PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL PROCESSING...

75
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PKUPT) PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL PROCESSING PADA RADAR PENEMBUS TANAH (GROUND PENETRATING RADAR) TIM PENELITI Ketua Peneliti : Dr. Baso Maruddani NIDN: 0002058301 Anggota Peneliti : Dr. Efri Sandi NIDN: 0002027508 UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2018 Bidang Ilmu: Teknik

Transcript of PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL PROCESSING...

  • LAPORAN

    PENELITIAN KOMPETITIF UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PKUPT)

    PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL

    PROCESSING PADA RADAR PENEMBUS TANAH

    (GROUND PENETRATING RADAR)

    TIM PENELITI

    Ketua Peneliti : Dr. Baso Maruddani NIDN: 0002058301 Anggota Peneliti : Dr. Efri Sandi NIDN: 0002027508

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2018

    Bidang Ilmu: Teknik

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Penelitian : Pengembangan Aplikasi Digital Signal Processing pada

    Radar Penembus Tanah (Ground Penetrating Radar)

    Ketua Peneliti

    a. Nama Lengkap : Dr. Baso Maruddani, S.T., M.T.

    b. NIDN : 198305022008011006

    c. Jabatan Fungsional : Lektor

    d. Program Studi : Pendidikan Teknik Elektronika

    e. Nomor HP : 08118058450

    f. Alamat Surel : [email protected]

    Anggota Peneliti

    a. Nama Lengkap : Dr. Efri Sandi, M.T.

    b. NIDN : 197502022008121002

    c. Jabatan Fungsional : Lektor

    d. Program Studi : Pendidikan Teknik Elektronika

    e. Nomor HP : 081212409609

    f. Alamat Surel : [email protected]

    Lama Penelitian Keseluruhan : 7 (tujuh) Bulan

    Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 50.000.000

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Teknik UNJ

    Dr. Agus Dudung, M.Pd.

    NIP. 196508171991021001

    Jakarta, 10 Desember 2018

    Ketua Peneliti,

    Dr. Baso Maruddani, S.T., M.T.

    NIP. 19830502 200801 1 006

    Menyetujui,

    Ketua

    Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

    Universitas Negeri Jakarta

    Dr. Ucu Cahyana, M.Si

    NIP. 19660820 199403 1 002

  • iii

    RINGKASAN

    Ground Penetrating Radar (GPR) atau Radar Penembus Tanah adalah salah satu jenis radar yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi di dalam/di bawah suatu permukaan. GPR juga umumnya digunakan sebagai alat evaluasi bahan karena bersifat non destructive testing, NDT. Salah satu bagian yang terpenting dari Central Processing Unit yang akan mengolah hasil bacaan dari radar. Sinyal pantulan yang diterima oleh antenna radar kemudian diolah untuk mengetahui benda apa saja yang terdapat di bawah permukaan tanah tersebut. Semakin bagus proses pengolahan sinyal, maka semakin tepat radar menginterpretasi sinyal yang diterima.

    Frekuensi kerja suatu sistem GPR sangat bervariasi, bergantung dengan aplikasi/implementasi di lapangan. Untuk aplikasi pada benda concrete/beton berbeda dengan benda pasir atau tanah. Begitu pula dengan resolusi yang didapatkan dari penggunaan GPR. Resolusi yang didapatkan pada frekuensi rendah lebih rendah dibandingkan resolusi jika GPR menggunakan frekuensi yang lebih tinggi. Namun jangkauan untuk frekuensi rendah lebih jauh dibandingkan jangkauan jika menggunakan frekuensi yang lebih tinggi. Oleh karena hal tersebut, maka diperlukan fleksibilitas digital signal processing yang dapat digunakan pada berbagai macam frekuensi, baik frekuensi rendah maupun frekuensi yang lebih tinggi karena perambatan sinyal dan pantulan sinyal akan berbeda untuk sinyal pada frekuensi tinggi dengan frekuensi rendah.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sebuah sistem digital signal processing yang cukup mampu menginterpretasi sinyal yang diterima untuk dapat dengan tepat mengetahui benda yang terdapat dalam tanah tersebut. Sistem digital signal processing ini diharapkan dapat bekerja pada berbagai macam frekuensi sehingga aplikasinya bias menjadi beragam. Tahapan pada penelitian ini adalah mendesain dan memodifikasi sistem signal processing dan kemudian menguji performa dari sistem yang didesain.

    Kata kunci: Radar, GPR, digital signal processing, ultra wideband,

    interpretasi

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan syukur dan Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT

    atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,

    sehingga penyusunan laporan penelitian kompetitif unggulan perguruan tinggi

    dengan judul “Pengembangan Aplikasi Digital Signal Processing pada Radar

    Penembus Tanah (Ground Penetrating Radar)” ini dapat diselesaikan.

    Kiranya usaha penyusunan laporan disertasi ini tidak mungkin akan berhasil

    tanpa adanya bantuan yang penulis peroleh baik dari segi moril maupun materiil.

    Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

    penghargaan setinggi- tingginya kepada yang terhormat :

    1. Dr. Ucu Cahyana selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

    Masyarakat UNJ

    2. Dr. Agus Dudung selaku Dekan Fakultas Teknik UNJ

    3. Keluarga besarku, kedua orang tuaku, Etta Sia dan Etta Ali, mertuaku Mama

    dan almarhum Papa, istriku Rahmi dan kedua anakku, Barra Alfaputra

    Maruddani dan Dandra Betaputra Maruddani.

    4. Seluruh dosen dan staf Rumpun Teknik Elektro, Fakultas Teknik UNJ.

    5. Dan seluruh pihak yang namanya tidak disebutkan satu-per-satu yang telah

    membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

    Dengan harapan semoga Allah SWT menerima amal dan kebaikan serta

    selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Amin.

    Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh

    dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi

    kesempurnaan laporan penelitian ini akan penulis terima dengan senang hati.

    Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Jakarta, Desember 2018

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

    RINGKASAN ........................................................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 7

    I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 7

    I.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 8

    I.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian .......................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

    II.1. Prinsip Kerja Radar Penembus Tanah (Ground Penetrating

    Radar)................................................................................................. 14

    II.2. Refleksi ................................................................................................ 17

    II.3. Clutter .................................................................................................. 18

    II.4. Dispersi ................................................................................................ 18

    II.5. Jangkauan Dinamis ............................................................................ 19

    II.6. Lebar Pita ........................................................................................... 20

    II.7. Pemodelan Sinyal ............................................................................... 21

    II.8. Frekuensi material GPR ....................................................................... 22

    II.9. Tanah .................................................................................................... 22

    II.10. Air ...................................................................................................... 24

    II.11. Kontaminasi tanah.............................................................................. 25

    II.12. Bukit pasir .......................................................................................... 26

    II.13. Pesisir ................................................................................................. 26

    II.14. Glasial ................................................................................................ 27

  • vi

    II.15. NDT Transportation (Non-Destructive Testing

    Transportation) ................................................................................... 27

    BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................... 30

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 32

    IV.1 Desain Penelitian ................................................................................. 32

    IV.2 Instrumen Penelitian ............................................................................ 32

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ................................................. 34

    V.1. Proses Persiapan Data .......................................................................... 34

    V.2. Proses Pengolahan Data ....................................................................... 38

    V.2.1. Proses Dewow dan Time Zero Correction ............................... 38

    V.2.2. Meningkatkan Gain pada Data ................................................. 42

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 50

    VI.1. Kesimpulan ......................................................................................... 50

    VI.2. Saran ................................................................................................... 50

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 54

    Lampiran 1. Publikasi (1) ............................................................................ 54

    Lampiran 2. Publikasi (2) ............................................................................ 62

    Lampiran 3. Biodata Peneliti ....................................................................... 69

  • 7

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Aplikasi untuk sistem komunikasi wireless sangatlah beragam. Radar

    merupakan salah satu aplikasinya, dimana pemancar dan penerima berada di satu

    tempat yang sama. Radar penembus tanah/permukaan, yang lebih dikenal dengan

    Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu sistem komunikasi nirkabel

    yang digunakan untuk melihat benda benda di bawah permukaan tanah maupun di

    balik dinding. GPR dapat “melihat” menembus tanah dengan cara mengirimkan

    sinyal/gelombang elektromagnetik ke suatu objek dan kemudian menerima sinyal

    pantulan dari sinyal yang dikirimkan tadi dan merekonstruksi sinyal pantul tersebut.

    Cara merekontruksi sinyal pantulnya adalah dengan mengolah sinyal pantul

    menjadi sebuah citra/gambar. Desain GPR sangat bergantung pada aplikasi yang

    akan digunakan. Oleh karenanya, GPR untuk “melihat” permukaan dalam berbeda

    dengan GPR untuk melihat permukaan dangkal.

    GPR memiliki aplikasi yang sangat luas, diantaranya untuk geologi,

    arkeologi, teknik sipil, uji-tak-merusak (Non-denstruktif testing, NDT) serta dalam

    bidang pertahanan dan keamanan. Pemilihan frekuensi kerja antena yang digunakan

    pada perangkat GPR bergantung pada aplikasi yang digunakan, sebab setiap antena

    memiliki pola radiasi dan beberapa karakteristik tertentu yang mempengaruhi

    intrepretasi akhir pada hasil pembacaan GPR (Pérez-Gracia, González-Drigo, Di

    Capua, & Pujades, 2007). Beberapa penelitian telah dilakukan (Shao, Fang, Ji, Tan,

    & Yin, 2013), (Mohamed, Elsadek, & Abdallah, 2012), (Yildiz, Uysal, & Ozen,

    2016) untuk meningkatkan akurasi dari hasil pembacaan sistem GPR dan

    pengembangan model antena yang digunakan. Desain antena juga telah

    dibandingkan secara komprehensif pada (Ali, Abdullah, Yusof, Mohd, & Mohd,

    2017). Dijelaskan pada (Ali et al., 2017), bahwa frekuensi kerja antena, gain antena

    dan impedansi antena diujikan untuk mengetahui kecocokan dengan aplikasi GPR

    yang diimplementasikan.

  • 8

    Gambar 1. Contoh hasil pembacaan GPR (Jol, 2008)

    I.2 Tujuan Penelitian

    Tujuan elitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah aplikasi pengolahan

    sinyal digital (digital signal processing) pada data GPR untuk menginterpretasikan

    dengan benar benda/ lapisan di bawah permukaan.

    I.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

    Sistem DSP yang akan digunakan pada sistem GPR sangat mementukan hasil

    pembacaan data GPR. Proses filtering, time zero correction, velocity analysis, depth

    correction, time gain, deconvolution dan migration adalah sebuah langkah –

    langkah yang penting dalam pengolahan data GPR.

    Oleh karena itu, urgensi/keutamaan penelitian ini adalah bagaimana

    mendesain sebuah sistem proses yang mengolah sinyal pantul radar sehingga dapat

  • 9

    menginterpretasi dengan tepat benda yang terdapat di bawah permukaan tanah dan

    bekerja pada lebar pita yang cukup lebar sehingga dapat digunakan pada berbagai

    macam jenis GPR. Ringing yang menjadi salah satu masalah pada sinyal pantul

    digital dapat diminimalkan dengan menggunakan sistem pemroses sinyal yang

    didesain pada penelitian ini.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu dari sejumlah metode

    geofisika penginderaan jauh yang dimanfaatkan oleh para peneliti untuk

    mempelajari dan mengetahui segala sesuatu yang berada di bawah permukaan yang

    dipadukan dengan metode lain seperti magnetometry, tahanan listrik, dan

    konduktivitas elektromagnetik. GPR beroperasi dengan cara yang sama seperti

    sistem radar navigasi, yaitu mengirimkan pulsa gelombang 'radar' elektromagnetik

    (EM) ke dalam tanah untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran, dan lokasi dari fitur

    yang berada di bawah permukaan. Ketika gelombang elektromagnetik yang

    ditransmisikan menembus lapisan material bawah permukaan, sifat-sifat

    gelombang berubah, dan bagian dari gelombang dipantulkan kembali ke

    permukaan, dimana data pada amplitudo gelombang, panjang gelombang, dan

    waktu perjalanan yang dua arah dikumpulkan untuk analisis. Data dikumpulkan

    dalam penyimpanan data jejak, yang masing-masing dapat menampilkan total

    gelombang dari semua gelombang dikumpulkan di satu lokasi permukaan. Ketika

    diatur dalam posisi relatif antar satu gelombang dengan gelombang lain,

    serangkaian jejak dapat menghasilkan sejumlah jenis gambar yang menunjukkan

    variasi pada sifat/benda di bawah permukaan dalam dimensi vertikal dan horisontal

    (Jol, 2008).

    Adanya berbagai lossy lingkungan bahan dielektrik dikombinasikan dengan

    spektrum frekuensi radio yang luas mengarah ke berbagai aplikasi GPR.

    Metodologi yang sama dapat diterapkan untuk glasiologi dan uji tak rusak struktur

    beton; skala spasial aplikasi bervariasi dari kilometer ke cm. Bentuk yang paling

    umum dari pengukuran GPR menyebarkan pemancar dan penerima dalam geometri

    tetap, yang pindah permukaan untuk mendeteksi refleksi dari fitur bawah

    permukaan. Dalam beberapa aplikasi, transiluminasi dari volume diselidiki lebih

    berguna. Kedua konsep digambarkan dalam Gambar 2. Contoh dari respon GPR

    ditunjukkan pada Gambar 3.

  • 11

    Penggunaan gelombang radio terdengar bumi itu dimaksud selama puluhan

    tahun sebelum hasil yang diperoleh pada tahun (Jol, 2008). Demonstrasi Waite dari

    lapisan es terdengar dengan altimeter radar pesawat mengarah ke radio gema

    terdengar di banyak lokasi di seluruh dunia. Dari awal ini, ada transisi bertahap dari

    konsep untuk tanah terdengar dan batu, yang dimulai pada tahun 1960, dan sejak

    itu terus.

    Dari hari-hari awal, aplikasi telah menjamur, pengetahuan kita tentang fisika

    dasar telah berkembang di pesat, dan sifat pemahaman materi telah berkembang.

    Sebuah ringkasan sejarah singkat diberikan oleh (Annan, 2002). diskusi yang

    sangat baik dari penggunaan GPR untuk stratigrafi geologi dapat ditemukan pada

    (Jol, 2008) dan untuk hidrogeologi di (Rubin & Hubbard, 2005).

    Gambar 2. Ground Penetrating Radar (GPR) menggunakan gelombang radio untuk menyelidiki bawah permukaan bahan dielektrik lossy.

    Dua mode pengukuran yang umum. Pada bagian pertama, tercermin atau

    energi yang tersebar terdeteksi. Dalam kedua, efek onenergy ditularkan melalui

    thematerial diamati.

  • 12

    Gambar 3. GPR penampang diperoleh dengan sistem 50-MHz melintasi lebih dari dua terowongan jalan. Tanah menembus amplitudo sinyal radar ditampilkan

    sebagai fungsi dari posisi (sumbu horisontal) dan waktu perjalanan (sumbu

    vertikal).

  • 13

    Dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan survei GPR: (1) parameter

    pengumpulan data digunakan, yang mengendalikan sifat-sifat gelombang EM yang

    disebarkan dan (2) cara di mana pantulannya yang digabungkan di permukaan; dan

    properti dari lapisan tanah yang dilalui oleh gelombang elektromagnetik. Setiap

    perubahan dalam sifat fisik atau kimia lapisan di bawah permukaan (misalnya,

    kadar air, pemadatan, kehadiran bahan konduktif seperti logam, garam larut, dan

    beberapa tanah liat) dapat mempengaruhi sifat-sifat gelombang EM di tanah, seperti

    kecepatannya , amplitudo, dan panjang gelombang (Jol, 2008). GPR memberikan

    hasil terbaik jika benda yang menjadi target sasaran berukuran besar, dekat

    permukaan, dan sangat kontras dengan matriks sekitarnya homogen.

    GPR telah menjadi pilihan yang semakin populer untuk penelitian benda di

    bawah permukaan untuk sejumlah alasan. Ini dapat dipersempit ke empat manfaat

    utama: sifat yang non-destruktif; kemampuannya untuk memaksimalkan efisiensi

    penelitian dan meminimalkan biaya; kemampuannya untuk menutupi area yang

    luas dengan cepat; dan data tiga dimensi berkualitas tinggi. Karena merupakan

    metode penginderaan jauh, GPR sepenuhnya non-invasif dan tidak merusak,

    berbeda dengan metode 'tradisional' penggalian, yang secara inheren merusak. GPR

    juga memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penelitian. Dibandingkan

    dengan 'tradisional' metode penggalian, survei GPR dilakukan dengan cepat dan

    dengan biaya yang relatif rendah. Ketika digunakan sebagai metode prospeksi, GPR

    dapat membantu dalam mengidentifikasi daerah yang sangat potensial bagi

    penggalian masa depan (atau sebaliknya, mengidentifikasi area potensial rendah

    yang harus dihindari), sehingga memaksimalkan pengumpulan data yang relevan

    dan meminimalkan waktu dan biaya. Karena menjadi suatu metode penelitian yang

    sangat-efisien, GPR juga dapat digunakan untuk menutupi daerah yang lebih besar

    dari penggalian (survei GPR sering dapat menutupi beberapa ratus meter persegi

    atau lebih dalam satu hari). Ketika dilakukan bersama penggalian arkeologi, GPR

    dapat membantu untuk menempatkan data penggalian ke situs yang lebih luas dan

    konteks lingkungan dengan interpolasi antara daerah digali. Hal ini membuat GPR

  • 14

    sangat cocok untuk menangani pertanyaan-pertanyaan arkeologi di tingkat situs dan

    di tingkat regional, misalnya, yang menyangkut isu-isu ruang, tempat, dan

    perubahan organisasi sosial dari waktu ke waktu.

    Akhirnya, GPR menghasilkan resolusi tinggi tiga-dimensi data yang sesuai

    untuk menangani pertanyaan-pertanyaan antropologis pergi sejauh untuk

    menunjukkan bahwa kemampuan resolusi GPR adalah resolusi tinggi ini data yang

    tiga dimensi dapat dengan mudah diintegrasikan dengan data yang dikumpulkan

    oleh geofisika lainnya “jauh lebih besar dari yang diperoleh dengan metode

    geofisika lainnya.” metode, penggalian arkeologi, dan peta survei permukaan dalam

    sistem informasi geografis.

    II.1. Prinsip Kerja Radar Penembus Tanah (Ground Penetrating Radar)

    Pada sistem radar yang konvensional, karakteristik media perambatan yang

    dilalui oleh sinyal radar biasanya tidak dipengaruhi oleh redaman hujan, redaman

    oleh atmosfer atau ion pada lapisan atmosfer. Hal tersebut berbeda dengan sistem

    GPR karena ada kemungkinan media transmisi bersifat nonisotropis dengan

    konstanta dielektrik yang tinggi dan juga redaman yang tinggi. Oleh karena itu,

    karakteristik tanah dan material tempat sinyal merambat sangat penting untuk

    dipahami. Persamaan Maxwell adalah persamana yang menjadi dasar untuk

    menghitung perambatan gelombang elektromagnetik pada medium tertentu. Pada

    ruang bebas, permitivitas listrik dan suseptibilitas magnet bernilai konstan, dengan

    pengertian bahwa kedua variabel tersebut independen terhadap frekuensi dan

    medium juga tidak dispersif. Pada dielektrik tertentu dengan rugi-rugi tangen

    bernilai nol, artinya tidak ada rugi-rugi yang ditimbulkan akibat redaman, sehingga

    redaman yang biasanya terjadi pada bahan dielektrik tidak akan ada. Parameter-

    parameter elektromagnetik benda yang terkubur dalam tanah (benda yang menjadi

    target radar) berbeda dengan tanah/pasir yang menutupinya/menimbunnya

    sehingga berarti bahwa perbedaan permitivitas relatif target yang ingin dicari harus

    signifikan lebih kecil atau lebih besar dari tanah. Pada umunya, tanah memiliki

    konstanta dielektrik dengan nilai berkisar antara 2 sampai 25 (Huber & Hans, 2018).

  • 15

    Konstanta dielektrik air tawar memiliki nilai sekitar 80. Hal yang perlu diperhatikan

    adalah tanah dan permukaan sangat mungkin tidak homogen dan berisi batu karang

    dengan berbagai ukuran. Selain karang, sangat mungkin tanah dan permukaan tanah

    berisikan puing-puing bangunan atau sejenisnya. Oleh karena tanah yang tidak

    bersifat homogen tersebut, nilai signal to clutter menjadi faktor yang penting dalam

    untuk mengetahui kinerja sistem. Clutter adalah pantulan dari sinyal radar yang

    tidak diinginkan yang mungkin saja berasal dari antarmuka tanah-udara, pantulan

    berulang antara antena dan tanah, pantulan pada sisi sidelobe antena, dan bisa

    diakibatkan karena diskontinuitas tanah seperti batu, kerikil, atau rumput.

    Perambatan sinyal gelombang elektromagnetik pada suatu medium secara

    otomatis akan mengalami rugi-rugi, baik rugi rugi pada komponen medan listrik

    maupun rugi-rugi pada medan magnet. Rugi-rugi ini menyebabkan terjadinya

    redaman pada gelombang elektromagnetik. Pendekatan yang cukup pas untuk

    menganalisis perilaku sebuah sinyal atau gelombang secara praktis adalah pada

    gelombang datar. Bentuk gelombang elektromagnetik yang lebih kompleks dapat

    dianggap sebagai superposisi dari gelombang datar, dan metode ini dapat digunakan

    untuk memperoleh informasi tentang situasi yang lebih kompleks. Pada beberapa

    jenis tanah, respon magnetik lemah dan tidak perlu diperhitungkan adalah suatu hal

    yang menarik dalam GPR, berbeda dengan permitivitas, dan konduktivitas. Namun,

    pada beberapa jenis tanah lainnya, parameter respon magnetik perlu diperhitungkan

    misalnya untuk jenis tanah yang berasal dari batu vulkanik atau tanah yang kadar

    besinya tinggi,. Pada kasus material dielektrik yang bersifat lossy, efek konduksi

    maupun sifat dielektrik akan menyebabkan penyerapan radiasi elektromagnetik.

  • 16

    Gambar 4. Level sinyal terima terhadap frekuensi (Severns, 2005)

    Parameter elektromagnetik pada suatu bahan pada sistem GPRS di atas dapat

    dijelaskan dalam konstanta propagasi kompleks:

    𝛾 = 𝛼 + 𝑖𝛽

    dimana

    𝛾 = konstanta propagasi

    𝛼 = konstanta redaman (𝑛𝑒𝑝𝑒𝑟/𝑚)

    𝛽 = konstanta fasa (𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛/𝑚)

    Persamaan medan listrik pada jarak 𝑧 dari sumber dapat dituliskan sebagai:

  • 17

    𝐸(𝑧, 𝑡) = 𝐸(0). 𝑒(𝛼+𝑗𝛽). 𝑒𝑗𝜔𝑡

    II.2. Refleksi

    Untuk mengestimasi level sinyal yang diterima (received signal level, RSL),

    koefisien pantul dan transmisi adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan karena

    gelombang yang melalui suatu medium dielektrik akan mengenai target dan hukum

    Snellius menjelaskan hubungan tersebut, yaitu menjelaskan hal-hal yang terkait

    dengan sudut datang, sudut pantul, sudut transmisi, dan sudut bias. Untuk material

    yang bersifat lossy, sudut pembiasan yang bernilai kompleks mungkin terjadi dan

    berbeda dengan kasus klasik yang sederhana. Selain itu pula, polarisasi dan matriks

    Stoke akan diperlukan untuk benda-benda seperti pipa, kabel, dan patahan-patahan.

    Impedansi intrinstik 𝜂 suatu medium merupakan hubungan antara medan listrik, 𝐸,

    dan medan magnet, 𝐻, dan dinyatakan pada persamaan:

    𝜂 = √−𝑗𝜔𝜇

    𝜎 − 𝑗𝜔𝜀

    Ketika sinyal berpropagasi antara kedua medium tersebut, sebagian daya

    sinyal akan dipantulkan dan sebagian akan diteruskan. Kuat medan dari pantulan

    sinyal tersebut dituliskan dengan persamaan Γ yaitu:

    Γ =𝜂2 − 𝜂1𝜂2 + 𝜂1

    dimana

    𝜂1 = impedansi medium 1

    𝜂2 = impedansi medium 2

    Koefisien pantul (Γ) akan bernilai positif ketika 𝜂2 > 𝜂1. Hal tersebut akan

    memberikan efek pada bentuk pulsa yang dihasilkan yaitu bentuk pulsa akan

    mengubah fasa dari gelombang pantul sehingga benda di dalam tanah yang menjadi

    target dengan konstanta dielektrik yang berbeda dengan medium akan

    menunjukkan perbedaan fasa pada sinyal pantulan yang diterima. Dan parameter-

  • 18

    parameter perambatan lainnya seperti konstanta dielektrik dan rugi-rugi tangen

    pada medium, bentuk geometri dari benda yang terkubur dalam tanah (target), dan

    parameter-parameter dielektriknya akan mempengaruhi nilai amplitude dari sinyal

    pantulan yang diterima.

    II.3. Clutter

    Salah satu kesulitan terbesar untuk pengoperasian sistem GPR adalah adanya

    clutter di dalam bahan. Clutter didefinisikan sebagai sumber pantulan yang tidak

    diinginkan yang terjadi pada jendela waktu yang sama dari radar dan memliki

    karakter spektrum yang sama dengan target. Definisi clutter sangat bergantung pada

    target yang diinginkan. Orang yang menggunakan sistem GPR untuk mencari pipa

    mungkin menganggap antarmuka lapisan jalan sebagai clutter, sedangkan orang

    yang menggunakan sistem GPR untuk pengukuran ketebalan lapisan jalan mungkin

    menganggap pipa dan kabel sebagai sumber clutter. Hal ini perlu diperhatikan

    dengan baik karena penting dalam pemilihan sistem operasi dan algoritma

    pengolahan sinyal. Clutter dapat mengaburkan target yang terkubur dan

    pemahaman yang baik terhadap sumber dan dampaknya pada sistem GPR sangat

    penting.

    II.4. Dispersi

    Parameter suatu dielektrik adalah sebuah parameter yang merupakan fungsi

    dari frekuensi sehingga menyebabkan kecepatan fasa pada komponen frekuensi dari

    sinyal pita lebar akan memiliki nilai perambatan yang berbeda. Oleh karena itu,

    akan terdapat variasi pada kecepatan rambat gelombang yang merupakan fungsi

    frekuensi. Hal yang seperti ini dapat dikatakan bahwa medium tersebut memiliki

    sifat yang dispersif. Pada situasi ini, berbagai komponen frekuensi dalam pulsa

    radar pita sangat lebar akan berpropagasi dengan kecepatan yang berbeda, yang

    menyebabkan bentuk pulsa dari sinyal akan berubah terhadap waktu. Karakteristik

    proparasi sinyal GPR dengan lebar pita yang sangat lebar pada sebagian besar

    material di bumi tidak terpengaruh oleh disperse karena potensi variasi kecepatan

  • 19

    propagasi gelombang untuk rentang frekuensi dapat dikatakan cukup kecil sehingga

    nilainya dapat diabaikan.

    Ada beberapa spesifikasi penting dari suatu GPR yang menentukan

    kinerjanya seperti: jangkauan dinamis, lebar pita, resolusi, dan jangkauan tidak

    ambigu.

    II.5. Jangkauan Dinamis

    Sebuah GPR harus memiliki perangkat penerima dengan kemampuan untuk

    menangani sinyal yang besar yang berasal dari pantulan benda target dalam tanah

    yang posisinya berada pada jarak dekat dari permukaan tanah dan penerima pada

    GPR juga harus dapat mendeteksi sinyal dengan level daya yang kecil yang

    mendekati noise floor. Perbandingan antara level sinyal dengan daya terbesar yang

    dapat diterima dengan level sinya dengan daya terkecil yang dideteksi oleh

    perangkat GPR disebut jangkauan dinamis dan dapat diformulasikan sebagai

    berikut:

    𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 = 20 log𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠𝑉𝑚𝑖𝑛

    Jangkauan dinamis ini umumnya dinyatakan dalam desibel (dB) dengan lebar

    pita tertentu dalam hertz. Level daya sinyal terbesar yang dapat diterima, 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠

    (dalam volt), tidak boleh melebihi batas maksimum yang diperbolehkan pada

    perangkat penerima dan analog to digital converter. Level daya sinyal minimum

    yang dapat dideteksi, 𝑉𝑚𝑖𝑛 (dalam volt), harus di atas level noise penerima dan

    memiliki SNR minimum. Pada aplikasi radar umumnya dibutuhkan nilai SNR

    sekitar 8 dB (DAVIS & ANNAN, 1989), sedangkan pada radar GPR, 𝑉𝑚𝑖𝑛 harus

    memiliki signal-to-clutter ratio (SCR) minimum untuk dapat dideteksi dan

    diidentifikasi dalam profil GPR.

    Jangkauan dinamis pada sistem GPR akan berefek pada jangkauan

    maksimum suatu benda target untuk dideteksi. Umumnya radar akan memiliki

    jangkauan dinamis sistem yang lebih besar dibandingkan jangkauan dinamis

    sampling. Jangkauan dinamis dalam decibel untuk analog to digital converter

    adalah 20 log(2𝑁), dimana N adalah jumlah bit, yang nilainya sekitar N dikalikan

  • 20

    dengan 6 dB. Oleh karena itu jangkauan dinamis untuk ADC 16 bit akan memiliki

    nilai secara teori sebesar 96 dB.

    II.6. Lebar Pita

    Pada GPR lebar pita adalah selisih antara frekuensi atas, 𝑓𝑚𝑖𝑛, dan frekuensi

    bawah, 𝑓𝑚𝑖𝑛, namun bisa juga didapatkan dengan mengalikan jumlah step dengan

    frekuensi step size. Lebar pita akan menentukan resolusi jarak. Lebar pita bisa

    dituliskan sebagai:

    𝐵 = 𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑓𝑚𝑖𝑛

    Secara teori, sinyal pantulan radar dianggap berasal dari sebuah benda target

    pada jarak tertentu. Namun dalam praktikalnya, banyaknya lapisan pada tanah akan

    menyebabkan terjadinya banyak pantulan. Hal tersebut menyebabkan kombinasi

    dari sinyal yang dipantulkan pada waktu yang berbeda dan amplitudanya bervariasi.

    Radar memiliki kemampuan untuk membedakan jarak antara dua benda target yang

    berdekatan dan kemampuan ini disebut sebagai resolusi jarak, 𝑅𝑟𝑒𝑠. Dua buah

    benda target (atau pulsa) yang terpisah dalam kawasan waktu dapat dibedakan jika

    selubung dari pantulan transiennya jelas terpisah. Secara umum, titik setengah daya

    (-3 dB dalam daya atau -6 dB dalam tegangan) dari sinyal pantul digunakan sebagai

    titik referensi (Hariyadi, 2009). Penjelasan mengenai resolusi jarak dapat dilihat

    pada gambar di bawa yang memperlihatkan dua buah pulsa. Dengan menggunakan

    parameter W sebagai lebar pulsa setengah amplituda maksimum, dua pulsa dapat

    dibedakan dengan benar jika jaraknya lebih dari lebar tersebut. Jika jaraknya kurang

    dari W maka kedua pulsa tersebut dianggap sebagai pulsa tunggal (Hariyadi, 2009).

    Besarnya resolusi jarak adalah:

    𝑅𝑟𝑒𝑠 =𝑐

    2𝐵√𝜀𝑟

    Dengan 𝑐 = kecepatan cahaya, 𝐵 = lebar pita, dan 𝜀𝑟= permitivitas relatif medium.

  • 21

    Gambar 5. Pulsa temporal dengan setengah lebar W. (a) Pulsa dapat dibedakan dengan jelas ketika T >> W. (b) Dua pulsa dikatakan dapat dibedakan sampai T ≈ W.

    (c) Ketika T

  • 22

    sebuah sinyal yang berpropagasi pada medium yang lossy akan mengalami redaman

    dan pergeseran fasa.

    II.8. Frekuensi material GPR

    GPR bekerja pada rentang frekuensi kerja 10MHz-2GHz (Jol, 2008). Tanah,

    air, batu, pasir, es, mineral dan sedimentasi merupakan material alami GPR yang

    dapat dideteksi. Selain material alami tersebut, teknologi GPR dimanfaatkan untuk

    non-destructive testing (NDT) pada material beton, aspal maupun ranjau. Setiap

    material membutuhkan spesifikasi sistem GPR pada frekuensi tertentu untuk dapat

    mendeteksi objek yang memiliki konstanta dielektrik tertentu yang akan

    mempengaruhi amplitudo, waktu dan gelombang pantul yang akan diterima dan

    diolah menjadikan gambaran yang kompleks tentang gambaran kondisi dibawah

    permukaan.

    II.9. Tanah

    Antena yang biasa digunakan untuk GPR tanah adalah antena yang memiliki

    frekuensi tengah diantara 100 dan 500 MHz (Jol, 2008). Antena yag bekerja pada

    batas frekuensi tinggi (400-500 MHz) akan memberikan hasil yang cukup baik pada

    tanah dengan kondisi kering. Dimana resolusi yang diberikan akan lebih baik dari

    frekuensi yang lebih rendah namun memiliki kedalaman yang terbatas. Antena

    dengan frekuensi 900MHz-1.5GHz digunakan pada kedalaman tanah yang dangkal

    berpasir. Sedangkan untuk tanah organik yang membutuhkan tingkat kedalaman

    yang lebih besar biasanya membutuhkan antena dengan frekuensi yang lebih rendah

    (70-200MHz).

  • 23

    Gambar 6. Perbandingan permukaan tanah dengan hasil Ground Penetrating Radar

    Gambar 2.13 memperlihatkan hasil penggambaran kondisi tanah

    menggunakan GPR yang dilakukan oleh Dr. Mary Collins, University of Florida).

    Penelitian tersebut menggambarkan kondisi tanah di area Pomona soil di North-

    central Florida. Tanah Pomona terdiri dari pasir (10 hingga 27% nya adalah tanah

    liat) yang merupakan sedimentasi dari laut. Spodic horizon ditunjukan oleh

    permukaan yang lebih gelap (letaknya yang berada disepanjang gagang sekop pada

    foto). Spodic horizon adalaah lapisan pengendapan atau lapisan yang biasanya

    terdapat objek organik ataupun aluminum, dan juga terkadang terdapat material

    besi. Sedangkan argillic horizon adalah lapisan yang terlihat lebih terang dibawah

    spodic horizon (difoto sebelah kiri pada gambar 2.13 terlihat berada disekitar

    bagian sekop) dimana biasanya pada lapisan ini terdapat silicate clay atau pun

    sedimentasi yang hampir menyerupai batu. Sedangkan untuk penggunaan di tanah

    gambut dibutuhkan antena dengan frekuensi

  • 24

    II.10. Air

    Sumber daya air di muka bumi ini merupakan salah satu sumber daya yang

    paling berharga. Ini dikarenakan kelangsungan hidup makhluk hidup maupun

    industri bergantung pada ketersediaan air. Tingginya kebutuhan akan air

    menyebabkan banyaknya eksploitasi air tanah dengan cara yang tidak baik dan

    memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Dengan pengaplikasian Ground

    Penetrating Radar (GPR) diranah penelitian sumber daya air ini dapat menjadi

    teknologi penting untuk digunakan dilihat dari banyaknya paper yang membahas

    tentang aplikasi GPR hydrogeophysical (Jol, 2008). Pengaplikasian GPR pada

    permukaan air mempunyai teori dan teknik yang lebih mendalam karena terdapat

    parameter tingkat kelembaban yang mempengaruhi permitivitas dielektrik relatif

    (𝜀𝑟) nya. Gambar 2.14 menunjukan beberapa macam aplikasi GPR untuk sumber

    daya air.

    Gambar 7. Aplikasi Ground Penetrating Radar sumber daya air.

  • 25

    II.11. Kontaminasi tanah

    Lapisan permukaan bumi (baik tanah maupun air) tidak dipungkiri telah

    terkontaminasi oleh berbagai material lain yang berasal dari limbah pabrik,

    keberadaan stasiun pengisian bahan bakar, perusahaan tambang yang telah menjadi

    salah satu masalah serius di masyarakat . Ground Penetrating Radar (GPR)

    mempunyai peran yang cukup penting dimana teknologi ini dimanfaatkan untuk

    mapping kondisi geologi dibawah permukaan untuk mengetahui tingkat

    kontaminasi suatu lapisan (Jol, 2008). Kontaminan dapat terletak dilapisan

    permukaan terluar maupun didalam batuan dasar atau limbh yang terkubur. Sifat

    kontaminan dapat dibedakan dengan tingkat kelarutannya terhadap air. Dimana

    kontaminan yang memiliki tingkat kelarutan rendah tidak selalu menyebabkan

    pencemaran air tanah. Sedangkan kontaminan yang mimiliki tingkat kelarutan yang

    tinggi akan mencemari air tanah.

    Non-aqueous phase liquids (NAPLs) adalah jenis kontaminan organik.

    Kontaminan NAPLs tidak tercampur dengan air tanah sehingga air tanah yang

    terdapat kontaminan NAPLs masih memenuhi standard untuk air yang dapat

    diminum. Sedangkan DNAPLs adalah jenis kontaminan yang larut dengan air

    biasanya yang terkandung dalam limbah pabrik. Tabel 2.15 menunjukan berbagai

    kontaminan dengan sifat dan frekuensinya antena yang digunakan.

    Gambar 8. Berbagai macam kontaminan dan sifat elektrik nya.

  • 26

    II.12. Bukit pasir

    Bukit pasir adalah tumpukan pasir yang terbentuk oleh angin. Penggunaan

    antena dengan frekuensi 50MHz-400MHz digunakan untuk aplikasi Ground

    Penetrating Radar (GPR) di bukit pasir. Nilai teoritis resolusi GPR ditunjukan pada

    gambar 2.16 untuk pasir kering, lembab dan juga basah.

    Gambar 9. Nilai resolusi berdasarkan frekuensi.

    II.13. Pesisir

    Daerah pesisir terdiri dari berbagai material yang berasal dari proses erosi

    angin, air laut, pasang-surut, sungai dan/atau proses geologi lainnya (Jol, 2008).

    Ground Penetrating Radar (GPR) berperan menggambarkan kondisi geologi pada

    area erosional dan permukaan hasil pengendapan. Penggunaan antena pada

    frekuensi 50-1000MHz memungkinkan untuk digunakan di daerah pesisir. Gambar

    10 adalah contoh dari GPR dengan frekuensi 200MHz di daerah pesisir

    Gambar 10. Ground Penetrating Radar (GPR) didaerah pesisir dengan frekuensi 200MHz

  • 27

    Antena dengan frekuensi yang tinggi (500-1000MHz) memiliki dimensi

    antena yang lebih kecil dan akan menghasilkan resolusi yang lebih baik namun

    dengan tingkat kedalaman yang lebih rendah dari pada antena pada frekuensi 12.5-

    50MHz dimana antena dengan frekuensi tersebut mampu menembus kedalaman

    hingga 40-65m (Jol, 2008). Namun antena yang biasa digunakan untuk di daerah

    pesisir adalah di frekuensi 100 hingga 120 MHz yang mampu menembus

    kedalaman 10-20m namun memiliki resolusi yang bagus.

    II.14. Glasial

    Glasial atau daerah salju dan es merupakan medium propagasi yang paling

    bagus dari berbagai geologi. GPR mampu bekerja di frekuensi diatas 1MHz.

    Rendahnya frekuensi kerja ini disebabkan oleh nilai konduktivitas yang rendah dan

    tidak adanya nilai dielectric. Radar udarapada frekuensi 50-150MHz di antartik atau

    di Greenland secara rutin menggambarkan stratifikasi suhu hingga kedalaman 33-4

    km. Gambar 11 menunjukan hasil penggambaran daerah glasial dengan frekuensi

    kerja 3MHz. Data direkam didaerah gunung Whitmore, antartik oleh Brian Welch

    dan Robert Jacobel dari St. Olaf College, Northfield, Minnesota.

    Gambar 11. Kondisi permukaan daerah gunung Whitmore, antartik menggunakan Ground

    Penetrating Radar (GPR) dengan frekuensi 3Mhz.

    II.15. NDT Transportation (Non-Destructive Testing Transportation)

    Sejarah penggunaan Ground Penetrating Radar (GPR) pada infrastruktur

    jalan pertama kali dilakukan pada pertengahan tahun 1970-an (Jol, 2008).

    Kendaraan dengan teknologi Ground Penetrating Radar(GPR) untuk jalan tol

    dimiliki oleh Federal Highway Administration (FHWA) pada tahun 1985.

  • 28

    Perangkat GPR dipasangkan pada kendaraan yang digunakan untuk melakukan

    survey infrastruktur seperti pada gambar 12.

    Gambar 12. NDT Transportation adalah mobil yang terpasang perangkat Ground Penetrating

    Radar (GPR).

    Komponen GPR yang terpasang yaitu : (1) Ground-coupled dan/atau air-

    coupled antenna dengan perangkat pengirim dan penerima; (2) kabel; (3) GPR

    control unit; (4) pulse encoder; dan (5) perlengkapan penunjang. Posisi antena

    umumnya dipasangkan pada bagian depan mobil ataupun dibagian belakang seperti

    pada gambar 13.

    (a) (b)

  • 29

    (c) Gambar 13. NDT Transportation di berbagai negara (a) (kanan) antena 100MHz ground

    coupled system antennas (kiri) 1GHz air coupled system antennas milik Texas

    Transportation Institute; (b) antena horn milik Canadian Road Radar System;

    (c) Multichannel Air coupled Horn Antennas System milik Penetradar

  • 30

    BAB III

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    Pengolahan data GPR untuk mengetahui benda atau kondisi di bawah

    permukaan tanah adalah salah satu bagian penting pada GPR. Pengolaha data GPR

    harus dilakukan dengan tepat agar interpretasi pada gambar keluaran dari

    pengolahan data ini dilakukan dengan tepat. Adapun tujuan dari penelitian kali ini

    adalah merancang sebuah program untuk aplikasi pengolahan sinyal digital (digital

    signal processing) pada data GPR untuk menginterpretasikan dengan benar benda/

    lapisan di bawah permukaan.

    Dari tujuan di atas, diharapkan agar penelitian ini bermanfaat besar bagi

    pengembangan antena di bidang radar, khususnya GPR. Adapun maanfaat yang

    diharapkan adalah hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan lebih luas karena saat ini

    program untuk mengolah data GPR masih sedikit yang sifatnya freeware.

    Umumnya software pengolahan yang beredar adalah bersifat licenced dan berbayar.

    Pengembangan program pengolahan data GPR ini menggunakan software

    Matlab. Matlab adalah software yang berbayar. Namun dalam penggunaan

    nantinya, program yang dibuat pada penelitian ini dapat dijalankan pada sebuah

    freeware seperti contohnya Octave. Octave adalah software yang dapat diunduh dan

    digunakan secara bebas.

    Manfaat lain dari penelitian ini diharapkan mendukung renstra dan roadmap

    penelitian pada Fakultas Teknik UNJ, rencana strategis (renstra) penelitian di pada

    Fakultas Teknik UNJ dibuat berdasarkan kajian kelompok bidang ilmu teknik

    elektronika komunikasi di program studi Pendidikan Vokasional Elektronika FT

    UNJ dan mengacu pada Rencana Induk Penelitian (RIP) UNJ 2016-2020 tema

    sains, teknologi dan olah raga dengan isu strategis rekayasa teknologi. Renstra ini

    dirancang untuk kurun waktu jangka panjang 10 tahun dari 2017 sampai dengan

    2027 dengan tetap menyesuaikan setiap perubahan RIP UNJ dan road map

    penelitian setiap 5 tahun. Sasaran yang ingin dicapai adalah memperoleh temuan

    dan inovasi rekayasa teknologi untuk publikasi jurnal internasional bereputasi

  • 31

    minimal setiap 2 tahun dan memperoleh paten dibidang ilmu antena dan propagasi

    gelombang setiap 5 tahun.

    Rumusan rencana penelitian bidang ilmu antena dan propagasi gelombang

    adalah sebagai berikut:

    Kompetensi/Keahlian/ Keilmuan

    Isu-Isu Strategis

    Konsep Pemikiran

    Pemecahan Masalah

    Topik Penelitian

    Antena dan Propagasi Gelombang

    Pengembangan antena MIMO 5G

    Kebutuhan antena untuk sistem seluler 5G

    Antena yang mendukung sistem MIMO dan Beamforming

    • Antena MIMO

    • Antena Beamforming

    • Antena Sparse Array

    • Ultrawideband antena

    • Antena reconfigurable

    Pengembangan Antena Radar

    Kebutuhan antena untuk mendukung perkembangan teknologi Radar yang lebih efisien

    Antena Radar dengan performansi dan resolusi tinggi dengan biaya yang efisien

    • Rekayasa struktur material antena

    • Teknik disain antena array

    • Antena Sparse array

    • Metamaterial antena

    Antena untuk aplikasi medis dan pengolah citra

    Kebutuhan antena untuk mendukung perangkat medis dan pengolah citra

    Disain antena untuk perangkat medis dan pengolah citra

    • Disain antena untuk aplikasi MRI

    • Antena untuk body sensor wireless

    Jaringan sensor wireless

    Kebutuhan antena untuk mendukung jaringan sensor wireless

    Disain antena untuk jaringan sensor wireless

    • Disain antena wearable untuk jaringan sensor wireless

    • Antena sistem navigasi personal

  • 32

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    METODOLOGI PENELITIAN

    IV.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan desain, simulasi, implementasi/fabrikasi

    antena dan pengukuran. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan,

    yaitu:

    1. Studi literatur tentang konsep dasar GPR, antena, karakteristik antena GPR dan

    sistem pemrosesan sinyal pada GPR. Studi literatur bertujuan untuk

    memberikan gambaran ke peneliti mengenai penelitan - penelitian tentang

    energi nirkabel yang telah ada sebelumnya melalui jurnal-jurnal ilmiah seperti

    IEEE Transactions on Antenas and Propagation, IEEE Antenas and Wireless

    Propagation Letters, IEEE Proceedings – Microwave, Antenas and

    Propagation, International Journal of Research in Antenas and Microwave

    Engineering (IJRAWE) dan jurnal-jurnal ilmiah international ber-index

    lainnya yang berkaitan dengan topik antena dan propagasi gelombang serta

    digital signal processing. Dari studi literatur diketahui posisi penelitan dan

    metode apa saja yang telah dikembangkan mengenai GPR (state of the art).

    2. Merancang/mendesain sistem pemrosesan sinyal dengan menggunakan sebuah

    software dengan bahasa pemrograman tertentu dan kemudian menyimulasikan

    hasil desain sistem pemroses sinyal tersebut untuk mengetahui paramater dan

    karakteristik lingkunagn yang ingin “dilihat” oleh radar.

    3. Mengevaluasi sistem yang telah dibuat untuk memperoleh kesimpulan yang

    bisa dipertanggungjawabkan.

    IV.2 Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam Penelitian ini terdiri dari adalah Software

    Matlab. Matlab adalah sebuah software yang salah sau fiturnya adalah dapat

    menyimulasikan dan membaca data dalam bentuk matriks yang kemudian data

  • 33

    tersebut dapat diolah dengan fungsi fungis tertentu yang ada pada Matlab. Selain

    itupula, Matlab sangat fleksibel jika kita ingin menambahkan fitur – fitur fungsi

    yang belum ada. Matlab ini merupakan software untuk membuat suatu

    pemrograman dengan Bahasa yang high level language (Bahasa C). Program yang

    dibuat dengan Matlab ini bertujuan untuk mengolah sinyal pantul dari radar yang

    kemudian diolah untuk mengintrepretasi benda yang ada di bawah permukaan

    tanah.

  • 34

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    V.1. Proses Persiapan Data

    Pada saat pertama kali, program pengolahan data harus diinisiasi terlebih

    dahulu. Data GPR harus disimpan pada folder yang sudah ditentukan agar program

    yang dibuat langsung mengakses data pada folder yang sudah didefinisikan

    sebelumnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pada (Huber &

    Hans, 2018). Format data yang ada untuk diolah adalah sebuah data dalam format

    matriks, dimana karakteristik data yang didefinisikan di program yaitu:

    • frekuensi

    • jarak antara antena pemancar dan penerima

    • jumlah baris dan jumlah trace

    • jarak antar baris (dalam meter)

    • folder penyimpanan data GPR

    • folder peyimpanan data GPR post processing

    Terdapat sebuah parameter survey yang memegang peranan penting pada

    program yang telah dibuat ini. Untuk setiap data yang akan proses/oleh, parameter

    survey ini harus diatur sedemikian agar dapat memproses data GPR.

    Pada program GPR data processing yang dibuat, baris paling bawah

    didefinisikan diawal parameter survey pada baris paling bawah. Parameter survey

    diatur agar memanggil data GPR dengan format Line00.DT1. Lalu kemudian,

    program yang dibuat memanggil file-file data GPR lainnya. Data GPR yang

    diujicobakan pada program ini adalah data dengan 4 baris data GPR. Lalu dari profil

    data GPR yang diujikan, jarak antar baris adalah 0.2 meter. Jarak antar antena

    transmit dan receiver adalah 1 meter. Setelah pada program DSP telah diatur

    semuanya, maka kemudian program dijalankan. Profil kondisi dibawah permukaan

    ketika program dijalankan dapat dan 1D plot amplituda sinyal berturut turut

    ditunjukkan pada Gambar 14, Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17.

  • 35

    Gambar 14. Profil citra data GPR sebelum diproses untuk data baris ke-0

    Gambar 15. Citra data GPR sebelum diproses untuk data baris ke-1

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 0

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400-3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    x 104

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 1

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400-3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    x 104

  • 36

    Untuk melihat lebih jelas impuls sinyal, dijelaskan pada Gambar 16 dan

    Gambar 17.

    Gambar 16. 1D plot signal trace pada line 0 trace 1

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4x 10

    4 1D Plot Line 0 Trace 1

    two way travetime (ns)

    sig

    nal a

    mp

    litu

    de (

    mV

    )

  • 37

    Gambar 17. 1D plot signal trace pada line 1 trace 1

    Gambar 18. 1D plot signal trace pada line 1 untuk semua trace

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4x 10

    4 1D Plot Line 1 Trace 1

    two way travetime (ns)

    sig

    nal a

    mp

    litu

    de (

    mV

    )

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4x 10

    4 1D Plot Line 1

    two way travetime (ns)

    sig

    nal a

    mp

    litu

    de (

    mV

    )

  • 38

    Pada Gambar 14 dan gambar 15, dapat dilihat bahwa GPR meng-scan suatu

    profil permukaan dimana kondisi antena GPR tidak tepat menyentuh tanah,

    sehingga tampak pada gambar tersebut sebuah daerah dimana sinyal

    elektromagnetik dari GPR merambat di udara sebelum masuk ke permukaan tanah.

    V.2. Proses Pengolahan Data

    V.2.1. Proses Dewow dan Time Zero Correction

    Pada Gambar 14 dan gambar 15 di atas, belum banyak informasi yang bisa

    diketahui berkaitan dengan data GPR hasil survey yang belum diolah tersebut. Oleh

    karenanya, diperlukan proses pengolahan untuk data GPR. Dalam pengolahan data

    GPR hal pertama yang harus dilakukan ialah mengembalikan sinyal pada posisi

    yang sebenarnya, karena data yang dikeluarkan pada saat akuisisi data di lapangan

    memiliki waktu jeda sebelum sinyal menyentuh permukaan. Proses time-zero

    correction dilakukan untuk menghilangkan jeda sinyal tersebut.

    Gambar 19 dan Gambar 20 menunjukkan profil data GPR setelah time zero

    correction. Dalam proses time zero correction ini, perhitungan tentang frekuensi,

    waktu perambatan gelombang antara antena transmitter dan antena receiver, dan

    kemudian menghilangkan nilai amplituda sinyal yang nilainya mendekati nol dan

    menginterpolasikan antar data trace GPR.

    Setelah time zero correction dilakukan, proses berikutnya adalah dewowing

    yang bertujuan menghilangkan noise dan komponen DC bias. Figure 6

    menunjukkan profil data GPR setelah proses dewow. Gambar 23 dan Gambar 24

    berturut – turut memperlihatkan gambar 1D plot utk signal trace setelah proses

    dewow dan perbandingan amplituda sinyal sebelum dan setelah proses dewow.

  • 39

    Gambar 19. Profil citra data GPR setelah time zero correction

    Gambar 20. Profil citra data GPR setelah time zero correction

    two w

    ay t

    ravel tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 0

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350-3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    x 104

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 1

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350-3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    x 104

  • 40

    Gambar 21. Profil citra data GPR setelah time zero correction dan dewow

    Gambar 22. Profil citra data GPR setelah time zero correction dan dewow

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 0

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350-4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4

    x 104

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 1

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350-4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    x 104

  • 41

    Gambar 23. Citra trace data GPR 1D plot setelah dewow pada line 0 trace 1

    Gambar 24. Perbandingan citra trace data 1D plot sebelum dan setelah dewow

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-5

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4x 10

    4 1D Plot Line 0 Trace 1 Dewow Data

    two way travel time (ns)

    sig

    nal am

    plit

    ude (

    mV

    )

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-5

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4x 10

    4 1D Plot Line 0 Trace 1 (Before and After Dewow)

    two way travetime (ns)

    sig

    nal am

    plit

    ude (

    mV

    )

    before dewow

    after dewow

  • 42

    V.2.2. Meningkatkan Gain pada Data

    Gelombang radar yang merambat melalui tanah akan semakin teredam

    dengan cepat. Hal itu artinya bahwa semakin dalam gelombang

    radar/elektromagnetik tersebut merambat, maka semakin lemah daya sinyal yang

    menyebabkan kita tidak dapat “melihat” lebih banyak ketika sinyal tersebut

    memantul dibawah permukaan dan tiba di permukaan. Salah satu cara agar sinyal

    yang telah merambat lebih dalam dapat dilihat/dibaca, maka dapat dikuatkan

    dengan mengalikan sinyal tersebut dengan faktor penguat tertentu. Hal ini

    dikatakan sebagai gain the data. Cara yang digunakan pada penelitian ini ada dua

    metode, yaitu metode pertama ialah meningkatkan daya sinyal data dengan sebuah

    faktor besar untuk sinyal yang berasal dari bawah permukaan yang lebih dalam dan

    mengalikan dengan faktor yang lebih kecil untuk sinyal yang berasal dari bawah

    permukaan yang tidak terlalu dalam. Cara ini disebut sebagai time power amplitude

    gain correction. Dengan metoda pertama ini, maka citra data GPR pada lapisan atas

    akan menjadi sedikit tidak jelas, namun pada lapisan bawah akan menjadi kuat.

    Metode kedua lainnya adalah mengalikan semua sinyal yang berasal dari seluruh

    lapisan pada berbagai kedalaman dengan faktor tertentu yang sama. Metode ini

    disebut dengan automated gain control. Pemilihan metode penguatan daya sinyal

    data bergantung kepada jenis data ataupun jenis target yang diinginkan.

    V.2.2.1. Time-power gain (TPOW)

    Pada metode time power amplitude gain correction, sinyal dikuatkan

    sepanjang axis waktu propagasi dua arah dan mengalikan masing-masing trace

    dengan power t (tα). Jika kita mengasumsikan α = 1, maka kita meningkatkan daya

    sinyal secara linier pada setiap waktu propagasi. Jika kita mengasumsikan t = 2,

    maka daya akan meningkat secara quadratis sepanjang waktu propagasi. Pada

    gambar dibawah, kita menggunakan α = 2.

  • 43

    Gambar 25. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode time power gain pada

    line 0

    Gambar 26. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode time power gain

    pada line 0

    Line 0

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350-2

    -1.5

    -1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    x 107

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-2

    -1.5

    -1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    1.5

    2x 10

    7 1D Plot Line 0

    two way travel time (ns)

    sig

    nal am

    plit

    ude (

    mV

    )

  • 44

    Gambar 27. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode time power gain pada

    line 1

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 1

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350 -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    x 107

  • 45

    Gambar 28. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode time power gain

    pada line 0

    Gambar 28 memperlihatkan gambar yang mirip dengan gambar setelah

    proses dewow. Perbedaannya terletak pada permukaan yang lebih dalam. Pada

    gambar dengan metode time power, data profil pada permukaan bagian atas tidak

    terlalu banyak perubahan, namun kondisi sinyal hanya melemah, sedangkan pada

    bagian bawah, terlihat perbedaan karena sinyal pada profil bagian bawah lebih kuat.

    Penguatan amplitude sinyal pada bagian bawah profil dan pelemahan amplituda

    sinyal pada bagian atas profil ditujukkan pada Gambar 28. Terlihat pada Gambar

    28, semakin berada pada bawah profil, maka penguatan sinyal semakin besar.

    V.2.2.2. Automated gain control (AGC)

    Profil hasil pengolahan data GPR dengan meningkatkan gain data dengan

    metode automated gain control dapat dilihat pada Gambar 29, Gambar 30, Gambar

    31 dan Gambar 32. Caranya adalah dengan menetapkan sebuah time (depth)

    window dan mengatur agar daya pada setiap window adalah sama. Oleh karenanya

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3x 10

    7 1D Plot Line 1

    two way travel time (ns)

    sig

    nal a

    mp

    litu

    de (

    mV

    )

  • 46

    kita harus menentukan lebar window atau window width. Pada setiap window,

    diberikan penguatan yang sama. Figure 12 memperlihatkan penguatan yang sama

    untuk setiap window.

    Gambar 29. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode automated gain control

    pada line 0

    two w

    ay t

    ravel tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 0

    0 2 4 6 8 10

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    -0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

  • 47

    Gambar 30. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode automated gain

    control pada line 0

    Gambar 31. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode automated gain control

    pada line 1

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-1

    -0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1D Plot Line 0

    two way travel time (ns)

    sig

    nal a

    mlit

    ud

    e (

    mV

    )

    two

    wa

    y t

    rave

    l tim

    e (

    ns)

    position (meter)

    Line 1

    0 2 4 6 8 10

    -50

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    -0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

  • 48

    Gambar 32. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode automated gain

    control pada line 0

    Gambar-gambar profil yang telah dijelaskan sebelumnya, semua gambar

    dinyatakan dalam two way travel time. Waktu propagasi dua arah ini dapat

    dikonversi menjadi kedalaman. Untuk dapat mengkonversi waktu propagasi dua

    arah ke depth, kecepatan sinyal radar dalam tanah perlu diketahui. Untuk kecepatan

    gelombang elektromagnetik dalam media dapat dilihat pada Table I. Kecepatan

    rambat yang digunakan pada data GPR adalah 0.6 m/s. Gambar 33 menunjukkan

    profil data GPR dimana two-way travel time dikonversi ke depth.

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-1

    -0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    11D Plot Line 1

    two way travel time (ns)

    sig

    nal am

    plit

    ude (

    mV

    )

  • 49

    Gambar 33. Profil citra data GPR dengan two-way travel time dikonversi ke depth dengan

    velocity = 0.06 m/ns

    Depth

    (m

    ete

    r)

    position (meter)

    Line 0

    0 2 4 6 8 10

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

  • 50

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    VI.1. Kesimpulan

    Hasil penelitian ini berhasil mengembangkan sebuah program untuk

    membaca data GPR kemudian memvisualisasikan kondisi bawah permukaan dari

    data GPR yang diolah. Tahap pertama adalah tahap editing dan rubber banding

    yang merupakan tahap persiapan pengolahan data. Informasi yang dibutuhkan

    adalah frekuensi yang digunakan, jarak antar lines, jumlah lines, jumlah trace dan

    jenis file. Tahap berikutnya adalah tahap time zero correction dan tahap dewow.

    Time zero correction adalah metoda untuk menyinkronkan/mengoreksi waktu tepat

    saat sinyal menyentuh permukaan untuk masuk menembus permukaan. Penelitian

    ini sudah berhasil mengoreksi waktu nol sinyal. Proses dewow bertujuan untuk

    menghilangkan komponen frekuensi rendah dan DC bias. Program yang dibuat

    pada penelitian ini sudah melakukan proses dewow walaupun tidak begitu terlihat

    perbedaannya antara sebelum dan setelah dewow. Namun terlihat ketika citra 1D

    plot trace dianalisis. Tahap berikutnya adalah proses filtering yang bertujuan untuk

    meningkatkan SNR. Program juga sudah berhasil melakukan filter terhadap data

    GPR. Setelah filtering, tahap berikutnya adalah meningkatkan gain pada data.

    Tahap ini merupakan tahap yang sedikit kompleks karena bukan menggunakan data

    langsung. Proses gaining data berjalan bagus, namun nilai parameter penguatan

    belum optimal. Secara umum, program pengolahan data GPR (GPR Digital Signal

    Processing) yang dibuat pada penelitian ini sudah berjalan sempurna.

    VI.2. Saran

    Pengembangan program pengolahan data GPR adalah suatu hal yang tidak

    sederhana karena pengolahan data GPR sangat bergantung dari kualitas data GPR,

    karakteristik permukaan dan bawah permukaan serta pengalaman peneliti dalam

    penentuan beberapa nilai parameter permukaan maupun benda di bawah

    permukaan. Pada penelitian ini menggunakan data GPR dari penelitian lain di luar

  • 51

    negeri. Oleh karenanya peneliti mengembangkan program pengolahan data GPR

    berdasarkan data GPR peneliti lain yang kemudian diverifikasi dengan program

    pengolahan data GPR yang telah ada sebelumnya.

    Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya data yang digunakan

    untuk verifikasi program pembacaan data GPR adalah data GPR yang disurvey oleh

    peneliti sendiri, baik survey lapangan atau survey dengan skenario lapangan

    tertentu sehingga karakteristik permukaan dan bawah permukaan bias diatur untuk

    memverifikasi hasil pengolahan data GPR.

  • 52

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, J., Abdullah, N., Yusof, M., Mohd, E., & Mohd, S. (2017). Ultra-

    Wideband Antenna Design for GPR Applications: A Review.

    International Journal of Advanced Computer Science and Applications,

    8(7). https://doi.org/10.14569/IJACSA.2017.080753

    Annan, P. (2002). The history of ground penetrating radar. Subsurface

    Sensing Technologies and Applications (Vol. 3).

    DAVIS, J. L., & ANNAN, A. P. (1989). GROUND-PENETRATING RADAR

    FOR HIGH-RESOLUTION MAPPING OF SOIL AND ROCK

    STRATIGRAPHY1. Geophysical Prospecting, 37(5), 531–551.

    https://doi.org/10.1111/j.1365-2478.1989.tb02221.x

    Hariyadi, T. (2009). Perancangan Dan Realisasi Transceiver Stepped

    Frequency Continuous Wave Ground Penetrating Radar (Sfcw-Gpr)

    700-1400 Mhz.

    Huber, E., & Hans, G. (2018). RGPR — An open-source package to process

    and visualize GPR data. In 2018 17th International Conference on

    Ground Penetrating Radar (GPR) (pp. 1–4). IEEE.

    https://doi.org/10.1109/ICGPR.2018.8441658

    Jol, H. M. (2008). Ground Penetrating Radar Theory and Applications.

    Oxford: Elsevier Science.

    Mohamed, H. A., Elsadek, H., & Abdallah, E. A. F. (2012). Design of

    compact DRH antenna For GPR transmitter application. In The 2nd

    Middle East Conference on Antennas and Propagation (pp. 1–4). IEEE.

    https://doi.org/10.1109/MECAP.2012.6618186

    Pérez-Gracia, V., González-Drigo, R., Di Capua, D., & Pujades, L. G.

    (2007). Characteristics of the GPR field pattern antennas. In M. Ehlers

    & U. Michel (Eds.) (p. 67492L). https://doi.org/10.1117/12.737753

    Rubin, Y., & Hubbard, S. S. (Eds.). (2005). Hydrogeophysics (Vol. 50).

    Dordrecht: Springer Netherlands. https://doi.org/10.1007/1-4020-3102-

  • 53

    5

    Severns, R. (2005). Skin Depth and Wavelength in Soil.

    Shao, J., Fang, G., Ji, Y., Tan, K., & Yin, H. (2013). A Novel Compact

    Tapered-Slot Antenna for GPR Applications. IEEE Antennas and

    Wireless Propagation Letters, 12, 972–975.

    https://doi.org/10.1109/LAWP.2013.2276403

    Yildiz, S., Uysal, A., & Ozen, M. (2016). Shorted TEM horn antenna for GPR

    applications. In 2016 16th Mediterranean Microwave Symposium

    (MMS) (pp. 1–3). IEEE. https://doi.org/10.1109/MMS.2016.7803876

  • 54

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Publikasi (1)

    Design and Implementation of Low-Cost

    Wideband Antenna for Ground Penetrating Radar Baso Maruddani1,2*, Efri Sandi1, Muhammad Fadhil Naufal

    Salam1

    1Electronics Vocational Education Program, Engineering Faculty, Universitas Negeri

    Jakarta, Indonesia 2DJA Institute, Jakarta, Indonesia *Corresponding author: Baso Maruddani; Email: [email protected]

    Abstract

    Vivaldi antenna is one of many types of antenna implemented on ground penetrating

    radar. Its characteristics are pointed radiation and wide bandwidth. This study aims to

    design an antenna used for non-destructive test on a transportation to check the roadway

    material. This Vivaldi antenna has a wide bandwidth, 1 GHz approximately, with the

    frequency range between 1 GHz to 2 GHz. This Vivaldi antenna design is obtained by

    changing few parameters of common Vivaldi antenna to fulfill its design characteristics:

    low cost and wide bandwidth. The antenna size is 350mm x 300mm. The simulation result

    shows that there is return loss below -10 dB for 1-2 GHz frequency range and the lowest

    return loss at that frequency range is around -35 dB on 1.4 GHz. This paper also explains

    about the effect of tapered slot size changes to return loss value and frequency. When the

    antenna width is enlarged, the value of return loss is getting smaller in the lower frequency.

    Therefore, antenna bandwidth is getting wider. The same situation happened when tapered

    slot size gets bigger value, the antenna working frequency switches into the lower

    frequency. We can conclude that antenna bandwidth widening can be done by enlarging

    tapered length value and reducing tapered rate value.

    Keywords: Vivaldi antenna, Ground Penetrating Radar, optimization, low cost

    antenna, wide bandwidth

    1. Introduction

    Ground Penetrating Radar (GPR) is a technology that has been developed within 15-

    20 years ago. The advancement involves theories, techniques, technology and also

    applications range. GPR is an imaging tool that uses electromagnetic waves to observe

    underground material. At the beginning of its emergence, GPR technology is used to detect

    natural materials, but as the theory and technique progress, GPR also is also used to detect

    unnatural materials such as asphalt, concrete, and even bridge structures. Each material that

    we want to detect has different GPR specifications due to different permittivity value.

    mailto:[email protected]

  • 55

    Simply talk, the GPR works by counting the amount of reflection and electromagnetic

    waves that fired on the surface.

    There are two important parts in GPR: the antenna and the processing system to process

    a received / reflected signal. This paper focuses on the antenna used by GPR: Vivaldi

    antenna. Vivaldi antenna was first used by Gibson in 1979 with very wide bandwidth

    characteristics and directional radiation patterns [1]. Theoretically, Vivaldi antennas have

    infinite bandwidth, high gain, and linear polarization [2]. Figure 1 shows the concept of a

    Vivaldi antenna in the front view.

    Figure 1:VivaldiAntenna

    Dimension parameters of Vivaldi Antenna are antenna length (PA), antenna width

    (LA), tapered length (TL), tapered rate (r), slot-line length (sL), back-wall offset (bwo) and

    opening mouth (MO).The Vivaldi antenna included in the Exponential Tapered Slot

    Antenna (TSA) type.

    2. Methods and Equipment 2.1. Methods

    The development of the Vivaldi antenna on this paper begins by determining some

    antenna parameters to specify the initial antenna. The next step is making antenna modeling

    by using antenna simulation software based on parameters specified in the antenna

    dimension parameters. Antenna simulation is used to find out whether the antenna model

    meets antenna specifications for the Ground Penetrating Radar (GPR). After all antenna

    parameters are specified and simulated, the parameters are compared to the desired

    specification (frequency, return loss, VSWR). If simulation result shows that antenna does

    not meet the specification yet, optimization is carried out. Optimization is done to achieve

    the specifications needed by learning various things, other literacy and also trial and error.

    Optimization is done by changing the values of the antenna dimension parameters. Each

    antenna dimension parameter has an effect for bandwidth antenna performance during this

    research period. Thus connecting between antenna width parameter and bandwidth of the

    Vivaldi antenna becomes one of the data results in this research.

    The length (PA) and width (LA) of the antenna is determined by equation (1).

    𝑃𝐴 ≈ 𝑐

    𝑓 √𝜀𝑟 𝐿𝐴 ≈

    1

    𝑐

    𝑓 √𝜀𝑟 (2)

    where 𝑃𝐴 is an antenna length, 𝐿𝐴 is an antenna width, 𝑐 is a speed of light, 𝑓 is the frequency, and 𝜀𝑟 is a relative permittivity. In the design of Vivaldi's taper slot antenna, the dimensions of Tapered length and Tapered rate determines through the calculation using

    formula (3). The slope level of the taper slot of Vivaldi antenna greatly affects the gain,

    beamwidth and bandwidth of the TSA [3]. Tapered slot antennas have a curvilinear level

  • 56

    based on exponential functions as in equation (3) where long tapered values was

    predetermined and the mouth opening value can be found by using formula (4).

    𝑢 = ± 𝑠 × 𝑒𝑥𝑝(𝑟×𝑡) (3) ±𝑀𝑂

    2= ±

    𝑠

    𝑒𝑥𝑝(𝑟×𝑇𝐿) (4)

    Air-coupled on GPR systems is used to evaluate and obtain information from the

    topside of the infrastructure (such as sidewalks or asphalt roads). Air-coupled antenna

    system operates on the frequency range 500 to 2500 MHz and the middle frequency is on

    1.0 GHz where this frequency has an ability to penetrate ground 0.5 to 0.9 meters [4]. One

    of the advantages of an air-coupled antenna is that as the process is installed, data

    processing can be carried out at vehicle speeds of up to 100km/h which does not disturb

    the traffic around it.

    Microstrip to the slotline transition is simply a feed technique by crossing the slotline

    with the microstrip [5]. This casting technique includes all types of electromagnetic

    couplings because the slotline and microstrip are separated by substrate elements. Stub is

    the distance between the midpoint of the microstrip and slotline meeting. Equation (5) is

    used to determine the wavelength by using a Microstrip pilot for slotline transitions. Table

    2 shows Vivaldi antenna dimension parameter values after calculation and Figure 2 shows

    an initial design of Vivaldi antenna.

    𝑠𝑡𝑢𝑏𝐿 = 0.25 ×𝑐

    𝑓𝑐√𝜀𝑟 (5)

    Table 1: Parameters of Vivaldi antenna

    Parameters Symbols Value

    Tapered Length TL 75 mm Tapered Rate R 0.0555 Mouth Opening MO 73.22 mm Stub Length stubL 24.1 mm Slotline Length sL 74 mm Slotline Width S 1.14 mm Antenna Length PA 150 mm Antenna Width LA 75 mm CooperThickness - 0.035 mm Substrate Thickness H 1.6 mm Backwall offset bwo 1 mm Microstrip Width W 3.1 mm

  • 57

    (a) (b)

    Figure 2: Initial design of Vivaldi antenna, front view(a), back view (b).

    3. Results

    The Vivaldi antenna design with dimension parameters results from the distribution

    calculation to determine the return loss and VSWR values in the working frequency range

    as shown in Figure 3.

    (a) (b)

    Figure 3: Simulation result of Vivaldi antenna at first, return loss (a), VSWR (b).

    Both graphs show that Vivaldi antenna does not have return loss and VSWR values

    according to specifications. Therefore optimization is done by changing the parameter

    values of the dimensions of the antenna width, antenna length and tapered slot. The

    following Vivaldi antenna parameters after optimization are shown in Table 2 and

    simulation results with optimized parameters are shown in Figure 4. In Figure 4, return loss

    value is less than -10 dB and VSWR value is between 1 and 2.

    Table 2: Parameters of Vivaldi antenna after optimization

    Parameters Symbols Value

    Tapered Length TL 250 mm Tapered Rate R 0,022 Mouth Opening MO 278, 95 mm Stub Length stubL 24,1 mm Slotline Length sL 99 mm Slotline Width S 1,14 mm Antenna Length PA 350 mm Antenna Width LA 300 mm Cooper Thickness - 0,035 mm Substrate Thickness H 1,6 mm Backwall offset Bwo 1 mm Microstrip Width W 3 mm

  • 58

    (a) (b) Figure 4: Vivaldi antenna simulation result after optimization, return loss (a) and

    VSWR (b)

    Optimization Process

    The optimization process is done by changing the antenna length value, antenna width

    and tapered rate value. For antenna widths, changes are made by making the antenna width

    larger. Figure 5(a) shows the change in the shape of the return loss graph for some antenna

    width values which are 75 mm (red), 100 mm (green), 125 mm (blue), 200 mm (orange)

    and 250 mm (pink). For antenna lengths, changes are made by increasing the antenna width

    value. Figure 5(b) shows a graph of return loss against several values of the antenna length

    which are 200 mm (red), 250 mm (green), 300 mm (blue) and 350 mm (orange). For tapered

    rate values, tapered length values are made even greater, so the tapered rate becomes

    smaller. Tapered rate simulation is shown in Figure 6.

    (a) (b)

    Figure 5: Return loss, antenna width shifting graph (a) and antenna length shifting

    graph (b)

    Table 3: Tapered length and tapered rate optimization value.

    Tapered length (mm) Tapered rate Color

    75 0.0555 Red 100 0.04165 Green 150 0.0277 Blue 250 0.022 Orange 300 0.018 Pink

  • 59

    Figure 6: Return loss toward tapered slot value shifting

    4. Discussion

    Figure 5(a) shows when the antenna width value is enlarged, the graph gradually moves

    towards low frequency (return loss and VSWR). This causes greater bandwidth. Next,

    optimization is performed on the antenna length dimension parameters. Figure 5(b) shows

    return loss against several values of the antenna length: 200mm (red), 250mm (green),

    300mm (blue) and 350mm (orange). When the antenna length is enlarged, there is no

    significant change in the return loss and VSWR graphs to the working frequency range of

    the Vivaldi antenna. Antenna length value greater than the antenna width aims to make the

    Vivaldi antenna still have a radiation pattern which is consistent with its characteristics.

    Tapered slot optimization is done by changing two dimensional parameters, which are

    tapered length and tapered rate. Table 3 shows tapered length and tapered rate optimization

    values. In Figure 6, it can be seen that when the tapered slot, includes the tapered rate and

    tapered length values, is increased, the working frequency range of the Vivaldi antenna

    shifts towards the low frequency (return loss and VSWR). The result when tapered length

    value is enlarged and tapered rate value is reduced, the working frequency range widens.

    However, tapered slot optimization is limited by antenna width and antenna length because

    their dimension depend on the dimensions of the length and width of the Vivaldi antenna.

    (a) (b) (c)

    Figure 7: Fabricated antenna, the antenna (a), return loss measurement (b), VSWR

    measurement

    Furthermore, the antenna design is fabricated to determine its bandwidth by measuring

    it using a network analyzer. Figure 7(a) shows the fabricated Vivaldi antenna.

    The fabricated Vivaldi antenna bandwidth is measured using a network analyzer.

    Figures 7(b) and 7(c) show the return loss graph and the VSWR of the fabricated Vivaldi

  • 60

    antenna. Fabricated Vivaldi antenna shows a decrease in bandwidth and the working

    frequency whereas the fabricated Vivaldi antenna has a working frequency range from 1

    GHz to 1.7 GHz. The bandwidth decrease is caused by differences in the dimensions of the

    Vivaldi antenna simulation and fabrication parameters. Table 4 shows the comparison of

    the parameters of the Vivaldi antenna dimensions with the fabrication simulation. There

    are differences in the parameters of the mouth opening dimension, the width of the feed

    channel and the backwall offset. This causes differences in the results of fabricated and

    simulated antenna performance.

    Tabel 4: Comparation between optimization and fabrication antenna parameters

    Parameters Simulation (optimization)

    Fabrication

    Antenna Length 350 mm 350 mm Antenna Width 300 mm 300 mm Mouth Opening 278,95 mm 280 mm Feeder Width 3 mm 2 mm Backwall Offset 1 mm 1,5 mm

    5. Conclusion The design of the Vivaldi antenna for the Ground Penetration Radar is carried out

    starting from the literature study, determining antenna specifications, designing and

    optimizing the shape of Vivaldi antenna on the antenna simulator application and antenna

    fabrication so that the bandwidth can be measured.

    This Vivaldi antenna with dimension 350 × 300 mm has a working frequency range

    from 1 GHz to 1.7 GHz with return loss values is less than -10dB and VSWR value is

    between 1 and 2. The fabricated Vivaldi antenna has decreased bandwidth from the

    simulation results which has bandwidth 1 GHz with a working frequency range from 1 GHz

    to 2 GHz. However, the fabricated Vivaldi antenna can be used for Non-Destructive

    Testing Highway antennas.

    Acknowledgement

    The authors would like to express our gratitude to Dean of Engineering Faculty,

    Universitas Negeri Jakarta for the contribution and support to the research.

    Conflict of Interest

    The authors have no conflict of interest to declare.

    References

    Elsevier Science. (2009). Ground Penetrating Radar Theory and Applications.

    Edited by Harry M. Jol. Slovenia: Elsevier Science.

  • 61

    Erdogan, Yakup. (2009). Parametric Study and Design of Vivaldi Antennas and

    Arrays. PhD dissertation/master’s thesis, Middle East Technical University.

    Gibson, P.J. (1979). Vivaldi Aerial. 101-105.

    Mukhidin, T.H. (2015). Studi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan

    Mikrostrip in Proceeding of SENATEK 2015, 397-403.

    Rajaraman, Raviprakash. (2004). Design Of a Wideband Vivaldi Antenna Array for

    the Snow Radar. PhD dissertation/master’s thesis, University of Kansas.

  • 62

    Lampiran 2. Publikasi (2)

    Developing of Ground Penetrating Radar (GPR)

    Data Processing

    Baso Maruddani1,2 and Efri Sandi1 1 Universitas Negeri Jakarta, DKI Jakarta 13220 Indonesia

    2 DJA Institute, DKI Jakarta 13220 Indonesia

    Email: [email protected]; [email protected]

    Abstract—Ground Penetrating Radar (GPR) is one

    of radar type that is often used to determine

    conditions inside or below some surface. GPR is also

    commonly used as a material evaluation tool by its

    trait as a non-destructive testing (NDT). One of the

    most important sections of GPR is signal processing

    system or GPR data processing that will filter all of

    the GPR survey results. Reflection signals gained by

    the radar antenna are then filtered to discover any

    objects located below the surface of the ground. The

    better of process in filtering data, the more accurate

    for GPR to interpret the gained signal. This study

    aims to design a GPR data processing system that is

    sufficiently be able to interpret the gained signal so

    that can accurately discover any objects located on

    the ground. This GPR data processing system is

    expected to working on a variety of frequencies and

    the application can develop in various types. The aim

    of this study are designing and modifying the GPR

    data processing system.

    Index Terms—GPR, processing, dewow, filtering,

    gain

    I. INTRODUCTION

    Applications for wireless communication

    systems are vary greatly. Radar is one of the

    applications where the transmitter and receiver

    are in the same place. Ground Penetrating Radar

    (GPR) is a wireless communication system that

    is used to view any objects located under the

    surface of the ground or behind the walls. GPR

    can "view" through the ground by sending the

    electromagnetic signals to a certain object and

    then gaining a reflection signal from the signal

    sent earlier and reconstructing that reflected

    signal. How to reconstruct reflected signals is

    by processing the reflected signals to be an

    image. GPR design is highly depend on the

    application to be used. Therefore, GPR to

    "view" the inner surface is basically different

    from GPR to see the shallow surface [1].

    GPR has very wide applications, including

    for geology, archeology, civil engineering, non-

    destructive testing (NDT) and in the field of

    defense and security. Several studies have been

    conducted on GPR. Both from the hardware

    side, namely the antenna, and from the software

    side [2]. On the hardware side, research that has

    been conducted was about the selection of the

    GPR working frequency. The choice of antenna

    working frequency used in GPR devices

    depends on the application used, because each

    antenna has a radiation pattern and some

    characteristics will affect the final interpretation

    of the GPR readings results [3]. Several studies

    have been conducted in [4], [5], [6] to improve

    the accuracy of the GPR reading results system

    and the development of the antenna model used.

    The antenna design has also been compared

    comprehensively in [7]. Explained in [7] that

    the antenna working frequency, antenna gain

    and antenna impedance were tested to

    determine the compatibility with the GPR

    application that was implemented.

    The research on GPR data processing has

    been conducted in [2], [8], [9], [10], [11], [12],

    [13]. In [2], software for GPR data processing

    from R – language was created, called RGPR.

    RGPR is built based on two classes to filter and

    visualize GPR data by paying attention to step

    by step data filtering process. There are many

  • 63

    basic methods of GPR data processing which

    are implemented in the RGPR. However, the

    RGPR is still under development and

    improvement at this present. One of method that

    used in RGPR is as stated in [14].

    II. THE CONCEPT OF GPR DATA PROCESSING DEVELOPMENT

    This study aims to develop a GPR data

    processing, which is expected to can be used

    freely. The development phase of GPR data

    processing can be briefly explained in the Fig.

    1.

    As explained in [3], the editing and rubber

    banding phases are the stages of preparing

    survey GPR data that will be processed.

    Information about the frequency which being

    used, the distance between lines, the number of

    lines, the number of traces, the type of file being

    used and the others are things that must be

    known from the beginning so that the data

    processing in the