Pengobatan Dalam Islam

17
PENGOBATAN DALAM ISLAM

description

Studi Islam III

Transcript of Pengobatan Dalam Islam

  • PENGOBATAN

    DALAM ISLAM

  • Hukum Berobat??

    Jika seorang menderita penyakit

    Ringan (tdk diobati tdk jadi masalah)

    Berat (penyembuhan sudah tidak dapat

    diharapkan lagi; sudah tipis harapan sembuh)

    Apakah seorang muslim wajib berobat

    ataukah hanya sekedar ikhtiyar?

  • berobat hukumnya mubah

    Jumhur ulama (Hanafiyah & Malikiyah)

    Dari Atha` bin Abi Rabah ra berkata,Ibnu Abbas ra berkata kepadaku,Maukah aku tunjukkan kamu seorang wanita ahli surga?. Aku bilang,Mau.

    Inilah wanita hitam yang datang kepada Nabi SAW meminta,Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan aku takut pakaianku tersingkap saat datang ayanku. Mintakan kepada Allah untuk kesembuhanku.

    Rasulullah SAW menjawab,Bila kamu mau, bersabarlah maka kamu akan masuk surga. Tapi kalau tidak mau bersabar, aku akan meminta kepada Allah agar kamu segera sembuh.

    Wanita itu menjawab,Aku memilih bersabar, tapi aku tetap takut pakaianku tersingkap saat ayan, mintalah kepada Allah agar saat ayan pakaianku tidak akan tersingkap. Maka Rasulullah SAW berdoa untuknya. (HR. Bukhari Muslim).

  • hukumnya mustahab

    (dianjurkan) Ulama Syafi'iyah, Al-Qadhi, Ibnu Aqil dan

    Ibnul Jauzi dari kalangan ulama Hambali

    Secara umum berobat dianjurkan syariat

  • "Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi setiap penyakit obatnya, maka janganlah berobat dg perkara yg haram."(H.R Abu Dawud No:3372)

    Hadits Usamah bin Syarik r.a, ia berkata: "Seorang Arab badui bertanya: "Wahai Rasulullah,

    bolehkah kita berobat?" Rasulullah SAW bersabda:

    "Berobatlah, karena Allah telah menetapkan obat bagi setiap penyakit yang diturunkan-Nya, kecuali satu penyakit!"

    Para sahabat bertanya: "Penyakit apa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Pikun.

    (H.R At-Tirmidzi)

    Ada perintah berobat

  • Hukum mustahab (dianjurkan)

    Berbekam dan berobatnya Rasulullah SAW

    merupakan dalil disyariatkannya berobat

    Menurut ulama Syafi'iyah hukum berobat

    menjadi mustahab bilamana dipastikan tidak

    begitu membawa faidah

    Namun bilamana dipastikan berfaidah maka

    hukumnya wajib, seperti membalut luka

    misalnya. Di antaranya adalah transfusi darah,

    untuk beberapa kondisi tertentu.

  • berobat hukumnya tidaklah wajib

    menurut jumhur ulama

    kecuali jika mesti (tidak bisa tidak) harus dilakukan, menurut sebagian ulama

    Adapun kondisi tanpa berobat si sakit juga tidak terganggu, maka dalam kondisi begitu tidak ada masalah meninggalkan berobat

    Akan tetapi si sakit hendaknya tidak lupa bertawakkal kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya.

  • Adab berobat

  • 1.Meluruskan niat

    Orang yg sakit berniat untuk menjaga kesehatannya agar ia tetap kuat melaksanakan ketaatan kpd Allah swt

    Orang yg mengobati berniat untuk membantu saudaranya sesama Muslim & menolong semampunya

    Bahwa obat & dokter hanya sebagai sarana penyembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah

  • 2. Tidak Menggunakan Obat-

    obatan yang Diharamkan

    Obat-obatan yang diharamkan misalnya meruqyah dengan lafadz-lafadz yang mengandung kesyirikan

    Rasulullah saw melarang berobat dengan obat-obatan yang kotor (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a, dan Shahiih Abi Dawud)

    Ketika seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw tentang hukum mengambil khamer sebagai obat, ia berkata:Khamer itu obat. Lantas, beliau menjawab:Khamer itu bukan obat, tetapi penyakit. (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)

  • 3.Berkonsultasi dg Ahli Medis

    Hendaknya seseorang berkonsultasi dg kalangan orang-orang yg mengetahui ilmu pengobatan

    Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS An-Nahl:43)

    Tidak semua orang mengetahui ilmu pengobatan

    Sesungguhnya Allah Taala tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya, ada yang mengetahuinya dan ada juga yang tidak, kecuali penyakit as-saam, yaitu kematian. (HR. Al-Hakim )

    Orang yg sedang menderita sakit hendaknya berkonsultasi dg dokter untuk mengetahui jenis penyakit dan mendapatkan obat yg cocok untuk penyakitnya

  • 4. Meyakini bahwa Kesembuhan

    Datangnya Hanya dari Allah SWT

    Dokter & penderita sakit wajib meyakini bahwa

    kesembuhan datangnya hanya dari Allah SWT

    Adapun obat dan terapi merupakan sebab dari kesembuhan. Jika Allah menginginkan, Dia akan menjadikan obat tersebut bermanfaat dan jika tidak, maka obat tersebut tidak akan memberikan pengaruh

    Jika aku sakit, maka Dialah Yang menyembuhkan aku (QS. Asy-Syuaraa:80)

    Barangsiapa menyakini bahwa obat itulah yg menyebuhkan tanpa ada kaitannya dg kehendak Allah, berarti ia telah menyekutukan Allah SWT & tidak bertawakkal kepada-Nya

    Ketika seorang Muslim minum obatnya, ia wajib meyakini bahwa kesembuhan datangnya hanya dari Allah SWT

  • Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Qs. Asy Syuaraa: 80)

    Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Yunus: 107)

    Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Qs. Al Anaam: 17)

  • Berobat dg benda najis & haram

    Misal: berobat dg air kencing manusia

    Ada perbedaan pendapat (khilafiyah) di kalangan ulama

    HARAM Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

    BOLEH ulama Hanafiyah

    BOLEH dlm keadaan darurat Yusuf Al-Qardhawi

    MAKRUH Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

    Pendapat yg rajih (kuat) adalah yg memakruhkannya

  • M a k r u h

    Terdapat 2 kelompok hadits yg nampak bertentangan (taarudh) dlm masalah ini

    Ada hadits yg melarang berobat dg benda haram & najis

    Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagimu pada apa-apa yang diharamkankan Allah atasmu.

    (HR Bukhari dan Baihaqi)

    Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Hendaklah kalian berobat, dan janganlah kalian berobat dengan sesuatu yang haram. (HR Abu Dawud)

  • M a k r u h Ada hadits yg membolehkan berobat dg benda najis &

    haram

    Nabi SAW membolehkan suku Ukl dan Uraynah berobat dengan meminum air kencing unta (HR Muslim)

    Hadits ini membolehkan berobat dg najis, sebab air kencing unta itu najis

    Hadits lain dari Anas ra :

    Rasulullah SAW memberi keringanan (rukhsah) kepada Zubair bin Al-Awwam dan Abdurrahman bin Auf untuk memakai kain sutera karena menderita penyakit gatal-gatal (HR Bukhari & Muslim)

    Hadits ini membolehkan berobat dg benda yg haram (dimanfaatkan), sebab sutera haram dipakai oleh laki-laki (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

  • M a k r u h

    Mengkompromikan (men-jama) kedua kelompok hadits di atas

    Sabda Nabi SAW untuk tidak berobat dg yg haram tidak otomatis menunjukkan keharaman, tapi sekedar menunjukkan tuntutan (thalab) untuk meninggalkan perbuatan

    Dua hadits yg membolehkan berobat dg benda najis & haram dijadikan qarinah (petunjuk) yg memperjelas sifat tuntutan tersebut

    Kesimpulannya, tuntutan tersebut adalah tuntutan (thalab) yg tidak tegas (ghairu jazim), sehingga hukum syara yg diistinbath adalah makruh, bukan haram