Pengembangan Sistem Pembelajaran menggunakan Audio...
Transcript of Pengembangan Sistem Pembelajaran menggunakan Audio...
8
1. Pendahuluan
Dengan kemajuan teknologi saat ini, ada banyak teknologi yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Perkembangan teknologi telah melakukan pengembangan terobosan–terobosan
untuk pembelajaran. Para pelaku pendidikan telah banyak memanfaatkan
perkembangan teknologi untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut
Kemp dengan AVA yang tepat akan mampu memotivasi dan mengarahkan
konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran. Apabila mereka termotivasi dalam
belajar maka hasil pembelajaran dapat pula ditingkatkan [1].
AVA adalah bagian integral dari proses belajar mengajar. Setiap orang
yang bergelut di bidang pengajaran mestinya bukan hanya mengenal AVA tetapi
yang terpenting adalah secara aktif memanfaatkannya untuk mensukseskan
program pembelajaran [1]. AVA merupakan alat pandang dengar yang berupa
benda-benda atau apa saja yang dapat dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga,
yang kita pakai dalam membantu menjelaskan dalam pengajaran [2]. Salah satu
cara untuk meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar
diperlukan adanya alat pendukung berupa alat-alat bantu visual, mainan, boneka
ataupun objek-objek lain yang berwarna-warni, yang sesuai dengan cerita atau
lagu yang digunakan dalam pembelajaran [3].
Pentingnya penggunaan media dalam bentuk AVA untuk pengajaran
secara umum, bahwa penggunaan AVA dapat memperluas saluran komunikasi
antara guru dan siswa [4]. Apabila guru mengajar dengan tidak menggunakan
AVA seperti ketika menjelaskan materi pelajaran atau ketika memberi latihan,
berarti guru hanya menggunakan mulut untuk berkomunikasi atau disebut juga
komunikasi verbal. Hal tersebut pastilah akan cepat membuat siswa menjadi
bosan dan guru juga cepat merasa lelah sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi kurang kondusif. Apabila guru menggunakan media seperti tape, gambar,
dll. dalam mengajar, maka guru menggunakan lebih dari satu saluran komunikasi.
Guru tidak hanya memberikan stimulus secara verbal saja, tetapi guru juga
menggunakan stimulus melalui saluran aural dan visual. Semakin banyak
menggunakan saluran komunikasi ketika mengajar, semakin banyak informasi
yang dapat diserap siswa karena siswa semakin tertarik untuk memperhatikan,
serta tentunya dapat meningkatkan motivasi siswa dan semakin efektif kegiatan
belajar mengajar yang sedang berjalan.
Media instruksional sangat bermanfaat untuk membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar karena media menyajikan banyak pengalaman yang menarik,
bahkan pengalaman akan dunia di luar sekolah. Walaupun demikian, hasil yang
didapat sangat dipengaruhi oleh penggunaan media dengan benar, tepat, dan
terseleksi. [5].
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sejarah dan observasi
secara langsung di SMA Negeri 3 Salatiga, diterapkannya proses pembelajaran
tradisional dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dengan cara
guru hanya menjelaskan dan siswa memperhatikan membuat siswa cepat merasa
bosan dan tidak tertarik untuk memperhatikan pelajaran sehingga siswa tidak
merasa nyamaan saat belajar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi dan
hasil pembelajaran siswa.
9
Dari latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan,
bagaimana mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual
Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio
Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga untuk
mengetahui apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.
2. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian Ramendra, dibahas tentang pemanfaatan AVA dalam
proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar. Analisis dilakukan
sesuai dengan frekuensi dan prosentase pemanfaatan AVA dalam pembelajaran
aspek kebahasaan maupun keterampilan berbahasa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar guru (87,5%) menggunakan AVA dalam mengajar
kosakata, (75%) dalam mengajarkan berbicara, dan (62,5%) dalam mengajarkan
membaca. Untuk pembelajaran lafal, ejaan, dan menulis, terdapat (56,25%) guru
menggunakan bantuan AVA. Namun, dalam hal pembelajaran aspek gramatika,
hanya (31,25%) guru menggunakan bantuan AVA. Frekuensi terbesar
pemanfaatan AVA oleh guru terdapat pada aspek kebahasaan kosakata dan ejaan.
Segi keterampilan berbahasa, frekuensi pemanfaatan AVA terbanyak terdapat
pada keterampilan membaca dan menulis [6].
Berdasarkan jenis-jenis AVA yang dimanfaatkan oleh guru, hasil
penelitian membuktikan bahwa hanya AVA jenis visual yang dioptimalkan
pemakaiannya, sedangkan untuk AVA jenis audio hanya sebagian kecil yang
digunakan. Bahkan AVA jenis audio visual sama sekali tidak dipergunakan. Dari
segi persepsi guru dan siswa terhadap pemanfaatan AVA, dapat disimpulkan
bahwa baik guru dan siswa memiliki persepsi yang sangat positif terhadap
pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena
dapat membuat pembelajaran lebih produktif, lebih menarik, dapat meningkatkan
motivasi siswa, dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap pembelajaran,
membuat guru lebih efisien memanfaatkan waktu mengajar, dan mampu membuat
proses belajar lebih efektif [6].
Ada beberapa manfaat penting yang harus diketahui oleh guru karena
menggunakan media, yaitu media pembelajaran dapat memperjelas penyajian
materi dan informasi sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar.
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
Media juga dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
berbagai peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi
lebih jelas dengan guru dan masyarakat. Pelajaran akan lebih jelas makna dan
tujuannya sehingga siswa mudah memahaminya. Selain itu metode mengajar akan
lebih beragam, tidak semata mata hanya mengandalkan komunikasi verbal,
sehingga siswa tidak merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dengan menggunakan media, pengajar mampu mengakselerasi materi
yang diajarkan kepada siswa. Walaupun begitu, masih ada guru yang enggan
menggunakan media pembelajaran dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan-
pertimbangan yang menyebabkan guru enggan menggunakan media yang
10
pertama, menggunakan media itu repot. Mengajar menggunakan media perlu
persiapan yang matang. Bahkan jika yang digunakan merupakan suatu teknologi
guru harus mempunyai ketrampilan tersendiri dalam menggunakannya. Kedua,
media itu cukup canggih dan memerlukan biaya yang besar untuk
mengadakannya. Yang ketiga adalah tidak bisa. Demam teknologi ternyata
menyerang sebagian guru. Ada beberapa guru yang takut dengan peralatan
elektronik, takut kesetrum, takut salah pencet. Alasan ini menjadi lebih parah jika
ditambah dengan alasan takut rusak. Sehingga media audio visual sejak dibeli
pertama kali kondisinya akan tetap sama sampai beberapa tahun kemudian.
Keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius. Alasan ini jarang
ditemui, tetapi ada. Yang kelima, tidak tersedia. Tidak tersedianya media di
sekolah merupakan alasan yang masuk akal. Akan tetapi, seorang guru tidak boleh
menyerah begitu saja. Seharusnya guru dapat mengembangkan media itu sendiri.
Karena media tidak harus selalu canggih. Dan yang terakhir adalah kebiasaan
menikmati bicara. Berbicara merupakan kebiasaan yang sulit diubah. Seorang
guru cenderung mengikuti cara gurunya terdahulu dengan mengajar
mengandalkan verbal. Mengajar menggunakan verbal lebih mudah, tidak
memerlukan persiapan yang banyak, jadi lebih enak untuk guru. Namun, yang
harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran adalah kepentingan murid
yang belajar, bukan kepuasan guru semata [7].
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Audio berarti radio (suara) dan visual berarti
grafik, gambar, dapat dilihat, serta aid yaitu pertolongan. Jadi audio visual berarti
kombinasi antara gambar dan suara. Sehingga dapat kami simpulkan bahwa media
audio visual yaitu benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca,
atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas, program instruksional
[8].
Audio Visual Aids (AVA) merupakan alat peraga yang menyajikan bahan-
bahan audio dan visual untuk memperjelas apa yang disampaikan guru kepada
siswa. Jadi peranan AVA adalah untuk membantu guru dalam menyampaikan
pelajaran kepada siswa agar pelajaran menjadi lebih jelas. Karena itu juga disebut
Teaching Aids (Alat untuk membantu guru dalam mengajar) [9]. Ciri-ciri AVA
yaitu suara, visual, gerak (gambar visual, garis, simbol). Alat-alat audio visual
baru ada faedahnya jika yang menggunakannya telah mempunyai keterampilan
yang lebih dari memadai dalam penggunaannya. Keempat pokok penting dalam
cara menggunakan alat-alat audio visual adalah yang pertama persiapan, dalam
mempersiapkan AVA guru harus mempelajari tujuan, mempersiapkan pelajaran,
memilih dan mengusahakan alat yang cocok, berlatih menggunakan alat dan
memeriksa tempat dilakukannya proses belajar mengajar. Kedua penyajian, guru
harus menyusun kata pendahuluan, dapat menarik perhatian siswa, menyatakan
tujuan, menggunakan alat, dan mengusahakan penampilan yang bermutu. Yang
ketiga adalah penerapan, yaitu bagaimana mempraktekkannya, pertanyaan-
pertanyaan dari siswa, diadakannya ujian atau evaluasi dan diskusi. Dan yang
terakhir adalah kelanjutan, kelanjutan yang dimaksud adalah pengulangan.
Pendekatan secara menyeluruh dan berulang-ulang besar sekali pengaruhnya [10].
11
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga yang mempunyai
jumlah siswa sebanyak 790 siswa. Dalam penelitian ini dilakukan pada 38 siswa
kelas XI IPA 1 sebagai Control Class dan 38 siswa XI IPA 2 sebagai Treatment
Class. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode porposive sampling, yaitu
sesuai dengan rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran Sejarah bahwa
kedua kelas tersebut memiliki rata-rata kelas yang sejajar. Jumlah guru yang ada
di SMA Negeri 3 Salatiga sebanyak 67 guru dengan 2 guru pengampu mata
pelajaran sejarah.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif. Dalam penelitian ini metode penelitian deskriptif digunakan untuk
mengetahui bagaimana sistem pembelajaran mata pelajaran Sejarah yang selama
ini berlangsung. Data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, kemudian
diperkuat dengan observasi sebagai data konfirmasi triangulasi. Tahapan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Tahapan Penelitian
Tahapan yang pertama adalah Pra Penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk
dapat mengetahui keadaan pembelajaran yang selama ini berlangsung. Ada
beberapa data yang dibutuhkan dalam tahapan ini. Untuk dapat mengumpulkan
data yang dibutuhkan, pertama menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan
kepada siswa dari Treatment Class dan Control Classs yang menjadi responden.
Dalam penelitian model jawaban yang digunakan adalah skala likert. Urutan skala
terdiri dari Angka 1 (Tidak Setuju) sampai dengan 3 (Sangat Setuju) untuk semua
variabel. Hal ini dilakukan untuk dapat mengukur aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Daftar Pertanyaan Koesioner
Aspek Pertanyaan
Kognitif Kemampuan memahami penjelasan guru saat menyampaikan materi
Afektif Sering bertanya ketika materi kurang dipahami
Psikomotor Mencatat atau merangkum materi pelajaran
Pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Selanjutnya adalah observasi. Pada penelitian ini
observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan sekolah, fasilitas yang
ada di sekolah dan tingkah laku siswa maupun guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Yang terakhir adalah wawancara. Dalam penelitian ini wawancara
ditujukan kepada guru pengampu mata pelajaran Sejarah dan siswa dari Control
Pra Penelitian
Eksperimen
Evaluasi
12
Class dan Treatment Class. Pertanyaan yang diajukan saat wawancara dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar Pertanyaan Wawancara
Narasumber Pertanyaan
Guru 1. Apakah kegiatan belajar mengajar Sejarah yang berlangsung
sudah cukup baik?
2. Berapa jam pelajaran Sejarah di kelas IPA setiap minggunya?
3. Model pembelajaran apa yang digunakan?
4. Apakah siswa dapat memahami materi yang disampaikan
degan model pembelajaran tersebut?
5. Apakah sudah menggunakan ICT dalam pembelajaran sejarah?
Siswa 1. Apakah model pembelajaran sejarah yang dilakukan selama ini
bervariasi?
2. Bagaimana proses pembelajaran yang selama ini berlangsung?
3. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan?
4. Apa yang dilakukan selama jam pelajaran?
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengetahui
bagaimana keadaan sistem pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah yang selama
ini diterapkan di SMA Negeri 3 Salatiga.
Tahapan penelitian yang kedua adalah tahap eksperimen. Dalam tahap
eksperimen ini digunakan dua kelompok kelas yaitu Treatment Class dan Control
Class. Treatment Class merupakan kelas yang didalamnya dikembangkan sistem
pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Sedangkan Control Class
adalah kelas yang digunakan sebagai pembanding dimana pada kelas tersebut
pembelajaran dilakukan dengan model ceramah. Metode eksperimen ini bertujuan
untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA)
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
di SMA Negeri 3 Salatiga. Tahapan penelitian ditunjukan pada Gambar 2.
Gambar 2 Tahapan Eksperimen [11]
Tahapan eksperimen yang pertama Identifikasi Sarana dan Prasarana. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ada di sekolah yang dapat
dimanfaatkan untuk penelitian. Teknologi di SMA Negeri 3 sudah cukup maju,
tetapi pemanfaatannya kurang maksimal. Dapat ditunjukan dengan adanya
fasilitas lengkap seperti LCD Projector dan Speaker di dalam ruang kelas. Selain
itu juga terdapat ruang multimedia yang hanya digunakan guru pengampu mata
pelajaran tertentu saja. Padahal sebenarnya semua mata pelajaran dapat di
sampaikan dengan menggunakan media yang ada dalam ruang multimedia
Identifikasi Sarana dan Prasarana
Mendesain Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan
13
tersebut. Seperti yang dilakukan pada penelitian ini yaitu mengembangkan sistem
pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran
Sejarah. Dengan memanfaatkan adanya ruang multimedia di SMA Negeri 3
Salatiga dimana di dalamnya sudah terdapat perangkat audio yang berupa sound
system dan perangkat visual yang berupa LCD Projector dan komputer sebagai
perangkat operator akan sangat membantu dalam proses pengembangan sistem
pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) ini.
Tahap Selanjutnya adalah mendesain strategi pelaksanaan. Dalam
penelitian ini desain strategi yang pertama dilakukan adalah penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Desain pembelajaran yang digunakan pada
Treatment Class dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Desain Pembelajaran Treatment Class
No Kegiatan Belajar Waktu
(Menit) Keterangan
1. Pendahuluan
a. Apresepsi
Ruang Multimedia dipersiapkan seperti
perangkat komputer, absensi,
kebersihan dan ketenangan.
b. Memotivasi
Peserta didik diberi penjelasan tentang
pokok bahasan, pengertian, contoh,
pemahaman materi yang akan
dipelajari.
Peserta didik diberi penjelasan bahwa
materi pembelajaran akan disampaikan
melalui Audio Visual Aids (AVA)
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan penjelasan
guru tentang tujuan akhir dari
pembelajaran materi pada hari itu.
10 menit
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru memutarkan video pembelajaran.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru meminta peserta didik menyimak
video
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta didik:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
Membenarkan kesalahan materi
20 menit
14
Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui.
3. Kegiatan Akhir
Mengadakan post test yang bersifat
individu.
15 menit
Proses pembelajaran yang dilakukan pada Treatment Class diawali dengan
persiapan untuk proses pembelajaran. Siswa diminta untuk mengecek keadaan
ruang multimedia, dan guru melakukan absensi pada siswa. Dalam kegiatan
memotivasi guru menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan. Dalam hal
ini dijelaskan bahwa materi akan disampaikan menggunakan Audio Visual Aids
(AVA). Dalam kegiatan inti Audio Visual Aids (AVA) yang berupa video mulai
diputar dan guru meminta siswa untuk memperhatikan Audio Visual Aids (AVA)
tersebut. Guru juga mengkonfirmasi jika ada kesalahan materi di dalam buku
panduan yang digunakan. Pada kegiatan akhir diadakan post test yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. selain itu juga untuk mengetahui
apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selanjutnya adalah mendesain video yang digunakan sebagai media
pembelajaran Audio Visual Aids (AVA). Video yang ditampilkan sebagai media
pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dengan
materi Pertempuran 10 November 1945 berisi teks materi, gambar para tokoh dan
kejadian saat pertempuran yang. Gambar-gambar tersebut diambil dari situs
www.kumpulanSejarah.com, juga berisi video dokumenter saat pertempuran
berlangsung yang diunduh dari situs www.youtube.com yang diolah
menggunakan software Ulead VideoStudio 11.
Video pembelajaran ini dilengkapi dengan teks yang menjelaskan setiap
kejadian. Sehingga siswa dapat mengerti dengan jelas bagaimana pertempuran 10
November 1945 berlangsung. Selain itu video juga dilengkapi dengan backsound
dengan tema perjuangan dan juga terdapat rekaman suara Bung Tomo saat
berpidato guna memberikan semangat juang kepada rakyat Indonesia yang berada
di Surabaya. Hal tersebut tentunya dapat membuat siswa benar-benar mengerti
bagaimana keadaan saat pertempuran terjadi dan dengan adanya backsound yang
mendukung siswa dapat terbawa dalam suasana pertempuran 10 November 1945.
Dengan menggunakan Audio Visual Aids (AVA) ini diharapkan siswa dapat lebih
termotivasi dalam proses belajar dan juga dapat lebih memahami materi yang
disampaikan.
Tahap eksperimen yang terakhir adalah pelaksanaan. Penelitian ini
dilakukan di ruang multimedia yang ada di SMA Negeri 3 Salatigan selama 1jam
pelajaran (45 menit). Dengan mengembangkan sistem pembelajaran
menggunakan AVA di dalam ruangan ini tidak akan mengganggu kegiatan belajar
mengajar yang sedang berlangsung di kelas lain. Ruang multimedia di SMA
Negeri 3 Salatiga ini letaknya sangat strategis, yaitu jauh dari ruang kelas dan
ruangan ini kedap suara. Penelitian ini juga menggunakan perangkat audio visual
berupa sound system, komputer dan LCD Projector yang sudah tersedia juga
dapat digunakan dalam pemutaran film pendek. Software yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aplikasi Windows Media Player atau Media Player Classic
dan juga menggunakan Ulead VideoStudio 11 sebagai editor video. Untuk
15
mengetahui apakah pengembangan sistem pembelajaran menggunakan AVA ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan diadakannya tes
di akhir pelajaran. Tes digunakan untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi yang diberikan. Selain itu soal tes juga digunakan sebagai
instrumen untuk mengetahui bagaimana hasil belajar antara kelas treatment
dengan keadaan siswa yang belajar menggunakan media pembelajaran Audio
Visual Aids (AVA) ini dan siswa control class yang belajar menggunakan metode
pembelajaran tradisional. Sehingga dengan latihan soal ini dapat diketahui apakah
penggunaan media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA) cukup efektif dan dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga.
Tahapan penelitian terakhir adalah evaluasi. Dalam penelitian ini hasil
pengembangan yang berupa hasil tes dan kuesioner langsung diuji dan dievaluasi
untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran siswa di SMA Negeri 3 Salatiga
dalam mata pelajaran Sejarah. Pengujian nilai tes dilakukan dengan cara
mengolah nilai hasil pembelajaran menggunakan aplikasi SPSS 11.5 untuk dapat
mengetahui uji beda nilai rata-rata dari Treatment dan Control Class yang diolah
menggunakan pengujian Independent-Samples t test. Pada perhitungan
Independent-Samples t test langkah pertama adalah menentukan hipotesis. Ho
: Tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas Treatment dengan rata-rata
nilai ujian kelas Control. Ha : Ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas
Treatment dengan rata-rata nilai ujian kelas Control, yang diuji berdasarkan
hipotesis Ho: Tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas treat dengan
rata-rata nilai ujian kelas co. Ha: Ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian kelas
treat dengan rata-rata nilai ujian kelas co.
Selanjutnya adalah menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi
dalam hal ini berarti diambilnya resiko salah dalam mengambil keputusan untuk
menolak hipotesis yang sebanyak-banyaknya 5%. Signifikasi 5% atau 0.05 adalah
ukuran standar yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui signifikansi t
test for equality of means adalah jika sig. t test > 0.05 maka Ho diterima (rata-rata
kedua group sama. Mean Treatment = Mean Control). Jika sig. T test < 0.05 maka
Ho ditolak (rata-rata kedua group berbeda. Mean Treatment = Mean Control).
4. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa informasi yang didapatkan dari
tahap pra penelitian untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran yang
selama ini berlangsung dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga.
Informasi tersebut didapatkan dari observasi, wawancara dan hasil dari kuesioner.
Dari hasil observasi lingkungan dapat diketahui bahwa lingkungan sekolah
sangat bagus untuk kegiatan belajar mengajar. Di SMA Negeri 3 Salatiga ini
lingkungan sekolahnya sangat bersih, rapi dan terdapat banyak tanaman sehingga
udara terasa sangat segar. Hal ini membuat para siswa menjadi lebih nyaman
untuk belajar. Ruangan kelas juga cukup luas dan terletak jauh dari jalan raya.
Hanya saja ada beberapa kelas yang terletak di pinggiran Selasar Kartini. Hal
tersebut cukup mengganggu kegiatan belajar mengajar karena sering terdengarnya
suara lalu-lalang kendaraan bermotor.
16
Fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar sudah sangat baik di
SMA Negeri 3 Salatiga ini. Pada setiap kelas sudah terdapat LCD Projector
beserta speaker yang menjadi salah satu fasilitas pendukung dalam penggunaan
teknologi dalam pembelajaran. Selama jam mata pelajaran Sejarah berlangsung
tingkah laku siswa dan cara guru mengajar diamati, bagaimana cara guru
mengajar, model pembelajaran apa yang guru gunakan. Pada mata pelajaran
Sejarah ini guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Yaitu guru
menyampaikan materi dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah dan
siswa memperhatikan. Setelah itu guru memberikan latihan soal yang ada pada
buku LKS (Lembar Kerja Siswa). Hal tersebut tampaknya membuat siswa kurang
tertarik bahkan merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.
Selama jam pelajaran banyak siswa yang asyik bercengkrama dengan
teman-temannya dan tidak memperhatikan pelajaran. Ada juga siswa yang asyik
memainkan handphone, mendengarkan musik dari handphone menggunakan
headset, bahkan tidak sedikit yang terlihat mengantuk. Dari beberapa tingkah laku
siswa tersebut sudah cukup terlihat bahwa model pembelajaran konvensional yang
diterapkan pada mata pelajaran Sejarah ini kurang memotivasi siswa. Siswa
merasa bosan dan kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran. Apalagi jam mata
pelajaran Sejarah rata-rata berlangsung pada siang hari yang membuat siswa yang
sudah lelah menjadi mengantuk. Hal ini sangat berpengaruh pada hasil belajar
siswa.
Selain dari observasi, informasi juga didapat melalui wawancara. Dalam
pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan wawancara kepada guru
pengampu mata pelajaran Sejarah dan juga beberapa siswa. Hal ini bertujuan
untuk dapat menggali informasi seputar kegiatan belajar mengajar khususnya
dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil wawancara yang
dilakukan kepada guru dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Wawancara Guru
Narasumber Hasil Wawancara
Guru 1. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung selama ini
cukup baik. Siswa memperhatikan materi, tetapi beberapa
siswa di barisan belakang bercengkrama dengan teman
dan bermain handphone
2. Mata pelajaran Sejarah hanya berlangsung selama 1jam
pelajaran (45 menit) setiap minggunya
3. Model pembelajaran konvensional yang selama ini
digunakan, yaitu dengan guru ceramah dan siswa
mendengarkan
4. Siswa sulit memahami materi yang disampaikan
menggunakan model konvensional. Banyak siswa yang
kurang jelas dengan materi yang disampaikan
5. ICT belum digunakan karena guru merasa kesulitan
dalam mengoperasikannya
Dari hasil wawancara kepada guru tersebut dapat diketahui bahwa
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan 1jam pelajaran setiap minggunya
17
berlangsung selama ini cukup baik. Pembelajaran berlangsung menggunakan
model pembelajaran konvensional yang membuat siswa sulit memahami. Guru
belum pernah menggunakan ICT apapun dikarenakan guru merasa sulit untuk
mengoprasikannya. Selain dilakukannya wawancara kepada guru, wawancara juga
dilakukan kepada siswa. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Hasil Wawancara Siswa
Narasumber Hasil Wawancara
Narasumber 1 1. Tidak pernah merasakan variasi model pembelajaran pada
mata pelajaran Sejarah
2. Guru menyampaikan dan siswa memperhatikan
dilanjutkan dengan pemberian tugas
3. Proses pembelajaran mengakibatkan siswa menjadi
mengantuk
4. Bermain game, mendengarkan musik dan bercengkrama
dengan teman.
Narasumber 2 1. Tidak pernah merasakan variasi model pembelajaran pada
mata pelajaran Sejarah
2. Guru menyampaikan materi yang dapat dibaca dari LKS
3. Proses pembelajaran mengakibatkan siswa menjadi bosan
4. Menggambar selama jam pelajaran
Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui tentang beberapa kegiatan
yang dilakukan siswa selama jam mata pelajaran Sejarah berlangsung. Kegiatan
tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut merasa bosan dan mengantuk
selama jam pelajaran Sejarah berlangsung. Model pembelajaran konvensional
sepertinya kurang efektif untuk diterapkan pada mata pelajaran Sejarah. Karena
siswa terlihat kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran, dan hal tersbut
mempengaruhi hasil belajar siswa. Baik dari hasil pemahaman materi maupun
nilai yang didapat. Selain melakukan observasi dan wawancara, data juga
diperoleh dari pembagian kuesioner. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 6
dan Gambar 3. Tabel 6 Hasil Kuesioner
Aspek Pertanyaan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
Kognitif Penjelasan guru dalam
menyampaikan materi
mudah dipahami.
8% 16% 76%
Afektif Sering bertanya ketika
materi kurang dipahami 24% 57% 19%
Psikomotor Mencatat atau merangkum
materi pelajaran 17% 36% 47%
18
Gambar 3 Pie Chart Hasil Kuesioner Awal
(Pembelajaran tidak menggunakan AVA)
Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang
selama ini berlangsung kurang berpengaruh pada aspek kognitif. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya 76% siswa merasa kurang memahami materi yang
diberikan. Pada aspek afektif menunjukkan bahwa siswa cukup sering bertanya
ketika materi kurang dipahami. Pada aspek psikomotor diketahui bahwa siswa
jarang mencatat atau merangkum materi.
Dari hasil tahap pra penelitian tersebut maka dilanjutkan dengan tahap
eksperimen. Dimana dalam tahapan ini Sistem pembelajaran menggunakan Audio
Visual Aids (AVA) pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga
dikembangkan. Tahapan eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan 2 kelas
yang akan diuji. Kelas XI IPA 2 merupakan Treatment Class dimana pada kelas
tersebut akan dikembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual
Aids (AVA). Sedangkan sebagai pembandingnya yaitu kelas XI IPA 1 yang
menjadi Control Class. Dimana pada Control Class sistem pembelajaran
dilakukan menggunakan sistem pembelajaran yang sudah berlaku. Sehingga
dengan membandingkan hasil dari Treatment dan Control Class dapat diketahui
apakah penggunaan media pembelajaran Audio Visual Aids (AVA) cukup efektif
dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga.
Desain pembelajaran dari Treatment Class dan Control Class memiliki
perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Perbandingan desain pembelajaran
No Kegiatan Belajar Control Class Kegiatan Belajar Treatment Class
1. Pendahuluan
a. Apresepsi
Ruang Kelas dipersiapkan seperti
absensi, kebersihan dan ketenangan.
b. Memotivasi
Peserta didik diberi penjelasan tentang
pokok bahasan, pengertian, contoh,
pemahaman materi yang akan
dipelajari.
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan penjelasan
guru tentang tujuan akhir dari
Pendahuluan
a. Apresepsi
Ruang Multimedia dipersiapkan seperti
perangkat komputer, absensi,
kebersihan dan ketenangan.
b. Memotivasi
Peserta didik diberi penjelasan tentang
pokok bahasan, pengertian, contoh,
pemahaman materi yang akan
dipelajari.
Peserta didik diberi penjelasan bahwa
materi pembelajaran akan disampaikan
76%
16%
8%Kognitif
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
19%
57%
24%
AfektifTidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
47%
36%
17%
PsikomotorTidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
19
pembelajaran materi pada hari itu. melalui Audio Visual Aids (AVA)
c. Rambu-rambu belajar
Peserta didik mendengarkan penjelasan
guru tentang tujuan akhir dari
pembelajaran materi pada hari itu.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan materi.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru meminta peserta didik
mempelajari LKS materi Pertempuran
10 Nopember 1945 di Surabaya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta didik:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru memutarkan video pembelajaran.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru meminta peserta didik menyimak
video
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta didik:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
Membenarkan kesalahan materi
Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui.
3. Kegiatan Akhir
Mengadakan post test yang bersifat
individu.
Kegiatan Akhir
Mengadakan post test yang bersifat
individu.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada Treatment Class diawali dengan
persiapan untuk proses pembelajaran. Siswa diminta untuk mengecek keadaan
ruang multimedia, dan guru melakukan absensi pada siswa. hal tersebut juga
dilakukan pada Control Class. Hanya saja pada Control Class pembelajaran
dilakukan di dalam kelas. Dalam kegiatan memotivasi guru menjelaskan tentang
materi yang akan disampaikan. Pada Treatment Class dijelaskan bahwa materi
akan disampaikan menggunakan Audio Visual Aids (AVA).Dalam kegiatan inti
pada Treatment Class Audio Visual Aids (AVA) yang berupa video mulai diputar
dan guru meminta siswa untuk memperhatikan Audio Visual Aids (AVA) tersebut.
Guru juga mengkonfirmasi jika ada kesalahan materi di dalam buku panduan yang
digunakan. Berbeda dengan yang dilakukan dalam Control Class. Pada kegiatan
inti guru hanya menjelaskan materi dan meminta siswa untuk mempelajari LKS.
Pada kegiatan akhir diadakan post test dalam Treatment Class dan Control Class
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. selain itu juga untuk
mengetahui apakah Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penerapan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA)
ternyata mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa pada Treatment Class.
Tidak seperti pada saat dilakukannya observasi pada awal penelitian dimana siswa
terlihat bosan dan tidak memperhatikan pelajaran dengan baik tetapi siswa asyik
bermain handphone dan bercengkrama dengan temannya. Dengan menggunakan
Audio Visual Aids (AVA) ini siswa lebih memperharikan materi pelajaran. Begitu
20
mereka mengetahui bahwa pada jam pelajaran materi akan disampaikan
menggunakan Audio Visual Aids (AVA) berupa video dokumenter yang akan
diputar di ruang multimedia mereka terlihat sangat antusias.
Sebelum video diputar diinformasikan kepada siswa bahwa akan diadakan
tes di akhir jam pelajaran. Dengan begitu siswa akan lebih memperhatikan materi
yang disampaikan. Begitu video diputar siswa dari Treatment Class ini sangat
tenang dan memperhatikan materi yang disajikan melalui Audio Visual Aids
(AVA) ini. Beberapa siswa terlihat memperhatikan sambil mencatat materi pada
buku catatan. Siswa-siswa juga merespon dengan mendiskusikan materi dengan
teman yang berada di dekatnya.
Setelah video selesai diputarkan tes pun dimulai. Siswa terlihat siap untuk
mengerjakan soal tes tersebut. Dengan soal tes tersebut dapat diketahui bagaimana
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan menggunakan Audio
Visual Aids (AVA). Setelah hasil tes dikoreksi ternyata rata-rata siswa dari
Treatment Class mendapatkan nilai yang cukup baik. Bahkan tidak sedikit siswa
yang mendapatkan nilai sempurna. Hasil nilai rata-rata kelas dari Treatment Class
adalah 92,26.
Sebelum menerapkan pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids
(AVA) kuesioner telah dibagikan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
bagaimana tanggapan siswa tentang sistem pembelajaran yang selama ini
berlangsung. Setelah sistem pembelajaran dikembangkan menggunakan Audio
Visual Aids (AVA) kuesioner kembali dibagikan kepada siswa pada Treatment
Class di hari yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah Audio
Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar pada mata
pelajaran Sejarah si SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil dari kuesioner dapat dilihat dari
Tabel 8 dan Gambar 4 Tabel 8 Hasil Kuesioner Treatment Class
Aspek Pertanyaan Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Kognitif Penjelasan materi
menggunakan AVA mudah
dipahami.
80% 14% 6%
Afektif Pembelajaran Sejarah
menggunakan AVA
menyenangkan
69% 25% 6%
Psikomotor Mencatat materi yang ada
pada video 27% 39% 34%
Gambar 4 Pie Chart Hasil Kuesioner Treatment Class
(Pembelajaran menggunakan AVA)
45%
8%
47%
KognitifTidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
6%
25%
69%
AfektifTidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
34%
39%
27%
PsikomotorTidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
21
Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa sistem pembelajaran
menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA
Negeri 3 Salatiga berpengaruh pada aspek kognitif. Ditunjukkan dari 80% siswa
merasa bisa sangat memahami materi pembelajaran yang disampaikan
menggunakan Audio Visual Aids (AVA). Pada aspek afektif sebagian besar siswa
Treatment Class merasa jika pembelajaran Sejarah menggunakan Audio Visual
Aids (AVA) menyenangkan. Pada Treatment Class ini banyak juga siswa yang
mencatat materi yang ada pada video. Dari hasil kuesioner tersebut dapat
diketahui bahwa pengembangan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual
Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Salatiga dapat
meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Selain dilihat dari hasil observasi, nilai tes rata-rata kelas dan hasil
kuesioner yang diberikan kepada siswa dari Treatment Class setelah
diterapkannya sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA),
dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara kepada salah satu siswa dari
Treatment Class dan guru pengampu mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 3
Salatiga. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9 Hasil Wawancara Guru (Treatment Class)
Narasumber Hasil Wawancara
Guru 1. Pertama kalinya diterapkan sistem pembelajaran
menggunakan AVA
2. Dengan menggunakan AVA pembelajaran dirasa lebih
menyenangkan
3. Tidak terlalu lelah dalam menyampaikan materi
4. Soal tes yang diberikan cukup baik
Dari hasil wawancara kepada guru tersebut dapat diketahui bahwa sistem
pembelajaran mata pelajaran Sejarah selama ini belum pernah menggunakan
AVA. Guru merasa dengan menggunakan AVA pembelajaran lebih
menyenangkan dan tidak terlalu lelah dalam menyampaikan materi. Soal tes yang
diberikan di akhir pelajaran juga cukup baik. Selain dilakukannya wawancara
kepada guru, wawancara juga dilakukan kepada siswa. Hasil wawancara dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil Wawancara Siswa (Treatment Class) Narasumber Hasil Wawancara
Narasumber 1 1. Pembelajaran menggunakan AVA menyenangkan
2. Pembelajaran menggunakan AVA mudah dipahami
3. Pembelajaran menggunakan AVA tidak membosankan
Dari hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui bahwa AVA dirasa
sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Materi yang disampaikan
menggunakan AVA lebih mudah untuk dipahami.
Pada Control Class materi pembelajaran dari mata pelajaran Sejarah
tentang Pertempuran 10 November 1945 tidak disampaikan menggunakan Audio
Visual Aids (AVA). Selama jam pelajaran berlangsung apa yang dilakukan oleh
siswa tidak jauh berbeda dengan hasil observasi awal. Banyak siswa yang
mengantuk, bermain handphone dan bercengkrama dengan teman. Hanya
22
beberapa siswa yang duduk di barisan depan yang benar-benar memperhatikan
pelajaran. Seperti Treatment Class, pada akhir pelajaran tes juga diberikan kepada
siswa dari Control Class. Hasil yang didapatkan cukup memuaskan. Tetapi tidak
sebaik yang didapatkan siswa Treatment Class. Ada beberapa siswa yang
mendapatkan nilai sempurna. Tetapi tidak sebanyak siswa pada Treatment Class.
Hasil nilai rata-rata pada Control Class adalah 82,79.
Selain dilihat dari hasil observasi selama proses belajar mengajar
berlangsung dan hasil nilai tes yang diberikan di akhir pelajaran, dalam penelitian
ini wawancara juga dilakukan kepada beberapa siswa dari siswa Control Class.
Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11 Hasil Wawancara Guru
Narasumber Hasil Wawancara
Guru 1. Proses pembelajaran sama seperti biasanya
2. Hanya siswa barisan depan yang memperhatikan
3. Cepat lelah dalam menyampaikan materi
Dari hasil wawancara kepada guru tersebut dapat diketahui bahwa sistem
pembelajaran mata pelajaran Sejarah pada Control Class sama seperti proses
pembelajaran yang biasa dilakukan. Guru merasa cepat lelah dalam
menyampaikan materi karena penyampaian materi menggunakan model ceramah.
Selain dilakukannya wawancara kepada guru, wawancara juga dilakukan kepada
siswa. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil Wawancara Siswa (Control Class)
Narasumber Hasil Wawancara
Narasumber 1 1. Merasa bosan
2. Duduk di posisi depan membuat harus memperhatikan materi
3. Duduk di posisi depan dan mendapatkan nilai 100
Narasumber 2 1. Merasa bosan dan mengantuk
2. Duduk di posisi belakang sehingga dapat bermain game di
handphone
3. Mendapat nilai 73 karena tidak memperhatikan materi
Wawancara dilakukan kepada 2 siswa yang mendapatkan nilai yang
berbeda. Narasumber yang pertama mengaku merasa bosan selama jam pelajaran.
Tetapi siswa tersebut tidak bisa menghilangkan rasa bosannya dikarenakan siswa
tersebut duduk di posisi depan. Hal tersebut membuatnya harus memperhatikan
materi sehingga siswa tersebut mendapatkan nilai 100. Berbeda dengan
narasumber kedua yang duduk di posisi paling belakang. Siswa tersebut dapat
bermain game dan tidak memperhatikan materi sehingga mendapat nilai 73.
Dari analisa hasil yang telah dilakukan terhadap Control Class dan
Treatment Class terdapat beberapa perbedaan. Yang pertama adalah dari hasil
observasi yang dilakukan selama pelajaran belangsung. Hasil observasi yang
dilakukan pada siswa Control Class tidak jauh berbeda dengan hasil observasi
yang dilakukan pada awal penelitian. Siswa masih terlihat kurang tertarik dengan
materi pelajaran. Banyak siswa yang malah asyik bermain handphone ataupun
bercengkrama dengan temannya. Sangat berberda dengan siswa pada Treatment
Class. Selama materi disampaikan melalui Audio Visual Aids (AVA) siswa tenang
23
dan sangat memperhatikan materi. Mereka terlihat sangat antusias untuk melihat
video yang ditayangkan. Beberapa siswa juga terlihat mencatat materi yang ada
pada video. Tidak ada siswa yang asyik memainkan handphone seperti siswa pada
Control Class. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan
sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata
pelajaran Sejarah dapat meningkatkan motivasi siswa-siswa dalam belajar. Hal
tersebut sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Yang kedua adalah dari hasil tes yang dilakukan di akhir jam pelajaran
terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara Control Class dengan Treatment
Class. Perbedaan hasil tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai kelas yang
diperoleh. Control Class mendapatkan rata-rata nilai kelas 82,79. Berbeda dengan
Treatment Class yang jauh lebih unggul dengan nilai 92,26. Data yang didapatkan
dari hasil tes diuji untuk mengetahui apakah kedua rata-rata nilai kelas yaitu dari
Treatment Class dan Control Class berbeda secara signifikan. Hasil pengujian
yang dilakukan menggunakan pengujian Independent-Samples t test pada aplikasi
SPSS yang dapat dilihat pada tabel 13 dan tabel 14. Tabel 13 Group Statistics
TREAT_CO N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
NILAI treat 38 92,26 7,748 1,257
co 38 82,79 13,093 2,124
Tabel 14 Independent Samples Test
NILAI
Equal variances
assumed Equal variances
not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F 12,905
Sig. ,001
t-test for Equality of Means
t 3,839 3,839
df 74 60,086
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
Mean Difference 9,47 9,47
Std. Error Difference 2,468 2,468
95% Confidence Interval of the Difference
Lower 4,556 4,537
Upper 14,391 14,410
Pada Tabel 14 diketahui nilai sig = 0,001 yang lebih kecil daripada 0,05.
Hal tersebut berarti bahwa Ho ditolak atau Ha diterima. Jadi ada perbedaan antara
nilai rata-rata Treatment Class dengan nilai rata-rata Control Class. Pada Tabel 13
24
terlihat rata-rata (mean) untuk kelas treat (Treatment Class) adalah 92,26 dan
untuk kelas co (Control Class) adalah 82,79, artinya bahwa rata-rata nilai tes
Treatment Class lebih tinggi daripada rata-rata nilai ujian Control class. Nilai t
hitung positif, berarti rata-rata group1 (Treatment Class) lebih tinggi daripada
group2 (Control Class) dan sebaliknya jika t hitung negatif berarti rata-rata
group1 (Treatment Class) lebih rendah dari pada rata-rata group2 (Control Class).
Perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 9,47 (92.26 – 82.79). Dari perbedaan
nilai tersebut dapat diketahui bahwa penerapan sistem pembelajaran
menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah
berpengaruh untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Selain itu dari
hasil kuesioner yang dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 dapat diketahu
bahwa penggunaan Audio Visual Aids (AVA) dapat meningkatkan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor pada siswa.
5. Simpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis pengembangan sistem pembelajaran
menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah di SMA
Negeri 3 Salatiga, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: (1) Penggunaan
media pembelajaran ternyata dapat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar
siswa. (2) Penggunaan Audio Visual Aids (AVA) dapat membantu meningkatkan
pemahaman siswa dalam mata pelajaran ilmu sosial seperti mata pelajaran Sejarah
dimana dalam mata pelajaran tersebut terdapat banyak materi yang harus
dihafalkan. (3) Sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dapat
meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa.
Untuk menyempurnakan penelitian ini disarankan video yang diunduh dari
situs www.youtube.com dapat diolah dan ditambahkan sarana interaktif yang
dapat menambahkan penguasaan psikomotorik dari siswa.
6. Daftar Pustaka
[1] Kemp, J. E, 1980, Planning and Producing Audio Visual Materials. New
York: Harper and Row Publishers.
[2] Haryanto, Y, 1995, TEFL II (Modul 1-9). Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
[3] Shin, J. K, 2006, Ten helpful ideas for teaching english to young learners,
English Teaching Forum. 44(2), hal. 2-7.
[4] Curzon, L. B, 1985, Teaching in Further Education, 3rd Edition. London :
Cassell Education.
[5] Moller, Hans, 1970, Media for Discovery. Toronto: Maclean-Hunter.
[6] Ramendra, Dewa Putu & Ni Made Ratminingsih, 2007, Pemanfaatan Audio
Visual Aids (AIDS) Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa
Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian dan Pengembangan, vol. 1 No.
2, hal. 78-95.
[7] Muhammad Rusydi Rasyid, 2008, Optimalisasi Peran Guru Dalam Proses
Transformasi Pengetahuan Dengan Menggunakan Media Pembelajaran,
Lentera Pendidikan Vol. 11 No. 1, hal. 55-68.
25
[8] Arsyad, Azhar, 2004, Media Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
[9] Hamalik, Oemar, 1986, Media Pendidikan. Bandung : Penerbit Alumni.
[10] Browker, R. R, 2000, Audiovisual Market Place. Medford: Information
today Inc.
[11] Frederickson, S, 2002. Interactive multimedia storybooks. Learning and
Leading with Technology vol. 25 No. 1, hal. 6-10.