PENGEMBANGAN KOMIK ILMU PENGETAHUAN ALAM FISIKA …repository.uinjambi.ac.id/2413/1/TF.151084... ·...
Transcript of PENGEMBANGAN KOMIK ILMU PENGETAHUAN ALAM FISIKA …repository.uinjambi.ac.id/2413/1/TF.151084... ·...
PENGEMBANGAN KOMIK ILMU PENGETAHUAN ALAM
FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK PADA
POKOK BAHASAN CAHAYA DAN ALAT OPTIK
SKRIPSI
Oleh:
FITRIYANI
NIM. TF.151084
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
i
PENGEMBANGAN KOMIK ILMU PENGETAHUAN ALAM
FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK PADA
POKOK BAHASAN CAHAYA DAN ALAT OPTIK
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Oleh:
FITRIYANI
NIM. TF.151084
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
vi
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan karya tulis sederhana untuk orang yang berjasa dalam
hidupku yang telah memberikan arti kehidupan bagiku:
1. Kedua orang tua saya yaitu Ayahanda Karmin dan Ibunda Sunarti yang tiada
henti-hentinya mendoakan dan membiayai saya sampai ke perguruan tinggi,
mengasihi dan menyayangi saya yang tiada taranya serta segala
pengorbanannya yang tidak dibalas dengan apapun. Tetapi, saya akan
berusaha dan bekerja keras demi kebahagiaan orang tua.
2. Kakak kandung saya yaitu Gatot Santoso dan kakak ipar saya Nurul
Megawati yang selalu mendukung dan menanti kesuksesan saya.
3. Terimakasih kepada keluarga besar yang selalu memberi semangat dan
medoakan untuk kesuksesan saya.
4. Terimakasih untuk Dewi Riyanti, Hikmatul ‘ulya, Fatimah, dan Ghalih
Dahemmuksi yang menemani dan senantiasa memberikan saran kepada
penulis.
5. Tak lupa pula untuk sahabat perjuangan mahasiswa tadris fisika angkatan
2015.
Almamater saya tercinta UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang
mendewasakan saya dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.
vii
MOTTO
( ة :٤ ٧ ١)
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al Quran)”. (QS. An-Nisa : 174)
Sumber: Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahan
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang
kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkan-Nya, atas iradah-Nya sehingga
skripsi ini dapat dirampungkan. Salawat dan salam atas Nabi SAW pembawa
risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah
dan keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sua’aidi Asy’ari. MA,. Ph.D selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Boby Syefrinando, S.Si, M.Si selaku Ketua Prodi Tadris Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Bapak Ir. Sholahuddin, M.Si selaku Sekretaris Prodi Tadris Fisika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
5. Bapak Drs. Rizalman, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Vandri Ahmad
Isnaini, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak Arlis. K, S.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Romlah Wati, S.P selaku
guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di SMP N 24 Tanjung Jabung
Timur atas bantuan dan izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
x
ABSTRAK
Nama : Fitriyani
Program Studi : Tadris Fisika
Judul : Pengembangan Komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika Berbasis
Scientific Approach Sebagai Media Pembelajaran Peserta Didik
Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Alat Optik
Penelitian ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific approach kelas VIII B SMP N 24
Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini termasuk penelitian Research and
Development (R&D)dengan model penelitian Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation (ADDIE). Tim validasi media terdiri dari ahli
media, ahli materi, ahli bahasa, dan tanggapan guru mata pelajaran. Tim uji coba
terdiri dari tiga siswa untuk uji coba kelompok kecil, dan 28 siswa untuk uji coba
kelompok besar. Untuk hasil uji coba praktikalitas, dari tanggapan guru mata
pelajaran dengan persentase sebesar 91,67%, berdasarkan uji coba kelompok kecil
dengan persentase sebesar 87,78%, dan berdasarkan uji coba kelompok besar
dengan persentase sebesar 84,05%. Hasil uji efektifitas produk ditemukan bahwa
media pembelajaran komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific
approach layak digunakan sebagai media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Fisika berbasis scientific approach pada pokok bahasan cahaya dan alat optik
dengan persentase sebesar 91,53%.
Kata Kunci : media pembelajaran, komik, cahaya dan alat optik
xi
ABSTRACT
Name : Fitriyani
Study program : Physics Education
Title : Development of Natural Science Comics Based on Scientific
Approach as Learning Media for Students on the subject of light
and optical devices
The aim of this research is to develop a learning media for Natural
Science comics based on scientific approach for class VIII B SMP N 24 Tanjung
Jabung Timur. Type of this research is Research and Development (R&D) with
the Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation (ADDIE)
research model. The team of media validation consists of media experts, material
experts, linguists, and subject teacher responses. The group of test consisted of
three students for small group trials, and twenty eight for large group trials.
Practicality test results, from the responses of subject teachers with a percentage
of 91.67%, based on small group trials with a percentage of 87.78%, and based on
large group trials with a percentage of 84.05%. The results of effectiveness test
found that the natural science comics based on scientific approach was feasible to
be used as a learning media of Physical Sciences on the subject of light and
optical devices with a percentage of 91.53%.
Keywords: learning media, comics, light and optical devices subject
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN SKRIPSI I ................................................................................... ii
PERSETUJUAN SKRIPSI II.................................................................................. iii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................ x
ABSTRACT .............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Batasan Masalah............................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian................................................................... 7
F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ............................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Model ....................................................................... 9
B. Kajian Teoritik Teori...................................................................................... 10
C. Penelitian Relevan .......................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................................... 37
B. Karakterisitik sasaran penelitian .................................................................... 37
C. Pendekatan dan prosedur pengembangan ...................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 60
B. Pembahasan .................................................................................................... 66
C. Efektivitas Model ........................................................................................... 76
D. Pembahasan .................................................................................................... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Model Pengembangan ADDIE ........................................................ 38
Gambar IV.1 Tampilan Cover Komik.................................................................... 63
Gambar IV.2 Tampilan Pengenalan Tokoh............................................................ 63
Gambar IV.3 Tampilan Apersepsi Dari Materi ...................................................... 63
Gambar IV.4 Tampilan Isi Materi .......................................................................... 64
Gambar IV.5 Tampilan Contoh Soal ..................................................................... 64
Gambar IV.6 Tampilan Soal .................................................................................. 64
Gambar IV.7 Sebelum Revisi Materi ..................................................................... 69
Gambar IV.8 Sesudah Revisi Materi...................................................................... 69
Gambar IV.9 Sebelum Revisi Materi ..................................................................... 70
Gambar IV.10 Sesudah Revisi Materi...................................................................... 70
Gambar IV.11 Sebelum Revisi Bahasa .................................................................... 72
Gambar IV.12 Sesudah Revisi Bahasa ..................................................................... 72
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Nilai Rata-Rata Kelas VII, VIII, Dan IX Pada Semester I ...................... 5
Tabel III.1 Kisi-Kisi Angket Penilaian Validasi Desain Media
Pembelajaran ........................................................................................... 43
Tabel III.2 Kisi-Kisi Angket Penilaian Validasi Isi Materi....................................... 45
Tabel III.3 Kisi-Kisi Angket Penilaian Validasi Bahasa ........................................... 46
Tabel III.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r ................................................... 52
Tabel III.5 Skala Likert ............................................................................................. 54
Tabel III.6 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Guru ......................................................... 55
Tabel III.7 Kisi-Kisi Angket Persepsi Siswa ............................................................ 56
Tabel III.8 Interpretasi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai
Kelayakan ................................................................................................ 59
Tabel IV.1 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Oleh Ahli Desain
Media. ...................................................................................................... 66
Tabel IV.2 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Oleh Ahli Materi ................. 68
Tabel IV.3 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Oleh Ahli Bahasa ................ 71
Tabel IV.4 Hasil Penilaian Respon Guru Mata Pelajaran Terhadap
Media Pembelajaran ................................................................................ 73
Tabel IV.5 Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Kelompok Kecil ................................. 74
Tabel IV.6 Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Kelompok Besar ................................ 75
Tabel IV.7 Hasil Validasi .......................................................................................... 77
Tabel IV.8 Hasil Uji Coba Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen .............................. 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2 Bahan Ajar Komik
Lampiran 3 Soal Uji Coba
Lampiran 4 Lembar Penilaian Desain Media
Lampiran 5 Lembar Penilaian Materi
Lampiran 6 Lembar Penilaian Bahasa
Lampiran 7 Lembar Tanggapan Guru
Lampiran 8 Lembar Tanggapan siswa
Lampiran 9 Respon siswa pada uji coba kelompok kecil
Lampiran 10 Respon Siswa Pada Uji Coba Kelompok Besar
Lampiran 11 Hasil Uji Coba Kelas Kontrol (VIIIA)
Lampiran 12 Hasil Uji Coba Kelas Eksperimen (VIII B)
Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Uji T, dan Korelasi
Lampiran 14 Analisis Data Ahli Media, Materi, Bahasa, Dan Guru
Lampiran 15 Analisis Data Angket Siswa
Lampiran 16 Jadwal Penelitian
Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 18 Riwayat Hidup
1
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan juga diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok agar menjadi lebih dewasa atau mencapai tingkat hidup (Hasbullah,
2013: 1).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat
punya dampak dan pengaruh besar terhadap berbagai konsep, teknik, dan metode
pendidikan. Oleh sebab itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama adalah
mengajarkan bagaimana cara belajar, memberikan motivasi kepada peserta didik,
memberikan skill kepada peserta didik agar mampu beradaptasi dalam masyarakat
(Hasbullah, 2013: 69).
Perkembangan IPTEK juga mendorong penciptaan media pembelajaran
yang kreatif. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif dari siswa tidak mudah
ditumbuhkan, maka dari itu guru sebagai pendidik berperan aktif untuk
menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih aktif
dan termotivasi dalam belajar. Belajar aktif dengan diawali banyak membaca
diharapkan akan membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
materi pelajaran. Fisika adalah cabang sains paling dasar. Bidang pengetahuan ini
mempelajaari perilaku dan struktur materi (Giancoli, 2014: 2). Fisika merupakan
cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang sifat materi dan energi
serta fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta. Fisika sering dianggap
sebagai salah satu mata pelajaran yang membebani peserta didik karena dipenuhi
dengan rumus-rumus dan hal yang sangat membosankan. Belajar fisika bukan
hanya tahu matematika, tetapi peserta didik diharapkan mampu memahami
konsep yang terkandung didalamnya, menuliskannya ke dalam simbol-simbol
fisis, memahami permasalahan serta menyelesaikan secara matematis.
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Ciri khas dari pelajaran fisika adalah penggabungan antara sains dan
logika. Pembelajaran fisika hendaknya mengedepankan logika yang berbasis pada
fenomena nyata. Ciri khas inilah yang menyebabkan pembelajaran fisika seolah-
olah menjadi pelajaran sulit. Hingga saat ini sebagian peserta didik masih
memiliki pandangan yang sama bahwa pelajaran fisika pelajaran sulit, bahkan
cenderung menjemukan.
Untuk mencegah ketidak senangan peserta didik terhadap mata pelajaran
ini salah satunya dengan adanya minat membaca yang tinggi. Salah satu upaya
untuk menumbuhkan minat baca adalah dengan menggunakan buku yang menarik
dan sesuai usia siswa misalnya buku yang memiliki banyak gambar dan ilustrasi
seperti komik (Arianti,dkk, 2012: 15).
Buku pelajaran sekarang lebih banyak berupa buku teks, meskipun sudah
ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang cukup
terhadap peningkatan minat baca siswa (Wahyuningsih, 2011: 103). Berbeda
dengan buku pelajaran, buku komik merupakan paduan tulisan dan gambar kartun
yang dirancang dimana perwatakan yang sama membentuk alur cerita yang
berhubungan erat untuk menghibur para pembaca dan juga menyampaikan
informasi agar mudah dimengerti. Sehingga siswa cenderung tertarik membaca
buku komik dibanding buku pelajaran.
Menurut Azhar Arsyad, media pembelajaran adalah sebuah alat yang
berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran dapat
membantu guru dan siswa memcapai kompetensi yang ditentukan. Agar media
pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan
pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang
materi yang akan diajarkan. Komik adalah salah satu media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk proses belajar, mengubah pandangan masyarakat yang
menganggap komik tidak bermutu menjadi bacaan yang berguna pada proses
pembelajaran. Dengan komik guru bisa memotivasi dan membantu
membangkitkan minat belajar siswa.
Pembelajaran menggunakan media berupa komik dapat menarik semangat
siswa untuk belajar, karena siswa akan tertarik untuk membaca materi dalam
3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
bentuk cerita bergambar. Materi yang berbentuk gambar dapat menjelaskan
keseluruhan cerita atau materi yang dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk
mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau contoh kongkret apa
maksud dari materi tersebut. Menurut Daryanto (2013: 128) dalam (A‟yun, dkk:
117) kelebihan komik yang lainnya adalah penyajiannya mengandung unsur
visual dan cerita yang kuat. Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca
terlibat secara emosional sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya
hingga selesai. Hal inilah yang juga mengispirasi komik yang isinya materi
pembelajaran. Komik pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan minat
siswa untuk membaca sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penyajian materi pelajaran adalah salah satu hal yang sangat penting
hubungannya dengan ketercapaian kompetensi siswa yang tertuang dalam tujuan
pembelajaran di Sekolah. Untuk mencapai itu, guru dituntut untuk dapat
menyajikan bahan ajar atau materi yang merangsang keaktifan siswa. Salah satu
yang mempengaruhi penyajian materi adalah penggunaan media pembelajaran,
karena media adalah alat yang meyampaikan pesan pembelajaran. Penggunaan
media pembelajaran yang bervariasi dibutuhkan untuk lebih tertarik belajar fisika
dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Salah satu cara untuk
memotivasi siswa adalah mengajak siswa belajar dengan hal-hal yang mereka
sukai. Saat ini banyak siswa yang dalam kesehariannya suka membaca komik.
Oleh Karena itu, penulis tertarik untuk membuat media pembelajaran berupa
komik untuk membuat siswa tertarik serta memotivasi siswa belajar.
Media komik merupakan salah satu bentuk sumber belajar yang dapat
membantu siswa dan dapat menggantikan posisi guru dalam kegiatan
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Media komik dapat digunakan
dalam proses pembelajaran dua arah, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan
sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa. Menurut Soejono
Trimo dalam (Saputro, Anip Dwi: 2015) komik memiliki sifat yang khas sehingga
mampu merangsang perhatian sebagian masyarakat, baik ditinjau dari jenjang
pendidikan, status sosial ekonomi dan lain sebagainya. Sifat komik yang
4
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
dimaksud adalah banyak mengandung unsur humor yang sehat, berisi unsur
kegairahan, mengandung elemen hiburan, handy,berfokus pada manusia. Sejalan
dengan pendapat Nana Sudjana, Ahmad Rivai (2005: 64) berpendapat bahwa
“komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan
karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan
dengan gambar yang dirancang untuk memberikan hiburan kepada para
pembaca”.
Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai
kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti.
Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan,
yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi yang lebih
mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih
mudah untuk diikuti dan diingat.
Pendekatan saintifik (scientific approach) menurut BPSDMPK (2013: 5)
dapat diartikan sebagai pendekatan ilmiah yang berarti pemecahan suatu masalah
didasarkan pada kajian ilmiah, bukan perkiraan atau terkaan semata. Pemecahan
masalah dilakukan bertahap agar terbukti kebenarannya. Pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan, menalar, dan membentuk jejajaring(A‟yun,dkk:
118).
Komik ini dibuat dari melihat komik Ilmu Pengetahuan Alam yang
berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Berbentuk Komik Usaha dan Energi
karya Jayanti Lestari. Menurut penulis di dalam komik tersebut tidak ada
apersepsi dari materi usaha dan energi. Kemudian mengembangkan komik atau
dengan memperbarui komik tersebut dengan membuat tokoh-tokoh baru, materi
cahaya dan alat optik, serta komik yang dibuat penulis ini komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika Berbasis Scientific Approach.
Berdasarkan hasil penelitian Umi Sulfiah dan Dwi Sulisworo (2016) pada
judul “Pengembangan Media Pembelajaran Kontekstual Menggunakan Komik
Fisika Untuk Peserta Didik SMP/MTs Kelas VII Pada Pokok Bahasan Kalor”
bahwa hasil komik fisika berbasis pembelajaran kontekstual dapat dijadikan
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
sebagai media pembelajaran fisika yang menarik dan bermakna pada pokok
bahasan suhu, pemuaian, dan kalor untuk siswa SMP/MTs kelas VII. Selain itu,
komik fisika dinyatakan sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran yang
menarik dan bermakna pada pokok bahasan suhu, pemuaian, dan kalor untuk
siswa SMP/MTs kelas VII. Berdasarkan angket siswa, respon dilihat pada aspek
desain dan tampilan komik diperoleh 79% (dalam kategori sangat layak), aspek
komik sebagai media pembelajaran diperoleh 83,5% (dalam kategori sangat
layak), aspek untuk mendorong keingintahuan diperoleh 77,62% (dalam kategori
sangat layak).
Berdasarkan observasi di SMP N 24 Tanjung Jabung Timur, guru masih
menggunakan metode ceramah, media masih berupa buku teks saat mengajar, dan
penugasan. Karena itulah terjadinya beberapa permasalahan di SMP N 24 Tanjung
Jabung Timur antara lain motivasi dan minat belajar siswa untuk mempelajari
fisika, sebagian besar siswa memiliki persepsi bahwa fisika itu sulit dan juga
membosankan. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam diketahui bahwa peserta didik sering menganggap fisika itu
sulit. Pada saat awal penelitian, penulis menyebarkan angket kebutuhan kepada
peserta didik di kelas VIII dengan hasil bahwa peserta didik membutuhkan media
pembelajaran pada proses pembelajaran.
Tabel I.1
Nilai rata-rata kelas VII, VIII, dan IX pada semester I
Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata
VII 45 80
VIII 53 76
IX 52 82,5
Sumber: Guru mata pelajaran IPA Fisika SMP N 24 Tanjung Jabung Timur
Dari tabel I.1, bahwa nilai rata-rata teredah adalah kelas VIII. Maka peneliti
mengambil subjek penelitian di kelas VIII.
Materi cahaya dan alat optik merupakan materi yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari dan terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Alam Fisika kelas
VIII. Ada beberapa penyebab kesulitan yang dialami peserta didik dalam
6
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
mengerjakan soal cahaya dan alat optik adalah (a) kesulitan memahami konsep,
kesulitan ini terjadi ketika peserta didik tidak memahami konsep materi. (b)
Kesulitan dalam menggunakan simbol fisika (bahasa matematika), kesulitan ini
terjadi ketika peserta didik tidak mengetahui simbol-simbol yang digunakan untuk
fisika dalam materi cahaya dan alat optik. (c) Kesulitan memahami soal, kesulitan
ini terjadi ketika peserta didik mengalami kesulitan memahami soal dengan benar,
misalnya soal cermin cekung. (d) Kesulitan hitungan, kesulitan ini terjadi ketika
peserta didik mengalami kesulitan terkait menghitung untuk menyelesaikan soal.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba memberikan alternatif
dengan membuat suatu komik pembelajaran fisika yang dapat menyajikan
pembelajaran fisika yang lebih menarik agar peserta didik lebih tertarik dan
memahami pembelajaran fisika dengan baik. Oleh karena itu peneliti mengambil
judul “Pengembangan Komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika Berbasis
Scientific Approach Sebagai Media Pembelajaran Peserta Didik Pada Pokok
Bahasan Cahaya dan Alat Optik”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang ada pada lokasi penelitian, yaitu:
1. Siswa membutuhkan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Fisika
pada materi cahaya dan alat optik yang dapat memotivasi siswa dalam
pembelajaran.
2. Berdasarkan observasi mata pelajaran Fisika sering kali dianggap sulit,
membosankan dan cenderung tidak disukai oleh peserta didik.
3. Melihat hasil dari peserta didik yang belajar tanpa menggunakan media
pembelajaran dan yang menggunakan komik Ilmu Pengetahuan Alam.
C. Batasan Masalah
Penelitian pengembangan ini berupa pengembangan media pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Fisika dengan menggunakan media komik. Agar
7
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
penelitian ini terarah dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu
dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Fisika
berbentuk komik terbatas pada materi cahaya dan alat optik.
2. Subjek uji kelayakan produk dalam penelitian ini adalah kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 24 Tanjung Jabung Timur.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka secara umum dapat
dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana mengembangkan Kelayakan Media Pembelajaran Komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika Berbasis Scientific Approach pada materi cahaya dan
alat optik yang layak dan efektif?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari pengembangan media pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Terpadu dengan menggunakan Media Komik di kelas VIII
B Sekolah Menengah Pertama.
a. Untuk menguji kelayakan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
terpadu berupa Komik.
b. Untuk mengetahui persepsi siswa dan guru setelah menggunakan media
pembelajaran berbentuk komik dengan mengisi angket yang telah
diberikan.
c. Untuk mengetahui hasil dari uji coba media komik Ilmu Pengetahuan
Alam Fisika dalam bentuk post tes.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Tersedianya media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terpadu yang
berbentuk komik pada materi cahaya dan alat optik untuk siswa di kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama. Memberi kemudahan bagi guru dalam
8
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa (student
centered).
b. Memfasilitasi siswa dalam belajar cahaya dan alat optik, memperkaya
pengalaman, membangun konsep fisika dan menarik minat baca siswa.
c. Hasil penelitian pengembangan ini menghasilkan media pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam terpadu berbentuk Media Komik yang menarik,
efektif dan efisien untuk pembelajaran IPA Terpadu bagi siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 24 Tanjung Jabung Timur.
F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
Produk yang dihasilkan adalah sebuah media pembelajaran dengan
spesifikasi sebagai berikut:
1. Tinjauan materi: Cahaya dan alat optik kelas VIII B Sekolah Menengah
Pertama Negeri 24 Tanjung Jabung Timur.
2. Dalam desain menggunakan Karya tulis tangan dengan penyempurnaan
software computer yaitu Microsoft Word 2010 dengan Windows 2010.
3. Media pembelajaran yang dikembangkan berupa cetak dan berbentuk komik.
4. Judul media komik yaitu: Komik IPA Fisika Cahaya Dan Alat Optik.
5. Tokoh dalam media komik: Alice dkk.
9
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Model
Dalam kamus bahasa Indonesia pengembangan adalah proses, acara,
perbuatan mengembangkan. Menurut Sugiyono (2007: 408) dalam skripsi Jayanti
Lestari Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan keefektifan produk tersebut.
Menurut Borg dan Gall (1989: 624), educational research and
development is a process used to develop and validate educational product. Atau
dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses
yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Metode Research and Development (penelitian dan pengembangan) dapat
diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk yang telah ada. Menurut sujadi (2003: 164) pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan pendapat banyak para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan adalah sesuatu yang dibuat secara sistematis yang digunakan
untuk memodifikasi produk yang sudah ada sehingga dihasilkan produk baru yang
lebih menarik dari sebelumnya.
Model pengembangan yang di gunakan pada penelian ini adalah model
ADDIE. ADDIE pada dasarnya adalah hasil suatu paradigma pengembangan
(Branch, 2009). Sejalan dengan Januszewski dan Molenda (2018) yang
menyatakan bahwa “Model ADDIE” merupakan komponen utama dari
pendekatan sistem untuk pengembangan pembelajaran, dan prosedur
pengembangan dalam pembelajaran. ADDIE sendiri merupakan akronim dari
langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pengembangan media pembelajaran;
Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan),
Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi).
10
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan
pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D. Model ini
memiliki kesamaan dengan model pengembangan sistem basis data yang telah
diuraikan sebelumnya. Inti kegiatan pada setiap tahap pengembangan juga hampir
sama. Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan media pembelajaran (Mulyatiningsih, 2014: 199).
Keunggulan model ini, yaitu dilihat dari prosedur kerjanya yang sistematik
yakni pada setiap langkah yang akan dilalui selalu mengacu pada langkah
sebelumnya yang sudah diperbaiki sehingga diharapkan dapat diperoleh produk
yang efektif. Selain itu, terdapat prosedur pemilihan atau pengembangan media di
dalam prosedur pengembangan produk yang dibuat sehingga sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dilakukan peneliti (Suryani dkk, 2018: 126).
Analysis, berkaitan dengan kegiatan analisis terhadap situasi kerja dan
lingkungan sehingga dapat ditemukan produk apa yang perlu dikembangkan.
Design merupakan kegiatan perancangan produk sesuai dengan yang dibutuhkan.
Development adalah kegiatan pembuatan dan pengujian produk. Implementation
adalah kegiatan menggunakan produk, dan Evaluation adalah kegiatan menilai
apakah setiap langkah kegiatan produk yang telah dibuat sudah sesuai dengan
spesifikasi atau belum (Sugiyono, 2015: 38).
B. Kajian Teoritik
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟ (Arsyad, 2009: 3). Gerlach
dan Ely (1997) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
11
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3).
Selanjutnya, AECT (Association Of Education And Communication
Technology, 1997) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi
(Arsyad, 2009: 3).
Media pembelajaran berisi tentang berbagai informasi. Informasi
yang dapat tersaji dapat berupa suara maupun tulisan. Informasi yang
berupa tulisan ini dapat dipilih dengan cara membaca. Pada waktu membaca
mata mengenali huruf dan kata, sementara pikiran menghubungkan hal yang
dilihat tersebut dengan maknanya. Karena membaca merupakan suatu
proses terpadu untuk memahami makna suatu tulisan (Budiarti, 2016: 235).
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran (Arsyad, 2009: 4).
Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat membantu proses pembelajaran yang dapat dijadikan
perantara guna mencapai tujuan pembelajaran.
Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata
“teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos
(bahasa Indonesia “ilmu”) (Arsyad, 2009: 5).
Menurut Webster (1983: 105), “art” adalah keterampilan (skill) yang
diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian,
teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan
yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan
dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai
pengertian sebagai perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan
sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap,
perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan
ilmu. (Achsin, 1986: 10)
12
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Banyak batasan mengenai media pembelajaran. Namun dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan perantara atau
pengantar yang diharapkan bisa untuk menambah motivasi belajar siswa.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi pelajaran pada saat itu (Arsyad, 2009: 15).
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
yaitu:
a. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran.
b. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
c. Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran berfungsi untuk
mengadomasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.
Menurut Sudjana dan Rivai dalam (Arsyad, 2009: 24)
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu:
a. Pembelajaran akan lebih baik menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
13
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Snaky (2009: 42) membagi jenis dan karakteristik media
pembelajaran menjadi 3 aspek, yaitu:
a. Media pembelajaran dilihat dari sisi aspek bentuk fisik, dengan
membagi jenis dan karakteristiknya menjadi:
a) Media elektronik seperti: televise, film, radio, slide, video, VCD,
DVD, LCD, computer, internet, dan lain-lain.
b) Media non elektronik seperti: buku, handout, modul, diktat, media
grafis, dan alat peraga.
b. Dilihat dari aspek panca indera, media pembelajaran terbagi menjadi
tiga, yaitu media audio (dengar), media visual (melihat) termasuk di
dalamnya media grafis, dan media audio visual (dengar-melihat).
c. Dilihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan, media pembelajaran
terbagi menjadi alat perangkat keras (hardware) sebagai sarana yang
menampilkan pesan dan alat perangkat lunak (software), sebagai pesan
atau informasi.
Dalam mengembangkan media pembelajaran, perlu diketahui
beberapa kriteria media pembelajaran yang ideal agar tujuan pembuatan
media pembelajaran dapat tercapai dan memiliki nilai manfaat. Kriteria
media pembelajaran yang ideal menurut Mulyanto dan Leong (1009: 3)
adalah sebagai berikut:
14
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
a. Kesesuaian dan relevansi, artinya media pembelajaran harus sesuai
dengan kebutuhan belajar, terencana kegiatan belajar, tujuan belajar dan
karakteristik peserta didik.
b. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus
dimengerti dipelajari atau dipahami oleh peserta didik dan sangat
operasional dalampenggunaannya.
c. Kemenarikan, artinya media pembelajaran harus mampu menarik
maupun merangsang peserta didik, baik tampilan , pilihan warna,
maupun isinya. Uraian isi tidak membingungkan, bervariasi, serta
menggugah minat peserta didik untuk aktif dan tertarik menggunakan
media tersebut.
d. Kemanfaatan, artinya isi media pembelajaran harus bernilai atau
berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran
serta tidak sia-sia.
2. Media Berbasis Scientific Approach
Scientific approach merupakan satu pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran dengan menitik beratkan pada penggunaan metode
ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini didasari pada esensi
pembelajaran yang sesungguhnya merupakan sebuah sebuah proses ilmiah
yang dilakukan oleh siswa dan guru. Pendekatan ini diharapkan bisa
membuat siswa berpikir ilmiah, logis, kritis, dan objektif sesuai dengan
fakta yang ada (Suherman, 2013).
Pendekatan saintifik (scientific approach) menurut BPSDMPK
(2013: 5) dapat diartikan sebagai pendekatan ilmiah yang berarti pemecahan
suatu masalah didasarkan pada kajian ilmiah, bukan perkiraan atau terkaan
semata. Pemecahan masalah dilakukan bertahap agar terbukti kebenarannya.
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, menalar, dan
membentuk jejajaring (A‟yun, dkk: 118).
Scientific approach berkaitan erat dengan metode saintifik (Sani,
2014: 50). Para ahli menyakini bahwa scientific approach dapat menjadikan
15
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
siswa lebih aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya serta
dapat mendorong siswa melakukan penyelidiksn guna menemukan fakta-
fakta dari suatu fenomena. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan
scientific approach akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan,
dan keterampilan (BPSDMPK, 2013: 10). Menurut Sani (2014: 51)
scientific approach memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1)
mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/ mengumpulkan informasi, 4)
menalar/ asosiasi; dan 5) membentuk jaringan (Azizah, dkk: 3).
Menurut Majid (2014) dalam Muchlisin Riadi (2019) menyatakan
bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak
menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja.
Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis
(peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir
mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata).
Menurut Ahmad Dahlan (2015) menyatakan bahwa pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran
meliputi menggali informasi melalui mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan.
a) Mengamati
Mengamati adalah menggunakan indera yang dimiliki oleh siswa untuk
melihat suatu obyek. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran
memiliki kebermaknaan yang tinggi.
b) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada
saat guru bertanya, pada saat itu pula seorang guru membimbing atau
memandu peserta didiknya.
16
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
c) Menalar
Titik tekan dalam kegiatan menalar ini adalah peserta didik harus lebih aktf
daripada guru.
d) Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata dan otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA misalnya, peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-
hari.
e) Mengkomunikasikan
Pada kegiatan mengkomunikasikan ini guru memberikan klarifikasi agar
peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah
dikerjakan benar atau ada yang harus diperbaiki. Kegiatan
mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan konfirmasi. Selain
itu, dalam tahap ini juga terdapat kegiatan menyimpulkan dan menyajikan,
menyimpulkan dapat dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau bisa juga dikerjakan sendiri.
3. Komik
Menurut Mc Cloud (Lestari, 2009:1), komik merupakan gambar
yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon pada yang
melihatnya. Sedangkan menurut Will Einstein dalam (Lestari, 2009: 1),
komik adalah tatanan dan balon kata yang berurutan.
Komik merupakan media yang sangat dekat dengan anak-anak,
bahkan komik sering dianggap sebagai sahabat anak. Anak-anak lebih
sering menghabiskan waktu dengan membaca komik dibandingkan
membaca buku-buku pelajaran misalnya dalam sebulan minimal satu buku
komik maka sama dengan membaca buku pelajaran setiap tahunnya
(Sutrisno, 2018).
Komik dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang
erat hubungannya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan
17
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
kepada para pembaca. Pada awalnya komik diciptakan bukan untuk kegiatan
pembelajaran, namun untuk kepentingan hiburan semata (Daryanto, 2016:
145).
Komik merupakan perpaduan kekuatan gambar dan tulisan, yang
dirangkai dalam suatu alur cerita bergambar, dimana gambar berfungsi
untuk pendiskripsian cerita agar pembaca mudah memahami informasi yang
disampaikan oleh pengarang. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur
membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Komik memberikan
gambaran yang lebih konkrit dan nyata mengenai materi. Komik
mempunyai unsur dasar visual yaitu komik dapat dipakai sebagai alat
penyampaian pesan yang berisi arti dan makna sehingga terjadi komunikasi
visual antara pesan yang disampaikan oleh komik tersebut dengan pembaca
melalui daya imajinasinya.
Komik telah berfungsi sebagai media hiburan yang dapat
disejajarkan dengan berbagai jenis hiburan lainnya seperti film, TV, dan
bioskop. Komik juga media komunikasi visual dan lebih dari pada sekedar
cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Sebagai media komunikasi
visual, komik dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan dan mampu
menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. Selanjutnya komik yang
akan dibuat oleh penulis adalah komik yang menyajikan permasalahan yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan mengandung unsur edukatif.
Selain itu, komik ini akan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Gambar
yang disajikan dalam komik edukasi berbentuk kartun, hal ini dikarenakan
gambar-gambar kartun disukai oleh usia anak-anak sekolah. Fungsi gambar
tersebut hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang disajikan melalui
percakapan dari tokoh-tokoh dalam komik.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan komik sebagai berikut:
a. Perumusan ide cerita dan pembentukan karakter, merupakan langkah
pembuatan rangkaian cerita.
b. Pembuatan sketsa, yakni menuangkan ide cerita dalam media gambar
secara kasar.
18
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
c. Penintaan, yaitu penintaan pada goresan pensil sketsa.
d. Pewarnaan, yakni pemberian warna komik yang dapat dilakukan baik
hitam dan putih maupun dengan banyak warna.
e. Lattering, yaitu pembuatan teks pada komik.
Pada pembuatan komik ini, penulis membuat komik dilakukan
dengan karya tulis tangan kemudian gambar yang telah dibuat lalu discan
dalam bentuk JPG.
Secara garis besar menurut Trimo (1997: 37) dalam (Lestari, 2009:
4) media komik dapat dibedakan menjadi dua yaitu komik strip (comic
strip) dan buku komik (comic book). Komik strip adalah suatu bentuk
komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam
suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya, sedangkan yang
dimaksud buku komik adalah komik yang berbentuk buku. Penelitian ini
menggunakan bentuk komik strip karena lebih simple, waktu yang
digunakan lebih efektif dan akan lebih cepat dipahami siswa.
Komik memiliki sesuatu yang saling berkaitan dan menjadi
rangkaian yang menguatkan suatu alur cerita yaitu pencitraan, alur cerita,
dialog, komposisi, gesture, dan bermacam pilihan lainnya. Pilihan-pilihan
itu terbagi menjadi lima tipe dasar yaitu:
a. Pilihan Momen: Pemillihan momen adalah memilih momen-momen
yang ingin ditampilkan ke dalam panel dan momen-momen yang harus
dibuang. Ditambah dengan pemilihan transisi panel yang baik, komikus
dapat menghemat panel demi efisiensi, menambah panel demi
penekanan, mengatur intensitas cerita, dan hal-hal lainnya.
b. Pilihan Bingkai: pemilihan bingkai adalah tahap ketika komikus
menentukan seberapa dekat bingkai sebuah aksi untuk menunjukkan
rincian yang pantas atau seberapa jauh bingkai agar pembaca dapat
melihat tempat aksi berlangsung dan mungkin membangkitkan kesan
berada di tempat kejadian. Proses ini ditentukan oleh faktor-faktor
komposisi seperti tata pandang, keseimbangan, dan kemiringan, yang
memengaruhi tanggapan pembaca terhadap dunia di dalam komik serta
19
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
posisi mereka di sana. Dalam proses tata pandang misal, komikus
memilih pengambilan sudut pandang atas/ tengah/ bawah maupun close
up/ middle shot/ long shot. Sedangkan dalam balance, komikus
mengatur rana agar keseimbangan fokus dalam panel tepat. Adapun tilt
digunakan untuk memberi efek tertentu seperti kesan gerak maupun
dramatis.
c. Pilihan Citra: Pemilihan citra adalah bagaimana komikus mengisi
bingkai dengan gambar yang membawa dunia cerita yang ia buat ke
dalam bentuk rupa terlihat hidup. Pemilihan citra untuk komik tentu
saja berbeda-beda sesuai dengan “gaya” setiap komikus, ada yang
realis-naturalis, ada yang kartun, dan lain-lain. Tentu saja apapun gaya
yang dipilih masing-masing komikus, yang utama dan yang terpenting
adalah bagaimana berkomunikasi dengan cepat, jelas, dan tepat kepada
pembaca. Untuk komik bergenre tertentu mungkin lebih tepat pemilihan
gaya realis sedangkan untuk genre yang lain gaya kartun lebih cocok.
Tentu saja perihal pemilihan citra ini tidak hanya terbatas pada karakter
komik saja melainkan meliputi background dan detil-detilnya.
Pemilihan citra yang baik akan sangat mempengaruhi kesan pembaca
terhadap dunia di dalam komik itu sendiri.
d. Pilihan Kata: Dalam komik, kata dapat muncul dalam beberapa hal.
Pertama, kata dapat menjadi narasi untuk menjelaskan gambar.
Kemudian kedua, kata dapat berperan maksimal sebagai dialog atau
percakapan dalam komik. Hal ini terwujud dalam bentuk balon kata
semacamnya. Yang ketiga, kata juga dapat mengambil fungsi efek suara
untuk membuat pembaca “mendengar” bunyi yang terjadi dalam
komik. Yang terakhir, kata dapat menjadi bagian langsung dari gambar
sebagai bentuk terintegrasi. Sebagai contoh adalah penggunaan kata
dalam gambar rumah makan atau gapura desa, dan lain-lain.
e. Pilihan Alur: Terakhir, pemilihan alur dalam komik sangat berkaitan
dengan tata panel. Tujuan utama pemilihan alur adalah untuk menuntun
pembaca mengikuti jalan cerita komik dari awal sampai akhir. Dalam
20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
komik, alur baca yang baik ditentukan dengan pengaturan panel ke
panel yang tepat, baik itu penempatan panel maupun jarak antar panel.
Di berbagai negara, alur baca yang disepakati oleh komikus dan
pembaca melalui perjanjian tidak tertulis adalah dari kiri-kanan dan dari
atas-bawah. Dalam manga, alur kiri-kanan menjadi kanan-kiri. Oleh
karena itu pengaturan alur yang baik dapat menuntun pembaca untuk
menyusuri panel, dari awal sampai akhir, tanpa menyebabkan
kebingungan, sesuai naluri alamiah setiap pembaca, entah yang
menggunakan alur kiri-kanan ataupun sebaliknya. Sedangkan media
lain seperti:
1) Animasi menggunakan efek suara atau dialog yang menguatkan alur
cerita.
2) Sketsa adalah bentuk dasar gambar berupa garis sebagai acuan dalam
menggambar (tahap awal pembuatan objek gambar/ modeling).
3) Kartun adalah sebuah gambar yang dibuat berdasarkan bentuk asli,
tetapi lebih di sederhanakan lagi.
4) Karikatur adalah gambar ilustrasi yang menonjolkan karakteristik
objek.
Mengembangkan media yang menggunakan ilustrasi komik penting
diperhatikan juga unsur-unsur dari komik itu sendiri. Meurut Susiana (2006:
5) dalam (Lestari, 2009: 7), komik mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Karakter, adalah semua tokoh yang ada dalam komik.
b. Frame, adalah ruangan yang membatasi adegan cerita yang satu dengan
yang lain.
c. Balon kata, adalah ruangan bagi percakapan yang diucapkan oleh para
karakter.
d. Narasi, adalah merupakan kalimat penjelas yang dikemukakan oleh
komikus.
e. Efek suara, adalah efek yang diberikan pada visualisasi kata atau uraian
kalimat penjelas yang diucapkan oleh karakternya.
21
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
f. Latar belakang, adalah penggambaran suasana tempat karakter yang
sedang dibicarakan oleh komikus.
Adapun kelebihan dan kekurangan komik sebagai berikut:
a. Kelebihan Media Komik
Sebagai salah satu media visual media komik tentunya memiliki
kelebihan tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kelebihan media komik dalam kegiatan belajar mengajar menurut Trimo
(1997: 22) dalam (Lestari, 2009: 4), dinyatakan:
1) Komik menambah pembendaharaan kata-kata pembacanya.
2) Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumus rumusan
yang abstrak.
3) Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi
yang lain.
4) Seluruh jalan cerita komik pada menuju satu hal yakni kebaikan atau
studi yang lain.
b. Kekurangan Media Komik
Media komik di samping mempunyai kelebihan juga memiliki
kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu. Menurut
Trimo (1997: 21) dalam (Lestari, 2009: 4) kelemahan media komik
antara lain:
1) Kemudahan orang membaca komik membuat malas mebaca
sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang
tidak bergambar.
2) Ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata kotor
ataupun kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
3) Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku
yang sinting (perverted).
4) Banyak adegan percintaan yang menonjol.
Komik merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi yang
bisa dimanfaatkan oleh komik antara lain adalah komik untuk informasi
pendidikan, komik untuk advertising, maupun komik sebagai sarana
22
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
hiburan. Tiap jenis komik memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus
dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas.
Komik untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya
dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan
harus dapat diterima dengan jelas, misalnya „hindari pemecahan masalah
dengan cara kekerasan‟. Namun komik ini juga harus memiliki alur cerita
yang menarik bagi pembaca. Jika tidak, komik akan terasa menggurui dan
membosankan.
Komik juga dapat dimanfaatkan sebagai media advertising. Mascot
suatu produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan
citra yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca
dengan senang hati membaca komik, pesan-pesan promosi produk atau
brand dapat tersampaikan (soft selling).
Komik sebagai sarana hiburan merupakan jenis komik yang paling
umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan
sekalipun, komik dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti
kesetiakawanan, persahabatan, dan semangat pantang menyerah dapat
digambarkan secara dramatis dan mengunggah hati pembaca.
Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya
kesukaan terhadap komik hal tersebut mengilhami untuk dijadikannya
komik sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik seperti
penelitian yang dilakukan Thorndike, diketahui bahwa anak yang membaca
komik lebih banyak misalnya dalam sebulan minimal satu buah buku komik
maka sama dengan membaca buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini
berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata
jauh lebih banyak dari siswa yang tidak menyukai komik (Daryanto, 2016:
146).
Nilai edukatif media komik dalam proses belajar mengajar tidak
diragukan lagi. Menurut Sudjana dan Rivai (2002: 68) dalam (Lestari, 2009:
5) menyatakan media komik dalam proses belajar mengajar menciptakan
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
minat para peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar, dapat
meningkatkan minat belajar dan menimbulkan minat apresiasinya.
Media komik dalam pembelajaran sebaiknya tidak menggunakan
kata-kata kotor tetapi menggunakan kata-kata yang mengandung pesan-
pesan pengetahuan gambar-gambar pelaku kekerasan diganti dengan
contoh-contoh perilaku bernuansa moral, adegan percintaan diganti dengan
adegan yang mengarahkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama
makhluk dan penciptanya.
Selain itu, komik yang dikembangkan juga disesuaikan dengan
tujuan dan materi yang akan diajarkan. Gambar yang disajikan dalam komik
berbentuk kartun, hal ini dikarenakan gambar-gambar kartun disukai oleh
siswa. Fungsi gambar tersebut hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang
disajikan yang sesuai dengan materi yang dibahas. Sedangkan materi
disajikan melalui percakapan dari tokoh-tokoh dalam komik. Cerita dalam
komik tidak disajikan secara utuh, melainkan per sub konsep bagian.
Meskipun demikian tokoh yang digunakan tetap sama sesuai dengan materi
yang disajikan nanti.
Peranan pokok komik sebagai media pembelajaran menurut Sudjana
dan Rivai (2002: 68) dalam (Lestari, 2009: 6) adalah kemampuannya dalam
menciptakan minat belajar siswa. Sebagai audio visual, agar dapat berfungsi
sebagaimana mestinya yaitu mengoptimalkan pembelajaran, maka dalam
pengembangan komik harus berpegang pada beberapa hal berikut:
a. Bentuk
Pemilihan warna penting untuk diperhatian agar dapat membangkitkan
minat dan perhatian siswa.
b. Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur yang bersifat
berurutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur garis ini akan
membantu dalam kejelasan cerita.
c. Tekstur
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Tekstur berfungsi untuk menimbulkan kesan halus atau kasar yang dapat
menunjukkan unsur penekanan.
d. Warna
Fungsi penggunaan warna adalah untuk memberikan kesan pemisahan
atau penekanan serta membangun keterpaduan dan mempertinggi realitas
objek dan menciptakan respon emosional.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna adalah sebagai
berikut:
a) Pemilihan warna khusus.
b) Nilai warna, yakni tingkat ketebalan dan ketipisan.
c) Intensitas atau kekuatan warna.
4. Uraian Materi
a. Pengertian Cahaya
Cahaya adalah pancaran elektromagnetik yang dapat terlihat oleh
mata manusia. Atau definisi cahasa yang lainnya yaitu merupakan radiasi
elektromagnetik, baik itu dengan panjang gelombang kasat mata maupun
yang tidak.
b. Sifat-sifat cahaya
Cahaya memiliki beberapa sifat, yaitu merambat lurus, dapat
dipantulkan, dapat dibiaskan, dan merupakangelombang
elektromagnetik.
1) Cahaya merambat lurus
Cahaya akan merambat lurus jika melewati satu medium
perantara. Peristiwa ini dapat dibuktikan dengan nyala lampu senter
yang merambat lurus. Cahaya yang merambat lurus juga dapat dilihat
dari berkas cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah
genting maupun ventilasi akan tampak berupa garis-garis lurus. Kedua
hal tersebut membuktikan bahwa cahaya merambat.
Kegiatan yang dapat membuktikan bahwa cahaya merambat lurus
adalah dengan menggunakan karton yang diberi lubang. Ketika lubang
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
karton disusun lurus kita dapat melihat cahaya lilin, namun ketika
salah satu lubang digeser kita tidak bisa cahaya tersebut.
2) Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya memiliki sifat dapat dipantulkan jika menumbuk suatu
permukaan bidang. Pemantulan yang terjadi dapat berupa pemantulan
baur dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi jika cahaya
dipantulkan oleh bidang yang tidak rata, seperti aspal, tembok, dan
batang kayu. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya dipantulkan oleh
bidang yang rata, seperti cermin datar. Pada pemantulan baur dan
pemantulan teratur, sudut pantulan cahaya besarnya selalu sama
dengan sudut dating cahaya.
3) Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya akan dibiaskan ketika melalui dua medium yang memiliki
kerapatan optik yang berbeda. Kecepatan cahaya akan menurun saat
dari udara memasuki air atau medium yang lebih rapat. Semakin besar
perubahan kecepatan cahaya saat melalui dua medium yang berbeda,
akan semakin besar pula efek pembiasan yang terjadi. Namun,
pembiasan tidak akan terjadi saat cahaya masuk dengan posisi tegak
lurus bidang batas kedua medium.
4) Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak
memerlukan medium untuk merambat. Sehingga cahaya dapat
merambat tanpa memerlukan medium. Oleh karena itu, cahaya
matahari dapat sampai ke bumi dan memberi kehidupan di dalamnya.
c. Pembentukan bayangan pada cermin
1) Pembentukan bayangan pada cermin datar
Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar melalui
diagram sinar, titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar
pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya diperoleh dari
perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen (mengumpul).
Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik potongnya
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang divergen
(menyebar).
Bayangan pada cermin datar bersifat maya. Titik bayangan
dihasilkan dari perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan oleh
garis putus-putus.
2) Pembentukan bayangan pada cermin cekung
Kaca yang dipasang pada spion adalah contoh dari cermin
lengkung. Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya
melengkung. Ada dua jenis cermin lengkung sederhana yaitu cermin
silinder dan cermin bola. Pada sub bab ini, kamu hanya akan
mempelajari cermin bola (kelengkungannya merupakan bagian dari
kelengkungan bola). Khususnya tentang cermin cekung dan cembung.
Cermin cekung dan cembung irisan permukaannya berbentuk bola.
Cermin yang irisan permukaan bola bagian mengilapnya terdapat di
dalam disebut cermin cekung, sedangkan cermin yang irisan
permukaan bola bagian mengkilapnya terdapat di luar disebut cermin
cembung.
a) Pusat kelengkungan cermin, merupakan titik di pusat bola yang
diiris menjadi cermin. Pusat kelengkungan cermin biasanya
disimbolkan dengan M.
b) Vertex, merupakan titik di permukaan cermin dimana sumbu
utama bertemu dengan cermin dan disimbolkan dengan O.
c) Titik api (fokus), adalah titik bertemunya sinar-sinar pantul yang
datangnya sejajar dengan sumbu utama (terletak antara vertex dan
pusat) dan disimbolkan dengan F.
d) Jari-jari kelengkungan cermin, adalah jarak dari vertex (O) ke
pusat kelengkungan cermin (M). Jari-jari kelengkungan cermin
biasanya disimbolkan dengan R.
e) Jarak fokus cermin, adalah jarak dari vertex ke titik api dan
disimbolkan dengan f.
27
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Persamaan cermin cekung menyatakan hubungan kuantitatif antara
jarak benda ke cermin (s), jarak bayangan ke cermin (s'), danpanjang
fokus (f).
dengan :
f = Jarak fokus (cm)
s = Jarak benda ke cermin (cm)
s' = Jarak bayangan (layar) ke cermin (cm)
(Kemendikbud, 2017: 185)
Selain persamaan tersebut kamu juga harus mengetahui
perbesaranbayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung. Rumus
perbesaranpada cermin cekung adalah
|
|
dengan :
M = Perbesaran
s = Jarak benda ke cermin
h = Tinggi benda
s' = Jarak bayangan (layar) ke cermin
h' = Tinggi bayangan
Catatan:
h' positif (+) menyatakan bayangan adalah tegak (dan maya).
h' negatif (-) menyatakan bayangan adalah terbalik (dan
nyata) (Kemendikbud, 2017: 185).
3) Pembentukan bayangan pada cermin cembung
Rumus-rumus yang berlaku untuk cermin cekung juga berlaku
untuk cermin cembung. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu
titikfokus F dan titik pusat kelengkungan cermin M untuk cermin
cembung terletak di belakang cermin. Oleh karena itu, dalam
menggunakan persamaan cermin cembung jarak fokus (f) dan jari-jari
28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
cermin (R) selalu dimasukkan bertanda negatif. Dengan catatan bahwa
dalam cermin cembung harga f dan R bernilai negatif (−).
d. Lensa
1) Pembentukan bayangan pada lensa
Lup memiliki bagian utama berupa lensa cembung yang berfungsi
untuk memperbesar bayangan benda yang akan diteliti. Lensa adalah
benda bening yang memiliki permukaan berbentuk cekung atau
cembung dan berfungsi untuk membiaskan cahaya. Lensa secara
umum ada yang berbentuk cembung dan cekung.Jika dipegang, lensa
cembung bagian tengahnya lebih tebal dari bagian pinggir. Lensa
cekung bagian tengahnya lebih tipis dari bagian pinggirnya.
2) Lensa cekung
Sifat bayangan yang terbentuk pada lensa cekung bergantung
pada posisi benda. Sifat bayangan pada lensa cekung dapat ditentukan
melalui bantuan diagram sinar dan sinar-sinar istimewa. Selain
melalui kegiatan di atas, sifat-sifat bayangan benda oleh lensa cekung
juga dapat ditentukan melalui Dalil Esbach seperti pada lensa
cembung.
3) Lensa cembung
Saat melalui 2 medium yang berbeda, besar kecepatan cahaya
akan berubah, sehingga cahaya akan tampak dibelokkan, seperti pada
peristiwa sendok yang tampak bengkok bila diletakkan di dalam gelas
berisi air.
4) Persamaan pada lensa cembung dan cekung
Persamaan pada lensa cembung sama dengan persamaan
padalensa cekung. Hubungan antara jarak fokus (f), jarak bayangan
(s'),dan jarak benda (s) adalah sebagai berikut.
Perbesarannya,
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
|
| |
|
Pada lensa cembung, titik fokus bernilai positif (sama seperti pada
cermin cekung), sedangkan pada lensa cekung, titik fokus bernilai
negatif (sama seperti pada cermin cembung). Setiap lensa mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda dalam mengumpulkan atau
menyebarkan sinar. Kemampuan lensa dalam mengumpulkan atau
menyebarkan sinar disebut kuat lensa (D) dan memiliki satuan dioptri.
Kuat lensa merupakan kebalikan dari panjang fokus. Secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dengan syarat f harus dinyatakan dalam meter (m). Jika f dalam
sentimeter (cm) maka rumusnya menjadi:
dengan:
D = Kuat lensa (dioptri)
f = Jarak fokus (cm) (Kemendikbud,2017: 197).
e. Indra penglihatan manusia dan hewan
1) Indra penglihatan manusia
Organ penglihatan yang dimiliki oleh manusia adalah mata.
Organini berbentuk bulat. Organ ini tersusun atas beberapa bagian
yang berbeda yang masing-masing bagian memiliki fungsi yang
berbeda pula. Mata kita dibalut oleh tiga lapis jaringan yang berlainan.
Lapisan luar adalah lapisan sklera, lapisan ini membentuk kornea.
Lapisan tengah adalah lapisan koroid, lapisan ini membentuk iris.
Lapisan ketiga adalah lapisan dalam, yaitu retina.
a) Kornea
Cahaya masuk ke mata melewati kornea. Lapisan kornea mata
terluar bersifat kuat dan tembus cahaya. Kornea berfungsi
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
melindungi bagian yang sensitif yang berada di belakangnya dan
membantu memfokuskan bayangan pada retina.
b) Iris atau selaput pelangi
Setelah cahaya melewati kornea, selanjutnya cahaya akan
menuju ke pupil. Pupil adalah bagian berwarna hitam yang
merupakan jalan masuknya cahaya ke dalam mata. Pupil dikelilingi
oleh iris, yang merupakan bagian berwarna pada mata yang terletak
di belakang kornea. Sekarang kamu mengetahui bahwa warna mata
sebenarnya adalah warna iris. Jumlah cahaya yang masuk ke dalam
mata kamu diatur oleh iris. Besar dan kecilnya iris dan pupil
bergantung pada jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata.
c) Lensa mata
Setelah melewati pupil, cahaya bergerak merambat menuju ke
lensa. Lensa mata kamu berbentuk bikonvex (cembung depan-
belakang), seperti lensa pada kaca pembesar. Lensa mata bersifat
fleksibel. Ototsiliar yang ada dalam mata akan membantu mengubah
kecembungan lensa mata kamu.
Ketika kamu melihat benda yang berada pada jarak jauh, otot
siliaris akan mengalami relaksasi. Hal ini akan menyebabkan lensa
mata menjadi lebih datar atau mata melihat tanpa berakomodasi.
Ketika kamu melihat benda yang berada pada jarak dekat, ototsiliaris
akan mengalami kontraksi. Hal ini akan menyebabkan lensa mata
menjadi lebih cembung. Pada kondisi ini mata dikatakan
berakomodasi maksimum.
d) Retina
Cahaya yang melewati lensa selanjutnya akan membentuk
bayangan yang kemudian ditangkap oleh retina. Retina merupakan
sel yang sensitif terhadap cahaya matahari atau saraf penerima
rangsang sinar (fotoreseptor) yang terletak pada bagian belakang
mata. Retina terdiri atas dua macam sel fotoreseptor, yaitu sel batang
dan sel kerucut. Sel kerucut memungkinkan kamu melihat warna,
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
tetapi membutuhkan cahaya yang lebih terang dibandingkan sel
batang. Sel batang akanmenunjukkan responsnya ketika berada pada
tempat yang redup.
2) Gangguan indra penglihatan
a) Rabun dekat (hipermetropi)
Seorang penderita rabun dekat tidak dapat melihat benda yang
berada pada jarak dekat (± 30 cm) dengan jelas. Hal ini karena
bayangan yang terbentuk jatuh di belakang retina, sehingga
bayangan yang jatuh pada retina menjadi tidak jelas (kabur).
Kacamata positif dapat menolong penderita rabun dekat, sebab lensa
cembung mengumpulkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata.
Dengan demikian, kornea dan lensa dapat membentuk bayangan
yang jelas pada retina.
Kekuatan lensa kacamata yang diperlukan sesuai dengan
rumus berikut:
dengan:
PH = Kekuatan lensa kacamata untuk hipermetropi
(dioptrik atau D)
s = Jarak benda di depan kacamata (cm)
PP (Punctum Proximum) = titik dekat mata seseorang (cm)
(Kemendikbud, 2017: 206).
b) Rabun jauh (miopi)
Seorang penderita rabun jauh tidak dapat melihat benda yang
berada pada jarak jauh (tak hingga) dengan jelas. Hal ini dikarenakan
bayangan yang terbentuk jatuh di depan retina.Kacamata negatif
dapat menolong penderita rabun jauh karena lensa cekung akan
dapat membuat cahaya menyebar sebelum cahaya masuk ke mata.
Dengan demikian, bayangan yang jelas akan terbentuk di retina.
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Kekuatan atau daya lensa kacamata yang diperlukan sesuai
dengan rumus berikut:
dengan:
PM = Daya lensa untuk miopi (dioptri atau D)
PR (Punctum Remotum) = titik jauh mata (cm)
(Kemendikbud, 2017: 208).
c) Buta warna
Buta warna merupakan suatu kelainan pada mata yang
disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap
suatu warnatertentu. Penyakit ini bersifat menurun. Buta warna ada
yang buta warna total dan buta warna sebagian. Buta warna total
hanya mampu melihat warna hitam dan putih saja, sedangkan buta
warna sebagian tidak dapat melihat warna tertentu, yaitu merah,
hijau, atau biru.
d) Presbiopi
Presbiopi disebut juga rabun jauh dan dekat atau rabun tua,
karena kelainan mata ini biasanya diderita oleh orang yang sudah
tua. Kelainan jenis ini membuat si penderita tidak mampu melihat
dengan jelas benda-benda yang berada di jarak jauh maupun benda
yang berada pada jarak dekat. Hal tersebut diakibatkan oleh
berkurangnya daya akomodasi mata. Kelainan ini biasanya diatasi
dengan kacamata rangkap, yaitu kacamata cembung dan cekung.
Pada kacamata dengan lensa rangkap atau kacamata bifokal, lensa
negatif bekerja seperti pada kacamata untuk penderita miopi,
sedangkan lensa positif bekerja seperti pada kacamata untuk
penderita hipermetropi.
e) Astigmatisma
Astigmatisma atau dikenal dengan istilah silinder adalah
sebuah gangguan pada mata karena penyimpangan dalam
33
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
pembentukan bayangan pada lensa. Hal ini disebabkan oleh cacat
lensa yang tidakdapat memberikan gambaran atau bayangan garis
vertikal dengan horizontal secara bersamaan. Penglihatan si
penderita menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat
menggunakan lensa silindris.
3) Indra penglihatan serangga
Apabila manusia hanya memiliki dua buah mata untuk melihat,
serangga memiliki banyak sekali mata untuk melihat, sehingga mata
serangga disebut dengan “mata majemuk”. Masing-masing mata
serangga disebut omatidium (jamak: omatidia). Masing-masing
omatidium berfungsi sebagai reseptor penglihatan yang terpisah.
Setiap omatidium terdiri atas beberapa bagian, di antaranya berikut
ini. (1) Lensa, permukaan depan lensa merupakan satu faset mata
majemuk. (2) Kerucut kristalin, yang tembus cahaya. (3) Sel-sel
penglihatan, yang peka terhadap adanya cahaya. (4) Sel-sel yang
mengandung pigmen, yang memisahkan omatidia dari omatidia di
sekelilingnya. Setiap omatidium akan menyumbangkan informasi
penglihatan dari satu daerah objek yang dilihat serangga, dari arah
yang berbeda-beda. Bagian omatidia yang lain akan memberikan
sumbangan informasi penglihatan pada daerah lainnya. Gabungan
dari gambar-gambar yang dihasilkan dari setiap omatidium
merupakan bayangan mosaik, yang menyusun seluruh pandangan
serangga.
f. Alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
1) Kamera
Pada saat kamu mengambil gambar suatu benda dengan sebuah
kamera, cahaya dipantulkan dari benda tersebut dan masuk ke lensa
kamera. Kamera memiliki diafragma dan pengatur cahaya (shutter)
untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam lensa. Dengan
jumlah cahaya yang tepat akan diperoleh foto atau gambar yang jelas.
Sementara itu, untuk memperoleh foto yang tajam dan tidak kabur
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
perlu mengatur fokus lensa. Cahaya yang melalui lensa kamera
tersebut memfokuskan bayangan benda pada film foto. Bayangannya
nyata, terbalik, dan lebih kecil dari benda aslinya.
2) Kaca pembesar (lup)
Sebuah kaca pembesar memungkinkan kita untuk menempatkan
objek lebih dekat ke mata kita sehingga objek tampak terlihat sudut
lebih besar. Ukuran bayangan bergantung pada sudut pada mata yang
berhadapan dengan objeknya. Agar mata tidak mudah lelah saat
menggunakan lup, letakkan benda tepat di titik fokus lup, sehingga
mata tidak berakomodasi.
3) Mikroskop
Mikroskop memiliki dua lensa utama, yaitu lensa okuler dan
lensa objektif. Lensa okuler adalah lensa yang posisinya dekat dengan
mata pengamat. Lensa objektif adalah lensa yang posisinya dekat
dengan objek/benda yang sedang diamati. Baik lensa okuler maupun
lensa objektif merupakan lensa cembung yang memiliki fokus yang
berbeda. Benda yang diamati ditempatkan pada sebuah kaca objek dan
disinari dari bawah. Cahaya melalui lensa objektif dan membentuk
bayangan nyata dan diperbesar. Bayangan itu diperbesar, sebab benda
itu terletak di antara satu dan dua jarak fokus lensa objektif.
Selanjutnya, bayangan nyata diperbesar lagi oleh lensa okuler untuk
menghasilkan bayangan maya dan diperbesar. Susunan lensa seperti
ini memungkinkan menghasilkan bayangan ratusan kali lebih besar
dari objek aslinya.
4) Teleskop
a) Teleskop bias
Teleskop adalah alat optik yang dapat membuat benda-
benda yang berada pada tempat yang jauh menjadi terlihat dekat.
Teleskop bias sederhana merupakan kombinasi antaradua lensa
cembung yang terletak pada bagian pipa. Lensa yang lebih besar
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
adalah lensa objektif, sedangkan yang lebih kecil adalah lensa
okuler (lensa mata). Lensa objektif membentuk sebuah bayangan
dan kemudian bayangan tersebut akan diperbesar oleh lensa
okuler. Lensa objektif pada teleskop bias memiliki diameter yang
lebih besar daripada diameter mata kamu saat membuka. Hal ini
berarti akan lebih banyak cahaya yang dipantulkan oleh objek
yang dapat masuk ke dalam lensa yang kemudian akan masuk ke
dalam mata.
b) Teleskop pantul
Lensa objektif yang terdapat pada teleskop pantul
digantikan oleh cermin cekung. Bayangan dari sebuah objek yang
letaknya jauh terbentuk di dalam tabung teleskop ketika cahaya
dipantulkan dari cermin cekung. Cahaya yang dipantulkan objek
yang jauh memasuki salah satu ujung tabung dan ditangkap oleh
cermin lain pada ujung yang lain. Cahaya ini dipantulkan dari
cermin cekung ke cermin datar yang ada di dalam tabung. Cermin
datar kemudian memantulkan cahaya ke lensa okuler, yang
berfungsi memperbesar gambar.
C. Penelitian Relevan
Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang menjadi pendukung kevaliditan penelitian ini. Adapun penelitian
terdahulu yang dikemukakan antara lain:
Berdasarkan Penelitian Jayanti Lestari Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang berjudul Pengembangan Media
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu Berbentuk Komik Pada Materi
Usaha Dan Energi Untuk Siswa Kelas VII Disekolah Menengah Pertama
Baiturrahim Kota Jambi. Telah diuji kelayakan oleh ahli materi, ahli media, dan
guru IPA Terpadu serta peserta didik dikategorikan sangat layak dengan
persentase keidealan masing-masing adalah 95%, 82%, dan 91,6% serta 86%.
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Berdasarkan Penelitian Tri Sutrisno Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
UIN Raden Intan Lampung, yang berjudul Pengembangan Komik IPA Fisika
Sebagai Media Pembelajaran Peserta Didik Pokok Bahasan Gerak. Telah diuji
kelayakan oleh ahli materi, ahli media dan serta guru fisika dikategorikan sangat
baik dengan persentase keidealan masing-masing adalah 85,42 %, 93,13 %, dan
86,25 %.
Berdasarkan penelitian Qurotu A‟yun, Abdurrahman, dan Nengah
Maharta, yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Buletin Komik
Berbasis Scientific Approach Pada Pembelajaran IPA Terpadu. Telah diuji
kelayakan dilihat melalui pemberian soal post test setelah menggunakan buletin
komik menunjukkan 81,48% dari 27 siswa telah tuntas KKM dengan nilai rata-
rata 74,57.
Dari ketiga hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas, terdapat
kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu
pengembangan media pembelajaran komik. Tetapi dari ketiga penelitian tersebut
tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti.
Untuk hasil penelitian yang pertama dan kedua, persamaannya terletak
pada pengembangan media pembelajaran komik dan untuk mengetahui tanggapan
kelayakan media oleh siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Qurotu A‟yun,
Abdurahman, dan Nengah Maharta adalah pengembangan media pembelajaran
bulletin komik.
Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan
antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Pengembangaan
Komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika Berbasis Scientific Approach Sebagai
Media Pembelajaran Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Alat Optik”
dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-
penelitian yang sebelumnya.
37
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
BAB III
METODE DAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 24 Tanjung Jabung Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
April sampai Mei 2019.
B. Karakteristik Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian pengembangan terdiri dari tenaga ahli sebagai
validator, yang terdiri dari ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Guru Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai ahli materi dan siswa-siswi Sekolah Menengah
Pertama Negeri 24 Tanjung Jabung Timur kelas VIII sebagai responden.
C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan
1. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama proses
pembelajaran, terdapat beberapa kendala yang dihadapi peserta didik SMP N
24 Tanjung Jabung Timur selama proses pembelajaran fisika, antara lain
selama ini guru hanya menggunakan media pembelajaran text book dan
metode pengajaran berupa ceramah dan penugasan. Karena itulah terjadi
permasalahan dalam proses pembelajaran di SMP N 24 Tanjung Jabung
Timur antara lain kurangnya minat dan juga motivasi peserta didik untuk
belajar fisika, sebagian besar peserta didik menganggap bahwa pembelajaran
fisika itu membosankan dan sulit, sehingga hal ini berpengaruh pada hasil
belajar peserta didik.
2. Rancangan Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifitas produk tersebut (Sugiyono,2014: 407). Model pengembangan
yang di gunakan pada penelian ini adalah model ADDIE.
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
ADDIE pada dasarnya adalah hasil suatu paradigma pengembangan
(Branch, 2009). Sejalan dengan Januszewski dan Molenda (2018) yang
menyatakan bahwa “Model ADDIE” merupakan komponen utama dari
pendekatan sistem untuk pengembangan pembelajaran, dan prosedur
pengembangan dalam pembelajaran. ADDIE sendiri merupakan akronim dari
langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pengembangan media
pembelajaran; Analysis (Analisis), Design (Desain), Development
(Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi).
Uji coba produk dilakukan terhadap para ahli, yaitu: ahli materi
(dosen fisika dan guru fisika), ahli media (dosen fisika dan guru fisika) dan
kepada pengguna, yaitu siswa-siswi. Angket respon siswa yang digunakan
menggunakan model skala Likert. Skala ini disusun dalam bentuk suatu
pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan, dimana
alternatif responnya adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak
Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skor 5 bagi Sangat Setuju (SS), skor
4 bagi Setuju (S), skor 3 bagi Netral (N), skor 2 bagi Tidak Setuju (TS), skor
1 bagi Sangat Tidak Setuju (STS).
Pada tahap rancangan pengembangan ini ada tahap-tahap yang harus
dipenuhi diantaranya:
Gambar III.1. Model pengembangan ADDIE (Sugiyono, 2015: 39)
Implemen-
tation Evalua-
tion Design
Develop-
ment
Analysis
Revision Revision
Revision Revision
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
3. Prosedur Pengembangan
Prosedur dalam pengembangan komik Ilmu Pengetahuan Alam fisika
menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis-Design-Development-
Implement-Evaluation). Penjabaran tahapan-tahapan dari model tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Analysis (analisis)
Pada tahap ini dilakukan penelitian pendahuluan yaitu observasi
terhadap kondisi sarana belajar, guru dan siswa. Penelitian pendahuluan ini
diharapkan memperoleh beberapa aspek analisis kebutuhan, yaitu :
1) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan dengan terlebih dahulu
menganalisis keadaan bahan ajar sebagai informasi utama dalam
pembelajaran serta ketersediaan bahan ajar yang mendukung
terlaksananya suatu pembelajaran. Pada tahap ini akan ditentukan bahan
ajar yang perlu dikembangkan untuk membantu peserta didik belajar.
2) Analisis Kurikulum
Pada analisis kurikulum dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu sekolah.
Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan dapat sesuai
tuntutan kurikulum yang berlaku. Kemudian peneliti mengkaji KD
untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian pembelajaran.
3) Analisis Karakteristik Peserta Didik
Kompetensi yang dimiliki oleh siswa dapat diketahui melalui
proses analisis karakteristik siswa. Analisis inilah yang berguna untuk
sebagai dasar dalam pengembangan media pembelajaran yang akan
dibuat.
b. Design (Perancangan)
Berdasarkan analisis kebutuhan, peneliti selanjutnya melakukan
desain media komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika. Desain ini meliputi
kegiatan menentukan komponen komik, konsep penyampaian dan
pengorganisasian materi, jenis tugas yang akan diberikan.
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Tahap ini merupakan tahap dimana desain menjadi kenyataan,
artinya pada tahap ini segala sesuatu yang dibutuhkan atau yang akan
mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan. Kemudian
dilakukan penggabungan seluruh bahan seperti materi pelajaran, gambar,
dan pengetikan dialog dengan bantuan Microsoft Word yang
dikembangkan menjadi komik yang utuh serta sesuai dengan materi dan
tujuan yang akan disampaikan dalam pembelajaran.
c. Development (Pengembangan)
Produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran komik Imu
Pengetahuan Alam Fisika berbasis Scientific Approach. Setelah produk
jadi,maka produk tersebut akan di validasi oleh para tim ahli yaitu ahli
bahasa, ahli media dan ahli materi guna untuk mendapatkan masukan
untuk produk agar prouduk yang di hasilkan lebih baik lagi. Kemudian
produk di revisi sesuai dengan saran dan masukan dari tim ahli sampai
produk di nyatakan baik dan layak untuk di uji cobakan.
d. Implementation (Implementasi)
Implementasi merupakan langkah nyata untuk menerapkan sistem
pembelajaran yang sedang kita buat. Setelah produk siap, maka dapat diuji
cobakan melalui kelompok kecil terlebih dahulu, kemudian dievaluasi dan
direvisi. Uji coba dilakukan pada kelas kontrol dengan cara tidak
menggunakan media pembelajaran komik dan kelas ekperimen dengan
cara menggunakan media pembelajaran komik. Data hasil dari uji coba
kelas kontrol dan kelas eksperimen ini diuji lagi menggunakan uji
normalitas, homogenitas, uji T, dan kolerasi product moment.
e. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi merupakan tahap terakhir model pengembangan ADDIE.
Pada tahap ini bertujuan untuk melihat kevalidan, kepraktisan, keefektifan,
dan rata-rata nilai dari hasil uji coba kelas kontrol dan kelas eksperimen.
4. Uji Coba/Validasi, Evaluasi, dan Revisi Produk
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Perumusan tujuan merupakan tahap yang sangat penting dalam
merencanakan media pembelajaran khususnya Media Komik, karena
tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari
suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga menjadi dasar bagi
pendidik dalam memilih metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran
secara umum dengan adanya Media komik ini adalah mengikuti tujuan
pembelajaran pada setiap sub materi Media komik yang akan
dikembangkan.
b. Merumuskan Butir-Butir Materi
Materi untuk Media Komik harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Untuk itu, perumusan butir materi harus didasarkan pada
rumusan tujuan. Adapun materi pokok yang dijadikan materi Media
Komik adalah Cahaya dan Alat optik.
c. Penyusunan Instrumen Evaluasi
Penyusunan instrumen evaluasi bertujuan sebagai alat untuk
mengukur kelayakan dari pada media yang dikembangkan yaitu Media
Komik. Menurut Asyhar (2010) kegiatan evaluasi harus dilakukan setiap
kali kita mengembangkan sebuah produk media. Salah satu tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui apakah produk media yang kita kembangkan bisa
mencapai tujuan yang diharapkan. Hasil evaluasi ini dapat kita manfaatkan
untuk melakukan perbaikan terhadap produk media yang dibuat.
Dalam penelitian ini instrumen evaluasi yang digunakan adalah
angket. Adapun angket yang digunakan ada 2 jenis yaitu angket
berstruktur untuk validasi oleh materi, ahli media dan guru. Angket
tertutup untuk mengetahui persepsi siswa terhadap Media komik yang
dikembangkan.
d. Menyusun Naskah/Prototipe Media
Pemilihan produk yang akan dibuat ini disesuaikan dengan hsil
analisis kebutuhan dan karakteristik siswa yang telah dilakukan khususnya
di SMP N 24 Tanjung Jabung Timur. Produk yang akan dihasilkan adalah
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Media pembelajaran berbentuk komik berbasis scientific approach pada
materi cahaya dan alat optik.
Adapun langkah-langkah dalam mendesain produk ini adalah:
1) Membuat kerangka konseptual desain Media Komik yang ingin
dibuat sebagai bahan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Fisika
pada materi gerak.
2) Menggambar sketsa dengan karya tulis tangan.
3) Mewarnai gambar sketsa dengan Crayon atau pensil berwarna.
4) Gambar yang telah diwarnai kemudian discand dalam format JPG.
5) Setelah gambar yang diperlukan selesai, buka Microsoft Word 2010
6) Setelah tampilan utama lembar kerja telah siap, mulai menyusun
gambar dan merancang alur cerita yang akan dibuat.
7) Pilih insert lalu klik picture, pilih gambar yang akan sesuai alur
cerita yang akan dibuat.
8) Pilih insert lalu klik shapes, untuk memberi ataupun memilih balon
cerita.
9) Mengedit kalimat sesuai dengan yang diinginkan.
10) Setelah produk selesai didesain, kemudian cetak produk dalam
bentuk komik yang berukuran kecil.
e. Melakukan Validasi Ahli
Validasi tim ahli merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk yang dibuat layak atau digunakan. Validasi ini dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang
sudah berpengalaman untuk menilai produk yang baru dirancang tersebut.
Setiap pakar diminta untuk menilai media komik tersebut, sehingga
selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.
Media komik ini akan divalidasi oleh dua orang dosen pendidikan
fisika yang mana validasi dilakukan dengan pengisian angket yaitu angket
berstruktur.
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Berdasarkan pada fungsi dan manfaat media pembelajaran dalam
Arsyad (2009: 17), kisi-kisi desain media pembelajaran itu dapat dilihat
pada tabel III.1 berikut:
Tabel III.1
Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Desain Media Pembelajaran
Variabel Indikator Deskripsi No.
Butir
(1) (2) (3) (4)
Media
pembelajaran
komik Ilmu
Pengetahuan
Alam Fisika
berbasis
Scientific
Approach
Tampilan
Tulisan
1. Pemakaian warna yang
menarik
1
2. Ukuran huruf 2
3. Penggunaan kata 3
4. Penulisan judul 4
5. Kejelasan tulisan 5
Tampilan
gambar
6. Gambar dan alur cerita
menarik
6
7. Kesesuaian gambar dan
alur cerita dengan
penjelasan materi
7
8. Gambar tidak
mengacaukan tampilan
dan alur cerita terus
terfokus pada tujuan
8
Fungsi media
pembelajaran
9. Media komik sebagai
pedoman guru dalam
kegiatan belajar
mengajar
9
44
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4)
10. Media komik sebagai
pedoman siswa dalam
proses belajar
10
11. Media komik sebagai
perlengkapan
pembelajaran untuk
mencapai tujuan
pembelajaran
11
12. Media komik dapat
menciptakan suasana
belajar yang kondusif
12
Manfaat
media komik
13. Kesesuaian media komik
dengan kebutuhan
belajar siswa
13
14. Media komik menambah
wawasan siswa
14
15. Media komik
membangun komunikasi
yang efektif antara guru
dan siswa
15
16. Kesesuaian media komik
dengan tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai
16
17. Media pembelajaran
menarik dan merangsang
aktifitas siswa
17
Sumber: Di Adaptasi dari skripsi Jayanti Lestari (2016)
45
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Validasi ahli materi merupakan proses kegiatan untuk menilai isi
materi dari media yang telah dibuat. Validasi ini dilakukan oleh ahli atau
pakar yang mengerti terhadap materi yang terdapat dalam media yang
telah dikembangkan. Ahli materi mengkaji aspek sajian materi dan aspek
pembelajaran. Materi pembelajaran dinyatakan final dan siap produksi
apabila disetujui dan ditanda tangani. Selanjutnya dimasukan saran dan
masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan maka materi pembelajaran
perlu direvisi. Untuk memudahkan proses validasi tim ahli, maka
menyusun kisi-kisi angket validasi materi dengan dua indikator dan 11
pertanyaan yang tertera pada tabel III.2 berikut:
Tabel III.2
Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Isi Materi
Variabel Indikator Deskripsi No.
Butir
(1) (2) (3) (4)
Media
pembelajaran
komik Ilmu
Pengetahuan
Alam Fisika
berbasis
Tampilan
Isi
1. Kesesuaian materi dengan
RPP
1
2. Kesesuaian materi yang
digunakan dengan
kemampuan peserta didik
2
Scientific
Approach
3. Materi yang digunakan
dapat dipahami peserta
didik
3
4. Alur cerita sesuai dengan
materi
4
5. Contoh soal mendukung
pemahaman konsep materi
5
Konstruk 6. Urutan penyajian materi
pembelajaran sesuai
6
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4)
7. Manfaat materi untuk
penambahan wawasan
pengatahuan siswa
7
8. Materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran
8
9. Latihan dapat
mengungkapkan
kemampuan berpikir siswa
9
10. Contoh gambar sesuai
dengan konsep materi
10
11. Kalimat pada media
komik sesuai dengan
materi
11
Sumber: Di Adaptasi dari skripsi Jayanti Lestari (2016)
Validasi ahli bahasa merupakan proses kegiatan untuk penulisan
dialog dari media yang telah dibuat. Validasi ini dilakukan oleh ahli atau
pakar yang mengerti terhadap bahasa yang terdapat dalam media yang
telah dikembangkan. Selanjutnya dimasukan saran dan masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan maka materi pembelajaran perlu direvisi.
Untuk memudahkan proses validasi tim ahli, maka menyusun kisi-kisi
instrument validasi bahasa produk dapat dilihat pada tabel III.3 berikut:
Tabel III.3
Kisi-Kisi Angket Penilaian Validasi Bahasa
Variabel Indikator Deskripsi No.
Butir
(1) (2) (3) (4)
Media
pembelajaran
komik Ilmu
Tampilan
Tulisan
1. Penulisan judul 1
2. Ukuran huruf 2
3. Kejelasan tulisan 3
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4)
Pengetahuan
Alam Fisika
berbasis
Scientific
Approach
4. Penggunaan bahasa sesuai
EYD 4
5. Penggunaan bahasa yang
efektif dan efisien 5
6. Tidak menggunakan bahasa
yang ambigu (bermakna
ganda)
6
7. Bahasa yang digunakan
sesuai dengan tingkat
perkembangan kognisi
7
8. Bahasa yang digunakan
komunikatif 8
9. Kalimat yang digunakan jelas
dan mudah dimengerti 9
10. Istilah yang digunakan mudah
dipahami 10
Sumber: Di Adaptasi dari Lestari (2013) dalam skripsi Piza Artika (2018)
Instrumen tersebut dinilai dengan data kualitatif dengan
menggunakan metode angket berstruktur. Dimana jawaban yang diambil
adalah jawaban tentang kelayakan media komik. Pendapat dari tim ahli
tersebut akan digunakan untuk memperbaiki Media komik yang dibuat
begitu seterusnya dan akan berakhir jika tim ahli menyatakan madia ini
layak diproduksi tanpa revisi.
Menurut Wahid murni, dkk (2010) agar penelaah dapat dengan
mudah menggunakan format penelaahan soal, maka para penelaah perlu
memperhatikan petunjuk pengisisan formatnya. Petunjuknya adalah
sebagai berikut:
1. Analisis setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera
dalam format.
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
2. Berilah tanda () pada kolom “Ya” bila soal yang ditelaah sudah
sesuai dengan kriteria.
3. Berilah tanda () pada kolom “ Tidak” bila soal yang ditelaah tidak
sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan
atau pada teks soal dan perbaikannya.
Setelah dilakukan validasi melalui diskusi dengan pakar dan para
ahli, produk yang dibuat dilakukan revisi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi kelemahan-kelemahan yang ditemukan
pada saat validasi.
Produk yang telah divalidasi kemudian dilakukan uji coba
pemakaian. Produk media tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk
lingkup yang luas. Namun tidak terlepas dari penilaian kekurangan atau
hambatan yang muncul. Uji coba pemakaian dilakukan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 24 Tanjung Jabung Timur di kelas VIII dengan
cara menggunakan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran.
Selama uji coba berlangsung, peneliti dapat melakukan observasi terhadap
kegiatan subjek, dan untuk penilaian persepsi siswa terhadap produk,
peneliti dapat menggunakan angket yang dibagikan setelah selesai
pembelajaran.
f. Melakukan Uji Coba dan Revisi
1) Subjek Uji Coba
Menurut Asyhar (2010), “ tujuan dari uji coba tersebut adalah
melihat kesesuaian dan efektivitas media dalam pembelajaran. Hal ini
diperlukan karena kadang-kadang apa yang dikonsepkan oleh penulis
belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hal ini terutama
yang berkaitan dengan pemilihan aplikasi atau penerapan konsep dan
pilihan kata atau bahasa. Selama uji coba diperlukan masukan dari
peserta didik untuk mengetahui persepsi mereka tentang media yang
digunakan. Menurut Asyhar (2010), uji coba dapat dilaksanakan pada
kelompok siswa yang lebih besar (satu kelas). Sedangkan menurut
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Setyosari (2010) “merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif
yang terdiri dari tiga langkah:
a) Uji coba prototipe secara perorangan. Uji coba perorangan ini
dilakukan kepada subjek 1-3 orang.
b) Uji coba kelompok kecil. Uji coba ini melibatkan subjek yang
terdiri atas 6-8 subjek.
c) Uji coba lapangan. Uji coba lapangan ini melibatkan subjek dalam
kelas yang lebih besar yang melibatkan 15-30 subjek.
Dalam penelitian ini penulis melakukan uji coba yang
melibatkan siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 24
Tanjung Jabung Timur. Untuk itu diperlukan dibuat instrumen evaluasi
berupa lembar angket bagi peserta didik.
2) Revisi Produk
Setelah uji coba dilakukan, kekurangan-kekurangan dan
hambatan yang muncul ketika uji coba direvisi dan diperbaiki agar
mendapatkan hasil produk yang lebih baik. Revisi dapat dilakukan
secara menyeluruh ataupun sebagian. Jika kekurangan yang muncul
sangat mendasar dan prinsip sekali, maka dilakukan revisi total
(Asyhar, 2012: 131). Namun jika kesalahan dan kekurangan hanya
sebagian kecil, biasanya hanya dilakukan perbaikan sebagian saja.
5. Implementasi Model
Pada penelitian ini peneliti menggunakan model pengembangan
ADDIE untuk melakukan pengembangan suatu produk. Analysis, berkaitan
dengan kegiatan analisis terhadap situasi kerja dan lingkungan sehingga dapat
ditemukan produk apa yang perlu dikembangkan. Design merupakan kegiatan
perancangan produk sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti apa produk ini
dirancang agar semenarik mungkin dan mudah dipahami peserta didik dalam
proses pembelajaran. Development adalah kegiatan pembuatan dan pengujian
produk. Implementation adalah kegiatan menggunakan produk pada
kelompok kecil dan kelompok besar. Evaluation adalah kegiatan menilai
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
apakah media pembelajaran yang dikembangkan berhasil, sesuai dengan
keinginan, dan layakkah media ini digunakan dalam proses pembelajaran.
Pengujian media pembelajaran komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika
Berbasis Scientific Approach ini akan dilakukan di kelas VIII B SMP N 24
Tanjung Jabung Timur. Uji coba yang dilakukan yaitu dengan uji coba
kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok kecil ini terdiri dari 3 peserta
didik dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kemudian kelompok besar
terdiri dari 28 orang peserta didik kelas VIII B.
Sebagai pembanding penulis melakukan uji coba dengan
menggunakan 2 kelas yaitu kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII
B sebagai kelas eksperimen. Uji coba dilakukan pada kelas kontrol dengan
cara tidak menggunakan media pembelajaran komik dan kelas ekperimen
dengan cara menggunakan media pembelajaran komik. Data hasil dari uji
coba kelas kontrol dan kelas eksperimen ini diuji lagi menggunakan uji
normalitas, homogenitas, uji T, dan kolerasi product moment.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: (1) uji kertas
peluang normal, (2) Uji liliefors, dan (3) Uji chi kuadrat (Riduwan, 2018:
187). Disini peneliti menggunakan uji liliefors. Rumus uji liliefors sebagai
berikut:
| ( ) ( )|
Data dikatakan normal apabila pada taraf signifikansi α = 0,05. Dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika harga Lh< harga Lt, maka data berdistribusi normal
Jika harga Lh< harga Lt, maka data berdistribusi normal (Ansori, 2010).
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan oleh penulis adalah uji varians terbesar
dibanding varian terkecil menggunakan Tabel F. Untuk menguji
homogenitas maka digunakan rumus uji beda varian sebagi berikut:
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Kedua variabel dikatakan homogeny apabila pada taraf signifikansi α =
0,05. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika: Fhitung Ftabel, tidak homogen.
Jika: Fhitung Ftabel, homogen (Riduwan,2018).
3) Uji T (t-test)
Penulis menggunakan uji independen sampel t-test. Uji independen
sampel t-test adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah dua
kelompok sampel memiliki perbedaan rata-rata secara signifikan atau
tidak, ada banyak cara untuk melaksanakan uji-t tersebut. Berikut rumus
uji independent sample t-test (Uji-t):
√( )
( )
(
)
Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui, ada 3 jenis nilai yang harus
terlebih dahulu kita persiapkan, yaitu:
Xi = rata-rata skor/ nilai kelompok i
ni = jumlah responden kelompok i
Si2= varians skor kelompok i
Untuk mengetahui apakah thitung signifikan atau tidak, konsultasikan
dengan tabel t, dengan df= n-2.
Jika nilai thitung> ttabel, maka data signifikan.
Jika nilai thitung< ttabel, maka data tidak signifikan (Aksiomatik, 2016).
4) Kolerasi Product Moment
Kegunaan koefisien korelasi product moment adalah untuk menentukan
hubungan linier antar 2 variabel untuk data kuantitatif. Syaratnya data
masing-masing variabel harus berdistribusi normal. Rumus untuk
menghitung korelasi product moment ini adalah
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Sumber: Di Adaptasi dari Riduwan (2015)
Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0
tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel III.4 interpretasi nilai r
sebagai berikut:
Tabel III.4
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,7999 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber: Diadaptasi dari Riduwan (2015)
Untuk mengetahui keberhasilan implementasi kalau model akan
dilaksanakan, maka perlu dilakukan sebuah evaluasi. Pada tahap ini bertujuan
untuk melihat hasil dari kevalidan media, kepraktisan, keefektifan, dan juga
rata-rata nilai dari hasil uji coba kelas kontrol dan kelas eksperimen.
6. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Dalam teknik pengumpulan data penelitian pengembangan yang
dilakukan, dijaring menggunakan teknik observasi, angket (kuesioner).
Teknik pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek
penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam
(kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan
responden kecil (Riduwan, 2018: 57).
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek
alam yang lain (Sugiyono, 2014: 203)
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri
laporan tentang diri sendiri atau seft-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2014: 194).
c. Angket
Teknik yang sering digunakan dalam menghimpun data adalah
kuesioner/angket. Menurut Sugiyono (2012), angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penggunaan
angket dalam pengumpulan data harus memperhatikan masalah yang
diteliti. Sehingga tiap pertanyaan merupakan bagian hipotesis yang akan
diuji.
Berdasarkan pengertian tersebut maka terlebih dahulu dilakukan
pengumpulan data dengan 2 cara, yaitu angket berstruktur dan angket
tertutup.
1) Angket berstruktur
Angket berstruktur merupakan angket yang menyediakan
beberapa kemungkinan jawaban penggunaan angket ini diberikan
kepada ahli media, ahli materi dan guru di Sekolah Menengah Pertama.
Pada validasi untuk memperoleh tanggapan mengenai media
pembelajaran yang dikembangkan.
Jenis data yang digunakan pada penelitian pengembangan ini
bersifat kualitatif. Dimana jawaban diambil adalah jawaban “ya atau
tidak”. Data diperoleh dengan mengumpulkan saran dan pendapat tim
ahli tentang kelayakan media komik. Pendapat tim ahli tersebut akan
digunakan untuk memperbaiki media komik yang dibuat begitu
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
seterusnya dan akan berakhir jika tim ahli menyatakan media ini layak
diproduksi tanpa revisi.
Data diperoleh dari hasil pengembangan produk ini digunakan
sebagai dasar dalam menetapkan kelayakan dan daya tarik produk yang
dihasilkan.
Angket berstruktur menggunakan format dua poin dari skala
likert dengan pemaknaan sebagai berikut:
a) “Ya” dipersentasikan dengan 1 poin
b) “Tidak” dipersentasikan dengan 0 poin
2) Angket tertutup
Angket tertutup (closed questionnaire), adalah angket yang
pertanyaan dan pertanyaanya tidak memberi kebebasan kepada
responden nuntuk menjawabnya sesuai dengan pendapat dan keinginan
mereka (Prihatini, 2012). Angket tertutup menggunakan format lima
poin dari skala likert. Skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan
seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari
sangat negatif sampai dangat positif dengan alternatif respon adalah
sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak
setuju (STS). Alasan penggunaan skala liket karena pembuatannya
relatif lebih mudah dan tigkat reabilitasnya (ketetapan alat evaluasi)
tinggi. Bagi instrumen angket yang valid digunakan untuk pengambilan
pengembangan data persepsi.
Tabel III.5
Skala Likert
Kriteria Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatana, foto-foto, filem dokumenter, data yang
relevan penelitian (Riduwan, 2014: 58).
Tabel III.6
Kisi-Kisi Angket Tanggapan Guru
Variabel Deskriptor Nomor Item
(1) (2) (3)
Media
pembelajaran
komik Ilmu
Pengetahuan
Alam Fisika
berbasis
Scientific
Approach
1. Tampilan media komik menarik. 1
2. Media komik membantu guru lebih
bervariasi dalam menyampaikan
materi.
2
3. Media komik mendorong siswa lebih
tertarik untuk mempelajari materi
cahaya dan alat optik.
3
4. Media komik merangsang siswa
menjadi lebih aktif.
4
5. Media komik mendorong siswa
untuk melakukan kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
5
6. Media komik membangun
komunikasi yang efektif antara guru
dan siswa.
6
7. Materi yang disajikan sesuai tujuan
pembelajaran.
7
8. Latihan yang diberikan dapat
dipahami dan dikerjakan siswa.
8
56
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3)
9. Materi dan soal pada media komik
telah menekankan pada keterampilan
siswa dalam membangun konsep.
9
10. Gambar dan media komik mengarah
pada materi.
10
11. Alur cerita media komik mengarah
pada materi.
11
12. Media komik dapat membangun
motivasi siswa dalam proses belajar.
12
Sumber: Di Adaptasi dari skripsi Jayanti Lestari (2016)
Tabel III.7
Kisi-Kisi Angket Persepsi Siswa
Variabel Deskriptor Item
(1) (2) (3)
Media
pembelajaran
komik Ilmu
Pengetahuan Alam
Fisika berbasis
Scientific Approach
1. Tampilan media komik menarik. 1
2. Penggunaan warna pada media
komik menarik.
2
3. Media komik pada materi gerak
menarik.
3
4. Penggunaan tulisan sesuai dengan
media komik.
4
5. Gambar pada media komik sesuai
dengan materi.
5
6. Alur ceita pada komik mengarah
pada materi.
6
57
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3)
7. Bahasa yang digunakan pada
media komik mudah dipahami.
7
8. Materi yang ditampilkan pada
media komik jelas.
8
9. Isi media komik mudah
dimengerti dan dipahami.
9
10. Latihan yang diberikan dapat
dipahami dan dikerjakan oleh
siswa.
10
11. Media komik dapat membuat
siswa lebih tertarik untuk belajar
fisika.
11
12. Media komik dapat membangun
motivasi siswa dalam
membangun motivasi siswa
dalam proses belajar.
12
Sumber: Di Adaptasi dari skripsi Jayanti Lestari (2016)
e. Analisis Data
1) Analisis Validitas
Menurut Setyosari (2010), “validasi suatu instrumen
menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang hendak diukur”.
Ada dua validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas
logis dan empiris. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan
adalah validitas logis. Menurut Setyosari (2010), “validitas logis
diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika
instrumen itu dicapai meurut validitas yang dikehendaki”. Sedangkan
58
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
menurut Arikunto (2013: 80), validitas logis untuk instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang dipandang
terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara
baik, mengikuti teori dan ketentuan yang telah ada. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya,
tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.
2) Analisis data validasi ahli
Analisis data angket mengenai tanggapan validator ahli terkait
mobile learning fisika berupa media komik pembelajaran sebagai
media pembelajaran dilakukan dengan teknik teknik deskriptif
persentase. Skor yang diperoleh dari aspek yang dinilai kemudian
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NP = nilai persentase yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimal (Sugiyono, 2012: 176)
3) Analisis data tanggapan siswa
Data hasil tanggapan siswa yang berupa angket dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Membuat rekapitulasi hasil kuesioner mengenai tanggapan siswa
terhadap media pembelajaran.
b) Menghitung persentase jawaban siswa.
c) Melakukan analisis data kuesioner.
Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan
pilihan jawaban sesuai dengan skala likert. Hasil angket ini dianalisis
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
( )
Sumber: Di Adaptasi dari Skripsi Aida Afrilia (2018: 45)
59
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Tabel III.8
Interpretasi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kelayakan
Kualifikasi Penilaian Skor Nilai
Sangat Layak 85% - 100%
Layak 70% - 84%
Cukup Layak 60% - 69%
Kurang Layak 50% - 59%
Tidak Layak < 50%
Sumber: Di Adaptasi dari Suharsimi (2013) dalam Skripsi Aida
Afrilia (2018)
Keterangan:
a) Sangat layak artinya bahan ajar tersebut sangat sesuai dengan
kebutuhan sangat mampu meningkatkan kompetensi, sangat
efektif, dan sangat menarik.
b) Cukup layak artinya bahan ajar tersebut sesuai dengan kebutuhan,
mampu meningkatkan kompetensi, efektif, dan menarik.
c) Kurang layak artinya bahan ajar tersebut kurang sesuai dengan
kebutuhan, kurang mampu meningkatkan kompetensi , kurang
efektif, dan kurang menarik.
d) Tidak layak artinya bahan ajar tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan, tidak mampu meningkatkan kompetensi , tidak efektif,
dan tidak menarik.
e) Sangat tidak layak artinya bahan ajar tersebut sangat tidak sesuai
dengan kebutuhan, sangat tidak mampu meningkatkan
kompetensi , sangat tidak efektif, dan sangat tidak menarik.
60
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pengembangan Media
Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah media pembelajaran
berbentuk komik Ilmu Pengetahuan Alam berbasis scientific approach pada
materi cahaya dan alat optik, (2) penilaian isi atau materi dan desain media
oleh ahli materi dan desain media dan ahli bahasa, (3) penilaian peserta didik
dan guru Ilmu Pengetahuan Alam terhadap media yang telah dibuat. Setelah
menetukan potensi dan masalah serta mengumpulkan data, peneliti dapat
memulai mendesain dan mengembangkan media pembelajaran.
Setelah dilaksanakan tahap-tahap rancangan dalam media yang telah
diterapkan, maka dihasilkan media pembelajaran komik Ilmu Pengetahuan
Alam berbasis scientific approach pada pokok bahasan cahaya dan alat optik.
Penelitian ini mengguanakan model pengembangan ADDIE yang terdiri atas
Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan),
Implementation (implementasi), dan Evaluation (evaluasi).
Adapun tahapan pengembangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Analysis (Analisis)
1) Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama proses
pembelajaran, terdapat beberapa kendala yang dihadapi peserta didik
SMP N 24 Tanjung Jabung Timur selama proses pembelajaran fisika,
antara lain selama ini guru hanya menggunakan media pembelajaran text
book dan metode pengajaran berupa ceramah dan penugasan. Karena
itulah terjadi permasalahan dalam proses pembeljaran di SMP N 24
Tanjung Jabung Timur antara lain kurangnya minat dan juga motivasi
peserta didik untuk belajar fisika, sebagian besar peserta didik
menganggap bahwa pembelajaran fisika itu membosankan dan sulit,
sehingga hal ini berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
61
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Sehingga diperlukan media pendukung dalam proses
pembelajaran yang mampu membuat peserta didik lebih tertarik untuk
belajar fisika dan juga memahami fisika. Kurangnya minat membaca
peserta didik akan membuat peserta didik lebih tidak bisa memahami
pembelajaran fisika, dengan media pembelajaran komik akan
menumbuhkan minat membaca peserta didik. Karena media
pembelajaran komik ini memiliki banyak gambar dan menarik minat
baca peserta didik. Kegunaan dari media ini adalah untuk mempermudah
proses pembelajaran fisika, sekaligus dapat meningkatkan kemandirian
peserta didik dalam belajar. Media pembelajaran ini tidak hanya dapat
digunakan di sekolah namun dapat juga digunakan di rumah.
2) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk melihat kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Mengingat kedua hal ini menjadi dasar dari suatu
pembelajaran. Kompetensi inti adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan,dan sikap minimal yang harus dikuasai setelah peserta didik
mempelajari mata pelajaran tertentu. Sedangkan kompetensi dasar adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh
siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai kompetensi inti
yang telah ditetapkan. Adapun kurikulum SMP N 24 Tanjung Jabung
Timur yaitu kurikulum 2013. Perencanaan komik Ilmu Pengetahuan
Alam Fisika berbasis scientific approach telah disesuaikan dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar pada kurikulum 2013. Sehingga
diharapkan media pembelajaran ini mampu mencapai tujuan
pembelajaran.
3) Analisis Karakteristik Peserta Didik
Analisis karakteristik peserta didik diperlukan sebagai langakah
dalam pengembangan komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika berbasis
scientific approach pada pokok bahasan cahaya dan alat optik, agar
sesuai dengan karakteristik peserta didik Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Berdasarkan observasi, peneliti mendapatkan beberapa
62
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
karakteristik peserta didik antara lain: peserta didik kurang minat
membaca, peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan
belum bisa belajar mandiri.
b. Design (Perancangan)
Dalam tahap desain ini dibuat rancangan awal mengenai komik
sesuai dengan materi yang diajukan yaitu cahaya dan alat optik.
1) Perancangan Susunan Cerita Dalam Komik
Langkah pertama dalam pengembangan komik ini yaitu membuat
alur cerita guna memudahkan dalam perancangan desain komik, jumlah
halaman dalam komik serta susunan cerita dan materi dalam komik.
2) Pembuatan Desain Komik
Tampilan pembuka berisi cover komik dan nama penulis. Di
dalam komik itu sendiri terdiri dari isi materi, apersepsi dari materi,
contoh soal, dan juga soal latihan.
Proses menggambar dilakukan pada kertas yang berukuran A4
satu halaman komik dibagi menjadi dua. Komik dibuat dengan beberapa
tahap mulai dari membuat sketsa manual dengan menggunakan tangan
dibuat dengan pensil pada media kertas. Media didesain dengan
menerapkan berbagai warna agar lebih menarik, pewarnaan itu sendiri
dilakukan menggunakan tangan dan memakai pensil warna pada sketsa
manual. Scanning gambar yang telah diwarnai, lalu hasil scan diolah
dengan menggunakan Microsoft Word. Dalam proses pengolahan dengan
Microsoft Word hanya melakukan pemberian teks dialog. Adapun
tampilan desain komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika sebagai berikut:
63
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Gambar IV.1 Tampilan Cover Komik
Gambar IV.2 Tampilan Pengenalan Tokoh
Gambar IV.3 Tampilan Apersepsi dari Materi
64
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Gambar IV.4 Tampilan Isi Materi
Gambar IV.5 Tampilan Contoh Soal
Gambar IV.6 Tampilan Soal
65
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
c. Development (Pengembangan)
Pada tahapan pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
dari media komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific
approach melalui uji validitas, uji coba praktikalitas, dan uji efektifitas.
Media ini telah dirancang oleh peneliti kemudian dibuat dan
dikembangkan. Media ini dibuat dengan bantuan Microsoft Word untuk
pemberian dialog. Isi dari media ini adalah materi cahaya dan alat optik
yang didapatkan dari buku-buku Ilmu Pengetahuan Alam.
d. Implementation (Implementasi)
Pada tahapan implementasi ini dilakukan setelah dinyatakan layak
oleh ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa. Uji coba komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific approach ini dilaksanakan di
SMP N 24 Tanjung Jabung Timur dengan suubjek penelitian peserta didik
kelas VIII B yang berjumlah 28 orang.
Sebagai pembanding peneliti melaksanakan uji coba dengan
menggunakan 2 kelas yaitu kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas
VIII B sebagai kelas eksperimen. Uji coba kelas kontrol dilakukan dengan
cara mengajar seperti biasanya tanpa menggunakan media komik.
Sedangkan, uji coba kelas eksperimen dilakukan dengan cara mengajar
menggunakan media komik yang telah penulis buat.
e. Evaluation (Evaluasi)
Tahap terakhir dari model pengembangan ADDIE adalah tahap
evaluasi. Evaluasi yang diperoleh dari peneliti dengan menganalisis data
hasil penelitian yaitu berupa analisis kevalidan komik dari dosen ahli,
analisis kepraktisan dari guru, analisis keefektifan dari peserta didik, dan
rata-rata nilai hasil uji coba pada kelas A dan kelas B.
66
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
B. Kelayakan Produk
a. Validasi Kelayakan Produk
Validasi media pembelajaran ini dilakukan oleh validator ahli dan
meminta pertimbangan secara teoritis dan praktis. Validator ahli terdiri dari
validator ahli media, ahli materi, ahli bahasa.
1.) Validasi Ahli Media
Media pembelajaran dengan menggunakan komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika kemudian di validasi oleh ahli desain media
menggunakan angket validasi. Ahli desain media dalam penelitian ini yaitu
Bapak Adfal Afdala, M.Si yang merupakan dosen Program Studi Tadris
Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli media dengan tujuan
mengetahui kelayakan media pembelajaran berdasarkan pemikiran
rasional, belum berdasarkan fakta di Lapangan. Hasil validasi yang
dilakukan oleh ahli media dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut:
Tabel IV.1
Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Oleh Ahli Desain Media.
No Aspek Yang Dinilai Skor yang
diperoleh
Skor
Maksimum
(1) (2) (3) (4)
1 Penulisan judul media pembelajaran
komik
1 1
2 Ukuran huruf pada tulisan sesuai 1 1
3 Penggunaan kata jelas 1 1
4 Kejelasan tulisan 1 1
5 Gambar tidak mengacaukan tampilan 1 1
6 Gambar yang digunakan jelas dalam
mengarahkan alur cerita
1 1
7 Alur cerita menarik 1 1
8 Kesesuaian alur cerita dengan
penjelasan materi
1 1
9 Alur cerita terus terfokus pada tujuan
pembelajaran
1 1
10 Media pembelajaran komik sabagai
sumber belajar
1 1
67
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4)
11 Bahasa penyampaian yang
digunakan media komik dapat
dipahami anak didik (tidak
verbalistik)
1 1
12 Media pembelajaran komik mampu
menarik dan memfokuskan perhatian
siswa
1 1
13 Media pembelajaran komik dapat
meningkatkan dan mengembangkan
imajinasi siswa dalam membangun
konsep
0 1
14 Media pembelajaran komik
mendorong siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran tercapai
1 1
15 Kesesuaian media pembelajaran
komik dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
1 1
16 Media pembelajaran komik
membangun komunikasi yang efektif
antara guru dan siswa
1 1
17 Media pembelajaran komik
memberikan kesempatan siswa untuk
belajar mandiri
1 1
18 Media pembelajaran komik
menambah pengetahuan dan
pengalaman guru
1 1
19 Media pembelajaran komik dapat
meningkatkan dan mengembangakan
imajinasi siswa dalam membangun
konsep
1 1
∑Skor 18 19
Presentase Kelayakan 94.74% 100%
Kriteria
Sangat
Layak
Sangat
Layak
Berdasarkan penilaian dari ahli media, ada hal yang perlu
ditambahkan dari segi komponen media. Ahli media menginginkan adanya
persepsi dari materi cahaya dan alat optik. Hasil validasi menunjukkan
persentase penilaian sebesar 94,74% dengan kriteria sangat layak.
68
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
2.) Validasi Ahli Materi
Ahli materi pada validasi media pembelajaran komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific approach adalah Bapak
Zainal Hartoyo, M.Pd yang merupakan dosen Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Angket validasi materi terdiri dari komponen kelayakan isi. Validasi oleh
ahli materi selain melakukan penilaian kelayakan, ahli materi juga
memberikan komentar dan saran untuk memperbaiki media. Adapun hasil
validasi yang dilakukan oleh ahli materi dapat dilihat di tabel IV.2 berikut:
Tabel IV.2
Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Oleh Ahli Materi
No Aspek Yang Dinilai Skor yang
diperoleh
Skor
Maksimum
(1) (2) (3) (4)
1 Apakah materi sesuai dengan
RPP? 1 1
2 Apakah materi yang digunakan
sesuai dengan kemampuan peserta
didik?
1 1
3 Apakah materi yang digunakan
dapat dipahami dengan peserta
didik?
1 1
4 Apakah alur cerita sesuai dengan
materi? 1 1
5 Apakah contoh soal mendukung
pemahaman konsep materi cahaya
dan alat optik?
1 1
6 Apakah materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran? 1 1
7 Apakah urutan penyajian materi
pembelajaran sesuai? 1 1
8 Apakah manfaat materi untuk
penambahan wawasan
pengetahuan siswa?
1 1
9 Apakah latihan dapat
mengungkapkan kemampuan
berpikir siswa?
0 1
10 Apakah contoh gambar sesuai
dengan konsep materi? 1 1
69
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4)
11 Apakah kalimat pada media
komik sesuai dengan materi? 1 1
∑Skor 10 11
Presentase Kelayakan 90.91% 100%
Kriteria Sangat Layak Sangat Layak
Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh ahli materi, ada gambar
dan materi yang perlu diubah. Hasil validasi menunjukkan persentase
penilaian sebesar 90,91% dengan kriteria sangat layak
Gambar IV.7 Sebelum Revisi Materi
Gambar IV.8 Sesudah Revisi Materi
70
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Gambar IV.9 Sebelum Revisi Materi
Gambar IV.10 Sesudah Revisi Materi
3.) Validasi Ahli Bahasa
Ahli bahasa pada validasi media pembelajaran komik Ilmu
Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific approach adalah Bapak Drs.
Mursyid, M.Pd yang merupakan dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Validasi
yang dilakukan ahli bahasa terkait dengan aspek penggunaan bahasa
dalam media. Validasi oleh ahli materi selain melakukan penilaian
kelayakan, ahli materi juga memberikan komentar dan saran untuk
71
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
memperbaiki media. Adapun hasil validasi yang dilakukan oleh ahli
materi dapat dilihat di tabel IV.3 berikut:
Tabel IV.3
Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Oleh Ahli Bahasa
No Aspek Yang Dinilai Skor yang
diperoleh
Skor
Maksimum
(1) (2) (3) (4)
1 Penulisan judul 1 1
2 Ukuran huruf 1 1
3 Kejelasan tulisan 1 1
4 Penggunaan bahasa sesuai EYD 1 1
5 Penggunaan bahasa yang
efektif dan efisien 1 1
6 Tidak menggunakan bahasa
yang ambigu (bermakna ganda) 1 1
7
Bahasa yang digunakan sesuai
dengan tingkat perkembangan
kognisi
1 1
8 Bahasa yang digunakan
komunikatif 1 1
9 Kalimat yang digunakan jelas
dan mudah dimengerti 1 1
10 Istilah yang digunakan mudah
dipahami 1 1
∑Skor 10 10
Presentase Kelayakan 100% 100%
Kriteria Sangat Layak Sangat Layak
Berdasarkan hasil penilaian dari ahli bahasa dapat dinyatakan
bahwa media layak digunakan dengan revisi kecil yaitu pada
penulisan kata “bisa” diganti dengan “dapat”. Hasil validasi
menunjukkan persentase penilaian sebesar 100% dengan kriteria
sangat layak.
72
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Gambar IV.11 Sebelum Revisi Bahasa
Gambar IV.12 Sesudah Revisi Bahasa
b. Praktikalitas Produk
Media pembelajaran ini menggunakan komik Ilmu Pengetahuan Alam
Fisika berbasis Scientific Approach yang telah dikembangkan, kemudian di uji
coba pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Uji coba yang dimaksudkan untuk
melihat tingkat kepraktisan pada media tersebut berdasarkan respon dari guru
mata pelajaran dan peserta didik. Setelah guru mata pelajaran dan peserta didik
mengamati media pembelajaran tersebut, maka diberikanlah angket oleh
peneliti. Angket ini bertujuan untuk melihat sejauh mana respon guru mata
pelajaran dan peserta didik terhadap media pembelajaran dengan menggunakan
komik IPA Fisika berbasis scientific approach yang sudah dikembangkan.
73
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Adapun hasil respon guru mata pelajaran terhadap media pembelajaran
komik IPA Fisika berbasis scientific approach dapat dilihat pada tabel IV.4 di
bawah ini:
Tabel IV.4
Hasil Penilaian Respon Guru Mata Pelajaran Terhadap Media
Pembelajaran
No Aspek Yang Dinilai Skor yang
diperoleh
Skor
Maksimum
(1) (2) (3) (4)
1 Tampilan media komik menarik. 1 1
2 Media komik membantu guru lebih
bervariasi dalam menyampaikan materi. 1 1
3
Media komik mendorong siswa lebih
tertarik untuk mempelajari materi cahaya
dan alat optik.
1 1
4 Media komik merangsang siswa menjadi
lebih aktif. 1 1
5 Media komik mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
1 1
6 Media komik membangun komunikasi
yang efektif antara guru dan siswa. 1 1
7 Materi yang disajikan sesuai tujuan
pembelajaran. 1 1
8 Latihan yang diberikan dapat dipahami
dan dikerjakan siswa. 0 1
9
Materi dan soal pada media komik telah
menekankan pada keterampilan siswa
dalam membangun konsep.
1 1
10 Gambar dan media komik mengarah pada
materi. 1 1
11 Alur cerita media komik mengarah pada
materi. 1 1
12 Media komik dapat membangun motivasi
siswa dalam proses belajar. 1 1
∑Skor 11 12
Presentase Kelayakan 91.67% 100%
Kriteria Sangat Layak
Sangat
Layak
74
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Menurut tanggapan guru mata pelajaran terhadap media pembelajaran
komik IPA Fisika berbasis scientific approach ini dapat mempermudah guru
dalam proses pembelajaran pada materi cahaya dan alat optik.
Selain tanggapan dari guru mata pelajaran, adapun hasil uji coba dalam
pembelajaran kepada siswa sebagai berikut:
1) Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui kelayakan
media pembelajaran komik IPA Fisika berbasis scientific approach. Uji
coba dilakukan dengan cara memilih 3 siswa dengan memiliki kemampuan
tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah, kemudian 3 peserta didik
tersebut menggunakan sendiri media pembelajaran komik IPA Fisika
tersebut. Kemudian mengumpulkan data tanggapan peserta didik dengan
menggunakan angket tertutup yang diberikan kepada 3 peserta didik kelas
VIII B. Kemudian dianalisis berdasarkan skala likert yang memiliki rentang
1-5. Persentase tanggapan siswa dalam uji coba terhadap media
pembelajaran menunjukkan kriteria sangat layak dengan persentase rata-rata
87,78%.
Tabel IV.5
Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Kelompok Kecil
No Pernyataan Persentase Kriteria
1 Tampilan media komik menarik. 86.67% Sangat Layak 2 Penggunaan warna pada gambar
media komik menarik.
86.67% Sangat Layak
3 Media komik pada materi cahaya
dan alat optik menarik.
86.67% Sangat Layak
4 Penggunaan tulisan sesuai
dengan media komik.
86.67% Sangat Layak
5 Gambar pada media komik
sesuai dengan materi.
86.67% Sangat Layak
6 Alur cerita pada media komik
mengarah pada materi.
86.67% Sangat Layak
7 Bahasa yang digunakan pada
media komik mudah dipahami.
86.67% Sangat Layak
75
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4)
8 Materi yang ditampilkan pada
media komik jelas.
93.33% Sangat Layak
9 Isi media komik mudah
dimengerti dan dipahami.
86.67% Sangat Layak
10 Latihan yang diberikan dapat
dipahami dan dikerjakan oleh
siswa.
86.67% Sangat Layak
11 Media komik dapat membuat
siswa lebih tertarik untuk belajar
fisika.
93.33% Sangat Layak
12 Media komik dapat membangun
motivasi siswa dalam proses
belajar.
86.67% Sangat Layak
Persentase Rata-Rata 87.78% Sangat
Layak
2) Uji Coba Kelompok Besar
Uji coba kelompok besar dilakukan untuk mengetahui kelayakan
media pembelajaran komik IPA Fisika berbasis scientific approach. Uji
coba dilakukan dengan cara menggunakan media pembelajaran komik IPA
Fisika berbasis scientific approach yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Kemudian mengumpulkan data tanggapan peserta didik
dengan menggunakan angket tertutup yang diberikan kepada peserta didik
kelas VIII B. Kemudian dianalisis berdasarkan skala likert yang memiliki
rentang 1-5. Persentase tanggapan siswa dalam uji coba terhadap media
pembelajaran menunjukkan kriteria layak dengan persentase rata-rata
84,05%.
Tabel IV.6
Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Kelompok Besar
No Pernyataan Persentase Kriteria
(1) (2) (3) (4) 1 Tampilan media komik menarik. 86.43% Sangat
Layak 2 Penggunaan warna pada gambar
media komik menarik.
85.71% Sangat
Layak
76
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
(1) (2) (3) (4) 3 Media komik pada materi cahaya
dan alat optik menarik.
80.71% Sangat
Layak 4 Penggunaan tulisan sesuai dengan
media komik.
77.86% Layak
5 Gambar pada media komik sesuai
dengan materi.
87.86% Sangat
Layak 6 Alur cerita pada media komik
mengarah pada materi.
85.71% Sangat
Layak 7 Bahasa yang digunakan pada media
komik mudah dipahami.
87.86% Sangat
Layak 8 Materi yang ditampilkan pada media
komik jelas.
83.57% Sangat
Layak 9 Isi media komik mudah dimengerti
dan dipahami.
80.00% Sangat
Layak 10 Latihan yang diberikan dapat
dipahami dan dikerjakan oleh siswa.
70% Layak
11 Media komik dapat membuat siswa
lebih tertarik untuk belajar fisika.
90% Sangat
Layak 12 Media komik dapat membangun
motivasi siswa dalam proses belajar.
92.86% Sangat
Layak
Persentase Rata-Rata 84.05% Layak
C. Efektifitas Model
Efektifitas media pembelajaran yang dikembangkan dilihat dari layak atau
tidak layaknya media ini berdasarkan respon siswa dalam memperhatikan
pembelajaran kemudian menilai melalui angket. Persentase kelayakan suatu media
yang harus diperoleh adalah >60%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa
media pembelajaran komik IPA Fisika berbasis scientific approach apabila >60%
dinyatakan “Cukup Layak” digunakan sebagai media pembelajaran. Apabila
>70% dinyatakan “Layak” digunakan sebagai media pembelajaran dan apabila
>85% dinyatakan “Sangat Layak” digunakan sebagai media pembelajaran.
77
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Tabel IV.7
Hasil Validasi
No. Validator Skor Kriteria
1 Ahli Media 94.74% Layak
2 Ahli Materi 90.91% Sangat Layak
3 Ahli Bahasa 100% Sangat Layak
4 Guru Mata Pelajaran 91.67% Sangat Layak
5 Uji Kelompok Kecil 87.78% Sangat Layak
6 Uji Kelompok Besar 84.05% Layak
∑Skor 91.53% Sangat Layak
Berdasarkan tabel IV.7 dapat diketahui bahwa hasil validator dan uji coba
yang dilakukan validator bahwa media pembelajaran komik IPA Fisika berbasis
scientific approach ini layak digunakan sebagai media pembelajaran IPA Fisika
pada materi cahaya dan alat optik dengan persentase 91,53% dan dengan kriteria
sangat layak.
a. Hasil Uji Coba Kelas Kontrol Dan Eksperimen
Hasil uji coba kelas kontrol (VIII A) dan kelas eksperimen (VIII B)
dilakukan dengan cara memberi 5 butir soal esay kepada masing-masing
peserta didik. Uji coba ini dilakukan untuk melihat perbandingan dari kelas
VIII A yang tidak menggunakan media komik dan Kelas VIII B yang
menggunakan media komik saat proses pembelajaran.
Tabel IV.8
Hasil Uji Coba Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Jumlah
Siswa
Siswa
yang
Tuntas
∑Skor Rata-
Rata
Persentase
Ketuntasan
VIII A
(Kontrol) 26 20 1835 70.58 76.92%
VIII B
(Eksperimen) 28 24 2145 76.61 85.71%
Berdasarkan tabel IV.8 dapat diketahui bahwa hasil uji coba kelas
kontrol pada kelas VIII A dan uji coba kelas eksperimen pada kelas VIII B
bahwa media komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika berbasis scientific
78
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
approach yang digunakan pada kelas VIII B ini mendapatkan persentase
ketuntasan yang lebih besar dari kelas VIII A yaitu 85,71% di kelas VIII B dan
76,92% di kelas VIII A. Begitu pula pada nilai rata-rata di kelas kontrol dan
ekperimen bahwa nilai rata-rata 76,61 di kelas eksperimen yang lebih tinggi
daripada kelas kontrol dengan nilai rata-rata 70,58.
Hasil uji coba tersebut dihitung lagi menggunakan uji coba normalitas,
homogenitas, uji T (t-test), dan korelasi phi.
1) Uji Normalitas
a) Kelas eksperimen
Jika harga Lh < harga Lt, maka data berdistribusi normal.
Jika harga Lh > harga Lt, maka data tidak berdistribusi normal.
Jadi, 0,1110 < 0,161 maka data berdistribusi normal.
b) Kelas kontrol
Jika harga Lh < harga Lt, maka data berdistribusi normal.
Jika harga Lh > harga Lt, maka data tidak berdistribusi normal.
Jadi, 0,1032 < 0,173 maka data berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Jika: Fhitung≥ Ftabel, tidak homogen.
Jika: Fhitung≤ Ftabel, homogen.
Ternyata Fhitung< Ftabel, atau 1,26 < 1,93, maka varians-varians adalah
homogen.
3) Uji T
Jika nilai thitung> ttabel, maka data signifikan.
Jika nilai thitung< ttabel, maka data tidak signifikan.
Ternyata nilai thitung> ttabel, atau 2,268>2,000, maka data signifikan.
4) Uji Korelasi Product Moment
Hasil Korelasi Product Moment = 0,8906 berarti kekuatan hubungan antara
dua variabel sangat kuat.
79
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
D. Pembahasan
Merancang suatu media komik IPA Fisika berbasis scientific approach
dengan bantuan Microsoft Word sebagai salah satu media pembelajaran yang
dapat dimanfaatkan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran
agar peserta didik dapat belajar secara mandiri. Awal pembuatan media ini adalah
menentukan materi apa yang akan dijadikan sebagai pokok bahasan dalam media
pembelajaran.
Dari produk awal yang telah dibuat dilakukan validasi oleh ahli media, ahli
materi, dan ahli bahasa dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan media
pembelajaran berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan fakta di
lapangan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian, kelebihan, dan
kekurangan media yang dikembangkan. Jika masih terdapat kekurangan akan
dilakukan revisi serta peninjauan kembali media pembelajaran berdasarkan
penilaian dan komentar dari para ahli. Hasil penilaian ahli media, ahli materi, dan
ahli bahasa media pembelajaran sangat layak digunakan dalam pembelajaran
(Tabel IV.2, Tabel IV.3, dan Tabel IV.4) dengan persentase kelayakan desain
media sebesar 94,74%, persentase kelayakan materi sebesar 90,91%, dan
persentase kelayakan bahasa sebesar 100%.
Namun validator ahli juga memberikan saran perbaikan media.
Berdasarkan saran ahli desain media yaitu dengan menambahkan persepsi dari
materi cahaya dan alat optik. Ahli materi memberikan saran untuk mengganti
gambar dan juga pengertian dari cahaya. Ahli bahasa juga memberikan saran
berupa pengubahan tata bahasa pada tulisan “Bisa” agar diganti dengan kata
“Dapat”. Hasil akhir penilaian validator ahli mengenai pengembangan media
komik IPA Fisika berbasis scientific approach telah memenuhi kriteria layak
untuk digunakan sebagai media pembelajaran, sehingga selanjutnya dapat
dilakukan uji coba pada peserta didik.
Uji coba dilakukan dengan dua cara yaitu uji coba kelompok kecil dan uji
coba kelompok besar. Uji coba dilakukan dengan cara memilih 3 siswa dengan
memiliki kemampuan tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah, kemudian
3 peserta didik tersebut menggunakan sendiri media pembelajaran komik IPA
80
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Fisika tersebut, kemudian mengumpulkan data tanggapan siswa dengan persentase
87,78% dengan kriteria Sangat Layak (Tabel IV.6). Sedangkan uji coba kelompok
besar dilakukan pada 28 peserta didik kelas VIII B di SMPN 24 Tanjung Jabung
Timur. Uji coba dilakukan dengan pembelajaran menggunakan media yang
dikembangkan, kemudian mengumpulkan data tanggapan siswa dengan
persentase 84,05% dengan kriteria Layak (Tabel IV.7).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran komik
IPA Fisika berbasis scientific approach telah memenuhi kriteria Sangat Layak
sebagai media pembelajaran dengan persentase rata-rata 91,53%.
Hasil penerapan dari media pembelajaran komik Ilmu Pengetahuan Alam
Fisika berbasis scientific approach menggunakan uji t mendapatkan hasil 2,268
yang berarti data signifikan. Hasil dari Korelasi Product Moment = 0,8906 berarti
kekuatan hubungan antara dua variabel sangat kuat.
81
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran
komik IPA Fisika berbasis scientific approach, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Media pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada model pengembangan
ADDIE yang meliputi tahap Analysis (analisis), Design (desain), Development
(pengembangan), Implementation (implementasi) dan Evaluation (evaluasi).
Berdasarkan penilaian dari ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa media
pembelajaran komik IPA Fisika berbasis scientific approach dikategorikan sangat
layak, dengan rata-rata persentase sebesar 95,22%.
Berdasarkan respon atau tanggapan guru media pembelajaran komik IPA
Fisika berbasis scientific approach dikategorikan layak dengan persentase
91,67%. Berdasarkan respon atau tanggapan peserta didik media pembelajaran
komik IPA Fisika berbasis scientific approach dikategorikan layak dengan
persentasi 84,05%.
Berdasarkan uji coba kelas VIII A sebagai kelas kontrol dengan persentase
ketuntasan 80,77% dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dengan persentase
ketuntasan 85,71% dengan uji t signifikan (2,268>2,000). Berdasarkan Korelasi
Product Moment = 0,8906 berarti kekuatan hubungan antara dua variabel sangat
kuat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Disarankan kepada guru agar komik ini bisa digunakan sebagai saran buku
bacaan peserta didik supaya lebih memahami pembelajaran terutama pada
materi cahaya dan alat optik.
82
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
2. Penelitian pengembangan media ini masih belum sempurna, perlu
penyempurnaan dan pengembangan lagi agar media lebih menarik peserta
didik untuk membacanya.
3. Media komik IPA Fisika berbasis scientific approach ini perlu
dikembangkan pada materi yang lain sehingga komik yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai sumber belajar yang menarik minat belajar
peserta didik dan menuntun peserta didik dalam belajar
83
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
DAFTAR PUSTAKA
A‟yun, Qurotu, Abdurrahman, dan Nengah Maharta. Pengembangan Media
Pembelajaran Buletin Komik Berbasis Scientific Approach Pada
Pembelajaran Ipa Terpadu. Jurnal. Lampung: Unila
Afrilia, Aida. (2018). Pengembangan E-Learning Berbasis Moodle Sebagai
Media Pembelajaran Fisika Pada Materi Usaha Dan Energi Untuk
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri. Skripsi. UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. “tidak dipublikasikan”
Aksiomatik. (2016). Metodologi Penelitian & Statistika. https://aksiomatik.
wordpress.com/2016/09/08/uji-independent-sample-t-test-secara-
manual/ (diakses 3 Agustus 2019)
Ansori, Ari Hasan. (2010). Uji Normalitas Data Dengan
Liliefors.http://komunitasarie.blogspot.com/2010/02/uji-normalitas-data
-dengan-liliefors.html=1 (diakses pada tanggal 31 Juli 2019)
Artika, Piza. (2018). Pengembangan modul fisika berbasis saintifik untuk materi
hukum newton tentang gerak serta penerapannya bagi siswa kelas x
sekolah menengah atas. Skripsi. UIN sulthan thaha saifuddin jambi.
“tidak dipublikasikan”
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Asyhar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada (GP Press)
Aulia, Khanza. 2015. Pengertian Cahaya, Sifat-sifat Cahaya dan Contohnya.
https://www.juraganles.com/2015/06/pengertian-cahaya-dan-sifatnya-
serta-contohnya.html?m=1(diakses 4 Februari 2019)
Azizah, Husnun, Undang Rosidin, dan Ferriansyah Sesunan. Studi Implementasi
Scientific Approach Scientific approach dalam Pembelajaran Sains di
Laboratorium. Jurnal. Lampung: FKIP UNILA
Budiarti, Wahyu Nuning dan Haryanto. 2016. Pengembangan Media Komik
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Keterampilan Membaca
Pamahaman Siswa Kelas IV. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
Burhanuddin, Muhammad. 2012. Koefisien Korelasi, Signifikansi, &
Determinasi. https://alvinburhani.wordpress.com/2012/06/28/koefisien-
korelasi-signifikan-determinasi/ (diakses pada tanggal 2 Agustus)
84
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
Dahlan, Ahmad. 2015. Hakikat Scientific Approach atau Pendekatan Saintifik.
https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/hakikat-scientific-approac
h-atau.html?m=1 (diakses 13 November 2019)
Daryanto. 2016. Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai
Tujuan Pembelajaran Edisi Ke-2 Revisi. Yogyakarta: Gavamedia
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Prinsip Dan Aplikasi Jilid 1 Edisi Ketujuh.
Jakarta: Erlangga
Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Huriawati, Farida, Purwandari, dan Intan Permatasari. 2015.Pengembangan Buku
Komik Fisika Pokok Bahasan Newton Berbasis Konstruktivisme Untuk
MeningkatkanMotivasi Belajar Siswa.Jurnal. Madiun: FPMIPA IKIP
PGRI Madiun
Kemendikbud. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTS Kelas VIII Semester 2.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Lestari, Jayanti. (2016). Pengembangan media pembelajaran ilmu pengetahuan
alam terpadu berbentuk komik pada materi usaha dan energi untuk
siswa kelas VIII disekolah menengah pertama baiturrahim kota jambi.
Skripsi. IAIN sultan thaha saifuddin jambi. “tidak dipublikasikan”
Lestari, Suci, Sukma Putri, dan Yuniarti. 2009. Media grafis. Bandung: UPI
Megawati, Wati. 2010. Dunianya Optik Fisika.
http://intanphysics.blogspot.com/2013/05/cahaya-merambat-lurus.html?
=1 (diakses 4 Februari 2019)
Mulyatiningsih, Endang. 2014. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Riadi, Muchlisin. 2019. Pengertian, Prinsip dan Langkah Pendekatan Saintifik.
http://www.kajianpustaka.com/2019/05/pengertian-prinsip-dan-langkah
pendekatan-saintifik.html?m=1 (diakses 13 November 2019)
Riduwan. 2014. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
------------. 2015. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Suherman, Maman. 2013. Scientific approach (pendekatan ilmiah) dalam
pendidikan.https://suhermanmaman.wordpress.com/2013/11/03/scientif
ic-approach-pendekatan-ilmiah-dalam-pendidikan/ (diakses 29 Januari
2019)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
85
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi
------------. 2013. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R & D. Bandung:
Alfabeta
------------. 2014. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sulfiah, Umi dan Dwi Sulisworo. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran
Kontekstual Menggunakan Komik Fisika Untuk Peserta Didik Smp/Mts
Kelas VII Pada Pokok Bahasan Kalor. Jurnal. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta
Suryani, Nining, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran
Inovatif dan Pengembangannya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Susanto, Agus, Babare Suryo Cahyo, dan Eka Purjianta. 2013. IPA Fisika untuk
SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Sutrisno, Tri. 2018. Pengembangan komik IPA fisika sebagai media pembelajaran
peserta didik pokok bahasan gerak. Skripsi. UIN Raden Intan Lampung
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan :SMPN 24 TANJUNG JABUNG TIMUR
Mata Pelajaran :IPA
Kelas/Semester :VIII/ Genap
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Materi Pokok : Cahaya dan Alat Optik
Alokasi Waktu : 15 JP ( 5 Pertemuan)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya,
pembentukan bayangan pada bidang
datar dan lengkung, serta
penerapannya untuk menjelaskan
proses penglihatan manusia, mata
serangga, dan prinsip kerja alat optik
3.12.1 Melakukan pengamatan fenomena serta
mendiskusikannya terkait dengan pembiasan
cahaya dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pelangi, jalan aspal nampak berair,
sedotan yang terlihat patah di dalam gelas
berisi air.
3.12.2 Mengamati bayangan pada cermin dan lensa.
3.12.3 Mengamati mata manusia dan mata serangga
serta mengidentifikasi kesamaannya dengan
alat-alat optik seperti lup, kamera, dan
mikroskop.
4.12 Menyajikan hasil percobaan tentang
pembentukan bayangan pada cermin
dan lensa
4.12.1 Melakukan percobaan untuk menyelidiki
pembentukan bayangan pada cermin dan
lensa serta mengidentifikasi bagian-bagian
mata dan jenis-jenis alat optik
4.12.2 Memaparkan hasil percobaan pembentukan
bayangan pada cermin dan lensa serta
mengidentifikasi bagian-bagian mata dan
jenis-jenis alat optik dalam bentuk laporan
tertulis dan mendiskusikannya dengan
teman.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
Menjelaskan pengertian cahaya
Menjelaskan sifat-sifat cahaya
2. Pertemuan Kedua
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
Menjelaskan pembentukan cahaya pada cermin
3. Pertemuan Ketiga
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
Menjelaskan pembentukan cahaya pada lensa
4. Pertemuan Keempat
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
Menjelaskan indra penglihatan manusia dan hewan
5. Pertemuan Kelima
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
Menjelaskan alat optik dalam kehidupan sehari-hari
A. Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran regular
a. Fakta:
Kaca jendela yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari
Lampu kendaraan bermotor saat malam hari merambat lurus.
b. Konsep
Cahaya adalah pancaran elektromagnetik yang dapat terlihat oleh mata manusia.
Penguraian cahaya (dispersi) yaitu merupakan penguraian cahaya putih menjadi
cahaya yang mempunyai bermacam-macam warna
Pembiasan adalah peristiwa pembelokan arah rambat dari cahaya saat melewati
medium rambatan yang berbeda
c. Prinsip
Cahaya memiliki beberapa sifat cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus
benda bening, cahaya dapat di uraikan, cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat
dibiaskan
cermin dapat dibedakan menjadi 3 macam diantaranya: cermin datar, cembung dan
cekung
d. Prosedur
Cermin cembung biasanya digunakan pada kaca spion kendaraan. Bayangan dari
cermin cembung bersifat maya, tegak, diperkecil dari ukuran benda sesungguhnya
Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil, lampu
senter, dan pada sendok
B. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Learning
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning
3. Metode : Ceramah, Diskusi dan Penugasan
C. Media Pembelajaran
1. Papan tulis
2. Penghapus
3. Spidol
4. Komik
D. Sumber Belajar
Susanto, Agus, Babare Suryo Cahyo, dan Eka Purjiyanta. 2013. IPA Fisika Untuk SMP/MTs
Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTS Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Waktu
Pendahuluan
Guru masuk mengucapkan salam
Guru mengintruksikan kepada ketua
kelas untuk memimpin do’a sebelum
belajar
Guru mengabsen kehadiran peserta
didik
Guru menanyakan kabar peserta didk
Guru mengkondisikan kelas sebelum
memulai pelajaran
Guru membuka pelajaran dan
memberikan apersepsi belajar
tentang pengertian cahaya dan sifat-
sifatnya
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran berupa kompetensi
yang akan dicapai pada pembahasan
materi pengertian cahaya dan sifat-
sifatnya
Peserta didik menjawab salam
Peserta didik membaca do’a
sesuai kepercayaan masing-
masing
Peserta didik menjawab dan
mengacungkan tangan bila
namanya dipanggil
Peserta didik menjawab
Peserta didik merapikan tempat
duduk dan bersiap untuk belajar
Peserta didik mendengarkan
Peserta didik menyimak dan
memperhatikan penjelasan guru
15 menit
Kegiatan Inti
Guru membagi peserta didik menjadi
4 kelompok
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk membaca komik IPA fisika
sampai pada materi pengertian cahaya
dan sifat-sifatnya
Guru menjelaskan pengertian cahaya
dan sifat-sifatnya
Guru menanyakan pemahaman
tentang pengertian cahaya dan sifat-
sifatnya
Guru memberi tugas untuk mencari
contoh dari sifat-sifat cahaya
Guru mempersilahkan peserta didik
mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya
Peserta didik duduk perkelompok
Peserta didik membaca komik
IPA fisika
Peserta didik mendengarkan
penjelasan dari guru
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru
Peserta didik mengerjakan tugas
secara berkelompok mencari
“contoh sifat-sifat cahaya”
Perwakilan setiap kelompok
mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas dan
kelompok lain dipersilahkan
menanggapinya
95 menit
Penutup
Guru bersama peserta didik
menyimpulkan materi pada pertemuan
ini
Guru memberikan tugas untuk
pertemuan selanjutnya
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan membaca lafadz hamdalah
Guru meninggalkan kelas dan
mengucapkan salam
Peserta didik bersama guru
menyimpulkan materi pada
pertemuan ini
Peserta didik membaca lafadz
hamdalah
Peserta didik menjawab salam
10 menit
Pertemuan Kedua
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Waktu
Pendahuluan
Guru masuk mengucapkan salam
Guru mengintruksikan kepada ketua
kelas untuk memimpin do’a sebelum
belajar
Guru mengabsen kehadiran peserta
didik
Guru menanyakan kabar peserta didk
Guru mengkondisikan kelas sebelum
memulai pelajaran
Guru membuka pelajaran dan
memberikan apersepsi belajar
tentang pembentukan cahaya pada
cermin
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran berupa kompetensi
yang akan dicapai pada pembahasan
materi pembentukan cahaya pada
cermin
Peserta didik menjawab salam
Peserta didik membaca do’a
sesuai kepercayaan masing-
masing
Peserta didik menjawab dan
mengacungkan tangan bila
namanya dipanggil
Peserta didik menjawab
Peserta didik merapikan tempat
duduk dan bersiap untuk belajar
Peserta didik mendengarkan
Peserta didik menyimak dan
memperhatikan penjelasan guru
15 menit
Kegiatan Inti
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk duduk bersama kelompok yang
sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk membaca komik IPA fisika
sampai pada materi pembentukan
cahaya pada cermin
Guru menjelaskan pembentukan
cahaya pada cermin
Guru menanyakan pemahaman
tentang pembentukan cahaya pada
cermin
Guru memberi tugas untuk
mengerjakan soal latihan
Guru mempersilahkan peserta didik
mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya
Peserta didik duduk perkelompok
Peserta didik membaca komik
IPA fisika
Peserta didik mendengarkan
penjelasan dari guru
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru
Peserta didik mengerjakan tugas
secara berkelompok menjawab
soal tentang pembentukan cahaya
pada cermin
Perwakilan setiap kelompok
menuliskan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas dan
kelompok lain dipersilahkan
menanggapinya
95 menit
Penutup
Guru bersama peserta didik
menyimpulkan materi pada pertemuan
ini
Guru memberikan tugas untuk
pertemuan selanjutnya
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan membaca lafadz hamdalah
Peserta didik bersama guru
menyimpulkan materi pada
pertemuan ini
Peserta didik membaca lafadz
hamdalah
10 menit
Guru meninggalkan kelas dan
mengucapkan salam
Peserta didik menjawab salam
Pertemuan Ketiga
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Waktu
Pendahuluan
Guru masuk mengucapkan salam
Guru mengintruksikan kepada ketua
kelas untuk memimpin do’a sebelum
belajar
Guru mengabsen kehadiran peserta
didik
Guru menanyakan kabar peserta didk
Guru mengkondisikan kelas sebelum
memulai pelajaran
Guru membuka pelajaran dan
memberikan apersepsi belajar
tentang pembentukan cahaya pada
lensa
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran berupa kompetensi
yang akan dicapai pada pembahasan
materi pembentukan cahaya pada
lensa
Peserta didik menjawab salam
Peserta didik membaca do’a
sesuai kepercayaan masing-
masing
Peserta didik menjawab dan
mengacungkan tangan bila
namanya dipanggil
Peserta didik menjawab
Peserta didik merapikan tempat
duduk dan bersiap untuk belajar
Peserta didik mendengarkan
Peserta didik menyimak dan
memperhatikan penjelasan guru
15 menit
Kegiatan Inti
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk duduk bersama kelompok yang
sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk membaca komik IPA fisika
sampai pada materi pembentukan
cahaya pada lensa
Guru menjelaskan pembentukan
cahaya pada lensa
Guru menanyakan pemahaman
tentang pembentukan cahaya pada
lensa
Guru memberi tugas untuk
mengerjakan soal latihan
Guru mempersilahkan peserta didik
mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya
Peserta didik duduk perkelompok
Peserta didik membaca komik
IPA fisika
Peserta didik mendengarkan
penjelasan dari guru
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru
Peserta didik mengerjakan tugas
secara berkelompok menjawab
soal tentang pembentukan cahaya
pada lensa
Perwakilan setiap kelompok
menuliskan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas dan
kelompok lain dipersilahkan
menanggapinya
95 menit
Penutup
Guru bersama peserta didik
menyimpulkan materi pada pertemuan
ini
Guru memberikan tugas untuk
pertemuan selanjutnya
Peserta didik bersama guru
menyimpulkan materi pada
pertemuan ini
Peserta didik membaca lafadz
hamdalah
10 menit
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan membaca lafadz hamdalah
Guru meninggalkan kelas dan
mengucapkan salam
Peserta didik menjawab salam
Pertemuan Keempat
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Waktu
Pendahuluan
Guru masuk mengucapkan salam
Guru mengintruksikan kepada ketua
kelas untuk memimpin do’a sebelum
belajar
Guru mengabsen kehadiran peserta
didik
Guru menanyakan kabar peserta didk
Guru mengkondisikan kelas sebelum
memulai pelajaran
Guru membuka pelajaran dan
memberikan apersepsi belajar
tentang indra penglihatan manusia
dan hewan
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran berupa kompetensi
yang akan dicapai pada pembahasan
materi indra penglihatan manusia
dan hewan
Peserta didik menjawab salam
Peserta didik membaca do’a
sesuai kepercayaan masing-
masing
Peserta didik menjawab dan
mengacungkan tangan bila
namanya dipanggil
Peserta didik menjawab
Peserta didik merapikan tempat
duduk dan bersiap untuk belajar
Peserta didik mendengarkan
Peserta didik menyimak dan
memperhatikan penjelasan guru
15 menit
Kegiatan Inti
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk duduk bersama kelompok yang
sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk membaca komik IPA fisika
sampai pada indra penglihatan
manusia dan hewan
Guru menjelaskan indra penglihatan
manusia dan hewan
Guru menanyakan pemahaman
tentang indra penglihatan manusia dan
hewan
Guru memberi tugas untuk
mengerjakan soal latihan
Guru mempersilahkan peserta didik
mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya
Peserta didik duduk perkelompok
Peserta didik membaca komik
IPA fisika
Peserta didik mendengarkan
penjelasan dari guru
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru
Peserta didik mengerjakan tugas
secara berkelompok menjawab
soal tentang rabun jauh dan rabun
dekat
Perwakilan setiap kelompok
menuliskan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas dan
kelompok lain dipersilahkan
menanggapinya
95 menit
Penutup
Guru bersama peserta didik
menyimpulkan materi pada pertemuan
Peserta didik bersama guru
menyimpulkan materi pada
10 menit
ini
Guru memberikan tugas untuk
pertemuan selanjutnya
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan membaca lafadz hamdalah
Guru meninggalkan kelas dan
mengucapkan salam
pertemuan ini
Peserta didik membaca lafadz
hamdalah
Peserta didik menjawab salam
Pertemuan Kelima
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Waktu
Pendahuluan
Guru masuk mengucapkan salam
Guru mengintruksikan kepada ketua
kelas untuk memimpin do’a sebelum
belajar
Guru mengabsen kehadiran peserta
didik
Guru menanyakan kabar peserta didk
Guru mengkondisikan kelas sebelum
memulai pelajaran
Guru membuka pelajaran dan
memberikan apersepsi belajar
tentang alat optik dalam kehidupan
sehari-hari
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran berupa kompetensi
yang akan dicapai pada pembahasan
materi alat optik dalam kehidupan
sehari-hari
Peserta didik menjawab salam
Peserta didik membaca do’a
sesuai kepercayaan masing-
masing
Peserta didik menjawab dan
mengacungkan tangan bila
namanya dipanggil
Peserta didik menjawab
Peserta didik merapikan tempat
duduk dan bersiap untuk belajar
Peserta didik mendengarkan
Peserta didik menyimak dan
memperhatikan penjelasan guru
15 menit
Kegiatan Inti
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk duduk bersama kelompok yang
sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya
Guru mempersilahkan peserta didik
untuk membaca komik IPA fisika
sampai pada alat optik dalam
kehidupan sehari-hari
Guru menjelaskan alat optik dalam
kehidupan sehari-hari
Guru menanyakan pemahaman
tentang alat optik dalam kehidupan
sehari-hari
Guru memberi tugas untuk
mengerjakan soal latihan
Guru mempersilahkan peserta didik
mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya
Peserta didik duduk perkelompok
Peserta didik membaca komik
IPA fisika
Peserta didik mendengarkan
penjelasan dari guru
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru
Peserta didik mengerjakan tugas
secara berkelompok menjawab
soal tentang alat optik dalam
kehidupan sehari-hari
Perwakilan setiap kelompok
menuliskan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas dan
kelompok lain dipersilahkan
menanggapinya
95 menit
Penutup
Guru bersama peserta didik
menyimpulkan materi pada pertemuan
ini
Guru memberikan tugas untuk
pertemuan selanjutnya
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan membaca lafadz hamdalah
Guru meninggalkan kelas dan
mengucapkan salam
Peserta didik bersama guru
menyimpulkan materi pada
pertemuan ini
Peserta didik membaca lafadz
hamdalah
Peserta didik menjawab salam
10 menit
F. Penilaian Hasil Pembelajaran a. Penilaian
1. Sikap Spiritual
a. Teknik Penilaian : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi-kisi :
No Sikap Instrumen
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Terlampir
2 Memeberi salam pada saat awal dan akhir Terlampir
3 Mengucapkan syukur ketika berhasil Terlampir
2. Sikap Sosial
a. Teknik Penilaian : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi-kisi :
No Sikap Instrumen
1 Tidak menyontek Terlampir
2 Datang tepat waktu Terlampir
3 Melaksanakan tugas individu dengan baik Terlampir
4 Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat Terlampir
3. Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen : Soal
1. Pembelokan berkas cahaya yang merambat dari satu medium ke
medium lainnya yang berbeda kerapatan optiknya disebut….
a. Pemantulan teratur
b. Pemantulan baur
c. pembiasan
d. bayangan
2. Sebuah benda diletakkan di depan cermin cekung. Jika jarak focus
cermin tersebut 6 cm. tentukan jarak bayangan yang dibentuk, dan
nyatakan sifat-sifatnya!
AKHIR PELAJARAN, PAK
GURU MEMBERIKAN TUGAS. KERJAKAN
TUGASNYA
DIRUMAH!!
BANYAK
SEKALI
TUGASNYA
DALAM KOMIK INI MENCERITAKAN ALICE YANG PADA
AWALNYA TIDAK SUKA MENJADI SUKA DENGAN PELAJARAN
IPA FISIKA. AYO IKUTIN JEJAK ALICE, BAGAIMANA
CERITANYA . . . .
HARI INI DI SEKOLAH, KELAS ALICE MEMILIKI JADWAL PELAJARAN IPA
FISIKA. SAMA SEPERTI BIASANYA ALICE MENGELUH KETIKA MENGIKUTI
MATA PELAJARAN IPA FISIKA KARENA ALICE TIDAK MENYUKAINYA.
SAAT PULANG
SEKOLAH, ALICE
TIDAK INGAT BESOK
ADA JADWAL
PELAJARAN IPA
FISIKA. BERUNTUNG
ADA LALA YANG
MENGINGATKAN
ALICE.
ALICE, KITA ADA TUGAS
IPA FISIKA. BESOK ADA
JADWAL IPA FISIKA. KAMU
SUDAH NGERJAKAN?
OH IYA LALA, BESOK
ADA PELAJARAN IPA
FISIKA DAN BELUM
AKU KERJAKAN.
SESAMPAINYA
DI RUMAH,
ALICE
LANGSUNG
MENGERJAKAN
TUGASNYA.
BEBERAPA JAM
KEMUDIAN…
ADUH, AKU TIDAK
MENGERTI.
BAGAIMANA INI…
SAAT ALICE KELUAR RUMAH, ALICE TIDAK SENGAJA BERTEMU
DENGAN BEN DAN SAMMY. KEMUDIAN SAMMY MENANYAKAN TUGAS
IPA FISIKA, ALICE PUN BERBOHONG KEPADA SAMMY DAN BEN.
ALICE, KAMU
SUDAH TUGAS
IPA FISIKA?
EHMMM,
SUDAH SAMMY
KEESOKAN HARINYA, DI SEKOLAH..
ALICE !!!!!!!!!
KAMU TIDAK
MENGERJAKAN
TUGAS YA?
III…IYA PAK.
MAAF.
SINGKAT
CERITA, ALICE
DIHUKUM OLEH
PAK GURU
KARENA TIDAK
MENGERJAKAN
TUGAS.
ALICE MENEMUI BEN UNTUK MEMINTA BANTUAN
MENGAJARINYA IPA FISIKA.
BEN, BANTU AKU
MEGERJAKAN IPA
FISIKA TENTANG
CAHAYA DAN ALAT
OPTIK KEMARIN.
GIMANA KALAU KITA BELAJAR
KELOMPOK SAJA. NANTI AKU
AJARI TENTANG CAHAYA DAN
ALAT OPTIK BESOK JAM 9 YA.
MINGGU INI ALICE AKAN BELAJAR DENGAN BEN,
TANPA SEPENGETAHUANNYA TERNYATA SAMMY
DAN YANG LAINNYA JUGA IKUT.
HUFFF, TERNYATA
MEREKA IKUT JUGA.
SEKARANG KITA
MULAI YA
BELAJARNYA…
AYO KITA
MULAI SAJA…
BAIKLAH
BEN…
HARI INI KITA BELAJAR TENTANG CAHAYA
SEBELUM BEN MEMULAI MENJELASKAN, TERNYATA CAHAYA
YANG MASUK DARI JENDELA MENGENAI ALICE.
SILAU…
TAHUKAH KAMU ALICE?
KEJADIAN INI ADA SANGKUT PAUTNYA
DENGAN MATERI KITA.
CAHAYA YANG MASUK MELALUI JENDELA
ITU TERMASUK BUKTI DARI SALAH SATU
SIFAT-SIFAT CAHAYA YAITU CAHAYA
MERAMBAT LURUS.
CAHAYA MERAMBAT
LURUS ITU
BAGAIMANA SIH
BEN??
NAH, MENGENAI CAHAYA
MERAMBAT LURUS NANTI
AKAN AKU JELASKAN.
SEKARANG KITA MASUK KE
PENGERTIAN CAHAYA TERLEBIH
DAHULU.
APAKAH KALIAN
MENGETAHUI
PENGERTIAN
CAHAYA?
BISAKAH KAMU
MENJELASKANN
YA BEN?
HEMMM
AKU TIDAK
TAHU BEN.
DEFINISI CAHAYA YAITU MERUPAKAN RADIASI
ELEKTROMAGNETIK, BAIK ITU DENGAN PANJANG
GELOMBANG KASAT MATA MAUPUN YANG
TIDAK.
COBA SEBUTKAN
SIFAT-SIFAT
CAHAYA?
CAHAYA
MERAMBAT
LURUS
CAHAYA DAPAT
DIPANTULKAN
CAHAYA DAPAT
DIBIASKAN
A
CAHAYA MERUPAKAN
GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK
1. CAHAYA AKAN MERAMBAT LURUS JIKA
MELEWATI SATU MEDIUM PERANTARA.
PERISTIWA INI DAPAT DIBUKTIKAN DENGAN
NYALA LAMPU SENTER YANG MERAMBAT
LURUS.
KEGIATAN CAHAYA YANG
MASUK MELALUI LUBANG
HINGGA SAMPAI KE TITIK A INI
MEMBUKTIKAN BAHWA CAHAYA
MERAMBAT LURUS ADALAH
DENGAN MENGGUNAKAN
KARTON YANG DIBERI LUBANG.
KETIKA LUBANG KARTON
DISUSUN LURUS KITA DAPAT
MELIHAT CAHAYA LILIN,
NAMUN KETIKA SALAH SATU
LUBANG DIGESER KITA TIDAK
BISA MELIHAT CAHAYA
TERSEBUT.
2. CAHAYA MEMILIKI SIFAT DAPAT
DIPANTULKAN JIKA MENUMBUK SUATU
PERMUKAAN BIDANG. PEMANTULAN YANG
TERJADI DAPAT BERUPA PEMANTULAN BAUR
DAN PEMANTULAN TERATUR.
PEMANTULAN BAUR
TERJADI JIKA CAHAYA
DIPANTULKAN OLEH
BIDANG YANG TIDAK
RATA, SEPERTI ASPAL,
TEMBOK, DAN BATANG
KAYU.
PEMANTULAN
TERATUR TERJADI
JIKA CAHAYA
DIPANTULKAN OLEH
BIDANG YANG RATA
SEPERTI CERMIN
DATAR.
3. CAHAYA AKAN DIBIASKAN KETIKA MELALUI
DUA MEDIUM YANG MEMILIKI KERAPATAN
OPTIK YANG BERBEDA. KECEPATAN CAHAYA
AKAN MENURUN SAAT DARI UDARA
MEMASUKI AIR ATAU MEDIUM YANG LEBIH
RAPAT.
KEGIATAN DISAMPING,
TERLIHAT PATAHNYA SENDOK
DALAM GELAS BERISI AIR.
CAHAYA MELEWATI
MEDIUMUDARA DAN AIR.
POSISI SENDOK SEBAGIAN
BERADA DALAM AIR DAN
SEBAGIAN LAGI DI RUANG
UDARA. AIR ADALAH MEDIUM
DENGAN KERPATAN OPTIK
LEBIH BESAR DARI UDARA.
SESUAI TEORI PEMBIASAN,
CAHAYA YANG BERASAL DARI
MEDIUM YANG LEBIH
RENGGANG KE MEDIUM LEBIH
RAPAT AKAN DIBIASKAN
MENDEKATI GARIS NORMAL.
4. CAHAYA MERUPAKAN GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK. GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK ADALAH GELOMBANG YANG
TIDAK MEMERLUKAN MEDIUM UNTUK MERAMBAT.
SEHINGGA CAHAYA DAPAT MERAMBAT TANPA
MEMERLUKAN MEDIUM. OLEH KARENA ITU, CAHAYA
MATAHARI DAPAT SAMPAI KE BUMI DAN MEMBERI
KEHIDUPAN DIDALAMNYA.
APAKAH LAMPU
PADA KENDARAAN
BERMOTOR JUGA
DAPAT
DIKATAKAN
DENGAN CAHAYA
MERAMBAT LURUS
BEN?
IYA DAPAT,
KARENA CAHAYA
LAMPU PADA
KENDARAAN
BERMOTOR
MENEMBUS
GELAPNYA
MALAM HARI.
IYA SEKARANG
LANJUTKAN
LAGI BEN.
YA KITA LANJUTKAN
TENTANG PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA CERMIN.
SEBUTKAN PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA CERMIN?
PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA
CERMIN DATAR
PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA
CERMIN CEKUNG
PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA
CERMIN CEMBUNG
1. PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN DATAR
PADA SAAT MENENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN
DATAR MELALUI DIAGRAM SINAR, TITIK BAYANGAN
ADALAH TITIK POTONG BERKAS SINAR-SINAR PANTUL.
BAYANGAN BERSIFAT NYATA APABILA TITIK
POTONGNYA DIPEROLEH DARI PERPOTONGAN SINAR-
SINAR PANTUL YANG KONVERGEN (MENGUMPUL).
SEBALIKNYA, BAYANGAN BERSIFAT MAYA APABILA
TITIK POTONGNYA MERUPAKAN HASIL PERPANJANGAN
SINAR-SINAR PANTUL YANG DIVERGEN (MENYEBAR).
DENGAN:
s = JARAK BENDA TERHADAP CERMIN
s’ = JARAK BAYANGAN TERHADAP CERMIN
BAYANGAN PADA CERMIN
DATAR BERSIFAT MAYA.
TITIK BAYANGAN
DIHASILKAN DARI
PERPOTONGAN SINAR-
SINAR PANTUL YANG
DIGAMBARKAN OLEH GARIS
PUTUS-PUTUS.
2. PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN CEKUNG
CERMIN CEKUNG ADALAH CERMIN YANG
PERMUKAANNYA MELENGKUNG.
CERMIN CEKUNG DAN CEMBUNG IRISAN
PERMUKAANNYA BERBENTUK BOLA. CERMIN YANG
IRISAN PERMUKAAN BOLA BAGIAN MENGILAPNYA
TERDAPAT DI DALAM DISEBUT CERMIN CEKUNG,
SEDANGKAN CERMIN YANG IRISAN PERMUKAAN BOLA
BAGIAN MENGKILAPNYA TERDAPAT DI LUAR DISEBUT
CEMBUNG.
BAGIAN M ADALAH TITIK PUSAT
KELENGKUNGAN CERMIN, YAITU TITIK PUSAT
BOLA. TITIK TENGAH CERMIN ADALAH O.
SUMBU UTAMA YAITU OM, GARIS YANG
MENGHUBUNGKAN TITIK M DAN O. SUDUT
POM ADALAH SUDUT BUKA CERMIN JIKA
TITIK P DAN MADALAH UJUNG-UJUNG
CERMIN
BEN TOLONG JELASKAN
SIMBOL-SIMBOL DARI
GAMBAR PENAMPANG
MELINTANG CERMIN
CEKUNG
NAH PENJELASAN SIMBOL PADA GAMBAR
PENAMPANG MELINTANG CERMIN LENGKUNG ITU
SEBAGAI BERIKUT.
A) PUSAT KELENGKUNGAN CERMIN (M)
MERUPAKAN TITIK DI PUSAT BOLA YANG DIIRIS
MENJADI CERMIN.
B) VERTEX (O)
MERUPAKAN TITIK DI PERMUKAAN CERMIN
DIMANA SUMBU UTAMA BERTEMU DENGAN
CERMIN.
C) TITIK FOKUS (F)
ADALAH TITIK BERTEMUNYA SINAR-SINAR
PANTUL YANG DATANGNYA SEJAJAR DENGAN
SUMBU UTAMA (TERLETAK ANTARA VERTEX
DAN PUSAT)
D) JARI-JARI KELENGKUNGAN CERMIN ( R )
ADALAH JARAK DARI VERTEX (O) KE PUSAT
KELENGKUNGAN CERMIN (M).
E) JARAK FOKUS (f)
ADALAH JARAK DARI VERTEX KE TITIK FOKUS.
LALU BAGAIMANA
DENGAN SINAR-SINAR
ISTIMEWA PADA
CERMIN CEKUNG BEN?
NAH, AGAR KITA DAPAT
MENGETAHUI PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA CERMIN
CEKUNG, KITA DAPAAT
MENGGUNAKAN DIAGRAM SINAR
DNA TIGA SINAR ISTIMEWA.
SINAR DATANG SEJAJAR
SUMBU UTAMA AKAN
DIPANTULKAN MELALUI
TITIK FOKUS.
SINAR DATANG MELALUI
TITIK FOKUS AKAN
DIPANTULKAN SEJAJAR
SUMBU UTAMA.
SINAR DATANG MELALUI
TITIK PUSAT
KELENGKUNGAN CERMIN
AKAN DIPANTULKAN
MELALUI TITIK PUSAT
KELENGKUNGAN CERMIN
PULA.
LALU BAGAIMANA SIFAT-SIFAT
BAYANGAN YANG TERBENTUK BEN?
BAYANGAN YANG TERBENTUK
BERSIFAT MAYA, TEGAK, DAN
DIPERBESAR. SELAIN
PENGGUNAAN DIAGRAM
SINAR DAN TIGA SINAR
ISTIMEWA, AGAR LEBIH
MEMAHAMI LETAK BENDA
DAN LETAK BAYANGAN, KITA
DAPAT MEMAHAMI
PEMBAGIAN NOMOR RUANG
PADA CERMIN CEKUNG
(DALIL ESBACH).
MISALNYA BENDA DILETAKKAN PADA JARAK
LEBIH DARI M (RUANG III), BAYANGAN YANG
TERBENTUK AKAN BERADA PADA JARAK ANTARA
F DAN M (RUANG II). HAL INI DISEBABKAN
MENURUT DALIL ESBACH JUMLAH RUANG BENDA
DENGAN RUANG BAYANGAN ADALAH SAMA
DENGAN 5 (RBENDA + RBAYANGAN= 5).
APAKAH CERMIN
CEKUNG INI
MEMPUNYAI
PERSAMAAN?
YA ADA, PERSAMAAN CERMIN
CEKUNG MENYATAKAN
HUBUNGAN KUANTITATIF
ANTARA JARAK BENDA KE
CERMIN (s), JARAK
BAYANGAN (s‘), DAN
PANJANG FOKUS (f).
𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′
DENGAN:
𝒇= JARAK FOKUS (cm)
𝒔 = JARAK BENDA KE CERMIN (cm)
𝒔′ = JARAK BAYANGAN (LAYAR) KE
CERMIN (cm)
SELAIN PERSAMAAN
CERMINCEKUNG, KITA JUGA
HARUS MENGETAHUI
PERBESARAN BAYANGAN YANG
DIHASILKAN OLEH CERMIN
CEKUNG.
𝑴 =𝒉′
𝒉=
𝒔′
𝒔
DENGAN:
𝑴 = PERBESARAN
𝒔 =JARAK BENDA KE CERMIN
𝒉 =TINGGI BENDA
𝒔′ =JARAK BAYANGAN (LAYAR) KE CERMIN
𝒉′ = TINGGI BAYANGAN
CATATAN:
𝒉′ POSITIF (+) MENYATAKAN BAYANGAN ADALAH TEGAK (DAN MAYA)
𝒉′
3. PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA
CERMIN CEMBUNG.
PADA CERMIN CEMBUNG JUGA
BERLAKU HUKUM-HUKUM
PEMANTULAN, YAITU BESARNYA
SUDUT DATANG SAMA DENGAN
BESARNYA SUDUT PANTUL.
BEN, APAKAH CERMIN
CEMBUNG INI ADA SINAR-
SINAR ISTIMEWANYA
JUGA?
IYA ACE, ADA 3 SINAR-
SINAR ISTIMEWA PADA
CERMIN CEMBUNG.
SINAR YANG DATANG
SEJAJAR SUMBU UTAMA
DIPANTULKAN SEOLAH-
OLAH DARI TITK FOKUS (F).
SINAR YANG
DATANG MENUJU
TITIK FOKUS (F)
DIPANTULKAN
SEJAJAR SUMBU
UTAMA.
SINAR YANG DATANG
MENUJU TITIK PUSAT
KELENGKUNGAN CERMIN
SEOLAH-OLAH
DIPANTULKAN BERASAL
DARI TITIK PUSAT
KELENGKUNGAN
TERSEBUT.
BEN, APA PERSAMAAN
PADA CERMIN CEMBUNG
INI SAMA DENGAN
PERSAMAAN CERMIN
CEKUNG?
HAHAHA
KAMU SOK TAHU
ALICE, BEN SAJA
BELUM MENJELASKAN.
SUDAH ACE, JANGAN MENERTAWAKAN ALICE.
PERTANYAAN ALICE ITU BAGUS.
BEGINI ALICE, PERSAMAAN YANG BERLAKU UNTUK
CERMIN CEKUNG JUGA BERLAKU UNTUK CERMIN
CEMBUNG. NAMUN, ADA HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN YAITU TITIK FOKUS F DAN TITIK
PUSAT KELENGKUNGAN CERMIN M UNTUK CERMIN
CEMBUNG TERLETAK DI BELAKANG CERMIN.
MAKSUDNYA
BAGAIMANA BEN?
BEGINI SALLY, DALAM
MENGGUNAKAN PERSAMAAN
CERMIN CEMBUNG JARAK FOKUS
(f) DAN JARI-JARI CERMIN (R)
SELALU DIMASUKKAN BERTANDA
NEGATIF. DENGAN CATATAN
BAHWA DALAM CERMIN
CEMBUNG HARGA f DAN R
BERNILAI NEGATIF (-).
YAA SEKARANG
AKU MENGERTI …
TERNYATA
FISIKA ITU
MUDAH YA …
BAGAIMANAN KALAU AKU BERIKAN CONTOH
SOAL, BIAR KALIAN LEBIH PAHAM.
BAIKLAH
BEN.
COCONTOH SOAL
CONTOH SOAL
1. SEBUAH BENDA DILETAKKAN 10 cm DI EPAN CERMIN CEKUNG.
JIKA JARAK FOKUS CERMIN TERSEBUT 6 cm. TENTUKAN
JARAK BAYANGAN YANG DIBENTUK,DAN NYATAKAN SIFAT-
SIFATNYA!
2. SEBUAH CERMIN CEMBUNG MEMILIKI JARI-JARI
KELENGKUNGAN 30 cm. JIKA BENDA DILETAKKAN PADA
JARAK 10 cm DIDEPAN CERMIN CEMBUNG, TENTUKAN JARAK
BAYANGAN YANG DIBENTUKNYA,DAN NYATAKAN SIFAT-
SIFATNYA!
DIKETAHUI:
JARAK BENDA (s) = 10 cm (DI RUANG II)
JARAK FOKUS CERMIN = 6 cm
DITANYA: JARAK BAYANGAN DAN SIFAT BAYANGAN
JAWAB:
JARAK BAYANGAN PERBESARAN BAYANGAN
𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′ 𝑴 =
𝒔′
𝒔 =
𝟏𝟓
𝟏𝟎 = 𝟏,𝟓
𝟏
𝟔=
𝟏
𝟏𝟎+
𝟏
𝒔′
𝟏
𝟔−
𝟏
𝟏𝟎=
𝟏
𝒔′
𝟓−𝟑
𝟑𝟎=
𝟏
𝒔′
𝒔′ =𝟑𝟎
𝟐= 𝟏𝟓 𝒄𝒎
JADI, JARAK
BAYANGANNYA
ADALAH 15 cm. DAN
SIFAT BAYANGANNYA
NYATA, TERBALIK,
DAN DIPERBESAR.
AYO SIAPA YANG MAU
MENJAWAB NO 2?
ALICE DAN SALLY BEREBUT UNTUK
MENJAWAB SOAL YANG TELAH
DIBERIKAN OLEH BEN ..
AKU AKAN
MENJAWAB
SOALNYA..
TIDAK..!!
SEKARANG AKU
SUDAH MENGERTI
BIAR AKU SAJA YANG
MENJAWABNYA.
DIKETAHUI:
JARAK BENDA (s) = 10 cm (DI RUANG I)
JARAK FOKUS CERMIN (f) = 𝟏
𝟐 JARI-JARI
KELENGKUNGAN = 𝟏
𝟐𝑿 𝟑𝟎 𝒄𝒎= 15 cm
DITANYA: JARAK BAYANGAN DAN SIFAT BAYANGAN.
JAWAB:
JARAK BAYANGAN PERBESARAN BAYANGAN
𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′ 𝑴 =
𝒔′
𝒔 =
−𝟔
𝟏𝟎 = 𝟎,𝟔
𝟏
−𝟏𝟓=
𝟏
𝟏𝟎+
𝟏
𝒔′
𝟏
−𝟏𝟓−
𝟏
𝟏𝟎=
𝟏
𝒔′
−𝟐−𝟑
𝟑𝟎=
𝟏
𝒔′
𝒔′ =𝟑𝟎
−𝟓= −𝟔 𝒄𝒎
JADI, JARAK BAYANGANNYA ADALAH -6 cm. DAN SIFAT
BAYANGANNYA MAYA, TEGAK, DAN DIPERKECIL.
IYA ALICE, KAMU HARUS
BANYAK BELAJAR SUPAYA
KAMU BISA MENJADI
PINTAR HEHE..
SEKARANG AKU
SUDAH BISA
LEBIH MENGERTI
BEN..
LIHAT JAM
BEN, SUDAH
SORE NIH…
HEHEHE..
BAIKLAH TEMAN-TEMAAN
KARENA SUDAH SORE BELAJAR
HARI INI CUKUP SAMPAI DISINI.
YA. BESOK PULANG SEKOLAH
KITA AKAN BELAJAR LAGI.
BAIKLAH
BEN.
LALA DAN YANG LAINNYA
PUN MELANGKAH PULANG
KERUMAHNYA..
SAMPAI
JUMPA
DISEKOLAH
AYO KITA
PULANG…!!
!
PAGI DI SEKOLAH,
ALICE SIAP
MENGUMPULKAN
TUGASNYA, DAN DIA
TIDAK SABAR
MENERIMA
PELAJARAN
SELANJUTNYA.
KAMU TELAH
MENGERJAKAN
TUGASMU
DENGAN BAIK
IYA PAK,
SEKARANG SAYA
SUDAH MENGERTI
PELAARAN
KEMARIN
DISAAT ISTIRAHAT.. BEN NANTI
KITA BELAJAR
LAGI YA..
IYA, NANTI
KERUMAH
AKU YA..
BEBERAPA JAM KEMUDIAN, ALICE TELAH
SAMPAI DI RUMAH ALICE. LALA DAN YANG
LAINNYA JUGA TELAH MENUNGGU.
HARI INI KITA
AKAN BELAJAR
TENTANG LENSA
DAN ALAT OPTIK.
ASYIK, BELAJAR
TERUS BIAR
NILAI KITA
BAGUS..
LENSA ADALAH BENDA BENING YANG MEMILIKI
PERMUKAAN BERBENTUK CEKUNG ATAU CEMBUNG DAN
BERFUNGSI UNTUK MEMBIASKAN CAHAYA.
LENSA SECARA UMUM ADA YANG BERBENTUK CEMBUNG
DAN CEKUNG. JIKA DIPEGANG, LENSA CEMBUNG BAGIAN
TENGAHNYA LEBIH TEBAL DARI BAGIAN PINGGIR. LENSA
CEKUNG BAGIAN TENGAHNYA LEBIH TIPIS DARI BAGIAN
PINGGIRNYA.
LENSA CEMBUNG
LENSA CEKUNG
UNTUK LENSA INI
APAKAH ADA SINAR-
SINAR ISTIMEWANYA
JUGA BEN?
IYA ADA ALICE, LENSA
CEMBUNG DAN JUGA
CEKUNG INI
MEMPUNYAI SINAR-
SINAR ISTIMEWA.
SUATU SINAR DATANG
SEJAJAR SUMBU UTAMA
LENSA AKAN DIBIASKAN
MENUJU TITIK FOKUS AKTIF
(F1) DI BELAKANG LENSA.
SUATU SINAR DATANG MELALUI
TITIK FOKUS PASIF (F2) DI
DEPAN LENSA AKAN DIBIASKAN
SEJAJAR SUMBU UTAMA.
SUATU SINAR DATANG
MELALUI PUSAT OPTIK
LENSA (O) AKAN
DITERUSKAN TANPA
DIBIASKAN.
INGATLAH TENTANG PERISTIWA PEMBIASAN!
SAAT MELALUI 2 MEDIUM YANG BERBEDA,BESAR
KECEPATAN CAHAYA AKAN BERUBAH, SEHINGGA
CAHAYA AKAN TAMPAK DIBELOKKAN, SEPERTI
PADA SENDOK YANG TAMPAK BENGKOK BILA
DILETAKKAN DI DALAM GELAS BERISI AIR.
SINAR DATANG SEJAJAR
SUMBU UTAMA LENSA
SEOLAH-OLAH DIBIASKAN
BERASAL DARI TITIK FOKUS
AKTIF (F) DI DEPAN LENSA.
SINAR DATANG SEOLAH-OLAH
MENUJU TITIK FOKUS PASIF
(F) DI DEPAN LENSA AKAN
DIBIASKAN SEJAJAR SUMBU
UTAMA.
SINAR DATANG MELALUI PUSAT
OPTIK LENSA (O) AKAN
DITERUSKAN TANPA
DIBIASKAN.
BEN, APAKAH PERSAMAAN
LENSA INI SAMA DENGAN
PERSAMAAN
PEMBENTUKAN
BAYANGAN?
IYA SAMMY, UNTUK PERSAMAAN
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN
ITU SAMA DENGAN LENSA. HANYA SAJA
PADA LENSA CEMBUNG, TITIK FOKUS
BERNILAI POSITIF (SAMA SEPERTI PADA
CERMIN CEKUNG). SEDANGKAN PADA
LENSA CEKUNG, TITIK FOKUS BERNILAI
NEGATIF (SAMA SEPERTI PADA CERMIN
CEMBUNG).
𝑫 =𝟏
𝒇
SETIAP LENSA MEMPUNYAI KEMAMPUAN YANG
BERBEDA-BEDA DALAM MENGUMPULKAN ATAU
MENYEBARKAN SINAR. KEMAMPUAN LENSA
DALAM MENGUMPULKAN ATAU MENYEBARKAN
SINAR DISEBUT KUAT LENSA (D)DAN MEMILIKI
SATUAN DIOPTRI. KUAT LENSA MERUPAKAN
KEBALIKAN PANJANG FOKUS. SECARA
MATEMATIS DAPAT DIRUMUSKAN:
BERIKAN
CONTOHNYA
BEN
YA AKU AKAN
MEMBERIKAN
CONTOHNYA
CONTOH SOAL
1. SEBUAH LENSA CEMBUNG MEMILIKI TITIK FOKUS 10 cm.
JIKA BENDA DILETAKKAN PADA JARAK 20 cm,
DIMANAKAH LETAK BAYANGAN BENDA DAN BERAPAKAH
PERBESARANNNYA? SEBUTKAN PULA SIFAT BAYANGAN
YANG TERBENTUK!
2. SEBUAH LENSA CEKUNG MEMILIKI TITIK FOKUS 10 cm.
JIKA BENDA DILETAKKAN PADA JARAK 30 cm,
DIMANAKAH LETAK BAYANGAN BENDA DAN BERAPAKAH
PERBESARANNYA? SEBUTKAN PULA SIFAT BAYANGAN
YANG TERBENTUK!
BIARKAN AKU YANG
MENJAWAB NO 1
BEN
BAIKLAH
ALICE
DIKETAHUI: SEBUAH LENSA CEMBUNG
TITIK FOKUS, f= 10 cm
JARAK BENDA, s = 20 cm
DITANYA: LETAK BAYANGAN, PERBESARAN
BAYANGAN, DAN SIFAT BAYANGAN
JAWAB:
LETAK BAYANGAN PERBESARAN BAYANGAN 𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′ 𝑴 =
𝒔′
𝒔=
𝟐𝟎
𝟐𝟎= 𝟏
𝟏
𝟏𝟎=
𝟏
𝟐𝟎+
𝟏
𝑺′
𝟏
𝒔′=
𝟏
𝟏𝟎−
𝟏
𝟐𝟎
𝟏
𝒔′=
𝟐
𝟐𝟎−
𝟏
𝟐𝟎
𝟏
𝒔′=
𝟏
𝟐𝟎
𝒔′ = 𝟐𝟎 𝒄𝒎 JADI, LETAK BAYANGANNYA ADALAH 20 cm DAN
PERBESARAN BAYANGANNYA ADALAH 1X. SIFAT
BAYANGAN NYATA, TERBALIK, DAN SAMA BESAR.
YA BAGUS ALICE, KAMU
SUDAH DISA
MEMAHAMINYA. NAH,
SEKARANG BIAR AKU
YANG MENJAWAB NO 2.
DIKETAHUI: SEBUAH LENSA CEKUNG
TITIK FOKU, f = -10 cm
JARAK BENDA, s= 30 cm
DITANYA: LETAK BAYANGAN, PERBESARAN BAYANGAN,
DAN SIFAT BAYANGAN
JAWAB:
LETAK BAYANGAN PERBESARAN BAYANGAN
𝒔′ =𝒔.𝒇
𝒔−𝒇 𝑴 =
𝒔′
𝒔=
−𝟕,𝟓
𝟑𝟎= −𝟎,𝟐𝟓
𝒔′ =𝟑𝟎.−𝟏𝟎
𝟑𝟎−(−𝟏𝟎)
𝒔′ =−𝟑𝟎𝟎
𝟒𝟎= −𝟕,𝟓 𝒄𝒎
DENGAN MELIHAT M= -0,25X, TANDA NEGATIF BERARTI
BAYANGAN MAYA TEGAK. ANGKA 0,25 KARENA <1 MAKA
BAYANGAN DIPERKECIL. JADI, BAYANGAN MAYA TEGAK
DIPERKECIL.
BEN, KENAPA
TITIK FOKUSNYA
MENJADI NEGATIF
10?
BEGINI YA LALA, KENAPA TITIK FOKUSNYA
NEGATIF 10. KARENA PADA LENSA CEKUNG
TITIK FOKUSNYA BERNILAI NEGATIF(SAMA
SEPERTI PADA CERMIN CEMBUNG) DAN JIKA
PADA LENSA CEMBUNG TITK FOKUS
BERNILAI POSITIF (SAMA SEPERTI PADA
CERMIN CEKUNG).
INDRA PENGLIHATAN MANUSIA.
ORANG PENGLIHATAN YANG DIMILIKI
OLEH MANUSIA ADALAH MATA. ORGAN
INI TERSUSUN ATAS BEBERAPA BAGIAN
YANG BERBEDA YANG MASING-MASING
BAGIAN MEMILIKI FUNGSI YANG
BERBEDA PULA.
1. KORNEA
CAHAYA MASUK KE MATA MELEWATI
KORNEA. LAPISAN KORNEA MATA
TERLUAR BERSIFAT KUAT DAN TEMBUS
CAHAYA. KORNEA BERFUNGSI MELINDUNGI
BAGIAN YANG SENSITIF YANG BERADA DI
BELAKANGNYA DAN MEMBANTU
MEMFOKUSKAN BAYANGAN PADA RETINA.
2. IRIS ATAU SELAPUT PELANGI.
SETELAH CAHAYA MELEWATI KORNEA,
SELANJUTNYA CAHAYA AKAN MENUJU
PUPIL. PUPIL ADALAH BAGIAN BERWARNA
HITAM YANG MERUPAKAN JALAN
MASUKNYA CAHAYA DALAM MATA. PUPIL
DIKELILINGI OLEH IRIS, YANG MERUPAKAN
BAGIAN BERWARNA PADA MATA YEANG
TERLETAK DI BELAKANG KORNEA.
JADI WARNA MATA
SEBENARNYA
ADALAH IRIS YA BEN.
IYA BENAR SAMMY.
IRIS PULA YANG MENGATUR
JUMLAH CAHAYA YANG
MASUK KE DALAM
MATA.BESAR DAN KECILNYA
IRIS DAN PUPIL
BERGANTUNG PADA JUMLAH
CAHAYA YANG MASUK KE
DALAM MATA.
3. LENSA MATA
SETELAH MELEWATI PUPIL, CAHAYA
BERGERAK MERAMBAT MENUJU KE
LENSA. LENSA MATA KITA BERBENTUK
BIKONVEX (CEMBUNG DEPAN-BELAKANG),
SEPERTI LENSA PADA KACA PEMBESAR.
LENSA MATA BERSIFAT FLEKSIBEL. OTOT
SILIAR YANG ADA DALAMDALAM MATA
AKAN MEMBANTU MENGUBAH
KECEMBUNGAN LENSA MATA KITA.
KETIKA KITA MELIHAT BENDA YANG
BERADA PADA JARAK JAUH, OTOT
SILIARIS AKAN MENGALAMI
RELAKSASI. HAL INI AKAN
MENYEBABKAN LENSA MATA
MENJADI LEBIH DATAR ATAU MATA
MELIHAT TANPA BERAKOMODASI.
KETIKA KITA MELIHAT BENDA YANG
BERADA PADA JARAK DEKAT, OTOT
SILIARIS AKAN MENGALAMI
KONTRAKSI. HAL INI AKAN
MENYEBABKAN LENSA MATA
MENJADI CEMBUNG. PADA KONDISI
INI MATA DIKATAKAN BERAKOMODASI
MAKSIMUM.
4. RETINA
CAHAYAYANG MELEWATI LENSA SELANJUTNYA
AKAN MEMBENTUK BAYANGAN YANG KEMUDIAN
DITANGKAP OLEH RETINA. RETINA MERUPAKAN
SEL YANG SENSITIF TERHADAP CAHAYA MATAHARI
ATAU SARAF PENERIMA RANGSANG SINAR
(FOTORESEPTOR) YANG TERLETAK PADA BAGIAN
BELAKANG MATA.
ADA BEBERAPA
GANGGUAN PADA INDRA
PENGLIHATAN. ADA 5
GANGGUAN PADA INDRA
PENGLIHATAN.
APA SAJA
GANGGUAN
PENGLIHATAN ITU
BEN?
RABUN DEKAT, RABUN
JAUH, BUTA WARNA,
PRESBIOPI, DAN
ASTIGMATISMA.
ORANG YANG
MENGGUNAKAN
KACAMATA ITU
TERMASUK GANGGUAN
PENGLIHATAN YANG
MANA BEN?
ITU TERGANTUNG
DARI KACAMATANYA
POSITIF ATAU
NEGATIF ACE.
SEKARANG AKU
JELASKAN.
𝑷𝑯 =𝟏𝟎𝟎
𝒔−𝟏𝟎𝟎
𝑷𝑷
1. RABUN DEKAT(HIPERMETROPI)
SEORANG PENDERITA RABUN DEKAT TIDAK DAPAT
MELIHAT BENDA YANG BERADA PADA JARAK
DEKAT (±30 cm) DENGAN JELAS. HAL INI
KARENABAYANGAN YANG TERBENTUK JAUH DI
BELAKANG RETINA, SEHINGGA BAYANGAN YANG
JATUH PADA RETINA MENJADI TIDAK JELAS
(KABUR).KACAMATA POSITIF DAPAT MENOLONG
PENDERITA RABUNDEKAT, SEBAB LENSA CEMBUNG
MENGUMPULKAN CAHAYA SEBELUM CAHAYA
MASUK KE MATAA.
KEKUATAN LENSA KACAMATA DAPAT
DIRUMUSKAN:
DENGAN:
PH= KEKUATAN LENSA KACAMATA UNTUK
HIPERMETROPI (DIOPTRRI ATAU D)
s = JARAK BENDA DI DEPAN KACAMATA (cm)
PP (PUNCTUM PROXIMUM)= TITIK DEKAT MATA
SESEORANG (cm)
𝑷𝑴 = −𝟏𝟎𝟎
𝑷𝑹
2. RABUN JAUH (MIOPI)
SEORANG PENDERITA RABUN JAUH TIDAK DAPAT
MELIHAT BENDA YANG BERADA PADA JARAK JAUH
(TAK HINGGA)DENGAN JELAS. HAL INI DIKARENAKAN
BAYANGAN YANG TERBENTUK JATUH DI DEPAN RETINA.
KACAMATA NEGATIF DAPAT MENOLONG PENDERITA
RABUN JAUH KARENA LENSA CEKUNG AKAN DAPAT
MEMBUAT CAHAYA MENYEBAR SEBELUM CAHAYA
MASUK KE MATA.
KEKUATAN ATAU DAYA LENSA KACAMATA DAPAT
DIRUMUSKAN:
DENGAN:
PM= DAYA LENSA UNTUK MIOPI (DIOPTRI ATAU D)
PR (PUNCTUM REMOTUM) = TITI JAUH MATA (CM)
3. BUTA WARNA
BUTA WARNA MERUPAKAN SUATU KELAINAN PADA
MATA YANG DISEBABKAN KETIDAKMAMPUAN SEL-SEL
KERUCUT MATA UNTUK MENANGKAP SUATU WARNA
TERTENTU. PENYAKIT INI BERSIFAT MENURUN. BUTA
WARNA ADA YANG BUTA WARNA TOTAL DAN BUTA
WARNA SEBAGIAN. BUTA WARNA TOTAL HANAY
MAMPU MELIHAT WARNA HITAM DAN PUTIH SAJA,
SEDANGKAN BUTA WARNA SEBAGIAN TIDAK DAPAT
MELIHAT WARNA TERTENTU, YAITU MERAH, HIJAU,
ATAU BIRU.
SEL KERUCUT ITU
APA BEN?
OOIIYA TADI AKU LUPA
MENJELASKAN BAHWA RETINA
TERDIRI ATAS DUA MACAM SEL
FOTORESEPTOR, YAITU SEL
BATANG DAN SEL KERUCUT.
SEL KERUCUT MEMUNGKINKAN KAMU MELIHAT
WARNA, TETAPI MEMBUTUHKAN CAHAYA YANG
LEBIH TERANG DIBANDINGKAN SEL BATANG.
SEL KERUCUT MAMPU MENERIMA RANGSANG
SINAR YANG KUAT DAN WARNA, JUMLAHNYA
6,5 – 7 JUTA. KETIKA SEL KERUCUT MENYERAP
CAHAYA, MAKA AKAN TERJADI REAKSI KIMIA.
REAKSI KIMIA INI AKAN MENGHASILKAN IMPULS
SARAF YANG KEMUDIAN DITRANSMISIKAN KE
OTAK OLEH SARAF MATA.
LALU BEN, APA ITU
SELBATANG?
SEL BATANG AKAN MENUNJUKKAN RESPONNYA
KETIKA BERADA PADA TEMPAT YANG REDUP. SEL
BATANG MAMPU MENERIMA RANGSANG SINAR
TIDAK BERWARNA, JUMLAHNYA SEKITAR 6,5 – 7
JUTA. SEL-SEL BATANG MENGANDUNG PIGMEN
YANG DISEBUT RODOPSIN, YAITU SENYAWA ANTARA
VITAMIN A DAN PROTEIN. BILA TERKENA SINAR
TEANG RODOPSIN TERURAI, DAN TERBENTUK
KEMBALI MENJADI RODOPSINPADA KEADAAN GELAP.
PEMBENTUKAN KEMBALI RODOPSIN MEMERLUKAN
WAKTU YANG DISEBUT ADAPTASI GELAP ATAU
ADAPTASI RODOPSIN.
YA SEKARANG
LANJUTKAN MATERI
SELANJUTNYA BEN.
4. PRESBIOPI
PRESBIOPI DISEBUT JUGA RABUN JAUH DAN
DEKAT ATAU RABUN TUA, KARENA
KELAINAN MATA INI BIASANYA DIDERITA
OLEH ORANG YANG SUDAH TUA. KELAINAN
JENIS INI MEMBUAT SI PENDERITA TIDAK
MAMPU MELIHAT DENGAN JELAS BENDA-
BENDA YANG BERADA DI JARAK JAUH
MAUPUN BENDA YANG BERADA PADA
JARAK DEKAT. HAL INI DIAKIBATKAN OLEH
BERKURANGNYA DAYA AKOMODASI MATA.
APAKAH PRESBIOPI INI
CARA MENGATASINYA
DENGAN MENGGUNAKAN
KACAMATA SEPERTI
RABUN JAUH ATAU DEKAT
BEN?
IYA ALICE, TETAPI
KACAMATANYA BERBEDA.
KACAMATA YANG DIGUNAKAN
PENDERITA PRESBIOPI INI
ADALAH KACAMATA
RANGKAP, YAITU KACAMATA
CEMBUNG DAN CEKUNG.
HAHAHA TIDAK SALLY, BUKAN BEGITU.
KACAMATA DENGAN LENSA RANGKAP
ATAU KACAMATA BIFOKAL, LENSA NEGATIF
BEKERJA SEPERTI PADA KACAMATA UNTUK
PENDERITA MIOPI, SEDANGKAN LENSA
POSITIF BEKERJA SEPERTI PADA
KACAMATA UNTUK PENDERITA
HIPERMETROPI.
MAKSUDNYA
PENDERITA PRESBIOPI
INI MENGGUNAKAN
DUA KACAMATAYA?
5. ASTIGMATISMA
ASTIGMATISMA ATAU DIKENAL DENGAN ISTILAH
SILINDER ADALAH SEBUAH GANGGUAN PADA MATA
KARENA PENYIMPANGAN DALAM PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA LENSA. HAL INI DISEBABKAN
OLEH CACAT LENSA YANG TIDAK DAPAT
MEMBERIKAN GAMBARAN ATAU BAYANGAN GARIS
VERTIKAL DENGAN HORIZONTAL SECARA
BERSAMAAN. PENGLIHATAN SI PENDERITA MENJADI
KABUR. UNTUK MENGATASI GANGGUAN INI, DAPAT
MENGGUNAKAN LENSA SILINDRIS.
INDRA PENGLIHATAN SERANGGA.
APABILA MANUSIA HANYA MEMILIKI DUA BUAH MATA
UNTUK MELIHAT, SERANGGA DISEBUT DENGAN
“MATA MAJEMUK”. MSING-MASING MATA SERANGGA
DISEBUT OMATIDIUM BERFUNGSI SEBAGAI RESEPTOR
PENGLIHATAN YANG TERPISAH. SETIAP OMATIDIUM
TERDIRI ATAS BEBERAPA BAGIAN, DIANTARANYA
BERIKUT INI. (1) LENSA, PERMUKAAN DEPAN LENSA
MERUPAKAN SATU FASET MATA MAJEMUK. (2)
KERUCUT KRISTALIN, YANG TEMBUS CAHAYA. (3)
SEL-SEL PENGLIHATAN, YANG PEKA TERHADAP
ADANYA CAHAYA. (4) SEL-SEL YENG MENGANDUNG
PIGMEN, YANG MEMISAHKAN OMATIDIA DI
SEKELILINGNYA.
SETIAP OMATIDIUM AKAN MENYUMBANGKAN
INFORMASI PENGLIHATAN DARI SATU DAERAH BJEK
YANG DILIHAT DARI SERANGGA, DARI ARAH YANG
BERBEDA-BEDA. BAGIAN OMATIDIA YANG LAIN
MEMBERIKAN SUMBANGAN INFORMASI PENGLIHATAN
PADA DAERAH LAINNYA. GABUNGAN DARI GAMBAR-
GAMBAR YANG DIHASILKAN DARI SETIAP OMATIDIUM
MERUPAKAN BAYANGAN MOSAIK, YANG MENYUSUN
SELURUH PANDANGAN SERANGGA.
BEN BERIKAN
CONTOH SOAL
RABUN JAUH
DAN DEKAT!!
YA BEN,
BERIKAN
CONTOHNYA.
BAIKLAH AKU
AKAN BERIKAN
CONTOHNYA.
CONTOH SOAL
1. TITK DEKAT MATA SESEORANG TERLETAK
PADA JARAK 120 cm DI DEPAN MATANYA.
UNTUK MELIHAT DENGAN JELAS SUATU
BENDA YANG TERLETAK 30 cm DI DEPAN
MATA, BERAPA KEKUATAN LENSA
KACAMATA YANG HAR=US DIGUNAKAN?
2. SESEORANG HANYA MAMPU MELIHAT JELAS
BENDA DI DEPAN MATANYA PALING JAUH
100 cm. BERAPA KEKUATAN KACAMATA
ORANG TERSEBUT?
DIKETAHUI: PP= 120 cm s = 30 cm
DITANYA: PH?
JAWAB:
𝑷𝑯 =𝟏𝟎𝟎
𝑺−
𝟏𝟎𝟎
𝑷𝑷=
𝟏𝟎𝟎
𝟑𝟎−
𝟏𝟎𝟎
𝟏𝟐𝟎=
𝟒𝟎𝟎−𝟏𝟎𝟎
𝟏𝟐𝟎=
𝟑𝟎𝟎
𝟏𝟐𝟎= 𝟐,𝟓 𝑫
JIKA JARAK BENDA s TIDAK DISEBUTKAN
DALAM SOAL, NILAI DIAMBIL DARI TITIK DEKAT
MATA NORMAL, YAITU 25 CM, SEHINGGA
PERSAMAAN KEKUATAN LENSA UNTUK
HIPERMETROPI MENJADI:
𝑷𝑯 = 𝟒 −𝟏𝟎𝟎
𝑷𝑷= 𝟒 −
𝟏𝟎𝟎
𝟏𝟐𝟎= 𝟒 − 𝟎,𝟖𝟑 = 𝟑,𝟏𝟔 𝑫
NO 2 BIAR AKU
YANG
MENGERJAKAN BEN.
BAIKLAH
ALICE.
𝑷𝑴 = −𝟏𝟎𝟎
𝑷𝑹= −
𝟏𝟎𝟎
𝟏𝟎𝟎= −𝟏 𝑫
DIKETAHUI: PR: 100 cm
DTANYA: PM
JAWAB:
SEKARANG KKITA
LANJUTKAN KE MATERI
ALAT OPTIK DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
ADA 4 ALAT OPTIK DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
APA SAJA
ITU BEN?
KAMERA, KACA
PEMBESAR (LUP),
MIKROSKOP, DAN
TELESKOP.
1. KAMERA
PADA SAAT KAMU MENGAMBIL GAMBAR SUATU
BENDA DENGAN SEBUAH KAMERA, CAHAYA
DIPANTULKAN DARI BENDA TERSEBUT DAN MASUK
KE LENSA KAMERA. KAMERA DIAFRAGMA DAN
PENGATUR CAHAYA (SHUTTER) UNTUK MENGATUR
JUMLAH CAHAYA YANG MASUK KE DALAM LENSA.
DENGAN JUMLAH CAHAYA YANG TEPAT AKAN
DIPEROLEH FOTO ATAU GAMBAR YANG
JELAS.SEMENTARA ITU, UNTUK MEMPEROLEH
FOTO YANG TAJAM DAN TIDAK KABUR PERLU
MENGATUR FOKUS LENSA. CAHAYA YANG MELALUI
LENSA KAMERA TERSEBUT MEMFOKUSKAN
BAYANGAN BENDA PADA FILM FOTO.
BAYANGANNYA NYATA, TERBALIK, DAN LEBIH
KECIL DARI BENDA ASLINYA.
PERNAHKAH KAMU MELIHAT
FILM YANG MENGISAHKAN
TENTANG DETEKTIF? APA
BENDA YANG SERING
DIBAWA OLEH DETEKTIF?
APA FUNGSI BENDA ITU?
AKU PERNAH
MELIHATNYA BEN,
BENDA ITU NAMANYA
KACA PEMBESAR. TAPI
AKU TIDAK TAHU APA
FUNGSINYA.
2. KACA PEMBESAR (LUP)
SEBUAH KACA PEMBESAR MEMUNGKINKAN
KITA UNTUK MENEMPATKAN OBJEK LEBIH
DEKAT KE MATA KITA SEHINGGA OBJEK
LEBIH DEKAT KE MATA KITA SEHINGGA
OBJEK TAMPAKTERLIHAT SUDUT LEBIH
BESAR.
UKURAN BAYANGAN BERGANTUNG PADA
SUDUT MATA (LUP) YANG BERHADAOPAN
DENGAN OBJEKNYA. AGAR MATA TIDAK
MUDAH LELAH SAAT MENGGUNAKAN LUP,
LETAKKAN BENDA TEPAT DI TITK FOKUS
LUP, SEHINGGAMATA TIDAK
BERAKOMODASI.
ALICE,
BAGAIMANA
PRINSIP
KERJA
MIKROSKOP?
AKU TIDAK
TAHU BEN.
3. MIKROSKOP
MIKROSKOP MEMILIKI DUA LENSA UTAMA, YAITU
LENSA OKULER DAN LENSA OBJEKTIF. LENSA
OKULER ADALAH LENSA YANG POSISINYA DEKAT
DENGAN MATA PENGAMAT. LENSA OBJEKTIF ADALAH
LENSA YANG POSISINYA DEKAT DENGAN
OBJEK/BENDA YANG SEDANG DIAMATI.
BAIK LENSA OKULER MAUPUN LENSA OBJEKTIF
MERUPAKAN LENSA CEMBUNG YANG MEMILIKI FOKUS
YANG BERBEDA. BENDA YANG DIAMATI DITEMPATKAN
PADA SEBUAH KACA OBJEK DAN DISINARI DARI
BAWAH. CAHAYA MELALUI LENSA OBJEKTIF DAN
MEMBENTUK BAYANGAN NYATA DAN
DIPERBESAR.SELANJUTNYA, BAYANGAN NYATA
DIPERBESAR LAGI OLEH LENSA OKULER UNTUK
MENGHASILKAN BAYANGAN MAYA DAN DIPERBESAR.
4. TELESKOP
DENGAN MENGGUNAKAN TELESKOP, KITA
AKAN DAPAT MELIHAT KAWAH DAN CIRI-
CIRI LAIN DI PERMUKAAN BULAN SECARA
JELAS. TELESKOP DIRANCANG UNTUK
MENGUMPULKAN CAHAYA DARI BENDA-
BENDA YANG JAUH. TELESKOP DAPAT
BERUPA TELESKOP BIAS DAN TELESKOP
PANTUL.
A. TELESKOP BIAS
TELESKOP ADALAH ALAT OPTIK YANG
DAPAT MEMBUAT BENDA-BENDA YANG
BERADA PADA TEMPAT YANG JAUH
MENJADI TERLIHAT DEKAT. TELESKOP BIAS
SEDERHANA MERUPAKAN KOMBINASI
ANTARA DUA LENSA CEMBUNG YANG
TERLETAK PADA BAGIAN PIPA. LENSA YANG
LEBIH BESAR ADALAH LENSA OBJEKTIF,
SEDANGKAN YANG LEBIH KECIL ADALAH
LENSA OKULER (LENSA MATA). LENSA
OBJEKTIF MEMBENTUK SEBUAH BAYANGAN
DAN KEMUDIAN BAYANGAN TERSEBUT AKAN
DIPERBESAR OLEH LENSA OKULER. LENSA
OBJEKTIF PADA TELESKOP BIAS MEMILIKI
DIAMETER YANG LEBIH BESAR DARIPADA
DIAMETER MATA KAMU SAAT MEMBUKA.
B. TELESKOP PANTUL
LENSA OBJEKTIF YANG TERDAPAT PADA TELESKOP
PANTUL DIGANTIKAN OLEH CERMIN CEKUNG.
BAYANGAN DARI SEBUAH OBJEK YANG LETAKNYA
JAUH TERBENTUK DI DALAM TABUNG TELESKOP
KETIKA CAHAYA DIPANTULKAN DRI CERMIN CEKUNG.
CAHAY YANG DIPANTULKAN OBJEK YANG JAUH
MEMASUKI SALAH SATU UJUNG TABUNG DAN
DITANGKAP OLEH CERMIN LAIN PADA UJUNG YANG
LAIN. CAHAYA INI DIPANTULKAN DARI CERMIN CEKUNG
KE CERMIN DATAR YANG ADA DI DALAM
TABUNG.CERMINDATAR KEMUDIAN MEMANTULKAN
CAHAYA KE LENSA OKULER, YANG BERFUNGSI
MEMPERBESAR GAMBAR.
BAGAIMANA KALAU KAMU
BERIKAN KAMI POST TES
AGAR KAMI LEBIH PAHAM
BEN
SEKARANG
AKU SUDAH
MENGERTI BEN
BAIKLAH AKU
AKAN BERIKAN 5
SOAL
PILIH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING
TEPAT!
1. PEMBELOKAN BERKAS CAHAYA YANG
MERAMBAT DARI SATU MEDIUM KE MEDIUM
LAINNYA YANG BERBEDA KERAPATAN
OPTIKNYA DISEBUT…
A. PEMANTULAN TERATUR
B. PEMANTULAN BAUR
C. PEMBIASAN
D. BAYANGAN
2. SIFAT BAYANGAN PADA CERMIN DATAR
ADALAH…
A. MAYA, TEGAK, DIPERBESAR
B. MAYA, TEGAK, SAMA BESAR
C. MAYA, TEGAK, DIPERKECIL
D. NYATA, TERBALIK, DIPERKECIL
3. MAYA, TEGAK DAN DIPERBESAR
MERUPAKAN SIFAT BAYANGAN…
A. CERMIN DATAR
B. CERMIN CEMBUNG
C. LENSA CEKUNG
D. LENSA CEMBUNG
4. SEBUAH BENDA TERLETAK DIDEPAN LENSA
CEMBUNG YANG JARAK FOKUSNYA 25 cm.
KEKUATAN LENSA TERSEBUT ADALAH…
A. 0,05 DIOPTRI
B. 0,25 DIOPTRI
C. 0,04 DIOPTRI
D. 0,4 DIOPTRI
5. PEMANTULAN PADA LAMPU SOROT MOBIL
DAN LAMPU SENTER MEMANFAATKAN…
A. CERMIN CEKUNG
B. CERMIN CEMBUNG
C. LENSA CEKUNG
D. LENSA CEMBUNG
DISKUSIKAN
BERSAMA!!
BAIKLAH TEMAN-TEMAN
PELAJARANNYA SUDAH
SELESAI. BESOK KITA
ULANGAN, ALICE KAMU
HARUS BELAJAR DI
RUMAH YA.
OKE BEN,
TERIMAKASIH
YA.
SETELAH SAMPAI DI RUMAH ALICE
LANGSUNG MEMBUKA BUKU DAN BELAJAR
KEMBALI UNTUK UJIAN BESOK.
KERJAKAN
SOALNYA
DENGAN
BENAR…
DENGAN SERIUS ALICE
MENGERJAKAN SOAL.
PAGI HARI, PAK GURU PUN LANGSUNG MEMBERIKAN
SOAL UJIANNYA SATU PERSATU.
ALICE
SELAMAT, KALI
INI NILAI KAMU
BAGUS.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN
KERTAS ULANGAN
DIKEMBALIKAN DAN
MEREKA PUAS DENGAN
HASIL YANG MEREKA
DAPAT.
ALICE SENANG SEKALI DAN
DIA PUN LANGSUNG
PULANG UNTUK MEMBERI
TAHU LALA.
SAAT PULANG SEKOLAH..
LALA, NILAI
HASIL
ULANGAN
FISIKA KU
BAGUS LOH.
IYA LA, INI SEMUA
KARENA BEN MAU
MENGAJARIKU.
WAH HEBAT
KAMU ALICE
SAAT MEREKA BERKUMPUL, ALICE MENGATAKAN
BAHWA NILAI IPA FISIKANYA BAGUS.
WAHH
SELAMAT
ALICE
NILAI FISIKAKU
BAGUS BEN.
SELAMAT
ALICE
AKHIRNYA SEJAK ITU ALICE RAJIN BELAJARNYA DAN
BERUSAHA KERAS UNTUK MENDAPATKAN NILAI YANG
MEMUASKAN.
Jangan pernah berhanti belajar, karena
hidup tak pernah berhenti mengajarkan.
Semoga bermanfaat..
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Khanza. 2015. Pengertian Cahaya, Sifat-sifat Cahaya dan Contohnya.
https://www.juraganles.com/2015/06/pengertian-cahaya-dan-sifatnya-serta-contohnya.html?m=1
(diakses 4 Februari 2019)
Kemendikbud. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTS Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Megawati, Wati. 2010. Dunianya Optik Fisika. http://intanphysics.blogspot.com/2013/05/cahaya-merambat-
lurus.html?=1 (diakses 4 Februari 2019)
Susanto, Agus, babare Suryo Cahyo, dan Eka Purjianta. 2013. IPA Fisika untuk SMP/MTS Kelas VIII.
Jakarta: Erlangga
Fitriyani lahir di Sidomukti pada tanggal 10 Juni 1997. Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara yaitu putri dari Ayahanda Karmin dan Ibunda
Sunarti. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 2003 Sekolah Dasar
Negeri 103/x desa Sidomukti selama enam tahun dan lulus pada tahun 2008.
Kemudian penulis melanjutkan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP
N 4 Tanjung Jabung Timur selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2012.
Setelah itu pada tahun 2012, penulis melanjutkan ke jenjang sekolah
menengah atas di SMA N 4 Tanjung Jabung Timur menyelesaikan
pendidikan di sekolah tersebut pada tahun 2015. Penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Tadris Fisika pada tahun 2015. Untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) penulis
mengembangkan produk “Komik Ilmu Pengetahuan Alam Fisika Berbasis Scientific Approach Sebagai
Media Pembelajaran Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Cahaya Dan Alat Optik”.
RIWAYAT PENULIS
LAMPIRAN 9
RESPON SISWA PADA UJI COBA KELOMPOK KECIL
No Nama Siswa
Pertanyaan Angket Jumlah
skor Persentase Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Frisca Marda Putri 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 54 90.00% Sangat Layak
2 Mila Amelia 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 52 86.67% Sangat Layak
3 Redyansyah 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 52 86.67% Sangat Layak
LAMPIRAN 10
RESPON SISWA PADA UJI COBA KELOMPOK BESAR
No Nama Siswa
Pertanyaan Angket Jumlah
skor Persentase Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Adi Saputra 5 4 3 4 4 5 5 5 4 3 5 5 52 86.67% Sangat Layak
2 Aji Ilham Wibowo 5 4 5 4 5 5 4 5 5 3 3 5 53 88.33% Sangat Layak
3 Andika Saputra 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 49 81.67% Layak
4 Anggun Ria Utami 5 4 2 4 4 4 4 4 3 3 5 5 47 78.33% Layak
5 Ardianto 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 54 90% Sangat Layak
6 Dani Agus setiawan 2 4 2 2 5 5 5 5 5 4 5 5 49 81.67% Layak
7 Dini Amelia 4 4 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 53 88.33% Sangat Layak
8 Dwi Wulan Rahmawati 4 5 4 4 5 5 5 3 5 2 5 5 52 86.67% Sangat Layak
9 Fajar Bahari 4 4 3 3 4 5 5 4 5 4 5 4 50 83.33% Layak
10 Febby Ardiansyah 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 46 76.67% Layak
11 Fitria Dwi Rahayu 5 4 5 4 4 3 5 3 2 2 5 5 47 78.33% Layak
12 Frisca Marda Putri 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 52 86.67% Sangat Layak
13 Intan Umul Ithisah 4 5 4 3 5 5 4 5 4 4 4 5 52 86.67% Sangat Layak
14 Juliana 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 58 96.67% Sangat Layak
15 Lusi Darusmati 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 52 86.67% Sangat Layak
16 Mila Amelia 5 4 4 4 5 4 2 4 2 4 5 5 48 80% Layak
17 Nadila Distriani 5 4 5 5 5 3 5 5 2 5 5 5 54 90% Sangat Layak
18 Nida Septiana 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 5 5 52 86.67% Sangat Layak
19 Redyansyah 5 5 5 4 5 5 5 3 5 3 5 5 55 91.67% Sangat Layak
20 Rido Wijaksono 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 5 4 45 75% Layak
21 Ridwan Arifin 5 5 5 4 4 3 5 5 5 2 3 5 51 85% Sangat Layak
22 Rifan Abdi 4 4 4 4 4 3 5 5 4 2 5 5 49 81.67% Layak
23 Rifki Surya Arfiandi 4 4 5 2 3 3 4 4 4 2 4 4 43 71.67% Layak
24 Sandi Tri Setiawan 4 2 4 3 5 5 4 4 4 3 4 4 46 76.67% Layak
25 Wiva Ramah Danto 4 5 4 5 4 3 4 5 4 2 5 4 49 81.67% Layak
26 Yosi Ariyani 5 3 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 54 90% Sangat Layak
27 Yuni Dwi Saputri 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50 83.33% Layak
28 Fery Gustian 5 5 4 4 5 4 5 3 3 2 5 5 50 83.33% Layak
LAMPIRAN 11
HASIL UJI COBA KELAS KONTROL (KELAS VIII A)
No Nama Nilai Ketuntasan
1 Alan Riskyansyah 50 Tidak Tuntas
2 Ali Anam 65 Tidak Tuntas
3 Bayu Wibisono 55 Tidak Tuntas
4 Bintang Setiadi 70 Tuntas
5 Desi Berliana 60 Tidak Tuntas
6 Dewi Anggraini 80 Tuntas
7 Dini Meinur Anggini 80 Tuntas
8 Doni Damara 70 Tuntas
9 Dwi Santoso 50 Tidak Tuntas
10 Elisah 75 Tuntas
11 Ermiyanti Tri Handayani 75 Tuntas
12 Fitrianingsih 70 Tuntas
13 Gilang Ade Putra 70 Tuntas
14 Leli Safitri 55 Tidak Tuntas
15 Mima Marya Anggraeni 80 Tuntas
16 Nanda Triansyah 75 Tuntas
17 Nurul Azmi 70 Tuntas
18 Rahmad Nurkholis Wahid 75 Tuntas
19 Rendi 90 Tuntas
20 Rosanty Amelia 75 Tuntas
21 Ryan Rizki Pratama 85 Tuntas
22 Sri Wedari 60 Tidak Tuntas
23 Suci Purniawati 80 Tuntas
24 Tanto Wijoyo 60 Tidak Tuntas
25 Tantriana Irawati 75 Tuntas
26 Widiyo Santoso 85 Tuntas
∑Skor 1835
Rata-Rata 70.58
persentase ketuntasan 76.92%
LAMPIRAN 12
HASIL UJI COBA KELAS EKSPERIMEN(KELAS VIII B)
No Nama Nilai Ketuntasan
1 Adi Saputra 75 Tuntas
2 Aji Ilham Wibowo 85 Tuntas
3 Andika Saputra 75 Tuntas
4 Anggun Ria Utami 85 Tuntas
5 Ardianto 70 Tuntas
6 Dani Agus setiawan 85 Tuntas
7 Dini Amelia 75 Tuntas
8 Dwi Wulan Rahmawati 95 Tuntas
9 Fajar Bahari 80 Tuntas
10 Febby Ardiansyah 65 Tidak Tuntas
11 Fitria Dwi Rahayu 85 Tuntas
12 Frisca Marda Putri 60 Tidak Tuntas
13 Intan Umul Ithisah 70 Tuntas
14 Juliana 85 Tuntas
15 Lusi Darusmati 75 Tuntas
16 Mila Amelia 80 Tuntas
17 Nadila Distriani 75 Tuntas
18 Nida Septiana 90 Tuntas
19 Redyansyah 70 Tuntas
20 Rido Wijaksono 80 Tuntas
21 Ridwan Arifin 65 Tidak Tuntas
22 Rifan Abdi 70 Tuntas
23 Rifki Surya Arfiandi 75 Tuntas
24 Sandi Tri Setiawan 60 Tidak Tuntas
25 Wiva Ramah Danto 75 Tuntas
26 Yosi Ariyani 85 Tuntas
27 Yuni Dwi Saputri 80 Tuntas
28 Fery Gustian 75 Tuntas
∑Skor 2145
Rata-Rata 76.61
persentase ketuntasan 85.71%
LAMPIRAN 14
ANALISIS DATA AHLI MEDIA, AHLI MATERI, AHLI BAHASA, DAN
TANGGAPAN GURU
1. Analisis data validasi ahli media
NP= 94,74%
Keterangan: NP = nilai persentase yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum
Persentase hasil analisis data validasi ahli media sebesar 94,74% dengan kriteria
sangat layak.
2. Analisis data validasi ahli materi
NP= 90,91%
Keterangan: NP = nilai persentase yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum
Persentase hasil analisis data validasi ahli media sebesar 90,91% dengan kriteria
sangat layak.
3. Analisis data validasi bahasa
NP= 100%
Keterangan: NP = nilai persentase yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum
Persentase hasil analisis data validasi ahli media sebesar 100% dengan kriteria
sangat layak.
4. Analisis data tanggapan guru
NP= 91,67%
Keterangan: NP = nilai persentase yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum
Persentase hasil analisis data validasi ahli media sebesar 91,67% dengan kriteria
sangat layak.
LAMPIRAN 15
ANALISIS DATA ANGKET SISWA
1. Menghitung butir soal
a. Butir soal 1 “Tampilan media komik menarik”
Jumlah skor yang didapat = 121
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 86,43%
b. Butir soal 2 “Penggunaan warna pada gambar media komik menarik”
Jumlah skor yang didapat = 120
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 85,71%
c. Butir soal 3 “Media komik pada materi cahaya dan alat optik menarik”
Jumlah skor yang didapat = 113
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 80,71%
d. Butir soal 4 “Penggunaan tulisan sesuai dengan media komik”
Jumlah skor yang didapat = 109
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 77,86%
e. Butir soal 5 “Gambar pada media komik sesuai dengan materi”
Jumlah skor yang didapat = 123
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 87,86%
f. Butir soal 6 “Alur cerita pada media komik mengarah pada materi”
Jumlah skor yang didapat = 120
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 85,71%
g. Butir soal 7 “Bahasa yang digunakan pada media komik mudah dipahami”
Jumlah skor yang didapat = 123
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 87,86%
h. Butir soal 8 “Materi yang ditampilkan pada media komik jelas”
Jumlah skor yang didapat = 117
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 83,57%
i. Butir soal 9 “Isi media komik mudah dimengerti dan dipahami”
Jumlah skor yang didapat = 112
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 80%
j. Butir soal 10 “Latihan yang diberikan dapat dipahami dan dikerjakan oleh siswa”
Jumlah skor yang didapat = 98
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 70%
k. Butir soal 11 “Media komik dapat membuat siswa lebih tertarik untuk belajar
fisika”
Jumlah skor yang didapat = 126
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 90%
l. Butir soal 12 “Media komik dapat membangun motivasi siswa dalam proses
belajar”
Jumlah skor yang didapat = 130
Jumlah skor Maksimal = 140
Skor tanggapan (%) =
=
= 92,86%
2. Menghitung persentase tanggapan siswa
a. Nama = Adi Saputra
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 52
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) =
=
= 86,67%
b. Nama = Aji Ilham Wibowo
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 53
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) =
=
= 88,33%
c. Nama = Andika Saputra
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 49
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) =
=
= 81,67%
d. Nama = Anggun Ria Utami
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 47
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) =
=
= 78,33%
e. Nama = Ardianto
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 52
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 90%
f. Nama = Dani Agus Setiawan
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 49
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 81,67%
g. Nama = Dini Amelia
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 53
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 88,33%
h. Nama = Dwi Wulan Rahmawati
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 52
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 86,67%
i. Nama = Fajar Bahari
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 50
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 83,33%
j. Nama = Febby Ardiansyah
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 46
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 76,67%
k. Nama = Fitria Dwi Rahayu
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 47
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 78,33%
l. Nama = Frisca Marda Putri
Kelas = VIII B
Skor yang diperoleh = 52
Skor maksimal = 60
Skor tanggapan (%) = =
=
= 86,67%
Dengan cara yang sama, dapat diperoleh persentase tanggapan siswa begitu juga
selanjutnya.
LAMPIRAN 16
JADWAL PENELITIAN
Catatan: Jadwal dapat berubah sesuai waktu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul x
2 Pembuatan Proposal x
3 Pengajuan Dosen Pembimbing x
4 Bimbingan Proposal x x x x
5 Pengajuan Seminar x
6 Seminar Proposal x
7 Perbaikan Proposal x x x x
8 Pembuatan Media x x x x x x
9 Validasi Media dan Revisi x x x
10 Pengurusan Izin Riset x
11 Uji Coba Media x x x x
12 Pengolahan Data x x x x x
13 Penulisan Skripsi x x x x x x
14 Acc untuk diagendakan x
15 Ujian Munaqasah x
16 Perbaikan Skripsi x x x x x x x
17 Wisuda x
KegiatanNo Juni 2018 Sep-18Desember
2019Apr-19
Bulan/Minggu
Mei 2019 Juni 2019 Juli 2019Agustus
2019Sep-19
Oktober
2019Nov-18
Desember
2018
Januari
2019
Februari
2019Maret 2019
LAMPIRAN 17
DOKUMENTASI PENELITIAN