Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman
description
Transcript of Pengeleloaan Jalur Hijau Sudirman
PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA
JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA
PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA
Oleh :
RIDHO DWIANTO
A34204013
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal
Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI
Jakarta
Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto
NRP : A 342 04013
Program Studi : Arsitektur Lanskap
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS
NIP 131 430 805
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr.
NIP 131 124 019
Tanggal disetujui:
PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN
JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS
PERTAMANAN DKI JAKARTA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Ridho Dwianto
A34204013
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN). Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk,
seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,
ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis
aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai.
Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur
lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling
terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan
keindahan.
Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang
begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan
kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan
yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain
taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan
lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik
jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang
dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota.
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang
terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga
kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat
mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang
maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga
keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk
menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota.
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk
meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.
Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari
dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota
dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis permasalahan-
permasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk
mengatasinya.
Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi
(studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas
struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang
ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik
lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja
di lapangan.
Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu
Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,
ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,
sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.
Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI
Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan
terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah
satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi
udara di mana kota menjadi tidak nyaman.
Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola
ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970
melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan
semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.
Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan
Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau
Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.
Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan,
pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan,
jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna.
Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen
lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga
aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,
pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)
seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air
mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang
dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput,
penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon,
tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman
perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah,
serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau
bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau
jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain
sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan,
semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air
mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada
elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut.
Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal
berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja
pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan
bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang,
kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara
pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan.
Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi
kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu
program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang
dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di
ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember
2007 dan masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai kegiatan yang menonjolkan
betapa pentingnya hidup sehat dapat kita lihat mulai dari lomba senam poco-poco,
bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang
diselingi dengan beraneka macam hiburan.
Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam
mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya.
Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal
Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis
tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas
Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk
mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi
pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan
pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan
fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.
Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan
secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap.
Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang
dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi,
tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan
rencana anggaran biaya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan
Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas
Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang
dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas
Pertamanan DKI Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada
1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi
2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan
3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi
Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan
4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral
Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang
5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan
kebersamaan selama ini
6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi
atas doa dan kebersamaannya selama ini
7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu
8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti,
dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang,
kebahagiaan, dan kebersamaannya
9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan
Penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang
memerlukannya.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten
Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke
dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan
Rosmanidar.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan
Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah,
Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan
sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1
Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis
meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir
dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap,
Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
. 1.2 Tujuan Magang ................................................................... 2
1.3 Kegunaan Magang .............................................................. 3
1.4 Kerangka Pikir .................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5
2.1 Lanskap dan Lanskap Kota ................................................. 5
2.2 Ruang Terbuka Hijau .......................................................... 5
2.3 Jalur Hijau Jalan .................................................................. 7
2.4 Pengelolaan Lanskap ........................................................... 8
2.5 Pemeliharaan ....................................................................... 9
2.5 Pemeliharaan Ideal .............................................................. 9
2.6 Pemeliharaan Fisik .............................................................. 11
BAB III. METODOLOGI ................................................................... 12
3.1 Lokasi dan Waktu Magang ................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan ................................................................... 13
3.3 Metode Pelaksanaan ........................................................... 13
3.4 Pengumpulan Data .............................................................. 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................ 15
4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta .............................................. 15
4.1.1. Letak Geografis dan Administrati ....................... 15
4.1.2. Iklim .................................................................... 16
4.1.3. Geologi dan Tanah .............................................. 16
4.1.4. Tata Guna Lahan ................................................. 17
4.1.5. Topografi ............................................................ 18
4.1.6. Kualitas Udara ..................................................... 18
4.1.7. Vegetasi ............................................................... 19
4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi .......................... 21
4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta ........................ 22
4.2.1. Tugas Pokok ........................................................ 23
4.2.2. Fungsi .................................................................. 23
4.2.3. Visi ...................................................................... 23
4.2.4. Misi....................................................................... 23
4.2.5. Sasaran Program .................................................. 24
4.2.6. Program Unggulan ............................................... 24
4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan ........................... 24
4.4. Zona Pemeliharaan ........................ .................................... 26
4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 27
4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan ...................................... 28
4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja .................................................. 29
4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan ........................................ 30
4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan .... .................................. 32
4.10. Pengelolaan Administrasi .................. .............................. 33
4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman . 34
4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) .... 34
4.11.1.1. Pembabatan/Pemangkasan Rumput .... 34
4.11.1.2. Pengetrikan Rumput ............................ 36
4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput ............................................... 36
4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput .................. 37
4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung .......... 39
4.11.1.6. Penyiraman Tanaman .......................... 41
4.11.1.7. Pemupukan .......................................... 43
4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma ... 46
4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman 47
4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman............................................. 48
4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material).... 50
4.12. Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan ................................... 51
4.13. Hari Bebas Kendaraan Bermotor ..................................... 52
4.14. Wawancara Pengguna Jalan ............................................. 53
4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap ......................................... 61
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................... 64
5.1. Simpulan ............................................................................. 64
5.2. Saran ................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 66
LAMPIRAN ......................................................................................... 67
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta .................... 17
Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman .......... 19
Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 ......................... 21
Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ................................................................................ 29
Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja ............. 30
Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharan ............................................................................ 33
Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja ........ 34
Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan ............ 52
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka pikir magang ...................................................... 4
Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman…………………….... 12
Gambar 3. Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi ............................................................................ 15
Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ............................................................................ 26
Gambar 5. Zonasi kegiatan pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar FO. Karet, (e) pulau Jalan segitiga ex Bakin ...................... 27
Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman ............................................................... 35
Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda ............................................................................... 36
Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah diarea rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman ..................................... 38
Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda...................................................... 39
Gambar 10. Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman. 41
Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman...................................... 43
Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman............. 47
Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jenderal Sudirman. 51
Gambar 14. Aktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur (b) cepat Jalan Jenderal Sudirman .................................... 53
Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan ........................................................... 56
Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan .......................................................................... 56
vi
Gambar 17. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan ......................................................................... 56
Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan ........................................................................ 57
Gambar 19. Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ........................................................................... 58
Gambar 20. Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ......................................... 59
Gambar 21. Diagram mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman................................. 59
Gambar 22. Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ............................................................ 60
Gambar 23. Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ......................................... 61
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007……………………………. 68
Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan ……………………….... 69
Lampiran 3. Kondisi pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan .......... 70
Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Subdinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 …................................ 71
Lampiran 5. Gambar bagian-bagian jalan dan jalur hijau Jalan Jenderal Sudirman ..................................................................................... 72
Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tahap I …………… ........ 73
Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II ……………..….... 92
Lampiran 8. Lembar Kuisioner ……………………………………………… 114
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk
seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,
ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis
aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,
kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, serta unsur lainnya
baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait
sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan.
Untuk itu segala aspek yang saling terkait pelu dijaga dan dipelihara agar tetap
terjaga fungsinya, saling bermanfaat dan tetap terjaga kelestariannya secara
berkelanjutan.
Jakarta merupakan kota yang pembangunannya semakin meningkat setiap
tahun sehingga ruang terbuka hijau yang tersedia semakin sedikit. Pembangunan
dan penggunaan sumber polusi yang semakin meningkat menyebabkan keamanan,
kenyamanan dan keindahan kota semakin berkurang. Untuk keseimbangan
perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman
dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu
ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman.
Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area
rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya.
Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik
jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang
2
dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Begitu juga
kota Jakarta yang juga memiliki jalur hijau kota yang cukup luas sebagai ruang
terbuka hijau yang dapat meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan
kota.
Jalur hijau jalan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang
cukup luas di Jakarta sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan
yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Jalur hijau jalan Jakarta dapat
berfungsi untuk keindahan kota yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan yang
melewati jalur tersebut, baik yang menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki.
Jalur hijau jalan yang indah dapat digunakan pengguna jalan sebagai sarana untuk
menghilangkan stres, rasa jenuh setelah bekerja, dan rasa lelah dengan menikmati
keindahan jalur hijau jalan ketika melewatinya. Selain itu secara fungsional, jalur
hijau jalan kota Jakarta dapat mengurangi polusi kota, memberikan kenyamanan
bagi pengguna jalan, dan memperbaiki ekosistem lingkungan kota.
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang
terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga
kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat
mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang
maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga
keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk
menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Selain itu, Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman juga dapat dimanfaat sebagai sarana rekreasi bagi pengguna
jalan seperti menghilangkan stres, rasa jenuh dan lelah setelah bekerja dengan
menikmati keindahan jalur hijau tersebut.
1.2 Tujuan Magang
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk
meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.
Secara khusus tujuan dari kegiatan magang adalah :
1) mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang
terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengenal dan meningkatkan
3
keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala, dan
pemanfaatan potensi yang ada.
2) menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, baik yang bersifat
umum maupun yang khusus serta memberikan berbagai alternatif praktis
untuk mengatasinya.
1.3 Kegunaan Magang
Kegunaan magang di Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah :
1) peningkatan pemantapan sikap akademik mahasiswa dalam menghadapi
persoalan dan tantangan di lapangan.
2) pengembangan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi
kondisi lapangan kerja sesungguhnya.
1.4. Kerangka Pikir
Proses magang dilakukan di Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman di
bawah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Proses magang ini meliputi aspek
pengelolaan lanskap. Seluruh hasil analisis dan sintesis yang diperoleh kemudian
dirangkum secara deskriptif dan menghasilkan produk berupa rencana
pengelolaan lanskap jalur hijau kota yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas
estetika dan fungsonal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman (Gambar 1).
4
Gambar 1. Kerangka Pikir Magang
Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta
Jalur Hijau Kota yang Tetap Terjaga Secara Estetik dan Fungsional
Proses Magang
Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan
Ideal
Permasalahan
Solusi
Rekomendasi
Rencana Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota yang Berkelanjutan untuk Menjaga Kualitas Estetika dan
Fungsional
Fisik
Biofisik
Sosial Ekonomi Budaya
Potensi
Analisis
Evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap dan Lanskap Kota
Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter
lahan/tapak dan dengan segala sesuatu dengan apa yang ada di dalamnya baik
bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup
manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera
dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan yang memiliki
keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional. Lanskap adalah
suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh
seluruh indera manusia (Simonds dan Starke, 2006).
Ada bentukan-bentukan elemen lanskap yang dapat diubah dan tidak dapat
diubah. Elemen-elemen lanskap alami yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak
belukar dan lainnya. Sedangkan elemen-elemen lanskap yang tidak dapat diubah
antara lain bentukan topografi seperti gunung, lembah, sungai, pantai dan lain
sebagainya.
Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari
aktivitas manusia dalam mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya
pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari.
Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan
pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out
door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang
keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape).
2.2 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka mencakup keseluruhan lanskap, perkerasan, taman dan
tempat rekreasi di dalam kota. Elemen-elemennya meliputi taman-taman, ruang
terbuka hijau kota, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Ruang terbuka dapat
membentuk man-made atau natural, yang pada dasarnya adalah total kesatuan
6
yang terbentuk dalam kota yang digunakan sebagai wadah untuk istirahat dan
tempat kegiatan yang memiliki keterkaitan, diantaranya sebagai sistem orientasi.
Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang
berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan,
peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Ruang terbuka terdiri dari
ruang pergerakan linear dan ruang pulau sebagai tempat pemberhentian.
Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan
pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang Terbuka Hijau merupakan sebentang
lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas
geografis tertentu dengan status penguasaan hijau berkayu dan tahunan sebagai
tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan
tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta penunjang
fungsi RTH yang bersangkutan.
Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang,
ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Untuk proporsi ruang terbuka hijau pada
wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.
Sementara menurut Simonds dan Starke (2006), bahwa ruang terbuka
dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian lairan
sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir,
greenways (jalan bebas hambatan, jalan-jalan di taman, koridor transportasi, jalan-
jalan setapak, jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal
rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan
golf, kolam renang, lapangan tennis, anstalasi militer dan lainnya).
Ruang terbuka suatu ruang yang tidak ditutupi bagian atas lahannya
dengan berbagai tutupan dan mempunyai fungsi alami yang dominan. Bentuk
ruang terbuka tersebut antara lain pertamanan, ruang terbuka hijau, sungai, plaza
kota dan lainnya. Adapun peran ruang terbuka dalam suatu perkotaan, yaitu :
1) Merupakan unsur keindahan disebabkan menciptakan harmoni tata
lingkungan perkotaan,
7
2) Menyediakan ruang terbuka hijau yaitu berupa tanaman yang dapat
mengurangi pencemaran,
3) Memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang membutuhkanya.
Selain itu berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan
atas:
1) Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan
lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara.
2) Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga,
Tempat Pemakaman Umum (TPU).
3) Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman
lingkungan (community park).
Fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain fungsi arsitektural, fungsi
teknik, fungsi kenyamanan, fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi
arsitektural seperti membingkai ruang, menciptakan batasan-batasan dan lainnya.
Fungsi teknik seperti mengatasi bahaya erosi, memperbaiki struktur tanah dan
lainnya. Fungsi kenyamanan seperti menurunkan suhu kota, menyediakan udara
segar dan lainnya. Fungsi ekologis yaitu fungsi yang berkaitan dengan
kemampuan vegetasi meningkatkan kualitas ekosistem kota. Fungsi sosial
ekonomi seperti sebagai wadah kegiatan sosial bagi masyarakat kota, sebagai
wadah kegiatan ekonomi dan lainnya.
Manfaat dari ruang terbuka hijau adalah kesan estetis, orologis, protektif,
higinis dan manfaat edukatif. Manfaat estetika di mana ruang terbuka hijau dapat
meningkatkan keindahan suatu lanskap. Manfaat orologis di mana ruang terbuka
hijau bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi, banjir. Manfaat protektif di
mana ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai pelindung seperti sinar matahari,
angin kencang dan juga menyerap debu. Manfaat higinis di mana ruang terbuka
hijau menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap CO2 yang
berbahaya bagi manusia. Manfaat edukatif di mana ruang terbuka hijau dapat
bermanfaat sebagai sarana untuk belajar mengenal tanaman.
2.3 Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau jalan merupakan suatu area di sepanjang jalan yang ditanami
oleh berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi
8
polusi, peresapan air, serta tujuan estetika. Di sepanjang tepian jalan dapat
ditanami tanaman sesuai dengan luas dan lebar jalur yang digunakan. Adapun
Jalur hijau jalan tersebut antara lain jalur hijau jalan raya, jalan tol, jalan protocol,
jalur rel kereta api dan lainnya.
Jalur hijau dan lingkungan alami banyak dibutuhkan di area kota dan
pinggiran kota. Jalur hijau banyak dimanfaatkan penduduk kota untuk rekreasi,
transportasi, dan pendidikan alam. Jalur hijau di daerah kota memiliki potensi
untuk menyediakan suatu kombinasi yang unik dari segi ekologis dan sosial untuk
wilayah metropolitan.
Keuntungan ekologis dari jalur hijau ini antara lain sebagai kualitas arus
dan perlindungan lahan basah, perlindungan erosi dan banjir, habitat dan plasma
nutfah flora dan fauna, serta kualitas udara dan perbaikan iklim mikro.
Keuntungan sosial dari jalur hijau ini antara lain sebagai rekreasi, pendidikan
alam, kesempatan-kesempatan untuk berapresiasi penduduk kota, rute transportasi
non-konstrumtif seperti berjalan dan bersepeda, serta menyatukan bagian-bagian
yang terpisah dari wilayah metropolitan yang luas.
2.4 Pengelolaan Lanskap
Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan,
memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang
maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan
lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan,
pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta
lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan
Arifin, 2005).
Menurut Arifin dan Arifin (2005) lagi, pemeliharaan lanskap dimaksudkan
untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada
didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan
pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula.
Menurut Corder (1996), Pekerjaan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan
terencana dan pemeliharaan tidak terencana. Pemeliharaan terencana terdiri dari
9
aktivitas pencegahan, sedangkan pemeliharaan yang tidak terencana merupakan
pemeliharaan yang bersifat insidential.
Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga tipe organisasi
pemeliharaan, yaitu:
1) Sistem pemelihaan Unit (Unit Maintenance) yaitu pemeliharaan yang
didasarkan pada unit-unit taman yang ada, sehingga setiap unit taman
mempunyai tim pemeliharaan sendiri
2) Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew), yaitu
pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti
pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, pegawai
berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya.
3) Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract), yaitu
pemeliharaan diserahkan pada kontraktor, sehingga seluruh pekerjaan
pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.
Menurut Sternloff dan Warren (1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah
untuk menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau
desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1) Menetapkan prinsip-prinsip operasi
2) Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan
3) Melakukan pengawasa dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
2.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal
lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau
sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan
fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal
lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman.
2.6. Pemeliharaan Ideal
Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen
lanskap baik soft material maupun hard material sehingga sesuai dengan tujuan
10
dan fungsi semula. Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan
ini memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap
mempertahankan disain awal yang telah dibentuk.
Untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam
pemeliharaan ideal tetap terjaga maka usaha yang dilakukan untuk menunjang
pemeliharaan fisik antara lain :
1) Pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen-elemen tanaman dan elemen
keras
2) Pada renovasi tata hijau penggunaan tanaman lokal dilakukan untuk
memudahkan penggantian/penyulaman.
Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai
berikut (Carpenter et al.,1975) :
1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana
sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan
2) Pemilihan elemen tanaman merupakan salah satu pertimbangan terpenting,
karena biasanya semakin eksotis suatu tanaman semakin sulit
pemeliharaannya.
3) Perancangan dengan pendekatan terhadap alam.
Sedangkan menurut Sulistyantara (2006), beberapa upaya untuk
mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal antara lain:
1) Merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga
pemeliharaan fisik mudah dilakukan.
2) Membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga
alur kegiatan di dalamnya akan selalu lancar.
3) Memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan
perkerasan yang sesuai.
4) Melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu
penerangan, jaringan utilitas dan lain sebagainya.
Kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau kota seperti di jalur hijau jalan
adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan, toleran terhadap stres lingkungan,
tahan terhadap hama dan penyakit dan memiliki sifat fisik yang memenuhi
kebutuhan disain.
11
2.7. Pemeliharaan Fisik
Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen
lanskap baik hard material maupun soft material. Adapun yang termasuk ke
dalam elemen hard material misalnya perkerasan/paving, bangku, shelter, lampu
jalan, dan lainnya, dan yang termasuk ke dalam elemen soft material yaitu
tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik
baik elemen hard material maupun soft material tetap berfungsi dengan baik,
indah, dan berkelanjutan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Magang
Lokasi kegiatan magang bertempat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta di
bawah Subdinas Jalur Hijau bagian Seksi Jalur Hijau Jalan yang terletak di Jakarta
Pusat. Kegiatan magang ini mengambil lokasi di jalan Jenderal Sudirman yaitu
mengenai pengelolaan jalur hijau kota di jalan tersebut. Kegiatan magang
berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan
Juni 2008.
U
(Tanpa skala)
Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman
13
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan magang antara lain: Peta, kamera,
alat tulis dan peralatan teknis lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa
kuisioner pengamatan langsung ke lapangan dan survei serta studi pustaka.
3.3 Metode Magang
Ruang lingkup yang telah dilaksanakan pada kegiatan magang ini meliputi
aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi
mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas, peraturan dan sistem
pembagian kerja yang ada di dalam Dinas serta pekerjaan yang dilakukan di
studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta
pembagian kerja di lapangan.
Kegiatan magang yang telah dilaksanakan menggunakan metode survei,
wawancara, partisipasi aktif baik di studio maupun di lapangan, dan mencari
berbagai sumber pustaka. Untuk metode survei dan wawancara digunakan angket
untuk menanyakan kepada responden apakah jalur hijau jalan ini telah sesuai
dengan fungsinya dan bernilai estetika. Adapun responden yang akan ditanya
yaitu pengguna jalur hijau jalan tersebut seperti pejalan kaki, pengendara
kendaraan bermotor di jalur hijau tersebut. Pada kegiatan magang yang telah
dilaksanakan, aspek pengelolaan jalur hijau jalan kota menjadi kasus yang
diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan sebagai kegiatan
pendukung atau partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara
keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan
dikaitkan dengan pengelolaan dilaksanakan di studio dan di lapangan.
3.4 Pengumpulan Data
Pengambilan data dan imformasi dilakukan melalui pengamatan langsung
di lapangan, survei, wawancara dan studi pustaka. Data dan informasi yang
diperlukan meliputi data fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Adapun data
yang dibutuhkan antara lain:
1) Sumberdaya
a. Peta penggunaan lahan.
14
2) Konsep dan Pelaksanaan Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
a. Tujuan umum kegiatan pengelolaan,
b. Kegiatan pengelolaan ideal dan fisik,
c. Indikator dan standar kegiatan pengelolaan,
d. Kegiatan pengelolaan untuk menciptakan keseimbangan ekologis.
3) Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta
a. Inventarisasi fasilitas dan peralatan untuk kegiatan pemeliharaan,
b. Rencana jadwal dan cara pemeliharaan
c. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan
(perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas pada kontraktor),
d. Anggaran biaya kegiatan pengelolaan, digunakan untuk
menganalisis :
1. Jenis kegiatan,
2. Biaya pembeliaan / penyewaan peralatan dan bahan,
3. Luas area yang dikelola,
4. Jumlah tenaga kerja,
5. Upah tenaga kerja,
6. Kapasitas kerja,
7. Frekuensi kegiatan pemeliharaan (harian, mingguan, bulanan,
triwulan, semesteran, tahunan insidential).
e. Kegiatan pemeliharaan Jalar Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta
1. Pemupukan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),
2. Pemangkasan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),
3. Penyiraman (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),
4. Penyiangan gulma,
5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
6. Penyulaman dan pemindahan tanaman serta pengadaan bibit
tanaman.
4) Lembaga Pengelola
a. Struktur Organisasi,
b. Jumlah pegawai Pemeliharaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta
Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu
Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,
ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,
sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.
Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI
Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan
terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah
satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi
udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Selain untuk mengurangi tingkat polusi
kota Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat menambah dan meningkatkan
keindahan kota. Untuk itu perlu diperhatikan pengelolaan pemeliharaan yang baik
terhadap jalur hijau jalan tersebut sehingga keindahan jalur tersebut dapat
dipertahankan (Gambar 3).
Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi
4.1.1. Letak Geografis dan Administratif
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri atas daratan dan lautan, sesuai SK
Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 di mana luas daratan 664,12 km2
dengan tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan
luas lautan. DKI Jakarta terletak pada posisi 605’ LS – 6023’ LS dan 106041’ BT –
16
106058’ BT dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 m di atas permukaan laut.
Batas administrasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa,
Sebelah Selatan dan Timur : Provinsi Jawa Barat,
Sebelah Barat : Provinsi Banten.
DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah kota yang berkedudukan sebagai
daerah tingkat dua di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima walayah ini
masing-masing dipimpin oleh walikota. Kelima kota tersebut yaitu kota Jakarta
Pusat (50,4 km2), kota Jakarta Utara (154,01 km2), kota Jakarta Selatan (145,73
km2), kota Jakarta Barat (126,25 km2), dan kota Jakarta Timur (187,73 km2).
Lokasi magang adalah pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang terdapat
di Jakarta Pusat dengan panjang 3,05 km. Jalan Jenderal Sudirman yang
merupakan salah satu jalan protokol di wilayah Jakarta dan juga sebagai ruang
terbuka hijau kota sehingga perlu dijaga dan dilakukan pemeliharaan yang baik
dan teratur. Luas jalur hijau pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta adalah
184.595,89 m2.
4.1.2. Iklim
Untuk data iklim DKI Jakarta diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG) wilayah DKI Jakarta. Data iklim yang dipakai adalah data iklim
tahun 2007 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data iklim tahun
2007, Jakarta beriklim cukup panas di mana suhu rata-rata dalam 1 tahun 28,50C,
dengan suhu rata-rata maksimum kota Jakarta adalah 290C terjadi pada bulan
Oktober dan suhu rata-rata minimum 27,50C pada bulan Februari. Kelembaban
udara rata-rata dalam satu tahun sebesar 73,9%, kecepatan angin rata-rata 3,0 knot
dan curah hujan rata-rata 11,1 mm/hari dalam satu tahun.
4.1.3. Geologi dan Tanah
Jenis tanah di DKI Jakarta termasuk tanah mediteran merah sampai kuning
jenis grumosol dari batu endapan berkapur pada daerah berbukit dan sebagian lagi
jenis latosol, podzolik merah kuning dari batu endapan bekuan. Apabila dilihat
17
dari bentuk fisiografinya, wilayah DKI Jakarta terdiri dari dataran alluvial, jalur
aliran dataran, dan perbukitan.
Pada umumnya keadaan tanah di DKI Jakarta banyak yang telah
mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill). Begitu juga pada jalur hijau
jalan kota Jakarta sebagian besar tanahnya telah mengalami penggalian dan
penimbunan. Jenis tanah yang ada di lokasi magang Jalan Jenderal Sudirman
merupakan tanah urugan tanah latosol merah.
4.1.4. Tata Guna Lahan
Akibat pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sosial yang sangat pesat
sedangkan lahan yang tersedia di Jakarta terbatas, sehingga perlu penggunaan
lahan yang efisien. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota
terhadap ruang terbuka hijau kota maka pemerintah menetapkan rencana Tata
Ruang Wilayah Jakarta tahun 2010. Selain itu Dinas Pertamanan memiliki
rencana strategis program-program unggulan tiap tahunnya seperti peningkatan
kuantitas taman, peningkatan kualitas taman, peningkatan kualitas jalur hijau, dan
lainnya. Penggunaan ruang terbuka hijau pertamanan di seluruh DKI Jakarta
adalah untuk taman kota, jalur hijau jalan, taman bangunan umum, jalur tepian air,
dan taman rekreasi (Tabel 1). Taman kota merupakan taman umum pada skala
kota yang diperuntukan sebagai fasilitas untuk rekreasi, olah raga dan sosialisasi
masyarakat dikota yang bersangkutan.
Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta No. Variabel Kondisi/Unit 1. Taman kota 2..149.935 m2 2. Jalur hijau jalan 5.626.313 m2 3. Taman bangunan umum 3.690.346 m2 4. Jalur tepian air 571.385 m2 5. Taman rekreasi 8.723.170 m2 Luas Total 20.761.151 m2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
Jalur hijau kota adalah ruang terbuka hijau untuk keserasian lingkungan
dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan, penyerapan air dan penyegaran
udara. Jalur tepian air adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang ditentukan
sebagai daerah pengaman, terdapat di sepanjang batas badan air kerah darat
seperti badan sungai dan danau. Taman rekreasi adalah bagian dari ruang terbuka
18
hijau kota yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi. Taman bangunan adalah
taman yang terletak dalam kavling bangunan yang terdiri dari vegetasi atau unsur-
unsur estetis lainnya yang ditata dengan serasi dengan tetap memperhatikan fungsi
bangunan dan ruang terbukanya.
4.1.5. Topografi
Wilayah DKI Jakarta memiliki Luas 65.000 Ha. Ketinggian rata-rata
wilayah DKI Jakarta berada 7 m di atas permukaan laut, dan sekitar 40% (24.00
Ha) wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah di bawah laut pasang yaitu 1
m sampai dengan 1,5 m, sehingga ketika terjadi air pasang dataran tersebut
tergenang air atau banjir. Selain itu akibat pembangunan lahan yang terus terjadi
menyebabkan area resapan semakin sedikit ketika terjadi air laut pasang.
4.1.6. Kualitas Udara
Kota yang padat penduduknya, pembangunan permukiman semakin
banyak, sumber polusi yang semakin meningkat pula sedangkan ruang terbuka
hijau kota yang semakin berkurang menyebabkan kualitas udara semakin
menurun. Kualitas udara yang berkurang akibat polusi yang terjadi menyebabkan
berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota terhadap penduduk kota yang
tinggal dan beraktivitas pada kota tersebut, seperti terjadinya gangguan kesehatan
sehingga menimbulkan penyakit pada manusia. Selain itu kualitas udara yang
tidak nyaman dapat mengganggu manusia ketika melakukan aktivitas.
Begitu juga untuk kualitas udara di kota Jakarta, di mana penduduknya
yang semakin padat, pembangunan semakin meningkat, sehingga terjadi
penurunan kualitas udara akibat kurangnya kawasan ruang terbuka hijau kota
sedangkan sumber polusi seperti kendaraan bermotor, pabrik industri semakin
banyak dan meningkat. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tahun 2008 lebih
kuran 5,7 juta unit kendaraan, dengan jumlah mobil 2,2 juta unit dan jumlah
sepeda motor 2,5 juta unit. Jumlah kendaraan di Jakarta cukup banyak sehingga
zat-zat polusi yang dikeluarkan juga banyak yang menyebabkan keamanan dan
kenyamanan kota semakin berkurang. Zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber
pencemar ini antara lain Nitrogen Oksida (NOX), Sulfur Dioksida (SO2), debu
19
serta kandungan Timah Hitam (Pb) dalam debu. Zat-zat ini dapat menyebabkan
lapisan ozon menjadi rusak, mengganggu atau menurunkan jarak pandang dan
juga dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia. Untuk itu sangat penting
keberadaan ruang terbuka hijau di kota Jakarta baik itu taman kota, hutan kota,
jalur hijau kota untuk mengurangi polusi udara yang terjadi akibat zat-zat yang
dikeluarkan oleh sumber pencemaran tersebut. Dengan semakin meningkatnya
ruang terbuka hijau suatu kota akan dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas udara kota Jakarta.
4.1.7. Vegetasi
Jalur hijau jalan kota Jakarta memiliki beragam vegetasi yang ditanam di
sepanjang jalan seperti pohon, palem, perdu, semak, herba, rumput-rumputan dan
tanaman merabat. Vegetasi tersebut ditanam dan ditata sedemikan rupa dan juga
pemeliharaan yang dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga menambah
kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman juga memiliki bermacam-macam tanaman yang ditanam dan ditata
dengan baik dan teratur, dengan kondisi yang cukup baik, sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keindahan kota umumnya dan jalur
hijau tersebut khususnya. Beberapa jenis tanaman khususnya pada Jalur Hijau
Jalan Jenderal Sudirman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
Nama Latin Nama Lokal Kondisi Pohon Cassia multijuga Kasia Baik Delonix regia Flamboyan Baik Swietenia mahagonii Mahoni Tidak semua baik Plumeria spp. Kamboja Baik Pterocarpus indicus Angsana Baik Pithecolobium dulce Lamtoro Baik Cerbera odollam Bintaro Baik Cordia sebestana Jati mas Baik Polyalthia longifolia Glodogan tiang Tidak semua baik Ficus benyamina Beringin Baik Manilkara kauki Sawo kecik Baik Lagerstroemia indica Bungur Baik Bignoniaceae Tabe buya Baik
20
Tabel 2. Lanjutan Pohon Teminalia catappa Ketapang Baik Mimusops elengi Tanjung Baik Samanea saman Kihujan Baik Albizia falcataria Sengon Baik Palem Roystonea regia Palem raja Baik Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning Baik Rhapis excelsa Palem wregu Baik Elaeis guinensis Kelapa Sawit Baik Perdu Adenium cutanium Kamboja jepang Baik Cordyline terminalis Hanjuang merah Baik Jantropa sp. Batavia Baik Semak Ixora javanica Soka Baik Rora sp. Mawar Baik Mussaendah sp. Nusa Indah Baik Neoregelia sp. Nanas hias Baik Iresine herbstii Bayam merah Baik Bougenvillea sp. Bugenvil Baik Arachis pintoii Kacang-kacangan Baik Codeaum variegatum Puring Baik Allium tuberosum Kucai Baik Adiantum cuneatum Suplir Baik Dracaena sp. Drasena Baik Pandanus pygmaeus Pandan variegata Baik Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu Baik Herba Hyppeastrum sp. bakung Baik Canna indica kana merah Baik Zephyranthes candida Bawang-bawangan Baik Chlorophytum comosum Lili paris Baik Grasses/Rumput-rumputan Zoysia matrella Rumput Peking Baik Axonopus compressus Rumput gajah Baik Merambat Ipomoea batatas Telo-telo Baik Scindapsus aureus Sirih belanda Baik
21
4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi
Kota Jakarta yang merupakan sebagai Ibukota Republik Indonesia
menjadikan kota ini menjadi pusat dari segala aktivitas. Banyaknya masyarakat
Indonesia baik itu dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawasi, hingga
Indonesia bagian timur yang tergiur untuk datang dan bekerja karena banyaknya
lapangan kerja yang tersedia baik itu dalam pemerintahan, perdagangan, industri
dan lain sebagainya.
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun,
menunjukan hasil bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan sehingga
dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang seperti permukiman,
pendidikan, kesehatan, dan juga ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jumlah
penduduk sehingga terjadi pembangunan permukiman, sarana dan prasarana
umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya yang menyebabkan ruang
terbuka hijau kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota semakin sempit dan
berkurang yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan kota Jakarta.
Berdasarkan data bulan Januari 2008 jumlah penduduk Jakarta adalah 8.489.910
jiwa. Jumlah penduduk ini terbagi atas lima wilayah kota dan satu kabupaten yang
terdiri atas warga negara Indonesia dan warga negara asing (Tabel 3).
Untuk sosial ekonomi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Jalur Hijau
Jalan Jenderal Sudirman bermacam ragam mulai dari pelajar, mahasiswa,
pedagang, tukang ojek, karyawan perkantoran dan perbankan, pegawai negeri dan
lain sebagainya.
Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 No Wilayah Jumlah (Jiwa) WNI WNA Total 1. Jakarta Pusat 930.674 831 931.505 2. Jakarta Utara 1.420.388 884 1.421.272 3. Jakarta Selatan 1.885.302 1.163 1.886.465 4. Jakarta Barat 1.634.781 586 1.635.367 5. Jakarta Timur 2.592.940 922 2.593.862 6. Kepulauan Seribu 21.425 14 21.439 Total 8.485.510 4.400 8.489.910
Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya (http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistik/penduduk-dki-jakarta/42-statistik/4-jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta)
22
4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola
ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970
melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan
semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.
Dinas Pertamanan awalnya diprakarsai oleh DPRD Provinsi Jakarta pada
tahun 1961 yang merekomendasikan perlunya penataan pertamanan kota Jakarta
agar dapat setara dengan Ibukota negara lain di dunia. Pada tahun 1962
Pemerintah DKI Jakarta mendirikan Akademi Pertamanan (AKAP) yang para
lulusannya dapat langsung bekerja di Seksi Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi DKI Jakarta.
Pada awal keberadaannya, Dinas Pertamanan memberikan perubahan yang
cukup signifikan terhadap wajah kota Jakarta. Wajah Jakarta yang dulunya
gersang telah berubah menjadi kota yang hijau. Hingga tahun 2005 peran Dinas
Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas visual dan
lingkungan kota Jakarta telah berkembang dengan ditanganinya beberapa program
baru seperti penataan koridor jalur busway, penambahan ruang terbuka hijau di
kawasan pemukiman kumuh padat, peningkatan kuantitas dan kualitas ornamen
ruang kota dan penataan jalur pedestrian pada koridor-koridor utama kota.
Struktur Organisasi Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 8 Tahun 2002 mengenai
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Dinas
Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dikepalai oleh satu Kepala Dinas, yang
membawahi satu bagian Tata Usaha, empat Subbagian, enam Subdinas, dua puluh
satu Seksi, lima Suku Dinas, lima Subbagian Tata Usaha, tiga puluh Seksi Suku
Dinas dan empat puluh tiga Seksi Dinas Pertamanan Kecamatan (Lampiran 2).
Berdasarkan data tahun 2007 Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta memiliki
253 orang pegawai yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak
Tetap menurut SK Gubernur DKI Jakarta dan Pegawai Tidak Tetap Non SK
Gubernur DKI Jakarta (Lampiran 3).
23
4.2.1. Tugas Pokok
Adapun tugas pokok Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah
menyelenggarakan penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau, ruang terbuka
kota, keindahan dan tata hias kota serta penyelenggaraan pelayanan di bidang
pertamanan.
4.2.2. Fungsi
Adapun fungsi Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertamanan dan keindahan kota
2) Pemberian perizinan atau rekomendasi, legalisasi, dan sertifikasi di bidang
pertamanan dan keindahan kota
3) Pemungutan retribusi di bidang pertamanan dan keindahan kota
4) Pemeliharaan, pengelolaan, dan pengamanan di bidang pertamanan dan
keindahan kota
5) Pemberdayaan usaha dan peran serta masyarakat di bidang pertamanan
dan keindahan kota
6) Pelayanan perencanaan teknis pertamanan dan keindahan kota
7) Pelayanan dan penyediaan taman/tanaman untuk masyarakat
8) Pengelolaan dukungan teknis dan administratif
9) Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Subdinas
4.2.3. Visi
Visi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah mewujudkan tertatanya
ruang terbuka hijau dan keindahan Kota Jakarta.
4.2.4. Misi
Adapun misi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain:
1) Membangun ruang terbuka hijau sesuai kebutuhan kota Jakarta
2) Melaksanakan penghijauan di seluruh ruang terbuka kota Jakarta
3) Meningkatkan keindahan kota melalui penataan elemen sarana dan
ornamen kota
4) Menggalang peran serta aktif masyarakat di bidang Pertamanan dan
Keindahan kota
24
4.2.5. Sasaran Program
Sasaran program Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain:
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota melalui :
a. Pembangunan taman kota dan jalur hijau kota
b. Penanaman/penghijauan pohon
c. Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau
2) Meningkatkan keindahan kota, melalui penataan elemen sarana dan
ornamen kota
3) Menyediakan panduan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau
pertamanan
4) Menyediakan bibit tanaman dan melakukan pembesaran tanaman
5) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang pertamanan dan
keindahan kota.
4.2.6. Program Unggulan
Selain sasaran program, Dinas Pertamanan DKI Jakarta mempunyai
program unggulan, yaitu:
1) Penyediaan taman RTH di kawasan padat penduduk
2) Penataan koridor jalur transportasi busway, monorail dan kanal
3) Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau dari penggunaan di luar
peruntukannya
4) Peningkatan fungsi dan penampilan taman kota
5) Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas ruang publik seperti
penyediaan pedestrian dan pembangunan ornamen kota
6) Penyediaan bibit tanaman pelindung bagi masyarakat untuk percepatan
penghijauan kota
7) Peningkatan kualitas jalur hijau tepian air dan penyempurna
4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan
Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan
Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau
Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.
25
Subdinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan,
pemeliharaan, pengendalian dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan,
jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna. Dalam kegiatan magang yang
dilakukan di Dinas Pertamanan, Mahasiswa berada di bawah Subdinas Jalur Hijau
pada bagian Seksi Jalur Hijau Jalan. Subdinas Jalur Hijau memiliki tugas yaitu :
1) Perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, pengelolaan jalur hijau yang
meliputi jalur hijau jalan, tepian air, hijau penyempurna, dan jalur hijau
lainnya.
2) Pembinaan dan konsultasi terhadap seluruh kegiatan jalur hijau kota.
3) Inventarisasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan jalur hijau kota
4) Pelaksanaan penghijauan pada seluruh jalur hijau kota
Jalur hijau jalan yang merupakan salah satu bentuk jalur hijau yang
dikelola oleh Seksi Jalur Hijau Jalan yang berada di bawah Subdinas Jalur Hijau.
Seksi Jalur Hijau Jalan memiliki 35 pegawai yang terdiri atas seorang Kepala
Seksi, 4 orang staf teknis dan administrasi, dan 30 orang pengawas lapangan
(Lampiran 4). Seksi Jalur Hijau Jalan ini memiliki tugas sebagai berikut :
1) Menyusun dan melaksanakan rencana kerja seksi jalur hijau jalan
2) Melakukan pendataan, monitoring, dan inventarisasi jalur hijau jalan.
3) Melakukan pembangunan, penataan, dan pembinaan jalur hijau jalan
4) Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pemekaran jalur hijau
jalan
5) Melaksanakan koordinasi penghijauan, dan pengindahan di areal jalur
hijau jalan.
6) Melakukan pengelolaan jalur hijau jalan
Struktur oganisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terdiri
atas pengawas lapang dan tenaga pemeliharaan yang bertanggung jawab kepada
kepala Seksi Jalur Hijau. Pengawas lapangan bertugas untuk mengawasi dan
mengontrol kegiatan pemeliharaan di lapangan. Tenaga pemeliharaan bertugas
dalam melakukan dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan di lapangan (Gambar
4). Tenaga pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan yang telah diberikan dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
26
Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 4.4. Zonasi Pemeliharaan
Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan DKI Jakarta membagi Jalur
hijau jalan ke dalam 8 zonasi atau blok berdasarkan letaknya di masing-masing
wilayah di lima wilayah Kota, yaitu kota Jakarta Pusat, kota Jakarta Utara, kota
Jakarta Selatan, kota Jakarta Timur dan kota Jakarta Barat. Seksi Jalur Hijau Jalan
juga melakukan kegiatan pemeliharaan di 8 zonasi atau blok tersebut. Dalam
kegiatan magang yang telah dilakukan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan
ini mengambil zona atau bagian di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang
merupakan area/zona Blok V. Pada area/zona Blok V ini kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu sekitar Air Mancur Patung
Pemuda, Pulau Jalan sekitar FO.Karet, Jalur Jalan Jenderal Sudirman, Pulau Jalan
depan BNI 45, Pulau Jalan Segitiga ex Bakin (Gambar 5).
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terbagi atas bagian median jalan,
bagian separator, taman air mancur patung pemuda, dan taman pulau jalan yang
dapat menambah nilai estetika lanskap jalan yang juga mempunyai fungsi dengan
tujuan untuk melestarikan lingkungan. Bagian median jalan merupakan jalur hijau
Kepala Dinas Pertamanan
Kepala Subdinas Jalur Hijau
Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan
Pengawas lapang
Pemeliharaan Jalur Hijau
Tenaga pemeliharaan tanaman
Tenaga Pemeliharaan Areal Jalur Hijau
27
jalan yang berada pada bagian tengah jalan yang memisahkan dua jalur jalan yang
berlawanan arah. Jalur separator merupakan bagian jalur hijau jalan yang
memisahkan jalur cepat dan jalur lambat (Lampiran 5).
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 5: Zonasi Kegiatan Pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar F.O Karet, (e) Pulau Jalan segita ex Bakin
4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman
Sistem pemeliharaan pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta
mengalami perubahan dari sistem swakelola menjadi sistem pemeliharaan oleh
kontraktor. Hal ini berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 mengenai Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Pemilihan kontraktor
untuk kegiatan pemeliharaan jalur hijau dilakukan dengan sistem tender atau
dilelang terlebih dahulu.
Setelah dilakukan proses pelelangan pihak Dinas Pertamanan melakukan
penunjukan langsung kontraktor mana yang akan melakukan kegiatan
pemeliharaan tersebut. Setelah kontraktor dipilih, pihak Dinas membuat suatu
surat perjanjian kontrak yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak sebelum
kegiatan pemeliharaan dilaksanakan. Surat perjanjian kontrak berisi tentang
kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan, peraturan-peraturan pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan, lingkup tugas dan pemeliharaan, jangka waktu
pemeliharaan, anggaran biaya pemeliharaan, sanksi, jaminan pelaksanaan, serah
28
terima pekerjaan dan lain sebagainya yang disetujui kedua belah pihak sebelum
tanda tangan surat perjanjian kontrak dilakukan (Lampiran 6 dan Lampiran 7).
Pada masa pelaksanaan magang untuk kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau
Jalan Jenderal Sudirman untuk tahun 2008/2009 dibagi dalam dua tahap
pelaksanaan. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai dari bulan Januari sampai
dengan Maret 2008. Kontraktor pelaksana pemeliharaan tahap I Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman dilaksanakan oleh PT. RASA TAMA WULANPERSADA
(Lampiran 6). Setelah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tahap I selesai,
dilakukan proses tender atau pelelangan kembali oleh pihak Dinas Pertamanan
untuk memilih kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman tahap kedua. Proses pelelangan berlangsung selama satu bulan
yaitu pada bulan April sehingga selama proses pelelangan tersebut terjadi
kekosongan pelaksana kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman.
Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk tahap II terjadi
pergantian kontraktor pemeliharaan. Kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II adalah PT. LANGGENG SADAM
PURNAMA. Waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tahap II dimulai dari
bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009 (Lampiran 7).
4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan
Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah
ditentukan. Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dijadwalkan adalah pemeliharaan
yang rutin dilakukan, yaitu pemangkasan, penyiraman, pendangiran, pengetrikan,
pembersihan/penyapuan dan lain sebagainya (Tabel 4). Kegiatan pemeliharaan
yang teratur akan dapat menghasilkan suatu pemeliharaan yang baik, rapi, dan
bersih sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan keindahan jalur hijau jalan
tersebut. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai 2 Januari 2008 sampai dengan 31
Maret 2008. Untuk kegiatan pemeliharaan tahap kedua dimulai 12 Mei 2008
sampai dengan 12 Mei 2009. Jenis kegiatan dan frekuensi kegiatan pemeliharaan
baik pemeliharaan tahap I maupun kegiatan pemeliharaan tahap II tidak ada
perbedaan.
29
Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
No Uraian Pekerjaan Frekuensi (1 bulan) 1 Pemangkasan rumput 1 kali 2 Pengetrikan rumput 1 kali 3 Penyapuan/pembersihan sampah/rumput 10 kali 4 Penyiraman rumput 10 kali 5 Penyiraman pohon 10 kali 6 Pendangiran Pohon 1 kali 7 Pemangkasan tanaman hias 1 kali 8 Penyiraman tanaman hias 10 kali 9 Pendangiran tanaman hias 1 kali
10 Pendangiran tanaman perdu 1 kali 11 Pemangkasan ringan tanaman perdu 1 kali 12 Penyiraman tanaman perdu 10 kali 13 Angkutan truk sampah 1 kali
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Kualitas suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh
tenaga kerja yang digunakan. Terdapat beberapa kriteria yang diperlukan terhadap
tenaga kerja agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Kriteria tersebut
berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, keterampilan para pekerja terhadap
jenis pekerjaan yang dilakukan, terutama yang berhubungan dengan tanaman.
Selain itu tenaga kerja yang digunakan juga harus memiliki jiwa yang mau
bekerja keras, rajin, disiplin sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang
maksimal.
Untuk tenaga kerja di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman berjumlah 21
orang dan dibagi ke dalam dua bagian kelompok kerja yaitu tenaga ahli taman,
dan pekerja pemeliharaan. Untuk tenaga ahli taman terdiri dari 1 orang, dan
sebagai pekerja terdiri dari 20 orang. Untuk Jumlah tenaga kerja pemeliharaan
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman serta uraian kegiatan dapat dilihat pada Tabel
5.
Dalam kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ini
terdapat pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut. Adapun
pihak-pihak yang terlibat langsung antara lain Kepala Subdinas Jalur Hijau Jalan,
30
Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan, Kontraktor, Pengawas lapang, Tenaga Harian
Lepas (THL).
Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja
No Uraian kegiatan Kebutuhan personil
1 Tenaga Ahli Taman 1 orang 2 Pekerja Kegiatan Pemeliharaan 20 orang
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
Untuk kehadiran, waktu masuk serta pulang para pekerja, dan kegiatan
pekerja setiap harinya dikontrol oleh pengawas lapangan. Untuk jam masuk kerja
dimulai dari pukul 08.00 WIB dan waktu kerja sampai pukul 16.00 WIB dengan
jam istirahat antara pukul 12.00-13.00 WIB. Agar kegiatan pekerjaan yang
dilakukan oleh pekerja berjalan dengan baik dan dengan hasil yang maksimal
diperlukan pengawasan yang intensif oleh pengawas lapang terhadap tenaga kerja,
komunikasi yang baik antara pengawas lapang dengan tenaga kerja seperti dengan
memberi motivasi serta membagi ilmu pengetahuan tentang cara pemeliharaan
yang baik di saat pekerja melakukan pekerjaan pemeliharaan.
4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan
Dalam pembiayaan untuk Dinas Pertamanan DKI Jakarta keuangan
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Daerah dengan sumber dana yang sah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Perda no.8 tahun
2002). Besar kecilnya anggaran tergantung dari besarnya pendapat asli daerah.
Anggaran biaya ini merupakan faktor pembatas yang sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan baik kegiatan pemeliharaan intensif maupun
pemeliharaan ekstensif (Carpenter et al., 1975).
Dalam menyusun suatu anggaran biaya pemeliharaan perlu dilakukan
secara rinci dan teliti sehingga dapat menghasilkan pemeliharaan yang maksimal.
Penyusunan anggaran biaya tersebut disusun berdasarkan luas arael jalur hijau
jalan yang dipelihara, standar biaya tenaga kerja, kelengkapan dan efektivitas
peralatan pemeliharaan, serta bahan habis pakai.
Karena sumber anggaran biaya pemeliharaan berdasarkan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah sehingga jumlahnya terbatas maka kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan tidak mencukupi standar dan frekuensi
31
pemeliharaan sehingga masih banyak kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan dan hasil yang dicapai tidak maksimal dan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Anggaran biaya pemeliharaan jalur hijau jalan ini
disusun berdasarkan biaya anggaran pemeliharaan yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu.
Perencanaan anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman dibuat oleh seksi jalur hijau jalan dengan diketahui oleh Kepala
Subdinas Jalur Hijau dan selanjutnya disetujui oleh Kepala Dinas Pertamanan.
Untuk anggaran biaya pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk
periode tahun 2008 dibagi dalam dua tahap, tahap I dimulai dari bulan Januari
2008 sampai bulan Maret 2008, dan tahap II dimulai dari bulan Mei 2008 sampai
dengan bulan Mei 2009. Harga dasar pemeliharaan dalam satu bulan untuk tahap
pertama dan tahap kedua berbeda, hal ini disebabkan karena besar anggaran biaya
yang didapat melalui APBD untuk pemeliharaan tahap pertama dan kedua sangat
terbatas, begitu juga besaran atau luas area pemeliharaan antara pemeliharaan
tahap I dan tahap II juga berbeda hal ini juga disebabkan karena keterbatasan
dana. Anggaran biaya pemeliharaan dibuat berdasarkan hasil perhitungan harga
satuan, besaran satuan, dan frekuensi masing-masing kegiatan pemeliharaan yang
kemudian dijumlahkan secara total, ditambah PPn 10%.
Anggaran biaya pemeliharaan pada tahap I berjumlah sebesar Rp
282.816.900,00 setelah ditambah PPn sebesar 10% untuk kontrak kegiatan selama
3 bulan. Harga dasar pemeliharaan setiap bulannya sebesar Rp 85.702.000,00.
Pembayaran dilakukan secara berkala setiap bulan selama kontrak kegiatan
pemeliharaan sebesar Rp 84.593.900,00. Untuk anggaran biaya pemeliharaan
tahap II berjumlah sebesar Rp 772.822.500,00 setelah ditambah PPn sebesar 10%
untuk kontrak selama satu tahun. Harga dasar pemeliharaan dalam satu bulan
sebesar Rp 58.359.100,00. Pembayaran dilakukan secara berkala setiap bulannya
selama masa kontrak, tetapi besar pembayaran setiap bulannya berbeda sesuai
dalam surat perjanjian kontrak. Untuk angsuran pembayaran tahap I yaitu pada
bulan Mei 2008 sebesar Rp 41.751.900,00. Untuk angsuran pembayaran tahap II
sampai tahap XII dari bulan Juni 2008 sampai dengan bulan April 2009 dengan
rata-rata pembayaran setiap bulan sebesar Rp 64.384.050,00 dan angsuran
32
pembayaran tahap XIII pada bulan Mei 2009 sebesar Rp 22.845.950,00. Adapun
rincian anggaran biaya pemeliharanan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk
tahap pertama dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 serta
pemeliharaan tahap kedua dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009
dalam satu tahun dapat dilihat dalam surat perjanjian kontrak pada Lampiran 6
dan Lampiran 7.
Untuk upah tenaga kerja sudah termasuk ke dalam anggaran biaya
pemeliharaan. Biaya tenaga kerja dihitung perhari kerja di mana besar upah
tenaga kerja masing-masing tenaga kerja Rp31.500,00/hari. Upah tenaga kerja
dibayar tiap awal bulan kepada tenaga kerja dan dibayarkan langsung oleh
pengawas lapang.
4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan
Dalam kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
diperlukan peralatan dan bahan sebagai penunjang kegiatan dan untuk kelancaran
kegiatan pemeliharaan. Dengan jumlah alat dan bahan yang memadai akan sangat
membantu kelancaran kegiatan pekerjaan pemeliharaan. Menurut Arifin dan
Arifin (2005) efisiensi dan efektivitas kegiatan pemeliharaan dipengaruhi oleh
penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh
karena itu, pemelihara atau pekerja hendaknya mengetahui jenis peralatan yang
digunakan, fungsi dan cara kerjanya.
Setiap alat yang digunakan memiliki masa pakai atau jangka waktu
pemakaian sehingga sangat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan peralatan
agar pekerjaan yang dilakukan dapat terus berlangsung tanpa kendala. Untuk itu
sebelum melakukan kegiatan pemeliharaan peralatan yang digunakan perlu di
periksa terlebih dahulu apakah kondisinya masih bagus dan layak untuk dipakai.
Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan ini terdiri dari
truk tangki air, mobil kijang bak, mesin pemotong rumput gendong, sapu lidi, truk
sampah, pacul, gunting stek dan gunting rumput, golok, parang, seragam pekerja
pemeliharaan, dan lain sebaginya. Untuk mengetahui peralatan kegiatan pekerjaan
pemeliharaan, jumlah, kondisi dan masa efektif peralatan yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 6.
33
Kondisi peralatan kegiatan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman cukup baik untuk digunakan. Peralatan yang digunakan dalam
pekerjaan pemeliharaan sangat mempengaruhi hasil pekerjaan tersebut. Kadang-
kadang peralatan yang digunakan dalam pekerjaan terbatas atau mengalami
kerusakan sehingga mengakibatkan kurangnya efektivitas kerja yang dilakukan
dalam kegiatan pemeliharaan. Untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan peralatan
dengan baik dan pergantian peralatan yang digunakan jika masa pakainya telah
habis atau rusak agar pekerjaan yang dilakukan efektif dan juga efisien dalam
penggunaan peralatan.
Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharaan
No. Jenis Peralatan Jumlah1) Kondisi2) Masa Efektif 3)
1. Mesin Pemotong Rumput Gendong 3 Baik 3 tahun 2. Sapu Lidi 5 Baik 1 bulan 3. Cangkul, pacul 3 Baik 6 bulan 4. Gunting stek 4 Baik 6 bulan 5. Koret 6 Baik 6 bulan 6. Gunting Pangkas semak 3 Baik 6 bulan 7. Truk Pengangkut Sampah 1 Baik 5 tahun 8. Mobil Tanki air 2 Baik 4 tahun 9. Seragam pekerja pemeliharaan 20 Baik 6 bulan 10. Golok, parang untuk pemangkasan 2 Baik 6 bulan
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)1), Pengamatan Langsung (2008)2) Arifin dan Arifin (2005)3)
4.10. Pengelolaan Administrasi
Untuk kegiatan administrasi yang berkaitan dengan jalur hijau jalan
dilakukan oleh staf teknis dan administrasi. Pada Seksi Jalur Hijau Jalan staf
tehnik dan administrasi berjumlah 4 orang, 3 orang staf administrasi yang
bertugas membuat laporan kegiatan pemeliharaan jalur hijau jalan seperti surat
perintah tugas, surat pertanggu jawaban, laporan inventarisasi kondisi alat, serta
laporan keuangan biaya pemeliharaan, absensi pengawas lapangan dan karyawan
jalur hijau jalan, dan dokumentasi untuk kegiatan pelaksanaan pemeliharaan serta
membuat rencana kegiatan pemeliharaan jalur hijau jalan bersama seksi jalur hijau
jalan dan pengawas lapangan. Sedangkan 1 orang staf teknis bertugas membuat
gambar jalur hijau jalan, perencanaan jalur hijau jalan dan desain ulang jalur hijau
jalan yang ada di DKI Jakarta.
34
4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman
Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen
lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal, sehingga
aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,
pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)
seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air
mancur, pagar dan lain sebagainya.
4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft material)
Pemeliharaan fisik Elemen Lunak (soft material ) tanaman yang dilakukan
terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput, penyapuan/pembersihan
sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman
perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan
tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah (Tabel 7).
Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja
No. Uraian Pekerjaan Frekuensi1) Alat1) Jumlah Tenaga2)
Kerja 1. Pemangkasan rumput 1 kali MPR 2 2. Pengetrikan rumput 1 kali Koret,cangkul 3 3. Penyapuan/pembersihan 10 kali Sapu lidi,karung 6 sampah/rumput 4. Penyiraman rumput 10 kali Sprinkler, Mobil tanki 2 5. Penyiraman pohon 10 kali Sprinkler , Mobil tanki 2 6. Penyiraman tanaman hias 10 kali Sprinkler, Mobil tanki 2 7. Penyiraman tanaman perdu 10 kali Sprinkler, Mobil tanki 2 8. Pendangiran Pohon 1 kali Koret,cangkul 6 9. Pemangkasan tanaman hias 1 kali Gunting pangkas 4 10. Pendangiran tanaman hias 1 kali Koret,cangkul 6 11. Pendangiran tanaman perdu 1 kali Koret, cangkul 6 12. Pemangkasan tanaman perdu 1 kali Golok,guntingpangkas 4 13. Angkutan sampah 1 kali Truk sampah 2
Sumber: 1)Dinas pertamanan DKI Jakarta (2008), 2)Pengamatan langsung (2008)
4.11.1.1.Pembabatan/Pemangkasan Rumput
Kegiatan pekerjaan pembabatan rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman dilakukan 1 kali dalam 1 bulan selama masa kontrak pekerjaan
pemeliharaan, Jumlah tenaga kerja 2 orang, dan alat yang digunakan adalah mesin
pemotong rumput. Pekerjaan ini sudah maksimal dan sudah sesuai dengan
35
kebutuhan pemeliharaan di mana kegiatan pemangkasan rumput frekuensi
pemeliharaannya dilakukan secara bulanan (Arifin dan Arifin 2005). Kegiatan
pemangkasan yang dilakukan juga sudah efektif dan sudah sesuai dengan
kapasitas kerja lanskap. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang sudah terampil
mengerjakannya, pekerja yang cukup rajin dan disiplin, dan juga kondisi mesin
pemotong rumput yang cukup baik
Penggunaan mesin pangkas gendong ini sudah tepat untuk kegiatan
pekerjaan karena kondisi jalur hijau jalan yang cukup luas. Selain itu juga disain
jalur yang tidak terlalu rumit dan topografi yang datar pada jalur median dan
separator Jalan Jenderal Sudirman sehingga tidak mempersulit pekerja dalam
melakukan pekerjaan.
Pembabatan rumput yang dilakukan di Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan rumput agar tetap indah
dan rapi. Ukuran tanaman rumput yang baik adalah 3 – 5 cm agar tidak kelihatan
terlalu panjang dan rimbun serta tidak menutupi kanstin pembatas jalan.
Kondisi jalur hijau jalan baik dibagian separator jalan maupun median
jalan yang berbatu sedikit mempersulit pekerja dalam melakukan pembabatan
rumput. Kondisi tersebut juga dapat berbahaya bagi pekerja maupun pengguna
jalan yang melewati jalur hijau tersebut karena batu yang terdapat di jalur tersebut
dapat mengenai pekerja dan kendaraan pengguna jalan. Oleh sebab itu perlu
kehati-hatian dalam mengerjakan kegiatan pemangkasan rumput untuk menjaga
keselamatan pengguna jalan selama melakukan kegiatan pemangkasan (Gambar
6).
Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman
36
4.11.1.2. Pengetrikan Rumput
Selain kegiatan pembabatan/pemangkasan rumput terdapat juga kegiatan
pengetrikan rumput. Kegiatan ini dilakukan di pinggir tanaman, sekeliling
tanaman hias, dan kanstin. Kegiatan pengetrikan dilakukan 1 kali dalam satu
bulan selama masa kontrak pekerjaan pemeliharaan, dengan jumlah tenaga kerja 3
orang dan alat yang digunakan adalah cangkul kecil, dan koret. Untuk kegiatan
pengetrikan hasilnya sudah cukup baik dan maksimal. Untuk efektifitas kegiatan
pengetrikan masih kurang efektif hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang
disiplin seperti cepat istirahat, dan faktor usia di mana terdapat tenaga kerja yang
usianya sudah cukup tua, tapi untuk hasil kegiatan pengetrikan rumput sudah
cukup baik karena tenaga kerja sudah memiliki pengalaman dalam melakukan
pekerjaan. Hasil pengetrikan rumput dapat dilihat di salah satu contoh pekerjaan
pengetrikan yang dilakukan disekitar air mancur patung pemuda di mana hasil
pengerjaan yang dilakukan sudah cukup rapi dan teratur (Gambar 7).
Kegiatan pengetrikan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan
rumput yang berada di pinggir kanstin jalan agar kelihatan lebih rapi.
Keterlambatan pengetrikan rumput dapat tumbuh dan menjalar melewati kanstin
sehingga memberikan kesan tidak terawat pada jalur hijau jalan tersebut, untuk itu
perlu diperhatikan jadwal pengetrikan rumput agar sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.
(a) (b)
Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda
4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput
Pembersihan/penyapuan sampah atau rumput ini dibagi dua yaitu
penyapuan rumput dilakukan terhadap hasil pemangkasan rumput dan penyapuan
37
sampah yaitu pembersihan sampah lainnya seperti daun, kertas, plastik dan lain
sebagainya yang berada di area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Untuk
penyapuan sampah rumput dilakukan ketika ada kegiatan pemangkasan rumput
dengan membersihkan hasil pemangkasan rumputnya.
Kegiatan penyapuan sampah lainnya seperti kertas, plastik, dan daun
dilakukan 10 kali dalam 1 bulan sesuai dengan jadwal pekerjaan selama masa
kontrak pekerjaan pemeliharaan, tenaga kerja berjumlah 6 orang. Setelah sampah
disapu, kemudian dimasukan ke dalam karung sampah untuk selanjutnya diangkut
dengan truk sampah. Alat yang digunakan untuk kegiatan penyapuan adalah sapu
lidi dan karung tempat sampah. Kegiatan penyapuan/pembersihan ini masih
kurang maksimal dan frekuensi kegiatan masih kurang dari kebutuhan
pemeliharaan di mana untuk pembersihan/penyapuan area seharusnya lebih baik
dilakukan secara harian agar kebersihan tetap terjaga (Arifin dan Arifin, 2005).
Untuk efektifitas kegiatan yang dilakukan masih kurang efektif, hal ini disebabkan
karena tenaga kerja yang lambat dalam melakukan kegiatan, dan sering
beristirahat.
Untuk pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di dalam karung
dilakukan pada malam hari dengan menggunakan truk sampah dan kemudian
dibuang ke tempat pembuangan sampah. Hal ini dilakukan ketika arus lalu lintas
sudah mulai sepi sehingga tidak mengganggu selama kegiatan pengangkutan
sampah dilakukan. Untuk kegiatan penyapuan sampah di sepanjang jalur hijau
jalan dapat dilihat pada Gambar 8.
Kebersihan area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu
tujuan kegiatan pemeliharaan. Jalur hijau yang bersih akan menambah keindahan
sehingga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan yang melewati jalan tersebut.
Selain itu juga dapat menghilangkan kejenuhan, lelah setelah bekerja bagi
pengguna jalan ketika melewati jalur hijau jalan yang bersih dan indah.
4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput
Kegiatan pemangkasan nonrumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa kontrak kegiatan
pemeliharaan, jumlah tenaga kerja 4 orang, alat yang digunakan adalah gunting
38
pangkas, golok, gunting stek. Untuk frekuensi kegiatan yang dilakukan sudah
maksimal dan sudah sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan lanskap. Untuk
pemangkasan semak dan perdu sebaiknya dilakukan sekali dalam satu bulan
(Sulistyantara, 2006). Untuk efektifitas kerja ada yang sudah efektif dan masih
ada yang kurang efektif. Kegiatan yang sudah cukup efektif adalah pemangkasan
perdu, tetapi untuk pemangkasan semak masih kurang efektif. Hal ini disebabkan
karena pekerja yang agak lambat dalam melakukan pekerjaan, cepat lelah dan
sering beristirahat.
Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah di area rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman
Pemangkasan nonrumput adalah kegiatan pemangkasan terhadap tanaman
hias seperti semak, dan tanaman perdu. Kegiatan pemangkasan ini bertujuan
untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan kebutuhan agar
memberikan penampilan tenaman tersebut secara estetis (keindahan) dan
memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan. Selain itu pemangkasan ini
juga dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman yang biasanya dilakukan pada
cabang, dahan, ranting yang retak, patah, mati, dan berpenyakit (Arifin dan Arifin,
2005). Menurut Sulistyantara (2006), pemangkasan tanaman dilakukan untuk
memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman, yaitu mengatur penerimaan sinar
matahari, temperatur dan kelembaban.
Sebelum melakukan pemangkasan ada beberapa cara pemangkasan yang
baik dan benar sehingga hasil yang dicapai bagus, tanaman kelihatan rapi dan
indah. Adapun beberapa cara pemangkasan tanaman perdu dan semak adalah
sebagai berikut :
39
1) Dilakukan miring (450) dan rata agar air hujan tidak tergenang dan dapat
mengakibatkan pembusukan batang.
2) Arah memangkas dari bawah ke atas, dan setelah tanaman dipangkas
sebaiknya dilakukan pemupukan agar tunas yang baru dapat terbentuk
kembali.
Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda
4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung
Kegiatan pemeliharaan pohon pelindung pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman seperti pemangkasan bertujuan agar jalur hijau jalan tetap aman,
nyaman, mempertahankan ukuran dari pertumbuhan yang berlebihan, dan
memiliki keindahan secara visual. Kegiatan pemangkasan pohon pada Jalur Hijau
Jalan Jenderal Sudirman dilakukan sekali dalam satu tahun. Alat yang digunakan
untuk pemangkasan pohon adalah gergaji dan golok.
Berdasarkan hasil pengamatan pemangkasan pohon pelindung di Jalur
Hijau Jalan Jenderal Sudirman masih kurang tepat dan tidak sesuai dengan aturan
yang sebenarnya. Masih terdapat cara pemangkasan dengan langsung memotong
cabang dari atas ke bawah secara langsung, tidak membuang/memotong bekas
percabangan pohon yang dipangkas dan bekas luka pada pohon hasil
pemangkasan juga tidak di semprot atau diolesi desinfektan. Bekas luka pada
tanaman yang tidak diolesi desinfektan dapat menjadi penyebab utama kematian
pada tanaman tersebut karena sangat rentan terhadap serangan hama dan jamur.
Menurut Carpenter et al., (1975), pemangkasan tanaman bertujuan untuk
mengurangi ukuran tanaman dari pertumbuhan yang berlebihan dan
mempertahankan bentuk tajuk yang diinginkan serta merangsang pertumbuhan
40
baru yang lebih baik. Pemangkasan pohon pelindung biasanya dilakukan terhadap
pohon yang percabangannya telah mengganggu fasilitas umum seperti lampu
jalan, telepon dan lainnya serta percabangannya yang telah mengganggu
keamanan bagi pengguna jalan. Untuk Jalan mobil, minimal 4,5-5 meter dari
permukaan tanah harus bebas dari cabang dan dahan pohon (Arifin dan Arifin,
2005). Selain itu untuk pemangkasan pohon lebih baik dilakukan sekali enam
bulan untuk menjaga pertumbuhan ranting pohon tetap teratur dan tidak
mengganggu pengguna jalan (Arifin dan Arifin, 2005).
Untuk cabang yang mempunyai diameter lebih dari 2,5 cm sebaiknya
dipangkas dengan menggunakan Double cut Method untuk mencegah terjadinya
kerusakan kayu dan mempercepat pertumbuhan (Carpenter et al., 1975). Cara
pemangkasan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Pemotongan pertama dilakukan pada cabang pohon bagian bawah, 15 cm
dan batang pohon utama.
2) Pemotongan kedua dilakukan pada cabang pohon bagian atas, 17,5-20 cm
dari batang pohon utama. Setelah cabang pohon tersebut berhasil
dipotong, sisa cabang yang belum terpotong dipotong melingkar dengan
menggunakan pisau tajam sampai bersih rata.
Selain itu menurut Arifin dan Arifin (2005) pemangkasan pohon secara
umum dapat dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:
1) Potong dahan dari atas ke bawah, untuk menghindari kerusakan kulit
batang, bagian bawah lebih dahulu dipotong sebagian.
2) Potong sisa dahan hingga bersih dan rata, cara ini dapat mempercepat
penyembuhan dan mencegah kerusakan kayu.
3) Bersihkan dan potong secara melingkar bekas potongan/luka yang
menonjol dengan pisau yang tajam.
4) Semprot atau olesi semua bagian yang luka dengan desinfektan untuk
mencegah serangan jamur dan hama. Namun pada prakteknya hanya pada
luka yang berdiameter besar atau sama dengan 5 cm yang disemprot
dengan bahan pengaman.
41
Gambar 10: Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman
4.11.1.6. Penyiraman Tanaman
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
air. Kegiatan penyiraman terhadap tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman sangat penting dilakukan agar pertumbuhan tanaman tetap terjaga
dengan baik. Hal ini dilakukan karena salah satu faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air sehingga tanaman tersebut tidak
mati kekeringan.
Untuk kegiatan penyiraman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
dilakukan dengan menggunakan sprinkler dan mobil tanki air. Untuk penyiraman
dengan menggunakan sprinkler sangat baik dilakukan karena Jalan Jenderal
Sudirman merupakan jalan protokol di mana kendaraan yang melewati jalan
tersebut sangat padat dan dengan kecepatan yang cukup kencang sehingga lebih
mudah dilakukan dari pada dengan menggunakan mobil tangki air yang dapat
mengganggu dan menghambat arus lalu lintas khususnya di area jalur median dan
jalur separator. Selain itu dengan menggunakan sprinkler kegiatan penyiraman
tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga dapat dialokasikan
pada kegiatan pemeliharaan lainnya.
Penyiraman yang dilakukan menggunakan sistem sprinkler di area Jalur
Hijau Jalan Jenderal Sudirman yaitu jalur median dan separator jalan. Sprinkler
dapat secara otomatis menyala dan menyiram tanaman berdasarkan mekanisme
tekanan air. Penyiraman dengan sprinkler sudah di program untuk menyala pada
pagi hari pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB setiap harinya. Lama
42
waktu penyiraman dengan menggunakan sprinkler 15 menit dan menyala secara
bergantian di area yang berbeda. Jenis sprinkler yang dipakai di Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman adalah sprinkler yang ditanam di permukaan tanah secara
permanen. Kondisi sprinkler untuk penyiraman cukup baik walaupun ada
beberapa yang tidak berfungsi, sehingga perlu dilakukan perbaikan agar waktu
penyiraman semua tanaman tersiram semua dengan baik dan merata.
Untuk penyiraman dengan mobil tanki bermuatan air sebanyak 5000 Liter
dilakukan di area Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jalan depan
BNI 45, Pulau Jalan dekat F.0 Karet, dan Pulau Jalan Segitiga ex Bakin. Pada area
ini tidak menggunakan sprinkler dan penyiraman di area ini tidak terlalu
mengganggu arus kendaraan dengan menggunakan mobil tanki. Kegiatan
penyiraman dilakukan dua kali yaitu pada pagi hari jam 07.00WIB dan sore hari
pada pukul 16.00 WIB setiap harinya. Karena selama kegiatan magang terjadi
musim hujan dan hampir setiap hari hujan sehingga area jalur hijau tersebut cukup
basah maka jarang dilakukan kegiatan penyiraman baik dengan menggunakan
sprinkler maupun dengan mobil tanki air. Hal ini dapat dilihat selama melakukan
kegiatan magang dan pengamatan di jalur tersebut jarang dilakukan kegiatan
penyiraman. Frekuensi kegiatannya penyiraman tanaman tergantung pada musim
yang terjadi, pada waktu musim hujan penyiraman jarang dilakukan, sedangkan
pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari.
Menururt Nasrullah (2008), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyiraman tanaman adalah:
1) Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari
2) Penyiraman pada daerah berkelembaban tinggi dilakukan pagi hari untuk
menghindari perkembangan jamur atau cendawan
3) Intensitas penyiraman disesuaikan dengan porousitas media tanam
4) Banyaknya air siraman tidak melebihi kemampuan maksimal penyerapan
dan meminimalkan pengikisan
5) Jika menggunakan air ledeng untuk penyiraman, air sebaiknya diendapkan
terlebih dahulu selama semalam. Tujuan agar kandungan Cl-nya berkurang
dan airnya bersuhu kamar.
43
Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman
4.11.1.7. Pemupukan
Sebagian besar tanah yang digunakan untuk pertamanan di Jakarta baik itu
untuk taman maupun untuk jalur hijau telah mengalami penggalian dan
penimbunan (cut and fill), sehingga tidak lagi memiliki top soil dan bahan organik
yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Kadang tingkat kesuburan dan
kandungan bahan organik top soil dari tempat yang berbeda juga sangat beragam,
sehingga diperlukan pupuk untuk memperbaiki keadaan tersebut.
Begitu juga tanah yang terdapat di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman di
mana di sepanjang area jalur hijau ini juga mengalami penggalian dan
penimbunan (cut and fill) sehingga perlu juga diperhatikan pemupukan untuk
menjaga kondisi tanah tersebut. Tanah yang digunakan di sepanjang jalur hijau
jalan ini adalah jenis tanah latosol merah, sebelum ditimbun dengan tanah latosol
merah tanah di jalur hijau tersebut digali terlebih dahulu untuk membuang bagian
tanah yang kurang baik dan subur kemudian ditimbun dengan tanah latosol merah.
Adapun kegiatan pemupukan tanaman yang biasa sering dilakukan adalah:
1) Pada pemeliharaan pasca tanam untuk mempercepat pertumbuhan akar
dan pertumbuhan vegetatif seperti daun/ dahan.
2) Pada pemeliharaan rutin untuk :
a. Menambah kesuburan tanah dengan memberi tambahan pupuk
organik dan anorganik
b. Memperbaiki keadaan fisika tanah antara lain kedalaman efektif
tanah yaitu dalamnya lapisan tanah di mana perakaran tanaman
44
dapat berkembang dengan bebas, tekstur, kelembab, dan tata udara
tanah.
c. Memperbaiki keadaan kimia tanah antara lain melakukan
pemupukan, mengamati reaksi tanah dan tersedianya unsur hara
bagi pertumbuhan tanaman dan untuk memperbaiki pH tanah
sehingga mencapai pH sekitar 6,5 (pH netral).
d. Memperbaiki keadaan biologi tanah yaitu keadaan mikrobia tanah
sebagai bahan organik tanah, humifikasi, mineralisasi, dan
pengikatan nitrosin udara.
Menurut Nasrullah (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
pupuk adalah:
1) Pupuk mudah menguap pada siang hari atau cuaca panas
2) Malam hari tanaman juga mampu menyerap hara
3) Bunga mekar, tunas daun, dan kuncup bunga akan mudah rusak jika
terkena pupuk
4) Kekurangan atau kelebihan dosis pupuk akan mengakibatkan pertumbuhan
yang abnormal pada tanaman
5) Pemupukan umumnya dilakukan 3 minggu setelah penanaman dan
dilakukan 2 sampai 3 bulan sekali secara teratur
6) Jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan tanaman
7) Pemberian pupuk pada daun, akar, dan batang sebaiknya dilakukan pada
pukul 8 sampai 10 pagi atau sore hari
8) Waktu, dosis, dan cara pemakaian pupuk pada kemasan sebaiknya
diperhatikan
Berdasarkan keterangan yang didapatkan, pemupukan tanaman pada Jalur
Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan dengan menggunakan pupuk organik
(pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK). Pupuk kandang biasanya
digunakan pada awal tanam atau tanaman yang baru ditanam, jika terjadi
pergantian tanaman di jalur hijau tersebut. Pupuk kandang yang diberikan untuk
tanaman dengan dosis 5 kg/m2 untuk tanaman semak dan perdu. Pemberian pupuk
kandang untuk tanaman yang akan ditanam dilakukan dengan cara ditaburkan ke
dalam lubang tanam kemudian di campurkan dengan tanah penimbun lubang
45
tanam tersebut. Untuk tanaman yang sudah ditanam pemupukan pupuk kandang
dilakukan tiga bulan sekali.
Pemupukan dengan menggunakan NPK 15-15-15 dilakukan setiap tiga
bulan sekali terhadap tanaman hias dan rumput. Sedangkan untuk pohon
pemberian pupuk NPK 15-15-15 dilakukan enam bulan sekali dengan dosis 25
gram/pohon. Untuk pemupukan rumput dilakukan dengan cara ditebar di
permukaan tanaman secara merata dengan dosis 10 g/m2. Pemupukan rumput ini
cukup hanya dengan memberikan pupu N saja, karena hanya dibutuhkan untuk
menyuburkan dan menghijaukan daun (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Arifin
dan Arifin (2005), cara pemupukan tanaman rumput dapat dilakukan dengan
disebar dipermukaan tanaman atau dilarutkan terlebih dahulu dengan air dan
kemudian disiramkan pada tanaman rumput. Untuk cara ditebar pada tanaman
dapat menyebabkan tanaman rumput berubah warna walaupun nanti akan menjadi
hijau kembali setelah beberapa waktu. Cara melarutkan pupuk terlebih dahulu ke
dalam air lebih baik dilakukan dari pada dengan cara ditaburkan pada tanaman
karena tidak menyebabkan tanaman rumput berubah warna, kering atau gosong.
Untuk pemupukan tanaman hias seperti semak dan juga tanaman perdu
pemupukan dilakukan dengan pemberian dosis 10g/m2. Tanaman semak atau
perdu yang ditanam secara massal dilakukan dengan cara membuat paritan
(trenching), kemudian pupuk ditebar ke dalam parit tersebut dan ditimbun
kembali dengan tanah. Untuk pemupukan tanaman semak atau perdu yang
ditanam secara tunggal dilakukan dengan sistem bokoran, yaitu pupuk diberikan
secara melingkar disekitar batang dengan radius yang hapir sama dengan radius
tajuknya. Menurut Arifin dan Arifin (2005) pemupukan tanaman secara massal
dilakukan dengan cara membuat paritan (treching) disekitar pinggir tanaman agar
dapat dimanfaatkan tanaman dengan baik. Sedangkan untuk penanaman tunggal
seperti tanaman perdu dilakukan dengan cara sistem bokoran.
Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman sudah cukup bagus dan sesuai dengan tata cara pemupukan, namum
untuk pelaksanaan pemupukan di lapangan pada kenyataannya kegiatan
pemupukan tidak sesuai dengan yang direncanakan seperti tidak dilakukan
pemupukan tiga bulan sekali. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan
46
keterlambatan dana yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Pertamanan sehingga
pelaksanaan kegiatan pemupukan juga menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan
yang direncanakan.
4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma
Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma yang dilakukan pada Jalur
Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa
kontak, alat yang digunakan adalah koret, cangkul dengan jumlah tenaga kerja di
lapangan 6 orang. Untuk kegiatan pendangiran kebutuhan pemeliharaannya sudah
cukup baik dan hasil pemeliharaan juga baik tetapi masih kurang efektif dalam
melakukan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh pekerja yang agak lambat dalam
melakukan pekerjaan, area yang sedikit sulit karena berada di bawah tanaman
sehingga perlu berhati-hati dalam melakukan pekerjaan agar tanaman tidak
diinjak. Untuk kegiatan dan hasil pendangiran dan penyiangan gulma pada
tanaman dapat dilihat pada Gambar 11.
Kegiatan pendangiraan merupakan kegiatan penggemburan, membalik dan
merapikan tanah dengan menggunakan alat cangkul besar, cangkul kecil, arit,
koret dan lainnya. Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma ini dilakukan
untuk memperbaiki granulasi tanah, aerasi tanah, keadaan air tanah dan untuk
meminimalkan gangguan dari tanaman gulma yang menjadi pesaing tanaman
utama. Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan manual yaitu dicabut, baik
menggunakan tangan maupun alat dan biasanya dilakukan apabila ukuran
lahannya tidak terlalu luas. Selain itu juga dapat dilakukan dengan dengan
herbisida atau bahan kimia dan biasanya dilakukan apabila ukuran lahan tersebut
cukup luas. Menurut Arifin dan Arifin (2005), Kegiatan pendangiran dan
penyiangan gulma sebaiknya jangan dilakukan pada musim kemarau atau ketika
panas terik matahari, dan juga jangan sampai merusak perakaran karena dapat
menyebabkan mempercepat laju evaporasi sehingga menyebabkan tanaman
menjadi stres.
Terdapat beberapa cara pendangiran dan penyiangan gulma agar hasil
yang dicapai maksimal, adapun caranya adalah sebagai berikut :
47
1) Tanaman liar harus dicabut sampai ke perakarannya dan penggemburan
tanahnya harus dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merusak
perakaran tanaman.
2) Pendangiran dan penyiangan dilakukan minimal 1 bulan sekali.
3) Pekerjaan ini tidak perlu dilakukan apabila: Tanaman mempunyai
perakaran dalam, terutama jenis pohon, pada lokasi yang curam (lereng)
karena pekerjaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi/longsor.
Untuk tanaman pohon pendangiran dilakukan dengan membuat bongkaran
dengan radius 50 cm disekeliling pangkal pohon, tergantung ukuran pangkal
pohon. Selain tanaman pohon pendangiran dengan pembuatan bongkaran ini juga
dilakukan terhadap tanaman perdu tunggal, sedangkan untuk tanaman perdu yang
ditanam secara massal dan tanaman hias dilakukan dengan cara membuat bedeng.
Saat pendangiran selain menggemburkan tanah juga dilakukan pembersihan dan
membuang kotoran sampah, rumput liar, dan semak liar (guma).
Penyiangan/pencabutan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan
tangan, pacul, sekop kecil dan menggunakan kape sebagai alat bantu. Penyiangan
gulma dimaksudkan agar tanaman terhindar dari gangguan gulma dalam
berkompetisi memanfaatkan faktor-faktor lingkungan.
Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman
4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman
Penyulaman dan penggantian tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman dilakukan terhadap semua jenis tanaman. Kegiatan penyulaman ini
bersifat nonperiodik dan dilakukan pada waktu tertentu yang disebabkan jika
suatu tanaman mati, rusak, dan diserang hama penyakit. Ada beberapa hal yang
48
perlu diperhatikan ketika melakukan penyulaman tanaman (Arifin dan Arifin,
2005), yaitu :
1) Tersedianya tanaman pengganti yang kondisinya harus lebih baik dari
pada tanaman yang digunakan.
2) Tanaman rusak atau mati seharusnya dicabut terlebih dahulu dengan tidak
mengganggu tanaman lain yang masih baik dan sehat.
3) Persiapkan kembali lubang tanaman bekas tanaman yang mati untuk dapat
ditanami kembali, dan pastikan lubang tersebut bebas dari gangguan
patogen yang ada dalam tanah.
4) Lubang tanam tersebut dibiarkan beberapa saat dan diberi pupuk kandang
(jika diperlukan).
5) Tanaman baru dilepaskan dari kontainernya (pot, karung, polibag), dan
kemudian ditanam.
6) Penyiraman dilakukan secara rutin
4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara
mekanik dilakukan dengan cara membuang bagian yang terserang hama agar tidak
menyebar ke bagian lain tanaman yang diserang. Pengendalian secara kimiawi
yaitu pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti
pestisida. Jika tanaman yang diserang penyakit sudah terlalu parah maka tanaman
tersebut dicabut atau dibuang dan digantikan dengan tanaman yang baru.
Jenis hama yang menyerang tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman adalah serangga, ulat dan rayap. Hama serangga dan ulat biasanya
menyerang daun tanaman, sedangkan rayap biasanya menyerang sistem perakaran
tanaman. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimawi pada
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan dithane M-45, basudin
dan bayrusil. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama yaitu alat semprot
hand sprayer. Dithane M-45 digunakan untuk megendalikan hama seperti rayap
pada tanaman, sedangkan basudin dan bayrusil digunakan untuk mengendalikan
ulat dan serangga yang menyerang tanaman. Untuk dosis yang digunakan, dithane
49
M-45 memakai dosis 2 gram/liter air, sedangkan basudin dengan dosis 2 cc/liter
air. Dosis yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman ini
sudah baik dan sesuai dengan ketentuan dosis yang biasa digunakan. Pengendalian
hama dan penyakit tanaman yang dilakukan pada jalur hijau ini kurang baik,
karena pekerjan yang dilakukan kurang teratur dan tidak sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengendalian hama dan
penyakit tanaman ini biasanya dilakukan secara bulanan. Namun pada Jalur Hijau
Jalan Jenderal Sudirman ini sangat jarang dilakukan pengendalian hama dan
pengendalian penyakit tanaman, hal ini disebabkan oleh dana yang tersedia
terbatas dan juga dikeluarkan Dinas Pertamanan tidak tepat waktu yang
direncanakan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang tidak teratur dan
tidak sesuai dengan waktu pemeliharaan menyebabkan tanaman makin lama
semakin rusak dan mati diserang hama dan penyakit tanaman.
Menurut Arifin dan Arifin (2005) pengendalian hama dan penyakit
tanaman dapat dilakukan dengan cara karantina, mekanis dan fisik, teknik
budidaya, biologi, dan kimiawi dengan menggunakan pestisida. Pengendalian
secara karantina dilakukan dengan cara mencegah keluar-masuknya hama dan
penyakit yang sangat berbahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Pengendalian
secara budidaya yaitu dengan cara menggemburkan tanah dan pengolahan tanah
yang baik. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara mengambil hama
yang menyerang tanaman dan kemudian dibunuh dengan menggunakan tangan
atau alat tertentu. Pengendalian secara fisik merupakan cara dengan memanipulasi
faktor fisik (suhu, kelembaban, cahaya). Pengendalian secara biologis merupakan
cara yang paling baik dilakukan dalam usaha pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Cara ini agak sulit diterapkan secara buatan, tetapi pada ekosistem yang
relatif stabil hal ini terjadi secara alami. Pengendalian secara kimiawi dilakukan
dengan cara penyemprotan dengan menggunakan pestisida. Pengendalian ini
dapat dilakukan dengan cara penyemprotan, penginjeksian, dan penaburan
pestisida.
Untuk kegiatan penyemprotan harus memperhatikan arah angin karena
sangat berpengaruh terhadap jatuhnya semprotan pada tanaman dan juga
keselamatan pekerja. Untuk itu tenaga kerja perlu menggunakan alat pengaman
50
selama kegiatan penyemprotan seperti masker, sarung tangan dan perlengkapan
lainnya.
4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material)
Pemeliharaan elemen keras pada jalur hijau jalan juga salah satu kegiatan
yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan, baik Seksi Jalur Hijau Jalan maupun
Seksi Ornamen kota di mana saling keterkaitan untuk menciptakan suatu lanskap
jalan yang fungsional dan estetis. Pemeliharaan elemen keras ini sangat penting
dilakukan untuk menunjang fungsi dan nilai estetika jalur hijau jalan. Beberapa
elemen keras yang terdapat di jalur tersebut seperti paving, pagar busway, patung
Jenderal Sudirman, Patung Air Mancur Pemuda, lampu jalan dan lain sebagainya
yang menambah keindahan kota sehingga sangat penting diperhatikan
pemeliharaan yang teratur sehingga dapat menjaga dan mempertahankan
keindahannya.
Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau
bersifat insidential yaitu jika tedapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau
jalan tersebut seperti pegantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak, halte
yang rusak, dan juga pedestrian yang rusak. Ada kegiatan pemeliharaan elemen
keras yang terjadwal bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang
kanstin, pembersihan patung, pengecetan pagar busway, pengecetan halte,
pembersihan patung Jenderal Sudirman, pembersihan kolam air mancur, dan
pembersihan pedestrian. Pengecetan ulang kanstin jalan, halte dan pagar busway
dilakukan satu kali dalam setahun. Pembersihan pedestrian jalan dilakukan secara
harian untuk menjaga kebersihan area pedestrian jalan tersebut. Pembersihan
patung Jenderal Sudirman dan kolam air mancur patung pemuda dilakukan sekali
dalam satu bulan. Penampilan elemen keras yang baik, bersih serta berfungsi
dengan baik pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman akan menambah nilai
keindahan, kenyamanan dan keamanan jalur hijau jalan tersebut.
Kegiatan pemeliharaan di sepanjang Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
yang dilakukan oleh Seksi Ornamen Kota dilakukan dengan kurang teratur,
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan jadwal. Dapat dilihat masih terdapat
beberapa elemen keras yang terabaikan dari kegiatan pemeliharaan, seperti
51
disekitar Air Mancur Pemuda di mana perkerasannya mengalami kerusakan
seperti paving yang sudah pecah tetapi belum dilakukan pergantian perkerasan
yang baru. Selain itu juga pagar pembatas busway yang bengkok, sudah
terkelupas catnya namun belum dilakukan penggantian atau pengecetan ulang
sehingga mengurangi keindahan jalan tersebut. Belum adanya tindakan yang
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan ini disebabkan dana yang tersedia atau
disetujui dan dikeluarkan oleh pihak Dinas Pertamanan tidak tepat waktu
sehingga kegiatan pemeliharaan elemen keras tidak bisa dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan (Gambar 13).
(a) (b)
Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jendral Sudirman
4.12. Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan
Efektivitas kerja para operator atau pekerja yang dilakukan pada suatu
taman akan menentukan efisiensi biaya pemeliharaan yang dilakukan. Efektivitas
kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut:
1) Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja
2) Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan
3) Ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan
4) Tingkat pengawasan pekerjaan di lapang
5) Kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara
mandor dengan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan
Waktu efektif adalah waktu yang dipergunakan pekerja untuk melakukan
pekerjaan pemeliharaan secara produktif. Waktu kerja yang telah ditetapkan untuk
melakukan pekerjaan pemeliharaan dimulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan
52
jam istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Waktu efektif pekerja pemeliharaan
tersebut berkisar 6 – 7 jam setiap harinya. Biasanya mulai dari jam 13.00 – 15.00
WIB pekerja sudah mulai tidak efektif lagi, hal ini disebabkan karena kondisi
Jakarta yang sangat panas pada siang hari sehingga para pekerja sudah mulai
merasa lelah dan bermalas-malasan untuk melakukan pekerjaan. Kapasitas kerja
kegiatan pemeliaharaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Luas Area (m2) Kapasitas Kerja (m2 /jam) =
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) x Waktu (Jam)
Tabel 8 merupakan perbandingan kapasitas kerja beberapa hasil
pengamatan kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dengan
standar kapasitas kerja Arifin dan Arifin (2005). Untuk peningkatan kinerja dan
efektifitas pekerja perlu diperhatikan faktor-faktor seperti ketersediaan jadwal
dengan baik, komitmen pekerja, keterampilan dalam melakukan pekerjaan.
Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan No. Jenis Pemeliharaan Kapasitas Kerja1 KapasitasPemeliharaan2
di lapangan/jam Lanskap/jam 1. Penyapuan/pembersihan sampah 325 m2 400 m2 2. Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 250 m2 250 m2 3. Pemangkasan semak dengan gunting pangkas 7,5 m2 10 m2
4. Pemangkasan perdu dengan gunting pangkas 5 pohon 5 pohon 5. Pendangiran dan penyiangan gulma dengan koret 24 m2 40 m2
6. Pengetrikan rumput 30 m2 -
Sumber: Pengamatan langsung1, Arifin dan Arifin2 (2005)
4.13. Hari Bebas Kendraan Bermotor (Free Car Day)
Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi
kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu
program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang
dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di
ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin yang telah dimulai sejak 30
September 2007. Program ini dilaksanakan terkait dengan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara. Namun program
tersebut sempat terhenti karena permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan
seperti jalur lambat yang tetap digunakan oleh kendaraan dan juga waktu yang
kurang tepat dan terlalu lama yaitu dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00
WIB. Program Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilanjutkan kembali pada bulan
53
Desember 2007 dan waktu pelaksanaannya dikurangi mulai dari pukul 06.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB. Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilaksanakan
setiap minggu keempat atau akhir bulan satu kali dalam satu bulan, dan biasanya
dilaksanakan setiap hari minggu. Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalur Jalan
Jenderal Sudirman - MH Thamrin ini dilakukan khususnya di jalur cepat, yang
biasanya disesaki kendaraan dan waktu pelaksanaan HBKB beralih fungsi dengan
berbagai kegiatan yang menonjolkan betapa pentingnya hidup sehat seperti
kegiatan lomba senam poco-poco, bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging,
jalan santai, berfoto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan (Gambar 14).
(a) (b)
Gambar 14: Aktifitas pada Hari Bebas Kendraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur cepat Jalan Jenderal Sudirman
Menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Jakarta, kegiatan HBKB ini sebagai upaya untuk mengendalikan polusi udara di
Jakarta dan mengubah perilaku masyarakat dalam bertransportasi, yaitu dengan
beralih menggunakan kendaraan umum. Dengan diadakanya hari bebas kendaraan
bermotor ini dapat menigkatkan hari baik atau tingkat polusi rendah dapat
meningkat. Meski ditentang oleh sebagian warga Jakarta yang menilai HBKB ini
hanya mengalihkan lokasi kemacetan saja, BPLHD Jakarta tetap berencana akan
meneruskan program ini pada setiap pekan ke empat setiap bulannya. Bahkan,
pelaksanaan HBKB ini akan diperluas di seluruh Kotamadya di DKI Jakarta.
4.14. Wawancara Pengguna Jalan
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan yang
padat dilewati kendaraan setiap harinya. Selain itu di sepanjang Jalur Jalan
Jenderal Sudirman terdapat area perkantoran dan perbankan sehingga padat
54
dilewati orang setiap harinya yang bekerja di Perkantoran dan Perbankan tersebut.
Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang
didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi
perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya (Lampiran 7).
Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis
tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas
Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk
mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi
pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan
pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan
fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.
Wawancara dilakukuan terhadap 30 orang responden pengguna jalur hijau
jalan tersebut. Hasil wawancara kuisioner yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pengguna jalan yang melewati Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang menjadi
responden berusia 13-19 tahun berjumlah 3,3 % (2 orang), berusia 20-24 tahun
sebanyak 56,7 % (17 orang), dan usia 25-55 tahun berjumlah 36,7 % (11 orang)
dengan pendidikan terakhir SMA dan sederajat sebanyak 56,7 %(17 orang),
lulusan perguruan tinggi 40 % (12 orang) dan lulusan SD 3,3 % (1 orang).
Sebagian besar pengguna jalan yang diwawancarai adalah karyawan yang bekerja
di area Jalan Jenderal Sudirman, mahasiswa, pedagang yang berdagang di
sepanjang Jalan Jendral Sudirman, dan tukang ojek yang bekerja di sekitar area
Jalan Jenderal Sudirman. Sebagian besar responden yang diwawancarai bertempat
tinggal di Jakarta walaupun ada beberapa responden yang berasal dari Bogor,
Depok, Bekasi dan lainnya di sekitar Jakarta.
1) Keadaan Umum Jalur Hijau Jalan tentang kenyamanan, keamanan,
keindahan dan kebersihan
Hasil wawancara kuisioner terhadap 30 orang responden/pengguna jalan
mengenai fungsi jalur hijau untuk kenyamanan di Jalan Jenderal Sudirman, di
mana 60 % responden (18 orang) menjawab cukup baik, 20 % responden (6
orang) menjawab sangat baik dan 20 % (6 orang) responden menjawab kurang
55
baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman nyaman ketika melewatinya, responden
beralasan bahwa jalur hijau tersebut cukup rindang dengan pohon peneduhnya
sehingga terhindar dari panas matahari ketika melewati jalur hijau jalan (Gambar
15).
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan
mengenai fungsi jalur hijau untuk keamanan, 16,7 % responden (5 orang)
menjawab sangat baik, 63,3 % responden (19 0rang) menjawab cukup baik, 16,7
% responden (5 orang) menjawab kurang baik dan 3,3 % responden (1 orang)
menjawab tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh bahwa
sebagian responden menjawab Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah aman
ketika melewatinya.
Responden yang mengatakan kurang aman beralasan bahwa kadang-
kadang batu yang berada di area rumput ketika melakukan kegiatan pemangkasan
mengenai mobil dan pengendara lainnya yang melewati jalur hijau jalan tersebut
sehingga perlu berhati-hati ketika melakukan kegiatan pekerjaan pemangkasan
rumput (Gambar 16).
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan
mengenai fungsi jalur hijau untuk keindahan 56,7 % responden (17 orang)
menjawab sangat baik, 36,7 % responden (11 orang) menjawab cukup baik dan
6,6 % responden (2 orang) menjawab kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara
dapat diperoleh bahwa responden menjawab bahwa kondisi Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman cukup indah, mereka beralasan dengan pohon yang hijau dan
rindang, tanaman hias yang tertata sehingga jalur hijau jalan tersebut kelihatan
indah (Gambar 17).
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan
mengenai fungsi jalur hijau untuk kebersihan, 80 % responden (24 orang)
menjawab cukup baik dan 20 % responden (6 orang) menjawab kurang baik
Untuk 80 % responden yang menjawab cukup baik beberapa orang memberi
alasan bahwa jalu hijau tersebut sudah cukup bersih karena selalu dibersihkan
oleh pekerja jalur tersebut dengan cukup baik. Untuk 20 % responden yang
menjawa kurang baik, beberapa memberi alasan walaupun sudah dibersihkan,
56
tetapi masih kurang bersih dan masih terdapat beberapa sampah di area jalur hijau
tersebut (Gambar 18).
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik
Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik
Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Kurang Baik
Gambar17 . Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan
2) Tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, tanaman perdu, tanaman
herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan
tentang tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman semak, tanaman perdu,
tanaman herba, dan tanaman rumput. Untuk tingkat kesukaan terhadap
0
10
20
30
40
50
60
70
a b c d
Persepsi
%
0
10
20
30
40
50
60
70
a b c d
Persepsi
%
0
10
20
30
40
50
60
a b c d
Persepsi
%
57
penggunaan tanaman semak 43,4 % responden (13 orang) menjawab sangat
menyukai tanaman semak, 33,3 % responden (10 orang) menjawab cukup
menyukai tanaman semak, dan 23,3 % responden (7 orang) menjawab kurang
meyukai tanaman semak. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman
perdu 20 % responden (6 orang) menjawab sangat menyukai tanaman perdu, 65,7
% responden (20 orang) menjawab cukup menyukai tanaman perdu, dan 13,3 %
responden (4 orang) menjawab kurang meyukai tanaman perdu pada jalur hijau
tersebut. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman herba 6,7 %
responden (2 orang) menjawab sangat menyukai tanaman herba, 53,3 %
responden (16 orang) menjawab cukup menyukai tanaman herba, 36,7 %
responden (11 orang) menjawab kurang meyukai tanaman herba, dan 3,3 %
responden (1 orang) tidak menyukai tanaman herba pada jalur hijau tersebut.
Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman rumput 53,3 % responden
(16 orang) menjawab sangat menyukai penggunaan tanaman rumput pada jalur
hijau jalan, 33,3 % responden (10 orang) menjawab cukup menyukai tanaman
rumput, dan 13,3 % responden (4 orang) menjawab kurang meyukai penggunaan
tanaman rumput pada jalur hijau (Gambar 19).
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik
Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan
3) Penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput
yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan,
untuk penggunaan tanaman semak yang disukai pada jalur hijau, 90 % responden
(27 orang) menjawab penggunaan tanaman semak lebih baik dipangkas teratur
dan rapi agar kelihatan indah, 10 % responden (3 orang) menjawab penggunaan
tanaman semak lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan
rapi, sedangkan responden tidak ada yang menjawab penggunaan tanaman semak
0
20
40
60
80
100
a b c d
Persepsi
%
58
pada jalur hijau dibiarkan seperti alami. Dari sebagian besar jawaban responden
lebih menyukai tanaman semak di jalur hijau jalan tersebut lebih baik dipangkas
rapi dan teratur.
Keterangan: Semak Perdu Herba Rumput
a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai
c. Menyukai d. Kurang menyukai
Gambar 19: Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, dan tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
Untuk penggunaan tanaman perdu yang disukai pada jalur hijau, 83,3 %
responden (25 orang) menjawab penggunaan tanaman perdu lebih baik dipangkas
teratur dan rapi agar kelihatan indah, 16,7 % responden (5 orang) menjawab
penggunaan tanaman perdu lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas
teratur dan rapi, sedangkan responden tidak ada yang menjawab penggunaan
tanaman perdu pada jalur hijau dibiarkan seperti alami. Dari sebagian besar
jawaban responden dapat disimpulkan bahwa tanaman perdu di jalur hijau
tersebut lebih baik dipangkas rapi dan teratur agar kelihatan indah.
Untuk penggunaan tanaman herba yang disukai pada jalur hijau, 13,3 %
responden (4 orang) menjawab penggunaan tanaman herba lebih baik dipangkas
teratur dan rapi agar kelihatan indah, 53,3 % responden (16 orang) menjawab
penggunaan tanaman herba lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas
teratur dan rapi, sedangkan 33,4 % responden (10 orang) menjawab penggunaan
tanaman herba pada jalur hijau dibiarkan seperti alami saja. Untuk penggunaan
tanaman rumput yang disukai 6,7 % responden (2 orang) menjawab tanaman
rumput dibiarkan saja seperti alami agar kelihatan tumbuh subur dan hijau, 90 %
responden menjawab tanaman rumput lebih baik dipangkas rapi dan teratur agar
0
1020
30
40
5060
70
80
a b c d a b c d a b c d a b c d
Persepsi
%
59
kelihatan indah, dan 3,3 % responden (1 orang) menjawab bahwa tanaman rumput
ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan rapi (Gambar 20).
Keterangan : Semak Perdu Herba Rumput
a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas rapi dan teratur
c. Ada alami dan dipangkas rapi dan teratur
Gambar 20: Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan tanaman rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
4) Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30
responden/pengguna jalan tentang fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur
Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 53,3 % responden (16 orang) menjawab yang
perlu ditambahkan adalah tempat sampah, 33,4 % responden (10 orang)
menjawab yang perlu ditambahkan adalah toilet, dan 13,3 % responden (4 orang)
menjawab yang perlu ditambahkan adalah halte (Gambar 21).
Keterangan: a. Tempat duduk b. Halte c. Shelter d. Toilet
e. Lampu jalan f. Tempat sampah g. Lainnya
Gambar 21: Diagram persepsi mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
0102030405060708090
100
a b c a b c a b c a b c
Persepsi
%
0102030405060
a b c d e f g
Persepsi
%
60
5) Kondisi perkerasan, dan kualitas pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30
responden/pengguna jalan tentang kondisi perkerasan di Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman, 3,4 % responden (1 orang) menjawab kondisi perkerasan pada jalur
hijau tersebut sangat baik, 83,3 % responden (25 orang) menjawab kondisi
perkerasan pada jalur hijau cukup baik, dan 13,3 % responden (4 orang)
menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tersebut kurang baik, dan tidak ada
satu responden pun yang menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tidak baik
(Gambar 22). Untuk hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30
responden/pengguna jalan tentang Pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas
Pertamanan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 10 % responden (3 orang)
menjawab bahwa pengelolaan yang dilakukan Dinas Pertamanan sudah sangat
baik, 70 % responden (21 orang) menjawab pengelolaan yang dilakukan oleh
pihak Dinas Pertamanan sudah cukup baik, 16,7 % responden (5 orang) menjawab
pengelolaan yang dilakukan kurang baik, dan 3,3 % responden mejawab
pengelolaan yang dilakukan oleh dinas pertamanan tidak baik (Gambar 23).
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik
Gambar 22: Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengguna Jalan
Jenderal Sudirman, pengelolaan dan pemeliharaan lanskap yang dilakukan
terhadap jalur hijau jalan sudah cukup baik dan maksimal walaupun masih
terdapat beberapa kekurangan. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah
berfungsi cukup baik untuk kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, memiliki
keindahan sehingga pengguna jalan dapat menikmati keindahan jalan ketika
01020
30405060
708090
a b c d
Persepsi
%
61
melewati jalur hijau jalan tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan dan ditingkatkan
pengelolaan dan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman oleh Dinas
Pertamanan agar keamanan, kenyamanan dan keindahan tetap terjaga dengan baik
dan berkelanjutan.
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik
Gambar 23: Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap
Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan
secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap.
Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang
dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi,
tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan
rencana anggaran biaya.
Begitu juga rencana pengelolaan lanskap jalur hijau jalan khususnya Jalur
Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan harus
terencana dan berfungsi dengan baik. Struktur organisasi yang baik, tenaga kerja
yang cukup dan terampil, jadwal kegiatan yang teratur, alat-alat yang digunakan
berfungsi dengan baik dan anggaran biaya yang cukup kegiatan pengelolaan dan
kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik dan hasil yang maksimal dan
pemeliharan ideal juga dapat dilakukan dengan baik.
Untuk struktur organisasi pengelolaan lanskap Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta sudah baik dan fungsional. Setiap
pihak yang ada di dalamnya sudah memiliki dan menjalankan tugas dengan baik
dan saling berhubungan satu sama lainnya. Pengawas lapang bertugas sesuai
0
10
20
30
40
50
60
70
80
a b c d
Persepsi
%
62
dengan tugasnya untuk mengawasi kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, kemudian bertanggung jawab untuk
memberikan laporan hasil kegiatan kepada Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan. Kepala
Seksi Jalur Hijau Jalan bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Jalur Hijau
dengan melaporkan hasil kegiatan pemeliharaan, dan kemudian Kepala Subdinas
memberikan laporan hasil kegiatan kepada Kepala Dinas Pertamanan.
Untuk tenaga kerja pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
Jakarta masih terdapat beberapa kekurangan, seperti jumlah tenaga kerja yang
masih terlalu sedikit, jenis kelamin di mana terdapat tenaga kerja wanita, dan
faktor usia tenaga kerja yang dipakai. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang
cukup luas membutuhkan tenaga kerja yang banyak pula, namun pada
kenyataannya jumlah tenaga kerja yang digunakan masih sedikit sehingga
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menjadi kurang efektif. Jumlah tenaga
kerja yang digunakan berjumlah 20 orang, masih sedikit untuk jalur hijau yang
cukup luas sehingga dalam pembagian pekerjaan dan pelaksanaannya mengalami
kesulitan. Untuk tenaga kerja pemeliharaannya lebih baik ditambah 20 orang
tenaga kerja lagi dari jumlah tenaga kerja awal sehingga berjumlah 40 orang,
dengan jumlah yang cukup banyak pembagian tenaga kerja untuk melakukan
setiap pekerjaan dengan jumlah yang cukup pula dan kegiatan pekerjaan
pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik dan efektif.
Untuk jadwal kegiatan pemeliharaan jalur hijau yang dibuat juga masih
kurang baik dan teratur. Masih terdapat frekuensi pemeliharaan yang masih
kurang maksimal seperti kegiatan penyiraman dan penyapuan/pembersihan
sampah/rumput. Untuk itu perlu dibuat jadwal kegiatan yang lebih baik lagi dan
frekuensi yang sesuai seperti penyiraman tanaman dan penyapuan sampah/rumput
di mana jadwal yang dibuat oleh pihak Dinas 10 kali dalam 1 bulan harus dibuat
kembali secara harian atau setiap hari sesuai dengan standar frekuensi kegiatan
pemeliharaan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Untuk peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan
jalur hijau sudah baik karena peralatan dan bahan yang digunakan sesuai dengan
surat perjanjian kontrak adalah peralatan yang masih baru. Untuk jumlah peralatan
karena disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja sehingga jumlah peralatannya
63
sudah cukup. Peralatan yang sudah baik dalam pemeliharaan lanskap jalur hijau
ini perlu dipertahankan keberlanjutannya oleh pihak Dinas untuk pemeliharaan
Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.
Anggaran biaya pemeliharaan merupakan salah satu faktor pembatas
utama dalam kegiatan pemeliharaan. Anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau
Jalan Jenderal Sudirman berasal dari APBD provinsi DKI Jakarta sehingga besar
anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan tergantung besar APBD.
Basar anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman masih
kurang dan terbatas, hal ini menyebabkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
seperti jadwal kegiatan yang tidak teratur, frekuensi kegiatan yang tidak sesuai
dengan standar kegiatan pemeliharaan, luas area pemeliharaan yang dibatasi
sehingga hasil kegiatan menjadi kurang maksimal dan efektif. Untuk itu pihak
Dinas Pertamanan agar lebih memperhatikan lagi agar anggaran biaya yang
tersedia karena sangat penting untuk keberlanjutan kegiatan pemeliharaan yang
baik serta pemeliharaan ideal dapat terlaksana dengan baik pula.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kegiatan magang yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal
Sudirman di bawah pengawasan Dinas Pertamanan telah memberikan
pengetahuan, pengalaman tetang pengelolaan lanskap jalur hijau jalan. Kegiatan
magang yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari
permasalahan dan potensi pengelolaan lanskap yang dilakukan Dinas Pertamanan
dan memberikan solusi atau masukan kepada pihak Dinas bagaimana sistem
pengelolaan lanskap yang harus dilaksanakan. Sistem pengelolaan lanskap pada
jalur ini mencakup pengorganisasian pemeliharaan jalur hijau dan kebersihan di
sepanjang areal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, penjadwalan kegiatan,
rencana anggaran biaya, peralatan, dan jumlah tenaga kerja, serta kegiatan
pemeliharaan dan pengawasan dalam kegiatan di lapangan.
Pengelolaan lanskap di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman oleh Dinas
Pertamanan sudah dilakukan dengan cukup baik, akan tetapi masih terdapat
beberapa kekurangan dalam kegiatan pemeliharaan seperti prinsip pengelolaan
serta tenaga kerja yang terlalu sedikit untuk areal seluas jalur hijau jalan tersebut.
Selain itu faktor yang masih menghambat kegiatan pengelolaan ini adalah
keterbatasan dana yang tersedia sehingga kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
disesuaikan dengan jumlah dana tersebut, walaupun hasilnya cukup baik tapi
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan masih kurang efektif dan efisien.
5. 2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak pengelola yaitu Dinas
Pertamanan DKI Jakarta dan khususnya Subdinas Jalur Hijau pada Seksi Jalur
Hijau Jalan adalah:
1) Meningkatkan Kegiatan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan yang
efektif dan efisien
2) Pelatihan kepada pekerja di lapang, peningkatan disiplin kerja sehingga
kapasitas dan kualitas kerja mereka semakin baik.
65
3) Menjaga keamanan bagi pengguna jalan ketika melakukan kegiatan
pekerjaan pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S., 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor.
151 hal. Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII Edisi
Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 169 hal. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S.Arifin, Pramukanto.Q, dan V.D. Damayanti.
2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau: Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat. 188 hal.
Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O. Lanphear. 1975. Plant in The Landscape.
W.H. Freemann And Company. San Fransisco. 468 p. Corder, A. S. Teknik Manajemen Pemeliharaan (Terjemahan). Penerbit Erlangga.
Jakarta Gubernur Propinsi DKI Jakarta. 2002. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta
No.8. 22 hal. Luymes, DT and K. Tamminga. 1995. Ingrating Public Safeti and Use into
Planning Urban Greenways. Landscape and Urban Planning 33: 391-400. ______. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Penerbit
Intermatra. Bandung. 134 hal. Nasrullah, N. 2008. Tanaman Hias Lanskap. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
281 hal. Pirone, P. P. 1972. Tree Maintenance. Oxford University Press. New York. 574 p. Sternloff, R. E. and R. Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance
Management (Second edition). John Wiley and Sons Inc. New York. 326 p.
Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya. Jumlah Penduduk DKI
Jakarta.http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistic/penduduk-dki-jakarta/42-statistik/4-jumlah penduduk-provinsi-dki-jakarta. Diakses tanggal 2 Juli 2008.
Sulistyantara, B. 2006. Taman Rumah Tinggal. Cetakan XIV Edisi Revisi.
Penebar Swadaya, Jakarta. 187 hal. Simonds, J.O dan B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture. Mc Graw-Hill
Book Co. New York. 396.
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007
Bulan Rata-rata
Suhu (C0)
Curah Hujan
Penyinaran Matahari
Kelembaban Udara
Kecepatan Angin
mm/hari (%) (%) ms-1 Januari 28,0 14,5 40,4 77,0 3,4
Februari 27,5 19,6 37,4 80,8 2,5 Maret 28,1 12,6 46,5 77,3 3,5 April 28,7 13,2 61,1 76,0 3,0 Mei 28,9 9,1 65,9 74,6 2,8 Juni 28,7 8,2 73,3 72,5 2,7 Juli 28,6 9,7 77,4 70,3 2,7
Agustus 28,5 7,3 84,8 68,9 2,8 September 28,9 6,8 81,2 68,2 3,5
Oktober 29 9,8 68,0 70,9 2,8 Nopember 28,8 7,6 52,0 73,5 2,8 Desember 28 14,4 28,7 77,4 3,4
Jumlah - 132,8 - - - Rata-Rata 28,5 11,1 59,7 73,9 3,0
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika (2008)
69
Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Keterangan: Sud-dinas tempat mahasiswa magang pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta
70
Lampiran 3. Kondisi Pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan
Jumlah Jenis Pegawai
PNS (gol) Total PTT SK Gub PTT Non SK Gub
No Sub Unit
I II III IV PNS SLTA/D3 S1 SLTA/D3 S1
Total
1 Dinas Pertamanan 9 101 81 9 200 25 - - 28 253
2 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Pusat 2 16 23 1 42 2 - - 5 49
3 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Barat 1 33 20 2 56 1 - - 18 75
4 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Utara 1 14 18 1 34 3 - - 5 42
5 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Selatan 1 37 29 1 68 1 - - 9 78
6 Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Timur 15 36 1 52 4 - - 6 62
7 Kepulauan Seribu 2 3 1 6 6 12
Total 14 218 210 16 458 36 0 0 77 571
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
1. Drs. Didin Nurudin2. Nurul Prasetyo3. Rudi Nurmawan4. Aris Setiani
Jalur Jl. MT. Haryono (Ciliwung s/d Pancoran), Pulau Jl. Sekitar Viaduct Pejompongan, sekitar FO. Slipi depan Sekitar FO. Pancoran, Pulau Jl. Sekitar FO. Tegal Parang, Prabu Motor, Jalur Jl. Depan Manggala Wanabhakti, Jalur Jl. Satrio, Jalur Jl. Casablanca, Pulau Jl. Sekitar Jalur Jl. Gatot Subroto (Pancoran s/d Kuningan) , Jalur Jl. Lapangan Tembak, Pulau Jl. Sekitar FO. Taman FO. Saharjo, Jalur Jl. Lapangan Rose dan Pulau Jl.Jalur Jl. HR. Rasuna Said, Jalur Jl. HR. Rasuna Said Ria, Jalur Jl. Gatot Subroto (Kuningan s/d Slipi), Jalur Jl. Sekitar FO. Tebet (105.469 m2).(lanjutan) dan Jalur Jl. Besakih (140.007 m2) Gerbang Pemuda dan Jalur Jl. Asia Afrika (150.240 m2).
- Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur
1. Supriyanto 1. Muchrihadi 1. Supriyo H
Jalur Jl. Teuku Umar, sekitar Air Mancur Teuku Umar, Sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jl. Sekitar Jalur Jl. MH. Thamrin, sekitar Bunderan Hotel Indonesia, Jalur Taman Semanggi dan Jalur Jl. Daan Mogot Jalur Jl. Gajah Mada, Jalur Jl. Hayam Wuruk, Jalur Jl. Pulau Jl. Teuku Umar, Pulau Jl. Tanjung, Jalur Jl. Cut FO. Karet, Jalur Jl. Jend. Sudirman dan Pulau Jl. sekitar segitiga Kedutaan Jerman, sekitar segitiga Teluk (109.888 m2) Pintu Besar Selatan, Jalur Jl. Ir. H. Juanda, Jalur Jl. Mutiah, Pulau Jl. Segitiga depan Bappindo, Jalur Taman Depan BNI '46 dan Pulau jalan segitiga ex Bakin Betung, Jalur Taman Tanjung Karang, Jalur Jl. Medan Veteran/Veteran I, Pulau Jalan ujung Jl. Juanda,Patung Tani, Jalur terpadu pinggir Kali Ciliwung, Jalur Jl. (184.595,89 m2) Merdeka Barat, Jalur Jl. Medan Merdeka Utara, Jalur Jl. Jalur Jl. Pintu Air, Jalur Jl. Dr. Sutomo, Pulau Jl. Pasar Jalur Hijau Bunderan depan Universitas IndonesiaKebon Sirih, Jalur Jl. Medan Merdeka Selatan, Jalur Jl. Majapahit dan Pulau Jl. Depan MBAD (84.916 m2) Baru, Jalur Jl. Pos/Kesenian, Jalur Jl. sekitar Lapangan Jakarta Selatan (69.255 m2)Medan Merdeka Timur/Timur Laut dan Pulau Jl. depan Banteng, Jalur Jl. Kathedral, Pulau Jl. Kathedral, PulauKostrad (77.466 m2). Jl. sekitar Hotel Borobudur, Jalur Jl. Perwira, Pulau Jalan
ujung Jl. Perwira, Jalur Jl. Pejambon dan Pulau Jl. depan Departemen Keuangan (85.222 m2).
- Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur
1. M a r y a d i 1. Sukriya 1. P a r i m a n 1. P a r y a n t o 1. S a r n i 1. A. Kastolani
Jalur Hijau Jl. Imam Bonjol, Jalur Jl. Diponegoro Pedestrian Jl. Medan Merdeka Selatan depan Balaikota, dan Jalur Jl. Ahmad Yani (15.768 m2) Pedestrian Jl. M.H. Thamrin (sisi barat dan sisi timur)
dan Pedestrian Jl. M.H. Thamrin (sekitar Bunderan HI)(20.120 m2)
- Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Penyapuan / pembersihan areal s/d - Pembersihan tunas & perantingan pohon pengangkutan sampah. pembentukan phn dan pemberantasan - Pendangiran dan penyiangan pohon. tumbuhan pengganggu tanaman. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur - Penyapuan / pembersihan areal s/d (Pedestrian) pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur
Bahrul Alam Jojo Sutarjo 1. Suhartono2. Mariyo3. Legimin4. Sutikno5. Rahadi6. Agus S7. Januri B.S
Keterangan: Lokasi Mahasiswa magang di blok V Jalur Hijau Jalan Jendral Sudrman71
LOKASI KEGIATAN
KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN
B L O K IIILOKASI KEGIATAN
B L O K I
KEGIATAN
STAF TEKNIS DAN ADMINISTRASI
LOKASI KEGIATANLOKASI KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN
B L O K IV
PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN
B L O K VLOKASI KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN
B L O K II
PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN
B L O K VILOKASI KEGIATAN
KEGIATAN
NIP 470058805Ir. SUZI MARSITAWATI, Msi
LOKASI KEGIATAN
NIP 470048955Ir. DWI BINTARTO S
KEPALA SUB DINAS JALUR HIJAUMengetahui
PETUGAS LAPANGAN
LOKASI KEGIATANB L O K X
KEPALA SEKSI JALUR HIJAU JALAN
Jakarta, Januari 2008
KEGIATAN
LOKASI KEGIATANB L O K XI
KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN
PETUGAS LAPANGAN
PETUGAS LAPANGAN
B L O K IXLOKASI KEGIATAN
PENGAWAS LAPANGAN
KEGIATAN KEGIATAN
LOKASI KEGIATANB L O K VIIIB L O K VII
Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Sub-dinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 KEPALA SUB DINAS JALUR HIJAU
Penanggung Jawab Kegiatan
Ir. DWI BINTARTO S
KEPALA SEKSI JALUR HIJAU JALANPelaksana Kegiatan
Ir. SUZI MARSITAWATI, MSi
8. Sarimin9. Casmad10. Maman11. Janata12. Makmur13. Rojali14. Edi S
15. Ibrahim16.Parjono17. Bedjo18.R. Sugeng19. Wito
73
Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan
Jenderal Sudirman Tahap I
Nomor : 05/SDJH/-1.795.221
Tanggal :02 Januari 2008
Pada hari ini, Rabu tanggal Dua bulan Januari tahun 2008 (02-01-2008) bertempat di Jakarta,
yang bertanda tangan di bawah ini setuju mengadakan perjanjian antara pihak-pihak:
PIHAK PERTAMA
Nama : Ir. PRIYO PRASETYO
Jabatan : Plh. Kepala Sub-dinas Jalur Hijau selaku pejabat pembuat komitmen
berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Pertamanan Propinsi DKI
Jakarta Nomor 10/Tahun 2008 tentang penetapan pejabat pembuat
komitmen di lingkungan Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Tahun
2008
PIHAK KEDUA
Nama : MUGNI
Jabatan : Direktur
Nama Perusahaan : PT. RASA TAMA WULAN PERSADA
Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.
Dengan ini kedua belah pihah sepakat untuk mengadakan perjanjian pemborongan pekerjaan
berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PENGERTIAN ISTILAH
Dalam surat perjanjian/kontrak ini terkandung beberapa istilah, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta
2. Pejabat pembuat komitmen adalah Kepala Su-dinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan DKI
Jakarta
3. Bendahara pengeluaran adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melakukan
kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksana APBD di Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Kontrak No. 05/SDHJ/-1.795.221 Tgl 02 Januari 2008-08
Sekretariat PPK-SDHJ 2008
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II
Nomor : 2766/SDJH/-1.795.221
Tanggal : 12 Mei 2008 2008
Pada hari ini, Senin tanggal Dua belas bulan Mei tahun Dua ribu delapan(02-01-
2008) bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini setuju mengadakan
perjanjian antara pihak-pihak:
PIHAK PERTAMA
Nama : Ir. DWI BINTARTO
Jabatan : Plh. Kepala Sub-dinas Jalur Hijau selaku pejabat pembuat
komitmen berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas
Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Nomor 10/Tahun 2008
tentang penetapan pejabat pembuat komitmen di lingkungan
Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Tahun 2008
PIHAK KEDUA
Nama : SARPANI
Jabatan : Direktur
Nama Perusahaan : PT. LANGGENG SADAM PURNAMA
Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.
Dengan ini kedua belah pihah sepakat untuk mengadakan perjanjian pemborongan
pekerjaan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di
bawah ini:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PENGERTIAN ISTILAH
Dalam surat perjanjian/kontrak ini terkandung beberapa istilah, diantaranya sebagai
berikut:
1. Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Kontrak No. 05/SDHJ/-1.795.221 Tgl 02 Januari 2008-08
Sekretariat PPK-SDHJ 2008
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
Lampiran 8. Lembar Kuisioner
Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman
Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Yth. Responden, nama saya Ridho Dwianto. Saat ini saya sedang
melakukan kegiatan magang mengenai Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan
Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta. Saya berharap Bapak/ Ibu/
Saudara bisa membantu saya mendapatkan data yang diperlukan. Data yang anda
berikan dijamin kerahasiaannya. Panduan wawancara ini adalah upaya mahasiswa
untuk mengetahui keinginan dan harapan masyarakat terhadap rencana
pengelolaan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta.
No. Kuisioner :
Tanggal Interview :
Alamat Responden :
Lokasi Interview : Jalan Jendral Sudirman Jakarta
Identitas Responden 1. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Usia :
a. 7-12 tahun
b. 13-14 tahun
c. 20-24 tahun
d. 25-55 tahun
e. > 55 tahun
114
3. Pendidikan terakhir :
a. Tidak sekolah
b. SD dan sederajat
c. SMP dan sederajat
d. SMA dan sederajat
e. Akademi/Perguruan Tinggi
f. Lainnya :………………….
4. Pengeluaran per bulan termasuk PAM, listrik, telepon, belanja sehari-hari,
tetapi tidak termasuk asuransi, pajak, cicilan, dan tabungan :
a. < Rp 750.000
b. Rp 750.000-Rp 1.500.000
c. Rp 1.500.000-Rp 3.000.000
d. Rp 3.000.000-Rp 6.000.000
e. > Rp 6.000.000
Silangilah yang menjadi pilihan Anda, pilihan boleh lebih dari satu
1. Kapan biasanya Anda melewati Jalan Jendral Sudirman :
a. Hari Sabtu
b. Hari Minggu
c. Lainnya, sebutkan :……………………..
2. Dalam satu bulan, berapa kali Anda melewati jalan Jendral Sudirman :
a. 1 kali c. 3 kali e. Jarang/tidak tentu
b. 2 kali d. 4 kali f. Lainnya, sebutkan………
3. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk
kenyamanan sudah baik :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
115
4. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk
keamanan sudah baik :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
5. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk
keindahan sudah baik :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
6. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk
kebersihan sudah baik :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
7. Setiap tanaman mempunyai kegunaan masing-masing, maka tanaman yang
perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman adalah untuk :
a. Keindahan
b. Pembatas
c. Peneduh
d. Penghambat kebisingan
e. Untuk menutupi pemandangan yang tidak diinginkan
f. Tidak perlu ditambah
8. Ukuran tinggi tanaman/pohon yang disukai :
a. Tanaman/pohon rendah ukuran 5 - 10 m
b. Tanaman/pohon tinggi ukuran >10m
116
9. Apakah Anda menyukai semak (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur Hijau
Jalan Jendral Sudirman :
a. Sangat menyukai
b. Cukup menyukai
c. Kurang menyukai
d. Tidak menyukai
10. Jika Anda menyukai tanaman semak, maka jenis semak yang Anda sukai
adalah :
a. Tanaman jenis berbunga indah
b. Tanaman sedikit berbunga
c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik
d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau
11. Penggunaan tanaman semak yang disukai :
a. Dibiarkan seperti alami
b. Dipangkas teratur dan rapi
c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi
12. Apakah Anda menyukai tanaman perdu (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur
Hijau Jalan Jendral Sudirman :
a. Sangat menyukai
b. Cukup menyukai
c. Kurang menyukai
d. Tidak menyukai
13. Jika Anda menyukai tanaman perdu, maka jenis perdu yang Anda sukai adalah
:
a. Tanaman jenis berbunga indah
b. Tanaman sedikit berbunga
c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik
d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau
14. Penggunaan tanaman perdu yang disukai :
a. Dibiarkan seperti alami
b. Dipangkas teratur dan rapi
c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi
117
15. Apakah Anda menyukai tanaman herba sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan
Jendral Sudirman :
a. Sangat menyukai
b. Cukup menyukai
c. Kurang menyukai
d. Tidak menyukai
16. Jika Anda menyukai tanaman herba, maka jenis herba yang Anda sukai
adalah :
a. Herba berbunga indah
b. Herba sedikit berbunga
c. Herba tidak berbunga tetapi warna daun menarik
d. Herba yang tidak berbunga dan berdaun hijau
17. Penggunaan tanaman yang Anda disukai :
a. Dibiarkan seperti alami
b. Dipangkas teratur dan rapi
c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi
18. Apakah Anda menyukai tanaman rumput sebagai pelengkap Taman Kota :
a. Sangat Menyukai
b. Cukup menyukai
c. Kurang menyukai
d. Tidak menyukai
19. Penggunaan tanaman rumput yang Anda disukai :
a. Dibiarkan seperti alami
b. Dipangkas teratur dan rapi
c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi
20. Fasilitas apa saja yang perlu ditambah di Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman :
a. tempat duduk d. Toilet g. Lainnya (sebutkan.)
b. Halte e. Lampu Jalan
c. Shelter f. Tempat sampah
118
21. Apakah kondisi paving atau perkerasan di sepanjang Jalur Hijau Jendral
Sudirman sudah baik dan memadai :
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
22. Apakah pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan telah dilakukan
dengan baik?
a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
23. Apa saran yang dapat Anda berikan demi kebaikan Jalur Hijau Kota Jalan
Jendral Sudirman Jakarta di masa yang akan datang :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………