Pengetahuan Ibu Dalam Pengobatan Cacing

8
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN OBAT CACING PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJO KEC. MURHUM KEL. BONE-BONE KOTA BAU-BAU Sri Roekmiati M.A Kadir , Alfiah A , Sri Darmawan Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Sri Roekmiati, HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN OBAT CACING PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJO KECAMATAN MURHUM KELURAHAN BONE-BONE KOTA BAU-BAU”, Dibimbing oleh Alfiah S dan Sri Dermawan Kecacingan adalah kumpulan gejala adanya cacing di dalam tubuh. Cacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone Kota Bau-Bau. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik /eksplanatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling dengan sampel sebanyak 66 orang. Penggumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan computer program excel dan uji statistik (SPSS) versi 16.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square (α=0,05) untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak. Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan pengetahuan ibu (p=0,003), hubungan sikap ibu (p=0,045). Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pemberian Obat Cacing. PENDAHULUAN Kecacingan yang lebih dikenal dengan istilah penyakit cacing merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat dan perlu penanganan serius terutama di daerah tropis dan subtropis karena cukup banyak penduduk menderitanya. Penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Cacingan memang tidak mematikan namun penyakit akibat diserapnya makanan oleh cacing di dalam tubuh ini sebaiknya tidak diremehkan karena bisa memunculkan generasi kelas dua. Pasukan cacing akan merampas zat gizi di dalam usus, sehingga menyebabkan turunnya kecerdasan serta produktivitas (Tenri, 2007). Kejadian ini memang seringkali diderita anak-anak terutama balita. Tidak mengherankan karena arena bermain anak adalah tanah yang merupakan tempat perkembangbiakan cacing. Kecacingan disebabkan oleh sekelompok cacing usus yang ditularkan melalui tanah tidak hanya terdiri dari satu jenis saja. Yang paling banyak diderita anak-anak adalah cacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil

description

Pengetahuan Ibu Dalam Pengobatan Cacing

Transcript of Pengetahuan Ibu Dalam Pengobatan Cacing

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    1

    HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN OBAT CACING PADA ANAK

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJO KEC. MURHUM KEL. BONE-BONE

    KOTA BAU-BAU

    Sri Roekmiati M.A Kadir , Alfiah A , Sri Darmawan Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

    Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

    ABSTRAK Sri Roekmiati, HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN OBAT CACING PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJO KECAMATAN MURHUM KELURAHAN BONE-BONE KOTA BAU-BAU, Dibimbing oleh Alfiah S dan Sri Dermawan Kecacingan adalah kumpulan gejala adanya cacing di dalam tubuh. Cacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone Kota Bau-Bau. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik /eksplanatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling dengan sampel sebanyak 66 orang. Penggumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan computer program excel dan uji statistik (SPSS) versi 16.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square (=0,05) untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak. Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan pengetahuan ibu (p=0,003), hubungan sikap ibu (p=0,045). Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pemberian Obat Cacing. PENDAHULUAN

    Kecacingan yang lebih dikenal dengan istilah penyakit cacing merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat dan perlu penanganan serius terutama di daerah tropis dan subtropis karena cukup banyak penduduk menderitanya. Penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Cacingan memang tidak mematikan namun penyakit akibat diserapnya makanan oleh

    cacing di dalam tubuh ini sebaiknya tidak diremehkan karena bisa memunculkan generasi kelas dua. Pasukan cacing akan merampas zat gizi di dalam usus, sehingga menyebabkan turunnya kecerdasan serta produktivitas (Tenri, 2007).

    Kejadian ini memang seringkali diderita anak-anak terutama balita. Tidak mengherankan karena arena bermain anak adalah tanah yang merupakan tempat perkembangbiakan cacing. Kecacingan disebabkan oleh sekelompok cacing usus yang ditularkan melalui tanah tidak hanya terdiri dari satu jenis saja. Yang paling banyak diderita anak-anak adalah cacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    2

    Transmitted Helminth) dan disebabkan oleh Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides), Cacing Cambuk (Trichuris trchiura), Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Di dalam tubuh anak, cacing-cacing itu tumbuh dari zat-zat yang dicerna di dalam usus hospes, sehingga menimbulkan gangguan gizi. Gizi yang terganggu dapat menurunkan kecerdasan karena perkembangan otak terutama dibentuk oleh gizi yang baik.

    Seorang anak yang terinfeksi cacingan akan menderita 5 L yaitu Lemah, Letih, Loyo, Lalai, dan Lemas. Kondisi 5 L ini akan membuat anak mudah sakit. Bila terus didiamkan, dalam jangka panjang anak bisa terserang berbagai penyakit yang diakibatkan kekurangan gizi, seperti hepatitis, rabun mata, dan berambut ijuk. Selain itu, kemampuan anak juga akan menurun karena daya tangkap anak cacingan akan lebih lemah daripada anak yang tidak cacingan. Sedangkan bila terjadi pada orang dewasa, maka akan terancam anemia. Akibat lanjutannya dalam kerangka yang lebih luas, akan menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena produktivitas penderita kecacingan pasti menurun (Elis Nur Baeti, 2000).

    Penyakit infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) adalah infeksi umum yang termasuk dalam kelas nematode dan melibatkan banyak penduduk dunia. Estimasi terbaru menunjukkan Ascaris lumbricoides menginfeksi lebih satu milyar orang, Trichuris trichiura 795 juta orang dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) 740 juta orang. Jumlah terbanyak infeksi cacing berlaku pada sub- Saharan Afrika, Amerika, China dan Asia Timur (WHO, 2011).

    Menurut Hadidjaya dkk. (1998) dalam Lestari (2009), prevalensi Soil Transmitted Helminths (STH) di Indonesia masih tinggi yaitu 60% - 90% pada anak usia sekolah dasar. Di Indonesia, angka nasional prevalensi kecacingan pada tahun 1987 sebesar 78,6 % masih relatif cukup tinggi. Program pemberantasan penyakit kecacingan pada anak yang dicanangkan tahun 1995 efektif menurunkan prevalensi kecacingan menjadi 33,0 % pada tahun 2003. Sejak tahun 2002 hingga 2006, prevalensi penyakit kecacingan secara berurutan adalah sebesar 33,3 %, 33,0 %,

    46,8 % 28,4 % dan 32,6 % (DepKes RI, 2006).

    Dalam laporan hasil survei prevalensi infeksi cacing usus pada 10 propinsi tahun 2004, Sumatera Utara menduduki peringkat ketiga (60,4 %) dalam hal penyakit cacingan (DepKes RI, 2004). Pemantauan secara terus menerus (1987-1994) pada kelompok anak usia sekolah dasar di Jakarta menunjukkan tingginya prevalensi cacingan pada kelompok ini, yang rata-ratanya mencapai 60-70 % (DinKes Jateng, 2006). Menurut Ritarwan (2006) dalam Lestari (2009), di kota Medan ditemukan prevalensi Ascariasis 29,2 %, Trichuriasis 6,3 % dan infeksi campuran Ascariasis + Trichuriasis sebesar 58,3 %.Penyakit kecacingan atau biasa disebut cacingan masih dianggap sebagai hal sepele oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi penderita dan keluarganya.( Depkes, 2010 )

    Kurang peduliya orang tua tentang penyakit cacingan menjadi contoh faktor penyebab infeksi cacing dapat menular dari anak yang terjangkit ke anak lain juga kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan perorangan dan lingkungan. Masih banyak masyarakat yang membuang sisa metabolisme di permukaan tanah, di sungai, di parit, di pematangan sawah dan sebagian belum memilki jamban hal ini di temukan terutama daerah pelosok. Kurangnya perhatian masyarakat dalam kebersihkan dan kesehatan merupakan salah satu penyebab penyakit ini dapat tersebar luas.

    Kelurahan Bone bone merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Murhum Kota Bau Bau. Di Kelurahan Bone Bone jumlah ibu yang memliki anak umur 2 tahun sampai 12 tahun adalah 80 orang dan jumlah anak anak yang berumur 5 sampai 12 tahun adalah 268 orang. Di temukan kasus 5 anak yang cacingan dari bulan Januari sampai Februari 2012 di Puskesmas Wajo ( Puskesmas Wajo, 2012).

    Berdasarkan hal diatas maka bisa diasumsikan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap seorang ibu dalam pemberian obat cacing masih kurang serta kurangnya pemahaman tentang gejala awal cacingan terutama di daerah pedesaan. Maka dari itu

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    3

    peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone.

    BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah analitik/eksplanatif dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bone-Bone, Kecamatan Murhum pada tanggal 24 April sampai 24 Mei tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak di Kelurahan Bone-Bone sebanyak 80 orang. Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan rumus didapat 66 responden sesuai dengan kriteria inklusi.

    Jumlah responden di Kelurahan Bone-Bone yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 66 responden diambil dengan menggunakan rumus. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 66 responden. 1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut : a) Ibu yang memiliki anak umur 5-12

    tahun b) Ibu yang bersedia menjadi

    responden 2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini

    adalah : a) Ibu yang tidak memiliki anak umur

    5-12 tahun b) Ibu yang tidak bersedia menjadi

    responden Pengumpulan data

    Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone, data primer dengan wawancara dengan cara menggunakan kuesioner dari rumah ke rumah. Pengolahan data dilakukan dengan : 1. Selecting

    Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori.

    2. Editing Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah di isi, editing meliputi kelengkapan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

    3. Koding Koding merupakan tahap selanjutnya dengan memberi kode pada jawaban dari responden tersebut.

    4. Tabulasi Data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding di lanjutkan dengan pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

    Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian

    ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur Analisis data dilakukan melalui tahap selecting, editing, koding, tabulasi data dan uji statistic. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.

    Menggunakan bantuan program SPSS for windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chisquare.

    Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05.

    Jika p< (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative diterima yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku Ibu dalam pemberian obat cacing pada anak.

    Sedangkan jika p > (0,05) maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatife ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku Ibu dalam pemberian obat cacing pada anak.

    HASIL PENELITIAN Hasil Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi frekuensi Ibu

    berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone .

    Pekerjaan Frekuensi %

    Kerja 19 28,8 Tidak Bekerja 47 71,2 Total 66 100,0

    Sumber : Data Primer 2012.

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    4

    Pada Tabel 1, dari 66 Ibu yang terdapat di Kelurahan Bone-Bone diperoleh, 47 Ibu (71,2 %) yang tidak bekerja dan 19 Ibu (28,8%) yang bekerja.

    Tabel 2 : Distribusi frekuensi Ibu

    berdasarkan Pendidikan terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Pekerjaan Frekuensi %

    SMP 10 15,2 SMA 56 84,8 Total 66 100,0

    Sumber : Data Primer 2012.

    Pada Tabel 2, dari 66 responden mayoritas atau 56 ibu (84,8%) berpendidikan > SMA, dan 10 Ibu (15,2%) berpendidikan < SMP Tabel 3 : Distribusi frekuensi Anak

    berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Pekerjaan Frekuensi %

    Laki-Laki 32 48,5 Perempuan 34 51,5

    Total 66 100,0 Sumber : Data Primer 2012.

    Pada Tabel.3, dari 66 responden

    Ibu yang memiliki anak Perempuan sebanyak 34 Anak (51,5%), dan Ibu yang memiliki Anak Laki-Laki sebanyak 32 Anak (48,5%).

    Tabel 4 : Distribusi frekuensi Anak

    berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Umur Frekuensi %

    5-8 Tahun 37 56,1 9-12 Tahun 29 43,9 Total 66 100,0 Sumber : Data Primer 2012.

    Berdasarkan tabel 4, dari 66

    responden, Ibu yang memiliki Anak umur 5-8 Tahun 37 Anak (56,1%), dan Ibu yang memiliki Anak umur 9-12 Tahun 29 Anak (43,9%).

    Tabel 5 : Distribusi frekuensi Ibu berdasarkan Pengetahuan dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Pengetahuan Frekuensi %

    Cukup 45 68,2 Kurang 21 31,8 Total 66 100,0

    Sumber : Data Primer 2012.

    Pada Tabel 5, dari 66 responden 45 ibu (68,2%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 21 ibu (31,8%) memiliki pengetahuan yang kurang.

    Tabel 6 : Distribusi frekuensi Ibu

    berdasarkan Sikap dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Sikap Frekuensi %

    Positif 37 56,1 Negatif 29 43,9 Total 66 100,0

    Sumber : Data Primer 2012.

    Pada Tabel 6, dari 66 responden 37 ibu (56,1%) memiliki sikap yang positif dan 29 ibu (43,9%) memiliki sikap yang negatif.

    Tabel 7 : Distribusi frekuensi Ibu

    berdasarkan Perilaku dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Perilaku Frekuensi %

    Baik 45 68,2 Kurang 21 31,8 Total 66 100,0 Sumber : Data Primer 2012.

    Pada Tabel 7, dari 66 responden 45

    ibu (68,2%) memiliki perilakcu yang baik dan 21 ibu (31,8%) memiliki perilaku yang kurang.

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    5

    Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk

    mendapatkan gambaran tentang apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen. a. Hubungan antara Pengetahuan dengan

    Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak Tabel 8 : Distribusi Hubungan antara

    Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam pemberian Obat Cacing pada Anak di Wilayah Kerja Puskesma Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Pengetahuan

    Perilaku Ibu Total Baik Kurang

    n % n % n %

    Cukup 36 54,5 9 13,6 5 8,2

    Kurang 9 13,6 12 18,2 21 31,8

    Total 45 68,2 21 31,8 66 100

    P Value p= 0,003

    Sumber : Data Primer 2012.

    Dari 66 responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 36 responden (54,5%) dengan berperilaku baik dan 9 responden (13,6%) yang berperilaku kurang. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (13,6%) yang berperilaku baik dan 12 responden (18,2%) yang berperilaku kurang.

    Berdasarkan hasil uji statistic chi square diperoleh nilai =0,003. Dengan demikian < (0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan interpretasi Ditemukan Adanya Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone.

    b. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing Pada Anak Tabel 9 : Distribusi Hubungan antara

    Pengetahuan dengan Perilaku Ibu dalam pemberian Obat Cacing pada Anak di Wilayah Kerja Puskesma Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Sikap Perilaku Ibu Total Baik Kurang

    n % n % n %

    Positif 29 43,9 8 12,1 37 56,1

    Negatif 16 24,2 13 19,7 29 43,9

    Total 45 68,2 21 31,8 66 100

    P Value p= 0,045

    Sumber : Data Primer 2012.

    Dari 66 responden yang memiliki sikap positif sebanyak 29 responden (43,9%) dengan berperilaku baik dan 8 responden (12,1%) yang berperilaku kurang. Sedangkan responden dengan sikap negatif sebanyak 16 responden (24,2%) yang berperilaku baik dan 13 responden (19,7%) yang berperilaku kurang.

    Berdasarkan hasil uji statistic chi square diperoleh nilai =0,045. Dengan demikian < (0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan interpretasi di Temukan adanya Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Obat Cacing Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Pembahasan 1. Hubungan antara Pengetahuan dengan

    Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak.

    Hasil Penelitian dilakukan menunjukan 66 responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 36 responden (54,5%) dengan berperilaku baik dan 9 responden (13,6%) yang berperilaku kurang. Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (13,6%) yang berperilaku baik dan 12 responden (18,2%) yang berperilaku kurang.

    Berdasarkan hasil uji statistic chi square diperoleh nilai =0,003. Dengan demikian < (0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan interpretasi Ditemukan Adanya Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    6

    Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone

    Menurut (Wahit, 2007) Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (perilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Ibu akan melakukan pemberian obat cacing apabila ia tahu apa tujuan dan manfaat bagi kesehatanya dan keluarganya dan apa bahaya-bahayanya bila tidak melakukan hal tersebut.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan Sekartini R (2001), yang menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku responden terhadap pencegahan penyakit cacingan pada anak.

    Pengetahuan yang baik akan menjadi dasar seseorang untuk bertingkah laku yang benar dan sesuai dengan apa yang didapatnya. Semakin baik pengetahuan seseorang semakin baik pula prakteknya. Pengetahuan Ibu yang kurang mengetahui tentang tanda/gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit cacingan mempunyai risiko terkena penyakit cacingan. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan mengenai gejala/tanda, cara penularan dan pencegahan penyakit cacingan perlu mendapat perhatian utama agar ibu lebih berperan aktif.

    2. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Obat Cacing pada Anak.

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku Ibu dalam pemberian obat cacing. Hal ini di buktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa dari dari 66 responden yang memiliki sikap positif sebanyak 29 responden (43,9%) dengan berperilaku baik dan 8 responden (12,1%) yang berperilaku kurang.

    Sedangkan responden dengan sikap negatif sebanyak 16 responden (24,2%) yang berperilaku baik dan 13 responden (19,7%) yang berperilaku kurang.

    Berdasarkan hasil uji statistic chi square diperoleh nilai =0,045. Dengan demikian < (0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak dengan interpretasi Ditemukan Adanya Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Obat Cacing Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kelurahan Bone-Bone.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku akan bersifat langgeng apabila perilaku tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif. Ibu akan melakukan pemberian obat cacing pada anak, apabila ibu memiliki sikap positif (setuju) dengan pemberian obat cacing pada anak. Sikap yang negative akan menghambat perilaku/tindakan ibu dalam pemberian obat cacing sehingga menyebabkan anak mudah terserang cacingan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin baik sikap ibu dalam pemberian obat cacing pada anak, semakin baik pula perilaku ibu dalam mengurangi penyakit cacingan pada anak.

    Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), bahwa sikap berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam hal ini sikap positif dapat memotivasi ibu dalam melakukan pemberian obat cacing pada anak sehingga penyakit cacingan dapat berkurang

    Hasil penelitian ini sejalan dengan Sekartini R (2001), yang menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan antara sikap dengan perilaku responden.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sikap yang terdiri dari empat tingkatan mulai dari menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap objek tertentu. Hal ini menunjukan bahwa respon atau penerimaan dan tanggung jawab ibu terhadap pemberian obat cacing adalah baik atau positif artinya ibu memberi stimulus untuk melakukan pemberian obat cacing pada anaknya yang telah menjadi tanggung jawabnya atas segala sesuatu yang diperolehnya. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai sikap, maka semakin

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    7

    tinggi pula respon terhadap tanggung jawab ibu dalam pemberian obat cacing.

    Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara pengetahuan

    dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone.

    2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian obat cacing pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kelurahan Bone-Bone.

    Saran Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka peneliti mengajukan beberapa saran :

    1. Kepada Instansi Kesehatan untuk mengadakan penyuluhan dan bimbingan untuk pembentukan pengetahuan yang baik sehingga Ibu-Ibu akan berperilaku sehat dalam menjaga kesehatan anaknya terhadap penyakit cacingan.

    2. Kepada profesi keperawatan diharapkan mengoptimalkan peran perawat sebagai perawat komunitas yaitu perannya sebagai edukator dan konselor.

    3. Kepada Masyarakat khususnya Ibu-Ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar untuk menjaga kebersihan lingkungan dan personal hygiene anaknya agar terhindar dari penyakit cacingan.

    4. Kepada Ibu-Ibu yang memliki anak usia sekolah dasar, agar selalu rutin memberikan obat cacing pada anaknya.

    5. Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lain dan memliki sampel yang lebih banyak sehingga validitas dapat dijamin.

    DAFTAR PUSTAKA AHBBZ, Arifin. 2012. PDF/Adode Acrobat

    online).(http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy- survey+jumlah+cacingan+pada+anak+menurut+who+2011&oq=survey

    +jumlah+cacingan+pada+anak+menurut+who+2011 di akses 9 Februari 2012).

    Anonim. 2011. Aneka Khasiat Cacing Tanah. (online), (http://www.smallcrab.com/kesehatan/353-aneka-khasiat-cacing-tanah di akses 5 April 2012).

    Anomin. 2011. Cacingan Picu Anemia dan Kebodohan. (online). (blog_cacing- picu-anemia.htm di akses Maret 2012).

    Anonim. 2011. Obat Cacingan.(online), (http://obattradisionalplus.com/obat-cacingan. Di akses 4 Februari

    2012) Elis, Nur Baeti. 2005. Studi Sanitasi Lingkungan dan Investasi Cacing Pada Anak Usia Sekolah

    Dasar Di Kecamatan Panakukang dan Kecamatan Mariso. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

    Ervina S. Tambunan, S, Kep. M.K.M. dkk. 2009. Panduan Praktek KDM 1 Berbasis Kompetensi. EGC :

    Jakarta. Hidayat, Aziz Alimul A. 2005. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Iranto, Kus. 2009. PArasitologi berbagai penyakit yang mempengaruhi Kesehatan Manusia. EGC :

    Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. . 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

    . 2010 Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

  • Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : 2302-2531

    8

    Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba medika : Jakarta.

    Rampange, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Soegijanto, Soegeng. 2005. Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia : Airlangga Universitas Press :

    Surabaya. Tenri, Uleng. 2008. Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Cacingan Pada Anak

    Usia Sekolah Dasar Di Puskesmas Mayampa Kabupaten Bulukumba. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

    Wahit, dkk. 2007. Promosi Kesehatan sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.

    Graha Ilmu : Gresik. Waluyo, Kusno. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV.Yrama Widya: Bandung. Wawan A & Dewi M. 2010. Teori & Pengukur Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Nuha

    medika : Yogyakarta.

    Widoyono. 2008. Penyakit Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan. Airlangga : Jakarta.

    Yopy. 2010. Gambaran Permasalah Penyakit Cacing di Indonesia. (online) (http://yopi-r-m-

    fkm09.web.unair.ac.id/artikel_detail-36093.html. di akses 9 Februari 2012). Zeuz. 2008. Manfaat Cacing Tanah Bagi Kesehatan Manusia. (online) (http://tutorialite.wordpress.com/2011/03/23/karya-ilmiah-manfaat-cacing-tanah-bagi-

    kesehatan-manusia. di akses 5 April 2012).