Pengaturan Mengenai Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah
Transcript of Pengaturan Mengenai Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah
28
BAB III
HASIL PENELITIAN & ANALISIS
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengaturan berkenaan
dengan ganti rugi dalam pengadaan tanah berdasarkan peraturan yang ada. Dalam
BAB ini akan dipaparkan mengenai bagaimana karakteristik ganti rugi dalam
pengadaan tanah.
A. Pengaturan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah
Ganti rugi dalam pengadaan tanah berbeda dengan ganti rugi dalam hukum
perdata. Ini dikarenakan dalam pengadaan tanah ada unsur campuran hukum yaitu
hukum publik dan intervensi dari Negara yang tidak terdapat dalam hukum
Perdata. Pola penetapan ganti rugi dalam pengadaan tanah dilihat dari hukum
positif.
Pada BAB ini penulis ingin menjabarkan bagaimana karakteristik ganti rugi
dalam peraturan mengenai pengadaan tanah yang dilihat dari istilah yang
digunakan, pengertian, bentuk , penerima, dasar perhitungan dan mekanisme ganti
rugi.
29
1. Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan
Tanah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tentang
Ketentuan – Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah
menggunakan istilah ganti rugi, peraturan ini kemudian dicabut dan
digantikan oleh Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum yang menggunakan istilah ganti kerugian.
Peraturan ini kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang menggunakan istilah ganti
rugi. Kemudian Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum kembali menggunakan istilah ganti rugi.
Demikian juga dengan Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
30
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah
di Ubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum juga menggunakan
istilah ganti rugi.
Lihat Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah
KATEGORI Peraturan Mentri Dalam Negri
Nomor 15/1975
Keputusan Presiden Nomor 55/1993
Peraturan Presiden Nomor 36/2005
Peraturan Presiden Nomor 65/2006
Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3/2007
ISTILAH YANG DI
GUNAKAN
Ganti Rugi
Ganti
Kerugian
Ganti Rugi
Ganti Rugi
Ganti Rugi
Istilah yang digunakan ada 2 yaitu ganti rugi dan ganti kerugian.
Tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang sama.
2. Pengertian Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Pada Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tidak
mendefinisikan secara jelas mengenai ganti rugi. Tapi dapat kita simpulkan
31
ganti rugi menurut peraturan ini adalah penggantian sejumlah uang atau
pergantian yang senilai dengan tanah yang dilepaskan haknya.
Kemudian pada saat Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15
Tahun 1975 ini digantikan dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun
1993 dimana ada perubahan penggunaan istilah dari ganti rugi menjadi ganti
kerugian. Ganti kerugian menurut Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun
1993 adalah penggantian atas nilai tanah serta bangunan, tanaman dan atau
benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau penyerahan hak
atas tanah.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, yang menggantikan
Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993, kembali menggunakan istilah
ganti rugi. Menurut Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993, ganti rugi
adalah pengantian atas kerugian baik fisik atau non fisik, sebagai akibat
pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,bangunan, tanaman,dan
atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang memberikan
kelangsungan hidup lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi
sebelum terkena pengadaan tanah. Dan pada Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 yang mengubah Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993
tidak ada perubahan pengertian mengenai ganti rugi.
32
Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
ini tetap mengunakan istilah ganti rugi. Peraturan ini tidak menjelaskan
pengertian ganti rugi secara rinci, tapi dapat disimpulkan ganti rugi adalah
pergantian nilai atas bangunan, tanaman dan benda lain yang ada di atas
tanah.
Dari pengertian – pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian ganti rugi atau ganti kerugian mengalami perubahan dan dalam
perubahan terakhir tidak memberikan pengertian lebih jelas, hanya
pengertian secara tersirat saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat di tabel
2.1
33
Tab
el 2
.1
Pen
gert
ian
Gan
ti R
ugi D
alam
Pen
gatu
ran
Pen
gada
an T
anah
KA
TE
GO
RI
PE
RA
TU
RA
N
ME
NT
RI
DA
LA
M
NE
GR
I N
om
or
15
/197
5
Ke
pP
res
No
mo
r 5
5/1
993
Pe
ratu
ran
Pre
sid
en
No
mo
r 3
6/2
005
Per
atur
an
Pre
sid
en
No
mo
r 6
5/2
006
PE
RA
TU
RA
N K
EP
AL
A
BA
DA
N P
ER
TA
NA
HA
N
NA
SIO
NA
L
No
3 /
200
7
PE
NG
ER
TIA
N
Tid
ak a
da
pe
nger
tian.
Tet
ap
i d
ap
at d
isim
pul
kan
gant
i ru
gi a
dal
ah
me
mb
erik
an
seju
mla
h ua
ng
ata
u p
erg
ant
ian
yan
g se
nila
i den
gan
tana
h ya
ng
dile
pas
kan
ata
s ha
knya
Pen
gga
ntia
n a
tas
nila
i ta
nah
sert
a b
ang
una
n,
tana
ma
n d
an
ata
u b
end
a la
in y
an
g te
rka
it d
eng
an
tana
h a
kib
at p
ele
pas
an
atau
pen
yera
han
hak
ata
s ta
nah
(Pas
al
1 a
yat 7
)
Pe
ngan
tian
ata
s ke
rugi
an
ba
ik fi
sik
ata
u no
n fis
ik,s
eb
aga
i aki
ba
t p
eng
adaa
n ta
nah
kep
ada
yan
g m
em
pun
yai
tana
h,b
ang
una
n,
tana
ma
n,d
an a
tau
be
nda
-b
end
a la
in y
an
g b
erk
aita
n d
eng
an
tana
h ya
ng
me
mb
eri
kan
kela
ng
sun
gan
hid
up le
bih
b
aik
dar
i tin
gka
t ke
hid
upan
so
sia
l eko
nom
i se
bel
um
terk
ena
p
eng
adaa
n ta
nah
(
Pas
al 1
aya
t 11
)
Tid
ak a
da
per
ubah
an a
tas
pen
gert
ian
gant
i ru
gi
Tid
ak a
da
pen
gert
ian
seca
ra
det
ail.
Tap
i dap
at d
isim
pul
kan
ga
nti r
ugi
ad
ala
h p
erg
ant
ian
nila
i at
as
ba
ngu
nan,
tana
ma
n d
an
ben
da
lain
ya
ng
ada
dia
tas
tan
ah.
34
Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa pengertian
ganti rugi atau ganti kerugian mengalami perubahan dan dalam perubahan
terakhir tidak memberikan pengertian yang lebih jelas. Hanya secara tersirat
saja.
3. Bentuk Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Bentuk ganti rugi dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15
Tahun 1975 berupa uang, tanah dan/atau fasilitas – fasilitas lain. Keputusan
Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur bentuk ganti kerugian berupa
uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari dua atau lebih,
dan bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan serta untuk
ulayat diberi dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur ganti rugi
berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, bisa juga berupa
kompensasi berupa penyertaan modal (saham). Untuk tanah ulayat diberi
dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang
bermanfaat bagi masyarakat setempat. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 mengatur ganti rugi dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman
35
kembali, gabungan dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh
pihak yang bersangkutan.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
mengatur bentuk ganti rugi selain uang dapat berupa : tanah/bangunan
penganti/pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki pemilik dan
disepakati instansi yang memerlukan tanah, tanah/bangunan/fasilitas lain
dengan nilai paling kurang sama dengan benda wakaf yang dilepaskan
untuk harta benda wakaf, recognisi berupa fasilitas umum atau bentuk lain
yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah
ulayat, sesuai keputusan pejabat yang berwenang untuk tanah instansi
pemerintah/pemda.
Dalam perbandingan bentuk ganti rugi ini dapat kita lihat bahwa
peraturan yang berlaku sekarang lebih banyak pilihan untuk ganti rugi,
dibanding peraturan – peraturan sebelumnya.untuk lebih jelasnya lihat tabel
3.1
36
T
abel
3.1
B
entu
k G
anti
Rug
i Dal
am P
enga
tura
n P
enga
daan
Tan
ah
KA
TE
GO
RI
P
ER
AT
UR
AN
M
EN
TR
I DA
LAM
N
EG
RI
Nom
or 1
5/19
75
Kep
Pre
s N
omor
55/
1993
P
erat
uran
Pre
side
n N
omor
36/
2005
P
erat
uran
Pre
side
n N
omor
65/
2006
P
ER
AT
UR
AN
KE
PA
LA
BA
DA
N P
ER
TA
NA
HA
N
NA
SIO
NA
L
No
3 T
ahun
200
7 B
EN
TU
K
GA
NT
I R
UG
I
Dap
at b
erup
a ua
ng, t
anah
dan
at
au fa
silit
as –
fa
silit
as la
in
(P
asal
6 a
yat
2 c)
Dap
at b
erup
a ua
ng,
tana
h pe
ngga
nti,
pem
uki
man
ke
mba
li,
gabu
ngan
dar
i dua
ata
u le
bih,
dan
ben
tuk
lain
ya
ng d
iset
ujui
ole
h pi
hak
yang
be
rsan
gkut
an (
Pas
al 1
3)
Unt
uk u
laya
t di
beri
de
ngan
ben
tuk
pem
bang
unan
fas
ilita
s um
um
ata
u be
ntuk
lain
ya
ng b
erm
anfa
at b
agi
mas
yara
kat
(Pas
al 1
4)
Dap
at b
erup
a ua
ng,
tana
h pe
ngga
nti,
pem
uki
man
ke
mba
li,
bisa
juga
ber
upa
kom
pens
asi b
erup
a pe
nyer
taan
mod
al
(sah
am)
(Pas
al 1
3)
Unt
uk t
anah
ula
yat
dibe
ri d
enga
n be
ntuk
pe
mba
ngun
an
fasi
litas
um
um a
tau
bent
uk la
in y
ang
berm
anfa
at b
agi
mas
yara
kat
sete
mpa
t (
Pas
al 1
4)
Dap
at b
erup
a ua
ng, t
anah
pe
ngga
nti,
pem
uki
man
ke
mba
li, g
abun
gan
dari
dua
atau
lebi
h,
dan
bent
uk la
in
yang
dis
etuj
ui o
leh
piha
k ya
ng
bers
angk
utan
(P
asal
13)
Sel
ain
uang
dap
at b
erup
a :
tana
h /
bang
unan
pen
gant
i /
pem
uki
man
ke
mba
li se
suai
de
ngan
yan
g di
kehe
ndak
i pe
mili
k da
n di
sepa
kati
inst
ansi
ya
ng m
em
erlu
kan
tana
h, ta
nah
/ ba
ngun
an/
fasi
litas
lain
de
ngan
nila
i pal
ing
kura
ng
sam
a de
ngan
ben
da w
akaf
ya
ng d
ilepa
skan
unt
uk h
arta
be
nda
wak
af, r
ecog
nisi
ber
upa
fasi
litas
um
um a
tau
bent
uk
lain
yan
g be
rman
faat
bag
i ke
seja
hter
aan
mas
yara
kat
sete
mpa
t un
tuk
tana
h ul
ayat
, se
suai
kep
utus
an p
ejab
at y
ang
berw
enan
g un
tuk
tana
h in
stan
si p
emer
inta
h /
pem
da
(Pas
al 4
5)
37
4. Penerima Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatakan
bahwa aturan mengenai penerima ganti rugi berpedoman kepada hukum
setempat dan tidak bertentangan dengan UUPA.
Keputusan Presiden NomorNomor 55 Tahun 1993 mengatur bahwa
penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang
sah, nadzir bagi tanah wakaf. Tetapi bila milik bersama dan satu atau
beberapa orang tidak ditemukan maka ganti kerugian yang menjadi haknya
maka dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri setempat oleh instansi
pemerintah yang memerlukan tanah.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur bahwa
penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau yang berhak
sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf.
Bila milik bersama dan satu atau orang tidak ditemukan maka ganti rugi
yang menjadi haknya dititipkan di Pengadilan Negeri yang wilayah
hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan. Peraturan Presiden
Nomor 65 Tahun 2006 tidak ada perubahan atas peraturan sebelumnya.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
mengatur bahwa Penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau
38
yang berhak sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi
tanah wakaf. Dalam hal tanah hak pakai atau hak guna bangunan diatas
tanah hak milik atau diatas tanah hak pengelolaan yang berhak adalah
pemegang hak milik atau hak pengelolaan. Pada peraturan ini peraturan
yang berlaku sekarang kurang mengcover mengenai masalah tanah milik
bersama atau tanah ulayat. Lihat tabel 4.1
39
Tab
el 4
.1
Pen
erim
a G
anti
Rug
i Dal
am P
erat
uran
Pen
gada
an T
anah
KA
TE
GO
RI
PER
AT
UR
AN
M
EN
TR
I DA
LAM
N
EG
RI
Nom
or 1
5/19
75
Kep
Pre
s N
omor
55/
1993
P
erat
uran
Pre
side
n
Nom
or36
/200
5 P
erat
uran
P
resi
den
Nom
or
65/2
006
PE
RA
TU
RA
N K
EP
ALA
B
AD
AN
PE
RT
AN
AH
AN
N
AS
ION
AL
N
omor
3/2
007
PE
NE
RIM
A
GA
NT
I R
UG
I
Yan
g m
em
puny
ai
hak
atas
tana
h,
bang
unan
,tana
man
, ya
ng a
da d
iata
snya
de
ngan
ber
pedo
man
ke
pada
huk
um
sete
mpa
t da
n se
panj
ang
tidak
be
rten
tang
an d
enga
n ke
tent
uan
dala
m
UU
PA
(P
asal
6 A
yat
2c)
Pen
erim
a ga
nti r
ugi :
pe
meg
ang
hak
atas
ta
nah
atau
ahl
i war
is
yang
sah
, nad
zir
bagi
tn
h w
akaf
. T
etap
i bila
mili
k be
rsam
a da
n sa
tu a
tau
bebe
rapa
ora
ng ti
dak
dite
muk
an m
aka
gan
ti ke
rugi
an y
ang
men
jadi
ha
knya
mak
a di
kons
inya
sika
ndi
peng
adila
n ne
gri
sete
mpa
t ol
eh in
stan
si
pem
erin
tah
yang
m
em
erlu
kan
tana
h (P
asal
17)
Pen
erim
a ga
nti r
ugi :
pe
meg
ang
hak
atas
ta
nah
atau
yan
g be
rhak
se
suai
den
gan
pera
tura
n pe
rund
ang
- un
dang
an, n
adzi
r ba
gi
tana
h w
akaf
. B
ila m
ilik
bers
ama
dan
satu
ata
u or
ang
tidak
di
tem
ukan
ma
ka g
anti
rugi
yan
g m
enja
di
hakn
ya d
ititip
kan
di
peng
adila
n ne
gri y
g w
ilaya
h hu
kum
nya
mel
iput
i lok
asi t
anah
ya
ng b
ersa
ngku
tan
(Pas
al 1
6)
Tid
ak a
da
peru
baha
n at
as
pene
rima
gant
i ru
gi
Pen
erim
a ga
nti r
ugi:
pem
egan
g ha
k at
as t
anah
at
au y
ang
berh
ak s
esua
i de
ngan
per
atur
an
peru
ndan
g -
unda
ngan
, na
dzir
bag
i tan
ah w
akaf
. D
alam
hal
tana
h ha
k pa
kai
atau
hak
gun
a ba
ngun
an
diat
as ta
nah
hak
mili
k at
au
diat
as ta
nah
hak
peng
elol
aan
yang
ber
hak
adal
ah p
emeg
ang
hak
mili
k at
au h
ak p
enge
lola
an (
Pas
al
43)
40
5. Dasar Perhitungan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatur
bahwa dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor
strategis tanah, sementara ganti rugi atas bangunan atau tanaman dinilai oleh
dinas pekerjaan umum/dinas pertanian setempat.
Keputusan Presiden NomorNomor 55 Tahun 1993 mengatur bahwa
dasar perhitungan ganti rugi harga tanah didasarkan atas nilai nyata dengan
memperhatikan NJOPBB terakhir untuk tanah yang terakhir. nilai jual
bangunan ditaksir oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab
dibidang bangunan (Dinas Pekerjaan Umum). Nilai jual tanaman ditaksir
oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab dibidang pertanian
(Dinas Pertanian).
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur bahwa dasar
perhitungan ganti rugi dengan berdasarkan NJOP Tahun berjalan
berdasarkan penetapan lembaga/ tim penilai harga tanah yang ditunjuk
panitia. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang
bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual tanaman yang ditaksir
oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian. Untuk
41
dasar perhitungan ganti rugi ditunjuk oleh lembaga/tim penilai harga yang
ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur bagi Jakarta.
Peraturan Presiden No 65 Tahun mengatur bahwa dasar perhitungan
ganti rugi dengan memperhatikan NJOP Tahun berjalan berdasarkan
penilaian lembaga atau tim. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh
perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual
tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di
bidang pertanian Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditetapkan oleh
lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau
gubernur bagi Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
mengatur bahwa dasar perhitungan ganti rugi dengan memperhatikan NJOP
Tahun berjalan. Dapat juga berpedoman pada variable – variable sebagai
berikut: lokasi letak tanah, status tanah peruntukan tanah, kesesuaian
pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah, sarana dan prasarana
yang tersedia, faktor lain yang mempengaruhi harga tanah. Penilaian harga
bangunan/tanaman/benda lain berkaitan dengan tanah dilakukan oleh kepala
dinas /kantor/badan di kabupaten atau kota yang membidangi bagian
42
tersebut dan berpedoman dengan standar harga yang ditetapkan perundang –
undangan.
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa peraturan terbaru
lebih luas dari pada peraturan sebelumnya. Lihat Tabel 5.1
43
T
abel
5.1
D
asar
Per
hitu
ngan
Gan
ti R
ugi D
alam
Pen
gada
an T
anah
KA
TE
GO
RI
PE
RA
TU
RA
N
ME
NT
RI
DA
LAM
N
EG
RI
Nom
or15
/197
5
Kep
Pre
s N
omor
55
Tah
un 1
993
Per
atur
an P
resi
den
N
omor
36
Tah
un 2
005
Per
atur
an P
resi
den
N
omor
65
Tah
un 2
006
PE
RA
TU
RA
N K
EP
ALA
B
AD
AN
PE
RT
AN
AH
AN
N
AS
ION
AL
Nom
or 3
Tah
un 2
007
DA
SA
R
PE
RH
ITU
NG
AN
G
AN
TI
RU
GI
Be
rda
sark
an:
lo
kasi
da
n fa
kto
r st
rate
gis
tana
h,
Me
neta
pka
n ga
nti r
ugi
ata
s b
ang
una
n a
tau
tana
ma
n ha
rus
be
rda
sark
an
din
as
pe
kerj
aa
n u
mu
m /
din
as
pe
rta
nia
n se
tem
pa
t
(Pa
sal 6
aya
t 2a
) B
ent
uk
da
n b
esa
rnya
ga
nti
keru
gia
n d
ibe
rika
n b
erd
asa
rka
n m
usy
aw
ara
h
(Pa
sal 6
aya
t 1)
Be
rda
sark
an:
h
arg
a ta
nah
did
asa
rka
n a
tas
nila
inya
ta d
en
gan
me
mp
erh
atik
an
NJO
PB
B
tera
khir
unt
uk
tana
h ya
ng
tera
khir
. N
ilai j
ual b
ang
una
n d
itaks
ir o
leh
inst
an
si
pe
me
rint
ah
da
era
h ya
ng
be
rta
nggu
ng
jaw
ab
d
ibid
ang
ba
ngu
nan.
N
ilai j
ual t
ana
ma
n d
itaks
ir o
leh
inst
an
si
pe
me
rint
ah
da
era
h ya
ng
be
rta
nggu
ng
jaw
ab
d
ibid
ang
pe
rta
nia
n.
(Pa
sal 1
5)
Be
ntu
k d
an
be
sarn
ya
gant
i ke
rugi
an
di
teta
pka
n d
ala
m
mu
sya
wa
rah
(P
asa
l 16
)
Be
rda
sark
an:
N
JOP
de
nga
n b
erd
asa
rka
n N
JOP
Ta
hun
be
rja
lan
be
rda
sark
an
pe
neta
pa
n le
mb
aga
/ tim
pe
nila
i ha
rga
ta
nah
yang
ditu
nju
k p
ani
tia
Nila
i jua
l ba
ngu
nan
yan
g d
i ta
ksir
ole
h p
era
ngk
at
da
era
h ya
ng
be
rta
ngg
ung
ja
wa
b d
i bid
ang
ba
ng
una
n.
Nila
i jua
l ta
nam
an
yang
d
itaks
ir o
leh
pe
ran
gka
t d
ae
rah
yan
g b
ert
an
ggu
ng
jaw
ab
di b
ida
ng p
ert
an
ian.
U
ntuk
da
sar
pe
rhitu
nga
n ga
nti r
ugi
ditu
njuk
ole
h le
mb
aga
/tim
pe
nila
i ha
rga
ya
ng
ditu
nju
k o
leh
bup
ati
/ w
alik
ota
ata
u g
ube
rnur
b
agi
Ja
kart
a
(Pa
sal 1
5)
Be
rda
sark
an
: N
JOP
de
nga
n m
em
pe
rha
tika
n N
JOP
T
ahu
n b
erj
ala
n b
erd
asa
rka
n p
eni
laia
n le
mb
aga
ata
u tim
. N
ilai j
ual b
ang
una
n ya
ng
di t
aks
ir o
leh
pe
ran
gka
t d
ae
rah
yan
g b
ert
an
ggu
ng
jaw
ab
di b
ida
ng
ba
ngun
an.
N
ilai j
ual t
ana
ma
n ya
ng
dita
ksir
ole
h p
era
ng
kat
da
era
h ya
ng
be
rta
ngg
ung
ja
wa
b d
i bid
ang
p
ert
ani
an
U
ntuk
da
sar
pe
rhitu
nga
n ga
nti r
ugi
dite
tap
kan
ole
h le
mb
aga
/tim
pe
nila
i ha
rga
ya
ng
ditu
nju
k o
leh
bup
ati
/ w
alik
ota
ata
u gu
be
rnur
ba
gi J
aka
rta
(P
asa
l 15
)
Be
rda
sark
an
: N
JOP
me
mp
erh
atik
an
NJO
P
Ta
hun
be
rja
lan.
Da
pa
t jug
a
be
rpe
dom
an
pa
da
va
ria
ble
–
vari
ab
le s
eb
aga
i be
riku
t : lo
kasi
le
tak
tana
h, s
tatu
s ta
nah
pe
runt
uka
n ta
nah
, ke
sesu
aia
n p
eng
una
an
tana
h d
en
gan
renc
ana
ta
ta r
uan
g w
ilaya
h,sa
rana
da
n p
rasa
rana
ya
ng
ters
ed
ia,
fakt
or
lain
ya
ng
me
mp
eng
aru
hi h
arg
a
tana
h.
(Pa
sal 2
8)
Pe
nila
ian
harg
a
ba
ngun
an/
tana
ma
n/b
end
a la
in
be
rka
itan
de
nga
n ta
nah
dila
kuka
n o
leh
kep
ala
din
as
/ka
nto
r/b
ad
an
di k
ab
upa
ten
ata
u ko
ta y
ang
me
mb
ida
ngi
ba
gia
n
ters
eb
ut d
an
be
rpe
do
ma
n d
en
ga
n st
and
ar
harg
a y
ang
dite
tap
kan
pe
rund
an
g –
und
ang
an
(P
asa
l 29
)
44
6. Mekanisme Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Untuk melaksanakan ganti rugi dalam pengadaan tanah, dalam setiap
peraturan pengadaan tanah mempunyai mekanisme. Peraturan Mentri
Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mekanismenya sederhana yaitu:
pemilik tanah yang tanahnya akan dilepas jika menyetujui ganti rugi maka
instansi yang bersangkutan langsung membayarkan ganti rugi, kemudian
instansi yang bersangkutan langsung berhubungan dengan pejabat yang
berwenang untuk memohon hak.
Tapi apabila pemilik tanah tidak menyetujui ganti rugi maka pemilik
memberikan alasan penolakan ganti rugi kepada panitia pengadaan tanah.
Panitia pengadaan tanah dan kemudian bisa langsung mengambil 2 jalan
yaitu tetap pada keputusan semula atau melimpahkan kepada gubernur
setempat dimana gubernur bisa mencari jalan tengah atau mengukuhkan
keputusan panitia. Lihat bagan 6.1
45
Bag
an 6
.1
ME
KA
NIS
ME
PE
MB
ER
IAN
GA
NT
I RU
GI B
ER
DA
SA
RK
AN
PE
RA
TU
RA
N M
EN
TR
I DA
LAM
NE
GR
I NO
MO
R15
TA
HU
N 1
975
PE
MIL
IK
HA
K A
TA
S
TA
NA
H
GA
NT
I R
UG
I
SE
TU
JU
PE
JAB
AT
YA
NG
B
ER
WE
NA
NG
(M
EM
OH
ON
HA
K)
INS
TA
NS
I L
AN
GS
UN
G M
EM
BA
YA
R K
EP
AD
A P
EM
ILIK
HA
K
AT
AS
TA
NA
H
TID
AK
S
ET
UJU
PA
NIT
IA
PE
MB
EB
AS
AN
T
AN
AH
TE
TA
P P
AD
A
KE
PU
TU
SA
N
SE
MU
LA
GU
BE
RN
UR
SE
TE
MP
AT
ME
NG
UB
AH
KE
PU
TU
SA
N P
AN
ITIA
Ala
san
peno
laka
n
46
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur mekanisme
pengadaan tanah apabila pemilik tanah yang setuju dengan ganti kerugian
maka kedua belah pihak yang membutuhkan langsung ke PPT dan
mengurus SK tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian.
Apabila tidak setuju maka panitia pengadaan tanah langsung
membawa kepada gubernur. Setelah itu gubernur bisa mengubah keputusan
PPT atau dapat juga mengukuhkan keputusan PPT. tetapi apabila tetap
menolak maka diusulkan untuk pencabutan dan dirujuk kepada Menteri
Dalam Negri yang kemudian ditembuskan kepada instansi yang
membutuhkan tanah dan Menteri Kehakiman dan HAM serta Presiden.
Lihat bagan 6.2
47
Bag
an 6
.2
ME
KA
NIS
ME
PE
MB
ER
IAN
GA
NT
I RU
GI B
ER
DA
SA
RK
AN
KE
PU
TU
SA
N P
RE
SID
EN
NO
MO
RN
OM
OR
55 T
AH
UN
1993
PE
MIL
IK H
AK
A
TA
S T
AN
AH
INS
TA
NS
I Y
AN
G M
EM
BU
TU
HK
AN
TA
NA
H D
AN
ME
NT
RI
KE
HA
KIM
AN
DA
N
HA
M
ME
ND
AG
RI
PE
NC
AB
UT
AN
ME
NO
LA
K
SE
TU
JU
GU
BE
RN
UR
ME
NG
UB
AH
KE
PU
TU
SA
N P
PT
G
AN
TI
RU
GI
ME
NG
UK
UH
KA
N K
EP
UT
US
AN
P
PT
PP
T S
K T
EN
TA
NG
BE
NT
UK
DA
N B
ES
AR
GA
NT
I R
UG
I
TID
AK
S
ET
UJU
SE
TU
JU
PR
ES
IDE
N
48
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur mekanisme
ganti rugi apabila pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT mengajukan
kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa mengukuhkan atau
mengubah keputusan PPT. tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan
pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan Nasional membuat tembusan
kepada Presiden dan instansi yang terkait serta Mentri Kehakiman. Lihat
bagan 6.3
49
Bag
an 6
.3
ME
KA
NIS
ME
PE
MB
ER
IAN
GA
NT
I RU
GI B
ER
DA
SA
RK
AN
PE
RA
TU
RA
N P
RE
SID
EN
NO
MO
R36
TA
HU
N 2
005
PE
MIL
IK
HA
K A
TA
S
TA
NA
H
GA
NT
I R
UG
I
KE
PA
LA
B
AD
AN
ME
NG
UK
UH
KA
N K
EP
UT
US
AN
PP
T
PE
NC
AB
UT
AN
TID
AK
SE
TU
JU
SE
TU
JU
JIK
A T
ET
AP
DIT
OL
AK
BU
PA
TI/
WA
LIK
OT
A,
GU
BE
RN
UR
ME
NG
UB
AH
K
EP
UT
US
AN
PP
T
INS
TA
NS
I Y
AN
G M
EM
BU
TU
HK
AN
TA
NA
H D
AN
M
EN
TR
I K
EH
AK
IMA
N D
AN
HA
M
PR
ES
IDE
N
50
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 kemudian diperbaharui
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Mekanisme menurut
peraturan ini adalah jika pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT
mengajukan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa
mengukuhkan atau mengubah keputusan PPT. Tetapi jika masih ditolak
maka akan dilakukan pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan
Nasional membuat tembusan kepada Presiden dan instansi yang terkait serta
Menteri Kehakiman. Tetapi jika tetap menolak ganti rugi yang sudah
ditetapkan dalam Keputusan Presiden, maka dapat mengajukan banding ke
Pengadilan Tinggi. Lihat bagan 6.4
51
Bag
an 6
.4
ME
KA
NIS
ME
PE
MB
ER
IAN
GA
NT
I RU
GI B
ER
DA
SA
RK
AN
PE
RA
TU
RA
N P
RE
SID
EN
NO
MO
R65
TA
HU
N 2
006
PE
MIL
IK H
AK
AT
AS
T
AN
AH
GA
NT
I R
UG
I
SE
TU
JU
TID
AK
S
ET
UJU
BU
PA
TI,
/WA
LIK
OT
A,
GU
BE
RN
UR
ME
NG
UK
UH
KA
N
KE
PU
TU
SA
N P
PT
ME
NG
UB
AH
K
EP
UT
US
AN
PP
T
JIK
A T
ET
AP
DIT
OL
AK
P
EN
CA
BU
TA
N
KE
PA
LA
BA
DA
N
PE
RT
AN
AH
AN
PR
ES
IDE
N
INS
TA
NS
I Y
AN
G
ME
MB
UT
UH
KA
N T
AN
AH
DA
N
ME
NT
RI
KE
HA
KIM
AN
DA
N H
AM
JIK
A T
ET
AP
TID
AK
B
ER
SE
DIA
ME
NE
RIM
A
GA
NT
I R
UG
I Y
AN
G
DIT
AE
TA
PK
AN
DA
LA
M
KE
PU
TU
SA
N P
RE
SID
EN
BA
ND
ING
KE
P
EN
GA
DIL
AN
TIN
GG
I
52
Kemudian pada peraturan pelaksana dari Peraturan Presiden Nomor
65 Tahun 2006 adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 2007 mekanisme ganti rugi menurut peraturan ini adalah jika
pemilik hak atas tanah setuju maka instansi membuat tanda terima.
Kemudian penerima ganti rugi membuat surat pernyataan pelepasan atau
penyerahan hak. Kemudian PPT membuat berita acara pelepasan hak dan
pembayaran ganti rugi.
Tetapi jika pemilik hak menolak maka PPT meneruskan kepada
Walikota, Bupati atau Gubernur dan MENDAGRI yang bisa mengukuhkan
keputusan PPT atau mengubah keputusan PPT, jika tetap menolak maka
dilakukan pencabutan. Lihat bagan 6.5
53
Bag
an 6
.5
ME
KA
NIS
ME
PE
MB
ER
IAN
GA
NT
I RU
GI B
ER
DA
SA
RK
AN
PE
RA
TU
RA
N K
EP
ALA
BA
DA
N P
ER
TA
NA
HA
N
NA
SIO
NA
L N
OM
OR
3 T
AH
UN
200
7
PE
MIL
IK H
AK
A
TA
S T
AN
AH
GA
NT
I R
UG
I
SE
TU
JU
TID
AK
S
ET
UJU
BU
PA
TI/W
ALI
KO
TA
,
GU
BE
RN
UR
ME
NG
UK
UH
KA
N
KE
PU
TU
SA
N P
PT
ME
NG
UB
AH
K
EP
UT
US
AN
PP
T
JIK
A T
ET
AP
DIT
OLA
K
PE
NC
AB
UT
AN
INS
TA
NS
I ME
MB
UA
T
TA
ND
A T
ER
IMA
PE
NE
RIM
A G
AN
TI R
UG
I M
EM
BU
AT
SU
RA
T
PE
RN
YA
TA
AN
P
ELE
PA
SA
N /
P
EN
YE
RA
HA
N H
AK
PP
T M
EM
BU
AT
BE
RIT
A
AC
AR
A P
ELE
PA
SA
N
HA
K D
AN
P
EM
BA
YA
RA
N G
AN
TI
RU
GI
54
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa mekanisme
pengadaan tanah harus diperbaiki. Karena belum sepenuhnya dapat
memenuhi keinginan masyarakat. Oleh karena ini pemerintah harus lebih
memperhatikan. Agar tidak terjadi konflik,walaupun semua yang dilakukan
dalam semua peraturan ini, keputusan ganti rugi ataupun ganti kerugian
didasarkan musyawarah. Musyawarah mencari jalan tengah sebagai jalan
terbaik. Dan bukan keputusan sepihak dari pemerintah.
B. ANALISIS
Dari hasil penelitian maka penulis menganalisis bahwa karakteristik
penggaturan dari 5 peraturan yang menggatur mengenai ganti rugi dalam
pengadaan tanah sejak PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR 15
TAHUN 1975, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, Peraturan Presiden
Nomer 36 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, PERATURAN
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2007.
1. Karakteristik Mengenai Penggunaan Istilah
Dalam penggunaan istilah ganti rugi atau ganti kerugian mempunyai
makna yang sebenarnya sama. Tetapi dalam KBBI ganti rugi adalah uang
55
yang diberikan sebagai ganti kerugian, sementara ganti kerugian adalah
seseuatu yang menjadi penukar dari yang menderita rugi. Pengaturan
mengenai penggadaan tanah hanya Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun
1993 dan Peraturan Presiden 36/2005 yang mempunyai pengertian yang
terumus jelas. Peraturan yang lain hanya ada secara tersirat tetapi tidak
secara tertulis menunjukan pengertian ganti rugi ataupun ganti kerugian.
2. Karakteristik Mengenai Pengertian Ganti Rugi atau Ganti
Kerugian
Dibandingkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15
Tahun 1975, perubahan yang cukup berarti mengenai pengertian ganti rugi
dilakukan pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993. Perubahan yang
dimaksud adalah dimaksudkannya ayat khusus yang mengatur tetntang
definisi ganti rugi. Definisi tersebut ada didalam Pasal 1 ayat 7 yang
berbunyi :
“Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut
bangunan, tanaman dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan
tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah”
56
Sementara Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 pengertian
ganti rugi menjadi lebih luas lagi. Yaitu memasukan peenggantian aras
kerugian baik fisik atau non fisik. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat
11 yang bebunyi :
“Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat
fisik dan/atau nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang
mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain
yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan
hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi
sebelum terkena pengadaan tanah.”
Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 dan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007tidak
mengalami perubahan makna. Tetapi konsisten dari peraturan
sebelumnya. Penggunaan istilah dan pengertian ganti rugi ini di tetapkan
berdasarkan asas keadilan, dimana dalam asas ini menerapkan agar
memberikan sesuatu yang lebih layak kepada mereka yang melepaskan
haknya dan juga mencakup pihak yang membutuhkan tanah agar dapat
sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.
57
3. Karakteristik Bentuk Ganti Rugi
Dalam pemberian ganti rugi Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor
15 Tahun 1975 sampai ke Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 2007 mengalami perubahan menjadi lebih luas. Sehingga
lebih beragam pilihan bentuk ganti rugi yang bisa dipilih oleh mereka yang
akan melepaskan haknya. Bentuk ganti rugi ini ditentukan berdasar asas
keterbukaan di mana rencana pengadaan tanah harus dikomunikasikan.
Sehingga warga masyarakat yang hak atas tanah yang mereka miliki dapat
mengetahui diperuntukan untuk apa tanah yang akan mereka lepaskan
haknya, serta mereka yang haknya dilepaskan dapat mengetahui ganti rugi
apa saja yang mereka dapatkan.
Dalam menentukan bentuk ganti rugi juga harus sesuai dengan asas
minimalisasi dampak dan kelangsungan kesejahteraan ekonomi. Hal ini
bersangkutan dengan hasil dari dampak yang timbul di pengadaan tanah
tersebut, harus dapat meningkatkan taraf hidup. Jangan sampai menjadi
lebih rendah dari sebelum pengadaan tanah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2007banyak memberikan pilihan beragam mengenai bentuk ganti rugi.
58
Alasannya adalah dalam peraturan bentuk ganti rugi lebih beragam dari
pada peraturan yang lain bentuk ganti ruginya terdiri atas :
- Uang
- Tanah
- Bangunan pengganti
- Pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki
- Fasilitas lain
- Fasilitas yang sama dengan nilai tanah atau benda wakaf
- Recognisi fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah ulayat
Sementara Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
adalah peraturan yang tidak memberikan banyak pilihan bentuk ganti rugi.
Dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
bentuk ganti rugi hanya berupa :
- Uang
- Tanah
- Fasilitas lain
59
4. Karakteristik Penerima Ganti Rugi
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
hingga Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
siapa yang berhak menerima ganti rugi atau ganti kerugian mengalami
perubahan menjadi lebih luas. Pada awalnya hanya yang mempunyai hak
atas tanah (Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975) kemudian menjadi
pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang sah dan nadzir bagi tanah
wakaf (Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993), pada Peraturan
Presiden Nomer 36 Tahun 2005 tidak ada perubahan yang begitu terlihat.
Begitu juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
penerima ganti rugi menjadi lebih luas. Ada penambahan dalam hak pakai
atau hak guna bangunan, diatas tanah hak milik atau diatas tanah hak
pengelolaan yang berhak adalah pemegang hak milik atau hak pengelolaan.
5. Karakteristik Dasar Perhitungan Ganti Rugi
Mengalami perubahan menjadi lebih luas. Pada semula menurut
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatakan bahwa
60
dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor strategis
tanah. kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 melihat
berdasarkan NJOPBB tanah yang terakhir. Pada Peraturan Presiden Nomer
36 Tahun 2005 dasar perhitungan berdasarkan NJOP Tahun berjalan. Begitu
juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007bukan hanya
berdasarkan NJOP saja, tetapi juga melihat dari lokasi letak tanah, status
tanah, kesesuaian pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah,
sarana dan prasarana yang tersedia dan yang mempengaruhi harga tanah.
Dasar perhitungan ganti rugi ini harus sesuai dengan asas
musyawarah dimana asas ini mengatakan bahwa dalam pengadaan tanah apa
saja dan bagaimana penyelesaian yang akan dilakukan. dalam hal ini ada
unsur yang paling mendasar yaitu satu pendapat antara pihak yang saling
membutuhkan. Musyawarah dilakukan berdasarkan perundingan. Asas yang
berikutnya adalah asas kesetaraan, dimana dalam asas ini kedua belah pihak
adalah sama kedudukannya.
61
6. Karakteristik Mekanisme Pengadaan Tanah
Mekanisme pada pengadaan tanah mengalami perubahan. Perubahan
yang dimaksud ada pada aturan mengenai pengadaan tanah apabila pemilik
hak atas tanah setuju untuk melepaskan haknya. Bila pemilik hak atas tanah
setuju, mekanisme ganti rugi menjadi lebih panjang. Karena pada awalnya
menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 apabila
pemilik hak atas tanah setuju akan ganti rugi yang diberikan oleh PPT maka
instansi yang bersangkutan langsung membayar kepada pemilik hak atas
tanah dan kemudian memohon hak kepada pejabat yang berwenang.
Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika
pemilik hak tanah setuju dengan ganti rugi yang diberikan maka PPT
mengeluarkan SK tentang bentuk dan besar ganti kerugian. Pada Peraturan
Presiden Nomer 36 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 tidak ada perubahan.
Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2007 terdapat perubahan yaitu penambahan aturan dalam mekanisme
pemberian ganti rugi apabila pemilik tanah setuju untuk melepaskan
haknya. Perubahan tersebut adalah penambahan mekanisme instansi yang
memerlukan tanah membuat tanda terima kemudian penerima ganti rugi
62
membuat surat pernyataan pelepasan hak dan selanjutnya PPT membuat
berita acara pelepasan hak dan membayarkan ganti rugi.
Apabila pemilik hak atas tanah tidak setuju dengan ganti rugi, aturan
mengenai mekanisme pemberian ganti rugi pun mengalami perubahan. Pada
awalnya menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
mengatakan bahwa mekanisme ganti rugi apabila pemilik hak atas tanah
tidak setuju maka PPT bisa tetap pada keputusan semula atau langsung
berhubungan dengan Gubernur setempat. Kemudian Gubernur
mengukuhkan keputusan panitia atau mencari jalan tengah dengan
mengubah keputusan PPT.
Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika
pemilik tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT langsung
menghubungi Gubernur, kemudian Gubernur bisa mengubah keputusan PPT
atau mengukuhkan. Tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan
pencabutan. Sebelum melakukan pencabutan maka memberikan surat
kepada MENDAGRI kemudian ditembuskan kepada instansi yang
membutuhkan tanah dan MENHANKAM serta Presiden.
Pada Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 jika pemilik tanah
tidak setuju melepaskan haknya maka PPT mengajukan pada
63
Bupati/Walikota atau Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta. Kemudian
Bupati/Walikota atau Gubernur bisa mengukuhkan keputusan PPT atau
mengubah keputusan PPT. Tetapi jika ditolak maka akan dilakukan
pencabutan. Dalam hal ini surat pencabutan ditujukan kepada Kepala
BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan tembusan kepada Presiden
dan instansi yang membutuhkan tanah serta MENHANKAM.
Perkembangan dari peraturan sebelumnya adalah pencabutan di rujuk
kepada MENDAGRI menjadi Kepala BADAN PERTANAHAN
NASIONAL.
Pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 mengatakan jika
pemilik hak atas tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT
melaporkan kepada Bupati/ Walikota/ Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta,
dimana bisa mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT.
Jika tetap tidak disetujui maka akan dilakukan pencabutan. Surat
pencabutan diberikan kepada Kepala BADAN PERTANAHAN
NASIONAL dengan tembusan instansi yang membutuhkan serta
MENHANKAM dan kepada Presiden. Tetapi jika tetap tidak setuju maka
pemilik hak atas tanah bisa banding ke Pengadilan Negeri. Perkembangan
64
dari peraturan sebelumnya jika tidak setuju akan pencabutan maka bisa
banding kepengadilan tinggi.
Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2007 jika pemilik hak tidak setuju maka PPT mengajukan kepada
Bupati/Walikota/Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta untuk
mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT kemudian jika
ditolak maka akan dilakukan pencabutan.
Mekanisme ganti rugi ditetapkan berdasarkan asas kepastian hukum
dimana dalam asas ini mengatakan tiap pihak harus mengerti mengenai
kewajiban dan haknya. Serta membahas mengenai kapan pemberian ganti
rugi dan tanahnya dilepaskan. Dan berdasarkan asas kesepakatan dimana
dalam asas tersebut harus berdasarkan kesepakatan antara dua pihak
tersebut.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa peraturan yang paling lengkap
adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 3 Tahun 2007. Peraturan ini
mencakup mengenai :
- Bentuk ganti rugi yang diberikan
- Penerima ganti rugi
65
- Dasar perhitungan ganti rugi
Tetapi peraturan ini belum sempurna, karena mekanisme peemberian ganti
rugi kurang menguntungkan masyarakat. Mekanisme pemberian ganti rugi lebih
rinci dalam Peraturan Presiden Nomor65 Tahun 2006.