Pengolahan Limbah
-
Upload
yuliwidayanti178 -
Category
Documents
-
view
156 -
download
6
Transcript of Pengolahan Limbah
TUGAS MAKALAH MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
PENANGANAN LIMBAH
Disusun Oleh :
Yuli Widayanti
140410080041
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATONANGOR 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian limbah
Limbah atau sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan pabrik ataupun
manusia yang mengandung zat kimia berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta
menganggu kesehatan. Pada umunya sebagian besar orang mengatakan bahwa limbah adalah
sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus dibuang, namun jika pembuangan
dilakukan secara terus-menerus maka akan menimbulkan penumpukan sampah. Limbah
bukanlah suatu hal yang harus dibuang tanpa guna, karena dengan pengolahan dan pemanfaat
secara baik limbah akan menjadi barang yang lebih berguna dari sebelumya.
Limbah akan menjadi suatu yang sanagt berguna dan memiliki nilai jual tinggi kala
limbah diolah secara baik dan benar. Limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai
polusi baik polusi udara, polusi air, polusi tanah dan juga polusi lain yang akan menjadi
sarang penyakit. Pada lingkungan tempat pembuangan sampah bisa dipastikan udara sekitar
tidak sehat dengan bau yang tak sedap dari limbah, sumber air sekitar lingkungan akan
tercemar dengan resapan limbah dan tanah yang ada di lingkungan ini akan terkontaminasi
dengan zat kimia limbah sehingga tanah akan tandus (Silvi. 2012).
Jenis-Jenis Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82
thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
LimbahPadat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada
umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat:
kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur,
dll.
Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
* Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
* Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
* Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut
* Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak
mengandung padatan organik.
Macam Limbah Beracun
* Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
* Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala
akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
* Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
* Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.
* Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
* Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat
asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam peraturan pemerintah No.18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 terbagi atas dua
macam yaitu yang spesifik dan yang tidak spesifik.
Perbedaan pokok antara limbah B3 spesifik dan tidak spesifik terletak pada cara
penggolongannya. Pada limbah spesifik digolongkan kedalam jenis industri, sumber
pencemaran, asal limbah, dan pencemaran utama sedangkan pada limbah tidak spesifik
penggolongannya atas dasar kategori dan bahan pencemar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENANGAN LIMBAH
2.1.1. Penanganan Limbah cair
Berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri, Pengertian
Limbah cair adalah limbah dalam wuju cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang
ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan (BAPEDAL 1997). Sedangkan
menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995,
Limbah cair adalah limbah yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya
yang tidak dimanfaatkan kembali (KPPL 1995). Sehingga dapat dikatakan bahwa limbah cair
adalah limbah yang berasal dari kegiatan yang menggunakan air, dimana hal tersebut merupakan
sisa hasil dari kegiatan tersebut.
Daerah pemukiman atau perkotaan juga idealnya memiliki IPAL yang dapat menangani
limbah domestik. Di IPAL, limbah cair diolah melalui berbagai proses untuk menghilangkan
atau mengurangi bahan-bahan pencemar (polutan) yang terkandung dalam limbah sehingga tidak
melebihi baku mutu. Setelah melalui proses pengolahan, air limbah diharapkan dapat dibuang ke
lingkungan dengan aman. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan
akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-proses pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses, atau hanya salah
satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi, sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial (Endang, 2012)
Sumber : Anonimous 2 (Faisal, 2013)
PengolahanPrimer
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran
pembuangan disaring menggunakan jeruji saring (bar screen). Metode ini disebut
penyaringan icreening). Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak
yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa Inggris disebut grid
chamber.Cara kerjanya aadalah memperlambat aliran limbah sehingga partikel-
partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk
proses selanjutnya. Kedua proses yang dijelaskan di atas sering disebut juga
sebagai tahap pengolahan awal (pretreatment). Setelah melalui tahap pengolahan
awal, limbah cair akan dalirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode
pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak
digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan,
limbah cair didiamkan agar partikel-partikel padat sang tersuspensi dalam air
limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan
membentuk lumpur yang Kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran
lain untuk ddiolaah lebih lanjut.
Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (flotation).
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan poiutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung-gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kernudian dapat disingkirkan. Bila limbah cair
hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami pengolahan primer
tersebut dapat langsung dibuang ke lingkungan (perairan). Namun, bila limbah
tersebut juga mengandung polutan lain yang sulit dihilangkan melalui proses di
atas, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik
terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu
dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/mendegradasi bahan
organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umurn digunakan, yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif
(activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds/lagoons).
a. Metode trickling filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan ketebalan ± 1 –3 m. Limbah cair kemudian
disemprotka¬n permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media
tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian
disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan
untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah.
Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan Iebih lanjut,
sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.
b. Metode activated sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah
tangki dan di dalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri
aerob. Proses degradasi berlangsung di dalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara untuk aerasi pemberian
oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui
proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
diperlukan.
c. Metode treatment ponds/lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang
murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh di permukaan
kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian
digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian degradasi bahan organik
dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses
degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah
limbah terdegradasi dan terbentuk endapan di dasar kolam, air limba h dapat
disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah.
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih
terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan
atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair/air limbah.
Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat,
dan garam-garaman. Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaia¬n proses kimia
dan fisika.Contoh metode pengolahan secara tersier yang dapat digunakan adalah
metode saringan [Dash- (sand filter), saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan (adsorption) dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan
tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah cair/air
limbah. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan
senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik.
Dalam menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
• daya racun zat;
• waktu kontak yang diperlukan;
• efektivitas zat;
• kadar dosis yang digunakan;
• tidak boleh bersifat toksik (racun) terhadap manusia dan hewan;
• tahan terhadap air;
• biayanya murah.
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(kiorinasi), penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV), atau dengan ozon (03).
Proses disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan
limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder, atau tersier, sebelum
limbah dibuang ke lingkungan.
Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur
hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/ dicerna secara
anaerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu
dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos,
atau dibakar (incinerated).
2.1.2. Penanganan Limbah Padat
Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan
menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah
diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan
manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu,
masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat
menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan kamu pelajari beberapa metode
pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan.
Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan
terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka,
sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu
lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan
metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan
penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang
biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke
udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur
dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama
rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan
dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada
metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung
dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang
ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini
akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan
berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik –
lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta
gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah
banyak digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat
penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit
jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini
menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk penimbunan
akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit terdegradasi
sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang sangat lama. Selain itu,
meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran
lapisan sehingga zat-zat berbahaya dapat erembes dan mencemari tanah serta air. Gas
metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan beresiko
meledak.
Inseinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/Iimbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat
banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan. Meski
demikian, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalaminsinerator. Jenis limbah
padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet,
sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca,
sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya yang mahal, selain itu insinerasi
menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu /ashes
pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi . yang mahal. Selain itu,
insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu
ashpembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
Pembuatan Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan
ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme
tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat
makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat
membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan saIah sate cara terbaik untuk mengurangi timbunan
sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara
pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu,
kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan
menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatan kompos
dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi, kultur mikroorganisme,
atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah banyak dijual di pasaran dan
dapat digunakan untuk membuat kompos adalah EM4 (Effective Microorganism 4). EM4
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi
limbah/sampah organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun
pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung
mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, di antaranya Lactobacillus sp.,
Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces sp., dan khamir (ragi), yaitu
Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat menggunakan EM4 yang dikenal juga
dengan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu
menguraikan bahan organik. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing tanah dikenal
juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dari
spesies Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia
foetida. Cacing tanah akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah
diuraikan oleh mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam
pembuatan kompos menyebabkan pembentukan kompos menjadi lebih efektif dan cepat.
Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru.
Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan
buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh beberapa jenis
limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, logam (seperti besi, baja, dan
alumunium), plastik, dan karet.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya sama atau
produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa didaur ulang menjadi kertas kembali.
Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah
kaca kembali atau dicampur dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng
alumunium bekas bisa didaur ulang menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas
yang terbuat dari plastik jenis polyetilen terftalat (PET) bisa didaur ulang menjadi
berbagai produk lain, seperti baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil. Gelas dan
peralatan plastik
2.1.3. Penanganan Limbah Gas
Pengolahan limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari
limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawa bersama gas tersebut. Berikut akan
dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi
partikulat yang terbawa bersamanya.
Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur
oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara
desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber). Mekanisme kerja filter
basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai
metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan
untuk menghilangkan materi partikulat.
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor
dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan
hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan
cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk
menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan di atas, emisi gas buang juga dapat dikurangi
dengan cara mengurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai
menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas
buang yang merupakan polutan.
Menghilangkan Materi Partikulat dari Udara Pembuangan
a. F ilter udara
Filter udara adalah alat untuk menghilangkan materi partikulat padat, seperti
debu, serbuk sari, dan spora, dari udara. Alat ini terbuat dari bahan yang dapat
menangkap materi partikulat sehingga udara yang melewatinya akan tersaring
dan keluar sebagai udara bersih (bebas dari materi partikulat). Filter udara
dapat digunakan pada ventilasi ruangan atau bangunan, mesin atau cerobong
pabrik, mesin kendaraan bermotor, atau pada area lain yang membutuhkan
udara bersih. Jenis dan bahan yang digunakan sebagai filter udara bermacam-
macam, tergantung pada kandungan udara yang disaring, rnisalnya apakah
berdebu banyak, berssifat asam atau alkalis, dan sebagainya.
b. Pengendap siklon
Pengendap siklon atau Cyclone Separator adalah alat pengendap materi
partikulat yang ikut dalam gas atau udara buangan. Prinsip kerja pengendap
siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas buangan yang
sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel
yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Ukuran materi partikulat yang bisa
diendapkan oleh alat ini adalah antara 5 -40u. Makin besar ukuran partikel,
makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c. Filter basah
Filter basah (wet scrubber) membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyalurkan udara ke dalam filter kemudian menyemprotkan air ke
dalamnya. Saat udara kontak dengan air, materi partikulat padat dan senyawa
lain yang larut air akan ikut terbawa air turun ke bagian bawah sedangkan
udara bersih dikeluarkan dari filter. Air yang digunakan untuk menyemprot
udara kotor juga dapat diganti dengan senyawa cair lain yang dapat
bereaksi/melarutkan polutan udara. Contoh senyawa atau materi partikulat
yang dapat dibersihkan dari udara dengan menggunakan filter basah adalah
debu, sulfur oksida, amonia, hidrogen klorida, dan senyawa asam atau basa
lain.
d. Pengendap sistem gravitasi
Alat pengendap sistem gravitasi hanya dapat digunakan untuk membersihkan
udara yang mengandung materi partikulat dengan ukuran partikel relatif besar,
yaitu sekitar 50p atau lebih. Cara kerja alat ini sangat sederhana sekali, yaitu
dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dapat
memperlambat kecepatan gerak udara. Saat terjadi perubahan kecepatan
secara tiba-tiba (speed drop), materi partikulat akan jatuh terkumpul di bagian
bawah alat akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi).
e. Pengendap elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik (Electrostatic precipitator)
digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume)
yang relatif besar dan pengotor udaranya umumnya adalah aerosol atau uap
air. Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan elektroda yang dialiri arus
searah (DC). Udara kotor disalurkan ke dalam alat dan elektroda akan
menyebabkan materi partikulat yang terkandung dalam udara mengalami
ionisasi. Ion-ion kotoran tersebut akan ditarik ke bawah sedangkan udara
bersih akan terhembus keluar.
2.1.4. Penanganan Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar,
atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia dan
makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penangan yang lebih khusus dibanding limbah
yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga
menjadi tidal< berbahaya atau herkurang daya racunnya. Setelah diolah, limbah B3 masih
memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umurn diterapkan adalah sebagai berikut:
Metode Pengolahan secara Kimia, Fisik, dan Biologi
Proses pengolahan limbah 133 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umum dilakukan
adalah stabilisasi/solidifikasi. Stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan
bentuk fisik dan/atau sifat kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau
senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan,
atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat
digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume
limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan
ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat
ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai
limbah B3, sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses
ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya
yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun,
proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena
menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem
Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection)
Sarah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia
adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan
yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah
dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga
tidak akan mencemari tanah maupun air.
Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadi kebocoran atau korosi
pipa, atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
ke lapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan (surface impoundments)
Limbah 133 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat
untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat
mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan
terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah
memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada
kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3
bersarna air limbah sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfills)
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan
tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 ditempatkan
dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain
khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill ini harus dilengkapi
peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan
harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi
cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill
merupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang
karena limbah akan semakin menumpuk (Endang, 2012).
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk penanganan limbah cair ada beberapa cara pengolahan :
1. Pengolahan Primer
2. Pengolahan Sekunder
a. Metode trickling filter
b. Metode activated sludge
c. Metode treatment ponds/lagoons
3. Pengolahan Tersier
4. Desinfeksi (Desinfection)
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Untuk penanganan limbah padat
1. Penimbunan
2. Inseinerasi
3. Pembuatan kompos
4. Daur ulang
Untuk penanganan limbah gas
1. Mengontrol Emisi Gas Buang
2. Menghilangkan Materi Partikulat dari Udara Pembuangan
a. Filter udara
b. Pengendap siklon
c. Filter basah
d. Pengendap system gravitasi
e. Pengendap elektrostatik)
Penanganan LImbah B3
1. Metode Pengolahan secara Kimia, Fisik, dan Biologi
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/sumur injeksi,
b. Kolam penyimpanan/surface impoundments
c. Landfill untuk limbah B3/secure landfills
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhany, Silvi. 2012. Pengertian Limbah Dan Macamnya.
http://pitikkedu.blogspot.com/2012/11/pengertian-limbah.html
Endang. 2012. Penanganan limbah . http://endangjegoz.wordpress.com/2012/12/19/penanganan-
limbah/
Anonim 1. 2010. Jenis –jenis Limbah. http://www.forumbebas.com/thread-101378.html
Anonimous 2. 2013. Pengolahan Limbah Cair.
http://faisalajah.blogspot.com/2013/02/pengolahan-limbah-cair.html