PENGEMBANGAN KEBIJAKAN ENVIRONMENTAL …konteks.id/p/04-024.pdf · tornado, banjir air laut ......
Transcript of PENGEMBANGAN KEBIJAKAN ENVIRONMENTAL …konteks.id/p/04-024.pdf · tornado, banjir air laut ......
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)
Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 225
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
ENVIRONMENTAL SUSTAINBALE TRANSPORTATION DI INDONESIA
Dimas B.E Dharmowijoyo
1, Ofyar Z. Tamin
2
1Mahasiswa S3, Program Studi Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung,
Jalan Ganesha 10, Bandung40132
Email: [email protected] 2 KK Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132
Email: [email protected]
ABSTRAK
Dampak transportasi ternyata sudah mempengaruhi berbagai aspek. Apabila selama ini dampak
transportasi selalu dikuantifikasi dari aspek atau dampak ekonomi dan energi, makasudah merambah
ke aspek lingkungan. Isu lingkungan ini sebenarnya sudah lama, dan sangat berhubungan dengan isu
kesehatan. Inefisiensi pembakaran BBM dari kendaraan berdampak adanya emisi-emisi yang
mengganggu kesehatan manusi. Terdapat empat emisi hasil inefisiensi pembakaran tersebut yaitu
CO, NOx, SOx dan Partikel PM. Salah satu upaya untuk menanggulanginya adalah dengan
menggunakan katalitik converter dimana mengubah emisi-emisi tersebut menjadi CO2 dimana CO2
adalah emisi yang memang berada di atmosfir. Tetapi ternyata isu lingkungan tidak berhenti disitu
saja. Pada tahun 1995, IPCC telah mendengungkan isu perubahan iklim dengan memperhatikan
peningkatan emisi CO2 sebesar 70.73% selama 34 tahun terakhir ini. Ternyata emisi CO2 telah
mengakibatkan Efek Rumah Kaca (ERK) dimana dampaknya adalah adanya perubahan iklim,
peningkatan suhu bumi, peredupan matahari, peningkatan muka air laut dan sebagainya.
Transportasi ternyata termasuk dalam sektor yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi CO2
ini. Sekitar 22.4% emisi CO2 di dunia disumbangkan oleh sektor ini. Angka ini tentunya akan lebih
tinggi bila diperkecil untuk skala perkotaan terutama kota metropolitan. Transportasi juga
merupakan sektor yang berkembang terus dibandingkan dengan prediksi perlambatan di sektor
energy. Potter, 2003 menyebutkan bahwa 40 tahun lalu produksi CO2 untuk sektor transportasi
hanya 15-20% dari total pembakaran energi tetapi sekarang telah meningkat hingga produksi 35%.
Perlu ada strategi dalam menanggulangi isu perubahan iklim ini terutama di sektor transportasi.
Beberapa Best Practice sudah membuktikan dampak pengurangan emisi ini. Untuk di Indonesia
terutama di kota-kota besar sangat perlu untuk segera mengimplementasikan strategi Environmental
Sustainable Transportation tersebut agar dampak pengurangan CO2 dapat segera diatasi.
Kata kunci: Transportasi, Environmental Sustainable Transportation, CO2, Perubahan Iklim, Efek
Rumah Kaca,
1. PENDAHULUAN
Perkembangan lingkungan strategis hal-hal yang mempengaruhi sistem transportasi nasional terus bertambah. Kalo
pada awal dekade 2000 terdapat isu otonomi daerah, akuntabilitas, transparansi dan good corporate governance saat
ini terdapat isu lingkungan. Isu-isu yang berkembang sebelumnya sebenarnya juga belum dengan baik diselesikan.
Indonesia juga masih belum dapat mengatasi kemaceta di wilayah perkotaan, ekonomi biaya tinggi di pergerakan
antar kota terutama di angkutan barang dan isu multimoda. Permasalahan-permasalahan yang disebutkan tersebut
sangat terkait dengan efisiensi transportasi baik di pergerakan perkotaan dan antar kota baik itu penumpang maupun
barang. Hal ini tentunya juga sangat mempengaruhi tingkat kecelakaan dan keselamatan transportasi serta dampak
lingkungannya.
Isu lingkungan ini sebenarnya sudah banyak dipertimbangkan oleh para perencana transportasi. Tetapi karena masih
belum adanya dampak yang cukup signifikan dan usaha bersama atau konsensus dunia maka isu ini seperti
tenggelam bersama dibandingkan isu-isu efisiensi transportasi. Dampak lingkungan dari transportasi ini dapat
berupa berasal dari pengaruh lalu lintas maupun fisik jalannya. Jenis-jenis gangguan lingkungang tersebut dapat
berupa polusi udara, suara, vibrasi, perubahan-perubahan lahan, ekosistem sampai dengan gangguan estetika.
Isu lingkungan ini semakin merebak ketika dunia sudah mengalami peningkatan suhu global yang cukup signifikan.
Beberapa wilayah bahkan mencapai 3.5 derajat Celcius dan sangat mempengaruhi lingkungan. Perubahan yang
terjadi tidak hanya lokal tetapi sudah iklim global. Terdapat penaikan muka air laut yang akan menenggelamkan
pulau-pulau kecil di Samudera Pasifik, Hindia dan Atlantik. Bahkan apabila Perubahan Iklim ini tidak diatasi maka
Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 226
Kepulauan Maldives akan tenggelam. Selain itu terdapat bencana-bencana alam yang cukup besar seperti topan,
tornado, banjir air laut, peningkatan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan banjir di daratan, kekeringan
yang lama dan sebagainya. Dari sisi ekosistem, kondisi ini akan memunahkan beberapa spesies hewan dan/atau
tumbuhan sehingga terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Pemangsa atau hewan yang dimangsa akan mempunyai
jumlah tidak seimbang demikian juga pasokan makanan bagi hewan herbivora dan manusia karena beberapa spesies
akan punah. Kondisi iklim yang tidak bersahabat juga mempengaruhi pasokan makanan. Makanan yang sekarang ini
sudah tinggi harganya karena lahan pertanian, perkebunan dan sebagainya didesak oleh pembangunan yang kurang
memperhatikan aspek keberlanjutan juga akan dipengaruhi oleh iklim. Banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya
akan menjadi permasalahan bagi kehidupan makhluk hidup secara keseluruhan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diidentifikasi beberapa indikator yang mempengaruhinya. Kalau
selama ini dampak lingkungan hanya memperhitungkan emisi yang berpengaruh terhadap kualitas kesehatan maka
saat ini emisi yang berpengaruh terhadap Perubahan Iklim juga perlu diidentifikasi. Kalau sebelumnya emisi-emisi
pencemar udara ini hanya CO, HC, SO2, NO2, HC, PM dan emisi yang mengganggu kesehatan lainnya saat ini
emisi Green House Gases (GHG) atau Gas-gas Efek Rumah Kaca seperti CO2, CHx, NxO juga mempengaruhi.
Gas-gas yang selama ini dianggap sebagai gas-gas yang ada di atmosfer, ternyata keberadaannya yang berlebihan
telah berpengaruh terhadap gas Ozon (O3) yang melindungi Bumi dari sinar Ultraviolet Matahari. Berkurangnya
atau pecahnya senyawa Ozon (O3) ini akan mengakibatkan dampak terhadap peningkatan rata-rata suhu permukaan
di Bumi dan sinar Ultraviolet yang berlebihan di permukaan Bumi. Hasil turunan atau dampak nyatanya telah
disebutkan di atas dan disertai juga dengan bertambahnya kanker kulit akibat pengaruh intesitas sinar Ultraviolet
yang meningkat pesat.
Mitigasi dan langkah-langkah konkrit harus terus dilakukan untuk mengurangi dan menekan dampak ini.
Pengurangan dan penekanan emisi GHG harus terus dilakukan dengan berbagai macam cara. Ternyata
implementasinya membutuhkan kerjasama dari seluruh pihak terkait tidak hanya Lingkungan Hidup tetapi juga
sektor-sektor yang mempengaruhi bertambahnya emisi GHG ini seperti Industri, Perdagangan, Otomotif, Badan-
badan atau Pusat-pusat Penelitian, Energi dan sebagainya.
Makalah atau Paper ini mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan Perubahan Iklim ini dan dampaknya dari
transportasi serta identifikasi pengaruhnya dibandingkan dengan sektor lain. Untuk mengatasinya diperlukan
langkah-langkah komprehensif yang merupakan koordinasi dari seluruh pihak baik dalam menurunkan dampak ini
terutama dari sektor transportasi.
2. PEMAHAMAN “ENVIRONMENTAL SUSTAINABLE TRANSPORTATION”
Dalam pengertiannya “Environmental Sustainable Transportation” atau EST ini menjadi bagian dalam Sustainable
Transportation atau Transportasi yang Berkelanjutan. Beberapa penelitian dan peneliti mendefinsikan Sustainable
Transportation atau Development sebagai berikut:
Sustainable development “meets the needs of the present without compromising the ability of future
generations to meet their own needs.” Brundtland Commission, 1987)
“Sustainable development is the achievement of continued economic development without detriment
to the environmental and natural resources.” (Themes Sustainable Development, 2004)
“The goal of sustainable transportation is to ensure that environment, social and economic
considerations are factored into decisions affecting transportation activity.” (MOST, 1999)
“… sustainability is not about threat analysis; sustainability is about systems analysis. Specifically,
it is about how environmental, economic, and social systems interact to their mutual advantage or
disadvantage at various space-based scales of operation.” (Transportation Research Board, 1997)
Sustainability is “the capacity for continuance into the long term future”. Anything that can go on
being done on an indefinite basis is sustainable. Anything that cannot go on being done indefinitely
is unsustainable (Center for Sustainability, 2004)
Litmen dan Burwell, 2006 akhirnya mendefinisikan Transportasi yang berkelanjutan (sustainable transport) sebagai
salah satu aspek dari keberlanjutan menyeluruh (global sustainability) yang memiliki tiga komponen yang saling
berhubungan, yakni: lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam interaksi tersebut, transportasi memegang peran
penting di mana perencanaan dan penyediaan sistem transportasi harus memperhatikan segi ekonomi, lingkungan,
dan masyarakat.
Pengembangan Kebijakan Environmental Sustainbale Transportation Di Indonesia
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 227
Dalam hubungannya dengan EST atau Transportasi Ramah Lingkungan hanyalah salah satu bagian dari Sustainable
Transportation atau Transportasi Berkelanjutan tersebut. Definisi baku dari Transportasi Ramah Lingkungan atau
EST adalah suatu perencanaan, langkah dan kegiatan keberlanjutan menyeluruh yang berwawasan lingkungan
dimana digunakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim atau penurunan Gas Rumah Kaca (Green House
Gas/GHG) dan emisi pencemaran lingkungan.
Transportasi memberikan dampak terbesar bagi polusi baik itu polusi udara maupun suara (kebisingan) terutama di
wilayah perkotaan. Dari beberapa penelitian rata-rata kontribusi transportasi terhadap polusi udara mencapai sekitar
87%. Dampak polusi udara ini sangat terasa pada kualitas kesehatan masyarakat yang terus menurun dan
meningkatnya penderita ISPA.
Dalam memperhatikan perbaikan kondisi transportasi dalam mengurangi polusi udara terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi. Dalam transportasi terdapat 3 komponen utama yang mempengaruhi sistem transportasi. Ketiga
sistem tersebut adalah prasarana, sarana dan pengaturan. Ketiga sistem ini membentuk sistem transportasi dan
mempengaruhi indikator kinerja transportasi dalam melayani pergerakan. Gambar 1 memperlihatkan keterkaitan
ketiga sistem tersebut dalam membentuk sistem transportasi.
Gambar 1 Tiga Komponen Pembentuk Sistem Transportasi
Pemilihan ketiga komponen pembentuk sistem transportasi ini menentukan kinerja transportasi dalam
menghubungkan atau menjawab kebutuhan ruang dan melayani pergerakan. Oleh karena itu untuk memperbaiki
indikator kinerja transportasi maka ketiga sistem ini perlu diintervensi.
Dari ketiga komponen tersebut, prasarana transportasi dan pengaturan merupakan domain dari Pemerintah.
Sedangkan sarana banyak dipengaruhi oleh faktor lain selain pengaturan pemerintah seperti market driven,
kemampuan finansial/ekonomi masyarakat dan sebagainya. Prasarana menjadi peran pemerintah dalam penyediaan
infrastruktur/prasarana dasar dimana transportasi termasuk di dalamnya. Pengaturan merupakan instrumen yang
mengatur prasarana, sarana dan perilaku pengguna transportasi dalam ”bertransportasi”. Pengaturan mempengaruhi
tendensi politik, keberpihakan pemerintah dalam memperbaiki kinerja transportasi.
Prasarana Sarana
Pengaturan
Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 228
Gambar 2 Pengaruh Sistem Transportasi terhadap Perbaikan Lingkungan
3. ISU PERUBAHAN IKLIM ATAU CLIMATE CHANGE
Isu yang paling besar dalam menghadapi lingkungan adalah Perubahan Iklim atau Climate Change.
Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC menjadi organisasi dunia dalam mengatasi isu perubahan
iklim. IPCC telah melakukan konvensi sebanyak 4 kali dari tahun 1990 sampai dengan 2007 dan telah menghasilkan
laporan dan arahan dalam mengatasi masalah global ini.
Masalah utama dari perubahan iklim ini adalah adanya penaikan rata-rata temperatur di seluruh dunia baik karena
kondisi alam maupun aktivitas manusia. Aktivitas manusia ini ternyata telah memberikan dampak yang besar
terhadap perubahan iklim ini. Green House Gases atau Gas Rumah Kaca (GHG) yang dihasilkan industri,
transportasi dan rumah tangga ini telah meningkatkan panas dan temperatur dunia dan mengurangi lapisan ozon.
Dampak paling parah dari perubahan iklim ini adalah mencairnya es-es di kutub utara dan selatan sehingga
meningkatkan permukaan air laut, terendamnya pulau-pulau kecil, pengurangan daratan tempat manusia hidup,
bencana alam berupa angin topan dan sebagainya. Selain itu perubahan iklim juga mempengaruhi ekosistem
sehingga terputusnya rantai makanan, dominannya spesies tertentu sehingga merubah ekosistem, berkurangnya
pangan, bertambahnya hama dan sebagainya. Ternyata aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan
memberikan dampak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitarnya.
Pada Gambar 2.6 disampaikan beberapa wilayah yang telah meningkat temperaturnya. Peningkatan temperatur
terbesar antara 2 – 3.5 derajat Celcius berada di wilayah kutub. Peningkatan drastis antara 1-2 derajat Celcius juga
terjadi hampir di seluruh belahan bumi utara terutama Eropa, Amerika Serikat dan Rusia.
Pada Gambar 2.7 disampaikan bahwa selama 30 tahun terakhir ini ternyata telah terjadi peningkatan emisi GHG
sebesar 70.73% per tahun. Peningkatan emisi ini didominasi oleh CO2 dimana dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil. Terlihat juga bahwa negara-negara industri besar seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan
sebagainya menghasilkan CO2 yang paling besar.
Prasarana
Transportasi
Sarana
Transportasi
Perbaikan teknologi prasarana jalan
yang mengurangi pencemaran
lingkungan:
• Permukaan jalan yang halus
akan mengurangi emisi
pencemaran debu akibat gesekan
ban dengan jalan
• Tabir akustik atau tunggul tanah
dan jalur hijau akan mengurangi
tingkat kebisingan terutama
diprioritaskan di jaringan jalan
perumahan
• Penggunaan teknologi di Pengendalian sumber mesin
kendaraan:
• Pengaturan sumber energi
penggerak mesin kendaraan
• Penggunaan bahan bakar
• Penggunaan teknologi
perbaikan perlakuan udara
• Perbaikan proses pembakaran
Pengaturan Penerapan TDM:
• Pergeseran waktu
• Pergeseran rute/lokasi
• Pergeseran moda
• Pergeseran lokasi tujuan
PERBAIKAN
LINGKUNGANAN
AKIBAT PENGARUH
TRANSPORTASI
Pengembangan Kebijakan Environmental Sustainbale Transportation Di Indonesia
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 229
Gambar 3 Hubungan antara Kegiatan Manusia dan Perubahan Iklim serta Dampaknya
Gambar 4 Peningkatan Temperatur di Seluruh Dunia
Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 230
Gambar 5 Peran Masing-masing Negara dalam Peningkatan Emisi GHG
4. KEBIJAKAN “ENVIRONMENTAL SUSTAINABLE TRANSPORTATION” DI INDONESIA
4.1. VISI DAN MISI
Visi dan misi dari Transportasi Ramah Lingkungan adalah:
“Tercapainya suatu sistem transportasi yang berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi Efek Gas
Rumah Kaca (Green House Gas/GHG) dan emisi pencemar udara dimana didalamnya sangat berhubungan dengan
pengaturan tata ruang untuk mengurangi pergerakan, pergerakan kendaraan bermotor, pengembangan transportasi
massal, bahan bakar alternatif, teknologi kendaraan dan pemeriksaan dan perawatan emisi kendaraan”.
Visi dan Misi ini terbentuk dari beberapa Best Practice yang telah diterapkan di berbagai negara. Selain itu
rangkuman dari EST juga menjadi masukan dalam pengembangan visi dan misi ini. Tujuan dari Transportasi Ramah
Lingkungan ini adalah mengurangi GHG dan emisi pencemar udara dengan bertumpu pada 5 elemen penting EST.
Kelima elemen mitigasi permasalahan Transportasi Ramah Lingkungan ini sebenarnya tidak semuanya merupakan
domain dari Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Direktorat BSTP tetapi
merupakan urusan dari stakholder lain seperti Menneg Kementian Lingkungan Hidup (KLH), Depertement ESDM
terutama Ditjen Migas, Departemen Perindustrian, BPPT dan sebagainya. Oleh karena itu pada Road Map yang
akan dikembangkan ini akan disampaikan juga lembaga-lembaga negara yang berperan menanganinya.
Selain Best Practice juga ada penyesuaian-penyesuaian rencana pengembangan dari masing-masing stakeholder
terkait seperti Departemen Perhubungan, KLH, Departemen ESDM terutama Ditjen Migas, Departemen
Perindustrian dan BPPT. Mungkin Road Map yang dikembangkan tidak sama atau berseberangan dengan rencana
stakeholder terkait. Tetapi Road Map ini dicoba untuk disusun berdasarkan kebutuhan transportasi sebagai
penyumbang utama pencemaran udara dan GHG di wilayah perkotaan untuk menurunkan kedua jenis polutan
tersebut.
4.2. KEBIJAKAN
Dari lingkup mitigasi dan visi-misi transportasi ramah lingkungan yang sudah disampaikan dapat disampaikan
kebijakan umum mitigasi transportasi ramah lingkungan untuk menghadap Perubahan Iklim. Lima elemen mitigasi
ini menjadi dasar kebijakan arahan transportasi ramah lingkungan. Kebijakan Arahan Transportasi Ramah
Lingkungan tersebut adalah :
1. Pengembangan Transportasi Massal dan fasilitas pendukungnya
Pengembangan Kebijakan Environmental Sustainbale Transportation Di Indonesia
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 231
a. Integrasi kelembagaan dan jaringan Transportasi Massal: MRT, Monorel, KA Konvensional, BRT dsb
disesuaikan dengan kapasitas
b. Mengembangkan kebijakan pendukung dimana bertumpu pada perkuatan konsep TOD, ERP,
pengembangan NMT, kebijakan parkir
c. Sosialisasi dan Dasar Hukum yang kuat untuk penerapan di daerah lebih optimal
2. Pengaturan tata ruang untuk mengakomodasi pengurangan pergerakan, pengurangan pergerakan kendaraan
bermotor dan mengakomodasi Non Motorised Transport (NMT)
a. Restrukturisasi Tata Ruang dan Perkuatan konsep TOD serta Compact Cities
b. Sosialisasi
c. Pengembangan produk hukum yang dapat diacu pengembangan tata ruang di daerah
3. Bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil
a. Penerapan Biomass dan Gas (CNG dan LPG) pada jangka pendek dan menengah
b. Pengenalan dan pengembangan energi ultimate (solar, ocean dan thermal energy) untuk jangka panjang
4. Pengembangan Teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan
a. Penyediaan mesin kendaraan yang sesuai untuk Biomass dan Gas (CNG dan LPG)
b. Pengembangan kendaraan listrik, hybrid dan sel bahan bakar
5. Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan sebagai tahap pengendalian emisi kendaraan bermotor
5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah suatu penerapan Grand Strategy dari implementasi EST di Indonesia. Grand
Strategy ini merupakan tahapan dari pengembangan ESTdimana kelima elemen penting pengurai pengurangan GHG
dan emisi pencemar udara itu menjadi komponen utama dan saling mendukung. Pada Gambar 6 disampaikan
Grand Strategy dari EST dan peran kelima elemen atau strategi utama dalam berkontribusi di tiap tahap.
Gambar 6 Grand Strategy Transportasi Ramah Lingkungan
Pada Tabel 1 disampaikan deskripsi dari masing-masing Strategi di tahap jangka pendek, menengah dan panjang.
Setiap tahap terdapat kebijakan utama dan strategi utama yang terhimpun secara komprehensif dalam menuju
Transportasi yang Ramah Lingkungan (TRL).
STRATEGI PENGURANGAN KENDARAAN DAN PERGERAKAN
STRATEGI IMPLEMENTASI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DAN PERKUATAN PENGURANGAN
PERGERAKAN DAN KENDARAAN
STRATEGI PENGEMBANGAN BAHAN BAKAR DAN TEKNOLOGI KENDARAAN ULTIMATE
Jangka Pendek 2010-2015
Jangka Menengah 2015-2020
Jangka Panjang 2020-2035
Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 232
Tabel 1 Deskripsi dari Grand Strategy Road Map Transportasi Ramah Lingkungan
STRATEGI UTAMA Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Pengaturan Tata Ruang
(LU)
Pengembangan
Transportasi Massal
(PT)
Pengembangan Bahan
Bakar Alternatif (BBA)
Pengembangan
Teknologi Kendaraan
(TK)
Pemeriksaan dan
Perawatan Emisi
Kendaraan (P&P)
GRAND STRATEGY
Memulai program
pengurangan kendaraan
bermotor dan pergerakan
untuk mengatasi
kemacetan dan
pengurangan GHG serta
emisi pencemar udara.
Memperkuat program
pengurangan kendaraan
bermotor dan pergerakan serta
berusaha untuk memperkuat
pasar Bahan Bakar Alternatif
dan Penggunaan Teknologi
Kendaraan yang Ramah
Lingkungan
Memantapkan program
pengurangan kendaraan
bermotor dan pergerakan
serta penggunaan Bahan
Bakar Alternatif Ultimate
(Ocean Fuel) dan Teknologi
Kendaraan Ultimate (Sel
Bahan Bakar/Hidrogen).
DESKRIPSI Pada Tahap ini Strategi
LU dan PT menjadi
program utama. Target
LU dan PT ini adalah
peningkatan pangsa pasar
PT sebesar 15-20% dan
pengurangan pergerakan
sebesar 2-5%. Sedangkan
BBA dan TK mulai
diperkenalkan dan
dimulai. Tahap P&P
menjadi tahap sosialisasi
Pada tahap ini Strategi PT dan
LU sudah diimplementasikan
sehingga pangsa pasar PT naik
hingga 40% dan dampak
pengurangan pergerakan
mencapai 10-20%. Sedangkan
strategi BA dan TK sudah
diperkuat pasarnya,
distribusinya terutama di kota-
kota besar. Kontribusi BBA
sudah mengurangi BBM
sehingga hanya 30% saja
penggunaannya. Strategi P&P
sudah mulai diterapkan untuk
mandatory di beberapa kota
sebagai percontohan
Pada Tahap ini Strategi PT
dan LU mencoba untuk
meningkatkan pangsa pasar
PT mencapai 60-65% dan
mengurangi pergerakan
hingga 30%. Strategi BBA
dan TK sudah
diimplementasi jenis
teknologi ultimate
sedangkan P&P sudah
diterapkan di seluruh kota
besar dan menengah di
Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Asian Institute of Technology, The Energy Research Institute of China and The UNEP Collaborating Centre on
Energy and Environment (UCCEE), 2004, Strategic Options Policy Implementation for Bangkok, Beijing and
Taiyuan, Final Report
Departemen Perhubungan., 2009, Masterplan Transportasi Ramah Lingkungan, Laporan Akhir
IPCC., 2006, Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Volume 2 Energy, IPCC National Greenhouse
Gas Inventories Programme, IGES
Litman and Burwell., 2006, Issues in Sustainable Transportation, Int. J. Global Environment Issues, Vol 6, No 4