Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

36
Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudah mengembangkan Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagi penyelenggaraan PAUD. Kurikulum PAUD hendaknya disusun berdasarkan landasan teoritik, yuridis, dan empiric. Hingga saat inibelum ditetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk PAUD sebagai acuan penyusunan KTSP. Untuk itu perlu disusun naskah akademik kajian kebijakan kurikulum PAUD. Disisi lain prinsip otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dalam

Transcript of Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Page 1: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini

BAB  I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang

pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak

berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahlineurologi, menyatakan bahwa

sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah

terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan

berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat

maupun sekolah.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudah

mengembangkan Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagi

penyelenggaraan PAUD. Kurikulum PAUD hendaknya disusun berdasarkan landasan teoritik,

yuridis, dan empiric. Hingga saat inibelum ditetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk PAUD

sebagai acuan penyusunan KTSP. Untuk itu perlu disusun naskah akademik kajian kebijakan

kurikulum PAUD.

Disisi lain prinsip otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab

dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Daerah berwenang

untuk menangani urusan pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan

kewajiban yang semestinya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang

sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Selain itu daerah juga harus bertanggungjawab

dalam penyelenggaraannya yang benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian

otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan

pelayanan dasar pendidikan yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Page 2: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Daerah Propinsi sebagai Daerah Otonom, pasal 2 ayat (2) dan (3)

dalam bidang pendidikan telah dinyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan

antara lain (1) penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan

kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya,

(2) penetapan standar materi pelajaran pokok, (3) penetapan pedoman pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan, dan (4) penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar

efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.

Otonomi pengelolaan pendidikan ini diwujudkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya dikembangkan dan dikelola

oleh pelaksana di daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah. Dengan demikian daerah

tingkat II dan sekolah memiliki kewenangan untuk merancang silabus dan pelaksanaannya

disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan kondisi daerah

berdasarkan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan proses pembelajaran

yang mengacu pada ketetapan pemerintah secara nasional sesuai dengan prinsip manajemen

berbasis sekolah.

Kebutuhan setiap daerah yang berbeda-beda memaksa setiap daerah untuk melihat dan

memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan didaerahnya termasuk dalam pengembangan

kurikulum yang sesuai dan dapat dilaksanakan bagi daerahnya. Dalam hal ini pengembangan

silabus bagi PAUD di daerah Dekai, Yahukimo Papua yang akan saya coba susun sesuai

pengamatan dan pelaksanaannya di lapangan.

Pengembangan silabus akan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembinaan

TK dan SD dalam melakukan pembinaan, secara teknis menyusun pedoman pengembangan

silabus di TK . Pengembangan silabus meliputi program semester, program mingguan dan

program harian yang dapat dijadikan acuan di lapangan.

B.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Pengembangan kurikulum atau sistem pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini perlu

mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang meliputi:

Page 3: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

1.      Analisis kebutuhan dan  masalah pembelajaran

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak

pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek

perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya

dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.

2.      Analisis Filosofi, Visi, Fungsi dan Tugas

Filosofi pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada anak yang

mengutamakan kepentingan bermain. Permainan yang diperuntukan bagi anak memberikan

peluang untuk menggali dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Permainan pada anak

dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya, berkreasi, menemukan dan memotivasi

mereka untuk menerima segala bentuk risiko dan menambah pemahaman mereka. Selain itu,

dapat menambah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap

orang lain dan lingkungannya.

Visi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

         Mengupayakan pemerataan layanan, peningkatan mutu, dan efesiensi penyelenggaraan

pendidikan;

         Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan

layanan pendidikan dini;

         Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih

lanjut.

Misi Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia serta memiliki

kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

         Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang

sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga mewakili kesiapan yang optimal di dalam

memasuki pendidikan dasar sarta mengurangi kehidupan dimasa dewasa.

         Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah

Page 4: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

         Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi

yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual,

emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat).

         Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.

Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tinjauan didaktis psikologi adalah untuk

mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan potensi bawaan. Kecerdasan

yang dimiliki oleh seseorang anak hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup (life skill).

Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

         Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Misalnya menyiapkan media pemebelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

dan minat anak (baik anak biasa maupun berkebutuhan khusus).

         Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: Jalan-jalan ke hutan kota, disana dapat

mengenalkan anak bermacam-macam hewan ciptaannya, mengenal berbagai hewan berbahaya

dan bukan berbahaya, mengenal udara panas dan dingin.

         Mengembangkan sosialisasi anak. Bermain bersama teman-teman, melalui bermain dengan

teman, maka anak akan berinteraksi sehingga proses sosialisasi dapat berkembang

         Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Misalnya mengikuti peraturan

kelas yang disepakati bersama.

         Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya, misalnya bermain

bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak.

         Memberikan stimulus kultural pada anak dan memberikan ekspresi stimulasi kultural.

Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang

pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan

prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat

dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat (Direktorat

PAUD, 2000:6).

Page 5: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

3.      Analisis Peserta Didik

Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan

perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka pendidik perlu memperhatikan

perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu

memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak,

gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial. Ini dikarenakan kelas inklusi terdiri dari

anak yang beragam yang didalamnya juga anak berkebutuhan khusus yang mungkin belum

terlihat perbedaannya secara fisik.

         Hakikat perkembangan anak usia dini. Anak usia dini berada dalam masa keemasan di

sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11)

mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah

anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak

siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.

Selanjutnya Montesorri menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak

mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari

lingkungannya baik disengaja maupun tidak sengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan

fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas

perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari (Hainstok, 1999:34).

Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu

bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di atas permukaan air.

Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai perkembangannya dengan cara

memperkaya lingkungan bermainnya

         Hakikat anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-

anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak latib dan berbakat

(Mulyono, 2006:26). Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi

berkelainan (exception) atau luar biasa. Konsep ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan.

Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar

biasa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.

Page 6: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk perencanaan dan pemikiran bagi anak yang

berketidakmampuan:

-          Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka

-          Jaga pandangan masing-masing: hindari penekanan ketidakmampuan dengan

mengeyampingkan pencapaian masing-masing

-          Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri atau untuk

anak yang lain

-          Berikan lingkungan di mana anak yang bersamasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak

yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnya.

4.      Analisis Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan Asesmen

Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam berbagai konteks, dan berdasarkan

apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru dan orangtua dapat memberi bantuan

belajar yang pas sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu asesmen otentik

dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil karya anak,

hasil pengamatan guru, dan informasi dari orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan

belajar anak. Berbagai teknik dan instrumen asesmen, seperti catatan anekdot (anecdotal

record), catatan narative (narrative record), catatan cepat (running record), sample kegiatan

(event sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk memantau perkembangan anak.

Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan

berkesinambungan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi

aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu

keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga

seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan

kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama

antara guru, orangtua dan tenaga ahli (psikolog).

5.      Penentuan dan Penyusunan Materi Pembelajaran

         Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui

penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri

Page 7: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk

kelangsungan hidupnya.

         Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta

demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar

ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam

bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain

sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan

temannya.

         Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak

membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar.

Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

         Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan

pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang

menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik

serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan

dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi

bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan

pengalamannya.

6.      Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar

Pengembangan instrumen evaluasi hasil belajar disini dimaksudkan untuk melihat pencapaian

tujuan yang satu agar dapat menjadi alat ukur untuk mencapai tujuan berikutnya, dalam hal ini

jika anak telah mencapai suatu titik pembelajaran tertentu maka anak ini akan mempu untuk

melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Namun pada pendidikan anak usia dini evaluasi tidak

menitik beratkan kepada penguasaan materi tetapi proses dari pembelajaran setiap anak dalam

menemukan keunggulan-keunggulan dalam dirinya. Menurut Dewey, pendidikan yang benar

hanya akan muncul dengan menggali keunggulan-keunggulan anak yang timbul dari tuntutan

situasi sosial di mana dia menemukan dirinya sendiri. Melalui tuntutan sosial ini anak

dirangsang untuk mampu bertindak sebagai anggota suatu unit sosial tertentu.

Page 8: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

7.      Penentuan Kegiatan Pembelajaran Pengelompokan Peserta Didik

Penentuan kegiatan pembelajaran pengelompokan peserta didik dapat dilihat dari kebutuhan

dan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, jika diperuntukan bagi pendidik untuk

mengetahui kognitif peserta didik maka dapat dibuat kelompok kecil, jika sedang melakukan

story telling yang melibatkan seluruh peserta didik maka dibuat kelompok besar, namun jika

mengadakan acara bersama dengan keluarga maka bisa dibuat kelompok massa.

8.      Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran

Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan

berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang

sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan

agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Disamping itu

penggunaan teknologi informasi juga penting bagi pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini

yaitu dengan memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi,

komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk

mendorong anak menyenangi belajar jika dimungkinkan dalam penyediaan dan

penggunaannya. Namun yang terpenting adalah bagaimana pemilihan dan pengembangan

media pembelajarab itu dapat mendukung proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,

efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui

kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,

memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran

hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses

pembelajaran.

9.      Pemantauan dan Evaluasi Sistem Pembelajaran 

Program dianggap berhasil jika anak-anak memiliki prestasi belajar secara khusus yang

seringkali bersifat akademik seperti persipan untuk mengikuti sekolah selanjutnya.

Dalam alat dan cara penilaian, ditemukan adanya format-format evaluasi yang kurang efektif

untuk dilakukan di lapangan mengingat keterbatasan kemampuan guru dalam melakukan

penilaian. Guru mengehendaki format penilaian yang disederhanakan dan memudahkan

membuat rekapitulasi perkembangan anak dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan

Page 9: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

BAB II

PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI

Banyak istilah kurikulum bagi anak usia dini yang maknanya hampir sama, seperti program

kegiatan belajar bagi anak TK, menu pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini,

dan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini ((Balitbang, Depdikmas, 2002:28;

Dodge&Colker, 2005:5; GBPP, 1994:2; Sujiono&Sujiono, 2004:3; Direktorat PAUD Depdiknas,

2002:2; DepKes, 1997:92).

Berhubungan dengan hal tersebut diatas, peristilahan pengembangan kurikulum adalah istilah

yang paling sesuai dengan pengembangan program kegiatan bermain bagi anak usia dini.

Dikarenakan istilah kurikulum terkesan sangat formal dan terstruktur, maka istilah kurikulum

seringkali ditukarpakaikan dengan istilah program kegiatan bermain.

A.     Batasan Kurikulum Anak Usia Dini

Pengembangan program kegiatan bermain (kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat

dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk

bereksploitasi dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai

fasilitator pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi

(Albercht dan Miller 2000:216-218).

Bennett, Finn dan Cribb (1999:91-100), menjelaskan bahwa pada hakekatnya mengembangkan

kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang

dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri

sendiri, tanggap pada pernyataan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai

alternatif. Selain itu, hal ini membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari setiap

karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia

orang dewasa yang penuh tanggungjawab.

Page 10: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Mengutip pendapat Kitano dan Kirby (1986:127-167), kurilukum merupakan rencana

pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran dalam rangka

menghasilkan perubahan perilaku yang potensial. Kurikulum yang koprehensif seharusnya

memiliki elemen utama dari setiap bidang pengembangan yang disesuaikan dengan tingkatan

atau jenjang pendidikannya serta mengetengahkan target pencapaian peserta didik yang

mencakup seluruh kegiatan pembelajaran dilembaga pendidikan.

Catron dan Allen (1999:30), menyatakan bahwa kurikulum mencakup jawaban tentang

pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan menyediakan

sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak

berkembang dan belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa program kegiatan bermain pada

dasarnya adalah pengembangan secara kongkret dari sebuah kurikulum. Pengembangan

kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah awal yang menjadi tolok ukur dari kegiatan

belajar selanjutnya.

Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat dua hal penting tentang kurikulum

bagi anak usia dini, yaitu

1)      Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang

berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada

setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik, dan sosial;

2)      Kurilukulum berorientasi pada hasil dan mengkaitkan berbagai konsep dan perkembangan.

Pada saat disampaikan oleh guru pada setiap individu anak, maka kurikulum yang telah

dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga dapat menyediakan pengalaman yang

dapat mengembangkan perkembangan pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah

perkembangannya. Hal ini juga mengarah pada intensionalitas dan ungakapan kreatif, dan

memberikan kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok

berdasarkan kebutuhan dan minat mereka (2004:2-3).

B.      Tujuan Pengembangan Kurikulum

Page 11: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar kearah

perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas yang diperlukan oleh anak

untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta

perkembangan pada tahapan berikutnya. (Depdiknas 2004:3).

Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak

usia dini yang berorientasi pada:

1)      Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia anak;

2)      Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang

sesuai dengan perkembangan anak (DAP=Developmentally Appropriate Practice);

3)      Metode yang dipilih seharusnya berfariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu

melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan;

4)      Media dan lingkungan bermain yang digunakan seharusnya aman, nyaman, dan menimbulkan

ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi; serta

5)      Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assesment

melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh

anak.

C.      Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD

Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan

kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini. Terdapat

beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini adalah pembelajar aktif yang

secara terus menerus mendapat informasi mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak

mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3)

anak bergantung pada orang lain dalamhal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi

sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan

yang berbeda (Wolfgang dan Wolfgang, 1995:56-58).

Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan

kognitif anak secara langsung, tidak sekadar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti

Page 12: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa permainan simbolik memainkan peran

yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak mulai bermain make

believe, anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka

representasikan secara independen. Dengan demikian, pada awal proses penggantian objek

dalam bermain dramatik prototipikalitas objek menjadi krusial, sementara perkembangan

berikutnya bermain dramatik prototipikalitas menjadi kurang begiru penting. Berhubung

dengan hal tersebut diatas, maka peran pendidik berkaitan dengan teori perkembangan antara

lain adalah: (1) tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha

mengikuti arus perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan lingkungan dengan

materi yang luas, beragam, dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar, (3) memperhatikan

laju dan kecepatan belajar dari setiap anak, dan (4) adanya bimbingan dari guru agar anak

tertantang untuk melakukan sendiri.

1.      Pendekatan Tematik

Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang

pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak (Kostelknik

1991:17). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,

aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak

karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu keutuhan (Holistic)

perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial,

dan emosional. Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental anak usia 4-6 tahun,

pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a.      Berpusat pada anak,

b.      Memberikan pengalaman langsung pada anak

c.       Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas

d.      Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan pada suatu proses pembelajaran

e.      Bersifat fleksibel atau luwes

f.        Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (kostelnik,

1991:17-20).

Page 13: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Prinsip pemilihan tema, tema merupakan wahana yang berisikan bahan-bahan yang perlu

dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program pengembangan yang operasional. Tema

dapat dikembangkan fleksibel sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak agar tidak

menimbulkan kebosanan. Pemilihan tema didasarkan pada:

a.      Tema-tema yang bersifat dasar dan selalu dapat dikembangkan seperti: Aku, Keluargaku,

Rumahku, Sekolahku, dan Negeriku.

b.      Tema yang dihubungkan dengan suatu peristiwa/kejadian seperti: Gejala alam: cuaca, banjir,

gunung meletus, dan sebagainya.

c.       Tema yang dihubungkan dengan minat anak seperti: binatang: dinosaurus, tata surya.

d.      Tema yang dihubungkan dengan hari-hari besar atau spesial seperti: hari kemerdekaan, hari

besar keagamaan, hari ibu, hari anak, dan sebagainya (sujiono&sujiono, 2005:221).

2.      Pusat Kegiatan Belajar (Sentra)

Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak dibangun atas dasar bahwa

setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar, dan minat yang berbeda terhadap pengetahuan

yang ingin diketahuinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Day yang menyatakan bahwa pusat

kegiatan belajar dapat mengadaptasi perbedaan dari gaya belajar, tingkat kematangan, dan

perkembangan anak, dan perbedaan dari latar belakang yang berbeda. Prinsip yang digunakan

adalah individualisasi pengalaman belajar. Setiap anak diperkenankan untuk memilih pusat

kegiatan belajar yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain.

Craig dan Borba (1978:3) berpendapat bahwa konsep dari pusat kegiatan belajar adalah:

I hear and I forget (saya dengar dan saya lupa)

I see and I remember (saya lihat dan saya ingat)

I do and I understand (saya lakukan dan saya paham)

Selanjutnya Craig dan Borba (1978:15) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan

yang harus diperhatikan disetiap sentra, yaitu: (1) program card, setiap anak harus

merencanakan yang akan mereka lakukan pada hari itu; (2) open choice, guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok kecil dimana setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk

mengerjakan tugas bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu sentra ke sentra

Page 14: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

lainnya; (3) multi station, berupa tempat pergantian dan waktu menunggu 3-5 menit; serta (4)

enrichment centers, setelah anak-anak menyelesaikan tugasnya di masing-masing sentra,

apabila ada waktu luang mereka boleh menggunakan sentra untuk program pengayaan.

3.      Pengelolaan Kelas Berpindah (Moving Class Activity)

Pengelolaan kelas merupakan pengaturan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru baik di

dalam ruang (indoor activity) ataupun di luar (outdoor activity) dalam rangka melancarkan

proses belajar dan pembelajaran.

Pengelolaan ruang kelas dan kegiatan bimbingan merupakan hal penting yang harus

diperhatikan leh guru anak usia dini. Kebijakan yang diambil guru dan bimbingan yang tepat

bermanfaat dalam beberapa hal seperti: (1) mencegah dan mengurangi tingkah laku dan

masalah-masalah pengelolaan, (2) memberikan kesempatan dan merespon keberhasilan

pertumbuhan terhadap anak-anak yang mempunyai penyimpang, (3) mendukung belajar dan

pembelajaran yang terjadi dalam situasi di ruang kelas, (4) menumbuhkan harga diri dalam jiwa

anak, mengembangkan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan dapat

bertanggungjawab, membantu mereka mengembangkan sikap pengendalian diri dan disiplin

untuk diri mereka sendiri, dan menyediakan contoh dari suatu konflik masalah.

4.      Pelayanan Inklusi

Anak dengan keterbatasan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus beserta keluarga mereka

seharusnya mendapat pendidikan dan pelayanan yang akan membantu mereka berhasil di

sekolah dan dalam kehidupan. Pihak sekolah dan semua yang bersinggungan dengan sekolah

adalah pemain kunci dalam proses ini untuk memastikan bahwa mereka memperoleh

pelayanan dengan baik.

Sebagai pendidik anak usia dini pasti akan mendapat anak-anak berkebutuhan khusus dalam

kelas, misalnya anak dengan autisme, tuli, buta-tuli, gangguan emosi, gangguan pendengaran,

gangguan mental, keterbatasan ganda, gangguan ortopedi, gangguan kesehatan, gangguan

Page 15: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

belajar khusus, gangguan biacara dan bahasa, trauma otak, dan gangguan penglihatan

termasuk kebutaan.

Namun keterbatasan adanya tenaga pendidik dan sarana yang digunakan di daerah pedalaman

maka saya membatasi dalam membuat kurikulum itu.

Dapat dilihat dalam gambar dibawah ini bagaimana saya mencoba menetapkan pembatasan

dalam kurikulum ini.

Anak akan ditempatkan dalam kelas umum, namun akan ada bantuan tambahan atau khusus.

Ini dilakukan setelah jam sekolah selesai atau dilakukan dengan membuat worksheet dan media

pembelajaran yang disesuaikan dengan anak. Misalnya pembelajaran bagi anak yang tuna

runggu maka dapat melihat gambar dan mulut guru, bagi yang memiliki gangguan penglihatan

maka harus ada media yang dapat diraba dan suara yang mengambarkan benda tersebut dan

lain sebagainya.

BAB III PENERAPAN KURIKULUM

A.     Tema

Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik

secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum

dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan

membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar peserta didik

mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.

a. Prinsip Penentuan Tema

Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

         Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan

peserta didik kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka.

Page 16: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

         Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada

tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.

         Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat

peserta didi kepada tema-tema yang kurang menarik.

         Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di ingkungan

setempat.

b. Langkah Penentuan Tema

Pada awa tahun pelajaran, TK menentukan tema yang akan dibahas dalam satu tahun sesuai

dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat. Beberapa dalam menentukan tema :

1.      Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.

2.      Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.

3.      Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema lebih terurai.

4.      Memilih sub tema yang sesuai.

c. Tema yang akan diterapkan

Tema pokok yang akan diberikan kepada anak adalah seperti dibawah ini

1.      Diri Sendiri

2.      Lingkunganku

3.      Kebutuhanku

4.      Binatang

5.      Tanaman

6.      Rekreasi

7.      Pekerjaan

8.      Air, Udara, dan Api

9.      Alat Komunikasi/Transportasi

10.  Tanah Airku

11.  Alam Semesta

Tema sisipan sesuai dengan daerah juga akan dibagikan antara lain

1.      Hari Kemerdekaan

2.      Natal

Page 17: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

3.      Paskah

Tema-tema di atas merupakan tema umum dan dikembangkan berdasarkan kondisi daerah

Yahukimo dan kemampuan masing-masing TK sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan tema,

demikian pula dalam penentuan perkiraan waktu untuk setiap tema.

Selain tema-tema tersebut di atas, juga apabila terjadi peristiwa atau kejadian di sekitar anak

(Taman Kanak-kanak) pada saat pembelajaran berlangsung maka akan dimasukkan dalam

pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.

B.      Pengembangan Silabus

Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema,

bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut

dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke

dalam semester 1 dan 2.

Langkah-langkah pengembangan program semester, sebagai berikut:

a.      Mempelajari dokumen Kurikulum dan standar perkembangan dasar.

b.      Menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap

kelompok dalam satu semester.

c.       Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini yang harus

dilakukan adalah memasukkan hasil belajar dan/atau indikator ke dalam jaringan tema.

d.      Menetapkan pemetaan jaringan tema dengan memperhatikan keleluasaan cakupan

pembahasan tema dan sub-sub tema serta minggu efektif sekolah, sesuai dengan alokasi waktu

yang ditetapkan.

Berikut ini disajikan tema dan alokasi waktu pada semester pertama dan kedua:

Tema Semester 1

No. Tema Perkiraan Waktu*

Bulan

1 Diri Sendiri (About me)

Page 18: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

a. Perkenalan: Nama, tempat tinggal

1 minggu Juni Minggu ke-1

b. Laki-laki dan Perempuan 1 minggu Juni Minggu ke-2

c. Panca Indera 1 minggu Juni Minggu ke-3

2 Lingkunganku

a. Keluargaku 1 minggu Juni Minggu ke-4

b. Tempat tinggalku 1 1 minggu Juli Minggu ke-1

c. Peliharaanku 1 1 minggu Juli Minggu ke-2

d. Pertanian 1 minggu Juli Minggu ke-3

3 Kebutuhanku

a. Nutrisi (Makanan Sehat) 1 minggu Juli Minggu ke-4

b. Air Bersih (Minum) 1 minggu Juli Mingke-5-Agus Ming ke-1

sisipan

c. Hari Kemerdekaan Indonesia 1 Minggu Agustus Minggu ke-2

d. Pakaian Bersih 1 minggu Agustus Minggu ke-3

e. Tempat tinggalku 2 1 minggu Agustus Minggu ke-5

4 Binatang

a. Binatang Hutan (kebun binatang)

1 minggu September Minggu ke-1

b. Serangga 1 minggu September Minggu ke-2

c. Peliharaanku 2 1 minggu Sepetember Minggu ke-3

d. Binatang berbahaya 1 minggu September Minggu ke-4

5 Tanamana. Tanaman Penghasil Makanan (Pisang)

1 minggu Oktober Minggu ke-1

b. Tanaman untuk rumah dan peralatan

1 minggu Oktober Minggu ke-2

c. Tanaman sebagai hiasan 1 minggu Oktober Minggu ke-3Evaluasi 1 minggu Oktober Minggu ke-4Evaluasi 1 minggu November Minggu ke-1

JUMLAH 21 minggu

Tema Semester 2

No. Tema Alokasi Waktu Waktu1 Rekreasi

a. Kegemaran 1 minggu November Minggu ke-2b. Tamasya 1 minggu November Minggu ke-3c. Menjaga Lingkungan 1 minggu November Minggu ke-4

Sisipan

Natal 1 minggu Desember Minggu ke-1

Sisipan

Natal 1 minggu Desember Minggu ke-2

2 Pekerjaan (Community Helpers)a. Community Helper (Jasa) 1 minggu Januari Minggu ke-2b. Community Helper 1 minggu Januari Minggu ke-3

Page 19: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

c. Non Jasa Januari Minggu ke-4

3 Air, udara, dan apia. Air 1 minggu Jan Ming ke-5 – Feb Ming ke-

1b. Udara 1 minggu Feb Minggu ke-2c. Api 1 minggu Feb Minggu ke-3

4 Alat komunikasi/Transportasia. Alat Komunikasi 1 minggu Feb Minggu ke-4b. Alat Transportasi 1 minggu Maret Minggu ke-1

5 Tanah airku (My culture)a. Indonesiaku 1 minggu Maret Minggu ke-2b. Daerahku 1 minggu Maret Minggu ke-3c. Budayaku (menari) 1 minggu Maret Minggu  ke-4

6 Alam semesta (Space and Robots)a. Daratan 1 minggu April Minggu ke-1b. Lautan (Oceans) 1 minggu April Minggu ke-2c. Bencana Alam 1 minggu April Minggu ke-3

Sisipan

Paskah 1 minggu April Minggu ke-4

Sisipan

Paskah 1 minggu Mei Minggu ke-1

Evaluasi 1 minggu Mei Minggu ke-2

Evaluasi 1 minggu Mei Minggu ke-3

Sisipan

Pentas Seni dan Persiapan 1 minggu Mei Minggu ke-4

JUMLAH 26 minggu

C.      Perencanaan Mingguan

Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM

merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka

mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan

pembahasan tema dan subtema.

Perencanaan mingguan dapat disusun dalam bentuk, antara lain satuan kegiatan mingguan

(SKM) model pembelajaran kelompok dan satuan kegiatan mingguan (SKM) model

pembelajaran berdasar minat.

Satuan Kegiatan Mingguan

a.       Komponen SKM adalah sebagai berikut:

         Tema dan sub tema.

         Alokasi waktu.

Page 20: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

         Aspek pengembangan.

         Kegiatan per aspek pengembangan.

b.      Langkah-langkah pengembangan SKM adalah sebagai berikut:

1.      Menjabarkan tema dan merinci subtema.

         Membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan.

         Menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan pada bidang pengembangan dalam program

semester.

Berikut ini adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan pada semester satu pada kelompok

taman kanak-kanak B. Namun jika dalam evaluasi ada beberapa pertimbangan untuk

kesesuaian pembelajaran anak, maka kegiatan akan disesuaikan.

Dan bagi anak yang berkebutuhan khusus maka pada beberapa pelajaran akan dipisah sesuai

kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak. Pemisahan ini bukan bertujuan untuk membedakan

akan tetapi agar mudah dalam mengawasi dan menolong anak tersebut.

Page 21: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Rincian Kegiatan Semester

Tema Semester 1

Tema Math Bahasa Sains Karakter Seni Motorik B. Ingris Sosial

Diri Sendiri (About me)

a. Perkenalan: Nama, tempat tinggal

Angka 1, mengetahui konsep satu

A, a(ayam, anjing,

apel)

Mengenal anggota tubuh,

dengan menyanyi

kapala,pundak lutu,kaki

Pengendalian diri (Cerita

Putri Sembrono)

Mengubungkan garis pada

gambar manusia

Menyusun menara 9-10

kotak

One Menyebutkan nama teman-teman yang

sudah dikenal

b. Aku Perempuan dan Aku Angka 2 I,i(Ikan, Itik,

Mengenal ciri perempuan dan

pria

Pengendalian diri

Menempelkan puzzle (laki-

laki dan perempuan)

Mengambar lingkaran (wajah), silang.

Two Menyebutkan teman laki-laki

dan perempuan

c. Panca Indera Angka 3 U, u(Ular, Udang,

Fungsi angg tubuh

Pengendalian diri

Membuat korsase dari

kertas, tempel dan tarik

Mengendarai sepeda roda

3

Three (Lagu One and One)

Membantu orang lain

Lingkunganku

a. Keluargaku Angka 4 E, e(Elang, Ember,

Perbedaan mns (keluarga-kecil

besar)

Kasih Membuat pohon

keluarga

Berdiri pada satu kaki beberapa

detik

Four Menyebutkan nama

orangtua, adik dan kakak jika

adab. Tempat tinggalku 1 Angka 5 O, o

(Obat, Odol, Menyebutkan bagian dari

rumah

Kasih Menggambar rumah bersih

Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian

Five, Six Mau membersihkan

rumah dan membereskan

mainan setealh bermain

c. Peliharaanku 1 Angka 6 a-z (nyanyi) Hewan peliharaan,

membedakan tempat hewan

dan tempat tinggal manusia

Kasih Menggunting dan menempel

hewan peliharaan

Melompat jauh

(Lagu watermelon)

Membedakan tempat tinggal

hewan peliharaan dan

manusia

d. Pertanian (Sekolahku) Angka 7 a-z(konsep a-z)

Menanam biji cabai ke dalam

pot

Kasih Menghias pot bunga dengan mote, kertas

warna dan lem

Memasukkan biji-bijian ke dalam botol

berleher sempit

Seven Memelihara tanaman yang telah ditanam

disekolah.

Kebutuhanku

a. Nutrisi (Makanan Sehat) Angka 8 ba,bi,bu,be,bo dan kata babi,

bebek, boneka, bulan,

buku

4 (sagu,jagung, ubi + sayur

+ikan,telur,daging +buah,

sehat 5 sempurna susu

Tanggungjawab

Permainan mencari gmb 4

sehat+5 sempurna kemudian

menggunting dan menempel

Makan menggunaka

n sendok

Eight Menceritakan kepada teman

sekelas makanan yang

anak makan sehari-hari

b. Air Bersih (Minum) Angka 9 ca,ci,cu,ce,cokata: cacing, cicak, celo,

cobek

Proses air minum bersih

Tanggungjawab

Membuat tempat minum

untuk menyimpan minuman

bersih (botol kaca)

Menuangkan minuman

sendiri

Nine Membuat minuman

bersih (memasak

sampai mendidih)

c. Hari Kemerdekaan Angka 10 da,di,du,de,dokata: dadu, dingin, duduk, delima, dodol

Mengenal warna dasar;

merah, kuning dan biru

Tanggungjawab

Merias kelas dengan tema merah putih

Membangun jembatan dengan 3

kotak

Ten Kerjasama antar teman

dalam menghias

kelas

Page 22: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

d. Pakaian Bersih Angka 11 fa,fi,fu,fe,fokata: foto, fani, figura,

Guru memperagakan

bagaimanan merawat pakaian.

Tanggungjawab

Membuat bingkai

dengan cara mencuci

pakaian yang benar

Memakai seragam sendiri

(mengancing baju)

Eleven Mencuci pakaian

seragam anak sendiri setelah

dipakai

e. Tempat tinggalku 2 Angka 12 ga,gi,gu,ge,gokata: gajah, gigi, gorilla.

Guru menerangkan

seperti apa rumah yang

bersih

Tanggungjawab

Membuat hiasan dinding

di rumah

Menyapu lantai rumah/

sekolah

twelve Menceritakan bagaimana

membantu ibu membersihkan

rumah

a. Binatang Hutan (kebun Angka 13 ha,hi,hu,he,hokata: hari,

hijau, hutan

Ular, kangguru, kaswari

(dilindungi)

Murah hati Berkunjung ke hutan kota

Mengendarai sepeda roda tiga/empat

Kangoro, snack

Berkunjung ke hutan kota

Angka 14 ja,ji,ju,je,jokata: jerapah, jingga, jojo,

Ciri-ciri serangga

Murah hati Membuat seranga dari biji ditempel

dikertas

Berlari dengan benar

Lady bugs, ant Menyayangi binatang

c. Peliharaanku 2 (Ternak) Angka 15 ka,ki,ku,ke,ko Tempat memelihara

Murah hati Menggambar babi dan mewarnai

penuh

Melompat dengan dua

kaki

Pig, chikhen Melindungi binatang

d. Dunia Burung Angka 16 dan 17

La,li,lu, le lo Menyebutkan jenis burung

Murah hati Membuat sarang burung dan menempel

burung

Berjalan pd balok

keseimbangan

Bird Tidak menyiksa binatang

a. Tanaman Penghasil Makanan (Pisang)

Angka 18 Papaya, ubi, singkong,

pisang

Kejujuran Membuat tali dan mengikat

pada pot bunga

Berjalan mundur dengan berjinjit

thirty Memberi pupuk pada tanaman yg

telah di tanamb. Tanaman untuk rumah dan peralatan

Angka 19 Na,ni,nu,ne,no Pohon jati, pohon mahoni

Kejujuran Membuat lukisan diatas

kayu

Bermain gobak sodor

fourty Melestarikan pohon

c. Tanaman sebagai hiasan Angka 20 Pa,pi,pu,pe,po Pohon kaswari, Kejujuran Bermain lompat tali

fifty Membawa pulang t.cabai

Angka 1-10 Dikte Cerita membantu

mamaAngka 11-20 Membaca Menanam

pohon21 minggu

Diposkan oleh Endah K di 21.48

Page 23: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Pembelajaran Terpadu bagi Anak Usia Dini

 Peserta didik yang berada pada taman kanak-kanak dan sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung

Secara psikologis, anak berkembang secara holistic atau menyeluruh, artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lain; aspek perkembangan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan lainnya.

Karakteristik perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi para pendidik dalam mengorganisasikan kurikulum atau program pendidikan yang pada gilirannya akan memberikan implikasi juga untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan yang tepat.

Dalam kaitannya dengan karakterristik perkembangan anak, maka kurikulum TK harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan potensi seutuhnya. Kurikulum harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan poensi seutuhnya. Kurikulum harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak. Eliason dan Jenkins (1994) mengemukakan bahwa kurikulum harus member kesempatan kepada anak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif. Kurikulum harus memberikan dorongan untuk mengembangkan hubungan social yang sehat, perkembangan emosi, dan fisik anak. Kurikulum seperti ini menggambarkan “kurikulum humanistik”. Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan, “Kurikulum humanistic adalah kurikulum yang menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.

Page 24: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh bukan pengalaman yang terpenggal-penggal”.

Sejalan dengan pemikiran di atas maka model pembelajaran yang paling relevan dalam upaya pencapaian semua aspek perkembangan anak tersebut adalah model pembelajaran terpadu yang disajikan berdasarkan tema-tema belajar. Eliason dan Jenkins (1994) mengemukakan bahwa tema dalam kurikulum terpadu memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada di lingkungan”.

Melalui tulisan ini akan dibahas tentang pengertian pembelajaran terpadu (tema), prinsip-prinsip pembelajaran tema, manfaat, dan prosedur pembelajaran tema.

Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Tematik (Terpadu)

Pembelajaran tema memiliki banyak manfaat baik bagi anak maupun bagi guru. Manfaat tersebut antara lain:

1.      Meningkatkan perkembangan konsep anak; 2.     Memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan;3.      Meningkatkan keeratan kelompok anak;4.      Membantu guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing manfaat pembelajaran tema. Tema membantu anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Melalui partisipasi dalam pembelajaran tema, anak-anak membentuk hubungan yang utuh dari informasi yang terpisah-pisah sehingga menjadi suatu konsep yang terpadu. Konsep adalah gagasan atau ide pokok tentang objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya. Konsep merupakan merupakan kategori yang berbeda-beda, atau peristiwa yang dilihat dan dialaminya.

Menurut Berk dan Winsher (1995), anak-anak membentuk konsep melalui pengalaman langsung. Setiap saat anak-anak memanipulasi objek atau mengembangkan keterampilan misalnya melatih kemampuan motorik halus dan motorik kasar, mengobservasi, membandingkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, mengingat, menghitung, bermain peran serta mengeksplorasi gagasan.

Pembelajaran tama dapat dilaksanakan dalam waktu yang panjang misalnya satu tahun, satu bulan, atau dalam jangka waktu yang singkat misalnya satu minggu atau beberapa hari. Melalui pembelajaran tema, anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang

Page 25: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

lingkungannya seperti tanaman, biantang, benda-benda, atau manusia, peristiwa tertentu misalnya rekreasi, gelaja alam, kenduri, dan sebagainya.

Tujuan penyusunan dokumen model pengembangan silabus tematik di Tamakan Kanak-kanak adalah sebagai berikut:

1.      Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.2.      Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.3.      Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.4.      Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik

 Sasaran dari Pembelajan Tematik

Sasaran dari pembelajaran tematik dapat diambil dari karakteristik pembelajaran tema menurut Konstelnik (1991), yaitu

1.      Menyediakan pengalaman langsung tentang objek-objek nyata bagi anak. Pegalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh anak dengan menggunakan semua inderanya, yaitu melihat,menyentuh, mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti itu anak-anak membangun pengetahuannya denga cara memanipulasi objek, mengamati peristiwa itu atau kejadian, berinteraksi dengan manusia, dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung anak mengembangkan keterampilan mengamati, membandingkan, menghitung, bermain peran, mengemukakan perasaan dan gagasan.

2.      Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran tema menantang anak untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya. Dengan demikian aktivitas mental anak terlibat.

3.      Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran tema harus relevan dengan minat anak, karena minat aak merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan tema. Jika minat anak dipertimbangkan dalam memilih tema maka anak akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik.

4.      Membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya. Tema yang dipilih harus mempertimbangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki anak, sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru,

Page 26: Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.docx

dengan demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal oleh anak.

5.      Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yangditujukan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan kognitif, social, emosi, fisik, dan estetis. Tema sebagai fokus dalam pembelajran memungkinkan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan melalui kegiatan-kegiatan belajar yang relevan.

6.      Mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik, ineraksi social, kemandirian, dan mengembangkan harga diri positif. Setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan dengan aspek ififk, social, afeksi, emosi, dan intelektual. Melalui pembelajaran tema kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mugnkin untukdipenuhi karena pembelajaran tema menyediakan kegiatan belajar bervariasi.

7.      Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar. Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Melalui bermain anak melakukan proses belajar yang menyenangkan, sukarela, dan spontan. Melalui bermain anak-anak membangun konsep-konsep yang lebih abstrak.

8.      Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman dalam keluarga yang dibawa anak.

9.      Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.

Dalam pembelajaran tema guru dapat memanfaatkan pihak keluarga atau orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema “Pekerjaan” guru dapat mengundang orang tua anak yang berprofesi sebagai petani, dokter, pedagang atau pekerjaan lainnya untuk menceritakan pengalamannya yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Ini akan lebih menarik bagi anak dari pada guru sendiri yang menceritakan. Dengan demikian seorang guru dituntunt untuk kreatif mendesain pembelajaran terpadu yang menyenangkan bagi anak.