PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 ABSTRAK PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE DALAM PEMBELAJARAN MENGELOLA PERTEMUAN/ RAPAT DI LEMBAGA PENDIDIKAN PROFESI (LPP) IPMI KUSUMA BANGSA SURAKARTA JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh Dilla Octavianingrum, Muhammad Akhyar, Leo Agung S. * Magister Teknologi Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk: (1)mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran mengelola pertemuan/rapat (2)menemukan prosedur pengembangan dalam pembelajaran mengelola pertemuan/rapat (3)menemukan media audio visual Sparkol videoscribe (4)menemukan keefektifan media audio visual Sparkol Videoscribe dalam Pembelajaran Mengelola Pertemuan/ Rapat di LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta Jurusan Administrasi Perkantoran Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development ). Penyusunan data untuk media yang dikembangkan memanfaatkan software Sparkol Videoscribe dengan bantuan editing menggunakan software windows Movie Makker. Pada tahap uji coba, media audio visual di uji coba melalui validitas oleh para ahli dan uji coba oleh mahasiswa. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket dan tes. Hasil wawancara dan observasi dianalisis dengan deskriptif kualitatif, sedangkan kuesioner dan tes dianalisis dengan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan pembelajaran sebelum dikembangkan media audio visual, berpusat pada guru. (2) pengembangan media ini menggunakan model Hannafin and Peck. (3) media yang dikembangkan telah layak dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai media pembelajaran. (4) Efektifitas diperoleh bahwa t hitung > t tabel= (6,37 > 1,75), maka H 0 ditolak, hal ini berarti kedua kelompok memiliki nilai prestasi belajar yang berbeda. Hasil posttest antara kelas eksperimen (menggunakan media yang dikembangkan) dengan kelas kontrol (tidak menggunakan media yang dikembangkan) menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen yaitu 88,00, nilai rata-rata ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol 74,93. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengembangan media audio visual Sparkol Videoscribe dinilai efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Kata Kunci: Pengembangan, Media Audio Visual, Humas dan Keprotokolan, Mengelola Pertemuan/ Rapat, Administrasi Perkantoran .

Transcript of PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

Page 1: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE DALAM PEMBELAJARAN MENGELOLA PERTEMUAN/ RAPAT

DI LEMBAGA PENDIDIKAN PROFESI (LPP) IPMI KUSUMA BANGSA SURAKARTA

JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Oleh Dilla Octavianingrum, Muhammad Akhyar, Leo Agung S.

* Magister Teknologi Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

[email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk: (1)mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran

mengelola pertemuan/rapat (2)menemukan prosedur pengembangan dalam

pembelajaran mengelola pertemuan/rapat (3)menemukan media audio visual

Sparkol videoscribe (4)menemukan keefektifan media audio visual Sparkol

Videoscribe dalam Pembelajaran Mengelola Pertemuan/ Rapat di LPP IPMI

Kusuma Bangsa Surakarta Jurusan Administrasi Perkantoran

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and

Development ). Penyusunan data untuk media yang dikembangkan memanfaatkan

software Sparkol Videoscribe dengan bantuan editing menggunakan software

windows Movie Makker. Pada tahap uji coba, media audio visual di uji coba melalui

validitas oleh para ahli dan uji coba oleh mahasiswa. Instrumen yang digunakan

pada penelitian ini adalah angket dan tes. Hasil wawancara dan observasi dianalisis

dengan deskriptif kualitatif, sedangkan kuesioner dan tes dianalisis dengan

deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan pembelajaran sebelum

dikembangkan media audio visual, berpusat pada guru. (2) pengembangan media

ini menggunakan model Hannafin and Peck. (3) media yang dikembangkan telah

layak dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai media pembelajaran. (4)

Efektifitas diperoleh bahwa thitung > ttabel=(6,37 > 1,75), maka H0 ditolak, hal ini

berarti kedua kelompok memiliki nilai prestasi belajar yang berbeda. Hasil posttest

antara kelas eksperimen (menggunakan media yang dikembangkan) dengan kelas

kontrol (tidak menggunakan media yang dikembangkan) menunjukkan bahwa nilai

rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen yaitu 88,00, nilai rata-rata ini lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol 74,93. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah pengembangan media audio visual Sparkol Videoscribe dinilai efektif dalam

meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Kata Kunci: Pengembangan, Media Audio Visual, Humas dan Keprotokolan,

Mengelola Pertemuan/ Rapat, Administrasi Perkantoran

.

Page 2: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF AUDIO VISUAL MEDIA SPARKOL VIDEOSCRIBE ON SUBJECTS INSTRUCTIONAL MANAGE CONFERENCE/ MEETING IN

LEMBAGA PENDIDIKAN PROFESI (LPP) IPMI KUSUMA BANGSA SURAKARTA DEPARTMENT OF OFFICE ADMINISTRATION

Oleh

Dilla Octavianingrum, Muhammad Akhyar, Leo Agung S. * Magister of Educational Technology

Post-graduate of Teacher Training and Education Faculty Universitas Sebelas Maret, Surakarta

[email protected]

This purpose of the research are (1) describing the implementation of learning

to manage conference/ meeting audio-visual media. (2) founding procedure of

development audio visual media Sparkol videoscribe in learning of manage

conference/ meeting. (3) founding audio visual media Sparkol videoscribe in

learning of manage conference/ meeting (4) founding the effectiveness of audio-

visual media Sparkol Videoscribe on subject instuctional Manage Conference/

Meeting in LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta Department of Office

Administration.

This study was a research and development (Research and Development). The

preparation of the data for the media that was developed utilizing software Sparkol

Videoscribe with the help of editing using Windows Movie Makker software.

In the test phase, audio-visual media in the trial through validity by experts and

tested by students. The instrument used in this study was a questionnaire and tests.

Interviews and observations were analyzed with descriptive qualitative, whereas the

questionnaire and analyzed by descriptive quantitative tests.

The results show that: (1) learning process before developed audio visual

media, teacher center learning. (2) development of this media use Hannafin and

Peck Model, the phases of this model include requirements analysis phase, design

phase and phase of development and implementation (3) development of media

have suitable and qualify to used as instructional media. (4) effectiveness is find

that t count> t table = (6.37> 1.75), then H0 is rejected, it means that the two groups

have different learning achievement scores. Posttest results between the

experimental class (using the media developed) with the control class (do not use

the media that was developed) showed that the average value obtained by the

experimental class is 88.00, the average value was higher than the control class 74,

93. The conclusion from this research is the development of audio-visual media

Sparkol Videoscribe considered effective in improving student learning outcomes.

Keywords: Development, Audio Visual Media, Public Relations and Protocol

Managing Conference / Meeting, Office Administration

Page 3: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas itulah yang akan membangun suatu negara sehingga dapat meningkatkan kualitas suatu bangsa.

Pendidikan pertama kali yang didapatkan pada lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), selanjutnya adalah lingkungan sekolah (Pendidikan Formal) dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal) yang sering tidak kita sadari bahwa lingkungan ini banyak merubah tingkah laku kita. Dalam kaitannya dengan pendidikan formal, terdapat berbagai macam pendidikan antara lain adalah pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan perguruan tinggi.

Pendidikan perguruan tinggi memiliki beberapa jenjang antara lain Diploma 1-4 dan Strata 1-3. Pendidikan diploma dibentuk untuk mengembangkan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja. Dalam kaitannya dengan pendidikan tersebut setiap jenjang memiliki tujuan yang berbeda-beda, pendidikan diploma lebih memfokuskan pendidikan praktik keterampilan dibandingkan dengan teori sedangkan pendidikan strata lebih memfokuskan teori yang dipelajari.

Pendidikan jenjang D1, selama satu tahun (dua semester) mahasiswa dituntut untuk ahli dalam bidang praktik sehingga mudah dalam memasuki dunia kerja langsung karena sudah terbisa melakukan praktik di sekolah tersebut. Departemen Pendidikan Nasional melakukan peningkatan mutu sumber daya manusia dengan melaksanakan pembangunan pendidikan, dengan menetapkan arah melalui Rencana Strategis 2005–2009 yang salah satu pilar kebijakannya yaitu perluasan akses untuk memperoleh pendidikan pada

semua jenis dan jenjang pendidikan termasuk diploma. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan sumber daya manusia yang siap kerja, cerdas dan kompetitif yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan, jurusan administrasi perkantoran memerlukan media pembelajaran audio visual dalam mata kuliah administrasi humas dan keprotokolan pada materi mengelola pertemuan/ rapat. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dan konsentrasi mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada materi pertemuan/ rapat. Selain itu, hasil observasi yang dilakukan di Lembaga Pendidikan Profesi (LPP) IPMI Kusuma Bangsa Surakarta menunjukkan bahwa nilai Ujian Tengah Semester terdapat 12 mahasiswa (40%) dari 30 mahasiswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan. Selain itu, penggunaan media pembelajaran yang masih terbatas pada modul dan power point menyebabkan mahasiswa kurang aktif. Kurang aktifnya mahasiswa ini dikarenakan modul dan power point tidak mampu menampilkan gambar tiga dimensi yang dapat memperjelas sebuah kegiatan pertemuan/ rapat. Dari hasil observasi tersebut maka dibutuhkan media pembelajaran berupa video.

Disamping itu berdasarkan hasil wawancara dengan dosen, terungkap bahwa dosen membutuhkan media audio visual mengelola pertemuan/ rapat yang dapat memudahkan mahasiswa dalam memahami dan mengaplikasikan apa yang diperolehnya dalam pembelajaran. Mengingat pentingnya media pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, maka perlu kiranya dilakukan pengembangan media audio visual dalam pembelajaran mengelola

Page 4: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pertemuan/ rapat di Lembaga Pendidikan Profesi IPMI Kusuma Bangsa Surakarta jurusan Administrasi Perkantoran.Peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini berdasarkan uraian masalah, tujuan, dan analisis kebutuhan di atas.

Asumsi dari penelitian pengembangan yang dilaksanakan di perguruan tinggi jenjang D1 khususnya dalam hal ini pada jurusan administrasi perkantoran ini, antara lain: (1) Di dalam struktur kurikulum perguruan tinggi D1 jurusan administrasi perkantoran materi mengelola pertemuan/ rapat wajib di tempuh oleh setiap mahasiswa sebagai mata kuliah keilmuan dan ketrampilan. Diasumsikan tercapainya tujuan mata kuliah ini akan sangat menunjang kompetensi lulusan. (2) Tersedianya bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa akan memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. (3) Dengan digunakannya media video audio visual yang dirancang (by design) sebagai bagian integral dalam pembelajaran pada pokok bahasan bahasa visual mata kuliah pengembangan media video, sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas dan daya tarik pembelajaran (strategi penyampaian isi pembelajaran dengan media yang bervariasi).

Selain asumsi di atas, terdapat pula keterbatasan pengembangan video pembelajaran Sparkol videoscribe ini antara lain: (1) Tidak semua jenis materi dalam Jurusan Administrasi Perkantoran dapat disusun dan dibuatkan video pembelajaran. (2) Pengembangan ini hanya dilakukan di satu tempat yaitu LPP IPMI Kusuma Bangsa jurusan administrasi perkantoran. (3) Pengembangan ini hanya menghasilkan satu model media video pembelajaran pada materi mengelola pertemuan/ rapat. (4) Memerlukan perencanaan yang matang dan waktu yang lama dalam memodifikasi media.

Berdasarkan batasan masalah yang telah diungkapkan serta untuk memotivasi dan membantu siswa dalam memahami materi mengelola pertemuan/ rapat berjudul “Pengembangan Media Audio Visual Sparkol Videoscribe dalam Pembelajaran Mengelola Pertemuan/ Rapat di Lembaga Pendidikan Profesi (LPP) IPMI Kusuma Bangsa Surakarta jurusan Administrasi Perkantoran.”

Penelitian seperti ini akan lebih memfokuskan tujuan untuk mengembangkan, menghasilkan, dan memvalidasi produk yang layak digunakan dan relevan dengan kebutuhan media pembelajaran di LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan Hannafin and Peck. Pemilihan model pengembangan Hannafin dan Peck ini di dasari atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis. Model ini berorientasi produk pembelajaran, biasanya produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran, seperti video pembelajaran, media audio visual pembelajaran, multimedia pembelajaran atau modul. Di samping itu penyajian desain model pembelajaran Hannafin dan Peck dilakukan secara sederhana, sehingga tidak memakan waktu lama.

KAJIAN TEORI

Menurut Oemar Hamalik (2003:54) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran dapat dikatakan suatu proses untuk mencapai tujuan dari apa yang ingin dicapai. Pembelajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan terdapat komponen-komponen dimana masing-masing komponen pembelajaran tersebut, tidak bersifat terpisah tetapi harus berjalan secara

Page 5: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

teratur, saling tergantung, komplementer dan berkesinambungan, sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar yang memiliki aspek penting yaitu bagaimana mahasiswa dapat aktif mempelajari materi pelajaran yang disajikan sehingga dapat dikuasai dengan baik.

Konsep pembelajaran menurut Corey dalam Sagala (2011:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan, sebab berhasil tidaknya pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar seseorang terjadi setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Sedangkan mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik disekolah. Belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses pengaturan yang dilakukaan oleh guru. Dengan demikiaan proses belajar mengajar dan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk membuat peserta didik aktif dalam rangka mencapai tujuan peningkatan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa.

Yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah komponen pembelajaran menurut pendapat Soetomo (2003:11) komponen-kompoen pembelajaraan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Tujuan pembelajaran (2) Bahan/ Materi Pembelajaran (3) Metode (4) Media Pembelajaran (5) Tenaga

Pendidik (guru) (6) Evaluasi pembelajaran.

Media diartikan oleh Heinich, dalam Daryanto (2010: 4) sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Peneliti sependapat dengan uraian pendapat di atas karena memang media digunakan sebagai pengantar terjadinya komunikasi. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan. (Association of Education and Communication Technology/AECT) membatasi pengertian media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan informasi (Sadiman, Raharjo, Haryono, & Raharjito, 2011: 6). Dengan kata lain, media dapat diartikan sebagai segala hal yang dapat menyalurkan atau mengantarkan informasi dari pengirim menuju penerima.

Pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2013:3). Peneliti sependapat bahwa media pembelajaran merupakan alat atau perantara yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran. Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan dapat efektif, setiap guru harus dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikn/pengajaran.

Media yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran audio visual. Pengertian media pembelajaran audio visual terbagi menjadi dua yaitu media pembelajran dan media audio visual. Menurut Sadiman (2004:6) mengenai media pembelajaran yaitu bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat

Page 6: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Pernyataan diatas mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Audio visual adalah media pembelajaran modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar. Media audio visual diartikan sebagai media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Kegunaan atau manfaat media pembelajaran audio visual dalam pembelajaran adalah bahwa dengan adanya media ini guru dan siswa terbantu dalam proses pembelajaran. Dengan adanya media ini guru dimudahkan dalam penyampaian informasi kepada siswa dan siswa dimudahkan dalam memahami maupun mengelaborasi konsep yang diberikan guru. Adanya unsur audio dan visual inilah yang mendukung terciptanya tujuan pembelajaran tersebut.

Model Hannafin dan Peck terdiri dari tiga fase yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Supriatna & Mulyadi, 2009).

Video scribe merupakan nama lain dari Whiteboard animation video dikenal dengan banyak nama lain, seperti 'sketch videos', 'doodle videos', 'video scribing' atau 'explainer videos', meskipun begitu, orang lebih nyaman menyebutnya whiteboard animation (animasi papan tulis). Whiteboard animation (animasi

papan tulis) adalah di mana seorang seniman membuat sketsa gambar dan teks di atas papan tulis, atau mungkin kertas atau kanvas, untuk menggambarkan sebuah skrip tertentu atau narasi. Sang seniman kemudian merekam sendiri pekerjaannya dari awal hingga akhir.

Hasil dari rekaman pekerjaan kemudian diedit dan dipercepat sehingga gambar dan teks dapat bertepatan dengan apa yang dikatakan dalam narasi yang telah ditentukan. Pada intinya, animasi papan tulis lebih tepat digambarkan sebagai 'time-lapse' atau 'stop-motion' video, karena, meskipun disebut whiteboard animation (animasi papan tulis) penggunaan animasi dalam video tersebut jarang ditampilkan.

METODE Penelitian ini adalah

penelitian pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan dalam bahasa inggris disebut Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji keefektifan produk yang dikembangkan.

Fase pertama yaitu analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan objektif tidaknya media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Wawancara dilakukan dengan guru diklat Humas dan Keprotokolan untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (Supriatna & Mulyadi, 2009) menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.

Fase kedua adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi

Page 7: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Pada fase desain, dilakukan penilaian terhadap naskah media audio visual yang nantinya akan dikembangkan menjadi media audio visual. Hannafin dan Peck (Supriatna & Mulyadi, 2009) menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen storyboard yang mengikuti urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis kebutuhan. Penilaian terhadap naskah media audio visual dilakukan oleh ahli isi pembelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi. Fase terakhir dari model ini adalah fase pengembangan dan implementasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif sehingga ada dua macam teknik analisis data yang dilakukan, yaitu teknik analisis data analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Sebelum dianalisis, dilakukan proses kuantifikasi data dari kuesioner selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk data hasil wawancara, dan dokumentasi dianalisis dengan analisis kualitatif.

Analisis yang juga dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif dari hasil angket kemudian diubah menjadi data kualitatif menggunakan skala lima,

yaitu penskoran dari angka satu sampai dengan lima. Pedoman mengkonversi skor ke nilai standar berskala lima beserta pedoman mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Konversi data kuantitatif ke dalam data kualitatif

Interval Skor

Nilai Kategori

X > 4.21 5 Sangat baik

3.40 < X ≤ 4.21

4 Baik

2.60 < X ≤ 3.40

3 Cukup

1.79 < X ≤ 2.60

2 Kurang

X ≤ 1.79 1 Sangat kurang

(Sumber: Sudijono, 2007:329)

Dalam pengembangan ditetapkan nilai kelayakan produk minimal “Baik”, sebagai hasil penilaian baik dari ahli materi, ahli media, maupun siswa. Jika hasil akhir keseluruhan aspek dengan nilai minimal “Baik”, maka produk hasil pengembangan tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai media atau sumber belajar.

Adapula teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut:

Keterangan: Σ = jumlah n = jumlah seluruh item angket Selanjutnya, untuk

menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus: Presentase = (F : N)

Page 8: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Keterangan:

F = jumlah persentase keseluruhan subyek; N = banyak subjek

Data kuantitatif dari hasil angket kemudian diubah menjadi data kualitatif menggunakan skala lima, yaitu penskoran dari angka satu sampai dengan lima. Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review dan uji coba produk sebagai berikut: Tabel 3.5. Konversi Tingkat Pencapaian dengan skala 5 Tingkat Pencapaian Kualifikasi 90 % – 100 % Sangat baik 75 % – 89 % Baik 65 % – 74 % Cukup 55 % – 64 % Kurang 0 % – 54 % Sangat kurang

Dalam pengembangan ditetapkan nilai kelayakan produk minimal “Baik”, sebagai hasil penilaian baik dari ahli materi, ahli media, maupun siswa. Jika hasil akhir keseluruhan aspek dengan nilai minimal “Baik”, maka produk hasil pengembangan tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai media atau sumber belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan media audio visual Sparkol Videoscribe dilakukan dengan model pembelajaran secara kelompok. Proses pembelajaran dilakukan dalam ruang kelas yang tersedia laptop, LCD dan sound. (a) Produksi Media, Tahap produksi ini adalah mengubah naskah dan storyboard menjadi sebuah media yang berisi teks, suara, gambar, dan animasi. Dalam hal ini program adalah sebuah produk media audio visual Sparkol videoscribe. Sebelum dilakukannya penerapan langsung dalam pembelajaran, program media audio visual ini di cek dan di validasi terlebih dahulu.

Pembuatan di mulai dengan pengambilan gambar untuk video yang diperlukan dalam materi pembelajaran, dalam pembuatan

video ini diperlukan tokoh dan setting ruangan yang sesuai selanjutnya dilakukan penyusunan materi yang sesuai dengan video tersebut menggunakan software utama yaitu Sparkol Videoscribe. Penyusunan materi melalui software ini terdiri dari gambar, tulisan, dan musik untuk menanggulangi kejenuhan mahasiswa. Setelah media audio visual Sparkol Videoscibe jadi disinkronkan dengan video audio visual tentang materi yang akan disampaikan dan digabungkan menggunakan software pendukung yaitu Movie Maker. Pada tahap ini pula dilakukan editing dan koreksi terhadap media audio visual Sparkol Videoscribe. Tampilan Materi Teori

Gambar 1. Tampilan judul mengelola pertemuan/ rapat

Gambar 2. Tampilan materi dalam mempersiapkan pertemuan/ rapat

Page 9: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tampilan Materi Praktek

Gambar 3. Tampilan materi praktek mempersilakan duduk pejabat

Gambar 4. Tampilan materi notula rapat (c) Pasca Produksi, Tahap ini merupakan tahap yang menyatakan bahwa media audio visual Sparkol videoscribe telah selesai, kemudian dilakukan konsultasi dengan ahli materi dan ahli media beserta dengan penilaian dan masukan-masukan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan konsep dasar tersebut. Setelah konsultasi kemudian dilakukan revisi. Setelah revisi dilakukan maka dilanjutkan dengan uji coba mahasiswa. Hasil validasi ahli melihat dan mengamati media audio visual Sparkol videoscribe untuk materi mengelola pertemuan/ rapat diperoleh hasil validasi sebagai berikut:

Gambar 5 Diagram Hasil Validasi Ahli Materi

Berdasarkan hasil angket validasi ahli materi di atas diperoleh rata-rata 4,5 untuk aspek pendidikan. Sedangkan untuk aspek ketepatan materi diperoleh rata-rata 4,4. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa hasil validasi ahli materi memiliki rata-rata 4,45 yang berarti sangat baik, dapat dikatakan juga bahwa konten materi pembelajaran media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat sangat baik. Validasi ahli materi meliputi aspek pengoperasian media, tampilan media, dan keefektifan media. Setelah melihat dan mencoba media audio visual Sparkol videoscribe untuk materi mengelola pertemuan/ rapat diperoleh hasil:

Gambar 6 Diagram Hasil Validasi Ahli Materi Berdasarkan data di atas dapat diartikan bahwa pengkaji media menyebutkan bahwa dari aspek pengoperasian media pembelajaran Sparkol Videoscribe memiliki rata-rata sangat baik dengan 4,7. Dari aspek tampilan media dengan 4,2 berkategori baik. Sedangkan aspek ketiga mengenai

3.84

4.24.44.64.8

5

AhliMateri 1

AhliMateri 2

Pendidikan

KetepatanMateri

0

2

4

6

Ahli Media1

Ahli Media2

Pengoperasian Media

TampilanMedia

KeefektifanMedia

Page 10: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kefektifan media dinyatakan baik dengan 4,1. Kesimpulan dari data di atas bahwa media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat dikatakan sangat baik dengan rata-rata 4,3 sehingga media audio visual dalam pembelajaran Sparkol videoscribe dinyatakan layak untuk dapat diterapkan dalam proses pembalajaran. Dalam uji coba one to one menyatakan media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat aspek hasil media memiliki katagori baik dengan 80% dan aspek keefektifan media memiliki katagori sangat baik dengan 94%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media audio visual pada produk yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran mata kuliah humas dan keprotokolan materi mengelola pertemuan/ rapat. Melalui uji coba small group menyebutkan bahwa media audio visual Sparkol videoscribe materi mengelola pertemuan/ rapat aspek hasil media memiliki kategori sangat baik dengan 83%, aspek keefektifan media dengan 91% berkategori sangat baik. Kesimpulan dari data di atas menunjukkan bahwa media audio visual Sparkol Videoscribe materi mengelola pertemuan/ rapat dikatakan baik dari aspek hasil media dan keefektifan media sehingga media audio visual Sparkol videoscribe sudah dinyatakan layak untuk dapat diterapkan dalam proses pembalajaran. Hasil uji coba lapangan (field test)

No. Variabel Persentase Ket

1. Hasil

Media

78% Baik

2. Keefektifan

Media

96% Sangat

Baik

Berdasarkan tabel perhittungan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek hasil media mendapatkan presentase 78% dalam katagori baik. Aspek keefektifan media dengan presentase 96% dengan katagori sangat baik. Jadi rata-rata uji kelayakan oleh mahasiswa dapat dikatakan layak yaitu 87 % dalam kategori Baik. Oleh karena itu media audio visual Sparkol Videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat membantu mahasiswa dalam belajar baik dalam pembelajaran di kelas maupun untuk belajar secara mandiri oleh siswa.

Penilaian kelayakan media audio visual Sparkol Videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat jurusan administrasi perkantoran menurut penilaian ahli materi termasuk pada katagori baik atau layak digunakan. Sedangkan hasil penilaian ahli media termasuk dalam katagori sangat baik atau sangat layak digunakan, di samping itu uji coba pada siswa termasuk dalam katagori sangat baik atau layak digunakan.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai rata-rata posttest kelas kontrol yang tidak menggunakan media audio visual Sparkol Videoscribe dalam pembelajaran melainkan hanya menggunakan metode ceramah dan media sederhana memiliki rata-rata 74,93, sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan media audio visual Sparkol videoscribe memiliki rata-rata 88,00. Hasil uji-t posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4. Kenaikan Presentase Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil Mean Mean

defer

en

Kenaika

n

Presenta

se

Kontrol

Eksperim

en

74.93

88.00

13.07 14.85%

Page 11: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Keefektifan program media audio visual Sparkol videoscribe ini diketahui dari tabel di atas bahwa selisih rata-rata posttest sebesar 13,07. Dari selisih tersebut dapat diketahui kenaikan presentase sebesar 46,7%. Hal ini mempunyai arti bahwa hasil belajar dengan menggunakan media audio visual yang dikembangkan mempunyai keefektifan 46,7%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media audio visual Sparkol Vdeoscribe dalam uji coba lapangan sudah memenuhi kategori sangat baik dan layak digunakan dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat di LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta jurusan administrasi perkantoran.

Hasil penelitian pengembangan ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hee Jun Choi and Scott D. Johnson (2005) dalam jurnal The Effect of Context-Based Video Instruction on Learning and Motivation in Online Courses yang menunjukkan bahwa video pembelajaran dapat meningkatkan memori daripada pembelajaran menggunakan teks.

Media audio visual yang dihasilkan sesuai dengan pendapat Arsyad (2013:3) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan membawa pesan-pesan atau informasi visual atau verbal.

Penelitian ini digunakan untuk mahasiswa D1 yang memfokuskan pembelajaran dalam bentuk praktek. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Guohua Pan, dkk (2012) tentang Instructor-Made Videos as a Learner Scaffolding Tool menunjukkan bahwa video pembelajaran dapat meningkatkan memori daripada pembelajaran menggunakan teks. Hal ini terbukti bahwa kelas eksperimen yang menggunakan media audio visual dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya berpusat pada guru (menggunakan powerpoin teks

sederhana) memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi.

KESIMPULAN, IMPILKASI, SARAN

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil observasi bahwa pelaksanaan pembelajaran mengelola pertemuan/rapat di Lembaga Pendidikan Profesi (LPP) IPMI Kusuma Bangsa Surakarta Jurusan Administrasi Perkantoran sebelum menggunakan media audio visual Sparkol videoscribe, dosen mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat di dalam kelas Hasil belajar mahasiswa pada materi pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat dapat dikatakn rendah. Belum terdapat media pembelajarannya yang menunjang materi pembelajaran tersebut. Mahasiswa merasa jenuh karena dosen mengajar dengan menerangkan materi dengan ceramah dan powerpoint yang monoton, sehingga materi tidak dapat diterima dengan baik. Selain itu dosen juga kesulitan membuat media pembelajaran guna memberikan contoh visual kepada mahasiswa, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu. (2) Pengembangan media audio visual Sparkol Videoscribe menggunakan metode penelitian pengembangan (development) dengan model pengembangan Hannafin and Peck yang memiliki 3 tahapan. Tahapan model tersebut diawali dengan melakukan analisis kebutuhan yang meliputi analisis berupa anilisis pengguna, analisis materi/kurikulum, analisis media, analisis sarana melalui pengamatan serta wawancara dengan dosen dan mahamahasiswa. Setelah melakukan analisis, materi yang akan untuk pengembangan media yaitu mengelola pertemuan/ rapat. Materi yang ditentukan tadi dibuat

Page 12: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

rancangan program dengan merancang peta kompetensi, peta materi, GBIM (Garis Besar Isi Media), dan naskah media audio visual Sparkol videoscribe berdasarkan masukan dari ahli materi dan ahli media. Proses selanjutnya masuk kedalam proses produksi mengembangkan atau membuat media audio visual dengan menggunakan software Sparkol videoscribe. Media audio visual Sparkol videoscribe yang sudah jadi tersebut kemudian di uji oleh ahli media dan ahli materi untuk mengetahui kelayakan media melalui angket. Setelah dinyatakan layak, media audio visual Sparkol videoscribe diterapkan dalam pembelajaran. Media audio visual Sparkol videoscribe yang sudah jadi dicopykan pada komputer/laptop, kemudian dilakukan uji coba produk pada kelas lain. Setelah selesai melakukan uji coba produk, peneliti mengujikan pada kelas eksperimen untuk dipraktikkan dalam proses pembelajaran dengan metode clasikal learning. Setelah diterapan dalam pembelajaran diperoleh keefektifan dari media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat dengan membandingkan hasil belajar pretest dan postest. Selain diuji keefektifan produk berdasar hasil belajar, peneliti juga memperkuat hasil peneltian dengan mendeskripsikan hasil observasi pada saat pembelajaran menggunakan media audio visual Sparkol videoscribe, sehingga keefektifan dari pengembangan media audio visual Sparkol videoscribe tersebut akan lebih valid. (3) Penelitian pengembangan ini menghasilkan media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/rapat di LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta Jurusan Administrasi Perkantoran yang diawali dengan penjabaran tentang teori tentang sebuah pertemuan/ rapat kemudian diberikan visual tentang tata ruang rapat yang

dilanjutkan dengan video tentang bagaimana memandu sebuah pertemuan/ rapat. Media ini ditutup dengan latihan soal tentang mengelola pertemuan/ rapat. Media audio visual ini menggabungkan unsur tulisan, gambar, suara dan video yang dikemas dalam bentuk CD. (4) Media audio visual Sparkol videoscribe yang dikembangakan sudah dikatakan layak digunakan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil analisis angket dari ahli materi, ahli media dan mahamahasiswa yaitu: (a) Ahli materi menilai sangat baik dengan rata-rata 4,4 (sangat baik). (b) Ahli media menilai sangat baik dengan presentasi 4,3 (sangat baik). (c) Mahasiswa IPMI Kusuma Bangsa menilai sangat baik dengan presentase 87%. (5) Keefektifan program media audio visual Sparkol videoscribe ini diketahui dari nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen yang menggunakan media audio visual Sparkol videoscribe yaitu 88,00 sedangkan kelas kontrol yang tidak menggunakan media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran melainkan hanya menggunakan metode ceramah memiliki rata-rata 74,93. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media audio visual Sparkol videoscribe dalam uji coba lapangan sudah memenuhi kategori sangat baik dan layak digunakan dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat di LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta jurusan administrasi perkantoran

Secara teoritis, implikasi dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa mata kuliah humas dan keprotokolan, diperlukan proses pengembangan media yang menarik untuk proses pembelajaran. Salah satu media tersebut adalah media audio visual Sparkol videoscribe. (2) Media audio visual Sparkol videoscribe dengan bantuan movie maker tepat digunakan sebagai media pembelajaran karena

Page 13: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mengintegrasikan materi berupa teks, audio, dan visual. Sedangkan secara praktis, implikasi dari penelitian ini adalah: (1) Dosen hendaknya menciptakan sendiri media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran karena lebih mengetahui kebutuhan siswa terkait materi yang akan diajarkan. (2) Penggunakan media audio visual Sparkol videoscribe menuntut dosen untuk lebih efektif dalam menciptakan media audio visual alternatif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian tersebut, maka peneliti dapat memberi saran sebagai berikut: (1) Kepada Pengelola LPP IPMI Kusuma Bangsa Surakarta . (a) Perlunya penggunaan media audio visual Sparkol videoscribe dalam proses pembelajaran sebagai alternatif media pembelajaran untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar seperti kurangnya perhatian mahasiswa dalam belajar, mahasiswa kurang semangat dalam mengikuti pelajaran, materi pelajaran yang abstrak, ketakutan mahasiswa pada mata pelajaran tersebut sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar, tujuan pembelajaran tercapai dan mahasiswa memahami pelajaran dengan baik. (b) Perlunya penyempurnaan lagi agar hasil media audio visual Sparkol videoscibe dikemudian hari lebih layak dimanfaatkan untuk meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran selanjutnya perlu diujicobakan lebih luas lagi dengan menjangkau beberapa sekolah dan melibatkan mahasiswa dalam jumlah lebih besar agar fungsinya sebagai media pembelajaran lebih valid dan terealisasi. (2) Kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Humas dan Keprotokolan. (a) Setelah dikembangkan, maka media audio visual Sparkol videoscribe ini perlu diuji lebih lanjut untuk mengetahui apakah media audio visual Sparkol videoscribe ini dapat dikembangkan untuk materi dan mata pelajaran

yang lain atau tidak. (b) Media audio visual Sparkol videoscribe dalam pembelajaran mengelola pertemuan/ rapat dapat dikembangkan lebih lanjut diproduksi lagi untuk materi yang lain agar menjadi satu paket video pembelajaran yang bisa dikomersilkan. (c) Dosen hendaknya membekali dirinya lebih baik lagi dalam memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran agar suasana belajar lebih menyenangkan tanpa mengurangi esensi dari materi pelajaran yang sedang disampaikan. (3) Kepada Mahasiswa. (a) Sebaiknya pemanfaatan media audio visual ini digunakan kapan saja dan dimana saja untuk menambah pengetahuan tentang materi yang dikembangkan. (b) Sebaiknya setelah memanfaatkan media audio visual yang dikembangkan, mahasiswa juga mempraktekkan materi tersebut. (4) Kepada Pengembang Media Pembelajaran. (a) Penelitian ini terbatas pada satu tempat sehingga perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel yang lebih luas. (b) Media yang dikembangkan belum mencakup keseluruhan standar kompetensi yang harus dicapai siswa dalam satu semester, sehingga perlu pengembangan untuk pokok bahasan lain. DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Evalusi

Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Anitah, Sri. 2011. Media

Pembelajaran. Surakarta: UNS

Press.

Arends, Richard I. 2008. Learning to

Teach Belajar untuk Mengajar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arsyad, Azhar. 2007. Media

Pembelajaran. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Page 14: PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL SPARKOL VIDEOSCRIBE …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Agung, A. A. Gede. 2010. Evalusi Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Choi Hee Jun, dkk. 2005. The Effect of

Context-Based Video

Instruction on Learning and

Motivation in Online Courses.

The American Journal of

Distance Education. Lawrence

Erlbaum Associates, Inc.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.

Yogyakarta: Gava Media.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sadiman, Arif S, dkk. 2003. Media

Pendidikan: Pengertian,

Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: CV.

Rajawali.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan

Makna Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta. Tegeh, I Made & I Made Kirna.

2010.Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Pan Guohua, dkk. 2012. Instructor-

Made Videos as a Learner Scaffolding Tool. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching. USA