PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL...
Transcript of PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL...
1
PENGEMBANGAN MODEL PPKn BERBASIS MULTIKULTURAL
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Oleh: Gunartati
Dosen Dpk STKIP Catur Sakti Yogyakarta
ABSTRAK
Hasil belajar PPKn selama ini lebih banyak membuat siswa pintar menghafal fakta, konsep dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa. Belum tampak wujud hasil belajar PPKn yang menunjukkan siswa dapat mengamalkan nilai serta ketrampilan multikulturalnya dalam kehidupan sekolah, bermasyarakat dan bernegara. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model Pembelajaran PPKn berbasis multikultural pada Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan program SPSS.
Kata kunci: Pengembangan model, pembelajaran PPKn berbasis multikultural, Sekolah Menengah Atas.
PENDAHULUAN
Pada masa Orba diterapkan kebijakan yang sentralistis dengan pengawalan ketat
terhadap isu perbedaan berakibat telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk
memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan
secara terbuka, rasional dan damai. Semua harus merujuk pada satu dan sama. Tak
terkecuali dalam pendidikan. Masyarakat indonesia jadi tidak dibiasakan bersikap kritis.
Padahal mestinya dalam pendidikan sikap kritis merupakan budaya yang harus dibangun,
karena merupakan perwujudan bernalar dan mempertajam pikiran. Pendidikan yang
memaksa penyeragaman tidak akan mampu memahami dan menjawab realita yang sedang
berlangsung. Pendidikan semestinya berusaha mendekatkan siswa dengan realita
kehidupan. Seperti apa yang disampaikan Mochtar Buchori bahwa guru harus mampu
2
berbagi keresahan akan nasib bangsa ini kepada siswanya. Jika guru dan murid sudah
mampu membangun relasi untuk bersama berpikir mencari solusi sebagai bentuk
kepedulian akan masa depan bangsa, maka pada fase ini pendidikan mencapai essensinya.
Relasi guru murid hanya akan terwujud ketika ada pemahaman dan pengakuan setara.
Guru dan murid adalah setara. Hal yang membedakannya adalah fungsi kerjanya saja.
Paulo Freirie dari Amerika Latin berpendapat bahwa pendidikan yang membebaskan
harus menyertai relasi guru murid yang dialogis. Dialog merupakan roh dari pelaksanaan
pendidikan. Dalam dialog akan bisa dilakukan transformasi berupa penanaman nilai
kejujuran, keadilan, humanisme, kesetiakawanan, keluhuran, kedisiplinan dan ketulusan.
Proses pengkarakteran ini terkait dengan realita kehidupan. Selama ini lebih banyak proses
belajar yang membahas pada sesuatu yang abstrak, tidak sesuai dengan kehidupan
sebenarnya. Pluralisme dan multikultural adalah sebuah realita yang tak terbantahkan oleh
bangsa Indonesia. Keragaman ini merupakan kekayaan, segala perbedaan harus hadir
berdampingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sayangnya pendidikan
multikultural harus dihadapkan dengan kebijakan penyeragaman. Aspek lain yang perlu
diperhatikan adalah kebebasan guru. Guru selama ini lebih menjadi perpanjangan tangan
birokrasi pemerintahan. Guru yang tidak multikultural tidak akan mendidik muridnya
untuk berkarakter multikultural
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses atau strategi pendidikan yang
melibatkan lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan melalui kebangsaan, bahasa, etnik,
atau kriteria rasial. Pendidikan multikultural dapat berlangsung dalam setting pendidikan
formal atau informal, langsung atau tidak langsung. Pendidikan multikultural diarahkan
untuk mewujudkan kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang
3
mempertimbangkan perbedaan kultural, dan juga perbedaan dan persamaan antar
budaya dan kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan, dan sikap
(Lawrence J. Saha dan Aly, 2005). Sementara itu menurut James A. Bank (2001)
pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan
(set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman
budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan
kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Pendidikan
itu sangat diperlukan terutama oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia, untuk
melakukan rekontruksi sosial dengan mengembangkan civic skill, yakni keterampilan
menjadi warga dari masyarakat demokratis yang di antaranya mampu bersikap toleran
dan mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk kesejahteraan bersama. Tujuan
pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goals) adalah
untuk mengembangkan kesadaran dan kepekaan kultural, toleransi kultural,
penghargaan terhadap identitas kultural, sikap responsive terhadap budaya,
keterampilan untuk menghindari dan meresolusi konflik. Tujuan pendidikan multikultural
yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (cognitive goals) adalah untuk memperoleh
pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk
menganalisis dan menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan tentang kesadaran
perspektif kultural. Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yang berkaitan dengan
pembelajaran (instructional goals) adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe, dan
kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media pembelajaran;
memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan di depan orang,
memberikan alatalat konseptual untuk komunikasi antar budaya; mengembangkan
keterampilan interpersonal; memberikan teknikteknik evaluasi; membantu klarifikasi
4
nilai; dan menjelaskan dinamika kultural. Pendidikan kewarganegaraan sebagai
Pendidikan multikultural dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan kewarganegaraan merupakan nama mata
pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib
untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37).
Ketentuan ini lebih jelas dan diperkuat lagi pada Pasal 37 bagian Penjelasan dari Undang
Undang tersebut bahwa Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dengan adanya ketentuan UU tersebut maka kedudukan pendidikan kewarganegaraan
sebagai basis pengembangan masyarakat multikultural dalam sistem pendidikan di
Indonesia semakin jelas dan mantap. Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa PKn
merupakan salah satu ujung tombak dari pendidikan multikultural dalam rangka
pembentukan karakter warga negara multikultural yang menghargai identitas budaya
masyarakat yang plural secara demokratis, dan membentuk mosaik yang indah (cultural
pluralism: mozaik analogy) dalam satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Ricardo L. Garcia,
1982: 37-42).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
desain penelitian research and development {R & D). Penelitian dilakukan dengan empat
tahapan: (1) Analisis kebutuhan (Need Assesment) melalui studi literatur dan
5
lapangan/empirik (2) pengembangan model dan judgement ahli (3) uji coba dan
penyempurnaan model dan (4) Diseminasi.
Penentuan lokasi di 4 lokasi di Yogyakarta ditentukan secara purposive sampling .
Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Responden dan key informan
penelitian ini adalah guru, siswa, kepala sekolah dan tokoh masyarakat yang dapat
memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, dokumentasi, angket. Analisis data dengan cara deskriptif
kualitatif dipadukan dengan deskriptif kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan
program SPSS.
Untuk data kualitatif kriteria keabsahannya datanya dilakukan dengan melihat
derajat kepercayaan (credibility) melalui teknik triangulasi sumber dan metode,
perpanjangan kehadiran peneliti, pengecekan teman sejawat dan ketekunan
pengamatan, derajat keteralihan (transferability), derajat ketergantungan (depen-
dability), dan derajat kepastian (confirmability), sedangkan data kuantitatif dikakukan
dengan uji validitas isi dengan korelasi spearman dengan model Alpha Cronbach.
HASIL PENGEMBANGAN
Penyusunan perangkat pembelajaran menerapkan pendekatan scientific sesuai dengan
model pembelajaran yang akan dikembangkan oleh peneliti, proses pembelajaran yang
relevan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional maupun intelektual mencakup indikator pada ranah pengetahuan
sebagai berikut.
1. Membuat desain perencanaan dengan mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan
RPP;
6
2. Mengidentifikasi SKL, KI dan KD yang dibuat dalam RPP;
3. Membuat desain pelaksanaan yang diarahkan pada pengembangan Model
Pembelajaran PPKn Multikultural untuk kompetensi inti yang menghasilkan pada
sikap intelektual
4. Perancangan desain penilaian
5. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian
6. Mengidentifikasi jenis dan bentuk penilaian
7. Membuat buku panduan model pembelajaran PPKn Multikultural, yang
diselaraskan dengan ketentuan kurikulum 2013, yaitu dengan ditindaklanjuti
pembuatan produk berupa buku guru dan buku siswa.
Keseluruhan hasil spesifikasi produk di atas akan mendukung kurikulum 2013
dalam pembelajaran PPKn .
Secara jelas dalam pembelajaran langkah model akhir hasil pengembangan
pembelajaran MPM sebagai berikut.
Kegiatan Langkah Pembelajaran
MPM
Kegiatan Belajar Kompetensi Yang Dikembangkan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Penjelasan informasi sesuai KD
Membaca, mendengar, menyimak dan melihat Guru membegi kelas menjadi 4 kelompok
Melatih kesungguhan, kesabaran, ketelitian dan kemampuan membedakan informasi yang umum dan khusus, kemampuan berpikir kritis, analitis, deduktif dan komprehensif (Civic knowledge)
Inti Mengidentifikasi masalah
Mengajukan pertanyaan tentang
Mengembangkan kreativitas, rasa
7
berbasis multikultural
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) Siswa membuat instrumen pedoman wawancara dan observasi dengan dipandu oleh guru dalam kelas
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical minds yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Civic skill & Civic disposition)
Memilih masalah untuk dikaji oleh kelas berbasis multikultural
Melakukan eksperimen Membaca sumber lain selain buku teks Mengamati objek/kejadian/aktivitas Wawancara dengan nara sumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat (Sikapintelektual, Civic skill & Civic Disposition)
Mengumpulkan informasi terkait dengan masalah yang dipilih
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.(Si
8
kap intelektual, Civic skill & Civic disposition)
Mengembangkan media berbasis multikultur
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, menggembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Sikap intelektual, Civic skill & Civic disposition)
Menyajikan media
Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan yang baru, dan menemukan yang baru secara original
Kreativitas dan kejujuran serta apresiasi terhadap karya orang lain dan bangsa lain (Civic skill & Civic disposition)
Penutup Melakukan refleksi pengalaman belajar berbasis multikultur
Guru bersama siswa serta stakeholders melakukan hasil penilaian terhadap refleksi hasil pembelajaran
Adanya alternatif perumusan kebijakan publik dalam menyelesaikan permasalahan oleh para pakar (Sikap intelektual, Civic skill & Civic disposition.
KESIMPULAN DAN SARAN Berikut beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengembangan model ini, yaitu:
(1) PPKn merupakan topik sentral yang memiliki peran strategis dalam pendidikan
multikultural. Oleh karena itu modus dan isi pembelajaran PPKn yang ada di sekolah
termasuk di dalamnya Sekolah Menengah Atas, harus menghargai dan
mengeksploitasi nilai-nilai multikultural.
9
(2) Pengembangan model PPKn multikultural menjadi kebutuhan bangsa Indonesia yang
majemuk dan beraneka ragam serta menjadi sebuah keniscayaan bagi wahana
diseminasi pemahaman multikulturalisme melalui jargon pendidikan multikultural.
(3) Penerapan model PPKn multtikultural adalah efektif untuk meningkatkan kompetensi
multikultural siswa, dan juga memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar
siswa.
Beberapa saran yang dapat diajukan adalah
(1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn di Sekolah menengah Atas
diperlukan berbagai upaya inovasi yang kontinyu dalam proses pembelajaran
melalui perbaikan kinerja guru dengan penelitian-penelitian, untuk itu perlu
digalakkan penelitian di lingkungan guru-guru dengan berkolaborasi dengan
berbagai pihak.
(2) Perlu ditingkatkan sarana prasarana untuk publikasi hasil penelitian pembelajaran
PPKn.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2013). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aly, A. (2005). Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik. Makalah
dipresentasikan di PSB-PS UMS, Sabtu, 8 Januari 2005. Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azyumardi, A. (2002). Paradigma baru pendidikan nasional. Jakarta: Penerbit Bumi
Kompas. .........., (2002). Konflik baru antar peradaban: Globalisasi, radikalisme dan Pluralitas.
Jakarta: Raja grafindo Persada.
10
Banks JA & Ambrose A.C. Jr. (1995). Teaching strategies for the social studies. NY: Longman, Inc.
.........., (2005). Multicultural Education: Its Effects on Studies “Racial abd Gender Role
Attitude” In Hanbook of Research on social Teaching and Learning. New York: MacMillan.
Banks, JA & Banks, C.A.M . (2001). Handbook of research on multikultural education.
NewYork: MacMillan. Banks. (2008).“Diversity, Group Idantity and Citizenship education in a Global
Age”Educational Researcher: An official journal of The American Educational Research Association, Vol. 37,No.3, April 2008, pp 129-139.
BSNP. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: BSNP. Budiningsih, A. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta. Budimansyah, Dasim dan Suryadi, Karim. (2008). PKN dan Masyarakat Multikultural, Prodi
PKnSekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Bandung. Boediono,dkk.(2000).Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Budimansyah, Dasim. (2002). Model pembelajaran dan penilaian portofolio. Bandung:
Genesindo. Borg, W.R. & M.D. Gall. (1989). Educational research: An introduction. Fifth Edition. New
york and London : Longman. Blum, A. (2001). Anti Rasisme, Multikulturalisme dan Komunitas Antar Ras, Tiga nilai yang
Bersifat mendidik Bagi sebuah masyarakat multikultural, dalam Lerry May dan Shari Collins Chobanian, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultural, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Branson, S. Margaret, et.al. (1999). Belajar civic education dari Amerika. Yogyakarta: LkiS. Center for Civic Education. 1994. National Standards forvCivics and Government,Calabasas,
California: Center for Civic Education. Choirul Mahfud. (2014). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Civicus, Acta, (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 1, Nomor 2, April 2008.
ISSN: 1978-8428. Civicus Acta. (2008). Jurnal Pendidikan kewarganegaraan Volume 2, nomor 1, Oktober
2008. ISSN: 1978-8428. Dasim Budimansyah. (2009). Membangun karakter bangsa di tengah arus globalisasi dan
gerakan demokratisasi: Reposisi peran PKN. Bandung: UPI
11
Dewi Salma Prawiradilaga. (2012). Prinsip disain pembelajaran. Jakarta: Kencana. Eggen, P&Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model pembelajaran: Mengajarkan konten dan
Ketrampilan Berpikir Edisi Keenam.Jakarta; PT. Indeks. Erik Jan van Rossum & Rebeca Hamer. (2007). The Meaning of learning and knowing.
Rotterdam: Sense Publishers Garcia, RL.(1982). Teaching in a Pluristic Society: Concepts, Models, Strategies.New York:
Harper & Row Publisher. Gall, Joyce, P.& Borg, Walter R. (1989). Educational Research Seventh Edition, United
States Of Amerika. George Crowder. (2013). Theories of multiculturalism an introduction. USA: Polity Press. H.E. Mulyasa. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Hamzah. B. Uno. (2014). Model pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara HAR. Tilaar. (2003). Kekuasaan dan pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta HAR Tilaar.(2012). Perubahan sosial dan pendidikan. Jakarta: rineka Cipta Imam nasruddin. www.gegle.com. Menggagas Pendidikan Multikultur. Isjoni. (2008). Model – Model pembelajaran mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, B., & Wei, M. (2009). Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Jurnal Kewarganegaraan, Volume II Nomor 2, Desember 2006, Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Kansil.( 2002). Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi. Jakarta : Pradnya Paramita. Kaelan. (2007). Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Yogyakarta:
Paradigma. Kymlica, Will. (2002). Kewargaan multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta:
LP3ES. Liliweri, Alo. (2005). Prasangka &Konflik: Komunikasi lintas budaya masyarakat
multikultural. Yogyakarta: LkiS Miles, B & Huberman, M. (1992). Analisis data kualitatif. Penerjemah Rohendi Rohedi.
Jakarta: UI Press. Moleong, J.Lexy.(2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
12
M. Sastrapratedja, S.J. (2013). Pendidikan sebagai humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.
Muaripin.(2012). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Portofolio pada Diklat Guru PAI
SMP. Bandung: Balai Diklat Keagamaan. Muslim Ibrahim dkk. (200). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Newmann, Fred M. (1975). Education for citicion action. Mc. Cutchan Publishing
Corporation, California. Nieto, Sonia. (2004). Affirming diversity. USA: Pearson Nur, M. (2008). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unessa Press. PP RI N0. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Rakhmad, Jalaluddin. (2010). Belajar cerdas: Berbasiskan Otak. Bandung: Kaifa. Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian.Bandung: Alfabeta. Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Persada Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saifuddin Azwar. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya..Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Samsuri.(2011). Model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membangun
kompetensi warga negara, Civicus. Slavin, RE. 91995). A practical guide to cooperative learning. USA: Allyn and Bacon. Stiggins, RJ.(1991). Studant centered classroom assesmen, New York: Mc Millan Cottage.
Publushing Company. Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif-kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovativ. Surakarta: Mata Padi Presindo Syamsul Ma’arif. (2005). Pendidikan pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka. Tim ICCE UIN Jakarta.(2005). Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
demokrasi,HAMdan masyarakat madani.Jakarta: Prenada Media. Tim Puslittjahnov Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan.(2008). Metode
Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.
13
Wiel Veugelers. (2011). A Humanist perspective on moral development and citizenship education.Boston: Sense Publishers.
Wilodati,dkk. (2009). Model Portofolio Pada pembelajaran PKN untuk meningkatkan nilai-
nilai nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa PTN/PTS di kota Bandung.Laporan penelitian.
Winarno. (2014). Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta; PT Bumi Aksara. Winarno. (2014). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara Winataputra, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional, Acta Civicus,
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2007. Winataputra dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Yaqin, M. Ainul, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi
dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar media, 2007. BIODATA SINGKAT Penulis adalah Dosen DPK di STKIP Catur Sakti Yogyakarta