah adalah berita yang ditulis dengan cara
bertutur. Berita kisah digunakan untuk menyampaikan
informasi yang bersifat manusiawi dan perasaan, misalnya
penderitaan atau informasi tentang suka duka itulah yang
menggugah perasaan, pembaca akan merefleksikan
pengalaman orang tersebut ke dalam pengalamannya
sendiri.
Penulisan berita kisah tidak tergantung pada peristiwa
momentum, sekalipun itu memungkinkan. Apabila berita
kisah diangkat dari peristiwa momentum, berarti ada se-
seorang atau sekelompok orang mengamati suka duka
dalam peristiwa itu. Informasi yang penting dari peristiwa
momentum itu tetap biasa diberitakan dalam format
berita langsung, sedang suka duka dikisahkan melalui
berita kisah. Contoh:
Rumbia Ciklapa Makin Merana
Namaku Kartowinangun. Aku salah satu pengrajin rumbia
di Desa Ciklapa. Dua puluh empat tahun menganyam atap
warga.
Sejak 1985, Kartowinangun (53) memenuhi kebutuhan
hidupnya berbekal keterampilan menganyam daun rumbia.
Anyaman daun rumbia dapat dugunakan sebagai atap rumah.
Tanaman rumbia dikenal dengan sebuat daon atau kajang. Daon
hidup sumbur di sepanjang pinggir rawa yang mengepung
Desa Ciklapa.
62
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Ciklapa merupakan salah satu desa di kawasan Kecamatan
Kedungreja, Cilacap. Desa Ciklapa dikenal sebagai desa yang
kaya akan daun rumbia. Di sepanjang anak Sungai Ciberem
yang membelah desa tumbuh daun rumbia, Banyak warga yang
menjadi pengrajin rumbia. Namun, sebagian besar pengrajin
sudah lanjut usia, seperti Kartowinangun.
Bapak dari 9 anak ini mengaku bisnis rumbia ini mampu
memenuhi tuntutan kebutuhan. Suatu kali, dia coba beralih ke
beberapa pekerjaan, seperti nelayan dan pekerja bangunan. Tapi
lama kelamaan ia merasa bahwa jalan hidupnya tetap ada di
bisnis atap rumbia.
Menurut Karto, para pembeli atap rumbia adalah pengrajin
batu bata. Mereka menggunakan daun rumbia untuk atap gubuk
pembakaran batu bata. Pembeli lainnya datang dari Jogjakarta,
mereka manfaatkan atap rumbia untuk hiasan pesta-pesta
perkawinan.
Kartowinangun sadar lambat laun kebutuhan akan atap
daun rumbia semakin kecil. Dunia modern lebih mengenal
bahan-bahan atap yang terbuat dari beton dan seng. Tapi
dengan pelbagai keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya,
Karto tetap menjalani bisnis alam yang telah diturunkan
keluarganya.
63
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 6PENYUNTINGAN
Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata
sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata
kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata
benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap
terbit dengan memperhatikan sisi sistematika penyajian,
isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur
kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting
disebut penyunting. Jadi, penyuntingan bermakna proses,
cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-
menyunting.
Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan
membaca kembali sembari menemukan kesalahan-
kesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya
dilakukan oleh penulis terhadap tulisannya sendiri atau
penyunting terhadap tulisan orang lain. Bagi penulis
pemula, kegiatan penyuntingan sering disepelekan, padahal
para penulis besar berpendapat proses penyuntingan adalah
sebuah tahapan yang menjadi kunci sukses mereka.
64
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Untuk mengetahui kesalahan, baik ejaan, gaya,
maupun pemakaian kata, pewarta harus membaca dan
membaca tulisannya. Bila perlu bacalah dan cek ejaan atau
kata yang meragukan dengan membuka kamus berkali-kali.
Namun, hindari mengecek ejaan atau pemakaian kata
pada saat menulis. Membuka kamus atau buku pedoman
pada saat Anda tengah menulis akan menghambat ke-
lancaran kreativitas dan memakan waktu.
Setelah selesai menulis, segeralah memeriksa ulang
tulisan. Pemeriksaan ulang akan mengurangi kesalahan.
Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pa-
kai, tulislah dalam buku catatan Anda. Jangan malu
menyimpan daftar kata yang membingungkan agar selalu
bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar de-
ngan cepat. Belajar mengeja kata-kata itu akan sangat
membantu. Terlebih bila si pewarta memahami tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Pengalaman menyunting memberikan banyak keun-
tungan pada pewarta. Pesan yang disampaikan pewarta
dapat ditangkap dengan baik oleh penyunting dan
pembaca. Pewarta juga menjadi lebih disiplin dalam me-
nulis sehingga fakta yang diungkap tidak kabur.
Penyuntingan tulisan perlu mempertimbangkan aspek
pembaca. Tulisan pewarta akan dibaca oleh pelbagai
kalangan, dengan umur, taraf hidup, dan pendidikan yang
berbeda-beda sehingga saat menyunting pewarta perlu
menyesuaikan gaya tulisannya dengan latar belakang
pembaca.
65
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Secara garis besar kegiatan penyuntingan meliputi:
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata.
2. Menghilangkan kontradiksi yang ada dalam tulisan
sebelumnya.
3. Menyesuaikan gaya bahasa.
4. Meringkas beberapa kalimat atau dua kalimat yang
memiliki makna serupa.
5. Menghilangkan arti ganda yang membuat tulisan
jadi membosankan.
6. Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau
subjudul.
7. Memperbaiki judul supaya menarik.
8. Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain
yang terkait dengan tulisan yang disunting.
9. Menelaah kembali hasil tulisan, mungkin masih
terdapat kesalahan secara redaksional atau
substansial.
Bahasa Pewartaan
Ciri bahasa pewartaan adalah hemat, ringkas, jelas,
dan langsung ke persoalan. Umumnya, surat kabar dibaca
sekali saja dan sesudah itu selesai. Penggunaan bahasa
yang bertele-tele harus dihindari saat menulis berita.
Pembaca tak perlu mengerutkan dahi untuk memahami
kata, kalimat, paragraf dalam tulisan berita. Sekali baca,
berita sudah dapat dipahami. Apabila pembaca berhenti
membaca karena kurang paham maka dapat katakan
pewarta telah gagal menulis berita.
66
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Untuk keperluan di atas, pewarta warga perlu
menguasai cara penggunaan bahasa berdasarkan kaidah
standar berbahasa. Salah satu keahlian bahasa yang harus
kuasai adalah penggunaan ejaan dan tanda baca.
Penggunaan ejaan dan tanda baca yang salah akan
mengganggu pembaca.
Persoalan ejaan mencakup bagaimana menggunakan
huruf besar, imbuhan (seperti awalan, sisipan, dan
akhiran), singkatan, dan penulisan kata asing baik dalam
bentuk asli maupun serapan. Tanda baca mencakup peng-
gunaan koma, tanda seru, tanda penghubung, tanda
kutip, dan sebagainya.
Rujukan pewarta Suara Komunitas adalah pedoman
bahasa yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Nasional,
Departemen Pendidikan Nasional. Secara umum, bahasa
pewartaan memiliki sifat khas, antara lain:
1. Singkat. Bahasa pewartaan menghindari penjelasan
yang panjang dan bertele-tele.
2. Padat. Bahasa pewartaan yang singkat mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Buanglah
kata-kata mubazir dan terapkan ekonomi kata.
3. Sederhana. Memilih kalimat tunggal dan sederhana,
bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit. Kalimat
yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kali-
matnya, tidak berlebihan pengungkapannya.
4. Lugas. Bahasa jurnalistik mampu menyampaikan
pengertian atau makna informasi secara langsung
dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.
67
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
5. Menarik. Penggunakan pilihan kata yang masih hidup,
tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata
yang sudah mati.
Ekonomi Kata
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengung-
kapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami secara tepat pula (Sugono, 2003:91-92). Lawan
kata efektif adalah pemborosan atau menghambur-
hamburkan kata. Pemborosan kata tak menyebabkan
pelakunya menjadi miskin, tapi tulisan menjadi susah
dipahami. Kata-kata yang tidak perlu sebaiknya dihilang-
kan agar kalimat yang Anda buat menjadi kalimat yang
efektif.
Bagaimanakah cara mengetahui tulisan kita mengan-
dung pemborosan atau tidak?
Cara pertama, setiap kalimat minimal terdiri dari
subjek dan predikat. Banyak jurnalis pemula yang menulis
tanpa subjek, predikat ganda, dan lain-lain.
Misalnya:
Saya mencoba mengharapkan kehadiran teman lama saat
ini.
Bandingkan dengan:
Saat ini, saya berharap kehadiran teman lama.
Cara kedua, periksalah jumlah kata di setiap kalimat.
Apabila jumlah kata yang digunakan lebih dari 12 kata,
maka Anda telah menggunakan kalimat yang rumit.
68
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Kalimat rumit biasanya terdiri lebih dari satu kalimat.
Maka periksalah apakah susunan induk kalimat dan anak
kalimat sudah benar.
Cara ketiga, periksalah tulisan Anda, apakah masih
mengandung kata atau frase boros. Berikut adalah daftar
kata atau frasa yang sering dipakai tidak hemat tetapi
banyak dijumpai penggunaannya.
BOROS
1. sejak dari
2. agar supaya
3. demi untuk
4. adalah merupakan
5. seperti … dan sebagainya
6. misalnya … dan lain-lain
7. antara lain … dan seterusnya
8. tujuan daripada
9. mendeskripsikan tentang
10.pelbagai faktor-faktor
11.daftar nama-nama
12.mengadakan penelitian
13.dalam rangka untuk
14.berikhtiar dan berusaha untuk memberikan pengawasan
15.mempunyai pendapat
16.melakukan pemeriksaan
17.menyatakan persetujuan
18.apabila …, maka
19.Walaupun …, namun
20.Berdasarkan …, maka
21.Karena … sehingga
22.Namun demikian,
23.sangat … sekali
69
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
HEMAT
1. sejak atau dari
2. agar atau supaya
3. demi atau untuk
4. adalah atau merupakan
5. seperti atau dan sebagainya
6. misalnya atau dan lain-lain
7. antara lain atau dan seterusnya
8. tujuan tanpa daripada
9. mendeskripsikan tanpa tentang
10.pelbagai faktor
11.daftar nama
12.meneliti
13.untuk (tanpa dalam rangka)
14.berusaha mengawasi
15.berpendapat
16.memeriksa
17.menyetujui
18.Apabila …, tanpa kata penghubung
19.Walaupun …, tanpa kata namun
20.Berdasarkan …, tanpa maka
21.Karena … tanpa sehingga, atau sehingga tanpa karena ..
22.Namun, tanpa demikian atau Walaupun demikian
23.Sangat tanpa sekali, atau sekali tanpa sangat
Bahasa Baku dan Tidak Baku
Bahasa yang digunakan oleh pewarta Suara Komuni-
tas mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa Indone-
sia. Penggunaan kata dan istilah menggunakan metode
sebagai berikut:
70
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
1. Mencari kata umum pada bahasa Indonesia terlebih
dahulu
2. Kalau tidak ada mencari kata umum dipakai di
bahasa daerah
3. Kalau masih tidak berhasil, lakukan alihbahasa,
misalnya white collar menjadi kejahatan kerah putih,
4. Kalau ini juga gagal memakai bahasa Inggris. Bila
perlu, kata pinjaman ini dimodifikasi ejaan maupun
lafadnya seperti ini akan membawa kita ke masa
depan yang menjanjikan.
Maraknya penggunaan bahasa asing dalam komuni-
kasi menyebabkan banyak kata dalam bahasa Indonesia
yang mulai hilang. Warga lebih memilih kata dari bahasa
asing, baik secara langsung ataupun dalam bentuk serap-
an. Salah satu tujuan pewartaan warga adalah mengem-
balikan kata-kata yang jarang digunakan agar kosakata
tersebut tidak dihapus dari pengetahuan generasi yang
akan datang.
Berikut ini contoh bahasa yang jarang digunakan
karena tergantikan dengan kata serapan.
TIDAK DISARANKAN DISARANKAN
aksi tindakan
akuntabilitas tanggung gugat
argumen alasan
aktivitas kegiatan
badminton bulutangkis
contreng centang
71
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
good governance pemerintahan yang baik
keyboard papan ketik
klasifikasi pengelompokan
kontinyu berkelanjutan
kultur budaya
list daftar
mouse tetikus
ndownload unduh
notes catatan
notebook, laptop komputer jinjing
partner mitra
observasi pengamatan
realitas kenyataan
riset penelitian
training pelatihan
upload unggah
Selain itu. biasakan menggunakan kata baku dalam
Bahasa Indonesia sehingga pesan yang Anda sampaikan
lebih gamblang. Berikut ini adalah contoh kata baku dan
tidak baku:
KATA BAKU KATA TIDAK BAKU
apotek apotik
kreativitas kreatifitas
produktif produktiv
analisis analisa
asas azas
telentang terlentang
pelbagai berbagai
sistem sistim
november nopember
72
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
hakikat hakekat
roboh rubuh
isap hisap
subjek subyek
objek obyek
standar standard
standardisasi standarisasi
legalisasi legalisir
menyukseskan mensukseskan
antarnegara antar negara
memukul mempukul
memproduksi memroduksi
risiki resiko
sekadar sekedar
Pilihan Kata Sesuai Fakta
Tulisan yang baik mampu membawa pembacanya
seolah-olah berada dalam peristiwa yang diwartakan.
Karena itu, pewarta warga harus jujur dalam berbahasa,
sesuaikan bahasa dengan peristiwanya.
Pewarta tidak diperbolehkan memutarbalikan fakta
dengan memilih kata yang gagal menunjukkan peristiwa
yang sesungguhnya. Ungkapkan secara fakta secara rin-
ci, baik dengan kata konkret, kutipan, statisik, dan catatan.
Biarkan fakta yang bercerita sebab arti akan muncul dari
hubungan antara potongan-potongan informasi, bukan
hubungan antara kata-kata. Contoh:
Polisi mengamankan sepuluh Pedagang Kali Lima (PKL)
dalam operasi penertiban di Taman Kota Depok. Kepala Polisi
Sektor Depok, Hermanto, mengatakan anggotanya telah
73
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
menyita gerobak dan peralatan dagang lainnya sebagai barang
bukti. Setelah dilakukan pemeriksaan, para pedagang serahkan
pada Dinas Sosial untuk dibina selama satu minggu.
Bandingkan dengan paragraf berikut:
Sepuluh pedagang kali lima ditangkap polisi dalam operasi
penggusuran di Taman Kota Depok. Menurut Parjiyem (45),
salah satu PKL, Kepolisian Sektor Depok mengambil gerobak
dan peralatan dagang miliknya. Pedagang selanjutnya diperiksa
dan dikurung di Dinas Sosial selama satu minggu.
Sepintas tidak ada yang perlu dipermasalahkan dalam
paragraf pertama. Paragraf seperti ini sering muncul
dalam pemberitaan di media massa arus utama. Setelah
membaca paragraf kedua perbedaannya cukup terasa.
Pemilihan kata pada paragraf pertama mewakili
kepentingan arus besar dengan pemilihan kata-kata yang
mengaburkan fakta yang sesungguhnya.
KATA KONKRET KATA UBAHAN
penggusuran penertiban
ditangkap diamankan
menyita mengambil
dikurung dibina
Paragraf kedua mewartakan peristiwa sesuai dengan
fakta, misalnya penertiban adalah kata yang digunakan
penguasa untuk melakukan tindakan penggusuran. Kata
diamankan jelas tidak tepat, sebab PKL merasa lebih aman
74
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
berada di rumah mereka dibanding di kantor polisi, kata
penangkapan jelas lebih tepat.
Menyita adalah tindakan pengambilan setelah adanya
keputusan pengadilan. Kata penyitaan dalam paragraf
satu tidak tepat sehingga gunakan kata yang sesuai
dengan fakta, yaitu mengambil. Kata dibina lebih tepat
diganti dengan kata dikurung sebab kenyataannya para
PKL tidak diperbolehkan meninggalkan Dinas Sosial
selama satu minggu.
75
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
BAB 7ETIKA PEWARTA WARGA
Etika pewartaan bisa diartikan sebagai nilai yang
menjadi pedoman para pewarta dalam melaksanakan
tugas. Etika pewartaan merupakan aturan main yang
dibuat sendiri oleh para pewarta—melalui suatu
organisasi profesi—dan media massa untuk menjaga agar
pewarta dan media massa tetap berjalan sesuai fungsinya.
Kebebasan kepewartaan bukan berarti memberi
kesempatan kepada pewarta dan media massa untuk
melakukan tindakan sewenang-wenang. Namun,
kebebasan pewartaan berupa kebebasan untuk melaku-
kan proses kepewartaan secara leluasa demi penyajian
fakta yang akurat melalui pemberitaan.
Kerja pewarta warga mampu memengaruhi dan
membentuk opini publik. Pengaruh itu bisa baik tapi juga
bisa buruk. Salah satu pengaruh buruk yang mungkin
ditimbulkan media adalah merugikan pembaca dengan
memberikan informasi yang salah. Etika diperlukan untuk
menjamin berita diliput dan disampaikan dengan cara
yang benar. Artinya, tidak menipu pembaca maupun
76
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
sumber berita. Etika mengatur tata cara wartawan baik
saat melakukan liputan, sampai menuliskannya menjadi
berita.
Berikut ini adalah beberapa pedoman etika yang
harus diperhatikan:
1. Mengaku sebagai pewarta.
Jangan menyamar atau berpura-pura. Narasumber
harus diberi kesempatan untuk tahu bahwa dia
sedang berbicara dengan seorang wartawan. Reaksi
orang akan berbeda saat tahu bahwa dia menghadapi
wartawan.
2. Melindungi narasumber rahasia.
Ada kemungkinan seorang narasumber kunci mau
memberikan informasi, tapi tidak mau disebutkan
identitasnya. Mungkin dia takut, sungkan atau demi
keamanan. Tapi sebelum memberi jaminan kerahasia-
an, wartawan harus berusaha untuk diijinkan
menyebut identitas narasumber.
3. Mencari narasumber yang benar-benar cocok.
Pilih narasumber yang benar-benar sesuai dengan
tema berita. Bila kita salah memilih narasumber maka
informasi yang kita dapatkan kemungkinan akan
melenceng dari yang sebenarnya.
4. Tidak menerima suap, hadiah, atau fasilitas lain
dari narasumber.
77
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Bagaimanapun juga seorang wartawan yang telah
‘diberi sesuatu’ oleh narasumber, akan cenderung
berpihak kepada pihak pemberi. Tentu saja hal ini akan
memengaruhi isi berita yang ditulis oleh si wartawan.
5. Memperhatikan keakuratan data.
Jangan percaya begitu saja dengan informasi yang
datang dari satu pihak. Setiap informasi harus di cek
kebenarannya.
78
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
DAFTAR BACAAN
Bujono, Bambang. dkk (peny.).1997. Seandainya Saya
Wartawan Tempo. Jakarta: ISAI dan Yayasan Alumni
Tempo
Harsono, Andreas. “Sembilan Elemen Jurnalisme” dalam
http://andreasharsono.blogspot.com pada 1 Decem-
ber 2001
Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Kridalaksana, Harmurti. 1988. Kamus Sinonim Bahasa Indo-
nesia. Jakarta: Penerbit Nusa Indah.
Pamungkas. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indone-
sia yang Disempurnakan. Surabaya: Penerbit Giri Surya.
Rennie, Ellie. 2006. Community Media: A Global Introduc-
tion. Oxford: Rowman & Littlefield Publishers.
Sabarianto, Dirgo. 2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan
Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Jogjakarta:Penerbit
MGW
Soedjarwo. 1994. Beginilah Menggunakan Bahasa Indone-
sia. Jogjakarta: GMU Press.
79
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
Sugono, Dendy. dkk. (peny.). 2003. Buku Praktis Berbahasa
Indonesia I. Jakarta: Pusat Bahasa
----------. 2003. Buku Praktis Berbahasa Indonesia II. Jakarta:
Pusat Bahasa
Suparyo, Yossy. 2009. Radio Komunitas dan Pelayanan Publik.
Yogyakarta: CRI
______. 2010. Pewartaan Warga: Teori dan Praktik.
Yogyakarta: CRI
80
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
TENTANG PENULIS
YOSSY SUPARYO Aktif menulis karya jurnalistik,
sinema, korespondensi, dan pengembangan perangkat
lunak yang berbasis sumber terbuka (open source).
Riwayat pendidikan (1) Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi-Universitas Islam Negeri Yogyakarta (2002); (2)
Jurusan Teknik Mesin-Universitas Negeri Yogyakarta
(1997).
Pengalaman organisasi yang dimiliki antara lain: (1)
Staf Manajemen Pengetahuan CRI (2007-sekarang); (2)
Dewan Pengarah Infest Yogyakarta (2009-sekarang); (3)
Koordinator Pokja Migran Worker Resource Center of In-
donesia (2009-sekarang); (4) Pengurus Besar Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (2002-2004); (5) Litbang Pre-
sidium Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia
(2001-2002); (6) Pimpinan PSDM LPM EKSPRESI Univer-
sitas Negeri Yogyakarta (UNY) (1999-2001); (7) Ketua
Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY (1998-
1999). Tulisannya banyak tersebar di suratkabar, jurnal,
dan media virtual.
81
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA
CATATAN
82
PENGELOLAAN INFORMASI WARGA