Pengembangan kamus kompetensi keselamatan kerja untuk ... file3 Gambar 3 Perubahan fungsi yang...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
262 -
download
4
Transcript of Pengembangan kamus kompetensi keselamatan kerja untuk ... file3 Gambar 3 Perubahan fungsi yang...
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan Organisasi
PT Holcim Indonesia Tbk merupakan salah satu industri manufaktur semen
yang beroperasi di Indonesia. Perusahaan ini merupakan bagian dari grup semen
internasional Holcim group. Produk utama dari PT Holcim Indonesia Tbk adalah
semen, batu pecah (agregat) dan beton. Grup Holcim memiliki area operasi yang
meliputi 70 negara di seluruh dunia, dengan Indonesia adalah salah satu negara
operasinya.
Industri semen merupakan industri dengan tingkat resiko keselamatan kerja
yang cukup tinggi. Dalam kegiatan operasinya, resiko keselamatan kerja yang
dihadapi oleh industri semen ini berasal dari kegiatan penambangan, kegiatan
peleburan dan produksi, serta kegiatan logistik. Resiko keselamatan kerja di
kegiatan penambangan antara lain resiko akibat peledakan material, resiko akibat
longsoran material, dan lain sebagainya. Resiko keselamatan kerja di area
peleburan dan produksi antara lain resiko akibat bekerja dengan temperatur tinggi,
resiko akibat peralatan yang bergerak, dan resiko-resiko lainnya. Sementara resiko
akibat proses logistik ini antara lain resiko akibat kendaraan bergerak yang
berlalu-lalang. Kecelakaan kerja akibat resiko-resiko tersebut dapat merugikan
perusahaan dari sisi biaya maupun sisi reputasi perusahaan, disamping kerugian
bagi korban terkait.
Banyak perbaikan dan peningkatan yang telah dilakukan di area kerja dan
peralatan, yang terkait dengan keselamatan kerja dalam kegiatan operasional
industri semen tersebut, sehingga dapat menekan angka kecelakaan kerja yang
terjadi. Namun peningkatan tersebut tidak cukup berhenti hanya di aspek fisik dan
peralatan saja, namun perlu juga dilakukan di aspek manusia, karena aspek
tersebut juga berkontribusi terhadap kecelakaan kerja.
Salah satu kepedulian utama Holcim dalam operasi perusahaannya adalah
kepedulian dalam aspek keselamatan kerja. Untuk meningkatkan kinerja dalam
keselamatan kerja, maka Holcim pusat telah menerbitkan empat kompetensi
utama di bidang keselamatan kerja, yang dikenal sebagai kompetensi OHS.
Kompetensi OHS ini mulai diberlakukan di PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun
2014, dan akan berlaku secara penuh pada tahun 2015. Namun kompetensi OHS
ini berlaku wajib hanya bagi line operational, selaku pihak yang mengoperasikan
peralatan dan proses di area kerja PT Holcim Indonesia Tbk. Tidak ada petunjuk
mengenai kompetensi OHS yang dibutuhkan oleh departemen Corporate OHS
sendiri, selaku pembina dalam pelaksanaan K3 di PT Holcim Indonesia.
Disamping OHS kompetensi diatas, tantangan lain yang dihadapi oleh
departemen Corporate OHS adalah terjadinya perombakan organisasi di dalam PT
Holcim Indonesia Tbk. Perubahan organisasi tersebut dilakukan di semua unit
kerja di PT Holcim Indonesia Tbk. Salah satunya adalah di Departemen
keselamatan kerja (Corporate OHS). Perubahan organisasi tersebut merupakan
salah satu strategi perusahaan dalam meningkatkan kinerja di semua aspek,
termasuk kinerja di bidang keselamatan kerja.
2
Perubahan yang terjadi pada struktur organisasi departemen Corporate OHS
menyebakan terjadinya perubahan jalur perintah, yang semula berada di dalam
satu atap, baik Corporate OHS maupun Site OHS, menjadi dua jalur perintah
yang berbeda. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1 Struktur organisasi Corporate OHS sebelum perubahan organisasi
Gambar 2 Struktur organisasi Corporate OHS setelah perubahan organisasi
Perubahan organisasi yang terjadi terlihat sederhana, namun pada
kenyataannya perubahan peran yang terjadi cukup signifikan. Pada struktur
organisasi sebelumnya, departemen ini memiliki peran yang lebih bersifat
operasional (business as usual). Aktifitas kerja yang dilakukan dititik beratkan
kepada aktifitas terkait penanganan resiko dalam kegiatan operasi sehari-hari,
misalnya adalah pengurusan ijin kerja berbahaya, pembuatan rencana tindakan
perbaikan, inspeksi alat kerja, tindakan tanggap darurat dan lain sebagainya.
Fungsi korporasi dari unit kerja ini sebelumnya hanya terbatas pada penerjemahan
kebijakan OHS dari pusat menjadi kebijakan lokal Indonesia. Oleh sebab itu
anggota departemen terbanyak berada pada bagian Site OHS.
Pada struktur yang baru, fungsi site ini akan dihilangkan. Aktifitas
penanganan resiko keselamatan kerja sehari-hari akan diserahkan kepada unit
kerja yang bersangkutan. Struktur yang baru akan menekankan kepada fungsi
korporasi saja. Saat ini telah ditetapkan fungsi utama dari departemen Corporate
OHS oleh Holcim pusat yang meliputi :
1. Pengembangan sistem keselamatan kerja
2. Penyedia pelatihan keselamatan kerja
3. Audit terhadap sistem keselamatan kerja
Ilustrasi dari perubahan fungsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
3
Gambar 3 Perubahan fungsi yang terjadi dalam departemen Corporate OHS
Namun peran yang ditetapkan tersebut hanya berupa peran secara umum.
Detil dari masing-masing peran, terutama terkait sistem keselamatan kerja yang
dipergunakan oleh PT Holcim Indonesia Tbk belum teridentifikasi dengan detil.
Job description baru terkait perubahan struktur belum dibuat. Selain itu tingkat
kompetensi yang dibutuhkan agar dapat melaksanakan peran tersebut juga belum
ditentukan.
Kompetensi Keselamatan Kerja
Menurut Cooper (2001), terjadi perubahan dalam bagaimana keselamatan
kerja diterapkan. Awalnya penerapan keselamatan kerja hanya difokuskan pada
pemisahan antara sumber bahaya dengan manusia, baik melalui pemisahan secara
fisik maupun secara pengaturan atau administratif. Namun di saat ini hal tersebut
tidak cukup, penerapan keselamatan kerja harus lebih ditekankan kepada aspek
manusia. Semua karyawan yang bekerja harus memiliki kompetensi untuk
mengendalikan bahaya dan melakukan tindakan yang paling sesuai agar bahaya
yang timbul tidak melukai atau merusak. Menurut Ulrich et al (2009), kompetensi
adalah pengetahuan, keahlian dan nilai (values) yang dimiliki individu dalam
melakukan pekerjaan dengan baik disaat sekarang maupun dimasa mendatang.
Menggabungkan kedua hal diatas maka kompetensi merupakan jawaban
mengenai bagaimana safety dapat melekat di dalam aspek manusia. Kompetensi di
bidang keselamatan kerja merupakan komponen penting yang dibutuhkan dalam
penerapan keselamatan kerja di PT Holcim Indonesia Tbk.
Pada tahun 2012 grup Holcim pusat telah menentukan kompetensi
keselamatan kerja bagi area operasi, dan efektif berlaku di Holcim Indonesia pada
tahun 2015. Kompetensi ini yaitu :
1. Misi OHS
Kompetensi “misi OHS” didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyusun
dan menerapkan kebijakan keselamatan kerja sesuai dengan arahan dan
pedoman dari departemen OHS pusat
4
2. Sumber daya OHS
Kompetensi “sumber daya OHS” didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengalokasikan sumber daya dan organisasi untuk menjalankan fungsi
keselamatan kerja
3. Mengendalikan bahaya
Kompetensi “mengendalikan bahaya” didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengenali bahaya dan secara aktif melakukan tindakan pencegahan bahaya
4. Investigasi terhadap insiden
Kompetensi “investigasi terhadap insiden” didefinisikan sebagai kemampuan
untuk berkomitmen dalam melakukan penyelidikan insiden dan tindak
lanjutnya
Namun sayangnya grup Holcim pusat belum mendefinisikan kompetensi
keselamatan kerja yang dibutuhkan bagi departemen Corporate OHS. Sementara
departemen Corporate OHS merupakan salah satu kunci penting dalam penerapan
keselamatan kerja.
Peluang Peningkatan Bagi Departemen Corporate OHS
Perubahan organisasi sekaligus perubahan fungsi dari departemen
Corporate OHS akan menjadi tantangan tersendiri dalam penerapan keselamatan
kerja di PT Holcim Indonesia Tbk. Salah satu area yang perlu ditingkatkan untuk
departemen Corporate OHS adalah melalui peningkatan kompetensi bagi anggota
departemen ini. Menurut penelitian Nile (2004), mengembangkan sumber daya
manusia akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan. Hal ini
serupa dengan penelitian Marchington et al (2003), dimana disimpulkan bahwa
sumber daya manusia merupakan sumber daya yang memenuhi kriteria bernilai
dan jarang. Kedua hal tersebut menunjukkan adanya potensi sumber daya manusia
sebagai kunci penting dalam meningkatkan kinerja departemen Corporate OHS.
Menurut Dubois dan Rothwell (2004), manajemen sumber daya manusia
yang berbasis kompetensi akan dapat merangsang karyawan untuk meningkatkan
kinerja mereka, sehingga memberikan hasil kinerja yang baik bagi perusahaan.
Namun seringkali model kompetensi yang dibangun tidak benar-benar jelas dan
dapat menimbulkan kesulitan dalam implementasinya. Oleh sebab itu agar model
kompetensi yang akan dikembangkan untuk departemen Corporate OHS dapat
memberikan hasil yang diharapkan, maka model tersebut harus dibuat dengan
komprehensif. Menurut Prahalad dan Hamel (1994), kompetensi merupakan
kumpulan pembelajaran dalam organisasi, koordinasi antar keahlian operasi yang
berbeda serta integrasi dari multipel teknologi. Cakupannya termasuk paket dari
keahlian dan teknologi dalam perusahaan yang mampu memberikan nilai tambah
kepada pelanggan. Inilah definisi komprehensif yang akan digunakan dalam
pembuatan model kompetensi untuk departemen Corporate OHS.
Pada tahun 2010 Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja, telah
menerbitkan standar kompetensi kerja nasional (SKKNI) sebagai panduan dalam
hal kompetensi. Termasuk kompetensi mengenai keselamatan kerja. Dubois dan
Rothwell (2004) mengingatkan bahwa dalam proses mengadopsi sebuah model
kompetensi, harus diketahui terlebih dahulu mengenai latar belakang dari kamus
kompetensi yang akan diadopsi. Tujuannya adalah memastikan bahwa kamus
5
yang diambil memiliki kesesuian terhadap proses bisnis dari unit bersangkutan.
Demikian pula dengan adopsi SKKNI kedalam departemen Corporate OHS.
Apabila ditelaah dari lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor 157 Tahun 2010, maka terlihat bahwa pada proses perancangan kamus
kompetensi tersebut, didorong oleh proses bisnis di sektor minyak, gas bumi dan
pertambangan mineral. Disisi lain industri semen merupakan gabungan dari
industri pertambangan non mineral (bahan galian C), industri manufakturing dan
industri logistik atau pengangkutan barang. Selain itu SKKNI merumuskan kamus
kompetensinya untuk area operasi dari OHS, sedangkan yang menjadi objek
dalam penelitian ini bukan merupakan fungsi operasional dari OHS, melainkan
fungsi korporasi dari OHS. Setelah terjadi pemisahan organisasi antara Line OHS
dan Corporate OHS di PT Holcim Indonesia Tbk, maka porsi fungsi operasional
dari departemen Corporate OHS menjadi sangat kecil. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa kamus kompetensi dari SKKNI tidak tepat apabila diadopsi
sebagai rujukan dalam penyusunan kamus kompetensi untuk departemen
Corporate OHS tersebut.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan sebelumnya bahwa departemen
Corporate OHS merupakan unit kerja yang penting namun masih memerlukan
peningkatan kinerja, maka permasalahan yang dilihat dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja peranan-peranan baru dari departemen Corporate OHS di PT Holcim
Indonesia Tbk setelah dilakukan pemisahan struktur organisasi ?
2. Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh departemen Corporate OHS
agar dapat menjalankan peranan-peranan barunya tersebut ?
3. Seberapa tinggi peringkat kompetensi yang dibutuhkan untuk masing-masing
posisi di departemen Corporate OHS ?
4. Keahlian apa saja yang harus diberikan agar kompetensi tersebut dapat
terwujud ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Merumuskan peranan-peranan baru dari departemen Corporate OHS PT
Holcim Indonesia Tbk berdasarkan sistem keselamatan kerja yang dianut oleh
perusahaan tersebut
2. Membuat model kompetensi yang sesuai dengan peranan-peranan baru
departemen Corporate OHS PT Holcim Indonesia Tbk
3. Menentukan peringkat kompetensi untuk masing-masing posisi di departemen
Corporate OHS
4. Menyusun program keahlian yang menunjang pembentukan kompetensi
sesuai model kompetensi untuk departemen Corporate OHS PT Holcim
Indonesia Tbk
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi produsen semen PT
Holcim Indonesia Tbk dalam mengembangkan model kompetensi yang paling
sesuai untuk departemen Corporate OHS. Selain itu metodologi yang
6
dipergunakan juga dapat direplikasi ke departemen lain, sehingga dapat menjadi
salah satu pendukung dalam menciptakan daya saing bagi PT Holcim Indonesia
Tbk.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada departemen Corporate
OHS PT Holcim Indonesia Tbk. Unit bisnis yang akan dijadikan model penelitian
adalah departemen Corporate OHS, departemen produksi, departemen logistik,
departemen RMX dan departemen HR. Fokus dalam penelitian akan diarahkan
kepada proses pengembangan model kompetensi untuk departemen Corporate
OHS. Sebagai acuan dalam menentukan elemen kontributor kompetensi, maka
akan digunakan tiga peran utama departemen ini, yaitu :
1. Pengembangan sistem keselamatan kerja
2. Penyedia pelatihan keselamatan kerja
3. Audit terhadap sistem keselamatan kerja
Proses pengambilan data terkait kebutuhan pelanggan departemen
Corporate OHS di masa mendatang akan juga dibatasi terhadap ketiga peran
diatas. Fungsi operasional yang bukan merupakan bagian dari ketiga fungsi diatas
juga bukan merupakan bagian dari ruang lingkup penelitian ini. Penelitian ini
akan difokuskan kepada pengembangan kompetensi OHS dan bukan kompetensi
operasional.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan sebagai sebuah paket pengetahuan, keahlian dan
nilai-nilai yang diperlukan oleh seorang individu dalam menjalankan
pekerjaannya dengan baik, untuk saat ini maupun untuk masa mendatang (Ulrich
et al 2009). Berdasarkan arti tersebut maka kompetensi merupakan persyaratan
sekaligus petunjuk yang dapat menggambarkan apakah seorang individu mampu
menjalankan pekerjaannya dan memberikan hasil sesuai target perusahaan atau
tidak. Kompetensi dapat berfungsi sebagai panduan bagi individu dan perusahaan
mengenai keahlian dan pelatihan apa yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan.
Kompetensi ini juga dapat digunakan untuk menilai apakah seorang individu
kapabel atau tidak dalam mengisi sebuah jabatan di perusahaan.
Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi merupakan karakteristik
dasar dari orang yang mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir terhadap
beragam situasi dan dapat bertahan untuk periode waktu yang cukup panjang.
Menurutnya ada lima karakteristik dari kompetensi. Pertama adalah motif
(motives), yaitu cara berpikir atau keinginan yang mendorong suatu perbuatan
atau tindakan. Kedua adalah traits, ini merupakan karakteristik terkait fisik dan
respon terhadap suatu keadaan atau informasi. Ketiga adalah konsep diri (self-
concept), ini merupakan karakteristik mengenai nilai dan perilaku terhadap
gambaran pribadinya. Keempat adalah pengetahuan (knowledge), yaitu informasi
yang dimiliki dalam bidang tertentu. Terakhir adalah keahlian (skill), yaitu
karakter yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Pengetahuan dan keahlian merupakan komponen kompetensi yang
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB