PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI...

22
Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ismiawati PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ([email protected]) Budiyono PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Penelitian ini berawal dari observasi yang dilakukan oleh peniliti terhadap pembelajaran matematika di SDN Gununggedangan 2 Mojokerto. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa siswa kelas II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto belum mampu melakukan pembagian yang hasilnya kurang dari seratus, masih banyak siswa yang bosan dengan pembelajaran yang diberikan guru hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakan media saat pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah saja Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas guru, mendeskripsikan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret untuk melakukan pembagian yang hasilnya kurang dari seratus.Jenis penelitian ini PTK dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II SDN Gunung gedangan 2 Mojokerto yang berjumlah 20 siswa. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Hasil penelitian selama 2 siklus mengalami peningkatan. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I 76,13% menjadi 90,9% pada siklus II. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar68,18% menjadi 81,8% pada siklus II. Untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I 68% menjadi 88% pada siklus II. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa media benda nyata batu kerikil dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto dalam melakukan pembagian yang hasilnya kurang dari seratus. Kata kunci: Media benda nyata, Tema bermain di lingkunganku pembagian, Hasil belajar Abstract This study originated from observations made by researchers to study mathematics at SDN Gununggedangan 2 Mojokerto. Results of preliminary observations indicate that the grade II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto not been able to make distributions that result is less than a hundred, there are many students who are bored with the teacher's learning and this is because teachers do not use the media during a lesson, the teacher just use the lecture method alone. The purpose of this study is to describe the activity of the teacher, describing the activities of students and student learning outcomes after following study using concrete objects media to divide the result is less than seratus. Kind PTK research using quantitative descriptive method. This research was conducted in two cycles. The subjects of this study were teachers and students of class II SDN Gunungedangan 2 Mojokerto, amounting to 20 students. Data were obtained through observation and tests. The results of the study for 2 cycles increased. Teacher activity increased 76.13% from the first cycle becomes 90.9% in the second cycle. Activity of students has increased from the first cycle sebesar68,18% to 81.8% in the 839

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ISMIAWATI

Transcript of PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI...

Page 1: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA

SEKOLAH DASAR

IsmiawatiPGSD FIP Universitas Negeri Surabaya ([email protected])

BudiyonoPGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

AbstrakPenelitian ini berawal dari observasi yang dilakukan oleh peniliti terhadap pembelajaran matematika di SDN Gununggedangan 2 Mojokerto. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa siswa kelas II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto belum mampu melakukan pembagian yang hasilnya kurang dari seratus, masih banyak siswa yang bosan dengan pembelajaran yang diberikan guru hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakan media saat pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah saja Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas guru, mendeskripsikan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret untuk melakukan pembagian yang hasilnya kurang dari seratus.Jenis penelitian ini PTK dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II SDN Gunung gedangan 2 Mojokerto yang berjumlah 20 siswa. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Hasil penelitian selama 2 siklus mengalami peningkatan. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I 76,13% menjadi 90,9% pada siklus II. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar68,18% menjadi 81,8% pada siklus II. Untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I 68% menjadi 88% pada siklus II. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa media benda nyata batu kerikil dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto dalam melakukan pembagian yang hasilnya kurang dari seratus.Kata kunci: Media benda nyata, Tema bermain di lingkunganku pembagian, Hasil belajar

AbstractThis study originated from observations made by researchers to study mathematics at SDN Gununggedangan 2 Mojokerto. Results of preliminary observations indicate that the grade II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto not been able to make distributions that result is less than a hundred, there are many students who are bored with the teacher's learning and this is because teachers do not use the media during a lesson, the teacher just use the lecture method alone. The purpose of this study is to describe the activity of the teacher, describing the activities of students and student learning outcomes after following study using concrete objects media to divide the result is less than seratus. Kind PTK research using quantitative descriptive method. This research was conducted in two cycles. The subjects of this study were teachers and students of class II SDN Gunungedangan 2 Mojokerto, amounting to 20 students. Data were obtained through observation and tests. The results of the study for 2 cycles increased. Teacher activity increased 76.13% from the first cycle becomes 90.9% in the second cycle. Activity of students has increased from the first cycle sebesar68,18% to 81.8% in the second cycle. For the learning outcomes of students has increased 68% from the first cycle to 88% in the second cycle.From the above data it can be concluded that the real object gravel media can improve student learning outcomes second grade SDN Gununggedangan 2 Mojokerto make distributions that result in less than a hundred.Keywords: Media tangible objects, themes division play in my neighborhood, learning outcomes

PENDAHULUAN Siswa SD merupakan usia yang efektif

untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Belajar matematika terjadi secara alami seperti pada saat siswa bermain menemukan, menguji, serta menerapkan konsep bilangan matematika secara alami hampir setiap kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Lwin

(2008: 43) siswa yang cerdas secara matematis senang melihat pola dalam informasi mereka, dan mereka dapat mengingat bilangan dalam pikiran mereka untuk jangka waktu yang lebih panjang. Pengalaman belajar akan bermakna bagi mereka jika banyak berkaitan dengan ragam pengalaman keseharian mereka yang ditunjang dengan benda-benda nyata yang dapat diobservasi (Andayani,

839

Page 2: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

2009: 1.7). Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik dan bervariasi.

Kenyataanya di SDN Gununggedangan 2 Mojokerto Berdasarkan hasil observasi awal di kelas II SDN Gununggedangan II Mojokerto, diperoleh data bahwa hasil belajar matematika masih rendah. Hal ini terbukti 65% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan, yaitu 75. Sementara hanya 35% lainnya telah berhasil mencapai KKM. Sedangkan pembelajaran dikatakan telah memenuhi ketuntasan belajar klasikal, apabila 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai minimal 75.

Kenyataanya di SDN Gununggedangan 2 Mojokerto Permasalahan yang dihadapi peneliti antara lain disebabkan: (1) guru tidak menggunakan media pada saat pembelajaran matematika sehingga pembelajaran kurang menyenangkan, (2) Guru hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat saja. Selain itu penyebab lainnya dikarenakan: 1) siswa kesulitan menerima materi tanpa ada media, (3) siswa kurang kreatif, (4) siswa merasa bosan dengan metode ceramah dan mencatat.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan diSekolah Dasar, memperbaiki dan meningkatkan perhatian siswa kelas II dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan media benda nyata berupa batu kerikil yang ada disekitar lingkungan sekolah. Juga untuk meningkatkan hasil belajar matematika, sehingga menjadi mata pelajaran yang manarik dan menyenangkan.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru didalam kelas pada saat proses belajar mengajar. Solusi yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan memanfaatkan atau menggunakan media benda nyata yang berada dilingkungan sekolah berupa batu kerikil sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan siswa. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik.

Alasan peneliti memilih media benda nyata dalam pembelajaran matematika operasi pembagian antara lain: 1) benda nyata akan lebihmemotivasi dan mendorong siswa untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang sedang dipelajarinya, 2) karena benda tersebut benar-benar nyata sehingga anak dapat

menggunakan seluruh inderanya dalam kegiatan belajar. 3) anak juga akan lebih cepat dan tepat dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru.

Menurut Sungkono (2007: 28) benda konkret atau benda asli pada dasarnya yaitu, “Benda yang digunakan supaya kegiatan belajar berlangsung dalam lingkungan yang sangat mirip dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga proses pembelajarannya dapat lebih efektif”. Sedangkan menurut Sulaiman (1985: 135) bahwa yang disebut benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya. Pembelajaran akan mudah dimengerti dan lebih baik tinggal dalam ingatan jika dipelajari melalui hubungannya dengan benda sebenarnya.

Ada pendapat lain tentang media benda konkret, media benda konkret atau benda asli adalah benda yang sebenarnya yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu”. Jadi obyek nyata berupa benda yang dapat dilihat, dirasa, diraba atau dipegang oleh anak (htpp://ww.Martiningsih.com, diunduh tanggal 21 Oktober 2014)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media benda nyata siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena benda yang dapat dipandang dari segala arah secara jelas dan nyata akan lebih tahan lama untuk diingat: 1) anak akan memperoleh pengalaman langsung mengenai benda nyata, (2) memotivasi siswa untuk giat belajar. Solusi yang ditawarkan penulis yaitu “Penggunaan Media Benda Nyata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tema Bermain Di Lingkunganku Pada Siswa Kelas II SDN Gununggedangan 2 Mojokerto”.

Berdasarkan urian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran penggunaan media benda nyata tema bermain di lingkunganku di kelas 2 SDN Gununggedangan II Mojokerto?. (2) Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas II SDN Gununggedangan II Mojokerto terhadap pembelajaran matematika tema bermain di lingkunganku dengan penggunaan media benda nyata?. (3)Bagaimana hasil belajar matematika tema bermain di lingkunganku dengan menggunakan media benda nyata siswa kelas III SDN Gununggedangan II Mojokerto?

840

Page 3: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran penggunaan media benda nyata tema bermain di lingkunganku di kelas 2 SDN Gununggedangan II Mojokerto. (2) Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa kelas II SDN Gununggedangan II Mojokerto terhadap pembelajaran matematika tema bermain di lingkunganku dengan penggunaan media benda nyata. (3) Mendeskripsikan hasil belajar matematika tema bermain di lingkunganku dengan menggunakan media benda nyata siswa kelas III SDN Gununggedangan II Mojokerto.

Menurut McKnow (dalam Rohani, 1997: 8) dikatakan bahwa media memiliki empat fungsi yaitu mengubah titik berat pendidikan formal yang artinya dengan media pembelajarna yang sebelumnya absrak menjadi konkret dan pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis, membangkitkan motivasi belajar, memperjelas penyajian pesan dan informasi serta memberikan stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu.

Pemakaian media pembelajaran sebagai berikut : Pemakaian media dalam pengajaran matematika itu berhasil efektif mendorong prestasi belajar siswa hingga mencapai 60% lawan 10% dengan menunjukkan keberhasilan yang meyakinkan dari yang belajar tidak menggunakan media, Higgins (dalam Rosefendi, 1992: 144).Manipulasi media itu penting bagi siswa SD disemua tingkatan. Ditemukan sedikit bukti bahwa manipulasi media itu hanya berhasil ditingkat yang lebih rendah. Hasil penelitian tambah menunjukkan bahwa kegunaan media nyata (bendanya) sama gunanya seperti berupa gambar.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah perangkat pembelajaran yang berisi pesan atau informasi yang disajikan dengan menggunakan peralaperalatan.

Media batu kerikil adalah merupakan media yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung, media ini sangat murah dan banyak terdapat dilingkungan sekolah. Media batu kerikil digunakan untuk materi pembagian bilangan asli yang hasilnya kurang dari 100, cara penggunaan media ini sangat mudah kita siapkan batu kerikil yang ada disekitar lingkungan sekolah sebanyak 100 buah dan gelas aqua. Misalnya 72:8 = 9 cara penyelesainnya kita ambil batu kerikil yang sudah disiapkan sebanyak 72 buah batu kerikil kemudian

kita ambil gelas aqua yang sudah disiapkan sebanyak 9 buah gelas, kemudian batu kerikil tersebut kita masukkan satu persatu kedalam 9 gelas aqua tersebut sama banyak sampai batu kerikil tersebut habis. Setelah itu kita hitung banyak batu yang ada didalam gelas aqua dan hasilnya ada 9 buah batu kerikil, begitu seterunya cara penggunaan batu kerekil untuk menyelesaikan pembagian bilangan asli yang hasilnya kurang dari 100.

Cara berfikir konkret berpijak pada pengalaman-pengalaman akan benda-benda konkret atau nyata, bukan berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak. Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 128) pentingnya obyek nyata untuk belajar pada anak usia dini, karena anak usia dini dalam proses beralih dari fase Pra-operasional ke fase konkret operasional.

Pada fase praoperasional, belajar terbaik anak dari benda-benda konkret atau nyata yang dapat diindera oleh anak. Benda konkret atau nyata bisa juga disebut benda asli. Menurut Arief Sadiman (2009: 17) Media pendidikan mempunyai fungsi memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata – kata tertulis atau lisan belaka).

Sedangkan menurut Sulaiman (1985: 135) bahwa yang disebut benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya. Pembelajaran akan mudah dimengerti dan lebih baik tinggal dalam ingatan jika dipelajari melalui hubungannya dengan benda sebenarnya.

Ada pendapat lain tentang media benda konkret, menurut Pitajeng (2006: 32) bahwa “permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara konkret”. Jadi obyek nyata berupa benda yang dapat dilihat, dirasa, diraba atau dipegang oleh anak. Misalnya ingin mengenalkan jumlah buah yang kasar dan buah yang halus yaitu durian dan semangka, maka guru sebisa mungkin menghadirkan buah durian dan semangka sehingga anak akan lebih mudah memahami dan mengerti berapa jumlah buah yang kasar dan buah yang halus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud benda konkret adalah benda yang dapat dipandang dari segala arah secara jelas dan nyata, dimana benda tersebut dapat mewujudkan konsep-konsep yang bersifat abstrak menjadi konkret. Anak akan memperoleh pengalaman langsung, lebih berkesan dan mudah memahami apa yang dipelajarinya. Oleh sebab itu

841

Page 4: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

untuk mengenalkan angka yang sifatnya abstrak perlu menggunakan benda konkret untuk mempermudah anak memahami angka. Benda konkret yang digunakan untuk mengenalkan angka adalah benda yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.

Ada berbagai macam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Namun pada dasarnya jenis-jenis media dapat dikelompokkan menjadi dua media dua dimensi dan tiga dimensi. Mengelompokkan media menjadi dua yaitu: (1)Media Dua Dimensi, merupakan media yang hanya dapat dipandang baik dengan bantuan proyektor atau tanpa bantuan proyektor. Misalnya: gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, chart, lembaran balik, poster peta, dll. (2)Media Benda Nyata, merupakan media yang dapat dipandang dari segala arah dan diraba bentuknya, dimana media tiga dimensi mewujudkan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Misalnya: benda asli, model, alat tiruan sederhana (mock-up), barang contoh (specimen), diaroma (http://ww. Martiningsi). Com 21 oktober 2014).

Media yang paling efektif untuk pembelajaran yaitu menggunakan benda konkret atau benda asli. Menurut Sulaiman (1985:134) sebelum menggunakan macam-macam alat audio-visual, maka benda asli merupakan alat paling efektif untuk mengikut sertakan berbagai indera dalam belajar.

Sedangkan menurut Sudjana (1991: 66) bahwa Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

Pemanfaatan benda konkret dalam kegiatan pembelajaran sangatlah penting. Menurut Sungkono (2007: 35) pemanfaatan benda konkret atau asli akan mampu merangsang dan memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran dan merangsang tumbuhnya diskusi dalam pembelajaran yang dilakukan.

Disamping memiliki kelebihan benda konkret juga memiliki kelemahan. Sebab setiap benda ataupun hal yang lain di alam ini suatu saat memiliki dampak buruk. Hal tersebut selalu dihubungkan dengan faktor kesesuaian hubungannya dengan manusia. Manusia adalah subyek penentu apakah suatu benda atau hal lain merugikan atau menguntungkan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan benda konkret atau benda asli akan lebih memotivasi dan mendorong siswa untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang sedang dipelajarinya. Karena benda tersebut benar-benar nyata sehingga anak dapat menggunakan seluruh inderanya dalam kegiatan belajar. Anak juga akan lebih cepat dan tepat dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru. Akan tetapi benda konkret juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Kelemahan dari benda konkret yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, di sesuaikan dengan pelajaran dan berusaha membawa benda asli ke kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.

Media dapat mempertinggi minat proses belajar siswa, karena dengan adanya media siswa lebih antusias dalam belajar sehingga hasil yang dicapai dalam pengajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Menurut Sudjana (2005: 2) Media memiliki manfaat: (1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. (3) Metode pengajaran akan lebih bervariasai, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guu mengajar untuk setiap jam pelajaran. (4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan.

Menurut Sudjana (1991: 22) menyatakan bahwa hasil belajar itu adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajar. Selanjutnya menurut Howard Kingsley (dalam Sudjana, 1991: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : 1. Keterampilan dan kebiasaan, 2. Pengetahuan dan pengertian, 3. Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

842

Page 5: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

Hasil belajar menurut Sudjana (2008: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya sistim pendidikan nasional (dalam Sudjana, 2008: 22) merumuskan tujuan pendidikan nasional dengan menggunakan klasifikasi hasil belajar yang dikemukakan oleh Bejamin Bloom, yang secara garis besar terdiri dari tiga ranah yakni : (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar jadwal yang terdiri dari enam aspek, yaitu, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi. Hasil belajar diambil dari nilai LKS dan evaluasi akhir. (2) Ranak afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar diambil dari pengamatan yang dilakukan oleh guru yaitu disiplin atau ketepatan dalam menyelesaikan tugas, keberanian mengemukkakan pendapat, aktif mengemukakan pendapat, kejujuran, keterbukaan dalam menerima pendapat, dan memiliki rasa ingin tahu. (3) Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yaitu gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemauan perseptual, keharmonisan atau kecepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar diambil dari pengamatan yang dilakukan oleh guru yaitu bagaimana siswa membuat kesimpulan dengan menggunakan gerakan keterampilan dasar, keharmonisan atau kecepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Menurut Kline dalam Rusefendi (1992: 28) menyatakan bahwa: matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Dalam kesempatan yang sama John Son dan Rissing (dalam Rusefendi, 1992) menyatakan bahwa : matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logic, dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan), dari pada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat itu dibuat secara deduktif yang berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan.

Menurut Jerome Bruner (dalam Rosefendi, 1992: 109) menyatakan bahwa: belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajarannya diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga).

Pengertian Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u, 2004:18). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial Sedangkan lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan  sikap dan pengembangan potensi siswa.

Menurut Suyanto (2003:64) faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup: (1) Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. (2) Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar. (3) Relasi guru dengan sisw Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa baik,  membuat siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. (4) Relasi siswa

843

Page 6: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

dengan siswa, Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. (5) Disiplin sekolah, Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan layanan. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain. (6) Alat pelajaran, alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai guru waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan  belajar-mengajar. (7) Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu sekolah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah dipagi hari adalah adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu yang dilakukan secara bersiklus (Sa’dun, 2010: 26). Ditinjau dari pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan PTK model “guru sebagai peneliti”. Dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Menurut Arikunto (2010 : 2) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibentuk dari 3 kata, yang mengandung pengertian sebagai berikut: (1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. (2) Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangakaian siklus kegiatan untuk siswa. (3) Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sabagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek (Wardhani,2007 : 1.4).

Sedangkan menurut Sa’dun (2009:26) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu.

Jadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. sedangkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah: (1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di kelas, sekolah. (2) Membantu guru dan dosen, serta tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran di dalam dan luar kelas. (3) Mencari jawaban secara ilmiah (rasional, sistematis, empiris) mengapa masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan. (4) Meningkatkan sikap profesionalisme sebagai pendidik. (5) Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta perbaikan dan peningkatan mutu atau kualitas pembelajaran secara berkelanjutan (Iskandar, 2009 : 33).

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Gunung Gedangan II Mojokerto, dengan jumlah subjek 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Pertimbangan dalam pemilihan subjek

844

Page 7: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

adalah sebagai berikut: (1) Siswa kelas II SD pada umumnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembagian pada pembelajaran Matematika. (2) Siswa kelas II SD cara berfikirnya masih bersifat operasional konkret.

Lokasi penelitian akan diadakan di SDN Gunung Gedangan II Mojokerto. Beberapa pertimbangan memilik lokasi ini adalah sebagai berikut: (1) Peneliti sebagai tenaga pendidik di SDN Gunung Gedangan II Mojokerto. (2) Sekolah bersifat terbuka artinya mau menerima setiap perubahan atau memiliki keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik. (3) Adanya dukungan moral dan spiritual yang sangat baik untuk menggunakan lokasi satuan pendidikan tersebut sebagai area Penelitian Tindakan Kelas.

Dalam rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti menggunakan prosedur penelitian bersiklus, dimana setiap siklusnya direncanakan minimal sebanyak 2 kali tindakan atau 2 kali siklus., dan masing-masing siklus dilakukan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan/tahap tatap muka efektif. Jika selam dua kali siklus tindakan masih belum tuntas, akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai serangkaian tindakan itu menghasilkan kualitas proses, respon dan hasil ang baik dari siklus sebelumnya.

Adapun pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas, sebagai berikut:

Bagan 1 Adaptasi Model Kemmis dan MG Taggart (dalam Arikunto, 2006:93)

Membuat Perencanaan yang matang, dengan kegiatan sebagai berikut: Observasi/ refleksi diri, dengan mengembangkan pertanyaan bagaimana saya/ peneliti/ guru melakukan pembelajaran selama ini sehingga itu belum/tidak/kurang menghasilkan: (1) Proses pembelajaran yang menarik shingga belum

menghasilkan perubahan sikap ke arah yang lebih baik. (2) Respon positif dari pesrta didik sehingga pembelajaran yang dilkukan bersama peserta didik selam ini belum menghasilkan kesan yang menyenangkan. (3) Proses dan respon yang baik dari peserta didik/siswa, sehingga banyak pesrta didik/ siswa yang belum tuntas atau gagal.Melakukan kajian terhadap semua proses yang menyebabkan ketidak tuntasan/ kegagalan belajar bagi peserta didik, dengan cara: (1) Melakukan kajian standar isi, indikator dan tujuan untuk menentukan langkah selanjutnya yang lebih konkret. (2) Membuat silabus dan perangkat dari hasil kajian beserta semua instrumen yang belum disediakan oleh peneliti/ guru selama melakukan pembelajaran, seperti : (1)

Membuat kisi-kisi. (2) Membuat LKS dan kunci jawaban. (3) Membuat lembar penilaian dan kunci jawaban . (4) Membuat lembar amatan aktifitas Guru dalam pembelajaran . (5) Membuat lembar amatan dan Rubrik aktifitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran. (2) Melakukan kegiatan pembelajaran/tindakan dan amatan yang dilakukan/diberikan oleh salah satu tenaga pendidik pada satuan pendidikan terkait dengan menggunakan pola kerja kolaborasi/kerjasama kepala sekolah atau teman sejawat.. (3) Melakukan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh pengamat/ observer yang ditujukan kepada peneliti/guru dan bersifat memberi saran, masukan dan evaluasi dari hasil tindakanya sebagai dasar untuk memberi rekomendasi tindakan pembelajaran pada putaran/siklus selanjutnya atau berhenti karena alasan pembelajaran sudah menghasilkan peningkatan kualitas dan ketuntasan belajar bagi pesrta didiknya.

Sesuai dengan dasar prinsip penelitian tindakan kelas/ PTK, setiap tahapan dan siklusnya dilakukan secara pertisipatif dan kolaboratif antara peneliti sebagai Guru/ Pemimpin kelas dengan teman sejawat, yang dapat dipaparkan dalam tahapan kinerja sebagai berikut (1) Penelitian dilakukan minimal 2 siklus. (2) Setiap siklus diakhir tatap muka efektif dilakukan tes/evaluasi kemampuan peserta didik/ siswa. (3) Jika sampai pada siklus 2 pembelajaran belum berhasil, maka akan dilakukan pembelajaran sampai pada siklus 3.

Pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar. (2) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. (3) Membuat

845

Page 8: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). (4) Mempersiapkan sumber, alat, bahan, dan media yang dibutuhkan. (5) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti LKS untuk membantu siswa lebih cepat memahami materi pelajaran. (7) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan . (8) Membuat lembar observasi terhadap siswa maupun guru untuk memantau keadaan mereka selama proses belajar mengajar berlangsung.

Pada tahap ini pelaksanaan pembelajaran dirancang dengan mengguanakan sistem siklus pembelajaran menjadi beberapa siklus/ minimal dua siklus untuk tujuan merancang tindakan yang terencana beserta perbaikan mulai dari siklus pertama sampai pada pembelajaran siklus terakhir atau sampai tindakan pembelajaran itu tuntas.

Observasi dilakukan oleh observer/ teman sejawatmenjadi satu dengan kegiatan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati hal- hal berikut: (1) Situasi kegiatan belajar mengajar. (2) Aktivitas guru saat KBM berlangsung. (3) Aktivitas siswa saat KBM berlangsung. (4) Mencatat hambatan yang muncul selama KBM berlangsung

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut: (1) Mengkaji hasil observasi. (2) Menganalisis lembar kerja siswa. (3) Mencatat keberhasilan dan kegagalan untuk diperbaiki. (4) Merencanakan perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti yang melaksanakan proses mengajar dimana penelitian bertindak sebagai guru kelas dan juga penulis berkolaborasi dengan guru SDN Gunung Gedangan II Mojokerto dalam melaksanakan peneltian. Selain itu, dalam tahap pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini di laksanakan dengan menggunakan siklus. Dimana di awali dengan siklus I, apabila dalam siklus I belum sesuai dengan indikator ketercapain, maka akan di perbaiki dalam siklus II, begitu seterusnya hingga sesuai dengan indikator ketercapaian.

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka, keterangan atau bahan nyata yang dpat dijadikan dasr kajian analisis atau kesimpulan/ KBBI. Dalam kesempatan berbeda, Budiyono (2013) menyatakan bahwa data merupakan kesimpulan informasi yang akan/ sedang dibutuhkan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa. (1) Data aktivitas guru diambil pada saat guru

melaksanakan pembelajaran Matematika dengan menggunakan media benda nyata dilingkungan sekolah. (2) Data aktivitas siswa diambil pada saat pembelajaran Matematika berlangsung dengan menggunakan media benda nyata. (3) Data hasil tes siswa diambil setelah pembelajaran atau pada akhir pembelajaran.

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,2006:160).Instrumen penelitian ini berupa: (1) Lembar Observasi aktivitas guru, observasi aktivitas guru, menggunakan lembar pengamatan yang diisi oleh teman sejawat. Pengamatan terhadap guru bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan guru selama proses pembelajaran dengan media benda nyata. Terlampir. (2) Lembar angket/respon siswa, observasi aktivitas siswa, menggunakan lembar pengamatan yang diisi oleh teman sejawat terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan benda nyata. Pengamatan terhadap siswa bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar dengan media benda nyata. Terlampir. (3) Lembar Penilaian/ Lembar Evaluasi hasil belajar siswa. Lembar penilaian dirancang berdasakan analisis soal, mulai dari soal isian dan uraian dengan mengedepankan kelayakan soal dan memperhatikan variasi analisis butir soal sehingga tingkat kesulitan butir soal dapat dipertanggungjawabkan/ valid.

Dalam usaha mendapatkan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian, perlu menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data tersebut dinamakan teknik pengumpulan data. Untuk menentukan data-data yang dibutuhkan dapat diolah menjadi suatu data yang dapat disajikan sesuai dengan masalah yang dihadapi diperlukan metode pengumpulan data. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode sebagai berikut: (1) Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas guru, aktivitas siswa dan keterampilan proses siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara observasi langsung dan observasi sistematis, yang mana dalam pengamatan pengamat mengamati aktivitas dan proses pembelajaran yang terjadi pada situasi yang

846

Page 9: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

sebenarnya dengan menggunakan pedoman (lembar observasi) sebagai instrument pengamatan. Pengamatan dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata. (2) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis tes tertulis untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan proses siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan media benda nyata. Tes tertulis sebagai alat penilaian yang mana pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk tulisan. Bentuk Tes tertulis yang digunakan adalah berbentuk soal.

Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis. Adapun analisis data antara lain: (1) Analisis data observasi guru, siswa dan keterampilan proses siswa. Analisis data observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru serta keterampilan proses dalam pembelajaran matematika selama pembelajaran dengan penggunaan media benda nyata. Data tentang instrumen observasi yang diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui penguasaan keterampilan proses selama pembelajaran berlangsung dalam pembelajaran menggunakan media benda nyata dapat dihitung sebagai berikut: Untuk menghitung nilai tes individu siswa

Nilai

akhir =

jumlah skor yang diperolehskor maksimal

x 100

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar, menggunakan rumus:

P =∑ siswa yang tuntas belajar

∑ siswax 100 %

Dengan menggunakan rumus di atas, dapat diketahui nilai tes siswa setelah diterapkan pembelajaran penggunaan media benda nyata. Untuk menentukan kriteria peringkat persentase prestasi belajar siswa,

Pada penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Penelitian dinyatakan berhasil dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya jika: (1) Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dinyatakan berhasil jika mencapai ≥ 80%. (3) Aktivitas pembelajaran siswa dinyatakan berhasil jika mencapai ≥ 80%. (3) Hasil belajar siswa dinyatakan berhasil/ tuntas jika mencapai KKM ≥ 75 dan secara klasikal mencapai ≥ 80%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang akan diuraikan adalah berupa hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dan data tes hasil belajar yang diberikan di akhir siklus penelitian. Pelaksanaan setiap siklus pada penelitian ini dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: (1) Hasil penelitian yang akan diuraikan adalah berupa hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dan data tes hasil belajar yang diberikan di akhir siklus penelitian. Pelaksanaan setiap siklus pada penelitian ini dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan untuk melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I, yaitu sebagai berikut: (1) Menganalisis kurikulum. (2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan media batu kerikil. (3) Indikator. (4) Tujuan pembelajaran (4) Model pembelajaran dan metode pembelajaran. (5) Menyiapkan media pembelajaran berupa media batu kerikil. (6) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa dan lembar evaluasi. (6) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa dan lembar evaluasi.

Kegiatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan oleh dua pengamat, yaitu Ibu Suhartati, S.Pd. selaku wali kelas II SDN Gunungedangan II Mojokerto dan Rindi Dwi Aprilia selaku teman sejawat. Adapun hasil pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran di siklus I dan 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 1Data Aktivitas Guru

No Aspek yang diamatiSiklus

ISiklus

II

1. Pembukaan dengan memberi salam 3 3

2. berdo’a, mengabsen siswa3,5 2,5

847

Page 10: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

3. Guru memotivasi siswa mengajak bernyanyi “cublek-cublek suweng”

3,5 2,5

4. Melakukan tanya jawab seputar materi tentang lingkungan sekolah

2,5 2,5

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3,5 3

6. Guru menampilkan kerikil dan botol aqua 2,5 4

7. Mendemonstrasikan materi dengan menggunakan media kerikil dan gelas aqua

2,5 4

8. Guru menjelaskan cara mengelompokkan benda-benda menjadi proses pembagian sesuai dengan kalimat matematika.

2,5 3,5

9. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar. 3 3,5

10. Membagi LKS pada tiap kelompok meminta mengerjakan

2,5 3,5

11. Membimbing kelompok agar bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

2,5 3

12. Meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil pekerjaannya serta membahasnya

2,5 4

13. Memberikan lembar evaluasi 3 3,5

14. Membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran

3 3,5

15. Guru mengakhiri pelajaran hari ini 3 4

Jumlah 43 50Prosentase (%) 71,6% 83,3%

Untuk memperjelas peningkatan prosentase aktivitas guru dari siklus I sampai siklus II disajikan pada diagram 1.

Siklus 1 Siklus II0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

71,6%

83,3%

Siklus 1Siklus 2

Diagram 1Persentase Aktivitas Guru

Diperoleh data aktivitas guru selama pelaksanaan pembelajaran siklus I mendapat presentase ketercapaian sebesar 71,6%. Perolehan skor keterlaksanaan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I dikriteriakan amat baik dan telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sedangkan skor ketercapaian jika dikriteriakan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru cukup, namun belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu > 80%. Dengan demikian aspek pembelajaran yang mendapat nilai < 4, pelaksanaannya perlu dimaksimalkan.

Ketidak berhasilan pada siklus I ini disebabkan. Dalam menjelaskan materi benda kerikil suara guru kurang lantang sehingga siswa belum memahami materi dengan baik. Pada saat mendemonstrasikan cara mengelompokkan kerikil guru tidak memberi contoh berkali-kali, sehingga siswa merasa bingung bagaimana cara mengelompokkannya. Pada saat guru membahas bersama hasil pekerjaan kelompok, guru hanya meminta satu kelompok saja untuk mempresentasikannya. Sehingga kelompok yang lain tidak tahu kebenaran jawabannya dan siswa tidak dapat bertukar pendapat dengan teman mengenai hasil kerjanya.

data aktivitas guru selama pelaksanaan pembelajaran mendapat presentase ketercapaian sebesar 83,3%. Perolehan skor keterlaksanaan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus II dikriteriakan sangat baik dan telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sedangkan skor ketercapaian pada siklus II dikriteriakan baik dan sudah mencapai

848

Page 11: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

indikator yang diharapkan yaitu ≥ 80%. Dan semua kendala-kendala yang terjadi pada siklus I dapat diatasi pada siklus II dengan baik.

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media benda nyata disajikan pada tabel dan diagram berikut :

Tabel 2Data Aktivitas Siswa

No Aspek yang diamatiSiklus

ISiklus

1. Siswa menjawab salam guru3

2. Siswa merespon guru saat berdoa dan absen 3

3. Siswa merespon kegiatan guru saat bernyanyi 3

4. Siswa menjawab pertanyaan guru 3

5. Siswa mendengarkan guru saat menyampaikan tujuan pembelajaran

3

6. Siswa memperhatikan saat guru menampilkan batu kerikil dan mendemonstrasikan materi

3 4

7. Siswa mengelompokkan batu kerikil sesuai dengan kalimat matematikanya

3

8. Siswa merespon guru saat pembentukan kelompok belajar

3

9. Siswa menerima LKS yang diberikan guru 3 3,5

10 Siswa mengikuti petunjuk guru dalam mengerjakan LKS 3 3,5

11 Siswa mempresentasikan hasil tugasnya 2

12 Menerima lembar evaluasi (LE) yang diberikan guru 3

13 Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

2

14 Siswa menjawab salam penutup yang diucapkan guru

3

Jumlah 40 47Persentase (%) 71,4 83,9

Adanya peningkatan aktivitas siswa juga dapat diperjelas dengan diagram berikut ini :

Siklus 1 Siklus 265

70

75

80

85

71.4%

83.9%

Series1

Diagram 2 Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Diperoleh data aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran siklus I mendapat presentase ketercapaian sebesar 71,4%. Skor ketercapaian jika dikriteriakan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa cukup, namun belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu > 80%. Dengan demikian aspek pembelajaran yang mendapat nilai < 4, pelaksanaannya perlu dimaksimalkan.

aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran siklus II mendapat presentase ketercapaian sebesar 83,9%. Skor ketercapaian jika dikriteriakan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa sangat baik, dan sudah mencapai indikator yang diharapkan yaitu ≥80%. Ini membuktikan bahwa guru sudah berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa bisa menerima pembelajaran dengan baik.

Hasil belajar belajar siswa selama menggunakan media benda nyata dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Siklus 1 Siklus 20%

10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Siklus 1Siklus 2

Diagram 3 Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

849

Page 12: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan nilai tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran pembagian bilangan di bawah 100 dengan menggunakan media kerikil siklu I presentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 65%. Skor persentase tersebut jika dikriteriakan dengan ketuntasan belajar siswa, maka ketuntasan belajar siswa kurang, sehingga belum sesuai dengan indikator yang diharapkan yaitu > 80%. Penelitian belum dikategorikan berhasil karena belum mencapai indikator peneliti yaitu apabila nilai rata-rata kelas adalah > nilai KKM yaitu 75 dan sekurang-kurangnya 80% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai sama dengan KKM. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dilaksanakan pada siklus II

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan nilai tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengelompokkan benda menjadi proses pembagian dengan menggunakan media batu kerikil siklus II dengan presentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 85%. Skor persentase tersebut jika dikriteriakan dengan ketuntasan belajar siswa, maka ketuntasan belajar siswa tinggi, dan sudah mencapai target dengan indikator yang diharapkan yaitu > 80% maka penelitian ini dikategorikan berhasil.

Pembahasan Hasil dari penelitian menggunakan media

batu kerikil untuk meningkatkan pelajaran matematika pada siswa kelas II SDN Gununggedangan II Mojokerto mencapai hasil yang maksimal. Secara keseluruhan siswa mengikuti pembelajaran dengan baik selama pelaksanaan siklus I dan siklus II.

Pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media batu kerikil dalam siklus I belum mencapai kriteria yang diharapkan. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi aktivitas guru memperoleh skor ketercapaian sebesar 71,4%. Hal ini disebabkan kurang banyak dalam memberi contoh pengelompokkan kerikil menjadi pembagian sehingga siswa kurang paham apa yang diterangkan. Dalam mendemonstrasikan materi suara guru kurang lantang sehingga siswa kurang memahami materi dengan baik. Selanjutnya saat guru dan siswa membahas hasil kerja guru hanya menyuruh satu perwakilan kelompok saja yang mempresentasikan, sehingga kelompok lain tidak tahu kebenaran jawabannya

dan siswa tidak dapat bertukar pendapat dengan teman mengenai hasil kerjanya.

Setelah ada perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II, maka terlihat adanya peningkatan yang terjadi pada siklus II memperoleh skor 83,9%. Skor ketercapaian pada siklus II ini sudah mencapai kriteria keberhasilan dalam pembelajaran yaitu ≥ 80% dari seluruh aktivits guru. Perolehan skor tersebut jika dikriteriakan pada skor ketercapaian aktivitas guru, maka ketercapaian tersebut sangat tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aqib, dkk, mengatakan bahwa tingkat ketercapaian aktivitas guru dikatakan berhasil atau sangat tinggi apabila mendapat presetasi ≥ 80%.

Persentase ketuntasan belajar klasikal hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan media batu kerikil pada siklus II mengalami peningkatan dibanding siklus I. Ketuntasan belajar klasikal hasil belajar matematika dengan menggunakan media batu kerikil pada siklus I memperoleh persentase 65% dan termasuk dalam kategori tinggi atau minimal. Meskipun demikian, pembelajaran ketrampilan matematika dengan menggunakan media batu kerikil pada siklus I dikatakan belum tuntas. Pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal apabila ≥ 80% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut telah tuntas belajar. Ketuntasan belajar klasikal hasil belajar matematika sederhana dengan menggunakan media batu kerikil perlu diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus II. Pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan 85%. Perolehan tersebut termasuk dalam kategori tinggi atau optimal. Persentase hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.

Dilihat dari semua hasil yang telah diperoleh pada proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media batu kerikil pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, ini terlihat pada skor ketuntasan siswa serta kendala-kendala yang ada pada pelaksanaan pembelajaran siklus I yang telah diperbaiki pada siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pembagian pada bilangan asli yang hasilnya kurang dari 100 dengan menerapkan media batu kerikil dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II SDN Gunungedangan 2 Mojokerto. Pemakaian media dalam pengajaran matematika itu berhasil efektif mendorong prestasi belajar siswa hingga mencapai 60% lawan 10% dengan menunjukkan keberhasilan yang

850

Page 13: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil belajar matematika

meyakinkan dari yang belajar tidak menggunakan media, Higgins (dalam Rosefendi, 1992: 144). Pemanfaatan media batu kerikil dapat meningkatkan hasil belajar siswa, siswa menjadi termotivasi untuk belajar dan bisa menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan bervariatif.

PENUTUPSimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan kelas tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan media batu kerikil dalam pembelajaran pembagian untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada kelas II SDN Gunungedangan 2 Mojokerto, dapat disimpulkan bahwa: (1) Aktivitas pembelajaran guru dengan menggunakan media batu kerikil dalam pembelajaran pembagian kurang dari seratus siswa kelas II SDN Gunung gedangan 2 Mojokerto dapat meningkatkan sampai dengan 11,7% yaitu dari 71,6% pada siklus I sampai dengan 83,3% pada siklus II. Dengan demikian aktivitas guru mencapai keberhasilan yang sudah ditentukan pada indikator keberhasilan sebesar ≥80%. (2) Aktivitas pembelajaran siswa dengan menggunakan media batu kerikil dalam pembelajaran pembagian kurang dari seratus siswa kelas II SDN Gunung gedangan 2 Mojokerto dapat meningkatkan sampai dengan 12,5% yaitu dari 71,4% pada siklus I sampai dengan 83,9% pada siklus II. Dengan demikian aktivitas siswa mencapai keberhasilan yang sudah ditentukan pada indikator keberhasilan sebesar ≥80%. (3) Hasil belajar siswa dalam menggunakan media batu kerikil dalam pembelajaran pembagian kurang dari seratus siswa kelas II SDN Gunung gedangan 2 Mojokerto dapat meningkat sampai dengan 20% yaitu dari 65% pada siklus I sampai dengan 85% pada siklus II. Dengan demikian aktivitas siswa mencapai keberhasilan yang sudah ditentukan pada indikator keberhasilan sebesar ≥80%.

SaranDengan memperhatikan hasil yang

diperoleh pada penelitian ini, maka disarankan kepada : (1) Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar supaya bisa menarik perhatian siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan aktivitas guru. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah media

batu kerikil. (2) Sekolah disarankan hendaknya memfasilitasi penelitian tersebut, karena dengan fasilitas tersebut peneliti dapat melakukan penelitian dengan maksimal. (3) Peneliti lain disarankan penelitian ini dapat menjadi acuan peneliti lain untuk membantu mengatasi kendala-kendala yang muncul agar proses pembelajaran lebih kondusif dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Media manipulatif dan permainan. Jakarta: Uneversitas Terbuka

Sa’dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Filosofi, Metodologi dan Implementasi. 2008: Cipta Media Aksara

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Bandung. PT. Bumi Aksara.

Budiyono. 2013. Modul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bidang Studi Matematika Sekolah Dasar (SD) Pendidikan dan Pelatihan Guru (PPG) Prajabatan S1 PGSD.Surabaya: UNESA.

Djamarah, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Banjarmasin: Rineka Cipta.

Htpp:// ww. Martiningsih. Media Pembelajaran. Diunduh tanggal 21 Oktober 2014.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada Press.

Lwin, dkk. 2008. How to multiply your childs intelligence (cara mengembangkan

berbagai komponen kecerdasan. Yogyakarta: PT indeks.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Departemen Pendidikan Nasional.

Rohani. 1997. Media Pembelajaran. Bandung: PT. Rineka Cipta.

Rohmatin, 2013. Penggunaan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas III SDN Warugunung Mojokert. Skripsi Wisnuwardhana.

Ruseffendi, dkk. 1992. Pendidikan Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

851

Page 14: PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TEMA BERMAIN DI LINGKUNGANKU PADA SISWA SEKOLAH DASAR

JPGSD. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 0 - 216

Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar. CV. Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Sudjana, Nana. 2005. Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sulaiman, Hamzah. 1985. Media Audia Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia.

Sungkono. 2007. Media Pembelajaran: Jakarta: PT Rineka Jakarta

Tu’u,Tulus.2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:Rineka Cipta

852