PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

12
Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 110 99 PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI LOKASI WISATA Urang Cave Karst Environmental Development as Tourism Area Srijono 1 dan Nisa Nadia 2 1) Laboratorium Geologi Dinamik, Jur. T. Geologi Fakultas Teknik UGM 2) Sarjana Teknik Geologi bekerja di PT Aneka Tambang, Tbk. Email: [email protected] ABSTRACT This study aims to do zoning district Urang Cave as tourist sites. The research method is using contour maps as a base map of Urang Cave karst environment geomorphological mapping. Each development zone is analyzed its geophysical environmental element, then set scoring and value summation. For comprehensive environmental element analysis, chemical analysis of rocks, and water-soil chemistry. In reference to Minister of Energy Mineral Resource decrees No. 1456/K/20/MEM/2000, Urang Cave zoning defined into 3 (three) zone, as follow: the Protected Zone, Cultivation Zone 1, and Cultivation Zone 2. Protected Zone, consists of Urang Cave tunnel/hallway with a unique spheleothem in it. This zone as a cave tracking site tourism, potential to produce karst water as a decent drinking water while maintaining hardness. Cultivation Zone 1 is spreading about 200 m in distance from outer appearance of spring around the cave hallway. In this zone mining of cave sediments may be done in the inactive form caves, without changing the state of the existing major exokarst morphology. Cultivation Zone 2, an outer zone, located farthest from the tunnel/hallway Urang Cave. Utilization of this zone as a limestone mining quarry, although only on a small scale. Keywords: karst environment, Urang Cave, tourism ABSTRAK Penelitian ini bertujuan melakukan zonasi kawasan Gua Urang sebagai lokasi wisata. Metode penelitian menggunakan peta kontur sebagai peta dasar pemetaan geomorfologi lingkungan kars Gua Urang. Setiap zona pengembangan dianalisis unsur lingkungan geofisik, selanjutnya ditetapkan pengharkatan dan penjumlahan nilainya. Untuk kelengkapan analisis unsur lingkungan, dilakukan analisis kimia batuan, dan kimia air-tanah. Dengan mengacu KepMen ESDM No. 1456/2000, zonasi Gua Urang ditetapkan menjadi tiga, yaitu zona lindung, zona budidaya 1, dan zona budidaya 2. Zona lindung, terdiri dari lorong Gua Urang dengan di dalamnya terbentuk speleotem yang unik. Zona ini sebagai lokasi wisata penelusuran gua, potensial menghasilkan air kars yang layak sebagai air baku dengan tetap memperhatikan kesadahannya. Zona budidaya 1, terhampar mulai jarak 200 m sebelah luar pemunculan mata-air di sekitar lorong gua. Pada zona ini boleh dilakukan penambangan sedimen gua pada bagian gua yang sudah tidak aktif terbentuk, dengan tanpa merubah keadaan morfologi eksokars mayor yang ada. Zona budidaya 2, merupakan zona terluar, berada paling jauh dari lorong Gua Urang. Pemanfaatan zona ini dapat sebagai kuari penambangan batugamping, meskipun hanya skala kecil. Kata kunci: lingkungan kars, Gua Urang, wisata

Transcript of PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Page 1: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 11099

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANGSEBAGAI LOKASI WISATA

Urang Cave Karst Environmental Development as Tourism Area

Srijono1 dan Nisa Nadia2

1) Laboratorium Geologi Dinamik, Jur. T. GeologiFakultas Teknik UGM

2) Sarjana Teknik Geologi bekerja di PT Aneka Tambang, Tbk.Email: [email protected]

ABSTRACTThis study aims to do zoning district Urang Cave as tourist sites. The research method is using contour mapsas a base map of Urang Cave karst environment geomorphological mapping. Each development zone isanalyzed its geophysical environmental element, then set scoring and value summation. For comprehensiveenvironmental element analysis, chemical analysis of rocks, and water-soil chemistry. In reference toMinister of Energy Mineral Resource decrees No. 1456/K/20/MEM/2000, Urang Cave zoningdefined into 3 (three) zone, as follow: the Protected Zone, Cultivation Zone 1, and Cultivation Zone 2.Protected Zone, consists of Urang Cave tunnel/hallway with a unique spheleothem in it. This zone as acave tracking site tourism, potential to produce karst water as a decent drinking water while maintaininghardness. Cultivation Zone 1 is spreading about 200 m in distance from outer appearance of springaround the cave hallway. In this zone mining of cave sediments may be done in the inactive form caves,without changing the state of the existing major exokarst morphology. Cultivation Zone 2, an outerzone, located farthest from the tunnel/hallway Urang Cave. Utilization of this zone as a limestonemining quarry, although only on a small scale.

Keywords: karst environment, Urang Cave, tourism

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan melakukan zonasi kawasan Gua Urang sebagai lokasi wisata. Metode penelitianmenggunakan peta kontur sebagai peta dasar pemetaan geomorfologi lingkungan kars Gua Urang.Setiap zona pengembangan dianalisis unsur lingkungan geofisik, selanjutnya ditetapkan pengharkatandan penjumlahan nilainya. Untuk kelengkapan analisis unsur lingkungan, dilakukan analisis kimiabatuan, dan kimia air-tanah. Dengan mengacu KepMen ESDM No. 1456/2000, zonasi Gua Urangditetapkan menjadi tiga, yaitu zona lindung, zona budidaya 1, dan zona budidaya 2. Zona lindung,terdiri dari lorong Gua Urang dengan di dalamnya terbentuk speleotem yang unik. Zona ini sebagailokasi wisata penelusuran gua, potensial menghasilkan air kars yang layak sebagai air baku dengantetap memperhatikan kesadahannya. Zona budidaya 1, terhampar mulai jarak 200 m sebelah luarpemunculan mata-air di sekitar lorong gua. Pada zona ini boleh dilakukan penambangan sedimen guapada bagian gua yang sudah tidak aktif terbentuk, dengan tanpa merubah keadaan morfologi eksokarsmayor yang ada. Zona budidaya 2, merupakan zona terluar, berada paling jauh dari lorong Gua Urang.Pemanfaatan zona ini dapat sebagai kuari penambangan batugamping, meskipun hanya skala kecil.

Kata kunci: lingkungan kars, Gua Urang, wisata

Page 2: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

100Pengembangan Lingkungan Kars ... (Srijono dan Nadia)

PENDAHULUAN

Lingkungan Kars merupakan geosistemhasil pelarutan air alami terhadap batu-gamping. Proses tersebut dikenal sebagaikarstifikasi, menghasilkan topografi yangkhas baik di atas permukaan tanah maupunbawah tanah. Salah satu topografi karsbawah tanah adalah gua.

Gua terbentuk di lingkungan Kars Sukolilowilayah Kabupaten Grobogan dan Pati,Provinsi Jawa Tengah. Pelamparan karstersebut di bagian utara Kabupaten Grobogan.Secara geologi Kars Sukolilo termasukmendala Perbukitan Rembang, terbentukoleh batugamping Formasi Bulu. Salah satupembentukan adalah Gua Urang. Gua inimerupakan gua horizontal, dan memilikisistem sungai bawah tanah yang masihaktif. Luasan Gua Urang dan sekitar lebihkurang empat kilometer persegi, terletak 10km di sebelah utara kota-kabupatenPurwodadi atau 9 km di sebelah selatanPati (Gambar 1), tercakup dalam wilayahadministrasi Kabupaten Grobogan diselatan, dan Kabupaten Pati di sebelahutara. Lokasi penelitian ini dapat dicapaidengan kendaraan bermotor selama empatjam dari Yogyakarta.

Usaha meningkatkan pendapatan aslidaerah (PAD) antara lain melalui pengem-bangan wisata, baik secara jumlah lokasinyamaupun keanekaragaman jenis wisata. GuaUrang melalui usaha pengembangannyadapat memenuhi harapan PemerintahDaerah Kabupaten Grobogan sebagailokasi wisata yang mampu memberikonstribusi meningkatkan PAD.

Geologi Regional

Pada fisiografi Pulau Jawa (Van Bemmelen,1949), daerah penelitian Gua Urang termasukbagian Zona Rembang. Zona ini merupa-

kan perbukitan memanjang berarah barat– timur sesuai dengan arah struktur geologi.Struktur geologi regional daerah ini dikenalsebagai antiklinorium Rembang. Tektonikpembentuk antiklinorium terjadi pada kalaPliosen-Pleistosen, berasosiasi dengansistem sesar mendatar sinistral berarahtimurlaut-baratdaya. Antiklinorium ini ter-bentuk oleh formasi batuan berumurMiosen Awal (Pringgoprawiro, 1983),sedangkan Gua Urang terbentuk olehbatugamping anggota Formasi Bulu,dengan ketebalan 248 m. Formasi Bulutersusun oleh batugamping berlapis tipis,berbentuk pelat, ketebalan 10-33 cm, danke arah atas ketebalan berangsur menjadi20-50 cm. Di bagian tengah ada temuansisipan napal dengan tebal 1-5 m. Fosilpenciri formasi ini terdiri dari foraminiferabesar Cycloclypeus annulatus, Cycloclypeusindopacificus, Lepidocyclina angulosa, Lepido-cyclina sumatrensis, Lepidocyclina ssp., dan fora-minifera planktonik yang menunjukkanumur Miosen Tengah (Nl3), diendapkanpada laut lingkungan neritik tengah.

Geosistem Kars

Karst merupakan istilah dalam bahasaJerman yang diturunkan dari bahasaSlovenia (kars) yang berarti lahan gersangberbatu. Namun saat ini istilah kars telahdiadopsi untuk istilah bentuk lahan hasilproses pelarutan.

Kartisifikasi merupakan serangkaian prosesmulai dari terangkatnya batugamping kepermukaan bumi akibat proses endogenserta terjadinya proses pelarutan hinggaakhirnya menghasilkan bentuk yang khas.Larutnya CO2 dalam air membentuk AsamKarbonat (H2CO3). Larutan H2CO3 tidakstabil terurai menjadi H- dan HCO3

2-, IonH- inilah yang selanjutnya menguraikanCaCO3 menjadi Ca2

+ dan HCO3 2- . Secara

Page 3: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 110101

Sumber: data sekunder

Gambar 1. Peta Daerah Penelitian

Page 4: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

102Pengembangan Lingkungan Kars ... (Srijono dan Nadia)

ringkas proses pelarutan dirumuskandengan reaksi sebagai berikut :

H2CO3 + CaCO3 Ca2+ + 2HCO3-

Asam karbonat kalsit larutan kalsiumbikarbonat

Dalam pembentukan geosistem karsdipengaruhi oleh beberapa faktor fisikbatugamping, faktor kimia, faktor biologisdan faktor iklim serta lingkungannya(Ritter, 1978). Faktor fisik yang ber-pengaruh dalam pembentukan BentangAlam Kars yaitu, ketebalan batugamping,porositas dan permeabilitas batugampingserta intensitas struktur kekar (joint).

Faktor kimia yang dimaksud adalahkimiawi batuan dan media pelarutnya.Untuk membentuk geosistem karsdisyaratkan kandungan kalsit minimal 60%dalam batuan. Aktivitas tumbuhan danmikrobiologi berpeluang membentuk hu-mus yang menutupi batugamping sehinggatercapai kondisi anaerobic, sehingga tekananparsial CO2 dari air permukaan akan me-ningkat berarti kemampuannya melarutkanbatuan juga meningkat (Bloom. 1978).Lingkungan yang berpengaruh meliputibiotik (aktivitas biologi) dan abiotik (suhu,curah hujan, presipitasi dan evaporasi). MenurutRitter (1978), kondisi lingkungan sekitarbatugamping harus lebih rendah elevasinyasehingga sirkulasi air berjalan baik.

Morfologi hasil karstifikasi dapat berada dipermukaan (eksokars) maupun di bawahpermukaan (endokars). Bentukan endokarsyang populer adalah gua yang dilengkapidengan ornamen gua (speleothem), danberpeluang berkembang sungai bawahtanah. Menurut Thornbury (1969), guaadalah suatu lubang alam yang kosong,bentuk sederhana - bercabang, berarahvertikal maupun horizontal, dapat memilikisatu tingkat atau lebih, baik ada maupuntidak terdapat suatu sungai di dalamnya.

Kehadiran gua pada lingkungan karssebagai pertanda karstifikasi mencapai sta-dium dewasa. Proses pembentukan guamelibatkan air dan udara. Faktor-faktoryang mempengaruhi pembentukan guaadalah struktur geologi seperti sesar, kekardan bidang perlapisan. Arah perkembang-annya akan mengikuti pola struktur tersebut.

Speleothem adalah bentukan kristalin hasildari proses pengendapan mineral (CaCO3)yang berasal dari lingkungan gua sendiri(Moore, 1969 dalam Fairbridge, 1969).Kondisi geologi yang berpengaruh dalampembentukan speleothem adalah perlapisan,rekahan akibat kekar (joint) dan sesar (fault).Speleothem dalam perkembangannya meng-hasilkan ornamen gua. Ornamen gua sebagianbesar terbentuk melalui tetesan air (drip-stone), aliran air (flowstone), dan hasil evaporasi.

Lingkungan kars merupakan hasil dinamikaair yang dikendalikan oleh faktor geologiseperti jenis batuan, struktur geologi,komposisi mineral dan strat igrafi.Pembentukan kars memerlukan jaringanper meabilitas awal (hydrogeologicalpreviousness) terdiri dari porositas massadasar, bidang perlapisan dan retakan yangberkembang akibat korosi, erosi mekanik,atau dilenyapkan oleh sementasi dansedimentasi (Kusumayudha, 2004). Airhujan melarutkan batugamping, masukkedalam celah atau rongga batuan danmenghasilkan sungai bawah tanah sertamembentuk sebuah sistem perguaan,kemudian pada batas jenuhnya keluarmenjadi mata air-mata air yang muncul dipermukaan. Mataair inilah yang secaraalamiah digunakan oleh masyarakat dikawasan kars sebagai salah satu sumberkehidupan mereka.

Pengembangan Lingkungan Kars

Lingkungan kars memiliki multi fungsi,

Page 5: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 110103

antara lain sebagai habitat dari anekaspesies flora dan fauna yang memiliki nilaiendemik tinggi, hidrologi, wisata baikeksokars maupun endokars, dan fungsipenelitian (Mukna dan Hedy, 2009).Pengembangan industri wisata di suatudaerah sebagai salah satu usaha men-dongkrak pendapatan asli daerah (PAD).Senyatanya, inventasi di bidang wisatatidak murah.

Permasalahan lingkungan kars terletakpada daya dukung yang rendah dan sukardiperbaiki jika sudah terlanjur rusak,menjadikan kawasan ini sangat pekaterhadap perubahan lingkungan. Selain itu,keterbatasan data dan informasi terkaitdengan lingkungan ini, berpengaruh padakebijakan yang ditetapkan. Dalamkerangka kebijakan, landasan pengelolaankawasan kars hanya melalui KeputusanMenteri Energi Sumber Daya MineralNomor 1456.K/20/MEM/2000 tentangPedoman Pengelolaan Kawasan Kars(Anonimous, 2000). Dari keterbatasanperundang-undangan mengakibatkanpemerintah daerah menetapkan kebijakanpengelolaan kars berlaku khusus untukdaerahnya sendiri.

METODE PENELITIAN

Bahan utama penelitian adalah Gua Urang.Pada Lokasi peta rupabumi digital Indo-nesia, gua tersesebut tercakup dalamLembar Tambakromo nomor 1509-111,berskala 1:25.000 (Anonimous, 1999).

Peralatan penelitian dikelompokkanmenjadi peralatan pemetaan geomorfologiper mukaan dan pemetaan gua, danpengolahan data di laboratorium. Peralatanpemetaan geomorfologi meliputi kompasklinometer (kompas geologi), palu batuansedimen, kaca pembesar, dan HCl 0,1 N.Kompas geologi merk Sokuisha untuk

keperluan pengukuran slope morfologi,strike and dip perlapisan batuan, maupunstruktur geologi seperti joint dan fault. Palubatuan sedimen dimanfaatkan untuk sam-pling batuan. Kaca pembesar (loupe) untukidentifikasi mineral pembentuk batuan dilapangan. Larutan HCl 0,1 N untuk ujisenyawa karbonat pada batuan di lapangan.Sampel batuan dari lapangan selanjutnyadipergunakan uji laboratorium petrografi,dan kimia batuan. Sampel air dipergunakanuntuk uji kualitas air. Pengolahan datadigunakan mikroskop polarisasi, alat ujikualitas air dan kimia batuan.

Pada tahapan pemetaan geomorfologiper mukaan, maupun pemetaan guadilakukan pengumpulan data di lapangan,dan pengambilan sampel. Metode peng-ambilan data gua mencakup memetakanlorong gua beserta ciri morfologi permukaanlainnya, mengamati batuan pembentuk,str uktur geologi, ornamen gua, danmegukur debit aliran di dasar gua. Metodepemetaan menggunakan sistem fowardmethod mencakup sepanjang lorong gua.

Analisis data geomorfologi, dan petrografidilakukan di Jurusan Teknik Geologi,Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.Analisis geomorfologi menghasilkan petageomorfologi. Penamaan satuan morfologipermukaan ditetapkan secara subyektif,dengan acuan UU mengenai tata ruang.Dari metode ini, ditetapkan zone kawasanlindung, dan budidaya. Hasil pemetaangeomorfologi dijadikan salah satu kriteriauntuk menentukan pengembangan lingkung-an kars Gua Urang untuk lokasi wisata.Analisis petrografi sayatan tipis untuk menge-tahui jenis dan kekhasan batugamping.Kimia batuan diketahui dengan meng-hitung persentase kandungan senyawaoksida mayor. Analisisnya dilakukan di dilaboratorium kimia Balai Penyelidikan danPengembangan Teknologi Kegunungapian

Page 6: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

104Pengembangan Lingkungan Kars ... (Srijono dan Nadia)

(BPPT – Kegunungapian), Yogyakarta.Analisis air tanah untuk keperluan menge-tahui kualitasnya sebagai air-baku, dilakukandi laboratorium teknik lingkungan SekolahTinggi Teknik Lingkungan (STTL),Yogyakarta. Mengikuti metode yangdilakukan Badri, dkk., (1999), disertaidengan perubahan, dari lingkungan geologiditetapkan tujuh komponen lingkungan,terdiri dari keberadaan mataair, kualitas airtanah, morfologi khas bentangalam kars,kedalaman air tanah, litologi batugamping,zone sesar, dan rawan banjir. Selanjutnyasetiap komponen tersebut secara subyektif-kuantitatif ditetapkan kisaran, bobot,danintensitas. Hasil perkalian antara angkabobot,dan intensitas, merupakan nilai darizone pengembangan wilayah Gua Urang(Tabel 1).

Pengolahan data dan penggambaran petagua menggunakan sof twar e Survex.Penambahan garis dinding lorong tiapstasiun menggunakan perhitungan yangdilakukan di MS-Excel 2003. Peng-gabungan dinding lorong tiap stasiunsehingga menjadi dinding lorong guadilakukan di AutoCAD 2003 dan peng-gambaran detail lorong dan kelengkapanpeta menggunakan Corel Draw 13.Pengeplotan mulut gua, lorong gua, danmata air pada peta topografi menggunakansoftware Map Info 7 dan ArcView GIS 3.3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Geomorfologi

Daerah Gua Urang dan sekitar, diamatisecara geomorfologi permukaan (Gambar2) merupakan perbukitan dengan sudutlereng berkisar 60-450, pada elevasi 300 –530 m di atas permukaan laut (dpl), denganrelief bukit-bukit 70 – 130 m.

Proses eksogenik yang bekerja di GuaUrang dan sekitar utamanya pelarutan atau

karstifikasi, diikuti pelapukan, erosi, dantransportasi & sedimentasi. Karstifikasi didaerah ini menghasilkan peta kontur yangdicirikan oleh kontur yang khas,merupakan ekspresi dari morfologi depresi,dan bukit-bukit kerucut sebagai hasilbentukan eksokars. Selain itu terbentukendokars jenis gua dan sungai bawah tanah.Proses pelapukan menghasilkan tanah insitu. Akibat erosi, pada lereng bukit kerucutberkembang alur-alur (gullies), dan sungaimusiman ( intermittent streams). Erosivertikal lebih intensif dibandingkan denganerosi lateral, sehingga dihasilkan lembahsungai berbentuk huruf V. Media prosestransportasi adalah anak- anak sungai,untuk kemudian diendapkan di dasarsungai utama yang berada di lembah.

Litologi penyusun satuan ini adalah batu-gamping jenis packstone, anggota FormasiBulu. Dalam tatanan stratigrafi regional(Pringgoprawiro, 1983) Formasi Bulutersusun oleh batugamping masif yangmengandung Koral, Alga, dengan selinganbatupasir kuarsa karbonatan. Formasi initerbentuk pada masa Meosen Tengahbagian atas – Meosen Akhir bagian bawah,berumur 25 juta tahun yang lalu. Bebatuantersebut mengalami tektonik, sebagaipenyebab pembentukan struktur geologidengan manifestasi tampak retakan-retakanpada permukaan batugamping. Retakan ituawalmula terjadinya karstifikasi yang dalamperkembangan endokars menghasilkansistem dengan sungai bawah tanahnya.

Pada sebelah selatan daerah Gua Urang,terbentuk sinklin dengan arah sumbulipatan barat – timur, dengan indikasipembentukan struktur patahan berarahtimurlaut – baratdaya. Arah-arah ini secararegional disebut sebagai struktur PolaMeratus (Pringgoprawiro, 1983).

Tataguna lahan sebagian besar luasan di-gunakan untuk pertanian, jenis: hutan jati,

Page 7: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 110105

No Komponen Kisaran Bobot Intensitas Nilai

1. Keberadaan mataair Ada Tidak

3 2

6 18 12

2. Kualitas air tanah

Baik Buruk

3 2

5 15 10

3. Morfologi khas bentangalam kars

Banyak Sedang Tidak ada

3 2 1

4 12 8 4

4. Kedalaman air tanah

Dangkal Agak dalam Dalam

3 2 1

3 9 6 3

5. Litologi batugamping Tidak lapuk Sedang Lapuk

3 2 1

2 6 4 2

6. Zona sesar Jarak < 100 m - - Tidak layak untuk

pemukiman 7. Rawan banjir Periode ulang <

25 tahun - -

Tabel 1. Penilaian Komponen Geologi Untuk Pengembangan Wilayah Kars

Sumber: Badri, dkk., 1999, dengan perubahan

Sumber: hasil analisis

Gambar 2. Geomorfologi Permukaan

Page 8: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

106Pengembangan Lingkungan Kars ... (Srijono dan Nadia)

Sumber: hasil analisis

Gambar 3. Peta Zonasi Pengembangan Wilayah

tegalan tanaman pangan, dan sawah tadahhujan. Selain itu, sebagian yang lain diguna-kan sebagai permukiman apalagi apabilatopografi relatif lebih datar, dan terdukungpemunculan sumber air dari sungai bawahtanah.

Pengembangan lingkungan kars Gua Urangdibagi menjadi tiga zona, yaitu Lindung,Budidaya 1, dan Budidaya 2 (Gambar 3,Tabel 1, Tabel 2).

Zona Lindung

Zona Lindung merupakan zona inti darilingkungan kars daerah penelitian. Secarageomorfologi merupakan eksokaras, danendokars. Pembentukan eksokars meng-hasilkan morfologi depresi, dan bukit-bukitkerucut. Endokars yang berkembang

adalah gua, yaitu Gua Urang. Ukuran panjanglorong gua 1,9 kilometer (yang terpetakan),tinggi lorong berkisar 1 - 20 m. Pembentuk-an gua masih aktif, hal ini ditandai denganadanya sungai bawah tanah dan per-tumbuhan ornamen. Pada dasar gua terbentuksungai bawah tanah, dan pada atapnyatumbuh ornamen jenis dripstone yang masihberlangsung. Berdasarkan evaluasi unsurlingkungan geofisik, Zona Lindungmemiliki nilai lebih dari 50.

Potensial sumberdaya alam Gua Urangterdiri dari batugamping, dan fosfat guano.Batugamping pembentuk gua merupakanpackstone dengan komposisi mineral kalsit,fosil foraminifera planktonik dan materialkarbonat.

Tataguna lahan zona ini diperuntukkansebagai permukiman, tegalan, dan kuari

Page 9: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 110107

Tabe

l 2. P

emer

ian Z

ona

Peng

emba

ngan

Lin

gkun

gan

Kar

s Gua

Ura

ng

Sum

ber:

hasil

ana

lisis

Page 10: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

108Pengembangan Lingkungan Kars ... (Srijono dan Nadia)

pertambangan. Masyarakat sekitar guasepakat melarang kegiatan penambanganbatugamping, dengan tujuan menjagasumberdaya air. Air gua urang memilikikesadahan 253,50 mg/L CaCO3,kandungan Fe 0,02 mg/L , Mg 0,03 mg/Ldan NO3 0,29 mg/L. Kandungan bakteriColiform masih dibawah ambang batasstandar baku mutu air bersih

Rekomendasi pengembangan zona lindungdiperuntukkan sebagai lokasi wisata, jeniswisata minat khusus, yaitu penelusuranlorong Gua Urang. Ornamen gua padadaerah mulut gua urang sangat sedikitragamnya. Sebagian besar berupa stalaktit,hampir tidak terdapat ornamen pada lantaigua karena terdapat sungai bawah tanah.Semakin masuk ke dalam ornamentsemakin beragam, selain stalaktit jugaterdapat flowstone.

Zona Budidaya 1

Zona Budidaya 1 secara spasial berada disisi luar dari wilayah Zona Lindung. Secarageomorfologi merupakan eksokars, dan endo-kars. Pembentukan eksokars menghasilkanmorfologi depresi, dan bukit-bukit kerucut.Frekuensi bukit kerucut satu sampai limaper 100 m. Endokars yang berkembangadalah gua, namun sudah tidak aktif,dicirikan tidak adanya tetes air-kars diujung-ujung stalaktit, terbentuk ornamenjenis stalaktit dan stalagmit. Berdasarkanevaluasi unsur lingkungan geofisik, ZonaBudidaya 1 memiliki nilai 32 – 50.

Potensial sumberdaya alam Zona Budidaya1 terdiri dari batugamping, fosfat guano.Batugamping pembentuk lingkungan inimerupakan packstone dengan komposisikalsit dan material karbonat.

Tataguna lahan zona ini diperuntukkansebagai permukiman, tegalan, dan kuaripenambangan fosfat guano.

Pada zona ini diperbolehkan kegiatanpertambangan, asalkan tidak merubahmorfologi eksokars. Aktivitas penambang-an fosfat sebagai model pertambangan yangdimaksud. Fosfat ini dimanfaatkan untukcampuran pupuk.

Zona Budidaya 2

Zona Budidaya 2 secara spasial berada palingluar, terjauh dari wilayah Zona Lindung.Secara geomorfologi merupakan eksokars.Pembentukan eksokars menghasilkanmorfologi depresi, dan bukit-bukit kerucut.Frekuensi bukit kerucut berjumlah nolsampai 1 per 100 m. Berdasarkan evaluasiunsur lingkungan geofisik, Zona Budidaya2 memiliki nilai kurang dari 32.

Potensial sumberdaya alam Zona Budidaya2 terdiri dari batugamping. Batugampingpembentuk eksokars merupakan packstonedengan komposisi kalsit dan material karbonat.

Tataguna lahan zona ini diperuntukkansebagai permukiman, perkebunan, dankuari penambangan batugamping.Penambangan dirokemndasikan skalakecil, dengan syarat tertentu. Persyaratanyang dimaksud adalah kepastian kelayakansetelah dilakukan survei.

Pada zona ini diperbolehkan kegiatanpertambangan, asalkan tidak merubahmorfologi eksokars. Aktivitas penambang-an fosfat sebagai model pertambangan yangdimaksud. Fosfat ini dimanfaatkan untukcampuran pupuk.

KESIMPULAN DAN SARAN

Daerah Gua Urang dan sekitar, diamatisecara geomorfologi permukaan (Gambar2) merupakan perbukitan lingkungan kars,dengan sudut lereng maksimum 450, elevasi

Page 11: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

Forum Geografi, Vol. 27, No. 2, Desember 2013: 99 - 110109

300 – 530 m dpl, dengan relief bukitmaksimum 130 m. Karstifikasi di daerahini menghasilkan eksokars mayor jenisbukit kerucut, dan depresi di antara bukit,serta endokars jenis gua yang di bawahnyaberkembang sungai bawah tanah. Batuanpembentuk daerah Gua Urang adalah batu-gamping jenis packstone, dan struktur geologipengontrol adalah lipatan amupun sesar-sesar yan berarah timurlaut – baratdaya.

Pengembangan lingkungan kars Gua Uranguntuk wisata dibagi menjadi tiga zona,yaitu zona lindung, zona budidaya 1, danzona budidaya 2. Zona Lindung merupa-kan zona inti lokasi wisata minat khususpenelusuran gua bagi wisatawan dansebagai kawasan konservasi air. ZonaBudidaya 1 sebagai zona penyangga,diperbolehkan penambangan fosfat guanosecara terbatas, tampa merusak morfologilingkungan kars. Zona Budidaya 2,berfungsi sebagai zona penyangga pula,penambangan batugamping skala kecildiijinkan dengan syarat sebelumnya telahdilakukan survei kelayakan.

Gua Urang direkomendasikan untuk lokasiwisata, dengan mempertimbangkankeanekaragaman jenis wisata, dan memper-

banyak lokasi tujuan wisata, serta kepenting-an pemerintah daerah Kabupaten Pati maupunGrobogan. Dua pemerintahan tersebutberkepentingan, dikarenakan Gua Urangtermasuk dalam wilayah administrasinya.

Dari sudut pandang lingkungan kars,apabila lokasi wisata Gua Urang berhasilselain meningkatkan PAD, tercapai pulapenyebarluasan informasi lingkungan karssecara umum. Luasan lingkungan kars diPulau Jawa lebih kurang 5% dari seluruhpermukaan daratan.

Kendala yang muncul terhadaprekomendasi di atas adalah infrastrukturjalan untuk sampai di Gua Urang.Utamanya jalan dari kota-kabupaten Patimasih belum mempesona mendukungpengembangan wisata ke Gua Urang.Dikarenakan wisata kars ini ter-masukwisata minat khusus, utamanya bagikawula muda, usaha pengembangannyamasih terkendala sosialisasi kepada siswasekolah-sekolah lanjutan, dan kelompok-kelompok pencinta alam. Alamiahlingkungan kars rentan mengalamidegradasi ekosistem apabila padanya‘dimanfaatkan’ berlebihan seperti sebagailokasi wisata, hal ini merupakan kendala.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Tambakromo Nomor 1569-111,Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional, Bogor, Indonesia.

Anonimous, 2000, Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1456/K/20/MEM/2000, tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars, Dept. ESDM, Jakarta.

Bloom, A. L., 1978, Geomorphology : A systematic Analisys of Late Cenozoic Landforms, PrenticeHall Englewood Cliffs, New Jersey.

Badri, I., Djarwoto, A., Sutarjan, W., dan Suhari, 1999, Selection of Settlement Area Based

Page 12: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KARS GUA URANG SEBAGAI …

110Pengembangan Lingkungan Kars ... (Srijono dan Nadia)

on Environmental Geological Aspects, Proceedings of Indonesian Association of Geologists- vol.IV, PP.33-39, The 28th Annual Convention, Jakarta.

Moore, G.W., 1969, Speleothem, in: Fairbridge, R.W. (Ed), 1969, The Encyclopedia ofGeomorphology, pp.1040-1041, Reinhold Book Coorporation, New York.

Kusumayudha, S. B., 2004, Mengenal Hidrogeologi Kars, Pusat Studi Kars LPPM UPN“Veteran” Yogyakarta.

Mukna, H.S., 2009, Kebijakan Nasional Pengelolaan Kawasan Kars, Kumpulan MakalahWorkshop Nasional Kawasan Kars Indonesia.

Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan Paleografi Cekungan Jawa Timur Utara Suatupendekatan Baru, Tesis untuk memperoleh gelar Doktor, ITB, Bandung.

Ritter, D.F., 1978, Process Geomorphology, Wm. C. Brown Publisher, Iowa.

Thornbury, W.D., 1969, Principles of Geomorphology, John Wiley & Sons, New york.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol IA, Martinus Nijhoff, The Hague- Netherland.