Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx
Transcript of Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx
Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak
berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa
sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah
terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan
berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat
maupun sekolah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudah
mengembangkan Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagi
penyelenggaraan PAUD. Kurikulum PAUD hendaknya disusun berdasarkan landasan teoritik,
yuridis, dan empiric. Hingga saat inibelum ditetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk PAUD
sebagai acuan penyusunan KTSP. Untuk itu perlu disusun naskah akademik kajian kebijakan
kurikulum PAUD.
Disisi lain prinsip otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab
dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Daerah berwenang
untuk menangani urusan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan
kewajiban yang semestinya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang
sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Selain itu daerah juga harus bertanggungjawab
dalam penyelenggaraannya yang benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian
otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan
pelayanan dasar pendidikan yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Daerah Propinsi sebagai Daerah Otonom, pasal 2 ayat (2) dan (3)
dalam bidang pendidikan telah dinyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan
antara lain (1) penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya,
(2) penetapan standar materi pelajaran pokok, (3) penetapan pedoman pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan, dan (4) penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar
efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.
Otonomi pengelolaan pendidikan ini diwujudkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya dikembangkan dan dikelola
oleh pelaksana di daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah. Dengan demikian daerah
tingkat II dan sekolah memiliki kewenangan untuk merancang silabus dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan kondisi daerah
berdasarkan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan proses pembelajaran
yang mengacu pada ketetapan pemerintah secara nasional sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah.
Kebutuhan setiap daerah yang berbeda-beda memaksa setiap daerah untuk melihat dan
memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan didaerahnya termasuk dalam pengembangan
kurikulum yang sesuai dan dapat dilaksanakan bagi daerahnya. Dalam hal ini pengembangan
silabus bagi PAUD di daerah Dekai, Yahukimo Papua yang akan saya coba susun sesuai
pengamatan dan pelaksanaannya di lapangan.
Pengembangan silabus akan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembinaan
TK dan SD dalam melakukan pembinaan, secara teknis menyusun pedoman pengembangan
silabus di TK . Pengembangan silabus meliputi program semester, program mingguan dan
program harian yang dapat dijadikan acuan di lapangan.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan kurikulum atau sistem pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini perlu
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang meliputi:
1. Analisis kebutuhan dan masalah pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak
pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek
perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.
2. Analisis Filosofi, Visi, Fungsi dan Tugas
Filosofi pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada anak yang
mengutamakan kepentingan bermain. Permainan yang diperuntukan bagi anak memberikan
peluang untuk menggali dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Permainan pada anak
dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya, berkreasi, menemukan dan memotivasi
mereka untuk menerima segala bentuk risiko dan menambah pemahaman mereka. Selain itu,
dapat menambah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap
orang lain dan lingkungannya.
Visi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Mengupayakan pemerataan layanan, peningkatan mutu, dan efesiensi penyelenggaraan
pendidikan;
Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan
layanan pendidikan dini;
Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Misi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia serta memiliki
kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga mewakili kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar sarta mengurangi kehidupan dimasa dewasa.
Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah
Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi
yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual,
emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat).
Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.
Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tinjauan didaktis psikologi adalah untuk
mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan potensi bawaan. Kecerdasan
yang dimiliki oleh seseorang anak hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup (life skill).
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Misalnya menyiapkan media pemebelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat anak (baik anak biasa maupun berkebutuhan khusus).
Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: Jalan-jalan ke hutan kota, disana dapat
mengenalkan anak bermacam-macam hewan ciptaannya, mengenal berbagai hewan berbahaya
dan bukan berbahaya, mengenal udara panas dan dingin.
Mengembangkan sosialisasi anak. Bermain bersama teman-teman, melalui bermain dengan
teman, maka anak akan berinteraksi sehingga proses sosialisasi dapat berkembang
Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Misalnya mengikuti peraturan
kelas yang disepakati bersama.
Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya, misalnya bermain
bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak.
Memberikan stimulus kultural pada anak dan memberikan ekspresi stimulasi kultural.
Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang
pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan
prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat
dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat (Direktorat
PAUD, 2000:6).
3. Analisis Peserta Didik
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka pendidik perlu memperhatikan
perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu
memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak,
gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial. Ini dikarenakan kelas inklusi terdiri dari
anak yang beragam yang didalamnya juga anak berkebutuhan khusus yang mungkin belum
terlihat perbedaannya secara fisik.
Hakikat perkembangan anak usia dini. Anak usia dini berada dalam masa keemasan di
sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11)
mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah
anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak
siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.
Selanjutnya Montesorri menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak
mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari
lingkungannya baik disengaja maupun tidak sengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas
perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari (Hainstok, 1999:34).
Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu
bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di atas permukaan air.
Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai perkembangannya dengan cara
memperkaya lingkungan bermainnya
Hakikat anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-
anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak latib dan berbakat
(Mulyono, 2006:26). Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi
berkelainan (exception) atau luar biasa. Konsep ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan.
Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar
biasa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk perencanaan dan pemikiran bagi anak yang
berketidakmampuan:
- Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka
- Jaga pandangan masing-masing: hindari penekanan ketidakmampuan dengan
mengeyampingkan pencapaian masing-masing
- Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri atau untuk
anak yang lain
- Berikan lingkungan di mana anak yang bersamasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak
yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnya.
4. Analisis Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan Asesmen
Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam berbagai konteks, dan berdasarkan
apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru dan orangtua dapat memberi bantuan
belajar yang pas sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu asesmen otentik
dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil karya anak,
hasil pengamatan guru, dan informasi dari orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan
belajar anak. Berbagai teknik dan instrumen asesmen, seperti catatan anekdot (anecdotal
record), catatan narative (narrative record), catatan cepat (running record), sample kegiatan
(event sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk memantau perkembangan anak.
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan
berkesinambungan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi
aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu
keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga
seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan
kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama
antara guru, orangtua dan tenaga ahli (psikolog).
5. Penentuan dan Penyusunan Materi Pembelajaran
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui
penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri
sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk
kelangsungan hidupnya.
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta
demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar
ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam
bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain
sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan
temannya.
Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak
membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar.
Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan
pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik
serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan
dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan
pengalamannya.
6. Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
Pengembangan instrumen evaluasi hasil belajar disini dimaksudkan untuk melihat pencapaian
tujuan yang satu agar dapat menjadi alat ukur untuk mencapai tujuan berikutnya, dalam hal ini
jika anak telah mencapai suatu titik pembelajaran tertentu maka anak ini akan mempu untuk
melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Namun pada pendidikan anak usia dini evaluasi tidak
menitik beratkan kepada penguasaan materi tetapi proses dari pembelajaran setiap anak dalam
menemukan keunggulan-keunggulan dalam dirinya. Menurut Dewey, pendidikan yang benar
hanya akan muncul dengan menggali keunggulan-keunggulan anak yang timbul dari tuntutan
situasi sosial di mana dia menemukan dirinya sendiri. Melalui tuntutan sosial ini anak
dirangsang untuk mampu bertindak sebagai anggota suatu unit sosial tertentu.
7. Penentuan Kegiatan Pembelajaran Pengelompokan Peserta Didik
Penentuan kegiatan pembelajaran pengelompokan peserta didik dapat dilihat dari kebutuhan
dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, jika diperuntukan bagi pendidik untuk
mengetahui kognitif peserta didik maka dapat dibuat kelompok kecil, jika sedang melakukan
story telling yang melibatkan seluruh peserta didik maka dibuat kelompok besar, namun jika
mengadakan acara bersama dengan keluarga maka bisa dibuat kelompok massa.
8. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan
berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang
sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan
agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Disamping itu
penggunaan teknologi informasi juga penting bagi pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini
yaitu dengan memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi,
komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk
mendorong anak menyenangi belajar jika dimungkinkan dalam penyediaan dan
penggunaannya. Namun yang terpenting adalah bagaimana pemilihan dan pengembangan
media pembelajarab itu dapat mendukung proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran
hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses
pembelajaran.
9. Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pembelajaran
Program dianggap berhasil jika anak-anak memiliki prestasi belajar secara khusus yang
seringkali bersifat akademik seperti persipan untuk mengikuti sekolah selanjutnya.
Dalam alat dan cara penilaian, ditemukan adanya format-format evaluasi yang kurang efektif
untuk dilakukan di lapangan mengingat keterbatasan kemampuan guru dalam melakukan
penilaian. Guru mengehendaki format penilaian yang disederhanakan dan memudahkan
membuat rekapitulasi perkembangan anak dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan
BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI
Banyak istilah kurikulum bagi anak usia dini yang maknanya hampir sama, seperti program
kegiatan belajar bagi anak TK, menu pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini,
dan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini ((Balitbang, Depdikmas, 2002:28;
Dodge&Colker, 2005:5; GBPP, 1994:2; Sujiono&Sujiono, 2004:3; Direktorat PAUD Depdiknas,
2002:2; DepKes, 1997:92).
Berhubungan dengan hal tersebut diatas, peristilahan pengembangan kurikulum adalah istilah
yang paling sesuai dengan pengembangan program kegiatan bermain bagi anak usia dini.
Dikarenakan istilah kurikulum terkesan sangat formal dan terstruktur, maka istilah kurikulum
seringkali ditukarpakaikan dengan istilah program kegiatan bermain.
A. Batasan Kurikulum Anak Usia Dini
Pengembangan program kegiatan bermain (kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat
dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk
bereksploitasi dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai
fasilitator pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Albercht dan Miller 2000:216-218).
Bennett, Finn dan Cribb (1999:91-100), menjelaskan bahwa pada hakekatnya mengembangkan
kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang
dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri
sendiri, tanggap pada pernyataan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai
alternatif. Selain itu, hal ini membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari setiap
karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia
orang dewasa yang penuh tanggungjawab.
Mengutip pendapat Kitano dan Kirby (1986:127-167), kurilukum merupakan rencana
pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran dalam rangka
menghasilkan perubahan perilaku yang potensial. Kurikulum yang koprehensif seharusnya
memiliki elemen utama dari setiap bidang pengembangan yang disesuaikan dengan tingkatan
atau jenjang pendidikannya serta mengetengahkan target pencapaian peserta didik yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran dilembaga pendidikan.
Catron dan Allen (1999:30), menyatakan bahwa kurikulum mencakup jawaban tentang
pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan menyediakan
sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak
berkembang dan belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa program kegiatan bermain pada
dasarnya adalah pengembangan secara kongkret dari sebuah kurikulum. Pengembangan
kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah awal yang menjadi tolok ukur dari kegiatan
belajar selanjutnya.
Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat dua hal penting tentang kurikulum
bagi anak usia dini, yaitu
1) Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang
berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada
setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik, dan sosial;
2) Kurilukulum berorientasi pada hasil dan mengkaitkan berbagai konsep dan perkembangan.
Pada saat disampaikan oleh guru pada setiap individu anak, maka kurikulum yang telah
dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga dapat menyediakan pengalaman yang
dapat mengembangkan perkembangan pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah
perkembangannya. Hal ini juga mengarah pada intensionalitas dan ungakapan kreatif, dan
memberikan kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok
berdasarkan kebutuhan dan minat mereka (2004:2-3).
B. Tujuan Pengembangan Kurikulum
Tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar kearah
perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas yang diperlukan oleh anak
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan pada tahapan berikutnya. (Depdiknas 2004:3).
Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak
usia dini yang berorientasi pada:
1) Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia anak;
2) Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang
sesuai dengan perkembangan anak (DAP=Developmentally Appropriate Practice);
3) Metode yang dipilih seharusnya berfariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu
melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan;
4) Media dan lingkungan bermain yang digunakan seharusnya aman, nyaman, dan menimbulkan
ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi; serta
5) Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assesment
melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh
anak.
C. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD
Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan
kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini. Terdapat
beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini adalah pembelajar aktif yang
secara terus menerus mendapat informasi mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak
mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3)
anak bergantung pada orang lain dalamhal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi
sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan
yang berbeda (Wolfgang dan Wolfgang, 1995:56-58).
Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan
kognitif anak secara langsung, tidak sekadar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti
yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa permainan simbolik memainkan peran
yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak mulai bermain make
believe, anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka
representasikan secara independen. Dengan demikian, pada awal proses penggantian objek
dalam bermain dramatik prototipikalitas objek menjadi krusial, sementara perkembangan
berikutnya bermain dramatik prototipikalitas menjadi kurang begiru penting. Berhubung
dengan hal tersebut diatas, maka peran pendidik berkaitan dengan teori perkembangan antara
lain adalah: (1) tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha
mengikuti arus perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan lingkungan dengan
materi yang luas, beragam, dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar, (3) memperhatikan
laju dan kecepatan belajar dari setiap anak, dan (4) adanya bimbingan dari guru agar anak
tertantang untuk melakukan sendiri.
1. Pendekatan Tematik
Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang
pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak (Kostelknik
1991:17). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak
karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu keutuhan (Holistic)
perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial,
dan emosional. Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental anak usia 4-6 tahun,
pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Berpusat pada anak,
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak
c. Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas
d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan pada suatu proses pembelajaran
e. Bersifat fleksibel atau luwes
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (kostelnik,
1991:17-20).
Prinsip pemilihan tema, tema merupakan wahana yang berisikan bahan-bahan yang perlu
dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program pengembangan yang operasional. Tema
dapat dikembangkan fleksibel sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak agar tidak
menimbulkan kebosanan. Pemilihan tema didasarkan pada:
a. Tema-tema yang bersifat dasar dan selalu dapat dikembangkan seperti: Aku, Keluargaku,
Rumahku, Sekolahku, dan Negeriku.
b. Tema yang dihubungkan dengan suatu peristiwa/kejadian seperti: Gejala alam: cuaca, banjir,
gunung meletus, dan sebagainya.
c. Tema yang dihubungkan dengan minat anak seperti: binatang: dinosaurus, tata surya.
d. Tema yang dihubungkan dengan hari-hari besar atau spesial seperti: hari kemerdekaan, hari
besar keagamaan, hari ibu, hari anak, dan sebagainya (sujiono&sujiono, 2005:221).
2. Pusat Kegiatan Belajar (Sentra)
Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak dibangun atas dasar bahwa
setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar, dan minat yang berbeda terhadap pengetahuan
yang ingin diketahuinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Day yang menyatakan bahwa pusat
kegiatan belajar dapat mengadaptasi perbedaan dari gaya belajar, tingkat kematangan, dan
perkembangan anak, dan perbedaan dari latar belakang yang berbeda. Prinsip yang digunakan
adalah individualisasi pengalaman belajar. Setiap anak diperkenankan untuk memilih pusat
kegiatan belajar yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain.
Craig dan Borba (1978:3) berpendapat bahwa konsep dari pusat kegiatan belajar adalah:
I hear and I forget (saya dengar dan saya lupa)
I see and I remember (saya lihat dan saya ingat)
I do and I understand (saya lakukan dan saya paham)
Selanjutnya Craig dan Borba (1978:15) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan
yang harus diperhatikan disetiap sentra, yaitu: (1) program card, setiap anak harus
merencanakan yang akan mereka lakukan pada hari itu; (2) open choice, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok kecil dimana setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk
mengerjakan tugas bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu sentra ke sentra
lainnya; (3) multi station, berupa tempat pergantian dan waktu menunggu 3-5 menit; serta (4)
enrichment centers, setelah anak-anak menyelesaikan tugasnya di masing-masing sentra,
apabila ada waktu luang mereka boleh menggunakan sentra untuk program pengayaan.
3. Pengelolaan Kelas Berpindah (Moving Class Activity)
Pengelolaan kelas merupakan pengaturan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru baik di
dalam ruang (indoor activity) ataupun di luar (outdoor activity) dalam rangka melancarkan
proses belajar dan pembelajaran.
Pengelolaan ruang kelas dan kegiatan bimbingan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan leh guru anak usia dini. Kebijakan yang diambil guru dan bimbingan yang tepat
bermanfaat dalam beberapa hal seperti: (1) mencegah dan mengurangi tingkah laku dan
masalah-masalah pengelolaan, (2) memberikan kesempatan dan merespon keberhasilan
pertumbuhan terhadap anak-anak yang mempunyai penyimpang, (3) mendukung belajar dan
pembelajaran yang terjadi dalam situasi di ruang kelas, (4) menumbuhkan harga diri dalam jiwa
anak, mengembangkan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan dapat
bertanggungjawab, membantu mereka mengembangkan sikap pengendalian diri dan disiplin
untuk diri mereka sendiri, dan menyediakan contoh dari suatu konflik masalah.
4. Pelayanan Inklusi
Anak dengan keterbatasan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus beserta keluarga mereka
seharusnya mendapat pendidikan dan pelayanan yang akan membantu mereka berhasil di
sekolah dan dalam kehidupan. Pihak sekolah dan semua yang bersinggungan dengan sekolah
adalah pemain kunci dalam proses ini untuk memastikan bahwa mereka memperoleh
pelayanan dengan baik.
Sebagai pendidik anak usia dini pasti akan mendapat anak-anak berkebutuhan khusus dalam
kelas, misalnya anak dengan autisme, tuli, buta-tuli, gangguan emosi, gangguan pendengaran,
gangguan mental, keterbatasan ganda, gangguan ortopedi, gangguan kesehatan, gangguan
belajar khusus, gangguan biacara dan bahasa, trauma otak, dan gangguan penglihatan
termasuk kebutaan.
Namun keterbatasan adanya tenaga pendidik dan sarana yang digunakan di daerah pedalaman
maka saya membatasi dalam membuat kurikulum itu.
Dapat dilihat dalam gambar dibawah ini bagaimana saya mencoba menetapkan pembatasan
dalam kurikulum ini.
Anak akan ditempatkan dalam kelas umum, namun akan ada bantuan tambahan atau khusus.
Ini dilakukan setelah jam sekolah selesai atau dilakukan dengan membuat worksheet dan media
pembelajaran yang disesuaikan dengan anak. Misalnya pembelajaran bagi anak yang tuna
runggu maka dapat melihat gambar dan mulut guru, bagi yang memiliki gangguan penglihatan
maka harus ada media yang dapat diraba dan suara yang mengambarkan benda tersebut dan
lain sebagainya.
BAB III PENERAPAN KURIKULUM
A. Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik
secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum
dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan
membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar peserta didik
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
a. Prinsip Penentuan Tema
Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan
peserta didik kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka.
Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada
tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.
Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat
peserta didi kepada tema-tema yang kurang menarik.
Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di ingkungan
setempat.
b. Langkah Penentuan Tema
Pada awa tahun pelajaran, TK menentukan tema yang akan dibahas dalam satu tahun sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat. Beberapa dalam menentukan tema :
1. Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.
2. Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
3. Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema lebih terurai.
4. Memilih sub tema yang sesuai.
c. Tema yang akan diterapkan
Tema pokok yang akan diberikan kepada anak adalah seperti dibawah ini
1. Diri Sendiri
2. Lingkunganku
3. Kebutuhanku
4. Binatang
5. Tanaman
6. Rekreasi
7. Pekerjaan
8. Air, Udara, dan Api
9. Alat Komunikasi/Transportasi
10. Tanah Airku
11. Alam Semesta
Tema sisipan sesuai dengan daerah juga akan dibagikan antara lain
1. Hari Kemerdekaan
2. Natal
3. Paskah
Tema-tema di atas merupakan tema umum dan dikembangkan berdasarkan kondisi daerah
Yahukimo dan kemampuan masing-masing TK sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema,
demikian pula dalam penentuan perkiraan waktu untuk setiap tema.
Selain tema-tema tersebut di atas, juga apabila terjadi peristiwa atau kejadian di sekitar anak
(Taman Kanak-kanak) pada saat pembelajaran berlangsung maka akan dimasukkan dalam
pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.
B. Pengembangan Silabus
Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema,
bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut
dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke
dalam semester 1 dan 2.
Langkah-langkah pengembangan program semester, sebagai berikut:
a. Mempelajari dokumen Kurikulum dan standar perkembangan dasar.
b. Menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap
kelompok dalam satu semester.
c. Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini yang harus
dilakukan adalah memasukkan hasil belajar dan/atau indikator ke dalam jaringan tema.
d. Menetapkan pemetaan jaringan tema dengan memperhatikan keleluasaan cakupan
pembahasan tema dan sub-sub tema serta minggu efektif sekolah, sesuai dengan alokasi waktu
yang ditetapkan.
Berikut ini disajikan tema dan alokasi waktu pada semester pertama dan kedua:
Tema Semester 1
No. Tema Perkiraan Waktu*
Bulan
1 Diri Sendiri (About me)
a. Perkenalan: Nama, tempat tinggal
1 minggu Juni Minggu ke-1
b. Laki-laki dan Perempuan 1 minggu Juni Minggu ke-2
c. Panca Indera 1 minggu Juni Minggu ke-3
2 Lingkunganku
a. Keluargaku 1 minggu Juni Minggu ke-4
b. Tempat tinggalku 1 1 minggu Juli Minggu ke-1
c. Peliharaanku 1 1 minggu Juli Minggu ke-2
d. Pertanian 1 minggu Juli Minggu ke-3
3 Kebutuhanku
a. Nutrisi (Makanan Sehat) 1 minggu Juli Minggu ke-4
b. Air Bersih (Minum) 1 minggu Juli Mingke-5-Agus Ming ke-1
sisipan
c. Hari Kemerdekaan Indonesia 1 Minggu Agustus Minggu ke-2
d. Pakaian Bersih 1 minggu Agustus Minggu ke-3
e. Tempat tinggalku 2 1 minggu Agustus Minggu ke-5
4 Binatang
a. Binatang Hutan (kebun binatang)
1 minggu September Minggu ke-1
b. Serangga 1 minggu September Minggu ke-2
c. Peliharaanku 2 1 minggu Sepetember Minggu ke-3
d. Binatang berbahaya 1 minggu September Minggu ke-4
5 Tanamana. Tanaman Penghasil Makanan (Pisang)
1 minggu Oktober Minggu ke-1
b. Tanaman untuk rumah dan peralatan
1 minggu Oktober Minggu ke-2
c. Tanaman sebagai hiasan 1 minggu Oktober Minggu ke-3Evaluasi 1 minggu Oktober Minggu ke-4Evaluasi 1 minggu November Minggu ke-1
JUMLAH 21 minggu
Tema Semester 2
No. Tema Alokasi Waktu Waktu1 Rekreasi
a. Kegemaran 1 minggu November Minggu ke-2b. Tamasya 1 minggu November Minggu ke-3c. Menjaga Lingkungan 1 minggu November Minggu ke-4
Sisipan
Natal 1 minggu Desember Minggu ke-1
Sisipan
Natal 1 minggu Desember Minggu ke-2
2 Pekerjaan (Community Helpers)a. Community Helper (Jasa) 1 minggu Januari Minggu ke-2b. Community Helper 1 minggu Januari Minggu ke-3
c. Non Jasa Januari Minggu ke-4
3 Air, udara, dan apia. Air 1 minggu Jan Ming ke-5 – Feb Ming ke-
1b. Udara 1 minggu Feb Minggu ke-2c. Api 1 minggu Feb Minggu ke-3
4 Alat komunikasi/Transportasia. Alat Komunikasi 1 minggu Feb Minggu ke-4b. Alat Transportasi 1 minggu Maret Minggu ke-1
5 Tanah airku (My culture)a. Indonesiaku 1 minggu Maret Minggu ke-2b. Daerahku 1 minggu Maret Minggu ke-3c. Budayaku (menari) 1 minggu Maret Minggu ke-4
6 Alam semesta (Space and Robots)a. Daratan 1 minggu April Minggu ke-1b. Lautan (Oceans) 1 minggu April Minggu ke-2c. Bencana Alam 1 minggu April Minggu ke-3
Sisipan
Paskah 1 minggu April Minggu ke-4
Sisipan
Paskah 1 minggu Mei Minggu ke-1
Evaluasi 1 minggu Mei Minggu ke-2
Evaluasi 1 minggu Mei Minggu ke-3
Sisipan
Pentas Seni dan Persiapan 1 minggu Mei Minggu ke-4
JUMLAH 26 minggu
C. Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM
merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka
mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan
pembahasan tema dan subtema.
Perencanaan mingguan dapat disusun dalam bentuk, antara lain satuan kegiatan mingguan
(SKM) model pembelajaran kelompok dan satuan kegiatan mingguan (SKM) model
pembelajaran berdasar minat.
Satuan Kegiatan Mingguan
a. Komponen SKM adalah sebagai berikut:
Tema dan sub tema.
Alokasi waktu.
Aspek pengembangan.
Kegiatan per aspek pengembangan.
b. Langkah-langkah pengembangan SKM adalah sebagai berikut:
1. Menjabarkan tema dan merinci subtema.
Membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan.
Menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan pada bidang pengembangan dalam program
semester.
Berikut ini adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan pada semester satu pada kelompok
taman kanak-kanak B. Namun jika dalam evaluasi ada beberapa pertimbangan untuk
kesesuaian pembelajaran anak, maka kegiatan akan disesuaikan.
Dan bagi anak yang berkebutuhan khusus maka pada beberapa pelajaran akan dipisah sesuai
kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak. Pemisahan ini bukan bertujuan untuk membedakan
akan tetapi agar mudah dalam mengawasi dan menolong anak tersebut.
Rincian Kegiatan Semester
Tema Semester 1
Tema Math Bahasa Sains Karakter Seni Motorik B. Ingris Sosial
Diri Sendiri (About me)
a. Perkenalan: Nama, tempat tinggal
Angka 1, mengetahui konsep satu
A, a(ayam, anjing,
apel)
Mengenal anggota tubuh,
dengan menyanyi
kapala,pundak lutu,kaki
Pengendalian diri (Cerita
Putri Sembrono)
Mengubungkan garis pada
gambar manusia
Menyusun menara 9-10
kotak
One Menyebutkan nama teman-teman yang
sudah dikenal
b. Aku Perempuan dan Aku Angka 2 I,i(Ikan, Itik,
Mengenal ciri perempuan dan
pria
Pengendalian diri
Menempelkan puzzle (laki-
laki dan perempuan)
Mengambar lingkaran (wajah), silang.
Two Menyebutkan teman laki-laki
dan perempuan
c. Panca Indera Angka 3 U, u(Ular, Udang,
Fungsi angg tubuh
Pengendalian diri
Membuat korsase dari
kertas, tempel dan tarik
Mengendarai sepeda roda
3
Three (Lagu One and One)
Membantu orang lain
Lingkunganku
a. Keluargaku Angka 4 E, e(Elang, Ember,
Perbedaan mns (keluarga-kecil
besar)
Kasih Membuat pohon
keluarga
Berdiri pada satu kaki beberapa
detik
Four Menyebutkan nama
orangtua, adik dan kakak jika
adab. Tempat tinggalku 1 Angka 5 O, o
(Obat, Odol, Menyebutkan bagian dari
rumah
Kasih Menggambar rumah bersih
Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian
Five, Six Mau membersihkan
rumah dan membereskan
mainan setealh bermain
c. Peliharaanku 1 Angka 6 a-z (nyanyi) Hewan peliharaan,
membedakan tempat hewan
dan tempat tinggal manusia
Kasih Menggunting dan menempel
hewan peliharaan
Melompat jauh
(Lagu watermelon)
Membedakan tempat tinggal
hewan peliharaan dan
manusia
d. Pertanian (Sekolahku) Angka 7 a-z(konsep a-z)
Menanam biji cabai ke dalam
pot
Kasih Menghias pot bunga dengan mote, kertas
warna dan lem
Memasukkan biji-bijian ke dalam botol
berleher sempit
Seven Memelihara tanaman yang telah ditanam
disekolah.
Kebutuhanku
a. Nutrisi (Makanan Sehat) Angka 8 ba,bi,bu,be,bo dan kata babi,
bebek, boneka, bulan,
buku
4 (sagu,jagung, ubi + sayur
+ikan,telur,daging +buah,
sehat 5 sempurna susu
Tanggungjawab
Permainan mencari gmb 4
sehat+5 sempurna kemudian
menggunting dan menempel
Makan menggunaka
n sendok
Eight Menceritakan kepada teman
sekelas makanan yang
anak makan sehari-hari
b. Air Bersih (Minum) Angka 9 ca,ci,cu,ce,cokata: cacing, cicak, celo,
cobek
Proses air minum bersih
Tanggungjawab
Membuat tempat minum
untuk menyimpan minuman
bersih (botol kaca)
Menuangkan minuman
sendiri
Nine Membuat minuman
bersih (memasak
sampai mendidih)
c. Hari Kemerdekaan Angka 10 da,di,du,de,dokata: dadu, dingin, duduk, delima, dodol
Mengenal warna dasar;
merah, kuning dan biru
Tanggungjawab
Merias kelas dengan tema merah putih
Membangun jembatan dengan 3
kotak
Ten Kerjasama antar teman
dalam menghias
kelas
d. Pakaian Bersih Angka 11 fa,fi,fu,fe,fokata: foto, fani, figura,
Guru memperagakan
bagaimanan merawat pakaian.
Tanggungjawab
Membuat bingkai
dengan cara mencuci
pakaian yang benar
Memakai seragam sendiri
(mengancing baju)
Eleven Mencuci pakaian
seragam anak sendiri setelah
dipakai
e. Tempat tinggalku 2 Angka 12 ga,gi,gu,ge,gokata: gajah, gigi, gorilla.
Guru menerangkan
seperti apa rumah yang
bersih
Tanggungjawab
Membuat hiasan dinding
di rumah
Menyapu lantai rumah/
sekolah
twelve Menceritakan bagaimana
membantu ibu membersihkan
rumah
a. Binatang Hutan (kebun Angka 13 ha,hi,hu,he,hokata: hari,
hijau, hutan
Ular, kangguru, kaswari
(dilindungi)
Murah hati Berkunjung ke hutan kota
Mengendarai sepeda roda tiga/empat
Kangoro, snack
Berkunjung ke hutan kota
Angka 14 ja,ji,ju,je,jokata: jerapah, jingga, jojo,
Ciri-ciri serangga
Murah hati Membuat seranga dari biji ditempel
dikertas
Berlari dengan benar
Lady bugs, ant Menyayangi binatang
c. Peliharaanku 2 (Ternak) Angka 15 ka,ki,ku,ke,ko Tempat memelihara
Murah hati Menggambar babi dan mewarnai
penuh
Melompat dengan dua
kaki
Pig, chikhen Melindungi binatang
d. Dunia Burung Angka 16 dan 17
La,li,lu, le lo Menyebutkan jenis burung
Murah hati Membuat sarang burung dan menempel
burung
Berjalan pd balok
keseimbangan
Bird Tidak menyiksa binatang
a. Tanaman Penghasil Makanan (Pisang)
Angka 18 Papaya, ubi, singkong,
pisang
Kejujuran Membuat tali dan mengikat
pada pot bunga
Berjalan mundur dengan berjinjit
thirty Memberi pupuk pada tanaman yg
telah di tanamb. Tanaman untuk rumah dan peralatan
Angka 19 Na,ni,nu,ne,no Pohon jati, pohon mahoni
Kejujuran Membuat lukisan diatas
kayu
Bermain gobak sodor
fourty Melestarikan pohon
c. Tanaman sebagai hiasan Angka 20 Pa,pi,pu,pe,po Pohon kaswari, Kejujuran Bermain lompat tali
fifty Membawa pulang t.cabai
Angka 1-10 Dikte Cerita membantu
mamaAngka 11-20 Membaca Menanam
pohon21 minggu
Diposkan oleh Endah K di 21.48
Pembelajaran Terpadu bagi Anak Usia Dini
Peserta didik yang berada pada taman kanak-kanak dan sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung
Secara psikologis, anak berkembang secara holistic atau menyeluruh, artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lain; aspek perkembangan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan lainnya.
Karakteristik perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi para pendidik dalam mengorganisasikan kurikulum atau program pendidikan yang pada gilirannya akan memberikan implikasi juga untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan yang tepat.
Dalam kaitannya dengan karakterristik perkembangan anak, maka kurikulum TK harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan potensi seutuhnya. Kurikulum harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan poensi seutuhnya. Kurikulum harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak. Eliason dan Jenkins (1994) mengemukakan bahwa kurikulum harus member kesempatan kepada anak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif. Kurikulum harus memberikan dorongan untuk mengembangkan hubungan social yang sehat, perkembangan emosi, dan fisik anak. Kurikulum seperti ini menggambarkan “kurikulum humanistik”. Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan, “Kurikulum humanistic adalah kurikulum yang menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.
Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh bukan pengalaman yang terpenggal-penggal”.
Sejalan dengan pemikiran di atas maka model pembelajaran yang paling relevan dalam upaya pencapaian semua aspek perkembangan anak tersebut adalah model pembelajaran terpadu yang disajikan berdasarkan tema-tema belajar. Eliason dan Jenkins (1994) mengemukakan bahwa tema dalam kurikulum terpadu memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada di lingkungan”.
Melalui tulisan ini akan dibahas tentang pengertian pembelajaran terpadu (tema), prinsip-prinsip pembelajaran tema, manfaat, dan prosedur pembelajaran tema.
Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Tematik (Terpadu)
Pembelajaran tema memiliki banyak manfaat baik bagi anak maupun bagi guru. Manfaat tersebut antara lain:
1. Meningkatkan perkembangan konsep anak; 2. Memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan;3. Meningkatkan keeratan kelompok anak;4. Membantu guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing manfaat pembelajaran tema. Tema membantu anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Melalui partisipasi dalam pembelajaran tema, anak-anak membentuk hubungan yang utuh dari informasi yang terpisah-pisah sehingga menjadi suatu konsep yang terpadu. Konsep adalah gagasan atau ide pokok tentang objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya. Konsep merupakan merupakan kategori yang berbeda-beda, atau peristiwa yang dilihat dan dialaminya.
Menurut Berk dan Winsher (1995), anak-anak membentuk konsep melalui pengalaman langsung. Setiap saat anak-anak memanipulasi objek atau mengembangkan keterampilan misalnya melatih kemampuan motorik halus dan motorik kasar, mengobservasi, membandingkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, mengingat, menghitung, bermain peran serta mengeksplorasi gagasan.
Pembelajaran tama dapat dilaksanakan dalam waktu yang panjang misalnya satu tahun, satu bulan, atau dalam jangka waktu yang singkat misalnya satu minggu atau beberapa hari. Melalui pembelajaran tema, anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang
lingkungannya seperti tanaman, biantang, benda-benda, atau manusia, peristiwa tertentu misalnya rekreasi, gelaja alam, kenduri, dan sebagainya.
Tujuan penyusunan dokumen model pengembangan silabus tematik di Tamakan Kanak-kanak adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.4. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik
Sasaran dari Pembelajan Tematik
Sasaran dari pembelajaran tematik dapat diambil dari karakteristik pembelajaran tema menurut Konstelnik (1991), yaitu
1. Menyediakan pengalaman langsung tentang objek-objek nyata bagi anak. Pegalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh anak dengan menggunakan semua inderanya, yaitu melihat,menyentuh, mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti itu anak-anak membangun pengetahuannya denga cara memanipulasi objek, mengamati peristiwa itu atau kejadian, berinteraksi dengan manusia, dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung anak mengembangkan keterampilan mengamati, membandingkan, menghitung, bermain peran, mengemukakan perasaan dan gagasan.
2. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran tema menantang anak untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya. Dengan demikian aktivitas mental anak terlibat.
3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran tema harus relevan dengan minat anak, karena minat aak merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan tema. Jika minat anak dipertimbangkan dalam memilih tema maka anak akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik.
4. Membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya. Tema yang dipilih harus mempertimbangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki anak, sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru,
dengan demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal oleh anak.
5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yangditujukan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan kognitif, social, emosi, fisik, dan estetis. Tema sebagai fokus dalam pembelajran memungkinkan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan melalui kegiatan-kegiatan belajar yang relevan.
6. Mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik, ineraksi social, kemandirian, dan mengembangkan harga diri positif. Setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan dengan aspek ififk, social, afeksi, emosi, dan intelektual. Melalui pembelajaran tema kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mugnkin untukdipenuhi karena pembelajaran tema menyediakan kegiatan belajar bervariasi.
7. Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar. Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Melalui bermain anak melakukan proses belajar yang menyenangkan, sukarela, dan spontan. Melalui bermain anak-anak membangun konsep-konsep yang lebih abstrak.
8. Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman dalam keluarga yang dibawa anak.
9. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.
Dalam pembelajaran tema guru dapat memanfaatkan pihak keluarga atau orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema “Pekerjaan” guru dapat mengundang orang tua anak yang berprofesi sebagai petani, dokter, pedagang atau pekerjaan lainnya untuk menceritakan pengalamannya yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Ini akan lebih menarik bagi anak dari pada guru sendiri yang menceritakan. Dengan demikian seorang guru dituntunt untuk kreatif mendesain pembelajaran terpadu yang menyenangkan bagi anak.