Pengertian Penelitian Eksperimen
-
Upload
addierpeel -
Category
Documents
-
view
24 -
download
4
description
Transcript of Pengertian Penelitian Eksperimen
1.1. Pengertian Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi (2011:179) Hakekat penelitian eksperimen
(experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku
yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa 2004). Manurut Hadi (1985)
penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat
yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh
peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa
penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan
manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku
individu yang diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung
fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Selanjutnya, metode
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiyono 2011:72).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami
bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian.
Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu treatment pendidikan terhadap tingkah
laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu
jika dibandingkan dengan tindakan lain. Menurut Sukardi (2011:180) penelitian
eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian
di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek
dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah
di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang
dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel
eksperimen dapat lebih kuat; (b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan;
(c) dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan (d) hasil
eksperimen lebih aktual. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok
dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai
berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan
dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan
tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
1.2. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian
eksperimen, anatara lain:
a. Variabel bebas yang dimanipulasi
Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti
atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek
dalam variabel yang terkait.
b. Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay (1982) control is an effort on the part of researcher to
remove the influence of any variable other than the independent
variable that ought affect performance on a dependent variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk
memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi
variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group eksperimen dan group
kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati
sama.
c. Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah
untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang
menyebabkan adanya perbedaan diantara dua group.
Macam-Macam Design Eksperimen
Pre-Eksperimental
True- Eksperimental
Factorial Experimental
Quasi Experimental
One-shot Case StudiOne Group Petest-PosttestIntec-Group Comparison
Posttest Only Control Design
Prettest- Control Group Design
Time- series Design
Nonequivalet Ctroup Design
1.3. Proses Penelitian Eksperimen
Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir
sama dengan penelitian lainnya. Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah
dalam penelitian eksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut.
a. Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.
b. Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Pembuatan atau pengembangan instrumen.
d. Pemilihan desain penelitian.
e. Eksekusi prosedur.
f. Melakukan analisis data.
g. Memformulasikan simpulan.
1.4. Bentuk-bentuk Desain Penelitian Eksperimen
Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen,
yaitu: (1) pre- experimental (non design), yang meliputi one-shot case studi, one
group pretestposttest, intec- group comparison; (2) true -experimental,
meliputi posttest only control design, pretest-control group design; (3)
factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series
design dan nonequivalent control group design.
Penjelasan mengenai bentuk-bentuk desain tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Pre experiments
Disebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain
sungguhsungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel
dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini
dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Dalam preexperimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai
berikut.
one-shot case study
Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan
pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-
shot case study adalah sebagai berikut.
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok
yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh
penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
the one group pretest-posttest design
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group
pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil
perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan
menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain
disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2),
maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau
kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai
yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang
paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
the static- group comparison.
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi
dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan
yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah
yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian
terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih
secara acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut.
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran
satu grup yang tidak diberi perlakuan. Pengaruh perlakuan: O1 – O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian
akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga
validitas internal penelitian menjadi rendah.
b. True experiments
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi,
validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata
(2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab
akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya
dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini
mempunyai c iri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau
dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan
pengambilan sampel secara random.
Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments
adalah: pretestposttes control group design, posttest-only control group design,
extensions of true experimental design, multigroup design, randomized block
design, latin square design, factorial design. Adapun penjelasan mengenai jenis-
jenis penelitian tersebut dapat dielaborasi sebagai berikut.
Pretest- posttes control group design
Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random
kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara
group eksperimen dan group kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika
nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
posttest-only control group design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O 2). Dalam penelitian,
pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test.
Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol
maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
c. Factorial Design
Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random
kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian
dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama.
Merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan
memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi
perlakuan ( variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma
design faktorial dapat digambarkan seperti berikut:
Semua kelompok di pilih secara randum, kemudian masing-masing diberi
pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatajkan baik , bila setiap keompok nilai
pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7
d. Quasiexperiments
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk
desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit
dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan
sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas
berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan
eksperimen yang sesungguhnya.
Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan
aspek kesetaraan maupun grup kontrol.
Bentuk-bentuk quasiexperiments antara lain:
R O1 X Y1 O2
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7 Y2 O8
Time Series Design
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara
random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali,
dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan grup
sebelum diberi perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan
tidak konsisten. Setelah kondisi tidak labil maka perlakuan dapat mulai
diberikan.
Nonequivalent control group design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design,
tetapi pada desain ini group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih
secara random.
2.1. Pengertian R&D
Sugiyono (2009:407) berpendapat bahwa, metode penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keektifan produk tersebut. Untuk dapat
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan (digunakan metode survey atau kualitatif) dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka
diperlukan penelitian untuk menguji keektifan produk tersebut (digunakan metode
eksperimen). Lebih lanjut Borg and Gall (dalam Sugiyono:2009:11) menyatakan
bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk
yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar (basic research).
Selanjutnya untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut,
digunakan eksperimen atau action research. Setelah produk teruji, maka dapat
diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan
penelitian terapan (applied research). Penelitian dan pengembangan bertujuan
untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.Jadi
penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi),
adalah penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan
adalah metode penelitian dan pengembangan.
Produk yang ditemukan bisa berupa model, pola, prosedur, sistem. Dalam
bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang
jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk
pendidikan yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk
keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar,
modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi,
penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi,
model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain
(Sugiyono:2009:412). Sukmadinata (2008:190), mengemukakan penelitian dan
pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Produk yangdihasilkan bisa
berbentuk software, ataupun hardware seperti buku, modul, paket, program
pembelajaran ataupun alat bantu belajar. Penelitian dan pengembangan berbeda
dengan penelitian biasa yang hanya menghasilkan saran-saran bagi perbaikan,
penelitian dan pengembangan menghasilkan produk yang langsung bisa
digunakan.
2.2. Tahap-Tahap Research and Development
Borg & Gall (1983:775) mengembangkan 10 tahapan dalam
mengembangkan model, yaitu:
1) Research and information collecting, termasuk dalam langkah ini antara lain
studi literatur yang berkaitan denganpermasalahan yang dikaji, pengukuran
kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan
kerangka kerja penelitian;
2) Planning, termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang
meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan
permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan,
desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
3) Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku
petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung.
Contoh pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan
instrumen evaluasi;
4) Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam
skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah
6-12 subyek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan
dengan cara wawancara, observasi atau angket;
5) Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam
ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap
diuji coba lebih luas.
6) Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan khalayak
lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai
dengan 100 orang. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama
dilakukan terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan ujicoba. Hasil
yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian
hasil ujicoba (desain model) yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan
penelitian eksperimen;
7) Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan
terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah
merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;
8) Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan. Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30
sekolah melibatkan 40 samapi dengan 200 subyek. Pengujian dilakukan
melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya. Tujuan
langkah ini adalah untuk menentukan apakah suatu model yang
dikembangkan benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan
pengarahan atau pendampingan oleh peneliti/pengembang model;
9) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
10) Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas,
terutama dalam kancah pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuan/model, baik dalam
bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan
kepada skakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.
Penyusunan model dan pengembangannya juga dikemukakan oleh Hoge,
Tondora, & Marrelli (2005:533-561). Ada 7 langkah yang harus dilalui, dimana
setiap langkah memiliki hubungan keterkaitan antara satu dan lainnya, langkah
tersebut adalah:
1) Menetapkan tujuan (Defining the Obyectives), termasuk dalam langkah
ini adalah tujuan penyusunan model, alat untuk menganalisa model, siapa
yang akan mengaplikasikan model, dan apakah model tersebut cocok
untuk dilaksanakan saat ini;
2) Mencari dukungan sponsor (Obtain the Support of a Sponsor), kegiatan
ini menyangkut masalah pendanaan dalam rangka penyusunan model,
selain itu juga mencari orang-orang yang akan terlibat dalam penyusunan
dan pengembangan model;
3) Mengembangkan dan mengimplementasikan komunikasi dan rencana
pendidikan (Develop and Implement a Communication and Education
Plan), tahap ini adalah mengembangkan komunikasi dengan berbagai
pihak yang akan terlibat dalam penyusunan dan juga merencanakan
pengetahuan tentang model melalui studi teori dan studi model yang telah
dikembangkan;
4) Perencanaan metode (Plan the Methodology), yaitu menyusun metode
yang akan digunakan untuk menyusun model;
5) Mengidentifikasikan model dan menyusun model (Identify the model and
Create the Model), hal ini mencakup pengumpulan data yang diperlukan
dalam penyusunan model dengan terlebih dahulu mengidentifikasikan
unsur, prosedur dan tujuan akhir dari penyusunan model;
6) Mengaplikasikan model (Apply the Model), tujuan dalam tahapan ini
adalah menguji model yang sudah disusun, apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan;
7) Evaluasi dan memperbaiki model (Evaluate and Uptodate the Model),
dari hasil pengaplikasian model perlu dinilai apakah model yang sudah
dikembangkan bisa diaplikasikan, dan mungkin perlu ada penambahan
dan pengurangan agar model lebih baik, dan jika sudah diidentikasi
kekurangan dan kelebihannya, maka model perlu diperbaiki sebagai
produk akhir.
Sedangkan menurut Draganidis, Fotis dan Gregoris Mentzas (2006:51-64)
pengembangan model memiliki 9 langkah yaitu:
1) Membentuk tim penyusun model (Creation of Model Sistems Team
(CST), terdiri dari orang-orang yang akan mendalami bagaimana
dalamnya suatu pekerjaan yang ada dalam model tersebut, biasanya terdiri
dari eksekutif, manajer, dan pemilik dan mereka bertanggungjawab secara
keseluruhan;
2) Identifikasi metrik kinerja dan memvalidasi sampel (Identification of
performance Metrics and Validation Sample), menentukan skala untuk
menentukan tingkat superior, menengah dan terbatas untuk pekerjaan
dalam model;
3) Mengembangkan daftar kebutuhan tentatif (Development of Tentative
Needs List), CST mengembangkan daftar kompetensi awal yang akan
digunakan sebagai dasar membentuk model, pengembangan daftar
kebutuhan akan sukses dengan mempertimbangkan organisasi lain yang
sudah membuat dan dipadukan sencana strategi organisasi;
4) Menentukan kompetensi dan indikator perilaku (Definition of Models and
Process Indicators), tahap ini mengumpulkan informasi tentang
komponen model yang dibutuhkan untuk menyusun model dengan diskusi
kelompok, survey lapangan;
5) Mengembangkan inisial model (Development of an Initial Model), CST
mengembangkan initial kebutuhan model berdasarkan data yang telah
dikumpulkan dan telah dianalisa secara kuantitatif dan analisa isi sesuai
dengan topik interview dan hasil diskusi kelompok;
6) Mengadakan pengecekan pada initial model (Cross-Check of Initial
Model), sangat perlu untuk mengadakan cek ulang dengan mewawancarai
pelaksana atau membuat tambahan kelompok diskusi dengan orang yang
tidak terlibat pada model yang telah dilaksanakan sebelumnya;
7) Pensortiran model (Model Refinement), dengan menggunakan analisa
yang sama yang telah digunakan pada tahap pengembangan inisial model
untuk menyeleksi model;
8) Validasi model (Validation of the Model), mulai melaksanakan validasi
model yang telah dikembangkan untuk mendapat pengukuhan;
9) Menyempurnakan model (Finalize the Model), menyingkirkan sejumlah
komponen dan proses yang tidak ada hubungannya dengan tujuan model.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi. (2004) Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ary, D., Jacob, L.C. and Razavieh, A. (1985). Introduction to Research in
Education. 3rd Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Fred N. Kerlinger. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Gay, L.R. (1983). Educational Research Competencies for Analsis & Application.
2nd Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.
Hadi, Sutrisno. (1985) Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi UGM