Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tanggaprespektif Al …
Transcript of Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tanggaprespektif Al …
Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir P-ISSN: 2406-9582 E-ISSN: 2581-2564
DOI: 10.30868/at.v6i01.1374
.
81 81
Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tanggaprespektif Al-Qur’an
M. Alinurdin1, Achmad Abubakar2, Aan Parhani.3
1 Pascasarjana UIN Alauddin Makassar 2,3 UIN Alauddin Makassar
email: [email protected]
email: [email protected]
email: [email protected]
ABSTRACT
Domestic violence is one of the national and even international problems that have not
yet been dealt with until now. Based on reports from related institutions, in Indonesia,
cases of domestic violence, especially against women, continue to increase from year to
year. Many studies and views have emerged about the causes of the increase in violence.
Some views consider that one of the causes of violence is because of religious legitimacy
in which there are verses of the Qur'an that support violence against women. This study
examines the content of the meaning of the verse and the argument of the compatibility
of Islam with the movement to eliminate domestic violence. Regarding to the focus of the
study, the research found: First, the interpretation of the word 'wadribuhunna' in al-
Nisa/4:34 is not interpreted as an order to beat a wife if she disobeys but is just a
permissibility. Nor is it allowed to hit absolutely but is limited by strict conditions.
Second, there are many arguments from the Qur'an that support the elimination of
various forms of domestic violence which are reinforced by the hadith of the Prophet
Muhammad. This proves that Islam is in line with the legislation on the elimination of
domestic violence at national and international levels.
ABSTRAK
Kekerasan dalam rumah tangga menjadi salah satu permasalahan nasional bahkan
internasional yang belum menemui titik terang penanganannya hingga sekarang.
Berdasarkan laporan lembaga terkait, di Indonesia, kasus kekerasan dalam rumah tangga
khususnya terhadap perempuan terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak kajian dan
pandangan yang muncul tentang sebab peningkatan kekerasan. Sebagian pandangan
menilai salah satu sebab adanya kekerasan karena lagitimasi agama yang mana terdapat
ayat al-Qur’an yang mendukung kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini mengkaji
tentang kandungan makna dari ayat yang dimaksud dan dalil kesesuaian Islam dengan
gerakan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Dari fokus kajian, penelitian
menemukan: Pertama, penafsiran kata ‘wad}ribu>hunna’ dalam al-Nisa/4: 34 tidaklah
dimaknai perintah untuk memukul istri jika tidak taat tetapi hanya sekedar kebolehan.
Tidak pula diperbolehkan memukul secara mutlak tetapi dibatasi dengan syarat yang
ketat. Kedua, terdapat banyak dalil dari al-Qur’an yang mendukung penghapusan
berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang diperkuat dengan hadis Rasulullah
saw. Hal ini membuktikan bahwa Islam sejalan dengan perundangan penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga pada lingkup nasional maupun internasional.
Keywords: Islamic Protection, Violence, Women
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
82
A. PENDAHULUAN
KDRT (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga) merupakan salah satu bentuk
kekerasan terbanyak terhadap
perempuan. Pengertian kekerasan
terhadap perempuan secara umum
terdapat dalam Deklarasi PBB tentang
Penghapusan Kekerasan terhadap
Perempuan (Declaration on the
Elimination of Violence against Women)
tahun 1993 Pasal 1 yaitu: Setiap tindakan
kekerasan berbasis gender (gender based
violence) yang berpeluang atau
mengakibatkan kesengsaraan atau
penderitaan dalam bentuk fisik, seksual,
atau psikologis, termasuk ancaman
tindakan tertentu, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang, baik yang terjadi di
tempat umum (dalam masyarakat) atau
dalam kehidupan pribadi.1
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT) pasal 1 angka 1,
KDRT adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau
1United Nations. (1993). Declaration on the
Elimination of Violence against Women
Proclaimed by General Assembly Resolution
48/104 of 20 December 1993.
penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan atau penelantaran rumah
tangga, termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.2
Kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan berdasarkan
laporan Komnas Perempuan pada tahun
2019 tercatat 11.105 kasus atau 75% dari
seluruh kasus kekerasan terhadap
perempuan secara keseluruhan salama
satu tahun yang dilayani oleh lembaga
mitra Komnas Perempuan.3 Pada tahun
2020 tercatat 6.480 kasus atau 79% dari
keseluruhan kasus yang dilayani.
Berikut rincian dari data KDRT dua
tahun terakhir
Bentuk
KDRT
Jumlah (%)
2019
(75%)
2020
(79%)
Kekerasan
Fisik
4.783 kasus
(43%)
2.025
kasus
(31%)
Kekerasan
Seksual
2.807 kasus
(25%)
1.983
kasus (30
%)
Kekerasan
Psikis
2.056
Kasus
(19%)
1.792
kasus
(28%)
2Republik Indonesia. (2004). Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 3Komnas Perempuan. (2020). Info Grafis
Catahu 2020.Pdf.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
83 83
Kekerasan
Ekonomi
1.459
Kasus
(13%)
680
kasus
(10%)
Sumber: Catatan Tahunan Komnas Perempuan
2020 & 2021
Data yang diperolah terlihat
menurut karena kuesioner yang
berkurang hampir 100% dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2019 jumlah
pengembalian kuesioner sejumlah 239
lembaga, sedangkan tahun 2020 hanya
120 lembaga. Namun sebanyak 34%
lembaga yang mengembalikan kuesioner
menyatakan bahwa terdapat peningkatan
pengaduan kasus di masa pandemi. Data
pengaduan langsung ke Komnas
Perempuan juga mengalami peningkatan
drastis 60% dari 1.413 kasus di tahun
2019 menjadi 2.389 kasus di tahun
2020.4 Dengan demikian, kasus
kekerasan terhadap perempuan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Sali Susiana KDRT pada pandemi
Covid-19 semakin meningkat dengan
pembatasan dan kegiatan di rumah yang
meningkat. Selain itu kondisi tersebut
4Komnas Perempuan, “CATAHU 2020
Komnas Perempuan: Lembar Fakta dan Poin
Kunci (5 Maret 2021),” 2021,
https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-
detail/catahu-2020-komnas-perempuan-lembar-
fakta-dan-poin-kunci-5-maret-2021. 5Sali Susiana. (2020). Kekerasan dalam
Rumah Tangga pada Masa Pandemi Covid-19.
juga mempersulit penanganan kekerasan
terhadap perempuan.5
Landasan norma hukum tantang
penghapusan KDRT telah diundangkan
sejak tahun 2004 tetapi implementasinya
masih mengalami berbagai kendala.
Menurut Bonaparte yang dikutip oleh
Sali Susiana,6 terdapat beberapa
hambatan yang dapat dibagi dalam dua
katagori: 1) Korban mencabut
pengaduan dengan berbagai alasan,
seperti: menjaga keutuhan keluarga atau
kondisi psikologis anak, korban secara
ekonomi tergantung pada pelaku, korban
takut ancaman dari pelaku (suami), dan
campur tangan pihak keluarga atau
alasan budaya adat/norma agama. 2)
Kurangnya bukti yang disebabkan
beberapa hal: menghindari anak sebagai
saksi, pertimbangan kondisi psikologis
anak dan dampaknya, menjaga netralitas
saksi dalam lingkungan rumah tangga,
korban tidak langsung melapor setelah
kejadian sehingga sulit melakukan
visum, penelantaran ekonomi
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI XII,
no. 24: 13–18,
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/I
nfo Singkat-XII-24-II-P3DI-Desember-2020-
177.pdf. 6Sali Susiana. (2020). hlm. 13-18.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
84
disebabkan pelaku tidak mempunyai
pekerjaan (penghasilan).
Menurut sebagian kalangan kendala
penghapusan KDRT diperparah dengan
doktrin agama Islam yang membiarkan
bahkan mendukung kekerasan terhadap
perempuan. Meski kadang laki-laki juga
menjadi kekerasan oleh perempuan,
pembenaran terhadap anggapan
kalangan tersebut dengan melihat
dominasi laki-laki (suami) sebagai
pelaku kekerasan dalam rumah tangga.
Kandungan Q.S. al-Nisa/4: 34 dianggap
memerintahkan memukul istri yang lalai
dari tanggung jawab. Ayat ini dipahami
melegitimasi kekerasan fisik dalam
rumah tangga sekaligus menunjukkan
dominasi laki-laki sehingga istri harus
tunduk dan menerima segala perlakukan
suami.
Pokok permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini ialah bagaimana
relevansi dan perlindungan Islam yang
didasari al-Qur’an hadap penghapusan
KDRT. Rumusan tersebut dapat dibagi
dalam dua pembahasan: 1) Pemaknaan
terhadap Q.S. al-Nisa/4: 34 tentang
pemukulan terhadap istri oleh suami. 2)
Dalil-dalil tentang dukungan Islam
terhadap penghapusan KDRT.
7Sumadi Suryabrata. (2000). Metodologi
Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada. hlm. 18.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan
menggunakan data kualitatif. Sumber
data dari buku-buku/literatur dan karya
tulis terkait dengan tema. Sumber lain
diambil dari jurnal atau karya tulis para
peneliti yang telah lebih dulu mengkaji
permasalahan tersebut. Data yang telah
terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis isi (content
analysis). Analisis isi ditekankan pada
isi pesan atau kemunikasi secara
kualitatif, bagaimana memaknai isi
pasan, kemudian satuan makna
dianalisis dan dicari hubungan satu
dengan lainnya untuk menemukan
makna, arti, dan tujuan dari pesan itu.7
Analisis diaplikasikan untuk mengkaji
data dengan cara memaparkan gagasan
dengan menambahkan penjelasan
sehingga diperoleh informasi yang
menyeluruh tentang permasalahan yang
dibahas.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
85 85
C. PEMBAHASAN
1. Pemaknaan (Kembali) Terdahap
Q.S. al-Nisa/4: 43
Secara umum terdapat dua
klasifikasi tafsir yaitu tafsir al-Qur’an
berbasis teks-teks (tafsir bi al-ma’s\ur)
yang disebut juga tafsir bi riwayah dan
tafsir berbasis akal pikiran (tafsir bi al-
ra’yi) yang dikenal juga dengan tafsir bi
al-dirayah.8 Pada perkembangan
selanjutnya hampir semua tafsir
berusaha mengkombinasikan kedua
jenis pendekatan ini, meskipun ada
kerakter khusus yang mengindikasikan
lebih conderung pada salah satu
pendekatan. Selain tafsir juga terdapat
kajian makna al-Qur’an yakni
terjemahan. Penerjemahan al-Qur’an
bukan sekedar pengalihan bahasa tetapi
merupakan upaya penjelasan makna ayat
al-Qur’an dengan bahasa non-Arab.9
Dengan pengertian sebagai “penjelasan”
bukan “pengalihan bahasa” karya
terjemahan yang ada khususnya di
Indonesia merupakan bagian dari tafsir.
Ada satu ayat yaitu Q.S. al-Nisa/4:
34 yang sering dimaknai secara tekstual
sehingga melahirkan pemahaman bahwa
8Jalal Al-Din Al-Suyuti. (1974). Al-Ifqan fi
Ulum Al-Qur’an. Kairo: al-Hai’ah al-Misriyyah
al-’Ammah li al-Kitab. hlm. 191-194.
Islam tidak mendukung pemberantasan
KDRT. Allah S.A.W. berfirman:
ما ب ء سا
الن ى
عل امون و
ق جال
لر ا
ما ب
و بعض ى عل بعضهم
هالل ل ض
ف
ت ت ن
حت ق ل الصه
م ف ه موال
ن ا فقوا م
نا
ي ته وال
هالل
ظ حف ما ب يب
غل ل ت
ظ حف
وهن ت
ظ ع
ف وزهن
ش
ن ون
اف
خ
بوهن واضر ع ضاج ال ى ف
واهجروهن
ن يهعل وا
بغ
ت
ل
ف م
عنك
طا ن ا
ف
ا يرا با ك ي ان عل
ك
هن الل ا
ايل سب
Laki-laki (suami) itu pelindung
bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain
(perempuan), dan karena
mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari
hartanya. Maka perempuan-
perempuan yang saleh adalah
mereka yang taat (kepada Allah)
dan menjaga diri ketika
(suaminya) tidak ada, karena
Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang
kamu khawatirkan akan nusyuz,
hendaklah kamu beri nasihat
kepada mereka, tinggalkanlah
mereka di tempat tidur (pisah
ranjang), dan (kalau perlu)
pukullah mereka. Tetapi jika
mereka menaatimu, maka
9Ismail Lubis. (2000). Al-Qur’an dan
Terjemahannya Edisi Tahun 1990; Studi
Pleonasme, Gramatika, Diksi, Dan Idiom. UIN
Sunan Kalijaga. hlm. 64.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
86
janganlah kamu mencari-cari
alasan untuk menyusahkannya.
Sungguh, Allah Mahatinggi,
Mahabesar.
Letak diskusi dan kontroversi terkait
dengan kekerasan dalam rumah tangga
terdapat pada pemakanaan kata واضربوهن
(wadribuhunna). Dalam terjemahan
resmi Kementerian Agama –Depag saat
itu- tahun 2002 kata wadribuhunna
diartikan dengan “dan (kalau perlu)
pukullah mereka”. Penjelasan “kalau
perlu” tidak terdapat dalam kata asal
wadribuhunna. Maksud tambahan
penjelasan ini sebagai batasan memukul
yang diperbolekan. Dengan melihat
terjemahan dipahami bahwa memukul
dilakukan jika dianggap perlu.
Terjemahan memberikan batasan
keperluan atau kebutuhan. Adanya
pembatasan ini mengindikasikan adanya
dilema atau perlunya memberikan
pemaknaan yang jelas dari maksud
perintah memukul dalam ayat ini.
Olehnya itu, memukul tidak bersifat
mutlak tetapi muqayyad
(terbatas/tertentu) saja.
10Ismail bin Umar bin Kasir. (1999). Tafsir
Al-Qur’an Al-Azim. Dar Tayyibah li al-Nasyr wa
al-Tauzi’. hlm. 295. 11Muhammad bin Jarir Al-Tabari. (2000).
Jami' Al-Bayan Fi Ta’wil Al-Qur’an. Muassasah
al-Risalah. hlm. 313.
Melihat dari bebagai penafsiran
ulama terkait kata wadribuhuna,
pemahaman tentang maksud dari kata ini
dapat dibagi dalam dua pemaknaan.
a. Memukul secara terbatas
Terdapat banyak ulama yang
menafsirkan memukul secara terbatas
atau dengan ketentuan-ketentuan
tertentu, di antara al-Tabari, Ibnu Kasir,
al-Qurtubi, al-Razi. Sebagian besar ahli
tafsir tanah air juga memaknai
wadribuhunna memukul dengan
berbagai catatan dan pembatasan.
Beberapa tafsir yang dikenal lebih
berbercorak tafsir bi al-riwayah
memiliki pandangan yang hampir sama
terkait dengan pemaknaan memukul
dalam Q.S. al-Nisa/4: 34. Ibnu Kasir
dalam Tasir Al-Qur’an Al-Azim10 dan al-
Tabari11 dalam Jami Al-Bayan Fi Ta’wil
Al-Qur’an menjelaskan bahwa jika istri
tidak berubah setelah diberikan nasihat
dan pisah ranjang atau mendiamkannya
maka bagi suami boleh memukulnya
dengan pukulan yang tidak keras
sehingga tidak meninggalkan bekas. Al-
Qurtubi12 mengungkapkan pemaknaan
yang sama dengan memberikan
12Syam Al-Din Al-Qurtubi. (1964). Al-Jami
Li Ahkam Al-Qur’an. Kairo: Dar al-Kutub al-
Mis}riyyah. hlm. 172.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
87 87
penjelasan maksud dari pukulan yang
tidak menyakiti.
رب في هذيهي اليةي هو ضرب الدبي والضر عظما ي ل يكسي ، وهو الذي غي المبريحيفإين ونويها، جاريحة كاللكزةي ين يشي ول
لح ل غي. فل نه الص جرم المقصود ميمان إيذا أدى إيل اللكي وجب الض
Dan maksud memukul dalam
ayat ini adalah memukul dengan
tujuan mendidik tanpa
menyakiti. Yaitu tidak
mematahkan tulang atau
melukai anggota badan lainnya
seperti meninju, menampar,
atau yang lainnya. Tujuan dari
memukul di sini untuk
perdamaian (agar istri berhenti
nusyuz). Tidak ada yang lain.
Jika pukulan mengakibatkan
kematian tentu dikenai sanksi
tanggungan.
Pemaknaan yang sama dari
beberapa mufassir terkemuka ini
didasarkan nasihat Rasulullah saw. pada
saat haji wada selah satunya tentang
perlakuan terhadap perempuan (istri):
الحوصي بني عمريو بني سليمان عن حج د شهي أنه : أبي ثني ال حدر مع ة وداعي
اللي وسلم ص -رسولي عليهي الل ، -لى ر ووعظ، ث د الل وأثن عليهي، وذك فحمين فإين خيا، لنريساءي بي "است وصوا قال:
ئا هن شي ن عيندكم عوان، ليس تليكون ميشة مب يرينة، غي ذ ليك، إيل أن يتيين بيفاحي
عي المضاجي في فاهجروهن ف علن فإين واضريبوهن ضرب غي مبريح، فإين أطعنكم
ن سبييل غوا عليهي ...فل ت ب Dari Sulaiman bin Amr bin al-
Ahwas} berkata: Bapakku telah
menceritakan kepadaku
bahwasanya ia menghadiri haji
wada’ bersama Rasulullah saw.
Beliau memuji Allah dan
mengagungkan-Nya,
mengingatkan, dan memberi
wejangan. Setelah itu beliau
bersabda: “Perlakukanlah istri-
istri kalian dengan baik, karena
mereka adalah teman di sisi
kalian. Kalian tidak memiliki
suatu apapun dari mereka selain
itu. Kecuali jika mereka berbuat
fahisyah dengan terang-
terangan. Jika mereka
melakukannya maka tinggalkan
mereka di tempat tidur dan
pukullah dengan pukulan yang
tidak melukai.
Tafsir yang bercorak bi ra’yi juga
memberikan batasan memukul yaitu
tidak menyakiti dengan memberikan
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
88
penjelasan yang lebih rinci. Al-Razi13
dalam Mafatih al-Gaib dapat mewakili
tafsir bi al-ra’yi. Ia menuliskan bahwa
jika istri nusyuz (tidak patuh) maka
penanganannya harus bertahap sesuai
dengan petunjuk Al-Qur’an yaitu nasihat
kemudian mendiamkannya atau pisah
tempat tidur, terakhir dengan pukulan
jika tetap tidak berubah. Menurutnya
tidak boleh mendahulukan pukulan
sebelum kedua proses sebelumnya
berusaha dilakukan secara maksimal.
Beliau mengutip pendapat al-Syafi’i
yang berpendapat lebih baik tidak
memukul. Kemudian jika tetap
memukul, al-Razi memberikan kriteria
memukul diperbolehkan yaitu: tidak
menyebabkan luka dan membahayakan,
tidak terus memukul di satu bagian
badan saja, tidak memukul wajah, tidak
sampai 20 kali pukulan, menggunakan
handuk yang terlipat atau tangan, tidak
menggunakan cambuk atau tongkat.
Memukulnya dengan seringan mungkin
adalah maksud dari semua catatan yang
diberikan.
13Fakhr Al-Din Al-Razi. (t.t.). Mafatih Al-
Gaib. Bairut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi. hlm.
72. 14Hamka. (1965). Tafsir Al-Azhar, ed. 5
(Jakarta: Yayasan Nurul Islam. hlm. 64. 15 Hasbi Ash-Shiddieqy. (1970). Tafsier Al-
Qur’an Madjie An-Nur. Jakarta: Bulan Bintang.
Mufassir tanah air seperti Hamka
dalam Tafsir al-Azhar,14 Hasbi ash-
Siddiqi dalam an-Nur,15 M. Quraisy
Shihab dalam al-Misbah,16 dan Mahmud
Yunus dalam Tarjamah Qur’an Karim17
tidak berbeda jauh dengan dua kelompok
mufassir sebelumnya. Di dalam karya
tersebut wad{ribuhunna diartikan
dengan “pukullah mereka” tanpa ada
tambahan. Namun dalam footnote
(penjelasan kaki) atau dalam tafsir ayat
memuat pembatasan terhadap makna
“pukullah”. Dalam terjemahan biasanya
terdapat catatan kaki bahwa memukul
dengan cara yang ringan serta tidak
meninggalkan bekas di badan. Hal ini
juga dijelaskan dalam karya tafsir
tersebut dengan penjelasan yang lebih
penjang memuat berbagai dalil hadis dan
penjabaran dengan akal pikiran.
Kecenderungan tafsir Nusantara tidak
keluar dari pandangan bahwa memukul
istri itu diperbolehkan sebagai salah satu
media pendidikan. Namun, memukul
dibatasi karena secara prinsip kurang
baik, bisa dilakukan suami secara
semena-mena, dan dapat membahayakan
16M. Quraish Shihab. (2000). Tafsir Al-
Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. hlm. 432. 17Mahmud Yunus. (1972). Tarjamah
Qur’an Karim. Bandung: al-Ma’arif.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
89 89
istri. Meskipun para mufassir Nusantara
tidak memaknai “pukullah” dengan
perintah tetapi memaknai membolehkan
dan sebagai wewenang terbatas bagi
suami.
b. Tidak memaknai wadribuhunna
dengan ‘memukul’
Berapa tokoh menyumbangkan
pemakanaan yang berbeda dengan cara
kontektualisasi pemaknaan yang sudah
ada. Menurut Faqihuddin, pemikiran
kontekstual ini memperoleh basis
pemikiran dari beberapa tokoh seperti
Muhammad Talbi tentang maksud utama
syariat dan Fazlurrahman tentang moral
rasio legis suatu ayat.18 Pendapat
keduanya mengilhami Zaini Dahlan,
Badriyah Fayyuni, dan Sahiron
Syamsuddin dalam karya mereka terkait
pemaknaan Q.S An-Nisa’ 4: 43.
Muhammad Talbi berusaha
menjabarkan makna wadribuhunna
dengan menggunakan pendekatan
historis. Menurutnya pemaknaan tidak
terpisahkan dari kondisi Madinah saat
ayat ini turun. Pada saat itu umat Islam
di Madinah terpukul setelah perang
Uhud. Keadaan saat itu rentan
perpecahan. Dari luar Madinah mereka
18Faqihuddin Abdul Kodir, “Islam Dan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Kdrt):
Pembahasan Dilema Ayat Pemukulan Istri (An-
menghadapi kaum musyrikin sementara
dari dalam terdapat kelompok yang
mengancam kesatuan. Salah satu isu
yang mengancam kesatuan pada saat itu
tentang boleh tidak memukul istri. Ada
pendukung dan penolak isu ini. Di
Madinah berkumpul kaum Muhajirin
(eks penduduk Makkah) dan kaum
Anshar (penduduk asli). Jika dilusuri
terlihat perempuan Madinah itu lebih
suferior dibanding perempuan Makkah.
Sebaliknya laki-laki Makkah lebih
suferior dibanding dengan laki-laki
Madinah dalam interaksi dengan istri.
Talbi menyebukan hadis tentang
kasus seorang perempuan Anshar yang
dikatakan bernama Habibah bin Zaid
dengan suaminya. Habibah dipukul oleh
suaminya karena ia tidak taat kepadanya.
Ia tidak menerima perlakuan suaminya.
Dengan ditemani sang ayah ia
melaporkan hal ini kepada Rasulullah.
Rasulullah kemudian bersabda: ia
(Habibah) bisa membalas (qisas)
suaminya. Sebelum terjadi qisas Q.S.
Al-Nisa/4:34 turun. Kemudian
Rasulullah bersabda: Kita menginginkan
sesuatu tetapi Allah menginginkan yang
lain. Menurut Talbi, wewenang
Nisa, 4 : 34) Dalam Kajian Tafsir Indonesia
Faqihuddin Abdul Kodir. (2011). Jurnal
Holistik, 12(1): 1–28.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
90
memukul tanpa ada balasan hanya
dibenarkan pada konteks masyarakat
yang sedang rentan perpecahan. Ayat
memukul turun, menurutnya untuk
menjaga agar tidak terjadi perpecahan
antara kelompok pendukung Habibah
dan kelompok pendukung suaminya.
Hadis ini diperkuatkan protes
perempuan yang dipukul suaminya
sehingga Rasulullah menyebutkan
bahwa “mereka bukanlah orang yang
mulia diantara kalian.” Jika dikaitkan
dengan analisis karekter perempuan
Ansar yang disebutkan Talbi. Ia
mensinyalir isu protes sekelompok
perempuan kemungkinan karena terjadi
pertemuan sifat suferior dari suami eks
penduduk Makkah yang menikah
dengan perempuan Madinah saat suami
memukul istri.19
Kemudian pendapat yang sama
dengan analisis yang berbeda
dikemukakan oleh Muhammad Shahrur
dalam al-Kitab wa al-Qur’an: Qiraah
Mu’sarah.20 Menurutnya kata
wadribuhunna tidak diartikan sebagai
pukulan. Kata daraba tidak bisa
diartikan sebagai pemukulan fisik jika
19Mohammad Tabli. (1996). Ummat Al-
Wasat: Al-Islam Wa Tahaddiyat Mu’asirah.
Tunisia: Saras li al_Nasr. 20Mohammad Shahrur. (1992). Al-Kitab
Wa Al-Qur’an: Qiraah Mu’asirah. Damaskus:
al-Ahali li Tibaah wa al-Nasr. hlm. 619-623.
tidak dibarengi dengan objek tubuh yang
fisikal seperti tangan, kaki, atau kepala.
Kata daraba jika diikuti dengan
seseorang seperti perempuan dalam Q.S.
al-Nisa/4: 34 maka tidak dapat diartikan
kecuali dengan arti “ambil langkah tegas
dalam kasus ketiadaktaatan itu” setelah
usaha nasihat dan pisah tempat tidur
tidak membuahkan hasil. Langkah ini
ditempuh sebelum upaya penyelesaian
melalui perceraian. Pendekatan seperti
ini menurut Sahiron Syamsuddin21
sebagai interpretasi subjektif yang mana
semangat moral ayat menjadi landasan
untuk menggerakkan makna yang
tekandung (sabat al-nas wa harakat al-
muhtawa).
Penelarasan historis yang dilakukan
oleh Talbi dan interpretasi yang
dilakukan Shahrur berusaha
memalingkan makna wadribuhunna dari
pemaknaan memukul secara fisik.
Penalaran historis Talbi dengan
dukungan dalil hadis yang terkait dengan
abab al-nuzul (sebab turun). Adapun
analisis Shahrur menggunakan
pendekatan bahasa dengan melihat
derivasi kata daraba dalam bahasa Arab.
21Sahiron Syamsuddin. (2007). Tipologi
dan Proyeksi Penafsiran Kontemporer Terhadap
Al-Qur’an. Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
dan Hadis, 8(2). hlm. 200.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
91 91
c. Pandangan terhadap kedua
pemaknaan
1) Pemaknaan wadribuhunna oleh
hampir seluruh ulama ialah
pemahaman yang digali dari jam’u
wa taufiq (mengkomparasikan)
semua dalil-dalil yang terkait
dengan memukul dalam hal ini
khususnya memukul istri yaitu Q.S.
al-Nisa/4: 34 dan hadis-hadis yang
terkait. Terdapat banyak hadis yang
menjadi penjelasan dari ayat ini.
Dengan melihat seluruh dalil naqli
yang ada maka disimpulkan bahwa
memukul dalam ayat ini tidak
berlaku mutlak tetapi dibatasi
dengan beberapa syarat. Pertama,
pemukulan bukan sebagai bantuk
pembalasan tetapi bentuk
pendidikan (ta’dib) untuk
melakukan perbaikan (islah).
Kedua, kesalahan atau ketidaktaatan
istri harus benar-benar jelas adanya
seperti tidak mau melaksanakan
kewajiban rumah tangga tanpa
alasan yang dapat diterima atau
melakukan perbuatan yang jelas-
jelas sebagai bentuk kedurhakaan
kepada suami. Ketiga, pemukulan
tidak sampai membuat luka dan
membayakan istri. Keempat,
pemukulan adalah tahap lanjutan
dari usaha untuk memperbaiki
tingkah laku istri setelah ditempuh
beberapa cara tetapi tidak
membuahkan hasil.
2) Makna wadribuhunna hanya
bermakna kebolehan untuk
memukul setelah tercapai syarat-
syaratnya bukan perintah, meskipun
menggunakan kata perintah. Sebab
tidak semua perintah dalam al-
Qur’an bermakna wajib tetapi
sebagian bermakna anjuran atau
bahkan hanya kebolehan.
Kebolehan di sini bisa ditinggalkan
bahkan dalam beberapa hadis lebih
baik meninggalkan pemukulan
terhadap istri meskipun telah
terpenuhi syarat-syarat
kebolehannya.
3) Kajian Talbi menggunakan
pendekatan historis dengan
berusaha menjadikan riwayat sebab
turunnya Q.S. al-Nisa/4: 34 sebagai
landasan. Dalam analisisnya, Talbi
mengungkapkan bahwa masa awal
Nabi di Madinah masih sangat
rawan dari konflik dan gangguan.
Menurutnya kebolehan untuk
memukul istri pada saat itu untuk
menghindari ancaman konflik
antara pendukung Habibah dan
pendukung suaminya. Radaksi hadis
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
92
tentang keluarga Habibah tersebut
berbunyi:
ث ن ح حد ، النسائيي عليير بن أحد ث نا ا دد بن عبدي اللي د مم ث نا مم ، حد ي الاشيي
بن موسى ث نا حد الشعث، د مم بن د، إيساعييل بني موسى بني جعفري بني ممبني جعفري عن جدريي، عن ، أبي ثني حد د، عن أبييهي، عن علي قال: أتى النبي مم
مرأة له، ف قالت: ي رجل ن النصاري بي ميفلن بن فلن زوجها إين اللي، رسول ها، ، وإينه ضربا فأث ر في وجهي النصارييوسلم: عليهي الل صلى اللي رسول ف قال
فأن زل له". ذليك }الرريجال "ليس : الل ب عضهم ل الل ا فض ق وامون على النريساءي بي على ب عض{ ف قال رسول اللي صلى الل
غيه " عليهي وسلم: "أردت أمرا وأراد اللTelah menceritakan kepada
kami Ahmad bin Ali al-Nasai,
telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abdullah al-
Hasyimi, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin
Muhammad al-Asy’as, telah
menceritakan kepada kami
Musa bin Ismail bin Musa, telah
menceritakan ayah saya, dari
kakek saya dari Ja’far bin
Muhammad, dari ayahnya, dari
22Ismail bin Umar bin Kasir. (t.t.). Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azim. Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah. hlm. 293.
Ali bin Abi Talib ia berkata:
Seorang laki-laki bersama anak
perempuannya datang menemui
Nabi saw. Ia berkata wahai
Rasulullah sesungguhnya
sauminya bernama fulan bin
fulan dari kaum Ansar telah
memukul anakku hingga
berbekas di wajahnya. Maka
Nabi menjawab, suaminya tidak
berhak melakukan itu (ia
dikenai qisas). Maka Allah
menurunkan surah al-Nisa/4:
34. Rasulullah kemudian
bersabda “saya menginginkan
suatu perkara sedangkan Allah
menginginkan perkara yang
lain.”22
Alasan potensi terjadi konflik
karena pertemuan karekter antara
kaum Ansar dan Huhajirin
sebagaimana yang telah dituliskan.
Benar bahwa surah al-Nisa turun
setelah perang Uhud. Namun, turun
tidak sekaligus tetapi berangsur-
angsur sejak setelah perang Badar
hingga tahun 8 hijriyah sehingga
turunnya ayat ini dapat meleset dari
penalaran Talbi yang menyebut
turun setelah perang Uhud.
Sehingga alasan bahwa Madinah
dalam kondisi terancam dan rawan
konflik dari luar dan dalam masih
sebuah kemungkinan. Namun,
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
93 93
mengenai potensi konflik meluas
yang ditimbulkan dari perselisihan
mengenai pemukulan dalam rumah
tangga Habibah tidak begitu kuat
dapat diterima. Sebab hadis asbab
al-nuzul yang tersebut belum
terbukti kesahihannya. Selian itu
Habibah dan suaminya tidaklah
berbeda suku (Muhajirin dan Ansar)
tetapi keduanya sama-sama dari
kaum Ansar sebagaimana yang
termaktub dalam hadis.
4) Kajian Shahrur menggunakan
penalaran bahasa dengan analisis
subjektif. Menurutnya jika dimaknai
memukul dalam ayat harus
disebutkan anggota badan tertentu,
dan dalam Q.S. Al-Nisa/4: 34
tersebut tidak ada anggota badan
yang disebutkan. Shahrur
berpendapat bukan diartikan
memukul tetapi mengambil
tindakan tegas karena setalah kata
daraba terdapat damir (kata ganti)
hunna (mereka perempuan). Benar
bahwa semua kata daraba dalam Al-
Qur’an yang dimaknai memukul
diikuti dengan penyebutan anggota
badan tertentu sedang dalam ayat ini
tidak disebutkan. Namun, hadis
23Abu Daud. (t.t.). Sunan Abu Daud. Bairut:
Maktabah al-Asriyah. hlm. 244.
sahih yang menjadi penjelasan ayat
ini sulit dimaknai selain dari
memukul:
عن ، القشيييري معاويية بني حكييمي عن أبييهي، قال: ق لت: ي رسول اللي ما حق زوجةي أحدين عليهي؟، قال: »أن تطعيمها
وتكسو طعيمت، اكتسيت، إيذا إيذا ها ول الوجه، تضريبي ول اكتسبت، أوي
ت قبريح، ول تجر Dari Hakim bin Mu’awiyah al-
Qusyairi dari ayahnya ia
berkata: Aku katakan: “Wahai
Rasulullah, apakah hak istri
salah seorang di antara kami?”
Beliau berkata: “Engkau
memberinya makan apabila
engkau makan, memberinya
pakaian apabila engkau
berpakaian, janganlah engkau
memukul wajah, jangan
engkau menjelek-jelekkannya
(dengan perkataan atau cacian),
dan jangan engkau tinggalkan
kecuali di dalam rumah.”23
Makna daraba lebih mengerucut
pada makna memukul karena
didukung berbagai dalil hadis.
Namun, bukan berarti setelah
nasihat dan pisah tempat tidur atau
usaha yang semisal tidak berhasil
hanya memukul satu-satunya cara
selanjutnya. Dari tahapan yang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
94
disebutkan Al-Qur’an
menunjukkan proses menuju
tahapan yang lebih tegas pada
tindakan berikutnya. Cara tegas
inipun tidak mutlak dilakukan
sebab terdapat anjuran berlemah
lembut yaitu bersabar, memahami,
dan memaafkan istri.
5) Setelah melihat kedua pendapat
dapat disimpulkan menurut
penulis pendapat sebagian besar
ulama lebih kuat sebab dalil yang
digunakan lebih kuat dan lebih
meyakinkan. Pada sisi yang lain
kedua pendapat ini memiliki
persamaan dalam hal tindakan
yang lebih utama dilakukan adalah
meninggalkan pemukulan.
2. Dalil-Dalil Perlindungan Islam
dari KDRT
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga memberikan
klasifikasi dan pengertian dari empat
jenis kekerasan yang dapat terjadi dalam
rumah tangga. Pertama, kekerasan fisik
yaitu perbuatan yang mengakibatkan
rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Kedua, kekerasan psikis ialah perbuatan
yang mengakibatkan ketakutan, hilang
24Republik Indonesia, Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan
Dalam Rumah Tangga, pasal 5-9.
rasa percaya diri, hilang kemampuan
bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau
menderita psikis yang berat. Ketiga,
kekarasan seksual yang meliputi
permaksaan hubungan seksual yang
dilakukan kepada orang yang menetap
dalam lingkup rumah tersebut atau dapat
pula pemaksaan hubungan seksual
terhadap selah seorang dalam rumah
tersebut dengan orang lain dengan tujuan
komersil atau tujuan lainnya. Keempat,
kekerasan penelantaran rumah tangga
yaitu tidak memenuhi tanggung jawab
berupa memberikan penghidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada
orang yang berada dalam
tanggungannya. Termasuk dalam jenis
keempat perbuatan melarang untuk
bekerja di rumah atau di luar rumah
sehingga seseorang mengalami
ketergantungan ekonomi dan korban di
bawah kendalinya.24
Tujuan dari rumah tangga terbangun
ketenangan, cinta, dan kasih sayang
kepada seluruh anggota yang lingkup
rumah tersebut. Setiap orang termasuk
dalam lingkup rumah tanggal memiliki
hak untuk mendapatkan perlindungan,
pemenuhan kebutuhan, dan tidak
disakiti. Melakukan salah satu dari
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
95 95
empat kekerasan terhadap salah satu
anggota keluarga termasuk pelanggaran
undang-undang dan pelanggaran
terhadap agama, dan sekaligus
kontraproduktif dengan tujuan rumah
tangga itu sendiri. Disebutkan dalam
Q.S. al-Baqarah/2: 278 Allah melarang
berbuat zalim yaitu bertindak melampaui
batas serta melanggar hak orang lain.
ل تظليمون ول تظلمونKamu tidak berbuat zalim
(merugikan) dan tidak dizalimi
(dirugikan).
Terkait dengan hal ini, Rasulullah
memberikan kriteria seorang muslim
yang baik. Hadis ini diriwayatkan sangat
masyhur karena beberapa jalan dan
ditulis oleh al-Bukhari dan Muslim, serta
imam hadis lainnya.
ل ض ف م أ ل س الي ي أ اللي ل و س ر ا ي و ل قا ه دي ي ه و اني س لي ن مي ن و م لي المس م سلي ن م ال ق
Para Sahabat bertanya: “wahai
Rasulullah, Islam manakah
yang paling utama?” Rasulullah
S.A.W.: “Siapa yang Kaum
Muslimin selamat dari lisan dan
tangannya.”25
Seorang muslim dikatakan
sempurna keislamannya dan dikatakan
memimiliki keutamaan jika terpenuhi
kriteria tertentu. Salah satu dari usaha
yang dapat ditempuh yaitu tidak
25Muhammad bin Ismail Al-Bukhari. (t.t.).
Sahih Al-Bukhari. Dar Tauq al-Najah. hlm. 13.
menyakiti orang lain. Selamat dari lisan
dan tangannya bermakna seseorang tidak
menyakiti orang lain dengan perkataan
dan perbuatannya.26 Hadis ini berlaku
umum tetapi lebih relevan lagi saat
diaplikasikan dalam rumah tangga.
Tanggung jawab untuk saling menjaga,
mengasihi, menghargai, memahami,
tolong menolong, mencukupi
kebutuhan, dan tidak menyakiti jauh
lebih kuat dalam keluarga. Keluarga
dibangun dengan dasar agama dan
perjanjian yang kuat (misaqan galiza).
Hubungan yang terbangun adalah
hubungan yang terdekat. Demikian pula
interaksi hubungan yang terbangun
adalah interaksi terdekat. Menjaga diri
untuk tidak menyakiti orang yang paling
dekat jauh lebih ditekankan. Pada awal
Q.S. al-Nisa/4: 34, Allah menjelaskan
tentang tugas laki-laki (suami) terhadap
perempuan (istri).
ل ا فض الرريجال ق وامون على النريساءي بيى ب ب عضهم عله ن اللره ا ان فقوا مي عض وبي
اموالييم Laki-laki (suami) itu pelindung
bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain
26Yahya bin Syarf Al-Nawawi. (t.t.). Syarh
Al-Nawawi ala Muslim. Dar al-Khair. hlm. 207.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
96
(perempuan), dan karena
mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari
hartanya.
Jalaluddin Al-Suyuti memaknai
qawwamun dengan “memimpin atau
menguasai.” Al-Labari menafisirkannya
“palaksana tugas dan pelindung.”27 Pada
pemaknaan yang terakhir, laki-laki
dituntut untuk dapat melindungi dan
mengarahkan perempuan karena adanya
kelebihan laki-laki dalam hal fisik,
psikis, piker, dan material pada sisi ini
seperti kemampuan memberi nafkah.
Dengan adanya amanah atau tangung
jawab yang dipikulkan kepada laki-laki
maka dituntut untuk melindungi
perempuan dari bahaya dan hal-hal yang
merugikan. Termasuk menahan diri dari
menyakiti perempuan baik dalam bentuk
fisik ataupun lainnya. Demikin pula laki-
laki punya tanggung jawab untuk
mengarahkan perempuan pada kebaikan
dan mengindarkan dari perbuatan
terlarang. Sehingga jika perempuan
melakukan kedurhakaan terhadap
suaminya maka suami diberikan
tanggung jawab untuk memperbaiki istri
dengan cara nasihat, tindakan
27Muhammad bin Jarir Al-Tabari. (t.t.).
Jami' Al-Bayan Ala Ta’wil Ayi Al-Qur’an. Kairo:
Dar al-Ma’arif. hlm. 290. 28Muslim bin Hajjaj. (t.t.). Sahih Muslim.
Bairut: ihya al-Turas al-Arabi. hlm. 1814.
mendiamkan, atau bahkan memukul
dengan batasan yang ketat.
Berikut dalil-dalil kesesuaian Islam
dengan penghapusan berbabagi
kekerasan dalam rumah tangga:
a. Perlindungan terhadap fisik
عن عائيشة، قالت: »ما ضرب رسول ئا قط بييديهي، اللي صلى الل عليهي وسلم شي
د في ما، إيل أن ياهي ول امرأة، ول خادي سبييلي اللي
Dari Aisyah dia berkata:
Rasulullah saw. sama sekali
tidak pernah memukul dengan
tangannya pelayan beliau atau
pun seorang wanita, kecuali saat
berjihad di jalan Allah...28
Mullah Ali Al-Qari29 menyatakan
bahwa penyebutan khusus perempuan
dan pembantu dalam hadis ini agar
keduanya lebih diperhatikan. Agar
pemukulan terhadap perempuan dan
pembantu tidak dilakukan. Hal ini
seriring dengan banyak pemukulan yang
dilakukan kepada keduanya. Meskipun
diperbolehkan memukul keduanya
dengan syarat-syarat tertentu terutama
dalam hal pendidikan (ta’dib) dan
perbaikan (islah) tetapi meninggal
29Nuruddin Mulla Al-Qari. (2002). Miraqat
Al-Mafatih Syarh Misykat Al-Masabih, 9th ed.
(Bairut: Dar al-Fikr. hlm. 3716.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
97 97
pemukulan itu lebih baik dan lebih
utama.
عن النب صلى الل ةع م عن عبد الل بن ز ق وسلم أ لي ي ل ال عليه امرأت د ح د ه كم
م و ي ال را ف آخي ه ع امي ي د ث ب الع د ل جي Dari Abdullah bin Zam’ah dari
Nabi saw, beliau bersabda:
“Janganlah salah seorang dari
kalian memukul isterinya
seperti ia memukul seorang
budak, kemudian menggaulinya
di waktu sore. (H.R. Al-
Bukhori)
Hadits ini menunjukkan betapa
buruk perbuatan memukul istri dengan
semena-mena kemudian di akhir hari
atau di malam hari ia memanfaatkan
istrinya untuk menyalurkan kebutuhan
syahwatnya. Menurut Al-Tibi, hadis
ini mengajarkan tentang pergaulan
yang baik dan memperlakukan istri
dengan lemah lembut. Pemukulan
yang tidak menyiksa yaitu untuk
mendidik hanya diperbolehkan jika
istri melakukan kedurhakaan dan tidak
berubah dengan nasihat dan tindakan
lainnya. Namun memaafkannya tetap
lebih utama.30 Dalam hadis yang lain:
30 Nuruddin Mulla Al-Qari. (t.t.). Miraqat
Al-Mafatih Syarh Misykat Al-Masabih. hlm.
2119.
ذبب، أبي إييسي بني عبدي اللي بني عن عليهي الل صلى اللي رسول قال قال:
تضريب »ل فجاء وسلم: اللي« إيماء وا عليهي الل صلى اللي رسولي إيل عمر على النريساء ذئيرن ف قال: وسلم ، فأطاف ص في ضربيين ، ف رخ ن هي أزواجيوسلم عليهي الل صلى اللي رسولي لي بي
يشكون ف قال نيساء كثيي ، أزواجهنعليهي الل صلى طاف النبي وسلم: قد
لي د نيساء كثيي يشكون أزواجهن بي ممياريكم ليس أولئيك بيي
Dari Iyas bin Abdullah bin
Abu Z|ubab, ia berkata:
Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah kalian memukul
hamba-hamba wanita Allah
(yakni, istri-istri kalian)!”
Kemudian Umar datang
kepada Rasulullah dan
berkata: “Para wanita berani
kepada suami-suami mereka.”
Kemudian beliau memberikan
keringanan untuk memukul
mereka. Kemudian terdapat
banyak wanita yang
mengelilingi keluarga
Rasulullah saw, mereka
mengeluhkan para suami
mereka. Kemudian Nabi saw
bersabda: “Sungguh telah
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
98
terdapat banyak wanita yang
mengelilingi keluarga
Muhammad dan mengeluhkan
para suami mereka. Mereka
(laki-laki) bukanlah orang
pilihan (terbaik) di antara
kalian31".
Hadits ini menunjukkan sisi
hosteris dari pemukulan kepada istri.
Pada awalnya Rasulullah saw.
melarang memukul istri secara mutlak
sebab istri adalah teman hidup yang
dianugrahkan Allah yang
kedudukannya juga sebagai hamba
Allah. Setelah larangan itu dijalankan
oleh para sahabat ternyata sebagian
istri itu menjadi dominan dan
menguasai suaminya bahkan menjadi
durhaka terhadap suaminya. Kemudian
turun Q.S. An-Nisa’ 4: 34 yang
membolehkan untuk memukul istri
yang tidak melaksanakan kewajiban.
Setelah ada keringanan hukum untuk
memukul istri yang tidak taat terhadap
suaminya, banyak suami yang
memukul istrinya secara berlebihan
atau sewenang-wanang sehingga
banyak istri yang mengadukan hal itu
kapada para istri-istri Rasulullah saw.
31Abu Daud. (t.t.). Sunan Abu Daud.
(Bairut: Maktabah al-Asriyah. hlm. 242. 32Nuruddin Mulla Al-Qari. (t.t.). Miraqat
Al-Mafatih Syarh Misykat Al-Masabih. hlm.
2027.
agar keluhan mereka disampaikan
kepada Rasulullah. Rasulullah
merespon keluhan atas pemukulan
yang dilakukan suami bahwa suami
yang memukul istrinya bukanlah suami
yang terbaik. Laki-laki yang terbaik itu
mereka yang tidak memukul
perempuan, memahami, bersabar atas
kekurangannya, dan mendidik
mereka.32 Pendapat ini sebelumnya
telah dikemukan oleh oleh imam al-
Syafi’i.33
بني عمريو بني سليمان الحوصي عن ة حج د شهي أنه ، أبي ثني حد قال: عليهي الل صلى اللي رسولي مع الوداعي ر وذك عليهي، وأثن الل، د فحمي وسلم، لنريساءي بي »است وصوا قال: ث ووعظ،
ع عيندكم ن فإين ليس خيا، وان، ئا غي ذليك، إيل أن هن شي ن تليكون ميف علن فإين مب يرينة، شة بيفاحي يتيين واضريبوهن ، عي المضاجي في فاهجروهن غوا ضرب غي مبريح، فإين أطعنكم فل ت ب
سبييل، ن نيسائيكم عليهي ن مي لكم إين ا، و احق ...لينيسائيكم عليكم حق
33Muhammad bin Abdullah Ibnu Arabi.
(t.t.). Ahkam Al-Qur’an. Bairut: al-Maktabah al-
Islami. hlm. 341.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
99 99
Dari Sulaiman bin Amr bin al-
Ahwas berkata: telah
menceritakan kepadaku
Bapakku bahwasanya ia
menghadiri haji wada’
bersama Rasulullah saw.
Beliau memuji Allah dan
mengagungkan-Nya,
mengingatkan dan memberi
wejangan. Setelah itu beliau
bersabda: “Perlakukanlah
isteri-isteri kalian dengan baik,
karena mereka adalah teman di
sisi kalian. Kalian tidak berhak
bertindak kepada mereka
selain itu. Kecuali jika mereka
berbuat fahisyah dengan
terang-terangan. Jika mereka
melakukannya maka
tinggalkan mereka di tempat
tidur dan pukullah dengan
pukulan yang tidak melukai.
Apabila mereka menaati
kalian maka janganlah berbuat
sewenang-wenang terhadap
mereka. Sunggu kalian
mempunyai hak dari isteri-
isteri kalian dan isteri-isteri
kalian mempunyai hak dari
kalian...”34
Hadits ini merupakan sebagian
wejangan Rasulullah di akhir-akhir
hayatnya ketika menunaikan haji wada
bersama para sahabat. Kandungan
petunjuk dalam hadis ini memiliki
34Ibnu Majah. (t.t.). Sunan Ibnu Majah.
Ihya al-Kutub al-Arabiyah. hlm. 594.
kesan yang kuat sebab diungkapkan
Rasulullah pada haji perpisahan. Selain
itu menunjukkan perhatian Rasulullah
pada hal ini sehingga perlakuan yang
baik terhadap istri menjadi salah satu
poin dari wasiatnya. Pesan utama dari
hadis ini menekan kepada suami untuk
memenuhi hak istri, melindungi, dan
memperlakukan mereka dengan
sebaik-baik perlakuan. Tidak
dibenarkan melakukan tindak yang
dapat menyakiti mereka. Jikapun
mereka melakukan perbuatan fahisyah
suami tidak diperbolehkan memukul
kecuali telah memaksimalkan nasihat
kemudian tindakan mendiamkan atau
pisah tempat tidur. Pukulan yang
diperboleh disyaratkan tidak melukai
dan merugikan istri. Bahkan dikatakan
bahwa pemukulan yang sesuai
syaratpun bukan merupakan perbuatan
yang direkomendasikan tetapi sekeder
diizinkan. Fahisyah yang dimaksud
dalam hadis ini tidak hanya zina tetapi
perbuatan buruk yang benar-benar
tampak seperti tidak melaksanakan
kewajiban tanpa uzur, akhlak yang
rusak, menyakiti suami atau anak-anak
dengan perkataan dan tangannya.35
35Abu al-Hasan Nuruddin Al-Sindi. (t.t.).
Hasyiah Al-Sindi Ala Sunan Ibnu Majah. Bairut:
Dar al-Jail. hlm. 569.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
100
b. Perlindungan Psikis
An-Nisa’ 4: 19
وا ث رن ت
م ا
كل ل يح
منوا ل
ين ا ذ
ها ال ي
اي
هبوا تذ ل
وهنعضل
ت
ا ول رها
ء ك
سا
الن
ين تأ ي ن
ا
ل ا يتموهن
تا
ما بعض ب
روهن وعاش نة بي م ة
ش فاح ب
ه رن ك ا
عروف ف
ال ن ب
ى ا
عس تموهن ف
ا يراخ يه ف
هالل يجعل و ا
ايـش رهوا
كت
ا يرا ث ك
Wahai orang-orang beriman!
Tidak halal bagi kamu mewarisi
perempuan dengan jalan paksa
dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah
kamu berikan kepadanya,
kecuali apabila mereka
melakukan perbuatan keji yang
nyata. Dan bergaullah dengan
mereka menurut cara yang
patut. Jika kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah)
karena boleh jadi kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan kebaikan
yang banyak padanya.
Menurut al-Sa’adi,36 Firman Allah
”dan bergaullah dengan mereka secara
patut” hal ini mencakup pergaulan
dengan perkataan maupun perbuatan,
karena itu suami wajib menggauli
istrinya dengan baik, berupa hubungan
36Abd Al-Rahman Al-Sa’adi. (2000). Taisir
Al-Karim Al-Rahman Fi Tafsir Kalam Al-
Mannan (Muassasah al-Risalah.
yang baik, mencegah adanya gangguan,
memberikan kebaikan, dan ramah dalam
bermuamalah, dan termasuk dalam hal
itu adalah memberi nafkah serta pakaian
dan semacamnya. Suami wajib
memberikan kebutuhan istri sesuai
standar yang disesuaikan dengan
kemampuan suami pada masa dan
tempat tersebut.
Seyogyanya bagi para suami untuk
tetap bersama istrinya walaupun
membenci mereka, karena dalam hal
tersebut tersimpan hal kebaikan yang
banyak. Di antara kebaikan yang banyak
itu adalah pelaksanaan perintah Allah
dan menerima wasiat-Nya. Hal itu
menjadi penyebab kebahagiaan dunia
akhirat. Di samping itu pemaksaan
dirinya untuk bertahan padahal ia
membencinya adalah sebuah perjuangan
melawan hawa nafsu dan menghiasi diri
dengan akhlak yang luhur. Mungkin saja
kebencian itu akan lenyap dan akan
diganti dengan kecintaan sebagaimna
yang nyata terjadi, dan mungkin juga
darinya ia akan diberikan rizki yaitu
anak yang salih yang berguna bagi kedua
orang tuanya di dunia dan di akhirat.
c. Perlindungan dari Kekerasan
Seksual
Q.S. An-Nur/24:
تيكم على البيغاءي اين اردن ول تكريهوا ف ت يهن يا وةي الد ت غوا عرض اليه نا لريت ب تص
Dan janganlah kamu paksa
hamba sahaya perempuanmu
untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri
https://tafsirweb.com/1551-quran-surat-an-nisa-
ayat-19.html.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
101 101
menginginkan kesucian, karena
kamu hendak mencari
keuntungan kehidupan duniawi.
Ayat ini melarang untuk memaksa
hamba perempuan untuk melakukan
pelacuran, sedang mereka sendiri
menginginkan kesucian, hanya karena
mencari keuntungan kehidupan duniawi
dari pelacuran itu. Majikan yang
memaksa budaknya untuk melakukan
perbuatan tercela akan memikul dosa
dari perbuatan yang dilakukan
budaknya. Allah Maha pengampun
terhadap perempuan-perempuan yang
dipaksa itu, Maha Penyayang kepada
mereka setelah mereka dipaksa.37
Maksud ayat sesuai dengan bunyi Pasal
8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004:38
Kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
meliputi:
a. pemaksaan hubungan
seksual yang dilakukan
terhadap orang yang
menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut;
37Kementerian Agama RI. Tafsir Ringkas
Kementrian Agama RI.
https://tafsirweb.com/6161-quran-surat-an-nur-
ayat-33.html.
b. pemaksaan hubungan
seksual terhadap salah
seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan
tertentu.
d. Perlindungan dari Kekerasan
Ekonomi
Q.S. An-Nisa/4: 129
وا بين ل عد
ن ت
ا ا
يعو ستط
ن ت
ول
ل وا ك
يل م
ت
ل
و حرصتم ف
ء ول
سا
الن
ة قعل الروها ك
تذ
يل ف
ال
Dan kamu tidak akan dapat
berlaku adil di antara istri-
istri(mu), walaupun kamu
sangat ingin berbuat demikian,
karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-
katung.
Q.S. Al-Baqarah/2: 229
و ا معروف ب
مساك ا
ف تن مر ق
للط
ا
حسان ا ب يح سر
ن ت
ا م
كل ل يح
ول
ا ايـش يتموهن
تا
ا م م وا
ذخأن ت
ا
ل ا
ل اااف
خ ي
هيما حدود الل يق
Talak (yang dapat dirujuk) itu
dua kali. (Setelah itu suami
dapat) menahan dengan baik,
38Republik Indonesia, Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan
Dalam Rumah Tangga.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
102
atau melepaskan dengan baik.
Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu
yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali keduanya
(suami dan istri) khawatir tidak
mampu menjalankan hukum-
hukum Allah.
Q.S. An-Nisa/4: 20
زوج ان ك م زوج بدال است م ردت
ا ن وا
وا ذخأت
ل
ف ا ارا
نط ق حدىهن ا يتم
تا و
ا ايـنه ش ا م ينا ب
ا م ماث ا ا و
ه بهتاناون
ذخأت ا
Dan jika kamu ingin mengganti
istrimu dengan istri yang lain,
sedang kamu telah memberikan
kepada seorang di antara mereka
harta yang banyak, maka
janganlah kamu mengambil
kembali sedikit pun darinya.
Apakah kamu akan
mengambilnya kembali dengan
jalan tuduhan yang dusta dan
dengan (menanggung) dosa
yang nyata?
Selain itu beberapa ayat tersebut
juga didukung oleh hadis tentang
kewajiban nafkah istri dan anak di
antaranya
بة، قالت: ند بينت عت عن عائيشة، أن هييح ي رسول اللي إين أب سفيان رجل شحي
يني ما ي ي، إيل ما وليس ي عطي يني وولدي كفيف قال: ي علم، ل وهو نه مي أخذت
لمعروفي ، بي يكي وولدكي ي ما يكفي »خذي
Dari Aisyah bahwa Hindu binti
Utbah berkata: “Wahai
Rasulullah, Abu Sufyan adalah
seorang laki-laki yang pelit. Ia
tidak memberikan kecukupan
nafkah padaku dan anakku,
kecuali jika aku mengambil dari
hartanya dengan tanpa
sepengetahuannya.” Maka
Beliau bersabda: “Ambillah dari
hartanya sekadar untuk
memenuhi kebutuhanmu dan
juga anakmu. (H.R. Al-
Bukhari).
Pernyataan dalam tiga ayat di atas
memang tampak sederhana dan terkait
dengan poligami dan pemenuhan hak.
Namun sesungguhnya hal ini adalah
pengakuan Al-Qur’an kepada istri untuk
memiliki akses ekonomi. Dengan harta
yang dimilikinya istri boleh
mempergunakan dengan baik harta itu
sesuai dengan keinginannya untuk
kebutuhan pribadi, modal usaha,
bersedakah atau aktifitas sosial lainnya.
Dengan demikian ketergantungan secara
ekonomi kepada suami yang sering kali
menjadi akar kekerasan dan
marginalisasi perempuan dalam rumah
tangga dapat berkurang.
Islam anti kekerasan ekonomi,
karena suami berkewajiban memberi
nafkah, pakaian dan tempat tinggal
kepada istri dan anak-anaknya secara
layak. Suami juga wajib memberi mahar
kepada istrinya, dan jika ditangguhkan
penyerahannya akan menjadi hutang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
103 103
suami yang harus dilunasi, seperti
hutang-hutang yang lain. Perampasan
hak mahar istri tergolong dosa besar.
Adanya ancaman terhadap suami yang
mengabaikan hak istri berupa mahar
menunjukkan bahwa hukum Islam serius
memperhatikan penanggulangan
kekerasan ekonomi dalam rumah tangga.
Karena mahar merupakan menjadi hak
milik istri, sehingga jika suami enggan
memberikan kepada istrinya atau setelah
diserahkan, suami merampasnya
kembali, maka suami telah melakukan
suatu kekerasan ekonomi terhadap istri.
Demikian pula jika suami tidak
memenuhi kewajiban nafkah kepada istri
dan anak-anaknya sedangkan suami
dalam kondisi mampu bahkan memiliki
penghasilan.39
Mengingat betapa pentingnya hak
nafkah bagi istri dan anak, istri
dibolehkan mengambil sendiri tanpa
sepengetahuan suaminya, seperti yang
pernah dilakukan oleh Hindun binti
Utbah, istri Abu Sufyan, lantaran Abu
Sufyan kikir sehingga dilaporkan kepada
Rasulullah saw. Ini menunjukkan bahwa
keengganan suami memberikan nafkah
secara layak (kekerasan ekonomi)
kepada istri dapat dilaporkan kepada
39Erniati. (2015). Kekerasan dalam Rumah
Tangga. Musawa, 7(2). hlm. 207–34.
penguasa –pengadilan-, sebab dalam
kasus ini posisi Nabi saw bukan sekedar
sebagai pemimpin agama, namun lebih
sebagai pemimpin masyarakat.
Persetujuan Nabi saw atas tindakan
Hindun itu disebabkan Hindun hanya
mengambil sesuatu yang menjadi
haknya yaitu sekedar untuk memenuhi
kebutuhan pokok baginya dan anak-
anaknya.40
D. KESIMPULAN
Islam yang ajarannya terangkum
dalam Al-Qur’an sangat mendukung
penghapuskan kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). Hal ini dapat dipahami
dengan melihat beberapa aspek.
Pertama, penafsiran wadribuhunna
dalam al-Nisa/4: 34 tidaklah dimaknai
perintah untuk memukul istri jika tidak
taat tetapi hanya sekedar kebolehan.
Tidak pula diperbolehkan memukul
secara mutlak tetapi dibatasi dengan
syarat yang ketat yaitu: Pemukulan
bukan sebagai penmbalasan tetapi
pedidikan (ta’dib) dan perbaikan (islah);
Istri melakukan kedurhakaan yang jelas;
Pemukulan tidak sempai membuat luka;
Pemukulan dilakukan sebagai usaha
terakhir. Bahkan beberapa pemikir Islam
40Ahmad bin Hajar Al-Asqalani. (1379 H).
Fath Al-Bari. Bairut: Dar al-Ma’rifah. hlm. 509.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
104
tidak memaknai ayat tersebut dengan
memukul. Kedua, terdapat banyak dalil
dari Al-Qur’an yang mendukung
penghapusan berbagai bentuk kekerasan
dalam rumah tangga yang diperkuat
dengan hadis Rasulullah S.A.W. Bahkan
Q.S. Al-Nisa’ 4: 34 yang dituduh sebagai
legitimasi kekerasan rumah tangga justru
bila dipahami dengan komprehensif
melahirkan pemahaman sebagai salah
satu ayat yang memberikan
perlindungan dari kekerasan dalam
keluarga. Hal ini membuktikan bahwa
Islam sejalan dengan perundangan
penghapusan KDRT pada lingkup
nasional maupun internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Rahman al-Sa’adi. (2000). Taisir
Al-Karim Al-Rahman fi Tafsir
Kalam Al-Mannan. Muassasah al-
Risalah.
https://tafsirweb.com/1551-quran-
surat-an-nisa-ayat-19.html.
Abu Daud. (t.t.). Sunan Abu Daud.
Bairut: Maktabah al-Asriyah.
Abu Ja’far Al-Tabari. (2000). Jami Al-
Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an.
Muassasah al-Risalah.
Abu al-Hasan Nuruddin Al-Sinndi. (t.t.).
Hasyiah Al-Sindi Ala Sunan Ibnu
Majah. Bairut: Dar al-Jail.
Ahmad bin Hajar al-Asqalani. (1379).
Fath Al-Bari. Bairut: Dar al-
Ma’rifah.
Al-Nawawi, Yayah bin Syarf. (t.t.).
Syarh Al-Nawawi Ala Muslim. 2Dar
al-Khair.
Erniati. (2015). Kekerasan dalam Rumah
Tangga. Musawa, 7(2): 207–34.
Fakhr Al-Din Al-Razi. (t.t.). Mafatih Al-
Gaib. 1Bairut: Dar Ihya al-Turas al-
Arabi.
Hamka. (1965). Tafsir Al-Azhar. Edited
by 5. Jakarta: Yayasan Nurul Islam.
Hasbi ash-Shiddieqy. (1970). Tafsier Al-
Qur’an Madjie an-Nur. Jakarta:
Bulan Bintang.
Ibnu Majah. (t.t.). Sunan Ibnu Majah. 1st
ed. ihya al-Kutub al-Arabiyah.
Ismail bin Umar bin Katsir. (t.t.). Tafsir
Al-Qur’an Al-‘Azim. Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyyah.
Ismail bin Umar bin Kasir. (1999). Tafsir
Al-Qur’an Al-Azim. Dar Tayyibah li
al-Nasyr wa al-Tauzi’.
Ismail Lubis. (2000). Al-Qur’an dan
Terjemahannya Edisi Tahun 1990;
Studi Pleonasme, Gramatika, Diksi,
Dan Idiom. UIN Sunan Kalijaga.
Jalal al-Din al-Suyuti. (1974). Al-Ifqan
Fi Ulum Al-Qur’aan. Kairo: al-
Hai’ah al-Misriyyah al-’Ammah li
al-Kitab.
Kementerian Agama RI. “Tafsir Ringkas
Kementrian Agama RI,” n.d.
https://tafsirweb.com/6161-quran-
surat-an-nur-ayat-33.html.
Kodir, Faqihuddin Abdul. (2011). Islam
dan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (Kdrt ): Pembahasan
Dilema Ayat Pemukulan Istri ( An-
Nisa , 4 : 34 ) Dalam Kajian Tafsir
Indonesia Faqihuddin Abdul Kodir.
Jurnal Holistik, 12(1): 1–28.
Komnas Perempuan. “CATAHU 2020
Komnas Perempuan: Lembar Fakta
Dan Poin Kunci (5 Maret 2021),”
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah...
105 105
2021.
https://komnasperempuan.go.id/siar
an-pers-detail/catahu-2020-
komnas-perempuan-lembar-fakta-
dan-poin-kunci-5-maret-2021.
———. “Info Grafis Catahu 2020.Pdf,”
2020.
M. Quraish Shihab. (2000). Tafsir Al-
Mishbah: Pesan, Kesan, Dan
Keserasian Al-Qur’an. 2nd ed.
Jakarta: Lentera Hati.
Mohammad Sharur. (1992). Al-Kitab Wa
Al-Qur’an: Qiraah Mu’asirah.
Damaskus: al-Ahali li Tibaah wa al-
Nasr.
Muhammad bin Abdullah Inbu Arabi.
Ahkam Al-Qur’an. Edited by 2.
Bairut: al-Maktabah al-Islami, n.d.
Muhammad bin Ismail al-Bukhari. (t.t.).
Sahih Al-Bukhari. Dar Tauq al-
Najah.
Muhammad bin Jarir Al-Tabari. (t.t.).
Jami’ul Al-Bayan Ala Ta’wil Ayi Al-
Qur’an. Kairo: Dar al-Ma’arif, n.d.
Muslim bin Hajjaj. (t.t.). Sahih Muslim.
Bairut: ihya al-Turas al-Arabi.
Nuruddin Mulla Al-Qari. (2002).
Miraqat Al-Mafatih Syarh Misykat
Al-Masabih. Bairut: Dar al-Fikr.
Republik Indonesia. Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 1
§ (2007).
https://www.google.com/url?sa=t&
rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUK
EwjWxrKeif7eAhVYfysKHcHW
AOwQFjAAegQICRAC&url=https%3
A%2F%2Fwww.ojk.go.id%2Fid%
2Fkanal%2Fpasar-
modal%2Fregulasi%2Fundang-
undang%2FDocuments%2FPages
%2Fundang-undang-nomo.
Sahiron Syamsuddin. (2007). Tipologi
dan Proyeksi Penafsiran
Kontemporer Terhada Al-Qur’an.
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
Dan Hadis, 8(2).
Susiana, Sali. “Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Pada Masa Pandemi Covid-
19.” Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI XII, no. 24
(2020): 13–18.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/in
fo_singkat/Info Singkat-XII-24-II-
P3DI-Desember-2020-177.pdf.
Syam Al-Din Al-Qurtubi. (1964). Al-
Jami Li Ahkam Al-Qur’an. 5th ed.
Kairo: Dar al-Kutub al-Misriyyah.
Tabli, Mohammad. (1996). Ummat Al-
Wasat: Al-Islam Wa Tahaddiyat
Mu’asirah. Tunisia: Saras li
al_Nasr.
United Nations. (1993). Declaration on
the Elimination of Violence against
Women Proclaimed by General
Assembly Resolution 48/104 of 20
December 1993,” 1993.
Yunus, Mahmud. (1972). Tarjamah
Qur’an Karim. Bandung: al-
Ma’arif.