Penggolongan Antibiotika

28
Penggolongan Antibiotika July 5, 2011 Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor sintesis dinding sel bakteri , mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi , mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein , mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel , misalnya ionomycin , valinomycin ; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida , Antimetabolit , misalnya azaserine . Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

Transcript of Penggolongan Antibiotika

Page 1: Penggolongan Antibiotika

Penggolongan Antibiotika

July 5, 2011

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin

Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan

Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit , misalnya azaserine.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

AminoglikosidaDiantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

Beta-LaktamDiantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

GlikopeptidaDiantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

PolipeptidaDiantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

PolimiksinDiantaranya polimiksin dan kolistin.

Page 2: Penggolongan Antibiotika

Kinolon (fluorokinolon)Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

StreptograminDiantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

OksazolidinonDiantaranya linezolid dan AZD2563.

SulfonamidaDiantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

Bakterisid :Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

Bakteriostatik :Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.

Spektrum sempit (aktivitas sempit) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.

Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

Page 3: Penggolongan Antibiotika

Golongan PenisilinDihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.

Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

Golongan SefalosporinDihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.

Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:

Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius

Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim

Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis

Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim

Golongan LincosamidesDihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.

Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).

Page 4: Penggolongan Antibiotika

Golongan TetracyclineDiperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.

Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.

Golongan KloramfenikolBersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik  yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

Golongan MakrolidaBersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

Golongan KuinolonBerkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.Penggolongan :

o Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi

Page 5: Penggolongan Antibiotika

o Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

AminoglikosidaDihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.

Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin

Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.

MonobaktamDihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

SulfonamideMerupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:Infeksi saluran kemih : kotrimoksazolInfeksi mata : sulfasetamidRadang usus : sulfasalazinMalaria tropikana : fansidar.Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.Tifus : kotrimoksazol.Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia

VankomisinDihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi

Page 6: Penggolongan Antibiotika

Penggunaan Antibiotik kombinasi :

Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.

Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.

Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase.

Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).

Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.

PERAWATAN PULPCAPPING, PULPEKTOMI (ENDO INTRAKANAL)

PENDAHULUAN

Perawatan endodontic adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap

tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Karena itu sebaiknya

seorang klinisi (Dokter Gigi), harus mengtahui prinsip-prinsip ilmu endodontic secara

benar yaitu pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan

mempertahankan sisa jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin

di dalam mulut dan menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan di dalam

soketnya, sehingga dapat memperlambat resorpsi tulang alveolar gigi terkait.

Keuntungan secara psikologis yang diperoleh adalah dapat mempertahankan gigi

dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi

dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan

lepasan. Mempertahankan gigi dalam keadaan vital adalah usaha perawatan yang

dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih

lanjut. Secara mendasar pulpa memeberi rangsangan bqakteri, kemis, toksin, dan

termis serta hal lain, dengan mengadakan peradangan local. Selama perawatan,

semua jaringan pulpa harus dikeluarkan, saluran akar dibersihkan dan diirigasi,

permukaan saluran disterilkan sebagai yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik,

dan saluran diobturasi dengan baik untuk mencegah kemungkinan infeksi kembali.

Page 7: Penggolongan Antibiotika

Adapun salah satu perawatan yang akan kita bahas adalah perawatan

Pulcaping, Pulpektomi (Endodontik Intakanal)..

PEMBAHASAN

I. PULPCAPPING (Kaping Pulpa Indirek)

Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan

melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya.

Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa

digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang

pembentukkan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.

Teknik Pulp Capping ada dua:

· Indirect Pulp Capping

Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu

pada karies profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi

kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar

pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis

pelindung pulpa yang biasanya dipakai adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga

dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi

mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan pulpa akan berekasi secara fisiologis

terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini

berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa

akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan

selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi

yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi).

Page 8: Penggolongan Antibiotika

· Direct Pulp Capping

Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang

mendalam mendekati pulpa tapi tidak ada gejala infeksi.

Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa

Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh

terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan

selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan

biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi

direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika

membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah

terbuka harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.

Langkah-Langkah Pulp Capping:

1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.2. Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas

dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.3. Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5

mm (yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.

4. Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.

5. Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

Page 9: Penggolongan Antibiotika

II. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar

dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah

mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan

jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan

lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil

perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran

diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang

baik pula

Indikasi:

1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.

2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.3. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.4. Ruang pulpa kering5. endarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil6. Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang

penyangga7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian

bukal

Kontra Indikasi

1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar

Page 10: Penggolongan Antibiotika

3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi4. Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek5. Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi6. Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit tidak mungkin

dilakukan

Pulpektomi VitalPulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :

1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.

2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan

saliva.4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan

menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar

kecepatan rendah.6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan

menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.

7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.

8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.

9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan , menggunakan jarum lentulo.

10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau

seng fosfat.12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

Page 11: Penggolongan Antibiotika

B. Pulpektomi Devital

Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis

atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi.

Pemilihan kasus untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar

dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang

sudah jarang dilakukan pada gigi tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan

pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior. Pulpektomi devital masih sering

dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan bahan devitalisasi

paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi As2O3 sama

sekali tidak digunakan lagi.

C. Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal)

Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran

akar satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar

lebih dari satu.

Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau

nekrosis.

Page 12: Penggolongan Antibiotika

Indikasi:

Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan).

Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.

Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

Kontra indikasi:

Gigi tidak dapat direstorasi lagi. Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical. Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, TBC, dan

lain-lainTerdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui sukar dilakukan tindak bedah endodonti.

Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :Kunjungan pertama :

1. Lakukan foto rontgen.2. Isolasi gigi dengan rubber dam.3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi

kavitas.4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.

Kunjungan kedua :

1. Isolasi gigi dengan rubber dam.

2. Buang tambalan sementara.

3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan

irigasi.

4. Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood

creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.

5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.

6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.

Page 13: Penggolongan Antibiotika

Kunjungan ketiga :

1. Isolasi gigi dengan rubber dam.

2. Buang tambalan sementara.

3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai

stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.

4. Letakkan semen zinc fosfat.

5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

Teknik Pulpektomi

I.

1. Anestesi (bila perlu) dan isolasi gigi2. Karies dibersihkan3. Outline form diperbaiki4. Atap pulpa dibuka sepenuhnya5. Preparasi biomekanis : pulpa yang mengering dibersihkan sampai sepanjang saluran akar,

dan kira-kira mencapai k-file nomor 356. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan air aquades agar serpihan-serpihan dentin keluar dari

saluran , lalu kemudian dikeringkan.7. Beri cotton pelet dengan bahan obar sterilisasi (rotation of medication) seperti CHKM,

CMCP, Creosote, Cresophene dll yang ditaruh di kamar pulpa lalu tutup dengan tmpatan sementara

II.8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor terakhir (pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran akar atau tidak

9. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali

dengan tumpatan sementara.

III.

10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien

maupun gigi yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian

saluran akar dengan bahan ZnOE.

11. Isolasi terlebih dahulu.

Page 14: Penggolongan Antibiotika

12. Irigasi terlebih dahulu, kemudian keringkan.

13. Siapkan bahan lalu aduk dengan konsistensi kental.

14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar.

Dorong bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan

pinset agar masuk. Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut

penuh.

15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian

orifice dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm.

IV.

16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka

bisa dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun

selayaknya gigi sehat.

17. Cek oklusi.

18. Restorasi bila perlu.

Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi

hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan

kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor

anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan

Faktor Patologis

Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat

keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak

mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran

akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat

mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah :

Page 15: Penggolongan Antibiotika

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan

atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan

pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki

prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal

Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan

saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis

yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat

dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi

ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.

3. Keadaan periodontal

Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis

perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah

periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses

penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak

dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.

4. Resorpsi internal dan eksternal

Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan

perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena

sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan

perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar

mendapatkan pengisian yang hermetis.

Faktor Penderita

Page 16: Penggolongan Antibiotika

Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu

perawatan saluran akar adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Penderita

Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,

mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul

selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi.

2. Usia Penderita

Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan

atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami

penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting

diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah

banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat

perawatan bergantung pada kasusnya.

3. Keadaan kesehatan umum

Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk

terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh

karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau

hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli

endodontis.

Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu

perawatan saluran akar bergantung kepada :

1. Perbedaan operator

Page 17: Penggolongan Antibiotika

Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta

pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-

instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran

akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi

dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi

secara benar dan efektif.

2. Teknik-teknik perawatan

Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,

namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan

secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang

menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk

pula.

3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.

Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan

pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar

radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah

biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi

oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan

pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi

kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh.

Faktor Anatomi Gigi

Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan

saluran akar dengan mempertimbangkan :

1. Bentuk saluran akar

Page 18: Penggolongan Antibiotika

Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk

abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar

yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis.

2. Kelompok gigi

Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai

hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada

hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran

radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi

posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu,

superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih

sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih

mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah

diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior.

3. Saluran lateral atau saluran tambahan

Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja,

tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan

akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan

akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen

periodontal.

Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran

tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan

menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir.

Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan

saluran akar, misalnya :

1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.

Page 19: Penggolongan Antibiotika

Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding

saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran .

Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan

urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan

instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok.

Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis

selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran

akar yang memadai.

2. Instrumen patah

Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan

mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada

seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum

diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang

besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih

buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar

foramen apikalis pada tahap awal preparasi.

3. Fraktur akar vertikal

Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang

berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.

Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan

karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan,dapat disimpulkan bahwa

perawatan endodontik(pulpcapping,pulpektomi,endo intrakanal) sangat penting

dilakukan untuk mencegah gigi agar tidak dicabut dan gigi dalam keadaan vital, pasien

tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti

semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan .Selain itu usaha

Page 20: Penggolongan Antibiotika

perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan

kerusakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.

Louis I. Grosssman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.

(http://cumamutiara.blogspot.com/2009/04/macam-macam-perawatan-pulpa_22.html)

(http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/analisis-jangka-pendek-pulpa-gigi.html)

(http://gigidanmulutsehat.blogspot.com/2009/08/pulpektomi.html)

http://www.dentalfind.com/glossary/ pulp - cap .html

http://www.indahmuhariani.com/pulpektomi-pada-anak2/

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/27/Kesehata/kes01.htm

resources.unpad.ac.id/.../PENATALAKSANAAN%20NURSING%20MOUTH%20CARIES.pdf

oleh TEMAN-TEMAN CANINUS "tunjukkan taringmu"