PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL PROCESSING...
Transcript of PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL PROCESSING...
-
LAPORAN
PENELITIAN KOMPETITIF UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PKUPT)
PENGEMBANGAN APLIKASI DIGITAL SIGNAL
PROCESSING PADA RADAR PENEMBUS TANAH
(GROUND PENETRATING RADAR)
TIM PENELITI
Ketua Peneliti : Dr. Baso Maruddani NIDN: 0002058301 Anggota Peneliti : Dr. Efri Sandi NIDN: 0002027508
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
Bidang Ilmu: Teknik
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengembangan Aplikasi Digital Signal Processing pada
Radar Penembus Tanah (Ground Penetrating Radar)
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Baso Maruddani, S.T., M.T.
b. NIDN : 198305022008011006
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Pendidikan Teknik Elektronika
e. Nomor HP : 08118058450
f. Alamat Surel : [email protected]
Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Efri Sandi, M.T.
b. NIDN : 197502022008121002
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Pendidikan Teknik Elektronika
e. Nomor HP : 081212409609
f. Alamat Surel : [email protected]
Lama Penelitian Keseluruhan : 7 (tujuh) Bulan
Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 50.000.000
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNJ
Dr. Agus Dudung, M.Pd.
NIP. 196508171991021001
Jakarta, 10 Desember 2018
Ketua Peneliti,
Dr. Baso Maruddani, S.T., M.T.
NIP. 19830502 200801 1 006
Menyetujui,
Ketua
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Negeri Jakarta
Dr. Ucu Cahyana, M.Si
NIP. 19660820 199403 1 002
-
iii
RINGKASAN
Ground Penetrating Radar (GPR) atau Radar Penembus Tanah adalah salah satu jenis radar yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi di dalam/di bawah suatu permukaan. GPR juga umumnya digunakan sebagai alat evaluasi bahan karena bersifat non destructive testing, NDT. Salah satu bagian yang terpenting dari Central Processing Unit yang akan mengolah hasil bacaan dari radar. Sinyal pantulan yang diterima oleh antenna radar kemudian diolah untuk mengetahui benda apa saja yang terdapat di bawah permukaan tanah tersebut. Semakin bagus proses pengolahan sinyal, maka semakin tepat radar menginterpretasi sinyal yang diterima.
Frekuensi kerja suatu sistem GPR sangat bervariasi, bergantung dengan aplikasi/implementasi di lapangan. Untuk aplikasi pada benda concrete/beton berbeda dengan benda pasir atau tanah. Begitu pula dengan resolusi yang didapatkan dari penggunaan GPR. Resolusi yang didapatkan pada frekuensi rendah lebih rendah dibandingkan resolusi jika GPR menggunakan frekuensi yang lebih tinggi. Namun jangkauan untuk frekuensi rendah lebih jauh dibandingkan jangkauan jika menggunakan frekuensi yang lebih tinggi. Oleh karena hal tersebut, maka diperlukan fleksibilitas digital signal processing yang dapat digunakan pada berbagai macam frekuensi, baik frekuensi rendah maupun frekuensi yang lebih tinggi karena perambatan sinyal dan pantulan sinyal akan berbeda untuk sinyal pada frekuensi tinggi dengan frekuensi rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sebuah sistem digital signal processing yang cukup mampu menginterpretasi sinyal yang diterima untuk dapat dengan tepat mengetahui benda yang terdapat dalam tanah tersebut. Sistem digital signal processing ini diharapkan dapat bekerja pada berbagai macam frekuensi sehingga aplikasinya bias menjadi beragam. Tahapan pada penelitian ini adalah mendesain dan memodifikasi sistem signal processing dan kemudian menguji performa dari sistem yang didesain.
Kata kunci: Radar, GPR, digital signal processing, ultra wideband,
interpretasi
-
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur dan Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,
sehingga penyusunan laporan penelitian kompetitif unggulan perguruan tinggi
dengan judul “Pengembangan Aplikasi Digital Signal Processing pada Radar
Penembus Tanah (Ground Penetrating Radar)” ini dapat diselesaikan.
Kiranya usaha penyusunan laporan disertasi ini tidak mungkin akan berhasil
tanpa adanya bantuan yang penulis peroleh baik dari segi moril maupun materiil.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi- tingginya kepada yang terhormat :
1. Dr. Ucu Cahyana selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat UNJ
2. Dr. Agus Dudung selaku Dekan Fakultas Teknik UNJ
3. Keluarga besarku, kedua orang tuaku, Etta Sia dan Etta Ali, mertuaku Mama
dan almarhum Papa, istriku Rahmi dan kedua anakku, Barra Alfaputra
Maruddani dan Dandra Betaputra Maruddani.
4. Seluruh dosen dan staf Rumpun Teknik Elektro, Fakultas Teknik UNJ.
5. Dan seluruh pihak yang namanya tidak disebutkan satu-per-satu yang telah
membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Dengan harapan semoga Allah SWT menerima amal dan kebaikan serta
selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Amin.
Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan penelitian ini akan penulis terima dengan senang hati.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Desember 2018
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 7
I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 7
I.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
I.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian .......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10
II.1. Prinsip Kerja Radar Penembus Tanah (Ground Penetrating
Radar)................................................................................................. 14
II.2. Refleksi ................................................................................................ 17
II.3. Clutter .................................................................................................. 18
II.4. Dispersi ................................................................................................ 18
II.5. Jangkauan Dinamis ............................................................................ 19
II.6. Lebar Pita ........................................................................................... 20
II.7. Pemodelan Sinyal ............................................................................... 21
II.8. Frekuensi material GPR ....................................................................... 22
II.9. Tanah .................................................................................................... 22
II.10. Air ...................................................................................................... 24
II.11. Kontaminasi tanah.............................................................................. 25
II.12. Bukit pasir .......................................................................................... 26
II.13. Pesisir ................................................................................................. 26
II.14. Glasial ................................................................................................ 27
-
vi
II.15. NDT Transportation (Non-Destructive Testing
Transportation) ................................................................................... 27
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................... 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 32
IV.1 Desain Penelitian ................................................................................. 32
IV.2 Instrumen Penelitian ............................................................................ 32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ................................................. 34
V.1. Proses Persiapan Data .......................................................................... 34
V.2. Proses Pengolahan Data ....................................................................... 38
V.2.1. Proses Dewow dan Time Zero Correction ............................... 38
V.2.2. Meningkatkan Gain pada Data ................................................. 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 50
VI.1. Kesimpulan ......................................................................................... 50
VI.2. Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
LAMPIRAN .......................................................................................................... 54
Lampiran 1. Publikasi (1) ............................................................................ 54
Lampiran 2. Publikasi (2) ............................................................................ 62
Lampiran 3. Biodata Peneliti ....................................................................... 69
-
7
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Aplikasi untuk sistem komunikasi wireless sangatlah beragam. Radar
merupakan salah satu aplikasinya, dimana pemancar dan penerima berada di satu
tempat yang sama. Radar penembus tanah/permukaan, yang lebih dikenal dengan
Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu sistem komunikasi nirkabel
yang digunakan untuk melihat benda benda di bawah permukaan tanah maupun di
balik dinding. GPR dapat “melihat” menembus tanah dengan cara mengirimkan
sinyal/gelombang elektromagnetik ke suatu objek dan kemudian menerima sinyal
pantulan dari sinyal yang dikirimkan tadi dan merekonstruksi sinyal pantul tersebut.
Cara merekontruksi sinyal pantulnya adalah dengan mengolah sinyal pantul
menjadi sebuah citra/gambar. Desain GPR sangat bergantung pada aplikasi yang
akan digunakan. Oleh karenanya, GPR untuk “melihat” permukaan dalam berbeda
dengan GPR untuk melihat permukaan dangkal.
GPR memiliki aplikasi yang sangat luas, diantaranya untuk geologi,
arkeologi, teknik sipil, uji-tak-merusak (Non-denstruktif testing, NDT) serta dalam
bidang pertahanan dan keamanan. Pemilihan frekuensi kerja antena yang digunakan
pada perangkat GPR bergantung pada aplikasi yang digunakan, sebab setiap antena
memiliki pola radiasi dan beberapa karakteristik tertentu yang mempengaruhi
intrepretasi akhir pada hasil pembacaan GPR (Pérez-Gracia, González-Drigo, Di
Capua, & Pujades, 2007). Beberapa penelitian telah dilakukan (Shao, Fang, Ji, Tan,
& Yin, 2013), (Mohamed, Elsadek, & Abdallah, 2012), (Yildiz, Uysal, & Ozen,
2016) untuk meningkatkan akurasi dari hasil pembacaan sistem GPR dan
pengembangan model antena yang digunakan. Desain antena juga telah
dibandingkan secara komprehensif pada (Ali, Abdullah, Yusof, Mohd, & Mohd,
2017). Dijelaskan pada (Ali et al., 2017), bahwa frekuensi kerja antena, gain antena
dan impedansi antena diujikan untuk mengetahui kecocokan dengan aplikasi GPR
yang diimplementasikan.
-
8
Gambar 1. Contoh hasil pembacaan GPR (Jol, 2008)
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan elitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah aplikasi pengolahan
sinyal digital (digital signal processing) pada data GPR untuk menginterpretasikan
dengan benar benda/ lapisan di bawah permukaan.
I.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Sistem DSP yang akan digunakan pada sistem GPR sangat mementukan hasil
pembacaan data GPR. Proses filtering, time zero correction, velocity analysis, depth
correction, time gain, deconvolution dan migration adalah sebuah langkah –
langkah yang penting dalam pengolahan data GPR.
Oleh karena itu, urgensi/keutamaan penelitian ini adalah bagaimana
mendesain sebuah sistem proses yang mengolah sinyal pantul radar sehingga dapat
-
9
menginterpretasi dengan tepat benda yang terdapat di bawah permukaan tanah dan
bekerja pada lebar pita yang cukup lebar sehingga dapat digunakan pada berbagai
macam jenis GPR. Ringing yang menjadi salah satu masalah pada sinyal pantul
digital dapat diminimalkan dengan menggunakan sistem pemroses sinyal yang
didesain pada penelitian ini.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu dari sejumlah metode
geofisika penginderaan jauh yang dimanfaatkan oleh para peneliti untuk
mempelajari dan mengetahui segala sesuatu yang berada di bawah permukaan yang
dipadukan dengan metode lain seperti magnetometry, tahanan listrik, dan
konduktivitas elektromagnetik. GPR beroperasi dengan cara yang sama seperti
sistem radar navigasi, yaitu mengirimkan pulsa gelombang 'radar' elektromagnetik
(EM) ke dalam tanah untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran, dan lokasi dari fitur
yang berada di bawah permukaan. Ketika gelombang elektromagnetik yang
ditransmisikan menembus lapisan material bawah permukaan, sifat-sifat
gelombang berubah, dan bagian dari gelombang dipantulkan kembali ke
permukaan, dimana data pada amplitudo gelombang, panjang gelombang, dan
waktu perjalanan yang dua arah dikumpulkan untuk analisis. Data dikumpulkan
dalam penyimpanan data jejak, yang masing-masing dapat menampilkan total
gelombang dari semua gelombang dikumpulkan di satu lokasi permukaan. Ketika
diatur dalam posisi relatif antar satu gelombang dengan gelombang lain,
serangkaian jejak dapat menghasilkan sejumlah jenis gambar yang menunjukkan
variasi pada sifat/benda di bawah permukaan dalam dimensi vertikal dan horisontal
(Jol, 2008).
Adanya berbagai lossy lingkungan bahan dielektrik dikombinasikan dengan
spektrum frekuensi radio yang luas mengarah ke berbagai aplikasi GPR.
Metodologi yang sama dapat diterapkan untuk glasiologi dan uji tak rusak struktur
beton; skala spasial aplikasi bervariasi dari kilometer ke cm. Bentuk yang paling
umum dari pengukuran GPR menyebarkan pemancar dan penerima dalam geometri
tetap, yang pindah permukaan untuk mendeteksi refleksi dari fitur bawah
permukaan. Dalam beberapa aplikasi, transiluminasi dari volume diselidiki lebih
berguna. Kedua konsep digambarkan dalam Gambar 2. Contoh dari respon GPR
ditunjukkan pada Gambar 3.
-
11
Penggunaan gelombang radio terdengar bumi itu dimaksud selama puluhan
tahun sebelum hasil yang diperoleh pada tahun (Jol, 2008). Demonstrasi Waite dari
lapisan es terdengar dengan altimeter radar pesawat mengarah ke radio gema
terdengar di banyak lokasi di seluruh dunia. Dari awal ini, ada transisi bertahap dari
konsep untuk tanah terdengar dan batu, yang dimulai pada tahun 1960, dan sejak
itu terus.
Dari hari-hari awal, aplikasi telah menjamur, pengetahuan kita tentang fisika
dasar telah berkembang di pesat, dan sifat pemahaman materi telah berkembang.
Sebuah ringkasan sejarah singkat diberikan oleh (Annan, 2002). diskusi yang
sangat baik dari penggunaan GPR untuk stratigrafi geologi dapat ditemukan pada
(Jol, 2008) dan untuk hidrogeologi di (Rubin & Hubbard, 2005).
Gambar 2. Ground Penetrating Radar (GPR) menggunakan gelombang radio untuk menyelidiki bawah permukaan bahan dielektrik lossy.
Dua mode pengukuran yang umum. Pada bagian pertama, tercermin atau
energi yang tersebar terdeteksi. Dalam kedua, efek onenergy ditularkan melalui
thematerial diamati.
-
12
Gambar 3. GPR penampang diperoleh dengan sistem 50-MHz melintasi lebih dari dua terowongan jalan. Tanah menembus amplitudo sinyal radar ditampilkan
sebagai fungsi dari posisi (sumbu horisontal) dan waktu perjalanan (sumbu
vertikal).
-
13
Dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan survei GPR: (1) parameter
pengumpulan data digunakan, yang mengendalikan sifat-sifat gelombang EM yang
disebarkan dan (2) cara di mana pantulannya yang digabungkan di permukaan; dan
properti dari lapisan tanah yang dilalui oleh gelombang elektromagnetik. Setiap
perubahan dalam sifat fisik atau kimia lapisan di bawah permukaan (misalnya,
kadar air, pemadatan, kehadiran bahan konduktif seperti logam, garam larut, dan
beberapa tanah liat) dapat mempengaruhi sifat-sifat gelombang EM di tanah, seperti
kecepatannya , amplitudo, dan panjang gelombang (Jol, 2008). GPR memberikan
hasil terbaik jika benda yang menjadi target sasaran berukuran besar, dekat
permukaan, dan sangat kontras dengan matriks sekitarnya homogen.
GPR telah menjadi pilihan yang semakin populer untuk penelitian benda di
bawah permukaan untuk sejumlah alasan. Ini dapat dipersempit ke empat manfaat
utama: sifat yang non-destruktif; kemampuannya untuk memaksimalkan efisiensi
penelitian dan meminimalkan biaya; kemampuannya untuk menutupi area yang
luas dengan cepat; dan data tiga dimensi berkualitas tinggi. Karena merupakan
metode penginderaan jauh, GPR sepenuhnya non-invasif dan tidak merusak,
berbeda dengan metode 'tradisional' penggalian, yang secara inheren merusak. GPR
juga memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penelitian. Dibandingkan
dengan 'tradisional' metode penggalian, survei GPR dilakukan dengan cepat dan
dengan biaya yang relatif rendah. Ketika digunakan sebagai metode prospeksi, GPR
dapat membantu dalam mengidentifikasi daerah yang sangat potensial bagi
penggalian masa depan (atau sebaliknya, mengidentifikasi area potensial rendah
yang harus dihindari), sehingga memaksimalkan pengumpulan data yang relevan
dan meminimalkan waktu dan biaya. Karena menjadi suatu metode penelitian yang
sangat-efisien, GPR juga dapat digunakan untuk menutupi daerah yang lebih besar
dari penggalian (survei GPR sering dapat menutupi beberapa ratus meter persegi
atau lebih dalam satu hari). Ketika dilakukan bersama penggalian arkeologi, GPR
dapat membantu untuk menempatkan data penggalian ke situs yang lebih luas dan
konteks lingkungan dengan interpolasi antara daerah digali. Hal ini membuat GPR
-
14
sangat cocok untuk menangani pertanyaan-pertanyaan arkeologi di tingkat situs dan
di tingkat regional, misalnya, yang menyangkut isu-isu ruang, tempat, dan
perubahan organisasi sosial dari waktu ke waktu.
Akhirnya, GPR menghasilkan resolusi tinggi tiga-dimensi data yang sesuai
untuk menangani pertanyaan-pertanyaan antropologis pergi sejauh untuk
menunjukkan bahwa kemampuan resolusi GPR adalah resolusi tinggi ini data yang
tiga dimensi dapat dengan mudah diintegrasikan dengan data yang dikumpulkan
oleh geofisika lainnya “jauh lebih besar dari yang diperoleh dengan metode
geofisika lainnya.” metode, penggalian arkeologi, dan peta survei permukaan dalam
sistem informasi geografis.
II.1. Prinsip Kerja Radar Penembus Tanah (Ground Penetrating Radar)
Pada sistem radar yang konvensional, karakteristik media perambatan yang
dilalui oleh sinyal radar biasanya tidak dipengaruhi oleh redaman hujan, redaman
oleh atmosfer atau ion pada lapisan atmosfer. Hal tersebut berbeda dengan sistem
GPR karena ada kemungkinan media transmisi bersifat nonisotropis dengan
konstanta dielektrik yang tinggi dan juga redaman yang tinggi. Oleh karena itu,
karakteristik tanah dan material tempat sinyal merambat sangat penting untuk
dipahami. Persamaan Maxwell adalah persamana yang menjadi dasar untuk
menghitung perambatan gelombang elektromagnetik pada medium tertentu. Pada
ruang bebas, permitivitas listrik dan suseptibilitas magnet bernilai konstan, dengan
pengertian bahwa kedua variabel tersebut independen terhadap frekuensi dan
medium juga tidak dispersif. Pada dielektrik tertentu dengan rugi-rugi tangen
bernilai nol, artinya tidak ada rugi-rugi yang ditimbulkan akibat redaman, sehingga
redaman yang biasanya terjadi pada bahan dielektrik tidak akan ada. Parameter-
parameter elektromagnetik benda yang terkubur dalam tanah (benda yang menjadi
target radar) berbeda dengan tanah/pasir yang menutupinya/menimbunnya
sehingga berarti bahwa perbedaan permitivitas relatif target yang ingin dicari harus
signifikan lebih kecil atau lebih besar dari tanah. Pada umunya, tanah memiliki
konstanta dielektrik dengan nilai berkisar antara 2 sampai 25 (Huber & Hans, 2018).
-
15
Konstanta dielektrik air tawar memiliki nilai sekitar 80. Hal yang perlu diperhatikan
adalah tanah dan permukaan sangat mungkin tidak homogen dan berisi batu karang
dengan berbagai ukuran. Selain karang, sangat mungkin tanah dan permukaan tanah
berisikan puing-puing bangunan atau sejenisnya. Oleh karena tanah yang tidak
bersifat homogen tersebut, nilai signal to clutter menjadi faktor yang penting dalam
untuk mengetahui kinerja sistem. Clutter adalah pantulan dari sinyal radar yang
tidak diinginkan yang mungkin saja berasal dari antarmuka tanah-udara, pantulan
berulang antara antena dan tanah, pantulan pada sisi sidelobe antena, dan bisa
diakibatkan karena diskontinuitas tanah seperti batu, kerikil, atau rumput.
Perambatan sinyal gelombang elektromagnetik pada suatu medium secara
otomatis akan mengalami rugi-rugi, baik rugi rugi pada komponen medan listrik
maupun rugi-rugi pada medan magnet. Rugi-rugi ini menyebabkan terjadinya
redaman pada gelombang elektromagnetik. Pendekatan yang cukup pas untuk
menganalisis perilaku sebuah sinyal atau gelombang secara praktis adalah pada
gelombang datar. Bentuk gelombang elektromagnetik yang lebih kompleks dapat
dianggap sebagai superposisi dari gelombang datar, dan metode ini dapat digunakan
untuk memperoleh informasi tentang situasi yang lebih kompleks. Pada beberapa
jenis tanah, respon magnetik lemah dan tidak perlu diperhitungkan adalah suatu hal
yang menarik dalam GPR, berbeda dengan permitivitas, dan konduktivitas. Namun,
pada beberapa jenis tanah lainnya, parameter respon magnetik perlu diperhitungkan
misalnya untuk jenis tanah yang berasal dari batu vulkanik atau tanah yang kadar
besinya tinggi,. Pada kasus material dielektrik yang bersifat lossy, efek konduksi
maupun sifat dielektrik akan menyebabkan penyerapan radiasi elektromagnetik.
-
16
Gambar 4. Level sinyal terima terhadap frekuensi (Severns, 2005)
Parameter elektromagnetik pada suatu bahan pada sistem GPRS di atas dapat
dijelaskan dalam konstanta propagasi kompleks:
𝛾 = 𝛼 + 𝑖𝛽
dimana
𝛾 = konstanta propagasi
𝛼 = konstanta redaman (𝑛𝑒𝑝𝑒𝑟/𝑚)
𝛽 = konstanta fasa (𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛/𝑚)
Persamaan medan listrik pada jarak 𝑧 dari sumber dapat dituliskan sebagai:
-
17
𝐸(𝑧, 𝑡) = 𝐸(0). 𝑒(𝛼+𝑗𝛽). 𝑒𝑗𝜔𝑡
II.2. Refleksi
Untuk mengestimasi level sinyal yang diterima (received signal level, RSL),
koefisien pantul dan transmisi adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan karena
gelombang yang melalui suatu medium dielektrik akan mengenai target dan hukum
Snellius menjelaskan hubungan tersebut, yaitu menjelaskan hal-hal yang terkait
dengan sudut datang, sudut pantul, sudut transmisi, dan sudut bias. Untuk material
yang bersifat lossy, sudut pembiasan yang bernilai kompleks mungkin terjadi dan
berbeda dengan kasus klasik yang sederhana. Selain itu pula, polarisasi dan matriks
Stoke akan diperlukan untuk benda-benda seperti pipa, kabel, dan patahan-patahan.
Impedansi intrinstik 𝜂 suatu medium merupakan hubungan antara medan listrik, 𝐸,
dan medan magnet, 𝐻, dan dinyatakan pada persamaan:
𝜂 = √−𝑗𝜔𝜇
𝜎 − 𝑗𝜔𝜀
Ketika sinyal berpropagasi antara kedua medium tersebut, sebagian daya
sinyal akan dipantulkan dan sebagian akan diteruskan. Kuat medan dari pantulan
sinyal tersebut dituliskan dengan persamaan Γ yaitu:
Γ =𝜂2 − 𝜂1𝜂2 + 𝜂1
dimana
𝜂1 = impedansi medium 1
𝜂2 = impedansi medium 2
Koefisien pantul (Γ) akan bernilai positif ketika 𝜂2 > 𝜂1. Hal tersebut akan
memberikan efek pada bentuk pulsa yang dihasilkan yaitu bentuk pulsa akan
mengubah fasa dari gelombang pantul sehingga benda di dalam tanah yang menjadi
target dengan konstanta dielektrik yang berbeda dengan medium akan
menunjukkan perbedaan fasa pada sinyal pantulan yang diterima. Dan parameter-
-
18
parameter perambatan lainnya seperti konstanta dielektrik dan rugi-rugi tangen
pada medium, bentuk geometri dari benda yang terkubur dalam tanah (target), dan
parameter-parameter dielektriknya akan mempengaruhi nilai amplitude dari sinyal
pantulan yang diterima.
II.3. Clutter
Salah satu kesulitan terbesar untuk pengoperasian sistem GPR adalah adanya
clutter di dalam bahan. Clutter didefinisikan sebagai sumber pantulan yang tidak
diinginkan yang terjadi pada jendela waktu yang sama dari radar dan memliki
karakter spektrum yang sama dengan target. Definisi clutter sangat bergantung pada
target yang diinginkan. Orang yang menggunakan sistem GPR untuk mencari pipa
mungkin menganggap antarmuka lapisan jalan sebagai clutter, sedangkan orang
yang menggunakan sistem GPR untuk pengukuran ketebalan lapisan jalan mungkin
menganggap pipa dan kabel sebagai sumber clutter. Hal ini perlu diperhatikan
dengan baik karena penting dalam pemilihan sistem operasi dan algoritma
pengolahan sinyal. Clutter dapat mengaburkan target yang terkubur dan
pemahaman yang baik terhadap sumber dan dampaknya pada sistem GPR sangat
penting.
II.4. Dispersi
Parameter suatu dielektrik adalah sebuah parameter yang merupakan fungsi
dari frekuensi sehingga menyebabkan kecepatan fasa pada komponen frekuensi dari
sinyal pita lebar akan memiliki nilai perambatan yang berbeda. Oleh karena itu,
akan terdapat variasi pada kecepatan rambat gelombang yang merupakan fungsi
frekuensi. Hal yang seperti ini dapat dikatakan bahwa medium tersebut memiliki
sifat yang dispersif. Pada situasi ini, berbagai komponen frekuensi dalam pulsa
radar pita sangat lebar akan berpropagasi dengan kecepatan yang berbeda, yang
menyebabkan bentuk pulsa dari sinyal akan berubah terhadap waktu. Karakteristik
proparasi sinyal GPR dengan lebar pita yang sangat lebar pada sebagian besar
material di bumi tidak terpengaruh oleh disperse karena potensi variasi kecepatan
-
19
propagasi gelombang untuk rentang frekuensi dapat dikatakan cukup kecil sehingga
nilainya dapat diabaikan.
Ada beberapa spesifikasi penting dari suatu GPR yang menentukan
kinerjanya seperti: jangkauan dinamis, lebar pita, resolusi, dan jangkauan tidak
ambigu.
II.5. Jangkauan Dinamis
Sebuah GPR harus memiliki perangkat penerima dengan kemampuan untuk
menangani sinyal yang besar yang berasal dari pantulan benda target dalam tanah
yang posisinya berada pada jarak dekat dari permukaan tanah dan penerima pada
GPR juga harus dapat mendeteksi sinyal dengan level daya yang kecil yang
mendekati noise floor. Perbandingan antara level sinyal dengan daya terbesar yang
dapat diterima dengan level sinya dengan daya terkecil yang dideteksi oleh
perangkat GPR disebut jangkauan dinamis dan dapat diformulasikan sebagai
berikut:
𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 = 20 log𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠𝑉𝑚𝑖𝑛
Jangkauan dinamis ini umumnya dinyatakan dalam desibel (dB) dengan lebar
pita tertentu dalam hertz. Level daya sinyal terbesar yang dapat diterima, 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
(dalam volt), tidak boleh melebihi batas maksimum yang diperbolehkan pada
perangkat penerima dan analog to digital converter. Level daya sinyal minimum
yang dapat dideteksi, 𝑉𝑚𝑖𝑛 (dalam volt), harus di atas level noise penerima dan
memiliki SNR minimum. Pada aplikasi radar umumnya dibutuhkan nilai SNR
sekitar 8 dB (DAVIS & ANNAN, 1989), sedangkan pada radar GPR, 𝑉𝑚𝑖𝑛 harus
memiliki signal-to-clutter ratio (SCR) minimum untuk dapat dideteksi dan
diidentifikasi dalam profil GPR.
Jangkauan dinamis pada sistem GPR akan berefek pada jangkauan
maksimum suatu benda target untuk dideteksi. Umumnya radar akan memiliki
jangkauan dinamis sistem yang lebih besar dibandingkan jangkauan dinamis
sampling. Jangkauan dinamis dalam decibel untuk analog to digital converter
adalah 20 log(2𝑁), dimana N adalah jumlah bit, yang nilainya sekitar N dikalikan
-
20
dengan 6 dB. Oleh karena itu jangkauan dinamis untuk ADC 16 bit akan memiliki
nilai secara teori sebesar 96 dB.
II.6. Lebar Pita
Pada GPR lebar pita adalah selisih antara frekuensi atas, 𝑓𝑚𝑖𝑛, dan frekuensi
bawah, 𝑓𝑚𝑖𝑛, namun bisa juga didapatkan dengan mengalikan jumlah step dengan
frekuensi step size. Lebar pita akan menentukan resolusi jarak. Lebar pita bisa
dituliskan sebagai:
𝐵 = 𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑓𝑚𝑖𝑛
Secara teori, sinyal pantulan radar dianggap berasal dari sebuah benda target
pada jarak tertentu. Namun dalam praktikalnya, banyaknya lapisan pada tanah akan
menyebabkan terjadinya banyak pantulan. Hal tersebut menyebabkan kombinasi
dari sinyal yang dipantulkan pada waktu yang berbeda dan amplitudanya bervariasi.
Radar memiliki kemampuan untuk membedakan jarak antara dua benda target yang
berdekatan dan kemampuan ini disebut sebagai resolusi jarak, 𝑅𝑟𝑒𝑠. Dua buah
benda target (atau pulsa) yang terpisah dalam kawasan waktu dapat dibedakan jika
selubung dari pantulan transiennya jelas terpisah. Secara umum, titik setengah daya
(-3 dB dalam daya atau -6 dB dalam tegangan) dari sinyal pantul digunakan sebagai
titik referensi (Hariyadi, 2009). Penjelasan mengenai resolusi jarak dapat dilihat
pada gambar di bawa yang memperlihatkan dua buah pulsa. Dengan menggunakan
parameter W sebagai lebar pulsa setengah amplituda maksimum, dua pulsa dapat
dibedakan dengan benar jika jaraknya lebih dari lebar tersebut. Jika jaraknya kurang
dari W maka kedua pulsa tersebut dianggap sebagai pulsa tunggal (Hariyadi, 2009).
Besarnya resolusi jarak adalah:
𝑅𝑟𝑒𝑠 =𝑐
2𝐵√𝜀𝑟
Dengan 𝑐 = kecepatan cahaya, 𝐵 = lebar pita, dan 𝜀𝑟= permitivitas relatif medium.
-
21
Gambar 5. Pulsa temporal dengan setengah lebar W. (a) Pulsa dapat dibedakan dengan jelas ketika T >> W. (b) Dua pulsa dikatakan dapat dibedakan sampai T ≈ W.
(c) Ketika T
-
22
sebuah sinyal yang berpropagasi pada medium yang lossy akan mengalami redaman
dan pergeseran fasa.
II.8. Frekuensi material GPR
GPR bekerja pada rentang frekuensi kerja 10MHz-2GHz (Jol, 2008). Tanah,
air, batu, pasir, es, mineral dan sedimentasi merupakan material alami GPR yang
dapat dideteksi. Selain material alami tersebut, teknologi GPR dimanfaatkan untuk
non-destructive testing (NDT) pada material beton, aspal maupun ranjau. Setiap
material membutuhkan spesifikasi sistem GPR pada frekuensi tertentu untuk dapat
mendeteksi objek yang memiliki konstanta dielektrik tertentu yang akan
mempengaruhi amplitudo, waktu dan gelombang pantul yang akan diterima dan
diolah menjadikan gambaran yang kompleks tentang gambaran kondisi dibawah
permukaan.
II.9. Tanah
Antena yang biasa digunakan untuk GPR tanah adalah antena yang memiliki
frekuensi tengah diantara 100 dan 500 MHz (Jol, 2008). Antena yag bekerja pada
batas frekuensi tinggi (400-500 MHz) akan memberikan hasil yang cukup baik pada
tanah dengan kondisi kering. Dimana resolusi yang diberikan akan lebih baik dari
frekuensi yang lebih rendah namun memiliki kedalaman yang terbatas. Antena
dengan frekuensi 900MHz-1.5GHz digunakan pada kedalaman tanah yang dangkal
berpasir. Sedangkan untuk tanah organik yang membutuhkan tingkat kedalaman
yang lebih besar biasanya membutuhkan antena dengan frekuensi yang lebih rendah
(70-200MHz).
-
23
Gambar 6. Perbandingan permukaan tanah dengan hasil Ground Penetrating Radar
Gambar 2.13 memperlihatkan hasil penggambaran kondisi tanah
menggunakan GPR yang dilakukan oleh Dr. Mary Collins, University of Florida).
Penelitian tersebut menggambarkan kondisi tanah di area Pomona soil di North-
central Florida. Tanah Pomona terdiri dari pasir (10 hingga 27% nya adalah tanah
liat) yang merupakan sedimentasi dari laut. Spodic horizon ditunjukan oleh
permukaan yang lebih gelap (letaknya yang berada disepanjang gagang sekop pada
foto). Spodic horizon adalaah lapisan pengendapan atau lapisan yang biasanya
terdapat objek organik ataupun aluminum, dan juga terkadang terdapat material
besi. Sedangkan argillic horizon adalah lapisan yang terlihat lebih terang dibawah
spodic horizon (difoto sebelah kiri pada gambar 2.13 terlihat berada disekitar
bagian sekop) dimana biasanya pada lapisan ini terdapat silicate clay atau pun
sedimentasi yang hampir menyerupai batu. Sedangkan untuk penggunaan di tanah
gambut dibutuhkan antena dengan frekuensi
-
24
II.10. Air
Sumber daya air di muka bumi ini merupakan salah satu sumber daya yang
paling berharga. Ini dikarenakan kelangsungan hidup makhluk hidup maupun
industri bergantung pada ketersediaan air. Tingginya kebutuhan akan air
menyebabkan banyaknya eksploitasi air tanah dengan cara yang tidak baik dan
memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Dengan pengaplikasian Ground
Penetrating Radar (GPR) diranah penelitian sumber daya air ini dapat menjadi
teknologi penting untuk digunakan dilihat dari banyaknya paper yang membahas
tentang aplikasi GPR hydrogeophysical (Jol, 2008). Pengaplikasian GPR pada
permukaan air mempunyai teori dan teknik yang lebih mendalam karena terdapat
parameter tingkat kelembaban yang mempengaruhi permitivitas dielektrik relatif
(𝜀𝑟) nya. Gambar 2.14 menunjukan beberapa macam aplikasi GPR untuk sumber
daya air.
Gambar 7. Aplikasi Ground Penetrating Radar sumber daya air.
-
25
II.11. Kontaminasi tanah
Lapisan permukaan bumi (baik tanah maupun air) tidak dipungkiri telah
terkontaminasi oleh berbagai material lain yang berasal dari limbah pabrik,
keberadaan stasiun pengisian bahan bakar, perusahaan tambang yang telah menjadi
salah satu masalah serius di masyarakat . Ground Penetrating Radar (GPR)
mempunyai peran yang cukup penting dimana teknologi ini dimanfaatkan untuk
mapping kondisi geologi dibawah permukaan untuk mengetahui tingkat
kontaminasi suatu lapisan (Jol, 2008). Kontaminan dapat terletak dilapisan
permukaan terluar maupun didalam batuan dasar atau limbh yang terkubur. Sifat
kontaminan dapat dibedakan dengan tingkat kelarutannya terhadap air. Dimana
kontaminan yang memiliki tingkat kelarutan rendah tidak selalu menyebabkan
pencemaran air tanah. Sedangkan kontaminan yang mimiliki tingkat kelarutan yang
tinggi akan mencemari air tanah.
Non-aqueous phase liquids (NAPLs) adalah jenis kontaminan organik.
Kontaminan NAPLs tidak tercampur dengan air tanah sehingga air tanah yang
terdapat kontaminan NAPLs masih memenuhi standard untuk air yang dapat
diminum. Sedangkan DNAPLs adalah jenis kontaminan yang larut dengan air
biasanya yang terkandung dalam limbah pabrik. Tabel 2.15 menunjukan berbagai
kontaminan dengan sifat dan frekuensinya antena yang digunakan.
Gambar 8. Berbagai macam kontaminan dan sifat elektrik nya.
-
26
II.12. Bukit pasir
Bukit pasir adalah tumpukan pasir yang terbentuk oleh angin. Penggunaan
antena dengan frekuensi 50MHz-400MHz digunakan untuk aplikasi Ground
Penetrating Radar (GPR) di bukit pasir. Nilai teoritis resolusi GPR ditunjukan pada
gambar 2.16 untuk pasir kering, lembab dan juga basah.
Gambar 9. Nilai resolusi berdasarkan frekuensi.
II.13. Pesisir
Daerah pesisir terdiri dari berbagai material yang berasal dari proses erosi
angin, air laut, pasang-surut, sungai dan/atau proses geologi lainnya (Jol, 2008).
Ground Penetrating Radar (GPR) berperan menggambarkan kondisi geologi pada
area erosional dan permukaan hasil pengendapan. Penggunaan antena pada
frekuensi 50-1000MHz memungkinkan untuk digunakan di daerah pesisir. Gambar
10 adalah contoh dari GPR dengan frekuensi 200MHz di daerah pesisir
Gambar 10. Ground Penetrating Radar (GPR) didaerah pesisir dengan frekuensi 200MHz
-
27
Antena dengan frekuensi yang tinggi (500-1000MHz) memiliki dimensi
antena yang lebih kecil dan akan menghasilkan resolusi yang lebih baik namun
dengan tingkat kedalaman yang lebih rendah dari pada antena pada frekuensi 12.5-
50MHz dimana antena dengan frekuensi tersebut mampu menembus kedalaman
hingga 40-65m (Jol, 2008). Namun antena yang biasa digunakan untuk di daerah
pesisir adalah di frekuensi 100 hingga 120 MHz yang mampu menembus
kedalaman 10-20m namun memiliki resolusi yang bagus.
II.14. Glasial
Glasial atau daerah salju dan es merupakan medium propagasi yang paling
bagus dari berbagai geologi. GPR mampu bekerja di frekuensi diatas 1MHz.
Rendahnya frekuensi kerja ini disebabkan oleh nilai konduktivitas yang rendah dan
tidak adanya nilai dielectric. Radar udarapada frekuensi 50-150MHz di antartik atau
di Greenland secara rutin menggambarkan stratifikasi suhu hingga kedalaman 33-4
km. Gambar 11 menunjukan hasil penggambaran daerah glasial dengan frekuensi
kerja 3MHz. Data direkam didaerah gunung Whitmore, antartik oleh Brian Welch
dan Robert Jacobel dari St. Olaf College, Northfield, Minnesota.
Gambar 11. Kondisi permukaan daerah gunung Whitmore, antartik menggunakan Ground
Penetrating Radar (GPR) dengan frekuensi 3Mhz.
II.15. NDT Transportation (Non-Destructive Testing Transportation)
Sejarah penggunaan Ground Penetrating Radar (GPR) pada infrastruktur
jalan pertama kali dilakukan pada pertengahan tahun 1970-an (Jol, 2008).
Kendaraan dengan teknologi Ground Penetrating Radar(GPR) untuk jalan tol
dimiliki oleh Federal Highway Administration (FHWA) pada tahun 1985.
-
28
Perangkat GPR dipasangkan pada kendaraan yang digunakan untuk melakukan
survey infrastruktur seperti pada gambar 12.
Gambar 12. NDT Transportation adalah mobil yang terpasang perangkat Ground Penetrating
Radar (GPR).
Komponen GPR yang terpasang yaitu : (1) Ground-coupled dan/atau air-
coupled antenna dengan perangkat pengirim dan penerima; (2) kabel; (3) GPR
control unit; (4) pulse encoder; dan (5) perlengkapan penunjang. Posisi antena
umumnya dipasangkan pada bagian depan mobil ataupun dibagian belakang seperti
pada gambar 13.
(a) (b)
-
29
(c) Gambar 13. NDT Transportation di berbagai negara (a) (kanan) antena 100MHz ground
coupled system antennas (kiri) 1GHz air coupled system antennas milik Texas
Transportation Institute; (b) antena horn milik Canadian Road Radar System;
(c) Multichannel Air coupled Horn Antennas System milik Penetradar
-
30
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Pengolahan data GPR untuk mengetahui benda atau kondisi di bawah
permukaan tanah adalah salah satu bagian penting pada GPR. Pengolaha data GPR
harus dilakukan dengan tepat agar interpretasi pada gambar keluaran dari
pengolahan data ini dilakukan dengan tepat. Adapun tujuan dari penelitian kali ini
adalah merancang sebuah program untuk aplikasi pengolahan sinyal digital (digital
signal processing) pada data GPR untuk menginterpretasikan dengan benar benda/
lapisan di bawah permukaan.
Dari tujuan di atas, diharapkan agar penelitian ini bermanfaat besar bagi
pengembangan antena di bidang radar, khususnya GPR. Adapun maanfaat yang
diharapkan adalah hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan lebih luas karena saat ini
program untuk mengolah data GPR masih sedikit yang sifatnya freeware.
Umumnya software pengolahan yang beredar adalah bersifat licenced dan berbayar.
Pengembangan program pengolahan data GPR ini menggunakan software
Matlab. Matlab adalah software yang berbayar. Namun dalam penggunaan
nantinya, program yang dibuat pada penelitian ini dapat dijalankan pada sebuah
freeware seperti contohnya Octave. Octave adalah software yang dapat diunduh dan
digunakan secara bebas.
Manfaat lain dari penelitian ini diharapkan mendukung renstra dan roadmap
penelitian pada Fakultas Teknik UNJ, rencana strategis (renstra) penelitian di pada
Fakultas Teknik UNJ dibuat berdasarkan kajian kelompok bidang ilmu teknik
elektronika komunikasi di program studi Pendidikan Vokasional Elektronika FT
UNJ dan mengacu pada Rencana Induk Penelitian (RIP) UNJ 2016-2020 tema
sains, teknologi dan olah raga dengan isu strategis rekayasa teknologi. Renstra ini
dirancang untuk kurun waktu jangka panjang 10 tahun dari 2017 sampai dengan
2027 dengan tetap menyesuaikan setiap perubahan RIP UNJ dan road map
penelitian setiap 5 tahun. Sasaran yang ingin dicapai adalah memperoleh temuan
dan inovasi rekayasa teknologi untuk publikasi jurnal internasional bereputasi
-
31
minimal setiap 2 tahun dan memperoleh paten dibidang ilmu antena dan propagasi
gelombang setiap 5 tahun.
Rumusan rencana penelitian bidang ilmu antena dan propagasi gelombang
adalah sebagai berikut:
Kompetensi/Keahlian/ Keilmuan
Isu-Isu Strategis
Konsep Pemikiran
Pemecahan Masalah
Topik Penelitian
Antena dan Propagasi Gelombang
Pengembangan antena MIMO 5G
Kebutuhan antena untuk sistem seluler 5G
Antena yang mendukung sistem MIMO dan Beamforming
• Antena MIMO
• Antena Beamforming
• Antena Sparse Array
• Ultrawideband antena
• Antena reconfigurable
Pengembangan Antena Radar
Kebutuhan antena untuk mendukung perkembangan teknologi Radar yang lebih efisien
Antena Radar dengan performansi dan resolusi tinggi dengan biaya yang efisien
• Rekayasa struktur material antena
• Teknik disain antena array
• Antena Sparse array
• Metamaterial antena
Antena untuk aplikasi medis dan pengolah citra
Kebutuhan antena untuk mendukung perangkat medis dan pengolah citra
Disain antena untuk perangkat medis dan pengolah citra
• Disain antena untuk aplikasi MRI
• Antena untuk body sensor wireless
Jaringan sensor wireless
Kebutuhan antena untuk mendukung jaringan sensor wireless
Disain antena untuk jaringan sensor wireless
• Disain antena wearable untuk jaringan sensor wireless
• Antena sistem navigasi personal
-
32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan desain, simulasi, implementasi/fabrikasi
antena dan pengukuran. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan,
yaitu:
1. Studi literatur tentang konsep dasar GPR, antena, karakteristik antena GPR dan
sistem pemrosesan sinyal pada GPR. Studi literatur bertujuan untuk
memberikan gambaran ke peneliti mengenai penelitan - penelitian tentang
energi nirkabel yang telah ada sebelumnya melalui jurnal-jurnal ilmiah seperti
IEEE Transactions on Antenas and Propagation, IEEE Antenas and Wireless
Propagation Letters, IEEE Proceedings – Microwave, Antenas and
Propagation, International Journal of Research in Antenas and Microwave
Engineering (IJRAWE) dan jurnal-jurnal ilmiah international ber-index
lainnya yang berkaitan dengan topik antena dan propagasi gelombang serta
digital signal processing. Dari studi literatur diketahui posisi penelitan dan
metode apa saja yang telah dikembangkan mengenai GPR (state of the art).
2. Merancang/mendesain sistem pemrosesan sinyal dengan menggunakan sebuah
software dengan bahasa pemrograman tertentu dan kemudian menyimulasikan
hasil desain sistem pemroses sinyal tersebut untuk mengetahui paramater dan
karakteristik lingkunagn yang ingin “dilihat” oleh radar.
3. Mengevaluasi sistem yang telah dibuat untuk memperoleh kesimpulan yang
bisa dipertanggungjawabkan.
IV.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam Penelitian ini terdiri dari adalah Software
Matlab. Matlab adalah sebuah software yang salah sau fiturnya adalah dapat
menyimulasikan dan membaca data dalam bentuk matriks yang kemudian data
-
33
tersebut dapat diolah dengan fungsi fungis tertentu yang ada pada Matlab. Selain
itupula, Matlab sangat fleksibel jika kita ingin menambahkan fitur – fitur fungsi
yang belum ada. Matlab ini merupakan software untuk membuat suatu
pemrograman dengan Bahasa yang high level language (Bahasa C). Program yang
dibuat dengan Matlab ini bertujuan untuk mengolah sinyal pantul dari radar yang
kemudian diolah untuk mengintrepretasi benda yang ada di bawah permukaan
tanah.
-
34
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
V.1. Proses Persiapan Data
Pada saat pertama kali, program pengolahan data harus diinisiasi terlebih
dahulu. Data GPR harus disimpan pada folder yang sudah ditentukan agar program
yang dibuat langsung mengakses data pada folder yang sudah didefinisikan
sebelumnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pada (Huber &
Hans, 2018). Format data yang ada untuk diolah adalah sebuah data dalam format
matriks, dimana karakteristik data yang didefinisikan di program yaitu:
• frekuensi
• jarak antara antena pemancar dan penerima
• jumlah baris dan jumlah trace
• jarak antar baris (dalam meter)
• folder penyimpanan data GPR
• folder peyimpanan data GPR post processing
Terdapat sebuah parameter survey yang memegang peranan penting pada
program yang telah dibuat ini. Untuk setiap data yang akan proses/oleh, parameter
survey ini harus diatur sedemikian agar dapat memproses data GPR.
Pada program GPR data processing yang dibuat, baris paling bawah
didefinisikan diawal parameter survey pada baris paling bawah. Parameter survey
diatur agar memanggil data GPR dengan format Line00.DT1. Lalu kemudian,
program yang dibuat memanggil file-file data GPR lainnya. Data GPR yang
diujicobakan pada program ini adalah data dengan 4 baris data GPR. Lalu dari profil
data GPR yang diujikan, jarak antar baris adalah 0.2 meter. Jarak antar antena
transmit dan receiver adalah 1 meter. Setelah pada program DSP telah diatur
semuanya, maka kemudian program dijalankan. Profil kondisi dibawah permukaan
ketika program dijalankan dapat dan 1D plot amplituda sinyal berturut turut
ditunjukkan pada Gambar 14, Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17.
-
35
Gambar 14. Profil citra data GPR sebelum diproses untuk data baris ke-0
Gambar 15. Citra data GPR sebelum diproses untuk data baris ke-1
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 0
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350
400-3
-2
-1
0
1
2
3
x 104
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 1
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350
400-3
-2
-1
0
1
2
3
x 104
-
36
Untuk melihat lebih jelas impuls sinyal, dijelaskan pada Gambar 16 dan
Gambar 17.
Gambar 16. 1D plot signal trace pada line 0 trace 1
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4x 10
4 1D Plot Line 0 Trace 1
two way travetime (ns)
sig
nal a
mp
litu
de (
mV
)
-
37
Gambar 17. 1D plot signal trace pada line 1 trace 1
Gambar 18. 1D plot signal trace pada line 1 untuk semua trace
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4x 10
4 1D Plot Line 1 Trace 1
two way travetime (ns)
sig
nal a
mp
litu
de (
mV
)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4x 10
4 1D Plot Line 1
two way travetime (ns)
sig
nal a
mp
litu
de (
mV
)
-
38
Pada Gambar 14 dan gambar 15, dapat dilihat bahwa GPR meng-scan suatu
profil permukaan dimana kondisi antena GPR tidak tepat menyentuh tanah,
sehingga tampak pada gambar tersebut sebuah daerah dimana sinyal
elektromagnetik dari GPR merambat di udara sebelum masuk ke permukaan tanah.
V.2. Proses Pengolahan Data
V.2.1. Proses Dewow dan Time Zero Correction
Pada Gambar 14 dan gambar 15 di atas, belum banyak informasi yang bisa
diketahui berkaitan dengan data GPR hasil survey yang belum diolah tersebut. Oleh
karenanya, diperlukan proses pengolahan untuk data GPR. Dalam pengolahan data
GPR hal pertama yang harus dilakukan ialah mengembalikan sinyal pada posisi
yang sebenarnya, karena data yang dikeluarkan pada saat akuisisi data di lapangan
memiliki waktu jeda sebelum sinyal menyentuh permukaan. Proses time-zero
correction dilakukan untuk menghilangkan jeda sinyal tersebut.
Gambar 19 dan Gambar 20 menunjukkan profil data GPR setelah time zero
correction. Dalam proses time zero correction ini, perhitungan tentang frekuensi,
waktu perambatan gelombang antara antena transmitter dan antena receiver, dan
kemudian menghilangkan nilai amplituda sinyal yang nilainya mendekati nol dan
menginterpolasikan antar data trace GPR.
Setelah time zero correction dilakukan, proses berikutnya adalah dewowing
yang bertujuan menghilangkan noise dan komponen DC bias. Figure 6
menunjukkan profil data GPR setelah proses dewow. Gambar 23 dan Gambar 24
berturut – turut memperlihatkan gambar 1D plot utk signal trace setelah proses
dewow dan perbandingan amplituda sinyal sebelum dan setelah proses dewow.
-
39
Gambar 19. Profil citra data GPR setelah time zero correction
Gambar 20. Profil citra data GPR setelah time zero correction
two w
ay t
ravel tim
e (
ns)
position (meter)
Line 0
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350-3
-2
-1
0
1
2
3
x 104
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 1
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350-3
-2
-1
0
1
2
3
x 104
-
40
Gambar 21. Profil citra data GPR setelah time zero correction dan dewow
Gambar 22. Profil citra data GPR setelah time zero correction dan dewow
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 0
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
x 104
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 1
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
x 104
-
41
Gambar 23. Citra trace data GPR 1D plot setelah dewow pada line 0 trace 1
Gambar 24. Perbandingan citra trace data 1D plot sebelum dan setelah dewow
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4x 10
4 1D Plot Line 0 Trace 1 Dewow Data
two way travel time (ns)
sig
nal am
plit
ude (
mV
)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4x 10
4 1D Plot Line 0 Trace 1 (Before and After Dewow)
two way travetime (ns)
sig
nal am
plit
ude (
mV
)
before dewow
after dewow
-
42
V.2.2. Meningkatkan Gain pada Data
Gelombang radar yang merambat melalui tanah akan semakin teredam
dengan cepat. Hal itu artinya bahwa semakin dalam gelombang
radar/elektromagnetik tersebut merambat, maka semakin lemah daya sinyal yang
menyebabkan kita tidak dapat “melihat” lebih banyak ketika sinyal tersebut
memantul dibawah permukaan dan tiba di permukaan. Salah satu cara agar sinyal
yang telah merambat lebih dalam dapat dilihat/dibaca, maka dapat dikuatkan
dengan mengalikan sinyal tersebut dengan faktor penguat tertentu. Hal ini
dikatakan sebagai gain the data. Cara yang digunakan pada penelitian ini ada dua
metode, yaitu metode pertama ialah meningkatkan daya sinyal data dengan sebuah
faktor besar untuk sinyal yang berasal dari bawah permukaan yang lebih dalam dan
mengalikan dengan faktor yang lebih kecil untuk sinyal yang berasal dari bawah
permukaan yang tidak terlalu dalam. Cara ini disebut sebagai time power amplitude
gain correction. Dengan metoda pertama ini, maka citra data GPR pada lapisan atas
akan menjadi sedikit tidak jelas, namun pada lapisan bawah akan menjadi kuat.
Metode kedua lainnya adalah mengalikan semua sinyal yang berasal dari seluruh
lapisan pada berbagai kedalaman dengan faktor tertentu yang sama. Metode ini
disebut dengan automated gain control. Pemilihan metode penguatan daya sinyal
data bergantung kepada jenis data ataupun jenis target yang diinginkan.
V.2.2.1. Time-power gain (TPOW)
Pada metode time power amplitude gain correction, sinyal dikuatkan
sepanjang axis waktu propagasi dua arah dan mengalikan masing-masing trace
dengan power t (tα). Jika kita mengasumsikan α = 1, maka kita meningkatkan daya
sinyal secara linier pada setiap waktu propagasi. Jika kita mengasumsikan t = 2,
maka daya akan meningkat secara quadratis sepanjang waktu propagasi. Pada
gambar dibawah, kita menggunakan α = 2.
-
43
Gambar 25. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode time power gain pada
line 0
Gambar 26. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode time power gain
pada line 0
Line 0
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
x 107
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2x 10
7 1D Plot Line 0
two way travel time (ns)
sig
nal am
plit
ude (
mV
)
-
44
Gambar 27. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode time power gain pada
line 1
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 1
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350 -4
-3
-2
-1
0
1
2
3
x 107
-
45
Gambar 28. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode time power gain
pada line 0
Gambar 28 memperlihatkan gambar yang mirip dengan gambar setelah
proses dewow. Perbedaannya terletak pada permukaan yang lebih dalam. Pada
gambar dengan metode time power, data profil pada permukaan bagian atas tidak
terlalu banyak perubahan, namun kondisi sinyal hanya melemah, sedangkan pada
bagian bawah, terlihat perbedaan karena sinyal pada profil bagian bawah lebih kuat.
Penguatan amplitude sinyal pada bagian bawah profil dan pelemahan amplituda
sinyal pada bagian atas profil ditujukkan pada Gambar 28. Terlihat pada Gambar
28, semakin berada pada bawah profil, maka penguatan sinyal semakin besar.
V.2.2.2. Automated gain control (AGC)
Profil hasil pengolahan data GPR dengan meningkatkan gain data dengan
metode automated gain control dapat dilihat pada Gambar 29, Gambar 30, Gambar
31 dan Gambar 32. Caranya adalah dengan menetapkan sebuah time (depth)
window dan mengatur agar daya pada setiap window adalah sama. Oleh karenanya
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-4
-3
-2
-1
0
1
2
3x 10
7 1D Plot Line 1
two way travel time (ns)
sig
nal a
mp
litu
de (
mV
)
-
46
kita harus menentukan lebar window atau window width. Pada setiap window,
diberikan penguatan yang sama. Figure 12 memperlihatkan penguatan yang sama
untuk setiap window.
Gambar 29. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode automated gain control
pada line 0
two w
ay t
ravel tim
e (
ns)
position (meter)
Line 0
0 2 4 6 8 10
0
50
100
150
200
250
300
350
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
-
47
Gambar 30. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode automated gain
control pada line 0
Gambar 31. Profil citra data GPR setelah dikuatkan dengan metode automated gain control
pada line 1
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1D Plot Line 0
two way travel time (ns)
sig
nal a
mlit
ud
e (
mV
)
two
wa
y t
rave
l tim
e (
ns)
position (meter)
Line 1
0 2 4 6 8 10
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
-
48
Gambar 32. 1D plot untuk signal trace setelah dikuatkan dengan metode automated gain
control pada line 0
Gambar-gambar profil yang telah dijelaskan sebelumnya, semua gambar
dinyatakan dalam two way travel time. Waktu propagasi dua arah ini dapat
dikonversi menjadi kedalaman. Untuk dapat mengkonversi waktu propagasi dua
arah ke depth, kecepatan sinyal radar dalam tanah perlu diketahui. Untuk kecepatan
gelombang elektromagnetik dalam media dapat dilihat pada Table I. Kecepatan
rambat yang digunakan pada data GPR adalah 0.6 m/s. Gambar 33 menunjukkan
profil data GPR dimana two-way travel time dikonversi ke depth.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
11D Plot Line 1
two way travel time (ns)
sig
nal am
plit
ude (
mV
)
-
49
Gambar 33. Profil citra data GPR dengan two-way travel time dikonversi ke depth dengan
velocity = 0.06 m/ns
Depth
(m
ete
r)
position (meter)
Line 0
0 2 4 6 8 10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini berhasil mengembangkan sebuah program untuk
membaca data GPR kemudian memvisualisasikan kondisi bawah permukaan dari
data GPR yang diolah. Tahap pertama adalah tahap editing dan rubber banding
yang merupakan tahap persiapan pengolahan data. Informasi yang dibutuhkan
adalah frekuensi yang digunakan, jarak antar lines, jumlah lines, jumlah trace dan
jenis file. Tahap berikutnya adalah tahap time zero correction dan tahap dewow.
Time zero correction adalah metoda untuk menyinkronkan/mengoreksi waktu tepat
saat sinyal menyentuh permukaan untuk masuk menembus permukaan. Penelitian
ini sudah berhasil mengoreksi waktu nol sinyal. Proses dewow bertujuan untuk
menghilangkan komponen frekuensi rendah dan DC bias. Program yang dibuat
pada penelitian ini sudah melakukan proses dewow walaupun tidak begitu terlihat
perbedaannya antara sebelum dan setelah dewow. Namun terlihat ketika citra 1D
plot trace dianalisis. Tahap berikutnya adalah proses filtering yang bertujuan untuk
meningkatkan SNR. Program juga sudah berhasil melakukan filter terhadap data
GPR. Setelah filtering, tahap berikutnya adalah meningkatkan gain pada data.
Tahap ini merupakan tahap yang sedikit kompleks karena bukan menggunakan data
langsung. Proses gaining data berjalan bagus, namun nilai parameter penguatan
belum optimal. Secara umum, program pengolahan data GPR (GPR Digital Signal
Processing) yang dibuat pada penelitian ini sudah berjalan sempurna.
VI.2. Saran
Pengembangan program pengolahan data GPR adalah suatu hal yang tidak
sederhana karena pengolahan data GPR sangat bergantung dari kualitas data GPR,
karakteristik permukaan dan bawah permukaan serta pengalaman peneliti dalam
penentuan beberapa nilai parameter permukaan maupun benda di bawah
permukaan. Pada penelitian ini menggunakan data GPR dari penelitian lain di luar
-
51
negeri. Oleh karenanya peneliti mengembangkan program pengolahan data GPR
berdasarkan data GPR peneliti lain yang kemudian diverifikasi dengan program
pengolahan data GPR yang telah ada sebelumnya.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya data yang digunakan
untuk verifikasi program pembacaan data GPR adalah data GPR yang disurvey oleh
peneliti sendiri, baik survey lapangan atau survey dengan skenario lapangan
tertentu sehingga karakteristik permukaan dan bawah permukaan bias diatur untuk
memverifikasi hasil pengolahan data GPR.
-
52
DAFTAR PUSTAKA
Ali, J., Abdullah, N., Yusof, M., Mohd, E., & Mohd, S. (2017). Ultra-
Wideband Antenna Design for GPR Applications: A Review.
International Journal of Advanced Computer Science and Applications,
8(7). https://doi.org/10.14569/IJACSA.2017.080753
Annan, P. (2002). The history of ground penetrating radar. Subsurface
Sensing Technologies and Applications (Vol. 3).
DAVIS, J. L., & ANNAN, A. P. (1989). GROUND-PENETRATING RADAR
FOR HIGH-RESOLUTION MAPPING OF SOIL AND ROCK
STRATIGRAPHY1. Geophysical Prospecting, 37(5), 531–551.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2478.1989.tb02221.x
Hariyadi, T. (2009). Perancangan Dan Realisasi Transceiver Stepped
Frequency Continuous Wave Ground Penetrating Radar (Sfcw-Gpr)
700-1400 Mhz.
Huber, E., & Hans, G. (2018). RGPR — An open-source package to process
and visualize GPR data. In 2018 17th International Conference on
Ground Penetrating Radar (GPR) (pp. 1–4). IEEE.
https://doi.org/10.1109/ICGPR.2018.8441658
Jol, H. M. (2008). Ground Penetrating Radar Theory and Applications.
Oxford: Elsevier Science.
Mohamed, H. A., Elsadek, H., & Abdallah, E. A. F. (2012). Design of
compact DRH antenna For GPR transmitter application. In The 2nd
Middle East Conference on Antennas and Propagation (pp. 1–4). IEEE.
https://doi.org/10.1109/MECAP.2012.6618186
Pérez-Gracia, V., González-Drigo, R., Di Capua, D., & Pujades, L. G.
(2007). Characteristics of the GPR field pattern antennas. In M. Ehlers
& U. Michel (Eds.) (p. 67492L). https://doi.org/10.1117/12.737753
Rubin, Y., & Hubbard, S. S. (Eds.). (2005). Hydrogeophysics (Vol. 50).
Dordrecht: Springer Netherlands. https://doi.org/10.1007/1-4020-3102-
-
53
5
Severns, R. (2005). Skin Depth and Wavelength in Soil.
Shao, J., Fang, G., Ji, Y., Tan, K., & Yin, H. (2013). A Novel Compact
Tapered-Slot Antenna for GPR Applications. IEEE Antennas and
Wireless Propagation Letters, 12, 972–975.
https://doi.org/10.1109/LAWP.2013.2276403
Yildiz, S., Uysal, A., & Ozen, M. (2016). Shorted TEM horn antenna for GPR
applications. In 2016 16th Mediterranean Microwave Symposium
(MMS) (pp. 1–3). IEEE. https://doi.org/10.1109/MMS.2016.7803876
-
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Publikasi (1)
Design and Implementation of Low-Cost
Wideband Antenna for Ground Penetrating Radar Baso Maruddani1,2*, Efri Sandi1, Muhammad Fadhil Naufal
Salam1
1Electronics Vocational Education Program, Engineering Faculty, Universitas Negeri
Jakarta, Indonesia 2DJA Institute, Jakarta, Indonesia *Corresponding author: Baso Maruddani; Email: [email protected]
Abstract
Vivaldi antenna is one of many types of antenna implemented on ground penetrating
radar. Its characteristics are pointed radiation and wide bandwidth. This study aims to
design an antenna used for non-destructive test on a transportation to check the roadway
material. This Vivaldi antenna has a wide bandwidth, 1 GHz approximately, with the
frequency range between 1 GHz to 2 GHz. This Vivaldi antenna design is obtained by
changing few parameters of common Vivaldi antenna to fulfill its design characteristics:
low cost and wide bandwidth. The antenna size is 350mm x 300mm. The simulation result
shows that there is return loss below -10 dB for 1-2 GHz frequency range and the lowest
return loss at that frequency range is around -35 dB on 1.4 GHz. This paper also explains
about the effect of tapered slot size changes to return loss value and frequency. When the
antenna width is enlarged, the value of return loss is getting smaller in the lower frequency.
Therefore, antenna bandwidth is getting wider. The same situation happened when tapered
slot size gets bigger value, the antenna working frequency switches into the lower
frequency. We can conclude that antenna bandwidth widening can be done by enlarging
tapered length value and reducing tapered rate value.
Keywords: Vivaldi antenna, Ground Penetrating Radar, optimization, low cost
antenna, wide bandwidth
1. Introduction
Ground Penetrating Radar (GPR) is a technology that has been developed within 15-
20 years ago. The advancement involves theories, techniques, technology and also
applications range. GPR is an imaging tool that uses electromagnetic waves to observe
underground material. At the beginning of its emergence, GPR technology is used to detect
natural materials, but as the theory and technique progress, GPR also is also used to detect
unnatural materials such as asphalt, concrete, and even bridge structures. Each material that
we want to detect has different GPR specifications due to different permittivity value.
mailto:[email protected]
-
55
Simply talk, the GPR works by counting the amount of reflection and electromagnetic
waves that fired on the surface.
There are two important parts in GPR: the antenna and the processing system to process
a received / reflected signal. This paper focuses on the antenna used by GPR: Vivaldi
antenna. Vivaldi antenna was first used by Gibson in 1979 with very wide bandwidth
characteristics and directional radiation patterns [1]. Theoretically, Vivaldi antennas have
infinite bandwidth, high gain, and linear polarization [2]. Figure 1 shows the concept of a
Vivaldi antenna in the front view.
Figure 1:VivaldiAntenna
Dimension parameters of Vivaldi Antenna are antenna length (PA), antenna width
(LA), tapered length (TL), tapered rate (r), slot-line length (sL), back-wall offset (bwo) and
opening mouth (MO).The Vivaldi antenna included in the Exponential Tapered Slot
Antenna (TSA) type.
2. Methods and Equipment 2.1. Methods
The development of the Vivaldi antenna on this paper begins by determining some
antenna parameters to specify the initial antenna. The next step is making antenna modeling
by using antenna simulation software based on parameters specified in the antenna
dimension parameters. Antenna simulation is used to find out whether the antenna model
meets antenna specifications for the Ground Penetrating Radar (GPR). After all antenna
parameters are specified and simulated, the parameters are compared to the desired
specification (frequency, return loss, VSWR). If simulation result shows that antenna does
not meet the specification yet, optimization is carried out. Optimization is done to achieve
the specifications needed by learning various things, other literacy and also trial and error.
Optimization is done by changing the values of the antenna dimension parameters. Each
antenna dimension parameter has an effect for bandwidth antenna performance during this
research period. Thus connecting between antenna width parameter and bandwidth of the
Vivaldi antenna becomes one of the data results in this research.
The length (PA) and width (LA) of the antenna is determined by equation (1).
𝑃𝐴 ≈ 𝑐
𝑓 √𝜀𝑟 𝐿𝐴 ≈
1
2×
𝑐
𝑓 √𝜀𝑟 (2)
where 𝑃𝐴 is an antenna length, 𝐿𝐴 is an antenna width, 𝑐 is a speed of light, 𝑓 is the frequency, and 𝜀𝑟 is a relative permittivity. In the design of Vivaldi's taper slot antenna, the dimensions of Tapered length and Tapered rate determines through the calculation using
formula (3). The slope level of the taper slot of Vivaldi antenna greatly affects the gain,
beamwidth and bandwidth of the TSA [3]. Tapered slot antennas have a curvilinear level
-
56
based on exponential functions as in equation (3) where long tapered values was
predetermined and the mouth opening value can be found by using formula (4).
𝑢 = ± 𝑠 × 𝑒𝑥𝑝(𝑟×𝑡) (3) ±𝑀𝑂
2= ±
𝑠
2×
𝑒𝑥𝑝(𝑟×𝑇𝐿) (4)
Air-coupled on GPR systems is used to evaluate and obtain information from the
topside of the infrastructure (such as sidewalks or asphalt roads). Air-coupled antenna
system operates on the frequency range 500 to 2500 MHz and the middle frequency is on
1.0 GHz where this frequency has an ability to penetrate ground 0.5 to 0.9 meters [4]. One
of the advantages of an air-coupled antenna is that as the process is installed, data
processing can be carried out at vehicle speeds of up to 100km/h which does not disturb
the traffic around it.
Microstrip to the slotline transition is simply a feed technique by crossing the slotline
with the microstrip [5]. This casting technique includes all types of electromagnetic
couplings because the slotline and microstrip are separated by substrate elements. Stub is
the distance between the midpoint of the microstrip and slotline meeting. Equation (5) is
used to determine the wavelength by using a Microstrip pilot for slotline transitions. Table
2 shows Vivaldi antenna dimension parameter values after calculation and Figure 2 shows
an initial design of Vivaldi antenna.
𝑠𝑡𝑢𝑏𝐿 = 0.25 ×𝑐
𝑓𝑐√𝜀𝑟 (5)
Table 1: Parameters of Vivaldi antenna
Parameters Symbols Value
Tapered Length TL 75 mm Tapered Rate R 0.0555 Mouth Opening MO 73.22 mm Stub Length stubL 24.1 mm Slotline Length sL 74 mm Slotline Width S 1.14 mm Antenna Length PA 150 mm Antenna Width LA 75 mm CooperThickness - 0.035 mm Substrate Thickness H 1.6 mm Backwall offset bwo 1 mm Microstrip Width W 3.1 mm
-
57
(a) (b)
Figure 2: Initial design of Vivaldi antenna, front view(a), back view (b).
3. Results
The Vivaldi antenna design with dimension parameters results from the distribution
calculation to determine the return loss and VSWR values in the working frequency range
as shown in Figure 3.
(a) (b)
Figure 3: Simulation result of Vivaldi antenna at first, return loss (a), VSWR (b).
Both graphs show that Vivaldi antenna does not have return loss and VSWR values
according to specifications. Therefore optimization is done by changing the parameter
values of the dimensions of the antenna width, antenna length and tapered slot. The
following Vivaldi antenna parameters after optimization are shown in Table 2 and
simulation results with optimized parameters are shown in Figure 4. In Figure 4, return loss
value is less than -10 dB and VSWR value is between 1 and 2.
Table 2: Parameters of Vivaldi antenna after optimization
Parameters Symbols Value
Tapered Length TL 250 mm Tapered Rate R 0,022 Mouth Opening MO 278, 95 mm Stub Length stubL 24,1 mm Slotline Length sL 99 mm Slotline Width S 1,14 mm Antenna Length PA 350 mm Antenna Width LA 300 mm Cooper Thickness - 0,035 mm Substrate Thickness H 1,6 mm Backwall offset Bwo 1 mm Microstrip Width W 3 mm
-
58
(a) (b) Figure 4: Vivaldi antenna simulation result after optimization, return loss (a) and
VSWR (b)
Optimization Process
The optimization process is done by changing the antenna length value, antenna width
and tapered rate value. For antenna widths, changes are made by making the antenna width
larger. Figure 5(a) shows the change in the shape of the return loss graph for some antenna
width values which are 75 mm (red), 100 mm (green), 125 mm (blue), 200 mm (orange)
and 250 mm (pink). For antenna lengths, changes are made by increasing the antenna width
value. Figure 5(b) shows a graph of return loss against several values of the antenna length
which are 200 mm (red), 250 mm (green), 300 mm (blue) and 350 mm (orange). For tapered
rate values, tapered length values are made even greater, so the tapered rate becomes
smaller. Tapered rate simulation is shown in Figure 6.
(a) (b)
Figure 5: Return loss, antenna width shifting graph (a) and antenna length shifting
graph (b)
Table 3: Tapered length and tapered rate optimization value.
Tapered length (mm) Tapered rate Color
75 0.0555 Red 100 0.04165 Green 150 0.0277 Blue 250 0.022 Orange 300 0.018 Pink
-
59
Figure 6: Return loss toward tapered slot value shifting
4. Discussion
Figure 5(a) shows when the antenna width value is enlarged, the graph gradually moves
towards low frequency (return loss and VSWR). This causes greater bandwidth. Next,
optimization is performed on the antenna length dimension parameters. Figure 5(b) shows
return loss against several values of the antenna length: 200mm (red), 250mm (green),
300mm (blue) and 350mm (orange). When the antenna length is enlarged, there is no
significant change in the return loss and VSWR graphs to the working frequency range of
the Vivaldi antenna. Antenna length value greater than the antenna width aims to make the
Vivaldi antenna still have a radiation pattern which is consistent with its characteristics.
Tapered slot optimization is done by changing two dimensional parameters, which are
tapered length and tapered rate. Table 3 shows tapered length and tapered rate optimization
values. In Figure 6, it can be seen that when the tapered slot, includes the tapered rate and
tapered length values, is increased, the working frequency range of the Vivaldi antenna
shifts towards the low frequency (return loss and VSWR). The result when tapered length
value is enlarged and tapered rate value is reduced, the working frequency range widens.
However, tapered slot optimization is limited by antenna width and antenna length because
their dimension depend on the dimensions of the length and width of the Vivaldi antenna.
(a) (b) (c)
Figure 7: Fabricated antenna, the antenna (a), return loss measurement (b), VSWR
measurement
Furthermore, the antenna design is fabricated to determine its bandwidth by measuring
it using a network analyzer. Figure 7(a) shows the fabricated Vivaldi antenna.
The fabricated Vivaldi antenna bandwidth is measured using a network analyzer.
Figures 7(b) and 7(c) show the return loss graph and the VSWR of the fabricated Vivaldi
-
60
antenna. Fabricated Vivaldi antenna shows a decrease in bandwidth and the working
frequency whereas the fabricated Vivaldi antenna has a working frequency range from 1
GHz to 1.7 GHz. The bandwidth decrease is caused by differences in the dimensions of the
Vivaldi antenna simulation and fabrication parameters. Table 4 shows the comparison of
the parameters of the Vivaldi antenna dimensions with the fabrication simulation. There
are differences in the parameters of the mouth opening dimension, the width of the feed
channel and the backwall offset. This causes differences in the results of fabricated and
simulated antenna performance.
Tabel 4: Comparation between optimization and fabrication antenna parameters
Parameters Simulation (optimization)
Fabrication
Antenna Length 350 mm 350 mm Antenna Width 300 mm 300 mm Mouth Opening 278,95 mm 280 mm Feeder Width 3 mm 2 mm Backwall Offset 1 mm 1,5 mm
5. Conclusion The design of the Vivaldi antenna for the Ground Penetration Radar is carried out
starting from the literature study, determining antenna specifications, designing and
optimizing the shape of Vivaldi antenna on the antenna simulator application and antenna
fabrication so that the bandwidth can be measured.
This Vivaldi antenna with dimension 350 × 300 mm has a working frequency range
from 1 GHz to 1.7 GHz with return loss values is less than -10dB and VSWR value is
between 1 and 2. The fabricated Vivaldi antenna has decreased bandwidth from the
simulation results which has bandwidth 1 GHz with a working frequency range from 1 GHz
to 2 GHz. However, the fabricated Vivaldi antenna can be used for Non-Destructive
Testing Highway antennas.
Acknowledgement
The authors would like to express our gratitude to Dean of Engineering Faculty,
Universitas Negeri Jakarta for the contribution and support to the research.
Conflict of Interest
The authors have no conflict of interest to declare.
References
Elsevier Science. (2009). Ground Penetrating Radar Theory and Applications.
Edited by Harry M. Jol. Slovenia: Elsevier Science.
-
61
Erdogan, Yakup. (2009). Parametric Study and Design of Vivaldi Antennas and
Arrays. PhD dissertation/master’s thesis, Middle East Technical University.
Gibson, P.J. (1979). Vivaldi Aerial. 101-105.
Mukhidin, T.H. (2015). Studi Parametrik Antena Vivaldi Slot dengan Pencatuan
Mikrostrip in Proceeding of SENATEK 2015, 397-403.
Rajaraman, Raviprakash. (2004). Design Of a Wideband Vivaldi Antenna Array for
the Snow Radar. PhD dissertation/master’s thesis, University of Kansas.
-
62
Lampiran 2. Publikasi (2)
Developing of Ground Penetrating Radar (GPR)
Data Processing
Baso Maruddani1,2 and Efri Sandi1 1 Universitas Negeri Jakarta, DKI Jakarta 13220 Indonesia
2 DJA Institute, DKI Jakarta 13220 Indonesia
Email: [email protected]; [email protected]
Abstract—Ground Penetrating Radar (GPR) is one
of radar type that is often used to determine
conditions inside or below some surface. GPR is also
commonly used as a material evaluation tool by its
trait as a non-destructive testing (NDT). One of the
most important sections of GPR is signal processing
system or GPR data processing that will filter all of
the GPR survey results. Reflection signals gained by
the radar antenna are then filtered to discover any
objects located below the surface of the ground. The
better of process in filtering data, the more accurate
for GPR to interpret the gained signal. This study
aims to design a GPR data processing system that is
sufficiently be able to interpret the gained signal so
that can accurately discover any objects located on
the ground. This GPR data processing system is
expected to working on a variety of frequencies and
the application can develop in various types. The aim
of this study are designing and modifying the GPR
data processing system.
Index Terms—GPR, processing, dewow, filtering,
gain
I. INTRODUCTION
Applications for wireless communication
systems are vary greatly. Radar is one of the
applications where the transmitter and receiver
are in the same place. Ground Penetrating Radar
(GPR) is a wireless communication system that
is used to view any objects located under the
surface of the ground or behind the walls. GPR
can "view" through the ground by sending the
electromagnetic signals to a certain object and
then gaining a reflection signal from the signal
sent earlier and reconstructing that reflected
signal. How to reconstruct reflected signals is
by processing the reflected signals to be an
image. GPR design is highly depend on the
application to be used. Therefore, GPR to
"view" the inner surface is basically different
from GPR to see the shallow surface [1].
GPR has very wide applications, including
for geology, archeology, civil engineering, non-
destructive testing (NDT) and in the field of
defense and security. Several studies have been
conducted on GPR. Both from the hardware
side, namely the antenna, and from the software
side [2]. On the hardware side, research that has
been conducted was about the selection of the
GPR working frequency. The choice of antenna
working frequency used in GPR devices
depends on the application used, because each
antenna has a radiation pattern and some
characteristics will affect the final interpretation
of the GPR readings results [3]. Several studies
have been conducted in [4], [5], [6] to improve
the accuracy of the GPR reading results system
and the development of the antenna model used.
The antenna design has also been compared
comprehensively in [7]. Explained in [7] that
the antenna working frequency, antenna gain
and antenna impedance were tested to
determine the compatibility with the GPR
application that was implemented.
The research on GPR data processing has
been conducted in [2], [8], [9], [10], [11], [12],
[13]. In [2], software for GPR data processing
from R – language was created, called RGPR.
RGPR is built based on two classes to filter and
visualize GPR data by paying attention to step
by step data filtering process. There are many
-
63
basic methods of GPR data processing which
are implemented in the RGPR. However, the
RGPR is still under development and
improvement at this present. One of method that
used in RGPR is as stated in [14].
II. THE CONCEPT OF GPR DATA PROCESSING DEVELOPMENT
This study aims to develop a GPR data
processing, which is expected to can be used
freely. The development phase of GPR data
processing can be briefly explained in the Fig.
1.
As explained in [3], the editing and rubber
banding phases are the stages of preparing
survey GPR data that will be processed.
Information about the frequency which being
used, the distance between lines, the number of
lines, the number of traces, the type of file being
used and the others are things that must be
known from the beginning so that the data
processing in the