Pengertian epidemiologi mekanisme

5
Pengertian Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam serviks. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun Epidemiologi Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, 77 % di antaranya ada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di antara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker pada wanita. 1 Mekanisme Kanker leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV) beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan. Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk diaplikasikan pada terapi molekuler kanker servik. Protein E6 dan

Transcript of Pengertian epidemiologi mekanisme

Page 1: Pengertian epidemiologi mekanisme

Pengertian

Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam serviks. Kanker

ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa

kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun

Epidemiologi

Kanker serviks  merupakan penyebab  kematian utama kanker pada wanita di negara-

negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks

baru di seluruh dunia, 77 % di antaranya ada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

diperkirakan  sekitar 90-100 kanker baru  di antara 100.000  penduduk  pertahunnya, atau sekitar

180.000 kasus baru pertahun,  dengan  kanker serviks menempati urutan pertama di antara

kanker pada wanita. 1

Mekanisme

Kanker leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV)

beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi

gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan.

Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk diaplikasikan pada terapi molekuler

kanker servik. Protein E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel.2

1. Protein E6

a. Berikatan dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6-AP) membentuk

ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53. Degradasi p53

mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun memasuki cell cycle arest pada

G1/S.

b. Menginduksi protein c-myc yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel

bersifat immortal. Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase

Page 2: Pengertian epidemiologi mekanisme

reverse transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase, selain itu induksi

telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks E6-AP.

2. Protein E7

a. Mengikat bentuk aktif terhipofosforilasi dari p105Rb dan anggota-anggota famili

retinoblastoma (Rb) lainnya dari protein tumor supresor mengakibatkan destabilisasi dan

hilangnya kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi menekan transkripsi

gen yang dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan pRb saling berhubungan

satu sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan lepasnya kompleks Rb/E2F

diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk) dihambat oleh p21 yang merupakan

target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7 juga menunjukkan ketidaktergantungannya

pada aktivitas p53 dan pRb.

b. Protein E7 dapat menginhibisi p21 dan p27.

Sebagian besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type.

Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker

leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV. Apabila

ekspresi onkogen E6 dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma

aktif dan sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis.

Genom papilomavirus bereplikasi seperti plasmid ekstrakromosomal pada lesi premalignan

dan juga terintegrasi pada sebagian besar karsinoma leher rahim secara acak. Genom virus yang

terintegrasi ini akan memberikan mekanisme : Ekspresi E6 dan E7 dihambat oleh E2. E2 dapat

menekan ekspresi E6 dan E7 karena E2 akan berikatan pada promotor awal HVP, sehingga akan

menghalangi ikatan dua faktor transkripsi esensial, TBP dan Sp1. Namun, E2 tidak diekspresikan

pada viral DNA yang terintegrasi ada genom sel inang, karena gen E2 mengalami splitting dan

menjadi in aktif. Akibatnya, dalam keadaan tanpa repressor, protein E6 dan E7 terekspresi dalam

jumlah tinggi sehingga menyebabkan tumor suppressor protein, yaitu p53 dan p105Rb tidak aktif

dan menstimulasi pertumbuhan.

Patologi

Page 3: Pengertian epidemiologi mekanisme

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks yang disebut squamo-columnar junction (SCJ). Histologik antara

epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek

selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium

uteri erksternum, sedang pada wanita berumur >35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.

Maka untuk melakukan Pap smear yang efektif, yang daoat mengusap zona transformasi, harus

dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau cytobrush sikat khusus. Pada awal perkembangannya

kanker serviks tak memberi tanda – tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan speculum,

tampak sebagai porsio yang erosive (metaplasi skuamosa) yang fisiologik atau patologik.3

Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofitik; mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferative yang

mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

2. Endofitik; mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk

mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif; mulai dari SCJ dan cenderung merusak jaringan serviks dengan melibatkan

awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi akibat saling desak

mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang

erosive ( metaplasia skuamosa ) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik

( displastik – diskariotik ) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi

karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan

berjalan terus.

Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya

fase prainvasif berkisar antara 3 – 20 tahun ( rata – rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel

displastik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan

dengan pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian concept dari Richart.

Histopatologik sebagian terbesar berupa eppidermoid atau squamous cell carcinoma,

Page 4: Pengertian epidemiologi mekanisme

sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling

jarang adalah sarcoma.

Dafpus

1. Pengertian dan Epidemiologi Kanker Serviks. Available at : http://morningcamp.com/?p=78. Accessed on July 19, 2011.

2. Kanker Leher Rahim. Available at : http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-kanker/kanker-serviks/. Accessed on July 19, 2011.

3. Buku kandungan (biru)