Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web...

39
TUGAS MATA KULIAH PENYAKIT TROPIK PENYAKIT JANTUNG KORONER Disusun Oleh : Kelompok 2 Astri Aditya 25010113130325 Winda Apriani 25010113140365 Luluk Safura Priyandina 25010113130273 Dewi Fajar Kharisma 25010113120136 Tri Damayanti Simanjuntak 25010113140370 Cherinita Hamida 25010113120118 Fina Khiliyatus Jannah 25010113140279

Transcript of Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web...

Page 1: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

TUGAS MATA KULIAH PENYAKIT TROPIKPENYAKIT JANTUNG KORONER

Disusun Oleh :Kelompok 2

Astri Aditya 25010113130325

Winda Apriani 25010113140365

Luluk Safura Priyandina 25010113130273

Dewi Fajar Kharisma 25010113120136

Tri Damayanti Simanjuntak 25010113140370

Cherinita Hamida 25010113120118

Fina Khiliyatus Jannah 25010113140279

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIKFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG

2016

Page 2: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit di mana zat lilin yang

disebut plak menumpuk di dalam arteri koroner atau dikenal dengan aterosklerosis

yang membuat aliran darah yang kaya oksigen ke jantung mengalami penurunan

(National Institute of Health, 2015).

Penumpukan plak di arteri dalam waktu yang cukup lama membuat plak

mengeras dan mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah yang

kaya oksigen ke jantung. Jika aliran darah yang kaya oksigen ke otot jantung

berkurang atau diblokir, maka dapat terjadi angina (nyeri dada atau

ketidaknyamanan) maupun serangan jantung. Rasa sakit juga bisa terjadi pada

Anda bahu, lengan, leher, rahang, atau kembali. Serangan jantung terjadi jika

aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otot jantung terputus. Jika aliran darah

tidak dikembalikan dengan cepat, bagian dari otot jantung mulai mati. Tanpa

pengobatan yang cepat, serangan jantung dapat menyebabkan masalah kesehatan

yang serius atau kematian (National Institute of Health, 2015).

Di Amerika, penyakit jantung adalah pembunuh No 1, yang

mempengaruhi lebih dari 13 juta orang Amerika (Beckerman, 2016). Dalam

beberapa dekade terakhir, kematian penyebab penyakit jantung kian meningkat

khususnya pada negara berkembang. Untuk Indonesia, pada tahun 2013 penyakit

jantung koroner menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian. Tingginya

angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai

26% dari seluruh jumlah kematian akibat penyakit. Berdasarkan hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka

tersebut cenderung mengalami peningkatan (Info-kes, 2013). WHO menyatakan

penyakit kardiovaskular jantung dan pembuluh darah, terutama penyakit jantung

koroner masih menduduki peringkat teratas di negara berkembang hingga tahun

2020. dr. Antono Sutandar, SpJP selaku wakil chairman Siloam Heart Institute

(SHI) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil Survei Kesehatan Nasional 3 dari

Page 3: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

1000 atau empat persen penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner

(Tribunkesehatan, 2016).

Faktor risiko yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner

adalah merokok, obesitas, stres, diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi,

infeksi, dan gangguan pada darah. Keluhan penderita penyakit jantung koroner

bervariasi umumnya berupa nyeri dada yang dirasakan di daerah bawah tulang

dada agak ke sebelah kiri dengan rasa seperti beban berat, ditusuk-tusuk, rasa

terbakar yang kadang menjalar ke rahang, lengan kiri, dan ke belakang punggung.

Juga disertai keringat yang banyak (Tribunkesehatan, 2016).

Berita terbaru, mengungkapkan bahwa sekitar 30 persen penderita jantung

koroner mengalami gejala mirip flu. Ada gejala-gejala seperti kena flu, masuk

angin dan meriang. Pasien tidak menyadari bahwa gejala tersebut menandakan

sudah ada serangan jantung koroner. Hal ini membuat banyak penderita yang

datang ke dokter sudah terlambat. Pertolongan atau pengobatan yang dilakukan

pun lebih kepada pengobatan layaknya flu. Padahal penanganan yang salah pada

serangan jantung koroner bisa menyebabkan kematian mendadak

penderita.Bahkan penderita penyakit jantung koroner yang akan menjalani bypass

jantung koroner tidak mengetahui jika mereka menderita penyakit jantung koroner

dan mengalami serangan jantung sebelumnya (POSKOTA news.com, 2016).

Terkait hal tersebut, penting mengetahui tentang penyakit jantung koroner secara

baik dan jelas untuk upaya pencegahan maupun penanganan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai

berikut :

1. Apa definisi dari Penyakit Jantung Koroner?

2. Apa etiologi saja Penyakit Jantung Koroner?

3. Bagaimana gejala dari Penyakit Jantung Koroner?

4. Bagaimana diagnosa dari Penyakit Jantung Koroner?

5. Apa saja yang menjadi faktor resiko dari Penyakit Jantung Koroner?

6. Bagaimanakah patofisiologi Penyakit Jantung Koroner?

7. Bagaimana upaya pencegahan dari Penyakit Jantung Koroner?

Page 4: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

8. Bagaimana upaya pengobatan dari Penyakit Jantung Koroner?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Jantung Koroner

2. Untuk mengetahui etiologi saja Penyakit Jantung Koroner

3. Untuk mengetahui gejala dari Penyakit Jantung Koroner

4. Untuk mengetahui diagnosa dari Penyakit Jantung Koroner

5. Untuk mengetahui faktor resiko dari Penyakit Jantung Koroner

6. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

7. Untuk mengetahui upaya pencegahan dari Penyakit Jantung Koroner

8. Untuk mengetahui upaya pengobatan dari Penyakit Jantung Koroner

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan di bidang kesehatan

mengenai Penyakit Jantung Koroner (definisi, etiologi, gejala, diagnosa,

faktor resiko, patofisiologi, hingga pada upaya pencegahan dan

pengobatan) yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam

upaya pencegahan maupun pengendalian penyakit tersebut.

2. Bagi Penulis

Sebagai bentuk pemenuhan tugas dan untuk menambahan informasi dan

pengetahuan di bidang kesehatan mengenai Penyakit Jantung Koroner

(definisi, etiologi, gejala, diagnosa, faktor resiko, patofisiologi, hingga

pada upaya pencegahan dan pengobatan) yang dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari dalam upaya pencegahan maupun pengendalian

penyakit tersebut.

Page 5: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan

pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan

aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,

Krisnatuti, 1999).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan

pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta

ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).

2.2 Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh

penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay

atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan

yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara

keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang

meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel yang

meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari

otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara

lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh

artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan,

kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi

klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak

(Margaton, 1996).

2.3 Gejala Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau

sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa

Page 6: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu dan tangan.

Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul karena jantung

kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala ini lain menyertai jantung koroner

akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik (angina pectoris).

Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa

bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan

emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai keluhan

apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner

pada umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pectoris (masa tercekik).

Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan

fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang eletro diagram

pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat normal pada keadaan

istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik. Riwayat angina

pectoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara tidak terduga

kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat hebat di

dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat. Berbeda

dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat diketahui

melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kardiografi

dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam

perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak

dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding

pembuluh nadi (Krisnatuti dan Yenria, 1999).

2.4 Diagnosa Penyakit Jantung Koroner

Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesa (wawancara),

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Awal mula anamnesis mulai dari

keluhan sampai semua hal yang berkaitan dengan Penyakit jantung koroner ini.

Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Seperti apakah nyerinya, kapan

dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, dan apakah menjalar atau tidak.

Setelah itu mengumpulkan keterangan semua penyakit jantung koroner, seperti

merokok, menderita penyakit darah tinggi atau penyakit gula (diabetes), kadar

kolesterol dalam darah, riwayat keluarga yang menderita penyakit ini dan faktor-

Page 7: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

faktor resiko lainnya. Lalu melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui

kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan dengan menggunakan

stetoskop. Pemeriksaan penunjang pada penyakit jantung koroner dibagi menjadi

tes non-invasive dan invasive. Tes non-invasive yaitu melakukan tes tanpa

memasukkan alat ke dalam tubuh atau melukai tubuh, seperti tes tekanan darah,

mendengarkan laju, irama jantung dan suara nafas, pemeriksaan dan tes darah,

EKG, dan lain-lain. Sedangkan tes invasive yaitu dengan cara penetrasi kedalam

tubuh, contohnya kateterisasi jantung.

2.5 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Menurut Anwar dalam Sumiati dkk (2010), terdapat dua faktor PJK,

faktor yang bisa diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.

a. Faktor yang dapat diubah

1) Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah >140/90 mmHg atau

>130/80 mmHg bila pasien mempunyai diabetes atau gagal ginjal kronik

(Lewis, et.al., 2007).

Pada tahun 2003, Institute Kesehatan Nasional mendefinisikan

tekanan darah sebagai berikut : a) normal bila tekanan darah <120/80

mmHg, b) prehipertensi bila tekanan darah sistol 120-139 mmHg dan

tekanan diastol 80-89 mmHg, c) hipertensi tahap I bila tekanan sistol 140-

159 mmHg dan tekanan diastol 90-99 mmHg, d) hipertensi tahap II bila

tekanan darah ?160/100 mmHg (Lewis, et.al., 2007).

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan [Dirjen P2PL] (2011), menyatakan bahwa risiko penyakit

jantung meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah, dimana

peningkatan tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik

85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh

darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari

120/80 mmHg. Menurut Lewis, et. al (2007), peningkatan tekanan darah

dapat meningkatkan kejadian atherosklerotik.

2) Merokok

Page 8: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar

daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun pada rokok antara lain

tar, nikotin dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan

kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,

penuruan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah dan

kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Merokok meningkatkan risiko

terkena PJK sebanyak 2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan

perokok. Rokok menurunkan kadar level estrogen. Risiko juga sesuai

dengan jumlah rokok yang dihisap, dan penggunaan rokok dengan nikotin

rendah dan berfilter tidak menurunkan risiko. Sesorang yang terkena

paparan kronik terhadap rokok meningkatkan terkena PJK (Lewis, et.al.,

2007).

Nikotin dalam tembakau menyebabkan katekolamin seperti

epineprin, norepineprin dikeluarkan. Hal ini menyebabkan peningkatan

dari denyut jantung, periperal kontriksi dan peningkatan tekanan darah dan

meningkatkan peningkatan kerja jantung, akibatnya terjadi peningkatan

konsumsi oksigen pada miokardium. Nikotin meningkatkan adhesi platelet

yang akan meningkatkan risiko pembentukan emboli (Lewis, et.al., 2007).

Karbonmonoksida sebagai produk dari pembakaran pada saat

merokok, berpengaruh pada pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Selain

itu juga karbonmonoksida merupakan zat kimia yang bersifat iritasi yang

menyebabkan injuri pada bagian endotel pembuluh darah (Lewis, et

al.2007)

3) Diabetes Mellitus

Kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah akibat

kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Berdasarkan hasil

penelitian Framingham dalam Dirhem P2PL (2011), satu dari dua orang

penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan

peningkatan risiko serangan jantung. Pada diabetes mellitus akan timbul

proses penebalan membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri

koronaria, sehingga terjadi penyempitan alirah darah ke jantung. Penyakit

Page 9: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

ini dapat dikendalikan dengan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.

Insiden terkena PJK meningkat 2-4 kali lebih besar pada orang yang

terkena diabetes. Orang dengan diabetes cenderung lebih cepat mengalami

degenerasi jaringan dan disfungsi dari endotel (Lewis, et al.2011).

4) Dislipidemia

Kadar kolesterol HDL yang rendah memiliki peran yang penting

dalam terjadinya PJK dan terdapat hubungan terbalik antara antara kadar

HDL dan LDL. Peningkatan kadar lemak berhubungan dengan proses

aterosklerosis. Berikut ini faktor dari faktor lipid darah: total kolesterol

plasma >200 mg/dl, nilai LDL >130 mg/dl, trigliserida >150 mg/dl, HDL

<40 mg/dl pada laki-laki (Copstead & Banasik, 2005).

5) Obesitas

Obesitas merupakan keadaan dimana indeks massa tubuh (IMT)

berkisar antara 25-29,9 kg/m2 . Obesitas akan menambah beban kerja

jantung dan terutama adanya penumpukan lemak di bagian sentral tubuh

akan meningkatkan risiko PJK (Soegih, R, & Wiramihardja, K, 2009).

6) Kurang aktifitas fisik

Seseorang yang kurang aktifitas menyebabkan aliran darah di

pembuluh darah kolateral dan arteri koronaria berkurang sehingga aliran

darah ke jantung berkurang. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja

jantung dan pembuluh darah. Dianjurkan melakukan latihan fisik (olah

raga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-4 dalam seminggu sehingga

tercapai hasil yang maksimal.

Program aktifitas fisik harus dirancang untuk meningkatkan

kekuatan fisik dengan menggunakan formula FITT yaitu frequency (berapa

sering), Intensity (berapa lama), Type (Isotonic) dan Time (berapa lama).

Americal College of Vardiologi (ACC) merekomendasikan seluruh warga

Amerika untuk melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari (Lewis, et

al., 2007).

Page 10: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

b. Faktor yang tidak dapat diubah

1) Usia

Seperti halnya dengan penyakit lain, maka PJK akan semakin

berisiko seiring bertambah usia.

2) Jenis Kelamin

Morbiditas akibat PJK pada laki-laki dua kali lebih besar

dibandingkan pada wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih

dini pada laki-laki daripada wanita. Estrogen bersifat protektif pada

wanita, namun setelah menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat

dan sebanding dengan laki-laki. Sebelum menopause, wanita mempunyai

HDL lebih tinggi dan LDL lebih rendah dibandingkan laki-laki, setelah

menopause LDL meningkat (Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’brien &

Bucher, 2007).

3) Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga pada kasus PJK, adalah keluarga yang langsung

berhubungan darah yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor

risiko independen untuk terjadinya PJK, dengan dua hingga empat kali

lebih besar dari pada populasi control.

4) Ras

Ras kulit putih lebih sering terjadi PJK daripada ras African

American pada kulit putih yang berusia pertengahan berisiko tinggi untuk

terkena PJK (Lewis, et.al., 2007).

2.6 Patofisiologi PJK

PJK disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria akibat kakunya

dinding pembuluh darah (arteriosklerosis). Arteri koroner tidak dapat memberi

asupan darah menuju jantung dan kemudian menjadi lebih keras dan lebih sempit

karena pembentukan plak pada dinding bagian dalam arteri koroner, plak

mengalami pembesaran ukuran menyebabkan pembuluh koroner menyempit dan

mengurangi darah yang lewat.

Kurangnya asupan darah ke jantung mengakibatkan kekurangan supply

oksigen untuk otot jantung. Hal ini diiringi dengan munculnya nyeri dada yg

Page 11: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

terasa menembus hingga punggung atau menjalar ke pundak. Jika plak pada

dinding arteri koroner tidak diatasi, otot jantung berhenti mendapat supply

oksigen suatu waktu dapat terjadi serangan jantung atau infark miokard dan

kerusakan permanen pada otot jantung.

Buntut panjang dari penyakit jantung koroner adalah aritmia yaitu

gangguan irama jantung dan yang paling fatal adalah gagal jantung yakni

ketidakmampuan jantung memompa dengan efektif darah menuju ke seluruh

tubuh.

2.7 Upaya Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

a. Pencegahan primer

Harus dilakukan tindakan pencegahan untuk menghilangkan atau

mengendalikan faktor-faktor risiko pada setiap individu. Lemahnya

perhatian terhadap faktor risiko dan penyakit, terbatasnya sarana

pengobatan dan perawatan, dan tingginya biaya pengobatan merupakan

hambatan yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengendalian faktor

risiko dan PJK. Beberapa stategi untuk menurunkan faktor risiko

(Raharjoe, 2011):

Membatasi akses produksi tembakau dengan meningkatkan pajak

dan menegaskan larangan merokok.

Mengurangi penggunaan garam dalam makanan baik secara

individu maupun di tempat makan atau restoran.

Mengurangi konsumsi gula dan lemak

Meningkatkan aktivitas olahraga

Pemberian asuransi kesehatan ker yang melayani pemeriksaan

tekanan darah, glukosa darah, dan lipid.

Prioritas pencegahan terutama dilakukan pada:

1) Pasien dengan PJK, penyakit arteri perifer dan aterosklerosis

cerebrovaskular.

2) Pasien yang tanpa gejala namun tergolong risiko tinggi karena:

- Banyak faktor risiko dan besarnya risiko dalam 10 tahun ≥

5% (atau dengan usia lebih dari 60 tahun) untuk mendapat

Page 12: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

penyakit kardiovaskular yang fatal.

- Peningkatan salah satu komponen faktor risiko:

cholesterol ≥ 8 mmol/l (320 mg/dl), low density

lipoprotein (LDL) cholesterol ≥ 6 mmol/l (240 mg/dl), TD

180/110 mmHg.

- Pasien diabetes tipe 2 dan tipe 1 dengan

mikroalbuminuria.

3) Keluarga dekat dari:

- Pasien dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang

lebih awal

- Pasien dengan risiko tinggi namun tanpa gejala.

4) Orang-orang yang secara rutin melakukan pemeriksaan klinis.

Pedoman Pencegahan Primer Penyakit Jantung dan Stroke

Telah banyak bukti–bukti yang menunjukkan bahwa PJK dapat

dicegah dan penelitian untuk hal ini terus berlanjut. Dari hasil studi

prospektif jangka panjang menunjukkan bahwa orang dengan faktor risiko

rendah mempunyai risiko yang lebih kecil untuk terkena PJK dan stroke.

ACC/AHA merekomendasikan petunjuk untuk pencegahan penyakit

kardiovaskular yang ditentukan dari faktor risiko yang ada (lihat Tabel 1).

Usaha-usaha intervensi dengan cara nonfarmakologik dan farmakologik

dan berbagai uji klinis menunjukkan hal yang bermanfaat. (Tabel 2) :

Tabel 1. Panduan Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular dan Stroke

Berdasarkan Faktor Risiko

Faktor risiko Rekomendasi

Page 13: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

Pencarian faktor risiko

Tujuan: orang dewasa harus

mengetahui tingkatan dan

pentingnya faktor risiko

yang diperiksa secara rutin.

Pemeriksaan faktor risiko harus dimulai sejak

umur 20 tahun. Riwayat keluarga dengan PJK

harus secara rutin dipantau. Merokok, diet,

alkohol, aktivitas fisik harus dievaluasi secara

rutin. Tekanan darah, indeks masa tubuh,

lingkar pinggang, harus diperiksa selang 2

tahun. Pemeriksaan kolesterol dan kadar gula

darah harus tetap dipantau juga.

Estimasi faktor risiko secara

umum

Seluruh orang dewasa

dengan usia di atas 40 tahun

harus mengetahui faktor

risiko mereka untuk

menderita penyakit PJK.

Tujuan: menurunkan faktor

risiko sebesar-besarnya.

Setiap 5 tahun (atau lebih jika ada perubahan

factor risiko), khususnya orang dengan usia

40 tahun atau seseorang dengan faktor risiko

lebih dari 2, harus dapat menentukan faktor

risiko berdasar hitungan 10 tahun faktor risiko.

Faktor risiko yang dilihat adalah merokok,

tekanan darah, pemeriksaan kolesterol, kadar

gula darah, usia, jenis kelamin, dan diabetes.

Pasien diabetes atau risiko 10 tahun > 20%

dianggap sama pasien PJK (risiko PJK

equivalen).

b. Pencegahan Sekunder Penyakit Jantung Koroner

Prevensi sekunder pada individu yang sudah terbukti menderita PJK,

adalah upaya untuk mencegah agar PJK itu tidak berulang lagi (lihat Tabel

3). Prevensi sekunder ini sangat perlu mengingat:

- Individu yang sudah pernah, atau sudah terbukti menderita PJK,

cenderung untuk mendapat sakit jantung lagi, lebih besar

kemungkinannya ketimbang orang yang belum pernah sakit

jantung.

- Proses aterosklerosis yang mendasari PJK, bisa saja terjadi pada

pembuluh darah organ lain di otak yang menimbulkan

cerebrovascular disease (strok), pada aorta atau arteri karotis,

arteri perifer dll. Oleh sebab itu prevensi sekunder untuk PJK dapat

Page 14: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

juga merupakan prevensi primer untuk penyakit aterosklerotik

lainnya.

- Prevensi sekunder belum sepenuhnya mendapat perhatian (under

utilized) dari kalangan praktisi kedokteran, sebagaimana

dilaporkan WHO 2004, khususnya di negara-negara dengan

pendapatan per kapita rendah dan menengah.

Tabel 2. Intervensi Faktor Risiko

Faktor Risiko dan Perubahan yang diharapkanMerokok:- Berhenti total. Tidak terpapar pada lingkungan perokok.

Kontrol Tekanan Darah

€Tujuan TD < 140/90 mm Hg; < 130/80 pada gangguan ginjal atau gagal

jantung, atau < 130/80 mm Hg pada diabetes.

Diet

Tujuan: Mengkonsumsi makanan yang menyehatkan.

Pemberian Aspirin

Tujuan: Aspirin dosis rendah pada penderita dengan risiko tinggi kardiovaskular

(khususnya penderita dengan risiko 10 tahun kejadian kardiovaskuler

10%).€ Tujuan Primer: LDL – C <160 mg/dl jika faktor risiko ≤ 1, LDL-C <130 mg/dl

jika memiliki 2 faktor risiko dan risiko CHD 20%, atau LDL-C <100 mg/dl

jika 2 faktor risiko dimiliki dan memiliki 10% risiko CHD 20% atau jika

pasien juga terkena diabetes.

€ Tujuan Sekunder (jika LDL-C adalah target utama): jika trigliserid > 200 mg/dl,

kemudian digunakan non-HDL-C sebagai tujuan kedua; non HDL-C <190 mg/dl

untuk faktor risiko ≤ 1; non-HDL-C <160 mg/dl untuk faktor risiko ≤ 2 dan

memiliki risiko CHD 10 tahun sebesar ≤ 20%; non-HDL-C < 130 mg/dl untuk

diabetes atau dengan faktor risiko 2 dan risiko 10 tahun CHD > 20%.€ Tujuan: aktivitas fisik minimal 30 menit atau aktivitas fisik dengan intensitas

sedang setiap hari dalam 1 minggu.

Pengaturan Berat Badan

Page 15: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

€ Tujuan: Mencapai dan mempertahankan berat (BMI 18,5-24,9 kg/m2). Bila BMI

25 kg/m2, lingkar pinggang ≤ 40 inci pada pria dan ≤ 35 inci pada wanita.€ Tujuan: KGD puasa (<110 mg/dl) dan HbA1c (<7%).

Atrial Fibrilasi Kronik€ Tujuan: Mencapai sinus ritme atau jika muncul atrial fibrilasi kronik,

antikoagulan dengan INR 2,0-3,0 (target 2,5).

Tabel 3. Pedoman Pencegahan Sekunder Penyakit Jantung Koroner dan

Penyakit Vaskular Lainnya menurut ACC/AHA 2006

Merokok

€ Tujuan: Berhenti total, tidak terpapar pada lingkungan perokok

Kontrol Tekanan Darah

Tujuan:TD < 140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg pada pasien Diabetes atau Penyakit ginjal

kronikPengelolaan Lipid

Tujuan: LDL-C < 100 mg/dl Jika Triglserid 200 mg/dl, non-HDL-C seharusnya < 130

mg/dlAktivitas fisik

€ Tujuan: 30 menit, 7 hari dalam seminggu (minimal 5 hari dalam seminggu)Pengaturan Berat Badan

€ Tujuan:BMI: 18,5 – 24,9 kg/m2. Lingkar pinggang: Pria < 40 inci, Wanita < 35

inci.Pengelolaan Diabetes

€ Tujuan: HbA1c < 7%

Penggunaan obat Antiplatelet/Anticoagulant: Aspirin, clopidogrel, warfarin sesuai

indikasi.Penggunaan Renin-Angiotensin-Aldosterone System Blockers: bila intoleran ganti

dengan ARB.Penggunaan Β-Blockers: kecuali bila ada kontra indikasi.Pemberian vaksinasi influenza pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.

2.8 Upaya Pengobatan Penyakit Jantung Koroner

Page 16: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

Tujuan pengobatan iskemia miokard adalah untuk mencegah terjadinya

kerusakan miokard dengan mempertahankan keseimbangan antara konsumsi

oksigen miokardium dan penyediaan oksigen.

Tujuan pengobatan adalah:

Memperbaiki prognosis dengan cara mencegah infark miokard dan

kematian. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana mengurangi

terjadinya trombotik akut dan disfungsi ventrikel kiri. Tujuan ini dapat

dicapai dengan modifikasi gaya hidup ataupun intervensi farmakologik

yang akan (i) mengurang progresif plak (ii) menstabilkan plak, dengan

mengurangi inflamasi dan memperbaiki fungsi endotel, dan akhirnya (iii)

mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak.

Obat yang digunakan: Obat Antitrombotik: aspirin dosis rendah,

antagonis reseptor ADP (thienopyridin) yaitu clopidogrel dan

ticlopidine; obat penurun kolesterol (statin); ACE-Inhibitors; Beta-

blocker; Calcium channel blockers (CCBs).

Untuk memperbaiki simtom dan iskemi: obat yang digunakan yaitu nitrat

kerja jangka pendek dan jangka panjang, Beta-blocker, CCBs.

Kepada pasien yang menderita PJK maupun keluarga, perlu diterangkan

tentang perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan

bahwa kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan pengobatan

dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik. Kelainan penyerta

seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dll. Perlu ditangani secara baik (lihat

selanjutnya pada bab pencegahan).

Cara pengobatan PJK yaitu, (i) pengobatan farmakologis, (ii)

revaskularisasi miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di atas sifatnya

menyembuhkan. Dengan kata lain tetap diperlukan modifikasi gaya hidup dan

mengatasi faktor penyebab agar progresi penyakit dapat dihambat.

Pengobatan Farmakologik

Aspirin dosis rendah. Dari berbagai studi telah jelas terbukti bahwa aspirin

masih merupakan obat utama untuk pencegahan trombosis. Meta-analisis

menunjukkan, bahwa dosis 75-150 mg sama efektivitasnya dibandingkan

Page 17: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

dengan dosis yang lebih besar. Karena itu aspirin disarankan diberi pada

semua pasien PJK kecuali bila ditemui kontraindikasi. Selain itu aspirin

juga disarankan diberi jangka lama namun perlu diperhatikan efek

samping iritasi gastrointestinal dan perdarahan, dan alergi. Cardioaspirin

memberikan efek samping yang lebih minimal dibandingkan aspirin

lainnya.

Thienopyridine Clopidogrel dan Ticlopidine merupakan antagonis ADP

dan menghambat agregasi trombosit. Clopidogrel lebih diindikasikan pada

penderita dengan resistensi atau intoleransi terhadap aspirin. AHA/ACC

guidelines update 2006 memasukkan kombinasi aspirin dan clopidogrel

harus diberikan pada pasien PCI dengan pemasangan stent, lebih 1 bulan

untuk bare metal stent, lebih 3 bulan untuk sirolimus eluting stent, dan

lebih 6 bulan untuk paclitaxel-eluting stent.

Obat penurun kolesterol. Pengobatan dengan statin digunakan untuk

mengurangi risiko baik pada prevensi primer maupun prevensi sekunder.

Berbagai studi telah membuktikan bahwa statin dapat menurunkan

komplikasi sebesar 39% (Heart Protection Study), ASCOTT-LLA

atorvastatin untuk prevensi primer PJK pada pasca-hipertensi. Statin selain

sebagai penurun kolesterol, juga mempunyai mekanisme lain (pleiotropic

effect) yang dapat berperan sebagai anti inflamasi, anti trombotik dll.

Pemberian atorvastatin 40 mg satu minggu sebelum PCI dapat mengurangi

kerusakan miokard akibat tindakan. Target penurunan LDL kolesterol

adalah < 100 mg/dl dan pada pasien risiko tinggi, DM, penderita PJK

dianjurkan menurunkan LDL kolesterol < 70 mg/dl.

ACE-Inhibitor/ARB. Peranan ACE-I sebagai kardioproteksi untuk prevensi

sekunder pada pasien dengan PJK telah dibuktikan dari berbagai studi a.l.,

HOPE study, EUROPA study dll. Bila intoleransi terhadap ACE-I dapat

diganti dengan ARB.

Nitrat pada umumnya disarankan, karena nitrat memiliki efek venodilator

sehingga preload miokard dan volume akhir bilik kiri dapat menurun

sehingga dengan demikian konsumsi oksigen miokard juga akan menurun.

Nitrat juga melebarkan pembuluh darah normal dan yang mengalami

Page 18: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

aterosklerotik. Menaikkan aliran darah kolateral, dan menghambat

agregasi trombosit. Bila serangan angina tidak respons dengan nitrat

jangka pendek, maka harus diwaspadai adanya infark miokard. Efek

samping obat adalah sakit kepala, dan flushing.

Penyekat β juga merupakan obat standar. Penyekat β menghambat efek

katekolamin pada sirkulasi dan reseptor β-1 yang dapat menyebabkan

penurunan konsumsi oksigen miokard. Pemberian penyekat β dilakukan

dengan target denyut jantung 50-60 per menit. Kontraindikasi terpenting

pemberian penyekat β adalah riwayat asma bronkial, serta disfungsi bilik

kiri akut.

Antagonis kalsium mempunyai efek vasodilatasi. Antagonis kalsium

dapat mengurangi keluhan pada pasien yang telah mendapat nitrat atau

penyekat β; selain itu berguna pula pada pasien yang mempunyai

kontraindikasi penggunaan penyekat β. Antagonis kalsium tidak

disarankan bila terdapat penurunan fungsi bilik kiri atau gangguan

konduksi atrioventrikel.

Rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien dengan

angina stabil menurut ESC 2006 sbb.:

1. Pemberian Aspirin 75 mg per hari pada semua pasien tanpa kontraindikasi

yang spesifik (cth. Perdarahan lambung yang aktif, alergi aspirin, atau

riwayat intoleransi aspirin) (level evidence A).

2. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung koroner

(level evidence A).

3. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi pemberian ACE

inhibitor, seperti hipertensi, disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard

infark dengan disfungsi ventrikel kiri, atau diabetes (level evidence A).

4. Pemberian Beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang

pernah mendapat infark miokard (level evidence A).

Revaskularisasi Miokard

Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil

yang disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi pembedahan,

Page 19: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

bedah pintas koroner (coronary artery bypass surgery = CABG), dan tindakan

intervensi perkutan (percutneous coronary intervention = PCI). Akhir-akhir ini

kedua cara tersebut telah mengalami kemajuan pesat yaitu diperkenalkannya

tindakan, off pump surgery dengan invasif minimal dan drug eluting stent

(DES). Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival ataupun mencegah

infark ataupun untuk menghilangkan gejala. Tindakan mana yang dipilih,

tergantung pada risiko dan keluhan pasien.

Tindakan Pembedahan CABG

Tindakan Pembedahan CABG Tindakan pembedahan lebih baik jika

dilakukan dibanding dengan pengobatan, pada keadaan:

Stenosis yang signifikan ( 50%) di daerah left main (LM).

Stenosis yang signifikan ( 70%) di daerah proximal pada 3 arteri koroner

yang utama.

Stenosis yang signifikan pada 2 daerah arteri koroner utama termasuk

stenosis yang cukup tinggi tingkatannya pada daerah proximal dari left

anterior descending arteri koroner.

Tindakan PCI

Pada mulanya tindakan percutaneous transluminal angioplasty hanya

dilakukan pada satu pembuluh darah saja, sekarang ini telah berkembang lebih

pesat baik oleh karena pengalaman, peralatan terutama stent dan obat-obat

penunjang. Pada pasien dengan PJK stabil dengan anatomi koroner yang sesuai

maka PCI dapat dilakukan pada satu atau lebih pembuluh darah (multi-vessel)

dengan baik (PCI sukses). Risiko kematian oleh tindakan ini berkisar 0.3-1%.

Tindakan PCI pada pasien PJK stabil dibandingkan dengan obat medis, tidaklah

menambah survival dan hal ini berbeda dibanding CABG.

Pemasangan Stent Elektif dan Drug-Eluting Stent (DES)

Pemasangan stent dapat mengurangi restenosis dan ulangan PCI

dibandingkan dengan tindakan balloon angioplasty. Saat ini telah tersedia stent

dilapisi obat (drug-eluting stent = DES) seperti serolimus, paclitaxel dll.

Page 20: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

Dibandingkan dengan bare-metal stents, pemakaian DES dapat mengurangi

restenosis. Studi RAVEL menunjukkan restenosis dapat dikurangi sampai 0%.

Direct stenting (pemasangan stent tanpa predilatasi dengan balon lebih

dulu) merupakan tindakan yang feasible pada penderita dengan stenosis arteri

koroner tertentu yaitu tanpa perkapuran, lesi tunggal, tanpa angulasi atau turtoasitas

berat. Tindakan direct stenting dapat mengurangi waktu tindakan/ waktu iskemik,

mengurangi radiasi, pemakaian kontras, mengurangi biaya.

Tindakan Intervensi Koroner Perkutan Primer (Primary PCI)

Pasien PJK stabil dan mengalami komplikasi serangan jantung mendadak

(SKA), mortalitasnya tinggi sekali (> 90%). Dengan kemajuan teknologi

sekarang ini telah dapat dilakukan tindakan intervensi koroner perkutan primer

(primary PCI) yaitu suatu teknik untuk menghilangkan trombus dan melebarkan

pembuluh darah koroner yang menyempit dengan memakai kateter balon dan

seringkali dilakukan pemasangan stent. Tindakan ini dapat menghilangkan

penyumbatan dengan segera, sehingga aliran darah dapat menjadi normal

kembali, sehingga kerusakan otot jantung dapat dihindari. PCI primer ialah

pengobatan infark jantung akut yang terbaik saat ini, karena dapat menghentikan

serangan infark jantung akut dan menurunkan mortalitas sampai di bawah 2%.

Rehabilitasi

Tujuan akhir pengobatan penyakit jantung koroner adalah mengembalikan

penderita ke gaya hidup produktif dan menyenangkan. Rehabilitasi jantung,

seperti yang didefinisikan oleh American Heart association dan The Task Force

on Cardiovascular Rehabilitation of the National Heart, Lung, and Blood Institute

adalah proses memulihkan dan memelihara potensi fisik, psikologis, sosial,

pendidikan, dan pekerjaan pasien. Pasien harus dibantu untuk meneruskan

kembali tingkat kegiatan mereka sesuai fisik mereka dan tidak dihambat oleh

tekanan psikologis.

Page 21: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang organ

jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki

oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga merupakan

salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor

resiko yang antara lain tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolestrol, gaya

hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga,

merokok, konsumsi alkohol, dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung

koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari

faktor-faktor resiko seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolestrol,

melakukan aktivitas fisik, dan olahraga secara teratur, menghindari stress kerja.

3.2 Saran

Page 22: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

Perlunya upaya kesehatan bagi penderita penyakit jantung koroner yaitu

melaksanan upaya promotif, perilaku hidup sehat, upaya prventif, upaya

kuratif, dan upaya rehabilitatif.

Perlunya program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis

penderita penyakit jantung koroner dengan cara mengintegrasikan dengan

program pemerintah lainnya.

Perlunya sosialisai dengan seluruh kelompok masyarakat, agar leih

memahami karakteristik penderita jantung koroner serta faktor resiko dan

juga karakteristik penyakit pada penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Backer Guy De, Ambrosioni Ettore, Broch-Johnsen Knut, et al. European

Guidelines on Cardiovascular Disease Prevention in Clinical

Practice.Third Joint Task Force of European and Other Societies on

Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice.European Society

of Cardiology 2003. Lippincott Williams & Wilkins S 2- S 10.

Beckerman, James. 2016. “Coronary Artery Disease”. WebMD Medical

Reference. Akses pada

http://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-

artery-disease [Jum'at, 01 April 2016].

Braunwald E., Antmann Elliott M., Beasley; John W., Califf Robert M., et al.

ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients With Unstable

Angina and Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction:

Executive Summary and Recommendations.ACC/AHA Practice

Guidelines. Cicrculation. 2002; 102: 1193-1209.

Page 23: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

Califf R. M., Antman E. M., Grines C.L., Kereiakes D., Bernink P.J.L.M., Fox

Daulat Manurung: Prevensi Sekunder Pada Penderita Penyakit Jantung

Koroner (PJK) dan Penyakit Pembuluh Darah Aterosklerotik Lainnya,

dalam Upaya Memperbaiki Harapan Hidup, Mengurangi Serangan Ulang

dan Meningkatkan Kualitas Hidup. Pidato Pada Upacara Pengukuhan

Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Penyakit Dalam Pada Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 9 Juni 2007, Jakarta.

Fox Kim, Garcia Maria angeles Alonso, Ardissino Diego, et al. Guidelines on

the Management of Stable Angina Pectoris: Full Text. The Task Force on

the Management of Stable Angina Pectoris of the European Society of

Cardiology. The European Society of Cardiology 2006. Eur Heart J doi:

10.1093/eurheartj/ehl001.

Guy De Backer, Ambrosioni Ettore, Borch-johnsen Knut, et al. Executive

Summary European Guidelines on Cardiovascular disease prevention in

clinical practice. Third Joint Task Force of European and Other Societies

on Cardiovascular Disease Prevention in clinical Practice. European

Society of Cardiology 2003. Published by Lippincott Williams &

Wilkins. European Journal of Cardiovascular Prevention and

Rehabilitation 2003, 10: S1-S10.

Hanafi BT: Perkembangan Terbaru Intervensi Koroner Perkutan Primer Sebuah

Upaya Meminimalkan Mortalitas Infark Jantung Akut. Pidato pada

Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Penyakit

Dalam Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 22 April 2006,

Jakarta.

Hunter Carolyn. Coronary Artery Disease Risk Management. National Center of

Continuing Education. Available at: htttp://www.nursece.com/

onlinecourses/933.html.

Info-Kes.com. 2013. “Penyakit Jantung Koroner (PJK)”. Akses pada

http://www.info-kes.com/2013/07/penyakit-jantung-koroner-pjk.html

[Jum'at, 01 April 2016].

K. A. A. Acute Coronary Syndromes: A Transtition in Treatment Standards.

Journal of the European Society of Cardiology July 2000; 2 (Suplement

Page 24: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

F): F2-24.

Kavey Rae-Ellen, Daniels Stephen R., Lauer Ronald M., et al. American Heart

Association Guidelines for Primary Prevention of Atherosclerotic

Cardiovascular Disease Beginning in Chilhood. Circulation 2003; 107:

1562. available at: http://www/circ.ahajournals.org/cgi/content/

full/107/11/1562.

Koenig W. Eur Heart J Supplements 1999: 1; T19-26.

Krisnatuti, D & Rina Yenrina. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung

Koroner. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Lab. Kateterisasi RS H. Adam Malik: Data pasien yang dilakukan angiografi di

RS HAM Medan 2003- Juni 2007.

Lauer Michael. Primary Prevention of Atherosclerotic Cardiovascular Disease.

JAMA 2007; 297: 1376-1378. available at: http://jama.

ama-assn.org/cgi/content/full/297/12/1376.

Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksesn, S.R., O’brien, P.G. & Bucher, L.

2007. Medical Surgical Nursing : Assesment and Management of

Clinical Problems. Sevent Edition. Volume 2. Mosby Elsevier

Libby Peter, Theroux Pierre. Pathophysiology of Coronary Artery Disease.

Circulation 2005; 111: 3481-3488. Available at http://circ.

ahajournals.org/cgi/content/full/111/25/3481.

Makover Michael E, Ebrahim Shah. What is The Best Strategy for Reducing

Deaths from Heart Disease? April 2005. Volume 2, Issue 4, e 98.

Available at www.plosmedicine.org.

Mc Taggart Don. Stable Angina Pectoris: Treatment and refferral Options. MJA

Vol 171 5 July 1999.

Morrow D.A., Gers B.J., Braunwald E.: Chronic Coronary Artery Disease in

Braunwald Heart disease A Text Book of Cardiovascular Medicine,

Elsevier 7th Edition 2005, 1281-1342.

National Institute of Health. 2015. “What Is Cononary Heart Disease?”. U.S.

Department of Health & Human Services. Akses pada

http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/cad{01 April 2016].

New Approaches to Managing Multiple Risk Factors in Cardiovascular Disease.

Page 25: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

A Satelilite symposium held during the ESC Congress 2003.

Pearson Thomas A., Blair Steven N., Daniels Stephen R., et al. AHA Guidelines

for Primary Prevention of Cardiovascular disease and Stroke: 2002

Update: Consensus Panel Guideline to Comprehensive Risk Reduction

for Adult Patients without Coronary or Other Atherosclerotic Vascular

Disease.Circulation 2002; 106; 388-391. Available at

http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/106/3/388.

Penyakit Jantung dan Stroke Serta Pencegahannya. Yayasan Jantung Indonesia.

Available at, http://id.inaheart.or.id/?p=49.

Penyakit Jantung Koroner, Si Perenggut Nyawa. http://www.info-

sehat.com/content.php?s_id=132.

POSKOTA news.com. 2016. “Waspada Gejala Jantung Koroner Bisa Mirip

Flu”. Akses pada http://poskotanews.com/2016/03/30/waspada-gejala-

jantung-koroner-bisa-mirip-flu/[Sabtu, 02 April 2016]

Rahman, AM. Angina Pektoris Stabil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi 4 jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI. 2006.

Ramrakha Punit, Hill Jonathan; Atherosclerosis Pathophysiology, Chapter 4

Coronary Artery Disease. Oxford Handbook of Cardiology, 1st Edition,

2006 Oxford University Press, New York, 112-19.

Ross R. Nature 1993; 362: 801-809.

Sabrina, Ica DZ. 2013. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah: RERATA WAKTU

PENGGUNAAN MESIN CARDIOPULMONARY BYPASS PADA

OPERASI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR.

KARIADI SEMARANG BULAN JANUARI 2011 – JANUARI 2013.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Smith Sidney C., Allen Jerilyn, Blair Steven N., et al. AHA/ACC Guidelines for

Secondary Prevention for Patients With Coronary and Other Atherosclerotic

Vascular Disease: 2006 Update: Endorsed by the National Heart Lung,

and Blood Institute. Circulation 2006; 113; 2363-2372. Available at

http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/113/19/2363.

Smith Sidney C., Feldman Ted E., Hirshfield John W., et al. ACC/AHA/SCAI

Page 26: Pengobatan Farmakologikkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/Penyakit... · Web viewManifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

2005 Guideline Update for Percutaneus Coronary Intervention-Summary

Article. A report of the American College of Cardiology/American

Heart Association Task Force on Practice Guideline (ACC/AHA/SCAI

Writing Committee to Update the 2001 Guidelines for Percutaneus

Coronary Intervention) Circulation 2006; 113: Available at: http://www.

circulationaha.org.

Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner.

Jakarta: CV. Trans Info Medika.Tribunkesehatan. 2016. “Penyakit

Jantung Koroner Penyebab Kematian Terbesar di Negara Berkembang

Hingga Tahun 2020”. Akses pada

http://www.tribunnews.com/kesehatan/2016/03/30/penyakit-jantung-

koroner-penyebab-kematian-terbesar-di-negara-berkembang-hingga-

tahun-2020 [Jum'at, 01 April 2016].

Wood David. The Concept of Doctor Targets Based on Quality guidelines:

Focus on blood Pressure. The European society of Cardiology 2007.

European Heart Journal Supplement (2007) 9 (Supplement B), B29- B36.