Pengertian Semen Sebagai Luting

9
Pengertian semen sebagai luting Semen sebagai luting atau perekat merupakan suatu bahan yang bisa dibentuk untuk menutup sebuah celah atau untuk menyemen dua komponen menjadi satu, oleh karena itu istilah yang lebih umum digunakan untuk menjelaskan proses tersebut adalah sementasi. Tujuan utama semen sebagai luting Mengisi celah antara protesa dan gigi yang dipreparasi secara lengkap dan menutup secara sempurna agar cairan rongga mulut dan invasi kuman tidak masuk ke dalam celah. Syarat-syarat luting Banyak dental appliance dan restorasi dibangun atau dikonstruksi diluar mulut pasien lalu diperbaiki ke tempatnya dengan material semen luting. Misalnya ffixing porselen, mahkota logam, bridge, inlay dan metal post. Kebanyakan persyaratan untuk material luting mirip dengan persyaratan untuk material cavity lining misalnya material idealnya harus bersifat nonirritant. Persyaratan ini tidak sesulit untuk luting seperti pada cavity lining karena luting semen biasanya dipakai pada lapisan residual yang lebih tebal pada dentin dibandingkan cavitas yang dalam. Karekteristic setting memungkinkan waktu yang sesuai untuk mencampur material, memakai restorasi dan preparasi gigi serta penempatan restorasi dalam mulut. Material juga harus memiliki viskositas rendah atau bersifat pseudoplastis untuk memungkinkan flow pada semen luting

Transcript of Pengertian Semen Sebagai Luting

Page 1: Pengertian Semen Sebagai Luting

Pengertian semen sebagai luting

Semen sebagai luting atau perekat merupakan suatu bahan yang bisa dibentuk untuk menutup

sebuah celah atau untuk menyemen dua komponen menjadi satu, oleh karena itu istilah yang

lebih umum digunakan untuk menjelaskan proses tersebut adalah sementasi.

Tujuan utama semen sebagai luting

Mengisi celah antara protesa dan gigi yang dipreparasi secara lengkap dan menutup secara

sempurna agar cairan rongga mulut dan invasi kuman tidak masuk ke dalam celah.

Syarat-syarat luting

Banyak dental appliance dan restorasi dibangun atau dikonstruksi diluar mulut pasien lalu

diperbaiki ke tempatnya dengan material semen luting. Misalnya ffixing porselen, mahkota

logam, bridge, inlay dan metal post.

Kebanyakan persyaratan untuk material luting mirip dengan persyaratan untuk material cavity

lining misalnya material idealnya harus bersifat nonirritant. Persyaratan ini tidak sesulit untuk

luting seperti pada cavity lining karena luting semen biasanya dipakai pada lapisan residual yang

lebih tebal pada dentin dibandingkan cavitas yang dalam. Karekteristic setting memungkinkan

waktu yang sesuai untuk mencampur material, memakai restorasi dan preparasi gigi serta

penempatan restorasi dalam mulut. Material juga harus memiliki viskositas rendah atau bersifat

pseudoplastis untuk memungkinkan flow pada semen luting sehingga bias diperoleh penempatan

yang tepat. Jika viskositas yang tinggi saat pemasangan akan menimbulkan resiko resistensi pada

restorasi yang sudah selesai ditempatkan. Untuk mahkota, lapisan semen tebal dapat dihasilkan

margin. Indikasi kekuatan flow semen selama pemasangan terkadang didapatkan dengan

pengukuran dari film thickness. Volume pasti dari semen yang tercampur ditempatkan di

permukaan datar dan pada waktu yang ditentukan semen tersbut ditekan di bawah muatan loka.

Ketebalan film pada semen pada semen yang dihasilkan membuat indikasi flow selama

pemasngan mahkota atau restorasi lain.

Idealnya semen luting harus sebagai insulator panas dan listrik. Karena banyak restorasi yang

disemen pada gigi berbasis alloy misalnya emas.

Page 2: Pengertian Semen Sebagai Luting

Retensi restorasi tergantung pada desain yang tepat dan akurasi restorasi dan kekuatan semen.

Pada setting, semen menahan secara mekanik jika terjadi displacement pada restorasi dan harus

kuat untuk menahan fracture saat muatan diaplikasikan oada restorasi. Retensi dapat berkembang

lagi jika semen luting beradhesi secara kimiawi ke permukaan gigi dan restorasi.

Kelarutan semen luting harus rendah sebab margin semen sering kali terpapar cairan mulut.

Pelarutan dan terkikisnya semen dapat memicu kerusakan oleh kehilangan retensi atau oleh

inisiasi caries pada substansi gigi yang berdekatan pada lute yang terkikis.

Karakteristik Penyemenan antara perbatasan permukaan protesa

Jika dua permukaan yang relative datar dipertemukan, misalnya suatu protesa ditempatkan di

atas gigi yang sudah dipreparasi, ada celah mikroskopik di antara substrat tersebut. Permukaan

gigi yang sudah dipreparasi tampak kasar pada bagian puncak dan lembahnya, ketika kedua

permukaan dipertemukan, hanya ada kontak di titik-titik puncak. Daerah yang tidak berkontak

akan menjadi celah yang terbuka, celah terbuka ini cukup untuk masuknya aliran saliva dan

bakteri. Tujuan utama semen sebagai luting ini untuk mengisi ruang terbuka tersebut sampai

tertutup sempurna.

Kita dapat menutup ruang terbuka ini dengan menempatkan suatu bahan yang lunak, misalnya

elastomer diletakkan di antara kedua permukaan lalu ditekan sampai bahan lunak ini

menyesuaikan bentuknya dengan permukaan yang kasar dan dengan demikian dapat menutup

ruangan yang terbuka tersebut.

Rancangan terbaru adalah menggunakan teknologi adhesive, ikatan adhesi ini melibatkan

penempatan semen yang mengalir di permukaan yang kasar dan mengeras menjadi bentuk padat

dalam waktu beberapa menit. Bahan yang telah memadat ini bukan saja menutup ruang kosong

tetapi juga menahan letak protesa. Bahan yang digunakan untuk keperluan ini diklasifikasikan

sebagai semen tipe I. jika semen tidak cukup cair atau kurang cocok dengan permukaan maka

akan terbentuk rongga-rongga kosong yang akan mengurangi efektivitas semen.

Prosedur Sementasi Protesa

Agar efektif, semen harus cair dan dapat mengalir membentuk lapisan setebal 25 µm atau lebih

tipis tanpa terputus putus. Prosedurnya terdiri atas :

Page 3: Pengertian Semen Sebagai Luting

1. Penempatan semen

Semen harus melapisi seluruh permukaan dalam dari mehkota dan sedikit meluas ke

bagian tepinya. Kita harus memastikan bahwa aspek oklusal dari preparasi gigi bebas

rongga kosong untuk menjamin tidak adanya udara yang terperangkap di daerah-daerah

penting selama tahap awal pemasangan mahkota.

2. Pemasangan mahkota

Diperlukan tekanan yang agak keras dari jari tangan untuk mengeluarkan kelebihan

semen dan menempatkan mahkota atau protesa pada preparasi gigi. Metode lain adalah

menggunakan vibrator untuk memungkinkan protesa dipasang tanpa tekanan berlebihan.

Setelah daerah tepi diperiksa dengan sonde untuk memastikan tidak adanya ruangan

kosong, pasien dapat diminta untuk menyelesaikan penempatan protesa dengan cara

menggigit sepotong kayu lunak. Pada tahap ini, kelebihan terakhir dari semen akan

dikeluarkan dari ruang yang ada di antara protesa dan gigi. Ketika protesa mencapai

kedudukan terakhirnya, ruang untuk mengeluarkan kelebihan semen menjadi lebih kecil,

sehingga penempatan protesa menjadi semakin sulit. Beberapa hal yang mempermudah

penempatan protesa antara lain, penggunaan semen dengan kekentalan yang rendah,

menambah kemiringan preparasi gigi berbentuk kerucut, dan mengurangi ketinggian

bagian gigi yang akan ditutup oleh mahkota, menggetarkan, dan membuat saluran di

oklusal protesa. Namun, penambahan kemiringan kerucut akan kurang menguntungkan

bagi retensi mahkota. Saluran keluar di bagian oklusal kelak dapat diisi dengan lempeng

emas atau sumbat emas tuang. Jika selama penempatan protesa ke permukaan,

permukaan oklusalnya berkontak dengan dinding aksial dari gigi, dapat terbentuk

kantung udara.

3. Pembuangan Kelebihan Semen

Kelebihan semen akan berkumpul di sekitar daerah tepi sewaktu mahkota selesai

dipasang. Pembuangannya tergantung pada sifat semen yang digunakan. Jika semen

mengeras dalam bentuk yang rapuh dan tidak melekat pada permukaan di sekelilingnya,

yaitu gigi dan protesa maka lebih baik semen dibuang setelah mengeras. Ini berlaku

untuk semen seng fosfat, siliko fosfat, dan zinc oxide eugenol. Untuk semen ionomer

kaca, poli karboksilat dan yang berbasis resin, yang berpotensi melekat secara kimia dan

fisik ke permukaan, cara pembuangannya berbeda-beda. Salah satu metodenya adalah

Page 4: Pengertian Semen Sebagai Luting

mengolesi permukaan sekelilingnya dengan media pemisah, misalnya vaselin yang

dengan demikian menghambat perekatan bahan semen ke permukaan tersebut, dan

membuang semen setelah mengeras. Tehnik lainnya adalah membuang kelebihan semen

segera setelah mahkota duduk dengan benar, jadi mencegah semen melekat dengan

daerah sekelilingnya.

Kekentalan semen meningkat sewaktu mengeras dan akhirnya menjadi padat.

Usaha membuang kelebihan semen tepat sebelum berubah menjadi padat. Usaha

membuang kelebihan semen sebelum tepat berubah menjadi padat akan menimbulkan

resiko yang tidak perlu. Pada tahap ini semen begitu kental sehingga untuk membuang

kelebihan semen secara tidak sengaja akan menarik semen dari daerah tepi titik. Bahan

yang paling mungkin menerima perlakuan ini adalah semen polikarboksilat yang akan

berubah ke tahap seperti seperti karet sebelum menjadi padat.

4. Setelah sementasi

Semen berbasis air akan terus setting dengan berjalannya waktu, bahkan jauh

setelah melewati waktu pengerasan. Jika dibiarkan setting di lingkungan yang terisolasi ,

yaitu bebas kontaminasi dari cairan di sekitarnya serta bebas dari kehilangan air akibat

penguapan, semen akan mendapat tambahan kekuatan dan menjadi lebih tahan terhadap

larutan. Dianjurkan agarbagian tepi mahkota dilapisi dulu dengan varnish atau bahan

bonding lain.

5. Mekanisme retensi

Protesa dapat retensi secara mekanis, kimia, dan kombinasi keduanya. Kedua

permukaan sama-sama kasar dan semen akan mengisi kekerasan dari kedua permukaan.

Maka seluruh daerah pertemuan tampak kontinu, dan lapisan semen dapat menahan

tekanan geser yang bekerja sepanjang permukaan tersebut. Kekuatan retensi akan

tergantung pada kekuatan semen yang menahan tekanan luar yang dapat mengangkat

protesa. Untuk situasi tertentu, retensi mekanis saja tidaklah cukup dan pembasahan yang

tidak sempurna juga akan menciptakan rongga-rongga di permukaan yang dapat dimasuki

oleh cairan mulut. Karena kekurangan ini, ikatan kimia sebagai sarana retensi merupakan

tujuan akhir. Secara teoritis, ikatan kimia dapat bertahan terhadap pemisahan antara gigi

dan protesa. Dan protesa dan dengan begitu akan memeperkuat retensi. Semen yang

Page 5: Pengertian Semen Sebagai Luting

mengandung air yang berbasis pada asam poliakrilat memang memberikan ikatan kimia

melalui penggunaan asam akrilat. Semen – semen berbasis resin yang menggunakan

gugus fungsional tertentu juga membentuk ikatan kimia.

6. Pelepasan protesa

Protesa dapat dilepas oleh sebab biologi atau fisik, atau kombinasi keduanya. Karies

sekunder merupakan penyebab biologi. Disintegrasi semen dapat disebabkan oleh fraktur

atau terkikisnya semen. Untuk protesa yang mudah patah, contohnya mahkota porselen.

Fraktur protesa juga dapat terjadi karena factor fisik termasuk tekanan di dalam mulut,

cacat pada permukaan mahkota, dan rongga di lapisan semen.

Di dalam rongga mulut , bahan sementasi terendam di dalam larutan berair. Jadi,

di dalam mulut lapisan semen di dekat daerah tepi dapat larut atau terkikis sehingga dapat

menimbulkan suatu ruang. Ruang kosong ini peka terhadap pengumpulan plak dan

pembentukan karies sekunder, oleh karena itu bagian tepi dilindungi oleh suatu lapisan

untuk memungkinkan pengerasan yang sempurna. Ada dua jenis kegagalan yang terjadi

pada semen yaitu fraktur kohesif dari semen dan pemisahan di sepanjang daerah

pertemuan protesa dan gigi. Karena lapisan semen adalah substansi terlemah dari seluruh

restorasi, kita harus memilih semen dengan kekuatan tertinggi untuk menambah retensi

dan mencegah pelepasan protesa dengan cara memberikan basis pendukung yang kokoh

untuk menahan tekanan yang mengenai protesa.

Ada beberapa factor yang berpengaruh pada retensi protesa, pertama adalah

ketebalan lapisan di bawah protesa harus tipis. Dipercaya bahwa lapisan yang tipis

memiliki lebih sedikit kerusakan internal dibandingkan lapisan yang tebal. Kedua semen

harus mempunyai nilai kekuatan yang tinggi. Pada umumnya, diperlukan kekuatan yang

lebih besar untuk melepas protesa yang disemen untuk mengungkit protesa yang disemen

dengan semen yang mempunyai kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan semen

yang berkekuatan tarik rendah. Telah diketahui bahwa tekanan yang terjadi selama

pengunyahan sangat kompleks, jadi diperlukan sifat-sifat lain selain kekuatan tarik.

Termasuk diantaranya adanya compressive strength,tensile strength dari semen,

ketahanan terhadap fraktur, dan ketebalan lapisan semen. Ketiga, adalah perubahan

dimensi pada semen yang terjadi selama pengerasan haruslah seminimal mungkin.

Sumber perubahan dimensi ini adalah berrtambahnya atau berkurangnya air dan

Page 6: Pengertian Semen Sebagai Luting

perbedaan koefisien ekspansi termal diantara gigi, protesa, dan semen. Karena itu,

sangatlah penting untuk segera mengisolasi semen setelah kelebihannya dibuang.

Keempat, mungkin perlu digunakan semen yang memiliki potensi ikatan kimiawi dengan

gigi dan protesa atau lapisan penengah yang bersifat meningkatkan ikatan, untuk

mengurangi potensi terpisahnya daerah gigi dan protesa dan memaksimalkan efek

kekuatan retensi.

Jika digunakan mekanisme retensi berupa mekanisme undercut. Kegagalan sering

terjadi di sepanjang antara protesa dan gigi. Jika juga ada ikatan kimia kegagalan sering

terjadi melalui semen itu sendiri yaitu protesa menjadi longgar ketika smen patah dan

melarut.